Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan III-2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode triwulan III-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,14% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasajasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,07%, yoy), utamanya dipengaruhi meningkatnya permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Dari sisi kinerja perbankan, kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,67% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,37% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. BAB I Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% 4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil paket kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan hingga di penghujung tahun.
Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
i
Kata Pengantar
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, 18 November 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HARYMURTHY GUNAWAN Direktur
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
ii
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................... KETERANGAN DAN SUMBER DATA .................................................................................. TABEL INDIKATOR TERPILIH ............................................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF
i iii v vii ix xi
.......................................................................................................
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ...........................................
7
1. Sisi Permintaan .........................................................................................
7
1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... .............
8
1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... ......
9
1.3. Investasi ..............................................................................................
9
1.4. Perkembangan Ekspor ........................................................................
12
1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ............
15
2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah
17
2.1. Sektor Pertanian ................................................................................
18
2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ...
19
2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ .
21
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... .............
21
BOKS1. Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan ..................................
23
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
31
....................................... ...........................
2. Inflasi Triwulanan
31
......................................................
33
3. Inflasi Tahunan .........................................................................................
37
BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
....... ..............
43
1. Stabilitas Sistem Keuangan ......................................................................
43
1.1. Intermediasi Perbankan ....................................................................
44
1.2. Ketahanan Sektor Korporasi .............................................................
46
1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ......................................................
47
1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................
48
1.5. Perbankan Syariah ............................................................................
49
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
iii
Daftar Isi
2. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... ................................... 2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai 2.2. Transaksi Pembayaran Tunai
50
....................................................
50
............................................................
50
BOKS2. Mendorong Pertambahan Ekonomi Melalui Pelonggaran Kebijakan LTV / FLV ..................................................................................................... BAB 4. KEUANGAN DAERAH
51
.................................................
55
......................................................
55
2. Realisasi Belanja Daerah .......... ..................................................................
56
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ...................................................
61
.......................................................................
61
2. Kesejahteraan .......... .................................................................................
64
2.1. Daya Beli Masyarakat .........................................................................
64
2.2. Nilai Tukar Petani .............................................................................
64
BOKS3 Formula Baru Upah Minimum Provinsi ..........................................................
66
BAB 6. PROSPEK EKONOMI .... .................................................................................
71
1. Realisasi Pendapatan Daerah
1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro
.............................................
71
2. Prakiraan Inflasi .........................................................................................
72
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
iv
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6.
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan .................................. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan .................................... Realisasi PMA Kalimantan Selatan ................................................................... Realisasi PMDN Kalimantan Selatan .................................................................. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Sektor) ................. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ...................
8 11 12 12 17 17
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3.
Andil Inflasi Terbesar Triwulan III 2015 ............................................................. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IIII 2015 ......................................................... Andil Inflasi Tahunan TerbesarTriwulan III 2015 ................................................
34 34 39
Tabel 3.1. Tabel 3.2.
Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ................................. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial ..............................
45 45
Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3.
Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ...................................... Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel ......................................................... Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel ..................................................................
55 56 57
Tabel 5.1.
Tabel 5.3.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Februari 2012 - Agustus 2015 ............................... Presentase Penduduk Kalsel Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 Februari 2015 (%) ......................................................................................................... Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalsel (Tahun Dasar 2012) ..............................
Tabel 6.1
Proyeksi Harga Komoditas ..................................................................................
Tabel 5.2.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
61 63 65 72
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
vi
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14 . Grafik 1.15. Grafik 1.16
7 7 8 8 9 10 10 10 12 13 13 13 14 14 14
Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24. Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 1.30. Grafik 1.31. Grafik 1.32.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ................. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ........................ Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ............................... Indeks Penyusunan ITK Kalimantan Selatan ...................................................... Pertumbuhan Kredit Konsumsi VS Kredit Umum Kalsel ..................................... Volume Impor Barang Modal Industri Kalsel ....................................................... Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalsel ....................................................... Volume Konsumsi Semen Kalsel ....................................................................... Pertumbuhan Nilai PMA Kalsel .......................................................................... Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ........................................... Perkembangan Nilai Ekspor Kalsel ................................................................... Perkembangan Volume Ekspor Kalsel ................................................................ Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalsel Hingga Tw. III-15 ................... Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Komoditas Unggulan .................. Distribusi Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Negara Hingga Tw. II - 2015 ............... Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................... Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ................................................... Perkembangan Permintaan Karet Domestik ........................................................ Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti .......................................... Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalsel ................................................... Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalsel Berdasarkan Jenis Barang ........................................................................................................... Produksi Padi Kalsel .................................................................................... Produksi TBS Kalsel ....................................................................................... Produksi Karet Kalsel ....................................................................................... Perkembangan Produksi Batubara Kalsel ............................................................ Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalsel ................................... Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalsel ................................................... Perkembangan Negara Mitra (Pertumbuhan PDB) ............................................... Perkembangan Produksi CPO Kalsel .................................................................... Perkembangan Volume Penjualan Karet.............................................................. Perkembangan Bongkar Muat Di Pelabuhan ....................................................... Tingkat Hunian Hotel .......................................................................................
Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3. Grafik 2.4 Grafik 2.5. Grafik 2.6.
Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional ........................................................... Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ....................................... Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan secara Kuartalan (qtq) ............................ Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ...................... Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) ..............................................
32 32 32 36 36 37
Grafik 3.1. Grafik 3.2. Grafik 3.3. Grafik 3.4. Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.10. Grafik 3.11. Grafik 3.12. Grafik 3.13. Grafik 3.14.
Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ............................................. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ................................................................. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ............................................................ Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ......................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... Shere Kredit Korporasi ................................................................................. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral .............................................................. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ......................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... Shere Kredit Konsumsi ............................................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ............................................................ Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM ................................................................ Share Kredit UMKM .......................................................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Umum ...............................................................
43 44 44 44 46 46 46 47 47 47 48 48 48 48
Grafik 1.17. Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
14 15 15 16 16 16 18 18 19 20 20 20 20 21 21 22 22
vii
Daftar Grafik
Grafik 3.15. Grafik 3.16. Grafik 3.17. Grafik 3.18. Grafik 3.19. Grafik 3.20. Grafik 3.21.
Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah .............................................. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya ........................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah ................................................................ Transaksi RTGS ................................................................................................. Transaksi Kliring ................................................................................................ SP Tunai (Level) ................................................................................................. SP Tunai (Pertumbuhan) ....................................................................................
49 49 49 50 50 50 50
Grafik 4.1. Grafik 4.2.
Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Tw. III - 2015 ................................................. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Tw. III - 2015 .................................
56 57
Grafik 5.1. Grafik 5.2.
62
Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5. Grafik 5.6. Grafik 5.7.
Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang Pendidikan .................................................................................................... Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... Saldo Bersi Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ............................. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................. Indeks Penghasilan Konsumen ................................................................... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ...................................................
Grafik 6.1. Grafik 6.2. Grafik 6.3.
Pertumbuhan Ekonomi Kalsel ................................................................... Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia .............................................................. Proyeksi Inflasi Kalsel 2015 ..........................................................................
71 71 73
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
62 62 63 63 64 64
viii
Keterangan dan Sumber Data
BAB II
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder Departemen Statistik, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya dalam Bab 1 berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar.
Bab II
Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III
Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.
Bab V
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
ix
Keterangan dan Sumber Data
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap
gejolak
internal
dan
eksternal
untuk
mendukung
alokasi
sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and
Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
x
Tabel Indikator Terpilih
TABEL INDIKATOR TERPILIH
a.
Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010) INDIKATOR
IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
b.
2014 TW - I TW - II TW - III TW - IV 108,32 110,91 111,66 116,04 4,89 6,81 4,81 7,28 108,22 110,91 111,63 115,97 4,84 6,81 4,67 7,16 109,57 111,79 112,10 116,93 5,49 7,02 6,54 8,80
2015 TW - I TW - II TW - III 115,90 117,64 119,75 7,00 6,07 7,03 115,82 117,55 119,59 7,02 6,05 6,94 116,93 118,79 121,93 6,72 6,26 8,31
4.387 8.070 3.654 115 1.906 2.725 2.403 1.660 3.343 6,65 2.417 40.329 69,4 26,5
3.527 8.963 3.854 128 2.057 2.937 2.639 1.859 3.735 5,26 2.200 36.932 106,9 56,6
4.000 8.639 4.490 154 2.584 3.622 3.081 2.089 4.520 3,91 1.659 31.318 61,8 56,1
5.282 8.399 3.924 121 2.122 3.008 2.624 1.751 3.676 4,67 2.233 39.506 44,8 31,5
3.927 8.898 4.002 126 2.189 3.120 2.719 1.784 3.826 4,75 1.795 31.277 124,8 68,3
16.782 33.484 14.971 473 7.978 11.357 10.033 6.823 13.975 5,51 2.217 40.556 62,3 49,0
5.047 8.906 4.226 134 2.283 3.240 2.794 1.916 3.982 5,51 2.023 34.918 65,5 61,1
5.878 8.869 4.542 142 2.538 3.647 3.080 1.971 4.303 4,63 1.784 32.153 34,6 50,2
4.391 8.829 4.678 158 2.702 3.858 3.195 2.055 4.532 4,05 1.799 33.308 105,1 53,3
5.787 8.350 4.841 165 2.705 3.892 3.239 2.083 4.803 3,14 1.410 25.747 64,0 44,2
6.660 8.420 5.129 168 2.938 4.261 3.433 2.213 5.210 3,86 1.352 28.162 64,2 56,1
Stabilitas Sistem Keuangan INDIKATOR
Total Asset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR - Lokasi Proyek NPL
c.
2013 TW - I TW - II TW - III TW - IV 146,00 145,71 151,02 153,49 5,25 4,74 7,09 6,98 146,00 145,71 151,02 153,49 5,25 4,74 7,09 6,98
Tw - I 42.031 34.264 8.600 17.477 8.187 38.831 14.078 11.629 13.124 113,33% 1,44%
2013 Tw - II Tw - III 44.542 45.975 35.515 36.003 9.589 9.085 17.261 17.827 8.664 9.091 41.163 43.901 13.912 15.669 13.314 13.554 13.937 14.678 115,90% 121,94% 1,42% 1,42%
Tw - IV 45.707 36.229 7.697 19.911 8.621 42.761 14.540 13.181 15.040 118,03% 1,38%
Tw - I 45.457 36.152 8.228 18.785 9.138 43.796 14.670 13.853 15.274 121,15% 1,78%
2014 Tw - II Tw - III 50.192 50.612 38.447 38.799 10.547 10.206 18.639 18.714 9.261 9.879 45.600 48.005 14.749 15.772 15.030 16.048 15.821 16.185 118,61% 123,73% 2,22% 2,79%
Tw - IV 49.541 37.248 8.216 20.055 8.977 48.218 15.463 17.347 15.408 129,45% 2,62%
Tw - I 48.521 37.155 8.162 18.294 10.699 48.661 15.843 15.946 16.872 130,97% 3,23%
2015 Tw - II 53.060 40.274 10.654 18.509 11.111 49.471 16.430 15.724 17.317 122,83% 3,60%
Tw - III 57.118 41.330 10.911 19.627 10.792 50.264 16.685 15.822 17.757 121,61% 3,62%
Sistem Pembayaran 2013 Indikator
Inflow Kas (Rp miliar) Outflow Kas (Rp miliar) Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) Volume Kliring (ribu lbr) Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar)
Tw - I
Tw - II
2015
2014
Tw - III
Tw - IV
Tw - II
Tw - III
2.417 733 71.719 47 4.505 81 117
1.783 1.373 82.818 48 4.479 83 106
2.630 2.208 72.416 43 4.369 56 109
1.645 2.168 71.217 47 4.737 82 388
2.666 1.020 60.789 42 4.227 78 119
1.881 1.304 67.933 42 4.269 93 153
3.120 2.096 69.419 36 4.190 76 113
1.948 1.845 71.303 42 4.572 75 164
2.649 802 56.117 43 3.962 91 105
2.028 1.681 67.694 45 4.002 78 79
2.876 2.025 63.360 45 3.908 69 151
2.135
2.297
2.419
2.311
2.207
3.050
2.384
2.948
2.286
1.723
2.143
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Tw - I
Tw - II
Tw - III
Tw - IV
Tw - I
xi
Tabel Indikator Terpilih
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI triwulan III
3,86% yoy Tw II -1,8% yoy
KONSUMSI RT
PERTANIAN
Tw III -0.3% yoy
Tw II 4,0% yoy
3,14% yoy PERMINTAAN
SEKTORAL TAMBANG
triwulan II
Tw III 3.9% yoy
Tw II 5,8% yoy
Tw III 5,7% yoy
SSK Tw II
P. Asset (yoy) 5,7% P. DPK (yoy) P. Kredit (yoy) NPL
4,8%
EKSPOR Tw II 2,53% yoy
Tw III 8,0% yoy
SP Tw III
12,9% 6,5%
8,5%
4,7%
3,60%
3,62%
Non Tunai KLIRING Rp3,9T RTGS Rp63,4T Tw II -6,2%
Tw III -6.7%
Tw II -0,3%
Tw III -8,7%
yoy
yoy
yoy
yoy
Tunai INFLOW
OUTFLOW
Rp2,9T
Rp2,0T
NET INFLOW
Rp0,9T
OUTL
Pertumbuhan Ekonomi
Tw IV: 4,0-4,2%yoy
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
2015: 3,5-3,9%yoy
xii
Tabel Indikator Terpilih
N INFLASI triwulan III
7,03% yoy Vol. Foods Tw II 5,8% yoy
triwulan II
6,07% yoy
Adm. Price
Tw III 5.5% yoy
Tw II 7,2% yoy
Tw III 10.0% yoy
APBD
Core Tw II 5,9% yoy
Tw III 6.7% yoy
TENAGA KERJA
Realisasi Pendapatan
76,5%
Tk. Pengangguran Ags ‘14 3,8%
Ags ‘15 4,9%
Indeks Penghasilan
Realisasi Belanja
60,0%
LOOK
Tw II 119.0
Tw III 110.4
Nilai Tukar Petani Tw II 100,6
Tw III 99,7
Inflasi
2015: 4,7-4,9%yoy
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xiii
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xiv
Tabel Indikator Terpilih
RINGKASAN EKSEKUTIF
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xv
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xvi
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah.
