Ditinjau dari sisi potensi yang ada, Indonesia selayaknya mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan asal temak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan sumberdaya temak dan petemak (Tabel 1), lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan produk sampingan industri pertanian (Tabel 2), biofuel dan pangan serta keberadaan SDM serta ketersediaan inovasi teknologi yang cukup memadai. Kalau potensi penggunaan lahan dapat dimanfaatkan 50% saja (lihat Tabel 3) maka secara potensial dapat ditampung sebanyak 29 juta ST (satuan temak) . Belum lagi kalau padang rumput alam yang ada diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan rumput budidaya maka kapasitas tampung dapat ditingkatkan secara signifikan . Tabel I
Populasi ternak penghasil daging "sapi" dan keluarga petemak pemeliharanya Tahun 2007
Jenis temak
Jumlah temak (ekor)
Jumlah keluarga peternak (KP)
11 .365 .873 377 .772 2 .346 .017 14 .089 .662
4 .572 .766 118 .752 450 .605 5 .142 .123
Sapi potong Sapiperah Kerbau Total Ditjen Nak : 2008 .
Tabel 2 Nomor
Ratio Ternak :KP (ekor/KP) 2 .49 3 .18 5 .20 3,62
Luas lahan dan penggunaannya di Indonesia Penggunaan
Luas lahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persawahan Perumahan Pekarangan Shifting cultivation Padang ilalang Rawa Danau . Sungai dll Lahan kosong Hutan Perkebunan Total ~~ ST (satuan temak) . Sumber : BPS, 2008 .
, Potensi * *) ST/ha )
7 .885 .878 5 .357 .596 10.775 .057 3 .839 .093 2 .432 .113 4 .31 .156 236 .228 11 .341 .757 9 .303 .625 18 .489 .589 74 .516 .803
1 .75
0 .40 0 .20 0 .40 0 .10 2 .00
Jumlah ST ditampung 13 .800 .287 -
972 .845 862 .631 4 .536 .703 930 .363 36 .979 .178 58 .082 .006
)Puslitbangnak, 2006 .
Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa pengembangan sapi potong masih belum berhasil dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, termasuk rentan terhadap serangan penyakit . Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai kelemahan dalam sistem pengembangan peternakan yang kompleks . Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencari model pengembangan dan kelembagaan yang tepat, berbasis masyarakat dan secara ekonomis menguntungkan dalam penerapannya . Dengan demikian semua sumber daya yang ada dapat dimanfziatkan sebaik mungkin untuk menghasilkan produk petemakan dalam jumlah yang cukup, berkualitas, harga terjangkau dan mampu bersaing dengan harga jual produk sejenis baik di Indonesia maupun di Luar Negeri, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para masyarakat petemak . Peternakan Sapi Potong di Indonesia
h
Peternakan sapi dan kerbau sangat bergantung pada ketersediaan bibitfbakalan dan pakan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh ternak dan sesuai dengan harapan petemak untuk
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
5
memperoleh keuntungan yang memadai . Para peternak pada peternakan sapi dan kerbau dapat dibagi atas peternak komersial dan peternak tradisional (Talib et al., 2007) . Peternak komersial berperan dalam dua hal pokok yaitu pada penggemukan dan pembibitan . Pada penggemukan, sapi bakalan diperoleh melalui impor dari Australia berupa sapi BX (Brahman crossbred) dengan bobot badan bervariasi dari 350-450 kg/ekor . Sedangkan pada pembibitan sebenarnya yang diusahakan adalah memanfaatkan sapi-sapi induk BX yang masih usia produktif dan baik reproduksinya kemudian dipasarkan sebagai ternak betina