V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Rendemen Ekstrak propolis didapatkan dari hasil ekstraksi propolis mentahTrigona sp menggunakan metode maserasi dalam pelarut organik etanol. Propolis memiliki sifat termostabil dengan titik didih 60oC – 69oC sehingga metode maserasi tepat digunakan untuk mengekstrak propolis karena tidak menggunakan suhu tinggi (Woo, 2004). Rendemen ekstrak propolis merupakan perbandingan antara ekstrak pekat propolis (ekstrak yang belum ditambahkan bahan pengisi) dengan propolis mentah. Hasil
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Persentase (%)
pengamatan rendemen ekstrak propolis dapat dilihat pada Gambar 9.
24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
20.96 15.32
A
19.97
16.975
B
C
D
Perlakuan Keterangan : A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50% B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60% C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70% D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80%
Gambar 9. Diagram Rendemen Ekstrak Pekat Propolis
37
FTIP001646/049
38
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan antara perlakuan dengan rendemen ekstrak propolis yang dihasilkan. Rendemen ekstrak propolis meningkat dengan bertambahnya konsentrasi pelarut tetapi rendemen ekstrak propolis menurun pada perlakuan D yaitu ekstraksidengan etanol 80%. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan konstanta dielektrik pada berbagai konsentrasi etanol yang digunakan dengan senyawa yang akan diekstrak. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin menurun polaritasnya, hal tersebut dapat diketahui dari konstanta dielektrik pada pelarut tersebut. Menurut Anonim (2004) dalam Natalia (2005), terdapat tiga ukuran yang menunjukan kepolaran suatu pelarut yaitu momen dipol, konstanta dielektrik dan kelarutannya dengan air. Molekul dari pelarut dengan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
momen dipol yang besar dan konstanta dielektrik yang tinggi termasuk polar. Menurut Carey dan Sundberg (2007), air merupakan pelarut yang paling polar dengan konstanta dielektrik sebesar 80. Rendemen ekstrak propolis perlakuan A memiliki rendemen yang paling rendah diantara semua perlakuan yaitu sebesar 15,32% (b/b). Hal ini disebabkan karena perlakuan A menggunakanetanol 50% yang memiliki konstanta dielektrik atau kepolaran yang kurang sesuai dengan senyawa dalam propolis khususnya flavonoid. Etanol 50% memiliki nilai konstanta dielektrik sebesar 55, nilai konstanta dielektrik tersebut merupakan nilai yang paling tinggi dibandingkan konsentrasi yang lainnya atau dengan kata lain etanol 50% paling polar. Hasil serupa ditemukan pada ekstrak propolis perlakuan D yang memiliki rendemenlebih sedikit dibandingkan perlakuan C. Perlakuan D adalah ekstraksi propolis menggunakan etanol 80% dengan konstanta dielektrik sebesar40.Walaupun perlakuan D menggunakan etanol dengan konsentrasi
FTIP001646/050
39
yang lebih tinggi tetapi rendemen yang dihasilkan sebesar 19,97% (b/b) lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan C sebesar 20,96%. Hal tersebut menunjukan bahwa senyawa terbanyak dalam propolis dapat terekstrak dengan baik dengan pelarut yang memiliki konstanta dielektrik atau kepolaran yang sesuai. Menurut Hasan (2006), flavonoid merupakan senyawa aktif yang terbanyak dan terpenting di dalam propolis. Rendemen ekstrak propolis yang paling banyak dihasilkan dari perlakuan C yaitu ekstraksi menggunakan etanol 70% sebesar 20,96% (b/b). Propolis dapat terekstrak dengan baik dan optimal menggunakan etanol 70% dengan konstanta dielektrik sebesar 45. Hasil yang didapat menunjukan bahwa konstanta dielektrik atau kepolaran etanol 70% sesuai dengan flavonoid yang merupakan senyawa terbanyak
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
dalam propolis.Hal tersebut sesuai dengan Harbone (1987) yang menyatakan bahwa golongan senyawa flavonoid dapat diekstrak dengan baik menggunakan pelarut etanol 70%.Kandungan kimia yang berperan memberi keuntungan sebagai senyawa aktif khususnya antimikroba dan antioksidan adalah flavonoid dan senyawa fenol lainnya (Banskota et al., 2007). Senyawa-senyawa tersebut mampu terekstrak dengan baik dalam alkohol 70%, hal ini dikarenakan alkohol 70% bersifat semipolar sehingga semua komponen aktif dengan kepolaran yang berbeda didalam propolis dapat terekstrak (Anggraini, 2006).Berdasarkan hasil penelitian Paviani et al. (2010), rendemen hasil ekstraksi propolis yang paling tinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan pelarut semipolar. Selain itu, menurut Woisky dan Salatino (1998) dalamCunhaet al. (2004), komponen lilin tidak terekstrak pada ekstraksi propolis dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%.