Membaiknya
permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,07% yoy) yang utamanya dipengaruhi oleh peningkatan permintaan saat menjelang Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
1
Tabel Indikator Terpilih
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun
NPL-nya sedikit
meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas. KEUANGAN DAERAH Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat, baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan tahun sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PROSPEK EKONOMI Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta dukungan subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan. Realisasi inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 diprakirakan menurun signifikan mengarah pada kisaran 4,7% - 4,9% (yoy). Penurunan inflasi tersebut diperkirakan akibat
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
2
Tabel Indikator Terpilih
terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat menyusul paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III pada awal triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung tahun lalu.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
3
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
4
Tabel Indikator Terpilih
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
6
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy). Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor % yoy 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4
PHR PDRB Industri Tambang Pertanian
7.5
3.9 3.9 1.9 -0.3 -1.8
I
2011 2012 2013 2014
…
II
III
IV
I
2014
II
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional % yoy 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1
Nasional
Kalimantan
2015
2011 2012 2013 2014 …
3.14 1.09
3.86
-0.41 I
III
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
4.67 4.73
Kalsel
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber: BPS (diolah)
1.1. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah.
Membaiknya
permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
7
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan Tw.III-2015 Tw.II-2015 % (yoy) % (yoy) Pangsa Konsumsi Rumah Tangga 4.86 4.86 4.86 5.78 5.67 0.44 Konsumsi LNPRT 4.27 7.87 13.02 3.08 10.02 0.01 Konsumsi Pemerintah 3.54 3.60 2.67 5.87 6.53 0.11 Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.11 5.75 5.79 4.92 5.32 0.21 Perubahan Stok & Diskrepansi Statistik -218.82 -66.01 -41.92 -1728.06 56.76 0.01 Ekspor Barang dan Jasa 0.38 0.16 -0.59 2.53 8.01 0.72 Impor Barang dan Jasa 0.80 -2.63 -2.29 8.88 13.41 -0.50 PDRB 5.97 5.36 4.85 3.14 3.86 1.00 Sumber: BPS (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth Penggunaan
2012
2013
2014
SOG 2.52 0.08 0.70 1.12 0.33 5.78 -6.67 3.86
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT) Konsumsi RT pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,78% (yoy). Perlambatan tersebut tercermin pada melambatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin yang menurun dari -3,17% (yoy) menjadi -5,19% (yoy). Demikian pula Indeks Pendapatan Rumah Tangga yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mencatat penurunan tingkat pendapatan RT yaitu dari 111,57 menjadi 108,69. Pengaruh sedikit meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III-2015 dampaknya relatif terbatas terhadap penurunan konsumsi RT sebagaimana ditunjukkan oleh moderatnya penurunan Indeks Kaitan Inflasi terhadap Konsumsi dan perlambatan pertumbuhan konsumsi RT. Pelemahan daya beli seiring dengan perlambatan konsumsi RT turut terbantu oleh peran pembiayaan di mana pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 9,45% (yoy) menjadi 9,71% (yoy). Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin % yoy 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10
Grafik 1.4. Subindeks Penyusun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan
-3.17 -5.19 I
II
III
IV
2013
I
II
III 2014
IV
I
II
III
2015
Data: KPw BI Prov Kalsel (diolah)
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
8
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan Rp. Triliun 20
% yoy 30
Pertumbuhan Kredit Kredit Konsumsi Konsumsi (sb. kanan)
15
25 20
10
9.71
15 10
5
9.45
5
0
0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (diolah) Metode: lokasi proyek
1.1.2. Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 6,53% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh lebih baiknya serapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hingga triwulan-III 2015 yang mencapai 60,0%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 58,3%. Pencapaian ini menunjukkan baiknya peran fiskal daerah dalam menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
1.1.3. Investasi Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,32% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy).
Peningkatan
pertumbuhan investasi terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi nonbangunan sejalan dengan meningkatnya impor barang modal dan penjualan semen. Meningkatnya investasi nonbangunan tercermin dari peningkatan pertumbuhan volume impor barang modal industri yakni dari sebesar -0,31% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi sebesar 317,32% (yoy) pada triwulan-III 2015. Investasi mesin dan peralatan mengalami peningkatan seiring dengan berlanjutnya pembangunan pembangkit listrik Independent Power Producer (IPP) Mulut Tambang (2x100 MW) di Tanjung, pembangkit Mini Hydro Power di Tabalong (10 MW), berlanjutnya pembangunan transmisi listrik Satui, Banjarmasin dan Pelaihari. Perusahaan tambang minyak di daerah Tabalong juga telah melalui proses tender bagi investasi infrastruktur tambangnya. Meningkatnya investasi bangunan terindikasi dari peningkatan pertumbuhan volume bongkar barang konstruksi baik dari luar negeri maupun dalam negeri serta peningkatan pertumbuhan penjualan
semen.
Pertumbuhan
volume
bongkar
barang
konstruksi
membaik
dari
-34,42% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi -28,44% (yoy) pada triwulan-III 2015. Volume
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
9
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
penjualan semen tercatat membaik dari -50,53% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi -34,99% (yoy) pada triwulan III-2015. Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan
Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan
Volume Impor Barang Modal Industri*
Volume Bongkar Barang Konstruksi Pertumbuhan Volume Bongkar Barang Konstruksi (sb. Kanan) Ribu Ton % yoy 500 20
Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Industri (sb. Kanan)
Ribu Ton 35 30 25 20 15 10 5 0 I
% yoy 400
317.32
300
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
2014
II
0
300
100
-10
200
0
(0.31)
10
400
200
-100
100
-200
0
III
-20
-30
I
2015
II
III
IV
I
2012
Sumber: Bea Cukai (diolah) *)SITC2-Machinery & Transportation Equipment
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
(34.42) IV I II
(28.44)
-40
III
2015
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah) *)aspal, kayu gergajian, semen, baja/besi beton
Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan Volume Konsumsi Semen Pertumbuhan Volume Konsumsi Semen (sb. Kanan)
Ribu Ton 350
% yoy 60
300
40
250
20
200
0
150
-20
100
-40 (34.99)
50 0
-60
(50.53) I
II
III
IV
I
II
III
IV
2012 2013 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Terdapat kemajuan pembangunan proyek pemerintah dan swasta sebagaimana terindikasi dari data
Building and Construction Interchange (BCI) Asia. Pada triwulan laporan pembangunan Bendungan Tapin terealisasikan. Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Amandit di Hulu Sungai Selatan juga sudah mulai berlangsung setelah pada triwulan sebelumnya masih dalam fase post-tender. Pembangunan serta perbaikan konektivitas darat juga meningkat pada triwulan laporan. Dari Rp. 1,94 triliun total APBN dan APBD yang dialokasikan Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan pada tahun 2015 untuk perbaikan jalan, kualitas pemukiman (air) dan irigasi, pada triwulan laporan sekitar 45 proyek perbaikan jalan berlangsung, 2 di antaranya baru dimulai pada triwulan laporan, yakni Jalan Sebamban-Pagatan dan Tambang Ulang-Kait-kait. Sementara itu 3 proyek pembangunan juga tengah berlangsung yakni fase 1 jembatan Pulau Kalimantan-Pulau Laut, Jembatan Kota Lama dan Jembatan Mandastana-Tanipah yang baru dimulai pada triwulan laporan. Pembangunan noninfrastruktur juga berkembang cukup pesat pada triwulan laporan, ditunjukkan oleh
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
10
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
peningkatan jumlah proyek yang memasuki fase konstruksi pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan Pemilik Proyek Swasta
Tipe Proyek
Tahapan Proyek
Listrik
Jumlah Proyek Nilai Proyek 2015Q2 2015Q3 2015Q2 2015Q3 Juta USD 1 1 12 12 5 5 360 362 1 1 3 3 2 1 5 5 9 9 5 7 17 15 28 21 5 13 1 1 1 1 0 2 70 3 1 3 31 31 45 40 61 1 1 2 4 3 6 11 4 4 3 1 1 0 10 8 3 33 50 37 53 1 1 13 6 19 19 3 3 5 6 24 20 9 42 88 121 468 573 5 13
2. Concept 7. Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept 4. Documentation 6. Post tender 7. Construction: Main Contract Awarded 9. Construction: Subcontract(s) Awarded Infastruktur 6. Post tender Pemerintah Bandara, Pelabuhan, Terminal 6. Post tender Irigasi, Waduk dan Air Bersih 7. Construction: Main Contract Awarded Jalan 6. Post tender 7. Construction: Main Contract Awarded Jembatan 6. Post tender 7. Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept 4. Documentation 6. Post tender 7. Construction: Main Contract Awarded Infastruktur 4. Documentation Total 2. Concept 4. Documentation 6. Post tender 7. Construction: Main Contract Awarded 9. Construction: Subcontract(s) Awarded Sumber: BCI Asia (diolah) Keterangan: (1). Jumlah dan nilai proyek merupakan data posisi. (2). Infrastruktur: bangunan yang dinikmati publik secara langsung, baik milik swasta maupun pemerintah. (3). Non Infrastruktur: bangunan yang tidak dinikmati publik secara langsung (kebutuhan operasional swasta/pemerintah).
Pada triwulan-III 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar USD 352,1 juta atau tumbuh 354,34% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -67,83% (yoy) dengan nilai PMA sebesar USD 54,8 juta. Dari sisi sektoral, hingga triwulan-III 2015 PMA terbesar dilakukan pada subsektor perkebunan, disusul oleh sektor properti, sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi serta sektor mineral nonlogam. Pada tahun 2015, konsesi lahan perkebunan kelapa sawit Kalimantan Selatan meningkat 14,58% (yoy) yakni dari 480 ribu Ha 1
menjadi 550 ribu Ha . Peningkatan khususnya berasal dari lahan basah dan perkebunan rakyat pola inti-plasma seiring dengan adanya ruang pengembangan lahan dari Permentan No. 98 Tahun 2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Saat ini terdapat satu perusahaan asing dengan
1
GAPKI Kalimantan Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
11
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pangsa perkebunan terluas di Indonesia berada di Kalimantan Selatan menempatkan refinery-nya di Kalimantan Selatan. Dengan bisnis downstream yang luas dan panjang serta permintaan global yang terus tumbuh, penempatan dan pengembangan bisnis upstream di Indonesia sangat diperhitungkan. Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan Nilai PMA Pertumbuhan Nilai PMA (sb. Kanan)
USD Juta 400
% yoy 354.34 400
350
300
300
200
250 200
100
150
0
100 -100
(67.83)
50
0
-200 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan
II
III
PMA Kalimantan Selatan (Juta USD), Q3 2015 YTD Sektoral Nilai % Tanaman Pangan dan Perkebunan 192 37.47% Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 91 17.74% Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 72 13.99% Industri Mineral Non Logam 66 12.88% Industri Makanan 65 12.63% Lainnya 27 5.30% Total 513 100.00% Sumber: BKPM (diolah)
2015
Sumber: BKPM (diolah)
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan PMDN Kalimantan Selatan (Rp. Milyar), Q3 2015 YTD Sektoral Nilai Dist Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik 484 50.36% Listrik, Gas dan Air 147 15.35% Hotel dan Restoran 130 13.56% Lainnya 199 20.74% Total 961 100.00%
Di sisi lain, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) Kalimantan Selatan tumbuh kian terkontraksi. Pada triwulan III-2015 total PMDN tercatat sebesar Rp. 26,9 miliar, tumbuh -98,41% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya -24,26% (yoy). Hingga triwulan-III 2015, PMDN terbesar dilakukan pada sektor industri logam dasar. Hal tersebut sejalan dengan adanya pembangunan smelter bijih besi di Pulau Sebuku yang proses pembangunannya masih berlangsung hingga saat ini. Investasi terbesar kedua berasal dari pembangunan pembangkit milik swasta (IPP) di Tabalong yang terus berlanjut.
1.1.4. Perkembangan Ekspor Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 8,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, perbaikan pertumbuhan muat barang terjadi pada destinasi ekspor luar negeri sementara itu destinasi domestik terindikasi melambat.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
12
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.10. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti % yoy
52 44 36 28 20 12 4 -4 -12 -20
Dalam Negeri
Luar Negeri I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
II
2014
III
2015
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)
Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan terkontraksi -24,21% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi -30,27% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekspor luar negeri utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor batubara dari -35,87% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi -25,10% (yoy) pada triwulan III-2015. Meningkatnya ekspor utamanya ke negara mitra utama yaitu Tiongkok, ASEAN, dan Jepang.
