1
HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI – SOSIAL DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GORONTALO Oleh : Jamila Saridi Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Pembimbing II
: Dra. Maryam Rahim M.Pd : Dra. Mardia Bin Smith S.Pd, M.Si ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 2 Gorontalo adalah rendahnya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo dengan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Anggota populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Gorontalo, sedangkan yang menjadi anggota penelitian adalah 56 orang siswa yaitu 15% dari jumlah populasi. Dari hasil perhitungan diperoleh Yˆ 19,98 0,72 X .Hasil ini berarti bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan peningkatan rata-rata sebesar 0,72 pada variabel Y. Dengan kata lain semakin tinggi pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial maka akan semakin tinggi pula kecerdasan emosional siswa. Sebaliknya makin rendah pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial maka makin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki siswa. Dari hasil uji linieritas diperoleh F hitung sebesar 9,35 dan Fdaftar (0,99)(17,37) = 3,00. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa persamaan regresi berbentuk linier. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,73 dengan koefisien determinasi r2 = 0,53,29. Hal ini berarti bahwa sekitar 53,29% variasi yang terjadi pada variable Y (kecerdasan emosional) dapat dijelaskan oleh variabel X (pemanafaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial). Selanjutnya dari uji keberartian koefisien korelasi diperoleh thitung = 7,921 dan t0,975)(54) = 2,021 ternyata harga t hitung > t berada di luar daerah penerimaan , sehingga dapat disimpulkan daftar, atau harga bahwa ditolak dan menerima . Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dengan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo” dapat diterima. Jadi untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, sangat tepat jika ada pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial. Kata Kunci
: Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial dengan Kecerdasan Emosional Siswa
2
Kecerdasan emosional (EQ) dapat diartikan sebagai kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dibagi ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut di kelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: (1) Kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri adalah kemampuan merasakan emosi tepat pada waktunya dan kemampuan dalam memahami kecenderungan dalam situasi tersebut, pengaturan diri adalah memahaminya, lalu menggunakan pemahaman tersebut menghadapi situasi secara produktif; serta (2) Kecakapan sosial; yang meliputi empati yang merupakan pengenalan emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri dan keterampilan sosial adalah merupakan aspek penting dalam emosional intellegence (Goleman, 2003 : 42). Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang di dalamnya terdapat aturanaturan mana harus ditaati oleh seluruh komponen sekolah tersebut. Sekolah merupakan tempat seseorang mendapatkan pendidikan, pengajaran serta keterampilan hidup dalam berhubungan dengan orang lain terutama pengembangan kecerdasan emosional siswa. Menurut Prayitno (2007: 25) bahwa pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dimana pengembangan manusia seutuhnya tersebut bisa didapatkan dalam proses pendidikan seperti di sekolah. Namun, dalam proses pendidikan juga banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.
Lebih lanjut Prayitno (2007: 26) mengemukakan bahwa
permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Realita yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 2 Gorontalo menunjukkan bahwa beberapa siswa mengalami kendala dalam belajarnya yang berasal dari dalam diri karena kecerdasan emosional mereka masih kurang. Kurangnya kecerdasan emosional ini terlihat dari kurangnya kesadaran siswa
3
untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, siswa selalu mengekang dirinya untuk berkreasi, kurangnya empaty atau bersifat mengikut dan kurang bekerja sama dengan orang lain (membina hubungan) dengan teman-teman lain. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk masalah kecerdasan emosional. Jika kecerdasan emosional siswa dibiarkan atau dengan kata lain tidak dikembangkan, maka akan berdampak pada kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran ataupun kegiatan lainnya. Disinilah pelayanan
guru
bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi mereka. Oleh karena itu, peran guru BK menghadapi siswa yang seperti itu adalah mengarahkan agar siswa mempunyai kelompok belajar sendiri di rumah, berkolaborasi dengan orang tua siswa yang bersangkutan untuk memantau dan memotivasi belajar anak agar kecerdasan emosional siswa berkembang. Pelayanan guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Pelayanan guru bimbingan dan konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi siswa. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan satu penelitian yang di formulasikan dalam judul “ Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo?. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui “Hubungan antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling PribadiSosial dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo”. Kajian Teori Kecerdasan emosioanal menurut Goleman (2003: 121) bahwa menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan yang biologis
