Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
DESAIN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO, pada pertemuan sebelumnya, telah menguraikan bahwa organisasi akan melakukan: 1. Memahami organisasi dan segala konteks di dalamnya (understanding of the organization and its context); 2. Menentukan kebijakan manajemen risiko (establishing risk management policy); 3. Akuntabilitas (accountability) 4. Menggabungkan dalam proses organisasi (integration into organizational processes); 5. Mengalokasikan sumber daya yang sesuai (resources); 6. Menentukan mekanisme komunikasi dan internal pelaporan internal (establishing communication and reporting mechanisms); 7. Menentukan mekanisme komunikasi dan pelaporan eksternal (establishing external communication and reporting mechanisms). Hal di atas harus dilakukan oleh organisasi sebagai langkah proaktif dalam menyusun alat, teknik dan metode pengelolaan risiko yang tepat, sebagaimana Scott Cullen (2014) dalam Risk Management menyatakan: Risk management seeks to identify and ultimately control possible future events and should be proactive rather than reactive. To be effective, risk management must rely on tools and techniques that help predict the likelihood of future events, the effects of these future
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
7
events and that provide methods to deal with these future events. [Manajemen risiko berusaha untuk mengidentifikasi dan pada akhirnya mengontrol kemungkinan kejadian masa depan dan harus lebih proaktif daripada reaktif. Agar lebih efektif, manajemen risiko harus bergantung pada alat dan teknik yang dapat membantu memprediksi kemungkinan kejadian masa depan, dampak dari kejadian masa depan dan metode tepat untuk menangani kejadian masa depan tersebut.]
Langkah selanjutnya sesuai KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO ISO 31000:2009 yang dipublikasikan pada bulan November 2009 oleh
International
Organization
for
Standardization
sebagai standar internasional pertama tentang manajemen risiko sebagai suatu antisipasi penuh adalah: PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO, PEMANTAUAN & PENINJAUAN KERANGKA KERJA PERBAIKAN LANJUTAN KERANGKA KERJA. Materi-materi tersebut yang akan diuraikan dalam tulisan ini sebagai materi perkuliahan MANAJEMEN RISIKO bagi Semester VI Tahun Akademik 2015/2016 di STIE Widya Praja Tanah Grogot sebelum pelaksanaan UTS yang akan dilaksanakan pada minggu ketiga bulan April 2016 ini.
1/6
Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
7
Kerangka Kerja Manajemen Risiko ISO 31000 : 2009
PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO (IMPLEMENTING RISK MANAGEMENT) PELAKSANAAN KERANGKA KERJA DALAM PENGELOLAAN RISIKO (IMPLEMENTING THE FRAMEWORK FOR MANAGING RISK) Dalam pelaksanaan kerangka kerja untuk pengelolaan risiko, suatu organisasi haruslah: 1. Menentukan kapan waktu dan apa strategi yang tepat untuk menerapkan kerangka kerja yang telah didesain sebelumnya. 2. Menerapkan kebijakan dan proses manajemen risiko ke semua proses dalam organisasi. 3. Mematuhi semua persyaratan dan peraturan hukum yang berlaku. 4. Memastikan dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk pengembangan dan
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
5. 6.
penetapan tujuan, sudah sesuai dengan hasil yang diinginkan dalam proses manajemen risiko. Mengadakan sesi tukar-menukar informasi dan pelatihan. Mengomunikasikan dan mengonsultasikan dengan para pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai.
The Economist-Economist penelitian Intelligence Unit dalam laporan Best Practice in Risk
Dalam
2/6
Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
Management (2007) menemukan bahwa komitmen yang tinggi dari dewan eksekutif merupakan hal terpenting dalam memperkuat manajemen risiko dalam organisasi. Namun demikian, para responden penelitian menyatakan bahwa budaya dan kesadaran kuat terhadap risiko yang dihadapi organisasi adalah kunci pendorong kesuksesan manajemen risiko. Organisasi yang melekatkan kerangka kerja manajemen risiko secara langsung dalam pelaksanaan dan menjadikannya budaya dan kesadaran organisasi akan memperoleh nilai tambah,
7
bukan sekedar mengukur efektivitas manajemen risiko melalui level aktivitas melainkan justru pada akhirnya akan meningkatkan hasil secara positif. Organisasi akan lebih kuat dalam bisnis dan lebih baik dalam hal penyerapan informasi yang mendukung pengambilan keputusan starategik. Kemampuan organisasi menjadi lebih peka dalam memanfaatkan setiap kesempatan dengan pemahaman paparan risiko yang lebih rendah, daripada harus melepaskannya karena ketidakpahaman.
