Kata Pengantar
Buku ini merupakan bagian dari lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung Tahun 2007 Sampai Tahun 2027. Buku rencana ini menguraikan tentang konsepsi dan strategi penataan ruang serta arahan rencana struktur ruang dan rencana alokasi pemanfaatan ruang berikut indikasi Program Pembangunan 20 tahun selama periode tahun 2007 – 2027, yang telah dibahas dalam forum seminar dan telah direvisi serta ditetapkan sebagai Buku Rencana (Laporan Akhir). Pada akhirnya buku rencana ini akan menjadi suatu kebijaksanaan yang sangat penting yang akan memayungi rencana-rencana lain di bawahnya baik yang berupa Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) maupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk kota-kota/kawasan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Sesuai dengan arahan yang telah dituangkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, produk RTRW ini akan merupakan kebijaksanaan pengembangan makro yang ditekankan pada arahan pembentukan struktur ruang wilayah. Dalam pembahasan dan analisis pada RTRW ini dilakukan dengan tingkat kedalaman peta skala 1 : 85.000 sampai 1 : 25.000, dengan demikian kebijaksanaan teknis yang lebih detail/rinci perlu dilakukan dengan skala yang lebih detail dengan mengacu pada produk RTRW ini sebagaimana telah diatur dalam pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan (Perkotaan, Perdesaan atau tertentu) tentang perencanaan yang berjenjang. Dengan terususunnya Buku Rencana (Laporan Akhir) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ini, diharapkan semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran seutuhnya tentang arahan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung. Pada Kesempatan ini, kepada semua pihak yang telah membantu pada keseluruhan proses penyusunan laporan ini diucapkan terimakasih.
Soreang, 19 September 2008
BUPATI BANDUNG Ttd. OBAR SOBARNA
i
Penjelasan Istilah
GLOSSARY
1. Daerah adalah Kabupaten Bandung. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 4. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5. Bupati adalah Bupati Bandung. 6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 8. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 9. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. 12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. 13. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 15. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ii
1
Penjelasan Istilah
16. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 20. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah rencana struktur tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola tata ruang wilayah Kabupaten Bandung; 21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. 23. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan. 24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. 25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. 26. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 27. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 28. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. 29. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. 30. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 31. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. 32. Daya tampung lingkungan hidup kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukan kedalamnya.
iii
Penjelasan Istilah
33. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. 34. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. 35. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut. 36. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. 37. Kawasan sekitar waduk dan situ adalah kawasan di sekeliling waduk dan situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsinya. 38. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. 39. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 40. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 41. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. 42. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan dan perlindungan terhadap habitatnya. 43. Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. 44. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. 45. Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana gunung berapi. 46. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. iv
Penjelasan Istilah
47. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 48. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 49. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. 50. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/ atau lingkungan. 51. Kawasan tertentu/khusus adalah kawasan yang memiliki nilai strategis dan penataan ruangnya diprioritaskan. 52. Pusat kegiatan nasional yang selanjutnya disingkat PKN atau Hierarki I adalah hierarki fungsional kota sebagai pusat kegiatan yang berpotensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, dan mempunyai potensi mendorong daerah sekitarnya, serta sebagai pusat pelayanan keuangan/bank/jasa, pusat pengolahan/pengumpul barang, pusat jasa pemerintahan, simpul transportasi serta pusat jasa-jasa kemasyarakatan yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa provinsi. 53. Satuan wilayah pengembangan yang selanjutnya disebut SWP adalah suatu wilayah dengan semua kota didalamnya mempunyai hubungan hierarkhi yang terikat oleh sistem jaringan jalan sebagai prasarana perhubungan darat, dan/atau yg terkait oleh sistem jaringan sungai atau perairan sebagai prasarana perhubungan air. 54. Wilayah pengembangan yang selanjutnya disingkat WP adalah wilayah yang secara geografis berada dalam satu pelayanan pusat sekunder; 55. Hierarki IIA adalah hierarki fungsional kota sebagai pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank, pusat pengelolaan/pengumpul barang, simpul transportasi, pusat perdagangan, kesehatan dan pemerintahan yang melayani satu Kabupaten. 56. Hieraki IIB adalah hierarki fungsional kota sebagai pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank, pusat pengelolaan/pengumpul barang, simpul transportasi, pusat perdagangan, kesehatan dan pemerintahan yang melayani beberapa kecamatan. 57. Hieraki III adalah hierarki fungsional kota sebagai pusat jasa-jasa pelayanan bagi daerah yang merupakan hinterland-nya/daerah belakangnya. 58. Hierarki IIIo adalah hierarki fungsional kota yang dilayanani langsung oleh kota hierarki I (Kota Bandung). 59. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum. v
Penjelasan Istilah
60. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. 61. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 62. Kawasan Peruntukan Industri adalah Tanah yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan industri serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau adalah suatu kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan industri secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan industri, dapat memberikan manfaat:
meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi yang ada di daerah sekitarnya meningkatkan pembangunan lintas sektor dan lintas sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya tidak mengganggu fungsi lindung meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam meningkatkan pendapatan masyarakat meningkatkan pendapatan daerah dan nasional meningkatkan kesempatan kerja meningkatkan ekspor meningkatkan kesejahteraan masyarakat
vi
Daftar isi KATA PENGANTAR
i
PENJELASAN ISTILAH (GLOSSARY)
ii
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………… 1-1 1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………..……… 1-1 1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN …………………………………………………………..………
1-1
1.3 FUNGSI DAN KEDUDUKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG .…………………….………………………………………………………………………………. 1-2 1.4 LANDASAN HUKUM ………………………………………………………………………………… ……
1-3
1.5 LINGKUP WILAYAH …………………………………………………………………………………………. 1-9 1.6 LINGKUP MATERI ……………………………………………………………………………………………. 1-10 1.7 PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BANDUNG … 1-11 1.7.1 KONSEPSI PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BANDUNG …………………………..
1-11
1.7.2 PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN RTRW…………………………………………………….
1-13
1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN …………………………………………………………………………….
1-14
BAB 2 STRATEGI DAN KONSEP PENGEMBANGAN ……………………………………………………………. 2-1 2.1 ISU STRATEGIS MENYANGKUT TATA RUANG DAN ISU REGIONAL…………………….
2-1
2.1.1 ISU STRATEGIS MENYANGKUT TATA RUANG…………………………………………….
2-1
2.1.2 ISU REGIONAL
…………………………………………………………………………………………. 2-1
2.2 ARAH KEBIJAKAN MAKRO PENGEMBANGAN WILAYAH………………………………………. 2-3 2.2.1 KEBIJAKAN TATA RUANG NASIONAL…………………………………………………………
2-3
2.2.2 KEBIJAKAN TATA RUANG PROVINSI JAWA BARAT …………………………………..
2-11
2.2.3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN METROPOLITAN BANDUNG………………………….
2-11
2.2.4 FUNGSI DAN PERAN KABUPATEN BANDUNG DALAM KONTEKS MAKRO…….
2-15
2.3 ARAH KEBIJAKAN MIKRO PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BANDUNG …
2-19
2.3.1 ISU STRATEGIS…………………………………………………………………………………………..
2-19
2.3.2 TUJUAN PEMBANGUNAN…………………………………………………………………………...
2-21
2.3.3 PENGEMBANGAN WILAYAH………………………………………………………………………... 2-21 2.3.4 ARAH PENGEMBANGAN SEKTORAL DAN BIDANG PEMBANGUNAN……………... 2-24
vii
Daftar isi 2.3.5 ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR STRATEGIS…………………………………………...… 2-26 2.4 ARAH PENGEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PENINGKATAN SDM …………………… 2-29 2.5 STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG…………………………………………………………. 2-33 2.5.1 TUJUAN PENGEMBANGAN WILAYAH……………………………………………………………. 2-33 2.5.2 STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG MAKRO …………………………………….. 2-33 2.5.3 STRATEGI PENGEMBANGAN MIKRO……………………………………………………………... 2-34 2.6 KONSEP PERENCANAAN WILAYAH KABUPATEN BANDUNG………………………………… 2-35 2.6.1 KONSEP STRUKTUR TATA RUANG………………………………………………………………… 2-35 2.6.2 KONSEP POLA PEMANFAATAN RUANG…………………………………………………….…… 2-38 2.6.3 KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI………………………………….…… 2-42 2.6.4 KONSEP PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA WILAYAH ……………..…… 2-44 2.7 PEMANFAATAN RUANG ………………………………………………………………………………….…… 2-47 2.8 PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG……………………………………………………………… 2-47 BAB 3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG…………………………………. 3-1 3.1 RENCANA STRUKTUR TATA RUANG…………………………………………………………………… 3-1 3.1.1 SISTEM KOTA-KOTA…………………………………………………………………………………... 3-1 3.1.2 PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN…………………………………………………….. 3-3 3.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN BANDUNG……………. 3-6 3.2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN TATA RUANG, PEMANFAATAN RUANG DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG …………………………………………………….. 3-6 3.2.2 STRATEGI PERENCANAAN TATA RUANG, PEMANFAATAN RUANG DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………………… 3-8 3.3 RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………………………
3-12
3.3.1 RENCANA POLA PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG……………………………….
3-12
3.3.2 RENCANA POLA PEMANFAATAN KAWASAN BUDIDAYA …………………………….
3-19
3.4 RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA ………………….……. 3-29 3.4.1 RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG ………………………………………..
3-29
3.4.2 RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA……………………………………….
3-31
3.4.3 RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN TERTENTU/KHUSUS ……………………….
3-42
3.5 RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH……………………………………………………………
3-43
3.5.1 RENCANA SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI…………………………………………
3-43
3.5.2 RENCANA SISTEM PRASARANA PENGAIRAN……………………………………………..
3-50
3.5.3 RENCANA SISTEM TELEKOMUNIKASI ………………………………………………………..
3-55
3.5.4 RENCANA SISTEM PRASARANA ENERGI ……………………………………………………
3-56
viii
Daftar isi 3.5.5 RENCANA SISTEM PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ………………….
3-59
3.6 RENCANA SISTEM SARANA WILAYAH………………..……………………………………………... 3-69 3.6.1 PENDIDIKAN…………………………………………………………………………………………....
3-69
3.6.2 KESEHATAN …………………………………………………………………………………………….
3-68
3.6.3 PEMERINTAHAN / PELAYANAN UMUM………………………………………………………
3-70
3.6.4 PERDAGANGAN………………………………………………………………………………………..
3-70
3.6.5 PERIBADATAN ………………………………………………………………………………………….
3-70
3.7 RENCANA PENGELOLAAN DAN PENANGANAN RAWAN BENCANA …………………….. 3-70 3.7.1 BANJIR……………………………………………………………………………………………………..
3-71
3.7.2 GEMPA BUMI DAN BAHAYA GUNUNG BERAPI……………………………………………
3-71
3.7.3 TANAH LONGSOR ……………………………………………………………………………………
3-74
BAB 4 PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………………………………………………….. 4-1 4.1 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, DAN SUMBER DAYA LAINNYA .. 4-1 4.1.1 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH ………………………………………………………….
4-1
4.1.2 RENCANA PENATAGUNAAN AIR ……………………………………………………………….
4-2
4.1.3 RENCANA PENATAGUNAAN UDARA………………………………………………………….
4-4
4.1.4 RENCANA PENATAGUNAAN SUMBER DAYA LAINNYA ………………………………..
4-5
4.2 PROGRAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN ……………………………………………………….. 4-6 4.2.1 TAHAPAN PENGEMBANGAN ..………………………………………………………………….
4-6
4.2.2 KRITERIA TAHAPAN PENGEMBANGAN ………………………………………………………
4-6
4.2.3 PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN ……………………………………………………………………
4-7
4.2.4 INSENTIF DAN DISINSENTIF ………………………………………………………………………
4-7
4.2.5 PROGRAM PENATAAN KAWASAN ………………………………………………………………
4-8
4.2.6 PROGRAM PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG………………………………………….
4-10
4.2.7 PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN………………….
4-12
4.2.8 PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN BERDASARKAN FUNGSI WILAYAH PENGEMBANGAN…………………………………………………………………………………………….4-14 4.2.9 PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN KHUSUS ……………………………………….
4-16
4.2.10 PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI…………….
4-17
4.2.11 PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI ….……………………………………… 4-21 4.2.12 PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE ……………………………………….. 4-22 4.2.13 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BERSIH …………………………………. 4-22 4.2.14 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI ……………………….. 4-23
ix
Daftar isi 4.2.15 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN LISTRIK ………………………………………. 4-24 4.2.16 PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN …………………………………………………
4-24
4.2.17 PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA ………………………………………………………
4-26
4.2.18 PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENANGANAN BENCANA …………………………. 4-28 4.3 PROGRAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG……………………………………………. 4-30 BAB 5 PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG………………………………………………………………. 5-1 5.1 PRINSIP PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………..
5-2
5.2 PEDOMAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG ………………………………………….
5-3
5.2.1 PERIJINAN PEMANFAATAN RUANG …………………………………………………….….
5-4
5.2.2 PENGAWASAN PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………..……
5-5
5.2.3 PENERTIBAN PEMANFAATAN RUANG ……………………………………………..……..
5-8
BAB 6 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT……………………………………………………….. 6-1 6.1 KETENTUAN UMUM …………………………………………………………………………….……………. 6-1 6.2 KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENATAAN RUANG ……………………………………………………………………………………………………………….. 6-1 6.3 PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT………………………………………….
6-2
6.3.1 HAK MASYARAKAT ………………………………………………………………………………….
6-3
6.3.2 KEWAJIBAN MASYARAKAT ……………………………………………………………………..
6-4
6.3.3 PERAN SERTA MASYARAKAT ……………………………………………………………………
6-4
6.3.4 TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG ………
6-5
6.3.5 PEMBERDAYAAN PERAN SERTA MASYARAKAT ………………………………………..
6-5
LAMPIRAN
x
Daftar tabel 1.1
Wilayah Perencanaan RTRW Kabupaten Bandung …………………..…………………………
2.1
Kawasan Lindung Nasional di Wilayah Provinsi Jawa Barat ………………………………
2.2
Pengembangan Kawasan Andalan Darat, Sektor Unggulan, Sistem Kota, dan Outlet Pendukung di Provinsi Jawa Barat…………………………………………………………..
2.3
SWS Kritis dan DAS Kritis Nasional ……………………..……………………………………………..
2.4
Kawasan Tertinggal Nasional …………………………………………………………………………....
2.5
Sektor Unggulan di Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Barat ………………………....
2.6
Kontribusi PDRB Kab. Bandung thd PDRB Metropolitan Bandung Dan Jawa Barat Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan ………………………………………
1-8 2-7 2-8 2-8 2-8 2-9 2-14
2.8
Strategi Dasar Pengembangan Sektor dan Bidang Pembangunan menurut Investasi dan Peletakannya …………….................................................. Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan ………………………………………………………………
3.1
Sistem Kota di Kabupaten Bandung …………………………………………………………………..
3.2
Arahan Fungsi Kawasan Pusat – Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung ….
3.3
Kriteria Kawasan Lindung ……………………………………………………………………………………
3.4
Kriteria Kesesuaian Lahan Budidaya Perdesaan dan Perkotaan ……………………….
3.5
Rencana Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Tahun 2026 di Kabupaten Bandung …………………………………………………………………………………………………………….
3-24
3.6
Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Bandung Tahun 2027.……………………………………………………………………………………
3-26
3.7
Ketentuan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Fungsi Kawasan …………………………
3.8
Arahan Perubahan Penggunaan Lahan untuk tiap Kawasan Rencana Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung ……………………………………………………………….
3.9
Pola Penggunaan Lahan pada Kawasan Industri ………………………………………………..
3.10
Standar Tipologi Terminal ...............................................................
3.11
Perencanaan Pembangunan Embung dan Waduk Sebagai Sumber Air Baku ….…
3.12
Kriteria Penyaringan Penentuan Lokasi SPA di Kabupaten Bandung …………..
3.13
Kebutuhan Lahan Untuk SPA ………………………………………………………………………..
3.14
Kebutuhan Staff Untuk Operasional SPA ……………………………………………………..
3.15
Kebutuhan Alat Berat di SPA …………………………………………………………………………
3.16
Dasar Penerapan Sistem Pengelolaan Air Limbah Berdasarkan Kepadatan Penduduk dan Pelayanan Air Bersih ………………………………………………………………...
3.17
Beban Pencemaran Pada Sungai Citarum (Rata-rata tahun 2000-2004) .........
5.1
Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung ……..
2.7
xi
2-16 2-31 3-2 3-4 3-13 3-19
3-37 3-40 3-43 3-51 3-57 3-60 3-61 3-61 3-62 3-63 3-65 5.10
Daftar gambar
1.1
Kedudukan RTRW Kabupaten Bandung Diantara Dokumen Perencanaan Lainnya …….
1-3
1.2
Peta Orientasi Kabupaten Bandung …………………………………………………………………………..
1-7
3.1
Contoh Skema Pemilahan Berbasis Pengumpulan Terjadwal …………………………………….
3-64
3.2
Skema Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung ..........................................
3-64
xii
Daftar lampiran Tabel 1
Rencana Pengembangan jaringan Jalan Kabupaten Bandung 2007-2027 …………………………………………………
Lamp-1
Tabel 2
Kawasan / Sentra Unggulan Perikanan ............................……………………………………………………………………..
Lamp-4
Tabel 3
Kawasan / Sentra Unggulan Peternakan ..........................................................................................................................
Lamp-5
Tabel 4
Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007 ………………………………………….
Lamp-6
Tabel 5
Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012 ……………………………….
Lamp-7
Tabel 6
Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017 ………………………………
Lamp-8
Tabel 7
Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022 ………………………………
Lamp-9
Tabel 8
Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2026 …………….........................
Lamp-10
Tabel 9
Jumlah fasilitas Rekreasi/ Taman/Olahraga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007 ...............................…
Lamp-11
Tabel 10
Proyeksi Jumlah fasilitas Rekreasi/ Taman/Olahraga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012 ................…
Lamp-12
Tabel 11
Proyeksi Jumlah fasilitas Rekreasi/ Taman/Olahraga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017 ................…
Lamp-13
Tabel 12
Proyeksi Jumlah fasilitas Rekreasi/ Taman/Olahraga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022 ................…
Lamp-14
Tabel 13
Proyeksi Jumlah fasilitas Rekreasi/ Taman/Olahraga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027 ................…
Lamp-15
Tabel 14
Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007 ………………………………………....
Lamp-16
Tabel 15
Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012 ……………………………..
Lamp-17
Tabel 16
Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017 ………………………………
Lamp-18
Tabel 17
Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022 ………………………………
Lamp-19
Tabel 18
Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027 ………………………………
Lamp-20
Tabel 19
Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007 ……………………………………....
Lamp-21
Tabel 20
Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012 ……………………………
Lamp-22
Tabel 21
Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017 ……………………………
Lamp-23
Tabel 22
Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022 ……………………………
Lamp-24
Tabel 23
Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027 ……………………………
Lamp-25
Tabel 24
Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007 ……………………………………………
Lamp-26
Tabel 25
Proyeksi Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012 ………………………………..
Lamp-27
Tabel 26
Proyeksi Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017 ………………………………..
Lamp-28
Tabel 27
Proyeksi Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022 ………………………………..
Lamp-29
Tabel 28
Proyeksi Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027 ………………………………..
Lamp-30
Tabel 29
Rencana Pemanfaatan Lahan per Kecamatan di Kabupaten Bandung (Ha) ………………………………………………...
Lamp-31
Tabel 30
Rencana Kebutuhan Perumahan & Permukiman di Kabupaten Bandung Tahun 2007- 2027 ........................................
Lamp-32
Tabel 31
Proyeksi Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027 ..........................................................................
Lamp-33
Tabel 32
Perkiraan Timbulan Air Limbah Domestik di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027 ......................................................
Lamp-34
Tabel 33
Rekapitulasi Kebutuhan Air Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2027 .............................................................................
Lamp-35
Tabel 34
Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik di Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2027 ............................................................
Lamp-37
Tabel 35
Perkiraan Kebutuhan Telekomunikasi di Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2027 ........................................................
Lamp-38
Tabel 36
Indikasi Program Utama 5 Tahunan .................................................................................................................................
Lamp-39
Gambar 1
Rencana Struktur Ruang Kota……………………………………………………………………………………........ ………….
Lamp-49
Gambar 2
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang ………………………………………………………………………………………………
Lamp-50
Gambar 3
Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan ……………… ……………………………………………………………. ….
Lamp-51
Gambar 4
Rencana Pengembangan jaringan Jalan Kabupaten Bandung Tahun 2027...............................................................…..
Lamp-52
Gambar 5
Rencana Peningkatan, Pembangunan Terminal dan Pengembangan Prasarana Angkutan Masal Tahun 2027 ............
Lamp-53
Gambar 6
Rencana Jaringan Jalan Keretaapi dan Stasiun ...............................................................................................................
Lamp-54
Gambar 7
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase ...................................................................................................................
Lamp-55
Gambar 8
Rencana Pengembangan Wilayah Pelayanan Air Bersih ………………………………………………………………………
Lamp-56
Gambar 9
Rencana Pengembangan Air Baku ……………………………………………………………………………………………….
Lamp-57
Gambar 10
Wilayah Pelayanan Persampahan ………………………………………………………………………………………………..
Lamp-58
Gambar 11
Rencana Pengolahan Air Limbah …………………………………………………………………………………………………
Lamp-59
xiii
Daftar lampiran Gambar 12
Potensi Bencana ……………………………………………………………………………………………………………………
Lamp-60
Gambar 13
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang dan Zona Kendala Pengembangan……………………………………………………..
Lamp-61
Gambar 14
Zona Konservasi Air tanah …………………………………………………………………………………………………………
Lamp-62
Gambar 15
Potensi Pertambangan …………………………………………………………………………………………………………….
Lamp-63
Gambar 16
Saluran Irigasi dan Bendung Teknis .………………………………………………………………………………………….....
Lamp-64
xiv
Pendahuluan
1.1
LATAR BELAKANG
melihat kesesuaian dan atau ketidaksesuaian
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata
ruang,
pengendalian
pemanfaatan pemanfaatan
ruang ruang.
dan Tujuan
penyelenggaraan penataan ruang di daerah
antara rencana dengan fungsi ruang. Dalam UU No.26 tahun 2007 pasal 26 ayat 5 disebutkan bahwa RTRW
Kabupaten ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
adalah terlaksananya perencanaan tata ruang
Sesuai dengan UU Nomor 12 tahun 2007 tentang
secara terpadu dan menyeluruh; terwujudnya
Pembentukan Kabupaten Bandung Barat, maka
tertib
serta
RTRW Kabupaten Bandung perlu disesuaikan
pemanfaatan
dengan adanya pemekaran Kabupaten Barat
pemanfaatan
ruang;
terselenggaranya pengendalian ruang.
tersebut.
Rencana
Tata
Kabupaten
Ruang
Bandung
pelaksanaan
Wilayah
(RTRW)
merupakan
arahan
pembangunan
dan
payung
kebijakan (policy) dalam rangka pemanfaatan dan pengendalian ruang. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang
Dengan
demikian
perlu
adanya
kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung dan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung Barat. 1.2
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
A. Maksud Penyusunan RTRW
lingkup penataan ruang meliputi perencanaan
Maksud penyusunan RTRW adalah sebagai
tata
pedoman
ruang,
pemanfaatan
ruang
dan
yang
operasional
dalam
pengendalian pemanfaatan ruang. Selanjutnya,
pengelolaan pembangunan yang mampu
berdasarkan
pengendalian
memadukan kepentingan sektor-sektor dan
pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui
keseimbangan perkembangan antar wilayah
kegiatan
sesuai dengan fungsi yang diembannya
Pasal
35,
penetapan
zonasi,
perizinan,
sesuai
dengan
pengenaan sanksi. Dalam penjelasan pasal 35,
lingkungannya
secara
pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan
melalui proses yang partisipatif.
pemberian
agar
insentif
pemanfaatan
dan
ruang
disinsentif,
serta
serta
dilakukan
sesuai
penjelasan
tersebut,
dapat
evaluasi
adalah
berkelanjutan
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bandung adalah :
disimpulkan bahwa salah satu muatan substansi dalam
dukung
B. Tujuan Penataan Ruang
dengan rencana tata ruang. Berdasarkan
daya
menilai
1. Mencapai optimasi dan sinergi pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan
pemanfaatan ruang yang dapat diukur dengan
1-1
Pendahuluan
ketahanan nasional; 2. M e n c i p t a k a n keserasian dan keseimbangan antara lingkungan dan sebaran kegiatan; 3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan atas pengembangan dan pengelolaan ruang; 4. Mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar bagian wilayah kota serta antar sektor dalam rangka mendorong pelaksanaan otonomi daerah;
mengintegrasikan antarpusat kegiatan dan jaringan prasarana.
3. Terumuskannya rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Bandung baik yang menyangkut
kawasan
maupun kawasan terbuka hijau.
4. Terumuskannya rencana pengembangan sarana
dan
prasarana
5. Terumuskannya kawasan-kawasan yang
dan mencegah serta menanggulangi
diprioritaskan
dampak negatif terhadap lingkungan.
Kabupaten Bandung.
pengembangannya
pemanfaatan telah
1.3
tata
ruang
mempunyai masa perencanaan untuk 20 tahun (2007-2027).
melalui
sasaran
yang
penyempurnaan
ingin
dicapai
Rencana
Rencana
RUANG
Tata
RENCANA
WILAYAH
Ruang
a. Sebagai
Tata
(RTRW)
Wilayah
(RTRW)
matra
keruangan
dari
pembangunan daerah;
b. Sebagai
dasar
pemanfaatan
kebijakan
pokok
ruang
di
wilayah
untuk
mewujudkan
kabupaten;
Bandung
c. Sebagai
secara fungsional yang terkait dengan
alat
keseimbangan
konstelasi pengembangan ruang yang
perkembangan
antar
wilayah kebupaten dan antar kawasan
lebih luas di Wilayah Propinsi Jawa
serta keserasian antar sektor;
Barat khususnya kabupaten-kabupaten
d. Sebagai alat untuk mengalokasikan
yang berbatasan.
investasi yang dilakukan pemerintah,
2. Terumuskannya struktur tata ruang Bandung
KEDUDUKAN
sebagai:
1. Terumuskannya konsep dan strategi Kabupaten
DAN
Kabupaten Bandung diharapkan dapat berfungsi
ini adalah:
Kabupaten
Kabupaten
KABUPATEN BANDUNG
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung
pengembangan
FUNGSI TATA
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka
Sedangkan
di
ditetapkannya
tentang Penataan Ruang menjadi UU No. 26 perencanaan
ruang
Bandung.
perubahan terhadap UU No. 24 tahun 1992
selanjutnya
di
6. Terumuskannya pedoman pengendalian
C. Sasaran penyempurnaan RTRW dengan
Kabupaten
Bandung
5. mewujudkan perlindungan fungsi ruang
Sejalan
terbangun
masyarakat dan swasta;
yang
e. Sebagai pedoman untuk penyusunan
1-2
Pendahuluan
rencana rinci tata ruang kawasan;
f.
Sebagai
dasar
pengendalian
pemanfaatan ruang;
g. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar. Sedangkan
kedudukan
RTRW
Kabupaten
Bandung dalam dokumen perencanaan lain dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1.4
LANDASAN HUKUM
Landasan
hukum
yang
menjadi
dasar
pertimbangan dalam Penyempurnaan RTRW Kabupaten
Bandung
tahun
anggaran
2007
adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); GAMBAR 1.1
KEDUDUKAN RTRW KABUPATEN BANDUNG DIANTARA DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA
RPJ RPJM
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Lain yang Bersifat Umum/ Paradigmatis (Desentralisasi, Good Governance) & Regulatif Penataan Ruang
RPJP Da
Rencana Tata Ruang Wilayah
Perda Propinsi yang Bersifat Umum (Non Spasial)/ & Regulatif Pengelolaan Jalan
RPJM Da Prop
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
RPJP Da Kab/Kota RPJM Da Kab/Kota
RTR Kawasan RDTR Kawasan RTRK Kawasan
1-3
Perda Kabupaten yang Bersifat Umum (Non Spasial)/ & Regulatif Pengelolaan Jalan
Pendahuluan
2. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 2043); 3. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967, Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2931); 4. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3234), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3368); 5. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 6. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 7. Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 8. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);
9. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470); 10. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 11. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 12. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan. 13. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 14. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412) 15. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tetang Pertanahan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 16. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002
1-4
Pendahuluan
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 17. Undang-Undang RI Nomor 2003,tentang Panas Bumi;
27
Tahun
18. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 19. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang -undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
24. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 25. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat; 26. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 27. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725 );
20. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 nomor 25, tambahan lembaran negara nomor 4411);
28. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 tahun 1982 tentang Pengaturan Tata Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);
21. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia RI Nomor 4421);
29. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294);
22. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
30. Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3445);
23. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
34. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
31. Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 tahun 1992, tentang Cagar Budaya; 32. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan; 33. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
1-5
Pendahuluan
1999, tentang Pengelolaan Kualitas Udara;
Nomor 3538); 35. Peraturan Pemerintah RI nomor 191 Tahun 1995, tentang Pemeliharaan dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya; 36. Peraturan Pemerintah RI nomor 67 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, tentang Kepariwisataan; 37. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660); 38. Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721); 39. Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 40. Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 41. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 42. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 43. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun
44. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934); 45. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 46. Peraturan Pemerintah RI Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 47. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 48. Peraturan Pemerintah RI Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); 49. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 50. Peraturan Pemrintah RI Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242) 51. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
1-6
Pendahuluan
Lembaran Negara Nomor 4385 );
Republik
Indonesia
52. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489; 53. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 54. Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pela ksa na a n Pemba ng una n Untuk Kepentingan Umum; 55. Peraturan Pemerintah RI Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 56. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20); 57. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006, tentang Jalan; 58. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2008, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
64. Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 65. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah; 66. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota; 67. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan; 68. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah; 69. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah; 70. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 71. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 72. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;
59. Keputusan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2002 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
73. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.14/Menhut-II/2006 tentang Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
60. Keputusan Presiden RI Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri;
74. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan;
61. Keputusan Presiden RI Nomor 57 tahun 1989, tentang Kriteria Kawasan Budidaya; 62. Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 63. Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;
75. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II; 76. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, Nomor 35/MENLH/12/1998, tanggal 30
1-7
Pendahuluan
Desember 1998, tentang Amdal Regional Bandung Utara;
(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 1, Seri C);
77. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/ M/2002 Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang;
87. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 1, Seri D);
78. Keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Pengembangan Kabupaten/Kota Sehat; 79. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 80. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 375/M/ KPTS/2004 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan dalam Jaringan Primer menurut peranannya sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor – 1, Kolektor – 2, Kolektor – 3 81. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 376/M/ KPTS/2004 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya; 82. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional 83. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 11 Tahun 1997 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Tahun 1997 Nomor 3, Seri C); 84. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 12 Tahun 1997 tentang Pembangunan di Pinggir Sungai dan Sumber Air (Lembaran Daerah Tahun 1997 Nomor 1 A, Seri C); 85. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2, Seri D); 86. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pola Induk Pengelolaan Sumber Daya Air di Jawa Barat
88. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 21, Seri C); 89. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pertambangan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 22, Seri C); 90. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pengurusan Hutan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 2, Seri C) jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pengurusan Hutan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 8, Seri E); 91. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Perhubungan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 4, Seri C); 92. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 2, Seri E); 93. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2001 tentang Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 6, Seri E); 94. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat; 95. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 tentang Sempadan Sumber Air (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 Nomor 16 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 19);
1-8
Pendahuluan
96. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
b. Batas-batas : Sebelah Barat,
97. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 38);
utara Kota
:
Kabupaten
Bandung
dan
Bandung Kabupaten
Sumedang. Sebelah timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut Sebelah selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur
98. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 31 Tahun 2000 tentang Kebersihan, Ketertiban, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan;
Sebelah
barat
:
Kabupaten
Bandung
Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi b. Batas astronomis : 6o 49' – 7o 18' Lintang
1.5
Selatan dan di antara 107o 14' – 107o 56'
LINGKUP WILAYAH
Bujur Timur
Lingkup wilayah Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung ini
c. Luas wilayah : 176.238,67 Ha
adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten
d. Jumlah Kecamatan : 31 Kecamatan
Bandung dengan data-data sebagai berikut :
GAMBAR 1.2 PETA ORIENTASI KABUPATEN BANDUNG
1-9
Pendahuluan Tabel 1.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kabupaten Bandung Jumlah Penduduk No
Wilayah Pengembangan
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha) 2006
1.
Wilayah Soreang
Kec. Soreang
2.550,68
97.412
169.889
Kec. Kutawaringin
4.730,26
84.858
130.996
Kec. Katapang
1.572,46
97.141
236.982
Kec. Rancabali
14.837
48.766
58.948
Kec. Pasirjambu
2.
3.
Wilayah Baleendah
Wilayah Banjaran
23.957,64
78.140
113.633
Kec. Ciwidey
4.846,92
75.193
93.350
Kec. Baleendah
4.155,54
179.777
389.694
Kec. Dayeuhkolot
1.102,91
112.994
200.154
Kec. Bojongsoang
2.781,22
81.406
259.627
Kec. Banjaran
4.291,79
106.380
237.706
Kec. Pangalengan
4.
Wilayah Majalaya
19.540,93
132.168
136.899
Kec. Cangkuang
2.461,06
57.206
127.827
Kec. Cimaung
5.500,02
70.191
117.877
Kec. Arjasari
6.497,79
88.522
214.104
Kec. Pameungpeuk
1.462,32
62.631
110.191
Kec. Majalaya
2.536,46
147.483
194.770
Kec. Ciparay
4.617,57
141.814
247.857
Kec. Pacet
9.193,96
98.349
155.485
15.207,36
65.001
84.493
Kec. Paseh
5.102,90
110.217
169.340
Kec. Ibun
5.456,51
71.429
106.398
Kec. Solokan Jeruk
2.400,66
74.671
96.294
Kec. Cicalengka
3.599,23
100.768
141.131
Kec. Nagreg
4.930,29
45.466
62.226
Kec. Cikancung
4.013,63
74.161
125.127
Kec. Cileunyi
3.157,51
127.366
302.502
Kec. Rancaekek
4.524,83
158.812
455.532
Kec. Kertasari
5.
6.
7.
8.
Wilayah Cicalengka
Wilayah Cileunyi
Wilayah Cimenyan-Cilengkrang Kec. Cimenyan
Wilayah Margaasih-Margahayu
2026
5.308,33
89.236
116.523
Kec. Cilengkrang
3.011,94
40.001
56.815
Kec. Margaasih
1.834,49
121.698
321.307
Kec. Margahayu
1.054,33
115.344
237.626
176.238,67
2.943.284
5.459.083
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2006
1 - 10
Pendahuluan
1.6 LINGKUP MATERI
Bandung adalah:
Adapun lingkup materi yang akan dibahas
a. Keseimbangan
pertumbuhan
antar
dalam Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung
bagian wilayah. Rencana tata ruang
ini mengacu kepada UU No.26/2007 tentang
perlu diperankan sebagai instrumen
Penataan Ruang, dan ketentuan dan arahan
untuk mensinergikan perkembangan di
dalam Kepmen Kimpraswil Nomor 327/KPTS/
seluruh Wilayah Kabupaten Bandung
M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
menurut
Tata
sehingga
Ruang
Wilayah
Kabupaten.
Mengacu
asas
perbedaan
kepada peraturan tersebut, maka substansi
antar
data dan analisis dalam penyempurnaan RTRW
integrasi
Kabupaten Bandung akan meliputi :
komplementer.
a. Kebijaksanaan Pembangunan
daerah
lingkungan.
c. Ekonomi dan sector unggulan
lingkungan
d. Sumberdaya Manusia
ruang,
perkembangan
diarahkan
fungsi
b. Perlindungan
b. Analisis Regional
demokratisasi
menuju
ruang
secara
terhadap
kelestarian
Masalah
pelestarian
pada
dasarnya
telah
menjadi pertimbangan dalam penataan
e. Sumberdaya buatan
ruang
f. Sumberdaya alam
terdahulu,
fungsi
g. Sistem Permukiman
dan
namun
kriteria
kejelasan
perlindungan
lingkungan menjadi semakin lengkap
h. Penggunaan Lahan
sesuai dengan peraturan perundangan
i. Skema Pembiayaan Pembangunan j. Kelembagaan
yang berlaku.
c. Peranserta masyarakat sebagai subyek 1.7 PENDEKATA N
DA N
PENYEMPURNAAN
METODOLOGI
RTRW
KABUPATEN
BANDUNG
penataan ruang perlu dilembagakan menurut mekanisme yang diatur dalam peraturan-perundangan, sesuai dengan
1.7.1 K O N S E P S I
PENYUSUNAN
RTRW
perkembangan
dan
berdasarkan
kemampuan setempat.
KABUPATEN BANDUNG Dalam konteks perkembangan dan perubahan
d. Keterbukaan dan akuntabilitas proses
yang berlangsung, beberapa tahapan dilakukan
penataan
sebelum
mewujudkan good governance yang
melakukan
Penyusunan
RTRW
menjadi
Kabupaten Bandung, yakni: 1. Reorientasi
Prinsip
Penataan
Ruang
Kabupaten Bandung
ruang salah
pengelolaan Indonesia.
dalam satu
rangka
persyaratan
pembangunan
Penyempurnaan
di
RTRW
Kabupaten Bandung dapat diperankan
Secara garis besar, prinsip yang menjadi
sebagai bagian dari proses menuju good
orientasi
governance dalam penataan ruang.
penataan
ruang
Kabupaten
1 - 11
Pendahuluan
2. Memperjelas Kedudukan dan Substansi
3. Mengintegrasikan Pembangunan Sektoral
Penataan Ruang Pada Tingkat Kabupaten
Arti
Bandung dan Kecamatan
penting
pembangunan sektoral yang terintegrasi
Pada skala nasional telah dilangsungkan
adalah
pembaharuan
pemanfaatan
dalam
pembangunan menuju
daerah,
otonomi
kebijaksanaan yaitu
daerah
perkuatan
pada
pengendalian
pemanfaatan
Bandung
bahwa
sebagai
salah
alam
terhindarnya
antar akan
mengidentifikasi
perlu
sektor.
secara konflik Dengan
berperan prioritas
untuk
pemanfaatan
ruang serta menciptakan keterhubungan
diposisikan kembali secara tepat. Dapat dipahami
serta
dalam
demikian, Penyusunan RTRW Kabupaten
dan
ruang
efisiensi
sumberdaya
kepentingan
peran dan fungsi Kabupaten Bandung dalam pemanfaatan,
tercapainya
kolektif,
tingkat
Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, perencanaan,
terselenggaranya
antar sektor melalui prasarana dan sarana
satu
wilayah berskala kabupaten.
konsekuensi otonomi daerah, setiap Daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang
4.
lebih besar untuk mengembangkan potensi
Ruang
masing-masing, namun kondisi ini sekaligus membuka peluang bagi terjadinya konflik
Memperkuat Pelembagaan Penataan
Pelembagaan penataan ruang mencakup
kepentingan antardaerah Kabupaten/Kota.
proses perencanaan, pemanfaatan, dan
Oleh
pengendalian
karenanya,
peran
pengarahan
dari
Pemerintah
menjadi
penting
untuk
terjadinya
konflik
(guidance)
pemanfaatan
pada hakekatnya berfungsi sebagai suatu
mencegah
mekanisme yang menjamin berlangsungnya
kepentingan
melalui
penyelenggaraan penataan ruang secara taat
dan Kota. Dalam rangka mengintegrasikan
mengintegrasikan
da n
antardaerah
pe mba ngu na n
antardaerah Kabupaten/Kota, beberapa hal pokok yang perlu diatur dalam RTRW Kabupaten Bandung adalah delineasi dan pengelolaan
kawasan
pengembangan
jaringan
berfungsi
primer,
lindung, infrastruktur
pengelolaan
daerah
aliran sungai, penetapan fungsi dan hirarki pusat-pusat
pembentuk
yang
Provinsi
kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten me ns i ne rg i ka n
ruang
struktur
ruang
asas
serta
secara
rencana
tata
Kabupaten/Kota
iteratif ruang maupun
secara vertikal antara Daerah Propinsi dengan
Daerah
K a b u p a t e n / K o ta .
Penyempurnaan RTRW Kabupaten Bandung diharapkan dapat berperan sebagai bagian dari proses pelembagaan penataan ruang untuk
mencapai
perencanaan
konsistensi
dengan
antara
implementasinya
kota, penetapan kawasan strategis dan
serta keterpaduan antara perencanaan tata
kepe nting a n
ruang terkait.
p erta ha na n-k ea ma na n
nasional.
1 - 12
Pendahuluan
1.7.2
PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN
dan
sektor
unggulan,
manusia, sumber daya buatan, fisik
Proses penyusunan dokumen meliputi :
dasar dan sumber daya alam, sistem
1. Tahap Persiapan dan Identifikasi
permukiman,
penggunaan
a) Penajaman metode dan rencana kerja
Pembiayaan
b) Penyiapan perangkat survey
Kelembagaan).
c) Penyiapan peta dasar dan Citra Satelit awal
data
Perumusan Design/Pedoman survai.
2. Tahap Survai Lapangan, Pengumpulan Data
Berdasarkan
yang
telah
digambarkan
secara
ditabulasi
maupun
grafis,
kemudian
karakteristiknya.
diidentifikasi
Karakteristik
yang
diperoleh pada tahap sebelumnya, yakni
a) Pelaksanaan Survai lapangan b) Penyerapan
Aspirasi
Masyarakat/
Stakeholders
meliputi:
Interpretasi Karakteristik
yang
terkait
atau
merupakan karakteristik dari Kabupaten Bandung dan Propinsi Jawa Barat yang lebih luas, sekaligus pelengkapan kembali data internal maupun eksternal yang telah dikumpulkan pada tahap pengumpulan data awal apabila pada saat pengumpulan data awal data yang diperoleh belum/kurang lengkap. Data tersebut meliputi aspekaspek :
SDA,
Klimatologi,
Wilayah dan Wilayah Eksternal Terkait.
data-data
dan
sarana
yang
Kondisi fisik dan SDA wilayah (DAS, Geologi,
Internal
Data yang dikumpulkan pada tahap ini
fasilitas
sarana & fasilitas di wilayah
d) Identifikasi Data kebijakan dan Teori
Kondisi
mempengaruhi hirarki pusat pelayanan
c) Pengumpulan, Tabulasi, Kompilasi, dan
adalah
data-data
diidentifikasi sesuai dengan data-data yang
& Identifikasi
e) Identifikasi
Pembangunan,
Masalah Kawasan
terhadap
sekunder f)
Lahan,
3. Tahap Analisis dan Identifikasi Potensi dan
d) Pengumpulan data awal e) Pengkajian
sumberdaya
Topografi, Jenis
Hidrologi,
tanah,
Rawan
bencana, dll.)
Kondisi perekonomian dan pembiayaan kota
yang
struktur
diidentifikasi ekonomi
pertumbuhan
meliputi: wilayah,
ekonomi,
profil
dan
perkembangan investasi, pendapatan perkapita, dan perkembangan sektor utama.
Sedangkan
pembiayaan
daerah
pengembangan Kemampuan
identifikasi penunjang
wilayah
Pembiayaan
meliputi Kota
dan
kemungkinan bantuan dari Pemerintah
Kebijaksanaan Pembangunan Daerah
Data-data untuk Analisis Regional
Data karakteristik wilayah (ekonomi
yang lebih tinggi tingkatannya maupun
1 - 13
bentuk-bentuk/pola-pola
kerja
sama
Pendahuluan
pembiayaan dengan pihak lain (swasta,
Rumusan konsep RTRW yang dilengkapi
masyarakat,
peta-peta dengan tingkat ketelitian skala
maupun
Pemerintah
Negara lain).
Kondisi
kependudukan
&
sosial
1:25.000 : 1. Renca na Struktur da n Po la Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya; 3. Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan, dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan; 4. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya; 5. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan.
di
wilayah Kabupaten maupun yang lebih luas (Metropolitan Bandung). Kondisi sosial kependudukan yang diidentifikasi meliputi:
jumlah,
kepadatan,
dan
perkembangan penduduk, pola migrasi, ketenagakerjaan, penduduk,
serta
dan
IPM &
kondisi
IKM
lainnya
sebagaimana diatur dalam Pedoman Penyusunan RTR (Rencana Tata Ruang) menurut Kepmen Kimpraswil 327/M/ KPTS/2001.
Kondisi
infrastuktur
yang
meliputi
infrastruktur transportasi, pengairan, Kondisi Kelembagaan pembangunan di kawasan
Kabupaten
Bandung,
yang
meliputi kelembagaan Pemerintah Kota serta kelembagaan non
pemerintah
lainnya yang menunjang pengembangan kawasan Kota Bandung.
Identifikasi
Klasifikasi
Hirarki
Pusat
Pelayanan Sarana dan Fasilitas
Identifikasi
penggunaan
Ruang
dan
kondisi Pertanahan. 4. Tahap Penyusunan Rencana dan Indikasi Program Berdasarkan hasil kajian makro maupun mikro
Kabupaten
dilakukan
Bandung,
perumusan
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika
energi, telekomunikasi, dll.
1.8
selanjutnya
strategi
dan
kebijakan tata ruang Kabupaten Bandung.
Rencana
Dokumen Tata
Rencana
Ruang
Kabupaten Bandung
Penyusunan
Wilayah
(RTRW)
Tahun 2007 – 2027 ini
dibagi dalam enam bagian, yaitu: Bab 1 Bab ini merupakan bab pendahuluan membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode pendekatan serta hasil keluaran dari kegiatan Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung. Bab 2 Bab ini menjelaskan Konsep dan Strategi Pengembangan, yang mencakup arah kebijakan makro dan mikro, serta konsep tata ruang. Bab 3 Bab ini merupakan produk akhir dari kegiatan, yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung, meliputi Rencana Struktur Tata Ruang, Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Pengelolaan dan Pengendalian Kawasan.
1 - 14
Pendahuluan
Bab 4 Bab ini menguraikan mengenai pemanfaatan ruang yang meliputi pola penatagunaan tanah, air dan udara serta rencana program pembangunan di Kabupaten Bandung. Bab 5 Bab ini merupakan bab yang menguraikan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Bandung. Bab 6 Merupakan bab terakhir yang menjabarkan mengenai peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
1 - 15
Konsep dan Strategi Pengembangan
2.1
ISU STRATEGIS MENYANGKUT TATA
Konflik
antara
2.1.2 ISU REGIONAL Sedangkan
RUANG
Isu
regional
yang
ada
di
Kabupaten Bandung antara lain:
Isu Strategis Menyangkut Tata Ruang Wilayah, antara lain:
ruang
masyarakat, dunia usaha serta pemerintah;
RUANG DAN ISU REGIONAL 2.1.1 ISU STRATEGIS MENYANGKUT TATA
pemanfaatan
a. Sinergi/keterpaduan rencana tata ruang wilayah perbatasan Kab/Kota, antara lain:
Penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan di cekungan
Sinergi rencana struktur ruang antara Kab/
Bandung umumnya, yaitu pada sumber
Kota berbatasan di Metropolitan Bandung
daya udara, air, lahan, hutan, dan mineral/
(peran dan fungsi kota)
batuan;
Rencana
Pola
Pemanfaatan
ruang
Penurunan kualitas lingkungan (estetika
menyangkut kaw lindung dan budidaya
dan fungsi) antara lain pada sungai dan
(contoh: pengembangan zona industri Kab.
saluran,
Sumedang dengan rencana tata ruang Kec
danau-waduk,
situ,
mata
air,
hutan, pemukiman, fasilitas umum dan lain
R a n c a e k ek/ Ka b .
-lain;
pencemaran S. Cikijing)
Pengelolaan dan penanganan hasil kegiatan
Pengembangan
t ek n i s
b.
hutan
yang
besar
Isu menyangkut aspek Infrastruktur di Kabupaten Bandung
kepedulian masyarakat; Perambahan
skala
Bage dengan rencana Kota Baru Tegalluar)
p e m b u a ng a n ,
kelembagaan, peraturan dan partisipasi/
Kawasan
k a r e na
(contoh: Pengembangan Kota Baru Gede
berupa bahan limbah (padat, cair dan gas) m e n y a ng k ut
B a nd u n g
menyebabkan
terjadinya erosi, banjir, kekeringan dan bencana lainnya
Permasalahan Transportasi antara lain: Terjadinya urban sprawl dan spill over perkembangan
Rendahnya kualitas dan kuantitas prasarana
menyebabkan
Kota
Bandung
kemacetan
di
yang wilyah
dan sarana dasar/ infrastruktur wilayah
perbatasan,
(sarana
dengan Kota Bandung yang disebabkan
dan
prasarana
lingkungan
permukiman perdesaan dan permukiman,
adanya
kesehatan dan pendidikan).
berkembang;
2-1
khususnya
commuter
yang
Kab.
Bandung
sangat
cepat
Konsep dan Strategi Pengembangan
Belum
terwujudnya
sistem
angkutan
massal yang didukung dengan prasarana jalan yang memadai yang menghubungkan
timbulnya
pencemaran
terhadap
lahan
pertanian di Kec. Rancaekek Kab. Bandung Belum memadainya fasilitas pengelolaan limbah domestik / IPLT untuk memenuhi
antar Kabupaten dan Kota Permasalahan Drainase yaitu belum adanya
kebutuhan
permukiman,
khususnya
metropolitan Bandung
sewerage
Fasilitas Pengelolaan Sampah , dengan isu
terpadu yang mampu menangani persoalan
utama yaitu Belum tersedianya fasilitas
terjadinya genangan banjir khususnya pada
pengelolaan sampah yang memadai untiuk
kawasan-kawasan permukiman padat di
melayani
perbatasan Kab dengan Kota Bandung serta
persampahan dalam konteks metropolitan
persoalan drainase lainnya yang bersifat
Bandung (GBWMC)
sistem
drainase
dan
sistem
kebutuhan
penge;lolaan
lintas Kab/kota.(contoh pada persimpangan
Konservasi Sumber Daya Alam , dengan isu
antara jalan TOL Padaleunyi dengan jalan-
utama antara lain: Masih tingginya areal Lahan Kritis Belum mantapnya pengelolaan Sumber daya air (mata air, sungai dan perairan umum lainnya) Masih tingginya exploitasi air bawah tanah, baik oleh industri maupun domestik
jalan propinsi, yaitu : ruas jalan kopo, jalan Moh Toha, jalan Buah Batu, jalan Cibaduyut, Jl. Margaasih dan lain-lain) Permasalahan Air Bersih antara lain: Sistem penyediaan Air Bersih yang belum
terpadu
antara
Kabupaten
Bandung dengan Kota Bandung
serta
Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat serta kabupaten lainnya. Exploitasi Air bawah tanah masih tinggi Pemanfaatan air permukaan dengan teknologi recycle masih kurang Terbatasnya sumber-sumber air untuk penyediaan air baku untuk skala metro Bandung (waduk/tandon/danau) c. Isu menyangkut Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bandung antara lain: IPAL
dan IPLT, dengan isu utama
antara lain: Tidak berfungsinya sistem IPAL industri di
Kab.
Sumedang
berimplikasi
Danau Cisanti, hulu sungai Citarum di Gunung Wayang
2-2
Konsep dan Strategi Pengembangan
2.2 ARAH KEBIJAKAN MAKRO
pertumbuhan, dekat dengan dan dapat
PENGEMBANGAN WILAYAH
menjadi
pusat-pusat
permukiman
dan
dimungkinkan untuk pengadaan prasarana 2.2.1
KEBIJAKAN
TATA
RUANG
pendukung secara ekonomis.
NASIONAL 2. Kawasan
Tertentu/Kawasan
Khusus
Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN)
mengandung pengertian sebagai kawasan
merupakan arah kebijakan tata ruang yang
yang
bersifat
penanganan khusus yang meliputi kawasan-
menyeluruh,
pengembangan wilayah
pusat-pusat
Indonesia.
merupakan
mengatur
kegiatan
RTRWN
memerlukan
perhatian
dan
di
kawasan yang cepat pertumbuhannya atau
merupakan
mempunyai potensi untuk tumbuh lebih
yang
cepat dari kawasan lainnya, kawasan yang
memerlukan penjabaran lebih lanjut ke
peka atau menghadapi krisis lingkungan,
dalam kebijakan ruang lain yang lebih
kawasan
rendah dengan tingkat kedetailan yang
kawasan perbatasan yang penting baik dari
lebih tinggi.
segi
Dalam
kebijakan
arahan
Rencana
Tata
ruang
Ruang
dan
pola
pemanfaatan
ruang
sangat
ekonomi
tertinggal
maupun
serta
pertahanan
keamanan.
Wilayah
Nasional (RTRWN) telah ditetapkan struktur
yang
A. STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN
wilayah
RUANG WILAYAH NASIONAL
nasional, yang salah satu komponennya
Arah kebijakan pokok pembangunan daerah
adalah penetapan kawasan andalan dan
ke
kawasan tertentu. Kedua jenis kawasan
depan
dalam
pertumbuhan
tersebut mengandung pengertian sebagai
kebijakan
RTRWN
adalah
tahapan sebagai
berikut :
berikut:
a. Memacu pembangunan dan hasil-hasilnya 1. Kawasan Andalan mengandung pengertian sebagai
kawasan
yang
secara
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
nasional
rakyat
sesuai
dengan
keunggulan
menyangkut hajat hidup orang banyak, baik
komparatif dan kompetitif
ditinjau dari sudut kepentingan politik,
mewujudkan daya saing nasional.
ekonomi,
sosial,
budaya,
daerah dalam
lingkungan
b. Meningkatkan prakarsa dan peran serta
maupun pertahanan dan keamanan. Selain
aktif masyarakat, swasta dan pemerintah
itu, kawasan ini dapat juga merupakan
daerah
kawasan yang prospektif untuk berkembang
c. Meningkatkan pendayagunaan/pengelolaan
mempunyai peluang untuk dikembangkan
potensi daerah secara optimal dan terpadu
karena didalamnya terdapat sumber daya
dalam semangat otonomi daerah dalam
alam, mempunyai akses terhadap pusat
kerangka NKRI.
2-3
Konsep dan Strategi Pengembangan
d. Mengupayakan
pemerataan
hasil-hasil
Hirarki
fungsional
kota
dalam
wilayah
pembangunan di seluruh wilayah tanah air,
nasional
terdiri
daerah
Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah
dan
berkembang
kawasan (seperti
yang Kawasan
kurang Timur
Indonesia, daerah terpencil dan daerah perbatasan) Struktur
Pola
langkah-langkah
Pemanfaatan
Ruang
yang
perlu
pengembangan
dan
dibuktikan pengelolaan
kawasan untuk mewujudkan tata ruang yang diinginkan. Struktur dan pola ini diharapkan
dapat
dicapai
dengan
menerapkan strategi:
Arahan-arahan di dalam kebijakan struktur Pengembangan
Sistem
Kota,
dengan tujuan : Menata dan mengarahkan perkembangan kota-kota di bagian Utara dan Tengah. Mengembangkan secara terbatas kota-kota di bagian Selatan. Menata distribusi Pusat Kegiatan Nasional
Arahan
kawasan berfungsi budidaya Pemanfaatan
Ruang
pelestarian
pengembangan
sistem
kota
di
wilayah Kabupaten Bandung adalah : Wilayah
Nasional menggambarkan secara indikatif kegiatan
a. Arahan
kegiatan pembangunan antar wilayah.
2. Strategi pengembangan dan pengelolaan
sebaran
(PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
yang mendukung keserasian perkembangan
kawasan berfungsi lindung
dan
Kegiatan
(PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
1. Strategi pengembangan dan pengelolaan
Pola
Pusat
ruang meliputi :
dan
Wilayah Nasional meliputi strategi atau dalam
dari
alam
kegiatan budaya produksi serta persebaran permukiman. Pola ini secara spasial dapat memperlihatkan pola kawasan
1. Mengembangkan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), meliputi Metropolitan Bandung. 2. Mengembangkan (PKL),
Pusat
meliputi:
Kegiatan
Majalaya,
Lokal
Cileunyi,
Banjaran, Soreang, Pangalengan, Ciwidey dan Ciparay.
Arahan-arahan dalam Kebijakan Struktur Ruang RTRWN
b. Arahan
Pengembangan
Infrastruktur
Wilayah, dengan tujuan:
Struktur Ruang Wilayah Nasional adalah suatu struktur yang memperlihatkan pola jaringan prasarana transportasi, kelistrikan, telekomunikasi dan air dalam mendukung sistem permukiman dan kawasan-kawasan andalan serta kawasan kerjasama dengan negara tetangga.
1. Meningkatkan
dan
mempertahankan
tingkat pelayanan infrastruktur transportasi yang ada untuk mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan. 2. Mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau. 3. Meningkatkan
dan
mempertahankan
jaringan irigasi yang ada dalam rangka swasembada pangan.
2-4
Konsep dan Strategi Pengembangan
4. Meningkatkan
ketersediaan
energi
dan
nasional dengan prinsip selalu terpadu dan
jaringan telekomunikasi.
optimal
5. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur
dalam
ke
air
transportasi.
IPLT/IPAL
dan
Fasilitas
Pengelolaan Sampah (FPS) Regional serta infra struktur
lai nnya
(kes ehata n,
dinamika
perkembangan kawasan, yang dijabarkan
permukiman seperti prasarana pengolahan bersih,
menunjang
dalam
kriteria
Mempertahankan
penetapan
dan
sistem
memelihara
pendidikan, faslitas, pelayanan, ekonomi
jaringan transportasi nasional, dijabarkan
dll).
dengan
strategi
mengamankan
daerah-
daerah sempadan jalur kereta api, jalan
c. Arahan Pengembangan Kawasan Andalan
(termasuk tol/arteri), pelabuhan laut dan
Penetapan beberapa wilayah di Provinsi
jalur pelayaran, serta bandar udara dan
Jawa
jalur
Barat
sebagai
kawasan
andalan
mempertahankan
adalah untuk mendorong : berperan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan
tersebut
dan
kawasan
Mengembangkan
yang telah direncanakan. 2. Sinergisasi
keselarasan
rangka
keberadaan
sistem
jaringan
transportasi
nasional
sekitarnya serta dapat mendukung struktur ruang Propinsi Jawa Barat sesuai dengan
dalam
transportasi nasional.
1. Terwujudnya suatu kawasan yang mampu bagi
penerbangan
Memanfaatkan nasional
pengembangan
secara
dengan
antar wilayah dan antar sektor.
jaringan
transportasi
bersyarat, diupayakan
st r a t e gi
me n g e m ba n gk a n
transportasi di pesisir secara bersyarat
Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung
ketat.
dapat lebih meningkat melalui penciptaan integrasi dan kerjasama menguntungkan antar
wilayah
berbatasan.
Tujuan Nasional Pemanfaatan Ruang
Bentuknya
Salah satu muatan RTRWN adalah tujuan
berupa pemanfaatan dan pengembangan
nasional
potensi dan sektor unggulan wilayah secara maksimal
dengan
pemanfaatan
ruang.
Memperhatikan tata ruang yang ada dan
memanfaatkan
skenario
keunggulan komparatif dan kompetitif tiap
ruang
2020
yang
diinginkan,
tujuan nasional pemanfaatan ruang adalah
wilayah.
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
d. Arah Kebijakan Pengembangan Jaringan
pertahanan keamanan, yang diupayakan
Transportasi Nasional, yang diwujudkan
melalui :
dalam strategi sebagai berikut: Menetapkan
a. Pemanfaatan sumber daya nasional yang jaringan
transportasi
optimal, meliputi:
2-5
Konsep dan Strategi Pengembangan
pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal
mungkin
dengan
tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi keterkaitan sektor
dalam
wilayah
nasional
dan
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan sumber daya;
penetapan
kawasan
kriteria
budidaya
serta
kebijaksanaan pengelolaannya.
b. Keseimbangan kawasan
melalui
antar
pemanfaatan
ruang kawasan secara serasi, selaras dan seimbang serta berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
mempercepat
pertumbuhan
kawasan
tertinggal dan meningkatkan daya dukung
Untuk
c. Pencegahan kerusakan fungsi lingkungan
peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, keanekaragaman
hayati,
tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa; pemeliharaan keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam serta kearifan tradisional;
penetapan
mewujudkan
keamanan,
dan
peningkatan
perlu
dirumuskan
arah
kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang
nasional
berupa
pemanfaatan kawasan lindung, kawasan budidaya (termasuk dengan pertahanan dan arah kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang berupa sistem perkotaan, sistem
tra nsportasi,
pokok-pokok
kriteria
berdasarkan prinsip meningkatkan dan
da n
sistem
infrastruktur wilayah pendukung lainnya. Pentahapan Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional rencana
nasional
menggunakan Capital
hidup, meliputi :
dinamis
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
wilayah
iklim,
yang
memperkuat integrasi nasional.
Pentahapan
lingkungan nasional.
air,
negara
pertahanan
keamanan), dan kawasan tertentu, beserta
perkembangan
nasional
keamanan
memelihara
pemanfaatan
pokok-pokok
penentuan
d. Kemampuan
pengembangan
dilakukan
pendekatan
Output
Ratio
dengan
Incremental
(ICOR), skenario
ekonomi Indonesia, dan kebijakan nasional. Berdasarkan pendekatan ICOR, diperoleh tingkat
efisiensi
pembangunan
daerah
(kabupaten/kota). Hal ini dilakukan dengan mengkaji kinerja daerah dari berbagai aspek, yaitu jumlah penduduk dan indeks pembangunan manusia/IPM, nilai tambah PDRB,
ketersediaan
infrastruktur,
dan
tingkat manajemen pembangunan daerah.
memelihara fungsi lindung fisik wilayah
Sedangkan dari kajian terhadap skenario
dan
sosial
penentuan
budaya
bangsa
dalam
ekonomi Indonesia, terdapat dua tahapan
kawasan
lindung
serta
yang terakomodasikan dalam pengaturan
kebijaksanaan pengelolaannya.
RTRWN, yaitu pada:
2-6
Konsep dan Strategi Pengembangan
Tahapan pemulihan ekonomi (hingga 2004)
pengembangan agrobisnis
terpadu
yang
sempat menurun, terutama di Pantai Utara
Tahapan pertumbuhan ekonomi (hingga
dengan
2020)
mendorong
ekspor-impor
dan
keterkaitan dengan pulau lainnya.
Kebijakan nasional yang dimaksud adalah kebijakan pembangunan yang telah ada
Struktur
dalam berbagai peraturan perundangan dan
pemulihan kembali fungsi kota-kota PKN
memiliki implikasi keruangan ke depan
(semua
yang berarti (signifikan). Paling tidak ada
pemulihan kembali fungsi Jalan Lintas
tiga
Utara dan Tengah, yang didukung oleh
kebijakan
yang
termasuk
dalam
ruang
yang
kriteria)
terwujud
dan
adalah
didukung
oleh
pemulihan bandara dan pelabuhan serta
kategori ini, yaitu i) Kebijakan prioritas pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), ii) Kebijakan pembangunan Kawasan Perbatasan dan Tertinggal, dan iii) K e b i j a k a n pembangunan yang mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai kompetitif dari negara maritim dan agraris. Secara singkat dapat disebutkan bahwa dengan kebijakan, prinsip “ship follows the trade” harus dirubah menjadi “trade follows the ship”(keberpihakan).
kereta
api,
pemulihan listrik
demikian
prasarana
dan
pula
dengan
sumberdaya
telekomunikasi
air,
mendukung
pemulihan sistem kota dan kawasan. B. Tahapan Pertumbuhan Skenario
ruang
diindikasikan
tahun
dengan
2004-2020
meningkatnya
investasi masuk dalam berbagai usaha industri, pertanian, pertambangan, jasa dan lain-lain. Dengan demikian, secara
A. Tahapan Pemulihan
ruang
akan
ada
kemungkinan,
yaitu
Skenario pengembangan ekonomi wilayah
munculnya kawasan/lokasi baru kegiatan
nasional pada tahap pemulihan ekonomi
ekonomi
(sampai
dengan
pengelolaan
bahwa
pengembangan
2004)
menggambarkan ruang
dan
semakin
intensifnya
kawasan/lokasi
akibat
peningkatan kegiatan ekonomi baru.
juga
Dan
Kawasan/sentra
dalam RTRWN pada tahapan pertumbuhan
produksi yang sempat berhenti, diharapkan
ini menjabarkan bahwa Kabupaten Bandung
mulai kembali berproduksi. Perkembangan
yang
kawasan baru relatif tidak ada akibat tidak
merupakan salah satu kawasan andalan
ada investasi. Secara ruang, jika dilihat
yang paling diprioritaskan. Berdasarkan
melalui skenario ini maka khusus untuk
kebijakan yang telah ditetapkan dalam
ekonomi
RTRWN,
mengalami
pemulihan.
wilayah
Pulau
Jawa
dengan
hulu
maupun
hilir
Kawasan
Cekungan
Bandung
memiliki arahan pengembangan sebagai :
infrastruktur yang baik, mendorong baik industri
berada dalam kawasan Cekungan
serta
2-7
Konsep dan Strategi Pengembangan
1. Kawasan pengembangan andalan prioritas nasional
Sedangkan kota-kota yang berperan sebagai PKL memenuhi kriteria sebagai pusat jasajasa pelayanan keuangan/ bank, pusat
2. Pengembangan
pusat
kawasan
andalan
prioritas–1
pengelolaan/ pengumpul barang, simpul transportasi, pusat jasa pemerintahan yang melayani satu kabupaten atau beberapa
Sistem Kota-kota
kecamatan.
Faktor penting dalam pembentuk struktur ruang
adalah
adanya
sistem
pembagian
kota-kota, fungsi
dan
yaitu skala
B. POLA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH NASIONAL
pelayanan kota menurut hirarkinya. Dalam
Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
kaitan
Kabupaten
Bandung menggambarkan secara indikatif
RTRWN
sebaran kegiatan pelestarian alam dan
menetapkan beberapa kota prioritas. Kota
cagar budaya, kegiatan produksi, serta
Kota prioritas tersebut di atas dimaksudkan
persebaran
untuk dapat berperan sebagai:
Pola ini secara spasial memperlihatkan pola
ini,
Bandung
untuk dan
wilayah
sekitarnya,
persebaran
Kota-kota pusat pertumbuhan Pusat penyebaran pelayanan sektor-sektor ekonomi serta sekaligus sebagai counter magnet
kegiatan
strategis
kawasan
nasional.
lindung,
pola
pengembangan kawasan budidaya dan pola pengembangan kawasan fungsional. 1) Pengembangan Kawasan Lindung
Kota-kota
sebagai
penyangga
buffer
untuk
city
atau
mengantisipasi
Pola
pengelolaan
kawasan
lindung
perkembangan kota-kota besar lainnya.
menggambarkan kawasan berfungsi lindung
Kota yang ditetapkan sebagai PKN pada
dalam ruang wilayah, baik di darat, laut
dasarnya memenuhi kriteria sebagai pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah
sekitarnya;
pelayanan
pusat
keuangan/
jasa-jasa
bank,
pusat
pengolahan/ pengumpul barang, simpul, pusat jasa pemerintahan, serta pusat jasajasa
kemasyarakatan
yang
lain
untuk
nasional atau meliputi beberapa provinsi.
2-8
dan
udara.
keterkaitan dengan
Pola
ini
memperlihatkan
kawasan-kawasan
lokasi
pengembangan
lindung kawasan
budidaya dan sektor produksi di dalamnya serta keterkaitan dengan lokasi kawasan fungsional.
Kawasan-kawasan
lindung
tersebut meliputi kawasan lahan gambut, cagar budaya, rawan bencana (banjir, longsor, tsunami, kenaikan muka air laut akibat pernanasan global, dsb).
Konsep dan Strategi Pengembangan Tabel 2.1 Kawasan Lindung Nasional di Wilayah Provinsi Jawa Barat Nama Kawasan Lindung
2) Pengembangan Kawasan Budidaya Penetapan
Luas (Ha)
TN. Gunung Gede-Pangrango
arahan
15000
kawasan
yang
budidaya
mencakup
memuat kegiatan
sektor-sektor produksi dan jasa (pertanian
CA. G.Tangkuban Perahu
1290
CA. Leuweung Sancang
2157
pertambangan, pariwisata, perindustrian
CA. Gunung Tilu
8000
dan permukiman).
CA. Gunung Papandayan
6620
CA. Gunung Burangrang
2700
CA. Kawah Kamojang
7636
CA. Gunung Simpang
15000
tanaman
pangan,
kehutanan,
Pengelolaan kawasan budidaya di Jawa Barat diarahkan sebagai berikut : 1) Kawasan budidaya yang perkembangannya berada di kawasan lindung diupayakan
SM. Cikepuh
8127
agar tidak semakin meluas kegiatannya,
SM. Gunung Sawal
5400
karena
TW. Gunung Tampomas
1250
kerusakan
CAL. Leuweung Sancang
1150
CAL. Pulau Sangiang
1228
Jumlah
akan
dapat
lingkungan.
menimbulkan Upaya
yang
dilakukan dari kawasan lindung perlu dilakukan agar fungsi kawasan lindung tidak terganggu.
75558
2) Wilayah Keterangan:
lambat
yang
perkembanganya
(tertinggal)
didorong
sangat melalui
TN : Taman Nasional
CA : Cagar Alam
peningkatan keterkaitan dengan wilayah
TW: Taman Wisata
SM : Suaka Margasatwa
lainnya yang telah berkembang. Untuk itu
CAL: Cagar Alam Laut
Sumber : Draft RTRWN, 2004
perlu adanya dukungan prasarana yang memadai agar keterkaitan tersebut dapat
Penetapan pada
kawasan
kawasan
ditetapkan penyesuaian
di
lindung
lindung dalam
didasarkan
yang
RTRWN
berdasarkan
telah dengan
terwujud. 3) Perlu peningkatan keterkaitan di kawasan budidaya baik keterkaitan antar kawasan
penetapan
perdesaan
kawasan lindung dari RTRWP masing-masing
dan
perkotaan
maupun
keterkaitan antar kawasan lainnya.
Provinsi. Luas kawasan lindung di Jawa Barat diperkirakan seluas sekitar 75.558
4) Pengembangan kawasan budidaya yang
Ha. Kawasan lindung yang terdapat di
berada di bagian hulu sungai dilakukan
Provinsi Jawa Barat
dengan
terdiri dari Taman
memperhatikan
kawasan
yang
Nasional, Taman Wisata, Cagar Alam Laut,
berada di bagian hilir, sehingga dampak
Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
2-9
Konsep dan Strategi Pengembangan
yang
berada
di
hulu
sungai
tidak
adalah
SWS dan DAS. Wilayah Sungai
berpengaruh terhadap kegiatan yang ada
Citarum merupakan SWS Kritis di Jawa
di bagian hilir sungai.
Barat, dengan salah satu DAS nya, yaitu DAS Citarum Hulu terletak di Kabupaten
3) Pengembangan Kawasan Andalan
Bandung.
Dengan mengacu pada RTRWN (2004), telah ditetapkan
arahan
bagi
5) Kawasan Tertentu
pengembangan
kawasan-kawasan andalan di Jawa Barat.
Pola kawasan tertentu memperlihatkan
Kabupaten Bandung sendiri termasuk ke
indikasi
dalam Kawasan Andalan Cekungan Bandung
sebaran
kawasan
fungsional
tertentu, dan Kawasan Tertinggal yang
(lihat Tabel 2.2).
perlu dikembangkan hingga 2020 untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional
4) Kawasan Kritis
yaitu
mengurangi
kesenjangan
wilayah
Dengan mengacu pada RTRWN (2004), telah
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
menetapkan
Indonesia
beberapa
kawasan
yang
(NKRI).
Adapun
kawasan
dianggap kritis secara ekologi sehingga
tertinggal di Jawa Barat menurut RTRWN
secara
dapat dilihat pada Tabel 2.4.
fungsional
tidak
bisa
berfungsi
dengan optimal. Kawasan-kawasan tersebut Tabel 2.2 Pengembangan Kawasan Andalan Darat, Sektor Unggulan, Sistem Kota, dan Outlet Pendukung di Provinsi Jawa Barat Provinsi / Kawasan Andalan
Sektor Unggulan
Kota Dalam Kawasan
WS yang melayani
PKN
PKW
Pelabuhan
Jawa Barat KW.Cekungan Bandung
Industri
Perkotaan Bandung
Tanaman Pangan
Kota Inti: Bandung
Pariwisata
Kota Satelit:
Perkebunan
Soreang Jatinangor Kota Lainnya
Sumber : Draft RTRWN, 2004
2 - 10
Sumedang
Citarum
Bandar udara
Konsep dan Strategi Pengembangan Tabel 2.3 SWS Kritis dan DAS Kritis Nasional
No
Propinsi
1 Jawa Barat
DAS
SWS
RTRW Kabupaten Bandung adalah bahwa RTRW Kabupaten/Kota perlu melakukan
Ciujung-Ciliman
Ciujung
penyesuaian
Cisadeg-Cikuningan
Cisadeg
RTRWP Jawa Barat
Cikuningan Citarum
Citarum Hulu Citarum Hilir
Cimanuk
Cimanuk Cisanggarung
Jawa Barat/ Tengah
Jawa Barat terkait de ngan Penyempurnaan
Ciwulan
Ciwulan
Citanduy
Citanduy
terhadap
keterpaduan
dan
materi
terhadap
untuk menjamin
keserasian
penataan
ruang sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan antara Provinsi dan Kabupaten/ Kota. 2.
Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Tujuan kebijakan struktur
tata ruang
wilayah Jawa Barat adalah mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dengan
Sumber: RTRWN, 2004
mempertahankan lingkungan,
Tabel 2.4 Kawasan Tertinggal Nasional PROPINSI JAWA BARAT
keseimbangan
ketersediaan
sumber
daya
alam. Struktur tata ruang Jawa
KAB/KOTA YG TERMASUK DLM KWS. TERTINGGAL
Barat diarahkan pada :
Priangan Timur
Tasikmalaya dan Ciamis
Cianjur
Kab. Cianjur(Cianjur selatan)
1. Pengaturan
Sukabumi
Sukabumi bagian selatan
wilayah
Bandung Selatan
Kab. Bandung
sistem
utara
dan
kota-kota tengah
di
serta
mengembangkan secara terbatas kotakota di wilayah selatan. Pengaturan sistem
Sumber: RTRWN, 2004
kota-kota
dibagi
menjadi
3
(tiga) pusat 2.2.2
KEBIJAKAN
TATA
RUANG pertumbuhan
PROVINSI JAWA BARAT
utama
yang
jangkauan
pelayanannya mencakup skala pelayanan A. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
nasional, utara,
operasional,
Bodebek,
tengah,
dan
selatan
akan
difungsikan sebagai pusat kegiatan wilayah
Untuk mewujudkan rencana tata ruang yang dan
Metropolitan
Bandung, dan Cirebon. Beberapa kota di
1. Kebijakan Perencanaan Tata Ruang
berkelanjutan
yaitu
yang
maka
skala
pelayanannya
mencakup
beberapa wilayah kabupaten/kota. Skala
kebijakan perencanaan tata ruang Provinsi
2 - 11
Konsep dan Strategi Pengembangan
pelayanan
ini
menciptakan mendorong
diharapkan suatu
akan
dapat
interaksi
yang
terwujudnya
keseimbangan
dalam perkembangan wilayahnya.
utama,
yaitu
pariwisata,
agribisnis,
jasa,
bisnis
industri,
kelautan,
dan
sumber daya alam di 8 (delapan) kawasan andalan.
Kebijakan
pengembangannya
adalah : 2. Pengembangan difokuskan didorong
infrastruktur
pada
wilayah
wilayah-wilayah
perkembangnnya,
yaitu
yang pada
wilayah bagian utara dan tengah. Kebijakan pengembangan infrastruktur untuk wilayah bagian selatan sangat dibatasi mengingat perkembangan
wilayah
ini
perlu
dikendalikan karena sebagian besar fungsi pemanfaatannya Kebijakan
bersifat
pengembangan
lindung.
infrastruktur
wilayah adalah :
1. Mewujudkan mampu
suatu
kawasan
mendorong
yang
pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya struktur
serta ruang
dapat Jawa
mendukung Barat
sesuai
dengan yang telah direncanakan. 2. Menciptakan
sinergi
pengembangan
keselarasan
antarwilayah
dan
antarsektor. 4. Pengembangan
kawasan
pertahanan
keamanan,
untuk
mengamankan
pelayanan infrastruktur transportasi yang
kepentingan
pertahanan
dan keamanan
ada untuk mendukung tumbuhnya pusat-
negara
beberapa
kawasan
pusat
disesuaikan dengan rencana tata ruang
a. Mempertahankan
dan
pertumbuhan
meningkatkan
dan
kawasan
yang
pertahanan keamanan.
andalan. b. Menyediakan infrastruktur yang berfungsi sebagai penyediaan dan penampung air baku untuk mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau. c. Mempertahankan
di
dan
meningkatkan
jaringan irigasi yang ada dalam rangka ketahanan pangan.
Kebijakan pola tata ruang pada masa datang difokuskan pada aspek kemampuan daya dukung dan daya tampung wilayah Jawa Barat. Salah satu kebijakan yang disusun
adalah
pemanfaatan mewujudkan
melakukan ruang,
fungsi
pengaturan khususnya
kawasan
lindung
dengan menetapkan 45% dari luas Jawa
d. Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi.
Barat sebagai kawasan lindung. Sementara itu, kawasan budidaya lebih diarahkan
e. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur permukiman.
untuk mempertahankan lahan sawah yang ada, serta mengoptimalkan sentra-sentra
3. Pengembangan kawasan andalan dilakukan melalui pengembangan 6 (enam) kegiatan
2 - 12
produksi yang mendukung pengembanga agribisnis dan agroindustri di Kawasan
Konsep dan Strategi Pengembangan
Andalan.
2. Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian
Dengan mempertimbangkan kondisi daya
pemanfaatan ruang dan yang merupakan
tampung
kewenangan
lingkungan
eksisting,
maka
Kabupaten/Kota
kebijakan pola tata ruang wilayah Jawa
pelaksanaannya
Barat meliputi :
mempertimbangkan RTRWP.
1. Kebijakan pola tata ruang kawasan lindung
dalam
memperhatikan
dan
B. RENCANA TATA RUANG WILAYAH
yaitu meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung dan menjaga kualitas
1. Rencana Struktur Tata Ruang
kawasan lindung. 2. Kebijakan
pola
tatar
uang
Pengembangan sistem kota-kota bertujuan
kawasan
untuk
budidaya yaitu mempertahankan lahan
keselarasan
sawah. 3. Kebijakan daya dukung dan daya tampung lingkungan daya
hidup,
dukung
yaitu
lingkungan
mewujudkan
sesuai
fungsi
dukung
dan
keseimbangan
pembangunan yang daya
dan
antarwilayah
diembannya, tampung
daya
lingkungan
meningkatkan
hidup. Rencana pengembangan sistem kota-
alamiah
kota di Jawa Barat adalah :
dan
buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses
a. Menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat kegiatan di bagian utara dan
pembangunan berkelanjutan. 3. Kebijakan
Pengendalian
tengah;
Pemanfaatan
Ruang
b. Mengembangkan secara terbatas pusatpusat kegiatan di bagian selatan;
Tujuan pengendalian pemanfaatan ruang adalah menjaga konsistensi pemanfaatan
c. Menata distribusi PKN dan PKW yang
ruang dengan rencana tata ruang yang
mendukung
telah
kegiatan pembangunan antarwilayah.
ditetapkan.
Sasarannya
adalah
terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRWP
yang
dilaksanakan
Sasaran
melalui
dari
keserasian
rencana
perkembangan
tersebut
adalah
berkembangnya 3 (tiga) Pusat Kegiatan
pengawasan dan penertiban.
Nasional, diantaranya PKN Metropolitan
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang
Bandung. Kota Bandung ditetapkan sebagai
adalah :
PKN, karena kecenderungan perkembangan perkotaan yang terjadi di kota tersebut
1. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan
dan
penertiban
cukup intensif. Hal ini dapat dilihat pada
yang
pertumbuhan
didasarkan kepada RTRWP.
2 - 13
berbagai
sektor
Konsep dan Strategi Pengembangan
pembangunan yang cukup tinggi baik di
Pengairan
kabupaten maupun Kota Bandung sebagai
Telekomunikasi.
bagian
dari
Bandung.
wilayah
PKN
Kegiatan
PKN
saat
ini
pesat, yang diindikasikan dengan alih fungsi lahan menuju kawasan perkotaan yang Kabupaten
persentase
Bandung
tingkat
Prasarana
Pos
dan
Metropolitan
menunjukan kinerja perkembangan yang
tinggi.
dan
memiliki
urbanisasi
C. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN LINDUNG Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk
mewujudkan
kelestarian
fungsi
meningkatkan
daya
sebesar
63,32% dan Kota Bandung sebesar 100 %. Pengembangan PKN Metropolitan Bandung dapat dilakukan di Kota Bandung dengan strategi mengarahkan perkembangan di Kabupaten Bandung. Hal ini mengingat tingkat jenuh untuk suatu wilayah. Selain itu
pengembangan
Bandung
PKN
Metropolitan
diupayakan
untuk
tidak
memberikan arahan pengembangan yang tinggi
dibagian
barat
daya
PKN
Metropolitan Bandung. Hal ini mengingat kondisi DAS Citarum yang memiliki tingkat erosi
yang
tinggi
dan
juga
adanya
kewajiban melakukan alih fungsi lahan menjadi lahan lindung pada level sangat tinggi
dalam
memenuhi
target
45
%
kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat. 2. Rencana
Pengembangan
Prasarana
lingkungan
keseimbangan guna
dan
ekosistem
mendukung
menjaga
antar
proses
wilayah
pembangunan
berkelanjutan di Jawa Barat.
