PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD UNTUK MENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI UKURAN PEMUSATAN DATA (STATISTIKA) SISWA KELAS IXF MTsN TANAH GROGOT: PENGALAMAN LESSON STUDY
Helmi Nurul Hikmah Guru Matematika MTsN Tanah Grogot Abstrak: Pembelajaran Matematika dengan menggunakan model Cooperative Tipe STAD telah dilaksanakan pada kegiatan Lesson Study di kelas IXF MTsN Tanah Grogot. Lesson Study dilaksanakan dengan tiga tahap yakni plan, do, dan see. Tahapan plan dilaksanakan mulai tanggal 10-18 Nopember 2014 dengan melibatkan teman sejawat. Tahapan do dan see dilaksanakan pada tanggal 19 Nopember 2014 di MTsN Tanah Grogot. Materi yang disampaikan pada kegiatan tersebut adalah Statistika: Ukuran Pemusatan Data. Pembelajaran yang dilaksanakan cukup menarik perhatian siswa, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. Kata Kunci: Cooperative Tipe STAD, keaktifan siswa, lesson study
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi proses pembelajaran, dan peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari peserta didik, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika Belajar adalah salah satu cara untuk untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran tertentu untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari
guru. Kondisi tersebut sering ditemui pada proses pembelajaran matematika di MTsN Tanah Grogot kelas IX yang terbagi menjadi enam rombel yang heterogen kemampuan siswanya. Pembelajaran berlangsung pasif. Siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru, siswa menunggu jawaban yang benar dari guru atau siswa lain yang lebih pintar. Sebagian besar siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang pintar biasanya mengambil tempat duduk di depan. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan kurang semakin tertinggal. Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Menurut Slavin (dalam Subanji, 2013) langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut: 1) membentuk kelompok yang beranggotakan 4
26
Hikmah, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD, 27
sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya), 2) Guru menyajikan materi, 3) guru memberikan tugas kepada kelompok. Selain itu, guru harus memiliki kemampuan untuk mengemas materi pelajaran lebih menarik dan lebih bermakna bagi siswa, mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Guru juga harus memfasilitasi terciptanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan antar siswa itu sendiri. Siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang pintar, dan diharapkan dengan diskusi kelompok, siswa yang mempunyai kemampuan kurang dapat lebih percaya diri karena didukung oleh teman-teman dalam satu kelompok. Hal demikian akan mendorong dan meningkatkan keaktifan siswa yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Mengubah perilaku guru dalam pembelajaran merupakan hal sangat penting untuk mendorong siswanya untuk berpikir. Salah satu upaya untuk mengubah perilaku dari penyampai materi menjadi fasilitator dapat dilakukan dengan kegiatan lesson study. Lesson study merupakan model pembinaan profesionalitas guru yang berlandaskan prinsip kolegial dan mutual learning. Lesson study ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study bukan merupakan metode pembelajaran atau pendekatan dalam pembelajaran (Ibrohim, 2013). Menurut Subanji dan Isnandar (2010) perubahan prilaku guru setelah menerapkan lesson study adalah: 1) terciptanya budaya akademik yang positif dalam membuat rencana pembelajaran kolaboratif, 2) terciptanya budaya “terbuka” dengan adanya open class, 3) tumbuhnya kebiasaan untuk selalu refleksi dan memperbaiki pembelajaran, 4) adanya upaya untuk meningkatkan potensi diri untuk selalu belajar, dan 5) membiasakan pembe-
