TESIS – RG 142556
PEMETAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK SEMPOL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN EVALUASI PENANGGULANGAN GANGGUAN BERDASARKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AGUNG HERDIANTO 3514202002 DOSEN PEMBIMBING Dr.Ing.Ir. Teguh Harijanto, M.Sc. Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK GEOTHERMAL JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PEMETAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK SEMPOL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN EVALUASI PENANGGULANGAN GANGGUAN BERDASARKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Nama Mahasiswa NRP Pembimbing
: Agung Herdianto : 3514202002 : Dr.Ing.Ir. Teguh Harijanto, M.Sc. Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
ABSTRAK Tumpang tindih penggunaan lahan antara jaringan distribusi listrik dengan kawasan Perhutani dan kawasan PTPN XII di Sempol perlu mendapat perhatian, pemilihan lahan yang kurang tepat untuk tata letak peralatan distribusi listrik menjadi salah satu faktor timbulnya gangguan. Salah satu gangguan yang timbul akibat panjangnya saluran distribusi yaitu tegangan jatuh (drop voltage). Mengingat wilayah Sempol merupakan kawasan hutan dan perkebunan, dimana terdapat tanaman tinggi berdaun lebat sehingga dibutuhkan penambahan saluran guna menghindari kawasan tersebut. Sistem informasi geografis (SIG) memiliki kemampuan dalam mengolah data spasial sebagai solusi dalam mengelola dan merencanakan penambahan jaringan distribusi listrik di kawasan Sempol. Pengolahan data pada sistem informasi geografis menghasilkan informasi berupa panjang saluran, jenis penghantar, kapasitas daya, tiang gardu distribusi dan pengguna listrik di Sempol. Pengambilan keputusan dalam penanggulangan gangguan pada jaringan listrik mengalami dilema, terutama dalam hal menentukan prioritas. Analytical Hierarchy Process (AHP) memiliki kemampuan dalam menentukan keputusan prioritas berdasarkan bobot kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan penanggulangan gangguan berdasarkan masukan dari para ahli (pakar). Dari hasil pengolahan data mengunakan ArcGIS diketahui bahwa pemetaan jaringan distribusi listrik pada gardu distribusi Krepean, Mlaten dan Jampit melewati kawasan agrikultur lahan dan kawasan perkebunan. Dengan panjang saluran distribusi dari gardu induk hingga gardu distribusi Jampit sepanjang 67,65 kms. Pemetaan untuk perencanaan jaringan listrik baru di Blawan diketahui memiliki panjang saluran 5 km dari saluran hubung terakhir, dengan
iii
melewati tutupan lahan kawasan perkebunan. Hasil analisis pada panjang saluran dapat diketahui tegangan jatuh sebesar 0,76% berdasarkan pengukuran di gardu distribusi Jampit, sedangkan pada gardu distribusi Krepean sebesar 0,71 % dan gardu Mlaten sebesar 0,75%. Dari hasil pendekatan menggunakan metode AHP diketahui bahwa faktor internal mendominasi gangguan distribusi listrik dengan nilai prosentase 62%. Keputusan alternatif terhadap upaya penanggulangan gangguan yaitu melakukan perawatan dan pengontrolan jaringan distribusi listrik dengan nilai prioritas sebesar 58%, alternatif kedua melakukan program pendidikan dan pelatihan kepada teknisi dengan nilai prioritas sebesar 28% dan alternatif ketiga penambahan pemasangan relay proteksi guna melokalisir gangguan sebesar 14%.
Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, tegangan jatuh, jaringan distribusi listrik, sistem informasi geografis.
iv
THE MAPPING OF ELECTRICITY DISTRIBUTION NETWORK IN SEMPOL BY USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM AND THE EVALUATION PREVENTION OF DISTURBANCE BASED ON ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS By NRP Supervisor
: Agung Herdianto : 3514202002 : Dr.Ing.Ir.TeguhHarijanto, M.Sc. Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
ABSTRACT The overlapping of the usage of area between PLN electricity distribution network with Perhutani region and PTPN XII area in Sempol needs to get more attention, the wrong method of land selection for the layout of electrical distribution equipment is one factor disturbance. One of the disturbances arising from the distribution line length is drop voltage. Remembering that Sempol is area of forests and plantations where there are vegetation of leafy tall plants that could harm the line of electrical distribution network. The capability of geographical information system (GIS) in fast processing and analyzing of spatial data as a solution in managing and planning the addition of electricity distribution networks in Sempol. Processing data on geographic information system produces information such as lines length, conductor type, power capacity, pole distribution and electricity users in Sempol. Decision making in the prevention of disturbances on the electrical grid in a hardship, especially in terms of determining priorities. The capability of Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the priority decisions based on weight criteria, sub criteria and alternatives prevention of disturbances decisions based on input from experts. From the results of data processing using ArcGIS note that mapping the electricity distribution network in distribution substations Krepean, Mlaten and Jampit passed the area of agricultural land and the plantation area. With a length of distribution lines from substation to distribution substation throughout Jampit 67.65 Kms. Mapping for planning new electricity networks in Blawan known to have a lines length of 5 km of the lines last circuit, by passing plantation area land cover. The results of the
v
analysis on the length of the channel can be known voltage drop of 0.76%, based on measurements in Jampit substation, substation Krepean while at 0.71% and 0.75% Mlaten substation. Based on results of the approach using analytic hierarchy process (AHP) is known that internal factors dominate disturbance of electricity distribution with the percentage of 62%. Alternative decisions in order to overcome disturbances that do maintenance and control of electrical distribution networks with a priority value of 58%, the second alternative a program of education and training to technicians with a priority value of 28% and a third alternative the addition of mounting protection relays to localize the disturbance by priority value of 14%.
Keyword : Analytical Hierarchy Process (AHP), drop voltage, electricity distribution network, geographical information system.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan tesis yang berjudul “Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik Sempol Menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Evaluasi Penanggulangan Gangguan Berdasarkan Analytical Hierarchy Process” dapat terselesaikan dengan baik. Laporan tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Teknik Geomatika bidang minat Teknik Geothermal di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua Alm. Bapak Sukirman dan Ibu Suminah atas do’a serta dukungannya. Ucapan terima kasih kepada keluarga besar kakak (Irna, Anna, Wincoko, Ari) adik (Edo, Ricky, Juli) dan istriku tercinta Vonda Silvia yang selalu memberi semangat pantang menyerah. Terima kasih kepada kedua dosen pembimbing tesis, Dr. Ing. Ir. Teguh Harijanto, M.Sc dan Dr. Ir. Widya Utama, DEA yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran kritik kepada penulis dalam penyelesaian laporan tesis. Ucapan terima kasih kepada PT.PLN Unit Distribusi APJ Situbondo, Bapak Chairudin (Manajer), Dasih Listyanto (Asmen Jaringan), Djuwali (Asmen Perencanaan Konstruksi) dan masyarakat kecamatan Sempol kabupaten Bondowoso yang telah bersedia membagi waktu dan ilmu pengetahuan pengalaman dilapangan. Teman-teman seperjuangan Pra S2 Matematika SAINTEK, S2 Geothermal Geomatika dan Klampis Aji 29 terima kasih atas perhatian dan dukungan semangat. Rekan-rekan pengajar dan staf di Universitas Abdurachman Saleh Situbondo terima kasih atas kerjasamanya. Ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas bantuan beasiswa PraSaintek 2013 dan beasiswa BPPDN 2014 hingga sampai terselesaikannya pendidikan pascasarjana.
vii
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam disiplin ilmu geomatika dan geothermal, kritik atau saran yang bersifat membangun diharapkan terus mengalir demi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Surabaya, Januari 2017 Penulis,
Agung Herdianto, S.T
viii
DAFTAR ISI Hal JUDUL PENELITIAN ..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii ABSTRAK ..................................................................................................... iii ABSTRACT ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) ..................................................... 5 2.1.1 Komponen (SIG) ......................................................................... 6 2.1.2 Aplikasi Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis ............. 6 2.2 Global Positioning System (GPS) ...................................................... 8 2.2.1 Bagian Daerah Kerja GPS ........................................................... 8 2.2.2 Cara Kerja GPS ........................................................................... 9 2.2.3 Penentuan Posisi Dengan GPS .................................................... 10 2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ...................................................... 11 2.3.1 Sistem Distribusi ......................................................................... 11 2.3.2 Standar Konstruksi ...................................................................... 12 2.3.3 Sistem Penghantar Dan Konstruksi Jaringan .............................. 14 2.3.4 Perencanaan Jaringan Distribusi ................................................. 17 2.3.5 Gangguan Pada Sistem Distribusi Dan Penanggulangannya ...... 18 2.4 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 19
ix
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)................................................... 22 2.5.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................ 23 2.5.2 Prinsip Dasar dan Aksioma AHP................................................. 25 2.5.3 Penyusunan Prioritas.................................................................... 27 2.5.4 Eigen Value Dan Eigen Vektor ................................................... 29 2.5.5 Uji Konsistensi Indek Dan Rasio ................................................. 30 2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................ 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Sistem Informasi Geografis ....................................... 33 3.1.1 Identifikasi Data Administratif PLN APJ Situbondo .................. 34 3.1.2 Data Peralatan Jaringan Distribusi Listrik ................................... 34 3.1.3 Digitasi Jaringan Distribusi Listrik .............................................. 34 3.2 Teknik Analisis Data Menggunakan AHP .......................................... 35 3.3 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 36 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik APJ Situbondo ......................... 37 4.2 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 46 4.3 Evaluasi Penanggulangan Gangguan Menggunakan AHP.................. 52 4.3.1 Matrik Berpasangan ..................................................................... 54 4.3.2 Perhitungan Prioritas Global ........................................................ 59 4.3.3 Matrik Alternatif .......................................................................... 60 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 61 5.2 Saran .................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63 LAMPIRAN ..................................................................................................... 65 BIOGRAFI PENULIS
x
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Prinsip kerja sistem informasi geografis ...................................... 5 Gambar 2.2 Pemetaan lahan menggunakan ArcGIS ....................................... 7 Gambar 2.3 Global Positioning System .......................................................... 8 Gambar 2.4 Daerah Kerja GPS ....................................................................... 9 Gambar 2.5 Diagram alur single line distribusi listrik .................................... 11 Gambar 2.6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ............................ 13 Gambar 2.7 Konstruksi TM-1 ......................................................................... 14 Gambar 2.8 Konstruksi TM-2 .......................................................................... 15 Gambar 2.9 Konstruksi TM-3 .......................................................................... 15 Gambar 2.10 Konstruksi TM-4 ........................................................................ 16 Gambar 2.11 Konstruksi J5-T .......................................................................... 16 Gambar 2.12 Konstruksi J7-T .......................................................................... 17 Gambar 2.13 Konstruksi J6-T .......................................................................... 17 Gambar 2.14 Diagram saluran distribusi tenaga listrik ................................... 20 Gambar 2.15 Diagram vektor pada tegangan saluran distribusi ...................... 21 Gambar 2.16 Bagan hierarki dekomposisi sederhana ...................................... 25 Gambar 2.17 Bagan hierarki dekomposisi komplek ........................................ 26 Gambar 3.1 Diagram alir pemetaan jaringan distribusi Sempol ..................... 33 Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data distribusi listrik ........................... 34 Gambar 3.3 Proses pengolahan data dengan teknik AHP ............................... 35 Gambar 3.4 Diagram alir analisis tegangan jatuh (Drop Voltage)................... 36 Gambar 4.1 Pemetaan saluran tegangan menengah dan gardu ........................ 39 Gambar 4.2 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean ................... 40 Gambar 4.3 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Mlaten ..................... 41 Gambar 4.4 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Jampit ...................... 42 Gambar 4.5 Peta tutupan lahan di Situbondo dan Bondowoso ........................ 44 Gambar 4.6 Peta perencanaan tiang SUTM Blawan ........................................ 45 Gambar 4.7 Diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan listrik ........ 53
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Skala perbandingan bobot kriteria .................................................. 24 Tabel 2.2 Matrik perbandingan berpasangan ................................................... 28 Tabel 2.3 Matrik pair wise comparison............................................................ 28 Tabel 2.4 Random Index .................................................................................. 31 Tabel 2.2 Tabel kuesioner matrik .................................................................... 13 Tabel 4.1 Data transformator distribusi wilayah Sempol................................. 47 Tabel 4.2 Data panjang dan jenis penghantar gardu distribusi ........................ 47 Tabel 4.3 Arus beban puncak tiap gardu distribusi .......................................... 48 Tabel 4.4 Impedansi penghantar XLPE ........................................................... 49 Tabel 4.5 Impedansi penghantar AAAC .......................................................... 49 Tabel 4.6 Matrik berpasangan kriteria ............................................................. 55 Tabel 4.7 Eigen vektor ternormalisasi ............................................................. 55 Tabel 4.8 Matrik berpasangan sub kriteria faktor internal ............................... 56 Tabel 4.9 Eigen vektor ternormalisasi ............................................................. 56 Tabel 4.10 Matrik berpasangan sub kriteria faktor eksternal ........................... 57 Tabel 4.11 Eigen vektor ternormalisasi ........................................................... 57 Tabel 4.12 Matrik berpasangan sub kriteria faktor kelalaian ........................... 58 Tabel 4.13 Eigen vektor ternormalisasi ........................................................... 58 Tabel 4.14 Prioritas global kriteria dan sub kriteria ......................................... 59 Tabel 4.15 Prioritas alternatif ........................................................................... 60
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Sempol berjarak 60 km arah timur dari kota kabupaten Bondowoso yang berada di ketinggian 1.000 sampai dengan 1.500 meter diatas permukaan laut. Kondisi dataran di kecamatan Sempol terdiri dari 9,58% tanah tegal, 23,56% tanah perkebunan PTPN XII, 62,51% kawasan hutan dan 3,91% berupa tanah untuk bangunan (BPS 2015). Wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya, membutuhkan penyaluran tenaga listrik yang memadai agar dapat menunjang kegiatan perekonomian masyarakat di kecamatan Sempol. Berdasarkan hasil kajian geologi dan geofisika menyatakan bahwa kecamatan Sempol memiliki kandungan sumber daya alam berupa energi panas bumi, manifestasi panas bumi ditandai dengan adanya sumber mata air panas di Blawan. Estimasi produksi tenaga listrik yang dihasilkan dari panas bumi di Blawan sebesar 110 Mwe (ESDM JATIM 2014). Produksi tenaga listrik diharapkan dapat menyumbang target listrik nasional pada tahun 2019 sebesar 35.000 MW dan pemerataan listrik untuk kawasan pedesaan terutama di wilayah kabupaten Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi. Tumpang tindih antara jaringan distribusi listrik PT.PLN (persero) dengan kawasan Perhutani dan PTPN XII dalam penggunaan lahan di kecamatan Sempol perlu mendapat perhatian, terkait dengan perijinan pembukaan lahan guna penambahan jaringan listrik baru di wilayah Sempol. Sebagian masyarakat di kecamatan Sempol belum terjangkau listrik, hal tersebut disebabkan karena letak tempat tinggal yang saling berjauhan dari jalur distribusi listrik yang ada. Dibutuhkan perijinan pembukaan lahan untuk penempatan tiang distribusi saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan tiang gardu distribusi (TR), sehingga pemerataan distribusi listrik dapat tercapai. Maka untuk mendukung terlaksananya pemerataan jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol dibutuhkan sistem informasi geografis. Pemetaan terhadap jaringan distribusi listrik dilakukan dengan cara teknik tumpang susun (overlay), data-data yang digunakan untuk
1
menyusun sistem informasi geografis terdiri dari peta RBI dengan skala 1:250.000, data pengukuran GPS (Global Positioning System) dan data informasi pengguna jaringan distribusi listrik yang ada di kecamatan Sempol. Hasil tumpang susun menjadi dokumen perijinan untuk perencanaan jaringan distribusi baru di kecamatan Sempol. Berdasarkan pada panjang saluran distribusi listrik, kawasan yang letaknya jauh dari penyulang gardu induk rentan mengalami gangguan. Gangguan secara umum disebabkan karena sentuhan kabel dengan pohon, kegagalan sistem proteksi dan kawasan rentan bencana. Gangguan yang terjadi berdampak langsung pada sisi produsen maupun konsumen, di sisi produsen gangguan menyebabkan kerugian pada sistem distribusi listrik sedangkan di sisi konsumen terjadi pemadaman dan mengurangi usia pakai peralatan listrik pengguna. Upaya yang dilakukan guna mengatasi gangguan pada sistem distribusi listrik dengan cara mengklasifikasikan jenis gangguan berdasarkan kriteria dan sub kriteria penanggulangannya. Kriteria gangguan antara lain faktor gangguan internal, gangguan eksternal dan faktor kelalaian petugas. Untuk selanjutnya dilakukan upaya di lapangan secara langsung misalnya melakukan perabasan pohon, penggantian konduktor dan perawatan berkala pada jaringan listrik. Evaluasi terhadap penanggulangan gangguan dilakukan guna mendukung kualitas dan kontinyuitas pada jaringan distribusi listrik di Sempol. Penelitian ini berdasarkan metode penelitian terdahulu yang digunakan saling terkait dan dengan objek penelitian yang berbeda. Pemetaan menggunakan geographic information system pada letak solar sel yang dihubungkan dengan kelistrikan nasional Maroko dan aplikasi metode analytical hierachy process berdasarkan kriteria lokasi, orografi dan iklim untuk mengetahui bobot prioritas dalam pemetaan (Tahri, Hakdaoui, and Maanan 2015). Sistem informasi geografis dan aplikasi metode pengambilan keputusan multi kriteria dalam menentukan letak pembangkit listrik tenaga angin (Atici, Simsek, and Ulucan 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya sistem informasi geografis dan analytical hierarchy process (AHP) dapat dikembangkan lebih lanjut guna pengembangan penelitian terkait pemetaan jaringan distribusi listrik dan evaluasi penanggulangan gangguan distribusi listrik di Sempol. 2
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka ditarik beberapa rumusan masalah, diantaranya : 1. Implementasi sistem informasi geografis pada pemetaan jaringan distribusi listrik baru terhadap jaringan PT.PLN (persero) APJ Situbondo yang ada di kecamatan Sempol. 2. Nilai prioritas pembobotan kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan penanggulangan gangguan pada jaringan distribusi listrik dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 3. Nilai tegangan jatuh (drop voltage) terhadap panjang saluran jaringan distribusi dari gardu induk sampai gardu distribusi listrik di Sempol.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemetaan jaringan distribusi listrik berdasarkan data lapangan meliputi tiang SUTM (20 kV), tiang SUTR (220 V), tiang gardu distribusi, pengguna listrik dan pemetaan letak jaringan distribusi listrik baru di Sempol. 2. Mengevaluasi penanggulangan gangguan yang terjadi pada distribusi listrik wilayah kecamatan Sempol berdasarkan kriteria dan sub kriteria penanggulangan gangguan distribusi listrik. 3. Menganalisis tegangan jatuh (drop voltage) pada saluran distribusi listrik di wilayah kecamatan Sempol.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat secara umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah implementasi sistem informasi geografis guna mendukung program optimalisasi kinerja pelayanan PT.PLN APJ Situbondo.
