49
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Kandungan Klorofil Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Perhitungan kandungan klorofil pada ekstrak sebelum pengeringan dan bubuk
klorofil terenkapsulasi setelah pengeringan dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap kandungan klorofil. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jenis sayuran dengan lama pengeringan terhadap kandungan klorofil. Pengujian terhadap pengaruh efek mandiri dari masing-masing taraf dapat dilihat di Lampiran 5.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
5.1.1. Pengaruh Jenis Sayuran Terhadap Kandungan Klorofil (mg/L) Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Data kandungan klorofil berupa total klorofil, klorofil a, dan klorofil b pada bubuk terenkapsulasi diperoleh dari hasil rata-rata pengeringan 30, 60, dan 90 menit. Hasil analisis statistik secara uji mandiri pengaruh jenis sayuran terhadap kandungan klorofil disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7.
Pengaruh Jenis Sayuran Terhadap Kandungan Klorofil (mg/L) Ekstrak dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Ekstrak Bubuk Terenkapsulasi Perlakuan
Jenis Sayuran
Total Klorofil
Klorofil a
Klorofil b
Total Klorofil
Klorofil a
Klorofil b
a1 = daun singkong a2 = daun bayam a3 = daun pepaya
33,55 b
14,71 b
18,87 b
42,87 a
17,70 a
22,23 a
10,14 b
6,96 b
3,20 b
23,47 a
14,65 a
8,85 a
35,28 b
14,06 b
21,26 b
3,21 c
1,51 c
1,71 b
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
FTIP001628/049
50
Hasil uji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis sayuran memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kandungan klorofil yang dihasilkan. Daun bayam dalam bentuk ekstrak dan bubuk klorofil terenkapsulasi tetap memiliki kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b yang lebih tinggi dari sayuran daun singkong dan daun pepaya. Hal ini karena kandungan klorofil dalam tiap jenis sayuran berbeda meliputi total klorofil, klorofil a, dan klorofil b. Menurut Socaciu (2008), sayuran yang mengandung klorofil b lebih tinggi, akan lebih tahan terhadap degradasi karena klorofil b lebih tahan panas dibandingkan klorofil a. Kandungan klorofil b yang lebih tinggi menjadikan jumlah klorofil bayam relatif terjaga sehingga penurunan kandungan klorofilnya tidak terlalu besar.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Kandungan klorofil daun singkong dan daun pepaya tidak stabil. Ekstrak klorofil daun singkong memiliki kandungan total klorofil yang paling rendah dibandingkan daun bayam dan daun pepaya, sedangkan bubuk klorofil daun singkong menempati urutan kedua setelah daun bayam. Kandungan bubuk klorofil daun pepaya yang dihasilkan sangat rendah dibandingkan daun bayam dan daun singkong. Degradasi klorofil dalam buah dan sayuran berhubungan dengan perubahan struktur yang menghasilkan asam dan berbagai enzim degradatif. Klorofil berubah warna dari warna hijau cerah ke warna hijau zaitun yang disebabkan oleh perubahan klorofil menjadi feofitin (Eskin, 1990). Variasi dalam degradasi klorofil sebagian besar dapat disebabkan oleh lipid (Gross, 1991). Berdasarkan tabel komposisi bahan pangan Persagi (2009), kandungan lipid daun singkong 1,1 gram, daun bayam 0,4 gram, dan daun pepaya 2,0 gram dalam 100 gram bahan. Lipid dari bahan dapat dipecah ikatannya oleh pelarut etanol (Vargas
FTIP001628/050
51
dan Lopez, 2003), sehingga lipid ikut larut terbawa dalam ekstrak klorofil. Jumlah lipid dalam sayuran dapat mempengaruhi degradasi klorofil karena lipid mengandung enzim lipoksigenase. Jumlah lipid dalam bayam paling sedikit dibandingkan daun singkong dan daun pepaya, sehingga enzim lipoksigenase yang dikandungnya juga lebih sedikit sehingga bayam dapat lebih tahan terhadap degradasi. Pemudaran klorofil merupakan proses oksidasi oleh enzim lipoksigenase, peroksidase, dan oksidase. Enzim lipoksigenase berperan penting dalam pudarnya karoten dan klorofil (Grosch et al., 1976; Ramadoss et al., 1978 dalam Eskin, 1990). Enzim lipoksigenase menghancurkan ikatan asam lemak secara selektif yang menyebabkan berkurangnya klorofil (Kockritz et al., 1985 dalam Eskin 1990).