Grafik 1.11.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Nilai Total Ekspor Pertumbuhan Nilai Total Ekspor (sb. kanan)
USD Milyar 3.0 2.5 2.0
1.5 1.0 0.5 0.0 I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
% yoy 40 30 20 10 0 -10 -20 (24.21) -30 (30.27) -40 I II III 2015
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.12.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Volume Total Ekspor Pertumbuhan Volume Total Ekspor (sb. kanan)
Juta Ton 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
% yoy 40 30 20 10
0 (12.41) (26.26)
-20 -30
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan mencapai 74,24% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (16,81%), kayu lapis (4,34%) dan karet alam serta olahan (2,93%). Dari sisi tren pertumbuhan, komoditas karet alam dan olahan serta batubara mengalami peningkatan pertumbuhan. Komoditas karet mengalami peningkatan nilai maupun volume seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang dan Tiongkok.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
-10
13
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.13. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan hingga Tw.III-2015
Grafik 1.14. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan % yoy 100
80 60 40 20
Karet Alam & Olahan
Plywood CPO Batubara Total Ekspor
0 -20 -40 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
II
III
2015
Data: Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.15. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara hingga Tw.III-2015 AUSTRALIA, 0.09%
EROPA, AFRIKA, US, 0.78% 6.95% 0.09%
AMERIKA excl US, 0.39% Other ASIA, 9.46%
Korea Selatan, 3.63%
ASEAN, 13.95%
Jepang, 11.50%
Grafik 1.16. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan % yoy 60 40 20 Tiongkok
0
ASEAN Jepang EROPA India Other ASIA*
-20
Tiongkok, 27.05%
-40 -60
I
India, 26.09%
Sumber: Bea Cukai (diolah)
2012 2013
2014
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Sumber: Bea Cukai (diolah) *)ASIA dikurangi Tiongkok, India, Jepang, Korsel dan ASEAN
Sementara itu kinerja ekspor komoditas lain seperti CPO dan plywood tumbuh melambat. Volume dan nilai ekspor CPO ke India tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sebagai konsumen minyak 2
nabati utama (minyak kedelai dan CPO) terbesar di dunia , perlambatan permintaan domestik yang berlanjut hingga triwulan-III 2015 serta kecaman dari petani lokal atas derasnya impor minyak nabati di India akibat harga CPO impor yang lebih murah di tengah terpaan El Nino yang cukup 3
kuat pada tahun ini menurunkan tingkat permintaan CPO dari negara tersebut. Sementara itu ekspor plywood dengan pangsa ekspor utama Jepang mengalami penurunan permintaan di tengah terbatasnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Jepang. Sejumlah perusahaan plywood di Kalimantan Selatan menyatakan bahwa pangsa pasar ekspor mereka untuk Jepang turun dari semula di kisaran
2
Disebutkan dalam analisis singkat Oilseed: World Markets and Trade (USDA, Nov 2015) Mengacu kepada rilis akhir sebaran curah hujan monsoon di India dari India Meteorological Department (ww.imd.gov.in/section/hydro/dynamic/rfmaps/sddaily.htm) 3
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
14
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4
90% menjadi pada kisaran 65%-70% . Penurunan permintaan komoditas hasil hutan Kalimantan Selatan lainnya seperti rotan dari Jepang juga tercatat menurun sepanjang 2015. Ekspor antardaerah pada triwulan III-2015 tumbuh melambat seiring menurunnya pertumbuhan volume muat batubara dan karet di Pelabuhan Trisakti dengan tujuan domestik. Perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur nasional yang lokasinya terpusat di Jawa menurunkan tingkat penjualan listrik industri dan kebutuhan PLTU akan batubara. Sementara itu penurunan permintaan karet domestik didorong oleh melambatnya industri otomotif nasional yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan angka penjualan motor.
Grafik 1.17.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik Volume Muat Batubara DN Pertumbuhan Volume Muat Batubara DN
Ribu Ton 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
% yoy 80 60 40
20 19.32
0 -20
(20.09)
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)
-40
Grafik 1.18.Perkembangan Permintaan Karet Domestik Ribu Ton 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 I
% yoy 50
Domestik karet Pertumbuhan domestik karet (skala kanan)
40 30
38.57
20 10 0
-10 -24.84 -20
-30 II
III
IV
I
2012 Sumber: Gapkindo Kalselteng
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
1.1.5. Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 13,41% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (8,88% yoy). Peningkatan impor didorong oleh meningkatnya impor barang modal seiring dengan meningkatnya pertumbuhan investasi maupun barang konsumsi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Juli 2015.
4
Liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
15
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan
% yoy 300
Nilai Total Impor Pertumbuhan Nilai Total Impor (sk. kanan)
Ribu Ton 250
250 200
200
Luar negeri
150
150
100
Dalam negeri
50
100
10.09
0
-100
50
-6.51
-19.74
-50
0
-75.29
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
2012 2013 Sumber: KSOP Banjarmasin(diolah)
III
IV
I
II
2014
I
III
II
III IV
I
2012
2015
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
% yoy 100 80 85.51 60 40 20 0 -2.18 -20 -40 -60 -80 -100 I II III
2015
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.21. Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang % yoy 200 Mesin & peralatan
150
143.50
100 50 20.51
Material mentah Bahan Kimia
0 -50 -100 I
II
III IV
2012
I
II
III IV
I
2013
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Data: Bea Cukai (diolah)
Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 64,18 juta atau tumbuh 85,21% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (-2,18% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berupa barang modal industri seperti mesin dan peralatan tumbuh meningkat dari 20,51% (yoy) menjadi 143,50% (yoy). Volume impor antardaerah pada triwulan laporan tumbuh 10,09% yoy, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,743% (yoy). Peningkatan volume impor barang konsumsi terjadi pada komoditas gula pasir, susu, kacang kedelai serta makanan dan minuman jadi dalam rangka kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Sementara itu peningkatan impor barang investasi dari daerah lain terjadi pada komoditas baja/besi beton/bahan bangunan dan pupuk.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
16
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2. SISI PENAWARAN : SEKTOR UTAMA DAERAH Di sisi penawaran, menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan -III 2015 didorong oleh membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan dan peningkatan pertumbuhan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa -jasa. Membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh perbaikan permintaan negara mitra khususnya Tiongkok tercermin pada meningkatnya ekspor batubara. Meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan seiring menggeliatnya aktivitas investasi baik pemerintah maupun swasta, tercermin pada meningkatnya impor barang modal. Meningkatnya sektor perdagangan bersumber dari meningkatnya aktivitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan.
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 kategori) Kategori
Uraian
2012 2013 2014
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya Total PDRB
3.11 2.82 3.72 7.04 4.34 2.60 5.08 3.67 3.59 10.29 5.53 15.51 1.62 2.71 9.11 6.26 5.89 6.39 7.74 8.25 8.20 7.13 7.27 6.41 7.94 7.59 6.55 4.93 6.98 9.78 8.84 14.51 6.86 5.61 7.01 5.74 6.55 7.81 7.03 5.92 5.81 5.44 5.18 7.93 8.29 7.56 9.15 6.37 3.21 2.91 8.94 5.97 5.36 4.85
Tw.III-2015 Tw.II-2015 % (yoy) % (yoy) Pangsa 3.96 3.89 0.17 -1.82 -0.27 0.27 2.15 1.88 0.13 29.15 38.01 0.00 7.46 4.70 0.00 3.18 3.44 0.07 7.16 7.36 0.08 7.35 5.07 0.06 7.98 8.21 0.02 8.40 8.38 0.03 -1.67 6.54 0.03 6.76 6.97 0.02 7.68 8.09 0.01 8.63 9.69 0.05 9.22 9.77 0.04 7.74 8.95 0.02 7.21 5.28 0.01 3.14 3.86 1.00
SOG 0.66 -0.07 0.24 0.03 0.02 0.25 0.60 0.28 0.14 0.27 0.20 0.14 0.04 0.50 0.38 0.14 0.05 3.86
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor) Tw.III-2015 Tw.II-2015 % (yoy) % (yoy) Pangsa SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.1 2.8 3.7 3.96 3.89 16.9% 0.7 Pertambangan dan Penggalian 7.0 4.3 2.6 -1.82 -0.27 27.2% -0.1 Industri Pengolahan 5.1 3.7 3.6 2.15 1.88 12.5% 0.2 Listrik, Gas dan Air* 3.1 3.2 10.3 11.36 10.58 0.4% 0.0 Konstruksi 6.3 5.9 6.4 3.18 3.44 7.1% 0.2 Perdagangan, Hotel dan Restoran** 7.8 8.1 7.9 7.31 7.51 9.8% 0.7 Transportasi dan Komunikasi *** 6.3 7.2 7.6 7.75 6.28 8.7% 0.5 Jasa Keuangan**** 7.4 11.0 6.5 2.28 6.84 5.6% 0.4 Jasa Lainnya***** 5.6 6.7 6.8 8.58 9.24 11.6% 1.1 Total PDRB 6.0 5.4 4.9 3.14 3.86 100.0% 3.9 Sumber: BPS Kalsel (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth *regrup D dan E **regrup G dan I ***regrup H dan J ****regrup K, L, M dan N *****regrup O, P, Q, R, S, T dan U Sektor
2012
2013
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
2014
17
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,96% yoy). Masih baiknya pertumbuhan sektor pertanian utamanya didukung oleh baiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan seiring baiknya produksi padi terkait program Upaya Khusus Swasembada Pangan pemerintah dan
comparative advantage
lahan rawa Kalimantan Selatan. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor
perkebunan agak tertahan oleh menurunnya produksi karet, meskipun pertumbuhan produksi kelapa sawit meningkat pada triwulan laporan. Kinerja subsektor tanaman bahan makanan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi padi. Meski angka produktivitas padi rata-rata pada Aram II direvisi menjadi 41,50 kw/Ha dari angka Aram I yang sebesar 42,48 kw/Ha, peningkatan luas tanam pada triwulan sebelumnya sebagai dampak positif comparative advantage El Nino terhadap lahan rawa Kalimantan Selatan mendorong peningkatan luas panen pada triwulan laporan. Data bulanan sementara dari Dinas Pertanian Kalimantan Selatan mencatat luas panen padi Kalimantan Selatan sebesar 253 ribu Ha, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 181 Ha. Dengan demikian luas panen tumbuh sebesar 28,10% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,60% (yoy). Di sisi lain, kendala umur tanaman karet di Kalimantan Selatan yang mulai tua, kondisi kering El Nino serta kabut asap 5
memberikan dampak negatif bagi produksi Karet Kalimantan Selatan . Grafik 1.22.Produksi Padi Kalimantan Selatan Juta Ton 1.2
Grafik 1.23. Produksi TBS Kalimantan Selatan % yoy 100
Produksi Padi Pertumbuhan Produksi Padi (sb. Kanan)
1.0 0.8 0.6
25.36
0.4
7.25
0.2 0.0
80
300
60
250
40
200
20
150
0
100
-20
50
-40
0
-60 I
II
III
IV
I
II
III
2012 2013 Sumber: Dinas Pertanian Kalsel (diolah)
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
Ribu Ton 350
III
2015
% yoy 150
Produksi TBS Pertumbuhan Produksi TBS (skala kanan)
100 50 -19.89 -33.84 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012
2013
2014
0 -50
2015
Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah) Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS
5
Gapkindo Kalselteng
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
18
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.24. Produksi Karet Kalimantan Selatan Ribu Ton 45 40 35 30
25 20
15 10 5
0 I
% yoy 25 20 15 10 5 -0.70 0 -5 -5.69 -10 -15 -20 -25 I II III
Produksi karet Pertumbuhan produksi karet (skala kanan)
II
III
IV
I
2012 Sumber: Gapkindo Kalselteng
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
2015
Perkebunan kelapa sawit pada triwulan-III 2015 tercatat mengalami peningkatan produksi. Hal ini terindikasi dari data sampling penetapan harga TBS. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke depan produksi TBS Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas kebun baru yang memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Untuk meningkatkan daya saing industri kelapa sawit nasional, pemerintah mencanangkan Indonesian Sustainable Palm
Oil System (ISPO) melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.1403/3/2011 tentang Pedoman Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Dalam peraturan tersebut pemerintah mewajibkan usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit untuk memenuhi kriteria ISPO paling lambat tahun 2014. Replanting merupakan salah satu cara untuk mencapai ISPO dan merupakan strategi bisnis yang memang sudah masuk dalam agenda perusahaan kelapa sawit termasuk salah satu perusahaan asing dengan pangsa perkebunan terbesar di Kalimantan Selatan. Perusahaan tersebut telah melakukan replanting yang terjadwal sejak 2009 dan secara bertahap hingga tahun 2018 semua tanaman telah diremajakan.
1.2.2. Sektor Pertambangan Sektor pertambangan pada triwulan III-2015 terkontraksi sebesar -0,27% (yoy), meski masih terkontraksi namun lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -1,82% (yoy). Perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh membaiknya permintaan negara mitra utama khususnya Tiongkok sebagaimana tercermin pada membaiknya ekspor batubara yang dari sisi volume tumbuh 44,66% (yoy), meningkat dari triwulan-II yang terkontraksi sebesar -18,37% (yoy) Pada triwulan laporan, realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih tinggi dari yang diprakirakan berbagai pengamat. Meskipun pertumbuhannya melambat yaitu dari 7,0% (yoy) menjadi 6,9% (yoy), perlambatannya sudah lebih landai dari periode-periode sebelumnya. Peningkatan volume ekspor batubara selain ke Tiongkok, juga terjadi ke negara tujuan India dan Jepang.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
19
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
0
20 (12.15)
15 10
-20
(17.29)
5
-10
-
-30 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II
Volume Ekspor Batubara Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara (sb. kanan)
III IV
I
2012
II
III
IV
I
II
III
IV
2014 (DMO = 25,9%)
79.07
77.84
82.86
33.06 35.96
22.16 I
20.93
II
III
2015 (DMO = 24,0%)
Sumber: Kementrian ESDM (diolah)
Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
II
II
2013(DMO = 20,22%)
2015
40.88
17.14 I
III
Sumber: Kementrian ESDM (diolah)
Juta Ton 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 I
37.37
64.04
10
25
Target DMO
66.94
20
30
59.12
35
DMO
62.63
30
40
Ekspor
82.96
45
% 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
82.91
% yoy 40
Produksi Batubara Pertumbuhan Produksi Batubara
83.51
Ribu MT 50
Grafik 1.26. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
86.78
Grafik 1.25. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan
III IV
2013
I
II
III IV
2014
% yoy 40 30 20 10 0 -10 -11.28 -20 -30 -28.10 -40 I II III
2015
Data: Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.28. Perekonomian Negara Mitra (Pertumbuhan PDB) % yoy 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2 7.1 7.0 6.9 6.8 6.7 6.6
7.50 7.30
7.00
7.00
7.00
6.90
Q1
Q2
Tiongkok Sumber: Reuters (diolah)
Q3
Q1
Q2
Q3*
India
Di sisi lain, penyerapan domestik batubara cenderung menurun, tercermin dari turunnya persentase DMO pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri nasional tercatat menurun pada semester I2015 khususnya dari sektor industri baja. Penjualan listrik industri di kawasan industri yang terpusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri regional 6
Jawa Tengah tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya melambat dari 2,25% (yoy) pada triwulan-I menjadi 0,66% (yoy) pada triwulan-II. Sementara itu 7
pertumbuhan penjualan listrik industri di Jawa Timur juga mengalami tren perlambatan, pada triwulan-III 2015 tercatat terkontraksi sebesar -3,87% (yoy). Perlambatan pertumbuhan manufaktur nasional berpotensi menurunkan pencapaian target DMO tahun 2015 yang sebesar 91 juta ton di mana penyerapan batubara oleh PLTU sampai dengan semester I-2015 hanya sebesar 32 juta ton.