3
Halaman ini sengaja dikosongkan
4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem informasi geografis atau Geographic Information System adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah, menyimpan data atau informasi yang bereferensi geografis (Aronoff, 1989). Sistem informasi geografis adalah sistem basis data yang bersifat keruangan (spasial). Data spasial merupakan data mengenai objek geografis di bawah, di atas dan di permukaan bumi yang dapat di identifikasikan berdasarkan sistem koordinat tertentu atau bergeoreferensi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama data banks for development. Pada tahun 1967 di Ottawa, Kanada muncul istilah sistem informasi geografis yang dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union. Sistem informasi geografis mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya atau menampilkan dalam format grafik dan tabel. Gambar 2.1 menunjukkan prinsip kerja sistem informasi geografis yang diuraikan menjadi beberapa subsistem berupa data masukan, sistem database (DBMS) dan data keluaran (Afandi 2014). Data Masukan
Sistem Manajemen Database (DBMS)
Data Keluaran
Peta
Masukan
Peta
Data Tabel Data GPS Citra Satelit
Simpan dan Ambil Laporan Tabel Proses
Foto Udara Data Laporan
Data Digital Keluaran
Gambar 2.1 Prinsip kerja sistem informasi geografis
5
2.1.1 Komponen Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen perangkat lunak maupun perangkat keras, antara lain : 1. Perangkat keras yang digunakan antara lain digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), mouse , printer dan plotter. 2. Perangkat lunak yang digunakan yaitu ArcView, Idrisi, ArcGIS, ILWIS dan MapInfo. 3. Data informasi geografis dengan cara mendigitasi peta, pengukuran menggunakan Global Positioning System (GPS), foto udara, citra satelit dan data spasial. 4. Pengguna (user) teknologi sistem informasi geografis yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi nyata.
2.1.2 Aplikasi Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data lokasi geografis (spasial) dengan data non spasial, sehingga dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. Beberapa alasan yang mendasari dalam penggunaan sistem informasi geografis antara lain : a. Sistem informasi geografis menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi. b. Sistem informasi geografis dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data. c. Sistem informasi geografis memiliki kemampuan menguraikan unsurunsur yang ada di permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial. d. Sistem informasi geografis sangat membantu keterkaitan dengan bidang spasial dan geoinformatika.
6
Aplikasi sistem informasi geografis digunakan dalam hal pengelolaan sumber daya alam lingkungan, pemetaan skala besar, bidang manajemen transportasi, informasi lahan, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi. Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi SIG a. Sistem informasi geografis digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi. b. Pada pengolaan sumber daya alam dan lingkungan sistem informasi geografis menggunakan data citra satelit landsat digabungkan dengan foto udara, sehingga dapat dibuat pemetaan kelayakan untuk tanaman pertanian, pengelolaan hutan dan analisis dampak lingkungan. c. Pada bidang transportasi sistem informasi geografis digunakan untuk mebuat peta skala besar, menengah dan analisis keruangan terutama untuk manajemen perencanaan rute, pengiriman teknisi, analisa pelayanan dan pemasaran. d. Pada jaringan telekomunikasi sistem informasi geografis digunakan untuk memetakan Main Distribution Poin (MDP), kabel primer, rumah kabel, kabel sekunder, daerah catu daya langsung dan seterusnya sampai ke pelanggan. e. Sistem informasi geografis yang digunakan untuk pemetaan lahan kadastral skala besar atau peta persil tanah.
Gambar 2.2 Pemetaan lahan menggunakan ArcGIS
7
2.2 Global Positioning System (GPS) Global positioning system (GPS) merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem ini dikembangkan pertama kali oleh departemen pertahanan Amerika untuk kepentingan militer maupun sipil (survey dan pemetaan). Sistem GPS mempunyai tiga segmen yaitu satelit, pengendali dan penerima atau pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukannya tetap seluruhnya berjumlah 24 satelit dimana 21 satelit aktif dan 3 satelit sebagai cadangan. Satelit ini memiliki fungsi untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi dan memancarkan sinyal dan informasi secara kontinyu ke perangkat penerima (receiver). Gambar 2.3 menunjukkan GPS Garmin Etrex 10 yang digunakan pada penelitian ini.
Gambar 2.3 Global Positioning System (GPS)
2.2.1 Bagian Daerah Kerja Global Positioning System Global Positioning System (GPS) terdiri atas tiga segmen yaitu space segment, control segment dan user segment dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Space Segment Space segment terdiri atas konstelasi 24 satelit, masing-masing satelit mengirimkan sebuah sinyal yang memiliki sejumlah komponen dua gelombang sinus (carrier frequency), dua kode digital dan pesan navigasi. Pesan kode dan navigasi sebagai pembawa modulasi dua fasa biner, sedangkan kode digital dan gelombang sinus untuk menentukan jarak dari receiver pengguna sampai ke satelit GPS. Pesan navigasi berisi koordinat (lokasi) satelit sebagai fungsi waktu bersama dengan informasi lainnya. 8
2. Control Segment Control segment dari sistem GPS terdiri atas jaringan lima stasiun pemantau di seluruh pelosok dunia, dengan stasiun kontrol utama (master control station) berlokasi di Colorado, Amerika Serikat. Tugas utama segmen ini adalah menjejaki satelit GPS dengan tujuan untuk menentukan dan memprediksikan lokasi satelit, integritas sistem, jam atom satelit, data atmosfer, perkiraan satelit dan pertimbangan lainnya. Informasi tersebut nantinya digabungkan dan di unggah ke satelit GPS melalui jalur S-band. 3. User Segment User segment mencakup semua pengguna baik militer maupun sipil, dengan sebuah penerima GPS yang terhubung dengan antena GPS. Seorang pengguna (User) dapat menerima sinyal GPS dan dapat digunakan untuk menentukan posisi pengguna tersebut di manapun di bumi. Gambar 2.3 menunjukkan daerah kerja GPS untuk menentukan suatu lokasi di bumi.
Gambar 2.4 Daerah kerja Global Positioning System
2.2.2 Cara Kerja Global Positioning System Secara teoritis Global Positioning System (GPS) bekerja dengan cara mengumpulkan data dari satelit, masing-masing satelit akan memberikan informasi jarak antara lokasi satelit dengan sebuah titik di bumi (GPS receiver). Dari proses pengambilan lokasi tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut garis lintang dan garis bujur peta (waypoint). Dari semua data lokasi titik (GPS
9
receiver) dapat ditentukan dengan cara menerapkan konsep triangulasi. Pada praktiknya jumlah satelit yang digunakan minimum berjumlah 3 dan satelit ke 4 digunakan untuk perhitungan sinkronisasi clock dari penerima GPS. Akurasi yang diperoleh dengan metode ini terbatas pada 100 meter komponen horizontal, 156 meter vertikal dan 340 nanodetik untuk komponen waktu dengan tingkat probabilitas sebesar 95%.
2.2.3 Penentuan Posisi Dengan Global Positioning System Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya oleh perangkat GPS. Secara default posisi atau koordinat memiliki referensi pada global datum yaitu World Geodetic System 1984 atau dikenal dengan WGS’84. Secara garis besar penentuan posisi menggunakan global positioning system dibagi menjadi dua metode yaitu metode absolut (point positioning) dan metode relatif (differential positioning). Metode absolut (point positioning) dalam menentukan posisi hanya berdasarkan pada satu penerima, tingkat ketelitian posisi dalam beberapa meter (ketelitian rendah) umumnya diperlukan untuk navigasi. Metode relatif (differential positioning) dalam menentukan posisi dengan menggunakan lebih dari satu penerima, secara umum GPS ini digunakan untuk keperluan survey geodesi ataupun pemetaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Teknologi Global Positioning System (GPS) memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi sistem informasi geografis. Keakuratan pengukuran GPS semakin teliti dengan berkembangnya teknologi. Data ini dipresentasikan dalam format vektor, pengumpulan data dengan GPS merupakan penggganti pemetaan terestrial konvensional menggunakan theodolit atau sejenisnya. Global Positioning Sysytem (GPS) keterkaitannya dengan sebagai sumber data masukan seperti pada Gambar 2.1, sedangkan data turunanya dapat berupa hasil analisis geografis maupun hasil analisis basis atribut. Sedangkan keluaran dari sistem informasi geografis dapat berupa peta digital hasil cetakan, buku laporan dan data digital.
10
2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik merupakan energi sekunder karena merupakan hasil konversi dari energi listrik primer seperti energi kinetik, energi potensial dan energi panas. Energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi lain yang memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat dikonverikan lagi menjadi bentuk energi lain seperti panas, cahaya, bunyi, dan mekanik. Energi listrik memiliki sifat yang dinamis dibandingkan energi yang lainnya, antara lain : 1. Mudah dibangkitkan. 2. Mudah disalurkan, baik dalam jarak dekat maupun dalam jarak jauh. 3. Mudah diubah menjadi bentuk energi lain. 4. Mudah dinaikkan dan diturunkan tegangannya.
2.3.1 Sistem Distribusi Sistem distribusi adalah suatu sistem jaringan distribusi yang terdiri dari sejumlah peralatan listrik diantaranya peralatan gardu, proteksi, konduktor, isolator, transformator, arester, main distribution panel (MDP) dan orang yang berada didalamnya bekerja mendistribusikan energi listrik dari gardu induk ke konsumen. Gambar 2.5 menunjukkan diagram alur single line sistem distribusi listrik.
Gambar 2.5 Diagram alur single line distribusi listrik Bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari gardu induk distribusi, jaringan tegangan menengah (jaringan primer), gardu distribusi (trafo distribusi) dan jaringan tegangan rendah (jaringan sekunder). Gardu induk
11
distribusi memiliki fungsi salah satunya menurunkan tegangan tinggi (transmisi) menjadi tegangan menengah (distribusi). Jaringan primer (jaringan tegangan menengah) adalah jaringan yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari gardu induk distribusi ke transformator distribusi. Jaringan tegangan menengah memiliki tegangan hantar sebesar 20 kV. Gardu distribusi (trafo distribusi) memiliki fungsi mengubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan konsumen dan disebut jaringan distribusi sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas area pelayanan beban. Jaringan sekunder (jaringan tegangan rendah) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen, besar tegangan untuk jaringan distribusi ini sebesar 220 V.
2.3.2 Standar Konstruksi Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem tegangan menengah sebagai jaringan utama adalah upaya menghindarkan rugi-rugi (losses). Dengan kwalitas persyaratan tegangan menengah yang harus dipenuhi oleh PT.PLN (persero) selaku pemegang kuasa usaha utama sebagaimana diatur dalam UU tentang ketenaga listrikan N0.30 tahun 2009. Ditetapkannya standar tegangan menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, dengan standar konstruksi jaringan tegangan menengah (JTM) memenuhi kriteria termasuk didalamnya jarak aman minimal antar fasa dan antar fasa ke tanah. Konstruksi jaringan tegangan menengah (JTM) dapat dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut : 1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini banyak digunakan untuk konsumen tegangan menengah di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi ataupun beton. Penggunaan penghantar telanjang perlu mendapat perhatian karena terkait dengan faktor keselamatan, seperti jarak aman minimum pada 12
tegangan 20 kV antar fasa atau dengan bangunan, tanaman dan juga dengan
jangkauan
manusia.
Termasuk
dalam
kelompok
yang
diklasifikasikan SUTM adalah penghantar yang digunakan memiliki jenis isolasi setengah AAAC-S (half insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman. Ditunjukkan pada Gambar 2.6 saluran udara tegangan menengah (SUTM) di Indonesia.
Gambar 2.6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) sama dengan SUTM, merupakan saluran udara dengan penghantar yang lebih aman dan serta dapat meningkatkan kehandalan penyaluran listrik. Penghantar pada SKUTM mempunyai konstruksi isolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap fasa tidak perlu dilindungi dengan pelindung mekanis. Akan tetapi pada SKUTM berat penghantar menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnya. 3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) Konstruksi Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) adalah konstruksi yang aman dan handal dibandingkan dengan dua konstruksi sebelumnya. Akan tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran dengan daya yang sama, pada rentang biaya yang dibutuhkan konstruksi tanam
13
langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau terowongan beton (tunneling). Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi konstruksi diantaranya tetap dijadikan perhatian. (Arismunandar 2004) (PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali, 2011) 2.3.3 Sistem Penghantar Dan Konstruksi Jaringan Sistem penghantar merupakan benda yang mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik baik berupa zat padat, cair dan gas. Dengan kata lain penghantar memiliki sifat konduktif yang biasanya disebut konduktor. Adapun jenis penghantar secara umum yang digunakan pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) yaitu penghantar tidak berisolator dan penghantar dengan isolator. Penghantar non isolator antara lain AAAC, BCC, AAC dan ACSR. Sedangkan penghantar dengan isolator (twisted cable) antara lain NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X dan NFA2XSEY-T. Konstruksi jaringan distribusi merupakan pembangunan jaringan secara menyeluruh dari beberapa rangkaian unit yang diatur sedemikian rupa untuk menunjang kualitas dan kuantitas distribusi tenaga listrik. Jenis-jenis konstruksi jaringan dalam sistem tegangan listrik tegangan menengah dan tegangan rendah. 1. Konstruksi tegangan menengah a. Konstruksi TM-1 Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin dan tidak memakai guy wire. Gambar 2.7 menunjukkan konstruksi TM-1.
Gambar 2.7 Konstruksi TM-1 14
b. Konstruksi TM-2 Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut 150°-170°, menggunakan double traves dan double isolator. Konstruksi TM-2 termasuk tiang sudut yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik dimana tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Gambar 2.8 menunjukkan konstruksi TM-2.
Gambar 2.8 Konstruksi TM-2 c. Konstruksi TM-3 Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus mempunyai double traves, isolator yang digunakan berjumlah 6 dengan jenis suspension insulator dan tiga buah isolator berjenis pin isolator. Gambar 2.9 menunjukkan konstruksi TM-3.
Gambar 2.9 Konstruksi TM-3
15
d. Konstruksi TM-4 Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir, mempunyai double traves dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan memakai treck schoor. Gambar 2.10 menunjukkan konstruksi TM-4.
Gambar 2.10 Konstruksi TM-4 2. Konstruksi tegangan rendah a. Konstruksi TR-1 (J5-T) Konstruksi J5-T merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angel assembly sebagai pengganti tiang sangga atau tiang tumpu. Gambar 2.11 menunjukkan konstruksi J5-T.
Gambar 2.11 Konstruksi J5-T b. Konstruksi TR-2 (J7-T) Konstruksi J7-T merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angel assembly (penggantung tiang belokan). Tiang jenis ini termasuk tiang sudut, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya 16
tarikan kawat horizontal. Gambar 2.12 menunjukkan konstruksi J7T.
