HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia . Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja lanjut (18-21 tahun). Berdasarkan klasifikasi usia tersebut, maka contoh pada penelitian termasuk dalam kategori usia remaja madya. Persentase terbesar contoh, yakni lebih dari setengah contoh (54,17 %) berusia 16 tahun. Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil uji beda t sampel bebas, tidak terdapat perbedaan usia antar jenis kelamin (p value >0,05). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan usia remaja Usia (tahun) 16 17 Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%) 25,00 23,61 50 16,44±0,558
Perempuan (%) 29,17 20,83 50 16,42±0,55 0,825
Total (%) 54,17 44,44 100 16,43±0,526
Uang Saku. Uang saku adalah adalah jumlah uang yang diperoleh anak dari orang tua untuk ongkos dan makan selama satu bulan sekolah. Remaja sebagai contoh penelitian ini, memiliki uang saku yang beragam. Perbedaan tingkat uang saku dapat dijadikan salah satu prediktor kelompok sosial ekonomi contoh. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan uang saku remaja per bulan Uang Saku Per Bulan (Rp) 150000-400000 400.001-65000 >650000 Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
26,39 20,83 2,78 50 409,44±159,40
23,61 23,61 2,78 50 420,00±148,48 0,772
50 44,44 5,56 100 415,00±153,04
Menurut data yang tersaji pada Tabel 6, separuh contoh (50%) memiliki uang saku yang berada pada kisaran Rp150.000 sampai Rp400.000 per bulan. Sebanyak 26,39 persen dari kelompok laki-laki dan 23,61 persen perempuan. Hanya sedikit remaja (5,56%) memiliki uang saku diatas Rp650.000 per bulan
28
sisanya mengelompok pada kisaran uangsaku Rp400.001 sampai 650.000 per bulan. Nilai akademik. Rataan nilai rapor contoh selama dua semester terakhir dijadikan ukuran untuk melihat perbedaan kemampuan akademik antara jenis kelamin
yang
kemudian
diasumsikan
dapat
mempengaruhi
hasil
akhir
pencapaian tugas perkembangan remaja. Tabel 7 menyajikan data sebaran ratarata nilai akademik remaja. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rataan nilai antara contoh yang berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan(p<0,01). Secara keseluruhan contoh berjenis kelamin perempuan memiliki rataan nilai akademik berada 0,73 poin diatas rata-rata total dan lebih tinggi dibandingkan contoh berjenis kelamin laki-laki dengan selisih skor sebesar 1,47. Kelompok perempuan memiliki rata-rata nilai dalam setiap mata pelajaran lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini didukung penelitian nasional departemen pendidikan AS padatahun 2000 (Santrock, 2007) bahwa secara rata-rata anak perempuan adalah pelajar yang lebih baik dari laki-laki. Tabel 7 Sebaran rataan nilai akademik remaja berdasarkan mata pelajaran Mata Pelajaran
Agama PKn Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Biologi Kimia Sejarah Geografi Ekonomi Sosiologi SBK Penjaskes TIK Bahasa Asing Muatan Lokal 1 Muatan Lokal 2 Total P value
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD
Total
77,67 79,17 78,32
3,08 2,76 4,51
80,75 80,21 80,17
3,4 2,27 3,40
Ratarata 79,21 79,69 79,25
77,87 74,04 74,24 74,14 76,16 75,22 77,04 73,64 78,93 77,76 78,79 76,97 75,60 75,34 76,34 76,51
3,72 2,94 4,52 2,80 5,29 2,72 4,28 3,45 3,06 3,38 4,83 5,00 2,87 3,27 1,13 3,54
78,78 76,00 75,72 74,88 77,22 76,47 79,36 74,33 80,44 78,64 80,45 78,24 76,24 77,90 77,94 77,98 0,001
2,20 2,14 1,42 2,38 3,39 1,14 4,95 3,20 2,56 1,55 1,28 1,55 3,18 2,40 1,44 2,44
78,32 75,02 74,98 74,51 76,69 75,85 78,20 73,99 79,68 78,20 79,62 77,60 75,92 76,62 77,14 77,25
SD 3,57 2,57 4,07 3,07 2,74 3,41 2,61 4,45 2,16 4,74 3,32 2,90 2,65 3,61 3,73 3,03 3,13 1,52 3,18
Kegiatan Ekstrakulikuler. Selain intrakulikuler, kegiatan diluar jam pelajaran (ekstrakulikuler)
diduga dapat mendukung pencapaian tugas
perkembangan remaja. Kegiatan ekstrakulikuler dapat menjadi wadah bagi
29
remaja untuk
pengembangan minat dan pengembangan kemampuan sosial
terutama kerjasama dan tanggung jawab. Kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti contoh meliputi bidang seni, olahraga, OSIS, MPK, Keagamaan dan lainnya (paskibraka, pramuka, PMR, klub fisika, klub teknik informatika, klub bahasa inggris,KIR,Event Organizer). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah ekstrakulikuler yang diikuti remaja Jumlah Kegiatan Ekstrakulikuler 0 1 2 3 4 Total (%) P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
15,28 18,06 12,50 4,17 0, 50
8,33 18,06 16,67 2,78 4,17 50 0,091
23,61 36,11 29,17 6,94 4,17 100
Berdasarkan data pada Tabel 8 menunjukkan sebagian besar remaja telah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Lebih dari sepertiga remaja (36,11%) mengikuti satu kegiatan ekstrakulikuler. Sementara hampir seperempat contoh tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler selama masa sekolah menengah atas. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti remaja (p > 0,05). Prestasi. Selain aktif dalam kegiatan positif diluar sekolah, prestasi perlu diraih remaja sebagai eksistensi pengembangan dirinya. Prestasi adalah penghargaan yang diperoleh remaja dari keikutsertaanya dalam kompetisi pengembangan minat dan bakat. Lebih dari separuh remaja (62,5%) belum memiliki prestasi selama masa sekolah menengah atas. Meskipun proporsi lakilaki yang memiliki prestasi lebih besar dibandingkan perempuan, namun uji beda tidak menunjukkan perbedaan perolehan prestasi diantara keduanya. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jumlah prestasi yang diraih remaja Jumlah Prestasi 0 1 2 3 Total (%) P value
Laki-laki(%) 30,56 16,67 2,78 0 50
Perempuan (%) 31,94 13,89 2,78 1,39 50 0,862
Total (%) 62,50 30,56 5,56 1,39 100
30
Karakteristik Keluarga Besar Keluarga. Tabel 10 menunjukkan bahwa besar keluarga pada lebih dari separuhnya (55,56%) berada pada kategori keluarga kecil yang terdiri kurang dari atau sama dengan empat orang. Sedangkan sedikit sekali contoh (1,39%) yang tergolong dalam kategori ukuran keluarga besar. Keluarga contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak berada pada kategori keluarga kecil (31,94%), sedangkan perempuan lebih banyak berada pada kategori keluarga sedang (26,39%). Namun berdasarkan uji beda tidak terdapat perbedaan rataan antara kedua contoh. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (≥ 7 orang) Total Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%) 31,94 16,67 1,39 50 4,25±0,96
Perempuan (%) 23,61 26,39 0 50 4,56±0,73 0,136
Total (%) 55,56 43,06 1,39 100 4,40±0,87
Usia Orangtua. Usia orangtua contoh digolongkan ke dalam empat kategori usia dewasa menurut Papalia dan Olds (2009) yaitu dewasa madya, dewasa akhir, lansia awal dan lansia. Data yang disajikan pada Tabel 11 menunjukkan hampir keseluruhan contoh (83,33%) memiliki ayah berusia antara 41 sampai 50 tahun, sehingga ayah berada pada kategori dewasa akhir. Begitu juga usia ibu, lebih dari separuhnya (55,56%) berada pada kategori dewasa akhir. Hanya sedikit contoh (1,39%) yang memiliki ayah berusia lansia dan tidak ada sama sekali contoh yang memiliki ibu berusia lansia. Hal ini berarti sebagian orangtua contoh berada pada usia produktif. Pendidikan Orangtua. Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung perkembangan anak. Pendidikan orangtua contoh diukur berdasarkan lama pendidikan yang ditempuh orangtua yang diklasifikasikan ke dalam jenjang pendidikan sesuai yang ditampilkan pada Tabel 12. Menurut data yang diperoleh, hampir separuh ayah contoh (44,5%) berada pada jenjang tamat sekolah menengah atas dan sederajat. Sedangkan 43,06 persen ayah contoh berada pada jenjang tamat perguruan tinggi.