bunting untuk melahirkan sapi-sapi bakalan (UP, 2007) . Masih sedikit peternak atau pengusaha kedua cabang usaha tersebut yang menggunakan ternak dalam negeri . Alasannya adalah mudah memperoleh sapi bakalan dalam jumlah besar, seragam dengan harga yang ekonomis melalui impor . Pasar kedua produk tersebut sangat prospektif. Kunci keberhasilan para peternak komersial dalam hal pengadaan ternak bibit/bakalan adalah ternak siap di kandang dalam jumlah, mutu dan waktu tertentu untuk mencapai bobot jual yang diharapkan . Peternak tradisional lebih berperan dalam pengadaan sapi bakalan lokal walaupun ada juga yang melaksanakan penggemukan dalam jumlah terbatas dengan memanfaatkan momenmomen tertentu agar dapat memperoleh keuntungan optimal . Pengadaan sapi bibit/bakalan tergantung ketersediaan di pasar dan pemburuan ternak melalui hunting ke pasar-pasar. Para pembibit di sini, sebenarnya adalah peternak budidaya yang memelihara sapi induk dalam jumlah < 5 ekor per KP, dimana penjualan pedet hanya dilakukan jika membutuhkan uang tunai . Penjualan induk umumnya dilakukan jika ternak pengganti (replacement stock) telah bunting walaupun sang induk masih berada dalam usia produktif. Tidak jarang justeru induk-induk sapi tersebut yang masuk ke rumah potong hewan (RPH) sehingga ditengarai adanya pernotongan sapi betina produktif yang cukup tinggi di Indonesia . Dapatkah sapi-sapi betina produktif tersebut diselamatkan dari rumah potong? Pengecualian dalam hal jumlah induk yang dipelihara di padang penggembalaan, kehutanan, dan perkebunan . Selama ternak yang dipelihara hanya bergantung sepenuhnya pada daya adaptasinya terhadap lingkungan, tanpa campur tangan secara terencana dalam sistem pemeliharaan dan penjualan, maka tetap peternak tersebut dimasukkan dalam kelompok peternak tradisional . Para peternak penggemukan tradisional lebih dikenal sebagai peternak sapi kereman/paron karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bobot potong cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan. Pengembangan dari sistem tradisional adalah sistem kandang komunal yang sudah berkembang di beberapa provinsi seperti di NTB, dimana para peternak membangun kandang berkapasitas > 50 ekor induk sapi . Dalam sistem ini dibangun kesepakatan antar peternak sekeliling yang mengandangkan ternak secara bersam-sama . Keuntungannya adalah pelayanan akan lebih mudah dan efisien termasuk dalam service perkawinan dan pelayanan kesehatan. Ada hal menarik yang dapat dipelajari dari peternakan sapi perah rakyat, dimana hampir semua peternak bergabung dalam wadah Koperasi Peternak Susu (KPS) . Selanjutnya KPS berperan menyediakan saprodi (pakan konsentrat, pelayanan keswan, penyuluhan dan IB) dan menampung semua hasil susu yang diproduksi anggotanya . Hanya perusahaan peternakan besar (> 200 ekor) yang tidak bergabung dengan KPS karena telah mempunyai jaringan sumber pakan sampai pada pemasaran produk secara mandiri . KPS kemudian menjual susu yang dikumpulkan dalam bentuk susu segar langsung ke Industri Pengolahan Susu (IPS) 6
Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
tanpa perantara. Sedangkan pedet jantan dijual secepatnya sebagai sapi bakalan untuk penggemukan . Jika harga susu menguntungkan maka peternak berlomba untuk meningkatkan skala usaha dengan membeli sapi dara siap kawin maupun sapi dara bunting dari pasar ternak . Apakah peternak sapi potong dapat membangun kelembagaan seperti ini?
