BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat CV. Eka Putra Las CV. Eka Putra Las adalah suatu perusahaan industri bentor yang didirikan oleh Tuan Jamal pada tanggal 1 Agustus 2004. Dengan bekal pengetahuan tentang industri bentor yang cukup kemudian
Tuan
Jamal
mencoba
untuk
mendirikan
sebuah
perusahaan bentor yang kemudian diberi nama CV. Eka Putra Las. CV. Eka Putra Las menjalankan proses produksinya berdasarkan pesanan. Pesanan bentor pada CV. Eka Putra Las bukan hanya datang dari dalam Gorontalo melainkan berasal dari luar Gorontalo seperti kota Ternate, Bitung dan sebagainya. Melihat pesatnya permintaan akan barang Tuan Jamal berniat untuk mengubah status perusahaan dari Comanditer Venotschap (CV) menjadi PerseroanTerbatas (PT). Untuk itu, pihak manajemen berencana
melakukan
proyek
pengembangan
sistem
yang
diantaranya membangun sistem informasi yang terkomputerisasi. Hal ini dilakukan karena CV. Eka Putra Las masih menggunakan sistem manual pada seluruh kegiatan perusahaan. Seperti halnya perusahaan lain, CV. Eka Putra Laspun memiliki visi, yaitu : 1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berada disekitarnya
2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Gorontalo khususnya 3. Menjadikan bentor sebagai alat transportasi yang aman dan nyaman digunakan 4. Menjadikan bentor sebagai ciri khas kota Gorontalo yang batut dibanggakan. 4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pada CV. Eka Putra Las Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu berusaha menciptakan tatanan kerja yang baik dan teratur. Hal ini dapat dilaksanakan apabila perusahaan memiliki struktur organisasi yang baik, yaitu struktur organisasi yang dibuat dengan memisahkan tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas pada setiap bagian, sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas. Untuk menciptakan kondisi ini setiap bagian diberikan job description
yang
jelas pula,
sehingga setiap
orang
dapat
melaksanakan tugasnya berdasarkan uraian kerjanya. Tugas dan wewenang masing-masing bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab kepada pimpinan atas segala kegiatan yang dilaksanakannya. Pembagian tugas dan wewenang
tersebut
digambarkan
dalam struktur
organisasi.
Dimana struktur organisasi CV. Eka Putra Las selengkapnya peneliti kemukakan pada gambar 3 sebagai berikut:
PIMPINAN Hj. J A M A L
KA. PRODUKSI
MARKETING
UPIK
BAG. MODEL/DESAIN 1. 2. 3. 4.
Upik Pulu Lutung Medi
KEUANGAN
UPIK
BAG. PERAKITAN KONSTRUKSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Joko Bejo Makmur Alan Irin Eka Dani Ade
BAG. INTERIOR & FINISHING 1. Ian 2. imam
Gambar 3: Struktur Organisasi CV. Eka Putra Las
MITA
BAG. PENGUJIAN 1. Alim 2. Mahmud
Berdasarkan struktur organisasi diatas, maka dibawah ini akan diuraikan
tentang
uraian
jabatan
masing-masing
jabatan
yang
dilaksanakan di lingkungan CV. Eka Putra Las adalah sebagai berikut: 1.
Pimpinan
Mengkoordinasikan
dan
menyusun
strategi
program
kerja
perusahaan
Membina, mangarahkan dan membagi tugas pekerjaan kepada staf karyawan
Mengatur pelaksanaan tugas staf karyawan
Menandatangani surat-surat
Mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas karyawan
Mengelola dan menentukan serta memutuskan kebijakan intern dan ekstern manajemen perusahaan secara menyeluruh
2. Produksi
Mengkoordinasikan
kegiatan
desain,
perakitan,
interior
dan
pengujian bentor
Memberi tugas dan memberi petunjuk kepada para kepala seksi sesuai bidangnya masing-masing
Mengatur pelaksanaan tugas para seksi
Mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bagian produksi
3.
