Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
1
Hong Kong Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari Teks dan foto oleh: Pitra Satvika Desain sampul dan buku oleh: Pitra Satvika www.media-ide.com Galeri foto bisa pula dilihat di: eyesight.media-ide.com © 2009 Pitra Satvika
Hak cipta setiap bagian dari buku ini adalah sepenuhnya milik Pitra Satvika. Buku ini boleh didistribusikan ulang sepanjang dalam bentuk utuh dengan tidak menghilangkan satu halaman apapun. Buku ini tidak boleh dikomersialkan, dalam bentuk disewa, dijual, ataupun dalam bentuk lain yang menghasilkan uang, tanpa izin tertulis dari Pitra Satvika.
2
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
5 November 2009
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
3
Kesempatan nggak datang dua kali katanya. Haha, siapapun yang bilang itu mungkin nggak pernah menciptakan kesempatannya sendiri. Di tanggal 5 November 2009 ini aku sudah menapakkan kedua kakiku di Hong Kong. Ini kesempatan kedua kalinya dalam setahun ini aku bisa berjalan-jalan menikmati pemandangan negeri orang, dengan (hampir) tanpa membayar. Setidaknya ongkos tiket dan akomodasi selama 3 hari ditanggung. Selebihnya ya harus menanggung sendiri. Kesempatan dimulai saat Enda Nasution berhalangan untuk datang ke acara Blogfest Asia yang diselenggarakan di Hong Kong tanggal 6-8 November 2009. Acara ini akan dihadiri oleh lebih dari 300 peserta, yang sebagiannya berasal dari beragam negara di Asia. Enda membuka kesempatan kepada siapapun yang bisa menggantikannya. Aku pun ikut mendaftar. Setelah Enda menyampaikan surat rekomendasi ke panitia Blogfest Asia, dengan Ching Chiao, akupun tetap diminta untuk mengisi form registrasi di situsnya (www.blogfest.asia). Aku cerita sepanjang-panjangnya tentang apa yang pernah aku lakukan sebagai blogger dan pelaku media sosial di Indonesia. Form itu juga memberikan pilihan, apakah aku ingin datang atas biaya sendiri, dibayarkan sebagian (hanya akomodasinya saja), atau dibayarkan penuh. Tentu saja aku berharap bisa dibayarkan penuh.
4
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Ching sempat mengirimkan email kalau aku tidak keberatan, aku diminta untuk membayar sendiri tiket perjalanan ke Hong Kong. Sebentar, aku cek dulu berapa harganya. Cara termudah memang menggunakan Garuda Indonesia, dengan biaya $US 440. Cara lebih sulit dengan berganti-ganti pesawat, dengan biaya yang lebih murah. Ke Kuala Lumpur dulu dengan Air Asia, lalu lanjut lagi dari sana dengan Air Asia pula ke Hong Kong. Alternatif lainnya dengan mencari penerbangan ke Macau, dan menyeberang dengan kapal ke Hong Kong. Hmm, aku masih bingung mengambil keputusan. Hingga akhirnya Ching kembali mengirimkan email kalau ternyata aku mendapatkan sponsor perjalanan secara penuh, dengan limit $US 500. Kalau begitu ya nggak usah pikir-pikir lagi. Aku memilih yang termudah saja, dengan Garuda Indonesia.
Pagi pukul 9:15 aku sudah meninggalkan Jakarta. Perjalanan ke Hong Kong akan ditempuh dalam waktu 4,5 jam. Aku mulai membandingkan perjalananku ini dengan perjalananku
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
5
bulan Juni 2009 kemarin ke Jerman. Seharusnya setelah punya pengalaman berkelana sendiri jauh-jauh ke Jerman tidak membuatku gugup, namun ternyata kegugupan itu tetap ada. Seperti biasa, kalau gugup perutku pasti terasa sakit. Tak terhitung berapa kali hari itu aku bolak-balik ke toilet, baik itu di bandara maupun di pesawat. Salah satu hal yang membuatku lebih tenang adalah, aku belum merasa asing saat di pesawat. Dulu saat berangkat ke Jerman, aku menggunakan KLM dengan penumpang yang mayoritasnya warga Eropa. Sungguh aku sudah merasa asing sesaat aku masuk ke dalam pesawat. Setidaknya kali ini, aku masih merasa nyaman, karena selain awak kapal adalah orang Indonesia, mayoritas penumpangnya pun juga orang Indonesia. Hahaha, sepertinya orang Indonesia pergi ke Hong Kong nggak berbeda dengan ia pergi ke Singapura atau mungkin ke Bali. Aku melihat ada beberapa TKW pula ikut di pesawat ini. Mereka berangkat berkelompok. Logat Jawa mereka terdengar kental. Kalau dulu seluruh crew KLM berusia senior (alias tua), tidak demikian dengan crew Garuda Indonesia. Mereka masih muda, nggak berbeda dengan crew yang biasanya ikut dalam penerbangan dalam negeri. Aku sempat berpikir kalau senioritas berbanding lurus dengan arah dan jauhnya trayek perjalanan yang ditempuh. Itulah mungkin kenapa crew KLM yang dilibatkan dalam perjalanan ke luar negeri adalah crew yang senior dan lihai menangani penumpang. Pesawat GA 860 yang kutumpangi sempat berguncang beberapa kali di awan. Beberapa kali pula pilot mengingatkan penumpang untuk tetap mengenakan sabuk pengaman, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Sepertinya guncangan seperti
6
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
ini sudah sering terjadi, sehingga sudah disiapkan pula rekaman dengan pesan serupa dalam bahasa Mandarin. Pesawat Boeing seri A330-200 ini juga dilengkapi dengan televisi mini di setiap bangkunya. Aku bisa memilih film, musik, dan bermain game di televisi mini yang menempel di belakang bangku orang yang duduk di depanku. Ada remote berkabel untuk memilih menu dan berinteraksi dengan game. Layarnya pun menggunakan layar sentuh. Sayangnya meski terlihat canggih, namun kalau dibandingkan dengan televisi di KLM, masih tertinggal jauh. Dari kecepatan peralihan gambar, tidak ada adanya peta yang menampilkan posisi pesawat saat ini, hingga kurang banyaknya koleksi film, musik, dan game. Namun, setidaknya aku tetap punya hiburan.
Selama perjalanan aku memutar lagu-lagu dari album Bonnie Tyler dan Anggun, sembari aku membaca novel (kapan lagi coba ada kesempatan baca buku?) dan menikmati suguhan
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
7
makan siang yang lumayan, meski tidak terlalu menendang. Nasi, ayam, sayur bayam dan capcay, plus roti. Pesawat mendarat di Bandara International Hong Kong pukul 14:50. Tepat waktu. Waktu di Hong Kong satu jam lebih cepat daripada waktu Jakarta. Kelompok TKW yang tadi kuperhatikan, sesaat setelah keluar pesawat, salah satunya langsung menelpon, dengan bahasa Mandarin. Wow, mereka sepertinya memang sudah lama berada di Hong Kong. Bahkan saat aku berjalan menuju pemeriksaan imigrasi, ada satu meja khusus yang dijaga seorang perempuan dari Indonesia yang meminta para kelompok TKW ini untuk berkumpul. Sepertinya para pekerja Indonesia di Hong Kong sudah terkoordinir hingga sudah ada yang mengatur mereka saat penjemputan.
