HATIBERIMAN ISSN No. 1978-5798
Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
M e n g a b d i
Dengan Prestasi
Lensa
Istri Walikota Salatiga, selaku Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH, M.Si yang sekaligus anggota DPRD Kota Salatiga saat menjadi pembina upacara pada hari peringatan hari Ibu.
Daftar Isi 4 5 6 7 14 17 18 20 22 24 26 28 30 32 33 34 44 45 46
KARIKATUR DARI REDAKSI Bukan Negeri Bencana SURAT PEMBACA Tetap Waspada; Jangan Sampai Tertimpa Pohon OPINI Ramadhan Mencapai Mardhatillah RAGAM Proses Ganti Rugi JLSS Lancar; Jalan Lingkar, Tingkatkan Psikologi Warga Pinggiran MIMBAR Kaum Terbuang dan Kaum Terhormat HUKUM Lembaran Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2007 PENDIDIKAN Solidaritas We di Kurikulum Sekolah (Sebuah Refleksi Natal dan Idul Adha) KUESIONER ARTIKEL Qurban adalah Dekat KESEHATAN Berantas Telur Nyamuk Dengan Air Panas BUDAYA Musik Keroncong Cermin Luhur Budaya Bangsa KIPRAH Suara Salatiga “Dalam Radio” TIP’S Makanan Khas Salatiga POTENSI Gurinya Kripik Tempe Asli Tingkir LINTAS KOTA Kegiatan di Kota Salatiga LEGENDA Sendang Peninggalan Sunan Kalijaga PROFIL Dirut RS. Ario Wirawan, dr. Herry Budhi Waluya, MM “Kami Tidak Bedakan Pasien” RILEK’S Teka-teki Silang HB 34
Drs. Petrus Resi, M.Si bersama Penyiar Radio Suara Salatiga FM
HATIBERIMAN
SALATIGA
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
CH IR
ISSN No. 1978-5798, VOL. 1 No. 6, Desember 2007
YA IR A ABH STUSW ASTI PRAJ
H
dr. Errytrina Whisma saat memberi pengarahan tentang bahaya penyakit AIDS pada masyarakat Kota Salatiga.
8 Laporan Utama Dengan hanya membawa satu tas kecil berisi peralatan, walaupun perlengkapan standar sudah disediakan penyelenggara, sehingga rasa kurang percaya diri pun sempat menderanya. Namun, berkat dukungan semangat dan motivasi dari pembimbing dan pendamping, yaitu instruktur dari Pusat Industri
Perkayuan (PIKA) Semarang, Drs. Among Subandi, dan Kepala Sekolah SMK Negeri 2, Drs. Reza Parlevi, kepercayaan diri pun terbangun. Bahkan, kepercayaan diri menjadi kekuatan tersendiri untuk tetap optimis dan membuat karya yang terbaik. Bagi Asbai, perjuangan mengikuti lomba ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi, standar penilaian tingkat dunia jauh lebih ketat, disiplin, dan teliti. Hal ini sangat dirasakan Asbai yang ketika itu membuat karya sebuah almari kecil yang biasa diletakkan di kamar hotel. Bayangkan, ketentuan waktu yang disediakan hanya 22 jam selama empat hari. Setiap tahapan pun ada batas waktunya. Sementara, peralatan yang digunakan secara bergantian harus sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah ditetapkan.
Redaksi Diterbitkan oleh : KANTOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA SALATIGA Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor: 9 Tahun 2004. PEMBINA Walikota Salatiga; PENGARAH Sekretaris Daerah; WAKIL PENGARAH Asisten Tatapraja dan Administrasi Sekda; PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Drs. Petrus Resi, M.Si; REDAKTUR PELAKSANA Adi Setiarso, SE; REDAKTUR Wiyarso BA, Bakti Harjanti, S.Sos; KOORDINATOR LIPUTAN Jumiarto, AP; PELIPUT/PENYUNTING Sri Hartono, S.S, Sumarno, S.Ag, Budi Susilo, S.Sos, Ady Indriasari, S.Sos, Lukman Fahmi, S.HI; SETTING&LAY OUT Sumadi, S.S, R. Koko Endarmoko, A.Md; DISTRIBUSI Kuswanto, Koestono, R. Suprapto Sambodo, Muhammad Sidiq. ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326658. Redaksi menerima sumbangan naskah, tulisan, karikatur. Redaksi berhak mengubah atau mengedit tanpa menghilangkan esensinya. Tulisan/naskah 3-4 halaman folio spasi rangkap dialamatkan ke Redaksi. Bagi yang dimuat, akan mendapat imbalan.
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
3
Karikatur
Mumpun hari libur, mari kita jalan-jalan ke taman Kota Salatiga !
Asyik, kita mau jalan-jalan Ini mau jalan-jalan kemana mam ?
Mam, saya mau !
4
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Dari Redaksi
Bukan Negeri Bencana
H
ingga menjelang ujung tahun 2007, masih saja ada musibah yang menimpa Tanah Air. Seolah, bencana memang tak ingin jauh dari Republik ini. Masyarakat kita pun menjadi sangat akrab dengan berbagai berita tentang tanah longsor, banjir, kecelakaan alat transportasi, kebakaran hutan, dan musibah lainnya. Mungkin, tak berlebihan, jika akhirnya, masyarakat kita menganggap setiap bencana sebagai peristiwa biasa. Meskipun demikian, amatlah berlebihan jika ada yang sanggup menyebut Indonesia sebagai negeri bencana, tanah bencana, atau republik bencana. Pasalnya, di tengah kesedihan hebat yang melanda bangsa besar ini, masih ada secercah kebahagiaan, yang diusung Trianingsih dkk., dari ajang Sea Games 2007 di Thailand. Meskipun bukan juara umum, posisi Indonesia di peringkat empat setelah Thailand, Malaysia, dan Vietnam itu sudah cukup menghibur karena sesuai target. Terlebih, bagi warga Kota Salatiga. Pasalnya, putera daerahnya turut menyumbang emas dalam ajang bergengsi itu. Mereka adalah Trianingsih dan Dwi Ratnawati. Keberhasilan ini membuktikan bahwa tak hanya warga kota besar yang mampu berprestasi, warga kota kecil pun bisa. Sukses ini juga menjadi bukti bahwa negeri ini tak pantas disebut sebagai negeri bencana. Redaksi HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
5
Surat Pembaca
Tetap Waspada
K
ondisi alam Indonesia secara Nasional saat ini sedang dalam keprihatinan yang mendalam, banjir, tanah longsor dan bencana alam lain telah memenuhi lembaran berita dari hari ke hari di penghujung tahun 2007 sampai sekarang. Semua yang terjadi diluar batas kendali diri kita sebagai manusia, namun kita tidak berhenti untuk berharap agar cobaan bangsa ini dapat segera berlalu dengan terus memohon perlindungan sang Maha Kuasa. Kita yang sekarang tinggal di Kota Salatiga mungkin tidak begitu merasakan bencana ini, karena tekstur geografis kota ini berada pada tingkat dataran yang ideal, sehingga bebas dari banjir dan tanah longsor, namun kita tidak bisa tenang-tenang saja, sebab bencana tidak dapat diprediksikan dimana dan kapan akan terjadi. Kita harus tetap waspada terhadap kemungkinan bencana alam lain seperti angin kencang serta dampak pemanasan global yang merugikan bagi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Untuk itu kita harus memulai gerakan moral sedini mungkin yang dimulai dari diri kita sendiri dengan mencintai alam sekitar, menjaga lingkungan, melakukan penghematan energi, bertindak bijak dalam pembangunan, dsb, sebab keselarasan yang tercipta antara alam dan manusia akan memberi harapan bagi indahnya kehidupan. Anastasia wulan ndari Grogol - Salatiga
Jangan Sampai Tertimpa Pohon Di musim penghujan ini cuaca sangat buruk. Hujan sering turun hampir seharian penuh, apa lagi waktu sore, hampir dipastikan sampai larut malam bahkan pagi. Sehingga sinar matahari jarang muncul di siang hari dan mengakibatkan kesulitan para ibu untuk menjemur pakain. Produksi rumah tangga yang membutuhkan panas matahari seperti krupuk pun kesusahan mengeringkan produksinya. Angin kencang pun sering berhembus di Kota Salatiga ini. Ini perlu menjadi perhatian serius bagi pihak Pemkot, terutama Dinas Pengelolaan Hidup (DPLH) Kota Salatiga. Hal tersebut mengingat Kota Salatiga masih memiliki pohon-pohon besar yang berjajar di pinggir jalan, seperti dapat terlihat di Jl. Diponegoro, Jl Osamaliki, Jl. Veteran dan Jl. Hasanudin bahkan di jalan-jalan wilayah perumahan warga. Pohon-pohon yang rimbun tersebut sebenarnya menjadi pemandangan yang indah selain juga menjadi paruparu kota, namun perlu diwaspadai dengan datangnya cuaca yang kurang baik ini. Lihat saja ketika angin kecang berhembus, ranting-ranting pohon berserakan di tengah jalan. Mohon DPLH merapikan ranting-ranting pohon tersebut yang sekiranya dapat membahayakan pengguna jalan. Jangan sampai ranting yang jatuh atau bahkan pohon yang roboh menimpa orang atau kendaraan yang sedang melintas, seperti yang terjadi di kota-kota lain. Belum lagi jika ranting pohon tersebut menempel di kabel listrik (sutet) yang ada di sepanjang pinggir jalan. Sudah pasti ini dapat memadamkan listrik yang memakai jalur kabel tersebut. Peristiwa yang tidak diinginkan dapat mengganggu rumah tangga. Saya berharap kepada DPLH dan PLN agar memperhatikan permasalahan ini lebih dari hari-hari biasanya. Dan terimakasih atas pengabdiannya terhadap warga Salatiga.
Titian, Canden Salatiga
Pengirim rubrik surat pembaca yang dimuat berhak mendapatkan imbalan dari Redaksi Majalah Hati Beriman.
6
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Opini
Renungan Natal Tahun 2007 Oleh: Drs. Petrus Resi, M.Si
S
ama seperti menyongsong hari raya natal tahun-tahun sebelumnya,dalam rangka natal 2007 ini, gereja Katolik masingmasing keuskupan setempat di Indonesia, termasuk Keuskupan Agung Semarang, selalu mencanangkan suatu tema masa adven yang sangat relevan dengan perkembangan sosial kemasyarakatan bangsa untuk direnungkan dan direflesikan secara mendalam oleh seluruh umat Katolik di setiap gereja paroki sebagai wujud konkret kesiapan hati dan budi serta ungkapan tobat umat Katolik menyambut kelahiran Yesus, juru selamat umat manusia. Tema adven tahun 2007 bagi Keuskupan Agung Semarang adalah “Pendidikan iman bagi anak dan remaja” yang dijabarkan dalam empat sub tema yang wajib direnungkan oleh seluruh umat lingkungan lewat empat kali pertemuan sarasehan dimasing-masing paroki se-Keuskupan Agung Semarang sehingga umat Allah mampu mengembangkan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman dan mendorong keterlibatan aktif umat dalam memangun habitus baru berdasarkan semangat Injil. Secara hakiki tema dan sub tema adven natal 2007 ini mempunyai tautan yang sangat relevan dengan tingkat kesulitan yang dihadapi oleh semua orang tua masyarakat Indonesia pada umumnya dalam mendidik anak dan remaja di tengah arus globalisasi dewasa ini. Bagi orang tua yang beragama Katolik khususnya, tugas dan tanggung jawab mendidik anak berakar dan berdasar pada panggilan suami istri untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah, yaitu melahirkan, mendidik, dan mengembangkan anakanak. Hal seperti ini merupakan suatu konsekuensi atas perkawinan Katolik yang berpijak pada berkat rahmat sakramen perkawinan yang dimampukan untuk mencintai satu sama lain sebagai tanda nyata dan kelihatan dari cinta Kristus kepada umat manusia dan gereja. Bagi orang Katolik, perkawinan merupakan dasar terbentuknya komunitas yang lebih luas, yaitu keluarga yang diwujudkan dalam hubungan seksual berdasarkan kasih dan memampukan suami-istri untuk bekerja sama dengan Allah dalam memberikan kehidupan kepada pribadi manusia ( keturunan ) yang baru berupa anak manusia. Jadi kelahiran anak merupakan tanda kehidupan dan anak-anak adalah anugerah atau karunia Allah dari perkawinan yang paling luhur. Bahkan menurut keyakinan agama Katolik, anak-anak dilahirkan sebagai anugerah istimewa dari Allah karena merupakan gambar dan citra Allah sendiri. Dalam konteks perkawinan yang sangat sakral dihadapan dan oleh Allah sendiri, gereja Katolik mengajarkan bahwa tujuan perkawinan itu adalah
terbuka pada keturunan Drs. Petrus Resi, M.Si dan pendidikan anak, maka setiap keluarga katolik selalu dipanggil dan diutus untuk menjadi tempat pendidikan utama dan pertama. Lewat keluarga inilah anak-anak dan remaja mulai dididik dalam segala yang baik dan benar, sehingga pendidikan orang tua terhadap mereka menjadi tidak tergantikan. Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak dan remaja bersifat hakiki, sebab sangat berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain bersifat asali dan utama, peran orang tua dalam pendidikan anak dan remaja juga karena adanya keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Walau pendidikan orang tua terhadap anak dan remaja tak tergantikan dan tidak dapat diambil alih atau diserahkan kepada orang lain, tetapi dari perspektif sosial dan lingkungan, tiap orang tua termasuk keluarga Katolik masih tetap membutuhkan dukungan lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri karena pendidikan bagi hidup manusia lewat sekolah memiliki arti dan makna yang sangat penting dan istimewa, yaitu membekali dan membentuk anak agar tumbuh secara seimbang dan sempurna sebagai manusia, baik dalam memahami aneka pengetahuan ( kognitif ), mengolah dan mengungkapkan emosi atau perasaan ( afektif ), maupun mempunyai ketrampilan untuk mengolah dan mengembangkan bakat dan kemampuan atauketrampilan ( psikomotorik ). Dari sini, semua orang tua dituntut untuk tetap mampu membangun hubungan kerjasama yang baik dan sinergis dengan lembaga pendidikan agar sebagai partner orang tua, sekolah termasuk sekolah Katolik, dapat memainkan peranannya secara optimal, yaitu mencerdaskan anakanak bangsa lewat penanaman nilai-nilai luhur hidup dan budaya bangsa, membekali ketrampilan hidup dalam masyarakat, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sesuai dengan zamannya. Dan, secara spesifik, keberadaan lembaga pendidikan, terutama sekolah Katolik bagi orang tua, Katolik tetap menjadi partner yang baik bagi orang tua karena sekolah Katolik mampu menciptakan hidup bersama siswa yang dijiwai semangat Injil, cinta kasih melalui pendidikan religiusitas, mendidik dan mengenalkan aneka nilai kemanusiaan( humaniora ) untuk menghargai perbedaan. Selamat Natal tahun 2007. Penulis adalah: Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
7
Laporan Utama
Hanun saat menerima tropi dari Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH, M.Si
Mengabdi
dengan Prestasi H
anun Sakti Atmadja meraih sukses dalam Lomba Gigi Sehat antar taman kanakkanak se-Kota Salatiga, yang diselenggarakan baru-baru ini. Berkat ketelatenan orang tua dalam merawat giginya sejak masih bayi, siswa TK Besar Aisiyah Togaten Mangunsari ini berhasil keluar sebagai Juara II. Hanun, putra pasangan Tambah dan Trihastuti ini memang tergolong rajin merawat gigi. Menurut pengakuan Tambah, meskipun, seorang anak laki-laki, Hanun tidak pernah mengabaikan kebersihan. Malah, Hanun sering mengajari teman-temannya bahwa bersih itu pangkal sehat. ”Karena itulah, Hanun selalu menjaga kebersihan giginya agar sehat,” ungkap Tambah, sang ayah. Trihastuti pun mengiyakan. ”Hanun selalu menggosok giginya tiga kali sehari. Yaitu, pagi, sore ketika mandi, dan malam sebelum tidur,” ujarnya. Bahkan, anak usia lima tahun ini tidak merasa malas untuk selalu menggosok giginya setelah menyantap makanan manis. “Kata Hanun, makanan manis membuat gigi dan mulutnya terasa lengket,” kata Trihastuti. Kebiasaan Hanun ini tidak muncul serta merta. Menurut Trihastuti, Hanun sudah dibiasakannya merawat gigi sejak bayi. ”Saat masih bayi dan giginya baru tumbuh, saya selalu membersihkan gigi Hanun dengan kapas lembut setiap habis minum ASI atau susu
8
botol,” jelasnya. Kapas putih yang lembut itu dicelupkan dalam air hangat lalu diusapkan secara hati-hati pada gigi Hanun. Tujuannya, agar glukosa yang lengket di gigi dapat dihilangkan. Pasalnya, glukosa yang menempel pada gigi merupakan penyebab utama gigi sakit. Ketika umurnya menginjak dua tahun, Hanun sudah dilatih untuk menyikat giginya sendiri. ”Supaya aman, Hanun berkumur dengan air putih yang matang dan hangat,” kata Trihastuti. Saat menyikat gigi, Hanun selalu didampingi ibu atau ayahnya agar cara menyikat giginya benar. Jadi, sejak kecil, putra guru SMAN 2 Salatiga ini sudah terbiasa dengan perawatan gigi. Ketika sudah dapat berbicara, seperti anak lainnya, Hanun pernah membantah saat diminta menyikat giginya. ”Dia bilang, buat apa sikat gigi. Nanti juga kotor lagi,” kata Trihastuti disambut cengiran malu Hanun yang duduk di sebelahnya. ”Saya pun menjelaskan akibat jika Hanun tidak rajin sakit gigi, dengan menunjukkan contoh-contoh kasus,” kata Trihastuti. Misalnya, anak yang mengalami sakit gigi dan harus minum obat untuk mengatasi sakit giginya. Atau, anak-anak yang ompong karena giginya yang berlubang harus dicabut. Dengan melihat contohcontoh ini, balita yang lucu itu pun menjadi bersemangat untuk selalu merawat giginya. Untuk mendukung semangat anaknya, Tambah pun membelikan gambar-gambar gigi. Dengan gambar
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
itu, Tambah dan Trihastuti memberikan penjelasan pada anaknya tentang gigi dan kesehatan gigi. Dasar anak cerdas, Hanun mampu menangkap berbagai penjelasan itu dengan mudah. ”Kami memberikan penjelasan kepada Hanun dengan bahasa yang sesederhana mungkin,” ungkap Tambah. Selain itu, pasangan suami istri ini juga secara rutin memeriksakan gigi putera mereka ke dokter gigi. ”Setiap enam bulan sekali, Hanun menjalani pemeriksaan gigi ke dokter gigi langganan kami,” jelas Trihastuti. Selain untuk pemeriksaan gigi, kunjungan rutin ke dokter gigi ini juga untuk membiasakan Hanun agar tidak takut dengan dokter gigi dan berbagai peralatan perawatan gigi. ”Saking sudah terbiasa dengan dokter gigi, Hanun tidak segan menyakan berbagai hal tentang gigi kepada dokternya,” kata Tambah dengan bangga. Rupanya usaha Tambah dan Trihastuti membiasakan Hanun merawat gigi mulai menuai hasil. Dalam keseharian, Hanun menjadi rajin merawat gigi. Dalam lomba pun Hanun menjadi juara. Lomba gigi sehat ini dimaksudkan untuk meningkatkan perawatan gigi pada balita yang penting untuk masa pertumbuhan. Dengan predikat Juara II, Hanun membawa pulang tropi dan piagam penghargaan yang diserahkan oleh Ketua PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH, M.Si yang sekaligus istri Walikota Salatiga dan anggota DPRD Kota Salatiga. Anak Buruhpun Menjadi Juara Pencak Silat Bukan hanya Hanun Indra Aremamora, siswa SMP Al Hijrah Kalibening, Salatiga, baru-baru ini, juga mengukir prestasi sebagai Juara I Pekan Olah Raga Daerah (Popda) Tingkat Jawa Tengah. Siswa kelas tiga ini memenangi cabang olah raga pencak silat dan berhak memperoleh medali emas dan piagam penghargaan. Gelar ini bukanlah satu-satunya gelar yang dicapai Indra pada tahun ini. ”Pada 7 September 2007 lalu, saya juga berhasil menjadi Juara II Pekan Olah Raga dan Seni Pondok Pesantren Daerah Tingkat Jawa Tengah,” ungkapnya dengan nada rendah hati. Didampingi pengurus pencak silat dari aliran Merpati Putih, yaitu Suhendro, Zaenal, Ratna, dan Titis, Indra mengungkapkan, keberhasilan ini bukanlah sesuatu yang instan. Indra mulai mengikuti latihan pencak silat ini sejak usia 13 tahun. Saat itu dia masih duduk di Kelas I SMP Al Hijrah Kalibening. Latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu bersama pelatihnya, Zaenal dan Sukirman. Latihan terdiri atas gerakan fisik (60 %) dan pernafasan (40 %). Untuk menghadapi Popda Jateng yang lalu, siswa SMP yang bertinggi badan 160 cm dan berat 50 kilogram ini selalu berlatih secara rutin. Dia juga berusaha menjaga kondisi fisiknya supaya fit saat menghadapi pertandingan. Pasalnya, sebelum mengikuti Popda, atlit yang tinggal di Jalan Tritis Asri Nomor 1 RT 2/RW I Klumpit, Salatiga ini harus mengikuti seleksi yang cukup berat di tingkat Kota Salatiga dan Karesidenan Semarang. Lolos dari tingkat karesidenan, Indra pun berangkat ke Semarang bersama dua belas atlet lainnya. Mereka adalah atlet dari cabang olahraga tenis lapangan, tenis meja, panahan, atletik, dan renang. Meskipun hanya dilepas pegawai Diknas saat berangkat dan tidak
