MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS II PADA SMP NEGERI 2 BULUKUMPA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Rangka Penyelesaian Studi untuk Mendapat Gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
HIKMAWATI NIM. 01 048 287
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2005
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………….
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………
iii
MOTTO ……………………………………………………………………
iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
vii
ABSTRAK ……………………………………………. ………………….
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
5
C. Pengertian judul
5
D. Tujuan penelitian
7
E. Manfaat hasil penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
8
B. Metode penemuan
10
C. Pengertian belajar dan Pembelajaran
16
METODE PENELITIAN A. Populasi dan sampel
21
B. Teknik pengumpulan data
23
C. Prosedur penelitan
23
D. Teknik analisis data
38
BAB IV
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian tahap I dan pembahasan
29
B. Hasil penelitian tahap II dan pembahasan
38
PENUTUP A. Kesimpulan
48
B. Saran
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN A: MATERI PENGAJARAN LAMPIRAN B: INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN C: DATA MENTAH LAMPIRAN D: DATA PENGGUNAAN METODE PENEMUAN LAMPIRAN E: SURAT-SURAT PENELITIAN RIWAYAT HIDUP
49 50 53 54 63 65
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
bukan
ditentukan oleh potensi sumber daya alam saja, tetapi juga sumber daya manusia yang memegang peran penting. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan. Dari uraian di atas, jelas bahwa pendidikan diletakkan pada posisi yang sangat penting. Pendidikan diberi arti sebagai proses yang terus menerus seumur hidup, berlangsung dimana dan kapan saja, serta tidak terikat kepada kelompok tertentu. Lebih-lebih pada saat sekarang, baik fisik maupun mental, peranan pendidikan sangat mendasar. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian, pendidikan Nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangun yang membangun dirinya serta sama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah telah banyak melakukan berbagai upaya baik mengenai pembaharuan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan
2
kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan menejmen pendidikan serta usaha-usaha lain yang berkaiatan dengan kualitas pendidikan. Sebagai peningkatan kualitas pendidikan, matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Matematika dapat membantu sisiwa berfikir ilmiah, logis dan kritis. Di samping itu, matematika merupakan pengetahuan dasar yang di perlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh terutama dalam menentukan strategi belajar mengajar yang tetap, seperti pengalokasian waktu dan metode pengajaran yang diharapkan dalam materi pelajaran tersebut; keaneka ragaman karakteristik materi pelajaran memerlukan adanya variasi metode pengajaran. Seperti yang dikemukakn Roestiyah sebagai berikut: Setiap jenis metode penyajian harus sesuai atau dapat mencapai tujuan tertentu. Jadi untuk tujuan yang berbeda guru harus menggunakan teknik penyajian beberapa tujuan, ia harus mampu
3
menggunakan beberaopa mencapai tujuan tersebut. 1
teknik
pengajian
sekaligus
untuk
Oleh karena itu, selain seorang guru yang telah menguasai bahan pelajaran juga dituntuk dapat mengetahui beberapa macam metode mengajar dan strategi penyajian bahan pelajaran. Sebab peranan guru bukan hanya semata-mata sebagai pencetak kepriabadian, mengepor pengetahuan dengan kata-kata atau mendemonstrasikan bahan pelajaran atau tingkah laku yang harus ditiru oleh siswa, tetapi lebih dari itu seorang guru dituntut sebagai pengatur situasi belajar, sebagai peserta atau perantara dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya adalah titik berat proses belajar mengajar harus berpindah dari guru kepda siswa, ini menyangkut keaktifan siswa dalam belajar. tugas guru dalam hal ini adalah menciptakan iklim dan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dan efesien. Berdasarkan
fakta
di
lapangan,
ditemukan
bahwa
pada
umumnya siswa kurang memberi respon yang positif terhadap matematika, sehingga pada akhirnya menimbulkan kesulitan belajar dalam pelajaran matematika. Di samping itu, penomena yang sering diperlihatkan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika yaitu siswa kurang mampu melibatkan diri secara aktif dalam proses
1
Roestiyah, dkk, Seni Belajar Mengajar (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 2.
4
belajar mengajar, walaupun ada satu dua orang yang aktif dalam proses belajar mengajar dan siswa cepat melupakan materi pelajaran meskipun materi tersebut baru saja di ajarkan. Hal ini mengakibatkan materi selanjutnya sulit untuk dipahami siswa, selain dari pengalaman pribadi, guru-guru matematika di sana pun sering menceritakan hal yang demikian dengan hasil observasi penulis. Timbulnya kondisi di atas, kemungkinan diakibatkan kondisi proses belajar mengajar yang selama ini mereka rasakan yakni strategi pembelajaran yang diterapkan guru cenderung monoton dan bersifat “menyelesaikan materi” sehingga materi yang diterima siswa kurang bermakna dan tidak mampu mengendap dalam memori siswa. Kelemahan lain dari kondisi belajar mengajar yang dialami siswa selama ini adalah siswa di tempatkan sebagai peserta didik yang sifatnya fasif, sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa sulit dikembangkan yang pada akhirnya siswa kurang memperlihatkan keaktifan dalam proses balajar mengajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar matematika guru harus memperlihatkan agar siswa belajar aktif, gembira, mengerti serta aktif, efektif dan efesien, sebab belajar aktif dapat menyebakan ingatan mengenal pelajaran tahan lama dan pengetahuan meluas serta dapat menemukan prinsip-prinsip matematika untuk diri mereka sendiri. 2 2
h. 74.
Sriyono, dkk, Teknik Belajar Mengajar dalan CBSA (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
5
Metode belajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa
dalam
belajar
matematika
adalah
penerapan
metode
penemuan, sebab metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode belajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.3 Dengan proses penemuan sendiri, siswa tidak hanya menghafal tetapi memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya. B. Rumusan Masalah Adapun masalah dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika pada SMP Negeri 2 Bulukumpa ? 2. Apakah penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika ? C. Pengertian Judul Keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar, ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani. Karena partisipasi aktif dalam proses belajar akan melibatkan
3
192.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.
6
intelektual dan emosional siswa dalam proses belajarnya. Selain itu dapat meningkatkan kreatifitas dan berpikir kritis pada siswa yang dapat memperkuat motivasi siswa untuk dapat belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika siswa akan lebih menerima dan menguasai materi pelajaran jika siswa aktif jasmaniah dan rohaniah dalam belajar seperti keaktifan indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan emosiaonal.4 Metode penemuan menurut Ruseffendi E.T menjelaskan bahwa metode penemuan adalah suatu metode mengajar yang mengatur pengajaran matematika sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan yang sebelumnya diketahui tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.5 Metode penemuan ini sejalan dengan metode induktif, karena cara siswa memahami suatu konsep dari jumlah konkrit kemudian sampai pada generalisasi. Penekanan metode penemuan ini juga dijelaskan Suryobroto, sebagai berikut: metode penemuan diartikan sebagai suatu proses yang mementingkan pengajaran perorangan, menemukan, mengartikan sendiri tentang pengertian konsep, sebelum
4
Sriyono, “Teknik dalam Belajar mengajar”, op. cit., h. 76.
Ruseffendi E.T. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsibu, 1988), h. 329. 5
7
sampai generalisasinya, sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.6 Mengajar dengan metode penemuan, maka peserta didik diberi motivasi dan dorongan untuk mengajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dalam proses belajar. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran melalui pengajaran metode penemuan. 2. Untuk
mengetahui
penggunaan
metode
penemuan
dalam
pembelajaran matematika D. Manfaat hasil penelitian Dalam melaksanakan penelitian selalu dibarengi dengan hasil yang diharapkan. Informasi-informasi yang diperolah dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sebagai pelaksana, kepada guru dan dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika.
