Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan IV-2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode triwulan IV-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran dan pengedaran uang rupiah, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 4,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,86% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring berkurangnya kontraksi ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat 5,14% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (7,28%, yoy), utamanya dipengaruhi oleh penurunan tekanan inflasi pangan seiring baiknya kapasitas dan pasokan serta koreksi harga BBM. Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kredit perbankan pada triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,05% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan khususnya batubara. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, transaksi kliring tercatat tumbuh meningkat. Sementara itu, pengelolaan uang rupiah mencatatkan net outflow. BAB I Pada triwulan I-2016 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,3% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja sektor pertambangan sejalan dengan membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4±1%.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
i
Kata Pengantar
Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, 23 Februari 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HARYMURTHY GUNAWAN Direktur
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
ii
Daftar Tabel
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................................ DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. KETERANGAN DAN SUMBER DATA .............................................................................. TABEL INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................... INFOGRAFIS ..................................................... ............................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1.
i iii v vii vii ix xi xii
..................................................................................................
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ...................................................
7
1.1. Sisi Permintaan ...............................................................................................
8
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ................
9
1.1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... .........
10
1.1.3. Investasi ................................................................................. ................
11
1.1.4. Perkembangan Ekspor .............................................................................
14
1.1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ...............
18
1.2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah
...
19
1.2.1. Sektor Pertanian .....................................................................................
21
1.2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ......
22
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ ....
24
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ................
25
1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi ..................... ..................................
27
1.2.6. Sektor Konstruksi ..................... ..............................................................
27
BOKS 1. Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan .....................................................
28
BAB 2.
35
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.
... ........................................... ...........................
..
35
...........................................................
36
2.3. Inflasi Tahunan ...............................................................................................
40
BOKS 2. Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan ..............
44
BAB 3.
....... ...........
49
3.1. Stabilitas Sistem Keuangan ...........................................................................
49
3.1.1. Intermediasi Perbankan .........................................................................
52
2.2. Inflasi Triwulanan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN, DAN PUR
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
iii
Daftar Tabel
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi ..................................................................
52
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ..........................................................
53
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ...............................
55
3.1.5. Perbankan Syariah ..................................................................................
55
3.2. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR)... ........................
56
3.2.1. Transaksi Pembayaran .............................................................................
56
3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah Kartal ..........................................................
57
3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu .................................................................
60
BOKS 3.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ...............................................................................
61
BOKS 4.
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .................................................................................
BAB 4.
KEUANGAN DAERAH
64
........................................................
69
..........................................................
69
4.2. Realisasi Belanja Daerah .......... .......................................................................
72
4.3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 .......... ............................
73
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ..........................................................
79
5.
............................................................................
79
5.2. Kesejahteraan .......... .......................................................................................
80
5.2.1. Daya Beli Masyarakat ..............................................................................
80
5.2.2. Nilai Tukar Petani ...................................................................................
81
PROSPEK EKONOMI .... ..........................................................................................
85
6.1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro
.................................................
86
6.2. Prakiraan Inflasi ...............................................................................................
88
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................................
90
TIM PENYUSUN .....................................................................................................................
92
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah
BAB 5.
BAB 6.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
iv
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Tabel 1.7. Tabel B1.1. Tabel B1.2.
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............................... Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan ................................ Realisasi PMA Kalimantan Selatan ............................................................... Realisasi PMDN Kalimantan Selatan ............................................................ Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor) ........... Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ............ Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi .................................................. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI ............................................................ Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 .................
9 13 15 15 20 20 26 30 30
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4.
Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ...................................................... Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ................................................... Andil Inflasi Tahun 2015.......................... .................................................... Andil Deflasi Tahunan 2015.................... .....................................................
38 38 42 42
Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel B3.1.
Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................... Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................ Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015 ......................................................... Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015 ............................................. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015 .................................................. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015 ................................... Jumlah Lembar Temuan Uang Palsu.............................................................. Pencapaian KUR 2015 Nasional ...............................................................
51 51 58 58 59 59 60 62
Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.7.
Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ............................... Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel .................................................. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan ........................................... Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan........................ Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan....................................... Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................ APBD Pemetinah Provinsi Kalimantan Selatan 2016 ...................................... Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................
69 70 71 71 72 73 74 75
Tabel 5.1.
Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)....
81
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
vi
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14 . Grafik 1.15. Grafik 1.16 Grafik 1.17.
8 8 8 10 10 10 10 14 14 14 15 15 16 16 16 17
Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 1.30. Grafik 1.31. Grafik 1.32. Grafik 1.33. Grafik 1.34. Grafik 1.35. Grafik 1.36. Grafik 1.37. Grafik 1.38. Grafik 1.39.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ........... Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ................. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama 2015.... Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ...................... Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan............. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan ...................................... Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan .................................. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan ............................... Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan .............................................. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan ................................................. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan .............................................. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ....................................... Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan............................................ Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan ...................................... Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan .................................... ............................................. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan .. Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ........................................... Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik......... ............................. Produksi Padi Kalsel ................................................................................ Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan ..................... Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang.............................................................................. Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................................. Produksi TBS Kalimantan Selatan .................................................................. Produksi Karet Kalimantan Selatan ............................................................... Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan ................................. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ........ Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ....................... Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan ............. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan......................................... Perkembangan Volume Ekspor CPO ............................................................. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan.................. Perkembangan Volume Muat Semen ............................................................ Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti......................................... Tingkat Hunian Hotel .................................................................................. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti .................................................. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti ..................................................
Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3. Grafik 2.4 Grafik 2.5. Grafik 2.6.
Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional .................................................... Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ................................. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq) ....................... Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ................ Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ........................................... Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy)........................................
36 36 37 39 39 41
Grafik 3.1. Grafik 3.2. Grafik 3.3. Grafik 3.4.
Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ....................................... Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ........................................................... Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ..................................................... Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ...................................................
47 48 48 48
Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21. Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
17 17 17 18 18 18 18 19 22 22 22 23 23 24 24 25 25 25 25 26 26 27 27
vii
Daftar Grafik
Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.10. Grafik 3.11. Grafik 3.12. Grafik 3.13. Grafik 3.14. Grafik 3.15. Grafik 3.16. Grafik 3.17. Grafik 3.18. Grafik 3.19. Grafik 3.20. Grafik 3.21.
Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ Pangsa Kredit Korporasi ............................................................................. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral ........................................................ Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ Pangsa Kredit Konsumsi ........................................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ...................................................... Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM .......................................................... Pangsa Kredit UMKM ................................................................................. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM ......................................................... Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah ........................................ Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya .................................................... Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah .......................................................... Transaksi Kliring .......................................................................................... Inflow/Outflow Uang Kartal (Level) ............................................................... Inflow/Outflow Pertumbuhan ....................................................................... Rasio UTLE/Total Inflow.................................................................................
52 52 53 53 54 54 54 55 55 55 56 56 56 57 57 57 59
Grafik 4.1. Grafik 4.2.
Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015.......................................................... Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja ..................................................
70 73
Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4.
Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ....................... Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................................. Indeks Penghasilan Konsumen ............................................................... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan..........................
79 79 80 80
Grafik 6.1. Grafik 6.2. Grafik 6.3. Grafik 6.4. Grafik 6.5.
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan .................................................. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016 .............................. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016 .................................. Proyeksi Harga Komodtas ...................................................................... Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016 ....................................................
86 87 87 87 88
DAFTAR GAMBAR Gambar B1.1 Gambar B1.2 Gambar B2.1 Gambar B4.1
Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 ... Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014.. Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di Kalimantan Selatan....................... ............................................................ Pencantuman Harga....................... ..............................................................
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
28 31 45 64
viii
Keterangan dan Sumber Data
BAB II
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder
Departemen Statistik,
Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar. Bab II
Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III
Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.
Bab V
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
ix
Keterangan dan Sumber Data
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap
gejolak
internal
dan
eksternal
untuk
mendukung
alokasi
sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and
Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
x
Tabel Indikator Terpilih
TABEL INDIKATOR TERPILIH
a.
Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010) INDIKATOR
IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
b.
TAHUN 2013 153.49 6.98 153.49 6.98
TAHUN 2014 116.04 7.28 115.97 7.16 116.93 8.80
TAHUN 2015 TW - I 122.00 108.32 5.14 4.89 121.80 108.22 5.03 4.84 124.75 109.57 6.69 5.49
2014 TW - II TW - III 110.91 111.66 6.81 4.81 110.91 111.63 6.81 4.67 111.79 112.10 7.02 6.54
2015 TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV 116.04 115.90 117.64 119.75 122.00 7.28 7.00 6.07 7.03 5.14 115.97 115.82 117.55 119.59 121.80 7.16 7.02 6.05 6.94 5.03 116.93 116.93 118.79 121.93 124.75 8.80 6.72 6.26 8.31 6.69
16,862 33,386 14,971 473 7,978 11,357 10,033 6,823 13,975 5.33% 9,473 141,263 540.8 166.4
18,753 34,438 16,568 563 9,192 13,118 11,573 7,775 15,918 4.85% 9,053 146,947 361.2 141.5
20,424 31,968 18,412 662 10,627 14,914 13,051 8,600 18,860 3.84% 8,914 152,387 327.3 155.7
5,078 8,721 4,118 134 2,228 3,175 2,779 1,916 3,854 5.57 2,023 34,918 65.5 61.1
4,334 3,897 5,580 8,315 8,189 7,953 4,350 4,194 4,514 158 154 165 2,518 2,408 2,524 3,570 3,352 3,598 3,125 3,016 3,170 2,030 2,070 2,078 4,295 4,283 4,551 4.01 3.97 3.32 1,799 1,659 1,410 33,308 31,318 25,747 105.1 61.8 64.0 53.3 56.1 44.2
5,797 8,527 4,333 142 2,413 3,471 3,036 1,971 4,120 4.64 1,784 32,153 34.6 50.2
6,400 7,949 4,780 167 2,761 3,932 3,381 2,219 4,934 3.92 1,352 28,162 64.2 56.1
4,548 7,878 4,923 176 2,934 4,031 3,484 2,233 5,091 4.14 1,261 27,491 97.7 86.0
Stabilitas Sistem Keuangan INDIKATOR
2013
Total Asset 45,707 DPK 36,229 Giro 7,697 Tabungan 19,911 Deposito 8,621 Kredit - Lokasi Proyek 42,761 Modal Kerja 14,540 Investasi 13,181 Konsumsi 15,040 LDR - Lokasi Proyek 118.03% NPL 1.38%
c.
3,544 8,875 3,767 129 2,032 2,902 2,634 1,859 3,650 5.24 2,200 36,932 106.9 56.6
2014
2015
49,541 53,450 37,248 38,679 8,216 7,404 20,055 21,969 8,977 9,305 48,218 51,001 15,463 16,629 17,347 16,187 15,408 18,185 129.45% 131.86% 2.62% 3.10%
Tw - I 45,457 36,152 8,228 18,785 9,138 43,796 14,670 13,853 15,274 121.15% 1.78%
2014 Tw - II Tw - III 50,192 50,612 38,447 38,799 10,547 10,206 18,639 18,714 9,261 9,879 45,600 48,005 14,749 15,772 15,030 16,048 15,821 16,185 118.61% 123.73% 2.22% 2.79%
Tw - IV 49,541 37,248 8,216 20,055 8,977 48,218 15,463 17,347 15,408 129.45% 2.62%
Tw - I 48,521 37,155 8,162 18,294 10,699 48,661 15,843 15,946 16,872 130.97% 3.23%
2015 Tw - II Tw - III 53,060 57,118 40,274 41,330 10,654 10,911 18,509 19,627 11,111 10,792 49,471 50,264 16,430 16,685 15,724 15,822 17,317 17,757 122.83% 121.61% 3.60% 3.62%
Tw - IV 53,450 38,679 7,404 21,969 9,305 51,001 16,629 16,187 18,185 131.86% 3.10%
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 2015
2014 Indikator Inflow Kas (Rp miliar) Outflow Kas (Rp miliar) Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) Volume Kliring (ribu lbr) Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar)
2013
2014
7,599 5,563 230,237 199 16,655 318
7,913 5,574 251,980 197 16,874 316
2015
Tw - I
8,161 2,666 6,074 1,020 279,227 60,789 191 42 17,606 4,227 302 78
Tw - II
Tw - III
Tw - IV
Tw - I
1,881 1,304 67,933 42 4,269 93
3,120 2,096 69,419 36 4,190 76
1,948 1,845 71,303 42 4,572 75
2,649 2,028 802 1,681 56,117 67,694 43 14,817 3,962 4,002 91 78
Tw - II
Tw - III Tw - IV 2,876 2,025 63,360 45 3,908 69
1,292 1,371
4,280 48
450
439
415
119
153
113
164
105
79
151
255
8,041
8,133
8,493
2,207
3,050
2,384
2,948
2,286
1,723
2,143
2,122
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xi
Tabel Indikator Terpilih
PERTUMBUHAN EKONOMI triwulan IV
triwulan III
4,14% yoy
3,86% yoy PERMINTAAN
SEKTORAL TAMBANG
PERTANIAN
Tw III -0.2% yoy
Tw III 3.1% yoy
Tw IV -0.7% yoy
Tw IV -0.9% yoy
KONSUMSI RT Tw III 4,9% yoy
Tw IV 4,8% yoy
SSK Tw III
EKSPOR Tw III 0,2% yoy
Tw IV -21,4% yoy
SP PUR Sistem Pembayaran
Tw IV
P. Asset (yoy) 12,9%
7,9%
P. DPK (yoy) 6,5%
3,8%
P. Kredit (yoy) 4,7 %
4,1%
NPL 3,6 %
3,6%
Transaksi Kliring Tw III -6.7% yoy
Rp4,3T Tw IV -6.4% yoy
Pengelolaan Uang Rupiah INFLOW
OUTFLOW
Rp1,37T
Rp1,29T
NET OUTFLOW
Rp0,8T
OUTL
Pertumbuhan Ekonomi
Tw I: 4,1-4,3%yoy
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
2016: 3,9-4,3%yoy
xii
Tabel Indikator Terpilih
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN INFLASI triwulan IV
5,14% yoy Vol. Foods Tw III 5,5% yoy
Tw IV 4.0% yoy
Adm. Price Tw III 10.0% yoy
Tw IV 2.9% yoy
APBD
triwulan III
7,03% yoy Core Tw III 6,7% yoy
Tw IV 6.0% yoy
KESEJAHTERAAN
Realisasi Pendapatan
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja
97,3%
Tw IV 86,3
Tw III 87,5
Indeks Penghasilan
Realisasi Belanja
Tw III 110.4
Tw IV 111.4
Nilai Tukar Petani
90,9%
Tw III 99,8
LOOK
Tw IV 99,3
Inflasi
Tw I: 5,3-5,5%yoy
2016: 3,0-5,0%yoy
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xiii
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xiv
Tabel Indikator Terpilih
RINGKASAN EKSEKUTIF
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xv
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
xvi
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%
1
(yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan
dan
sektor
pertanian
kembali
tumbuh
melambat.
