perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh: ADHIK SUSANTO NIM K8407013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: ADHIK SUSANTO NIM K8407013
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Zaini Rochmad, M.Pd
Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd
NIP.1981117198011001
NIP. 194812141980032001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Ketua
Tanda Tangan
: Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 195211261981031002
Sekretaris
:Drs. Suparno, M.Si NIP. 19481210197031002
Anggota I
2.
: Dr. Zaini Rochmad, M.pd NIP.1981117198011001
Anggota II
1.
3.
: Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd NIP. 194812141980032001
Disyahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001 commit to user
iv
4.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Adhik Susanto. K8407013. HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Disiplin belajar; (2) Hubungan Antara Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar; (3) Hubungan Antara Interaksi Anak dalam Keluarga dan Pemanfaatan Sumber Belajar secara bersama dengan Disiplin Belajar. Penelitian ini dirancang dengan deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, sejumlah 64 siswa. Sampel diambil dengan teknik Cluster Proporsional Random Sampling sejumlah 32 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik Program SPSS 18 FOR WINDOWS korelasi product moment dengan langkah regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “Ada hubungan positif interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx1y = 0,562 dan ρ = 0,001. (2) hipotesis 2 “Ada hubungan positif antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/201”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx2y = 0,394 dan ρ = 0,001. (3) hipotesis 3 “Ada hubungan positif antara interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar secara bersama dengan disiplin belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan Ry(x1,2) = 0,638 , ρ = 0,001 dan F = 9,95.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Adhik Susanto. K8407013. THE REKATION BETWEEN CHILDREN’S INTERACTION IN FAMILY AND LEARNING RESOURCE USING WITH STUDENT’S LEATNING DICIPLINE ON XI GRADE OF SMA NEGERI 1 BOYOLALI ACADEMIC YEAR 2011/2012. Research Paper, Surakarta School Of Teaching Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, 2011. The purpose of this research were to know: (1) relation between children’s interaction in family with learning dicipline, (2) relation between learning resource using with learning dicipline, (3) relation between children’s interaction in family and learning source with learning dicipline. The method which was used in this research was descriptive qualitative correlational. The population in this research were all of students on XI social science graduate of SMA Negeri 1 Boyolali academic year 2011/2012, which were 32 student. The samples were taken by cluster random sampling technique. Data collecting technique used quesioner. Data analysis technique used statistic analysis with regression double statistics analysis. According to the result of this research, it could be concluded: (1) hypotesis 1 ”There is positive relation between children’s interaction in family with learning dicipline students on XI social science graduate of SMA Negeri 1 Boyolali academic year 2011/2012” was accepted. It could seen from data analysis that showed rx1y = 0,562 and ρ = 0,001. (2) ”There is positive relation between learning resource using with learning dicipline students on XI social science graduate of SMA Negeri 1 Boyolali academic year 2011/2012” was accepted. It could seen from data analysis that showed rx1y = 0,394 and ρ = 0,001 . (3) There is positive relation between children’s interaction in family and learning source with learning dicipline students on XI social science graduate of SMA Negeri 1 Boyolali academic year 2011/2012” was accepted. It could seen from data analysis that showed rx1y = 0,638 and ρ = 0,001 and F = 9,95.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO ”Sabar adalah salah satu kekayaan dari kekayaan yang baik. Allah tidak memberikan kecuali kepada hamba-Nya yang mulia disisi-Nya” ( Al Hasan Al Bashri Rahimahullah )
”Sabar, ikhlas dan penuh syukur adalah kunci kita untuk menjalani hidup dan mendapatkan kedamaian dalam hidup” (Hj.Ngatini) ”Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merugi kecuali orang-orang yang beriman .... ” (Q.S Al.Ashr :1-2)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibu tercinta H. Salamin dan Hj.Ngatini yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang untukku menikmati hidup. 2. Kakak-kakakku dan zaky hafid, kalian adalah semangat bagiku. 3. Almamater
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd, Pembimbing I dan Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Noor Muhsin Iskandar, M.Pd, Penasehat Akademik atas bimbingan dan nasehatnya. 6. Drs. Suranto, M.Pd Kepala SMA Negeri 1 Boyolali dan Dra. Maryati guru pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan semangat kepada penulis saat penelitian. Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang pengajaran Sosiologi Antropologi. Surakarta,
commit to user
ix
Juli 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI JUDUL……………………………………………………………………............. i PENGAJUAN……………………………………………………………………. ii PERSETUJUAN……………………………………………………………….... iii PENGESAHAN……………………………………………………………….… iv ABSTRAK……………………………………………………………………...... v MOTTO……………………………………………………………………....... .vii PERSEMBAHAN………………………………………………………...…… viii KATA PENGANTAR………………………………………………………....... ix DAFTAR ISI……………………………………………………...………..……. xi DAFTAR TABEL…………………………………………………….…......…. xiii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...… xiv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah…………………….………………..1
B.
Identifikasi Masalah…………… ……………………………4
C.
Pembatasan Masalah……………………...………………….5
D.
Perumusan Masalah…………………... …………………….6
E.
Tujuan Penelitian………………………………….…………6
F.
Manfaat Penelitian……………………………….…………..6
LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka…………………………………….…..…...8 1. Tinjauan Tentang Disiplin Belajar....................………….8 2. Tinjauan Tentang Interaksi Anak Dalam Keluarga.........25 3. Tinjauan Tentang Pemanfaatan Sumber Belajar……......43
BAB III
B.
Hasil Penelitian yang Relevan…..……………………….....55
C.
Keranga Berpikir…………………………..………………..56
D.
Hipotesis ……………………………………………………57
commit to user METODOLOGI PENELITIAN
x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
A.
Tempat dan Waktu Penelitian………………...…………….60
B.
Populasi dan sampel …………….………………………….61
C.
Teknik pengumpulan data……………………………..……64
D.
Rancangan penelitian...............................................………..72
E.
Teknik Analisis Data…………………………………...…..73
HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Lokasi …………….……………………………..79
B.
Deskripsi Data………………………………..………….....81
C.
Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………85
D.
Pengujian Hipotesis………………………………...……....90
E.
Pembahasan Hasil Analisis Data……………………….......98
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Kesimpulan………………………….………………….....102
B.
Implikasi…………………………….………….………….102
C.
Saran………………………………….……………………103
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…..……………..105 LAMPIRAN………………………………………….…..……………………..109
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian ………………………………………………60 Tabel 4.1 Deskripsi data statistik........................................ .................................82 Tabel 4.2 Deskripsi data statistik (X1)...........................................................................82 Tabel 4.3 Deskripsi data statistik (X2)..................................................................83 Tabel 4.4 Deskripsi data statistik (Y)....................................................................84 Tabel 4.5 Rangkuman Uji normalitas ..................................................................86 Tabel 4.6 Rangkuman Uji linieritas X1 dengan Y . .............................................87 Tabel 4.7 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y...............................................88 Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas...............................................................88 Tabel 4.9 Rangkuman Uji Multikolinieritas.........................................................89 Tabel 4.10 Rangkuman Uji Heteroskedastisitas....................................................90 Tabel 4.11 Koefisien korelasi sederhana X1 dengan Y..........................................91 Tabel 4. Koefisien korelasi sederhana X2 dengan Y..............................................92 Tabel 4. Koefisien Korelasi Ganda X1, X2 dengan Y............................................93
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 bagan keluarga batih dan keluarga luas ………………………........45 Gambar 2.2 sistem interaksi antar pribadi.............................................................45 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................45 Gambar 4.1 Grafik Histogram Interaksi Anak dalam Keluarga (X1)....................73 Gambar 4.2 Grafik Histogram Pemanfaatan Sumber Belajar (X2).......................74 Gambar 4.3 Grafik Histogram Disiplin Belajar (Y).............................................75
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Try Out Lampiran 2. Angket Try Out Lampiran 3. Kisi-kisi Angket Lampiran 4. Angket Penelitian Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Data Hasil Penelitian Lampiran 7. Data Out Put SPSS 18 For Windows Lampiran 8. Perijinan
commit to user
xiv
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap anak, setiap anak dituntut untuk selalu belajar teratur. Belajar dengan teratur merupakan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang anak yang menuntut ilmu di sekolah, betapa tidak karena banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai menuntut pembagian waktu yang baik serta keluasan sumber belajar yang memadai. Di dalam belajar dibutuhkan adanya kesungguhan dan kedisiplinan. Disiplin merupakan suatu kondisi yang harus dijalankan seorang anak yang mengharapkan kelancaran dalam belajarnya. Disiplin belajar dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pentingnya belajar. Pembentukan kedisiplinan yang diperoleh dari lingkungan keluarga merupakan modal besar dalam pembentukan kedisiplinan seorang anak. Interaksi anak di dalam keluarga, bagaimana interaksi orang tua dalam mengasuh anaknya dapat mempengaruhi pembentukan kedisiplinan anak tersebut. Pola asuh orang tua yang selalu menerapkan keharmonisan dalam berinteraksi dengan anakanaknya dapat memberikan kenyamanan anak dalam belajar. Hal seperti inilah yang dapat membuat anak menjadi disiplin dalam belajarnya. Agar selalu dapat menerapkan disiplin belajar, perlu diadakan pembinaan dalam rangka menanamkan tanggung jawab kepada anak tersebut. Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan pembinaan di dalam keluarga, hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan pengarahan. Dalam belajar anak memerlukan pula konsentrasi yang tinggi untuk memahami materi pelajaran. Untuk itu keluarga dapat menjadi sarana utama untuk menerapkan kedisiplinan belajar seorang anak sejak dini. Apabila seorang anak telah terbiasa disiplin dalam belajar sejak kecil maka anak tersebut akan disiplin pula kelak setelah mereka dewasa. Sehingga dalam menanamkan disiplin belajar perlu adanya kerjasama antar anggota keluarga, commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
terutama orang tua dengan anak, untuk menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis sehingga membuat anak konsentrasi dalam belajarnya. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003:77) “sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya”. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Seperti contoh guru, buku pelajaran, majalah, Koran, televisi, internet dan perpustakaan. Sebenarnya terdapat banyak sekali sumber belajar, namun terkadang banyak anak yang tidak dapat memanfaatkan sumber belajar tersebut secara baik. Guru merupakan sumber belajar yang seharusnya dapat dimanfaatkan anak untuk menunjang disiplin dalam belajar. Namun banyak anak yang hanya menganggap bahwa guru hanyalah orang yang memberikan pelajaran di sekolah, padahal sebenarnya lebih dari itu. Seharusnya guru juga dapat berperan dalam pembentukan sikap, terutama sikap disiplin. Seorang guru dapat membimbing anak didiknya untuk dapat disiplin dalam belajar, misalnya saja dengan cara menyuruh, memerintah serta menganjurkan anak untuk giat dalam belajar. Menurut Sri Joko Yunanto (2004 : 20) menyatakan bahwa “sumber belajar adalah bahan yang mencakup media belajar, alat peraga, alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak yang berperan untuk mendampingi anak dalam belajar. Apabila seorang anak dapat memanfaatkan sumber belajar dengan baik, maka akan memungkinkan anak tersebut untuk dapat lebih disiplin dalam belajar. Hal ini dikarenakan sumber belajar merupakan suatu bahan yang dapat membantu anak dalam belajar. Jadi dalam hal ini pemanfaatan sumber belajar sangat penting dalam meningkatkan disiplin belajar anak, semakin pintar anak dalam memanfaatkan sumber belajar maka semakin disiplin pula anak tersebut dalam belajar. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak sekali sumber belajar disekitar kita yang semuanya dapat membantu serta memudahkan anak dalam belajar. Dengan tersedianya berbagai sumber belajar diharapkan dapat menumbuhkan kedisiplinan anak dalam belajar. Sumber belajar tersebut commit to user mengandung sekumpulan nilai yang dapat merubah tingkah laku menjadi lebih
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
baik atau sempurna dan digunakan secara keseluruhan. Sumber belajar ada yang direncanakan dan dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran. Manfaat sumber belajar secara umum adalah untuk mengatasi berbagai hambatan dalam belajar. Soegeng Prijodarminto (1992: 23) mengemukakan “Disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai aktivitas dan kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup kita akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh hasil yang kita harapkan. Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan keadaan atau kondisi yang harus dijalankan apabila seorang anak mengharapkan hasil belajar yang baik. Seorang anak harus mempunyai kesadaran yang tinggi dalam menerapkan disiplin belajar sehingga anak tersebut dapat mengerti rasa tanggung jawab terhadap pentingnya belajar. Untuk itu, dalam mewujudkan kedisiplinan belajar diperlukan peran orang tua yang sangat besar, artinya bagi penanaman disiplin belajar anak, orang tua harus memiliki pola asuh yang baik. Orang tua yang tidak pernah mengingatkan waktu belajar, tidak pernah menanyakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, tidak mau ikut memecahkan kesulitan anak, komunikasi kurang baik, tidak pernah memperhatikan kebutuhan anaknya dan lain sebagainya, maka hal-hal tersebut mencerminkan bahwa orang tua tidak menumbuhkan kedisiplinan di rumah. Orang tua harus memperhatikan anak, karena dengan perhatian dari orang tua itulah anak akan selalu ingat dengan jadwal kegiatan yang telah di buat guna melatih kedisiplinan anak. Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan belajar to user anak di rumah, yaitu dengan caracommit mengasuh anak dengan baik dan menciptakan
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suasana rumah yang nyaman dan harmonis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan teladan, perintah serta anjuran yang baik bagi anak tentang pentingnya disiplin belajar. Apabila dari kecil anak sudah diajarkan untuk berlaku disiplin dalam belajr, maka semakin lama anak akan dapat memahami dan menjiwai arti disiplin belajar tersebut. Penanaman disiplin belajar sejak dini kepada anak adalah sangat baik, hal ini dikarenakan apabila seorang anak terbiasa disiplin dalam belajar maka anak tersebut semakin tinggi disiplin belajarnya. Seorang anak harus dilatih
melakukan pembiasaan bersikap disiplin dalam
belajar. Disiplin dalam hal ini tidak hanya dalam taat dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Apabila seorang anak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, maka pola belajar anak akan menjadi baik pula. Pemanfaatan sumber belajar dan interaksi anak dalam keluarga merupakan faktor yang memungkinkan dapat meningkatkan disiplin belajar anak. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat dimana pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan disiplin belajar anak. Sedangkan pemanfaatan sumber belajar merupakan sarana yang dapat menunjang serta memudahkan anak agar dapat disiplin dalam belajar. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan peneliltian tentang : HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA
DAN
PEMANFAATAN
SUMBER
BELAJAR
DENGAN
DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada berbagai masalah yang timbul sehingga masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pemanfaatan sumber belajar sangat dibutuhkan untuk menunjang disiplin belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
2. Peran keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran anak dalam belajar 3. Kedisiplinan anak dalam belajar dipengaruhi oleh keseriusan anak dalam memanfaatkan sumber belajar 4. Bimbingan orang tua dapat mempengaruhi disiplin anak dalam belajar. 5. Diperlukan adanya konsentrasi yang tinggi agar anak dapat belajar dengan efektif. 6. Interaksi anak di dalam keluarga serta pola asuh orang tua yang baik dibutuhkan untuk menumbuhkan disiplin belajar anak.
C. Pembatasan Masalah Dalam suatu penelitian sering muncul berbagai masalah secara bersamaan dan masalah-masalah tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk mengadakan penelitian yang menyeluruh. Kualitas penelitian bukan terletak pada keluasan masalahnya, tetapi terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini terbatas pada masalah tentang interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan hubungannya dengan disiplin belajar. Berikut pembatasan masalah dalam penelitian ini: 1. Interaksi anak dalam keluarga keluarga adalah tempat dimana orang tua mengasuh anaknya serta tempat pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan perhatian. interaksi dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga. Dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga akan menciptakan hubungan yang harmonis, saling terbuka satu sama lain, saling pengertian, penuh kasih sayang sehingga anak merasa nyaman tinggal di rumah. Dengan adanya interaksi yang baik di dalam keluarga tersebut seorang anak dapat menumbuhkan kedisiplinan dalam belajarnya. 2. Sumber belajar Sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan commit yang to userdirancang (learning resources by wujud tertentu atau sumber belajar
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
design) dan sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)” yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam belajar. 3. Disiplin belajar Kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban yang menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Apakah ada hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
2.
Apakah ada hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012?
3.
Apakah ada hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012? E.Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Untuk mengetahui hubungan antara interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian apa dan bagimanapun bentuknya diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pribadi, organisasi yang bersangkutan maupun masyarakat. Adapaun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang apa yang dimaksud interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar serta disiplin belajar. b. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan atau acuan bagi penelitian yang sejenis. c. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. 2. Manfaat praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan disiplin belajar bagi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali pada khususnya serta bagi mahasiswa program studi Sosiologi Antropologi FKIP UNS pada umumnya. b. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi program studi Sosiologi Antropologi FKIP UNS dalam memberikan kebijakan untuk meningkatkan sumber balajar yang tersedia.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka 1.
Disiplin Belajar
a. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap anak, oleh karena itu setiap anak dituntut untuk selalu belajar dengan teratur. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada hal yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak direncanakan. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, yaitu pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar. Menurut Witherington yang di kutip oleh Nana Syaodih (2009:155) “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Menurut Robert E.Silverman yang dikutip Masyhuri (1990: 6) “Bahwa belajar adalah suatu proses di mana pengalaman lampau atau hasil latihan yang relatif permanen mengubah penyediaan respons individu”. Sedangkan menurut Cronbach yang dikutip oleh Masyhuri (1990: 6) “Bahwa belajar itu ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan kepribadian seseorang yang dimanifestasikan sebagai pola responnya dalam bentuk ketrampilan, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang relatif permanen. Belajar merupakan suatu proses menuju suatu perubahan. Seseorang dikatakan belajar apabila sudah mengalami suatu perubahan dalam dirinya, baik itu perubahan sikap, kebiasaan, pengetahuan maupun kecakapan yang dimilikinya. Belajar merupakan sesuatu yang commit to user berkenaan dengan perubahan-perubahan dari orang yang belajar tersebut.