Gambar 2.12 Konstruksi J7-T c. Konstruksi TR-3 (J6-T) Konstruksi J6-T merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan
lengkap
dengan
plastic
strap.
.
Gambar
2.13
menunjukkan konstruksi J6-T.
Gambar 2.13 Konstruksi J6-T
2.3.4 Perencanaan Jaringan Distribusi Dalam melakukan perencanaan pada jaringan distribusi listrik terdapat beberapa tahapan proses antara lain : 1. Survei, stacking dan penentuan tinggi tiang. 2. Penentuan jenis dan ukuran tiang konstruksinya. 3. Penentuan isolator. 4. Pemilihan penghantar dan penentuan jarak antar kawat. 5. Penentuan penghantar yang ekonomis.
17
6. Penentuan andongan, span rolling dan clearance. 7. Pemilihan transformator. Selain memperhatikan tahapan diatas, hal lain yang perlu diperhatikan dalam perencanaan jaringan distribusi adalah pemilihan rute atau jalur distribusi. Dalam pemilihan jalur distribusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Rute jaringan distribusi baru tidak boleh mengganggu jaringan eksiting (untuk meminimalkan pemadaman jaringan eksiting). 2. Memperhatikan jarak bebas bila terdapat jalur jaringan telekomunikasi. 3. Penempatan tiang diperhatikan terhadap kemungkinan pelebaran jalan dimasa mendatang, terhadap pipa gas dan sebagainya. 4. Pada daerah dengan jalan lebar serta lingkungan yang padat harus mempertimbangkan pembuatan jaringan distribusi kedua sisi jalan untuk menghindari sambungan rumah yang terlalu panjang.
2.3.5 Gangguan Pada Sistem Distribusi Listrik Dan Penanggulangannya Salah satu faktor yang mempengaruhi kehandalan sistem adalah masalah gangguan, baik gangguan yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan dalam sirkuit listrik sehingga menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya. Beberapa macam gangguan yang terjadi pada sistem distribusi listrik antara lain gangguan internal, gangguan eksternal dan gangguan karena faktor manusia. 1. Gangguan internal Gangguan internal yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem tersebut, contohnya adanya gangguan hubung singkat akibat kegagalan isolator bekerja, kerusakan pada alat dan kerusakan pada pembangkit. 2. Gangguan eksternal Gangguan eksternal yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor alam atau diluar sistem distribusi, contohnya terputusnya saluran distribusi yang disebabkan karena pohon roboh, layang-layang yang menyangkut pada kabel saluran distribusi dan sambaran petir yang mengakibatkan tegangan transien masuk pada sistem secara tiba-tiba.
18
3. Gangguan karena faktor kelalaian manusia Gangguan karena faktor manusia yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan
atau
kelalaian
operator,
ketidaktelitian
dan
tidak
mengindahkan peraturan pengamanan diri. Dengan adanya gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor tersebut maka akan menyebabkan beban lebih pada sistem, hubung singkat, tegangan lebih dan hilangnya sumber tenaga listrik. 1. Beban lebih pada sistem terjadi disebabkan karena arus gangguan masuk ke dalam sistem dan mengakibatkan sistem menjadi tidak normal jika terus berlangsung maka akan membahayakan peralatan sistem distribusi. .(Saaty 2008) 2. Hubung singkat menyebabkan gangguan yang bersifat temporer maupun bersifat permanen, gangguan permanen terjadi pada hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ke tanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung singkat antar phasa ke tanah. Sedangkan gangguan temporer terjadi karena flashover antar penghantar ke tanah, antar penghantar dan tiang dan kawat tanah. 3. Tegangan lebih yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban karena gangguan AVR, tegangan transien surja petir dan surja hubung.
2.4 Analisis Tegangan Jatuh (drop voltage) Analisis tegangan jatuh (drop volatge) merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Drop voltage pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya tegangan jatuh dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijakan PT.PLN (persero), standar tegangan jatuh diatur dalam SPLN No.72 Tahun 1987 yaitu tegangan jatuh yang diperbolehkan pada JTM dan JTR adalah 2% dari tegangan kerja untuk sistem gugus (spindel) dan 5% dari tegangan kerja untuk sistem radial diatas tanah dan sistem simpul tergantung kepadatan beban. Perhitungan tegangan jatuh pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada
19
sistem jaringan khususnya sistem tegangan menengah masalah induktansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti. Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Didalam saluran distribusi persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan operasi maupun dalam perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap titik saluran. Pemilihan penghantar (luas penampang) untuk tegangan menengah harus menjadi perhatian, besarnya tegangan jatuh pada saluran distribusi diukur pada titik yang paling jauh (ujung). Pada Gambar 2.14 merepresentasikan saluran satu fasa, bila menggunakan variabel dimensi yang digunakan mewakili saluran tiga fasa seimbang . Jika variabel per unit yang digunakan R + jX mewakili total impedansi dari saluran atau transformator. R
X
Zsal
RL ZL
AC
I
VL
XL
Gambar 2.14 Diagram saluran distribusi tenaga listrik Keterangan : Vs = Tegangan sumber (Volt)
RL = Resistansi beban (Ω)
VL = Tegangan sisi penerima (Volt)
XL = Reaktansi beban (Ω)
R = Reaktansi saluran (Ω)
I = Arus beban (A)
X = Reaktansi saluran (Ω)
Cosɸ = Faktor daya beban
Zsal= Impedansi saluran (Ω)
ΔV = Tegangan jatuh (Volt)
ZL = Impedansi beban (Ω) Impedansi masing – masing bagian diuraikan sebagai berikut : 𝒁 = 𝑹 + 𝒋𝑿/𝑲𝒎
(2.1)
Dari rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.14 diperoleh : 𝑽𝒔
𝑰 = (𝒁𝒔𝒂𝒍+𝒁
𝑳)
𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔 = 𝑰. 𝒁𝒔𝒂𝒍 + 𝑰. 𝒁𝑳 20
(2.2)
Dimana VL = I.ZL merupakan tegangan jatuh (voltage drop) sepanjang ZL atau tegangan beban dan I.Zsal adalah tegangan jatuh sepanjang Zsal atau ΔV. Penurunan persamaan tegangan jatuh (voltage drop) dapat ditentukan dari Gambar 2.15 diagram fasor transmisi daya listrik. Vs
θ
R + jXL = impedansi saluran
XI
δ
VR
θ
RI
Gambar 2.15 Diagram vektor pada tegangan saluran distribusi Pada Gambar 2.15 persamaan tegangan yang mendasari diagram vektor tersebut adalah sebagai berikut : 𝑽𝒔 = 𝑽𝒓 + 𝑰. 𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜽 + 𝑰. 𝑿 𝒔𝒊𝒏 𝜽
(2.3)
Karena faktor (I.R cos θ + I.X sin θ) pada Gambar 2.15 sama dengan I.Z, maka persamaan matematikanya : 𝑽𝒔 = 𝑽𝑳 + 𝑰. 𝒁 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔 − 𝑽𝑳 = 𝑰. 𝒁
(2.4)
Sehingga ΔV = I.Z, ∆𝑽 = 𝑰. (𝑹 𝐜𝐨𝐬 𝜽 + 𝑿 𝒔𝒊𝒏𝜽)
(2.5)
Maka untuk saluran distribusi primer, perhitungan besar drop tegangan pada saluran distribusi primer untuk sistem tiga fasa adalah sebagai berikut, ∆𝑽 =
𝟑 𝒙 𝑰 𝒙 (𝑹. 𝒄𝒐𝒔𝜽 + 𝑿. 𝒔𝒊𝒏𝜽)
(2.6)
Besar presentase tegangan jatuh (voltage drop) pada saluran distribusi primer dapat dihitung dengan persamaan matematika sebagai berikut, %∆𝑽 =
∆𝑽 𝑽𝑳𝑳
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
(2.7)
Dimana : Vs
= Tegangan sumber (Volt)
VLL
VL
= Tegangan sekunder (Volt)
Cosθ = Faktor daya
R
= Resistansi saluran (Ω)
ΔV
X
= Reaktansi saluran (Ω)
%ΔV = Persentase ΔV
I
= Arus beban (I)
21
= Tegangan fasa-fasa
= Tegangan jatuh (V)
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. Analytic Hierarchy Process (AHP) menggabungkan penilaian-penilaian dan nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Metode ini dapat digunakan dalam menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagian serta menjadikan variabel dalam suatu tingkatan hirarki. Masalah yang kompleks terdiri dari lebih dari satu masalah, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambilan keputusan dan data yang tersedia tidak tepat. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif terhadap persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Dengan cara memecahkan persoalan dan menata bagian atau variabel kedalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik dengan pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Analytical Hierarchy Process (AHP) sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
22
2.5.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Menurut Kadarsyah dan Ali Ramdhani ada beberapa langkah yang dilakukan untuk metode Analytical Hierarchy Process (AHP), antara lain : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini melakukan kajian untuk penentuan permasalahan yang terjadi dan menentukan solusi terhadap permasalahan secara detail dan mudah dipahami. 2. Membuat struktur hierarki yang di awali dengan tujuan utama. Pembuatan struktur hierarki dilakukan setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas selanjutnya akan disusun level hirarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria dan sub kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan dan menentukan alternatif tersebut. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan sebagai kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka 1 sampai dengan 9, angka tersebut menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya diperkenalkan oleh Saaty, ditunjukkan pada Tabel 2.1 dengan penjelasan sebagai berikut :
(Gbanie and Tengbe 2013)(Laboratorium Perencanaan 2009)
23
Tabel 2.1 Skala perbandingan bobot kriteria Intensitas
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya (equal)
3
Elemen A sedikit lebih esensial dari elemen B (moderate)
5
Elemen A lebih esensial dari elemen B (strong)
7
Elemen A jelas lebih esensial dari elemen B (very strong)
9
Elemen A mutlak lebih esensial dari elemen B (very strong)
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara dua perimbangan yang berdekatan
Intensitas kepentingan (1) Kedua elemen sama pentingnya, dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar. (3) Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya, pengalaman
dan
penilaian
sedikit
mendukung
satu
elemen
dibandingkan elemen lainnya. (5) Elemen yang satu lebih penting dari pada yang lainnya, pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. (7) Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya, satu elemen yang kuat disokong dan dominan. (9) Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya, bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain dan memiliki tingkat penegasan tertinggi yang menguatkan. (2),(4),(6),(8) merupakan nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. 6. Mengulangi langkah nomor 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Eigen vektor merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang 24
bersangkutanuntuk memperoleh normalisasi matriks dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapat rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hierarki. Penilaian dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi, konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Rasio yang diharapkan kurang atau sama dengan 10% (CR≤0,1).
2.5.2 Prinsip dasar dan aksioma Analytical Hierarchy Process (AHP) Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP yaitu dekomposisi, perbandingan penilaian (comparative judgments) dan sintesa prioritas. Secara garis besar dalam AHP terdapat 3 prinsip dasar yang terdiri atas : 1) Dekomposisi masalah Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan yang telah ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional. Dengan kata lain, sutu tujuan yang utuh, dipecahkan (dekomposisi) kedalam unsur penyusunnya. Sehingga apabila digambarkan kedalam bentuk bagan hierarki seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. .
Gambar 2.16 Bagan hierarki dekomposisi sederhana
25
Hirarki utama (hirarki I) adalah tujuan (goal) yang akan dicapai atau penyelesaian persoalah atau masalah yang dikaji. Hirarki kedua (hirarki II) adalah kriteria harus dipenuhi oleh semua alternatif (penyelesaian) agar layak untuk menjadi pilihan yang paling ideal, hirarki III adalah alternatif atau pilihan penyelesaian masalah. Penetapan hierarki adalah sesuatu yang sangat relatif dan sangat bergantung dari persoalan yang dihadapi. Pada kasus-kasus yang lebih komplek, dekomposisi yang lebih detail. Adapun dekomposisi dalam kasus yang komplek ditunjukkan pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Bagan hierarki dekomposisi komplek 2) Perbandingan penilaian atau pertimbangan (comparative judgments) Apabila proses dekomposisi telah selesai dan hirarki telah tersusun dengan baik.
Selanjutnya
dilakukan
penilaian
perbandingan
berpasangan
(pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. 3) Sintesa prioritas Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level diatasnya dan menambahkan ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau disebut dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk pembobotan prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai kriterianya.
26
Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan atas 3 aksioma utama, yaitu : 1) Aksioma Resiprokal Aksioma resiprokal mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah f kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/f kali lebih penting dari A. 2) Aksioma Homogenitas Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat. 3) Aksioma Ketergantungan Aksioma ketergantungan (dependence) berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy). 4) Aksioma Ekspektasi Aksioma ekspektasi berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
2.5.3 Penyusunan Prioritas Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki hams diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihakpihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan. Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, Ai sampai An.
27
Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 dibawah ini. Tabel 2.2 Tabel perbandingan berpasangan C
A1
A2
...
An
A1
A11
A12
...
A1n
A2
A21
A22
...
A2n
...
...
...
...
An
An1
An2
An3
Ann
Nilai a11, aww, ... ann adalah nilai perbandingan elemen baris A1 terhadap kolom A1 yang menyatakan hubungan : 1. Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C dibandingkan dengan kolom A1. 2. Seberapa jauh dominasi baris A1 terhadap kolom A1 3. Seberapa banyak sifat kriteria (C) terdapat pada baris A1 dibandingkan dengan kolom A1. Dalam
pengambilan
suatu
keputusan
hal
menjadi
pertimbangan
berdasarkan penilaian, persepsi ataupun memperkirakan peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level hierarki. Tabel 2.3 menunjukkan tabel matrik berpasangan pada satu level hierarki. Tabel 2.3 Matriks Pair-Wise Comparison D
E
F
G
D
1
3
7
9
E
1/3
1
1/4
1/8
F
1/7
4
1
5
G
1/9
8
1/5
1
1. Baris 1 kolom 2 menjelaskan D dibandingkan E, maka D sedikit lebih penting atau cukup penting dari pada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan berarti bahwa D tiga kali lebih besar dari E, tetapi D moderat importance dibandingkan dengan E,sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3. 28
2. Baris 1 kolom 3 menjelaskan D dibandingkan dengan F, maka D sangat penting dari pada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan berarti bahwa D tujuh kali lebih besar dari F, tetapi D very strong importance dari pada F dengan nilai judgementse besar 7. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7. 3. Baris 1 kolom 4 menjelaskan D dibandingkan dengan G mutlak lebih penting dari pada G dengan nilai 9. D extreme importance dari pada G dengan nilai judgement sebesar 9. Pada baris 4 kolom 1 diisi dengan 1/9.
2.5.4 Eigen Value dan Eigen Vektor Apabila pembuat keputusan dalam hal ini para pakar (decision maker) sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria, kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Untuk mengetahui eigen value dan eigen vector maka akan dijelaskan definisi mengenai matriks dan vector. 1. Matriks Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks, variabel) yang terdiri dari baris dan kolom dan di susun persegi panjang. Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n kolom maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. 2. Vektor dari n dimensi Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut bans, clan kin ke kanan (disebut vector bans atau Row Vektor dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom dan atas ke bawah (disebut vector kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vector dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan R'.
29
3. Prioritas, Eigen Value dan Eigen Vektor Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m x n maka, nilai total matriks dalam masing-masing kolom di bandingkan dengan nilai matriks dan di jumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dari matriks hasil perhitungan tersebut di jumlahkan. Untuk mementukan nilai prioritas adalah dengan membandingkan nilai total baris dalam matrik tersebut dengan nilai total dari kolom hasil perhitungan tersebut. Nilai eigen value di dapatkan dari total jumlah dari perkalian nilai prioritas dalam matrik dibandingkan dengan nilai prioritas tersebut. Nilai eigen value merupakan total dari nilai egin dibagi dengan ordo matriks atau n.
2.5.5 Uji Konsistensi Indek Dan Rasio Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Model AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus mambandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa harus berfikir apakah persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Penentuan konsistensi dari matriks berdasarkan atas eigen value maximum, yang di dapatkan menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut :
𝑪𝑰 = Dimana : CI
𝝀𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎−𝒏 𝒏−𝟏
(2.8)
= Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi
λmax= Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n n
= Ordo matriks
Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pair wise comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu
30
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Rasio konsistensi dapat dirumuskan dengan persamaan 2.9 sebagai berikut :
𝑪𝑹 =
𝑪𝑰
(2.9)
𝑹𝑰
Dimana : CR = Rasio konsistensi RI = Indek random Nilai random indek didapatkan berdasarkan Tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.4 Random Indek (RI) N RI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,48
Jika matriks perbandingan berpasangan (pair-wise comparison) dengan nilai CR lebih kecil dari 0,10 maka ketidak konsistenan pendapat pengambil keputusan masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang.
