BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Kerja Suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin,metode
kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi performansi sistem tersebut, dimana salah satu interaksi elemennya adalah ergonomi yaitu hubungan antara manusia dengan alat atau mesin. Ergonomi merupakan pendekatan ilmiah interdisiplin dari penerapan prinsip-prinsip perilaku manusia untuk perancangan sistem manusia-mesin yang diarahkan pada penyesuaian terhadap mesin dan peralatan bantu, untuk
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
memperbaiki performan dengan kondisi yang aman, nyaman, efisien, sehat dan selamat dalam bekerja (Sutalaksana, dkk. 2006). Barnes
(1980)
mengemukakan
bahwa
pendekatan
yang
harus
dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja yang baik adalah dengan : 1) Meniadakan gerakan kerja yang tidak diperlukan 2) Menggabungkan setiap operasi atau elemen kerja 3) Mengubah urutan operasi 4) Menyederhanakan operasi yang diperlukan. Perbaikan sistem kerja berpengaruh besar terhadap peningkatan nilai produktivitas, baik produktivitas organisasi, produktivitas penjualan, produktivitas produk, maupun tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Santos (1994) pada kontraktor konstruksi baja, terlihat adanya gambaran pengaruh perbaikan sistem kerja terhadap peningkatan
produktivitas.
Perbaikan
sistem
kerja
dapat
meningkatkan
produktivitas total sebesar 4%, produktivitas tenaga kerja sebesar 49%, dan produktivitas produk sebesar 47%. Byrd dan Moore (1986) dalam Husein (2009) menyebutkan bahwa penurunan produktivitas kerja pada pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerjaadalah adanya monotoni pekerjaan ; adanya intensitas dan durasi kerja mental dan fisik 4
FTIP001635/018
5
yang tidak proporsional; faktor lingkungan kerja, cuaca dan kebisingan; faktor mental seperti tanggung jawab, ketegangan dan adanya konflik-konflik; serta adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan nutrisi yang tidak memadai (ILO, 1983 dalam Husein, 2009).
2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau Ergonomis (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Nurmianto, 1996). Prasetyowibowo (1998) dalam bukunya yang berjudul “Desain Produk Industri”, menjelaskan bahwa salah satu manfaat ergonomi yaitu untuk merencanakan sistem pengaturan instrumen yang mudah dihadapi oleh manusia, dan menyertakan perancangan dari peralatan dan berbagai jenis atau bentuk alatalat pengatur instrumen. Pada artikel yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan yang berjudul “Ergonomi” (2000), menjelaskan bahwa aplikasi atau penerapan ergonomi untuk kegiatan kerja antara lain : 1) Posisi Kerja Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2) Proses Kerja Dalam proses kerja, pekerja harus dapat menjangkau instrumen sesuai
dengan
posisi
saat
bekerja
dan
sesuai
dengan
ukuran
anthopometrinya.
FTIP001635/019
6
3) Tata Letak Tempat Kerja Dalam tata letak tempat kerja, tampilan instrumen-instrumen harus jelas terlihat pada saat melakukan aktivitas kerja. Tampilan yang berupa simbol-simbol yang berlaku secara internasioanal lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4) Mengangkat Beban Bermacam-macam cara mengangkat beban yakni: dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebaginya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Penerapan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas kerja,
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
serta dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, mapan, dan nyaman. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang ergonomis, antara lain : merancang tempat duduk yang nyaman, desain interior yang indah dan dengan warna-warna yang sejuk dipandang mata, penempatan instrumen yang dijangkau dan dioperasikan dengan gerak reflek, dan desain medan pandang yang mudah dalam sistem pengaturan instrumen dan berbagai instrumen tambahan agar terciptanya lingkungan kerja yang ergonomis, dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kelelahan (Santoso, 2006).
