Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
Di bulan November 2009, ISO sebagai organisasi standar internasional mengeluarkan standar internasional pertama tentang manajemen risiko yang penuh antisipasi yang diberi nama ISO 31000:2009 Manajemen Risiko sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan penerapan manajemen risiko bagi organisasi secara umum. Tulisan sebelumnya telah diuraikan 11 Prinsip Dasar Manajemen Risiko dari ISO 31000:2009 yang terdiri dari: 1. Membuat dan melindungi nilai (creates and protect value) 2. Menjadi satu kesatuan dalam semua proses organisasi (an integral
part of organizational processes) 3.
4.
5.
Melalui pendekatan sistematis, terstruktur dan tepat waktu (systematic, structured and timely) 6. Mengambil dasar dari informasi terbaik yang ada (based on the best available information) 7. Menyesuaikan sesuai situasi (tailored) 8. Memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human and cultural factrors into account) 9. Melaksanaan dalam keterbukaan dan inklusif (transparent and inclusive) 10. Menyesuaikan penuh dinamis dan iteratif (berulang) dan responsif terhadap perubahan (dynamic, iterative and responsive to change) 11. Memfasilitasi perbaikan terus-menerus suatu organisasi (facilitates
continual improvement of the organization)
all
Menjadi bagian dalam pengambilan keputusan (part of decision making) Membahas segala ketidakpastian addresses (explicitly uncertainty)
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
3-4
Prinsip tersebut adalah landasan dalam kerangka kerja manajemen risiko, pedoman dan aturan dasar dalam pengelolaan risiko lebih efektif di semua level dalam satu organisasi.
1/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
3-4
MANDAT & KOMITMEN (MANDATE & COMMITMENT) Untuk pengenalan manajemen risiko sekaligus kepastian pelaksanaannya agar efektif membutuhkan komitmen kuat dan berkelanjutan dari manajemen organisasi, dalam bentuk yang sama kuatnya dengan rencana strategik dan aksi yang menjadi satu komitmen di semua level organisasi. Untuk itulah manajemen harus melakukan: 1. Mendefiniskan dan merumuskan kebijakan manajemen risiko (risk management policy) 2. Memastikan budaya organisasi dan kebijakan manajemen risiko sesuai. 3. Menetapkan indikator pencapaian manajemen risiko yang sesuai dengan indikator kinerja organisasi. 4. Menyesuaikan tujuan manajemen risiko dengan tujuan dan strategi organisasi. 5. Memastikan kepatuhan tehadap aturan hukum dan perundang-undangan. 6. Menguraikan dengan jelas tingkat akuntabilitas dan responsibilitas sesuai level dalam organisasi. 7. Memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam manajemen risiko. 8. Mengomunikasikan keuntungan manajemen risiko terhadap seluruh pemangku kebijakan organisasi. 9. Memastikan kerangka kerja pengelolaan risiko berlanjut dan berjalan seharusnya. Manajemen risiko bukanlah satu proyek yang langsung selesai (one-off project) melainkan suatu aktivitas berkelanjutan yang membutuhkan komitmen terus-menerus. Ini harus didukung secara eksplisit atau implisit oleh manajemen, terutama manajemen puncak, yang bisa dituangkan dalam pernyataan tertulis seperti visi/misi, prosedur atau kebijakan, dan bahkan program-program khusus terkait manajemen risiko, yang kemudian dilaksanakan dan didukung oleh seluruh level organisasi secara berkelanjutan.
