HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD ANGKATAN 2009-2011 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
EKA NOVIAWATI NIM :109103000015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 1433 H / 2012 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 14 September 2012
Eka Noviawati
ii
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD ANGKATAN 2009-2011 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OLEH : EKA NOVIAWATI NIM : 109103000015
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK
dr. Hadianti, Sp.PD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 1433 H / 2012 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD ANGKATAN 20092011 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA yang diajukan oleh Eka Noviawati (NIM :109103000015), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 21 September 2012. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 21 September 2012 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK
dr. Hadianti, Sp.PD
Penguji 1
Penguji 2
dr. Agi Harliani, MBiomed
dr. Fransisca T.A, MS, Sp.GK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And
dr. Syarief Hasan Luthfi, Sp. KFR
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puja dan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah mewarnai cakrawala baru pada peradaban umat manusia sehingga dengan itu penulis memperoleh nuansa untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil. Dengan terselesainya karya tulis ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya penelitian ini, khususnya kepada : 1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas semua dukungan serta memberikan masukan untuk penelitian saya. 2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan atas segala dukungan serta pemberian izin untuk sidang skripsi saya. 3. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK dan dr. Hadianti, Sp.PD selaku dosen pembimbing penelitian saya, terima kasih untuk ilmu, bimbingan, saran, dukungan dan do’a yang dokter berikan dari awal sampai selesainya skripsi ini. Terima kasih telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program
Studi
Pendidikan
Dokter
2009,
yang
telah
banyak
“menyadarkan” saya dengan mem-follow-up di setiap akhir modul untuk mempercepat penyelesaiaan penelitian ini. 5. Dr. Agi Harliani, MBiomed dan dr. Fransisca T.A, MS, Sp.GK selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji pada sidang skripsi ini dan memberikan koreksi dan saran yang telah memperkaya diri ini dengan banyak ilmu. 6. H. Waris HR, SPd sebagai ayah penulis dan Hj. Siti Hamnah sebagai ibu penulis, terima kasih atas dukungan dan do’a dari kalian, betapa bersyukurnya saya menjadi buah hati kalian. Fitri Yunengsih dan Ilmia Nurwahidah sebagai adik dan kakakku yang tercinta yang telah membantu menghibur saya dengan keceriaan kalian. Sahabat–sahabatku tersayang Adinda, Angelia, Ayesha, dian, Reani, Rahmatul,
Resti, Adel serta
teman–teman seperjuangan kelompok riset farid, Neneng, Lia dan Tarekh terima kasih untuk semuanya. 7. Semua responden mulai dari angkatan 2009-2011 terima kasih telah bersedia menyediakan waktunya menjadi sample penelitian saya. 8. Seluruh staf di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah, terutama mbak Pipit yang bersedia untuk direpotkan oleh kami para mahasiwa. Terima kasih banyak atas jasa–jasanya. Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ciputat, 21 September 2012
Penulis
ii
ABSTRAK
Eka Noviawati. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2011 Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Anemia merupakan masalah medis yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang. Anemia yang paling banyak ditemukan adalah anemia defisiensi besi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2001 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rancangan penelitian cross sectional selama bulan juli-agustus 2012. Dengan jumlah sample 92. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan asupan zat besinya kurang yang mengalami anemia sebanyak 46,7 % dengan p = 0,000. Dengan demikian ada hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia. Kata kunci : anemia, zat besi
ABSTRACT Eka noviawati. Medicine Study Programe. Relations iron intake with the incidence of anemia in force 2009-2011 PSPD students Uin Sharif Hidayatullah Jakarta. Anemia is a medical problem most often found around the world, in addition to a major public health problem, particularly in developing countries. Anemia The most common is iron deficiency anemia. The purpose of this study to determine the relationship of iron intake with the incidence of anemia in the 2009-2001 armed PSPD student UIN Sharif Hidayatullah Jakarta. Cross-sectional design of the study during the month of July-August 2012. With 92 samples. The results showed that respondents with less iron intake with anemia as much as 46.7% with p = 0.000. Thus there is a correlation between iron intake with anemia. Keywords : anemia, iron iii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. ................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN.. .............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN.. ............................................................................... iv KATA PENGANTAR .. ........................................................................................ v ABSTRAK.. ......................................................................................................... vii ABSTRACT..........................................................................................................vii DAFTAR ISI.. ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL.. .............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN.. ..................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4 2.1 Anemia .......................................................................... ....................... 4 2.1.1 Definisi Anemia .............................................................. ...... 4 2.1.2 Kriteria Anemia.......................................................................4 2.2 Prevalensi Anemia.. ............................................................................. 4 2.3 Klasifikasi Anemia.. ............................................................................. 5 2.4 Anemia Defisiensi Besi.. ...................................................................... 6 iv
2.5 Kompartemen Besi dalam Tubuh......................................................... 6 2.6 Metabolisme Zat Besi.. ......................................................................... 6 2.7 Absorbsi Zat Besi.. ............................................................................... .7 2.8 Mekanisme Regulasi Absorbsi Besi. ................................................... .9 2.9 Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi.. ................................................... 10 2.10 Etiologi Anemia Defisiensi Besi.. .................................................... .10 2.11 Gejala Anemia Defisiensi Besi... ..................................................... .11 2.12 Pencegahan Anemia.. ....................................................................... .11 2.13 Jenis- jenis Zat Besi.. ...................................................................... .12 2.14 Fungsi Zat Besi.. .............................................................................. .13 2.15 Sumber Zat Besi... ............................................................................ .14 2.16 Dampak Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi... ............................... 14 2.17 Tingkat Kecukupan Zat Besi dalam Makanan.. ............................... .14 2.18 Kebutuhan Zat Besi.. ........................................................................ .15 2.19 Mengukur Hemoglobin.. .................................................................. .16 2.20 Penilaian Konsumsi Pangan Individu.. ............................................. 17 2.21 Kerangka Teori.................................................................................. 20 2.22 Kerangka Konsep.. ............................................................................ 20 2.23 Definisi Operasional.. ....................................................................... 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 22 3.1 Jenis dan Desain Penelitian..................................................................22 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 22 v
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 23 3.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 23 3.5 Managemen Data ................................................................................ 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 26 4.1 Karakteristik Responden ..................................................................... 26 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan.. ......................... 26 4.2 Analisis Univariat.................................................................................26 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi.........................27 4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut FR dan FFQ........................28 4.2.3
Distribusi responden berdasarkan asupan food record fe........29
4.2.4
Distribusi responden berdasarkan hasil FFQ fe.......................30
4.2.5
Distribusi responden berdasarkan nilai Hb..............................31
4.3 Analisis Bivariat .......................................................................... ........31 4.3.1 Hubungan Asupan fe dengan Anemia.. ................................... 32 4.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 34 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35 5.1 Simpulan ............................................................................................. 35 5.2 Saran .................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36 LAMPIRAN ......................................................................................................... 38
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Anemia Menurut WHO............................................................4 Tabel 2.2 Prevalensi anemia pada berbagai kelompok..........................................4 Tabel 2.3 Klasifikasi Anemia................................................................................5 Tabel 2.4 Kandungan zat Besi dalam Makanan..................................................15 Tabel 2.5 Angka kecukupan Zat besi..................................................................15 Tabel 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan...................................26 Tabel 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi.................................27 Tabel 4.2.2 Rerata Analisis Asupan Berdasarkan FR dan FFQ...........................28 Tabel 4.2.3 Distribusi responden berdasarkan food record..................................29 Tabel 4.2.4 Distribusi responden berdasarkan hasil food frequency....................30 Tabel 4.2.5 Distribusi responden berdasarkan nilai hb.........................................31 Tabel 4.3.1 Hubungan Food frequency fe dengan Anemia..................................32
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Data hasil uji statistik ..................................................................38
Lampiran 2
Data kuisioner...............................................................................41
Lampiran 3
Riwayat Penulis............................................................................42
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Survei berbagai negara menunjukkan prevalensi anemia berkisar 32%-55%. Pada negara-negara berkembang insiden anemia masih sangat bervariasi. prevalensi anemia pada penduduk perkotaan sebesar 19,1%.1 WHO menyatakan bahwa 41,4 %-66,7 % remaja putri di Indonesia menderita anemia.2 Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit (red cell count). Salah satu penyebab anemia adalah defisiensi besi. Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Absorpsi besi yang efektif dan efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, misalnya vitamin C.3 Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 35 gram di dalam tubuh wanita dewasa.3 Selain sebagai komponen pembentukan hemoglobin zat besi berfungsi sebagai alat angkut elektron didalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.4 Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktivitas kerja. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi. Hal ini tentu berpotensi menghambat dan menurunkan prestasi, produktivitas, kualitas hidup mahasiswa yang biasanya syarat akan aktivitas diluar kegiatan perkuliahan. Kebutuhan zat besi pada wanita tiga kali lebih besar dari pada pria. Hal ini antara lain karena wanita mengalami haid setiap bulan yang berarti kehilangan darah 1
secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu anemia pada wanita terutama remaja putri dapat timbul akibat melakukan diet yang salah untuk menurunkan berat badan.4 Berdasarkan penguraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asupan zat besi pada mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah dan adakah hubungannya dengan terjadinya anemia? 1.3 TujuanPenelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian
anemia pada
Mahasiswi PSPD Angkatan 2009-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya karakteristik kadar hemoglobin pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Diketahuinya asupan zat besi pada mahasiswi PSPD angkatan 2009-2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswi Sebagai informasi mengenai keterkaitan antara asupan zat besi dengan anemia, serta memberikan informasi mengenai kesehatan dan status gizi dari masingmasing mahasiswi.