FTIP001646/051
40
Rendemen yang didapatkan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Fitriannur (2009) yang mengekstrak propolis Trigona sp asal Pandeglang dengan nilai rendemen sebesar 17,76% (b/b). Hal tersebut disebabkan karena perbedaan sumber vegetasi dari setiap wilayah. Kandungan kimia pada propolis tergantung pada lokasi geografisnya, aktivitas biologinya sangat berhubungan erat dengan sumber vegetasi di wilayah tersebut (Park et al, 2002 dan Cristov et al, 2005 dalam Alencar, 2007). Rendemen hasil ekstraksi dari propolis kasar merupakan karakteristik penting karena persentase rendemen yang tinggi berarti propolis terdiri dari persentase lilin dan bahan-bahan tidak terlarut yang rendah (Kujumgiev et al, 1999dalam Popova,
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
2007). Perlakuan yang menghasilkan rendemen tinggi memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena semakin banyak rendemen berarti semakin banyak produk yang dihasilkan.
5.2. Deskripsi Karakteristik Indrawi (Warna, Aroma dan Rasa) Propolis adalah resin yang berwarna hijau tua atau cokelat tua dengan rasa yang
pahit
(Lotfy,
1978).Berdasarkan
hal
2006)
dan
tersebut,
mengeluarkan maka
dilakukan
bau uji
aromatik
(Nikolaev,
organoleptik
secara
deskriptifyang meliputi warna, aroma dan rasa dengan menggunakan panelis perseorangan dan tanpa uji statistikpada ekstrakpropolisdari semua perlakuan. Panelis perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh dari kebiasaan, sehingga panelis tersebut sangat mengenal sifat dan cara pengolahan bahan yang akan dinilainya dengan sangat baik (Soekarto,
FTIP001646/052
41
1985).Hasil pengujian organoleptik ekstrak propolis pada semua perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan Karakteristik No Perlakuan Warna Aroma Rasa Pahit getir 1 A (Etanol 50%) Cokelat (++) Khas propolis Pahit getir 2 B (Etanol 60%) Cokelat (+++) Khas propolis Pahit getir 3 C (Etanol 70%) Cokelat (+++) Khas propolis Pahit getir 4 D (Etanol 80%) Cokelat agak bening (+) Khas propolis Keterangan : Semakin bertambahnya (+) maka rangsangan semakin kuat Pada ekstrak propolis perlakuan B dan C, memiliki warna yang sama yaitu
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
cokelat tua sedangkan ekstrak propolis perlakuan A memiliki warna coklat yang lebih muda dari ekstrak sebelumnya. Ekstrak propolis perlakuan D memiliki warna yang tidak terlalu tua atau agak bening. Warna ekstrak propolis yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Ekstrak Propolis dari Berbagai Perlakuan (Dokumentasi Pribadi, 2012) Hasil yang didapatkan dari penelitian sesuai dengan pernyataan Krell (1996), bahwa ekstrakpropolis memiliki warna mulai dari kuning sampai cokelat tua
FTIP001646/053
42
tergantung asal resin tersebut sedangkan Coggshall dan Morse (1984)dalam Krell (1996), melaporkan bahwa hasil ekstrak propolisnya berwarna transparan atau bening. Warna ekstrak propolis perlakuan A, B dan Csama dengan beberapa warna ekstrak propolis yang diproduksi di Brazil dan Inggris yaitu coklat tua(Chang et al., 2002). Ekstrak propolis yang dihasilkan pada semua perlakuan memiliki aroma yang sama yaitu aroma khas propolis. Aroma ekstrak propolis berasal dari minyak esensial atau zat aromatik yang ikut terekstrak. Menurut Petri et al. (1988) dalam Krell (1996), terdapat 10% senyawa volatil dalam propolis.Sedangkan menurut Bogdanov (2012), propolis mengandung minyak esensial sebanyak 3% - 5% dengan komponen
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
penyusunnya yaitu mono- dan siskuiterpen. Berdasarkan penelitian Oliveira et al. (2010), minyak esensial pada propolis terdiri dari 7,96% monoterpen dan 37,58% siskuiterpen. Propolis mengandung zat aromatik, zat wangi, dan berbagai mineral (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003).Aroma propolis juga diduga karena adanya resin dari getah pohon yang diambil oleh lebah. Rasa ekstrak propolis pada semua perlakuan memiliki tingkat kepahitan yang sama. Menurut Lotfy (2006), propolis memiliki rasa yang pahit dan kurang menyenagkan. Rasa pahit yang timbul pada ekstrak propolis yang dihasilkan diduga karena senyawa-senyawa penyusunnya seperti flavonoid, alkaloid dan tanin. Menurut Harbone (1987), senyawa flavonoid, alkaloid, triterpenoid, dan tanin merupakan senyawa yang menyebabkan timbulnya rasa pahit dan sepat.