Melambatnya
sektor
pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015. Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85% yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara mitra lainnya meningkat. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy). Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas
1
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
1
Tabel Indikator Terpilih
volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal dan Tahun Baru 2016. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow. KEUANGAN DAERAH Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 lebih baik dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga momentum dan mendorong perbaikan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%). KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
PROSPEK EKONOMI Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
2
Tabel Indikator Terpilih
sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan kinerja sektoral. Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian, pertambangan,
dan
industri
pengolahan.
Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor
pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh meningkat. Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4+1%.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
3
Tabel Indikator Terpilih
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
4
Tabel Indikator Terpilih
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
6
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%
2
(yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan
dan
sektor
pertanian
kembali
tumbuh
melambat.
Melambatnya
sektor
pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015. Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85% yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara mitra lainnya meningkat.
2
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
7
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional
Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama Tahun 2015
Sumber: Trading Economics (diolah)
1.1. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2015 bersumber dari meningkatnya pertumbuhan investasi seiring positifnya sentimen pelaku usaha terhadap kondisi usaha ke depan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh relatif stabil didukung terjaganya daya beli sehubungan dengan inflasi yang menurun serta masih baiknya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. Secara tahunan, pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan masih ditahan oleh kinerja ekspor serta investasi yang lebih hati-hati dan terbatas pada beberapa sektor. Meski demikian, di tengah perlambatan kinerja ekspor, belanja pemerintah berhasil didorong sehingga berperan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, daya beli masyarakat terjaga dengan baik didukung lebih rendahnya inflasi Kalimantan Selatan pada tahun ini.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
8
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT) Konsumsi RT pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 4,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88%
3
(yoy). Stabilnya pertumbuhan
konsumsi RT tercermin pada membaiknya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin meskipun masih terkontraksi yakni dari -11,84% (yoy) menjadi -11,57% (yoy). Kondisi pendapatan yang masih terbatas sebagaimana tercermin pada Indeks Pendapatan Rumah Tangga yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mengindikasikan konsumsi yang lebih hati-hati. Indeks pendapatan RT masih dalam level yang optimis namun tercatat menurun dari 108.69 menjadi 102.10. Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan agak menurun, terlihat pada pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV-2015 tercatat melambat menjadi 8,44% (yoy) dari 9,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi RT Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat sebesar 4,87% yoy, stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi RT pada tahun sebelumnya (4,88% yoy). Stabilnya konsumsi RT disebabkan kondisi sektor utama yang menurun sehingga menjadi penahan bagi tingkat pendapatan. Namun, inflasi yang menurun dari tahun sebelumnya membantu terjaganya daya beli masyarakat.
3
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 5,67% (yoy) menjadi 4,88% (yoy).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
9
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin
Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 1.5.Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga
Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan
10
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.1.2. Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,54%
4
(yoy). Perlambatan disebabkan oleh
akselerasi serapan belanja pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota yang lebih dahulu terjadi pada triwulan-III 2015. Secara keseluruhan tahun, belanja pemerintah berhasil didorong realisasinya sehingga turut menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi. Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat dari 2,67% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,64% (yoy) pada tahun 2015. Hal ini tercermin pada realisasi serapan belanja Pemerintah Provinsi pada tahun 2015 tercatat sebesar 90,9%, lebih tinggi dari serapan tahun lalu yang sebesar 89,5%.
1.1.3. Investasi Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,57% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,32% (yoy).
Peningkatan
pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terjadi baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan. Pada triwulan laporan investasi bangunan tumbuh lebih kuat, sejalan dengan membaiknya pertumbuhan penjualan semen. Sementara itu investasi nonbangunan tumbuh lebih terbatas, tercermin dari pertumbuhan nilai impor barang modal industri yang termoderasi dari 181,16% (yoy) menjadi -4,75% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan investasi cenderung terbatas, yaitu dari 5,79% pada tahun 2014 menjadi 5,35% pada tahun 2015. Hal ini dipengaruhi tren perkembangan ekspor sehingga pengusaha lebih berhati-hati dalam merealisasikan investasinya pada subsektor tertentu yang dinilai prospektif. Sementara itu, peningkatan investasi bangunan terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang membaik yaitu dari
-35,0% (yoy) menjadi -34,6% (yoy) pada triwulan IV-2015.
Tidak ada
pembangunan infrastruktur fisik baru dengan nilai proyek besar pada triwulan IV-2015, pembangunan bersifat lanjutan dari proyek yang sudah ada meliputi pembangunan sejumlah sarana irigasi (Amandit, Batang Alai, Balangan dan Tapin), jalan dan jembatan serta investasi di sektor swasta
meliputi
renovasi
gedung
perkantoran
dan
pengembangan
properti.
Demikian
perkembangan pembangunan infrastruktur sebagaimana dirilis dari data Building and Construction
Interchange (BCI).
4
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2015 dari 6,53% (yoy) menjadi 12,54% (yoy).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
11
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Di tengah perlambatan kinerja sektor utama, peran pemerintah sudah cukup baik dalam berupaya mendorong investasi melalui realisasi pembangunan infrastruktur. Sejumlah infrastruktur vital akhirnya dapat terealisasi pada tahun 2015 seperti pembangunan Bandara Syamsudin Noor dan Bendungan Tapin. Tidak hanya investasi pemerintah, investasi swasta baik pada kelompok industri maupun bisnis tercatat terealisasi pada tahun 2015 seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan kantor swasta. Sejumlah pelaku usaha dari kelompok industri tetap melakukan investasi untuk keberlangsungan bisnis ke depan baik dari sisi maintenance maupun yang mendukung ekpansi 5
bisnis . Pada kelompok industri kelapa sawit, sejumlah perusahaan kelapa sawit masih melakukan
replanting (terkait aturan mengenai Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) dan perbaikan infrastruktur yang mendukung bisnis hulu hingga hilir seperti pembangunan jalan dan dermaga khusus. Sementara itu perusahaan yang lebih besar melakukan investasi yang lebih bersifat forward
looking seperti pembangunan infrastruktur biodiesel.
5
Mengacu kepada hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2015 ke sejumlah perusahaan kelapa sawit, karet dan plywood.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
12
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
13
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan
Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan
Grafik 1.10. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan
Pada triwulan-IV 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar 448 juta dolar AS atau tumbuh 322,24% (yoy), relatif tidak bergerak jauh bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 354,34% (yoy). Pada triwulan yang sama penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp1,09 triliun atau tumbuh 189,82% (yoy) meningkat signifikan dibanding triwulan III-2015 yang tumbuh terkontraksi -98,41% (yoy). Pada tahun 2015 Total PMA yang masuk ke Kalimantan Selatan tercatat sebesar 961 juta dolar AS (ekuivalen Rp 12,87 triliun), naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 502 juta dolar AS (ekuivalen Rp 5,97 triliun). Sementara PMDN tercatat sebesar Rp2,06 triliun, menurun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,61 triliun. Pada tahun 2015, investasi agregat (PMA dan PMDN) terbesar berasal dari industri mineral non logam (industri semen asing, murni PMA) disusul oleh investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan (didominasi oleh perkebunan dan 89,99% didominasi oleh PMA) serta pertambangan (PMA perusahaan besar di Tabalong).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
14
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.11. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan
Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan PMDN Kalimantan Selatan (Juta USD), 2015 Sektoral Nilai % Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik 548 26.60% Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi 357 17.31% Hotel dan Restoran 307 14.92% Tanaman Pangan dan Perkebunan 293 14.20% Perdagangan dan Reparasi 153 7.44% Lainnya 402 19.53% Total 2,060 100.00% Sumber: BKPM (diolah)
1.1.4. Perkembangan Ekspor Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -21,45% (yoy), terkontraksi relatif dalam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,18%
6
(yoy) karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih melambat dan harga batubara yang masih menurun. Secara keseluruhan tahun, ekspor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh 6,95% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -0,71% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan negara-negara mitra yang umumnya melambat sebagaimana halnya pertumbuhan ekonomi dunia. Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, tercatat bahwa pertumbuhan volume muat ke luar negeri pada triwulan laporan terkontraksi hingga 19,47% (yoy). Sementara itu pertumbuhan volume muat ke luar negeri sepanjang tahun 2015 terkontraksi hingga -5,64% (yoy)
6
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 8,01% (yoy) menjadi 0,18% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
15
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.13. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti
Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi -29,88% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -24,21% (yoy). Sementara itu volume ekspor terkontraksi -17,46% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -12,41% (yoy). Kontraksi ekspor luar negeri utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batubara khususnya ke Tiongkok dan Jepang. Perekonomian Tiongkok tercatat tidak tumbuh meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan laporan tercatat melambat seiring pertumbuhan investasi dan konsumsi domestik yang masih lemah. Penurunan permintaan batubara dari Tiongkok dan Jepang meredam peningkatan permintaan batubara dari India dan ASEAN pada triwulan laporan.
Grafik 1.14.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
Grafik 1.15.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan mencapai 73,48% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (17,49%), kayulapis (4,44%) dan karet alam serta olahan (2,87%). Dari sisi tren pertumbuhan, pada triwulan berjalan hanya ekspor CPO yang tumbuh meningkat sementara komoditas lain baik batubara, karet alam maupun plywood tumbuh melambat. Sementara itu secara tahunan ekspor seluruh komoditas tercatat tumbuh melambat.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
16
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.16. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015
Grafik 1.18. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015
Grafik 1.17. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan
Grafik 1.19. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Meningkatnya pertumbuhan ekspor CPO pada triwulan laporan utamanya berasal dari Italia dan Pakistan. Meski tingkat permintaan dunia akan CPO dipercaya akan selalu positif namun kebijakan ketat terhadap komoditas CPO menahan ekspor CPO ke sejumlah negara seperti India (proteksi petani minyak nabati lokal melalui pengaturan bea impor CPO) dan sejumlah negara di Eropa (terkait isu lingkungan). Pertumbuhan ekspor CPO ke India pada triwulan laporan tercatat melambat sejalan dengan peningkatan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%. Ekspor antardaerah pada triwulan IV-2015 terindikasi tumbuh meningkat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan volume muat dalam negeri pada komoditas batubara dan kelapa sawit.
Domestic Market Obligation (DMO) terindikasi meningkat, hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas industri di kawasan Jawa. Penjualan listrik industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah tumbuh meningkat pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu peningkatan ekspor antar daerah pada komoditas kelapa sawit meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi makanan dan minuman bertepatan dengan adanya libur Natal dan tahun baru.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
17
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.20.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik
Grafik 1.21.Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik
1.1.5. Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -26,02% (yoy), terkontraksi 7
cukup dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Dengan demikian impor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -8,80% (yoy) sementara pada tahun sebelumnya impor tumbuh -2,44% (yoy). Perlambatan impor dalam negeri pada triwulan laporan utamanya merespons perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah relatif stabilnya konsumsi RT (bongkar barang kebutuhan pokok dalam negeri). Di sisi lain, impor luar negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari luar negeri tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi nonbangunan yang mendorong impor barang modal khususnya mesin dan peralatan. Secara umum kontraksi impor yang lebih dalam pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan pertumbuhan investasi yang masih terbatas serta konsumsi RT yang tumbuh stabil. Grafik 1.22. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.23. Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan
7
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 13,41% (yoy) menjadi 2,51% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
18
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.24. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang % yoy 200 Mesin & peralatan
150
143.50
100 50 20.51
Material mentah Bahan Kimia
0 -50 -100 I
II
III IV
I
2012
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Data: Ekspor Impor KPw BI Kalsel (diolah)
Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar 97,70 juta dolar AS meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 64,18 juta dolar AS. Dari sisi volume, impor luar negeri tercatat sebesar 56,08 ribu ton (tumbuh 11,72% yoy) menjadi 86,02 ribu ton (tumbuh 61,44% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berasal dari barang modal industri seperti mesin dan peralatan. Sementara itu volume impor dalam negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari dalam negeri tumbuh sedikit membaik meski masih terkontraksi yakni dari -19.85% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi -12,83% (yoy) pada triwulan laporan.
1.2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV2015 bersumber dari pertumbuhan industri pengolahan, PHR, transportasi dan komunikasi serta konstruksi yang didorong oleh masih baiknya permintaan domestik. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru masuknya masa tanam pada triwulan IV-2015. Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat terkait melambatnya
pertumbuhan
negara
mitra
secara
umum
sebagaimana
melambatnya
pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini berimplikasi pada terkontraksinya ekspor dan menurunnya kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sektor utama lainnya yakni sektor industri pengolahan selama tahun 2015 tumbuh relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terkait masih baiknya permintaan CPO dari domestik.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
19
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor)
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
20
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan IV-2015 tumbuh terkontraksi sebesar -0,90% (yoy), lebih rendah dari
8
triwulan sebelumnya (3,06% , yoy). Kontraksi yang terjadi pada pertumbuhan
sektor pertanian pada triwulan laporan utamanya disebabkan oleh turunnya produksi padi dan karet. Meski luas tanam pada triwulan sebelumnya tercatat lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, sejalan dengan dampak comparative advantage El Nino terhadap luas tanam. Efek positif El Nino tidak teroptimalkan pada triwulan IV-2015 sehingga terjadi penurunan produksi pada triwulan laporan. Produksi padi pada triwulan IV-2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -37,71% (yoy). Secara keseluruhan tahun, sektor pertanian Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh 2,38% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 4,47% (yoy). Hal ini tercermin pada pertumbuhan produksi padi yang tumbuh melambat menjadi 2,85% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Perlambatan produksi padi utamanya disebabkan penurunan produktivitas terkait faktor cuaca yang kurang mendukung. Efek negatif El Nino pada triwulan IV-2015 yang berimplikasi pada kondisi kering turut berdampak pada subsektor perkebunan karet di mana produksi karet tercatat tumbuh melambat dari 8,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,52% (yoy) pada triwulan laporan. Meski demikian secara tahunan produksi karet meningkat pesat dari 30,76 ribu ton pada tahun 2014 menjadi 35,71 ribu ton atau tumbuh 16,09% (yoy), meningkat dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,99% (yoy). Meski harga karet terus turun, perkebunan karet umumnya tetap beroperasi. Pemutusan hubungan 9
kerja pada perusahaan karet PMDN tercatat hampir tidak ada seiring upaya efisiensi yang dilakukan perusahaan. Isu lingkungan juga tidak terlalu berdampak pada perkebunan karet dan restriksi ekspansi lahan karet kontra lahan pertanian padi telah lama diselesaikan melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Program Perubahan Jarak Tanam Karet antara Kepala Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dirjen Tanaman pangan dan Hortikultura, Dirjen Perkebunan, Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2013.
