Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000
OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR HETI RESNAWATI', A.G. NATAAMIJAYA', UKA KUSNADO, HELMY HAMID2, SOFYAN isKANDAR ' , clan Balai Penelitian Ternak P.O. Box 211, Bogor 16002 ? Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martaclinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114
SUGIYONO'
t
ABSTRAK Pengkajian pemeliharaan pembesaran ayam lokal melalui pembentukan kelompok kooperator yang diarahkan sebagai produsen daging (Pelung x Kampung) dan produsen telur (Kedu x Kampung) bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan paket teknologi clan meningkatkan produktivitas kedua hasil persilangan ayarn lokal tersebut. Pengkajian kineda ayam hasil persilangan Pelung x Kampung dan Keclu x Kampung di!aksanakan di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah . Peternak kooperator yang diikutsertakan dalam program pengkajian, sebanyak 4 orang, yang masing-masing peternak memelihara anak ayam hasil persilangan Pelung x Kampung (Pedaging) hasil persilangan Kedu x Kampung, yaitu betina (Petelur) clan jantan (Pedaging). Jumlah sampel anak ayam (2 .400 ekor) untuk pengkajian kualitas pakan dengan berbagai imbangan protein dan energi metabolis (R1=15% PK/2 .900 kkal EM ; R2=14% PK/2 .800 kkal EM clan R3=19% PK/2 .900 kkal EM), sebanyak 10% dari seluruh populasi anak ayam Pelung x Kampung dan Kedu x Kampung dari 6 periocle penetasan. Periode pembesaran dimulai dari umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu . Bobot badan rata-rata anak ayarn persilangan Pelung x Kampung pada umur 12 minggu berturut-turut R1 (1 .097,63 g) ; R2 (1 .033,20 g) dan R3 (1 .134,31 g) lebih tinggi dibandingkan Kedu x Kampung adalah RI (812,11 g); R2 (870,10 g) dan R3 (853,62 g) . Perbaikan kuantitas dan kualitas pakan selama periode pembesaran dapat meningkatkan bobot badan rata-rata sebesar 10,80%, dibandingkan dengan pakan yang biasa diberikan peternak yang terdiri dari campuran dedak, jagung dan sedikit konsentrat. Konversi pakan rata-rata selama 12 minggu pada ayarn Pelung x Kampung berturut-turut adalah RI (3,38) ; R2 (3,66) clan R3 (3,29) lebih rendah dibandingkan ayarn Kedu x Kampung adalah RI (3,68) ; R2 (3,94) dan R3 (3,32) . Bobot karkas rata-rata dari Pelung x Kampung adalah (700,17 g) lebih tinggi dari Kedu x Kampung (654,8 g) . Analisis varian terhadap bobot badan, konversi pakan dan bobot karkas, paha dan dada tidak menunjukkan perbedaan, hal ini berarti bahwa pada periode pembesaran anak ayarn hasil persilangan Pelung x Kampung maupun Kedu x Kampung dapat diberikan pakan dengan kandungan protein antara 14-19% dan energi metabolis 2.800-2 .900 kkaVkg pakan. Kata kunci: Ayam lokal, daging, telur PENDAHULUAN Ayam lokal adalah sumber protein hewani yang mempunyai peranan penting sebagai penghasil claging dan telur. Pengembangan ayam lokal untuk mendukung peningkatan pendapatan peternak adalah merupakan salah satu cara yang cepat dan tepat. Peningkatan budidaya ayam lokal masih mengalatni beberapa kendala, antara lain rendahnya mutu genetis sehingga belum tersedia jumlah bibit yang memadai kualitas maupun kuantitasnya, tehnik pemberian pakan yang belum sesuai dengan perkembangan umur clan tujuan pemeliharaan, serta program pencegahan clan pengobatan penyakit yang belum intensif. Pada dasarnya pemeliharaan ayarn lokal dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipelihara secara intensif. Pada pengkajian ini dilakukan penerapan teknologi persilangan bibit unggul sebagai produksi daging clan telur, penyusunan dan pemberian ransum yang berkualitas dan 172