FTIP001646/054
43
5.3. Kecerahan Warna dengan Chromameter Pengujian kecerahan warna (L*) ekstrak propolis yang dihasilkan dari berbagai perlakuan dilakukan dengan menggunakan alat crhomameter. Menururt Man (1997), nilai L* berhubungan dengan derajat kecerahan dengan kisaran antara 0 100. Nilai L* maksimum adalah 100 menunjukkan tingkat kecerahan yang sangat tinggi, sedangkan nilai minimum untuk L* adalah 0 (nol), menunjukkan produk sangat gelap.Hasil pengujian L* ekstrak propolis pada berbagai perlakuan dapat
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Nilai L*
dilihat pada Gambar 10.
45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
39.30 31.67
32.53
A
B
27.67
C
D
Perlakuan
Keterangan : A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50% B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60% C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70% D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80% Gambar 10. Diagram Nilai L* Ekstrak Propolis
Berdasarkan hasil pengujian, nilai L* pada setiap perlakuan memiliki perbedaan. Nilai L* paling rendah terdapat pada perlakuan C sebesar 27,67 dan
FTIP001646/055
44
paling tinggi adalah perlakuan D sebesar 39,30. Hal tersebut menunjukan bahwa ekstrak propolis perlakuan C merupakan ekstrak propolis paling gelap. Tingkat kecerahan warna pada ekstrak propolis dapat menunjukan besarnya kandungan senyawa flavonoid. Menurut Harbone (1987), semua senyawa fenol memiliki serapan kuat di daerah ultraviolet karena memiliki struktur cincin aromatik. Senyawa golongan fenol terbesar dalam ekstrak propolis adalah senyawa golongan flavonoid. Menurut Salomao et al. (2004), propolis yang berwarna lebih gelap dalam pelarut etanol mengandung flavonoid lebih banyak.Berdasarkan pernyataan tersebut diduga ekstrak propolis perlakuan C memiliki kandungan flavonoid yang lebih banyak diantara semua perlakuan.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Ekstrak propolis perlakuan D merupakan ekstrak yang memiliki warna palingcerah diantara semua perlakuan tetapi memiliki nilai rendemen yang paling tinggi setelah perlakuan C. Hal tersebut berbeda dengan pernyatan Woo et al. (2004), propolis dengan warna yang lebih gelap memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan propolis dengan warna lebih muda karena kandungan flavonoidnya lebih banyak. Hal tersebut diduga diakibatkan ekstrak propolis perlakuan D lebih banyak mengandung kuinon dibandingkan flavonoid sehingga warna yang dihasilkan lebih cerah. Menurut Hasan (2006), warna pada ekstrak propolis disebabkan adanya golongan senyawa flavonoid dan juga kuinon. Kuinon merupakan senyawa yang larut air dan alkohol (Harbone, 1987) serta merupakan senyawa yang memiliki kisaran warna kuning pucat ke hampir hitam (Thomson, 1971). Perlakuan D memiliki warna cokelat muda diduga disebabkan senyawa golongan kuinon yang terkandung berwarna lebih muda seperti kuning atau cokelat muda. Menurut Harbone (1987),
FTIP001646/056
45
senyawa antrakuinonmerupakan golongan kuionon yang berwarna kuning, merah sampai coklat.
5.4. Aktivitas Antioksidan Hasil pengujian antioksidan menunjukan perbedaan aktivitas antioksidan pada tiap ekstrak propolis yang dihasilkan dari semua perlakuan. Aktivitas antioksidan tersebut digambarkan dengan nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%). IC50 (Inhibition Concentration 50%) merupakan konsentrasi sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas radikal bebas sebesar 50% (Prakash et al., 2001). Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak propolis dapat dilihat pada
IC50 (ppm)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Gambar 11.
