Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV Tahun 2009 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Bank Indonesia Semarang
M. Zaeni Aboe Amin Mahdi Mahmudy H. Yunnokusumo Mohamad M. Toha Herdiana A.W. Imam Fauzy I Ketut Suena Imam Mustiantoko Tatung M. Toufik
Pemimpin Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter Deputi Pemimpin Bidang Perbankan Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran Analis Madya Senior Pengawas Bank Madya Senior Pengawas Bank Madya Senior Kepala Bidang Manajemen Intern Kepala Bidang Sistem Pembayaran
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
ii
Kata Pengantar Kondisi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 menujukkan adanya indikasi pertumbuhan yang positif walaupun sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun secara umum, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini masih relatif cukup baik, dan masih berada dalam trend peningkatan pertumbuhan ekonomi 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama pada sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan negatif karena sedang memasuki masa tanam. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan III2009. sementara itu, sektor industri menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi sejalan dengan pulihnya permintaan eksternal dan domestik. Diperkirakan perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 4,71% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2009 yang sebesar 5,49%. Laju inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 3,32% (yoy), sedikit meningkat jika dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 3,20%. Laju inflasi Jawa Tengah tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan IV-2009 sebesar 2,78% (yoy). Walaupun relatif tidak terlalu tinggi, namun perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Sebagai perbandingan, laju inflasi Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir (2003-2008) selalu berada di bawah inflasi nasional, sementara pada tahun 2009 lebih tinggi dari inflasi nasional. Oleh karena itu, pengendalian inflasi di Jawa Tengah perlu menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait. Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami perlambatan namun masih tumbuh secara positif. Hal tersebut tercermin dari perkembangan indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan sedikit peningkatan kualitas dan masih berada dalam batas ketentuan dari Bank Indonesia. Kajian yang dihasilkan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang ini merupakan salah satu komitmen Kantor Bank Indonesia Semarang untuk senantiasa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna meningkatkan perekonomian Jawa Tengah. Diharapkan sumbangsih kecil ini dapat menjadi masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam pengambilan kebijakan moneter dan perbankan secara nasional, dan diharapkan juga menjadi masukan bagi pemerintah daerah dan external stakeholders lainnya di Jawa Tengah. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, kalangan perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya di Jawa Tengah serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebut satu persatu, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semarang, 5 Februari 2010 KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG Ttd M. Zaeni Aboe Amin Pemimpin KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….v DAFTAR TABEL ..........................................................................................................viii DAFTAR GRAFIK...........................................................................................................x RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................................1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO..........................................................7 1.1.
Analisis PDRB Jawa Tengah dari Sisi Permintaan ....................................8
1.1.1. Konsumsi ..............................................................................................8 1.1.2. Investasi ..............................................................................................11 1.1.3. Perdagangan Luar Negeri ....................................................................11 1.2.
Analisis PDRB Sisi Penawaran ..............................................................12
1.2.1. Sektor Pertanian ..................................................................................14 1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................16 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)...................................17 1.2.4. Sektor Jasa ..........................................................................................18 1.2.5. Sektor Lainnya.....................................................................................19 BOKS
Tantangan dan Peluang Penerapan ACFTA..............................................21
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI .........................................................................23 2.1.
Inflasi Berdasarkan Kelompok..............................................................24
2.1.1. Inflasi Kuartalan (qtq) ..........................................................................24 2.1.2. Inflasi Tahunan (yoy)............................................................................30 2.2.
Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah ......................................................34
2.2.1. Inflasi Kuartalan (qtq) ..........................................................................34 2.2.2. Inflasi Tahunan (yoy)............................................................................36 BOKS
Ringkasan Eksekutif Penelitian Perilaku Pembentukan Harga Produk Manufaktur di Jawa Tengah .................................................................39
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN .................................................................45 3.1.
Intermediasi Bank Umum ....................................................................46
3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ........................................................47 3.1.2. Penyaluran Kredit ................................................................................50 3.2.
Risiko Kredit........................................................................................53
3.3.
Risiko Likuiditas...................................................................................55
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
v
3.4. Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat di Jawa Tengah ........56 3.5. Perkembangan Kondisi Bank Umum di 6 Eks. Karesidenan di Jawa Tengah ....................................................................................................................58 3.5.1. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Semarang .....58 3.5.2. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pekalongan ...58 3.5.3. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pati ...............60 3.5.4. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Banyumas .....61 3.5.5. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Kedu.............61 3.5.6. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Surakarta ......62 3.6.
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................64
3.6.1. Perkembangan BPR 6 eks-Karesidenan di Jawa Tengah .......................67 3.6.1.1. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Semarang............................67 3.6.1.2. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Pekalongan .........................68 3.6.1.3. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Pati .....................................69 3.6.1.4. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Kedu ...................................70 3.6.1.5. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Surakarta ............................71 3.6.1.6. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Banyumas............................72 3.7.
Perkembangan Perbankan Syariah....................................................74
3.8.
Kredit UMKM ..................................................................................77
BOKS Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM di Provinsi Jawa Tengah .........................79 BAB 4 KEUANGAN DAERAH..................................................................................83 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah..................................................................85 4.2. Realisasi Belanja Daerah .........................................................................86 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .................................................89 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai.........................................90 5.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ...............................90 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal................................................................................91 5.1.3. Uang Palsu ..........................................................................................92 5.2.
Transaksi Keuangan secara Non Tunai.................................................93
5.2.1. Transaksi Kliring ..................................................................................93 5.2.2. Transaksi RTGS ....................................................................................94
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
vi
BAB 6
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT .............................................................95 6.1 Ketenagakerjaan....................................................................................95 6.2. Nilai Tukar Petani...................................................................................97
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN ......................................................................101 7.1. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................101 7.1.1. Kajian Sektoral..................................................................................101 7.1.2. Kajian Sisi Penggunaan......................................................................103 7.2.
Inflasi................................................................................................105
DAFTAR ISTILAH......................................................................................................109 LAMPIRAN INDIKATOR PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN JAWA TENGAH ..111
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
vii
Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (yoy, Persen) .........................................................................................................................8 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (yoy, Persen) ..14 Tabel 1.3. Perkembangan Kegiatan Bank (Rp Miliar) ...................................................19 Tabel 2.1. Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional Tahun 2003-2009 ...................23 Tabel 2.2. Inflasi Jawa Tengah Kuartalan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Serta Subkelompok yang Mengalami Inflasi Tertinggi (Persen; qtq).....................25 Tabel 2.3. Kondisi Harga Beberapa Komoditi Penting..................................................30 Tabel 2.4. Inflasi Jawa Tengah Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Serta Subkelompok yang Mengalami Kenaikan IHK Tertinggi (Persen; yoy) .........31 Tabel 2.5. Beberapa Komoditi Penyebab Inflasi Tiap Bulan Pada Triwulan IV-2009......32 Tabel 2.6. Beberapa Komoditi yang Mengalami Penurunan IHK (Deflasi) Pada Triwulan IV-2009 ....................................................................................................33 Tabel 2.7. Inflasi Kuartalan Empat Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (Persen; qtq) ...............................................................................35 Tabel 2.8. Laju Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (Persen, yoy)................................................................................37 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Provinsi Jawa Tengah (Rp Triliun) ....................................................................................45 Tabel 3.2. Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum per Sektor Ekonomi (Rp Triliun) .. ..........................................................................................................53 Tabel 3.3. Rasio NPLs per Sektor Ekonomi (Persen).....................................................54 Tabel 3.4. Rasio NPLs Jenis Kredit Modal Kerja per Sektor Ekonomi (Persen) ...............55 Tabel 3.5. Perkembangan Bank Umum yang Berkantor Pusat di Jawa Tengah (Rp Triliun) ................................................................................................57 Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Berkantor Pusat Di Jawa Tengah (Rp Triliun).....58 Tabel 3.7. Perkembangan Bank Umum di Enam eks. Karesidenan Jawa Tengah
(Rp
Miliar) .......................................................................................................63 Tabel 3.8. Perkembangan Indikator BPR di Jawa Tengah (Rp. Miliar) ...........................64 Tabel 3.9. Perkembangan Indikator BPR di Enam Eks Karesidenan Jawa Tengah (Rp. Miliar)................................................................................................74 Tabel 3.10. Perkembangan Indikator Bank Umum & BPR Syariah di Jawa Tengah (Rp. Miliar)................................................................................................76
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
viii
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah APBD Tahun 2009 (Rp Juta) .........................86 Tabel 4.2. Realisasi Belanja Daerah APBD Tahun 2009 (Rp Juta) .................................87 Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Di Jawa Tengah ..............................93 Tabel 6.2. Indikator Tenaga Kerja Jawa Tengah 2009 (Ribu Orang) ............................97 Tabel 6.3. Nilai Tukar Petani di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 ..................................99 Tabel 7.1. Estimasi Laju Inflasi Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy, Persen)....................................................................................................108
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
ix
Daftar Grafik Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi........................................................7 Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen ...........................................9 Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Perbankan di Wilayah Jawa Tengah ....10 Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah.............................................................................................10 Grafik 1.5. Penjualan Semen di Jawa Tengah ..............................................................11 Grafik 1.6. Perkembangan Kredit investasi di Jawa Tengah .........................................11 Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan ............................................12 Grafik 1.8. Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah...................................................15 Grafik 1.9. Perkiraan Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah.................16 Grafik 1.10.Prakiraan Penjualan Listrik PLN di Jawa Tengah.........................................16 Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran.............................................18 Grafik 1.12. Perkiraan Penjualan Kamar Hotel di Jawa Tengah ....................................18 Grafik 1.13. Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum Di Jawa Tengah.............................................................................................18 Grafik 1.14. Estimasi Kunjungan Kapal ke Pelabuhan di Wilayah Jawa Tengah dan Jumlah Penumpang Pesawat melalui Bandara di Jawa Tengah...................20 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) dan Kuartalan (qtq) Jawa Tengah dan Nasional....................................................................................................24 Grafik 2.2. Perkembangan Indeks Harga Komoditi Dunia............................................26 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Bahan Makanan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang ....................................................26 Grafik 2.4. Perkembangan Harga Gula Pasir di Dunia dan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang ........................................................................27 Grafik 2.5. Perkembangan Indeks Harga LNG Indonesia dan Komoditi Logam di Dunia ... ..........................................................................................................28 GRAFIK 2.6. Perkembangan Harga Emas Dunia dan Lokal ...........................................28 GRAFIK 2.7. Perkembangan Indeks Harga Energi Dunia ..............................................29 GRAFIK 2.8. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Strategis Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Mingguan di Kota Semarang .............................33
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
x
Grafik 2.9. Perkembangan Ekspektasi Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Inflasi Tahunan Aktual di Jawa Tengah..............................................................................34 Grafik 2.10.Perkembangan Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah .....................38 Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum .............................................................47 Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank......................47 Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum ........................................49 Grafik 3.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut Kelompok Bank..... ..........................................................................................................49 Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum ................................49 Grafik 3.6. Perkembangan Komposisi Kepemilikan Dana Pihak Ketiga Bank Umum...49 Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Jawa Tengah ..............................50 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis ....................................51 Grafik 3.9. Perkembangan Kredit bank Umum Menurut Kelompok Bank Pemerintah, Swasta dan Asing .....................................................................................51 Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan dibandingkan dengan BI rate ................................................52 Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs ..................................54 Grafik 3.12. Perkembangan Rasio NPLs Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan.............54 Grafik 3.13. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah ..........................56 Grafik 3.14. Perkembangan Produk BPR di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 .................65 Grafik 3.15. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Jawa Tengah Triwulan IV-2009 ................65 Grafik 3.16. Kinerja BPR di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 .........................................66 Grafik 3.17. Status Kredit BPR di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 ................................66 Grafik 3.18. Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Jawa Tengah Triwulan IV-2009 .......67 Grafik 3.19. Kredit BPR Berdasarkan Plafon di Jawa Tengah Triwulan IV-2009.............67 Grafik 3.20. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Semarang Triwulan IV-2009........68 Grafik 3.21. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Semarang Triwulan IV-2009 ........68 Grafik 3.22. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Semarang Triwulan IV-2009 .....68 Grafik 3.23. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Pekalongan Triwulan IV-2009 .....69 Grafik 3.24. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pekalongan Triwulan IV-2009......69 Grafik 3.25. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pekalongan Triwulan IV-2009 ...... ..........................................................................................................69 Grafik 3.26. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Pati Triwulan IV-2009 .................70 Grafik 3.27. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pati Triwulan IV-2009 ..................70
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
xi
Grafik 3.28. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pati Triwulan IV-2009 ...............70 Grafik 3.29. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Kedu Triwulan IV-2009 ...............71 Grafik 3.30. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Kedu Triwulan IV-2009 ..............71 Grafik 3.31. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Kedu Triwulan IV-2009.............71 Grafik 3.32. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Surakarta Triwulan IV-2009.........72 Grafik 3.33. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Surakarta Triwulan IV-2009 .........72 Grafik 3.34. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Surakarta Triwulan IV-2009 ......72 Grafik 3.35. Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Banyumas Triwulan IV-2009........73 Grafik 3.36. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Banyumas Triwulan IV-2009 ........73 Grafik 3.37. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Banyumas Triwulan IV-2009 .....73 Grafik 3.38. Pertumbuhan Indikator Perbankan Syariah di Jawa Tengah Triwulan IV2009.........................................................................................................75 Grafik 3.39. Kinerja Bank Syariah di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 Berdasarkan FDR dan NPF....................................................................................................76 Grafik 3.40. Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit ........................................77 Grafik 3.41. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan .......................77 Grafik 3.42. Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan IV-2009 .77 Grafik 3.43 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha............................77 Grafik 4.1. ProPangsa Pendapatan APBD 2009 ..........................................................84 Grafik 4.2. ProPangsa Belanja APBD 2009 .................................................................84 Grafik 4.3. Komposisi PAD APBD-P 2009 ...................................................................85 Grafik 4.4. Komposisi Dana Perimbangan APBD-P 2009.............................................85 Grafik 4.5. Komposisi Belanja Tidak Langsung APBD-P 2009......................................85 Grafik 4.6. Komposisi Belanja Langsung APBD-P 2009...............................................85 Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah ..............90 Grafik 5.2. Perkembangan PTTB di Jawa Tengah........................................................91 Grafik 5.3. Rasio Cash Inflow Terhadap PTTB Jawa Tengah ........................................92 Grafik 5.4. Jumlah Temuan Uang Palsu di Jawa Tengah (Lembar)................................94 Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi RTGS Jawa Tengah............................................94 Grafik 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah ..............................................95 Grafik 6.2. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Utama Jawa Tengah Triwulan IV2009.........................................................................................................96 Grafik 6.3. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Utama Jawa Tengah Triwulan IV-2009 ....................................................................................................96
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
xii
Grafik 7.1. Prakiraan Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Laju Inflasi IHK Aktual (yoy) ..106 Grafik 7.2. Ekspektasi Masyarakat Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Konsumen ........................................................................................................107 Grafik 7.3. Ekspektasi Pedadang Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Penjualan Eceran ....................................................................................................108
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
xiv
Ringkasan Eksekutif A. GAMBARAN UMUM Perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan ini tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami perlambatan berkisar 4,5-5,0% (yoy)
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit melambat jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun secara umum, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini masih relatif cukup baik, dan masih berada dalam trend peningkatan pertumbuhan setelah mengalami penurunan tajam pada akhir tahun lalu. Di sisi lain, tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah secara tahunan pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan III-2009. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup signifikan (-3,40%). Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 (Data BPR posisi November 2009) mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Namun secara tahunan, pertumbuhan pada tahun 2009 tercatat melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2008. Secara tahunan, perkembangan indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR) tumbuh positif. Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan peningkatan kualitas dan berada dalam batas yang dihimbau oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I2009, yaitu dalam kisaran 4,5%-5,0% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2010 diperkirakan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor PHR, sektor jasa. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
1
B. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,71% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,49% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh pengaruh musiman, khususnya sektor pertanian yang sedang memasuki masa tanam, serta pegeseran puncak kegiatan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) yang telah mencapai puncaknya pada triwulan III-2009.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III2009. Perlambatan ini disebabkan oleh adanya pergeseran puncak konsumsi masyarakat
Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan ini. Konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang lalu. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,65%, sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 5,84% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh adanya pergeseran puncak konsumsi masyarakat yaitu hari raya lebaran dan tahun ajaran baru, yang semula berada pada triwulan IV di tahun 2008 menjadi di triwulan III di tahun 2009. Sedangkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini terutama didorong oleh banyaknya libur panjang dan hari raya natal serta periode akhir tahun/tahun baru. Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,87% (yoy), meningkat dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 11,26% (yoy). Hal tersebut disebabkan pada triwulan IV-2009 merupakan akhir masa tahun anggaran, sehingga realisasi pengeluaran pemerintah cukup besar. Pertumbuhan investasi, tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB), pada triwulan IV-2009 diperkirakan mencapai 6,88% (yoy), menunjukkan peningkatan dibandingkan angka pertumbuhan investasi pada triwulan III-2009 sebesar 5,2% (yoy). Peningkatan yang cukup tinggi ini terutama karena oleh belanja modal pemerintah daerah di akhir tahun anggaran serta belanja modal oleh sektor swasta seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan dunia usaha.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
2
Perkembangan ekspor Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 8,43% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan III2009 yang mengalami kontraksi sebesar -12,03% (yoy). Sementara itu impor menunjukkan pula peningkatan sebesar 14,54% (yoy), atau mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 7,31% (yoy). Pertumbuhan ekspor ini didorong oleh peningkatan perdagangan luar negeri akibat membaiknya permintaan luar negeri, serta ditopang pula oleh peningkatan perdagangan antar pulau karena faktor musiman akhir tahun. Sementara itu dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) serta sektor jasa. Masih berlanjutnya trend perbaikan permintaan luar negeri, serta banyaknya musim liburan menjadi faktor penyebab peningkatan sektor tersebut. Sedangkan sektor pertanian memberikan kontribusi signifikan pada perlambatan pertumbuhan triwulan ini dibandingkan triwulan yang lalu. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh musim kemarau yang cukup panjang pada triwulan ini sehingga menyebabkan gangguan produksi pada beberapa wilayah di Jawa Tengah serta keterlambatan musim tanam. Inflasi (qtq) dan Inflasi (yoy) menurun cukup signifikan
C. PERKEMBANGAN INFLASI
Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan III-2009. Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,32% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,20%. Secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 adalah sebesar 0,39% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,87%. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan ini berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan IHK cukup signifikan (-3,40%). Adapun penurunan inflasi kuartalan pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok transpor.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
3
D. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan Jawa Tengah menunjukkan perkembangan positif
Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 (Data BPR posisi November 2009) mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Namun secara tahunan, pertumbuhan pada tahun 2009 tercatat melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2008. Indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, mengalami pertumbuhan positif yaitu 3,02%, 3,89% dan 4,92% (qtq) atau 12,33%, 13,19%, dan 13,69% (yoy). Loan to Deposits Ratio (LDR) pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan positif, baik secara triwulanan maupun secara tahunan yaitu sebesar 0,92% (qtq) dan 0,41% (yoy). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan semakin membaik, yang tercermin dari menurunnya Non Performing Loans-Gross (NPLs) dari 3,40% pada triwulan III-2009 menjadi 2,98% pada triwulan IV-2009. BPR di Jawa Tengah secara umum mengalami pertumbuhan yang positif. Aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 4,70%, 5,09% dan 1,44% (qtq) atau 14,94%, 16,53% dan 14,87% (yoy). Namun LDR BPR pada triwulan ini mengalami sedikit penurunan sebesar -4,23% (qtq) menjadi 117,38%. Di sisi lain, kualitas kredit BPR (NPLs) di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 relatif sama dibanding triwulan sebelumnya mencapai 9,13%. Perkembangan bank umum syariah dan BPR syariah di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan. Beberapa Indikator utama perbankan syariah seperti Aset dan Pembiayaan mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 19,23% dan 9,08% (qtq) atau 43,84% dan 29,84% (yoy). DPK juga mengalami peningkatan sebesar 10,80% dibandingkan triwulan III-2009 menjadi sebesar Rp. 2,23 triliun. Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV2009 cukup baik, terlihat dari tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 117,98%. Namun Non Performing Financing (NPF) relatif masih rendah mencapai 3,61%, meskipun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, perkembangan umum sistem pembayaran tunai di Jawa Tengah secara tahunan (yoy) mengalami net inflow. Jumlah aliran keluar (outflow) ke Kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa Tengah secara total mengalami penurunan yang cukup signifikan, sementara jumlah aliran uang masuk (inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu, nilai dan volume transaksi pembayaran
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
4
non tunai melalui Bank Indonesia, yaitu Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS), untuk wilayah Jawa Tengah pada triwulan IV – 2009 ini mengalami peningkatan . E. PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I2009, yaitu dalam kisaran 4,5-5,0%. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan I-2010 diperkirakan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor PHR, sektor jasa. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT) dan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan
Tekanan inflasi triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit menurun
Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, dan laju inflasi diproyeksikan akan berada dalam kisaran 3,75%–4,25% (yoy). Tekanan inflasi triwulan I-2010 diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan harga komoditas volatile foods, naiknya tekanan dari sisi permintaan sejalan dengan naiknya aktifitas ekonomi, dan adanya sedikit tekanan harga dari imported inflation. Faktor potensial yang diperkirakan dapat menjadi pemicu tekanan inflasi pada triwulan I-2010 adalah harga gula pasir yang diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga akhir triwulan I2010 dan harga minyak dunia yang diperkirakan masih fluktuatif selama triwulan I-2010. Selain itu, relatif tingginya curah hujan pada Januari-Februari 2010 dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan beberapa komoditas penting, khususnya komoditas bahan makanan. Terdapat beberapa faktor positif yang diharapkan dapat menyebabkan relatif stabilnya inflasi triwulan mendatang, di tengah upaya pemulihan ekonomi yang menyebabkan naiknya tekanan harga di sisi permintaan. Beberapa faktor positif tersebut antara lain berupa: (a) tetap stabilnya harga BBM dalam negeri meskipun harga minyak internasional cukup fluktuatif, (b) ketersediaan stok barang kebutuhan pokok yang masih mencukupi, meskipun mulai menipis karena masa panen baru masuk pada Februari-Maret, (c) kurs rupiah yang relatif stabil, dan (d) ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga yang cenderung positif hingga enam bulan ke depan.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
6
Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,71% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,49% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh pengaruh musiman, khususnya sektor pertanian yang saat ini sedang memasuki masa tanam, serta adanya pergeseran puncak kegiatan di sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) yang telah mencapai puncaknya pada triwulan III-2009. Namun secara umum, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih relatif cukup baik, dan masih berada dalam trend peningkatan pertumbuhan setelah mengalami penurunan tajam pada akhir tahun lalu. Dan apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Tengah relatif menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih baik. Pada triwulan IV-2009, perekonomian nasional diperkirakan mencatat angka pertumbuhan sebesar 4,5%-4,7% (yoy). 7
6
5
Jateng 4
Nasional
3
IV-09* III-09 II-09 I-09 IV-08 III-08 II-08 I-08 IV-07 III-07 II-07 I-07 IV-06 III-06 II-06 I-06 IV-05 III-05 II-05 I-05 IV-04 III-04 II-04 I-04 Sumber : BPS dan BI, diolah Keterangan : angka pertumbuhan Tw IV-09 merupakan angka proyeksi
Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini. Kondisi ini terutama disebabkan oleh banyaknya musim liburan serta masih tingginya optimisme masyarakat terhadap
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
7
kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu, investasi pada triwulan ini diperkirakan juga memberikan andil yang cukup signifikan pada perekonomian Jawa Tengah. Dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) serta sektor jasa. Masih berlanjutnya trend perbaikan permintaan luar negeri, serta banyaknya musim liburan menjadi faktor penyebab peningkatan sektorsektor tersebut. Di sisi lain, sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan ini dibandingkan triwulan yang lalu. Hal ini disebabkan oleh adanya musim kemarau yang cukup panjang sehingga menyebabkan gangguan produksi pada beberapa wilayah di Jawa Tengah serta keterlambatan musim tanam. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut JENIS PENGGUNAAN (YoY, persen) No
Lapangan Usaha
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09*)
IV-09**)
Pertumbuhan Year on Year 1
Kons. Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan
6.51%
4.95%
4.92%
5.25%
5.84%
5.65%
2.97%
2.77%
2.31%
2.09%
1.98%
2.07%
11.54%
7.96%
8.44%
9.48%
10.92%
10.34%
2
Kons. LNP
6.77%
10.27%
11.89%
10.53%
6.28%
1.61%
3
Kons. Pemerintah
8.88%
8.23%
7.86%
8.95%
11.26%
12.87%
4
PMTB
7.16%
7.24%
5.34%
5.00%
5.20%
6.88%
5
Ekspor
1.52%
2.31%
-10.17%
-0.70%
-12.13%
8.43%
6
Impor
-12.51%
13.03%
-12.90%
6.47%
7.31%
14.54%
PDRB
6.39%
3.94%
4.21%
4.53%
5.49%
4.71%
Sumber : KBI Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara * *) angka sangat sementara (poyeksi KBI Semarang)
1.1. Analisis PDRB Jawa Tengah dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan ini. Konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang lalu. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya (Tabel 1.1.)
1.1.1. Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,65%, sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III2009 sebesar 5,84% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh adanya pergeseran puncak konsumsi masyarakat hari raya lebaran dan tahun ajaran baru, yaitu dari triwulan pada tahun sebelumnya menjadi triwulan III pada tahun 2009. Namun
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
8
secara umum, tingkat pertumbuhan pada triwulan ini masih cukup baik, dan tumbuh positif pada tingkat yang relatif cukup tinggi pula. Indikator yang menunjukkan adanya perlambatan konsumsi rumah tangga diantaranya adalah jumlah kamar hotel yang terjual di Jawa Tengah (lihat grafik. 1.12, pembahasan sektor perdagangan, hotel dan restauran). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama berasal dari banyaknya libur panjang pada periode triwulan ini, yang menyebabkan peningkatan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan rekreasi atau konsumsi lainnya. Selain itu, konsumsi masyarakat pada hari raya natal dan periode akhir tahun/ tahun baru turut pula mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Kondisi politik dan keamanan yang cukup stabil, baik di level regional maupun nasional menciptakan optimisme dan ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi rumah tangga, sehingga secara tidak langsung dapat pula meningkatkan konsumsi. 160 Optimis
140 120 100 80 60 40 20
Pesimis
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK)
0 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2008
2009
Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tergambar pula dari hasil Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang sampai dengan triwulan IV-2009. Dari grafik 1.2, terlihat bahwa indeks keyakinan konsumen (IKK) berada pada level yang cukup optimis (optimis bila berada di atas 100 dan pesimis bila angka indeks di bawah 100). Walaupun terlihat mengalami fluktuasi pada pertengahan triwulan III-2009 dan triwulan IV-2009, namun terlihat bahwa indeks hasil survei konsumen tetap menunjukkan adanya trend pertumbuhan. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh cukup stabilnya perekonomian di level nasional, yang ditunjukkan antara lain oleh tingkat inflasi yang cukup terkendali, indeks harga saham yang meningkat, serta kurs yang cukup stabil .
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
9
Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari pertumbuhan kredit secara triwulanan untuk jenis kredit konsumsi bank umum di Jawa Tengah (Grafik 1.3). Dari grafik tersebut terlihat bahwa kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Tengah mengalami peningkatan. Demikian pula dari sisi kualitas kredit, juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh menurunnya NPLs (kredit non lancar) kredit konsumsi di Jawa Tengah.
Kredit - sb kanan
NPL-sb kiri
30 25
1.50
20
1.00
15 10
0.50
3 2 1 0
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Perbankan di Wilayah Jawa Tengah
08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 09 09 09 09 09 09 09 09 09 09 09 09 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 II- 07 III- 07 IV-07 I-08 II- 08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0.00
-0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -1 -1 -1 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -0 -1 -1 -1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
5
4
R p t r ily u n
2.00
5
35 R p T r i ly u n - Jm l K r e d i t
2.50
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah
Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,87% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 11,26% (yoy). Hal tersebut disebabkan pada triwulan IV2009 merupakan akhir masa tahun anggaran, sehingga realisasi pengeluaran pemerintah relatif cukup besar. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program stimulus fiskal guna meminimalisir dampak krisis keuangan global. Program yang sebagian besar berwujud program infrastruktur ini telah terealisir pada triwulan ini, sehingga mendorong pula peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Pada triwulan IV-2009, diperkirakan realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah mencapai 91,37% dari total anggaran belanja 2009. Dari pencapaian realisasi tersebut, sebesar 40% berasal dari realisasi belanja pemerintah pada triwulan IV-2009. Walaupun kondisi ini terjadi pula di wilayah lain, namun tentunya pemerintah daerah harus memiliki perencanaan yang cermat dan matang agar target belanja yang telah ditetapkan dapat terealisir secara tepat waktu dan mempunyai multiplier effect optimal bagi perekonomian. (lihat bab keuangan daerah). Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat perkembangan konsumsi pemerintah adalah posisi giro milik pemerintah yang disimpan pada perbankan di Jawa Tengah. Pada Grafik 1.5 terlihat bahwa posisi
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
10
giro milik pemerintah pada triwulan IV-2009 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan indikasi adanya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan.
1.1.2. Investasi Investasi, tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan IV-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,88% (yoy), meningkat dibandingkan dengan angka pertumbuhan investasi pada triwulan III-2009 sebesar 5,2% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh belanja modal pemerintah daerah di akhir tahun anggaran serta belanja modal oleh sektor swasta, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan dunia usaha. Belanja modal pemerintah diantaranya berupa pembangunan sarana dan prasana jalan raya dan infrastruktur atau program fisik lainnya, sementara itu belanja modal swasta terutama untuk penambahan atau perbaikan sarana pendukung produksi/ industri. Perkembangan Konsumsi Semen Jawa Tengah
8.00
8
Investasi
NPL-sb kiri
500
7.00
450
6.00
6
400
5.00
5
350
4.00
4
300
3.00
3
2.00
2
1.00
1
250 200
7
0.00
0 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09
Ja nFe 0 8 bM 08 ar -0 Ap 8 r M - 08 ay -0 Ju 8 n0 Ju 8 lAu 08 gS e 08 p0 Oc 8 tNo 0 8 v -0 De 8 c0 Ja 8 nFe 0 9 bM 09 ar -0 Ap 9 r M - 09 ay -0 Ju 9 n0 Ju 9 lAu 09 gS e 09 p0 Oc 9 tNo 0 9 v09
150
R p Tr i l y u n -J m l K r e d i t
Ri buan Ton
550
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.5. Penjualan Semen di Jawa Grafik 1.6. Perkembangan Tengah investasi di Jawa Tengah
Kredit
Salah satu informasi yang dapat menjadi indikator pertumbuhan investasi diantaranya adalah pertumbuhan konsumsi semen di Jawa Tengah, yang menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada grafik 1.5 terlihat bahwa penjualan semen di Jawa Tengah mengalami trend peningkatan sejak awal tahun 2009, yang dapat menjadi indikator adanya pembangunan atau investasi baru. n Selain itu, dari sisi pembiayaan terlihat pula bahwa posisi kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Jawa tengah mengalami peningkatan dari sisi nominal, dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas kreditnya (NPLs menurun), seperti terlihat pada grafik 1.6.
