HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum BIB Lembang Balai Inseminasi Buatan Lembang atau yang biasa dikenal dengan sebutan BIB Lembang terletak di daerah Lembang, Bandung, Jawa Barat. BIB Lembang memiliki total populasi sapi pejantan sebanyak 85 ekor pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2010 memiliki 75 ekor sapi pejantan. Total populasi sapi pejantan pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa pada Tahun 2009 dan 2010 Jumlah Sapi pada Tahun Bangsa Sapi 2009
2010
Limousin
29
25
Simmental
31
22
Angus
2
1
Brahman
4
3
Frisian Holstein (FH)
8
3
Ongole
2
2
Brangus
2
2
Pedet (FH, Simmental, Brahman)
7
10
FH uji progeni
-
7
85
75
Total
Sapi pejantan yang terdapat di BIB Lembang terdiri atas sapi perah dengan bangsa FH dan sapi potong yang berasal dari berbagai bangsa sapi yaitu bangsa Limousin, Simmental, Angus, Brahman, Ongole, dan Brangus. Populasi terbesar terdiri atas bangsa Limousin dan Simmental. Hal ini disebabkan oleh pada umumnya para peternak lebih menyukai semen beku yang dihasilkan dari kedua bangsa sapi tersebut. Sapi pejantan dengan bangsa Limousin dan Simmental memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan cepat dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang tinggi, sehingga para peternak lebih cepat dalam mendapatkan hasilnya (Parakkasi, 1999). Rataan bobot badan terkecil dari sapi pejantan di BIB Lembang ditunjukkan oleh bangsa Angus yaitu 368 kg dan terbesar ditunjukkan oleh bangsa Simmental
13
yaitu 979,4 kg. Rataan bobot badan untuk semua bangsa sapi pada tahun 2009 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Bobot Badan Setiap Bangsa Tahun 2009 Bangsa Sapi
Rataan Bobot Badan (kg)
Ongole
786,8 ± 11,1
Frisian Holstein
925,3 ± 24,5
Brahman
726,3 ± 32,6
Simmental
979,4 ± 36,4
Limousin
855,2 ± 41,9
Brangus
949,7 ± 53,5
Angus
368,0 ± 71,5
Data umur sapi berdasarkan bangsanya dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah populasi terbanyak terdapat pada umur tiga tahun dengan jumlah 28 ekor pada tahun 2009. Sapi pejantan umur 3 tahun tersebut didominasi oleh bangsa sapi FH uji progeni, sapi jantan muda yang sedang mengalami tes zuriat untuk mengetahui baik atau tidaknya saat dijadikan bibit pengganti untuk pejantan aktif. Sedangkan pada tahun 2010 sudah dapat dipastikan bahwa populasi terbesar berada pada umur 4 tahun dengan jumlah 30 ekor. Pada tahun 2010, sapi pejantan di BIB Lembang mengalami penambahan populasi pada sapi umur 3 tahun dan didominasi oleh bangsa Limousin dan Simmental. Umur 3 tahun pada sapi pejantan merupakan umur yang baik untuk menghasilkan sperma yang berkualitas (Lunstra dan Coulter, 1997). Pada umumnya sapi pejantan sudah bisa dikawinkan pada umur 2 tahun. Populasi sapi pejantan dengan bangsa Simmental dan Limousin yang bertambah pada tahun 2010 dapat menggambarkan jumlah permintaan konsumen terhadap semen beku yang dihasilkan oleh pihak BIB Lembang. Terdapat penurunan yang cukup besar pada populasi sapi pejantan di tahun 2010 yaitu sebesar 11,36%. Penurunan tersebut disebabkan oleh kematian yang terjadi pada tahun 2009. Angka kematian yang tercatat cukup tinggi, sehingga walaupun terdapat penambahan sapi pada tahun 2010 jumlah populasi pada tahun 2010 mengalami penurunan.
14
Tabel 3. Data Umur Sapi Berdasarkan Bangsanya Tahun 2009 dan 2010 Umur (tahun)
Jumlah total (ekor)
Bangsa Sapi (ekor) FH
Ongole
Brahman
Simmental
Limousin
Brangus
Angus
Tahun 2009 3
28
12
-
2
6
6
1
1
4
6
-
-
-
4
2
-
-
6
2
-
1
-
-
-
1
-
7
2
1
1
-
-
-
-
-
8
1
1
-
-
-
-
-
-
9
11
1
-
-
8
2
-
-
10
15
1
-
-
8
6
-
-
12
5
1
-
1
1
1
-
1
13
2
1
-
1
-
-
-
-
3
20
-
-
3
5
12
-
-
4
30
14
-
2
6
6
1
1
6
6
-
-
-
-
4
2
-
7
2
-
1
-
-
-
1
-
9
1
1
-
-
-
-
-
-
10
4
-
1
-
3
-
-
-
11
10
1
-
-
5
4
-
-
13
1
-
-
-
-
1
-
-
14
1
-
-
1
-
-
-
-
Tahun 2010
Kematian yang terjadi pada sapi di BIB Lembang disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena diafkir, sakit, dan dipotong paksa. Kematian yang paling besar diakibatkan oleh pengafkiran yang terjadi pada pertengahan tahun 2009. Sapi pejantan yang mati karena dipotong paksa atau mati dengan sendirinya awalnya disebabkan oleh gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang terjadi menurut data diantaranya karena gangguan cidera kaki, bloat serta batu ginjal. Bangsa sapi yang paling banyak mengalami kematian, afkir atau dipotong paksa pada pertengahan tahun 2009 yaitu bangsa Simmental. Data kematian yang terjadi pada tahun 2009 di BIB Lembang dapat dilihat pada Tabel 4.