Salah satu yang menjadi kendala di Hong Kong adalah bahasa. Meski banyak dari mereka yang terbiasa berbahasa Inggris, tetap saja susah dipahami, karena dialeknya yang nggak
8
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
jelas. Itulah yang terjadi saat setelah aku keluar dari imigrasi dan mengambil bagasi. Aku bertanya-tanya dimana tempat membeli tiket untuk bus. Seperti dipingpong, karena setiap orang yang kutanya menunjukkan arah yang berbeda dengan bahasa Inggris yang tidak jelas pula. Akhirnya setelah sedikit memutari bandara, bertemu juga dengan pintu keluar dengan banyaknya bus publik di sana. Untuk acara Blogfest Asia ini, aku diinapkan di City View Hotel di daerah Yau Ma Tei, Kowloon. Informasi yang kudapat dari situs hotel, aku bisa menggunakan bus nomor A21 dengan tiket seharga $HK 33. Aku berhasil menemukan tempat pembelian tiket dan mengantri di titik bus yang ditentukan. Sembari mengantri, aku terus mencoba mencari layanan selular yang mendukung roaming 3G. Terlalu banyak pilihan penyedia layanan selular di Hong Kong, dan setelah mencoba banyak pilihan, yang lancar 3G-nya adalah SMC-Voda (mungkin ini Vodafone?). Perjalanan dengan bus sungguh menarik. Karena bus bertingkat, aku pun duduk di lantai atas. Aku sengaja memilih bus daripada mencoba menggunakan MTR (kereta), karena aku
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
9
ingin menikmati panorama kepulauan Hong Kong. Perjalanan melewati jembatan besar yang menghubungkan Lantau Island, tempat bandara dengan daratan Kowloon. Perjalanan puluhan meter di atas laut naik dan turun melewati jalan sambil melihat bangunan-bangunan tinggi yang berada di perbukitan. Serasa jalan-jalan raya pun memiliki banyak tingkat. Huh, melihatnya saja sudah bingung. Sepertinya simpang Cawang Jakarta yang mumet itu nggak ada apa-apanya. Setelah perjalanan sekitar 20 menit, bus pun akhirnya sampai ke pusat kota. Jalan raya Nathan Road membelah Kowloon dari utara ke selatan, dengan toko-toko komersial penuh berdempet di kiri kanannya. Bus melewati area Mong Kok hingga sampai di Yau Ma Tei. Aku memperhatikan ritme penduduk kota Hong Kong. Kalau aku perhatikan toko-toko yang berada di kiri kanan jalan, tak berbeda jauh dengan daerah kota. Dusdus berantakan di dalam toko, dan tempat-tempat penjualan material sama tak rapihnya seperti di Jakarta. Bedanya, begitu sudah menyentuh area publik, seperti trotoar dan jalan,
10
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
semuanya tetap dijaga kebersihannya. Aku turun di Yau Ma Tei dan melanjutkan dengan berjalan kaki. City View Hotel hanya sekitar 100 meter dari situ. Aku menyeret koper melewati kepadatan warga Hong Kong di sore hari. Sesampainya di City View Hotel, senangnya aku melihat resepsionis hotel yang cantik. Aku menyebutkan nama, sambil mengatakan kalau aku sudah reservasi sebelumnya. Ia memberiku kartu kamar bernomor 6010. Tak ada yang spesial dari hotel ini, nggak berbeda dengan hotel pada umumnya. Tidak membuatku berkesan seperti saat aku tiba di Bonn, Jerman bulan Juni lalu. Satu hal yang cukup bodoh adalah, saat aku ingin mengeset televisi di kamar. Aku ingin mengeset supaya gambar tidak distorsi wide. Sayangnya, menunya dalam bahasa Mandarin. Asal tebak-tebak, dan ternyata tombol yang aku tekan adalah mereset seluruh saluran. Hahaha, sambil mencoba-coba lagi (dalam kegelapan membaca huruf) aku pun berhasil mengembalikan saluran seperti sedia kala. Masalah lainnya adalah batere ponsel dan notebook yang mau habis. Aku memang membawa colokan listrik universal dari Jakarta. Sialnya, aku belum tes colokan itu sebelumnya. Setelah dicoba, sial, colokannya nggak menyala. Sempat berpikir untuk mencari colokan seperti itu di sekitar hotel. Pasti sih ada, hanya entah di mana. Untungnya, sebelum aku pusing memikirkan itu, aku tanya dulu ke resepsionis hotel yang untungnya mereka punya, dan bisa dipinjam. Masalah pun bisa dipecahkan. Setelah cukup lama mencas ponsel, aku pun memutuskan untuk keluar berjalan-jalan melihat kondisi kota Hong Kong.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
11
Saat itu sudah menjelang jam enam sore, dan daerah Yau Ma Tei sudah penuh dengan lautan manusia. Aku berputar-putar berjalan kaki mempelejari ritme kehidupan kota. Sebenarnya sih, nggak terlalu berbeda jauh dengan keramaian Pasar Baru di Jakarta. Toko-toko yang berdempet, semua orang berjalan kaki, dengan banyak karyawan restoran dan toko mencoba menarik perhatian di jalan dengan papan dan brosur.
Nathan Road semakin penuh dengan kendaraan dan bus. Bus tingkat dan bus kecil berisikan 18 orang terlihat banyak sekali di jalan. Transportasi ini lebih disukai daripada membawa kendaraan sendiri. Selain parkirnya sulit, pastinya mahal pula. Bus berhenti hanya di titik-titik halte yang ditentukan, dengan orang mengantri tertib masuk ke bus yang diinginkan. Taksitaksi berwarna putih setrip marun hanya berhenti di titik-titik yang ditentukan, tak boleh berhenti di sembarang tempat. Semakin malam, lampu-lampu pertokoan pun mulai menyala.
12
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Menyala dalam artian sebenar-benarnya. Kota terlihat terang benderang oleh lampu-lampu kios, billboard, dan neon sign, seakan-akan semua berusaha saling merebut perhatian. Namun kalau diperhatikan, semua gemerlapan itu hanya terjadi di lantai dasar tempat pejalan kaki ramai berlalu lalang. Lantai dua hingga ke atas yang umumnya dipakai untuk hunian tidak terlalu terlihat gemerlap. Beberapa bangunan malah terlihat lusuh dan kotor, meski lampu-lampu terang menyala di lantai terbawahnya. Hal lain yang menarik adalah tentunya perempuan Hong Kong dan gaya berpakaiannya. Sungguh, banyak terlihat perempuan cantik berjalan-jalan di Yau Ma Tei. Pakaiannya pun sungguh stylish. Kalau ini Jakarta, seperti berasa di Senayan City atau Mal Kelapa Gading. Mata nggak bosan jadinya memperhatikan mereka dengan gayanya masing-masing. Beberapa dari mereka (dan juga prianya) terlihat memojok di salah satu sudut gang untuk merokok. Mereka terlihat tidak merokok di sembarang tempat. Usut punya usut, ternyata Hong Kong sudah memberlakukan aturan tidak boleh merokok di ruang publik yang tertutup seperti restoran, karaoke, mal, dan bar. Merokok juga dilarang di angkutan transportasi publik, pantai, kolam renang, hingga eskalator. Pelanggaran ini bisa dikenakan penalti $HK 1.500. Selain itu, kalau belanja di toko, setiap pembelian dengan kantung plastik akan dikenakan biaya tambahan $HK 0.5, sebagai ajakan kepedulian warga Hong Kong akan lingkungannya. Malam itu aku memilih untuk tidak makan yang aneh-aneh. Aku pilih yang pasti aman saja. KFC dekat hotel pun menjadi pilihan. Tempatnya kecil, di lantai dua, berada persis di atas Burger King. Paket menunya agak berbeda dengan di Jakarta.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
13
Aku tidak menemukan paket yang ada nasinya. Akhirnya aku memutuskan untuk makan beberapa ayam serta Pepsi saja. Yang agak aneh pula, KFC Hong Kong tidak menyediakan baik saus tomat maupun sambal. Agak aneh rasanya menggado ayam tanpa saus. Ternyata bukan hanya aku yang merasa aneh. Saat aku sedang makan, aku melihat dua orang ibu mengantri pula. Mereka berwajah melayu dan mengenakan kerudung. Karena sedari tadi aku menemukan banyak orang berbahasa Indonesia, aku pun berasumsi kalau ibu-ibu ini pun juga dari Indonesia. Salah satu ibu terlihat pula mencari saus tomat atau sambal, yang memang tidak disediakan. Saat aku turun pulang, aku mendengar mereka beserta tiga orang bapak-bapak lainnya saling bercakap-cakap dalam bahasa Jawa. Yaaah, bahasa Jawa lagi? Hahaha, apakah jangan-jangan bahasa Jawa ini adalah bahasa populer ketiga di Hong Kong setelah Mandarin dan Inggris? Ada hal menarik di jalan, yang mungkin luput dari perhatian.
14
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Semua trotoar dan penyeberangan jalan di kota ini memberi kenyamanan bagi para pejalan kaki, termasuk pula para penyandang cacat. Desain trotoar yang menurun ke jalan, lebar trotoar hingga 2 meter tanpa gangguan, serta rambu-rambu penyeberangan pejalan kaki yang disertai pula dengan bunyi. Tentunya ini memudahkan untuk mereka yang tuna netra karena mereka bisa “mendengar” rambu-rambu lampu merah dan hijau untuk pejalan kaki. Setelah puas berputar-putar (tanpa membeli apa-apa, karena memang nggak niat berbelanja), aku pun kembali ke hotel. Niatnya berjanji bertemu dengan Ching di lobi hotel, namun sepertinya kami tidak berpapasan. Aku berniat menggunakan internet, sayangnya tidak ada yang gratis. Ada paket wifi yang murah sebenarnya, sekitar $HK 48 per bulan, namun hanya berlaku untuk satu notebook/laptop/mobile. Sialnya, paket itu hanya berlaku untuk warga Hong Kong saja.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
15
Ya sudah, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat saja. Tentunya sambil menuliskan jurnal hari pertama ini, sembari menonton saluran televisi Pearl yang berbahasa Inggris. Ada salah satu iklan televisi yang berulang kali membuatku tertawa, yakni iklan tissue merk Tempo. Kebetulan ada nih videonya di YouTube. Silakan lihat saja di http:// www.youtube.com/watch?v=EYXDNd0obRg.