Pengembangan kawasan andalan bertujuan menciptakan pertumbuhan dan pemerataan
Berdasarkan kondisi wilayah, potensi dan kepentingan
wilayah
prasarana
wilayah
diarahkan
untuk
Darat,
dukung
hidup,
Arahan Pengembangan Kawasan Andalan
Wilayah
sistem
lingkungan
jaringan
maka
Jawa
Barat
dikembangkan Prasarana
Prasarana
sistem yang adalah
Perhubungan
Perhubungan
Laut,
Prasarana Perhubungan Udara, Prasarana
2 - 14
pembangunan kegiatan
wilayah
utamanya
sesuai
melalui
dengan
penyediaan
prasarana wilayah. Rencana pengembangan kawasan
andalan
kawasan
yang
pertumbuhan
adalah
menetapkan
mampu
mendorong
ekonomi
tersebut
maupun
Sasaran
dari
bagi
kawasan
rencana
kawasan sekitarnya.
pengembangan
Konsep dan Strategi Pengembangan
kawasan andalan berkembangnya kegiatan-
2.2.3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
kegiatan yang menjadi unggulan di setiap
METROPOLITAN BANDUNG
kawasan andalan. 1. ARAHAN
Arahan: pengembangan sumberdaya manusia dalam
Arahan
rangka mendukung industri, perdagangan, jasa,
pertanian
pariwisata,
perikanan,
peternakan, pendidikan dan pengetahuan.
sprawl)
dan
b. Meningkatkan penataan
potensi
pariwisata
penyediaan
pertumbuhan
menerus
aksesibilitas
pembangunan
peni ngka ta n
serta
ka pa sita s
melalui
fisik
dan
pela ya na n
transportasi di sepanjang koridor Bandung-
prasarana dan sarana pendukungnya Meningkatkan
adalah
(konurbasi) di koridor Bandung-Soreang.
informasi Meningkatkan
Bandung
ekspansif yang tidak terkendali (Urban
manusia teknologi
Metropolitan
ruang
a. Mengendalikan pertumbuhan kota secara
Mengembangkan pusat kualitas sumberdaya pemanfaatan
pemanfaatan
sebagai berikut:
Tujuan:
Meningkatkan
kebijakan
Wilayah
holtikultura,
perkebunan,
PENGEMBANGAN
PEMANFAATAN RUANG
Kawasan Cekungan Bandung sebagai pusat
dan
KEBIJAKAN
sarana
Soreang.
dan
prasarana untuk mengantisipasi peluang
c. Relokasi kegiatan-kegiatan industri pada
kerja di dalam dan luar negri.
kawasan-kawasan industri di Banjaran, dan sebagainya.
Sasaran: Termanfaatkannya pendidikan melakukan
dan
lembaga-lembaga pelatihan
sinergisasi
tersebut
melalui
antar
dengan
d. Mendorong pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah pada zona-
lembaga
pembentukan
zona konservasi air tanah di Cekungan
forum
Bandung.
komunikasi lembaga terkait. sumberdaya
e. Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi
manusia daerah Cekungan Bandung dalam
fungsi jasa pendidikan, teknologi sistem
pembuatan
Meningkatnya
kemampuan
khas
daerah.
informasi, industri dan pariwisata (urban
dilakukan
dengan
tourism).
cinderamata
Peningkatan
dapat
mengadakan pelatihan-pelatihan.
f. Meningkatka n
Meningkatkan prasarana komunikasi dan dalam
menyediakan
kegiatan prasarana
bisnis
dan
pendukung
pelaya nan
pemerintahan yang mendukung terjaganya
media dengan mendorong jasa telepon dan internet
kua litas
minat investasi di sektor perkotaan. g. Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation).
komunikasi lainnya.
2 - 15
Konsep dan Strategi Pengembangan
2. ARAHAN
STRUKTUR
PEMANFAATAN
RUANG
o Rancabali – Tanggeung – Sagaranten – Jampang Kulon. Mengembangkan sistem transportasi massal
Penataan struktur ruang Wilayah Metropolitan Bandung meliputi penataan
intra urban yang sinergis dengan pusat-
sistem kota-kota dan sistem transportasi.
pusat
Penataan sistem kota - kota dilakukan
kegiatan usaha.
permukiman
dan
pengembangan
dengan: 3. ARAHAN POLA PEMANFAATAN RUANG Memantapkan pembagian peran dan fungsi Soreang sebagai pusat pengembangan, agro -industri dan permukiman. Mempertahankan sebagai
pusat
nasional
yang
fungsi
Arahan pola pemanfaatan ruang terutama dilakukan dengan menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
Bandung
pertumbuhan mendukung
Raya
wilayah pelayanan
pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional,
lindung
yang
berada
di
Wilayah
Metropolitan Bandung antara lain: Telaga Patenggang di Kabupaten Bandung Gunung Tangkuban Perahu di Kabupaten Bandung
dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi
Gunung Malabar di Kabupaten Bandung
keterkaitan
Gunung Cigenteng – Cipanji di Kabupaten
dengan
pusat-pusat
Bandung
pertumbuhan wilayah.
Gunung Yunghun di Kabupaten Bandung Sementara itu, penataan sistem transportasi
Penetapan kawasan lindung di wilayah
meliputi:
tersebut diperuntukkan untuk melindungi Wilayah
Pengembangan jalan tol :
Metropolitan
sekitarnya o Cikampek – Purwakarta – Padalarang
lingkungan.
o Bogor – Sukabumi – Padalarang Pembangunan
dan
peningkatan
dari
jalan
Bandung
ancaman
Selain
kawasan
diperuntukkan
bagi
permukiman
dan
degradasi
kawasan
penetapan
dan
lindung,
budidaya
kawasan budidaya
budidaya perkotaan.
Penetapan kawasan budidaya perkotaan
penghubung:
dilakukan dengan menerapkan sistem kota o Cicalengka – Majalaya – Banjaran – Soreang – Batujajar – Padalarang o Pengalengan – Caringin – Cidaun Sindangbarang
–
yaitu Kota
Bandung
sebagai PKN dan
Kabupaten Bandung sebagai PKL. Arahan Pengembangan Kawasan Andalan Selain rencana pengembangan kota-kota,
2 - 16
Konsep dan Strategi Pengembangan
dalam RTRWP Jawa Barat juga terdapat
tata ruang yang tertuang dalam RTRWN dan
rencana
Wilayah
RTRWP Jawa Barat, dapat disimpulkan
kawasan
bahwa dalam konteks wilayah yang lebih
pengembangan
Metropolitan andalan.
Bandung
Kawasan
sebagai
andalan
bertujuan
luas,
arahan
menciptakan pertumbuhan dan pemerataan
Metropolitan
pembangunan
berikut:
kegiatan
wilayah
utamanya
sesuai
melalui
dengan
penyediaan
adalah
konsep
Wilayah sebagai
dekonsentrasi
pertumbuhan di lima kota kecil, yaitu Padalarang, Soreang, Banjaran, Majalaya dan Cicalengka Pembatasan
Sektor Unggulan 1 2 3 4 5 6 7 8
di
kegiatan perkotaan melalui peningkatan
Tabel 2.5 Sektor Unggulan di Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Barat
Cekungan Bandung dsk
Bandung
Pengembangan
prasarana wilayah.
Kawasan
kebijakan
pertumbuhan
terutama
ke
kawasan konservasi di bagian Utara dan
Industri Perdagangan dan Jasa Pariwisata Pertanian Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Pendidikan dan pengetahuan
antara
Jalan
Tol
Panci
dan
Citarum
(kawasan penyangga) Pembatasan pengembangan
industri
(di
Batujajar, dan Padalarang): Pengembangan
jalur
terbuka
hijau
sepanjang Sungai Citarum (Majalaya sampai
Sumber: PP No.47 Tahun 1997
ke Saguling)
Rencana pengembangan kawasan andalan
Perlindungan
terhadap
kawasan
Sungai
Citarum dan Waduk Saguling
adalah menetapkan 8 (delapan) kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi
bagi kawasan tersebut maupun
kawasan
sekitarnya. Sasaran dari rencana pengembangan kawasan
andalan
berkembangnya kegiatan-kegiatan yang menjadi
unggulan
di
setiap kawasan andalan. Didasarkan tinjauan arahan
pada
terhadap
kebijaksanaan
Sungai Citarum melintasi kawasan industri Baleendah
2 - 17
Konsep dan Strategi Pengembangan
Pengembangan
kegiatan
perumahan
kawasan yang penting dalam memberikan
(Batujajar, Banjaran, Ciparay, Rancaekek
kontribusi terhadap Propinsi Jawa Barat
dan Cicalengka).
dan Metropolitan Bandung
Selain itu, dapat dirumuskan pula kawasankawasan yang diarahkan sebagai pusat
dalam hal
kegiatan perekonomian. Mengenai
peranan
Kabupaten
Bandung
pelayanan dan pengembangan di wilayah
ditinjau dari kontribusi perekonomiannya
metropolitan Bandung, yakni :
terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat,
Margaasih – Margahayu - Dayeuh Kolot –
selama
periode
2001-2003
Kabupaten
Bojongsoang - Baleendah (pusat pelayanan
Bandung memberikan sumbangan rata-rata
lokal dan fungsi penyangga),
sebesar 21% per tahun untuk wilayah
Soreang (pusat pelayanan regional/kota satelit),
Metropolitan
Bandung
sedangkan
untuk
Jawa Barat hampir 100%.
Banjaran (pusat pelayanan regional/kota Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten
satelit), Majalaya (pusat pelayanan regional/kota
strategis
satelit), Cicalengka (pusat pelayanan lokal/kota
ditinjau
Kabupaten
dari
Bandung
skala
regional.
memiliki
sejumlah
potensi yang dapat menunjang percepatan
satelit), Padalarang (pusat pelayanan regional/kota
pertumbuhan
dan
perkembangan
di
Kabupaten Bandung, di antaranya :
satelit), Lembang (pusat pelayanan regional), Pangalengan (fungsi khusus pariwisata dan agropolitan) 2.2.4
Bandung memiliki kedudukan yang cukup
BANDUNG DALAM KONTEKS MAKRO RTRW
khususnya
lintas regional Jawa, yang menghubungkan Pulau Jawa dengan propinsi-propinsi lain di
FUNGSI DAN PERAN KABUPATEN
Menurut
Kabupaten Bandung berada pada jalur jalan
Provinsi
dalam
pemanfaatan Kabupaten
pola
ruang Bandung
Pengembangan jaringan kereta api untuk Barat,
memperluas daya hubung antar wilayah di
pengembangan
Pulau Jawa maupun Sumatera-Jawa dan
Jawa
kawasan
budidaya,
diarahkan
untuk
kegiatan industri, perdagangan dan jasa, pariwisata, perkebunan,
pertanian perikanan,
Pulau Sumatera.
holtikultura, peternakan,
pendidikan dan pengetahuan. Selama ini Kabupaten Bandung merupakan salah satu
2 - 18
meningkatkan transportasi antar moda baik penumpang atau barang. Faktor-faktor
tersebut
keuntungan
lokasional
Bandung
dalam
memberikan
bagi
Kabupaten
pengembangan
perdagangan, jasa, dan industri. Selain itu, hal tersebut memberikan akses yang tinggi
Konsep dan Strategi Pengembangan
terhadap faktor-faktor perdagangan dan
2.3
ARAH KEBIJAKAN MIKRO
industri serta pengembangan pemasaran
PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN
produk-produk
BANDUNG
kabupaten
yang
Bandung.
memberikan
dihasilkan
oleh
Hal
yang
keuntungan
lain
adalah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
bahwa
kedekatan Pulau Sumatera dengan Pulau
Bandung
Jawa
pedoman bagi pelaksanaan pembangunan
(Kabupaten
merupakan
Bandung)
wilayah
dengan
yang
dan
konsentrasi
sesungguhnya
pemanfaatan
ruang
merupakan di
Kabupaten
tinggi, sehingga
Bandung. RTRW Kabupaten Bandung ini
merupakan pangsa pasar yang sangat besar
harus sesuai dan mengacu pada peraturan
bagi produk industri maupun perdagangan.
perundang-undangan penataan ruang yang
penduduk
yang cukup
berlaku, yaitu Undang - undang Penataan Berdasarkan kebijakan makro, Kabupaten
Ruang dan peraturan mengenai penataan
Bandung berfungsi sebagai daerah belakang
ruang lainnya, diantaranya yang mengenai
Metropolitan Bandung yang berpusat di
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Kota
kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Kabupaten
Bandung
Barat, serta Rencana Tata Ruang Kawasan
pengembangannya
sebagai
Metropolitan Bandung.
Bandung.
makro
di
diarahkan
Berdasarkan
atas,
berikut : - Pengenda li a n
pema nfaa ta n
rua ng
2.3.1 ISU STRATEGIS
terbangun di bagian utara dan selatan
Dari
dengan
permasalahan Kabupaten Bandung, dalam
adanya
keterbatasan
tinjauan
perkembangan
dan
pengembangan ruang karena mengemban
pengembangan
fungsi sebagai kawasan konservasi.
Bandung dihadapkan pada beberapa isu
- Pembatasan pengembangan di Margaasih – Margahayu - Dayeuh Kolot – Bojongsoang Baleendah yang memiliki fungsi penyangga untuk
membatasi
Kabupaten
strategis berikut : 1. Lingkungan Isu
pengembangan urban
lingkungan
di
Kabupaten
Bandung
meliputi : penurunan kualitas dan kuantitas
sprawl Kota Bandung. - Pengembangan
wilayahnya,
Kecamatan
linngkungan;
Lembang,
konflik
penyediaan
lahan
Padalarang, Soreang, Banjaran, Majalaya
Fasilitas Pengelolaan Sampah (FPS) dan
dan Cicalengkan sebagai kota-kota satelit
pencemaran
di sekitar Kota Bandung.
meningkatnya areal lahan kritis; degradasi
- Pengembangan Kecamatan
fungsi-fungsi
Ciwidey
dan
khusus
lingkungan
sekitar
FPS;
kuantitas air tanah; perubahan bentang
di
alam;
Pangalengan
belum
menurunnya
(pariwisata).
terkelolanya kualitas
limbah
udara;
B3;
masih
rendahnya kepedulian masyarakat terhadap
2 - 19
Konsep dan Strategi Pengembangan
pengelolaan
lingkungan
rendahnya
penegakan
hidup;
masih
hukum.
Isu
Pembangunan Jalan Tol Purbaleunyi, dan Rencana
Tol
lingkungan tersebut terjadi terutama dipicu
Cisumdawu,
oleh masih rendahnya pengelolaan kawasan
Pembangunan
lindung yang ada terutama di Kawasan Bandung Utara dan Bandung Selatan, serta kawasan
sempadan
sungai.
Hal
ini
mengakibatkan penurunan luas kawasan resapan air, dan sedimentasi yang tinggi, yang
kemudian
menyebabkan
banjir
terutama di Kecamatan Baleendah, Dayeuh
Soreang-Pasirkoja, Kawasan
Gedebage,
Tol dan
Kawasan Terpadu Tegalluar Rencana pengembangan Agrowisata dan Agropolitan, Rencana pembangunan Waduk Cileunca, Ciwidey, Sentosa dan Cimeta. 3. Alih Fungsi Lahan
Kolot, Majalaya, dan menurunnya muka air
Masalah alih fungsi lahan ini terkait dengan
tanah hampir di seluruh bagian wilayah
aspek kelembagaan yang saat ini banyak
Kabupaten Bandung.
menjadi sorotan, yaitu masalah koordinasi antar
2. Struktur Ruang Kota
institusi
yang
ada
dalam
hal
pemberian ijin pelaksanaan pembangunan.
Fungsi kota satelit yang diarahkan untuk kota-kota kecil di sekitar Kota Bandung
4. Pelayanan Infrastruktur
(Soreang, Banjaran, Majalaya, Cileunyi-
Pelayanan
Rancaekek dan Cicalengka) ternyata belum
dinikmati secara maksimal oleh penduduk
terwujud,
ketergantungan
Kabupaten Bandung secara merata. Sistem
Kabupaten Bandung terhadap Kota Bandung
transportasi terpadu antar moda belum
masih sangat tinggi. Hal ini juga dipicu
dikembangkan. Sistem jaringan jalan yang
rendahnya
kota-kota
ada tidak berbeda dengan kondisi lima
satelit ini dengan Soreang sebagai Ibukota
tahun yang lalu. Sementara itu pengelolaan
Kabupaten
lalu
sehingga
aksesibilitas Bandung.
Kabupaten
antar
Penyusunan
Bandung
ini
RTRW
dilakukan
infrastruktur
lintas
banyak
jalan
beberapa
utama.
Selain
strategis yang akan
kurang
dapat
optimal
mengakibatkan timbulnya kemacetan di
diantaranya juga terkait dengan munculnya rencana
yang
belum
terutama itu,
di
jalan-jalan
dengan
terjadinya
mempengaruhi struktur ruang kota yang
musibah di Fasilitas Pengelolaan Sampah
telah direncanakan, yaitu :
(FPS) Leuwigajah dan ditutupnya FPS ini
Kebijakan
pengembangan
Kabupaten
Bandung bagian selatan karena wilayah ini relatif dibanding
tertinggal wilayah
perkembangannya lain
di
Kabupaten
Bandung;
mengakibatkan
pengelolaan
sampah
menjadi persoalan khusus saat ini. 5. Keterpaduan
Rencana
Pengembangan
Wilayah Kabupaten Bandung merupakan bagian dari
2 - 20
Konsep dan Strategi Pengembangan
pengembangan Kawasan Andalan Cekungan
2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan
Bandung.
investasi
Sehingga
dalam
infrastruktur
dan
pendekatan
pengembangannya menuntut keterpaduan
peletakannya pada ruang wilayah berupa
agar dalam skala pengembangan makro
rencana penggunaan lahan.
dapat
tercipta
rencana
pengembangan
ruang yang terintegrasi antar satu wilayah
Investasi pembangunan secara garis besar
dengan
Keterpaduan
dibedakan atas Social Overhead Capital
tersebut terutama dalam aspek rencana
(SOC) atau investasi publik, dan Directly
pemanfaatan
Productive Activity (DPA) atau investasi
wilayah
pengembangan
lainnya. lahan,
jaringan
rencana
prasarana
privat.
dan
antar
kesejahteraan
pengembangan bagian
publik
adalah
fasilitas sosial/umum, dan penanganannya
2.3.2 TUJUAN PENGEMBANGAN WILAYAH
melalui
investasi
berupa prasarana kota dan sarana atau
aspek institusi/kelembagaan.
Mewujudkan
Bentuk
oleh
masyarakat
yang
wilayah
Pemerintah
(baik
pusat
maupun
daerah). Sementara investasi privat berupa
seimbang
kegiatan-kegiatan
produktif
langsung
berdasarkan
seperti : industri, perdagangan, jasa-jasa
karakteristik dan potensi wilayah dengan
komersial, pengangkutan, perumahan dan
memperhatikan daya dukung dan daya
ba ngu na n -ba ngu na n
tampung lingkungan yang didukung dengan
sebagainya ; yang umumnya merupakan
penyediaan infrastruktur wilayah
investasi swasta atau masyarakat. Urutan yang
2.3.3 PENGEMBANGAN WILAYAH Perencanaan
pembangunan
ideal,
pembangunan terdiri
pro p erti
atau yang
da n
lazimnya
dalam
terencana,
adalah
dari
investasi SOC (publik) mendahului investasi
tujuan-tujuan
pembangunan,
yang
DPA (private). Namun dalam kasus-kasus
berimplikasi
spasial.
tidak
khusus
ke
Secara
dapat
saja
investasi
DPA
langsung, produk rencana dan kebijakan
diletakkan tanpa menunggu investasi SOC
yang
terlebih dulu.
dapat
digunakan
dalam
menata
struktur ruang kota : 1. Peratura n
guna
Dan pendekatan peletakan pembangunan lahan
(renca na
penggunaan lahan) 2. Investasi infrastruktur 3. Pajak
fisik dapat dibedakan, yaitu pada : kawasan-kawasan yang telah terbangun (built up area), kawasan-kawasan
Dalam rangka mewujudkan tata ruang kota
pengembangan
baru
(development area).
yang sesuai dengan rencana tata ruang,
Investasi SOC berupa prasarana dan sarana
maka strategi pengembangan sektor-sektor
di kawasan terbangun biasanya berdasarkan
dan bidang pembangunan dapat dilihat dari
2 - 21
Konsep dan Strategi Pengembangan
Tabel 2.7 Strategi Dasar Pengembangan Sektor dan Bidang Pembangunan menurut Investasi dan Peletakannya Peletakkannya
Kawasan Terbangun (Built Up Area)
Investasi
Kawasan Pengembangan Baru (Development Area)
SOC / Publik : Prasarana, Sarana / Fasilitas
1 Memenuhi kebutuhan karena “kekurangan”
2 Mendahului pembangunan untuk merangsang / menarik kegiatan atau investasi lainnya
DPA / Privat : Kegiatan produktif, dan pembangunan oleh swasta / masyarakat
3 Memapankan kegiatan 4 Peningkatan / intensifikasi 5 Bila jenuh cenderung akan pindah
6 Mengikuti investasi SOC yang mendahuluinya 7 Untuk kegiatan tertentu mungkin mendahului SOC (tetapi sangat terbatas)
Catatan : Kawasan terbangun kepadatan tinggi terletak di bagian tengah di sekitar wilayah Kota Bandung Kawasan pengembangan baru terletak di bagian pinggir wilayah Kabupaten Bandung mengikuti kawasan terbangun sebelumnya, dan pada sub-pusat / kota kecamatan. prinsip memenuhi kebutuhan yang masih
masuk ke kawasan-kawasan pengembangan
kurang
nyata.
baru. Sementara untuk investasi DPA di
kawasan-
kawasan pengembangan baru relatif akan
kawasan pengembangan baru bertujuan
mengikuti sejauh mana investasi SOC telah
untuk merangsang atau menarik agar sektor
diletakkan di kawasan baru tersebut. Untuk
-sektor pembangunan lainnya, terutama
kegiatan-kegiatan investasi yang sangat
investasi DPA, masuk ke kawasan tersebut.
khusus
menurut
Sementara
kebutuhan
investasi
SOC
di
mungkin
mendahului Investasi pada
DPA
di
prinsipnya
kawasan adalah
terbangun
memapankan
kegiatan
saja
investasi ini
investasi SOC.
sangat
DPA
Lazimnya
tinggi
tingkat
komersialnya.
kegiatannya atau bahkan meningkatkan kegiatannya,
sehingga
muncul
prinsip
intensifikasi
kegiatan.
Namun
dengan
keterbatasan-keterbatasan ruang, mungkin sesekali kawasan terbangun tersebut telah "jenuh"
untuk
investasi
DPA
yang
bersangkutan. Oleh karena itu ada gejala pendorong untuk investasi DPA ini pindah ke luar kawasan terbangun, dan diharapkan
2 - 22
A. I n t e n s i f i k a s i
/
Ekstensitikasi
Pemanfaatan Ruang Sebagaimana kawasan
umumnya
pusat
kota
karakter dan
kota,
sekitarnya
merupakan kawasan dengan nilai tanah (land value) yang relatif tinggi dan diisi oleh
kegiatan-
(perdagangan
dan
kegiatan jasa).
komersial Kawasan
ini
Konsep dan Strategi Pengembangan
dikelilingi oleh kawasan perumahan yang
A. Pengembangan
cenderung lebih padat. Untuk kawasan
Sistem
Prasarana
sistem
prasarana
Transportasi
pusat kota dan permukiman sekitarnya ini cenderung
berkembang
intensifikasi.
oleh
Pengembangan
pola
fisik
pola
ini
transportasi diarahkan untuk meningkatkan
bangunan
rapat
dan
interaksi antar pusat pertumbuhan atau
Secara
ditunjukkan
dengan
wilayah
konstruksinya yang bertingkat.
interaksi
di kawasan pusat kota tersebut dapat bangunan
bertingkat
kegia ta n-kegi ata n
Arahan
perbelanjaan, pasar, kantor-kantor jasa
berpola
belum
terbangun
(regional)
ini.
Berbarengan dengan itu pada lokasi-lokasi
pusat
selain
ekstensifikasi
wilayah
dapat
jaringan
dan
transportasi
dipadukan
dengan
permukiman dan
pengembangan
dengan
dan sub terminal) serta jenis moda pada masing-masing simpul didasarkan pada
dalam
hirarki dan fungsi permukiman serta tingkat perkembangan kawasan.
satu faktor penting yang akan menentukan
(jalan,
juga
2. Kebutuhan pelayanan sarana (terminal
pengembangannya. Dengan demikian salah
permukiman
dapat
pelayanan transportasi;
diatas akan "membutuhkan" penyediaan
terutama
selain
1. Pusat-pusat permukiman sebagai simpul
Kedua pola (intensifikasi dan ekstensifikasi)
prasarana,
primer
menggunakan pertimbangan :
jalan-jalan utama kota.
kemungkinan
Kabupaten
jalan
pengembangan,
pengembangan sistem
akan
pula halnya di lokasi-lokasi tertentu di tepi
adalah
diharapkan
diselaraskan
seintensif kawasan pusat kota. Demikian
(infrastruktur)
jaringan
b) Pengembangan
muncul pula intensifikasi, walau tidak
prasarana
di
meningkatkan aksesibilitas antar wilayah;
tertentu yang mencirikan sebagai pusat pelayanan,
transportasi
sistem
meningkatkan keterhubungan antar pusat-
ekstensifikasi, dewasa
melalui
pengembangan
a) Pengembangan
berupa pengembangan lokasi-lokasi baru yang
dilakukan
Bandung sebagai berikut:
perkembangan fisik kota terutama ke arah akan
dari
prasarana
komersial, rumah susun, yaitu kompleks
pinggiran
tersebut
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan.
pertoko a n/ pusat
Di samping pola intensifikasi di atas,
dengan
peningkatan kapasitas jalan khususnya yang
dengan
hunian yang bertingkat, dan lain-lainnya.
juga
wilayah penunjangnya. Upaya peningkatan
Pola intensifikasi dalam pemanfaatan ruang berupa
pengembangan,
pengembangan prasarana
air
bersih.
dasar
C. Pengembangan Fasilitas dan Utilitas Kota
listrik,
Pengembangan
sanitasi, drainase, dan lain-lainnya).
kepada
fasilitas
penjenjangan
akan
mengacu
pelayanan
serta
besarnya jumlah penduduk yang dilayani.
2 - 23
Konsep dan Strategi Pengembangan
Untuk
itu
dapat
kecenderungan
didekati
pertumbuhan
dengan penduduk
yang dilayani, standar-standar yang ada yang disesuaikan dengan karakteristik yang ada di Kabupaten Bandung. Dalam hal ini standar
pelayanan
setiap
fasilitas
diperhitungkan dari tingkat pelayanan serta kapasitas rata-rata saat ini.
telah
berkembang
sesuai
dengan
kebutuhan riil dan perkembangan fisik kota.
Bila
sifatnya
dibutuhkan
lebih
BIDANG PEMBANGUNAN Arah kebijakan pengembangan setiap sektor di
Kabupaten
Bandung
adalah
sebagai
berikut : A. Sektor Industri Pembangunan sarana dan prasarana serta
Pada prinsipnya fasilitas yang ada dewasa ini
2.3.4 ARAH PENGEMBANGAN SEKTORAL DAN
meningkatkan efisiensi dan produktifitas, serta daya saing melalui keterkaitan sektor industri yang berorientasi ekspor.
pengembangan
kepada
peningkatan.
Sementara pengembangan fasilitas baru cenderung
pada
kawasan-
kawasan pengembangan baru. Pengembangan berupa
utilitas,
prasarana,
prinsipnya
sama
pe ng e mb a n g a n Hanya
saja
pada dengan
Pengembangan dan penataan pendukung sektor industri diharapkan bisa mendatangkan investasi yang cukup besar.
fa s i li ta s .
pada
kawasan
terbangun perlu dikaji apakah masih kurang penyediaannya. Untuk itu diperlukan kajian atau
rencana
pengembangan
sektoral
prasarana yang bersangkutan. Pada bagianbagian wilayah kota tertentu, seringkali ditemui
masih
prasarana
kurangnya
berupa
penyediaan
jaringan-jaringan
prasarana, atau mungkin diperlukan bentuk -bentuk pengembangan prasarana berupa pemenuhan "volume" sesuai kebutuhan, atau mungkin diperlukan bentuk-bentuk prasarana
baru
sejalan
dengan
perkembangan yang ada.
2 - 24
Penyempurnaan menciptakan dalam
upaya
infrastruktur
dan
kemudahan-kemudahan memperbesar
peluang
investor. Mendorong industri barang modal utama yang mendukung sektor pertanian agar terus berkembang, demikian pula agroindustri
yang
mengolah
hasil-hasil
pertanian. Meningkatkan desentralisasi industri ke daerah-daerah, sesuai dengan potensinya. Untuk industri baru dikembangkan di Kawasan Kota baru Tegalluar.
Konsep dan Strategi Pengembangan
B. Sektor Pertanian dan Kehutanan
hanya sekedar peningkatan produksi tetapi mencakup
Pertanian Pembangunan pertanian dan kehutanan harus
menempatkan
secara
kepentingan
anggota
masyarakat. Upaya peningkatan produksi perkebunan
efisien
guna
menggerakan
dan
memacu
sumberdaya yang ada serta terpadu dan
peningkatan ekspor dan bidang lain seperti
saling menunjang dengan pembangunan di
industri
sektor
intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi.
lain
terutama
pembangunan
industri, pembangunan daerah pedesaan, transmigrasi
serta
upaya
memelihara
kelestarian alam dan lingkungan hidup. Dalam
kebijaksanaan
umum
Bandung sesuai dengan peruntukannya dan fungsinya sebagai hutan lindung, Penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di seluruh bagian wilayah kabupaten,
meliputi keterpaduan wilayah, keterpaduan
Penataan jalur hijau di sepanjang jalan.
komoditi dan keterpaduan usaha tani. u s a ha
i n t e n s i f ik a s i ,
ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi, serta
melaksanakannya
secara
terpadu
Sumberdaya Air dan Drainase Menjaga stabilitas air sebagai bahan baku air bersih, dan irigasi
disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim dengan tetap memelihara kelestarian
Pengelolaan
sumber alam dan lingkungan hidup serta memperhatikan
pola
kehidupan
masyarakat. Pembangunan tanaman
sub
pangan
sektor untuk
areal,
Pemantapan kawasan hutan di Kabupaten
diperhatikan perwilayahan komoditi yang
Melanjutkan
perluasan
Kehutanan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perlu
berpegang pada asas keterpaduan yang
melaui
pertanian
drainase
kabupaten
untuk
mencegah terjadinya banjir dan genangan. C. Sektor Transportasi Membangun pemeliharaan
meningkatkan
jalan
baru,
sarana
meningkatkan
dan
prasarana
produksi, meningkatkan pendapatan petani
perhubungan darat, untuk memperlancar
dan efisiensi usaha tani, memperbaiki gizi
arus orang, barang dan jasa yang dapat
masyarakat,
terbukanya
menunjang kegiatan di berbagai bidang.
kesempatan
Meningkatkan daya dukung jalan untuk
kesempatan
mendorong kerja
dan
berusaha, serta meningkatkan ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani
menunjang
mobilitas
membangun
jalan
baru
barang,
serta
dalam
rangka
yang dikonsumsi masyarakat, peningkatan
pemerataan pembangunan di Kabupaten
produksi
Bandung
peternakan
dilanjutkan, perikanan
harus
pembangunan
terus
dilanjutkan
sub dan
tetap sektor
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
tidak
baru untuk mengurangi pergerakan ke arah pusat Kota Bandung.
2 - 25
Konsep dan Strategi Pengembangan
D. S e k t o r
Pariwisata,
Pos
dan
Telekomunikasi
kota, sehingga pencerminan kebijaksanaan
Mengembangkan objek wisata terutama mengembangkan potensi
yang pokok dalam membentuk tata ruang
wisata
alam
dan
terkait
budaya
dengan
Kabupaten
Bandung.
rencana
tata
ruang
wilayah
dapat
diwujudkan secara terstruktur dan dinamis. Sebagai
p r io r i ta s
utama
d a la m
kebijaksanaan RTRW ini adalah pengisian
Mengembangkan
sektor
kepariwisataan
fungsi
pusat
dan
sub
pusat
yang
yang potensial, misalnya wisata perairan di
direncanakan
beberapa waduk.
kelengkapan sarana penunjangnya. Hal ini
dengan
dimaksudkan
agar
pola
fasilitas struktur
dan pusat
D. Sektor Perumahan dan Permukiman
pelayanan dapat terbentuk terlebih dahulu
Pembangunan dan perbaikan perumahan
sehingga upaya pendistribusian kegiatan
dan
dan pola persebaran penduduk/ kepadatan
diperluas sehingga makin merata dengan
yang dikehendaki terutama menyangkut
senantiasa
rencana
prasarana jaringan jalan yang merupakan
pengembangan dan keterpaduan dengan
kerangka pokok tata ruang wilayah kota.
lingkungan sosial di sekitarnya.
Penerapan struktur hirarki akan sangat
diupayakan
lebih
ditingkatkan
memperhatikan
Mulai diarahkan pengembangan perumahan vertikal
pada
kawasan-kawasan
dengan
penduduk padat, untuk tetap menjaga keseimbangannya dengan ruang terbuka hijau terutama pada daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung. 2.3.5 ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR
mendukung pola tata ruang yang dituju serta menjamin tingkat aksesibilitas lokasi secara efektif dan efisien. Tahap
berikutnya
pembangunan
terminal terpadu yang secara bertahap akan memadukan beberapa jenis/ moda transportasi
STRATEGIS
adalah
darat.
Transportasi
darat
meliputi sistem perangkutan penumpang
Sinkronisasi
program
pembangunan
dan barang oleh kendaraan umum dan
dilandaskan pada perhitungan-perhitungan
kereta api.
berbagai hal, terutama
Tahapan program pembangunan tersebut
terhadap
pertimbangan
keterbatasan
kemampuan
dilaksanakan
oleh
pihak
pemerintah
pendanaan pembangunan oleh pemerintah
(Pemerintah Pusat dan Daerah), kerjasama
dan kondisi kemampuan pihak swasta/
swasta
investor. Hal ini mengharuskan adanya
relevansi penanganan programnya. Dengan
sistem
adanya skala prioritas pengembangan ini
prio ri tas
pembangunan
dengan
da la m kriteria
pro gram bahwa
program yang dirumuskan kerangka dasar
2 - 26
dan
diharapkan
masyarakat
dapat
percepatan
sesuai
memacu
dengan
mekanisme
pertumbuhan
dan
Konsep dan Strategi Pengembangan
perkembangan
sektor-sektor
utama
diarahkan pengembangan industri dalam
kegiatan kota, utamanya yang mencakup
bentuk
pembangunan infrastruktur/ prasarana dan
Kecamatan Margaasih dan di rencana Kota
sarana pelayanan permukiman, dan lain-
Baru Tegalluar. Namun ada kecenderungan
lain. Atas dasar tahapan dan prioritas
pula berkembangnya industri secara sendiri
pengembangan tersebut disusun indikasi
-sendiri
program
tersebut, terutama karena kecenderungan
pembangunan
sesuai
dengan
arahan struktur tata ruang kota.
kawasan
di
industri
yaitu
luar kawasan/zona
perkembangan
industri
di
industri
yang
telah
berkembang saat ini.
Sehubungan dengan kondisi daya dukung dan daya tampung Kabupaten Bandung,
Untuk
maka untuk menunjang rencana tata ruang
sendiri-sendiri
yang ada, direkomendasikan bentuk-bentuk
kawasan/zona industri) direkomendasikan
pengembangan khusus antara lain yaitu :
pada
pengembangan sistem blok di tepi jalan-
berkembang
jalan
pembangunan
Rancaekek dll) dengan pembatasan pada
bangunan secara vertikal, saluran samping
jenis industri ringan dan industri rumah
jalan-jalan utama, pengembangan ruang
tangga. Namun untuk itu harus dapat
tepi sungai-sungai besar, dan intensifikasi
dipenuhi prinsip-prinsip dasar, yaitu :
utama
kota
dan
pemanfaatan ruang.
Besarnya potensi pertanian dan wisata di utara
Bandung,
dan
serta
kawasan
selatan
bentuk
industri
yang
(Majalaya,
telah
Banjaran,
potensi
Pengembangan pola industrial estate untuk
Kabupaten kemampuan
mengantisipasi perkembangan industri. Mendorong perubahan dari zona industri yang
Industri.
Sektor yang dapat dikembangkan ke arah pertanian
dan
pariwisata,
ke
dalam
bentuk
Kawasan
Sebagaimana karakter kota pada umumnya,
tetap terjaga fungsinya tanpa mengabaikan ekonominya
ada
3. Intensifikasi Pemanfaatan Ruang
sehingga lahan berfungsi lindung tersebut kemampuan
dalam
(bukan
berat);
harus dikembangkannya secara seimbang. adalah
secara
yang tidak berdampak polusi (berdampak
lahannya sebagai kawasan berfungsi lindung
ini
industri
Industri yang dikembangkan adalah industri
1. Pengembangan Kawasan Agrowisata
bagian
pengembangan
di
untuk
Kabupaten
Bandung
kecenderungan
intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan
dikembangkan.
yang berbatasan langsung dengan kota
2. Pengembangan Industri Di Luar Kawasan/
Ba nd ung
Zona Industri
s eba ga i
Metropolitan
p usa t
Bandung.
wila ya h
Kecamatan-
kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuh
Dalam rencana pemanfaatan ruang/ lahan
2 - 27
Konsep dan Strategi Pengembangan
Kolot, Bojongsoang dan Baleendah akan
jalan ini relatif menerus dan penuh, maka
berkembang
lahan yang terletak di belakangnya kurang
kawasan
lebih
lain
pengembangan
pesat
bila
dibandingkan
tidak
dibatasi
akses ke jalan. Bahkan di bagian-bagian
terbangunnya.
Terkait
kota
yang
lama
cenderung
menjadi
dengan fungsinya sebagai penyangga untuk
lingkungan kumuh dan nilai tanahnya relatif
membatasi pengembangan urban sprawl
rendah.
Kota
Bandung,
maka
pengembangan
kawasan terbangun di wilayah ini dilakukan melalui
intensifikasi
lahan
dengan
bangunan vertikal. Dengan
upaya
diharapkan
intensifikasi
dapat
tersebut
mengurangi
tekanan
terhadap ruang, dan dapat memberikan ruang
terbuka
yang
memadai.
Dalam
rencana detail hal ini dapat dirumuskan dengan penetapan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Bangunan)
dan
KLB
(Koefisien
Lantai
menurut
blok-blok
dalam
wilayah perencanaannya.
utama yang lama, baru, atau direncanakan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam intensifikasi pemanfaatan ruang ini antara lain adalah :
yang
mengantisipasi
kemungkinan
tersebut diatas, maka direkomendasikan pengembangan dengan sistem blok (block terhadap
kepadatan lalu lintas, prasarana
Untuk
system). Dengan sistem blok ini, 'tekanan'
keindahan kawasan/ kota (landscape), dukungan
Di Kabupaten Bandung ada jalan-jalan
memadai,
misalnya air bersih, pemadam kebakaran, untuk bangunan bertingkat.
jalan
dikurangi,
utama
misalnya
kebutuhan
dapat parkir,
ruang terbuka, pedagang bergerak, dan sebagainya. Pengembangan dengan
4. Pengembangan Sistem Blok
tersebut
sistem
blok ini
dapat pula diterapkan pada lahan/ruang di Perkembangan yang terjadi sebelumnya di
sekitamya pusat kota bila akan dilakukan
tepi-tepi jalan utama lazimnya cenderung
renovasi
kepada kegiatan perdagangan dan jasa,
kawasan-kawasan kumuh.
campuran
antara
hunian
dan
atau
renewal,
misalnya
pada
usaha.
Ataupun perumahan dengan kapling besar
Melihat
pergeseran
dan mewah. Karena kapling-kapling di tepi
terjadi
di
2 - 28
fungsi
Kabupaten
lahan
Bandung
yang akibat
Konsep dan Strategi Pengembangan
pertumbuhan penduduk yang meningkat
2.4
tiap tahun, dan ketersediaan lahan yang tidak
mencukupi
permukiman
untuk
maka
pembangunan
penting
adanya
ARAH PENGEMBANGAN
KEPENDUDUKAN DAN PENINGKATAN SDM Jumlah Penduduk
pembangunan vertikal dengan ketentuan
Berdasarkan
yang berlaku.
Nasional
hasil
Survey
Ekonomi
(Susenas) penduduk Kabupaten
Bandung Tahun 2001 berjumlah 3.763.090 5. Pengembangan Ruang Tepi Sungai
jiwa (sebelum pemekaran wilayah). Pada
Besarnya masalah keruangan di sekitar
Tahun 2005,
sungai-sungai
bertambah
di
Kabupaten
Bandung,
penduduk kabupaten ini
menjadi
4.274.431
jiwa
pemekaran
wilayah).
Laju
diantaranya banjir, maka secara bertahap
(sebelum
perlu dikembangkan pola/konsep water
pertumbuhan
front city (bangunan hadap air), disertai
dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian
pula
dan migrasi. Berdasarkan hasil sensus, laju
dengan
(retaining
pembangunan
wall),
penataan
tanggul
penduduk
pertumbuhan
sempadan
secara
penduduk
alami
Kabupaten
sungai, dan pembangunan jalan (jalan
Bandung periode 2001 – 2005 mengalami
inspeksi).
peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 3,3 % pertahun dalam rentang waktu empat tahun. Penambahan jumlah penduduk yang lebih dari 100.000 jiwa per tahun menunjukkan bahwa rata -rata perkembangan penduduk di Kabupaten Bandung sangat pesat. Persebaran dan kepadatan penduduk. Penduduk Kabupaten Bandung tersebar di 30
Selain fungsi, keindahan kawasan sekitar sungai menjadi pertimbangan dalam pengembangannya
k e ca ma ta n
perkembangan berbeda-beda.
dengan
dan
t i ng ka t
kepadatan
yang
Konsentrasi penduduk
yang cukup tinggi pada umumnya tersebar
Pengembangan ruang di tepi sungai dapat
di wilayah kecamatan yang selama ini
pula
pengembangan
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang
pariwisata. Pembangunan hotel, restoran,
pada umumnya berada di wilayah tengah
sarana
dan
dikaitkan rekreasi,
dengan dan
lainnya
dapat
merupakan bentuk-bentuk pengisiannya.
timur
Kabupaten.
Selain
itu
penyebaran penduduk yang tinggi juga terjadi di wilayah-wilayah kecamatan yang
2 - 29
Konsep dan Strategi Pengembangan
berbatasan langsung dengan Kota Cimahi
Sektor Pendidikan
dan Kab. Bandung Barat seperti; Margaasih, serta wilayah yang berbatasan dengan Kota
Salah satu tujuan nasional yang diemban
Bandung seperti; Margahayu, Bojongsoang,
pemerintah adalah upaya mencerdaskan
Dayeuhkolot
kehidupan
penduduk
dan yang
umumnya
Cileunyi. relatif
terdapat
di
Penyebaran
keberhasilan
upaya
pada
tersebut tercermin 3 faktor yang dapat
selatan
diangkat sebagai rekayasa dalam kerangka
Rancabali,
Dispute Kualitatif yakni belajar, kurikulum
rendah wilayah
Kabupaten Bandung, seperti
bangsa,
dan guru.
Pasirjambu dan Kertasari. Sektor Tenaga Kerja Permasalahan yang dihadapi sektor tenaga
kerja
antara
ketidakseimbangan
lain
antara
perbandingan jumlah pencari kerja dengan lapangan kerja. Permasalahan lain di
sektor
rendahnya tenaga
ketenagakerjaan keahlian
kerja
dan
sehingga
adalah
keterampilan menyebabkan
rendahnya produktivitas usaha. Arah kebijakan pengembangannya, yaitu :
Akses pendidikan diperluas, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah
Mengembangkan usaha-usaha yang banyak
Permasalahan utama sektor pendidikan di
menyerap tenaga kerja guna menampung
Kabupaten
dan mengurangi jumlah pengangguran.
sarana dan prasarana pendidikan, belum
Melaksanakan usaha-usaha untuk menaikan produktivitas
tenaga
melaksanakan
kerja
Bandung
adalah
kurangnya
adanya kawasan pendidikan unggulan yang
dengan
terpadu, banyaknya anak putus sekolah
program-program
sebagai akibat dari krisis ekonomi dan mutu
pendidikan, pelatihan dan kursus-kursus
pendidikan yang masih harus ditingkatkan.
keterampilan, serta kegiatan magang. Memberikan jaminan pelaksanaan hak-hak
Tantangan dunia pendidikan antara lain,
pekerja dan perlindungan pekerja dengan
pertama sebagai akibat krisis ekonomi
cara memberdayakan organisasi-organisasi
dunia
buruh dan LSM, serta pengawasan terhadap
mempertahankan
penerapan standar upah minimum.
pendidikan yang sudah dicapai. Kedua,
2 - 30
pendidikan
dituntut
pogram
untuk
pembangunan
Konsep dan Strategi Pengembangan
untuk mengantisipasi era globalisasi dunia
tidak terlepas dari pembangunan sektor
pendidikan
menyiapkan
kesehatan. Tingkat kesehatan dapat diukur
sumber daya manusia yang mampu bersaing
dari beberapa indikator kesehatan, antara
di tingkat global. Ketiga, sejalan dengan
lain angka kematian bayi, pertolongan
diberlakukannya
maka
kelahiran, angka kematian ibu melahirkan,
banyak
angka harapan hidup, dan angka penyakit
materi
dituntut
untuk
otonomi
pendidikan
daerah
harus
lebih
mamperhatikan keberagaman daerah dan
dan sebagainya.
mendorong pemberdayaan masyarakat.
terjadi
Arah Kebijakannya, yaitu :
terutama
berpenghasilan pembangunan
sarana
dan
memberikan
terhadap
terjadinya
penyakit,
ditunjang
pola
kontribusi penyebaran
dengan
aktifitas
yang
mengakibatkan terganggunya keseimbangan
dengan
lingkungan dan berdampak pada munculnya
prasarana
penyakit berbasis lingkungan. Sementara
masyarakat rendah
warming yang
manusia dalam pengelolaan sumber daya
MeningkatkaSn akses masyarakat kepada pendidikan
telah
Global
itu, globalisasi telah berdampak pula pada
pendidikan. Merehabilitasi
dan
perbaikan
perubahan gaya hidup dan peningkatan
terhadap
sarana dan prasarana pendidikan yang
penyakit
degeneratif
atau
penyakit-
sudah rusak.
penyakit non infectious. Disamping itu munculnya kembali penyakit-penyakit yang
Mewujudkan adanya sekolah unggulan yang terpadu dalam rangka menciptakan SDM
dulu
unggul.
menjadi pertimbangan dalam pemecahan
terpadu yang melibatkan orang tua, guru
punah,
saat
ini
Arah kebijakannya, yaitu :
dan aparat pemerintahan kota agar dapat
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
dihindari adanya kanakalan remaja.
meningkatkan
Pembinaan dan pengembangan pendidikan
semua
non formal di masyarakat. kesempatan
sudah
masalah kesehatan.
Pengawasan terhadap anak didik secara
Memperluas
dianggap
memperoleh
derajat
penduduk
meningkat,
kesehatan
bagi
kualitas
SDM
agar
kebijaksanaan
ini
ditempuh
pendidikan melalui bea siswa bagi anak
malalui upaya pencegahan, penyembuhan,
berprestasi dan kurang mampu, pengadaan
pemulihan dan rehabilitasi kesehatan.
sarana
belajar
dan
optimalisasi
peran
Prioritas pelayanan kesehatan ditujukan kapada penduduk berpenghasilan rendah
swasta dalam dunia pendidikan. Pembinaan pendidikan buta aksara.
dan atau
keluarga
Pra
sejahtera
dan
keluarga sejahtera 1 (satu). Sektor Kesehatan
Melaksanakan upaya-upaya pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan melalui
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
2 - 31
Konsep dan Strategi Pengembangan
pembangunan kesehatan,
sarana
dan
peningkatan
prasarana
kuantitas
meliputi
pendaftaran
dan
pencatatan
dan
penduduk secara tertib dan rapi serta
kualitas tenaga medis dan penanganan
terciptanya Bank data Kependudukan yang
penyakit menular.
dapat menampung, mengolah, menyimpan,
Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
akan
hidup
sehat
dan
kawasan
berbagai jenis data kependudukan. Meningkatkan peran wanita dan generasi
kesehatan lingkungan. Melaksanakan
menemukan kembali dan mendistribusikan
konsep
berwawasan
pembangunan lingkungan
dan
muda dalam proses pelaksanaan program Keluarga Berencana.
kesehatan yang berkelanjutan pada setiap Kesejahtaraan Sosial
sektor pembangunan. Sektor
Kependudukan
dan
Keluarga
Dampak dari krisis ekonomi di Kabupaten Bandung antara lain meningkatnya jumlah
Berencana
penyandang masalah sosial antara lain anak Keseluruhan program pembangunan menuju
jalanan, penduduk miskin, tuna susila,
pada
gelandangan
perbaikan
taraf
hidup
seluruh
dan
pengemis,
kenakalan
penduduk. Kondisi kependudukan meliputi
remaja, kriminalitas dan tindak kekerasan.
pertumbuhan
Selain itu penyandang masalah sosial yang
penduduk,
penduduk,
kepadatan
komposisi
penduduk
dan
persebaran penduduk merupakan faktorfaktor
yang
harus
dicermati
lain adalah penyandang cacat, lanjut usia dan sebagainya.
dalam
menyusun kebijaksanaan dan pelaksanaan
Permasalahan dan tantangan yang dihadapi
pemecahan
dalam penyelenggaraan pembinaan bagi
masalah pertumbuhan penduduk adalah
penyandang sosial ini antara lain, krisis
pelaksanaan
Keluarga
ekonomi yang berkembang menjadi krisis
Berencana. Program ini sudah terlaksana
sosial yang sampai sekarang belum tuntas
dengan
penyelesaiannya. Terbatasnya sarana dan
pembangunan.
Salah
satu
program-program
baik
akan
tetapi
sangat
membutuhkan kesadaran dan peran serta
pra sa ra na ,
masyarakat untuk menyukseskan program
masyarakat
ini.
masalah sosial, termasuk korban bencana
masyarakat
terhadap
para
kepedulia n penyandang
alam dan kebakaran.
Arah Kebijakannya, yaitu : Mendorong
kura ngnya
untuk
berperan
aktif dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana.
Arah kebijakannya, yaitu: Meningkatkan kepedulian terhadap para penyandang
Memantapkan administrasi kependudukan,
2 - 32
masalah
sosial
melalui
penyediaan lapangan kerja dan pengakuan
Konsep dan Strategi Pengembangan
sebagai anggota masyarakat. Mengupayakan
Mengefektifkan
kehidupan
yang
layak
daya dukungnya, melalui penyiapan sarana
Menyediakan sarana dan prasarana serta
dan
fasilitas pembinaan. dalam
kemitraan
sosial,
semua
pihak
penanganan
perkotaan
termasuk
sesuai
prasarana perkotaan, melalui pengarahan
penanganan
dan percepatan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan.
2.5 STRATEGI PENGEMBANGAN TATA
2.5.2
RUANG
STRATEGI
PENGEMBANGAN
TATA
RUANG MAKRO
Strategi
pengembangan
Kabupaten
Bandung
tata
mencakup
ruang
Strategi pengembangan tata ruang makro
strategi
wilayah Kabupaten Bandung adalah :
pengembangan tata ruang makro dan tata ruang mikro. Strategi ini akan menjadi konsep
pengembangan
Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten
wilayah
Bandung dengan Kota Bandung sebagai
Kabupaten Bandung dan rencana tata ruang
pusat
wilayah Kabupaten Bandung.
Diharapkan
peningkatan
eksternal
dapat
2.5.1
yang
Memanfaatkan secara efisien sarana dan
bencana alam.
dasar
prasarana
dengan fungsi yang ditetapkan.
menyelenggarakan
masalah
lahan
perkotaan yang tersedia sesuai dengan
berdasarkan atas rasa kemanusiaan.
Meningkatkan
pemanfaatan
TUJUAN PENGEMBANGAN
Kabupaten
WILAYAH
Metropolitan
ini
Bandung
Bandung. hubungan
mendukung sebagai
peran
kawasan
belakang dan menjadi kawasan produksi
Tujuan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung
dari
yang
menjadi
utama bagi Kota Bandung.
dasar
penetapan strategi pengembangan tata ruang makro dan mikro adalah : Mengarahkan perkembangan kawasan perkotaan / sistem kota-kota yang terstruktur, melalui penentuan hirarki dan fungsi kota-kota yang ada. Memantapkan fungsi kawasan lindung, melalui pembatasan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung sesuai dengan daya dukung lingkungan. Jalur distribusi penunjang pengembangan potensi wilayah
2 - 33
Konsep dan Strategi Pengembangan
Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten
Memperkuat keterkaitan antar kawasan
Bandung dengan pusat-pusat pertumbuhan
perdesaan dan kawasan perkotaan (Urban-
lain di sekitarnya (Bandung Barat, Cimahi,
Rural Linkage)
Subang,
Garut,
pertumbuhan sebagai
Sumedang).
tersebut
pusat
Pusat
dimanfaatkan
pemasaran
komoditas
maupun pusat koleksi baik secara langsung maupun tidak langsung dan diharapkan dengan peningkatan hubungan eksternal tersebut
dapat
Kabupaten
mendukung
Bandung
pertumbuhan
bagi
peran
sebagai
pusat
wilayah-wilayah
Pengembangan kawasan berfungsi lindung dan konservasi dengan konsep Ekowisata, agar fungsi lindung tetap terjaga tanpa mengabaikan kebutuhan ekonomi dalam pembangunan.
Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan
yang
memiliki
daya
dukung
lingkungan rendah, dan pemulihan kawasan lindung terutama pada kawasan rawan
tersebut.
bencana dan berfungsi lindung. 2.5.3 STRATEGI PENGEMBANGAN MIKRO
Karena
secara
geografis
Kabupaten
Strategi pengembangan tata ruang mikro
Bandung mempunyai potensi yang sangat
wilayah Kabupaten Bandung adalah :
besar terkait dengan fungsi dan peran Kota
Penetapan dan pemantapan peran dan
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa
fungsi kota-kota secara hirarkis dalam
Barat,
kerangka ‘sistem wilayah pengembangan
sebagai kawasan belakang Kota Bandung,
ekonomi’
hal
dan
‘sistem
pembangunan
dan
peran
tersebut
Kabupaten
perlu
Bandung
ditunjang
oleh
perkotaan’. Mengembangkan sistem pusat-
ketersediaan fasilitas yang mencukupi baik
pusat permukiman sebagai satu kesatuan
dari segi kuantitas maupun kualitas.
pengembangan sehingga terbentuk fungsi
Banyaknya kawasan rawan bencana maupun
dan hirarki pusat permukiman. Tujuan
kawasan lindung memerlukan pertimbangan
kebijakan
mewujudkan
dalam menentukan kawasan yang layak
keseimbangan
dibangun baik untuk kegiatan perkotaan
wilayah
maupun
ini
pemerataan pertumbuhan penjalaran dengan
adalah dan
antar
perkembangan
mengoptimalkan
melalui
yang
serasi,
pemanfaatan
sumberdaya.
Peningka ta n
permukiman,
sehingga
fungsi-
fungsi lindung tetap terjaga.
Perlu pengaturan pola penggunaan lahan, yang saat ini cenderung berkembang pesat
penyedia a n
ja ringa n
transportasi wilayah yang menghubungkan antar simpul-simpul secara hirarkis untuk memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa
2 - 34
akibat desakan pengembangan kawasan terbangun dari Kota Bandung.
Konsep dan Strategi Pengembangan
2.6 KONSEP PERENCANAAN WILAYAH
B. Struktur Ruang
KABUPATEN BANDUNG Struktur
2.6.1 KONSEP STRUKTUR TATA RUANG
ruang
wilayah
dan
kegia ta n dengan
visi,
dilihat
f u ngsio na l
dari
unsur
ka wa sa n nya ,
dihubungkan oleh sistem transportasi serta
Kabupaten Bandung, maka sektor-sektor
didukung oleh ketersediaan sarana dan
perekonomian yang akan dikembangkan
prasarana
terutama
Kabupaten Bandung merupakan penjabaran
sektor
dan
dapat
tujuan
pada
misi
kerangka
struktural yang menampilkan bentuk ruang
A. Fungsi Wilayah Sesuai
merupakan
sekunder
yang
memiliki keterkaitan dengan sektor primer
wilayah.
Struktur
ruang
struktur ruang Provinsi Jawa Barat.
pada skala regional Metropolitan Bandung tujuan
pembentukan
konsep
dan Provinsi Jawa Barat, yaitu Industri
Adapun
Pengolahan,
struktur tata ruang Kabupaten Bandung
serta
Pertanian, dan Pariwisata,
sektor
jasa
pada
skala
adalah
lokal
mewujudkan
Kabupaten Bandung. Fungsi kawasan yang
pertumbuhan
telah berkembang saat ini dan berpotensi
mempertahankan daya dukung serta daya
untuk terus dikembangkan adalah :
tampung
1. Fungsi
pemerintahan
dan
lingkungan,
wilayah yaitu
dengan diarahkan
pada :
perkantoran:
yaitu pemerintah tingkat kabupaten.
antara
keseimbangan
Pengaturan
sistem
pusat-pusat
2. Fungsi jasa perdagangan, keuangan, dan
pertumbuhan, dengan arah pengembangan
jasa publik : mencakup jasa pendukung
barat timur, dan pengembangan secara
kegiatan perdagangan dan jasa distribusi
terbatas
produk
tingkat
wilayah utara dan selatan dengan maksud
regional metropolitan Bandung, serta jasa
meningkatkan peran pusat pertumbuhan
pelayan publik tingkat kabupaten.
sebagai pusat pelayanan dengan tetap
pertanian
dan
industri
serta
industri
di
ke kawasan lindung.
(konveksi dll), dan industri rumah tangga makanan)
pertumbuhan
membatasi perkembangan fisik terbangun
3. Fungsi Industri : mencakup industri ringan (pengolahan
pusat-pusat
Mendayagunakan fasilitas pelayanan yang
lainnya yang memperhatikan daya dukung
penyebarannya
dan
berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat
daya
tampung
lingkungan
secara
berkelanjutan.
alam dan wisata buatan/terpadu.
secara
pelayanan, dan difokuskan pada wilayahwilayah yang didorong perkembangannya,
4. Fungsi wisata :mencakup wisata lokal dan regional bahkan nasional, yaitu
dilakukan
yaitu pada wilayah bagian barat dan timur.
wisata
Menciptakan daya tarik bagi seluruh bagian wilayah
2 - 35
pembangunan
(WP)
dengan
Konsep dan Strategi Pengembangan
penyebaran
pusat-pusat
pelayanan
ke
seluruh kawasan Kabupaten Bandung.
Metropolitan Bandung, maupun kebijakan RTRW Kabupaten Bandung
Menciptakan dinamika perkembangan kota
sebelumnya,
diantaranya :
yang sinergis. Kota-kota/simpul-simpul perwilayahan,
antara
dalam lain
sistem
memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai
potensi
o Pengembangan kota – kota satelit dan fungsi khusus. Pengembangan kota satelit Kota
Bandung
mencakup
Soreang,
Banjaran, Majalaya dan Cicalengka. dan
cenderung
berkembang pesat serta dapat menarik
o Pembatasan perkembangan pada kawasan rawan lindung (penyangga) dan bencana
minat investasi
(longsor dan banjir) yang menunjukkan
b. Berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa
perkembangan
kegiatan
relatif
pesat.
dan produksi yang didukung oleh tingkat
Pembatasan ini antara lain Dayeuh Kolot,
ketersediaan
sarana
Bojongsoang, dan Baleendah serta wilayah
memadai
bagian selatan (antara lain Pangalengan
lingkungan
prasarana
permukiman
dan yang
serta memberikan manfaat :
dan Ciwidey).
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor, terutama sektor ekonomi Meningkatkan
pendapatan
Permasalahan terwujudnya
dan
kesejahteraan masyarakat
yang
terjadi
dari
tidak
RTRW Kabupaten Bandung
2001-2010, yaitu tidak efektifnya fungsi pusat-pusat pengembangan kawasan.
Tidak mengganggu upaya pelestarian SDA dan fungsi lindung, serta aman dari bahaya bancana alam. Memiliki akses yang berorientasi dalam skala pelayanan regional dan lokal.
Kecenderungan perkembangan yang terjadi (menyangkut fisik), kawasan
penduduk,
yang
mengindikasikan
tersebut
Berdasarkan
ekonomi,
untuk
hasil
dan
potensi
berkembang.
analisis
dapat
Perumusan struktur tata ruang Kabupaten
diidentifikasikan kawasan yang memiliki
Bandung di masa mendatang diarahkan
fungsi kegiatan khusus, yakni :
untuk
mengintegrasikan
kawasan
budidaya
limitasi
dan
lingkungan.
dan
kendala
Dasar
pengembangan pertimbangan daya
pertimbangan
dukung dalam
pengembangan sistem kota-kota di wilayah Kabupaten Bandung adalah : Arahan kebijakan yang telah ada, baik dalam lingkup nasional, provinsi,
dan
2 - 36
• Margaasih-Margahayu-Dayeuh Bojong
Soang-
Kolot
Baleendah
–
(pusat
pelayanan : permukiman, perdagangan dan jasa, industri, fungsi husus: penyangga, kawasan banjir) • Soreang (pusat pelayanan : pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa)
Konsep dan Strategi Pengembangan
• Banjaran (pusat pelayanan : permukiman,
Kota-kota kecil di Kabupaten Bandung yang
perdagangan dan jasa, industri),
terletak di sekitar Kota Bandung yang difungsikan sebagai counter magnet dapat
• Majalaya (pusat pelayanan : permukiman,
dikatakan tidak tercapai.
perdagangan dan jasa, industri)
diindikasikan dari tingginya ketergantungan
• Cicalengka-Rancaekek (pusat pelayanan : permukiman,
perdagangan
dan
Hal tersebut
perkembangan fisik, sosial dan ekonomi
jasa,
Kabupaten
industri,)
Bandung
terhadap
Kota
Bandung.
• Pangalengan (fungsi khusus : pariwisata serta agropolitan)
Sistem
transportasi
belum
mendukung,
padahal peranannya sangat penting dalam menghubungka n
Ko ta
Bandung
sebagai kota inti dengan kota-kota di Kabupaten Bandung, serta antar kotakota di Kabupaten Bandung. Keberadaan
kawasan
konservasi
yang dimaksudkan untuk membatasi perkembangan Kawasan agropolitan di Bandung Selatan • Ciwidey (fungsi khusus : pariwisata serta agropolitan). Keterbatasan
daya
dukung
Kota
Bandungi
kawasan
pinggiran
Bandung)
ternyata
ke
(Kabupaten tidak
dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Strategi tata ruang yang dikembangkan belum
lingkungan
memperkirakan
keberlanjutan
kegiatan industri dalam kaitannya dengan
terutama daya dukung lahan dan sumber
daya
daya air dalam mendukung perkembangan
dukung
demikian
kawasan budidaya secara berkelanjutan.
sumberdaya
upaya
untuk
air.
Dengan
mengembangkan
kota-kota kecil sebagai kawasan industri
Sebagian besar wilayah utara dan selatan
seperti Majalaya, Rancaekek – Cicalengka
Kabupaten Bandung merupakan kawasan
tidak dapat dipertahankan dan memerlukan
konservasi dan kawasan budidaya pertanian
relokasi.
yang akan menjadi potensi pengembangan
Berdasarkan
budidaya yang unggul.
tersebut, maka konsep struktur tata ruang
Beberapa permasalahan yang terjadi saat ini
menjadi
pengembangan Bandung, yaitu :
dasar
Kabupaten
pertimbangan
wilayah
pertimbangan-pertimbangan Bandung
adalah
sebagai
berikut :
Kabupaten
1. Mengembangan
2 - 37
pusat
primer
untuk
Konsep dan Strategi Pengembangan
Kabupaten wilayah
Bandung
(Soreang).
Kabupaten
mengelili ngi
terutama diarahkan untuk menata fungsi
yang
dan struktur jaringan jalan yang sesuai
Bandung,
dengan sebaran fungsi kegiatan primer dan
Bandung
Kota
kekompakan
Bentuk
Inti
pengembangannya
diwujudkan,
hal
ini
sulit
menyulitkan
sekunder,
pada
pembentukan
jaringan jalan dengan pola ring-radial,
pemerataan pelayanan dan perencanaan
sehingga
sistem transportasi. Dengan adanya pusat
terbentuk
primer
jaringan jalan tersebut.
dan
dukungan
pengembangan
struktur
pusat-pusat saling
WP
yang
akan
dihubungkan
dengan
jaringan jalan yang akan menghubungkan wilayah-wilayah
di
Kabupaten
Bandung
menuju pusat ini, maka akan membantu pusat ini untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, sehingga ketergantungan Kabupaten Bandung terhadap kota inti dapat dikurangi.
wilayah
Konsep pengembangan pemanfaatan ruang Kabupaten Bandung diwujudkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung untuk
2. Membagi wilayah kabupaten menjadi 6 (enam)
2.6.2 KONSEP POLA PEMANFAATAN RUANG
pengembangan
yang
menciptakan
berlangsungnya antar
3. Mengembangkan sistem kota-kota dengan sesuai
pembagian
jenjang
pelayanannya (hirarki IIa, IIb, III dan IV).
yang potensial untuk dikembangkan di sekitar kota Bandung, yaitu pada pusatpusat
WP
yang
akan
dikembangkan:
Soreang sebagai pusat utama Kabupaten Bandung, yang didukung oleh kota hirarki yang lebih kecil.
serta
dimaksudkan
pola
pemanfaatan
berbagai
kegiatan
keterkaitan
fungsional
sehingga
tercipta
kegiatan,
keserasian antara satu kegiatan dengan kegiatan
lain
kelestarian
4. Penciptaan fungsi-fungsi baru di kawasan
dan
ruang yang mampu menjadi wadah bagi penduduk
dilayani oleh Pusat Primer Soreang.
hirarki
lingkungan,
serta
tetap
menjaga
lingkungan.
Dalam
mengembangkan
konsep
pemanfaatan
ruang kota ini disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada di Kabupaten Bandung, dengan tetap mempertimbangkan hal-hal berikut : Keserasian
arahan
pemanfaatan
ruang
Pusat-pusat ini harus
Wilayah Pembangunan Kabupaten Bandung
didukung dengan ketersediaan sarana dan
dengan arahan tata ruang Propinsi Jawa
prasarana perkotaan yang memadai, untuk
Barat,
mengalihkan
keserasian
pemusatan
pergerakan
ke
kota inti. 5. Pengembangan
Metropolitan dengan
Bandung
tata
ruang
dan Kota
Bandung. sistem
transportasi
2 - 38
Peran dan fungsi Kabupaten Bandung sesuai
Konsep dan Strategi Pengembangan
dengan struktur tata ruang Propinsi Jawa
penyangga (bukan lagi sebagai kawasan
Barat.
konservasi).
Pola
penggunaan
kecenderungan
lahan
eksisting
perkembangannya,
perkembangan
kawasan
terbangun
dikendalikan
dengan
strategi
baik
pengembangan
kawasan
terbangun
konsep pemanfaatan ruang yang mudah dilaksanakan (realistis).
vertikal. 4. Pengembangan kegiatan industri dilakukan melalui relokasi industri-industri yang ada di kota inti dan kota-kota kecil lainnya
Potensi dan kendala fisik alam.
menjaga
kawasan
kelestarian
yang menghadapi masalah ketersediaan air
lindung daya
tanah ke kawasan yang dekat dengan
guna
sumber air permukaan
dukung
lingkungan.
5. Peningkatan kawasan
Berdasarkan tersebut,
pertimbangan-pertimbangan
maka
pemanfaatan
konsep
ruang
permintaan
dan
fisik, sosial maupun ekonomi ke dalam
Mengamankan
Pesatnya
wilayah
konservasi
budidaya
pengembangan
keterkaitan
pengembangan
dengan
perta nia n,
kawasan
perkebuna n,
perikanan, dan peternakan dalam suatu
diarahkan
kawasan
sebagai berikut :
agropolitan;
di
ma na
perlindungan terhadap kawasan konservasi
1. Perkembangan wilayah terbangun
menjadi
lebih
optimal
di
lain
pihak
diarahkan dan diprioritaskan ke arah barat
pengembangan budi daya menjadi lebih
dan timur serta bagian selatan-tengah.
baik. Kawasan agropolitan ini terletak di selatan Kabupaten Bandung.
2. Dalam kaitannya dengan keterbatasan daya dukung Bandung
lingkungan, ini
wilayah
perlu
pembatasan
Kabupaten
didukung
Pemanfaatan Kawasan Lindung
pengendalian
Pengembangan kawasan lindung diarahkan
perkembangan pada kawasan-kawasan yang
dengan mengembangkan kawasan lindung
berdasarkan
yang
menda pa t
dan
dengan
aspek
lingkungan
perli ndungan
perlu
(kawasa n
telah ditetapkan, dan kawasan-
kawasan lain yang dapat berfungsi lindung
konservasi), terutama di bagian utara dan
(pertanian,
bagian selatan serta bagian tengah yang
mengendalikan pemanfaatan sumber daya
berada di sempadan sungai Citarum dan
alam dan buatan pada kawasan lindung.
perkebunan),
serta
anak-anak sungainya. Pengembangan kawasan yang memberikan
3. Pembatasan pengembangan kawasan, yaitu kawasan (Margaasih,
di
sekitar Margahayu,
kota
Bandung
Dayeuh
Kolot,
perlindungan
terhadap
kawasan
bawahannya
dilakukan
dengan
mempertahankan
Bojong Soang, Baleendah) sebagai kawasan
2 - 39
dan
mengfungsikan
Konsep dan Strategi Pengembangan
kembali
kawasan
resapan
air
untuk
dan mendorong pengembangan kawasan
menjamin ketersediaan sumber daya air
budidaya
dan
Pengembangan
melindungi
kawasan
dari
bahaya
longsor dan erosi.
yang
sesuai
dengan
kawasan
RTRW.
budidaya
ini
meliputi : 1.
Pengembangan Kawasan Perumahan Pengembangan
Kawasan
Perumahan
diarahkan untuk : a. Membatasi
pengembangan
kawasan
perumahan di bagian utara dan selatan yang berfungsi lindung. Pembatasan dalam hal luas lahan perumahan, maupun besaran KDB dan KLB pada setiap kavling rumah. b. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60% dari luas lahan yang sesuai Pengembangan kawasan lindung di Bandung Selatan melibatkan peran petani di sekitar hutan
untuk perumahan, c. Mengembangkan
Untuk kawasan perlindungan setempat,
vertikal
pengemba ng a nnya
denga n
diantaranya
Margahayu,
yang
Dayeuhkolot,
dan
melindungi
ada la h
kawasan
lindung
di
perumahan
kawasan
padat
secara penduduk
Margaasih,
Bojongsoang
ditetapkan dari alih fungsi lahan, serta
kecamatan-kecamatan
mengembangkan kawasan yang potensial
penduduk, meliputi rumah susun 4 lantai,
sebagai jalur hijau, terutama sempadan
apartemen 8 lantai dan apartemen lebih
sungai.
dari 8 lantai.
Untuk
kawasan
pelestarian
pengemba ng a nnya melindungi
ada la h
kawasan
alam, denga n
lindung
yang
ditetapkan dari alih fungsi lahan.
diupayakan
kawa san
melalui
yang
padat
d. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh, dan
diarahkan
untuk
dikembangkan
menjadi rumah susun sederhana. 2. Pengembangan Kawasan Jasa Pemerintahan
Pemanfaatan Kawasan Budidaya Pengemba ng a n
lain
serta
Pengembangan Kawasan Jasa Pemerintahan budidaya
pengendalian
alih
adalah
kawasan
kabupaten,
pemerintahan
yaitu
tingkat
mempertahankan
fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
kawasan pemerintahan yang telah ada di
peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW,
Soreang.
2 - 40
Konsep dan Strategi Pengembangan
3. Pengembangan
Kawasan
Perdagangan
dan
Jasa a. Pengembangan pasar dilakukan melalui : - Mengatur, menata dan mengendalikan pasar yang
mengganggu
lalu
lintas
yang
diintegrasikan dengan keberadaan terminal serta fasilitas penduduk lainnya. - Merelokasi
pasar
bila
tidak
didukung
prasarana yang memadai. b. Pengembangan
pusat
belanja
dan
jasa
Industri makanan kecil sebagai produsen oleholeh khas yang cukup diminati terutama pada kunjungan wisatawan di akhir minggu
dilakukan melalui : a. Pengembangan Pertanian Tanaman Lahan Mengarahkan pengembangan pusat belanja dan jasa terutama di Soreang sebagai ibukota Kabupaten
Bandung,
untuk
mengurangi
ketergantungan masyarakat ke Kota Bandung. Kemudian diikuti pengembangan pusat belanja dan jasa hirarki lebih rendah di setiap pusat WP.
Diarahkan pada sawah-sawah yang telah ada saat
ini,
terutama
makanan, dan garmen), dan industri rumah tangga, yang tidak boros air, dipertahankan di kawasan industri yang telah ada saat ini, yaitu Margaasih,
Pameungpeuk,
Katapang,
Dayeuhkolot,
Bojongsoang,
Rancaekek,
oleh
sawah seluas paling sedikit lahan yang dialih yang
lokasinya
lahan
sawah
sesuai dan
untuk
didukung
prasarana irigasi. Lahan yang sesuai untuk sawah terdapat di Kutawaringin,
diantaranya di Soreang,
Ciwidey,
Pameungpeuk,
Banjaran, Ciparay, Rancaekek dan kecamatan lain. a. Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering
Majalaya, Solokanjeruk dan Cicalengka.
Diarahkan pada lahan-lahan yang saat ini
5. Pengembangan Kawasan Pertanian Pengembangan kawasan pertanian diarahkan terutama terkait dengan daya dukungnya sebagai kawasan pertanian, yaitu :
didukung
sawah harus diikuti dengan pencetakan lahan
kesesuaian
Pengembangan industri ringan (pengolahan
yang
prasarana irigasi. Rencana alih fungsi lahan
fungsikan,
4. Pengembangan Kawasan Industri
di
Basah
telah berkembang, dan dilakukan pembatasan kawasan Ciwidey,
terbangun,
Cikancung.
2 - 41
Arjasari,
yaitu
di
Cimenyan,
Kertasari,
Pacet,
Konsep dan Strategi Pengembangan
a. Pengembangan Pertanian Tanaman Tahunan (Perkebunan)
2.6.3 KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan
Dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya luasannya
Dalam pengembangan sistem jaringan jalan
dipertahankan tidak berkurang, yaitu pada
yang akan dikembangkan pola ring radial.
kawasan perkebunan yang telah ada saat ini
Pola ring berfungsi untuk meningkatkan peran
(Rancabali,
Kabupaten Bandung melalui peningkatan pusat
fungsi
lindung,
sehingga
Pasirjambu,
Pangalengan,
-pusat pelayanan menghubungkan pusat-pusat
Kertasari).
pengembangan wilayah hirarki II dan III mulai a. Pengembangan Kawasan Perikanan Darat
dari
Soreang.
Diarahkan di Bojongsoang, dan Majalaya, serta
Kabupaten
Radial dalam
Banjaran,
dan
berfungsi
untuk
mendukung
upaya
Bandung,
yaitu
dari
Soreang
menuju Ciwidey untuk wilayah Selatan bagian
6. Pengembangan Kawasan Hutan hutan
Rancaekek,
penyebaran pembangunan di wilayah selatan
lokasi pada perairan umum.
kawasan
Pola
meningkatkan
beberapa waduk yang ada serta beberapa
Pengembangan
Cileunyi,
Barat dan dari Banjaran menuju Pangalengan
terutama
untuk wilayah Selatan bagian Timur
terkait dengan fungsi konservasi yang juga dapat dimanfaatkan fungsi ekonominya yaitu
Guna mendukung pola tersebut, maka konsep
hutan produksi dan hutan rakyat. Seperti
pengembangan yang dikembangkan adalah:
halnya kawasan perkebunan, maka kawasankawasan
hutan ini akan menjadi kawasan
Peningkatan kualitas pergerakan, Peningkatan
pelindung hutan lindung dari kemungkinan alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan akan sangat dibatasi untuk mempertahankan fungsi lindungnya.
kualitas pergerakan dilakukan antara lain dengan meningkatkan kapasitas ruas jalan dan daya dukung struktur dari jalan, perbaikan geometrik jalan, peningkatan fungsi jalan dan pembangunan jalan tol.
7. Pengembangan Kawasan Pariwisata Pariwisata
yang
dikembangkan
akan
terutama
pariwisata alam, yaitu di Ciwidey dan Pangalengan. Serta lokasi lain yang
mempunyai
potensi
dikembangkan sebagai pariwisata alami. Selain itu dikembangkan pula
pariwisata
buatan/ Pengembangan jalan ditujukan untuk peningkatan mobilitas orang dan barang pariwisata terpadu.
2 - 42
Konsep dan Strategi Pengembangan
Tabel 2.8 Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan
No
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
1
Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri luar kota
Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota
2
Jalan arteri primer melalui dan menuju kawasan primer
Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer
3
Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam
Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam
4
Lebar perkerasan jalan arteri primer tidak kurang dari 8 meter
Lebar perkerasan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 meter
5
Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional, tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal yang bersumber kegiatan lokal
Lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas regional, tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal yang bersumber kegiatan lokal
6
Jumlah jalan masuk/akses ke jalan arteri primer sangat dibatasi secara efisien, jarak antar jalan masuk/akses tidak boleh lebih pendek dari 500 meter
Jumlah jalan masuk/akses ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien, jarak antar jalan masuk/akses tidak boleh lebih pendek dari 400 meter
7
Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum umum bus dapat diijinkan melalui jalan ini bus dapat diijinkan melalui jalan ini
8
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya
Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya
9
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
10
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan tidak diijinkan pada jam sibuk
11
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain
12
Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median
Jalan kolektor primer tidak harus dilengkapi dengan median
13
Jalur khusus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya
Dianjurkan tersedia jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya
2 - 43
Konsep dan Strategi Pengembangan
peningkatan kapasitas jalan
pengembangan
peningkatan fungsi jalan (menjadi kolektor
pengembangan angkutan umum ini bertujuan
primer): Pembangunan jalan dan jembatan baru serta pengembangan dan pembangunan terminal .
untuk meningkatkan akses Kabupaten Bandung
Dalam lingkup penataan ruang yang lebih luas
Sedangkan dalam lingkup regional, sistem
(kaitannya
angkutan umum yang dikembangkan
dengan
daerah
lain
di
terminal.
Konsep
sebagai wilayah yang pendukung Kota Bandung sebagai PKN dan pusat produksi pertanian..
luar
dapat
Kabupaten Bandung), penataan jaringan jalan
mendukung terciptanya struktur keterkaitan
meliputi jaringan jalan yang menghubungkan
Kabupaten Bandung dengan wilayah-wilayah
daerah lainnya. Oleh karena itu, kebijakan
lainnya. Selain itu, jenis moda dan jumlah
berfokus pada pengembangan sarana dan
angkutan yang dioperasikan diusahakan untuk
prasarana jalan yang menghubungkan wilayah
mencakupi
pengembangan
angkutan umum Angkutan Kota Antar Provinsi
untuk
mengakomodir
kebutuhan
masyarakat
akan
(AKAP), Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP),
kebutuhan pergerakan.
angkutan kota dan angkutan perdesaan. Moda Pengembangan
jalan
ditujukan
untuk
angkutan
yang dikembangkan untuk skala
mendukung pergerakan orang dan barang
pelayanan
regional
antar simpul-simpul wilayah pengembangan di
masal (menggunakan jalan maupun jalur rel
dalam Kabupaten Bandung, serta mendukung
kereta api, monorail dan LRT (light rapid
pergerakan barang dan jasa untuk keluar
transport)) yaitu kendaraan dengan daya
masuk Kabupaten Bandung.
angkut
lebih
merupakan
besar
dan
angkutan
pengembangan
angkutan kereta api dari Ciwidey – Bandung – Pengembangan jaringan jalan terdiri dari jaringan
jalan arteri
kolektor
primer.
dikembangkan
dan
jaringan
Jaringan untuk
jalan
primer
melayani
Cicalengka.
jalan dan
2.6.4 KONSEP PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA WILAYAH
menghubungkan Kabupaten Bandung dengan
Tujuan pengembangan prasarana dan sarana
Kota
Kabupaten
Bandung
dan
kabupaten
lainnya.
Bandung
diantaranya
untuk
Jaringan jalan primer juga melayani beberapa
mendukung pencapaian fungsi pelayanan lokal
kawasan
dan regional secara merata dan menyeluruh
pengembangan
di
Kabupaten
ke
Bandung. Konsep Pengembangan Sistem Angkutan Umum
seluruh
kawasan
tersebut.
Dengan
prasarana
dan
Kabupaten
adanya
sarana
Bandung
pengembangan
diharapkan
dapat
Pengembangan sistem angkutan umum di
memacu perkembangan Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung selain untuk keperluan
secara
lokal juga saling terintegrasi dengan sistem
prasara na
angkutan umum yang melayani skala regional,
dikembangkan di
pengembangan
antaranya
angkutan
umum
masal,
2 - 44
merata
dan
dan
menyeluruh. sara na
Kabupaten
meliputi
ya ng
Adapun aka n
Bandung,
penyediaan
di
sistem
Konsep dan Strategi Pengembangan
jaringan air
bersih,
persampahan,
jaringan
jaringan
drainase,
listrik,
jaringan
Bandung
tetap
memanfaatkan
jaringan
drainase
yang
sistem
sudah
membangun sistem jaringan drainase baru,
telepon, serta fasilitas umum dan sosial.
serta memanfaatkan sungai-sungai yang
Sistem Jaringan Air Bersih
ada di Kabupaten Bandung dan sekitarnya
Dalam pengembangan system jaringan air
sebagai jaringan pembuangan akhir.
bersih
Adapun
bertujuan
kebutuhan bersih
hidup
guna
kesehatan.
untuk
memenuhi
masyarakat
menunjang
Pemenuhan
akan
minim.
meratanya
pelayanan
konsep
pengembangan sistem jaringan drainase
peningkatan
yang berhirarki di Kabupaten Bandung,
kebutuhan
Hal ini
langkah-langkah
air air
bersih penduduk Kabupaten Bandung masih sangat
ada,
terlihat
belum
air bersih
untuk
berupa: Mengatur kembali sistem jaringan drainase yang
berhirarki
dan
terpadu
sesuai
fungsinya, baik secara kualitas maupun
seluruh masyarakat Kabupaten Bandung.
kuantitasnya.
upaya
Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran
yang memenuhi
pembuangan akhir, yaitu sungai-sungai,
standar yang akan ditentukan, baik dari
agar tidak terjadi luapan sungai akibat air
segi kualitas maupun segi kuantitasnya.
sungai tidak dapat dialirkan dengan cepat.