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun, tidak selalu belajar itu mengarah pada suatu hal yang baik ada kalanya juga belajar mengarah pada suatu hal yang tidak baik. Hal tersebut tergantung apa yang dipelajari oleh anak tersebut. Apabila anak tersebut mempelajari sesuatu yang baik maka baik pula perubahan yang dialami oleh anak tersebut, namun apabila anak tersebut mempelajari sesuatu yang tidak baik maka tidak baik pula perubahan yang dialami oleh anak tersebut. Dari uraian di atas tentang pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa definisi tentang belajar yang berlainan tersebut mengandung banyak persamaan. Persamaan-persamaan tersebut antara lain adalah: 1. Setiap definisi belajar mengakui bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik secara potensial maupun secara actual. 2. Bahwa perubahan itu berupa kemampuan baru dalam memberi respon terhadap suatu stimulus. 3. Bahwa perubahan itu berfungsi secara relatif permanen. Artinya perubahan itu bukan sekedar merupakan keadaan sesaat saja, tetapi dapat berfungsi dalam kurun waktu yang relatif lama. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Faktor-faktor yang ada dalam diri individu anak dapat mempengaruhi belajar anak tersebut.. Menurut Witherington yang di kutip oleh Nana Syaodih (2009:159) “Faktor -faktor yang mempengaruhi belajar dapat bersumber dari dalam
dirinya
sendiri
maupun
bersumber
dari
luar
dirinya
atau
lingkungannya”. 1. Faktor dari dalam individu Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar anak. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu tersebut. Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar lima atau enam jam terus menerus, tetapi aada juga yang hanya commit to user tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, dan penciuman. Seseorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Faktor psikis atau rohaniah tidak kalah penting dalam belajar dengan aspek jasmani. Faktor
psikis menyangkut kondisi kesehatan
psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial dari individu tersebut. Untuk mendukung kelancaran belajar bukan hanya dituntut kesehatan jasmaniah tetapi juga kesehatan rohaniah. Orang yang sehat rohaniah adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, frustasi. Orang yang sehat rohaniah akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan orang lain dengan wajar, dapat bekerjasama baik dengan orang lain, dan lain sebagainya. 2. Faktor dari luar individu (lingkungan) Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Yang termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah: keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan di sekitar rumah. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain. Lingkungan sekolah juga menyangkut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kurikuler, dan lain sebagainya. Lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya. Sedangkan dalam Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar (1984: 11) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Bahan atau hal yang harus dipelajari, yang merupakan input pokok dalam belajar. 2. Faktor-faktor lingkungan. 3. Faktor-faktor instrumental, dan 4. Kondisi individual si pelajar. Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bahan atau hal yang harus dipelajari Bahan atau hal yang harus dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi. Dalam belajar diperlukan adanya bahan yang dapat membantu anak tersebut dalam belajar. Bahan yang digunakan untuk membantu anak dalam belajar bermacam-macam bentuknya. Misalnya saja buku. Dengan adanya buku maka dapat memudahkan dalam belajar. 2. Faktor-faktor lingkungan Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Lingkungan alami Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia, orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada siang hari. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini dikarenakan pada pagi hari udaranya lebih segar daripada siang hari. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial merupakan lingkungan dimana anak tersebut tinggal bersama keluarganya. Lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi proses
belajar
anak.
Lingkungan
sosial
yang
berisik
dapat
mengaikbatkan anak sulit berkonsentrasi untuk belajar, sebaliknya lingkungan sosial yang tenang dapat mendukung anak dalam belajarnya. 3. Faktor-faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuantujuan belajar. Faktor-faktor ini dapat berupa berwujud faktor-faktor keras (hardware) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum. Serta dapat pula berwujud faktor-faktor lunak seperti kurikulum, program belajar, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. 4. Kondisi individual si pelajar Kondisi individual si pelajar ini dpaat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu tersebut. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang mempunyai ketahanan fisik bagus dan ada pula yang tidak. Kondisi fisik yang bagus biasanya dapat belajar sampai lima jam. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, dan penciuman. Seseorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. b. Kondisi psikologis Selain faktor fisiologis, faktor psikologis juga faktor yang penting user dalam belajar. Aspekcommit psikis tomenyangkut kondisi kesehatan psikis,
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan-kemampuan intelektual, sosial dari individu tersebut. Orang yang memiliki kondisi psikologis yang baik adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguangangguan perasaan, frustasi. c. Ciri-ciri dan tahap dalam belajar Ciri-ciri ciri belajar Menurut Djamarah (2008: 15) Berdasarkan hakikat belajar, yaitu perubahan tingkah laku, maka terdapat ciri-ciri belajar sebagai berikut: 1. Perubahan yang terjadi secara sadar 2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Mengenai ciri-ciri perubahan tersebut di atas dapat menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut semua aspek keperibadian individu tersebut. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan, penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan lain sebagainya. Tahap-tahap belajar Menurut Bruner yang dikutip Muhibbin Syah (2003: 109) “Dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau tahap, yaitu: tahap informasi, tahap transformasi, dan tahap evaluasi”. 1) Tahap informasi Dalam tahap ini merupakan tahap seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan atau informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh tersebut ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,
memperhalus,
dan
memperdalam
pengetahuan
yang
sebelumnya telah dimiliki. 2) Tahap transformasi Dalam tahap transformasi, Informasi yang telah diperoleh dalam userditransformasikan menjadi bentuk tahap informasi dianalisis,commit diubah,toatau
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi para pemula, tahap ini akan berlangsung sullit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu. 3) Tahap evaluasi Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Masyuri (1990: 8) melukiskan proses kegiatan belajar dalam delapan tahap yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tahap persiapan Tahap seleksi stimuli atau tahap pemilihan rangsang. Tahap pemusatan perhatian. Tahap pelaksanaan perbuatan belajar Tahap penemuan insight atau pemehaman Tahap Reinforcement atau tahap penguatan. Tahap transfer of learning atau transfer of training. Tahap pengausan
1. Tahap persiapan Pada tahap ini sebenarnya individu belum melakukan kegiatan belajar. Dalam tahap ini anak baru melakukan penginderaan. Berbagai rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya diterima tanpa seleksi dan tanpa perhatian yang menyertainya. Semuanya dilakukan tanpa sadar dan dilakukan dengan penginderaan. 2. Tahap seleksi stimuli atau tahap pemilihan rangsang. Pada tahap ini individu mengadakan pemilihan rangsang berdasarkan kondisi jasmani dan rokhaninya. Rangsang-rangsang yang sesuai dengan kondisi jasmani atau rokhaninya akan mendapatkan perhatian dan reaksi tertentu. 3. Tahap pemusatan perhatian. Pada tahap ini anak telah dapat menentukan pilihannya, yaitu menetapkan rangsang mana dari sekian banyak rangsang itu yang akan mendapat commit to user perhatian khusus, untuk kemudian diberi sambutan atau reaksi tertentu.siswa
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mempunyai kesadaran belajar tinggi akan memusatkan perhatiannya kepada materi sajian dari gurunya, dan mengabaikan rangsangan lain yang tidak diperlukan. 4. Tahap pelaksanaan perbuatan belajar Pada tahap ini individu yang belajar itu menelaah materi pelajaran yang dihadapinya. Untuk itu anak perlu mengingat-ingat hasil belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Sebab untuk dapat memahami pengetahuan baru atau materi pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya. Aktivitas psikis yang dilakkukan individu pada tahap ini ialah menganalisis pengetahuan yang baru maupun pengetahuan yang telah dimililki sebelumnya untuk kemudian dicari hubungannya. 5. Tahap penemuan insight atau pemahaman Pada tahap ini, individu yang belajar merasa telah menemukan sesuatu yang baru. Tahap insight merupakan suatu tahap dimana individu telah menemukan hubungan arti antara bagian-bagian dari pengetahuan baru yang sedang dihadapi, dengan bagian-bagian dari pengetahuan lama yang telah dimiliki sebelumnya. 6. Tahap Reinforcement atau tahap penguatan. Tahap penguatan ini merupakan tahap dimana anak mendapatkan pengakuan dari orang lain atas apa yang telah dikerjakannya. Pengakuan inilah yang menjadi penguatan bahwa apa yang telah dilakukan anak tersebut adalah benar. 7. Tahap transfer of learning atau transfer of training. Tahap transfer of learning atau transfer of training yaitu pengalihan hasil belajar atau pengalihan hasil latihan. Perolehan dari kegiatan belajar atau latihan, yang berupa kemampuan, ketrampilan, penguasaan perinsip, dan sebagainya di dalam tahap ini dialih fungsikan atau dialih tugaskan untuk menghadapi masalah-masalah lain yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki tersebut. 8. Tahap pengausan commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap pengausan merupakan tahap berkurang atau hilangnya hasil belajar yang telah dicapai. Dalam tahap ini hasil belajar yang telah dicapai oleh individu itu mengalami penyusutan, dan lama-kelamaan menjadi hilang sebagian atau seluruhnya. d. Pengertian Disiplin Belajar Pengertian disiplin di dalam belajar membutuhkan adanya kesungguhan dari dalam diri anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya. Disiplin merupakan keadaan atau kondisi yang harus dijalankan apabila seseorang mengharapkan kelancaran dalam belajar. Disiplin dalam belajar dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pentingnya belajar. Kedisiplinan belajar sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan anak. Pengertian disiplin menurut Soegeng Prijodarminto (1992:23) “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban”. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:23), “Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan”. Tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga perilaku anak tersebut sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu tersebut diidentifikasi. Menurut Witherington yang di kutip oleh Nana Syaodih (2009:155) mengenai
pengertian
belajar
“Belajar
merupakan
perubahan
dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Sedangkan menurut Cronbach yang dikutip oleh Masyhuri (1990: 6) “Bahwa belajar itu ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Dari pengertian disiplin dan pengertian belajar di atas dapat diambil commit to userbelajar adalah suatu kondisi yang kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Menurut Soegeng Prijodarminto (1992:23) disiplin mempunyai tiga aspek yaitu : 1. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil pengembangan dari latihan pengendalian pikiran dan watak. 2. Telaah yang baik mengenai system aturan perilaku, norma, criteria dan standar yang sedemikian rupa sehingga telaah tersebut menimbulkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan akan aturan norma criteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan. 3. Sikap kelakuan yang wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal yang secara cermat dan tertib. Agar siswa selalu dapat menerapkan kedisiplinan belajar, perlu diadakan pembinaan dalam rangka menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. Caracara yang ditempuh dalam melaksanakan pembinaan disiplin belajar anak dapat dilaksanakan di rumah atau di sekolah. Guna menanamkan disiplin belajar anak, diperlukan adanya kerjasama antaranggota keluarga di rumah. e. Unsur-unsur Kedisiplinan Belajar Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur – unsur disiplin belajar adalah sebagai berikut: a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. user pedoman dan ukuran perilaku e. Peraturan-peraturaan yangcommit berlakutosebagai
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Unsur yang dominan dalam kedisiplinan adalah teratur dan tertib. Keluarga merupakan lingkungan
pertama kali menanamkan kedisiplinan
kepada anak sejak dini. Dengan penanaman kedisiplinan yang tinggi tersebut maka akan memudahkan pengaturan waktu belajar anak. Menurut Elizaberh B. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (2004:82) ada empat unsur kedisiplinan yaitu : 1. Peraturan : sejumlah aturan-aturan yang telah disetujui oleh anggota kelompok tersebut. 2. Hukuman : ganjaran atau suatu pembalasan atas pelanggaran yang berfungsi menghalangi pengulangan pelanggaran dan untuk mendidik. 3. Penghargaan : suatu janji akan imbalan karena berbuat sesuatu yang berbentuk kata-kata atau pujian, senyuman maupun bentuk materi yang berfungsi mendidik dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara social. 4. Konsistensi : tingkat stabilitas pelaksanaan peraturan atau konstan. Apabila unsur-unsur di disiplin diatas dapat diterapkan dalam belajar, maka kedisipinan belajar akan berjalan dengan baik. Orang yang menaati peraturan akan dihargai dan mereka yang melanggar peraturan akan mendapatkan hukuman. Dalam hal ini anak yang disiplin dalam belajarnya akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada anak yang tidak disiplin dalam belajarnya. f. Cara Pembentukan Kedisiplinan Belajar Disiplin dalam diri anak akan terbentuk apabila sudah dapat bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik. Anak sudah mengenal disiplin apabila tanpa ada hukuman anak tersebut sudah dapat bertingkah laku dan memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan dari dalam dirinya. Menurut Singgih D. Gunarso (1993:82), “cara pembentukan atau penanaman disiplin pada diri anak adalah dengan cara otoriter, bebas dan demokratis”. 1. Cara otoriter Pada cara ini orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati. Anak-anak harus terbiasa patuh pada peraturancommit user hidup secara disiplin. Jika anak peraturan yang ada agar anak dapatto terbiasa
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
tidak memenuhi aturan yang ditetapkan orang tua, maka ia akan dikenai hukuman oleh orang tuanya. Hal ini mempunyai segi positif yaitu anak akan menaati peraturan dan disiplin. Namun dalam cara otoriter ini juga ada segi negatifnya yaitu dapat membuat anak menjadi patuh kepada orang tuanya apabila berada di depan orang tuanya, namun apabila tidak ada orang tuanya anak tersebut akan melanggar peraturan tersebut. Selain itu cara otoriter tersebut juga dapat membuat anak melanggar aturan, minder dan harga diri anak tersebut akan terlanggar, hal ini dikarenakan adanya aturan-aturan yang mutlak yang harus dipatuhi oleh anak tersebut. 2. Cara bebas Pada cara ini orang tua membiarkan anak mencari tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya, yaitu pada hal yang disanggupi. Hanya pada hal yang sudah keterlaluan atau melampaui batas, orang tua baru bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi longgar. Anak terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Dalam cara bebas tersebut membuat anak menjadi tidak disiplin, hal ini dikarenakan tidak adanya aturan yang membatasi kebebasan anak tersebut. Karena tidak adanya aturan tersebutlah anak bebas melakukan apa yang dia suka. Hal tersebut akan membawa dampak negatif apabila anak tersebut tidak dapat membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik. 3. Cara demokratis Pada cara ini orang tua memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak. Keinginan dan pendapat anak tersebut diperhatikan kalau keinginan dan pendapat tersebut bersifat baik. Dalam penerapan cara demokratis anak bebas melakukan apa yang ingin dilakukannya, namun dalam kebebasan tersebut tidak mutlak. Artinya kebebasan yang diberikan kepada anak tersebut ada batasnya. Anak tersebut diberi kebebasan oleh orang tuanya apabila apa yang dilakukannya tersebut commit user membuat anak bebas berkreasi bersifat baik. Cara demokratis initodapat
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesuai dengan jalan pikirannya, namun kreasi anak tersebut diperbolehkan apabila mengarah pada hal yang bersifat baik. g. Fungsi kedisiplinan Belajar Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajari anak agar belajar mengendalikan diri dengan baik. Perilaku disiplin antara lain adalah tidak menyontek waktu ulangan, belajar secara teratur, dan mematuhi jadwal belajar yang sudah dibuat. Fungsi disiplin oleh Elizabeth B. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (2004:40) disebutkan bahwa “Fungsi disiplin ada yang bermanfaat dan ada juga yang tidak bermanfaat”. 1. Fungsi yang bermanfaat : a. Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun ada juga yang lain akan diikuti pujian. b. Untuk mengajar anak dalam tingkatan penyelesaian yang wajar tanpa menuntut konformitas yang berlebihan. c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani mereka. 2. Fungsi yang tidak bermanfaat : a. Untuk menakut-nakuti anak b. Sebagai pelampiasan agresi orang tua terhadap anak. Selain itu beberapa fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) yaitu: a. Menata Kehidupan Bersama b. Membangun Kepribadian c. Melatih Kepribadian d. Pemaksaan e. Hukuman f. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif a. Menata Kehidupan Bersama Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar. b. Membangun Kepribadian commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lingkungan
yang berdisiplin
baik,
sangat
berpengaruh
terhadap
kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. c. Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. d. Pemaksaan Suatu kedisiplinan dapat terjadi dari dalam diri individu. Kedisiplinan yang berasal dari dalam diri individu dipengaruhi oleh dorongan kesadaran diri individu tersebut. Namun apabila seorang anak tidak memiliki dorongan untuk disiplin maka diperlukan suatu pemaksaan agar anak tersebut dapat berlaku disiplin. Pemaksaan ini sangat penting apabila anak tersebut sudah tidak bisa dikendalikan lagi dalam berlaku disiplin. e. Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah. f. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturanperaturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan. Apabila anak dapat menerapkan disiplin dengan baik, maka anak tersebut akan mempunyai kebiasaan yang baik pula. Begitu pula dengan belajar, apabila seorang anak telah terbiasa disiplin dalam belajar anak tersebut akan terbiasa belajar dengan tekun dan akan terbiasa memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. h. Macam-macam disiplin belajar 1. Disiplin Belajar di Sekolah Siswa sebagai input dalam suatu proses pendidikan perlu selalu aktif mengikuti berbagai kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sikap disiplin belajar perlu ditimbulkan pada diri siswa, sehingga hal tersebut dapat membawa pengaruh yang baik dalam usaha pencapaian prestasi belajarnya. Ada beberapa macam disiplin belajar yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah sesuai dengan pendapat Slameto (1997:27) yang mengatakan sebagai berikut: Perilaku disiplin belajar siswa di sekolah dapat dibedakan menjadi empat macam ialah: a) Disiplin siswa dalam masuk sekolah b) Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas c) Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah d) Disiplin siswa dalam menaati tata tertib di sekolah Agar lebih jelas berikut mengenai macam-macam disiplin belajar siswa di sekolah tersebut: a) Disiplin siswa dalam masuk sekolah Yang dimaksud disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan ketaatan dalam masuk sekolah. Artinya seorang siswa dikatakan disiplin masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap hari. Kebalikan dari tindakan tersebut yaitu yang sering datang terlambat, tidak masuk sekolah, banyak melakukan commit to user pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dan hal ini menunjukkan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa siswa yang bersangkutan kurang memiliki disiplin masuk sekolah yang baik. b) Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dan pemberian tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, agar siswa berhasil dalam belajarnya. Agar siswa berhasil dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup pengerjaan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, ulangan harian, ulangan umum dan ujian. c) Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujuan belajar. d) Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah Disiplin siswa dalam menjalankan tata tertib di sekolah adalah kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. 2. Disiplin belajar di rumah Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrany Rusyan (1996:18-19) mengemukakan sebagai berikut: Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin belajar dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sebagai mutu pendidikan dapat ditingkatkan diantaranya yaitu tidak membangkang peraturan yang berlaku contohnya tepat waktu dalam belajar, Disiplin dalam mengerjakan tugas sekolah di rumah, Belajar secara teratur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya akan di uraikan sebagai berikut : a) Tepat waktu dalam belajar Belajar merupakan kewajiban bagi seorang siswa karena untuk mengetahui dan mendapatkan berbagai kecakapan, disiplin dalam belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Dengan disiplin siswa akan dapat menghargai waktunya dengan sebaik baiknya. Untuk membagi waktu belajar siswa harus membuat jadwal yang tepat untuk membatasi kegiatan lain yang tidak berguna yang dapat mengganggu kegiatan belajar. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan kedisiplinan belajar karena sebagian besar waktu yang dimiliki siswa yaitu berada dirumah. b) Disiplin dalam mengerjakan tugas sekolah di rumah Pemanfaatan waktu secara efisien dan efektif merupakan salah satu cara terbaik untuk melatih sikap disiplin terutama disiplin dirumah. Dalam hal ini belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, di rumah seorang siswa juga mempunyai kewajiban belajar. Misalnya saja, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Siswa yang rajin mengerjakan tugas sekolah dapat menjadikan siswa tersebut terbiasa disiplin belajar di rumah. c) Belajar secara teratur Keteraturan dalam belajar merupakan usaha untuk menghasilkan atau untuk memperoleh suatu prestasi yang maksimal, karena dengan keteraturan kita akan lebih disiplin dalam belajar. i. Validitas Disiplin belajar Disiplin belajar yaitu suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban yang menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Seorang anak yang dapat memanfaatkan waktu belajarnya dengan baik maka anak tersebut dapat menerapkan disiplin belajar yang baik. Indikator disiplin belajar di sini adalah bagaimana usaha seorang anak untuk mengatur waktu belajarnya, dari sebelumnya yang kurang dapat commit menjadi to user dapat memanfaatkan waktunya memanfaatkan waktunya untuk belajar
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk belajar. Kondisi tersebut berjalan melalui suatu proses dimana terdapat suatu ketaatan terhadap peraturan yang dibuat oleh anak tersebut untuk mencapai kondisi yang memungkinkan untuk disiplin dalam belajarnya.