1.1.3. Perdagangan Luar Negeri Perdagangan luar negeri ( ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah Jawa Tengah pada triwulan laporan diperkirakan tetap menunjukkan tren
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
11
perbaikan. Perkembangan ekspor1 pada PDRB Jawa Tengah triwulan IV-2009 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 8,43% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang mengalami kontraksi sebesar -12,03% (yoy). Sementara itu impor menunjukkan pula peningkatan sebesar 14,54% (yoy), atau mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 7,31% (yoy). Pertumbuhan ekspor dalam perhitungan PDRB Jawa Tengah ini didorong oleh peningkatan perdagangan luar negeri akibat membaiknya permintaan luar negeri, serta ditopang pula oleh peningkatan perdagangan antar pulau karena faktor musiman akhir tahun. Wilayah Jawa Tengah merupakan salah satu penyuplai berbagai komoditas terutama hasil pertanian ke berbagai wilayah lain di Indonesia seperti Kalimantan dan Indonesia Timur. Relatif stabilnya perdagangan antar pulau serta peningkatan perdagangan luar negeri tersebut menyebabkan ekspor Jawa Tengah pada triwulan ini tumbuh cukup signifikan.
600 500
Vol Ekspor
Vol Impor
Nilai Ekspor
Nilai Impor
400 300 200 100
Jan'08 Feb'08 Mrt'08 Apr'08 Mei'0 8 Jun'08 Jul'08 Agst'08 Sep'08 Okt'0 8 Nov'08 Des'08 Jan'09 Feb'09 Mrt'09 Apr'09 Mei'0 9 Jun'09 Jul'09 Agst'09 Sep'09 Okt'0 9 Nov'09
0
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan
Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah sampai dengan triwulan IV-2009 (data sampai dengan posisi November 2009) tetap menunjukkan adanya trend peningkatan terutama dari sisi volume. Sementara dari sisi nilai menunjukkan trend peningkatan pula walaupun relatif melambat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang, diketahui bahwa permintaan luar negeri tetap menunjukkan peningkatan namun beberapa partner dagang luar negeri meminta negosiasi penurunan harga Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi 1
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
12
terkait dengan kondisi krisis keuangan global. Kondisi tersebut diperkirakan merupakan penyebab trend peningkatan volume ekspor yang cukup signifikan dan tren pertumbuhan nilai ekspor yang agak melambat. Berdasarkan komoditasnya, ekspor unggulan Jawa Tengah adalah pakaian jadi, perabot dan penerangan rumah, kayu dan barang dari kayu serta serat stafel. Komoditas-komoditas tersebut selama beberapa periode terakhir selalu menempati urutan teratas dari nilai ekspor Jawa Tengah. Sementara itu berdasarkan klasifikasi Harmonized System (HS), komoditi impor non migas terbesar di Jawa Tengah adalah kapas, mesin/ pesawat mekanik, serta gandum. Mulai tahun 2010, dengan diimplementasikan secara penuh China Asean Free Trade Area (ACFTA), atau perdagangan bebas antara ASEAN dengan China, tentunya akan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Saat ini, ACFTA telah memasuki fase implementasi normal track, yang berarti hampir sebagian besar komoditas perdagangan akan dibebaskan dari hambatan tariff yang sebelumnya diterapkan. Kondisi tersebut tentunya berpotensi akan memberikan dampak positif maupun negatif bagi perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian Jawa Tengah pada khususnya. Implikasi positif yaang mungkin timbul adalah adanya peluang untuk peningkatan komoditas ekspor yang menjadi unggulan wilayah kita, serta dapat pula menyebabkan penurunan harga input produksi bagi sektor industri karena impor bahan baku dapat menjadi lebih murah. Namun terdapat pula potensi negatif berupa serangan produk-produk impor dengan harga yang relatif murah, tentunya ini merupakan ancaman bagi industri lokal/ UMKM. Tentunya kondisi tersebut merupakan tantangan dan peluang yang harus diantisipasi oleh semua pelaku ekonomi di Jawa Tengah. Selengkapnya tentang ACFTA dapat dilihat pada boks. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari China Asean Free Trade Area dapat dilakukan beberapa langkah antisipasi seperti pengembangan UMKM yang memiliki keunggulan kompetitif, pelatihan untuk meningkatkan efisiensi produksi bagi pengusaha kecil, efisiensi birokrasi dan regulasi yang dapat meningkatkan daya saing produk lokal.
1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran Dilihat dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV-2009 terutama disebabkan oleh kontraksi (pertumbuhan negatif) yang terjadi pada sektor pertanian. Sementara itu sektor ekonomi yang lain mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi dialami sektor jasa dan sektor industri pengolahan. Sedangkan berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan tetap didominasi oleh tiga sektor utama dalam perekonomian Jawa Tengah, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) serta sektor pertanian, walaupun pada triwulan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
13
ini sektor pertanian memberikan kontribusi negatif. Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sekitar 70% dari total PDRB Jawa Tengah, sehingga perubahan pada ketiga sektor tersebut menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan pada arah PDRB Jawa Tengah secara keseluruhan. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (YoY, PERSEN)
No
Lapangan Usaha
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09*)
IV-09**)
Pertumbuhan Year on Year 1
Pertanian
7.09%
13.36%
9.74%
4.74%
7.38%
-6.00%
2
Pertambangan & Penggalian
5.54%
5.70%
4.96%
5.40%
3.93%
7.65%
3
Industri Pengolahan
6.39%
-2.37%
-2.38%
1.09%
1.73%
7.02%
4
Listrik, Gas & Air Bersih
4.86%
4.04%
2.60%
6.39%
6.53%
6.57%
5
Bangunan
6.08%
8.44%
7.61%
6.58%
6.66%
7.19%
6
Perdagangan, Hotel & Restaurant 4.95%
4.26%
4.57%
5.82%
7.39%
6.61%
7
Pengangkutan & Komunikasi
9.65%
6.67%
7.11%
7.35%
6.41%
6.99%
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. 6.77%
4.96%
10.01%
8.80%
7.62%
4.80%
9
Jasa-Jasa
6.69%
4.46%
Total PDRB
6.39%
3.94%
7.47% 4.21%
7.72% 4.53%
7.74% 5.49%
8.42% 4.71%
Sumber : BI Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara (proyeksi BI Semarang)
1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan IV-2009 mengalami kontraksi sebesar -6% (yoy), turun cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 7,38% (yoy). Kontraksi pada sektor pertanian ini disebabkan oleh kontraksi pada sub sektor tanaman bahan makanan, karena pengaruh musim. Hal tersebut karena pada pertiode triwulan IV-2009 terjadi pola cuaca yang cukup ekstrim, yaitu musim kemarau yang terjadi relatif lebih panjang dibandingkan periode sebelumnya atau periode yang sama tahun lalu serta adanya curah hujan ekstrim di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Kondisi itu menimbulkan terjadinya gangguan produksi serta menyebabkan adanya kemunduran masa tanam di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Gangguan cuaca tersebut menimbulkan pula gangguan pada sub sektor perkebunan, dan sub sektor perikanan karena adanya ancaman gelombang tinggi yang menyebabkan nelayan kesulitan mencari ikan. Sebagai akibatnya, secara keseluruhan produksi sektor pertanian pada triwulan ini mengalami penurunan. Salah satu prompt indicator produksi sektor pertanian, khususnya tanaman bahan makanan (tabama), dapat terlihat dari perkiraan produksi pertanian dari Badan Pusat Statistik. Dari grafik 1.13 tersebut terlihat bahwa produksi komoditas sektor pertanian, terutama padi mengalami trend penurunan. Padi merupakan komoditas tabama yang memiliki bobot paling besar, sehingga penurunan produksi padi akan berpengaruh cukup signifikan terhadap produksi sub sektor tabama dan sektor pertanian secara keseluruhan.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
14
Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah
5
70
4
Jutaan T on
50
3 3
40
2
30
2
20
Ribuan T on
60
4
1 1
10
-
-
IV-09**)
III-09*)
II-09
I-09
IV-08
III-08
II-08
I-08
IV-07
Sb Kiri- Kacang Tanah Sb Kanan- Padi Sb Kanan- Ubi kayu
Sb Kiri- Kacang Hijau Sb Kanan- Jagung
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.8. Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang strategis bagi perekonomian Jawa Tengah. Selain memiliki pangsa yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Jawa Tengah, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi
dengan jumlah tenaga kerja terbesar di Jawa Tengah. Namun demikian, sektor ini cenderung tumbuh relatif stagnan, bahkan dalam beberapa periode mengalami trend perlambatan pertumbuhan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang
beberapa
waktu
yang
lalu,
terdapat
beberapa
hambatan
dalam
pengembangan sektor ini seperti sarana dan prasarana pendukung pertanian yang kurang terpelihara, menurunnya minat untuk bekerja di sektor pertanian, serta persepsi bahwa sektor ini merupakan sektor yang memiliki resiko yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan langkah-langkah yang komprehensif antar berbagai pihak dan instansi untuk mengembangkan sektor ini. Kebijakan yang dapat diambil untuk pengembangan dan akselerasi sektor pertanian misalnya adalah koordinasi antar kabupaten/ kota dalam pengembangan sarana dan prasarana pertanian, seperti saluran irigasi, waduk dan lain-lain. Selain itu dapat pula diberikan insentif keringanan pajak daerah atas lahan yang dipertahankan sebagai lahan lestari, sehingga mengurangi ancaman alih fungsi lahan pertanian.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
15
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri pengolahan pada triwulan IV-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,02% (yoy). Angka ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 1,73% (yoy). Hal ini dikarenakan adanya trend pulihnya permintaan luar negeri serta peningkatan yang cukup signifikan pada permintaan domestik. Selain itu, tingginya angka pertumbuhan di sektor ini juga disebabkan oleh base effect, yaitu pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang mengalami kontraksi cukup tajam sebesar -12,37% (yoy), sehingga mengakibatkan angka pertumbuhan pada triwulan ini menjadi tinggi. Hasil liaison yang dilakukan pada beberapa industri di Jawa Tengah terutama industri TPT, menunjukkan bahwa kapasitas produksi secara umum mengalami peningkatan, terutama dari sisi volume. Selain itu permintaan domestik menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pula , diperkirakan terkait dengan faktor hari raya di akhir triwulan III serta berakhirnya tahun anggaran. Salah satu prompt indicator dari perkembangan sektor industri adalah perkembangan produksi industri pengolahan minyak di Jawa Tengah (Grafik 1.14). Produksi pengolahan minyak terlihat mengalami trend peningkatan/ rebound, terutama pada produksi solar dan premium, yang dapat menjadi salah satu indikasi peningkatan aktivitas pada sektor industri. 1,000
8,000
900
7,000
5,000
600
4,000
500
3,000
R i bu a n K L
R i bu a n K L
700
1.500
300
1.000
200
500
100
0 I V -0 9* *
Grafik 1.9 Perkiraan Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah
I II -0 9*
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
III-09*) IV-09**)
I I- 09
II-09
I -0 9
I-09
I V -0 8
IV-08
I II -0 8
III-08
I I- 08
II-08
I -0 8
I-08
-
I V -0 7
Kerosin
I II -0 7
Solar
2.000
I I- 07
Premium
2.500
I -0 7
LPG -
3.000
400
2,000 1,000
(Jutaan KwH)
3.500
800 6,000
Perkiraan Penjualan Listrik PLN
4.000
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.10 Prakiraan Penjualan Listrik PLN di Jawa Tengah
Prompt indicator lain dari perkembangan sektor industri pengolahan adalah perkiraan penjualan listrik di Jawa Tengah. Data perkiraan penjualan listrik dari PLN Jawa Tengah menunjukkan trend peningkatan pada triwulan ini. Listrik merupakan salah satu input utama yang dipergunakan oleh sebagian besar industri di Jawa Tengah. Sehingga dengan adanya trend peningkatan penjualan listrik tersebut merupakan indikasi pula adanya perkembangan positif pada sektor industri.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
16
Sektor industri adalah sektor yang cukup penting pula dalam perekonomian Jawa Tengah, karena selain memiliki pangsa terbesar dalam PDRB Jawa Tengah, sektor industri juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk melakukan akselerasi laju pertumbuhan perekonomian, perlu diberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sektor ini. Beberapa kebijakan yang pro pengembangan industri diantaranya terkait dengan kebijakan investasi dan retribusi atau pungutan terhadap dunia usaha. Kebijakan lain yang diterapkan adalah terkait dengan kemudahan investasi dan retribusi. Contoh riil kebijakan yang dapat diambil diantaranya adalah insentif untuk realisasi komitmen investasi, insentif untuk rekrutmen tenaga kerja baru dan insentif lain untuk kegiatan perusahaan yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya. Insentif yang diberikan misalnya berupa pengurangan retribusi atau pajak daerah, atau kemudahan l.ain bagi dunia usaha dan industri.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Pada triwulan IV-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 6,61% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III2009 yang tercatat sebesar 7,39% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh karena faktor seasonal, dimana puncak kegiatan sektor ini terjadi pada triwulan yang lalu karena pergeseran hari raya lebaran pada triwulan III-2009 serta didorong pula oleh periode ajaran baru pada triwulan yang sama. Namun apabila dilihat dari angka pertumbuhan yang terjadi, sektor PHR pada triwulan ini relatif tumbuh cukup baik, yang ditopang terutama oleh banyaknya musim liburan yang mendorong berjalannya kegiatan di sektor ini. Prompt indicator dari perkembangan sektor ini dapat dilihat dari hasil Survei Perdagangan Eceran dan perkiraan jumlah kamar hotel yang terjual di wilayah Jawa Tengah pada triwulan IV-2009. Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran yang dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan di Semarang menunjukkan bahwa perkembangan indeks perdagangan eceran relatif masih baik, namun terlihat adanya trend penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi tersebut menjelaskan adanya perlambatan pada sektor PHR di triwulan ini.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
17
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 J an Fe b Mar Apr Mei Ju n Ju l A gt Se p Okt Nop Des J an Fe b Mar Apr Mei Ju n Ju l A g u st Se p Okt Nop Des
200 150 100 50 0
600
R i b u a n m a l a m k a m a r t e r ju a l
350 300 250
2008
2009
500 400 300 200 100 -
Bhn makanan
Makanan Jadi
Sandang
Pendidikan dll
Transpor & Kom
Total- sb kanan
II-08
Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran
Grafik 1.12. Perkiraan Penjualan Kamar Hotel di Jawa Tengah
1.2.4. Sektor Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,42% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,74% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh perkembangan sub sektor jasa pemerintahan terutama belanja pemerintah daerah terkait dengan periode akhir tahun anggaran. Sementara itu untuk sub sektor jasa swasta diperkirakan tumbuh relatif stabil. 8.0
Nominal Kredit
5
NPL
7.0
1.0
Nominal Kredit-RpTrilyun
4
0.0
0
6.0 5.0
3
4.0
2
3.0 2.0
1
I-08
II-08
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
Grafik 1.13 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum Di Jawa Tengah
Salah satu prompt indicator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa oleh perbankan di Jawa Tengah. Dari grafik 1.13 terlihat bahwa penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan dari sisi nominal dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas yang terlihat dari rasio NPLs yang membaik, yaitu berada pada level 2%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
18
1.2.5. Sektor Lainnya Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat sebesar 4,80% (yoy). Angka ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,62% (yoy). Selama tiga triwulan terakhir, sektor ini cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kondisi ini diperkirakan disebabkan oleh adanya perlambatan pada sub sektor perbankan, seperti misalnya perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 13,69% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada awal tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan kredit ini ditengarai karena pihak perbankan cukup berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya sebagai akibat dari dampak krisis keuangan global, serta menurunnya permintaan kredit dari korporasi besar. TABEL 1.3 PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP MILIAR)
INDIKATOR
GROWTH yoy qtq 12.33% 3.02%
I-09
II-09
III-09
IV-09*
113,259
116,051
121,918
125,595
DPK - Total
90,139
92,260
93,852
97,499
13.19%
3.89%
Kredit - Total
79,835
82,670
90,194
13.69%
4.92%
Kredit MKM
61,734
64,898
67,102
70,157
14.64%
4.55%
88.57
89.61
91.59
92.51
Total Asset - Total
LDR - Perbankan (%) NPL -Perbankan (%)
4.17
3.87
85,961
3.40
2.98
Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data BPR posisi November 2009 masih bersifat sementara
Namun demikian, secara umum kinerja sub sektor perbankan masih tumbuh cukup baik dan stabil. Walaupun mengalami sedikit perlambatan, beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih relatif cukup baik (Tabel 1.3). Pada periode triwulan IV-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,19% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan triwulan III-2009 sebesar 6,66% (yoy). Selama beberapa periode, sektor bangunan cenderung tumbuh tinggi pada triwulan IV karena didorong oleh mulai terealisirnya proyek-proyek pembangunan fisik pemerintah, misalnya pembangunan jalan tol, pemeliharaan jalan dan beberapa bangunan sarana publik lainnya. Selain itu, pada tahun 2009 ini di wilayah Jawa Tengah terdapat beberapa proyek-proyek besar yang termasuk di dalam sektor bangunan, seperti pembangunan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
19
jalan tol, perbaikan dan pemeliharaan jalan provinsi dan jalan kabupaten serta berbagai proyek infrastruktur lainnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,99% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2009. Peningkatan ini disebabkan oleh banyaknya program promosi dari berbagai operator telekomunikasi yang menyebabkan pendapatan operator meningkat. Selain itu banyaknya musim liburan di triwulan IV-2009 turut mendorong pertumbuhan pada sektor ini. Data yang dapat menjadi indikator perkembangan sektor ini adalah kunjungan kapal ke pelabuhan dan jumlah penumpang pesawat melalui bandara di Jawa tengah. Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat peningkatan jumlah kapal dan kunjungan penumpang pada triwulan IV-2009. 350
1,800
300
KunjunganKapal
1,600
250
1,400 1,200
200
1,000 800
Kunjungan Kapal-sb kiri
150
600
Penumpang Pswt Udara-sb Kanan
100
400
50
200 -
II-08
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
Penumpang Pswt Udara-Ribuan Orang
2,000
IV-09
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.14 Estimasi Kunjungan Kapal ke Pelabuhan di Wilayah Jawa Tengah dan Jumlah Penumpang Pesawat melalui Bandara di Jawa Tengah
Sektor listrik, gas dan air (LGA) diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,57% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2009 sebesar 6,57%. Peningkatan kegiatan industri diperkirakan menjadi salah satu pendorong peningkatan sektor ini, terutama sub sektor listrik. Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil dibandingkan periode yang lalu, diantaranya karena masih terpengaruh oleh efek kenaikan tarif PDAM yang berlangsung secara bertahap. Prompt indicator dari perkembangan sektor ini diantaranya adalah perkiraan penjualan listrik oleh PLN, sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan perkembangan sektor industri (Grafik 1.10).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
20
BOKS TANTANGAN DAN PELUANG PENERAPAN ACFTA Hubungan ASEAN-China telah dimulai sejak ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke24 pada bulan Juli 1991 di Kuala Lumpur Malaysia. Kerjasama terjalin semakin erat sejak ditandatanganinya Deklarasi Bersama antara Kepala Negara/Pemerintah ASEAN dan China dalam Kerjasama Strategis untuk Perdamaian dan Kesejahteraan dalam acara ASEAN-China Summit ke-7 pada Oktober 2003 di Bali, Indonesia. Selanjutnya, dalam periode 2005-2010 disusun Rencana Aksi untuk menerapkan Deklarasi Bersama tersebut. Rencana Aksi tersebut berisi master plan untuk memperluas dan memperdalam hubungan kerjasama ASEAN-China dalam kerangka memperkuat kerjasama strategis untiuk perdamaian, pembangunan dan kesejahteraan regional. ASEAN dan China telah sepakat dalam 11 hal area kerjasama yang menjadi prioritas, yaitu energi, transportasi, budaya, kesehatan masyarakat, pariwisata, pertanian, teknologi informasi, investasi, SDM, pembangunan sungai Mekong dan lingkungan hidup. Zona Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) telah implementasikan sejak tanggal 1 Januari 2010. ASEAN dan China menyetujui dibentuknya ACFTA melalui dua tahapan waktu, yaitu: (1) tahun 2010 dengan melibatkan 6 negara ASEAN atau biasa disebut ASEAN-6, yang meliputi Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei Darussalam; serta (2) tahun 2012 melibatkan 4 negara lain di ASEAN meliputi Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar. Sidang AEM (ASEAN Economic Ministers Meeting) ke-36 di Jakarta pada September 2004 menghasilkan kesepakatan perdagangan dalam barang dan jasa, serta pokok-pokok pemecahan sejumlah masalah yang kemudian diformalkan ke pertemuan di Laos. Dalam rangka ACFTA, kebanyakan barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan China implementasi penurunan/penghapusan tarifnya sebanyak 5.250 kategori produk, dilakukan mengikuti skema dan waktu sebagai berikut: 1. Early Harvest Program (EHP) yang mulai diberlakukan per 1 Januari 2004 secara bertahap dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, tarif bea masuknya produk yang mencakup EHP sejumlah 449 produk menjadi nol persen (0%). 2. Normal Track I, sejumlah 3.913 kategori produk dengan penurunan tarif bea masuk menjadi nol persen (0%) mulai tahun 2005. 3. Normal Track II, sejumlah 490 kategori produk dengan penurunan bea masuk mulai tahun 2012. 4. Sensitive/Higly sensitive sebanyak 398 kategori produk yang jumlah penurunannya masih dirundingkan lebih rinci. Meskipun ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi krisis, namun tidak dapat dipungkiri bahwa daya saing ekonomi Indonesia masih relatif mengkhawatirkan dibandingkan negara-negara lain. Pengertian daya saing disini tidak hanya terbatas pada
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
21
kemampuan produk Indonesia dalam melakukan penetrasi pasar global dan hanya dikaitkan dengan permasalahan seperti pergerakan nilai tukar, rendahnya tingkat upah, disparitas inflasi dengan negara pesaing. Berbagai permasalahan masih membayangi kemampuan kapasitas ekonomi Indonesia untuk dapat bergerak lebih cepat untuk dapat memetik peluang yang ada. Permasalahan yang masih kita hadapi diantaranya struktur ekspor yang masih berbasis produk primer, sektor industri yang lemah daya saingnya di pasar global dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan domestik, serta adanya permasalahan infrastruktur. Berdasarkan analisis Danareksa Research Institute, dengan menggunakan program Global Trade Analysis Project (GTAP), akan terjadi penurunan untuk sektor sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Sepuluh Sektor yang Paling Dirugikan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
22
Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan III-2009. Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,32% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,20%. Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 adalah sebesar 0,39% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,87%. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup signifikan (-3,40%). Adapun penurunan inflasi kuartalan pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok transpor. Dalam triwulan ini, inflasi kuartalan (qtq) di Jawa Tengah tercatat lebih rendah dari inflasi kuartalan nasional yang tercatat sebesar 0,49% (qtq). Apabila dilihat secara tahunan (yoy), inflasi Jawa Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 2,78% (yoy). Perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Sebagai perbandingan, laju inflasi Jateng dalam lima tahun terakhir (2003-2008) selalu berada di bawah inflasi nasional, sementara pada tahun 2009 lebih tinggi dari inflasi nasional (Tabel 2.1.). TABEL 2.1 INFLASI JAWA TENGAH DIBANDINGKAN NASIONAL TAHUN 2003-2009 WILAYAH
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Jateng
4,45
5,75
15,97
6,50
6,24
9,55
3,32
Nasional
5,16
6,40
17,11
6,60
6,59
11,06
2,78
Sumber: BPS
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
23
14 12 10
Jateng (yoy) Nasional (yoy) Jateng (qtq) Nasional (qtq)
8 6 4 2 0 -2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007
2008
2009
Sumber: BPS, diolah
GRAFIK 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YOY) DAN KUARTALAN (QTQ) JAWA TENGAH DAN NASIONAL
Melihat perkembangan inflasi tahunan Jawa Tengah yang lebih tinggi dari inflasi nasional tersebut, maka pengendalian inflasi di Jawa Tengah perlu menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010. Dengan menjaga laju inflasi dalam level yang rendah dan stabil, diharapkan dapat memberikan kenyamanan berusaha dan dalam jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Inflasi berdasarkan kelompok barang secara kuartalan menunjukkan penurunan pada triwulan IV-2009. Penurunan inflasi kuartalan pada triwulan laporan ini disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat yang kembali normal pasca bulan puasa dan hari raya Lebaran, serta pasokan bahan makanan yang memadai. Hal ini terlihat dari penyebab utama penurunan inflasi kuartalan Jawa Tengah triwulan ini yang berasal dari penurunan harga komoditi kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi.
2.1.1. Inflasi Kuartalan (qtq) Secara kuartalan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok sandang (1,53%), diikuti oleh kelompok makanan jadi (1,18%) dan kelompok perumahan (0,99%). Adapun kelompok barang dan jasa yang memberikan andil deflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok transpor masingmasing sebesar -0,77% dan -0,31% (Tabel 2.2.). KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
24
TABEL 2.2. INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA SERTA SUBKELOMPOK YANG MENGALAMI INFLASI TERTINGGI (PERSEN; QTQ) NO
KELOMPOK UMUM / TOTAL
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA KACANG-KACANGAN 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR BIAYA TEMPAT TINGGAL SANDANG 4 BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA SANDANG LAKI-LAKI 5 KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA KESEHATAN 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA OLAHRAGA REKREASI 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN Sumber : BPS, diolah 1
Sep-08
2,89 3,24 0,40 -0,93 4,63 8,78 0,77 3,32 6,31 2,52 1,71 -0,45 3,20 0,81 0,29 0,11 2,66 2,30 0,47 0,65 0,40 6,57
Des-08
0,28 0,07 1,31 0,45 0,92 2,41 0,24 1,77 2,11 1,94 1,76 7,34 0,36 2,56 1,06 5,86 0,84 0,33 1,35 -3,92 0,14 0,11
Sep-09
1,87 3,94 0,93 0,37 2,49 1,84 8,72 0,35 0,96 0,19 1,28 -0,32 1,58 0,16 0,16 0,12 2,27 0,04 0,80 1,15 0,16 0,77
Des-09
0,39 -0,77 3,82 0,07 1,18 2,61 1,14 0,99 1,44 0,91 1,53 6,55 0,44 0,65 4,48 0,00 0,01 0,44 0,11 -0,31 0,48 0,00
Berikut ini adalah uraian perkembangan 5 (lima) kelompok barang dan jasa tersebut, baik yang memberikan sumbangan inflasi maupun yang mengalami penurunan IHK. a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami perubahan IHK yang menurun pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan IHK kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh penurunan IHK subkelompok ikan segar (5,33%), subkelompok daging dan hasil-hasilnya (-4,21%), dan subkelompok sayursayuran (-3,28%). Sementara itu, subkelompok yang mengalami peningkatan IHK adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (3,82%) dan subkelompok kacang-kacangan (0,07%). Beberapa komoditi yang memberikan sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah cabe merah, cabe rawit, cabe hijau, bawang merah, dan bawang putih. Sedangkan komoditi yang memberikan sumbangan deflasi dalam triwulan ini antara lain adalah minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, pisang, udang basah dan ikan mujair. Relatif stabilnya harga bahan makanan antara lain didukung pula oleh cukupnya pasokan bahan makanan khususnya beras pada triwulan IV-2009 di Bulog KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
25
yang tercatat mengalami kenaikan. Berdasarkan data Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah, pengadaan stok pangan khususnya beras oleh Bulog mengalami peningkatan. Stok bahan pangan (khususnya beras) yang dimiliki Bulog Jateng sampai dengan Desember 2009 mencapai lebih dari prognosa sebesar 650.000 ton, atau cukup aman untuk memenuhi konsumsi masyarakat kelas bawah selama 10 bulan ke depan. Perkembangan harga komoditi dunia juga mempengaruhi harga bahan makanan, yang diketahui bahwa indeks harga komoditi dunia pada tahun 2009 cenderung lebih rendah dari tahun 2008. Meskipun pada triwulan IV-2009 mengalami kenaikan, namun peningkatan tersebut masih belum terlalu signifikan (Grafik 2.2.). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang, harga beberapa komoditi cenderung mengalami penurunan, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabe merah. Sedangkan harga beras cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada minggu terakhir triwulan IV-2009 (Grafik 2.3.). Indeks Komoditas Makanan (Dunia)
Indek Harga Komoditi Dunia
250
190 180
200
170 160
150
150 140
100
130 120
50
110 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 2007
2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2009
Sumber: IMF
2008
2009
Sumber: IMF
GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KOMODITI DUNIA 7.700
35.000
Beras
7.650
Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Cabe Merah
30.000
7.600
25.000
7.550 7.500
20.000
7.450 7.400
15.000
7.350
10.000
7.300
5.000
7.250 7.200
0 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Mei-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agt-09
Sumber: SPH KBI Semarang
Sep-09
Okt-09 Nov-09
Des-09
Jun -09
Jul- 09
Agt-09
Sep-09
Okt-09 Nov-09
Des-09
Sumber: SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.3. PERKEMBANGAN HARGA BEBERAPA KOMODITI BAHAN MAKANAN HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) KBI SEMARANG
b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
26
Pada kelompok makanan jadi, kenaikan IHK tertinggi terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (2,61%) dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol (1,14%). Kenaikan ini lebih dipicu oleh tingginya kenaikan harga komoditi gula pasir, rokok kretek, rokok kretek filter, nasi, mie, martabak dan sate. Kenaikan harga gula pasir domestik dipengaruhi antara lain oleh perkembangan harga gula pasir dunia (imported inflation) yang mengalami kenaikan harga sejak awal tahun 2009 (lihat Grafik 2.4.) Peningkatan harga gula pasir internasional ini disebabkan oleh kurangnya pasokan gula pasir internasional dari negara pemasok utama, seperti Brasil dan India. Perkembangan Harga Gula Dunia dan Domestik 12.000
30 Semarang - Rp per Kg (axis kiri)
10.000
25
Dunia - US Cent per pound (axis kanan)
8.000
20
6.000
15
4.000
10
2.000
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007
2008
2009
Sumber: IMF dan SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.4. PERKEMBANGAN HARGA GULA PASIR DI DUNIA DAN HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) KBI SEMARANG
c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Pada kelompok ini, kenaikan IHK tertinggi terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air (1,44%) dan subkelompok biaya tempat tinggal (0,91%). Kenaikan ini lebih dipicu oleh tingginya kenaikan harga komoditi elpiji, bahan bangunan (pasir, batu bata, cat tembok, besi baja), sewa/ kontrak rumah, dan upah pembantu RT. Imported inflation ikut berpengaruh juga terhadap kelompok ini, khususnya harga bahan bangunan terutama logam (Grafik 2.5.)..