2
1.4.2 Bagi Masyarakat Umum Memberikan informasi bagi masyarakat umum mengenai hubungan antara asupan zat besi dengan anemia 1.4.3 -
Bagi Peneliti yaitu : Menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan.
-
Untuk menambah wawasan mengenai hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya
1.4.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menambah literatur dan sebagai informasi serta database mengenai pembelajaran mahasiswa yang terdapat di perpustakaan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Definisi Anemia Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Anemia ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit ( red cell count ).3 2.1.2 Kriteria Anemia Kriteria anemia berbeda-beda, tergantung jenis kelamin dan kelompok umur, batasan anemia menurut WHO tercantum pada tabel 2.1.3 Tabel 2.1 Kriteria Anemia menurut WHO Kelompok
Kriteria Anemia ( Hb )
Laki – laki dewasa < 13 g/dl Wanita dewasa tidak hamil
< 12 g/dl
Wanita hamil
< 11 g/dl
Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati (2009 p 1110)dikutip dari Hoffbrand AV, et al, 2001
2.2 Prevalensi Anemia Tabel 2.2 Prevalensi anemia pada berbagai kelompok Kelainan anemia sering dijumpai, diperkirakan lebih dari 30 % penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia.3 Seperti pada tabel 2.2 terdapat gambaran prevalensi anemia sebagai berikut :5
4
Kelompok
Prevalensi
Ibu hamil
63,5%
Anak balita
55,5%
Anak usia sekolah ( 6 – 12 tahun )
24%- 34%
Wanita dewasa
30%- 40%
Pekerja berpenghasilan rendah
30%- 40%
Laki – laki dewasa
20%- 40%
Sumber: supariasa dkk (2002)
2.3 Klasifikasi anemia Klasifikasi anemia digolongkan berdasarkan morfologi dan etiologi seperti yang terdapat pada tabel 2.3.3 Tabel 2.3 Klasifikasi anemia Klasisikasi Anemia I.
II.
III.
Anemia hipokromik mikrositer a.
Anemia defisiensi besi
b.
Thalasemia major
c.
Anemia akibat penyakit kronik
d.
Anemia sideroblastik
Anemia normokromik normositer a.
Anemia pasca perdarahan akut
b.
Anemia aplastik
c.
Anemia hemolitik didapat
d.
Anemia akibat penyakit kronik
e.
Anemia pada gagal ginjal kronik
f.
Anemia pada sindrom mielodisplastik
g.
Anemia pada keganasan hematologik
Anemia makrositer a.
b.
Bentuk megaloblastik 1.
Anemia defisiensi asam folat
2.
Anemia defisiensi B 12, termasuk anemia pernisiosa
Bentuk non- megaloblastik 1.
Anemia pada penyakit hati kronik
2.
Anemia pada hipotiroidisme
3.
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati ( 2009 p 111)
5
2.4 Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi
besi
merupakan anemia
yang terjadi karena
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, kekosongan cadangan besi (depleted iron store) menyebabkan pembentukan hemoglobin berkurang.3 Anemia defisiensi besi ditandai dengan anemia hipokromik mikrositer dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan cadangan besi kosong. Pada anemia akibat penyakit kronik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang oleh karena pelepasan besi dari sistem retikuloendotelial berkurang, tetapi cadangan besi masih normal. Sedangkan pada anemia sideroblastik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang dikarenakan oleh mitokondria yang terganggu sehingga menyebabkan inkorporasi besi ke dalam heme terganggu.3 2.5 Kompartemen besi didalam tubuh Besi di dalam tubuh terdiri atas 3 bentuk yaitu 3: 1. Senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang mempunyai fungsi di dalam tubuh. 2. Besi cadangan, yaitu senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang. 3. Besi transport, yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu yang berfungsi sebagai pengangkut besi dari kompartemen yang satu menuju kompartemen yang lain. Dalam keadaan normal seorang laki- laki dewasa mempunyai kandungan besi 50 mg/KgBB, sedangkan perempuan dewasa yaitu 35 mg/KgBB.3 2.6 Metabolisme Zat Besi Metabolisme zat besi dalam tubuh terdiri atas beberapa proses yaitu, penyerapan, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan, dan pengeluaran zat besi. Sebelum di absorbsi, besi non heme direduksi dari bentuk ferri (Fe3+) menjadi bentuk ferro (Fe2+) dengan bantuan asam aksorbat agar mudah diserap, sedangkan besi heme langsung di absorbsi. Absorbsi zat besi dari makan terjadi di bagian proksimal duodenum dengan bantuan alat angkut protein khusus yaitu transferin reseptor. Transferin mukosa mengangkut besi
6
dari saluran cerna ke dalam mukosa. Transferrin mukosa ini kemudian kembali
ke lumen saluran cerna untuk mengikat besi lain. Sedangkan
transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh. Zat besi dari makanan yang diserap oleh duodenum kemudian masuk ke dalam plasma darah sedangkan sebagian yang tidak diserap keluar dari tubuh bersama feses. Di dalam plasma berlangsung proses turn over, yaitu proses pergantian sel-sel darah merah baru. Setiap hari turn over besi ini sejumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg, berasal dari penghancuran sel-sel darah merah tua dan sel-sel yang telah mati. Dari proses turn over tersebut zat besi disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dengan menggunakan alat angkut yaitu transferin reseptor, dan sebagian besi lainnya disebarkan ke dalam sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Kelebihan besi di simpan sebagai protein ferritin dan homosiderin di dalam hati sebanyak 30%, sumsum tulang belakang 30%, dan selebihnya di dalam limpa dan otot. Dari simpanan tersebut sejumlah 50 mg zat besi dapat dimobilisasi untuk keperluan tubuh dalam sehari, seperti untuk pembentukan hemoglobin. Pengeluaran besi dari sel-sel yang sudah mati yaitu melalui kulit, saluran pencernaan, ataupun yang keluar melalui urin berjumlah 1 mg setiap hari, ini disebut dengan kehilangan basal ( Iron bassal losses).6 2.7 Absorbsi besi Zat besi yang terkandung dalam makanan memerlukan proses absorbsi dalam tubuh. Proses ini paling banyak terjadi di bagian proksimal duodenum. Hal ini karena PH dari asam lambung dan kepadatan protein tertentu yang diperlukan dalam absorbsi besi pada epitel usus. Proses absorbsi zat besi dibagi dalam 3 fase 3 : 1. Fase luminal : Zat besi yang terkandung dalam makanan diolah di lambung agar siap diserap di duodenum. Pada fase ini besi yang terkandung dalam makanan terdiri atas dua bentuk, yaitu : a. Besi heme : Tingkat absorbsi dan bioavabilitasnya tinggi. b. Besi non-heme : Tingkat absorbsi dan bioavabilitasnya rendah.
