HOW TO SCRIPT A KISS #TheScriptProject2
iv
Daftar Isi
ix
Putri Widi Saraswati
No Words - #3 Science and Faith – Science and Faith Moon Boots - #3
3
ku tak ingin purnama ini ditelan Batara Kala.‖ ―Kenapa?‖ ―Saat nanti kau terbang ke bulan, jadi bidadari, dan meninggalkanku, aku tak mau kau berakhir di perut seorang buto.‖ ―Tapi tak ada yang bilang di sana aku akan dimakan raksasa.‖ ―Siapa tahu.‖ ―Ssst. Sudah, diam. Menikmati gerhana tak boleh banyak omong.‖ O, Sayang. Bagaimana kau bisa mencitrakan perpisahan, kepergian, dengan begitu ringan? Bidadari terbang ke bulan, katamu. Seolah tak ada apa-apa. Seolah ini bukan apa-apa. ―Tidakkah lebih indah seperti itu?‖ katamu saat aku mengajukan protes. ―Dalam dongeng, tak ada yang harus merasa masygul. Dan tahukah kamu? Siapa tahu Neil Armstrong pun dulu bertemu banyak bidadari.‖ Ah. Sekarang siapa yang banyak omong, Sayang? ―Nanti jangan lupa gambarkan aku,‖ mintamu. ―Tapi jangan seperti ini. Ya?‖ Jemarimu menarik-narik selang yang berdesis di hidungmu. Aku berusaha membayangkanmu. Mengenakan baju keperakan, sepasang sayap menyilaukan membentang di kelok bahumu. Kau lepas. Bebas. Kulitmu bersimbah cahaya bulan kelip, seolah Dewa Chandra sendiri turun dari swargaloka menjemputmu. ―Kau akan butuh tabung oksigen di bulan,‖ kataku, mengabaikan tepi mataku yang mulai menghangat. ―Tak ada atmosfer di sana. Nanti akan kugambarkan satu. Yang paling canggih. Begitu mungil, sampai-sampai kau takkan merasakannya di balik sayapmu.‖ ―Ah, repotnya,‖ bisikmu. ―Jangan terlalu logis. Bidadari tak perlu tabung oksigen. Cukup terakan saja wajahku di permukaan bulan.‖ Lalu kau tertidur. Di lekuk lenganku.
―A
I could burn you ear off all about space Why we have a moon, the moon has a face But there are no words
4
―Udah sana. Gue nggak akan ikut.‖ ―Rea. Re. Lo jangan jadi nggak waras kayak gini, dong, Re. Kasihan Luna….‖ ―Lo jangan sebut-sebut itu lagi, Sur. Jangan sekali-sekali.‖ Surya tertegun. Menatapku dengan ekspresi keras yang tak pernah kulihat sebelumnya. ―Munafik lo, Re. Bukan begini caranya berkabung. Pengecut.‖ Kudorong dadanya. Ia pergi. Bagus. Peduliku, toh, sudah habis. Tapi rupanya air mataku tak sehabis itu. Ya, aku memang pengecut. Lelaki mana yang takkan jadi pengecut bila ditinggalkan semena-mena? Kutampar pelipisku. Air mata itu memenuhi pandanganku, membuat segalanya bayang-bayang. Bayang-bayangmu, yang memakai gaun putih yang sama sekali tak kusuka. Bayangbayang orangtuamu, menaruh bunga di dadamu, bahu mereka berguncang seperti sedang gempa bumi. Bayang-bayang Surya, menopang peti berat berisi tubuh adik kesayangan, menggerutu sambil mengisak bahwa setahunya beratmu tak pernah lebih dari lima puluh. Air mata itu jatuh, tenggelam di antara serat kertas. Lihat aku, Sayang. Lihat aku. Charles Darwin akan murka melihatku. Seorang mahasiswa biologi, merusak buku suci teori evolusi dengan perasaan-perasaannya yang tak terkendali! Bidadari bulan apanya. Setan. Setan semua. Air mata itu makin memburu. Di bawahnya, bagan evolusi manusia seolah beriak. Kera di tanah. Kera tegak. Manusia membungkuk. Manusia tegak. Apakah kera bisa mencinta? Apakah kera kehilangan? Jika tidak, aku berdoa pada Darwin,tolong biarkan aku tak berevolusi. Siapa kira berakal budi akan terasa sepahit ini? I tried pushing evolution As the obvious conclusion of the start But it was for my own amusement Saying love was an illusion of a hopeless heart
5
Ada penjual tiket untuk terbang ke bulan. Aku menatap sebuah amplop putih dan sepasang sepatu baru. Tak sepertimu, untuk pergi ke bulan aku butuh sepatu astronot. Aku tahu, mereka sudah menyediakan jalur spesial untukmu, jalan khusus dengan segala kemudahan untuk para bidadari. Tetap saja, sebelum kau pergi, aku telah telanjur membeli dua tiket itu. Hanya supaya ada yang bisa aku kenang. ―Jadi pergi, Re?‖ Surya sesungguhnya belum memaafkanku. Aku pun belum. ―Tiketnya udah di tangan,‖ gumamku. Kita lahir sendirian. Mati sendirian. Ada cukup banyak kesendirian dalam hidup manusia. Bukannya aku tak berusaha, Sayang. Sumpah mati, sudah kucoba melesapkan kenangankenangan kita dalam kabut kelabu yang sedang memenuhi kepalaku ini. Sebab hakikat manusia, awal akhirnya, adalah kesendirian. Tapi aku tak sanggup. ―Gue baru tahu Luna suka meditasi.‖ Surya memandangi isi amplop itu. Aku tak menjawab. Di bulan akan sunyi sekali, begitu katamu waktu itu, sementara jarimu menunjuk sebuah gambar promo yang lewat di linimasa media sosial. Bagaimana kalau kita berlatih dengan sunyi, Re? Kita berdua saja. Siapa tahu bisa sekaligus berlatih telepati. Aku tak mungkin membawa telepon ke sana. ―Nanti sore, ya, berangkat ke Denpasar? Berapa lama, seminggu?‖ ―Hm-mh.‖ ―Rasanya gue pengin ikut. Mungkin seluruh keluarga gue harusnya ikut juga.‖ Jangan, bisikku dalam hati. Kalian tak punya sepatu bulan. Di balik lemari, tersembunyi dari pandangan luka di mata Surya – luka yang sama – kudekap sepatu pemberianmu itu. I‘ve got my moon boots on I‘m headed for a great new world The only difference is that you‘re not here
6