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
cukup kuantitas untuk pertumbuhan dan produksi telur serta program vaksinasi dan pengobatan yang terkontrol. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas daging dan telur ayam lokal melalui alih teknologi tepat guna, serta meningkatkan keterampilan peternak melalui pembentukan kelompok koopertor yang diarahkan sebagai produsen daging dan telur. MATERI DAN METODE Pengkajian pembesaran anak ayam dilakukan di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dari bulan Oktober 1999 sampai dengan Maret 2000. Ayam yang digunakan adalah anak ayam jantan dan betina yang berasal dari telur tetas hasil persilangan ayam Pelung x Kampung dan Kedu x Kampung . Telur ditetaskan dengan mesin tetas yang dikelola oleh kelompok peternak penetasan . Jumlah anak ayam untuk pengkajian ini sebanyak 10% dari seluruh populasi anak ayam yang menetas (2.400 ekor) selama 6 periode penetasan . Periode pembesaran anak ayam dari mulai umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu. Kandang yang digunakan adalah kandang litter yang tersedia pada 4 peternak kooperator terpilih. Petemak yang terpilih untuk memelihara anak ayam selama periode pembesaran ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara kelompok peternak dan yang bersedia mempersiapkan kandang dan peralatan kandang. Setiap peternak mendapatkan jumlah anak ayam bervariasi tergantung dari anak ayam yang menetas per periode penetasan. Setiap periode penetasan, anak ayam langsung didistribusikan kepada peternak pembesaran dan diberikan 3 ransum yang mengandung imbangan protein dan energi metabolis yang berbeda. Setiap peternak koopertor menyediakan 3 buah petak kandang litter yang masing-masing berukuran 2 x 2 x 1,5m. Peralatan kandang dari masing-masing petak terdiri dari tempat makan, tempat minum dan bola lampu 75 watt sebagai pemanas dan penerangan. Ransum yang diberikan merupakan campuran bahan pakan lokal yang tersedia di lokasi, yaitu jagung kuning, bekatul, tepung singkong, tepung ikan, bungkil kedele, dan makanan tambahan. Ransum mengandung imbangan protein/energi yang sesuai dengan kebutuhan ayam lokal dan sudah diuji dalam skala laboratorum di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. Komposisi zat nutrisi RI (15% Protein/2 .900 kkal), R2 (14% Protein/2.800 kkal), R3 (19% Protein/2 .900 kkal). Ransum R2 adalah ransum yang biasa diberikan peternak dengan komposisi jagung : dedak : konsentrat--4 : 4 : 2. Pemberian ransum dan air minum secara ad libitum. Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan vaksinasi ND pada umur 9 minggu, vita chick, coccidiostat, dan obat cacing diberikan melalui air minum. Pengamatan kinerja ayam lokal dilakukan setiap 2 minggu dan pada umur 12 minggu diambil sampel ayam jantan dan betina masing-masing 2 ekor pada setiap perlakuan, untuk melihat bobot karkas dan bagian-bagian organ tubuh. Data pengamatan dianalisis dengan Rancangan Faktorial 2 (jenis ayam) x 3 (Ransum) yaitu faktor A (Kedu x Kampung dan Pelung x Kampung) dan faktor B (R1=15% Proteinl2.900kka1; R2=14% Protein/2.800kkal ; R3=19% Protein/2 .900kkal) berdasarkan STEEL dan TORRIE (1980).