2.6 Penelitian Terdahulu Suatu penelitian merupakan hasil implementasi ataupun pengembangan dari penelitian sebelumnya yang bersifat komparatif, eksperimen baru ataupun research development. Penelitian ini mengacu kepada beberapa sumber penelitian sebelumnya, sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah ataupun menyimpan data yang bersifat keruangan (spasial). Ada beberapa acuan yang menjadi dasar penelitian ini antara lain, 1. The Evaluation Of Solar Farm Locations Applying Geographic Information System and Multi-Criteria Decision-Making Method
Case Study In
Southern Morocco(Tahri, Hakdaoui, and Maanan 2015). Jurnal ini membahas tentang merancang dan menentukan lokasi yang tepat yang digunakan sebagai referensi pembangkit listrik sel surya (solar cell). Studi kasus terletak di wilayah selatan Maroko dan bertujuan untuk dihubungkan ke jaringan listrik nasional negara itu . Empat kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan penentuan keputusan antara lain lokasi, orography, penggunaan lahan dan iklim. Menggunakan pengolahan citra LANDSAT OLI 8 thermal band sebagai pengamatan citra.
31
2. Pembuatan Dan Analisa Sistem Informasi Geografis Distribusi Jaringan Listrik (Studi Kasus: Surabaya Industrial Estate Rungkut di Surabaya) (Lilik and Bangun M 2003). Jurnal ini membahas sistem informasi geografis yang mengolah database dengan variabel daya, arus serta besar resistansi pada jaringan listrik di area Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Manfaat lain dari SIG bagi penelitian ini memberikan kemudahan dalam proses analisis gangguan serta pencarian lokasi gangguan sehingga dapat meningkatkan pelayanan. Pada penelitian ini menggunakan data yang berasal dari PLN serta data dari BAKOSURTANAL. Data yang digunakan yaitu peta rupa bumi 1:25.000(BAKOSURTANAL) dikompilasi dengan foto udara dan data lapangan yang berupa data tentang titik-titik koordinat, data jumlah KWh, daya, nomor pelanggan, serta tipe pelanggan, alamat pelanggan. Pada penelitian ini juga menganalisis tegangan jatuh jaringan distribusi listrik. 3. Use Of Analytical Hierarchy Process (AHP) For Selecting The Best Design Concept (Ariff and Salit 2008). Jurnal ini membahas tentang metode analisis hirarki proses yang digunakan untuk memutuskan desain kursi roda terbaik berdasarkan beberapa kriteria dan kebutuhan pengguna. Beberapa variabel dalam menentukan kriteria antara
lain
kehandalannya,
harga,
kenyamanan,
ergonomi
dan
perawatannya. 4. Sistem Informasi Geografis Pendataan Dan Pengarsipan Aset PT. PLN (persero) Distribusi JATENG dan D.I.Y (Afandi 2014) Jurnal ini membahas tentang system informasi geografis yang di implementasikan pada PT.PLN (persero) JATENG dan D.I.Y yang bertujuan untuk pengembangan perusahaan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan pendataan aset PT.PLN berdasarkan georeference dan lahan yang dibebaskan.
32
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian Sistem Informasi Geografis Proses pemetaan jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol menggunakan sistem informasi geografis, mempunyai beberapa tahapan penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 diagram alir penelitian dibawah ini.
Mengidentifikasi data administratif PT.PLN Area Pelayanan Jaringan Situbondo
Pendataan jaringan SUTM, SUTR, Kabel TM, Kabel TR, Tiang gardu yang ada (existing) di kecamatan Sempol
Digitasi jaringan SUTM, SUTR, Tiang gardu, Data pengguna listrik (existing) pada skala peta RBI 1 : 250.000 Pengukuran GPS menggunakan Garmin Etrex 10 dengan ketelitian 5 meter untuk perencanaan letak tiang SUTM
Pengolahan layer (overlay) pada skala 1 : 250.000 (Peta RBI, GPS, Tutupan Lahan dan Jaringan Listrik)
Menganalisa hasil pemetaan menggunakan sistem informasi geografis pada jaringan distribusi listrik
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir pemetaan jaringan distribusi listrik Sempol
33
3.1.1 Identifikasi Data Administratif PT.PLN (persero) APJ Situbondo Identifikasi data administratif yaitu proses mengidentifikasi data administratif pelayanan jaringan listrik yang terdapat di PLN APJ Situbondo. Identifikasi data administratif meliputi batas kabupaten, batas kecamatan, peralatan distribusi listrik dan instalasi jaringan listrik di kecamatan Sempol.
3.1.2 Data Peralatan Jaringan Distribusi Listrik Pendataan distribusi jaringan listrik berdasarkan saluran dan tegangannya digolongkan menjadi SUTM (20kV) dan SUTR (100–1000 volt). Penelitian ini mencakup wilayah distribusi area pelayanan dan jaringan Situbondo dan Bondowoso, tepatnya di Krepean, Mlaten dan Jampit kecamatan Sempol. Kecamatan Sempol merupakan salah satu daerah jaringan distribusi PLN APJ Situbondo, perencanaan jaringan instalasi jaringan listrik baru dibutuhkan karena di kawasan tersebut pada saat ini terdapat aktifitas eksplorasi panas bumi.
3.1.3 Digitasi Jaringan Distribusi Listrik Data yang diperoleh dari identifikasi administratif APJ PLN tentang distribusi jaringan listrik dan data dari hasil peta digital akan dikelola menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Data distribusi jaringan listrik dan data penelusuran GPS tentang perencanaan tiang nantinya di tumpang susunkan dalam tahap pengolahan dengan peta wilayah Sempol. Adapun tahap pengolahan data distribusi jaringan listrik menggunakan sistem informasi geografis ditunjukkan pada Gambar 3.2. Peta RBI Skala 1 : 250.000 Kabupaten Situbondo dan Bondowoso
Data Spasial Digital
Data SUTM,SUTR,Trafo dan Pengguna (existing)
Pengolahan Data (Overlay)
Pengukuran letak tiang menggunakan GPS
Peta digital skala 1 : 250.000
Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data (overlay) jaringan distribusi listrik 34
3.2 Teknik Analisis Data Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Metode AHP merupakan teknik yang paling tepat digunakan untuk aplikasi dan evaluasi kegiatan yang didominasi oleh kualitatif faktor. Teknik ini dapat di karakteristikan sebagai teknik pengambilan keputusan yang dapat dikombinasikan dengan faktor kualitatif maupun kuantitatif pada keseluruhan evaluasi alternatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode brainstroming guna menentukan kriteria berdasarkan faktor yang mempengaruhi peningkatan jaringan distribusi listrik dan menentukan alternatif yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan. Tahap awal brainstroming dapat disimpulkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi gangguan pada distribusi listrik antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor kelalaian. Pada tahap akhir brainstroming dapat dilanjutkan dengan pembuatan kuesioner, ditujukan pada ahli atau pakar dengan kondisi populasinya homogen. Pada penelitian ini responden berjumlah 10 orang yang bersifat dua arah dengan jabatan yang sama (mutually exclusive). Pada Gambar 3.3 menunjukkan diagram alir penggunaan metode Analytical Hierarchy Process dalam memberikan evaluasi penanggulangan gangguan distribusi listrik di kecamatan Sempol.
Menentukan kriteria gangguan
Menentukan sub kriteria gangguan dari kriteria
Membuat diagram AHP
Menentukan alternatif untuk mencapai tujuan
Menentukan prioritas dari hasil kuesioner
Input data
Pengujian nilai konsistensi
Penentuan prioritas lokal
Penentuan prioritas global
Hasil penelitian
Gambar 3.3 Proses pengolahan data dengan teknik Analytical Hierarchy Process
35
3.3 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) Proses analisis tegangan jatuh pada gardu LD195, LD196 dan LD197 pada jaringan distribusi listrik Sempol mempunyai beberapa tahapan penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 dibawah ini. Mulai
Studi Literatur Pengambilan Data : 1. kVA Trafo Penyulang Jangkar 2. Panjang Saluran, Faktor Daya 3. kVA Trafo Saat Beban Puncak
Analisis Tegangan Jatuh
Tidak
Tegangan Jatuh ≤ 5%
Perbaikan
Ya Kesimpulan Selesai
Gambar 3.4 Diagram alir analisis tegangan jatuh (Drop Voltage) Analisis tegangan jatuh di gardu LD195, LD196 dan LD197 menggunakan metode kuantitatif dengan beberapa tahap antara lain studi literatur, pengambilan data, analisis, koreksi tegangan jatuh dalam toleransi dan kesimpulan. Pada tahap pengambilan data, data yang digunakan berasal dari PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Timur APJ Situbondo berupa alat ukur tranformator (gardu distribusi) yang terdapat di penyulang Jangkar pada gardu induk Situbondo. Pada tahap analisis dan koreksi tegangan jatuh dilakukan perhitungan berdasarkan persamaan matematis (2.6) dan (2.7), selanjutnya dibandingkan dengan nilai standar SPLN No.72 tahun 1987. Apabila nilai melebihi standar yang ditetapkan maka dilakukan perbaikan guna mengatasi adanya tegangan jatuh, salah satunya dengan mengganti tipe penghantar dan analisis terhadap letak gardu transformator. 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data penelitian terdiri dari data GPS, peta RBI skala 1:250.000, data peralatan jaringan distribusi listrik meliputi tiang SUTM, tiang SUTR, tiang gardu distribusi dan data pengguna listrik di kecamatan Sempol. Evaluasi penanggulangan gangguan dengan pendekatan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process berdasarkan data kuesioner ahli. Pengisian kuesioner dilakukan ahli kelistrikan (mutually exclusice) dengan rincian 10 responden meliputi asisten manajer, supervisor teknisi divisi jaringan proteksi dan divisi evaluasi perencanaan. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan antara lain sebagai berikut : 1. Pemetaan meliputi jaringan distribusi listrik yang ada dan perencanaan jaringan distribusi listrik baru di kecamatan Sempol. 2. Analisis tegangan jatuh (drop voltage) pada saluran distribusi listrik dari gardu induk sampai gardu distribusi Jampit kecamatan Sempol. 3. Analisis pengambilan keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process terhadap evaluasi penanggulangan gangguan listrik di kecamatan Sempol.
4.1 Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik APJ Situbondo Pada penelitian ini pemetaan dilakukan dengan dua tahap antara lain pemetaan pada jaringan distribusi listrik yang ada (eksisting) dan pemetaan penambahan jaringan baru di sekitar kawasan eksplorasi panas bumi Blawan. Pemetaan dilakukan menggunakan software ArcGIS dan GPS, data yang akan diproses antara lain peta RBI kabupaten Situbondo dan Bondowoso dan data peralatan distribusi listrik. Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menentukan titik-titik tiang dan jalur distribusi baru, selanjutnya data GPS di konversikan ke dalam ArcGIS untuk di overlay dengan peta RBI. Pemetaan dimulai dari gardu induk (GI) Situbondo, hingga tiga gardu distribusi akhir pada
37
kecamatan Sempol yaitu Krepean, Mlaten dan Jampit. Sedangkan data peralatan distribusi meliputi data tiang tegangan menengah (TM), data tiang jaringan tegangan rendah (TR), data kabel tegangan menengah, data kabel tegangan rendah, data pelanggan, tegangan, panjang hantaran dan kapasitas transformator. Pada penelitian ini pemetaan dibagi kedalam dua tahap, tahap pertama pemetaan terhadap jaringan distribusi listrik tegangan menengah dan tegangan rendah pengguna listrik yang ada (eksisting). Tahap kedua dilakukan pemetaan letak jaringan distribusi listrik baru. Beberapa analisis mengenai tahapan pemetaan akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap pertama Proses digitasi dimulai dari gardu induk Situbondo hingga saluran tegangan menengah (SUTM) dan gardu distribusi di kecamatan Sempol. Pada proses digitasi peta menggunakan peta RBI dengan skala 1 : 250.000 yang bersumber dari PT.PLN (persero) APJ Situbondo. Saluran tegangan menengah memiliki spesifikasi tegangan 20kV dengan tinggi tiang 12 meter, saluran tegangan menengah ini melintasi beberapa wilayah administratif kabupaten Situbondo dan Bondowoso. Jalur saluran udara tegangan menengah ditandai dengan garis berwarna merah, sedangkan gardu induk ditandai dengan segilima berwarna biru dan gardu distribusi di kecamatan Sempol ditandai dengan kotak merah. Berdasarkan data pengukuran riil dan hasil data pengukuran melalui ArcGIS diketahui panjang saluran distribusi dari gardu induk Situbondo hingga gardu distribusi akhir sebesar 67,65 Kms. Gambar 4.1 menunjukkan pemetaan distribusi tegangan menengah dari gardu induk Situbondo hingga gardu induk akhir di kecamatan Sempol. Selain pemetaan tegangan menengah (TM) pada tahap pertama juga dilakukan pemetaan terhadap jaringan tegangan rendah (TR) dan pengguna listrik di kecamatan Sempol. Pemetaan pengguna listrik berdasarkan gardu distribusi yang terletak di Krepean, Mlaten dan Jampit. Data atribut pelanggan yang digunakan sebagai informasi antara lain kode gardu, nomor identitas pelanggan, jenis tarif pelanggan dan daya yang digunakan. Data atribut pengguna ditunjukkan pada halaman lampiran. 38
Gambar 4.1 Pemetaan saluran tegangan menengah (TM) dan gardu distribusi
39
Pemetaan pada jalur tegangan rendah (TR) dan pengguna listrik berdasarkan gardu distribusi yaitu Krepean, Mlaten dan Jampit ditunjukkan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 berturut-turut sebagai berikut.
Gambar 4.2 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean
40
Gambar 4.3 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Mlaten
41
Gambar 4.4 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Jampit
42
Dari pemetaan pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean, Mlaten dan Jampit dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pemetaan jaringan distribusi listrik pada masingmasing gardu distribusi diketahui menggunakan topologi sistem jaringan radial. Secara umum sistem ini banyak digunakan di daerah pedesaan, sistem yang paling sederhana dan murah. Kelebihan dari sistem ini antara lain lebih murah biaya investasinya dan lebih sederhana pengendalian sistemnya. Sedangkan kekurangan dari sistem ini bila mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain tidak akan teraliri listrik. 2. Pengguna listrik sebagian besar adalah rumah tangga dengan daya 900 VA sampai dengan daya 1300 VA. Saluran tegangan rendah pada saluran pengguna listrik memiliki spesifikasi tegangan 1 phasa 220V dengan tinggi tiang 9 meter terdiri dari 3 kabel fasa dan 1 kabel netral tipe twisted cable. Sedangkan pada jaringan SUTM tiang distribusi memiliki tinggi 12 meter, dengan kabel penghantar mengunakan tipe AAAC-S (half insulated single core). 3. Saluran udara tegangan menengah berakhir pada gardu distribusi Jampit, dengan panjang saluran sebesar 67,65 Kms. Jumlah total pelanggan listrik dari ketiga gardu distribusi sebanyak 300 pelanggan. 2. Tahap kedua Pada tahap kedua pengolahan sistem informasi geografis dengan menggabungkan data peta RBI tutupan dan hasil pengukuran di lapangan menggunakan GPS. Proses pengukuran menggunakan GPS dimulai dari jaringan tegangan menengah (TM) terdekat, pengukuran GPS bertujuan untuk menentukan titik-titik tiang SUTM dengan mempertimbangkan lokasi atau akses dekat jalan, tidak adanya pepohonan yang tinggi, efisiensi waktu dan biaya. Pengukuran GPS dilakukan pada jaringan tegangan menengah terdekat yaitu Krepean dan berakhir di titik pengeboran panas bumi Blawan. Pada pemetaan tahap kedua juga akan memetakan lokasi pengeboran panas bumi blawan, lokasi wisata dan kawasan tutupan lahan di kabupaten Situbondo dan Bondowoso.
43
Pemetaan tahap kedua meliputi pemetaan tutupan lahan yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan pemetaan penambahan jaringan SUTM 20 kV dari Krepean hingga sampai kawah wurung, Blawan.
Gambar 4.5 Peta tutupan lahan di kabupaten Situbondo dan Bondowoso 44
Gambar 4.6 Peta perencanaan tiang SUTM 20 kV kawah wurung, Blawan
45
Dari pemetaan tutupan lahan dan perencanaan penambahan jaringan SUTM di kawasan kawah wurung, Blawan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pemetaan jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol terhadap tutupan lahan yang ada, diketahui bahwa saluran distribusi listrik dari gardu induk hingga gardu distribusi Jampit melalui kawasan perkebunan dan agrikultur ladang. Vegetasi tumbuhan di wilayah kecamatan Sempol terdiri dari berbagai macam antara lain pohon pinus, mahoni, sengon, jati dan untuk perkebunannya didominasi tanaman kopi. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan peta jaringan distribusi dan data trip gangguan di PLN APJ Situbondo, wilayah kecamatan Sempol rentan mengalami pemadaman yang disebabkan gangguan pada saluran distribusi. 2. Perencanaan penambahan jaringan SUTM baru memiliki panjang saluran distribusi sebesar 5 km dari titik sambung di Krepean. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tools ArcGIS, melalui ArcGIS penambahan data atribut dilakukan dengan menyisipkan lokasi pengeboran panas bumi, jalur distribusi listrik, jalan utama dan lokasi rest area kawah wurung.