lajaran dengan melihat siswa sebagai subjek pembelajaran. Untuk itu penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD dalam lesson study diharapkan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa yaitu dengan adanya saling kerjasama antar siswa, siswa yang sudah menguasai materi membantu siswa yang kurang bisa memahami materi pelajaran. Dan bagi guru dapat meningkatkan produktifitas dan profesionalitasnya. LANGKAH-LANGKAH LESSON STUDY
KEGIATAN
Plan (Perencanaan) Pada kegiatan lesson study ini diawali dengan tahap pertama adalah plan yang dilaksanakan di SMPN 2 Tanah Grogot. Pada tahap ini mendiskusikan materi yang dipilih, skenario pembelajaran, dan LKS serta kelas yang akan digunakan untuk open class. Maka disepakati materi yang akan disampaikan pada saat open class adalah materi Statistika dengan pokok bahasan Ukuran Pemusatan Data dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD dan media LCD. Kelas yang akan digunakan adalah kelas IXF MTsN Tanah Grogot, dengan guru model Helmi Nurul Hikmah, S.Pd. Do (Pelaksanaan) Tahap kedua yaitu do (pelaksanaan). Open class dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Nopember 2014 di MTsN Tanah Grogot kelas IXF dengan materi Statistika, pokok bahasan ukuran pemusatan data dan diikuti oleh 5 orang observer yang mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Sebagai pendahuluan, guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu cara pengumpulkan data, mengurutkan data dan
28, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
populasi dan sampel. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menentukan ukuran pemusatan data yang terdiri dari menentukan mean (rata-rata), modus, dan median. Pada kegiatan inti, dengan menggunakan media LCD guru menjelaskan materi pemusatan data dimulai dengan menjelaskan pengertian mean (rata-rata) disertai dengan contoh penggunaan mean (rata-rata) dalam kehidupan sehari, misalnya rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas IXF. Kemudian siswa diminta untuk menyebutkan contoh yang lain. Ada siswa yang menjawab “rata-rata nilai raport semester 1”. Pembahasan mengenai mean (rata-rata) dilanjutkan dengan guru memberikan contoh soal dan membahas bersama-sama siswa. Disela-sela pembahasan soal, guru sering menanyakan kepada siswa apabila ada yang belum memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan soal. Pada saat membahas mengenai modus, siswa sangat antusias. Karena katakata modus merupakan kata yang sangat akrab dengan siswa walau memiliki pengertian yang berbeda dengan modus pada materi statistika ini. Dalam statistika modus adalah angka yang sering muncul atau nilai yang frekuensinya paling tinggi. Untuk materi modus, siswa tidak mengalami kesulitan. Dalam menjelaskan modus guru memberikan contoh yang dekat dengan siswa. Yaitu alasan apa yang digunakan siswa apabila terlambat masuk kelas ketika pelajaran sudah dimulai. Jawaban siswa antara lain, ke kantin, wc, perpustakaan, dari ruang guru, dan menemui temannya di kelas lain. Dari jawaban-jawaban itu, alasan yang paling banyak digunakan adalah dari kantin. Maka modus untuk alasan yang digunakan siswa ketika terlambat masuk kelas adalah dari kantin. Setelah siswa memahami pengertian modus, guru memberikan contoh soal mengenai modus lewat
tayangan pada LCD. Siswa menjawab soal yang ada pada LCD tersebut. Selanjutnya adalah pembahasan mengenai median. Guru menjelaskan bahwa median adalah nilai tengah setelah data diurutkan. Dalam menentukan median untuk data tunggal, siswa tidak mengalami kesulitan. Tetapi ketika dijelaskan median data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, banyak siswa yang mengalami kesulitan sehingga guru harus mengulangi penjelasannya. Kesulitan siswa dalam menentukan median data pada tabel distribusi frekuensi berlanjut setelah guru membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan membagikan lembar kerja siswa (LKS). Dalam mengerjakan soal secara berkelompok, siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan bertanya kepada guru terutama mengenai menentukan median pada tabel distribusi frekuensi. Guru menjelaskan kepada masing-masing kelompok secara bergantian. Setelah mengerjakan