Peternakan Sap! Potong ke Arah Komersial
Untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dan mempercepat swasembada daging sapi di Indonesia maka perlu dilakukan beberapa langkah percepatan strategis . Langkah tersebut adalah akses permodalan, pengadaan sapi bibit/bakalan dan pakan dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya ternak dan pakan dalam negeri serta impor untuk menutupi kekurangan yang ada, peningkatan efisiensi pemeliharaan ternak, menghasilkan inovasi teknologi yang dibutuhkan dan kebijakan-kebijakan yang menunjang pengembangan peternakan tradisional dan perlindungan keuntungan secara adil . Peningkatan Skala Usaha
Untuk meningkatkan skala usaha maka peternak traisional dibatasi oleh SDM dalam KP untuk mencari pakan serat dan kekurangan modal untuk menambah jumlah sapi yang dipelihara dan faktor penunjang budidaya ternak lainnya . Maka yang dibutuhkan petrnak adalah ketersediaan pakan serat atau pakan komplit siap pakai yang secara ekonomis menguntungkan, modal untuk menambah ternak dan fasilitas pendukungnya, kebijakan dalam hal pembibitan, pakan dan modal, pasar yang kondusif serta inovasi teknologi tepat sasaran . Jika hal-hal pokok tersebut dapat dipenuhi maka yakinlah bahwa peternak akan mampu meningkatkan jumlah ternak yang dipeliharanya . Sumber Sapi Bibit dari Dalam Negeri
Indonesia membutuhkan tambahan bibit dalam waktu dekat jika ingin meningkatkan populasi secara cepat. Ada dua sumber bibit utama yaitu dari Dalam negri dan impor dari Luar Negeri . Dari penganalisaan data struktur populasi (Tabel 3) maka terlihat secara meyakinkan bahwa banyak ternak betina yang dipotong temak tersebut adalah ternak betina usia produktif dan mungkin juga dalam keadaan bunting . Dari Tabel 3 terlihat bahwa pedet umur setahun hanya 43% dari jumlah induk (artinya kehilangan I juta ekor per tahun karena angka kelahiran hanya sekitar 60%), kehilangan sapi muda betina dan dewasa kurang lebih 2 juta ekor setiap tahunnya sehingga total kehilangan 3 juta ekor per tahun. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa para peternak tradisional sebagai penghasil ternak dalam populasi masih bermasalah dalam hal pakan, reproduksi, rearing calves, kesehatan prasapih, ketidak berdayaan dalam permodalan untuk mempertahankan sapi betina produktif (muda dan dewasa) dan belum ada jalan keluar yang tepat dan efisien-efektif bagi penyelamatan sapi betina produktif dari pemotongan .
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Patu, 24 November 2008
7
Tabel 3
Struktur populasi sapi potong di Indonesia Tahun 2007 Struktur Populasi Sapi Potong
Betina dewasa Jantan dewasa Betina muda Jantan muda Betina sapihan Jantan sapihan Total Sumber : Ditjen Nak (2008) diolah kembali .
Populasi (%) 0,4430 0,1001 0,1486 0,1161 0,0987 0,0935 100
(ekor) 5 .035 .082 1 .137 .724 1 .688 .969 1 .319 .578 1 .121 .812 1 .062.709 11 .365 .873
Kalau penyelamatan kehilangan sapi yang 3 juta ekor tersebut di atas dari usia pedet sapihan sampai pada betina dewasa dapat diselamatkan satu juta ekor saja maka swasembada daging sapi akan dapat kita capai dengan cepat . Memang tidak mudah untuk menyelamatkannya, tetapi penanganan awal dapat ditempuh melalui pembelian sapi betina produktif untuk disebarkan kepada peternak/wilayah/daerah lain yang membutuhkannya dapat saja dalam kecamatan atau kabupaten atau propinsi yang sama maupun antar propinsi asalkan punya data ketersediaan ternak yang tepat . (Contohnya penyebaran ternak per kecamatan di Kabupaten Kupang, NTT yang ditampilkan (Talib, 2008), banyak kecamatan dalam kabupaten yang sama ternyata cukup potensial untuk mengembangkan sapi potong . Penanganan kedua adalah melalui penyediaan pakan, karena dalam banyak hal kegagalan reproduksi dan rearing calves berhubungan erat dengan kecukupan pakan . Hal inipun tidak mudah karena sumber pakan di Indonesia memang banyak tetapi tersebar luas dan juga untuk pengangkutan pakan ke tempat ternak harus diperhitungkan nilai ekonomisnya, sedangkan pada kawasan padat ternak kesulitan pakan serat sudah sangat besar sehingga dibutuhkan suatu campur tangan pihak lain untuk mempersiapkan infrastruktur pakan yang memudahkan peternak untuk mendapatkan akses pada pakan yang cukup dan ekonomis . Karena dalam musim hujan produksi pakan serat berlebihan sedangkan dalam musim kemarau kekurangan, sehingga persoalan pemanfaatan pakan berlebih dalam periode penghujan untuk dimanfaatkan dalam masa sulit harus dicarikan jalan keluarnya dengan baik dan arif . I Penanganan ketiga adalah melalui kesehatan hewan dengan fokus pada penyelamatan pedet prasapih dan di bawah