PELAKSANAAN PROSES MANAJEMEN RISIKO (IMPLEMENTING THE RISK MANAGEMENT PROCESS) Manajemen risiko harus dilaksanakan dengan memastikan bahwa proses manajemen risiko, akan dipaparkan pada pertemuan akan datang, diterapkan melalui suatu rencana manajemen risiko di semua tingkat dan fungsi yang relevan dalam organisasi sebagai bagian dari praktik dan prosesnya. Untuk dapat mewujudkan keberhasilan, merujuk pengalaman MITRE Systems Engineers (SEs), dikutip dari www.mitre.org, yang menemukan kondisi minimal yang dibutuhkan untuk menginisiasi dan mengeksekusi manajemen risiko, disebut “Kewajiban 21” (Twenty-One Must). Ini akan meningkatkan peluang mengidentifikasi risiko lebih dini sehingga tujuan dapat tercapai. Kewajiban 21 terdiri dari: 1. Manajemen risiko harus diprioritaskan dalam kepemimpinan dan melalui program di level manajemen. Pertahankan prioritas kepemimpinan dan komunikasi terbuka. Tim tidak akan mampu mengidentifikasi risiko jika mereka tidak merasakan lingkungan keterbukaan dalam berbagi informasi risiko, atau prioritas manajemen atas keingintahuan informasi risiko, atau jika mereka merasakan bahwa informasi yang disampaikan tidak akan digunakan untuk mendukung keputusan manajemen. 2. Manajemen risiko jangan pernah diberikan kepada staf yang tidak memiliki wewenang. 3. Proses manajemen risiko formal dan berulang harus disuarakan sebagai penyeimbang ketika
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
kompleksitas dan data dibutuhkan, sehingga pengetahuan berbobot dan berguna dapat dihasilkan dengan beban yang minimal. 4. Budaya manajemen harus mendorong dan memberi hadiah atas identifikasi risiko sebagai kontribusi yang dilakukan oleh staf dari semua level. 5. Program kepemimpinan harus memiliki kemampuan tepat dan cepat untuk menjadi ahli dalam memahami pokok masalah. 6. Manajemen risiko harus secara formal terintegrasi dalam program manajemen. 7. Partisipan harus dilatih dalam program khusus pelatihan dan prosedur manajemen risiko. 8. Rencana manajemen risiko harus tertulis jelas praktik dan prosedur yang kondisten dengan materi pelatihan. 9. Setiap eksekusi manajemen risiko harus disampaikan kepada semua para pemangku kepentingan. 10. Risiko harus diidentifikasi, dinilai dan ditinjau secara terus-menerus, tidak hanya terfokus pada tinjauan umum. 11. Pertimbangan risiko harus menjadi fokus utama di setiap tinjauan program. 12. Kelompok kerja manajemen risiko dan dewan peninjau harus dijadwalkan kembali ketika konflik mulai meningkat dengan kebutuhan program lainnya.
3/6
Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
13. Mitigasi risiko harus dikembangkan, kriteria kesuksesan ditetapkan, dan pelaksanaannya diawasi terkait dengan kriteria kesuksesan yang ingin dicapai. 14. Risiko harus diberikan hanya kepada staf yang berwenang untuk menjalankan langkah-langkah pencegahan dan penggunaan sumber daya. 15. Manajemen risiko tidak boleh di-outsource. 16. Risiko yang melebihi dampak kewajaran terkait biaya, jadwal dan kinerja teknis harus dipertimbangkan (seperti lintas-bagian, sosial, politik, atau ekonomi.) 17. Kemajuan teknologi dan perkembangannya di masa depat harus dipahami.
7
18. Adaptasi terhadap program teknologi yang mengubah lingkungan operasional harus dimengerti. 19. Risiko harus tertulis jelas menggunakan Aturan Kondisi-Jika-Kemudian (Condition - If - Then
Protocol) 20. Sifat dan kebutuhan program harus mendorong desain proses manajemen risiko sejalan dengan alat dan data manajemen risiko yang tepat. 21. Alat atau data manajemen risiko harus bisa diperbarui dengan informasi status risiko terkini; Upayakan menggunakan alat dan data yang cepat dalam menampilkan “seperti papan instrumen” (dasboard-like) laporan status manajemen.