15
Tabel 4. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan Metabolisme, Mati, Diafkir atau Dipotong Paksa pada Tahun 2009 Bulan Kematian/Afkir/ Potong Paksa -
Keterangan
Kemang
14 Juli
PP
Marine
12 Pebruari
M
Brahman
Bondan
21 Agustus
A
Simmental
Putra Sago
12 Agustus
PP
Ulanda
21 Agustus
A
Ubhaya
30 Oktober
PP
Vernan
21 Agustus
A
W. Vasco
03 Agustus
PP
MV. Trent
31 Juli
M
Ulysess
13 Agustus
A
Nike
13 Agustus
A
R. Choice
13 Agustus
A
Bangsa Sapi
Nama Sapi
Ongole
-
FH
Limousin
-
Keterangan : PP = Potong Paksa; M= Mati; A= Afkir.
Pada tahun 2010, kondisi kesehatan ternak sudah mengalami perubahan yang cukup baik walaupun masih ada beberapa ekor sapi yang sakit. Namun, pihak BIB Lembang telah membuat perubahan dalam menejemen pemberian pakan yang merupakan salah satu faktor untuk memperbaiki kesehatan ternak. Data kesehatan ternak pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Perbaikan kondisi kesehatan menunjukkan bahwa pakan merupakan faktor utama yang menimbulkan gangguan kesehatan pada sapi pejantan di BIB Lembang. Tabel 5. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan Metabolisme dan Mati pada Tahun 2010 Bangsa Sapi
Nama Sapi
Keterangan
Ongole
-
-
FH
Felicia
Sakit
Brahman
-
-
Simmental
-
-
Limousin
Leader
Sakit
Madoc
Sakit
C. Victor
Sakit
Bhadra
Pasca Operasi
Brangus
16
Bahan Pakan Sapi Pejantan Rumput Komponen Pakan Bahan pakan komponen ransum yang dipakai oleh BIB Lembang salah satunya adalah rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Rumput yang diberikan kepada sapi pejantan berasal dari kebun rumput yang ditanam di kebun rumput BIB Lembang. Kondisi rumput tumbuh dengan baik karena diterapkan sistem manajemen pemeliharan rumput dengan potong gilir. Rumput di tanam di lahan yang tersebar di beberapa tempat yang memiliki kondisi tanah yang berbeda-beda, sehingga kualitas dari rumput yang dihasilkan juga berbeda. Namun rumput tersebut memiliki kualitas yang cukup baik, dilihat dari kandungan nutrien yang terkandung di dalamnya. Komposisi hijauan pakan yang digunakan sebagai komponen ransum sapi pejantan di BIB Lembang ditunjukkan pada Tabel 6. Rumput gajah yang digunakan memiliki kadar air (KA) saat pemberian yang berkisar antara 46,31%-62,34%. Rumput di BIB lembang biasanya diberikan terpisah dengan konsentrat, hal ini berarti bahwa kadar air rumput tersebut cukup baik. Namun jika diberikan tercampur dengan konsentrat dapat dinyatakan kurang baik karena hanya dapat menghasilkan ransum dengan kadar air 30%-40%. Kadar protein kasar (PK) rumput yang digunakan berkisar antara 11,97%15,91%. Rumput gajah yang dipotong sekitar umur 40 hari memiliki PK sebesar 9,1% (Hartadi et al., 1990). Nilai PK rumput dari kebun rumput BIB Lembang dapat dikatagorikan berkadar PK tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa PK yang harus disediakan dari konsentrat bisa lebih rendah. Kandungan PK yang baik dari rumput yang digunakan sebagai komponen ransum sapi pejantan disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang baik. Menurut Akoso (1996), dalam musim tanam yang baik, rumput memiliki nutrisi yang seimbang, karena mempunyai kandungan nutrien yang lengkap dan proporsional. Kadar PK minimum untuk ruminansia adalah 14% (Hartadi et al., 1990). Pemberian PK yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan dalam proses metabolisme protein. Gangguan yang dapat ditimbulkan terkait dengan kelebihan konsumsi protein diantaranya adalah pembentukan kristal batu ginjal di dalam kandung kemih sapi tersebut (Listiaji, 2010).
