JURNAL SELAT Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. P-ISSN 2354-8649 : E-ISSN 2579-5767 Open Access at: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/selat
HARMONISASI HUKUM TERHADAP PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN PERSPEKTIF BUDAYA HUKUM INDONESIA Yudi Kornelis Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam E-mail:
[email protected].
Fl. Yudhi Priyo Amboro Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam E-mail:
[email protected]
Abstract The suspension of payment (PKPU) is addressed to reach an agreement. The practice showed there are many obstacles towards an agreement performance. Hence, it is necessary for a legal reform, by conducting the legal harmonization into PKPU concepts. The comparative evaluation of this legal harmonization is the Indonesian Legal Culture. Keywords: PKPU, Reorganization, Legal Culture Indonesia Abstrak Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ditujukan untuk mencapai kesepakatan. Dalam rangka pembaharuan hukum yang diharapkan dapat memperbaiki sesuatu yang salah dalam sistem tersebut, Hukum Kepailitan Indonesia, khususnya konsep PKPU, perlu dilakukan suatu perubahan. Salah satu cara pembaharuan hukum yang dapat dilakukan adalah dengan harmonisasi hukum. Kata kunci: PKPU, Pembaharuan, Budaya Hukum Indonesia
Hasil Penelitian Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam.
102 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... A. Latar Belakang Masalah Sudah
sejak
melihat data statistika di atas, perdamaian yang prinsip
konkordansi
menjadi prioritas tersebut tidak banyak tercapai.
diberlakukan di Indonesia, Hukum Kepailitan
Artinya untuk mencapai tujuan dari PKPU pun juga
Indonesia telah mengenal konsep Penundaan
tidak terlaksana dengan baik. Dengan demikian, ada
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Konsep ini
sesuatu yang salah dalam prosesnya sehingga
telah tertuang di dalam Staatsblad 1905 No. 217 jo.
tujuan dari hukum itu sendiri tidak tercapai secara
Staatsblad 1906 No. 348, yang juga telah dipe-
maksimal. Kenyataannya konsep pikir PKPU hanya
rbaharui dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1998
memberikan jalan penundaan, dan proses selanjut-
dan juga pembaharuan terakhir dalam Undang-
nya diserahkan sepenuhnya kepada para pihak
Undang No. 37 Tahun 2004. PKPU yang ditawarkan
yang berperkara. Dalam hal ini setidaknya fungsi
di dalam Hukum Kepailitan Indonesia adalah
hukum sebagai sarana rekayasa sosial belum
melakukan PKPU dalam waktu tertentu bagi seluruh
terlaksana, mengingat Hukum Kepailitan Indonesia
kreditor terkait, dan selama penundaan tersebut,
tidak berhasil mengarahkan perubahan perilaku para
debitor dapat diharapkan dapat melakukan per-
pihak yang berperkara untuk secara sadar mencapai
damaian dengan kreditornya. Setidaknya dalam
perdamaian di dalam PKPU. Jika hal ini dibiarkan
waktu tersebut antara debitor dan kreditornya telah
terjadi, maka lembaga PKPU tidak lagi berguna,
melakukan konsolidasi dalam penyelesaian utang
karena setiap perkara serupa pasti akan berlanjut
piutang diantara debitor dan kreditornya. Tujuan
pada sebuah pailit, dan bukannya perdamaian.
utama dari PKPU adalah adanya perdamaian.
Untuk itu diperlukan sebuah pembaharuan hukum
Pencapaian tujuan PKPU ini pada kenya-
dalam sistemnya.
taannya telah dicoba untuk dilaksanakan. Fakta
Dalam rangka pembaharuan hukum yang
menunjukkan, dari 132 perkara PKPU di Pengadilan
diharapkan dapat memperbaiki sesuatu yang salah
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hanya
dalam sistem tersebut, Hukum Kepailitan Indonesia,
33 perkara atau sekitar 25% yang diakhiri dengan
khususnya konsep PKPU, perlu dilakukan suatu
perdamaian. Secara keseluruhan, baik perkara
perubahan. Salah satu cara pembaharuan hukum
kepailitan maupun PKPU, fakta menunjukkan bahwa
yang dapat dilakukan adalah dengan harmonisasi
dari 600 perkara kepailitan dan PKPU yang masuk
hukum. Dalam hal ini adalah mengharmonisasikan
ke Pengadilan Niaga di seluruh Indonesia, hanya 92
konsep dalam Reorganisasi yang diatur di dalam
perkara atau sekitar 15% yang diselesaikan dengan
Chapter 11 US Bankruptcy Code, yang selanjutnya
perdamaian, sedangkan 297 perkara atau sekitar
dapat direalisasikan dalam ketentuan PKPU pada
49% debitor dinyatakan pailit dan
dilikuidasi.1
Hukum Kepailitan Indonesia.
Sebagaimana merupakan tujuan dari PKPU menurut Hukum Indonesia, perdamaian menjadi hal yang
B. Perumusan Masalah
prioritas. Pilihan di dalam PKPU adalah perdamaian
Sesuai dengan paparan latar belakang di
atau jika tidak tercapai maka debitor jatuh pailit. Jika
atas, maka yang menjadi perumusan masalah
1
Manahan MP. Sitompul, Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian di Dalam atau Di Luar Proses Kepailitan (Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang), Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009.
JURNAL SELAT 103
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana Budaya
deduktif. Dalam perjalanan analisanya, penelitian ini
Hukum
mengharmonisasikan
juga menggunakan metode perbandingan hukum.
konsep Reorganisasi menurut Chapter 11 US
Metode perbandingan hukum digunakan untuk dapat
Bankruptcy Code ke dalam ketentuan Penundaan
melakukan perbandingan antara konsep PKPU
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) menurut
menurut Hukum Indonesia dan konsep Reorganisasi
Hukum Kepailitan Indonesia?”
dalam kepailitan menurut Hukum Amerika Serikat.