31
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan usia orangtua Usia orangtua Usia Ayah Dewasa madya (31-40) Dewasa akhir (41-50) Lansia awal (51-60) Lansia (>60) Total (%) Rata-rata±SD P value Usia Ibu Dewasa madya (31-40) Dewasa akhir (41-50) Lansia awal (51-60) Lansia (>60) Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
4,17 43,06 2,78 0 50 45,44±4,19
5,56 40,28 2,78 1,39 50 44,75±5,08 0,530
9,72 83,33 5,56 1,39 100 45,10±4,64
19,44 29,17 1,39 0 50 42,58±3,79
26,31 26,39 0 0 50 41,03±3,01 0,058
43,06 55,56 1,39 0 100
Berdasarkan data yang disajikan Tabel 12, hampir separuh ibu (47,22%) berada pada jenjang pendidikan tamat sekolah menengah atas dan sederajat, dan ibu yang menamatkan perguruan tinggi atau lebih memiliki proporsi terbesar kedua (30,72%). Pada kedua kelompok contoh baik laki-laki maupun perempuan hanya sebagian kecil saja orangtua contoh yang berpendidikan tamat SD. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi orangtua contoh yang memiliki pendidikan tinggi lebih besar dibandingkan proporsi orangtua contoh yang berpendidikan rendah. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan orangtua Lama pendidikan (Tahun) Ayah Tamat SD (6 tahun) Tamat SMP (9 tahun) Tamat Sma (12 tahun) Diploma Strata1 atau lebih (≥16 tahun) Total (%) Rata-rata±SD P value Ibu Tamat SD Tamat SMP Tamat Sma Diploma Strata1 atau lebih (≥16 tahun) Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
1,39 0,00 18,06 4,17 26,39 50 14,30±2,48
0 2,78 26,39 4,17 16,67 50 13,42±2,17 0,110
0 1,39 25,00 9,72 13,89 50 13,61±1,98
2,78 2,78 22,22 5,56 16,67 50 13,17±2,77 0,437
Total (%) 1,39 2,78 44,45 8,34 43,06 100 13,86±2,35
2,78 4,17 47,22 15,28 30,56 100 13,39±2,40
Pendapatan Keluarga. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 13, hampir keseluruhan (93,06%)
pendapatan keluarga contoh berada pada
kisaran Rp1.500.000,00 sampai dengan Rp7.850.000,00. Pendapatan minimun
32
keluarga contoh adalah Rp1.500.000,00 dan pendapatan maksimum adalah Rp65.000.000,00. Rata-rata pendapatan keluarga pada kelompok laki-laki lebih tinggi (Rp6.319.440) dibandingkan kelompok perempuan (Rp4.010.000), namun tidak ada perbedaan nyata antara pendapatan keluarga pada kelompok laki-laki dan perempuan (p >0,05). Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan total keluarga per bulan Pendapatan keluarga (RP1000) 1500-7850 >7850 s.d 14200 >58650 s.d 65000 Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
45,83 2,78 1,39 50 6319,44±10275,597
47,22 2,78 0,00 50 4010,00±2126,96 0,194
93,06 5,56 1,39 100 5160,00±7459,07
Pendapatan per kapita menggambarkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya. Nilai pendapatan perkapita diperoleh dari membagi pendapatan keluarga dengan besar keluarga atau jumlah anggota keluarga. Pendapatan perkapita keluarga contoh menurut standar BPS tahun 2011 desa dan kota di Jawa Barat, menggolongkan keseluruhan contoh sebagai keluarga tidak miskin karena memiliki pendapatan perkapita perbulan diatas Rp220.098,00 dengan rata-rata Rp1.200.000,00. Hasil uji
beda tidak menunjukkan perbedaan rata-rata baik pendapatan keluarga
maupun pendapatan perkapita keluarga contoh pada jenis kelamin yang berbeda (p>0,05) Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga perkapita menurut BPS 2011 Pendapatan Perkapita (RP) ≤220098 (Miskin) >220098 (Tidak Miskin) Total (%) Rata-rata±SD P value
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
0 50
0 50
0 100
50 1483,49±2050,160
50 9090,00±5118,62 0,111
100 1200,00±1511,537
Pekerjaan Orangtua. Pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu beragam, dengan proporsi terbesar ayah bekerja sebagai wiraswasta (33,33%), sedangkan ibu sebagian besar menjadi ibu rumah tangga atau dalam kata lain digolongkan tidak bekerja (59,72%). Ibu yang bekerja sebagian besar berprofesi sebagai PNS (16,67%). Banyaknya ayah yang bekerja sebagai wiraswasta menambah peluang keluarga memiliki pendapatan yang tinggi. Sedangkan
33
banyaknya
jumlah
ibu
yang
tidak
bekerja,
memungkinkan
ibu
lebih
berkonsentrasi pada perannya dalam sektor domestik. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua Pekerjaan Orangtua Ayah Buruh PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Guru Polisi/TNI Lainnya (dokter, konsultan kehutanan) Tidak bekerja Total (%) Ibu Buruh PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Guru Polisi/TNI Lainnya (dokter, konsultan kehutanan) Tidak bekerja Total (%)
Laki-laki(%)
Perempuan (%)
Total (%)
1,39 8,33 18,06 12,50 1,39 6,94 1,39 0 50
0 11,11 13,89 20,83 0,00 2,78 1,39 0 50
1,39 19,44 31,94 33,33 1,39 9,72 2,78 0 100
1,39 11,11 2,78 2,78 2,78 0,00 1,39 27,78 50
0 5,56 1,39 5,56 5,56 0 0 31,94 50
1,39 16,67 4,17 8,33 8,33 0,00 1,39 59,72 100
Tugas Perkembangan Keluarga Tugas perkembangan keluarga adalah serangkaian tuntutan spesifik yang harus dipenuhi keluarga untuk sukses menjalani tahapan siklus hidup keluarga selanjutnya. Tugas perkembangan keluaga diklasifikasikan menjadi lima jenis berdasarkan keterkaitannya dengan peran orangtua dalam keluarga. Tabel 16 menyajikan skor rata-rata pemenuhan tugas perkembangan keluarga yang diperoleh dari total item sebanyak 59 yang masing-masing ditujukan mengukur pemenuhan tugas oleh ayah maupun ibu. Berdasarkan data yang disajikan Tabel 16, keluarga pada kelompok laki-laki
maupun
perempuan
telah
memenuhi
sebagian
besar
tugas
perkembangan keluarga. Rata-rata lebih dari 70 persen tugas perkembangan keluarga pada tiap aspek telah dicapai contoh. Keluarga pada kelompok laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan perempuan. Akan tetapi, hasil uji beda tidak menunjukkan adanya perbedaan pemenuhan tugas perkembangan keluarga diantara kedua kelompok (p > 0,05). Keluarga laki-laki dalam aspek tugas terkait peran suami istri, tugas terkait peran pengelola rumah tangga dan peran sebagai individu dewasa memiliki rata-rata skor lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sedangkan, keluarga perempuan memiliki rata-rata skor lebih tinggi
34
pada aspek tugas perkembangan umum keluarga dan tugas terkait peran sebagai orangtua. Namun demikian, hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pemenuhan setiap aspek tugasperkembangan keluarga pada kedua kelompok (p>0,05) Tabel 16 Sebaran rata-rata dan uji beda contoh berdasarkan pemenuhan tugas perkembangan keluarga Tugas Perkembangan Keluarga Tugas Umum (46) Peran Ayah Ibu (24) Peran Suami-Istri (12) Pengelolaan Rumah tangga (16) Dewasa(20) Total (118)
Laki-laki Rata-rata % 37,28 81,04 19,61 81,71 9,47 78,92 13,41 83,81 15,14 75,70 94,64 80,20
Perempuan Rata-rata % 37,64 81,83 19,72 82,17 8,86 73,83 12,78 79,88 14,75 73,75 93,75 79,45
P value 0,785 0,884 0,295 0,450 0,560 0,770
Secara keseluruhan, sebagian besar contoh (88,88%) telah memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan pemenuhan tugas perkembangan contoh berada pada kategori tinggi atau mencapai lebih dari 66,7 persen dari tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi. Data menunjukkan tidak ada contoh yang berada pada kategori rendah baik pada kelompok laki-laki maupun perempuan. (Tabel 17). Tabel 17
Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga
Tugas perkembangan keluarga Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0 4,17 45,84 50
Perempuan (%) 0 6,95 43,06 50
Total (%) 0 11,12 88,88 100
Tugas Perkembangan Umum Keluarga. Hasil penelitian pada Tabel 18 menunjukkan, umumnya contoh telah memenuhi penyediaan kebutuhan remaja baik fasilitas hiburan dan pergaulan, kebutuhan fisik dasar hidup, fasilitas belajar maupun fasilitas pengembangan minat dan bakat dengan baik. Penyediaan kebutuhan fasilitas hiburan dan pergaulan (100%), kebutuhan fisik dasar (100%) dan penyediaan fasilitas belajar (88,89%) bagi remaja lebih besar dipenuhi keluarga kelompok perempuan, namun pemenuhan penyediaan fasilitas minat dan bakat lebih rendah (69,44%) dibandingkan kelompok laki-laki (83,33%). Keluarga laki-laki maupun perempuan telah memiliki kondisi keuangan yang memadai dan mampu menangani apabila terjadi permasalahan keuangan
35
dengan segera. Hal ini ditandai dengan lebih dari 80 persen contoh pada laki-laki dan perempuan telah memenuhi kedua item pernyataan terkait indikator penyesuaian keuangan keluarga. Begitu juga, peran dan tanggung jawab anggota keluarga pada lebih dari 90 persen contoh telah dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing anggota untuk menyelesaikan masalah pengelolaan rumah tangga. Keluarga
laki-laki
telah
baik
dalam
memenuhi
indikator
mempertahankan dan memperbaiki hubungan suami-istri pada item menjaga komunikasi setiap hari (83,33%) dan menyelesaikan masalah suami-istri dengan segera (88,89%). Kelompok perempuan telah baik dalam memenuhi item menjaga komunikasi setiap hari (83,33%). Sedangkan, dalam menyelesaikan masalah suami-istri dengan segera hanya dipenuhi oleh 69,44 persen contoh oleh keluarga perempuan. Kedua kelompok masih kurang (55,56%) dalam meluangkan waktu pergi bersama dengan pasangan. Keluarga contoh laki-laki dan perempuan sebagian besar
telah
berusaha mempererat komunikasi dengan remaja. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 80 persen keluarga senantiasa menjaga komunikasi dengan remaja baik tatap muka maupun melalui media komunikasi lain dan memiliki waktu berkumpul bersama. Keterbukaan remaja dengan orang tua dibutuhkan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada anak. Akan tetapi, berdasarkan persepsi remaja keluarga laki-laki dan perempuan belum cukup baik dalam mengajak diskusi mengenai masalah remaja. Hal ini ditunjukkan dengan hanya 53,88 persen keluarga laki-laki dan 77,78 persen keluarga perempuan yang telah mampu terbuka mendiskusikan masalah dengan remaja. Tugas umum keluarga yang terkait langsung dengan remaja salah satunya adalah memperluas cakrawala remaja dan orang tua. Ayah dan ibu pada keluarga laki-laki yang mereferensikan buku terhadap remaja mencapai 58,33 persen, sementara ayah dan ibu pada keluarga perempuan presentasenya hanya 38,33 persen dan 58,33 persen. Presentase ayah pada keluarga laki-laki dan perempuan (83,33%) lebih besar dibandingkan ibu pada keluarga laki-laki (72,22%) dan perempuan (77,78%) dalam hal mengarahkan remaja untuk memperluas wawasan dari berbagai media.
36
Tabel 18
Sebaran contoh berdasarkan perkembangan keluarga
indikator pemenuhan tugas umum
No
Tugas umum perkembangan keluarga
a. 1.