8
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan III2015 dari 3,89% (yoy) menjadi 3,06% (yoy) 9 Disampaikan oleh Gapkindo Kalselteng dalam FGD terkait dampak paket kebijakan terhadap keberlangsungan sektor utama Kalimantan Selatan, 13 Januari 2016
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
21
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.25.Produksi Padi Kalimantan Selatan
Grafik 1.26. Produksi TBS Kalimantan Selatan
Grafik 1.27. Produksi Karet Kalimantan Selatan
Berbeda dengan padi dan karet, produksi tandan buah segar (TBS) pada triwulan IV-2015 tumbuh meningkat menjadi 15,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,89% (yoy). Produksi TBS meningkat secara gradual menjelang akhir tahun sejalan dengan meningkatnya luas kebun produktif setelah produksi tertahan pada triwulan-triwulan sebelumnya di 2015. Peningkatan produksi yang baru terjadi pada triwulan akhir tidak dapat mendorong pertumbuhan produksi secara tahunan. Produksi TBS pada tahun 2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -18,19% (yoy) sementara pada tahun sebelumnya masih dapat tumbuh 0,84% (yoy).
1.2.2. Sektor Pertambangan Pada triwulan IV-2015 sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -0,66% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -0,18%
10
(yoy). Hal ini disebabkan masih lemahnya permintaan Tiongkok dan terus
menurunnya harga batubara sebagaimana tren penurunan harga minyak internasional.
10
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari -0,27% (yoy) menjadi -0,18% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
22
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Secara keseluruhan tahun, sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,71% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2014 yang tercatat tumbuh 2,25% (yoy). Hal ini disebabkan tren penurunan permintaan Tiongkok maupun negara lainnya. Selain itu, harga batubara juga lebih rendah yaitu sebesar 61,63 dolar AS pada tahun 2015, menurun dari 75,14 dolar AS pada tahun 2014. Perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Selatan merevisi target produksinya ke bawah hingga dua kali selama tahun 2015 sejalan dengan keyakinan bahwa harga belum akan membaik pada tahun tersebut. Meski demikian di tengah melambatnya perekonomian, lepas dari semester pertama tahun 2015, pemerintah meluncurkan sejumlah paket kebijakan untuk menstimulus perekonomian nasional khususnya sektor manufaktur sehingga pada akhirnya meningkatkan permintaan energi dalam negeri yang mendorong penyerapan batubara domestik (DMO). Meski DMO terindikasi meningkat pada triwulan akhir 2015, secara tahunan capaian DMO Kalimantan Selatan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Berbeda dengan kondisi permintaan domestik, volume ekspor batubara ke luar negeri pada triwulan laporan tercatat tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni dari -11,28% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -19,19% (yoy) pada triwulan laporan. Kontraksi ekspor yang dalam pada triwulan IV-2015 disebabkan oleh menurunnya permintaan batubara dari Tiongkok meski permintaan dari India dan ASEAN membaik sementara itu secara tahunan kontraksi ekspor didorong oleh melambatnya permintaan dari India dan ASEAN. Secara tahunan ekspor batubara Kalimantan Selatan pada tahun 2015 terkontraksi semakin dalam yakni -18,84% (yoy) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar -11,28% (yoy). Grafik 1.28. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 1.29. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
23
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.31. Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,19% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,27%
11
(yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman (kelapa sawit) subsektor subsektor industri mineral nonlogam (semen). Secara keseluruhan tahun, industri pengolahan Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh sebesar 3,50% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,59% (yoy) seiring permintaan luar negeri yang terbatas di tengah permintaan domestik yang relatif masih baik.
11
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 1,88% (yoy) menjadi 2,27% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
24
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.32. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan
Grafik 1.33. Perkembangan Volume Ekspor CPO
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.35. Perkembangan Volume Muat Semen
Sejalan dengan meningkatnya pasokan TBS pada triwulan laporan, produksi CPO tumbuh meningkat menjadi 11,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh -1,52% (yoy). Peningkatan permintaan utamanya berasal dari Italia sementara itu permintaan dari Tiongkok masih melemah serta permintaan dari India turun seiring dengan adanya kenaikan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada industri semen, terindikasi dari volume muat semen yang meningkat signifikan pada triwulan laporan.
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR pada triwulan IV-2015 tumbuh 7,79% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26%
12
(yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor
ini utamanya bersumber dari perdagangan barang modal terkait dengan aktivitas investasi yang meningkat pada triwulan laporan.
12
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 7,51% (yoy) menjadi 7,26% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
25
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Secara keseluruhan tahun 2015 sektor PHR tumbuh 7,61%, melambat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 7,90%. Melemahnya sektor PHR bersumber dari penurunan perdagangan besar dan ecaran, reparasi mobil dan sepeda motor maupun penyediaan akomodasi dan makan minum. Perlambatan aktivitas perdagangan ditandai dengan melambatnya pertumbuhan volume total bongkar dan muat dari 3,97% (yoy) menjadi -4,87% (yoy). Perlambatan aktivitas bongkar muat mulai terjadi sejak tahun 2013, sejalan dengan dimulainya tren penurunan pertumbuhan sektor PHR. Sementara penurunan bisnis akomodasi dan makan minum juga terjadi. Bisnis akomodasi menurun sejalan dengan tren penurunan tingkat hunian (occupancy rate) sejak tahun 2013, sejalan dengan perlambatan kinerja sektor utama. Perlambatan pada sektor PHR juga dapat tercermin dari penerimaan retribusi yang banyak tidak mencapai target, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Grafik 1.36. Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.37. Tingkat Hunian Hotel
Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
26
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi Sektor transportasi pada triwulan IV-2015 tumbuh 8,56% (yoy), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,94%
[1]
(yoy). Impor daerah akan bahan kebutuhan
pokok pada triwulan laporan tercatat tumbuh membaik dan produksi TBS serta ekspor CPO meningkat. Dengan demikian arus pengangkutan darat meningkat. Sementara itu arus pengangkutan sungai danau dan penyeberangan serta udara terindikasi melambat sejalan dengan masih melambatnya sektor pertambangan. Meski demikian kapasitas pelabuhan dan prasarana penunjangnya menjadi faktor yang mendorong terjaganya kinerja sektor ini. Di sisi lain mulai dikomersialisasikannya layanan telekomunikasi generasi ke-4 atau 4G LTE, menjadi sumber pertumbuhan baru sektor komunikasi. Secara keseluruhan tahun, sektor transportasi dan komunikasi tumbuh relatif stabil yaitu 7,65% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 7,64% (yoy). Grafik 1.38. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.39. Arus Penumpang di Bandara Syamsudin Noor
1.2.6. Sektor Konstruksi Sektor konstruksi pada triwulan IV-2015 tumbuh 9,76% (yoy), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,34%
13
(yoy). Peningkatan sektor konstruksi pada
triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan investasi yang meningkat dari 5,32% (yoy) menjadi 5,57% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi munculnya sentiment positif terhadap prospek ekonomi ke depan. Secara keseluruhan tahun 2015 sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat yaitu 6,26% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 6,39% (yoy). Hal ini terkait pengaruh lemahnya pertumbuhan sektor utama yang membuat pelaku usaha lebih selektif dalam melakukan investasi, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi dari 5,79% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,35% (yoy) pada tahun 2015
[1]
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari 6,28% (yoy) menjadi 6,94% (yoy) 13 BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor konstruksi Kalimantan Selatan pada triwulan III2015 dari 3,44% (yoy) menjadi 4,34% (yoy)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
27
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BOKS 1 Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan
Perlambatan Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan
Proses rebalancing perekonomian Tiongkok dari ketergantungan terhadap ekspor dan investasi kepada penguatan konsumsi domestik berdampak pada negara mitra dagangnya dan pada akhirnya kepada perekonomian dunia. Tidak hanya itu, reorientasi penggunaan energi juga dilakukan oleh Tiongkok setelah pertumbuhan industri yang pesat menyumbang besar pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Perlambatan ekonomi Tiongkok juga berdampak kepada Indonesia dan Kalimantan Selatan. Dengan pangsa ekspor yang besar pada PDRB dan komoditas ekspor yang masih terkonsentrasi khususnya pada batubara, terhitung sejak tahun 2013, pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatam terus terkontraksi lebih dalam. Lokasi pertambangan batubara yang banyak terletak di luar pusat kota pada awalnya mendorong perekonomian daerah tersebut hingga boom harga komoditas berakhir dan sejumlah usaha tambang mulai ditinggalkan. Perekonomian sejumlah kabupaten tercatat ikut lesu, aktivitas perdagangan turun dan banyak bisnis penginapan mengalami penurunan
occupancy rate hingga akhirnya tutup.
(a) Perkotaan (b) Pedesaan Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 Sumber: Susenas - Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi (Maret 2015), dalam ribu rupiah
Meski hanya angka kemiskinan kota yang tercatat meningkat, pengeluaran per kapita di pedesaan terpusat pada tingkat pendapatan menengah ke bawah yakni 59,26% masyarakat pedesaan memiliki pengeluaran per kapita di bawah Rp 750 ribu per bulan. Dengan demikian penting untuk tetap memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi di tengah tingkat pendapatan masyarakat yang turun khususnya kebutuhan pangan.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
28
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Ketahanan Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya 1
Keamanan pangan , mengacu kepada definisi FAO, adalah suatu situasi di mana orang-orang, di sepanjang waktu, memiliki akses baik secara fisik maupun ekonomi, terhadap makanan yang aman dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan diet dan preferensi mereka sehingga dapat tetap sehat dan beraktivitas. Komoditas pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sifatnya harus terus dipenuhi dan kuantitasnya relatif tidak banyak berubah selama pola konsumsi (gaya hidup) tidak berubah. Dengan demikian tekanan harga bahan pangan jarang sekali disebabkan oleh gejolak permintaan kecuali pada event-event besar keagamaan ataupun budaya yang sudah dapat diprediksi dan diukur tingkat risikonya. Tekanan harga bahan pangan lebih banyak dipengaruhi oleh supply shocks yang utamanya bersumber dari kondisi cuaca. Meski demikian, sejumlah wilayah di Indonesia belum dapat memproduksi sendiri sejumlah bahan pangan strategis akibat kendala kondisi alam dan iklim. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, daerah tersebut harus melakukan impor termasuk Kalimantan Selatan. Akibatnya, risiko kenaikan harga tidak hanya bersumber pada supply
shocks (produktivitas) namun juga value added cost khususnya pada: (1). biaya distribusi dan (2). biaya penyimpanan barang. Alur Distribusi Bahan Pangan Strategis Kalimantan Selatan
Tiga komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, cabe merah dan bawang merah. Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami surplus beras setiap harinya. Meski demikian, sentra produksi beras hanya tersebar di 7 kabupaten dari total 13 kota/kab yakni Tapin, Batola, HSS, Banjar, Tabalong, HST dan HSU. Dengan demikian penting untuk menjaga distribusi beras di dalam provinsi. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi beras (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng, BULOG dan Pasar Klayan. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. Dua komoditas strategis kedua yang menjadi perhatian adalah cabe merah dan bawang merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru, HSS, HST dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa Timur kemudian diangkut ke Kalimantan melalui Pelabuhan Trisakti. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi cabe merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Antasari. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. 1
cess, safe and nutritious food to meet their dietary . Food and Agriculture Organization. Rome Declatarion on World Food
Security and World Food Summit Plan of Action. In Proceedings of the World Food Summit, Rome, Italy, 1-17 November 1996.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
29
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Komoditas strategis terakhir yang menjadi menjadi perhatian adalah bawang merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru, HSS, Tapin dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Pasokan dari luar masuk melalui Pelabuhan Trisakti untuk kemudian di angkut ke Kota Banjarmasin yang menjadi hub distribusi bawang merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Lima. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat. Dengan demikian, alur distribusi pangan strategis sangat bergantung kepada kondisi infrastruktur perhubungan darat dan tentunya laut. Perlu diperhatikan juga bahwa pasokan ke Kalteng dan Kaltim sangat bergantung kepada Kalsel sebagai pintu masuk barang. Indeks Kinerja Logistik ( Logistics Performance Index /LPI)
World Bank secara periodik mengeluarkan indeks kinerja logistik atau LPI setiap tahunnya. LPI dibangun dari sejumlah variabel yaitu infrastructure, ease of shipment, logistics services, ease
of tracking, domestic logistic costs dan timeliness. Untuk menganalisasi kapasitas logistik terkait distribusi pangan, LPI provinsi di Indonesia dibangun dengan mengadopsi beberapa variabel yang digunakan World Bank. LPI dalam analisis ini dibangun dari tiga aspek meliputi
Transportation Infrastructure (TI), Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan Timeliness (TL). Detail mengenai variabel dan subvariabel dapat dilihat pada Tabel B1.1. Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
30
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Secara Umum kondisi sistem logistik Kalimantan Selatan membaik dari tahun 2010 ke tahun 2014 dengan perbaikan pada aspek Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan
Timeliness (TL). Bila dilihat secara detail, relatif terhadap perkembangan seluruh provinsi di Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2014, kemunduran terjadi pada aspek Transportation
Infrastructure (TI) khususnya pada jumlah bandara dan pelabuhan serta Logistic Competence (LC) yaitu pada aspek volume bongkar muat. Kemunduran pada aspek TI Kalimantan Selatan relatif terhadap provinsi lain tidak lepas dari program pemerintah maupun keputusan swasta untuk berinvestasi pada bandara/pelabuhan sementara itu turunnya aktivitas bongkar muat di Kalimantan Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor. Kedua penyebab tersebut pada akhirnya kembali berakar kepada daya tarik perekonomian Kalimantan Selatan sehingga pembangunan infrastruktur bandara dan pelabuhan menjadi sesuatu yang urgen.
2010 2014
Rank 17 38.05
Rank 7 35.71
Rank 13 23.88
Rank 16 29.78
Rank 10 21.50
Rank 17 16.79
Rank 13 20.00 Rank 19 13.45
Rank 22 Rank 28 2.45 1.76 LPI
Transportation Infrastructure
Logistic Competence
Logistic Efficiency
Timeliness
Gambar B1.2. Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014
Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014
Mengacu kepada keyakinan bahwa ships follow the trade menjadi penting bagi Kalimantan Selatan untuk mempercepat industrialisasi sehingga kapasitas perdagangan menjadi meningkat sehingga pembangunan infrastruktur logistik menjadi sesuatu yang urgen baik bagi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian kinerja logistik menjadi semakin baik dan biaya logistik menjadi lebih efisien. Referensi: [1]. Logistic Performance Index (World Bank)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
31
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
32
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
33
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
34
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
2
2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy). Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas
volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, natal dan tahun baru 2016.