16
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
6 November 2009
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
17
Pagi hari itu dimulai dengan sedikit musibah. Aah, televisinya nggak bisa menyala! Di kamar hotel ini ada satu kotak terpusat dengan puluhan tombol yang mengendalikan semua perlistrikan di kamar ini. Entah kenapa, tombol untuk televisi tidak bisa menyala. Malas memanggil room service, aku pun langsung mandi dan turun untuk sarapan. Sarapan di City View Hotel hampir tak berbeda dengan sarapan di hotel lainnya. Cari yang aman-aman, roti, buah, dan yoghurt, dan menjauhi daging. Aku melihat yang kuduga adalah para peserta Blogfest Asia, terlihat dari beberapa wajah mereka yang bukan orang Hong Kong, dan ada pula beberapa yang telah mengenakan t-shirt Blogfest Asia. Namun aku memutuskan untuk tidak berbaur dulu dan kembali ke kamar. Oh ya, ternyata dua ibu yang aku temui di KFC menginap di hotel ini juga. Bersama rombongannya, mereka terlihat sarapan bersama. Aku kembali ke kamar, beres-beres, menyiapkan kamera dan notebook untuk aku bawa. Aku tinggalkan pesan pula untuk room service kalau televisinya tidak bisa menyala. Aku pun turun ke lobi, karena sesuai janji, para peserta diminta berkumpul pukul 09:40, sebelum kami berangkat bersama-sama ke lokasi acara. Di bawah terlihat beberapa orang sudah berkumpul. Aku berkenalan dengan Kla Tangsuwan dan Chakard Chalayaut dari thothmedia.co.th, dua orang video blogger dari Thailand. Aku juga berkenalan dengan dua blogger yang mewakili Myanmar Bloggers Society, Thet Htoo (dibaca Ta Tu) dan Kyaw Zay Ya. Ada pula peserta dari Vietnam, jurnalis Pham Trung Bac (dibaca Bac), Hoan Le Khac, dan yang paling manis, Tra Dang (dibaca Cha). Selain itu ada pula praktisi dari Si-
18
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
ngapura, Melvin Yuan dan blogger dari Filipina, Anthony Ian Cruz (dipanggil Tonyo), serta masih banyak lagi (yang belum sempat berkenalan). Tentunya akhirnya aku bisa bertemu pula dengan Ching Chiao dari Dot Asia yang menjadi panitia acara Blogfest Asia ini.
Kami lalu berjalan kaki melewati 2 blok, hingga sampai di bangunan tak terlalu besar, Henry G. Leong Yaumatei Community Center. Kami semua ke lantai dua, ke ruangan aula (yang juga tak seberapa besar). Haha, ya kalau dibandingkan dengan acara Pesta Blogger, acara Blogfest Asia ini nggak ada apa-apanya. Bedanya, acara ini didatangi oleh peserta dan undangan dari lebih 30 negara. Hal yang menarik adalah meski ini gedung kecil (dan mungkin bukan apa-apa kalau dibandingkan gedung sekelas Smesco Jakarta), terlihat sekali perhatiannya kepada para penyandang cacat. Dari penyediaan ramp untuk masuk ke gedung, lift khusus para penyandang cacat,
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
19
hingga toilet yang juga disiapkan untuk mereka. Mungkin bukan hanya gedung ini, tapi bisa jadi semua gedung di Hong Kong diharuskan memenuhi persyaratan seperti ini. Acara Blogfest Asia ini disponsori oleh banyak pihak, dan terlihat beberapa meja di sekitar aula yang diduduki pihak sponsor dan perwakilan beberapa instansi. Ada komunitas open source yang menunjukkan laptop yang mereka sebut one child one laptop, sebuah laptop kecil berwarna hijau berbasis open source ditujukan untuk edukasi anak-anak di negara berkembang.
Acara sehari itu penuh dengan diskusi, dari cerita-cerita dunia blogosfer di berbagai negara di Asia, blog bertema lingkungan dan situs penanggulanan bencana alam, hingga cerita tentang open source dan creative commons. Detil cerita ini akan terlalu panjang jika aku ceritakan di sini. Lebih baik aku cerita sisi fun-nya saja ya.
20
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Kebodohan yang kembali terulang adalah aku lupa kalau aku akan butuh colokan listrik di sini, dan aku tidak membawa colokan yang aku pinjam dari hotel. Huh, akhirnya saat siang hari, aku terpaksa mematikan notebook dan kembali mencatat dengan buku. Tadinya aku juga berharap kalau internet di ruangan ini cukup baik. Namun ternyata koneksinya naik turun, mati dan nyala, sehingga beberapa kali aku gagal membuka satu situs tertentu, atau membuka Tweetdeck untuk mengecek Twitterku. Siang itu panitia menyediakan makanan yang untukku aneh bentuknya. Ada 2 pilihan menu, yang ada babinya atau ikan. Terpaksa aku memilih yang ikan. Baiklah, bukan ikannya yang aku tak suka, tapi cara penyajiannya. Bercampur dengan nasi dengan kuah kental seperti kari. Sepertinya juga ada unsur-unsur kejunya, karena terlalu banyak memakan itu malah membuatku eneg. Aku tak berhasil menghabiskan makan siangku. Minumnya, adalah pembagian minuman dari sponsor pula, Drinkazine (writer.drinkazine.com), minuman botol aroma teh yang rasanya aneh menurutku. Sambil makan siang, aku duduk bersama dengan Portnoy Zheng dari Taiwan dan Roger Dingledine, salah satu kreator Tor Project (www.torproject.org) dari Amerika Serikat. Kami saling berbagi cerita tentang kondisi ranah daring di negeri masing-masing. Setelah makan siang, acara pun berlanjut hingga sore hari. Saat itu aku duduk di sebelah Tra, sempat bercerita macammacam dengan bahasa Inggris yang kadang kami tidak jelas satu sama lainnya. Baru sore hari ketika aku iseng bercerita kalau notebook-ku habis baterenya dan aku lupa membaca colokan listrik. Ternyata, sedari tadi Tra membawa colokan
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
21
cadangan. Untunglah, akhirnya aku bisa mencas notebook sambil memanfaatkan internet kembali. Acara pun berakhir pukul 18:00. Ada dua acara setelah ini yang sebenarnya tidak wajib kuikuti. Pertama, Hong Kong Blogger Choice Award, yang berisi pagelaran musik dan pemilihan blogger-blogger gaul Hong Kong. Haha, kalau lihat finalisnya di situsnya, memang muda dan cantik-cantik. Pilihan kedua adalah mendatangi Web Wednesday (meskipun hari ini hari Jumat). Sayangnya, si pembicara di acara ini sudah pula berbicara di Blogfest Asia ini. Jadi, rasanya malas untuk datang ke sana.
Saat itu pula, seorang eks jurnalis yang kini menjadi pengajar di China, Linjun Fan, mendekatiku. Ia ingin mewawancaraiku dan dua blogger Myanmar yang aku temui tadi pagi, untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi dunia daring dan blog
22
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
di negara kami masing-masing. Kami pun memisahkan diri dari keramaian dan saling bercerita dan berbagi tentang kondisi blog di negara kami masing-masing. Tepatnya sih, aku dan Thet Htoo yang diminta bercerita dan Linjun yang menuliskannya. Mereka terlihat begitu terkejut saat aku bilang saat ini Menkominfo kita pun cukup aktif di Twitter, dan betapa beruntungnya Indonesia (setidaknya setelah reformasi tahun 1998), karena bisa menyelenggarakan Pesta Blogger yang dibuka sendiri oleh Menkominfo. Acara ngobrol-ngobrol pun selesai. Aku beserta Thet Htoo dan temannya Kyaw, pun melangkah pulang ke hotel. Melewati kota Hong Kong yang mulai menyala terang dan semakin penuh dengan lautan manusia. Melewati beberapa penjual kaki lima, dengan dagangan yang tak berbeda dengan yang biasa kutemukan di kaki lima Blok M dan pertokoan Mangga Dua. Menyusuri pertokoan dengan lampu-lampu menyala terang memamerkan produk-produk ponsel, pakaian, dan makanan. Melewati beberapa ibu-ibu yang menjual majalah dan koran di trotoar. Yang paling asyik, melewati seorang perempuan Hong Kong manis berambut pirang, setinggi 180 cm, dengan baju tanktop dan celana ketat berjalan ditemani kekasihnya, dan kami bertiga cuma menatap tanpa berhenti. Kami kembali ke City View Hotel. Aku naik ke kamar dan betapa leganya melihat televisi sudah bisa dinyalakan kembali. Perutku mulai lapar. Setelah berganti baju, aku pun turun kembali dan kembali berjalan menyusuri kota Hong Kong. Mencoba menyusuri arah jalan yang belum pernah kususuri sebelumnya. Hmm, mungkin karena bukan tipeku sebagai pembelanja, tetap saja tak ada hal menarik yang kulihat di sepanjang etalase pertokoan.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
23
Aku juga mencari alternatif makan malam yang berbeda dibandingkan malam sebelumnya. Namun aku bingung, aku tak yakin mana yang aman dan tidak. Ujung-ujungnya aku pun kembali makan KFC. Beda menu, dan kali ini aku bungkus untuk aku makan di hotel. Aku langsung kembali ke hotel untuk menikmati makan malam sambil menonton televisi. Sisa waktu aku pakai untuk kembali melanjutkan menulis jurnal hari kedua ini.