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Jumlah klorofil terbanyak ditemukan di bagian daun (Gross, 1991). Klorofil berikatan nonkovalen dengan protein atau peptida dalam membran tilakoid yang terdapat pada daun melalui ikatan koordinasi antara Mg pada pusat klorofil dan histidin pada residu asam amino. Membran tilakoid terdiri dari lipid dan protein yang tergabung dalam kompleks lipoprotein yang berikatan dengan tetrapirol siklik yang merupakan struktur klorofil untuk membantu menstabilkan warna klorofil (Socaciu, 2008). Menurut Poedjiadi (2005), pada umumnya protein dapat larut dalam air, larutan asam, alkali, dan garam-garam netral. Asam amino polar larut dalam air dan asam amino non polar larut dalam pelarut organik. Protein dapat terdenaturasi oleh pelarut organik, pH rendah, suhu tinggi, dan ion logam berat. Oleh karena itu, proses maserasi dengan pelarut organik cukup untuk mendenaturasi ikatan protein dengan klorofil.
FTIP001628/051
52
Berdasarkan tabel komposisi bahan pangan Persagi (2009), kandungan protein daun singkong 6,2 gram, daun bayam 0,9 gram, dan daun pepaya 8,0 gram dalam 100 gram bahan. Kandungan protein yang tinggi dapat mengikat klorofil dengan baik sehingga klorofil lebih stabil. Kandungan protein yang rendah menyebabkan klorofil pada sayuran tidak terikat dengan baik sehingga mudah diekstrak. Menurut Bacon dan Holden (1970) dalam Eskin (1990), klorofil a dan b dapat diekstrak dari daun setelah mengalami difusi pelarut organik dikarenakan hancurnya protein atau membran yang mengandung klorofil tersebut. Produk klorofilid dipindahkan ke sisi lain enzim yang mengandung proteinasosiasi lipid. Lalu klorofil dapat bergerak keluar dari lipid ke dalam medium cairan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
asalkan rantai panjang gugus fitol yang menyebabkan pigmen tidak larut telah dihilangkan (Eskin, 1990). Lipid dan klorofil bersifat non polar maka untuk memecah ikatannya digunakan pelarut etanol, karena etanol merupakan pelarut organik yang bersifat non polar (Vargas dan Lopez, 2003). Ekstrak klorofil yang diekstrak dengan pelarut etanol dapat dilihat pada Gambar 9.
FTIP001628/052
53
Daun Singkong
Bayam
Daun Pepaya
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Gambar 9. Warna Ekstrak Klorofil Setelah Maserasi dan Residu Penyaringan (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Pada Gambar 9, terlihat bahwa setelah dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 12 jam, warna hijau klorofil daun bayam lebih tua dalam kertas saring dibandingkan daun singkong dan daun pepaya yang cenderung kekuningan. Klorofil masih tersisa dalam residu daun singkong dan daun pepaya, sedangkan dalam residu daun bayam sudah tidak tersisa warna hijau klorofil. Hal ini dapat dikarenakan kandungan protein yang mengikat klorofil pada bayam hanya sedikit sehingga sebagian besar klorofil telah terekstrak selama maserasi. Klorofil yang dihasilkan dari daun bayam paling baik digunakan sebagai sumber klorofil karena kandungan klorofilnya tinggi.
FTIP001628/053
54
5.1.2. Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kandungan Klorofil (mg/L) Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Data kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b pada masing-masing lama pengeringan diperoleh dari hasil rata-rata daun singkong, daun bayam, dan daun pepaya. Hasil analisis statistik secara uji mandiri pengaruh lama pengeringan terhadap kandungan klorofil disajikan pada Tabel 8.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Tabel 8. Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kandungan Klorofil (mg/L) Ekstrak dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Bubuk Terenkapsulasi Kandungan Ekstrak 30 menit 60 menit 90 menit Total Klorofil 37,23 a 12,91 a 12,40 a 11,52 a Klorofil a 15,49 a 7,86 a 7,73 a 7,53 a Klorofil b 21,79 a 5,06 a 4,69 a 4,01 a Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Perlakuan lama pengeringan klorofil dalam oven vakum selama 30 menit, 60 menit, dan 90 menit tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kandungan klorofil yang dihasilkan. Menurut Hall (1979), sirkulasi udara yang terjadi selama proses pemanasan dengan oven vakum lebih baik bagi produk karena menggunakan pompa vakum sehingga pengeringan merata selain itu waktu pengeringan lebih cepat sehingga dapat mempertahankan kestabilan material dalam sampel. Selain itu, suhu yang digunakan merupakan suhu minimal dari oven vakum. Oven vakum menggunakan suhu tidak kurang dari 40°C. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini untuk mempertahankan klorofil yang sensitif panas adalah 40±5°C.
FTIP001628/054
55
5.2.