17
Tabel 6. Kandungan Nutrien Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang Diberikan kepada Sapi Pejantan Berbagai Bangsa di BIB Lembang Rumput Gajah yang Digunakan di BIB** Rumput Gajah* (Pennisetum purpureum)
Nutrien
Cikareumbi (sungai)
Cikareumbi (55hari)
Buka Nagara
BIB Lembang
82,00
62,34
46,31
52,68
48,35
BK (%)
18
37,66
53,69
47,32
51,65
Abu (%)
15,40
14,90
12,00
15,60
15,70
PK (%)
9,10
14,88
12,54
11,97
15,91
LK (%)
2,30
2,75
2,75
2,51
2,88
SK (%)
33,10
32,51
35,40
36,28
32,87
Ca (%)
0,51
0,60
0,71
0,75
1,03
P (%)
0,51
0,27
0,42
0,52
0,32
TDN(%)
51
52,76
52,42
50,8
51,75
BETN(%)
40
34,93
37,33
33,67
32,68
Kadar Air (%)
Keterangan: *(Hartadi et al., 1990); ** Hasil analisa kimia di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT); ***BK : Bahan Kering; PK : Protein Kasar; LK : Lemak Kasar; SK : Serat Kasar; TDN : Total Digestible Nutrient; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.
Konsentrat Komponen Ransum Akso (1996) menyatakan bahwa pemberian satu jenis pakan akan cenderung memberikan ransum yang imbangan nutrisinya tidak serasi sehingga tidak dapat diperoleh manfaat yang optimal untuk proses metabolisme di dalam tubuh. Oleh sebab itu, pemberian campuran rumput dan konsentrat ransum memiliki kandungan nutrien yang seimbang. Konsentrat yang diberikan kepada pejantan di BIB lembang diproduksi oleh PT Charoen Pokphan. Konsentrat dibuat dalam bentuk pelet dengan kadar nutrien disesuaikan dengan kebutuhan pejantan. Kandungan nutrien hasil kajian di dua laboratorium berbeda dari dua konsentrat yang digunakan di BIB Lembang dapat dilihat pada Tabel 7. Konsentrat yang digunakan sebagai komponen ransum sapi pejantan di BIB Lembang menunjukkan kandungan nutrien yang sangat baik. Kandungan PK dikategorikan tinggi untuk konsentrat pakan ruminansia yang umum digunakan peternak. Kadar lemak kasar berada pada kadar kisaran optimum. Kadar serat kasar sangat rendah dan sangat baik jika dikombinasikan dengan rumput yang mengandung serat kasar tinggi. Kadar serat kasar yang sangat rendah memungkinkan kandungan TDN konsentrat yang tinggi. Namun kandungan serat yang rendah dapat
18
mendorong pada kemungkinan terjadinya acidosis, jika manajemen pemberian pakan kurang diperhatikan khususnya jika pemberian konsentrat yang berlebih atau pemberian konsentrat yang jauh lebih dulu dari pemberian rumput. Pemberian dalam bentuk ransum jadi dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan metabolis. Tabel 7. Kandungan Nutrien Dua Jenis Konsentrat yang Dipakai Sebagai Komponen Ransum Sapi Pejantan di BIB Lembang Nutrien
Hasil Analisis BPMPT* Konsentrat 2009
Konsentrat 2010
Air (%)
10,10
BK (%)
89,90
Abu (%)
Hasil Analisis UNPAD** Konsentrat 2009
Konsentrat 2010
10,16
9,47
10,02
89,84
90,53
89,98
6,90
8,20
5,51
11,01
PK (%)
17,94
18,33
17,11
18,25
LK (%)
6,42
6,83
4,09
7,62
SK (%)
7,80
8,82
11,34
8,08
Ca (%)
0,99
1,64
0,79
3,01
P (%)
0,68
0,68
0,54
0,66
TDN(%) 91,03 90,18 90,13 88,50 Keterangan: *Hasil analisa Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT); **Hasil analisa Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran; *** BK : Bahan Kering; PK : Protein Kasar; LK : Lemak Kasar; SK : Serat Kasar; TDN : Total Digestible Nutrient; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.