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000
HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja syam silangan (Fl) Bobot baclan dan konversi ransum dari anak ayam silangan (F 1) Pelung x Ksmpung clan Kedu x Kampung pada umur 12 minggu tercantum pada Tabel 1 . Bobot badan rataan ayam silangan Fl Pelung x Ksmpung (1 .088,38 g) nysta (P<0,05) lebih besar clibandingkan dengan Kedu x Ksmpung (845,28 g). Rstaan bobot badan Pelung x Ksmpung dari hasil pengkajian ini tidak jauh berbecla dengan yang dilaporkan oleh ISKANDAR et al. (1998), bahwa bobot badan anak ayam hasil persilangan syam pelung clan syam kampung pada umur 12 minggu berkisar 1 .046-1 .205 g. Sementara itu, rataan bobot baclan Kedu x Ksmpung lebih tinggi dari yang dikemukakan oleh WAHYUDIN (1976), bahwa anak ayam hasil persilangan kedu hitam dengan kampung pada umur 12 minggu bobotnya 790,85 g. Tabel 1. Kinerja syam silangan (FI) Pelung x Kampung dan Kedu x Ksmpung pada umur 12 minggu Jenis syam
Ransum (R) RI R2 R3
Bobot badan (g) 1.097,63 1 .033,20 Pelung x Ksmpung 1.134,31 Rataan 1.088,38' RI 812,11 Kedu x Ksmpung R2 870,10 853,62 R3 845,28b Rat= Keterangan: Nilai dengan huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)
Konversi ransuin 3,38 3,66 3,29 3,44' 3,68 3,94 3,32 3,64b
Pertumbuhan anak ayam hasil persilangan Pelung x Kampung clan Kedu x Kampung lebih cepat dibandingkan anak ayam hasil perkawinan murni . HARDJOSUBROTO clan ATmolo (1977) melaporkan bahwa pertumbuhan ayam kedu hitam pada umur 12 minggu adalah 707,45 g, sedangkan CRESSWELL dan GUNAWAN (1982), pada umur 12 minggu bobot rataan ayam Kedu Hitam rata-rata 575 g clan syam kampung 108 g. Variasi bobot badan antara lain disebabkan oleh keragaman genetis (MANSJOEr clan PADAADINATA, 1982). Konversi ransum rataan dari Pelung x Ksmpung (3,44) nyata, (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan Kedu x Ksmpung (3,64). Hal ini berarti Pelung x Ksmpung lebih efisien dalam menggunakan ransum untuk menghasilkan produksi daging clibandingkan Kedu x Kampung. Perbedaan imbangan protein (14-19%) clan energi metabolis (2.800-2 .900 Kkal/kg) tidak berpengaruh terhadap bobot baclan maupun konversi ransum . Keadaan ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR et al . (1998), bahwa pemberian protein antara 15-19% pada periode starter dan finisher tidak berpengaruh terhadap bobot badan clan konversi ransum . Menurut RESNAWATI (1998), bobot badan clan konversi ransum makin meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar lisin dalam ransum .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Bobot karkas, paha, dan dada Rataan bobot karkas, paha dan dada ayam hasil persilangan (F1) Pelung x Kampung dan Kedu/ Kampung pada umur 12 minggu, tercantum pada Tabel 2. Kampung dan Tabel 2. Rataan bobot karkas dan persentase karkas, paha dan dada ayam silangan (F1) Pelung x Kedu x Kampung pada umur 12 minggu Bobot paha Bobot dada Bobot Bobot karkas Jenis Ransum Jenis Kelamin Hidup (%) ayam (R) (%) (%) (g) (g) (g) (K) (g) 170 17,72 199 20,73 960 656 68,33 Jantan Pelung x R1 20,09 168 17,03 Kamoung 671 68,74 197 Betina 980 R2
Jantan
1.110 1.058
756 733
68,04
235 175
21,11
171
15,42 17,13
R3
Jantan
1 .118 990
697
62,39 69,31
240
23,43
172 171
16,76
208,33 214
21,57'
172,17 148
17,18'
67,21
Rataan Kedu x Kampung
Betina
Betina
1 .036
700,17
13,44 14,25
20,31 17,66
126
69,30
195 159
13,12 13,17
609
66,31 67,12
185 196
19,75
117
12,75 13,87
654,8
67,56'
19,49b
131,7
R2
Jantan
945
628
890
617
R3
Jantan
915 990
969,2
18,99
66,64
975
741 671
Betina
22,74
181
199
Jantan Betina
Rataan
67,68'
204
21,29
19,44 20,41
RI
Betina
1 .100
688
69,28
663
68,77
191,3
19,39
Keterangan : Nilai dengan hurufberbeda pada baris dan faktor yang sama berbeda nyata (P<0,05)
139
119
141
13,43b
Bobot karkas ayam hasil persilangan Pelung x Kampung (700,17 g) lebih tinggi dibandingkan Kedu x Kampung (654,80 g), tetapi perhitungan persentase terhadap bobot hidup secara statistik tidak berbeda nyata yaitu 67,00% dan 67,56% .