Indonesia
dapat
Dalam memperbandingkannya, Penulis akan mengC. Metode Penelitian
gunakan perspektif budaya hukum Indonesia
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
sebagai tolok ukur evaluasi komparatif dalam
hukum normatif yang menggunakan metode per-
mengambil konsep Reorganisasi yang ada dalam
bandingan hukum. Oleh karena sifatnya, data
Hukum Amerika Serikat tersebut, untuk dapat di-
sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan
harmonisasikan ke dalam Hukum Kepailitan Indone-
menjadi modal utama untuk dapat menjawab segala
sia pada nantinya.
pertanyaan penelitian yang timbul. Selain data sekunder, penelitian ini juga menggunakan data
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
primer yang diperoleh dari cara wawancara, hal-
1. Perspektif Budaya Hukum Indonesia Dalam
mana sebagai pelengkap teori dalam mendukung
Memandang Harmonisasi Hukum Kepailitan
analisa data sekunder yang sudah didapatkan
Indonesia
sebelumnya. Bahan hukum primer dari data
Menurut penelitian Kenneth Ayotte dan
sekunder dalam penelitian ini adalah Undang-
David A. Skeel, Jr,2 terungkap bahwa kebanyakan
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
pelaku bisnis di Amerika Serikat tidak mempercayai
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan
mekanisme yang ada di dalam kepailitan termasuk
Chapter 11 Title 11 US Bankruptcy Code. Bahan
Reorganisasi untuk menyelesaikan permasalahan
hukum ini yang menjadi modal utama dalam meng-
lembaga keuangan yang sedang dilanda permasala-
analisa, yang disempurnakan dengan bahan hukum
han keuangan. Keraguan semacam ini juga dapat
sekunder dan tersier.
muncul diantara pelaku bisnis di Indonesia. Tetapi
Setelah mendapatkan data-data yang
yang sering dilupakan adalah fakta bahwa dalam
diperlukan, baik itu data primer maupun data sekun-
beberapa kasus, kepailitan terbukti sangat efektif
der, data tersebut kemudian dikumpulkan dan diana-
untuk menyelesaikan permasalahan kesulitan keua-
lisa berdasarkan metode yang digunakan oleh
ngan, dan menghindarkan distorsi serta menjadi
Peneliti, yang lebih menggunakan pendekatan
jaminan bagi pembayar pajak mengingat penggu-
kualitatif yang diperbandingkan dengan hukum
naan strategi kepailitan yang lebih populer daripada
Amerika Serikat untuk dapat menggali aspek yuridis
cara restrukturisasi yang lainnya. Dengan sedikit
dari permasalahan penelitian. Penganalisaan data
perubahan, cara kepailitan juga dapat menjadi cara
dilakukan secara kualitatif dengan cara pikir
penyelesaian
2
permasalahan
keuangan
yang
Kenneth Ayotte dan David A. Skeel, Jr., Bankruptcy or Bailouts?, The Journal of Corporation Law, Volume 35, Issue 3, Spring, University of Iowa, College of Law, Iowa City, 2010, hlm 498.
104 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... sistemik dan penting bagi perusahaan. Tentu saja
dikonsepkan dari hukum asing, maka diperlukan
konteks kepailitan tidak hanya berada dalam ruang
harmonisasi
lingkup kepailitan itu sendiri yang mengarah pada
masyarakat tersebut, dalam hal ini masyarakat
sebuah likuidasi, tetapi juga PKPU ataupun Reorga-
Indonesia meyakini sebuah budaya hukum yang
nisasi. Hal ini berarti menandakan pentingnya kepai-
hidup
litan di dalam penyelesaian permasalahan keua-
masyarakat, yang disebut Budaya Hukum Indonesia.
ngan.
yang
sebagai
sesuai
bagian
Budaya hukum
dengan
dari adalah
jiwa
sistem
dari
hukum
hal-hal yang
Berawal dari pemikiran filosofi tujuan yang
berkaitan sikap pelaku dalam sistem terhadap nilai,
berbeda diantara PKPU dengan Reorganisasi, maka
pikiran, ide dan harapan mereka. Budaya hukum
di dalam implementasi ketentuannya pun akan
memberikan pemahaman bahwa kekuatan-kekuatan
menuai perbedaan. Kebebasan untuk menjalankan
sosial itulah yang membentuk hukum, meski tidak
bisnisnya diberikan kepada debitor dalam Reorga-
langsung mempengaruhi sistem hukum.3 Perilaku
nisasi karena filosofinya adalah supaya debitor tidak
dan sikap profesional justru yang berpengaruh besar
dilikuidasi, sedangkan debitor dalam PKPU dalam
pada pola tuntutan yang diajukan kepada sistem
pengawasan ketat Pengurus, karena filosofinya
hukum. Budaya Hukum Indonesia dipengaruhi oleh
adalah supaya debitor membuat rencana perdamai-
setidaknya tiga tradisi hukum, yaitu tradisi Hukum
an selama masa PKPU, dan selama itu debitor dila-
Adat, tradisi Hukum Islam dan tradisi hukum sipil.
rang untuk merugikan kreditor berkaitan dengan
Hukum Adat mengenal ajaran mengenai
segala harta kekayaan debitor. Filosofi tujuan ini
hubungan harmonis antara masyarakat dan alam.
menjadi pijakan awal guna melanjutkan pada
Masyarakat pada dasarnya merupakan titik awal dari
tahapan langkah selanjutnya, yaitu harmonisasi
setiap pertimbangan hukum, Hukum Adat tidak akan
hukum.
menunjukkan suatu konsep yang menempatkan Untuk melakukan harmonisasi hukum
individu sebagai referensi normatif yang absolut dan
tersebut, tidak akan terlepas dari hasil analisa
bebas. Ajaran seperti ini memberikan garansi bahwa
perbandingan hukum, yaitu persamaan dan perbe-
walaupun hak-hak komunal lebih utama, namun
daan antara konsep Reorganisasi menurut US
keseimbangan harmoni antara individu, masyarakat
Bankruptcy Code dengan konsep PKPU menurut
dan alam harus tetap dijaga.4 Hukum Adat juga
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Persamaan
merupakan hukum yang dinamik dalam hubungan-
dan perbedaan itu merupakan modal awal untuk
nya dengan perkembangan masyarakat. Dengan
dapat dianalisa apakah konsep Reorganisasi
demikian, karena eksistensi Hukum Adat esensinya
menurut US Bankruptcy Code dapat diharmonisasi-
berakar dalam rasa keadilan masyarakat, karakter
kan ke dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004,
hukum di dalamnya mengikuti pemikiran masyarakat
khususnya membahas mengenai PKPU. Untuk me-
dalam kasus-kasus tertentu. Disini Hukum Adat
minimalkan dampak negatif atas reseptasi mas-
menyerupai sistem hukum terbuka dengan segala
yarakat
sesuatu dalam hukum tersebut akan dilihat sebagai
3
4
terhadap
perubahan
hukum
yang
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, diterjemahkan oleh M. Khozim dari buku The Legal System: A Social Science Perspective. Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011, hlm. 18. Ratno Lukito, Tradisi Hukum Indonesia. Cianjur: The Institute for Migrant Rights Press (IMR Press), 2013, hlm. 2324.