Suryobroto, Mengenal Pelajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar (Yokyakatya: Armanda, !986), h. 141. 6
8
1. Bagi guru, khususnya guru matematika sebagai bahan masukan bagi guru khususnya guru matematika mengenai peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode penemuan. 2. Bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan matematika, dalam penelitian ini diharapkan memberikan informasi bahwa metode penemuan dapat meningkatkan keaktifan sisiwa dalam pembelajaran matematika selain pendekatan CBSA sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode atau strategi belajar mengajar yang tepat. 3. Merupakan sumbangan terhadap nusa dan bangsa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 1. Pengertian keaktifan Keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani. Pendidikan saat ini menginginkan keaktifan peserta didik dalam mencoba dan mengerjakan sesuatu yang dapat memantapkan hasil studinya. Lebih dari itu, akan menjadikan peserta didik rajin, tekun uji, dan percaya pada diri sendiri. Partisipasi aktif siswa dalam proses belajar akan melibatkan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajarnya, selain itu dapat meningkatkan kreatifitas dan berfikir kritis pada siswa, yang dapat memperkuat motivasi siswa untuk belajar. Demikian juga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang bermakna dan membantu siswa dalam mendapatkan pengertian atau pengalaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jhon Dewey bahwa: Pendidikan adalah proses pengalaman. Tiap pengalaman positif maupun negatif pasti berguna bagi anak. Berdasarkan pengalaman ia akan membentuk pengertian dan pendapat, mengambil kesimpulan, bersikap tepat dan memilih keterampilan belajar dan bekerja.1 Sriyono, Teknis dalam Belajar Mengajar Dalam CBSA. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 76. 1
9
Demikian pentingnya pengalaman sendiri, pengamatan sendiri dan penyelidikan sendiri. Selain itu, pepatah mengatakan pengalaman adalah guru yang paling terbaik. Dalam kurikulum pendidikan dasar, matematika memilih dua ciri yaitu: memilih obyek yang abstrak dan pola fikir deduktif dan konsisten. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika siswa akan lebih menerima dan menguasai materi pelajaran jika siswa aktif jasmaniah dan rohaniah dalam belajar seperti keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosional. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar Ada beberapa faktor belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa yang aktif, yakni stimulasi belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan. Ada dua cara yang mungkin membantu siswa agar pesan tersebut mudah diterima: a. Perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. b. siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya.2
B. Metode Penemuan 2
Sriyono, op. cit. h. 15.
10
1. Pengertian metode penemuan Metode penemuan merupakan suatu cara penyampaian ide-ide atau gagasan-gagasan melalui proses penemuan di mana peserta didik menemukan sendiri pola-pola dan struktur-struktur yang sebelumnya belum
diketahui
melalui
pengalaman-pengalaman
belajarnya.
Demikian Ruseffendi E.T. menjelaskan bahwa: metode penemuan adalah suatu metode mengajar yang mengatur pengajaran matematika sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui, tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.3 Selanjutnya Yuwono menjelaskan bahwa: metode penemuan adalah suatu teknis penyampaian topik-topik atau struktur-struktur melalui rentetan pengalaman-pengalaman yang lampau. Sedangkan
Hudoyo
mengemukakn
bahwa:
keterangan-
keterangan yang harus dipelajari itu tidak disajikan dalam bentuk final (akhir) sehingga merumuskan aktivitas mental dalam proses belajar. Jadi benar-benar seorang penemu yang mengumumkan berdasarkan analisa dan pandangannya sendiri sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah jalannya proses belajar.4 Ruseffendi E.T., Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsibu, 1988), h. 329. 3
Hudoyo Herman, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), h. 193. 4
11
Namun Bruner Nur Muhammad, menjelaskan bahwa: mengajar dengan penemuan artianya mengejarkan suatu bahan kajian atau materi pelajaran kapada peserta didik tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi ditujuakn untuk lebih membuat peserta didik untuk berfikir untuk diri mereka sendiri dan turut mengambil bagian dalam proses belajar mengajar. 5 Metode penemuan ini sejalan dengan metode induktif, karena cara siswa memahami suatu konsep dari jumlah konkrit kemudian samapai pada generalisasi. Penekanan metode penemuan ini juga dijelaskan Suryobroto sebagai berikut: “Metode penemuan diartikan sebagai suatu proses yang mementingkan pengajaran perorangan, menemukan, mengartikan sendiri tentang pengertian konsep, sebelum sampai pada generalisasinya,sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tak menjelaskan dengan kata-kata”.6 Selain itu, mengajar dengan metode penemuan, guru dituntut memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa untuk belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh bahwa: mengajar dengan metode penemuan maka peserta didik diberi motivasi dan dorongan untuk mengajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip matematika dalam proses belajar dan Clor, Muhammad, dkk. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktif Dalam Pengajaran. Surabaya: University: Negeri Surabaya (2002-!). 5
Suryobroto, Mengenal Pelajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Balajar Mengajar (Yokyakarta: Armada, 1986), h. 141. 6
12
mengajar mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman serta melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip matematika untuk diri mereka sendiri. 2. Kelebihan metode penemuan a. Siswa dapat berpartisipasi aktif pada proses belajar mengajar dengan baik. b. Siswa akan berfikir kreatif dalam proses penemuan dan perumusan konsep sehingga dapat memahami dan mentransfer situasi proses belajar baru. c. Motivasi siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan akan percaya diri. d. Membatasi guru untuk menambah materi baru, jika siswa belum paham materi yang dipelajari. e. Memberikan
kepuasan
kepada
siswa
sebagai
penemu
dan
merumuskan sendiri hipotsisnya, sehingga siswa ingin menemukan lebih lanjut. f. Situasi belajar lebih bermakna sehingga siswa lebih terangsang dalam proses belajar mengajar. g. Metode ini memugkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu.7
7
Hudoyo Herman, op. cit. h. 103.
13
Dari kelebihan metode penemuan di atas, dapat disimpulkan bahawa siswa dapat berpartisipasi, berfikir kreatif dalam perumusan konsep, guru dapat membaca kondisi siswa atau mengetahui kemampuan siswa dalam belajar, siswa merasakan kepuasan dalam penemuannya sehingga dengan sendirinya ingin mengembangkan lebih lanjut penemuannya tersebut, serta siswa merasakan proses belajar lebih bermakna dan menimbulkan semangat ingin tahu. 3. Kekurangan metode penemuan a. Memerlukan perubahan-perubahan kebiasaan siswa belajar yang menerima informasi dari guru kebelajar mandiri dan kelompok. b. Guru dituntut mengadakan perubahan kebiasan sehingga pemberi atau penyaji informasi menjadi sebgai motivator dan pembimbing siswa dalam belajar. c. Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya. d. Metode ini terlalu bebas dalam belajarnya, tetapi belum tentu siswa dapat belajar dengan tekun dan terarah. e. Menuntut bimbingan yang baik, sehingga kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
14
f. Pemecahan masalah mungkin dapat membosankan sehingga tidak menjamin penemuan arti.8 Dari kekurangan metode penemuan, bahwa siswa harus belajar keras dan guru harus mampu memberikan informasi sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam belajar. Dan metode ini memerlukan waktu yang banyak sehingga terkesan siswa terlalu bebas dan jenuh serta bosan dalam belajar sehingga jika guru terbatas maka metode ini sulit terlaksana dengan baik. 4. Langkah-langkah metode penemuan a. Menyajikan masalah Guru memilih dan menyajikan masalah matematika kepada siswa untuk dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. b. Latihan pengembangan Guru
membimbing
dan
mengarahkan
siswa
percobaan sederhana dan meningkat secara bertahap.
c. Penyusunan data
8
Ibid, h. 104.
melakukan
15
Bagi siswa yang belum menemukan pola dari hasil percobaan pada langkah 2, guru membimbingnya menyusun data ke dalam daftar yang dapat memperlihatkan suatu pola tertentu. d. Penambahan data Walaupun data telah di susun dalam daftar, namun belum tentu setiap siswa dapat memperoleh data tambahan. Untuk itu guru membimbing siswa lebih terarah menyusun data seperti langkah 3 ke dalam suatu daftar yang lebih jelas polanya. e. Penemuan dan pengecekan pola Dari langkah 4 siswa diharapkan sudah menemukan pola, dan selanjutnya siswa mengecek pola yang ditemukan apakah sudah benar atau belum. f. Penerapan pola Pola yang sudah ditemukan siswa dicobakan pada masalah. g. Penemuan jawaban Setelah siswa telah mencobakan pola pada masalah, jika ternyata sudah benar, maka siswa telah menemukan jawaban masalah. h. Verifikasi jawaban Langkah-langkah metode penemuan merupakan upaya untuk menyajikan masalah untuk latihan pengembangan, menyusun data,
16
penambahan data serta dapat mengecek pola, kemudian menerapkan pola untuk menemukan jawaban. 9 Karena jawaban yang telah ditemukan siswa bersifat generalisasi, maka guru perlu melakukan verifikasi terhadap temuan siswa itu secara deduksi. Hal ini penting karena dalam matematika tidak menerima generalisasi atas dasar induksi atau empirik. C. Pengertian belajar dan pembelajaran 1. Pengertian belajar Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapai setiap orang. Sehingga banyak ahli-ahli membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini, tidak dipertentangkan kebenaran teori setiap yang dihasikan, tetapi yang lebih penting adalah pemakain teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling cocok dengan situasi kebudayaan kita. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu pelajaran yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek lingkah laku, pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut: “ Belajar adalah proses suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara 9
Ibid, h. 105.