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
27
Harga LNG Indonesia di Dunia
Indeks Harga Komoditi Logam
350 300
250 USD per m3
200
250 200
150
150
100
100 50
50
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 2007
2008
2009
2007
2008
2009
Sumber: IMF
GRAFIK 2.5. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA LNG INDONESIA DAN KOMODITI LOGAM DI DUNIA
d. Kelompok Sandang Kenaikan IHK kelompok sandang pada triwulan ini disebabkan oleh peningkatan IHK subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (6,55%) dan subkelompok sandang laki-laki (0,44%). Komoditi penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok ini adalah emas perhiasan. Berdasarkan SPH KBI Semarang, harga emas perhiasan 22 karat pada akhir triwulan IV-2009 mencapai di atas Rp300 ribu per gram, naik 10,8% dari akhir triwulan III-2009 dalam kisaran Rp270 ribu. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan harga emas dunia yang menyentuh USD1.134,75 per troy once pada akhir triwulan IV-2009 (Grafik 2.6.). Perkembangan Harga Emas 350.000 300.000
1.200
Lokal (Rp / gr) - axis kiri Internasional (USD / troy once) - axis kanan
1.000
250.000
800
200.000 600 150.000 400
100.000
200
50 .000 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2008
2009
Sumber: USAGold dan SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.6. PERKEMBANGAN HARGA EMAS DUNIA DAN LOKAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
28
e. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan ini mengalami penurunan IHK dari triwulan sebelumnya sebesar -0,31% (qtq). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan IHK subkelompok transpor sebesar -0,52%. Adapun subkelompok yang mengalami peningkatan IHK adalah subkelompok sarana dan penunjang transpor yang naik 0,48%. Komoditi penyumbang deflasi terbesar dalam kelompok ini adalah bensin pertamax dan pertamax plus yang mengikuti harga minyak dunia. Harga minyak dunia pada akhir triwulan IV-2009 tercatat relatif stabil dalam kisaran USD 74 s.d. USD 77 per barel (Grafik 2.7.). Harga Minyak Dunia
Indeks Harga Energi Dunia 160
300
140
250
USDperbarel
120
200
100
150
80 60
100
40
50
20 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2008
2009
Sumber: IMF
GRAFIK 2.7. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA ENERGI DUNIA
Melihat perkembangan harga berbagai komoditi dunia sebagaimana tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh harga komoditi dunia memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap inflasi Jateng (imported inflation). Beberapa komoditi tersebut antara lain gula pasir, minyak goreng, besi baja (logam), emas, dan bakar bakar rumah tangga. Untuk itu, perhatian terhadap pasokan dan distribusi beberapa komoditi tersebut perlu ditingkatkan untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap inflasi domestik, karena harga beberapa komoditi dunia tersebut diperkirakan akan meningkat pada tahun 2010. Sementara itu, berdasarkan informasi dari Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang yang dilakukan setiap minggu, dapat diperoleh informasi terkait dengan kondisi harga beberapa komoditi penting pada triwulan IV-2009. Secara umum, harga beberapa komoditi penting relatif stabil dengan kecenderungan meningkat, meskipun pasokan cukup memadai. Kondisi harga beberapa komoditi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
29
TABEL 2.3. KONDISI HARGA BEBERAPA KOMODITI PENTING Komoditi Beras
Kondisi Harga Stabil
Faktor Penyebab
Daging sapi Daging ayam Telur ayam ras
Relatif stabil Relatif stabil Cenderung naik
- Permintaan naik - Permintaan naik - Permintaan naik
Minyak goreng
Relatif stabil, cenderung naik
Bawang merah
Cenderung naik
Gula pasir
Cenderung naik
Emas perhiasan
Relatif stabil, cenderung naik
- Stok memadai, permintaan turun - Pengaruh harga CPO internasional - Pasokan memadai - Permintaan stabil - Pengaruh harga internasional - Pengaruh harga internasional
- Stok beras masih mencukupi
Keterangan - Stok beras di gudang Bulog Jateng mampu memenuhi kebutuhan 10 bulan ke depan - Stok daging sapi mencukupi - Stok daging ayam mencukupi - Stok telur ayam ras mencukupi -
-
Sumber: SPH KBI Semarang
2.1.2. Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 3,32% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,20% (yoy). Tekanan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi (7,53%), diikuti oleh kelompok sandang (5,70%), dan kelompok bahan makanan (3,75%). Sementara itu, kelompok transpor mengalami deflasi sebesar -3,40% (Tabel 2.4.). Pembahasan selanjutnya akan diuraikan 3 (tiga) kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan ini. a. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol (20,65%), serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (7,26%). Kenaikan pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi makanan jadi seperti gandum, kedelai, rokok kretek, rokok kretek filter, makanan ringan, dan gula pasir. b. Kelompok Sandang Kenaikan IHK pada kelompok sandang terutama bersumber dari kenaikan harga di subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (15,72%), serta sandang laki-laki sebesar 3,67% (Tabel 2.4). Kenaikan harga barang pribadi dan sandang lainnya terutama disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan, sejalan dengan perkembangan harga emas internasional. Sementara kenaikan harga sandang laki-laki
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
30
disebabkan oleh kenaikan harga baju kaos, celana panjang jeans, kemeja panjang batik dan sepatu. c. Kelompok Bahan Makanan Kenaikan IHK pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan harga di subkelompok bumbu-bumbuan (22,30%) dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya (6,98%). Kenaikan IHK subkelompok bumbu-bumbuan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditi seperti bawang merah, bawang putih dan cabe merah. Sementara itu, kenaikan IHK subkelompok daging dan hasil-hasilnya disebabkan oleh kenaikan harga daging ayam ras dan daging sapi. TABEL 2.4. INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA SERTA SUBKELOMPOK YANG MENGALAMI KENAIKAN IHK TERTINGGI (PERSEN; YOY) NO
KELOMPOK
UMUM / TOTAL 1 BAHAN MAKANAN BUMBU-BUMBUAN DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 4 SANDANG BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA SANDANG LAKI-LAKI 5 KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA KESEHATAN 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN REKREASI 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN Sumber : BPS, diolah
Sep-08
10.21 16.71 4.09 29.52 13.17 2.65 16.89 12.77 16.31 7.73 8.78 16.86 8.17 6.13 12.04 1.34 4.44 4.14 8.30 11.92 1.97 16.16
Des-08
9.55 12.91 -7.93 27.10 12.90 2.76 18.55 13.46 18.62 7.12 7.06 14.88 5.82 7.68 12.77 7.05 4.93 4.39 9.04 7.14 2.02 16.30
Sep-09
3.20 4.63 31.34 7.85 7.25 19.57 7.06 4.29 5.20 3.24 5.94 16.58 3.58 5.37 3.49 9.80 3.30 4.06 2.79 -6.90 0.57 0.89
Des-09
3.32 3.75 22.30 6.98 7.53 20.65 7.26 3.49 4.51 3.68 5.70 15.72 3.67 3.40 6.99 3.72 2.45 3.32 1.53 -3.40 0.91 0.77
Apabila dilihat komoditi penyebab inflasi setiap bulannya, BPS mencatat beberapa komoditi yang menjadi pemicu utama inflasi triwulan ini, terutama berasal dari kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan. Beberapa komoditi yang tercatat sebagai pemicu inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah cabe merah, beras, bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam kelompok makanan jadi, komoditi yang menjadi pemicu utama inflasi triwulan ini di antaranya gula pasir, rokok kretek, rokok kretek filter, makanan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
31
ringan, mie dan sate. Sementara itu, komoditi yang menyumbang inflasi dalam kelompok sandang adalah emas perhiasan. Beberapa komoditi penyebab inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.5. TABEL 2.5. BEBERAPA KOMODITI PENYEBAB INFLASI TIAP BULAN PADA TRIWULAN IV-2009 No 1.
Oktober November Kelompok Bahan Makanan Cabe merah Bawang merah Cabe rawit Pepaya Cabe hijau Bawang putih Bawang putih Daging kambing Beras Kacang hijau Kacang panjang Bayam 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan tembakau Mie Sate Makanan ringan / snack Martabak Gulai Gula pasir Rokok kretek filter Rokok kretek Rokok putih 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Bahan bakar RT (elpiji) Batu bata Tarif air minum PDAM Papan Pasir Pasir Papan Cat tembok Batu bata 4. Kelompok Sandang Emas perhiasan Emas perhiasan 5. Kelompok Kesehatan Obat dengan resep 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber : BPS, diolah
Desember Beras Telur ayam ras Minyak goreng
Gula pasir Rokok kretek Rokok kretek filter
Bahan bakar RT (minyak tanah) Sewa / kontrak rumah Upah pembantu RT Emas perhiasan Obat dengan resep Tarif angkutan udara
Namun demikian, BPS juga mencatat beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga atau memberikan andil deflasi pada triwulan ini, antara lain minyak goreng, daging ayam ras, udang basah, bayam, angkutan antar kota, tarif kereta api, dan bensin pertamax / pertamax plus. Beberapa komoditi yang memberikan andil penurunan harga (deflasi) Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.6.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
32
TABEL 2.6. BEBERAPA KOMODITI YANG MENGALAMI PENURUNAN IHK (DEFLASI) PADA TRIWULAN IV-2009 Oktober Minyak goreng Daging ayam ras Udang basah Mujair Pisang Anggur Angkutan antar kota Tarif kereta api Bensin (pertamax/ pertamax plus) Sumber : BPS dan SPH KBI Semarang
November Daging ayam ras Cabe merah
Desember Bawang merah Cabe merah
Perkembangan harga beberapa komoditi tersebut sesuai dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang, yang secara umum menunjukkan peningkatan harga selama triwulan IV-2009. Perkembangan harga beberapa komoditi strategis hasil SPH yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang dapat dilihat pada Grafik 2.8. 35.000
7.700
Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Cabe Merah
30.000
Beras
7.650 7.600
25.000
7. 550 7.500
20.000
7.450
15.000
7.400 7.350
10.000
7.300
5.000
7.250
0
7. 200
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Mei- 09
Mei- 09
Jun- 09
Jul -09
Agt- 09
Sep-09
Okt- 09
Nov -09
Des- 09
Emas Perhiasan 320.000
Emas Perhiasan 22 karat
300.000
Jul- 09
Agt- 09
Sep- 09
Okt- 09
Nov- 09
Des -09
Harga Bahan Bakar Rumah Tangga
Emas Perhiasan 18 karat
310. 000
Jun- 09
16.000
78.000
14.000
77.000
12.000
290.000
76.000
10.000
280.000
75 .000
8.000
270.000
74.000
6 .000
260.000
Minyak Tanah
4 .000
250.000
2.000
240. 000
73.000
LPG 3 kg
72.000
LPG 12 kg
-
230.000
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agt-09
Sep-09
Okt-09
Nov-09
10.000
Jun-09
Jul- 09
Agt-09
Sep -09
Okt -09
Nov-09
Des - 09
Minyak Goreng
14.000
Gula Pasir SHS Putih Gula Pasir SHS Kuning Gula Pasir Gula Bermerk
12.000
Mei-09
Des-09
Gula Pasir 14.000
71.000 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
12.000 10.000 8.000
8.000
6.000
6.000 4.000
4.000
2.000
2.000
Curah Merk 1 Merk 2
-
0 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Mei- 09
Jun-09
Jul -09
Agt - 09
Sep- 09
Okt-09
Nov -09
Des- 09
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Mei- 09
Jun- 09
Jul- 09
Agt -09
Sep- 09
Okt-09
Nov- 09
Des- 09
GRAFIK 2.8. PERKEMBANGAN HARGA BEBERAPA KOMODITI STRATEGIS HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) MINGGUAN DI KOTA SEMARANG
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
33
Berdasarkan Survei Konsumen, sebagian besar responden memperkirakan dalam triwulan ini akan terjadi inflasi tahunan yang sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurut responden, kenaikan harga diperkirakan akan terjadi pada semua kelompok barang, dengan kenaikan harga tertinggi diperkirakan terjadi pada kelompok makanan jadi, disusul oleh kelompok perumahan dan kelompok sandang. Perkembangan ekspektasi inflasi hasil Survei Konsumen dibandingkan dengan inflasi tahunan Jawa Tengah aktual setiap bulan dapat dilihat pada grafik 2.9. InflasiAktual (%)
EkspektasiInflasi
12
200 190
10
180 8
170
6
160 150
4
140 2 0
130
Inflasi Aktual (yoy, %) Ekspektasi Inflasi (indeks)
120
4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 2007
2008
2009
Sumber: KBI Semarang dan BPS Keterangan: indeks = (%turun - % naik) + 100
GRAFIK 2.9. PERKEMBANGAN EKSPEKTASI INFLASI HASIL SURVEI KONSUMEN DAN INFLASI TAHUNAN AKTUAL DI JAWA TENGAH
2.2. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah Inflasi kuartalan (qtq) di empat kota di Jawa Tengah (Semarang, Surakarta, Purwokerto, Tegal) pada triwulan ini mengalami penurunan di semua kota. Sementara itu, laju inflasi tahunan (yoy) di empat kota tersebut pada triwulan ini mengalami peningkatan di tiga kota (Semarang, Surakarta dan Tegal). Adapun inflasi tahunan satu kota lainnya, yaitu kota Purwokerto, mengalami penurunan. Analisis mengenai inflasi 4 kota tersebut akan diuraikan di bawah ini.
2.2.1. Inflasi Kuartalan (qtq) Berdasarkan penghitungan BPS, laju inflasi kuartalan (qtq) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan IV2009 masing-masing sebesar 0,41%, 0,14%, 0,73% dan 0,47%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BPS mencatat bahwa laju inflasi kuartalan di empat
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
34
kota tersebut mengalami penurunan. Hal itu menggambarkan bahwa tekanan harga yang cukup tinggi selama triwulan IV-2009 terjadi di semua kota. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahwa penurunan laju inflasi kuartalan pada triwulan IV-2009 terutama dipicu oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan dan kelompok transpor. Sementara itu, laju inflasi kuartalan dipicu oleh kenaikan IHK kelompok makanan jadi dan kelompok sandang. Komoditi kelompok makanan jadi yang memberikan sumbangan inflasi cukup nyata adalah yang termasuk pada subkelompok minuman tidak beralkohol serta subkelompok tembakau dan minimal beralkohol. Komoditi dalam kelompok sandang yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan terutama yang termasuk dalam subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya, terutama komoditi emas perhiasan. Perkembangan inflasi kuartalan empat kota di Jawa Tengah berdasarkan kelompok barang dan jasa dapat dilihat pada Tabel 2.7. TABEL 2.7. INFLASI KUARTALAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; QTQ) No
KELOMPOK
Sep-08
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
2,83 4,25 3,94 2,19 2,71 0,71 3,58 1,02
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
1,74 2,06 0,94 3,98 0,81 0,58 1,56 -0,22
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
3,53 0,81 4,79 8,68 0,77 1,21 1,19 0,77
Dec-08 Mar -09 Jun-09 SEMARANG 0,18 0,72 0,06 0,36 1,34 -1,78 0,98 1,76 1,38 1,33 2,32 0,40 1,64 4,02 0,02 2,64 0,79 0,42 0,6 0,15 -0,08 -4,07 -4,82 0,57 SURAKARTA 0,13 0,78 0,47 -0,85 3,35 0,92 0,29 1,65 0,96 3,34 0,76 0,03 0,93 0,67 -0,42 3,95 0,01 1,07 0,03 -4,70 0,19 -4,44 0,78 0,10 PURWOKERTO 1,16 0,78 0,11 2,42 0,97 -1,67 2,20 1,35 2,52 1,69 -0,30 -0,01 1,26 5,88 -1,30 0,24 14,6 1,08 2,86 0,14 0,14 -4,07 -4,33 0,14
Jul-09
Agt-09
Sep-09
Des-09
0,69 0,62 0,98 0,58 0,74 0,37 1,08 0,46
0,93 1,77 1,20 0,43 1,06 0,36 1,05 0,26
1,96 4,41 2,27 0,47 1,90 0,10 1,84 1,34
0.41 -1.03 1.25 1.12 1.56 1.02 -0.04 -0.05
0,65 1,67 0,82 0,03 -0,42 0,53 0,68 0,27
0,75 1,34 1,10 0,24 -0,08 0,03 1,52 0,33
1,21 2,05 2,22 0,30 -0,17 0,16 1,58 0,68
0.14 -0.17 0.72 0.28 0.55 0.29 0.00 -0.37
0,34 -0,36 1,95 0,00 -0,28 0,73 0,13 -0,06
0,63 0,14 1,08 0,54 0,08 0,59 3,08 -0,07
1,17 2,12 0,65 0,64 -0,22 0,06 3,32 1,02
0.73 -0.11 0.72 2.48 2.44 -0.15 0.27 -1.06
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
35
LANJUTAN TABEL 2.7. No
1 2 3 4 5 6 7
KELOMPOK UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
Sep-08 5,16 1,94 16,53 4,55 -1,58 1,48 0,82 0,30
Dec-08 Mar -09 TEGAL 0,45 1,05 -1,52 1,31 0,86 2,62 1,16 1,06 4,56 2,61 1,08 1,09 2,28 0,15 -1,84 -2,99
Jun-09
Jul-09
Agt-09
Sep-09
Des-09
1,05 -1,06 5,63 0,35 -3,41 0,85 0,42 0,05
0,71 1,25 0,81 0,63 1,29 0,27 -0,10 0,01
0,97 3,55 0,14 0,07 1,07 0,25 1,40 0,11
1,20 3,18 1,07 0,01 -0,24 0,34 4,33 0,31
0.47 -1.04 1.91 0.54 2.57 -0.05 0.10 -1.04
Sumber : BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS
2.2.2. Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan penghitungan BPS, laju inflasi tahunan (yoy) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan IV2009 masing-masing sebesar 3,19%, 2,63%, 2,83% dan 5,83%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BPS mencatat bahwa laju inflasi di keempat kota tersebut mengalami peningkatan, kecuali kota Purwokerto yang mengalami penurunan. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahwa laju inflasi tahunan di Kota Semarang pada triwulan IV-2009 terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok sandang, kelompok makanan jadi, dan kelompok perumahan dengan kenaikan IHK masing-masing sebesar 7,67%, 6,83% dan 4,37% (Tabel 2.8.). Di kota Surakarta, inflasi tahunan pada triwulan ini terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok bahan makanan (6,25%), diikuti oleh kelompok makanan jadi (5,65%) dan kelompok perumahan (2,28%). Inflasi tahunan kota Purwokerto dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh kenaikan IHK pada kelompok kesehatan sebesar 15,74%, diikuti oleh kelompok sandang (6,82%) dan kelompok makanan jadi (5,34%). Sementara itu, kota Tegal dicatat oleh BPS sebagai kota yang memiliki inflasi tahunan tertinggi dibandingkan dengan tiga kota lainnya dalam triwulan ini, yaitu sebesar 5,83%. Dari ketujuh kelompok komoditi, kelompok makanan jadi mengalami kenaikan IHK paling tinggi yaitu mencapai 16,44% (yoy), diikuti oleh kelompok pendidikan dan kelompok bahan makanan masing-masing sebesar 5,89% dan 5,75%. Perkembangan laju inflasi tahunan di empat kota di Jawa Tengah terlihat pada tabel 2.8.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
36
Tabel 2.8. Laju Inflasi Tahunan Empat Kota Di Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (persen, YOY) No
KELOMPOK
Sep-08
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
13,43 17,33 14,35 13,62 12,38 6,85 5,56 11,46
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
9,94 14,11 3,98 11,12 4,55 4,35 1,86 13,96
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
11,96 17,01 10,34 13,84 -0,78 5,32 1,96 13,40
1 2 3 4 5 6 7
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
14,63 17,66 26,71 10,66 3,92 6,52 4,70 9,19
Dec-08 Mar-09 Jun-09 SEMARANG 10,34 7,20 3,81 13,83 8,04 4,15 14,10 8,86 8,27 13,58 12,01 6,38 8,89 9,00 8,61 8,60 5,52 4,63 6,09 6,24 4,26 6,69 1,38 -7,24 SURAKARTA 6,96 5,53 3,15 9,34 7,04 5,54 4,30 3,29 3,88 13,65 13,16 9,27 3,47 2,45 2,09 7,42 6,88 6,39 1,89 1,70 1,79 8,22 2,56 -9,04 PURWOKERTO 12,06 9,48 5,67 20,01 9,48 2,51 12,40 10,83 11,28 15,12 13,93 10,17 3,39 7,80 6,63 3,15 18,22 17,53 4,55 4,64 4,37 7,87 2,35 -7,38 TEGAL 8,52 6,38 4,99 8,72 5,92 0,62 23,67 22,58 27,41 11,15 9,75 7,25 6,13 4,98 1,99 6,87 6,58 4,57 4,00 4,08 3,71 6,92 3,29 -4,43
Jul-09
Agt-09 Sep-09 Des-09
3,04 3,08 7,21 5,14 8,05 4,43 4,66 -7,44
2,76 3,50 6,90 5,07 7,54 4,18 1,69 -7,68
2,94 4,31 6,53 4,59 7,75 3,99 2,51 -6,95
3.19 2.86 6.83 4.37 7.67 2.34 1.87 -3.06
1,76 3,16 3,12 6,12 1,71 6,25 1,79 -8,93
2,15 4,50 4,00 5,79 0,89 6,11 1,82 -8,74
2,61 5,52 5,20 5,40 1,09 5,94 1,82 -8,22
2.63 6.25 5.65 2.28 0.72 2.21 1.79 -4.30
3,02 1,74 7,30 4,33 6,02 17,16 3,61 -8,66
3,33 1,81 7,66 4,19 6,72 17,09 6,83 -8,52
3,26 3,84 6,88 2,02 5,59 16,19 6,57 -7,15
2.83 1.27 5.34 2.81 6.82 15.74 3.88 -4.24
3,65 -1,09 11,37 4,31 0,85 3,44 8,60 -4,48
3,90 0,21 12,83 2,51 2,48 3,40 8,02 -4,63
5,80 5,23 15,24 2,10 5,18 3,63 8,19 -3,63
5.83 5.75 16.44 1.47 3.19 2.48 5.89 -2.85
Sumber: BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS
Melihat perkembangan inflasi di empat kota tersebut, kota Tegal memiliki tingkat inflasi yang paling tinggi dibandingkan tiga kota lainnya sejak Juli 2009 (lihat Grafik 2.10). Tingginya inflasi kota Tegal sejak awal triwulan III-2009 tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan IHK kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pemerintah daerah dan Bank
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
37
Indonesia perlu meningkatkan perhatiannya dalam mengendalikan laju inflasi kota Tegal ke depan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pengendalian inflasi di kota Tegal, maka perlu segera dibentuk Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Kota Tegal. Tim ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar instansi terkait (seperti Bagian Perekonomian, Disperindag, Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, Perum Bulog, Bank Indonesia, dan instansi lainnya), dalam memantau dan mengendalikan inflasi di kota Tegal. Sampai dengan akhir tahun 2009, dari empat kota di Jawa Tengah yang menjadi dasar penghitungan inflasi (Semarang, Solo, Purwokerto dan Tegal), tinggal kota Tegal yang belum memiliki TPID.
14 12 10
Semarang Solo Purwokerto Tegal
8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2008
2009
GRAFIK 2.10. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
38
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA PRODUK MANUFAKTUR DI JAWA TENGAH 1. LATAR BELAKANG MASALAH Upaya pengendalian harga dapat dimulai dari mencari sumber-sumber penyebab inflasi yang kemudian akan membawa dampak ke sektor riil maupun sektor moneter. Terdapat berbagai macam model untuk menguji perilaku inflasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu sumber penyebab inflasi adalah perkembangan penawaran dan permintaan di sektor riil. Penyelarasan permintaan dan penawaran oleh karenanya menjadi penting. Oleh karena itu, model inflasi dapat diturunkan melalui persamaan permintaan uang (money demand) maupun melalui sisi penawaran. Pada sisi lain, potensi inflasi juga dapat dicermati dari sisi penawaran. Mencermati potensi inflasi dari sisi penawaran, tidak saja masalah jumlah persediaan barang/jasa, namun juga perilaku distribusi barang/jasa tersebut. Nilai tambah yang tinggi sangat terkait dengan perilaku dan jalur distribusi dari suatu komoditas dan atau kebijakan. Oleh karena itu mencermati inflasi, tidak cukup dari satu model pengamatan pasar uang/permintaan, namun juga aspek penawaran barang dan jalur distribusinya. Hal tersebut disebabkan karena terbentuknya harga di pasar merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Kantor Bank Indonesia Semarang (2008) pernah melakukan kajian yang terkait dengan pembentukan harga atas komoditas-komoditas tersebut. Dalam mekanisme pasar, pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga adalah produsen, pedagang besar, dan pedagang ritel yang menjadi perantara terhadap konsumen akhir. Oleh karena itu, masalah pembentukan harga tidak hanya terbatas pada permintaan dan ketersediaan barang/jasa (penawaran) saja, tetapi juga menyangkut masalah proses pembentukan harga komoditas itu sendiri, distribusi (mekanisme jalur distribusi) maupun struktur pasar dari komoditas tersebut. Mengingat banyaknya komoditas atau kelompok komoditas dalam keranjang inflasi, maka identifikasi perilaku pembentukan harga dalam penelitian ini akan difokuskan pada kelompok komoditas manufaktur yang memiliki bobot yang signifikan dalam pembentukan inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut akan digunakan metode survei terhadap sejumlah pelaku usaha, yaitu produsen, pedagang besar dan pedagang ritel. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian terhadap komoditas manufaktur ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai mekanisme dan perilaku pembentukan harga dari tingkat produsen sampai dengan pedagang eceran. Untuk itu, survei dilakukan kepada responden yang KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
39
mewakili produsen (perusahaan/industri manufaktur), pedagang besar (distributor), dan pedagang kecil (pengecer). Dari masing-masing level responden tersebut diharapkan dapat diidentifikasi mengenai perilaku pembentukan harga dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perubahan harga. Secara spefisik, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam penetapan harga produk manufaktur. 2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan perubahan harga, baik di level produsen, distributor maupun pengecer. 3. Menganalisis kecepatan dan besaran perubahan harga dalam merespon perubahan faktor-faktor tersebut. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang dapat dibagi menjadi wilayah Jateng Utara sebanyak 17 kabupaten/kota, yaitu Kota Semarang, Kab. Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kab Jepara, Kab Rembang, Kab. Blora, Kab. Batang, Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan, Kab. Pemalang, Kota Tegal, Kab. Tegal, dan Kab. Brebes. Adapun lokadi di wilayah Jateng bagian Selatan sebanyak 17 kabupaten/kota, yaitu Kota Salatiga, Kab. Boyolali, Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Kab. Klaten, Kab. Sragen, Kab. Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kota Magelang, Kab. Magelang, Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo, Kab. Purworejo, dan Kab. Kebumen. Sementara itu, pelaksanaan survei di wilayah eks Karesidenan Banyumas yangterdiri dari 4 kabupaten/kota dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Purwokerto. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam survei ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga komoditas terpilih yang mencakup produsen, pedagang besar dan pedagang ritel. Responden penelitian ini harus mewakili: (a) kelompok produsen, yakni perusahaan penghasil barang manufaktur atau produsen yang menghasilkan barang secara pabrikan atau menggunakan mesin; (b) kelompok pedagang besar/distributor/grosir yang melakukan penjualan atau pendistribusian barang dalam jumlah besar; dan (c) kelompok pedagang kecil/pengecer yang melakukan penjualan barang kepada pengguna akhir (konsumen). Total responden yang dibutuhkan dalam survei di wilayah 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah adalah sebanyak 750 responden untuk 50 komoditas terpilih, atau secara rata-rata sebanyak 15 responden per komoditas. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu melalui wawancara dan mengedarkan kuesioner kepada
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
40
responden (produsen, pedagang besar dan pedagang ritel) yang terkait dengan 50 komoditas terpilih, yang berdomisili di 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah. 2. Data sekunder, yaitu dokumen dan atau data yang terkait dengan penelitian ini, yaitu misalnya data mengenai lokasi responden dan titik-titik pertukaran untuk 50 komoditas terpilih yang diperoleh dari BPS dan instansi terkait. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Editing Data Proses editing data dilakukan dalam 2 (dua) tahap, tahap pertama dilakukan sebelum proses tabulasi (entry data) dan tahap kedua dilakukan sesudah proses tabulasi. Editing data ditujukan sebagai bentuk quality control untuk mengurangi kesalahan pada data secara individual dan untuk mempermudah pengolahannya. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua cara analisis deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis perilaku produsen, distributor dan pedagang ritel dalam melakukan penetapan harga, dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perubahan harga. 4. HASIL PENELITIAN Dalam menetapkan harga produk, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan produsen, pedagang besar, dan pedagang eceran, yaitu: a. Perilaku Pembentukan Harga Salah satu metode penetapan harga yang dipilih oleh mayoritas responden adalah berdasarkan biaya langsung ditambah marjin keuntungan yang bervariasi. Selain itu, ada atau tidaknya kontrak menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan harga jual suatu produk (Gambar 1). b. Faktor pembentuk harga Pada level produsen, biaya bahan baku menjadi faktor yang paling dominan dalam pembentukan harga produknya, diikuti dengan biaya tenaga kerja dan biaya overhead (Gambar 2). Pada level pedagang besar (distributor), pembentukan harga produknya dipengaruhi oleh harga pokok produksi, biaya tenaga kerja, dan marjin keuntungan. Sementara itu, penetapan harga pada level pedagang eceran dipengaruhi oleh harga pokok produksi, marjin keuntungan, dan biaya tenaga kerja (Gambar 3). Marjin keuntungan adalah keuntungan yang diharapkan oleh penjual dalam menjual suatu produk. Responden produsen menyatakan bahwa marjin keuntungan menjadi faktor pembentuk harga yang dominan pada kelompok sandang (33,3%) dan kelompok kesehatan (26,9%). Responden pedagang besar menyatakan bahwa marjin keuntungan mempengaruhi pembentukan harga pada kelompok perumahan (18,7%) dan kelompok makanan jadi,
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
41
minuman, dan rokok (15,9%). Sementara itu, responden pedagang eceran menyatakan bahwa marjin keuntungan mempengaruhi pembentukan harga pada sub kelompok perumahan (19,4%) dan sandang (18,5%). c. Pangsa Sumber Pembiayaan Karakteristik responden di Jawa Tengah yang sebagian besar masih tradisional dan konvensional dalam menjalankan usahanya menyebabkan sumber pembiayaan didominasi oleh dana pribadi/self financing Pembiayaan dari perbankan dan laba ditahan menjadi alternatif lain untuk sumber pembiayaan para responden survei. Sementara itu, Pangsa pembiayaan yang dikuasai oleh pasar obligasi, pasar saham, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) relatif rendah di Jawa Tengah (Gambar 4). d. Respon terhadap perubahan nilai tukar Sebanyak 91,8% responden produsen di Jawa Tengah menyatakan bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk, sisanya sebesar 8,2% produsen menyatakan perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap harga jual produk. Responden produsen yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar Rupiah berpengaruh pada harga jual produk adalah produsen pada kelompok sandang, kelompok makanan jadi dan kelompok transportasi (Gambar 5). Responden pedagang besar yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap harga jual produk adalah sebesar 14,3%, dan sisanya 85,7% responden pedagang besar menyatakan perubahan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk. Responden pedagang besar yang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar adalah distributor dalam kelompok perumahan, kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok, kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, dan kelompok transportasi dan komunikasi (Gambar 6). Sementara itu, responden pedagang eceran yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap harga jual produk adalah sebesar 13,3% dan sebanyak 86,7% pedagang eceran menyatakan bahwa perubahan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk. Menurut responden pedagang eceran, kelompok transportasi dan komunikasi menjadi kelompok yang paling terimbas dengan perubahan nilai tukar, selain itu kelompok sandang dan kelompok pendidikan (Gambar 7). e. Pengaruh Inflasi Responden produsen yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan perubahan harga terutama produsen pada kelompok sandang (61,1% responden). Adapun responden produsen pada kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan, dan kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok relatif lebih banyak yang menyatakan bahwa angka inflasi tidak menjadi pertimbangan dalam KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
42
melakukan perubahan harga dibandingkan yang menjadikannya pertimbangan (Gambar 8). Responden pedagang besar yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi pertimbangan perusahaan untuk melakukan perubahan harga terutama pedagang besar pada kelompok transportasi dan komunikasi, kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, dan kelompok sandang (Gambar 9). Responden pedagang eceran yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi pertimbangan dalam melakukan perubahan harga adalah pedagang eceran pada sub kelompok transportasi dan telekomunikasi, kelompok sandang, dan kelompok pendidikan. (Gambar 10). (Penelitian ini dilakukan oleh KBI Semarang, Agustus-Desember 2009. Pelaksanaan survei lapangan dibantu oleh P3M FE UNIKA Soegijapranata Semarang dan CEMSED FE UKSW Salatiga) Perjanjian tdk tertulis
Perjanjian tertulis
Tidak ada perjanjian
Transportasi & Komunikasi
PRODUSEN Marjin keuntungan
Pendidikan,Rekreasi & Olah Raga Kesehatan
9.3%
Biaya pemasaran/iklan
6.2%
Biaya distribusi
7.2%
Sandang
Biaya overhead
Perumahan
11.6%
Biaya tenaga kerja
Mknn Jadi, Minuman & Rokok
18.0%
Biaya bahan baku
Bahan Makanan
47.8% 0.0%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%
Gambar 1.