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
Pratiwi dari PPM Manajemen mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh PPM Manajemen bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2014 terhadap beberapa bank Indonesia, seluruh organisasi yang menjadi obyek penelitian sepakat bahwa tone from the top (perintah dari atas) memegang peranan paling penting terhadap baik buruknya budaya sadar risiko di dalam organisasi. Lebih lanjut dinyatakannya: Peran top manajemen dalam membuat keputusan akan sangat dilihat oleh anggota organisasi dan dijadikan contoh dalam pengambilan keputusan di level bawah. Jika anggota organisasi melihat top manajemen tidak mempertimbangkan risiko dalam setiap keputusannya, maka anggota organisasi pun akan melakukan hal yang sama. (Pratiwi, 2015)
Untuk itu, semua diawali dari pernyataan visi organisasi yang dirumuskan oleh manajemen puncak, sebagaimana Shaun Sperarmon dari Kotter International dalam artikel Your Company Vision: If It’s Complicated, It Shouldn’t Be menuliskan: Organizations can find it tough to use words to paint a picture of success. Those that do it well devote an inordinate amount of time to getting it right. Working with my clients, it can take them hours to come up with a vision statement that amounts to 10-15 words. They throw out hundreds of words and arrange them in dozens of different combinations. Eventually, they settle on a handful of them, arranged in the perfect order, creating a crisp message – a picture of success that is NOT complicated. [Organisasi dapat merasa sulit untuk mencari kata-kata yang dapat melukiskan satu gambaran kesuksesan. Yang mampu melakukannya dengan baik membutuhkan waktu yang banyak untuk menemukan dengan tepat. Ketika bekerja dengan klien saya, itu menuntut berjam-jam waktu mereka demi sebuah pernyataan visi yang terdiri dari 10-15 kata. Mereka membuang ratusan kata dan mengaturnya dalam berbagai kombinasi pernyataan. Akhirnya, dari berbagai pilihan, diatur dalam urutan yang sempurna, terciptalah suatu pesan singkat dan mengena -satu gambaran keberhasilan yang tidak rumit.]
2/8
Tanggal Penerbitan
MANAJEMEN RISIKO STIE Widya Praja Tanah Grogot
Pernyataan visi merupakan inspirasi, menempatkan tujuan utama yang paling penting dari suatu organisasi. Tidak seperti rencana bisnis, pernyataan visi secara umum tidak menguraikan teknis dalam pencapaian tujuan tetapi suatu garis besar tujuan penting organisasi dimana dapat membantu pekerja merumuskan rencana strategi yang lebih terukur. Dengan satu pernyataan visi yang sama, seluruh pekerja dalam satu kesamaan akan menjadi lebih produktif (Airline, 2014). Ketika pernyataan visi tidak dibuat sebaik mungkin, Jennel Evans (2010), CEO Strategic Interactions, Inc., mempertanyakan jika sebuah organisasi tidak bisa mendefinisikan alasan keberadaan (misi) atau kemana akan berjalan (visi), bagaimana bisa mengarahkan orang, proses, produk atau pelayanan mencapai kesukesesan di masa mendatang? Untuk dapat menuliskan pernyataan visi yang baik, Robert W. Bly dalam Vision Statements: Why You Need One and How To Create One (2015) menyarankan untuk memulai dari kertas putih polos. Kemudian bayangan bisnis dalam 3 atau 5 tahun yang akan datang, untuk menjawab: 1. Apa usaha yang dijalankan? Apa produk yang dijual? 2. Untuk siapa usaha itu ditujukan? 3. Dimana lokasi usaha tersebut? 4. Bagaimana diri Anda dalam usaha tersebut? Apa yang membuat diri Anda bahagia terhadap usaha tersebut? 5. Berapa banyak yang ingin dihasilkan dari usaha tersebut? 6. Bagaimana karyawan Anda dalam usaha tersebut? Apa yang mereka lakukan dan nilai apa yang ingin ditambahkan atau kemampuan apa yang mereka butuhkan dalam usaha tersebut? 7. Apa yang terbaik dari usaha Anda bila dibandingkan dengan usaha sejenis? Sisi unik apa yang ingin ditonjolkan? 8. Apa yang menginspirasi diri Anda untuk usaha tersebut? 9. Tuliskan 5 kata yang menggambarkan usaha Anda, menurut pribadi Anda dan klien Anda!
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
05 Maret 2016 Pertemuan
3-4
Dari jawaban tersebut, apa kata yang terkuat dan memicu sisi emosi terhadap diri. Jika kata ini dapat menginspirasi maka itulah yang akan menjadi pernyataan visi yang baik. Kemudian rangkailah menjadi kalimat yang menggambarkan tipe klien yang dilayani, layanan yang diberikan, dan cakupan lokasi usaha tersebut. Setelah pernyataan visi tersebut terangkai, yang terpenting adalah menjaga agar visi tersebut menjadi “jiwa” dalam kegiatan sehari-hari. Untuk itu, tiga hal penting yang harus dilakukan selanjutnya, diolah dari Jessica Farris dalam Defining a Misian & Vision Statement for Your Design Firm: (2015): 1. Tempelkan visi di tempat kerja. 2. Selalu bicarakan visi dalam setiap pertemuan sebagai pengingat, bukan sekedar karangan indah untuk dilupakan. 3. Jadilah visi tersebut sepenuhnya. Beberapa contoh pernyataan visi dari beberapa perusahaan terkemuka di Indonesia yaitu: 1. Garuda Indonesia - Menjadi perusahaan penerbangan yang andal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia. 2. Telkom - Menjadi perusahaan yang unggul dalam Telecommunication, penyelenggaraan Information, Media, Edutainment dan Services (TIMES) di kawasan regional. 3. Unilever Indonesia - Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya. 4. PLN - Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. 5. Mc Donald’s Indonesia - Visi McDonald’s adalah menjadi restoran cepat saji dengan pelayanan terbaik di dunia. Untuk mencapai visi ini, McDonald’s selalu menjamin mutu produkproduknya, memberikan pelayanan yang memuaskan, menawarkan kebersihan dan keamanan produk pangan serta nilai-nilai tambah lainnya. Senyum konsumen adalah hal penting untuk McDonald's.