4
dan psikologis serta serangkain kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi. Istilah “kecerdasan emosional” menurut Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika (dalam Goleman, 2003: 121) bahwa untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 98) mendefinisikan emosi sebagai luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologi dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan. Penjelasan tersebut menurut pandangan penulis bahwa emosi merupakan perasaan seseorang yang diluapan dalam bentuk kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan kepada sesuatu yang terjadi pada setiap orang. Bentuk kecerdasaran emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan seperti yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2010: 84), yaitu: (1) empati, (2) mengungkapkan dan memahami perasaan, (3) mengendalikan amarah, (4) kemandirian, (5) kemampuan menyesuaikan diri, (6) disukai, (7) kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, dan (8) ketekunan. Menurut Shapiro (2003: 48) bahwa kualitas-kualitas dalam kecerdasan emosional antara lain adalah: empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, bisa memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (2002: 75), kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Wibowo (2002: 17) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan menurut Azwar (2004: 32) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menuntut diri sendiri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, perlu diterapkan secara efektif dan positif dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
5
Penjelasan tersebut menurut padangan penulis bahwa kecerdasan emosioanal merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengedalikan emosinya dalam hal-hal positif, ungkapkan kegembiraan, kesedihan, menghargai diri sendiri maupun menghargai orang lain dalam menjalani kehidupan sehar-hari Menurut Paton (2000: 23), dasar kecerdasan emosional adalah memiliki kesadaran untuk mempertahankan harga diri dan citra diri. Dua hal ini mempengaruhi bagaimana kita merasa dan bertindak, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karir. Mereka yang tidak sadar akan kemampuan kemampuannya atau yang mempunyai pikiran sesat terhadap dirinya sendiri, biasanya hidup dalam kehampaan atau kekosongan. Harga diri yang positif adalah suatu kualitas yang menggaris bawahi pengembangan batiniah yang dapat menghantarkan kita menuju penghargaan diri dan kesuksesan pribadi. Harga diri adalah penghargaan terhadap keunikan penampilan fisik, kemampuan-kemampuan intelektual, kecakapan-kecakapan pribadi, dan kepribadian. Harga diri merupakan parameter yang membedakan kita dari orang lain sebagai individu. Sedangkan citra diri adalah refleksi apa yang kita lihat dalam diri sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan dan kepekaan emosi sebagai sumber kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan untuk menuntut diri sendiri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta memiliki kesadaran untuk mempertahankan harga diri dan citra diri. Komponen Kecerdasan Emosional Cooper dan Sawaf (2002: 52) merumuskan kecerdasan emosional sebuah titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi, dan alkimia emosi. Goleman (2003: 126) secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional, yaitu kompetensi personal (pribadi) yang meliputi pengenalan diri (kesadaran diri), pengendalain diri (pengaturan diri), motivasi diri, dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan ketrampilan sosial. Goleman mengadaptasi lima hal yang tercakup dalam kecerdasan emosional dari model Salovey dan Mayer. Dalam penelitian ini, komponen kecerdasan emosional yang dipakai adalah komponen kecerdasan emosional menurut Goleman (2003: 127-128), yaitu sebagai berikut: 1. Kecerdasan diri (Mengenali emosi diri)
6
Goleman (2003: 128) menyatakan bahwa kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini di perlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul pemahaman tentang diri. 2. Pengaturan diri (mengelola emosi) Mengelola emosi berarti memahaminya, lalu menggunakan pemahaman tersebut untuk menghadapi situasi secara produktif; bukannya menekan emosi dan menghilangkan informasi berharga yang di sampaikan oleh emosi kepada diri sendiri. Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, Menurut Goleman (2003: 128) pengaturan diri adalah mengelola kondisi, implus, dan sumber daya diri sendiri. 3. Motivasi (motivasi diri sendiri) Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan ketrampilan tenaga dan waktunya untuk menyelanggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Empati (Mengenali emosi orang lain) Empati atau mengenal emosi orang lain di bangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat di pastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat di pastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. Sebenarnya, empati membuat seseorang lebih tegas dan sadar diri, karena empati memberi informasi yang kaya tentang orang lain dan hubungannya dengan mereka. Mengetahui perasaan orang lain membantu seseorang menghargai individualitasnya. 5.
Keterampilan sosial (membina hubungan) Dasar dari semua hubungan adalah komunikasi. Tanpa komunikasi, entah itu bahasa isyarat, bahasa tubuh, atau percakapan tatap muka, tidak akan ada pertalian sehingga tidak ada hubungan interpersonal yang terjadi. Komunikasi membentuk koneksi, dan koneksi menghasilkan hubungan.