4.2 Analisis Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Pada penelitian ini dilakukan analisis tegangan jatuh pada sistem distribusi gardu induk hingga ke saluran ujung, yaitu dari gardu induk hingga tiga gardu distribusi akhir. Penyulang Jangkar mendapat tegangan kirim yang terbaca pada kubikel sebesar 20,3 kV yang kemudian diturunkan menjadi tegangan 380/220 volt, penurunan tegangan menggunakan trafo distribusi. Guna mensuplai kebutuhan daya listrik di kecamatan Sempol, gardu distribusi yang di analisis antara lain gardu distribusi Krepean, Mlaten dan Jampit. Adapun data tiga data transformator distribusi ujung untuk daerah Sempol ditunjukkan pada Tabel 4.1.
46
Tabel 4.1 Data transformator distribusi ujung wilayah Sempol No
1 2 3
Kode Gardu
Lokasi Merek
LD195 LD196 LD197
Krepean Mlaten Jampit
Starlite Starlite Starlite
Data Trafo Kapasitas Daya (kVA) 1 Fasa 3 Fasa 100 100 100
Sumber : PLN APJ Situbondo, 2016 Panjang saluran menjadi salah satu faktor dalam analisis voltage drop, semakin panjang saluran distribusi semakin besar pula nilai tegangan jatuhnya pada suatu sistem distribusi listrik. Pada penelitian ini diketahui panjang saluran dari gardu induk menuju tiga gardu distribusi ujung ditunjukkan pada Tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Data panjang dan jenis penghantar gardu distribusi No 1 2 3 4
Dari
Menuju
Gardu Induk Tiang pertama Krepean Mlaten
Jenis XLPE AAACS AAACS AAACS
Tiang pertama Krepean Mlaten Jampit
Data Penghantar Diameter (mm2) Jarak (km) 150 0,3 150 61,5 150 4,1 150 2
Sumber : PLN APJ Situbondo, 2015 Perhitungan arus pada sisi primer trafo distribusi pada kondisi beban puncak diperlukan sebagai analisis awal tegangan jatuh, adapun persamaan matematis arus primer trafo sebagai berikut. Pada transformator 3 fasa
𝑆=
Pada transformator 1 fasa
𝑆 = 𝑉𝐿𝑁 × 𝐼
Keterangan
3 × 𝑉𝐿𝐿 × 𝐼
:S
= daya terpakai transformator (kVA)
VLL
= tegangan line ke line (kV)
VLN
= tegangan fasa ke netral (kV)
I
(4.1) (4.2)
= arus beban (A)
Dengan demikian untuk menghitung arus beban transformator dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : Pada arus beban trafo 3 fasa
𝐼=
47
𝑆 3 × 𝑉𝐿𝐿
(4.3)
Pada arus beban trafo 1 fasa Keterangan
𝐼=
𝑆 𝑉𝐿𝑁
:S
= daya terpakai transformator (kVA)
VLL
= tegangan line ke line (kV)
VLN
= tegangan fasa ke netral (kV)
I
= arus beban (A)
(4.4)
Dengan menggunakan persamaan untuk perhitungan arus 3 fasa, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Arus beban (I) gardu distribusi LD195 𝐼=
75,2 𝑘𝑉𝐴 3 × 20,3𝑘𝑉
𝐼 = 2,13 𝐴 2. Arus beban (I) gardu distribusi LD196 𝐼=
59,8 𝑘𝑉𝐴 3 × 20,3 𝑘𝑉
𝐼 = 1,7 𝐴 3. Arus beban (I) gardu distribusi LD197 𝐼=
80,4 𝑘𝑉𝐴 3 × 20,3 𝑘𝑉
𝐼 = 2,28 𝐴 Tabel 4.3 Arus beban puncak setiap gardu distribusi No 1 2 3
Kode Gardu LD 195 LD 196 LD 197
Kapasitas 3 fasa 100 kVA 100 kVA 100 kVA
Data Trafo Distribusi Beban Puncak Persentase Daya (kVA) 75,2 % 75,2 59,8 % 59,8 80,4 % 80,4
Arus (A) 2,13 1,7 2,28
Selanjutnya untuk menganalisis nilai tegangan jatuh pada suatu sistem distribusi, diperlukan data impedansi penghantar. Data impedansi penghantar ini diperoleh dari SPLN 64 Tahun 1985, dengan data yang digunakan berdasarkan jenis penghantar pada jaringan distribusi yaitu AAACS dan XLPE. Nilai impedansi ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
48
Tabel 4.4 Impedansi penghantar (TM) XLPE Alluminium Penampang (mm2)
R (Ω/km)
L (mH/km)
C (mF/km)
150 240 300
0,206 0,125 0,100
0,33 0,31 0,30
0,26 0,31 0,34
Impedansi urutan positif (Ω/km) 0,206 + j0,104 0,125 + j0,097 0,100 + j0,094
Impedansi urutan nol (Ω/km) 0,356 + j0,312 0,275 + j0,029 0,250 + j0,282
Sumber : SPLN 64, 1985 Tabel 4.5 Impedansi penghantar (TM) jenis AAAC Penampang (mm2) 16 25 35 50 70 95 120 150 185 240
Jari-jari (mm2) 2,2563 2,8203 3,3371 3,9886 4,7193 5,4979 6,1791 6,9084 7,6722 8,7386
Urat 7 7 7 7 7 19 19 19 19 19
GMR (mm) 1,6380 2,0475 2,4227 2,8957 3,4262 4,1674 4,6837 5,2365 5,8155 6,6238
Impedansi urutan positif (Ω/km) 2,0161 + j0,4036 1,2903 + j0,3895 0,9217 + j0,3790 0,6452 + j0,3678 0,4608 + j0,3572 0,3096 + j0,3449 0,2688 + j0,3376 0,2162 + j0,3305 0,1744 + j0,3239 0,1344 + j0,3158
Impedansi urutan nol (Ω/km) 2,1641 + j1,6911 1,4384 + j1,6770 1,0697 + j1,6665 0,7932 + j1,6553 0,6088 + j1,6447 0,4876 + j1,6324 0,4168 + j1,6324 0,3631 + j1,6180 0,3224 + j1,6114 0,2824 + j1,6034
Sumber : SPLN 64, 1985 Merujuk pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 diketahui tipe penghantar XLPE aluminium yang digunakan pada saluran gardu induk ke tiang pertama dengan luas penampang 150 mm2 dan tipe penghantar tegangan menengah dari tiang pertama hingga ke gardu distribusi menggunakan AAAC dengan luas penampang 150 mm2. Tegangan jatuh (voltage drop) merupakan selisih antara tegangan kirim dengan tegangan pada sisi penerima, perhitungan tegangan jatuh berdasarkan data pengukuran yang dianalisis dari titik sumber sampai titik beban sesuai panjang penghantar. Pada penelitian ini dilakukan analisis drop voltage dari gardu induk ke tiang pertama, tiang pertama ke LD195, LD195 ke LD196 dan LD196 ke LD197. Adapun analisisnya berdasarkan persamaan matematika (2.6) dan (2.7) sebagai berikut,
49
1. Drop Voltage di tiang awal (ΔV) Diketahui : I
: 80,2 A
Cosɸ : 0,9 Sinɸ : 0,35
Maka
Z
: 0,206 + j0,104 Ω/km
L
: 0,3 km
:
∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 3 × 𝐼 × (𝑅. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋. 𝑠𝑖𝑛𝜑 × 𝐿) ∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 3 × 80,2 × (0,072) ∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 10,015 𝑉 %∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 =
∆𝑉
%∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 =
10,015
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 0,049 % 𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝑉𝐿𝐿 − ∆𝑉 𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 20300 − 10,015 = 20289,985 𝑉 2. Drop Voltage di gardu LD195 (ΔV) Diketahui : I
: 4,1 A
Cosɸ : 0,9 Sinɸ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 61,5 km
:
∆𝑉𝐿𝐷 195 = ∆𝑉𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 + ∆𝑉𝐿𝐷 195 = 10,015 +
3 × 𝐼 × ((𝑅. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋. 𝑠𝑖𝑛𝜑) × 𝐿)
3 × 4,1 × (19,080)
∆𝑉𝐿𝐷 195 = 145,509 𝑉 %∆𝑉𝐿𝐷 195 =
∆𝑉
%∆𝑉𝐿𝐷 195 =
145,509
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%∆𝑉𝐿𝐷 195 = 0,716 % 𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − ∆𝑉 𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 145,509 = 20154,491 𝑉 50
3. Drop Voltage di gardu LD196 (ΔV) Diketahui : I
: 3,9 A
Cosɸ : 0,9 Sinɸ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 4,1 km
:
∆𝑉𝐿𝐷 196 = ∆𝑉𝐿𝐷 195 +
3 × 𝐼 × ((𝑅. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋. 𝑠𝑖𝑛𝜑) × 𝐿)
∆𝑉𝐿𝐷 196 = 145,509 +
3 × 3,9 × (1,27204)
∆𝑉𝐿𝐷 195 = 154,10 𝑉 %∆𝑉𝐿𝐷 195 =
∆𝑉
%∆𝑉𝐿𝐷 195 =
154,10
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%∆𝑉𝐿𝐷 195 = 0,759 % 𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − ∆𝑉 𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 154,10 = 20145,9 𝑉 4. Drop Voltage di gardu LD197 (ΔV) Diketahui : I
: 3,5 A
Cosɸ : 0,9 Sinɸ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 2 km
:
∆𝑉𝐿𝐷 197 = ∆𝑉𝐿𝐷 196 + ∆𝑉𝐿𝐷 197 = 154,10 +
3 × 𝐼 × ((𝑅. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑋. 𝑠𝑖𝑛𝜑) × 𝐿) 3 × 2 × (0,62051)
∆𝑉𝐿𝐷 195 = 156,24 𝑉 %∆𝑉𝐿𝐷 195 =
∆𝑉
%∆𝑉𝐿𝐷 195 =
156,24
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%∆𝑉𝐿𝐷 195 = 0,769 % 𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − ∆𝑉 𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 156,24 = 20143,76 𝑉
51
Dari perhitungan diketahui besar drop voltage saluran dari gardu induk ke tiang pertama memiliki nilai tegangan jatuh 10,015 volt prosentase dari tegangan awal yaitu 0,049% dengan panjang saluran 300 m. Pada perhitungan selanjutnya dari tiang pertama hingga gardu LD195 Krepean dengan panjang saluran 61,5 km diketahui nilai tegangan jatuh sebesar 145,5 volt dengan prosentase dari tegangan awal sebesar 0,716%. Pada gardu LD196 Mlaten dengan panjang saluran dari LD195 sepanjang 4,1 km, dari perhitungan diketahui besar nilai tegangan jatuh di gardu LD196 yaitu 154,1 volt dengan prosentasi dari tegangan awal sebesar 0,75%. Nilai prosentase drop voltage terbesar terletak pada gardu LD197 yaitu 0,76% dari tegangan awal 20,3 kV, gardu ini terletak di Jampit dengan panjang saluran dari gardu LD196 yaitu 2 km. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dianalisis bahwa terjadinya drop voltage pada penyulang Jangkar antara lain dipengaruhi oleh faktor panjang saluran distribusi dan beban pada saluran. Semakin panjang saluran distribusi dan semakin besar bebannya maka nilai tegangan jatuhnya juga semakin besar pada penyulang. Penurunan tegangan yang terjadi pada penyulang Jangkar sebesar 0,769% dari tegangan sumber 20,3 kV, penurunan tegangan masih dibawah batas standar dari yang diperbolehkan yaitu 5%. Sehingga untuk kedepan perencanaan penambahan jaringan baru ataupun penambahan beban masih dapat dilakukan pada jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol.
4.3 Evaluasi Penanggulangan Gangguan Menggunakan AHP Penelitian ini membahas tentang implementasi pengambilan keputusan dalam menanggulangi gangguan distribusi listrik menggunakan pendekatan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Gangguan pada jaringan distribusi listrik dipengaruhi tiga faktor antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor kelalaian manusia. Faktor internal disebabkan gangguan hubung singkat, tegangan lebih dan pemilihan jaringan yang tidak tepat. Pada faktor eksternal disebabkan oleh sentuhan kabel dengan pohon, surja petir dan andongan kendor. Pada faktor kelalaian manusia antara lain disebabkan karena kesalahan pemasangan, mengabaikan alat perlindungan diri dan efisiensi waktu dalam bekerja. Langkah pertama dalam melakukan pendekatan menggunakan metode 52
AHP yaitu dengan membuat hierarki tentang tujuan utama, selanjutnya menentukan kriteria, sub kriteria dan alternatif yang menjadi dasar dilakukannya tujuan utama. Evaluasi penanggulangan gangguan pada distribusi listrik di kecamtan Sempol menjadi tujuan utama, selanjutnya berdasarkan gangguan distribusi listrik yang mendasari dapat ditentukan kriteria yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor kelalaian manusia. Sedangkan pada sub kriteria ditentukan berdasarkan faktor penyebab gangguan, kemudian dalam menentukan alternatif keputusan berdasarkan program penyelesaian gangguan pada distribusi listrik di Sempol. Adapun diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan pada distribusi listrik di kecamatan Sempol ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Evaluasi Penanggulangan Gangguan Pada Distribusi Listrik Sempol
Faktor Internal
Tujuan Utama
Faktor Ekternal
Faktor Kelalaian Manusia
Hubung Singkat
Sentuhan Pohon
Kesalahan Pemasangan
Kesalahan jaringan
Bencana Alam (banjir,longsor)
Mengabaikan APD
Tegangan Lebih
Andongan Kendor
Peralatan Tidak Sesuai SOP
Kriteria
Sub kriteria
Perawatan dan Pengontrolan
Diklat SDM
Pemasangan Relay Proteksi
Alternatif
Gambar 4.7 Diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan listrik (Pandi 2010)(Hong, Koo, and Park 2014)
53
Setelah dilakukan penyusunan hirarki seperti pada Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sub kriteria dari beberapa kriteria tersebut dapat didekati oleh 3 buah alternatif perbaikan, yaitu : 1. Perawatan dan pengontrolan Pada hakekatnya perawatan dan pengontrolan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan suatu sistem atau peralatan distribusi listrik berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman dari gangguan. Perawatan dan pengontrolan jaringan distribusi listrik merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efisien, salah satu contoh upaya perawatan dan pengontrolan di lapangan yaitu rabas-rabas guna menghindari sentuhan pohon dengan kabel. 2. Diklat sumber daya manusia (SDM) Pengembangan program pelatihan, training maupun pendidikan singkat perlu di tingkatkan guna membangun pola pikir dan pengetahuan teknisi yang bertugas di lapangan. Sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecelakaan yang dilakukan petugas dilapangan dalam bertugas. 3. Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi merupakan bagian perlindungan atau isolasi pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama sistem isolasi ini yaitu melokalisir dan membatasi pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya gangguan pada sistem tenaga listrik.
4.3.1 Matrik berpasangan (pairwise comparison) Langkah kedua dalam melakukan pendekatan menggunakan metode AHP yaitu membentuk matrik berpasangan (pairwise comparison), untuk mendapatkan matrik berpasangan dengan cara melakukan penilaian perbandingan dari kriteria dan sub kriteria berdasarkan diagram hirarki. Dengan menggunakan nilai skala perbandingan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 terdiri dari angka 1 sampai 9 digunakan untuk membandingkan atribut – atribut kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan. Pada Tabel 4.6 menunjukkan hasil matrik berpasangan pada kriteria, matrik berpasangan berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh pakar (expert choice) terdiri dari asisten manajer, supervisor area dan teknisi. 54
Tabel 4.6 Matrik berpasangan perbandingan untuk kriteria Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
Faktor Internal
1/1
3
4
Faktor Eksternal
1/3
1/1
2
Faktor Kelalaian
1/4
1/2
1/1
∑
1,58
4,5
7
Kriteria Ganguan
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.6 selanjutnya dilakukan perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Eigen vektor ternormalisasi ∑ baris
Faktor
Faktor
Faktor
Internal
Eksternal
Kelalaian
Faktor Internal
0,63
0,67
0,57
1,87
0,62
Faktor Eksternal
0,21
0,22
0,29
0,72
0,24
Faktor Kelalaian
0,16
0,11
0,14
0,41
0,14
Kriteria Gangguan
Eigen Vektor
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian bersifat
konsisten
terhadap
perbandingan
kriteria
gangguan.