2.
Interaksi Anak dalam Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari senantiasa terdapat suatu hubungan baik entah itu hubungan antar individu, antarkelompok, maupun individu dengan kelompok dalam bentuk komunikasi sosial. Begitu juga dalam suatu keluargka, di dalam keluarga juga terjadi hubungan antar anggotanya, oleh karena itu hendaknya di dalam keluarga terjalin hubungan komunikasi yang baik karena keluarga merupakan kelompok sosial yang paling kecil dan merupakan tempat anak mengadakan interaksi sosial yang pertama. Ayah, ibu, dan saudara adalah orang pertama yang mengajarkan kepada anak tentang cara hidup dengan orang lain dan pertama kali pula tempat anak mengadakan kontak sosial. a. Pengertian Interaksi Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari orang lain, karena di samping sebagai makhluk individu manusia sekaligus merupakan makhluk sosial. Di situ manusia akan bergaul, berbicara bahkan bermusuhan dengan orang lain. Menurut Gerungan W.A (1996:57) mendefinisikan interaksi sosial sebagai berikut : “interaksi sosial adalah suatu hubungan dua atau lebih manusia dimana kelakuan individu yang satu memperngaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya atau sebaliknya”. Sedangkan Soerjono Soekanto (1994:69) berpendapat bahwa : “interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak bila terjadi reaksi dari kedua belah pihak”. Dengan kata lain di dalam interaksi sosial terlihat adanya aksi dan reaksi. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi serta menimbulkan aksi dan reaksi. Jika dalam masyarakat kecil yakni keluarga berlangsung hubungan antara ayah, ibu dan anak. Interaksi anak dalam keluarga terdapat suatu hubungan saling commit to user mempengaruhi, saling menguntungkan satu sama lain yang mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
timbulnya kedisiplilnan dalam belajarnya. Hal tersebut dapat terlaksana apabila di dalam keluarga tersebut tercipta suasana atau hubungan harmonis di dalam keluarga, komunikasi yang lancar diantara anggota keluarga serta kerjasama yang baik diantara anggota keluarga tersebut. Dalam penelitian ini interaksi ditekankan pada hubungan timbal balik antara anak dengan orang tua dalam keluarganya, serta para saudaranya di rumah. Kita menyadari bahwa keluarga merupakan bagian yang paling penting dari jaringan sosial anak, sebab keluarga merupakan lingkungan pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan pengarahan. Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama untuk anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan mental. Dengan demikian kedudukan keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan vital bagi pendidikan seorang anak. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Begitu luasnya pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya baru dapat dihargai sepenuhnya saat seseorang menyadari apa saja sumbangan keluarga pada anak. b. Faktor-faktor yang mendasari interaksi Keluarga merupakan tempat interaksi yang paling intens bagi seorang anak. Menurut W.A Gerungan (1996:62), kelangsungan interaksi sosial merupakan proses yang kompleks yang didasari oleh beberapa faktor, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Imitasi Sugesti Identifikasi Simpati Berikut penjelasan keempat faktor tersebut : 1. Imitasi Merupakan dorongan untuk merniru, mempunyai peran penting dalam ineraksi sosial. Imitasi memiliki segi positif yaitu merangsang perkembangan watak seseorang. Dalam imitasi ini seorang anak dapat mengembangkan imajinasinya untuk dapat meniru perilaku maupun watak yang hendak ditirunya tersebut. commitImitasi to userjuga mempunyai segi negatifnya,
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
yaitu apabila perilaku yang ditiru anak adalah perilaku yang menyimpang serta perilaku yang dapat melemahkan perkembangan daya kreasi anak tersebut. Hal ini terjadi apabila seseorang tersebut meniru perilaku atau watak yang tidak baik dari orang yang ditirunya tersebut. Menurut W.A Gerungan (1996:63) terdapat beberapa persyaratan sebelum orang melakukan suatu imitasi, yaitu : (a) minat atau perhatian yang cukup besar akan hal tersebut ; (b) sikap menjunjung atau menghargai hal-hal yang diimitasi; (c) karena ingin memperoleh penghargaan di dalam lingkungan sosialnya. 2. Sugesti Sugesti dapat berlangsung apabila seseorang member pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Syarat-syarat sugesti yang dikemukakan oleh W.A Gerungan (1996:68), yaitu : (a) sugesti karena hambatan berpikir ; (b) sugesti karena keadaan pikiran yang terpecah-pecah ; (c) sugesti karena otoritas ; (d) sugesti karena mayoritas ; (e) sugesti karena “will to believe”. 3. Identifikasi Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama (identik atau serupa) dengan pihak lain. Proses identifikasi ini berlangsung secara tidak sadar, kemudian secara irasional berdasarkan perasaan dan identifikasi berguna melengkapi system norma, cita-cita dan tingkah laku orang yang mengidentifikasi. 4. Simpati Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Simpati timbul tidak berdasarkan logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. Dorongan utamanya adalah keinginan untuk memahami orang lain dan bekerjasama dengannya. c. Bentuk-bentuk interaksi Interaksi manusia akan selalu mengalami pola atau bentuk interaksi yang berubah-ubah, mengingat manusia adalah makhluk yang dinamis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Menurut Gillin dan Gillin oleh Soerjono Soekanto (1990: 77) menggolongkan bentuk-bentuk interaksi sosial, yaitu: 1. Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk lagi, yakni: akomodasi,assimilasi dan akulturasi. 2. Proses yang disasosiatif (processes of dissociation) yang mencakup: persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (konflik). Sedangkan menurut Idianto Mu’in (2004: 65) menyatakan, “interaksi sosial dibagi menjadi dua, yaitu proses Asosiatif dan proses disosiatif” 1. Proses Asosiatif Yatiu bentuk bentuk interasksi sosial yang mengarah pada kerjasama. Prsoses asosiatif dibagi menjadi empat, yaitu : a) Kerjasama (cooperation) b) Akomodasi c) Asimilasi d) Akulturasi 2. Proses Disasosiatif Yaitu bentuk interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan. Proses disositif dibagi menjadi empat, yaitu : a) Persaingan b) Kontravensi c) Pertikaian d) Konflik sosial Berikut penjelasan bentuk-bentuk interaksi tersebut: 1. Proses Asosiatif a. Kerjasama (cooperation) Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. b. Akomodasi Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi pertentangan tersebut. c. Asimilasi Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang commit to userkebudayaan yang berbeda, saling
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama yang lambat laun kebudayaan asli akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru dengan tidak membedakan kebudayaan yang lama dan kebudayaan yang baru. d. Akulturasi Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli kelompok tersebut. 2. Proses Disasosiatif a. Persaingan Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. b. Kontravensi Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. c. Pertikaian Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Artinya, dalam pertikaian perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu yang bertikai. d. Konflilk sosial Konflik sosial adalah proess sosial antara dua pihak atau lebih, dimana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Seorang anak di dalam keluarga, mau tidak mau akan berinteraksi dengan lingkungan keluarga. Dimana keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Interaksi dalam keluarga dapat terjalin baik antara ayah dengan anak, ibu dengan anak, atau antaranak. Interaksi dalam commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarga tidak selamanya berbentuk kerjasama, melainkan kadang terjadi juga persaingan, pertentangan, ataupun konflik. Sehingga interaksi dalam keluarga tidak hanya bersifat positif tetapi bisa juga bersifat negatif. Interaksi yang positif dapat dilihat pada saat terjalin kebersamaan dalam mengerjakan sesuatu seperti tugas di sekolah, saling menolong apabila menemukan kesulitan dalam belajar, saling mencurahkan kasih sayang, yang dilakukan antaranggota keluarga. Kerjasama yang baik dalam keluarga bagi seoarang anak dapat merangsang suatu keinginan untuk belajar dengan baik dan dapat menciptakan suatu konsentrasi dalam belajar atau melakukan sesuatu, sehingga dapat menciptakan suatu keinginan untuk berprestasi dengan baik karena adanya motivasi dari anggota keluarga. Adanya interaksi yang baik di dalam keluarga akan mengakibatkan terjalinnya komunikasi yang baik antaranggota keluarga tersebut. Tetapi apabila dalam suatu keluarga tidak tercipta interaksi yang baik, maka komunikasi yang terjalin dalam keluarga tersebut menjadi tidak lancar yang pada akhirnya dapat menimbulkan keretakan keluarga atau broken home. Keretakan
keluarga
bagi
anak
dirasa
sebagai
hal
yang
sangat
membingungkan sebab mereka kehilangan tempat berpijak dan tempat pegangan hidup. d. Pengertian keluarga Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat erat hubungannya dengan keluarga, karena keluarga merupakan tempat mereka dilahirkan, dirawat, dibesarkan, dan dibentuk kepribadiannya. Bruce J. Cohen (1992:172) menyatakan, “keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanaksaudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya”. Sementara menurut Bambang Mulyono (1988:42) mengatakan, “keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental”. Keluarga merupakan tempat pertama orang anak memperoleh pendidikan. Apabila keluarga tidak dapat menciptakan suasana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
pendidikan, maka akan menyebabkan anak-anak menjadi tidak disiplin dalam kehidupan sehari-harinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai ikatan darah, serta tanggung jawab utama terhadap anak dalam pendidikan maupun pemenuhan kebutuhan. Sehingga untuk menciptakan interaksi yang baik dalam keluarga diperlukan adanya saling pengertian dan saling membantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing anggota. Menurut William Goode yang dikutip Tim IKAPI (2003:82), menyatakan tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu: 1. Keluarga batih (nuclear family) Yaitu keluarga kecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. 2. Keluarga luas (extended family) Yaitu keluarga besar yang biasa terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, paman, bibi serta anggota keluarga yang lainnya. Dalam keluarga luas atau extended family ini anggotanya juga terdiri dari keluarga batih atau nuclear family namun tinggal bersama dengan anggota keluarganya yang lain seperti kakek, nenek. Berikut gambar bagan keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) :
Gambar 2.1 bagan keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas commit to user (extended family) :
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterangan : : laki-laki : perempuan : bersuami istri : bersaudara : anak/keturunan e. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak 1. Pengertian pola asuh orang tua Tulus Tu’u (2004: 67) “Menjelaskan bahwa pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan
dan
mendidik
anak
dalam
kehidupan
sehari-hari”.
Sedangkan menurut Singgih D Gunarso (2000:55) “ Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”. Selain itu Slameto (1997: 40) mengatakan bahwa “pola asuh orang tua merupakan cerminan komunikasi orang tua dengan anak. Komunikasi ini melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua untuk memelihara anaknya”. Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukkan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan menuju kedewasaan. 2. Macam-macam pola asuh Menurut Elizabeth B. Hurlock terjemahan Meitasari tjandrasa (1999: 123) mengatakan bahwa “Orang tua dalam mengasuh anakcommit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anaknya dapat menggunakan cara otoriter, liberal atau bebas dan demokratis”. a. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter menurut Elizabeth B. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (1999: 125) yaitu : “Pola asuh orang tua yang mendasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua, sehingga kebebasan anak untuk bertindak sesuai dengan keinginan diri sendiri sangat terbatas”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pola asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua memaksakan kehendaknya kepada anak, anak tidak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan anak ditentukan oleh orang tua. Perlakuan orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak dengan menggunakan disiplin yang keras, oleh karena itu dalam pola asuh yang otoriter segala sesuatu mengenai apa yang dilakukan oleh anak harus dengan persetujuan dari orang tua yang mengharuskan anak patuh dan taat kepada peraturan yang dibuat oleh orang tua. Pola asuh otoriter akan mengakibatkan anak tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan karena anak harus mematuhi semua peraturan yang dibuat oleh orang tua. Walau terlihat wajar, namun perlakuan orang tua yang mendidik anak terlalu keras akan menimbulkan kekesalan yang terus menumpuk hingga suatu saat akan meledak. Selain itu, orang tua yang terlalu otoriter terhadap anak akan mengakibatkan anak merasa tidak bisa apa-apa, anak hanya menjalankan keinginan dari orang tuanya. Jika anak hanya menjalankan komando dari orang tuanya, maka anak akan merasa bahwa mereka memang harus selalu dikendalikan oleh orang tua karena mereka dianggap tidak mampu mengatur diri mereka sendiri. b. Pola Asuh Liberal
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Probins yang diterjemahkan oleh Abu Ahmadi (1991: 112) mengemukakan bahwa, “pola asuh liberal ditandai oleh adanya kebebasan anak-anak untuk bertindak dan berbuat”. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya agresif, tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil dan mempunyai sifat curiga. Pola asuh yang bersifat liberal biasanya menerapkan disiplin bebas. Dalam hal ini, orang tua biasanya membiarkan anak untuk bertindak menurut keinginannya dan tidak memberikan hukuman atas apa yang telah dilakukannya, sehingga bagi anak akan terasa sulit untuk memilih tindakan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Salah satu hal yang ditimbulkan oleh pola asuh orang tua yang bersifat liberal adalah anak tidak mengenal disiplin. Jika hal tersebut terbawa dalam kebiasaan dalam belajar, maka akan berakibat pada tingkat kedisiplinan belajar anak tersebut yang rendah. c. Pola Asuh Demokratis Menurut Elizabeth B. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) “pola asuh demokratis yaitu pola asuh orang tua yang ditandai sikap orang tua yang mau menerima, responsif dan sangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol”.
Dalam pola asuh ini orang tua selalu menggunakan
komunikasi atau hubungan timbal balik dengan anaknya. Peraturan yang berlaku merupakan peraturan yang dibuat atas dasar kesepakatan bersama.