Untuk
itu
penyediaan
perlu air
dilakukan
bersih
upaya
Pengembangan kolam retensi atau kanal
adalah
sebagai sistem jaringan drainase primer
keterbatasan sumber air yang tersedia,
yang dibangun sesuai kondisi topografinya
baik itu sumber air tanah maupun sumber
dengan kapasitas yang dapat menampung
air permukaan.
limpasan air hujan dari saluran sekunder
Sedangkan
kendala
penyediaan
air
utama
bersih
ini
dan tertier, yang selanjutnya dialirkan ke Adapun
konsep
pengembangan
sistem
sungai atau catchment area untuk mengisi
jaringan air bersih Kabupaten Bandung dilakukan dengan cara mengembangkan
air tanah Pengembangan sistem jaringan drainase
sistem jaringan perpipaan PDAM ke seluruh
sekunder
wilayah dengan mengikuti pola jaringan
alirannya
jalan dan jalan baru juga pengembangan
topografinya,
sistem
genangan di badan jalan pada saat musim
perpipaan
pada
wilayah-wilayah
yang belum terlayani sistem perpipaan.
hujan,
sistem jaringan drainase di Kabupaten
setiap
disesuaikan
yang
sisi
jalan
yang
dengan
kondisi
tidak
terjadi
sehingga selanjutnya
dialirkan
ke
saluran primer atau ke saluran pembuangan
Sistem Jaringan Drainase Pada prinsipnya, konsep pengembangan
pada
akhir Pembuatan sistem saluran drainase tersier
2 - 45
Konsep dan Strategi Pengembangan
secara terpadu dan terintegrasi dengan
mengelola persampahan harus dilakukan
sistem jaringan drainase kotanya, terutama
secara reguler.
di wilayah permukiman yang belum ada jaringan
drainasenya
dan
di
wilayah
Sistem Pengelolaan Air Limbah Pengembangan
permukiman baru
limbah
Sistem Pengelolaan Sampah
sistem
domestik
pengelolaan
dilakukan
air
dengan
menyusun master plan pengelolaan air
Konsep pengelolaan sampah di Kabupaten
limbah domestik, meningkatkan jumlah
Bandung,
tangki septic individual maupun komunal
khususnya
merupakan
di
kawasan
pusat-pusat
yang
perkotaan
dilakukan dengan melalui proses berikut : Proses
pengumpulan
dan
pengangkutan
pengumpulan
sampah
site
sanitation),
revitalisasi
dan
pemanfaatan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) domestik yang ada, pembangunan
sampah dilaksanakan secara terpilah Proses
(on
terpilah
dilakukan baik secara individual maupun komunal melalui bak-bak penampungan
saluran penampung buangan air limbah rumah
tangga
dan
pembangunan
IPAL
domestik.
terpilah yang disediakan di setiap unit
Sedangkan pengembangan pengelolaan air
lingkungan
limbah industri industri dilakukan melalui
perumahan
maupun
unit
kegiatan komersil dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan
sistem
menggunakan selanjutnya
door
to
door
dengan
gerobak
sampah
dikumpulkan
di
penampungan pelaksanaannya
bak-bak
terpilah
dapat
yang
dilakukan
yang oleh
masing-masing unit lingkungan Proses Pengangkutan Sampah ke TPS / FPS Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak penampungan terpilah ke Tempat Pembuangan Sampah
Sementara
(TPSS)
transfer dipo, selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck/dump truck menuju Fasilitas Pengelolaan Sampah (FPS). Peningkatan kesadaran masyarakat untuk
2 - 46
pembangunan dan optimalisasi IPAL di masing-masing industri, pembangunan IPAL terpadu
di
zone
industri,
penerapan
manager pengendali pencemaran (MPP), pembangunan IPAL industri kecil terpadu, serta
penerapan
manajemen
produksi
bersih. Sistem Jaringan Listrik Sebagai bagian dari Kota Metropolitan, Kabupaten Bandung harus didukung oleh ketersediaan fasilitas dan utilitas yang memadai. Listrik merupakan kebutuhan primer bagi sebuah kota saat ini. Hampir semua aktivitas masyarakat membutuhkan dukungan energi listrik. Untuk mengembangkan jaringan listrik di masa
mendatang
maka
diperlukan
Konsep dan Strategi Pengembangan
penambahan daya listrik. Hal ini mengingat
pemeliharaan fasilitas yang telah ada, dan
tingkat kebutuhan energi listrik penduduk
melengkapi fasilitas yang kurang di wilayah
semakin
belum atau kurang terlayani.
meningkat
sejalan
dengan
perkembangan Kabupaten Bandung sebagai pengaruh
kemajuan
Pengembangan
teknologi.
jaringan
listrik
2.7
di
Rencana pemanfaatan ruang diwujudkan
Kabupaten Bandung ini dilakukan secara bertahap
mengikuti
dilakukan
secara
perkembangan terpadu
berdasarkan
dan
pengembangan
lahan, yaitu : 1. Menjabarkan dan menyusun tahapan
Propinsi Jawa Barat.
dan
Sistem Jaringan Telekomunikasi sistem
telekomunikasi meningkatkan
konsep
struktur tata ruang dan pola pemanfaatan
dengan
pengembangan jaringan lainnya yang ada di
Pengembangan
PEMANFAATAN RUANG
kualitas
persoalan
jaringan
adalah dan
prioritas
mendesak
ditangani,
dengan
program
serta
berdasarkan yang
antisipasi
harus arah
pengembangan di masa depan.
jangkauan
2. Mendorong kemitraan dengan swasta
pelayanan telekomunikasi.
dan
masyarakat
dalam
penyediaan
pelayanan kota. 3.
Menyusun
m ek a nis me
dan
perangkat insentif untuk mendorong pengembangan kegiatan yang sesuai dengan rencana tata ruang. 4.
Menyusun perangkat
m ek a nis me disinsentif
mengendalikan
dan untuk
perkembangan
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. 2.8
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu Pengembangan
Fasilitas
Umum
pada rencana yang lebih rinci dari RTRW
dan
ini,
Fasilitas Sosial Diarahkan
melalui
penyediaan
standar
fasilitas
dengan
WP skala
dan
lingkungan
pelayanannya,
memperhatikan
teknis,
kelengkapan
ketentuan, prasarana,
kualitas ruang dan standar kinerja kegiatan
sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan
dengan
yang
sesuai
ditetapkan.
Pengendalian
pemanfaatan ruang meliputi :
melalui
2 - 47
Konsep dan Strategi Pengembangan
1. Mekanisme Perijinan
h. Menerapkan
a. M e n y e l e n g g a r a k a n pemanfaatan
ruang
pengendalian
melalui
mekanisme
perijinan yang efektif. b. Menyusun ketentuan teknis, standar teknis, kualitas ruang dan standar kinerja sebagai rujukan bagi penerbitan ijin. c. Menerapkan proses pengkajian rancangan dalam proses penerbitan perijinan bagi kegiatan yang berdampak penting.
a. Menyusun mekanisme dan kelembagaan pengawasan yang menerus dan berjenjang dengan melibatkan aparat wilayah dan masyarakat. b. Menyerahkan pengawasan kepada
tanggung teknis
instansi
jawab
pemanfaatan yang
utama ruang
meneribitkan
perijinan. c. Mengefektifkan TKPRD untuk koordinasi pengendalian. d. Menyediakan
mekanisme
peran
serta
masyarakat dalam pengawasan. 3. Penertiban e. Mengintensifkan upaya penertiban secara tegas dan konsisten terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang atau tidak berijin. f. Mengefektifkan menertibkan
fungsi
penyidik
pelanggaran
dalam
pemanfaatan
ruang. g.
Menyusun dan menerapkan perangkat sanksi administratif dan fiskal yang sesuai dan tepat.
2 - 48
ketidaksesuaian
penggunaan yang rasional dalam penertiban pemanfaatan ruang, yaitu kegiatan yang sudah ada dan berijin tetapi tidak sesuai rencana tata ruang dapat diijinkan dengan ketentuan tidak mengubah fungsi, tidak memperluas kecuali sesuai fungsi dalam rencana tata ruang, dan apabila ijin habis , maka fungsi dan ketentuan harus mengikuti peruntukan yang ada dalam rencanan tata ruang.
2. Pengawasan
prinsip
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
3.1
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG
3.1.1
SISTEM KOTA-KOTA
Struktur
tata
ruang
Kabupaten
Menjaga keberadaan kawasan lindung
•
Mengintegrasikan fungsi dan sistem kotakota / pusat permukiman
Bandung
dibentuk oleh : •
•
•
Mengantisipasi perkembangan kegiatan di masa mendatang
Sistem kota-kota, yang terdiri dari kotakota/simpul-simpul
dengan
fungsinya
Secara
konseptual
struktur
tata
ruang
masing-masing
dalam
lingkup
Kabupaten Bandung merupakan pola polisentrik (polisentrik Urban Region), dengan dua pusat
pengembangan wilayah.
utama. Sistem kota yang akan dikembangkan di •
Jaringan prasarana utama wilayah yang
Kabupaten
mengaitkan secara fungsional dan spasial
pertimbangan :
antar kota-kota yang akan dikembangkan.
1. Hirarki
sistem
2.
limpahan
secara
ekspansif
dan
3.
tidak
perkemba nga n
yang
ketersediaan lingkungan
mendukung struktur yang direncanakan
dan
kawasan
didukung
oleh
tingkat
prasarana
dan
sarana
permukiman
yang
memadai
serta memberikan manfaat : meningkatkan
dan meningkatkan aksesibilitas antar sub untuk
perkotaan
kegia tan
Berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa dan produksi
Mengembangkan sistem transportasi yang
wilayah
dianalisis
minat investasi.
beraturan ke arah Kabupaten Bandung
pusat
yang
terbangun yang pesat serta dapat menarik
perkembangan
perkotaan dari Kota Bandung untuk tidak
Memiliki fungsional
Membatasi
kota
Kabupaten Bandung.
adalah :
meluas
sistem
berdasarkan
aksesilbilitas dari setiap kecamatan di
kota-kota/pusat
permukiman di wilayah Kabupaten Bandung
dilakukan
berdasarkan Indeks Sentralitas dan tingkat
Beberapa prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan
Bandung
ketersediaan
mengurangi
untuk
pengembangan
wilayahnya, meningkatkan perkembangan
ketergantungan kepada Kota Bandung
lintas sektor, terutama sektor ekonomi, meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan masyarakat. 4. Daya dukung lahan terkait dengan sebaran kawasan
lindung
dan
kawasan
rawan
bencana di sekitar pusat-pusat pemukiman yang ada.
3-1
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 5. Sebaran penduduk perkotaan dan desa-desa
pusat kota hirarki II a dan II b, yaitu : dari
yang mempunyai sifat perkotaan (desa
timur melalui Cileunyi, Rancaekek, Majalaya,
urban).
Banjaran
dan
Soreang.
Peningkatan
akses
wilayah selatan bagian barat; Soreang-Ciwidey
6. Memiliiki akses yang berorientasi pada
dan Banjaran-Pangalengan dan untuk melayani
skala pelayanan regional dan lokal.
pergerakan dan peningkatan akses wilayah selatan,
7. Arahan kebijakan yang telah ada.
selatan-timur,
serta
Cileunyi-
Cicalengka di bagian timur memanfaatkan jaringan jalan yang telah berkembang saat ini.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kemudian ditentukan hirarki dari masing-masing kota di
Kecamatan
wilayah Kabupaten Bandung seperti dapat
langsung
dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1.
–
kecamatan
dengan
Kota
yang
berbatasan
Bandung
diarahkan
sebagai wilayah yang berfungsi hirarkhi III 0, oleh
yang berorientasi pada fungsi Kota Bandung
jaringan jalan yang membentuk pola ring-
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah
radial. Pola ring akan menghubungkan pusat-
Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang
Sistem
kota-kota
tersebut,
didukung
Tabel 3.1 Sistem Kota di Kabupaten Bandung Hirarki I Kota Bandung
Hirarki IIa Soreang – Kutawaringin - Katapang
Hirarki IIb:
Hirarki III CiwideyPasirjambu
Hirarki Io
Hirarki IV Rancabali.
Banjaran
Pangalengan, Cangkuang,
Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk. Kutawaringin
Majalaya
Ciparay
Kertasari, Pacet, Ibun, Solokanjeruk. Paseh.
Baleendah
Dayeuhkolot Bojongsoang
CileunyiRancaekek Cicalengka
Nagreg, Cikancung Cimenyan, Cilengkrang, Margahayu, Margaasih,
Sumber : Hasil Analisis, 2006
3-2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung dan Kecamatan Cimenyan. Wilayah-wilayah tersebut
dalam
perkembangannya
2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran,
sangat
meliputi
Kecamatan
terpengaruh oleh perkembangan Kota Bandung,
Pameungpeuk,
sehingga dapat dijadikan sebagai buffer zone/
Cimaung, Pangalengan.
wilayah penyangga bagi wilayah pengembangan
3. WP
lainnya di Kabupaten Bandung.
Baleendah
dengan
Arjasari,
pusat
Kota
Dayeuhkolot, Bojongsoang. 4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya,
Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung
meliputi Kecamatan
tidak hanya diarahkan pada kawasan perkotaan mencakup pula
Cangkuang,
Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah,
3.1.2 PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN
melainkan
Banjaran,
Majalaya, Ciparay,
Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan
kawasan bukan
Ibun.
perkotaan. Sistem kota - kota merupakan arahan untuk menetapkan sistem perwilayahan
5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota
dengan hirarki pusat – pusat pelayanan jasa dan
Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan
produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan
Rancaekek
perkembangan perkembangannya.
dan Sistem
orientasi kota
-
6. WP
kota
Cicalengka
dengan
pusat
kota
Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka,
dilakukan melalui pengembangan pusat – pusat
Nagreg, dan Cikancung.
permukiman sebagai pusat pelayanan jasa ekonomi, jasa pemerintahan dan jasa sosial
7. WP yang ketersediaan fasilitas pelayanan
lainnya, bagi kawasan permukiman perkotaan
wilayahnya merupakan bagian dari PKN
dan
Kota
perdesaan,
maupun
dalam
hubungan
Bandung
meliputi
Kecamatan
interaksi antar pusat-pusat permukiman dengan
Margahayu, Margaasih, Cilengkrang
wilayah-wilayah
Cimenyan,
hirarkis.
yang
Dengan
permukiman
dilayaninya
demikian,
sebagaimana
secara
pusat-pusat
dimaksud
Untuk mewujudkan struktur ruang dan arah
diatas
pengembangan di tiap kota
meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan
fungsi pengembangan yang harus ditetapkan agar
Berdasarkan penentuan sistem kota di atas, homogenitas kawasan, serta interaksi pengembangan.
ada
ketegasan
dalam
kebijaksanaan
pengembangan di masa mendatang. Penetapan
antar
fungsi didasarkan pada pertimbangan :
wilayah, maka sistem kota disusun dalam wilayah
maupun tiap
wilayah pengembangan maka perlu adanya
dan perdesaan.
satuan
dan
Wilayah
· Hiraki kota/kawasan perkotaan
Pengembangan (WP) di Kabupaten Bandung
· Jangkauan pelayanan perkotaan tersebut
meliputi: (lihat Gambar 3.1):
terhadap wilayah belakangnya · Basis
1. WP Soreang-Kutawaringin-Katapang dengan
ekonomi
kota/kawasan
perkotaan
dalam wilayah yang lebih luas
pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan
· Kedudukan perkotaan tersebut dalam skala
Soreang, Katapang, Kutawaringin, Ciwidey,
regional.
Pasirjambu, Rancabali.
3-3
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Berdasarkan pertimbangan di atas, fungsi kota di Kabupaten Bandung dapat dilihat
pada
Tabel 3.2. Tabel 3.2 Arahan Fungsi Kawasan Pusat – Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung No 1.
Wilayah Pengembangan WP Soreang – Kutawaringin Katapang
Pusat Pertumbuhan
Fungsi Utama Kawasan
Fasilitas Pelayanan Minimal
Soreang
Pemerintahan
Sarana Pemerintahan
Jasa Perdagangan Permukiman Pertanian Pariwisata Industri non polutif (Kec. Katapang)
Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi
Kesehatan : RSD,
pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga
Akomodasi : Hotel 2.
WP Banjaran
Banjaran
Industri Jasa dan
Perdagangan
Permukiman Pertanian Pariwisata Konservasi
Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi
Kesehatan : Peningkatan
sarana dan fasilitas DTP Banjaran dan Pangalengan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga
Akomodasi : Hotel
3-4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 3.
WP Baleendah
Baleendah
Jasa dan Perdagangan
Pertanian Industri non polutif Permukiman Pendidikan
Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Puskesmas Perkotaan dan kesehatan matra pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga 4.
WP Majalaya
Majalaya
Industri
Akomodasi : Hotel Pendidikan : SD, SLTP,
Permukiman
Kesehatan : RSUD,
Pertanian Jasa dan Perdagangan
SMU, PT/Akademi Puskesmas Majalaya, dengan kesehatan Matra dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type B Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga Akomodasi : Hotel/ penginapan lainnya 5.
WP CileunyiRancaekek
Cileunyi
Permukiman Jasa dan Perdagangan
Industri Pertanian Konservasi
Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi Kesehatan : Peningkatan fasilitas, dan sarana pada DTP, dan pengembangan Puskesmas perkotaan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga
Akomodasi : Hotel/ penginapan lainnya
3-5
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 6.
WP Cicalengka
Cicalengka
Industri Jasa Perdagangan Pertanian Permukiman
Pendidikan : SD, SLTP, SMU, PT/Akademi
Kesehatan : RSD, dan
Puskesmas UGD dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terminal Type C Peribadatan Perekonomian : pasar, perdagangan, grosir
Fasilitas rekreasi dan olahraga
Akomodasi : Hotel/ penginapan lainnya WP yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung
Margahayu
Industri
Margaasih
Permukiman Jasa Perdagangan
Cilengkrang
Konservasi
Cimenyan
Permukiman Lahan Pertanian Pariwisata Perdagangan dan
Pendidikan : SD, SLTP, SMU,
Kesehatan : Puskesmas
DTP di Margaasih, RSIA di Bihbul dan pembangunan Puskesmas Bihbul pengganti dan pengembangan program pelayanan kesehatan prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Peribadatan Pendidikan : SD, SLTP, SMU,
Kesehatan : Puskesmas Peribadatan Akomodasi dan pendukungnya
Jasa
Sumber : Hasil Analisis, 2006 -
-
Untuk wilayah industri sarana pelayanan
3.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN
kesehatan dilengkapi dengan pelayanan
RUANG KABUPATEN BANDUNG
kesehatan kerja.
3.2.1 Kebijakan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Health village Centre dikembangkan di kawasan pedesaan
-
Wilayah
pariwisata
A. Kebijakan Perencanaan Tata Ruang : sarana
pelayanan
Pada dasarnya kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :
kesehatan dilengkapi dengan UGD dan Kesehatan Matra dengan pelayanan 24 jam.
3-6
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ·
Penyus unan kera ngka regulasi (perangkat lunak) sebagai penjabaran dari RTRW
·
Peninjauan kembali penyempurnaan RTRW
dan
B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pada dasarnya ruang meliputi : · 1.
kebijakan
pemanfaatan
Kebijakan Pengembangan Ruang yang terdiri dari:
Struktur Jaringan irigasi penunjang pengembangan potensi
Kebijakan Pengembangan Sistem Kotakota, antara lain : - Kebijakan pengembangan kota-kota
pertanian Kabupaten Bandung - Kebijakan Pengembangan Listrik dan Energi
Pembangunan/ infrastruktur sistem
- Kebijakan Sistem Persampahan (Pengembangan fasilitas pengelolaan sampah)
- Kebijakan Pengembangan Sistem Kota – kota sesuai fungsi utamanya 2.
3.
- Kebijakan Sistem Sanitasi Lingkungan yang terdiri dari:
Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis yaitu melalui Pengembangan Kawasan Strategis di Kabupaten Bandung
a. Kebijakan Peningkatan Kualitas Sistem Sanitasi Permukiman
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
b. Kebijakan Pengembangan Sistem Pengolahan Air Limbah dan B3
- Kebijakan Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi, yang terdiri dari :
c. Kebijakan Pengembangan Pengolahan Limbah Tinja 4.
Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan
Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum Massal
Sistem
Kebijakan Pengembangan Transportasi
Sarana
- Kebijakan Pengembangan Sistem Drainase yaitu Kebijakan Peningkatan Kualitas Sistem Drainase - Kebijakan Pengembangan Jaringan Air Bersih yaitu Kebijakan Peningkatan Kualitas Sistem Air Bersih dan pelayanan air bersih Jaringan
3-7
Sistem
Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan Pengelolaan Pemantapan Kawasan lindung
Kebijakan pengendalian, pemulihan, pelestarian, dan rehabilitasi Kawasan Lindung
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan (ketersediaan air, kawasan konservasi, iklim mikro dll) dan kesesuaian lainnya
Kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara efisien dengan memperhatikan kelayakan teknis, sosial, ekonomi, politik / demokratis dan lingkungan.
Kebijakan pengembangan sosial dan fasilitas umum.
fasilitas
Kebijakan Pengembangan perekonomian daerah
potensi
- Kebijakan Pengembangan Sistem Irigasi yaitu Kebijakan Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Daya Air
- Kebijakan Pengembangan Telekomunikasi
Jaringan
dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung C. Kebijakan Pengendalian Tata Ruang: Kebijakan terdiri dari :
Pengendalian
Tata
B. Strategi pemanfaatan ruang Ruang
Berikut merupakan Strategi yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan pada aspek pemanfaatan tata ruang;
Pengaturan zonasi rencana pola ruang (land use plan compatibilty)
Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang
Penerapan Mekanisme dan prosedur perizinan
Penerapan disinsentif
Arahan / Penerapan sanksi
sistem
a. Strategi pengembangan tata ruang makro wilayah Kabupaten Bandung adalah :
Pengawasan
insentif
dan
3.2.2 Strategi Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
A. Strategi Perencanaan Tata Ruang Berikut merupakan Strategi yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan pada aspek perencanaan tata ruang; a. Strategi dalam melaksanakan kebijakan penyusunan kerangka regulasi (perangkat lunak) sebagai penjabaran dari RTRW, meliputi:
Penyusunan regulasi / perangkat lunak sebagai tindak lanjut RTRW
Penyusunan perencanaan terperinci tata ruang (spesifik) kawasan strategis berbasis potensi kawasan
Pendataan skala besar penyusunan sistem dan prosedur untuk kemudahan operasionalisasi RTRW dan peraturan terkait lainnya (IMB, Site Plan, PBS)
b. Strategi pengembangan tata ruang mikro wilayah Kabupaten Bandung adalah :
b. Strategi untuk melaksanakan kebijakan peninjauan kembali dan penyempurnaan RTRW meliputi:
Peningkatan ketersediaan data yang lebih akurat dan aktual, baik data spasial berupa peta dasar dan peta tematik maupun data non spasial
Review RTRW dengan mempertimbangkan perkembangan/ dinamika wilayah
Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung sebagai pusat dari Metropolitan Bandung. Diharapkan peningkatan hubungan eksternal ini dapat mendukung peran Kabupaten Bandung sebagai kawasan belakang dan menjadi kawasan produksi utama bagi Kota Bandung. Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten Bandung dengan pusatpusat pertumbuhan lain di sekitarnya (Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang). Pusat pertumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai pusat pemasaran komoditas maupun pusat koleksi baik secara langsung maupun tidak langsung dan diharapkan dengan peningkatan hubungan eksternal tersebut dapat mendukung peran Kabupaten Bandung sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah-wilayah tersebut.
3-8
Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi kota-kota secara hirarkis dalam kerangka ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ dan ‘sistem pembangunan perkotaan’. Mengembangkan sistem pusat-pusat permukiman sebagai satu kesatuan pengembangan sehingga terbentuk fungsi dan hirarki pusat permukiman. Tujuan kebijakan ini adalah mewujudkan pemerataan dan keseimbangan pertumbuhan antar wilayah melalui penjalaran perkembangan yang serasi, dengan mengoptimalkan p e m a n f a a ta n sumberdaya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Peningkatan penyediaan jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan antar simpul-simpul secara hirarkis untuk memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa Memperkuat keterkaitan antar kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan (Urban-Rural Linkage) Pengembangan budidaya pada kawasan berfungsi lindung harus dilaksanakan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan rendah, dan pemulihan kawasan lindung terutama pada kawasan rawan bencana dan berfungsi lindung. Secara geografis Kabupaten Bandung mempunyai potensi yang sangat besar terkait dengan fungsi dan peran Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, sehingga perlu ditunjang oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Banyaknya kawasan rawan bencana maupun kawasan lindung memerlukan pertimbangan dalam menentukan kawasan yang layak dibangun baik untuk kegiatan perkotaan maupun permukiman, sehingga fungsi-fungsi lindung tetap terjaga.
d. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sistem kota –kota sesuai fungsinya, meliputi :
Pengembangan WP Soreang – Kutawaringin - Katapang sebagai pusat p e m e r i n ta h a n melalui peningkatan aksesibilitas/interkoneksi dengan wilayah lain serta penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai Pengembangan WP Banjaran, WP Majaya, WP Cileunyi-Rancaekek dan WP Cicalengka melalui penyediaan/ pembangunan sarana dan prasarana pendukung sebagai sistem kota-kota dengan hierarki II b Pengembangan WP Margaasih, Margahayu, Cilengkrang dan Cimenyan yang lebih dititikberatkan kepada pembangunan dan pengembangan bidang pendidikan dasar serta fasilitas pelayanan kesehatan (skala puskesmas)
Perlu pengaturan pola penggunaan lahan, yang saat ini cenderung berkembang pesat akibat desakan/ pengaruh pengembangan kawasan terbangun dari Kota Bandung.
c. Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pembangunan/pengembangan infrastruktur sistem kota-kota, meliputi:
3-9
Pengembangan WP Soreang – Kutawaringin - Katapang dengan pusat Kota Soreang sebagai pusat pemerintahan serta jasa dan perdagangan serta membatasi pengembangan industri dan tetap mempertahankan kawasan sebagai sentra kegiatan pertanian (lahan basah dan lahan kering) Pengembangan WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah sebagai kawasan permukiman, kawasan pertanian dan kawasan industri Pengembangan WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran sebagai kawasan industri, permukiman serta kawasan agropolitan Pengembangan WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya sebagai kawasan industri melalui pengenda lia n kegiata n industri tekstil, jasa/ perdagangan serta kawasan permukiman dan pertanian Pengembangan WP Cicalengka dengan pusat Kota Cicalengka sebagai kawasan permukiman, perdagangan/ jasa serta kawasan industri dan pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Pengembangan WP CileunyiRancaekek dengan pusat kota Cileunyi sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan industri Pengembangan WP (Margahayu Margaasih yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) melalui pengendalian kawasan permukiman perkotaan Pengembangan WP (CimenyanCilengkrang yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) dengan tetap mempertahankan fungsi konservasi kawasan bandung utara
e. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Bandung, yaitu melalui pengembangan Kawasan Strategis dengan menitikberatkan kepada pengembangan potensi ekonomi, pemberdayaan potensi masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, serta penerapan sistem insentif dan disinsentif f. Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan yaitu melalui pengembangan sistem jaringan jalan sesuai hirarki dan fungsinya yang diarahkan untuk memecahkan kemacetan lalulintas dan pengembangan wilayah secara lebih terpadu g. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sistem angkutan umum massal meliputi:
h. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sarana transportasi meliputi: Pengembangan sistem angkutan umum berdasarkan hierarki wilayah yang murah/ekonomis, aman dan nyaman Pengembangan sistem terminal terpadu dengan fasilitas pasar/perdagangan
i.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sistem prasarana sumber daya air meliputi: Pengembangan sistem irigasi yang terintegrasi dengan rencana pengembangan budidaya pertanian (intensifikasi lahan basah, pencetakan sawah baru dan kegiatan pertanian lainnya) Pengembangan sumber daya air secara terpadu dan menyeluruh dengan pendekatan sub DAS
j. Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan kualitas sistem drainase yaitu melalui penataan dan pengembangan sistem drainase dengan memperhatikan karaktristik wilayah perkotaan secara terpadu dan menyeluruh dengan infrastruktur lain k. Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan kualitas sistem air bersih dan pelayanan air bersih meliputi pengembangan sistem pelayanan jaringan air bersih secara lebih terpadu dengan melibatkan berbagai stakeholder melalui :
Pengembangan insentif bagi sistem angkutan masal berupa: penyediaan infrastruktur dan insentif lainnya (sistem retribusi, pajak, dll) Pengembangan sistem angkutan masal Kereta Api atau Monorel/LRT melalui kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Propinsi serta BUMN terkait.
Identifikasi sumber-sumber air (mata air, air permukaan, air tanah)
Perbaikan manajemen
Pengembangan sumber-sumber air baku baru
Kemitraan pemerintah, masyarakat serta swasta
Peningkatan infrastruktur
l. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan jaringan telekomunikasi yaitu melalui pengembangan sistem telekomunikasi di kabupaten bandung melalui pemanfaatan teknologi komunikasi / informasi berdasarkan rencana induk/ Peningkatan kualitas dan cakupan air bersih, baik di perdesaan ataupun di perkotaan
3 - 10
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung masterplan pengembangan yang terpadu
telekomunikasi
m. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan jaringan listrik dan energi yaitu melalui pengembangan jaringan listrik dan energi yang diarahkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil serta pengembangan energi alternatif n. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan fasilitas pengelolaan sampah yaitu melalui pengembangan sistem pelayanan persampahan dengan pendekatan 4 R (reduce, reuse, recycle dan recovery) o. Strategi untuk melaksanakan kebijakan peningkatan kualitas sistem sanitasi permukiman adalah melalui pengembangan sistem sanitasi lingkungan yang didorong ke arah sistem sanitasi berbasis komunal
lindung yaitu dengan mempertahankan kawasan lindung melalui upaya rehabilitasi lahan serta meningkatkan kualitas kawasan lindung melalui perbaikan sistem, aturan, prosedur, kriteria, standar teknis s.
t. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan (ketersediaan air, kawasan konservasi, iklim mikro) dan kesesuaian lainnya meliputi:
p. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sistem air limbah dan B3 yaitu melalui pengembangan sistem pengolahan air limbah dan B3 melalui:
Pengembangan sistem IPAL terpadu/ kolektif pada zone-zone industri
Mengarahkan zone-zone industri untuk menjadi kawasan industri dengan fasilitas pengelolaan lingkungan yang terpadu
Mengarahkan pembangunan industri ke dalam zone industri yang sudah ada (infilling)
Mengatur secara ketat terhadap industriindustri polutif (tekstil, makanan dll)
Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengendalian, pemulihan, pelestarian, dan rehabilitasi Kawasan Lindung yaitu melalui pengendalian/pengaturan secara ketat terhadap kegiatan budidaya yang berpotensi merusak/mengganggu kawasan lindung serta pembatasan/pengalihan kegiatan-kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana
Pengembangan kegiatan-kegiatan budidaya yang berfungsi lindung melalui pengembangan tanaman-tanaman yang berfungsi konservasi dan yang bernilai ekonomi
Pengembangan kegiatan pertanian dan peternakan dengan cara intensifikasi (pemanfaatan teknologi) berdasarkan kesesuaian lahannya
u. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara efisien dengan memperhatikan kelayakan teknis, sosial, ekonomi, politik dan lingkungan meliputi:
Pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara kemitraan antara pemerintah dan masyarakat, dengan bertumpu pada keswadayaan masyarakat, adil dan terbuka, serta mempercepat penyusunan ketentuan perundang-undangan serta ketentuan-ketentuan teknis sebagai pedoman operasionalisasi pengembangan perumahan
Pengembangan sistem insentif bagi pembangunan rumah vertikal untuk masyarakat bawah dan menengah
Tidak memberikan ijin pengambilan air tanah dalam untuk proses produksi bagi industri polutif tetapi mengarahkan industri untuk menerapkan sestem daur ulang (recycling)
q. Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengembangan sistem pengolahan limbah tinja, meliputi;
r.
Mendorong sistem pengolahan limbah tinja dengan menggunakan sistem penyaluran limbah on site
Mendorong kesadaran masyarakat untuk memperhatikan/berpartisipasi dalam hal sanitasi lingkungan
Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan dan pemantapan kawasan
v.Strategi untuk melaksanakan Kebijakan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum yaitu melalui pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum melalui inventarisasi aset, penyebaran infrastruktur,
3 - 11
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung peningkatan kesehatan
fasilitas
pendidikan
dan
w.Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pengembangan potensi perekonomian daerah yaitu melalui pengembangan potensi perekonomian daerah melalui promosi investasi, aplikasi teknologi, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro (UKM) yang terintegrasi dengan sistem ekonomi makro
Menteri Kehutanan. ·
Penggunaan lahan eksisting (berdasarkan Citra SPOT 2004).
·
Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan.
·
Pengalokasian
peruntukan
lahan
sesuai
kebutuhan luas dan kesesuaiannya. Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana
C. Strategi Pengendalian Ruang
pola pemanfaatan ruang Kabupaten Bandung
Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang, meliputi:
meliputi alokasi pemanfaatan ruang : 1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari kawasan
Pengaturan zonasi rencana pola ruang berdasarkan land use plan compatibilty
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan Ruang secara konsisten
ka wa sa n
resa pa n
Penerapan Mekanisme dan prosedur perizinan yang efisien dan efektif
kawasan sekitar danau dan mata air),
Penerapan sistem insentif dan disinsentif untuk mendukung perwujudan tata ruang sesuai rencana
Arahan / Penerapan sanksi yang jelas sesuai ketentuan perundang-undangan
(hutan a ir),
lindung, ka wa sa n
perlindungan setempat (sempadan sungai, kawasan suaka alam, dan kawasan rawan bencana. 2. Kawasan
Budidaya,
yang
terdiri
dari
kawasan permukiman/perkotaan, kawasan pertanian
(lahan
basah,
lahan
kering
dengan tanaman tahunan, dan lahan kering 3.3
RENCANA
POLA
PEMANFAATAN
dengan tanaman semusim), serta kawasan
RUANG
hutan produksi (tanaman tahunan).
Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung dirumuskan berdasarkan pertimbangan :
3.3.1
·
Kawasan
Arahan
pola
pemanfaatan
ruang
berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi
Jawa
Barat
dan
Metropolitan
Bandung. ·
·
Analisis
RENCANA
POLA
PEMANFAATAN
KAWASAN LINDUNG lindung
adalah
kawasan
yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan
daya
dukung
pengembangan
nilai
sejarah
serta
budaya
guna
wilayah, terutama daya dukung lahan untuk
kepentingan
berbagai
Secara keseluruhan, pola spasial pemanfaatan
kegiatan
budidaya
dan
pembangunan
bangsa
berkelanjutan.
sumberdaya air.
ruang kawasan lindung tersebar terutama di
Penetapan status hutan berdasarkan SK
bagian utara dan selatan Kabupaten Bandung.
3 - 12
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.3 Kriteria Kawasan Lindung No 1.
Pemanfaatan Ruang Kriteria Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
1.1
Kawasan Hutan Lindung
Hutan konservasi Hutan lindung dan atau kawasan hutan lainnya dengan nilai skor > 125 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan); dan atau
Lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan atau
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas permukaan laut. 1.2
Kawasan Resapan Air
Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuranminimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1m/hari;
Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah setempat
Kelerengan kurang dari 15%; Kedudukan muka iar tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam. 2.
Kawasan perlindungan setempat
2.1
Kawasan Sekitar Danau/Situ/ Waduk
Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya proporsional
Kawasan Sempadan Sungai
sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di
2.2
dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat
luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggu dalam kawasan perkotaan;
Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 m di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul perkotaan
di luar kawasan
Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m;
Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m
Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m;
Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sngai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.
sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di
luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggu dalam kawasan perkotaan;
2.3
Kawasan sekitar Mata Air
Kawasan di sekitar mata air dengan radius sekurang-kurangnya 200 meter, bagian hilir dapat difungsikan utk kawasan berfungsi lindung sepanjang tidak bertentangan dengan fungsi konservasi
3 - 13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2.4
Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunannya.
Kawasan Suaka Alam
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.
Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas.
Mempunyai ciri khas yang dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konversi.
3
Kawasan Pelestarian Alam
3.1
Taman Hutan Raya
Wilayah dengan ciri khas asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh atau kawasan yang sudah berubah
Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala alam Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk membangun koleksi tumbuhan dan/atau satwa baik jenis asli dan/atau tidak asli
Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata 3.2
Taman Wisata Alam
Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk untuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan; Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah di jangkau;
4
Kawasan Rawan Bencana
4.1
Kawasan Rawan Gunung Berapi
Bencana
Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang
terpengaruh langsung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda;
Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lahar dan 4.3
Kawasan Rawan Gempa Bumi
lava Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;
Derah yang dilalui oleh patahan aktif; Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;
Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;
Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor
4.3
4.4
Kawasan Tanah
Rawan
Gerakan
Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini
Kawasan Rawan Banjir
Daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir
5.
Kawasan Pertahanan Keamanan
dan
kawasan latihan/sekolah militer, kawasan pangkalan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara, kawasan militer TNI Angkatan Darat, dan TNI POLRI.
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2006
3 - 14
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Kawasan ini pada dasarnya merupakan kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi kriteria (lereng, jenis tanah, curah hujan, ketinggian; serta zona bahaya gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, dan zona konservasi air potensial sangat tinggi). Kriteria kawasan lindung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Berdasarkan kriteria pada Tabel 3.3,
Berdasarkan Kriteria pada Tabel 3.3, kawasan
Ibun, Paseh, Cimaung.
kawasan hutan lindung di Kabupaten Bandung meliputi lahan seluas
±
34.240,39 Ha ( 19,43 % ), yang tersebar di bagian selatan dan utara Kabupaten Bandung, yaitu : Kecamatan Cileunyi, Cilengkrang,
Cimenyan,
Ciwidey,
Rancabali, Pasirjambu, Pangalengan, Kertasari, Banjaran, Arjasari, Pacet,
lindung di Kabupaten Bandung meliputi lahan seluas ± 46.171,71 ha
( 26,20 %) . Kawasan
lindung di Kabupaten Bandung meliputi : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya Pengembangan kawasan ini diarahkan pada fungsi perlindungan wilayah atau yang memiliki keterkaitan kuat dengan fungsi hidrologis.
Kawasan
perlindungan
yang
kawasan
memberikan
bawahannya
Kabupaten Bandung terdiri dari :
di Kawasan lindung di Kecamatan Kertasari
a. Kawasan Hutan Lindung
b. Kawasan Resapan Air
Kawasan hutan lindung adalah kawasan
Kawasan resapan air adalah kawasan
hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan
kepada
kawasan
yang mempunyai kemampuan tinggi
perlindungan
sekitar
untuk meresapkan air hujan sehingga
maupun
merupakan tempat pengisian air bumi
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah
banjir
memeliha ra
dan
erosi
kes uburan
yang berguna sebagai sumber air.
serta tana h.
Perlindungan
Perlindungan terhadap kawasan hutan
resapan
lindung dilakukan untuk memelihara
hutan
tutupan
vegetasi.
diharapkan
dapat
kawasan
dilakukan
untuk
memberikan ruang yang cukup bagi
dan mempertahankan kawasan hutan dengan
air
terhadap
peresapan
Kawasan
air
hujan
pada
daerah
tertentu untuk keperluan penyediaan
menjamin
kebutuhan
ketersediaan unsur hara tanah, air
penanggulangan
tanah, dan air permukaan.
air
tanah
banjir,
baik
dan untuk
kawasan bawahannya maupun kawasan
3 - 15
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung yang bersangkutan. Kawasan ini dapat
Di Kabupaten Bandung, danau yang
berupa
menjadi
kawasan
perkebunan
dan
budidaya
hutan,
pertanian
lahan
kawasan
perlindungan
setempat ini adalah Waduk Cileunca
kering. Pembangunan dapat dilakukan
dan
melalui disintensif antara lain tidak
Kecamatan
membangun infrastuktur pada kawasan
Ciharus dan Pangkalan yang terdapat
ini dan pembatasan KDB (Koefisien
di Kecamatan Ibun, Danau Patengan
Dasar
dan Waduk Santosa di Kecamatan
Bangunan).
Untuk
kawasan
resapan air yang telah terbangun,
resapan
parit
atau
Berdasarkan
resapan, danau
kriteria
b.
sumur
resapan.
seperti
perencanaan
tersebar
Utara)
dan
Danau
sungai
adalah
kawasan
sepanjang kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer,
di
yang
Kecamatan Cimenyan dan Cilengkrang (Bagian
Pangalengan,
di
Sempadan Sungai
Sempadan
pada
Tabel 3.3, kawasan resapan air di kawasan
terdapat
Rancabali.
upaya pengendalian dilakukan dengan membangun
Cipanunjang
untuk
beberapa
mempunyai
manfaat
mempertahankan
penting
kelestarian
fungsi sungai. Perlindungan terhadap
kecamatan di Bagian selatan antara
sempadan
lain: Kecamatan Rancabali, Ciwidey,
melindungi
Pasirjambu, Kertasari, Pangalengan,
sungai sungai
dilakukan dari
untuk
kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan
Paseh, Pacet, Ibun, Cimaung dan lainlain. 2. Kawasan perlindungan setempat terdiri atas : Kawasan lindung yang merupakan kawasan perlindungan setempat terdiri dari : a. Kawasan Sekitar Danau/Situ/Waduk Dalam Keppres No 32 tahun 1990 terdapat
pasal
mengenai
pengelolaan
perlindungan kawasan
yang
setempat.
sekitar
mengatur kawasan Kriteria
danau/situ
yang
Penetapan kawasan sempadan sungai untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik/danau antara 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi kearah
merusak kualitas air sungai, kondisi
darat atau sesuai dengan peraturan
fisik pinggir dan dasar sungai serta
yang berlaku.
mengamankan aliran sungai.
3 - 16
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tujuan ditetapkan kawasan sempadan
kawasan sekitar mata air dilakukan
sungai adalah melindungi sungai dari
untuk
kegiatan
dapat
kegiatan budidaya yang dapat merusak
menggangu dan merusak kualitas air
kualitas air dan kondisi fisik dengan
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar
jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
sungai,
manusia
serta
yang
mengamankan
aliran
air
dari
Bandung cukup banyak dijumpai di
Kriteria
kawasan
sempadan
sungai
sekitar perbukitan utara, timur dan
adalah
sekurang-kurangnya
(atau
selatan. Daerah yang tidak dijumpai
sesuai peraturan yang berlaku) :
sumber
sungai
yang
berada
di
sekitar
meter kiri kanan anak sungai bila
Margahayu
dan
sekitar
danau/situ/waduk,
mata
air,
seperti
halnya
dapat berupa kawasan budidaya hutan, pe rta nia n
Sesuai Keppres No 32 Tahun 1990, perlu
Keca ma ta n
kawasan resapan air, pemanfaatannya
berada di area permukiman.
tersebut
meliputi
daerah
kawasan sempadan sungai dan kawasan
50 kiri – kanan sungai besar dan 25
sungai
adalah
Rancaekek.
luar
Kawasan
sepanjang
air
Bojongsoang,
permukiman,
pada
mata
da ta ra n,
100 meter kiri – kanan sungai besar dan 50 meter di kiri – kanan anak
mata
Daerah-daerah mata air di Kabupaten
sungai.
melindungi
–
k eri ng
da n
perkebunan/tanaman tahunan.
sungai
ditetapkan
la ha n
sebagai
d. Kawasan Hutan Suaka Alam
kawasan sempadan sungai di wilayah permukiman berupa daerah sepanjang
Berdasarkan kriteria pada Tabel 3.3,
sungai yang diperkirakan cukup untuk
kawasan suaka alam yang terdapat di
dibangun jalan inspeksi.
Kabupaten Bandung adalah Cagar Alam
Sungai-sungai Bandung
utama
adalah
di
8.592,14
Kabupaten
Sungai
Kecamatan Pangalengan, Pasirjambu,
Citarum,
dan
Cirasea, Citarik, Cipamokolan, Cijaura, Cikapundung,
Cisangkuy,
mata
air
Kawasan pelestarian alam yang terdapat di
adalah
wilayah
air.
kelestarian
Perlindungan
Kabupaten
Bandung
terdapat
seluas 265,37 Ha, antara lain adalah
mempunyai manfaat penting untuk mata
Taman
Cimaung, Pasirjambu, dan Rancabali.
kawasan di sekeliling mata air yang mempertahankan
Sedangkan
3. Kawasan Pelestarian Alam
c. Kawasan Sekitar Mata Air sekitar
Rancabali.
Wisata Alam terletak di Pangalengan,
Citepus,
Ciwidey, Cimahi dan Sungai Cimeta.
Kawasan
Ha. Cagar Alam terletak di
Taman
fungsi
Hutan
Raya
di
Kecamatan
Cimenyan, juga terdapat di Kecamatan
terhadap
Rancabali.
3 - 17
Taman
Hutan
Raya
adalah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung kawasan pelestarian alam yang didalamnya
Berdasarkan kriteria seperti pada Tabel
terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau
3.3, kawasan rawan
ekosistem yang khas, yang dikelola dengan
tanah (longsor) secara umum menyebar di
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
bagian
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
Bandung, yaitu terdapat di Kecamatan
pendidikan,
Rancabali,
pariwisata
dan
rekreasi.
utara
dan
bencana selatan
Pasirjambu,
Kabupaten Rancabali,
Perlindungan terhadap taman hutan raya
Cileunyi,
dilakukan untuk menjamin berlangsungnya
Kertasari, Cicalengka, Nagreg. Kawasan
fungsi
bencana banjir terletak di Kecamatan
perlindungan
sistem
penyangga
Cilengkrang,
gerakan
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
Bojongsoang,
jenis
Solokanjeruk,
tumbuhan
dan
satwa,
serta
Pangalengan,
Baleendah,
Pameungpeuk,
Majalaya,
Cicalengka,
pemanfaatan secara lestari sumberdaya
Banjaran, Rancaekek, Dayeuhkolot dan
alam
Katapang.
hayati
dan
ekosistemnya,
untuk
pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata,
serta
peningkatan
kualitas
3.3.2
Kabupaten Bandung adalah Taman Wisata Alam
Talaga
seluas
Patengan
799,91
dan
Cimanggu
ha yang terdapat di
Kecamatan Rancabali. Taman Wisata Alam adalah Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk untuk mempunyai luas yang cukup
dan
lapangannya
tidak
membahayakan serta memiliki keadaan yang
menarik
dan
indah
baik
secara
alamiah maupun buatan;
rawan
bencana
PEMANFAATAN
Kawasan
budidaya
adalah
kawasan
yang
ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya
ini
adalah
kawasan
permukiman
kawasan dan
pertanian,
industri.
Pola
pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah barattimur, mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan
4. Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan
POLA
KAWASAN BUDIDAYA
lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Taman Wisata Alam di
RENCANA
alam
adalah
kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam. Kriteria kawasan lindung untuk bencana seperti gerakan tanah dan banjir
kawasan
budidaya
perdesaan/pertanian
maupun
perkotaan.
Kriteria
penetapan
kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.4. Kawasan
Budidaya
di
Kabupaten
Bandung
terdiri dari budidaya perdesaan, perkotaan dan kawasan tertentu. Luas dan persentase masingmasing peruntukan lahan lindung dan budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
3 - 18
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.4 Kriteria Kesesuaian Lahan Budidaya Perdesaan dan Perkotaan JENIS Kawasan Hutan Produksi
FUNGSI
KRITERIA
Hutan Produksi dan Hutan Rakyat
Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng,
jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masingmasing dikalikan denga angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, di luar hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan hutan lindung.
Nilai skore fisik wilayah 125 – 175 Kemiringan lereng > 40 % Kedalaman efektif tanah >60 cm Iklim tipe A menurut Oldeman Berfungsi sebagai resapan air tanah Daerah kritis/bahaya lingkungan : daerah longsoran, patahan aktif, daerah krisis erosi Kawasan Pertanian
Kawasan Pertanian Lahan Basah
Ketinggian < 1000 m dpl dpl kecuali lahan sawah yang sudah ada dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air
Kemiringan lereng < 40% kecuali jenis tanah
regosol, litosol, rezina, dan organosol dengan kemiringan < 15 %
Kedalaman efektif tanah > 30 cm Terdapat sistem irigasi (teknis, setengah teknis dan sederhana)
Bukan daerah kritis/ bahaya lingkungan beraspek geologi seperti daerah patahan aktif, erosi dan longsoran
Terdapat sistem irigasi (teknis, setengah teknis dan sederhana)
Bukan daerah rawan bencana Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan basah.
Meningkatkan
upaya pelestarian dan meningkatkan/menjaga ketahanan pangan daerah.
Secara ruang apabila digunakan untuk pertanian lahan basah dapat memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat dan berfungsi lindung.
3 - 19
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Kawasan Pertanian Lahan Kering
Ketinggian < 1000 m dpl Nilai skor fisik wilayah < 125 Kemiringan tanah < 40 % kecuali lahan-lahan yang pemanfaatannya memakai kaidah-kaidah teknis konservasi tanah dan air
Kedalaman efektif tanah >30 cm Mempunyai tipe iklim A, B1, B2, C2 atau D2 menurut Oldeman
Daerah kritis/ bahaya lingkungan: daerah longso-
ran, patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan
Kemiringan lereng < 40% Kedalaman efektif tanah > 30 cm Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kawasan pertanian lahan kering.
Secara ruang dimungkinkan untuk kegiatan perta-
nian lahan kering dan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat.
Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian menjaga ketahanan pangan daerah serta mendorong pendayagunaan infestasi.
Menjaga fungsi lindung Bukan daerah rawan bencana
Kawasan Tanaman Tahunan/ Perkebunan
Ketinggian < 2000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air
Nilai skor fisik wilayah < 125 Kemiringan tanah < 40 %, kecuali jenis tanah regosol, litosol, rezina, dan organosol dengan kemiringan < 15 % Kemiringan lereng < 40% Kedalaman efektif tanah > 30 cm Di luar kawasan hutan lindung Mempunyai tipe iklim A, B1, B2, C2 atau D2 menurut Oldeman Berfungsi sebagai resapan air tanah Wilayah kritis/bahaya lingkungan : daerah long-
soran, patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan
Kawasan yang sudah ditanami tanaman tahunan /
perkebunan yang tidak mengganggu tanah dan air
Di luar kawasan lindung Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perkebunan
3 - 20
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Secara ruang sesuai untuk kegiatan perkebunan dan memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menjaga fungsi resapan air Bukan daerah rawan bencana Kawasan Peternakan
Tersediahijauan makanan ternak Tersedia pasokan air Iklim dan lahan pendukung usaha peternakan Wilayah yang potensial untuk pengembangan peternakan dan secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan.
Secara ruang kegiatan peternakan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat
Meningkatkan fungsi lindung Kawasan Perikanan
Tersedia sumber air yang mencukupi Bukan daerah rawan bencana alam (banjir/ kekeringan)
Wilayah potensial untuk pengembangan perikanan yang secara teknis memenuhi persyaratan perikanan
Wilayah yang secara ruang apabila digunakan untuk perikanan memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan fungsi lindung. Kawasan Pertambangan
Kawasan Perkotaan
Mempunyai potensi bahan tambang, dan apabila
dimanfaatkan tidak mangganggu kelestarian lingkungan hidup dan secara ruang akan memberikan manfaat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.
Kawasan Permukiman
Kemiringan lereng < 15%. Ketersediaan air terjamin Tidak berada pada daerah resepan air dan rawan
Kawasan Peruntukan Industri
3 - 21
bencana Berada dekat dengan pusat kegiatan Bebas dari bahaya gangguan setempat Aksesibiltas dan sirkulasi transportasi baik Berorientasi langsung ke jalan arteri/kolektor
Ketinggian < 1000 m dpl Kemiringan lereng < 3% Ketersediaan air baku yang cukup Adanya sistem pembuangan limbah Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kemiringan lereng < 15% Ketersediaan air terjamin Aksesibilitas baik Terletak di pusat kota/kegiatan
Memiliki panorama dan atau panorama alam MEmiliki Tinggalan Budaya dan atau sejarah Memiliki dukungan sarana dan prasarana transpor-
Kawasan Pariwisata
tasi dan komunikasi
Memiliki dukungan seni dan kerajinan/potensi
souvenir (makanan, minuman, produk seni lainnya)
Memiliki dukungan SDM sekitar Memiliki luasan yang cukup
Sumber : Keppres No 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya, dan Hasil Analisis. A. KAWASAN
BUDIDAYA
PERDESAAAN
/
PERTANIAN 1.
dikelompokan
pada
peruntukan
pertanian lahan basah (padi sawah) dan pertanian
Kawasan Hutan Produksi
lahan
kering
(tanaman
pangan lahan kering, tanaman tahunan,
Kawasan hutan produksi merupakan
perkebunan,
kawasan
Delineasi kawasan pertanian didasarkan
budidaya
yang
berfungsi
dan
hutan
produksi).
lindung. Kawasan ini di Kabupaten
pada
kriteria yang dipakai mengacu
Bandung terdiri dari Hutan Produksi,
pada
Pedoman
Hutan Rakyat. Dan Kawasan Tanaman
menurut
Hutan. Hutan Produksi seluas ± 40,29
Agroklimat (1982). Parameter untuk
ha
terdapat di Kecamatan Kertasari.
menilai
kriteria
Hutan Rakyat seluas ± 2.855,40 Ha,
efektif,
kesuburan
terdapat hampir di setiap kecamatan di
drainase, erodibilitas, lereng, banjir
Kabupaten Bandung.
dan iklim. Dalam hal ini lahan yang
Kesesuaian
Pusat
Lahan
Penelitian yaitu
dan
kedalaman
tanah,
tekstur,
diarahkan untuk kawasan pertanian 2. Kawasan Pertanian
budidaya adalah lahan yang cukup
Kawasan budidaya pertanian adalah
sesuai. Kondisi lahan lainnya seperti
kawasan
dengan
utama
lahan yang sesuai marginal dan tidak
pertanian,
didasarkan
kondisi
sesuai saat ini, apabila secara eksisting
buatan.
telah dilakukan perbaikan dan atau
alami,
manusia,
fungsi pada dan
Pemanfaatan lahan untuk pertanian
3 - 22
memungkinkan
dilakukan
perbaikan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ·
Kawasan pertanian lahan basah (padi sawah) Terdapat seluas ± 33.654,42 Ha, tersebar
di
seluruh
kecamatan
dengan jumlah terbesar terletak di Kecamatan Ciparay dan Pacet. ·
Kawasan pertanian lahan kering (dengan
tanaman
tahunan
dan
tanaman semusim) Terdapat seluas ± 11.658,51 Ha,
Kegiatan budidaya hortikultura di Bandung Selatan
tersebar diasumsikan
cukup
pemanfaatan pengembangan pertanian
sesuai.
ruang
berdasarkan
·
halnya
produksi,
kawasan
merupakan
hutan
kawasan
Di kabupaten Bandung kawasan ini terdapat seluas ± 40.750,63 Ha hampir
di
seluruh
kecamatan terutama di kecamatanke ca ma t a n Kabupaten
bagian Bandung,
s e la ta n kecuali
di
Kecamatan Katapang, Margahayu, Dayeuhkolot,
Kawasan perikanan Kawasan
perikanan
dikembangkan
budidaya yang berfungsi lindung.
tersebar
dan Pasirjambu. ·
atau perkebunan Seperti
Kecamatan Arjasari, Pangalengan,
kesesuaian
Kawasan tanaman tahunan dan
Bojongsoang,
dapat
berdasarkan
hasil kesesuaian lahan seluas
±
740,97 ha dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok kawasan yaitu kawasan pembenihan ikan tersebar di Kecamatan Ciparay, Pacet, Ibun dan Majalaya. Kawasan pendedelan ikan
tersebar
di
Kecamatan
Banjaran, Dayeuhkolot, Cileunyi, Bojongsoang, Pameungpeuk, Pacet, Majalaya, Ciparay, dan Rancaekek. Kawasan pembesaran (Kolam air deras)
Rancaekek, Cangkuang.
setiap
dengan jumlah terbesar terdapat di
budidaya
lahan adalah sebagai berikut :
di
kecamatan di Kabupaten Bandung
Pola untuk
kawasan
hampir
tersebar
di
Kecamatan
Ciwidey, Soreang, Pacet, Banjaran, Cangkuang, Majalaya, dan Ibun.
3 - 23
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.5 Rencana Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Tahun 2027 di Kabupaten Bandung No. I
KAWASAN
POLA RUANGTAHUN 2027
Lindung
LUAS (HA)
%
46.171,71
26,20
947,32
0,54
1
Perairan
2
Hutan Konservasi
9.652,47
5,48
3
Hutan Lindung
34.240,39
19,43
4
Ruang Terbuka Hijau
303,53
0,17
5
Sempadan
1.028,00
0.58
II
Budidaya Berfungsi Lindung
43.646,32
24,77
40,29
0,02
1
Hutan Produksi
2
Hutan Rakyat
2.855,40
1,62
3
Kawasan Tanaman Tahunan
40.750,63
23,12
III
Tidak berfungsi lindung
86.420,64
49,04
A
Kawasan Budidaya Pertanian
46.161,17
26,19
1
Kawasan Pertanian Lahan Basah
33.654,42
19,10
2
Kawasan Pertanian Lahan Kering
11.658,51
6,62
3
Kawasan Perikanan
740,97
0,42
4
Kawasan Peternakan
107,27
0,06
B
Kawasan Budidaya Non Pertanian
40.259,46
22,84
1
Kawasan Permukiman
31.029,59
17,61
2
Kawasan Peruntukan Industri
5.543,03
3,15
3
Pemerintahan/Fasum
336,91
0,19
4
Perdagangan/jasa
2.251,22
1,28
5
Kawasan Hankam
599,.99
0,34
6
Kawasan Pariwisata terpadu
498,74
0,28
176.238,67
100,00
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis. ·
Kawasan peternakan Kawasan
peternakan
perah, seluas
±
107,27ha terbagi dalam 3 kawasan pengembangan yaitu kawasan sapi
3 - 24
terdapat
di
Kecamatan
Pangalengan,
Ciwidey,
Arjasari,
Pasirjambu,
Cilengkrang
dan
Cangkuang. Kawan pengembangan sapi potong terdapat di Kecamatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Cikancung, Nagreg dan Cimenyan. Kawasan
pengembangan
domba
tersebar di Kecamatan Ibun, Paseh, Pa cet,
Ba nja ra n,
Arja sa ri,
Baleendah, Bojongsoang, Soreang, dan
Margahayu.
Luas
pengembangan unggas tersebar di Kecamatan Cikancung, Rancaekek, Majalaya,
Ciparay,
Arjasari,
Cimaung, dan Ciwidey. 3. Kawasan Pariwisata Kawasan
pariwisata
di
Kabupaten
Bandung sebagian besar merupakan kawasan wisata alam. Kawasan wisata tersebut
dibagi dalam 4 (empat)
kawasan (sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten
Bandung)
yaitu kawasan
pariwisata alam, kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata agro dan kawasan pariwisata terpadu dan olah raga. Rincian wisata dan lokasi adalah sebagai berikut:
a. Kawasan Pariwisata Alam Gunung
Patuha/Kawah
Putih,
Ranca Upas, Cimanggu, Walini, Situ Patengan, Kawah Cibuni, Curug Cisabuk
(Kecamatan
Gunung
Puntang
Rancabali), (Kecamatan
Cimaung), Cibolang, Punceling, Situ Cileunca,
Kawah
Papandayan,
Gunung
Arung
Jeram
Palayangan
(Kecamatan
Pa nga lenga n),
Situ
(Kecamatan
Cisa nti
Kertasari),
Kawah
kamojang, Situ Ciarus (Kecamatan Ibun), Gunung Keneng (Kecamatan Ciwidey),
Curug
Cinulang
(Kecamatan Cicalengka), Curug Eti (Kecamatan
Majalaya),
Sipatahunan
Situ
(Kecamatan
Baleendah), Oray Tapa (Kecamatan Cimenyan), Batukuda (Kecamatan Cilengkrang),
Curug
Cilengkrang
(Kecamatan Cilengkrang),
Curug
Simandi Racun (Kecamatan Pacet). b. Kawasan Pariwisata Budaya Kawasan meliputi
Pariwisata :
Budaya,
Gunung
Padang
(Kecamatan Ciwidey), Rumah adat Cikondang,
Rumah
Hitam
(Kecamatan Pangalengan), Rumah Adat
Bumi
Alit
(Kecamatan
Banjaran), Situs Kampung Mahmud (Kecamatan Agrowisata strawberry “petik sendiri” semakin diminati.
3 - 25
Karang
Margaasih),
Gantung
Situs
(Kecamatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Pacet),
Situs
(Kecamatan Se ni
Bojonmenje
Rancaekek),
J el eko ng
Sentra
(K ec a ma ta n
Baleendah), Sentra Seni Cimenyan (Kecamatan
Cimenyan),
Sentra
Kerajinan (Kecamatan Pasirjambu), Sentra
wisata
seni
Benjang
(Kecamatan Cileunyi).
Olahraga Kawasan Pariwisata Terpadu dan Olahraga, meliputi : Stadion Si J a la k
Ha rupa t
(Keca ma ta n
Soreang), Arena Golf Margahayu/ BIG (Kecamatan Margahayu), arena Dago Golf (Kecamatan Cimenyan), Kawasan Wisata Terpadu Cimenyan
c. Kawasan Pariwisata Agro
(Kecamatan Cimenyan) Arena Golf
Agrowisata Strawberry :
(Kecamatan Cikancung).
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali,
d. Kawasan Pariwisata Terpadu dan
Kecamatan
Ciwidey,
B. KAWASAN BUDIDAYA PERKOTAAN
Kecamatan
Kawasan budidaya non-pertanian atau
Arjasari, Kecamatan Pangalengan,
kawasan perkotaan adalah kawasan
Kecamatan Ibun, Kecamatan Paseh.
yang berdasarkan analisis fisik dasar
Kecamatan
Pacet,
(kemiringan/lereng, Agrowisata Teh:
fondasi,
daya
hidrogeologi,
kerentanan
Kertamanah, Malabar (Kecamatan
gerakan
Pangalengan),
bahaya gunung api) mempunyai daya
Rancabali
tanah,
dukung dan
dukung
(Kecamatan Pasirjambu)
sebagai kawasan perkotaan (lihat Tabel
Agrowisata Sayuran :
permukiman
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali, Kecamatan
Kecamatan Pacet,
Di
Ciwidey, Kecamatan
Kertasari, Kecamatan
Arjasari,
Kecamatan Pangalengan.
beberapa
untuk
erosi,
(Kevamatan Rancabali), Gambung
3 .6 ).
tinggi
potensi
dikembangkan
da la mnya dan bagian
terma suk
industri. kawasan
Karena yang
mempunyai daya dukung tinggi untuk pengembangan kawasan perkotaan ini ternyata kesesuaian
tumpang-tindih lahan
untuk
dengan pertanian,
maka dalam hal ini pola pemanfaatan
Agrowowisata Herbal:
ruang
Kecamatan Rancabali, Kecamatan pasirjambu, Kecamatan Ciwidey.
kawasan
perkotaan
tidak
sepenuhnya sama dengan potensi daya dukungnya
tetapi
juga
mempertimbangkan keberadaan lahan sawah beririgasi teknis sebagai faktor
3 - 26
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Stadion si Jalak Harupat menjadi salah satu landmark Kabupaten Bandung
kendala
di
samping
kecenderungan
Klasifikasi
permukiman
tersebut
perkembangan kawasan terbangun.
dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Secara spasial pola pemanfaatan ruang
Rencana pengembangan kawasan
kawasan
budidaya
mengarah
pada
bagian wilayah barat-timur, sementara ke arah utara dibatasi oleh kawasan resapan air (konservasi potensial sangat tinggi), dan ke selatan dibatasi hanya bersifat linear sepanjang jalan utama yang
menghubungan
kota
Bandung
dengan Kota Ciwidey, serta dengan
permukiman hingga
di
tahun
Kab. 2026
Bandung seluas
±
31.029,59 ha ( 17,61 %) dari total luas wilayah Kab. Bandung. Dari keseluruhan pemukima n diarahkan
luas
tersebut,
untuk
pemukima n
kawasan ya ng
pengembangan
untuk
kawasan
Pangalengan.
perkotaan seluas ± 13.936,85 ha
1. Kawasan Permukiman
luar
dan pengembangan permukiman di
Kawasan permukiman di Kabupaten Bandung dalam
per 4
berdasarkan
kecamatan
dibagi
(empat)
kategori
jumlah
penduduk.
kawasan perkotaan seluas ±
17.092,74
Pengembangan
permukiman di kawasan perkotaan diarahkan
untuk
terorganisir,
perumahan sedangkan
pengembangan permukiman di luar kawasan
3 - 27
ha.
perkotaan
diarahkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.6 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Bandung tahun 2027 NO KAWASAN PERKOTAAN
LUAS WILAYAH
LUAS PEMUKIMAN (HA) PERSENTASE (%)
1
Soreang/Katapang
2.688,06
2.112,07 78.57
2
Ciwidey/Pasirjambu
1.846,09
1.060,90 57.47
3
Banjaran
1.837,56
840,75 45.75
4
Ciparay
1.606,45
785,45 48.89
5
Majalaya
3.448,69
1.367,83 39.66
6
Baleendah/Dayeuhkolot/Bojongsoang
4.472,05
2.674,51 59.81
7
Cileunyi/Rancaekek
3.170,83
2.708,14 85.41
8
Cicalengka
1.248,47
816,38 65.39
9
Pangalengan
984,90
468,66 47.58
10
Margahayu/Margaasih
2.888,84 24.191,94
TOTAL
1365,53 47.27 14.200,22
58.70
Sumber: Hasil Analisis, 2006
untuk permukiman yang tumbuh
kecamatan,
alami,
dalam
perdagangan / jasa yang memiliki
pengembangannya dibatasi sesuai
fungsi untuk melayani kecamatan
dengan
/KWT
lain terletak di kota-kota hirarki II
Terbangun
dan III, yaitu Kecamatan Soreang,
disesuaikan dengan daya dukung
Banjaran, Majalaya, dan Cileunyi.
dan daya tampung lingkungan).
Luas kawasan ini di Kab. Bandung ±
namun fungsi
(Koefisien
ruangnya
Wilayah
perdagangan
dan
kawasan
2.251,22 Ha.
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan
dan
jasa
3. Kawasan Peruntukan Industri
tingkat
Kawasan peruntukan industri lama
pelayanannya, yaitu yang memiliki
yang telah berkembang terletak di
fungsi
Kecamatan Margaasih, Katapang,
dibedakan
berdasarkan
pelayanan
kecamatan
dicirikan dengan pengelompokkan
Da yeuhko lo t,
Pa me u ngpeuk ,
letak,
Baleendah,
Bojongsoang,
terletak
di
seluruh
3 - 28
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Solokanjeruk, Banjaran, Arjasari, Cileunyi,
Majalaya,
4. Kawasan Konservasi Budaya dan
Cikancung,
Se j a ra h
Rancaekek, Cicalengka, Arjasari, Margahayu
dan
Peruntukan
industri
Bersejarah)
Pameungpeuk. lama
Kawasan konservasi budaya dan sejarah di Kabupaten Bandung yang harus dilindungi adalah sebagai berikut :
ini
terutama di wilayah selatan Kota Bandung diperuntukan bagi jenis industri rumah tangga, pengolahan makanan dan industri yang
tidak
·
Rumah adat Cikondang Kecamatan Pangalengan
·
Kampung Mahmud - Kecamatan Margaasih
·
Situs (Candi) Bojong Menje – Kecamatan Rancaekek
menggunakan air banyak. Rencana luas
kawasan
Bandung
Industri
di
Kab.
adalah seluas ± 5.43,03
Ha. Ketentuan mengenai kawasan industri/zona industri dilaksanakan melalui : ·
·
·
·
·
Peningkatan nilai tambah p e m a n f a a ta n ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Mengarahkan kegiatan industri yang non polutif dan tidak menggunakan air dalam jumlah besar ke Kawasan Industri Margaasih. Penataan zona-zona industri yang terbatas hanya mengisi ruang kosong di antara industri yang telah ada (infilling), agar tercapai keserasian dan optimasi pemanfaatan ruang/lahan. Pengembangan jenis-jenis industri yang ada di zona-zona industri adalah industri yang ramah lingkungan (non polutif) dan tidak boros air tanah dalam maupun air permukaan. Bagi industri polutif pada zona industri non polutif dapat diijinkan dengan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
(A rte fa k / B a ngu na n
3.4 RENCANA
PENGELOLAAN
-
KAWASAN
LINDUNG DAN BUDIDAYA Berdasarkan pola pemanfaatan ruang yang telah
dirumuskan,
selanjutnya
dirumuskan
pedoman pengelolaan kawasan, yang meliputi pengelolaan kawasan lindung, dan kawasan budidaya di Kabupaten Bandung. Kawasan budidaya dibagi menjadi kawasan perdesaan, perkotaan
dan
tertentu/khusus.
Rencana
pengelolaan kawasan ini merupakan bentukbentuk upaya pengelolaan untuk mewujudkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan. 3.4.1
RENCANA
PENGELOLAAN
KAWASAN
LINDUNG Pemantapan
kawasan
lindung
merupakan
perwujudan dari pengembangan struktur tata ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Setelah kawasan lindung ini ditetapkan sebagai wilayah limitasi atau kendala bagi pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Bandung, maka perlu dimantapkan
3 - 29
agar
kawasan
lindung
dapat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung terjaga dan berfungsi sesuai dengan perannya.
hujan
5. memberikan
Hasil analisis kesesuaian lahan,
·
Kriteria menurut Keppres No. 32 tahun
Rencana sektoral (perkebunan, kehutanan
terhadap
serta mengamankan aliran sungai 6. memberikan kawasan
perlindungan
sekitar
terhadap
danau/waduk
untuk
melindungi waduk dari kegiatan budidaya lindung
yang
perlu
yang
dimantapkan
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya
(Hutan
Suaka
Alam;
(4)
sekitarnya. Secara
umum
kawasan
kebijaksanaan
lindung
diarahkan
pemantapan pada
upaya
meliputi : fungsi
lindung
terhadap
tanah, air, dan iklim.
1. Mempertahankan status, fungsi dan kualitas kawasan lindung (dalam dan luar hutan)
2. mempertahankan keanekaragaman flora,
yang
ada
fauna dan tipe ekosistem serta keunikan
konservasi,
alam.
lindung.
3. mempertahankan/memantapkan
fungsi
lindung dari kawasan hutan lindung yang dilakukan
terhadap
kualitas air dan kondisi fisik kawasan
Bencana.
1. meningkatkan
perlindungan
mata air dari kegiatan budidaya yang dapat
Pelestarian Alam; dan (5) Kawasan Rawan
diarahkan untuk :
kelestarian
kawasan sekitar mata air untuk melindungi
Kawasan
Secara umum pengelolaan kawasan lindung
mengganggu
7. memberikan
Lindung); (2) Kawasan Perlindungan Setempat; Kawasan
dapat
fungsinya
fungsinya di Kabupaten Bandung terdiri dari :
(3)
perlindungan
kondisi pinggir sungai dan dasar sungai
dsb).
terhadap
mempunyai
mengganggu dan merusak kualitas sungai,
1990 dan UU No. 41 Tahun 1999,
Kawasan
yang
sempadan sungai dari kegiatan yang dapat
·
·
kawasan
fungsi konservasi potensial tinggi
Pertimbangan – pertimbangan yang digunakan bagi pemantapan kawasan lindung ini yaitu :
pada
untuk
mencegah
terjadinya
erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan air tanah dan air permukaan 4. mempertahankan fungsi kawasan resapan air yang dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air
3 - 30
melalui dan
upaya
rehabilitasi,
pengelolaan
kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2. Mengarahkan secara bertahap kawasan-
gerakan tanah, kecuali tidak mengganggu
kawasan yang sesungguhnya sesuai untuk kawasan lindung dan secara kriteria lokasi dan
standar
teknis
memenuhi
untuk
fungsi lindung kawasan tersebut. 2. Kegiatan budidaya yang sudah ada dan tidak
ditetapkan sebagai kawasan lindung (antara
dampak
sekaligus
di luar hutan secara bertahap ke fungsi yang
telah
melalui
hidroorologis
ditetapkan
3. Kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung,
sesuai
peningkatan
kawasan
di
agar tidak berkembang lebih lanjut.
di
dikembalikan
fungsinya
ketentuan-ketentuan yang berlaku pada
fungsi
lindung
harus
sebagai kawasan lindung, sesuai dengan
kriteria dan standar teknisnya. Upayanya dilakukan
lindung
dapat diijinkan, dan harus dikendalikan
mengembalikan kawasan berfungsi lindung semula
fungsi
kawasan lindung yang telah ditetapkan
lain kawasan hutan produksi). 3. M e n g u r a n g i
mengganggu
peraturan pemerintah No.29/1986.
luar
kawasan hutan, yakni kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, rawan
3.4.2
4. Mengatasi
dan
KAWASAN
BUDIDAYA
bencana, dan kawasan perkebunan yang masuk dalam kriteria skor >175.
RENCANA PENGELOLAAN
Dalam satu wilayah kabupaten terdapat dua
mencegah
dampak
jenis
kawasan
fungsional
yaitu
kawasan
perkembangan permukiman dan kegiatan
perdesaan dan kawasan perkotaan serta bisa
budidaya yang berada di kawasan lindung
terdapat kawasan tertentu. Kawasan budidaya
saat ini.
yang akan dikembangkan di Kabupaten Bandung secara garis besar mencakup kawasan budidaya
5. Mencegah terjadinya alih fungsi lahan dari
perdesaan yang didominasi kegiatan pertanian,
kawasan lindung ke kawasan budidaya,
kawasan budidaya perkotaan dan kawasan
melalui pengendalian yang efektif dan
khusus.
kontinyu. A. Setelah (super kawasan
dilakukan impose)
diketahui
lindung
Berdasarkan
analisis dan
bagi
terdapat
kegiatan
kenyataan
kebijaksanaan
tumpang
konflik
budidaya.
tersebut,
pengarahan
tindih
maka
kegiatan
budidaya yang telah ada di kawasan lindung adalah :
RENCANA
PENGELOLAAN
KAWASAN
PERDESAAN/PERTANIAN Kawasan
Pedesaan
adalah
kawasan
yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
pelayanan sosial
dan
jasa
pemerintahan,
kegiatan
ekonomi.
pada
Keberadaan kawasan perdesaan masih berperan
kawasan lindung mencakup kawasan hutan
besar di Kabupaten Bandung, yang dapat
lindung,
rawan
dilihat dari cakupan wilayahnya jauh lebih
bencana gunung berapi dan kawasan rawan
besar dibandingkan dengan kawasan perkotaan.
1. Pelarangan
kegiatan
cagar
alam,
budidaya kawasan
3 - 31
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Di kawasan perdesaan sesuai dengan daya
penduduk
dukung lahannya dapat dikembangkan kegiatan
semakin kecil oleh rumah tangga pertanian di
-kegiatan budidaya yang berbasis pada lahan,
kawasan
yakni :
mempunyai dampak terhadap besarnya tekanan
agraris.
Penguasaan
perdesaan
pada
lahan
dasarnya
yang akan
terhadap kawasan berfungsi lindung, selain
Hutan Produksi
Hutan Rakyat
Pertanian tanaman pangan lahan basah (sawah)
Pertanian lahan kering dengan tanaman semusim
Pertanian lahan kering dengan tanaman tahunan / perkebunan.
Pariwisata.
potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan
Industri berbasis pertanian (agro-industri).
pertanian sebagai berikut :
Peternakan.
Perikanan.
Mengingat
mendorong
migrasi
desa-kota
yang
semakin besar. Pengelolaan pemanfaatan kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Bandung diarahkan untuk
mengoptimalkan
pemanfaatan
ruang
kawasan yang berdasarkan kesesuaian lahannya
1. Pemanfaatan
kawasan
budidaya
hutan
produksi dan hutan rakyat, diarahkan untuk
sempitnya
Kabupaten
arus
kawasan
Bandung,
lindung
beberapa
di
kawasan
Pemanfaatan
kawasan
hutan
(budidaya
terbatas) dilakukan dengan Pengembangan
budidaya di atas dapat difungsikan sebagai
budidaya
kawasan lindung, yaitu Hutan Produksi, Hutan
mempertimbangkan
Rakyat,
Dalam hal ini perlu dilakukan upaya-
Pertaninan
perkebunan.
tanaman
Pengelolaan
tahunan kawasan
/ ini
diarahkan untuk mempertahankan keberadaan kawasan-kawasan budidaya berfungsi lindung
sektor pertanian di Kabupaten Bandung terus dari
pertanian
perdagangan-jasa,
ke
industri
pengembangan
Pemanfaatan kawasan pertanian perkebunan dan kawasan hutan karena fungsinya dapat dikategorikan kawasan lindung, maka kawasan ini harus dimantapkan atau bahkan diperluas seperti halnya kawasan lindung,
·
Pelarangan perambahan atau fungsi lahan pada kawasan ini.
·
Pengembangan budidaya perkebunan/buah-buahan partisipasi masyarakat
·
Pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian.
perdesaan tetap perlu mendapat perhatian. Hal masih besar selain pertumbuhan penduduk terhadap lahan.
Upaya-upaya pengembangan
kawasan perdesaan
justru menjadi
sangat
penting sebagai salah satu strategi untuk mengurangi arus migrasi desa-kota sebagai akibat
dari
semakin
besarnya
tekanan
3 - 32
lahan.
·
kawasan
perdesaan sendiri dapat memberikan tekanan
konservasi
Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan, pengurusan huta n,perenca naa n huta n dan pengelolaan
dan
ini mengingat daya serap tenaga kerjanya yang
dengan
·
menurun seiring dengan perubahan struktur ekonomi
tahunan
upaya :
tersebut. Selain itu, meskipun secara ekonomi peranan
tanaman
alih
hutan, dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2. Pemanfaatan kawasan budidaya pertanian
5. Peternakan
lahan basah, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan
serta
Pemanfaatan
peningkatan
diarahkan
produksi. Dalam hal ini perlu dilakukan
Intensifikasi pertanian
·
Perbaikan saluran irigasi dan bangunan
dalam hal ini perlu
irigasi lainnya
-
Penyediaan hijauan makanan ternak
Penurunan ketergantungan pada pupuk
-
Pencegahan dan penyediaan penyakit hewan menular
Pencegahan konversi lahan
-
lahan kering dengan tanaman semusim diarahkan untuk peningkatan produktivitas
6. Pemanfaatan kawasan perikanan diarahkan untuk
·
pengembangan
komoditas
bernilai
ekonomis 4. Pemanfaatan kawasan budidaya pertanian
dengan lahan
untuk
peningkatan
mempertimbangkan dan
kawasan
perluasan
kritis.
Dalam
lahan hal
bagi
Penyediaan benih/bibit unggul
-
Penyediaan pakan alami
-
Pengendalian lingkungan perairan
-
Mengembangkan budidaya di perairan umum
produksi
-
konservasi
Penanganan dan pengendalian hama/ penyakit ikan
terutama ini
ikani
-
lahan kering dengan tanaman tahunan diarahkan
protein
upaya:
upaya-upaya : peningkatan intensifikasi pertanian
penyediaan
masarakat. Dalam hal ini perlu upaya-
komoditas. Dalam hal ini perlu dilakukan
·
Pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak.
pertanian dan peningkatan nilai ekonomis
perlu
-
dilakukan upaya-upaya :
Peningkatan
difersifikasi
pengolahan
hasil perikanan
Penganekaragaman budidaya tanaman
B.
tahunan
·
protein
Penyediaan bibit unggul
3. Pemanfaatan kawasan budidaya pertanian
·
penyediaan
-
buatan
·
peternakan
upaya-upaya:
·
·
untuk
hewani masyarakat
upaya-upaya :
·
kawasan
RENCANA
PENGELOLAAN
KAWASAN
BUDIDAYA PERKOTAAN
peningkatan produktivitas lahan dengan
Kawasan
multi kultur
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
pengembangan budidaya di kawasan lahan kritis
Perkotaan
adalah
kawasan
yang
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman distribusi
3 - 33
perkotaan,
pelayanan
jasa
pemusatan
dan
pemerintahan,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Karena
Banjaran, Baleendah, Majalaya, Banjaran,
menyangkut
Cileunyi-Rancaekek, dan Cicalengka.
secara
pengertian kawasan perkotaan
fungsional,
delineasi
kawasan
perkotaan di Kabupaten Bandung mencakup : ·
Aglomerasi urban)
desa-desa
menurut
didasarkan
pada
perkotaan
definisi
pertanian,
dan
perkotaan
dalam
konteks
pengembangan kota satelit yang lebih kecil lagi ukurannya tetapi mempunyai peranan
yang
penting karena mengemban fungsi khusus
penduduk,
dan diperkirakan dapat tumbuh pesat (kota
persentase penduduk bekerja di sektor bukan
Kawasan
(desa
BPS,
kepadatan
·
jumlah
hirarki III di Kabupaten Bandung)
fasilitas Pengendalian
perkotaan
pemanfaatan
kawasan
non-
pertanian atau perkotaan dilakukan dengan ·
Kawasan terbangun yang telah ada dan
prinsip :
kecenderungan perkembangannya • ·
Membatasi
perkembangan
Kawasan yang berdasarkan analisis fisik
perkotaan
dasar mempunyai daya dukung tinggi untuk
ekspansif dan tidak beraturan;
untuk
tidak
kawasan
meluas
secara
pengembangan kawasan perkotaan.
Mempertahankan
keberadaan kawasan
Dengan dasar pertimbangan di atas, kawasan
lindung dan kawasan pertanian lahan
perkotaan yang dikembangkan di kabupaten
basah (sawah beririgasi teknis)
Bandung meliputi : •
Mengintegrasikan fungsi pengembangan dan sistem kota-kota
•
Mengantisipasi perkembangan kegiatan di masa mendatang yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Penataan kota-kota agar tercipta integritas keruangan ·
Kawasan
perkotaan
di
kecamatan-
Pengendalian pemanfaatan kawasan budidaya non-pertanian/ kawasan perkotaan dilakukan sesuai pembagian wilayah pengembangan yang pada dasarnya akan memberi arahan pengembangan / pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi utamanya masin-masing. Secara rinci arahan pemanfaatan ruang tiap Wilayah Pengembangan (WP) adalah sebagai berikut :
kecamatan yang terletak di pinggiran luar kota
Bandung
yang
selama
ini
telah
mengalami proses suburbanisasi. ·
Kawasan
perkotaan
dalam
konteks
pengembangan kota-kota hirarki II a dan II b di Kabupaten Bandung yaitu Soreang ,
1. WP Soreang-Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan Soreang, Katapang, Kutawaringin, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali. Fungsi kegiatannya adalah pemerintahan, Industri non polutif, perdagangan, permukiman, pertanian,
3 - 34
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung pariwisata, industri (zone yang sudah ada), konservasi di bagian selatan. Arahan pemanfaatan ruangnnya adalah :
a. Penataan perkotaan
a. Penataan sarana pemerintahan dan kabupaten.
c. Pembangunan industri pada zone-zone industri yang ada (infilling) dan diarahkan untuk menjadi kawasan industri.
dan prasarana perkotaan skala
e. P e n g e m b a n g a n Pangalengan f.
d. Pembangunan industri pada zone-zone diarahkan
ada
untuk
(infilling)
menjadi
dan
e. Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis sebagai lumbung padi Metropolitan Bandung
ekowisata
di
Pengembangan industri yang mendukung pertanian (agroindustri)
g. Pengembangan agribisnis
kawasan
industri;
prasarana
d. Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis sebagai lumbung padi Metropolitan Bandung
c. Jasa yang mendukung kegiatan fungsi wilayah, baik skala WP maupun skala Kabupaten
yang
dan
b. Pengembangan permukiman.
b. Perdagangan, untuk mengantisipasi pengalihan perdagangan dari Kota Bandung
industri
sarana
3. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan, Bojongsoang. Fungsi kegiatannya adalah industri non polutif, perdagangan, permukiman, dan pertanian. Arahan pemanfaatan ruangnya : a. Penataan perkotaan
sarana
dan
prasarana
b. Pengembangan permukiman. f.
c. Pembangunan industri pada zone-zone industri yang sudah ada (infilling) dan diarahkan untuk menjadi kawasan industri.