Kecukupan Nutrien untuk Sapi Pejantan Nutrien dari pakan yang diberikan kepada sapi pejantan akan digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, pertumbuhan, dan menghasilkan sperma. Sapi pejantan yang terdapat di BIB Lembang dikhususkan untuk diambil semennya. Produk utama tersebut ditargetkan memiliki kualitas yang bagus sehingga tingkat fertilitasnya tinggi dan mempunyai hereditas yang tinggi pula sehingga anak sapi mampu mewarisi kualitas genetik yang baik. Tingkat aktivitas sapi pejantan termasuk dalam tingkat ringan. Sapi pejantan dikeluarkan dua jam secara rutin di padang penggembalaan dengan tujuan utama untuk melatih otot (exercise) dan kerangka agar tetap kuat. Selain itu exercise yang dilakukan juga bertujuan agar sapi tidak mengalami kegemukan. Selain waktu tersebut, sepanjang hari sapi berada di dalam kandang individu. Ransum yang diberikan memiliki ratio hijauan yang lebih banyak dari konsentratnya. Pemberian ransum sapi pejantan di BIB Lembang memiliki ratio pemberian rumput dan konsentrat sebesar 90:10. Hal ini dapat menjamin kecukupan 19
serat terpenuhi dan bobot badannya tidak mengalami penambahan yang terlalu tinggi. Hijauan pada ransum sapi pejantan yang diberikan adalah rumput Gajah (P. purpureum), pucuk tebu, dan hay. Rumput Gajah yang diberikan sebanyak 61-77 kg rumput segar per ekor per hari. Pemberian rumput untuk setiap ekor berdasarkan bobot badan dan bangsanya, begitu pula dalam pemberian pucuk tebu. Pucuk tebu diberikan dengan tujuan untuk menambahkan serat pakan. Hay diberikan dalam jumlah yang sama untuk setiap ekornya. Sapi pejantan di BIB Lembang diberi makan sesuai dengan bangsa dan kisaran bobot badan tiap bangsanya. Semakin besar bobot badannya maka semakin tinggi tingkat konsumsinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy (1990) dan Parakkasi (1999) bahwa peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh ukuran bobot badan dan umur ternak, semakin bertambah bobot badan dan umur ternak maka konsumsinya akan semakin meningkat. Rataan bobot badan pada tahun 2010 untuk setiap bangsa secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Selain umur dan bobot badan tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh ternak itu sendiri (jenis kelamin, tipe, dan genetik), makanan yang diberikan, dan lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara. Tabel 8. Rataan Bobot Badan Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa di BIB Lembang pada Tahun 2010 Bangsa Sapi
Jumlah sapi
Rataan Bobot Badan (kg)
Ongole
2
754±59
Brahman
6
756±106
Simmental
23
998±102
Limousin
25
918±80
Brangus
2
832±77
Angus
1
966±0
FH
16
841±70
Sapi Ongole Sapi ini memiliki ciri-ciri warna kulit putih kelabu, berpunuk kecil, tinggi dan ramping, bercincin hitam di sekitar mata, moncong, rambut ekor dan kuku berwarna hitam, gelambir dari bawah mandibula sampai dada, pada kaki sering tampak lingkaran warna gelap, pita yang mengelilingi bagian di atas kuku, kepala terangkat,
20
dahi cembung, tanduk pendek dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah (Sanuri, 2010).
Gambar 1. Sapi Ongole Sumber : BIB Lembang, 2009
Keunggulan dari sapi pejantan bangsa Ongole adalah tahan terhadap panas, karena permukaan kulit luas dengan adanya gelambir yang besar, berkaki kuat dan lurus, daya tahan untuk kerja sangat baik, mampu adaptasi terhadap kualitas pakan yang jelek (Sanuri, 2010). Sapi pejantan bangsa Ongole berjumlah dua ekor dengan umur 7 dan 10 tahun. Pemberian hijauan sebanyak 55 kg untuk sapi yang berumur 7 tahun dengan bobot badan 712,3 kg dan 61 kg untuk sapi yang berumur 10 tahun dengan bobot badan 795,5 kg. Rataan jumlah pemberian ransum pada sapi pejantan bangsa Ongole dapat dilihat pada Tabel 9. Ransum yang diberikan memiliki kandungan nutrien yang berlebih, baik dari segi energi maupun protein. Hal ini dapat menjamin kebutuhan nutrien dalam jumlah yang cukup untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi spermanya. Kelebihan energi dapat menyebabkan penumpukan perlemakan, namun kelebihan protein diperkirakan akan menyebabkan perombakan asam amino menjadi urea yang dieskresikan melalui ginjal. Kelebihan protein dapat menyebabkan gangguan pada ginjal (Listiaji, 2010).