LKS yang telah diberikan, siswa menyalin jawaban pada kertas plano yang telah disediakan oleh guru. Bagi kelompok yang telah menyelesaikan pekerjaan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada kesempatan ini, hanya satu kelompok yaitu kelompok balok yang berkesempatan untuk presentasi. Pada saat presentasi kelompok lain yaitu kelompok trapesium menanggapi, yakni jawaban mengenai menentukan median pada tabel distribusi frekuensi Karena menurut mereka jawaban kelompok balok salah. Setelah kelompok trapesium memberikan jawaban menurut versi mereka, guru mengkonfirmasi jawaban yang benar. Pada kegiatan akhir, guru tidak memberikan kuis secara individu karena keterbatasan waktu. Guru menunjuk tiga orang siswa untuk memberikan masingmasing pengertian mengenai mean, modus,
Hikmah, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD, 29
dan median. Pembelajaran pada hari itu ditutup dengan pemberian tugas rumah. See (Refleksi) Tahap terakhir kegiatan lesson study adalah see (refleksi). Pada tahap ini guru model dan observer berkumpul untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dipimpin oleh seorang moderator dengan satu orang notulen yang mencatat hasil refleksi. Refleksi diawali dengan ucapan rima kasih kepada guru model yang telah bersedia untuk melaksanakan open class. Kemudian moderator memberikan kesempatan kepada guru model untuk menyampaikan perasaannya ketika melaksanakan proses pembelajaran. Pada kesempatan itu guru model menyampaikan bahwa guru model mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi mengenai cara menentukan median terutama median data pada tabel distribusi frekuensi dan meminta saran kepada observer cara menyampaikan materi tersebut supaya siswa lebih mudah untuk memahami. Sedangkan pelaksanaan model pembelajaran cooperative tipe STAD memudahkan guru untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dan membantunya. Siswa yang telah memahami akan menjelaskan kepada siswa lainnya dalam kelompok tersebut. Penggunaan LCD sebagai media pembelajaran juga memudahkan guru dalam penyampaian materi statistika khususnya ukuran pemusatan data dan juga lebih menghemat waktu. Sedangkan bagi siswa menjadi lebih fokus karena tidak perlu menunggu guru untuk mencatat di papan tulis. Selanjutnya moderator memberi kesempatan kepada masing-masing observer untuk menyampaikan hasil pengamatannya selama proses pembelajaran berlangsung dan dicatat oleh notulen.
HASIL Beberapa hal yang menjadi hasil pengamatan observer adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan Siswa siap menerima pelajaran. Siswa menanggapi dengan antusias ketika guru menyampaikan apersepsi dengan mengingat materi awal. Namun ada 2 orang siswa yang menurut observer masih belum siap menerima pelajaran terlihat dari asyiknya mereka mengobrol berdua. 2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti terjadi interaksi yang baik antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa. Pemicu interaksi tersebut antara lain ketika guru memberikan pertanyaan, siswa menjawab dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Selain itu, pemicu terjadi interaksi ketika guru membentuk kelompok dan membagikan lembar kerja siswa (LKS). Terjadi diskusi pada kelompok-kelompok dan bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan dan guru menjelaskan. 3. Siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran Menurut observer ada kurang lebih 7 orang siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Penyebabnya antara lain: siswa belum jelas dengan instruksi yang diberikan guru, siswa tidak memperhatikan (membaca buku) saat guru menjelaskan, masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam operasi pembagian, dan karena siswa tersebut cenderung introvert (menutup diri) dengan lingkungannya. 4. Upaya guru model dalam mengatasi gangguan belajar Upaya guru model dalam mengatasi gangguan belajar antara lain, guru model berusaha untuk menjelaskan
30, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
5.
6.
7.
8.