Penyediaan kebutuhan bagi remaja Penyediaan fasilitas hiburan dan pergaulan bagi remaja Penyediaan kebutuhan fisik dasar hidup bagi remaja Penyediaan fasilitas belajar Penyediaan fasilitas pengembangan minat dan bakat menyesuaikan kondisi keuangan keluarga Mampu menangani masalah keuangan keluarga Memiliki kondisi finansial yang memadai Menetapkan pembagian tanggung jawab anggota keluarga Membagi tanggung jawab peran dalam rumah tangga sesuai kemampuan anggota keluarga Mempertahankan dan memperbaiki hubungan suami-istri Mmeluangkan waktu pergi bersama Menjaga komunikasi setiap hari Menyelesaikan masalah suami istri dengan segera Mempererat jarak komunikasi dengan remaja Menjaga komunikasi dengan remaja Memiliki rutunitas berkumpul bersama Mampu mendiskusikan masalah dengan remaja (fleksibel dan terbuka) Memperbaiki hubungan dengan keluarga besar dan kerabat Keluarga besar saling memberi kabar kejadian penting Kemudahan memperoleh bantuan dari keluarga besar dan kerabat Meluangkan waktu untuk saling mengunjungi keluarga besar Membuka cakrawala remaja dan orangtua Mereferensikan buku kepada remaja Mengarahkan remaja membuka wawasan dari berbagai media Mengajak remaja memgembangkan minat dan bakat Mampu berdiskusi dengan remaja mengenai ilmu pengetahuan Merumuskan filsafat hidup keluarga Memotivasi remaja untuk mempelajari hal agama Memberi teladan perilaku sesuai ajaran agama Mengajarkan perilaku sesuai norma dan aturan di masyarakat
2. 3. 4. b. 5. 6. c. 7.
d. 8. 9. 10. e. 11. 12. 13. f. 14. 15. 16. g. 17. 18. 19. 20. h. 21. 22. 23.
Laki-laki Ayah Ibu (%) (%)
Perempuan Ayah Ibu (%) (%)
91,67
91,67
100
100
97,22
97,22
100
100
86,11 83,33
86,11 83,33
88,89 69,44
88,89 69,44
94,44
94,44
91,67
91,67
83,33
83,33
83,33
83,33
91,67
91,67
94,44
94,44
55,56 83,33 88,89
55,56 83,33 88,89
55,56 83,33 69,44
55,56 83,33 69,44
86,11 83,33 58,33
86,11 83,33 58,33
94,44 86,11 77,78
94,44 86,11 77,78
86,11
86,11
97,22
97,22
91,67
91,67
88,89
88,89
77,78
86,11
83,33
97,22
58,33 83,33
58,33 72,22
38,89 83,33
58,33 77,78
41,67
50,00
58,33
55,56
58,33
44,44
69,44
52,78
88,89
100
88,89
91,67
91,67
100
88,89
94,44
94,44
100
97,22
100
37
Berdasarkan data pada Tabel 18, orangtua pada kedua keluarga masih kurang dalam memenuhi indikator mengajak remaja mengembangkan minat dan bakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ayah pada laki-laki (41,67%) dan ibu (50%), sementara ayah pada perempuan (58,33%) dan ibu (55,56%) dalam memenuhi indikator mengajak remaja mengembangkan minat dan bakat. Diidentifikasikan bahwa lebih dari separuh ayah laki-laki (58,33%) dan hampir separuh ibu (44,44%) dapat berdiskusi dengan remaja masalah pelajaran dan ilmu pengetahuan. Sedangkan, lebih dari separuh ayah pada perempuan (69,44%) dan ibu (52,78%) yang dapat berdiskusi masalah ilmu pengetahuan. Presentase ayah
lebih besar dibandingkan ibu dalam berdiskusi masalah
pelajaran dengan remaja pada kedua kelompok Perumusan
filsafat hidup keluarga telah dipenuhi oleh hampir
keseluruhan keluarga laki-laki maupun perempuan. Hal ini ditandai dengan lebih dari 80 persen ayah dan ibu telah mengajarkan remaja untuk berperilaku sesuai norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, memberi teladan sesuai ajaran agama dan memotivasi untuk mempelajari agama lebih dalam. Jika diamati, presentase ibu lebih besar dibandingkan dengan ayah dalam memenuhi tugas umum terkait perumusan filsafat hidup keluarga. Hal ini berarti menurut persepsi remaja, ibu lebih memerhatikan dan mendorong remaja dalam hal pembentukan filsafat hidup. Hasil yang menarik dalam pemenuhan tugas perkembangan keluarga adalah bahwa menurut persepsi remaja, peran ayah lebih banyak dalam hal membuka
cakrawala
remaja,
sementara
ibu
lebih
berperan
dalam
pengembangan filsafat hidup bagi remaja. Dibandingkan laki-laki, perempuan merasa orangtua lebih terbuka diajak berdiskusi mengenai masalah remaja dan mampu menjaga komunikasi dengan remaja. Hal ini menunjukkan perempuan memiliki kemampuan menjalin hubungan dan merasa lebih nyaman bercerita kepada orangtua mengenai masalahnya. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan tugas umum perkembangan keluarga Tugas umum perkembangan keluarga Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0 5,56 44,44 50
Perempuan (%) 0 6,94 43,06 50
Total (%) 0 12,50 87,50 100
38
Hampir keseluruhan contoh (87,5%) memenuhi tugas perkembangan umum keluarga pada kategori tinggi. Sisanya berada pada kategori sedang, sehingga tidak ada satupun contoh yang berada dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan contoh telah baik dalam memenuhi tugas umum perkembangan keluarga pada tahap anak berusia remaja. Tugas Perkembangan Keluarga terkait Peran sebagai Ayah Ibu. Berdasarkan data yang dipaparkan pada Tabel 20, keluarga pada kelompok lakilaki maupun perempuan telah memenuhi sebagian besar indikator aspek tugas terkait peran sebagai orang tua. Menurut remaja, orang tua telah menunjukkan sikap dan pemikiran dewasa, menjadi contoh suami-istri dan orang tua yang baik, serta kompak dalam mengawasi remaja. Keempat indikator tersebut dipenuhi keluarga antara 88,89 persen sampai dengan 97,22 persen. Ayah dan ibu pada kedua
kelompok
telah
memberikan
kesempatan
bagi
remaja
untuk
mengembangkan minat dan bakat, percaya kepada remaja untuk dapat menyelesaikan masalahnya, memberikan kehangatan kasih sayang, serta menyadari kebutuhan remaja. Keempat indikator telah dipenuhi antara 77,78 persen hingga 94,44 persen keluarga. Jika dibandingkan dengan ayah, ibu lebih meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah remaja, menunjukkan kehangatan kasih sayang kepada remaja, menyadari kebutuhan remaja dan mengatur emosi saat berhadapan dengan remaja.
Presentase ayah lebih besar dibandingkan ibu pada kedua
kelompok
dalam
lebih
memberikan
kesempatan
kepada
remaja
untuk
mengembangkan minat-bakat, memberikan kepercayaan kepada remaja untuk menyelesaikan masalah serta memberikan perhatian yang sesuai dan cukup bagi remaja. Tabel 20 menunjukkan bahwa hampir separuh remaja baik laki-laki maupun perempuan merasa kedua orangtua belum memahami keadaan dan kondisi lingkungan sosial anak tumbuh menjadi remaja. Hal ini ditunjukkan tidak lebih dari tiga per lima keluarga pada laki-laki dan perempuan telah memenuhi indikator memahami keadaan remaja. Remaja, perempuan merasa kedua orang tua memberikan perhatian berlebih pada remaja, dengan hanya 58,33 persen ibu dan 61,11 persen ayah yang memenuhi indikator memberikan perhatian yang sesuai bagi remaja. Sedangkan, pada ayah pada laki-laki (83,33%) dan ibu (61,11%) lebih banyak yang telah memenuhi indikator tersebut. Pada kedua kelompok, ibu lebih rendah dalam memberi perhatian yang sesuai. Hal ini berarti
39
remaja menganggap orangtua, terutama ibu belum sepenuhnya menganggap remaja sebagai individu yang dapat mandiri. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan indikator pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai ayah ibu No
Indikator
1. 2. 3. 4.
Menunjukkan sikap dan pemikiran dewasa Suami-istri yang baik Orangtua yang baik Memberikan kesempatan kepada remaja mengembangkan minat dan bakat 5. Memberikan kepercayaan kepada remaja untuk menyelesaikan masalah 6. Memberikan perhatian yang sesuai 7. Memberikan kehangatan kasih sayang 8. Meluangkan waktu mendengarkan masalah remaja 9. Memahami perbedaan keadaan remaja tumbuh 10. Menyadari perubahan kebutuhan remaja 11. Mengatur emosi saat berhadapan dengan remaja 12. Bekerja sama dengan pasangan dalam pengawasan remaja
Laki-laki Ayah Ibu % % 91,67 94,44 91,67 91,67 88,89 97,22 88,89 83,33
Perempuan Ayah Ibu % % 91,67 97,22 86,11 86,11 94,44 97,22 94,44 86,11
86,11
83,33
88,89
86,11
83,33 77,78 63,89
61,11 83,33 83,33
61,11 86,11 50,00
58,33 94,44 83,33
52,78
55,56
50,00
52,78
77,78 72,22
91,67 69,44
77,78 86,11
88,89 83,33
91,67
91,67
88,89
88,89
Berdasarkan Tabel 21, sebesar 1,39 persen keluarga perempuan berada pada kategori rendah, yakni tidak lebih dari 33,33 persen tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai orangtua dipenuhi keluarga. Hampir keseluruhan keluarga (83,33%) telah memenuhi tugas perkembangan terkait peran sebagai orang tua pada kategori tinggi. Hal ini berarti, keluarga pada kelompok laki-laki dan perempuan dapat dikatakan baik dalam memenuhi tugas perkembangan terkait aspek perannya sebagai orangtua. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai ayah ibu Tugas perkembangan keluarga terkait peran orangtua Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0 9,72 40,28 50
Perempuan (%) 1,39 5,56 43,06 50
Total (%) 1,39 15,28 83,33 100
Tugas Perkembangan Keluarga terkait Peran sebagai Suami-Istri. Selain sebagai ayah dan ibu, orang tua juga memiliki tugas terkait perannya sebagai suami-istri. Santrock (2007) menyebutkan bahwa hubungan perkawinan akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan kepada anak dan secara tidak langsung akan mempengaruhi terhadap perilaku dan perkembangan anak,
40
sehingga orang tua perlu melaksanakan tugas sebagai suami istri dengan baik yang mencakup menjaga kualitas hubungan perkawinan. Hasil penelitian menunjukkan, menurut persepsi remaja lebih dari tiga perempat ayah dan pada kedua kelompok, telah memenuhi indikator tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai suami-istri yakni, menjaga penampilan fisik baik di luar maupun di dalam rumah, saling mengerti dan mendukung pasangan, peduli pada kebutuhan pasangan, serta berbagi pengalaman pekerjaan dengan pasangan. Sementara dalam rutinitas perawatan fisik diri tidak lebih dari tiga per empat ayah dan ibu dari kedua kelompok telah dapat memenuhinya. Dimana, proporsi ibu dari kedua kelompok yang memiliki rutinitas perawatan fisik lebih banyak dibandingkan ayah. Hanya separuh (50%) orangtua pada kelompok laki-laki dan hampir separuh (44,44%) orangtua pada kelompok perempuan telah memenuhi indikator mengembangkan hobi dan kegiatan bersama (Tabel 22). Tabel
22
No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sebaran contoh berdasarkan indikator pemenuhan perkembangan keluarga terkait peran sebagai suami-istri Indikator
Memiliki rutinitas perawatan fisik diri Menjaga penampilan fisik di luar maupun di rumah Saling mengerti dan mendukung pasangan Peduli pada kebutuhan pasangan Berbagi pengalaman pekerjaan dengan pasangan Mengembangkan hobi dan kegiatan bersama
tugas
Laki-laki Ayah Ibu % % 61,11 66,67 83,33 86,11
Perempuan Ayah Ibu % % 58,33 72,22 75,00 83,33
88,89
97,22
91,67
91,67
94,44 86,11
97,22 86,11
80,56 75,00
83,33 86,11
50,00
50,00
44,44
44,44
Berdasarkan kategori tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai suami-istri yang disajikan pada Tabel 23, . Hanya sedikit contoh (7,64%)yang berada pada kategori rendah. Lebih dari separuh contoh (60,42%) berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga telah baik dalam memenuhi tugas perkembanganya terkait peran orangtua sebagai suami-istri.