21
Tabel 9. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Ongole di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
58
10440
1440
23,84
2
Pucuk tebu
1
900
50
0,00
3
Hay
1,5
1090
80
2,37
4
Konsentrat
6,5
5780
1030
20,78
5
Toge
0,6
60
20
0,21
18270
2620
47,20
11190,80
1183,62
23,04
Total pemberian Kebutuhan Nutrien
Sapi Brahman Bangsa sapi Brahman merupakan Bos Indicus yang berasal dari India. Bangsa sapi brahman yang dikembangkan di Amerika Serikat disebut dengan American brahman. Warna tubuh sapi bervariasi, mulai dari abu-abu sangat muda sampai hampir hitam. Warna tubuh pada sapi jantan dewasa umumnya lebih gelap daripada sapi betina, terutama pada area leher, bahu dan paha bawah. Sapi ini merupakan breed besar, berpunuk, bergelambir dan telinga menggantung. Sifat-sifat yang menonjol dari bangsa sapi ini yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, tahan parasit, cocok terhadap daerah yang beriklim panas dan bercurah hujan tinggi. Sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun (Sanuri, 2010).
Gambar 2. Sapi Brahman Sumber : BIB Lembang, 2009
22
Pemberian ransum pada sapi pejantan bangsa Brahman didasarkan pada bobot badannya tanpa memperhitungkan umur. Ransum sapi pejantan dari bangsa Brahman dengan kisaran bobot badan 691-963 kg memiliki susunan ransum yang dapat dilihat pada Tabel 10. Ransum yang diberikan tidak berbeda jauh dengan ransum yang diberikan pada sapi pejantan dari bangsa Ongole, hanya pada pemberian rumput saja yang jauh berbeda jumlah pemberiannya. Jumlah rumput gajah yang diberikan sebanyak 61 kg per hari per ekor kepada sapi yang berumur 3 dan 4 tahun dengan bobot badan 691775 kg. Hijauan yang diberikan kepada seekor sapi pejantan dari bangsa Brahman yang berumur 14 tahun dengan bobot badan 962,8 kg berjumlah 72 kg. Tabel 10. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Brahman di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
63,2
11380
1570
21,65
2
Pucuk tebu
1,17
1050
50
0,00
3
Hay
1,5
1090
80
2,37
4
Konsentrat
6,5
5860
1050
21,08
5
Toge
0,6
60
20
0,21
19440
2770
45,31
11137,60
1175,64
22,96
Total pemberian Kebutuhan Nutrien
Sapi Simmental Jenis sapi ini terkenal di Switzerland dan Perancis, merupakan salah satu breed yang tertua di dunia. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Tubuh sapi Simmental berwarna kuning sampai merah, sedangkan bagian muka, dada, dan rambut ekor berwarna putih. Sapi Simmental tidak memiliki tanduk. Kemampuan menyusui anaknya sangat baik dengan berat lahir pedet yang relatif tinggi. Mempunyai sifat jinak, tenang dan mudah dikendalikan (Sanuri, 2010).
23
Keunggulan dari sapi dengan bangsa Simmental adalah pertumbuhan cepat dengan pertambahan berat badan harian 0,9-1,2 kg; berat badan jantan (2 tahun) 800900 kg; berat jantan dewasa 1.000-1.200 kg, berat badan sapi betina 700-800 kg, karkas tinggi dengan sedikit lemak; dual porpose (daging dan susu), ada di daerah Indonesia, berkembang baik hampir di seluruh daerah di Indonesia (Sanuri, 2010).
Gambar 3. Sapi Simmental Sumber : BIB Lembang, 2009
Pemberian pakan untuk sapi pejantan dari bangsa Simmental secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11. Jumlah pemberian ransum sapi pejantan bangsa Simmental berbeda dari kedua ransum bangsa sapi Ongole dan Brahman. Ransum pada sapi pejantan Simmental ini memiliki porsi hijauan yang lebih besar dari pada kedua bangsa sapi tersebut. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan hidup pokok sapi pejantan bangsa Simmental lebih besar dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Ransum yang diberikan pada sapi pejantan bangsa Simmental disusun berdasarkan bobot badan. Sapi Simmental memiliki kisaran bobot badan 757-1176 kg. Sapi pejantan tersebut memiliki susunan ransum dengan pemberian hijauan sebanyak 61-77 kg. Pemberian rumput gajah semakin tinggi apabila bobot badan semakin besar. Pemberian ransum tersebut tidak memperhatikan umur sapi tersebut.
24
Tabel 11. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Simmental di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
71,00
12780
1760
29,18
2
Pucuk tebu
1,74
1,57
80
0,00
3
Hay
1,5
1090
80
2,37
4
Konsentrat
7,78
7110
1270
25,55
5
Toge
0,5
50
20
0,17
21031,57
3210
57,27
11484
1148,4
23,57
Total pemberian Kebutuhan Nutrien
Sapi Limousin Sapi Limousin termasuk Bos Taurus berasal dari Perancis, merupakan sapi potong yang berkualitas baik. Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. Saat lahir, ukuran pedet relatif kecil sehingga proses kelahiran relatif lancar. Tubuh berwarna merah keemasan dengan bagian perut berwarna seperti jerami. Ukuran tubuhnya sedang, tidak bertanduk. Tingkat efisiensi pakan terbilang bagus. Persentase daging dalam karkas cukup tinggi (Sanuri, 2010).