Perasaan
memungkinkan
anak
mereka
yang untuk
merasa
diterima
memahami,
orang menerima
tuanya dan
mengaplikasikan pesan-pessan yang diasampaikan oleh orang tuanya. Selain itu, anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, perasaan dan apa yang menjadi keinginannya. Pola asuh demokratis ini berdampak pada perkembangan anak, anak akan lebih mandiri dan berpikir penuh inisiatif dalam setiap tindakannya. Kebebasan yang ada dalam keluarga dapat menjadikan commit to yang user baik dan memiliki pengendalian anak mempunyai sifat kerjasama
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diri yang lebih baik, kreatifitas lebih besar dan bersifat ramah kepad orang lain sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. Pola asuh ini sangat tepat apabila digunakan pada saat anak menginjak usia remaja karena pada masa remaja terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa sehingga dalam diri anak muncul banyak sekali goncangan-goncangan akibat belum sempurnanya perkembangan fisik dan psikis anak. Anak cenderung memiliki keinginan untuk melawan terhadap orang tua yang selalu mengekang sehingga dalam masa ini orang tua perlu menggunakan pola asuh demokratis agar anak tidak menganggap bahwa orang tua adalah orang yang harus galak tetapi orang yang mengerti akan dirinya. 3. Hubungan pola asuh orang tua dengan anak. a. Hubungan pola asuh Otoriter Zahara Idris dan Lisma jamal (1992: 89) menguraikan hubungan pola asuh otoriter adalah sebagai berikut: 1. Di rumah tangga, seorang anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dipengaruhi dan sering berbohong khususnya pada orang tuanya sendiri. 2. Anak terlalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada tempatnya dan tidak berani mengeluarkan pendapat. 3. Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak dengan mendapat persetujuan dari orang tua. 4. Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam hal apa saja sebab dia tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri. Dalam hal ini pola asuh dengan cara otoriter apabila ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam maka dapat menjadikan anak patuh dihadapan orang tua tetapi dibelakang orang tuanya anak tersebut akan menentang dan melawan orang tuanya. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
norma-norma dan menimbulkan persoalan serta kesulitan baik pada diri sendiri maupun orang lain. b. Hubungan pola asuh Demokratis Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 88) mengungkapkan bahwa hubungan dari pola asuh orang tua yang demokratis adalah: 1. Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2. Daya kreatif anak menjadi besar dan daya ciptanya kuat. 3. Sifat kerja sama, hubungan yang akrab, dan terbuka sangat cocok dengan perkembangan jiwa anak serta besar kemungkinannya dia akan berhasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Anak akan menerima orang tuanya sebagai orang tua yang wibawa 5. Anak mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu disenangi oleh teman-temannya baik di rumah maupun di luar rumah. Pola asuh dengan cara demokratis ini dapat mengakibatkan anak mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri. Apabila tingkah lakunya tidak dikehendaki orang lain, maka anak tersebut akan mampu untuk menunda dan menghargai tuntutan yang ada di lingkungannya sebagai sesuatu yang berbeda dengan norma-norma yang ada. c. Hubungan pola asuh Liberal Suherman (2000: 9) mengemukakan bahwa hubungan pola asuh orang tua yang liberal adalah: 1. Tidak mengenal tata tertib atau sopan santun. 2. Tidak mengenal disiplin. 3. Sering mengalami kecewa 4. Tidak dapat menghargai orang lain. 5. Lebih mementingkan diri sendiri (egois) 6. Mempunyai
keinginan
aneh
dan
tidak
kemampuannya. commit to kurang user harmonis 7. Hubungan dengan orang lain
sesuai
dengan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Sering menentang norma yang berlaku di masyarakat tempat tinggalnya. 9. Tidak menurut dan sulit diperintah. Salah satu hal yang ditimbulkanoleh pola asuh orang tua yang bersifat liberal adalah anak tidak mengenal disiplin. Jika hal tersebut terbawa dalam kebiasaan belajar maka akan mengakibatkan anak tersebut tidak disiplin dalam belajarnya dan prestasi anak juga akan menurun. f. Fungsi dan peran keluarga Bagi anak-anak, keluarga adalah suatu lingkungan yang berfungsi untuk membentuk kepribadiannya. Pengaruh keluarga dalam kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak-anak dapat diketahui dengan melihat fungsi dari keluarga itu sendiri. Su’adah (2005:109) mengatakan, keluarga memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu : a. fungsi biologis b. fungsi afeksi c. fungsi sosialisasi Menurut koentjaraningrat (1992:110-111) menyatakan, fungsi keluarga antara lain adalah : a. fungsi ekonomi b. fungsi perlindungan c. fungsi pendidikan berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga mencakup : a) fungsi biologis b) fungsi afeksi c) fungsi sosialisasi d) fungsi ekonomi e) fungsi perlindungan f) fungsi pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Tentang fungsi keluarga tersebut, dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut : a) Fungsi Biologis Fungsi biologis keluarga merupakan dasar kelangsungan hidup dalam masyarakat, karena akan dapat menghasilkan keturunan yang selanjutnya sebagai penerus dalam kehidupan masyarakat. Hubungan biologis suami istri akan dapat melahirkan anak dan mereka akan menjadi orang tua. b) Fungsi Afeksi Hubungan yang tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih sayang merupakan hubungan yang mendasari perkawinan. Dari hubungan tersebut akan lahir hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi serta persamaan pandangan nilai. c) Fungsi Sosialisasi Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, disamping tugasnya mengantarkan perkembangan individu juga mempersiapkan individu menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keluarga, anak akan mengadopsi kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan ide orang tua sehingga akan berfungsi dalam pembentukan kepribadiannya. d) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi keluarga yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan material lainnya. Keadaan ekonomi keluarga yang baik akan turut mendukung dan berperan dalam perkembangan anak, sehingga anak akan mengembangkan kecakapan yang dimilikinya. e) Fungsi Perlindungan Fungsi perlindungan diperlukan untuk melindungi anggota keluarga dari ancaman dari luar serta juga sebagai pengasuh dan pemelihara. Dengan perlindungan yang diberikan orang tua, anak akan merasa tenang. Wujud perlindungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya berwujud perlindungan lahir dan batin. Perlindungan lahir itu sendiri meliputi pemenuhan kebutuhan anak baik sandang, papan maupun pangan. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan perlindungan batin itu sendiri dapat berwujud pemberian rasa cinta dan kasih sayang serta perhatian orang tua kepada anak. f) Fungsi pendidikan Orang tua secara alami mempunyai peran sebagai pendidik anak-anaknya dari kecil hingga dewasa. Selain pendidikan kepribadian, orang tua juga memberikan bekal untuk mengikuti pendidikan formal. Di dalam keluarga anak juga diajarkan arti kasih sayang oleh orang tuanya, hal ini terlihat dari bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya. Dari pengertian interaksi sosial dan keluarga dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan interaksi dalam keluarga adalah hubungan timbal balik, saling mempengaruhi yang terjadi antaranggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dengan anak-anaknya. Dalam interaksi tersebut antaranggota keluarga saling memperhatikan serta merespon terhadap anggota keluarga yang lainnya. Interaksi dalam keluarga dibatasi pada hubungan antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antaranak yang meliputi perhatian, kasih sayang dan komunikasi. Keluarga dapat menjadi suatu sistem jaringan interaksi antarpribadi.
Sistem interaksi antarpribadi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 sistem interaksi antarpribadi
Sistem antarpribadi yang baik yaitu antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antara anak dan anak yang dilandasi rasa kasih sayang, saling pengertian, tolong menolong, saling menghormati dan saling memperhatikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
sehingga tercipta suasana rumah tangga yang tentram dan bahagia. Dengan demikian akan memperlancar keberhasilan belajar anak. Tetapi apabila suasana rumah terjadi konflik dan pertikaian akibatnya anak tidak dapat belajar dengan baik, karena belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi. Keretakan keluarga bagi anak dirasa sebagai hal yang sangat membingungkan sebab mereka kehilangan tempat berpijak dan tempat pegangan hidup. Adanya suatu masalah dalam rumah tangga seperti perceraian, dapat menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang. Suasana tersebut dapat menimbulkan hal-hal sebgai berikut : a) Rasa takut dan cemas bagi anak. b) Anak-anak menjadi tidak betah tinggal di rumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang. c) Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat menceritakan masalah yang dihadapi kepada keluarganya. d) Disiplin belajar dan konsentrasi belajar menjadi berkurang. Komunikasi antaranggota keluarga sangat diperlukan guna menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana keluarga yang harmonis, akan menyebabkan sistem interaksi antarpribadi yaitu antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antara anak dan anak dapat berjalan dengan baik, sehingga konflik antaranggota keluarga dapat dihindari. Peran keluarga Menurut Zahara idris dan Lisma Jamal (1992: 84) peranan orang tua terhadap pendidikan anak yaitu: a. Menurunkan sifat biologis atau susunan anatomi melalui hereditas (besar badan atau bentuk tubuh, warna kulit, dan warna mata), menurunkan susunan urat syaraf kapasistas intelegensi, motor and sensory equipment (alat-alat rasa dan gerak). b. Memberikan dasar-dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Menurut Gerungan WA (1996: 195) “peranan keluarga terhadap commit to user perkembangan adalah sebagai kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri senaai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya”. Pengalaman-pengalaman seorang anak dalam interaksi sosial di dalam keluarganya turut menentukan cara-cara tingkah laku anak terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya. Apabila interaksi sosial anak di dalam keluarga atau kelompok sosial lainnya tidak wajar, maka ada kemungkinan bahwa interaksi sosial di dalam masyarakat lainnya juga tidak wajar. Oleh karena itu peran keluarga dalam mendidik anaknya agar dapat berinteraksi dengan baik sangat penting di dalam menempuh kehidupan di dalam masyarakat yang sesungguhnya. Di dalam sebuah keluarga, orang tua sangat berperan dalam pembentukan fisik maupun mental seorang anak. Orang tua yang mengerti akan perannya di dalam keluarga dan mampu memehuni kebutuhan yang diperlukan anak dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah mampu menjalankan perannya sebagai orang tua yang baik. g. Hubungan antara orang tua dengan anak Berkumpulnya anggota keluarga menunjukkan pentingnya hubungan dalam keluarga. Menurut T.O Ihromi (1999:100) menyatakan, “hubungan dalam keluarga bisa dilihat dari : 1. Hubungan suami-istri 2. Hubungan orang tua-anak 3. Hubungan antar saudara (siblings) Lebih jelasnya mengenai hubungan dalam keluarga, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hubungan suami-istri Hubungan suami istri lebih didasarkan atas pengertian dan kasih sayang timbale balik serta kesepakatan. Tugas suami adalah menjadi kepala keluarga dan mencari nafkah untuk istri serta anak. Sedangkan tugas istri adalah mengurus keluarga, anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah. 2. Hubungan orang tua-anak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
Orang tua bertanggungjawab atas anak yaitu mendidik, melindungi serta memberikan kasih sayang. Kehadiran anak mendorong komunikasi antara suami dan istri dalam menciptakan keharmonisan dalam keluarga. 3. Hubungan antarsaudara Dalam hubungan interaksi antarsaudara dalam sebuah keluarga diperlukan adanya saling pengertian diantara para anak tersebut. Apabila hubungan antarsaudara tersebut baik, maka akan dapat menciptakan suasanan yang nyaman di dalam rumah. Hal ini akan mendorong terciptanya kerjasama. Misalnya dalam hal belajar, apabila salah seorang anak ada yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka anggota keluarga yang lain dapat membantunya. Hubungan orang tua terhadap anaknya merupakan salah satu bentuk interaksi yang sangat dibutuhkan dalam keluarga. Upaya membesarkan, mengarahkan, dan mendidik anak bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu diperlukan interaksi yang baik dalam keluarga tersebut. Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hubungan interaksi anak dalam keluarga dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut. Hal ini dikarenakan pendidikan yang diperoleh seorang anak pertama kali adalah di dalam keluarga. Hubungan interaksi antara orang tua dan anak sangat menentukan proses sosialisai anak. Sikap orang tua tidak hanya mempunyai pengaruh kuat pada hubungan keluarga tetapi juga pada sikap dan perilaku anak dan hal tersebut juga akan berdampak pada kedisiplinan anak dalam belajar. h. Validitas interaksi anak dalam keluarga Keluarga adalah tempat dimana orang tua mengasuh anaknya serta tempat pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan perhatian. interaksi dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga. Dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga akan menciptakan hubungan yang harmonis, saling terbuka satu sama lain, saling pengertian, penuh commit to user kasih sayang sehingga anak merasa nyaman tinggal di rumah. Dengan adanya
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
interaksi yang baik di dalam keluarga tersebut seorang anak dapat menumbuhkan kedisiplinan dalam belajarnya. Indikator interaksi anak dalam keluarga di sini dapat merujuk pada bagaimana komunikasi antar anggota keluarga tersebut baik itu komunikasi antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, maupun maupun antaranak. Komunikasi yang dimaksud bukan hanya komunikasi dua arah tapi dapat dilihat juga dengan bagaimana anggota keluarga tersebut memberikan perhatian, kasih sayangnya kepada angota keluarga yang lain. Apabila hal tersebut terjalin dengan baik, maka dapat dikatakan interaksi antar anggota keluarga tersebut juga baik.
3.
Pemanfaatan Sumber Belajar
a. Pengertian Sumber Belajar Pada hakekatnya sumber belajar merupakan sekumpulan bahan atau situasi yang sengaja diciptakan dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara nyaman. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003:77) “Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya”. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Seperti contoh guru, buku pelajaran, majalah, Koran, televisi, dan internet. Sri Joko Yunanto (2004 : 20) menyatakan bahwa “sumber belajar adalah bahan yang mencakup media belajar, alat peraga, alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak yang berperan untuk mendampingi anak dalam belajar. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak sekali sumber belajar disekitar kita yang semuanya tersebut dapat membantu serta memudahkan kita dalam belajar. Sumber belajar ini dapat berupa tulisan (tulisan tangan atau hasil cetak), gambar, foto, narasumber, benda-benda alamiah, dan benda-benda hasil budaya. Dengan tersedianya berbagai sumber belajar diharapkan dapat menumbuhkan kedisiplinan anak dalam belajar. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Association Educational Comunication and Tehnology (AECT)
(Internet,
http://belalangtue.wordpress.com/pengertian-sumber-
belajar/ yang diambil 9 juni 2011) Sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
belajar,
baik
secara
terpisah
maupun
terkombinasi
sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sudjana (2008) (Internet, http://purwanto.web.id/wp-content/sumber-belajar-dapat-dari-bermacam.pdf. yang diambil 9 juni 2011) menuliskan bahwa pengertian Sumber Belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahakan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber belajar merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan siswa yang mampu memudahkan siswa dalam belajar. Dalam arti sempit sumber belajar dapat berupa bahan-bahan cetak, sedangkan dalam arti luas sumber belajar dalam diartikan sebagai daya yang bisa dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini sebenarnya terdapat banyak sekali sumber belajar namun banyak siswa yang belum dapat memanfaatkannya. b. Macam-macam sumber belajar Menurut Association Educational Comunication and Tehnology (AECT)
(Internet,
http://belalangtue.wordpress.com/pengertian-sumber-
belajar/ yang diambil 9 juni 2011) “Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) dan sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)” 1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT).
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain. Menurut Sri Joko Yunanto (2004: 24) Sumber belajar dapat berupa hasil cetak, rekaman, dan narasumber atau orang. Secara garis besar, sumber belajar dapat dibedakan menjadi tujuh, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. a)
Lingkungan Alam Lingkungan Sosial Lingkungan Budaya Media Hasil Cetak Realita Produk Pabrik Lingkungan Alam Sumber belajar yang masuk dalam kelompok ini merupakan tempat atau alam bebas yang dapat memberikan informasi langsung kepada anak. Alam menyediakan banyak hal yang dapat dipelajari anak. Misalnya anak dapat belajar langsung mengenai tanaman, hewan, tanah, batu, suhu udara, sungai, pegunungan, gunung, air dan sebagainya.
b) Lingkungan Sosial Sumber belajar ini lebih menekankan tempat hasil karya manusia, dan di dalamnya terdapat aktivitas hubungan manusia. Misalnya, anak dapat langsung bertemu dengan guru (sebagai narasumber) untuk bertanya tentang pelajaran matematika, anak juga dapat bertemu langsung dengan pak tani untuk mengetahui proses penanaman padi, c) Lingkungan Budaya Lingkungan
budaya
merupakan
sumber
belajar
yang
lebih
menekankan pada hasil kebudayaan yang diciptakan oleh manusia. Sumber commit to user belajar ini merupakan sesuatu yang sudah melekat dalam masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
dipelihara atau dirawat oleh masyarakat tersebut. Contoh dari sumber belajar lingkungan budaya tersebut adalah rumah adat, pakaian adat, tarian daerah, dan peninggalan sejarah berupa candi, vihara, pura, masjid, klenteng, punden berundak yang disimpan di museum dapat menjadi sumber belajar konkrit bagi anak. Sedangkan yang berwujud tidak konkrit adalah nilai-nilai, gagasan dan lain sebagainya. d) Media Media merupakan sumber belajar yang sering digunakan oleh seseorang. Selain mudah didapat, sumber belajar ini juga sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Contoh dari sumber belajar media adalah kaset, VCD, acara TV, dan radio merupakan sumber belajar berupa audio visual. Sementara gambar, foto, film, video dapat dikelompokkan dalam sumber belajar visual. Kaset dan CD banyak membantu kita untuk digunakan sebagai media belajar. e) Hasil Cetak Sumber belajar hasil cetak merupkan sumber belajar yang berupa cetakan. Sumber belajar ini juga mudah didapatkan dan harganya juga relatif murah. Contoh dari sumber belajar dari hasil cetak ini adalah koran, majalah, buku, brosur, leaflet merupakan sumber belajar penting bagi anak. Sumber belajar ini dapat memberikan banyak informasi kepada anak. Misalnya tentang peristiwa tertentu, tempat, bahkan iklan, dan data-data lainnya. f) Realita Realita merupakan sumber belajar yang alami, artinya sumber belajar ini tidak sengaja dibuat oleh manusia. Sumber belajar ini ada secara alami dan bentuknya sangat beragam. Contoh dari sumber belajar ini adalah kerang-kerangan, batu-batuan, bunga-bungaan, dapat menjadi sumber belajar yang memberi informasi penting bagi perkembangan anak. Warnawarna batu dan jenis-jenis batu dapat memberi khasanah pengetahuan bagi anak. Begitupun dengan bunga dan kerang, jika dapat digunakan commit to user berdasarkan konteks kegiatan belajar akan menjadi sumber belajar yang
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak sekedar indah untuk dipandang, namun sekaligus memberikan pengetahuan yang kadang tidak cukup untuk sekedar deceramahkan. g) Produk Pabrik Produk pabrik dapat memberikan informasi, minimal memberikan gambaran kemajuan teknologi Negara produsennya. Misalnya, bonekaboneka yang lebih banyak dibuat oleh Negara RRC. Selain itu lewat produk pabrik dapat lebih diketahui sebagai informasi tentang negara itu, baik lokasinya di dalam peta, geografisnya, penduduknya, dan sebagainya. c. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan Menurut
Zaitun
Y.A
Kherid
(2009:
9)
(Internet,
http://belalangtue.wordpress.com/pengertian-sumber-belajar/ yang diambil 9 juni 2011)menjelaskan bahwa ada beberapa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Beberapa sumber belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan tersebut adalah : 1. Perpustakaan 2. Media Belajar atau Alat Peraga 3. Majalah Dinding 4. sumber lainnya
1. perpustakaan Selama ini, perpustakan di sekolah hanya sebagai pelengkap. Padahal, keberadaannya sangat penting sebagai salah satu sumber belajar. Perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa, sarana pencarian pengetahuan atau informasi dan perpustakan juga dapat digunakan sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antara kelompok belajar. Oleh karena itu sebuah perpustakaan harus memenuhi persyaratan minimal yang meliputi, pertama, perpustakan dikelola secara baik. Kedua, tersedianya literatur (sumber bacaan) baik berupa buku pelajaran, berbagai bacaan, majalah, kamus ensiklopedi dsb. Ketiga, memiliki ruang atau user tempat yang memadai dancommit nyamantosehingga siswa betah berlama-lama di
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan. Keempat, kemudahan siswa untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada di perpustakaan untuk menunjang proses pembelajaran. 2. Media Belajar atau Alat Peraga Media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bisa digunakan untuk membantu dalam penyamapaian materi pembelajaran. Media tersebut baik dibuat sendiri maupun kaya orang lain.