PEMANTAUAN & PENINJAUAN KERANGKA KERJA (MONITORING & REVIEW OF THE FRAMEWORK) Untuk menjaga agar manajemen risiko efektif dan kontinu dalam mendukung kinerja organisasi, organisasi harus: 1. Mengukur kinerja manajemen risiko melalui indikator jelas, yang secara perodik ditinjau kesesuaiannya. 2. Mengukur progres dan penyimpangan terhadap rencana manajemen risiko secara berkala. 3. Meninjau kerangka kerja, kebijkakan dan rencana manajemen risiko apakah masih sesuai dengan perkembangan konteks internal dan eksternal organisasi. 4. Melaporkan risiko, progres dalam rencana manajemen risiko dan seberapa baik kebijakan manajemen risiko dipatuhi. 5. Meninjau ulang efektivitas kerangka kerja manajemen risiko. Untuk mengecek tingkat efektivitas pelaksanaan kerangka kerja manajemen risiko, beberapa pertanyaan kunci harus ditanyakan secara berkala dalam pemantauan dan peninjauan kerangka kerja
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
ini, sebagaimana dikutip dari laman www.mosaicprojects.com.au dalam artikel Risk Management, yaitu: 1. Apakah setiap orang berbicara dalam “bahasa risiko” yang sama dan memahami budaya risiko organisasi? 2. Apakah manajemen risiko dijalankan melalui proses “centang-kotak” atau birokrasi “isiformulir”? Atau perdebatan proaktif dalam keputusan risiko kunci? 3. Apakah kita memiliki hak kontrol di tempat atau masih terlalu banyak larangan? 4. Apakah kita belajar dari kesalahan diri dan berusaha memperbaiki melalui sistem dengan menajamkan fokus atau ada utusan dari birokrasi yang akan ditambahkan setiap terjadi kesalahan? 5. Apakah kerangka kerja manajemen risiko memperpanjang proses pengambilan keputusan strategik dan menyesuaikan dengan target strategik? 6. Apakah setiap orang dapat diperhitungkan dalam mengelola risiko mereka sendiri?
4/6
Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
7
PERBAIKAN LANJUTAN KERANGKA KERJA (CONTINUAL IMPROVEMENT OF THE FRAMEWORK) Berdasarkan hasil dalam PEMANTAUAN & PENINJAUAN KERANGKA KERJA sebelumnya, keputusan yang diambil harus dibuat bagaimana kerangka kerja, kebijakan dan rencana manajemen risiko dapat ditingkatkan. Keputusan ini harus mengarahkan peningkatan dalam manajemen risiko organisasi dan budaya manajemen risiko itu sendiri. Perbaikan lanjutan secara luas dapat dibagi dalam tiga kategori, sebagaimana dikutip dari Universities
and
Colleges
Information
System
Association Continual
(https://www.ucisa.ac.uk) dalam Improvement, sebagai berikut: 1. Perbaikan strategi (Improvement in Strategy) Tujuan utama adalah kesesuaian (suitability). Ini harus melibatkan pandangan mencakup dunia luas yang menuntut peningkatan pengetahuan dan pemahaman lingkungan yang sedang berubah. 2. Perbaikan praktik (Improvement in Practice) Tujuan utamanya lebih mengarah kepada efektivitas (effectiveness). Hal utama yang dipertimbangkan adalah apa yang menjadi pilihan organisasi, bukan anggota organisasi.
3.
Perbaikan proses (Improvement in Process) Tujuan utama yang ingin diwujudkan adalah tentang efisiensi (efficiency). Peninjauan terhadap proses menjadi hal utama dalam perbaikan ini.
David Linich dan Jason Bergstrom dari Deloitte Consulting LLP dalam Builidng a culture of continous improvement in an age of disruption (2014) mengingatkan bahwa membangun budaya perbaikan terus-menerus sangat jarang dibilang mudah. Mewujudkan budaya tersebut akan sangat berat. Perubahan penting dalam lingkungan kerja yang berjalan saat ini akan dipandang sebagai hal menyusahkan. Untuk itu, perubahan terus-menerus bukan hanya menuntut banyak latihan keras yang jelas dan proses yang berat, melainkan juga menyatukan beberapa elemen penting yang mungkin tidak muncul dalam peta proses. Adalah sangat penting untuk menciptakan iklim pemberdayaan dan melengkapi orang-orang untuk melakukan perbaikan dan perubahan konteks di dunia kerja.