Dengan
menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui nilai eigen maksimum sebagai berikut : 1. Eigen value maksimum (λ maks) 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1,58 𝑥 0,62 + 4,5 𝑥 0,24 + 7 𝑥 0,14 = 3,025 2. Consistency index value (CI) 𝐶𝐼 =
(𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛) 3,025 − 3 = = 0,013 𝑛−1 3−1
3. Consistency ratio (CR) 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 0,013 = = 0,02 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛 𝐶𝑅 ≤ 0,1 𝑅𝐼 0,58
Dari hasil perhitungan Table 4.7 berdasarkan nilai eigen, faktor internal merupakan kriteria gangguan dengan prioritas yang tinggi menyebabkan gangguan distribusi listrik dengan nilai 0,62 atau 62% kemudian faktor eksternal memiliki nilai 0,24 atau 24% dan faktor kelalaian memiliki nilai 0,14 atau 14%.
55
Selanjutnya juga dilakukan penentuan nilai eigen terhadap sub kriteria gangguan, ditunjukkan pada Tabel 4.8, Tabel 4.10 dan Tabel 4.12 matrik berpasangan sub kriteria dan penentuan prioritas yang mempengaruhi gangguan. Tabel 4.8 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor internal Hubung Singkat
Kesalahan Jaringan
Tegangan Lebih
Hubung Singkat
1/1
4
5
Kesalahan jaringan
1/4
1/1
3
Tegangan Lebih
1/5
1/3
1/1
∑
1,45
5,33
9
Sub Kriteria Faktor Internal
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.8 selanjutnya dilakukan perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Eigen vektor ternormalisasi ∑ baris
Sub Kriteria
Hubung
Kesalahan
Tegangan
Eigen
Faktor Internal
Singkat
Jaringan
Lebih
Hubung Singkat
0,69
0,75
0,56
2,00
0,67
Kesalahan Jaringan
0,17
0,19
0,33
0,92
0,23
Tegangan Lebih
0,13
0,06
0,11
0,32
0,10
Vektor
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor internal. Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui nilai eigen maksimum sebagai berikut : 1. Eigen value maksimum (λ maks) 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1,45 𝑥 0,67 + 5,33 𝑥 0,23 + 9 𝑥 0,10 = 3,1314 2. Consistency index value (CI) 𝐶𝐼 =
(𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛) 3,1314 − 3 = = 0,06 𝑛−1 3−1
3. Consistency ratio (CR) 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 𝑅𝐼
=
0,06 0,58
= 0,1
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛 𝐶𝑅 ≤ 0,1
56
Dari hasil perhitungan Tabel 4.9 berdasarkan nilai eigen, hubung singkat merupakan gangguan internal dengan prioritas tinggi dengan nilai 0,67 atau 67% kemudian kesalahan jaringan memiliki nilai 0,23 atau 23% dan tegangan lebih memiliki nilai 0,10 atau 10%. Tabel 4.10 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor eksternal Sentuhan Pohon
Bencana
Andongan Kendor
Sentuhan Pohon
1/1
2
3
Bencana
1/2
1/1
1
Andongan Kendor
1/3
1/1
1/1
∑
1,83
4
5
Sub Kriteria Faktor Eksternal
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.10 selanjutnya dilakukan perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Eigen vektor ternormalisasi Sub Kriteria
Sentuhan
Faktor Eksternal
Pohon
Bencana
Andongan
∑ baris
Kendor
Eigen Vektor
Sentuhan Pohon
0,55
0,5
0,60
1,65
0,55
Bencana
0,27
0,25
0,20
0,72
0,24
Andongan Kendor
0,18
0,25
0,20
0,63
0,21
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor eksternal. Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui nilai eigen maksimum sebagai berikut : 1. Eigen value maksimum (λ maks) 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1,83 𝑥 0,55 + 4 𝑥 0,24 + 5 𝑥 0,21 = 3,0222 2. Consistency index value (CI) 𝐶𝐼 =
(𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛) 3,022 − 3 = = 0,011 𝑛−1 3−1
57
3. Consistency ratio (CR) 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 0,011 = = 0,01 𝑅𝐼 0,58
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛 𝐶𝑅 ≤ 0,1
Dari hasil perhitungan Table 4.11 berdasarkan nilai eigen, sentuhan pohon dengan kabel merupakan gangguan eksternal dengan nilai 0,55 atau 55% kemudian terjadi bencana pada jalur distribusi listrik memiliki nilai 0,24 atau 24% dan andongan kendor memiliki nilai 0,21 atau 21%. Tabel 4.12 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor kelalaian Sub Kriteria
Kesalahan
Mengabaikan
Peralatan Tidak
Faktor Kelalaian
Pemasangan
APD
Sesuai SOP
Kesalahan Pemasangan
1/1
1
2
Mengabaikan APD
1/1
1/1
1
Peralatan Tidak Sesuai SOP
1/2
1/1
1/1
∑
2,5
3
4
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.12 selanjutnya dilakukan perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Eigen vektor ternormalisasi Sub Kriteria
Kesalahan
Mengabaikan
Peralatan
∑
Eigen
Faktor Kelalaian
Pemasangan
APD
Tidak SOP
baris
Vektor
Kesalahan Pasang
0,40
0,33
0,5
1,23
0,41
Mengabaikan APD
0,40
0,33
0,25
0,98
0,33
Peralatan Tidak SOP
0,20
0,33
0,25
0,78
0,26
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor kelalaian. Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui nilai eigen maksimum sebagai berikut : 1. Eigen value maksimum (λ maks) 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2,5 𝑥 0,41 + 3 𝑥 0,33 + 4 𝑥 0,26 = 3,056
58
2. Consistency index value (CI) 𝐶𝐼 =
(𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛) 3,056 − 3 = = 0,0278 𝑛−1 3−1
3. Consistency ratio (CR) 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 0,028 = = 0,04 𝑅𝐼 0,58
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛 𝐶𝑅 ≤ 0,1
Dari hasil perhitungan Table 4.13 berdasarkan nilai eigen, kesalahan pemasangan merupakan sub kriteria faktor kelalaian dengan prioritas nilai 0,41 atau 41% kemudian mengabaikan alat pelindung diri (APD) memiliki nilai 0,33 atau 33% dan peralatan tidak sesuai SOP memiliki nilai 0,26 atau 26%.
4.3.2 Perhitungan Prioritas Global Pengukuran nilai prioritas global diperoleh dari perhitungan antara kriteria dengan nilai prioritas pada matrik yang terletak paling bawah dari suatu hirarki. Tabel 4.14 menunjukkan nilai prioritas global dari kriteria dan sub kriteria gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik. Tabel 4.14 Prioritas global kriteria dan sub kriteria Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
0,62
0,24
0,14
Hubung singkat
0,67
0
0
0,4154
Kesalahan jaringan
0,23
0
0
0,1426
Tegangan lebih
0,10
0
0
0,0620
Sentuhan pohon
0
0,55
0
0,1320
Bencana
0
0,24
0
0,0576
Andongan kendor
0
0,21
0
0,0504
Kesalahan pasang
0
0
0,41
0,0574
Mengabaikan APD
0
0
0,33
0,0462
Peralatan tidak SOP
0
0
0,26
0,0364
Prioritas Global
Nilai
Nilai prioritas merupakan hasil perkalian nilai eigen vektor kriteria dengan eigen vektor sub kriteria. Berdasarkan nilai prioritas global, gangguan akibat adanya hubung singkat memiliki nilai prioritas terbesar yaitu 0,4154. Sedangkan nilai prioritas terkecil yaitu 0,0364 karena standarisasi peralatan yang sudah laik.
59
4.3.3 Matrik Alternatif Dari perhitungan yang telah dilakukan maka pemilihan alternatif yang tepat menjadi prioritas guna menanggulangi gangguan pada jaringan distribusi listrik di Sempol. Untuk mendapatkan nilai matrik pada kolom perawatan dan kontrol, diklat SDM dan pemasangan relay proteksi maka dibuat bentuk matrik berpasangan sub kriteria gangguan (matrik berpasangan ditunjukkan pada lampiran).
Tabel
4.15
menunjukkan
prioritas
alternatif
global
dalam
menanggulangi gangguan pada jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol. Tabel 4.15 Prioritas alternatif Sub Kriteria
Nilai
Perawatan
Diklat
Pasang Relay
Gangguan
Prioritas
dan Kontrol
SDM
Proteksi
PK
DIK
RP
Hubung singkat
0,4154
0,557
0,320
0,122
0,231
0,133
0,051
Kesalahan jaringan
0,1426
0,647
0,229
0,122
0,092
0,033
0,017
Tegangan lebih
0,0620
0,411
0,327
0,261
0,025
0,020
0,016
Sentuhan pohon
0,1320
0,632
0,192
0,174
0,083
0,025
0,023
Bencana
0,0576
0,524
0,333
0,141
0,030
0,019
0,008
Andongan kendor
0,0504
0,643
0,282
0,073
0,032
0,014
0,004
Kesalahan pasang
0,0574
0,511
0,360
0,127
0,029
0,021
0,007
Mengabaikan APD
0,0462
0,632
0,192
0,174
0,029
0,009
0,008
Peralatan tidak SOP
0,0364
0,655
0,186
0,157
0,024
0,007
0,006
0,58
0,28
0,14
∑ Alternatif global
Perhitungan
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.15 diketahui bahwa keputusan alternatif yang menjadi prioritas untuk menanggulangi gangguan pada jaringan distribusi listrik di Sempol adalah melakukan perawatan dan pengontrolan jaringan distribusi listrik secara berkala dengan nilai prioritas 58% selanjutnya melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (teknisi lapangan) guna mencegah gangguan akibat faktor kelalaian dengan nilai prioritas 28% dan melakukan penambahan pemasangan relay proteksi guna melokalisir gangguan dengan nilai prioritas sebesar 14%.
60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tentang pemetaan jaringan distribusi listrik Sempol menggunakan sistem informasi geografis dan evaluasi penanggulangan gangguan berdasarkan Analytical Hierarchy Process (AHP), maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan software ArcGIS sebagai pengolah data sistem informasi geografis (SIG) pada jaringan distribusi listrik di Sempol, maka menghasilkan peta dengan sisipan informasi (atribut) tentang jalur kabel SUTM, jalur kabel SUTR, pengguna listrik, gardu distribusi dan letak perencanaan jalur kabel SUTM baru di Blawan, kecamatan Sempol. 2. Evaluasi dengan menggunakan pendekatan metode analytical hierarchy process (AHP) diketahui bahwa faktor internal mendominasi gangguan pada sistem distribusi di kecamatan Sempol dengan nilai prosentase 62% dibandingkan dengan faktor eksternal dengan nilai prosentase 24% dan faktor kelalaian nilai prosentase 14%. Gangguan akibat hubung singkat memiliki nilai prioritas paling besar dibandingkan gangguan lainnya. Keputusan alternatif untuk menanggulangi gangguan tersebut yaitu dengan melakukan perawatan dan pengontrolan pada jalur distribusi dengan nilai prioritas sebesar 58%, alternatif kedua melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap teknisi dengan nilai prioritas sebesar 28% dan alternatif ketiga penambahan pemasangan relay proteksi dengan nilai prioritas sebesar 14%. 3. Nilai tegangan jatuh dari gardu induk hingga ke tiang gardu distribusi LD197 sebesar 0,769% hal tersebut dipengaruhi oleh panjangnya saluran distribusi yaitu 67,65 Kms. Nilai tegangan jatuh masih berada dibawah nilai standar yang diperbolehkan yakni 5% pada jaringan tegangan menengah (JTM).
61
5.2 Saran Berdasarkan metode penelitian, hasil dan pembahasan tentang pemetaan jaringan distribusi listrik Sempol menggunakan sistem informasi geografis dan evaluasi penanggulangan gangguan berdasarkan Analytical Hierarchy Process, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan hasil penelitian antara lain : 1. Pemetaan objek penelitian dapat diperluas, ada beberapa desa yang tidak dapat dijangkau pada penelitian ini, karena alasan faktor efisiensi waktu dan medan yang sulit. 2. Dalam metode pengambilan keputusan tidak hanya menggunakan satu metode saja, melainkan dilakukan pembandingan dengan metode pengambilan keputusan lainnya. 3. Pemetaan menggunakan sistem informasi geografis dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai indikator bila terjadi gangguan secara nyata (real time) dengan menunjukkan koordinat gangguan dan upaya penanganannya.
(PT. PLN (Persero) 1987)
62
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. 2014. “Sistem Informasi Geografis Pendataan Dan Pengarsipan Aset PT.PLN (Persero) Distribusi JATENG Dan D.I.Y.” Prosiding SNATIF 1: 401–10. Ariff, H, and M.S Salit. 2008. “Use Of Analytical Hierarchy Process (AHP) For Selecting The Best Design Concept.” Jurnal Teknologi 49: 1–18. Arismunandar, A. 2004. Teknik Tenaga Listrik. 7th ed. Jakarta: PT.Pradnya Paramita. Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective.
Geocarto
International.
Vol.
4.
doi:10.1080/10106048909354237. Atici, K., A.B. Simsek, and A. Ulucan. 2015. “A GIS-Based Multiple Criteria Decision Analysis Approach For Wind Power Plant Site Selection.” Utilities Policy 37. Elsevier Ltd: 86–96. doi:10.1016/j.jup.2015.06.001. BPS. 2015. “Statistik Daerah Kecamatan Sempol 2015.” Bondowoso. ESDM JATIM. 2014. Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksisting. Surabaya: Dinas ESDM Jawa Timur. Gbanie, S.P, and P.B Tengbe. 2013. “Modelling Landfill Location Using Geographic Information Systems (GIS) And Multi Criteria Decision Analysis (MCDA): Case Study Bo, Southern Sierra Leone.” Applied Geography 36. Elsevier Ltd: 3–12. doi:10.1016/j.apgeog.2012.06.013. Hong, T., C. Koo, and J. Park. 2014. “A GIS (Geographic Information System) Based Optimization Model For Estimating The Electricity Generation Of The Rooftop PV (Photovoltaic) System.” Energy 65. Elsevier Ltd: 190–99. doi:10.1016/j.energy.2013.11.082. Laboratorium Perencanaan. 2009. Buku Ajar Sistem Informasi Spasial Kehutanan. Makasar: Universitas Hasanuddin. Lilik, Jamilatul, and Bangun M. 2003. “Distribusi Jaringan Listrik Studi Kasus Surabaya Industrial Estate Rungkut Di Surabaya.” Makara Teknologi 7 (1): 33–44.
63
Pandi, Pardian. 2010. “Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Peserta Pelatihan Pepaya Kabupaten Subang.” Universitas Padjadjaran. PT. PLN (Persero). 1987. (SPLN) Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan Menengah Dan Jaringan Tegangan Rendah. Jakarta. PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali. 2011. “GI GITET PT.PLN (Persero).” http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=451. Saaty, Thomas L. 2008. “Decision Making With The Analytic Hierarchy Process.”
International
Journal
of
Services
Sciences
1
(1):
83.
doi:10.1504/IJSSCI.2008.017590. Tahri, Meryem, Mustapha Hakdaoui, and Mohamed Maanan. 2015. “The Evaluation Of Solar Farm Locations Applying Geographic Information System And Multi Criteria Decision Making Methods Case Study In Southern Morocco.” Renewable and Sustainable Energy Reviews 51. Elsevier: 1354–62. doi:10.1016/j.rser.2015.07.054.