17
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Pendapat lain dikemukakn oleh Garry dan Kingslay bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan.11 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya, karena itu tidak tentu bahwa setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Berikut ini dikemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar sebagai berikut: a. Perubahan terjadi secara sadar. Hal ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurangkurangnya individu merasakan telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rinneka Cipta, 1992), h. 3. 10
Ahmad, Studi Perbandingan Tentang Sistem Penempatan Siswa Kelas Satu SMA Negeri 5 Ujung Pandang Dalam Pengajaran Matematika (Skripsi) (Ikip Ujung Pandan: T.tp, 1991), h. 12. 11
18
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam proses belajar perubahan terjadi senantisa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. d. Perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara. e. Perubahan yang terjadi mencakup segala tingkahlaku. Individu yang belajar, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan tingkahlaku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sedangkan menurut Herman Hudoyo dalam belajar terdapat 3 pokok masalah, yaitu: a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar. b. Masalah mengenai belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan. c. Masalah mengenai hasil belajar Beberapa ahli mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar, di antaranya: “Belajar adalah suatu proses yang aktif, artinya yang belajar itu ikut serta dalam proses itu dengan aktif”. 12 Menurutnya, orang yang belajar itu mempelajari apa yang sedang dilakukannya, apa yang dirasakannya dan apa yang dipikirkan. 12
E. P. Hutabarat, Cara Belajar ( Ttp: PT. BPK Gunung Mulia, 1995), h. 12.
19
Ia memberi reaksi atau tanggapan tentang apa yang terjadi sewaktu berlangsung proses belajar. Belajar adalah suatu proses perkembangan oleh karena secara kodrat jiwa raga anak mengalami perkembangan sedangkan perkembangan itu sendiri memerlukan sesuatu. Sesuatu itu terdapat pada diri anak dan lingkungannya. 13 Dari beberapa pengeritan di atas, jelas terlihat bahwa seseorang telah dikatakan belajar jika pada dirinya telah terjadi perubahan tertentu untuk perubahan tingkahlaku untuk menjadi mahir dan dari tidak bisa menjadi bisa. Namun perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang. 2. Pengertian pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang tidak hanya sekedar penyampaian informasi dari guru kepada siswa, tetapi ada intetraksi antara guru dengan siswa. Hudoyo mengemukakan bahwa: pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengajar, di mana pengajar penyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik.14 Menurut Ali bahwa: pembelajaran adalah suatu kegiatan mengorganisasikan atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya
Agoes Sarjono, Bimbingan Belajar Kearah Yang Sukses (Jakarta: Rineka Cita, 1995), h. 12. 13
14
Hudoyo Herman, op. cit. h. 6.
20
dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.15 Selanjutnya Sujana yang mengemukakan yang tidak jauh beda dengan Ali bahwa: pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses mengatur mengorganisasikan lingkungan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.16 Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu rangkaian aktifitas yang dilakukan untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman tentang materi matematika kepada peserta didik yang berlansung secara efektif dan efesien. Proses pembelajaran matematika dapat berjalan dengan baik, bila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya salaing mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengetahuan guru tentang
berbagai strategi belajar
mengajar.
15
Ali M., Guru Dalam Poses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1987), h. 12
Sukjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajaran (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 29. 16
21
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arif Tiro populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri, penomena atau konsep yang menjadi pusat perhatian. 1 Pendapat lain dikemukakan oleh Sugiyono bahwa: Pupulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 2 Bertolak dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan obyek atau subyek yang dimiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Ada pun yang menjadi populasi dalam penelitian ini, siswa kelas II SMP Negeri 2 Bulukumpa, sebanyak 125 orang. 2. Sampel Mengingat karena adanya keterbatasan dana, waktu dan tenaga, sementara jumlah populasinya tidak sedikit maka dalam hal ini peneliti hanya mengambil sampel sebagai obyek penelitian. Sampel adalah
Muhammad Arif Tiro, Dasar-dasar Statistika (Cet. Iv; Makassar: State Univerity of Makassar Press, 2003), h. 3. 1
2
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Cet. V; Bandung: Alpabeta, 2003), h. 55.
22
“sejumlah
anggota
yang
dipilih/diambil dari
suatu
populasi.” 3
Sedangkan menurut Sugiyono “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” 4 Jadi sampel adalah bahagian dari populasi yang diambil dengan cara tertentu yang dianggap dapat mewakili karakteristik populasi. Adapun teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah dengan cara random sampling (sampel acak). Yang dimaksud dengan random
sampling
adalah
pengambilan
unsur
sampel
secara
sembarangan melalui undian. Tabel bilangan random atau dengan acak sistematis (sistematik random). 5
metode ini, dipergunakan dengan
pertimbangan bahwa populasinya dianggap homogen karena memiliki beberapa kesamaan di antaranya, siswa SMP Negeri 2 Bulukumpa, adapun sampel adalah kelas II5. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa jika jumlah subjeknya besar, maka dapat diambil sampel antara 10% - 15%, atau 20% - 25%, atau lebih,6 maka sampelnya 15% dari 125 adalah 24 orang siswa.
3
Muhammad Arif Tiro, lot.cit.
4
Sugiyono, op.cit., h.56.
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiaya (Cet. VII; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 73. 5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Cet. XI; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 120. 6
23
B. Teknik Pengumpulan Data Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pengambilan data dengan cara observasi indikator yang akan diukur, yaitu penyajian masalah, latihan pengembangan, penyusunan data, penambahan data, penemuan dan pengecekan pola, penerapan pola, penemuan jawaban dan verifikasi jawaban. Untuk mengukur indikator tersebut digunakan pada pedoman observasi sebagai instrumen penelitian dalam metode penemuan dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi. Kemudian dalam penggunaan metode penemuan dalam belajar matematika, penulis terlibat langsung dalam mengobservasi proses pembelajaran matematika tersebut. C. Prosedur Penelitian 1. Gambaran umum penelitian Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada awal semester II dengan dua tahap. Tiap tahap dilaksanakan 5 kali pertemuan seperti yang telah didesain dalam penelitian di kelas. Sasaran umum dari setiap tahap adalah meningkatkan keaktifan siswa kelas II5 SMP Negeri 2 Bulukumpa dalam proses balajar mengajar. Adapun prosedur yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan pengajaran penemuan pada setiap penyajian materi matematika.
24
2. Rincian pelaksanaan tindakan Tahap Pertama a. Tahap perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu diadakan persiapan antara lain: 1)
Mengadakan obsevasi awal tentang keaktifan siswa dalam prosees belajar mengajar serta faktor-faktor penyebabnya.
2)
Menelaah kurikulum matematika SMP Negeri 2 Bulukumpa kelas II semester genap dan mempelajari bahan yang akan diajarkan dari berbagai sumber.
3)
Merancang atau menyusun pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki pada siswa dan memungkinkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terbagun.
4)
Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan, berupa skenario pembelajaran dan LKS.