3/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
3-4
TUGAS INDIVIDU Tabel Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Paser 2014 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD SLTP SMA SMEA STM Madrasah Aliyah SLTA Lainnya Diploma Sarjana Jumlah 2014 2013 2012 2011 2010
Terdaftar 42 65 226 681 522 350 165 180 151 401 2.783 5.571 2.922 2.960 5.661
(Sumber: Kabupaten Paser Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser)
Merujuk pada data di atas, tampak bahwa kompetisi pencari kerja di Kabupaten Paser secara rata-rata dalam kurun waktu 5 tahun ini sebesar 3.979 orang.
Sebagai bagian dari antisipasi risiko akan menjadi pengangguran terdidik, Anda harus menyiapkan rencana antisipasi, memilih menjadi seorang pengusaha (enterpreneur). Untuk itulah, buatlah rancangan hal-hal sebagai berikut: 1. Bidang usaha start-up yang ingin Anda pilih 2. Nama usaha start-up yang ingin Anda gunakan 3. Pernyataan visi atas usaha start-up tersebut Lakukanlah sebaik-baiknya karena bukan suatu kemustahilan kelak rencana tersebut malah akan menjadi kenyataan yang akan membawa kesuksesan masa depan Anda nantinya! Kriteria penilaian terhadap pernyataan visi ini adalah:
Gambaran masa depan (20) Jelas target pasar yang diinginkan (20) Spesifik dan dapat direalisasikan (20) Adaptasi terhadap perubahan (20) Sadar risiko (20)
DESAIN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO (DESIGN OF FRAMEWORK FOR MANAGING RISK) Sebagaimana umumnya aktivitas organisasi, baik dalam kegiatan, proses maupun strategi, proses manajemen risiko harus didesain dengan baik untuk mendukung implementasi yang efektif. Robert S. Kaplan dan Anette Mikes (2012) dalam artikel yang berjudul Managing Risks: A New Framework menuliskan: risk management is too often treated as a compliance issue that can be solved by drawing up lots of rules and making sure that all employees follow them. Many such rules, of course, are sensible and do reduce some risks that could severely damage a company.
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
[Manajemen risiko seringkali diperlakukan sebagai suatu masalah kepatuhan yang hanya bisa diselesaikan dengan penyusunan banyak aturan dan memastikan seluruh karyawan mematuhinya. Banyak aturan, sudah barang tentu, sangat masuk akal dalam mengurangi beberapa risiko parah yang bisa merusak perusahaan.]
Dalam desain kerangka kerja manajemen risiko ini, hal-hal yang dilakukan yaitu: 1. Memahami organisasi dan segala konteks di dalamnya (understanding of the organization and its context);
4/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
2. 3. 4. 5.
Menentukan kebijakan manajemen risiko (establishing risk management policy); Akuntabilitas (accountability) Menggabungkan dalam proses organisasi (integration into organizational processes); Mengalokasikan sumber daya yang sesuai (resources);
3-4
6.
7.
Menentukan mekanisme komunikasi dan pelaporan internal (establishing internal communication and reporting mechanisms); Menentukan mekanisme komunikasi dan pelaporan eksternal (establishing external communication and reporting mechanisms).