225 200 175 150 125 100 75 50 25 0
208.475 160.99
172.815 133.757
A
B
C
D
Perlakuan Keterangan : A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50% B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60% C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70% D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80% Gambar 11. Diagram Nilai IC50
FTIP001646/057
46
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan, dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan ekstrak propolis perlakuan A, B dan C tergolong antioksidan kuat karena memiliki kiasan IC50 antara 51 ppm – 200 ppm. Sedangkan ekstrak propolis perlakuan D tergolong aktivitas antioksidan lemah karena memiliki kiasaran IC50 antara 201 ppm – 600 ppm.Menurut Prakash et al. (2004), semakin tinggi nilai IC50 maka semakin rendah aktivitas antioksidannya dan sebaliknya. Nilai IC50 terendah sebesar 133,76 ppm, terdapat pada ekstrak propolis perlakuan C. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya jumlah senyawa flavonoid dan fenol yang terekstrak memiliki perbedaan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda.Berdasarkan hasil penelitian Teixeira (2008), aktivitas antioksidan yang
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
tinggi ditemukan pada sampel yang memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi. Jumlah senyawa flavonoid dan fenolik pada ekstrak propolis C lebih banyak dari ekstrak propolis yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas antioksidannya yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Menururt Harbone (1987), menyatakan bahwa golongan senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan baik menggunakan pelarut etanol 70%. Menurut Andayani et al. (2008), secara umum tanaman obat mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Seyawa tersebut merupakan senyawa kompleks yang didapatkan lebah dari bagian tanaman salah satunya adalah pucuk tanaman. Efek antioksidan ini terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid dan polifenol. Menurut Reynolds (2004) dalam Purnowati (2011), senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi tersubstitusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –
FTIP001646/058
47
OR.Meneurut Santoso (2006), senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah senyawa tokoferol, flavonoid, fenolik, polifenol dan lainnya. Antioksidan primer merupakan zat yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil. Metode DPPH mengukur kemampuansuatu senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikalberhubungan dengan kemampuan komponensenyawa dalam menyumbangkan elektron atauhidrogen. Setiap molekul yang dapatmenyumbangkan elektron atau hidrogen akanbereaksi dan akan memudarkan DPPH. Intensitaswarna DPPH akan berubah dari ungu menjadikuning oleh elektron yang berasal dari senyawaantioksidan yang berasal dari
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
ekstrak propolis yaitu senywa golongan fenolik yang memiliki gugus hidroksi sebagai pendonor atom H (Prakashet al., 2001).
5.5. Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang dilakukan pada ekstrak propolis yang memiliki rendemen dan antioksidan tertinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, rendemen dan aktivitas antioksidan yang tertinggi dihasilkan dari perlakuan C yaitu ekstraksi propolis dengan etanol 70%. Oleh karena itu, ekstrak dari perlakuan C diambil sebagai perlakuan yang terbaik untuk dilakukan analisis lebih lanjut berupa skrining fitokimia dan residu etanol menggunakan GC (Gas Chromatography). 5.5.1. Skrining Fitokimia Analisis Fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi secara kualitatif golongan senyawa pada ekstrak propolis.Menururt Gojmerac (1983), propolis
FTIP001646/059
48
mengandung bahan campuran kompleks malam, resin, balsam, minyak dan sedikit polen.Menurut Bankova (1982), ditemukan beberapa komponen fenolik seperti flavon, flavonon, asam fenolat dan esternya.Hasil pengujian skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian, ekstrak propolis mengandung senyawa golongan flavonoid, fenol, triterpenoid, mono- dan siskuiterpen, tanin, triterpenoid, dan alkaloid. Menurut Fokt et al. (2010), etanol dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa aktif diantaranya adalah tanin, polifenol, poliasetilen, flavonol, terpenoid, sterol, dan alkaloid. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hasan (2006), dimana ekstrak propolis yang dihasilkan mengandung
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
saponin tetapi tidak mengandung alkaloid. Hal tersebut tidak hanya disebabkan perbedaan wilayah penyebaran koloni lebah yang berpengaruh terhadap sumber vegetasinya tetapi juga dipengaruhi musim pengumpulannya. Menurut (Teixera, 2008), perbedaan musim dalam pengkoleksian propolis menyebabkan perbedaan kandungan kimia pada propolis. Oleh karena itu, beberapa kandungan kimia yang terlalu kecil tidak terdeteksi dengan pengujian fitokimia. Tabel 4. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia No Senyawa 1 Alkaloid 2 Saponin 3 Tanin 4 Flavonoid 5 Steroid/Triterpenoid 6 7