Indra, kebanggaan dunia silat Salatiga
didampingi selama lomba berlangsung, mereka tetap bertanding dengan penuh semangat untuk membawa nama harum Kota Salatiga. Namun, dari 13 atlet itu, hanya Indra yang mampu menyumbang medali emas untuk Kota Salatiga. Meskipun sudah menasbihkan diri sebagai pesilat terbaik di Jawa Tengah, siswa pendiam dan berkulit putih ini tetap giat berlatih setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu di halaman Kantor Perhutani Biro Perencanaan Jateng, Jalan Yos Sudarso, Salatiga, untuk meningkatkan prestasinya. Prestasi ini juga tidak membuat Indra lengah akan pendidikannya. Anak yang memang berasal dari keluarga kurang mampu ini berharap dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya meskipun orang tuanya seorang buruh bangunan. Kakak dengan dua adik ini berharap, setelah lulus SMP nanti, ada donatur yang bersedia membantu pendidikannya sampai jenjang SLTA. Sementara itu, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) cabang Salatiga mengharapkan bantuan Pemkot berupa sarana pelatihan atlit, seperti matras dan body protector agar tidak ada peserta latihan yang mengalami cedera fatal. Sebelum mengikuti Popda Tingkat Jateng, para atlet diundang oleh Diknas Salatiga untuk mendapatkan satu stel kaos training, jaket, dan uang saku selama 3 hari di Semarang.(kst/why)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
9
Laporan Utama
Lagi, Putra Salatiga Berprestasi RIWAYAT PRESTASI ASBAI Lomba Cabinet Making PKS- SMK Se-Karisedenan Semarang - Juara 1; Lomba Cabinet Making PKS SMK Tingkat Propinsi Jawa Tengah - Juara 1; Lomba Cabinet Making PKS SMK Tingkat Nasional di Denpasar Bali - Juara 1; The Sixth ASEAN Skills Competition di Brunei Darussalam - Medali Emas; The 39th world Skills Competition 2007 di Shizuoka Jepang Medallion for Excellence Asbai dengan peralatannya
S
angat membanggakan bila kita dapat menyaksikan generasi muda memiliki semangat untuk berprestasi. Setidaknya, ini merupakan gambaran progresif bagi masa depan bangsa dalam menghadapi dinamika dan tantangan jaman. Prestasi Gemilang Ketekunan, kesabaran, kerja keras, dan doa telah mengantar para pelajar Kota Salatiga untuk berprestasi. Hal ini tampak dari mereka yang berlaga di tingkat nasional maupun internasional. Indikasi ini menjadi bukti bahwa pelajar Salatiga pun memiliki potensi untuk berprestasi. Sukses meraih prestasi gemilang di tingkat internasional kembali diraih oleh putera Salatiga. Asbai (21), alumnus SMK Negeri 2 Salatiga, berhak atas sertifikat Medallion for Excellence di kejuaraan teknik perkayuan tingkat dunia melalui ajang The 39 th World Skills Competition 2007. Kejuaraan ini digelar di Shizuoka, Jepang pada 14- 21 November 2007 lalu dan diikuti sekitar seribu pelajar dari 48 negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Sesuai keahliannya, Asbai mengikuti lomba untuk kategori cabinet making. Di tengah persaingan ketat dalam ajang tersebut, putera pasangan Harsoyo-Sumini ini berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Sebagai duta bangsa yang mengharumkan Indonesia, Asbai sekaligus membuktikan bahwa kota kecil seperti Salatiga pun mampu mengantar putera daerahnya ke ajang yang bergengsi. Walaupun hanya meraih Juara Harapan I (peringkat empat)setelah dikalahkan oleh peserta dari Inggris, Jerman, dan Swiss dalam lomba tersebut, Asbai sama sekali tak menyangka dapat mengambil bagian dalam lima besar terbaik. Pasalnya, dia menyadari persaingan dalam ajang itu sangat berat. Bahkan, saat
10
registrasi lomba, dia sempat dipandang sebelah mata oleh peserta dari negara lain. Maklum, alat pertukangan yang dia bawa dari Tanah Air ternyata kalah canggih dan moderen dibandingkan peralatan peserta lain. ”Saya hanya membawa satu tas kecil peralatan. Kalau perlengkapan standar, sudah disediakan penyelenggara,” akunya. Rasa kurang percaya diri pun sempat menderanya. Namun, berkat dukungan semangat dan motivasi dari pembimbing dan pendampingnya, yaitu instruktur dari Pusat Industri Perkayuan (PIKA) Semarang, Drs. Among Subandi, dan Kepala Sekolah SMK Negeri 2, Drs. Reza Parlevi, kepercayaan diri pun terbangun kembali. Bahkan, kepercayaan diri menjadi kekuatan tersendiri untuk tetap optimis dan membuat karya terbaik. Bagi Asbai, perjuangan mengikuti lomba ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi, standar penilaian tingkat dunia jauh lebih ketat, disiplin, dan teliti. Hal ini sangat dirasakan Asbai yang ketika itu membuat karya sebuah almari kecil yang biasa diletakkan di kamar hotel. Bayangkan, ketentuan waktu yang disediakan hanya 22 jam selama empat hari. Setiap tahapan pun ada batas waktunya. Sementara, peralatan yang digunakan secara bergantian harus sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah ditetapkan penyelenggara. Misalnya, ketika mendapat jatah menggunakan mesin amplas, peserta ternyata sedang melakukan pengeboran. Otomatis jatah menggunakan mesin amplas hilang. ”Kalau sudah begitu, peserta akan kehilangan poin,” jelasnya. Pasalnya, tingkat ketelitian, kecepatan, dan timing (waktu yang tepat) sangat menentukan penilaian. Konsisten dengan Perkayuan Berkat prestasinya dalam Worldskills Competition 2007 di Jepang ini, Asbai memiliki kesempatan lebar untuk bekerja di perusahaanperusahaan kayu ternama di seluruh dunia. Pasalnya,
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Tekun dan Teliti untuk karya terbaik
sertifikat yang dimilikinya dapat menjadi referensi yang kuat bahwa Asbai memiliki kemampuan di bidang perkayuan dengan standar internasional. Selain itu, Depdiknas juga memberikan satu unit notebook serta beasiswa dengan jaminan masuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia tanpa tes. Tentu saja, ini merupakan reward dari keberhasilan yang menjadi dambaan setiap orang. Namun, Asbai memiliki target sendiri. Kecintaannya sejak kecil pada perkayuan telah mendorongnya untuk terus menggeluti bidang ini melalui pengalaman dan pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, Asbai ingin mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan pendidikan perkayuan di Indonesia. “Saya ingin menjadi guru teknik dan mengajar anak bangsa agar memiliki ketrampilan teknik perkayuan,” ujarnya penuh semangat. Konsistensi dan semangat dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya terhadap bidang perkayuan ini tampak dari prestasinya yang dirintis mulai tingkat karesidenan, provinsi, nasional, sampai taraf regional (ASEAN) bahkan taraf internasional. Kegigihannya dalam menyelesaikan setiap pertandingan pun tak diragukan. Buktinya, dia memutuskan menunda masuk perguruan tinggi di awal tahun ajaran baru 2007 lalu, demi mempersiapkan mental, fisik, pengetahuan, dan keterampilannya dalam menghadapi lomba di tingkat dunia. Menurut Asbai, kemantapan ini muncul karena adanya dukungan, bantuan, dan peranan berbagai pihak, yaitu pimpinan beserta seluruh guru dan karyawan SMK Negeri 2 Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PIKA Semarang, VEDC Malang, dan masyarakat luas yang turut memberikan doa restu.
Tetap Sederhana Meskipun sudah menyabet peringkat empat dalam ajang bergengsi itu, Asbai tidak menjadi tinggi hati. Bahkan, saat mengungkapkan kebahagiaannya, Asbai hanya mengatakan, ”Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya. Semua ini terjadi berkat doa dan restu dari banyak pihak sehingga saya dapat mempersembahkan yang terbaik.” Di sela-sela waktu senggangnya pun, dia dengan senang hati bersedia berbagi pengetahuan dan pengalamannya dengan siapapun. Salah satunya, ketika Asbai berkolaborasi pengetahuan dengan para pengajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Salatiga. Dengan kata lain, dia belajar untuk menjadi guru di tempatnya menuntut ilmu dulu. Sambil belajar menjadi guru, saat ini, Asbai sedang disibukkan untuk menentukan satu dari dua pilihan demi masa depannya. Pilihan pertama adalah mempersiapkan diri masuk Perguruan Tinggi. Menurut rencana, dia akan mendaftar ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan mengambil jurusan Teknik Perkayuan. Pilihan kedua adalah melanjutkan studi D4 di Vocational Education Development Venter (VEDC), Malang. Meskipun demikian, di balik kesibukannya merencanakan masa depan itu, Asbai masih menyimpan harapan yang dalam. Harapan terdalam bagi pengemar segala menu makanan ini adalah Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan agar di ajang berikutnya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Mengakhiri pertemuan dengan Hati Beriman, Asbai mengungkapkan bahwa ilmu dan skill merupakan modal dari keberhasilan. Oleh karena itu, sesuai dengan namanya yang bila diterjemahkan secara bebas berarti penuh, sambil tersenyum riang, Asbai mengatakan, ”Mudah-mudahan ilmu saya nanti benar-benar penuh.”(ind)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
11
Laporan Utama Abdurrahman, Tokoh PSM Mangunsari
Sempat Jalankan PSM Sendiri Kami tidak menargetkan juara, karena yang saya kirimkan ke lomba adalah pelaporan kegiatan riil yang kami laksanakan. Tetapi, ada beberapa kegiatan yang tidak masuk dalam buku laporan. Nah, kemungkinan besar yang menjadikan PSM Mangunsari menjadi juara adalah pelaksanaan kegiatan sosial yang telah berjalan dan pembinaan yang kami lakukan terhadap UKM.
K
ecil-kecil cabe rawit. Ungkapan ini mungkin tak berlebihan bagi Kota Salatiga. Bagaimana tidak? Segudang prestasi telah diukir kota kecil ini di tingkat provinsi, nasional, bahkan regional dan internasional. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, banyak warga Salatiga yang mengharumkan nama kota berhawa sejuk ini. Belum lama ini, kelompok Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga, juga menasbihkan diri sebagai Juara I Lomba PSM se-Jawa Tengah. Sekarang ini, kelompok PSM ini sedang mengikuti penilaian oleh tim dari pusat untuk seleksi tingkat nasional. Berikut petikan wawancara Lukman Fahmi, reporter Hati Beriman, dengan Abdurrahman, tokoh PSM Mangunsari, serta CH. Triasmaya, Kepala Sekolah Dasar Negeri I Kumpulrejo. Bagaimana Bapak memulai pengabdian diri kepada masyarakat? Saya berangkat mengabdikan diri kepada masyarakat di bidang keagamaan. Islam, agama yang saya anut, sangat menganjurkan kepada umatnya untuk selalu berwakaf dan shodaqoh kepada fakir dan miskin. Dari keyakinan akan ajaran tersebut, saya mendirikan jamaah pengajian. Apa kegiatan yang dilaksanakan jamaah pengajian tersebut? Dari kesepakatan bersama, kami mengumpulkan uang 50 rupiah untuk dana sosial. Dana ini akan digunakan untuk membantu warga yang sakit atau meninggal. Besaran uang yang diberikan sebagai bantuan pada tahun 1985-an sebesar lima ribu rupiah. Sekarang, uang untuk membantu warga yang sedang tertimpa musibah mencapai ratusan ribu. Bentuk bantuan yang lain adalah membantu pengurusan jenazah dengan memberi kain kafan secukupnya. Ada yang berukuran tujuh meter, sembilan meter, bahkan sebelas meter. Untuk
12
Abdulrrahman bersama timnya
sementara, kami baru memberikan bantuan kepada masyarakat Tegalsari, daerah tempat tinggal kelompok pengajian kami. Kapan Bapak menjadi PSM? Pada tahun 1986, saya dipercaya menjadi Ketua RT di Tegalsari, meskipun hanya tiga bulan. Kemudian, saya dicalonkan untuk mengikuti pemilihan Ketua RW Mangunsari dan akhirnya terpilih. Di tahun yang sama, saya masuk PSM. Di forum inilah, saya mulai mengabdikan diri kepada semua masyarakat di Mangunsari tanpa memandang agama. Apa kiprah PSM pada waktu itu? Pada tahun 1988 kami mendapatkan program bantuan pemugaran rumah sebanyak 10 rumah di Tegalsari. Besaran bantuan adalah Rp 40.000,00. Jumlah ini sudah cukup tinggi, karena harga satu rit pasir pada waktu itu masih Rp 18.000,00. Bagaimana selanjutnya Bapak menjalankan PSM? Saya ingat, semangat saya waktu itu sempat nglokro atau menurun. Ini karena masyarakat menilai saya tidak adil dalam melaksanakan program pemugaran rumah. Padahal, dari tujuh RW yang ada, masing-masing sudah mendapatkan satu paket pemugaran rumah untuk warganya. Sisanya, sebanyak tiga paket pemugaran rumah diberikan kepada warga yang dipilih atas penilaian yang matang berdasarkan kemampuan ekonominya. Nah, ketika pada tahun 1990 ada program bantuan pemugaran rumah lagi, saya menolaknya untuk menghindari anggapan masyarakat yang sama. Apa kegiatan PSM selanjutnya? Di tahun 1993 dan 1997 saya berkesempatan mengikuti lomba di tingkat provinsi. Atas laporan dari berbagai kegiatan
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
yang telah saya laksanakan, akhirnya di tahun tersebut PSM kami memboyong Juara Harapan II dan III. Sayangnya, saat itu, dukungan masyarakat terhadap keberadaan PSM kurang. Akibatnya, meskipun berjalan aktif, setiap kegiatan saya laksanakan sendirian. Bagaimana Bapak menjalankan PSM seorang diri? Ketika itu, saya menjalankan fungsi pekerja sosial dengan mencari bantuan bagi anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Pada tahun 19992003, saya mengirimkan delapan siswa SD Kumpulrejo I ke Panti Worowiloso dan Wilosotomo Salatiga. Bahkan sampai saat ini masih ada yang di sana. Apakah Pemerintah Kota Salatiga kurang mendukung keberadaan PSM waktu itu? Tidak juga karena pada tahun 2004, PSM Salatiga dikukuhkan oleh Walikota (almarhum Bapak Totok Mintarto, Red.). Semangat saya dalam menjalankan PSM tumbuh kembali. Dari situlah terbentuk kepengurusan PSM di masing-masing kelurahan yang beranggotakan delapan orang. Demikian pula dengan Kelurahan Mangunsari. Sejak saat itu, pengurus PSM Mangunsari giat mengadakan pertemuan rutin setiap bulan dan mempelajari buku saku PSM. Berdasarkan kesepakatan bersama, kami memberi nama PSM Mangunsari Paguyuban PSM Harapan Sentosa. Bagaimana kelanjutan PSM yang sudah memiliki pengurus? Kami mengumpulkan bantuan dari Pemkot Salatiga dan terkumpul sebanyak Rp 500.000,00. Dana ini kami gunakan untuk ketertiban administrasi. Selanjutnya, kami yang berjumlah delapan orang mengadakan iuran sebesar Rp 10.000,00 per bulan. Uang tersebut kami bagi dua. Lima ribu rupiah untuk uang minum pertemuan setiap bulannya dan sisanya untuk dana sosial yang sekarang ini sudah terkumpul ratusan ribu. Apa yang dibahas dalam pertemuan rutin tersebut? Kami mendiskusikan perjalanan PSM serta pemecahan masalah sosial yang ada di wilayah Mangunsari. Pada tahun 2005 kami mengirimkan anak dari Jangkungan untuk mendapatkan pendidikan dari panti asuhan di Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya kami juga mengirimkan anak sebanyak 10 orang untuk mendapatkan bantuan di Panti Wira Adikarya, Ungaran. Masih di tahun yang sama, kami juga mengirimkan tiga anak ke Panti Wira Adikarya. Apa sektor lain yang dikerjakan PSM? Kami juga menangani sektor usaha kecil mandiri (UKM). Selain itu, kami juga membentuk Kube (kelompok usaha bersama). Dalam perjalanan menangani sektor usaha ini, kami mendapatkan bantuan dari Walikota sebesar tujuh juta rupiah. Bantuan tersebut kami gunakan untuk berwirausaha, seperti usaha kripik paru dan katering yang keduanya berpusat di Pengilon. Apakah usaha tersbut mengalami kemajuan? Alhamdulillah, usaha yang kami rintis ini mengalami peningkatan. Bahkan, saat ini, sebagian pendapatan dapat kami gunakan untuk simpan pinjam anggota PSM yang sudah bertambah menjadi 17 personil. Apakah bantuan simpan pinjam tersebut hanya untuk anggota PSM? Tentu saja tidak. Kami juga memberikan bantuan kepada pengusaha kecil, seperti penjual rokok dan jamu gendong. Mereka berjumlah 25 orang. Bantuan yang kami berikan ini
PSM sekaligus UKM
berasal dari Pemkot sebesar Rp 325.000,00 untuk masing-masing penjual jamu. Dari besaran itu, kami bersepakat untuk menyerahkan Rp 225.000,00 kepada penjual jamu. Sisanya, kami gunakan untuk mendirikan Pra-Koperasi Mawar Mekar. Perkembangan koperasi ini juga pesat. Malah, modal yang terkumpul saat ini mencapai lebih dari lima juta rupiah. Keberadaan koperasi ini membawa manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Meskipun mereka tidak bisa menabung, tetapi dapat menyekolahkan anak mereka sampai lulus SMA. Bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi. Bagaimana kronologi PSM Mangunsari menjadi Juara I Jawa Tengah dan maju ke tingkat nasional? Sebenarnya, kami tidak menargetkan juara tersebut karena yang saya kirimkan ke lomba adalah pelaporan kegiatan riil yang kami laksanakan. Tetapi, ada beberapa kegiatan yang tidak masuk dalam buku laporan. Nah, kemungkinan besar yang menjadikan PSM Mangunsari menjadi juara adalah pelaksanaan kegiatan sosial yang telah berjalan dan pembinaan kami terhadap UKM. Kemudian, di tingkat pusat, saya mendapatkan informasi dari Bapak Susanto, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kota Salatiga, bahwa nilai kami tertinggi di pusat. Informasi didapatkan ketika Tim Penilai Pusat, H. Harmanto datang ke PSM kami. Kami unggul di lapangan. Sayangnya, kami kurang maksimal ketika melakukan pemaparan di Jakarta. Hal ini karena pelaporan kami buat secara manual, yaitu berupa buku laporan dan pemaparan lisan. Di sisi lain, banyak peserta lomba yang memanfaatkan peralatan elektronik saat paparan.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
13
Ragam
Proses
Ganti Rugi JLSS Lancar
Pembebasan tanah untuk JLSS tak temui hambatan
P
embangunan jalan lingkar selatan Salatiga (JLSS) yang sudah dimulai sejak tahun 2005 dan diproyeksikan selesai pada tahun 2011, sedikit demi sedikit, mengalami kemajuan. Tahun 2007 ini, pembebasan tanah dan Kelurahan Cebongan sampai. Kumpulrejo sudah terealisasi dengan baik. Kepala Bagian Pemerintahan, Kusumo Adji, S.H., mengungkapkan hal itu kepada Hati Beriman. Dijelaskannya, pembebasan tanah dan bangunan telah dilakukan di empat kelurahan, yaitu Kelurahan Cebongan, Randuacir, Kumpulrejo, dan Blotongan. Berkaitan dengan pembebasan tanah dan bangunan itu, warga yang merelakan tanah dan bangunannya untuk pembangunan jalan, berhak atas ganti rugi yang besarnya bervariasi berdasarkan kriteria
14
yang telah ditetapkan. Besaran ganti rugi tersebut berkisar antara Rp 75.000,00 sampai dengan Rp 125.000,00/meter persegi. Selain tanah dan bangunan, berbagai tanaman yang berada di atas lahan pembebasan juga diperhitungkan. Dengan demikian, hak-hak warga yang terkena pembebasan lahan dapat dipenuhi secara wajar. Realisasi ganti rugi tersebut berpedoman kepada NJOP (Nilai Jual Obeyek Pajak) yang tertera dalam pajak bumi bangunan ditambah harga umum. Hasil penjualan ini dibagi dua sebagai nilai penawaran yang sesuai dengan kesepakatan antara Pemkot dengan pemilik lahan. Dengan begini, nilai penawaran tidak jauh dari aturan yang berlaku. JLSS yang dibangun untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
JLSS diharapkan menjadi solusi kemacetan