7
2. Fase mukosal : Proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses yang aktif. Penyerapan pada fase ini terutama terjadi di duodenum dan jejunum proksimal. Besi dipertahankan dalam keadaan terlarut yang dipengaruhi oleh asam lambung. Pada brush border dari sel absortif, besi feri dikonversi menjadi besi fero oleh enzim ferireduktase, yang dimediasi oleh protein duodenal cytochrome b-like
(DCYTB).
Tarnsport melalui membran difasilitasi oleh divalent metal transporter ( DMT 1, disebut juga sebagai Nramp 2 ). Setelah besi masuk ke dalam sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin, sebagian diloloskan melalui basolateral transporter ( ferroprotin disebut juga sebagi IREG 1 ) kedalam kapiler usus. Pada proses ini terjadi reduksi dari feri menjadi fero oleh enzim ferooksidase ( oleh hepahaestin, yang identik dengan seruloplasmin pada metabolisme tembaga), kemudian besi ( feri ) diikat oleh apotransferin dalam kapiler usus. Besi heme diabsorbsi melalui proses yang berbeda yang mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Besi heme dioksidasi menjadi hemin, yang kemudian diabsorbsi secara utuh yang diperkirakan melalui suatu reseptor. Abosrbsi besi heme jauh lebih efisien dibandingkan dengan besi non-heme. Besar kecilnya besi yang ditahan dalam enterosit atau diloloskan ke basolateral diatur oleh set point yang sudah diset saat enterosit berada di dasar kripta Lieberkuhn, kemudian pada waktu pematangan bermigrasi kearah puncak vili sehingga siap sebagai sel absorptif. Dikenal adanya mucosal block.dimana setelah beberapa hari dari suatu bolus besi dalam diet, maka enterosit resisten terhadap absorbsi besi berikutnya. Hambatan ini kemungkinan timbul karena akumulasi besi dalam enterosit sehingga menyebabkan setpoint diatur seakan-akan kebutuhan besi sudah berlebih. 3. Fase korporeal : yaitu proses yang meliputi transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel – sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi (storage) oleh tubuh. Besi setelah diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui proses pinositosis. Satu molekul transferin dapat
8
mengikat maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin akan diikat oleh reseptor transferin yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblas, kompleks transferin dan reseptor transferin akan terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisi oleh klatrin, cekungan ini mengalami invaginasi sehingga membentuk endosom, menyebabkan perubahan konformasional dalam protein sehingga melepaskan ikatan besi dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan bantuan DMT1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin mengalami siklus kembali ke permukaan sel sehingga dapat dipergunakan kembali. 2.8 Mekanisme regulasi absorbsi besi Ada tiga mekanisme dalam regulasi absorbsi dalam usus yaitu3 : 1. Regulator dietetik Absorbsi besi dipengaruhi oleh kandungan besi di dalam diet. Diet dengan bioavabilitas tinggi, yaitu mengandung besi heme (besi dari sumber hewani), serta adanya faktor enhancer akan meningkatkan absorbsi besi. Sedangkan diet dengan bioavabilitas rendah, yaitu mengandung besi nonheme (besi yang berasal dari sumber nabati), dan banyak mengandung inhibitor akan mengalami persentase absorbsi besi yang rendah. 2. Regulator simpanan Penyerapan besi juga diatur melalui besarnya cadangan besi dalam tubuh. Penyerapan besi akan rendah jika cadangan besi tinggi, sebaliknya apabila cadngan besi rendah maka absorbsi besi akan ditingkatkan. 3. Regulator eritropoetik Absorbsi besi berhubungan dengan kecepatan eritropoesis. Erytropoietic regulator mempunyai kemampuan regulasi absorbsi besi yang lebih tinggi dibandingkan stores regulator. 2.9 Klasifikai derajat defisiensi besi Dilihat dari derajat beratnya kekurangan besi di dalam tubuh, dapat debedakan 3 keadaan, yaitu3 : 1. Deplesi besi ( iron depleted state ), yaitu bila cadangan besi turun tetapi penyediaan besi untuk eritripoesis belum terganggu.
9
2. Eritripoesis defisiensi besi ( iron deficient erythropoesis ), yaitu bila cadangan besi dalam keadaan kosong, penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu namun belum timbul anemia secara laboratorik. 3. Anemia defisiensi besi, yaitu bila cadangan besi yang kosong dengan disertai anemia secara laboratorik. Dengan demikian jelas bahwa anemia defisiensi besi merupakan derajat kekurangan besi tahap lanjut. 2.10
Etiologi anemia defisiensi besi Penyebab anemia defisiensi besi antara lain : (1) rendahnya asupan besi, (2) gangguan absorbsi, (3) kehilangan besi akibat perdarahan yang menahun. Perdarahan dapat berasal dari saluran cerna akibat dari tukak peptik, penggunaan salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang. Selain itu perdarahan dapat pula berasal dari saluran genitalia pada perempuan yaitu akibat
menorhagia atau metrorhagia dan hematuria. -
Faktor nutrisi, akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi ( bioavabilitas ) besi yang tidak baik ( makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging ).
-
Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
2.11
Gangguan absorbsi besi : gastrektomi, kolitis kronik.3 Gejala anemia defisiensi besi
Gejala pada anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 yaitu3 : 1. Gejala umum anemia Gejala yang disebut sebagai sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi besi jika kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. 2. Gejala khas defisiensi besi :
Koilonychia : kuku sendok ( spoon nail ), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
10
Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
Stomatitis angularis ( cheilosis ) : adanya keradngan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna keputihan.
Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhlorodia
Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti : tanah liat, es, lem dan lain-lain.