Siskuiterpen/Monoterpen Polifenol
Hasil + + + ( + ) Triterpenoid + +
FTIP001646/060
49
Pada ekstrak propolis ditemukan senyawa alkaloid. Menurut Harbone (1987), alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dalam sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.Dalam daun atau buah segar senyawa ini menyebabkan rasa pahit. Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam propolis dan memiliki aktivitas biologi yang menguntungkan sebagai antioksidan adalah senyawa flavonoid termasuk flavono, flavonol, dihidro flavonols dan flavon (Bankosta, 2001). Hal
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
tersebut terbukti melalui pengujian skrining fitokima yang menunjukan adanya senyawa flavonoid dalam ekstrak propolis menggunakan etanol 70%.Menurut Harbone (1987), senyawa ini merupakan senyawa yang larut air dan dapat diekstraksi dengan menggunakan etanol 70%. Flavonoid menguntungkan sebagai antioksidan karena kemampuannya untuk menangkal radikal bebas dan radikal peroksi (Kinsella et al., 1993dikutip Azima et al., 2004).Selain flavonoid, senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa polifenol. Menurut Harbone (1987), polifenol dan turunannya telah lama dikenal sebagai senyawa antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan, dan antimutagen. Pada ekstrak propolis yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan etanol 70% ditemukan senyawa triterpenoid. Menurut Harbone (1987), triterpenoid merupakan senyawa berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Senyawa ini merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering
FTIP001646/061
50
kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Triterpenoid terdapat dalam damar, kulit batang dan getah. Triterpenoid terkenal dengan rasanya yang pahit sehingga propolis memiliki rasa yang pahit. Menurut Harbone (1987), triterpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari minyak atsiri yaitu monoterpen dan sisikuiterpen yang mudah menguap.Kedua senyawa tersebut terdeteksi menggunakan uji fitokimia sehingga diduga senyawa tersebut merupakan senyawa yang menghasilkan aroma khas pada propolis. Dalam ekstrak propolis terdapat senyawa tanin yang didapatkan lebah dari tanaman. Senyawa tanin merupakan senyawa yang memiliki sifat antimikroba karena dapat menginaktifkan protein, enzim dan lapisan protein transpor. Hal tersebut
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
didukung dengan hasil penelitian Yulia (2006), yang menyatakan bahwa senyawa tanin dalam teh dapat menghambat pertumbuhan bakteri kriogenik. Pada tumbuhan yang memiliki kandungan tanin yang tinggi biasanya dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harbone, 1987). Selain triterpenoid, senyawa tanin pun diduga menyebabkan rasa pahit pada propolis. 5.5.2. Residu Pelarut Ekstrak propolis dari perlakuan terbaik kemudian dilakukan pengujian residu pelarut menggunakan GC (Gas Chromatography). Pengujian ini dilakukan karena berpengaruh terhadap faktor keamanan dan kepercayaan konsumen terhadap produk hasil ekstraksi tersebut. Selain itu, ekstrak yang dihasilkan harus memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh lembaga terkait tentang kandungan sisa pelarut. Berdasarkan hasil pengujian, ekstrak propolis yang dihasilkan masih mengandung etanol sekitar 967,80 mg/kg atau ppm. Walaupun propolis memiliki kandungan etanol yang cukup
FTIP001646/062
51
tinggi tetapi masih aman dikonsumsi karenatidak bersifat toksik. Menurut Tau et al. (1994) dalam Kroschwitz (1994), menyatakan bahwa etanol bukan merupakan bahan kimia yang membahayakan bagi kesehatan. Berbeda dengan pelarut organik lain, seperti metanol yang bersifat toksik. Menurut Novak dan Patricia (1995) dalam KirkOthmer (1995), metanol tidak bersifat karsinogenik, akan tetapi memiliki sifat toksik apabila pemakaiannya sekitar 100-250 ml yang amengakibatkan kebutaan. Kadar residu pelarut dipengaruhi oleh baik atau tidaknya proses pemekatan yang dilakukan. Pemisahan pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary vacuum evaporator (Landgrebe, 1993). Pemekatan propolis dilakukan sampai tidak ada lagi cairan yang menetes dikondensor evaporator, jika proses pemekatan terus
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
dilakukan maka dapat menyebabkan ekstrak tersebut menempel dan mengerak pada dinding labu. Oleh karena itu, tidak memungkinkan untuk menguapkan seluruh pelarut karena akan menghasilkan produk yang mengerak. Pelarut etanol sebenarnya tidak memiliki batas aman pengkonsumsian yang jelas seperti pelarut lain, tetapi kandungan etanol dalam suatu bahan pangan memiliki batas tertentu yang berhubungan dengan regulasi yang menyatakan halal atau tidaknya produk tersebut. Hal tersebut diterapkan karena mayoritas masyarakat di Indonesia memeluk agama Islam.
FTIP001646/063