Pengembangan ekowisata di Ciwidey
g. P e n g e m b a n g a n industri yang mendukung pertanian (agroindustri)
d. Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis sebagai lumbung padi Metropolitan Bandung
h. Pengembangan agribisnis 2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan. Fungsi kegiatannya adalah industri, jasa, perdagangan, permukiman, pertanian, pariwisata, konservasi di bagian selatan. Arahan pemanfaatan ruangnya :
e. P e n g e m b a n g a n industri yang mendukung pertanian (agroindustri) 4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun. Fungsi kegiatannya adalah
3 - 35
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung permukiman, perdagangan, Industri, dan pertanian. Arahan pemanfaatan ruangnya :
berorientasi langsung kepada PKN Kota Bandung , meliputi : Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan Cimenyan. Arahan pemanfaatan ruangnya adalah:
a. Pengembangan permukiman b. Pengembangan jasa serta perdagangan grosir
a. Pengembangan permukiman.
c. Pengembangan industri pada zone-zone industri yang sudah ada (infilling) dan diarahkan untuk menjadi kawasan industri.
b. Pengembangan perdagangan dan jasa c. Pengembangan pertanian d. Kawasan Konservasi (untuk Cilengkrang dan Cimenyan)
d. Pengembangan pertanian 5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi dan Rancaekek. Fungsi kegiatannya adalah jasa, perdagangan, permukiman serta industri ramah lingkungan. Arahan pemanfaatan ruangnya adalah :
C.
PEDOMAN
PEMANFAATAN
RUANG
KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA Pemanfaatan
ruang
kawasan
lindung
dan
budidaya diatur berdasarkan ketentuan teknis pemanfaatan ruang di Kabupaten Bandung. Ketentuan teknis pemanfaatan kawasan lindung
a. Pengembangan permukiman
adalah :
b. Pengembangan perdagangan grosir c. Pengembangan industri pada zone-zone
a. Di
dalam
melakukan
industri yang sudah ada (infilling).
kecuali
kawasan kegiatan
lindung
dilarang
budidaya
apapun,
pembangunan
prasarana
vital
dengan luas areal maksimum 2% dari luas
d. Pengembangan pertanian
kawasan lindung. 6. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg dan Cikancung. Fungsi kegiatannya adalah Industri ramah lingkungan jasa dan perdagangan, pertanian, dan permukiman. Arahan pemanfaatan ruangnya adalah : a. Pengembangan industri pada zone-zone industri yang sudah ada (infilling).
b. Di dalam kawasan non-hutan yang berfungsi lindung diperbolehkan kegiatan budidaya secara terbatas dengan tetap memelihara fungsi
lindung
kawasan
dan
wajib
melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup. c. Kegiatan budidaya yang sudah ada di
b. Pengembangan perdagangan grosir
kawasan lindung dan mempunyai dampak
c. Pengembangan pertanian
penting terhadap lingkungan hidup, serta dapat mengganggu fungsi lindung harus
d. Pengembangan permukiman
dikembaikan
7. Wilayah WP yang karena letaknya berbatasan langsung dan secara geografis
3 - 36
bertahap
ke sesuai
fungsi
lindung
dengan
secara
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Sedangkan ketentuan pemanfaatan kawasan
2.
budidaya adalah : 1. Pemanfaatan
Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya yang belum di atur dalam rencana rinci
tanah
yang
tidak
tata
sesuai
ruang
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan kriteria dan standar
dengan rencana tata ruang tidak dapat
pemanfaatan ruang.
ditingkatkan pemanfaatannya.
Tabel 3.7 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Fungsi Kawasan
FUNGSI KAWASAN Lindung
PEMANFAATA N RUANG Hutan Lindung
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Resapan Air
Sempadan
Sungai
Sempadan Mata
Air
Budidaya
H u t a n Produksi
Pertanian
Terbatas Budidaya Pertanian Tanaman
− Lebar sungai <2,5m, areal penanaman berjarak minimum 10 m − Lebar sungai 2,5 m – 10 m,areal penanaman berjarak minimum 50m − Lebar > 10 m, areal penanaman minimum 100 m Tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum dan Pariwisata Perlindungan sumber mata air dilakukan dengan penanaman tanaman keras minimal sampai radius 100 m. Tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum Tidak diperkenakan adanya bangunan kecuali bangunan berupa fasilitas bagi pengelolaan hutan produksi dan wisata dan bangunan pengamanan hutan produksi
Luas bangunan maksimum sebesar 2% dari luas hutan produksi
Diperkenakan adanya kegiatan budidaya yang meningkatkan dan atau mempertahankan kelestarian konservasi air dan tanah Tidak diperkenankan adanya bangunan kecuali bangunan penunjang unit produksi perkebunan seperti pabrik, gudang, pembibitan, perumahan karyawan dan Akomodasi Wisata Luas bangunan penunjang dibatasi sesuai hasil kajian detil dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
Tahunan/ Perkebunan
Hutan lindung yang ditetapkan bersifat mutlak sehingga tidak boleh dikonversi untuk kepentingan lain Tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan bangunan kecuali bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan atau bangunan merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum Pengambilan air tanah dilarang pada semua kedalaman kecuali untuk keperluan air minum rumah tangga penduduk setempat Kegiatan budidaya non pertanian diperkenankan dengan persyaratan teknis yang sangat ketat dibuktikan dengan kajian lingkungan sehingga tidak merubah fungsi kawasan sebagai resapan air. Perlindungan tebing-tebing/bantaran sungai yang potensial terhadap erosi dan longsor dilakukan dengan penanaman tanaman keras dengan ketentuan (jarak dari bibir sungai) :
3 - 37
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Pertanian Tanaman Tahunan
Diperkenankan adanya budidaya peternakan, permukiman pedesaan dan
Pertanian Lahan Kering
Diperkenankan adanya budidaya peternakan, permukiman pedesaan dan
Pertanian Lahan Basah
Diperkenankan adanya bangunan: Bangunan yang menunjang fungsi kawasan/kegiatan utama untuk
kegiatan pariwisata beserta fasilitas penunjangnya
Lahan terbangun dibatasi disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. kegiatan pariwisata beserta fasilitas penunjangnya. Lahan terbangun dibatasi disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan kajian detil.
kepentingan umum
Jalan sesuai dengan kebutuhan Permukiman perdesaan dan pariwisata/agrowisata Permukiman
Permukiman Perkotaan
Dapat dibangun fasilitas yang dapat menunjang fungsi perkotaan. Dapat dibangun akomodasi pariwisata perkotaan serta sarana sosial ekonomi sesuai kebutuhan
Pemanfaatan air tanah dalam/ sumur bor harus dikendalikan secara ketat sesuai peraturan yang berlaku. Sistem Prasarana Drainase − Koefisien pengaliran permukaan (run off) melalui pembuatan sumur resapan kolam retensi serta Ruang Terbuka Hijau (RTH) − Harus mempertimbangkan badan sungai yang ada sebagai saluran penerima − Perhitungan drainase berdasarkan banjir 10 tahunan
Air Bersih
Permukiman Perdesaan
− Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan − Untuk meningkatkan recharge air tanah dianjurkan membuat sumur resapan terutama pada tanah yang stabil dan mempunyai daya serap tinggi − Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata120 liter/orang/hari Lahan terbangun dibatasi disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Dapat dibangun fasilitas yang dapat menunjang fungsi perdesaan.
Diperkenankan adanya : •
Bangunan yang menunjang fungsi kawasan/kegiatan utama untuk kepentingan umum • Jalan sesuai dengan kebutuhan • Permukiman perdesaan dan pariwisata/agrowisata Lahan terbangun dibatasi berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan kajian detil (permukiman kepadatan rendah).
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2006 3. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang
4. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang
di atas dan atau di bawah tanah yang tidak
di
terkait dengan penguasaan tanah dapat
dilaksanakan
dilaksanakan apabila tidak mengganggu
perundangan yang berlaku.
penggunaan dan pemanfaatan tanah ybs.
3 - 38
atas
dan
atau
di
bawah
berdasarkan
tanah
peraturan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Ketentuan
pemanfaatan
ruang
Kabupaten
Ketinggian < 1000 m dpl diarahkan pada
Bandung didasarkan pada kemiringan lereng,
fungsi budidaya pertanian dan budidaya
ketinggian lahan, fungsi kawasan, kepadatan
permukiman, ketinggian 1000 – 2000 m dpl
bangunan, intensitas bangunan dan ketentuan
diarahkan pada fungsi lindung dan budidaya
perubahan guna lahan.
pertanian, sedangkan ketinggian > 2000 m dpl diarahkan dan dipertahankan sebagai
a. Topografi (Kemiringan Lereng)
fungsi lindung.
Kemiringan lereng atau topografi suatu kawasan akan ikut berpengaruh terhadap
c. Fungsi Kawasan
sistem
Ketentuan pemanfaatan atau pengaturan
sistem
ruang untuk kawasan lindung dan budidaya
pengaliran jaringan drainase dan utilitas
di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada
lainnya,
Tabel 3.7.
peruntukan
lahan
perencanaan
jaringan
dan
peletakan
aspek
maksimum
seperti
bangunan-bangunan,
visual. yang
dikembangkan
jalan,
Kemiringan
lereng
diperbolehkan
untuk
d. Kepadatan Bangunan
di Kabupaten Bandung
Ketentuan
kepadatan
bangunan
di
adalah 30%, sedangkan kemiringan lereng
Kabupaten Bandung diatur secara lebih
30% - 40% diarahkan sebagai kawasan
terperinci di dalam rencana tata ruang
pembatas (buffer) atau budidaya terbatas
yang detil (RDTRK). Untuk wilayah-wilayah
yang berfungsi lindung dan kemiringan
yang
lereng >40% diarahkan dan dipertahankan
ketentuan
sebagai kawasan lindung.
dalam tabel 3.8 berikut:
b. Ketinggian Ketinggian Kabupaten Bandung mempunyai keterkaitan dengan jumlah curah hujan. Semakin semakin
tinggi tinggi
suatu juga
wilayah/area, curah
hujannya
sehingga berpengaruh terhadap fungsinya sebagai
kawasan
konservasi
potensial.
Pembagian ketinggian lahan di Kabupaten Bandung sesuai dengan karakteristiknya terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Ketinggian < 1000 m dpl Ketinggian 1000 - 2000 m dpl Ketinggian > 2000 m dpl
3 - 39
belum
memiliki
kepadatan
rencana
detil,
bangunan
diatur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.8 Arahan Penggunaan Lahan untuk tiap Kawasan Rencana Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG Kawasan Lindung No.
Kawasan Budidaya
KATEGORI PENGGUNAAN
Kawasan Budidaya Pertanian (KBP)
KB-NP
KHL
KSA
KRA
SSKSW
KR B
LB
LK-TS
LK-TT
KHP
KPERM/ KPERK
Perumahan
X
X
X
X
X
B
B
B
X
I
Industri
X
X
X
X
X
B
B
B
X
T/B
Perdagangan dan Jasa
X
X
X
X
X
B
B
B
X
I
Bangunan Umum – Fasos Fasum/Pemerintahan
X
X
X
X
X
B
B
B
X
I
2.
Permukiman Perdesaan
X
X
X
X
X
T
T
T
T
I
3.
Pertanian Sawah
X
X
X
X
T
I
I
I
B
T
Ladang/Tegalan
X
X
T
T
T
T
I
I
T
T
Perkebunan
X
X
T
T
T
T
I
I
T
X
Peternakan
X
X
T
X
X
B
T
T
B
X
Hutan Produksi
X
X
T
T
T
T
T
T
T
X
Hutan Lindung
I
I
I
I
I
X
X
X
T
T
5.
Pariwisata
T
T
B
B
B
B
B
B
B
B
6.
Pertambangan
X
X
X
X
B
B
B
B
B
B
7.
Prasarana Utama Wilayah IPAL
X
X
X
B
B
B
B
B
B
B
FPS
X
X
X
X
X
B
B
B
B
T/B
1.
4.
Permukiman Perkotaan
Hutan
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2006 Keterangan
dibatasi.
:
diizinkan
sesuai
dengan
berupa
standar
atau peraturan tambahan lainnya.
rencana
pemanfaatan ruang kawasan utamanya
dapat
pembangunan minimum, pembatasan kegiatan,
I : Penggunaan lahan atau kategori penggunaan lahan
Pembatasan
B : Penggunaan lahan memerlukan izin penggunaan
T : Penggunaan lahan dizinkan secara Terbatas atau
3 - 40
bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung penggunaan
yang
memiliki
potensi
dampak
e. Intensitas Bangunan (KDB dan KLB)
penting terhadap kawasan sekitarnya / wilayah
Intensitas bangunan yang diatur adalah
yang lebih luas.
Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan. Koefisien Dasar Bangunan
X : Penggunaan lahan atau kategori penggunaan
(KDB)
lahan tidak diizinkan.
perbandingan bangunan
KAWASAN LINDUNG KHL
adalah
persentase antara
terhadap
berdasarkan
luas
lantai
dasar
luas
persil
yang
dikuasai. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah besaran ruang yan dihitung dari
: Kawasan Hutan Lindung
perbandingan antara luas seluruh lantai KSA
: Kawasan Suaka Alam
KRA
:
Kawasan
Resapan
Air
/
Kawasan
terhadap
dikuasai.
Ketentuan
maksimum
Konsenservasi Potensial Sangat Tinggi KRB
bangunan
di
luas
persil
yang
dan
KLB
KDB
Kabupaten
Bandung
ditentukan melalui rencana yang lebih terperinci atau melalui kajian detil.
: Kawasan Rawan Bencana
D.
SS-KSW : Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Waduk
KETENTUAN / KRITERIA / PERSYARATAN PEMBANGUNAN FASILITAS PENDUKUNG BUDIDAYA
KAWASAN BUDIDAYA
Untuk perencanaan lokasi fasilitas-fasilitas
Kawasan Budidaya Pertanian LB :
yang merupakan pendukung kegiatan budidaya (fasiltas
Pertanian Lahan Basah
umum/sosial
maupun
fasilitas
komersil), baik yang dibiayai oleh pemerintah LK-TS
: Pertanian Lahan Kering dengan Tanaman
atau swasta atau merupakan kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta, antara lain:
Semusim
fasilitas LK-TT
: Pertanian Lahan Basan dengan Tanaman
kesehatan,
pelayanan
ekonomi, fasilitas pemerintahan, TPU/TPBU, fasilitas
Tahunan
Pendidikan, pengelolaan
lingkungan
(IPAL,
Persampahan, air bersih, sanitasi lingkungan) HP:
Hutan Produksi
dan fasilitas penunjang transportasi (SPBU, rest area), fasilitas kebudayaan dan pariwisata
Kawasan Budidaya Non-Pertanian KPerm/KPerk
:
Kawasan
serta fasilitas pendukung kegiatan budidaya
Permukiman
/
(exact location) dalam zonasi pemanfaatan
Perkotaan
ruang tetapi lebih ditentukan berdasarkan
Ketentuan pembatasan serta persyaratan ditentukan lebih
lanjut
lainnya tidak diatur secara secara spesifik
dalam
peraturan
yang
lebih
kajian
teknis,
estetika ruang.
terperinci
3 - 41
keserasian
lingkungan
serta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung E.
TOLERANSI AKURASI PEMETAAN UNTUK
mengikuti ketentuan pemanfaatan kawasan
PERENCANAAN RUANG
lindung dan budidaya.
Perencanaan RTRW ini berbasis peta dasar
Rencana
dengan skala 1 : 25.000 sehingga akurasi
melalui
geometrik
konsorsium swasta atau dilakukan melalui
di
dalam
penentuan
lokasi
pemerintah
dengan
Rencana Induk, Rencana Detil Kawasan KBT
Antara 15 – 30 m.
yang diatur secara lebih spesifik dalam peraturan tersendiri. Dalam pengembangan
POTENSI KEBENCANAAN
KBT Kegiatan pengembangan budidaya yang sesuai dengan RTRW, namun berdasarkan kajian detail menimbulkan
bencana
tidak
dapat
dikembangkan
Kasiba/Lisiba
berdiri sendiri. 2. Kawasan Industri Margaasih
diizinkan. 3.4.3
diarahkan
namun dengan tetap mengacu kepada
pengembangan budidaya mempunyai toleransi
berpotensi
kerjasama
KBT
mekanisme pengembangan secara parsial,
perencanaan aktivitas pemanfaatan ruang /
F.
pengembangan
Kawasan ini diharapkan dapat menjadi
RENCANA
PENGELOLAAN
KAWASAN
STRATEGIS
prioritas pengembangan kawasan industri di bagian barat Kabupaten Bandung dengan luas ±
500 ha yang terletak di Desa
Kawasan Strategis merupakan kawasan prioritas
Margaasih
yang
kawasan ini ditunjang oleh kegiatan lainnya
membutuhkan
pengembangan/
Kecamatan
Margaasih.
Pada
penanganan mendesak atau kawasan yang
yang sesuai dengan fungsi kawasan .
mempunyai potensi pengembangan yang dapat
Ketentuan teknis pemanfaatan kawasan
memajukan
industri adalah sebagai berikut :
perekonomian
wilayah,
atau
kawasan yang mempunyai permasalahan yang
·
Harus memperhatikan lingkungan
·
Harus dilengkapi pengolahan limbah
·
Harus memperhatikan suplai air bersih
·
Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi baku mutu lingkungan/ nilai ambang batas yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku.
·
Pengelolaan limbah industri sebaiknya dikelola secara terpadu.
·
Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri.
·
Harus memiliki dokumen lingkungan (AMDAL/UPL-UKL).
harus segera ditangani. Dikaitkan dengan fungsi khusus, struktur dan pola
pemanfaatan
ruang
yang
ingin
direncanakan di Kabupaten Bandung, kawasan prioritas yang akan dikembangkan adalah : 1. Kawasan Kota Baru Tegalluar (KBT) Kawasan ini dikembangkan sebagai Kota Baru
untuk
pengembangan
kawasan
pemukiman skala besar, kawasan industri, pengembangan
waduk/danau
buatan,
kawasan jasa/perdagangan serta kawasan komersial lainnya. Pengelolaan Kawasan ini
3 - 42
kelestarian
dengan
instalasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.9 Pola Penggunaan Lahan pada Kawasan Industri
Kawasan ini merupakan kawasan khusus olah raga yang diprioritaskan penataan ruangnya dengan luas ± 740 ha terletak di
Jenis Penggunaan
Struktur Penggunaan (%)
1
K a v l i n g Industri
Maksimal 60%
Setiap kavling karus mengikuti ketentuan yang berlaku
2
Jalan dan Saluran
8-12%
Terdapat jalan primer dan jalan sekunder. Tekanan gandar primer minimal 8 ton dan sekundre minimal 5 ton. Perkerasan jalan minimal 7 m.
yang di dukung dengan faslitas-fasilitas
Dapat berupa jalur hijau, taman.
3.5
No
3
4
R u a n g Terbuka Hijau
Minimal 20 %
Fasilitas Penunjang
6-12%
Keterangan
Kecamatan
Dapat berupa perumahan terbtas, perdagangan, jasa, peribadatan, kesehatan.
Kutawaringin. dapat
Kawasan
menjadi
pusat
dan
Kecamatan
ini
diharapkan
kegiatan
untuk
pengembangan kawasan olahraga terpadu lainnya a.l: jasa, perdagangan, perumahan, industri terbatas/selektif. Rencana detil pengembangan kawasan olahraga ini diatur dalam peraturan tersendiri. RENCANA
SISTEM
PRASARANA
SISTEM
PRASARANA
prasarana
transportasi
WILAYAH 3.5.1
RENCANA
TRANSPORTASI Rencana
sistem
dirumuskan dalam rangka pengembangan
sistem
Sumber: hasil analisis
Katapang
prasarana
transportasi
untuk
meningkatkan pelayanan jaringan transportasi ·
·
·
·
Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan peruntukan industri. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 km dari permukiman dan berjarak 1520 dari pusat kota. Persyaratan pemanfaatan air tanah dalam sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pola penggunaan lahan pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Tabel berikut. Di dalam Kawasan Industri Margaasih ini, dapat dimungkinkan kegiatankegiatan komersil lainnya, a.l: jasa, perdagangan, perumahan.
wilayah. Rencana sistem prasarana transportasi meliputi : Penentuan fungsi jalan, rencana pembangunan jalan, rencana pengembangan terminal, dan rencana pengembangan sistem angkutan umum. Jaringan jalan di Kabupaten Bandung memiliki pola berbentuk radial, yang memusat kearah Kota Bandung. Jaringan-jaringan jalan utama merupakan garis lurus yang ditarik dari arah pusat
Kota
Bandung.
Bentuk
tersebut
menunjukkan bahwa orientasi perkembangan wilayah
adalah
ke
Kota
Bandung.
Fungsi
jaringan jalan tersebut selain sebagai jalan internal wilayah Kabupaten Bandung, juga mempunyai fungsi regional sebagai penghubung
3. Kawasan Sekitar Stadion Olah Raga Si Jalak Harupat
wilayah
kabupaten dengan Kota
Bandung.
Keadaan ini mengakibatkan jaringan jalan
3 - 43
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung utama berstatus Jalan Propinsi dan Jalan
Rencana sistem prasarana transportasi untuk
Kabupaten.
Kabupaten Bandung akan diarahkan untuk menunjang struktur ruang yang akan dibentuk.
Selain jaringan jalan regional, terdapat juga
Dalam
jaringan jalan yang menghubungkan kota - kota
pemenuh kebutuhan wilayah, maka demand
kecamatan di Wilayah Kabupaten Bandung.
pergerakan
Jaringan jalan tersebut sebagian berstatus
Bandung dan Cimahi sebagai kota inti perlu
jalan kabupaten. Jaringan jalan penghubung
ditanggulangi
kota-kota
transportasi yang sesuai untuk menanggulangi
kecamatan
tersebut
berpola
konteks
transportasi
eksisting
yang
dengan
sebagai
alat
mengarah
segera.
ke
Konsep
melingkar dan berorientasi pada jalur regional.
permasalahan
Dengan demikian, dari pola jaringan jalan yang
menyediakan sarana transportasi massal antar
sudah ada tampak hubungan antara kota-kota
wilayah. Moda yang paling sesuai untuk itu
kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bandung
adalah kereta api, oleh karena itu arahan
sebagai pusat pertumbuhan wilayah kabupaten
transportasi
masih lemah. Hal ini juga diakibatkan oleh
transportasi
kondisi geografis wilayah yang dipisahkan oleh
transportasi (monorel).
tersebut
adalah
Kabupaten kereta
dengan
Bandung
api
atau
adalah
ligth
rail
wilayah Kota Bandung, akibatnya interaksi antar wilayah timur – barat dan utara – selatan,
A. Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan
harus melalui wilayah Kota Bandung. Kriteria jaringan jalan berdasarkan fungsinya Hubungan pusat wilayah kecamatan sudah
yang
relatif baik, dengan dibangunnya jaringan jalan
Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006
kabupaten
tentang Jalan diuraikan sebagai berikut :
yang
memotong
jaringan
jalan
diatur
dalam
Peraturan
Pemerintah
radial diatas. Interaksi yang masih kurang adalah hubungan antar kota kecamatan yang
1. Jalan Arteri Primer
berlokasi jauh di bagian selatan (misalnya Kecamatan Ciwidey)
Kertasari,
dan
wilayah
Pangalengan bagian
timur
dan laut
Kriteria jalan arteri primer antara lain: a. Jalan
arteri
primer
didesain
Cilengkrang).
berdasarkan kecepatan rencana paling
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum
rendah 60 (enam puluh) kilometer per
Kabupaten Bandung dan SK Bupati Bandung,
jam dengan ruang manfaat jalan (lebar
panjang jaringan jalan di Kabupaten Bandung
badan jalan) paling sedikit 11 (sebelas)
menurut status jalannya adalah untuk jalan
meter dan ruang pengawasan jalan
negara sepanjang
paling sedikit 15 (lima belas) meter.
(misalnya
sepanjang
Kecamatan
29,94 Km, jalan propinsi
178,21
km,
jalan
kabupaten
sepanjang 813,88 km dan jalan desa sepanjang 4.566,69
km,
sehingga
panjang
jalan
keseluruhan di Kabupaten Bandung adalah 5.588,72 Km.
b. Jalan
arteri
primer
mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh
3 - 44
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal,
tertentu
dan kegiatan lokal.
ketentuan sebagaimana dimaksud pada
dibatasi
e. Jalan kolektor primer yang memasuki
sebagaimana
kawasan perkotaan dan/atau kawasan
dimaksud pada point (a), point (b), dan
pengembangan perkotaan tidak boleh
point (c) harus tetap terpenuhi.
terputus.
ketentuan
e. Persimpangan arteri
sebidang
primer
pada
dengan
jalan
3. Jalan Lokal Primer
pengaturan
Kriteria jalan lokal primer antara lain:
tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada point (a),
a. Jalan lokal primer didesain berdasarkan
point (b), dan point (c) f.
memenuhi
rupa
sehingga
sedemikian
tetap
point (a), point (b), dan point (c).
d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer
harus
kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan
Jalan arteri primer yang memasuki
lebar badan jalan paling sedikit 7,5
kawasan perkotaan dan/atau kawasan
(tujuh koma lima) meter.
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan
2. Jalan Kolektor Primer
tidak
boleh
terputus.
Kriteria jalan kolektor primer antara lain: a. Jalan
perdesaan
kolektor
primer
B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
didesain
Jalan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per
Rencana pengembangan jaringan jalan meliputi
jam dengan ruang manfaat jalan (lebar
peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru
badan jalan) paling sedikit 9 (sembilan)
berdasarkan starus dan fungsi jalan.
meter dan ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 (sepuluh) meter. b. Jalan
kolektor
primer
1.
dengan
direncanakan
masuk
dibatasi
sehingga
dan
ketentuan
2.
sebagaimana dimaksud pada point (a) dan point b (2) masih tetap terpenuhi. d. Persimpangan
sebidang
pada
Jalan
kel engkapan
Nasional fasil itas
Cileunyi-Tasik Cileunyi-Sumedang
lalu lintas rata-rata. jalan
Jalan
jalannya:
mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari volume
c. Jumlah
Peningkatan
Peningkatan Jalan
kelengkapan fasilitas jalannya: Moh. Toha-Dayeuhkolot
jalan
kolektor primer dengan pengaturan
3 - 45
Propinsi dengan
Dayeuhkolot-Baleendah Baleendah-Pameungpeuk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Majalaya-Ibun
Baleendah-Banjaran
Gambung-Palayangan
Banjaran-Cimaung
Palayangan-Pintu
Cimaung-Pangalengan
Rancabali-Cisabuk (Bts. Cianjur)
Buahbatu-Bojongsoang
Banjaran-Arjasari Arjasari-Pinggirsari
Bojongsoang-Baleendah
Pinggirsari-Garduh Cicalengka-Sawahbera
Baleendah-Ciparay
Ciwidey-Datarpuspa
Ciparay-Majalaya
Tugu-Kulalet-Munjul
Majalaya-Cijapati
Ciparay-Sapan
Nagreg-Lebakjero
Sapan-Tegalluar Tegalluar-Solokanjeruk
Soreang-Cihampelas
Peundeuy-Bj.Salam Bj.Salam-Tj.Laya
Kopo-Katapang
Tanjunglaya-Bojongemas
Katapang-Soreang
Bojongemas-Tegalluar
Soreang-Pasirjambu
Majalaya-Bojong
Pasirjambu-Ciwidey
Bojong-Rancaekek Sp.Solokanjeruk-Rancaekek
Ciwidey-Rancabali
Lingkar Majalaya Ciparay-Pacet
Rancabali-Cidaun
Pacet-Kertasari
Bojongsoang-Dayeuhkolot
Kertasari-Santosa Santosa-Cibatarua (Bts.Garut)
3.
Peningkatan Jalan Kolektor Primer 4 (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan
4.
Peningkatan Jalan Lokal Primer (Jalan
fasilitas jalannya:
Kabupaten
Soreang-Cangkuang
fasilitas jalannya:
Cangkuang-Banjaran
)
dengan
Mengger-Sukapura
Pangalengan-Pintu-Talun-Santosa
Sukapura-Cipagalo
Andir-Rancamanyar
Tonjong-Rancakole-Ciketut
Rancamanyar-Katapang
Maruyung-Cibulakan-Babakan
Rancamanyar-Sayuran
Cangkring-Arjasari
Sayuran-Cibaduyut
Neglasari-Garduh
Asem-Sukasari
Biru-Neglasari
Sukasari-Rancamanyar
Maruyung-Padasuka
Sayati-Cangkuang
Andir-Mandalasari-Mekarjaya
Cangkuang-Palasari
Wangisagara-Ibun
3 - 46
kelengkapan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Ibun-Dukuh
Cigondewah-TKI
Panundaan-Cibodas
TKI-Soreang
Cibodas-Rancabolang
Ciwastra-Buahbatu-Rancamanuk
Cangkuang-Cikalong Cikalong-Pataruman Cimaung-Gunung Puntang
7. Pembangunan
Banjaran-Sindangpanon
Primer
Sindangpanon-Pasirhuni-Pasirmulya
4
Jalan
(Jalan
Kabupaten)
kelengkapan fasilitas jalannya:
Kamasan-Tarajusari Tarajusari-Bojongsereh Kopo-Jatisari
Gor-Soreang
Jatisari-Cantilan
Lingkar Tengah Soreang
Kawah Putih-Rancabolang
Terusan Lingkar Majalaya
Citaman-Payadap Panyadap-Bojong
Lingkar Majalaya-Biru
Cikurutug-Narawita
Biru-Ciparay
Ciluluk-Cicalengka
Cipagalo –Tegalluar
Cigentur-Curugdedes-Drawati-Loa
Ciherang-Bojong
Cijagra-Los Logawa-Cipeujeuh-Cipaku Bojong-Sukamanah
Bojong-Narawita
Sukamanah-Cipaku
Narawita-Cikasungka
Panggilingan-Sudi-Ibun-Laksana
Jaksanarata-Bojongmalaka
Cipaku-Loa-Patrol-Walahir
Bojongmalaka-Katapang
Pintu-Wates Cicalengka-Sindangwangi
Katapang-Stadion
Ciririp-Bangsaya-Buninagara
Akses Barat Stadion
Citere-Kertamanah-Sukamenak Kaler
5.
Pembangunan dengan
Jalan
Baru
kel en gkapan
Bojong-Bojongwaru
Nasional fasil itas
jalannya:
Pembangunan dengan
Cebek-Gor Soreang Cebek-Lkr.Tengah Sangkali-Ds.Cingcin
Cicalengka – Nagreg 6.
Jalan
Bojong-Cembul
Baru
kel en gkapan
Baru
Propinsi fasil itas
jalannya:
Citeureup-Ciodeng Gandasari-Citaliktik Soreang-Sekarwangi
Cirengit-Rancaketan
Murugul - Parungserab
Rancaketan-Rancamanyar
Balahuni - Sekarwangi
Rancamanyar-Sayuran
Lembur Tegal-Sukarame
Sayuran-Cibaduyut
Lingkar Selatan Soreang
3 - 47
Kolektor dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Rencana Jalan Tol Soroja atau jalan akses tol pasirkoja
Lingkar Tengah Soreang - Panyirapan CPI-Cincinkolot-Citaliktik
Rencana Jalan Tol Ujungberung - Gdbage - Majalaya (Tol Tegalluar)
Gd.Tutuka-Gandasari
Rencana Jalan Cileunyi -Sumedang - Dawuan
Bojongemas-Cibulukadu Lingkar Utara Soreang
Adapun rencana pengembangan jaringan jalan
Lingkar tengah Utara Soreang
di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel
Lingkar Banjaran
di bagian lampiran.
Lingkar Ciparay By Pass Cisisrung – Batas Kota
8.
Pembangunan Jalan Baru Lokal Primer (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya: Stasiun Rancaekek-Bojongmalati Bojongmalati-Cibiruhilir Rancaekek-Cileunyi Cileunyi-Cibiruhilir Cibiru-Babakan Ciburial-Galumpit
B. Rencana Pengembangan Sistem Angkutan
Taraju-Langonsari
dan Terminal
Langonsari-Bojongsereh Sekeawi-Bojongwaru
Rencana pengembangan sistem angkutan dan
Cipeer- CPI
terminal dapat diuraikan sebagai berikut:
Rencana Jalan TKI
1. Penataan angkutan umum
Sadu-Lingkar Tengah Soreang
9.
Pembangunan
Jalan
Baru
Lokal
Sekunder (Jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya:
maka diperlukan penataan angkutan umum pendek, yang diperlukan terlebih dahulu adalah penataan angkutan umum yang akan
Sekebulu-Maribaya
dilakukan
Padamulya-Balekambang
Provinsi Jalan
untuk
Angkutan
Kota
Antar
Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam
Cileunyi Terpadu Pembangunan
yang disebabkan oleh angkutan umum, dan pengembangan terminal. Untuk jangka
Sindangsari-Cibiruhilir
10.
Untuk mengatasi permasalahan pergerakan
Tol
dengan
kelengkapan fasilitas jalannya:
3 - 48
(AKDP),
angkutan perdesaan.
angkutan
kota
dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung merupakan kelanjutan dari berbagai upaya yang dilakukan dalam tahap menengah. 2. Pengembangan sistem angkutan massal
Untuk upaya peningkatan jalur kereta api,
Sistem angkutan massal yang diusulkan
pada tahap jangka panjang yang dilakukan
untuk berupa monorail, double decker,
adalah
busline, LRT dan peningkatan jalur kereta
sepanjang
api.
penambahan sarana KRD dan perluasan
Untuk
jangka
menengah,
yang
lanjutan
perbaikan
stasiun
Padalarang-Cicalengka,
dilakukan adalah penyediaan busline dan
dipo/bengkel
monorail serta peningkatan beberapa jalur
beberapa jalur baru yang diusulkan yaitu
kereta api dan pembuatan jalur LRT.
jalur Cimahi-Tanjungsari (36 km), Alun-
Peningkatan jalur kereta api yang diusulkan
alun-Majalaya (25,5 km), dan Stasiun-Kopo-
untuk jangka menengah adalah jalan rel
Soreang (19 km). Penambahan jalur ini juga
tunggal Rancaekek-Jatinangor (4,5 km) dan
memerlukan penambahan sarana LRT, dipo
jalan rel kedua Kiaracondong-Cicalengka
dan pusat pengendalian dan komunikasi.
(16,5 km). Peningkatan jalur kereta api ini
Sedangkan dalam transportasi kereta api,
juga disertai upaya pendukung seperti
permasalahan yang ada antara lain:
perbaikan
stasiun
sepanjang
Untuk
LRT
ada
jalur
Padalarang-Cicalengka,
perbaikan
persinyala n
Gedebage-
s epa nja ng
KRD.
Cicalengka, penambahan sarana KRD baru beserta perbaikan dipo/bengkelnya, serta perbaikan persilangan antara KA dan jalan. Pembuatan jalur LRT yang diusulkan adalah jalur
Stasiun-Batununggal-Cicaheum
(9,2
km), Batununggal-Soreang (24,2 km), Alunalun-Dayeuhkolot Bandara
(8,4
Husein-Cipedes
km), (6,8
Stasiunkm)
dan
Stasiun-Dago (3,2 km). Pembuatan jalur
o
Kondisi
jaringan
LRT juga disertai upaya pendukung seperti
mengikuti
penyediaan
menghubungkan
sarana
LRT,
dipo,
kantor,
pengendalian dan komunikasi.
Bandung–Soreang,
Banjaran
,
Bandung
Bandung–Majalaya,
Cielunyi–Rancaekek,
diupayakan
Pengembangan
Pulau
jalan
arteri
kota-kota
api: yaitu pusat
angkutan massal untuk jangka panjang
3 - 49
jalan
kereta
merupakan
Jawa
api
yang
jalur
lintas
Utara-Tengah
koridor
Padalarang – Bandung – Cicalengka
melalui
sistem
Jaringan beroperasi
Bandung
yang berkapasitas lebih besar dari angkutan (angkot).
o
-
penggantian moda angkutan jalan raya kota
kereta
kegiatan ekonomi primer.
Pada beberapa ruas jalan utama seperti koridor
jalur
jalan
o
Jaringan jalan kereta api tidak aktif adalah: · Koridor Soreang – Ciwidey · Koridor Rancaekek
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Sehingga
pembangunan
jaringan
jalan
3.5.2
RENCANA
kereta api dan stasiun diarahkan pada: ·
Koridor Bandung – Ciwidey
·
Koridor Bandung – Dayeuhkolot – Banjaran
·
Koridor Rancaekek – Tanjungsari
·
Koridor Kiaracondong – Cicalengka
A. Rencana Sistem Prasarana Irigasi
sangat
Pembangunan Pengembangan
tipe
B
di
terminal
tipe
B
di
Pengembangan
tipe
B
di
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
didukung sistem pengairan yang efektif dan Hal
ini
dimaksudkan
untuk
menggantikan lahan-lahan yang dikonversi oleh tujuannya untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Lahan-
terminal
tipe
C
di
terminal
tipe
C
di
terminal
tipe
C
di
lahan yang akan dibuka sebagai persawahan merupakan
Pangalengan ·
meningkat. Oleh karena itu di sektor pertanian
perumahan terorganisasi dan industri, yang terminal tipe C di
Ciparay ·
industri.
pertanian cenderung turun walaupun produksi
efisien. terminal
Cicalengka ·
sektor
perlu adanya pencetakan sawah baru dengan
Banjaran ·
samping
perkembangan
pangan khususnya tanaman padi cenderung terminal
Majalaya ·
di
dalam
Namun demikian laju pertumbuhan PDRB sektor A di
Soreang ·
berperan
perekonomian
Pembangunan terminal tipe Pembangunan
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian di Kabupaten Bandung yang
Cileunyi ·
PRASARANA
PENGAIRAN
3. Pengembangan Terminal ·
SISTEM
lahan
yang
sesuai
untuk
pengembangan kegiatan pertanian lahan basah, dan bukan bukan lahan yang termasuk kriteria lindung
Ciwidey Pengembangan terminal antar moda di
Di wilayah Kabupaten Bandung terdapat 29
Rancaekek
Daerah Irigasi (DI), dengan rincian 26 Irigasi
Pengembangan terminal tipe C di
Teknis dan 3 irigasi setengah teknis.
Patengan Rancabali
dari luasnya, irigasi fungsional mencapai 85,99
·
Pengembangan terminal tipe C Pacet
% dari luas baku irigasi.
·
Pengembangan
· ·
terminal
tipe
C
Kertasari ·
Pengembangan terminal tipe C Ibun
·
Pengembangan Pengembangan Nagreg
sistem
mikro
irigasi
dapat
dibedakan menjadi irigasi teknis, setengah
terminal
tipe
C
terminal
tipe
C
Cikancung ·
Berdasarkan
Dilihat
teknis dan sederhana. Ketiga jenis ini semua dana
pembangunan
maupun
perawatannya
diberikan oleh pemerintah daerah. Selain itu ada juga irigasi desa, yang mana saluran irigasi ini
dibangun
oleh
pemerintah
tapi
perawatannya diserahkan pada masyarakat / desa yang bersangkutan.
3 - 50
Tabel 3.10 Standar Tipologi Terminal Tipe A
Tipe B
Tipe C
Keterangan
Fungsi Terminal
Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan antar kota dan angkutan pedesaan
Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan
Melayani angkutan pedesaan
Fungsi Terminal (KM 31 Thn 1985) Pasal 2
Fasilitas Utama Terminal
a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c. d. e. f. g. h. a.
Jalur pemberangkatan dan kedatangan Tempat parkir Kantor terminal Tempat tunggu Menara pengawas Loket penjual karcis Rambu-rambu dan papan informasi Pelataran parkir pengantar atau taksi Kamar kecil/toilet Mushola Kios/kantin Ruang pengobatan Ruang informasi dan pengaduan Telepon umum Tempat penitipan barang Taman Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara. b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas III A c. Jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurangkurangnya 20 km d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 meter. Dirjen Hubungan Darat setelah mendengar pendapat Gubernur dan Kepala Kanwil Departemen Perhubungan setempat/Kadis Perhubungan Setempat.
a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c. d. e. f. g. h. a.
Jalur pemberangkatan dan kedatangan Tempat parkir Kantor terminal Tempat tunggu Menara pengawas Loket penjual karcis Rambu-rambu dan papan informasi Pelataran parkir pengantar atau taksi Kamar kecil/toilet Mushola Kios/kantin Ruang pengobatan Ruang informasi dan pengaduan Telepon umum Tempat penitipan barang Taman Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dalam propinsi. b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas III B c. Jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurandengan Tipe B sekurang-kurangnya 20 km d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 Ha e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 meter. Gubernur setelah mendengar pendapat dari Kepala Kanwil Departemen Perhubungan dan mendapat persetujuan dari Dirjen/Kadis Perhubungan Setempat.
a. b. c. d.
Jalur pemberangkatan dan kedatangan Kantor terminal Tempat tunggu Rambu-rambu dan papan informasi
Fasilitas Terminal (KM Thn 1985) Pasal 3
a. Kamar kecil/toilet b. Mushola c. Kios/kantin d. Ruang pengobatan e. Ruang informasi dan pengaduan f. Telepon umum g. Tempat penitipan barang h. Taman a. Terletak didalam wilayah Kabupaten dan dalam jaringan pedesaan. b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III C c. Luas lahan yang tersedia sesuai dengan permintaan angkutan d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas Terminal (KM Thn 1985) Pasal 5
Walikota setelah mendengar pendapat dari Kepala Kanwil Departemen Perhubungan dan mendapat persetujuan Gubernur/Kadis Perhubungan Setempat
Instansi Penetap Lokasi Terminal (KM 31 Thn 1985) Pasal 14
Direktorat Jenderal
Gubernur
Walikota
Penyelenggaraan Terminal (KM 31 Thn 1985) Pasal 17
Fasilitas Penunjang Terminal
Lokasi Terminal
Instansi Penetap Lokasi Terminal
Penyelenggaraan Terminal
Lokasi Terminal (KM Thn 1985) Pasal 11, 12 dan 13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Faktor penunjang meningkatnya produksi di
1. Perencanaan Umum Sistem Drainase
lahan basah tersebut (padi) adalah adanya
Konsep perencanaan sistem drainase yang
prasarana pengairan. Oleh karena itu arahan
akan dikembangkan di Kab. Bandung adalah
pengembangan dari sistem jaringan prasarana
sistem drainase makro yang akan menjadi
pengairan akan sangat tergantung pada arahan rencana
sektor
pertanian.
Tingginya
limpahan
laju
perkotaan.
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung merupakan
suatu
tantangan
pertanian.
Walaupun
bagi
bukan
juga
harus terintegrasi dengan pengembangan jalan
karena
akan
pelaksanaan
meningkatkan
dan
seluruh
tersebut maka sistem jaringan irigasi atau
perubahan
terhadap
prasarana
diharapkan
tanaman
pengairan
dikembangkan prasarana
pangan
baik
jaringan
khususnya
ini
perlu
berupa baru
padi untuk
bisa
mempermudah pelayanannya. perencanaan tata
guna
sinergis
dan lahan
dengan
pengembangan sistem drainase yang ada
penambahan
pada
dikembangkan
sepanjang aliran. Disamping itu sistem ini
Selanjutnya
produksi
drainase
dengan menggunakan sistem embung di
Jawa Barat. dan
Dapat
sistem
sistem sehingga aliran air dapat ditahan
merupakan
peranan terhadap persediaan bahan pangan di
mempertahankan
dari
konsep ekodrainase dalam pengembangan
sektor
penyumbang terbesar namun cukup memberi
Untuk
utama
disekitarnya
lahan-lahan
dengan
memperhitungkan
sawah yang belum terjangkau jaringan irigasi
kecukupan kapasitas badan penerima yang
yang sebetulnya mempunyai potensi sebagai
tersedia.
sentra produksi padi maupun meningkatkan
Parameter
fungsi jaringan irigasi yang telah ada melalui
arah
B. Rencana Sistem Drainase
belum
drainase
memadainya
eksisting
Dapat
baru
besar.
mencakup
2. Rencana Pengembangan Sistem Drainase
dikatakan
banyak
terdapat fungsi saluran drainase yang masih digunakan
harus
ekonomis tidak membutuhkan biaya yang
sebagian besar berada di daerah pusat-pusat saja.
drainase
dapat berjalan dengan baik dan secara
jaringan
sebagian kecil dari daerah pelayanan dan kegiatan
Sistem
tinggi ke rendah sehingga secara teknis
drainase baik dalam jumlah maupun kapasitas. Sistem
aliran.
mengikuti prinsip gravitasi dari daerah
Pembangunan rencana sistem drainase saat ini lain
dalam
pengembangan drainase adalah penentuan
usaha intensifikasi.
antara
terpenting
bersama-sama
dengan
sistem
penyaluran air limbah baik domestik maupun industri (sistem tercampur) sehingga terjadi penurunan kapasitas aliran pada saat musim hujan.
Rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Bandung diarahkan pada sistem drainase
makro
dan
sistem
drainase
perkotaan. Apabila memungkinkan dapat dikembangkan sistem ekodrainase pada penerapannya di lapangan. Sasaran dari rencana pengembangan sistem drainase ini adalah tersedianya sistem yang memadai
3 - 52
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ditinjau
dari
segi
kapasitas
dan
bisa
1. Perkiraan kebutuhan air Bersih
mengatasi berbagai gangguan yang selama
Perkiraan
ini menjadi penyebab kurang berfungsinya
pembahasan
sistem drainase tersebut. Adapun pokok-
berdasarkan
pokok rencana tersebut antara lain : ·
·
kebutuhan
air
perkapita,
penduduk,
pengklasifikasian
drainase yang ada
kebutuhan.
Pembangunan
dan
pengembangan
Perlu
Pembangunan
dan
drainase
juga
perkembangan
diperhitungkan
jenis
adanya
perkembangan tingkat perekonomian dan kemampuan
pengembangan di
dan
pada
diperhitungkan
dan
penyedia
dalam
melayani
perkembangan kebutuhan air bersih untuk
kawasan
masa yang akan datang. Diterbitkannya PP
perkotaan. Pembuatan
embung
penampung
16/2005 yang mengharuskan para penyedia
air
air harus mampu mendistribusikan air layak
tersebar di seluruh kecamatan. ·
ini
bersih
pertumbuhan
jaringan
·
air
Normalisasi dan pemeliharaan jaringan
kolam retensi di kawasan perkotaan ·
kebutuhan
minum (potable water) pada tahun 2026
Pengelolaan sumberdaya air dengan
juga harus menjadi pertimbangan.
bekerjasama
pemerintahan
kebutuhan air bersih yang akan digunakan
daerah terdekat di Daerah perbatasan
dalam studi ini ditetapkan sebesar 120 L/
dengan
orang/hari, untuk perkotaan dan 80 L/
dengan Kota/Kabupaten Lain.
orang/hari. Kehilangan air tahun 2007 dengan sistem peripaan pelayanan PDAM
C. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Setelah
diidentifikasi
terdapat
sekitar
beberapa
air
bersih
untuk
pelayanan sistem perpipaan, PDAM Kabupaten Bandung
pada
tahun
2006
hanya
dan
agar
akan
mencapai
diprediksikan target
yang
ditetapkan oleh standar yaitu mencapai
kabupaten
Bandung. Walaupun saat ini lebih terfokus pada
41,9%
menurun
beberapa permasalahan menyangkut sistem penyediaan
Untuk
maksimal 20% pada tahun 2026. 2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air
dapat
Bersih
melayani 25,15% penduduk administrasi daerah pelayanan
perkotaan
penduduk
administrasi
perdesaan
atau
dan
sebesar
daerah
sebesar
6,43%
8,95%
pelayanan dari
total
Target
yang
dicanangkan
pemerintah
diharapkan 80% penduduk perkotaan dan 50% penduduk perdesaan dapat terlayani
penduduk. Kondisi pelayanan air perpipaan
oleh
tersebut masih cukup rendah karena belum
dilakukan di Kabupaten Bandung adalah
terpasangnya
menjadikan
seluruh
jaringan
distribusi.
air
bersih.
Pengembangan
seluruh
kecamatan
yang dapat
Penggunaan air tanah dangkal oleh sebagian
terlayani oleh sistem perpipaan pada akhir
penduduk seperti sumur dan mata air juga
tahun perencanaan. Rencana utama dari
sangat mempengaruhi tingkat pelayanan sistem
sistem penyediaan air besih di Kabupaten
perpipaan (PDAM Kab. Bandung, 2006)
Bandung adalah :
3 - 53
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung a. Pembangunan
sistem
baru
untuk
Sumber air baru diharapkan dapat teratasi
melayani daerah yang belum terlayani b. Peningkatan kapasitas produksi PDAM dan menurunkan kehilangan air c. P e r ba i ka n ,
p e m e li ha ra a n
dan
transmisi dan distribusi
untuk
beberapa
kelompok kecamatan berikut : · Cileunyi , Ciparay.
Rancaekek,
Majalaya,
· Soreang, Margahayu, Margaasih, Katapang, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Pangalengan, Cimaung, Banjaran dan Pameungpeuk · Ciwidey, Pasirjambu Secara
umum
serta penyadapan air baku dari Waduk yang
berkaitan
penyediaan
air
pembangunan
dengan baku
dari
embung
peningkatan waduk
adalah
dan
sebagai
berikut :
d. Mengembangkan sistem penyediaan air regional
dengan pembangunan embung dan waduk, Saguling. Beberapa rencana pengembangan
rehabilitasi terhadap kapasitas sistem
bersih
infrastruktur yang berkaitan dengannya.
kebijakan
dalam
sistem
penyediaan air bersih meliputi (Laporan Penunjang Penataan Ruang Metropolitan
1. Pembangunan Waduk 34.082 m3/hari
Sukawana
,
2. Pembangunan Waduk Tegalluar (Luas 10 km2 dan kedalaman 5 m), 82,192 m3/hari 3. P e m b a n g u n a n Waduk (Cisangkuy), 85.205 m3/hari
Santosa
4. Pembangunan Embung Cikuda, 4.384 m3/hari 5. Pembangunan Embung (Cirasea), 9.753 m3/hari
Peuris
6. Pembangunan Embung (Cidurian), 3.425 m3/hari
Hilir
Sekejolang
7. Penyediaan Suplesi Cibatarua ke Sungai Cisangkuy,
Bandung) :
8. Pembangunan Waduk Ciwidey m3/hari
§
Peningkatan Penyediaan Sumber Air
9. Pembangunan Waduk Patrol
Baku
10. Pembangunan Waduk Kadaleman Ds. Pakutandang Kec. Ciparay 5.000 m3/ hari
§
Konservasi
Daerah
Resapan
dan
Bantaran Sungai §
Meningkatkan Distribusi
Pelayanan
Sistem
Mengembangkan
Sungai
di
Kawasan
12. Pembangunan Embung Bojongbambu (Ciwidey) dan Embung lain di Ciwidey, 10.822 m3/hari
Sistem
Jaringan
13. Pembangunan Embung di Pangalengan, 71.233 m3/hari
Perpipaan
Perkotaan §
11. Penyediaan Suplesi dari Cipamokolan, 82.192 m3/hari
5.000
Pelayanan Lintas Wilayah
Selain pembangunan beberapa embung dan akan
suplesi waduk di atas, pemanfaatan air
difokuskan kepada upaya pengeksplorasian
permukaan untuk menambah sumber air
sumber air baru sekaligus peningkatan
baku
jaringan
menggunakan sumber air permukaan antara
Pengembangan
sistem
distribusi
air
air
bersih
bersih
dan
3 - 54
baru
perlu
dilakukan
dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung lain dari Sungai Cisangkuy dan Sungai
membatasi penggunaan air tanah terutama
Citarik. Lebih lengkap pemanfaatan air
sekali oleh pihak industri. Namun yang tak
permukaan
kalah
digambarkan
pada
peta
di
pentingnya
adalah
pendataan
bawah.
kembali penggunaan air tanah.
Pemanfaatan air dari S. Cisangkuy dapat
Sementara peningkatan sistem air bersih
diperoleh melalui sudetan antar wilayah
itu sendiri meliputi
sungai dari Cibatarua ke S. Cisangkuy
distribusi air bersih PDAM di Bandung
termasuk B. Santosa (volume 16, juta m3)
Timur. Pembangunan sistem penyediaan air
untuk memperoleh tambahan 1 m3/det.
bersih
Pemanfaatan air tersebut harus diikuti
terminal air dan hidran umum, terutama
dengan peningkatan kapasitas pipa-pipa
untuk desa-desa di Kabupaten Bandung,
yang ada dan instalasi pengolahan air dari
seperti Kecamatan Rancaekek, Kecamatan
S. Cisangkuy ke Bandung. Pemanfaatan S.
Cicalengka,
Citarum dilakukan dengan pembangunan
Kecamatan Ibun.
intake
sungai,
pekerjaan
instalasi
dengan
Kecamatan
menggunakan
Ciparay
dan
Untuk mengurangi pengambilan air tanah
pengolahan air dan transmisi di Citarum
dilakukan penyediaan air olahan untuk
Hulu. Perlu
pedesaan
peningkatan jaringan
standar industri (Klasifikasi D). Daerah dilakukan
identifikasi,
industri Majalaya dari Citarum Hulu dan
perlindungan dan penggunaan mata air
daerah industri Rancaekek-Cicalengka dari
secara optimal sebagai sumber air bersih
Citarik
dengan
keseluruhan dapat mencapai 3,6 m3/det.
kualitas
signifikan
bagi
masyarakat,
pula
dan
kuantitas
pemenuhan
terutama
pedesaan.
Untuk
itu
yang
kebutuhan
untuk perlu
permukaan. Telah diidentifikasi beberapa embung serta waduk yang dapat dijadikan sebagai
Sungai Citarum, yaitu Gunung Wayang, dan
pengaturan
jelas
air
baku
dan
mempertahankan kualitas air sungai.
beserta
dapat
dilihat
pada
tabel
perencanaannya pada Tabel 3.11.
sungai, terutama Sungai Cikapundung dan
sumber
potensial
kondisi suplai air bersih eksisting. Lebih
lahan di daerah resapan, hulu, bantaran
sebagai
air
tambahan persentase pelayanan terhadap
pemanfaatan
Citarik, untuk meningkatkan potensinya
sumber
daerah pelayanan yang direncanakan serta
kembali
daerah bantaran sungai dan DAS. Selain itu ditingkatkan
secara
embung dan waduk sebagai sumber air
pelaksanaan arboretum di daerah hulu penataan
debit
air bersih direncanakan akan menggunakan
dilakukan
sungai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
serta
dengan
Perencanaan pengembangan sumber daya
wilayah
konservasi daerah resapan dan bantaran
perencanaan
Hulu
3.5.3
RENCANA SISTEM TELEKOMUNIKASI
Pengembangan jaringan telepon di Kabupaten Bandung sifatnya hanya eksentifikasi saja dan
Konservasi air tanah perlu dilakukan untuk
tidak ditemui masalah prinsip dalam hal ini.
3 - 55
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Namun PT. Telkom tetap harus selalu siap
pembagi kerumah – bangunan
mengantisipasi
bawah tanah/sistem instalasi yang menyatu
tingkat
kebutuhan
ini,
mengingat perkembangan Kabupaten Bandung di
masa
mendatang,
berkembangnya kegiatan
terutama
kegiatan
permukiman.
dengan rencana kawasan tersebut.
dengan
komersial
Kondisi
sudah sistem
ini
dan perlu
Untuk
kabel primer
dan sekunder dibawah
tanah harus diatur pola
jaringannya dengan
diantisipasi oleh PT. Telkom untuk selalu siap
mengikuti pola jaringan jalan yang ada disisi
menyediakan
permintaan
jaringan jalan sebelah kanan, tidak satu jalur
sambungan baru, seiring semakin meningkatnya
dengan jaringan pipa air bersih dan dengan
kebutuhan penduduk di Kabupaten Bandung di
jaringan kabel listrik. Begitu pula dengan
masa mendatang.
jaringan kabel atas dari rumah box telepon
dan
melayani
pembagi ke rumah-rumah bangunan-bangunan Sebagai
acuan,
standar
pengadaan
sarana
telepon
adalah
4
untuk
hendaknya mengikuti pola jaringan jalan atau
setiap 100
gang/lorong yang ada disisi sebelah kanan.
penduduk. Berdasar standar tersebut, maka
Kabel primer-sekunder bawah tanah tersebut
pengembangan jaringan
hendaknya ditempatkan dalam satu box utilitas
Bandung
unit
telepon Kabupaten
direncanakan
mengembangkan/meningkatkan menambah
Rumah
Kabel
dengan
telepon
khusus.
Penempatan
box
utilitas
STO
serta
telepon
(RK)
guna
dengan kondisi jalan yang ada dan atau
meningkatkan kapasitas sambungan telepon
tersebut
hendaknya
disesuaikan
rencana jalan yang ada.
terpasangnya. Sistem jaringan telepon yang akan dikembangkan masih tetap memanfaatkan
Sedangkan untuk rumah box pembagi telepon
sentral telepon otomat (STO) yang ada di
harus diatur peletakannya agar terciptanya
Kabupaten Bandung, sehingga akan menghemat
keindahan dan kerapihan kota. Rumah box
dalam pembangunan jaringannya. Dari sentral
pembagi telepon tersebut hendaknya diletakan
telepon tersebut, kemudian diteruskan ke
pada luasan tertentu. Tidak terletak dibahu
rumah-rumah kabel (RK), dan diteruskan ke
jalan atau trotoar dan untuk box telepon umum
jaringan transmisi, yang selanjutnya ke drop
direncanakan pada pusat-pusat kegiatan kota,
wire dan akhirnya ke rumah-rumah atau ke
mulai dari pusat utama kota, pusat sub kota
tempat kegiatan lainnya.
bagian wilayah kota, pusat kota kecamatan, pusat sub pembagian kota/kelurahan/ pusat
Sistem Pola Jaringan Kabel Telepon. Sistem
lingkungan dan kawasan-kawasan fungsional
jaringan kabel primer dan sekunder
kota
saat ini
dan
ruas-ruas
jalan
utama
serta
sudah menggunakan kabel bawah tanah, hanya
pertemuan 3 jalan utama atau lebih serta di
dari
komplek fasilitas bangunan umum.
kabel
rumah
box
telepon
pembagi
menggunakan kabel atas. Untuk dimasa yang akan datang dalam kurun waktu tahun 2007 – 2026
sistem
tersebut
diharapkan
dapat
ditingkatkan, untuk kawasan baru hendaknya sistem kabel atas dari rumah box telepon
3.5.4
RENCANA SISTEM PRASARANA ENERGI
Sistem jaringan listrik Kabupaten Bandung sampai saat ini masih menggunakan sistem jaringan kabel atas. Namun untuk 15 tahun
3 - 56
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.11 Perencanaan Pembangunan Embung dan Waduk Sebagai Sumber Air Baku No.
Embung/Waduk
Debit produksi
Daerah Pelayanan
(m3/hari)
Debit pemakaian
Tambahan Persentase
(m3/hari)
Pelayanan (%)
1
E. Sekejolang
3425
Cimenyan
3425
12
2
E. Cikuda
4884
Cimenyan
4884
19
3
E. Peuris Hilir
9758
Cilengkrang
9758
76
4
E. Pasir Sangiang
36896
Tanjungsari
22489
100
Cimanggung
14407
63
35616
76
5
E. Ciwidey
35616
Soreang
6
E. Citarum
41096
Pacet
25367.2
80
Ibun
15728.8
67
Pangalengan
35247.2
80
Cimaung
18302.4
80
Banjaran
17683.4
34
7
E. Pangalengan
8
E. Babakan
9 10
11
71233
7425
Pasirjambu
7425
29
E. Cangkorah
10959
Pasirjambu
10959
61
E. Bojongbambu
40822
Rancabali
12555.2
80
Gununghalu
18671
80
Bojongsoang
20034.4
80
Baleendah
46603.2
80
18567
90
38795.2
80
36912
80
6485
26
Kertasari
17281.6
80
Banjaran
27029.28
80
Arjasari
22307.2
80
Dayeuh Kolot
12690
80
Kota Bandung
73710
18
W. Santosa
85205
Pameungpeuk 12
W. Cipamokolan
82192
Majalaya Ciparay Solokanjeruk
13
14
W.Tegalluar
Suplesi Cibatarua
82192
86400
3 - 57
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung kedepan idealnya sudah harus dipikirkan sistem
pelayanan ideal mencapai 8 Km hingga
jaringan kabel listrik bawah tanah khususnya
maksimum berjarak 12 Km.
untuk bagian wilayah pusat kota dan pada jaringan-jaringan
utama
serta
kawasan-
·
jaringan
mengikuti
kabel
listrik
·
dengan pipa air bersih dibawah tanah. Untuk tinggi
hendaknya
Bandung
masa
di
mendatang
berupa
peningkatan dan pengembangan jaringan listrik diprioritaskan baru
pada
melalui
penyediaan
menggunakan
distribusi
melingkar
penyaluran
melalui
sistem
dengan
kabel
sistem
tanah
yang
dikembangakan di permukiman penduduk.
hijau tanpa bangunan. Kabupaten
yang
udara dengan biaya yang rendah yang
tersebut harus bebas bangunan, dijadikan jalur
listrik
merupakan
pusat pemerintahan, serta melalui kabel
yaitu 25 meter kesamping dan disisi jaringan
jaringan
Rendah,
prioritas pengembangannya dilakukan di
diatur pengamanannya terhadap lingkungan
Pengembangkan
Tegangan
langsung
rendaah direncanakan disisi kiri jalan satu jalur tegangan
Jaringan
jaringan distribusi dari GD ke konsumen
jaringan kabel listrik tegangaan menengah dan
sambungan
berfungsi
kebutuhan sehari-hari konsumen domestik;
yang ada
melintasi daerah tertentu. Sedangkan untuk
yang
yang
rendah 380 V / 220 V, untuk melayani
direncanakan
pola jaringan jalan
kabel
(GD),
menengah 70 KV – 150 KV menjadi tegangan
kecuali untiuk jaringan tegangan tinggi dapat
jaringan
Distribusi
sebagai penurun tegangan, dari tegangan
kawasan khusus. Pola
Gardu
Untuk menunjang realisasi tersebut, maka direncanakan sistem penerangan listrik dengan penekanan faktor-faktor sebagai berikut : a.
penyambungan
Jumlah
pemadaman
per
tahun
yang
sekecil mungkin
jaringan yang ada ke wilayah baru mengikuti jaringan listrik yang sudah ada. Pengembangan
q
listrik meliputi penentuan lokasi yang akan
Waktu
pemadaman
per
gangguan
yang sependek mungkin
dilayani, jenis pelayanan, distribusi jaringan (tegangan
menengah,
distribusi
q
dan
Kualitas
tegangan
yang
baik,
tegangan yang stabil pada titik
sebagainya) serta distribusi gardu.
beban Prinsip dasar perencanaan jaringan listrik di Kabupaten Bandung dalam pendistribusiannya
b.
Efesien
sistem
yang
baik,
dengan
memperkecil kerugian di saluran tegangan
ke konsumen dapat dilakukan melalui :
tinggi, menengah dan rendah ·
Gardu Induk (GI), distribusi utama jaringan tegangan menengah 70 – 150 KV, yang
c.
Fleksibel
sistem
yang
mampu
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik
menampung
dari Gardu Induk (GI) ke Gardu Distribusi
diakibatkan oleh peningkatan penduduk
(GD) atau ke industri-industri dengan jarak
dan aktivitasnya.
3 - 58
penambahan
baik,
beban
yang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung d.
Ekonomis,
dalam
direncanakan
arti
secara
sistem
ekonomis,
yang
persampahan di Kabupaten Bandung masih
dan
belum dapat melayani hal ini dapat terlihat
sejauh mungkin memanfaatkan sistem
dari
yang telah ada.
mempunyai
beberapa
kecamatan
sarana
yang
belum
pengangkutan
baik
kendaraan, land countainer, bahkan gerobak. Adapun rencana kebutuhan listrik di wilayah perencanaan
pada
tahun
2006
sebesar
·Fasilitas Pengelolaan Sampah (FPS)
52.938.535 VA atau 52.938,533 KV, kebutuhan
Salah
ini meningkat menjadi 96.951.741 VA atau
Bandung
terdiri atas Kebutuhan rumah
menurut
Metropolitan
lampiran.
pengelolaan SISTEM
bersama
di
pengelolaan Metropolitan
GBWMC
(Greater
dalam Laporan Penunjang Penataan Ruang
Untuk jelasnya lihat lihat tabel pada bagian
RENCANA
dalam
Bandung Waste Management Corporation)
tangga, Sosial Ekonomi dan Penerangan Jalan.
3.5.5
arahan
persampahan
96.951,741 KV pada tahun 2026. Kebutuhan akan listrik
satu
Bandung
dilakukan
persampahan
dilakukan
melalui penggunaan FPS Regional dengan
PRASARANA
sistem sanitary landfill. Hal ini untuk
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
meminimalisir dampak lingkungan akibat Rencana
pengelolaan
pengelolaan
sistem
lingkungan
prasarana
dirumuskan
pengoperasian FPS open dumping yang
untuk
tersebar
di
beberapa
titik.
Terdapat
meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan
beberapa lokasi calon FPS di Kabupaten
sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman,
Bandung yang juga dapat melayani wilayah
produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi
Metropolitan
lainnya
sistem
Kabupaten Bandung (Kota Bandung, Kota
prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri
Cimahi, sebagian Kabupaten Sumedang,
dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS),
yaitu FPS Nagreg untuk melayani wilayah
Fasilits Pengelolaan Sampah (FPS), serta sistem
Kabupaten Bandung sekaligus Metropolitan
pengelolaan limbah cair dan limbah udara.
Bandung bagian timur. Penentuan calon
melalui
A. Rencana
pengembangan
Sistem
Pengelolaan
Bandung
lainnya
di
luar
FPS ditetapkan berdasarkan SNI 03-3241-
Limbah
1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi
Padat
FPS. Meskipun demikian, diperlukan studi lebih
1. Rencana Sistem Persampahan
lanjut untuk menilai kelayakan kedua calon Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Bandung
lokasi FPS
setiap harinya pada tahun 2006 adalah 7.353
aspek teknis lingkungan serta aspek sosial
3
m /hari.
Jumlah
tersebut
berdasarkan
banyaknya jumlah penduduk dikali timbulan sampah tiap orang tiap hari. Dilihat dari data yang ada pada tahun 2006, kondisi sarana
disamping
ini atau alternatif lain, baik dari upaya
percepatan
implementasi
terhadap calon FPS yang dinilai paling layak. · SPA (Stasiun Peralihan Antara)
3 - 59
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.12 Kriteria Penyaringan Penentuan Lokasi SPA di Kabupaten Bandung
Konsekuensi dari penerapan FPS Terpadu adalah biaya pengangkutan sampah menuju FPS menjadi semakin besar dan tidak efisien. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
Parameter
Kriteria Penyaringan
Kon d isi tanah
Di luar daerah-daerah yang pematusan tanahnya buruk, muka air tanah tinggi (<1m ke permukaan), permeabilitas t i n gg i . T id a k d i d a e ra h y a n g mengandung sumber daya alam yang bermanfaat.
Jarak ke sumbersumber air
>200 m dari sumber air
Banjir
Tidak di dalam area yang berpengaruh untuk menggenangi
Jarak dari jalan raya utama
< 1km dari jalan utama
Jarak ke sungai dan saluran
>200 m dari sungai-sungai dan aliranaliran utama
L o k a s i pariwisata
>1km dari lokasi tempat bersejarah
Jarak dari p u s a t penduduk
>500 m dari daerah yang sensitif di kota utama
diperlukan adanya Stasiun Peralihan Antara (SPA), di mana sampah dari kota/wilayah diangkut menuju SPA dan selanjutnya dengan kendaraan
pengangkut
yang
lebih
besar
sampah dari beberapa lokasi pelayanan SPA diangkut ke FPS untuk proses lebih lanjut.
Kriteria Penentuan Lokasi SPA Penggunaan
data
GIS
(Geographical
Information System) adalah metoda yang dapat digunakan untuk memperoleh daftar lokasi
yang
sesuai
serta
memenuhi
persyaratan lokasi SPA. Tabel berikut ini memberikan karakteristik geografis tertentu di wilayah Pemerintah Daerah, yang dapat digunakan
dalam
analisis
GIS,
untuk
yang
tidak
termasuk
dalam
pertimbangan. Lokasi
SPA
sampah,
dipengaruhi
volume
sampah
oleh
centroid
yang
harus
pariwisata
atau
>250 m dari daerah yang sensitif di pusat penduduk yang lebih kecil Ditempatkan di daerah industri/niaga
Luas yang diperlukan
Kurang lebih 2 Ha untuk SPA regional
L a h a n umum
Dapat dipergunakan untuk Stasium Peralihan Antara.
identifikasi lahan yang memenuhi kriteria dan lahan
>100 m dari aliran-aliran lain
Kurang lebih 0.5 ha untuk TPS Pemda lokasi
Sumber : Laporan Penunjang Penataan Ruang Metropolitan Bandung, 2005
diangkut, jarak SPA tehadap lokasi FPS, dan tentunya
biaya.
Dengan
demikian
SPA harus terletak dekat dengan jalan tol
keputusan diperlukan atau tidaknya SPA
atau
tergantung
sampah dari SPA ke FPS menggunakan truk
dari
perhitungan
kelayakan
keuangan. Pertimbangan pemilihan lokasi
3 - 60
jalan
kontainer.
utama
sebab
transportasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Lokasi
SPA
usulan
untuk
Tabel 3.13 Kebutuhan Lahan Untuk SPA
Kabupaten
Bandung: Kapasitas (Ton)
a. Majalaya › FPS tujuan: FPS Nagreg b. Bojongsoang, Kabupaten Bandung › FPS tujuan: FPS Nagreg
Keb. lahan
500
1000
1500
0.2 Ha
0.4 Ha
0.6 Ha
2000 1 Ha
Sumber: GBWMC, 2004
c. Soreang, Kabupaten Bandung › FPS tujuan: FPS Leuwigajah
Jumlah pekerja/staff yang dibutuhkan untuk tiap-tiap
jenis
SPA
akan
berbeda-beda
tergantung kapasitas SPA, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.14 Tabel 3.14 Kebutuhan Staff Untuk Operasional SPA No .
Pekerja/Staff
1
SPA 500
Jumlah SPA SPA 1000 1500
SPA 2000
Manajemen Ka. Shift
9
9
9
9
Mandor
24
24
24
24
Dozer
4
8
8
16
Wheel Loader
4
4
4
8
Calon lokasi SPA Soreang adalah eks calon
Forklift
8
8
8
12
lokasi FPS yang pernah diusulkan pada
Trailer
16
28
36
52
8
4
8
16
Site Vehicles
4
4
4
4
Tank Truck
4
8
8
8
13
25
25
49
Gudang Jembatan timbang
5
5
5
9
8
8
8
8
Teknisi
8
8
8
8
Bengkel
4
8
8
8
dipilih berdasarkan rencana pengembangan
Adm. Umum
2
2
2
2
kawasan Bandung Timur.
Keuangan
2
penelitian-penelitian
sebelumnya
akan
tetapi tidak memungkinkan untuk dijadikan FPS
karena
telah
dipenuhi
calon lokasi
SPA masih
Compactor 3
oleh
permukiman. Walaupun demikian, sebagai
4
memungkinkan
terlalu luas. Calon lokasi SPA Bojongsoang merupakan hasil penelitian tim GBWMC, calon
lokasi
SPA
Supir
Pekerja Pengemasan
karena SPA tidak membutuhkan lahan yang
sedangkan
Operator
Gedebage
Satpam Cleaning Service
Luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan SPA bergantung pada kapasitas tiap-tiap jenis
Jumlah
SPA.
Sumber: GBWMC, 2004
3 - 61
2
2
2
2
12
24
24
24
4
4
4
5
139
183
195
264
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung SPA Cileunyi dengan kapasitas 2000 ton per hari
FPS serta yang diurug di FPS, melalui
akan membutuhkan lahan seluas 1 Ha, dengan
kegiatan
total pekerja sebanyak 264 orang (bertahap).
pengelolaan
Dengan demikian adanya SPA dapat membuka
dilakukan sebelum sampah terbentuk dan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
setelah sampah ada di lingkungan. Reduksi
Lokasi SPA Gedebage pun letaknya cukup
timbulan sampah yang telah terbentuk dapat
strategis karena adanya rencana akses jalan tol sehingga
memudahkan
akses
menuju
reduksi
di
sampah.
dilakukan
setiap Reduksi
dengan
tahap sampah
memanfaatkan
karakter sampah itu sendiri sesuai jenisnya,
FPS
sehingga
Nagreg, serta mudah dijangkau dari beberapa
selain
tereduksi
juga
menghasilkan nilai ekonomi. Kegiatan ini
kecamatan di sekitarnya.
juga dapat dikatakan sebagai pengolahan sampah, yaitu dengan cara:
Kebutuhan alat berat untuk operasional di SPA menurut masing-masing jenis SPA ditunjukkan
Komposting sampah basah
oleh Tabel berikut.
Daur ulang sampah kering layak daur
Tabel 3.15
Kegiatan
ini
dapat
dilakukan
secara
terpusat , dengan memanfaatkan SPA dan
Kebutuhan Alat Berat di SPA
FPS sekaligus sebagai sentra daur ulang, Alat Berat
terutama
Jumlah (unit)
SPA
Gedebage
dan
FPS
Leuwigajah.
500
1000
1500
2000
1
2
2
4
dilakukan dengan mengoptimalkan peran
1
2
2
3
sektor optimal yang secara eksisting telah dengan
sistem
4
4
4
4
pemilahan sampah di sumber.
Dengan
4
8
9
13
demikian,
5
9
10
14
karena
5
9
10
14
dapat dikurangi semaksimal mungkin.
1
2
2
2
Terkait dengan konsep pemilahan sampah
1
1
1
2
Reduksi sampah terangkut ke SPA dan FPS
Bulldozer 5.6m3 Fork Lift 1500kg Site Vehicles Tracktor trailer
di
berlangsung, for
Trailer
yaitu
kegiatan
daur
ulang
dapat
berlangsung dengan lebih cepat dan mudah
Container Trailer
for
Tank Truck Leachate
for
Wheel Loader 3.1 -4.6m3
derajat
ketercampuran
sampah
di sumber, pengumpulan dan pengangkutan sampah selayaknya direncanakan mengikuti
Sumber: GBWMC, 2004
konsep tersebut sehingga sampah tidak tercampur hingga TPS dan FPS. Alternatif
·
konsep
Reduksi Sampah Penanganan
persampahan
wilayah
Kabupaten Bandung memerlukan adanya reduksi timbulan sampah yang diangkut ke
3 - 62
pengumpulan/pengangkutan
sampah terpilah: 1. Modifikasi
pada
sarana/kendaraan
pengumpul/pengangkut
sehingga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung memungkinkan
adanya
antara
basah
sampah
Tabel 3.16 Dasar Penerapan Sistem
penyekatan dan
sampah
kering.
Pengelolaan Air Limbah Berdasarkan Kepadatan Penduduk dan Pelayanan Air bersih
Pengumpulan/pengangkutan
sampah
Kepadatan
yang telah terpilah di sumber timbulan
(jiwa/Ha)
dilakukan secara teratur seperti biasa, dengan
menyimpan
sampah
sesuai
jenisnya pada kendaraan pengumpul yang telah tersekat/terpisah.
konsumen
pelayanan
sampah,
selain dari memilah sampah. -
Baik
sampah
kering
< 30 % Sedang (30 – 60) %
maupun
Rendah Sedang
Tinggi
Tinggi Sekali
150 - 300
> 300
On-Site
On-Site
Komunal
Umum
On-Site On-Site Pribadi Bersama
Off-Site dengan peningkatan air bersih
Off-Site dengan peningkatan air bersih
On-Site Off-Site Pribadi
Off-Site
Off-Site
< 60
60 - 150
On-Site On-Site Pribadi Bersama
Rendah
Tidak perlu pembiasaan dan edukasi lebih kepada
suplai air bersih
Kelebihan: -
Tingkat
sampah
basah diangkut bersamaan pada jadwal
-
pengumpulan sampah
Tinggi
Kekurangan:
> 60 %
Diperlukan
penambahan
dan/atau
modifikasi kendaraan/sarana pengumpul 2. Pembedaan
jadwal
Sumber : Dirjen Cipta Karya, UNDP INS/84/505
pengumpulan/
pegangkutan untuk sampah basah dan sampah kering.
-
Tidak
perlu
modifikasi
Pengumpulan/pengangkutan secara
teratur
pembedaan
terhadap
pengumpulan
sampah
-
basah
dan
sarana
dan
dan/atau kendaraan
Sampah
jenis
tertentu
terkonsentrasi
pada hari tertentu
dengan jadwal
penambahan
pengumpul
sampah
yang telah terpilah di sumber timbulan dilakukan
Kelebihan:
Kekurangan: -
Perlu
pembiasaan
dan
edukasi
lebih
sampah kering sehingga sampah tidak
kepada para konsumen pelayanan sampah
tercampur pada kendaraan pengumpul.
untuk menaati jadwal pengumpulan
Dengan
demikian,
modifikasi
pada
pengumpul
tidak
diperlukan
sarana/kendaraan
(penyekatan
dsb).
Penjadwalan pengumpulan pada tiap sumber dapat
berbeda
sesuai area
pelayanan kendaraan pengumpul pada hari yang sama.
-
Ada masa ”menyimpan” sampah jenis tertentu (sampah kering) di setiap sumber timbulan. Cara yang kedua disebut juga sebagai Pemila ha n
Berbasis
Pengumpula n
Terjadwal (Murdeani, 2005). Contoh skema pemilahan berbasis pengumpulan terjadwal dapat dilihat pada Gambar 3.1 Konsep ini
3 - 63
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung lebih diutamakan untuk diterapkan pada
pengguna
wilayah domestik/permukiman.
batubara (fly ash dan bottom ash) yang
batubara
dengan
total
limbah
ditimbulkan adalah 120 ton/hari.
Gambar 3.1 Contoh Skema Pemilahan Berbasis
Saat ini pengelolaan limbah batu bara (FA +DA)
Pengumpulan Terjadwal
masih belum dilakukan sesuai PP Nomor 18 tahun 1999 Jo 85 tahun 1999 sejak dari pengumpulan,
penyimpanan,
pemanfaatan,
pengolahan
pengangkutan,
dan
penimbunan
akhir. Untuk pengumpulan dan penyimpanan dilakukan
oleh
penyelenggara
kegiatan/
perusahaan yang sifatnya internal, akan tetapi pengelolaan selanjutnya yang bersifat eksternal seperti
pengangkuta n,
pengelo laan
da n
pema nfaatan,
penimbuna n
a khir
memerlukan pihak lain yang harus dipatuhi atau mempunyai ijin Kementrian Lingkungan Hidup sehingga pengelolaan tersebut masih
Sumber: GBWMC, 2004
tercecer dan belum sesuai dengan peraturan yang ada.
Gambar 3.2 Skema Pengelolaan Sampah Kabupaten Bandung
Rencana Pengelolaan Limbah B3 adalah sebagai berikut : a. Pembangunan Integrated Incinerator untuk Limbah Medis b. Pembangunan
Pengolahan/Pemanfaatan
Limbah Batubara terpadu c. Penerapan
waste
minimization
pada
industri d. Penerapan teknologi pengolahan air limbah yang menghasilkan lumpur sedikit Sumber : Draft Laporan Antara GBWMC, 2004
e. Peningkatan
kesadaran
pelaku
industri
dalam pengelolaan limbah B3 2. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
B. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah
Timbulan Limbah B3 yang potensial dihasilkan
Prinsip pengelolaan air limbah menggunakan
dari kegiatan industri (lumpur IPAL dan limbah
pendekatan
batubara) dan kegiatan Rumah Sakit (limbah
kepadatan penduduk dan supplai air bersih,
medis infeksius). Tercatat sekitar 126 industri
berdasarkan criteria dari Dirjen Cipta Karya,
3 - 64
spasial
dengan
memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tabel 3.17 Beban Pencamaran pada Sungai Citarum (Rata- rata tahun 2000 – 2004) Wangisagara Kec. Majalaya
Majalaya Kec. Majalaya
Sapan Kec. Solokanjeruk
Cijeruk Kec. Bojongsoang
Dayeuhkolot Kec. Dayeuhkolot
Burujul Kec. Margaasih
Nanjung Kec. Margaasih
T o t a l Suspended Solid (TSS) mg/L
107
136
157
150
142
157
192
Biochemical O x y g e n D e m a n d (BOD) mg/L
2,69
8,60
28,53
24,76
25,30
23,69
26,38
Chemical O x i g e n D e m a n d (COD) mg/L
7,3
23,07
73,80
64,61
66,46
60,92
70,15
pH
7,3
7,32
7,70
7,7
7,50
7,50
7,75
AMONIA mg/L
0,06
0,12
1,41
1,1
0,96
1,72
1,87
FOSFAT mg/L
0,32
0,54
0,54
0,54
0,65
0,86
1,30
Dissolved Oxigen (DO) mg/L
6,3
2,7
0,60
0,80
0,25
0,50
0,20
FECAL COLI Ribu/100 mL
76,9
153,84
538,46
4538,46
1307,69
615,38
500
Sumber : BPLHD Provinsi Jawa Barat Program
UNDP
INS/84/505,
yaitu
sebagai
berikut : Sistem
Sedangkan limbah industri biasanya spesifik dihasilkan dari sisa proses produksi. Sistem
pengelolaan
air
limbah
dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu pengelolaan air limbah domestik dan air limbah industri. Timbulan air
penyaluran air limbah domestik dan industri tidak
boleh
disatukan
karena
memiliki
karakteristik yang berbeda.
limbah domestik berasal dari sisa pemakaian/
Sistem pengelolaan air limbah domestik terdiri
konsumsi air bersih dari penduduk terlayani.
dari 2 sistem, yaitu sistem setempat (on site
3 - 65
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung sanitation) dan sistem
terpusat
(off
site
Tingkat Total Suspended Solid (TSS)
paling
sanitation). Secara umum sistem yang akan
tinggi
digunakan adalah on site system baik secara
Kecamatan Margaasih yaitu sebesar 192 Tingkat
individual pada tiap rumah tangga maupun
Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang paling
komunal. Khusus untuk kecamatan dengan
tinggi terdapat di segmen Sapan Kecamatan
kepadatan penduduk yang tinggi (Majalaya,
Solokanjeruk yaitu sebesar 28,53, dan tingkat
Katapang,
dan
Chemical
Oxigen
Dayeuhkolot) diarahkan pada on site system
terdapat
pada
komunal.