Pedagang Pengecer
10.0% 20.0% 30.0%
40.0% 50.0% 60.0%
Gambar 2.
Pedagang Besar
PRODUSEN
PEDAGANG BESAR
PEDAGANG PENGECER
80.00%
Lainnya
70.00%
Margin keuntungan
60.00% 50.00%
Biaya pemasaran/iklan
40.00%
Biaya distribusi
30.00% 20.00%
Biaya tenaga kerja
10.00%
Harga pokok pembelian
0.00% Bank
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%
Gambar 3.
LKBB
Pasar Obligasi
Pasar Saham
Laba Dana Sendiri ditahan
Lainnya
Gambar 4.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
43
TIDAK
TIDAK
YA
0.0%
Transportasi dan Kom
37.8%
50.0%
0.0%
6.7%
Bahan Makanan
11.1%
10.0%
20.0%
Bahan Makanan
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
Ya 13.4%
27.3%
15.0%
Sandang Perumahan
12.0%
Makanan Jadi, Minuma
9.1%
Kesehatan
5.5%
Bahan Makanan
5.0%
21.8%
13.9%
Tidak
70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0%
12.8%
10.0% 15.0% 20.0%
25.0% 30.0%
Gambar 7. Ya
Tidak selalu
15.9%
1.8% 0.0%
23.6%
17.0%
10.9%
Pendidikan, Rekreasi
22.0%
Gambar 6.
YA
Transportasi dan Kom
12.2%
0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0%
Gambar 5. TIDAK
10.6% 9.8%
Kesehatan 24.4%
0.0% 0.0%
17.1% 17.1%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan …
25.0%
26.8%
13.5% 12.2%
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 15.6%
0.0%
16.7%
Perumahan
Makanan Jadi, Minuma Kesehatan
12.2%
12.2% 9.8%
Sandang
4.4% 0.0%
Pendidikan, Rekreasi
7.8%
Transportasi dan Komunikasi
25.0%
Sandang Perumahan
YA
Tidak selalu
30.0% 25.0% 20.0% 15.0%
Gambar 8. Tidak
Ya
Tidak selalu
Tidak
30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0%
10.0% 5.0% 0.0%
0.0%
Gambar 9.
Gambar 10.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
44
Bab 3 Perkembangan Perbangkan
Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 (Data BPR posisi November 2009) mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR) pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan positif. Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan semakin membaik, yang tercermin dari menurunnya Non Performing Loans-Gross (NPLs). TABEL 3.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN (BANK UMUM & BPR) DI PROVINSI JAWA TENGAH (TRILIUN RP) INDIKATOR
I-08
II-08
Total Asset - Total a. Total Asset - Bank Umum b. Total Asset - BPR DPK - Total a. DPK - Bank Umum b. DPK - BPR Kredit - Total a. Kredit - Bank Umum b. Kredit - BPR Kredit MKM a. Mikro b. Kecil c. Menengah LDR - Perbankan (%) a. LDR - Bank Umum (%) b. LDR - BPR (%) NPL -Perbankan (%) a. NPL - Bank Umum (%) b. NPL - BPR (%)
94,342 87,417 6,925 74,783 69,886 4,897 64,040 58,475 5,565 51,838 23,627 15,012 13,199 85.63 83.67 113.64 4.13 3.34 12.54
99,100 107,388 111,812 113,259 116,051 121,918 91,822 99,993 103,922 105,161 107,844 113,088 7,278 7,395 7,889 8,097 8,207 8,830 78,761 81,183 86,140 90,139 92,260 93,852 73,706 76,113 80,681 84,453 86,474 87,657 5,054 5,070 5,459 5,686 5,786 6,195 71,397 77,042 79,331 79,835 82,670 85,961 65,406 70,668 72,907 73,099 75,610 78,452 5,991 6,374 6,424 6,736 7,060 7,508 57,145 60,211 61,199 61,734 64,898 67,102 25,331 26,098 26,156 26,523 27,460 28,288 17,116 18,785 19,503 20,064 21,542 22,610 14,698 15,328 15,540 15,147 15,896 16,204 90.65 94.90 92.10 88.57 89.61 91.59 88.74 92.85 90.37 86.56 87.44 89.50 118.52 125.71 117.66 118.46 122.01 121.20 2.80 3.23 2.94 4.17 3.87 3.40 3.06 2.64 2.39 3.70 3.41 2.83 10.36 9.78 9.26 9.30 8.75 9.31
Sumber: LBU dan LBPR, Bank Indonesia
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
GROWTH yoy qtq 125,595 12.33% 3.02% 116,642 12.24% 3.14% 8,953 13.49% 1.40% 97,499 13.19% 3.89% 91,213 13.05% 4.06% 6,287 15.15% 1.48% 90,194 13.69% 4.92% 82,814 13.59% 5.56% 7,380 14.88% -1.72% 70,157 14.64% 4.55% 28,613 9.39% 1.15% 24,249 24.33% 7.25% 17,295 11.29% 6.73% 92.51 90.79 117.38 2.98 2.41 9.13 IV-09*
*) BPR, Data sementara
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
45
Pada triwulan IV-2009 ini, kinerja perbankan Jawa tengah relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan (qtq), aset dan kredit pada triwulan IV-2009 tumbuh masing-masing sebesar 3,02% dan 4,92%. Pertumbuhan aset pada triwulan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,06%. Sementara itu, kredit mengalami peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,98%. DPK mengalami
pertumbuhan
sebesar 3,89%, meningkat
dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,73%. Selain itu, kualitas kredit yang disalurkan juga mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan penurunan rasio NPLs dari 3,40% pada triwulan III-2009 menjadi sebesar 2,98%. Membaiknya kinerja perbankan pada triwulan IV-2009 dibanding triwulan sebelumnya merupakan siklus tahunan, dimana perbankan selalu berupaya untuk mengejar pencapaian target akhir tahun, dalam upaya untuk memperbaiki kinerja akhir tahun. Secara tahunan, aset perbankan di Jawa Tengah (bank umum dan BPR) pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 12,33% (yoy). Di sisi lain DPK yang dihimpun meningkat sebesar 13,19% (yoy) sehingga menjadi Rp97,49 triliun. Sementara itu, kredit yang disalurkan mengalami pertumbuhan sebesar 13,69% walaupun mengalami perlambatan dari Rp79,33 triliun pada triwulan IV-2008 menjadi Rp90,19 triliun pada triwulan IV-2009. LDR perbankan Jawa Tengah mengalami peningkatan tipis dari 92,10% pada triwulan IV-2008 menjadi 92,51% pada triwulan IV-2009. LDR perbankan sudah mulai merangkak naik sejak awal tahun 2009 lalu, yaitu posisi 88,57% pada triwulan I-2009, meningkat menjadi 89,61% pada triwulan II-2009, pada triwulan III-2009 meningkat menjadi 91,59%, dan pada triwulan ini kembali mengalami peningkatan menjadi 92,51%. Peningkatan LDR perbankan secara perlahan tetapi pasti tersebut mengindikasikan pulihnya kepercayaan diri industri perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya setelah melihat kondisi perekonomian yang sudah mulai membaik.
3.1 Intermediasi Bank Umum Secara tahunan, aset bank umum di Jawa Tengah pada triwulan IV2009 tumbuh sebesar 12,24% menjadi Rp116,64 triliun (Grafik 3.1), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang sebesar tercatat 13,10% (yoy). Demikian pula, secara triwulanan aset perbankan tumbuh sebesar 3,14%, lebih
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
46
rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang sebesar 4,86%. Komposisi aset terbesar bank umum masih disumbang oleh bank pemerintah, yaitu sebesar 55,30%. Sedangkan bank swasta nasional dan swasta asing masingmasing memiliki pangsa aset sebesar 42,03% dan 2,67% (Grafik 3.2). Triliun Rp 70
Triliun Rp
Total Aset
140 120 100 80 60 40 20 0
Pemerintah
Swasta
Asing
60 50 40 30 20 10
IV 2007
I
II
III
IV
2008
Sumber : LBU, Bank Indonesia
I
II
III
0
IV
IV
2009
Grafik 3.1. Perkembangan Asset Bank Umum
2007
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.2. Perkembangan Asset Bank Umum Menurut Kelompok Bank
3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah tumbuh positif meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, posisi DPK yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 13,05% sehingga menjadi Rp91,21 triliun. Secara triwulanan, DPK mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 4,06%, setelah pada dua triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,37% (qtq) dan 2,39% (qtq). Peningkatan pertumbuhan DPK yang cukup signifikan pada triwulan IV-2009 diduga diindikasikan oleh adanya target penghimpunan dana akhir tahun yang harus dicapai oleh para pelaku perbankan. Oleh karena itu, industri perbankan di Jawa Tengah gencar melakukan promosi melalui media cetak, media elektronik, atau secara aktif mengunjungi nasabah. Selain itu, adanya daya tarik undian berhadiah atau hadiah langsung sebagai kompensasi pembukaan tabungan/deposito juga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Komposisi DPK terbesar bank umum di Jawa Tengah masih ditempati simpanan tabungan, selanjutnya simpanan deposito, dan simpanan giro (Grafik 3.3.). Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp44,49 triliun (48,79%), diikuti simpanan deposito dan simpanan giro masing-masing sebesar Rp32,69 triliun (35,85%) dan Rp14,01 triliun (15,37%). Low cost deposits atau dana murah (Tabungan dan Giro)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
47
masih mendominasi komposisi penghimpunan DPK Perbankan Jawa Tengah yaitu sebesar 64,15% dari keseluruhan komposisi DPK Jawa Tengah. Pada triwulan IV-2009, perbankan di Jawa Tengah berhasil meningkatkan pertumbuhan DPK baik giro, tabungan, dan deposito masing-masing sebesar 14,00% (yoy), 17,83% (yoy), dan 6,78% (yoy). Imbal hasil yang diberikan untuk jenis simpanan Giro dan Tabungan yang dilihat dari tingkat suku bunga yang diberikan relatif rendah, yaitu dalam kisaran 1,00%-2,50%. Sementara itu, suku bunga deposito dipatok pada kisaran 5,60%. Pada Grafik 3.5 dapat dilihat suku bunga simpanan (deposito tenor 1 bulan) perbankan di Jawa Tengah cenderung mengikuti pergerakan suku bunga acuan (BI rate), bahkan pada triwulan III-2009 dan triwulan IV-2009 lebih rendah dari BI rate. Peningkatan DPK yang terjadi di tengah trend penurunan suku bunga menunjukkan masih tingginya minat dan kebutuhan masyarakat untuk menanamkan dana di perbankan. Penghimpunan DPK menurut kepemilikannya didominasi oleh nasabah perorangan. Pada triwulan IV-2009, DPK yang dimiliki nasabah perorangan tercatat sebesar Rp72,35 triliun atau memiliki porsi 79,33%, diikuti nasabah sektor lainnya sebesar Rp8,41 triliun atau dengan porsi sebesar 9,22%, perusahaan swasta sebesar Rp6,80 triliun atau 7,46%, dan nasabah Pemerintah Daerah sebesar Rp3,64 triliun atau 4,00% (Grafik 3.6). Pertumbuhan tertinggi dari DPK berdasarkan kepemilikannya dicapai oleh sektor lainnya yaitu 9,95% (qtq) dan 30,25% (yoy). Hal ini diperkirakan karena laba/profit pada tahun 2009 yang diperoleh dari sektor lainnya (BUMD, BUMN, Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, Yayasan Sosial, Lembaga Pendidikan, Koperasi, dan perusahaan swasta lainnya) ditempatkan di perbankan. Sementara itu, pertumbuhan terendah dicapai oleh DPK milik Pemerintah daerah yaitu 2,99% (yoy) dan -36,70% (qtq). Penurunan pertumbuhan DPK Pemerintah Daerah secara triwulanan pada akhir tahun merupakan fenomena seasonal, akibat banyaknya realisasi proyek pemerintah daerah ataupun mengalami jatuh tempo pembayaran proyek pada akhir tahun, sehingga dana simpanan pemerintah daerah di perbankan harus ditarik atau dicairkan.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
48
Triliun Rp
Giro
Tabungan
Triliun Rp
Deposito
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
IV
II
60
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
50 40 30 20 10 0 IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
IV
I
II
2007
2009
Sumber : LBU, Bank Indonesia
III
I
2008
III
IV
2009
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Grafik 3.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut Kelompok Bank 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
% 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 IV
I
2007 Giro
II
III
IV
I
2008 Tabungan
II
III
IV
2009 Deposito 1 Bln
BI Rate
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum
IV
I
2007
II
III
IV
I
2008 Pemda
Perush. Swasta
II
III
2009 Perorangan
Lainnya
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.6. Perkembangan Komposisi Kepemilikan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Di Jawa Tengah, trend penurunan suku bunga simpanan khususnya high cost deposit (deposito) telah terlihat sejak bulan September 2009 (Grafik 3.7). Saat ini BI rate dipatok pada level 6,50%, sedangkan rata-rata tingkat bunga simpanan (Giro, Tabungan, dan Deposito) yang diberikan perbankan di Jawa Tengah sebesar 3,17%. Sementara rata-rata tingkat suku bunga yang diberikan untuk deposito dengan tenor antara 1 bulan sampai 6 bulan adalah sebesar 6,22%. Pada bulan September 2009, jumlah deposito dengan suku bunga deposito diatas 8,00% adalah sebesar 22,98% dari total deposito Jawa Tengah, namun pada bulan Oktober, bulan November, dan bulan Desember berangsur-angsur turun menjadi 18,34%, 16,50%, dan 16,26%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
49
Deposito (Triliun Rp) 30,000
Sept-2009
Okt- 2009
Nov-09
Des-09
25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0- 5 %
5 - 9,25 %
9,25 - 12,25 %
> 12 %
Suku Bunga (%)
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Jawa Tengah
3.1.2 Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah pada triwulan IV2009 tumbuh cukup baik. Secara tahunan, pertumbuhan kredit pada triwulan IV2009 mencapai 13,59%, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan III-2009 (11,02%), namun lebih kecil dari target pertumbuhan kredit 15% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Rendahnya pertumbuhan kredit ini disebabkan oleh penerapan prinsip kehati-hatian yang lebih ketat dari biasanya sebagai efek dari krisis keuangan global. Selain itu, masih relatif tingginya suku bunga kredit perbankan, dan kekhawatiran akan peningkatan NPLs membuat perbankan menahan ekspansi kreditnya. Namun, secara triwulanan, kredit pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,56%, dan merupakan pencapaian pertumbuhan tertinggi selama tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini disebabkan antara lain oleh adanya upaya pencapaian realisasi target kredit akhir tahun oleh perbankan, mulai pulihnya optimisme perbankan terhadap kondisi perekonomian dan adanya peningkatan kebutuhan kredit pengusaha di sektor riil terkait dengan daya beli masyarakat dan ekspor yang mulai meningkat.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
50
Triliun Rp
Triliun Rp 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 IV 2007
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Triliun Rp
Investasi - axis kiri
Konsumsi - axis kiri
Total kredit- axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Swasta Nasional
Asing
50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 IV
Modal Kerja - axis kiri
Pemerintah
60.0
2007
I
II
III 2008
IV
I
II
III
IV
2009
Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.9. Perkembangan Kredit bank Umum Menurut Kelompok Bank Pemerintah, Swasta dan Asing
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah masih didominasi oleh kredit modal kerja (Grafik 3.8). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan IV-2009 dialami kredit investasi sebesar 20,78% (yoy), disusul kredit konsumsi sebesar 14,65% (yoy) dan kredit modal kerja sebesar 11,99% (yoy). Komposisi kredit modal kerja (KMK) terhadap penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah masih dominan yaitu sebesar Rp46,84 triliun (56,56%), diikuti kredit konsumsi (KK) sebesar Rp29,28 triliun (35,36%). Sementara itu kredit investasi (KI) hanya sebesar Rp6,69 triliun (8,08%). Tingginya pertumbuhan yang dicapai oleh kredit investasi dibandingkan dengan jenis kredit lainnya cukup menggembirakan, mengingat efek dalam pemberian kredit investasi tidak habis dalam satu cycle usaha. Namun demikian, kredit jenis ini mempunyai jangka waktu yang lebih panjang, sehingga menuntut perbankan mencurahkan perhatian ekstra dalam pengelolaannya. Berdasarkan Survei Kredit Perbankan (SKP) Triwulan IV-2009, mayoritas pembiayaan kredit investasi disalurkan untuk gudang pabrik/toko, pembelian mesin, dan bangunan. Untuk kredit konsumsi, jenis kredit terbesar yang dibiayai perbankan di Jawa Tengah adalah kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, dan kredit serbaguna (mencakup kartu kredit, kredit tanpa agunan, dan kredit lainnya). Suku Bunga kredit di Jawa Tengah masih cukup tinggi dan belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Kredit modal kerja adalah kredit dengan suku bunga tertinggi yaitu 24,18%, diikuti kredit investasi dengan suku bunga 23,67% dan kredit konsumsi dengan suku bunga 16,06%. Suku bunga kredit tersebut jauh diatas BI rate yang pada posisi Desember 2009 telah mencapai 6,50%. Suku bunga kredit perbankan yang cenderung bertengger pada level yang tinggi menjadi masalah bagi para pelaku ekonomi khususnya sektor riil dan UMKM yang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
51
skala usaha dan profitnya tidak terlalu besar. Perbankan dinilai tidak berpihak kepada sektor riil dan hanya mengejar marjin keuntungan.
30.00
%
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008 KMK
III
IV
2009 KI
KK
BI Rate
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan dibandingkan dengan BI rate
Kelompok Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah yaitu sebesar 59,52%, sementara itu, bank swasta nasional dan bank swasta asing mempunyai pangsa masing-masing sebesar 38,98% dan 1,50%. (Grafik 3.9). Pertumbuhan tertinggi kredit juga dicatat oleh bank milik pemerintah yaitu sebesar 16,96% (yoy), diikuti oleh bank swasta nasional yang tumbuh sebesar 9,40% (yoy). Namun demikian, bank swasta asing mengalami penurunan dalam pertumbuhan penyaluran kredit nya sebesar 1,10%. Secara sektoral, kredit yang disalurkan terkonsentrasi pada sektor lainnya (konsumtif), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), dan sektor industri pengolahan masing-masing dengan pangsa sebesar 36,05%, 33,53%, dan 20,17%. Outstanding kredit pada masing-masing sektor di atas pada triwulan IV-2009 adalah Rp29,85 triliun untuk sektor lainnya (konsumsi), Rp27,76 triliun untuk sektor PHR, dan Rp16,70 triliun untuk sektor industri pengolahan. Secara tahunan, kredit seluruh sektor mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi dari masing-masing sektor dicapai oleh Sektor Listrik, Gas, dan Air, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), Sektor Konstruksi, Sektor Lainnya (konsumtif), dan Sektor Pengangkutan. Pada triwulan IV-2009, porsi terbesar kredit modal kerja masih tersalur pada sektor PHR khususnya perdagangan. Secara triwulan, kredit modal kerja tumbuh sebesar 5,61%. Secara sektoral, lebih dari 85,05% KMK tersalur ke dua sektor ekonomi yaitu sektor PHR sebesar Rp25,08 triliun (53,55%) dan sektor industri Rp14,75 triliun (31,50%) dengan Non Performing Loans (NPLs) masing-masing sebesar 3,99% dan 3,09%. NPL KMK keseluruhan adalah sebesar 3,25%, NPLs KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
52
tersebut lebih tinggi apabila dbandingkan dengan NPL tahun sebelumnya yang sebesar 2,97%, namun lebih rendah dari triwulan III-2009 yang sebesar 3,82%. Penerapan Asean-China Free Trade Area (ACFTA) yang dimulai dengan tahap Early Harvest Programme pada tahun 2004, dan penerapan Normal Track pada tahun 2010 mendatang ditengarai akan berdampak terhadap kinerja perbankan diantaranya terhadap penyaluran kredit terhadap sektor unggulan di Jawa Tengah (PHR dan Industri Pengolahan) dan kinerja/kualitas kredit. Diharapkan para pelaku perbankan mengantisipasi dampak positif maupun dampak yang kurang menguntungkan dari penerapan ACFTA. TABEL 3.2. PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM PER SEKTOR EKONOMI (RP TRILIUN) TW II-09
TW III-09
TW IV-09
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, &Air Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial masy. Lainnya
Sektor Ekonomi
TW I-08
1,864 44 9,499 11 789 17,765 229 1,787 377 381
TW II-08
1,952 41 10,750 13 1,121 19,580 274 1,996 428 577
TW III-08 TW IV-08
1,969 78 12,889 10 1,236 20,413 292 2,332 426 693
2,056 79 13,749 9 990 21,230 372 2,311 417 613
TW I-09
2,032 81 13,736 11 1,012 21,388 372 2,175 432 587
2,075 66 13,106 26 1,179 22,799 382 2,205 451 592
2,034 96 13,785 27 1,264 23,513 362 2,314 416 541
Total KMK
32,745
36,732
40,337
41,826
41,825
42,883
44,352
2,188 79 14,754 26 1,163 25,084 393 2,176 420 556 46,839
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio – LDR) mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2009, LDR bank umum meningkat dari 89,50% pada triwulan III-2009 menjadi 90,79%. Secara tahunan, LDR bank umum mengalami peningkatan tipis dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2008 yaitu dari 90,37% menjadi 90,79%. Pada triwulan ini, LDR Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Swasta Asing masing-masing adalah sebesar 100,41%, 82,10%, dan 44,32%.
3.2. Risiko Kredit Risiko kredit bank umum di Jawa Tengah membaik, NPLs Jawa Tengah mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 ini risiko kredit bank umum yang salah satunya diukur dari rasio Non Performing Loans (NPLs) mulai mengalami penurunan dan masih berada pada level aman di bawah 5% sesuai himbauan Bank Indonesia. Pada Triwulan IV-2008 NPLs bank umum berada di angka 2,39%, dan pada triwulan I-2009 mengalami peningkatan menjadi 3,70%, namun pada triwulan II-2009, triwulan III-2009, dan triwulan IV-2009 cenderung mengalami penurunan yaitu 3,41%, 2,83%, dan 2, 41%. Upaya perbankan dalam menjaga kualitas kreditnya terbukti berhasil. Upaya untuk memperbaiki kualitas pinjaman KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
53
90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00
NPL (%) 7.00 Ra s i o N P L - %
T ot a l K re d it - T ri li u n R p
dengan melakukan penagihan dan penjualan jaminan sangat mempengaruhi besaran NPLs yang terbentuk. Perbankan ingin memperbaiki kinerja pada akhir tahun salah satunya dengan penambahan Penyisihan Pembentukan Aktiva Produktif (PPAP) dan tagihan debitur (Grafik 3.11). Pada triwulan III-2009, kredit modal kerja menyumbang kredit non lancar terbesar. Apabila dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja memiliki NPLs tertinggi, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi. NPLs kredit modal kerja bank umum di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 sebesar 3,25%, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing dengan NPLs sebesar 2,45% dan 1,07% (Grafik 3.12).