2.1. KONDISI UMUM Secara umum inflasi pada pada akhir tahun 2015 menurun cukup signifikan meskipun meningkat secara triwulanan. Secara tahunan, inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy) menurun dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun tahun 2014 (7,28%, yoy). Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 tercatat sebesar 1,88% (qtq), sedikit naik dari triwulan sebelumnya (1,80%, qtq). Tren penurunan inflasi di akhir tahun dipengaruhi oleh penurunan harga BBM pada awal tahun serta relatif stabilnya pergerakan harga bahan makanan karena produksi dan stok yang dapat diajaga dengan baik. Khusus pada triwulan IV-2015, tekanan inflasi terbesar terjadi pada akhir tahun yang dipicu oleh tingginya kenaikan inflasi angkutan udara berada di atas rata-rata historisnya karena tingginya minat penduduk Kalimantan Selatan untuk berpergian baik untuk umroh atau berlibur saat libur panjang akhir tahun. Selain itu, meningkatnya permintaan juga seiring kegiatan Maulid Nabi, diantaranya tercermin pada inflasi baju muslim. Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kalimantan Selatan berada di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,35% (yoy). Bila dibandingkan dengan regional Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan sedikit lebih tinggi dari rata-rata Kalimantan, namun masih lebih rendah dari Kalimantan Barat yang sebesar 5,79%(yoy).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
35
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan
Secara spasial, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung.14 Pada tahun 2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 5,03% (yoy) atau 1,73% (qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 6,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin.
2.2. INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 1,88% qtq, dengan realisasi inflasi bulanan pada bulan Oktober, November, dan Desember masing-masing tercatat sebesar 0,20% mtm, 0,43% mtm dan 1,24% mtm. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember terutama karena berlangsungnya beberapa kegiatan perayaan yang berdekatan waktunya yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat khususnya tarif angkutan udara, bahan makanan, makanan jadi, dan pakaian muslim seiring dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Berdasarkan komponen inflasi15, ketiga komponen inflasi mengalami peningkatan harga pada triwulan IV-2015 yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada penghujung tahun 2015.
Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel). 15 Disagregasi komponen inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari: Inflasi inti ( core inflation ) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar; 14
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
36
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Komponen volatile foods mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 4,20% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan sebesar 0,73% (qtq). Tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terjadi dalam dua bulan terakhir yang disebabkan oleh penurunan produksi sejumlah komoditas bahan makanan memasuki musim penghujan dan musim tanam serta tingginya permintaan masyarakat pada penghujung tahun untuk merayakan hari besar keagamaan serta masa liburan akhir tahun. Penurunan produksi terjadi pada sejumlah komoditas ikan segar, terutama ikan gabus, ikan nila, ikan papuyu dan ikan sepat siam karena penangkapan yang relatif sulit dengan tingginya curah hujan. Selain ikan segar, musim penghujan juga diperkirakan memengaruhi penurunan produksi pada produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras sehingga harganya meningkat saat permintaan masyarakat tinggi. Selanjutnya beras dan bawang merah juga menurun produksinya seiring dengan berlangsungnya musim tanam di Kalimantan Selatan maupun di daerah penghasil di Pulau Jawa. Tabel 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq)
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat Kalimantan Selatan mengalami kenaikan harga yang cukup signfikan pada triwulan ini. Ikan gabus mengalami kenaikan harga hingga sebesar 33,98% (qtq) sehingga menjadi penyumbang inflasi kuartalan terbesar kedua dengan andil inflasi sebesar 0,17% (qtq). Berdasarkan informasi anekdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, kenaikan harga ikan gabus disebabkan oleh pasokan yang mulai berkurang karena tangkapan nelayan menurun memasuki musim penghujan dan cuaca yang kurang bersahabat. Musim hujan menyebabkan ketinggian air di
Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan internasional; Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
37
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
daerah penangkapan ikan gabus naik karena rawa-rawa kembali tergenang sehingga penangkapan menjadi relatif cukup sulit dan produksi menurun. Dinamika harga beras relatif berfluktuasi selama triwulan IV-2015 karena sempat mengalami penurunan harga pada bulan November sebelum kembali mengalami kenaikan harga pada bulan Desember, sehingga secara keseluruhan beras mengalami kenaikan harga sebesar 0,51% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq). Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang mulai berkurang seiring dengan masuknya musim tanam. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya penurunan produksi pada triwulan laporan seiring dengan berlangsungnya musim tanam. Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan dan menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar ketiga pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,13% (qtq). Kenaikan harga bawang merah mulai terjadi pada bulan November dan meningkat cukup signifikan pada Desember, setelah mengalami penurunan harga yang cukup lama sejak bulan Juli. Peningkatan harga terjadi karena mulai berkurangnya persediaan di pasaran seiring dengan penurunan produksi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk, dan Bima karena sedang dalam masa tanam. Sementara pada saat yang bersamaan permintaan masyarakat cukup tinggi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan tahun baru. Kondisi tersebut diindikasikan dengan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang rendah pada bulan Oktober dan November 2015. Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV2016
Sumber: BPS, data diolah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV-2016
Sumber: BPS, data diolah
38
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga memasuki musim penghujan sehingga memengaruhi produksi perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami kenaikan harga yang signifikan pada akhir tahun karena permintaan yang tinggi sehubungan dengan perayaan kegiatan keagamaan sebagaimana disinggung sebelumnya. Daging ayam ras mengalami inflasi sebesar 9,20% (qtq) dengan andil sebesar 0,12% (qtq), sedangkan telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 6,79% (qtq) dan andil sebesar 0,06% (qtq). Grafik 2.4. Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab Brebes
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan
Hal yang sedikit berbeda terjadi pada aneka cabe, baik cabe merah maupun cabe rawit yang mengalami kenaikan harga pada bulan November dan Desember terkait dengan cuaca musim penghujan serta didorong oleh permintaan masyarakat yang tinggi pada penghujung tahun. Namun demikian, penurunan harga yang cukup signfikan pada bulan Oktober menyebabkan aneka cabe mengalami deflasi pada triwulan ini dengan sumbangan sebesar -0,01% (qtq). Tekanan inflasi yang berasal dari komponen inflasi inti berangsur mereda pada triwulan ini, yang mengalami inflasi sebesar 1,01% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,67% (qtq), menurun signifikan dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2015 yang mencapai 2,58% (qtq) dan andil sebesar 1,70% (qtq). Tidak seperti triwulan sebelumnya, pergerakan inflasi inti relatif terjaga sepanjang triwulan IV-2015 dengan peningkatan yang agak besar terjadi pada akhir tahun seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat menghadapi perayaan keagamaan dan liburan. Tekanan inflasi inti pada triwulan ini terutama berasal dari kenaikan biaya tempat tinggal seperti sewa rumah yang mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10% (qtq), sehingga masuk dalam lima besar penyumbang inflasi pada triwulan IV-2015. Selanjutnya, beberapa komoditas makan jadi juga masih menjadi sumber tekanan inflasi dalam komponen ini meskipun besarannya relatif tidak sebesar pada triwulan sebelumnya, diantaranya adalah martabak (sumbangan 0,09%, qtq), kue basah, donat dan roti manis (masing-masing dengan sumbangan sebesar 0,04%, qtq). Kenaikan harga makanan jadi tersebut ditengarai berkaitan dengan perayaan keagamaan pada akhir tahun.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
39
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Selain beberapa komoditas tersebut di atas, kenaikan harga juga terjadi pada sejumlah komoditas kelompok sandang, utamanya adalah baju muslim yang mengalami kenaikan harga yang signifikan yang mengalami inflasi sebesar 12,80% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,05% (qtq). Kenaikan ini juga terkait dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW serta liburan sekolah dan libur panjang akhir pekan yang cukup banyak pada akhir tahun. Momen ini juga memicu kenaikan biaya rekreasi di Kalimantan Selatan sebesar 16,67% (qtq) dan memberikan sumbangan sebesar 0,03% (qtq). Tekanan inflasi komponen administered prices meningkat pada triwulan ini khususnya yang terkonsentrasi pada akhir tahun sehingga tercatat inflasi sebesar 2,95% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,48% qtq; dari triwulan sebelumnya (0,41%, qtq). Tekanan inflasi komponen ini terutama berasal dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga yang tinggi pada akhir tahun seiring dengan permintaan masyarakat yang melonjak dalam menghadapi liburan akhir tahun. Tarif angkutan udara tercatat mengalami kenaikan harga hingga 35,19% (qtq) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,47% (qtq). Kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi kali ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan saat lebaran tahun ini (22,63%, qtq). Selain tarif angkutan udara, tekanan inflasi administered prices pada triwulan ini juga berasal dari kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok kretek/filter meski sumbangannya tidak besar. Tarif listrik memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq), sedangkan rokok kretek dan rokok kretek filter masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01% (qtq). Hal sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg, elpiji 3kg, dan minyak tanah) yang pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga. Penurunan harga BBRT ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah nonsubsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) dan adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3kg. Hal ini diperkuat dengan proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan dapat diselesaikan menjelang akhir tahun ini sehingga memberikan sentimen positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran.
2.3. INFLASI TAHUNAN Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau yang sekaligus merupakan pencapaian inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III2015 (7,03%, yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014 yang tercatat sebesar 7,28% (yoy). Penurunan inflasi tahun 2015 ini disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas volatile foods sepanjang tahun 2015 akibat produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga dengan baik, dan koreksi harga BBM seiring tren penurunan harga minyak internasional disepanjang tahun dan penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten tersisa pada akhir tahun sehingga harga bahan bakar rumah tangga berangsur stabil. Lebih jauh, inflasi pada tahun 2015 ini lebih banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada komponen inflasi inti, khususnya terkait dengan produk makanan jadi dan biaya tempat tinggal.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
40
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy)
Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di sepanjang tahun 2015 lebih banyak bersumber dari komponen inflasi inti yang cenderung meningkat. Sedangkan tekanan inflasi pada komponen volatile
foods relatif menurun dan terjaga disepanjang tahun 2015 seiring dengan peningkatan produksi pangan, perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Senada dengan volatile foods, komponen administered prices juga mengalami penurunan tekanan secara signfikan. Inflasi inti cenderung meningkat disepanjang tahun ini, hingga akhir tahun 2015 inflasi inti tercatat sebesar 6,02%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebesar 5,53% . Bila dibandingkan dengan triwulan III-2015, sebagaimana telah diulas pada bagian sebelumnya, pergerakan tekanan inflasi inti pada triwulan ini sedikit mereda dari posisi sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy). Tekanan inflasi pada tahun 2015 ini banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada subkelompok makanan jadi, biaya kesehatan serta biaya tempat tinggal. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena kenaikan biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah yang terapresiasi pada tahun 2015. Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan dua komponen lainnya. Sumbangan inflasi inti pada tahun 2015 tercatat sebesar 3,92% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,16% (yoy)
yang sebagian besar adalah sub
kelompok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari kenaikan sewa rumah yang mempunyai andil sebesar 0,34% (yoy), disusul dengan komoditas nasi dengan lauk (0,22%, yoy), tarif rumah sakit (0,21%, oy), mie (0,19%, yoy) dan ikan bakar (0,19%, yoy). Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan menurun pada tahun 2015 yaitu tercatat hanya sebesar 4,00% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun 2014 (10,03%, yoy) maupun triwulan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
41
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
sebelumnya (5,51%, yoy). Tertahannya tekan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antardaerah. Produksi padi di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 2,9% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2014, sehingga dinamika harga beras relatif stabil pada tahun ini. Inflasi beras pada tahun 2015 tercatat sebesar 6,04% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan dengan inflasi beras pada tahun 2014 yang mencapai berada pada kisaran 15% (yoy). Selain beras, peningkatan produksi dan perbaikan pasokan juga terjadi pada komoditas bahan makanan lainnya seperti aneka cabe dan ikan gabus yang pada tahun ini secara kesuluruhan mengalami deflasi sehingga menjadi komoditas penahan laju inflasi pada tahun ini. Sedangkan komoditas bahan makanan penting lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah pergerakan harganya relatif stabil dengan peningkatan harga yang tidak terlalu besar. Tabel 2.3. Andil Inflasi Terbesar Tahun 2015 No.