24
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
7 November 2009
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
25
Pagi itu seperti biasanya aku bangun pagi (namun lalu tertidur lagi) hingga tersadar pukul 09:00. Aku pun segera mandi dan turun untuk sarapan. Kali ini mencoba kombinasi yang berbeda: roti, sereal, yoghurt, jus apel, dan kentang bakar. Lumayan, meski dibilang spesial juga nggak. Sempat bertemu dengan beberapa wajah yang sudah kukenal sebelumnya di acara hari pertama. Tak lama kemudian aku kembali ke kamar, membereskan barang-barang, dan kembali turun. Saat itu sudah pukul 10:00 lewat, hahaha, padahal kami semua diminta untuk hadir di lokasi pukul 10:00. Acara hari itu sedikit berbeda. Ruangan aula yang dipakai kami sebelumnya kini digunakan untuk acara HKBloggerCon, yang tentunya menggunakan bahasa Cantonese. Beberapa peserta yang mendapat sponsor tiket untuk hadir ke Blogfest pun mendapatkan penukaran biayanya di pagi ini. Langsung diurus oleh panitia, Ching dan Elaine. Acara berlanjut ke lantai 3, ke ruang kelas, dimana secara spontan masing-masing dari kami diminta untuk mengenalkan diri, lalu bercerita apa yang bisa kami bagi dan apa yang ingin kami pelajari. Hasilnya, kami pun lalu dipisahkan menjadi tiga kelompok yang masing-masing membahas hal berbeda. Memang sih nggak semua hal yang ingin kami pelajari bisa terakomodir. Mengenai apa yang akan dibahas dalam diskusi itu nggak akan aku ceritakan di sini. Itu topik yang berbeda. Makan siang yang disiapkan panitia masih serupa dengan hari sebelumnya. Melihat tampilannya, memang membingungkan, karena aku jelas tak bisa membedakan mana saja menu makanan yang ayam, sapi, atau babi. Aku cuma berharap apa yang dikatakan salah satu peserta perempuan yang dari Mongolia itu benar. Haha, yang aku makan memang mirip ayam, meski
26
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
bumbu dan karinya sudah terlalu bercampur sehingga bentuknya agak sulit terlihat. Agak eneg juga melihat bumbu kari yang membanjiri nasi. Seperti hari sebelumnya, makanku pun tak habis.
Aku sempat bertanya-tanya kepada para teman Vietnam dan Myanmar, apa yang akan mereka lakukan malam nanti. Aku berencana untuk melihat pertunjukan laser dan lampu yang (menurut peta yang kuambil di bandara) selalu ada setiap malam pukul 20:00. Mereka pun tertarik. Bahkan Tra bilang, kalau temannya yang di Hong Kong, yang bernama Hung, bisa membantu mengantar kita semua ke sana. Wah, lebih ok lagi. Jadi kemungkinan salah jalan lebih kecil. Sore hari kami semua kembali berjalan kaki ke hotel, dan berjanji pukul 18:30 untuk bertemu kembali di lobi. Sekitar pukul 19:00 aku, Tra, Hoan, Thet Htoo, dan Kyaw melangkah
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
27
ke MTR (sebutan untuk kereta api subway) dekat hotel, yakni stasiun Yau Ma Tei. Di sana Hung telah menunggu. Kami pun menghampiri mesin pembelian tiket. Seperti udiknya kami semua (yang tidak pernah berurusan dengan mesin seperti ini di negeri kami masing-masing), kami mencoba memahami proses pembelian tiket. Ternyata mudah. Tinggal pilih tujuan di peta, tekan apakah 1 orang atau multi (banyak). Kalau multi, maksimal pemesanan adalah 4 orang. Lalu masukkan uang. Ada mesin yang hanya menerima logam, ada pula yang menerima kertas (meski maksimum uang kertas yang bisa dimasukkan adalah $HK 10. Kami memilih Tsim Sha Tsui, sekitar 2 titik stasiun ke arah selatan (setelah Jordan). Harga tiket per orangnya $HK 4. Ini untuk pertama kalinya aku menggunakan subway di Hong Kong. Berbeda dengan suasana subway di Jerman dulu, di sini benar-benar padat manusia. Apalagi saat itu malam minggu, isi kereta benar-benar penuh. Kami semua pun berdiri. Namun
28
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
tak sampai 10 menit kemudian, kami sudah tiba di perhentian Tsim Sha Tsui. Setelah keluar dari subway, aku mendapatkan diriku berada di area pertokoan eksklusif, yang menampilkan produk-produk dengan merk mahal. Jalanan di sekitar sini tak seberapa ramai bila dibandingkan dengan Yau Ma Tei. Namun di sini cukup banyak terlihat mal-mal kecil di kiri dan kanan jalan. Kami terus berjalan ke arah selatan, menyeberangi Salisbury Road, hingga melewati Space Museum dan Cultural Center. Saat itu sudah lebih dari pukul 19.00, dan malam hari semua museum tutup. Kami terus berjalan melewati area pedestrian yang menghubungkan semua bangunan di area tersebut, hingga kami sampai di tepian selat yang memisahkan Kowloon dan Hong Kong Island. Pemandangan dari Victoria Harbour ini sungguh menakjubkan. Seluruh bangunan tinggi di Hong Kong Island terlihat bermandikan cahaya lampu. Setiap gedung menampilkan pola cahaya dan warna yang berbeda-beda. Selat pemisah terlihat jernih, dengan ombak tenang, dengan cukup banyak perahu pesiar berlalu lalang. Saat itu langit berawan meski untungnya tidak hujan. Masih ada waktu sebelum pertunjukan laser digelar. Kami pun berjalan menyusuri promenade Victoria Harbour, yang disebut Avenue of the Stars. Memang di sini banyak “bintang” dengan selebriti Hong Kong tertanam sebagai bagian dari desain lantai. Nggak ada yang aku kenal. Bahkan Hung, yang orang Hong Kong pun tidak mengenal semua nama yang tertera di dalam “bintang.” Cukup banyak elemen dekoratif sepanjang promenade yang identik dengan dunia film. Elemen dekoratif
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
29
ini menjadi atraksi foto turis-turis di sini. Hiburan musik pun terdengar di beberapa area promenade, mengajak para pengunjung ikut berdansa mengikutinya. Akhirnya pertunjukan yang ditunggu pun mulai. Kami semua berlari ke salah satu sudut promenade yang memiliki anju-ngan. Orkestra musik Symphony of Light pun dimulai. Semula aku kira hanya permainan laser saja yang mengiringi musik. Ternyata lebih dari itu. Hampir semua bangunan tinggi di Hong Kong Island menampilkan lampu-lampunya bergantian, mengikuti ritme musik. Lampu sorot dan laser ikut terpancar dari beberapa bangunan tertinggi, juga mengikuti ritme musik selama hampir 15 menit. Entah bagaimana caranya mengatur seluruh lampu di banyak bangunan itu untuk bergerak secara otomatis setiap harinya. Sungguh hiburan yang luar biasa. Kalau mau melihat lebih jelas, kebetulan ada yang membuat video versi lengkap-
30
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
nya di YouTube. Coba cek saja http://www.youtube.com/ watch?v=DcA_IHEEIBU. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menyusuri promenade hingga sampai di dermaga Star Ferry. Dermaga ini merupakan bangunan lama, namun masih terlihat bersih. Melalui kapal feri ini, kami akan menyeberangi selat ke Hong Kong Island. Sebelumnya kami harus membeli dulu token di sebuah mesin. Harga sebuah token $HK 2. Cukup murah.
Star Ferry mengalun perlahan menyeberangi selat. Ombak tidak terlalu kencang. Aku menikmati pemandangan lampulampu gedung di Hong Kong sembari kapal bergerak meninggalkan Kowloon. Kapal feri ini juga bukan kapal baru. Terlihat dari bangku dan lantainya yang sudah terlihat menua, meski tetap dirawat rutin setiap harinya. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya kami sampai di dermaga Central. Di sini dermaganya terlihat modern, penuh dengan pertokoan dengan merk-merk
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
31
terkenal seperti Starbucks dan McDonald’s. Kami lanjut berjalan kaki ke arah selatan, melewati jembatan khusus pejalan kaki yang sangat lebar, menyeberangi Man Kwong Street dan Man Po Street. Sebelah kiri terlihat daratan Kowloon di kejauhan sana terpisah oleh selat yang tadi kami seberangi. Sebelah kanan terlihat gedung-gedung tinggi yang kebanyakan adalah bangunan pemerintahan Hong Kong.
Perjalanan melewati jembatan pedestrian ini cukup panjang, dan melewati berbagai persimpangan. Ada yang mengarah ke pintu masuk IFC Mall, salah satu mal raksasa di Hong Kong. Ada pula yang mengarah ke Four Seasons Hotel. Kami terus berjalan hingga akhirnya turun melewati eskalator. Di Hong Kong rasanya area pedestrian di luar gedung dan dalam gedung melebur menjadi satu. Eskalator, ramp, dan tangga khusus pejalan kaki sambung menyambung menghubungkan ruang luar dan ruang dalam bangunan.
32
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Kami semua terus berjalan menyusuri berbagai persimpangan dengan toko-toko modern terlihat di kiri dan kanan jalan. Suasananya berbeda dengan Kowloon. Di sini terasa lebih eksklusif, dengan toko-toko dan restoran yang terlihat mahal. Entah kami dibawa kemana oleh Hung, melewati berbagai persimpangan jalan, naik dan turun area kota yang berbukit, hingga akhirnya kami sampai di Bonham Strand East.