ini, sampai dengan tahun 2007, baru terselesaikan sejauh lima kilometer. Pada tahun 2008, Pemkot akan membebaskan tanah dan bangunan di wilayah Kecamatan Sidomukti sampai dengan Jalan Imam Bonjol. Pembebasan tanah kali ini akan memasuki wilayah Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Candran yang masing-masing sejauh 1,9 kilometer dan 2,6 kilometer. Untuk pembebasan ini, anggaran yang dipatok sekitar 11 milyar. Sumber dana adalah APBD Kota, APBD Provinsi, dan APBN. Proses pembebasan tanah untuk JLSS memang dapat dikatakan tak menemui hambatan berarti. Hambatan mulai muncul dalam proses pemberian ganti rugi. Pasalnya, ada beberapa bukti kepemilikan tanah dan bangunan yang hilang. Warga pun berharap, tim yang melakukan kualifikasi data di kelurahan dapat segera menemukan bukti-bukti tersebut. Meskipun ada beberapa bukti kepemilikan warga hilang, beberapa warga sudah ada yang menerima ganti rugi secara wajar. Mereka yang sudah menerima ganti rugi merasa puas karena tanah, bangunan, tanaman, dan peternakan mereka dihargai secara pantas. Tanggapan Warga Pembebasan tanah untuk pembangunan jalan selalu menuai masalah terkait ganti rugi. Demikian halnya dengan pembangunan JLSS. Pada tahun 2005, terdapat perbedaan harga yang ditawarkan Pemkot
Salatiga dengan harga yang diminta warga. Pemkot menawarkan Rp 100.000,00/meter persegi, sedangkan warga menghendaki Rp 125.000,00/meter persegi. Untunglah, perbedaan ini segera mencapai kesepakatan. Bangunan permanen bertembok dihargai Rp 974.000,00 per meter persegi. Sementara, bangunan berdinding kayu sengon dihargai Rp 680.000,00 per meter persegi. Bangunan mushola dan Taman KanakKanak Islam juga mendapatkan ganti rugi yang layak. Pemberian ganti rugi ini sudah dimulai tahun 2005. Meskipun demikian, di balik ganti rugi itu masih ada keluhan warga. Pasalnya, sampai saat ini jalan masuk ke rumah penduduk bagi warga yang menggunakan kendaraan tidak ada. Tentu saja, keadaan ini sangat merepotkan. Warga terpaksa membuat jembatan darurat dari bambu. Selain itu, kualitas jalan lingkar yang dibangun pada tahun 2006 juga sangat memprihatinkan. Sebagian jalan sudah retak karena materialnya tidak padat. Sedangkan jalan lingkar yang dibangun pada tahun 2007 ini memiliki kualitas yang cukup baik. Namun, warga Kota Salatiga tetap mendukung pembangunan JLSS. Pasalnya, hingga saat ini, jalan lingkar masih dianggap sebagai sarana yang tepat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas, mempercepat jasa angkutan, sekaligus meningkatkan perekonomian warga pedesaan.(kst)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
15
Ragam
Jalan Lingkar Tingkatkan Psikologi Warga Pinggiran
K
emace t a n jalan raya di Kota S a l a t i g a dimungkinkan mulai berkurang tahun depan. Fenomena tersebut disebabkan dalam perencanaan tahun 2008 jalan raya dari daerah Kecamatan Tingkir (sebelum terminal) tersebut sudah terhubung d e n g a n J l . H a s a n n u d i n K e c a m a t a n Ir. Sarwono Sidomukti. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Salatiga dalam pembangunan jalan lingkar Salatiga ini bertindak sebagai unsur pelaksana. Bentangan aspal hot mix tersebut rencananya akan menhubungkan daerah selatan Salatiga yaitu mulai dari Tingkir menuju Salatiga bagian barat (wilayah Blotongan). Ir. Saryono Kepala DPU menerangkan bahwa dinas yang dipimpinnya siap melaksanakan wewenangnya dalam menjalankan proyek tersebut. Sudah barang tentu pelaksanaannya akan bermitra dengan rekanan yang menang tender. “Kami sebagai unsur pelaksana proyek dalam hal ini untuk pekerjaan jalan lingkar tahap lanjutan akan melaksanakan pekerjaan rencananya samapai Jl. Hasanuddin Salatiga. Kurang lebih dana yang diperuntukkan dalam pengerjaan tersebut kurang lebih 49 miliar” tandas Saryono. Namun sampai saat ini, DPU baru memperkirakan bulan April tahun 2008 ini pelaksanaan lelang baru (digelar) terlaksana. Hal tersebut dikarenakan dinas yang lekat dengan proyek Pemkot Salatiga ini masih menunggu perencanaan teknis dari Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Salatiga. “Bulan Maret 2008 nanti kami baru bisa menggelar lelang tender jalan lingkar tersebut. Ini terkait dengan proses perencanaan teknis yang dilaksanakan Bapeda belum sampai di dinas kami. Dengan keadaan tersebut bulan April pengerjaan fisik baru dapat dimulai”. Jalan lingkar Salatiga adalah merupakan jalan yang dapat memperlancar laju lalulintas dari Semarang ke Solo atau sebaliknya. Dengan begitu, manfaat tidak hanya dapat dirasakan oleh warga Salatiga saja, namun juga masyarakat luas di Jawa Tengah. “Proyek pembuatan jalan lingkar tersebut bukanlah kepentingan
16
Kota Salatiga saja tapi juga Provinsi Jawa Tengah. Nantinya setelah selesai dibangun jalan tersebut akan bermanfaat bagi lalulintas Jawa Tengah, tentunya meningkatkan laju ekonomi. Sedangkan bagi Salatiga ini berarti membuka lahan baru, artinya jalan tersebut mampu memecah keramaian kota serta membuka jalur transportasi yang mudah bagi daerah yang dilalui (daerah pinggiran yang dapat dikatakan tertinggal)” tambah Kepala Dinas berpenampilan kalem tersebut. “Salatiga adalah kota kecil, sehingga di kota ini sektor ekonomi yang berkembang adalah bidang jasa dan perdagangan. Seharusnya jalan penghubung antara daerah-daerahnya memadai, hasilnya adalah dapat membangkitkan ekonomi di daerah yang selama ini tertinggal” tutur Saryono. DPU mentargetkan tahun 2011 jalan dari Jalan Sukarno Hatta (Tingkir)- Jalan Fatmawati (Blotongan) sudah dapat dinikmati. Seperti yang sudah terlaksana di jl Sukarno Hatta, jalan tersebut dibuat empat lajur. “Seperti himbauan Walikota Salatiga John M Manoppo bahwa jalan lingkar ini harus selesai di tahun 2011. hingga tahun 2007 ini pekerjaan yang telah terselesaikan adalah pembangunan jalan sepanjang 2 Km dan 2 jembatan” tegasnya. Di tahun 2008 ini proyek tersebut mendapatkan bantuan khusus dari APBN senilai 49,6 miliar khusus untuk pembangunan sampai jalan Hasanuddin, serta ditambah dana APBD I (2P0A) 2007 ditambah dari APBD sebesar 25%. Tembusan jalan tersebut diperkirakan melewati daerah Kumpulrejo dan terakhir di daerah kawasan Salaib Putih. DPU optimis pembangunan jalan lingkar ini akan selesai dengan baik dan lancar. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman dalam pembangunan tahab pertama. Kendala yang dihadapi adalah permasalahan pembebasan lahan, jika semua selesai proses akan cepat berjalan. DPU dalam kaitan dengan pembebasan tanah menghimbau kepada masyarakat yang tanahnya dilalui agar rela untuk diberi ganti rugi. “Harapan saya adalah, agar masyarakat menyambut proyek pembangunan jalan lingkar ini dengan baik. Sambutan tersebut adalah dengan merelakan tanah yang dilalui dengan ganti rugi yang telah disepakati dengan pemerintah. Ke depan masyarakat sendiri juga yang akan memetik hasilnya. Sebagai contoh transportasi mereka akan mudah” pinta Kepala DPU. “Selain itu juga akan keramaian di daerah tersebut, pasar-pasar baru atau warung-warung tempat usaha tentunya akan menjamur, dengan begitu ekonomi masyarakat di sana akan meningkat. Secara psikologis mereka juga akan terangkat, dahulu dikenal sebagai daerah pinggiran namun nantinya tidak akan ada lagi stigma serupa” tutup Saryono.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Kaum Terbuang dan Kaum Terhormat Oleh: Dimas S. Aditya P
ada waktu saya sedang bekerja di Jakarta, saya pernah berkenalan dengan seorang pekerja seks komersial ( PSK ). Sebut saja dia bernama Winda. Dia menceritakan bahwa dia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya pada sebuah kecelakaan kerja. Karena posisi suaminya yang hanya buruh rendahan, maka pesangon yang diterimanya juga sangat kecil. Jauh dari mencukupi. Untuk menghidupi keluarga dan ibunya yang juga tinggal bersamanya, Winda telah mencoba berbagai macam cara. Tetapi selalu terhalang dengan tingkat pendidikannya yang rendah. Dikarenakan keinginan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, maka ia terjun ke dalam dunia pelacuran. Salah satu faktor yang mendorong ia terjun ke dalam dunia pelacuran itu adalah agar dua anaknya kelak dapat meneruskan pendidikan ke tingkat yang tinggi, kalau perlu sampai tingkat perguruan tinggi. Hal ini agar anak-anaknya kelak dapat bernasib lebih baik dan tidak perlu menjadi seorang PSK seperti dirinya. Di lain waktu, saya membaca ( bahkan sempat melihat ) kasus video porno yang melibatkan seorang Yahya Zaini dengan penyanyi dangdut Maria Eva. Mereka berdua adalah orang yang boleh dikatakan “terhormat”. Secara kedudukan, posisi Yahya Zaini termasuk yang dihormati oleh masyarakat, karena posisinya pada lembaga legislatif. Bahkan Yahya Zaini adalah seseorang yang ikut serta dalam usaha “penggolan” RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi ( RUU APP ). Sedangkan, Maria Eva adalah seorang public figure, karena ia bekerja sebagai penyanyi dangdut. Selain itu, ia juga turut aktif pada sebuah partai. Dalam hal keuangan, Maria Eva boleh dikatakan mempunyai harta yang cukup. Dalam banyak hal, mereka boleh dikatakan telah memiliki segalanya. Bahkan gelar agama pun telah mereka miliki. Kurang apa lagi? Kalau ditanyakan kepada anda, manakah yang lebih anda pilih untuk anda hormati dan teladani, maka saya yakin 99,99%, anda akan memilih Yahya Zaini dan Maria Eva dengan segala “kebesarannya” itu. Saya juga yakin 99,99% bahwa anda tidak akan memilih Winda dan teman temannya untuk anda hormati dan anda teladani. Seorang pelacur, Kamus Besar Bahasa Indonesia, mempunyai arti adalah perempuan yang melacur; sundal; wanita tuna susila. Dalam Advanced Learner's English Dictionary, terbitan dari HarperCollins Publisher, prostitute mempunyai arti is a person, usually a woman, who has sex with men in exchange for money. Dalam lagu Kupu-kupu Malam, ciptaan Titiek Puspa, yang kemudian dipopulerkan oleh Peter Pan, ada kalimat yang mengatakan “…ini hidup wanita si
Mimbar
kupu kupu malam, bekerja b e r t a r u h s e l u r u h j i w a Dimas S. Aditya raga…yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa…” Iwan Fals, dalam lagunya yang berjudul Lonteku, mengatakan, “…walau kita berjalan dalam dunia hitam…meski semua orang singkirkan kita…” Dalam dua kamus dan dua lirik tersebut, kita mengetahui bahwa pelacur adalah wanita yang menjual dirinya demi mendapatkan uang. Mereka menjual diri mereka, dan harus hidup dalam dunia gelap, demi mendapatkan uang, agar mereka dapat terus hidup. Mereka harus menerima takdir mereka, sebagai orang orang yang tersingkirkan. Pelacuran itu ada, sebagian besar karena faktor ekonomi. Dikarenakan lapangan pekerjaan yang semakin sedikit, dan juga karena tuntutan hidup yang semakin meninggi, maka mereka terpaksa melacurkan diri mereka. Apabila mereka tidak melacurkan diri mereka, maka ada kemungkinan mereka tidak makan untuk hari itu. Karena himpitan ekonomi itulah, maka mereka terpaksa melacurkan diri mereka. Bukan keinginan mereka untuk bekerja sebagai pelacur, dengan resiko kehancuran masa depan mereka. Apabila mereka hidup berkecukupan, maka mereka pun tidak akan bekerja hidup sebagai pelacur. Kecuali, mereka memiliki kelainan seksual, atau faktor lainnya. Sekarang kita melihat kepada orang orang yang dianggap ”benar”. Contoh nasional adalah kasus video porno antara Yahya Zaini dengan Maria Eva. Yahya Zaini, seorang anggota DPR, dan juga anggota dari komisi yang bermaksud “menggolkan” RUU APP, ternyata dia melakukan perselingkuhan dengan seorang penyanyi dangdut, Maria Eva. Bahkan mereka berdua telah mempunyai sebuah gelar agama. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang hal ini? Tentu saja hal ini menjadi kasus yang menghebohkan. Dua orang yang menjadi public figure, melakukan perzinahan, dan mereka juga melakukan pembunuhan, yaitu melakukan aborsi atas janin yang dikandung Maria Eva. Saya tidak ingin menutup tulisan saya ini dengan kesimpulan saya. Saya hanya ingin pembaca, mengambil kesimpulan sendiri. Apabila anda dapat berpikir dengan baik, maka saya yakin bahwa anda dapat mengambil kesimpulan yang tepat. Akhir kata, saya ingin menitipkan pesan, agar kita tidak melihat segala sesuatunya hanya dari luarnya saja. Coba, kita selami dahulu, mengapa mereka melakukan perbuatan itu. Penulis adalah : Staff pada Pusat Penelitian Fakultas Hukum UKSW dan LePAS (Lembaga Pengembangan dan Advokasi Sosial) Kota Salatiga.
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
17
Hukum
Lembaran Daerah Kota Salatiga
Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
D
engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Walikota Salatiga Menimbang : a. bahwa dari hasil evaluasi atas pelaksanaan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, besarnya tarif retribusi tersebut sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga perlu ditinjau kembali; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Mengingat : 1. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; 2.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 4.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara
18
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 8.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 9.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 10.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 12.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63); 13.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 14.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) ; 15.Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 1999 Nomor 6 Seri B Nomor 2); 16.Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2004 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga (Lembaran
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Daerah Kota Salatiga Tahun 2004 Nomor 20); Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Salatiga dan walikota Salatiga memutuskan : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 1999 Nomor 6 Seri B Nomor 2), diubah sebagai berikut: 1. Semua frase “Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga” diubah dan dibaca “Kota Salatiga”. 2. Semua frase “Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Salatiga” diubah dan dibaca “Walikota Salatiga”. 3. Ketentuan BAB VI dan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut BAB VI, STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi Parkir di tepi jalan umum didasarkan pada jumlah roda, lama parkir dan tarif dasar. (2) Indeks jumlah roda, lama parkir dan tarif dasar ditetapkan sebagai berikut: A. Indeks jumlah roda NO Jumlah roda Indeks 1. 2 (dua) 1 2. 3 (tiga) s/d 4 (empat) 2 3. > 4 (empat) 4 b. Indeks lama parkir NO Lama parkir 1. < 3 (tiga) jam 2. 3 (tiga) jam s/d 6 (enam) jam
Indeks 1 2
c. Tarif dasar : Rp 500, 00 ( lima ratus rupiah ). (3) Besarnya retribusi parkir di tepi jalan umum ditetapkan sebagai No Jumlah Roda berikut Lama:Parkir Retribusi (Rp) 1. 2 = 3 jam 500 3 s/d 6 jam 1,000 > 6 jam 1,500 2. 3 dan 4 = 3 jam 1,000 3 s/d 6 jam 2,000 > 6 jam 3,000 3. >4 = 3 jam 2,000
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur dengan Peraturan Walikota1. 4. Ketentuan BAB XI dan Pasal 14 dihapus. 5. Ketentuan Pasal 16 ayat (1) diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut : Pasal 16; (1)Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali besarnya tarif retribusi terutang. Pasal II; Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Salatiga. Ditetapkan di Salatiga, pada tanggal 2 Juli 2007; oleh WALIKOTA SALATIGA, Cap dan TTD JOHN MANUEL MANOPPO. Diundangkan di Salatiga, pada tanggal 6 Agustus 2007 oleh Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SALATIGA, Cap dan TTD SRI SEJATI KUSUMANINGSIH. LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2007 NOMOR 6, mengetahui: sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA IGN. SUROSO KUNCORO, SH. MH; Pembina dengan NIP. 500 073 805. PENJELASAN ATASPERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SALATIGA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM UMUM Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai ketentuan pada Pasal 21 huruf e UndangUndang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005, daerah berhak memungut retribusi daerah. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pendapatan dari retribusi diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kota Salatiga serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya landasan hukum yang dapat memberikan pedoman bagi Pemerintah Kota Salatiga dalam pemungutan retribusi daerah. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut di atas, Pemerintah Kota Salatiga telah menetapkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. Setelah pelaksanaan peraturan daerah tersebut berjalan selama 7 (tujuh) tahun kemudian dilakukan evaluasi ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan perubahan atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 9 Tahun 1998 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. PASAL DEMI PASAL Pasal I, Angka 1 Cukup jelas; Angka 2 Cukup jelas; Angka 3 Besarnya retribusi parkir di tepi jalan umum ditetapkan berdasarkan; rumus : Indeks Jumlah
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
19
Pendidikan
Solidaritas We di Kurikulum Sekolah (Sebuah Refleksi Natal dan Idul Adha) Oleh: Izak Lattu
B
eberapa waktu lalu, Romo Budi Subanar, Ph.D, SJ, Koentjoro, Ph.D, dan Mayang Diantami berbicara dalam diskusi Perdamaian Harus Masuk dalam Ajaran Sekolah. Mereka menjelaskan esensi perdamaian secara konkret yang harus diajarkan di sekolah. Tujuannya, murid menghargai perbedaan di antara mereka agar ketika hidup di masyarakat, semangat itu tertanam sehingga dapat mengantisipasi konflik akibat perbedaan ras, suku, agama, maupun golongan. Semangat ini seperti yang diulas Dr. Farid Esack, muslim keturunan Malaysia, dari Afrika Selatan, dalam bukunya, Quran, Liberation and Pluralism. Buku ini menekankan pentingnya meninggalkan hubungan I (saya) dan you (anda) menjadi sebuah hubungan yang berbasis solidaritas, yaitu we (kita). Bagi Esack, pengalaman hidup berbasis solidaritas tanpa mengenal sekat primordialisme (solidaritas we) dialaminya secara langsung di masa kecil. Masyarakat Afrika Selatan pada masa kecil Esack hidup dalam sistem apartheid (politik diskriminasi). Diskriminasi ini terutama terhadap orang kulit berwarna dan Afrika. Seluruh keluarga Esack yang berjumlah tujuh orang dihidupi oleh ibunya yang janda. Keluarganya kebetulan bertetangga dengan keluarga Kristen Afrika, yang kehidupan ekonominya di bawah rata-rata, yang setali tiga uang dengan keluarga Esack. Untuk menanggung beban ekonomi yang berat, kedua keluarga ini sering berbagi untuk kebutuhan sehari-hari. Pengalaman inilah yang memicu Esack untuk melahirkan konsep solidaritas we (kami) sebagai bentuk dialog praksis yang nyata. Sebuah pengalaman hidup bersama yang melahirkan solidaritas suffering others (orang-orang yang menderita), meminjam istilah Paul Knitter (1993). Pengalaman kehidupan bersama yang dialami Esack adalah sungguh sebuah hubungan yang secara induktif membangun solidaritas kemanusiaan meski berlatar sosial berbeda. Jaring laba-laba solidaritas bersama terajut dari perbedaan pada galibnya melahirkan perdamaian sejati dalam sebuah masyarakat plural. Hidup bersama secara pro-exitence (hidup berdampingan, saling memahami, dan membantu) seperti yang dipraktekkan Esack ternyata dapat dengan gampang ditemui di masyarakat Salatiga. Seperti hubungan antara keluarga Titi (Islam) dan keluarga Stevanus Sunaryo (Kristen), warga Monginsidi IV, Salatiga. Meskipun berbeda agama, kedua keluarga ini saling membantu tanpa menghiraukan batas keyakinan. Model hidup seperti ini mempertegas solidaritas sosial seperti yang diinginkan semua agama secara ideal.