6
PLN Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta PLN Wilayah Jawa Timur
7
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
20
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-2015 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 1,88% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Perlambatan sektor industri pengolahan didorong oleh menurunnya permintaan domestik karet olahan terkait kondisi pasar yang masih lesu serta harga yang masih rendah maupun pasokan bahan baku yang terkendala produktivitas (umur tanaman yang dominan tua), cuaca (kondisi kering El Nino dan adaptasi terhadap kondisi asap). Pertumbuhan industri otomotif domestik yang melambat seiring dengan turunnya angka penjualan kendaraan bermotor berpengaruh terhadap permintaan karet olahan. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit (CPO), senada dengan produksi kelapa sawit (TBS), mengalami peningkatan. Grafik 1.29. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan Ribu Ton 100
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Penjualan Karet
Produksi CPO Pertumbuhan Produksi CPO (skala kanan)
75 50 -33.96
25
-46.89
0
% yoy 200 150
40
100
30
50
20
0
10
-50 -100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah)
2014
% yoy 50
2015
Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS
38.57
29.62
24.32
Dalam negeri
0 -10
I
II
III
IV
I
2012 -20
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015 -24.84
-30 Sumber: Gapkindo Kalselteng
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan III2015 tercatat tumbuh sebesar 7,51% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,31% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh meningkatnya meningkatnya aktitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan. Hal ini juga tercermin pada meningkatnya pertumbuhan total bongkar dan muat barang pada triwulan laporan menjadi 0,43% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar -0,14% (yoy). Di sisi lain, kinerja subsektor perhotelan masih tertekan, tercermin pada tingkat hunian hotel baik bintang maupun nonbintang yang menurun pada triwulan laporan.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
21
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.31. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti Volume Bongkar dan Muat (LN & DN) Pertumbuhan Volume Bongkar dan Muat (LN & DN)
Juta Ton 45 40 35
30 25
20 15
10 5 I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
% yoy 35 30 25 20 15 10 5 0.43 0 -0.14 -5 -10 -15 I II III 2015
Data: KSOP Banjarmasin (diolah)
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel % 70
Hotel Berbintang
60
46.35
50 40
42.86
30
Hotel Non Berbintang
32.39
30.11
20 10 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
2015
Data: BPS Prov Kalsel (diolah)
22
III
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BOKS Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan
Potensi Pariwisata Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 127 objek wisata alam/budaya, 92 objek wisata sejarah/religi dan 80 objek wisata khusus artifisial yang tersebar 11 kabupaten dan 2 kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dua Destinasi Pariwisata Nasional yakni Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Martapura (Kab. Banjar) serta 1 Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional yakni Loksado (Kab. HSS). Sementara itu mengacu kepada Perda Pemerintah Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028, total 13 kota dan kabupaten dikategorikan ke dalam 8 wilayah Destinasi Pariwisata Provinsi. Sejumlah destinasi wisata menjadi unggulan Provinsi Kalimantan dan cukup banyak diulas di sosial media seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kota Banjarmasin), Bukit Langgara (Kab. HSS) dan Danau Biru Pengaron (Kab. Banjar). The Hidden Paradise of South
Borneo merupakan slogan pariwisata Kalimantan Selatan yang dideklarasikan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan yang perlu untuk diperkenalkan lebih luas. Berdasarkan pendekatan Tourism Area Life Cycle (TALC), objek wisata seperti Pulau Kembang dan Martapura telah memasuki fase stagnan, sehingga perlu dipertajam keunggulannya ke arah peremajaan (rejuvenation) dan tidak terjebak ke penurunan (decline).
Gambar B1.1 Tourism Area Life Cycle (TALC) Kalimantan Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
23
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
24
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kontribusi Pariwisata Kalimantan Selatan dalam Perekonomian Pada tahun 2014 jumlah wisnus (wisatawan nusantara/domestik) dan wisman (wisatawan mancanegara) masing-masing tumbuh meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun sebelumnya meski PDRB tumbuh melambat dari 5,36% (yoy) menjadi 4,85% (yoy).
% yoy
9
Perdagangan
8
7
Lainnya
6
Akomodasi & Makan Minum
5
PDRB Sektor Utama (Tambang,Tani, Manufaktur)
4
3 2
1 0 2011
2012
2013
2014
2015Q3 YTD
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Gambar B1.3.Pertumbuhan PDRB Sektotal Kalsel Tabel B1.1. Distribusi PDRB Sektoral Kalsel
Sumber: Dinas Pariwisata Prov Kalsel (diolah)
Gambar B1.2. Perkembangan Jumlah
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015Q3 YTD Perdagangan 7.80% 8.03% 8.60% 9.14% Akomodasi dan Makan Minum 1.72% 1.77% 1.80% 1.82% Sektor Utama* 57.66% 56.30% 54.49% 52.40% Lainnya 32.82% 33.90% 35.11% 36.65% *)Perta mba nga n, Perta ni a n, Ma nufa ktur Sumber: BPS Ka l s el (di ol a h)
Wisatawan Output sektor pariwisata yang didekati dari pertumbuhan PDRB sektor akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh melambat seiring dengan perlambatan pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Meskipun pangsa sektor akomodasi dan makan minum masih kurang dari 2% dari PDRB, tren pangsa sektor tersebut meningkat. Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan menargetkan peningkatan jumlah wisnus dan wisman yang sangat pesat pada tahun 2019. Asesmen Sektor Pariwisata Kalimantan Selatan Sektor pariwisata Kalimantan Selatan diukur menggunakan sejumlah indikator mengacu kepada The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (World Economic Forum). Indeks memiliki rentang nilai 0 sampai dengan 1 (semakin mendekati 1 semakin baik kondisinya). Total indikator yang digunakan untuk menyusun Indeks Daya Saing Pariwisata sebanyak 14 indikator yang dibangun dari 17 data. Penjelasan mengenai penggunaan data yang digunakan dalam penyusunan indeks daya saing pariwisata dapat dilihat pada tabel B1.2.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
25
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel B1.2. Data Perhitungan Indeks Daya Saing Industri Pariwisata Pilar
Indikator Daya Saing
Tujuan Data Tahun Enabling Environment Mengukur daya tarik Nilai FDI sektor 1 Business Environment (BE) 2014 investasi pariwisata* Mengukur peran sektor Pangsa PDRB sektor 2 Economic Contribution (EC) pariwisata (prospek pariwisata* (2010p, 2014 investasi) ADHB) Mengukur tingkat 3 Safety and Security (SS) Jumlah kasus kriminal 2014 keamanan Mengukur kemampuan Akses RT kepada air 4 Health and Hygiene (HH) 2014 penyediaan air bersih RT bersih Mengukur kualitas SDM Indeks Pembangunan 5 Human Resources (HR) (termasuk sektor 2014 Manusia pariwisata) Mengukur peran sektor Pangsa PDRB sektor 6 Technology Advancement Indicator (TAI) komunikasi dalam komunikasi (2010p, 2014 perekonomian ADHB) T&T Policy & Enabling Condition Mengukur tingkat Pangsa APBD untuk 7 Prioritization of Travel & Tourism (PTT) prioritas sektor 2014 sektor pariwisata* pariwisata dari Pemda Mengukur tingkat biaya Tingkat inflasi (inflasi), 8 Price Competitiveness (PC) 2014 wisata lama menginap, TPK Mengukur risiko Kadar partikulat pada 9 Environmental Sustainability (ES) Okt 2015 lingkungan kondisi ekstrem Infrastructure Kelas runaway , 10 Air Transportation Infrastructure (ATI) Mengukur kapasitas bandara 2014 pengelola, rute 11 Ground an Port Infrastructure (GPI) Mengukur kapasitas jalan Kualitas jalan nasional 2014 Mengukur kesiapan 12 Tourist Service Infrastructure (TSI) Jumlah kamar 2014 akomodasi Natural & Cultural Resources Mengukur jumlah situs Jumlah Kawasan 13 Natural Resources (NR) pariwisata yang dikenal Pengembangan 2014 Pariwisata Nasional Cultural Resources and Business Travel nasional & dijadikan 14 basis kebijakan (KPPN) (CRBT) Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisorypengembangan KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan *)diwakili sektor akomodasi dan makan minum
Dari hasil perhitungan indikator penyusun indeks
Sumber Data BKPM BPS BPS BPS BPS
BPS
DJPBN BPS BMKG
Kemenhub BPS BPS
Dinas Pariwisata
dapat diketahui beberapa kelemahan
Kalimantan Selatan dalam industri pariwisata. Skor terendah terjadi pada aspek PTT, TSII, NCRI, BE, EC. Rendahnya PTT menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kalimantan Selatan perlu menjadi prioritas Pemerintah Daerah untuk meningkatkan alokasi anggaran, seiring dengan rendahnya alokasi anggaran dalam APBD tahun 2014 (tercatat 0,27%). Rendahnya TSI menunjukkan kesiapan fasilitas akomodasi yang relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. BE dan EC secara tidak langsung saling terkait. Pada tahun 2014 tercatat tidak ada investasi baik PMA maupun PMDN pada sektor pariwisata Kalimantan Selatan. Pangsa sektor akomodasi dan makan minum Kalimantan Selatan pada tahun 2014 tercatat sebesar 1,80%, lebih rendah dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara itu pangsa sektor tersebut di Bali, Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat masing-masing sebesar 19,49%, 9,98% dan 1,81%. Indikator terakhir dengan nilai yang rendah adalah NCRI menunjukkan sedikitnya jumlah Kawasan Pengembangan Pariwisata
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
26
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam agenda nasional padahal jumlah situs wisata alam maupun budaya Kalimantan Selatan sangat banyak dan masih terjaga keasriannya. Dengan demikian promosi harus lebih gencar dilakukan termasuk lewat media sosial mengingat situs wisata Kalimantan Selatan belum banyak dikenal luas. Kalimantan Selatan sebenarnya sudah memiliki keunggulan pada kesiapan infrastruktur khususnya konektivitas darat meski untuk kapasitas bandara perlu untuk ditingkatkan sehingga kesempatan untuk menjelajah Kalimantan Selatan lewat jalur darat sangat dimungkinkan. Budaya asli Kalimantan Selatan yang cenderung religius juga mendukung tingkat keamanan dengan angka kriminalitas yang cukup rendah. BE Kalimantan Tengah Bali
0.42
HH
HR ES
0.00
AT
Kalimantan Barat DIY 0.64
GPI
SS
0.41
TSI
Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat
EC
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
0.41
NCRI 1.0
TAI PC
PTT
Gambar B1.4. Indikator Penyusun Indeks
Enabling Environment
T&T Policy & Enabling Conditions
Infrastructure
Natural & Cultural Resources
Indeks Daya Saing Industri Pariwisata
Gambar B1.5. Indeks Gabungan Kalsel dan Benchmark
Indeks daya saing industri pariwisata Kalimantan Selatan masih lebih rendah dari Kalimantan Timur namun lebih baik dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (detail komparasi nasional dapat dilihat pada lampiran B1.1). Perbaikan dari sisi dukungan pemerintah daerah, SDM, infrastruktur dan promosi situs wisata perlu untuk terus dilakukan. Setiap entitas dalam industri perlu untuk duduk bersama dan mengevaluasi komitmen provinsi seperti yang tertuang dalam Perda Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah tahun 2013-2028. Referensi: [1]. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (WEF, 2015) [2]. Tourism Area Life Cycle (Butler, 2011)
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
27
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Lampiran B1.1. Travel & Tourism Competitiveness Index
Provinsi
Travel Tourism Competitiveness Index
Enabling Environment
T&T Policy & Enabling
Infrastructure
Natural & Cultural Resources
Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Bali 1 0.81 1 0.78 1 0.86 2 0.83 5 0.69 Nusa Tenggara Barat 2 0.56 20 0.40 2 0.70 8 0.61 9 0.54 Jawa Tengah 3 0.56 9 0.47 21 0.38 3 0.81 1 1.00 DKI Jakarta 4 0.55 2 0.65 8 0.56 15 0.52 20 0.23 Jawa Timur 5 0.54 6 0.49 20 0.40 1 0.91 10 0.54 DIY 6 0.54 3 0.64 14 0.48 4 0.68 26 0.15 Sulawesi Selatan 7 0.54 8 0.48 6 0.59 10 0.58 8 0.54 Sulawesi Utara 8 0.52 5 0.49 4 0.61 17 0.50 14 0.31 Kalimantan Timur 9 0.51 7 0.48 16 0.45 13 0.54 3 0.77 Jawa Barat 10 0.48 18 0.41 19 0.41 5 0.67 7 0.62 Papua 11 0.48 29 0.26 3 0.67 21 0.39 4 0.69 Nusa Tenggara Timur 12 0.45 11 0.46 23 0.35 20 0.43 2 0.85 Aceh 13 0.45 13 0.45 10 0.52 16 0.52 22 0.15 Maluku 14 0.44 10 0.46 11 0.52 23 0.33 15 0.31 Maluku Utara 15 0.44 15 0.42 7 0.58 26 0.30 16 0.31 Sumatera Barat 16 0.43 25 0.36 22 0.38 9 0.61 6 0.62 Sulawesi Tenggara 17 0.43 17 0.41 5 0.61 27 0.29 21 0.15 Sumatera Selatan 18 0.42 26 0.34 12 0.51 7 0.64 29 0.00 Kalimantan Selatan 19 0.42 16 0.42 18 0.41 6 0.64 31 0.00 Sulawesi Tengah 20 0.39 19 0.40 15 0.47 28 0.27 19 0.23 Banten 21 0.37 4 0.51 25 0.30 22 0.36 27 0.15 Kep Bangka Belitung 22 0.37 12 0.45 24 0.31 19 0.46 25 0.15 Ria u 23 0.36 24 0.36 28 0.28 11 0.57 18 0.31 Gorontalo 24 0.36 14 0.44 13 0.48 30 0.16 28 0.08 Sumatera Utara 25 0.35 28 0.33 29 0.28 14 0.53 12 0.38 Lampung 26 0.35 22 0.39 17 0.43 31 0.13 13 0.38 Kalimantan Barat 27 0.34 30 0.26 30 0.25 12 0.56 11 0.46 Papua Barat 28 0.33 31 0.23 9 0.54 29 0.16 17 0.31 Jambi 29 0.32 27 0.33 27 0.28 18 0.47 23 0.15 Kalimantan Tengah 30 0.31 21 0.40 26 0.30 24 0.32 30 0.00 Bengkulu 31 0.30 23 0.38 31 0.25 25 0.32 24 0.15 Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan Catatan: mengacu kepada ketersediaan data, Prov Kepri dan Prov. Sulawesi Barat diasumsikan masih bergabung dengan Prov. Riau dan Prov. Sulawesi Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
28
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
29
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
30
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
2
2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan
triwulan
sebelumnya
(6,07%,
yoy),
utamanya
dipengaruhi
meningkatnya
permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.