41
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran sebagai suami-istri Tugas perkembangan keluarga terkait peran suami-istri Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0,69 19,45 29,86 50
Perempuan (%) 6,94 12,50 30,56 50
Total (%) 7,64 31,94 60,42 100
Tugas Perkembangan Keluarga terkait Peran sebagai Pengelola Rumah Tangga. Berdasarkan indikator tugas perkembangan keluarga terkait peran pengelola rumah tangga (Tabel 24), terdapat beberapa tugas yang berbeda antara ayah dan ibu. Hampir keseluruhan ayah dari kedua kelompok telah memiliki pekerjaan dan pendapatan yang layak (97,22%). Sebagian besar, (>80%) keluarga telah melibatkan dan mendorong remaja dalam tanggung jawab pekerjaan rumah. Sebagian besar ayah pada kedua keluarga keluarga, yakni 80,56 persen pada keluarga laki-laki dan 88,89 persen pada keluarga perempuan telah memberikan kebutuhan finansial yang sesuai bagi remaja. Menurut remaja, ayah mendukung jika istri membantu menambah finansial keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan 75 persen ayah pada keluarga lakilaki dan 80,56 persen pada keluarga perempuan memenuhi indikator mendukung pasangan jika ingin membantu finansial keluarga. Ayah Lebih dari separuh ayah pada kedua keluarga terbuka mengenai kondisi keuangan keluarga dan memberi tanggung jawab kepada remaja mengatur keuangan sendiri dan melibatkan anggota keluarga dalam pembelian barang berharga. Ayah pada kelompok lakilaki sebesar 83,33 persen dan 66,67
persen pada perempuan telah terlibat
dalam membantu penyelesaian pekerjaan rumah tangga. Remaja menganggap, ibu telah dapat mengatur menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Seluruh ibu (100%) pada kelompok perempuan dan hampir seluruh ibu pada kelompok laki-laki (97,22%) telah dapat mengatur penyelesaian pekerjaan rumah tangga dengan baik. Begiru pula, hampir seluruh ibu atau lebih dari 90 persen ibu pada kedua kelompok telah mampu mengatur keuangan, menjaga kenyamanan rumah dan remaja dalam tanggung jawab pekerjaan rumah tangga.
melibatkan
42
Tabel No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
24
Sebaran contoh berdasarkan indikator pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran pengelola rumah tangga Indikator
Ayah Terbuka mengenai kondisi keuangan keluarga Memberi tanggung jawab kepada remaja mengatur keuangan sendiri Melibatkan anggota keluarga dalam pembelian barang berharga keluarga Memberikan kebutuhan finansial yang sesuai bagi remaja Mendukung istri jika ingin membantu finansial keluarga Mengambil bagian dalam pekerjaan rumah tangga Melibatkan dan mendorong remaja dalam tanggung jawab pekerjaan rumah tangga Memiliki pekerjaan dan pendapatan yang layak Ibu Terbuka mengenai kondisi keuangan keluarga Memberi tanggung jawab kepada remaja mengatur keuangan sendiri Melibatkan anggota keluarga dalam pembelian barang berharga keluarga Memberikan kebutuhan finansial yang sesuai bagi remaja Melibatkan dan mendorong remaja dalam tanggung jawab pekerjaan rumah tangga Mengatur penyelesaian pekerjaan rumah tangga dengan baik Mengatur keuangan keluarga dengan bijak Menjaga kenyamanan rumah untuk keluarga
Laki-laki %
Perempuan %
63,89 72,22
55,56 61,11
52,78
61,11
88,89
80,56
75,00
80,56
83,33 88,89
66,67 94,44
97,22
97,22
80,56 83,33
75,00 80,56
58,33
66,67
94,44
77,78
88,89
94,44
97,22
100,00
94,44 94,44
91,67 94,44
Seluruh ibu (100%), pada kelompok laki-laki dan lebih dari tiga perempat (77,78%) ibu pada kelompok perempuan telah memberikan kebutuhan finansial yang sesuai bagi remaja. Tiga perempat (75%) ibu pada perempuan dan sebagian besar ibu (80,56%) pada kelompok laki-laki ibu terbuka mengenai kondisi keuangan keluarga.Sebagian besar remaja menganggap ibu telah memberi tanggung jawab kepada remaja untuk mengatur keuangan sendiri (80,56 dan 83,33%). Sedangkan lebih dari separuh ibu pada kedua kelompok contoh yang melibatkan anggota keluarga lain pada pembelian barang berharga. Remaja menganggap, baik ayah maupun ibu pada kedua kelompok belum banyak melibatkan remaja dalam mengambil keputusan pembelian barang berharga keluarga. Hal ini dapat disebabkan karena orangtua belum sepenuhnya mengakui autonomi anak dalam proses mengambil keputusan. Data pada Tabel 25 menunjukkan, menurut kategori tingkat pemenuhan tugas perkembangan terkait peran pengelola rumah tangga, lebih dari dua per
43
tiga contoh (69,45%) berada pada kategori tinggi. Proporsi kelompok laki-laki yang berada pada ketegori tinggi lebih banyak (36,11%) daripada kelompok perempuan (33,34%). Hanya sebagian kecil (1,69%) keluarga yang berada pada kategori rendah dalam memenuhi tugas terkait pengelola rumah tangga. Disimpulkan, remaja mempersepsikan keluarga telah cukup baik dalam memenuhi tugasnya terkait peran pengelola rumah tangga. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan tugas perkembangan terkait peran pengelola rumah tangga Tugas perkembangan keluarga terkait peran pengelola rumah tangga Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
0 13,89 36,11 50
1,69 15,97 33,34 50
1,69 29,86 69,45 100
Tugas Perkembangan Keluarga terkait Peran Individu Dewasa. Sebagai individu dewasa, orang tua memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Berdasarkan Tabel 26, baik ayah maupun ibu dari dua kelompok kurang dari separuhnya melakukan rutinitas berolahraga. Kurang dari sepertiga ayah pada laki-laki (27,78%) dan ayah pada perempuan (25%) terlibat aktif dalam kegiatan organisasi sosial di lingkungannya. Sedangkan, lebih dari sepertiga ibu pada laki-laki (38,89%) dan ibu pada perempuan (36,11%) telah terlibat aktif dalam kegiatan organisasi sosial di lingkungannya. Presentase ibu lebih besar dibandingkan ayah dalam keterlibatan kegiatan organisasi di masyarakat. Hal ini disebabkan lebih dari separuh ibu pada anak remaja tidak bekerja sehingga dapat meluangkan waktunya untuk kegiatan organisasi. Rata-rata separuh ayah (50%) dan lebih dari separuh ibu (63,89%) pada keluarga laki-laki terus meningkatkan potensi diri. Lebih dari separuh ayah (55,56%) pada perempuan (36,11%) terus mengembangkan potensi diri meski sudah memiliki anak berusia remaja. Menurut remaja orangtua telah baik dalam melakukan penyesuaian pola makan, pola pekerjaan,pengurangan perilaku dan kebiasaan tidak baik, semakin bijak dalam menangani masalah, fleksibel terhadap hal baru di masyarakat,menciptakan rasa nyaman saat berkumpul keluarga dan meraih standar hidup yang realistis. Hal ini ditunjukkan dengan lebih dari 80 persen keluarga pada laki-laki maupun perempuan telah memenuhinya.