2.1.2 Studi Gerakan Studi gerakan adalah sebuah analisa yang dilakukan kepada para pekerja terhadap beberapa gerakan bagian tubuh dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk memudahkan penganalisisan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari, perlu dikenali terlebih dahulu apa yang disebut dengan gerakan-gerakan dasar. Barnes (1980) menyatakan bahwa ada 17 gerakan dasar yang dikemukakan oleh Gilberth untuk semua jenis kerja manual yaitu : 1) “Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan. Mencari
FTIP001635/020
7
merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan. 2) Memilih (Select) Memilih adalah gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih, dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 3) Memegang (Graps) Therblig ini adalah gerakan untuk memegang objek, bisaanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat diperbaiki. 4) Menjangkau (Reach) Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini bisaanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. 5) Membawa (Move) Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan. 6) Memegang untuk memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian. Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif. 7) Melepas (Release) Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya. Therblig ini dimulai pada saat pekerja mulai
FTIP001635/021
8
melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh tangannya tidak menyentuh objek lagi. 8) Mengarahkan (Position) Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan bisaanya didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling). 9) Mengarahkan sementara (Pre-position) Menempatkan objek pada tempat sementara atau menempatkan objek tersebut pada posisi yang tepat untuk gerakan yang berurutan. Tujuan dari pengarahan sementara ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan ditangani kembali.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
10) Pemeriksaan (Inspect) Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan, dan kadangkadang merasa dengan lidah. 11) Merakit (Assemble) Merakit adalah gerakan yang menggabungkan satu objek dengan objek lainnya sehingga manjadi satu kesatuan. Gerakan ini bisaanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. 12) Lepaskan rakit (Disassemble) Memisahkan satu objek dari objek lain yang menjadi bagian integrasinya. Melepas rakitan didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisaanya dilanjutkan oleh melepas. 13) Memakai (Use) Memakai yaitu memanipulasi alat
untuk tujuan yang telah
dimaksudkan. Memakai mewakili gerak untuk gerakan selanjutnya yang telah dipersiapkan dan untuk gerakan tambahan.
FTIP001635/022
9
14) Keterlambatan yang tak terhindarkan (Unvoidable delay) Keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Keterlambatan yang tidak terhindarkan timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sementara tangan yang lain bekerja. 15) Keterlambatan yang dapat dihindari (Avoidable delay) Keterlambatan yang dapat dihindari adalah keterlambatan yang timbul sepanjang waktu kerja oleh pekerja dengan sengaja maupun tidak disengaja. Contohnya yaitu pekerja yang menghentikan semua gerakan tangannya. 16) Merencanakan (Plan)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Merupakan proses mental dimana operator menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. 17) Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest for overcome fatigue) Istirahat merupakan waktu yang telah diperhitungkan pada faktor penyesuaian untuk pekerja agar bisa beristirahat untuk pemulihan tenaga agar dapat melakukan kerja kembali.” 2.1.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Ekonomi gerakan yang dimaksud adalah gerakan yang bersifat ekonomis yang berhubungan langsung dengan pekerja terhadap pekerjaannya untuk meningkatkan nilai produktivitas. Suhardi (2008) dalam bukunya yang berjudul “Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri” menjelaskan bahwa prinsip ekonomi gerakan bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Secara ringkas prinsip ekonomi gerakan, ini akan membahas: 1) Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya. 2) Tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya. 3) Perancangan peralatan dan gerakan-gerakannya.
FTIP001635/023
10
Barnes (1980) menyatakan bahwa Gilberth menyusun aturan-aturan ekonomi dan efisiensi gerakan pekerja pada saat bekerja, prinsip ekonomi gerakan sangat membantu dalam perancangan sistem kerja yang baik sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis, efisien, dan efektif. Niebel (1999) dalam Rohman (2008) menyatakan bahwa perbaikan kerja dilakukan dengan melakukan analisis pada peta tangan kiri dan tangan kanan yang telah dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan diusulkan untuk diperbaiki. Herjanto (2007) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” menyimpulkan bahwa dalam mengembangkan metode kerja dengan gerakan yang
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
efisien (ekonomi gerakan), hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hilangkan gerakan yang tidak perlu 2. Gabungkan gerakan 3. Kurangi kelelahan 4. Tingkatkan pengaturan tempat kerja 5. Tingkatkan desain mesin dan peralatan Penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2008) mengenai studi gerak dan waktu dengan analisis biomekanika pada proses panen tebu di PG. Bungamayang, Lampung menjelaskan bahwa perbaikan sistem kerja dengan prinsip ekonomi gerakan untuk menghilangkan gerakan mengganggur siklus gerakan peta tangan kanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas terhadap pekerja sebesar 34 %.