2.1. KONDISI UMUM Berlangsungnya Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, liburan sekolah serta dimulainya tahun ajaran baru pada awal triwulan III-2015 menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap peningkatan inflasi pada triwulan ini sehingga inflasi tercatat sebesar 7,03% (yoy) atau 1,80% (qtq), meningkat dari realisasi inflasi pada triwulan II-2015 yang tercatat sebesar 6,07% (yoy) atau sebesar 1,50% (qtq). Secara umum, peningkatan inflasi dipicu oleh kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat khususnya makanan jadi/olahan saat lebaran pada awal triwulan laporan. Sementara itu harga sejumlah bahan makanan pokok penting seperti beras, telur ayam ras, bawang merah, aneka cabe, ikan segar, buah-buahan dan sayuran terkoreksi secara signfikan pascalebaran di triwulan laporan seiring dengan perbaikan pasokan dan keberhasilan panen raya yang terjadi di daerah penghasil. Dibandingkan dengan inflasi nasional, realisasi inflasi tersebut kembali berada sedikit di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau 0,97% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi provinsi se-Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan hanya lebih tinggi dari realisasi inflasi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 5,75% (yoy).
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
31
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan Triwulan III-2015
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional % yoy 10
% yoy 10
Nasional 7.03
8
8.84
9
8
7.40
7.03
7.33
Kalsel
Kaltim
7
6
Kalsel
5.75
6
6.83
4
5
4
2
3 2
0 I
II
III
2013 Sumber: BPS (diolah)
IV
I
II
III
IV
I
2014
II
III
1 0
2015
Kalimantan
Kalbar
Kalteng
Sumber: BPS
Secara spasial, inflasi di Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi pada dua kota, yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung.8 Pada triwulan III-2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,94% (yoy) atau 1,73% (qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 8,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin. Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Kuartalan (qtq)
2.2. INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, Kalimantan selatan mengalami inflasi sebesar 1,80% (qtq), dengan realisasi inflasi bulanan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2015 masing-masing tercatat sebesar
Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel). 8
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
32
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
1,12% (mtm), 0,11% (mtm), dan 0,56% (mtm). Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 terutama karena perayaan lebaran yang jatuh pada bulan tersebut sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat khususnya bahan makanan dan makanan jadi serta tarif angkutan udara seiring dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Tekanan sedikit mereda pada bulan berikutnya seiring dengan koreksi harga tarif angkutan udara serta penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan pokok (volatile foods) karena persediaan (stok) yang cukup banyak dari hasil panen sejumlah komoditas (beras, bawang merah, cabe merah) baik yang terjadi di daerah lokal maupun luar pulau. Berdasarkan disagregasi inflasinya 9, inflasi pada triwulan III-2015 sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga komoditas-komoditas pada kelompok inflasi inti sedangkan inflasi pada kelompok
administered prices dan volatile foods relatif terjaga. Inflasi inti mengalami kenaikan yang siginfikan yaitu sebesar 2,58% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan yang terbesar hingga 1,70% (qtq). Dengan kata lain inflasi inti menjadi sumber utama pembentukan inflasi pada triwulan ini karena andil pembentukan inflasinya mencapai 94,4%. Sebagaimana biasanya, peningkatan harga yang signifikan pada kelompok ini terkait dengan berlangsungnya lebaran pada awal triwulan. Kenaikan harga yang terbesar terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi dengan sumbangan mencapai 0,71% (qtq), bahkan dari lima besar komoditas penyumbang inflasi terbesar selama triwulan laporan empat diantaranya berasal dari subkelompok ini. Komoditas utama yang menyumbang inflasi terbesar pada sub kelompok ini adalah ikan bakar dengan andil sebesar 0,19% (qtq), disusul oleh nasi dengan lauk, ayam goreng, mie dan kue kering berminyak yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,11%; 0,10%; 0,08% dan 0,07% (qtq). Fenomena kenaikan harga makanan jadi pada saat lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan cenderung persisten dan lebih bersifat ekspektasi dalam benak masyarakat yang menjadi salah satu tantangan berat pengendalian inflasi di negeri ini. Event lebaran biasanya dijadikan momentum para pedagang makanan jadi atau olahan untuk men-setting harga baru untuk produk mereka yang bukan bersifat temporer karena selanjutnya hampir tidak pernah turun kembali meskipun terdapat penurunan harga bahan baku. Selain makanan jadi, kenaikan harga juga berasal dari sub kelompok minuman tidak beralkohol yang mempunyai andil sebesar 0,19% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga es, kopi bubuk, teh manis, ice
cream, minuman kesegaran, minuman ringan dan air mineral. Selanjutnya, sejumlah kenaikan harga terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal (sewa rumah), biaya pendidikan (buku tulis bergaris, TK, SD, SMP
9
Disagregasi inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari: Inflasi inti ( core inflation ) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar; Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan internasional; Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
33
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
dan SMA), obat-obatan (obat dengan resep), perlengkapan rumah tangga dan kelompok sandang yang tidak lepas dari pengaruh permintaan masyarakat yang meningkat dalam merayakan lebaran serta permulaan tahun ajaran baru. Selama triwulan laporan, tekanan inflasi inti cukup signifikan dengan kenaikan harga sebagian besar barangbarang produk industri manufaktur seperti obat dengan resep, buku tulis, barang elektronik (AC), mobil, sabun, pasta gigi, baju, kain gorden, kosmetik dan sebagainya yang hampir semuanya didatangkan dari daerah lain atau impor. Kenaikan harga sejumlah barang hasil manufaktur tersebut diperkirakan sedikit banyak juga terpengaruh oleh fluktuasi nilai rukar rupiah terhadap dolar AS yang relatif tertekan lebih dalam selama triwulan III-2015 menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Board Meeting bulan September 2015.
Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan-III 2015 Kelompok Inflasi Andil Inflasi Disagregasi (qtq%) (qtq%) 1 Ikan bakar Core inflation 16.89 0.19 2 Sewa rumah Core inflation 1.85 0.11 3 Nasi dengan lauk Core inflation 3.36 0.11 4 Ayam goreng Core inflation 9.77 0.10 5 Mie Core inflation 4.02 0.08 6 Obat dengan resep Core inflation 10.06 0.08 7 Rokok kretek filter Adm. Prices 3.01 0.08 8 Kue kering berminyak Core inflation 7.84 0.07 9 Kacang panjang Vol. foods 32.51 0.06 10 Es Core inflation 8.94 0.06 Sumber: BPS (diolah) No.
Komoditas
Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan-III 2015 No.
Komoditas
1 Bawang merah 2 Semangka 3 Beras 4 Angkutan udara 5 Tomat sayur 6 Telur ayam ras 7 Cabai merah 8 Ikan asing telang 9 Sepat siam 10 Sawi Hijau Sumber: BPS (diolah)
Kelompok Disagregasi Vol. foods Vol. foods Vol. foods Adm. Prices Vol. foods Vol. foods Vol. foods Vol. foods Vol. foods Vol. foods
Inflasi Andil Inflasi (qtq%) (qtq%) -43.56 -0.21 -29.98 -0.10 -1.00 -0.05 -3.09 -0.04 -29.99 -0.04 -3.02 -0.03 -12.92 -0.02 -8.35 -0.01 -10.06 -0.01 -15.12 -0.01
Meskipun sempat meningkat pada awal triwulan, tekanan inflasi kelompok administered prices berangsur mereda seiring sejumlah koreksi harga pasca lebaran sehingga inflasi tercatat sebesar 0,41% (qtq) dengan andil hanya sebesar 0,07% (qtq). Tarif angkutan udara, tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok merupakan faktor utama tekanan inflasi administered prices pada awal triwulan. Tarif angkutan udara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan menjelang dan selama lebaran akibat tingginya permintaan masyarakat, namun demikian dalam dua bulan berikutnya pasca lebaran mengalami koreksi harga sehingga pada triwulan ini tarif angkutan udara mengalami deflasi dan menjadi faktor penghambat inflasi dengan sumbangan sebesar -0,04% (qtq). Selanjutnya, tarif listrik mengalami kenaikan yang tidak terlalu besar selama dua bulan awal khususnya pada segmen industri dan rumah tangga kelas atas terkait dengan adjustment tarif listrik yang mengacu pada perkembangan harga minyak, nilai tukar (kurs) dan inflasi terkini dan berangsur turun pada akhir triwulan seiring dengan penurunan harga minyak internasional pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga aneka rokok (rokok kretek, rokok kretek filter, rokok putih) menjadi sumber inflasi utama selama triwulan III-2015 pada kelompok ini dengan sumbangan total hingga sebesar 0,11%. Lebih jauh, kami mencatat bahwa kenaikan harga aneka rokok tersebut hampir selalu terjadi tiap bulannya pada sepanjang tahun ini kecuali di bulan Agustus 2015. Selain karena kenaikan tarif cukai kenaikan harga rokok sebesar 10% pada tahun
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
34
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
2015, kenaikan harga rokok ini juga dipengaruhi oleh strategi persaingan bisnis masing-masing merek rokok tersebut dan hal inilah yang menyebabkan fluktuasi harga rokok ini sulit diprediksi. Hal ini sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) yaitu elpiji 12 kg, elpiji 3 kg, dan minyak tanah yang selama triwulan laporan justru terus mengalami penurunan harga. Penurunan harga BBRT ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah non subsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) serta adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3 kg. Menjelang lebaran, Pertamina, Hiswana Migas dan Pemda di Kalimantan Selatan berkomitmen untuk menertibkan atau menindak tegas agen/pangkalan gas elpiji yang menjual elpiji 3 kg di atas harga eceran tertinggi serta menambah persediaan dalam menghadapi lebaran sehingga harga elpiji 3 kg di tingkat eceran relatif terkendali dan menurun. Selain itu, proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3 kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan juga sudah mulai berjalan sejak bulan Agustus 2015 dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun ini yang memberikan sentiment positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran. Tekanan inflasi kelompok volatile foods terjaga dengan baik, tercatat mengalami inflasi relatif rendah tercatat sebesar 0,17% (qtq) dengan andil pembentukan inflasi hanya sebesar 0,02% (qtq). Terjaganya tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pasokan dan lancarnya distribusi seiring dengan cuaca yang kondusif serta peningkatan produksi hasil panen raya padi maupun komoditas hortikultura baik di daerah lokal maupun yang terjadi di luar pulau. Tekanan inflasi pada kelompok ini terutama terjadi pada awal triwulan yang bertepatan dengan perayaan lebaran yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat sehingga sejumlah komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, sejumlah sayuran dan buah-buahan mengalami kenaikan harga. Namun demikian, seiring dengan meredanya permintaan masyarakat pascalebaran harga sejumlah komoditas tersebut mengalami koreksi harga yang cukup signfikan sehingga tekanan inflasi dari kelompok ini relatif mereda pada triwulan II-2015. Dinamika harga sejumlah komoditas penting seperti beras, bawang merah, telur ayam ras dan aneka cabe relatif stabil atau cenderung menurun selama triwulan III-2015. Harga beras tercatat stabil pada awal triwulan meskipun bersamaan dengan perayaan lebaran serta kemudian cenderung menurun selama dua bulan terakhir sehingga memberikan andil pembentukan deflasi yang menahan inflasi pada triwulan III2015 sebesar -0,05% (qtq). Penurunan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang cukup melimpah karena bertepatan dengan panen raya padi khususnya varietas lokal (siam/unus) yang terjadi pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui, preferensi masyarakat Kalimantan Selatan sebagian besar cenderung lebih menyukai beras lokal sehingga meskipun telah terjadi panen raya padi jenis varietas unggul pada triwulan II-2015 sebelumnya, harga beras masih terus mengalami kenaikan, baru kemudian pada triwulan III-2015 yang bersamaan dengan panen padi varietas lokal harga beras dapat relatif tertahan. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya peningkatan produksi pada triwulan laporan yang berasal dari panen raya.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
35
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan penurunan harga yang cukup signifikan dan menjadi komoditas utama yang memberikan andil deflasi terbesar pada triwulan III2015 yaitu sebesar -0,21% (qtq). Kondisi penurunan harga bawang merah sudah dimulai sejak akhir triwulan II-2015 dan berlanjut disepanjang triwulan III-2015 bahkan hingga awal triwulan IV-2015. Penurunan harga bawang merah ini terutama disebabkan oleh pasokan yang melimpah seiring panen raya yang terjadi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk dan Bima (NTB) serta distribusi pengiriman barang yang berlangsung lancar karena kondisi cuaca yang cukup kondusif. Grafik 2.4. Perkembangan Produksi Bawang Merah
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan
Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras relatif terkendali seiring cuaca yang kondusif sehingga memberikan pengaruh positif bagi produksi produk perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami kenaikan harga pada awal triwulan karena permintaan yang tinggi semasa lebaran dan terkoreksi dalam dua bulan berikutnya sedangkan telur ayam ras mengalami penurunan harga selama triwulan laporan. Aneka cabe khususnya cabe merah mengalami kenaikan harga yang signfikan pada saat lebaran yang lebih disebabkan oleh permintaan yang meningkat. Terbukti dalam dua bulan berikutnya mengalami penurunan harga, sehingga pada triwulan laporan cabe merah mengalami deflasi dan memberikan andil pembentukan deflasi sebesar -0,02% qtq. Di sisi lain, cabe rawit terus mengalami kenaikan harga yang produksinya terbatas hanya di daerah Tapin dan Hulu Sungai yang umumnya disukai oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Cerita sedikit berbeda terjadi pada dinamika harga ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat Kalimantan Selatan. Ikan gabus sempat mengalami penurunan harga sepanjang triwulan II hingga awal triwulan III-2015, namun berangsur meningkat pada dua bulan terakhir triwulan laporan. Berdasarkan informasi anecdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, penurunan harga ikan gabus yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh pasokan yang cukup banyak dari tangkapan nelayan yang meningkat seiring cuaca kemarau yang kondusif. Namun seiring dengan durasi kemarau yang lebih panjang pada tahun ini yang dipengaruhi oleh
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
36
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
fenomena El-Nino, keadaan yang bekembang justru sebaliknya karena sebagian rawa yang menjadi habitat ikan gabus mengalami kekeringan sehingga jumlah tangkapan ikan gabus menurun dan pasokan berkurang yang berujung pada peningkatan harga yang signifikan sejak pertengahan triwulan III-2015 dan memeberikan sumbangan pembentukan inflasi sebesar 0,03% (qtq) pada triwulan laporan.