Berbagai
media yang ada perlu digunakan secara optimal dan tentu saja harus dipelihara dan dijaga kelayakannya. Media yang perlu dipertimbangkan untuk dimiliki terutama media elektronik. Biasanya dengan menggunakan media seperti ini pembelajaran akan lebih hidup dan siswa pun lebih antusias mengikutinya. Berbagai media seperti slide film, proyektor, VCD dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai sumber belajar. 3. Majalah Dinding Sumber belajar ini layak dipertimbangkan terutama bagi pembelajaran Bahasa. Majalah dinding (madding) dapat menjadi sarana penyebar informasi atau pengetahuan dari hasil karya siswa baik berupa karangan, puisi, cerpen dan lain sebagainya. Di samping itu mading bisa menjadi motivasi bagi siswa untuk senang membaca, terdorong berkarya sekaligus bisa saling belajar atau menilai antar karya satu dengan yang lainnya. Dalam pengelolaannya perlu bimbingan dan pembinaan dari guru terutama guru bahasa. Sedangkan dalam pelaksanaannya bisa dibentuk sebuah pengurus mading di tiap kelas atau tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola mading secara baik dan berkesinambungan. 4. Sumber lainnya Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah tergelar di sekililing sekolah dan masyarakat. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan berada di masyarakat misalnya: 1) Mengunjungi museum sesuai dengan materi (museum uang, museum commit to user sejarah atau museum hewan)
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Study tour mengunjungi gedung geologi, lembaga pemasyarakatan atau lembaga pemerintahan 3) Mengunjungi tempat ibadah, pasar, mal (tempat belanja). 4) Mendatangkan tokoh untuk diskusi (polisi dan dokter membahas narkoba, anggota DPR membahas pemerintahan daerah dan lain sebagainya) serta berbagai alternatif sumber belajar lain yang tentu masih banyak. Keberadaan guru dalam perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran menjadi cukup penting dan akan menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Artinya sejauh mana kemauan dan usaha guru yang bersangkutan. d. Pemilihan Sumber Balajar Menurut Dewi Salma (2002: 66) pemilihan sumber belajar yang tepat ditentukan oleh: 1. Situasi pembelajaran, dalam situasi pembelajaran, apakah sistem penyampaian ditujukan oleh seorang peserta didik atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak jauh. 2. Peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar, usia, dan minat. 3. Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik. 4. Ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar. 5. Kemampuan pengajar untuk menggunakannya jika akan digunakan dalam KBM dengan pola konvensional. Upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena dengan penggunaan sumber belajar akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Zaitun Y.A Kherid (2009: 9) (Internet, http: //belalangtue.wordpress.com /pengertian-sumber-belajar/ yang diambil 9 juni 2011) mengemukakan bahwa Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan ketika akan memilih sumber belajar, yaitu : 1. Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya). 2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya. 3. Fleksibel dan luwes, maksudnya kaku dalam perencanaan sekaligus committidak to user pelaksanaannya.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Sumber belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia. 5. Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa. 6. Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya. Dari uraian di atas maka dapat peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan sumber belajar yang tepat penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna.
Untuk
memilih
sumber
belajar
yang
tepat
harus
mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media tersebut. Apakah untuk tujuan hiburan, informasi, memperjelas dan sebagainya. Kedua, familiaritas media yang artinya harus mengenal sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih. Ketiga, adanya sejumlah media yang dapat diperbandingkan, sebab memilih media atau sumber belajar pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari berbagai alternatif pemecahan. Sumber belajar yang akan digunakan sebaiknya sesuai dengan maksud dan tujuan, seperti hiburan, informasi, deskriptif, dan sebagainya. Sumber belajar juga harus diketahui ciri dan sifatnya
untuk memperbandingkan
beberapa sumber belajar yang lebih sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. e. Sumber belajar dan pengorganisasian kegiatan belajar Keanekaragaman dan sebaran sumber belajar akan dapat berdayaguna secara optimal apabila dapat dengan mudah diakses di dalam proses belajar. Oleh karenanya perlu ada persiapan sebelum proses belajar dimulai. Menurut Sri Joko Yunanto (2004: 32) Persiapan ini meliputi “pertama inventarisasi sumber belajar yang ada, kedua perlunya ruang belajar yang mendukung (dalam hal ini ruang kelas bukan satu-satunya ruang belajar anak), ketiga perlunya pengorganisasian yang memberi situasi kondusif dalam melakukan kegiatan belajar”. 1. Inventarisasi Sumber Belajar Inventarisasi ini dapat dimulai dengan mengelompokan sumber belajar berdasarkan tempat. Artinya perlu dipilih mana sumber belajar yang dapat diakses di dalam ruangan commit dan mana sumber belajar yang hanya dapat to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
diakses di luar ruangan. Sumber belajar yang bisa diakses di dalam ruangan perlu kembali dilihat dan diberi catatan berdasarkan kebutuhan, mata pelajaran, atau bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Khusus sumber belajar yang berada di luar ruangan dapat dikategorikan mulai dari yang paling dekat dan dilanjutkan pada sumber belajar yang semakin jauh. Kemudian dapat dilanjutkan dengan mencermati satu per satu tingkat kesulitan dalam mengakses sumber belajar tersebut. Inventarisasi ini sangat penting dan mendukung di dalam mengelola sumber belajar. Maka tinggal melengkapi mana yang kurang dan mana yang belum dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar. Ketelitian dan kreativitas pendidik sangat mendukung kegiatan inventarisasi ini. Dengan kegiatan ini guru, orang tua, pendidik, pengasuh anak, pemerhati pendidikan mendapat stimulus untuk mendapatkan sumber belajar tersebut. 2. Ruang belajar yang mendukung Ruang belajar yang dimaksud disini tidak terbatas di dalam kelas. Kegiatan belajar dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, di rumah atau di mana saja. Namun demikian, harus ada alasan yang mendukung atas pilihan ruang kegiatan tersebut. Yakni, sejauh hal itu mendukung terciptanya suasana yang kondusif terhadap keberlangsungan kegiatan belajar. Dalam hal ini anak perlu dilibatkan dalam Persiapan pemilihan tempat dan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan demikian anak ikut diberi tanggungjawab ketika kegiatan berlangsung. Jika perlu, tata tertib dan aturan mainnya bisa disepakati oleh anak sendiri atas fasilitas orang dewasa yang sedang mendampingi anak. 3. Pengorganisasian kegiatan belajar Pengorganisasian kegiatan belajar menjadi prasyarat penting untuk terjadinya interaksi antara siswa-siswa –guru-sumber belajar, atau antara orang dewasa-anak-anak. Interaksi atau dialog yang dimaksud tetap berpusat pada anak. Ini berarti guru dan orang dewsa lebih berfungsi sebagai fasilitator sementara sumber belajar cukup tersedia sehingga member commit to usermudah melakukan proses belajar. keleluasaan kepada anak untuk semakin
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Pengorganisasian ini dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Di sekolah Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian di sekolah adalah: 1) Sebaran perhatian guru Dalam proses kegiatan belajar terdapat dua subjek yang tidak dapat berdiri tunggal, yakni guru dan siswa. Guru perlu mengetahui siswa secara pribadi. Artinya, masing-masing potensi yang ada pada siswa perlu dipantau dan dicatat perkembangannya. 2) Mobilitas guru dan siswa Ruang gerak guru sebaiknya diatur dan disesuaikan dengan tata letak fisik seperti bangku, papan tulis, rak, sumber belajar, dan kegiatan yang dilakukan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat melakukan kegiatan belajarnya dengan aktif dan mandiri. Sementara guru melakkukan pendampingan ketikan siswa menemui persoalan dan membutuhkan panduan dari guru. 3) Interaksi guru dan siswa Interaksi dalam kegiatan belajar sebaiknya berlangsung antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Oleh karenanya perlu disuasanakan agar interaksi tersebut tidak menimbulkan tubrukan kepentingan. Justru sebaliknya, kepentingan tersebut diorganisir sedemikian rupa, sehingga antara siswa dan guru, serta siswa dan siswa dapat saling mendukung kegiatan yang berlangsung. b. Di rumah Pada dasarnya melakukan kegiatan belajar di sekolah ataupun di rumah tidak banyak berbeda. Di rumah orang tua, pengasuh anak, atau orang dewasa yang sedang mendampingi anak perlu menggunakan prinsip-prinsip, yaitu ; 1) Anak perlu diperhatikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Perhatian kepada anak menjadi kunci keberhasilan kegiatan belajar. Namun perhatian yang dimaksud bukanlah memanjakan anak. Perhatian jangan sampai menyebabkan anak tergantung. Perhatian kepada anak perlu supaya anak merasa senang dan terpandu dalam melakukan kegiatan. Perhatian yang proporsional akan memunculkan motivasi atau semngat belajar anak sehingga anak menjadi disiplin dalam belajar. 2) Fasilitas belajar sebaiknya disediakan dalam ruangan khusus Fasilitas belajar sedapat mungkin disediakan dalam ruangan khusus. Hal ini akan mempermudah pendampingan terhadap anak dalam aktivitas permainan edukatif. Namun jika tidak memungkinkan, perabot rumah seperti almari, rak, pintu, dan aktivitas keseharian dapat dipakai asal dengan pertimbangan edukasi. 3) Melonggarkan waktu kegiatan belajar di rumah Di rumah setiap waktu dapat digunakan untuk melakukan kegiatan belajar dengan tidak meniggalkan pertimbangan member keleluasaan dan kebebasan anak dalam melakukan kegiatan belajar. f. Fungsi dan manfaat sumber belajar Menurut Akhmad Sudrajat, (2008) (Internet, http://purwanto.web.id/wpcontent/sumber-belajar-dapat-dari-bermacam.pdf. yang diambil 9 juni 2011) sumber belajar memiliki fungsi 1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) Meningkatkan kemampuan sumber belajar; commit to secara user lebih kongkrit. (b) Penyajian informasi dan bahan
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Sedangkan menurut Faisal (2009) (Internet, http://purwanto.web.id/wpcontent/sumber-belajar-dapat-dari-bermacam.pdf. yang diambil 9 juni 2011) manfaat yang ditimbulkan dari adanya sumber belajar bagi pendidikan antara lain : 1. Mempercepat dan mempermudah alih ilmu pengetahuan. Dengan adanya sumber belajar, maka guru lebih mudah dalam menstransfer ilmunya kepada siswa. Hal ini dikarenakan sumber belajar dapat membantu guru dalam memberikan materi pelajaran 2. Proses pembelajaran lebih menarik. Melalui sumber belajar pembelajaran tidak monoton dan jenuh karena dalam sumber belajar ada hal-hal baru yang variatif dan inovatif. 3. Mendorong siswa untuk lebih aktif mencari ilmu pengetahuan. Melalui sumber belajar, siswa dapat mencari dan mengembangkan ilmu sebanyak-banyaknya. Dengan adanya sumber belaja, siswa tidak hanya dapat belajar di dalam kelas, tapi juga dapat menggali ilmu di luar kelas, bahkan di luar sekolah. 4. Mempermudah penjelasan konsep. Selama ini dalam materi atau bahan pelajaran disampaikan melalui metode ceramah. Dengan adanya sumber belajar atau media belajar, guru bisa menyampaikan konsep atau materi secara audiovisual. Pelajaran lebih nyata dan jelas, sehingga mempermudah pemahaman siswa. Hal ini dapat menghindari kebingungan pada diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung. 5. Pembelajaran lebih konseptual. Melalui sumber belajar, guru dapat mengkonsep materi pelajaran sebelum diberikan kepada siswa, sehingga dalam pembelajarnnya kelak materi dapat tersampaikan dengan baik. g. Validitas pemanfaatan Sumber belajar Sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu atau sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) dan sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)” yangtodapat commit user digunakan siswa dalam belajar,
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam belajar. Indikator pemanfaatan sumber belajar dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan anak memanfaatkan sumber belajar yang tersedia untuk memudahkan belajarnya. Yang meliputi Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar Pemanfaatan hasil cetak sebagai sumber belajar, pemanfaatan media sebagai sumber belajar, pemanfaatn perpustakaan sebagai sumber belajar
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian dari Any Mawar Tanjung, yang berjudul “Hubungan antara Interaksi anak Dalam Keluarga dan Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas X Reguler Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008”. Dengan kesimpulan ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi anak dalam keluarga dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X Reguler Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Kartasura. Ada hubungan positif yang signifikan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X Reguler Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Kartasura. Ada hubungan positif yang signifikan secara bersama antara interaksi anak dalam keluarga dan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X Reguler Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Kartasura. Penelitian dari Ika Pujiastuti, yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kualitas Guru Sosiologi dalam Mengajar Dan Pemanfaatan Sumber Belajar Dengan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas XI Semester Genap Di SMA N 4 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007”. Dengan kesimpulan ada hubungan positif yang signifikan antara Persepsi Siswa Tentang Kualitas Guru Sosiologi dalam Mengajar dengan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas XI Semester Genap Di SMA N 4 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Ada hubungan positif yang signifikan antara Pemanfaatan Sumber commit Belajar to user Dengan Sikap Siswa Terhadap
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas XI Semester Genap Di SMA N 4 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Ada hubungan positif yang signifikan secara bersama antara Persepsi Siswa Tentang Kualitas Guru Sosiologi dalam Mengajar Dan Pemanfaatan Sumber Belajar Dengan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas XI Semester Genap Di SMA N 4 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan suatu jalur alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian yang dikaji. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : Keluarga merupakan tempat pertama kalinya seorang anak memperoleh suatu pendidikan, di dalam keluarga juga seorang anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Menurut Gerungan W.A (1996: 57) mendefinisikan interaksi sebagai berikut: “interaksi sosial adalah suatu hubungan dua atau lebih manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya atau sebaliknya”. Sementara menurut Bruce J Cohen (1992: 172) menyatakan “Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak-saudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya”. Dari pengertian interaksi dan pengertian keluarga di atas, dapat diketahui bahwa interaksi dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga. Dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga akan menciptakan hubungan yang harmonis, saling terbuka satu sama lain, saling pengertian, penuh kasih sayang. Di dalam belajar dibutuhkan ketenangan dan konsentrasi. Dengan adanya ketenangan dan konsentrasi yang tinggi seorang anak dapat belajar dengan baik. Ketenangan dan konsentrasi tersebut akan tercipta apabila di dalam keluarga tersebut terjalin interaksi yang commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik. oleh karena itu suasana keluarga memungkinkan anak dapat disiplin dalam belajar. Dalam sebuah pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan sumber balajar yang mendukung. Selain itu sumber balajar yang sudah ada harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajarn dimungkinkan mempunyai hubungan dengan tingkat disiplin belajar anak. Keberagaman sumber belajar yang meliputi orang, bahan, alat dan lingkungan akan dapat mempengaruhi tingkat disiplin anak dalam belajar. Semakin beragam sumber belajar yang ada akan mampu meningkatkan disiplin anak dalam belajar. Anak
yang
mempunyai
sumber
belajar
yang
lengkap
dan
mampu
memanfaatkannya akan berbeda tingkat disiplin belajarnya dengan anak yang tidak mempunyai sumber belajar yang lengkap. Dari uraian di atas memungkinkan bahwa siswa yang berinteraksi dengan baik dalam keluarga akan memiliki kedisiplinan belajar yang baik. Siswa yang mempunyai dan dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dimungkinkan dapat mendorong anak tersebut untuk lebih disiplin dalam belajar pula. Siswa yang berinteraksi dengan baik dalam keluarga dan mempunyai serta dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada memungkinkan mempunyai disiplin belajar yang tinggi. Sehingga kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Interaksi Anak dalam Keluarga X1 Disiplin Belajar Y Pemanfaatan Sumber Belajar X2
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diambil kesimpulan sementara sebagai hipotesis penelitian yaitu : 1. Ada hubungan
yang positif dan signifikan antara interaksi anak dalam
keluarga dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplinan belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali. 3. Ada hubungan
yang positif
dan signifikan antara interaksi anak dalam
keluarga dan pemanfaatan sumber belajar secara bersama dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan faktor yang mendukung keberhasilan suatu penelitian. Dalam hal ini seorang peneliti dituntut untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Penggunaan metode peneliltian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Consuelo (1993: 40) mengatakan bahwa “terdapat lima macam metode penelitian, yaitu: metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperimen, metode penelitian ex post facto, dan metode penelitian partisipatori”. 1. Metode historis Metode historis yaitu suatu cara penelusuran terhadap kebudayaan serta struktur masyarakat yang elah lampau, kemudian diambil contohnya untuk masa yang akan datang. 2. Metode deskriptif Metode deskriptif yaitu metode yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. 3. Metode eksperimen Metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan disuatu tempat tertentu dimana peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada obyek secara umum kemudian diamati hasilnya. 4. Metode penelitian ex post facto Metode penelitian ex post facto yaitu metode yang dilakukan dalam penelitian yang berlangsung sepanjang waktu, namun bekerja mundur dengan mempergunakan data yang telah dicatat. 5. Metode penelitian partisipatori Metode penelitian partisipatori yaitu metode penelitian yang ditujukan untuk mengumpulkan pengetahuan baru dengan orang-orang (sebagai patisipan) yang commit to user mampu menetapkan pengetahuan tersebut.