Solokanjeruk yaitu 73,80.
Margaasih,
Margahayu
terdapat
pada
segmen
Demand segmen
Nanjung
(COD)
Sapan
tertinggi
Kecamatan
Permasalahan lingkungan lainnya di Kabupaten pencamaran
Bandung
adalah
lingkungan
baik
air,
udara maupun tanah. Pencemaran tanah
yang
Keca ma ta n pencemaran Kabupaten
menonjol
terjadi
Ra nca ekek limbah
a ki ba t
industri
Sumedang.
di
Dalam
dari hal
pencemaran udara, meskipun belum parah,
namun
perkembangannya
Titik
berat
cenderung mengkhawatirkan. Kualitas udara
perhatian masalah lingkungan saat ini masih
ambien setiap tahunnya cenderung menurun.
pada
Terdapat kecenderungan bahwa menurunnya
kalangan industri, domestik dan pertanian. Hal
kualitas
ini
udara
ambien
akibat
kegiatan
pencemaran tentunya
yang
dihasilkan
beralasan
oleh
mengingat
secara
Bandung
dikenal
transportasi dan industri. Dari 12 titik lokasi
historis
pengukuran polusi udara di Kabupaten Bandung
sebagai sentra industri tekstil, yang merupakan
Tahun 2006 Kadar NO2 paling tinggi terdapat di
industri yang dikenal menghasilkan limbah yang
Ruas Jalan Kopo – Sayati sebesar 98,6 µg/m3,
cukup polutif, sehingga intervensi dan program
sedangkan Kadar SO2 dan NO paling tinggi
yang dilakukan pemerintah lebih memfokuskan
terjadi di Terminal Cileunyi yaitu masing –
pada penanganan limbah industri tersebut.
masing sebesar 31,7 µg/m3, dan 28.758 µg/m3.
Padahal limbah rumah tangga juga memberikan
Degradasi kualitas Sungai Citarum dan anakanak sungainya akibat tidak terkendalinya pencemaran limbah dari sumber domestik, industri, rumah sakit, RPH, kegiatan lain, dan penggundulan hutan di hulu Sungai Citarum serta desakan kegiatan perkotaan. Kualitas air sungai di Kabupaten Bandung, terutama pada Sungai Citarum dapat dilihat pada tabel 3.17.
andil
posisi
ya ng
Kabupaten
cukup
ketidakseimbangan beberapa
upaya
besa r lingkungan.
yang
menangani
limbah
mendapat
tanggapan
Beberapa Limbah
mengalami
(IPLT)
kesulitan
Namun
dilakukan
untuk
tangga
kurang
rumah
bangunan Tinja
terha dap
dari
masyarakat.
Instalasi yang
Pengolahan
ada
beroperasi
saat
ini
karena
terbentur pada budaya masyarakat yang belum
3 - 66
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung menyadari pentingnya instalasi IPLT tersebut
pengelolaan
bagi kelangsungan keseimbangan lingkungan.
sebaliknya untuk kinerja pengelolaan yang
Tentunya pemerintah harus mulai memikirkan
buruk.
program/kegiatan yang biaya operasionalnya rendah sehingga masyarakat tidak dibebani iuran yang terlalu mahal, misalnya dengan memperluas dan mensosialisasikan septictank komunal.
lingkungan
yang
baik,
dan
Tentu saja program-program tersebut belum menyelesaikan
permasalahan
pencemaran
lingkungan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup pada Tahun 2005, ditinjau dari jumlah industri yang
Beberapa
program
telah
digulirkan
oleh
dipantau,
dari
sampel
127
industri
pada
pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam
periode (1-3) kali per industri (tergantung
rangka mengendalikan pencemaran lingkungan
kondisi
dari
Surat
pemantauan menunjukkan hanya 31 industri
Pernyataan Kali Bersih (Super Kasih) yang
(24.4 %) yang memenuhi Baku Mutu Air Limbah.
kalangan
dimulai
industri.
Tahun 2003
percepatan
Program
bertujuan
penataan
mendorong
industri
ketentuan
perundang-undangan
lingkungan
hidup
yang
terhadap di
berlaku.
bidang Sasaran
program ini antara lain menurunkan beban pencemaran, khususnya yang bersumber dari air limbah industri, meningkatkan kualitas air sungai, dan meningkatkan kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
pengolahan
air
limbahnya),
hasil
Ditinjau dari jumlah sampel yang diuji, dari 114 sampel inlet, 158 sampel outlet, 20 sampel by pass dan 8 sampel dari saluran sekitar industri tersebar di wilayah Kabupaten Bandung, hasil analsis menunjukan 48 sampel (16%) yang terdiri dari 10 sampel inlet, 35 sampel outlet dan 3 sampel lain-lain, memenuhi Baku Mutu Air
Limbah.
Rentang
konsentrasi
hasil
pengujian adalah BOD = (0.68 – 5.631) mg/l, COD =
(0 – 15.000)mg/l dan TSS = (0-4.200)
mg/l. Instalasi Pengolahan Limbah Domestik Pada
saat
ini
Kabupaten
Bandung
telah
memiliki 2 buah Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dan 1 buah Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik, yaitu : a. IPLT
yang
berlokasi
di
Desa
Cibeet
Kecamatan Ibun Program
Penilaian
Peringkat
Kinerja
Perusahaan (PROPER) bertujuan mendorong penataan
perusahaan
dalam
pengelolaan
lingkungan melalui instrumen insentif reputasi/ citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja
3 - 67
IPLT ini dibangun mengelola limbah tinja penduduk di Kec. Majalaya, Rancaekek, dan Cicalengka dengan kendaraan angkut tinja. Kapasitas IPLT adalah 24 m3/hari dan menempati lahan seluas 1 Ha.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung b. IPLT
yang
Kecamatan mengelola
berlokasi Ciparay
di :
limbah
Desa
Babakan
dibangun tinja
c. Pengembangan sistem off sanitation pada
untuk
daerah-daerah yang secara teknis dan
penduduk
Kecamatan Ciparay dan sekitarnya.
ekonomis memungkinkan d. Revitalisasi dan pemanfaatan IPAL dan IPLT yang ada
c. IPAL Soreang : terletak di Kota Soreang, mengolah limbah penduduk di Bagian Barat Kota
Soreang
dengan
kapasitas
2500
e. Pembangunan Saluran penampung buangan Rumah Tangga (sewerage system) dan
sambungan (± 10.000 jiwa). Kapasitas IPAL
Pembangunan IPAL domestik
adalah 10 liter/detik dan menempati lahan seluas 1.600 m2. Pembuangan Akhir limbah
f.
adalah ke Sungai Ciwidey.
Penambahan MCK umun di daerah pedesaan yang minim sarana sanitasi dan di daerah perkotaan yang padat dan kumuh
Sarana pengangkutan IPLT/IPAL non perpipaan yang tersedia saat ini adalah 5 buah tangki
g. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk
tinja berkapasitas 3 m3 dengan kondisi 1 buah
mau membangun dan menggunakan MCK
tangki tidak berfungsi. Peralatan Ke-3 instalasi
pribadi maupun umum untuk mengurangi
pengolahan limbah domestik tersebut diatas
beban
saat ini dalam keadaan rusak berat (bahkan
penerima
limbah
domestik
di
badan
air
selain peralatan, bangunan IPLT Babakan dan IPAL Soreangpun mengalami kerusakan). Tabel 3.24 menunjukkan rekapitulasi timbulan air limbah domestik di Kabupaten Bandung.
Instalasi Pengelolaan Air Limbah Industri Untuk menjaga kualitas air sungai, perlu dilakukan pengendalian terhadap air limbah
Berdasarkan hasil perhitungan timbulan air
industri yang dibuang ke badan air (sungai)
limbah domestik pada akhir tahun perencanaan
setempat.
adalah 5,98 m3/detik. Timbulan air limbah tersebut apabila tidak disalurkan dan diolah dengan
baik
akan
berpotensi
mencemari
lingkungan (pencemaran tanah dan badan air
Rencana pengelolaan air limbah industri adalah sebagai berikut : a. Pembangunan IPAL Terpadu di zone-zone
penerima) dan menimbulkan dampak kesehatan berupa
berjangkitnya
penyakit
industri seperti :
waterborne -
disease seperti diare, muntabel, dll.
IPAL Terpadu zone industri Rancaekek (untuk industri-industri yang berlokasi
Rencana
pengelolaan
air
limbah
domestik
di Kecamatan Rancaekek)
untuk Kabupaten Bandung adalah : a. Membuat
masterplan
pengelolaan
air
limbah domestik Kabupaten Bandung
IPAL Terpadu Zone Industri majalaya (untuk industri-industri yang berlokasi di
K e ca ma ta n
Solokanjeruk)
b. Pembangunan Tangki Septik Komunal
3 - 68
M a j a l a ya
da n
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung -
IPAL Terpadu Zone Industri Banjaran
fasilitas umum tiap Wilayah Pengembangan
(untuk industri-industri yang berlokasi
dapat dilihat pada tabel 3.28
di Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk 3.6.1 Pendidikan
dan Arjasari)
Jumlah fasilitas pendidikan skala lingkungan Serta
pembangunan
IPAL
Terpadu
di
kawasan industri Tegalluar dan Margaasih. b. Pembangunan
dan
optimalisasi
(TK, SD, SMP, SMU) di Kabupaten Bandung apabila dikaitkan dengan jumlah minimum
IPAL
industri
penduduk
pendukung
pendidikan pada umumnya belum memadai. yang ada pada saat ini masih kurang dan perlu penambahan
d. Penerapan
manajemen
produksi
bersih
pada industri e. Peningkatan
kesadaran
pelaku
industri
seiring
pendidikan
terutama
untuk
terpencil.
0leh
Polusi (MPP) atau Environmental Pollution
ditingkatkan
dalam
Control Manager (EPCM) di industri
pendidikan
ini
standard
sesuai
dengan
peraturan yang berlaku
sosial
dan
fasilitas
umum
akan
(baik skala kelurahan, kecamatan, wilayah maupun skala kota), sesuai dengan hirarki fasilitas sosial dan fasilitas umum tersebut. Fasilitas sosial dan fasilitas umum berupa pemerintahan
kelurahan),
sarana
(kantor
kecamatan/
kesehatan
(Puskesmas,
apotik), perdagangan (pasar, retail, toko, kios), pendidikan
(Taman
peningkatan
sebab
wilayah-wilayah itu
yang
pengembangan
selain
dan
perlu sarana
kuantitas
pemerataan
juga
kualitas
pelayanan pendidikan.
Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten
ditempatkan di setiap pusat-pusat permukiman
sarana
SMP/
3.6.2 Kesehatan
3.6 RENCANA SISTEM SARANA WILAYAH Fasilitas
SD/sederajat,
secara merata, bahkan dapat dikatakan masih
Penerapan Program Manager Pengendali
stream
perkembangan
sederajat dan SMA/sederajat tidak tersebar kurang
g. Penerapan secara ketat effluent standard
dengan
jumlah penduduk. Sarana
dalam peningkatan pengelolaan air limbah
dan
tingkatan
Berdasarkan persebaran fasilitas pendidikan
c. Pembangunan IPAL industri kecil terpadu
f.
setiap
Kanak-Kanak,
Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, Perguruan Tinggi),
dan
terminal penumpang (berupa sub-terminal). Rencana pengembangan faslitas sosial dan
Bandung
apabila
ditinjau
dari
lingkup
pelayanan lingkungan terdiri dari Puskesmas, Puskesmas pembantu, apotek/toko obat dan prakter dokter yang berfungsi sebagai sarana kesehatan skala lingkungan. Penyediaan sarana kesehatan di Kabupaten Bandung prasarana
berupa
peningkatan
pendukungnya
sarana
serta
dan
pemerataan
distribusi fasilitas kesehatan terutama apotek dan
puskesmas
pelayanan
setiap
pembantu, jenis
agar
fasilitas
tingkat
kesehatan
dapat lebih optimal baik untuk pelayanan skala kota dan regional. Juga pertimbangan layanan kesehatan
dikembangkan
melalui
program
dengan menginterfensi aspek lingkungan, aspek
3 - 69
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung prilaku, disamping aspek pelayanan itu sendiri.
(kecamatan/kelurahan) dengan tujuan agar perekonomian
3.6.3 Pemerintahan / Pelayanan Umum
tetap
berkembang
dengan
merata dan seimbang.
Sarana pemerintahan skala lingkungan (lokal) berupa
kantor
pemerintahan
kecamatan/
3.6.5 Peribadatan
Pemberdayaan
Kabupaten Bandung yang berdekatan dengan
Masyarakat, Pos Pemadam Kebakaran, Pos
Kota Bandung memiliki keberagaman etnis, ras
Keamanan
serta
kelurahan,
Lembaga dan
ketertiban,
pos/depo
agama
penduduknya.
Ketersediaan
kebersihan, pos polisi dll. Sarana pemerintahan
fasilitas peribadatan di Kabupaten Bandung jika
lingkungan ini harus tersedia di masing-masing
dilihat
wilayah administratif kecamatan/kelurahan.
berdasarkan agama secara kuantitas sudah
dari
komposisi
jumlah
penduduk
cukup memadai terutama untuk peribadatan 3.6.4 Perdagangan Sarana
umat muslim yaitu masjid/mushola sedangkan
perdagangan
skala
lingkungan
untuk keberadaaan tempat peribadatan lainnya
disediakan berupa pasar eceran (dapat berupa
masih belum merata hal ini sesuai dengan
pasar tradisional tapi sebaiknya berupa pasar
jumlah penduduk penganut agama tersebut
tertutup) dan toko lingkungan. Kebutuhan
yang tidak sebanyak penganut agama islam.
sarana ini memang besar sesuai dengan jumlah penduduk
Kabupaten
meningkat,
namun
Bandung
yang
penyediaannya
terus harus
mempertimbangkan kondisi wilayah setempat, jangan
sampai
penyediannya
RENCANA
PENGELOLAAN
DAN
PENANGANAN KAWASAN RAWAN BENCANA
satu
Pada dasarnya peristiwa bencana di Wilayah
kecamtan/kelurahan bertumpuk dalam jumlah
Kabupaten Bandung terdiri dari bencana banjir,
yang melebihi kebutuhan yang berakibat pada
gempa bumi, tanah longsor, angin kencang dan
persaingan tidak sehat dan gangguan terhadap
letusan gunung berapi. Peristiwa bencana di
tata ruang kota secara keseluruhan.
Kabupaten Bandung didominasi oleh kejadian
Sebagai contoh lokasi pasar yang terletak di
bencana banjir dan tanah longsor. Oleh karena
jalan kolektor ata arteri, ditambah dengan
itu pengelolaan serta perencanaan Wilayah
tidak tertatanya PKL (Pedagang Kaki Lima)
Kabupaten Bandung
sekitar pasar dengan baik akan berdampak
bencana
kepada
me m p e nga r u hi nya .
kemacetan
lalu
dalam
3.7
lintas
dan
sebagai
perlu memperhitungkan salah
satu Un t uk
aspek
yang
k e p e r l ua n
bertumpuknya sampah di ruas kolektor atau
perencanaan dan pengelolaan kawasan bencana
ruas arteri tadi.
diperlukan
0leh sebab itu masalah fasilitas perdagangan ini
menghasilkan
memerlukan perhatian yang besar agar tercipta
signifikan. Data dan Informasi tersebut dapat
kondisi ruang kota yang nyaman, aman dan
digali dari informasi geologi dan hidrologi atau
indah. Dengan demikian penyediaan sarana
dari kejadian bencana yang selama ini terjadi.
perdagangan ini untuk Kabupaten Bandung ditekankan pada pengaturan dan pengendalian jumlah
sarana
ini
di
tiap
lingkungan
3 - 70
data
dan
informasi
sehingga
prediksi dan analisa secara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 3.7.1 Banjir Banjir
antara lain :
merupakan
peristiwa
terbenamnya
·
daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, luapan air sungai, atau pecahnya tanggul penahan air. Di
Wilayah
daerah
Kabupaten
yang
beberapa
mengalami
banjir
merupakan daerah yang berada di sekitar aliran sungai Citarum serta anak sungainya seperti Kecamatan Banjaran, Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang. Untuk wilayah Kecamatan Banjaran,
wilayah
yang
mengalami
banjir
antara lain di sebagian wilayah Desa Banjaran, Desa Banjaran Wetan, Desa Tarajusari, dan Desa Kamasan. Di Kecamatan Dayeuhkolot daerah yang sering mengalami banjir antara lain
Kualitas
Lingkungan
dan
Peningkatan Partisipasi Masyarakat Rusaknya
daya
diakibatkan
dukung
kegiatan
lingkungan
pembangunan
perumahan dan permukiman di daerah resapan air, pembabatan hutan menjadi
Bandung
sering
Peningkatan
lahan pertanian dan bangunan pertambangan
dapat
serta
mengakibatkan
cepatnya aliran air menuju hilir. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai di lain pihak menghambat dan menyumbat aliran. Kombinasi antara kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan banjir serta genangan. Banjir semakin sering terutama jika
terjadi
hujan
lebat,
hal
ini
disebabakan pula karena sistem drainase yang tidak memadai.
sebagaian wilayah Desa Citeureup dan
Desa Dayeuhkolot serta Kelurahan Pasawahan dan Kelurahan Dayeuhkolot. Di Kecamatan Baleendah, Kelurahan Andir dan Kelurahan Baleendah
merupakan
daerah
yang
sering
mengalami banjir. Sedangkan di Kecamatan Bojongsoang, banjir sering terjadi di sebagian wilayah Desa Bojongsoang, Desa Bojongsari dan Desa Tegalluar. Ketinggian air pada saat banjir di daerah tersebut berkisar antara 50 – 300 cm. Pengelolaan daerah yang sering mengalami banjir adalah
dengan
pembangunan
khususnya
permukiman
pada
membatasi
kegiatan
perumahan
dan
tersebut.
Pada
daerah
beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi Ruang Terbuka Hijau.
Pengelolaan
daya
tergantung
dukung
perilaku
lingkungan
serta
kebiasaan
manusia dalam mengelola lingkungannya, diperlukan kesadaran serta inisiatif yang tinggi
dari
masyarakat
untuk
dari
mewujudkannya. Oleh karena itu dalam
bencana banjir serta antisipasinya, Pemerintah
pelaksanaannya di lapangan, peningkatan
Daerah perlu merencanakan beberapa kegiatan
kesadaran perlu ditunjang oleh kegiatan
Untuk
mengurangi
dampak
kerugian
3 - 71
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung yang terprogram melalui sosialisasi dan
Citarum serta anak sungainya (Kecamatan
pelatihan
masyarakat
mengenai
Banjaran,
pengelolaan
baik sebelum,
pada saat,
Bo jo ngsoa ng)
yang
perlu
direncanakan
selama
dalam
memerluka n
sistem
permasalahan
banjir
belum
tertangani terutama karena pemecahan
mengantisipasi bencana banjir berkaiatann
masalah banjir
dengan permasalahan lingkungan antara
memerlukan teknologi
tinggi serta biaya yang cukup mahal.
lain pembangunan dan peningkatan sarana kebersihan serta sanitasi di Wilayah aliran
Sistem peringatan dini ini akan sangat
sungai (terutama sungai Citarum) serta
efektif jika disertai dengan pelaksanaan
anak
mekanisme tanggap darurat. Mekanisme ini
sungainya
(Kecamatan
Banjaran,
Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang). Hal
berkaitan
lain
teknis operasional dan Aturan, termasuk
yang
perlu
direncanakan
adalah
dengan penyusunan petunjuk
penghijauan daerah sempadan sungai dan
sistem
konservasi lahan di wilayah hulu sungai,
kesehatan serta sekolah darurat, yang
akan dapat membantu penyerapan serta
harus dilakukan ketika dan setelah terjadi
salah satu upaya agar air tidak cepat
bencana banjir. Oleh karena itu perlu
mengalir.
direncanakan
Dalam
upaya
menahan
aliran
lepasannya
banjir.
signifikan
Selain
itu
berfungsi
pula
s ebagai
sedimentasi
serta
dengan
ini
pusat
bidang
penanganan
yang sering terkena banjir. Mekanisme tanggap darurat ini perlu disosialisasikan
menyumbang
bendung
juga
penanganan
di daerah aman tidak jauh dari wilayah
pada tiap anak sungai yang pengaruh debit air
mobilisasi,
bencana dan pembangunan rumah singgah
air,
direncanakan juga pembangunan bendung
kepada masyarakat terutama yang tinggal
dapat
di daerah langganan banjir .
penahan
Dalam
menerapkan
rangka
otomatisasi
serta
konsep eko-hidrologi sehingga diperoleh
penanganan lebih lanjut, perlu dilakukan
bangunan-bangunan
kegiatan inventariasasi data dan informasi
air
yang
ramah
dalam
lingkungan. ·
Baleendah,
peringatan dini (early warning) tersebut
maupun setelah bencana banjir. Hal
Dayeuhkolot,
Pembangunan
Fasilitas
Peringatan
data
kemudian
oleh masyrakat melalui internet secara on-
(early warning) dan mekanisme tanggap
line
darurat bencana banjir. ·
pada saat ini baru dimiliki oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dimana sistemnya telah terintegrasi. Kabupaten Bandung, sebagian wilayahnya merupakan langganan banjir terutama
basis
dilakukan analisis banjir yang dapat diakses
Dini
Fasilitas peringatan dini bencana banjir
bentuk
di daerah aliran sungai
3 - 72
Normalisasi Sungai dan Anak Sungai. Normalisasi sungai dimaksudkan agar air yang
mengalir
dikendalikan.
lancar
Kegiatan
dan ini
dapat
merupakan
kegiatan penanggulangan banjir yang telah dilakukan
secara
rutin
di
Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung melalui Pemerintah
(penyusupan
Provinsi Jawa Barat. Namun seringkali
Australia terhadap Lempeng Eurasia (7 cm/
upaya ini belum cukup terutama karena
tahun). Beberapa sesar aktif di Kabupaten
tingkat
pembuangan
Bandung yang berpotensi menimbulkan gempa
sampah yang tinggi. Pembangunan dan
tektonik di antaranya sesar Bandung; serta
normalisasi
sesar
sedimentasi sungai
dan yang
diperlukan
terutama di sekitar sungai Citarum serta anak sungainya diantaranya Citarum Hulu -
Kecamatan
Majalaya,
Cikambuy
Cikasungka - Kecamatan Soreang,
dan
Citarik
Hulu, Cijalupang, Cijagra, dan Ciburial Kecamatan
Cicalengka, Cisangkuy Hulu
dan Citalugtug - Kecamatan Banjaran dan Keca ma ta n
Pa meungpeuk,
Cikahiyangan -
Sunga i
Kecamatan Margahayu,
Kegiatan Penyodetan Sungai Cikapundung dan Normalisasi sungai Ciputat - Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah, Pembangunan Banjir Kanal Citarum, Pembangunan Banjir Tunel Citarum.
bumi
yang
terjadi
di
Kabupaten
cabang
misalkan
dari
sesar
Lempeng
Cimandiri,
Sukabumi; dan sesar Baribis, Subang. Gempa bumi vulkanik terjadi di daerah yang berdekatan dengan gunung berapi, bentuk keretakannya memanjang sama dengan gempa bumi tektonik. Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas, dimana geseran pada batuannya menghasilkan gempa
bumi.
Potensi
gempa
vulkanik
di
wilayah Kabupaten Bandung adalah di daerah yang berdekatan dengan gunung berapi, seperti Gunung Papandayan, Gunung Patuha, Gunung Wayang
dan
Gunung
Manglayang
meliputi
Kecamatan Cilengkrang, Cileunyi, Kertasari, Pangalengan,
3.7.2 Gempa Bumi dan Bahaya Gunung Berapi Gempa
kecil
lempeng)
Rancabali,
Pasirjambu
dan
Ciwidey. Daerah tersebut selain rawan bencana gempa vulkanik juga rawan aliran lahar
Bandung merupakan gempa bumi tipe tektonik
Untuk
dan gempa bumi vulkanik (gunung berapi).
bencana gempa bumi dan aliran lahar ini
Gempa
adalah
bumi
pelepasan
tektonik
tenaga
yang
disebabkan terjadi
oleh karena
pergeseran lempengan plat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
·
Peningkatan
salju.
perlahan
Lapisan
sehingga
tersebut
bergerak
berpecah-pecah
dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Salah satu
penyebab
gempa
adanya
subduksi
merencanakan
dari
beberapa
Kualitas
Bangunan
dan
Gempa dan Gunung Berapi
bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan
seperti
kerugian
Pembangunan Pusat Penanganan Bencana
tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan
itu akan hanyut dan mengapung di lapisan
dengan
dampak
kegiatan antara lain :
dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari
batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak
mengurangi
Kabupaten Bandung yang diliputi oleh Gunung
selain berpotensi mengalami gempa
tektonik juga vulkanik serta aliran lahar. Selain itu perlu juga dibangun rumah singgah rawan gempa terutama di daerah
yang berdekatan
dengan daerah sesar serta gunung api. Sebagai upaya penanganan bencana gempa dan aliran lahar,
3 - 73
perlu
direncanakan
juga
pusat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung nganan bencana gempa dan aliran lahar. Daerah yang perlu mendapatkan perhatian anatara lain meliputi Kecamatan Cilengkrang, Cileunyi, Kertasari, Pangalengan, Rancabali, Pasirjambu dan Ciwidey. ·
lambat dan menimbulkan kerusakan secara bertahap. Sementara itu, yang lainnya bergerak sangat cepat sehingga dapat menimbulkan kerugian dan korban jiwa yang sangat besar secara tiba-tiba dan tak terduga. Kecamatan
Program Penyusunan peraturan tentang ban-
yang merupakan kawasan longsor di antaranya
gunan
Pangalengan, Ibun,
Sebagai upaya prefentif jika terjadi bencana gempa dan aliran lahar, dalam hal ini perlu dilakukan pembatasan bangunan di daerah potensi gempa dan aliran lahar untuk meminimalisir jumlah korban serta hilangnya harta benda. Dalam hal ini diperlukan suatu pengaturan serta standarisasi bangunan dan fasilitas umum tahan gempa, hal ini juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat . ·
Beberapa gerakan tanah (longsor) berlangsung
Margaasih,
Cicalengka,
Ciwidey, Pasirjambu, Nagreg, Rancabali, Soreang, Cimenyan, Cilengkrang, Cikancung. Untuk mengurangi dampak akibat terjadinya bencana gerakan tanah (longsor) antara lain : ·
Identifikasi
inventarisasi
daerah
rawan gerakan tanah (longsor) Identifikasi dan Inventarisasi daerah rawan longsor
Inventarisasi daerah Rawan gempa bumi
dan
dilakukan
penyusunan
basis
melalaui data
kegiatan
kawasan
rawan
Dalam rangka otomatisasi serta penanganan
bencana gerakan tanah (longsor) antara lain
lebih lanjut, perlu dilakukan kegiatan inventa-
di Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Ibun,
riasasi data dan informasi dalam bentuk basis
Kecamatan
data kemudian dilakukan analisis dari gempa
Cicalengka,
Margaasih
dan
Kecamatan
yang dapat diakses oleh masyarakat melalui Data dan informasi yang terkumpul dapat
internet secara on-line
dinalisi serta dilakukan penyusunan basis data 3.7.3 Gerakan Tanah (Longsor)
dan informasi yang dapat diakses masyarakat
Gerakan tanah (longsor) merupakan peristiwa pergerakan lereng tanah yang umumnya terjadi saat hujan lebat, yang disebabkan oleh peningkatan kejenuhan air dan kenaikan muka air tanah akibat infiltrasi air hujan yang berlebihan. Proses penjenuhan tanah dapat dipercepat oleh hilangnya tutupan lahan, kondisi tanah yang retak-retak, dan limpasan air genangan dari areal persawahan dan kolam-kolam ikan di lereng.
3 - 74
secara Online.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ·
Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
& Bangunan Pembatasan
dapat
dilakukan
melalui
pembuatan aturan serta pengendalian untuk Pembatasan / larangan pembangunan daerah rawan longsor antara lain di Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Ibun, Kecamatan Kecamatan
Margaasih
dan
Kecamatan
Cicalengka. ·
Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Hasil
inventarisasi
gerakan
tanah
dan identifikasi
(longsor)
yang
rawan
dituangkan
dalam bentuk aturan serta dijelaskan dalam petunjuk
operasional
serta
mekanisme
tanggap darurat secara teknis sebelum, saat serta setelah bencana longsor. Hasilnya perlu dilakukan
sosialisasi
sehingga
masyarakat
mengerti dan sadar akan bahaya potensi bencana longsor tersebut.
3 - 75
Pemanfaatan Ruang
Bab 4
4.1 RENCANA PENATAGUNAAN TANAH, AIR, UDARA, DAN SUMBER DAYA LAINNYA 4.1.1
Penyelenggaraan penatagunaan tanah adalah: 1.
Pelaksanaan Penggunaan
RENCANA PENATAGUNAAN TANAH
dilakukan
Penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap bidang-
pola
penyesuaian
Penguasaan,
dan pemanfaatan tanah dapat melalui
penataan
kembali,
upaya
kemitraan, penyerahan dan pelepasan hak atas
bidang tanah yang sudah ada haknya dan/atau tanah
tanah kepada Negara atau pihak lain dengan
negara. Penatagunaan tanah tetap mengakui hak-hak
penggantian sesuai dengan perundang-undangan
atas tanah yang sudah ada.
yang berlaku
Hak dan kewajiban dalam penguasaan tanah adalah: 1. Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan tanah
2. Tata cara pelaksanaan kegiatan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a diatur dalam berbagai
dan dapat memanfaatkan tanah sesuai rencana tata
pedoman, standar dan kriteria teknis
ruang, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah; 2. Penguasaan tanah yang sudah ada haknya sebelum
A. RENCANA PENATAGUNAAN TANAH DI KAWASAN
adanya penetapan rencana tata ruang tetap diakui haknya;
Ketentuan
3. Penggunaan tanah setelah penetapan rencana tata ruang
LINDUNG
dapat
diperluas
penggunaa nya
apa bila
atau
dikembangkan
pengg unaan
da n
penguasaan
tanah
di
kawasan
lindung
adalah: 1. terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum
pemanfaatan tanahnya sesuai dengan recana tata
ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas
ruang.
tanah kecuali pada kawasan hutan
4. Pemanfaatan tanah setelah penetapan rencana tata
2. terhadap tanah dalam kawasan cagar budaya yang belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak
ruang tidak dapat ditingkatkan Pemanfaatannya
atas
apabila penggunaan dan pemanfaatan tanahnya
tanah
tertentu
sesuai
dengan
peraturan
perundangan – undangan yang berlaku kecuali pada
tidak sesuai dengan recana tata ruang Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tanah, maka:
lokasi situs 3. Penguasaan tanah pada kawasan yang ditetapkan
1. Pemegang hak atas tanah yang secara sukarela
berfungsi lindung yang dikuasasi oleh masyarakat
melakukan penyesuaian pemanfaatan tanah dapat
yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan
diberikan insentif;
rencana penyesuaian
ruang
disesuaikan
melalui
penyelenggaraan penatagunaan tanah;
2. Pemegang hak atas tanah dan atau pemakai tanah negara yang belum melaksanakan
tata
4. Penguasaan tanah pada bidang-bidang tanah yang berada di sempadan danau buatan, sungai, dan/
pemanfaatan tanahnya dapat dikenakan disinsentif.
atau jaringan prasarana lainnya, penggunaan dan
4-1
Pemanfaatan Ruang pemanfaatan
tanahnya
harus
masyarakat
yang
penggunaan
dan
memperhatikan kepentingan umum dan
pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan
terbuka untuk umum serta kelestarian
rencana tata ruang disesuaikan melalui
fungsi lingkungan;
penyelenggaraan penatagunaan tanah.
5. Kegiatan dalam pemanfaatan ruang di atas
Ketentuan pemanfaatan tanah dalam kawasan
dan atau di bawah tanah dapat dilakukan
budidaya adalah :
pemanfaatannya sepanjang sesuai dengan
1. Pemanfaatan
rencana tata ruang
tanah
yang
tidak
sesuai
dengan rencana tata ruang tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya;
Penggunaan tanah di dalam kawasan lindung
2. Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud
harus sesuai dengan fungsi lindung. Ketentuan
pada huruf a harus disesuaikan dengan
pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung
rencana tata ruang;
adalah :
3. Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya yang belum diatur dalam rencana rinci tata
1. Di dalam kawasan non-hutan yang berfungsi lindung diperbolehkan kegiatan budidaya
ruang
yang tidak mengganggu fungsi lindung
mempertimbangkan kriteria dan standar 4. P e n y e s u a i a n
fungsi lindung kawasan yang bersangkutan wajib
melaksanakan
dengan
pemanfaatan ruang;
secara terbatas dengan tetap memelihara serta
dilaksanakan
upaya
perlindungan terhadap lingkungan hidup;
pemanfaatan
sebagaimana
dimaksud
dilaksanakan
melalui
pada
tanah huruf
b
penyelenggaraan
penatagunaan tanah;
2. Kegiatan budidaya yang sudah ada di
5. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan mempunyai dampak
di atas dan atau di bawah tanah yang tidak
penting terhadap lingkungan hidup, serta
terkait
dapat mengganggu fungsi lindung harus
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dikembalikan ke fungsi
Pasal ini dapat dilaksanakan apabila tidak
bertahap
sesuai
lindung secara
dengan
6. kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang
TANAH
DI
penguasaan
atas
dan
dilaksanakan
KAWASAN BUDIDAYA Ketentuan
atau
di
bawah
berdasarkan
tanah
peraturan
perundang-undangan yang berlaku. tanah
di
kawasan
budidaya adalah:
4.1.2 RENCANA PENATAGUNAAN AIR
1. Penguasaan tanah dalam kawasan budidaya
A. Air Permukaan
harus sesuai dengan sifat pemberian hak,
Air
tujuan pemberian hak dan rencana tata
permukaan
dapat
digunakan
untuk
penyediaan air bersih dan kegiatan budidaya
ruang; 2. Penguasaan
tanah
tanah yang bersangkutan; di
PENATAGUNAAN
penguasaan
mengganggu penggunaan dan pemanfaatan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. RENCANA
dengan
perikanan. Untuk menjaga keberadaan air tanah
yang
dikuasai
permukaan yang multifungsi, perlu dilakukan
oleh
4-2
Pemanfaatan Ruang
upaya pembatasan atau pelarangan, seperti pembuangan
limbah
domestik
dan
non-
Pada zona ini, pengambilan air tanah pada
domestik langsung ke badan perairan sungai, pembuangan sampah, serta
kegiatan
Zona Konservasi Air Tanah I
akuifer tengah dan dalam telah intensif,
yang
ditandai dengan turunnya muka air tanah
mengganggu fungsi perairan ini.
sampai
jauh
di
bawah
muka
tanah
Sumber Air Baku/Air Bersih. Sumber air baku
setempat. Muka air tanah di zona ini
utama untuk penyediaan air bersih adalah
cenderung turun dengan kecepatan 1,5 -
sungai-sungai besar yang selama ini telah
8,7
menjadi sumber air baku dan menjadi potensi
mempertimbangkan
dengan
atas, pengambilan air tanah baru untuk
ketentuan
memenuhi
persyaratan.
meter/tahun. gejala
tersebut
di
Kualitas air ini makin ke arah hulu makin baik
berbagai
sebagai sumber air baku
dimungkinkan lagi.
Budidaya Perikanan. Upaya budidaya perikanan
Zona
pada sungai-sungai yang ada dilakukan melalui
pengambilan air tanah pada akuifer 40-50
pembuatan keramba dan jaring terapung serta
meter.
pembuatan kolam-kolam (empang) baik yang
kritsi
untuk
belum terjangkau oleh pelayanan air PDAM,
kolam retensi yang berfungsi untuk menunjang
diijinkan memanfaatkan air bawah tanah
sistem drainase.
pada kedalaman akuifer kurang dari 40
B. Air Tanah
meter dan 40 – 150 meter. Namun demikian debit sumur
Pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung pada
peraturan
yang
lebih dalam dari 150 m diperbolehkan hingga maksimum 300 m3 / hari.
dan Geologi, di mana pemanfaatan air tanah zona
konservasi
air
tanah.
Berdasarkan zona konservasi air tanah, maka
pada akuifer 40 – 150 meter. Pengambilan
pengambilan dan pemanfaatan air tanah zona
air tanah baru pada akuifer kedalaman
konservasi tanah harus menjadi acuan. Upaya
kurang dari 40 m hanya diperuntukan bagi
konservasi air tanah yang bertumpu pada aspek
keperluan air minum dan rumah tangga
teknis antara lain dilakukan dengan melakukan penyadapan
dengan debit maksimum 100 m3 / bulan,
dan
sedangkan 40 – 150 meter untuk keperluan
pembatasan debit sumur produksi. Pengaturan
selain industri dengan debit maksimum per
kedalaman penyadapan dan pembatasan debit
sumur 60 m3 / hari. Pengambilan air tanah
sumur bor produksi digambarkan pada Zona Konservasi Air Tanah berikut
Zona Konservasi Air Tanah II Zona kritis untuk pengambilan air tanah
untuk pemanfaatan ruang yang memerlukan
kedalaman
tidak lebih dari 100 m3 /
bulan. Pengambilan air tanah pada akuifer
telah
dikeluarkan oleh Direktorat Pusat Lingkungan
pengaturan
zona
tidak
setempat, yakni di daerah yang masih
kegiatan rekreasi pemancingan, maupun kolam-
berdasarkan
adalah
suda h
Bagi keperluan rumah tangga penduduk
dibuat khusus yang dimanfaatkan juga untuk
mengacu
ini
keperluan
Dengan
baru pada akuifer kedalaman lebih dari 150
(lihat Gambar
m diperbolehkan hingga maksimum 30 m3 /
4.1):
hari.
4-3
Pemanfaatan Ruang
Zona Konservasi Air Tanah III
ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.
Zona zona aman untuk pengambilan air
4.1.3
tanah pada akuifer keadalaman 40 – 150 m pengambilan air tanah baru diperbolehkan
Rencana penatagunaan udara terkait dengan
dengan debit maksimum per sumur 170 m3
/
hari.
Air
tanah
pada
transmisi
akuifer
listrik,
kedalaman 40 meter diperuntukkan bagi
dan
komunikasi,
kualitas
udara.
transmisi Transmisi
pemerintahan yang lebih tinggi. Saluran udara
dengan pengambilan maksimum 100 m3 /
transmisi listrik yang ada dewasa ini dianggap
bulan.
tetap
Zona Konservasi Air Tanah IV
demikian
keberadaannya,
untuk
pengalihan dan penambahan dalam Kabupaten Bandung harus direncanakan secara selektif
Zona aman dengan produktivitas akuifer
dan
rendah sampai langka, air tanah apabila
menghindari
kemungkinan
terjadinya
bahaya yang dapat ditimbullkannya.
ditemukan hanya cukup untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan keperluan
Guna menjaga kualitas udara, maka upaya-
lain
upaya mengurangi atau membatasi kegiatan
dengan
jumlah
kebutuhan
yang
terbatas.
gelombang
gelombang komunikasi diatur pada tingkat
keperluan air minum dan rumah tangga
RENCANA PENATAGUNAAN UDARA
yang
menimbulkan
polusi
udara
perlu
dilakukan, baik pembatasan emisi gas karbon
Zona Konservasi Air Tanah V
monoksida,
hidrokarbon
dan
timbal
(PB)
Zona ini adalah zona resapan air tanah
kendaraan bermotor melalui uji emisi, maupun
tidak untuk dikembangkan bagi berbagai
pembatasan gas buangan pada proses produksi
peruntukkan, kecuali untuk air minum dan
industri
rumah
pembuangan gas yang ramah lingkungan.
tangga
maksimum
100
dengan m3
/
pengambilan bulan.
Untuk
yang ditimbulkan oleh
dilakukan pengkajian hidrogeologi.
sumur
Ketentuan pemanfaatan air adalah: dan
badan
usaha
penerapan
teknologi
Perlu diantisipasi pula dampak polusi udara
keperluan lain dipertimbangkan setelah
1. Masyarakat
dengan
minyak,
sekitarnya.
kegiatan
khususnya
Selain
itu,
eksplorasi
bagi
kawasan
dengan
makin
meningkatnya penggunaan energi alternatif
dapat
memanfaatkan air permukaan dan air tanah
batubara
sebagai
pengganti
listrik
perlu
sesuai peraturan perundang-undangan yang
diantisipasi upaya-upaya pengendalian dalam
berlaku;
kaitannya dengan pencemaran udara. wajib
Untuk itu, sebelum dilakukan pembangunan
memelihara kualitas air baku permukaan
instalasi PLTU batubara atau instalasi sejenis
dan air tanah;
terlebih
2. Masyarakat
3. Masyarakat
dan
dan
badan
badan
usaha
usaha
dahulu
lingkungan
dilarang
harus
sebagai
ditempuh
dasar
pertimbangan
penerbitan perijinan.
mencemari air baku dan badan air sungai
Ketentuan pemanfaatan udara adalah :
dan danau di atas ambang batas yang
4-4
kajian
Pemanfaatan Ruang 1. Masyarakat
dan
badan
usaha
wajib
Potensi bahan tambang Galian C terdapat di
memelihara kualitas udara; 2. Masyarakat
dan
badan
Kecamatan
Cikancung,
Nagreg,
dilarang
Soreang, Margaasih dan Pameungpeuk. Namun,
mencemari udara di atas ambang batas
potensi galian C dalam skala kecil banyak
yang
dijumpai di seluruh kecamatan lain.
ditetapkan
usaha
Baleendah,
dalam
peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
Potensi sumber daya alami (pertambangan)
3. Pemanfaatan ruang udara di atas tanah
bahan galian golongan B (diantaranya emas)
yang dikuasai masyarakat dan badan usaha
terdapat
harus seizin pemilik hak atas tanah yang
Soreang.
bersangkutan. 4.1.4
RENCANA
Kecamatan
Pangalengan
dan
Potensi sumber daya alami (pertambangan) PENATAGUNAAN
panas
SUMBER
(geothermal)
terdapat
di
Ranacbali dan Kecamatan Ciwidey.
Sumberdaya alam lain di Kabupaten Bandung
Rencana penatagunaan potensi sumber daya
adalah sumber daya tambang Galian C, galian B
lainnya adalah sebagai berikut :
(emas), dan panas bumi. Sumber daya tambang
1. Pemanfaatan potensi pertambangan dilakukan di luar kawasan lindung, dan dapat dilakukan di kawasan yang selama ini sudah dimanfaatkan untuk penggalian.
pasir sungai perlu penatagunaan karena untuk terjadi
bumi
Kecamatan Ibun, Pangalengan, Pasirjambu,
DAYA LAINNYA
mengantisipasi
di
gangguan
terhadap
tanggul sungai atau retaining wall.
Kegiatan usaha pertambangan lainnya yang
2. Pemanfaatan
potensi
pertambangan
perlu diperhatikan adalah dampak kerusakan
dilakukan di luar kawasan lindung, dan
lingkungan yang ditimbulkannya.
Selain itu,
dapat dilakukan pada lokasi yang sudah
perlu
penertiban
teridentifikasi
upaya
pengawasan
dan
memiliki
potensi
bahan
kegiatan penambangan liar yang tidak memiliki
galian C. Bila guna lahan eksisting-nya
ijin, sehingga selain menimbulkan dampak
adalah kawasan budidaya, maka setelah pemanfaatan galian C ini, fungsi guna lahan
kerusakan kualitas lingkungan, juga hilangnya pendapatan
daerah
dari
retribusi
harus dikembalikan kepada fungsi yang
yang
ditetapkan
seyogyanya didapatkan.
lahan.
4-5
pada
rencana
pemanfaatan
Pemanfaatan Ruang 3. K e g i a t a n
pemanfaatan
pertambangan
harus
potensi
pengembangan
memperhatikan
ditimbulkan.
Kawasan
ini
sempadan
yang
sesuai,
serta
wilayah.
harus
A.
dibatasi dari pengunaan lahan lain, dengan garis
transportasi,
tahapan pengembangan sarana dan prasarana
ekosistem sekitarnya serta dampak negatif yang
sistem
Tahapan pengendalian kawasan lindung
adalah :
untuk
difungsikan sebagai kawasan penyangga
1. Pencapaian
keselamatan.
porsi
kawasan
lindung
sebesar 30 % dari luas seluruh wilayah kabupaten
melalui
pelaksanaan
rehabilitasi dan konservasi: a. Mempertahankan kecukupan kawasan lindung
yang
ada
dengan
porsi
sebesar 30 % dari luas seluruh wilayah b. Peningkatan kualitas fungsi lindung pada
kawasan
lindung
yang
kondisinya sudah menurun dilakukan melalui pelaksanaan rehabilitasi dan pada
kawasan
lindung
yang
kondisinya baik dilakukan melalui konservasi. 2. Tahapan efisiensi
4.2 PROGRAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN 4.2.1
alam
TAHAPAN PENGEMBANGAN
pengembangan pemanfaatan
dan
program
sumber daya
buatan
ditentukan
berdasarkan kriteria tingkat kekritisan
Tahapan pengembangan sampai dengan tahun
dan tingkat kerusakan.
2027 dibagi ke dalam 4 tahap, yaitu : tahap
B. Tahapan pengembangan kawasan budidaya
pertama adalah dari tahun 2007 sampai 2012,
berfungsi lindung dan kawasan budidaya
tahap kedua adalah dari tahun 2012 sampai
secara umum didasarkan pada kriteria
2017, tahap ketiga adalah dari tahun 2017
dukungan
sampai 2022 dan tahap keempat adalah dari
pada
ekonomi
wilayah
dan
pengembangan wilayah serta daya dukung
tahun 2022 sampai 2027.
dan daya tampung lingkungan. C. Tahapan pengembangan sistem transportasi
4.2.2 KRITERIA TAHAPAN PENGEMBANGAN
didasarkan
pada
kriteria
pemecahan
Kriteria pentahapan program penataan ruang
perso a la n
dibagi ke dalam tahapan pengendalian kawasan
kebutuhan
lindung dan pengembangan kawasan berfungsi
pada ekonomi wilayah dan pengembangan
lindung
wilayah.
secara
terkendali,
pengembangan kawasan budidaya,
tahapan tahapan
4-6
me nd esa k, masyarakat,
p emen uha n
serta
dukungan
Pemanfaatan Ruang D. Tahapan
pengembangan
prasarana
dan
kembali dengan mengenakan biaya kepada
sarana wilayah meliputi prasarana sumber
pemakai
daya
penyediaan
air
dan
irigasi,
drainase
dan
demi
menjamin
pelayanan
kelangsungan
kepada
masyarakat.
persampahan, serta prasarana energi dan
Bentuk-bentuk kerjasama dalam pembiayaan
telekomunikasi didasarkan pada kriteria
diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
pem eca ha n
perundang-undangan..
pe rs o a la n
me nd esa k,
pemenuhan kebutuhan masyarakat, serta dukungan
pada
ekonomi
wilayah
dan
4.2.4 INSENTIF DAN DISINSENTIF
pengembangan wilayah.
Bentuk perangkat insentif dan disinsentif yang dapat diterapkan terdiri dari aspek pengaturan
4.2.3 PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
atau kebijakan, aspek ekonomi, dan aspek
Alokasi pembiayaan bagi pelaksanaan program-
pengadaan langsung oleh Pemerintah Daerah.
program
Jenis perangkat insentif dan disinsentif terdiri
pembangunan
bersumber
dari
pemanfaatan
anggaran
ruang
Pemerintah,
dari :
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten,
1. Perangkat yang berkaitan dengan elemen
dunia usaha dan masyarakat, serta sumber
guna lahan;
pendapatan lainnya yang sah serta atau dalam
2. Perangkat
bentuk kerjasama pembiayaan. Pemerintah
yang
berkaitan
dengan
berkaitan
dengan
pelayanan umum;
Kabupaten dapat bermitra dengan pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan barang
3. Perangkat
publik, seperti taman, pasar dan rumah sakit,
yang
penyediaan prasarana.
dan sejenisnya. Barang dan pelayanan publik dapat disediakan secara penuh oleh pihak swasta, yang mencakup sekolah swasta, jasa
A. INSENTIF
keuangan, dan jasa pelayanan lainnya.
Insentif
Untuk
meningkatkan
mendorong
akan
diberikan
pengembangan
pusat
untuk primer/
dan
kinerja
membagi
beban
hirarkhi IIa Soreang, pengembangan kawasan
pelayanan publik, maka bentuk kerjasama
khusus/tertentu Kota Baru Tegalluar, Kawasan
peran serta, dan kemitraan antara Pemerintah
Olah Raga Si Jalak Harupat dan Kawasan
Kabupaten,
harus
Industri Margaasih.
dapat
Insentif
pelayanan
didorong.
publik
swasta
kualitas
khusus
serta
dan
Pemerintah
masyarakat Kabupaten
mengenakan ongkos atas penyediaan barang publik,
yang
mencakup
jalan,
lainnya
yang
dibiayai
mendorong
pengembangan
hirarkhi IIa meliputi:
saluran,
1. Pembangunan Jalan Tol Pasirkoja – Soreang
jembatan, trotoar, taman, pasar dan pelayanan pemerintah
untuk
atau jalan akses tol pasirkoja;
oleh
2. Pembangunan
Pemerintah.
sarana
pemerintahan,
perdagangan dan jasa serta fasilitas umum
Pembangunan prasarana yang secara langsung
dan sosial lainnya ;
memberikan keuntungan finasial harus dibayar
4-7
Pemanfaatan Ruang 3. Kemudahan perijinan perubahan rencana tapak
bagi
pengembang
yang
adalah :
telah
1.Tidak dikeluarkan ijin lokasi baru untuk
memiliki ijin sebelumnya. Insentif
untuk
permukiman kepadatan tinggi, ijin lokasi
mendorong
pengembangan
baru
Kawasan Kota Baru Tegalluar meliputi:
dengan kajian
1. Pembangunan interchange Toll Majalaya -
kepadatan geologi
berdasarkan
Gedebage;
untuk
permukiman
rendah
berdasarkan
dan
geohidrologi
ketentuan
serta
perundang-
undangan lainnya;
2. Pembangunan danau yang sekaligus sebagai
2.Tidak dibangun jaringan prasarana baru
tempat rekreasi;
kecuali prasarana vital Daerah.
3. Kemudahan perijinan perubahan rencana tapak
diperkenankan
bagi
pengembang
yang
Sedangkan disinsentif yang dikenakan untuk
telah
memiliki ijin sebelumnya. Insentif
untuk
mendorong
pengembangan
Kawasan Olah Raga Si Jalak Harupat adalah: 1. Kemudahan perijinan; 2. Pemberian keluwesan batasan KLB dan ketinggian bangunan; 3. Penyediaan pelayanan jaringan utilitas air dan drainase. Insentif
untuk
mendorong
pengembangan
Penertiban pembangunan di Kawasan Bandung Utara sebagai usaha pengelolaan kawasan lindung.
Kawasan Industri Margaasih adalah:
mengendalikan
pembangunan
dan
1. Pembangunan jalan akses menuju kawasan;
perkembangan di wilayah Bandung Selatan
2. Kemudahan perijinan;
adalah pengenaan denda terhadap kegiatan yang
3. Pemberian keluwesan batasan KLB dan
menimbulkan
kepentingan
ketinggian bangunan;
dampak
umum
negatif
seperti
bagi
gangguan
keamanan, kenyamanan dan keselamatan.
4. Pemberian pelayanan jaringan utilitas air dan drainase.
4.2.5 PROGRAM PENATAAN KAWASAN 1. Program untuk penataan kawasan perkotaan dilakukan melalui kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan, peraturan pembangunan dan standar teknis, meliputi :
B. DISINSENTIF Disinsentif
khusus
akan
dikenakan
untuk
mengarahkan/mengendalikan pembangunan di wilayah Bandung Utara dan mengendalikan pembangunan di wilayah Bandung Selatan.
a. Revisi
Penyusunan
Disinsentif yang dikenakan untuk menghambat
Terperinci
pembangunan
Perkotaan Soreang.
di
wilayah
Bandung
Utara
4-8
Tata
Rencana Ruang
Detail/ Kawasan
Pemanfaatan Ruang b. Revisi
Penyusunan
Terperinci
Tata
Rencana Ruang
Detail/
3. Penataan kawasan perdesaan dilakukan
Kawasan
melalui penyusunan rencana tata ruang
Perkotaan Majalaya. c. Revisi
kawasan perdesaan
Penyusunan
Terperinci
Tata
Rencana Ruang
sejenis.
Kawasan
4. Program
Penyusunan
Terperinci
Tata
Rencana Ruang
Detail/
Penyusunan
Kawasan
Terperinci
Tata
Rencana Ruang
pengembangan
regulasi
dan
kelembagaan lainnya meliputi: a. Kajian dampak fiskal pada jalan-jalan
Perkotaan Cileunyi-Rancaekek. e. Revisi
pengembangan
kawasan agropolitan atau nama lain yang
Detail/
Perkotaan Banjaran. d. Revisi
dan
kolektor
Detail/
sebagai
kawasan
jasa
perdagangan di Jalan Kopo - Soreang,
Kawasan
Jalan Bojongsoang - Dayeuhkolot, Jalan
Perkotaan Baleendah.
Cibiru - Cileunyi, Jalan Cileunyi – Rancaekek. b. Kajian
Penentuan
definisi
ambang
batas boros air untuk industri
dan
standarisasi pengelolaan air dengan cara daur ulang, c. Penyusunan kaidah pertambangan dan reklamasi. f.
d. Penyusunan
Penyusunan Rencana Detail/Terperinci Tata
Ruang
Kawasan
Pelaksanaan
Perkotaan
melalui Detail
kawasan kegiatan
Tata
peraturan
strategis
dilakukan
penyusunan
Rencana
Ruang
Kawasan
pembangunan
dan
Tata
Ruang
Izin Pemanfaatan Tanah.
Strategis,
f.
standar
Penetapan Bangunan
Perda sebagai
tentang
Tata
pengganti
Perda
tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Bandung.
a. Penyusunan Rencana Detail/Terperinci Tata Ruang Kawasan Strategis Kota Tegalluar
Rencana
e. Review Perda No. 2 tahun 2001 tentang
teknis, yang terdiri dari:
Baru
Operasional
Wilayah Kabupaten Bandung
Cicalengka. 2. Penataan
Petunjuk
dan
g. Penyusunan Perda tentang Penataan
Penyusunan
Bangunan
Petunjuk Operasional Pengembangan
Bandung.
KBT secara Parsial.
h. Penyusunan
b. Penyusunan Rencana Detail/Terperinci
Setempat
peraturan
di
Kabupaten
zonasi/zoning
regulation pada kawasan perkotaan
Tata Ruang Kawasan Strategis Stadion
dan kawasan Strategis.
Si Jalak Harupat (kawasan industri, i.
perumahan dan jasa perdagangan).
Penyusunan sistem, mekanisme dan prosedur tentang pencetakan sawah
4-9
Pemanfaatan Ruang irigasi
dan
jaringannya
diteruskan sejauh tidak mengganggu
sebagai
fungsi lindung.
kompensasi alih fungsi lahan; j.
Penerapan
sistem
prosedur
yang
Kegiatan budidaya yang mengganggu dan
atau
terpaksa
mengkonversi
membatasi rasio lahan terbangun untuk
kawasan
permukiman
dengan ketentuan-ketentuan peraturan
penduduk
di
Kawasan
berfungsi
perundangan
pedesaan; k. Kajian instrumen fiskal yang bersifat disinsentif sebagai dasar penentuan Nilai Jual Objek Pajak
lindung,
yang
sesuai
berlaku
harus
dikembalikan kepada fungsi semula. b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
di Kawasan
Pedesaan
Pengawasan keberadaan vegetasi dan fauna, serta pengendalian aktivitas di
4.2.6 PROGRAM
PENGELOLAAN
atasnya
KAWASAN
Rehabilitasi,
konservasi,
dan
Cikancung.
Mengarahkan secara bertahap kawasansesungguhnya
lokasi
dan
standar
tetap,
terbatas,
hutan
tanaman tanaman
hutan
produksi
rakyat,
pertanian
tahunan keras)
Cilengkrang dan Cileunyi. c. Kawasan Perlindungan Setempat
lokasi
Inventarisasi, evaluasi garis sempadan danau
/
situ
karakteristiknya,
lebih
sesuai serta
dengan rehabilitas
lahan di sepanjang garis sempadan
terperinci di bawah.
tersebut dengan lokasi Waduk Cileunca
Pelarangan kegiatan budidaya pada
dan
kawasan lindung mencakup kawasan
Kecamatan Pangalengan, Danau Ciharus
hutan
dan
lindung,
hutan
konservasi,
Cipanunjang Pangkalan
yang
terdapat terdapat
di di
kawasan rawan bencana gunung berapi
Kecamatan Ibun, Danau Patengang di
dan kawasan rawan gerakan tanah
Kecamatan Ciwidey, dan waduk yang
kecuali
terdapat di Kecamatan Rancabali.
tidak
mengganggu
fungsi
lindung kawasan tersebut.
(perkebunan/
pada
bangunan,
khususnya di Kecamatan Cimenyan,
memenuhi untuk ditetapkan sebagai produksi
kepadatan
sumur resapan di Seluruh kecamatan,
teknis
kawasan lindung pada Kawasan hutan
Pengaturan
vegetasi dan pembuatan parit resapan,
sesuai
untuk kawasan lindung dan secara kriteria
Ciwidey,
Ibun, Paseh, Cimaung, Cicalengka dan
rangka mempertahankan fungsi lindung yang
Cimenyan,
Kertasari, Banjaran, Arjasari, Pacet,
pengelolaan kawasan lindung dalam
kawasan
Cileunyi,
Rancabali, Pasirjambu, Pangalengan,
a. Kawasan Lindung (secara umum)
Kecamatan
Cilengkrang,
LINDUNG
di
Inventarisasi, evaluasi garis sempadan
Kegiatan budidaya yang sudah ada di
sungai sesuai dengan karakteristiknya,
kawasan lindung yang ditetapkan dapat
serta rehabilitas lahan di sepanjang
4 - 10
Pemanfaatan Ruang garis sempadan tersebut di sebagai
dan taman wisata alam di Kecamatan
berikut
Pasirjambu, Rancabali, Pangalengan,
:
Sungai
utama
(Sungai
Citarum), dan anak sungai Citarum yaitu Sungai Cimahi, Sungai Citarum Hulu, Cisangkuy dan Ciwidey; yang melewati
Kecamatan
Solokanjeruk,
Ciparay,
Dayeuhkolot,
:
Cimaung. e. Kawasan Rawan Bencana Alam.
Majalaya,
Pengendalian kawasan bencana banjir di Kecamatan Bojongsoang, Baleendah,
Bojongsoang,
Dayeuhkolot,
Margahayu,
Ciparay,
Rancaekek,
Pameungpeuk, Cangkuang, Katapang,
Majalaya, Cikancung, Paseh, Banjaran
Soreang, Margahayu.
dan Solokanjeruk
Inventarisasi, evaluasi garis sempadan mata
air
sesuai
dengan
serta
rehabilitas
karakteristiknya,
Normalisasi
sungai
dan
pembuatan
embung di Kecamatan Bojongsoang, Rancaekek,
Majalaya,
Cikancung,
lahan di sepanjang garis sempadan
Cicalengka, Paseh, Nagreg, Cimenyan
tersebut dengan lokasi di Mata air
dan Sub DAS Cirasea (Ibun, Kertasari,
sekitar perbukitan utara, timur dan
Pacet, Ciparay, Baleendah, Arjasari)
selatan Kabupaten Bandung.
Penataan dan perbaikan lingkungan kawasan sempadan sungai, danau/situ, mata air yang telah tebangun secara tidak sungai,
tertata
di
daerah
danau/situ,
sempadan
mata
air
di
Kabupaten Bandung.
Pengendalian
kegiatan
yang
mempengaruhi fungsi DAS di daerah Das Citarum Hulu.
Normalisasi aliran sungai
d. Kawasan Pelestarian Alam.
Pengembangan
dan
pemeliharaan
keaktifan gunung berapi dan gempa
fauna,
bumi di Kecamatan Pangalengan, Ibun,
satwa,
dan
ekosistem
khas
melalui sistem zonasi untuk tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi di lokasi THR Juanda di
Rancabali dan Pasirjambu.
Pangalengan. Pengembangan
kanal
aliran
lava
di
Pangalengan, Kertasari dan Rancabali.
Ranca Upas di Kecamatan Rancabali, Cibolang dan Cileunca di Kecamatan
Pembuatan
Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, Ibun,
Kecamatan Cimenyan, Kawah Putih dan
Observasi seismik untuk menentukan
taman hutan raya melalui perlindungan
Pengendalian kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor di Kecamatan
dan
pemeliharaan
kawasan suaka alam yaitu cagar alam
4 - 11
Cimenyan,
Cicalengka,
Banjaran,
Arjasari, Ciparay, Ibun dan Pacet;
Pemanfaatan Ruang
Relokasi
permukiman
dari
beberapa kecamatan antara lain di Kecamatan Rancaekek, Bojongsoang, Majalaya, Katapang, Ciparay, Soreang, Pasirjambu, Baleendah, Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, dan Pangalengan; Peningkatan intensifikasi pertanian,
pengembangan komoditas bernilai ekonomis, penganekaragaman budidaya tanaman tahunan, peningkatan produktivitas lahan dengan multi kultur, pengembangan budidaya pertanian yang berfungsi konservasi pada kawasan lahan kritis hampir di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Bojongsoang, Margahayu, Dayeuhkolot, Katapang, Rancaekek, Majalaya, dan Solokanjeruk. Pengembangan budidaya perkebunan/
buah-buahan dengan partisipasi masyarakat dan pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian di Kecamatan Rancabali, Ciwidey , Pasirjambu, Pangalengan, Cimaung, Arjasari dan Kertasari; Intensifikasi budidaya perikanan di
kawasan
rawan bencana alam banjir, gunung berapi, gempa bumi dan gerakan tanah 4.2.7 PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN a. Kawasan Hutan
Pengembangan
budidaya
produksi
dan
pengembangan
tumpang
sari
untuk
ekonomi
masyarakat
hutan
pengembangan di
Kecamatan
Cimenyan,
Rancabali,
Cangkuang,
Cimaung,
Cilengkrang, Ciwidey,
hutan
Pangalengan, Kertasari, dan Ibun
Pengembangan budidaya perkebunan/ buah-buahan
dengan
partisipasi
masyarakat, dan pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian pada hutan produksi terbatas di Kecamatan Cilengkrang, Ciwidey,
Cimenyan,
Rancabali,
Cangkuang,
Cimaung,
Pangalengan, Kertasari, dan Ibun.
Kecamatan Ibun, Majalaya, Ciparay, Pacet dan Bo j o ng so a ng dan pemanfaatan/pengelolaan situ-situ di Kecamatan Pangalengan, Rancabali, Ibun dan Kertasari;
Pengembangan budidaya perkebunan/ tanaman keras, dan pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian pada hutan rakyat tersebar hampir di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan
Intensifikasi Kecamatan Ciwidey, Cikancung, Cimaung
Lokasi
Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Dayeuhkolot, Ranca ekek,
Margahayu,
Katapang,
Solokanjeruk,
da n
Majalaya. b. Kawasan Pertanian
Intensifikasi
pertanian,
perbaikan
saluran irigasi dan bangunan irigasi lainnya, pengembangan pertanian organik dan teknologi budidaya yang berwawasan lingkungan, dan pengendalian konversi lahan tersebar di
4 - 12
budidaya peternakan di Pangalengan, Kertasari, Pasirjambu, Arjasari, Ibun, Pacet, Paseh dan pengembangan
dan
pembangunan kawasan produksi dan pengolahan produksi peternakan, yaitu: i.
Kecamatan
Cimaung
dengan
komoditas : sapi perah, sapi potong; ii. Kecamatan Pacet dengan komoditas sapi perah;
Pemanfaatan Ruang iii. Kecamatan
Cimenyan
dengan
komoditas : unggas, domba dan sapi
komoditas : sapi perah, sapi potong,
potong; xiv. Kecamatan
domba; iv. K e c a m a t a n
Paseh
xv. Kecamatan komoditas
potong; Cileunyi
dengan
deras,
komoditas : pengolahan ikan, sapi So reang
Pasirjambu :
unggas,
kambing
dengan
kolam
perah
air dan
pengolahan ikan; xvi. Kecamatan
potong dan pembesaran ikan; vi. Keca mata n
dengan
komoditas : unggas dan domba;
dengan
komoditas : sapi perah dan sapi v. Kecamatan
Majalaya
Kertasari
dengan
komoditas : domba;
dengan
xvii. Kecamatan
komoditas : sapi potong, domba,
komoditas
unggas dan kolam air deras;
Banjaran
:
dengan
pembenihan
ikan,
kolam air deras, pengolahan ikan dan unggas; xviii. Kecamatan
Ciwidey
dengan
komoditas : kambing perah dan kolam air deras; xix. Kecamatan
Rancabali
dengan
komoditas : sapi perahdan kelinci; xx. Kecamatan
Cikancung
dengan
komoditas : domba; xviii. K e c a m a t a n
Ibun
dengan
komoditas : unggas; xxii. Kecamatan viii. Kecamatan
Kutawaringin
komoditas
dengan
xxiii. Kecamatan
unggas dan kolam air deras; C i pa ra y Arjasari
x. Kecamatan
Rancaekek
dengan
Cilengkrang
dengan
komoditas: domba, sapi perah dan sapi potong; xii. Ke ca ma ta n
N a g r eg
d e nga n
komoditas : unggas dan sapi potong; xiii. Kecamatan
Cicalengka
dengan
xxiv. Kecamatan Bojongsoang dengan komoditas : pengolahan ikan.
Pengembangan
Kawasan
Wisata,
meliputi :
komoditas : domba dan unggas; xi. Kecamatan
Cangkuang
kolam air deras;
dengan
komoditas : domba;
pengolahan
komoditas : kelinci, domba dan
denga n
komoditas : sapi potong dan domba; ix. Kecamatan
: domba,
dengan
hasil peternakan;
komoditas : sapi potong, domba, ix. Keca ma ta n
Baleendah
dengan
4 - 13
a. Pengembangan dan
museum
kawasan di
budaya
Kecamatan
Soreang, Pengembangan kawasan seni
budaya
di
Kecamatan
Cimaung, Desa Campaka Mulya,
Pemanfaatan Ruang Gunung
Puntang.
kawasan
Pengembangan
wisata
budaya
Kamojang,
di
Racun,
Banjaran,
Cijapati;
Pacet,
Rancaekek, Baleendah, Cimenyan,
f.
Pasirjambu;
Situ
Kawah
Cibuni,
Kawasan
Pengembangan kawasan olahraga terpadu dan wisata olah raga,
b. Rencana Pengembangan Kawasan Kampung
Wi s a ta
antara
Ga m b u ng
Jelekong
kepurbakalaan
di
Kecamatan Rancaekek;
agrowisata Rancabali,
pada
Wisata
Kecamatan Ciwidey,
Pasirjambu
wisata
PENGEMBANGAN BERDASARKAN
a. P e n g e m b a n g a n Kota
Soreang
WP
FUNGSI
Soreang
(Kecamatan
Kutawaringin,
–
Ciwidey,
Soreang, Rancabali,
Pasirjambu dan Katapang), meliputi.
dan
Penataan
sarana
pemerintahan
Kecamatan Pangalengan; e. Pengembangan
Margahayu,
WILAYAH PENGEMBANGAN.
kawasan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kutawaringin – Katapang dengan pusat
Kawasan di
PROGRAM KECAMATAN
c. Pengembangan perlindungan dan
Lingkungan
di
Cimenyan dan Cikancung; 4.2.8
d. Pembangunan
:
(Kecamatan
Baleendah);
pemeliharaan
lain
Kutawaringin,
(Kecamatan Pasirjambu) dan Desa Wisata
Cileunca,
Cisanti, Cibolang, Curug Simandi
Kecamatan Ciwiidey, Pangalengan, Margaasih,
Situ
dan
dan
prasarana
perkotaan
skala
kabupaten; alam
di
Perdagangan,
Gunung Patuha, Kawah Putih, Ranca
pengalihan
Upas, Air Panas Cimanggu, Air Panas
Bandung;
Ciwalini, Situ Patenggang, Kawah
untuk
mengantisipasi
perdagangan
dari
Kota
Jasa yang mendukung kegiatan fungsi wilayah, baik skala WP maupun skala Kabupaten;
Pembangunan industri pada zone-zone industri diarahkan
yang
ada
untuk
(infilling)
menjadi
dan
kawasan
industri;
Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis
Wisata alam Kawah Putih
4 - 14
sebagai
lumbung
Metropolitan Bandung;
padi
Pemanfaatan Ruang
Pengembangan ekowisata di Ciwidey,
diarahkan
Pasirjambu dan Rancabali;
industri.
Pengembangan
industri
yang
mendukung pertanian (agroindustri);
Pengembangan
agropolitan
pusat
Kota
Baleendah
Baleendah,
(Kecamatan dan
Bojongsoang).
Penataan
Pengembangan
dan
lumbung
padi
ekowisata
di
Pengembangan agribisnis
d. Pengembangan WP Majalaya dengan Pusat Kota
sarana
sebagai
Pangalengan
dengan
Dayeuhkolot,
kawasan
Metropolitan Bandung
Ciwidey,
WP Baleendah
menjadi
Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis
Pasirjambu dan Rancabali b. Pengembangan
untuk
prasarana
Majalaya
(Kecamatan
Majalaya,
Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari,
perkotaan;
Paseh, dan Ibun).
Pengembangan permukiman;
Pengembangan permukiman;
Pembangunan industri pada zone-zone
Pengembangan jasa serta perdagangan grosir;
industri yang sudah ada (infilling) dan diarahkan
untuk
menjadi
kawasan
industri yang sudah ada dan diarahkan
Pengembangan pertanian sawah irigasi
untuk menjadi kawasan industri;
di Baleendah dan Bojongsoang;
Pengembangan
perikanan
di
Pengembangan pertanian;
Pengembangan
Bojongsoang;
Pengembangan
c. Pengembangan Pusat
Kota
pendidikan
WP
Banjaran
Banjaran
dengan
sarana
(Kecamatan
dan
Pengembangan Peternakan sapi perah dan kegiatan ikutannya di Kecamatan Kertasari
dan
Pacet
serta
pengembangan peternakan domba di Pacet;
prasarana
perkotaan
Pengembangan Ekowisata di Ibun dan Kertasari;
Pengembangan permukiman.
Pembangunan industri pada zone-zone industri
di
Ibun;
dan
Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung dan Pangalengan). Penataan
agroforestry
Kecamatan Pacet, Kertasari, Paseh dan
kegiatan sosial;
Pengembangan industri pada zone-zone
industri;
yang
ada
(infilling)
Pengembangan Panas Bumi di Ibun
e. Pengembangan WP Cicalengka dengan
dan
4 - 15
pusat
Kota
Cicalengka
(Kecamatan
Pemanfaatan Ruang Cicalengka, Nagreg dan Cikancung).
Tegalluar (Industri, pemukiman, Jasa/ Perdagangan, Pariwisata, dan Kegiatan
Pengembangan industri pada zone-zone
Komersial lainnya;)
industri yang sudah ada;
Pembangunan
waduk/danau
buatan
Pengembangan perdagangan grosir;
(pengendalian banjir dan penyediaan
Pengembangan pertanian;
air baku).
Pengembangan permukiman;
Pengembangan peternakan sapi potong di
Kecamatan
Cikancung
dan
pengembangan peternakan ayam di Cicalengka f.
Pengembangan
WP
Cileunyi-Rancaekek
dengan pusat kota Cileunyi (Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek).
Pengembangan permukiman
Pengembangan perdagangan grosir
Pengembangan industri Pada zone-zone
Pengendalian banjir yang terjadi tiap musim hujan
b. Kawasan Olah Raga Terpadu (Stadion Si Jalak
industri yang sudah ada.
Harupat)
Kecamatan
Kutawaringin
Pengembangan pertanian
g. Pengembangan WP yang berorientasi ke
Pengembangan dan penataan Kawasan Olah raga si Jalak Harupat
Kota Bandung (Margahayu - Margaasih dan
Cimenyan – Cilengkrang yang merupakan
Manajemen Estat, Permukiman Atlet, Sarana
PKN Kota Bandung).
Peribadatan,
Telekomunikasi,
Pengembangan permukiman;
Pengembangan perdagangan dan jasa;
Pengembangan pertanian;
Pengembangan
Kawasan
di
Sarana
Industri
Jasa,
Kesehatan
Sarana
Perdagangan, dan
Kegiatan
Komersial Lainnya.
di
Margaasih 4.2.9 PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS a. Kawasan Kota Baru Tegalluar
Pengembangan
kawasan
Kota
Baru
Pengembangan kawasan industri yang ramah lingkungan
4 - 16
Pemanfaatan Ruang
Pengembangan
industri
non
polutif
(terbatas)
Ciparay-Majalaya
c. Kawasan Industri Margaasih di Kecamatan
Pengembangan Terpadu
kawasan
Margaasih
polutif,
Industri
(Industri
pemukiman,
non Jasa
Perdagangan,dan Pariwisata) 4.2.10 P R O G R A M
PENGEMBANGAN
Kopo-Katapang Katapang-Soreang Soreang-Pasirjambu Ciwidey-Rancabali Rancabali-Cidaun Bojongsoang-Dayeuhkolot
A. Transportasi Darat
3. Program Peningkatan Jalan Kolektor
a. Program Peningkatan Kualitas Pergerakan
Primer 2 (Jalan Kabupaten) dengan
Program peningkatan kualitas pergerakan dikabupaten
Soreang-Cihampelas
Pasirjambu-Ciwidey
PRASARANA WILAYAH
jalan
Majalaya-Cijapati Nagreg-Lebakjero
Margaasih
Baleendah-Ciparay
meliputi
program
peningkatan
geometrik
jalan
pembangunan
jalan
baik
baru
dan Arteri
kelengkapan fasilitas jalannya: Soreang-Cangkuang Cangkuang-Banjaran Pangalengan-Pintu-Talun-Santosa
Primer, Kolektor Primer 1, Kolektor Primer
Andir-Rancamanyar
2, Lokal Primer 1, dan Lokal Primer 2.
Rancamanyar-Katapang
Adapun program tersebut adalah :
Rancamanyar-Sayuran
1. Program Peningkatan Jalan Arteri Primer
(Jalan
Negara)
dengan
kelengkapan fasilitas jalannya:
Sayuran-Cibaduyut Asem-Sukasari Sukasari-Rancamanyar Sayati-Cangkuang
Cileunyi-Tasik
Cangkuang-Palasari
Cileunyi-Sumedang
Majalaya-Ibun Gambung-Palayangan
2. Program Peningkatan Jalan Kolektor
Palayangan-Pintu
Primer 1 (Jalan Propinsi) dengan
Rancabali-Cisabuk (Bts. Cianjur)
kelengkapan fasilitas jalannya:
Banjaran-Arjasari Arjasari-Pinggirsari
Moh. Toha-Dayeuhkolot
Pinggirsari-Garduh
Dayeuhkolot-Baleendah
Cicalengka-Sawahbera
Baleendah-Pameungpeuk
Ciwidey-Datarpuspa
Baleendah-Banjaran
Tugu-Kulalet-Munjul
Banjaran-Cimaung
Ciparay-Sapan
Cimaung-Pangalengan
Sapan-Tegalluar
Buahbatu-Bojongsoang
Tegalluar-Solokanjeruk
Bojongsoang-Baleendah
4 - 17
Pemanfaatan Ruang Peundeuy-Bj.Salam
Citaman-Payadap
Bj.Salam-Tj.Laya
Panyadap-Bojong
Tanjunglaya-Bojongemas
Cikurutug-Narawita
Bojongemas-Tegalluar
Ciluluk-Cicalengka
Majalaya-Bojong
Cigentur-Curugdedes-Drawati-Loa
Bojong-Rancaekek
Cijagra-Los Logawa-Cipeujeuh-Cipaku
Sp.Solokanjeruk-Rancaekek
Bojong-Sukamanah
Lingkar Majalaya
Sukamanah-Cipaku
Ciparay-Pacet
Panggilingan-Sudi-Ibun-Laksana
Pacet-Kertasari
Cipaku-Loa-Patrol-Walahir
Kertasari-Santosa
Pintu-Wates
Santosa-Cibatarua (Bts.Garut)
Cicalengka-Sindangwangi Ciririp-Bangsaya-Buninagara
4.
Program Peningkatan Jalan Lokal Primer
1
dengan
(Jalan
Kabupaten
kelengkapan
Citere-Kertamanah-Sukamenak Kaler
)
fasilitas
5. Program Pembangunan Jalan Baru
jalannya:
Arteri Primer (Jalan Negara) dengan kelengkapan fasilitas jalannya:
Mengger-Sukapura Sukapura-Cipagalo
Cicalengka – Nagreg
Tonjong-Rancakole-Ciketut Maruyung-Cibulakan-Babakan
6.
Cangkring-Arjasari
Program Pembangunan Jalan Baru Kolektor Primer 1 (Jalan Propinsi)
Neglasari-Garduh
dengan
Biru-Neglasari
kelengkapan
fasilitas
jalannya:
Maruyung-Padasuka Andir-Mandalasari-Mekarjaya
Cirengit-Rancaketan
Wangisagara-Ibun
Rancaketan-Rancamanyar
Ibun-Dukuh
Rancamanyar-Sayuran
Panundaan-Cibodas
Sayuran-Cibaduyut
Cibodas-Rancabolang
Cigondewah-TKI
Cangkuang-Cikalong
TKI-Soreang
Cikalong-Pataruman
Ciwastra-Buahbatu-Rancamanuk
Cimaung-Gunung Puntang 7.
Banjaran-Sindangpanon
Program Pembangunan Jalan Baru
Sindangpanon-Pasirhuni-Pasirmulya
Kolektor
Kamasan-Tarajusari
Kabupaten)
Tarajusari-Bojongsereh
fasilitas jalannya:
Kopo-Jatisari
Primer dengan
Jatisari-Cantilan
Gor-Soreang
Kawah Putih-Rancabolang
Lingkar Tengah Soreang Terusan Lingkar Majalaya
4 - 18
2
(Jalan
kelengkapan
Pemanfaatan Ruang Lingkar Majalaya-Biru
Langonsari-Bojongsereh
Biru-Ciparay
Sekeawi-Bojongwaru
Cipagalo -Tegalluar
Cipeer- CPI
Ciherang-Bojong
Rencana Jalan TKI
Bojong-Narawita
Sadu-Lingkar Tengah Soreang
Narawita-Cikasungka
9.
Jaksanarata-Bojongmalaka
Program Pembangunan Jalan Baru Lokal Primer 2 (Jalan Kabupaten)
Bojongmalaka-Katapang
dengan
Katapang-Stadion
kelengkapan
fasilitas
jalannya:
Akses Barat Stadion Bojong-Bojongwaru
Sindangsari-Cibiruhilir
Cebek-Gor Soreang
Sekebulu-Maribaya
Cebek-Lkr.Tengah
Padamulya-Balekambang
Sangkali-Ds.Cingcin
Cileunyi Terpadu
Bojong-Cembul
10.
Citeureup-Ciodeng
Program Pembangunan Jalan Tol dengan
Gandasari-Citaliktik
kelengkapan
fasilitas
jalannya:
Soreang-Sekarwangi Murugul - Parungserab
Rencana Jalan Tol Soroja
Balahuni - Sekarwangi
Rencana Jalan Tol Ujungberung Gedebage - Majalaya (Tol Tegalluar)
Lembur Tegal-Sukarame
Rencana Jalan Cileunyi -Sumedang -
Lingkar Selatan Soreang
Dawuan
Lkr Tengah Soreang - Panyirapan CPI-Cincinkolot-Citaliktik
b. Program Pengembangan Jaringan Jalan
Gd.Tutuka-Gandasari
Ring-Road, meliputi :
Bojongemas-Cibulukadu
Lingkar Utara Soreang Lingkar tengah Utara Soreang 8. Program Pembangunan Jalan Baru
Pembangunan
jalan
Kabupaten
Bandung
peningkata n
ja la n
peningkatan
kualitas
lingkar
dengan
lo ka l jalan
luar dan
kolektor
Lokal Primer 1 (Jalan Kabupaten)
meliputi Jalan Lingkar Soreang (Timur,
dengan
Selatan, Utara dan Tengah), Jalan
kelengkapan
fasilitas
jalannya: Stasiun.Rc.Ekek-Bojongmalati Bojongmalati-Cibiruhilir Rancaekek-Cileunyi Cileunyi-Cibiruhilir Cibiru-Babakan Ciburial-Galumpit Taraju-Langonsari
4 - 19
Pemanfaatan Ruang Sekunder Cibiru - Cileunyi; Banjaran -
stasiun
Baleendah, ruas Alun-alun Soreang -
Dayeuhkolot
GOR Soreang serta ruas terusan Lingkar
Banjaran - Soreang – Ciwidey serta
Majalaya – Ciparay.
Koridor Rancaekek – Tanjungsari.
c. Program Pemeliharaan Jalan, meliputi :
Umum, meliputi :
Provinsi (AKDP), angkutan kota dan Wilayah
Perbaikan persilangan antara KA dan Penggantian
moda
angkutan
umum
Majalaya,
Bandung
Cileunyi
-
g. Program Pengembangan jalur LRT (Light Rapid Transport), meliputi :
Terminal,
Pembuatan jalur LRT pada jalur Stasiun -Batununggal-Cicaheum
meliputi :
sarana
Rancaekek.
Kabupaten Bandung.
Perbaikan dan penambahan
-
Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam
Pengembangan
Perbaikan persinyalan kereta api pada
Soreang, Bandung - Banjaran, Bandung
dilakukan untuk Angkutan Kota Antar
e. Program
Koridor
massal jalan raya pada ruas Bandung -
Penataan angkutan umum yang akan
di
Banjaran,
–
jalan di Seluruh ruas KA.
d. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
perdesaan
–
Bandung
KRD di Seluruh ruas KA.
lokal dan sekunder
angkutan
Koridor
Jalur Gedebage- Cicalengka.
Pemeliharaan Jalan di seluruh ruas jalan yang berfungsi arteri, kolektor,
pada
(9,2
km),
Batununggal-Soreang (24,2 km), Alun-
Pengembangan Terminal tipe A di wilayah Kecamatan cileunyi Pengembangan Terminal tipe B di Wilayah Kecamatan Soreang, Padalarang, Majalaya dan Kecamatan Cicalengka, Banjaran, Ciparay, Pangalengan, Ciwidey , dan Rancaekek (antar moda). Pengembangan dan Pembangunan tipe C di Wilayah Kecamatan PatenganRancabali, Pacet, Ibun, Cikancung, Nagreg dan Kertasari
alun-Dayeuhkolot (8,4 km), dan Stasiun -Bandara Husein-Cipedes (6,8 km. h. Program Pengaturan dan Pengendalian Penggunaan Lahan Bagi Permukiman dan Industri, meliputi :
Peningkatan disiplin dan penegakan hukum para pengguna lahan sekitar jalan di Wilayah Kabupaten Bandung.