2.3. INFLASI TAHUNAN Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat sebesar 7,03% (yoy), mengalami peningkatan yang bersifat temporer dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,07% (yoy). Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peningkatan inflasi tahunan ini lebih bersifat temporer yang dipicu oleh shock permintaan masyarakat yang tinggi pada saat lebaran dan diperkirakan akan berangsur menurun kedepannya seiring koreksi dan penyesuaian harga yang telah terjadi disepanjang tahun ini dan ke depannya. Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Tahunan (yoy)
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok administered prices dan inflasi inti. Sedangkan tekanan inflasi pada kelompok volatile foods cenderung mereda seiring dengan perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Inflasi administered prices tercatat sebesar 10,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Peningkatan inflasi tahunan pada kelompok ini terutama disebabkan oleh berlanjutnya kenaikan harga aneka rokok disepanjang triwulan III-2015 serta kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi pada awal triwulan seiring kenaikan permintaan masyarakat untuk mudik lebaran. Sementara itu, dampak kenaikan harga/tarif sejumlah kebutuhan energy masyarakat seperti BBM, tarif listrik dan elpiji yang terjadi sebelumnya berangsur mereda. Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat mempunyai andil sebesar 1,57% (yoy) dengan komoditas bensin yang menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan sumbangan hingga sebesar 0,36% (yoy) berangsur menurun dari sumbangan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,47%
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
37
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
yoy. Masih tercatatnya bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar secara tahunan tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM pada penghujung tahun sebelumnya sedangkan penurunan harga BBM pada awal tahun mempunyai besaran persentase yang lebih kecil dari kenaikan sebelumnya sehingga secara hitung-hitungan angka masih tercatat hingga triwulan laporan. Diperkirakan dampak kenaikan harga bensin ini baru akan hilang pada akhir tahun. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil sebesar 0,31% (yoy), juga semakin mengecil dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,39% (yoy) seiring dengan penurunan harga disepanjang triwulan III-2015. Berikut tarif listrik dengan sumbangan sebesar 0,26% (yoy), juga semakin mengecil dari triwulan sebelumnya. Cerita sedikit berbeda terjadi pada aneka rokok khususnya rokok kretek filter yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,25% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,22% (yoy) seiring dengan tren kenaikan harga rokok yang terus berlanjut disepanjang triwulan III-2015. Inflasi inti cenderung terus meningkat disepanjang tahun ini, hingga triwulan III-2015 inflasi inti tercatat sebesar 6,75% (yoy) meningkat dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 5,87% (yoy). Tren peningkatan inflasi inti pada triwulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan jadi, biaya sewa rumah, biaya kesehatan dan biaya pendidikan seiring dengan perayaan lebaran, musim libur sekolah dan permulaan tahun ajaran baru. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena naiknya biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah. Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar dibandikan dengan dua kelompok lainnya. Sumbangan inflasi inti pada triwulan III-2015 tercatat sebesar 4,47% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,35% (yoy) yang sebagian besar adalah sub kemlopok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari komoditas nasi dengan lauk yang mempunyai andil sebesar 0,36% yoy, disusul dengan sewa rumah (0,27%-yoy), mie (0,26%-yoy), ikan bakar (0,23%-yoy) dan tarif rumah sakit (0,22%-yoy). Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan cenderung menurun tercatat sebesar 5,51% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Tertahannya tekanan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antar daerah. Panen padi jenis lokal yang terjadi pada triwulan laporan memberikan koreksi harga beras yang cukup signfikan. Selain itu, stok bawang merah yang melimpah hasil panen daerah lain juga memberikan kontribusi penurunan harga bawang merah selama triwulan laporan, disamping juga terjadi sejumlah koreksi harga pada komoditas buah-buahan dan sayuran seperti semangka, melon, tomat sayur, wortel dsb.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
38
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan Terbesar TriwulanIII 2015 Kelompok Disagregasi 1 Bensin Adm. Prices 2 Nasi dengan lauk Core inflation 3 Beras Vol. foods 4 Bahan bakar RT Adm. Prices 5 Sewa rumah Core inflation 6 Mie Core inflation 7 Tarif listrik Adm. Prices 8 Rokok kretek filter Adm. Prices 9 Ikan bakar Core inflation 10 Tarif RS Core inflation Sumber: BPS (diolah) No.
Komoditas
Inflasi Andil inflasi (yoy %) (yoy %) 11.17 0.36 11.48 0.36 8.15 0.36 21.09 0.31 4.49 0.27 14.10 0.26 10.92 0.26 10.22 0.25 20.24 0.23 15.70 0.22
Pada triwulan ini, inflasi volatile foods memberikan andil inflasi sebesar 0,99% (yoy), berangsur menurun dari andil pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,03% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari beras yang menjadi satu-satunya komoditas volatile foods yang masuk dalam sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi tahunan dan mempunyai andil sebesar 0,36% (yoy) terkoreksi cukup besar dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut disebabkan oleh penurunan harga beras yang terjadi selama triwulan laporan seiring keberhasilan panen raya padi jenis varietas lokal yang terjadi di sejumlah lumbung produksi wilayah Kalimantan Selatan. Harga bawang merah juga terkoreksi cukup besar di triwulan laporan dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,01% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,08% (yoy) yang dikarenakan pasokan hasil panen dari luar pulau yang meningkat sehingga harga terkoreksi. Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
39
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
40
BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
42
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3
1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas.
3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN Kredit perbankan tumbuh melambat pada triwulan III-2015 dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan yaitu tambang batubara. Meskipun membaik, pertumbuhan sektor ini masih terkontraksi pada triwulan berjalan. Selain itu, perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru merespons pelemahan kualitas kredit pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali tumbuh meningkat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terjaga. Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan
%yoy 35.0% 30.0% 25.0% 20.0%
Tw. II
15.0%
Asset 10.0% 5.0%
Tw. III
5.71% 12.85%
DPK
4.75% 6.52%
Kredit
8.49% 4.71%
0.0%
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
43
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.1.1. Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan menurun, tercermin dari penurunan Loan-toDeposit Ratio (LDR) dari 122,8% pada triwulan II-2015 menjadi 121,6% pada triwulan laporan. Perlambatan aktivitas intermediasi perbankan didorong oleh melambatnya penyaluran kredit yang tumbuh 4,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,49% yoy). Perlambatan kredit terjadi pada jenis kredit konsumsi dan kredit investasi. Di sisi lain, pertumbuhan DPK kembali meningkat dari 4,80%(yoy) pada Triwulan II-2015 menjadi 6,50% (yoy). Kenaikan DPK terjadi pada semua jenis penempatan dana, baik giro, tabungan, maupun deposito. Kinerja sektor utama yaitu pertambangan yang membaik meski masih terkontraksi, berdampak positif pada relatif terjaganya kualitas kredit. Non performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,62%, tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,60%. Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya
Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK % yoy
% yoy 35
% 135.00
30
130.00
25
125.00
25
120.00
20
40 35
30
LDR (Sb. Kanan)
122.83
20
121.61
Pertumbuhan Kredit
15
115.00
8.49
10
5
Pertumbuhan DPK
6.52
II
III 2013
IV
I
II
III
IV
I
2014
II
Tw. II Tw. III 19.98 9.24
10
Giro
5
110.00
6.91
105.00
-5
100.00
-10
Tabungan I
III
II
III
IV
I
2013
2015
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya % yoy 50 45 40 35 30 25 20
Tw. II Tw. III 9.45 9.71 Konsumsi
15 10
11.40 5.79 Modal kerja
5
8.49 4.71 Kredit Umum
0
4.62 -1.41 Investasi
-5 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
1.02
-0.70 4.88
0
4.75 4.71
0 I
Deposito
15
44
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial
Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Balangan (94,78% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (42,59% yoy). Kota Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar di provinsi tersebut juga mengalami peningkatan pertumbuhan DPK dari 2,41% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 3,37% (yoy) pada triwulan III-2015. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial
Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Barito Kuala (23,46% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (18,05% yoy). Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru mengalami penurunan pertumbuhan kredit dari 11,74% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan III-2015.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
45
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi Perlambatan kinerja kredit pada triwulan III-2015 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor PHR sebagai sektor dengan pangsa kredit terbesar. Kredit PHR tercatat terkontraksi dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 3,40% (yoy) menjadi -1,04% (yoy) pada triwulan III-2015. Hal tersebut dikarenakan bank cenderung berhati-hati dalam penyaluran kredit baru di tengah kualitas kredit yang agak melemah. Melemahnya kinerja sektor PHR juga diiringi dengan peningkatan NPL dari 4,42% pada triwulan II-2015 menjadi 6,09% pada triwulan II-2015. Sementara itu kredit sektor pertanian tercatat tumbuh membaik dari 18,89% (yoy) menjadi 23,79% (yoy) pada triwulan III-2015 dan diiringi dengan penurunan rasio NPL dari 1,10% menjadi 0,99%. Hal tersebut senada dengan baiknya prospek sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan pada triwulan laporan. Kredit sektor pertambangan tumbuh melambat pada triwulan laporan yaitu dari 84,59% (yoy) menjadi 29,53% (yoy), dipengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan yang masih terkontraksi meskipun membaik pada triwulan laporan. Di sisi lain, NPL menurun dari 3,17% menjadi 2,93%. Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit % yoy 35
3.62
Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi % 4.0
REAL ESTATE, 9.72
JASA LAINNYA, 2.13
3.5
30
3.60
NPL Kredit (sk. kanan)
25
3.0 2.5
20
2.0
15
8.49
10
AKOMODASI, 1.72
4.71
1.0
PERDAGANGAN 28.47
0.5
0
0.0 I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
TAMBANG 14.36
1.5
Pertumbuhan Kredit
5
PERTANIAN 20.12
TRANSPORTASI 8.16
INDUSTRI, 6.31 LISTRIK, GAS DAN AIR, 1.13
III
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
KONSTRUKSI, 5.54
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
46
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit konsumsi pada triwulan III-2015 tumbuh 9,71% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya (9,45% yoy). Peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan utamanya bersumber dari peningkatan pertumbuhan KPR. KPR mengalami kenaikan dari 12,98% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sedikit melambat. Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya % yoy 100 80 60
Tw. II Tw. III
40
Multiguna
KPR 20
22.63 19.14
Konsumsi Umum
12.98 15.37
0
9.45 9.71
KKB
-5.87 -8.46
-20 I
II
III
IV
I
II
2013
III
2014
IV
I
II
III
2015
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah, tercermin pada NPL, yaitu dari 1,46% pada triwulan II-2015 menjadi 1,55% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL terbesar terjadi pada KPR yang merupakan kredit konsumsi dengan pangsa kredit terbesar kedua setelah kredit multiguna. Meningkatnya angka pengangguran sebagaimana rilis BPS per Agustus 2015, menjadi faktor yang turut melemahkan kualitas kredit konsumsi. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebagai kredit konsumsi dengan pangsa terbesar ketiga tercatat tumbuh melambat dari -5,87% (yoy) pada triwulan lalu menjadi semakin terkontraksi sebesar -8,46% (yoy). Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit % yoy 25
1.55
20
NPL Kredit (sk. kanan)
Grafik 3.10. Share Kredit Konsumsi % 1.8
Lainnya, 4.58%
1.6
Multiguna, 42.23%
1.4
1.46
1.2
15
1.0 9.71
10
Pertumbuhan Kredit
0.8
KPR, 39.40%
0.6
9.45
0.4
5
0.2 0
0.0 I
II
III 2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Kendaraan Bermotor, 11.25%
Ruko/Rukan, 2.19% Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
47
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi % yoy 100
% 5.0
80
4.0
60
3.0
40
2.0
20
1.0
0 -20
0.0
I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II
III
2015
Pertumbuhan KPR Pertumbuhan KKB NPL Multiguna
Pertumbuhan K. Multiguna NPL KPR NPL KKB
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Konsumsi
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada triwulan III-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp 10,60 triliun atau tumbuh negatif -0,87% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang sebesar 2,04% (yoy). Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pertambangan, pengangkutan, dan jasa sosial masyarakat. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 18,57% dari total keseluruhan kredit perbankan. Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM % yoy
%
25
Lain-lain, Jasa Dunia 0.5% Usaha, 7.9%
8
Pertumbuhan Kredit UMKM
7.10 7
20
7.00
15
Pertanian, 13.6%
Pengangkutan, 5.2%
6
Pertambangan, 3.3%
5
10
4
5
NPL Kredit UMKM (skala kanan) -0.87
2.04 I
II
III 2013
IV
I
II
III
IV
Konstruksi, 8.7%
3
0 -5
Grafik 3.13. Share Kredit UMKM
I
II
2014
III
Perdagangan, 51.3%
2 1
0
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM % yoy 100
% 10
80
8
60
6
40
4
20
2
0
-20
I
II
III
IV
I
2013 Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Konstruksi (sk kanan)
II
III
IV
I
2014
II
III
0
2015 Pertumbuhan K. Konstruksi NPL Pertanian (sk kanan) NPL Perdagangan (sk kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
48
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.1.5. Perbankan Syariah Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari -4,64% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 0,1% (yoy) pada triwulan III-2015. Namun demikian, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 6,81% menjadi 6,31%. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar 0,40% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,75% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga melambat, yaitu dari 0,46% (yoy) menjadi -5,08% (yoy). Sementara itu, Non Performing Financing Perbankan Syariah relaif terjaga yaitu dari 6,87% pada triwulan II-2015 menjadi 6,85% pada triwulan berjalan. Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank
IV
I
II
7.9
7.1
92.9
III
7.1
92.1
7.5
92.5
II
8.1
91.9
92.6
I
7.5
Aset Perbankan Syariah
8.1
91.9
7.4
92.5
7.5
92.5
Aset Perbankan Konvensional 100%
92.9
Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah
III
IV
I
6.8
6.3
80%
93.7
40%
93.2
60%
II
III
20% 0%
2013 2014 Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank
2015
Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPL Pembiayan Perbankan Syariah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
49
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 3.2.1. Sistem Pembayaran Nontunai Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran nontunai baik RTGS dan kliring tercatat melambat. Hal ini ditengarai oleh masih terbatasnya pertumbuhan sektor utama Kalimantan Selatan maupun termoderasinya konsumsi RT. Nilai transaksi RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp63,4 triliun atau
tumbuh
-8,73%
(yoy),
melambat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
tumbuh
-0,35 % (yoy). Di sisi lain, nilai transaksi kliring, pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp3,9 triliun atau tumbuh -6,70%, sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh -6,25% yoy.