Pembuatan Model/Desain
Memeriksa keadaan bahan baku sebelum diproses
Memeriksa kualitas bahan baku
Membuat pola atau desain bentor sesuai pesanan
5. Perakitan Konstruksi
Pemotongan bahan berdasarkan ukuran model produk
Bahan baku dan alat pembantu
Pembentukan produk dengan alat cetak
Memperkuat produk dengan las, skrup, mur dll
6. Interior dan Finishing
Pendempulan, pengamplasan dan pengecatan
Pemasangan jok kursi dan atap bentor
Memberikan busa pada kursi
Memberikan asesoris pada bentor
7. Pengujian
Pengecekan qualitas produk (QC)
Penyimpanan / showroom
8. Marketing
Menyusun strategi penjualan
Melayani dan memproses transaksi penjualan
9. Keuangan
Membukukan seluruh aktifitas keuangan perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Menyiapkan laporan keuangan.
Menyiapkan pembayaran kepada supplier.
Melaksanakan kontrol produksi, harga barang yang diperlukan untuk diproduksi.
4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi statistik dari data penelitian yang diolah melalui penggunaan aplikasi SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4: Deskripsi Statistik N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Biaya Pencegahan
24
3.62E7
9.12E7 6.6643E7
1.46698E7
Biaya Penilaian
24
1.30E6
2.40E6 1.7271E6
2.84368E5
Biaya Kegagalan Internal
24
2.24E5
7.24E5 4.5933E5
1.53139E5
Biaya Kegagalan Eksternal
24
6.20E5
1.08E6 8.3583E5
1.16905E5
Produk Cacat
24
1.00
Valid N (listwise)
24
6.00
3.5000
1.21584
Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari jumlah N (sampel) sebanyak 24, dimana rata-rata jumlah biaya pencegahan sebesar Rp 66,64 juta dengan jumlah biaya pencegahan terendah sebesar Rp 36,2 juta dan tertinggi sebesar Rp 91,2 juta dengan standar deviasi Rp 14,66 juta dari rata-rata. Pada variabel biaya pencegahan dengan nilai rata-rata 7,2 juta, dengan nilai maksimum 2,4 juta dan nilai minimum sebesar 1.3 juta dengan standar deviasi
2.8 juta. Pada biaya kegagalan internal diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,5 juta dengan nilai maksimum 7,2 juta dengan nilai minimum 2,2 juta dengan standar deviasi 1,5 juta. Pada biaya kegagalan eksternal diperoleh nilai rata-rata sebesar 8.3 juta dengan nilai maksimum 1,7 juta dengan nilai minimum 620 ribu dengan standar deviasi 1.1 juta. Sedangkan pada variabel Y (Produk Cacat) diperoleh rata-rata 3,5, dengan nilai maksimum 6 dan nilai maksimum 1 dan standar deviasi 1,2. 4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan pengujian asumsi klasik yang meliputi: 4.2.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan
variabel dependen berdistribusi normal. Uji
normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kolmogorov-smirnov. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data itu terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan program SPSS versi 11,5. Berikut adalah tabel 5 yang merupakan hasil uji normalitas:
Tabel 5 : Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Biaya Pencegahan N
Biaya Penilaian
24
Normal
Mean
Biaya Kegagalan Internal
Biaya Kegagalan Eksternal
Produk Cacat
24
24
24
24
6.6643E7 1.7271E6
459333.3333
835833.3333
3.5000
1.46698E7 2.84368E5
1.53139E5
1.16905E5
1.21584
Parameter Std. Deviation
s
a
Most
Absolute
.144
.121
.142
.115
.160
Extreme
Positive
.144
.121
.142
.115
.160
Differencs Negative
-.093
-.067
-.104
-.080
-.160
Kolmogorov-Smirnov Z
.706
.593
.697
.565
.782
Asymp. Sig. (2-tailed)
.701
.873
.716
.907
.574
Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0 Keterangan : a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Hasil uji normalitas data, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel biaya pencegahan sebesar 0,701, nilai signifikansi variabel biaya penilaian sebesar 0,873 nilai signifikansi variabel biaya kegagalan internal sebesar 0,716, nilai signifikansi variabel biaya kegagalan eksternal sebesar 0,907 dan nilai signifikansi variabel produk cacat sebesar 0,574. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai α sebesar 0,05. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
biaya
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal dan produk cacat berdistribusi normal. 4.2.2 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas
artinya antarvariabel independen yang
terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi di antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Kadji dan Sujianto (2009:95) menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada lampiran dan secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6: Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
.891
1.122
Keterangan
(Constant) Biaya Pencegahan