3. Gejala penyakit dasar Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari kanker tersebut. 2.12
Pencegahan Anemia
1. Pendidikan kesehatan: kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian alas kaki untuk mencegah penyakit cacing tambang, penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi besi. 2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik yang sering dijumpai didaerah tropik. Pengendalian infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan pengobatan masal dengan anthelmetik dan perbaikan sanitasi. 3. Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita memakai pil besi dan folat. 4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi pada bahan makan. Di negara barat dilakukan dengan mencampur tepung utnuk roti atau bubuk susu dengan besi.3 2.13
Jenis – Jenis Zat besi Jenis zat besi dalam bentuk kimia didalam makanan terdiri atas dua jenis
yaitu :bentuk heme dan bentuk non-heme. Bentuk heme terdapat dalam hemoglobin yaitu terdapat dalam daging, hati dan ikan. Besi heme menyusun
11
sekitar 10-15% dari total besi dalam makanan. Absorbsi besi dalam bentuk heme ini dapat dikatakan sempurna dan sangat sedikit dipengaruhi oleh faktorfaktor lain dalam makanan. Besi dalam bentuk heme dapat langsung diabsorbsi melalui reseptor dan protein transporter tertentu terutama didaerah duodenum dan jejunum bagian atas. Penyerapan zat besi ini 20 -30 %.7 Sebanyak 80 % besi dalam makanan adalah dalam bentuk besi non heme. Bentuk ini terdapat pada 60% produk hewani dan 100 % produk nabati. Absorbsi besi non heme tergantung pada seberapa besar bentuk tersebut dapat larut dalam usus. Perubahan bentuk kimia dari ferri ( Fe 3+) menjadi ferro ( Fe2+) sangat menentukan daya penyerapan dan penggunaan besi non-heme ini. Penyerapan besi non-heme hanya sebesar 1-16%.7 Berdasarkan hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 3040% zat besi dalam hati dan ikan,50-60% zat besi dalam daging sapi,kambing, dan ayam adalah dalam bentuk heme. Zat besi ini terutama terdapat pada produk hewani hasil olahan darah, sedangkan zat besi non hewani atau zat besi dari bahan nabati pada umumnya terdapat dalam makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur- sayuran, buah-buahan.7 2.14 Fungsi zat Besi Fungsi zat besi dalam tubuh yaitu8: 1. Berfungsi Untuk Keperluan Metabolisme Energi Sebanyak 80% zat besi tubuh berada di dalam haemoglobin. Hemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebegai reservoir oksigen, menerima, menyimpan dan melepas oksigen dalam sel-sel otot. Pada kasus menurunnya produktivitas di sebabkan karena berkurangnya enzim-enzim mengandung besi dan kurangnya besi sebagai kofaktor enzim- enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, karena menurunnya hemoglobin darah. Akibat metabolisme energi dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
12
2. Untuk Kemampuan Otak mempunyai kadar besi yang tinggi yang diperoleh dari transport besi yg di pengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Defisiensi besi berpengaruh pada fungsi otak, terutama pada fungsi neurotransmiter. Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamine berkurang dan dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Jika ini terjadi maka daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, bahkan menurun. 3. Sebagai Sistem kekebalan Pada defisiensi besi, respon kekebalan oleh sel limfosit-T berkurang karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut yg disebabkan karena berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA karena gangguan enzim yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel darah putih yang berfungsi untuk menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. 4. Sebagai Pelarut Obat – Obatan Obat–obatan yang tidak larut dalam air dapat dilarutkan oleh enzim-enzim yang mengandung besi, sehingga dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
2.15 Sumber Zat Besi Sumber zat besi terdapat ada makanan hewani, seperti daging, ayam, ikan dan makanan hasil olahan darah seperti hati. Sumber zat besi lainnya yaitu telur, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau dan buah-buahan. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan yang disebut ketersediaan biologik ( bioavailability). Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai
ketersediaan
biologik
tinggi,
besi
dalam
kacang-kacangan
mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi dalam sediaan sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan seharihari yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuhtumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi.9
13
2.16 Dampak Kekurangan dan Kelebihan besi Defisiensi besi dapat menyebabkan tergangguanya pembentukan sel-sel darah merah sehingga konsentrasi heoglobin dalam darah berkurang yg pada akhirnya menyebabkan anemia. Kelebihan zat besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi, gejalanya seperti rasa muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala. Selain itu, kelebihan zat besi bisa dipakai oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.10 2.17 Tingkat Kecukupan Zat Besi dalam makanan Kecukupan zat besi bisa didapat di dalam makanan dan tiap makanan mengandung zat besi yang berbeda-beda, seperti dalam tabel 2.4.11 Tabel 2.4 Kandungan zat besi dalam makanan Bahan Makanan
Zat besi ( mg/ 100 g )
Hati
6,0 – 14,0
Daging
2,0 – 4,2
Ikan
0,5 – 1,0
Telur ayam
2,0 – 3,0
Kacang- kacangan
1,9 – 14,0
Tepung gandum
1,5 – 7,0
Sayuran hijau daun
0,4 – 18,0
Umbi- umbian
0,3 – 2,0
Buah- buahan
0,2 – 4,0
Beras
0,5 – 0,8
Susu sapi
0,1 – 0,4
Sumber : wirakusumah 1998
2.18 Kebutuhan Zat Besi Kebutuhan zat besi yang diserap berbeda-beda antara individu, umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis, seperti yang terdapat pada tabel 2.5 sebagai berikut :12
14
Tabel 2.5 Angka kecukupan zat besi
Gol. Umur
Berat Badan
Tinggi Badan
Energi ( Kkal )
Besi (mg)
0-6
bulan
5.5
60
560
3
7-12
bulan
8.5
71
800
5
1-3
tahun
12
90
1250
8
4-6
tahun
18
110
1750
9
7-9
tahun
24
120
1900
10
10-12
tahun
30
135
2000
14
13-15
tahun
45
150
2400
17
16-19
tahun
56
160
2500
23
20-59
tahun
62
165
Pria
60
Ringan
2800
13
Sedang
3000
13
Berat
3600
13
tahun
62
165
2200
13
10-12
tahun
35
140
1900
14
13-15
tahun
46
153
2100
19
16-19
tahun
50
153
2000
25
20-59
tahun
54
156
Wanita
>60
tahun
54
Ringan
2050
26
Sedang
2250
26
Berat
2600
26
154
1850
(+) Hamil
14 285
20
(+) Menyusui 0-6
bulan
700
2
7-12
bulan
500
2
13-24
bulan
400
2
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, Jakarta, 1993
15
2.19 Mengukur Hemoglobin Parameter yang digunakan untuk mengetahui seseorang mengalami anemia secara luas adalah hemoglobin (Hb), hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia Beberapa cara untuk mengukur kandungan hemoglobin dalam darah, yang paling banyak dilakukan secara automatik oleh mesin yang direkam khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah.13 Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain: cyanmethemoglobin dan sahli. 2.19.1 Cara Cyanmethemoglobin Cara cyanmethemoglobin bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli.13 2.19.2 Cara Sahli Cara ini mengubah hemoglobin menjadi hematin asam, selanjutnya warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu. Kelemahan pada metode ini kolorimeter visual tidak teliti, hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua hemoglobin diubah menjadi hematin asam.13 2.19.3 Hemoglobinometer Hemoglobinometer adalah alat untuk mengukur konsentrasi hemoglobin dalam darah. Dengan pengukuran spektrofotometri dari konsentrasi hemoglobin. Portable hemoglobinometer untuk mengukur konsentrasi hemoglobin yang dapat digunakan untuk yang tidak memiliki laboratorium, portable hemoglobinometer adalah alat noninvasif untuk menentukan konsentrasi oksigen di jaringan yang diambil dari permukaan kulit.13
16
2.20 Penilaian konsumsi pangan individu Metode penilaian