Aku memandang ke arah banyak bangunan di atas bukit. Aku melihat eskalator yang sangat panjang yang menjadi penghubung tempat pejalan kaki antara jalan-jalan di tingkatan ketinggian yang berbeda. Hal yang paling aku kagumi tentunya adalah perawatan eskalator ini. Wow, haha kalau di Indonesia, membuat eskalator di area umum pasti nggak akan panjang umurnya. Sedangkan ini, selama 24 jam terus menyala, karena tentunya pejalan kaki membutuhkannya setiap waktu.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
33
Kami pun menaiki eskalator tersebut, hingga berhenti di persimpangan Hollywood Road. Hung lalu mengajak kami untuk mampir ke salah satu kedai minuman. Katanya kedai ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dengan sajian khasnya. Hung lalu memesankan minuman berwarna kuning yang disebutnya Che Chap, yang setelah aku rasakan ternyata berbahan baku jagung. Segar dan dingin. Selanjutnya Hung meminta beberapa porsi jelly, tepatnya Turtle Herbal Jelly. Entah kenapa disebut seperti itu. Kata Hung, memang ada sesuatu dari kura-kura yang dijadikan bahan dasar jelly itu. Warnanya hitam dan tidak menarik. Namun rasanya cukup enak, menyegarkan, apalagi kalau dicampur dengan gula tebu yang memang disiapkan untuk itu. Kami hanya tertawa saat Kyaw tak mampu mengabiskannya. Ia nggak doyan sepertinya. Sekitar setengah jam kami di sana, sebelum akhirnya kami lanjut berjalan kaki. Hung kali ini membawa kami berjalan kaki ke arah timur, hingga sampai ke Lan Kwai Fong. Wah, ramai sekali area ini. Banyak taksi melewati Queens Road
34
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Central dan menurunkan penumpangnya persis di jalan Lan Kwai Fong. Saat itu memang sedang ada karnaval tahunan, semacam festival minum dan permainan. Sangat padat, mengingatkan akan suasana Festival Braga di Bandung. Beberapa orang terlihat mengalungkan gelas panjang berisi bir. Beberapa kios menjajakan makanan dan permainan berhadiah. Kami berjalan ke atas menyusuri Lan Kwai Fong, menembus kepadatan manusia. Banyak bule di karnaval ini. Beberapa perempuan Hong Kong terlihat tampil seksi dengan penampilannya yang sungguh-sungguh wow. Sepertinya lokasi ini juga menjadi ajang bagi mereka beradu gaya fesyen. Di atas terlihat bar dan klub yang terbuka di kiri dan kanan jalan. Semakin ke atas semakin terlihat penuh, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali. Hung, Kyaw, dan Thet Htoo sempat membeli bir yang disajikan dalam gelas panjang yang unik. Lumayan mahal. Satu gelasnya seharga $HK 55.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
35
Kami keluar dari area karnaval. Semakin malam semakin banyak taksi berhenti menurunkan penumpangnya. Mungkin karena ini malam minggu dan ini adalah pesta tahunan, tak ada warga Hong Kong dan turis asing yang tak ingin melewatinya. Saat itu perutku sudah lapar berat. Aku yakin Kyaw pun merasa lapar pula, apalagi tadi ia tak makan sama sekali. Hung awalnya mengajak kami ke tempat makan yang katanya unik. Ia menyebutkan kalau tempat makan ini menyajikan “snack.” Kami sempat nggak mengerti, “snack” seperti apa yang disajikan. Setelah Hung memperagakan tangannya bak ular mematuk, barulah kami sadar kalau yang ia maksud adalah “snake.” Waks, dengan spontan kami semua menolak makan itu. Hung bersikeras kalau itu enak, dan kami semua patut mencobanya. Haha, tapi karena kami pun nggak ada yang berniat mencoba, akhirnya Hung pun mengalah dan mencarikan tempat lain.
36
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Tak jauh dari situ terdapat sebuah rumah makan kecil yang menyajikan chinese food standar. Kami pun mampir ke sana. Hung memesankan nasi goreng dan mie goreng (mie yang kalau di Indonesia disebut dengan kwetiaw). Rasa nasi gorengnya sama persis dengan nasi goreng chinese food di Jakarta.
Saat makan malam itu aku banyak mengobrol dengan Hung menanyakan beberapa hal tentang Hong Kong dan kehidupannya. Hung pun juga banyak bertanya tentang Indonesia. Yah, di meja makan yang kecil itulah terjadi pertukaran pengetahuan dan budaya antara seorang Hong Kong, seorang Indonesia, dua orang Myanmar, dan dua orang Vietnam. Tak berbeda dengan perempuan seumur di Indonesia, Tra yang dari Vietnam pun tak melepas kameranya. Ia sering memfoto dirinya sendiri dan memfoto kami saat sedang makan.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
37
Malam itu sungguh menyenangkan, karena akhirnya aku pun bisa menikmati Hong Kong dalam arti sebenarnya (tidak terduduk di KFC seperti malam sebelumnya). Setelah puas mengobrol, kami pun beranjak pulang. Rumah makan itu pun sudah mau tutup.
Kami lalu berjalan turun ke arah utara, hingga sampai di MTR Central, salah satu titik transisi subway Hong Kong. Kami membeli tiket untuk kembali ke Yau Ma Tei. Hung mengantar kami semua hingga kami tiba di Yau Ma Tei, untuk kemudian melanjutkan pulang ke rumahnya yang berada di Hong Kong Island sisi timur. Aku dan para teman dari Vietnam dan Myanmar kembali berjalan kaki ke City View Hotel. Meski kaki kami pegal karena banyak berjalan, namun kami merasa puas. Aku masuk ke kamar hotel. Jam di meja kamar menunjukkan tepat pukul 00:01. Setelah mencas kamera, notebook, dan telpon, aku pun segera tidur.
38
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
8 November 2009
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
39
Hari itu adalah hari ke-3 Blogfest Asia. Sebelumnya aku telah memohon Ching dari panitia Blogfest Asia untuk memperpanjang masa inapku di hotel satu hari lagi, karena aku tak mungkin membawa-bawa koper hingga ke lokasi acara. Ternyata teman-teman yang dari Vietnam, Myanmar, dan Thailand pun mendapatkan masa inap penuh selama 4 hari. Aku pun melobi Ching agar akupun bisa mendapatkan masa inap yang sama. Untunglah, permohonanku ini disetujui, sehingga aku tak perlu repot-repot pindah di hari terakhir ini ke rumah seorang temanku yang cukup jauh dari sini. Seperti biasanya pagi ini, aku sarapan di hotel, kembali ke kamar, membereskan baju, untuk kemudian melangkahkan kakiku menuju lokasi Blogfest Asia. Di luar City View Hotel aku melihat Kyaw dan Thet Htoo sedang merokok di tepian jalan. Aku hampiri mereka, lalu akhirnya kami berjalan bersama menuju lokasi.
40
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Hari itu lokasi aula dipakai oleh kegiatan Blogfest yang berbahasa Cantonese. Rekan-rekan lainnya yang dari luar berkumpul di ruang kelas di lantai 3, tempat kami berdiskusi di hari sebelumnya. Topik dibawakan hari itu sepertinya coba dipadatkan. Chris, seorang praktisi sekuriti, bercerita tentang keamanan diri (privacy) saat terkoneksi dalam sebuah jaringan internet. Konsep tentang koneksi data antara pengguna dan situs, serta konsep proxy diceritakan dengan analogi yang mudah dimengerti.
Sekitar jam 13:00 kami semua rehat sejenak dan makan siang. Kami terpisah menjadi beberapa kloter. Aku bersama temanteman Myanmar serta Jeremy dan kedua muridnya dari Malaysia, serta salah satu pembicara utama, Robert dari Kanada, makan siang di salah satu restoran dekat lokasi Blogfest Asia. Kami saling cerita tentang hal-hal menarik di Hong Kong.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
41
Saking asyiknya mengobrol, kami semua telat datang kembali ke acara Blogfest Asia, saat Andrew Lewman dan Roger Dingledine dari Tor Project bercerita tentang aplikasi open source yang mereka kembangkan. Mereka bercerita tentang pentingnya kerahasiaan pribadi. Saat mengakses suatu situs, tentunya kita nggak ingin data-data personal kita ikut tersimpan. Salah satu fungsi Tor Project adalah mengakomodasi ini. Sempat pula dilakukan pengetesan masuk ke situs torproject. org yang memang diblokir oleh koneksi internet free wifi yang disediakan pemerintah Hong Kong. Mereka juga membagikan DVD dan buku “Security in-a-Box.” Bukunya keren, desainnya apik. Nggak seperti buku petunjuk komputer lainnya. Menurut panitia, kami harus mengosongkan gedung lokasi Blogfest Asia ini sebelum jam 16:00. Acara pun selesai sekitar jam itu. Selanjutnya kami saling bercanda dan mengobrol ringan, karena mungkin ini hari terakhir bertemu dengan beberapa dari mereka. Para teman-teman dari Thailand yang memproduksi video di situsnya merekam beberapa video dari kami. Kami diminta bercerita tentang pengalaman menarik apa yang kami dapat di Blogfest Asia. Yang lucu adalah Tonyo Cruz (dari Filipina) yang mengajak bertanding panco. Hahaha, adaada saja. Robert juga mengajak kami semua untuk berkumpul kembali nanti di lobi hotel pukul 19:00, untuk makan malam bersama. Tentu saja aku setuju. Dalam perjalanan kembali menuju City View Hotel, aku sengaja melewati jalur yang berbeda. Aku melewati jalan yang sore ini tersulap menjadi area pasar malam. Tadi siang jalan ini masih padat dilalui kendaraan, sekarang sudah berubah menjadi tempat berjualan beragam produk. Tra ingin membeli pulsa telpon nomor lokal karena sudah ha-
42
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
bis. Aku menemaninya mencari. Ternyata di jalan itu terdapat toko ponsel (nggak berbeda dengan di Jakarta) yang juga menjual pulsa. Aku juga mengajak Tra untuk ikut makan malam bersama dengan kami semua bersama Roger dan lainnya. Ia ternyata sudah punya rencana lain. Ia ingin mencarikan pesanan baju untuk kakak iparnya. Lucunya, ia sendiri tidak ingin belanja sama sekali di Hong Kong, karena menurutnya, barangnya toh juga bisa ia temukan mudah di Vietnam. Malah dengan harga lebih murah. Malam itu pukul 19:00 kami semua sudah berkumpul di lobi hotel. Aku, Kyaw, Thet Htoo, Robert, Kla, Chakard, Bac, Chris, Roger, dan Andrew. Aku menanyakan akan kemana kita makan malam. Robert mengajak kami semua ke daerah sekitar Wyndham Street di Hong Kong Island. Ia sebelumnya sempat makan di sana, dan merekomendasikannya. Meminjam ponsel Kyaw (yang juga menggunakan nomor telpon Hong Kong) aku pun mengontak Tra dan Hoan yang saat itu sudah berada di Tsim Sha Tsui belanja. Mereka mengatakan akan ke Peak
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
43
dan berharap bisa ketemu dengan kami semua di sana. Peak berada di Hong Kong Island bagian selatan, dimana pengunjung bisa melihat seluruh lansekap kota Hong Kong dari salah satu puncak tertingginya. Kami beramai-ramai berjalan ke MTR Yau Ma Tei untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta subway ke Tsim Sha Tsui. Sesampainya di Victoria Harbour, kami lalu melanjutkan perjalanan dengan Star Ferry menyeberang ke Hong Kong Island. Rute yang kurang lebih sama dengan yang aku lalui hari sebelumnya. Setelah sampai di Hong Kong Island kami semua berjalan terus ke selatan. Kami melewati banyak orang yang berkumpul di jalan dalam kelompok-kelompok. Penasaran dengan siapa mereka, aku mencoba melewati beberapa orang yang berkumpul. Ternyata mereka semua pekerja asing. Ada yang bercakap-cakap dengan bahasa Tagalog Filipina, ada pula yang bercakap-cakap dalam bahasa Jawa dan Indonesia.