59
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan rancangan analisis statistik. Hal ini dikarenakan masalah yang diteliti dalam penelitian ini merupakan masalah aktual yang ada masa sekarang. Yaitu membahas tentang interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar anak.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolali yang beralamat di Jl. Kates No 8 Boyolali. SMA Negeri 1 Boyolali merupakan satu-satunya SMA bertaraf internasional yang terdapat di daerah Boyolali. Di SMA Negeri 1 Boyolali ini sudah mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, hal ini terlihat dari tersedianya peralengkapan pembelajaran dan media pembelajaran yang membantu siswa dalam belajar. Peneliti memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena SMA Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang bertaraf internasional yang mempunyai banyak sumber belajar yang baik dan menunjang siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang membahas tentang pemanfaatan sumber belajar anak. Selain itu alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena peneliti sedikit banyak sudah mengetahui keadaan SMA Negeri 1 Boyolali sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, waktu penelitian yang direncanakan adalah kurang lebih dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 . Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti merupakan masalah yang sangat penting. Populasi dalam suatu penelitian merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek yang diselidiki tentang aspek-aspek yang ada dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspek interaksi anak dalam keluarga, aspek sumber belajar dan disiplin belajar anak. Suharsimi Arikunto (2002:108) mengemukakan bahwa: ”populasi penelitian adalah keseluruhan dari subyek yang diteliti”. Ditambahkan oleh Sutrisno Hadi (1995:43) bahwa “populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa polulasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama, dan kemudian ditarik kesimpulannya dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 64 siswa. 2. Sampel Dalam sebuah penelitian, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif yang dapat mewakili populasi. Sudjana (1996:161) berpendapat bahwa, “sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Sugiarto (2001:4) “sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-cirinya dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri keberadaan populasi yang sebenarnya”. Winarno Surakhmad (2004:100) menyatakan bahwa “Untuk pedoman umum dapat dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen dengan jumlah populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50 %, dan di atas 100 dapat diambil sampel sebesar 15-20 %. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila sampel yang diambil semakin besar, maka hasil yang diperoleh semakin valid dan memuaskan. Donal Ary (1982: 198) menyatakan bahwa “Besarnya sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar mungkin namun disarankan agar penulis memasukkan sedikitnya 30 subyek ke dalam sampelnya, karena jumlah ini memungkinkan penggunaan statistik sampel besar. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan sampel sebanyak 50 % dari populasi yang berjumlah 64. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32. 3. Teknik Pengambilan Sampel Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009:251) mengatakan “Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling”. Sedangkan Sugiyono (2008:116) berpendapat bahwa “Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Ada dua macam teknik sampling yaitu: a. Teknik Random Sampling Random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara individu maupun bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. b. Teknik Non Random Sampling Teknik non random sampling merupakan teknik pengambilan sampel to user diberi kesempatan yang sama dimana tidak semua individu commit dalam populasi
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
untuk digunakan menjadi anggota sampel. Menurut Sutrisno Hadi (2001:81-86) teknik ini ada beberapa macam yaitu: 1. Proporsional Sampling Proporsional sampling adalah sampel yang terdiri dari sub-sub sampel yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub-sub populasi. Dalam proporsional sampling ini besar kecilnya sub populasi dan individu yang dituliskan dalam tiap-tiap sub populasi. 2. Stratified sampling Stratified sampling adalah sampling yang memperhatikan stratumstratum dalam populasi. Stratified sampling biasa digunakan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat. 3. Purposive Sampling Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 4. Quota Sampling Quota sampling yaitu jumlah subyek yang akan diteliti ditetapkan terlebih dahulu jumlah sampelnya. Ciri pokok dari quota smpling adalah jumlah subjek yang akan ditetapkan sudah terpenuhi. 5. Area Probability Sampling Area probability sampling merupakan salah satu sampling yang juga kerap kali digunakan untuk penelitian sosial termasuk penelitian pendidikan. Area probability sampling membagi daerah-daerah populasi kedalam subsub daerah, dan dari sub-sub daerah ini dibagi menjadi daerah yang lebih kecil. 6. Cluster Sampling Dalam cluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu-individu, melainkan dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Sampling ini merupakan kelompok yang lebih kecil dari pada group commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sampling, dan mempunyai kesamaan hakekat dengan area probability sampling. 7. Double Sampling Double Sampling sangat baik untuk penelitian yang menggunakan angket yang dikirim dengan pos sebagai usaha penampungan bagi mereka yang
tidak
mengembalikan
daftar
angket.
Mereka
yang
telah
mengembalikan daftar angket dimasukkan kedalam sampel pertama, dan mereka yang tidak mengembalikan dimasukkan kedalam sampel kedua. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik Cluster proporsional random sampling. Cluster Proporsional Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan proporsi sampel dimana satuansatuan sampel tidak terdiri dari individu-individu, melainkan dari kelompokkelompok individu atau cluster. Sampling ini merupakan kelompok yang lebih kecil dari pada group sampling, dan mempunyai kesamaan hakekat dengan area probability sampling. Alasan digunakan teknik Cluster proporsional random sampling ini dikarenakan sampel terbagi dalam beberapa kelas dan sampel diambil berdasar proporsi. C. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Sumadi Surya Brata (2002: 84) menjelaskan “kualitas penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat ukurnya”. Di dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua cara, yaitu teknik pokok dan teknik bantu. Teknik pokok di sini yang penulis maksud adalah tekink yang menjadi andalan dalam pengumpulan data. Yang menjadi teknik pokok dalam penelitian ini adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan angket. Sedangkan yang dimaksud teknik bantu dalam penelitian ini adalah teknik cadangan yang dapat menunjang atau melengkapi teknik pokok. Adapun teknik bantu dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sumber Data Menurut Sonny Sumarsono (2005:69) menyatakan bahwa sumber data dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Data primer adalah data yang langsung diperoleh oleh pengumpul data dari objek risetnya. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai interaksi anak dalam keluarga, sumber belajar dan disiplin belajar yang di ambil melalui angket dari siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali. 2) Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh suatu data mengenai masalah yang ditelitinya. Menurut Consuelo (1993: 198) mengemukakan bahwa “ada tiga metode yang biasa digunakan dalam pengumpulan data penelitian yaitu: (1) metode pengamatan, (2) metode pertanyaan, (3) metode pengukuran”. 1. metode pengamatan Metode pengamatan adalah suatu proses dimana peneliti atau pengamat melihat situasi dimana peneliti tersebut melakukan penelitian. Dalam metode pengamatan ini peneliti mengamati kondisi penelitian yang hendak ditelitinya. Dalam menggunakan metode ini peneliti harus cermat dalam mengamati setiap kejadian yang terjadi di tempat pengamatan tersebut. 2. metode pertanyaan Metode pertanyaan yaitu suatu metode dalam pengumpulan data dengan menggunakan berbagai macam pertanyaan dalam proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Metode pertanyaan akan lebih reliabel apabila pertanyaan-pertanyaan dibuat sebelumnya dan bila sampel pertanyaan yang disiapkan cukup mewakili semua pertanyaan yang diperlukan dalam masalah penelitian. 3. metode pengukuran
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pengukuran yaitu metode dalam pengumpulan data dengan menggunakan tes atau ujian. Pada metode ini yang dibahas adalah objektivitas pengukuran, dalam hal ini adalah pemberian skor atas jawaban yang diberikan dan bukan mengenai tipe soal yang diberikan. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pertanyaan, yaitu dengan menggunakan angket dan dokumentasi. 1. Angket a. Pengertian angket Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) menyatakan bahwa : “angket atau kuesioner adalah daftar sejumlah peryanyaan pertanyaan tertulis yang dikemukakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya”. Sedangkan menurut Sanafiah Faisal (2003:122) menyatakan “angket adalah alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis ditujukan kepada subjek atau responden penelitian”. Dari beberapa pengertian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis, yang ditujukan kepada responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. b. Jenis-jenis angket Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Kartini Kartono (1990:224) membedakan angket menjadi dua jenis, yaitu : 1. Angket langsung. Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang dimintai informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi, keyakinan, minat dan sebagainya. 2. Angket tidak langsung. Angket ini diberikan kepada tesponden untuk menilai keadaan psikis orang lain. Nasution (2003:129) membagi angket berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan. Angket ini dibedakan menajadi tiga jenis, yaitu : commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga tesponden tinggal men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. 2. Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. 3. Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab disamping di luar jawaban yang tersedia. Berdasarkan jenis-jenis angket yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan jenis angket sebagai berikut : 1. Angket tertutup, karena dipandang dari cara menjawabnya yaitu pada penelitian ini penulis menyediakan jawaban dan responden tinggal mengisi dengan cara memilih jawaban yang paling tepat dan sesuai keadaan dirinya. 2. Angket langsung, karena dipandang dari cara penyampaiannya yang langsung diberikan kepada responden. c. Langkah-langkah penyusunan angket 1. menetapkan tujuan Dalam penelitian ini, angket disusun dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar anak. 2. mendefinisikan indikator –indikator berdasarkan deginisi oprasional dari variabel-variabel yang diteliliti, yaitu: a. interaksi anak dalam keluarga adalah suatu proses hubungan timbal balik antaranggota keluarga terdiri dari ayah, ibu, beserta anak-anaknya yang saling memperhatikan serta merespon antara satu dengan yang lainnya sehingga mempengaruhi, mengubah, memperbaiki kelakuan individu tersebut. b. sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
c. Disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. 3. Menyusun petunjuk pengisian angket 4. menyusun item-item yang sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Item-item dalam angket ini berbentuk pertanyaan, dimana masing-masing pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan aspek-aspek yang tertuang dalam kisi-kisi yang telah disusun. Adapun penyusunan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan skala likert. 5. membuat surat pengantar Surat pengantar ini berisi suatu permohonan dalam mengisi angket, maksudtujuan penyusunan, dan ucapan terimakasih. 6. mengadakan uji coba (try out) angket Angket yang telah disusun perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan relibilitasnya. Hadari Nawawi (1995: 122) menyatakan bahwa tujuan uji coba angket adalah sebagai berikut: a. memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang kurang jelas maksudnya bagi responden. b. memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata asing yang dapat memberikan berbagai tafsiran dan bahkan mungkin yang sentimentil. c. memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal/masih terdapat faktor-faktor yang perlu diungkapkan ternyata belum ditanyakan. d. memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang tidak relevan dengan masalah penelitian dan perlu dihilangkan. Dalam penelitian ini, tujuan diadakan try out adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetaui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. commit to user d. Teknik Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
Setelah angket disusun maka, kemudian akan disusun skor dari masingmasing jawaban. Dalam angket ini, setiap item mempunyai alternatif jawaban dan skor antara 1 sampai 4. Dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai berikut: Jika pertanyaannya positif maka pemberian skornya adalah : 1) Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4 2) Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3 3) Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2 4) Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1 Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah : 1) Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 1 2) Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 2 3) Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 3 4) Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 4 e. Uji Instrumen Analisis item angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan relliabilitas alat ukur yang telah dibuat, setelah angket tersebut disebarkan kepada sejumlah kecil responden sebagai subjek uji coba. Analisis item angket yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Uji Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Budiyono (2003: 51) mengatakan bahwa “Istilah validitas menunjuk kepada sejauh mana skor tes dapat memprediksi criteria yang telah ditentukan”. Sedangkan Sonny Sumarsono (2005: 69) mendefinisikan validitas sebagai suatu proses dimana pengembang tes atau pengguna tes mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung berbagai jenis inferensi yang dapat ditarik dari skor tes”. Dari berbagai pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa validitas adalah penilaian evaluatif terintegrasi yang dilakukan oleh penilai mengenai seberapa jauh bukti-bukti empiric dan rasional teoritis mendukung commit to userskor tes atau asesemen yang lain. ketepatan inferensi dan tindakan berdasar
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Budiyono (2003: 57) mengatakan bahwa “terdapat tiga jenis validitas, yaitu validitas isi, berdasar criteria dan validitas konstruk”. 1. Validitas isi Dalam validitas isi, suatu instrument dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representative dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. 2. Validitas berdasar kriteria Validitas berdasar kriteria ini digunakan ketika skor tes dapat dihubungkan dengan sebuah kriteria tertentu. Dalam hal ini criteria adalah tingkah laku tertentu yang skor tes dapat digunakan untuk memprediksinya. Dengan demikian, validitas berdasar criteria adalah validitas yang ditinjau dari segi hubungan dengan alat pengukur lain yang dipandang sebagai criteria untuk menentukan tinggi rendahnya validitas alat ukur yang yang sedang dipersoalkan. 3. Validitas konstruk Validitas konstruk suatu tes adalah sejauh mana tes tesebut mengukur konstruk atau trait (kemampuan) yang dimaksudkan untuk diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas alat ukur dengan menggunakan rumus yang dikenal dengan istilah korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2006) sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =
𝑁 𝑁
𝑋2 −
𝑋𝑌 − 𝑋
𝑋 2
Dimana: commit to usery rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan
𝑁
𝑌 𝑌2 −
𝑌
2
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
x = jumlah skor tiap item y = jumlah total tiap item N = jumlah responden Kemudian hasil dari rxy dibandingkan dengan tabel harga kritis product moment, apabila hasil yang diperoleh r hitung > r tabel dengan taraf signifikan 5% maka angket tersebut valid. Berdasar perhitungan validitas angket diperoleh hasil sebagai berikut dari 40 item variabel interaksi anak dalam keluarga yang diujicobakan ada 3 butir yang gugur, yaitu nomer 15, 18, 35 sementara 37 butir item lainnya valid. Dari 40 item variabel pemanfaatan sumber belajar ada 2 butir yang gugur yaitu nomer 13 dan 14 sementara 38 butir item lainnya valid. Dari 40 item variabel disiplin belajar ada 7 butir yang gugur yaitu nomer 10, 14, 16, 17, 19, 21, 22 sementara 33 butir item lainnya valid. 2) Uji Reabilitas Menurut Budiyono (2003: 65) “kata reliabel sering disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil, konsisten dan lain sebagainya”. Suharsimi Arikunto (2006:154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mencari reabilitas digunakan rumus alpha Cronbach sebagai berikut: 𝑟𝑥𝑦 =
𝑘 𝑘−1
𝜎𝑏2 1− 𝜎𝑡2
Keterangan: rxy
= reabilitas instrument
k
= banyaknya butir soal atau pertanyaan
∑ ab2 = jumlah varians soal (α t)2 = varians total commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian hasil dari rxy dibandingkan dengan tabel product moment, apabila hasil yang diperoleh r
hitung
>r
tabel
dengan taraf signifikan 5% maka angket
tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas: a. Variabel interaksi anak dalam keluarga Hasil uji reliabilitas interaksi anak dalam keluarga menunjukkan bahwa perhitungan diperoleh rhit = 0,934. Karena rhit > rtab yaitu 0,934 > 0,444 maka item soal dikatakan reliable. b. Variabel pemanfaatan sumber belajar Hasil uji reliabilitas pemanfaatan sumber belajar menunjukkan bahwa perhitungan diperoleh rhit 0,929. Karena rhit > rtab yaitu 0,929 > 0,444 maka item soal dikatakan reliable. c. Variabel disiplin belajar Hasil uji reliabilitas variabel disiplin belajar menunjukkan bahwa perhitungan diperoleh rhit 0,923. Karena rhit > rtab yaitu 0,923 > 0,444 maka item soal dikatakan reliable.
2. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2006:148) mengemukakan pendapat bahwa ”dokumentasi asal katanya dari dokumen, yang artinya barang-barang tertulis”. Sedangkan budiyono (2003: 54) mengatakan bahwa “ Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada”. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-perarturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”. Jadi metode dokumntasi merupakan salah satu cara menampilkan data dengan melakukan pengamatan dari dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dokumentasi sebagai pendukung untuk memperoleh data yang dibutuhkan, seperti data mengenai siswa serta lokasi peneliltian yaitu SMA commit to user Negeri 1 Boyolali. Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah :
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Lebih mudah mendapatkan data karena sudah tersedia dan menghemat waktu. b. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan. c. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.
D. Rancangan Penelitian Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, maka terlebih dahulu harus ditentukan metode penelitian yang tepat dalam menyelesaikan masalah ini. Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji masalah dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional , yang bertujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sumadi Suryabrata, 1983: 38). Jadi
penelitian
ini
bersifat
korelasi
antara
variabel-variabelnya.