20
Izak Lattu
Dialog Sosial Di era global seperti sekarang ini, ketika sekat pemisah masyarakat semakin tipis akibat derasnya arus informasi, perlu sebuah sikap baru dalam memandang orang lain. Sebab, kehidupan saat ini adalah kehidupan dalam sebuah global village (desa global) yang berinteraksi dengan sangat tegas. Karena itu, perlu penghargaan terhadap perbedaan. Penghargaan terhadap perbedaan membutuhkan pemahaman. Sedangkan pemahaman membutuhkan upaya untuk belajar dari orang lain. Dialog memberikan ruang yang cukup untuk proses saling belajar dan saling memahami. Oleh karenanya, Mohamad Khatami, mantan Presiden Republik Islam Iran, merasa perlu mengusulkan dialogue of civilizations (dialog antarperadaban) ketika berbicara di PBB New York, September 1998. Dialog ini merupakan jalan keluar untuk menghindari clash of civilizations (benturan antarperadaban) yang disinyalir oleh Samuel P. Huntington. Dialog tidak sekadar percakapan, apalagi sebuah round table formal dengan peserta berdasi. Dialog adalah sebuah cara berpikir baru, melihat, dan merefleksikan dunia dan maknanya, dalam rangka mengafirmasi perbedaan. Karena itu, tujuan dialog menurut Leonard Swidler dan Paul Mojzes dalam The Study of Religion in an Age of Global Dialogue (2000:147)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
adalah supaya pihak-pihak yang terlibat dalam dialog terbuka untuk belajar dari orang lain, sehingga mereka tanpa paksaan dapat berubah dan bertumbuh ke arah penghargaan terhadap perbedaan secara positif. Dialog juga termasuk interaksi sosial antarpemeluk agama, suku, ras, atau golongan yang berbeda. Pengalaman hidup sehari-hari adalah bentuk dari dialog berbasis common experience (pengalaman sehari-hari) yang memberikan perhatian pada tindakan nyata dan aspek kemanusiaan. Dengan demikian akan terjadi deepdialogue (dialog mendalam) sehingga pihak yang berdialog mengalami mutual transformasi. Di Indonesia, dialog sosial untuk menghadirkan perdamaian sejati dirasakan mendesak. Konflik di Maluku, Poso, Kalimantan, Papua, dan Aceh termasuk kerusuhan Mei 1998, merupakan indikasi perlunya dialog ini. Pengalaman konflik sosial itu, mendesak semua pihak untuk sungguh-sungguh mencari jalan meretas perdamaian sejati di Indonesia. Memang, ihwal konflik sosial di Indonesia tidak bisa serta-merta dicarikan kambing hitam. Namun, setidaknya diskusi Romo Banar dan kawan-kawan dapat menjadi satu rujukan penting. Sebagai bangsa, kita memerlukan pendidikan perdamaian. Persoalannya, pada sistem pendidikan Indonesia dari aras paling rendah sampai perguruan tinggi, tidak mencakup kurikulum yang secara serius dan terencana menggagas sebuah pendidikan perdamaian. Pendidikan perdamaian dapat dilakukan secara formal (masuk kurikulum). Secara informal, pendidikan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, camping perdamaian bagi siswa/mahasiswa dengan latar agama, suku, dan pendidikan yang beragam. Pendidikan perdamian dapat menjadi ajang diskusi. Pendidikan ini dapat dirancang semacam dialog faith meets faith, yakni, orang dengan suku dan agama yang berbeda duduk bersama dan membicarakan titik temu dari berbagai perbedaan. Namun, titik temu tersebut tidak perlu dipaksakan bila ternyata tidak terjadi konvergensi karena tujuan utama dialog adalah saling memahami perbedaan. Bentuk lainnya adalah aksi bersama. Pada aras yang kecil, aksi bersama memungkinkan mereka lebih banyak berintereaksi dan melahirkan solidaritas yang kuat. Selain itu, kegiatan karitatif, seperti membersihkan rumah-rumah ibadah secara bersamaan, juga dilakukan dalam rangka menumbuhkan penghargaan terhadap perbedaan.
Pendidikan perdamaian hanya sebuah contoh kecil dari upaya membangun pintu masuk bagi perbedaan dalam rangka menghadirkan sebuah perdamaian Indonesia yang luhur. Kita berharap, pendidikan akan melahirkan generasi baru Indonesia yang mampu mengafirmasi perbedaan secara positif dan melihat sesamanya secara par cum pari (setara). Semoga. Pengajar pada Fakultas Teologi UKSW Aktif di Forum Antar Iman Salatiga untuk Solidaritas Sosial (FAISSAL)
Ralat:
Endang Dwi Wahyuni, M.Pd
Pada Rubrik Pendidikan, Vol. 1 No. 5, November 2007 terdapat kesalahan Foto dan Tulisan. Pada edisi tersebut tertulis: Penulis adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga dan Dosen UKSW Salatiga “Endang DW, WLPd” yang benar adalah: Endang Dwi Wahyuni, M.Pd Guru SMP Negeri 7 Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
21
KUESIONER Pembaca Hati Beriman yang budiman, Redaksi Hati Beriman mengharapkan partisipasi pembaca untuk mengisi kuesioner di bawah ini karena kami sangat membutuhkan kontribusi pemikiran yang kritis, rasional, serta obyektif dari para pembaca. Kuesioner ini akan sangat bermanfaat bagi pengelola Hati Beriman untuk meningkatkan kinerja dan kualitas Hati Beriman. Untuk mengisi kuesioner ini, pembaca dapat memberi lingkaran pada opsi a, b, c, atau d dengan memberi keterangan di kolom yang tersedia. Kuesioner yang sudah diisi dikirimkan ke Redaksi Hati Beriman, dengan alamat Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga, Jalan Letjen Sukowati Nomor 51 Salatiga. Atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, Redaksi Hati Beriman mengucapkan terima kasih. NAMA : ALAMAT : NOMOR TELP.: 1.
Apa yang Anda lakukan pada kali pertama setelah menerima Hati Beriman? a. Membaca hingga tuntas. b. Menyimpan tapi malas membaca. c. Memasukkan ke tong sampah. d. Lainnya (.......................................)
2.
Setelah menerima Hati Beriman, rubrik apakah yang pertama kali Anda lihat atau baca? a. Laporan Utama b. Artikel b. Opini d. Lainnya ( ...................................... )
3.
Rubrik Hati Beriman apa yang paling Anda sukai? a. Laporan Utama b. Lintas Kota c. TTS d. Lainnya (.......................................)
4.
Rubrik Hati Beriman apa yang tidak Anda sukai? a. Opini b. Legenda c. Artikel d. Lainnya (.......................................)
5.
Bagaimana komentar Anda tentang isi tulisan di Hati Beriman? a. Enak dibaca dan mudah dipahami. b. Menjemukan dan sulit dipahami. c. Sedang-sedang saja. d. Lainnya (.......................................)
6.
Bagaimana komentar Anda tentang angle (tema) tulisan Hati Beriman? a. Menarik b. Tidak menarik c. Kurang aktual d. Lainnya (.......................................)
7.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai tata letak (layout) Hati Beriman? a. Bagus dan menarik b. Amburadul c. Sedang-sedang saja d. Lainnya (........................................)
8.
Apakah Anda menerima Hati Beriman secara rutin tiap dua bulan sekali? a. Benar b. Tidak c. Kadang-kadang d. Lainnya (........................................)
9.
Apakah Anda setuju jika Hati Beriman tetap terbit rutin dua bulan sekali? a. Setuju b. Tidak Setuju c. Terserah d. Lainnya (........................................)
10. Apakah Anda selama ini menerima Hati Beriman secara gratis? a. Benar b. Salah c. Kadang-kadang d. Lainnya (........................................) 11. Bagaimana jika pelanggan Hati Beriman dipungut biaya sebagai kontribusi untuk operasional redaksi? a. Setuju b. Tidak Setuju c. Pikir-pikir d. Lainnya (........................................) 12. Jika setuju, berapakah kira-kira biaya yang terjangkau? a. Rp 5.000,00 b. Rp 4.000,00 c. Rp 6.000,00 d. Lainnya (.........................................) 13. Saran, masukan dan kritik lainnya demi kemajuan Majalah Hati Beriman. ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... -Terima Kasih-
Artikel
Qurban adalah Dekat Oleh: Prof. Dr. Muh Zuhri, M.A. ” Orang yang membeli hewan kurban dengan dana yang diambilkan dari pos taktis tertentu di kantornya, misalnya, bukan dari sakunya sendiri, tidak memperoleh makna hakiki dari qurban yang diperintahkan agama”. ” Orang bisa merasakan dan menikmati makna hidupnya bila ia punya kontribusi di tengah-tengah masyarakat ”. Prof. Dr. Muh Zuhri, M.A
K
orban dalam konteks: "…aku yang menjadi korban," berarti musibah atau kecelakaan. Orang yang berkorban merasa keberatan dan dirugikan karena kehilangan sesuatu. Pendeknya, korban adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Ini berbeda dengan istilah qurban dalam agama Islam. Kata qurban seakar dengan aqrab (kemudian dibaca akrab), qarib, dan taqarru, yang berarti dekat atau mendekat, tidak berkaitan dengan kesusahan bagi yang berkorban. Dari sinilah muncul istilah karib dan akrab. Qurban dilaksanakan pada Hari Raya Haji di bulan Zulhijjah. Hari raya ini juga disebut Idul Adha. Adha berarti menyembelih, sehingga Idul Adha berarti hari raya menyembelih ternak. Karena hewan ternak menjadi sarana mendekatkan, maka hewan tersebut disebut hewan qurban dan hari rayanya disebut Idul Qurban. Baik ibadah haji maupun menyembelih ternak tidak bertujuan lain kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah, Sang Pencipta, sekaligus dekat dengan makhlukNya. Orang mustahil dapat dekat kepada Allah tetapi jauh dengan sesama. Dekat kepada sesama merupakan syarat mutlak untuk dekat kepada Allah. Dekat atau aqrab dengan orang lain berarti menjalin hubungan yang saling menyenangkan. Sarana mendekat kepada pihak lain yang paling nyata adalah melepaskan sebagian miliknya untuk dimanfaatkan dan menyenangkan orang lain. Lantas, apa yang harus dikurbankan? Bila berupa materi, maka benda kurban adalah sesuatu yang masih disenangi pemiliknya lalu diberikan kepada orang lain. Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail, puteranya, menunjukkan bahwa benda yang dikurbankan adalah sesuatu yang amat disayangi. Karena perintah ini dilaksanakan, Allah menukar Ismail dengan hewan kibas sehingga Ismail tidak jadi disembelih. Dari kisah ini, dapat dipetik pelajaran bahwa orang yang berkurban akan memetik buahnya di dunia
24
ini juga, terlebih-lebih di akhirat kelak. Dalam al Quran, Allah berfirman, ”Kalian tidak mendapatkan kebaikan bila tidak menginfakkan sesuatu yang kalian senangi.” Artinya, melepaskan sesuatu yang tidak kita senangi, katakanlah barang bekas pantas pakai, bukan termasuk kebaikan ideal seperti disebutkan dalam al Quran. Oleh karena itu, hewan yang diqurbankan adalah hewan yang besar, sudah berumur, tidak cacat, badannya segar, dan bulunya bagus sebagai indikasi sehat. Mengapa menyembelih ternak di hari raya ini disebut berkurban? Tak diragukan lagi bahwa menyembelih ternak berarti melepaskan sebagian milik yang berupa hewan ternak, seperti kambing atau lembu, untuk dinikmati oleh masyarakat sekitar. Adalah manusiawi bahwa aktifitas semacam ini dapat meningkatkan hubungan dekat antara pihak yang melepaskan dengan yang menerima ternak yang disembelih itu. Pergaulan yang tadinya biasa-biasa saja, dengan komunikasi memberi-menerima seperti ini, menjadi semakin dekat dan dapat ditindaklanjuti dengan berbagai bentuk kerja sama yang pada gilirannya mampu menjauhkan diri dari prasangka buruk, apalagi konflik. Orang yang berkurban adalah orang yang peduli dan toleran terhadap orang lain. Orang yang berkurban dapat dipastikan terhindar dari egoisme, sebuah sifat yang menjauhkan diri dari orang sekitar. Sebaliknya, orang yang selalu menjadikan orang lain sebagai kurbannya adalah egois sejati. Yang terpikir hanya apa yang akan diperoleh bukan apa yang akan dikurbankan. Harta untuk berkurban juga bukan sembarang harta. Orang yang membeli hewan kurban dengan dana yang diambilkan dari pos taktis tertentu di kantornya, misalnya, bukan dari sakunya sendiri, tidak memperoleh makna hakiki dari qurban yang
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Qurban mendekatkan umat dengan sesamanya
diperintahkan agama. Ia hanya memperoleh ritual formal belaka. Begitu juga, orang yang menyembelih hewan kurban di Idul Adha tetapi tidak bertambah dekat dengan orang lain. Boleh jadi, ia berkurban sekadar menunjukkan keangkuhannya, bukan atas dasar ketulusan, bukan pula atas dasar ibadah. Meski kurban sudah membudaya, kita masih dapat menemukan sejumlah orang yang merasa senang mendapatkan penghargaan berupa berbagai fasilitas. Bahkan, tidak jarang, orang merasa bangga bila dikenal sebagai penimbun harta, meskipun harta itu diperoleh dengan cara yang tidak benar. Orang seperti ini kita sebut benalu dan kanker masyarakat, yang setiap saat selalu menggerogoti tubuh hingga akhirnya masyarakat jatuh terpuruk dalam kesulitan ekonomi yang berkepanjangan. Padahal, hidup terasa nikmat apabila dimaknai secara benar. Orang bisa merasakan dan menikmati makna hidupnya bila ia punya kontribusi di tengahtengah masyarakat. Karenanya, ia akan merasa senang bila dapat meringankan beban orang lain. Inilah orang
yang dekat (dalam bahasa agama disebut qarib/qurban) dengan sesama sekaligus dekat dengan Sang Pencipta. Sahabat karib adalah sahabat yang mau berkurban bagi sahabatnya. Diragukan kekaribannya bila seseorang tidak mau berkurban untuk sahabatnya. Orang yang benar-benar berkurban telah membangun citra dirinya, baik di mata masyarakat maupun di hadapan Allah. Suatu saat, ia akan mendapat balasan dan memetik buahnya. Ketika pada saatnya ia membutuhkan simpati dan dukungan masyarakat, maka mereka tidak segan-segan membalas kebaikannya. Dengan kata lain, ia dekat dan akrab dengan masyarakatnya. Itulah yang dalam bahasa agama disebut qurban yang berarti dekat.
Penulis adalah: Guru Besar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
25
Kesehatan
Berantas Telur Nyamuk
Dengan Air Panas
Makanan yang aman kita makan
dr. Erritrina
S
elama ini, Aedes aegypty dikenal sebagai nyamuk pembawa parasit demam berdarah. Tetapi, di tahun 2007 ini terdapat kasus yang mengagetkan Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kota Salatiga, ditemukan telur nyamuk yang sudah mengidap virus demam berdarah. Ditemui barubaru ini, dr. Erritrina Whisma, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dr. Suryaningsih, memaparkan temuan yang belum dipublikasikan tersebut. “Benar bahwa BBPVRP Kota Salatiga mendapati adanya telur nyamuk yang sudah terjangkiti virus
26
demam berdarah (DB), tahun ini,” papar Erritrina yang dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan. Daerah yang diteliti pada waktu itu adalah Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Wilayah ini dipilih karena kelurahan tersebut memiliki angka kasus penderita DB paling tinggi di Kota Salatiga. “Tahun 2007, kasus demam berdarah di Kota Salatiga cukup tingi, bahkan bisa dikatakan terjadi ledakan,” kata Kepala Dinas Kesehatan. Pasalnya, tahun sebelumnya, kasus demam berdarah hanya berjumlah 57 kasus. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan drastis, yakni 157 kasus. Adanya telur nyamuk yang sudah terjangkiti virus DB mengindikasikan perbedaan pola penyebaran penyakit tersebut dengan yang terjadi sebelumnya.