umur setahun . Bamualim dan Wirdahayati melaporkan bahwa kematian dalam periode ini pada daerah dengan kekeringan yang panjang mencapai lebih 7 bulan dapat menimbulkan kematian pedet sampai mencapai 50% dari angka kelahiran . Maka penanganan pada persoalan selain dari pakan tentunya dari sisi kesehatan hewan juga perlu untuk ditindak lanjuti terutama penyakit parasiter dan kebersihan lingkungan sekitar ternak . Butir keempat, peternak tradisional sudah harus mulai bertindak secara berkelompok dengan sistem berkoperasi seperti yang terjadi pada para peternak sapi perah . Dengan mengembangkan kelembagaan peternak, maka akan dapat terbuka berbagai akses permodalan dan penanganan masalah teknis peternakan dan pemasaran ternak serta masalah non teknis yang dapat mengganggu kemajuan usaha peternakannya menjadi yang lebih efisien dan efektif. Jika sistem budidaya ternak dan sistem pemasaran ternak dapat dikelola dengan baik dan memenuhi harapan para peternak komersial maka akan terbuka peluang kerjasama yang saling menguntungkan antara para pihak terkait .
8
Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
Pengembangan Sistem Integrasi
Hampir semua peternak sapi potong (kecuali di beberapa padang penggembalaan) baik secara langsung maupun tidak langsung telah menerapkan sistem peternakan secara integrasi baik dengan tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun dengan industri pangan . Para peternak di Jawa sudah tebiasa menggunakan bebagai jerami tanaman pangan sebagai pengganti rumut. Di Sumatera dan Kalimantan para peternak sudah terbiasa menggunakan produk ikutan perkebunan sawit ataupun penggembalaan di perkebunan karet ataupun di lahan rawa sesudah panen tanaman pangan ataupun sesudah air mengering . Sedangkan di Sulawesi dan Nusa Tenggara peternak sudah terbiasa melepas/menggembalakan sapinya di areal persawahan/tegalan sesudah selesai panen padi, jagung dan kacang-kacangan ataupun di areal perkebunan coklat dan kawasan hutan ketika musim kering tiba . Hanya beberapa kawasan penggembalaan di Irian dan Kalimantan yang murni sebagai padang penggembalaan tanpa integrasi dengan sistem pertanian lainnya . Dari Tabel 2 di awal makalah ini terlihat bahwa kawasan perkebunan adalah kawasan yang paling potensial untuk pengembangan peternakan sapi potong di samping karena arealnya yang memang luas, juga karena produk ikutan dari areal perkebunan dan tanaman perkebunan maupun dari industri pengolahannya memang sangat menjanjikan untuk pengembangan petemakan sapi potong karena menghasilkan sumber pakan yang baik kualitasnya. Oleh karena itu memajukan sisem integrasi sapi potong dengan tanaman tersebut menjadi suatu model agribisnis yang jika dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang cukup besar. Kita melihat model pengembangan sapi bali - sawit di PT Agrisinal - Bengkulu telah menghasilkan komoditas sapi yang bersaing keuntungannya dengan komoditas sawit itu sendiri . Disamping itu memberikan nilai tambah langsung bagi perkebunan dan industri pengolahannya melalui pupuk organik yang dihasilkan (menghemat pembelian pupuk an organik), tenaga kerja angkut buah sawit dan lain-lain keperluan yang menghemat biaya mobil, BBM dan penggunaan lahan untuk jalan . Dan juga akan terbuka indusri baru yaitu industri pakan ternak berbasis pada produk ikutan kebun sawit . Sampai saat ini mereka belum memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk keperluan penerangan dan industri pengolahan, padahal terbuka kesempatan untuk itu, karena teknologi biogas untuk listrik dari kotoran sapi secara kecil-kecilan sudah diterapkan di Jawa . Sistem integrasi inipun bisa menghasilkan industri barn seperti industri pupuk organik seperti yang telah diterakan oleh PT Lembah Hijau Mandiri (LHM) di Solo pada peternakan sapi perah dan sapi potong, dengan menghasilkan pupuk organik padat dan cair yang pemasukkannya tidak kalah dengan pernasukan dari penjualan susu dari peternakan sapi perahnya . Dengan melihat contoh-contoh di atas maka setiap daerah dengan melihat potensi masingmasing wilayahnya dan sosial budaya masyarakatnya dapat memodifikasi sistem integrasi agar tepat pilihan pengembangan dan pemanfaatannya demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak khususnya maupun masyarakat umum serta keamanan dan kenyamanan lingkungan . Pilihan tersebut seharusnya dilakukan karena selalu ada peluang spesifik yang lebih menguntungkan dari masing-masing kawasan peternakan . Prinsipnya sistem integrasi adalah berusaha mendekatkan ternak pada kawasan sumber pakan agar terjamin keberlanjutan usaha peternakan sapi potongnya .