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas X1 : Interaksi anak dalam keluarga X2 : Pemanfaatan Sumber belajar Variabel terikat Y : Kedisiplinan belajar Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode angket dan dokumentasi. Dan data-data yang diperoleh dari angket dan dokumentasi tersebut nantinya akan diolah dengan teknik analisis data korelasi ganda dan regresi ganda. Teknik analisis tersebut dimaksudkan untuk mencari hubungan fungsional dua variabel prediktor atau lebih dengan variabel kriteriumnya, atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih terhadap variable kriteriumnya. Definisi oprasional: 1. Interaksi anak dalam keluarga keluarga adalah tempat dimana orang tua mengasuh anaknya serta tempat pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dan perhatian. Dengan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adanya interaksi dan pola asuh yang baik di dalam keluarga tersebut seorang anak dapat menumbuhkan kedisiplinan dalam belajarnya. 2. Sumber belajar Sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam belajar. 3. Disiplin belajar Kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban yang menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
E. Teknis Analisis Data Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam sebuah penelitian. Peneliti haru memastikan teknik analisis apakah yang akan digunakannya. Apakah analisis statistik ataukah analisis non statistik, tergantung kepada data yang telah dikumpulkan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik menggunakan software SPSS 18.0 for windows.
1. Uji Prasyarat Analisis Menurut Duwi Priyatno (2010: 71) uji asumsi prasyarat analisis ada beberapa macam, yaitu: a. Normalitas Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akan dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Dalam penelitian ini, data untuk setiap variabel diuji normalitasnya. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Penerapan dasar pengambilan keputusan yang digunakan sebagai berikut: •
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi commit to userasumsi normalitas.
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
•
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Linieritas Uji linieritas meliputi dua bagian yaitu uji linieritas X1 dengan Y dan uji linieritas X2 dengan Y. untuk keperluan uji linieritas digunakan rumus Sudjana (2002: 332) sebagai berikut: 𝑌2 −
JK (G)
= ∑X1
JK (TC)
= JK(S)-JK(G)
dk (TC)
= K-2
dk (G)
= N-K
RJK (TC)
= 𝑑𝑘 (𝑇𝐶)
RJK (G)
=
Fhit
=
𝑌 ² 𝑁
𝐽𝐾 (𝑇𝐶)
𝐽𝐾 (𝑇𝐶) 𝑑𝑘 (𝐺) 𝑅𝐽𝐾 (𝑇𝐶) 𝑅𝐽𝐾 (𝐺)
(Sudjana, 2002: 332) Untuk uji linieritas X2 dengan Y digunakan rumus yang sama, variabel X1 diganti dengan variabel X2 untuk uji linearitas X3 dengan Y juga digunakan dengan rumus yang sama. Jika hasil perhitungan diperoleh hasil dengan p > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya jika p < 0,05 maka korelasinya tidak linier c. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent samples T Test dan one Way Anova. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (Anova) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. d. Multikolinearitas Multikolinieritas digunakan untuk menguji suatu model apakah terjadi hubungan yang sempurna atau hampir sempurna antara variabel bebas, commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh antara variabel-variabel itu secara individu terhadap variabel terikat. Pengujian ini untuk mengetahui apakah antar variabel bebas dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkorelasi. Untuk mendeteksi multikolinieritas digunakan uji korelasi pearson, dilakukan dengan mengamati nilai VIF dan TOLERANCE. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikoliniearitas adalah: •
Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1
•
Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1
e. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu dalam persamaan regresi mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value. Penetapan dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah: •
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
•
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heterokedastisitas. 2. Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat analisis telah dipenuhi, maka dapat dilakukan
pengujian hipotesis yang telah diajukan. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah: 1. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 72), untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan rumus korelasi product moment dari pearson, yakni sebagai berikut:
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r
xy
𝑁 𝑋𝑌 −
=
𝑋 ( 𝑌)
𝑁 𝑋 2 − ( 𝑋)² 𝑁 𝑌 2 − ( 𝑌)²
(Suharsimi Arikunto, 2001: 72) Keterangan :
rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
N
: jumlah sampel
X
: skor masing-masing item
Y
: skor total
∑XY
: jumlah perkalian X dan Y
∑X²
: jumlah kuadrat X
∑Y²
: jumlah kuadrat Y
Jika, hasil perhitungan diperoleh hasil P < 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya signifikan. 2. Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan analisis korelasi dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Menentukan koefisien korelasi Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y dihitung dengan rumus:
Ry(1,2) =
𝑎₁ 𝑋 1 𝑌+𝑎₂ 𝑋₂𝑌 𝑌²
(Sutrisno Hadi, 2000: 33) Dimana :
Ry(1,2)
: koefisien korelasi antara kriterium (Y) dengan (X1)
𝑎₁
: koefisien prediktor (X1)
𝑎₂
: koefisien predictor (X2)
X1Y
: jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y
: jumlah produk antara X2 dan Y
Y²
: jumlah kuadrat kriterium Y
3. Menghitung persamaan regresi linear multipel dengan rumus:
ŷ = 𝑎₀ + 𝑎₁x₁ + 𝑎₂x₂
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sudjana, 1996: 108) Dimana : ŷ : Nilai kriterium yang dicari 𝑎₀ : Bilangan konstanta 𝑎₁ : Koefisien 1 𝑎² : Koefisien 2 x₁ : Prediktor 1 x₂ : Prediktor 2 Persamaan regresi linear multipel ini digunakan untuk meramalkan naiknya kriterium (Y) dalam setiap kenaikan satu unit predictor (X). 4. Menghitung sumbangan Relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) a. Sumbangan relatif dalam persen atau SR% tiap predictor adalah : Prediktor X₁ = SR% =
𝑋1 𝑌 −
𝑋1
𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
x 100% dengan
𝑥1 𝑦 =
x 100% dengan
𝑥2 𝑦 =
𝑌
𝑛
Predictor X₂ = SR% =
𝑋2 𝑌 −
𝑎₁ 𝑥₁𝑦
𝑋2
𝑎₂ 𝑥₂𝑦 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
𝑌
𝑛
(Sutrisno Hadi, 2000: 43) Sumbangan relatif (SR) diperlukan untuk mengetahui berapa besar sumbangan masing-masing prediktor X terhadap kriterium Y. b. Sumbangan efektif dalam persen atau SE% tiap predictor adalah : SE% X₁ = SR% X₁R² SE% X₂ = SR% X₂R² Dimana R² =
𝑎 1 𝑋 1 𝑌+ 𝑎 2 𝑋 2 𝑌 𝑌2
(Sutrisno Hadi, 2000: 45) Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui berapa murni yang diberikan masing-masingcommit prediktor. to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Gambaran umum SMA N 1 Boyolali SMA Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang berkualitas yang berada di daerah boyolali yang beralamat di Jl. Kates No 8 Boyolali. SMA Negeri 1 Boyolali merupakan SMA bertaraf internasional yang terdapat di daerah Boyolali. Di SMA Negeri 1 Boyolali ini sudah mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, hal ini terlihat dari tersedianya peralengkapan pembelajaran dan media pembelajaran yang membantu siswa dalam belajar. Perkembangan SMAN 1 Boyolali yang begitu pesat mengantarkan SMA ini menjadi salah satu sekolah yang berstatus Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) yang mana tidak semua sekolah bisa mendapatkan status ini. Status ini didapat ketika lembaga ini dinahkodai oleh Bp. Drs. Sumarno, M.Pd. Belum genap 1 Tahun Drs. Sumarno, M.Pd memimpin sekolah ini, yang berarti juga Program RSKM belum sampai final, beliau beralih tugas ke Dikmenum, dan estafet kepemimpinan oleh Pemerintah Daerah dipercayakan pada Drs. Hardiman, MH. Berkat kerja keras kepala sekolah yang didukung oleh semua pihak, baik guru, karyawan, Komite Sekolah, orang tua/wali murid, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah, maka impian dan aspirasi warga Boyolali yang menginginkan adanya SMA Bertaraf Internasional telah terkabulkan. Dengan demikan para orang tua yang semula anaknya belajar di SMPN 1 dan SMPN 2 Boyolali yang telah lebih dulu melaksanakan program RSBI akan berkelanjutan tanpa harus melanjutkan keluar daerah seperti Surakarta, Salatiga dan lain-lain. Walaupun begitu bukan berarti R-SMA-BI SMA Negeri 1 Boyolali yang diperuntukkan secara eksklsif bagi lulusan SMP RSBI. Siswa lulusan dari SMP/MTs manapun terbuka lebar untuk belajar di SMAN 1 Boyolali sepanjang lolos/memenuhi syarat setelah mengikuti serangkaian tes masuk sesuai standar RSMABI. Prestasi commit to user
79
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekolah seperti inilah sehingga SMAN 1 Boyolali mendapatkan kado yang sangat dapat dibanggakan. Pada Hari Ulang Tahun SMA Negeri 1 Boyolali yang ke 51 ini dimeriahkan dengan pemecahan rekor MURI berupa Replika Lele Terbesar dengan menempelkan lele sebanyak 8 kuintal oleh 51 siswa dalam waktu 51 menit, dan pada hari ulang tahun ini dihadiri oleh Mantan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali yang saat ini Menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Indonesia Bersatu, beliau bernama Joko Kirmanto. KEPALA SEKOLAH Dari awal berdirinya sampai Tahun 2011 SMA Negeri 1 Boyolali telah mengalami pergantian sepuluh orang Kepala Sekolah, yaitu Bp. R. Soebadar (alm), Bp. Soewito, BA (alm), Bp. Soepono, BA (alm), Bp. Engan Hermanto (alm), Bp. Soedarno, BA, Bp. Soelaiman HS, dan Ibu Sri Muryati, S.Pd., Bp. Basoeki, Bp. Marsum M. Dahlan, dan Bp.Drs. Sumarno,M.Pd. serta Bp.Drs. Hardiman, MH, Drs. Suranto. Beliaulah yang secara gigih memperjuangkan aspirasi warga Boyolali untuk memiliki SMA Bertaraf Internasional. Kesepuluh Kepala Sekolah tersebut telah berhasil memberi warna sekolah yang dipimpin sehingga selalu tampil di jajaran paling depan dalam pendidikan. Masing-masing memiliki ciri khas yang patut diteladani oleh guru dan siswa SMA N 1 Boyolali, yaitu tidak pernah berhenti untuk belajar, jujur, sabar, disiplin yang tinggi, selalu berhasil dalam diplomasi dan giat membangun.
VISI DAN MISI Visi Sekolah : MENJADI SEKOLAH YANG BERKUALITAS DAN BERPRESTASI DENGAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG CERDAS DAN INOVATIF BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA. Misi Sekolah : 1. Mengembangkan
prestasi
peserta dididik
secara berkualitas
melalui
pembelajaran dan bimbingan, yang efektif, efisien, inovatif dan relevan to user tinggi. dengan kebutuhan masyarakatcommit serta perguruan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Mewujudkan sekolah sebagai pusat kajian, percontohan serta pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3. Meningkatkan SDM yang kreatif, inovatif dan profesional dengan berdaya saing tinggi yang tetap berkepribadian dan berbudi pekerti luhur. 4. Menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan kondusif guna keberhasilan pendidikan. 5. Menyelenggarakan proses pendidikan yang berorentasi pada mutu dan tekhnologi informasi (ICT). SARANA PENDUKUNG -
Semua kelas ( Kelas RSMABI ) dilengkapi dengan LCD Projector, Laptop, Tape Recorder, Almari dan AC.
-
Laboratorium berbasis ICT
-
Hotspot Internet Area
-
Perpustakaan Digital
-
Program Aplikasi Sekolah
-
SMS Getway terintegrasi dengan Indosat
-
Tempat Ibadah memadai
-
Green School ( Memperhatihan Kenyamanan dan Kelestarian lingkungan )
-
Dan lain-lain
B. Deskripsi Data Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Interaksi Anak dalam Keluarga dan Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012” ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Kedua varibel bebas tersebut adalah interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah disiplin belajar. Berdasar data induk penelitian penyebaran angket kepada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012, maka deskripsi variabel interaksi anak dalam keluarga (X 1), commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemanfaatan sumber belajar (X2) dan disiplin belajar (Y) diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik variabel interaksi anak dalam keluarga (X1), pemanfaatan sumber belajar (X2) dan disiplin belajar (Y): Descriptive Statistics N interaksi_anak_dalam_kelu
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
32
106
140
123.28
9.320
32
98
128
110.75
7.573
disiplin_belajar
32
80
112
96.22
7.745
Valid N (listwise)
32
arga pemanfaatan_sumber_belaj ar
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 32 siswa. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat diketahui skor variabel interaksi anak dalam keluarga diperoleh skor minimum 106, skor maksimum 140, mean 123,28 dan standar deviasi 9,320. Variabel pemanfaatan sumber belajar diperoleh skor minimum 98, skor maksimum 128, mean 110,75 dan standar deviasi 7,573. Variabel disiplin belajar diperoleh skor minimum 80, skor maksimum 112, rata-rata 96,22 dan standar deviasi 7,745.
1. Deskripsi Data tentang Interaksi Anak dalam Keluarga Interaksi Anak dalam Keluarga ini adalah variabel bebas (X1). Skor data yang telah diperoleh berdasar pengolahan data menggunakan software SPSS 18.0 for windows diperoleh deskripsi data interaksi anak dalam keluarga sebagai berikut: Tabel 4.2 deskripsi data interaksi anak dalam keluarga Variabel Interaksi anak dalam
Max
Min
Mean
N
St.devisi
140
106
123,28
32
9,320
keluarga
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.1 Grafik Histogram interaksi anak dalam keluarga (X1) Dari grafik histogram interaksi anak dalam keluarga (X1) di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 32 siswa, skor minimum 106, skor maksimum 140, mean 123,28 dan standar deviasi 9,32.
2. Deskripsi Data tentang Pemanfaatan Sumber Belajar Pemanfaatan sumber belajar ini adalah ini adalah variabel bebas (X2). Skor data yang telah diperoleh berdasar pengolahan data menggunakan software SPSS 18.0 for windows diperoleh deskripsi data pemanfaatan sumber belajar sebagai berikut: Tabel 4.3 deskripsi pemanfaatan sumber belajar Variabel Pemanfaatan sumber
Max
Min
Mean
N
St.devisi
128
98
110,75
32
7,573
belajar commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.2 Grafik Histogram pemanfaatan sumber belajar (X2) Dari grafik histogram pemanfaatan sumber belajar (X2) di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 32 siswa, skor minimum 98, skor maksimum 128, mean 110,75 dan standar deviasi 7,573.
3. Deskripsi Data tentang Disiplin Belajar Disiplin belajar ini adalah ini adalah variabel terikat (Y). Skor data yang telah diperoleh berdasar pengolahan data menggunakan software SPSS 18.0 for windows deskripsi data Disiplin Belajar sebagai berikut:
Tabel 4.4 deskripsi disiplin belajar Variabel
Max
Min
Mean
N
St.devisi
Disiplin belajar
112
80
96.22
32
7.745
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3 Grafik Histogram disiplin belajar (Y)
Dari grafik histogram disiplin belajar (Y) di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian ini adalah 32 siswa, skor minimum 80, skor maksimum 112, mean 96.22 dan standar deviasi 7,745.
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk analisis statistik dengan teknik korelasi ganda harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas digunakan untuk menunjukkan apakah data yang dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Adapun pengujian ini meliputi:
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria Pengujian Persyaratan Normalitas Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria sebagai berikut: Jika Sig > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal Jika Sig < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal Uji Normalitas Pada uji normalitas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows ). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji normalitas X1, X2, dan Y sebagai berikut: Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic disiplin_belajar interaksi_anak_dalam_kelu
.085
df
Shapiro-Wilk
Sig. 32
Statistic
df
Sig.
.200
*
.987
32
.963
.967
32
.412
.969
32
.483
.100
32
.200
*
.120
32
.200
*
arga pemanfaatan_sumber_bel ajar
Dari table di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar sebesar 0,200. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas Dengan adanya hasil uji linieritas maka dapat diketahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalam hal ini pengujian meliputi: Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria commit to user sebagai berikut:
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika Sig < 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier Jika Sig > 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier a. Uji Linieritas Variabel Interaksi Anak dalam keluarga (X1) dengan Disiplin belajar (Y) Pada uji linieritas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows ). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji linieritas X1, dan Y sebagai berikut: ANOVA Table Sum of Squares disiplin_belajar *
Between Groups
interaksi_anak_
(Combined)
Mean df
Square
1466.969
21
69.856
Linearity
586.869
1
Deviation from
880.099
20
44.005
392.500
10
39.250
1859.469
31
F
Sig.
1.780
.174
586.869 14.952
.003
dalam_keluarga 1.121
Linearity
Within Groups Total
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Interaksi Anak dalam keluarga dengan Disiplin Belajar, diperoleh Sig =0,003. Karena Sig 0,003 < 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Interaksi anak dalam keluarga dan Disiplin belajar mempunyai korelasi yang linier. b. Uji Linieritas Variabel Pemanfaatan Sumber Belajar (X2) dengan Disiplin Belajar (Y) Pada uji linieritas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji linieritas X2, dan Y sebagai berikut: commit to user
.443
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ANOVA Table Sum of Squares disiplin_belajar *
Between
(Combined)
pemanfaatan_su
Groups
mber_belajar
Mean Df
Square
F
1365.135
19
71.849
1.744
.163
Linearity
288.937
1
288.937
7.014
.021
Deviation
1076.198
18
59.789
1.451
.258
494.333
12
41.194
1859.469
31
from Linearity Within Groups Total
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Berdasarkan hasil uji linieritas antara pemanfaatan sumber belajar dengan Disiplin Belajar, diperoleh Sig = 0,021. Karena Sig < 0,05, maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemanfaatan sumber belajar dan Disiplin Belajar mempunyai korelasi yang linier.
3. Uji Homogenitas Pada uji homogenitas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows ). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji homogenitas sebagai berikut: Levene's Test of Equality of Variances
a
Dependent Variable:disiplin_belajar
Levena statistic 1.160
Sig.
df1
df2 8
Sig. 23
.364
Berdasarkan hasil uji homogenitas antara variabel interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar, diperoleh Sig = 0,364. Karena Sig > 0,05, Cvarian yang sama (homogen). maka dapat disimpulkan bahwa tingkat interaksi dan sumber belajar berdasar disiplin belajar commit to user mempunyai varian sama (homogen).