MEMAHAMI ORGANISASI DAN SEGALA KONTEKS DI DALAMNYA (UNDERSTANDING OF THE ORGANIZATION AND ITS CONTEXT) Sebelum mulai menyusun dan mengimplementasikan suatu kerangka kerja dalam pengelolaan risiko, adalah penting untuk mengevaluasi dan memahami konteks dari kedua sisi, eksternal dan internal, suatu organisasi, dimana ini akan mempengaruhi secara signifikan desain kerangka kerja itu, sebagai berikut: 1. Konteks Internal, seperti di bawah ini namun tidak terbatas pada: a. pengelolaan, struktur organisasi, aturan dan akuntabilitas; b. kebijakan, tujuan dan rencana strategik yang ditetapkan untuk dicapai; c. kapabilitas, pemahaman terhadap pengetahuan dan sumber daya (seperti modal, waktu, manusia, proses, sistem kerja, dan teknologi) d. sistem informasi, alur informasi dan proses pengambilan keputusan (baik secara formal maupun informal). e. hubungan, persepsi dan nilai terhadap pemangku kebijakan internal; f. budaya organisasi; g. standar, petunjuk dan model yang diadopsi oleh organisasi; dan h. bentuk serta pengembangan hubungan kontrak (contractual relationship). 2. Konteks Eksternal, seperti di bawah ini namun tidak terbatas pada:
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
a.
sosial budaya, politik, hukum, pemerintah, keuangan, teknologi, ekonomi, alam dan lingkungan kompetisi, baik internasional, nasional, regional maupun local; b. pemegang kunci pemicu dan penentu tren yang berdampak terhadap tujuan organisasi; c. hubungan, persepsi dan nilai terhadap pemangku kebijakan eksternal.
Dalam bahasa sederhana, konteks organisasi adalah lingkungan operasi (operating environment) yang melibatkan kedua pihak, internal dan eksternal, sehingga perlu dipertimbangkan ketika mengelola risiko. Konteks internal bisa didefinisikan sebagai segala sesuatu di dalam organisasi yang dapat mempengaruhi jalan ketika organisasi mengelola risiko internalnya. Ketika konteks internal dapat dipahami, dapat mengarahkan lingkungan makro eksternal dengan menggunakan analisis PEST (politic, economic, sosial and technological), analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi bagaimana organisasi beroperasi. Organisasi tidak dapat mengontrol faktor eksternal itu, tetapi harus mencari cara bagaimana beradaptasi terhadapnya. Faktor dalam analisis PEST ini kemudian dapat diklasifikasikan sebagai kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats) dalam analisis SWOT (Pojasek, 2013).
5/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
3-4
Contoh Analisis PEST Faktor Politik Kebijakan perpajakan
Faktor Ekonomi Pertumbuhan ekonomi
Peraturan ketenagakerjaan
Tingkat suku bunga
Peraturan perdagangan
Standar nilai tukar
Peraturan daerah
Tingkat inflasi
Faktor Sosial Tingkat pendidikan masyarakat Tingkat pertumbuhan penduduk Kondisi lingkugan kerja Keselamatan dan kesejahteraan sosial
Faktor Teknologi Aktivitas penelitian dan pengembangan teknologi Perkembangan teknologi yang digunakan Teknologi informasi & komunikasi Peraturan standar teknologi nasional
MENENTUKAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO (ESTABLISHING RISK MANAGEMENT POLICY) Kebijakan manajemen risiko harus sangat jelas menetapkan tujuan organisasi dan komitmen terhadap manajemen risiko, biasanya menguraikan hal-hal berikut: 1. Landasan pemikiran terhadap pengelolaan risiko; 2. Hubungan antara tujuan dan kebijakan organisasi dengan kebijakan manajemen risiko; 3. Akuntabilitas dan responsibilitas dalam pengelolaan risiko; 4. Petunjuk ketika terjadi benturan kepentingan interest) dan bagaimana (conflict penyelesaiannya; 5. Komitmen untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan akuntabilitas dan responsibilitas dalam pengelolaan risiko; 6. Petunjuk terkait pengukuran dan pelaporan kinerja manajemen risiko; dan 7. Komitmen untuk meninjau dan memperkuat kebijakan dan kerangka kerja manajemen risiko
secara periodik sebagai respon atas perubahan keadaan. Kebijakan ini harus dikomunikasikan dengan tepat yang akan diimplementasikan sebagai suatu prosedur atau protokol. Biasanya akan muncul dampak dari penerapan suatu kebijakan, bervariasi sesuai dengan organisasi dan konteks kebijakan tersebut dibuat. Pawel Brodzinski dalam artikel Top 6 Problems with Risk Management menuliskan: When you try to implement a methodology or invite a habit in your organization it won’t ever go without any problems. People don’t like to change, albeit their adaptation skills are high. [Ketika Anda mencoba menerapkan satu metode atau mengajak suatu kebiasaan baru dalam organisasi, itu tidak akan berjalan tanpa masalah. Orang tidak suka untuk berubah meskipun kemampuan adaptasinya sangatlah tinggi.]
AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY) Organisasi harus memastikan tersedia akuntabilitas, otoritas dan kompetensi yang sesuai dalam pengelolaan risiko, termasuk dalam menerapkan dan mempertahankan proses manajemen risiko dan kepastian ketersediaan, efektivitas dan efisiensi dalam setiap pengawasan. Ini dilakukan melalui: 1. Mengidentifikasi pemilik risiko (risk owner) yang memiliki akuntabilitas dan otoritas untuk mengelola risiko.
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
2.
Pemilik risiko (risk owner) adalah orang atau entitas yang memiliki akuntabilitas dan otoritas untuk mengelola risiko. Mengidentifikasi siapa yang dapat untuk pengembangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan terhadap kerangka kerja dalam pengelolaan risiko.
6/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
3.
4.
5.
3-4
Mengidentifikasi penanggung jawab terhadap orang di semua level organisasi dalam proses manajemen risiko. Mengidentifikasi ukuran kinerja dan pelaporan eksternal dan atau internal dan proses yang meluas. Memastikan tingkat penghargaan yang sesuai.
Akuntabilitas, dalam didefinisikan sebagai:
www.businessdictionary.com,
the obligation of an individual or organization to account for its activities, accept responsibility for them, and to disclose the results in a transparent manner.
4.
[kewajiban seorang individu atau organisasi untuk menjelaskan aktivitasnya, menerima tanggung jawab yang diberikan, dan mengungkapkan hasil secara transparan.]
Akuntabilitas tidak mungkin diwujudkan dalam satu malam tetapi banyak elemen yang harus ditempatkan. Henry Browning dalam 7 Ways to Build Accountable Organization mengungkapkan beberapa hal yang harus dilakukan untuk membangun lingkungan yang akuntabel, yaitu: 1. Peranan yang jelas, kepemimpinan tim dan kepemilikan individu. Orang akan kesulitan untuk bertanggung jawab ketika peran dan proses yang dijalankan ambigu. Menghapus semua kebingungan tentang siapa yang melakukan dan bagaimana sesuatu dilaksanakan merupakan langkah dasar yang penting. Ketika tim sudah akuntabel, anggota tim akan mengidentifikasi kesenjangan, belajar peran dan proses baru, dan pada akhirnya membangun suatu tim yang lebih mampu. 2. Rasa kepemilikan atas hasil kerja bersama. Bagaimana akuntabilitas tim bekerja? Fokuslah pada proses kerja tim. Lalu, bagaimana tim bekerja menuju tujuan dan hasil? Apakah anggota tim bekerja efektif? Apakah mereka merasa 100% akuntabel untuk memperkuat proses? Setiap anggota harus memiliki kewajiban untuk mengumpulkan informasi, memberi dan menerima umpan balik dan menerima tindakan perbaikan yang seharusnya di setiap waktu. 3. Kebebasan, dukungan dan kontrol untuk mengarahkan prioritas yang kompetitif.
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
5.
6.
Sebagian besar masalah memiliki banyak jawaban yang benar. Solusi pertama bagi tim dan laporan langsung yang datang mungkin akan sangat baik. Menindaklanjutinya lebih baik dari memaksakan pendapat diri. Memberi dukungan adalah kunci -pastikan anggota memiliki sumber daya, pengetahuan dan pendampingan yang dibutuhkan. Dengan pendekatan ini akan meningkatkan kemampuan, kepercayaan diri dan rasa memiliki dalam diri anggota tim. Akuntabilitas bukan soal hukuman. Jika tujuan dalam menumbuhkan akuntabilitas adalah mengetahui siapa yang dihukum ketika target pendapatan tidak tercapai atau biaya yang membengkak maka kesuksesan yang ada hanyalah menciptakan ketakutan. Tak seorang pun akan berani melangkah maju, angkat suara, atau mencoba sesuatu yang baru. Inovasi dan keberanian mengambil risiko akan lenyap. Sekali rumor meluas tentang seseorang yang keluar atau dihukum oleh organisasi, ratusan bahkan ribuan lainnya akan resah ketika pengambilan inisiatif mencari solusi. Ini adalah tentang improvement. Akuntabilitas adalah landasan untuk membangun organisasi pembelajar. Jika ingin proses berkualitas tinggi secara terus-menerus maka perlu diketahui mana yang bekerja dan tidak untuk dianalisis penyebebnya. Untuk itu, setiap orang perlu jujur tentang apa yang diketahui, dipikirkan dan dilakukan (atau yang tidak dilakukan). Satu hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung atmosfer pembelajaran ini melalui pendekatan sistem. Menggali untuk memahami aspek apa yang sangat berpengaruh dalam proses, sistem, budaya dan lingkungan. Evaluasi yang diinginkan Dalam organisasi yang akuntabel, tidak seorang pun yang “tidak diketahui dalam radar”. Kenyataannya, orang akan mencari umpan balik karena mereka paham bagaimana meningkatkan proses dan menambahkannya sesuai pengetahuan yang dimiliki. Organisasi seperti ini menggunakan beragam bentuk umpan balik dan evaluasi untuk menilai kekuatan dan kesuksesan manajer, proses dan departemen. Organisasi
7/8
Tanggal Penerbitan
05 Maret 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
7.