0.50 0.00 IV
I
II
2007
III
IV
I
2008
II
III
Investasi
Konsumsi
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00
IV
0.00 IV
2009
Total kredit (Triliun Rp)
Modal kerja
I
II
2007
Rasio NPL (%)
Sumber : LBU, Bank Indonesia
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs
Grafik 3.12. Perkembangan Rasio NPLs Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
TABEL 3.3. RASIO NPLs PER SEKTOR EKONOMI (PERSEN) Sektor Ekonomi
TW I-08
TW II-08
TW III-08 TW IV-08
TW I-09
TW II-09
TW III-09
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, &Air Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial masy. Lainnya
3.06 0.72 5.70 5.45 6.09 4.11 3.80 3.13 2.55 1.39
3.67 1.03 5.03 3.54 5.12 3.94 3.61 2.31 1.99 1.22
2.96 0.65 3.72 5.64 3.42 3.69 3.26 2.31 1.91 1.16
2.53 0.56 3.26 0.34 1.79 2.69 2.53 7.21 1.10 1.09
2.59 19.82 7.91 0.24 2.94 3.36 3.02 7.40 1.19 1.27
2.67 0.74 7.27 0.08 2.82 3.70 2.80 2.66 1.02 1.32
2.37 0.64 4.19 0.05 2.82 3.72 2.91 2.65 1.06 1.39
Total NPLs Kredit
3.34
3.06
2.64
2.39
3.70
3.41
2.83
TW IV-09
2.10 0.60 3.82 0.23 2.39 3.08 1.67 1.97 0.90 1.15 2.41
Sumber : LBU, Bank Indonesia
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
54
NPLs di bank umum di Jawa Tengah relatif rendah, dan secara umum kinerja kredit mengalami peningkatan kualitas (Tabel 3.3.). Secara sektoral, NPLs terbesar didominasi oleh sektor industri yang nilainya sebesar 3,82%, diikuti oleh sektor PHR sebesar 3,08% dan sektor konstruksi sebesar 2,39%. Sepanjang tahun 2009, Bank Umum di Jawa Tengah lebih selektif dalam ekspansi kreditnya dan memfokuskan diri untuk memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan. Penerapan sistem manajemen risiko industri perbankan yang lebih responsif terbukti dapat menurunkan potensi munculnya risiko kredit. TABEL 3.4. RASIO NPLs JENIS KREDIT MODAL KERJA PER SEKTOR EKONOMI (PERSEN) Sektor Ekonomi
TW I-08
TW II-08
TW III-08 TW IV-08
TW I-09
TW II-09
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, &Air Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial masy. Lainnya
2.79 1.12 5.89 0.00 6.53 4.18 6.14 2.78 3.20 3.16
3.48 1.64 5.19 0.29 5.41 4.01 5.43 1.86 2.57 2.51
2.82 0.85 3.77 1.51 3.66 3.80 5.29 1.69 1.59 1.77
2.41 0.71 3.22 0.35 1.94 2.71 4.08 4.97 1.44 2.88
2.52 24.67 7.73 0.38 3.20 3.37 3.71 4.73 1.48 5.32
2.60 0.85 7.04 0.14 2.95 3.77 5.37 2.36 1.21 6.48
NPLs KMK
4.56
4.22
3.56
2.97
4.87
4.64
TW III-09
2.41 0.54 4.32 0.12 2.83 3.81 3.61 2.39 1.41 7.97 3.82
TW IV-09
2.02 0.57 3.99 0.58 2.63 3.09 2.92 1.58 1.34 5.17 3.25
Sumber : LBU, Bank Indonesia
3.3. Risiko Likuiditas Likuiditas bank umum di Jawa Tengah cukup aman, namun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Cash ratio yang mengindikasikan kemampuan industri perbankan Jawa Tengah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih cukup baik. Pada triwulan ini cash ratio perbankan sebesar 8,38%, menurun dibandingkan triwulan III-2009 yang sebesar 12,53%. Industri perbankan harus dapat menjaga keseimbangan antara sisi aset dan sisi kewajiban melalui manajemen likuiditas yang baik. Alat Likuid yang dimiliki Bank umum Jawa Tengah pada Triwulan IV-2009 adalah sebesar Rp7,64 triliun. Komposisi aset likuid perbankan pada Triwulan IV-2009 ini terbesar dalam bentuk kas sebesar Rp4,06 triliun, penempatan pada Bank Indonesia sebesar Rp 1,78 triliun, dan penempatan pada bank lain sebesar Rp 1,79 triliun. (Grafik 3.13).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
55
cash ratio
% 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 I
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.13. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah
3.4. Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat di Jawa Tengah Kinerja bank umum yang berkantor pusat di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tumbuh cukup baik. Total aset bank umum tersebut tercatat sebesar Rp15,74 triliun atau tumbuh sebesar 11,30% (yoy), namun secara triwulanan pertumbuhan aset mengalami penurunan sebesar 4,34% (qtq). Bank yang berkantor pusat di Jawa Tengah menguasai 12,91% dari total aset seluruh bank umum di Jawa Tengah. DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp12,04 triliun, atau meningkat sebesar 25,51% (yoy), dibanding dengan triwulan IV-2008. Pertumbuhan ini disebabkan oleh adanya promosi cukup aktif kepada nasabah,
yang ditawarkan
serta peningkatan dana pembangunan yang ditempatkan
pemerintah di perbankan dibandingkan periode tahun yang lalu karena adanya program baru seperti misalnya stimulus fiskal. Namun demikian, secara triwulanan DPK mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 11,34%. Penurunan DPK terbesar disumbang dari Deposito, mempunyai porsi 35,76% dari keseluruhan DPK, yang pertumbuhannya melambat sebesar 30,19% (qtq). Penurunan pertumbuhan DPK diduga karena tingginya realisasi proyek pemerintah daerah pada akhir tahun anggaran.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
56
TABEL 3.5. PERKEMBANGAN BANK UMUM YANG BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP TRILIUN) 2008
INDIKATOR USAHA Aset Share thd BU Jateng (%)
DPK Giro Tabungan Deposito Share thd BU Jateng (%)
Kredit Share thd BU Jateng (%)
LDR
Tw I 12,997 14.86% 11,089 4,478 2,339 4,272 15.86% 8,175 13.98% 73.72%
Tw II 12,908 14.05% 10,683 3,706 2,607 4,370 14.49% 9,216 14.09% 86.26%
Pert. Tw IV (%)
2009 Tw III Tw IV 14,183 13,534 14.18% 13.02% 11,089 9,599 3,643 3,334 2,773 3,340 4,674 2,925 14.57% 11.90% 9,791 9,871 13.85% 13.54% 88.29% 102.84%
Tw I 14,863 14.13% 12,805 4,976 2,652 5,177 15.16% 9,985 13.66% 77.98%
Tw II 14,898 13.81% 12,958 4,640 2,878 5,439 14.98% 10,411 13.77% 80.34%
Tw III Tw IV 15,746 15,064 13.92% 12.91% 13,588 12,048 4,276 3,641 3,140 4,098 6,172 4,308 15.5% 13.2% 10,842 10,862 13.82% 13.12% 79.79% 90.16%
yoy
qtq
11.30% 25.51% 9.23% 22.69% 47.29% 10.04% -
-4.34% -11.34% -14.85% 30.50% -30.19% 0.19% -
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Kredit tumbuh cukup baik walaupun masih dibawah pertumbuhan keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Bank berkantor pusat di Jawa Tengah mempunyai porsi sebesar 13,12% dari keseluruhan kredit bank umum yang disalurkan di Jawa Tengah. Secara tahunan kredit yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor pusat di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 10,04% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan terbesar yaitu 17,16% (yoy), diikuti kredit konsumsi dengan pertumbuhan 13,01% (yoy), sedangkan kredit modal kerja mengalami kontraksi sebesar -16,06% (yoy). Berdasarkan alokasi penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan,
89,86%
kreditnya kepada kredit konsumsi, 8,02% kepada kredit modal kerja dan 2,12% kepada kredit investasi. Sementara itu, pangsa penyaluran kredit konsumsi bank yang berkantor pusat di Jawa Tengah adalah 33,34% dari keseluruhan penyaluran kredit konsumsi bank umum di Jawa Tengah, sementara porsi untuk kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 1,86% dan 3,44%. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertambangan, sektor listrik,air, dan gas, dan sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang mencapai pertumbuhan tertinggi selama triwulan IV-2009. Sedangkan penyaluran kredit terhadap tiga sektor yang menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah yaitu sektor PHR, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian mengalami kontraksi masing-masing sebesar -14,53% (yoy), -10,03% (yoy), dan -18,82% (yoy). KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
57
Dari beberapa uraian data diatas, maka peranan bank yang berkantor pusat di Jawa Tengah terhadap peningkatan laju pertumbuhan masih dapat ditingkatkan, diantaranya melalui upaya peningkatan penyaluran kredit kepada sektor produktif. Sehingga
bank-bank tersebut dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
perkembangan ekonomi di Jawa Tengah pada masa mendatang. Non Performing Loans (NPLs) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) cukup baik. NPL berada jauh di bawah batas rasio NPLs, sementara LDR bank berada pada level yang cukup baik yaitu sebesar 90,16%. Walaupun nilai LDR tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang sebesar 102,84%, namun meningkat jika dibandingkan triwulan III-2009 yang sebesar 79,79%. TABEL 3.6. PERKEMBANGAN KREDIT BANK BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP TRILIUN) KREDIT Kredit Jenis Pengunaan - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Sektor Ekonomi - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan - Sektor Industri - Sektor Air, Listrik & Gas - Sektor Konstruksi - Sektor Perdagangan - Sektor Transportasi - Sektor Jasa Dunia Usaha - Sektor Jasa Sosial Masy. - Lain-lain
Bank KP di Jateng Bank di Jawa Tengah IV-2008 III-2009 IV-2009 IV-2009 9,871 10,842 10,862 82,814 1,037 1,119 871 46,839 197 188 231 6,694 8,637 9,535 9,761 29,281 10,352 10,842 10,862 82,814 82 71 66 2,290 0 1 1 105 83 87 75 16,702 0 3 3 63 89 256 71 1,296 741 685 633 27,764 534 55 53 955 48 70 76 2,977 136 79 121 809 8,639 9,536 9,763 29,853
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Growth Bank KP Jateng Share Bank KP di Jateng thd yoy qtq keseluruhan Bank di Jateng 10.04% 0.19% 13.12% -16.06% -22.19% 1.86% 17.16% 22.54% 3.44% 13.01% 2.37% 33.34% 4.93% 0.19% 13.12% -18.82% -6.59% 2.89% 2384.85% 64.00% 0.78% -10.03% -13.52% 0.45% 1087.17% -9.60% 4.23% -20.54% -72.26% 5.47% -14.53% -7.52% 2.28% -90.02% -2.68% 5.58% 59.40% 8.47% 2.55% -11.16% 52.64% 14.91% 13.02% 2.38% 32.70%
3.5. Perkembangan Kondisi Bank Umum di 6 Eks. Karesidenan di Jawa Tengah 3.5.1. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Semarang Hampir 40% aktivitas perbankan di Jawa Tengah berpusat di Eks Karesidenan Semarang. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karesidenan Semarang mempunyai pangsa masing-masing sebesar 43,60%, 43,88% dan 39,31% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Dominasi ini dikarenakan eks Karesidenan Semarang mencakup Kodya dan Kabupaten Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah sebagai pusat kegiatan ekonomi dari berbagai kegiatan dunia usaha di Jawa Tengah. Kinerja bank umum di Eks. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
58
Karisidenan Semarang di dominasi oleh Kota Semarang, yang mempunyai porsi sebesar 88%-92% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Semarang. Dominasi ini mengindikasikan bahwa kinerja perbankan yang akan mendorong geliat pembangunan perekonomian masih terpusat pada ibukota provinsi Jawa Tengah dan belum merata ke seluruh wilayah Jawa Tengah. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Semarang tercatat masing-masing sebesar 11,5% (yoy), 14,16% (yoy), dan 9,91% menjadi Rp50,85 triliun, Rp40,02 triliun, dan Rp32,55 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Semarang yaitu 22,43% (yoy) menjadi Rp773 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Kendal yaitu 5,53% (yoy) menjadi Rp814 miliar. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Kendal yaitu mencapai 23,09% (yoy) menjadi Rp708 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kodya Salatiga yang sebesar 5,18% (yoy) menjadi Rp889 miliar. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Semarang sebesar 23,35% (yoy) menjadi Rp743 miliar, dan pertumbuhan terendah di Kodya Semarang sebesar 8,67% (yoy) menjadi Rp28,66 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Semarang cukup baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 81,41%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Semarang juga cukup baik yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,28%.
3.5.2. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pekalongan Bank umum di Eks. Karesidenan Pekalongan mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 9%-10% dari keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Pekalongan mempunyai pangsa masing-masing sebesar 9,46%, 9,44% dan 10,11% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Pekalongan adalah Kodya Tegal, yang mempunyai porsi 37%-41% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Pekalongan. Hal ini dikarenakan aktivitas ekonomi industri logam, industri dok kapal, industri batik tegalan, industri konveksi, industri shuttlecock, dan usaha berbasis perikanan yang terpusat di Kodya Tegal. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Pekalongan tercatat masing-masing sebesar 12,64% (yoy), 10,01% (yoy), dan 14,75% menjadi Rp11,03 triliun, Rp8,60 triliun, dan Rp8,37 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Batang yaitu 27,01% (yoy) menjadi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
59
Rp677 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kodya Tegal yaitu 9,14% (yoy) menjadi Rp4,35 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Tegal yaitu mencapai 59,87% (yoy) menjadi Rp238 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kota Tegal yang sebesar 2,97% (yoy) menjadi Rp3,50 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Batang sebesar 22,54% (yoy) menjadi Rp609 miliar, dan pertumbuhan terendah di Kodya Pekalongan sebesar 9,12% (yoy) menjadi Rp2,36 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Pekalongan cukup baikyang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 97,33%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Pekalongan juga cukup baik yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 1,42%.
3.5.3. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pati Bank umum di Eks. Karesidenan Pati mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 9%-11% dari keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Pati mempunyai pangsa masing-masing sebesar 10,28%, 8,42% dan 12,00% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Pati adalah Kabupaten Kudus, yang mempunyai porsi 56%-65% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Pati. Hal ini karena terdapat banyak aktivitas ekonomi industri rokok, industri bordir, industri kertas, industri konveksi/pakaian jadi, industri furniture, dan industri makanan khas (jenang Kudus) di Kab. Kudus. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Pati tercatat masing-masing sebesar 8,65% (yoy), 6,75% (yoy), dan 13,59% menjadi Rp11,98 triliun, Rp7,68 triliun, dan Rp9,93 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Pati yaitu 19,53% (yoy) menjadi Rp1,57 triliun, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Kudus yaitu 5,94% (yoy) menjadi Rp7,68 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Pati yaitu mencapai 17,51% (yoy) menjadi Rp1,34 triliun, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kab. Blora yang mengalami penurunan sebesar 2,53% (yoy) menjadi Rp849 miliar. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Pati sebesar 16,24% (yoy) menjadi Rp1,40 triliun, dan pertumbuhan terendah di Kab. Kudus sebesar 12,67% (yoy) menjadi Rp6,12 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Pati cukup tinggi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 129,33%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Pati juga cukup bagus yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 1,59%. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
60
3.5.4. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Banyumas Bank umum di Eks. Karesidenan Banyumas mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 8%-10% dari keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Banyumas mempunyai pangsa masing-masing sebesar 9,03%, 9,24% dan 8,96% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Banyumas adalah Kabupaten Banyumas, yang mempunyai porsi 54%-58% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Banyumas. Hal ini disebabkan aktivitas ekonomi industri rokok, industri bordir, industri kertas, industri konveksi/pakaian jadi, industri furniture, dan industri makanan khas (jenang Kudus) yang terpusat di Kab. Kudus. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Banyumas tercatat masing-masing sebesar 14,96% (yoy), 11,84% (yoy), dan 17,59% (yoy) menjadi Rp10,53 triliun, Rp8,42 triliun, dan Rp7,42 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Banjarnegara yaitu 19,12% (yoy) menjadi Rp796 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Cilacap yaitu 10,10% (yoy) menjadi Rp3,00 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Banjarnegara yaitu mencapai 23,22% (yoy) menjadi Rp600 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kab. Cilacap yang yaitu sebesar 9,69% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Cilacap sebesar 21,80% (yoy) menjadi Rp1,77 triliun, dan pertumbuhan terendah di Kab. Purbalingga sebesar 15,24% (yoy) menjadi Rp624 miliar. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Banyumas cukup baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 88,10%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Banyumas juga cukup bagus yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,05%.
3.5.5. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Kedu Bank umum di Eks. Karesidenan Kedu mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 6%-8% dari keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Pati mempunyai pangsa masing-masing sebesar 6,89%, 7,63% dan 6,90% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Kedu adalah Kodya Magelang, yang mempunyai porsi 48%-58% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Kedu. Hal ini dikarenakan aktivitas KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
61
ekonomi seperti industri makanan (gethuk, roti, kue, kerupuk, dan tahu), industri konveksi/tenun (sarung gloyor), industri rokok, industri kayu, dan industri kerajinan tangan terpusat di Kodya Magelang. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Kedu tercatat masing-masing sebesar 11,90% (yoy), 10,83% (yoy), dan 12,66% menjadi Rp8,04 triliun, Rp6,96 triliun, dan Rp5,71 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Magelang yaitu 21,65% (yoy) menjadi Rp232 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Kebumen yaitu 9,38% (yoy) menjadi Rp1,22 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Temanggung yaitu mencapai 26,81% (yoy) menjadi Rp498 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kab. Kebumen yaitu sebesar 6,92% (yoy) menjadi Rp1,06 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Kebumen sebesar 23,05% (yoy) menjadi Rp958 miliar, dan pertumbuhan terendah di Kodya Magelang sebesar 5,53% (yoy) menjadi Rp2,75 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Kedu cukup baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 82,01%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Kedu juga cukup bagus yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,41%.
3.5.6. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Surakarta Bank umum di Eks. Karesidenan Surakarta mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 20%-23% dari keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Pati mempunyai pangsa masing-masing sebesar 20,74%, 21,39% dan 22,72% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Kabupaten/Kota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Surakarta adalah Kodya Surakarta, yang mempunyai porsi 70%-79% dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Surakarta. Hal ini dikarenakan aktivitas perdagangan (pasar, pusat grosir, dan mall) , hotel dan restoran terpusat di Kodya Surakarta. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triwulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Surakarta tercatat masing-masing sebesar 14,35% (yoy), 16,25% (yoy), dan 18,62% menjadi Rp24,19 triliun, Rp19,51 triliun, dan Rp18,81 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Sukoharjo yaitu 34,34% (yoy) menjadi Rp959 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Klaten yaitu 8,88% (yoy) menjadi Rp1,18 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Sukoharjo yaitu mencapai 29,84% (yoy) menjadi Rp745 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kab. Wonogiri yang tumbuh sebesar 4,73% (yoy) menjadi Rp628 miliar. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
62
kredit tertinggi di Kab. Sukoharjo sebesar 33,87% (yoy) menjadi Rp901 miliar, dan pertumbuhan terendah di Kab. Karanganyar sebesar 13,11% (yoy) menjadi Rp829 miliar. TABEL 3.7. PERKEMBANGAN BANK UMUM DI 6 EKS. KARESIDENAN JAWA TENGAH (RP MILIAR) Kab/Kota 1 2 3 4 5 6
Kab. Semarang Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Grobogan Kodya Semarang Kodya Salatiga Jumlah
1 2 3 4 5 6
Kab. Tegal Kab. Brebes Kab. Pemalang Kab. Batang Kodya Pekalongan Kodya Tegal Jumlah
1 2 3 4 5
Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Rembang Kab. Blora Jumlah
1 2 3 4
Kab. Banyumas Kab. Cilacap Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Jumlah
1 2 3 4 5 6
Kab. Magelang Kab. Temanggung Kab. Wonosobo Kab. Purworejo Kab. Kebumen Kodya Magelang Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
Kab. Klaten Kab. Boyolali Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Karanganyar Kab. Wonogiri Kodya Surakarta Jumlah Jumlah Jawa Tengah
Indikator Umum Kinerja Perbankan (Miliar Rp) Aset DPK Kredit LDR NPL Eks. Karisidenan Semarang 773 541 743 137.41% 0.90% 814 708 718 101.37% 0.73% 649 493 643 130.29% 3.06% 1,352 917 1,136 123.86% 1.76% 46,281 36,473 28,665 78.59% 2.37% 983 889 650 73.15% 1.76% 50,852 40,021 32,555 81.34% 2.28% Eks. Karisidenan Pekalongan 330 238 306 128.59% 0.92% 1,259 848 1,180 139.24% 1.05% 848 595 798 134.26% 1.05% 677 413 609 147.43% 1.06% 3,565 3,014 2,364 78.42% 1.40% 4,358 3,500 3,120 89.14% 1.78% 11,037 8,607 8,377 97.33% 1.42% Eks. Karisidenan Pati 1,572 1,345 1,402 104.20% 1.64% 7,682 4,343 6,126 141.05% 0.94% 899 753 801 106.35% 7.34% 649 394 611 155.28% 1.45% 1,187 849 998 117.55% 0.97% 11,988 7,683 9,937 129.33% 1.59% Eks. Karisidenan Banyumas 6,072 4,629 4,274 92.33% 2.14% 3,006 2,742 1,778 64.86% 2.26% 660 456 624 136.92% 1.98% 796 600 748 124.63% 1.06% 10,533 8,426 7,423 88.10% 2.05% Eks. Karisidenan Kedu 232 215 183 84.97% 2.21% 590 498 530 106.30% 1.10% 548 395 511 129.35% 1.27% 879 784 777 99.10% 3.21% 1,228 1,060 958 90.36% 1.19% 4,565 4,011 2,752 68.62% 2.31% 8,041 6,964 5,711 82.01% 2.41% Eks. Karisidenan Surakarta 1,181 1,055 1,022 96.84% 1.70% 807 617 786 127.32% 2.95% 1,111 651 1,087 167.08% 1.97% 959 745 901 120.92% 1.92% 853 577 829 143.81% 1.42% 902 628 877 139.76% 1.81% 18,376 15,239 13,308 87.33% 4.54% 24,190 19,512 18,811 96.41% 3.78% 116,642 91,213 82,814 90.79% 2.41%
Pertumbuhan yoy (%) Aset DPK Kredit
Pangsa di Jawa Tengah Aset DPK Kredit
22.43% 5.53% 19.40% 15.70% 11.30% 10.42% 11.55%
7.84% 23.09% 14.99% 12.59% 14.36% 5.18% 14.16%
23.35% 23.20% 21.09% 15.97% 8.67% 19.35% 9.91%
0.66% 0.70% 0.56% 1.16% 39.68% 0.84% 43.60%
0.59% 0.78% 0.54% 1.01% 39.99% 0.97% 43.88%
0.90% 0.87% 0.78% 1.37% 34.61% 0.79% 39.31%
10.42% 19.54% 16.81% 27.01% 11.59% 9.14% 12.64%
59.87% 15.79% 21.51% 16.09% 11.68% 2.97% 10.01%
16.11% 19.90% 21.48% 22.54% 9.12% 14.20% 14.75%
0.28% 1.08% 0.73% 0.58% 3.06% 3.74% 9.46%
0.26% 0.93% 0.65% 0.45% 3.30% 3.84% 9.44%
0.37% 1.43% 0.96% 0.74% 2.85% 3.77% 10.11%
19.53% 17.51% 16.24% 5.94% 4.19% 12.67% 9.89% 11.95% 13.52% 12.48% 15.25% 12.78% 10.63% -2.53% 16.21% 8.65% 6.75% 13.59%
1.35% 6.59% 0.77% 0.56% 1.02% 10.28%
1.47% 4.76% 0.83% 0.43% 0.93% 8.42%
1.69% 7.40% 0.97% 0.74% 1.21% 12.00%
16.93% 10.10% 15.35% 19.12% 14.96%
11.39% 9.69% 16.18% 23.22% 11.84%
16.04% 21.80% 15.24% 18.92% 17.59%
5.21% 2.58% 0.57% 0.68% 9.03%
5.07% 3.01% 0.50% 0.66% 9.24%
5.16% 2.15% 0.75% 0.90% 8.96%
21.65% 17.45% 17.95% 12.18% 9.38% 10.72% 11.90%
23.19% 26.81% 14.56% 17.82% 6.92% 8.00% 10.83%
16.92% 18.57% 17.47% 20.59% 23.04% 5.53% 12.66%
0.20% 0.51% 0.47% 0.75% 1.05% 3.91% 6.89%
0.24% 0.55% 0.43% 0.86% 1.16% 4.40% 7.63%
0.22% 0.64% 0.62% 0.94% 1.16% 3.32% 6.90%
8.88% 16.42% 21.12% 34.34% 10.89% 13.94% 13.55% 14.35% 12.24%
18.01% 19.96% 15.41% 29.84% 13.00% 4.73% 16.08% 16.25% 13.05%
16.58% 1.01% 1.16% 1.23% 20.68% 0.69% 0.68% 0.95% 24.75% 0.95% 0.71% 1.31% 33.87% 0.82% 0.82% 1.09% 13.11% 0.73% 0.63% 1.00% 16.41% 0.77% 0.69% 1.06% 17.78% 15.75% 16.71% 16.07% 18.62% 20.74% 21.39% 22.72% 13.59% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Surakarta cukup baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 96,41%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Surakarta juga cukup bagus yang tercermin dari rendahnya rasio
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
63
kredit bermasalah yang hanya sebesar 3,78%, walaupun menjadi rasio NPLs yang tertinggi dibandingkan Eks. Karisidenan yang lain.
3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pada triwulan IV-2009, perkembangan BPR di Jawa Tengah secara umum menunjukkan adanya pertumbuhan positif, baik secara triwulanan maupun tahunan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator- indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun, dan penyaluran kredit. Demikian juga dengan kualitas kredit yang mengalami perbaikan, tercermin dari menurunnya Non Performing Loans (NPLs) (Tabel 3.8.). TABEL 3.8. PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR DI JAWA TENGAH (Rp. MILIAR) Indikator Usaha Aset DPK - Tabungan - Deposito Kredit LDR (%) NPLs (%)
Tw-I 6.860 4.857 1.947 2.910 5.520 113,64 11,46
2008 Tw-II Tw-III 7.200 7.395 5.007 5.070 2.032 2.054 2.975 3.017 5.938 6.374 118,60 125,64 10,40 9,78
Tw-IV 7.790 5.395 2.304 3.091 6.424 117,66 9,26
Tw-I 7.996 5.620 2.320 3.300 6.736 119,86 9,30
2009 Tw-II Tw-III 8.207 8.551 5.786 5.982 2.366 2.380 3.420 3.602 7.060 7.275 122,02 121,61 8,75 9,27
Tw-IV* 8.953 6.287 2.560 3.726 7.380 117,38 9,13
Sumber : LBPR Bank Indonesia, *) November 2009
Total aset BPR pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp. 8.953 miliar, meningkat sebesar 14,94% dibanding dengan triwulan IV-2008, atau meningkat 4,70% dibanding triwulan III-2009. Peningkatan aset tersebut didorong oleh peningkatan DPK sebesar 16,53% (yoy) dan 5,09% (qtq) menjadi Rp. 6.287 miliar. Berdasarkan jenis produk, sebagian besar DPK ditanamkan dalam bentuk deposito yang hingga triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 20,57% (yoy) atau 3,45% (qtq) mencapai Rp. 3.726 miliar. Untuk tabungan pada triwulan IV-2009, secara nominal masih berada dibawah nilai deposito, yaitu sebesar Rp.2.560 miliar namun mengalami pertumbuhan yang positif. Hal tersebut tercermin dari tingkat pertumbuhan tabungan sebesar 11,12% (yoy) atau 7,58% (qtq) (Grafik 3.14.). Relatif tingginya DPK yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan ini
merupakan salah satu indikator semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada BPR serta indikator peningkatan ekonomi masyarakat skala mikro, kecil dan menengah. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
64
% Growth
3.420
14% 12% 10%
2.380
2.366
3.300 2.320
3.091
3.017 2.304
1.947
2.032
2.000
2.054
2.910
2.500
1.500
2.975
3.000
3.602
3.500
3.726
Rp. Miliar
2.560
4.000
8% 6% 4%
1.000
2%
500 -
0% Tw-I
Tw-II
Tw-III
Tw-IV
Tw-I
2008 Tabungan
Tw-II
Tw-III
Tw-IV*
2009 Deposito
g Tabungan
g Deposito
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.14. Perkembangan Produk BPR di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 Penyaluran kredit BPR pada triwulan IV-2009 mengalami peningkatan sebesar 14,87% (yoy) dan 1,44% (qtq). Walaupun penyaluran kredit mengalami peningkatan namun tingkat LDR pada triwulan ini mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan triwulan III-2009. Dimana tingkat LDR pada triwulan III-2009 sebesar 121,61% turun sebesar -4,23% menjadi 117,38% pada triwulan IV-2009. Diperkirakan penurunan LDR tersebut merupakan imbas dari turunnya penyaluran kredit di sektor perdagangan sebesar -0,23% (qtq), padahal Pangsa penyaluran kredit untuk sektor perdagangan sebesar 35,91% dari total kredit yang disalurkan. Selain itu, sektor perdagangan merupakan salah satu sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja di Jawa Tengah (21,86%). Pertanian 7,17%
Perindustria n 1,35%
Perda ganga n 35,91%
Jas a jas a 9,08% La inlain 46,49%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.15. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Jawa Tengah Triwulan IV-2009
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
65
Dari sisi kinerja, perkembangan BPR di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami sedikit peningkatan. Terlihat dari tingkat NPLs yang sedikit turun jika dibandingkan triwulan III-2009. Tercatat NPLs pada triwulan IV-2009 sebesar 9,13%, turun -0,14% dari triwulan sebelumnya yang tercatat 9,27%. Walaupun secara umum NPL mengalami penurunan, namun selama dua tahun terakhir tingkat NPL BPR masih berada diatas ketentuan 5% dengan rata-rata NPL berkisar 9%. Dengan jumlah BPR yang mencapai 290 BPR yang tersebar di wilayah Jawa Tengah maka tingginya tingkat NPLs BPR perlu disikapi secara lebih serius. Tingkat NPLs yang tinggi tersebut tidak hanya akan mempengaruhi likuiditas BPR namun juga merupakan gambaran potensi ekonomi masyarakat. Sehingga untuk menekan NPLs diperlukan
peningkatan
pengawasan
kepada
nasabah.
Terlebih
menjelang
diterapkannya kebijakan ACFTA yang diperkirakan akan mempengaruhi beberapa sektor ekonomi di Indonesia tidak terkecuali di Jawa Tengah, BPR diharapkan mampu lebih dapat berkontribusi dalam menjaga pertumbuhan perekonomian melalui penyaluran kredit produktif dan memperketat pengawasan kinerja kredit. 130
% LDR
% NPLs 12 11
125 10 120
Diragukan 1,55%
Macet 5,45%
9 8
115 7 110
Kurang Lancar 2,13% Lancar 90,87%
6 Tw-I
Tw-II
Tw-III
Tw-IV
Tw-I
2008
Tw-II
Tw-III
Tw-IV*
2009 LDR (%)
Sumber : LBPR, diolah
NPLs (%)
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.16. Kinerja BPR di Jawa Tengah Grafik 3.17. Status Kredit BPR di Jawa Triwulan IV-2009 Tengah Triwulan IV-2009
Dari sisi penggunaan, kredit yang disalurkan masih didominasi oleh kredit modal kerja sebesar 50,24% dan konsumsi sebesar 44,29%. Sedangkan dari sisi skala usaha, 78,04% kredit BPR disalurkan pada skala usaha mikro. perdagangan dan Lainlain masih mendominasi kredit yang disalurkan, masing-masing sebesar 37,73% dan 44,68%. Namun demikian kredit yang disalurkan tersebut masih terkonsentrasi pada skala usaha mikro (79,07%)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
66
Modal Kerja 50,24%
Mikro 78,04%
Konsumsi 44,29%
Investasi 5,47%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik
3.18.