konsumsi pangan individual dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok utama ( Gibson, 1990 ), kelompok pertama disebut sebagai metode konsumsi harian kuantitatif, yang terdiri atas ingatan (recall) dan catatan (record). Metode ini dirancang untuk mengukur kuantitas pangan yang dikonsumsi individu selama kurun waktu satu hari. Kelompok kedua adalah metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan ( food frequency questionnaire, FFQ ). Keduanya meperoleh informasi restrokpektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa yang lalu.14 2.20.1 Metode Pencatatan Makanan ( food record method ) Catatan makanan ( dietary record ) atau catatan harian diet ( food diary ) adalah deskripsi lengkap jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, setiap kali makan, pada periodee tertentu yang ditetapkan, biasanya 3-7 hari. Catatan dapat berupa formulir khusus atau buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari. Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu.14 Prosedur pencatatan, terutama yang berkaitan dengan deskripsi lengkap jenis kuantitas pangan, harus dijelaskan kepada subjek atau responden. Pada metode ini subjek atau responden saat konsumsi pangan yang diminta untuk mencatat semua pangan (termasuk kudapan) yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu.14 Deskripsi lengkap pangan atau minuman yang dikonsumsi: 1. Kuantitas ( ukuran rumah tangga : piring, sendok, dan lain-lain ) 2. Jenis 3. Metode pemasakan 4. Merek ( bagi produk olahan ) Ukuran porsi pangan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan berbagai prosedur, yang masing- masing berbeda taraf presisinya. Untuk
17
mengukur porsi pangan dapat digunakan ukuran rumah tangga baku seperti piring, sendok makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan rol (untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti). Ukuran porsi biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan gizi.14 Jumlah hari yang diperlukan dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga, lima, atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada periode survei makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek hari dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi. Tidak ada kesepakatan tentang jumlah, jarak, dan pemilihan hari pencatatan untuk menandakan baik asupan kebiasaan pangan atau zat gizi individu dengan metode ini.14 2.20.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan Pada metode ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi deskriptif kualitatif tentang pola kebiasaan konsumsi pangan. Secara umum, metode ini tidak menghasilkan data kuantitas asupan pangan atau gizi.14 Kuesioner yang digunakan disebut kuesioner frekuensi makanan ( food frequency questionnaire, FFQ), terdiri atas : 1. Daftar pangan 2. Frekuensi konsumsi ( dalam hari, minggu, atau bulan ) Prinsip pendekatan frekuensi makan dalam kaitan antara asupan pangan (zat gizi ) dengan timbulnya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang (misalnya, diatas satu minggu, bulan, atau tahun), merupakan paparan yang lebih bermakna dibandingkan asupan pada beberapa hari. Oleh karena itu, perkiraan asupan pangan secara kasar dalam jangka panjang lebih tepat daripada perkiraan asupan pangan periode singkat. Selain metode penilaian konsumsi pangan yang disebutkan diatas, metode baru yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan individu adalah metode telepon, fotografi, dan perangkat elektronik untuk mencatat asupan pangan.14
18
2.21 Kerangka teori
Asupan zat besi
Terdapat zat penghambat absorbsi
Kebutuhan besi meningkat
Kehilangan besi akibat perdarahan , riwayat perdarahan akut/kronik
HB rendah Anemia defisiensi besi
Keterangan : variabel yang akan diteliti
variabel yang tidak diteliti
hubungan yang akan diteliti
hubungan yang tidak diteliti 2.22 Kerangka Konsep Variabel bebas Asupan fe
variabel terikat Anemia
19
2.23 Definisi operasional No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala pengukuran
1.
Asupan zat besi
Jumlah dan frekuensi zat yang dikonsumsi seseorang
Angket
-Food record -FFQ
1.cukup ( 26 mg per hari) 2.kurang (< 26 mg per hari )
Ordinal
2.
Anemia
suatu keadaan berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packet red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah.
Mengambil sedikit darah dari ujung jari subjek penelitian dengan menggunaka n lancet untuk mendapatka n nilai kadar hemoglobin
Hemoglobinometer
1.normal (Hb ≥ 12 gr/dl) 2.anemia (Hb < 12 gr/dl)
Ordinal
20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik dengan rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat besi dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.2 Lokasi dan waktu penelitian Tempat : Penelitian ini dilakukan di Kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta waktu
: Pada tanggal 6 Juli 2012 – 2 September 2012.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi untuk penelitian ini adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.3.2 Sampel Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria Inklusi
Mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal.
Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
Mengalami infeksi malaria, HIV, atau cacing tambang
Memiliki riwayat gagal ginjal kronik
Memiliki riwayat perdarahan akut atau kronik
Vegetarian
21
c. Kriteria Drop Out
Data responden tidak lengkap.
Tidak mengumpulkan hasil asupan makanan dalam bentuk food record dan food frequency.
3.3.4 Besar sampel n1 n2
Z
2 PQ Z
P1Q1 P2 Q2
P1 P2 2
2
Keterangan: Zα
: deviat baku alpha, ditetapkan sebesar 5% Zα = 1,64
Zβ
: deviat baku beta ditetapkan sebesar 20% Zβ = 0,84
P2
: proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau kontrol
Q2
: 1-P2
P1
: proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus
Q1
: 1-P1
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P
: proporsi total =
Q
: 1-P
P1 P2 2
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 yang kemudian ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 99.
22
Pengumpulan data populasi
3.4 Cara Kerja Penelitian
Pembuatan food record dan FFQ Validasi food record &FFQ Sampling dengan kriteria inklusi Pembagian food record dan FFQ
Pengukuran IMT dan Hb
Pengolahan data food record dan FFQ menggunakannutrisurvey
Pengelolaan SPSS
3.5 Managemen Data 3.5.1 TeknikPengumpulan data a. Data primer Data konsumsi makanan meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi makanan mahasiswi diperoleh dengan menggunakan formulir food record 3 hari dan semikuantitatif food frequency.Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan mikrotois. Data kadar hemoglobin diperoleh dengan menggunakan alat hemoglobinometer. Cara pengambilan sampel darah : 1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70% 2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada ujung jari subjek penelitian. 3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol. 4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan di atas test card dan bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol.
23
b. Data sekunder Data sekunder penelitian ini adalah data mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullahangkatan 2009-2011 yang masih aktif yang diperoleh dari bagian administrasi PSPD UIN. 3.5.2 Pengolahan Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah melakukan proses editing, yaitu memeriksa data hasil pengisian pencatatan oleh peneliti. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses men-entry data ke perangkat komputer lalu dilakukan coding yaitu mengkategorikan data serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data: Editing data
Data
Entry data ke komputer
Coding data
Cleaning data
3.5.3 Analisa 1 Analisa Univariat Analisa ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah sampel yang mengalami anemia, tidak anemia, serta gambaran asupan zat besi dan indeks massa tubuh dengan menyajikan data dalam bentuk tabel. 2 Analisa Bivariat Analisa ini merupakan suatu analisa untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dengan melakukan uji chi square. Uji chisquare dilakukan untuk menganalisa variabel dependen (anemia) dengan variabel independen (asupan zat besi), dimana kedua variabel ini bersifat kategorik. Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
24
3.5.4 Rencana Penyajian Data Data
disajikan
dalam
bentuk
tekstural
dan
tubural.
Kemudian
diinterpretasikan secara deskriptif. Data disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan.