apa yang ditanyakan oleh siswa, guru model mendatangi setiap kelompok dan menanyakan kepada siswa kesulitan apa yang dialami, dan guru model juga memberikan motivasi-motivasi bahwa sebenarnya soal tersebut mudah dan siswa pasti bisa untuk menyelesaikannya. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan belajar Menurut observer, alternative untuk mengatasi gangguan belajar adalah guru model seharusnya melakukan pendekatan secara personal untuk membantu siswa yang mengalami gangguan belajar dan memberikan metode peyelesaian soal yang mudah dipahami oleh siswa. Hal-hal unik yang terjadi selama proses pembelajaran antara lain, ada kelompok yang bekerja sendiri-sendiri, siswa berteriak ketika jawaban dari temannya salah. Dan terjadi perdebatan antara kelompok balok dan kelompok trapesium ketika menentukan nilai median. Kegiatan penutup Siswa tetap aktif dengan ikut menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Namun masih ada kelompok yang sibuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru model. Hikmah pembelajaran Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pembelajaran ini antara lain: a. Pengelolaan kelas yang baik diperlukan dalam pembelajaran. b. Kegigihan dan ketekunan menghasilkan sebuah hasil yang maksimal c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. d. Dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD siswa menjadi lebih aktif dan dapat saling mem-
bantu antara siswa yang satu dengan yang lain dalam kelompok. PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh para observer pada pelaksanaan Lesson Study, dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative tipe STAD, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Antusias dari siswa mengindikasikan bahwa motivasi belajar siswa meningkat. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative tipe STAD, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok diskusi yang heterogen berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Peningkatan motivasi ini disebabkan dalam pembelajaran cooperative tipe STAD siswa didorong lebih bertanggungjawab terhadap proses belajarnya sehingga siswa terlibat aktif dalam memiliki usaha yang besar untuk belajar. Setelah penyampain materi dengan menggunakan media LCD, siswa antusias untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat dari guru model. Penggunaan media LCD dengan gambar dan realita merupakan salah satu strategi agar siswa lebih memahami materi yang diberikan dan memudahkan siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga siswa termotivasi selama proses pembelajaran berlangsung pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam upaya memperjelas dan memperluas pengertian kepada siswa. Kemudian guru membagikan LKS untuk diselesaikan secara berkelompok. Dalam mengerjakan LKS, masing-masing kelompok berlomba untuk menyelesaikan dengan cepat dan tepat. Siswa bertanya kepada guru model apabila mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Guru model memberikan bimbingan dengan membe-
Hikmah, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD, 31
rikan pancingan cara menyelesaikan soal bukan memberikan jawaban. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok tidak sepenuhnya berjalan lancar. Hal ini disebabkan karena kemampuan siswa dalam memahami materi yang berbeda-beda dan juga karena siswa belum terbiasa bekerja secara kelompok. Selain itu ada siswa yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan kelompoknya, sehingga ada kelompok yang tidak maksimal dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru model. Dalam kegiatan refleksi, terungkap bahwa, guru model merasa lebih percaya diri dalam menyampaikan materi walaupun diawal pembelajaran sempat merasa gugup, namun kemudian seiring berjalannya waktu, semua dapat teratasi dengan baik hingga waktu pembelajaran berakhir. Kegiatan Lesson Study dirasakan sangat bermanfaat baik oleh guru model maupun observer. Menurut observer, model pembelajaran cooperative tipe STAD ini ternyata dapat mengaktifkan guru maupun siswa di kelas. Terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa. Sehingga pembelajaran tidak hanya
DAFTAR RUJUKAN Ibrohim. 2013. Panduan Pelaksanaan Lesson Study. Malang: Universitas Negeri Malang. Subanji & Isnandar. 2010. Meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Melalui Teachers Quality Improvement Program (TEQIP) Berbasis Lesson Study. J-TEQIP. Tahun 1, Nomor 1, November.
terfokus pada guru sebagai penyampai materi. Selain itu pada kegiatan refleksi juga terungkap bagaimana cara menentukan median suatu data tunggal agar kebih mudah dipahami oleh siswa. KESIMPULAN Penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD pada materi Statistika pokok bahasan ukuran pemusatan data dalam open class Lesson Study di kelas IXF MTsN Tanah Grogot dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Siswa kelas IXF MTsN Tanah Grogot lebih termotivasi selama mengikuti proses pembelajaran. 2. Terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lain. 3. Guru model lebih percaya diri dalam menerapkan model pembelajaran cooperative tipe STAD dengan didukung penggunaan LCD sebagai media pembelajaran karena telah direncanakan dengan baik secara bersama-sama.
Subanji. 2013. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang: Universitas Negeri Malang Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.