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Wajarnya, penyakit ini disebarkan oleh nyamuk dewasa yang menggigit penderita DB kemudian menggigit orang lain. Dari peristiwa ini, nyamuk menularkan virusnya. ”Dulu, nyamuk DB hanya bisa menularkan virus dari satu penderita ke calon penderita yang lain. Dengan kata lain, virus DB hanya bisa Dra. Widiarti, M. Kes ditularkan oleh nyamuk dewasa,” jelas Erritrina. Namun, sekarang berbeda. Karena, telur nyamuk ada yang mengandung virus. Artinya, setelah menetas dan dewasa, nyamuk bisa langsung menularkan virus DB. Jadi, tanpa harus menggigit penderita DB, dia sudah mampu menjadi penyebab penderita DB. Nyamuk penyebar virus DB bisa dikatakan sebagai nyamuk elit atau rumahan. Nyamuk ini hanya mau bertelur di genangan air yang bersih. Di genangan air kotor, atau air yang mengalir lancar, dia enggan bertelur. “Nyamuk Aedes aegypty hanya mau hidup di tempat yang bersih seperti rumah,” ungkap Erritrina. Selain itu, Aedes aegypty adalah nyamuk yang istimewa karena pola hidup dan reproduksinya berbeda dengan nyamuk biasa. Kalau nyamuk biasa bisa bertelur di setiap genangan air, maka nyamuk ini tidak demikian. Jika air bersinggungan langsung dengan tanah, Aedes aegypti tidak mau bertelur. ”Nyamuk ini juga tidak menyukai bau yang tidak enak. Maka, comberan juga bukan tempat mereka,” tambah dr. Suryaningsih. Nyamuk penyebar DB juga memiliki pola makan khusus. Biasanya, mereka menggigit manusia pada pagi hari antara pukul 10.00-12.00. Sedangkan pada sore hari, mereka menggigit pada pukul 13.00-16.00. Selama ini, foging (penyemprotan nyamuk dan sarangnya dengan asap dicampur pestisida khusus) telah dilaksanakan. Tetapi, masih saja terdapat kasus penderita DB. Hal tersebut karena nyamuk bisa pergi ke tempat lain selama ada foging di suatu daerah. Kepindahan inilah yang mengakibatkan pergantian wilayah penderita DB. “Seharusnya, nyamuk bisa mati terhadap semprotan asap yang diberi pestisida tersebut,” kata Erritrina. Perlu diketahui, pestisida jenis ini tidak berbahaya bagi manusia karena pestisida ini khusus dan hanya mampu membunuh nyamuk. Namun beberapa kasus, selain nyamuk bisa kabur, mereka juga ada yang sudah kebal. Jadi, meskipun sudah terkena semprotan mereka mampu bertahan hidup dan tetap bisa menularkan penyakit. Oleh karena itu, Kepala Dinas Kesehatan berharap, masyarakat tidak hanya menunggu dilakukannya foging di tempat mereka tinggal. Seyogyanya, masyarakat ikut berperan aktif dalam memberantas sarang nyamuk. Lantas, bagaimanakah solusi yang tepat? “Solusi yang tepat adalah memotong mata rantai
perkembangbiakan nyamuk tersebut,” kata Erritrina. Telur nyamuk ini menetas antara 7-10 hari. Maka kita harus menguras bak kamar mandi dan tempat-tempat air bersih, yang tergenang di rumah kita, minimal 1 minggu sekali. Jika kita rajin melakukannya, dalam kurun waktu tersebut perkembangbiakan nyamuk akan terhambat. Kepala Dinas menambahkan, pada prinsipnya, foging hanya dilakukan jika terjadi kasus penderita di suatu daerah. Jadi, apakah kita akan membiarkan diri kita terkena DB dahulu baru di-foging? Sikap yang konkret adalah menjalankan 3M, yakni menguras, mengubur, dan menutup sarang nyamuk. Melalui peran Dasa Wisma dan PKK, program ini dapat berjalan dengan baik. Program Jumat bersih dan kerja bakti juga sangat besar manfaatnya bagi pencegahan penyakit DB. Dalam kesempatan yang berbeda, di BBPVRP, Dra. Widiarti, M. Kes sebagai Peneliti Madya yang telah diberi wewenang Kepala BBPVRP DR. Damar Tribuewono, MS yang juga Peneliti Madya, menegaskan bahwa tanpa peran serta masyarakat, kita tidak akan bebas dari DB. “Anggapan masyarakat selama ini bahwa demam yang menurun pada penderita DB berarti aman dan akan sembuh adalah salah,” ungkapnya. Justru, ketika suhu turun itulah saat-saat yang kritis. Oleh karena itu, jika muncul gejala-gejala demam berdarah, segeralah ke dokter. Selain itu, sebaiknya tidak berpindah-pindah dokter. Jika berpindah dokter, pendeteksian harus dilakukan dari awal lagi karena dokter tidak tahu riwayat penyakit penderita sebenarnya. “Peristiwa sudah tekandungnya virus dalam telur nyamuk disebut trans ovarial, karena nyamuk dewasa menularkan virus kepada telur yang akan di keluarkan,” tambah Widiarti. Fenomena tersebut ternyata tidak baru. Di luar negeri, sudah pernah ditemukan penularan virus dari induk nyamuk kepada telurnya. “Bedanya, di Indonesia, kita mendapati kasus telur terjangkit virus ini dari lapangan. Sedangkan di luar negeri, telur diperoleh melalui penelitian terhadap nyamuk yang disengaja diberi virus,” ungkap peneliti berjenjang eselon II ini. Di Kelurahan Kutowinangun telah ditemukan dua tempat berdiamnya telur bervirus DB. “Kebetulan saya sendiri yang meneliti kasus ini. Ternyata, dari hasil penelitian saya, telur nyamuk menetas dalam waktu 10 hari,” papar Widiarti. Daerah lain yang juga menemui kasus serupa adalah Karanganyar dengan 25 kasus (ini yang terbanyak). Selain itu, Tegal, Pati, Purwodadi, Kendal dan yang berbahaya adalah yang ditemukan di Semarang. Menurut Widarti, di kota lunpia ini, nyamuk jenis lain (Aedes albopictus) bisa menularkan virus DB. Sebagaimana pakar kesehatan yang lain, Widarti juga menyarankan pelaksanaan program PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara sungguhsungguh. Dalam menguras bak mandi dan penampungan air lainnya, seyogyianya menggunakan dan disiram dengan air panas. Penyiraman dengan air panas ini untuk mengantisipasi sifat telur yang mampu bertahan di tempat kering selama enam bulan. Widarti menambahkan, nyamuk jenis ini tidak suka terhadap sinar matahari. Hidupnya di rumah, utamanya di tempattempat gelap seperti kolong atau lemari. Dia juga menempel di baju kotor berwarna gelap.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
27
Budaya
Musik Keroncong Cermin Luhur Budaya Bangsa Oleh: Pak Dhe Wi
Juara nyanyi Keroncong: Pelajar se-Kota Salatiga yang masih mencintai musik Keroncong.
A
lunan keroncong dan stambul yang tergusur musik pop di Republik Indonesia kini dapat dinikmati sepanjang malam hingga dinihari di Johor, Malaysia. Itulah ironi di negeri kaya budaya, Republik Indonesia. (Kompas, 3/12). Di Indonesia, perhatian generasi muda terhadap kebudayaan lokal sangat minimal dan justru berkembang di negeri jiran. Apakah ini kesalahan generasi muda semata? Tentu saja tidak. Fenomena ini juga berawal dari kesalahan orang tua yang tidak mampu mendidik dan membina generasi mudanya. Kalau orang tua, sebagai pengambil keputusan, sibuk mengurus perutnya sendiri, sibuk dengan acara perebutan kekuasaan, dan sibuk menganggap dirinya sebagai yang paling benar dalam setiap perdebatan, mereka tidak akan sempat memberi perhatian kepada seni budaya. Padahal, seni budaya merupakan cerminan dari ekspresi jiwa yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam, melewati batas ruang dan waktu. Seni budaya berpihak kepada nurani, budi pekerti, dan akal sehat. Jadi, tak mengherankan kalau di negeri jiran, yang tingkat kemakmurannya berlebih, dapat
28
meresapi seni budaya keroncong itu dengan nikmat. Sejak pukul 22.00 waktu Johor, Radio Johor Best 104 milik Pemerintah Negara Bagian mengudarakan musik keroncong secara khusus. Keroncong dan stambul Indonesia mengudara hingga pukul 02.00 waktu setempat tanpa boleh diselingi secuil pun iklan. Pemerintah setempat melalui Yayasan Warisan Johor (Johor Heritage Foundation) mendukung tumbuhnya kelompok seni keroncong dan gamelan di seluruh distrik di Johor. Hebatnya, siaran khusus keroncong dilaksanakan atas perintah Sultan Johor. Seharusnya, indikasi ini menjadi sinyalemen bagi kita, Bangsa Indonesia, untuk melestarikan dan nguriuri budaya sendiri. Kalau tidak, akan banyak budaya kita yang mungkin bernasib sama seperti kesenian Reog Ponorogo atau lagu Rasa Sayange yang diklaim Malaysia sebagai miliknya sebagai sarana promosi wisata. Gamelan Jawa masuk Johor, untuk pertama kalinya, melalui Kerajaan Lingga, yaitu pada abad ke-18. Selanjutnya, imigran Jawa membawa berbagai seni budaya seperti kuda lumping, wayang orang, dan terakhir, yang kini sedang berkembang pesat di sana,
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
adalah musik keroncong. Banyak lagu keroncong yang kini sudah tidak pernah terdengar di Indonesia, justru sering dimainkan di Johor. Salah satu kelompok keroncong yang baik berasal dari Distrik Batu Pahat yang dilatih oleh Edie Guntoro, seorang musisi keroncong asal Semarang, Jawa Tengah. Perkembangan musik Indonesia di Malaysia tidak lepas dari misi budaya pascakonfrontasi. Sejak muhibah budaya pada tahun 1968 yang teru berlanjut hingga kini, berbagai kesenian Indonesia diadaptasi oleh masyarakat Malaysia. Sebagai contoh adalah lagu Rasa Sayange. Lagu ini, sejatinya, diajarkan oleh guru Indonesia yang dulu mengajar di sekolah-sekolah di Malaysia. Demikian pula musik angklung yang mulai dikenal masyarakat Malaysia pada tahun 1973 dan diserap sebagai budaya lokal di sana. Dinamika gamelan dan musik keroncong di negeri jiran adalah ironi bagi kita di Indonesia Tengoklah sepinya gedung wayang orang di Indonesia yang tidak ada penontonnya. Tengok pula sepinya para pembina kebudayaan dalam menggagas lomba keroncong sampai ke tingkat nasional. Menyadari fakta yang seperti ini, jangan-jangan, kelak, kita harus ke Johor untuk sekadar menikmati keroncong dan gending Jawa. Sejarah Musik Keroncong Sejarah keroncong di Indonesia tidak terlepas dari kehadiran Kroncong Toegoe di Kampung Tugu, Plumpang, Semper, Jakarta Utara.Generasi muda kelompok ini dimotori oleh Andre Juan Michiels. Kehadiran musik ini berawal dari jatuhnya Malaka dari Portugis ke tangan Belanda pada tahun 1648. Orangorang Portugis pada umumnya adalah tentara keturunan berkulit hitam yang berasal dari Bengali, Malabar, dan Goa. Mereka adalah tawanan Belanda dan dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta). Sekitar tahun 1661, mereka dibebaskan, lalu bermukim di rawa-rawa sekitar Cilincing yang kemudia disebut Kampoeng Toegoe. Di kampung ini, kaum yang baru saja dibebaskan itu membangun komunitas dengan pekerjaan pokok bertani, berburu, dan mencari ikan. Di kala senggang, mereka mengisi waktunya dengan bermain musik. Dengan peralatan sederhana berupa alat musik petik mirip gitar kecil berdawai lima atau yang biasa disebut rajao, mereka bernyanyi dengan gembira. Alat ini kemudian dimainkan bersama biola, gitar, rebana, dan seruling. Musik ini banyak penggemar dan disukai orang dan terus berkembang dari namanya moresco hingga berubah nama menjadi keroncong pada awal abad ke-19. Ya, karena musiknya yang terdengar seperti berbunyi creng...crong...inilah musik ini dinamai keroncong. Keroncong Progresif Mengapa musik keroncong jarang dilirik anak muda sekarang? Apakah karena musiknya membuat kantuk bagi yang mendengarkan? Sebenarnya, tidak demikian. Tergantung kepada bagaimana kita menyikapinya. Yang jelas, musik keroncong jarang dilirik karena musik ini tidak dikembangkan, utamanya membuat keroncong berkembang secara progresif seperti Cong Rock-nya anak-anak Untag, Semarang, yan g samp ai sekaran g masih eksis d alam
menyuguhkan lagu-lagu Indonesia maupun barat dengan ritme cepat dan rancak. Mereka mampu membawakan lagu-lagu Deep Purple dan Nat King Cole tanpa masalah meskipun dalam irama keroncong nan rancak. Penyanyinya juga tidak perlu berdiri kaku seperti patung. Komunikasi dengan penonton pun tak harus formal, namun tetap santun, ramah, dan akrab. Memang, jiwa keroncong tidak meledak-ledak seperti musik rock. Intro dan coda bisa dibuat progresif, tetapi pokok komposisi tetap irama keroncong asli sehingga tidak keluar dari pakem. Ya, karena jiwa keroncong memang halus dan sabar. Meskipun demikian, keroncong juga membawa semangat cinta tanah air, optimisme, dan gairah hidup. Gebyar Keroncong Sejauh ini, yang masih eksis mengibarkan bendera keroncong adalah TVRI pada setiap Senin, pukul 21.30 WIB selepas Dunia Dalam Berita. Tokoh dan penggemar keroncong bisa dikatakan tumplek blek menikmati acara tersebut. Ajang lainnya adalah mailing list. Bagi penggemar keroncong di seluruh Indonesia yang ingin bergabung dengan komunitas penikmat keroncong dapat mendaftarkan diri dengan mengirimkan e-mail kosong ke
[email protected]. Perkembangan ini sangat menggembirakan karena pehobi da n penikmat keroncong ini membentuk komunitas yang terdiri atas anak-anak muda dari berbagai profesi. Di Salatiga sendiri, sebagai upaya mengembangkan kecintaan kepada musik keroncong di kalangan generasi muda, pada 25 November 2007 lalu diselenggarakan Lomba Nyanyi Keroncong Pelajar seKota Salatiga oleh Dinas Pariwisata Seni Budaya dan Olah raga. Sebagai juara pertama sampai keempat untuk kategori putri, berturut-turut adalah Glora Jayanti (SMPN 2 Salatiga), Anisa Yuma Pradita (SDN Sidorejo Lor 2, Salatiga), Rebeca Andari (SMPN 2 Salatiga), dan Grace Anggelina (SMAN 3 Salatiga). Sedangkan juara pertama hingga keempat untuk kategori putra, berturut-turut adalah M. Sukandi (SMK PGRI Salatiga), Ign. Paundra (SMP Stella Salatiga), Kristianto (SMK Pelita Salatiga), dan Andika (SMAN 3 Salatiga). Yang belum turut mengibarkan dan nguri-uri budaya asli Indonesia adalah stasiun televisi swasta. Dari sekian banyaknya stasiun televisi swasta, belum ada satu pun yang memiliki program musik keroncong. Padahal, berbagai stasiun itu sudah menyiarkan musik dangdut dan pop lengkap dengan berbagai model lombanya. Jadi, jangan salahkan Malaysia jika mereka mengaku memiliki musik keroncong. Semua adalah salah kita sendiri yang tidak mampu mengembangkan dan menjaga aset budaya milik bangsa. Mungkin semua itu karena seni budaya telah tertutup oleh hingar bingar isu politik, hukum, dan ekonomi yang sedang melanda bangsa ini. Padahal, banyak sekali yang bisa kita perbuat melalui musik sehingga orang beranggapan musik sebagai pendidikan humanis, berpikir logis, cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati...creng..crong.... crong ....crong....
Penulis adalah: Pengamat Seni Tinggal di Perum Domas Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
29
Kiprah
Suara Salatiga
”Dalam Radio”
Seorang karyawan Bang Udin sedang mengopen roti bakar.
Radio Suara Salatiga FM, bukan sekedar radio Pemkot.
R
adio. Kata itu sangat akrab di telinga dan tertanam di alam bawah sadar kita. Jika mendengarnya, secara otomatis terbayang di benak kita, benda elektronik yang dapat mengeluarkan suara. Bila membayangkan dapur siaran, maka terlintas dalam pikiran kita, ada seorang, atau lebih, sedang asik berbicara di depan mikrofon. Bahkan ada pula yang tertawa sendirian tanpa sebab demi membuat suasana siaran lebih hidup. Kiprah media elektronik yang satu ini tentunya tidak disangsikan lagi. Berikut adalah tulisan tentang manager Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD Suara Salatiga), atau yang sekarang ini lebih akrab dengan nama SS FM, Boaz Rudi Martiama, mengenai peran stasiun yang dikelolanya di tengah masyarakat. Boaz, panggilan akrabnya, sangat berpengalaman dalam dunia yang satu ini. Sejak lulus SMA pada tahun 1983, Boaz sudah memasuki dunia siaran. Bahkan pada tahun 1989-1993, bersama tiga temannya, Boaz menjadi pengelola LPPI (lembaga penyiaran publik Indonesia) Cabang Semarang. Tahun 2004, barulah Boaz masuk di RSPD Salatiga sebagai pengelola iklan. Di tahun berikutnya, Radio Pemerintah Kota Salatiga ini berubah gelombang siaran
30
dari AM ke FM. Pada tahun tersebut, nama RSPD ditambah dengan RSPD Suara Salatiga FM. Terjadi pula perombakan sarana penunjang serta terdapat seorang investor yang menambah sumber daya manusianya, demikian pula peningkatan pendapatan para pekerjanya. Nama Suara Salatiga diberikan supaya pendengarnya semakin bervariasi. Sehingga, asumsi bahwa RSPD merupakan radio Pemkot dapat dikurangi. Dengan demikian, dari segi bisnis radio ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi, karena promosi ke luar daerah juga semakin gencar. “Efek penambahan nama jauh lebih marketable, gaungnya jauh lebih luas, sehingga masyarakat Salatiga lebih akrab. Semakin lama, SS juga berjejaring dengan 32 RSPD se-Jawa Tengah di bawah RRI. Selain itu, SS pun berjejaring dengan radio Neidherland Belanda yang memiliki komunitas di 98 radio Indonesia,” terangnya. Persaingan dunia radio yang sangat ketat memacu semangat pengelola untuk lebih agresif. Dengan terjalinnya berbagai relasi tersebut, SS mampu menghidupi para pekerjanya serta memberikan setoran pendapatan asli daerah (PAD) Kota Salatiga. “Menyiasati tingkat kompetisi yang sangat tinggi tersebut, selain
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
menjalin hubungan dengan berbagai stasiun radio, SS juga giat menjalin hubungan dengan berbagai pihak dan komunitas. Kami menginformasikan kegiatan dan produk mereka, dengan demikian mereka juga sebaliknya menginformasikan keberadaan dan eksistensi SS kepada pihak-pihak lain yang menghasilkan kerja sama baru,” tambah Boaz. Kerja sama SS juga terjalin akrab dengan berbagai media cetak. Dengan begitu eksistensi SS di tengah masyarakat semakin diakui dan jangkauan pendengannya semakin luas. “Manfaat dari berbagai kerja sama menimbulkan coverage atau jangkauan siaran meluas, sehingga informasi yang kita berikan kepada masyarakat bisa dirasakan. SS tidak hanya di dengar di Salatiga namun sampai juga di telinga para pendengar luar daerah yang jauh seperti Kota Demak dan Purwodadi. Dengan demikian efektifitas kerja sama dengan SS tercipta. Dari segi biaya kami juga sangat efisien (lebih murah dibandingkan dengan media lain seperti media cetak dan televisi)”, ungkap Boaz. Di tahun 2007, titik berat SS dalam program siaran adalah mencakup beberapa sektor yaitu: bidang pendidikan, kebudayaan, olah raga, pengembangan pemuda dan remaja, peningkatan kesejahteraan Usaha Kecil Mandiri (UKM) dan pemerinthan. Pertama, pada sektor pendidikan SS FM sangat intensif menanamkan dan mengajak meningkatkan minat baca masyarakat Salatiga pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. SS FM dalam setiap pergantian jam siaran selalu ada himbauan untuk membaca yaitu, “Dengan membaca kita jadi tahu banyak, dengan membaca kita tahu banyak, karena membaca adalah jendela informasi dunia”. Ajakan tersebut sangat akrab di kalangan pendengar SS FM. Hal tersebut terus dilakukan dengan maksud untuk memotivasi masyarakat agar terus membaca dan terus menambah ilmu, membekali diri dengan membaca. Program riil yang disiarkan misalnya Warti (warta terkini). Ada beberapa bagian dalam siaran dengan mendatangkan narasumber yang benar-benar mumpuni untuk memberikan motivasi kepada masyarakat agar gemar membaca. Program ini diadakan khususnya pada Jum'at pagi pukul 07.00-08.00 WIB. Selain itu, SS FM juga menyajikan informasiinformasi terkini yang dirangkum dari media cetak seperti Koran dan majalah dan juga internet, mengenai kejadiankejadian baru yang ada di Salatiga, Indonesia, bahkan dunia. Kedua, SS FM turut serta dalam melestarikan kebudayaan lokal Salatiga. Wujud dari program ini adalah dengan mengajak masyarakat khususnya pemuda untuk berperan lagi dalam melestarikan budaya karena kebanyakan budaya lokal juga merupakan aset wisata di Salatiga. SS FM dalam hal ini menggelar berbagai event, di antaranya mengadakan lomba tari Jawa, parade kerocong, dan pagelaran wayang kulit. SS FM dalam waktu dekat ini juga sedang mengagas parade wayang bocah (dalang cilik) dan cokekan (permainan seperangkat gamelan sederhana yang digunakan untuk mengisi acara manten. Dalam siarannya SS FM juga menyajikan siaran langsung keroncong, cokekan, dan wayang kulit. Selain sebagai refresing masyarakat juga untuk mengingatkan
Kepala Kantor INKOM bersama penyiar Radio SS FM.