5)
Membuat format observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
b. Tahap tindakan
25
Pelaksanaan tindakan pada tahap pertama dalam penelitian ini mengkuti langkah-langkah/skenario sebagai berikut: 1) Menyajikan materi pelajaran sesuai GBPP. 2) Menampilkan masalah matematika untuk diselidiki mahasiswa 3) Membimbing siswa untuk menemukan jawaban dari masalahmasalah tersebut. 4) Membimbing
siswa
untuk
menyimpulkan
jawaban
hasil
penemuan siswa setiap pertemuan. 5) Memberikan tugas PR disetiap pertemuan. c. Tahap Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan
mengacu
kepada
kriteria-kriteria
peningkatan
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Kriteria tersebut dituangkan ke dalam pedoman observasi. d. Tahap refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut direfleksi tindakan yang dilakukan. Selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan pada tahapan berikutnya. Tahap kedua a. Tahap perencanaan
26
Berdasarkan refleksi hasil tindakan tahap pertama, dirumuskan langkah-langkah pelaksanaan tindakan yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tahap pertama. Langkah-langkah yang dilaksanakan di arahkan sedemikian rupa sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan mempertimbangkan taraf kognitif siswa. b. Tahap tindakan Adapun langkah-langkah tindakan yang dilaksanakan adalah: 1) Menyajikan materi pelajaran sesuai dengan GBPP. Adapun teknis penyajian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Pemberian tugas masalah pada siswa Guru memilih dan menyajikan masalah matematika kepada siswa untuk dicari atau ditemukan sendiri oleh siswa. b) Latihan pengembangan dan bimbingan Guru
membimbing
siswa
dengan
mengadakan
percobaan
sederhana dan meningkat secara bertahab. c) Penyususnan data Bagi mahasiswa yang belum dapat menemukan pola dari hasil percobaan pada langkah 2, guru membimbingnya menyusun data ke dalam daftar yang dapat memperlihatkan suatu pola tertentu. d) Penambahan data
27
Walaupun data telah disusun dalam daftar, tetapi belum tentu setiap siswa dapat memperoleh data tambahan. Umtuk itu, diberikan bimbingan lebih terarah untuk menyusun data seperti langkah 3 ke dalam suatu daftar yang lebih jelas polanya. e) Penemuan dan pengecekan pola Setelah pola ditemukan diadakan pengecekan pola apakah sudah benar atau belum. f) Penerapan pola Pola yang telah ditemukan siswa dicobakan pada masalah g) Penemuan jawaban atau solusi Setelah siswa mencobakan pola pada masalah, jika ternyata sudah benar, maka siswa telah menemuka jawaban masalah. h) Verifikasi jawaban Karena jawaban yang telah ditemukan siswa barupa generalisasi secara induksi, maka guru perlu melakukan verifikasi terhadap temuan siswa itu secara deduksi. Hak ini penting karena matematika tidak menerima generalisasi atas dasar induksi atau empirik. i) Latihan pengayaan Untuk memantapkan perolehan atau temuan siswa perlu diberikan pengayaan. j) Mulai pada putaran baru
28
Setelah selesai hingga langkah 9 dapat dimulai lagi dengan masalah baru. Masalah baru ini dapat merupakan lanjutan/sama sekali baru. 2)
Dalam
penyajian,
guru
berperan
sebagai
seorang
tutor/pembimbing. Dengan demikian, siswa yang berperan aktif dalam menemukan sendiri pemecahan masalah. 3) Guru hanya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat, sehingga siswa tidak tetap bergantung pada pertolongan guru. c. Tahap observasi Secara umum observasi tahap kedua ini, relatif sama dengan tahap observasi pada tahap pertama. Observasi yang dilakukan ditingkatkan lagi kecermatannya dan diupayakan secara maksimal agar siswa lebih berpartisipasi secara aktif mengukuti proses belajar mengajar. d. Tahap refleksi Refleksi dilakukan pada setiap akhir tahapan. Analisis dibuat untuk memperoleh dari tahap observasi dikumpul dan diamati. Analisis dibuat untuk memperoleh kesimpulan mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika atas pembelajaran metode penemuan yang telah dilakukan selama dua tahap. D. Teknik Analisis Data
29
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan angket secara kuantitatif diskriptif untuk mengukur gambaran tentang rata-rata, range, median, maksimum, minimum dan standar deviasi. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil-hasil tindakan yang mengarah kepada peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian tahap I dan pembahasan Tahap I dilaksanakan selama 5 kali pertemuan. Setelah melaksanakan tindakan berupa pengajaran dengan metode penemuan, hasilnya berupa peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dijelaskan dari indikaor berikut: A. 1. Keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar Data indakator siswa mengikuti proses belajar mengajar selengkapnya pada lampiran B11 . Adapun hasil analisis diskriptif terhadap rata-rata persentase frekuensi indikator tersebut selanjutnya pada lampiran C11 dan disajkan pada tabel 1 dan 2 sebagaimana berikut: Tabel 1: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Mengikuti Proses Belajar Mengajar pada Tahap I
Statistik
Nilai Statistik
Subjek Tertinggi Terendah Rentang Mean Median Standar deviasi
24 5 2 3 4,20 4,5 1,020
30
Tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dan frekuensi keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar pada tahap I adalah 4,20% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100% dan yang terendah yang mungkin dicapai ialah 0%. Adapaun
keaktifan
siswa
mengikuti
proses
belajar
mengajar jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 2 berikut: Tabel 2: Keaktifan Siswa Mengikuti Proses Belajar Mengajar Berlangsung Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap I
No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
5 ke atas
Aktif
12
50%
2
3 sampai 4
Kurang aktif
9
37,5%
3
<2
Tidak aktif
3
12,5%
Secara umum keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar tidak mengalami masalah seperti halnya indikator lain. Karena jumlah siswa yang tidak mengikuti proses belajar mengajar hanya 12,5% dari jumlah siswa kelas II5 dan ini tidak mempengaruhi frekuensi keaktifan siswa.
31
Berdasarkan tabel 1 dan 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jumlah siswa yang tidak mengikuti proses belajar mengajar selama tahap I mengalami peningkatan. Jika ditinjau dari indikator keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar yaitu 50%. 2. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan saat proses belajar mengajar berlangsung Pada indikator keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar. Selengkapnya pada lampiran B 12. Adapun hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata persentase frekuensi indikator tersebut selanjutnya seperti pada lampiran C 12 dan disajikan pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut:
Tabel 3: Deskripsi frekuensi keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada saat proses belajar mengajar berlangsung pada tahap I
Statistik
Nilai statistik
Subjek
24
Tertinggi
2
Terendah
0
Rentang
2
Mean
0,70
Median
1
Standar deviasi
0,62
32
Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari frekuensi keaktifan siswa mengajukan pertanyaaan pada proses belajar mengajar pada tahap I adalah 0,70% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100%. Berdasarkan hasil pedoman obsevasi pada tahap I terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan, meskipun pada pertemuan kedua tahap I nampaknya siswa kurang termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Motivasi yang diberikan nampaknya efektif, terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan pada pertemuan berikut. Tindakan berupa pemberian motivasi ini dipertahankan terus dan diberikan setiap pertemuan. Adapun frekuensi keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 4 berikut: Tabel 4: Keaktifan Siswa Mengajukan Pertanyaan Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung Berdasarkan Kelompok Siswa Pada Tahap I No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
2 ke atas
Aktif
2
8,33%
2
1
Kurang aktif
13
54,1%
3
0
Tidak aktif
9
37,5%
33
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum frekuensi keaktifan siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat proses belajar mengajar berlangsung selama tahap I relatif mengalami peningkatan. Adapun frekuensi keaktifan siswa yang mengajukan pertanyaan pada pertengahan tahap I terlihat mengalami penurunan diakibatkan karena nampaknya materi yang dibahas pada waktu tersebut mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan. Sehingga yang aktif hanya 8,33%. 3. Keaktifan siswa menyelesaikan soal latihan di papan tulis Data indikator keaktifan siswa menyelesaikan soal di papan tulis selengkapnya pada lampiran B13. Adapun hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata persentase terhadap frekuensi indikator tersebut, selanjutnya pada lampiran C13 dan disajikan pada tabel 5 dan 6 sebagai berikut: Tabel 4.5: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Menyelesaikan Latihan di Papan Tulis pada Tahap I Statistik
Nilai statistik
34
Subjek
24
Tertinggi
4
Terendah
0
Rentang
4
Mean
1,62
Median
1
Standar deviasi
1,46
Tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari frekuensi keaktifan siswa menyelesaikan soal latihan di papan tulis pada tahap I adalah 1,62% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100% dan yang terendah yang mungkin dicapai adalah 0%. Berdasarkan hasil pedoman observasi terlihat bahwa pada pertemuan pertama frekuensi keaktifan siswa yang berani tampil ke papan tulis sangat kurang, itupun siswa yang ditunjuk untuk tampil ke papan tulis. Walaupun siswa takut untuk tampil, guru tetap menunjuk siswa tampil dengan menekankan bahwa untuk tampil ke papan tulis, jawaban tidak mutlak benar, namun yang utama adalah keberanian. Pada pertemuan berikut, nampaknya motivasi yang diberikan berpengaruh, sehinga siswa yang tampil kepapan tulis bertambah dan bukan siswa yang sama pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, siswa yang tampil ke papan tulis tidak semuanya ditunjuk lagi oleh guru akan tetapi kemauan sendiri sebab terlihat bahwa yang memberi
35
jawaban yang keliru tidak dimarahi tetapi bahkan diarahkan oleh guru untuk memberi jawaban benar, dan siswa tetap berusaha memberikan jawaban benar di papan tulis. Adapun frekuensi keaktifan siswa tampil ke papan tulis untuk menyelesaikan soal-soal latihan, jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka diuraikan seperti pada tabel 6 berikut: Tabel 6: Keaktifan Siswa Menyelesaikan Soal-soal Latihan di Papan Tulis Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap I
No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
4 ke atas
Aktif
5
2,08%
2
3 sampai 2
Kurang aktif
6
25%
3
<1
Tidak aktif
13
54,1%
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum frekuensi keaktifan siswa yang berani tampil ke papan tulis menyelesaikan soal latihan mengalami peningkatan. Hal ini juga berarti frekuensi siswa yang tidak aktif mengalami penurunan yaitu dari 54,1% menjadi 20,8% yang aktif. 4. Keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR
36
Data
indikator
keaktifan
siswa
menyelesaikan
tugas
PR
selengkapanya pada lamapiran B14. Adapun hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata persentase frekuensi indikator tersebut selanjutnya seperti pada lampiran C14 dan sisajikan pada tabel 7 dan 8 sebagai berikut:
Tabel 7: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Menyelesaikan
Tugas PR pada Tahap I Statistik
Nilai statistik
Subjek
24
Tertinggi
3
Terendah
0
Rentang
3
Mean
1,25
Median
1
Standar deviasi
1,02
Tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari
frekuensi keaktifan siswa menjadi tugas PR pada tahap I adalah 1,25% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100% dan terendah yang mungkin dicapai adalah 0%.