Pengembangan
dan
Peningkatan
Fasilitas Perlengkapan Jalan Raya dan f.
Program Pengembangan Sistem Angkutan
Penerangan Jalan umum di Wilayah
Masal, meliputi :
Kabupaten Bandung.
Peningkatan double track Kereta Api pada
Koridor
Rancaekek,
Kiaracondong
Koridor
Rancaekek
i.
Program Peningkatan Peran dan Kualitas
–
Angkutan Umum, meliputi :
–
Pembangunan
dan
Cicalengka serta Koridor Cicalengka –
transportasi
daerah
Nagreg.
Kabupaten Bandung.
Peningkatan
jalur
kereta
api
dan
4 - 20
penataan di
sistem Wilayah
Pemanfaatan Ruang 4.2.11 PROGRAM PENGEMBANGAN
SISTEM
-
IRIGASI
Wa duk
Sa ntosa
Keca ma ta n
Kertasari.
A. P r o g r a m
Peningkatan
-
dan
Bendung Tanjunglaya dan saluran
mempertahankan jaringan irigasi yang
Irigasi Tanjunglaya sampai Desa
telah ada dalam rangka ketahanan pangan
Cipedes
Pengembangan
dan
lainnya
Desa -
-
Kecamatan Soreang. Cikopo
Desa
Waduk
Kadaleman
-
Pakutandang
-
Situ Panerah Desa Tanjungwangi
-
DAM Sindangsari Desa Sindangsari
Bendung Cikuya dan pembuatan
Kolam
retensi
Desa
Sangiang
DI Leuwikuray Desa Parungserab Saluran
induk
Wangsagara Sukamukti
Bendung Sirah Cijagra Desa Drawati Kecamatan Paseh.
Margaasih
Kecamatan Katapang.
Kecamatan Paseh. -
Desa
Kecamatan Rancaekek.
Kecamatan Pacet. -
irigasi
Cikuya Kecamatan.
Kecamatan Ciparay. -
Bendung Margaasih dan pembuatan
saluran Irigasi Tanjunglaya Desa
Bumiwangi
Kecamatan Ciparay. -
Kecamatan
Kecamatan Cicalengka.
Bendung Cikoneng, Desa Cilame DAM
Tanjunglaya
jaringan
penataan) di lokasi sebagai berikut:
-
Desa
Cikancung.
(Pembuatan/
Revitalisasi/refungsionalisasi/
-
dari
Tanjungnjaya sampai Desa Linggar
pengelolan
jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan
dan
Ciwalengke Desa
Biru
DI.
Padaulun Kecama tan
Majalaya.
Pengembangan,
pengelolan
dan
-
Bendung Drawati Kecamatan Paseh.
konservasi sungai, danau dan Sumber
-
Bendung Karangtunggal Kecamatan
daya Air lainnya (Irigasi Lahan Kering/
Paseh.
ILK) di Desa Mekarmanik – Desa Ciburial
-
Kecamatan
Jaringan irigasi dari Desa Drawati Desa
Srirahayu
sampai
Melatiwangi
Cihanyir
Cimenyan, –
Desa
Desa
Girimekar
Kecamatan Cilengkrang, Desa Citaman
Desa Drawati, Srirahayu, Cihanyir
- Desa Dampit Kecamatan Cicalengka,
Kecamatan Paseh.
Desa Ciaro Kecamatan Nagreg, Desa
-
Ciharus Desa Ibun Kecamatan Ibun.
-
Bendung Tanjunglaya Kecamatan
Karangtunggal
Cikancung.
Kecamatan Paseh, Desa Patrolsari –
-
DAM
Loa
Desa
Loa
Loa
Irigasi
Desa
Drawati –
Desa Pinggirsari –
Kecamatan
Desa
-
Desa
Mekarwangi
Desa Ancolmekar -
Desa Arjasari – Desa Lebakwangi - Desa
Paseh. -
–
Loa
Desa
Wargaluyu Kecamatan Arjasari.
Sindangsari,
Drawati Kecamatan Paseh.
4 - 21
Pengembangan,
pengelolaan
dan
Pemanfaatan Ruang konservasi sungai, danau dan Sumber daya
Air
lainnya
Pameungpeuk.
(Normalisasi/
-
Revitalisasi) di lokasi sebagai berikut: -
Sungai
Citarum
Kertasari,
di
Kecamatan
Arjasari dan Kecamatan Banjaran. -
Kecamatan
Kecamatan
Sungai
Cisangkuy
di
Kecamatan
Pangalengan, Kecamatan Cimaung,
Majalaya,
Baleendah
Sungai Citalugtug di Kecamatan
Kecamatan Banjaran, Kecamatan
serta
Pemeungpeuk serta
Kecamatan Dayeuhkolot.
Kecamatan
Baleendah. -
Sungai
Cikasungka
Kecamatan
Cikembang
Cangkuang,
Soreang
dan Katapang. -
Sungai
Citepus
Kecamatan
Dayeuhkolot. -
Sungai Cimande
4.2.12 PROGRAM PENGEMBANGAN
SISTEM
DRAINASE -
Sungai
Citarik
di
Kecamatan
Cicalengka, Kecamatan Rancaekek
-
serta Kecamatan Solokanjeruk.
Sungai
Cikeruh
Rancaekek
di
Kecamatan
serta
Kecamatan
Bojongsoang -
Sungai Cisunggalah, Sungai Cikijing, Sungai Wirama, Sungai Cigentur, Sungai
Cipalemahan,
Sungai
Ciburial di Kecamatan Paseh. -
Sungai Cirasea di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Ciparay.
-
Sungai
Cigede,
Sungai
Cikapundung, Sungai Cidurian di Kecamatan
Bojongsoang
-
Sungai
Cilameta
di
Sungai
AIR BERSIH
Cibintinu
Arjasari
dan
di
Peningkatan Pelayanan Sistem Distribusi Perpipaan di Wilayah Kabupaten Bandung.
Kecamatan
Arjasari. -
4.2.13 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN
dan
Kecamatan Dayeuhkolot.
Normalisasi jaringan drainase yang ada (alam dan buatan) di Wilayah Kabupaten Bandung. Pembangunan dan pengembangan kolam retensi pada Kawasan Perkotaan. Pembangunan sumur resapan pada Kawasan Perkotaan. Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase di Kawasan perkotaan. Pembuatan embung penahan aliran dengan lokasi tersebar di Wilayah Kabupaten Bandung. Pengelolan sumberdaya air dengan bekerjasama dengan pemerintahan daerah terdekat di Daerah perbatasan dengan Kota/Kabupaten Lain.
Kecamatan
Kecamatan
4 - 22
Pembangunan sistem baru untuk melayani daerah yang belum terlayani di Wilayah Kabupaten Bandung.
Pemanfaatan Ruang
Peningkatan kapasitas produksi PDAM dan
kualitas pelayanan air bersih di daerah-
menurunkan kehilangan air di Wilayah
daerah yang belum terlayani PDAM dan air
Kabupaten Bandung.
bersih
Perbaikan
dan
rehabilitasi
terhadap
kapasitas sistem transmisi dan distribusi di
perdesaan
Wilayah
Kabupaten
Bandung.
Perbaikan jaringan pipa air bersih yang ada
Wilayah Kabupaten Bandung.
secara
Peningkatan Cakupan Pelayanan Air Bersih
manajemen
Pedesaan di Wilayah Kecamatan Cileunyi,
pelayanan air bersih di daerah-daerah
Soreang-Ciparay-Paseh,
terlayani air bersih wilayah Kabupaten
Cicalengka-
Rancaekek-Cikancung,
Ciwidey-
bertahap
dan
operasi
dan
meningkatkan pemeliharaan
Bandung.
Pasirjambu .
Pembangunan waduk yaitu waduk Tegalluar
4.2.14 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Desa Tegalluar Kecamatan Bojongsoang, waduk
Santosa
(Suplesi
Cisangkuy)
Kecamatan Kertasari.
Pembangunan
dan sekunder
embung
yaitu
embung
Cikuda dan embung Peuris Hilir (Sungai Cirasea) di Kecamatan Pangalengan dan Cimaung,
embung
Sekejolang
bangunan sistem
Ciwidey),
rencana
Identifikasi, perlindungan dan penggunaan
sistem
kabel
atas
dari
dengan sistem bawah tanah/
instalasi
yang
kawasan
menyatu
Kawasan
dengan
baru
Identifikasi, perlindungan dan penggunaan
Peningkatan
luas
daerah
pelayanan
Kabupaten Bandung
secara optimal mata air terutama daerah pedesaaan di Kabupaten Bandung
Pengembangan
sumber
air
pengembangan
industri
Kecamatan
Majalaya,
Kecamatan
Bojongsoang,
Katapang,
Kecamatan
Keca ma ta n Pameungpeuk, Kecamatan
Ba nja ra n , Kecamatan Cikancung,
untuk
Solokanjeruk,
Kecamatan
Kecamatan Dayeuhkolot, K eca ma ta n Baleendah, Kecamatan
Margaasih, Kecamatan Cicalengka serta Kecamatan Rancaekek
Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta atau masyarakat dalam memperluas wilayah
pelayanan
dan
di
Kabupaten Bandung
secara optimal mata air terutama daerah
Pengembangan
rumah box telepon pembagi ker umah -
(Sungai
pedesaaan di Kabupaten Bandung
menggunakan kabel bawah
tanah di Kabupaten Bandung
Cidurian), embung Bojongbambu (Sungai
Penigkatan sistem jaringan kabel primer
peningkatan
4 - 23
Base Transmitter Station (BTS)
di
Pemanfaatan Ruang
Peningkatan kualitas pelayanan jaringan
instalasi
baru
dan
telepon di Kabupaten Bandung;
pengoperasian instalasi penyaluran listrik di
Pengembangan jaringan listrik dan telepon
Kabupaten Bandung;
dengan sistem bawah tanah di Kabupaten
Bandung
Pembangunan
Pembangunan bersumber
Pembangunan
instalasi
baru
prasarana
dari
listrik
energi
alternatif
yang di
Kabupaten Bandung;
dan
pengoperasian instalasi penyaluran listrik dan telekomunikasi di Kabupaten Bandung
4.2.16 P R O G R A M
Pembangunan Base Transmitter Station (BTS) dilakukan secara bersama; Pembangunan bersumber
prasarana
dari
energi
listrik
LINGKUNGAN A. P r o g r a m
yang
alternatif
di
Kabupaten Bandung
PENGELOLAAN
Pengembangan
Sistem
Persampahan a. Program
Pengelolaan
Persampahan,
meliputi;
Pengembangan telepon umum dan wartel Penyusunan studi kelayakan lokasi
di lokasi startegis di Kabupaten Bandung
Fasilitas Pengelolaan Sampah (FPS) 4.2.15 PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN LISTRIK
Pengelolaan
Sampah (FPS) Kabupaten Bandung dilakukan
Ekstensifikasi
jaringan
listrik
untuk
Bandung Pengembangan
sumber
terbarukan,
diantaranya
menggunakan
solar
energi cell,
listrik dengan biogas,
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Bandung bagian utara dan selatan dll.
di
Kecamatan
Rancabali
dan
Kecamatan Nagreg; Pengembangan
jaringan
dengan
Pengelolaan
dengan
sistem bawah tanah di Kabupaten Bandung;
4 - 24
sanitary
Fasilitas
Pengelolaan
Sampah (FPS) Metropolitan Bandung yang terletak di wilayah Kabupaten Bandung dilakukan dengan sistem sanitary
landfill
(lahan
urug
terkendali). Penentuan lokasi SPA di Kecamatan Kecamatan
Soreang,
dan Kecamatan Majalaya. Pengembangan sistem sampah
listrik
sistem
landfill (lahan urug terkendali).
Bojongsoang,
Peningkatan kualitas pelayanan jaringan listrik
Pengelolaan
Kabupaten Bandung.
listrik yang sudah ada di Seluruh Kabupaten
Fasilitas
Pengembangan jaringan listrik perdesaan di
perumahan baru dengan mengikuti jaringan
Sampah di Kecamatan Nagreg.
terpilah
di
pengelolaan Kabupaten
Bandung. Pengembangan pengelolaan sampah
Pemanfaatan Ruang dengan konsep reduce (minimisasi),
industri daerah Kecamatan Margaasih,
reuse (penggunaan kembali), recycle
Kecamatan
(daur
ulang),
dan
Bandung
menekankan
pada
dengan program
IPAL terpadu di Desa
FPS
Pengelolaan
dan
eks-
Sampah
lokasi
Fasilitas
Katapang,
Majalaya, Kecamatan
Peningkatan
pelayanan
melalui
peyedotan tinja di Wilayah Kabupaten Bandung
Pengetatan
pembangunan
IPAL
individual.
Revisi Perda No 31 Tahun 2000
Penerapan
secara
ketat
effluent
Kesehatan Lingkungan dan SK Bupati
standard air limbah sesuai Peraturan
Nomor
dan Baku Mutu di Wilayah Kabupaten
13
pedoman
Tahun
2001
Pelaksanaan
tentang
Pengelolaan
Persampahan menyesuaikan dengan adanya
Rancangan
Undang-Undang
Bandung.
Pengembangan sistem tanki septick
tentang persampahan yang saat ini
komunal. daerah permukiman padat di
sedang disusun.
Kecamatan
Margaasih,
Kecamatan
Margahayu,
Kecamatan
Banjaran,
a. P r o g r a m
Pengembangan
Sistem
Kecamatan Soreang dan Kecamatan
Pengolahan Air Limbah dan B3 Pengembangan
fasilitas
Majalaya. pengelolaan
limbah B3 di Kecamatan Majalaya dan Kecamatan Nagreg.
Peningkatan untuk
operasi
Pembangunan IPAL industri terpusat
Katapang,
pada
Kecamatan
kelompok
Pengembangan
sarana
dan
dan
prasarana
pemeliharaan
pengelolaan air limbah di Kecamatan wilayah
Banjaran,
IPAL
terpadu
Kecamatan Baleendah,
Dayeuhkolot, Kecamatan
Banjaran, Kecamatan Margaasih dan
Rancaekek, dan Majalaya
Kecamatan
penambahan sarana MCK dan sarana
layak secara teknis maupun sosial-
tentang Kebersihan, Keindahan, dan
limbah
Margaasih dan Kecamatan Dayeuhkolot.
apabila lokasi-lokasi FPS di atas tidak ekonomi.
penyaluran
system)
Kecamatan
Pengelolaan Sampah (FPS) alternatif
Pengembangan site
Penyusunan studi penentuan lokasi kelayakan
terpadu
domestik dengan sistem setempat (on
yang
berlokasi di Kabupaten Bandung.
dan
IPAL
Cileunyi
Fasilitas
(FPS)
Pengembangan
Kecamatan Katapang, dan Kecamatan
Penataan
Rancamanyar,
Kecamatan Baleendah
pengomposan, daur ulang, dan waste to energy.
Kecamatan
Banjaran dan Kecamatan Dayeuhkolot,
recovery
(pemanfaatan kembali) atau 4R di Kabupaten
Katapang,
Kecamatan Majalaya untuk
4 - 25
Pemanfaatan Ruang
Pemisahan
saluran
limbah
dengan
drainase di Seluruh Kabupaten Bandung
Pembangunan Kecamatan
IPAL
individu
Katapang,
on site maupun off site Kabupaten
Kecamatan
Kecamatan
Baleendah,
Kecamatan
Banjaran,
Kecamatan
IPAL
setempat
Bandung 4.2.17 PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA A. Program Pengembangan Perumahan dan
untuk
Permukiman
kegiatan industri, rumah sakit, hotel
dan restoran di Kecamatan Katapang, Kecamatan
Dayeuhkolot,
Kecamatan
Baleendah,
Kecamatan
Banjaran,
Kecamatan
Margaasih,
Pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Kawasan perkotaan
Pembangunan Rusunami (Rumah Susun Milik) di Kawasan perkotaan
Kecamatan
Majalaya dan Kecamatan Soreang.
pembangunan
memiliki sistem penyaluran air limbah
di
Dayeuhkolot,
Pembangunan
ijin
kawasan permukiman baru yang wajib
Margaasih dan Kecamatan Majalaya.
Memperketat
Pengembangan
Perumahan
berbasis
kawasan (Kasiba dan Lisiba) di Kawasan
Penyusunan Studi Penentuan lokasi dan
perkotaan dan kawasan strategis
kelayakan lokasi tempat pengelolaan
limbah B3 lain apabila lokasi-lokasi
Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan perkotaan
tersebut di atas tidak layak secara
teknis maupun social-ekonomi.
Pembentukan kelembagaan pengelola perumahan di Kabupaten Bandung
b.
Program Pengembangan Sistem Pengolahan
Limbah Domestik, meliputi:
Revitalisasi
IPLT
di
Cibeet
penduduk di Kabupaten Bandung pengembangan
sistem
dan
Tempat
Pengembangan
dan
Ruang
Hijau
Terbuka
pembangunan di
Kawasan
B. Pengembangan Fasilitas Pendidikan
sit Kabupaten Bandung kesadaran
TPU
dalam
perkotaan.
pengelolaan limbah domestik secara off
Peningkatan
masyarakat
Pemakaman dan Bukan Umum (TPBU).
Daerah pedesaan dan daerah padat
atau
pembangunan
Pembangunan jamban umum dan MCK
dan
TPU
Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta
Kecamatan Soreang.
Studi
pembangunan
di Kabupaten Bandung
Kecamatan Ciparay, dan IPAL Soreang
dan
(Tempat Pemakaman Umum)Tersebar Desa
Kecamatan Ibun, IPLT Desa Babakan
Penataan
masyarakat
Pembangunan
pendidikan
oleh
peningkatan
untuk membangun MCK Pribadi dan
dengan
umum Kabupaten Bandung
kualitas dan jumlah guru yang sesuai dengan
4 - 26
diikuti
sarana
kebutuhan,
Tersebar
di
Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung
Wilayah Kabupaten Bandung
Perbaikan gedung-gedung sekolah yang rusak di Wilayah Kabupaten Bandung
Pengembangan
pusat-pusat
perdagangan
dan
unggulan
Wilayah
di
sentra-sentra Kabupaten
Bandung
Pengembangan masyarakat
kelembagaan
usaha
di
Wilayah
Kabupaten
Pengembangan
sistem
distribusi
Bandung
komoditas
perdagangan
daerah
di
Wilayah Kabupaten Bandung
Pengembangan
pusat
perdagangan
produk-produk pertanian di Wilayah Kabupaten Bandung F. Pengembangan Sarana Pemerintahan
Bandung
Perbaikan sarana kesehatan di Wilayah Kabupaten Bandung
G. Pengembangan
Peningkatan
kualitas
peribadatan
Wilayah
Peningkatan
kualitas
dan
kuantitas
rekreasi alam dan budaya di Kabupaten Bandung
sarana
kecamatan-kecamatan
perdagangan
sebagai
pusat
pengembangan di Wilayah Kabupaten
kualitas
dan
kuantitas
Kabupaten Bandung. H. Program Pengembangan Industri
sarana
Peningkatan
sarana dan prasarana olah raga di
Bandung Pengembangan
dan
sarana dan prasarana penunjang objek
dengan skala pelayanan regional di
raga
Kabupaten
E. Pengembangan perdagangan Pengembangan
olah
sarana
Bandung
sarana
rekreasi
D. Peningkatan Kualitas Sarana Peribadatan
di
Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan di wilayah Kabupaten
Kabupaten Bandung
sarana
Bandung
Pembangunan sarana kesehatan dengan didukung tenaga medis di Wilayah
kualitas
pemerintahan di Wilayah Kabupaten
C. Pengembangan Fasiltas Kesehatan
Peningkatan
perdagangan
dengan skala lokal dan lingkungan di
4 - 27
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah Kabupaten Bandung
Pemanfaatan Ruang
Pengembangan Kecamatan
Cluster
Industri
Majalaya,
Kutawaringin,
di
Soreang,
Dayeuhkolot,
Kec.
Peningkatan
Kemampuan
Teknologi
I.
di
Kecamatan
Soreang,
Bandung 2. Program
Pengembangan akses terhadap sumber
Lembaga
Keuangan
Citarum
di
Kabupaten
Pembangunan
Fasilitas
Pembangunan
infrastruktur
peringatan
di
dini
Kecamatan
Bojongsoang,
Rancaekek,
Majalaya,dan
Kecamatan
3. Program
Pengembangan Sistem dan Kemampuan
Penyusunan
Mekanisme
Tanggap Darurat, meliputi :
Bandung
Penyusunan Petunjuk operasional dan aturan di Wilayah Kabupaten
J. Pengembangan Investasi Daerah Pengembangan
Kebijakan
Bandung Investasi
Daerah
Pembangunan
Pusat
penanganan
Bencana dan Rumah Singgah di
Pengembangan
Kerjasama
Kabupaten Bandung
Investasi
Daerah
Kabupaten
Solokanjeruk
Manajemen Aset di Wilayah Kabupaten
wilayah
Banjaran, Dayeuhkolot, Baleendah,
Mikro di Wilayah Kabupaten Bandung
sempadan
Peringatan Dini, meliputi :
Pengembangan Koperasi Usaha Mikro,
Pengembangan
daerah
Pembangunan bendung pada anak
Pangalengan, Ciwidey, Margaasih
Wilayah Kabupaten Bandung
di
sungai
daya produktif dan perdagangan di
Penghijauan
Kutawaringin, Majalaya, Dayeuhkolot,
Kecil dan Menengah
Dayeuhkolot,
Bandung
Program Koperasi dan UKM
Banjaran,
sungai
Pengembangan sentra-sentra industri Potensial
peningkatan
Baleendah, Bojongsoang
Industri di Wilayah Kabupaten Bandung
dan
sarana kebersihan dan sanitasi di
Pasirjambu.
Pembangunan
4. Program Pembangunan dan Normalisasi
Peningkatan
Investasi
S.
dalam
Citarum
dan
anak-anak
sungai,
pembangunan perekonomian Daerah 4.2.18 PROGRAM
PENGELOLAAN
DAN
PENANGANAN BENCANA A. Program Pengelolaan dan Penanganan Bencana Banjir , meliputi : 1. Program
Peni ng katan
Lingkungan, meliputi :
Kua litas
Banjir di Kecamatan Pangalengan beberapa waktu lalu
4 - 28
Pemanfaatan Ruang meliputi :
1. Program
Normalisasi Sungai
Citarum Hulu
di Kecamatan Majalaya
Normalisasi Sungai
Cikambuy dan
Cikasungka di Kecamatan Soreang
No rma li s a s i
Su ng a i
Hulu,Cijalupang,
dan
Citalugtug
Banjaran
di
Kecamatan
dan
Kecamatan
Normalisasi Sungai
Cikahiyangan
Pameungpeuk
di Kecamatan Margahayu
Sodetan Sungai Cikapundung
dan
Normalisasi sungai Ciputat
di
Kecamatan
Dayeuhkolot
dan
Baleendah
Pembangunan Banjir Kanal Banjir Citarum
di
Wilayah
Kabupaten
Bandung
Pembangunan Banjir Tunel Banjir Citarum
di
Wilayah
Kabupaten
Bandung 5. Program
Peningkatan
Partisipasi
Masyarakat, meliputi :
agar
tahan
Pembangunan
pusat
penanganan
gempa, penyediaan lapangan luas Daerah Sesar di wilayah Kabupaten Bandung
Pembatasan pembangunan daerah rawan gempa sangat tinggi
1. Program Penyusunan peraturan tentang bangunan, meliputi : Standarisasi bangunan dan fasilitas umum di Kabupaten Bandung 1. Program
Peningkatan
Partisipasi
Masyarakat, meliputi : Sosialisasi dan pelatihan di Wilayah Kabupaten Bandung Program penanganan
dan penghindaran
dari bahaya aliran
lahar,debu
dan
gempa, meliputi : Pembangunan
pusat
penanganan
bencana dan rumah singgah bahaya lahar serta gempa yang diakibatkan di Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu,
Program sosialisasi dan Pelatihan
Ibun, Pangalengan, Kertasari dan
masyarakat di Wilayah Kabupaten
Rancabali.
Bandung
Pembatasan pembangunan daerah
6. Program Inventarisasi daerah banjir /
Program Penyusunan Basis Data dan Informasi
secara
rawan aliran lahar Inventarisasi daerah Rawan gempa bumi,
genangan, meliputi :
bangunan
bencana dan rumah singgah tahan
dan
Normalisasi Sungai Cisangkuy Hulu
Rekayasa
gempa di Kabupaten Bandung
Ciburial di Kecamatan Cicalengka
Kua litas
Bangunan, meliputi :
C i ta rik
Cijagra,
Peningkatan
Online
di
meliputi : Program Penyusunan Basis Data dan Informasi secara Online Kabupaten
Kabupaten Bandung B. Program Pengelolaan dan Penanganan Bencana Gempa Bumi dan Aliran Lahar,
Bandung C.Program Pengelolaan dan Penanganan kawasan rawan Bencana gerakan tanah
meliputi :
(longsor ) , meliputi :
4 - 29
Pemanfaatan Ruang Program Identifikasi daerah rawan gerakan b Pendayagunaan perizinan pemanfaatan ruang tanah, meliputi :
sebagai salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan
Penyusunan basis data kawasan rawan Kecamatan
pelaksanaannya
Ibun, c Untuk rujukan pengendalian yang lebih teknis,
Kecamatan Margaasih, Pacet, Nagreg,
RTRW harus dijabarkan dalam:
Kertasari dan Kecamatan Cicalengka.
1. Rencana Detail Tata Ruang Kota dan/atau
Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
rencana rancangan;
dan Bangunan, meliputi :
2. Perangkat
Pembatasan / larangan pembangunan
pengendalian,
p e ra t ur a n
pada daerah rawan longsor Kecamatan
regulation),
Pangalengan,
Rencana
Kecamatan
dalam
didasarkan pada RTRW Kabupaten Bandung.
bencana gerakan tanah di Kecamatan Pangalengan,
ruang
Ibun,
antara
pe m ba n g u na n pengkajian Tata
lain
( z o ni ng rancangan,
Bangunan
dan
Kecamatan Margaasih, Pacet, Nagreg,
Lingkungan,Panduan Rancang Kota dan
Kertasari dan Kecamatan Cicalengka.
standar teknis yang ditetapkan.
Program
Peningkatan
Partisipasi Program
Masyarakat, meliputi :
pengendalian
Bandung
Bandung
aturan di Kabupaten Bandung Rawan
b Penerapan
rangka
di
Kabupaten
mengefektifkan
ruang
dan
pengendalian
pajak
yang
berfungsi
sebagai
disinsentif bagi kawasan terbangun di Kawasan Bandung Utara. c Perlu revitalisasi TKP4D dan Penyusunan RP4D.
Program Penyusunan Basis Data dan Informasi secara Online di Kabupaten Bandung
4.3 PROGRAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG pengendalian
pemanfaatan
ruang
adalah : a Pengendalian
TKPRD
pemanfaatan ruang).
gerakan
tanah
Kebijakan
dalam
pemanfaatan
Darurat, meliputi : Penyusunan Petunjuk operasional dan
revitalisasi
penataan ruang (perencanaan tata ruang,
Program Penyusunan Mekanisme Tanggap
daerah
ruang,
meliputi :
Sosialisasi dan Pelatihan di Kabupaten a Perlunya
Inventarisasi
pemanfaatan
pemanfaatan
ruang
melalui
pengawasan dan penertiban berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung.
4 - 30
Pengandalian Pemanfaatan Ruang
Penataan proses
ruang
dan
merupakan satu
prosedur
kesatuan
mencakup
tahapan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Prinsip perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian
pemanfaatan
Sementara itu, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
pemerintah
Bandung
daerah
disusun
mempunyai
agar
pedoman
untuk :
Merumuskan
kebijaksanaan
pokok
pemanfaatan ruang di Kabupaten Bandung.
ruang
Kabupaten bandung mengacu kepada ketetapan
Kabupaten
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
keseimbangan perkembangan antar bagian
Penataan Ruang adalah :
wilayah serta keserasian antar sektor.
lokasi
ruang
dilaksanakan
pemerintah,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
masyarakat.
pemanfaatan
kebijaksanaan dan
pengendalian
pokok
Bandung.
dan
bagian
wialyah
serta
rencana
yang
swasta,
atau
tata
ruang
rinci
Pelaksanaan
pemanfaatan
ruang
bagi
kegiatan pembangunan. Dalam hal proses penataan ruang tersebut,
Menjadi pedoman rencana tata ruang yang
peran serta masyarakat juga perlu dilibatkan.
lebih rinci di Kabupaten Bandung.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang
Menetapkan dilaksanakan
lokasi
yang
diatur dalam peraturan perundangan, meliputi
dan/atau
UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
investasi
pemerintah
Dalam
masyarakat.
keserasian
pembangunan antar sektor.
Penyusunan
investasi
wilayah kawasan.
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
Penetapan
Melaksanakan
Menjadi
pedoman
pembangunan
dan
perijinan dalam pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.
peraturan
perundangan
tersebut,
masyarakat berhak dan wajib berperan serta dalam
penyusunan
pemanfaatan
rencana
ruang,
dan
tata
ruang,
pengendalian
pemanfaatan ruang. Tujuan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
adalah menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan,
sedangkan
terminimalisasinya
sasarannya
penyimpangan
adalah terhadap
RTRW yang dilaksanakan melalui pengawasan Peran serta aktif masyarakat dalam penataan ruang
dan penertiban.
5-1
Pengandalian Pemanfaatan Ruang Berdasarkan tujuan dan sasaran tersebut, maka
bagian wilayah, memberikan insentif dan
kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang
dorongan
adalah :
perekonomian rakyat. Kebijaksanaan untuk membatasi
1. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui
ruang
pengawasan dan penertiban berdasarkan
2. Pendayagunaan ruang
sebagai
salah
pemanfaatan
satu
pengendalian lindung.
RTRW
Kabupaten Bandung.
pengendalian
penduduk,
laju
pengelolaan
efektif, dan pemberian disinsentif bagi
pelaksanaannya
pada
pemantapan
kawasan budi daya secara efisien dan
instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang dalam didasarkan
pemanfaatan
melalui
lindung,
pertumbuhan
perizinan
pengembangan
pengembangan
dilakukan
kawasan
RTRW Kabupaten Bandung.
bagi
2. K e r a n g k a
pemanfaatan
kawasan
Pengendalian
yang
pema nfaa ta n
rua ng
Berkelanjutan 5.1 PRINSIP PENGENDALIAN PEMANFAATAN
Pengenda lia n
RUANG
memerlukan
berkelanjutan
Pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada
prinsip-prinsip
pendekatan
pada
ketentuan perundangan (legalistic approach) dengan menerapkan pendekatan yang lebih luwes
di
mana
prinsip
keberlanjutan
merupakan acuan utama. Untuk mewujudkan pengendalian
pemanfaatan
ruang
perlu
pertimbangan yang bersifat multi dan lintas sektoral, yaitu : 1. Kategori
Pemanfaatan
Ruang
suatu
dan
Kebijaksanaannya
kerangka
untuk
yang
menjamin
pemanfaatan ruang yang efisien, efektif, dan
responsif
kebutuhan
terhadap
perkembangan
aktifitas
penduduk.
Kepemerintahaan governance) mengemuka
yang
baik
merupakan dalam
(good
isu
yang
pengelolaan
administrasi publik saat ini. United Nation Development Program (UNDP) memberi definisi good governance sebagai hubungan yang
sinergis
negara
dan
konstruktif
(pemerintah),
diantara
swasta
dan
Pemanfaatan ruang memiliki dua kategori
masyarakat dengan karakteristik sebagai
yang dapat dibedakan, yaitu yang didorong
berikut:
pengembangannya
serta
a. Adanya partisipasi dari setiap warga
pengembangannya.
Kebijaksanaan
mendorong
yang
pengembangan
dibatasi untuk
pemanfaatan
ruang dalam rangka mencapai tujuan, s t r a t e gi ,
dan
pengembangan
rencana
wilayah
jangka
negara (Participation), b. Penegakkan
adalah melalui keseimbangan antar bagian
c.
dan proposional bagi pengembangan setiap
5-2
(Law
Keterbukaan (Transparency),
d. L e m b a g a
wilayah, memberikan akses yang merata
hukum
Enforcement),
struktur panjang
kerangka
Pemerintahan
aktif
melakukan pelayanan (Responsiveness),
Pengandalian Pemanfaatan Ruang e. Berorientasi
pada
a. Mengupayakan
kesepakatan
disesuaikan dengan kondisi daerah dan
Adanya kesetaraan dalam pelayanan
volume kerja.
(Equity),
b. Untuk menunjang pelaksanaan Otonomi
g. Efektif dan efisien (Effectiveness and
Daerah yang lebih luas, nyata dan
Efficiency),
bertanggung jawab.
h. S e t i a p
keputusan
dapat
c. Mendayagunakan
dipertanggungjawabkan
Mempunyai
visi
karena
dengan
itu,
jajaran
tugas
ada. yang
strategis
Dengan ruang lingkup kerja yang akan
(Strategic Vision). Oleh
pelaksanaan
dari institusi/kelembagaan yang sudah
(Accountability), dan i.
institusi
daerah yang efisien dan efektif yang
(Consensus Orientation), f.
terciptanya
dikembangkan meliputi : Pemerintah
dibawahnya
Daerah
diharapkan
dalam
dapat membentuk dan mengembangkan kemampuan
administratif
dan
kerjasamanya
untuk
dan
menggali
Peningkatan kapasitas institusi daerah proses
manajemen
pembangunan kota,
Penetapan
kebijakan
memobilisasi secara efektif semua potensi
kota
sumberdaya yang ada baik dari sektor
kerjasama
swasta
masyarakat maupun dengan swasta,
maupun
masyarakat
terutama
dalam aspek pengendalian pembangunan
wilayah. Semua ini dimaksudkan untuk mewujudkan
kemandirian fungsi
sesuai
prinsip-prinsip
dengan
pembangunan.
pengendalian
pemanfaatan
efektif
perlu
Kerangka
mencerminkan
pemerintah,
yang
berkaitan
dengan
pembangunan perkotaan,
pokok
ruang
antara
pola
Mengevaluasi implementasi kebijakan daerah
pemerintahan
pengelolaan
menciptakan
publik, khususnya ketentuan peraturan
dalam
penyelenggaraan
dengan
pembangunan
Peningkatan
kemampuan
manajerial
aparatur daerah.
yang
sebagai
berikut:
5.2
PEDOMAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Prinsip keberlanjutan (sustainability),
Kelengkapan (comprehensiveness),
Sumbangan terhadap pemecahan isu
sesuai dengan RTRW Kabupaten Bandung dalam
penting di Kabupaten Bandung.
kurun berlakunya RTRW tersebut, diperlukan
Tujuan
dari
pengembangan
pembentukan institusi
Agar pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan
dan
pengendalian
pembangunan wilayah adalah :
pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian
pemanfaatan
ruang
pada
dasarnya mencakup ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban
5-3
Pengandalian Pemanfaatan Ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
yang
tata ruang yang telah ditetapkan. Selain itu,
masyarakat, baik secara sendiri-sendiri mapun
dalam
bersama,
kaitannya
pengendalian dilakukan
dengan
pemanfaatan
mekanisme ruang,
pendayagunaan
dilakukan
oleh
berserta
pemerintah
pembiayaannya,
dan yang
perlu
didasarkan kepada rencana tata ruang yang
perizinan
telah ditetapkan. Cakupan dalam pemanfaatan
pemanfaatan ruang serta peninjauan kembali
ruang meliputi:
secara berkala.
1. Pengelolaan tata guna tanah, tata guna air,
5.2.1
tata guna udara, dan tata guna sumberdaya
Perijinan Pemanfaatan Ruang
alam lainnya sesuai dengan asas penataan A. Mekanisme Perijinan
ruang (pemanfaatan ruang bagi semua
Perijinan terkait pada kegiatan pemantauan
kepentingan secara terpadu, berdaya guna
terhadap
dan
macam
pembangunan
kegiatan
yang
pelaksanaan
merupakan
berhasil
seimbang,
maksud
guna,
dan
serasi,
selaras,
berkelanjutan;
serta
pemberian ijin. Misalnya jika macam kegiatan
keterbukaan, persamaan, keadilan, dan
pelaksanaan
perlindungan hukum).
pembangunan
yang
terkait
kepenerbitan izin pemanfaatan tanah dilingkup
2. Penyediaan
perangkat
yang
bersifat
kedua adalah melaksanakan kegiatan perolehan
intensif dan disintensif dalam implementasi
tanah
pemanfaatan ruang dengan menghormati
maka
kegiatan
pemantauan
yang
dilakukan lembaga/instansi penerbit ijin adalah mengevaluasi
seberapa
jauh
kegiatan
perolehan tanah ini telah dilaksanakan sesuai ketentuan
yang
pemanfaatan
disyaratkan
tanah
dalam
dimaksud.
izin
Penerbitan
hak penduduk dan masyarakat sebagai warga negara. Perangkat
insentif
adalah
instrumen
pengaturan
yang
bertujuan
mendorong
kemudian dilihat sebagai pengenaan sanksi jika
pengembangan
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang
ruang sesuai dengan tujuan rencana tata
diisyaratkan.
ruang. Melalui perangkat insentif diberikan
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
kemudahan tertentu, seperti :
Bandung sebagai bagian bagian tak terpisahkan dari
Peraturan
Daerah,
merupakan
acuan
ruang,
yang
mekanismenya
diatur
dengan
peraturan daerah tersendiri. B. Mekanisme
Pemberian
pemanfaatan
a. Di bidang ekonomi melalui tata cara pemberian
dalam menerbitkan ijin pemanfaatan tanah/
kegiatan
kompensasi,
imbalan,
penyelenggaraan sewa ruang, dan urun saham; perpanjangan perijinan, dan sebagainya; atau
Insentif
dan
b. Di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarna
Disinsentif Pemanfaatan
ruang
memanfaatkan
ruang
adalah melalui
kegiatan serangkaian
program pelaksanaan kegiatan pembangunan
5-4
jaringan jalan, pelabuhan, bandara, jaringan listrik, air bersih, telepon, dan sebagainya
untuk
melayani
Pengandalian Pemanfaatan Ruang pengembangan kawasan sesuai dengan
rencana tata ruang. Perangkat
disinsentif
tentang pemanfaatan ruang adalah
instrumen
kegiatan
pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana
b. Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana publik, dilakukannya diberikan
perangkat
bagi
secara
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
rangka
pengumpulan objektif
data/informasi
mengenai
pemanfaatan
sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan.
Bentuk
pemantauan
dalam
rangka
yang ditetapkan melalui kemudahan
pengawasan pemanfaatan ruang berupa
dalam
kegiatan
proses
dan
prosedur
Disinsentif
mengamati,
memeriksa
administratif.
dalam
ruang, baik yang sesuai maupun yang tidak
usaha di Kabupaten Bandung berkaitan rua ng,
pelaporan
kegiatan
kegiatan
ta ta
Bentuk
pengawasan pemanfaatan ruang berupa
masyarakat perorangan maupun badan renca na
dalam
ketiga kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
penanaman modal yang dilakukan oleh
denga n
ruang
Penjelasan kegiatan pengawasan berdasarkan
insentif dan disinsentif: Insentif
pemanfaatan
mencapai tujuan rencana tata ruang.
a. Pengenaan pajak progresif,
Evaluasi sebagai upaya menilai kemajuan kegiatan
tata ruang, seperti :
Pertimbangan
Pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan
pengaturan yang bertujuan membatasi atau mengendalikan
Pelaporan yang menyangkut segala hal
diberikan
bagi
secara
mengawasi
cermat
dan
perubahan
kualitas tata ruang dan lingkungan yang
inisiatif
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
Kegiatan pemantauan ini didasarkan pada
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
hasil pelaporan yang mencakup kegiatan
(RTRW) Kabupaten Bandung melalui
pengumpulan
pengenaan prasyarat yang ketat dalam
dan
proses dan prosedur dministratif serta
kuantitatif)
ruang
pengawasan dan pengendalian dalam
yang
masyarakat
hal pemanfaatan ruang.
data/informasi
swasta)
tentang
pemanfaatan
dilakukan
pemerintah,
dan
serta
(kualitatif
dunia
usaha
(sektor
perubahan-perubahan
perwujudan tata ruang yang terjadi di 5.2.2
Pengawasan Pemanfaatan Ruang
Kegiatan
pengawasan
dimaksudkan
lapangan. Data/lnformasi disajikan dalam bentuk tabular dan sebaran geografis dari
untuk
waktu ke waktu (time series) yang terkait
menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
dalam
fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana. dilakukan
secara
terintegrasi
dan
sistem
informasi
penataan ruang.
Pengawasan diselenggarakan melalui 3 kegiatan yang
pengembangan
Pelaporan dan pemantauan pemanfaatan ruang
terkoordinasi, yaitu :
5-5
perlu
dilakukan
secara
Pengandalian Pemanfaatan Ruang berkesinambungan sehingga hasilnya dapat
Wilayah
digunakan sebagai bahan masukan utama
rencana lainnya yang lebih rinci.
dalam kegiatan evaluasi untuk menilai kemajuan
kegiatan
pemanfaatan
ruang
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Dalam
kegiatan
Secara
dilakukan
penilaian terhadap kinerja pelaksanaan pemanfaatan ruang serta perbedaan wujud
Kabupaten
kelembagaan,
dilakukan
atau
Bandung
pelaporan
atau
ini
wajib
dikoordinasikan
oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung secara rutin dalam
evaluasi
(RTRW)
rangka
pengendalian
pemanfaatan
ruang. 1. Mekanisme Pemantauan
pemanfaatan ruang (fakta vs. rencana)
Pemantauan adalah usaha atau tindakan
sehingga dapat diidentifikasi sejauhmana
mengamati, mengawasi, dan memeriksa
simpangan atau deviasi yang terjadi. Selain
dengan cermat perubahan kualitas tata
itu, dalam kegiatan evaluasi perlu pula
ruang dan lingkungan yang tidak sesuai
dipertimbangkan berbagai faktor pengaruh
dengan
eksternal yang mempengaruhi pemanfaatan
(RTRW) Kabupaten Bandung. Kegiatan ini
ruang kota, antara lain :
memantau
perkembangan
fisik
pemanfaatan
ruang
(tiga)
komponen
data
o
Dinamika perkembangan wilayah yang sangat pesat;
o
Peraturan
kependudukan,
atau
rujukan
baru
yang
pemanfaatan
Ruang
dengan
Wilayah
3
utama
struktur ruang.
yaitu
ruang
Kegiatan
dan yang
dilaksanakan adalah :
berbeda dengan prosedur dan produk
a. Penyiapan kerangka acuan pekerjaan
tata
ruang
yang
berlaku
pemantauan
sekarang,
dan
pembentukan
tim
kecil sesuai dengan lembaga/instansi
Kebijaksanaan ditetapkan
baru,
oleh
baik
yang
pemerintah
pusat,
pengendali setiap unsur pengelolaan pembangunan perkotaan,
b. Mengumpulkan data dan pemetaan
daerah maupun sektor; o
Tata
berkaitan dengan penataan ruang yang rencana
o
Rencana
kondisi fisik wilayah,
Perubahan orientasi atau paradigma baru dalam pembangunan.
Pada
dasarnya,
seluruh
stakeholders
pembangunan dapat dilibatkan dalam kegiatan pelaporan.
Jenis
pelaporan
apapun
yang
dilakukan oleh seluruh pihak yang apresiatif terhadap
kualitas
tata
ruang,
perlu
ditindaklanjuti dalam kegiatan pemantauan, khususnya
bagi
pelaporan
yang
mengindikasikan adanya pembangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Updating kondisi lapangan dalam pelaksanaan pembangunan
5-6
Pengandalian Pemanfaatan Ruang c. Memeriksa eksisting
kesesuaian dan
data
kependudukan,
antara RTR
struktur
data
masuk,
tentang
ruang
baik
masyarakat,
dan
berasal
dari
organisasi
individu,
kemasyarakatan,
aparat daerah, hasil penelitian, statistik,
pemanfaatan ruang,
dan lain sebagainya.
d. Merumuskan temuan penyimpangan, 2. Mekanisme Evaluasi
e. Membahas temuan penyimpangan dan rekomendasi tindak lanjut dalam Forum
Evaluasi
Daerah yang terlebih dahulu dibahas
menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan
dalam tim kecil instansi pengendali, dan
f.
dimaksudkan
sebagai
usaha
ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus
Menyiapkan laporan hasil pemantauan
menerus
kepada Bupati.
dan
setiap
tahunnya
diakhiri
membuat gambaran kondisi tata ruang.
Sebagaimana dalam usaha pelaporan, maka
Oleh karena itu, evaluasi merupakan fungsi
usaha
dan
dan tugas rutin perangkat Pemerintah
memeriksa perubahan kualitas tata ruang
Kabupaten Bandung dengan memasukkan
dan lingkungan ini menjadi kewajiban
dan bantuan aktif dari masyarakat dan
perangkat Pemerintah Kabupaten Bandung
pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan
sebagai
pada
utamanya adalah membandingkan antara
proses pelaporan. Dalam hal ini juga tidak
temuan hasil pemantauan lapangan dengan
tertutup kemungkinan pelaksanaan hak dan
Rencana
kewajiban
Kabupaten Bandung.
mengamati,
kelanjutan
dalam
mengawasi,
dari
masyarakat
pemantauan
temuan
untuk
tata
berperan
ruang,
yang
kemudian bersama-sama dengan perangkat Pemerintah
Kabupaten
menindaklanjuti
dengan
Bandung proses
dan
prosedur yang berlaku. Pada
prinsipnya,
Karena
Tata pada
Ruang
Wilayah
(RTRW)
adalah
menilai
intinya
kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung, maka perlu keputusan mengenai
pemantauan
rutin
penyimpangan
terhadap
tahapan
dan
terhadap perubahan tata ruang Kabupaten
skenario tata ruang yang direncanakan
Bandung
serta
dilakukan
oleh
Pemerintah
Kabupaten Bandung melalui pelaporan yang
upaya
mengatasinya.
Tindakan
penertiban dilakukan jika dan hanya jika konsep, tujuan, sasaran dan muatan arahan pemanfaatan ruang yang dijadikan standar pembanding kegiatan
masih
peninjauan
menyeluruh
terhadap
penataan
ruang
penyimpangan
yang
sahih.
Sedangkan
kembali
secara
seluruh
proses
dilakukan terjadi
jika
mengubah
kesahihan konsep, tujuan, sasaran dan muatan arahan pemanfaatan ruang.
5-7
Pengandalian Pemanfaatan Ruang Peninjauan kembali adalah usaha untuk
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi
menilai kembali kesahihan rencana tata
ruang tetapi luasan menyimpang. Dalam
ruang dan keseluruhan kinerja penataan
kaitan ini bentuk penertiban yang dapat
ruang
diterapkan adalah penghentian kegiatan
secara
berkala,
mengakomodasikan
termasuk
pemutakhiran
yang
dan kegiatan dibatasi pada luasan yang
dirasakan perlu akibat adanya paradigma serta
peraturan/rujukan
baru
dalam
penataan ruang dan pembangunan. Dengan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
ruang,
demikian, kegiatan peninjauan kembali
penghentian
kegiatan evaluasi ditemukan permasalahankemungkinan
tidak
mendasar dapat
dan
diselesaikan
persyaratan
teknis
penertiban yang dapat diterapkan adalah
tata ruang yang dilakukan setelah dalam yang
tetapi
menyimpang. Dalam kaitan ini bentuk
termasuk ke dalam kegiatan perencanaan
permasalahan
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi
kegiatan
dan
pemenuhan
persyaratan teknis.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang
dengan penertiban saja.
menyimpang. Dalam kaitan ini penertiban 5.2.3
Penertiban Pemanfaatan Ruang
yang dapat dilakukan adalah penghentian
Penertiban merupakan tindakan yang dilakukan
kegiatan
dan
penyesuaian
bila terdapat indikasi pelanggaran pemanfaatan
pemanfaatan ruang.
bentuk
ruang. Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha
untuk
pemanfaatan
mengambil ruang
tindakan
direncanakan
agar dapat
terwujud. Tindakan penertiban pemanfaatan ruang
dilakukan
penyelidikan
melalui
atas
pemeriksaan
semua
dan
pelanggaran/
penyimpangan dalam pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan didasarkan bentuk pelanggaran yang dilakukan. Dalam hal ini
Mekanisme Pengenaan Sanksi Penertiban adalah tindakan pengenaan sanksi yang
dilakukan
melalui
pemeriksaan
dan
penyelidikan atas semua pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk sanksi yang dapat diberikan adalah sanksi administratif, perdata, dan
pidana.
berdasarkan pelanggaran
Pengenaan
sanksi
ketentuan
tentang
yang
diatur
dalam
dilakukan sanksi
peraturan
perundangan yang berlaku.
perlu dibedakan bentuk pelanggaran sebagai
Rencana
berikut :
Kabupaten Bandung, selain berisi arahan dan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. Dalam kaitan ini bentuk penertiban yang dapat diterapkan antara lain
adalah
penghentian
kegiatan/
pembangunan dan pencabutan izin.
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
struktur, juga berisi acuan dalam mekanisme perijinan. Oleh karena itu, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung ini dapat digunakan secara langsung dalam pertimbangan pemberian
periijinan
Konsekuensinya,
5-8
pemanfaatan
pemberian
sanksi
ruang. yang
Pengandalian Pemanfaatan Ruang diberikan
harus
mengacu
pada
Peraturan
Secara garis besar ada empat langkah yang
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
perlu ditempuh dalam tindakan penertiban,
(RTRW) Kabupaten Bandung ini.
yaitu :
Pelanggaran dalam pemanfaatan ruang adalah
a. Pengumpulan Bukti,
tindakan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
Berkaitan dengan bentuk pelanggaran yang
dengan rencana tata ruang. Bentuk-bentuk
mungkin terjadi dalam pemanfaatan ruang,
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang terdiri
maka
dari :
pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang
Pelanggaran Fungsi (PF),
dibutuhkan informasi kunci mengenai :
Pemanfaatan tidak sesuai fungsi ruang yang
Saat dimulainya kegiatan pemanfaatan
Pelanggaran Blok Peruntukan (BL),
atau
ruang
yang
tidak
dengan
tata
ketentuan
ruang
dan
dalam
yang
dilakukan
yang
dokumen
Sesudah bukti-bukti penyebab pelanggaran
dapat
adalah :
mengajukan yang
dalam
b. Pengajuan Bukti,
penertiban
ijin
termuat
teknis
Motif pelanggaran, apakah kesengajaan
terkumpul,
telah
langkah
berikutnya
alat-alat
bukti
adalah
ke
meja
pengadilan (persidangan).
diberikan
apabila pemanfaatan ruang tidak sesuai
c. Pembuktian,
dengan rencana tata ruang.
Pembuktian
Kegiatan pembangunan dihentikan untuk
dalam pemeriksaan suatu kasus. Hakim
sementara dan pihak pelaksana (investor/
dalam menjatuhkan putusan/vonis akan
masyarakat)
berpedoman kepada hasil pembuktian ini.
diminta
untuk
memenuhi
aturan yang sesuai dengan rencana tata sebanyak tiga kali. Melalui
mekanisme
menempati
posisi
penting
d. Pengenaan sanksi,
ruang setelah dilakukan teguran tertulis
pelanggaran
Ketentuan/aturan/persyaratan
dilakukan dalam usaha mencapai “tertib ruang’ Pencabutan
ruang
atau kealpaan.
peraturan
bangunan setempat. Bentuk-bentuk
tata
perijinan.
tetapi persyaratan teknis ruang bangunan rencana
Bentuk
yang
Pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan, sesuai
rencana
dalam pemanfaatan ruang.
Pelanggaran persyaratan Teknis (OT),
tidak
setelah
ditetapkan dan diundangkan.
sesuai
telah ditetapkan.
bukti-bukti
ruang, apakah dilaksanakan sebelum
dengan arahan peruntukan ruang yang
pengumpulan
telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Pemanfaatan
dalam
pengendalian,
pemulihan fungsi dan pembinaan
Bentuk vonis yang akan dikenakan kepada p e l a n g ga r
d a pa t
administrasi,
sanksi
be r u p a perdata,
s a nk si dan/atau
sanksi pidana akan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran, motif pelanggaran dan waktu terjadinya pelanggaran.
5-9
Pengandalian Pemanfaatan Ruang
Tabel 5.1 Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung
PERANGKAT PENGENDALIAN
WP Majala ya
***
***
***
***
***
***
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
**
**
**
**
**
**
Perijinan lingkungan
***
***
***
***
***
***
**
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
**
**
**
**
**
**
No.
PEMANFAATAN RUANG
1.
PERIJINAN
1.1
Pendayagunaan perijinan yang terkait dengan pemanfaatan ruang Perijinan pemanfaatan ruang (Izin pemanfaatan tanah)
(Amdal, RPL, RKL, Ijin Gangguan) Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll) 1.2
Wilayah Pengembangan WP WP WP Banjar Baleen Cileunyian dah Rancaekek
WP Sorea ng
WP Cicale ngka
Penerapan perijinan perubahan pemanfaatan lahan melalui prosedur khusus, dengan mekanisme disinsentif : Development charge sesuai dengan jenis ketidaksesuaian RTRW Pengenaan biaya dampak pembangunan sesuai dengan dampak yang harus diatasi
2.
PENGAWASAN
2.1
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dan penyimpangan/pelanggaran RTRW Kabupaten
3.
PENERTIBAN
3.1
Inventarisasi jenis pemanfaatan ruang :
pelanggaran
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknis Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi bentuk tidak sesuai dengan ketentuan teknis 3.2
Tindakan Penertiban Pemanfaatan Ruang : Peringatan dan/atau teguran Penghentian sementara Pencabutan ijin Pemulihan fungsi ruang / kawasan Pembongkaran Pelengkapan/pemutihan perijinan Pengenaan denda dan/atau sanksi
Keterangan : Kebutuhan Pengendalian Pemanfaatan Ruang : *** Tinggi, ** Sedang, * Rendah Sumber
: Hasil Analisis Tahun 2006
5 - 10
Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat
6.1
6.2
KETENTUAN UMUM
Secara umum, hak masyarakat yang dijamin
KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENATAAN RUANG
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan
Penataan Ruang. Dalam panataan ruang, setiap
ruang mencakup hak dan kewajiban dalam
orang berhak untuk:
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
1. Mengetahui rencana tata ruang;
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
Dalam proses perencanaan tata ruang, hak dan
akibat penataan ruang;
kewajiban masyarakat adalah :
3. Berperan serta dalam penyusunan rencana tata
ruang,
pemanfaatan
ruang,
1. Memperoleh informasi secara mudah.
dan
2. Memberikan
pengendalian pemanfaatan ruang.
pertimbangan
4. Memperoleh penggantian yang layak atas
3. Memberikan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan terhadap
pelaksanaa n
teknik
dalam
progra m
da n
kegia tan
meliputi :
adalah :
1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang
1. Menaati rencana tata ruang yang telah
udara
ditetapkan;
berdasarkan
RTRW
yang
telah
ditetapkan.
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
2. Bantuan
pemanfaatan ruang;
pemikiran
berkenaan ditetapkan
dan
dengan
pertimbangan pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
3. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam
dan
pemanfaatan ruang.
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
bantuan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRW,
Kewajiban yang harus dilaksanakan masyarakat
yang
tata
kewajiban masyarakat dapat dilakukan melalui
rencana tata ruang di wilayahnya;
ketentuan
perencanaan
Dalam proses pemanfaatan ruang, hak dan
pembangunan yang tidak sesuai dengan
3. Mematuhi
dan
perencanaan tata ruang.
rencana tata ruang; keberatan
dalam
pemikiran
ruang.
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
5. M e n g a j u k a n
bantuan
ketentuan
peraturan
4. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan
perundang-
berdasarkan RTRW.
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
5. Konsolidasi pemanfaatan lahan, air dan
6-1
Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat sumberdaya tercapainya
alam
lainnya
pemanfaatan
Kabupaten Bandung dan ketentuan teknis
untuk
ruang
pendukungnya
yang
melalui
penempelan/
pemasangan peta rencana tata ruang yang
berkualitas.
6. P e r u b a h a n
dan/atau
bersangkutan pada tempat-tempat umum
pelestarian
dan kantor-kantor yang secara fungsional
pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW.
menangani rencana tata ruang tersebut.
7. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang, dan atau kegiatan
3. Mengumumkan RTRW Kabupaten Bandung,
menjaga, memelihara dan meningkatkan
Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Bandung beserta ketentuan pelaksanaannya melalui media cetak, elektronik atau forum
Hak dan kewajiban masyarakat dalam proses pengendalian
pemanfaatan
ruang
pertemuan.
dapat
4. Menyediakan
dilakukan melalui : 1. Pengawasan terhadap pemberian
informasi
ruang atau
pemikiran
atau
RTRW,
Bandung, dan peta rencana pemanfaatan
dan
lahan skala 1:25.000 secara lengkap dan
laporan
terbuka
pelaksanaan pemanfaatan ruang. 2. Bantuan
rencana
Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten
dalam bentuk pemantauan pemanfaatan
dokumen
pada
dinas,
badan,
kantor
kecamatan dan kantor kelurahan / desa.
pertimbangan
berkenaan dengan penertiban pemanfaatan
Dalam menikmati manfaat ruang dan atau
ruang.
pertambahan penataan
6.3
nilai
ruang,
ruang
sebagai
pelaksanaannya
akibat
dilakukan
PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
MASYARAKAT
yang berlaku. Di samping itu untuk menikmati
Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain
dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya
masyarakat mengetahui RTRW dari Lembaran
alam yang terkandung di dalamnya, yang dapat
Daerah
berupa
Kabupaten,
masyarakat
mengetahui rencana tata ditetapkan
melalui
dapat
ekonomi,
sosial,
dan
lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan,
ruang yang telah
pengumuman
manfaat
penguasaan, atau pemberian hak tertentu
atau
penyebarluasan oleh pemerintah Kabupaten
berdasarkan
pada
ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang
tempat-tempat
yang
masyarakat mengetahuinya
memungkinkan dengan
peraturan perundang-undangan
berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.
mudah.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bandung berkewajiban untuk :
Selanjutnya perolehan penggantian yang layak
1. Menempatkan Peraturan Daerah tentang
atas
kondisi yang dialaminya sebagai akibat
RTRW Kabupaten Bandung dalam Lembaran
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
yang
Daerah.
sesuai dengan RTRW, diselenggarakan secara musyawarah dengan pihak yang berkepentingan
2. Mengumumkan dan menyebarluaskan RTRW
6-2
Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat dengan
tetap
Dalam
hal
mengenai
memegang tidak
tercapai
penggantian
penyelesaiannya
hak
yang
dilakukan
6. Mendapat
masyarakat. maka
sesuai
Ruang Wilayah Kabupaten Bandung melalui: 1. Dokumen RTRW. 2. Peraturan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penataan
kewajiban ruang,
masyarakat
mematuhi dan menerapkan dan
aturan-aturan
Daerah
dengan
3. Pegumuman
kriteria, kaidah,
Pemerintah
penataan
ruang
tentang
RTRW
yang
diterbitkan dalam Lembaran Daerah.
dalam
dilaksanakan
kegiatan-
Masyarakat dapat mengetahui Rencana Tata
dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pelaksanaan
dari
kegiatan yang merugikan.
kesepakatan layak,
perlindungan
tempat
yang
atau
penyebarluasan
Kabupaten
yang
mudah
pada
oleh
tempat-
diakses
oleh
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
masyarakat melalui berbagai bentuk media
undangan yang berlaku. Di samping itu kaidah
massa dan informasi.
dan
aturan
pemanfaatan
ruang
yang
dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang. 6.3.1
Hak Masyarakat
Dalam
kegiatan
penataan
ruang
wilayah,
masyarakat berhak: 1. Berperan serta dalam proses perencanaan tata
ruang,
pemanfaatan
ruang
dan
Hak masyarakat untuk
pengendalian pemanfaatan ruang.
menikmati
2. Mengetahui secara terbuka rencana tata
ruang
dan/atau
pertambahan nilai sebagai akibat penataan
ruang wilayah Kabupaten bandung. 3. Menikmati pemanfaatan ruang
manfaat
ruang
dan/atau
dilakukan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan atau kaidah yang berlaku.
pertambahan nilai ruang sebagai akibat
Hak
dari penataan ruang.
masyarakat
dalam
memperoleh
penggantian yang layak atas kerugian terhadap
4. Memperoleh penggantian yang layak atas
perubahan status lahan dan ruang udara semula
kondisi yang dialaminya sebagai akibat
yang dimilikinya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
Rencana
sesuai dengan rencana tata ruang.
Tata
Ruang
Wilayah
pelaksanaan Kabupaten
Bandung dilaksanakan dengan cara musyawarah
5. Mengajukan keberatan pada masa/periode
antara pihak yang berkepentingan, dengan
tertentu yang ditetapkan.
tetap memperhatikan hak masyarakat.
6-3
Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat 6.3.2
Kewajiban Masyarakat
Dalam
kegiatan
penataan
tata ruang kawasan. ruang
wilayah,
3. Bantuan untuk merumuskan perencanaan
masyarakat wajib:
tata ruang wilayah Kabupaten.
1. Berperan serta dalam memelihara kualitas
4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan
ruang.
atau pendapat dalam menyusun strategi
2. Berlaku
tertib
dalam
keikutsertaannya
dan struktur pemanfaatan ruang wilayah
dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang
dan
pemanfaatan
ruang
sesuai
Kabupaten.
pengendalian
5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan
peraturan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten.
perundang-undangan yang berlaku.
6. Kerjasama
3. Menaati rencana tata ruang yang telah
penelitian
dan
pengembangan dan atau bahkan bantuan
ditetapkan. Pelaksanaan
dalam
tenaga ahli.
kewajiban
masyarakat
dalam
Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi
ruang meliputi :
dan
masalah pembangunan termasuk bantuan
1. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku. 2. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dan kawasan yang mencakup lebih dari satu kecamatan. 3. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten bandung dan rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah Kabupaten atau kecamatan. 4. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten. 5. Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang dan/atau. 6. Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi : 1. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
untuk memperjelas hak atas ruang di
skala Kabupaten, kecamatan dan kawasan,
wilayah dan termasuk pula pelaksanaan
termasuk pemberian informasi atau laporan
menerapkan
prosedur,
mekanisme,
kriteria, kaidah, baku mutu, standar, aturan dan
ketentuan
teknis
penataan
ruang.
Peraturan dan kaidah pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat
diterapkan
sepanjang memperhatikan
faktor-faktor daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, estetika lingkungan, lokasi, struktur
pemanfaatan
perundangan
yang
ruang,
berlaku,
peraturanserta
dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang. 6.3.3 Peran
Peran Serta Masyarakat serta
masyarakat
dalam
proses
perencanaan tata ruang wilayah meliputi: 1. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah. 2. Pengidentifikasian berbagai potensi dan
6-4
Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan
menyelenggarakan
dimaksud dan/atau sumberdaya tanah, air,
masyarakat
udara dan sumberdaya lainnya.
mengembangkan kesadaran memberdayakan
2. Bantuan
pemikiran
atau
dan
pertimbangan
untuk
pemberdayaan
menumbuhkan
meningkatkan
serta
tanggung
jawab
masyarakat dalam penataan ruang.
berkenaan dengan penertiban pemanfaatan
4. Pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh
ruang.
instansi yang berwenang dengan cara: 6.3.4
Tata
Cara
Peran
Serta
a. Memberikan
Masyarakat
dan
meyelenggarakan
diskusi dan tukar pendapat, dorongan,
Dalam Penataan Ruang Tata cara peran serta masyarakat dalam proses
pengayoman, pelayanan, bantuan teknik,
perencanaan tata ruang dilaksanakan :
bantuan hukum, pendidikan dan atau
1. Dengan pemberian saran,
pelatihan.
pertimbangan,
b. Menyebarluaskan
pendapat, tanggapan, keberatan, masukan terha da p
i nfo rma si
pengembangan, potensi
tenta ng
informasi
mengenai proses penataan ruang kepada
a ra h
masyarakat secara terbuka.
dan masalah yang
c. Mengumumkan
dilakukan secara lisan atau tertulis kepada
dan
menyebarluaskan
rencana tata ruang kepada masyarakat.
WaliKabupaten. 2. Sesuai
semua
dengan
peraturan
d. Menghormati
perundang-
hak
yang
dimiliki
masyarakat.
undangan yang berlaku yang pelaksanaannya
e. Memberikan
dikoordinasikan oleh WaliKabupaten.
penggantian
yang
layak
kepada masyarakat atas kondisi yang 6.3.5 Untuk
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan
Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat memberdayakan
masyarakat
kegiatan
dalam
pembangunan
yang
sesuai
masyarakat
untuk
dengan rencana tata ruang.
penataan ruang, maka: f.
Melindungi
hak
informasi penataan ruang dan rencana tata
berperan
serta
ruang secara mudah dan cepat melalui media
perencanaan
cetak, elektronik atau forum pertemuan.
manfaat ruang yang berkualitas dan
1. Pemerintah Kabupaten wajib menyediakan
tata
dalam ruang,
proses menikmati
upaya
pertambahan nilai ruang akibat rencana
peningkatan tata laksana hak dan kewajiban
tata ruang yang ditetapkan serta dalam
masyarakat dalam penataan ruang melalui
menaati rencana tata ruang.
2. Masyarakat
dapat
memprakarsai
g. Memperhatikan
kegiatan diskusi, bimbingan, pendidikan atau
saran,
ruang.
masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan ruang.