3-4
yang lemah dalam mekanisme umpan balik hanya akan mendapatkan sesuatu yang sudah terlambat. Integritas sangat diperhitungkan. Orang-orang akan berteriak ketika mereka tidak melakukan yang sebelumnya akan dikerjakan. Ketika seseorang merasa gagal, mereka akan
mengakui dan bekerja untuk memperbaikinya. Bagaimana ketika orang selalu konsisten gagal? Itu merupakan tanda nyata dari komitmen yang rendah dan petunjuk ada sesuatu yang hilang dalam budaya akuntabilitas organisasi.
SUMBER BACAAN Airline, Katherine. What Is a Vision Statement. 11 Desember 2014. http://www.businessnewsdaily.com/3882vision-statement.html diakses 5 Maret 2016: 15.35 WITA
InConsult. 2009. Risk Management Update, ISO 31000
Bly, Robert W. Vision Statements: Why You Need One and How to Create One. 3 November 2015. http://www.entrepreneur.com/article/251682 diakses 11 Maret 2016: 18.03 WITA
ISO 31000:2009. Risk Management - Principles and Guidelines. https://www.iso.org/obp/ui/#iso:std: iso:31000:ed1: v1:en diakses 11 Februari 2016: 13.19 WITA diakses 17 Februari 2016: 20.17 WITA
Brodzinski, Pawel. Top 6 Problems with Risk Management. 9 November 2006. http://brodzinski.com/2006/11/ top-6-problems-with-risk-management.html diakses 11 Maret 2016
Kaplan, Robert. S dan Mikes, Anette. Managing Risks: A New Framework. Juni 2012. https://hbr.org/ 2012/06/managing-risks-a-new-framework diakses 5 Maret 2016: 16.20 WITA
Browning,
Henry.
Organizations.
7
Ways
to
Build
Accountable
28 Februari 2012. http://www.forbes.com/sites/ccl/2012/02/28/7ways-to-build-accountableorganizations/#af55b856336d diakses 11 Maret 2016: 23.40 WITA
Evans, Jennel. Vision and Mission - What’s the difference and why does it matter?. 24 April 2010. https://www.psychologytoday.com/blog/smartwork/ 201004/vision-and-mission-whats-the-differenceand-why-does-it-matter diakses 10 Maret 2016: 19.10 WITA Farris, Jessica. Defining a Missin & Vision Statement for Your Design Firm. 9 Desember 2015. http://www.howdesign.com/design-firm/creatingvision-statement-design-firm/ diakses 11 Maret 2016: 18.28 WITA
Overview
and
Implication
for
http://www.inconsult.com.au/wpcontent/uploads/ISO-31000-Overview.pdf
Managers.
Pojasek, Robert B. Organization and its Context. 2013. http://isites.harvard.edu/fs/docs/icb.topic1219851.fil es/Organization%20and%20its%20Context%20Wee k%202.pdf diakses 10 Maret 2016: 22:12 WITA Pratiwi. Manajemen Risiko atau Manajemen Berisiko. 6 Oktober 2015. https://manajemenppm.wordpress. com/2015/10/06/manajemen-risiko-ataumanajemen-berisiko/ diakses 10 Maret 2016: 22.57 WITA Shaun. Your Company Vision: If It’s Complicated, It Shouldn’t Be. 14 Oktober 2013.
Spearmon,
http://www.forbes.com/sites/johnkotter/2013/10/14 /the-reason-most-company-vision-statementsarent-effective/#4a6d242d1cfd diakses 5 Maret 2016: 14.46 WITA
Hanafi, Mamduh. M. 2012. Manajemen Risiko. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. ISBN: 978-979-3532-61-5
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
8/8