37
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa secara umum jumlah siswa yang tidak menyelesaikan tugas PR-nya pada tahap I mengalami permasalahan hanya pada pertemuan pertama dan kedua. Namun pada pertemuan berikutnya hampir seluruh siswa menyelesaikan tugas yang diberikan kepada siswa, kecuali jika siswa tersebut alpa. Menurunnya jumlah siswa yang tidak menyelesaikan tugas PR diakibatkan adanya sangsi yang diberikan kepada siswa, sehingga mereka takut jika tidak menyelesaikan tugasnya. Adapun keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8: Keaktifan Siswa Menyelesaikan Tugas PR pada Tahap I No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
3 ke atas
Aktif
4
16,6%
2
2 sampai 1
Kurang aktif
13
54,1%
3
0
Tidak aktif
7
29,1%
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jumlah siswa yang tidak menyelesaikan tugas PR mengalami penurunan selama tahap I. Hal ini berarti bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan jika ditinjau dari
38
indikator keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR, yaitu yang tidak aktif adalah 29,1% menjadi 16,6% yang aktif. B. Tindakan yang dilaksanakan pada tahap I pada metode penemuan Tahap I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, dimana pada tahapan ini ada 8 tindakan yang dilaksanakan, selengkapnya pada lampiran E1. dan disajikan pada tabel 10 berikut: Tabel 10: Pelaksanaan Metode Penemuan Pada Tahap I No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
15 ke atas
Selalu
3
37,5%
2
14 sampai 13
Kadang-kadang
4
50%
3
12 sampai 10
1
12,5%
Tidak sama sekali
Tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata frekuensi tindakan yang dilaksanakan pada metode penemuan sebesar 37,5%, %. Dari pedoman obsevasi menunjukkan bahwa dalam metode penemuan kreatifitas siswa sangat diperlukan, dan ini mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dilihat dari tindakan-tindakan diamati yang sangat bervariasi dan tidak monoton dalam penggunaan
39
metode belajar mengajar dan tidak mengkunkung kreatifitas siswa dan metode penemuan selalu dilaksanakan. B. Hasil penelitian tahap II Tahap II dilaksanakan selama 5 kali pertemuan, setelah mengadakan tindakan berupa pengajaran dengan metode penemuan. Hasilnya berupa peningkatan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar dapat dijelaskan dari dari indikator berikut:
A.1. Keaktifan siswa mengikuti preses belalar mengajar. Data indikator keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar
pada tahap II selengkapnya pada lampiran B21. Adapun
analisis deskriptif terhadap rata-rata persentsae frekuensi indikator tersebut, selanjutnya seperti pada lampiran C 21 dan disajikan pada tabel 11 dan 12 berikut Tabel 11: Diskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Mengikuti Proses Belajar Mengajar pada Tahap II
Statistik
Nilai statistik
40
Subjek
24
Tertinggi
5
Terendah
3
Rentang
2
Mean
4,87
Median
5
Standar deviasi
0,44
Tabel 11 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari frekuensi keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar pada tahap II adalah 4,87% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu100% dan yang terendah yang mungkin dicapai yaitu 0%. Secara umum keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar tidak mengalami masalah seperti halnya indikator lain. Selama pelaksanaan tahap II khususnya pada pertemuan terakhir tidak ada lagi siswa yang tidak mengikuti proses belajar mengajar (alfa) Adapun keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 12 berikut:
Tabel 12: Keaktifan Siswa Mengikuti Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap II
41
No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
5 ke atas
Aktif
22
91,6%
2
4
Kurang aktif
1
4,1%
3
3
Tidak aktif
1
4,1%
Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jumlah siswa yang tidak mengikuti proses belajar mengajar selama tahap II mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan jika ditinjau dari indikator keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar yaitu mencapai 91,6%. Sedangkan yang kurang aktif dan tidak aktif mencapai 4,1%. 2. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan saat proses belajar mengajar berlansung Data indikator keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar pada tahap II selengkapnya pada lampiran B22 . adapun hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata persentase frekueni indikator tersebut, selanjutnya seperti pada lampiran C22 dan disajikan pada tabel 13 berikut: Tabel 13: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Mengajukan Pertanyaan pada Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung pada Tahap II Statistik
Nilai statistik
42
Subjek Tertinggi Terendah Rentang Mean Median Standar deviasi
24 3 0 3 1,16 1 0,76
Tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari frekuensi keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar pada tahap II adalah 1,16% dari persentase tertinggi yang mungkin dapat dicapai yaitu 100% dan terendah yang mungkin dicapai yaitu 0% Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan tahap II jika ditinjau dari indikator keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada umumnya mengalami peningkatan yang cukup berarti dibanding hasil yang diperoleh pada tahap I. Peningkatan tersebut khususnya terlihat dari keberanian siswa mengajukan pertanyaan pada tahap II ini merata, bukan saja siswa yang pandai, namun juga yang tergolong sedang. Di samping itu, kualitas pertanyaan yang diajukan juga mengalami peningkatan dibandingkan tahap sebelumnya, dimana pada tahap II ini, pertanyaan siswa yang diajukan lebih bermutu dibanding tahap I.
43
Adapun keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 13 berikut:
Tabel 14: Keaktifan Siswa Mengajukan Pertnyaan Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap II No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
3 ke atas
Aktif
1
4,1%
2
1 sampai 2
Kurang aktif
19
79,1%
3
0
Tidak aktif
4
16,6%
Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum frekuensi keaktifan siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat proses belajar mengajar selama tahap II relatif mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, jika ditinjau dari indikator keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada tahap II mencapai 4,1% yang dikategorikan aktif. 3. Keaktifan siswa menyelesaikan soal latihan di papan tulis saat pembelajaran berlangsung Data indikator keaktifan siswa menyelesaikan soal latihan di papan tulis pada tahap II selengkapnya pada lampiran B23. Adapun
44
hasil analisis deskriptif terhadap rata-rata persentase terhadapa frekuensi indikator tersebut, selanjutnya pada lampiran C 23 dan disajikan pada tabel 15 dan 16 sebagai berikut: Tabel 15: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis pada Tahap II Statistik
Nilai statistik
Subjek
24
Tertinggi
10
Terendah
5
Rentang
5
Mean
7,75
Median
8
Standar deviasi
1,17
Berdasarkan Tabel 15 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari frekuensi keaktifan siswa mengajukan pertanyaan pada proses belajar mengajar pada tahap II adalah 7,75% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100% dan terendah yang mungkin dicapai yaitu 0%. Adapun keaktifan siswa tampil ke papan tulis menyelesaikan soal-soal latihan, jika dianalisis berdasarkan kelompok, maka dapat diuraikan seperti tabel 16 sebagai berikut:
Tabel 16: Keaktifan Siswa Menyelesaikan Soal-soal Latihan di Papan Tulis Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap II
45
No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
8 ke atas
Aktif
18
75%
2
7 sampai 6
Kurang aktif
5
20,8%
3
5
Tidak aktif
1
4,1%
Berdasarkan tabel 16 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum frekuensi keaktifan siswa yang berani tampil ke papan tulis menyelesaikan soal latihan pada tahap II mengalami peningkatan dibanding tahap I. Pada tahap II siswa yang tampil ke papan tulis lebih merata jawaban yang diperoleh siswa ketika tampil pada umumnya betul, sebagian besar siswa tampil tidak lagi membawa buku catatan, meskipun soal yang diberikan tergolong sulit, namun beberapa siswa mampu menyelesaiakn di papan tulis yaitu mencapai 75% yang aktif. 4. Keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR Data indikator keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR pada tahap II selengkapanya pada lampiran B24.