Grafik 3.18. Transaksi RTGS
Grafik 3.19. Transaksi Kliring % yoy
Rp triliun Level
100.0
Pertumbuhan (rhs)
60
80.0
% yoy
Rp triliun Level
5.0
40
4.0
60.0
20
3.0
40.0
0
2.0
-20
1.0
-40
0.0
Pertumbuhan (rhs)
40
3.9
63.4
20
-6.70 -8.73
20.0
0.0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
Q3
Q4
Q1
2014
Q2
Q3
-20 Q1
2015
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Sumber: Bank Indonesia, transaksi RTGS
0
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Q1
Q2
Q3
2015
Sumber: Bank Indonesia, SKNBI
3.2.2. Sistem Pembayaran Tunai Pertumbuhan transaksi tunai masuk (inflow) dan keluar (outflow) tercatat melambat. Transaksi tunai masuk (inflow) pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar -7,81% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (7,81% yoy). Demikian pula, transaksi tunai keluar (outflow), terkontraksi sebesar -9,84% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (28,86% yoy). Secara netto, transaksi pembayaran tunai mencatatkan aliran bersih masuk (net inflow) sebesar Rp0,85 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar Rp0,34 triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net
inflow lebih tinggi pada triwulan-III 2015. Grafik 3.20. SP Tunai (Level)
Grafik 3.21. SP Tunai (Pertumbuhan)
Rp. Miliar 3,500
Inflow
Outflow
Net inflow
2,876
3,000 2,500
2,025 2,000 1,500 851
1,000
500 0 -500
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
-1,000 Sumber: Bank Indonesia
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
50
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BOKS Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui pelonggaran Kebijakan LTV / FLV Pada 25 Mei 2015, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/DKMP perihal Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Pelonggaran ini bertujuan untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional agar tetap berada pada momentum yang positif serta untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Diharapkan, relevansi dari kebijakan LTV dapat mendorong gairah perekonomian melalui konsumsi masyarakat khususnya properti dan kendaraan bermotor. Belajar dari kegagalan kebijakan terkait dengan kredit properti di Amerika Serikat yang berujung pada resesi ekonomi, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan manajemen risiko pemberian kredit properti dan kendaraan bermotor atau lebih dikenal dengan kebijakan Loan to Value (LTV). Dalam perkembangannya, Bank Indonesia telah melakukan beberapa penyempurnaan dan perubahan kebijakan LTV dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mewujudkan kebijakan tersebut pertama kali melalui SE BI No 14/10/DPNP (Bank Umum) dan SE BI 14/33/DPbS (Bank Syariah) yang berlaku sejak 15 Juni 2012. Namun demikian, dikarenakan masih terus meningkatnya kredit properti hingga mengakibatkan adanya kekhawatiran instabilitas
hingga Mei 2015 pasca Bank Indonesia melonggarkan LTV dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/DKMP yang secara lebih teknis diatur dalam SE BI No. 17/25/DKMP. Perubahan dan penyempurnaan tersebut memiliki dampak terhadap perkembangan kredit maupun harga properti di seluruh Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan. Hal ini tercermin dari perkembangan kredit properti, yang terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Real Estate, dan Kredit Konstruksi, di Kalimantan Selatan. Pada kebijakan pengetatan LTV jilid I di tahun 2012, terlihat terdapat pengaruh terhadap turunnya pertumbuhan kredit properti. Tingginya permintaan properti mendorong pertumbuhan kredit properti hingga mencapai 42,14% (yoy) di triwulan III-2014. Kemudian, diterbitkannya SE No. 15/40/DKMP sebagai upaya pengetatan mengakibatkan pertumbuhan kredit properti di Kalimantan Selatan turun hingga 11,12% (yoy) di triwulan II-2015. Pada saat ini, sebagai upaya untuk menggiatkan perekonomian yang sedang lesu, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan LTV melalui PBI No. 17/10/PBI/DKMP tanggal 29 Mei 2015.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
51
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Tabel B2.1 Event Analysis Kebijakan LTV Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid II)
Pelonggaran Kebijakan LTV
30 SE BI NO.14/10/DPNP
25 20 15 10 5
SE BI NO.15/40/DKMP
32.52
35
42.14
SE BI NO.14/33/DPbS
40
NO.17/10/PBI/DKMP
% yoy 45
15.81
SE BI NO.17/25/DKMP
Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid I)
11.12
10.88
0 Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2012
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
2013
Tw. II Tw. III
2014
2015
Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek
Secara umum, kredit properti masih menurun, namun demikian pelonggaran LTV terlihat berdampak pada pertumbuhan KPR yang meningkat dari 12,96%(yoy) pada Tw.II-2015 menjadi 15,37% (yoy) pada Tw.III-2015. Peningkatan pertumbuhan KPR tersebut menunjukkan kebijakan pelonggaran LTV secara efektif cukup berdampak untuk menggairahkan konsumsi properti di Kalimantan Selatan untuk mendukung perekonomian, tercermin pada meningkatnya kinerja sektor bangunan. Tabel B2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan Sektor Terkait Properti % yoy
% yoy
50 40
160
Pertumbuhan K. Real Estat (Sb.Kanan)
Pertumbuhan KPR
120
30 20
12.96
10
15.37
10.88 11.12 24.47 10.36
0 -10
-24.57 -27.94
Pertumbuhan K. Properti (Total)
-20
I
II
III 2012
IV
I
II
III
0 -40
-120
Pertumbuhan K. Konstruksi (Sb.Kanan)
-50
40
-80
-30 -40
80
IV
2013
I
II
III 2014
-160
IV
I
II
III
2015
Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek
Upaya meningkatkan gairah properti di Kalimantan Selatan juga dilakukan oleh pihak-pihak terkait, seperti REI Kalimantan Selatan maupun kalangan perbankan, melalui berbagai kegiatan pameran/expo perumahan.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
52
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BAB IV KEUANGAN DAERAH
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
53
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
54
Bab IV. Keuangan Daerah
4
4. KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat, baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Dari sisi pendapatan daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2015 menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 76,5% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (63,0%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya naik menjadi 66,0% pada triwulan laporan, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (65,4%). Di sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 97,5% pada triwulan III-2015, yang pada triwulan II-2015 tercatat (93,4%).
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
55
Bab IV. Keuangan Daerah
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Namun demikian, masih tingginya Dana Perimbangan mengakibatkan tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan, rasio kemandirian fiskal daerah (anggaran) tercatat sebesar 60,49%, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (75,78%). Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan III-2015
4.2. Realisasi Belanja Daerah Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III2015 turut menguat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 60,0% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,3%). Menguatnya serapan belanja daerah turut mendorong menguatnya pertumbuhan ekonomi. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 66,3% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya pada KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
56
Bab IV. Keuangan Daerah
periode yang sama (60,8%). Penguatan serapan juga terjadi pada bantuan keuangan dan bantuan sosial. Belanja Modal menguat tipis 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, realiasi serapan belanja barang dan jasa melemah namun secara nominal meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.Menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel
Rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat lebih rendah. Pada triwulan III-2015 rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 16,85% lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya 19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan III-2015
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
57
Bab IV. Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
58
Bab IV. Keuangan Daerah
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
59
Bab IV. Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
60
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, sejumlah indikator dan informasi mengindikasikan adanya perbaikan kondisi tenaga kerja pada sektor tertentu pada triwulan-III 2015. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
5.1. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 masih belum pulih meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Statistik ketenagakerjaan rilis BPS bulan Agustus 2015 masih menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 4,92% dari sebelumnya 3,80%. Jumlah angkatan kerja dan jumlah orang bekerja masing-masing naik sebesar 45,9 ribu orang dan 22,04 ribu orang dibandingkan Agustus 2014, namun jumlah pengangguran juga naik sebesar 23,9 ribu orang dalam kurun waktu tersebut. Di sisi lain, meningkatnya persentase jumlah angkatan yang bekerja pada sektor formal, yang didominasi oleh pekerja buruh/karyawan, merupakan dampak dari kenaikan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih terbatas. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus 2012 - Agustus 2015
Uraian Penduduk Angkatan Kerja (jiwa) a. Bekerja (jiwa) b. Pengangguran (jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengganguran Terbuka (%) Pekerja Tidak Penuh a. Setengah Pengangguran *) (jiwa) b. Pekerja Paruh Waktu **) (jiwa)
Ags 2012 1,939.07 189.39 99.68 72.01 5.14 727.59 226.46 501.13
(ribu jiwa) Ags 2013 Ags 2014 Ags 2015 1,900.35 1,941.29 1,987.25 1,830.81 1,867.46 1,889.50 69.54 73.77 97.75 69.31 0.69 69.73 3.66 3.80 4.92 772.38 710.73 668.37 154.37 139.52 156.31 618.01 571.21 512.06
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
61
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 5.2. Perkembangan tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan
Grafik 5.1. Komposisi Pekerja berdasarkan status Pekerjaan 100%
58.52
60%
63.03
70%
63.74
80%
63.96
90%
50%
41.48
10%
36.97
20%
36.26
30%
36.04
40%
Aug-12
Aug-13
Aug-14
Aug-15
0%
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Grafik 5.3. Komposisi Pekerja berdasarkan Status Pekerjaan (%, Agustus 2015) Karyawan/Pegawai
Berusaha Sendiri 20 38 41.48
FORMAL
NON FORMAL 58.52
3 Berusaha dibantu buruh tetap
16
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
7 15
Pekerja Bebas
Pekerja Tak Dibayar Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Dari sisi jenjang pendidikannya, kenaikan tingkat pengangguran paling besar terjadi pada jenjang diploma/universitas dan SMA. Pada jenjang diploma/universitas, kenaikan pengangguran dari 4,11% pada Agustus 2014 menjadi 6,86% pada Agustus 2015, sedangkan pada jenjang SMA, kenaikan pengangguran menjadi 8,46% dari 7,60% pada Agustus 2014.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
62
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 5.2. Persentase Penduduk Kalimantan Selatan Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 – Februari 2015 (%)
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya*) Total
Agust 2012 Agust 2013 Agust 2014 Agust 2015 41.51 40.55 39.81 36.01 7.11 7.32 6.04 6.70 5.35 5.49 5.36 5.40 21.34 21.42 23.28 24.43 13.61 14.94 15.05 17.36 11.08 10.28 10.46 10.10 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah *) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan
Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang triwulan III-2015 mengindikasikan sedikit kenaikan pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan masih mempertahankan karyawannya, khususnya pada sektor PHR, sedangkan sektor pertanian dan sektor tambang masih cenderung melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja sebagai salah satu kebijakan mereka terkait dengan penurunan permintaan. Indikasi kenaikan jumlah tenaga kerja tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2015 yang tercermin dalam angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar 2,63% yang berarti bahwa terdapat peningkatan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada triwulan III-2015 terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami kontraksi maupun perlambatan pada triwulan ini. Grafik 5.4. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
63
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Selanjutnya,
hasil
survei
konsumen
menunjukkan
adanya
sedikit
optimistisme
yang
memperlihatkan indeks ketersediaan lapangan kerja disepanjang triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 87,5 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 80,0. Namun demikian, angka indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan masih akan berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit perbaikan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 70,8 pada triwulan II-2015 menjadii 78,1 pada triwulan laporan.
5.2. KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan perbaikan yang signifikan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga mengalami penurunan yang terkonfirmasi dalam sejumlah indikator.