JURNAL SELAT 105
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
sesuatu yang didervasikan dari ide filosofis umum
itu, sebagai kultur yang unik, adat pada dirinya
tentang keseimbangan dan harmoni dari mas-
sendiri tidak pernah memberikan batas dan definisi
yarakat, sementara aspek detail substansi aturan-
yang rigid dalam hal hukum, tetapi memungkinkan
aturannya akan diputuskan berdasarkan proses
Hukum Adat untuk mengalir, seperti aliran air
dialog dan diskusi yang panjang dengan melibatkan
sungai, mengikuti pergerakan dan perubahan
seluruh bagian masyarakat. Walaupun aspek sub-
kehidupan masyarakat.6 Selain Hukum Adat dapat
stansif hukum secara konstan berubah sejalan
menerima perubahan dari tradisi hukum baru,
dengan kebutuhan sosial, aspek fundamental dari
Hukum Adat juga dapat ditarik sebagai ide besar
hukum pada dasarnya kekal. Hal ini digambarkan di
dalam skala nasional, yang berarti Hukum Adat
dalam masyarakat Hukum Adat Minangkabau yang
mengalami perluasan skala. Dalam peningkatan ini,
mengatakan ”tidak lekang karena panas, tidak lapuk
asas-asas dasar Hukum Adat seperti kerakyatan,
karena hujan”.5
kekeluargaan, mufakat tetap menjadi acuannya.
Seperti yang telah diungkapkan bahwa
Meskipun terjadi perluasan tersebut, bagaimanapun
Hukum Adat bersifat fleksibel, hal yang sama juga
juga Hukum Adat tetap mempunyai corak, yaitu
berlaku ketika tradisi hukum lain muncul dan
penuh kata kiasan, masyarakat sebagai pokok
mempengaruhi Hukum Adat. Masyarakat Minang-
perhatian, dan fokus pada asas pokok.7
kabau mengenal adagium ”adat basandi syarak,
Tradisi hukum selanjutnya adalah tradisi
syarak basandi kitabullah”, yang berarti adat
Hukum Islam, yang merupakan hukum yang
bersendi hukum, hukum bersendi Kitab Allah. Hal
bersumber dari sistem keyakinan Islam. Menurut
yang sama juga muncul di dalam masyarakat Aceh
Hukum Islam, hukum dan teologi tidak pernah bisa
yang menyebut hukum ”ngon adat hantom cre,
dipisahkan. Hukum itu bersumber dari teologi dan
lagee zat ngon sifeut”, yang berarti Hukum Islam
hanya dengan mematuhi hukumlah teologi itu bisa
dan adat tidak terpisahkan, seperti layaknya zat dan
dipertahankan. Sesuai dengan ajaran akidah Islam,
sifat dari suatu benda. Hal ini menandakan adanya
seorang muslim tidak diperbolehkan mencari solusi
hubungan harmonis antara dua tradisi hukum yang
suatu persoalan dari luar Islam, karena pada
berbeda antara tradisi Hukum Adat dan Hukum
dasarnya semua jawaban dari permasalahan itu bisa
Islam. Masyarakat Hukum Adat cenderung melihat
ditemukan dalam Islam itu sendiri. Firman Tuhan
adat dan hukum agama sebagai tradisi yang berasal
yang suci diwahyukan untuk memutuskan per-
dari akar yang sama sehingga keduanya memiliki
soalan-persoalan
misi yang sama di dunia ini yaitu untuk mempro-
menepis ketergantungan manusia untuk memecah-
mosikan nilai-nilai kebaikan dan memberantas
kan persoalan melalui diskusi atau dengan sekadar
kemungkaran. Hal ini yang menyebabkan masya-
membaca pengalaman leluhur mereka. Jadi bagi
rakat Hukum Adat cenderung menerima ajaran
umat muslim, agama dan hukum merupakan hal
tradisi Hukum Islam daripada menentangnya. Selain
yang tidak terpisahkan.8 Di Indonesia, hubungan
5 6 7
8
yang
tidak
jelas,
sehingga
Ibid..., hlm.40-42. Ibid..., hlm. 43-47. Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum: Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990. Yogyakarta: Genta Publishing, 2010, hlm. 24. Ratno Lukito, Op. Cit..., hlm. 48-50.
106 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... antara Hukum Adat dengan Hukum Islam sangatlah
dan lebih baik daripada sistem hukum yang bersifat
erat, dengan segala pertentangannya. Menge-
setempat.11
sampingkan pertentangan yang ada, pada faktanya
Sedangkan
penerimaan
Indonesia
Hukum Islam justru dapat mengakomodasi Hukum
terhadap tradisi hukum sipil baru dimulai ketika
Adat, hal ini dikarenakan adanya adopsi dan
Belanda menggunakan prinsip-prinsip imposisi
harmoni diantara kedua tradisi hukum tersebut,
hukum untuk menjustifikasi penerapan berbagai
yangmana masing-masing dapat saling menerima.
hukum mereka dalam kehidupan masyarakat.
Tradisi
kental
Penerimaan ini pun dilakukan secara berangsur-
mempengaruhi budaya hukum di Indonesia adalah
angsur, demikian juga cara bertahap Belanda untuk
tradisi hukum sipil, yang merujuk kepada sistem
mentransplantasi hukum sipil ke tradisi hukum yang
hukum Eropa yang berasal dari Hukum Romawi dan
sudah ada di Indonesia sebelumnya, yaitu tradisi
berbeda dari sistem Hukum Inggris.9 Tradisi hukum
Hukum Adat dan hukum agama. Ketika secara
sipil mempunyai karakter yang formal dan pende-
imposisi hukum telah dilakukan oleh Belanda
katannya yang sekuler. Tradisi ini bersifat formal
terhadap Indonesia, dengan hukum kriminal, hukum
karena perkembangan sistem hukum sipil tidak bisa
sipil dan hukum perdagangannya, maka lambat laun
dipisahkan dari pembentukan organ negara yang
Belanda menarik kaum pribumi untuk mempelajari
ditunjuk secara khusus untuk membuat undang-
mengenai Hukum Belanda tersebut. Hal ini lebih
undang atas nama orang-orang yang hidup di dalam
pada pendekatan akademik untuk tujuan akulturasi
batasan negara tersebut. Jadi aspek substansif
hukum. Jadi pengenalan Hukum Belanda tidak
hukum sipil dikembangkan sesuai dengan jurisdiksi
hanya dilakukan dengan institusi hukum tetapi juga
masing-masing negara. Secara teoritis, negara
lembaga pendidikan. Berkat gerakan akademis ini,
adalah satu-satunya agen pembuat hukum, maka
kesesuaian dicapai tidak hanya dengan penerapan
pendekatan ketentuan yang diproduksi dalam
hukum substansif Belanda di pengadilan tetapi juga
sebuah sistem hukum bersifat sekuler.10 Kehadiran
melalui keterlibatan masyarakat pribumi dalam
tradisi hukum sipil di Indonesia dibawa oleh Belanda
proses memahami filsafat hukum barat. Dengan
sebagai bagian dari penjajahan yang dilakukan oleh
begitu hukum barat meresap ke dalam kehidupan
Belanda pada saat itu. Tradisi hukum di Belanda
kaum pribumi ini.12 Oleh karena itu, keberhasilan
semenjak awal abad pertengahan sangat dipengaru-
imposisi hukum dan juga akulturasi hukum tersebut
hi oleh tradisi hukum Jerman, dimana peran
menyebabkan tradisi hukum sipil ini dapat bersan-
kebudayaan masih memiliki posisi yang penting.