kembali bahwa budaya lokal jangan sampai hilang sehingga diakui oleh bangsa lain. Ketiga, di bidang olah raga, SS FM menyahuti ajakan Walikota Salatiga untuk menjadikan Salatiga sebagai Kota Olah raga. Pihak SS FM turut serta dalam berbagai cabang olah raga seperti Catur, Studio SS FM sebgai home base atau untuk latihan dan try out bagi para pecatur. “Hasilnya sangat mengagumkan. Setelah satu tahun diadakan home base, para pecatur yunior Salatiga mulai berbicara di tingkal regional bahkan nasional. Seperti belum lama ini memboyong medali emas, perak dan perunggu dari kejuaraan yang diadakan di Purbalingga. Di tingkat nasional, Salatiga juga masuk dalam 10 besar” terang Boaz. Keempat, di bidang pengembangan pemuda, SS FM menggelar bermacam kegiatan yang memengakomodasi talenta mereka. Ajang yang digelar berupa lomba nyanyi, lomba dance, lomba band pelajar, dan lomba ketangkasan bersepeda motor (free style). Hal tersebut dimaksudkan untuk menggali potensi mereka serta menjauhkan mereka dari kegiatan negatif, seperti pemakaian obat terlarang dan pergaulan bebas. Kelima, pihak SS FM menjalin kerja sama dengan UKM dan koperasai untuk memberikan binaan terhadap UKM di kecamatan. “Kami juga mengadakan pasar rakyat, expo dan aktif mempromosikan produk UKM Salatiga ke daerah luar” papar Boaz. Keenam, SS FM selalu memberikan ruang seluas-luasnya kepada Pemkot Salatiga untuk menginformasikan semua rencana dan kegiatan pembangunan yang terlaksana. ”Kami selalu siap untuk memancarkan langsung sidang paripurna dewan, dialog interaktif dan siaran langsung peringatan hari besar agama,” tambah laki-laki bergaya nyentrik ini.“di Tahun depan, kami akan tetap memprioritaskan program ungulan tersebut, mengingat program tersebut telah lekat di masyarakat dan hasilnya memuaskan. Dalam prosentase acara terbagi menjadi: hiburan 50 persen, pendidikan 20 persen, berita dan informasi 20 persen, lain-lain 10 persen,” pungkasnya.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
31
Tip’s
Makanan
Khas Salatiga
Buntil Daun Singkong Bahan: 2-4 ikat daun singkong 1 ons ikan teri medan 1/2 butir kelapa tua untuk santan 1/2 butir kelapa yang masih muda Bumbu: 4 siung bawang merah 2 siung bawang putih kencur dan ketumbar secukupnya sedikit terasi Cara Membuat: 1. Untuk medapatkan hasil yang empuk, pilih daun singkong yang masih muda, terutama pada bagian pucuknya. Rebus daun singkong sampai empuk. Angkat, lalu tiriskan dan peras daun singkong.
32
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Goreng ikan teri sampai matang. Haluskan cabe merah, bawang putih, bawang merah, kencur, ketumbar, dan terasi, lalu tumis. Masukkan santan, daun singkong, parutan kelapa muda, ikan teri goreng, dan bumbu yang telah dihaluskan. Aduk semua bahan dan biarkan sampai airnya berkurang. Susun daun singkong sedemikian rupa sampai rapat, menjadi bulatan rapi dan padat. Kukus buntil selama 30 menit lalu tuangi santan dan masukkan cabai merah ke dalam buntil.
Sajikan dalam keadaan panas.
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Potensi
Gurihnya Kripik Tempe Asli Tingkir S
aat ini, kripik tempe merupakan salah satu jenis cemilan yang tidak berisiko bagi kesehatan. ”Kelak, kripik tempe ini dapat menjadi makanan ringan pengganti emping,” tutur Hari Liswidiono. Sambil mengiris tempe, pengusaha kripik tempe ini menuturkan suka duka mengelola usaha boga ini. Hari mengawali usaha ini sebagai usaha sampingan pada tahun 2000 dengan menggunakan tiga lonjor tempe sebagai bahan baku. Kripik tempe yang dihasilkan pun hanya dua kilogram per hari. Memang, saat itu, kondisi usahanya cukup menyedihkan. Dengan berkeliling Kota Salatiga sambil mengayuh s e p e d a , H a r i menawarkan makanan ringan t e r s e b u t . Beberapa produk dititipkan di warung-warung dengan pembayara n di belakang. Ber modalkan uang Rp 120.000,0 0, dalam kurun waktu 7 tahun, usaha ini ter us berkembang lebih maju. Sekarang, kripik tempe yang mampu dihasilkan usahanya adalah 33 kilogram per hari. Hari juga memiliki empat karyawan. Setiap hari, usaha kecil ini mampu membeli bahan baku dan memb
ayar honor karyawan sebanyak Rp 420.000,00. Bahkan, Hari mampu membeli sepeda motor. Dengan harga Rp 4.500,00 untuk seperempat kilogram, tak heran bila banyak pembeli yang menyerbu produk lokal ini. Tak jarang, Hari tidak mampu memenuhi jumlah permintaan. Meskipun demikian, warga Tingkir ini optimis, jika jika mesin potong sudah jadi, perusahaannya dapat memenuhi permintaan pasar. Saat Hati Beriman mengunjungi pabrik kripik tempe ini, tampak empat karyawan yang bekerja dengan hati-hati namun cekatan. Ada yang mengiris tempe hingga pipih dan tipis. Di sudut lainnya, ada yang mengolesi kripik tempe dengan bumbu dan menggorenya sampai matang. Setelah kripik tempe matang, ditiriskan supaya dingin untuk segera dikemas dengan plastik berukuran seperempat dan setengah kilogram. Untuk mendongkrak penjualan produknya, Hari mengaku melakukan promosi kecil-kecilan. Biasanya, promosi produk dilakukan melalui acara hajatan atau syukuran seseorang. Selain itu, usaha ini juga memiliki ijin sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dengan nomor 215337301154 dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Hari juga berusaha menjaga hubungan harmonis dengan berbagai relasi. Bahkan, Hari tak segan-segan menolak tawaran kerja sama yang bersifat monopoli. Hal ini pernah terjadi ketika seorang pedagang dari kota besar memesan kripik tempe sebanyakbanyaknya dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram, tetapi hanya melayani dia. ”Dengan tegas, kami menolak permintaan tersebut,” tuturnya. Hari menambahkan, para pedagang yang datang kepadanya memang hanya pesan kripik tempe yang dibungkus plastik putih karena akan dijual di kotanya dengan merk lain. Oleh karena itulah, agar tidak kehilangan pelanggan, usaha kecil ini berproduksi secara rutin setiap hari. ”Yang sangat penting namun sering diabaikan orang adalah, kita harus menerima kritik yang membangun secara lapang dada agar tahun depan, usaha kita menjadi lebih baik,”
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
33
Lintas Kota
193 Pedagang Terjaring Operasi Yustisi
S
ebanyak 193 pedagang kios Pasar Blauran, Salatiga, terjaring operasi yustisi mengenai penegakan perda pasar, pada tanggal 27 November 2007. Kebanyakan pedagang memang belum memiliki surat izin penempatan (SIP). Dari 200 kios baru yang mengambil tempat usaha di pasar tersebut sejak tahun 2005, hanya tujuh kios yang sudah memiliki SIP. Totok Sugiarto, Kasi Perijinan Dinas Pasar dan Pembinaan PKL, mengungkapkan, perkembangan dan perubahan kesibukan pasar memang cepat sekali. Semakin banyaknya jumlah pedagang di pasar membuat Dinas Pasar merasa kesulitan dalam melakukan pembinaan. Lebih-lebih, banyak pedagang yang belum memiliki SIP. Keadaan ini tak terlepas dari ulah pihak developer yang tidak menyerahkan data konkret pemilik kios. Oleh karena itulah, operasi yustisi perlu dilaksanakan. Dalam operasi tersebut, pedagang mendapat Pedagang Wajib memiliki SIP pembinaan agar mereka mengetahui kewajibannya sebagai pedagang di pasar. Dengan pembinaan ini, pedagang juga menjadi tahun dengan biaya Rp 45.000,00. tahu cara mengurus SIP tanpa melalui calo. Kepemilikan SIP ini penting Karena begitu banyaknya untuk menghindari sengketa kepemilikan kios mengingat dalam kurun waktu jumlah pedagang, Tim Yustisi yang tiga tahun saja, sudah banyak kios yang berpindah tangan. Oleh karena itu, saat operasi berlangsung berada di Dinas Pasar dan Pembinaan PKL berusaha meningkatkan kinerja untuk l o k a s i t a m p a k k e w a l a h a n meningkatkan pendapatan asli daerah melalui manajemen pasar yang baik. memberikan pembinaan. Dalam Dinas Pasar dan Pembinaan PKL juga mewajibkan aparatnya untuk operasi tersebut, pedagang yang memberikan pelayanan kepada pedagang yang mengurus ijin usahanya belum memiliki SIP mendapat surat dengan tertib dan tidak bertele-tele, tepat dan cepat. panggilan. Pada surat itu pedagang Kepemilikan kios di Pasar Blauran adalah HGB (hak guna bangunan) diminta hadir di Kantor Satpol selama 25 tahun. Jika masa berlaku HGB sudah habis, segala bangunan itu Pamong Praja Jalan Letjen Sukowati milik Pemkot Salatiga. Harga kios itu bervariasi. Kios dengan luas 3m x 4m 51, Salatiga, untuk mengurus yang lokasinya berdekatan dengan jalan berharga 35 juta, sedangkan kios administrasi pada 4 Desember yang berada di dalam pasar berharga 22 juta. Sementara, biaya pengurusan 2007.(kst) SIP untuk 3 tahun adalah Rp 145.000,00 dan dapat diperpanjang setiap tiga
Ketua RW Baru di Warak
M
inggu (16/12) lalu, masyarakat RW VI Lingkungan Warak Kelurahan Dukuh menyelenggarakan pesta demokrasi. Dengan antusias, mereka melakukan pemilihan Ketua RW. Pemilihan Ketua RW ini diikuti oleh delapan calon yang berasal dari RT 1 sampai RT 8. Mereka adalah Joko Sarwono, Tukiran, Agus Susilo, Murdiman, Keri, Panut, Lazarus, serta Mujiyono. Untuk keperluan pemungutan suara, di setiap RT tersedia satu TPS. Peserta Perhitungan suara memberikan suaranya dengan mencoblos foto calon yang ada pada kartu suara. Pemilihan yang berlangsung sejak pukul 08.00-15.00 WIB ini semakin meriah dengan pemasangan umbul-umbul. Sekitar 920 warga menggunakan hak pilihnya. Secara umum, pemungutan suara berlangsung dengan damai. Ketegangan sempat terjadi saat penghitungan suara. Pasalnya, angka yang diperoleh setiap calon saling mengejar. Penghitungan suara ini disaksikan oleh wakil calon Ketua RW dari masing-masing RT. Setelah penghitungan suara selesai, Mujiyono, calon dari RT 3, terpilih sebagai Ketua RW. Mujiyono meraih 230 suara dari 920 suara yang masuk. Pemilihan Ketua RW VI Warak ini memakan dana sebesar Rp 1,3 juta. Jumlah ini belum termasuk tambahan dana swadaya masyarakat setempat.(kst)
34
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Lintas Kota
Usia Pelajar Rawan Terkena HIV/AIDS
Demo, Pelajar Usia Rawan HIV/AIDS
R
atusan orang memadati J a l a n J e n d r a l Sudirman, Salatiga, dalam rangka memperingati hari AIDS se-dunia, 1 Desember 2007. Mereka adalah pelajar, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, dokter, serta aparatur Pemerintah Kota Salatiga. Acara yang berbetuk long march tersebut diprakarsai KPA (Komisi
Penanggulangan AIDS) Kota Salatiga. Rute aksi jalan kaki tersebut dimulai dari halaman Polres Salatiga menuju Lalan Letjen Sukowati, Jalan Jendral Sudirman, dan berakhir di halaman Mall Tamansari. “Kegiatan ini bertujuan mengingatkan masyarakat agar gencar dalam memerangi bahaya HIV/AIDS,” ungkap dr. Erritrina Whisma yang juga merupakan sekretaris KPA K o t a S a l a t i g a . Ditambahkannya, sekarang ini, Kota Salatiga berada menduduki peringkat 5 seJawa Tengah dalam jumlah penderita AIDS dan kerawanan penularannya. Long march ini dirangkai dengan pembagian pamflet tentang bahaya AIDS kepada masyarakat yang berada disepanjang jalan. Acara juga diisi dengan orasi bahaya perilaku seks bebas, serta perkenalan LSM dan ormas peduli AIDS. Di antara LSM di Salatiga yang bergelut dengan penyakit mematikan ini adalah Gesang, Tegar, Mitra Alam, Graha Mitra, Sketsa PKBI, dan Binterbusih. Tidak mau kalah, Pramuka juga mengambil peran dalam acara peringatan ini. Acara long march ini didominasi oleh para pelajar setingkat SMA. ”Ini karena jika tidak mendapat sosialisasi dan penjelasan tentang penyakit HIV/AIDS, mereka akan menjadi penyumbang terbesar sebagai penderita,” jelas Drs. Susanto, Kordinator Panitia peringatan hari AIDS se-dunia Kota Salatiga. Supaya lebih menarik, acara peringatan ini ditutup dengan penampilan beberapa grup band.(lux)
126.580 Warga Siap Bersuara
T
ahun 2008 sudah di depan mata. Sebentar lagi, pemilihan Gubernur (pilgub) Jawa Tengah akan digelar. Sudah tentu, warga Kota Salatiga tak ingin ketinggalan dalam perhelatan ini.