2.1.4 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta tangan kiri dan tangan kanan adalah peta yang menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan (Suhardi, 2005).
FTIP001635/024
11
PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : No Peta : Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : TANGAN Jarak (m) Waktu (dt) Waktu (dt) Jarak (m) KIRI
Total Ringkasan Waktu tiap siklus : Jumlah produk tiap siklus
TANGAN KANAN
:
Gambar 1. Lembar Pemetaan Untuk Tangan Kiri dan Tangan Kanan
2.2
Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Manusia Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Sutalaksana (1979) menyebutkan bahwa yang termasuk faktor fisik lingkungan kerja didefinisikan sebagai semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja yang akan mempengaruhi kinerja pekerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sastrowinoto (1985) dalam bukunya yang berjudul “Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi” menyebutkan faktor-faktor yang menentukan terbentuknya lingkungan kerja yang baik agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan optimal, sehat, aman, dan nyaman antara lain: 1) Suhu normal lingkungan kerja 2) Kelembaban ruangan 3) Pencahayaan 4) Tingkat kebisingan Keadaan lingkungan kerja yang kurang baik akan memerlukan tenaga dan waktu yang lebih lama dalam melaksanakan proses produksi dan berakibat pada penurunan efisiensi efektivitas kerja (Suma`mur, 1989).
FTIP001635/025
12
Penelitian yang dilakukan oleh Elfrida (2009) pada penilaian dan perbaikan sistem kerja di CV. Haycal Pratama yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan menjelaskan bahwa kondisi pekerjaan memiliki kontribusi secara langsung terhadap job stress karyawan sebesar 0,3 %, kondisi lingkungan fisik memiliki kontribusi secara langsung terhadap job stress karyawan sebesar 6,7% dan kondisi lingkungan sosial memiliki kontribusi langsung terhadap job stress sebesar 88,2 %.
2.2.1 Temperatur Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh tersebut (Wignjosoebroto, 2006). Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur tubuh berbeda-beda seperti bagian mulut sekitar lebih kurang 370 C, bagian dada lebih kurang 350 Celcius, dan bagian kaki lebih kurang 280C. Berikut adalah pengaruh yang ditimbulkan pada berbagai tingkat suhu disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Yang Ditimbulkan Pada Berbagai Tingkat Suhu Suhu (0C) ± 490C
Pengaruh Yang Ditimbulkan Temperatur yang hanya mampu ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun drastis ± 300C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik. 0 ± 24 C Kondisi optimum ± 100C Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul. Sumber : Wignjosoebroto (2006)
2.2.2 Kelembaban Kelembaban dapat didefinisikan banyaknya air yang terkandung dalam udara, yang bisa dinyatakan dengan persentase (Wignjosoebroto, 2006). Menurut Sutalaksana, dkk (2006) dalam bukunya yang berjudul “Teknik Tata Cara Kerja” menjelaskan bahwa kondisi saat temperatur udara sangat panas
FTIP001635/026
13
dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Suhu yang dianjurkan ditempat kerja adalah 24-260C suhu kering pada kelembaban 65-95% (Suma’mur, 1989).
2.2.3 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat objek-objek secara jelas dan cepat tanpa menimbulkan kesalahan dimana sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan menyebar merata (Suma’mur, 1991).