ding dengan tradisi hukum yang sudah ada
Dalam perjalanan waktu, hubungan dekat dengan
sebelumnya, yaitu tradisi Hukum Adat dan tradisi
Perancis dan Jerman membukakan pintu bagi
Hukum Islam.
Belanda
yang
Terlepas dari kompleksitas ketiga tradisi
Penerimaan ini pada dasarnya untuk merespon
hukum di atas, bagi Sunaryati Hartono tidaklah
kebutuhan terhadap sistem hukum yang lebih umum
terlalu penting apakah Indonesia memilih tradisi
10 11 12
menerima
sangat
Romawi.
9
untuk
hukum
Ibid..., hlm. 94. Ibid..., hlm. 102-103. Ibid..., hlm. 112. Ibid..., hlm. 124-127.
Hukum
JURNAL SELAT 107
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
hukum tertentu. Tetapi yang lebih penting adalah
tidak dibayarkan utangnya dan sekaligus perlin-
menyelesaikan pluralisme hukum yang ada secara
dungan bagi debitor yang beritikad baik.14 Setelah
de facto di Indonesia, karena hal ini mendesak untuk
kejayaan Kerajaan Romawi runtuh, selanjutnya the
dibereskan.13 Secara historis, pembentukan hukum
Twelve Tables difasilitasi dan dirangkum oleh
kepailitan di Indonesia telah membuktikan arah
Justinian.15 Usaha Justinian ini pada akhirnya
tradisi mana yang telah dipilih oleh pembuat hukum,
disebut sebagai the Corpus Juris Civilis yang berarti
dalam hal ini adalah tradisi hukum sipil. Dalam detail
body of civil law atau pokok-pokok dari Civil Law.16
setiap perubahan yang terjadi diantara ketiga produk
Bruce Frier memberikan pandangan bahwa the
hukum tersebut, tidak tampak secara signifikan
Corpus Juris Civilis tersebut pada nantinya
masukan oleh tradisi Hukum Adat maupun tradisi
mempunyai andil sangat besar untuk mempengaruhi
Hukum Islam, melainkan hanya melanjutkan apa
Hukum Inggris, termasuk juga Hukum Amerika
yang menjadi jiwa dari tradisi hukum sipil yang
Serikat.17 Selain pandangan tersebut, Samuel W.
terpancar di dalam Faillissement Verordening.
Bettwy pada intinya menyatakan bahwa inti literatur
Hakim dalam melihat setiap perkara PKPU, juga
Kompilasi Justinian pada akhirnya disebut sebagai
memanfaatkan secara maksimal media hukum yang
common law dari Eropa.18
ada, berdasarkan pada pendekatan tradisi hukum
Dengan kata lain, baik Indonesia yang
sipil. Tradisi hukum sipil yang diwariskan dan
sumber Hukum Kepailitan berasal dari Belanda,
mengakar kepada setiap sendi kehidupan mas-
maupun Amerika Serikat yang Hukum Kepailitannya
yarakat Indonesia berbasis pada pandangan positi-
berasal dari Inggris, mempunyai dasar filosofis
visme, mengingat pada saat tersebut aliran positi-
historik yang sama, meskipun masih terdapat per-
visme menjadi topik yang sedang hangat dan me-
bedaan-perbedaan. Maka tidaklah heran apabila
rangsuk pada setiap sistem hukum di Eropa.
diantara keduanya, baik Title 11 US Bankruptcy
Baik Hukum Inggris maupun Hukum
Code khususnya mengatur mengenai Reorganisasi
Belanda, mempunyai kiblat yang sama dalam
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
mengambil sumber hukum kepailitannya, yaitu dari
khususnya mengatur mengenai PKPU, mempunyai
Hukum Romawi. Setidaknya the Twelve Tables yang
persamaan. Hal ini menunjukkan sebuah fakta
dibuat pada tahun 451 Sebelum Masehi merupakan
bahwa prinsip-prinsip yang ada diantara kedua
salah satu sumber yang digunakan oleh Belanda
hukum tersebut, termasuk Hukum Kepailitan Indone-
maupun Inggris di dalam hukum kepailitannya. Di
sia dan Amerika Serikat, mempunyai keterkaitan
dalam the Twelve Tables terdapat pengaturan yang
erat, yang menyebabkan adanya persamaan
khusus memberikan perlindungan bagi kreditor yang
diantaranya,
13
14 15 16 17
18
meski
hanya
bersifat
prinsipil.
Tristam P. Moeliono, Perlukah Kita Mempertanyakan Kembali Gagasan Unifikasi Hukum Nasional, dalam buku Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Sistem Hukum Nasional Indonesia: Liber Amicorum Untuk Prof. Dr. CFG. Sunaryati Hartono, SH. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011, hlm. 133. Peter Stein, Roman Law in European History, New York, USA: Cambridge University Press, 2007, hlm. 6. Ibid..., hlm. 33. Ibid..., hlm. 35. Bruce Frier, American Philological Association Classical Resources Series: A Casebook on the Roman Law of Delict. Atlanta, USA: Scholars Press, 1989, hlm. 265. Samuel W. Bettwy, Western Philosophies of Law: The Civil Law. California, USA: Thomas Jefferson School of Law, hlm. 2.