5.2.1 Daya beli Masyarakat Daya beli masyarakat terindikasikan melemah pada triwulan III-2015. Hasil Survei Konsumen Kota Banjarmasin di triwulan III-2105 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 110,0, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 119,0. Selanjutnya, sejalan dengan pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya, ekspektasi penghasilan masyarakat dalam enam bulan yang akan datang juga relatif menurun sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi penghasilan yang lebih rendah pada triwulan III-2015, yaitu sebesar 147,1 dari sebelumnya 148,8. Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen
Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan
5.2.2 Nilai Tukar Petani Pada triwulan III-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan tingkat kesejahteraan petani
yang mencerminkan
tercatat sebesar 99,7 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 100,6. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
64
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
harga yang dibayar petani (Ib) ketika harga yang diterima petani (lt) mengalami sedikit penurunan. Kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) oleh petani pada triwulan ini secara umum disebabkan oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pada periode Idul Fitri dan Tahun Baru Hijriyah di awal dan di akhir triwulan III-2015, sedangkan melambatnya indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh penurunan NTP tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan rakyat. Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)
Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 85,12 menurun dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 86,78 poin. Rendahnya angka NTP subsektor perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang masing-masing tercatat sebesar 111,27 dan 110,37 karena harga komoditas ternak dan ikan yang relatif tinggi pada triwulan III-2015.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
65
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BOKS Formula Baru Upah Minimum Provinsi
Upah Minimum Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp. 2.085.050,- atau naik sebesar 11,5% dari UMP pada tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp. 1.0870.000,-. Besaran UMP tersebut dihitung berdasarkan formula penghitungan upah minimum yang menjadi bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jilid IV. Ketentuan pengupahan yang baru ini diharapkan dapat memperbaiki iklim usaha dan hubungan perusahaan dengan pekerja karena terdapat transparansi dan kepastian mengenai besaran kenaikan upah yang mengacu pada kinerja perekonomian. Sehingga pada gilirannya pengusaha dapat memperkirakan salah satu komponen biaya produksi dan bagi pekerja mendapatkan kepastian kenaikan upah setiap tahunnya. Ketentuan tersebut dilegalkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan yang mewajibkan seluruh daerah untuk menggunakan formula penghitungan upah dalam menetapkan UMP mulai tahun 2016 sebagai berikut:
Dimana: UMPn
= Upah Minimum Provinsi yang akan datang
UMPt
= Upah Minimum Provinsi tahun berjalan
Inflasit
= inflasi tahun berjalan (ditetapkan dengan inflasi tahunan (year-on-year) pada bulan September tahun berjalan)
%∆ PDB
= pertumbuhan ekonomi nasional saat ini (ditetapkan pertumbuhan PDB yang mencakup triwulan I dan II tahun berjalan dan triwulan III dan IV)
Data inflasi nasional bulan September 2015 tercatat sebesar 6,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional dalam periode kuartal I dan II 2015 dan kuartal III dan IV 2014 sebesar 4,8%. Tabel B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kab/Kota
Jan Banjarmasin 1,905,022 Banjarbaru 1,893,735 Banjar 1,889,615 Barito Kuala 1,910,241 Tanah Laut 1,855,476 Tapin 1,934,026 Hulu sungai Selatan 1,804,811 Hulu sungai Tengah 1,786,509 Hulu sungai Utara 1,870,794 Balangan 1,876,541 Tabalong 1,920,580 Tanah bumbu 1,941,888 Kotabaru 2,022,412 JUMLAH 24,611,650 KHL Rata-rata perbulan 1,893,204
Feb 1,910,653 1,870,398 1,872,029 1,949,243 1,846,075 1,938,190 1,830,888 1,806,909 1,904,485 1,895,159 1,953,827 1,934,850 2,025,110 24,737,816 1,902,909
Mar 1,915,951 1,874,530 1,901,311 1,958,287 1,848,625 1,943,290 1,847,308 1,865,626 1,898,249 1,924,877 1,987,351 1,930,745 2,028,437 24,924,587 1,917,276
2015 Apr Mei 1,919,274 1,930,535 1,883,646 1,879,238 1,902,560 1,907,512 1,963,860 2,005,092 1,865,927 1,875,749 1,952,088 1,960,885 1,853,368 1,853,368 1,926,105 1,936,958 1,997,888 2,018,531 2,009,396 2,026,085 2,223,406 2,272,776 1,936,140 1,939,659 2,040,691 2,044,685 25,474,349 25,651,073 1,959,565 1,973,159
Jun 1,930,535 1,888,225 1,910,286 2,066,652 1,885,571 1,990,524 1,860,501 1,945,958 2,018,507 2,057,790 2,287,610 1,954,205 2,065,053 25,861,417 1,989,340
Jul 1,934,702 1,914,374 1,913,836 2,080,487 1,897,887 2,000,431 1,869,301 1,971,225 2,063,834 2,094,390 2,297,087 1,994,465 2,072,620 26,104,639 2,008,049
Agust 1,938,221 1,915,401 1,914,573 2,082,345 1,891,729 2,003,070 1,867,910 2,072,241 2,053,528 1,909,144 2,302,000 1,995,051 2,076,623 26,021,836 2,001,680
Jumlah
KHL Rata-rata
15,384,893 1,923,111.63 15,119,547 1,889,943.38 15,211,722 1,901,465.25 16,016,207 2,002,025.88 14,967,039 1,870,879.88 15,722,504 1,965,313.00 14,787,455 1,848,431.88 15,311,531 1,913,941.38 15,825,816 1,978,227.00 15,793,382 1,974,172.75 17,244,636 2,155,579.56 15,627,003 1,953,375.38 16,375,631 2,046,953.88 203,387,366 25,423,420.81 15,645,182 1,955,647.75
Dilihat dari sisi kesejahteraan pekerja, UMP Kalsel 2016 yang ditetapkan tersebut sudah cukup memadai. Hal ini diindikasikan dengan data perkembangan kebutuhan hidup layak (KHL) sampai dengan bulan Agustus 2015 yang memperlihatkan besarnya UMP 2016 yang ditetapkan berada diatas
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
66
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
rata-rata KHL di wilayah Kalsel. Secara spasial, angka UMP ini juga lebih tinggi dibandingkan KHL (Agustus 2015) pada hampir semua Kab./Kota di Kalsel kecuali Kab. Tabalong. Secara Historis, selama ini, penetapan UMP Kalsel selalu berada di atas angka KHL. Dari penelusuran opini melalui media, angka UMP tersebut relatif dapat diterima oleh semua pihak. APINDO Kalsel yang mewakili unsur pengusaha telah menyatakan menerima meskipun dirasa agak memberatkan dalam kondisi perlambatan ekonomi sekarang ini. Sementara dari serikat pekerja yang tergabung dalam Dewan Pengupahan Provinsi Kalsel memahami tekanan kondisi dunia usaha saat ini sehingga menyatakan menerima usulan UMP 2016 tersebut. Ribu Rupiah
2,200 2,000 1,800
UMP Kalsel
1,600 1,400 1,200
KHL (t-1)*
1,000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Disnakertrans Prov. Kalsel *KHL tersebut adalah angka KHL Kab./Kota terendah dalam bulan terakhir survey KHL (Agustus/September) tiap tahunnya sebelum dilakukan sidang penetapan usulan UMP oleh Dewan Pengupahan Provinsi Kalimantan Selatan.
Gambar B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
67
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
68
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BAB VI PROSPEK EKONOMI
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
69
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
70
Bab VI. Prospek Ekonomi
6
6. PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mit ra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta dukungan subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan. Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% 4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil paket kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan dengan baik hingga di penghujung tahun.
6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan % yoy 7 6 5 5.4 4.9 4 3 2 1 0 -1
Nasional 3.9 3.7
4.2
Kalsel 3.1
4.0
Kalimantan
I 2013 2014 2015f …
3.9
II
III
2014
IV
I
II
III
IVf
2015
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 6.2.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia % yoy 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2
7.30 6.90
1.50
7.70
India 7.30 7.50 Tiongkok 7.30 6.90
6.70
1.60
0.60
Jepang -0.10 Q1
Q2
Q3
Q4f
2015
Q1f
Q2f
Q3f
2016f
Q4f …
2014 2015f 2016f
Sumber: Concencus Forecast
Kinerja perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan akan meningkat pada triwulan IV-2015 dan berada dalam kisaran 4,0%-4,2% (yoy). Peningkatan didorong oleh membaiknya permintaan ekspor negara mitra utama dan prospek kenaikan harga batubara. Meski pertumbuhan Tiongkok masih dalam tren melambat, namun perlambatannya telah melandai. Realisasi pertumbuhan PDB Tiongkok pada triwulan III-2105 lebih tinggi dari proyeksi beberapa pengamat internasional. Bedasarkan data
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
71
Bab VI. Prospek Ekonomi
Consensus Forecast, pada triwulan IV-2015, PDB Tiongkok akan tumbuh sebesar 6,7% yoy, sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi India dan Jepang yang diprakirakan akan membaik pada triwulan-IV serta kumulatif 2015, didukung oleh perbaikan kinerja manufaktur dan permintaan domestik. Harga batubara berpotensi naik pada penghujung 2015 yaitu dari USD64/mt pada Tw.III-2015 menjadi USD67/mt pada Tw.IV-2015 sesuai prakiraan harga komoditas IMF. Sementara, harga karet dan CPO diprakirakan masih tertahan kenaikannya. Tabel 6.1. Proyeksi Harga Komoditas Komodtas Satuan Batubara $/MT Palm Oil $/MT Karet cts/lb Sumber: IMF (diolah)
Harga Komoditas 2015Q1 2015Q2 2015Q3 2015Q4 2015 2016 65.6 63.2 63.6 66.7 64.8 70.6 627.9 599.9 513.3 488.4 557.4 531.0 78.6 81.2 81.6 77.9 79.8 86.8
Kinerja sektor industri berpotensi meningkat seiring baiknya permintaan negara mitra maupun konsumsi domestik serta dukungan subsektor perkebunan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke depan produksi kelapa sawit (TBS) Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas kebun baru yang memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Di sisi lain, kinerja subsektor tanaman bahan makanan berisiko melambat karena pengaruh negatif El-Nino terhadap sawah irigasi dan tadah hujan yang waktu tanamnya mundur. Sementara, masa puncak produksi padi sawah rawa lebak yang mendapat dampak positif comparative advantage dari El-Nino telah terjadi pada triwulan sebelumnya. Selain itu, BPS merevisi pertumbuhan produksi padi 2015 pada ARAM II dari 8,32% (yoy) menjadi 2,87% (yoy). Di tengah potensi penguatan ekspor, konsumsi RT diprakirakan sedikit tertahan akibat ekspektasi tingkat penghasilan yang relatif melemah pada triwulan mendatang. Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan untuk keseluruhan tahun 2015 diprakirakan akan berada pada kisaran 3,7%-3,9%.
6.2. PRAKIRAAN INFLASI Realisasi inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau akhir tahun 2015 diperkirakan menurun signfikan mengarah kisaran 4,7% - 4,9% yoy. Penurunan inflasi tersebut diperkirakan akibat terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat menyusul launching paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III pada awal triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung tahun lalu. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV-2015 diprakirakan berada pada kisaran 1,40% 1,60% qtq, lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 1,80% qtq yang akan terkonsentrasi pada bulan Desember 2015 saat menjelang perayaan natal dan tahun baru. KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
72
Bab VI. Prospek Ekonomi
Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2015
Selanjutnya risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan IV-2015 adalah sebagai berikut: 1. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk konsumsi selama lebaran khususnya dari subkelompok makanan jadi, sandang dan barang-barang produk manufaktur yang mengalami peningkatan permintaan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang masih tertekan terhadap dolar AS khususnya terkait dengan risiko kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed pada akhir tahun menyusul membaiknya indikator ekonomi di AS juga terus membayangi perekonomian hingga saat ini sehingga berpotensi memberikan risiko imported inflation yang berasal dari bahan baku maupun barang konsumsi hasil impor meskipun tekanannya sedikit tertahan oleh pelemahan daya beli menyusul perlambatan ekonomi dan masih berlangsungnya tren penurunan harga komoditas internasional. 2. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat (BBM jenis Solar, tarif listrik dan gas elpiji non subsidi) hasil paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III di awal triwulan. Potensi risiko terbesar hanya berasal dari kenaikan tarif angkutan udara menjelang libur panjang pada akhir tahun karena tingginya permintaan masyarakat, serta kenaikan harga aneka rokok yang terus merayap setiap bulannya selama disepanjang tahun ini. 3. Risiko inflasi volatile foods diperkirakan akan sedikit meningkat dengan memasuki musim penghujan dan masa tanam padi. Harga beras diperkirakan akan merangkak naik mendekati akhir tahun 2015 dan awal tahun depan seiring berkurangnya pasokan memasuki musim tanam, namun relatif terkendali karena produksi padi pada tahun ini yang relatif meningkat sebagai dampak positif El-Nino pada lahan rawa lebak. Harga ikan segar khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
73
Bab VI. Prospek Ekonomi
sedikit meningkat memasuki musim penghujan, namun dengan curah hujan yang diperkirakan relatif rendah justru diperkirakan tangkapan akan tidak terlalu sulit karena kedalaman air rawa tidak setinggi biasanya sehingga kenaikan harga ikan gabus dapat sedikit terjaga. Harga komoditas bahan makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka cabe dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat namun masih dalam taraf yang normal dan terkendali seiring curah hujan yang diperkirakan tidak terlalu tinggi sehingga tidak mengganggu produksi produk perunggasan dan tanaman hortikultura. Selanjutnya, dengan faktor risiko yang berpotensi menurun tersebut diperkirakan inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun 2015 akan mengalami penurunan yang signifikan dan berada pada kisaran 4,7% - 4,9%. Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2015 yang juga menurun berada pada level 4,0%+1%. Dalam rangka memastikan pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan Stakeholder terkait perlu senantiasa melakukan koordinasi dalam upaya pengendalian inflasi daerah tersebut.
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
Pertumbuhan PDRB, % yoy
2012
2013
6,0
5,4
2014 I
II
III
IV
5.26
5.51
4.63
4.05
2014
4,85
2015
2015*
I
II
III
IV
3,91
3,14
3,86
4,0-4,2
3,7-3.9
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Inflasi (%, yoy)
Perubahan IHK, % yoy
2011
2012
2013
3,98
5,96
6,98
2014
2015
I
II
III
IV
I
II
III
4,89
6,83
4,81
7,28
7,00
6,07
7,03
IV 4,7
4,9
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
74
DAFTAR ISTILAH Administered price Andil inflasi APBD Bobot inflasi Dana Perimbangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Faktor Fundamental Faktor Nonfundamental
Imported inflation Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Investasi Inflasi inti
Liaison
Loan to Deposit Ratio (LDR) Migas Mtm
Non Performing Loan (NPL) Omzet PDRB
Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah. Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah. Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank. Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal) Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100. Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100. Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal. Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu. Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas. Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan sebelumnya. Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
75
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Perceived risk Qtq Saldo Bersih SBT Sektor ekonomi dominan
Volatile food West Texas Intermediate Yoy
mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban waban Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan. Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia. Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
76
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab Harymurthy Gunawan
Koordinator penyusun Mohd Irwan
Tim penulis Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto
Kontributor Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM Tim Sistem Pembayaran
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Tim Asesmen dan Advisory Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678 Email :
[email protected],
[email protected]
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
77
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
78
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
79