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Uji Multikolinieritas Pada uji multikolinieritas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows ). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji multikolinieritas sebagai berikut: Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B 1
(Constant) interaksi_anak_dala
a
Std. Error
9.299
20.217
.423
.121
.314
.148
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.460
.649
.509
3.508
.001
.971
1.030
.307
2.114
.043
.971
1.030
m_keluarga pemanfaatan_sumb er_belajar a. Dependent Variable: disiplin_belajar
Berdasarkan hasil uji multikoinearitas antara variabel interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar, diperoleh VIF = 1,030. Karena VIF < 5, maka data dalam penelitian tidak memiliki masalah multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa antara interaksi anak dalam keluarga dan sumber belajar berdasar disiplin belajar tidak ditemukan masalah multikolinearitas.
5. Uji Heteroskedastisitas Pada uji heteroskedastisitas, langkah pertama yang dilakukan adalah mengolah data dengan menggunakan program spss dengan komputer (dalam hal ini peneiti menggunakan software SPSS 18.0 for windows). Dari pengolahan data tersebut peneliti mendapatkan data uji heteroskedastisitas sebagai berikut: commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Correlations Unstandardi interaksi_an pemanfaata
Pearson
Unstandardized
Correlation
Residual
Coefficient Sig. (2-tailed) N
interaksi_anak_dalam Correlation _keluarga
ak_dalam_k
n_sumber_
Residual
eluarga
belajar
1.000
.033
-.014
.
.857
.938
32
32
32
.033
1.000
.135
.857
.
.460
32
32
32
-.014
.135
1.000
.938
.460
.
32
32
32
Coefficient Sig. (2-tailed) N
pemanfaatan_sumber Correlation _belajar
zed
Coefficient Sig. (2-tailed) N
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas antara variabel interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan dengan disiplin belajar, diperoleh Sig interaksi anak dalam keluarga = 0,857 dan Sig pemanfaatan sumber belajar = 0,938. Karena Sig interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi variabel interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Mencari Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor a. Menghitung Koefisien Korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y 1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y (interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar) Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Disiplin Belajar. Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Interaksi Anak dalam keluarga dengan Disiplin Belajar.
Setelah diolah dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows diperoleh nilai correlation sebagai berikut Correlations interaksi_anak_ dalam_keluarga
disiplin_belajar
1
.562
interaksi_anak_dalam_kelua Pearson Correlation rga
Sig. (one-tailed) N
disiplin_belajar
Pearson Correlation Sig. (one-tailed) N
**
.001 32
32
**
1
.562
.001 32
32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (one-tailed).
Setelah tabel diolah selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment, sehingga diperoleh: Rx1y
= 0,562
ρ
= 0,001
Karena ρ = 0,001 < 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sinifikan antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Arah hubungan adalah positif karena rx1y positif, berarti semakin baik interaksi anak dalam keluarga maka tingkat disiplin anak semakin tinggi. Dengan demikian pengujian hipotesis commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertama dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali” dinyatakan diterima. 2) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y (pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar) Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar. Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar
Setelah diolah dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows diperoleh nilai correlation sebagai berikut
Correlations pemanfaatan_s disiplin_belajar disiplin_belajar
Pearson Correlation
umber_belajar
1
Sig. (one-tailed) N
32
32
*
1
.394
ar
.026
N
*
.001
pemanfaatan_sumber_belaj Pearson Correlation Sig. (one-tailed)
.394
32
32
*. Correlation is significant at the 0.01 level (one-tailed).
Setelah membuat rangkuman analisis korelasi selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment, sehingga diperoleh: Rx2y
= 0,394
ρ
= 0,001
Karena ρ = 0,001 < 0,01, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang sinifikan antara pemanfaatan sumber belajar dengan commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disiplin belajar, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Arah hubungan adalah positif karena rx2y positif, berarti semakin baik pemanfaatan sumber belajar yang dilakukan anak maka tingkat disiplin anak semakin tinggi Dengan demikian pengujian hipotesis ke dua dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali” dinyatakan diterima.
b. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dengan Y Koefisien korelasi sederhana antara X1, X2 dengan Y (interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar) Ha : Ada hubungan positif antara Interaksi Anak dalam Keluarga dan pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara Interaksi Anak dalam Keluarga dan pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali
Setelah diolah dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows diperoleh nilai correlation sebagai berikut: Model Summary Model R 1
.638
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.407
.366
6.166
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasat hasil perhitungan pada model summary diperoleh angka Adjusted R Square adalah sebesar 0,638. Setelah nilai R ditemukan, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai F pada tabel anova sebagai berikut:
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
756.820
2
378.410
Residual
1102.649
29
38.022
Total
1859.469
31
F 9.952
Sig. .001
a
a. Predictors: (Constant), pemanfaatan_sumber_belajar, interaksi_anak_dalam_keluarga b. Dependent Variable: disiplin_belajar
Sumber: data primer yang diolah (2011) Dari tabel diperoleh angka R sebesar 0,638. Hal ini berarti 63,8% disiplin belajar dapat dijelaskan oleh kedua variabel tersebut. Berdasarkan tabel Anova dilihat bahwa nilai probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,001, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,01. Maka bisa disimpulkan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara variabel interaksi anak dalam keluarga (X1) dan pemanfaatan sumber belajar (X2) dengan disiplin belajar (Y), Dengan nilai F 9,95. Dengan demikian pengujian hipotesis ke tiga dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar secara bersama dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali” dinyatakan diterima. 2. Mencari Persamaan Garis Regresi Persamaan Regresi Ganda Analisis Regresi linier ganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisi ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Hasil analisi regresi linier dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Coefficients
a
Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
(Constant)
Std. Error 9.299
20.217
.423
.121
.314
.148
interaksi_anak_dalam_kelua
Coefficients Beta
T
Sig. .460
.649
.509
3.508
.001
.307
2.114
.043
rga pemanfaatan_sumber_belaj ar a. Dependent Variable: disiplin_belajar
Sumber: data primer yang diolah (2011) ^
Y = b0 + b1X1 +b2X2 ^
Y = 9,299 + 0,423 (X1) + 0,314 (X2) Keterangan: Y : Disiplin belajar X1 : Interaksi anak dalam keluarga X2 : Pemanfaatan sumber belajar a : Bilangan konstan b : koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Dari hasil di atas maka persamaan regresi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Apabila tidak ada X1 dan X2 maka Y 9,299. b. Apabila X1 naik sebesar satu kesatuan X maka akan menaikkan Y sebesar 0,423 X1 kesatuan X1. c. Apabila X2 naik sebesar satu kesatuan X maka akan menaikkan Y sebesar 0,314 X2 kesatuan X2
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Menentukan Sumbangan Prediktor terhadap Kriterium a.
Sumbangan relatif dalam persen atau SR% tiap predictor. Sumbangan Relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing prediktor ( X ) terhadap kriterium ( Y ). 1. Prediktor SR % X₁ : SR% =
=
𝑎₁∑𝑥₁𝑦 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
x 100%
0,423 (1257 ,031) 756,820
x 100%
= 70,26 %
2. Predictor SR % X2: SR% =
=
𝑎₂∑𝑥₂𝑦 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
x 100%
0,314 (716,75) 756,820
x 100%
=29,74%
1) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif X1 dengan Y atau SR%(X1) sebesar 70,26 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara relatif variabel Interaksi Anak dalam Keluarga memberikan sumbangan sebesar 70,26 % bagi naik turunnya variabel Disiplin Belajar. 2) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif X2 dengan Y atau SR%(X2) sebesar 29,74 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara relatif variabel Pemanfaatan Sumber belajar memberikan sumbangan sebesar 29,74 % bagi naik turunnya variabel Disiplin Belajar. 3) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif X1 dan X2 dengan Y atau SR%( X1+X2) sebesar 70,26+29,74%=100,000%. commit to user Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara relatif Interaksi Anak dalam
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keluarga dan Pemanfaatan Sumber Belajar memberikan sumbangan sebesar 100,000% bagi naik turunnya Disiplin Belajari. b.
Sumbangan Efektif (SE) Sumbangan Efektif diperlukan untuk
mengetahui
besarnya
sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor.
1. SE% X1 = (SR% X1)R² =( 70, 26 %) (0,407)
=21.226 2. SE% X2 = (SR% X2)R² =(29,74 %) (0,407)
=16.304 1) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan Efektif X1 dengan Y atau SE(X1) yaitu sebesar 21,226%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Interaksi Anak dalam keluarga terhadap variasi naik turunnya Disiplin Belajar yaitu sebesar 21,226%. 2) Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa Sumbangan Efektif X2 dengan Y atau SE (X2) yaitu sebesar 16,304 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Pemanfaatan Sumber Belajar terhadap variasi naik turunnya Disiplin Belajar yaitu sebesar 16,304%. 3) Berdasarkan kedua pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Sumbangan
Efektif
Interaksi
Anak
dalam
Keluarga
(X1)
dan
Pemanfaatan Sumber Belajar (X2) secara bersama-sama dengan Disiplin Belajar (Y) atau SE(X1+X2) sebesar 37,53 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif (SE) Interaksi Anak dalam Keluarga dan Pemanfaatan Sumber Belajar secara bersama-sama terhadap variasi naik turunnya Disiplin Belajar sebesar 37,53 %. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Pembahasan dan Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis sebagai berikut:
1. Hubungan antara Interaksi Anak dalam Keluarga (X1) dengan Disiplin Belajar (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Interaksi Anak dalam Keluarga dengan Disiplin Belajar pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012” di terima karena Sig 0,001 < 0,01, yang berarti bahwa variabel Interaksi anak dalam keluarga dan Disiplin Belajar memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan memiliki hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa interaksi anak dalam keluarga memiliki hubungan dengan disiplin belajar pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali. Peran keluarga dalam mendidik anak, mengarahkan serta memberikan perhatian dan kasih sayang diperlukan untuk memotivasi anak agar disiplin dalam belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bruce J. Cohen (1992:172) keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak-saudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya”. Sehingga peran keluarga dalam mendidik anak merupakan faktor penting dalam mengarahkan, mendidik dan memberikan kenyamanan agar anak dapat disiplin dalam belajarnya. Dengan demikian hubungan harmonis serta komunikasi yang baik dalam usaha memelihara, membimbing, melindungi dan mendidik anak di dalam keluarga dibutuhkan agar anak merasa nyaman di dalam keluarga sehingga akan dapat memotivasi anak untuk dapat disiplin dalam belajar. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Hubungan antara Pemanfaatan Sumber Belajar (X2) dengan Disiplin Belajar (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajar pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012” di terima Karena Sig 0,001 < 0,01 yang berarti bahwa variabel Pemanfaatan Sumber Belajar dan Disiplin Belajar memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan memiliki hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwa semakin tinggi intensitas anak dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada maka dapat menunjang disiplin belajar anak tersebut, dan sebaliknya semakin rendah intensitas anak memanfaatkan sumber belajar yang ada maka semakin rendah pula tingkat disiplin belajar anak tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak sumber balajar yang digunakan oleh seorang anak dalam belajar, maka dapat memudahkan anak tersebut dalam belajarnya. Kemudahan dalam belajar ini yang membuat seorang anak merasa nyaman dalam belajarnya, apabila seorang anak telah merasa nyaman dalam belajarnya maka dapat membuat anak menjadi disiplin dalam belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003:77) yang menyatakan bahwa “sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya” Kemampuan anak dalam memanfaatkan sumber belajarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dalam meningkatkan disiplin belajar anak. semakin pintar seorang anak memanfaatkan sumber belajar yang ada maka semakin tinggi disiplin belajar anak tersebut, dan sebaliknya apabila seorang anak tidak dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada maka semakin rendah tingkat disiplin belajar anak tersebut
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hubungan antara Interaksi Anak dalam Keluarga (X1) dan Pemanfaatan Sumber Belajar (X2) dengan Disiplin Belajar (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Interaksi Anak dalam Keluarga dan Pemanfaaatan Sumber Belajar dengan Disiplin Belajari pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012” di terima karena Sig 0,001 < 0,01, yang berarti bahwa variabel Interaksi Anak dalam Keluarga dan Pemanfaatan Sumber Belajar memiliki arah hubungan positif yang signifikan dengan Disiplin Belajar. Dikatakan memiliki hubungan yang positif karena ketiga variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa disiplin belajar anak akan meningkat atau tinggi jika interaki anak dalam keluarga tersebut harmonis atau mempunyai komunikasi yang baik, tetapi tidak hanya interaksi anak dalam keluarga saja pemanfaatan sumber belajar juga dapat meningkatkan disiplin belajar anak. Menurut Witherington yang di kutip oleh Nana Syaodih (2009:159) “Faktor -faktor yang mempengaruhi belajar dapat bersumber dari dalam dirinya sendiri maupun bersumber dari luar dirinya atau lingkungannya”. Dengan demikian seorang anak dapat belajar dengan baik apabila lingkungan disekitarnya mendukung, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Apabila lingkungan anak tidak mendukung, sering terjadi kegaduhan, tidak harmonis, maka anak akan sulit untuk berkonsentrasi untuk belajar yang menyebabkan anak menjadi malas untuk belajar sehingga anak menjadi tidak disiplin dalam belajarnya. Namun sebaliknya apabila lingkungan tempat tinggal anak dapat mendukung, maka anak akan dapat berkonsentrasi untuk belajar yang dapat membuat anak rajin belajar sehingga anak dapat menjadi disiplin dalam belajarnya. Menurut Association Educational Comunication and Tehnology (AECT) Sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan commit to user belajar. Agar anak dapat disiplin dalam belajarnya maka diperlukan adanya
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber
belajar
yang
mendukung dan
kemampuan
anak
untuk
dapat
memanfaatkan sumber belajar tersebut. Hal ini dikarenakan apabila anak dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada, maka dapat membantu anak dalam proses belajar. Kesimpulannya interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dalam meningkatkan disiplin belajar anak. Keadaan keluarga dengan interaksi yang baik di dalamnya dapat meningkatkan disiplin belajar anak. Keluarga yang harmonis, saling perhatian dan saling sayang antar anggota keluarganya dan didukung dengan sumber belajar yang memadai maka hal tersebut dapat memudahkan anak dalam proses belajar dan membuat anak menjadi disiplin dalam belajarnya.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan, terdapat hubungan positif yang signifikan antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 . Semakin baik interaksi anak di dalam keluarga maka semakin meningkat pula disiplin belajar anak tersebut. 2. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan, terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Semakin pandai anak dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada maka akan semakin meningkat disiplin belajar anak tersebut. 3. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan, terdapat hubungan positif yang signifikan antara interaksi anak dalam keluarga dan pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Semakin baik interaksi anak dalam keluarga dan semakin pandai anak dalam memanfaatan sumber belajar maka disiplin belajar yang dimiliki anak juga akan semakin tinggi. 4. Dari hasil perhitungan dan analisi data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa interaksi anak dalam keluarga memberikan sumbangan yang lebih tinggi bagi disiplin belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012 dibandingkan dengan pemanfaatan sumber belajar.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut : commit to user 102
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Dengan adanya hubungan positif antara interaksi anak dalam keluarga dengan disiplin belajar, maka memberikan gambaran bagi orang tua, agar orang tua lebih memperhatikan kondisi anak dengan cara menjalin hubungan baik antara orang tua dengan anak sehingga tercipta suasana yang nyaman dan harmonis guna menumbuhkan semangat belajar pada anak yang
akhirnya dapat
meningkatkan disiplin belajar anak. 2. Dengan adanya hubungan positif antara pemanfaatan sumber belajar dengan disiplin belajar, maka dapat memberikan gambaran bagi siswa/ anak untuk dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dengan baik seperti menggunakan buku penunjang, memanfaatkan perpustakaan untuk belajar, bertanya kepada guru, serta memanfaatkan sumber belajar yang lainnya baik yang ada di sekolah maupun di lingkungan sekitar yang dapat membantu dalam proses belajar. Dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada akan memudahkan anak dalam belajar sehingga anak menjadi disiplin dalam belajarnya. 3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang berhubungan dengan disiplin belajar anak baik interaksi anak dalam keluarga maupun pemanfaatan sumber belajar secara nyata orang tua harus dapat menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang nyaman dan memadai bagi anak serta siswa/ anak harus mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada untuk menunjang proses belajar sehingga anak dapat disiplin dalam belajarnya. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka perlu penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua a. Orang tua diharapkan mampu mendidik anak dengan baik dan mampu menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman dan harmonis di dalam rumah sehingga anak dapat belajar dengan nyaman. b. Orang tua diharapkan memberikan bimbingan dan perhatian serta pengawasan yang cukup bagi anak agar anak semangat dalam belajar. commit to user 2. Bagi Anak
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Anak hendaknya lebih bisa menerima perlakuan orang tua sebagai bentuk kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sehingga anak akan lebih dekat dengan orang tua dan akan memudahkan anak dalam proses belajar. b. Anak/siswa hendaknya mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada dengan baik sehingga memudahkannya dalam belajar. c. Anak hendaknya menyadari arti pentingnya keluarga bagi dirinya, karena dari keluargalah mereka dapat belajar untuk tumbuh dan berkembang serta membentuk kepribadian yang baik agar dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. 3. Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan bagi terbentuknya lingkungan belajar yang baik di sekolah. b. Guru hendaknya memahami bahwa siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, maka guru hendaknya berhati-hati dalam menyikapi siswa. c. Sekolah hendaknya mempunyai sumber belajar yang memadai sehingga memudahkan anak dalam belajar. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis, maka penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi untuk mengadakan penelitian mengenai interaksi anak dalam keluarga, pemanfaatan sumber belajar dan disiplin belajar. Penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan mengenai hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan.
commit to user