25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2012, untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada Mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dengan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, kadar hemoglobin serta survey konsumsi menggunakan food record dan food frequency questionaire. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2009, 2010, dan 2011. Di awal penelitian, didapatkan responden sebanyak 99 orang, tetapi karena selama penelitian tidak terdapat data yang lengkap dari 7 orang responden, maka analisis data dilakukan hanya terhadap 92 responden. 4.1 Karakteristik responden Responden adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah yang memenuhi kriteria inklusi. Rerata umur responden adalah 20 tahun ( 18-21 tahun). Sebaran responden berdasarkan angkatannya tercantum dalam tabel 4.1.1 berikut ini : Tabel 4.1.1 Distribusi Responden berdasarkan Angkatan Jumlah
Persentase
2009
18
19%
2010
41
44,6%
2011
33
35,9%
Total
92
100%
Angkatan
Dari tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 92 responden diketahui bahwa sebagian besar responden dari angkatan 2010 (44,6%). 4.2 Analisis Univariat Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun tergantung.
26
4.2.1
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
Pada penelitian ini, status gizi responden dinilai melalui pemeriksaan antropometri dengan menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT). Nilai indeks massa tubuh responden kemudian dikelompokkan menurut klasifikasi Asia Pasifik. Rerata IMT responden adalah 21,13 kg/m2 (16,22-27,99). Sebaran status gizi responden tercantum pada tabel 4.2.1 Tabel 4.2.1 Distribusi responden berdasarkan status gizi
Jumlah
Presentase
Underweight Normal Overweight Obese
13 63 8 8
14,1 % 68,5 % 8,7 % 8,7 %
Total
92
100 %
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal. Akan tetapi, persentase responden yang memiliki status gizi underweight/gizi kurang cukup tinggi, yaitu 14,1 %. Laporan Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa secara nasional persentase status gizi kurang penduduk dewasa wanita adalah 12,3%.15 Banyak faktor yang dapat menyebabkan status gizi kurang diantaranya adalah pola makan yang salah. Kebiasaan/pola makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, misalnya : 1) tidak makan (missing meals) terutama makan pagi atau sarapan; 2) kegemaran makan snacks dan kembang gula serta soft drink; 3) remaja cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan yang tidak. Jenis makanan tersebut berbeda untuk tiap budaya, antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, remaja terutama remaja putri biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi atau siang (Robert & Williams 1996,).16 Kegiatan responden yang padat sebagai mahasiswi kedokteran, baik kegiatan perkuliahan
27
maupun aktivitas kemahasiswaan lainnya dapat mempengaruhi pola makan mereka sehingga asupan gizi tidak mencukupi. Kurangnya variasi makanan di kampus, tinggal terpisah dari orang tua, juga dapat mempengaruhi asupan responden. Dapat diketahui bahwa dampak indeks masa tubuh yang kurang yaitu mereka dengan berat badan terlalu rendah memiliki risiko osteoporosis (tulang keropos) yang lebih tinggi. Berat badan yang terlalu rendah juga berkaitan dengan gangguan sistem reproduksi, seperti infertilitas dan risiko mengalami keguguran saat kehamilan yang lebih tinggi. Berat badan terlalu rendah, dikombinasi dengan pola diet yang kurang asupan zat besi dan asam folat, berkaitan dengan masalah anemia.17 4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut Food Record dan Food Frequency Pada metode food record digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi dengan responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturutturut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Sedangkan metode food frekuensi adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. Tabel 4.2.2 Rerata analisis asupan food record dan food frequency Nutrisi
Rerata food record
Rerata food frequency
Kalori
932,96 kkal
-
Karbohidrat
101,59 gr
-
Protein
41,31 gr
-
Lemak
40,31 gr
-
Fe
10,56 mg
20,76 mg
28
Berdasarkan tabel 4.2.2 didapatkan perbedaan antara hasil analisis food record dan food frequency, pada asupan Fe. Hasil ini terdapat perbedaan yang mencolok karena pada metode food record ini responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum selama 3 hari (satu hari weekend dan 2 hari weekdays) karena metode ini dilaksanakan ketika bulan ramadhan. Asupan Fe bisa mempengaruhi hasil food record karena pada puasa ramadhan terjadi perubahan pola makan, yang semula tiga kali menjadi dua kali. Diperkirakan perubahan frekuensi makan ini dapat menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu pembahasan analisis asupan selanjutnya yang digunakan adalah hasil analisis food frequency.
Tabel 4.2.3 Distribusi responden berdasarkan asupan food record fe
Rerata asupan responden berdasarkan hasil food record asupan fe didapatkan nilai median 9,75 mg/hari (5,8 mg/hari- 14,8 mg/hari).
Tabel 4.2.3 distribusi responden berdasarkan food record
Kurang
Jumlah 77
Presentase 83,7 %
Cukup
15
16,3 %
Total
92
100 %
Rerata asupan fe pada responden berdasarkan hasil food record adalah kurang ( 83,7 % ) Menurut widyakarya nasional pangan dan gizi V, Jakarta 1993, angka kecukupan gizi untuk zat besi 26 mg.12
29
4.2.4
Distribusi responden berdasarkan hasil food frequency asupan fe
Nilai tengah responden berdasarkan analisis food frequency asupan fe adalah 12,05 mg/hari (7,8 – 35,7 mg/hari). Tabel 4.2.4 distribusi responden berdasarkan hasil food frequency Jumlah
Presentase
Kurang
62
67,4 %
Cukup
30
32,6 %
Total
92
100 %
Berdasarkan hasil tabel didapatkan sebagian responden dengan asupan fe kurang berdasarkan hasil food frequency sebanyak 67,4 %. Menurut widyakarya nasional pangan dan gizi V, Jakarta 1993, angka kecukupan gizi untu zat besi 26 mg.12 Pengambilan data asupan gizi dalam penelitian ini menggunakan FFQ (Food Frequecy Questionnaire). FFQ memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode pengambilan data asupan gizi yang lain seperti 24-hour- food recall, dimana dalam FFQ sudah tertulis daftar bahan makanan yang juga berfungsi untuk memudahkan responden mengingat apa saja yang telah dimakannya. Namun FFQ juga memiliki kelemahan, yaitu bias dari responden, pewawancara. maupun program yang akan mengolah data asupan gizi yang telah diambil dengan kuesioner FFQ.14 Metode food frequency ini responden diberikan list makanan yang mengandung zat besi dan responden mengisi makanan yg mengandung zat besi yg sudah tercetak di list tersebut apakah responden mengkonsumsi selama berapa kali dalam satu hari,satu minggu,satu bulan, ataupun dalam satu tahun. Karena responden yang kita ambil adalah mahasiswi dan kebanyakan dari responden merupakan anak kost yang sebagian besar makan secara tidak teratur dan asupan zat gizi yang kurang, sehingga asupan zat besi kurang yang akan berdampak pada gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan zat besi yang apabila tidak segera ditanggulangi, akan berkembang menjadi anemia defisiensi zat besi.3
30
4.2.5
Distribusi responden berdasarkan nilai Hb
Rerata responden berdasarkan kadar Hb adalah 12,2g/dl (9,7 – 13,9g/dl) Tabel 4.2.5 distribusi responden berdasarkan nilai hb Jumlah 43 49 92
Anemia Normal Total
Presentase 46,7 % 53,3 % 100 %
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hampir dari separuh responden mengalami anemia (46,7% ). Menurut WHO Regional Office SEARO,salah satu masalah Gizi remaja putri di Asia Tenggara adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira-kira 25-40% remaja putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat (Depkes,2003).18 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001) menunjukkan 26,5% remaja putri menderita anemia.19 Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lemah, letih, lesu sehingga akan mempengaruhi prestasi dan produktivitas kerja serta menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003).18 4.3 Analisis bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
31
4.3.1 Hubungan asupan Fe dengan Anemia Tabel 4.3.1 Hubungan asupan Fe dengan anemia
Status Anemia Asupan fe
Total
Anemia
Total Normal
N
%
N
%
N
%
Kurang
43
100
19
38,7
62 67,3
Cukup
0
0
30
61,2
30 32,6
43
100
49
100
92 100
P= 0,000 Dari tabel diatas menunjukan bahwa hampir dari separuh responden dengan asupan zat besinya kurang yang mengalami anemia, sedangkan tidak ada responden yang asupan zat besinya cukup mengalami anemia. Hasil dari uji 2 kelompok tidak berpasangan,yaitu antara food frequency asupan fe ( kurang, cukup ) dengan status anemia menggunakan metode chisquare diperoleh nilai p = 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara hasil food frequency asupan fe terhadap terjadinya anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian bahwa terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan nilai p = 0,000 ( p< 0,05 ).20 Remaja putri menderita anemia,hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Selain itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah dari pada pria, karena faktor takut gemuk.19 Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktifitas dan prestasi belajar. Disamping itu, remaja putri yang menderita anemia juga kebugaran tubuhnya akan menurun, sehingga menghambat prestasi dan produktifitasnya. Selain itu masa remaja merupakan
32
masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya pertumbuhan optimal.18 Asupan zat besi yang kurang pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemungkinan dikarenakan pada responden merupakan mahasiswi yang tidak tinggal bersama orang tua, sehingga pola makan tidak teratur, yang menyebabkan asupan zat besi berkurang, atau karena kesibukan para mahasiswi karena aktivitas yang padat, baik aktivitas di perkuliahan atau diluar perkuliahan ini yang menyebabkan pola asupan zat besi berkurang dan juga mengalami anemia. 4.4 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian dilakukan pada bulan ramadhan karena keterbatasan waktu yang menyebabkan hasil food record tidak menggambarkan asupan yang sebenarnya. Karena pada bulan ramadhan terjadi perubahan pola makan, yang semula tiga kali menjadi dua kali. 2. Penilaian asupan zat besi berdasarkan food record dan food frequency bersifat subyektif, tidak menggambarkan obyektif. Karena dalam analisis asupan mungkin saja bisa terjadi kesalahan dalam mengisi dan mengolah data. 3. Dalam
pengambilan
menggunakan
alat
darah
untuk
pemeriksaan
hemoglobinometer
menggunakan darah vena.