Sumber: BPS, data diolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik 2.4. Andil Deflasi Terbesar Tahun 2015 Kelompok Inflasi Andil inflasi Komoditas Disagregasi (yoy %) (yoy %) BENSIN Adm. Prices -14.30 -0.58 CABAI MERAH Vol. foods -67.35 -0.20 CABAI RAWIT Vol. foods -47.40 -0.08 GABUS Vol. foods -10.09 -0.08 MINYAK GORENG Vol. foods -3.49 -0.03 SEMANGKA Vol. foods -9.43 -0.03 KEMBUNG/GEMBUNG/BANYAR Vol. foods -6.19 -0.03 NILA Vol. foods -3.53 -0.03 UDANG BASAH Vol. foods -2.24 -0.02 TELEPON SELULER Core Inflation -1.78 -0.01
Sumber: BPS, data diolah
Pada tahun ini, komponen inflasi volatile foods memberikan andil inflasi hanya sebesar 0,75% (yoy), jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan sumbangan inflasi pada tahun 2014 yang mencapai 1,87% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari beras yang mempunyai andil sebesar 0,26% (yoy) sedikit terkoreksi dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,36% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut didukung oleh program upaya khusus swasembada pangan dan terjaganya stok beras sepanjang tahun ini. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari komoditas daging ayam ras yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,18% (yoy), sedikit meningkat dari sumbangan pada triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 0,08% (yoy). Hal ini terutama disebabkan kenaikan harga di penghujung tahun ini. Namun demikian, secara umum pergerakan harga daging ayam ras relatif stabil di sepanjang tahun 2015. Selain stabilnya pergerakan harga sejumlah komoditas penting di atas, terjaganya inflasi volatile foods juga dipengaruhi oleh sumbangan deflasi yang terjadi pada sejumlah komoditas bahan makanan penting seperti cabe merah, cabe rawit, ikan gabus, dan ikan segar lainnya. Cabe merah mengalami deflasi yang signfikan pada tahun ini dan memberikan sumbangan yang signfikan dalam menahan laju inflasi hingga
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
42
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
sebesar -0,20% (yoy), disusul oleh cabe rawit (-0,08%, yoy), ikan gabus (-0,08%, yoy), minyak goreng (0,03%, yoy), semangka (-0,03%, yoy), ikan kembung (-0,03%, yoy), nila (-0,03%, yoy) dan udang basah (0,02%, yoy). Inflasi administered prices menurun signifikan pada tahun 2015, tercatat sebesar 2,86% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (10,66%, yoy). Angka realisasi ini juga menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,0% (yoy). Penurunan inflasi komponen ini terutama disebabkan oleh koreksi harga BBM yang telah terjadi beberapa kali pada tahun 2015 sejalan dengan tren penurunan harga minyak internasional yang terus terjadi hingga akhir tahun. Harga BBM khususnya bensin mengalami penurunan yang signifikan hingga sebesar -14,30% (yoy) pada tahun 2015. Terlepas dari penurunan harga BBM tersebut, tekanan inflasi komponen administered prices pada tahun ini berasal dari kenaikan tarif angkutan udara khususnya yang terjadi pada akhir tahun, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg dan 3kg) yang terjadi di awal dan pertengahan tahun terkait dengan proses konversi elpiji yang belum selesai, serta kenaikan harga aneka rokok sebagai penyesuaian dari kenaikan cukai rokok sebesar 10% di tahun 2015 Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat memiliki andil yang terkecil yaitu hanya sebesar 0,48% (yoy) dengan komoditas tarif angkutan udara yang menjadi penyumbang inflasi terbesar selama tahun 2015 dengan sumbangan sebesar 0,35% (yoy) khususnya dipicu oleh kenaikan tarif pada saat libur panjang di akhir tahun. Berikutnya, sumbangan inflasi tertinggi dalam komponen ini berasal dari bahan bakar rumah tangga dan komoditas rokok kretek filter yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,24% (yoy), disusul oleh tarif listrik yang memberikan sumbangan sebesar 0,06% (yoy). Sebagaimana disinggung sebelumnya, bensin menjadi komoditas penahan inflasi terbesar pada tahun 2015 dengan sumbangan deflasi yang sangat signfikan hingga sebesar -0,58% (yoy). Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
43
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
BOKS 2 Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan Dalam survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan BPS sebagai dasar penghitungan inflasi nasional dilakukan penambahan komoditas dan kota penghitungan inflasi nasional menjadi 88 kota. Sebagai bagian dari kota-kota penghitungan inflasi nasional, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung16. Namun demikian, kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Selatan selama ini juga melakukan pemantauan dan pencatatan harga khususnya harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat. Dalam boks kajian ini akan disajikan dinamika perkembangan harga beberapa komoditas penting di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong. Secara umum, pergerakan harga beberapa komoditas bahan makanan penting di ketiga kabupaten/kota tersebut selaras. Disparitas harga antar kabupaten/kota tersebut juga relatif tidak terlalu lebar. Beras Pergerakan harga beras siam unus di sepanjang tahun 2015 pada ketiga kabupaten/kota tersebut relatif selaras yang memperlihatkan puncak kenaikan harga terjadi pada saat menjelang lebaran. Disparitas harga yang signifikan antar kabupaten/kota terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran dimana harga beras di Banjarmasin jauh lebih tinggi dibandingkan di Banjarbaru dan Tabalong. Hal ini diperkirakan karena permintaan masyarakat di Banjarmasin cukup tinggi pada saat itu sedangkan Kota Banjarmasin sendiri bukan merupakan daerah penghasil beras. Lain halnya dengan Tabalong, disepanjang tahun 2015 pergerakan harga beras di Kab. Tabalong relatif berada di bawah Banjarmasin dan Banjarbaru yang diduga karena Tabalong juga merupakan daerah penghasil beras sehingga harga beras dapat relatif terjaga. Cabe Merah Sebagaimana yang tejadi pada beras, pergerakan harga cabe merah disepanjang 2015 secara umum juga selaras, dimana kenaikan harga terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran kemudian menurun dan kembali mengalami peningkatan harga pada akhir tahun seiring mulai berlangsungnya musim hujan yang akan mempengaruhi produksi hortikultura. Selanjutnya, level harga yang relatif lebih rendah terlihat di Kabupaten Tabalong yang diduga karena Tabalong juga merupakan salah satu daerah penghasil cabe merah di Kalsel sehingga dapat menyumbang pasokan cabe merah lokal.
16 16
Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan 7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
44
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Gambar B2.1. Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di Kalimantan Selatan Ikan Gabus Ikan gabus merupakan komoditas utama di Kalimantan Selatan karena preferensi masyarakat yang cukup tinggi untuk mengkonsumsi ikan gabus. Pergerakan harga ikan gabus di ketiga kab./kota tersebut juga relatif selaras, dengan peningkatan harga terjadi pada saat memasuki musim penghujan di awal dan diakhir tahun. Disparitas harga yang terjadi sedikit realtif lebar dengan dengan harga terendah kembali terjadi di Kab. Tabalong yang diperkirakan juga karena Tabalong juga merupakan salah satu daerah penghasil ikan gabus di Kalsel. Bawang merah Sebagaimana yang terjadi pada ketiga komoditas sebelumnya, pergerakan harga bawang merah juga terlihat selaras antar kab./kota tersebut. Selain itu disparitas harga yang terjadi antar kab./kota tersebut juga relatif kecil. Hal ini diperkirakan karena sebagian besar bawang merah yang beredar di Kalimantan Selatan berasal dari luar daerah/pulau sehingga pergerakan harganya tidak terlalu timpang pada masing-masing kabupaten/kota.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
45
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
46
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
47
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
48
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3
1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Peningkatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada jenis transaksi kliring. Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow.
3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan %yoy 35.0% 30.0% 25.0% 20.0%
Tw. III
15.0%
Asset 10.0% 5.0%
Tw. IV
12.85% 7.89%
DPK
6.52% 3.84%
Kredit
4.71% 4.15%
0.0%
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
3.1.1. Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan masih cukup baik, tercermin dari meningkatnya
Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 121,6% pada Triwulan III-2015 menjadi 131,9% pada triwulan 17
laporan. Kenaikan LDR
lebih dipengaruhi oleh perlambatan penghimpunan DPK yang lebih tajam
dibandingkan
perlambatan
dengan
penyaluran
kredit.
Kinerja
penyaluran
kredit
maupun
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tercatat melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit
17
Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia. Kredit. Lokasi Proyek
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
49
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
perbankan pada triwulan IV-2015 dipengaruhi oleh masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan Selatan, yaitu pertambangan batubara yang masih terkontraksi pada triwulan ini. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali tumbuh melambat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga belum beranjak meningkat. Perlambatan DPK bersumber dari pertumbuhan Deposito dan Giro yang melambat pada Triwulan IV-2015. Hal ini terkait dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat di akhir tahun sehingga mengurangi saldo simpanan di perbankan. Selain itu, pertumbuhan kredit juga turut melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi. Salah satu kinerja sektor utama, yaitu industri pengolahan, yang membaik berdampak positif pada relatif terjaganya kualitas kredit. Perkembangan Non performing loan (NPL) tercatat turun menjadi 3,61% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62%. Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya
Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK yoy 35.0%
131.9%
40.0%
135.0%
30.0%
130.0%
30.0%
25.0%
125.0%
20.0%
LDR (Sb. Kanan)
20.0%
10.0% 115.0%
10.0%
3.8% Pertumbuhan DPK
4.7% 4.1%
0.0%
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
II
2014
0.0%
110.0%
6.5%
5.0%
Tw. III Tw. IV Tabungan 4.9%
120.0%
121.6%
Pertumbuhan Kredit
15.0%
yoy
III
105.0%
-10.0%
100.0%
-20.0%
IV
Deposito 9.2%
3.7%
TOTAL DPK 6.5%
3.8%
Giro
I
2015
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
II
III
9.5%
6.9% -9.9%
IV
2015
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya yoy 50% 40% 30% 20%
Tw. III Tw. IV Konsumsi
10%
9.7%
8.4%
Total Kredit 4.7% 4.1% Modal Kerja 5.8%
0%
I -10%
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
Investasi
2.4%
-1.4% 1.4%
2015
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
50
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial
Rp triliun, kecuali disebutkan lain DPK Tw. IV - 2015 No.
Kabupaten / Kota
1 Kab. Banjar 2 Kab. Tanah Laut 3 Kab. Tapin 4 Kab. Hulu Sungai Selatan 5 Kab. Hulu Sungai Tengah 6 Kab. Hulu Sungai Utara 7 Kab. Barito Kuala 8 Kab. Kota Baru 9 Kab. Tabalong 10 Kab.Tanah Bumbu 11 Kab. Balangan 12 Kota Banjarmasin 13 Kota Banjarbaru Prov. Kalimantan Selatan
Rp. (Triliun)
Pertumbuhan Tw. III - 2015 (yoy) Tw. IV - 2015 (yoy)
1,483.68 1,697.1 768.98 696.3 1,212.77 1,279.35 436.23 1,696.5 1,747.07 1,387.08 114.50 24,400.88 1,758.80 38,679.19
9.5% -0.3% 12.3% 42.6% 17.9% 19.2% -7.1% -4.3% 19.2% 1.5% 94.8% 3.4% 23.3% 6.5%
Arah Pertumbuhan
15.8% -5.2% -0.1% 29.7% 16.3% 12.3% -24.6% -5.4% 10.7% 10.6% 47.7% 2.3% 13.2% 3.8%
Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek
Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Balangan (47,7% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (29,7% yoy), meskipun secara umum pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan sebelumnya. Kota Banjarmasin sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar juga mengalami perlambatan pertumbuhan DPK dari 3,4% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,3% (yoy) pada triwulan IV-2015. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial Rp triliun, kecuali disebutkan lain KREDIT Tw. IV - 2015 No.
Kabupaten / Kota
1 Kab. Banjar 2 Kab. Tanah Laut 3 Kab. Tapin 4 Kab. Hulu Sungai Selatan 5 Kab. Hulu Sungai Tengah 6 Kab. Hulu Sungai Utara 7 Kab. Barito Kuala 8 Kab. Kota Baru 9 Kab. Tabalong 10 Kab.Tanah Bumbu 11 Kab. Balangan 12 Kota Banjarmasin 13 Kota Banjarbaru Prov. Kalimantan Selatan
Rp. (Triliun) 6,489.83 2,371.0 3,314.16 750.1 1,049.96 766.90 1,775.52 2,923.6 2,520.24 2,957.42 442.61 21,570.96 4,068.51 51,000.79
Pertumbuhan Tw. III - 2015 (yoy) 4.3% -15.1% 5.5% -4.0% 7.9% 1.2% 23.5% 18.0% 8.9% 16.5% 3.3% 2.6% 7.2% 4.7%
Tw. IV - 2015 (yoy)
Arah Pertumbuhan
3.9% -20.7% -2.1% -12.9% 6.3% -2.5% 16.9% 24.2% 12.0% 34.3% 1.2% 1.9% 7.9% 4.1%
Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek
Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada Triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu (34,3% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (24.2% yoy) yang sama-sama mengalami peingkatan dari triwulan sebelumnya. Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
51
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dari 2,6% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi hanya sebesar 1,9% (yoy) pada Triwulan IV-2015.