44
Tabel No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
26
Sebaran contoh berdasarkan indikator pemenuhan perkembangan keluarga terkait peran individu dewasa Indikator
Melakukan rutinitas berolahraga Menyesuaikan pola makan dengan perubahan kondisi fisik Menyesuaikan pola pekerjaan dengan perubahan kemampuan fisik Mengurangi kebiasaan dan perilaku yang tidak baik Semakin bijak dalam menyelesaikan masalah Fleksibel terhadap hal baru di masyarakat Menciptakan rasa nyaman saat berkumpul dengan keluarga Meningkatkan potensi diri (seminar,hobi, pelatihan keterampilan dsb.) Terlibat dalam kegiatan organisasi sosial di masyarakat Maksimal meraih tujuan hidup dengan cara yang realistis
Laki-laki Ayah Ibu % % 47,22 41,67
tugas
Perempuan Ayah Ibu % % 38,89 38,89
83,33
80,56
75,00
75,00
86,11
94,44
86,11
83,33
91,67
94,44
97,22
100,00
88,89 80,56
91,67 75,00
88,89 83,33
88,89 86,11
88,89
100,00
88,89
94,44
50,00
63,89
55,56
36,11
27,78
38,89
25,00
36,11
91,67
97,22
97,22
100,00
Secara umum, contoh yang memenuhi tugas perkembangan keluarga terkait peran individu dewasa dengan baik, atau dalam kata lain berada dalam kategori tinggi mencapai separuh (52,08%). Hanya sedikit contoh (0,69%) yang masih kurang dalam memenuhi tugas perkembangan orangtua sebagai individu dewasa. Kelompok laki-laki yang berada pada kategori tinggi lebih besar proporsinya (29,86%) dibandingkan kelompok perempuan (22,22%). (Tabel 27) Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga terkait peran individu dewasa Tugas perkembangan keluarga terkait peran individu dewasa Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0,69 20,14 29,86 50
Perempuan (%) 0 27,79 22,22 50
Total (%) 0,69 47,93 52,08 100
Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja di bagi menjadi tujuh aspek, diantaranya adalah tugas perkembangan terkait perubahan biologis, kepuasan penerimaan peran sosial, sosialisasi, kemandirian emosi, mempersiapkan kemandirian ekonomi, keterampilan intelektual dan kepekaan sosial serta perumusan filsafat
45
hidup. Berdasarkan Tabel 28, rata-rata remaja baik laki-laki maupun perempuan telah mencapai 66,67 persen tugas perkembangan remaja dari total item 57 pernyataan. Ketujuh aspek perkembangan remaja telah dipenuhi contoh rata-rata lebih dari tiga perempat bagian. Kelompok perempuan memiliki rata-rata lebih tinggi dalam aspek keterampilan intelektual dan kepekaan sosial;(76,52%) dan aspek perumusan filsafat hidup (84,92%). Sedangkan kelompok laki-laki memiliki rataan lebih tinggi dalam aspek tugas perkembangan terkait perubahan biologis (80,86%), kepuasan penerimaan peran sosial (97,78%), kemampuan sosialisasi (80,83%), kemandirian emosi (79,63%) dan kesiapan kemandirian ekonomi (78,24%). Akan tetapi, hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan pencapaian tugas perkembangan remaja antara laki-laki dan perempuan baik dalam tiap aspek maupun total keseluruhan tugas perkembangan (p>0,05). Penelitian Ruhudawati (2005), juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kemandirian antara lakilaki dan perempuan. Tabel 28 Sebaran rataan dan uji beda contoh berdasarkan pencapaian tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja Perubahan biologis (9) Kepuasan penerimaan peran sosial (5) Sosialisasi (10) kemandirian emosi (9) Kesiapan kemandirian ekonomi (6) Keterampilan intelektual dan kepekaan sosial (11) Perumusan filsafat hidup (7) Total (57)
Laki-laki rata-rata % 7,28 80,86 4,89 97,78 8,08 80,83 7,17 79,63 4,69 78,24 8,25 75,00 5,69 46,06
Perempuan rata-rata % 6,83 75,93 4,75 95,00 8,03 80,28 6,83 75,93 4,53 75,46 8,42 76,52
81,35 80,80
5,94 45,33
84,92 79,53
P Value 0,273 0,197 0,890 0,356 0,627 0,683 0,352 0,612
Berdasarkan tingkat pencapaian tugas perkembangan remaja, lebih dari separuh contoh (55,56%) berada dalam kategori tinggi. Sementara sisanya berada pada kategori sedang (44,44%). Tidak ada seorangpun yang berada pada ketegori rendah. Proporsi kelompok laki-laki dan perempuan yang berada pada kategori tinggi maupun sedang memiliki jumlah yang sama. (Tabel 29). Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pencapaian tugas perkembangan remaja Tugas Perkembangan Remaja Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 0 22,22 27,78 50
Perempuan (%) 0 22,22 27,78 50
Total (%) 0 44,44 55,56 100
46
Menerima Perubahan Tubuh dan Menggunakannya dengan Efektif (Perubahan Biologis). Menurut hasil yang dipaparkan pada Tabel 30, hampir keseluruhan contoh telah mencapai
beberapa indikator terkait perubahan
biologis. Indikator tersebut yakni, mengetahui bentuk tubuh proporsional, berusaha untuk menjaga bentuk tubuh ideal, mengetahui ciri perubahan tubuh, menjaga asupan gizi dan mampu menyesuaikan penampilan pada situasi berbeda. Kelompok laki-laki lebih banyak mencapai tugas terkait perubahan biologis dalam seluruh indikator kecuali dalam menjaga asupan gizi. Hal ini menunjukkan laki-laki lebih dapat melakukan penyesuaian terhadap bentuk tubuh. Sedangkan perempuan lebih peduli dalam menjaga asupan gizi atau dietnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dalam Santrock (2007), remaja perempuan memiliki pencitraan tubuh yang lebih negatif dibandingkan laki-laki.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan indikator aspek tugas perkembangan terkait perubahan biologis No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indikator Percaya diri dengan bentuk tubuh Mengetahui bentuk tubuh normal proporsional Berusaha untuk menjaga bentuk tubuh ideal Mengetahui ciri perubahan tubuh Nyaman dengan perubahan bentuk tubuh Memiliki rutinitas olahraga di luar pelajaran Menjaga asupan gizi Menyesuaikan penampilan dalam situasi berbeda Melakukan perawatan tubuh
Tabel
30
menunjukkan,
terdapat
Laki-laki (%) 63,88 97,22 88,89 100 91,67 86,11 94,44 88,89 50,00
seperempat
bagian
Perempuan (%) 52,78 97,22 83,34 97,22 75,00 63,89 97,22 88,89 47,22
kelompok
perempuan yang tidak nyaman dengan perubahan bentuk tubuh. Separuh contoh laki-laki (50%) dan hampir separuh contoh perempuan (47,22%) melakukan perawatan tubuh secara rutin untuk menjaga penampilan. Kelompok perempuan lebih sedikit (63,89%) memiliki rutinitas berolahraga di luar pelajaran dibandingkan kelompok laki-laki (86,11%). Menurut tingkat pencapaian
aspek tugas perkembangan terkait
perubahan biologis, lebih dari separuh contoh (68,06%) berada pada kategori tinggi. Hanya sedikit contoh (4,17%) yang berada pada kategori rendah. Presentase laki-laki (34,72%) yang memenuhi tugas perkembangan terkit aspek perubahan biologis pada kategori tinggi lebih besar dibandingkan perempuan (33,33%). Hal ini dapat disebabkan citra tubuh pada remaja perempuan yang lebih negatif (Tabel 31).
47
Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pencapaian aspek tugas perkembangan remaja terkait perubahan biologis Tugas Perkembangan Remaja terkait perubahan biologis Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
0 15,28 34,72 50
4,17 12,50 33,33 50
4,17 27,78 68,06 100
Mencapai Kepuasan dan Penerimaan PeranSosial. Pencapaian kepuasan dan penerimaan peran sosial pada contoh dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari hampir keseluruhan contoh (≥88,89%) telah memenuhi setiap indikator. Diantaranya, berusaha menjadi remaja sesuai norma, belajar mempersiapkan diri menjadi dewasa, mengetahui peran dan tugas orang dewasa, memehami perbedaan peran dan laki-laki dewasa, menunjukkan penampilan dan perilaku sesuai identitas jenis kelamin (Tabel 32). Tabel 32
Sebaran contoh berdasarkan indikator kepuasan dan penerimaan peran sosial remaja
No
Indikator 1. 2. 3. 4. 5.
Berusaha menjadi remaja sesuai norma Belajar mempersiapkan diri menjadi dewasa Mengetahui peran dan tugas orang dewasa Memahami perbedaan peran laki-laki dan perempuan dewasa Menunjukkan penampilan dan perilaku sesuai identitas jenis kelamin
Laki-laki (%) 100 100 94,44 97,22
Perempuan (%) 97,22 100 88,89 94,44
97,22
94,44
Setelah di klasifikasikan berdasarkan tingkat pencapaian kepuasan dan penerimaan peran sosial (Tabel 33), maka hampir keseluruhan contoh berada pada kategori tinggi (97,22%). Tidak ada contoh yang berada pada kategori rendah dalam mencapai tugas perkembangan terkait kepuasan dan penerimaan sosial. Hal ini berarti remaja telah berusaha menjadi remaja sesuai harapan masyarakat berdasarkan jenis kelamin yang berbeda. Oleh karena itu, nilai-nilai streotip gender yang terdapat dalam masyarakat maupun keluarga perlu lebih menekankan bahwa seseorang penting menjadi manusia yang kompeten daripada sebagai maskulin, feminin atau androgin (Pleck 1983;Paludi 2002 dalam Santrock 2007).
48
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pencapaian tugas kepuasan dan penerimaan peran sosial Tugas Perkembangan Remaja terkait kepuasan dan penerimaan peran sosial Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
0 1,39 48,61 50
0 1,39 48,61 50
0 2,78 97,22 50
Sosialisasi antar Teman Sebaya. Salah satu lingkungan yang memiliki pengaruh besar terhadap remaja adalah teman sebaya. Oleh karena itu remaja perlu memiliki keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebaya. Berdasarkan indikatornya, hampir seluruh contoh atau lebih dari 90 persen merasa diterima dan nyaman
dalam kelompok pertemanan serta pernah
memiliki pengalaman menyukai lawan jenis. Hal ini mengindikasikan bahwa contoh memiliki kemampuan berinteraksi secara timbal-balik. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan indikator sosialisasi antar teman sebaya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Indikator Merasa diterima dalam kelompok pertemanan Nyaman bergaul dengan kelompok pertemanan Mudah mendapat teman Nyaman bergaul dengan teman lawan jenis Memiliki pengalaman menyukai lawan jenis Memahami bagaimana cara bergaul dengan berbagai kelompok/golongan Dikenal sebagai orang yang pandai bergaul dengan berbagai golongan Mampu menolak ajakan teman (asertif) Mampu mempengaruhi teman (asertif) Mampu segera berbaikan dengan teman
Laki-laki (%) 94,44 91,67 86,11 86,11 94,44 88,89
Perempuan (%) 97,22 97,22 77,78 75,00 94,44 66,67
66,67
69,44
69,44 55,56 75,00
58,33 80,56 86,11
Sebagian besar contoh laki-laki mudah mendapat teman (86,11%), nyaman bergaul dengan teman lawan jenis (86,11%), dan memahami cara bergaul dengan kelompok berbeda (88,89%). Presentase laki-laki dalam memenuhi indikator tersebut lebih besar dibandingkan kelompok perempuan. Kelompok perempuan memiliki presentase lebih besar dibandingkan laki-laki dalam hal mampu segera berbaikan dengan teman (86,11%) dan mempengaruhi atau mengajak teman secara asertif (80,56%), namun lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam mampu menolak ajakan teman (58,33%). Meski demikian contoh yang merasa dirinya dikenal sebagi orang yang pandai bergaul tidak lebih dari tiga per empat bagian contoh, baik laki-laki (66,7%) maupun perempuan (69,44%). (Tabel 34).
49
Tabel 35 menunjukkan, Sebagian besar contoh (81,94%) memiliki tingkat pencapaian indikator sosialisai antar teman sebaya berada pada kategori tinggi. Hanya sebagian kecil contoh (2,78%) berada pada kategori rendah, sisanya (15,28%) berada pada kategori sedang. Kelompok perempuan yang berada pada kategori tinggi memiliki proporsi lebih besar dari laki-laki. Hal ini dapat disebabkan, contoh perempuan lebih mampu mempengaruhi teman secara
asertif
dan
lebih
mudah
berbaikan
kembali
dengan
teman.