33
dan
nilai
hb
hanya
pemeriksaan
tidak
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pada penelitian ini diketahui bahwa prevalensi anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 46,7%. 2. Lebih dari separuh responden dengan asupan zat besi yang kurang 67, 4% 3. Rata-rata asupan fe pada mahasiswi PSPD UIN Syarif hidayatullah Jakarta adalah 20,76 mg 4. Terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia dimana p = 0,000
5.2 Saran 1. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar pengambilan data responden tidak pada saat bulan ramadhan karena ditakutkan hasilnya akan tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena pada saat bulan ramadhan dimana terjadi perubahan waktu pola makan dimana menurunnya asupan gizi. 2. Jika akan melakukan pemeriksaan hb sebaiknya dilakukan dengan pengambilan darah vena agar hasil tidak bias. 3. Untuk mahasiswi lebih diperhatikan lagi pola makan yang baik khususnya untuk asupan zat besi agar tidak terjadi berkurangnya asupan zat besi dan mengalami anemia 4. Untuk institusi agar diadakannya variasi makanan dikampus agar asupan para mahasiswi lebih baik lagi khususnya untuk asupan zat besi.
34
Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, jakarta ; 2007 2. WHO. Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention, and Control. A. guide for Programme Manager. 2001 3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V. Anemia defisiensi besi 1128-37. internal publishing pusat penerbitan ilmu penyakit dalam, jakarta; 2009 4. Dodik Briawan. Faktor resiko anemia pada siswi. Jurnal Gizi dan Pangan 6(1): 7483;2011. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/viewFile/4605/3091. pada tanggal 16 agustus 2012.
Diakses
5. Nadimin, Sri Dara. pengaruh pemberian suplemen besi dan multivitamin terhadap peningkatan kadar hemoglobin mahasiswa puteri. Jurnal media gizi panganXII(2);2011.https://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.com/2012/0 3/media-gizi-pangan-volume-xii-edisi-2 . Diakses pada tanggal 20 agustus 2012. 6. Price Sylvia. A, Wilson Lorraine M. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Process. Gangguan sistem hematologgi 255-65 Jakarta: EGC; 2006 7. Anita y. Kadar zat besi, serat, gula total; 2011 http://eprints.undip.ac.id/32600/1/398_Anita_Yuniarti_G2C007029.pdf. Diakses pada tanggal 20 agustus 2012 8. Aaltje E. Prevalensi anemia dan tingkat kecukupan zat besi pada anak sekolah;2011 http://repo.unsrat.ac.id/252/1/PREVALENSI_ANEMIA_DAN_TINGKAT_K ECUKUPAN_ZAT_BESI_PADA_ANAK_SEKOLAH. Diakses pada tanggal 21 agustus 2012. 9. Wirakusumah ES.Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.Trubus Agriwidya, jakarta; 1998 10. Dewi A. Hubungan konsumsi protein hewani dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada anak; 2006. http://wwwjournal.lib.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 21 agustus 2012
11. Agnita indah. Faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja, bogor;2009. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11373/I09aiy.pdf . Diakses pada tanggal 21 agustus 2012 12. Widya Karya.Daftar angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Nasional Pangan dan Gizi V,Jakarta; 1993 13. Permaesih D, S Herman.Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja. Buletin Penelitian Kesehatan 162-71. 2005 35
14. Siagan Albiner. Epidemiologi Gizi 22-27. Erlangga, jakarta;2010 15. Departemen Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, jakarta ; 2010 16. Supariasa IDN. Bakrie B. Fajar I. Penilaian Status Gizi.Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta; 2001 17. Indrawati. Pengaruh asupan kalori dengan perubahan indeks masa tubuh. http://repository.unand.ac.id/imt.pdf . Diakses pada tanggal 22 agustus 2012 18. Departemen Kesehatan RI.anemia pada remaja putri. Jakarta : Depkes RI. 2003. 19. Citra K. Anemia Gizi. http://lms.unhas.ac.id . diakses pada tanggal 22 agustus 2012 20. Dian p. Hubungan asupan zat gizi dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri, semarang;2011. http://eprints.undip.ac.id/32594/ diakses pada tanggal 1 september 2012. 21. M. Sopiyudin Dahlan. Satistik untuk kedokteran dan kesehatan. Salemba medika, jakarta; 2009 22. A. V. Hoffbrand . J. E. Pettit. P.A.H. Moss. Kapita selekta hematologi edisi 4. EGC, jakarta; 2005 23. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta, jakarta; 2010
36
Lampiran 1 Data hasil uji statistik klasifikasi imt Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Underweight
13
14,1
14,1
14,1
Normal
63
68,5
68,5
82,6
Overweight
8
8,7
8,7
91,3
Obese
8
8,7
8,7
100,0
92
100,0
100,0
Total
Nilai Hb Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
anemia
43
46,7
46,7
46,7
normal
49
53,3
53,3
100,0
Total
92
100,0
100,0
Hasil Asupan Food record fe Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
kurang
77
83,7
83,7
83,7
cukup
15
16,3
16,3
100,0
Total
92
100,0
100,0
Hasil asupan Ffq fe
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
62
67,4
67,4
67,4
Cukup
30
32,6
32,6
100,0
Total
92
100,0
100,0
Valid
37
Hubungan asupan fe dengan anemia klasifikasi hb * FRfe_1 Crosstabulation FRfe_1 kurang Count
Total
cukup
43
0
43
36,0
7,0
43,0
34
15
49
41,0
8,0
49,0
77
15
92
77,0
15,0
92,0
anemia Expected Count klasifikasi hb Count normal Expected Count Count Total Expected Count
Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,000
13,564
1
,000
21,457
1
,000
15,728 b
Df
Fisher's Exact Test
,000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
15,557
1
,000
92
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,01. b. Computed only for a 2x2 table
klasifikasi hb * FFQfe_1 Crosstabulation FFQfe_1 kurang Count