Kecil 19,81%
Menengah 2,15%
Sumber : LBPR, diolah
Kredit BPR Berdasarkan Grafik 3.19. Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Jawa Tengah Plafon di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 Triwulan IV-2009
3.6.1. Perkembangan BPR 6 eks-Karesidenan di Jawa Tengah 3.6.1.1. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Semarang Pangsa aset, DPK dan kredit BPR di wilayah eks karesidenan Semarang pada triwulan IV-2009 masing-masing sebesar 23,88%, 24,43%, dan 24,29% dari total indikator kinerja BPR Jawa Tengah. Total aset yang dimiliki oleh BPR di wilayah eks Karesidenan Semarang pada triwulan laporan sebesar Rp. 2,138 triliun. DPK, pada triwulan ini mencapai Rp. 1,535 triliun. Sedangkan kredit yang disalurkan hingga triwulan IV-2009 sebesar Rp. 1,792 triliun. Kota Semarang masih menjadi pusat perkembangan BPR di eks Karesidenan Semarang. Hal tersebut tercermin dari Pangsa aset, DPK dan kredit terhadap indikator kinerja di eks Karesidenan Semarang yang masing-masing sebesar 38,87%, 41,53% dan 39,04% (Grafik 3.20, 3.21 dan 3.22). Relatif tingginya indikator-indikator kinerja BPR di wilayah Kota Semarang diperkirakan selain penyebaran jumlah BPR yang lebih banyak (19 BPR) serta beragamnya tingkat ekonomi dan level usaha di Kota Semarang ditambah juga dengan adanya kawasan industri yang dekat dengan Kota Semarang. Secara umum tingkat LDR BPR di wilayah eks karesidenan Semarang sangat tinggi mencapai 116,72%, namun tingkat NPLs di wilayah ini juga cukup tinggi mencapai 10,04%. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja BPR dari sisi intermediasi di wilayah eks karesidenan Semarang sudah cukup baik namun dari sisi kualitas masih perlu ditingkatkan lagi terutama untuk wilayah kabupaten Grobogan dan kabupaten Semarang dimana masing-masing NPLs mencapai 12,41% dan 11,27%. Salah satu faktor tingginya NPLs di kedua daerah tersebut diperkirakan karena sektor pertanian
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
67
yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah tersebut terkendala oleh perubahan cuaca sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Kota Semarang 38,87%
Kota Salatiga 4,44%
Kab. Demak 9,50%
Kab. Grobogan 13,35%
Kota Semarang 41,53%
Kota Salatiga 4,54%
Kab. Demak 8,62%
Kab. Grobogan 13,57%
Kab. Kendal 15,52% Kab. Kendal 17,78%
Kab. Semarang 16,21%
Kab. Semarang 16,06%
Sumber : LBPR, diolah
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.20. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.21. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Semarang Karesidenan Semarang Triwulan IV-2009 Triwulan IV-2009 Kota Semarang 39,04%
Kota Salatiga 4,38%
Kab. Semarang 16,75%
Kab. Demak 9,67%
Kab. Grobogan 13,82%
Kab. Kendal 16,34%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.22. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Semarang Triwulan IV-2009
3.6.1.2. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Pekalongan Pangsa indikator kinerja BPR seperti aset, DPK dan kredit di wilayah eks karesidenan Pekalongan pada triwulan IV-2009 mencapai 6,40% dari keseluruhan indikator kinerja BPR di Jawa Tengah. Aset BPR di wilayah eks karesidenan Pekalongan pada triwulan IV-2009 sebesar Rp. 573,2 miliar,
sedangkan DPK mencapai Rp. 407,03 miliar dan kredit yang
disalurkan sebesar Rp. 454,28 miliar. Ketiga indikator tersebut terpusat di wilayah kabupaten Tegal, dimana Pangsa aset dan DPK BPR di kabupaten Tegal sebesar 28,29% dari total aset dan DPK BPR wilayah eks karesidenan Pekalongan. Sedangkan Pangsa kredit BPR kabupaten Tegal sebesar 28,45% dari total kredit BPR wilayah eks karesidenan Pekalongan. Secara umum tingkat LDR di wilayah eks karesidenan Pekalongan sangat baik mencapai 111,61%, namun tingkat NPLs di wilayah ini termasuk salah satu yang tertinggi jika dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah yang mencapai 10,31%. Hal ini menuntut kerja keras berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kinerja BPR di wilayah ini.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
68
Kota Tegal 2,75%
Kab. Tegal 28,29%
Kota Pekalongan 7,97%
Kab. Batang 16,10%
Kota Tegal 2,50%
Kota Pekalongan 6,95%
Kab. Tegal 29,36%
Kab. Batang 12,30% Kab. Brebes 12,25%
Kab. Brebes 12,18%
Kab. Pekalongan 16,08%
Kab. Pemalang 16,64%
Kab. Pemalang 18,98%
Sumber : LBPR, diolah
Sumber : LBPR, diolah
Kab. Pekalongan 17,66%
Grafik 3.23. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.24. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pekalongan Karesidenan Pekalongan Triwulan IV-2009 Triwulan IV-2009 Kota Tegal 2,31% Kab. Tegal 28,45%
Kab. Pemalang 16,61%
Sumber : LBPR, diolah
Kota Pekalongan 8,36%
Kab. Batang 16,22% Kab. Brebes 11,73%
Kab. Pekalongan 16,32%
Grafik 3.25. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pekalongan Triwulan IV-2009
3.6.1.3. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Pati Pangsa aset, DPK dan kredit BPR di wilayah eks karesidenan Pati terhadap indikator kinerja BPR di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 masing-masing mencapai 11,13%, 11,81% dan 11,74%. Dimana aset BPR di wilayah eks karesidenan Pati sebesar Rp. 996,53 miliar sedangkan DPK yang berhasil dihimpun dan kredit yang disalurkan pada triwulan ini masing-masing sebesar Rp. 742,46 miliar dan Rp. 866,33 miliar. Ketiga indikator kinerja tersebut terpusat di wilayah kabupaten Pati dengan masing-masing Pangsa sebesar 33,65%, 32,06% dan 35,29%. Tingkat LDR di wilayah kabupaten Pati secara umum sangat baik mencapai 116,68%, namun NPLs yang tertinggi di Jawa Tengah sebesar 10,66%. Hanya di wilayah kabupaten Jepara yang memiliki NPLs di bawah 5%, yaitu 4,41%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
69
Kab. Rembang 18,75%
Kab. Blora 13,67%
Kab. Rembang 21,13%
Kab. Jepara 19,43%
Kab. Jepara 20,30%
Kab. Pati 33,65% Kab. Kudus 13,64%
Kab. Blora 13,17%
Kab. Pati 32,06%
Kab. Kudus 14,21%
Sumber : LBPR, diolah
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.26. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.27. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pati Triwulan IVKaresidenan Pati Triwulan IV2009 2009 Kab. Rembang 18,78%
Kredit
Kab. Blora 12,24%
Kab. Jepara 20,77%
Kab. Pati 35,29%
Sumber : LBPR, diolah
Kab. Kudus 12,93%
Grafik 3.28. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pati Triwulan IV2009
3.6.1.4. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Kedu Pangsa indikator kinerja BPR seperti aset, DPK dan kredit di wilayah eks karesidenan Kedu pada triwulan IV-2009 masing-masing mencapai 19,02%, 19,56% dan 17,58% dari keseluruhan indikator kinerja BPR di Jawa Tengah. Secara nominal aset BPR di wilayah eks karesidenan Kedu pada triwulan IV-2009 sebesar Rp. 1,703 triliun, sedangkan DPK mencapai Rp. 1,230 triliun dan kredit yang disalurkan sebesar Rp. 1,297 triliun. Ketiga indikator tersebut terpusat di wilayah kabupaten Magelang, dimana Pangsa aset dan DPK BPR di kabupaten Magelang sebesar 44,26% dan 45,05% dari total aset dan DPK BPR wilayah eks karesidenan Kedu. Sedangkan Pangsa kredit BPR kabupaten Magelang sebesar 40,31% dari total kredit BPR wilayah eks karesidenan Kedu. Secara umum tingkat LDR di wilayah eks karesidenan Kedu sangat baik mencapai 105,46%, namun tingkat NPLs di wilayah ini masih relatif tinggi yang mencapai 7,76%. Hanya wilayah kabupaten Magelang yang memiliki NPLs di bawah 5% yaitu 4,91%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
70
Kab. Purworejo 6,56%
Kab. Purworejo 6,97%
Kab. Kebumen 12,69%
Kab. Wonosobo 12,35%
Kab. Temanggung 18,05%
Kab. Magelang 44,26%
Kota Magelang 6,09%
Kab. Kebumen 13,76%
Kab. Wonosobo 9,17%
Kab. Temanggung 19,45%
Kab. Magelang 45,05%
Kota Magelang 5,61%
Sumber : LBPR, diolah
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.29. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.30. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Kedu Triwulan Karesidenan Kedu Triwulan IV-2009 IV-2009 Kab. Purworejo 7,21%
Kab. Kebumen 14,07%
Kab. Wonosobo 14,12%
Kab. Temanggung 17,95%
Kab. Magelang 40,31%
Kota Magelang 6,34%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.31. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Kedu Triwulan IV-2009
3.6.1.5. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Surakarta Pada triwulan IV-2009, Pangsa aset, DPK dan Kredit BPR di wilayah eks karesidenan Surakarta masing-masing sebesar 22,47%, 21,81%, dan 22,54% dari total indikator kinerja BPR Jawa Tengah. Total aset yang dimiliki oleh BPR di wilayah eks Karesidenan Surakarta pada triwulan laporan sebesar Rp. 2,012 triliun. Dimana aset terbesar di wilayah ini berada di kabupaten Karanganyar (22,26%). Untuk DPK, pada triwulan ini mencapai Rp. 1,371 triliun dengan wilayah penghimpunan DPK terbesar berada di kabupaten Karanganyar (20,83%). Sedangkan kredit yang disalurkan hingga triwulan IV-2009 sebesar Rp. 1,663 triliun. Kabupaten Karanganyar menjadi daerah penyaluran kredit BPR terbesar di wilayah eks karesidenan Surakarta dengan Pangsa sebesar 22,60% (Grafik 3.32, 3.33 dan 3.34). Secara umum tingkat LDR di wilayah eks karesidenan Surakarta sangat baik mencapai 121,35%, namun tingkat NPLs di wilayah ini cukup tinggi mencapai 10,07%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BPR dari sisi intermediasi di wilayah eks karesidenan Surakarta sudah cukup baik namun dari sisi kualitas masih perlu ditingkatkan.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
71
Kab. Wonogiri 7,51%
Kota Surakarta 10,36%
Kab. Klaten 13,76%
Kab. Wonogiri 8,57%
Kab. Boyolali 14,36%
Kota Surakarta 11,17%
Kab. Klaten 12,92%
Kab. Boyolali 12,96%
Kab. Karanganyar 20,83%
Kab. Karanganyar 22,26%
Kab. Sukoharjo 16,10%
Kab. Sukoharjo 15,82%
Kab. Sragen 15,66%
Sumber : LBPR, diolah
Kab. Sragen 17,71%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.32. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.33. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Surakarta Karesidenan Surakarta Triwulan IV-2009 Triwulan IV-2009 Kab. Wonogiri 7,99%
Kota Surakarta 9,43%
Kab. Klaten 13,78% Kab. Boyolali 15,56%
Kab. Karanganyar 22,60%
Kab. Sukoharjo 15,29%
Kab. Sragen 15,35%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.34. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Surakarta Triwulan IV-2009
3.6.1.6. Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Banyumas Pangsa aset, DPK dan kredit BPR di wilayah karesidenan Banyumas terhadap indikator kinerja BPR di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 masing-masing mencapai 17,09%, 15,92% dan 17,70%. Dimana aset BPR di wilayah eks karesidenan Banyumas sebesar Rp. 1,530 triliun, sedangkan DPK yang berhasil dihimpun dan kredit yang disalurkan pada triwulan ini masing-masing sebesar Rp. 1,001 triliun dan Rp. 1,306 triliun. Ketiga indikator kinerja tersebut terpusat di wilayah kabupaten Banjarnegara dengan masing-masing Pangsa sebesar 40,09%, 35,19% dan 42,01%. Tingkat LDR di wilayah kabupaten Banyumas secara umum sangat baik mencapai 130,49%, namun NPLs masih relatif tinggi sebesar 5,50%. Hanya di wilayah kabupaten Cilacap yang memiliki NPLs di bawah 5%, yaitu 3,55%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
72
Kab. Purbalingga 11,48%
Kab. Purbalingga 14,72%
Kab. Banyumas 24,93%
Kab. Cilacap 23,49%
Kab. Banyumas 27,71%
Kab. Cilacap 22,38%
Kab. Banjarnegara 40,09%
Kab. Banjarnegara 35,19%
Sumber : LBPR, diolah
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.35. Komposisi Aset BPR di eks Grafik 3.36. Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Banyumas Karesidenan Banyumas Triwulan IV-2009 Triwulan IV-2009 Kab. Purbalingga 10,29%
Kab. Banyumas 23,20%
Kab. Cilacap 24,50%
Kab. Banjarnegara 42,01%
Sumber : LBPR, diolah
Grafik 3.37. Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Banyumas Triwulan IV-2009
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
73
TABEL 3.9. PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR DI ENAM eks KARESIDENAN JAWA TENGAH (Rp. MILIAR) Wilayah
173 248 293 300 700 79 1.792 74 53 74 75 129 11 38 454 106 180 112 306 163 866 523 82 233 183 93 182 1.297
57 114 102 64 102 12 451 34 31 62 40 57 6 12 243 53 105 41 123 74 396 182 10 82 43 43 74 434
75 95 136 185 536 58 1.085 16 19 9 37 62 5 16 164 45 39 65 115 83 347 372 58 157 70 43 95 796
132 208 238 249 638 70 1.536 50 50 72 77 120 10 28 407 98 144 105 238 157 742 554 69 239 113 86 169 1.230
130,97% 118,81% 122,86% 120,61% 109,72% 112,60% 116,72% 147,11% 106,86% 103,14% 97,68% 108,14% 103,39% 134,23% 111,61% 108,41% 124,70% 106,20% 128,43% 103,70% 116,68% 94,37% 119,30% 97,31% 162,48% 109,08% 107,81% 105,46%
163
5.411
4.410
1.524
2.391
3.915
112,64%
9,52%
19 7 7 22 14 3 10
277 289 315 324 448 151 208
229 259 255 254 376 133 157
60 64 149 81 117 80 40
117 113 94 136 168 37 113
177 178 243 217 286 118 153
129,40% 145,68% 105,14% 117,30% 131,65% 113,09% 102,40%
13,11% 11,46% 6,82% 15,44% 8,25% 7,31% 6,61%
82
2.012
1.663
591
779
1.371
121,35%
10,07%
8 2 7 2
381 613 359 176
303 549 320 134
136 143 87 79
141 209 137 68
277 352 224 147
109,25% 155,78% 142,85% 91,24%
5,27% 5,48% 3,55% 10,74%
Total KBI Purwokerto
19
1.530
1.306
445
556
1.001
130,49%
5,50%
Total Jawa Tengah
264
8.953
7.380
2.560
3.726
6.287
117,38%
8,93%
Kars. Pekalongan
Tabungan
203 285 380 343 831 95 2.138 92 70 92 95 162 16 46 573 136 202 136 335 187 997 754 104 307 210 112 216 1.703
Kars. Semarang
Kredit
10 5 16 15 19 3 68 3 6 1 4 11 2 3 30 5 3 7 11 2 28 13 4 7 5 2 6 37
Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Kendal Kab. Semarang Kota Semarang Kota Salatiga Sub Total Kars. Semarang Kab. Batang Kab. Brebes Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kota Tegal Kota Pekalongan Sub Total Kars. Pekalongan
Kars. Pati
Kab. Blora Kab. Jepara Kab. Kudus Kab. Pati Kab. Rembang Sub Total Kars. Pati Kab. Magelang Kota Magelang Kab. Temanggung Kab. Wonosobo Kab. Purworejo Kab. Kebumen Sub Total Kars. Kedu
Kars. Kedu
Total KBI Semarang Kars. Surakarta
Kab. Klaten Kab. Boyolali Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Karanganyar Kab. Wonogiri Kota Surakarta
Total KBI Solo Kars. Banyumas
Kab. Banyumas Kab. Banjarnegara Kab. Cilacap Kab. Purbalingga
Jumlah BPR
Aset
Deposito
DPK
LDR
NPL 9,44% 12,41% 10,22% 11,27% 9,32% 4,95% 10,04% 11,97% 18,70% 7,28% 12,15% 11,47% 14,17% 15,78% 10,31% 9,62% 4,41% 16,18% 15,29% 5,77% 10,66% 4,91% 9,23% 9,10% 7,78% 20,59% 6,95% 7,76%
3.7. Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan bank umum syariah dan BPR syariah di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan yang tercermin pada indikator utama kinerja perbankan syariah. Aset perbankan syariah pada triwulan ini tercatat sebesar Rp. 3,48 triliun, meningkat sebesar 19,23% jika dibandingkan triwulan III-2009.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
74
30%
Aset
DPK
Pembiayaan
25% 20% 15% 10% 5% 0% I
-5%
II
III 2008
IV
I
II
III
IV
2009
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.38. Pertumbuhan Indikator Perbankan Syariah di Jawa Tengah Triwulan IV-2009
Di sisi lain, DPK perbankan syariah pada triwulan IV-2009 mencapai Rp. 2,23 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 10,80% dibandingkan triwulan lalu. Kenaikan DPK tersebut antar lain karena adanya perluasan wilayah usaha perbankan syariah melalui pembukaan beberapa kantor cabang di beberapa daerah. Pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah dalam triwulan laporan mencapai Rp. 2,63 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 4,72% dibanding triwulan III-2009. Secara nominal, peningkatan pembiayaan tersebut lebih besar dibandingkan dengan peningkatan DPK, sehingga nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat menjadi 117,98%. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi intermediasi yang dilakukan perbankan syariah di Jawa Tengah masih berjalan dengan baik. Sementara itu, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV-2009 cukup baik, terlihat dari tingkat Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah meskipun mengalami peningkatan sebesar 0,56% dari triwulan III-2009 namun masih berada di bawah 5%, yaitu 3,61%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
75
FDR (%) 140
NPF (%) 10
120
8
100 6 80 4
60 FDR (%)
40 I
II
III
IV
I
II
2008
NPF (%) III
2
IV
2009
Sumber : LBU, diolah
Grafik 3.39. Kinerja Bank Syariah di Jawa Tengah Triwulan IV-2009 Berdasarkan FDR dan NPF
Kecenderungan pertumbuhan perbankan syariah di Jawa Tengah yang cukup baik tersebut sejalan dengan skema Grand Design Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dimana target pada tahun 2009 adalah menjadikan Perbankan Syariah Indonesia sebagai Perbankan Syariah yang paling atraktif di ASEAN dengan pencapaian target aset sebesar Rp 87 triliun serta pencapaian angka pertumbuhan industri sebesar 75%. Semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) perbankan yang menguasai syariah memberikan andil terhadap peningkatan kepercayaan
masyarakat
terhadap
perbankan
syariah
yang
berimbas
pada
peningkatan indikator kinerja perbankan syariah. TABEL 3.10. PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM & BPR SYARIAH DI JAWA TENGAH (Rp. Miliar) INDIKATOR
I-2008
II-2008
Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah) a. Aset 1.624 1.866 b. DPK 1.288 1.462 c. Pembiayaan 1.304 1.620 d. FDR (%) 101,24 110,80 e. NPF (%) 4,83 4,12 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah a. Aset 1.563 1.787 b. DPK 1.247 1.415 - Giro Wadiah 179 187 - Tab. Wadiah & Mudharabah 625 654 - Deposito Mudharabah 443 574 c. Pembiayaan 1.259 1.566 d. FDR (%) 101,04 110,67 e. NPF (%) 4,73 4,17 BPR Syariah a. Aset 61 78 b. DPK 41 48 - Tab. Wadiah & Mudharabah 21 26 - Deposito Mudharabah 20 21 c. Pembiayaan 42 54 d. FDR (%) 102,06 113,22 e. NPF (%) 8,02 5,88
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
2.312 1.550 1.873 101,24 4,83
2.417 1.701 2.027 119,12 2,43
2.350 1.660 2.003 120,66 4,64
2.710 1.892 2.232 117,98 4,03
2.916 1.890 2.412 127,67 3,27
3.477 2.230 2.631 117,98 7,79
2.225 1.495 198 721 576 1.808 120,96 2,56
2.318 1.637 150 820 666 1.958 119,63 2,30
2.244 1.588 154 807 627 1.925 121,22 4,59
2.590 1.810 166 891 753 2.143 118,41 3,97
2.788 1.804 166 1.064 739 2.314 128,30 3,13
3.328 2.132 154 990 989 2.526 118,48 3,43
87 55 30 25 65 118,46 4,90
100 65 36 28 69 106,19 6,18
106 72 39 33 78 108,30 6,41
120 82 42 40 89 108,54 5,95
128 149 86 98 47 54 39 44 98 105 114,37 106,99% 6,46 7,79%
Sumber : LBU, Bank Indonesia
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
76
3.8. Kredit UMKM Jumlah penyaluran kredit kepada UMKM di Jawa Tengah terus meningkat walaupun mengalami perlambatan. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 14,56% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2009 sebesar 11,44% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap menurun atau meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 84,72% dari total kredit perbankan (bank umum dan BPR) di Jawa Tengah (Grafik 3.40). Dari jumlah tersebut, sebesar Rp33,50 triliun atau 47,76% merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp32,37 triliun (46,14%) dan Rp4,28 triliun (6,10%) merupakan kredit konsumsi dan investasi (Grafik 3.41). Triliun Rp 40
Triliun Rp 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 IV 2007
35 30 25 20 15 10 5 0 I
II
III
IV
I
II
2008 Total Kredit
III
IV
2009
Pertambangan, 0.05%
II
III
Konstruksi, 1.13%
I
II
III
K.Investasi
K.Konsumsi
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.41 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan Triliun Rp 35.0
Triliun Rp 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 IV
PHR, 35.75% JSM, 0.82%
JDU, 4.36%
Pengangkutan, 0.86%
Sumber: LBU, Bank Indonesia Grafik 3.42 Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan IV-2009
IV
2009
K.Modal Kerja
Industri, 6.65% LGA, 0.03%
IV
2008
KreditUMKM
Grafik 3.40 Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit Lainnya, 47.19%
I
2007
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Pertanian, 3.16%
IV
I
2007 Mikro
II
III
IV
2008 Kecil
Menengah
I
II
III
IV
2009 Total Kredit UMKM - axis kanan
Sumber: LBU, Bank Indonesia Grafik 3.43 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
77
Penyaluran kredit UMKM di Jawa Tengah didominasi oleh sektor PHR, sektor industri, sektor Jasa dunia usaha, dan sektor lainnya (kredit konsumtif). Pada triwulan IV-2009, porsi terbesar kredit UMKM disalurkan pada sektor lainnya (kredit konsumtif) tercatat sebesar Rp33,10 triliun atau 47,19% dari total kredit UMKM. Sementara itu kredit UMKM untuk sektor PHR, sektor industri, dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp25,07 triliun (35,75%), Rp4,66 triliun (6,56%) dan Rp3,05 triliun (4,36%). Kredit Skala Mikro mendominasi penyaluran kredit UMKM Jawa Tengah. Pangsa kredit untuk skala mikro masih mendominasi pemberian kredit kepada UMKM di Jawa Tengah. Pada triwulan IV-2009 ini jumlah kredit mikro sebesar Rp28,61 triliun, dengan pangsa kredit sebesar 40,78% terhadap total kredit UMKM. Sedangkan skala usaha kecil dan menengah masing-masing sebesar Rp. 24,24 triliun (34,56%) dan Rp17,29 triliun (24,65%). Sementara itu rasio kredit bermasalah atau NPLs UMKM perbankan di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 relatif kecil, yaitu sebesar 3,02%, rasio ini membaik jika dibandingkan dengan triwulan III-2009 yang sebesar 3,57%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
78
BOKS Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM di Provinsi Jawa Tengah Penelitian ini dilaksanakan Bank Indonesia sebagai salah satu bentuk penyediaan informasi dalam mengimplementasikan program bantuan teknis yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholders, baik
pemerintah
daerah,
perbankan,
kalangan
swasta,
maupun
masyarakat
luas
yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Penelitian ini mengidentifikasi berbagai Komoditas/Produk/Jenis
usaha
(KPJu)
unggulan
yang
dapat
menjadi
tumpuan
prioritas
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan daya saing produk. Di Jawa Tengah, penelitian ini dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 2007 hingga 2009 di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam enam wilayah eks karesiden. Pelaksanaan penelitian di masing-masing Karesidenan tersebut dikoordinasikan oleh Kantor Bank Indonesia Solo, Purwokerto dan Semarang sesuai wilayah kerjanya. Berdasarkan proses tersebut, telah teridentifikasi KPJu unggulan masing-masing Kabupaten di enam Karesidenan yang selanjutnya dikompilasi menjadi data KPJu Provinsi Jawa Tengah yang dapat memetakan ketersebaran daerah penghasil untuk setiap KPJu Unggulan di Jawa Tengah. Hasil Penelitian Secara lebih terinci, dari hasil penelitian ini diperoleh informasi mengenai : (i) KPJu unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah, (ii) KPJu potensial yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa yang akan datang, serta (iii) KPJU lintas sektoral. KPJu unggulan adalah KPJu yang mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisinya saat ini dan prospeknya, serta memiliki daya saing yang tinggi. KPJu Potensial adalah KPJu yang saat ini belum menjadi unggulan, namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa yang akan datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu. Sedangkan KPJu Lintas Sektoral adalah hasil pemilihan dari berbagai KPJu unggulan per sektor di tingkat kabupaten/kota dan provinsi yang menjadi unggulan atau potensi daerah tersebut. Sektor yang menjadi fokus utama penelitian ini dikelompokkan ke dalam sembilan sektor ekonomi, yang terdiri dari sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan, angkutan, pariwisata dan jasajasa. Tabel di bawah ini menunjukkan 10 KPJu unggulan lintas sektoral di Provinsi Jawa Tengah, yang didominasi oleh Sektor Tanaman pangan dengan 5 (lima) KPJu, Sektor Industri dengan 3 (tiga) KPJu dan Sektor Perdagangan dengan 2 (dua) KPJu.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
79
Tabel 1. KPJu Unggulan Lintas Sektoral di Provinsi Jawa Tengah Sektor
Komoditas
Tanaman Pangan
Padi Sawah
Tanaman Pangan
Jagung
Perdagangan
Produk Tekstil/ Pakaian Jadi/Konveksi
Industri
Pakaian Jadi/Konveksi/Garmen
Tanaman Pangan
Bawang Merah
Industri
Mebel
Industri
Batik
Perdagangan
Mebel
Tanaman Pangan
Ketela Pohon/Ubi Kayu/Singkong
Tanaman Pangan
Cabe Merah/Besar
Adapun KPJu unggulan dan potensial per sektor di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut. Tabel 2. KPJu Unggulan Per Sektor di Provinsi Jawa Tengah Rangking
Tanaman Pangan
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
1
Padi Sawah
Tebu
Sapi Potong/Daging
Lele (Budidaya)
2
Jagung
Kelapa Buah
Nila (Budidaya)
3
Bawang Merah (Hortikultura)
Kelapa Deres
4
Ketela Pohon/Ubi Kayu/ Singkong
Tembakau
Ayam Buras/Kampung/ Sayur Ayam Pedaging (Ras/Negeri)/Broil er Kambing Daging
5
Cabe Merah/Besar (Hortikultura)
Cengkeh
Domba
Layang
Rangking 1
Industri Pakaian Jadi/ Konveksi/ Garmen Mebel
Bandeng
Batik
Pembenihan Ikan
Gula Kelapa/Jawa/ Merah Batu Bata
Perdagangan Produk Tekstil / pakaian jadi / Konveksi
Pariwisata Obyek Wisata Alam
Angkutan Angkutan Kota/ Umum/ Penumpang
Jasa Penjahit / Garment/ Jasa Obras
2
Mebel
Wisata Belanja/ Mall
Angkutan Barang
Bengkel/ Perbaikan Motor/ Montir
3
Sembako
Kolam Renang
Becak
4
Aneka Hasil Bumi dan Pertanian Makanan Matang/Siap Saji
Restoran/Rumah Makan
Ojek
Wisata Budaya/Sanggar/History
Angkutan Pariwisata
Hotel/ Penginapan Selepan / penggilingan padi / jagung Kursus komputer & Mengetik
5
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
80
Tabel 3. KPJu Potensial Per Sektor di Provinsi Jawa Tengah Rangking
Perkebunan
1
Tanaman Pangan Pisang
2 3
Kentang Mangga
Kapok randu Teh
4
Cabe Rawit (Hortikultura)
Jambu mete
Puyuh Petelur
Rumput laut
5
Kacang tanah
Karet
Kelinci
Kembung
Rangking
Perdagangan
Kopi
Peternaka n Ayam PetelurRas/ Negeri (Layer) Sapi Perah Itik
Perikanan
Industri
Gurame (Budidaya)
Genteng
Udang Windu Karper (Budidaya)
Textile/Kain Tenun ikat/ATBM Kusen/Jendela /Pintu, Moulding Anyaman / Kerajinan Bambu
Pariwisata
Angkutan
Jasa
1
Kelontong
Agrowisata
Dokar
Pemondokan/Pon dok Wisata
2
Makanan/ Minuman Khas Gula Tekstil/bahan tekstil/kain Bahan Bangunan
Wisata Religi
Taxi
Obyek Wisata Buatan Pemancingan
Perahu Mobil Omprengan
Pantai
Gerobak Dorong
Kursus Menjahit & Bordir Kursus Bahasa Agen/Biro Perjalanan Ukir
3 4 5
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
82
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output daerah, mencapai pertumbuhan dan stabitas perekonomian daerah, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan daerah secara umum. Selain itu, APBD juga merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah yang telah ditetapkan (Renstrada), sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. Karena pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, maka APBD harus benar-benar menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Keuangan daerah dari sektor pemerintah yang disampaikan dalam laporan kajian ini hanya mencakup realisasi anggaran pemerintah daerah tingkat provinsi Jawa Tengah, sedangkan keuangan daerah dari realisasi anggaran 35 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Tengah belum dapat tersajikan dalam laporan karena masalah keterbatasan data realisasi yang diperoleh. Berdasarkan data APBD 2009 baik Provinsi Jateng maupun 35 Kab./Kota yang ada di Jawa Tengah, anggaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng masih mempunyai porsi terbesar dan signifikan jika dibandingkan dengan masing-masing Kab/Kota. Dari sisi pendapatan, jumlah pendapatan Pemprov Jateng adalah sebesar 16,8% dari total seluruh pendapatan pemerintah daerah di Jawa Tengah, disusul kemudian oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sebesar 4,4% dari total keseluruhan pendapatan Pemda di Jateng. Sedangkan Kab./Kota yang lainnya di Jateng, mempunyai pangsa masing-masing berkisar antara 1,8% - 3,5%. Sedangkan dari sisi total belanja daerah, komposisinya hampir sama dengan pendapatan hanya besaran persentasenya yang sedikit berbeda. Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih dominan dengan pangsa sebesar 15,9%, disusul oleh Pemerintah kota Semarang sebesar 4,8% dan Kab./Kota lainnya berkisar 1,8% - 3,4%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
83
2.5%1.3% 1.2% 1.1% 4.4% 16.8% 2.0%1.2% 2.7% 1.9% 2.2% 2.7% 3.2% 2.2% 1.8% 2.4% 2.3% 2.4% 2.6% 1.9% 3.1% 2.3% 2.2% 3.5% 2.3% 2.2% 2.1% 2.8% 2.7% 2.6% 2.5% 2.5% 3.1% 2.4% 2.8% 2.3%
2.5%1.4% 1.3% 4.8% 15.9% 1.2% 1.4% 1.9% 2.9% 2.2% 1.8% 3.3% 2.7% 1.8% 2.2% 2.5% 2.4% 2.6% 2.3% 1.8% 3.1% 2.2% 3.4% 2.1%2.3% 2.2% 2.1% 2.9% 2.4% 2.7% 2.7% 3.0% 2.4% 2.9% 2.4% 2.4%
Prov. Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kab. Batang
Kab. Blora*)
Kab. Boyolali
Prov. Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kab. Batang
Kab. Blora*)
Kab. Boyolali
Kab. Brebes
Kab. Cilacap
Kab. Demak
Kab. Grobogan
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Brebes
Kab. Cilacap
Kab. Demak
Kab. Grobogan
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Kendal
Kab. Klaten
Kab. Kudus
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Kebumen
Kab. Kendal
Kab. Klaten
Kab. Kudus
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Sragen
Kab. Sukoharjo
Kab. Tegal
Kab. Temanggung
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo
Kab. Sragen
Kab. Sukoharjo
Kab. Tegal
Kab. Temanggung
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo
Kota Magelang
Kota Pekalongan
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Surakarta
Kota Tegal
Kota Magelang
Kota Pekalongan
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Surakarta
Kota Tegal
Sumber: DJPK, Depkeu RI
Grafik 4.1. ProPangsa Pendapatan APBD 2009
Sumber: DJPK, Depkeu RI
Grafik 4.2. ProPangsa Belanja APBD 2009
Dalam APBD Perubahan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2009, pendapatan daerah ditargetkan sebesar Rp5,34 triliun, sedikit lebih tinggi dibanding target pendapatan pada APBD 2009 sebelum perubahan yang sebesar Rp5,21 triliun. Angka tersebut terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,65 triliun naik dari Rp3,63 triliun pada APBD 2009 dan dana perimbangan sebesar Rp 1,68 triliun. Dalam APBD Perubahan tahun 2009, telah dianggarakan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp3,43 miliar. (Grafik 4.3 dan 4.4, lihat Boks). Pemerintah provinsi Jawa Tengah telah mengubah target belanja dalam APBD perubahan 2009 menjadi sebesar Rp5,69, meningkat dibanding sebelum perubahan yang sebesar Rp5,37 triliun. Belanja ini terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp3,52 triliun dan belanja langsung Rp2,16 triliun. (Grafik 4.5 dan 4.6).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
84
4%
4%
0%
12%
33%
80%
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekay. Daerah Yg Dipisahkan
67%
Lain-Lain PAD Yang Sah
Grafik 4.3 Komposisi PAD APBD-P 2009
Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk
DAU
DAK
Grafik 4.4 Komposisi Perimbangan APBD-P 2009
Dana
Belanja Pegawai Belanja Bunga
1%
Belanja Subsidi
16% 34%
33%
11%
26%
Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial
13% 0% 0% 3%
63%
Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota dan Desa Blnj Bant.Keuang. kpd Kab/Kota dan Desa Belanja Tidak Terduga
Grafik 4.5 Komposisi Belanja Tidak Langsung APBD-P 2009
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Grafik 4.6 Komposisi Belanja Langsung APBD-P 2009
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah adalah total penerimaan dana yang diperoleh oleh daerah pada suatu periode waktu tertentu. Besarnya nilai pendapatan daerah merupakan ukuran besarnya kemampuan fiskal suatu daerah. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula kekuatan fiskal daerah. Untuk itu suatu daerah hendaknya dapat memaksimalkan setiap potensi penerimaan pendapatan daerahnya, sehingga dapat memberikan ruang gerak kebijakan fiskal yang lebih luas. Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 tercatat sejumlah Rp 5,7 triliun atau sebesar 106,74% dari anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Realisasi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan dalam APBN-P 2009 sebesar Rp 5,2 triliun. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.1), realisasi PAD tercatat sebesar Rp 4 triliun atau 109,48% dari target yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar Rp 3,23 triliun (Realisasi 110,10%), retribusi daerah Rp 130 miliar (101,32%). Realisasi dana perimbangan tahun 2009 sebesar Rp 1,69 triliun atau 100,58%. Realisasi pendapatan tahun 2009 jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya baik dari segi jumlah maupun persentasenya. Realisasi pendapatan tahun 2008 tercatat sebesar Rp 5,26 triliun atau 102,65% dari target APBD-P 2008.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
85
Peningkatan angka realisasi pendapatan terbesar pada komponen pajak daerah yang meningkat sebesar Rp 200 miliar dibandingkan tahun 2008. Hal ini menyiratkan bahwa usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak relatif baik, karena sampai saat ini pajak daerah masih menjadi faktor dominan dalam menunjang penerimaan daerah. Pangsa penerimaan pendapatan dari pajak daerah mencapai 56% dari keseluruhan total pendapatan. Sementara itu, retribusi tahun 2009 jumlahnya tercatat lebih kecil dibanding tahun 2008. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti persiapan penerapan kebijakan kelebihan muatan nol persen bagi kendaraan angkutan barang serta penyerahan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) kepada pemerintah Kab./Kota yang sangat mempengaruhi penerimaan retribusi daerah. Komponen pendapatan daerah lainnya seperti hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan PAD lain-lain sampai saat ini masih tergolong relatif kecil kontribusinya. Sumber pendapatan lain yang signifikan nilainya adalah dana perimbangan. Realisasi penyaluran dana bagi hasil pajak, DAU dan DAK dari pemerintah pusat pada tahun 2009 sebesar 100%. TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH APBD TAHUN 2009 (RP JUTA) NO A 1
URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekay. Daerah Yg Dipisahkan - Lain-Lain PAD Yang Sah
2
DANA PERIMBANGAN - Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Dana Khusus
3
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH -Hibah -Dana Peny. dan Otonomi Khusus JUMLAH PENDAPATAN
APBD 2008
APBD-P 2009
2008
3,598,520.12 2,952,500.00 341,923.20
3,658,340.17 2,939,766.26 128,883.96
3,762,755.52 3,068,130.11 345,651.28
4,005,017.79 3,236,779.05 130,590.19
109.48 110.10 101.32
131,234.44 172,862.48
154,009.08 435,680.87
141,471.95 207,502.17
153,848.19 483,800.37
99.90 111.04
1,532,287.18 478,795.31 1,053,491.87
1,682,052.88 547,874.28 1,130,742.60 3,436.00
1,504,184.02 450,692.15 1,053,491.87
1,691,853.08 557,673.48 1,130,742.60 3,437.00
100.58 101.79 100.00 100.03
229.97
229.97
3,437.85
229.97
229.97
3,437.85
5,267,169.51
5,700,308.72
5,131,037.27
5,340,393.05
REALISASI 2009*
% APBD-09
106.74
Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah * Data sampai 31 Desember 2009, namun masih bersifat sementara.