108 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... Persamaan yang pertama tampak dalam
ngan hukum bagi semua pihak. Hal ini juga yang
jiwa dari proses PKPU dan Reorganisasi, yaitu
menjadi titik tolak perlindungan bagi debitor untuk
perdamaian. Dalam hal melakukan perdamaian,
tidak dipaksa membayar utang selama masa proses
tentu diperlukan komunikasi diantara para pihak,
PKPU ataupun Reorganisasi. Bagi kreditor atau
baik debitor maupun kreditor. Komunikasi ini yang
pemegang kepentingan, pengesahan perdamaian
disebut sebagai negosiasi, dan menjadi konsekuensi
menjadi bentuk kepastian sebuah komitmen rencana
logis jika terhadap perdamaian yang dinegosiasikan
perdamaian yang disetujui.
tersebut diperlukan persetujuan sebagian besar
Berdasarkan persamaan di atas, dan juga
kreditor atau pemegang kepentingan sebagai pun-
mengingat adanya persamaan secara filosofis
cak dari bentuk negosiasi yang diwujudkan dalam
historik antara Hukum Belanda dan Hukum Inggris
bentuk kuota forum tertentu. Prinsip negosiasi dalam
yangmana masing-masing merupakan sumber
menyelesaikan permasalahan, bukanlah hal baru
rujukan Hukum Kepailitan di Indonesia dan di
yang diperkenalkan dalam prinsip ini, tetapi menjadi
Amerika Serikat, maka tingkat retensi terhadap
bagian dalam hukum sejak cara tersebut ditafsirkan
kedua hukum, yaitu Hukum Kepailitan Indonesia dan
menciptakan kesuksesan bagi pedagang sampai
Amerika Serikat, tidak menjadi penghalang.
dengan era masa perdagangan abad pertengahan.
Dalam tradisi hukum yang lain di Indonesia,
Negosiasi dalam konteks ini merupakan formalitas
seperti tradisi Hukum Islam, tampak juga mempe-
sebuah proses mencapai perdamaian di dalam
ngaruhi pembentukan hukum serta pemahaman
PKPU maupun Reorganisasi.
doktrin para penegak hukumnya. Hal ini sebenarnya
Kedua, secara material, prinsip adanya isi
menjadi suatu kewajaran mengingat terdapat persa-
perdamaian berupa restrukturisasi dalam setiap ren-
maan antara kepailitan Islam dengan kepailitan di
cana perdamaian yang ditawarkan. Restrukturisasi
Indonesia yang bersumber dari kepailitan barat.
ini diartikan secara luas, baik restrukturisasi utang
Tujuan dari kepailitan Islam tercermin dalam hadis.
maupun restrukturisasi perusahaan. Tentu jika
Dalam hadis ini Nabi Muhammad melarang Mu’adh
terkait dengan permasalahan utang piutang, hal-
untuk mengelola hartanya, karena Mu’adh memiliki
mana yang menjadi esensi dari perkara-perkara
utang yang lebih banyak daripada hartanya.19
PKPU maupun Reorganisasi, maka tidak akan
Landaan pikir ini dikarenakan di dalam perspektif
terlepas dari pengelolaan sebuah keuangan dalam
Islam, pembayaran utang merupakan hal penting.
sebuah entitas, sehingga menjadi logis ketika
Bahkan seseorang yang menangguhkan pemba-
sebuah restrukturisasi ditawarkan sebagai bagian
yaran utang termasuk ke dalam orang yang aniaya
dari solusi terhadap perdamaian sebuah perma-
atau
salahan utang piutang.
penindasan.20 PKPU dalam Hukum Islam diberikan
melaku-kan
perbuatan
bengis,
seperti
Ketiga, pengesahan perdamaian secara
kepada debitor yang mengalami kesulitan untuk
hukum yang diperlukan guna memberikan perlindu-
melakukan pembayaran utang-utangnya, karena ia
19
20
Ahmad Azam Othman, The Concept of Bankruptcy (Al-Iflas) under Islamic Law: A Comparison with English and Malaysian Personal Bankruptcy Laws, dikutip dari Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia. Yogyakarta: Total Media, 2008, hlm. 5. Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia, Yogyakarta: Total Media, 2008, hlm. 7.
JURNAL SELAT 109
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
tidak mempunyai kekayaan yang dapat dijual untuk
pemberlakuan Hukum Kepailitan Indonesia. Meski-
melunasinya. Penangguhan pelunasan kewajiban ini
pun kepailitan yang berada di Indonesia adalah
sesuai dengan firman Allah yang menyatakan ”...dan
konsepsi yang berasal dari negara-negara barat,
jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka
dan juga secara fakta telah dipengaruhi oleh Hukum
berilah
berkelaparan”.21
Islam, akan tetapi bukan berarti Hukum Adat tidak
Penangguhan pembayaran utang diberikan atas
dapat menerima keberadaan Hukum Kepailitan
perintah hakim atau pengadilan.22
tersebut. Hukum Adat dalam hal ini telah menjadi
tangguh
sampai
ia
Tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan
pelengkap keberadaan Hukum Kepailitan itu sendiri,
sejarah Hukum Kepailitan Indonesia yang dibawa
bahkan di dalam Undang-Undang No. 37 Tahun
oleh Belanda, yang juga membawa bibit hukumnya
2004 eksistensi Hukum Adat masih diberikan
dari Jerman dan Perancis yang telah mengadopsi
penghargaan tersendiri. Hal ini tampak di dalam
Hukum Romawi. Menurut Abdul Ghafar Sholih,
ketentuan Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang No. 37
terdapat
Hukum
Tahun 2004 yang diperuntukkan untuk kepailitan
Kepailitan Italia yang berbasis pada Hukum Romawi
yang menyatakan “Dalam hal Debitor telah
dipengaruhi oleh Hukum Islam.23 Maka dapat
menyewa suatu benda maka baik Kurator maupun
dikatakan bahwa konsepsi kepailitan menurut
pihak yang menyewakan benda, dapat menghen-
Hukum Islam dan hukum barat mempunyai
tikan perjanjian sewa, dengan syarat pemberitahuan
persamaan.24
penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjan-
kemungkinan
perkembangan
Banyaknya persamaan yang ada diantara
jian sesuai dengan adat kebiasaan setempat”.
kedua hukum, Hukum Islam dan hukum barat, telah
Selain itu, pengaturan yang sama khusus untuk
menunjukkan tingkat akseptasi masyarakat Indone-
PKPU juga tampak di dalam ketentuan Pasal 251
sia dalam Hukum Kepailitan Indonesia. Kepailitan
ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
yang dicipta dari hukum barat dan selanjutnya
Secara jelas juga tampak di dalam penjelasan Pasal
diteruskan di Indonesia telah mengandung persa-
42 huruf c angka 1 yang menyatakan bahwa yang
maan dengan ajaran di dalam Hukum Islam. Oleh
dimaksud dengan anak angkat adalah anak yang
karenanya,
diangkat
pertentangan
terhadap
masuknya
berdasarkan
penetapan
pengadilan
Hukum Kepailitan Barat di Indonesia bahkan
maupun anak angkat berdasarkan Hukum Adat
dimungkinkan tidak pernah terjadi, mengingat
Debitor Pailit. Ketentuan lain yang juga akan
sebagian besar masyarakat Indonesia memeluk
dipengaruhi oleh Hukum Adat adalah Pasal 23,
agama Islam.