Perbedaan ransum dengan protein kasar (14-19%) tidak berpengaruh terhadap persentase bobot karkas . Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR dan RESNAWATI (1999), bahwa persentase bobot karkas ayam hasil silangan pelung dan kampung dengan pemberian kisaran protein ranstun 1521% tidak berbeda nyata. Sementara itu, persentase bobot karkas Kedu/Kampung (67,56%) lebih tinggi dari ayam kedu hitam (63,85%) (MuLYADI, 1989). Persentase bobot paha (21,57%) dan dada (17,18%) ayam Pelung x Kampung nyata lebih tinggi (P<0,05) dari Kedu x Kampung yaitu mengandung paha (19,49%) dan dada (13,43%). Dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh ISKANDAR dan RESNAWATI (1999), yang melaporkan bahwa persentase paha berkisar antara 9,73-10,23% dan dada 12,75-14,48%, maka persentase paha dan dada dari pengkajian ini lebih tinggi . 17 5
Seminar Nasional Peternakan dan Yetertner 2000
Imbangan protein (14-19%) dan energi metabolis (2 .800-2 .900 Kkal/kg) tidak nyata belpengaruh terhadap pertumbuhan daging paha dan dada pada ayam Pelung x Ksmpung maupun Kedu x Ksmpung. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ayam hasil persilangan tersebut kurang sensitif terhadap perubahan kadar protein ransum . Mortalitas Selama periode pembesaran terjadi 19% kematian anak ayam dari seluruh populasi . Kematian yang terjadi pada anak ayam hasil persilangan Pelung x Ksmpung (13%) lebih tinggi dibandingkan pada Kedu x Kampung (6%). Penyebab kematian antara lain disebabkan kesalahan penerapan tatalaksana pemanasan pada brooder dengan menggunakan kompor, sehingga terjadi polusi . Selain itu berdasarkan pengamatan gejala klinis beberapa anak ayam terserang coccidiosis (berak darah) dan pullorum (berak kapur). KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Program persilangan Pelung x Ksmpung dan Kedu x Kampung dapat meningkatkan pertumbuhan anak ayam (F 1) .
2.
Perbaikan formulasi ransum dapat mempercepat pertumbuhan anak ayam, sehingga dapat dicapai bobot badan yang ditargetkan. DAFTAR PUSTAKA
CRESSwELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 1982 . Pertumbuhan badan dan produksi telur dari S strain syam sayur pada sistem peternakan intensif. Proc . Seminar Penelitian Peternakan . Puslitbang Peternakan, Bogor. HARDJosuBROTo, W. dan S.P . ATmoDio. 1977 . Performans syam kampung dan ayam kedu. Proc. Seminar Iimu dan Industri Perunggasan. P4, Bogor. ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, D. ZAwtmDw, Y.C. RAHARJO dan B. GUNAWAN. 1998 . Performance of Pelung >< Kampung (= Pelung Cross) chickens as influenced by dietary protein. Bull. Animal Sci ., Supplement Ed. Faculty of Animal Science, Gajah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. ISKANDAR, S. dan H. RESNAWATI . 1999 . Potensi daging ayam silangan (F1) Pelung>