Adapun hasil analisis
deskriptif terhadap rata-rata persentase frekuensi indikator tersebut selanjutnya seperti pada lampiran C24 dan disajikan pada tabel 17 dan 18 berikut: Tabel 17: Deskripsi Frekuensi Keaktifan Siswa Menyelesaikan
Tugas PR pada Tahap II
46
Statistik
Nilai statistik
Subjek
24
Tertinggi
5
Terendah
4
Rentang
1
Mean
4,91
Median
5
Standar deviasi
0,28
Tabel 17 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata persentase dari
frekuensi keaktifan siswa menjadi tugas PR pada tahap II adalah 4,91% dari persentase tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100% dan terendah yang mungkin dicapai adalah 0%. Berdasarkan
hasil
observasi
terlihat
bahwa
pelaksanaan
penelitian tahap II tidak mengalami kesulitan yang berarti hanya guru menekankan pada siswa yang tidak hadir hari ini tetap menyelesaikan tugas PR dan mengumpulkan pada pertemuan berikutnya, sehingga pertemuan terakhir semua menyelesaiakan tugas PR-nya. Adapun keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR jika dianalisis berdasarkan kelompok siswa, maka dapat diuraikan seperti pada tabel 18 sebagai berikut: Tabel 18: Keaktifan Siswa Menyelesaikan Tugas PR Berdasarkan Kelompok Siswa pada Tahap II
47
No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
5 ke atas
Aktif
22
91,6%
2
4 sampai 3
Kurang aktif
2
8,3%
3
<2
Tidak aktif
-
-
Berdasarkan tabel 18 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jumlah siswa yang tidak menyelesaikan tugas PR mengalami penurunan selama tahap II. Hal ini berarti bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan jika ditinjau dari indikator keaktifan siswa menyelesaikan tugas PR selama tahap II yaitu mencapai 91,6% yang aktif. B. Tindakan yang dilakukan pada tahap II pada metode penemuan Tahap II dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan, dimana pada tahapan ini ada 8 tindakan yang dilaksanakan, selengkapnya pada lampiran E2. dan disajikan pada tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 20: Pelaksanaan pada Metode Penemuan Tahap II No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
15 ke atas
Selalu
8
100%
48
2
13 sampai 14
3
12 sampai 10
Kadang-kadang
-
-
-
-
Tidak sama sekali
Tabel 20 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata frekuensi tindakan yang dilaksanakan pada metode penemuan 15 atau 100%. Dari pedoman obsevasi menunjukkan bahwa dalam metode penemuan kreatifitas siswa sangat diperlukan dan ini mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dilihat dari tindakan-tindakan diamati yang sangat bervariasi dan tidak monoton dalam penggunaan metode belajar mengajar dan tidak mengungkung kreatifitas siswa.
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa siswa kelas II5 SMP Negeri 2 Bulukumpa diberika pengajaran dengan metode penemuan, maka terjadi: 1 Peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terjadi peningkatan frekuensi siswa mengajukan pertanyaan saat proses belajar mengajar selama dua tahap, peningkatan frekuensi siswa
49
menyelesaikan soal-soal latihan dipapan tulis selama dua tahap, dan peningkatan frekuensi siswa menyelesaikan tugas PR selama dua tahap. 2. Penggunaan metode penemuan dalam belajar matematika pada SMP Negeri 2 Bulukumpa terjadi peningkatan yaitu 100% dengan kategori selalu melaksanakan penggunaan metode penemuan pada akhir tahap II. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa saran yang penulis dapat kemukakan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Agar guru matematika khususnya dapat menerapakan metode penemuan dalam proses belajar mengajar, sehingga keaktifan siswa dapat meningkat. 2. Dalam penerapan metode penemuan dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik sehingga metode ini dapat berjalan secara efektif.
KUESIONER MOTIVASI BELAJAR PETUNJUK 1. Sebelum menjawab pertanyaan kuesioner ini, isilah terlebih dahulu Data anda seperti berikut: Nama
:
Stambuk : Kelas
:
2. Jawablah pertanyaan pada lembar obsevasi dengan cara memilih salah satu alternatif dari a, b, dan c. 3. Pilihan jawaban anda, tidak akan dinilai benar atau salah. Karena itu diharapkan memberikan jawaban yang benar-benar sesuai keadaan yang anda alami sendiri. 4. Nyatakanlah pilihan jawaban anda dengan memberi tanda silang (X) pada poin yang anda pilih.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah anda berkeinginan sekali menjadi siswa terpandang di sekolahnya ? a. Sangar berkeinginan b. Berkeinginan c. Tidak berkeinginan 2. Selalukah anda berusaha menyelesaikan tugas-tugas sekolah anda dengan segerah tanpa menundanya ? a. Selalu mengerjakan b. Kadang-kadang mengerjakan c. Tidak sama sekali mengerjakan 3. Apakah anda mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa mengenal lelah ? a. Selalu b. Kadang-kadang 4. Apakah anda sering belajar, apabila akan menghadapi ulangan atau ujian ? a. Selalu belajar b. Kadang-kadang belajar c. Tidak sama sekali belajar
5. Apakah anda berkecenderungan menghindari jika akan mengikuti pelajaran yang terasa sukar bagi anda ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 6. Bila anda lagi malas untuk belajar, apakah anda berusaha mencoba belajar dengan segera ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 7. Apakah anda selalu belajar tekun untuk meningkatkan prestasi belajar anda ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 8. Apakah anda ingin sekali membentuk diri anda lebih baik lagi? a. Sangat berkeinginan b. Berkeinginan sekali c. Tidak berkeinginan
9. Apakah anda lebih suka berkumpul dengan orang yang dapat membantu pelajaran anda ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 10. Apakah anda selalu berusaha tidak absen mengikuti pelajaran di sekolah ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 11. Apakah mencapai prestasi tertinggi merupakan hal utama bagi anda ? a. Sangat utama b. Utama sekali c. Tidak sama sekali 12. Apakah anda selalu melibatkan diri pada setiap kegiatan yang diselenggarakan di sekolah anda ? a. Selalu melibatkan b. kadang-kadang melibatkan c. Tidak sama sekali melibatkan
13. Apakah anda dapat mengerjakan tugas yang diberikan di rumah dengan baik ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak sama sekali 14. Apakah anda merespon pelajaran yang diberikan di sekolah ? a. Selalu merespon b. Kadang-kadang merespon c. Tidak merespon 15. Apakah anda serius dalam mengikuti pelajaran sampai waktunya habis? a. Sangat serius b. Kadang-kadang serius c. Tidak serius
58
59
LAMPIRAN A MATERI PENGAJARAN
60
Materi Pengajaran Tahap I Adapun materi yang dibahas pada tahap pertama pada tabel berikut:
Tabel Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan, Jumlah Pertemuan Dan Alokasi Waktu Pada Tahap I Pokok bahasan/sub pokok bahasan 9.1 Persamaan garis lurus
Jumlah pertemuan
waktu
1 x pertemuan
2x45
9.1.1 Persamaan garis lurus (I)
mnt
a. Persamaan umum garis lurus b. Sifat-sifat garis lurus 9.1.2 Gradien
2 x pertemuan
a. pengertian gradien
4x45
b. gradien yang malalui dua titik
mnt
c. mengenal gradien garis tertentu 1. garis yang sejajar dengan sumbu x 2. garis yang sejajar dengan sumbu x 3. garis yang saling tegak lurus 9.1.3 Persamaan garis (II)
2 x pertemuan
a. persamaan garis dalam bentuk y=Mx b. persamaan
garis
dalam
bentuk
y=Mxtc c. menentukaan persamaan garis 1. persamaan garis yang brgradien dan melalui titik (x1, x1) 2. persaman garis melalui titik (x1,
4x45 mnt
61
x1) dan titik (x2, x2)
Materi Pengajaran Tahap II Adapun pokok bahasan/sub pokok bahasan, jumlah pertemuan dan alokasi waktu pada tahap II tertera pada tabel berikut:
Tabel: Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan, Jumlah Pertemuan Dan Alokasi Waktu Pada Tahap II
Pokok bahasan/sub pokok bahasan
Jumlah pertemuan
Waktu
10.1.Sistem persamaan linier dengan dua
1 x pertemuan
2x45
peubah 10.1.1
Persamaan
mnt linier
dengan
dua
peubah a. Pengertian
persamaan
linear
dengan dua peubah
3 x pertemuan
b. Himpunan persamaan
linier
penyelesaian
6x45
dengan
mnt
dua
peubah dan grafiknya 10.1.2 Sistem persamaan linier denga dua peubah a.