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002,
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan yang dibutuhkan menurut jenis kegiatannya seperti berikut:
Tabel 2. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja Jenis kegiatan Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus Pekerjaan kasar dan terus – menerus Pekerjaan rutin
Tingkat Pencahayaan Minimal (lux) 100
200 300
Pekerjaan agak halus
500
Pekerjaan halus
1000
Pekerjaan amat halus
Keterangan Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
1500 Tidak menimbulkan bayangan Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Sumber : KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02
FTIP001635/027
14
Menurut Prijatna (2006), langkah-langkah dalam menentukan tingkat pencahayaan adalah: 1) Mengukur dimensi ruangan 2) Mengamati tata letak lampu dalam ruangan 3) Menentukan jenis lampu yang digunakan 4) Mengukur intensitas cahaya dalam ruangan. 5) Menentukan jumlah titik lampu Pada kenyataannya sebagian cahaya yang dihasilkan, akan berkurang sebelum mencapai bidang kerja. Suatu koefisien pemanfaatan (Cu) yang mewakili cahaya yang mencapai bidang, dan faktor LLF dapat dimasukkan dalam rumus perhitungan untuk menghitung kebutuhan lampu untuk pencahayaan.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
n=
ExA lumenxCuxLLF
.............................. (1)
Keterangan : n E A Cu LLF
= Jumlah lampu yang dibutuhkan = Jumlah lumen yang dibutuhkan (lux) = Luas ruangan (m2) = Coefisien of Utilization (50 - 65 ) % = Light Loss Factor (0.7 - 0.8)
2.2.4 Kebisingan (Noise) Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Hiperkes Depnakertrans RI, 1999 dalam Soeripto, 2000). Pengaruh kebisingan yang utama pada manusia adalah hilang atau menurunnya pendengaran, Suma’mur (1989) menyatakan efek kebisingan pada pendengaran mulu-mula adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah kebisingan berhenti, tetapi jika bekerja terus-menerus ditempat bising dapat berakibat kehilangan daya dengar yang tetap dan tidak dapat pulih kembali.
FTIP001635/028
15
Pada Tabel 3 berikut akan ditunjukkan skala intensitas kebisingan yang bisa terjadi di suatu tempat akibat alat/keadaan.
Tabel 3. Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingan Kondisi Suara Menulikan
Desibel (dB) 120 110 100
Sangat Hiruk Pikuk
90 80 70
Kuat 60
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
50 Sedang 40 Tenang
30 20 10
Sangat Tenang
Batas Dengar Tertinggi Halilintar Meriam Mesin Uap Jalan Hiruk Pikuk Perusahaan Sangat Gaduh Pluit Polisi Kantor Gaduh Jalan Pada Umumnya Radio Perusahaan Rumah Gaduh Kantor Pada Umumnya Percakapan Kuat Radio Perlahan Rumah Tenang Kantor Pribadi Auditorium Percakapan Suara Daun-daun Berbisik-bisik Batas Dengar Terendah
0 Sumber : Wignjosoebroto,2006
Berdasarkan kondisi dan tingkat kebisingan, maka lama waktu yang diperbolehkan menurut Kepmen No. 51/MEN/1999 adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Lama Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan Menurut Kepmen No. 51/MEN/1999 Lama Kebisisngan yang diperbolehkan/ hari (Jam) 8 4 2 1 0,5 0,25
Maksimum, dB 85 88 91 94 97 100
FTIP001635/029
16
2.3
Pengemasan dan Pengepakan Susu Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,
pembungkusan, pemberian etiket atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap produk rumahan untuk menghasilkan produk jadi (Hubeis, 1997). Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada proses pengemasan adalah cahaya, panas, kelembapan, dan gas, mikroorganisme dan serangga (Fellows, 2000 dalam Carolina, 2008). Kemasan yang digunakan pada beberapa produk susu kemasan adalah plastik karena sifat plastik yang menguntungkan yaitu seperti luwes, mudah dibentuk, mempunyai adaptasi tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti logam, serta mudah dalam penyimpanannya (Syarief, 1989 dalam Kuswanto,
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
2009). Winarno (1994) mengemukakan bahwa kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya yang kuat tetapi ringan, inert, tidak karatan, bersifat termoplastik, dan dapat diberi warna. Kelemahan bahan kemasan plastik ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lainnya yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi kedalam bahan makanan yang dikemas. Proses berikutnya dalam usaha untuk memperpanjang umur simpan sisi agar tidak cepat rusak dalam penyimpanan di dalam lemari es (refrigerator) dengan tujuan agar susu tidak akan cepat rusak dalam 1-2 hari. Proses pendinginan ini dilakukan secara berkelanjutan agar tidak terjadi perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak makanan (Syarief, 1989 dalam Kuswanto, 2009). Suatu pengepakan akan dikatakan sehat jika produk yang dikemasnya dapat terjaga kesterilannya hingga dikonsumsi oleh konsumen dan dimana prosesnya harus dapat menjaga mutu susu hasil pasteurisasi agar tidak lagi terkontaminasi mikrobakteri (Aisyah, 2009).
FTIP001635/030