7
Pengertian Bimbingan dan Konseling Istilah bimbingan merupakan istilah yang umum digunakan sehari-hari. Di manamana sering mendengar orang mengucapkan istilah bimbingan dan penyuluhan keluarga berencana, bimbingan dan penyuluhan agama, bimbingan dan penyuluhan hukum, dan sebagainya. Menurut Crow dan Crow (dalam Amti dan Marjohan, 1992: 2) bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatankegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.. Selanjutnya dipertegas oleh Yusuf dan Nurikhsan (2008: 6) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana kepada pencapaian tujuan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekutan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimnya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sarat dengan nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu
yang meliputi lingkungan rumah,
lingkungan sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar. Serta” lingkungan yang lebih luas” diharapkan menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan itu, serta dapat memanfaatkan sebesar-besarnya untuk mengembangakan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri. Baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya/ keluarga/kemasyarakatan. Sedangkan konseling merupakan sebuah proses dan sebuah hubungan, seperti yang dikatakan oleh Steffire dan Matheny serta Coms (dalam Wardati dan Jauhari 2011: 8) mengemukakan bahwa konseling dapat didefenisikan sebagai sebuah hubungan profesional antara konselor dengan klien, dimana konselor membantu klien untuk memahami dirinya sendiri dan ruang hidupnya untuk membuat pilihan-pilihan yang
8
bermakna dan cerdas sesuai dengan sifat dasarnya dalam area-area munculnya pilihanpilihan bagi dirinya. Pada dasarnya konseling merupakan sebuah proses belajar. Ketika konseling berhasil dilakukan, maka klien mempelajari sebuah hubungan yang baru dan hubungan yang lebih baik antara dirinya dengan dunia yang menjadi tempat tinggalnya. Kemudian dipertegas oleh Willis (2011: 17) bahwa konseling adalah suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya. Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UU. NO. 2
sistem pendidikan
nasional, yaitu terwujudnya manusia indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud di atas diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal. Dengan memanfaatkan berbagai cara dan sarana. Berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta sisik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkunganya secara positif dan dinamis, sera mampu mengambil keputusan. Mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif. Fungsi Bimbingan dan Konseling Implementasi bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan menentukan peran atau fungsi guru sebagai konselor dalam melakukan bimbingan kepada siswa. Oleh karena itu guru dalam kelas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan memperhatikan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Menurut Amti dan Marjohan (1992: 9-10) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling a. Pada prinsipnya bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengatasi segala permasalahan yang dimiliki oleh siswa, baik dalam masalah kegiatan pembelajaran maupun masalah- masalah lain yang berhubungan dengan perkembangan bakat dan
9
minat yang dimiliki oleh siswa. Menurut Amti dan Marjohan (1992: 10-13) bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :1)Bimbingan adalah untuk semua siswa, 2) Bimbingan dan konseling melayani siswa-siswa dari semua usia, 3) Bimbingan dan konseling harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan perkembangan siswa, 4) Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri, 5) Pelaksanaan bimbingan dan konseling menghendaki adanya kerja sama dari siswa, orang tua, kepala sekolah, dan konselor, 6) Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah 7) Bimbingan dan konseling harus dapat dipertanggungjawabkan kepada individu dan masyarakat Bimbingan Pribadi-Sosial Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan yang dilakukan oleh guru atau konselor kepada siswa, baik menyangkut masalah pribadi maupun masalah sosial yang berkaitan dengan hubungan antar sesama warga masyarakat maupun warga sekolah. Menurut Wardati dan Jauhari (2011: 43-44) bahwa yang perlu diperlihatkan dalam memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik, harus tetap fokus pada empat bidang layanan bimbingan, yaiu: 1)Bidang Pribadi, 2) Bidang Sosial.
Hubungan Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial dengan Kecerdasan Emosional Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan intelektualnya. Bimbingan dan konseling mengenai masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya pada umumnya dan khususnya kecerdasan emosional siswa secara penuh. Konselor dan guru merupakan suatu tim yang penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan
10
kegiatan sekolah dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial di sekolah sangat dibutuhkan oleh siswa- siswa yang mengalami permasalahan pribadi mauun permasalahan dalam menjalani hubungan baik dengan lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Dengan demikian, maka layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial sangat berhubungan positif terhadap kecerdasan emosional. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori, maka kerangka berpikir pada penelitian ini adalah bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa dapat dipengaruhi oleh faktor luar. Faktor luar yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan emosional siswa adalah layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian, apakah layanan bimbingan dan konseling benar-benar memiliki hubungan dengan tingkat kecerdasasan emosional siswa. .