Pasal 62, Pasal 63 dan Pasal 64 Undang-Undang
Selain kedua tradisi hukum di atas, tradisi
No. 37 Tahun 2004 mengenai harta bersama atau
hukum yang lain, yaitu tradisi Hukum Adat, juga
persatuan harta perkawinan yang menjadi obyek
tampak berpengaruh terhadap pembentukan dan
dalam kepailitan, yang juga berkaitan dengan hukum
21 22 23
24
Ibid....., hlm. 9. Ahmad Azam Othman, The....., Op., Cit. hlm. 9. Abdul Ghafar Sholih, Al Aflaas fi al-Syari’ah al-Islamiyah, dikutip dari Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia. Yogyakarta: Total Media, 2008, hlm 363. Siti Anisah, Op. Cit., hlm. 366-389.
110 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... perkawinan yang dipengaruhi oleh Hukum Islam,
Code dan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 telah
Hukum Adat maupun hukum perdata barat.
menjadi hal yang menguatkan bahwa akar dari
Oleh karena pada prinsipnya tradisi Hukum
kedua produk hukum ini adalah sama, atau setidak-
Adat dapat menyesuaikan diri dengan ketentuan
nya mempunyai hubungan yang sangat erat. Se-
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, bahkan
hingga ketika membahas mengenai perubahan
Hukum Adat telah merangsuk ke dalam beberapa
hukum diantara keduanya, akan sangat mudah
ketentuan dalam undang-undang tersebut, maka
ditemui prinsip-prinsip dasar yang sama yang
jikalau terdapat harmonisasi hukum yang terjadi
melandasi kedua hukum ini, dan oleh karenanya
akibat dari buah pikir konsepsi Reorganisasi
perubahan hukum tersebut tidak akan menjadi
menurut Title 11 US Bankruptcy Code terhadap
kendala bagi Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
perubahan Hukum Kepailitan Indonesia, Hukum
Meskipun demikian, perlu diperhatikan penekanan-
Adat akan dapat menerima perubahan tersebut,
nya pada perbedaan-perbedaan yang ada diantara
selama Hukum Adat masih diakomodasi dalam
Chapter 11 Title 11 11 US Bankruptcy Code dengan
perubahan hukum yangmana merupakan bentuk
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
penghargaan eksistensi hukum nasional terhadap
Bertitik tolak dari tujuan PKPU menurut
Hukum Adat. Penerimaan yang cukup fleksibel yang
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 dan tujuan
diwujudkan oleh Hukum Adat dapat sangat mungkin
Reorganisasi menurut Title 11 US Bankruptcy Code,
dilakukan karena Hukum Adat berbasis pada mas-
analisa perbedaan diantara keduanya dapat diurai
yarakat. Sehingga jika masyarakat berkembang dan
lebih lanjut. Tujuan PKPU dan Reorganisasi
menerima sebuah perubahan, maka Hukum Adat
sebenarnya mempunyai persamaan filosofis. Perbe-
pun juga akan mengikuti perubahan dimaksud,
daan dikeduanya adalah PKPU mempunyai tujuan
selama memenuhi misi kebaikan bagi masyarakat
yang lebih sempit ruang lingkupnya daripada tujuan
dan corak Hukum Adat masih dipertahankan. Dalam
Reorganisasi. Dalam Reorganisasi, dicoba untuk
konteks ini, Hukum Adat difungsikan sebagai pele-
dibuat sedemikian rupa untuk menghindarkan
ngkap dari pembaharuan hukum dan Hukum Adat
debitor dilikuidasi, termasuk waktu yang diberikan
diselaraskan sebagai bagian dari perubahan terse-
oleh hukum cukup longgar, yaitu 120 hari dan dapat
but, yang menurut Sunaryati Hartono dalam konteks
diperpanjang 60 hari selanjutnya. Dalam waktu
ini hukum berfungsi untuk menyediakan kaidah-
tersebut dimungkinkan bagi debitor dan kreditor
kaidah untuk memungkinkan terjadinya pemba-
untuk melakukan negosiasi secara maksimal
ngunan masyarakat dengan tertib dan teratur.25
mengingat waktu yang diberikan adalah tidak singkat. Berbeda dengan konteks pikir PKPU, yang
2. Hasil
Harmonisasi
Terhadap
Hukum
Kepailitan Indonesia
hanya memberikan waktu 45 hari untuk PKPU Sementara, dan dapat dilanjutkan dalam PKPU
Persamaan-persamaan yang ada secara
Tetap jika disetujui dan untuk masa paling lama 270
prinsipil di dalam Chapter 11 Title 11 US Bankruptcy
hari. Di dalam PKPU, karena yang menjadi target
25
Sunaryati Hartono, Peranan Peradilan dalam Rangka Pembinaan dan Pembaharuan Hukum Nasional, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, dikutip dari Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum: Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990, Yogyakarta: Genta Publishing, 2010, hlm. 191-192.
JURNAL SELAT 111
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
utama adalah pencapaian perdamaian, maka waktu
kepailitan di atas, bahwa kurang pahamnya debitor
45 hari adalah waktu percobaan bagi debitor untuk
dan kreditor dalam proses PKPU masih menjadi
mengajukan perdamaian yang sesuai kepada para
retensi bagi tercapainya sebuah perdamaian.
kreditornya. Dari waktu yang singkat tersebut, akan
Melihat hal di atas, maka pemberian waktu
terlihat niat baik debitor dalam menyelesaikan
45 hari dalam PKPU Sementara memungkinkan
permasalahan utang piutang dengan kreditornya.
untuk memaksa debitor memberikan rencana
Oleh karena itu,
memberikan waktu
perdamaian dan karenanya merupakan jalan yang
selanjutnya untuk masa total 270 hari, jika masa
tepat. Hukum mengatur untuk mendapatkan peru-
percobaan yang 45 hari tersebut digunakan secara
bahan perilaku dari debitor, yangmana dalam hal ini
baik oleh debitor.