44
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Aku terus mengikuti ke arah mana Robert membawa kami semua. Ternyata Robert membawa kami ke karnaval Lan Kwai Fong, hanya melewati rute yang sedikit berbeda. Acara malam itu masih seramai malam sebelumnya. Banyak turis asing dan warga Hong Kong berbaur memegang gelas bir dan berjalanjalan di tengah kepadatan manusia.
Robert membawa kami ke salah satu sudut jalan dimana banyak sekali restoran Thailand dan Malaysia di situ. Hahaha, lucu juga. Jauh-jauh jalan ke Hong Kong, akhirnya yang kami makan adalah menu yang sudah familiar dengan lidah kami sendiri. Para pelayan datang mendekati kami berebut menawarkan kami untuk datang ke restorannya. Aku bahkan sempat melihat kejadian saat salah satu pelayan eksentrik berkulit gelap dengan rambut bergaya Elvis berkelahi dengan salah satu pelayan lain akibat rebutan pelanggan. Saat makan aku duduk di sebelah Roger dari Tor Project.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
45
Aku penasaran bagaimana ia mendapatkan pembiayaan untuk sebuah proyek open source. Ternyata Tor Project itu dimulai saat Roger diminta oleh pihak militer dan salah satu instansi Pemerintah Amerika Serikat untuk mengurus sekuritasnya. Kedua instansi itu punya tujuan yang berbeda, namun intinya mereka punya kebutuhan sama, menjaga kemananan koneksi. Dari sinilah bibit Tor Project berkembang, dan dari sini pula akhirnya Roger bisa mengangkat 8-10 karyawan untuk menyelesaikan masalah sekuritas para klien, sekaligus mengembangkan Tor Project untuk kepentingan lebih luas, seperti kebebasan informasi dan keamanan diri dalam melakukannya. Saat kami makan, aku menerima SMS dari Tra yang mengatakan kalau kereta (tram) menuju Peak akan berakhir pukul 23:00 malam. Saat itu sudah pukul 21:15, dan kami belum selesai makan. Aku sampaikan informasi ini kepada temanteman yang lain yang akhirnya memutuskan untuk segera selesai makan. Aku sempat pula menanyakan lokasi stasiun Peak Tram ke salah satu pelayan yang menjawabnya sambil bercanda. Sambil menunjukkan peta, aku memperhatikan kalau lokasinya terlihat jauh juga kalau berjalan kaki. Kami pun beranjak dari lokasi sekitar pukul 21:30. Robert dan Chris memutuskan untuk kembali ke hotel. Sisanya memutuskan untuk tetap berjalan ke Peak Tram, yang entah itu berada di mana. Bermodal peta, aku (sambil sok percaya diri) bersama Andrew mengarahkan rombongan ke lokasi Peak Tram. Untungnya peta yang kupegang benar-benar sesuai dengan kondisi fisik. Meski kami sempat agak kesulitan mencari tempat menyeberang jalan, namun akhirnya kami bisa sampai ke Peak Tram, setelah berjalan sekitar 20 menit. Cukup jauh ternyata, dan membuat kaki pegal karena kami harus berjalan sambil mendaki.
46
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Tiket Peak Tram cukup mahal juga. Perjalanan pulang pergi seharga $HK 44. Ya sudah, kami bayar. Sudah sampai sini, masa tiba-tiba batal hanya gara-gara uang. Kami menunggu di stasiun hingga tram datang. Aku sempat menatap ke arah rel kereta dan kaget juga melihat betapa menanjaknya rel tersebut. Tram pun datang, berwarna merah terdiri dari dua gerbong. Jendela tram terbuka, sehingga pandangan kami ke kiri dan ke kanan tak terbatasi oleh kaca. Kami pun naik. Aku dan Bac duduk di bangku terdepan. Aku sempat SMS ke Tra kalau kami semua saat ini sudah berada di tram dan berangkat menuju Peak. Yang tak terduga dari perjalanan dengan tram ini adalah betapa kuatnya tram mengangkut penumbang sambil menanjak dengan kemiringan hingga 45 derajat. Benar-benar 45 derajat, karena saat aku menatap ke sisi kanan, aku melihat gedunggedung di dataran rendah Hong Kong dalam posisi miring.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
47
Sekitar 10 menit kemudian, tram sampai di tujuan. Kami semua turun di stasiun yang rupanya menjadi satu dengan sebuah mal dengan 6 tingkat. Sebelum aku mengikuti teman-teman lainnya yang sudah lebih dahulu naik eskalator ke lantai atas, aku sempat ke luar bangunan dulu. Aku melihat plaza luas dengan beberapa bangunan pertokoan mengelilinginya. Terlihat pula tram tua di salah satu sudut. Mungkin tram ini yang awal-awal kali dipakai hingga ke puncak. Di plaza aku berpapasan dengan Tra dan temannya, Hoan, yang rupanya sudah cukup lama menunggu di sini. Kami semua lalu naik menuju lantai teratas. Aku agak sebal karena agar kami bisa naik ke teras atap, kami semua diminta untuk membayar tiket tambahan, sebesar $HK 20. Waks, menyebalkan. Namun, seperti aku bilang sebelumnya. Tanggung, sudah sampai di sini. Lagi pula kapan pula ada kesempatan ke Hong Kong lagi.