4.2. Realisasi Belanja Daerah Belanja daerah merupakan salah satu instrumen fiskal daerah yang paling signifikan di samping pajak dan retribusi daerah. Besarnya belanja daerah ini mencerminkan peranan pemerintah daerah terhadap perekonomian daerah. Sebagai instrumen fiskal, besarnya belanja daerah ini juga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Realisasi belanja daerah yang besar merupakan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
86
indikasi peran fiskal daerah yang ekspansif, yang diharapkan dapat berpengaruh positif dalam peningkatan output daerah, selain investasi daerah dan ekspor daerah. TABEL 4.2 REALISASI BELANJA DAERAH APBD TAHUN 2009 (RP JUTA) NO
APBD 2008
APBD-P 2009
3,672,147.87 951,389.30 4.70
3,525,877.76 1,138,690.72
3,360,542.69 876,807.23 0.99
3,212,182.13 941,583.10
91.10 82.69
472,986.75 459,355.98 1,108,765.48 659,645.63 20,000.00
69,820.30 431,545.75 1,123,798.13 737,022.85 25,000.00
385,489.98 412,423.15 1,058,172.72 626,139.79 1,508.81
67,953.60 401,255.90 1,109,040.37 687,190.39 5,158.76
97.33 92.98 98.69 93.24 20.64
1,988,054.70 274,665.31 1,123,543.13 589,846.25
2,166,734.61 242,916.81 1,335,571.10 588,246.69
1,790,592.74 243,331.35 1,018,236.62 529,024.76
1,989,067.50 213,339.79 1,228,661.81 547,065.90
91.80 87.82 92.00 93.00
JUMLAH BELANJA 5,660,202.57 5,692,612.37 5,151,135.43 SURPLUS/DEFISIT (529,165.30) (352,219.32) 116,034.08 Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah * Data sampai 31 Desember 2009, namun masih bersifat sementara.
5,201,249.63 499,059.09
B 1
2
URAIAN BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG - Belanja Pegawai - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota - Blnj Bant.Keuang. kpd Kab/Kota - Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Modal
2008
REALISASI 2009*
% APBD-09
91.37 -
Realisasi total belanja daerah pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 tercatat sebesar 91,37% atau Rp 5,2 triliun. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, realisasi penyerapan belanja pemerintah provinsi kali ini juga belum dapat maksimal hingga mendekati 100%. Tingkat persentase realisasi belanja tahun 2009 relatif hampir sama dengan tahun 2008 yaitu sebesar 91%. Bila dibandingkan dengan realisasi belanja pada triwulan-triwulan sebelumnya, maka realisasi pada triwulan IV ini merupakan realisasi yang terbesar selama tahun 2009. Besarnya realisasi belanja khusus pada triwulan ini sebesar 41,9%. Fenomena penumpukan realisasi belanja anggaran pemerintah pada triwulan terakhir telah menjadi fenomena yang selalu berulang tiap tahunnya dan terjadi pada hampir seluruh pemerintah daerah. Oleh karena itu diperlukan suatu komitmen dari pemerintah untuk senantiasa membuat perencanaan kegiatan yang matang serta terjadwal dengan baik sehingga tidak terjadi keterlambatan realisasi anggaran. Selain itu, beberapa peraturan atau kebijakan yang dapat menghambat penyerapan anggaran ini juga harus sejak awal dikelola dengan baik seperti pembahasan APBD Perubahan yang hendaknya dapat dipersiapkan dan dibahas sejak awal sehingga tidak berlarut-larut pembahasannya dikemudian hari.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
87
1. Belanja Tidak Langsung : Realisasi Belanja tidak langsung (BTL) tahun 2009 tercatat senilai Rp 3,2 triliun atau sebesar 91,10%. Angka rasio realisasi belanja tidak langsung terbesar adalah realisasi belanja bagi hasil Kab./kota yang mencapai 98,69%. Berikutnya adalah pos belanja hibah mencapai 97,33%. Realisasi bantuan kepada Kab/kota sebesar 93,24%, sejalan dengan komitmen pemerintah provinsi untuk lebih memberdayakan masyarakat desa. Realisasi pos belanja pegawai pada APBD 2009 ini justru relatif rendah yaitu 82,69%, lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2008 yang mencapai 92,16%. 2. Belanja Langsung : Realisasi Belanja Langsung tahun 2009 tercatat sebesar 91,80% atau senilai Rp1,98 triliun (tabel 4.2). Sebagaimana dalam komponen Belanja Tidak Langsung, realisasi belanja pegawai dalam belanja langsung ini juga tercatat realtif rendah yaitu sebesar 87,82%. Belanja barang dan jasa serta belanja modal mempunyai realisasi yang realtif lebih baik yaitu masing-masing sebesar 92% dan 93%.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
88
Sistem Pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran, antara lain alat pembayaran, kliring, dan settlement. Dalam prakteknya, kegiatan sistem pembayaran melibatkan berbagai lembaga yang berperan sebagai penyelenggara jasa sistem pembayaran maupun penyelenggara pendukung jasa sistem pembayaran seperti bank, lembaga keuangan selain bank, dan bahkan perorangan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Republik Indonesia No.3 tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sehingga sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, Kantor Bank Indonesia (KBI) Semarang mempunyai tugas menjaga dan mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di daerah Jawa Tengah. Dalam rangka mendukung kelancaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah, KBI Semarang senantiasa mengupayakan kelancaran sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal di wilayah kerjanya. Dalam transaksi tunai, KBI Semarang berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sedangkan dalam transaksi non tunai, KBI Semarang selalu berusaha menjaga kelancaran sistem pembayaran yang efektif melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Pada triwulan IV-2009, perkembangan umum sistem pembayaran tunai di Jawa Tengah secara tahunan (yoy) mengalami net inflow. Jumlah aliran keluar (outflow) ke KBI-KBI di wilayah Jawa Tengah secara total mengalami penurunan yang cukup signifikan, sementara jumlah aliran uang masuk (inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu, nilai dan volume transaksi pembayaran non tunai melalui Bank Indonesia, yaitu Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS), untuk wilayah Jawa Tengah pada triwulan IV – 2009 ini mengalami peningkatan.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
89
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-2009 di wilayah Jawa Tengah (KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto) mengalami net inflow, yaitu jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang keluar ke masyarakat (outflow). Pada triwulan IV-2009, inflow yang terjadi di KBI wilayah Jawa Tengah meningkat sebesar 83,04% dibandingkan periode triwulan yang lalu (qtq) menjadi Rp6,87 triliun, sedangkan apabila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu (yoy) mengalami penurunan sebesar 9,22%. Peningkatan inflow secara triwulanan yang cukup besar adalah fenomena yang biasa terjadi pasca hari raya keagamaan (Idul Fitri), dimana pada tahun 2009 hari raya keagamaan jatuh pada triwulan III-2009. Sementara itu, outflow yang terjadi pada KBI di wilayah Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp776 miliar, mengalami penurunan cukup signifikan, sebesar 78,70% dibandingkan jumlah outflow pada triwulan III2009. Selain itu, posisi outflow pada triwulan ini mengalami penurunan sebesar 65,93% (yoy) bila dibandingkan dengan outflow pada triwulan IV-2008. Nilai inflow yang lebih besar dibandingkan outflow menyebabkan terjadi net inflow sebesar Rp6,09 triliun atau secara tahunan meningkat sebesar 15,17% (yoy) dibandingkan triwulan IV-2008. Pada triwulan IV-2009, seluruh KBI di wilayah Jawa Tengah (KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto) mengalami net inflow masing-masing sebesar Rp3,79 triliun, Rp1,39 triliun, dan Rp906 miliar. Hal ini diindikasikan adanya siklus kembalinya uang yang beredar di masyarakat, setelah pada triwulan sebelumnya permintaan terhadap uang cetak baru dan uang pecahan kecil di masyarakat meningkat tajam bertepatan dengan datangnya bulan puasa dan hari raya keagamaan, dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pegawai. Triliun Rp 10.00
INFLOW
OUTFLOW
NET INFLOW
8.00 6.00 4.00 2.00 (2.00) (4.00)
IV 2007
I
II
III 2008
IV
I
II
III
IV
2009
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
90
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Dalam melaksanakan strategi clean money policy, BI melaksanakan kegiatan pemusnahan uang terhadap uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dan menggantinya dengan uang baru. Proses pemusnahan tersebut dilakukan melalui suatu prosedur dan pengawasan pelaksanaan pemusnahan uang yang ketat dan menetapkan tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Jumlah uang tidak layak edar di Jawa Tengah yang dimusnahkan pada triwulan IV–2009 ini tercatat sebesar Rp3,46 triliun, mengalami peningkatan sebesar 39,96% (yoy) dibandingkan jumlah PTTB pada triwulan IV-2008 yang sebesar Rp2,47 triliun. Sementara itu apabila dibandingkan dengan PTTB pada triwulan sebelumnya terjadi peningkatan sebesar 100,81% (qtq). Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, men-staples, meremas dan mencoret-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
PTTB
4.00 3.50
Triliun R p
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 IV 2007
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.2. Perkembangan PTTB di Jawa Tengah Sementara itu, rasio PTTB terhadap cash inflow di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 50,40%, mengalami penurunan dibandingkan rasio pada triwulan III-2009 yang sebesar 80,37%. Penurunan rasio pemusnahan uang rupiah terhadap inflow tersebut diduga karena uang yang masuk ke Bank Indonesia masih bisa dikategorikan uang layak edar.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
91
90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
7.00 T r i li u n R p
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
P e r s e n (% )
8.00
IV
2009
INFLOW
PTTB
rasio
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.3. Rasio Cash Inflow Terhadap PTTB Jawa Tengah
5.1.3. Uang Palsu Pada keseluruhan tahun 2009, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke KBI di Jawa Tengah (KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto) adalah sebanyak 10.491 lembar. Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah pecahan Rp100.000,00 dengan porsi sebesar 41,10% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan, diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 dengan porsi 36,71% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan. Dari rata-rata per bulan temuan uang palsu di Jawa Tengah, terdapat trend penurunan jumlah uang palsu yang ditemukan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2009, jumlah uang palsu yang ditemukan turun sebesar 11,61%. Upaya Bank Indonesia untuk terus menggalakkan publikasi dan sosialisasi terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada masyarakat, serta terus melakukan koordinasi dan langkah pencegahan antara lain dengan membentuk satgas dengan pihak kepolisian, diharapkan dapat berangsur-angsur mengurangi maraknya peredaran uang palsu di masyarakat. 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2006 100 Ribu
2007 50 Ribu
2008 20 Ribu
2009 10 Ribu
5 Ribu
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto
Grafik 5.4. Jumlah Temuan Uang Palsu di Jawa Tengah (Lembar)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
92
5.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai 5.2.1. Transaksi Kliring Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, kehandalan, dan keamanan dalam bertransaksi semakin meningkat seiring dengan globalisasi perekonomian. Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran menyadari sepenuhnya keperluan masyarakat dan merupakan tujuan Bank Indonesia untuk memperlancar kegiatan sistem pembayaran di Indonesia. Salah satu mekanisme dalam sistem pembayaran adalah kliring, yaitu pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring, dan perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Pada triwulan IV–2009, transaksi sistem pembayaran non tunai melalui kliring di wilayah Jawa Tengah melalui KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto secara triwulanan mengalami peningkatan baik secara volume maupun secara nominal, kecuali KBI Tegal yang mengalami penurunan nominal dan volume transaksi kliring. Transaksi kliring di Jawa Tengah secara nominal mengalami peningkatan sebesar 7,09% dibandingkan triwulan III-2009 yaitu dari Rp20,42 triliun menjadi Rp21,87 triliun. Secara volume, transaksi kliring meningkat sebesar 3,92% (qtq). Peningkatan transaksi kliring secara triwulanan ini diduga karena banyaknya aktivitas ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 2009, misalnya tingginya realisasi anggaran dan pembayaran proyek yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Bila dilihat secara tahunan, transaksi kliring Jawa Tengah juga mengalami peningkatan baik secara nominal maupun volume masing-masing sebesar 16,48 % dan 5,22%. Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Tengah Wilayah Jawa Tengah Nominal (Triliun Rp) Volume Semarang Nominal (Triliun Rp) Volume Solo Nominal (Triliun Rp) Volume Purwokerto Nominal (Triliun Rp) Volume Tegal Nominal (Triliun Rp) Volume
2008 TW IV
2009 TW I
TW II
TW III
TW IV
Pertumbuhan qtq yoy
18.78 738,289
18.16 673,141
16.18 744,887
20.42 747,497
21.87 776,831
7.09% 3.92%
16.48% 5.22%
10.22 451,596
9.62 388,526
7.94 459,543
11.47 449,751
12.60 471,408
9.84% 4.82%
23.29% 4.39%
6.80 210,769
6.47 187,939
6.59 210,348
6.68 209,711
7.04 211,997
5.37% 1.09%
3.50% 0.58%
1.45 58,408
1.28 56,022
1.33 57,900
1.45 46,002
1.51 60,771
4.14% 32.11%
3.89% 4.05%
0.30 17,516
0.78 40,654
0.32 17,096
0.82 42,033
0.72 -12.07% 139.67% 32,655 -22.31% 86.43%
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto dan website BI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
93
5.2.2. Transaksi RTGS Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. Penerapan Sistem BI-RTGS di Indonesia dimulai sejak tanggal 17 November 2000. Kehadiran sistem BI-RTGS di Indonesia sebagai sarana settlement (penyelesaian akhir transaksi pembayaran) sangat penting mengingat transaksi pembayaran perbankan bernilai besar merupakan mayoritas dari total transaksi pembayaran di Indonesia. Pada triwulan IV-2009, transaksi non tunai melalui BI-RTGS secara tahunan mengalami peningkatan, namun secara triwulanan nilai transaksinya menurun. Ratarata volume transaksi RTGS per bulan meningkat tajam sebesar 250,27% (qtq) dari rata-rata per bulan pada triwulan III-2009, yaitu dari sebanyak 6.985 transaksi menjadi 24.466 transaksi pada triwulan IV-2009. Sementara itu, nominal transaksi secara triwulanan menurun sebesar 32,54% (qtq) dari Rp45,32 triliun menjadi Rp30,57 triliun. Secara tahunan, total nominal dan volume transaksi RTGS pada triwulan IV–2009 meningkat masing-masing sebesar 37,77% (yoy) dan 0,64% (yoy).
Nilai
Des'09
Okt'09
Nov '09
S ept'09
Jul'09
A ug'09
Juni'09
Mei'09
A pril'09
Mar'09
Jan'09
Feb'09
Des'08
Okt'08
Miliar Rp 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
Nov '08
Warkat 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0
Volume
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.5. Perkembangan Transaksi RTGS Jawa Tengah
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
94
6.1 Ketenagakerjaan Perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 menunjukkan adanya penurunan yang tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia Semarang pada triwulan IV-2009. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan IV-2009 sebesar -4,23 mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 6,43 (Grafik 6.1). 10
REALISASI TENAGA KERJA SELURUH SEKTOR
8 6
SBT
4 2 0 Tw. I -2
Tw. II
Tw. III 2008
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw.III
Tw. IV
2009
-4 -6
Sumber : SKDU KBI Semarang
Grafik 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah
Berdasarkan tiga sektor ekonomi utama di Jawa Tengah, penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja tersebut dikarenakan sektor pertanian belum memasuki masa panen sehingga mempengaruhi tingkat realisasi penggunaan tenaga kerja. Dimana nilai SBT realisasi penggunaan tenaga kerja sektor pertanian turun dari 1,72 pada triwulan III-2009 menjadi -3,89 pada triwulan IV-2009. Membaiknya kondisi pasca krisis, berpengaruh positif bagi sektor industri pengolahan yang terlihat dari peningkatan nilai SBT realisasi penggunaan tenaga kerja sektor industri pengolahan dari 2,33 pada triwulan III-2009 menjadi 3,22 pada triwulan IV-2009. sedangkan untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2009 relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.(Grafik 6.2).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
95
4 3 2
SBT
1 0 Tw. I
-1
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
2008
-2
Tw.III
Tw. IV
2009
-3 -4 PERTANIAN
-5
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
Sumber : SKDU KBI Semarang
Grafik 6.2. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Utama Jawa Tengah
Peningkatan realisasi tenaga kerja di sektor industri pengolahan juga diperkuat olah hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang. Subsektor Barang Lainnya mengalami penambahan tenaga kerja yang cukup signifikan sebanyak 1.563 orang atau meningkat 95% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut
terkait
dengan
peningkatan
target
produksi dan
investasi
untuk
pengembangan infrastruktur. Terkait dengan investasi, sebagian besar contact liaison KBI Semarang melakukan investasi yang ditujukan untuk penjualan di masa mendatang dan menunjang produktivitas operasional. Penggunaan tenaga kerja dari hasil SKDU yang dilakukan oleh KBI Semarang tersebut sejalan dengan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BPS. Hasil survei tersebut menunjukkan tingkat penyerapan tenaga kerja sektoral tertinggi masih berada pada sektor Pertanian (37,04%) kemudian disusul oleh sektor PHR (21,86%) dan sektor Industri Pengolahan (16,78%). Keuangan & Jasa Perusahaan 0,98% Angkutan dan
Jasa Kemasyarakatan 11,60%
Pertanian 37,04%
Pergudangan 4,30%
Perdagangan 21,86%
Bangunan 6,49%
Sumber : Sakernas BPS
Listrik, Gas & Air 0,18%
Pertambangan 0,77% Industri 16,78%
Grafik 6.3. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Utama Jawa Tengah Triwulan IV-2009
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
96
Jumlah pengangguran di Jawa Tengah hingga triwulan IV-2009 sebesar 1,252 juta orang atau naik sebesar 2,03% jika dibandingkan posisi yang sama tahun 2008. Tingkat pengangguran terbuka hingga triwulan IV-2009 (7,33%) juga mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan periode sebelumnya (7,28%). Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah orang yang menganggur dari tahun sebelumnya yaitu 7 orang menganggur setiap 100 orang angkatan kerja. Di sisi lain, jumlah pekerja mengalami peningkatan sebesar 2,40% dari tahun 2008 atau menjadi 15,835 juta orang (Tabel 6.2). Relatif tingginya tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah yang mencapai 7,33% patut menjadi perhatian bagi pemerintah provinsi Jawa Tengah. Terlebih dengan mulai diterapkannya kebijakan ACFTA pada 2010, perlu diwaspadai lonjakan pengangguran akibat persaingan beberapa sektor ekonomi dengan China. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak ACFTA adalah memberikan
pelatihan,
bantuan
peralatan,
permodalan,
pemasaran,
dan
pengembangan ekonomi kreatif. TABEL 6.2 INDIKATOR TENAGA KERJA JAWA TENGAH 2009 (Ribu Orang) Indikator Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Penduduk Usia Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2008
2009
16.691 15.464 1.227 7.721 1.868 4.328 1.525 24.412 68,37% 7,35%
17.088 15.835 1.252 7.582 1.879 4.271 1.432 24.670 69,27% 7,33%
Sumber : BPS
6.2. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 mengalami kenaikan sebesar 0,12% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dimana nilai indeks NTP pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 99,81 sedangkan NTP pada triwulan III-2009 sebesar 99,69. Besarnya nilai indeks NTP tersebut mengindikasikan bahwa indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Secara sub sektor, Indeks Diterima Petani (IT) beberapa komoditas yang mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) adalah komoditas KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
97
padi palawija (0,11%), hortikultura (0,40%) dan peternakan (1,08%). Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan cukup besar adalah komoditas perikanan sebesar -1,33% (qtq). Kenaikan indeks komoditas peternakan dikarenakan relatif masih tingginya permintaan dan harga produk peternakan seperti daging dan telur. Dari Agustus 2009 hingga awal 2010, diperkirakan kebutuhan daging sapi di wilayah Jawa Tengah sekitar 25,3 juta ton, daging ayam sekitar 36,1 juta ton dan telur sekitar 57,2 juta ton. Sedangkan penurunan atas komoditas perikanan dikarenakan kondisi cuaca yang kurang baik membuat nelayan tidak dapat melaut sehingga berimbas pada kualitas dan kuantitas hasil tangkapan nelayan. Indeks yang Dibayar Petani (IB) secara umum mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,02% (qtq). Kenaikan tersebut dikarenakan adanya peningkatan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) untuk menghadapi musim tanam yang mundur akibat kondisi cuaca yang kurang baik. Namun di sisi lain tingkat konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar -0,23% (qtq). Penurunan ini lebih disebabkan oleh perilaku petani yang mengurangi tingkat konsumsi akibat belum masuknya masa panen.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
98
TABEL 6.3 NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH Kelompok/ Sub Kelompok
2008 Tw II
Tw III
99,77 111,78
102,27 116,49
1 Padi Palawija a. Padi
108,64 105,03
b. Palawija 2 Hortikultura a. Sayur-sayuran
2009 Tw I
Growth
Tw II
Tw III
Tw IV*
102,70 98,00 118,02 113,99
98,04 114,73
114,79 109,02
114,33 104,82 109,93 97,88
107,16 100,05
117,04
128,21
124,55 120,94
123,69
108,11 111,69
105,43 99,05
108,43 115,58 105,26 119,30
111,99 109,43
b. Buah-buahan 3 Perkebunan Rakyat
105,12 136,61
110,74 142,46
111,06 112,48 141,91 140,63
114,13 142,15
4 Peternakan a. Ternak Besar
118,31 119,28
125,43 120,38
134,96 135,71 133,90 135,99
134,28 134,43
b. Ternak Kecil
123,92
126,57
142,79 143,50
143,27
c. Unggas d. Hasil Ternak
113,22 116,67
130,61 132,04
131,99 130,88 133,43 133,03
126,93 135,23
5 Perikanan a. Penangkapan
111,73 112,98
118,33 119,82
121,65 124,62 123,34 126,05
126,07 127,57
b. Budidaya
101,77
106,41
108,19 113,21
114,12
C Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 1 Konsumsi Rumah Tangga (KRT)
112,04 112,96
113,90 114,96
114,91 116,32 115,59 117,13
117,03 117,68
a. Bahan Makanan b. Makanan Jadi
114,80 108,78
117,35 110,55
116,41 118,73 113,65 117,16
118,02 119,07
c. Perumahan d. Sandang
117,08 109,60
117,44 111,38
120,19 119,52 112,31 113,80
122,12 113,64
e. Kesehatan
109,00
109,71
111,10 112,46
113,39
f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga g. Transportasi dan Komunikasi
107,72 113,56
111,01 116,01
112,07 114,22 115,31 108,83
116,11 110,08
2 Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM)
108,93
110,31
112,59 113,65
114,87
99,69 118,58 110,89 103,96 126,99 117,67 113,89 120,81 145,49 136,17 135,18 146,08 129,68 138,25 130,14 132,07 114,69 118,95 119,95 120,84 121,32 123,67 116,04 114,52 118,39 111 115,71
99,81 118,75 111,01 104,35 126,48 118,14 116,93 119,15 144,77 137,64 137,43 154,17 126,70 136,10 128,41 130,16 114,41 118,97 119,68 119,68 121,58 125,09 116,00 114,69 119,05 110,54 116,60
113,17 116,39 123,71 116,58 118,82 112,15
114,53 117,19 124,49 118,01 119,73 112,91
A Nilai Tukar Petani B Indeks yang Diterima Petani (It)
Tw IV
a. Bibit
106,29
107,73
109,11 111,43
113,13
b. Obat-obatan & Pupuk c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya
106,96 111,71
109,21 113,87
114,37 113,61 115,00 121,87
115,23 122,81
d. Transportasi e. Penambahan Barang Modal
117,83 108,85
119,77 110,63
118,74 115,34 112,73 115,57
115,71 117,76
f. Upah Buruh Tani
107,55
107,92
108,93 110,85
111,48
qtq
yoy
0,12% 0,14% 0,11% 0,38% -0,40% 0,40% 2,67% -1,37% -0,49% 1,08% 1,66% 5,54% -2,30% -1,56% -1,33% -1,45% -0,24% 0,02% -0,23% -0,96% 0,21% 1,15% -0,03% 0,15% 0,56% 0,04% 0,77%
-2,81% 0,62% -2,90% -5,08% 1,55% 8,96% 11,09% 7,28% 2,02% 1,99% 2,64% 7,97% -4,01% 2,00% 5,56% 5,53% 5,75% 3,53% 3,54% 2,81% 6,98% 4,08% 3,29% 3,23% 6,23% -4,14% 3,56%
1,20% 4,97% 0,69% 2,47% 0,63% 8,25% 1,23% -0,61% 0,77% 6,21% 0,68% 3,65%
Sumber : BPS, *) November 2009
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
99
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
100
7.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2009, yaitu dalam kisaran 4,5-5,0%. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan I2010 diperkirakan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor PHR, sektor jasa. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT).