Bagaimanapun, berdasarkan uji beda pada Tabel 28 tidak terdapat perbedaan nyata antara laki-laki dan perempuan dalam hal sosialisasi antar teman sebaya. Berarti, baik laki-laki maupun perempuan telah sama-sama mencapai tugas perkembangan terkait sosialisasi antar teman sebaya dengan baik.Hanya saja, laki-laki dan perempuan memiliki pencapaian yang lebih baik dalam indikator yang berbeda. Sesuai pendapat Goleman (2001) bahwa laki-laki memiliki pergaulan yang lebih luas sementara perempuan lebih setia kepada grup sebayanya. Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pencapaian indikator sosialisasi antar teman sebaya Tugas Perkembangan Remaja terkait sosialisasi antar teman sebaya Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
1,39 9,72 38,89 50
1,39 5,56 43,06 50
2,78 15,28 81,94 100
Mencapai Kemandirian Emosi dari Orangtua dan Orang Dewasa Lain. Remaja perlu mencapai kemandirian emosi dari orangtua, namun bukan berarti lepas sama sekali dari orangtua. Remaja tetap memerlukan orang tua atau orang dewasa lain dalam membimbing dan mengarahkan remaja agar dapat dengan tepat mengambil keputusan penting dalam hidup. Berdasarkan indikatornya, terlihat bahwa hampir keseluruhan contoh dari kelompok laki-laki (100%) maupun perempuan (94,44%) telah berusaha membina hubungan kasih sayang yang lebih dewasa dengan orangtua.hampir seluruh laki-laki (97,22%) dan perempuan (86,11%)berusaha menyelesaikan pekerjaan sendiri. Hampir seluruh contoh telah berpikir dan bertindak dengan perhitungan jangka panjang yakni 97,22 persen laki-laki dan 91,67 persen perempuan. Hasil menunjukkan, tidak lebih dari tiga perempat laki-laki (63,89%) dan perempuan (75%) yang mandiri mempersiapkan kebutuhan pribadi, mampu
50
memutuskan sendiri masalah penting (75% dan 69,44%) dan merubah bentuk ketergantungan dengan orangtua menjadi lebih dewasa (63,89% dan 75%). (Tabel 36). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan indikator kemandirian emosi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indikator Mandiri mempersiapkan kebutuhan pribadi Inisiatif meringankan beban orangtua Membina hubungan kasih sayang yang lebih dewasa dengan orangtua Mampu memutuskan sendiri masalah penting Siap hidup lepas dari orangtua Mampu bersabar atas permintaan yang tidak dapat dipenuhi orangtua Merubah bentuk ketergantungan dengan orangtua menjadi lebih dewasa Berusaha menyelesaikan pekerjaan sendiri Berpikir dan bertindak dengan perhitungan jangka panjang
Laki-laki (%) 63,89 66,67 100
Perempuan (%) 75,00 80,56 94,44
75,00 83,33 69,44
69,44 52,78 58,33
63,89
75,00
97,22 97,22
86,11 91,67
Berdasarkan Tabel 36, kelompok perempuan memiliki proporsi lebih besar untuk berinisiatif meringankan beban orangtua (80,56%). Sedangkan kelompok laki-laki lebih besar proporsinya dalam indikator siap hidup lepas dari orangtua (83,33%) dan mampu bersabar atas permintaan yang tidak dipenuhi orangtua (69,44%). Berdasarkan tingkat pencapaian indikator kemandirian emosi, teramati bahwa hampir tiga per empat contoh (70,83%) berada pada kategori tinggi. Lakilaki yang memiliki kategori tinggi dalam memenuhi aspek kemandirian emosi lebih besar proporsinya (37,50%) dibandingkan perempuan (33,33%). Hal ini menunjukkan bahwa, remaja laki-laki lebih siap untuk mandiri secara emosi dari orangtua maupun orang dewasa lain. (Tabel 37). Berdasarkan Santrock (2007), hal ini dapat
terjadi karena laki-laki diberikan indepedensi yang lebih luas
daripada perempuan. Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pencapaian indikator kemandirian emosi Tugas Perkembangan Remaja terkait kemandirian emosi Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 1,39 11,11 37,50 50
Perempuan (%) 1,39 15,28 33,33 50
Total (%) 2,78 26,39 70,83 100
Memilih dan Mempersiapkan suatu Pekerjaan untuk Kemandirian Ekonomi. Berdasarkan data pada Tabel 38, seluruh contoh laki-laki (100%) dan
51
hampir
seluruh
contoh
perempuan (91,67%)
sudah mempertimbangkan
penjurusan keilmuan berdasarkan cita-cita pekerjaan. Walaupun tidak lebih dari empat per lima contoh (77,78%) sudah mencari informasi arah dan peluang kerja, namun hampir seluruh contoh pada kelompok laki-laki (91,67%) dan perempuan (94,44%) telah memiliki cita-cita sesuai minat dan bakat. Akan tetapi contoh yang sudah mengembangkan minat dan bakat melalui pelatihan, memiliki prestasi yang menambah kompetensi diri dan mengikuti kompetisi dalam pengembangan potensi diri tidak lebih dari dua pertiga bagian. Contoh laki-laki yang melakukan pengembangan minat dan bakat (69,44%), dan yang memiliki prestasi (66,67%) lebih besar proporsinya dibandingkan perempuan (61,11% dan 58,33%). Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan indikator mempersiapkan kemandirian ekonomi No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator Mencari informasi arah dan peluang kerja Memiliki cita-cita pekerjaan sesuai minat dan bakat Mempertimbangkan penjurusan berdasarkan cita-cita pekerjaan Mengembangkan minat dan bakat melalui berbagai pelatihan Memiliki prestasi yang menambah kompetensi diri Mengikuti kompetisi untuk meraih eksistensi dalam pengembangan potensi diri
Laki-laki (%) 77,78 91,67
Perempuan (%) 77,78 94,44
100
91,67
69,44
61,11
66,67
58,33
63,89
69,44
Menurut data yang tersaji pada Tabel 39, lebih dari separuh contoh (59,72%) berada pada kategori tinggi dalam hal tingkat pencapaian indikator kemandirian ekonomi. Kelompok laki-laki yang memiliki kategori tinggi lebih besar proporsinya (30,56%) dibandingkan perempuan (29,17%). Hal ini dapat disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan pengembangan minat dan bakat di luar kegiatan belajar di sekolah, sedangkan perempuan lebih fokus pada mata pelajaran di sekolah. Sesuai dengan karakteristik remaja terkait nilai akademik, dimana perempuan lebih baik dalam hal tersebut. Hal ini pula, dapat disebabkan karena perbedaan orientasi laki-laki yang lebih tinggi pada karir masa depan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga (Santrock, 2007)
52
Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan tingkat indikator kesiapan kemandirian ekonomi Tugas Perkembangan Remaja terkait kemandirian emosi Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%) 5,56 13,89 30,56 50
Perempuan (%) 5,56 15,28 29,17 50
Total (%) 11,11 29,17 59,72 100
Mengembangkan Keterampilan Intelektual dan Kepekaan Sosial. Remaja yang akan menjadi individu dewasa dan warga negara, perlu memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, salah satu tugas perkembangan
yang
harus
dipenuhi
remaja
dengan
baik
adalah
mengembangkan keterampilan intelektual dan kepekaan sosial yang diperlukan untuk kompetensi kewarganegaraan. Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan indikator keterampilan intelektual dan kepekaan sosial kewarganegaraan No
Indikator 1. Berusaha memperoleh informasi terbaru mengenai pengetahuan umum 2. Peduli terhadap masalah perkembangan polsosbud di sekitar 3. Membaca buku pengetahuan selain buku populer dan sekolah 4. Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat 5. Merasa peduli terhadap kondisi lingkungan 6. Mempertimbangkan alternatif solusi penyelesaian masalah 7. Mempertimbangkan dengan matang dalam pengambilan keputusan 8. Mengetahui penyelesaian masalah sesuai etika 9. Memperoleh pengetahuan berkomunikasi di depan umum 10. Mengikuti kegiatan organisasi di luar atau di sekolah 11. Dapat diberi tanggungjawab menyangkut urusan umum
Laki-laki (%) 52,78
Perempuan (%) 33,33
88,89
86,11
69,44
66,67
38,89 91,67 100
52,78 94,44 100
94,44
97,22
97,22
94,44
88,89
88,89
52,78
47,22
55,56
75,00
Menurut data yang disajikan Tabel 40, seluruh contoh (100%) pada kedua kelompok telah mempertimbangkan berbagai alternatif solusi dalam penyelesaian masalah. Sementara, hampir seluruh contoh telah merasa peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar, mempertimbangkan dengan matang dalam pengambilan keputusan, mengetahui etika penyelesaian masalah. Indikator kepedulian terhadap masalah perkembangan politik,sosial dan budaya, perolehan pengetahuan berkomunikasi di depan umum dipenuhi oleh
53
sebagian besar remaja baik laki-laki maupun perempuan. Meski demikian hanya separuh remaja laki-laki dan sepertiga perempuan yang berusaha memperoleh informasi terbaru mengenai pengetahuan umum.Remaja laki-laki yang berusaha memperoleh informasi terbaru mengenai pengetahuan umum (52,78%) dan membaca buku selain buku populer dan mata pelajaran di sekolah (69,44%) dan mengikuti kegiatan organisasi (52,78%) lebih besar presentasenya dibandingkan perempuan. Akan tetapi presentase remaja perempuan lebih besar dalam hal keikutsertaan kegiatan sosial (52,78%) dan kemampuan dibebani tanggung jawab urusan umum (75%). (Tabel 40) Remaja telah cukup baik mencapai tugas perkembangan terkait aspek keterampilan intelektual dan kepekaan sosial namun perlu ditingkatkan kembali Hal ini ditunjukkan berdasarkan data pada Tabel 41 bahwa dua pertiga contoh (66,67%) berada pada kategori tinggi menurut tingkat pencapaian indikator keterampilan intelektual dan kepekaan sosial kewarganegaraan. Hampir seluruh sisanya (31,94%) berada pada kategori sedang dan sedikit sekali contoh (1,39%) yang berada pada kategori rendah. Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat indikator keterampilan intelektual dan kepekaan sosial kewarganegaraan Tugas Perkembangan Remaja aspek keterampilan intelektual dan kepekaan sosial Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
1,39 15,28 33,33 50
0 16,67 33,33 50
1,39 31,94 66,67 100
Mengembangkan Filsafat Hidup. Indikator mengembangkan suatu filsafat hidup erat kaitannya dengan perkembangan moral yang dimiliki remaja dan
pandangan
untuk
hidup
sesuai
standar.