48
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Rasa sebal pun tapi segera hilang setelah kami menjejakkan kaki di lantai teratas. Panorama Hong Kong yang luar biasa terlihat dari sini. Gedung-gedung tinggi dengan lampunya terasa kecil sekali dari atas sini. Wah, andai saja aku sudah berada di sini sejak sore hari, tentu aku bisa mendapatkan foto yang luar biasa keren. Namun yah, aku sudah di sini sekarang, dan aku jepretkan kamera sebisaku. Teman-teman lainnya pun asyik berfoto dengan latar belakang kilauan cahaya lampu tersebar di seluruh area Hong Kong. Ini tempat yang sungguhsungguh tidak mengecewakan. Kami semua menghabiskan waktu di sini hingga pukul 23:00 saat teras akan ditutup. Ini malam terakhir kami semua berada di Hong Kong, jadi harus kami puaskan. Kami semua turun dengan perasaan senang. Sesampai di plaza, beberapa teman langsung menuju ke tram. Tra mengingatkan kalau tram terakhir masih pukul 24:00, sehingga sebetulnya kami masih punya banyak waktu. Namun sayangnya, hampir semua sudah
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
49
terlanjur memasukkan tiket, sehingga mereka pun akhirnya turun dengan tram. Akhirnya tinggal aku dan Tra berdua di Peak. Kami lalu berjalan menyusuri jalan setapak hingga kami menemukan semacam balkon dengan gapura berdesain ala Hong Kong. Balkon ini memang sempat kami lihat dari atas. Kami berdua pun masuk dan kembali menikmati pemandangan panorama Hong Kong dari sudut yang sedikit berbeda. Mungkin tempat ini sebagai alternatif bagi mereka yang keberatan membayar $HK 20 lebih banyak untuk naik ke teras atas. Udara terasa semakin dingin, meski sebenarnya tak lebih dingin daripada suhu di Lembang, Bandung. Sekitar pukul 23:30 aku dan Tra pun memutuskan untuk turun. Sepertinya tram yang kami naiki adalah tram yang terakhir. Terlihat penuh, sehingga aku dan Tra pun memutuskan untuk berdiri sambil bersandar. Saat turun 45 derajat, kaki kami pun mencoba mena-
50
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
han sambil memposisikan diri kami mengikuti arah gravitasi. Lucu juga sebetulnya kalau saat itu kami difoto, karena seperti berada di Rumah Miring Dunia Fantasi. Aku pun bercanda, mungkin begini caranya Michael Jackson belajar berdansa dulu. Kami berdua pun kembali lanjut berjalan kaki hingga ke MTR Central. Cukup jauh juga. Kaki sudah terasa pegal. Telapak kaki terasa melepuh. Meski jalan menuju MTR Central menurun, tetap saja tidak mengurangi rasa lelah kami berdua. Sudah lebih dari pukul 00:00, dan sudah tak terlihat sama sekali mobil-mobil pribadi berlalu, kecuali beberapa bus tingkat yang masih aktif. Katanya, bus-bus ini masih akan beroperasi hingga pukul 01:00. Akhirnya kami sampai di MTR Central dan terduduk lelah di dalam kereta subway. Herannya, Tra masih saja sempat berfoto-foto di dalam kereta. Mumpung kosong, katanya. Kami pun tiba di City View Hotel lewat dari pukul 01:30. Aku kembali ke kamar. Langsung tidur, sudah tak kuat lagi aku untuk menyalakan notebook dan mengetik kegiatan hari ini. Pikirku, nanti-nanti sajalah.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
51
52
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
9 November 2009
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
53
Aku cuma tidur sekitar 4 jam karena kurang dari pukul 06:00 aku sudah bangun kembali. Kaki masih terasa pegal. Telapak kakipun masih terasa sakit karena berjalan terus 2 hari penuh belakangan ini. Namun aku sudah berniat untuk menyelusuri area sekitar Yau Ma Tei pada pagi hari, saat matahari mulai bersinar. Mudah-mudahan saja aku bisa mendapatkan foto gedung saat lampu-lampu masih menerangi kota. Pagi itu aku menyusuri Waterloo Road, jalan yang berada persis di depan City View Hotel, terus bergerak ke arah utara. Beberapa warga terlihat lari pagi di trotoar. Beberapa bahkan sudah mengenakan pakaian rapih menuju tempat aktivitas. Mobil masih sepi, namun beberapa bus sudah terlihat di jalan, masih menyalakan lampunya. Aku terus berjalan, berhenti di beberapa persimpangan, mengambil beberapa foto. Aku terus berjalan hingga ke arah Mong Kok, memutari blok besar hingga aku sampai kembali di Nathan Road, dan terus
54
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
kembali ke selatan hingga sampai kembali ke City View Hotel sekitar 1 jam kemudian. Salah satu hal menarik saat ku berjalan adalah pembagian zona area komersial Hong Kong yang teratur, bahkan hingga lokasi pompa bensin. Tiga pompa bensin berbeda merk terlihat berjejer bertetanggaan di Waterloo Road.
Aku juga mengamati ritme penduduk sekitar Yau Ma Tei. Ada seorang ibu yang asyik merokok sebelum ia membuka kios majalahnya. Ada petugas tempat sampah kota yang membersihkan dus dan kertas, serta mengumpulkan sampah-sampah dalam kantung hitam besar. Ia kemudian menaruhnya di sebuah troli dorong. Mungkin menunggu truk sampah untuk langsung mengambilnya. Ada bapak-bapak tua bertelanjang dada yang berjalan menggotong tumpukan dus entah ke mana.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
55
Ada pula ibu-ibu yang berkumpul di salah satu lapangan olahraga umum untuk ber-taichi bersama. Ada sepasang suami istri yang turun dari mobil, lalu berjalan menuju tokonya sambil menyapa sopan para karyawan di toko sebelahnya. Ada pula pengemis yang baru terbangun dari tempat tinggal temporernya dalam sebuah dus, di sebuah jembatan penyeberangan dekat stasiun kereta api.
Sekitar pukul 07:00 aku sudah tiba di kamar. Aktivitas kota di Hong Kong baru dimulai pukul 10:00. Aku pun memutuskan untuk tidur kembali hingga pukul 09:00. Setelah bangun, mandi, aku lalu menikmati sarapan terakhir di hotel. Di restoran hotel, aku bertemu sekaligus berpamitan dengan Roger, Andrew, Bac, dan Hoan, yang akan segera meninggalkan hotel setelah mereka sarapan. Aku sendiri masih punya waktu hingga pukul 13:00 sebelum aku harus berangkat ke bandara. Sehabis sarapan aku berencana untuk checkout, menitipkan tas, lalu berangkat ke Tsim Sha Tsui, untuk memfoto-foto
56
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Hong Kong Harbour di siang hari. Tra yang saat itu telat datang sarapan berkata kalau ia ingin ikut. Tra sendiri baru akan pulang ke Vietnam keesokan harinya, dan ia sendiri hari itu belum punya rencana kemana-mana. Namun ia tetap harus checkout pula dari hotel, untuk kemudian pindah menginap di rumah temannya. Sekitar pukul 10:30 aku dan Tra pun checkout. Kami ke MTR Yau Ma Tei untuk naik subway ke Tsim Sha Tsui. Sesampainya di Tsim Sha Tsui, kami pun ke luar dan mencari jalan menuju area museum, tempat dua malam sebelumnya kami bersama Hung dan teman lainnya melihat pertunjukan Symphony of Light. Agak bingung mencari penyeberangan karena ternyata kami tidak bisa memotong langsung jalan raya. Kami lalu berjalan sedikit berputar melewati depan Peninsula Hotel, sebuah hotel dengan desain arsitektur klasik. Area pedestrian di sekitar itu sedang dalam perbaikan. Yang menarik dan membedakan kembali dengan Jakarta adalah, renovasi pedestrian tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamatan orang berjalan kaki. Kalau di Jakarta, trotoar direnovasi, si pejalan kaki akan diminta untuk berjalan di jalan raya mobil. Di Hong Kong, mereka merenovasinya bergantian, sehingga tetap ada jalur trotoar yang nyaman dilewati. Ternyata untuk bisa memotong jalan, kami harus melewati subway, tempat penyeberangannya tidak lewat atas, tapi lewat bawah jalan. Saat kami keluar, kami langsung mendapati diri kami di plaza di luar museum. Aku melihat kalau geladak tempat kami menonton Symphony of Light juga tak jauh dari sana. Di salah satu plaza, persis depan Art Museum, terlihat lukisan mural raksasa. Tingginya sekitar 4 meter, dan panjangnya aku tak tahu. Yang jelas panjang sekali.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
57
Kami berdua sebenarnya berencana untuk bisa mampir ke Space Museum, tapi kami sendiri nggak tahu pukul berapa museum dibuka. Sayangnya, saat kami ke sana, barulah kami tahu kalau Space Museum baru akan dibuka pukul 13:00. Huh, kalau harus menunggu museum buka, aku pasti akan terlambat ke bandara. Kami memasuki ke salah satu gedung yang pintunya terbuka. Ternyata ini adalah gedung Hong Kong Cultural Center. Di sini tempat beragam atraksi opera, drama musikal, dan teater diselenggarakan. Saat itu, di lobi gedung terdapat beberapa anak muda dan anak-anak kecil berkerumun memotong-motong kertas dan menempelkannya di beberapa partisi. Rupanya sedang ada persiapan pameran salah satu sekolah dasar di Hong Kong. Sungguh menakjubkan melihat beragam prakarya kreatif yang dipamerkan. Dari menyulap kotak makanan menjadi sebuah panorama bertema hijau, hingga memodifikasi sebuah kotak kosong dan mengisinya dengan beragam furnitur mini, se-
58
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
hingga menjadi semacam rumah boneka. Ada pula tempelan ilustrasi anak-anak yang menggambarkan seorang guru (yang katanya populer di Hong Kong) dengan versi mereka masingmasing.
Aku dan Tra menghabiskan waktu di sekitar tempat ini hingga pukul 12:15, sebelum akhirnya kami kembali ke City View Hotel. Saat kami sedang membeli tiket kereta, kami disapa sepasang suami istri dari Finlandia. Mereka selama 3 bulan ini asyik berkeliling Asia, dan saat itu baru saja tiba di Hong Kong. Mereka meminta bantuan kami untuk membelikan tiket di mesin yang disediakan. Setelah membantu me-reka, aku tersenyum kepada Tra, berkata kalau lucu juga ya, baru sekitar 3 hari di Hong Kong, kami sudah membantu turis asing. Tepat pukul 13:00 kami tiba di hotel, dan aku pun berpamitan kepada Tra. Aku sungguh berharap bisa bertemu kembali dengan perempuan manis dari Vietnam ini. Mudah-mudahan saja ada kesempatan di tahun depan untuk berlibur ke Vietnam dan
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
59
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Aku berangkat ke bandara menggunakan bus A21, bus sama yang kugunakan saat berangkat dari bandara ke Yau Ma Tei. Sepanjang perjalanan aku mendokumentasikan panorama Hong Kong di sekitarku. Melihat betapa besarnya pelabuhan bongkar muat Hong Kong, lengkap dengan peralatan beratnya yang berukuran super raksasa. Aku juga melihat pulau-pulau urugan baru dengan bangunan pencakar langit sedang dibangun di atasnya.