Bebas Multikolinieritas
Biaya Penilaian
Bebas .826
1.210 Multikolinieritas
Biaya Kegagalan Internal
Bebas .630
1.587 Multikolinieritas
Biaya Kegagalan Eksternal
Bebas .611
1.635 multikolinieritas
a. Dependent Variable: Produk Cacat Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Berdasarkan
hasil
pengujian
pada
tabel
di
atas,
menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antara variabel independen, karena nilai VIF untuk semua variabel memiliki nilai tidak lebih dari 10. Hasil pengujian ini dilakukan dengan bantual program SPSS versi 11,5. 4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Kadji dan Sujianto (2009:96) menyatakan tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 2. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka nol. 3. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. Gambar
4
berikut
ini
merupakan
hasil
uji
heteroskedastisitas yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0.
Gambar 4: Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatterplot)
Pada gambar di atas nampak bahwa titik-titik tersebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Dengan demikian model regresi layak untuk digunakan. 4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah suatu korelasi antara nilai variabel dengan nilai variabel yang sama pada lag satu atau lebih sebelumnya (Suharjo, 2008:93). Tujuan autokorelasi adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linerar ada korelasi antara
kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi dan tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Santoso (2012:243 menjelaskan bahwa untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi yang positif 2. Angka D-W di bawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D-W di bawah +2 berarti ada autokorelasi yang negatif Tabel Y berikut ini hasil uji autokorelasi yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0.
Tabel 7: Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model R 1
.855a
Adjusted R R Square Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
.732
.69298
.964
.675
a. Predictors: (Constant), Biaya Kegagalan Eksternal, Biaya Pencegahan, Biaya Kegagalan Internal, Biaya Penilaian b Dependent Variable: Produk Cacat Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson (DW) sebesar 0,964, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4.3
Pengujian Hipotesis
4.3.1
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variable biaya pencegahan (X1), biaya penilaian (X2), biaya kegagalan internal (X3), biaya kegagalan eksternal (X4) dan produk cacat (Y), secara parsial atau masing-masing mempunyai pengaruh terhadap produk cacat. Hasil analisis Uji t dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 disajikan pada tabel 8:
Tabel 8: Uji t
One-Sample Test
Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal Produk Cacat
TTabel
THitung
Sig. (2tailed)
Keterangan
22.256
1.71
.000
Berpengaruh
29.753
1.71
.000
Berpengaruh
14.694
1.71
.000
1.71 35.025 78.571
Berpengaruh Berpengaruh
.000 1.71
.000
Berpengaruh
Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Berdasarkan data di atas maka dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk cacat. Hal ini terbukti dengan ditunjukkannya pengaruh positif dan signifikan, dimana seluruh nilai thitung
> 0,05 dengan tingkat
signifikan 0.000. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian berpengaruh langsung terhadap produk cacat dapat diterima. 4.3.2
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Kriteria penilaian Fhitung diterima jika > dari Ftabel. Dari hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 16.0 diperoleh data seperti disajikan pada tabel 9 berikut:
Tabel 9:Uji F
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
24.876
4
6.219
12.950
.000a
Residual
9.124
19
.480
Total 34.000 23 a. Predictors: (Constant), Biaya Kegagalan Eksternal, Biaya Pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya Kegagalan Internal b. Dependent Variable: Produk Cacat Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Melihat hasil F di atas diperoleh angka 12.950, dengan F
tabel
dengan angka 4.50, maka dapat dijelaskan bahwa pengujian data sangat signifikan. 4.3.3
Koefisien Determinasi (R2) Determinan (R2) atau R Square digunakan untuk melihat berapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nugroho (2005) dalam Kadji dan Sujianto (2009:72) menyatakan
untuk
regresi
linear
berganda
sebaiknyan
menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variable independent yang digunakan. Tabel 10 berikut merupakan hasil uji koefisien determinasi dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.