Hal
ini
terkait
dengan
tugasperkembangan umum keluarga dalam mengembangkan filsafat hidup. Seperti yang telah terangkum dalam Tabel 18, perumusan filsafat hidup keluarga telah dipenuhi oleh hampir keseluruhan keluarga laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan pencapaian setiap poin indikator (Tabel 42), hampir keseluruhan contoh laki-laki dan perempuan (≥86,11%) mampu mengontrol perilaku sesuai norma, berusaha berperilaku tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, mengetahui cita-cita standar hidup masa depan, serta mempraktekkan agama dalam kehidupan.
54
Tabel 42 Sebaran contoh berdasarkan pencapaian indikator mengembangkan filsafat hidup No
Indikator
1. 2.
Mampu mengontrol perilaku sesuai norma Berusaha berperilaku tidak merugikan diri sendiri dan oranglain Tidak pernah terlibat kasus kenakalan remaja Mengetahui cita-cita standar hidup masa depan dengan mengukur kemampuan Mempraktekkan agama dalam kehidupan Merasa sudah memberikan manfaat bagi lingkungan Merasa berharga menjadi bagian lingkungan
3. 4. 5. 6. 7.
Laki-laki (n=36) % 94,44 97,22
Perempuan (n=36) % 91,67 88,89
72,22 86,11
91,67 100
97,22 52,78
88,89 55,56
69,44
77,78
Proporsi contoh kelompok perempuan yang tidak pernah terlibat kenakalan remaja lebih besar (91,67%) dibandingkan contoh pada kelompok laki-laki (72,22%). Meskipun contoh yang merasa bermanfaat bagi lingkungan tidak lebih dari dua per tiga bagian (52,78% dan 55,56%) namun, mereka merasa berharga menjadi bagian dari lingkungan. Ditunjukkan lebih dari dua pertiga contoh (69,44% dan 77,78%) yang memenuhi indikator merasa berharga menjadi bagian lingkungan. Hal ini menunjukkan remaja merasa hidup mereka berarti dan memiliki keterkaitan dengan lingkungannya. Tabel
43
Sebaran contoh berdasarkan pengembangan filsafat hidup
Tugas Perkembangan Remaja aspek pengembangan filsafat hidup Rendah (<33,33%) Sedang (33,33%-66,7%) Tinggi (>66,7%) Total (%)
tingkat
pencapaian
indikator
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
0 6,94 43,06 50
1,39 4,17 44,44 50
1,39 11,11 87,50 100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 43, tingkat pencapaian indikator mengembangkan filsafat hidup menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (87,50%) berada pada kategori tinggi. Sementara itu, contoh yang berada pada kategori rendah, hanya sebagian kecil saja (1,39%). Hal ini berarti secara umum,remaja telah dapat mengembangkan filsafat hidup sesuai harapan masyarakat dan pedoman moral agama. Hal ini dapat didukung pula oleh baiknya pencapaian orangtua dalam mengembangkan filsafat hidup dalam keluarga.
55
Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga Hasil uji korelasi pada Tabel 44 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja. Hasil pengamatan menemukan, lama pendidikan ibu
memiliki
hubungan
positif
signifikan
dengan
pemenuhan
tugas
perkembangan keluarga terkait peran orangtua sebagai individu dewasa. hal ini berarti semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh ibu, akan meningkatkan pencapaian tugas perkembangan keluarga terkait perannya sebagai individu dewasa. hal ini diduga, ibu yang menempuh pendidikan formal lebih tinggi memiliki kemampuan manajemen dan pandangan hidup yang lebih baik sehingga lebih perhatian pada pengembangan dirinya sebagai individu. Usia orangtua, lama pendidikan ayah, status pekerjaan ibu, pendapatan dan besar keluarga tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kelima aspek tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja. Hal ini diduga karena homogenitas data baik secara karakteristik contoh maupun tugas perkembangan keluarga. Selain itu, bias dalam pengukuran tugas perkembangan keluarga berdasarkan persepsi remaja dapat mendukung terjadinya ketiadaan hubungan antara karakteristik keluarga dengan aspek tugas perkembangan keluarga. Tabel 44 Sebaran koefisien korelasi karakteristik keluarga dengan pemenuhan tugas perkembangan keluarga Karakteristik Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja Keluarga TPU TPAI TPSI TPPRT TPID Total Usia ayah -0,226 0,000 -0,050 -0,126 -0,117 -0,154 Usia ibu -0,038 -0,128 -0,031 -0,011 -0,093 -0,074 Pendidikan ayah -0,137 0,162 0,203 -0,067 0,169 0,041 Pendidikan ibu 0,095 0,129 0,103 -0,084 0,281* 0,143 Status pekerjaan 0,091 -0,083 0,083 0,159 0,046 0,070 ibu Pendapatan 0,076 0,185 0,174 -0,060 0,183 0,111 keluarga Besar keluarga -0,182 -0,185 -0,105 -0,063 -0,116 -0,182 *signifikan pada taraf nyata 95% TPU=tugas perkembangan umum keluarga, TPAI= tugas terkait peran ayah ibu, TPSI=tugas terkait peran suami-istri, TPPRT= tugas terkait peran pengelola rumah tangga, TPID=tugas terkait peran orangtua sebagai individu dewasa
Hubungan antara Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga dengan Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga Data yang ditampilkan pada Tabel 45 menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara karakteristik keluarga maupun karakteristik remaja dengan pencapaian tugas perkembangan remaja. Karakteristik remaja dan
56
keluarga pada penelitian ini secara uji beda hampir keseluruhan sama. Sehingga dalam uji hubungan antara karakteristik contoh dengan tugas perkembangan remaja tidak dapat terlihat secara nyata. Terdapat hubungan sangat signifikan antara pendidikan ibu dengan tugas perkembangan remaja terkait aspek perubahan biologis. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin baik pula penerimaan perubahan biologis dan pemeliharaan diri remaja. Hal ini diduga, ibu yang memiliki pendidikan formal lebih tinggi akan memiliki pandangan dan memberikan pola pengasuhan yang lebih baik kepada remaja. Tabel 45 Sebaran koefisien korelasi karakteristik remaja dan keluarga dengan pencapaian tugas perkembangan remaja Karakteristik Remaja dan Keluarga Jenis Kelamin Ekstrakulikuler Nilai akademik Prestasi Usia ayah Usia Ibu Pendidikan ayah Pendidikan Ibu Pendapatan keluarga Status Pekerjaan ibu Besar keluarga
PB
Tugas Perkembangan Remaja PSFM SS KEM KKEK KIKS
PF
Total
-0,091 -0,043 -0,230 0,035 -0,134 -0,045 0,215
0,080 -0,173 0,049 0,072 -0,185 -0,005 0,029
-0,006 0,146 -0,106 0,133 -0,202 -0,135 -0,033
0,160 -0,115 0,053 0,121 -0,054 0,165 0,094
-0,178 0,357** 0,247* 0,325** -0,253* -0,156 -0,244*
-0,035 0,113 -0,76 0,111 -0,119 0,025 0,008
-0,025 -0,173 0,107 -0,101 -0,010 0,005 0,128
-0,120 0,059 -0,020 0,174 -0,220 -0,039 0,046
0,323** 0,140
0,039 0,029
0,071 0,092
0,092 0,133
-0,163 0,065
0,201 0,109 0,177 0,018 -0,028 0,118
0,023
0,015
-0,078
-0,038
0,124
0,072 0,082
-0,091
0,080
-0,006
-0,160
-0,178
-0,035 -0,025 -0,120
0.042
*signifikan pada taraf nyata 95%,** signifikan pada taraf nyata 99% PB=perubahan biologis, PSFM= kepuasan dan penerimaan peran sosial feminine-maskulin, SS=sosialisasi antar teman sebaya, KEM=kemandirian emosi, KKEK=kesiapan kemandirian ekonomi, KIKS= kemampuan intelektual dan kepedulian sosial, PF=pengembangan filsafat hidup
Ekstrakulikuler dan prestasi menunjukkan hubungan positif sangat signifikan dengan pencapaian tugas perkembangan remaja terkait aspek kesiapan kemandirian ekonomi. Sementara, nilai akademik berhubungan positif signifikan dengan pencapaian tugas perkembangan remaja terkait aspek kesiapan kemandirian ekonomi. Hal ini berarti, semakin banyak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, semakin tinggi nilai akademik dan semakin banyak prestasi yang diraih remaja maka semakin baik pula pencapaian tugas kesiapan kemandirian ekonomi pada diri remaja. Sebaliknya, lama pendidikan ayah dan usia ayah memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan aspek kesiapan kemandirian ekonomi remaja. Berarti, semakin tua ayah dan semakin lama pendidikan ayah, maka kesiapan
57
kemandirian ekonomi remaja semakin berkurang. Hal ini disebabkan, ayah pada usia dewasa akhir yang sedang mencapai puncak karir dengan pendidikan formal yang semakin tinggi serta memiliki pendapatan yang memadai menganggap remaja masih terlalu dini untuk lekas mempersiapkan kemandirian ekonominya melainkan lebih berkonsentrasi pada pencapaian akademisnya di sekolah (Tabel 45). Hubungan antar Aspek Tugas Perkembangan Keluarga dengan Aspek Tugas Perkembangan Remaja Apabila meninjau hubungan antar aspek tugas perkembangan keluarga dengan aspek tugas perkembangan remaja (Tabel 46), terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antar aspek perkembangan keluarga dengan aspek tugas perkembangan remaja. Hal ini berarti semakin tingginya pemenuhan setiap aspek perkembangan keluarga maka, akan meningkatkan pencapaian tugas perkembangan remaja. Seluruh dimensi tugas perkembangan keluarga berhubungan positif nyata dengan penerimaan kondisi fisik pada remaja dan total pencapaian tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan keluarga yang memiliki
hubungan
positif
dengan
tugas
perkembangan
remaja
tekait
pengembangan filsafat hidup adalah tugas terkait peran orangtua, suami-istri, dan peran individu dewasa. Tabel 46 Sebaran koefisien korelasi aspek tugas perkembangan keluarga dengan aspek tugas perkembangan remaja Variabel TPU TPAI TPSI TPPRT TPID TPK
PB 0,413** 0,433** 0,449** 0,255* 0,348** 0,479**
PSFM 0,323** 0,229 0,103 0,331** 0,210 0,305**
SS 0,296* 0,205 0,242* 0,233* 0,256* 0,298*