Warna Bubuk Klorofil Terenkapsulasi
5.2.1. Nilai ºHUE Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Warna bubuk klorofil terenkapsulasi disajikan dalam nilai °HUE, dimana nilai °HUE ini menunjukkan daerah kisaran warna kromatisitas dari bubuk klorofil terenkapsulasi. Nilai °HUE dan daerah kisaran warna bubuk klorofil terenkapsulasi berkisar antara 90,57°-136,01° yang merupakan daerah kisaran warna yellow dan yellow green. Nilai °HUE dan daerah kisaran warna kromatisitas bubuk klorofil terenkapsulasi lebih lengkapnya dapat dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 .
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Nilai ºHUE dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan ºHUE Daerah Kisaran Warna Kromatisitas Daun singkong a1b1 120,24 Yellow a1b2 120,46 Yellow a1b3 119,73 Yellow Daun bayam a2b1 135,11 Yellow green a2b2 136,01 Yellow green a2b3 135,50 Yellow green Daun pepaya a3b1 92,41 Yellow a3b2 93,25 Yellow a3b3 90,57 Yellow
Ket:
a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 a3b3
= bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 90 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 90 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 90 menit
FTIP001628/055
56
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Ket:
a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 a3b3
a1b1
a1b2
a1b3
a2b1
a2b2
a2b3
a3b1
a3b2
a3b3
= bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 90 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 90 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 30 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 60 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 90 menit
Gambar 10. Foto Bubuk Klorofil Terenkapsulasi (Dokumentasi Pribadi, 2012)
Pada Tabel 9 terlihat bahwa bubuk klorofil dari daun singkong dan daun pepaya memiliki daerah kisaran warna kromatisitas yellow karena nilai °HUE berada diantara 90º-126º (Hutching, 1999), sedangkan nilai °HUE bubuk klorofil daun bayam berada di antara 126º-162º termasuk ke dalam daerah kisaran warna kromatisitas yellow green, yang mendekati warna klorofil seharusnya.
FTIP001628/056
57
Hal ini dikarenakan kandungan klorofil b dari klorofil daun bayam lebih tinggi sehingga lebih tahan dari degradasi panas yang dapat menyebabkan lepasnya ion Mg sehingga menghasilkan feofitin yang berwarna kekuningan. Daun singkong dan daun pepaya berwarna yellow karena kandungan klorofil b daun pepaya dan daun singkong yang rendah sehingga feofitin lebih banyak. Bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 10. Perubahan warna klorofil dari masing-masing perlakuan tidak berbeda jauh. Pengeringan dalam oven vakum dilakukan pada suhu yang rendah sehingga baik untuk mempertahankan kestabilan klorofil. Suhu dapat menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap kestabilan klorofil, suhu yang diberikan selama pengeringan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
sama yaitu 40±5ºC. Menurut Vargas dan Lopez (2003), degradasi klorofil terjadi pada pengeringan suhu 50ºC, sedangkan pada suhu dibawah 50ºC seperti 40ºC klorofil menunjukkan stabilitas warna yang baik. 5.2.2. Intensitas Warna Hijau (-a*) Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Hasil analisis statistik (Lampiran 7) menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi antara jenis sayuran dan lama pengeringan oven vakum terhadap nilai a* bubuk klorofil terenkapsulasi. Pengaruh efek mandiri jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap nilai a* bubuk klorofil terenkapsulasi terlihat pada Tabel 10. Warna klorofil sebelum dilakukan enkapsulasi berbeda dengan klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan. Warna klorofil terenkapsulasi cenderung lebih muda dibandingkan ekstrak karena adanya percampuran dengan dekstrin. Lamanya pengeringan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai a* yang dihasilkan karena suhu di dalam oven vakum cenderung konstan yaitu 40±5ºC
FTIP001628/057
58
sehingga tidak mempengaruhi nilai a* yang dihasilkan. Menurut van Loey (1998) dikutip Vargas dan Lopez (2003), pada suhu di bawah 50ºC klorofil menunjukkan stabilitas yang tinggi.