SUMBER BACAAN Cullen,
Scott. Risk Management. 12-09-2014. https://www.wbdg.org/project/riskmanage.php diakses 31 Maret 2016: 18.15 WITA
https://www.ucisa.ac.uk/~/media/Files/members/activities/i smt/Continual%20improvement.ashx diakses 1 April 2016: 19.14 WITA
Intelligence Unit. Best Practice in Risk Management - A Function comes of age. 2007. The
IS/ISO 31000:2009. Risk Management - Principles and
Economist
Economist. https://www.kpmg.com/CN/en/Issues AndInsights/ArticlesPublications/Documents/bestpractice-rm-EIU-0703.pdf diakses 31 Maret 2016: 21.32 WITA
http://www.mitre.org/publications/systems-engineeringguide/acquisition-systems-engineering/riskmanagement/risk-management-approach-and-plan diakses 31 Maret 2016: 19.36 WITA http://www.mosaicprojects.com.au/WhitePapers/WP1047_R isk_Management.pdf diakses 31 Maret 2016: 22.55 WITA
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
Guidelines [MSD 4: Management & Productivity]. https://law.resource.org/pub/in/bis/S07/is.iso.31000. 2009.pdf diakses 1 April 2016: 19.07 WITA
Linich, David & Bergstrom Jason. Builidng a culture of
continous improvement in an age of disruption.
Deloitte Consulting LLP: 2014. http://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/us/ Documents/process-and-operations/us-conscontinuous-improvement-052714.pdf diakses 1 April 2016: 23.08 WITA
5/6
Tanggal Penerbitan
05 April 2016
MANAJEMEN RISIKO
Pertemuan
STIE Widya Praja Tanah Grogot
7
TUGAS PERSEORANGAN Seperti yang telah diuraikan pada materi awal, secara sederhana, risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Untuk itulah, sebagai latihan mengenali perbuatan atau tindakan negatif tersebut, maka sebagai tugas perseorangan setiap mahasiswa: 1. Carilah suatu perbuatan, tindakan atau kejadian negatif yang terjadi sehari-hari! 2. Lakukan analisis sederhana untuk ANTISIPASI agar hal yang terjadi di poin 1 tidak terjadi! 3. Seandainya ternyata poin 1 harus terjadi, maka pikirkanlah SOLUSI untuk menyelesaikannya! Mengingat begitu banyak kejadian yang berisiko dalam kehidupan sehari-hari, maka DILARANG ada kejadian yang sama, termasuk langkah antisipasi dan solusi yang diberikan. Batas waktu pengumpulan tugas ini adalah pada saat hari H pelaksanaan Ujian Tengah Semester yang akan dilaksanakan untuk kelas Reguler (18 s.d. 23 April 2016) atau Non Reguler (01 Mei 2016 : 10.30-12.00 WITA). Untuk mempermudah sekaligus menyeragamkan bentuk hasil kerja maka ketiklah seperti contoh formulir yang ada di bawah ini di kertas HVS A4: PROSEDUR PENGENALAN RISIKO MINIMAL KEJADIAN
:
GELAS KACA JATUH DARI MEJA MAKAN
ANTISIPASI
G Letakkan gelas kaca minimal dengan jarak setinggi gelas dari sisi tepi meja makan. G Gunakan tatakan gelas saat diletakkan di atas meja. G Bila ada kain lap tangan, letakkan di samping kanan gelas.
Jauhkan orang-orang, terutama bayi dan anak-anak, sejauh minimal 2 meter dari lokasi gelas jatuh. Kumpulkan pecahan besar kaca di atas kertas atau dalam plastik. Sapu lokasi gelas jatuh, dan sekitarnya dalam radius 2 meter, secara perlahan. Gunakan lap basah untuk membersihkan lokasi dari pecahan kecil yang mungkin tidak tersapu sebelumnya. G Perhatikan dengan teliti setiap sudut dan sela di bawah meja makan untuk menemukan pecahanpecahan kecil yang mungkin tersembunyi.
SOLUSI
G G G G
disusun oleh Tanggal :
[Nama Mahasiswa]
disetujui oleh Tanggal :
Ibnu Khayath Farisanu
http://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
[email protected]
PERHATIAN Prosedur ini hanyalah tugas Manajemen Risiko di STIE Widya Praja Tanah Grogot Prosedur ini sebagai latihan awal inisiasi suatu kejadian yang mengandung risiko negatif dan memikirkan antisipasi dan solusinya
6/6