KEM 0,368** 0,441** 0,211 0,268* 0,345** 0,405**
KKEK 0,195 0,124 0,142 0,137 0,259* 0,212
KKS PF 0,234* 0,361** 0,100 0,396** 0,184 0,345** 0,062 0,214 0,319** 0,290* 0,227 0,377**
TPR 0,510** 0,470** 0,421** 0,326** 0,471** 0,568**
-TPU=tugas perkembangan umum keluarga, TPAI= tugas terkait peran ayah ibu, TPSI=tugas terkait peran suami-istri, TPPRT= tugas terkait peran pengelola rumah tangga, TPID=tugas terkait peran orangtua sebagai individu dewasa TPK=tugas perkembangan keluarga total -PB=perubahan biologis, PSFM= kepuasan dan penerimaan peran sosial feminine-maskulin, SS=sosialisasi antar teman sebaya, KEM=kemandirian emosi, KKEK=kesiapan kemandirian ekonomi, KIKS= kemampuan intelektual dan kepedulian sosial, PF=pengembangan filsafat hidup TPR=tugas perkembangan remaja total * Signifikan pada p<0,05 (2-tailed). ** Signifikan pada p<0,01(2-tailed)
Seluruh dimensi tugas perkembangan keluarga kecuali tugas terkait peran sebagai orang tua, berhubungan positif nyata dengan aspek sosialisai
58
antar sebaya remaja. Adapun keseluruhan dimensi tugas perkembangan keluarga berhubungan positif nyata dengan kemandirian emosi remaja kecuali tugas terkait peran suami-istri. Dimensi tugas perkembangan keluarga yang berhubungan positif nyata dengan kesiapan kemandirian ekonomi remaja hanyalah tugas terkait peran sebagai individu dewasa. Sementara dimensi tugas perkembangan keluarga yang memiliki hubungan positif nyata dengan keterampilan intelektual dan kepekaan sosial hanya tugas umum perkembangan dan tugas terkait peran individu dewasa. Hubungan antar Aspek Tugas Perkembangan Untuk mengidentifikasi keeratan hubungan antar aspek kedua variabel besar yang diteliti maka, dilakukan uji hubungan masing-masing antar aspek tugas perkembangan keluarga dan antar aspek tugas perkembangan remaja. Hubungan antar variabel aspek tugas perkembangan keluarga menunjukkan tugas perkembangan umum, tugas perkembangan terkait peran ayah ibu, suamiistri, pengelola rumah tangga dan tugas terkait peran orangtua sebagai individu dewasa memiliki hubungan yang signifikan. (Tabel 47). Tabel 47 Sebaran koefisien korelasi antar aspek tugas perkembangan keluarga Variabel TPU TPAI TPID TPSI TPPRT
TPU 1.00
TPAI 0,648** 1.00
TPID 0,620** 0,556** 1.00
TPSI 0,577** 0,530** 0,556** 1.00
TPPRT 0,322** 0,222** 0,383** 0,312** 1.00
-TPU=tugas perkembangan umum keluarga, TPAI= tugas terkait peran ayah ibu, TPSI=tugas terkait peran suami-istri, TPPRT= tugas terkait peran pengelola rumah tangga, TPID=tugas terkait peran orangtua sebagai individu dewasa * Signifikan pada p<0,05 (2-tailed). ** Signifikan pada p<0,01(2-tailed)
Tabel 48 menunjukkan hubungan antar aspek tugas perkembangan remaja. Tugas terkait aspek perubahan biologis memiliki keeratan hubungan dengan seluruh aspek kecuali aspek kesiapan kemandirian ekonomi. Hubungan yang paling erat terlihat antara tugas terkait perubahan biologis dengan tugas terkait sosialisasi antar sebaya (0,468**). Sementara tugas terkait kepuasan dan penerimaan peran feminin maskulin memiliki hubungan paling erat dengan kemandirian emosi. Tugas terkait aspek sosialisasi antar sebaya memiliki hubungan paling erat dengan tugas terkait keterampilan intelektual dan kepekaan sosial. Sedangkan, tugas terkait kemandirian emosi berhubungan
59
signifikan dengan tugas terkait kesiapan kemandirian ekonomi dan perumusan filsafat hidup. Tabel 48 Sebaran koefisien korelasi antar aspek tugas perkembangan remaja Variabel PB PSFM SS KEM KKEK KKS PF
PB 1.00
PSFM 0,285* 1.00
SS 0,468** 0,252* 1.00
KEM 0,386** 0,347** 0.308** 1.00
KKEK 0,026 0,214 0,125 0,315** 1.00
KKS PF 0,297* 0,412** 0,296** 0,183 0,589** 0,242* 0,125 0,303** 0,145 0,069 1.00 0,119 1.00
-PB=perubahan biologis, PSFM= kepuasan dan penerimaan peran sosial feminine-maskulin, SS=sosialisasi antar teman sebaya, KEM=kemandirian emosi, KKEK=kesiapan kemandirian ekonomi, KIKS= kemampuan intelektual dan kepedulian sosial, PF=pengembangan filsafat hidup * Signifikan pada p<0,05 (2-tailed). ** Signifikan pada p<0,01(2-tailed)
Pengaruh Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga terhadap Pencapaian Tugas Perkembangan Remaja Hasil uji pengaruh menghasilkan dua model regresi yang layak dijadikan gambaran pengeruh pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja. Model pertama pada Tabel 49 memiliki nilai p 0,000 menunjukkan bahwa model ini layak. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga memiliki pengaruh terhadap peningkatan pencapaian tugas perkembangan remaja. Setiap peningkatan satu satuan tugas perkembangan keluarga, maka akan meningkatkan pencapaian tugas perkembangan remaja sebesar 0,253 poin. Nilai determinasi pada adjusted R square menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji dalam model regresi ini memberikan pengaruh sebesar 29,7 persen pada dependen variabelnya, yakni pencapaian tugas perkembangan remaja. Sementara sisanya, dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Model kedua melihat pengaruh karakteristik contoh dan aspek-aspek pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja. Hasil uji hubungan antar variabel tugas perkembangan keluarga pada Tabel 48 menunjukkan tugas perkembangan umum keluarga memiliki hubungan yang cukup erat dengan aspek tugas perkembangan keluarga lain. Hal ini diduga karena tugas perkembangan umum menyangkut aspek yang lebih general dari tugas terkait peran ayah ibu, suamiistri dan pengelola rumah tangga. Oleh karena itu, variabel aspek tugas perkembangan umum keluarga dikeluarkan dari model kedua.
60
Tabel 49 Sebaran koefisien regresi linear berganda pemenuhan tugas perkembangan keluarga terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja Variabel Independen Model 1 Konstanta Nilai Akademik (rata-rata nilai rapor) Usia Ayah (tahun) Usia Ibu (tahun) Pendidikan Ayah (tahun) Pendidikan Ibu (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendapatan Keluarga (100Rp) Pemenuhan tugas perkembangan keluarga (skor maks=118) R R Square F Adjusted R Square Sig
Pencapaian Tugas Perkembangan Remaja β Unstandardize β Standardize Sig 0,079* 53,469 -0,300 -0,099 0,358 0,082* -0,262 -0,203 0,080 0.047 0,692 -0,339 -0,134 0,251 0,368 0,148 0,202 -0,084 -0,012 0,910 -8 3.166X10 0,039 0,712 0,000** 0.253 0,539 0.613 0,376 4,741 0,297 0,000
*signifikan pada taraf nyata 95% ** signifikan pada taraf nyata 99% Tabel 50 Sebaran koefisien regresi linear berganda aspek pemenuhan tugas perkembangan keluarga terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja Variabel Independen Model 2 Konstanta Nilai akademik (rata-rata nilai rapor) Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Pendapatan keluarga ( rupiah) Tugas terkait peran ayah ibu (skor) Tugas terkait peran individu dewasa (skor) Tugas terkait peran suami-istri (skor) Tugas terkait peran pengelola rumah tangga (skor) R 2 R F Adjusted R square Sig
*signifikan pada taraf nyata 90% **signifikan pada taraf nyata 95%
Pencapaian Tugas Perkembangan Remaja β Unstandardize β Standardize Sig 50,31 0,119 -0,230 -0,076 0,508 0,042** -0,325 -0,252 0,157 0,091 0,477 -0,140 -0,020 0,856 -0,327 -0,129 0,293 0,326 0,131 0,301 -8 1,282X10 0,016 0,887 0,085* 0,453 0,242 0,433
0,206
0,167
0,308
0,127
0,356
0,286
0,096
0,427
0,604 0,364 3,127 0,248 0,002
61
Tabel 50 menunjukkan bahwa model kedua layak untuk melihat pengaruh
pemenuhan
aspek
tugas
perkembangan
keluarga
terhadap
pencapaian tugas perkembangan remaja dengan nilai p 0,002. Usia ayah mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan remaja. Setiap peningkatan satu satuan usia ayah akan menurunkan pencapaian tugas perkembangan remaja sebesar 0,325 poin. Aspek tugas perkembangan keluarga yang mempengaruhi tugas perkembangan remaja adalah aspek terkait peran ayah ibu. Setiap peningkatan satu satuan variabel tugas terkait peran ayah ibu maka, akan meningkatkan pencapaian tugas perkembangan remaja sebesar 0,453. Nilai Adjusted R square menunjukkan variabel yang diteliti dalam model ini mempengaruhi tugas perkembangan remaja sebesar 36,4 persen. Hal ini diduga karena tugas orangtua terkait perannya sebagai ayah ibu memiliki penguatan langsung kepada remaja, diantaranya memberikan kesempatan, kepercayaan, kasih sayang dan kebutuhan remaja serta bekerjasama dalam mendidik remaja. Sesuai pendapat Hurlock (1999), faktor yang dapat membantu penguasaan tugas perkembangan diantaranya
adalah
diakselerasikan,
tingkat
kesempatan
perkembangan dan
bimbingan
yang untuk
normal
atau
yang
mempelajari
tugas
perkembangan, motivasi, kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang tinggi serta kreativitas. Mendukung pendapat Hurlock, Ali dan Asrori (2010) menyebutkan bahwa tugas perkembangan fase remaja ini berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan
sangat
membantu
kemampuan
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangannya dengan baik. Akan tetapi, dalam kedua model kemampuan kognitif yang diwakili oleh nilai akademik tidak cukup menggambarkan pengaruhnya terhadap pencapaian tugas perkembangan remaja. Alangkah lebih baik, bagi penelitian selanjutnya menganalisis kemampuan kognitif berdasarkan standar yang lain selain rata-rata nilai rapor untuk mengamati pengaruhnya terhadap remaja dalam melaksanakan tugas perkembangaannya.