terjadi perubahan kesadaran debitor untuk segera
PKPU
Kebiasaan yang terjadi dalam ranah
melakukan perdamaian dengan kreditornya. Dalam
praktek di Indonesia, potensi perdamaian tercapai di
konteks ini, fungsi hukum sebagai sarana rekayasa
dalam PKPU masih belum maksimal, halmana
sosial dapat diwujudkan. Pola pikir PKPU yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut hasil
memaksa
wawancara dengan praktisi hukum kepailitan yang
perdamaian dalam waktu singkat masih dapat
berpraktek diluar Pengadilan Niaga pada Pengadilan
dipertahankan. Meskipun demikian, perlu ketentuan
Negeri Jakarta Pusat, faktor yang mendominasi
tambahan lain yang juga memberikan pedoman bagi
adalah karena ketidakpahaman debitor dan kreditor
debitor, terutama berkaitan dengan isi rencana
dalam proses PKPU dengan segala akibatnya. Hasil
perdamaian yang jelas, seperti pengaturan di dalam
penelitian Manahan Sitompul menunjukkan tidak
Chapter 11 US Bankruptcy Code. Selain itu, pemi-
maksimalnya perdamaian dalam kepailitan dan
kiran untuk membagi beban rencana perda-maian
PKPU dalam era tahun 1998-2006.26 Pasca tahun
kepada kreditor atau pihak lain terkait di dalam
2006, telah terjadi pergeseran paradigma, yang
proses PKPU. Sebelumnya ditentukan bahwa pihak
mengarah pada peningkatan kesadaran debitor dan
yang mengajukan rencana perdamaian hanyalah
kreditor terhadap penggunaan PKPU sebagai
debitor. Untuk dapat membuka jalan lebar menuju
penyelesaian permasalahan utang piutang. Menurut
pencapaian perdamaian, maka beban tersebut
hasil wawancara dengan hakim di Pengadilan Niaga
dapat dibagikan kepada kreditor atau pihak lain
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sebagian
terkait dimaksud, sebagaimana yang tampak di
perkara PKPU telah dapat diakhiri dengan adanya
dalam Chapter 11 US Bankruptcy Code. Hal ini
perdamaian, meskipun ada sebagian lain yang
dapat menjadi wujud nyata terhadap percepatan
berakhir dengan kepailitan. Meskipun demikian,
pencapaian perdamaian untuk
pening-katan kesadaran untuk mencapai perda-
kepailitan. Pemberian kebebasan bagi debitor untuk
maian bagi debitor dan kreditor ini belum tentu dapat
melakukan kegiatan bisnisnya seharusnya menjadi
ditemukan di Pengadilan Niaga selain di Jakarta
esensi lanjutan terhadap persiapan tercapainya
Pusat, halmana disampaikan oleh praktisi hukum
rencana perdamaian, yang tidak ditemukan di dalam
26
debitor
untuk
membuat
rencana
menghindarkan
Manahan MP. Sitompul, Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian di Dalam atau Di Luar Proses Kepailitan (Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang), Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009.
112 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
kreditor ataupun tidak, sepatutnya dapat menjadi
Masukan yang diberikan oleh Chapter 11
forum komunikasi antar kreditor dan juga komunikasi
US Bankruptcy Code bagi Hukum Kepailitan
antara kreditor, debitor, Pengurus serta Hakim
Indonesia adalah juga memberikan perbedaan
Pengawas. Dalam ranah praktek, terkadang terda-
perlakuan secara hukum terhadap debitor individu,
pat kreditor yang membuat kubu-kubu pertaha-
debitor korporasi, dan debitor korporasi usaha kecil
nannya sendiri, sehingga menambah kealotan nego-
yang
mempunyai
siasi dalam rangka pencapaian persetujuan rencana
perbedaan yang signifikan. Undang-Undang No. 37
perdamaian. Hal ini setidaknya dialami oleh praktisi
Tahun 2004 tidak memberikan perbedaan tersebut,
hukum kepailitan, yang berdasarkan dari hasil
halmana
US
wawancara menyampaikan kendala yang terjadi di
Bankruptcy Code yang memberikan perbedaan
dalam proses negosiasi untuk mencapai perdamaian
pengaturan
perbedaan
melalui PKPU. Terkadang di dalam proses nego-
perlakuan hukum di dalam perkara. Dampak tidak
siasi, sudah terdapat kubu kreditor yang pro
adanya faktor pembeda terhadap ketiga jenis debitor
terhadap debitor, dan juga kontra terhadap debitor.
tersebut akan terasa ketika debitor individu yang
Kubu pro debitor ini bahkan terlihat hampir selalu
mempunyai itikad baik untuk mendapatkan perlin-
mengikuti apa yang menjadi kehendak debitor.
dungan hukum dari Undang-Undang No. 37 Tahun
Sebaliknya kubu kontra debitor akan berusaha
2004 mengajukan PKPU yangmana ia harus
mencari jalan untuk menyerang usulan debitor,
membayar biaya perkara dan Penerimaan Negara
kecuali sesuai dengan kepentingan kreditor. Jika hal
Bukan Pajak (PNBP) yang nilainya relatif sama
tersebut dapat dijembatani oleh Panitia Kreditor,
dengan debitor korporasi.
maka sedikit banyak halangan dalam berkomunikasi
secara
filosofis
berbeda
ketiganya
dengan
sehingga
Chapter
memberikan
11
Terkait dengan perlindungan hukum teru-
antara kreditor dengan debitor menjadi tereliminasi.
tama bagi kreditor, perlu mengaktifkan eksistensi
Hukum harusnya dapat mewujudkan hal tersebut,
mutlak atas sebuah lembaga Panitia Kreditor. Di
jika memang tujuan dari PKPU adalah pencapaian
dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, Panitia
perdamaian.