Untuk mendukung keinginan warga Salatiga menyampaikan aspirasinya dalam pilgub tahun depan, daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) sudah diserahkan kepada KPUD Salatiga. Data diserahkan oleh Plh. Sekda Kota Salatiga, Agus Rudiyanto, M.M., kepada Ketua KPUD Kota Salatiga KH Tamam Qaulani dan ditandai dengan penandatanganan berita acara. Dalam laporannya, Kepala Kantor Dukcapil, Darmono, S.H., menyampaikan ringkasan DP4. Yaitu, jumlah penduduk Kota Salatiga adalah 167.261 jiwa, yang terbagi menjadi 45.614 KK. Dari angka tersebut, jumlah penduduk potensial pemilih pemilu sebanyak 126.580 jiwa. “DP4 ini penting untuk mencegah dan mengurangi pemilih yang menggunakan hak suaranya lebih dari sekali,” kata Rudi. Rudi juga menyebutkan, jumlah pemilih yang palih banyak adalah penduduk Kecamatan Sidorejo, yakni 37.558 pemilih.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
35
Lintas Kota
Anak Terlantar Berpeluang Untuk Wiraswasta
P
uluhan anak terlantar di Kota Salatiga mendapatkan pembinaan dari dinas terkait. Pembinaan ini berlangsung pada tanggal 11 Desember 2007 di balai Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Hadir dalam acara tersebut adalah perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja dan Perumahan Masyarakat (Disnakertraspermas), Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana (Dinkessos KB), dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Mandiri. Dari 60 peserta yang hadir, juga terlihat orang tua yang mendampingi anak mereka yang masih kecil. Dalam sambutannya, Kepala Dinkessos KB yang diwakili Drs. Edi Susilo mengharapkan kegiatan ini dapat membantu anak-anak di Salatiga yang terlantar. ”Ini merupakan wujud kepedullian Pemkot Salatiga. Semoga adik-adik yang hadir dapat memanfaatkan acara yang telah disusun rapi oleh panitia. Ambillah manfaat dari materi yang disampaikan nantinya,” pintanya. Sementara itu, Marwoto, S.H., salah satu pembina dari Anak terlantar tekun mengikuti pelatihan Disnakertranspermas menghimbau anak-anak agar memanfaatkan program dengan bengkel-bengkel yang ada.” yang telah dicanangkan pemerintah. Di antaraprogram tersebut adalah Selain itu, pemerintah juga memberikan program pelatihan keterampilan dan pinjaman lunak bagi wiraswasta yang fasilitas peralatan, makan, serta sekedar ingin mengembangkan usaha. “Saat ini, dinas kami sedang mengadakan pelatihan montir bengkel uang ganti ongkos bagi peserta. Marwoto menambahkan, saat ini, mobil di Ngebul. Tujuannya, agar mereka yang telah mengikuti pelatihan dapat berwirausaha sendiri,” papar Marwoto. Mereka juga mendapat kiat-kiat mereka yang mengikuti pelatihan bengkel membuka usaha. ”Nah, bagi adik-adik yang berminat mengikuti pelatihan adalah lulusan sekolah menengah pertama montir dapat mendaftarkan diri tanpa dipungut biaya. Kita juga membantu (SMP) kami, tambah Marwoto.(lux) peserta pelatihan untuk mendapatkan tempat magang, melalui kerja sama
Salatiga Menghijau
S
eratus empat ribu bibit pohon ditanam di 22 kelurahan se-Salatiga. Kegiatan ini diawali upacara dengan Kapolres Salatiga, AKBP Ahmad Haydar, M.M., sebagai inspektur upacara. Upacara dilanjutkan dengan penanaman simbolis pada 28 November 2007 di RSP dr Ario Wirawan, Kelurahan Mangunsari, Salatiga. Penanaman simbolis dilakukan oleh Kapolres, diikuti Kajari dan unsure Muspida serta Muspika. Seremoni pembukaan tersebut dihadiri oleh para pejabat dari unsur Muspida, Muspika, Kodim 0714, Polres, LSM, Mahasiswa, pelajar, kelompok tani, tokoh masyarakat, organisasi pemuda, dan swasta. Dalam sambutannya, Kapolres yang dalam hal ini mewakili Walikota Salatiga, Aparat perduli penghijauan menyampaikan bahwa saat ini laju penebangan hutan di Indonesia mencapai 33 lapangan sepakbola per menit. Tentu saja, penebangan hutan ini sangat berperan dalam peningkatan pemanasan global di seluruh wilayah dunia. Kepala Dinas Pengelolaan Hidup (DPLH) Kota Salatiga Drs. Ady Suprapto, MM menjelaskan bahwa kali ini bibit pohon yang ditanam didominasi dengan pohon penghasil kayu dan buah-buahan. “Di antara ratusan ribu pohon yang ditanam adalah sengon, akasia, pule, durian, mangga, ketapang, dan beringin,” jelasnya. Selesai upacara, peserta secara serentak berhamburan ke sekeliling lokasi upacara untuk menanamkan bibit pohon yang telah disiapkan panitia. Peserta juga terlihat membawa pulang bibit buah-buahan untuk ditanam di sekitar rumah mereka masing-masing.(lux)
36
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Lintas Kota
Majelis Puasa Hijaukan Salatiga sepak bola Tingkir Salatiga. Dalam acara pembukaan, Ketua Majelis Puasa, Kyai Nastir, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Astain Mashitoh, memberikan penjelasan apa dan bagaimana organisasi yang dia pimpin bersama ketua yang lain dari masing-masing agama. “Mari kita buktikan bahwa umat beragama di Salatiga bisa bersatu dan berperan dalam menjaga kondisi yang kondusif demi pembangunan kota,” ungkap Kyai Nastir. Dalam seremoni tersebut, masing-masing perwakilan umat beragama berkesempatan menyampaikan sambutannya. Acara ini juga dihadiri oleh tamu dari Bali yang hendak menyaksikan langsung acara bersama agama yang ada di Salatiga. Kapolres Salatiga, AKBP Ahmad Haydar, M.M., melalui sambutannya, memotivasi peserta untuk senantiasa menjaga kondisi Salatiga. Menurut Kapolres, warga Salatiga harus mengambil langkah konkret dalam mengurangi efek pemanasan global. Wujud langkah tersebut adalah dengan menanam bibit pohon. Penanaman pohon dilaksanakan di sekitar makam Tingkir Lor. Acara penanaman diawali dengan pembacaan sambutan Komandan Kodim Gotong-royong menyejukkan Salatiga dengan menanam pohon. 0714 Salatiga yang dilanjutkan doa oleh Kyai ebagai upaya turut serta Tamam Qaulani. Ketua Tim Penggerak PKK, Rosa Darwanti, SH memulai mengatasi pemanasan penanaman pohon pertama kali dan diikuti oleh Muspida serta masingglobal, Majelis Pemimpin masing perwakilan umat bergama. Acara dilanjutkan dengan hiburan dan pemberian hadiah dari kupon Umat Bergama Salatiga (Puasa) yang dibagikan kepada peserta jalan sehat. Hadiah yang disediakan berupa mengadakan jalan santai dan penanaman pohon pada tanggal 14 satu unit Kulkas, dua televisi 21”, dan hadiah lain seperti magic jar, payung, Desember 2007. Kegiatan ini bekerja tape, handphone, dan jas hujan. Acara tersebut juga didukung oleh Koperasi sama dengan Yonif 411 Salatiga. Simpan Pinjam Tri Karya Salatiga Majelis Puasa adalah satu-satunya majelis pemimpin umat beragama Jalan santai dimulai dari lapangan di Indonesia. Tak salah apabila majelis ini menjadi panutan dan contoh bagi Yonif 411 dan berakhir di lapangan
S
Dana Segar Untuk Parpol
P
artai politik di Kota Salatiga dapat bernafas lega. Pasalnya, Walikota Salatiga, John M. Manopo, S.H., telah memberikan bantuan keuangan bagi partai politik (parpol) kepada Ketua DPD II Golkar Agung SH tanggal 17 Desember 2007 secara simbolis di rumah makan Banyu Bening. Penyerahan ini disaksikan Muspida dan delapan pengurus parpol. Bantuan keuangan ini dipergunakan untuk menunjang kegiatan kesekretariatan parpol. Besarnya bantuan bervariasi sesuai jumlah personil yang duduk di DPRD Kota Salatiga. Partai Golkar yang memiliki 6 kursi di DPRD memperoleh Rp 124.800.000,00, PKPI (4 kursi) mendapat Rp 83.200.000,00, PDIP (4 kursi) mendapat Rp 83.200.000,00, PKS (4 kursi) mendapat Rp 83.200.000,00, Partai Demokrat (2 kursi) mendapat Rp 41.600.000,00, PKP (2 kursi) mendapat Rp 41.600.000,00, PAN (2 kursi) mendapat Rp 41.600.000,00, dan PDS yang hanya memiliki satu kursi mendapat Rp 20.800.000,00. Total bantuan yang diberikan adalah 520 juta rupiah. Untuk pencairan dana, masing-masing Ketua Parpol menandatangani empat rangkap berita acara. Dana ditransfer kepada dewan pimpinan parpol dari Bank Jateng Cabang Salatiga. Setelah itu, dalam waktu empat bulan sejak menerima uang, yang bersangkutan memberikan laporannya kepada Walikota. Dalam sambutan pengarahannya, Walikota Salatiga menekankan agar keuangan yang sedikit ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk kegiatan parpol sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada tim pemeriksa keuangan. Selain bantuan dana, Pemkot memberikan bantuan pinjam pakai alat komunikasi untuk instansi vertikal berupa HT kepada Kodim 0714 (15 buah) dan Polres (18 buah). Bantuan ini untuk meningkatkan kamtibmas menjelang Pilgub Jawa Tengah tahun depan.(kst)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
37
Lintas Kota
Pemkot Ikut Beri Bonus
S
ambutan meriah diberikan Pemerintah Kota Salatiga kepada dua atlet asal Kota Salatiga yang mengikuti Sea Games Thailand. Mereka adalah Trianingsih atlet lari dan Dwi Ratnawati dari cabang lempar cakram. Penerimaan kedatangan kedua mereka dilaksanakan di Pendopo Pemkot pada tanggal 19 Desember 2007. Hadir dalam acara tersebut Walikota Salatiga John M Manoppo, SH, Ketua PASI Kasmun Saparaus MSi, Kepala Dinas Pariwisata dan Olah Raga Dra Diyah P, MSi dan dinas terkait. Dalam ajang olah raga tingkat Asean tersebut keduanya menyumbangkan 3 emas untuk Indonesia, dua emas oleh Trianingsih dari lari 5 km dan 10 km dan satu emas diberikan Dwi Ratnawati dari lempar cakram. Kedatangan mereka didampingi para pelatih, Alwi Mugiyono dan Bambang Siswoyo. Ke-empatnya disambut dengan diarak Terima kasih dari Pemkot salatiga untuk pahlawan Olah Raga keliling pusat kota diiringi dengan supporter dan pengendara vespa. Tepuk tangan dan teriakan diberikan warga disetiap memberikan sedikit bonus, jangan pinggir jalan. Karena banyaknya warga yang penasaran untuk melihat para dilihat isinya karena mungkin hanya cukup untuk ongkos menghilangkan atlet menyebabkan macetnya jalur pasar, Jl Jendral Sudirman. Sambutan dan ucapan terima kasih juga diberikan Walikota Salatiga lelah” tutur John dengan nada “Saya sungguh sangat bangga dan mengucapkan terima kasih kepada anak- bercanda. Bonus untuk Trianingsih anakku dan para pelatih karena telah berjuang sekuat ternaga dan kali ini sebesar 20 juta, Dwi menyumbangkan emas. Hal ini tentu saja membawa nama harum Indonesia Ratnawati 10 juta dan masingdan Salatiga di ajang internasional. Pemerintah Kota Salatiga hanya dapat masing pelatih 5 juta. (Lux)
Sinterklas Bagi Bingkisan di RSUD
D
ua puluh lima muda-mudi Gereja Mawar Saron (bekas Gedung Madya) mengadakan kunjungan malam hari ke BP RSUD Salatiga pada 5 Desember 2007. Dalam acara itu, mereka membagikan snack dan minuman bagi petugas jaga dan penunggu pasien. Acara ini merupakan bentuk kepedulian amal kasih terhadap sesama dalam rangka memperingati Hari Natal Tahun 2007. Mengawali kunjungan tersebut, para pemuda disambut oleh Humas BP.RSUD, Zaenal S.Ag. Mereka mendapat penjelasan seperlunya tentang keadaan ruangan rawat inap yang ada. Selanjutnya, rombongan berkunjung ke ruang bersalin untuk Sinterklas di RSUD Salatiga membagikan makanan ringan dan minuman. Acara pembagian bingkisan ini dilanjutkan di depan ruang Melati, Cempaka, dan Mawar . Bingkisan dibagikan kepada keluarga pasien yang sedang berjaga. Arifin, kordinator acara itu mengungkapkan, kegiatan ini merupakan spontanitas kaum muda-mudi yang sebagian besar mahasiswa. Untuk menambah semaraknya pembagian bingkisan, mereka mengenakan topi merah berbalut putih seperti sinterklas. Selain jemaat gereja yang berlokasi di Jalan Sukowati, Salatiga, itu, gereja-gereja di Salatiga pada umumnya juga melakukan amal kasih dalam rangka menyambut Hari Natal. Beberapa di antaranya mengadakan kunjungan ke panti asuhan, membagikan pakaian pantas pakai, dan membantu sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.( kst )
38
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Lintas Kota
Pengusaha Kecil Terima Sertifikasi Halal dan Bantuan Pengusaha yang turut dalam acara tersebut sebanyak 80 pengusaha kecil. “Untuk kali ini pengusaha kecil yang kami hadirkan pada acara ini baru sebanyak 80 orang. Para pengusaha yang mendapatkan sertifikasi halal sebanyak 6 pengusaha sedang sisanya mendapatkan bantuan dana bergulir” papar Kabid Perindustrian Ir. Any Badijah yang dibnarkan Kepala Disperindag Noto Oetomo SH. Selain acara pemberian sertifikasi halal dan pemberian bantuan, Disperindag juga memberikan pengetahuan tentang sertifikasi halal dan motivasi berwiraswasta. Pemateri didatangkan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Salatiga, Drs. HM Sahli Suwidi, MSi untuk Materi “Produksi Halal” dan Drs. Beny Superani Akt dari PT Phapros Semarang untuk materi “pengembangan pengusaha kecil”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan daya saing produk yang dibuat dan dipasarkan pengusaha kecil. “Tujuan dari Kegiatan dalam acara pemberian sertifikasi halal pemberian seertifikasi halal berikut adalah inas Perindustrian dan untuk tingkatkan daya saing produk dan sekaligus memberikan P e r d a g a n g a n perlindungan bagi para konsumen. Demikian pula memberikan ( D i s p e r i n d a g ) K o t a pengetahuan tentang sistem produksi yang bertanggung jawab oleh Salatiga menggelar acara pemberian konsumen” tambah Any panggilan akrabnya. Kali ini besaran pinjaman dari dana bergulir adalah sebanyak 3-7 juta. sertifikasi halal dan bantuan dana bergulir kepada pengusaha kecil Kota “Besarnya pinjaman yang diberikan adalah antara 3 sampai 7 juta. Nilai Salatiga. Acara berlangsung di Ruang tersebut disesuaikan dengan tingkat usaha yang dijalankan para pengusaha. Serba Guna DPRD Kota Salatiga pada Dalam penilaian kriteria usaha tersebut pihak Disperindag yang melakukan survey” tukas Any.(lux) tanggal 6 desember 2007.
D
Warga Dukuh Serbu Pengobatan Gratis
P
engobatan gratis yang digelar oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perumahan Masyarakat (Disnakertranspermas) bekerjasama dengan PT Jamsostek (Persero) Cabang Ungaran mendapatkan pasien banyak. Acara sosial kesehatan terasebut berlangsung di Balai Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti pada tanggal 13 Desember 2007. Kegiatan tersebut terselenggara dalam rangka menyambut HUT Ke-30 PT Jamsostek. Staf Pemasaran PT Jamsostek, Ida Ayu Septianan Dompas mengatakan, kegiatan sosial ini merupakan kegiatan ketiga kalinya yang kami selenggarakan di Kota Salatiga. “Sebelum pengobatan di Kelurahan Dukuh ini dahulu pada tahun 2005 kami menggelar kegiatan serupa di Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir dan Kelurahan Randu Acir Kecamatan Argomulyo. Pada Tahun 2006 kami juga mengadakan di Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir” paparnya. Para pasien yang berobat akan diperiksa oleh dokter serta tim kesehatan. Mereka juga diberi obat untuk kelanjutan pengobatan. “Obat yang diberika tentunya sesuai dengan penmyakit yang mereka derita. Bagi mereka yang memiliki penyakit parang kami akan merujuknya ke rumah sakit yang telah ditentukan panitia” tambah Ida. Pengibatan gratis ini merupakan salah satu bentuk kepedulian PT Jamsostek terhadap kesehatan masyarakat Kota Salatiga. “Kali ini pasien yang kami targetkan sebanyak 350 pasien. Dalam penanganan para pasien kami bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga dan Puskesmas Kalicacing, Disnakertraspermas dan Kelurahan Dukuh” papar Ida.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
39
Lintas Kota
PSM Mangunsari Disurvey Tim Penilai Pusat T
im Penilai Lomba Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Nasional dari Pusat datangi PSM Kelurahan Mangunsari. Kunjungan tersebut dilasanakan pada tanggal 10 Desmber 2007 di Kecamatan Sidomukti. Hadir dalam acara tersebut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga Rosa Darwanti SH, Camat Sidomukti Nunuk Dartini, MSi, Kelompok PSM Mangunsari dan tokoh masyarakat. Tim terdiri dari Staf Ahli dari Departemen Sosial Republik Indonesia, Drs. H Sudarmanto dan Ketua PSM Pusat Fadlullah. Dalam sambutannya Ketua Tim Penggerak PKK mengusapkan selamat kepada PSM Kelurahan Mangunsari dan berharap agara kiatkiat yang telah dilakukan ditularkan kepada kelurahan lain. “Saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada PSM Kelurahan Mangunsari Ny Rosa Darwanti, SH, M.Si saat memberi sambutan yang telah memenangkan lomba PSM tingkat Jawa Tengah dan sekarang sedang mengikuti seleksi di tingkat nasional. Saya mendirikan Koperasi simpan pinjam berharap PSM Mangunsari dapat terus meningkatkan pengabdiannya kepada yang berjalan lancar sampai masyarakat. Selain itu juga kiat dan trik dalam mengikuti lomba untuk dapat sekarang. Kami juga membuat usaha ditularkan kepada PSM se-Salatiga” pinta Rosa. Adapun H Sudarmanto dalam sambutannya juga memerikasa laporan kecil mandiri, berupa usaha kripik yang diberikan oleh PSM Mangunsari dengan cara menanyakan langsung p a r u d a n u s a h a k a t e r i n g , kepada pengurus dan anggota PSM terkait dengan kegiatan yang telah alhamdulillah usaha yang kami rintis ini juga mendapatkan laba cukup dilaksanakan. “Kami telah memberikan bantuan dan membina pengusaha jamu di banyak” lapor Abdur Rahman, Kelurahan Mangunsari sehingga dapat dikatakan berhasil. Kami juga Sekretaris PSM Mangunsari.(lux)
Anggota PKK Resik-Resik Kutho
P
uluhan ibu menyebar di trotoar sepanjang Jl. Diponegoro Salatiga. Meraka sebuk mencabuti rumput dan memungut sampah yang ada. Pemandangan tersebut terlihat pada acara Resik-resik Kutho digelar anggota Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Salatiga. Bersih kota tersebut dilaksanakan pada Jum'at pagi tanggal 21 Desember 2007 di sepanjang Jalan Diponegoro Salatiga. Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH. “Bersih-bersih Kota ini kami laksanakan dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak PKK dan Hari Ibu yang yatuh pada hari Sabtu 22/12 besok” terang Rosa. Peserta resik-resik kutho kali ini diikuti oleh puluhan ibu dari perwakilan organisasi kewanitaan se-Kota Salatiga. “Para ibu yang turut dalam acara ini berasal dari pengurus Tim Penggerak PKK Kota, Perkumpulan Ibu-ibu Klenteng Hok Tek Bio, Persit Kartika Candrakirana, Bhayangkari, Dharma Wanita serta organisasi perempuan lainnya” terang Rosa. Selain acara tersebut PKK Kota Salatiga juga mengadakan penanaman tanaman hias di jalan utama kota, Lomba 10 Program Pokok PKK, Lomba Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Lomba Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Puncak acara tersebut akan digelar apel istimewa bersama PNS Kota Salatiga di Halaman Pemkot Salatiga pada Hari Senin 17/12 mendatang. Rosa juga memberikan keterangan bahwa, tim PKK Kota Salatiga berhasil menjadi Juara VI dalam Lomba PKK, KB dan Kesehatan di Tingkat Jawa Tengah. Sedangkan dalam Lomba Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) tingkat kota tim Penggerak PKK berhasil menjadi Juara II.(lux)
40
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Lintas Kota Program