Gambar 4. Sapi Limousin Sumber : BIB Lembang, 2009
25
Sapi dengan bangsa Limousin ini memiliki keunggulan antaralain pertumbuhan cepat dengan pertambahan berat badan harian (PBBH) 1,0-1,4 kg; umur 2 tahun 800-900 kg; dewasa 1.000-1.100 kg, kualitas daging baik; dikenal dan disukai peternak. Sapi pejantan bangsa Limousin diberi ransum dengan hijauan yang cukup besar walau tidak sebesar pemberian pada sapi pejantan bangsa Simmental. Bobot badan rata-rata sapi ini sebesar 918±80 kg. Jumlah pemberian ransum sapi pejantan bangsa Limousin dapat dilihat pada Tabel 12. Hijauan ransum yang diberikan kepada sapi pejantan bangsa Limousin dengan kisaran bobot badan 798-1054 kg berkisar 61-72 kg. Dalam kelompok sapi pejantan bangsa Limousin ini terdapat lima ekor pejantan yang sudah cukup tua, empat diantaranya berumur 11 tahun dan satu ekor lainnya berumur 13 tahun. Pejantan yang sudah cukup tua tersebut masih dapat berproduksi dengan baik dan untuk mempertahankan hasil produksinya maka pemberian pakannya pun dipisahkan dari penjantan muda di kelompok bangsa sapi tersebut. Tabel 12. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Limousin di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
66,36
11940
1650
27,28
2
Pucuk tebu
1,48
1330
70
0,00
3
Hay
1,5
1090
80
2,37
4
Konsentrat
7,12
6400
1150
23,02
5
Toge
0
0
0
0,00
Total pemberian
20760
2950
52,67
Kebutuhan Nutrien
10844
1084,4
22,29
Hijauan yang diberikan kepada pejantan tua didasarkan pada bobot badan yang berkisar antara 971-1057 kg berkisar antara 67-77 kg. Pemberian pakan yang lebih banyak disebabkan oleh adanya penurunan bobot badan pada sapi tua tersebut, sehingga untuk menanggulanginya diberikan pakan lebih banyak. Terdapat dua sapi yang kondisi fisiologisnya tidak stabil. Salah satu sapi yang bermasalah berumur 13
26
tahun dan hijauan yang dberikan hanya 49 kg. Kedua sapi mengalami perubahan bobot badan yang tidak stabil dan penyakit yang dideritanya tidak diketahui. Pemberian konsentrat kepada kedua sapi pejantan yang sedang sakit tersebut dibatasi. Sapi pejantan bangsa Limousin tidak diberi toge. Sapi Brangus Sapi Brangus ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden Angus. Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Warna kulit hitam seluruhnya, berpunuk ukuran kecil, dan biasanya tidak bertanduk. Keunggulan dari sapi ini adalah toleransi terhadap lingkungan tropis, pakan sederhana, tahan terhadap parasit luar dan dalam tubuh, mampu adaptasi terhadap kualitas pakan yang jelek, pertambahan berat badan berkisar 0,7-0,9 kg, persentase daging 2%-4% lebih dari pada karkas bangsa sapi lain (Sanuri, 2010).
Gambar 5. Sapi Brangus Sumber : BIB Lembang, 2009
Pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa Brangus didasarkan kepada bobot badannya. Sapi pejantan tersebut berjumlah dua ekor dengan umur 4 dan 7 tahun. Pemberian hijauan sebanyak 61-67 kg. Sapi pejantan yang berumur 7 tahun mengalami gangguan kesehatan sehingga pemberian konsentrat dalam ransum sapi tersebut dibatasi. Rataan jumlah pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa Brangus dapat dilihat pada Tabel 13.
27
Tabel 13. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Brangus di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
64
11520
1590
26,31
2
Pucuk tebu
1,5
1350
70
0,00
3
Hay
1,5
1090
80
2,37
4
Konsentrat
5,5
5000
890
17,97
5
Toge
0,3
30
10
0,11
18990
2640
46,76
10158,40
1015,84
20,92
Total pemberian Kebutuhan Nutrien
Sapi Angus Menurut Sanuri (2010), sapi Angus berasal dari Aberdeenshire dan Angushire, Scotlandia. Bangsa sapi ini banyak digunakan pada crossbreeding dan grading up untuk menghasilkan sapi potong yang baik. Jika sesama bangsa sapi angus dikawinkan dengan seperempat dari keturunannya, warna tubuhnya akan berubah menjadi merah dan tidak bertanduk (red angus).