3. Untuk terlaksananya upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban masyarakat, Kabupaten
atau
menindaklanjuti
pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan
Pemerintah
usul
dan
wajib
6-5
keberatan
dari
Lampiran Tabel 1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten Bandung 2007-2027 Panjang (Km) A
PENINGKATAN JALAN Cileunyi-Tasik Cileunyi-Sumedang
Cileunyi Cileunyi
Moh. Toha-Dayeuhkolot Dayeuhkolot-Baleendah Baleendah-Pameungpeuk Baleendah-Banjaran Banjaran-Cimaung Cimaung-Pangalengan Buahbatu-Bojongsoang Bojongsoang-Baleendah Baleendah-Ciparay Ciparay-Majalaya Majalaya-Cijapati Nagreg-Lebakjero Soreang-Cihampelas Kopo-Katapang Katapang-Soreang Soreang-Pasirjambu Pasirjambu-Ciwidey Ciwidey-Rancabali Rancabali-Cidaun Bojongsoang-Dayeuhkolot
Dayeuhkolot Baleendah Pameungpeuk Banjaran Cimaung Pangalengan Bojongsoang Baleendah Ciparay Majalaya Cikancung Nagreg Soreang Margahayu Katapang Soreang Pasirjambu Ciwidey Rancabali Bojongsoang
5 5
N N
AP AP
3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 6 6 1 7 1 1 1 1 1 3
P
KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1 KP1
Jumlah
P
P P P
P
Jumlah Soreang-Cangkuang Cangkuang-Banjaran Pangalengan-Pintu-Talun-Santosa Andir-Rancamanyar Rancamanyar-Katapang Rancamanyar-Sayuran Sayuran-Cibaduyut Asem-Sukasari Sukasari-Rancamanyar Sayati-Cangkuang Cangkuang-Palasari Majalaya-Ibun Gambung-Palayangan
Soreang Cangkuang Pangalengan Baleendah Katapang Dayeuhkolot Margahayu Pameungpeuk Baleendah Margahayu Dayeuhkolot Ibun Pasirjambu
1 2 2 3 1 3 7 2 3 7 3 4 1
Palayangan-Pintu Rancabali-Cisabuk (Bts. Cianjur)
Pangalengan Rancabali
Banjaran-Arjasari
K
K K
KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2
2 1
K
KP2 KP2
Banjaran
2
K
KP2
Arjasari-Pinggirsari Pinggirsari-Garduh Cicalengka-Sawahbera Ciwidey-Datarpuspa Tugu-Kulalet-Munjul Ciparay-Sapan Sapan-Tegalluar Tegalluar-Solokanjeruk Peundeuy-Bj.Salam
Arjasari Ciparay Cicalengka Ciwidey Baleendah Ciparay Bojongsoang Solokanjeruk Rancaekek
2 4 6 1 3 3 3 4 5
Bj.Salam-Tj.Laya Tanjunglaya-Bojongemas Bojongemas-Tegalluar Majalaya-Bojong Bojong-Rancaekek Sp.Solokanjeruk-Rancaekek Lingkar Majalaya Ciparay-Pacet Pacet-Kertasari Kertasari-Santosa Santosa-Cibatarua (Bts.Garut)
Cikancung Solokanjeruk Bojongsoang Majalaya Solokanjeruk Rancaekek Majalaya Ciparay Pacet Kertasari Kertasari
6 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4
Mengger-Sukapura
Dayeuhkolot
Sukapura-Cipagalo Tonjong-Rancakole-Ciketut
K K K K K K
K K K K
K
KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2
K
KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2 KP2
3
K
LP1
Dayeuhkolot
3
K
LP1
Arjasari
2
K
LP1
K
K K
Jumlah
Keterangan
24,772 Peningkatan Geometrik Jalan 4,435 Peningkatan Geometrik Jalan 29,207 Peningkatan Geometrik Jalan 53,212
Peningkatan Geometrik Jalan 35,122
2,195 Peningkatan Geometrik Jalan 22,770 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 56,336
0,941 Peningkatan Geometrik Jalan 170,576 Peningkatan Geometrik Jalan 7,216 15,535 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 10,845 1,502 Peningkatan Geometrik Jalan 1,252 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 4,154 5,268
Peningkatan Geometrik Jalan
14,521 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik dan 27,486 Fungsi Jalan 20,533
14,575
Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan
5,216 Peningkatan Geometrik Jalan 24,984 Peningkatan Geometrik Jalan 4,623 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 8,639 Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan 19,597
Peningkatan Geometrik Jalan 12,234 3,370 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 32,594 8,299
Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan
242,444
Lamp-1
Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik dan 1,336 Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik dan 4,244 Fungsi Jalan 2,804
Lampiran Panjang (Km) Maruyung-Cibulakan-Babakan
Ciparay
4
K
LP1
Cangkring-Arjasari
Baleendah
3
K
LP1
Neglasari-Garduh Biru-Neglasari
Ciparay Majalaya
4 4
K K
LP1 LP1
9,009
Maruyung-Padasuka Andir-Mandalasari-Mekarjaya Wangisagara-Ibun Ibun-Dukuh Panundaan-Cibodas
Pacet Pacet Majalaya Ibun Pasirjambu
4 4 4 4 1
K K K
LP1 LP1 LP1 LP1 LP1
4,784 4,998
Cibodas-Rancabolang Cangkuang-Cikalong Cikalong-Pataruman Cimaung-Gunung Puntang Banjaran-Sindangpanon Sindangpanon-Pasirhuni-Pasirmulya Kamasan-Tarajusari Tarajusari-Bojongsereh Kopo-Jatisari Jatisari-Cantilan Kawah Putih-Rancabolang
Ciwidey Cangkuang Cimaung Cimaung Banjaran Cimaung Banjaran Pameungpeuk Soreang Soreang Ciwidey
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
Citaman-Payadap Panyadap-Bojong Cikurutug-Narawita Ciluluk-Cicalengka Cigentur-Curugdedes-Drawati-Loa Cijagra-Los Logawa-Cipeujeuh-Cipaku
Ciparay Majalaya Cicalengka Cicalengka Paseh Bojongsoang
4 4 6 6 4 3
K
Bojong-Sukamanah Sukamanah-Cipaku Panggilingan-Sudi-Ibun-Laksana Cipaku-Loa-Patrol-Walahir Pintu-Wates Cicalengka-Sindangwangi Ciririp-Bangsaya-Buninagara Citere-Kertamanah-Sukamenak Kaler
Majalaya Paseh Ibun Paseh Pangalengan Cicalengka Ciwidey Pangalengan
4 4 4 4 2 6 1 2
K K K K K K K
LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1
6
N
AP Ren
2 3 3 7 7 1 3
P
KP1 Ren KP1 Ren KP1 Ren KP1 Ren KP1 Ren KP1 Ren KP1 Ren
Cicalengka-Nagreg Cirengit-Rancaketan Rancaketan-Rancamanyar Rancamanyar-Sayuran Sayuran-Cibaduyut Cigondewah-TKI TKI-Soreang Ciwastra-Buahbatu-Rancamanuk Gor-Soreang Lingkar Tengah Soreang Terusan Lingkar Majalaya Lingkar Majalaya-Biru Biru-Ciparay Cipagalo -Tegalluar Ciherang-Bojong Bojong-Narawita Narawita-Cikasungka Jaksanarata-Bojongmalaka Bojongmalaka-Katapang Katapang-Stadion Akses Barat Stadion Bojong-Bojongwaru Cebek-Gor Soreang Cebek-Lkr.Tengah Sangkali-Ds.Cingcin Bojong-Cembul Citeureup-Ciodeng Gandasari-Citaliktik Soreang-Sekarwangi Murugul - Parungserab Balahuni - Sekarwangi Lembur Tegal-Sukarame Lingkar Selatan Soreang Lingkar Tengah Soreang - Panyirapan CPI-Cincinkolot-Citaliktik
Jumlah Jumlah Peningkatan Jalan Cicalengka Jumlah Pameungpeuk Baleendah Dayeuhkolot Margahayu Margaasih Soreang Bojongsoang Jumlah Soreang Soreang Majalaya Majalaya Ciparay Bojongsoang Nagreg Cicalengka Cikancung Baleendah Katapang Soreang Soreang Ciparay Soreang Soreang Katapang Baleendah Dayeuhkolot Katapang Soreang Katapang Katapang Soreang Soreang Soreang Katapang
1 1 4 4 4 3 6 6 6 3 1 1 1 4 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
Lamp-2
K
K K K K K K K
K K K K
P P K K K K K K
K
K K K K K K K K K K K K K K K
LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1 LP1
KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren
4,800 4,796
4,940
6,927
Keterangan Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan
Peningkatan Geometrik dan 27,830 Fungsi Jalan 11,630
Peningkatan Geometrik Jalan
8,510 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 6,500 5,128
Peningkatan Geometrik Jalan
3,991 Peningkatan Geometrik Jalan 4,003 Peningkatan Geometrik Jalan 14,037 Peningkatan Geometrik dan Fungsi Jalan Geometrik Jalan Peningkatan 4,942 9,087 Peningkatan Geometrik Jalan 8,575 Peningkatan Geometrik Jalan 6,987 Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan 5,352 6,830 8,918 7,634 7,521 13,049 17,576 7,453 234,192 676,419 10,285 10,285
Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan Peningkatan Geometrik Jalan
Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru
11,529
10,772 6,772 29,073 0,653 2,878 2,994 6,690
Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru
4,250 Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru 5,991 Pembangunan Jalan Baru 12,725 1,158 2,926 0,093 0,267 0,895 0,541 0,580 0,739 1,102 0,293 0,222 1,702 1,823 1,089 1,721
Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru
Lampiran Panjang (Km) Gd.Tutuka-Gandasari Bojongemas-Cibulukadu Lingkar Utara Soreang Lingkar tengah Utara Soreang
Katapang Solokanjeruk Katapang Katapang
Stasiun.Rc.Ekek-Bojongmalati Bojongmalati-Cibiruhilir Rancaekek-Cileunyi Cileunyi-Cibiruhilir Cibiru-Babakan Ciburial-Galumpit Taraju-Langonsari Langonsari-Bojongsereh Sekeawi-Bojongwaru Cipeer- CPI Rencana Jalan TKI Sadu-Lingkar Tengah Srg
Rancaekek Cileunyi Rancaekek Cileunyi Cileunyi Cileunyi Arjasari Baleendah Pameungpeuk Katapang Margaasih Soreang
Sindangsari-Cibiruhilir Sekebulu-Maribaya Padamulya-Balekambang Cileunyi Terpadu
Cileunyi Cilengkrang Majalaya Cileunyi
1 4 1 1
K K K K
KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren KP2 Ren
5 5 5 5 5 5 2 3 2 1 7 1
K
K K K K
LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren LP1 Ren
K K K K
LP2 Ren LP2 Ren LP2 Ren LP2 Ren
N
Rencana Jalan Tol Rencana Jalan Tol Rencana Jalan Tol
Jumlah
K K K K
Jumlah 5 7 4 5
Jumlah Rencana Jalan Tol Soroja Margaasih-Katapang-Soreang 1 Rencana Jalan Tol Soroja Margaasih-Katapang-Soreang 7 3 Rencana Jalan Tol Ujungberung - Gdbage - Bojongsoang-Rancaekek-Solokanjeruk Majalaya (Tol Tegalluar) Rencana Jalan Tol Ujungberung - Gdbage - Bojongsoang-Rancaekek-Solokanjeruk 4 Majalaya (Tol Tegalluar) Rencana Jalan Tol Ujungberung - Gdbage - Bojongsoang-Rancaekek-Solokanjeruk 5 Majalaya (Tol Tegalluar) Rencana Jalan Cileunyi -Sumedang Cileunyi 5 Dawuan Jumlah KA Bandung-Banjaran-Soreang-Ciwidey Dayeuhkolot-Baleendah-Banjaran3 Soreang-Pasirjambu-Ciwidey KA Bandung-Banjaran-Soreang-Ciwidey Dayeuhkolot-Baleendah-Banjaran2 Soreang-Pasirjambu-Ciwidey KA Bandung-Banjaran-Soreang-Ciwidey Dayeuhkolot-Baleendah-Banjaran1 Soreang-Pasirjambu-Ciwidey KA Bandung-Dayeuhkolot-Ciparay Dayeuhkolot-Baleendah-Ciparay 3 KA Bandung-Dayeuhkolot-Ciparay Dayeuhkolot-Baleendah-Ciparay 4 Jumlah Jumlah Rencana Pembangunan Jalan Baru Jumlah Total Peningkatan Jalan dan Rencana Pembangunan Jalan Baru Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp-3
N
Rencana Jalan Tol
1,393 1,904 2,047 1,266 57,945 5,447 4,959
Keterangan Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru
3,015 Pembangunan Jalan Baru 0,310 Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru 0,622 1,351 0,678 25,513 0,405 42,299 2,181 8,558 1,347 3,311 15,397 8,830
Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru Pembangunan Jalan Baru
7,766
Rencana Jalan Tol N
Rencana Jalan Tol
N
Rencana Jalan Tol
Pembangunan Jalan Baru 16,596
Rencana Jalan Tol
Pembangunan Jalan KA 36,257
Rencana Jalan Tol N
Rencana KA Rencana KA
17,134 53,391 224,985 901,404
Pembangunan Jalan KA
Lampiran
Tabel 3 KAWASAN / SENTRA UNGGULAN PERIKANAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KECAMATAN Cileunyi Cimenyan Cilengkrang Bojongsoang Margahayu Margaasih Katapang Dayeuhkolot Banjaran Pameungpeuk Pangalengan Arjasari Cimaung Cicalengka Cikancung Rancaekek Ciparay Pacet Kertasari Baleendah Majalaya Paseh Ibun Soreang Pasirjambu Ciwidey Rancabali Cangkuang Nagreg Solokanjeruk
Kolam Air Tenang X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Sawah
KOMODITAS UNGGULAN PENANGKAPAN IKAN Jaring Kolam Terapung Air Deras DI PERAIRAN UMUM
X X X X X X X X
X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X
X X X X
X
X
X X
X X
KETERANGAN : X : Potensi
Lamp-4
Lampiran Tabel 4 KAWASAN / SENTRA UNGGULAN PETERNAKAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KECAMATAN Cileunyi Cimenyan Cilengkrang Bojongsoang Margahayu Margaasih Katapang Dayeuhkolot Banjaran Pameungpeuk Pangalengan Arjasari Cimaung Cicalengka Cikancung Rancaekek Ciparay Pacet Kertasari Baleendah Majalaya Paseh Ibun Soreang Pasirjambu Ciwidey Rancabali Cangkuang Nagreg Solokanjeruk
Sapi Perah X X
Sapi Potong X X X
X X X
X X
X X X X X X X
X
X X X X
X X X
POTENSI YANG ADA/KOMODITAS UNGGULAN Ayam Ras Kerbau Domba Kuda Petelur X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
KETERANGAN : X : Potensi
Lamp-5
Ayam Ras Pedaging X X X
Itik
X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X
Lampiran Tabel 4 Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
75.193 CIWIDEY 48.766 RANCABALI 78.140 PASIRJAMBU 72.034 CIMAUNG 132.401 PANGALENGAN 65.859 KERTASARI 100.748 PACET 72.867 IBUN 112.610 PASEH 76.126 CIKANCUNG 102.480 CICALENGKA 46.185 NAGREG 167.403 RANCAEKEK 149.548 MAJALAYA 75.626 SOLOKAN JERUK 145.829 CIPARAY 186.868 BALE ENDAH 92.519 ARJASARI 110.743 BANJARAN 59.553 CANGKUANG 64.426 PAMEUNGPEUK 97.141 KATAPANG 97.412 SOREANG 127.752 MARGAASIH 119.589 MARGAHAYU 116.271 DAYEUHKOLOT 86.267 BOJONGSOANG 132.996 CILEUNYI 40.709 CILENGKRANG 90.434 CIMENYAN 84.858 KUTAWARINGIN JUMLAH 3.029.351 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
TK 1.000 75 49 78 72 132 66 101 73 113 76 102 46 167 150 76 146 187 93 111 60 64 97 97 128 120 116 86 133 41 90 85 3.029
Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Perguruan Perguruan Tinggi TK SD SMP SMA SD SMP SMA Tinggi 1.600 4.800 4.800 120.000 170 1.100 3.000 3.000 50.000 47 16 16 1 442,31 68,36 25,06 25,06 1,50 30 10 10 0 286,86 44,33 16,26 16,26 0,98 49 16 16 1 459,65 71,04 26,05 26,05 1,56 45 15 15 1 423,73 65,49 24,01 24,01 1,44 83 28 28 1 778,83 120,36 44,13 44,13 2,65 41 14 14 1 387,40 59,87 21,95 21,95 1,32 63 21 21 1 592,64 91,59 33,58 33,58 2,01 46 15 15 1 428,63 66,24 24,29 24,29 1,46 70 23 23 1 662,41 102,37 37,54 37,54 2,25 48 16 16 1 447,80 69,21 25,38 25,38 1,52 64 21 21 1 602,82 93,16 34,16 34,16 2,05 29 10 10 0 271,68 41,99 15,39 15,39 0,92 105 35 35 1 984,73 152,18 55,80 55,80 3,35 93 31 31 1 879,69 135,95 49,85 49,85 2,99 47 16 16 1 444,86 68,75 25,21 25,21 1,51 91 30 30 1 857,82 132,57 48,61 48,61 2,92 117 39 39 2 1.099,22 169,88 62,29 62,29 3,74 58 19 19 1 544,23 84,11 30,84 30,84 1,85 69 23 23 1 651,43 100,68 36,91 36,91 2,21 37 12 12 0 350,31 54,14 19,85 19,85 1,19 40 13 13 1 378,98 58,57 21,48 21,48 1,29 61 20 20 1 571,42 88,31 32,38 32,38 1,94 61 20 20 1 573,01 88,56 32,47 32,47 1,95 80 27 27 1 751,48 116,14 42,58 42,58 2,56 75 25 25 1 703,46 108,72 39,86 39,86 2,39 73 24 24 1 683,95 105,70 38,76 38,76 2,33 54 18 18 1 507,45 78,42 28,76 28,76 1,73 83 28 28 1 782,33 120,91 44,33 44,33 2,66 25 8 8 0 239,46 37,01 13,57 13,57 0,81 57 19 19 1 531,96 82,21 30,14 30,14 1,81 53 18 18 1 499,16 77,14 28,29 28,29 1,70 1.893 631 631 25 17.820 2.754 1.010 1.010 61
Lamp-6
Lampiran Tabel 9 Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007
Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Unit) No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 75.193 RANCABALI 48.766 PASIRJAMBU 78.140 CIMAUNG 72.034 PANGALENGAN 132.401 KERTASARI 65.859 PACET 100.748 IBUN 72.867 PASEH 112.610 CIKANCUNG 76.126 CICALENGKA 102.480 NAGREG 46.185 RANCAEKEK 167.403 MAJALAYA 149.548 SOLOKAN JERUK 75.626 CIPARAY 145.829 BALE ENDAH 186.868 ARJASARI 92.519 BANJARAN 110.743 CANGKUANG 59.553 PAMEUNGPEUK 64.426 KATAPANG 97.141 SOREANG 97.412 MARGAASIH 127.752 MARGAHAYU 119.589 DAYEUHKOLOT 116.271 BOJONGSOANG 86.267 CILEUNYI 132.996 CILENGKRANG 40.709 CIMENYAN 90.434 KUTAWARINGIN 84.858 JUMLAH 3.029.351 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gedung bioskop 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
Taman 250 301 195 313 288 530 263 403 291 450 305 410 185 670 598 303 583 747 370 443 238 258 389 390 511 478 465 345 532 163 362 339 12.117
Taman 2.500 30 20 31 29 53 26 40 29 45 30 41 18 67 60 30 58 75 37 44 24 26 39 39 51 48 47 35 53 16 36 34 1.212
Taman 30.000 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 6 5 3 5 6 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 101
Taman 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
Luas Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Ha)
Gedung Olahraga 30.000 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 6 5 3 5 6 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 101
Lamp-7
Gedung Pertunjukan 30.000 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 6 5 3 5 6 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 101
Gedung bioskop 3.000 25,06 16,26 26,05 24,01 44,13 21,95 33,58 24,29 37,54 25,38 34,16 15,39 55,80 49,85 25,21 48,61 62,29 30,84 36,91 19,85 21,48 32,38 32,47 42,58 39,86 38,76 28,76 44,33 13,57 30,14 28,29 1.009,78
Taman
Taman
250 300,77 195,06 312,56 288,14 529,60 263,44 402,99 291,47 450,44 304,50 409,92 184,74 669,61 598,19 302,50 583,32 747,47 370,08 442,97 238,21 257,70 388,56 389,65 511,01 478,35 465,09 345,07 531,98 162,83 361,74 339,43 12.117,40
1.250 60,15 39,01 62,51 57,63 105,92 52,69 80,60 58,29 90,09 60,90 81,98 36,95 133,92 119,64 60,50 116,66 149,49 74,02 88,59 47,64 51,54 77,71 77,93 102,20 95,67 93,02 69,01 106,40 32,57 72,35 67,89 2.423,48
Taman 9.000 8,35 5,42 8,68 8,00 14,71 7,32 11,19 8,10 12,51 8,46 11,39 5,13 18,60 16,62 8,40 16,20 20,76 10,28 12,30 6,62 7,16 10,79 10,82 14,19 13,29 12,92 9,59 14,78 4,52 10,05 9,43 336,59
Taman 24.000 3,13 2,03 3,26 3,00 5,52 2,74 4,20 3,04 4,69 3,17 4,27 1,92 6,98 6,23 3,15 6,08 7,79 3,85 4,61 2,48 2,68 4,05 4,06 5,32 4,98 4,84 3,59 5,54 1,70 3,77 3,54 126,22
Gedung Olahraga
Gedung Pertunjukan
750 100,26 65,02 104,19 96,05 176,53 87,81 134,33 97,16 150,15 101,50 136,64 61,58 223,20 199,40 100,83 194,44 249,16 123,36 147,66 79,40 85,90 129,52 129,88 170,34 159,45 155,03 115,02 177,33 54,28 120,58 113,14 4.039,13
1.250 60,15 39,01 62,51 57,63 105,92 52,69 80,60 58,29 90,09 60,90 81,98 36,95 133,92 119,64 60,50 116,66 149,49 74,02 88,59 47,64 51,54 77,71 77,93 102,20 95,67 93,02 69,01 106,40 32,57 72,35 67,89 2.423,48
Lampiran Tabel 14 Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
75.193 CIWIDEY 48.766 RANCABALI 78.140 PASIRJAMBU 72.034 CIMAUNG 132.401 PANGALENGAN 65.859 KERTASARI 100.748 PACET 72.867 IBUN 112.610 PASEH 76.126 CIKANCUNG 102.480 CICALENGKA 46.185 NAGREG 167.403 RANCAEKEK 149.548 MAJALAYA 75.626 SOLOKAN JERUK 145.829 CIPARAY 186.868 BALE ENDAH 92.519 ARJASARI 110.743 BANJARAN 59.553 CANGKUANG 64.426 PAMEUNGPEUK 97.141 KATAPANG 97.412 SOREANG 127.752 MARGAASIH 119.589 MARGAHAYU 116.271 DAYEUHKOLOT 86.267 BOJONGSOANG 132.996 CILEUNYI 40.709 CILENGKRANG 90.434 CIMENYAN 84.858 KUTAWARINGIN JUMLAH 3.029.351 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Langgar/M Mesjid Langgar/M Mesjid Mesjid Mesjid Mesjid Raya Mesjid ushola Lingkungan ushola Lingkungan Raya 2.500 30.000 120.000 480.000 300 1.000 2.000 12.000 30 3 1 0 250,64 75,19 37,60 6,27 20 2 0 0 162,55 48,77 24,38 4,06 31 3 1 0 260,47 78,14 39,07 6,51 29 2 1 0 240,11 72,03 36,02 6,00 53 4 1 0 441,34 132,40 66,20 11,03 26 2 1 0 219,53 65,86 32,93 5,49 40 3 1 0 335,83 100,75 50,37 8,40 29 2 1 0 242,89 72,87 36,43 6,07 45 4 1 0 375,37 112,61 56,30 9,38 30 3 1 0 253,75 76,13 38,06 6,34 41 3 1 0 341,60 102,48 51,24 8,54 18 2 0 0 153,95 46,18 23,09 3,85 67 6 1 0 558,01 167,40 83,70 13,95 60 5 1 0 498,49 149,55 74,77 12,46 30 3 1 0 252,09 75,63 37,81 6,30 58 5 1 0 486,10 145,83 72,91 12,15 75 6 2 0 622,89 186,87 93,43 15,57 37 3 1 0 308,40 92,52 46,26 7,71 44 4 1 0 369,14 110,74 55,37 9,23 24 2 0 0 198,51 59,55 29,78 4,96 26 2 1 0 214,75 64,43 32,21 5,37 39 3 1 0 323,80 97,14 48,57 8,10 39 3 1 0 324,71 97,41 48,71 8,12 51 4 1 0 425,84 127,75 63,88 10,65 48 4 1 0 398,63 119,59 59,79 9,97 47 4 1 0 387,57 116,27 58,14 9,69 35 3 1 0 287,56 86,27 43,13 7,19 53 4 1 0 443,32 133,00 66,50 11,08 16 1 0 0 135,70 40,71 20,35 3,39 36 3 1 0 301,45 90,43 45,22 7,54 34 3 1 0 282,86 84,86 42,43 7,07 1.212 101 25 6 10.097,84 3.029,35 1.514,68 252,45
Lamp-8
Lampiran Tabel 19 Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU CIMAUNG PANGALENGAN KERTASARI PACET IBUN PASEH CIKANCUNG CICALENGKA NAGREG RANCAEKEK MAJALAYA SOLOKAN JERUK CIPARAY BALE ENDAH ARJASARI BANJARAN CANGKUANG PAMEUNGPEUK KATAPANG SOREANG MARGAASIH MARGAHAYU DAYEUHKOLOT BOJONGSOANG CILEUNYI CILENGKRANG CIMENYAN KUTAWARINGIN JUMLAH Sumber : Hasil Analisis
Jumlah Penduduk (Jiwa) 75.193 48.766 78.140 72.034 132.401 65.859 100.748 72.867 112.610 76.126 102.480 46.185 167.403 149.548 75.626 145.829 186.868 92.519 110.743 59.553 64.426 97.141 97.412 127.752 119.589 116.271 86.267 132.996 40.709 90.434 84.858 3.029.351
Jumlah Fasilitas Perekonomian (Unit) Pusat Pusat Perbelanjaan Perbelanjaan Pasar Toko 480.000 120.000 120.000 1.000 0 1 1 75 0 0 0 49 0 1 1 78 0 1 1 72 0 1 1 132 0 1 1 66 0 1 1 101 0 1 1 73 0 1 1 113 0 1 1 76 0 1 1 102 0 0 0 46 0 1 1 167 0 1 1 150 0 1 1 76 0 1 1 146 0 2 2 187 0 1 1 93 0 1 1 111 0 0 0 60 0 1 1 64 0 1 1 97 0 1 1 97 0 1 1 128 0 1 1 120 0 1 1 116 0 1 1 86 0 1 1 133 0 0 0 41 0 1 1 90 0 1 1 85 6 25 25 3.029
Lamp-9
Bank 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
Pusat Perbelanjaan 36.000 2,09 1,35 2,17 2,00 3,68 1,83 2,80 2,02 3,13 2,11 2,85 1,28 4,65 4,15 2,10 4,05 5,19 2,57 3,08 1,65 1,79 2,70 2,71 3,55 3,32 3,23 2,40 3,69 1,13 2,51 2,36 84
Luas Fasilitas Perekonomian (Ha) Pusat Perbelanjaan Pasar Toko 10.000 10.000 100 7,52 7,52 751,93 4,88 4,88 487,66 7,81 7,81 781,40 7,20 7,20 720,34 13,24 13,24 1.324,01 6,59 6,59 658,59 10,07 10,07 1.007,48 7,29 7,29 728,67 11,26 11,26 1.126,10 7,61 7,61 761,26 10,25 10,25 1.024,80 4,62 4,62 461,85 16,74 16,74 1.674,03 14,95 14,95 1.495,48 7,56 7,56 756,26 14,58 14,58 1.458,29 18,69 18,69 1.868,68 9,25 9,25 925,19 11,07 11,07 1.107,43 5,96 5,96 595,53 6,44 6,44 644,26 9,71 9,71 971,41 9,74 9,74 974,12 12,78 12,78 1.277,52 11,96 11,96 1.195,89 11,63 11,63 1.162,71 8,63 8,63 862,67 13,30 13,30 1.329,96 4,07 4,07 407,09 9,04 9,04 904,34 8,49 8,49 848,58 302,94 302,94 30.293,51
Bank 100 751,93 487,66 781,40 720,34 1.324,01 658,59 1.007,48 728,67 1.126,10 761,26 1.024,80 461,85 1.674,03 1.495,48 756,26 1.458,29 1.868,68 925,19 1.107,43 595,53 644,26 971,41 974,12 1.277,52 1.195,89 1.162,71 862,67 1.329,96 407,09 904,34 848,58 30.293,51
Lampiran Tabel 24 Jumlah Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2007
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 75.193 RANCABALI 48.766 PASIRJAMBU 78.140 CIMAUNG 72.034 PANGALENGAN 132.401 KERTASARI 65.859 PACET 100.748 IBUN 72.867 PASEH 112.610 CIKANCUNG 76.126 CICALENGKA 102.480 NAGREG 46.185 RANCAEKEK 167.403 MAJALAYA 149.548 SOLOKAN JERUK 75.626 CIPARAY 145.829 BALE ENDAH 186.868 ARJASARI 92.519 BANJARAN 110.743 CANGKUANG 59.553 PAMEUNGPEUK 64.426 KATAPANG 97.141 SOREANG 97.412 MARGAASIH 127.752 MARGAHAYU 119.589 DAYEUHKOLOT 116.271 BOJONGSOANG 86.267 CILEUNYI 132.996 CILENGKRANG 40.709 CIMENYAN 90.434 KUTAWARINGIN 84.858 JUMLAH 3.029.351 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) Rumah Sakit Type C 480.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
Rumah Sakit 240.000 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 13
Poliklinik Puskesmas Posyandu 10.000 8 5 8 7 13 7 10 7 11 8 10 5 17 15 8 15 19 9 11 6 6 10 10 13 12 12 9 13 4 9 8 303
30.000 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 6 5 3 5 6 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 101
2.500 30 20 31 29 53 26 40 29 45 30 41 18 67 60 30 58 75 37 44 24 26 39 39 51 48 47 35 53 16 36 34 1.212
Lamp-10
Apotik 10.000 8 5 8 7 13 7 10 7 11 8 10 5 17 15 8 15 19 9 11 6 6 10 10 13 12 12 9 13 4 9 8 303
Rumah Sakit Type C 10.000 7,52 4,88 7,81 7,20 13,24 6,59 10,07 7,29 11,26 7,61 10,25 4,62 16,74 14,95 7,56 14,58 18,69 9,25 11,07 5,96 6,44 9,71 9,74 12,78 11,96 11,63 8,63 13,30 4,07 9,04 8,49 303
Luas Fasilitas Kesehatan (Ha) Puskesm Poliklinik as 3.000 200 500 25,06 375,96 150,39 16,26 243,83 97,53 26,05 390,70 156,28 24,01 360,17 144,07 44,13 662,00 264,80 21,95 329,29 131,72 33,58 503,74 201,50 24,29 364,33 145,73 37,54 563,05 225,22 25,38 380,63 152,25 34,16 512,40 204,96 15,39 230,92 92,37 55,80 837,02 334,81 49,85 747,74 299,10 25,21 378,13 151,25 48,61 729,14 291,66 62,29 934,34 373,74 30,84 462,59 185,04 36,91 553,72 221,49 19,85 297,76 119,11 21,48 322,13 128,85 32,38 485,71 194,28 32,47 487,06 194,82 42,58 638,76 255,50 39,86 597,94 239,18 38,76 581,36 232,54 28,76 431,33 172,53 44,33 664,98 265,99 13,57 203,54 81,42 30,14 452,17 180,87 28,29 424,29 169,72 1.010 15.147 6.059
Rumah Sakit
Posyandu 200 375,96 243,83 390,70 360,17 662,00 329,29 503,74 364,33 563,05 380,63 512,40 230,92 837,02 747,74 378,13 729,14 934,34 462,59 553,72 297,76 322,13 485,71 487,06 638,76 597,94 581,36 431,33 664,98 203,54 452,17 424,29 15.147
Apotik 400 187,98 121,92 195,35 180,09 331,00 164,65 251,87 182,17 281,52 190,31 256,20 115,46 418,51 373,87 189,07 364,57 467,17 231,30 276,86 148,88 161,06 242,85 243,53 319,38 298,97 290,68 215,67 332,49 101,77 226,08 212,14 7.573
Lampiran Tabel 5 Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
79.371 CIWIDEY 51.134 RANCABALI 85.809 PASIRJAMBU 82.002 CIMAUNG 133.570 PANGALENGAN 70.322 KERTASARI 113.654 PACET 80.499 IBUN 125.373 PASEH 86.761 CIKANCUNG 111.484 CICALENGKA 49.954 NAGREG 217.858 RANCAEKEK 160.315 MAJALAYA 80.591 SOLOKAN JERUK 167.673 CIPARAY 226.742 BALE ENDAH 115.378 ARJASARI 135.398 BANJARAN 72.811 CANGKUANG 74.199 PAMEUNGPEUK 121.403 KATAPANG 111.944 SOREANG 162.845 MARGAASIH 143.273 MARGAHAYU 134.137 DAYEUHKOLOT 115.283 BOJONGSOANG 165.104 CILEUNYI 44.441 CILENGKRANG 96.672 CIMENYAN 94.587 KUTAWARINGIN JUMLAH 3.510.590 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
TK 1.000 79 51 86 82 134 70 114 80 125 87 111 50 218 160 81 168 227 115 135 73 74 121 112 163 143 134 115 165 44 97 95 3.511
Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) Perguruan SD SMP SMA Tinggi 1.600 4.800 4.800 120.000 50 17 17 1 32 11 11 0 54 18 18 1 51 17 17 1 83 28 28 1 44 15 15 1 71 24 24 1 50 17 17 1 78 26 26 1 54 18 18 1 70 23 23 1 31 10 10 0 136 45 45 2 100 33 33 1 50 17 17 1 105 35 35 1 142 47 47 2 72 24 24 1 85 28 28 1 46 15 15 1 46 15 15 1 76 25 25 1 70 23 23 1 102 34 34 1 90 30 30 1 84 28 28 1 72 24 24 1 103 34 34 1 28 9 9 0 60 20 20 1 59 20 20 1 2.194 731 731 29
Lamp-11
Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) TK
SD
SMP
SMA
170 466,89 300,79 504,76 482,37 785,71 413,66 668,55 473,53 737,49 510,36 655,79 293,85 1.281,52 943,03 474,06 986,31 1.333,78 678,69 796,46 428,30 436,46 714,14 658,49 957,91 842,78 789,04 678,14 971,20 261,42 568,66 556,40 20.650,53
1.100 72,16 46,49 78,01 74,55 121,43 63,93 103,32 73,18 113,98 78,87 101,35 45,41 198,05 145,74 73,26 152,43 206,13 104,89 123,09 66,19 67,45 110,37 101,77 148,04 130,25 121,94 104,80 150,09 40,40 87,88 85,99 3.191,45
3.000 26,46 17,04 28,60 27,33 44,52 23,44 37,88 26,83 41,79 28,92 37,16 16,65 72,62 53,44 26,86 55,89 75,58 38,46 45,13 24,27 24,73 40,47 37,31 54,28 47,76 44,71 38,43 55,03 14,81 32,22 31,53 1.170,20
3.000 26,46 17,04 28,60 27,33 44,52 23,44 37,88 26,83 41,79 28,92 37,16 16,65 72,62 53,44 26,86 55,89 75,58 38,46 45,13 24,27 24,73 40,47 37,31 54,28 47,76 44,71 38,43 55,03 14,81 32,22 31,53 1.170,20
Perguruan Tinggi 50.000 1,59 1,02 1,72 1,64 2,67 1,41 2,27 1,61 2,51 1,74 2,23 1,00 4,36 3,21 1,61 3,35 4,53 2,31 2,71 1,46 1,48 2,43 2,24 3,26 2,87 2,68 2,31 3,30 0,89 1,93 1,89 70,21
Lampiran
Tabel 10 Proyeksi Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012
Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Unit) No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 79.371 RANCABALI 51.134 PASIRJAMBU 85.809 CIMAUNG 82.002 PANGALENGAN 133.570 KERTASARI 70.322 PACET 113.654 IBUN 80.499 PASEH 125.373 CIKANCUNG 86.761 CICALENGKA 111.484 NAGREG 49.954 RANCAEKEK 217.858 MAJALAYA 160.315 SOLOKAN JERUK 80.591 CIPARAY 167.673 BALE ENDAH 226.742 ARJASARI 115.378 BANJARAN 135.398 CANGKUANG 72.811 PAMEUNGPEUK 74.199 KATAPANG 121.403 SOREANG 111.944 MARGAASIH 162.845 MARGAHAYU 143.273 DAYEUHKOLOT 134.137 BOJONGSOANG 115.283 CILEUNYI 165.104 CILENGKRANG 44.441 CIMENYAN 96.672 KUTAWARINGIN 94.587 JUMLAH 3.510.590 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gedung bioskop 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29
Taman 250 317 205 343 328 534 281 455 322 501 347 446 200 871 641 322 671 907 462 542 291 297 486 448 651 573 537 461 660 178 387 378 14.042
Taman 2.500 32 20 34 33 53 28 45 32 50 35 45 20 87 64 32 67 91 46 54 29 30 49 45 65 57 54 46 66 18 39 38 1.404
Taman 30.000 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2 7 5 3 6 8 4 5 2 2 4 4 5 5 4 4 6 1 3 3 117
Luas Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Ha)
Gedung Olahraga
Taman 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29
30.000 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2 7 5 3 6 8 4 5 2 2 4 4 5 5 4 4 6 1 3 3 117
Lamp-12
Gedung Pertunjukan 30.000 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2 7 5 3 6 8 4 5 2 2 4 4 5 5 4 4 6 1 3 3 117
Gedung bioskop 3.000 26,46 17,04 28,60 27,33 44,52 23,44 37,88 26,83 41,79 28,92 37,16 16,65 72,62 53,44 26,86 55,89 75,58 38,46 45,13 24,27 24,73 40,47 37,31 54,28 47,76 44,71 38,43 55,03 14,81 32,22 31,53 1.170,20
Taman
Taman
250 317,48 204,53 343,23 328,01 534,28 281,29 454,62 322,00 501,49 347,05 445,94 199,82 871,43 641,26 322,36 670,69 906,97 461,51 541,59 291,24 296,80 485,61 447,78 651,38 573,09 536,55 461,13 660,41 177,76 386,69 378,35 14.042,36
1.250 63,50 40,91 68,65 65,60 106,86 56,26 90,92 64,40 100,30 69,41 89,19 39,96 174,29 128,25 64,47 134,14 181,39 92,30 108,32 58,25 59,36 97,12 89,56 130,28 114,62 107,31 92,23 132,08 35,55 77,34 75,67 2.808,47
Taman 9.000 8,82 5,68 9,53 9,11 14,84 7,81 12,63 8,94 13,93 9,64 12,39 5,55 24,21 17,81 8,95 18,63 25,19 12,82 15,04 8,09 8,24 13,49 12,44 18,09 15,92 14,90 12,81 18,34 4,94 10,74 10,51 390,07
Taman 24.000 3,31 2,13 3,58 3,42 5,57 2,93 4,74 3,35 5,22 3,62 4,65 2,08 9,08 6,68 3,36 6,99 9,45 4,81 5,64 3,03 3,09 5,06 4,66 6,79 5,97 5,59 4,80 6,88 1,85 4,03 3,94 146,27
Gedung Olahraga
Gedung Pertunjukan
750 105,83 68,18 114,41 109,34 178,09 93,76 151,54 107,33 167,16 115,68 148,65 66,61 290,48 213,75 107,45 223,56 302,32 153,84 180,53 97,08 98,93 161,87 149,26 217,13 191,03 178,85 153,71 220,14 59,25 128,90 126,12 4.680,79
1.250 63,50 40,91 68,65 65,60 106,86 56,26 90,92 64,40 100,30 69,41 89,19 39,96 174,29 128,25 64,47 134,14 181,39 92,30 108,32 58,25 59,36 97,12 89,56 130,28 114,62 107,31 92,23 132,08 35,55 77,34 75,67 2.808,47
Lampiran Tabel 15 Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
79.371 CIWIDEY 51.134 RANCABALI 85.809 PASIRJAMBU 82.002 CIMAUNG 133.570 PANGALENGAN 70.322 KERTASARI 113.654 PACET 80.499 IBUN 125.373 PASEH 86.761 CIKANCUNG 111.484 CICALENGKA 49.954 NAGREG 217.858 RANCAEKEK 160.315 MAJALAYA 80.591 SOLOKAN JERUK 167.673 CIPARAY 226.742 BALE ENDAH 115.378 ARJASARI 135.398 BANJARAN 72.811 CANGKUANG 74.199 PAMEUNGPEUK 121.403 KATAPANG 111.944 SOREANG 162.845 MARGAASIH 143.273 MARGAHAYU 134.137 DAYEUHKOLOT 115.283 BOJONGSOANG 165.104 CILEUNYI 44.441 CILENGKRANG 96.672 CIMENYAN 94.587 KUTAWARINGIN JUMLAH 3.510.590 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Langgar/M Mesjid Langgar/M Mesjid Mesjid Mesjid Mesjid Raya Mesjid ushola Lingkungan ushola Lingkungan Raya 2.500 30.000 120.000 480.000 300 1.000 2.000 12.000 32 3 1 0 264,57 79,37 39,69 6,61 20 2 0 0 170,45 51,13 25,57 4,26 34 3 1 0 286,03 85,81 42,90 7,15 33 3 1 0 273,34 82,00 41,00 6,83 53 4 1 0 445,23 133,57 66,79 11,13 28 2 1 0 234,41 70,32 35,16 5,86 45 4 1 0 378,85 113,65 56,83 9,47 32 3 1 0 268,33 80,50 40,25 6,71 50 4 1 0 417,91 125,37 62,69 10,45 35 3 1 0 289,20 86,76 43,38 7,23 45 4 1 0 371,61 111,48 55,74 9,29 20 2 0 0 166,51 49,95 24,98 4,16 87 7 2 0 726,19 217,86 108,93 18,15 64 5 1 0 534,38 160,32 80,16 13,36 32 3 1 0 268,64 80,59 40,30 6,72 67 6 1 0 558,91 167,67 83,84 13,97 91 8 2 0 755,81 226,74 113,37 18,90 46 4 1 0 384,59 115,38 57,69 9,61 54 5 1 0 451,33 135,40 67,70 11,28 29 2 1 0 242,70 72,81 36,41 6,07 30 2 1 0 247,33 74,20 37,10 6,18 49 4 1 0 404,68 121,40 60,70 10,12 45 4 1 0 373,15 111,94 55,97 9,33 65 5 1 0 542,82 162,85 81,42 13,57 57 5 1 0 477,58 143,27 71,64 11,94 54 4 1 0 447,12 134,14 67,07 11,18 46 4 1 0 384,28 115,28 57,64 9,61 66 6 1 0 550,35 165,10 82,55 13,76 18 1 0 0 148,14 44,44 22,22 3,70 39 3 1 0 322,24 96,67 48,34 8,06 38 3 1 0 315,29 94,59 47,29 7,88 1.404 117 29 7 11.701,97 3.510,59 1.755,29 292,55
Lamp-13
Lampiran Tabel 20 Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
79.371 CIWIDEY 51.134 RANCABALI 85.809 PASIRJAMBU 82.002 CIMAUNG 133.570 PANGALENGAN 70.322 KERTASARI 113.654 PACET 80.499 IBUN 125.373 PASEH 86.761 CIKANCUNG 111.484 CICALENGKA 49.954 NAGREG 217.858 RANCAEKEK 160.315 MAJALAYA 80.591 SOLOKAN JERUK 167.673 CIPARAY 226.742 BALE ENDAH 115.378 ARJASARI 135.398 BANJARAN 72.811 CANGKUANG 74.199 PAMEUNGPEUK 121.403 KATAPANG 111.944 SOREANG 162.845 MARGAASIH 143.273 MARGAHAYU 134.137 DAYEUHKOLOT 115.283 BOJONGSOANG 165.104 CILEUNYI 44.441 CILENGKRANG 96.672 CIMENYAN 94.587 KUTAWARINGIN JUMLAH 3.510.590 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Jumlah Fasilitas Perekonomian (Unit) Pusat Pusat Perbelanjaan Perbelanjaan Pasar Toko 480.000 120.000 120.000 1.000 0 1 1 79 0 0 0 51 0 1 1 86 0 1 1 82 0 1 1 134 0 1 1 70 0 1 1 114 0 1 1 80 0 1 1 125 0 1 1 87 0 1 1 111 0 0 0 50 0 2 2 218 0 1 1 160 0 1 1 81 0 1 1 168 0 2 2 227 0 1 1 115 0 1 1 135 0 1 1 73 0 1 1 74 0 1 1 121 0 1 1 112 0 1 1 163 0 1 1 143 0 1 1 134 0 1 1 115 0 1 1 165 0 0 0 44 0 1 1 97 0 1 1 95 7 29 29 3.511
Lamp-14
Bank 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29
Pusat Perbelanjaan 36.000 2,20 1,42 2,38 2,28 3,71 1,95 3,16 2,24 3,48 2,41 3,10 1,39 6,05 4,45 2,24 4,66 6,30 3,20 3,76 2,02 2,06 3,37 3,11 4,52 3,98 3,73 3,20 4,59 1,23 2,69 2,63 97,52
Luas Fasilitas Perekonomian (Ha) Pusat Perbelanjaan Pasar Toko 10.000 10.000 100 7,94 7,94 793,71 5,11 5,11 511,34 8,58 8,58 858,09 8,20 8,20 820,02 13,36 13,36 1.335,70 7,03 7,03 703,22 11,37 11,37 1.136,54 8,05 8,05 804,99 12,54 12,54 1.253,73 8,68 8,68 867,61 11,15 11,15 1.114,84 5,00 5,00 499,54 21,79 21,79 2.178,58 16,03 16,03 1.603,15 8,06 8,06 805,91 16,77 16,77 1.676,73 22,67 22,67 2.267,42 11,54 11,54 1.153,78 13,54 13,54 1.353,98 7,28 7,28 728,11 7,42 7,42 741,99 12,14 12,14 1.214,03 11,19 11,19 1.119,44 16,28 16,28 1.628,45 14,33 14,33 1.432,73 13,41 13,41 1.341,37 11,53 11,53 1.152,83 16,51 16,51 1.651,04 4,44 4,44 444,41 9,67 9,67 966,72 9,46 9,46 945,87 351,06 351,06 35.105,90
Bank 100 793,71 511,34 858,09 820,02 1.335,70 703,22 1.136,54 804,99 1.253,73 867,61 1.114,84 499,54 2.178,58 1.603,15 805,91 1.676,73 2.267,42 1.153,78 1.353,98 728,11 741,99 1.214,03 1.119,44 1.628,45 1.432,73 1.341,37 1.152,83 1.651,04 444,41 966,72 945,87 35.105,90
Lampiran Tabel 25 Proyeksi Jumlah Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2012
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 79.371 RANCABALI 51.134 PASIRJAMBU 85.809 CIMAUNG 82.002 PANGALENGAN 133.570 KERTASARI 70.322 PACET 113.654 IBUN 80.499 PASEH 125.373 CIKANCUNG 86.761 CICALENGKA 111.484 NAGREG 49.954 RANCAEKEK 217.858 MAJALAYA 160.315 SOLOKAN JERUK 80.591 CIPARAY 167.673 BALE ENDAH 226.742 ARJASARI 115.378 BANJARAN 135.398 CANGKUANG 72.811 PAMEUNGPEUK 74.199 KATAPANG 121.403 SOREANG 111.944 MARGAASIH 162.845 MARGAHAYU 143.273 DAYEUHKOLOT 134.137 BOJONGSOANG 115.283 CILEUNYI 165.104 CILENGKRANG 44.441 CIMENYAN 96.672 KUTAWARINGIN 94.587 JUMLAH 3.510.590 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) Rumah Sakit Type C 480.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
Rumah Sakit 240.000 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 15
Poliklinik Puskesmas Posyandu 10.000 8 5 9 8 13 7 11 8 13 9 11 5 22 16 8 17 23 12 14 7 7 12 11 16 14 13 12 17 4 10 9 351
30.000 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2 7 5 3 6 8 4 5 2 2 4 4 5 5 4 4 6 1 3 3 117
2.500 32 20 34 33 53 28 45 32 50 35 45 20 87 64 32 67 91 46 54 29 30 49 45 65 57 54 46 66 18 39 38 1.404
Lamp-15
Apotik 10.000 8 5 9 8 13 7 11 8 13 9 11 5 22 16 8 17 23 12 14 7 7 12 11 16 14 13 12 17 4 10 9 351
Rumah Sakit Type C 10.000 7,94 5,11 8,58 8,20 13,36 7,03 11,37 8,05 12,54 8,68 11,15 5,00 21,79 16,03 8,06 16,77 22,67 11,54 13,54 7,28 7,42 12,14 11,19 16,28 14,33 13,41 11,53 16,51 4,44 9,67 9,46 351,06
Luas Fasilitas Kesehatan (Ha) Puskesm Posyandu Rumah Sakit Poliklinik as 3.000 200 500 200 26,46 396,85 158,74 396,85 17,04 255,67 102,27 255,67 28,60 429,04 171,62 429,04 27,33 410,01 164,00 410,01 44,52 667,85 267,14 667,85 23,44 351,61 140,64 351,61 37,88 568,27 227,31 568,27 26,83 402,50 161,00 402,50 41,79 626,86 250,75 626,86 28,92 433,81 173,52 433,81 37,16 557,42 222,97 557,42 16,65 249,77 99,91 249,77 72,62 1.089,29 435,72 1.089,29 53,44 801,58 320,63 801,58 26,86 402,95 161,18 402,95 55,89 838,37 335,35 838,37 75,58 1.133,71 453,48 1.133,71 38,46 576,89 230,76 576,89 45,13 676,99 270,80 676,99 24,27 364,06 145,62 364,06 24,73 370,99 148,40 370,99 40,47 607,02 242,81 607,02 37,31 559,72 223,89 559,72 54,28 814,23 325,69 814,23 47,76 716,37 286,55 716,37 44,71 670,69 268,27 670,69 38,43 576,42 230,57 576,42 55,03 825,52 330,21 825,52 14,81 222,21 88,88 222,21 32,22 483,36 193,34 483,36 31,53 472,94 189,17 472,94 1.170,20 17.552,95 7.021,18 17.552,95
Apotik 400 198,43 127,83 214,52 205,01 333,93 175,80 284,14 201,25 313,43 216,90 278,71 124,89 544,65 400,79 201,48 419,18 566,85 288,45 338,50 182,03 185,50 303,51 279,86 407,11 358,18 335,34 288,21 412,76 111,10 241,68 236,47 8.776,47
Lampiran Tabel 6 Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
83.781 CIWIDEY 53.616 RANCABALI 94.230 PASIRJAMBU 93.350 CIMAUNG 134.750 PANGALENGAN 75.087 KERTASARI 128.213 PACET 88.932 IBUN 139.583 PASEH 98.883 CIKANCUNG 121.279 CICALENGKA 54.031 NAGREG 283.519 RANCAEKEK 171.858 MAJALAYA 85.881 SOLOKAN JERUK 192.790 CIPARAY 275.124 BALE ENDAH 143.885 ARJASARI 165.542 BANJARAN 89.021 CANGKUANG 85.455 PAMEUNGPEUK 151.726 KATAPANG 128.644 SOREANG 207.579 MARGAASIH 171.648 MARGAHAYU 154.748 DAYEUHKOLOT 154.060 BOJONGSOANG 204.963 CILEUNYI 48.516 CILENGKRANG 103.340 CIMENYAN 105.433 KUTAWARINGIN JUMLAH 4.089.468 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
TK 1.000 84 54 94 93 135 75 128 89 140 99 121 54 284 172 86 193 275 144 166 89 85 152 129 208 172 155 154 205 49 103 105 4.089
Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) Perguruan Tinggi SD SMP SMA 1.600 4.800 4.800 120.000 52 17 17 1 34 11 11 0 59 20 20 1 58 19 19 1 84 28 28 1 47 16 16 1 80 27 27 1 56 19 19 1 87 29 29 1 62 21 21 1 76 25 25 1 34 11 11 0 177 59 59 2 107 36 36 1 54 18 18 1 120 40 40 2 172 57 57 2 90 30 30 1 103 34 34 1 56 19 19 1 53 18 18 1 95 32 32 1 80 27 27 1 130 43 43 2 107 36 36 1 97 32 32 1 96 32 32 1 128 43 43 2 30 10 10 0 65 22 22 1 66 22 22 1 2.556 852 852 34
Lamp-16
Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) TK 170 492,83 315,39 554,29 549,12 792,64 441,69 754,20 523,13 821,07 581,66 713,41 317,83 1.667,76 1.010,93 505,18 1.134,06 1.618,38 846,38 973,78 523,65 502,67 892,50 756,73 1.221,06 1.009,70 910,29 906,23 1.205,66 285,39 607,88 620,19 24.055,69
SD 1.100 76,16 48,74 85,66 84,86 122,50 68,26 116,56 80,85 126,89 89,89 110,25 49,12 257,74 156,23 78,07 175,26 250,11 130,80 150,49 80,93 77,69 137,93 116,95 188,71 156,04 140,68 140,05 186,33 44,11 93,95 95,85 3.717,70
SMP 3.000 27,93 17,87 31,41 31,12 44,92 25,03 42,74 29,64 46,53 32,96 40,43 18,01 94,51 57,29 28,63 64,26 91,71 47,96 55,18 29,67 28,48 50,58 42,88 69,19 57,22 51,58 51,35 68,32 16,17 34,45 35,14 1.363,16
SMA 3.000 27,93 17,87 31,41 31,12 44,92 25,03 42,74 29,64 46,53 32,96 40,43 18,01 94,51 57,29 28,63 64,26 91,71 47,96 55,18 29,67 28,48 50,58 42,88 69,19 57,22 51,58 51,35 68,32 16,17 34,45 35,14 1.363,16
Perguruan Tinggi 50.000 1,68 1,07 1,88 1,87 2,69 1,50 2,56 1,78 2,79 1,98 2,43 1,08 5,67 3,44 1,72 3,86 5,50 2,88 3,31 1,78 1,71 3,03 2,57 4,15 3,43 3,09 3,08 4,10 0,97 2,07 2,11 81,79
Lampiran
Tabel 11 Proyeksi Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017
Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Unit) No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 83.781 RANCABALI 53.616 PASIRJAMBU 94.230 CIMAUNG 93.350 PANGALENGAN 134.750 KERTASARI 75.087 PACET 128.213 IBUN 88.932 PASEH 139.583 CIKANCUNG 98.883 CICALENGKA 121.279 NAGREG 54.031 RANCAEKEK 283.519 MAJALAYA 171.858 SOLOKAN JERUK 85.881 CIPARAY 192.790 BALE ENDAH 275.124 ARJASARI 143.885 BANJARAN 165.542 CANGKUANG 89.021 PAMEUNGPEUK 85.455 KATAPANG 151.726 SOREANG 128.644 MARGAASIH 207.579 MARGAHAYU 171.648 DAYEUHKOLOT 154.748 BOJONGSOANG 154.060 CILEUNYI 204.963 CILENGKRANG 48.516 CIMENYAN 103.340 KUTAWARINGIN 105.433 JUMLAH 4.089.468 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gedung bioskop 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 0 1 1 34
Taman 250 335 214 377 373 539 300 513 356 558 396 485 216 1.134 687 344 771 1.100 576 662 356 342 607 515 830 687 619 616 820 194 413 422 16.358
Taman 2.500 34 21 38 37 54 30 51 36 56 40 49 22 113 69 34 77 110 58 66 36 34 61 51 83 69 62 62 82 19 41 42 1.636
Taman 30.000 3 2 3 3 4 3 4 3 5 3 4 2 9 6 3 6 9 5 6 3 3 5 4 7 6 5 5 7 2 3 4 136
Taman 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 0 1 1 34
Gedung Olahraga 30.000 3 2 3 3 4 3 4 3 5 3 4 2 9 6 3 6 9 5 6 3 3 5 4 7 6 5 5 7 2 3 4 136
Lamp-17
Luas Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Ha) Gedung Pertunjukan 30.000 3 2 3 3 4 3 4 3 5 3 4 2 9 6 3 6 9 5 6 3 3 5 4 7 6 5 5 7 2 3 4 136
Gedung bioskop 3.000 27,93 17,87 31,41 31,12 44,92 25,03 42,74 29,64 46,53 32,96 40,43 18,01 94,51 57,29 28,63 64,26 91,71 47,96 55,18 29,67 28,48 50,58 42,88 69,19 57,22 51,58 51,35 68,32 16,17 34,45 35,14 1.363,16
Taman
Taman
250 335,12 214,46 376,92 373,40 539,00 300,35 512,85 355,73 558,33 395,53 485,12 216,12 1.134,08 687,43 343,52 771,16 1.100,50 575,54 662,17 356,08 341,82 606,90 514,58 830,32 686,59 618,99 616,24 819,85 194,06 413,36 421,73 16.357,87
1.250 67,02 42,89 75,38 74,68 107,80 60,07 102,57 71,15 111,67 79,11 97,02 43,22 226,82 137,49 68,70 154,23 220,10 115,11 132,43 71,22 68,36 121,38 102,92 166,06 137,32 123,80 123,25 163,97 38,81 82,67 84,35 3.271,57
Taman 9.000 9,31 5,96 10,47 10,37 14,97 8,34 14,25 9,88 15,51 10,99 13,48 6,00 31,50 19,10 9,54 21,42 30,57 15,99 18,39 9,89 9,49 16,86 14,29 23,06 19,07 17,19 17,12 22,77 5,39 11,48 11,71 454,39
Taman 24.000 3,49 2,23 3,93 3,89 5,61 3,13 5,34 3,71 5,82 4,12 5,05 2,25 11,81 7,16 3,58 8,03 11,46 6,00 6,90 3,71 3,56 6,32 5,36 8,65 7,15 6,45 6,42 8,54 2,02 4,31 4,39 170,39
Gedung Olahraga
Gedung Pertunjukan
750 111,71 71,49 125,64 124,47 179,67 100,12 170,95 118,58 186,11 131,84 161,71 72,04 378,03 229,14 114,51 257,05 366,83 191,85 220,72 118,69 113,94 202,30 171,53 276,77 228,86 206,33 205,41 273,28 64,69 137,79 140,58 5.452,62
1.250 67,02 42,89 75,38 74,68 107,80 60,07 102,57 71,15 111,67 79,11 97,02 43,22 226,82 137,49 68,70 154,23 220,10 115,11 132,43 71,22 68,36 121,38 102,92 166,06 137,32 123,80 123,25 163,97 38,81 82,67 84,35 3.271,57
Lampiran Tabel 16 Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
83.781 CIWIDEY 53.616 RANCABALI 94.230 PASIRJAMBU 93.350 CIMAUNG 134.750 PANGALENGAN 75.087 KERTASARI 128.213 PACET 88.932 IBUN 139.583 PASEH 98.883 CIKANCUNG 121.279 CICALENGKA 54.031 NAGREG 283.519 RANCAEKEK 171.858 MAJALAYA 85.881 SOLOKAN JERUK 192.790 CIPARAY 275.124 BALE ENDAH 143.885 ARJASARI 165.542 BANJARAN 89.021 CANGKUANG 85.455 PAMEUNGPEUK 151.726 KATAPANG 128.644 SOREANG 207.579 MARGAASIH 171.648 MARGAHAYU 154.748 DAYEUHKOLOT 154.060 BOJONGSOANG 204.963 CILEUNYI 48.516 CILENGKRANG 103.340 CIMENYAN 105.433 KUTAWARINGIN JUMLAH 4.089.468 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Langgar/M Mesjid Langgar/Mu Mesjid Mesjid Mesjid Mesjid Raya Mesjid ushola Lingkungan shola Lingkungan Raya 2.500 30.000 120.000 480.000 300 1.000 2.000 12.000 34 3 1 0 279,27 83,78 41,89 6,98 21 2 0 0 178,72 53,62 26,81 4,47 38 3 1 0 314,10 94,23 47,11 7,85 37 3 1 0 311,17 93,35 46,67 7,78 54 4 1 0 449,17 134,75 67,37 11,23 30 3 1 0 250,29 75,09 37,54 6,26 51 4 1 0 427,38 128,21 64,11 10,68 36 3 1 0 296,44 88,93 44,47 7,41 56 5 1 0 465,28 139,58 69,79 11,63 40 3 1 0 329,61 98,88 49,44 8,24 49 4 1 0 404,26 121,28 60,64 10,11 22 2 0 0 180,10 54,03 27,02 4,50 113 9 2 1 945,06 283,52 141,76 23,63 69 6 1 0 572,86 171,86 85,93 14,32 34 3 1 0 286,27 85,88 42,94 7,16 77 6 2 0 642,63 192,79 96,39 16,07 110 9 2 1 917,08 275,12 137,56 22,93 58 5 1 0 479,62 143,89 71,94 11,99 66 6 1 0 551,81 165,54 82,77 13,80 36 3 1 0 296,74 89,02 44,51 7,42 34 3 1 0 284,85 85,45 42,73 7,12 61 5 1 0 505,75 151,73 75,86 12,64 51 4 1 0 428,81 128,64 64,32 10,72 83 7 2 0 691,93 207,58 103,79 17,30 69 6 1 0 572,16 171,65 85,82 14,30 62 5 1 0 515,83 154,75 77,37 12,90 62 5 1 0 513,53 154,06 77,03 12,84 82 7 2 0 683,21 204,96 102,48 17,08 19 2 0 0 161,72 48,52 24,26 4,04 41 3 1 0 344,47 103,34 51,67 8,61 42 4 1 0 351,44 105,43 52,72 8,79 1.636 136 34 9 13.631,56 4.089,47 2.044,73 340,79
Lamp-18
Lampiran Tabel 21 Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU CIMAUNG PANGALENGAN KERTASARI PACET IBUN PASEH CIKANCUNG CICALENGKA NAGREG RANCAEKEK MAJALAYA SOLOKAN JERUK CIPARAY BALE ENDAH ARJASARI BANJARAN CANGKUANG PAMEUNGPEUK KATAPANG SOREANG MARGAASIH MARGAHAYU DAYEUHKOLOT BOJONGSOANG CILEUNYI CILENGKRANG CIMENYAN KUTAWARINGIN JUMLAH Sumber: Hasil Analisis
Jumlah Penduduk (Jiwa) 83.781 53.616 94.230 93.350 134.750 75.087 128.213 88.932 139.583 98.883 121.279 54.031 283.519 171.858 85.881 192.790 275.124 143.885 165.542 89.021 85.455 151.726 128.644 207.579 171.648 154.748 154.060 204.963 48.516 103.340 105.433 4.089.468
Jumlah Fasilitas Perekonomian (Unit) Pusat Pusat Perbelanjaan Perbelanjaan Pasar Toko 480.000 120.000 120.000 1.000 0 1 1 84 0 0 0 54 0 1 1 94 0 1 1 93 0 1 1 135 0 1 1 75 0 1 1 128 0 1 1 89 0 1 1 140 0 1 1 99 0 1 1 121 0 0 0 54 1 2 2 284 0 1 1 172 0 1 1 86 0 2 2 193 1 2 2 275 0 1 1 144 0 1 1 166 0 1 1 89 0 1 1 85 0 1 1 152 0 1 1 129 0 2 2 208 0 1 1 172 0 1 1 155 0 1 1 154 0 2 2 205 0 0 0 49 0 1 1 103 0 1 1 105 9 34 34 4.089
Lamp-19
Bank 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 0 1 1 34
Pusat Perbelanjaan 36.000 2,33 1,49 2,62 2,59 3,74 2,09 3,56 2,47 3,88 2,75 3,37 1,50 7,88 4,77 2,39 5,36 7,64 4,00 4,60 2,47 2,37 4,21 3,57 5,77 4,77 4,30 4,28 5,69 1,35 2,87 2,93 114
Luas Fasilitas Perekonomian (Ha) Pusat Perbelanjaan Pasar Toko 10.000 10.000 100 8,38 8,38 837,81 5,36 5,36 536,16 9,42 9,42 942,30 9,33 9,33 933,50 13,47 13,47 1.347,50 7,51 7,51 750,87 12,82 12,82 1.282,13 8,89 8,89 889,32 13,96 13,96 1.395,83 9,89 9,89 988,83 12,13 12,13 1.212,79 5,40 5,40 540,31 28,35 28,35 2.835,19 17,19 17,19 1.718,58 8,59 8,59 858,81 19,28 19,28 1.927,90 27,51 27,51 2.751,24 14,39 14,39 1.438,85 16,55 16,55 1.655,42 8,90 8,90 890,21 8,55 8,55 854,55 15,17 15,17 1.517,26 12,86 12,86 1.286,44 20,76 20,76 2.075,79 17,16 17,16 1.716,48 15,47 15,47 1.547,48 15,41 15,41 1.540,60 20,50 20,50 2.049,63 4,85 4,85 485,16 10,33 10,33 1.033,40 10,54 10,54 1.054,33 408,95 408,95 40.894,68
Bank 100 837,81 536,16 942,30 933,50 1.347,50 750,87 1.282,13 889,32 1.395,83 988,83 1.212,79 540,31 2.835,19 1.718,58 858,81 1.927,90 2.751,24 1.438,85 1.655,42 890,21 854,55 1.517,26 1.286,44 2.075,79 1.716,48 1.547,48 1.540,60 2.049,63 485,16 1.033,40 1.054,33 40.894,68
Lampiran Tabel 26 Proyeksi Jumlah Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2017
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 83.781 RANCABALI 53.616 PASIRJAMBU 94.230 CIMAUNG 93.350 PANGALENGAN 134.750 KERTASARI 75.087 PACET 128.213 IBUN 88.932 PASEH 139.583 CIKANCUNG 98.883 CICALENGKA 121.279 NAGREG 54.031 RANCAEKEK 283.519 MAJALAYA 171.858 SOLOKAN JERUK 85.881 CIPARAY 192.790 BALE ENDAH 275.124 ARJASARI 143.885 BANJARAN 165.542 CANGKUANG 89.021 PAMEUNGPEUK 85.455 KATAPANG 151.726 SOREANG 128.644 MARGAASIH 207.579 MARGAHAYU 171.648 DAYEUHKOLOT 154.748 BOJONGSOANG 154.060 CILEUNYI 204.963 CILENGKRANG 48.516 CIMENYAN 103.340 KUTAWARINGIN 105.433 JUMLAH 4.089.468 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) Rumah Sakit Type C 480.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
Rumah Sakit 240.000 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 17
Poliklinik Puskesmas Posyandu 10.000 8 5 9 9 13 8 13 9 14 10 12 5 28 17 9 19 28 14 17 9 9 15 13 21 17 15 15 20 5 10 11 409
30.000 3 2 3 3 4 3 4 3 5 3 4 2 9 6 3 6 9 5 6 3 3 5 4 7 6 5 5 7 2 3 4 136
2.500 34 21 38 37 54 30 51 36 56 40 49 22 113 69 34 77 110 58 66 36 34 61 51 83 69 62 62 82 19 41 42 1.636
Lamp-20
Apotik 10.000 8 5 9 9 13 8 13 9 14 10 12 5 28 17 9 19 28 14 17 9 9 15 13 21 17 15 15 20 5 10 11 409
Rumah Sakit Type C 10.000 8,38 5,36 9,42 9,33 13,47 7,51 12,82 8,89 13,96 9,89 12,13 5,40 28,35 17,19 8,59 19,28 27,51 14,39 16,55 8,90 8,55 15,17 12,86 20,76 17,16 15,47 15,41 20,50 4,85 10,33 10,54 408,95
Luas Fasilitas Kesehatan (Ha) Puskesm Posyandu Rumah Sakit Poliklinik as 3.000 200 500 200 27,93 418,90 167,56 418,90 17,87 268,08 107,23 268,08 31,41 471,15 188,46 471,15 31,12 466,75 186,70 466,75 44,92 673,75 269,50 673,75 25,03 375,44 150,17 375,44 42,74 641,07 256,43 641,07 29,64 444,66 177,86 444,66 46,53 697,91 279,17 697,91 32,96 494,41 197,77 494,41 40,43 606,40 242,56 606,40 18,01 270,15 108,06 270,15 94,51 1.417,60 567,04 1.417,60 57,29 859,29 343,72 859,29 28,63 429,41 171,76 429,41 64,26 963,95 385,58 963,95 91,71 1.375,62 550,25 1.375,62 47,96 719,43 287,77 719,43 55,18 827,71 331,08 827,71 29,67 445,10 178,04 445,10 28,48 427,27 170,91 427,27 50,58 758,63 303,45 758,63 42,88 643,22 257,29 643,22 69,19 1.037,90 415,16 1.037,90 57,22 858,24 343,30 858,24 51,58 773,74 309,50 773,74 51,35 770,30 308,12 770,30 68,32 1.024,81 409,93 1.024,81 16,17 242,58 97,03 242,58 34,45 516,70 206,68 516,70 35,14 527,16 210,87 527,16 1.363,16 20.447,34 8.178,94 20.447,34
Apotik 400 209,45 134,04 235,57 233,37 336,87 187,72 320,53 222,33 348,96 247,21 303,20 135,08 708,80 429,65 214,70 481,97 687,81 359,71 413,86 222,55 213,64 379,31 321,61 518,95 429,12 386,87 385,15 512,41 121,29 258,35 263,58 10.223,67
Rencana Tabel 7 Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
88.436 CIWIDEY 56.219 RANCABALI 103.478 PASIRJAMBU 106.267 CIMAUNG 135.940 PANGALENGAN 80.176 KERTASARI 144.638 PACET 98.248 IBUN 155.403 PASEH 112.698 CIKANCUNG 131.935 CICALENGKA 58.440 NAGREG 368.971 RANCAEKEK 184.232 MAJALAYA 91.519 SOLOKAN JERUK 221.669 CIPARAY 333.830 BALE ENDAH 179.436 ARJASARI 202.397 BANJARAN 108.840 CANGKUANG 98.418 PAMEUNGPEUK 189.621 KATAPANG 147.835 SOREANG 264.602 MARGAASIH 205.643 MARGAHAYU 178.527 DAYEUHKOLOT 205.879 BOJONGSOANG 254.445 CILEUNYI 52.964 CILENGKRANG 110.468 CIMENYAN 117.521 KUTAWARINGIN JUMLAH 4.788.695 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
TK 1.000 88 56 103 106 136 80 145 98 155 113 132 58 369 184 92 222 334 179 202 109 98 190 148 265 206 179 206 254 53 110 118 4.789
Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) Perguruan SD SMP SMA Tinggi 1.600 4.800 4.800 120.000 55 18 18 1 35 12 12 0 65 22 22 1 66 22 22 1 85 28 28 1 50 17 17 1 90 30 30 1 61 20 20 1 97 32 32 1 70 23 23 1 82 27 27 1 37 12 12 0 231 77 77 3 115 38 38 2 57 19 19 1 139 46 46 2 209 70 70 3 112 37 37 1 126 42 42 2 68 23 23 1 62 21 21 1 119 40 40 2 92 31 31 1 165 55 55 2 129 43 43 2 112 37 37 1 129 43 43 2 159 53 53 2 33 11 11 0 69 23 23 1 73 24 24 1 2.993 998 998 40
Lamp-21
Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) TK
SD
SMP
SMA
170 520,21 330,70 608,69 625,10 799,64 471,62 850,81 577,93 914,13 662,93 776,09 343,77 2.170,41 1.083,72 538,35 1.303,93 1.963,71 1.055,51 1.190,57 640,23 578,93 1.115,42 869,62 1.556,48 1.209,67 1.050,16 1.211,05 1.496,73 311,56 649,81 691,30 28.168,79
1.100 80,40 51,11 94,07 96,61 123,58 72,89 131,49 89,32 141,28 102,45 119,94 53,13 335,43 167,48 83,20 201,52 303,48 163,12 184,00 98,95 89,47 172,38 134,40 240,55 186,95 162,30 187,16 231,31 48,15 100,43 106,84 4.353,36
3.000 29,48 18,74 34,49 35,42 45,31 26,73 48,21 32,75 51,80 37,57 43,98 19,48 122,99 61,41 30,51 73,89 111,28 59,81 67,47 36,28 32,81 63,21 49,28 88,20 68,55 59,51 68,63 84,81 17,65 36,82 39,17 1.596,23
3.000 29,48 18,74 34,49 35,42 45,31 26,73 48,21 32,75 51,80 37,57 43,98 19,48 122,99 61,41 30,51 73,89 111,28 59,81 67,47 36,28 32,81 63,21 49,28 88,20 68,55 59,51 68,63 84,81 17,65 36,82 39,17 1.596,23
Perguruan Tinggi 50.000 1,77 1,12 2,07 2,13 2,72 1,60 2,89 1,96 3,11 2,25 2,64 1,17 7,38 3,68 1,83 4,43 6,68 3,59 4,05 2,18 1,97 3,79 2,96 5,29 4,11 3,57 4,12 5,09 1,06 2,21 2,35 95,77
Rencana Tabel 12 Proyeksi Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022
Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Unit) No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 88.436 RANCABALI 56.219 PASIRJAMBU 103.478 CIMAUNG 106.267 PANGALENGAN 135.940 KERTASARI 80.176 PACET 144.638 IBUN 98.248 PASEH 155.403 CIKANCUNG 112.698 CICALENGKA 131.935 NAGREG 58.440 RANCAEKEK 368.971 MAJALAYA 184.232 SOLOKAN JERUK 91.519 CIPARAY 221.669 BALE ENDAH 333.830 ARJASARI 179.436 BANJARAN 202.397 CANGKUANG 108.840 PAMEUNGPEUK 98.418 KATAPANG 189.621 SOREANG 147.835 MARGAASIH 264.602 MARGAHAYU 205.643 DAYEUHKOLOT 178.527 BOJONGSOANG 205.879 CILEUNYI 254.445 CILENGKRANG 52.964 CIMENYAN 110.468 KUTAWARINGIN 117.521 JUMLAH 4.788.695 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gedung bioskop 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 3 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 0 1 1 40
Taman 250 354 225 414 425 544 321 579 393 622 451 528 234 1.476 737 366 887 1.335 718 810 435 394 758 591 1.058 823 714 824 1.018 212 442 470 19.155
Taman 2.500 35 22 41 43 54 32 58 39 62 45 53 23 148 74 37 89 134 72 81 44 39 76 59 106 82 71 82 102 21 44 47 1.915
Taman 30.000 3 2 3 4 5 3 5 3 5 4 4 2 12 6 3 7 11 6 7 4 3 6 5 9 7 6 7 8 2 4 4 160
Taman 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 3 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 0 1 1 40
Gedung Olahraga
Luas Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Ha) Gedung Pertunjukan
30.000 3 2 3 4 5 3 5 3 5 4 4 2 12 6 3 7 11 6 7 4 3 6 5 9 7 6 7 8 2 4 4 160
Lamp-22
30.000 3 2 3 4 5 3 5 3 5 4 4 2 12 6 3 7 11 6 7 4 3 6 5 9 7 6 7 8 2 4 4 160
Gedung bioskop 3.000 29,48 18,74 34,49 35,42 45,31 26,73 48,21 32,75 51,80 37,57 43,98 19,48 122,99 61,41 30,51 73,89 111,28 59,81 67,47 36,28 32,81 63,21 49,28 88,20 68,55 59,51 68,63 84,81 17,65 36,82 39,17 1.596,23
Taman
Taman
250 353,74 224,88 413,91 425,07 543,76 320,70 578,55 392,99 621,61 450,79 527,74 233,76 1.475,88 736,93 366,08 886,68 1.335,32 717,74 809,59 435,36 393,67 758,48 591,34 1.058,41 822,57 714,11 823,52 1.017,78 211,86 441,87 470,09 19.154,78
1.250 70,75 44,98 82,78 85,01 108,75 64,14 115,71 78,60 124,32 90,16 105,55 46,75 295,18 147,39 73,22 177,34 267,06 143,55 161,92 87,07 78,73 151,70 118,27 211,68 164,51 142,82 164,70 203,56 42,37 88,37 94,02 3.830,96
Taman 9.000 9,83 6,25 11,50 11,81 15,10 8,91 16,07 10,92 17,27 12,52 14,66 6,49 41,00 20,47 10,17 24,63 37,09 19,94 22,49 12,09 10,94 21,07 16,43 29,40 22,85 19,84 22,88 28,27 5,88 12,27 13,06 532,08
Taman 24.000 3,68 2,34 4,31 4,43 5,66 3,34 6,03 4,09 6,48 4,70 5,50 2,44 15,37 7,68 3,81 9,24 13,91 7,48 8,43 4,53 4,10 7,90 6,16 11,03 8,57 7,44 8,58 10,60 2,21 4,60 4,90 199,53
Gedung Olahraga
Gedung Pertunjukan
750 117,91 74,96 137,97 141,69 181,25 106,90 192,85 131,00 207,20 150,26 175,91 77,92 491,96 245,64 122,03 295,56 445,11 239,25 269,86 145,12 131,22 252,83 197,11 352,80 274,19 238,04 274,51 339,26 70,62 147,29 156,70 6.384,93
1.250 70,75 44,98 82,78 85,01 108,75 64,14 115,71 78,60 124,32 90,16 105,55 46,75 295,18 147,39 73,22 177,34 267,06 143,55 161,92 87,07 78,73 151,70 118,27 211,68 164,51 142,82 164,70 203,56 42,37 88,37 94,02 3.830,96
Lampiran Tabel 17 Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
88.436 CIWIDEY 56.219 RANCABALI 103.478 PASIRJAMBU 106.267 CIMAUNG 135.940 PANGALENGAN 80.176 KERTASARI 144.638 PACET 98.248 IBUN 155.403 PASEH 112.698 CIKANCUNG 131.935 CICALENGKA 58.440 NAGREG 368.971 RANCAEKEK 184.232 MAJALAYA 91.519 SOLOKAN JERUK 221.669 CIPARAY 333.830 BALE ENDAH 179.436 ARJASARI 202.397 BANJARAN 108.840 CANGKUANG 98.418 PAMEUNGPEUK 189.621 KATAPANG 147.835 SOREANG 264.602 MARGAASIH 205.643 MARGAHAYU 178.527 DAYEUHKOLOT 205.879 BOJONGSOANG 254.445 CILEUNYI 52.964 CILENGKRANG 110.468 CIMENYAN 117.521 KUTAWARINGIN JUMLAH 4.788.695 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) Langgar/M Mesjid Mesjid Mesjid Raya ushola Lingkungan 2.500 30.000 120.000 480.000 35 3 1 0 22 2 0 0 41 3 1 0 43 4 1 0 54 5 1 0 32 3 1 0 58 5 1 0 39 3 1 0 62 5 1 0 45 4 1 0 53 4 1 0 23 2 0 0 148 12 3 1 74 6 2 0 37 3 1 0 89 7 2 0 134 11 3 1 72 6 1 0 81 7 2 0 44 4 1 0 39 3 1 0 76 6 2 0 59 5 1 0 106 9 2 1 82 7 2 0 71 6 1 0 82 7 2 0 102 8 2 1 21 2 0 0 44 4 1 0 47 4 1 0 1.915 160 40 10
Lamp-23
Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Langgar/M Mesjid Mesjid Mesjid ushola Lingkungan Raya 300 1.000 2.000 12.000 294,79 88,44 44,22 7,37 187,40 56,22 28,11 4,68 344,93 103,48 51,74 8,62 354,22 106,27 53,13 8,86 453,13 135,94 67,97 11,33 267,25 80,18 40,09 6,68 482,13 144,64 72,32 12,05 327,49 98,25 49,12 8,19 518,01 155,40 77,70 12,95 375,66 112,70 56,35 9,39 439,78 131,94 65,97 10,99 194,80 58,44 29,22 4,87 1.229,90 368,97 184,49 30,75 614,11 184,23 92,12 15,35 305,06 91,52 45,76 7,63 738,90 221,67 110,83 18,47 1.112,77 333,83 166,92 27,82 598,12 179,44 89,72 14,95 674,66 202,40 101,20 16,87 362,80 108,84 54,42 9,07 328,06 98,42 49,21 8,20 632,07 189,62 94,81 15,80 492,78 147,83 73,92 12,32 882,01 264,60 132,30 22,05 685,48 205,64 102,82 17,14 595,09 178,53 89,26 14,88 686,26 205,88 102,94 17,16 848,15 254,44 127,22 21,20 176,55 52,96 26,48 4,41 368,23 110,47 55,23 9,21 391,74 117,52 58,76 9,79 15.962,32 4.788,69 2.394,35 399,06
Lampiran Tabel 22 Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU CIMAUNG PANGALENGAN KERTASARI PACET IBUN PASEH CIKANCUNG CICALENGKA NAGREG RANCAEKEK MAJALAYA SOLOKAN JERUK CIPARAY BALE ENDAH ARJASARI BANJARAN CANGKUANG PAMEUNGPEUK KATAPANG SOREANG MARGAASIH MARGAHAYU DAYEUHKOLOT BOJONGSOANG CILEUNYI CILENGKRANG CIMENYAN KUTAWARINGIN JUMLAH Sumber: Hasil Analisis
Jumlah Penduduk (Jiwa) 88.436 56.219 103.478 106.267 135.940 80.176 144.638 98.248 155.403 112.698 131.935 58.440 368.971 184.232 91.519 221.669 333.830 179.436 202.397 108.840 98.418 189.621 147.835 264.602 205.643 178.527 205.879 254.445 52.964 110.468 117.521 4.788.695
Jumlah Fasilitas Perekonomian (Unit) Pusat Pusat Perbelanjaan Perbelanjaan Pasar Toko 480.000 120.000 120.000 1.000 0 1 1 88 0 0 0 56 0 1 1 103 0 1 1 106 0 1 1 136 0 1 1 80 0 1 1 145 0 1 1 98 0 1 1 155 0 1 1 113 0 1 1 132 0 0 0 58 1 3 3 369 0 2 2 184 0 1 1 92 0 2 2 222 1 3 3 334 0 1 1 179 0 2 2 202 0 1 1 109 0 1 1 98 0 2 2 190 0 1 1 148 1 2 2 265 0 2 2 206 0 1 1 179 0 2 2 206 1 2 2 254 0 0 0 53 0 1 1 110 0 1 1 118 10 40 40 4.789
Lamp-24
Bank 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 3 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 0 1 1 40
Pusat Perbelanjaan 36.000 2,46 1,56 2,87 2,95 3,78 2,23 4,02 2,73 4,32 3,13 3,66 1,62 10,25 5,12 2,54 6,16 9,27 4,98 5,62 3,02 2,73 5,27 4,11 7,35 5,71 4,96 5,72 7,07 1,47 3,07 3,26 133
Luas Fasilitas Perekonomian (Ha) Pusat Perbelanjaan Pasar Toko 10.000 10.000 100 8,84 8,84 884,36 5,62 5,62 562,19 10,35 10,35 1.034,78 10,63 10,63 1.062,67 13,59 13,59 1.359,40 8,02 8,02 801,76 14,46 14,46 1.446,38 9,82 9,82 982,48 15,54 15,54 1.554,03 11,27 11,27 1.126,98 13,19 13,19 1.319,35 5,84 5,84 584,40 36,90 36,90 3.689,71 18,42 18,42 1.842,32 9,15 9,15 915,19 22,17 22,17 2.216,69 33,38 33,38 3.338,30 17,94 17,94 1.794,36 20,24 20,24 2.023,97 10,88 10,88 1.088,40 9,84 9,84 984,18 18,96 18,96 1.896,21 14,78 14,78 1.478,35 26,46 26,46 2.646,02 20,56 20,56 2.056,43 17,85 17,85 1.785,27 20,59 20,59 2.058,79 25,44 25,44 2.544,45 5,30 5,30 529,64 11,05 11,05 1.104,68 11,75 11,75 1.175,21 478,87 478,87 47.886,95
Bank 100 884,36 562,19 1.034,78 1.062,67 1.359,40 801,76 1.446,38 982,48 1.554,03 1.126,98 1.319,35 584,40 3.689,71 1.842,32 915,19 2.216,69 3.338,30 1.794,36 2.023,97 1.088,40 984,18 1.896,21 1.478,35 2.646,02 2.056,43 1.785,27 2.058,79 2.544,45 529,64 1.104,68 1.175,21 47.886,95
Lampiran Tabel 27 Proyeksi Jumlah Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2022
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 88.436 RANCABALI 56.219 PASIRJAMBU 103.478 CIMAUNG 106.267 PANGALENGAN 135.940 KERTASARI 80.176 PACET 144.638 IBUN 98.248 PASEH 155.403 CIKANCUNG 112.698 CICALENGKA 131.935 NAGREG 58.440 RANCAEKEK 368.971 MAJALAYA 184.232 SOLOKAN JERUK 91.519 CIPARAY 221.669 BALE ENDAH 333.830 ARJASARI 179.436 BANJARAN 202.397 CANGKUANG 108.840 PAMEUNGPEUK 98.418 KATAPANG 189.621 SOREANG 147.835 MARGAASIH 264.602 MARGAHAYU 205.643 DAYEUHKOLOT 178.527 BOJONGSOANG 205.879 CILEUNYI 254.445 CILENGKRANG 52.964 CIMENYAN 110.468 KUTAWARINGIN 117.521 JUMLAH 4.788.695 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) Rumah Sakit Type C 480.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
Rumah Sakit 240.000 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 20
Poliklinik Puskesmas Posyandu 10.000 9 6 10 11 14 8 14 10 16 11 13 6 37 18 9 22 33 18 20 11 10 19 15 26 21 18 21 25 5 11 12 479
30.000 3 2 3 4 5 3 5 3 5 4 4 2 12 6 3 7 11 6 7 4 3 6 5 9 7 6 7 8 2 4 4 160
2.500 35 22 41 43 54 32 58 39 62 45 53 23 148 74 37 89 134 72 81 44 39 76 59 106 82 71 82 102 21 44 47 1.915
Lamp-25
Apotik 10.000 9 6 10 11 14 8 14 10 16 11 13 6 37 18 9 22 33 18 20 11 10 19 15 26 21 18 21 25 5 11 12 479
Rumah Sakit Type C 10.000 8,84 5,62 10,35 10,63 13,59 8,02 14,46 9,82 15,54 11,27 13,19 5,84 36,90 18,42 9,15 22,17 33,38 17,94 20,24 10,88 9,84 18,96 14,78 26,46 20,56 17,85 20,59 25,44 5,30 11,05 11,75 479
Luas Fasilitas Kesehatan (Ha) Puskesm Rumah Sakit Poliklinik as 3.000 200 500 29,48 442,18 176,87 18,74 281,10 112,44 34,49 517,39 206,96 35,42 531,34 212,53 45,31 679,70 271,88 26,73 400,88 160,35 48,21 723,19 289,28 32,75 491,24 196,50 51,80 777,01 310,81 37,57 563,49 225,40 43,98 659,68 263,87 19,48 292,20 116,88 122,99 1.844,85 737,94 61,41 921,16 368,46 30,51 457,59 183,04 73,89 1.108,34 443,34 111,28 1.669,15 667,66 59,81 897,18 358,87 67,47 1.011,99 404,79 36,28 544,20 217,68 32,81 492,09 196,84 63,21 948,11 379,24 49,28 739,17 295,67 88,20 1.323,01 529,20 68,55 1.028,22 411,29 59,51 892,63 357,05 68,63 1.029,40 411,76 84,81 1.272,22 508,89 17,65 264,82 105,93 36,82 552,34 220,94 39,17 587,61 235,04 1.596,23 23.943,47 9.577,39
Posyandu 200 442,18 281,10 517,39 531,34 679,70 400,88 723,19 491,24 777,01 563,49 659,68 292,20 1.844,85 921,16 457,59 1.108,34 1.669,15 897,18 1.011,99 544,20 492,09 948,11 739,17 1.323,01 1.028,22 892,63 1.029,40 1.272,22 264,82 552,34 587,61 23.943,47
Apotik 400 221,09 140,55 258,69 265,67 339,85 200,44 361,59 245,62 388,51 281,74 329,84 146,10 922,43 460,58 228,80 554,17 834,58 448,59 505,99 272,10 246,04 474,05 369,59 661,50 514,11 446,32 514,70 636,11 132,41 276,17 293,80 11.971,74
Lampiran Tabel 8 Proyeksi Jumlah Fasilitas Pendidikan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
93.350 CIWIDEY 58.948 RANCABALI 113.633 PASIRJAMBU 120.973 CIMAUNG 137.140 PANGALENGAN 85.609 KERTASARI 163.166 PACET 108.539 IBUN 173.016 PASEH 128.443 CIKANCUNG 143.528 CICALENGKA 63.210 NAGREG 480.176 RANCAEKEK 197.497 MAJALAYA 97.527 SOLOKAN JERUK 254.874 CIPARAY 405.063 BALE ENDAH 223.771 ARJASARI 247.457 BANJARAN 133.071 CANGKUANG 113.348 PAMEUNGPEUK 236.982 KATAPANG 169.889 SOREANG 337.289 MARGAASIH 246.371 MARGAHAYU 205.959 DAYEUHKOLOT 275.128 BOJONGSOANG 315.873 CILEUNYI 57.821 CILENGKRANG 118.088 CIMENYAN 130.996 KUTAWARINGIN JUMLAH 5.636.732 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
TK 1.000 93 59 114 121 137 86 163 109 173 128 144 63 480 197 98 255 405 224 247 133 113 237 170 337 246 206 275 316 58 118 131 5.637
Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Perguruan Tinggi TK SD SMP SMA SD SMP SMA 1.600 4.800 4.800 120.000 170 1.100 3.000 3.000 58 19 19 1 549,12 84,86 31,12 31,12 37 12 12 0 346,76 53,59 19,65 19,65 71 24 24 1 668,43 103,30 37,88 37,88 76 25 25 1 711,60 109,98 40,32 40,32 86 29 29 1 806,71 124,67 45,71 45,71 54 18 18 1 503,58 77,83 28,54 28,54 102 34 34 1 959,80 148,33 54,39 54,39 68 23 23 1 638,47 98,67 36,18 36,18 108 36 36 1 1.017,74 157,29 57,67 57,67 80 27 27 1 755,55 116,77 42,81 42,81 90 30 30 1 844,28 130,48 47,84 47,84 40 13 13 1 371,82 57,46 21,07 21,07 300 100 100 4 2.824,57 436,52 160,06 160,06 123 41 41 2 1.161,75 179,54 65,83 65,83 61 20 20 1 573,69 88,66 32,51 32,51 159 53 53 2 1.499,26 231,70 84,96 84,96 253 84 84 3 2.382,73 368,24 135,02 135,02 140 47 47 2 1.316,30 203,43 74,59 74,59 155 52 52 2 1.455,63 224,96 82,49 82,49 83 28 28 1 782,77 120,97 44,36 44,36 71 24 24 1 666,75 103,04 37,78 37,78 148 49 49 2 1.394,01 215,44 78,99 78,99 106 35 35 1 999,35 154,44 56,63 56,63 211 70 70 3 1.984,05 306,63 112,43 112,43 154 51 51 2 1.449,24 223,97 82,12 82,12 129 43 43 2 1.211,52 187,24 68,65 68,65 172 57 57 2 1.618,40 250,12 91,71 91,71 197 66 66 3 1.858,07 287,16 105,29 105,29 36 12 12 0 340,12 52,56 19,27 19,27 74 25 25 1 694,64 107,35 39,36 39,36 82 27 27 1 770,57 119,09 43,67 43,67 3.523 1.174 1.174 47 33.157,25 5.124,30 1.878,91 1.878,91
Lamp-26
Perguruan Tinggi 50.000 1,87 1,18 2,27 2,42 2,74 1,71 3,26 2,17 3,46 2,57 2,87 1,26 9,60 3,95 1,95 5,10 8,10 4,48 4,95 2,66 2,27 4,74 3,40 6,75 4,93 4,12 5,50 6,32 1,16 2,36 2,62 112,73
Lampiran Tabel 13 Proyeksi Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027
Jumlah Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Unit) No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 93.350 RANCABALI 58.948 PASIRJAMBU 113.633 CIMAUNG 120.973 PANGALENGAN 137.140 KERTASARI 85.609 PACET 163.166 IBUN 108.539 PASEH 173.016 CIKANCUNG 128.443 CICALENGKA 143.528 NAGREG 63.210 RANCAEKEK 480.176 MAJALAYA 197.497 SOLOKAN JERUK 97.527 CIPARAY 254.874 BALE ENDAH 405.063 ARJASARI 223.771 BANJARAN 247.457 CANGKUANG 133.071 PAMEUNGPEUK 113.348 KATAPANG 236.982 SOREANG 169.889 MARGAASIH 337.289 MARGAHAYU 246.371 DAYEUHKOLOT 205.959 BOJONGSOANG 275.128 CILEUNYI 315.873 CILENGKRANG 57.821 CIMENYAN 118.088 KUTAWARINGIN 130.996 JUMLAH 5.636.732 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gedung bioskop 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 3 0 1 1 47
Taman 250 373 236 455 484 549 342 653 434 692 514 574 253 1.921 790 390 1.019 1.620 895 990 532 453 948 680 1.349 985 824 1.101 1.263 231 472 524 22.547
Taman 2.500 37 24 45 48 55 34 65 43 69 51 57 25 192 79 39 102 162 90 99 53 45 95 68 135 99 82 110 126 23 47 52 2.255
Taman 30.000 3 2 4 4 5 3 5 4 6 4 5 2 16 7 3 8 14 7 8 4 4 8 6 11 8 7 9 11 2 4 4 188
Taman 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 3 0 1 1 47
Luas Fasilitas Rekreasi/Taman/Olah Raga (Ha)
Gedung Olahraga 30.000 3 2 4 4 5 3 5 4 6 4 5 2 16 7 3 8 14 7 8 4 4 8 6 11 8 7 9 11 2 4 4 188
Lamp-27
Gedung Pertunjukan 30.000 3 2 4 4 5 3 5 4 6 4 5 2 16 7 3 8 14 7 8 4 4 8 6 11 8 7 9 11 2 4 4 188
Gedung bioskop 3.000 31,12 19,65 37,88 40,32 45,71 28,54 54,39 36,18 57,67 42,81 47,84 21,07 160,06 65,83 32,51 84,96 135,02 74,59 82,49 44,36 37,78 78,99 56,63 112,43 82,12 68,65 91,71 105,29 19,27 39,36 43,67 1.878,91
Taman
Taman
250 373,40 235,79 454,53 483,89 548,56 342,43 652,66 434,16 692,06 513,77 574,11 252,84 1.920,71 789,99 390,11 1.019,49 1.620,25 895,08 989,83 532,28 453,39 947,93 679,56 1.349,15 985,48 823,83 1.100,51 1.263,49 231,28 472,35 523,98 22.546,93
1.250 74,68 47,16 90,91 96,78 109,71 68,49 130,53 86,83 138,41 102,75 114,82 50,57 384,14 158,00 78,02 203,90 324,05 179,02 197,97 106,46 90,68 189,59 135,91 269,83 197,10 164,77 220,10 252,70 46,26 94,47 104,80 4.509,39
Taman 9.000 10,37 6,55 12,63 13,44 15,24 9,51 18,13 12,06 19,22 14,27 15,95 7,02 53,35 21,94 10,84 28,32 45,01 24,86 27,50 14,79 12,59 26,33 18,88 37,48 27,37 22,88 30,57 35,10 6,42 13,12 14,56 626,30