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi Secara sektoral, perlambatan kinerja kredit pada Triwulan IV-2015 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor Pertambangan dan Pertanian. Kinerja pertumbuhan kredit pertambangan melambat dari 29,5% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,5% (yoy), sedangkan kredit pertanian menjadi 23,8% (yoy) dari 13,8% (yoy). Masih lesunya kinerja sektor pertambangan dan terbatasnya kinerja sektor pertanian seiring masih turunnya harga komoditas, seperti harga batubara, sawit dan CPO, membuat perbankan cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini turut dipengaruhi level Non Performing Loan (NPL) yang dalam tren meningkat triwulan-triwulan sebelumnya. Upaya kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut, meskipun berdampak pada penurunan pertumbuhan kredit, dapat menurunkan tingkat NPL. Pada triwulan ini, NPL pertambangan turun menjadi 2,1% yang triwulan sebelumnya tercatat 2,9% dan NPL pertanian turun dari 0,99% pada Tw-III 2015 menjadi 0,84% Tw IV 2015. Di sisi lain, kinerja pertumbuhan kredit Perdagangan dapat sedikit menahan laju perlambatan penyaluran kredit di Kalimantan Selatan. Kredit Sektor Perdagangan tumbuh sebesar 1,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya terkontraksi pada level -1,0%(yoy). Meningkatnya Kredit Perdagangan sejalan dengan naiknya kinerja Sektor Perdagangan akibat meningkatnya aktivitas impor barang modal untuk investasi swasta yang juga sedang meningkat pada triwulan berjalan. NPL Sektor Perdagangan juga turun menjadi 5,72% yang pada Triwulan III-2015 tercatat 6,09%. Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit yoy
35.0%
4.0%
3.62%
30.0%
Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi
3.5%
NPL Kredit (Sb. Kanan)
25.0%
3.10%
20.0%
3.0% 2.5% 2.0%
15.0%
1.5%
10.0%
4.15%
Pertumbuhan Kredit
5.0% II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
JASA LAINNYA, 1.95 PERTANIAN 20.29
TRANSPORTASI 8.19
AKOMODASI, 1.72
TAMBANG 14.37
1.0% 0.5%
4.71%
0.0% I
REAL ESTATE, 9.30
III
0.0% IV
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
PERDAGANGAN 29.64
INDUSTRI, 6.38 KONSTRUKSI, LISTRIK, GAS DAN AIR, 1.26 4.34
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
52
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral 100%
yoy
7%
80%
6%
60%
5%
40%
4%
20%
3%
0%
2% I
-20%
II
III
IV
I
II
2013
-40%
III
IV
I
II
2014
III
IV
1%
2015
Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertambangan (Sb.Kanan)
0%
Pertumbuhan K. Tambang NPL Pertanian (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Di sisi penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi pada Triwulan IV-2015 melambat dari 9.7% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 8.4% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi bersumber dari perlambatan KPR dan KKB. Beberapa indikator menunjukkan terbatasnya konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan pada Triwulan IV-2015. Berkurangnya lapangan pekerjaan akibat perlambatan ekonomi Kalimantan Selatan mengakibatkan turunnya konsumsi rumah tangga. Indeks Ketersediaan Kerja turun dari 87,5 pada Triwulan III-2015 menjadi 86,3 di Triwulan IV-2015. Tidak tersedianya lapangan perkejaan membuat masyarakat mengurangi pengeluarannya pada triwulan ini. Berdasarkan indeks Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu, terdapat penurunan level dari 183,8 pada triwulan lalu menjadi 140,0 di triwulan laporan. Selain itu, proporsi penggunaan penghasilan rumah tangga untuk konsumsi mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, rata-rata masyarakat menggunakan penghasilannya untuk berkonsumsi pada Triwulan III2015 adalah 72,2%, sedangkan pada Triwulan IV-2015 turun menjadi 63,3%. Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya yoy 100.0% 80.0% 60.0%
Tw. III 40.0%
Multiguna
20.0%
KPR
Tw. IV
19.1% 8.7% 15.4% 13.4%
TOTAL Konsumsi 9.7% 8.4%
0.0%
KKBermotor
-20.0%
-8.5% -19.2%
-40.0%
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
2015
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
53
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah yang tercermin pada NPL, yaitu dari 1,55% pada Triwulan III2015 menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL bersumber dari NPL KKB yang meningkat dari 2,81%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,99% (yoy). Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit
Grafik 3.10. Pangsa Kredit Konsumsi
yoy
25.0%
Lainnya, 5.89%
2.5% 2.2%
NPL Kredit (Sb.Kanan)
20.0%
2.0%
1.55% 15.0%
1.5% KPR, 39.87%
9.71% 10.0%
1.0%
Pertumbuhan Kredit
8.4%
5.0%
0.0%
Multiguna, 42.21%
0.5%
0.0% I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
Kendaraan Bermotor, 9.53%
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Ruko/Rukan, 2.10%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi yoy 100.0%
6.00%
80.0%
5.00%
60.0%
4.00%
40.0%
3.00%
20.0%
2.00%
0.0% -20.0% -40.0%
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
Pertumbuhan KPR Pertumbuhan KKB NPL Multiguna (Sb.Kanan)
I
II
III
2015
IV
1.00% 0.00%
Pertumbuhan K. Multiguna NPL KPR (Sb.Kanan) NPL KKB (Sb.Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Triwulan IV-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp11,25triliun atau tumbuh -2.2% (yoy), melambat dibandingkan Triwulan III-2015 yang senilai -0,9% (yoy). Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pengangkutan, pertambangan dan jasa sosial masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi saat ini ketika sektor pertambangan sebagai sektor ekonomi andalan Kalimantan Selatan tersebut mengalami penurunan. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 22,07% dari total keseluruhan kredit perbankan.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
54
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM
Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKM
yoy 25.0%
7.0%
20.0%
7.00%
15.0%
6.0% 5.70%
Lain-lain, 0.5%
Pertambangan, 2.7%
Konstruksi, 7.6%
4.0%
5.0%
3.0%
NPL Kredit UMKM (Sb.Kanan)
2.0%
-0.87% 0.0% I
II
III 2013
IV
I
II
III
IV
I
II
2014
III 2015
Pertanian, 14.1%
5.0%
10.0%
-5.0%
Jasa Dunia Usaha, 7.9% Pengangkutan, 5.7%
8.0%
Pertumbuhan Kredit UMKM
Perdagangan, 52.2%
1.0%
IV
-2.20% 0.0%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM yoy 100.0%
10.0%
80.0%
8.0%
60.0%
6.0%
40.0% 4.0%
20.0%
2.0%
0.0% -20.0%
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
2014
Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Konstruksi (Sb.Kanan)
II
III
IV
0.0%
2015 Pertumbuhan K. Konstruksi NPL Pertanian (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
3.1.5. Perbankan Syariah Berbeda dengan kinerja perbankan secara umum, pertumbuhan perbankan syariah cenderung meningkat Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari 0,1%(yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 0,7% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Selain itu, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan di Kalimantan Selatan turut meningkat dari 6,3% pada triwulan lalu menjadi 7,3% pada triwulan ini. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar 7,6%(yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (0,40% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga meningkat, yaitu dari -5,1%(yoy) menjadi 2,7%(yoy). Sementara itu, ketahanan pembiayaan yang tergambarkan dari Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah relatif terjaga, yaitu dari 6,8% pada Triwulan III2015 menjadi 6,4% pada triwulan berjalan.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
55
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank
0.0% -10.0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2013
2014
2015
-5.08% 2.66%
I
II
III
IV
I
II
2013
6.3
7.3
92.7
0.71%
Pertumbuhan DPK
6.8
93.7
7.63%
0.14%
7.1
93.2
0.40%
Pertumbuhan Aset
7.9
92.9
Pertumbuhan Pembiayaan
10.0%
7.1
92.9
20.0%
7.5
92.1
Tw III Tw IV
8.1
8.1
92.5
30.0%
7.5
91.9
40.0%
7.4
91.9
50.0%
7.5
92.5
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
92.6
yoy
60.0%
92.5
Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah
III
IV
I
II
III
IV
2014
Aset Perbankan Syariah
Aset Perbankan Konvensional
2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Syariah
Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPF Pembiayaan Perbankan Syariah 60%
8%
6.85%
Pertumbuhan NPF
7%
50% 6.4%
40%
6% 5%
30%
4% 3%
20% 7.63% 10%
0.40%
Pertumbuhan Pembiayaan
2% 1%
0%
0% I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
IV
I
II
III
IV
2015
56
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
3.2. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH (SP PUR) 3.2.1. Kliring Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran kliring relatif membaik pada Triwulan IV-2015. Nilai transaksi kliring, pada Triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau terkontraksi sebesar -6,44%(yoy), sedikit membaik dibandingkan Triwulan III-2015 yang terkontraksi sebesar -6,70% yoy. Perbaikan ini mencerminkan aktivitas ekonomi yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Grafik 3.18. Transaksi Kliring % yoy
Rp triliun Level
5.0
Pertumbuhan (rhs)
40 4.28
3.91
4.0
20 3.0
2.0 -6.44 1.0
0
-6.70
0.0
-20 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2012
2013
2014
2015
Sumber: Bank Indonesia, SKNBI
3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah Secara neto, transaksi pengelolaan uang rupiah mencatatkan aliran bersih masuk (net outflow) sebesar Rp0,79triliun, dengan jumlah aliran masuk (inflow) sebesar Rp1,37triliun dan aliran keluar(out flow) sejumlah Rp1,29triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net outflow lebih tinggi pada Tw.IV mengingat terdapat libur sekolah, libur Natal dan tahun baru. Grafik 3.19. Inflow/Outflow Uang Kartal (Level)
Grafik 3.20. Inflow/Outflow Pertumbuhan
Rp miliar
Rp miliar 3,500 3,500
Inflow
Outflow
% yoy
Net inflow
100
3,000
3,000
2,500
2,500
2,000
2,000
1,500
1,500
80 60 2,028 40 1,681
1,371
1,292
1,000
20
Outflow Inflow
500
1,000
-79
0
500
-500
0
-1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
-500
Q1 Sumber: Q2Bank Indonesia Q3 Q4
Q3
Q4
Q1
2014
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q2
Q3
0
Q4
2015
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -25.67 -20 347 2012 2013 2014 2015 -33.65 -40 Q1 Q2Bank Indonesia Sumber: 2015
-1,000 Sumber: Unit Distribusi Uang KPw BI Kalsel
Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ketersediaan uang kartal di masyarakat, Bank Indonesia berkomitmen melaksanakan program-program pelayanan kas yang lebih baik. Pertama, guna meningkatkan keterjangkauan uang kartal yang berkualitas untuk seluruh masyarakat, KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan secara rutin melaksanakan Program Kas Keliling, yaitu melaksanakan penukaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
57
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
uang di luar loket KPw BI Kalimantan Selatan. Program Kas Keliling dibagi dalam beberapa kegiatan, yaitu dalam kota, wholesale, dan daerah terpencil. Dalam pelaksanaannya selama 2015, jumlah kegiatan dalam Program Kas Keliling pada Triwulan-IV 2015 adalah 46 kegiatan, 24 kegiatan di dalam kota, 20 kegiatan wholesale, dan 2 kegiatan di daerah terpencil. Jumlah terbanyak terjadi di Triwulan-III 2015, yaitu 21 kegiatan mengingat terdapat 12 kegiatan kas keliling yang dilakukan bersama perbankan di dalam Kota Banjarmasin.
Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015 Kegiatan Jan Feb Mar TW.I Apr Mei Jun TW.II Jul Ags Sep TW.III Okt Nop Des TW.IV TOTAL Dalam Kota 1 0 2 3 1 2 3 12 5 17 1 1 24 Wholesale 2 2 2 6 2 2 4 1 3 4 2 4 6 20 Terpencil 1 1 0 2 0 0 0 2 TOTAL 4 3 4 11 2 1 4 7 12 6 3 21 3 4 0 7 46 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
Kedua, KPw BI Kalimantan Selatan juga melakukan penukaran uang kartal kepada masyarakat melalui Perbankan. Total penukaran selama tahun 2015 adalah sebesar Rp120,0miliar. Pada Tw.IV penukaran uang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya. Penukaran uang kartal pada Tw. II 2015 merupakan jumlah yang terbesar pada tahun 2015, terkait dengan perayaan Lebaran. Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015 PECAHAN UANG KERTAS 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 I 7,748.70 4,329.80 6,522.00 8,928.54 6,195.82 5,082.40 II 6,298.50 3,012.90 9,908.74 10,795.91 8,648.89 6,272.56 III 6,645.60 3,160.55 3,379.94 3,141.39 3,105.40 1,843.50 IV 7,207.30 1,701.40 448.00 730.37 642.62 272.47 TOTAL 27,900.10 12,204.65 20,258.68 23,596.21 18,592.71 13,470.93 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Triwulan
1,000 156.30 228.46 160.72 113.43 658.91
1,000 340.78 799.92 208.72 32.00 1,381.42
Rp juta, kecuali disebutkan lain PECAHAN UANG LOGAM Grand Total 500 200 100 50 653.25 224.00 94.90 0.50 40,276.99 506.75 236.60 101.60 0.45 46,811.28 85.50 32.40 15.80 0.10 21,779.61 10.00 2.00 0.50 11,160.08 1,255.50 495.00 212.80 1.05 120,027.96
Ketiga, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya terkait penyediaan uang tunai layak edar, KPw BI Kalsel bekerja sama dengan sub Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) membuka layanan kas titipan di Batu Licin, Kab. Tanah Bumbu. Peresmian kas titipan tersebut dilaksanakan pada 25 Agustus 2015 yang dihadiri oleh perbankan dan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Kas titipan merupakan salah satu layanan kas luar kantor Bank Indonesia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan yang jauh kedudukannya dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Pembukaan kas titipan ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan 15 bank umum di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Kerjasama Kas Titipan ini juga merupakan bentuk tindak lanjut dari kebijakan pengalihan penukaran uang masyarakat dari Bank Indonesia
Provinsi
Kalimantan
Selatan
kepada perbankan
sejak
1
Agustus
2015.
Dalam
perkembangannya, selama 2015, jumlah Program Kas Titipan pada 2015 adalah sebanyak 8 kali, 3 kegiatan di triwulan-III 2015 dan 5 kegiatan di triwulan-IV 2015. Kas Titipan yang dilakukan oleh KPw
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
58
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BI Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan kepada PT BPD Kalimantan Selatan, Cabang Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015
Kegiatan TW.I TW.II TW.III TW.IV TOTAL Kas Titipan-BPD Kalsel 0 0 3 5 8 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Selain keterjangkauan uang kartal, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Clean Money Policy, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan uang kartal yang dimiliki oleh masyarakat adalah Uang Layak Edar (ULE). Selama 2015, KPw BI Kalimantan Selatan telah menerima Rp3,26triliun Uang Tidak Layak Edar(UTLE) yang telah ditukarkan dengan ULE. Pada Tw.IV, jumlah UTLE yang diterima paling besar dibandingkan dengan triwulan lain, yaitu sebesar Rp942,2miliar. Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015 PECAHAN UANG KERTAS 100,000 50,000 20,000 10,000 I 389,000 295,300 36,200 33,320 II 348,700 251,500 32,420 30,170 III 377,200 362,350 38,560 38,140 IV 447,900 391,250 39,500 33,100 TOTAL 1,562,800 1,300,400 146,680 134,730 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Triwulan
5,000 20,410 18,150 23,795 22,250 84,605
2,000 7,820 6,730 7,618 7,794 29,962
1,000 375 387 458 363 1,583
1,000 1 2 3
Rp juta, kecuali disebutkan lain PECAHAN UANG LOGAM Grand Total 500 200 100 50 21 2 2 782,451 5 4 2 688,068 848,121 1 1 942,161 27 7 4 3,260,800
Untuk mengetahui efektivitas pelayanan dalam rangka menarik UTLE dari masyarakat, digunakan rasio UTLE dibandingkan dengan total inflow digunakan. Di KPw BI Kalsel, rata-rata rasio UTLE yang masuk adalah 56,6%. Rasio paling tinggi terjadi di bulan Desember 2015, yaitu 62,6%, sedangkan yang terendah terjadi di Agustus 2015, yang sebesar 25,6%.
Grafik 3.21. Rasio UTLE/Total Inflow 70
Rasio (%)
62.6
60 50
33.1 31.9
30.5 30
42.9 41.7 43.0
38.5
40
36.5 25.7 25.6
25.0
20 10 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
2015 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
59
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Selama Triwulan-IV 2015 tercatat sebanyak 414 lembar uang palsu yang ditemukan di Kalimantan Selatan. Jumlah temuan uang palsu tersebut meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 225 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
Tabel 3.7. Data Triwulanan Temuan Uang Palsu 2015
Pecahan Kertas Pecahan Koin Lembar Keping I 149 II 257 III 225 IV 414 TOTAL 1,045 Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel Triwulan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
60
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BOKS 3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan oleh Perbankan (belum bankable). Pentingnya UMKMK untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dimanifestasikan oleh Pemerintah dalam Program KUR. Program ini merupakan program pemberian kredit/pembiayaan dengan nilai dibawah Rp 500.000.000 dengan pola penjaminan oleh Pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80% dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan 70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut: 1. Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, danKoperasi (UMKMK) 2. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanUMKM & Koperasi kepada Lembaga Keuangan 3. Sebagai upaya penanggulangan / pengentasan kemiskinandan perluasan kesempatan kerja Terdapat 3 (tiga) jenis KUR, yaitu: 1. KUR Mikro: KUR yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 2. KUR Ritel: KUR yang diberikan dengan plafon diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. KUR TKI: KUR yang diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara penempatan dengan plafond s.d Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). Pelaksanaan Program KUR Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi KUR dengan skema baru oleh 5 Bank Pelaksana telah mencapai Rp22,8 triliun atau 75,9% dari target penyaluran (Rp30 triliun) secara nasional. Jika dikelompokkan berdasarkan jenisnya, penyaluran KUR Mikro, Retail, dan TKI masing-masing mencapai Rp14,1 triliun (70,5% dari target), Rp8,7 triliun (96,2% dari target), dan Rp4,7 miliar (0,5% dari target). Untuk jumlah debitur KUR mencapai 1.003.553 debitur, dengan penyaluran yang masih terkonsentrasi di wilayah Jawa, terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
61
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional Bank
Penyaluran KUR (dlm Rp miliar) Target 2015 s.d. 31 Desember 2015 17,000 13,404.5 4,000 2,799.4 400 0.6 21,400 16,204.5 1,000 675.5 2,000 2,830.3 200 0.6 3,200 3,506.4 1,000 15.8 2,000 3,026.9 200 1.6 3,200 3,044.3 1,000 1,000 200 2,200 N/A 1.9 N/A 1.9 20,000 14,095.8 9,000 8,656.5 1,000 4.7 30,000 22,757.1
Jenis KUR
Mikro Retail BRI TKI Total Mikro Retail Bank Mandiri TKI Total Mikro Retail BNI TKI Total Mikro Retail BPD TKI Total Mikro Sinarmas Retail TKI Total Mikro Retail Total TKI Total
Pencapaian s.d. 31 Desember 2015 78.9% 70.0% 0.1% 75.7% 67.5% 141.5% 0.3% 109.6% 1.6% 151.3% 0.8% 95.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% N/A N/A 70.5% 96.2% 0.5% 75.9%
Sampai saat ini, KUR menjadi salah satu program yang ditekankan oleh Pemerintah. Program KUR menjadi salah satu fokus dalam Paket Kebijakan Jilid IV Pemerintah, yang juga menyasar peningkatan
ketenagakerjaan.