7.1.1. Kajian Sektoral Permintaan domestik pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami peningkatan terutama dipengaruhi oleh peningkatan sektor industri seiring dengan kondisi perekonomian global dan domestik yang semakin optimis. Di sisi eksternal, dampak krisis keuangan global diperkirakan sudah menyusut pada tahun 2009. Kajian sektoral ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) sektror primer yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan, (b) sektor sekunder mencakup sektor industri, sektor listrik dan sektor bangunan, serta (c) sektor tersier yang terdiri dari sektor PHR, sektor pengangkutan, sektor keuangan dan sektor jasa. a. Sektor Primer Sektor pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan masih mengalami kontraksi karena masih dalam masa tanam akibat pergeseran masa tanam di beberapa daerah di Jawa Tengah. 15 Pertanian Masa panen diperkirakan mulai akhir Pertambangan 10 triwulan I-2010, kemungkinan panen raya baru terjadi pada 5 triwulan berikutnya. Sejalan dengan 0 siklus pertumbuhan sektor ini, I II III IV I II III IV I II III IV I*) pertumbuhan pada triwulan I tahun-5 2007 2008 2009 2010 tahun genap selalu tercatat minus. Hal ini terkait dengan musim dan -10 pola tanam pertanian di Jawa Tengah. Sektor pertambangan diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan positif akibat masih stabilnya permintaan bahan galian golongan C guna keperluan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
101
pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jawa Tengah. Sektor pertanian diperkirakan akan mengalami kontraksi dalam kisaran (-2,0%) - (-1,5%) (yoy), sedangkan sektor pertambangan diperkirakan tumbuh 7,0%-7,5%. b. Sektor Sekunder Sektor industri diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan pada triwulan I-2009, yaitu dalam kisaran 7,0%-7,5% (yoy). Peningkatan sektor industri diperkirakan merupakan akibat faktor base effect (triwulan I-2009 mengalami kontraksi yang cukup dalam). Permintaan luar negeri terhadap produk-produk 12 Industri Listrik Bangunan industri Jawa Tengah (TPT, furniture, 10 dll) menunjukan tren yang terus 8 6 meningkat, begitu pula dengan tren 4 impor bahan mentah dan barang 2 modal yang menjadi input sektor ini. 0 Pertumbuhan sektor industri juga I II III IV I II III IV I II III IV I*) -2 diperkirakan didorong oleh naiknya 2007 2008 2009 2010 -4 produksi sub sektor industri migas karena produksi minyak di Blok Cepu sudah beroperasi. Sedangkan industri non migas lain seperti industri makanan dan minuman, rokok, elektronik dan industri kerajinan diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya. Adapun dampak pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mulai 1 Januari 2010 diperkirakan relatif belum berpengaruh pada triwulan I-2010. Berdasarkan informasi anekdotal yang kami peroleh, lonjakan arus impor barang dari China yang melalui pelabuhan Tanjung Emas Semarang belum terlihat signifikan. Sementara itu, kalangan industri dan UKM di Jawa Tengah menyatakan siap menghadapi implementasi perjanjian tersebut. Lebih jauh, ACFTA dapat menjadi sebuah potensi yang menguntungkan bagi sektor ini mengingat selama ini impor non migas terbesar dari China adalah berupa mesin-mesin dan peralatan elektronik yang merupakan barang modal serta bahan-bahan baku bagi industri. Penurunan tarif berpotensi meningkatkan impor barang-barang input tersebut yang berujung pada peningkatan sektor industri di Jawa Tengah. Berdasarkan hal tersebut, sektor industri pengolahan diperkirakan akan tumbuh di kisaran 7,0%-7,5%, sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan laporan yang tumbuh 7,02% (yoy). Sektor bangunan diperkirakan tetap tumbuh dalam kisaran 6,25%-6,75%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2009 sebesar 7,19%. Perkiraan tersebut didasarkan pada digenjotnya proyek infrastruktur seperti jalan tol Semarang-Solo yang ditargetkan untuk selesai pelaksanaannya pada pertengahan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
102
tahun 2010. Sektor listrik gas dan air minum diperkirakan tumbuh dalam kisaran 5,25%-5,75%. b. Sektor Tersier Sektor PHR diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 5,5%-6,0% (yoy) pada triwulan mendatang, sedikit melambat dari triwulan IV-2009 sebesar 6,61%. Berbagai kegiatan menjelang pelaksanaan pilkada di 17 Kab./Kota di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 diperkirakan akan turut mendorong pertumbuhan sektor ini pada triwulan depan selain PHR Pengangkutan aktivitas reguler sektor ini yang 14 Keuangan Jasa 12 relatif stabil pertumbuhannya 10 setiap triwulan. Pembukaan rute 8 penerbangan langsung Semarang 6 - Singapura juga diperkirakan 4 memberikan kontribusi yang 2 positif pada sektor ini. Sektor ini 0 I II III IV I II III IV I II III IV I*) masih menjadi pendorong 2007 2008 2009 2010 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, karena kontribusinya terhadap PDRB sekitar 23%. Pertumbuhan sektor jasa-jasa khususnya subsektor jasa swasta diperkirakan juga akan ikut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan laporan. Subsektor jasa pemerintahan juga diperkirakan belum mempunyai kontribusi yang signifikan mengingat masih dalam periode awal tahun anggaran 2010. Dengan berdasarkan perkiraan tersebut, pertumbuhan sektor jasa-jasa triwulan mendatang diproyeksikan meningkat dalam kisaran 7,5%-8,0%. Sementara itu, pertumbuhan sektor pengangkutan diperkirakan juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan IV-2009 dan berada dalam kisaran 5,75%-6,25%. Pertumbuhan ini banyak ditopang oleh sektor telekomunikasi yang diperkirakan akan tetap tumbuh stabil tiap triwulannya. Sektor keuangan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, yaitu dalam kisaran 7,0-7,5%, karena sektor perbankan diperkirakan akan mulai gencar menyalurkan kreditnya kembali setelah sempat tersendat pada tahun 2009 karena krisis. Sejalan dengan hal tersebut, sektor pembiayaan non bank maupun usaha persewaan diperkirakan juga mengalami hal yang serupa yang dipicu oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan.
7.1.2. Kajian Sisi Penggunaan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
103
Di sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga (RT) diperkirakan akan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh relatif stabil dalam kisaran Kons RT 25 Kons pmrth PMTB 5,5%-6,0%. Berbagai faktor Ekspor 20 seperti peningkatan daya beli 15 masyarakat dari kenaikan upah 10 minimum perkotaan secara umum, 5 pelaksanaan pilkada di 17 0 I II III IV I II III IV I II III IV I*) Kab./Kota, peningkatan indeks -5 2007 2008 2009 2010 keyakinan konsumen serta -10 membaiknya kondisi -15 perekonomian diperkirakan menjadi penyebab pertumbuhan komponen ini Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan belum begitu signifikan pada triwulan I-2010. Namun, bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya diperkirakan pertumbuhan konsumsi pemerintah triwulan I-2010 lebih tinggi karena relatif tepatnya jadwal penyampaian APBD 2010 oleh pemerintah daerah di Jawa Tengah kepada pemerintah pusat. Pertumbuhan konsumsi pemerintah triwulan I-2010 diprediksi berada dalam kisaran 9,75-10,25% (yoy). Kegiatan investasi pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh, dengan laju sekitar 5,75%-6,25%. Peningkatan ini terkait dengan kondisi perekonomian nasional pada tahun 2010 yang diperkirakan mengalami perbaikan. Dari trend data impor non migas untuk barang modal menununjukkan indikasi meningkat yang dapat diartikan bahwa kegiatan investasi di triwulan mendatang akan memperlihatkan kegairahan. Berbagai potensi investasi yang ditawarkan oleh pemerintah provinsi dan kab./kota di Jawa Tengah sudah ada beberapa yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI) dan direalisasikan pada awal tahun 2010. Sementara itu berbagai proyek infrastruktur yang sedang berjalan dan akan direalisasikan pada triwulan I-2010 seperti jalan tol Semarang-Solo, fly over Semarang dan sebagainya juga turut menyumbang pertumbuhan komponen ini. Aktivitas ekspor pada triwulan I-2010 diperkirakan tetap tumbuh cukup tinggi pada kisaran 20,0%-20,5% yang disebabkan oleh pulihnya permintaan luar negeri terhadap barang-barang industri Jawa Tengah. Disamping itu, faktor base effect juga turut mempengaruhi tinggi pertumbuhan ekspor pada triwulan I-2010 karena triwulan pertumbuhan ekspor pada triwulan yang sama tahun sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup dalam. Kegiatan impor diperkirakan akan tumbuh signifikan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan bahan baku industri yang berasal impor serta kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri. Terkait dengan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
104
ACFTA, kondisi tersebut tentunya berpotensi memberikan dampak positif maupun negatif bagi perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian Jawa Tengah pada khususnya. Implikasi positif yaang mungkin timbul adalah adanya peluang untuk peningkatan komoditas ekspor yang menjadi unggulan wilayah kita, serta dapat pula menyebabkan penurunan harga input produksi bagi sektor industri karena impor bahan baku dapat menjadi lebih murah. Namun terdapat pula potensi negatif berupa serangan produk-produk impor dengan harga yang relatif murah, menjadi ancaman bagi industri lokal/ UMKM. Tentunya kondisi tersebut merupakan tantangan dan peluang yang harus diantisipasi oleh semua pelaku ekonomi di Jawa Tengah.
7.2. Inflasi Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, dan laju inflasi diproyeksikan akan berada dalam kisaran 3,75%–4,25% (yoy). Perkiraan optimis akan berada dalam angka kisaran 3,75% - 4,0%, sedangkan perkiraan pesimis berada dalam kisaran 4,0% - 4,25%. Tekanan inflasi triwulan I-2010 diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan harga komoditas volatile foods, naiknya tekanan dari sisi permintaan sejalan dengan naiknya aktifitas ekonomi, dan adanya sedikit tekanan harga dari imported inflation. Tekanan dari imported inflation perlu diantisipasi karena beberapa komoditas internasional diperkirakan mengalami kecenderungan meningkat pada triwulan I2010, antara lain gula pasir, minyak goreng, besi baja (logam) dan berbagai komoditas pangan (gandum, kedelai). Sementara itu, tekanan harga komoditas administered prices diperkirakan timbul dari adanya kebijakan peningkatan tariff cukai rokok sebesar 10% mulai Januari 2010. Adapun tekanan harga volatile foods diperkirakan akan terasa pada awal triwulan I-2010 karena beberapa daerah masih belum memasuki masa panen. Namun, tekanan harga pada akhir triwulan I-2010 diperkirakan akan menurun seiring dengan telah masuknya masa panen pada Februari-Maret 2010. Sementara itu, sumbangan inflasi dari faktor moneter diperkirakan relatif minim sejalan dengan perkembangan kurs rupiah yang diperkirakan masih stabil. Faktor potensial yang diperkirakan dapat menjadi pemicu tekanan inflasi triwulan I-2010 adalah harga gula pasir yang diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga akhir triwulan I-2010 dan harga minyak dunia yang diperkirakan masih fluktuatif selama triwulan I-2010. Selain itu, relatif tingginya curah hujan pada Januari-Februari 2010 dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan beberapa komoditas penting, khususnya komoditas bahan makanan. Tekanan inflasi dari ekspektasi masyarakat diperkirakan mengalami penurunan pada triwulan mendatang. Di tengah aktivitas ekonomi yang mulai meningkat pada awal tahun 2010, laju inflasi diperkirakan akan cenderung naik.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
105
Namun dengan ekspektasi masyarakat yang positif, diharapkan laju inflasi triwulan mendatang diperkirakan akan relatif stabil, meskipun dengan kecenderungan yang sedikit meningkat. Terdapat beberapa faktor positif yang diharapkan dapat menyebabkan relatif stabilnya inflasi triwulan I-2010, di tengah upaya pemulihan ekonomi yang menyebabkan naiknya tekanan harga di sisi permintaan. Beberapa faktor positif tersebut antara lain berupa: (a) tetap stabilnya harga BBM dalam negeri meskipun harga minyak internasional cukup fluktuatif, (b) ketersediaan stok barang kebutuhan pokok yang masih mencukupi, meskipun mulai menipis masa panen baru masuk pada Maret, (c) kurs rupiah yang relatif stabil, dan (d) ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga yang cenderung positif hingga enam bulan ke depan. Inflasi Aktual (%)
Ekspektasi Inflasi 200
12
190 10
180 170
8
160 6
150 140
4 2
130 120
Inflasi Aktual (yoy, %)
110
Ekspektasi Inflasi (indeks)
0
100 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
2010
GRAFIK 7.1. PRAKIRAAN INFLASI HASIL SURVEI KONSUMEN DAN LAJU INFLASI IHK AKTUAL (YOY)
Berdasarkan Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan KBI Semarang, responden mengekspektasikan bahwa harga di tingkat pedagang pada triwulan I2010 mendatang diperkirakan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan laporan. Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang sebagian besar mengekspektasikan terjadinya penurunan harga barang dan jasa, meskipun pada akhir triwulan I-2010 diperkirakan sedikit meningkat (Grafik 7.1.). Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Semarang, ekspektasi masyarakat kota Semarang dalam enam bulan ke depan menunjukkan peningkatan optimisme dalam hal ekspektasi penghasilan, ekspektasi ekonomi, dan ekspektasi
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
106
ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja menunjukkan optimisme pada triwulan I-2010, setelah berada dalam level pesimis sejak triwulan I-2007 s.d. triwulan III-2009. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa ketersediaan lapangan kerja akan semakin meningkat, karena mulai membaiknya kondisi perekonomian. b. Ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi secara umum dalam level yang semakin optimis, sejalan dengan peningkatan indeks ketersediaan barang dan jasa pada enam bulan yang akan datang. c. Ekspektasi penghasilan yang cenderung meningkat dalam level optimis, merupakan sinyal positif bagi perekonomian dalam enam bulan ke depan. d. Ekspektasi masyarakat terhadap harga secara umum sangat positif, yaitu bahwa tiga bulan dan enam bulan harga akan semakin rendah terlihat dari ekspektasi harga yang berada di atas level 140. e. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat suku bunga juga cukup optimis bahwa suku bunga akan berada dalam level yang acceptable. f. Ekspektasi masyarakat terhadap tabungan yang makin optimis pada tiga bulan dan enam bulan ke depan menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap kemampuannya dalam menambah tabungan yang dimilikinya, karena adanya peningkatan penghasilan. 200
160
180
140
160 120
140
100
120
80
100 80
60 40 20
60
Ekspektasi Penghasilan
40
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
20
Ekspektasi Ekonomi 0
0 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
2010
Harga Umum Ketersediaan Barang & Jasa Tingkat Suku Bunga Tabungan 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
2010
GRAFIK 7.2. EKSPEKTASI MASYARAKAT ENAM BULAN KE DEPAN BERDASARKAN SURVEI KONSUMEN
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KBI Semarang, mayoritas responden memperkirakan harga secara umum pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang akan relatif stabil. Secara net balance, indeks ekspektasi harga pada
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
107
Desember 2009 untuk 3 dan 6 bulan mendatang rata-rata berada di atas level 130, meningkat dari September 2009 yang berada dalam level 120an. Hal itu menunjukkan ekspektasi responden terhadap kenaikan harga secara umum semakin meningkat, atau responden melihat ke depan bahwa inflasi akan relatif lebih rendah dari triwulan laporan (Grafik 7.3.). 200
3,0
180
2,5
160
2,0
140 120
1,5
100
1,0
80
0,5
60
0,0
40
-0,5
20 0
-1,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
Ekspektasi harga umum (indeks) - axis kiri
2010
Inflasi Kota Semarang (% mtm) - axis kanan
GRAFIK 7.3. EKSPEKTASI PEDADANG ENAM BULAN KE DEPAN BERDASARKAN SURVEI PENJUALAN ECERAN
Berdasarkan hasil estimasi dan berbagai survei tersebut di atas yang menghitung ekspektasi masyarakat, pengusaha dan pedagang, laju inflasi Jawa Tengah triwulan I-2010 diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,0%-5,0% (yoy). Sementara itu, KBI Semarang memperkirakan laju inflasi Jawa Tengah triwulan I-2010 akan berada dalam kisaran 3,75% s.d. 4,25% sebagaimana terlihat dalam Tabel 7.1. Tabel 7.1. ESTIMASI LAJU INFLASI JAWA TENGAH MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (yoy, PERSEN)
NO 1 2 3 4 5 6 7
KELOMPOK BARANG & JASA I-2009 Bahan Makanan 7,76 Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Temb. 9,22 Perumh., Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 12,17 Sandang 7,08 Kesehatan 6,97 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 4,99 Transpor, Komunikasi & Jasa Keu. 1,92 UMUM 6,94 Sumber: BPS, diolah Keterangan: *) merupakan estimasi KBI Semarang
II-2009 III-2009 3,92 4,63 9,49 7,25 7,38 4,29 6,38 5,94 6,05 5,37 3,69 3,30 -7,36 -6,90 3,95 3,20
IV-2009 3,75 7,53 3,49 5,70 3,40 2,45 -3,40 3,32
I-2010 5 –6 8 –9 3 –4 5 –6 4 –5 2 –3 0 –1 3,75 – 4,25
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
108
Daftar Istilah administered price harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. BI Rate suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya. BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana. dana pihak ketiga (DPK) adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka. financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR) rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional. fit for circulation merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar. inflasi IHK kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. inflasi inti inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. inflow adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia. kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk : (1) pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA). (2) pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang. M1 uang beredar dalam arti sempit, yaitu kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. M2
uang beredar dalam arti luas, yaitu kewajiban sistem moneter yang terdiri dari M1 dan uang kuasi (tabungan dan deposito berjangka dalam rupiah dan valas pada bank umum).
net inflow uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
109
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
110
LAMPIRAN Indikator Perekonomian dan Perbankan Jawa Tengah
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
111
INDIKATOR PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN JAWA TENGAH NO
INDIKATOR
I. EKONOMI MAKRO 1 Pertumbuhan PDRB (yoy, %) Sektoral a. Pertanian b. Pertambangan & Penggalian c. Industri Pengolahan d. Listrik, Gas & Air Bersih e. Konstruksi f. Perdagangan, Hotel & Restoran g. Pengangkutan & Komunikasi h. Keu., Persewaan & Jasa Persh. i. Jasa-Jasa Sisi Penggunaan a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi LNP c. Konsumsi Pemerintah d. Investasi (PMTB) e. Ekspor f. Impor 2 Inflasi (yoy, %) a. Bahan Makanan b. Makanan Jadi c. Perumahan d. Sandang e. Kesehatan f. Pendidikan g. Transpor II. KINERJA PERBANKAN (RP MILIAR) 1. Total Asset - Total a. Total Asset - Bank Umum b. Total Asset - BPR 2. DPK - Total a. DPK - Bank Umum b. DPK - BPR 3. Deposito - Total a. Deposito - Bank Umum b. Deposito - BPR 4. Giro - Total 5. Tabungan - Total a. Tabungan - Bank Umum b. Tabungan - BPR 6. Kredit - Total a. Kredit - Bank Umum b. Kredit - BPR
I-2008
II-2008
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
5,49
5,96
6,39
3,94
4,21
4,53
5,54
4,71
-3,43 1,46 9,51 5,35 5,45 5,46 7,10 11,49 11,20
5,89 2,03 5,03 4,83 6,04 5,76 6,67 8,32 8,80
7,09 5,54 6,39 4,86 6,08 4,95 9,65 6,77 6,69
13,36 5,70 -2,37 4,04 8,44 4,26 6,67 4,96 4,46
9,74 4,96 -2,38 2,60 7,61 4,57 7,11 10,01 7,47
4,74 5,40 1,09 6,39 6,58 5,82 7,35 8,80 7,72
9,25 3,86 1,73 5,43 6,66 5,95 6,41 7,28 7,74
-6,00 7,65 7,02 6,57 7,19 6,61 6,99 4,80 8,42
5,13 2,65 14,71 6,18 2,6 16,06 7,95 13,36 10,69 5,34 9,69 5,5 7,31 1,18
5,11 2,12 9,32 6,14 5,75 -8,58 9,01 17,33 9,74 9,73 9,13 6,4 8,54 11,2
6,51 6,77 8,88 7,16 1,52 -12,51 10,21 16,71 13,17 12,77 8,78 6,13 4,44 11,92
4,95 10,27 8,23 7,24 2,31 13,03 9,55 12,91 12,9 13,46 7,06 7,68 4,93 7,14
4,92 11,89 7,86 5,34 -10,17 -12,90 6,94 7,76 9,22 12,17 7,08 6,97 4,99 1,92
5,25 10,53 6,85 5,00 -0,70 6,47 3,95 3,92 9,49 7,38 6,38 6,05 3,69 -7,36
5,84 6,28 7,45 5,20 8,44 17,85 3,20 4,64 7,25 4,29 5,94 5,37 3,30 -6,90
5,65 1,61 12,87 6,88 8,43 14,54 3,32 3,75 7,53 3,49 5,70 3,40 2,45 -3,40
94.342 87.417 6.925 74.783 69.886 4.897 28.073 25.143 2.930 12.772 33.938 31.971 1.967 64.040 58.475 5.565
99.100 91.822 7.278 78.761 73.706 5.054 29.571 26.574 2.997 12.971 36.219 34.161 2.058 71.397 65.406 5.991
107.486 111.812 99.993 103.922 7.493 7.889 81.240 86.140 76.113 80.681 5.127 5.459 32.910 33.740 29.868 30.621 3.042 3.119 11.789 12.296 36.542 40.104 34.457 37.763 2.085 2.340 77.110 79.331 70.668 72.907 6.442 6.424
113.259 105.161 8.097 90.139 84.453 5.686 36.975 33.646 3.330 14.035 39.129 36.773 2.356 79.835 73.099 6.736
116.051 107.844 8.207 92.260 86.474 5.786 37.221 33.801 3.420 14.358 40.681 38.315 2.366 82.670 75.610 7.060
121.918 113.088 8.830 93.852 87.657 6.195 37.048 33.379 3.669 14.474 42.330 39.804 2.526 85.961 78.452 7.508
125.595 116.642 8.953 97.499 91.213 6.287 36.423 32.697 3.726 14.017 47.058 44.498 2.560 90.194 82.814 7.380
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
112
INDIKATOR PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN JAWA TENGAH NO
INDIKATOR
7. Kredit Menurut Jenis Penggunaan a. Kredit BU & BPR - Total - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi b. Persentase thd Total Kredit (%) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi c. Kredit Bank Umum - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi d. Kredit BPR - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi 8. Kredit Menurut Sektor Ekonomi a. Kredit BU & BPR - Total - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan - Sektor Industri - Sektor Air, Listrik & Gas - Sektor Konstruksi - Sektor Perdagangan - Sektor Transportasi - Sektor Jasa Dunia Usaha - Sektor Jasa Sosial Masy. - Lain-lain b. Kredit Bank Umum - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan - Sektor Industri - Sektor Air, Listrik & Gas - Sektor Konstruksi - Sektor Perdagangan - Sektor Transportasi - Sektor Jasa Dunia Usaha - Sektor Jasa Sosial Masy. - Lain-lain c. Kredit BPR - Sektor Pertanian - Sektor Industri - Sektor Perdagangan - Sektor Jasa Dunia Usaha - Lain-lain
I-2008
II-2008
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
64.040 35.474 4.833 23.733 100,00 55,39 7,55 37,06 58.475 32.745 4.517 21.213 5.565 2.728 317 2.520
71.397 39.650 5.337 26.410 100,00 55,53 7,48 36,99 65.406 36.732 4.987 23.687 5.991 2.918 350 2.723
77.110 43.573 5.589 27.949 100,00 56,51 7,25 36,25 70.668 40.337 5.234 25.098 6.442 3.236 355 2.851
79.331 44.968 5.925 28.438 100,00 56,68 7,47 35,85 72.907 41.826 5.543 25.539 6.424 3.142 382 2.899
79.835 45.133 5.881 28.821 100,00 56,53 7,37 36,10 73.099 41.825 5.475 25.799 6.736 3.308 405 3.022
82.670 46.419 6.171 30.079 100,00 56,15 7,47 36,38 75.610 42.883 5.766 26.961 7.060 3.536 406 3.118
85.961 48.142 6.727 31.093 100,00 75,17 10,50 36,17 78.452 44.352 6.321 27.780 7.508 3.790 406 3.313
90.194 50.546 7.098 32.549 100,00 56,04 7,87 36,09 82.814 46.839 6.694 29.281 7.380 3.707 404 3.268
64.040 2.437 73 11.157 12 852 21.237 621 2.810 606 24.234 58.475 1.996 73 11.070 12 852 19.345 621 2.300 606 21.599 5.565 441 87 1.892 510 2.635
71.397 2.547 65 12.569 13 1.205 23.282 685 3.243 679 27.109 65.406 2.067 65 12.479 13 1.205 21.254 685 2.688 679 24.270 5.991 479 89 2.028 555 2.839
77.110 2.548 103 14.717 10 1.343 24.473 727 3.733 681 28.776 70.668 2.096 103 14.610 10 1.343 22.200 727 3.100 681 25.797 6.442 452 106 2.273 632 2.979
79.331 2.655 100 15.633 10 1.110 25.352 845 3.704 743 29.179 72.907 2.156 100 15.540 10 1.110 23.145 845 3.103 743 26.157 6.424 500 93 2.207 601 3.023
79.835 2.671 101 15.550 17 1.132 25.666 845 3.583 719 29.552 73.099 2.144 101 15.453 17 1.132 23.344 845 2.954 719 26.391 6.736 527 97 2.322 628 3.161
82.670 2.753 89 15.002 50 1.282 27.481 926 3.515 745 30.825 75.610 2.200 89 14.904 50 1.282 24.986 926 2.859 745 27.568 7.060 553 98 2.496 656 3.257
85.961 2.688 110 15.809 61 1.355 28.764 910 3.712 737 31.816 78.452 2.167 110 15.708 61 1.355 26.019 910 3.050 737 28.336 7.508 521 102 2.745 662 3.479
90.194 2.819 105 16.802 63 1.296 30.414 955 3.647 809 33.283 82.814 2.290 105 16.702 63 1.296 27.764 955 2.977 809 29.853 7.380 529 100 2.650 670 3.431
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
113
INDIKATOR PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN JAWA TENGAH NO
INDIKATOR
I-2008
II-2008
9. LDR - Perbankan (%) 85,63 90,65 a. LDR - Bank Umum (%) 83,67 88,74 b. LDR - BPR (%) 113,64 118,52 10. NPL -Perbankan (%) 4,13 2,80 a. NPL - Bank Umum (%) 3,34 3,06 b. NPL - BPR (%) 12,54 10,36 11. Kredit UMKM 51.838 57.145 a. Skala Usaha - Mikro 23.627 25.331 - Kecil 15.012 17.116 - Menengah 13.199 14.698 b. Sektor Ekonomi - Sektor Pertanian 1.954 2.001 - Sektor Pertambangan 51 43 - Sektor Industri 3.942 4.246 - Sektor Air, Listrik & Gas 12 13 - Sektor Konstruksi 535 809 - Sektor Perdagangan 18.034 19.385 - Sektor Transportasi 490 519 - Sektor Jasa Dunia Usaha 2.197 2.590 - Sektor Jasa Sosial Masy. 538 577 - Lain-lain 24.085 26.962 c. Jenis Penggunaan - Kredit Modal Kerja 25.167 27.598 - Kredit Investasi 3.086 3.284 - Kredit Konsumsi 23.585 26.263 12. Perbankan Syariah A. Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah) a. Aset 1.624 1.866 Share thd Perbankan Jateng (%) 1,72 1,88 b. DPK 1.288 1.462 Share thd Perbankan Jateng (%) 1,72 1,86 c. Pembiayaan 1.304 1.620 Share thd Perbankan Jateng (%) 2,04 2,27 d. FDR (%) 101,24 110,80 e. NPF (%) 4,83 4,12 B. Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah a. Aset 1.563 1.787 b. DPK 1.247 1.415 - Giro Wadiah 179 187 - Tab. Wadiah & Mudharabah 625 654 - Deposito Mudharabah 443 574 c. Pembiayaan 1.259 1.566 d. FDR (%) 101,04 110,67 e. NPF (%) 4,73 4,17 C. BPR Syariah a. Aset 61 78 b. DPK 41 48 - Tab. Wadiah & Mudharabah 21 26 - Deposito Mudharabah 20 21 c. Pembiayaan 42 54 d. FDR (%) 102,06 113,22 e. NPF (%) 8,02 5,88
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
94,92 92,85 125,64 3,24 2,64 2,84 60.211
92,10 90,37 117,66 2,95 2,39 2,64 61.241
88,57 86,56 118,46 4,13 3,70 4,27 61.734
89,61 87,44 122,01 4,13 3,41 8,76 63.317
91,59 89,50 121,20 3,40 2,83 9,31 64.898
IV-09 92,51 90,79 117,38 2,98 2,41 9,13 70.158
26.098 18.785 15.328
26.190 19.524 15.527
26.523 20.064 15.147
27.039 20.896 15.382
27.460 21.542 15.896
28.613 24.249 17.295
2.060 42 4.404 10 899 20.189 506 2.906 582 28.613
2.107 41 4.649 10 679 20.751 546 2.901 554 29.003
2.099 36 4.269 11 689 21.436 552 2.807 553 29.282
2.172 38 4.267 11 760 22.083 549 2.879 574 30.005
2.168 43 4.350 22 814 22.855 568 2.920 581 30.577
2.219 33 4.668 23 796 25.078 601 3.059 574 33.107
28.954 3.470 27.229
29.491 3.487 28.263
29.678 3.481 28.575
30.335 3.670 29.331
31.286 3.744 29.868
33.505 4.281 32.372
2.312 2,15 1.550 1,91 1.873 2,43 101,24 4,83
2.417 2,16 1.701 1,98 2.027 2,55 119,12 2,43
2.350 2,07 1.660 1,84 2.003 2,51 120,66 4,64
2.710 2,34 1.892 2,05 2.232 2,70 117,98 4,03
2.916 2,39 1.890 2,01 2.412 2,81 127,67 3,27
3.477 3 2.230 2 2.631 3 117,98 4
2.225 1.495 198 721 576 1.808 120,96 2,56
2.318 1.637 150 820 666 1.958 119,63 2,30
2.244 1.588 154 807 627 1.925 121,22 4,59
2.590 1.810 166 891 753 2.143 118,41 3,97
2.788 1.804 166 1.064 739 2.314 128,30 3,13
3.328 2.132 154 990 989 2.526 118,48 3,43
87 55 30 25 65 118,46 4,90
100 65 36 28 69 106,19 6,18
106 72 39 33 78 108,30 6,41
120 82 42 40 89 108,54 5,95
128 86 47 39 98 114,37 6,46
149 98 54 44 105 106,99 7,79
sumber : KBI Semarang dan BPS Provinsi Jateng KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2009
114