Kreditor bukan merupakan lembaga yang mutlak
Hal lain yang dapat dijadikan sebagai
harus ada, tergantung atas kondisi tertentu, yaitu
masukan bagi perubahan Hukum Kepailitan Indone-
jika PKPU meliputi utang yang bersifat rumit atau
sia adalah mengenai pengaturan pemohon dalam
banyak kreditor, atau jika pengangkatan Panitia
PKPU. Pemohon dalam PKPU pada prinsipnya
Kreditor tersebut dikehendaki oleh kreditor yang
adalah debitor dan kreditor. Tetapi Undang-Undang
mewakili paling sedikit ½ bagian dari seluruh tagihan
No. 37 Tahun 2004 juga memberikan batasan
yang diakui. Sedangkan di dalam Chapter 11 US
terhadap debitor Perbankan, Perusahaan Efek,
Bankruptcy Code, Panitia Kreditor merupakan kewa-
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
jiban yang harus ada, kecuali untuk kasus usaha
Lembaga
kecil. Panitia Kreditor, baik itu diinginkan oleh
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Penyimpanan
dan
Penyelesaian,
JURNAL SELAT 113
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 101-114
Dana Pensiun dan Badan Usaha Milik Negara yang
Code diharmonisasikan ke dalam ketentuan PKPU,
bergerak dibidang kepentingan publik, yangmana
demi pencapaian keadilan bagi semua pihak dan
pemohonnya adalah institusi negara yang telah
sesuai dengan asas keseimbangan yang melandasi
ditentukan oleh undang-undang. Hal ini tentu saja
peraturan tersebut.
berbeda
konsepsi
dengan
Chapter
11
US
Bankruptcy Code, yang memungkinkan bagi debitor
E. Kesimpulan
bank dan asuransi untuk mengajukan Reorganisasi
Peneliti menyimpulkan bahwa Budaya
ataupun diajukan Reorganisasi oleh kreditornya.
Hukum Indonesia yang terdiri dari tradisi hukum
Memang menurut US Bankruptcy Code, debitor
sipil, tradisi Hukum Islam dan tradisi Hukum Adat,
bank dan asuransi tidak diperbolehkan memilih jalan
akan dapat menerima perubahan hukum yang
Chapter 7 US Bankruptcy Code, yaitu melakukan
diakibatkan oleh adanya hasil harmonisasi Title 11
likuidasi terhadap usahanya, melainkan dapat
US Bankruptcy Code terhadap Undang-Undang No.
memilih jalan Reorganisasi menurut Chapter 11 US
37 Tahun 2004. Hal ini disebabkan oleh kesamaan
Bankruptcy Code, jika debitor tersebut ingin
prinsipil yang melandasi tradisi-tradisi hukum
mendapatkan perlindungan hukum kepailitan. Dalam
tersebut dengan tradisi hukum yang membentuk
konsep ini, semua pihak diberikan jalan oleh hukum
Title 11 US Bankruptcy Code. Hukum Kepailitan
untuk mendapatkan keadilan dan perlindungan
dalam tradisi Hukum Islam telah menunjukkan
hukum, halmana yang tidak ada di dalam Undang-
adanya kesamaan filosofi dengan Hukum Kepailitan
Undang No. 37 Tahun 2004.
barat. Sedangkan tradisi Hukum Adat merupakan
Sebagaimana dinyatakan dalam Penjela-
pelengkap bagi hukum nasional era kekinian,
san Umum Undang-Undang No. 37 Tahun 2004,
mengingat sifat Hukum Adat yang fleksibel dengan
yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan dunia
menekankan pada pemenuhan perkembangan
usaha dalam menyelesaikan masalah utang piutang
masyarakat. Tradisi Hukum Adat tidak akan
secara adil, cepat, terbuka dan efektif sangat
mempertentangkan perubahan hukum jika memang
diperlukan perangkat hukum yang mendukungnya.
misi dari perubahan tersebut adalah akomodasi
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka
perkembangan masyarakat ke arah yang positif, dan
sepatutnya hukum yang mendukung adalah hukum
corak Hukum Adat tetap dipertahankan dalam
yang tidak menghambat ke arah penyelesaian yang
perubahannya. Tradisi hukum sipil di Indonesia
adil, cepat, terbuka dan efektif dimaksud. Dengan
sebagai tradisi hukum yang mendominansi diantara
demikian, Hukum Kepailitan Indonesia sudah
tradisi hukum yang lainnya dapat dikatakan
sepatutnya diarahkan pada pemikiran tersebut.
menerima prinsip-prinsip yang ada di dalam
Chapter 11 US Bankruptcy Code memberikan
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 dan Title 11 US
masukan bagi Hukum Kepailitan Indonesia. Untuk
Bankruptcy Code, mengingat ada hubungan erat
itu,
konsepsi
antara tradisi hukum sipil di Indonesia dengan tradisi
Reorganisasi di dalam Chapter 11 US Bankruptcy
hukum yang dibangun dalam Title 11 US Bankruptcy
adalah
langkah
tepat
ketika
114 Yudi Kornelis dan Fl. Yudhi Priyo Amboro, Harmonisasi Hukum..... Code. Hubungan erat ini tampak dengan adanya
menurut Chapter 11 US Bankruptcy Code dengan
kesamaan legal historik di antara keduanya.
PKPU menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
Mengingat Budaya Hukum Indonesia akan dapat
tidak perlu dipertentangkan. Hal ini karena secara
menerima
oleh
prinsipil terdapat kesamaan yang melandasi kedua
harmonisasi Title 11 US Bankruptcy Code terhadap
hukum tersebut. Sedangkan perbedaan yang ada,
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, maka
justru dapat memperkuat posisi rekonsepsi PKPU
persamaan yang terjadi antara Reorganisasi
dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
perubahan
yang
diakibatkan
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Siti. Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia, Yogyakarta: Total Media, 2008.
Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Sistem Hukum Nasional Indonesia: Liber Amicorum Untuk Prof. Dr. CFG. Sunaryati Hartono, SH, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011.
Bettwy, Samuel W. Western Philosophies of Law: The Civil Law. California, USA: Thomas Jefferson School of Law,
Stein, Peter, Roman Law in European History, New York, USA: Cambridge University Press, 2007.
Dimyati, Khudzaifah. Teorisasi Hukum: Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990, Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.
Disertasi
Buku-buku
Friedman, Lawrence M. Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, diterjemahkan oleh M. Khozim dari buku The Legal System: A Social Science Perspective, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011. Frier, Bruce. American Philological Association Classical Resources Series: A Casebook on the Roman Law of Delict, Atlanta, USA: Scholars Press, 1989. Lukito, Ratno. Tradisi Hukum Indonesia, Cianjur: the Institute for Migrant Rights Press (IMR Press), 2013. Moeliono, Tristam P. “Perlukah Kita Mempertanyakan Kembali Gagasan Unifikasi Hukum Nasional”, Erawaty, Elly, Bayu Seto Hardjowahono dan Ida Susanti,
Sitompul, Manahan MP. Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian di Dalam atau Di Luar Proses Kepailitan (Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang), Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. Jurnal Ayotte, Kenneth dan David A. Skeel, Jr. "Bankruptcy or Bailouts?" The Journal of Corporation Law, 2010: Volume 35, Issue 3. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Title 11 United States Bankruptcy Code.