Metode grafik
b.
Metode substitusi
c.
Metode eliminasi
1 x pertemuan
10.1.3 penyelesaian soal-soal cerita 2x45 mnt
62
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN
63
PEDOMAN SISWA MENGIKUTI KBM Hari/tgl : Pokok bahasan/SPB : Pertemuan ke: Tahap ke: No
STTB
Nama Siswa
Indikator keaktifan siswa 3 1 2 4 A B
1 6755 Suriati 2 6756 Asriani 3 6757 Yuliana 4 6758 Marni 5 6759 Ayu Ginarsi 6 6760 Tita Irma Arianti 7 6761 Indrawai 8 6762 Nismawati 9 6763 Sartika 10 6764 Warda 11 6765 Andi Ayu Fatima 12 6766 Syahraeni 13 6767 Supina 14 6768 St. Aisyah 15 6769 Yuni Umrawati 16 6770 Ahamad M. 17 6771 Azharuddin 18 6772 Nasfar 19 6773 Sofyan 20 6774 Arfan Arianto 21 6775 Iswan 22 6776 Abd. Rauf 23 6777 Yusmar 24 6778 Erwin Keterangan: 1. Siswa yang mengikuti PBM 2. Siswa yang mengajukan pertnyaan selama PBM 3. Siswa yang menyelesaikan soal latihan di papan tulis A = Jawaban benar
Ket.
64
B = Jawaban salah 4. Siswa yang menyelesaiakn PR.
LAMPIRAN C DATA MENTAH
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Mengikuti Proses Belajar Mengajar Tahap I
65
Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
1
1
1
1
1
5
6756
Asriani
0
1
1
1
1
4
3
6757
Yuliana
0
1
1
1
1
4
4
6758
Marni
0
1
1
1
1
4
5
6759
Ayu Ginarsi
1
1
1
1
1
5
6
6760
Tita Irma Arianti
1
1
1
1
1
5
7
6761
Indrawai
0
1
0
0
1
2
8
6762
Nismawati
0
1
0
0
1
2
9
6763
Sartika
1
1
1
1
1
5
10
6764
Warda
1
1
1
1
1
5
11
6765
Andi Ayu Fatima
0
1
1
1
1
4
12
6766
Syahraeni
0
1
1
1
1
4
13
6767
Supina
1
1
1
1
1
5
14
6768
St. Aisyah
0
1
1
1
1
4
15
6769
Yuni Umrawati
1
1
0
0
0
2
16
6770
Ahamad M.
1
1
1
1
1
5
17
6771
Azharuddin
1
1
1
1
1
5
18
6772
Nasfar
1
1
1
1
1
5
19
6773
Sofyan
0
1
1
1
1
4
20
6774
Arfan Arianto
1
1
1
1
1
5
21
6775
Iswan
1
1
1
1
1
5
22
6776
Abd. Rauf
0
0
1
1
1
3
23
6777
Yusmar
0
1
1
1
1
4
24
6778
Erwin
1
1
1
1
1
5
13
23
21
21
23
101
0,54
0,95
0,87
0,87
0,95
4,20
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
Jumlah Rata-rata
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Mengajukan Pertanyaan pada Saat Pembelajaran Berlangsung Tahap I
66
Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
0
0
1
0
0
1
6756
Asriani
0
0
0
1
0
1
3
6757
Yuliana
0
1
0
0
0
1
4
6758
Marni
0
0
0
0
0
1
5
6759
Ayu Ginarsi
1
0
0
0
1
2
6
6760
Tita Irma Arianti
0
0
0
0
0
0
7
6761
Indrawai
0
0
0
1
0
1
8
6762
Nismawati
0
0
0
0
0
0
9
6763
Sartika
0
0
0
1
0
1
10
6764
Warda
1
0
0
0
0
1
11
6765
Andi Ayu Fatima
0
0
0
0
0
0
12
6766
Syahraeni
0
0
0
0
0
0
13
6767
Supina
0
0
0
0
1
1
14
6768
St. Aisyah
0
0
0
0
0
0
15
6769
Yuni Umrawati
0
0
0
0
0
0
16
6770
Ahamad M.
0
0
0
0
0
0
17
6771
Azharuddin
1
0
1
0
0
2
18
6772
Nasfar
0
0
0
1
0
1
19
6773
Sofyan
0
0
0
0
1
1
20
6774
Arfan Arianto
0
0
0
0
1
1
21
6775
Iswan
0
0
0
1
0
1
22
6776
Abd. Rauf
0
0
0
0
0
0
23
6777
Yusmar
0
0
0
0
1
0
24
6778
Erwin
0
0
1
0
0
1
3
1
3
5
5
17
0,125
0,04
0,125
0,20
0,20
0,70
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
Jumlah Rata-rata
Data Berdasarkan Pedoman Observasi
67
Frekuensi Siswa yang Menyelesaikan Soal Latihan di Papan Tulis Saat Pembelajaran Berlangsung Tahap I No
STTB
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6
6755 6756 6757 6758 6759 6760
7 8 9 10 11
6761 6762 6763 6764 6765
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
6766 6767 6768 6769 6770 6771 6772 6773 6774 6775 6776 6777 6778
Suriati Asriani Yuliana Marni Ayu Ginarsi Tita Irma Arianti Indrawai Nismawati Sartika Warda Andi Ayu Fatima Syahraeni Supina St. Aisyah Yuni Umrawati Ahamad M. Azharuddin Nasfar Sofyan Arfan Arianto Iswan Abd. Rauf Yusmar Erwin Jumlah Rata-rata
Ket:
Pertemuan ke 3 4 0 0 0 2 1 0 0 0 0 2 0 0
1 0 0 0 0 0 2
2 0 2 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 1 0
0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0,08
Jumla
5 2 0 0 0 2 0
2 4 1 0 4 2
0 0 1 1 0
0 2 0 0 0
0 3 1 2 0
2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 0
0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 1
2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 2 1 0
4 0 0 4 2 0 2 1 0 1 4 1 1
3
10
10
14
39
0,12
0,41
0,41
0,58
1,62
h
68
A = Jawaban benar B = Jawaban salah
Data Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Menyelesaiakan Tugas PR Berlangsung Tahap I Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
0
0
0
0
1
1
6756
Asriani
1
0
1
1
0
3
3
6757
Yuliana
0
0
0
1
1
2
4
6758
Marni
0
1
0
0
0
1
5
6759
Ayu Ginarsi
1
0
0
1
1
3
6
6760
Tita Irma Arianti
0
0
0
0
0
0
7
6761
Indrawai
0
0
1
0
1
2
8
6762
Nismawati
0
0
0
1
0
1
9
6763
Sartika
0
0
0
0
0
0
10
6764
Warda
0
1
0
1
1
3
11
6765
Andi Ayu Fatima
0
0
1
0
0
1
12
6766
Syahraeni
0
0
0
0
0
0
13
6767
Supina
0
0
0
1
1
2
14
6768
St. Aisyah
0
0
0
0
0
0
15
6769
Yuni Umrawati
1
0
0
1
0
2
16
6770
Ahamad M.
0
0
1
0
1
2
17
6771
Azharuddin
0
0
0
0
0
0
18
6772
Nasfar
0
0
0
0
0
0
19
6773
Sofyan
0
0
1
1
1
3
20
6774
Arfan Arianto
0
1
0
0
0
1
21
6775
Iswan
0
0
0
1
0
1
22
6776
Abd. Rauf
0
0
0
0
1
1
23
6777
Yusmar
0
0
0
0
0
0
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
69
24
6778
Erwin Jumlah Rata-rata
0
0
1
1
0
1
3
3
6
10
9
30
0,12
0,12
0,25
0,41
0,37
1,25
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Mengikuti Proses Belajar Mengajar Tahap II Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
1
1
1
1
1
5
6756
Asriani
1
1
1
1
1
5
3
6757
Yuliana
1
0
1
1
1
4
4
6758
Marni
1
1
1
1
1
5
5
6759
Ayu Ginarsi
1
1
1
1
1
5
6
6760
Tita Irma Arianti
1
1
1
1
1
5
7
6761
Indrawai
1
1
1
1
1
5
8
6762
Nismawati
1
1
1
1
1
5
9
6763
Sartika
1
1
1
1
1
5
10
6764
Warda
1
1
1
1
1
5
11
6765
Andi Ayu Fatima
1
1
1
1
1
5
12
6766
Syahraeni
1
1
1
1
1
5
13
6767
Supina
1
1
1
1
1
5
14
6768
St. Aisyah
1
1
1
1
1
5
15
6769
Yuni Umrawati
0
1
1
0
1
3
16
6770
Ahamad M.