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
9
Pendampingan pads Peternak Tradisional
Pengalaman dari kegiatan Prima Tani menunjukkan bahwa parapeternak tetap mempertahankan sistm tradisional yang telah diterapkan secara turun temurun dan tidak mudah (membutuhkan waktu yang cukup panjang dan pendampingan yang intensif) untuk mengadopsi inovasi teknologi yang disarankan . Pemerintah mulai menerapkan dalam beberapa tahun terakhir ini program khusus sarjana masuk desa . Maka diharapkan dari para sarjana tersebut khususnya dalam bidang peternakan agar dibekali dengan berbagai pengetahuan praktis dan kreatifitas yang cukup untuk memodifikasi keadaan lapangan agar dapat meningkatkan populasi dan produktifitas peternakan serta meningkatkan kesejahteraan peternak tradisional .
Arah Penelitian dan Pengembangan Sapi Potong Dari pencapaian di atas maka Lingkup Puslitbang Peternakan memfokuskan arah penelitian untuk pengembangan sapi potong melalui tiga hal pokok yaitu perbibitan dan palsma nutfah potensial dalam bidang peternakan dan veteriner, teknologi pakan, reproduksi dan model pengembangan dalam sistem integrasi sapi - tanaman (pertanian, perkebunan dan kehutanan) untuk skala kecil-menengah di pedesaan sampai pada skala besar di lahan perkebunan serta faktor penunjangnya . Selain itu juga mlaksanakan penelitian analisis kebijakan pemecahan masalah-masalah nasional dan masalah darurat mendesak dalam bidang peternakan . Hasilhasl penelitian tersebut selanjutnya diterbitkan dalam berbagai bentuk publikasi mulai dari majalah ilmiah, prosiding, juknis dan juklak, booklet, poster, leaflet, ekspose dan percontohan di stasiun penelitian serta mendiseminasikan hasil-hasil penelitian tersebut secara langsung kepada pengguna (peternak) melalui kejasama institusional dengan pemerintah daerah, swasta dan kelompok peternak rakyat dalam bentuk pendampingan dan konsultasi . Dalam bidang pembibitan sapi potong, karena sapi Bali, sapi eksotik (sapi Bos taurus) dan kerbau sudah ditangani oleh BPTU Lingkup Ditjenak maka Puslitbang Peternakan ikut bekerjasama secara langsung dengan BPTU-BPTU tersebut di tempatnya masing-masing . Sedangkan di stasiun penelitian Puslitbang Peternakan, Loka Penelitian Sapi Potong memfokuskan penelitian pembibitan adalah pada sapi Ongole (PO) dengan mnghasilkan pejantan-pejantan unggul untuk disebar luaskan penggunaannya sesuai permintaan berdasarkan kemampuan yang ada. Pejantan-pejantan tersebut sudah disebarkan ke Jawa Timur, Kalimantan Selatan, BBIB Singosari dan kedepan akan ke Jawa Barat dan NTT . Di samping itu juga melakukan penelitian plasma nutfah sapi potong dan hubungan kekerabatan antara bangsa-bangsa sapi tersebut untuk mendapatkan bangsa sapi potong potensial untuk pengembangan kedepan nantinya . Arah penelitian pakan difokuskan pada sumber pakan alternatif dengan persaingan minimal pada produksi pangan yaitu dengan memanfaatkan preoduk-produk ikutan hasil-hasil pertanian, perkebunan dan industri pangan . Umumnya jenis jenis sumber pakan ini mempunai nilai gizi yang bervariasi dari yang sangat rendah sampai pada yang berkualitas tinggi Misanya jenis jenis jerami padi-padian berkualitas rendah sedangkan umbi-umbian dan kacang-kacangan dan produk ikutan perkebunan juga berkualitas cukup baik . Demikian juga produk-produk ikutan dari industri pangan umumnya berkualitas sedang sampai baik . Oleh karena itu dikeluarkan suatu software formulasi pakan berdasarkan bahan-bahan yang ada
10
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Patu, 24 November 2008