Momentum
ini
sangat
baik
dalam
rangka
mendukung
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih melemah. Target 2016 dan Upaya Pemerintah Target penyaluran KUR di tahun 2016 mencapai Rp100-Rp120triliun. Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi bunga sebesar Rp10,6 triliun dalam APBN 2016. Pemerintah mengupayakan sejumlah langkah dalam rangka mendukung pencapaian target KUR di tahun 2016 tersebut, antara lain:
Perubahan regulasi KUR,
Dukungan Kementerian/Lembaga berupa penyediaan anggaran bagi kegiatan penyiapan calon debitur KUR, penyusunan basis data calon debitur KUR, pembentukan tim monitoring dan evaluasi KUR,
Dukungan Pemda berupa penyediaan anggaran kegiatan penunjang penyaluran KUR,
Penambahan jumlah bank penyalur KUR, serta mendorong keikutsertaan lembaga keuangan non bank (LKNB), BPR, dan Koperasi sebagai lembaga linkage penyalur KUR,
Menghentikan dan mengintegrasikan skema kredit program yang telah berakhir,
Mengembangkan lebih lanjut kemampuan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai basis data calon debitur KUR.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
62
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BOKS 4 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI juga diperlukan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah. Tujuan ini sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, yaitu menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pemba yaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia menerbitkan peraturan ini didasari oleh kewenangannya sebagai otoritas di bidang moneter dan sistem pembayaran yang telah diatur dalam Undang-undang Bank Indonesia. Dalam pengaturannya, PBI ini mengacu pada UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang kemudian diperinci sesuai kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Berikut sebagian ringkasan dari peraturan ini. 1. Transaksi yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah sebagai berikut: a. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara; b. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri c. Transaksi perdagangan internasional d. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing e. Transaksi pembiayaan internasional, f. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah; l. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara; dan m. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
63
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
2. Pelaku usaha juga wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation.
Gambar B4.1. Pencantuman Harga
3. Sanksi a. Terhadap pelanggaran atas: (1) kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai; (2) larangan menolak Rupiah, berlaku ketentuan berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. b. Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah sebaga imana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis; (2) kewajiban membayar; dan/atau; (3) larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran; (4) Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai
transaksi,
dengan
jumlah
kewajiban
membayar
paling
banyak
sebe
sar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). c. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan jasa dalam Rupiah dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud PBI ini dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. d. Selain mengenakan sanksi administratif, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya. 4. Dalam rangka melakukan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan atau data kepada pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah. b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait. c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan, keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut wajib memenuhi permintaan Bank Indonesia. d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak. e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
64
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
kepatuhan setiap pihak. Dalam rangka melaksanakan peraturan tersebut, pada 19 Agustus 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan melakukan Sosialisasi Kewajiban Penggunaan Rupiah. Dalam sosialisasi tersebut, sebanyak 60 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan di Banjarmasin mengikuti kegiatan tersebut, antara lain hotel dan restoran, retailer modern, perusahaan eksporimpor, perusahaan persewaan peralatan berat, perusahaan industri pengolahan dan usaha jasa keuangan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan para pelaku usaha dapat senantiasa menggunakan rupiah dalam setiap transaksinya.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
65
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
66
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
BAB IV KEUANGAN DAERAH
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
67
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
68
Bab IV. Keuangan Daerah
4
4. KEUANGAN DAERAH
Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 membaik dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga momentum dan mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%). Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain
APBD-P Uraian Pos APBD 2014 2015 Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 Belanja Daerah 5,511.00 5,627.39 Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Realisasi S/d Triwulan IV 2014 2015 4,838.95 4,757.21 2,944.49 2,695.15 1,523.71 1,576.11 370.75 485.95 4,917.83 5,113.13 3,648.44 3,889.35 1,266.88 1,221.80 2.50 1.98
% Realisasi 2014 2015 100.5% 97.3% 100.8% 91.9% 99.5% 106.9% 102.3% 100.7% 89.2% 90.9% 88.9% 90.5% 90.5% 92.7% 28.8% 19.8%
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2015 lebih rendah dari tahun sebelumya, bahkan tidak mencapai target yang dianggarkan. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat sebesar 97,3%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,5%). Rendahnya realisasi pendapatan daerah tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini jelas terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya menurun menjadi 91,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,8%). Di sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 106,9% dari angka tahun lalu (99,5%).
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
69
Bab IV. Keuangan Daerah
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain
APBD-P 2014 2015
Uraian Pos APBD
Realisasi S/d Triwulan IV 2014 2015
% Realisasi 2014 2015
Pendapatan Asli Daerah
2,920.89
2,934.17
2,944.49
2,695.15
100.8%
91.9%
Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2,555.49 18.33 45.75 301.32
2,361.88 31.45 52.62 488.22
2,395.9 20.0 46.9 481.7
2,041.01 29.20 50.48 574.46
93.8% 109.1% 102.5% 159.8%
86.4% 92.8% 95.9% 117.7%
Dana Perimbangan
1,531.32
1,474.66
1,523.71
1,576.11
99.5%
106.9%
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 775.40 839.53 Dana Alokasi Umum 701.73 571.24 Dana Alokasi Khusus 54.19 63.89 Lain-lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 Total Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
767.8 701.7 54.2
940.98 571.245 63.9
99.0% 100.0% 100.0%
112.1% 100.0% 100.0%
370.75
485.95
102.3%
100.7%
4,838.95
4,757.21
100.5%
97.3%
Menurunnya PAD berdampak pada menurunnya tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tahun 2015, rasio kemandirian fiskal daerah tercatat sebesar 52,18% pada Tahun Anggaran 2015, lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya (75,78%). Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015 % 100
80
78.11
76.29
75.78 52.18
60 40 20 0 2012
2013
2014
2015
Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan
Menurunnya tingkat kemandirian fiskal tersebut diimbangi oleh meningkatnya dana pusat yang ditransfer ke Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, Pagu Dana Transfer yang ditransfer ke Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan adalah sebesar Rp23,6triliun atau meningkat 88,3% dibandingkan 2014 (Rp12,53triliun). Total realisasi 2015 tercatat sebesar Rp20,5 triliun atau terserap 87,0%. Realisasi terbesar terdapat pada Dana Alokasi Umum, yang tercatat sebesar Rp6,89triliun dengan serapan sebesar 100%. Adapun Dana Desa, sebagai komponen baru Dana Transfer, telah terserap sebesar Rp0,5triliun atau 100% dari pagunya.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
70
Bab IV. Keuangan Daerah
Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain
Jenis Transfer
2012
2013
2014
Pagu Dana Bagi Hasil 3864.1 3172.4 3702.1 6260.5 - Dana Bagi Hasil Pajak 687.0 691.1 708.5 624.7 - Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 3177.1 2481.2 2993.6 5635.8 Dana Alokasi Umum 5867.8 6554.4 7001.0 6892.6 Dana Alokasi Khusus 447.8 499.7 516.9 1440.8 Dana Penyesuaian 1016.1 1184.1 1309.4 2231.2 - Dana Desa 0.0 0.0 0.0 501.1 Total Transfer 11,195.7 11,410.6 12,529.4 23,586.8 Sumber: Sistem Informasi Transfer ke Daerah Dan Dana Desa, DJPK Kemenkeu
2015 Realisasi Tw.IV 4728.6 690.3 4038.4 6892.6 1440.8 2232.3 501.1 20,524.1
Serapan (%) 75.5 110.5 71.7 100.0 100.0 100.0 100.0 87.0
Meskipun Dana Transfer meningkat, rata-rata realisasi Pendapatan Daerah secara spasial pada kabupaten/kota juga di bawah target, yaitu 95%. Persentase realisasi Pendapatan tertinggi adalah Kab. Barito Kuala, yaitu sebesar 100,42% dengan nominal Rp1,1triliun. Di sisi lain, persentase Realisasi Pendapatan Kab. Tanah Bumbu merupakan yang terendah dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya, yaitu sebesar 86,48% dengan nominal Rp1,5triliun.Hal ini tidak lepas dari lemahnya kinerja sektor pertambangan yang merupakan sektor unggulan kabupaten tersebut sehingga menurunkan sumbersumber PAD. Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain
No
Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi 1 Kab. Banjar 1,553.78 1,493.72 96.13 2 Kab. Barito Kuala 1,142.50 1,147.30 100.42 3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1,194.55 1,115.59 93.39 4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,179.56 1,096.87 92.99 5 Kab. Hulu Sungai Utara 1,119.31 1,120.67 100.12 6 Kab. Kotabaru 1,422.23 1,409.47 99.10 7 Kab. Tabalong 1,361.62 1,241.88 91.21 8 Kab. Tanah Laut 1,327.91 1,355.84 102.10 9 Kab. Tapin 1,188.66 1,140.99 95.99 10 Kota Banjarbaru 987.66 962.40 97.44 11 Kota Banjarmasin 1,622.24 1,406.75 86.72 12 Kab. Balangan 1,026.01 958.50 93.42 13 Kab. Tanah Bumbu 1,522.21 1,316.35 86.48
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
71
Bab IV. Keuangan Daerah
4.2. REALISASI BELANJA DAERAH Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada Triwulan IV2015 sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya. Realisasi serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (89,2%). Menguatnya serapan belanja daerah berperan penting guna mendukung perekonomian agar tidak melambat lebih dalam. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 92,7% pada 2015, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (83,7%). Perbaikan serapan juga terjadi di Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Belanja Modal lebih tinggi 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah. Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan Rp miliar kecuali disebutkan lain
Uraian Pos APBD
APBD-P 2014
2015
Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 Belanja Pegawai 876.70 868.52 Belanja Barang dan Jasa 1,428.18 1,509.79 Belanja Bantuan Sosial 426.88 674.89 Belanja Bantuan Keuangan 1,371.35 1,245.96 Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 Total Belanja Daerah 5,511 5,627 Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Realisasi S/d Triwulan IV 2014 2015
3,648.44
3,889.35
733.88 1,267.49 413.35 1,233.72
805.45 1,289.10 669.16 1,125.64
1,266.88 2.50
1,221.80 1.98
4,918
5,113
% Realisasi 2014 2015 88.9% 90.5% 83.7% 92.7% 88.7% 85.4% 96.8% 99.2% 90.0% 90.3% 90.5% 92.7% 28.8% 19.8% 89.2% 90.9%
Rasio realisasi Belanja Modal terhadap realisasi total Belanja tercatat lebih tinggi. Pada 2015 rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 23,43% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
72
Bab IV. Keuangan Daerah
Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja % 28 23.43
24 19.04
20 16
13.26
12 8
7.49
6.65
4
0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan
Secara spasial, rata-rata persentase realisasi belanja Triwulan IV-2015 di setiap kabupaten/kota sebesar 83,7%, berada di bawah persentase realisasi provinsi pada periode yang sama (90,9%). Realisasi tertinggi dicatatkan oleh Kota Banjarbaru, sebesar 94,65% diikuti Kabupaten Barito Kuala (92,30%) dan Kabupaten Tabalong (88,20%). Realisasi terendah adalah Kabupan Tanah Laut dengan persentase 60,23%. Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Rp miliar kecuali disebutkan lain
No
Kota/Kab Pagu 2015 1 Kab. Banjar 2 Kab. Barito Kuala 3 Kab. Hulu Sungai Selatan 4 Kab. Hulu Sungai Tengah 5 Kab. Hulu Sungai Utara 6 Kab. Kotabaru 7 Kab. Tabalong 8 Kab. Tanah Laut 9 Kab. Tapin 10 Kota Banjarbaru 11 Kota Banjarmasin 12 Kab. Balangan 13 Kab. Tanah Bumbu
2,043.76 1,385.06 1,608.54 1,340.29 1,433.14 2,394.62 1,710.68 2,962.96 1,906.19 1,084.70 2,105.42 908.88 1,851.29
Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi 1,764.17 86.32 1,278.41 92.30 1,400.40 87.06 1,164.58 86.89 1,234.79 86.16 1,839.31 76.81 1,508.82 88.20 1,784.59 60.23 1,391.52 73.00 1,026.67 94.65 1,758.87 83.54 798.36 87.84 1,583.96 85.56
Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran, DJPK Kemenkeu
4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) 2016 Untuk Tahun Anggaran 2016, anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan daerah meningkat 3% dibandingkan APBD-P 2015, sedangkan Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan Selatan dianggarkan -7% lebih rendah dibandingkan APBD-P 2015. Secara nominal, Anggaran Pendapatan tercatat Rp5,0triliun, naik Rp142,6miliar (sekitar 3%) dibandingkan tahun anggaran 2015
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
73
Bab IV. Keuangan Daerah
(Rp4,8triliun). Di sisi lain, Anggaran Belanja turun sebesar Rp418,3miliar (sekitar -7%) dibandingkan APBD-P tahun 2014 menjadi Rp5.2triliun. Penurunan beanja ini disebakan potensi pendapatan yang terbatas. Tabel 4.7. APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2016
Uraian PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
APBD 2015 4,891.42 2,934.17 2,361.88 31.45 52.62 488.22 1,474.66 839.53 571.24 63.89 482.59 31.69 450.90
Rp miliar kecuali disebutkan lain Perubahan APBD 2016 Nominal % 5,034.05 142.63 2.9% 2,938.28 4.11 0.1% 2,424.02 62.13 2.6% 24.29 -7.16 -22.8% 50.34 -2.28 -4.3% 439.65 -48.58 -9.9% 1,639.22 164.56 11.2% 859.70 20.17 2.4% 779.52 208.27 36.5% 360.21 -100.0% 456.55 -26.04 -5.4% 32.45 0.76 2.4% 424.10 -26.80 -5.9%
5,627.39 2,617.36 686.51 674.89
5,209.05 2,482.53 714.33 491.75
-418.35 -7.4% -134.83 -5.2% 27.81 4.1% -183.14 -27.1%
1,211.87
1,268.00
56.13
4.6%
34.10 10.00 3,010.03 182.01 1,509.79 1,318.24
1.46 7.00 2,726.51 105.24 1,492.97 1,128.30
-32.63 -3.00 -283.52 -76.77 -16.81 -189.94
-95.7% -30.0% -9.4% -42.2% -1.1% -14.4%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Peningkatan Anggaran Pendapatan ditargetkan berasal dari naiknya anggaran Dana Perimbangan sebesar Rp164,6miliar (11,2%), diikuti Pendapatan Asli Daerah yang meningkat tipis 0,1%. Meningkatnya Dana Perimbangan sejalan dengan program Pemerintah Pusat dalam rangka pembangunan daerah, termasuk pembangunan desa. Sementara itu, Dana Alokasi Khusus tidak dianggarkan untuk tahun ini.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
74
Bab IV. Keuangan Daerah