Beasiswa Terus Berlanjut diberikan kepada siswa-siswi berprestasi dalam bidang pendidikan, olah raga serta seni. Rio Diva Persada merangkai Program bea siswa tersebut dengan bidang bisnis yang dijalankan yaitu: paket tour, kunjungan kerja, event organizer serta wisata religius. Bea siswa ini diberikan kepada rombongan tour yang berkunjung ke Jangkrik 85 setelah dilakukan seleksi. Besaran dana yang diberikan minimal Rp. 500.000,-. Belum lama ini program bea siswa diberikan kepada siwa SMK Telkom Tunas Harapan Kabupaten Semarang dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. “Ini adalah kemitmen Rio Diva Persada dan Jangkrik 85 peduli kepada dunia pendidikan. Harapannya adalah membantu pendidikan, mempererat kerjasama, pupuk jiwa wira usaha dan menelusuri minat seni anak didik” jelas Purwadi manager Rio Diva Persada. Prosesi pemberian beasiswa kepada Mahasiswa STAIN “Program telah berjalan mulai Januari 2007, io Diva Persada sebuah kemudian mulai bulan Juni 2007 lalu proses pemberian beasiswa diperbaharui. tour organizer dari Kota Proses pemberian dilakukan melalui sekolah atau instansi yang akan Salatiga dan Jangkrik 85 mengadakan kunjungan ke Jangkrik 85, sebelumnya pihak rombongan bersama Bali produsen kaos kartun terus Rio Diva Persada mengadakan lomba gambar karikatur para siswa yang hasilnya menjalankan program bea siswa yang dikirim ke Jangkrik 85. Kemudian seleksi dilakukan Jangkrik 85, dan bea siswa telah dilaksanakan. Beasiswa tersebut dapat diberikan pada saat kunjungan. Perubahan sistem tersebut dilakukan dengan tujuan mempercepat pemberian bea siswa yang dahulunya
R
Pengelola Mainan Motor Dapat Motor
D
alam rangka meningkatkan kesadaran wajib pajak, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Salatiga mengadakan penarikan Undian berhadiah. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Pertemuan Daerah (GPD) Kota Salatiga pada tanggal 19 Desember 2007. Acara adu keberuntungan tersebut diberi tema “Temu Muka dan Undian Berhadiah Pajak Daerah Tahun Pajak 2007”. Hadir dalam acara tersebut Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Derah (Sekda) Kota Salatiga Agus Rudiyanto MSi, Kepala BKD Sukiman, SE. serta para tamu undangan. “Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama yang terpadu antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam pembayaran Pajak Daerah,memberikan motivasi kepada masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah dan meningkatkan partisipasi wajib pajak dalam upaya penerimaan pendapatan di daerah” papar Kabid Pendapatan DPKD Kota Salatiga Drs. Prasetyo. I, MSi. “Dengan terobosan dan inovasi baru dalam kegiatan pengundian hadiah pajak daerah ini dapat menjadi program yang sangat penting dan strategis dalam penerimaan pendapatan di Kota Salatiga” sambut Sukiman SE. Hadiah yang disediakan kali ini 1 buah Sepeda motor, 2 lemari Es, 4 TV berwarna 21”, 4 Radio Tape, 4 Sepeda Mtb, dan hadiah hiburan lainnya seperti kompor gas setrika, blender dan kipas angin. Kali ini yang beruntung membawa pulang Hadiah Utama Sepeda Motor adalah Sugiari yang berprofesi sebagai pengelola mainan sepeda di Lapangan Pancasila.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
41
Lintas Kota
Walikota Turut Nyumbang
M
enyikapi bencana yang terjadi di akhir tahun 2007 ini, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Salatiga terus menggalang bantuan. Bantuan yang telah terkumpul didistribusikan ke Kabupaten Sragen yang terkena banjir, terutama Desa Kedung Upit Kecamatan Sragen. Pemberian bantuan diberangkatkan pada tanggal 1 Januari 2008 dari Kantor PMI Cabang Salatiga. PMI telah mengumpulkan dana bantuan sejak tanggal 27-31 Desember 2007. Dana yang telah terkumpul adalah uang sebanyak Rp. 3.282.100 dan kebutuhan pokok. Donatur yang mengeluarkan bantuan tersebut adalah: Toko Moro Seneng Rp. 50.000, Toko Gloria Rp. 5.000, Karyawan Dinas Kesehatan Rp. 815.000, nn Rp. Petugas PMI mempersiapkan pendidistribusian bantuan 10.000, Kantor Dinas Pasar dan PKL Rp. 20.000, UD Rakyat air minum kemasan, Toko Hj. Dewi Blauran Rp. 10.000, memandang air, belum lagi bangkai Ibu Sri Utami Jatmiko Rp. 500.000, Bp John M Manoppo, SH Rp. 500.000, Bp. ternak seperti ayam, sapi, kambing Muh Fauzi Arkhan Rp. 50.000, Karyawati Hotel Beringin Rp. 147.100, Mie dan kerbau, bahkan ada peternakan Instan serta air mineral, RSU Puri Asih :Mie Instan, Air Mineral, Makanan babi. Hal tersebut kalau tidak segera cepat saji, PMR SMP N I Salatiga :Mie Instan dan buku tulis, Dinas Pendidikan diatasi tentunya menjadi sumber Rp. 1. 025.000, Dina Prihanti Rp. 150.000 serta Bp. Hadi Surya Jaya (Toko penyakit. Kami terpaksa merayakan malam tahun baru di pengungsian” Molina): sabun cuci, sikat gigi, sabun mandi dan pembalut wanita. “Kami berangkat dari Salatiga ke Sragen pada tanggal 31 Desember, ungkap Oktovianus salah seorang pemandangan yang terlihat sangat membuat ternyuh. Sejauh mata anggota rombongan.(lux)
Pesta Demokrasi
RW. VI Sukoharjo, Cebongan
D
Sukahar Soedarno
42
ukuh Sukoharjo yang merupakan dukuhan paling selatan di kelurahan Cebongan dengan jumlah kepala keluarga138 yang memiliki 3 RT, baru-baru ini telah melaksanakan pemilihan Ketua RW 06 untuk menggantikan Bapak Sunaryo yang habis masa jabatannya per 31 Desember 2007. Pemilihan ketua RW tersebut dihadiri 225 orang pemilih untuk menentukan ketua RW. periode 2008 sampai dengan 2010. Menurut ketua panitia, RW 6 Dukuh Sukoharjo yang memiliki 294 pemilih itu ada tiga kandidat calon ketua RW, yaitu Bp. Sarwono dengan nomor urut 1; Bapak Sarmo dengan nomor urut 2; Bapak Sukahar Soedarno dengan nomor urut 3. Ketua RW terpilih mantan ketua Panwas Pilkada Kecamatan Argomulyo yang sekaligus mantan pimpinan rayon Asuransi Bumi Putera 1912, mantan Branch Manager Asuransi BHS Life (Anak Perusahaan Bank BHS yang terlikuidasi tahun 1998) tersebut memperoleh 122 suara. Sebelumnya Sukahar Soedarno menjadi ketua RT. 02/RW06 Kelurahan Cebongan untuk periode 2002/2007.(bdi)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Lintas Kota
Diwisuda, 240 Mahasiswa STIE AMA
S
ebanyak 240 Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMA Kota Salatiga diwisuda. Acara tersebut terselenggara pada Rapat Senat Terbuka Wisuda Ke-XII Sarjana dan Diploma 3, pada tanggal 8 Desember 2007 di Gedung Pertemuan Daerah (GPD) Salatiga. Hadir dalam acara tersebut Walikota Salatiga John M Manoppo, SH, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga Rosa Darwanti, SH, Pelaksana Harian (Plh) Sekda Kota Salatiga Drs. Agus Rudiyanto, MM, Kepala Kantor Inkom Drs. Petrus Resi, Msi. Komplek GPD penuh diisi keluarga para wisuda, baik bapak, ibu, anak bahkan teman istimewa. Acara berlangsung hikmat dan meriah, dengan disuguhkan paduan suara dari kampus tersebut. Dalam sambutannya Walikota mengucapkan selamat kepada para wisuda, “Saya ucapkan selamat kepada para wisuda, terutama yang berprofesi sebagai PNS Pemerintah Kota Salatiga. Semoga setelah diwisuda, nantinya akan menumbuhkan semangat baru dalam Wisuda 240 Mahasiswa STIE AMA melaksanakan kerjanya” ucap John. “Saya juga berharap momen wisuda dijadikan momentum istimewa untuk menjalin persaudaraan antar wisuda dengan wisuda serta dengan pihak kampus. Saya lihat sampai pelaksanaan wisuda yang ke-XII ini belum terbentuk wadah bagi para alumninya. Di satu sisi organisasi alumni adalah sangat penting dan banyak manfaatnya, antara lain bertukar informasi kerja serta informasi tentang kampusnya. Dengan begitu pengembangan kampus bisa mendapat dukungan dari alumni” tambah John yang juga sebagai ketua alumni UKSW ini. “STIE AMA ini punya hubungan erat dengan Pemkot Salatiga karena berdirinya yang menggagas adalah pihak Pemkot. Maksudnya adalah Salatiga memiliki Universitas Salatiga, disamping membuat wadah luapan mahasiswa dari UKSW. Semoga obsesi berdirinya Universitas Salatiga dapat terwujud” lontar Walikota.(lux)
Memprihatinkan! Upaya Pelestarian Nilai Kejuangan 45
S
ebagai upaya pelestarian nilai kejuangan 45, Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana (Dinkesos dan KB) mengadakan sarasehan kebangsaan. Acara tersebut bertemakan Pelestarian dan Pendayagunaan Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial. Pelaksanaan berlangsung di Ruang Sidang II Pemkot Salatiga pada tanggal 7 Desember 2007. Hadir dalam pembukaan, Plh Sekda Kota Salatiga Drs. Agus Rudiyanto, MM, Komandan Kodim 0714 Salatiga Letkol. Inf. Dwi Wahyu. SIP, perwakilan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Drs. Jarot Nugroho. Adapun peserta terdiri dari perwakilan pelajar se- Salatiga, tokoh masyarakat serta perwakilan PNS Pemkot Salatiga. Komandan Kodim 0714 Letkol. Inf. Dwi Wahyu SIP. dalam sambutannya memaparkan tugas dan tanggungjawab Tentara Republik Indonesia (TNI) dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. Selanjutnya pembukaan dilaksanakan oleh Plh Sekda Drs. Agus Rudiyanto, MM. Pemateri berasal dari Ketua Harian Angkatan 45 Cabang Kota Salatiga Adhy Sutrdjo dengan tema “Mengenal Pelestarian Nilai-nilai Kejuangan 45” dan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Salatiga Muh Fauzi Arkhan membawakan judul “Generasi Muda Pengemban Tanggung Jawab Masa Depan Bangsa”. “Mengenal nilai kejuangan 45 bertujuan untuk memahami strategi pelestarian nilai-nilai kejuangan tersebut. Memahami tidak hanya mendengar cerita tetapi eksplorasi agar mencari jawab atas pertanyaan : apa, siapa, mengapa dan bagaimana, memposisi masa kini, menelusuri masa lalu dan menatap masa depan. Saya beranggapan bahwa upaya pelestarian nilai kejuangan 45 masih memprihatinkan” papar Adhy Sutradjo. Sedang Ketua KNPI lebih menitik beratkan pada tema kepemudaan. Bahasan terfokus pada peran pemuda serta bahaya yang dihadapi yang terdiri dari pergaulan bebas dan penggunaan obat-obat terlarang.(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
43
Legenda
Sendang Peninggalan Sunan Kalijaga D
i wilayah Tetep Randuacir, ada sebuah sendang (telaga kecil) yang dipercaya memiliki daya mistis. Telaga ini biasa disebut masyarakat sebagai Sendang Kaligambir. Lokasinya yang berada di tengah tegalan tanaman jagung nan sunyi dan keberadaan sebuah pohon beringin besar di dekatnya, menambah kesan misterius telaga tersebut. Kemisteriusan sendang ini, tak lepas dari sebuah legenda. Menurut Sutijan, warga setempat, mengutip cerita Mbah Neok, buyutnya yang menjadi juru kunci kompleks itu, legenda Sendang Kaligambir ini berasal dari jaman Sunan Kalijaga. Sebagai seorang wali yang bertugas menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga sering melakukan perjalanan. Suatu saat, Sunan Kalijaga yang selalu membawa tongkat itu sedang dalam perjalanan dari Demak menuju Bayat. Di tengah perjalanan, Sunan Kalijaga beristirahat di Dukuh Tetep Randuacir. Selama beristirahat, tongkat yang selalu dibawanya itu ditancapkan ke tanah. Selesai istirahat, Sunan Kalijaga mencabut tongkatnya itu. Ajaib, di tanah bekas dia menancapkan tongkat, langsung muncul sumber air yang kedalamannya tiga meter dan tidak pernah kering. Bahkan, sumber air tersebut mampu mencukupi kebutuhan air warga sekitarnya. Selain itu, Sendang Kaligambir memiliki tiga tempat penampungan air, yakni dua penampungan air untuk mencuci pakaian dan satu penampungan air untuk keperluan mandi. Sutijan mengungkapkan, masyarakat Tetep percaya bahwa lokasi itu ditunggu oleh roh Kyai Kajang Koso, Sunan Kalijaga, dan Nyai Dayang Gadung Melati. ”Sebagai pepunden warga masyarakat, sendang ini diyakini mempunyai daya linuwih. Sehingga, kalau tidak mengadakan selamatan akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan di masyarakat,” katanya. Bagi masyarakat Tetap, legenda ini bukanlah isapan jempol semata. Pasalnya, masyarakat pernah mengalami kejadian yang misterius. Ketika terjadi banjir besar, batu tempat air ikut hanyut ke arah utara. Warga pun bermaksud mengembalikannya ke tempat semula. Namun, tak ada seorang pun yang kuat mengangkat batu itu. Anehnya,
44
keesokan paginya, batu tersebut sudah berada di tempat semula sehingga masyarakat pun tercengang. Tak hanya itu. Sutijan juga mengungkapkan, jika batu tempat mencuci dan mandi diinjak-injak, orang yang menginjak-injak akan menjadi lupa ingatan. Menurut pengalaman Sutijan, sebelum merawat pepunden tersebut, anggota keluarganya sering sakit. Setelah merawat lokasi itu, keluarganya pun tidak sakit-sakitan lagi. Demikian pula dalam mencari nafkah untuk keluarganya. ”Mencari nafkah terasa lebih mudah meskipun kami memiliki empat anak,” tuturnya. Segala urusan pun lancar. Usaha isterinya berjualan jamu gendong keliling juga tidak bermasalah. Bahkan jamu yang ditawarkan keliling di Dusun Kendal, Kembang, Salam, ini setiap harinya laris karena merupakan ramuan jamu tradisional. Guna mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, warga sekitar Tetep mengadakan selamatan dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa setiap hari Rabu Pon di bulan Safar dan Puasa. Selamatan ini dihadiri oleh banyak kepala keluarga yang masing-masing membawa nasi tumpeng sehingga suasana malam menjadi ramai. Suasana yang ramai ini menarik banyak pengunjung untuk turut menyaksikan prosesi selamatan itu agar memperoleh keselamatan dari Tuhan melalui lokasi pepunden tersebut. Prosesi selamatan yang berlangsung di Sendang Kaligambir ini dilanjutkan dengan hiburan kesenian ketoprak dan tarian tayub yang menampilkan atraksi gandrung. Saat ini, Sendang Kaligambir banyak dikunjungi pengunjung dari kota Semarang, Yogyakarta, Boyolali, Klaten, dan lainnya. Kebanyakaan pengunjung adalah para pedagang yang mencari berkah agar usahanya lancar dan sukses seperti yang diharapkan. ”Setiap malam Jumat Pon, Jumat Kliwon, dan Selasa Kliwon, pengunjung bertambah banyak,” ungkapnya. Tetapi, ramainya pengunjung ini tidak mengubah kondisi Sendang Kaligambir. Kondisi sendang ini masih tetap sebagaimana aslinya. Perbedaan hanya terletak pada pagar bambu yang sekarang membatasinya.(kst)
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
Profil
“Kami Tidak Bedakan Pasien” P erjuangan tanpa kenal lelah dan jalan berliku dalam meraih prestasi mewarnai langkah Direktur Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga, dr. Herry Budhi Waluya, M.M, dalam mengembangkan rumah sakit yang dipimpinnya itu. Jerih payah itu pun menuai hasil, karena saat ini RSU dr. Ario Wirawan berhasil menjadi rumah sakit yang terpercaya dan menjadi barometer serta rujukan pasien di Jawa Tengah. ”Sebagai direktur, saya berusaha meningkatkan status rumah sakit dengan cara memperbaiki sarana dan prasarana serta penambahan sumber daya manusia (SDM),” tutur dokter yang mengawali karirnya sebagai dokter Puskesmas Gabus, Grobogan Purwodadi itu. Dengan berbagai upaya negosiasi, Rumah Sakit ini akhirnya mendapat tambahan lima dokter spesialis. Di bawah kepemimpinannya pula, rumah sakit yang sebelumnya bernama RS Tubercolusa Paru (RSTP) Ngawen ini mengalami peningkatan status menjadi eselon 2B atau setara dengan rumah sakit umum kelas B non pendidikan. Peningkatan status ini ditetapkan dengan SK Depkes RI No. 190/2004. SK tersebut sekaligus menetapkan nama baru rumah sakit, yaitu Rumah Sakit dr. Ario Wirawan. “Adanya UU BUMN yang meniadakan perjan dan PP No. 23/2005 yang mengamanatkan sistem PPK BLU (Badan Layanan Umum), memberikan keuntungan bagi manajemen dan operasional RS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” paparnya. Semula, dari 26 RS di bawah Departemen Kesehatan, 13 diantaranya, yang semula perjan, secara otomatis berubah menjadi BLU. Sedangkan 13 RS lainnya, termasuk RS Paru dr. Ario Wirawan, sedang dalam proses menuju BLU. Namun, dengan penetapan RSP dr Ario Wirawan sebagai BLU pada 21 Juni 2007 lalu, berarti jumlah RS yang masih dalam proses menuju BLU berkurang satu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan, terbentuklah kepercayaan masyarakat dan secara otomatis pendapatan RS pun bertambah seiring bertambahnya kunjungan pasien. ”Selain itu, adanya askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin), juga sangat mempengaruhi pendapatan rumah sakit,” ungkap peserta pendidikan doktoral di UGM ini. Ini tampak dari data tahun 2006. Pada tahun 2006, 70 persen pasien yang datang adalah pasien askeskin. Pada tahun yang sama, pendapatan rumah sakit sekitar 9,6 milyar rupiah. Indikasi ini tak lepas dari pelayanan rumah sakit yang tidak membedakan pasien
askeskin dengan pasien kelas tiga reguler. Dalam hal sarana dan prasarana, RSP akan menambah peralatan yang berhubungan dengan keperluan rumah sakit, seperti alat fluruscopy yang dipergunakan untuk mendeteksi penyakit pasien. Penambahan peralatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan unggulan yang selama ini sudah ada. Layanan unggulang yang sudah ada adalah poly oncology, poly asma, dan poly paru anak. Sedangkan l a y a n a n penunjan g yang menjadi unggula n a d a l a h l a y a n a n rehabilitasi medik paru, USG, dan radiologi. Selain itu Rumah S a k i t merupa k a n satusatunya rumah s a k i t y a n g memp unyai C T Sca
n di
HATIBERIMAN, Vol. 1 No. 6, Desember 2007
45
KUPON TTS HB 34 Rilek’s Teka Teki Silang HB 34 Total Hadiah Rp. 300.000,untuk 6 orang pemenang @Rp. 50.000,1 MENDATAR : 1. Binatang pemakan rumPut, 3. Kota Hati Beriman, 9. Atas Nama, 10. Makanan pokok sehari-hari 11. Menyumbangkan sesuatu, 12. 13 Tempat berjaga-jaga, 13. Penyembuh sakit, 14. Lawan basa, 16. Basa 17. 19 Tanda Nomor Kendaraan Kedu, 19. Akhir kehidupan, 20. Persatuan sepak 21 bola Indonesia, 21. Rancangan Undang-Undang, 22. Angkatan Darat, 22 26. Akademi Angkatan Laut, 29. Datang Bulan, 30. Puncak perjuangan 29 umat Islam, 33. Kakak (Jawa), 35. Angkatan Udara, 37. Gema, 39. Tercapai keinginannya 42. Aib, 43. Majalah berita warga Kota Salatiga, 32 48. Gelar kebangsawanan jawa, 49. Nomor, 50. Pembaharuan, 51. Biasa diminum bayi.
2
3
4
5
6
8
9
10
27
28
12
11 14
7
15
16
17
18
20
23
24
25
31
30 33
34
26
35
37
36
38
MENURUN: 1. Kejadian masa lalu, 2-23. Hari Raya Kurban, 3. Sekolah Dasar jaman penjajahan, 4. Akademi Manajemen di 39 42 40 41 Salatiga, 5. Menyambung besi, 6. Indek Prestasi, 7. Maju (Ingg). 8. 45 43 44 46 47 Pencemaran Udara, 10. Negara Kesatuan Republik Indonesia, 14. 48 49 Pengawal, 15. Akan, 18. Cinta, 24. Angkutan Umum, 25. Umur, 27. Orang 51 k e d u a ( d i b a l i k ) , 2 8 . L e m b a g a 50 Permasyarakatan, 31. Menghamburhamburkan uang(diulang)32. Benci yang sangat mendalam, 33. Marah, 34. Gelar Sarjana Ekonomi, 36. Armada, 38. Dekil, 40. Gelar Sarjana Hukum, 42. Bercocok tanam, 44. Akademi Bahasa Asing, 45. Zaman, 46. Suku bangsa, 47. Mahkamah Agung. KETENTUAN MENEBAK : 1. Jawaban ditulis di Kartu Pos atau lembar tersendiri dengan mencantumkan Kupon TTS HB 33 (bisa foto kopi) kirim ke Redaksi Majalah Hati Beriman, tulis nama dan alamat lengkap. 2. Jawaban diterima Redaksi paling lambat tanggal 15 Februari 2008 3. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Hati Beriman, Vol. 2. No. 1, Maret 2008 4. Akan diundi 6 (enam) orang pemenang masing-masing Rp. 50.000,00 dari sponsor. 5. Pemenang dapat mengambil hadiah di Kantor Redaksi Majalah Hati Beriman dengan menyertakan foto copy identitas diri.
PD. BPR
PEMENANG TTS HB 33 1. Endang Iriani Ekowati Jl. Arjuna 64 Rt.06/V Dukuh Sidomukti Salatiga 2. Yongky Priyanto SMPN 8 Salatiga 3. Endang Mulyani SMA Muh. Jl. KH. Ahmad Dahlan Salatiga 4. Mukimin Jl. Kalisombo Rt9 Rw5 Krajan Salatiga 5. Jumiati Perum Domas RT. 06/10 Sidorejo Salatiga 6. Priyanto Bulu, RT.03/06 Tegalrejo, Argomulyo Salatiga PEMENANG KAOS CANTIK TTS HB 33 1. Iwan Krisnawan RT.3 RW.7 Kutowinangun Salatiga 2. Yahfi Almiza PW. MTs Negeri Salatiga 3. Siti Haryanti Jl. Osamaliki Salatiga 4. Agus Sunarno Jl. Imam Bonjol 45 Salatiga 5. Tisnawati STAIN Salatiga
Bank Perkreditan Rakyat
KOTA SALATIGA
Mitra Usaha Sejati Jl. Buksuling Salatiga Telp. (0298) 323001
KANTOR CABANG SALATIGA JL. PEMUDA NO. 1 SALATIGA TELP. (0298) 324750, 324751 FAX (0298) 324751 TELEX 22800 BPD SLG IA
Rangkaian kegiatan Pemerintah Kota Salatiga dalam memperingati Hari Natal Tahun 2007
Lensa
Jangan pikirkan sakitnya cobaan hidup, tetapi renungkanlah akibat indahnya cobaan hidup tersebut, Selamat Hari Natal 2007 &Tahun Baru 2008
IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEH REDAKSI MAJALAH
HATIBERIMAN
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
9 771978 579805