Tabel 10: Uji R
Model Summaryb Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.855a
.732
.675
.69298
.964
a. Predictors: (Constant), Biaya Kegagalan Eksternal, Biaya Pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya Kegagalan Internal b. Dependent Variable: Produk Cacat Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penggunaan SPSS 16.0 diperoleh bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0.855, hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan variabel indefendent sangat kuat. Sedangkan angka adjusted R square atau koefisien determinasi adalah 0.675. Hal ini berarti bahwa 67.5% variasi dari masing-masing
variabel
indepent
mempengaruhi
variabel
dependent dan 32.5% dipengaruhi oleh faktor lain. 4.3.4 Uji Hipotesis Statistik Berdasarkan hasil pengujian normalitas data melalui taksiran regresi dan linearitas regresi melalui uji F menunjukkan bahwa uji persyaratan analisis untuk teknik analisis regresi
dipenuhi.
Penghitungan koefisien regresi dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.0. Output hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua seperti pada tabel Coefficients (a) pada tabel 4 berikut:
Tabel 11: Uji Hipotesis Regresi Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
3.43
1.31
Biaya Pencegahan
6.960
.000
Biaya Penilaian
1.17
Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
2.611
.017
.008
.067
.948
.000
.003
.021
.984
1.65
.000
.209
1.396
.179
7.46
.000
.718
4.722
.000
a. Dependent Variable: Produk Cacat Sumber: Olahan, 2011-2012 Menggunakan SPSS 16.0
Untuk kepentingan pengujian hipotesis secara statistik, maka hipotesis penelitian ditransfer kedalam hipotesis statistik dengan menggunakan rumus: Ho : b ,b ,b ,b = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara biaya 1
2
3
4
pencegahan, kegagalan
biaya internal,
penilaian, biaya
kegagalan
eksternal terhadap produk cacat CV. Eka Putra Las
biaya
pada
Ha : b ,b ,b ,b ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara biaya pencegahan, 1
2
3
4
biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal terhadap produk cacat pada CV. Eka Putra Las Hasil pengolaha data di atas, maka dapat dijelaskan bahwa :
yˆ 3 . 43 6 . 960 X1 + 1.170 X2 + 1.650 X3 + 7.460 X4. Dengan ini menjelaskan bahwa masing-masing variabel independent (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal terhadap produk cacat) memberikan pengaruh terhadap produk cacat dengan besar pengaruh yang berbedabeda. 4.4
Pembahasan CV.