disekitar agar dapat dibuat pakan berkualitas berdasarkan ketersediaan sumber pakan antar periode waktu. Selanjutnya penelitian pakan juga ditujukan untuk memperbaiki kualitas bahan pakan kualitas rendah - sedang melalui proses fermentasi lebih dahulu dengan berbagai macam mikroorganisme, dan hasil terbaik direkomendasikan untuk digunakan . Selain itu juga penelitian dengan mikroba juga diarahan agar ternak memproduksi seminimal mungkin gas methan (rumen modifier complete) untuk mengurangi pencemaran rumah kaca yang berasal dari ternak . Penelitian dalam bidang reproduksi pada ternak jantan dimulai dari spermatozoa dengan mmperpanjang umur semen cair pada penyimpanan di suhu ruang untuk mengefisiensikan penggunaan pejantan di daerah sulit listrik dan sexing sperma untuk menghasilkan spesifik pedet jantan atau betina. Teknologi tersebut saat ini selain Puslitbang Peternakan juga sedang dikembangkan juga oleh Unair, LIPI dan Ditjenak . Pada ternak betina, penelitian difokuskan untuk melihat pengaruh pakan, pejantan, manajemen perkawinan, reproduction hormone profile untuk mendapatkan calving interval tepat 12 bulan . Sampai snot ini melalui pengaturan pada manajemen perkawinan dengan pakan kualitas sedang sudah diperoleh rataan jarak beranak 13 bulan pada sapi Ongole . Penelitian juga sedang diarahkan untuk penelitian embrio dan pembesaran peluang kelahiran kembar pada sapi potong bekerja sama dengan Ditjenak (BET Cipelang) . Penelitian dan pengembangan model inovatif budidaya dan pembibitan sapi potong dengan skala 8, 18 dan 30 ekor pada lahan sempit yang relatif mudah diterapkan di pedesaan dengan pakan hasil formulasi dari sumber bahan pakan sekitar Pada budidaya diperoleh kelahiran lebih dari 90% dengan jarak beranak 13 bulan . Model ini dikembangkan berdasarkan sistem integrasi dengan tanaman pangan (padi) . Dengan sedikit modifikasi model ini juga dapat diterapkan untuk integrasi dengan tanaman jagung dan tanaman sumber serat/jerami lainnya . Sistem ini juga diterapkan oleh beberapa peternakan penggemukan di Jawa Timur . Penelitian dana pengembangan sistem integrasi ternak tanaman juga dilaksanakan dengan perkebunan dalam skala besar yaitu dengan PT Agrisinal di Bengkulu untruk mengoptimalkan penggunaan hasil ikutan perkebunan dan industri sawit sebagai sumber pakan pada sapi Bali. Hasilnya menunjukkan bahwa angka kelahiran dicapai 80% dengan jumlah kematian pedet minimal (<5%) dan pertambaahan bobot badan harian 0.5 kg (Mathius et al, 2004) . Dalam pengembangan sistem integrasi ini, telah berhasil didiseminasikan dalam bentuk pendampingan pada berbagai bentuk kegiatan Prima Tani Lingkup Badan Litbang Pertanian yang juga sukses dengan penerapan integrasi sapi potong dengan perkebunan kopi dan kakao di Bali . Pengembangan penelitian dan pemanfaatan biogas juga dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian baik dari efisiensi penggunaan digester dengan berbagai media mulai dari plastik sampai concrete (beton) dan penggunaan dari sekedar kompor sampai listrik . Sekarang sedang dilakuan penelitian untuk pengisian dalam bentuk liquid kedalam tabung oleh BBMektan (Balai Besar Mekanisasi Pertanian) walaupun masih banyak kendala yang harus dilewati . Pemanfaatan biogas oleh peternak rakyat akan dengan sendirinya meningkatkan skala usaha peternakan sapi potong, dan produk ikutan dari biogas merupakan pupuk organik kualitas baik karena sudah terbebas dari benih tanaman dan mikroba pengganggu lainnya . Sistem biogas ini sangat ramah lingkungan karena pembakaran gas methan dalam
Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong - Patu, 24 November 2008
11
penggunaannya menyebabkan hampir tidak ada gas methan yang langsung dari ternak tersebar ke udara bebas . Jika saja hasil-hasil penelitian tersebut dapat dengan cepat diserap dan digunakan oleh para peternak di Indonesia maka percepatan swasembada sapi potong akan dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat .
Kesimpulan dan Saran 1 . Indonesia memiliki berbagai sumberdaya baik alam, manusia dan teknologi untuk pengembangan sapi potong . Disayangkan bahwa berbagai potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan terintegrasi satu dengan lainnya secara efsien dan efektif untuk mengoptimalkan pengmbangan sapi potong di Tanah air. 2. Berbagai inovasi teknologi pendukung baik untuk pengembangan pada skala peternakan rakyat maupun skala komersial telah tersedia, hanya efektifitas penyerapan dan penerapan oleh khususnya para peternak rakyat perlu dipercepat melalui kepedulian yang lebih besar lagi terhadap peternakan melalui pendampingan langsung pada peternak . 3. Pendampingan dalam pembinaan untuk menigkatkan taraf kesejahteraan peternak tradisional memang harus dilakukan maka harapan besar berada di pundak program sarjana masuk desa . Maka disarankan agar pada sarjana tersebut dibekali yang cukup sebelum diterjunkan untuk berdarma bakti .
Daftar Pustaka ABS, 2004 . Australian Bureau Statistics . www.aus .gov .au Badan Litbang Pertanian . 2007. Buku : Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. BPS (Pusat Data dan Informasi Pertanian, Indonesia) . 2008 . Statistik Indonesia Tahun 2007 . Biro Pusat Statistik, Jakarta. (www.deptan .go .i d). Ditjen Nak (Direktorat Jenderal Peternakan) . 2008 . Statistik Peternakan 2007 . Jakarta. (www.ditjennak .go .i d). I-Wayan Mathius, Azmi, B .P . Manurung, D. Sitompul dan Eko Priyatomo, 2004 . Sistem Integrasi Tanaman-Ternak . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) . Crop-Animal Systems Research Network (CASREN) . Pp 439-446 LJP (Lembu Jantan Perkasa) . 2007 . Pembibitan sapi Brahman cross . Paper di presentasikan pada workshop "Pembangunan Agribisnis Sapi Potong dalam menunjang PKD (Program Kecukupan Daging) 2010" . Bogor, Januari 2007 . Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Bogor . PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) . 2007 . Kesiapan Peternak dan Industri Peternakan dalam Pelaksanaan PKD (Program Kecukupan Daging) 2010 . Paper disampaikan dalam Pertemuan "Sumbangan ISPI pada PKD 2010", Januari 2007". Sekretaris Ditjenak, Jakarta . Unpublished. Puslitbangnak . 2006 . Pusat Kumpulan Teknologi Unggulan Lingkup Puslitbang Peternakan . Buku . Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Talib, R .A .B . 2008 . Keragaan sapi Timor di Kabupaten Kupang, NTT . Dalam Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong di Palu, 24 November 2008 . Talib,C ., A. Bamualim dan I. Inounu . 2007 . Restrukturisasi peternakan di Indonesia. Journal Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis), Penerbit: Pusat Analisis Sosial Eknomi dan Kebijakan Pertanian, vol .5 (1) : 1-14 . 12
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008