64
LAMPIRAN Lampiran 1a. Rekapitulasi Kuesioner Dalam Bentuk Matrik Berpasangan 1. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan hubung singkat Perawatan
Hubung Singkat
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
4
Diklat SDM
1/2
1/1
3
Pemasangan Relay
1/4
1/3
1/1
∑
1,75
3,3
8
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,57
0,6
0,50
1,67
0,557
Diklat SDM
0,29
0,3
0,37
0,96
0,320
Pemasangan Relay
0,14
0,1
0,12
0,37
0,122
Hubung Singkat
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,0234 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0117 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,02 2. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan kesalahan pemilihan jaringan Kesalahan Pemilihan
Perawatan
Jaringan
dan Kontrol
Diklat SDM
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
5
Diklat SDM
1/3
1/1
2
Pemasangan Relay
1/5
1/2
1/1
∑
1,53
4,5
8
65
Kesalahan Pemilihan
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Jaringan
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,65
0,67
0,63
1,94
0,647
Diklat SDM
0,21
0,22
0,25
0,69
0,229
Pemasangan Relay
0,13
0,11
0,13
0,37
0,122
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,0049 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0024 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0042 3. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan tegangan lebih Tegangan Lebih
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
1
2
Diklat SDM
1/1
1/1
1
Pemasangan Relay
1/2
1/1
1/1
∑
2,5
3
4
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,4
0,33
0,5
1,23
0,41
Diklat SDM
0,4
0,33
0,25
0,98
0,33
Pemasangan Relay
0,2
0,33
0,22
0,78
0,26
Tegangan Lebih
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,056 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0278 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,047 4. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan sentuhan pohon Sentuhan Pohon
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
4
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/4
1/1
1/1
∑
1,58
5
6
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,63
0,6
0,67
1,90
0,63
Diklat SDM
0,21
0,2
0,17
0,58
0,19
Pemasangan Relay
0,16
0,2
0,17
0,52
0,17
Sentuhan Pohon
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,012 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0064 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,011 5. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan Bencana Bencana
Perawatan
Diklat SDM
Pemasangan
dan Kontrol
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
3
Diklat SDM
1/2
1/1
3
Pemasangan Relay
1/3
1/3
1/1
∑
1,83
3,3
7
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,54
0,6
0,43
1,57
0,524
Diklat SDM
0,27
0,3
0,43
1,00
0,333
Pemasangan Relay
0,18
0,1
0,14
0,42
0,141
Bencana
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,0653 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,032 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,056 6. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan andongan kendor Andongan Kendor
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
7
Diklat SDM
1/3
1/1
5
Pemasangan Relay
1/7
1/5
1/1
∑
1,47
4,2
13
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,68
0,71
0,54
1,93
0,643
Diklat SDM
0,23
0,24
0,38
0,85
0,282
Pemasangan Relay
0,10
0,05
0,07
0,22
0,073
Andongan Kendor
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,096 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,048 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,083 7. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan kesalahan pasang Kesalahan Pemasangan
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
3
Diklat SDM
1/2
1/1
4
Pemasangan Relay
1/3
1/4
1/1
∑
1,83
3,25
8
Kesalahan
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Pemasangan
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,54
0,61
0,37
1,53
0,511
Diklat SDM
0,27
0,30
0,50
1,08
0,360
Pemasangan Relay
0,18
0,07
0,12
0,38
0,127
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,1323 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,06 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,10 8. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan mengabaikan APD Mengabaikan APD
Perawatan
(alat pelindung diri)
dan Kontrol
Diklat SDM
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
4
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/4
1/1
1/1
∑
1,58
5
6
Mengabaikan APD
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
(alat pelindung diri)
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,63
0,6
0,67
1,90
0,63
Diklat SDM
0,21
0,2
0,17
0,58
0,19
Pemasangan Relay
0,16
0,2
0,17
0,52
0,17
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,012 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0064 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,011 9. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan peralatan tidak sesuai SOP Peralatan Tidak Sesuai
Perawatan
Diklat SDM
SOP
dan Kontrol
Pemasangan Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
5
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/5
1/1
1/1
∑
1,53
5
7
Peralatan Tidak
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Sesuai SOP
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,65
0,6
0,71
1,97
0,655
Diklat SDM
0,22
0,2
0,14
1,56
0,186
Pemasangan Relay
0,13
0,2
0,14
0,47
0,157
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3,0431 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,0215 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 0,037
Lampiran 2b. Data Transformator Distribusi
KODEGI STBDO STBDO STBDO
KODETRAFOG 03 03 03
KODEPENYUL JNGKR JNGKR JNGKR
KODEGARDU LD195 LD196 LD197
NOTIANGTM C06002A07D03C27B06C168B02C385B86 C06002A07D03C27B06C168B02C385B169 C06002A07D03C27B06C168B02C385B206
JENISGARDU DISTRIBUSI 2 TIANG DISTRIBUSI 2 TIANG DISTRIBUSI 2 TIANG
ALAMATGARD Krepean Mlaten Jampit
TRAFOMILIK PLN PLN PLN
JUMLAHTIAN 1 1 2
JUMLAHTRAF 1 1 1
LVPANEL 0 0 0
METERKWH 0 0 0
TAHANANTAN 5 5 5
JURUSAN 2 2 2
JENISPENGA NH NH NH
KAPASITASP 0 0 0
PENGAMANCO 1 1 1
PENGAMANAR 1 1 1
GROUNDARRE 1 1 1
KONFIGURAS 0 0 0
GROUNDTRAF 1 1 1
MEREKTRAFO STARLITE STARLITE STARLITE
MEREKTRA_1
MEREKTRA_2
NOMORSERIT 1500031018 1500031018 1500031018
NOMORSER_1
NOMORSER_2
TAHUNBUATT 2015 2015 2015
Data Transformator Distribusi
KAPASITAST 100 100 100
KAPASITA_1 0 0 0
KAPASITA_2 0 0 0
PHASATRAFO 3 3 3
PHASATRA_1 0 0 0
PHASATRA_2 0 0 0
JUMLAHTAP1 3 3 3
JENISHUBUN Yzn.5 Yzn.5 Yzn.5
JENISHUB_1
JENISHUB_2
STATUSTRAF TERPASANG TERPASANG TERPASANG
PERSENPENG 58,00000000000 58,00000000000 58,00000000000
BLTHNPENGU 122011 122011 122011
TEG_UJUNG 211 V 211 V 211 V
Lampiran 3c. Data Atribut Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) KODEGI STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO
KODETRAFO 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03
KODEPENYUL JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR
KODEHANTAR M103 M103 M103 M103 M202 M202 M202 M202 M201 M201 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103 M103
PANJANGHAN 48 59 57 52 60 53 53 39 59 51 48 49 46 49 56 40 44 54 48 50 71 57
KODETIANG TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM8C TM1 TM5 TM1 TM2 TM1 TM1 TM1 TM1 TM2 TM1 TM2 TM5 TM1 TM1
TINGGI 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
BAHANTIANG BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON
KODEGI STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO
KODETRAFO 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03
KODEPENYUL JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR
KODEHANTAR M103 M103 M103 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M202 M104 M104 M104 M104 M104 M104 M104 M104
PANJANGHAN 58 39 55 60 36 65 58 48 4 44 63 50 42 42 42 39 49 56 43 51 34 41 51
KODETIANG TM10 TM1 TM4 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM2 TM1 TM2 TM1 TM8 TM1 TM2 TM1 TM1 TM10 TM1 TM10 TM1
TINGGI 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
BAHANTIANG BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON
KODEGI STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO
KODETRAFO 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03
KODEPENYUL JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR
NOMOR ID TM C06002A07D03C27B06C168B02C385B57 C06002A07D03C27B06C168B02C385B56 C06002A07D03C27B06C168B02C385B58 C06002A07D03C27B06C168B02C385B59 C06002A07D03C27B06C168B02C385B60 C06002A07D03C27B06C168B02C385B61 C06002A07D03C27B06C168B02C385B62 C06002A07D03C27B06C168B02C385B63 C06002A07D03C27B06C168B02C385B64 C06002A07D03C27B06C168B02C385B65 C06002A07D03C27B06C168B02C385B66 C06002A07D03C27B06C168B02C385B67 C06002A07D03C27B06C168B02C385B68 C06002A07D03C27B06C168B02C385B69 C06002A07D03C27B06C168B02C385B70 C06002A07D03C27B06C168B02C385B71 C06002A07D03C27B06C168B02C385B72 C06002A07D03C27B06C168B02C385B73 C06002A07D03C27B06C168B02C385B74 C06002A07D03C27B06C168B02C385B75 C06002A07D03C27B06C168B02C385B76 C06002A07D03C27B06C168B02C385B77 C06002A07D03C27B06C168B02C385B78 C06002A07D03C27B06C168B02C385B79
KODETIANG TM1 TM2 TM1 TM2 TM10 TM2 TM2 TM10 TM2 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM10 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1
TINGGI 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
BAHAN BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON
KODEGI STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO
KODETRAFO 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03
KODEPENYUL JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR
NOMOR ID TM C06002A07D03C27B06C168B02C385B81 C06002A07D03C27B06C168B02C385B82 C06002A07D03C27B06C168B02C385B85 C06002A07D03C27B06C168B02C385B86 C06002A07D03C27B06C168B02C385B84 C06002A07D03C27B06C168B02C385B83 C06002A07D03C27B06C168B02C385B87 C06002A07D03C27B06C168B02C385B88 C06002A07D03C27B06C168B02C385B89 C06002A07D03C27B06C168B02C385B90 C06002A07D03C27B06C168B02C385B91 C06002A07D03C27B06C168B02C385B92 C06002A07D03C27B06C168B02C385B93 C06002A07D03C27B06C168B02C385B94 C06002A07D03C27B06C168B02C385B95 C06002A07D03C27B06C168B02C385B96 C06002A07D03C27B06C168B02C385B97 C06002A07D03C27B06C168B02C385B98 C06002A07D03C27B06C168B02C385B99 C06002A07D03C27B06C168B02C385B10 C06002A07D03C27B06C168B02C385B10 C06002A07D03C27B06C168B02C385B10 C06002A07D03C27B06C168B02C385B10 C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
KODETIANG TM1 TM5 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM5C TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM1 TM5 TM2 TM10 TM1 TM1 TM2 TM2
TINGGI 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
BAHAN BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON BETON
Lampiran 4d. Data Atribut Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Dan Pelanggan Listrik KODEGI KODETRAFOG STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KODEPENYUL KODEGARDU JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196
NOTIANGTR C00 A00 A01 A02 A02B01 A02B02 A02B03 A02B03C02 A02B03C01 A02B03C02B01 A02B03C03 C01 C02 C03 C04 C02B01 C02B02 C02B03 C02B03C01 C00 A00 A01 A01D02
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG TR7 9 BETON TR7 9 BETON TR1 9 BETON TR2 9 BETON TR1 9 BETON TR1 9 BETON TR2 9 BETON TR6 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON TR1 9 BETON TR6 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR1 9 BETON TR1 9 BETON TR2 9 BETON TR3 9 BETON TR7 9 BETON TR7 9 BETON TR2 9 BETON TR1 9 BETON
KODEGI KODETRAFOG STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KODEPENYUL KODEGARDU JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NOTIANGTR A01D03 A01D03C01 A01D03C02 C01 C02 D01 D02 D03 D00 B00 B01 B02 B03 B04 B05 B06 B07 B08 B09 B10 B09A01 B09C01 B01C02D02 B01C03
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG TR2 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR1 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR7 9 BETON TR7 9 BETON TR6 9 BETON TR5 9 BETON TR1 9 BETON TR1 9 BETON TR5 9 BETON TR5 9 BETON TR1 9 BETON TR1 9 BETON TR4 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON TR6 9 BETON
KODEGI KODETRAFOG STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KODEPENYUL KODEGARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NOTIANGTR B01C01 B01C02 B01C02B01 B01C03B01 B01C02B02 B01C03D01
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG TR1 9 BETON TR4 9 BETON TR1 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON TR3 9 BETON
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195
NO_JTR C02B01 C00 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C03 C03 C03
IDPEL 516520375961 516520375946 516520375953 516520376039 516520376798 516520376573 516520376997 516520377178 516520376707 516520376054 516520376599 516520376486 516520376715 516520377099 516520377137 516520376287 516520376309 516520376876 516520376669 516520376602 516520376628 516520376295 516520376516
NOPEL LD0375966 LD0375947 LD0375956 LD0376031 LD0376795 LD0376577 LD0376994 LD0377170 LD0376708 LD0376050 LD0376596 LD0376487 LD0376718 LD0377099 LD0377131 LD0376288 LD0376301 LD0376876 LD0376667 LD0376609 LD0376629 LD0376298 LD0376519
NAMAPELANG KANTOR AFDELING ASTAN AFDELING RUMDIN MABES(SUKARTO) TK KARTINI 03(SUWIGNYO) RESTADI BUHAN SUM JIPTO SUHARTONO RUMDIN JURTUL KARSONO NITO ACHMAD NOER ERJANTO SAMAN NAWARI HADARI MUANA SUKADI SUHRAWI MUSAHRI MASJID AL-BAROKAH ASKUR DULHANNAN
Daya (VA) 1300 1300 1300 1300 900 900 900 900 900 1300 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195
NO_JTR C03 C03 C03 C03 C03 C03 C03 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C04 C02B02 C02B02 C02B02 C02B02 C02B02
IDPEL 516520376819 516520376827 516520376524 516520376922 516520377111 516520376317 516520376884 516520377008 516520376955 516520376325 516520377160 516520376341 516520376333 516520376892 516520376731 516520376532 516520377073 516520376557 516520376581 516520377129 516520376843 516520376437 516520376971 516520376685
NOPEL LD0376818 LD0376828 LD0376529 LD0376927 LD0377112 LD0376311 LD0376885 LD0377002 LD0376955 LD0376321 LD0377160 LD0376340 LD0376330 LD0376895 LD0376737 LD0376538 LD0377070 LD0376557 LD0376586 LD0377122 LD0376847 LD0376439 LD0376975 LD0376686
NAMAPELANG MAHALLI MUASIN FAJAR SUGIANTO MISNAWI SUMARIYE SUWALI AGUS BUDIONO MISNAN NAWEWI ROHAMIN SAHRIONO MISDARTO SUTIMA MISDAN BALAI DESA JAMPIT ASIS NIHARIYANTO JESNITO MARSUKI SUHAIRI BASRI SURYONO SUTIONO ASNANTO BUDIONO
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195
NO_JTR C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03C01 C02B03C01 C02B03C01 A02B03C03 A02B03C03 A02B03C03 A02B03C03 A02B03C03 A02B03C03 A02B03C03
IDPEL 516520376390 516520376382 516520377081 516520377040 516520376403 516520377152 516520376772 516520376494 516520377032 516520377065 516520376914 516520376411 516520376429 516520376780 516520376508 516520376445 516520376565 516520376801 516520376906 516520376850 516520376989 516520376693 516520376452 516520376756
NOPEL LD0376398 LD0376388 LD0377089 LD0377041 LD0376400 LD0377150 LD0376776 LD0376497 LD0377031 LD0377060 LD0376917 LD0376410 LD0376420 LD0376785 LD0376509 LD0376449 LD0376567 LD0376808 LD0376907 LD0376856 LD0376984 LD0376696 LD0376458 LD0376756
NAMAPELANG AGUS FERDIANTONO NISAM MISYONO DODIK PERMANA MUHATO SAFII HARTONO MOKAWI BUSALI MUATMAN NARSO MISSUN SUWADI JEPPAR ASEM WAWAN EKO SUSANTO SUMARWI MUJI AGENG HARYONO INDRO SARI KUNCORO SUTOMO SUKADI SUDEMO MUISE ATRAWI
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU NO_JTR IDPEL JNGKR LD195 A02B03C03 516520376460 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520377145 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376478 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376764 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376358 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520377016 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376963 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376366 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376610 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376540 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520376677 JNGKR LD195 A02B03C01 516520376644 JNGKR LD195 A02B03C01 516520376835 JNGKR LD195 A02B03C01 516520377057 JNGKR LD195 A02B03C01 516520376930 JNGKR LD195 A02B03C01 516520376374 JNGKR LD196 C02 516520377249 JNGKR LD196 C02 516520377592 JNGKR LD196 C01 516520377448 JNGKR LD196 C01 516520377414 JNGKR LD196 C01 516520377422 JNGKR LD196 C01 516520377584 JNGKR LD196 C01 516520377501 JNGKR LD196 C01 516520377497
NOPEL LD0376468 LD0377141 LD0376478 LD0376766 LD0376359 LD0377012 LD0376965 LD0376369 LD0376619 LD0376548 LD0376677 LD0376648 LD0376837 LD0377050 LD0376936 LD0376379 LD0377240 LD0377596 LD0377449 LD0377410 LD0377420 LD0377586 LD0377509 LD0377497
NAMAPELANG MOAMAN NINTO HALIMA DARSONO SUCIPTO A KANDAL SLAMET SAHRU MORAWI MUHARTO TOHARI MULYADI SUTRISNO SAMSURI SUCIPTO B MUDIN ASIM SUYANTO P.RUM SADIK SURI SUYANTO SUBITO SASMITO THALA'I KIROM