Dari sisi Anggaran Belanja, penurunan terutama terjadi pada alokasi belanja modal yang dikurangi Rp189,9miliar (-14,4%). Selain itu, alokasi Belanja Hibah juga diturunkan Rp183,14miliar (-27,1%). Di sisi lain, terdapat peningkatan pada akun Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dengan kenaikan terbesar Rp56,13miliar (4,6%). Peningkatan juga terjadi pada Belanja Pegawai sebesar Rp27,8miliar dengan persentase kenaikan 4,1%. Dalam tiga tahun terakhir, Penurunan Anggaran Belanja baru terjadi pada APBD Tahun Anggaran 2016. Penurunan belanja ini diperkirakan terkait dengan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan saat ini yang sedang dalam kondisi perlambatan. Tabel 4.8. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota
Uraian Pos APBD Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Belanja Daerah Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga
APBD-P 2014 4,814.59 2,920.89 1,531.32 362.39 5,511.00 4,103.12 1,399.20 8.68
APBD APBD-P 2015 4,891.42 2,934.17 1,474.66 482.59
5,627.45 3,078.35 1,318.24 10.00
Rp miliar kecuali disebutkan lain % Pertumbuhan APBD 2016 2014 2015 2016 5,034.05 9.13 1.60 2.92 2,938.28 8.69 0.45 0.14 1,639.22 11.52 -3.70 11.16 456.55 3.21 33.17 -5.40 5,209.05 2.40 2.11 -7.44 4,073.75 7.16 -24.98 32.34 1,128.30 -9.02 -5.79 -14.41 7.00 -42.13 15.21 -30.00
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
75
Bab IV. Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
76
Bab IV. Keuangan Daerah
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
77
Bab IV. Keuangan Daerah
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
78
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
5.1. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 masih belum pulih meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang Triwulan IV-2015 mengindikasikan turunnya pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan bahwa terdapat sebagian karyawan tidak tetap yang telah melewati masa kontrak dan karyawan yang telah melalui masa kerja (pensiun) pada Triwulan IV2015, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan. Indikasi turunnya jumlah tenaga kerja tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 yang tercermin dalam angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar -4,49% yang berarti bahwa terdapat pengurangan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami perlambatan pada triwulan ini. Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja % SBT
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks
150
15
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja saat ini
140 130
10
Tw III
Tw IV
3.14
0
1.92 0.00 -2.12
-5
120
1.39 Pertanian
5
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yg akan datang
100 PHR
-2.54 Tambang
2.66 -4.49 Total
-10
110 90
94.7
87.5
86.3
80
78.1
70 60 50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: Bank Indonesia (Survei Kegiatan Dunia Usaha/SKDU)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)
79
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan berkurangnya optimisme ketersediaan lapangan kerja sepanjang Triwulan IV-2015. Dalam Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Triwulan IV-2015 tercatat sebesar 86,3, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 87,5. Angka indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan akan berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 78,1 pada Triwulan III-2015 menjadii 94,7 pada triwulan laporan.
5.2. KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan peningkatan, perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga masih tertahan yang terkonfirmasi dalam sejumlah indikator.
5.2.1 DAYA BELI MASYARAKAT Daya beli masyarakat terindikasikan sedikit meningkat pada Triwulan-IV 2015. Hasil Survei Konsumen Kota Banjarmasin di Triwulan-IV 2015 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 111,4, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 110,4. Selanjutnya, meskipun ketersediaan lapangan kerja diekspektasikan menguat dalam 6 bulan yang akan datang, namun indeks ekspektasi penghasilan konsumen 6 bulan yang akan datang justru mengalami penurunan, yaitu sebesar 117,2 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 148,8. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih berekspektasi untuk tetap bekerja walaupun penghasilan yang mereka peroleh leih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada TriwulanIV 2014 masih memengaruhi ekspektasi konsumen pada triwulan laporan. Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen Indeks
Indeks 120
Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bln yg akan datang
170
150
147.1
110
117.2
Indeks Penghasilan Konsumen saat ini
110.4
111.4
115.83 115.20
Indeks harga diterima (It) Nilai tukar Petani 99.77
130 110
105
99.32
100
90
95
70
90
116.62
115.47
Indeks harga dibayar (Ib)
115
85
50 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Sumber: BPS, Nilati Tukar Petani September 2015, diolah
80
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5.2.2 Nilai Tukar Petani Pada Triwulan IV-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan tingkat kesejahteraan petani
yang mencerminkan
tercatat sebesar 99,32 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 99,77. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (lt). Terbatasnya peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh turunnya harga komoditas internasional, seperti kelapa sawit dan karet. Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012) Sektor, Kelompok dan Subkelompok Tanaman Pangan Nilai Tukar Petani Hortikultura Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat Nilai Tukar Petani Peternakan Nilai Tukar Petani Perikanan Nilai Tukar Petani Gabungan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Indeks harga yang dibayar petani (lb) Indeks Konsumsi Rumah Tangga a. Indeks BPPBM b.
2014 I 98.97
II
2015 III
II
Perubahan (%) III
IV
qtq
yoy
101.59
108.14
6.45%
9.27%
98.86 101.87
99.51
99.75 100.34
102.47
108.98
6.35%
9.52%
93.87
88.56
88.31
86.78
85.12
83.21
-2.25%
-6.04%
108.97 109.27 110.07 107.32 108.41 109.47
110.37
108.93
-1.30%
1.50%
108.58 108.09 109.30 108.16 110.27 109.98
111.27
110.71
-0.50%
2.36%
101.21 107.92 106.63 107.67 104.18
99.77 115.20 115.47 117.57 110.14
99.32 115.83 116.62 118.71 110.19
-0.45% 0.54% 0.99% 0.97% 0.04%
1.73% 4.40% 2.62% 2.77% 1.10%
97.80
99.89 108.54 108.66 110.11 105.21
97.89
I
98.97 104.74 102.78
100.94
98.76
IV
89.80
99.17 109.07 109.98 111.70 105.83
97.63 110.95 113.64 115.51 108.99
101.06 114.67 113.47 115.54 108.30
100.60 115.86 115.17 117.35 109.65
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 83,21 menurun dari angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,12 poin. Rendahnya angka NTP subsektor perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang masing-masing tercatat sebesar 110,71 dan 108,93. Meskipun melemah, harga komoditas ternak dan ikan masih relatif tinggi pada Triwulan IV-2015, sehingga indeks harga yang diterima petani dalam subsektor tersebut lebih tinggi dari harga yang dibayar.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
81
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
82
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BAB VI PROSPEK EKONOMI
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
83
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
84
Bab VI. Prospek Ekonomi
6
6. PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan pada sektor pertanian dan pertambangan. Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh meningkat. Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target inflasi 4+1%.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
85
Bab VI. Prospek Ekonomi
6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 didorong oleh meningkatnya
pertumbuhan
sektor
pertanian
dan
sektor
pertambangan.
Peningkatan
pertumbuhan sektor pertanian telah diindikasikan oleh peningkatan luas tanam pada triwulan akhir 2015 selain didukung oleh meningkatnya produksi komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit. Sementara itu kontraksi pada pertumbuhan sektor pertambangan juga akan membaik berkenaan 18
dengan adanya perayaan Imlek
yang akan mendorong permintaan batubara selain didukung oleh
potensi peningkatan permintaan batubara dari India sejalan dengan kondisi manufaktur yang membaik di negara tersebut. Permintaan Ekspor Mengacu kepada Concencus Forecast, secara umum permintaan eksternal bagi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 akan meningkat khususnya dari India di mana pertumbuhan ekonomi negara tersebut diprakirakan meningkat sejalan dengan perbaikan manufaktur dan konsumsi domestik yang masih tumbuh positif. Sementara itu permintaan dari ASEAN diprakirakan relatif stabil demikian juga dengan Jepang. Permintaan ekspor Kalimantan Selatan pada 2016 secara keseluruhan diprakirakan menguat, didukung oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi India, Jepang dan ASEAN (khususnya Thailand). Selain permintaan terhadap energi (batubara), sejalan dengan perbaikan kondisi manufaktur, permintaan terhadap barang konsumsi termasuk CPO dan karet juga berpotensi meningkat, ditopang oleh pertumbuhan konsumsi domestik negara-negara tersebut yang menguat.
18
2016 halaman 1
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
86
Bab VI. Prospek Ekonomi
Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016
Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016
Harga Komoditas Mengacu kepada permintaan global ke depan, sejumlah harga komoditas pada triwulan I-2016 masih tertahan khususnya batubara dan karet sementara itu harga CPO diprakirakan meningkat. Ke depan permintaan minyak nabati dari India diprakirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. Kuatnya permintaan domestik India ke depan akan menurunkan target ekspornya akan minyak nabati. Sementara itu supplier dunia lainnya yakni Malaysia juga akan berkontribusi pada penurunan suplai dunia seiring dengan potensi penurunan panen kelapa sawit pada 19
tahun 2016 . Secara keseluruhan tahun, permintaan global yang masih lemah berdampak pada harga yang masih turun di 2016 baik pada batubara, CPO maupun karet. Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas
19
Oilseeds: World Markets and Trade, United States Department of Agriculture, Edisis Februari 2016
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
87
Bab VI. Prospek Ekonomi
Perbaikan sektor pertanian serta sektor pertambangan yang mendorong kinerka ekspor pada akhirnya mendorong perbaikan pada konsumsi RT. Persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan yang dicerminkan oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan penyusunnya yang bersumber dari Survei Konsumen KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tiga bulan terakhir menunjukkan peningkatan. Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 diprakirakan akan berada pada kisaran 4,1%-4,3% (yoy). sedangkan selama tahun 2016 tumbuh pada kisaran 3,9%-4,3% (yoy).
6.2. PRAKIRAAN INFLASI Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 diperkirakan akan sedikit meningkat yang bersifat temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang dipicu oleh tekanan harga bahan pangan pada awal tahun seiring rendahnya pasokan yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Namun demikian, tekanan dari sisi volatile foods tersebut diperkirakan akan berangsur mereda menjelang akhir triwulan seiring dengan membaiknya cuaca dan pasokan serta sedikit tertahan oleh koreksi harga tarif angkutan udara yang kembali normal pada triwulan I-2016. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan I-2016 diprakirakan cukup rendah berada pada kisaran 0%
0,50% (qtq), jauh lebih
rendah dibanding realisasi pada triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 1,88% (qtq).
Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016
Selanjutnya sejumlah risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan I-2016 adalah sebagai berikut: 1. Risiko inflasi terbesar diperkirakan berasal dari komponen volatile foods yang diperkirakan akan sedikit meningkat pada awal triwulan seiring dengan tingginya curah hujan di tengah-tengah musim penghujan namun akan kembali mereda dipenghujung triwulan depan. Harga ikan segar khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan sulitnya penangkapan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
88
Bab VI. Prospek Ekonomi
pada saat musim penghujan sehingga produksi menurun. Harga beras diperkirakan juga akan merangkak naik seiring berkurangnya pasokan pada saat musim tanam. Harga komoditas bahan makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka cabe dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat terutama dipengaruhi oleh faktor cuaca. 2. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk perayaan hari imlek, namun diperkirakan tidak terlalu besar sehingga pergerakan inflasi inti diperkirakan cukup moderat. 3. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul koreksi tarif angkutan udara yang kembali normal, namun masih terdapat potensi kenaikan seiring dengan libur long weekend pada akhir bulan Maret 2016. Potensi risiko lainnya berasal dari kenaikan tarif listrik khususnya pelanggan 900kVA ke atas yang telah ditetapkan pada bulan Desember 2016. Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor risiko tersebut, diperkirakan inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun 2016 akan mengalami perbaikan dari tahun 2015 dan berada pada kisaran 4,0+1%. Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2016 yang berada pada level 4,0%+1%.
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 2012
2013
2014
6,0
5,3
4,9
Pertumbuhan PDRB, % yoy
2015
2015
III
III
III
IV
3,92
3,92
3,92
4.01
2016
2016-F
I-F 3,84
4,1-4,3
3,9-4,3
Inflasi (%, yoy)
Perubahan IHK, % yoy
2012
2013
2014
5,96
6,98
7,28
2015
2016
I
II
III
IV
7,00
6,83
4,81
7,28
I* 5,3
5,5
2016-F 3,0
5,0
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
89
DAFTAR ISTILAH Administered price Andil inflasi APBD Bobot inflasi Dana Perimbangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Faktor Fundamental Faktor Nonfundamental
Imported inflation Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Investasi Inflasi inti
Liaison
Loan to Deposit Ratio (LDR) Migas Mtm
Non Performing Loan (NPL) Omzet PDRB
Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah. Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah. Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank. Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal) Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100. Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100. Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal. Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu. Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas. Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan sebelumnya. Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
90
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Perceived risk Qtq Saldo Bersih SBT Sektor ekonomi dominan
Volatile food West Texas Intermediate Yoy
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban onden yang memberikan jawaban Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan. Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia. Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
91
TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Harymurthy Gunawan
Koordinator penyusun Mohd Irwan
Tim penulis Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto
Kontributor Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM Tim Sistem Pembayaran
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Tim Asesmen dan Advisory Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678 Email :
[email protected],
[email protected]
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
92
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
93
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
94