Gambar 6. Sapi Angus Sumber : BIB Lembang, 2009
Seluruh tubuh sapi angus berwarna hitam dengan bulu halus. Bangsa sapi ini tidak bertanduk. Sifat ini dominan sehingga sapi angus banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan keturunan yang bertanduk. Bentuk tubuh panjang dan kompak. Sifat keibuannya tinggi dan tidak ada kesulitan saat beranak. Masa pubertas dicapai dalam
28
umur relatif dini. Mempunyai kemampuan dalam menurunkan marbling (perlemakan dalam daging) ke anak-anaknya (Sanuri, 2010). Sapi pejantan dari bangsa Angus yang berada di BIB Lembang hanya ada satu ekor. Ransum sapi pejantan bangsa Angus tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Sapi pejantan tersebut berumur 4 tahun dengan bobot badan 966 kg. Sapi tersebut diberi hijauan sebanyak 67 kg. Jumlah pemberian ransum tersebut diperkirakan telah memenuhi kebutuhan nutrien sapi tersebut. Tabel 14. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Angus di BIB Lembang pada Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum Nama Bahan
No
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
67,00
12060
1660
27,54
2
Pucuk tebu
2,00
1800
90
0,00
3
Hay
1,50
1090
80
2,37
4
Konsentrat
8,00
7110
1270
25,56
5
Toge
0,60
60
20
0,21
Total pemberian
22120
3120
55,68
Kebutuhan Nutrien
11228
1122,8
23,056
Sapi Frisien Holstein (FH) Sapi ini berasal dari provinsi Belanda Utara dan provinsi Friesland Barat. Sapi Frisien (Fries) ini merupakan sapi penghasil susu paling utama di dunia. Sapi ini mempunyai produktivitas yang sangat baik. Warna kulitnya hitam putih dengan batas jelas, ujung ekornya putih. Ciri-ciri lain dari sapi FH ini adalah berat betina 682 kg dan jantan 1.000 kg, berat lahir 43 kg, dan persentase lemak susu 3,65% (Sanuri, 2010). Pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa FH dilakukan berdasarkan bobot badannya tanpa mempertimbangkan umur. Jumlah pemberian ransum kepada sapi pejantan dari bangsa FH dengan rata-rata bobot badan 841,1 kg dapat dilihat pada Tabel 15. Ransum sapi pejantan bangsa FH dengan kisaran bobot badan 7411067 kg sebanyak 61-77 kg.
29
Gambar 7. Sapi Frisien Holstein (FH) Sumber : BIB Lembang, 2009
Dalam kelompok sapi pejantan bangsa FH ini terdapat dua ekor pejantan yang sudah cukup tua yaitu pejantan dengan umur 9 dan 11 tahun. Pejantan yang sudah cukup tua tersebut masih dapat memproduksi semen dengan baik sehingga diberikan pakan berdasarkan bobot badan di kelompok sapi FH tersebut. Jumlah pemberian ini dapat dinyatakan telah memenuhi kebutuhan nutrien berdasarkan NRC (1988) untuk sapi potong dan NRC (2000) untuk sapi perah. Tabel 15. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa Sapi Frisien Holstein (FH) di BIB Lembang Tahun 2010 Nutrien dalam Ransum No
Nama Bahan
Jumlah dalam Segar (kg)
Jumlah dalam BK (g)
(g)
Energi dapat dicerna (Mkal)
Protein Kasar
1
Rumput
68,44
12320
1700
28,13
2
Pucuk tebu
1,50
1350
70
0,00
3
Hay
1,50
1090
80
2,37
4
Konsentrat
7,19
6660
1190
23,95
5
Toge
0,77
70
30
0,27
Total pemberian
21490
3070
54,72
Kebutuhan Nutrien
12710
1271
24,15
Kondisi Fisiologis Sapi Pejantan Ureum dan Kreatinin Kandungan kreatinin, ureum, Ca dan P untuk setiap bangsa sapi dan sapi yang mati di BIB Lembang tahun 2010 ditunjukkan dalam Tabel 16. Kandungan
30