Total
cukup
43
0
43
29,0
14,0
43,0
19
30
49
33,0
16,0
49,0
62
30
92
62,0
30,0
92,0
anemia Expected Count klasifikasi hb Count normal Expected Count Count Total Expected Count
38
,000
Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,000
36,329
1
,000
50,735
1
,000
39,065 b
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,000 38,641
1
,000
92
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,02. b. Computed only for a 2x2 table
39
,000
Lampiran 2 Data kuisioner Lembar Persetujuan Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
NIM
:
Angkatan
:
No HP
:
Umur
:
Alamat
:
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden Saya memahami bahwa penelitian yang berjudul 1. Hubungan Asupan Vitamin C dan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2009-2011 2. Hubungan Asupan Fe dengan Kejadian Anemia pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2009-2011 tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia untuk menjadi responden Jakarta....., Agustus 2012 Responden
(……..............……………)
40
Nama Responden
:
Tanggal Lahir/umur
:
Angkatan
:
Nomer hp
:
1. apakah anda sekarang mengalami haid? a. Ya
b. Tidak
2. Berapa hari siklus haid anda 3 bulan terakhir? a. 25-32 hari
b. <25 hari
c. >32 hari
3. Berapa hari anda mengalami haid dalam 3 bulan terakhir? a. 1-2 hari hari
b. 3-5 hari
c. 7-8 hari
d. >8
4.apakah anda mengalami infeksi malaria, HIV, atau cacing tambang 3 bulan terakhir? a. Ya
b. Tidak
5. apakah anda memiliki riwayat gagal ginjal kronik? a. Ya
b. Tidak
6. apakah anda memiliki riwayat perdarahan (kecelakaan, pembedahan, hemoroid, ulkus peptikum) akut atau kronik 3 bulan terakhir? a. Ya
b. Tidak
41
Nama Responden
:
Tanggal Lahir/umur
:
BB/TB
:
BMI
:
Formulir Food Record 3 Hari Petunjuk pengisian 1. Isi form food record pada 2 hari weekday (senin-jumat) dan salah satu hari weekend (sabtu atau minggu) mulai kalian bangun pagi sampai tidur kembali di malam hari 2. Contoh pengisian jumlah dan ukuran Nasi 1(jumlah) porsi(ukuran) Hati sapi 1 potong sedang Mangga 2 buah Sayur bayam 1 mangkok 3. Apabila kalian makan makanan kemasan atau minum minuman kemasan, tuliskan mereknya, misal: Indomie mie goreng 1 bungkus jumbo Kopi nescafe moccacino 1 kaleng 4. Apabila kalian konsumsi suplemen(contohnya vitamin, dll), tuliskan mereknya 5. Bila tabel tidak cukup bisa tuliskan di balik lembar kertas isian
42
Hari /tgl
Waktu makan
Bahan Makanan
Jumlah
Ukuran
Dimana
II ................... ..../..../2012
Hari /tgl
Waktu makan
Bahan Makanan
III ................... ..../..../2012
43
Jumlah
Ukuran
Dimana
Hari /tgl
Waktu makan
Bahan Makanan
III ................... ..../..../2012
44
Jumlah
Ukuran
Dimana
Food Frequency Question Contoh pengisian Bahan makanan
ukuran
Jumlah
Nasi 100 gr
¾ gelas
1 piring/1 porsi
Tdk pernah
Dalam sehari
Dalam seminggu
Dalam sebulan
3x (dalam sehari makan nasi 3 kali
(1x makan 1 piring)
Kangkung
1 sdm/1 mangk uk
2x (dalam seminggu makan kangkung hampir 2 kali
3 sendok (1x makan 3 sendok)
5x(dalam 1 bulan 5 kali makan mangga
Mangga ¾ buah 1 buah harum besar (1x makan manis 90 1 buah) gr
- Jika tdk pernah di ceklist dibagian tdk pernah
45
Dalam setahun
Food Frequency Question Nama Responden
:
Tanggal Lahir/umur
:
BB/TB
:
BMI
:
Asupan Zat Besi No 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Bahan makanan Nasi (100 gr) Nasi merah (100 gr) Jagung Biskuit (40 gr) Mie kering (50 gr) Roti tawar putih (70 gr) Jambu monyet Kacang bogor,kacang arab,kacang ercis Kacang hijau Kacang kedele (25 gr) Tahu (110 gr) Tempe(50 gr) Oncom (50 gr) Kacang tanah bungkil (15 gr) Kecap Kelapa Air kelapa Kacang kenari Ketumbar Kwaci Melinjo/empin g Wijen
Ukuran
Jumlah
¾ gelas ¾ gelas 1 sdm/ 1 mangkuk 4 buah besar 1 gelas 3 iris
2/5 sdm 2 biji besar 2 ptg sedang 2 ptg kecil 2 sdm
46
Tidak pernah
Setiap hari
Dalam Seminggu
Dalam Sebulan
Dalam Setahun
23 24 25 26 27 28
29 30
31
Hati ayam (30 gr) Daging ayam (50 gr) Hati sapi (50 gr) Daging sapi (50 gr) Hati kambing Daging kambing (40 gr) Dendeng sapi (15 gr) Telur ayam (55 gr)
42
Telur bebek (50 gr) Ikan bandeng Ikan peda (35 gr) Ikan bawal Ikan mas (45 gr) Ikan ekor kuning Ikan asin kering (15 gr) Kerang (90 gr) Ikan sarden Ikan rebon kering Ikan teri (15 gr) Sayur bayam
43
Bayam merah
44 45 46
Cabe merah Cabe rawit Daun bawang
47
Daun melinjo
48
Daun singkong
49
Jamur kuping
50
Kangkung
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
1 buah sedang 1 pitg sedang
1 ptg sedang
1 ptg sedang
1 ptg sedang 1 butir
1 ekor kecil
1/3 ekor kuning
1 ptg sedang ½ gelas
1 sdm 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk
1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1
47
51
Daun katuk
52
Daun kemangi
53
Leunca
54
Daun sawi
55
Selada air
56
Kedondong (120 gr) Kesemek (65 gr) Mangga harum manis (90 gr) Buah pala (120 gr) Pisang (50 gr) Salak (75 gr) Susu kambing (150 gr) Susu sapi (200 gr)
57 58
59 60 61 62 63
mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 1 sdm/1 mangkuk 2 buah sdang ½ bh ¾ bh besar
4 bh sdg 1 bh sdg 1 bh besar ¾ gls 1 gls
Minuman/suplemen yg mengandung zat Besi (merek, mg)
48
Lampiran 3 Riwayat Penulis Identitas : Nama
: Eka Noviawati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: tangerang, 16 November 1991
Agama
: Islam
Alamat
: jln.raya kawasan industri pasar kemis rt 18/08 no.49 Cikupa-tangerang
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan :
1997 – 2003
: Sekolah Dasar Negeri 5 pasar kemis
2003 – 2006
: Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 pasar kemis
2006 – 2009
:SMA manbaul ulum Asshiddiqiyah
2009 – Sekarang
: Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
49