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196
NO_JTR A00 A00 A00 A00 A01 C00 C00 C00 C00 C00 C00 C01 C01 C01 C01 C01 A01D02 A01D02 A01D02 A01D02 A01D03 A01D03 A01D03C01 A01D03C01
IDPEL 516520377256 516520377471 516520377302 516520377406 516520377310 516520377489 516520377519 516520377662 516520377613 516520377369 516520377328 516520377621 516520377550 516520377377 516520377264 516520377272 516520377336 516520377280 516520377385 516520377463 516520377639 516520376651 516520377103 516520376948
NOPEL LD0377259 LD0377478 LD0377301 LD0377400 LD0377311 LD0377487 LD0377519 LD0377667 LD0377619 LD0377369 LD0377321 LD0377629 LD0377557 LD0377379 LD0377269 LD0377279 LD0377330 LD0377288 LD0377388 LD0377468 LD0377638 LD0376657 LD0377102 LD0376946
NAMAPELANG KURNIAWAN JOJON FATIMA MASWI NURIMAN MISDARI RASIDI HASINA TOTOK SUARTO ARIF BAIHAKI MASJID AL-HIDAYAH BUSAMIN ABDULLAH BUSAR NITO SAIFUL BAHRI SUKARTO WARDIANTO SUALIS BUSARI SUPANDONO ASNAMO
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NO_JTR A01D03C01 A01D03C01 A01D03C01 A01D03C01 A01D03C02 A01D03C02 A01D03C02 D01 D01 D01 D01 D01 D01 D01 D01 B01 B01 B01 B01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01
IDPEL 516520377568 516520377543 516520377298 516520377647 516520377527 516520377393 516520377535 516520377861 516520377804 516520377879 516520378042 516520378075 516520377966 516520377759 516520377990 516520375995 516520377767 516520377909 516520377812 516520377820 516520377853 516520378059 516520378034 516520377775
NOPEL LD0377567 LD0377548 LD0377298 LD0377648 LD0377529 LD0377398 LD0377538 LD0377866 LD0377808 LD0377876 LD0378040 LD0378079 LD0377965 LD0377756 LD0377994 LD0375995 LD0377766 LD0377907 LD0377818 LD0377828 LD0377856 LD0378059 LD0378030 LD0377776
NAMAPELANG JUYANI JUHARI ASWARI NIMAN NIDIN NIHAT BAHRI MASJID AT-TAUFIK SATRINO W SUPRAPTO SUDIHARTO ABDUL AZIZ SISWANTO POSYANDU JAMPIT MATDASIN TK KARTINI 04(NIRANTI) PASDI SUNTAWI YUSUP TAYYIPI SYAMSUL ARIFIN RAFII SAMSUL ARIFIN SUJAWI
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NO_JTR B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D02 B01C02D02 B01C02D02 B01C02D02 B01C02B01 B01C02B01 B01C03 B01C03 B01C03 B01C03 B01C03 B01C03 B01C03D01 B01C03D01 B01C03D01 B01C03D01 B01C03D01
IDPEL 516520378000 516520377783 516520377742 516520377791 516520377887 516520377895 516520378105 516520377917 516520377718 516520378067 516520378091 516520378018 516520377838 516520377974 516520378083 516520378113 516520377933 516520377734 516520377941 516520377925 516520377846 516520377958 516520377726 516520377696
NOPEL LD0378001 LD0377785 LD0377747 LD0377795 LD0377885 LD0377895 LD0378101 LD0377917 LD0377718 LD0378069 LD0378098 LD0378011 LD0377837 LD0377975 LD0378088 LD0378111 LD0377936 LD0377737 LD0377946 LD0377927 LD0377847 LD0377955 LD0377728 LD0377696
NAMAPELANG MUKARDI RUKTADI HOSNAN HASIM PRAWIRA DIRJO MARZUKI MATTALI ASRIYADI SUHAENA MURGIYANA SUWAJON ANJAKSONO ESHAQ TOHAWI USTIN PURWASIH ABDUL MALIK MUTAYYIB MULYONO MISKARI PANDI SUPANDI ABDUL LATIF MISJOTO ABDUL MANAF SRIYANTO
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196
NO_JTR B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B04 B05 B05 B06 B06 B09A01 B10 B09C01 A01 A01 A01 A01 C00 C01 C01 A01D02 A01D02
IDPEL 516520377700 516520378026 516520377605 516520377576 516520377430 516520377344 516520377351 516520376013 516520376047 516520376021 516520375987 516520375979 516520376062 516520376005 516520381953 516520381788 516520381140 516520381563 516520381912 516520381165 516520381600 516520381833 516520381435
NOPEL LD0377708 LD0378021 LD0377609 LD0377577 LD0377439 LD0377340 LD0377359 LD0376012 LD0376041 LD0376022 LD0375985 LD0375976 LD0376060 LD0376002 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NAMAPELANG ABDUL HALIM DURAKIP MUNAJI MISKUR SUKARMAN BUDI ARSO MUHAMMAD DAHLAN DIDIK ASRIYANTO AGUS SAPTONO KTR AFDELING M.ILYAS GUEST HOUSE(AGUS S) PONDOK WISATA(SRI HAR) MESS NIRWANA(DALINO) IMAM KUSAIRI SALI HASIM.H MUHAMAD A.FADLI.M MATLAWI MUALIP SAMSURI HARYONO
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD197 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD195 JNGKR LD195
NO_JTR A01D03 A01D03 A01D03C01 A01D03C02 A01D03C02 B04 C04 C04 C04 C04 C02 C02 C02 A01 C00 C01 C01 A01D02 A01D03C01 A01D03C02 D01 B03 C02B01 C02B01
IDPEL 516520381251 516520381199 516520381920 516520381858 516520381173 516520380338 516520380282 516520381874 516520381086 516520380529 516520382390 516520382403 516520382486 516520382532 516520382452 516520382478 516520382445 516520382411 516520382382 516520382183 516520382429 516520382366 516520380537 516520381866
NOPEL 0 0 0 0 0 LD0380334 -
NAMAPELANG M.HANAFI ERNADI JASULI SUPRAPTO AHMAT.S SUHARTONO MADJUMARI BUHARI SUDIANTO SUTIANI/B.RUDI SUCIBTO JAUSIN SUKARTO SAHRIYANTO MISRAN MARHADI SAIFUL B SUWANDI KARYONO MUARA DINARSO MULYADI TARJI SUMITO
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NO_JTR B04 B04 B04 B04 B04 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D01 B01C02D02
IDPEL 516520380379 516520380196 516520380395 516520382358 516520380408 516520380416 516520380225 516520382540 516520380304 516520380274 516520382325 516520381202 516520382460 516520380290 516520380266 516520382516 516520381938 516520381401 516520381904 516520381721 516520381450 516520381825 516520381293 516520381946
NOPEL -
NAMAPELANG CICIK S ELYAS NORAMIN HARIYANTO BUSADIN SUBAIRI/P.KARTINI BUNIYA/B.DUL MISTO SUKRIONO/P.SISIL H.JAILANI EDI SUSANTO SOALI AHMADI JUPRIYADI MU'I SUTIONO/P.DIDIK HERI/P.ARIK P.NURNIMO SUDARSONO/P.HOLIK SAKYAMI/B.NANIK BUDIYANTO/P.LUT SAINULLA/P.DANIL NARMO PURWANTO SAHIR/P.UUM
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NO_JTR B01C02D02 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C02B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03B01 B01C03 B01C03 B01C03 B01C03
IDPEL 516520381380 516520381675 516520381597 516520381157 516520381210 516520381796 516520381427 516520381372 516520381530 516520381817 516520382508 516520381890 516520381626 516520381315 516520381443 516520381882 516520381285 516520382333 516520381398 516520382341 516520381618 516520381589 516520382437 516520381307
NOPEL -
NAMAPELANG HARYONO ASTUTIK/B.UUT AKNAN/P.NAWIR MATAIYE/P.SAINO MURTADI SAKRITO/P.MILI NIDIN/P.CICI SUNALI/P.JONI ROISUL YOYOK/P.WANDA AHMAD Z ALI ASAN BAKRIONO SINAL SUNYOKO SUTO SMOTAIN/P.NORASIH P.SOFI SAMSUL HUDA/P.DIKA WIWIK P/YOYOK AGRITO/P.HENI SUBAIRI/P.IMRON JUMA'ANI/ P.TAUFIK ABDULLAH/P.YOGA
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO STBDO
03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR LD195 JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR JNGKR
LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195 LD195
NO_JTR B01C03D01 B01C03B01 B01C03B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B01 C02B02 C02B02
IDPEL 516520381739 516520381770 516520382494 516520380481 516520380499 516520380503 516520380545 516520380578 516520380552 516520380387 516520381419
NOPEL -
C02B02 C02B02 C02B02 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03 C02B03
516520381492 516520381555 516520381506 516520381323 516520381754 516520380353 516520380209 516520380361 516520380320 516520381277 516520381236 516520381244
-
NAMAPELANG USMAN MITARTI/B.NOVAL SAMAN BUNAIMAN/P.SAHRI MARSITO TAHER/P.EFENDI MAHRIM SUTEJO ADI SUSANTO/P.ALFAN MODIN/NOMADIN SUADI AHMAD NURUL SUDIANTORO B MAT SUNAMI/MUARIP NISAP MISJO MUJAIS/B.FERDI SUNAIYA SUALIS WITO BUSADIN/P.PRAS ASMAD/ASMAT MUHADI JUMANA
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU NO_JTR IDPEL JNGKR LD195 C02B03C01 516520380465 JNGKR LD195 C02B03C01 516520380346 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381747 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381331 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381228 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381667 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381522 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381349 JNGKR LD195 A02B03C03 516520381683 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381269 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381762 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381705 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381713 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381634 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381132 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381571 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381659 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381809 JNGKR LD195 A02B03C02B01 516520381468 JNGKR LD195 A02B03C01 516520381691 JNGKR LD195 A02B03C01 516520381642 JNGKR LD195 C04 516520380258 JNGKR LD196 A00 516520383102 JNGKR LD196 A01D02 516520383064
NOPEL -
NAMAPELANG SUWARNO MUSAHMAN/P.ER SUPAKMO MAD HAMID/SUDAHRI NADI JUNAIDI ANDIKA/P.IKBAL HERMANTO ASIN/ASEN NAWAWI BUSAR ASNIJO PRAPTO JUMADI P.IVAN MUKARSO NIWI BUSIA SUMIYADI JONI MORAHMAN/P.MUSANI JUMA'IN/P.MUYATI M.SALIANTO ABSARI
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KD_GI KD_TRF_GI STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03 STBDO 03
KD_PYLG KD_GARDU JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD196 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197 JNGKR LD197
NO_JTR A01D03 A01D03 A01D03C01 A01D03C01 A01D03C01 A01D03C01 B01 B01 B04 B01C01
IDPEL 516520383023 516520383049 516520382997 516520383098 516520383080 516520383007 516520382989 516520383031 516520383056 516520383015
NOPEL -
NAMAPELANG SUNTAWI BUSADIN K ERNAWATI MURAWI SALEH B. SUMITO SUDARPO MISDUHA TARJI AGUS WAHYU R
Daya (VA) 900 900 900 900 900 900 900 900 900 900
KUESIONER PENELITIAN TENTANG EVALUASI PENANGGULANGAN GANGGUAN DI KECAMATAN SEMPOL PT. PLN APJ SITUBONDO MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Pengantar Dalam rangka penyusunan tesis, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi baik secara langsung maupun tidak langsung tentang jaringan distribusi listrik area pelayanan dan jaringan Situbondo terkait eksplorasi panas bumi Blawan Ijen. Untuk mencapai tujuan penelitian ini diharapkan kesediaan bapak/ibu untuk dapat bekerja sama dengan cara memberikan informasi yang sebenar-benarnya sesuai dengan tingkat pengalaman anda. Terima kasih atas waktu dan kesediaan bapak/ibu dalam membantu proses menyelesaikan penelitian ini. Penjelasan dan petunjuk pengisian kuesioner : 1. Kuesioner ini diajukan sebagai bentuk pengumpulan data penyusunan tesis. 2. Jawaban bapak/ibu tidak akan mempengaruhi bapak/ibu di lingkungan kerja dan bersifat rahasia. 3. Pertanyaan dan pernyataan terkait dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. 4. Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang berupa isian, dimohon mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan. 5. Pertanyaan yang berupa pilihan, dimohon memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c atau d. 6. Kuesioner yang berupa skoring perbandingan diisikan angka skala 1 – 9.
A. Identitas Responden Nama
: Dasih Listyanto
Jenis Kelamin
:L/P
Usia
: 41 tahun
Pendidikan Terakhir
: S1 Elektro
Jabatan
: Asisten Manajer Jaringan
Lama bekerja di PT.PLN
: 15 tahun
B. Angket terbuka terkait eksplorasi panas bumi di kawasan Blawan-Ijen Berilah tanda centang (\/) pada kolom pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang anda ketahui. SS (5) = Sangat Setuju
S (4) = Setuju
KS (3) = Kurang Setuju
TS (2) = Tidak Setuju
STS (1)= Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS 1 Pemanfaatan potensi sumber panas bumi di Blawan-Ijen yang akan dikembangkan menjadi pembangkit listrik dan pariwisata, akan membantu perkembangan pembangunan di Situbondo 2 Berkurangnya penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan rendahnya tingkat emisi karbon, yang nantinya tergantikan dengan energi baru terbarukan salah satunya dengan pemanfaatan energi panas bumi 3 Energi listrik yang dihasilkan saat ini sebagian besar masih menggunakan pembangkit dengan BBM 4 Pemanfaatan energi baru terbarukan dalam industri kelistrikan nasional, masih belum optimal 5 Masyarakat umum masih awam tentang pemanfaatan potensi panas bumi 6 Masyarakat menganggap eksplorasi panas bumi akan merusak lingkungan, oleh karena itu eksplorasi panas bumi sering ditentang 7 Jawa Timur masih belum memiliki pembangkit listrik tenaga panas bumi seperti di Jawa Tengah dan Jawa Barat 8 Potensi panas bumi Blawan Ijen menurut penelitian Dinas ESDM sebesar 110 Mwe, dengan potensi tersebut dapat mengurangi defisit listrik di Indonesia 9 Dengan adanya pemanfaatan panas bumi di Blawan Ijen juga akan meningkatkan pembangunan didaerah sekitarnya 10 Prinsip kerja pembangkit panas bumi identik dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
S
KS
√
√ √
√ √ √ √ √ √ √
TS
STS
C. Skoring perbandingan berpasangan penyebab gangguan di PLN APJ Situbondo Berilah tanda (√) pada tabel skor perbandingan berpasangan sesuai tingkat kepentingan (angka 1 sampai 9) sesuai tabel perbandingan dibawah ini, Skor 1 3
Definisi Sama pentingnya Sedikit lebih penting
5
Lebih penting
7
Sangat penting
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Nilai tengah diantara dua pendapat yang berdampingan
Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Secara praktis satu elemen lebih mendominasi, dibandingkan elemen pasangannya Satu elemen terbukti sangat mendominasi dibandingkan elemen pasangannya Satu elemen mutlak mendominasi dibandingkan dengan elemen pasangannya Nilai – nilai yang membutuhkan suatu kompromi
Tabel Kuesioner untuk kriteria gangguan distribusi listrik 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Faktor Internal
Faktor Eksternal
√
Faktor Internal
Faktor Kelalaian √
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor internal yang menyebabkan gangguan distribusi listrik 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Hubung singkat
Kesalahan jaringan
√
Hubung singkat
Tegangan lebih √
Kesalahan jaringan
Tegangan lebih
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor eksternal yang menyebabkan gangguan distribusi listrik 9
8
7
6
5
4
3
2
Sentuhan pohon
1 √
2
3
4
5
6
7
8
9 Bencana
√
Sentuhan pohon
Andongan kendor √
Bencana
Andongan kendor
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor kelalaian yang menyebabkan gangguan distribusi listrik 9
8
7
6
5
4
3
2
Kesalahan pasang Kesalahan pasang Mengabaikan APD
1 √
√
2
3
4
5
6
7
8
9 Mengabaikan APD Peralatan tidak SOP
√
Peralatan tidak SOP
D. Skoring perbandingan berpasangan alternatif penanggulangan gangguan di PLN APJ Situbondo Berilah tanda (√) pada tabel skor perbandingan berpasangan sesuai tingkat kepentingan (angka 1 sampai 9) sesuai tabel perbandingan dibawah ini, Skor 1 3
Definisi Sama pentingnya Sedikit lebih penting
5
Lebih penting
7
Sangat penting
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Nilai tengah diantara dua pendapat yang berdampingan
Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Secara praktis satu elemen lebih mendominasi, dibandingkan elemen pasangannya Satu elemen terbukti sangat mendominasi dibandingkan elemen pasangannya Satu elemen mutlak mendominasi dibandingkan dengan elemen pasangannya Nilai – nilai yang membutuhkan suatu kompromi
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik hubung singkat 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik kesalahan dalam pemilihan letak jaringan 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik tegangan lebih 9 Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik sentuhan pohon 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik bencana 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik andongan kendor 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik kesalahan pasang 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik mengabaikan APD (alat pelindung diri) 9 Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
√
2
3
4
5
6
7
8
9 Diklat SDM
√ √
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik peralatan tidak sesuai SOP 9 Perawatan dan pengontrolan Perawatan dan pengontrolan Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
√
5
6
7
8
9 Diklat SDM
√ √
- Terima Kasih Atas Kerjasamanya -
Pemasangan relay proteksi Pemasangan relay proteksi
BIOGRAFI PENULIS
Agung Herdianto dilahirkan di Jember pada tanggal 23 November 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Alm. Sukirman dan Ibu Suminah. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di SDN Jenggawah 1 (1993-1999). Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Jember dan selanjutnya menempuh sekolah menengah atas di SMAN 1 Jenggawah. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan DIII Teknik Elektro dan pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Elektro di Universitas Jember. Setelah menyelesaikan studi tahap sarjana, penulis melanjutkan pendidikan pada program pasca sarjana (magister) jurusan teknik geomatika bidang keahlian teknik geothermal fakultas teknik sipil dan perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email :
[email protected]