ureum dan kreatinin berada pada batasan normal. Namun, ada beberapa ekor sapi yang memiliki kandungan nilai ureum dan kreatinin yang tinggi dalam darahnya. Sapi-sapi tersebut pada pertengahan tahun 2009 mati dan didiagnosa pada awalnya terserang penyakit yang diakibatkan karena terdapat batu kristal di dalam kandung kemihnya. Kandungan ureum dan kreatinin yang tinggi merupakan salah satu indikator proses metabolisme protein yang tidak sempurna. Kreatinin yang dikenal sebagai hasil sampingan dari metabolisme protein merupakan salah satu racun yang harus dikeluarkan oleh tubuh bersama urine. Kedua zat tersebut jika terlalu tinggi dapat membahayakan kesehatan dari ternak tersebut. Hal ini disebabkan, kedua zat tersebut merupakan zat racun hasil sampingan dari metabolisme protein (Listiaji, 2010). Jika keduanya memiliki kadar yang tinggi di atas kadar normal dalam darah, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi gangguan fungsi ginjal pada ternak tersebut bahkan dapat mengakibatkan kematian. Kondisi ini menunjukan bahwa kadar protein ransum yang diberikan cukup tinggi. Sapi-sapi yang mengalami gangguan tersebut diperkirakan peka terhadap kadar protein yang tinggi. Hal ini kemungkinan bahwa sapi tersebut mempunyai gangguan metabolisme khususnya protein atau gangguan pada eskresi dalam ginjal. Mineral Ca dan P Kadar kalsium (Ca) di dalam darah sapi pejantan tersebut, sebagian besar berada di bawah rata-rata batas normal. Namun ada beberapa pula yang berada di atas rata-rata batas normal. Kadar Ca normal pada sapi adalah 10,41-11,75 mg/dl. Kadar Ca serum yang rendah dapat terjadi akibat kandungan Ca dalam ransum sangat minimal atau dalam kondisi kadar P dan Mg dalam ransum yang tinggi sehingga dapat menekan penyerapan Ca dan mengakibatkan kadar Ca dalam darah menurun (Danzier, 1984; Thompson, 1978). Lain halnya dengan kadar Phosphor (P) di dalam darah, Phosphor yang terkandung justru sebagian besar berada di atas rata-rata batasan normal dan ada beberapa yang berada di bawah rata-rata batas normal. Kadar Phosphor dalam darah yang normal berada dalam kisaran 5,6-6,8 mg/dl. Kandungan Ca yang lebih rendah dari P diduga terjadi karena adanya kelebihan P yang terkandung dalam bahan pakan sehingga menghambat penyerapan Ca usus halus (Danzier 1984; Thompson 1978). 31
Tabel 16. Rataan Kandungan Kreatinin, Ureum, Ca dan P untuk Setiap Bangsa Sapi dan Sapi yang Mati di BIB Lembang Tahun 2009 Bangsa/ nama sapi
Bulan Kematian
Total Protein (mg/dl)
Kreatinin (mg/dl)
Ureum (mg/dl)
Ca (mg/dl)
P (mg/dl)
Limousin
6,0
2,2
46,4
9,8
7,4
Simmental
5,3
2,1
47,2
8,8
7,9
FH
5,5
1,5
38,9
9,8
7,3
Angus
5,1
1,5
30,5
9,0
7,4
Brahman
5,1
1,7
41,5
11,6
8,3
Ongole
5,4
2,1
40,5
11,3
7,3
Brangus
5,0
2,0
48,0
7,95
7,5
5,3
1,9
41,9
9,8
7,6
Bangsa Sapi:
Nilai Rata-rata: Nama Sapi Mati: - MV. Trent
Juli
4,6
1,7
69,0
12,0
7,7
- Kemang
Juli
4,9
1,0
29,0
7,3
5,5
- Nike
Agustus
5,0
1,7
39,0
6,8
5,8
- Choice
Agustus
5,8
2,7
58,0
9,1
5,8
- Ulysess
Agustus
4,8
2,0
41,0
12,3
8,1
- Putra Sago
Agustus
4,6
2,2
54,0
8,3
6,2
- Ulanda
Agustus
4,9
1,9
43,0
6,4
6,6
- Vernan
Agustus
4,9
2,1
71,0
7,3
8,9
- Vasco
Agustus
5,0
1,8
48,0
11,6
8,0
- Bondan
Agustus
5,1
1,8
45,0
7,3
6,0
- Ubhaya
Oktober
4,8
2,0
61,0
16,9
5,4
5,0
1,7
44,4
8,6
6,3
Nilai Rata-rata:
Poduksi Semen Sapi Pejantan Sapi pejantan yang berada di BIB Lembang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan semen beku unggul yang menghasilkan calon bibit yang unggul. Produksi semen beku dari setiap bangsa sapi di BIB Lembang termasuk cukup tinggi. Data produksi semen yang dihasilkan oleh BIB Lembang dapat dilihat pada Tabel 17.
32
Tabel 17. Rata-rata Produksi Semen Setiap Ekor Sapi Pejantan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang tahun 2010 Bangsa
Produksi Semen (ml/tahun/ekor)
FH
2485,6 ± 1205,32
Ongole
3672,5 ± 1188,65
Brahman
1986,5 ± 805,316
Simmental
2721,96 ± 1489,13
Limousin
3063,3 ± 1321,93
Brangus
797 ± 0
Angus
4014 ± 0
Rearing
0
FH uji progeny
0
Produksi semen yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa pakan yang diberikan sudah baik dan memiliki kandungan nutrient yang seimbang. Produksi semen yang paling tinggi dihasilkan oleh sapi pejantan dari bangsa Ongole.
33