Sekitar pukul 14:00 aku pun tiba di Hong Kong International Airport. Segera aku mendatangi lorong 10 tempat checkin Garuda Indonesia. Sambil menunggu waktu, aku menghabiskan roti yang sempat kubeli sebelumnya. Aku tak kuasa menahan senyum saat aku mendengar seorang mbak-mbak berpakaian menor dan ngegaya bercakap-cakap di telpon dengan logat Jawa medok. Hahaha, pemandangan yang menghibur.
60
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Setelah itu aku melewati pos imigrasi, yang aku lewati tanpa masalah berarti. Sebelum memasuki area tunggu, aku melewati beragam toko. Airport ini mirip mal, meski tidak sebesar mal yang kujumpai di Schipol International Airport, Belanda bulan Juni lalu. Area tunggunya menarik. Sisi kiri berlapis kaca penuh, sehingga aku bisa menyaksikan kesibukan aktivitas bandara. Desainnya mengingatkanku akan Terminal 3 Soekarno-Hatta.
Keberangkatan ke Jakarta tepat waktu. Pukul 15:50 para penumpang Garuda Indonesia GA 863 pun sudah berangkat meninggalkan Hong Kong. Perjalanan lintas batas negara ke tempat baru memang sungguh menyenangkan. Haha, apalagi kalau bisa dilakukan dengan biaya minimum. Hong Kong memang menarik dengan segala kerapihan, ketertiban, dan modernitasnya, namun tetap saja itu tak akan bisa menghilangkan rasa rinduku akan tanah air dan kemacetan ibukotanya (eh, bagian macet itu sebenarnya nggak rindu sama sekali deh)!
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
61
62
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
Belajar dari Kota Hong Kong
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
63
Selama hampir lima hari aku berada di kepadatan Kowloon dan Hong Kong, ada beberapa hal menarik yang seharusnya bisa diadaptasi untuk kota Jakarta tercinta ini. Satu hal paling krusial untuk kota dengan populasi 7 juta jiwa ini adalah kepadatan penduduknya. Hong Kong sampai mengeruk dan membuat beberapa pulau baru untuk konstruksi bangunanbangunan hunian. Kalau aku lihat di sepanjang area Kowloon, hampir semua lantai dasar dan lantai dua dipakai untuk komersial, dengan lantai tiga ke atas dipakai untuk hunian. Kalau malam hari, aku bisa melihat berdesakannya orang-orang berbelanja di jalan raya dan trotoar. Lantai satu dan dua berkilap cahaya terang, sementara lantai tiga ke atas terlihat gelap. Transportasi publik salah satu kunci keberhasilan kota ini. Sistem kereta subway yang mereka sebut dengan MTR, kereta di atas permukaan yang mereka sebut Light Rail, sangat ter-
64
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
integrasi satu dengan lainnya. Plus bus publik bertingkat yang nyaman serta tram menambah kemudahan setiap orang untuk berpindah dari dan ke manapun di Hong Kong. Waktu aku pulang tengah malam, yang tersisa di jalan hanyalah bus tingkat dan taksi dimana-mana. Jumlahnya sungguh luar biasa banyak. Hampir tidak ada mobil pribadi berlalu di malam hari. Tiket kereta maupun bus tidak terlalu mahal untukku. Kalau harga tiket bagiku saja tidak terasa mahal, apalagi bagi masyarakat Hong Kong yang jelas-jelas pendapatan per bulannya lebih tinggi dariku. Percaya atau tidak kalau jalan utama yang membelah Kowloon dari utara dan selatan, yakni Nathan Road, hanya terdiri dari 2 lajur saja di setiap arahnya. Nathan Road ini kalau di Jakarta bisa dianalogikan dengan Jalan Thamrin, Sudirman, atau Gatot Subroto, yang menjadi urat nadi persendian kehidupan komersial di sekitarnya. Dua lajur di masing-masing arah ini tidak pernah macet, meskipun saat jam sibuk di sore hari. Ka-
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
65
lau pun ada antrian, itu pun hanya sebentar untuk menunggu lampu merah. Mobil dan motor pribadi sungguh sedikit. Semua orang lebih suka menggunakan bus dan berjalan kaki. Lagi pula parkir di Hong Kong luar biasa mahal. Karena hanya ada dua lajur mobil, maka sempadan antara jalan dan bangunan pun bisa lebar. Sempadan lebar ini dipakai sepenuhnya untuk trotoar dan kepentingan publik. Desain tempat pejalan kaki ini sungguh nyaman, dengan disertai ramp saat trotoar mengarah ke zebra cross. Kepentingan orang cacat juga menjadi pertimbangan utama dalam mendesain trotoar. Lampu penyeberangan pejalan kaki pun disertai dengan bunyi yang berbeda-beda. Seorang tuna netra akan mudah menentukan kapan ia bisa menyeberang jalan raya dengan aman. Aku berandai-andai seandainya transportasi publik Jakarta benar-benar senyaman dan semurah ini. Memadai dari sisi jumlah, terkoneksi satu sama lain sehingga orang tidak ber-
66
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
jalan terlalu jauh dari halte hingga ke kompleks huniannya. Semakin banyak bus dengan kualitas aman dan nyaman, tentunya secara bertahap akan pula mengurangi jumlah mobil pribadi yang berada di jalan raya. Saat bus kota berkualitas nyaman bisa menjadi primadona warga kota Jakarta, aku rasa Jakarta tidak akan membutuhkan jumlah lajur jalan sebanyak sekarang. Jalur jalan yang banyak ini akan bisa dikonversikan kembali untuk pejalan kaki dan area hijau. Para pengguna sepeda pun bisa nyaman melewati setiap jalan saat salah satu lajurnya terkonversi menjadi jalur sepeda. Hal menarik lainnya yang aku suka dari Hong Kong adalah tersedianya taman kota dan ruang publik di hampir semua sudut kota. Meski Hong Kong adalah salah satu kota dengan kepadatan bangunan yang tinggi, ternyata keberadaan taman kota dan ruang publik tidak terlupakan. Senang sekali aku me-
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
67
lihat banyaknya warga Hong Kong beraktivitas sosial di ruang terbuka ini. Seorang teman di Hong Kong bahkan bercerita kalau taman seperti ini sering dijadikan tempat berkumpul komunitas. Mereka tidak berkumpul di mal yang tertutup, tapi mereka lebih senang memanfaatkan ruang terbuka. Haha, tentunya bagi kaum muda, mereka lebih senang di ruang terbuka karena mereka bisa merokok. Di Hong Kong ada larangan untuk merokok di ruang publik yang tertutup. Dendanya bisa mencapai $HK 1.500. Tentunya semua hal yang bagus tak akan ada artinya kalau tak ada perawatan yang memadai. Dengan kepadatan populasi yang tinggi seperti itu, ternyata warga Hong Kong masih bisa menjaga kebersihan kotanya. Pemerintah Hong Kong juga terlihat konsisten melakukan perawatan fasilitas publik. Makanya
68
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
nggak heran saat aku melihat banyak eskalator yang menjadi bagian dari fasilitas publik tetap berjalan sempurna selama 24 jam terus-menerus. Stasiun kereta pun terlihat bersih. Sistem tiket dan mesin penjualan tiket terawat dengan baik. Melihat beragam kondisi ini, aku sempat merasa ragu apakah kita sebagai warga Jakarta bisa pula bertindak serupa. Minimal menjadi seorang warga yang punya rasa cinta akan kebersihan kotanya sendiri. Kalau untuk pengadaan angkutan publik seperti busway di Jakarta, aku sendiri cuma bisa angkat tangan. Aku pikir pemerintah daerah kota Jakarta harus benarbenar fokus memperhatikan masalah ini. Karena saat masalah ini terpecahkan, dampak positifnya bisa jadi akan sangat luar biasa. Kota Jakarta akan menjadi lebih manusiawi dengan keberadaan warganya yang merasa aman dan nyaman bepergian kemanapun.
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
69
Aku dulu lulusan sarjana dan magister di Institut Teknologi Bandung ini. Bersama beberapa rekan, semenjak lulus aku membangun Stratego (www.strategocorp.com) yang bergerak di bidang interactive communications. Bersama tim di Stratego, aku telah membantu banyak brand dalam penyusunan konsep kreatif interaktif dan eksekusinya di ranah online dan offline, yang di antaranya mencakup online strategy & development, social media marketing, dan event’s technology support. Aku juga penulis aktif di blog Media Ide (media-ide.com). Selain itu bersama beberapa rekan penggila dunia internet lainnya, setiap bulan aku membantu penyelenggaraan event forum berbagi FreSh! (freshyourmind.com) yang didatangi 50-100 orang di setiap acaranya. Aku juga bisa ditemukan aktif di media sosial Facebook, Plurk, dan Twitter. Belakangan ini aku sering menulis buku. Buku-buku itu bisa dilihat di sebelah kanan ini.
Foto oleh: Tra Dang 70
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
E-Narcism, 160 halaman, Rp. 32.000,00, Kanaya Press
F-Marketing, 112 halaman, Rp. 22.000,00, Kanaya Press
8 Hari di Jerman, 98 halaman, Gratis, Media-Ide.com
Twitter-Plurk Terbit Desember 2009!
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari
71
72
Hong Kong - Menikmati Asia Modern dalam 5 Hari