Tabel 10. Pengaruh Jenis Sayuran dan Lama Pengeringan Terhadap Intensitas Warna Hijau ( -a*) Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan Rata-rata Jenis Sayuran (A) a1 = daun singkong - 2,91 b a2 = daun bayam - 4,34 a a3 = daun pepaya 0,55 b Lama Pengeringan Oven Vakum (B) b1 = 30 menit - 2,57 a b2 = 60 menit - 2,55 a b3 = 90 menit - 1,58 a
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata nilai a* yang dihasilkan dari semua jenis sayuran berbeda nyata. Klorofil yang dihasilkan dari daun bayam memiliki nilai a* tertinggi yaitu sekitar -4,34, berarti warna hijau klorofil bubuk yang berasal dari bayam lebih baik karena warnanya lebih hijau dibandingkan daun singkong sedangkan daun pepaya cenderung berwarna merah karena kandungan klorofilnya lebih rendah. Nilai a* yang dihasilkan dari bubuk klorofil terenkapsulasi dengan pengeringan oven vakum ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan pengering semprot. Penelitian Wulandari (2011) dengan metode yang sama menghasilkan nilai a* yaitu -16,62 dan penelitian Nurliasari (2010) dengan menggunakan dekstrin 10% dengan pengering semprot menghasilkan bubuk dengan
FTIP001628/058
59
nilai a* -19,97. Warna hijau (-a*) yang dihasilkan dari pengering oven vakum lebih rendah dibandingkan dengan pengering semprot. Berdasarkan penelitian Yearlin (2012) untuk bubuk antosianin terenkapsulasi, bubuk pigmen yang dihasilkan dari pengering semprot memiliki nilai a* paling tinggi, namun bila diamati secara visual bubuk ini berwarna merah muda sedangkan bubuk yang dihasilkan dari pengering oven hampa udara berwarna merah. Hal ini disebabkan karena bubuk pigmen yang dihasilkan dari pengering semprot lebih halus dan seragam dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pengering oven hampa udara sehingga intensitas warna dari partikel yang lebih halus akan lebih tinggi. Menurut Little dan MacKinney (1956) dalam MacDougall (2002), pengecilan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
ukuran kopi yang sangat halus menghasilkan nilai kecerahan yang maksimum. Perhitungan reflektansi meningkat seiring dengan penurunan ukuran partikel. Bubuk pigmen klorofil yang dihasilkan dari pengeringan oven vakum menghasilkan ukuran yang sedikit kasar sehingga intensitas warna hijau klorofilnya lebih rendah dibandingkan bubuk klorofil yang dihasilkan pengering semprot.
5.3.
Rendemen Rendemen dihitung dari perbandingan bubuk klorofil terenkapsulasi yang
dihasilkan dengan bahan yang digunakan. Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan. Hasil uji statistik pengaruh jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 11.
FTIP001628/059
60
Tabel 11.
Pengaruh Jenis Sayuran dan Lama Pengeringan Terhadap Rendemen Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan Rata-rata (%) Jenis Sayuran (A) a1 = daun singkong 0,42 a a2 = daun bayam 0,29 a a3 = daun pepaya 0,58 a Lama Pengeringan Oven Vakum (B) b1 = 30 menit 0,33 a b2 = 60 menit 0,48 a b3 = 90 menit 0,49 a
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis sayuran dan lama pengeringan untuk semua perlakuan tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan karena bahan yang ditambahkan untuk semua perlakuan sama. Persentase rendemen bubuk klorofil dipengaruhi oleh proses pembuatan, jumlah bahan penyalut, dan jumlah akuades yang ditambahkan sebelum pengeringan. Jumlah padatan dan jumlah akuades yang ditambahkan pada setiap perlakuan sama, selain itu konsentrasi dekstrin yang digunakan sebagai bahan penyalut sama yaitu 50%.
5.4.
Penentuan Perlakuan Terbaik Hasil uji statistik (Tabel 12) menunjukkan bahwa lama pengeringan 30 menit,
60 menit, dan 90 menit memberikan perbedaan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kandungan total klorofil, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b, nilai a*, dan rendemen.
FTIP001628/060
61
Taraf yang berbeda dari daun singkong, daun bayam, dan daun pepaya pada perlakuan jenis sayuran memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata untuk
rendemen. Sedangkan pada nilai kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b,
daun bayam memperoleh nilai yang tertinggi dibandingkan kedua jenis sayuran lainnya.
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan
FTIP001628/061
62
Tabel 12. Matriks Perlakuan Terbaik Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Interaksi Karakteristik a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2
Mandiri a3b3
a1
a2
a3
b1
b2
b3
Kandungan Klorofil Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Total Klorofil BPKT
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10,14 b 23,47 a 3,21 c 12,91 a 12,40 a 11,52 a
Klorofil a BPKT
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6,96 b 14,65 a 1,51 c
7,86 a
7,73 a 7,53 a
Klorofil b BPKT
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,20 b
5,06 a
4,69 a 4,01 a
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-2,91 b -4,34 a 0,55 b -2,57 a -2,55 a -1,58 a
Rendemen BPKT (%)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,42 a
0,29 a
0,58 a
0,33 a
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5
1
1
8,85 a
1,71 b
Warna bubuk klorofil Warna (a*) BPKT Rendemen pengeringan
Keterangan :
0,48 a 0,49 a 1
1
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDA
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memp dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya in [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, pene
Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. BPKT = Bubuk Pigmen Klorofil Terenkapsulasi a1 = daun singkong, a2 = daun bayam, a3 = daun pepaya b1 = 30 menit, b2 = 60 menit, b3 = 90 menit
FTIP001628/062