Hasil Penelitian Berdasarkan
analisis
regresi
diperoleh
Yˆ
19,98 0,72 X . Hasil ini
mengandung makna bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan peningkatan rata-rata sebesar 0,72 pada variabel Y. Hal ini berarti jika terjadi perubahan pada variabel pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial, maka diikuti perubahan pada variabel kecerdasan emosional Berdasarkan perhitungan
korelasi antara variabel pemanfaatan layanan
bimbingan dan konseling pribadi-sosial (X) dan kecerdasan emosional (Y) diperoleh koefisien r = 0,73 dan
= 0,53,29. Uji signifikan koefisien korelasi memperoleh hasil
perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 7,921. Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t (0,95)(54)=2,021. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar, atau harga disimpulkan bahwa
berada di luar daerah penerimaan ditolak dan menerima
.
, sehingga dapat
11
Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa hipotesis yang berbunyi hubungan antara pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dengan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo, dapat diterima. Pembahasan Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial sangat berhubungan denggan kecerdasan emosional siswa. Implementasi bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan menentukan peran atau fungsi guru sebagai konselor dalam melakukan bimbingan kepada siswa. Oleh karena itu guru dalam kelas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan dengan memperhatikan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan yang dilakukan oleh guru atau konselor kepada siswa, baik menyangkut masalah pribadi maupun masalah sosial yang berkaitan dengan hubungan antar sesama warga masyarakat maupun warga sekolah (Wardati dan Jauhari, 2011: 43-44). Pelaksanaan bimbingan dan konseling pribadi-sosial yang baik akan memberikan dampak positif pada perkembangan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Shapiro (2003: 48) bahwa kualitas-kualitas dalam kecerdasan emosional antara lain adalah: empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, bisa memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Dengan indicator yang dikur adalah pengaturan diri (mengelola emosi), motivasi (motivasi diri sendiri), empati (mengenali emosi orang lain), dan keterampilan sosial (membina hubungan). Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dengan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo”, dinyatakan diterima. Hal ditunjukan oleh persamaan regresi Ŷ = 19.98 + 0.72x yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 (satu) skor pada pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial (variabel X) dapat menyebabkan kenaikan (perubahan) skor pada kecerdasan emosional
12
siswa (variabel Y) sebesar 0.72. pada konstanta 19.98. Hasil perhitungan koefisien korelasi bahwa harga r2 = 0.5329, yang berarti sebesar 53.29% kecerdasan emosional siswa ditentukan oleh pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dan sebesar 46.71% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdesain dalam penelitian ini, misalnya peran guru pembimbing di sekolah, peran orang tua di rumah, pengaruh lingkungan sekolah, dan fasilitas yang menunjang perkembangan emosional siswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka dikemukakan beberapa saran, antara lain sebagai berikut: a. Guru BK sebaiknya mengefektifkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. b. Diharapkan kepada siswa agar selalu memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan, sehingga setiap permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik,khusunya terkait dengan pengendalian emosi. c. Diharapkan kepada orang tua agar selalu memberikan perhatian dan bimbingan penuh agar kecerdasan emosional yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA Anti, Erman dan Marjohan. 1992/1993. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Azwar, S., 2004, Pengantar Psikologi Intelegensi, Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelaar. Cooper, R, K dan A. Sawaf, 2002 Executive EQ; Kecerdasan Emosi Dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Patton, Patricia, 2000, EQ (Kecerdasan Emosional): Landasan Untuk Meraih Sukses Pribadi dan Karier. Jakarta: PT Mitra Media.
13
Prayitno, dkk. 2007. Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah). Jakarta: Depdikbud Shapiro, L.E. 2003, Mengajarkan Emosional Intelligence pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sudjana. 2008. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono.2005. Statistika Untuk Penelitian (cetakan ke Delapan). Bandung: Alpabeta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonisia. Jakarta: Balai Pustaka. Yusuf, Samsu dan Nurihsan, Juntika. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wardati dan Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Wibowo, B. S. 2002. Sharpeninh our Conceptand Tools. Bandung: PT Syamil Cipta Media. Willis, Sofyan S. 2011. Konseling Individual (Teori dan Praktek). Bandung: Alfabeta.