Eka
Putra
Las
berkarakteristik manufaktur
merupakan
yang
kegiatan
perusahaan
yang
usahanya adalah
membeli bahan baku yang kemudian mengubahnya menjadi barang produksi yang berupa bentor dan menjualnya kepelanggan. Produksi bentor dilakukan sesuai dengan pesanan customer, secara standar desain bentor sudah ada dan kualitas sudah terjaga, namun sering ada customer yang memesan agak menyimpang dari desain standar sehingga menimbulkan biaya kualitas tambahan untuk menyesuaikan desain sesuai produksi. Selain itu jumlah pesanan yang fluktuatif setiap bulannya mengakibatkan produksi menjadi ekstra padat ketika pesanan
tinggi, dan berpengaruh pada biaya kualitas karna peluang produk cacat semakin besar. 4.4.1 Pengaruh Biaya Pencegahan Terhadap Pengendalian Produk Cacat Hipotesis pertama menyatakan bahwa CV. Eka Putra Las Gorontalo
mengeluarkan
banyak
biaya
pencegahan
dalam
mengantisipasi peningkatan produk cacat, dengan diperoleh persentase 69.6%, artinya biaya pencegahan berpengaruh positif terhadap pengendalian produk cacat, yang berarti bahwa apabila biaya pencegahan tinggi maka akan mengurangi jumlah produk cacat. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supraptowo (2007) yang menyatakan bahwa biaya pencegahan berpengaruh positif terhadap produk cacat. Hasil
penelitian
ini
juga
sesuai
dengan
pendapat
Feigenbaum (1992: 104) yang menyatakan kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan akan aktivitasaktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum
dapat
dipahami
bahwa
biaya
pencegahan
berpengaruh positif terhadap produk cacat. Biaya Pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi
biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem kualitas (Tjiptono dan Diana, 2003:236). Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan pada CV. Eka Putra Las yaitu biaya bahan baku dan biaya desain produk. 4.4.2 Pengaruh Biaya Penilaian Terhadap Pengendalian Produk Cacat Hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa
pengaruh
biaya
penilaian terhadap produk cacat diperoleh persentase 11.7%, artinya bahwa peningkatan biaya penilaian akan berdampak pada kinerja produksi perusahaan dalam mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai kualitas dan meminimalisir terjadinya produk cacat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supraptowo (2007) yang menyatakan bahwa biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk cacat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Hansen dan Mowen (2005:13) dalam Saputra (2007) bahwa jika biaya penilaian meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk cacat menurun dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan biaya penilaian menurun menunjukkan jumlah unit produk cacat meningkat. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk atau jasa sudah sesuai dengan persyaratanpersyaratan kualitas (Tjiptono dan Diana, 2003:236). Biaya yang
termasuk dalam kelompok biaya penilaian pada CV. Eka Putra Las yaitu biaya pemeriksaan dan pengujian produk yang dihasilkan. 4.4.3 Pengaruh Biaya Kegagalan Internal Terhadap Pengendalian Produk Cacat Hipotesis
ketiga
menyatakan
bahwa
pengaruh
biaya
kegagalan internal terhadap produk cacat sebesar 16.50% artinya biaya kegagalan internal berpengaruh terhadap perbaikan atas produk cacat. Hal ini sesuai dengan penelitian ariwibowo (2008) yang menyatakan bahwa biaya kegagalan internal berpengaruh atas perbaikan produk cacat. Menurut Hansen dan Mowen (2005:13) biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit produk cacat meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk cacat turun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh terhadap produk cacat sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh unit produk cacat. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa dikirim ke pihak luar atau pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2003:236). Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya
kegagalan internal pada CV. Eka Putra Las yaitu biaya sisa bahan dan biaya pengerjaan ulang. 4.4.4 Pengaruh Biaya Kegagalan Ekternal Terhadap Pengendalian Produk Cacat Hipotesis keempat menyatakan bahwa pengaruh biaya kegagalan eksternal terhadap produk cacat sebesar 74.60% artinya biaya kegagalan internal berpengaruh terhadap perbaikan atas produk cacat. Besarnya pengaruh biaya kegagalan eksternal terhadap pengendalian produk cacat dipengaruhi oleh penerapan biaya kualitas pada perusahaan yang baru diterapkan pada tahun 2010 dan penerapannya dilakukan secara bertahap sehingga banyak produk yang sudah didistribusikan kepada konsumen dari tahun sebelumnya baru diketahui sebagai produk cacat sehingga mengakibatkan tingginya biaya kegagalan eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hansen dan Mowen (2005:13) yang menyatakan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit produk cacat meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk cacat turun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh unit produk cacat. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan, yang diketahui setelah produk tersebut dikirim kepada konsumen
(Tjiptono dan Diana, 2003:236). Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya penilaian pada CV. Eka Putra Las yaitu biaya penanganan selama masa garansi dan biaya penangan keluhan diluar masa garansi.