1
1
1
1
1
5
17
6771
Azharuddin
1
1
1
1
1
5
18
6772
Nasfar
1
1
1
1
1
5
19
6773
Sofyan
1
1
1
1
1
5
20
6774
Arfan Arianto
1
1
1
1
1
5
21
6775
Iswan
1
1
1
1
1
5
22
6776
Abd. Rauf
1
1
1
1
1
5
23
6777
Yusmar
1
1
1
1
1
5
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
70
24
6778
Erwin Jumlah Rata-rata
1
1
1
1
1
5
23
23
24
23
24
117
0,95
0,95
1
0,95
1
4,87
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Mengajukan Pertanyaan pada Saat Pembelajaran Berlangsung Tahap II Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
0
0
1
0
0
1
6756
Asriani
1
0
0
1
0
2
3
6757
Yuliana
0
0
0
0
1
1
4
6758
Marni
0
0
0
0
1
1
5
6759
Ayu Ginarsi
0
0
0
0
1
1
6
6760
Tita Irma Arianti
0
0
0
0
1
1
7
6761
Indrawai
0
1
0
0
0
1
8
6762
Nismawati
0
0
0
0
0
0
9
6763
Sartika
0
0
1
0
0
1
10
6764
Warda
0
0
0
0
0
0
11
6765
Andi Ayu Fatima
0
0
1
1
0
2
12
6766
Syahraeni
0
1
0
0
0
1
13
6767
Supina
0
0
0
0
0
1
14
6768
St. Aisyah
0
0
0
0
1
1
15
6769
Yuni Umrawati
0
0
0
1
0
1
16
6770
Ahamad M.
0
0
0
0
0
0
17
6771
Azharuddin
0
0
0
0
0
0
18
6772
Nasfar
1
0
0
0
0
1
19
6773
Sofyan
1
1
0
0
0
2
20
6774
Arfan Arianto
1
1
0
1
0
3
21
6775
Iswan
0
1
0
0
1
2
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
71
22
6776
Abd. Rauf
1
0
0
1
0
2
23
6777
Yusmar
0
0
0
1
0
1
24
6778
Erwin
1
0
1
0
0
2
6
5
4
6
7
28
0,25
0,20
0,16
0,25
0,29
1,16
Jumlah Rata-rata
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Menyelesaikan Soal di Papan Tulis Saat Pembelajaran Berlangsung Tahap II Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
2
2
2
2
2
10
6756
Asriani
1
2
0
2
1
6
3
6757
Yuliana
2
2
2
2
2
10
4
6758
Marni
1
1
2
2
2
8
5
6759
Ayu Ginarsi
2
2
1
2
1
8
6
6760
Tita Irma Arianti
2
1
2
1
2
8
7
6761
Indrawai
1
2
1
2
1
7
8
6762
Nismawati
1
2
2
1
2
8
9
6763
Sartika
1
2
1
2
1
7
10
6764
Warda
2
2
2
1
2
9
11
6765
Andi Ayu Fatima
0
1
2
1
1
5
12
6766
Syahraeni
2
1
2
1
2
8
13
6767
Supina
1
1
2
1
1
6
14
6768
St. Aisyah
2
1
1
2
1
7
15
6769
Yuni Umrawati
1
2
1
0
2
6
16
6770
Ahamad M.
1
2
1
2
2
8
17
6771
Azharuddin
1
2
2
1
2
8
18
6772
Nasfar
2
2
2
1
1
8
19
6773
Sofyan
1
1
2
2
2
8
20
6774
Arfan Arianto
2
0
2
2
2
8
21
6775
Iswan
2
2
2
2
0
8
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
72
22
6776
Abd. Rauf
2
2
2
2
1
9
23
6777
Yusmar
2
1
1
2
2
8
24
6778
Erwin
1
2
2
2
1
8
35
38
39
38
36
186
1,45
1,58
1,62
1,58
1,5
7,75
Jumlah Rata-rata
Data Berdasarkan Pedoman Observasi Frekuensi Siswa yang Menyelesaiakan Tugas PR Tahap II Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumla h
Suriati
1
1
1
1
1
5
6756
Asriani
1
1
0
1
1
4
3
6757
Yuliana
1
1
1
1
1
5
4
6758
Marni
1
1
1
1
1
5
5
6759
Ayu Ginarsi
1
1
1
1
1
5
6
6760
Tita Irma Arianti
1
1
1
1
1
5
7
6761
Indrawai
1
1
1
1
1
5
8
6762
Nismawati
1
1
1
1
1
5
9
6763
Sartika
0
1
1
1
1
4
10
6764
Warda
1
1
1
1
1
5
11
6765
Andi Ayu Fatima
1
1
1
1
1
5
12
6766
Syahraeni
1
1
1
1
1
5
13
6767
Supina
1
1
1
1
1
5
14
6768
St. Aisyah
1
1
1
1
1
5
15
6769
Yuni Umrawati
1
1
1
1
1
5
16
6770
Ahamad M.
1
1
1
1
1
5
17
6771
Azharuddin
1
1
1
1
1
5
18
6772
Nasfar
1
1
1
1
1
5
19
6773
Sofyan
1
1
1
1
1
5
20
6774
Arfan Arianto
1
1
1
1
1
5
21
6775
Iswan
1
1
1
1
1
5
No
STTB
Nama Siswa
1
6755
2
73
22
6776
Abd. Rauf
1
1
1
1
1
5
23
6777
Yusmar
1
1
1
1
1
5
24
6778
Erwin
1
1
1
1
1
5
23
24
23
24
24
118
0,95
1
0,95
1
1
4,91
Jumlah Rata-rata
74
LAMPIRAN D DATA MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Data Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Matematika Tahap I Melalui Metode Penemuan No
Motivasi Siswa dalam
75
Pembelajaran Matematika Tahap I Melalui Metode Penemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rata-rata persentase
34 32 36 36 36 34 32 34 32 34 32 34 40 32 33 32 40 39 34 34 31 34 38 36 x = 829 =
34,541 76,7%
Siswa dalam Pembelajaran Matematika Tahap II Melalui Metode Penemuan No
Motivasi siswa dalam
76
Pembelajaran matematika tahap I melalui metode penemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rata-rata perssentase
36 33 39 41 36 34 39 36 32 39 41 36 36 34 36 38 41 40 37 35 34 35 43 36 x = 887 =
36,958 82,1%
77
LAMPIRAN D DATA PENGGUNAAN METODE PENEMUAN
Data Pedoman Observasi Pelaksanaan Metode Penemuan Tahap II
78
No
Tindakan yang dilaksanakan
Pertemuan ke 1
2
3
4
5
Jumlah
1
Menyajikan masalah
3
3
3
3
3
15
2
Latihan pengembangan
3
3
3
3
3
15
3
Penyusunan data
3
3
3
3
3
15
4
Penambahan data
3
3
3
3
3
15
5
Penemuan dan pengecekan pola
3
3
3
3
3
15
6
Penetaan pola
3
3
3
3
3
15
7
Penentuan jawaban
3
3
3
3
3
15
8
Verifikasi jawaban
3
3
3
3
3
15
Jumlah
24
24
24
24
24
120
Rata-rata
3
3
3
3
3
15
Data Pedoman Observasi Pelaksanaan Metode Penemuan Tahap I No
Tindakan yang dilaksanakan
Pertemuan ke -
Jumlah
79
1
2
3
4
5
1
Menyajikan masalah
3
2
3
3
3
14
2
Latihan pengembangan
3
3
3
3
3
15
3
Penyusunan data
3
3
3
3
3
15
4
Penambahan data
2
2
2
2
2
10
5
Penemuan dan pengecekan pola
3
3
3
3
3
15
6
Penerapan pola
3
2
3
3
2
13
7
Penentuan jawaban
3
3
2
3
3
14
8
Verifikasi jawaban
3
2
3
2
3
13
Jumlah
23
19
22
22
24
109
Rata-rata
3
3
3
3
3
15
LAMPIRAN E SURAT-SURAT PENELITIAN
80