Taman 24.000 3,89 2,46 4,73 5,04 5,71 3,57 6,80 4,52 7,21 5,35 5,98 2,63 20,01 8,23 4,06 10,62 16,88 9,32 10,31 5,54 4,72 9,87 7,08 14,05 10,27 8,58 11,46 13,16 2,41 4,92 5,46 234,86
Gedung Olahraga
Gedung Pertunjukan
750 124,47 78,60 151,51 161,30 182,85 114,14 217,55 144,72 230,69 171,26 191,37 84,28 640,24 263,33 130,04 339,83 540,08 298,36 329,94 177,43 151,13 315,98 226,52 449,72 328,49 274,61 366,84 421,16 77,09 157,45 174,66 7.515,64
1.250 74,68 47,16 90,91 96,78 109,71 68,49 130,53 86,83 138,41 102,75 114,82 50,57 384,14 158,00 78,02 203,90 324,05 179,02 197,97 106,46 90,68 189,59 135,91 269,83 197,10 164,77 220,10 252,70 46,26 94,47 104,80 4.509,39
Lampiran Tabel 18 Proyeksi Jumlah Fasilitas Peribadatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
93.350 CIWIDEY 58.948 RANCABALI 113.633 PASIRJAMBU 120.973 CIMAUNG 137.140 PANGALENGAN 85.609 KERTASARI 163.166 PACET 108.539 IBUN 173.016 PASEH 128.443 CIKANCUNG 143.528 CICALENGKA 63.210 NAGREG 480.176 RANCAEKEK 197.497 MAJALAYA 97.527 SOLOKAN JERUK 254.874 CIPARAY 405.063 BALE ENDAH 223.771 ARJASARI 247.457 BANJARAN 133.071 CANGKUANG 113.348 PAMEUNGPEUK 236.982 KATAPANG 169.889 SOREANG 337.289 MARGAASIH 246.371 MARGAHAYU 205.959 DAYEUHKOLOT 275.128 BOJONGSOANG 315.873 CILEUNYI 57.821 CILENGKRANG 118.088 CIMENYAN 130.996 KUTAWARINGIN JUMLAH 5.636.732 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) Luas Fasilitas Pendidikan (Ha) Langgar/M Mesjid Langgar/Mu Mesjid Mesjid Mesjid Mesjid Raya Mesjid ushola Lingkungan shola Lingkungan Raya 2.500 30.000 120.000 480.000 300 1.000 2.000 12.000 37 3 1 0 311,17 93,35 46,67 7,78 24 2 0 0 196,49 58,95 29,47 4,91 45 4 1 0 378,78 113,63 56,82 9,47 48 4 1 0 403,24 120,97 60,49 10,08 55 5 1 0 457,13 137,14 68,57 11,43 34 3 1 0 285,36 85,61 42,80 7,13 65 5 1 0 543,89 163,17 81,58 13,60 43 4 1 0 361,80 108,54 54,27 9,04 69 6 1 0 576,72 173,02 86,51 14,42 51 4 1 0 428,14 128,44 64,22 10,70 57 5 1 0 478,43 143,53 71,76 11,96 25 2 1 0 210,70 63,21 31,60 5,27 192 16 4 1 1.600,59 480,18 240,09 40,01 79 7 2 0 658,32 197,50 98,75 16,46 39 3 1 0 325,09 97,53 48,76 8,13 102 8 2 1 849,58 254,87 127,44 21,24 162 14 3 1 1.350,21 405,06 202,53 33,76 90 7 2 0 745,90 223,77 111,89 18,65 99 8 2 1 824,86 247,46 123,73 20,62 53 4 1 0 443,57 133,07 66,54 11,09 45 4 1 0 377,83 113,35 56,67 9,45 95 8 2 0 789,94 236,98 118,49 19,75 68 6 1 0 566,30 169,89 84,94 14,16 135 11 3 1 1.124,30 337,29 168,64 28,11 99 8 2 1 821,24 246,37 123,19 20,53 82 7 2 0 686,53 205,96 102,98 17,16 110 9 2 1 917,09 275,13 137,56 22,93 126 11 3 1 1.052,91 315,87 157,94 26,32 23 2 0 0 192,74 57,82 28,91 4,82 47 4 1 0 393,63 118,09 59,04 9,84 52 4 1 0 436,65 131,00 65,50 10,92 2.255 188 47 12 18.789,11 5.636,73 2.818,37 469,73
Lamp-28
Lampiran Tabel 23 Proyeksi Jumlah Fasilitas Perekonomian (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
93.350 CIWIDEY 58.948 RANCABALI 113.633 PASIRJAMBU 120.973 CIMAUNG 137.140 PANGALENGAN 85.609 KERTASARI 163.166 PACET 108.539 IBUN 173.016 PASEH 128.443 CIKANCUNG 143.528 CICALENGKA 63.210 NAGREG 480.176 RANCAEKEK 197.497 MAJALAYA 97.527 SOLOKAN JERUK 254.874 CIPARAY 405.063 BALE ENDAH 223.771 ARJASARI 247.457 BANJARAN 133.071 CANGKUANG 113.348 PAMEUNGPEUK 236.982 KATAPANG 169.889 SOREANG 337.289 MARGAASIH 246.371 MARGAHAYU 205.959 DAYEUHKOLOT 275.128 BOJONGSOANG 315.873 CILEUNYI 57.821 CILENGKRANG 118.088 CIMENYAN 130.996 KUTAWARINGIN JUMLAH 5.636.732 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Jumlah Fasilitas Perekonomian (Unit) Pusat Pusat Perbelanjaan Perbelanjaan Pasar Toko 480.000 120.000 120.000 1.000 0 1 1 93 0 0 0 59 0 1 1 114 0 1 1 121 0 1 1 137 0 1 1 86 0 1 1 163 0 1 1 109 0 1 1 173 0 1 1 128 0 1 1 144 0 1 1 63 1 4 4 480 0 2 2 197 0 1 1 98 1 2 2 255 1 3 3 405 0 2 2 224 1 2 2 247 0 1 1 133 0 1 1 113 0 2 2 237 0 1 1 170 1 3 3 337 1 2 2 246 0 2 2 206 1 2 2 275 1 3 3 316 0 0 0 58 0 1 1 118 0 1 1 131 12 47 47 5.637
Lamp-29
Bank 120.000 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 3 0 1 1 47
Pusat Perbelanjaan 36.000 2,59 1,64 3,16 3,36 3,81 2,38 4,53 3,01 4,81 3,57 3,99 1,76 13,34 5,49 2,71 7,08 11,25 6,22 6,87 3,70 3,15 6,58 4,72 9,37 6,84 5,72 7,64 8,77 1,61 3,28 3,64 156,58
Luas Fasilitas Perekonomian (Ha) Pusat Perbelanjaan Pasar Toko 10.000 10.000 100 9,33 9,33 933,50 5,89 5,89 589,48 11,36 11,36 1.136,33 12,10 12,10 1.209,73 13,71 13,71 1.371,40 8,56 8,56 856,09 16,32 16,32 1.631,66 10,85 10,85 1.085,39 17,30 17,30 1.730,16 12,84 12,84 1.284,43 14,35 14,35 1.435,28 6,32 6,32 632,10 48,02 48,02 4.801,76 19,75 19,75 1.974,97 9,75 9,75 975,27 25,49 25,49 2.548,74 40,51 40,51 4.050,63 22,38 22,38 2.237,71 24,75 24,75 2.474,57 13,31 13,31 1.330,71 11,33 11,33 1.133,48 23,70 23,70 2.369,82 16,99 16,99 1.698,89 33,73 33,73 3.372,89 24,64 24,64 2.463,71 20,60 20,60 2.059,59 27,51 27,51 2.751,28 31,59 31,59 3.158,73 5,78 5,78 578,21 11,81 11,81 1.180,88 13,10 13,10 1.309,96 563,67 563,67 56.367,32
Bank 100 933,50 589,48 1.136,33 1.209,73 1.371,40 856,09 1.631,66 1.085,39 1.730,16 1.284,43 1.435,28 632,10 4.801,76 1.974,97 975,27 2.548,74 4.050,63 2.237,71 2.474,57 1.330,71 1.133,48 2.369,82 1.698,89 3.372,89 2.463,71 2.059,59 2.751,28 3.158,73 578,21 1.180,88 1.309,96 56.367,32
Lampiran Tabel 28 Proyeksi Jumlah Kesehatan (unit dan luas) di Kabupaten Bandung Tahun 2027
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
CIWIDEY 93.350 RANCABALI 58.948 PASIRJAMBU 113.633 CIMAUNG 120.973 PANGALENGAN 137.140 KERTASARI 85.609 PACET 163.166 IBUN 108.539 PASEH 173.016 CIKANCUNG 128.443 CICALENGKA 143.528 NAGREG 63.210 RANCAEKEK 480.176 MAJALAYA 197.497 SOLOKAN JERUK 97.527 CIPARAY 254.874 BALE ENDAH 405.063 ARJASARI 223.771 BANJARAN 247.457 CANGKUANG 133.071 PAMEUNGPEUK 113.348 KATAPANG 236.982 SOREANG 169.889 MARGAASIH 337.289 MARGAHAYU 246.371 DAYEUHKOLOT 205.959 BOJONGSOANG 275.128 CILEUNYI 315.873 CILENGKRANG 57.821 CIMENYAN 118.088 KUTAWARINGIN 130.996 JUMLAH 5.636.732 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) Rumah Sakit Type C 480.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 12
Rumah Sakit 240.000 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 2 1 0 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 23
Poliklinik Puskesmas Posyandu 10.000 9 6 11 12 14 9 16 11 17 13 14 6 48 20 10 25 41 22 25 13 11 24 17 34 25 21 28 32 6 12 13 564
30.000 3 2 4 4 5 3 5 4 6 4 5 2 16 7 3 8 14 7 8 4 4 8 6 11 8 7 9 11 2 4 4 188
2.500 37 24 45 48 55 34 65 43 69 51 57 25 192 79 39 102 162 90 99 53 45 95 68 135 99 82 110 126 23 47 52 2.255
Lamp-30
Apotik 10.000 9 6 11 12 14 9 16 11 17 13 14 6 48 20 10 25 41 22 25 13 11 24 17 34 25 21 28 32 6 12 13 564
Rumah Sakit Type C 10.000 9,33 5,89 11,36 12,10 13,71 8,56 16,32 10,85 17,30 12,84 14,35 6,32 48,02 19,75 9,75 25,49 40,51 22,38 24,75 13,31 11,33 23,70 16,99 33,73 24,64 20,60 27,51 31,59 5,78 11,81 13,10 564
Luas Fasilitas Kesehatan (Ha) Puskesma Rumah Sakit Poliklinik s 3.000 200 500 31,12 466,75 186,70 19,65 294,74 117,90 37,88 568,17 227,27 40,32 604,86 241,95 45,71 685,70 274,28 28,54 428,04 171,22 54,39 815,83 326,33 36,18 542,70 217,08 57,67 865,08 346,03 42,81 642,22 256,89 47,84 717,64 287,06 21,07 316,05 126,42 160,06 2.400,88 960,35 65,83 987,49 394,99 32,51 487,63 195,05 84,96 1.274,37 509,75 135,02 2.025,32 810,13 74,59 1.118,85 447,54 82,49 1.237,28 494,91 44,36 665,35 266,14 37,78 566,74 226,70 78,99 1.184,91 473,96 56,63 849,44 339,78 112,43 1.686,44 674,58 82,12 1.231,86 492,74 68,65 1.029,79 411,92 91,71 1.375,64 550,26 105,29 1.579,36 631,75 19,27 289,10 115,64 39,36 590,44 236,18 43,67 654,98 261,99 1.878,91 28.183,66 11.273,46
Posyandu 200 466,75 294,74 568,17 604,86 685,70 428,04 815,83 542,70 865,08 642,22 717,64 316,05 2.400,88 987,49 487,63 1.274,37 2.025,32 1.118,85 1.237,28 665,35 566,74 1.184,91 849,44 1.686,44 1.231,86 1.029,79 1.375,64 1.579,36 289,10 590,44 654,98 28.183,66
Apotik 400 233,37 147,37 284,08 302,43 342,85 214,02 407,91 271,35 432,54 321,11 358,82 158,02 1.200,44 493,74 243,82 637,18 1.012,66 559,43 618,64 332,68 283,37 592,45 424,72 843,22 615,93 514,90 687,82 789,68 144,55 295,22 327,49 14.091,83
Rencana Tabel 29 Rencana Pemanfaatan Lahan per Kecamatan di Kabupaten Bandung (Ha) KAWASAN BUDIDAYA Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan Budidaya Non Pertanian Tanaman Kawasan Hutan Pertanian Pertanian Kawasan Pemerintaha Kawasan Perdaganga Sub total Sub total Hutan Peruntukan Tahunan/ Perikanan Peternakan Produksi (9) S.D. (11) Lahan Basah Lahan Kering (13) S.D. (16) Pariwisata n/ Fasum Permukiman n/ Jasa Rakyat Industri Perkebunan (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
KAWASAN LINDUNG No
Kecamatan
(1)
Hutan Konservasi
Sempadan
Hutan Lindung
(3)
(4)
(5)
(2)
Ruang Terbuka Hijau (6)
Perairan
Sub total (3) S.D. (7)
(7)
(8)
Sub total (12) + (17) + Sub total (24) (18) S.D. (23)
Kawasan Hankam (23)
(24)
(25)
JUMLAH TOTAL (8) + (25) (26)
1
Soreang
-
69.32
-
-
15.65
84.97
-
490.90
22.67
513.57
169.00
287.02
-
-
456.02
-
-
48.54
1,343.67
102.48
1.43
1,496.12
2,465.71
2,550.68
2
Kutawaringin
-
130.29
-
-
30.81
161.10
-
1,620.62
245.39
1,866.02
583.11
610.86
-
-
1,193.97
-
53.17
72.94
1,023.04
352.78
7.25
1,509.18
4,569.16
4,730.26
3
Katapang
-
62.05
-
-
13.42
75.48
-
-
-
-
445.20
27.89
-
-
473.09
-
286.88
0.47
694.72
37.87
3.95
1,023.89
1,496.98
1,572.46
4
Ciwidey
-
-
1,993.76
4.06
0.34
1,998.15
-
681.66
18.31
699.98
1,079.95
92.92
-
-
1,172.87
-
-
0.27
949.45
26.20
-
975.92
2,848.77
4,846.92
5
Pasirjambu
8,242.05
29.72
3,962.94
-
6.45
12,241.15
-
6,890.59
7.64
6,898.23
2,090.56
1,864.99
-
-
3,955.55
-
-
1.13
834.51
27.07
-
862.72
11,716.50
23,957.65
6
Rancabali
465.52
-
5,747.99
-
56.54
6,270.06
-
7,278.07
-
7,278.07
645.22
229.97
-
-
875.19
-
-
-
395.99
17.70
-
413.69
8,566.95
14,837.01
7
Banjaran
-
60.15
1,095.13
1.57
8.61
1,165.45
-
569.50
42.88
612.38
1,090.69
6.92
-
-
1,097.60
-
74.54
-
1,220.81
81.37
39.63
1,416.36
3,126.34
4,291.79
8
Cangkuang
-
11.60
107.12
0.45
-
119.17
-
305.36
24.52
329.88
731.82
218.14
-
-
949.97
-
-
-
1,033.81
28.12
0.12
1,062.05
2,341.89
2,461.06
9
Pameungpeuk
-
57.32
-
-
-
57.32
-
95.80
47.61
143.41
727.89
23.33
-
-
751.21
-
169.42
-
332.63
8.33
-
510.38
1,405.00
1,462.32
623.13
-
5,859.74
-
214.42
6,697.29
-
7,861.48
346.45
8,207.94
2,239.70
978.38
-
61.45
3,279.53
-
-
2.33
1,260.53
46.23
47.09
1,356.18
12,843.64
19,540.93
68.49
-
1,374.12
-
-
1,442.62
-
621.40
23.20
644.60
1,827.17
555.25
-
-
2,382.42
-
-
10.59
1,019.80
-
-
1,030.39
4,057.41
5,500.03
12 Arjasari
-
-
203.28
-
-
203.28
-
1,496.70
173.74
1,670.44
2,415.77
755.09
-
-
3,170.86
-
205.90
-
1,245.71
1.60
-
1,453.21
6,294.51
6,497.79
13 Baleendah
-
158.42
-
9.59
29.14
197.15
-
457.58
0.02
457.60
1,256.40
334.56
-
-
1,590.97
-
136.84
33.50
1,624.98
110.70
3.80
1,909.82
3,958.39
4,155.54
14 Dayeuhkolot
-
36.42
-
11.08
10.02
57.51
-
-
-
-
87.93
-
-
-
87.93
-
433.60
21.99
464.40
34.69
2.80
957.47
1,045.40
1,102.91
15 Bojongsoang
-
69.56
-
34.81
28.48
132.85
-
-
-
-
446.47
1.02
542.43
-
989.92
-
387.23
8.30
1,111.87
151.06
-
1,658.46
2,648.38
2,781.23
16 Cicalengka
-
-
-
-
0.04
0.04
-
374.64
435.38
810.02
1,040.61
366.86
-
-
1,407.47
-
143.61
5.93
1,126.57
105.59
-
1,381.70
3,599.19
3,599.23
17 Nagreg
-
-
-
-
-
-
-
1,727.54
907.37
2,634.91
638.96
500.40
-
-
1,139.36
-
-
51.17
913.21
154.95
36.69
1,156.02
4,930.29
4,930.29
18 Cikancung
-
-
-
-
-
-
-
452.09
28.99
481.07
1,318.90
666.84
-
19.80
2,005.53
-
483.11
0.49
959.53
83.90
-
1,527.03
4,013.63
4,013.63
19 Cileunyi
-
-
295.80
0.83
1.53
298.16
-
95.98
-
95.98
285.45
162.86
-
-
448.31
-
504.20
12.31
1,737.01
61.54
-
2,315.06
2,859.36
3,157.51
20 Rancaekek
-
0.62
-
2.81
430.68
434.12
-
-
-
-
1,172.74
-
-
-
1,172.74
493.61
560.05
8.38
1,698.17
157.78
-
2,917.98
4,090.72
4,524.83
21 Majalaya
-
66.86
-
-
15.14
82.00
-
23.12
-
23.12
812.89
-
96.01
-
908.90
-
590.21
-
803.20
129.04
-
1,522.44
2,454.46
2,536.46
22 Ciparay
-
61.03
-
-
9.95
70.98
-
114.72
15.88
130.60
2,592.40
258.06
34.39
-
2,884.86
-
2.74
-
1,460.61
67.79
-
1,531.14
4,546.59
4,617.57
23 Ibun
-
19.99
1,455.13
-
20.50
1,495.61
-
1,351.43
72.59
1,424.02
1,223.79
415.26
68.14
26.02
1,733.21
-
-
0.42
794.69
8.57
-
803.68
3,960.91
5,456.52
24 Kertasari
-
-
7,083.39
-
2.62
7,086.01
40.29
4,988.49
89.82
5,118.60
1,959.61
536.07
-
-
2,495.67
-
-
0.56
495.63
10.90
-
507.08
8,121.36
15,207.37
25 Pacet
-
13.03
2,491.91
-
5.01
2,509.95
-
1,247.43
123.00
1,370.43
3,596.73
594.21
-
-
4,190.93
-
-
0.45
1,110.49
11.72
-
1,122.65
6,684.01
9,193.96
26 Paseh
-
3.62
277.33
-
0.50
281.45
-
1,186.04
189.41
1,375.45
1,582.85
440.99
-
-
2,023.84
-
63.03
-
1,334.48
24.66
-
1,422.17
4,821.46
5,102.91
27 Solokanjeruk
-
59.42
-
20.94
12.08
92.45
-
-
-
-
615.37
-
-
-
615.37
5.13
808.62
0.00
722.00
157.10
-
1,692.85
2,308.22
2,400.66
28 Margaasih
-
75.96
-
6.58
23.68
106.22
-
-
-
-
169.45
78.96
-
-
248.41
-
592.33
7.40
844.48
35.65
-
1,479.87
1,728.28
1,834.50
29 Margahayu
-
42.62
-
67.27
11.03
120.91
-
-
-
-
-
3.29
-
-
3.29
-
47.55
0.49
508.96
74.99
298.14
930.13
933.42
1,054.33
30 Cilengkrang
-
-
1,148.99
-
0.18
1,149.17
-
651.26
-
651.26
461.24
344.70
-
-
805.94
-
-
-
405.58
-
-
405.58
1,862.78
3,011.95
253.28
-
1,143.78
143.54
0.50
1,541.10
-
168.20
39.24
207.43
347.93
1,303.69
-
-
1,651.62
-
-
49.27
1,558.99
140.83
159.09
1,908.18
3,767.23
5,308.34
9,652.47
1,028.00
34,240.39
303.53
947.32
46,171.71
40.29
40,750.63
2,854.09
43,645.01
33,655.79
11,658.51
740.97
107.27
46,162.55
498.74
5,543.03
336.91
31,029.52
2,251.22
599.99
40,259.40
130,066.96
176,238.67
% Thd Sub Total
20.91
2.23
74.16
0.66
2.05
100.00
0.09
93.37
6.54
100.00
72.91
25.26
1.61
0.23
100.00
1.24
13.77
0.84
77.07
5.59
1.49
100.00
% Thd Jumlah Total
5.48
0.58
19.43
0.17
0.54
26.20
0.02
23.12
1.62
24.76
19.10
6.62
0.42
0.06
26.19
0.28
3.15
0.19
17.61
1.28
0.34
22.84
73.80
100.00
10 Pangalengan 11 Cimaung
31 Cimenyan JUMLAH
Sumber: Hasil Analisis 2006
Lamp - 31
Rencana Tabel 30
Rencana Kebutuhan Perumahan & Permukiman di Kabupaten Bandung Tahun 2007- 2027
2007 75.193 48.766 78.140 72.034 132.401 65.859 100.748 72.867 112.610 76.126 102.480 46.185 167.403 149.548 75.626 145.829 186.868 92.519 110.743 59.553 64.426 97.141 97.412 127.752 119.589 116.271 86.267 132.996 40.709 90.434 84.858
2012 79.371 51.134 85.809 82.002 133.570 70.322 113.654 80.499 125.373 86.761 111.484 49.954 217.858 160.315 80.591 167.673 226.742 115.378 135.398 72.811 74.199 121.403 111.944 162.845 143.273 134.137 115.283 165.104 44.441 96.672 94.587
2017 83.781 53.616 94.230 93.350 134.750 75.087 128.213 88.932 139.583 98.883 121.279 54.031 283.519 171.858 85.881 192.790 275.124 143.885 165.542 89.021 85.455 151.726 128.644 207.579 171.648 154.748 154.060 204.963 48.516 103.340 105.433
2022 88.436 56.219 103.478 106.267 135.940 80.176 144.638 98.248 155.403 112.698 131.935 58.440 368.971 184.232 91.519 221.669 333.830 179.436 202.397 108.840 98.418 189.621 147.835 264.602 205.643 178.527 205.879 254.445 52.964 110.468 117.521
2027 93.350 58.948 113.633 120.973 137.140 85.609 163.166 108.539 173.016 128.443 143.528 63.210 480.176 197.497 97.527 254.874 405.063 223.771 247.457 133.071 113.348 236.982 169.889 337.289 246.371 205.959 275.128 315.873 57.821 118.088 130.996
BACK LOG KEB. RUMAH 1.470 2.927 6.759 1.241 6.438 350 1.698 1.458 4.755 2.245 9.321 2.843 7.648 5.414 2.604 4.511 6.621 3.474 1.390 2.939 6.107 2.070 6.807 4.069 3.328 4.339 3.793 1.401 2.994 1.380
3.029.351
3.510.590
4.089.468
4.788.695
5.636.732
112.394
JUMLAH PENDUDUK NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAMA KECAMATAN CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU CIMAUNG PANGALENGAN KERTASARI PACET IBUN PASEH CIKANCUNG CICALENGKA NAGREG RANCAEKEK MAJALAYA SOLOKAN JERUK CIPARAY BALE ENDAH ARJASARI BANJARAN CANGKUANG PAMEUNGPEUK KATAPANG SOREANG MARGAASIH MARGAHAYU DAYEUHKOLOT BOJONGSOANG CILEUNYI CILENGKRANG CIMENYAN KUTAWARINGIN JUMLAH
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 32
JUMLAH KEBUTUHAN RUMAH 2007 13.569 6.826 8.869 13.166 20.042 12.822 18.452 13.115 17.767 12.980 11.175 6.394 25.833 24.496 12.521 24.655 30.753 18.504 18.675 10.521 9.946 13.321 17.412 18.743 19.849 19.926 12.914 22.806 6.741 15.093 15.592
2012 14.404 7.300 10.403 15.159 20.276 13.714 21.033 14.642 20.320 15.107 12.976 7.148 35.924 26.649 13.514 29.024 38.727 23.076 23.606 13.172 11.901 18.174 20.319 25.762 24.586 23.499 18.718 29.228 7.487 16.340 17.537
2017 15.286 7.796 12.087 17.429 20.512 14.667 23.945 16.328 23.162 17.532 14.935 7.963 49.056 28.958 14.572 34.047 48.404 28.777 29.634 16.414 14.152 24.238 23.659 34.709 30.261 27.622 26.473 37.200 8.302 17.674 19.707
2022 16.217 8.317 13.937 20.012 20.750 15.685 27.230 18.192 26.326 20.295 17.066 8.845 66.146 31.432 15.700 39.823 60.145 35.887 37.005 20.378 16.745 31.817 27.497 46.113 37.060 32.377 36.837 47.096 9.192 19.100 22.124
2027 17.200 8.863 15.968 22.954 20.990 16.772 30.935 20.250 29.848 23.444 19.385 9.799 88.387 34.085 16.901 46.464 74.392 44.754 46.017 25.224 19.731 41.289 31.908 60.651 45.205 37.864 50.687 59.382 10.163 20.624 24.819
493.476
589.724
705.500
845.345
1.014.952
Lampiran Tabel 31 Proyeksi Timbulan Sampah di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027 Proyeksi Timbulan Sampah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
SPA dan TPA TPA Nagreg
Kecamatan Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Solokanjeruk Kertasari SPA Bojongsoang TPA Nagreg Pacet Ibun Paseh Majalaya Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Bojongsoang Dayeuhkolot SPA Soreang TPA Katapang Leuwigajah Soreang Margaasih Margahayu Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kutawaringin SPA Gedebage TPA Cileunyi Nagreg Cilengkrang Cimenyan Jumlah (m3/hari)
2007 205,4 280,92 127,27 428,65 211,23 179,92 270,41 197,67 305,55 413,61 391,53 502,31 238,83 291,39 156,29 172,6 221,53 308,15 343,02 408,64 336,15 312,1 209,35 135,03 212,37 192,72 371,89 102,16 362,44 113,59 251,21 8.253,93
2012 261,99 353,38 162,48 548,74 280,01 214,34 329,18 243,39 382,53 528,22 495,9 712,7 292,38 377,21 199,69 216,93 303,42 368,24 473,18 525,97 473,1 372,43 267,93 165,9 260,79 235,06 454,39 131,4925 576,5 157,24 326,03 10.690,74
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 33
(m3/hari) 2017 332,34 442,09 206,3 698,63 369,14 253,94 398,51 298,03 476,28 670,87 624,65 1.005,67 355,97 485,62 253,75 271,16 413,28 437,63 649,16 673,28 662,18 441,98 341,04 202,71 318,5 285,13 552,14 168,32 911,95 216,47 420,81 13.837,53
2022 419,57 550,44 260,68 885,22 484,33 299,42 480,16 363,21 590,17 848,01 783,07 1.412,32 431,34 622,22 320,91 337,32 560,25 517,63 886,35 857,75 922,44 522,02 432,02 246,52 387,12 344,22 667,73 214,4375 1.435,74 296,6 540,57 17.919,79
2027 527,49 682,48 328,03 1.116,98 632,82 351,59 576,12 440,8 728,26 1.067,45 977,59 1.975,15 520,48 793,93 404,16 417,89 756,32 609,7 1.205,17 1.088,21 1.279,62 613,98 545 298,54 468,56 413,82 804,15 272,0525 2.250,97 404,69 691,52 23.243,52
Lampiran Tabel 32 Perkiraan Timbulan Air Limbah Domestik di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Kutawaringin Jumlah (m3/hari) (m3/det)
Proyeksi Timbulan Air Limbah Domestik (m3/det) 2007 2012 2017 2022
2027
7.219
7.620
8.043
8.490
4.682
4.909
5.147
5.397
8.962 5.659
7.501
8.238
9.046
9.934
10.909
6.915
7.872
8.962
10.202
11.613
12.710
12.823
12.936
13.050
13.165
6.322
6.751
7.208
7.697
8.218
9.672
10.911
12.308
13.885
15.664
6.995
7.728
8.537
9.432
10.420
10.811
12.036
13.400
14.919
16.610
7.308
8.329
9.493
10.819
12.331
9.838
10.702
11.643
12.666
13.779
4.434
4.796
5.187
5.610
6.068
16.071
20.914
27.218
35.421
46.097
14.357
15.390
16.498
17.686
18.960
7.260
7.737
8.245
8.786
9.363
14.000
16.097
18.508
21.280
24.468
17.939
21.767
26.412
32.048
38.886
8.882
11.076
13.813
17.226
21.482
10.631
12.998
15.892
19.430
23.756
5.717
6.990
8.546
10.449
12.775
6.185
7.123
8.204
9.448
10.881
9.326
11.655
14.566
18.204
22.750
9.352
10.747
12.350
14.192
16.309
12.264
15.633
19.928
25.402
32.380
11.481
13.754
16.478
19.742
23.652
11.162
12.877
14.856
17.139
19.772
8.282
11.067
14.790
19.764
26.412
12.768
15.850
19.676
24.427
30.324
3.908
4.266
4.658
5.085
5.551
8.682
9.281
9.921
10.605
11.336
8.146
9.080
10.122
11.282
12.576
290.818 3,37
337.017 3,90
392.589 4,54
459.715 5,32
541.126 6,26
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 34
Lampiran Tabel 33 Rekapitulasi Kebutuhan Air Kabupaten Bandung Tahun 2007 - 2027 Proyeksi Kebutuhan Air
Proyeksi Jumlah Penduduk No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Kutawaringin Jumlah (m3/hari)
2007 75.193 48.766 78.140 72.034 132.401 65.859 100.748 72.867 112.610 76.126 102.480 46.185 167.403 149.548 75.626 145.829 186.868 92.519 110.743 59.553 64.426 97.141 97.412 127.752 119.589 116.271 86.267 132.996 40.709 90.434 84.858 3.029.351
2012 79.371 51.134 85.809 82.002 133.570 70.322 113.654 80.499 125.373 86.761 111.484 49.954 217.858 160.315 80.591 167.673 226.742 115.378 135.398 72.811 74.199 121.403 111.944 162.845 143.273 134.137 115.283 165.104 44.441 96.672 94.587 3.510.590
(Jiwa) 2017 83.781 53.616 94.230 93.350 134.750 75.087 128.213 88.932 139.583 98.883 121.279 54.031 283.519 171.858 85.881 192.790 275.124 143.885 165.542 89.021 85.455 151.726 128.644 207.579 171.648 154.748 154.060 204.963 48.516 103.340 105.433 4.089.468
3
2022 88.436 56.219 103.478 106.267 135.940 80.176 144.638 98.248 155.403 112.698 131.935 58.440 368.971 184.232 91.519 221.669 333.830 179.436 202.397 108.840 98.418 189.621 147.835 264.602 205.643 178.527 205.879 254.445 52.964 110.468 117.521 4.788.695
2027 93.350 58.948 113.633 120.973 137.140 85.609 163.166 108.539 173.016 128.443 143.528 63.210 480.176 197.497 97.527 254.874 405.063 223.771 247.457 133.071 113.348 236.982 169.889 337.289 246.371 205.959 275.128 315.873 57.821 118.088 130.996 5.636.732
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 35
2007 9.023,15 5.851,92 9.376,80 8.644,11 15.888,10 7.903,06 12.089,79 8.743,98 13.513,17 9.135,09 12.297,56 5.542,18 20.088,42 17.945,73 9.075,13 17.499,48 22.424,14 11.102,27 13.289,21 7.146,33 7.731,10 11.656,94 11.689,45 15.330,21 14.350,64 13.952,56 10.352,01 15.959,51 4.885,05 10.852,08 10.182,91 363.522
2012 9.524,50 6.136,03 10.297,04 9.840,28 16.028,41 8.438,62 13.638,50 9.659,93 15.044,74 10.411,37 13.378,07 5.994,48 26.142,96 19.237,84 9.670,88 20.120,81 27.209,02 13.845,38 16.247,80 8.737,32 8.903,88 14.568,42 13.433,28 19.541,45 17.192,78 16.096,47 13.833,99 19.812,44 5.332,95 11.600,63 11.350,47 421.271
(m /det) 2017 10.053,70 6.433,93 11.307,60 11.201,97 16.169,95 9.010,46 15.385,60 10.671,83 16.749,90 11.865,95 14.553,52 6.483,70 34.022,31 20.622,99 10.305,73 23.134,80 33.014,90 17.266,25 19.865,07 10.682,52 10.254,57 18.207,08 15.437,25 24.909,53 20.597,81 18.569,82 18.487,17 24.595,54 5.821,92 12.400,82 12.651,90 490.736
2022 10.612,31 6.746,29 12.417,33 12.752,09 16.312,75 9.621,06 17.356,51 11.789,73 18.648,33 13.523,75 15.832,25 7.012,85 44.276,46 22.107,87 10.982,27 26.600,27 40.059,65 21.532,33 24.287,64 13.060,78 11.810,15 22.754,54 17.740,18 31.752,23 24.677,21 21.423,21 24.705,48 30.533,37 6.355,73 13.256,21 14.102,55 574.643
2027 11.201,96 7.073,81 13.635,97 14.516,72 16.456,81 10.273,04 19.579,89 13.024,73 20.761,92 15.413,17 17.223,33 7.585,17 57.621,16 23.699,66 11.703,21 30.584,85 48.607,61 26.852,46 29.694,82 15.968,51 13.601,72 28.437,80 20.386,66 40.474,64 29.564,53 24.715,04 33.015,37 37.904,71 6.938,48 14.170,59 15.719,53 676.408
Lampiran Lanjutan Tabel 33 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan Air Non Domestik
3
2007 7.218,52 4.681,54 7.501,44 6.915,29 12.710,48 6.322,45 9.671,83 6.995,19 10.810,53 7.308,07 9.838,05 4.433,74 16.070,73 14.356,58 7.260,11 13.999,58 17.939,31 8.881,81 10.631,37 5.717,06 6.184,88 9.325,55 9.351,56 12.264,17 11.480,51 11.162,05 8.281,61 12.767,60 3.908,04 8.681,66 8.146,33 290.818
2012 7.619,60 4.908,82 8.237,63 7.872,22 12.822,73 6.750,89 10.910,80 7.727,95 12.035,79 8.329,09 10.702,46 4.795,59 20.914,37 15.390,27 7.736,70 16.096,65 21.767,21 11.076,30 12.998,24 6.989,86 7.123,10 11.654,73 10.746,62 15.633,16 13.754,23 12.877,18 11.067,19 15.849,95 4.266,36 9.280,51 9.080,38 337.017
(m /det) 2017 8.042,96 5.147,14 9.046,08 8.961,58 12.935,96 7.208,37 12.308,48 8.537,46 13.399,92 9.492,76 11.642,82 5.186,96 27.217,85 16.498,39 8.244,59 18.507,84 26.411,92 13.813,00 15.892,05 8.546,01 8.203,65 14.565,66 12.349,80 19.927,62 16.478,25 14.855,85 14.789,74 19.676,43 4.657,54 9.920,66 10.121,52 392.589
Kehilangan Air
3
2022 8.489,85 5.397,03 9.933,86 10.201,67 13.050,20 7.696,85 13.885,20 9.431,78 14.918,66 10.819,00 12.665,80 5.610,28 35.421,17 17.686,30 8.785,81 21.280,21 32.047,72 17.225,86 19.430,12 10.448,62 9.448,12 18.203,63 14.192,15 25.401,79 19.741,77 17.138,57 19.764,38 24.426,70 5.084,58 10.604,97 11.282,04 459.715
2027 8.961,57 5.659,05 10.908,77 11.613,37 13.165,45 8.218,43 15.663,91 10.419,78 16.609,54 12.330,54 13.778,67 6.068,14 46.096,93 18.959,73 9.362,57 24.467,88 38.886,09 21.481,97 23.755,86 12.774,81 10.881,37 22.750,24 16.309,33 32.379,71 23.651,63 19.772,03 26.412,30 30.323,77 5.550,78 11.336,47 12.575,62 541.126
2007 1.804,63 1.170,38 1.875,36 1.728,82 3.177,62 1.580,61 2.417,96 1.748,80 2.702,63 1.827,02 2.459,51 1.108,44 4.017,68 3.589,15 1.815,03 3.499,90 4.484,83 2.220,45 2.657,84 1.429,27 1.546,22 2.331,39 2.337,89 3.066,04 2.870,13 2.790,51 2.070,40 3.191,90 977,01 2.170,42 2.036,58 72.704
(m /det) 2012 2017 1.904,90 2.010,74 1.227,21 1.286,79 2.059,41 2.261,52 1.968,06 2.240,39 3.205,68 3.233,99 1.687,72 1.802,09 2.727,70 3.077,12 1.931,99 2.134,37 3.008,95 3.349,98 2.082,27 2.373,19 2.675,61 2.910,70 1.198,90 1.296,74 5.228,59 6.804,46 3.847,57 4.124,60 1.934,18 2.061,15 4.024,16 4.626,96 5.441,80 6.602,98 2.769,08 3.453,25 3.249,56 3.973,01 1.747,46 2.136,50 1.780,78 2.050,91 2.913,68 3.641,42 2.686,66 3.087,45 3.908,29 4.981,91 3.438,56 4.119,56 3.219,29 3.713,96 2.766,80 3.697,43 3.962,49 4.919,11 1.066,59 1.164,38 2.320,13 2.480,16 2.270,09 2.530,38 84.254 98.147
Lamp - 36
3
2022 2.122,46 1.349,26 2.483,47 2.550,42 3.262,55 1.924,21 3.471,30 2.357,95 3.729,67 2.704,75 3.166,45 1.402,57 8.855,29 4.421,57 2.196,45 5.320,05 8.011,93 4.306,47 4.857,53 2.612,16 2.362,03 4.550,91 3.548,04 6.350,45 4.935,44 4.284,64 4.941,10 6.106,67 1.271,15 2.651,24 2.820,51 114.929
2027 2.240,39 1.414,76 2.727,19 2.903,34 3.291,36 2.054,61 3.915,98 2.604,95 4.152,38 3.082,63 3.444,67 1.517,03 11.524,23 4.739,93 2.340,64 6.116,97 9.721,52 5.370,49 5.938,96 3.193,70 2.720,34 5.687,56 4.077,33 8.094,93 5.912,91 4.943,01 6.603,07 7.580,94 1.387,70 2.834,12 3.143,91 135.282
2007 1,80 1,17 1,88 1,73 3,18 1,58 2,42 1,75 2,70 1,83 2,46 1,11 4,02 3,59 1,82 3,50 4,48 2,22 2,66 1,43 1,55 2,33 2,34 3,07 2,87 2,79 2,07 3,19 0,98 2,17 2,04 73
2012 1,90 1,23 2,06 1,97 3,21 1,69 2,73 1,93 3,01 2,08 2,68 1,20 5,23 3,85 1,93 4,02 5,44 2,77 3,25 1,75 1,78 2,91 2,69 3,91 3,44 3,22 2,77 3,96 1,07 2,32 2,27 84
(m /det) 2017 2,01 1,29 2,26 2,24 3,23 1,80 3,08 2,13 3,35 2,37 2,91 1,30 6,80 4,12 2,06 4,63 6,60 3,45 3,97 2,14 2,05 3,64 3,09 4,98 4,12 3,71 3,70 4,92 1,16 2,48 2,53 98
2022 2,12 1,35 2,48 2,55 3,26 1,92 3,47 2,36 3,73 2,70 3,17 1,40 8,86 4,42 2,20 5,32 8,01 4,31 4,86 2,61 2,36 4,55 3,55 6,35 4,94 4,28 4,94 6,11 1,27 2,65 2,82 115
2027 2,24 1,41 2,73 2,90 3,29 2,05 3,92 2,60 4,15 3,08 3,44 1,52 11,52 4,74 2,34 6,12 9,72 5,37 5,94 3,19 2,72 5,69 4,08 8,09 5,91 4,94 6,60 7,58 1,39 2,83 3,14 135
Lampiran Tabel 34 Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik di Kabupaten Bandung Tahun 2007 - 2027 Proyeksi No. 1
Kecamatan Ciwidey
2 3
2007
2012
2017
rata-rata 2022
2027
Rumah Tangga
penduduk/rt
2007
2012
2017
Kebutuhan Listrik (VA) 2022
2027
2007
2012
2017
2022
2027
75.193
79.371
83.781
88.436
93.350
5
15.039
15.874
16.756
17.687
18.670
1.353.473
1.428.675
1.508.056
1.591.847
Rancabali
48.766
51.134
53.616
56.219
58.948
5
9.753
10.227
10.723
11.244
11.790
877.789
920.404
965.089
1.011.943
1.061.072
Pasirjambu
78.140
85.809
94.230
103.478
113.633
5
15.628
17.162
18.846
20.696
22.727
1.406.520
1.544.557
1.696.140
1.862.599
2.045.395
4
Cimaung
5
Pangalengan
6
Kertasari
7
Pacet
1.680.294
72.034
82.002
93.350
106.267
120.973
5
14.407
16.400
18.670
21.253
24.195
1.296.617
1.476.042
1.680.296
1.912.814
2.177.508
132.401
133.570
134.750
135.940
137.140
5
26.480
26.714
26.950
27.188
27.428
2.383.215
2.404.261
2.425.493
2.446.913
2.468.522
65.859
70.322
75.087
80.176
85.609
5
13.172
14.064
15.017
16.035
17.122
1.185.459
1.265.792
1.351.570
1.443.159
1.540.956
100.748
113.654
128.213
144.638
163.166
5
20.150
22.731
25.643
28.928
32.633
1.813.469
2.045.775
2.307.840
2.603.476
2.936.983
8
Ibun
9
Paseh
10
Cikancung
76.126
11
Cicalengka
102.480
12
Nagreg
46.185
13
Rancaekek
14
Majalaya
15
Solokanjeruk
16
72.867
80.499
88.932
98.248
108.539
5
14.573
16.100
17.786
19.650
21.708
1.311.597
1.448.990
1.600.775
1.768.459
1.953.709
112.610
125.373
139.583
155.403
173.016
5
22.522
25.075
27.917
31.081
34.603
2.026.975
2.256.711
2.512.486
2.797.249
3.114.288
86.761
98.883
112.698
128.443
5
15.225
17.352
19.777
22.540
25.689
1.370.264
1.561.705
1.779.892
2.028.563
2.311.976
111.484
121.279
131.935
143.528
5
20.496
22.297
24.256
26.387
28.706
1.844.634
2.006.711
2.183.028
2.374.837
2.583.500
49.954
54.031
58.440
63.210
5
9.237
9.991
10.806
11.688
12.642
831.327
899.172
972.555
1.051.927
1.137.776
167.403
217.858
283.519
368.971
480.176
5
33.481
43.572
56.704
73.794
96.035
3.013.263
3.921.444
5.103.347
6.641.469
8.643.174
149.548
160.315
171.858
184.232
197.497
5
29.910
32.063
34.372
36.846
39.499
2.691.860
2.885.677
3.093.449
3.316.181
3.554.949
75.626
80.591
85.881
91.519
97.527
5
15.125
16.118
17.176
18.304
19.505
1.361.270
1.450.632
1.545.860
1.647.340
1.755.481
Ciparay
145.829
167.673
192.790
221.669
254.874
5
29.166
33.535
38.558
44.334
50.975
2.624.922
3.018.121
3.470.220
3.990.040
4.587.727
17
Baleendah
186.868
226.742
275.124
333.830
405.063
5
37.374
45.348
55.025
66.766
81.013
3.363.620
4.081.353
4.952.235
6.008.947
7.291.141
18
Arjasari
92.519
115.378
143.885
179.436
223.771
5
18.504
23.076
28.777
35.887
44.754
1.665.340
2.076.807
2.589.937
3.229.849
4.027.870
19
Banjaran
110.743
135.398
165.542
202.397
247.457
5
22.149
27.080
33.108
40.479
49.491
1.993.382
2.437.171
2.979.760
3.643.147
4.454.224
20
Cangkuang
59.553
72.811
89.021
108.840
133.071
5
11.911
14.562
17.804
21.768
26.614
1.071.949
1.310.598
1.602.378
1.959.116
2.395.276
21
Pameungpeuk
64.426
74.199
85.455
98.418
113.348
5
12.885
14.840
17.091
19.684
22.670
1.159.664
1.335.582
1.538.185
1.771.523
2.040.257
22
Katapang
97.141
121.403
151.726
189.621
236.982
5
19.428
24.281
30.345
37.924
47.396
1.748.541
2.185.263
2.731.062
3.413.181
4.265.670
23
Soreang
97.412
111.944
128.644
147.835
169.889
5
19.482
22.389
25.729
29.567
33.978
1.753.418
2.014.992
2.315.588
2.661.027
3.057.999
24
Margaasih
127.752
162.845
207.579
264.602
337.289
5
25.550
32.569
41.516
52.920
67.458
2.299.531
2.931.218
3.736.429
4.762.835
6.071.196
25
Margahayu
119.589
143.273
171.648
205.643
246.371
5
23.918
28.655
34.330
41.129
49.274
2.152.596
2.578.917
3.089.672
3.701.582
4.434.680
26
Dayeuhkolot
116.271
134.137
154.748
178.527
205.959
5
23.254
26.827
30.950
35.705
41.192
2.092.884
2.414.471
2.785.473
3.213.481
3.707.257
27
Bojongsoang
28
Cileunyi
86.267
115.283
154.060
205.879
275.128
5
17.253
23.057
30.812
41.176
55.026
1.552.802
2.075.099
2.773.075
3.705.822
4.952.306
132.996
165.104
204.963
254.445
315.873
5
26.599
33.021
40.993
50.889
63.175
2.393.926
2.971.866
3.689.331
4.580.006
5.685.707
29
Cilengkrang
40.709
44.441
48.516
52.964
57.821
5
8.142
8.888
9.703
10.593
11.564
732.757
799.942
873.288
953.359
1.040.771
30
Cimenyan
90.434
96.672
103.340
110.468
118.088
5
18.087
19.334
20.668
22.094
23.618
1.627.812
1.740.095
1.860.123
1.988.431
2.125.589
31
Kutawaringin
Jumlah
84.858
94.587
105.433
117.521
130.996
5
16.972
18.917
21.087
23.504
26.199
1.527.437
1.702.571
1.897.785
2.115.383
2.357.929
2.944.493
3.416.002
3.984.035
4.671.174
5.505.736
150
588.899
683.200
796.807
934.235
1.101.147
53.000.873
61.488.042
71.712.631
84.081.124
99.103.251
Sosial Ekonomi Penerangan Jalan Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 37
21.200.349,29
24.595.216,66
28.685.052,38
33.632.449,55
39.641.300,51
7.950.130,98
9.223.206,25
10.756.894,64
12.612.168,58
14.865.487,69
Lampiran Tabel 35 Perkiraan Kebutuhan Telekomunikasi di Kabupaten Bandung Tahun 2007 - 2027 rata-rata
Proyeksi No. 1
Desa/Kelurahan Ciwidey
2 3
2007
2012
2017
2022
2027
Kebutuhan Telepon (SS)
/100 penduduk
penduduk/rt
2007
2012
2017
2022
2027
2007
2012
2017
2022
2027
75.193
79.371
83.781
88.436
93.350
5
752
794
838
884
933
3.008
3.175
3.351
3.537
Rancabali
48.766
51.134
53.616
56.219
58.948
5
488
511
536
562
589
1.951
2.045
2.145
2.249
2.358
Pasirjambu
78.140
85.809
94.230
103.478
113.633
5
781
858
942
1.035
1.136
3.126
3.432
3.769
4.139
4.545
4
Cimaung
5
Pangalengan
6
Kertasari
7
Pacet
8
Ibun
9
Paseh
3.734
72.034
82.002
93.350
106.267
120.973
5
720
820
933
1.063
1.210
2.881
3.280
3.734
4.251
4.839
132.401
133.570
134.750
135.940
137.140
5
1.324
1.336
1.347
1.359
1.371
5.296
5.343
5.390
5.438
5.486
65.859
70.322
75.087
80.176
85.609
5
659
703
751
802
856
2.634
2.813
3.003
3.207
3.424
100.748
113.654
128.213
144.638
163.166
5
1.007
1.137
1.282
1.446
1.632
4.030
4.546
5.129
5.786
6.527
72.867
80.499
88.932
98.248
108.539
5
729
805
889
982
1.085
2.915
3.220
3.557
3.930
4.342
112.610
125.373
139.583
155.403
173.016
5
1.126
1.254
1.396
1.554
1.730
4.504
5.015
5.583
6.216
6.921
10
Cikancung
76.126
86.761
98.883
112.698
128.443
5
761
868
989
1.127
1.284
3.045
3.470
3.955
4.508
5.138
11
Cicalengka
102.480
111.484
121.279
131.935
143.528
5
1.025
1.115
1.213
1.319
1.435
4.099
4.459
4.851
5.277
5.741
12
Nagreg
46.185
49.954
54.031
58.440
63.210
5
462
500
540
584
632
1.847
1.998
2.161
2.338
2.528
13
Rancaekek
167.403
217.858
283.519
368.971
480.176
5
1.674
2.179
2.835
3.690
4.802
6.696
8.714
11.341
14.759
19.207
149.548
160.315
171.858
184.232
197.497
5
1.495
1.603
1.719
1.842
1.975
5.982
6.413
6.874
7.369
7.900
75.626
80.591
85.881
91.519
97.527
5
756
806
859
915
975
3.025
3.224
3.435
3.661
3.901
167.673
192.790
221.669
254.874
5
1.458
1.677
1.928
2.217
2.549
5.833
6.707
7.712
8.867
10.195 16.203
14
Majalaya
15
Solokanjeruk
16
Ciparay
145.829
17
Baleendah
186.868
226.742
275.124
333.830
405.063
5
1.869
2.267
2.751
3.338
4.051
7.475
9.070
11.005
13.353
18
Arjasari
92.519
115.378
143.885
179.436
223.771
5
925
1.154
1.439
1.794
2.238
3.701
4.615
5.755
7.177
8.951
19
Banjaran
110.743
135.398
165.542
202.397
247.457
5
1.107
1.354
1.655
2.024
2.475
4.430
5.416
6.622
8.096
9.898
20
Cangkuang
59.553
72.811
89.021
108.840
133.071
5
596
728
890
1.088
1.331
2.382
2.912
3.561
4.354
5.323
21
Pameungpeuk
64.426
74.199
85.455
98.418
113.348
5
644
742
855
984
1.133
2.577
2.968
3.418
3.937
4.534
22
Katapang
97.141
121.403
151.726
189.621
236.982
5
971
1.214
1.517
1.896
2.370
3.886
4.856
6.069
7.585
9.479
23
Soreang
97.412
111.944
128.644
147.835
169.889
5
974
1.119
1.286
1.478
1.699
3.896
4.478
5.146
5.913
6.796 13.492
24
Margaasih
127.752
162.845
207.579
264.602
337.289
5
1.278
1.628
2.076
2.646
3.373
5.110
6.514
8.303
10.584
25
Margahayu
119.589
143.273
171.648
205.643
246.371
5
1.196
1.433
1.716
2.056
2.464
4.784
5.731
6.866
8.226
9.855
26
Dayeuhkolot
116.271
134.137
154.748
178.527
205.959
5
1.163
1.341
1.547
1.785
2.060
4.651
5.365
6.190
7.141
8.238
27
Bojongsoang
28
Cileunyi
86.267
115.283
154.060
205.879
275.128
5
863
1.153
1.541
2.059
2.751
3.451
4.611
6.162
8.235
11.005
132.996
165.104
204.963
254.445
315.873
5
1.330
1.651
2.050
2.544
3.159
5.320
6.604
8.199
10.178
12.635
29
Cilengkrang
40.709
44.441
48.516
52.964
57.821
5
407
444
485
530
578
1.628
1.778
1.941
2.119
2.313
30
Cimenyan
90.434
96.672
103.340
110.468
118.088
5
904
967
1.033
1.105
1.181
3.617
3.867
4.134
4.419
4.724
31
Kutawaringin
Jumlah
84.858
94.587
105.433
117.521
130.996
5
849
946
1.054
1.175
1.310
3.394
3.783
4.217
4.701
5.240
3.029.351
3.510.590
4.089.468
4.788.695
5.636.732
155
30.294
35.106
40.895
47.887
56.367
121.174
140.424
163.579
191.548
225.469
3.635
4.213
4.907
5.746
6.764
Sosial dan Ekonomi Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007
Lamp - 38
Lampiran
Tabel 30. Indikasi Program Utama 5 Tahunan Perencanaan Tata Ruang 5 Tahun ke1 2 3 4
1
Penyusunan kerangka regulasi (perangkat lunak) sebagai penjabaran dari RTRW
Peninjauan Kembali dan Penyempurnaan RTRW
Sumber Dana
Penyusunan regulasi / perangkat lunak sebagai Perencanaan Detail/Terperinci kawasan perkotaan tindak lanjut RTRW
WP di Kabupaten Bandung
Dinas Kimtawil
APBD Kab
Penyusunan perencanaan terperinci tata ruang Perencanaan Detail/Terperinci Kawasan Strategis (spesifik) kawasan strategis berbasis potensi kawasan
Kota Baru Tegalluar
Dinas Kimtawil
Kawasan Stadion Olah Raga Si Jalak Harupat Kawasan Industri Margaasih
Dinas Kimtawil, DPU, DLH
APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBD Prop, APBD Kab
Kerjasama dengan Swasta
Swasta dan APBN
Pendataan skala besar penyusunan sistem dan prosedur untuk kemudahan operasionalisasi RTRW dan peraturan terkait lainnya (IMB, Site Plan, PBS) 2
Pengelola
Pengembangan piranti lunak dan kelembagaan lainnya Kabupaten Bandung
Review RTRW dengan mempertimbangkan Peningkatan peran masyarakat dalam perencanaan perkembangan/dinamika wilayah tata ruang
Bappeda, Dinas Kimtawil, APBD Prop dan APBD DLH, Dinas Pertanian, Bag. Kab Hukum
Kabupaten Bandung
Bappeda
APBD Kab
Peningkatan Ketersediaan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten Bandung
Bappeda, Kimtawil dan KPDE
APBD Kab
Peninjauan Kembali RTRW
Kabupaten Bandung
Peningkatan Koordinasi Perencanaan Tata Ruang
Lamp - 39
Bappeda
APBD Kab
Bappeda
APBD Kab
Lampiran Pemanfaatan Ruang I. STRUKTUR RUANG A. SISTEM KOTA-KOTA Lokasi 1
Pembangunan/pengambangan infrastruktur Pengembangan WP Soreang - Katapang WP Soreang Peningkatan sebagai sarana dan prasarana pemerintahan; sistem kota-kota pusat pemerintahan melalui peningkatan aksesibilitas/interkoneksi dengan wilayah lain serta Peningkatan sarana dan prasarana serta kualitas pendidikan penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang memadai Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.
5 Tahun ke1 2 3 4
Pengelola
Sumber Dana
Diskimtawil
APBD Kabupaten
Disdik
APBD Kabupaten
Dinkes
APBD Kabupaten
Peningkatan sarana perhubungan
Dishub
APBD Kabupaten
Peningkatan sarana Peribadatan
Diskimtawil
APBD Kabupaten
Disbudpar
APBD Kabupaten
Diskimtawil
APBD Kabupaten
Disindag dan Swasta
APBD Kabupaten
Disdik
APBD Kabupaten
Dinkes
APBD Kabupaten
Dishub
APBD Kabupaten
Diskimtawil
APBD Kabupaten
Disbudpar
APBD Kabupaten
Diskimtawil
APBD Kabupaten
Disindag dan Swasta
APBD Kabupaten
Disdik Diskimtawil
APBD Kabupaten APBD Kabupaten
Dinkes
APBD Kabupaten
Peningkatan sarana dan prasarana rekreasi masyarakat; Peningkatan sarana dan prasarana olah raga masyarakat; Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan dan jasa; Pengembangan WP Banjaran, WP Majalaya, WP Peningkatan sarana dan prasarana serta kualitas pendidikan WP Banjaran, WP Majalaya, WP Cileunyi-Rancaekek dan WP Cileunyi-Rancaekek dan WP Cicalengka melalui Cicalengka penyediaan/pembangunan sarana dan prasarana Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. pendukung sebagai sistem kota-kota dengan hierarki III b Peningkatan sarana perhubungan Peningkatan sarana Peribadatan Peningkatan sarana dan prasarana rekreasi masyarakat; Peningkatan sarana dan prasarana olah raga masyarakat; Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan dan jasa; Pengembangan Non WP Margaasih, Margahayu, Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Cilengkrang dan Cimenyan yang lebih dititikberatkan Peningkatan Sarana dan Prasarana Peribadatan kepada pembangunan dan pengembangan bidang pendidikan dasar serta fasilitas pelayanan kesehatan (skala puskesmas) Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Lamp - 40
Non WP Margaasih, Margahayu, Cilengkrang dan Cimenyan
Lampiran 2 Mengembangkan sistem kota-kota sesuai fungsi utamanya
Pengembangan WP Soreang dengan pusat Penataan Kota sarana dan prasarana perkotaan Soreang sebagai pusat pemerintahan serta jasa dan perdagangan serta membatasi pengembangan Pengembangan kawasan jasa/perdagangan yang industri dan tetap mempertahankan kawasan sebagai mendukung kegiatan fungsi wilayah sentra kegiatan pertanian (lahan basah dan lahan kering) Pengembangan industri yang ramah lingkungan
WP Soreang
APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Kimtawil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Disbudpar, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kebersihan
Pengembangan pertanian Pengembangan ekowisata Pengembangan industri yang mendukung pertanian (agroindustri) Pengembangan agropolitan Pengembangan WP Baleendah dengan pusat Kota Pengembangan permukiman, Jasa dan perdagangan sesuai WP Baleendah Baleendah sebagai kawasan permukiman, kawasan fungsi wilayah pertanian dan kawasan industri Pengembangan industri yang ramah lingkungan Pengembangan pertanian Pengembangan industri yang mendukung pertanian (agroindustri)
Pengembangan WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran sebagai kawasan industri, permukiman serta kawasan agropolitan
Pengembangan agribisnis Pengembangan permukiman dan jasa/perdagangan sesuai WP Banjaran fungsi wilayah Pengembangan industri yang ramah lingkungan Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis sebagai lumbung padi Metropolitan Bandung
Bappeda, Dinas Kimtawil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Disbudpar, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Dinas Perhubungan
APBD Kabupaten
Bappeda, Dinas Kimtawil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Disbudpar, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Dinas Perhubungan
APBD Kabupaten
Pengembangan ekowisata di Pangalengan Pengembangan industri yang mendukung pertanian (agroindustri) Pengembangan agropolitan Pangalengan Pengembangan WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya sebagai kawasan industri melalui pengendalian kegiatan industri tekstil, jasa/perdagangan serta kawasan permukiman dan pertanian
Pengembangan permukiman Pengembangan jasa dan perdagangan terutama grosir Pengembangan industri yang ramah lingkungan serta pengemdalian industri tekstil untuk mengatasi kelangkaan air Pengembangan pertanian
Lamp - 41
WP Majalaya
APBD Kabupaten Bappeda, Dinas Kimtawil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Dinas Perhubungan
Lampiran Pengembangan WP Cicalengka dengan pusat Kota Cicalengka sebagai kawasan permukiman, perdagangan/jasa serta kawasan industri dan pertanian
Pengembangan permukiman Pengembangan perdagangan dan jasa terutama grosir
Pengembangan WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan industri ramah lingkungan
Pengembangan permukiman Pengembangan perdagangan dan jasa terutama grosir
Pengembangan Non WP (Margahayu - Margaasih yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) melalui pengendalian kawasan permukiman perkotaan Pengembangan Non WP (Cimenyan-Cilengkrang yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) dengan tetap mempertahankan fungsi konservasi kawasan bandung utara
WP Cicalengka
Bappeda, Dinas Kimtawil, APBD Kabupaten Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Dinas Perhubungan
WP Cileunyi-Rancaekek
Bappeda, Dinas Kimtawil, APBD Kabupaten Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup
Pengembangan industri yang ramah lingkungan Pengembangan pertanian
Pengembangan industri yang ramah lingkungan Non WP (Margahayu Penataan kawasan permukiman perkotaan Pengembangan perdagangan dan jasa sebagai pendukung Margaasih) perkotaan Pengembangan industri ramah lingkungan Pengendalian permukiman dengan Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) rendah
Bappeda, Dinas Kimtawil, APBD Kabupaten Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup
Non WP (Cimenyan-Cilengkrang)
APBD Kabupaten
Kimtawil
Pengembangan akivitas perdagangan yang berorientasi agribisnis
Disindag
Pengembangan aktivitas pariwisata dalam bentuk ekowisata (agrowisata, perkemahan) serta jasa pendukung (hotel/resort)
Disbudpar
B. KAWASAN STRATEGIS No 1.
Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis di Kabupaten Bandung
Strategi Pengembangan Kawasan Strategis dengan menitikberatkan kepada pengembangan potensi ekonomi, pemberdayaan potensi masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, serta penerapan sistem insentif dan disinsentif
Program
Lokasi
5 Tahun ke1 2 3 4
Pengelola
Kawasan Startegis Pengembangan Kawasan Kota Baru Tegalluar secara parsial dengan mengacu kepada RDTR Kawasan Kota Baru Tegalluar
Bappeda, Dinas PU,Dinas Kimtawil
Pengembangan Kawasan Olah Raga Terpadu (Stadion Si Jalak Harupat)
Kimtawil Kimtawil, Bappeda dan DLH
Pengembangan Kawasan Industri Margaasih
Bappeda dan DLH
Lamp - 42
Sumber Dana APBD Kabupaten
Lampiran C
INFRASTRUKTUR WILAYAH Lokasi
Strategi
5 Tahun
Pengelola
Sumber Dana
Ditjen Bina Marga - DPU, Dinas Bina Marga Prop. Jabar, DPU Kab.Bandung Ditjen Bina Marga - DPU, Dinas Bina Marga Prop. Jabar, DPU Kab.Bandung
APBN, APBD Prop., APBD Kab. APBN, APBD Prop., APBD Kab.
1 2 3 4 1. a.
Sistem Prasarana Transportasi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pengembangan sistem jaringan jalan sesuai hirarki Jaringan Jalan dan fungsinya yang diarahkan untuk memecahkan kemacetan lalulintas dan pengembangan wilayah secara lebih terpadu
Peningkatan Jaringan Jalan
Kabupaten Bandung
Pembangunan Jaringan Jalan
Pemeliharaan Jalan b.
c.
Pengembangan Sistem Angkutan Umum Pengembangan insentif bagi sistem angkutan masal Peningkatan dan Pengembangan sistem angkutan massal Massal berupa: penyediaan infrastruktur dan insentif lainnya (sistem retribusi, pajak, dll)
Pengembangan Sarana Transportasi
APBN, APBD Kabupaten, APBD Propinsi
Kabupaten Bandung
Dept.Hub, PT. KAI, Dishub. Prop
APBN, Investor dan APBD Prop
Pengembangan sistem angkutan masal Kereta Api atau Monorel/LRT melalui kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Propinsi serta BUMN terkait.
Kabupaten Bandung
Dept.Hub, PT KAI, Dishub Prop
APBN, Investor dan APBD Prop
Pengembangan sistem angkutan umum berdasarkan Peningkatan pelayanan angkutan umum hierarki wilayah yang murah/ekonomis, aman dan nyaman
Kabupaten Bandung
Dinas Perhubungan dan DLLAJ
APBN, APBD
Bappeda, Dinas PU, Dinas Perhubungan
Investor, APBN, APBD Prop, APBD Kab.
Pengembangan sistem terminal terpadu dengan fasilitas pasar/perdagangan 2
Dinas Perhubungan dan Kimpraswil
Pengembangan terminal
Pengembangan Sistem Irigasi Pengembangan dan pengelolan jaringan irigasi, rawa dan Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Pengembangan sistem irigasi yang terintegrasi Daya Air dengan rencana pengembangan budidaya pertanian jaringan pengairan lainnya (Pembuatan/Revitalisasi/refungsionalisasi/penataan). (intensifikasi lahan basah, pencetakan sawah baru dll)
Pengembangan sumber daya air secara terpadu dan Pengembangan, pengelolan dan konservasi sungai, danau dan Sumber daya Air lainnya (Irigasi Lahan Kering/ILK) menyeluruh dengan pendekatan sub DAS
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas PU dan Dinas APBN, APBD Prop dan Pertanian dan PSDA Prop APDB Kab
Kabupaten Bandung
Dinas PU dan DLH, PSDA APBN, APBD Prop dan Prop dan BPLHD APDB Kab
Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau Kabupaten Bandung dan Sumber daya Air lainnya (Normalisasi/Revitalisasi)
Lamp - 43
DPU, DLH, BPLHD Prop
PSDA
Prop, APBN, APBD Prop dan APDB Kab
Lampiran 3
4
Pengembangan Sistem Drainase Peningkatan Kualitas Sistem Drainase
Penataan dan pengembangan sistem drainase dengan memperhatikan karaktristik wilayah perkotaan secara terpadu dan menyeluruh dengan infrastruktur lain
Pembangunan dan Pengembangan Sistem Drainase Perkotaan
Pengembangan Jaringan Air Bersih Peningkatan Kualitas Sistem Air Bersih dan Pengembangan sistem pelayanan jaringan air bersih Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih melalui : pelayanan air bersih - identifikasi sumber-sumber air (mata air, air permukaan) - perbaikan Peningkatan Pelayanan Air Bersih Perkotaan manajemen - pengembangan sumber-sumber air baku baru Peningkatan Pelayanan Air Bersih Pedesaan kemitraan pemerintah,masyarakat serta swasta - peningkatan infrastruktur
5
6
7
Kabupaten Bandung
Diskimtawil, Dinas PU, PSDA APBD Kab Prop, BPLHD Prop dan Distarkim Prop
Kabupaten Bandung
Diskimtawil, PDAM, PSDA Prop dan Bappeda
APBN, APB Prop dan APBD Kab
Kawasan perkotaan
Diskimtawil, PDAM, PSDA Prop dan Bappeda
APBN, APBD Prop, dan APBD Kab
Kabupaten Bandung
Diskimtawil, PDAM, PSDA Prop dan Bappeda
APBN, APBD Prop, dan APBD Kab
PLN, PT. Telkom, Dinas PU, Dinas Perhubungan
APBD Kab. ,Swasta, BUMN
PT. PLN, Dinas PU dan DLH
APBD Prov, APBD Kab dan BUMN
Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PU, Distarkim Prov, BPLHD Prov.
APBD Kabupaten dan APBD Prov.
Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Bandung Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Pengembangan sistem telekomunikasi di kabupaten Pengembangan infrastruktur sistem telekomunikasi baik bandung melalui pemanfaatan teknologi komunikasi piranti lunak, piranti keras maupun peningkatan manajemen pelayanan telekomunikasi informasi berdasarkan rencana induk/masterplan pengembangan telekomunikasi yang terpadu
Pengembangan Jaringan listrik dan Energi Pengembangan Jaringan Listrik dan Energi Pengembangan jaringan listrik dan energi yang Pengembangan infrastruktur sistem listrik baik piranti lunak, Kabupaten Bandung diarahkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil piranti keras maupun peningkatan manajemen pelayanan serta pengembangan energi alternatif listrik dan energi
Pengambangan Sistem Persampahan Pengembangan Fasilitas Pengelolaan Sampah (FPS)
Pengembangan sistem pelayanan persampahan dengan pendekatan 4 R (reduce, Reuse, Recycle dan Recovery)
- Pembangunan dan pengembangan infrastruktur FPS
Kabupaten Bandung
- Pengembangan sistem piranti lunak pendukung O/M FPS Kabupaten Bandung (mekanisme, prosedur, kemitraan, SDM dll)
Lamp - 44
Lampiran 8
Pengambangan Sistem Sanitasi Lingkungan Peningkatan Kualitas Sistem Sanitasi Permukiman Pengembangan Sistem Pengolahan Air Limbah dan B3
Pengembangan Sanitasi komunal di permukiman
Kawasan perdesaan dan Perkotaan
Kimtawil
APBD Kabupaten
Pengembangan sistem pengolahan air limbah dan B3 - pembangunan dan pengembangan infrastruktur melalui: pengolahan limbah industri
kabupaten Bandung
APBN, APBD Prop dan APBD Kabupaten
- Pengembangan sistem IPAL terpadu/kolektif pada zone-zone industri Mengarahkan zone-zone industri untuk menjadi kawasan industri dengan fasilitas pengelolaan lingkungan yang terpadu - mengarahkan pembangunan industri ke dalam zane industri yang sudah ada (infilling) -Mengatur secara ketat terhadap industri-industri polutif (tekstil, makanan dll) - termasuk tidak memberikan ijin pengambilan air tanah dalam untuk proses produksi tetapi mengarahkan industri untuk menerapkan sestem daur ulang (recycling)
- Pembangunan dan pengembangan infrastruktur pengolahan limbah domestik dan non domestik lainnya di luar industri
kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PU, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kimtawil
- Pembangunan dan pengembangan infrastruktur pengolahan limbah domestik dan non domestik lainnya di luar industri
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PU, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kimtawil
APBD Kabupaten
Pengembangan Sistem Pengolahan Limbah - Mendorong sistem pengolahan limbah tinja dengan - Pengembangan sistem pengolahan limbah tinja Tinja menggunakan sistem penyaluran limbah on site - Mendorong kesadaran masyarakat untuk memperhatikan/berpartisipasi dalam hal sanitasi lingkungan
- Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan
Lamp - 45
Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung
Lampiran II
POLA TATA RUANG 5 Tahun ke1 2 3 4
1
2
Pengelolaan dan Pemantapan Kawasan Lindung
Mempertahankan kawasan lindung melalui upaya rehabilitasi lahan serta meningkatkan kualitas kawasan lindung melalui perbaikan sistem, aturan, prosedur, kriteria, standar teknis
Pengendalian, pemulihan, pelestarian dan rehabilitasi kawasan lindung
Rehabilitasi dan Pemulihan Hutan Kabupaten Bandung Pengendalian/pengaturan secara ketat terhadap kegiatan budidaya yang berpotensi merusak/mengganggu kawasan lindung serta pembatasan/pengalihan kegiatan-kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya Menjaga dan mempertahankan hutan lindung Kabupaten Bandung
a. Kawasan Lindung secara umum Perlindungan dan Konservasi Hutan
Menjaga dan mempertahankan konservasi air tanah dan resapan air c. Kawasan perlindungan setempat Penyelamatan dan pembinaan kawasan perlindungan setempat
Lamp - 46
Sumber Dana
Bappeda, DLH, Dinas Pertanian, Diskimtawil dan Dinas Peternakan
APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN
Bappeda, DLH, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Geologi
APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN
Bappeda, DLH, dan Distan
APBN, APBD Prop dan APBD Kabupaten
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Kimtawil , DLH, BPLHD, Dinas PSDA
APBD Kabupaten
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Kimtawil , DLH, Dinas PSDA, BPLHD.
APBN, APBD Prop dan APBD Kabupaten
Bappeda, DLH, Distan, Disbudpar
APBD Prop dan APBD Kabupaten
Bappeda, Direktorat Geologi, DLH, Dinas Kimtawil, Dinas PU, Dinas PSDA, BBWS
APBD Kabupaten, APBD Prov, dan APBN
Kabupaten Bandung
d. Kawasan Pelestarian Alam Menjaga dan mempertahankan fungsi kawasan pelestarian Kabupaten Bandung alam e. Kawasan Rawan Bencana Alam Pengendalian kawasan rawan bencana
Pengelola
Kabupaten Bandung
Lampiran 4 Pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan (ketersediaan air, kawasan konservasi, iklim mikro dll) dan kesesuain lahannya.
Pengembangan kegiatan-kegiatan budidaya yang berfungsi lindung melalui pengembangan tanamantanaman yang berfungsi konservasi (tanaman kayu) dan yang bernilai ekonomi
a. Kawasan Hutan Pengembangan budidaya tanaman tahunan dengan mempertimbangkan konservasi lahan pada hutan produksi terbatas dan hutan rakyat
Pengembangan kegiatan pertanian dan peternakan dengan cara intensifikasi (pemanfaatan teknologi) berdasarkan kesesuaian lahannya
b. Kawasan Pertanian Pengendalian pemanfaatan kawasan pertanian lahan basah, Kabupaten Bandung diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan serta peningkatan produksi
Kabupaten Bandung
Bappeda, DLH, Dinas Pertanian
APBD Kabupaten
Bappeda, Dinas PU, Dinas Pertanian
APBD Kabupaten
APBD Kabupaten
Pengendalian pemanfaatan kawasan budidaya pertanian lahan kering dengan tanaman semusim
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Pertanian
Pengembangan tanaman tahunan/perkebunan
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas KUKM, Dinas APBD Kabupaten Pertanian, Dinas Perindustrian dan perdagangan
Pengembangan perikanan
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Peternakan
APBD Kabupaten
Pengembangan kawasan peruntukan peternakan
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Peternakan
APBD Kabupaten
Diskimtawil, Bappeda bekerjasama dg Swasta
APBN, APBD Prop dan APBD Kabupaten
Diskimtawil, Bappeda bekerjasama dg Swasta
APBD Kab
5 Pembangunan Perumahan dan Permukiman dilaksanakan secara efisien dengan memperhatikan kelayakan teknis, sosial, ekonomi, politik/ demokratis dan lingkungan
- Pembangunan perumahan dan permukiman c. Kawasan Budidaya Non Pertanian dilaksanakan secara kemitraan antara pemerintah Pembangunan rumah susun (Rusunawa/Rusunami) Kawasan perkotaan dan masyarakat, dengan bertumpu pada keswadayaan masyarakat, adil dan terbuka, serta Pengembangan sistem piranti lunak untuk mendukung Kawasan perkotaan mempercepat penyusunan ketentuan perundangundangan serta ketentuan-ketentuan teknis sebagai rusun dan penataan kawasan kumuh operasionalisasi pengembangan 6 Pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas pedoman fasilitas pendidikan Kabupaten Bandung Pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas Pengembangan umum umum melalui inventarisasi aset, penyebaran infrastruktur, peningkatan fasilitas pendidikan dan kesehatan
Bappeda, Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Diskimtawil
APBN, APBD Prop dan APBD Kabupaten
Pengembangan fasiltas kesehatan
Kabupaten Bandung
Bappeda, Dinas Kesehatan, Diskimtawil
APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN
Peningkatan kualitas sarana peribadatan
Kabupaten Bandung
Bappeda, Diskimtawil dan Dinas PU
APBD Prop, APBD Kabupaten
Pengembangan sarana pemerintahan
Kabupaten Bandung
Diskimtawil dan Bag Pem Um APBD Prop, APBD Kabupaten
Pengembangan sarana olah raga dan rekreasi
Kabupaten Bandung
Diskimtawil, Disbudpar dan Bappeda
APBD Prop, APBD Kabupaten
Pengelolaan areal pemakaman
Tersebar di Kabupaten Bandung
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kawasan perkotaan
Diskimtawil, Bappeda bekerjasama dg Swasta Diskimtawil dan Bappeda
APBD Kab APBD Kab
Lamp - 47
Lampiran 7 Pengembangan potensi perekonomian daerah
Pengembangan potensi perekonomian daerah Pengembangan perdagangan melalui promosi investasi, aplikasi teknologi, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro (UKM) yang Pengembangan Industri terintegrasi dengan sisten ekonomi makro
Kabupaten Bandung
Disindag dan Bag Perekonomian
APBD Prop, APBD Kabupaten
Kabupaten Bandung
Disperindag, KUKM, Bappeda APBD Prop, APBD Kabupaten
Koperasi dan UKM
Kabupaten Bandung
Dinas KUKM, Bappeda, Disperindag, Bagperek
APBD Prop, APBD Kabupaten, APBN
Pengembangan Investasi daerah
Kabupaten Bandung
Setda, KPMD, Bappeda
APBD Prop, APBD Kabupaten, APBN
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
NO 1
KEBIJAKAN
STRATEGI
Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan Penerapan ruang sistem insentif dan disinsentif dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang
PROGRAM Revitalisasi kelembagaan penataan ruang Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang Pengendalian pemanfaatan ruang di KBU
Lamp - 48
LOKASI
5 Tahun ke1 2 3 4
SKPD
SUMBER PENDANAAN
Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung
Bappeda Kimtawil Bappeda
APBD Kab APBD Kab APBD Kab
KBU
Bappeda, Dinas Kimtawil
APBD Kab
750000
760000
770000
780000
790000
800000
KABUPATEN SUBANG
810000
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
LAUT JAWA DKI JAKARTA
KABUPATEN BANDUNG BARAT CILEN
I UNY CILE
Jalan
Sum
TAN
CA
MA
TA
N
BA
NB
$T
END
AH
U%
KECAMATAN CIPARAY
$T
AR
& V
NG
KEC. MAJALAYA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
$T
KEC. SOLOKANJERUK
ALE
$T
KECAMATAN PACET
$T
Perairan
KECAMATAN NAGREG
$T
KECAMATAN PASEH
AN
$T
Transmisi
ANCU
ATA
N CIK
AM
MATA
& V
KEC
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
KECA
& V
KE
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CIMAUNG
$T
KECAMATAN IBUN 9210000
$T
KECAMATAN RANCABALI
U%
KECAMATAN PASIRJAMBU
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
AMA
RGA . MA KEC
NG UA
GK
AN
NC
TA MA CA
Ke
g edan
ut
KE
Administrasi
9220000
9220000
LEGENDA
KABUPATEN SUMEDANG
Gar
9210000
KAB. CIAMIS
SAMUDRA HINDIA
Ke
U%
KAB. TASIKMALAYA
KOTA BANJAR
KEC
HAY
9230000
SIH
KECAMATAN CIWIDEY
KOTA TASIKMALAYA
KAB. GARUT
9230000
AA
U
RG
KEC
U% U%
KEC. PAMEUNGPEUK
NG
PROV. JAWA TENGAH
KAB. CIANJUR
ATAN
MA
# Y
AMA
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
REA
SO TAN
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
& V V & V &
C.
ATA
AM KEC
GAMBAR 1 RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA
KAB. CIREBON
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT KABUPATEN BANDUNG
KECAM
9240000
KOTA BANDUNG
$T $T
ARI
AW
UT NK
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA
KAB. MAJALENGKA
KAB. SUKABUMI
# S
KE
# S
KABUPATEN BANDUNG BARAT
KOTA BOGOR
GKRA
NG
PROV. BANTEN
9240000
# S
N NGI
KAB. KARAWANG
KAB. BOGOR
KECAMATAN CIMENYAN
KOTA CIMAHI
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
Ke Cianjur
ut Ke Gar
9190000
ut
790000
Gar
780000
Ke
KABUPATEN GARUT
9190000
Hirarki IIb Hirarki III Hirarki I 0 Hirarki IV
5
770000
Hirarki IIa
9200000
9200000
#V& Y
U
KABUPATEN CIANJUR
760000
Waduk/Situ Sungai
KABUPATEN GARUT
KECAMATAN KERTASARI
750000
Transmisi PLN
Pembagian Satuan Wilayah Pengembangan Baleendah Banjaran Cicalengka Cilengkrang-Cimenyan Cileunyi-Rancaekek Majalaya Margahayu-Margaasih Soreang-Kutawaringin-Katapang Pusat Pertumbuhan
U% #$T S
$T
KECAMATAN PANGALENGAN
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Jalan Kereta Api
800000
810000
0
5 Km
Skala 1 : 250.000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 49
750000
760000
770000
780000
KABUPATEN SUBANG
790000
800000
810000
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
LAUT JAWA DKI JAKARTA
KABUPATEN BANDUNG BARAT CILEN
I
Jalan
UNY
CILE
Sum
TAN
Ke
g edan
KEC
CA
TA
KE
CA
MA
% a
KEC. MAJALAYA
NG
%a a %
N CIK
% a
MATA
% a a %a a %% %%a a KECAMATAN CIPARAY %a %a % a
% a
% a % % a a
% a
% a % a % %a a
% a a % %a %a
Perairan
KECAMATAN NAGREG
%% a a % %a a
% %a a
N
BA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
AR
AN
KECAMATAN PASEH
9210000
% a
r
% a
Kawasan Budidaya Pertanian
r
Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan Pertanian Lahan Kering Peternakan Kawasan Perikanan
Kawasan Budidaya Non Pertanian
Kawasan Pariwisata Terpadu Kawasan Peruntukan Industri Perdagangan/Jasa Kawasan Permukiman Hankam Pemerintahan/Fasum Kawasan Strategis Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
Kawasan Pertambangan 9200000
9200000
KABUPATEN GARUT
r
% a
KECAMATAN KERTASARI
% a
Transmisi PLN
Hutan Produksi Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Hutan Rakyat
KECAMATAN IBUN 9210000
KECAMATAN RANCABALI
r
% a
Sungai Saluran Irigasi Primer Saluran Irigasi Sekunder Rencana Saluran Irigasi Primer Rencana Saluran Irigasi Sekunder
Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten (Kolektor Primer 4) Jalan Kabupaten (Lokal Primer) Jalan Kabupaten (Lokal Sekunder) Jalan Kereta Api Rencana Pembangunan Jalan Tol Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional Rencana Pembangunan Jalan Nasional Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Provinsi Rencana Pembangunan Jalan Provinsi Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Sekunder Rencana Pengembangan Monorail Rencana Pengembangan Jaringan KA
Hutan Lindung Hutan Konservasi Perairan (Sungai, Danau dan Lainnya) Sempadan Ruang Terbuka Hijau
% a
% % a %a a
Transmisi
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
Kawasan Lindung
ut
MA
% a
KEC. SOLOKANJERUK
% a
% %a a ANCU
HAY
RGA
. MA
KEC
KE
% a
% a
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
% a
% KEC a AM AT %a a %a % AN BALE % a E KEC. PAMEUNGPEUK %a a % NDAHa %a %
%a a %
% a
KECAMATAN BOJONGSOANG
Gar
TA
NC
AN
GK
UA
% a
Administrasi
KABUPATEN SUMEDANG
9220000
9220000
LEGENDA
Ke
% a
SAMUDRA HINDIA
KECA
AT
NG
9230000
SIH
NG REA
M %KECa a %A a %
% a
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
% a
KAB. CIAMIS
9230000
AA
% a
O AN S
KECAMATAN CIWIDEY
U
RG
% a
TA
AMA
KEC
KOTA BANJAR
AMA
MA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
NK
% %% a a %a a
N
NGI
ARI
RENCANA POLA RUANG TAHUN 2027
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA KAB. TASIKMALAYA
% a % a
C.
% a
% a %a a % % % a a W UTA
KAB. GARUT
GAMBAR 2
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG KAB. CIANJUR
ATAN
KOTA BANDUNG
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
KAB. SUKABUMI
KECAM
9240000
% a
KE
% a % a%%aa %a a %
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA
KOTA BOGOR
GKRA
NG
PROV. BANTEN
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
KOTA CIMAHI
KAB. KARAWANG
KAB. BOGOR
% a
%a a %
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
%a
r
Pertambangan Umum Pertambangan Migas
SUMBER :
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
KABUPATEN CIANJUR
r
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
Ke
KABUPATEN GARUT
5
800000
810000
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
U 0
5 Km
Skala 1 : 250.000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 50
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000
820000
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
LAUT JAWA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
NG
KAB. BOGOR
GKRA
PROV. BANTEN
CILEN
KAB. SUKABUMI
ATAN
KAB. GARUT
I UNY CILE
Jalan
RE
NG
ALE
KEC. SOLOKANJERUK END
KECAMATAN CIPARAY
MA
KEC. MAJALAYA
CA
TA
KE
KECA
CA
KECAMATAN NAGREG
Transmisi
N
BA
NJ
KECAMATAN ARJASARI
ut
TA
NC
AN
GK
UA
NG
AH
Gar
MA
KE
Perairan
ANCU
KEC. PAMEUNGPEUK
ANG
NB
N CIK
ATA
MATA
RGA . MA KEC
AM
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
9220000
9220000
edan
Sum
Ke
KECAMATAN CIWIDEY
KEC
KECAMATAN PASEH
AR
AN
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
g
Ke
KEC
HAY
9230000
SIH
KEC
LEGENDA Administrasi
KABUPATEN SUMEDANG
KECAMATAN BOJONGSOANG
GAMBAR 3 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN KAWASAN STRATEGIS
9230000
AA
U
RG
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
N SO
KAB. CIAMIS
AMA
MA ARI
TA AMA
KAB. TASIKMALAYA
KOTA BANJAR
TAN
C.
TA
AMA
KEC
N NGI
AW
UT NK
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA
SAMUDRA HINDIA
KOTA BANDUNG
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG KAB. CIANJUR
KECAM
KOTA CIMAHI
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
9240000
KOTA BOGOR
KAB. PURWAKARTA
KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Jalan Kereta Api Waduk/Situ Sungai
Transmisi PLN
Kawasan Perkotaan
Baleendah/Dayeuhkolot/Bojongsoang Banjaran Cicalengka Cileunyi/Rancaekek Ciparay Ciwidey/Pasirjambu Majalaya Margahayu/Margaasih Pangalengan Soreang/Katapang
Kawasan Tertentu/Khusus
Kawasan Ind Margaasih Kawasan Ind Tegalluar Kawasan Sekitar Stadion Kawasan Pariwisata Terpadu
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U
KABUPATEN CIANJUR
5
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
5 Km
Skala 1 : 250.000 Ke
KABUPATEN GARUT
0
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 51
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
LAUT JAWA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
KAB. BOGOR KOTA BOGOR
CILEN
SAMUDRA HINDIA
KABUPATEN SUMEDANG I UNY CILE
g
Jalan
edan
TAN
Sum
KECAMATAN CICALENGKA
ANCU
NB
KEC. SOLOKANJERUK
ALE
END
KECAMATAN CIPARAY
CA
KEC. MAJALAYA
KE
CA
TA
N
BA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten (Kolektor Primer 4) Jalan Kabupaten (Lokal Primer) Jalan Kabupaten (Lokal Sekunder) Jalan Kereta Api Rencana Pembangunan Jalan Tol Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional Rencana Pembangunan Jalan Nasional Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Provinsi Rencana Pembangunan Jalan Provinsi Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Sekunder Rencana Pengembangan Monorail Rencana Pengembangan Jaringan KA
Perairan
ut
MA
KECA
GK AN NC
KE
KECAMATAN NAGREG 9220000
UA
NG
AH
N CIK
ATA
NG
KECAMATAN RANCAEKEK
MATA
RGA . MA KEC
AM
KECAMATAN BOJONGSOANG
Gar
TA
Administrasi
Ke
MA
LEGENDA
KEC
HAY
9230000
SIH
9220000
KOTA BANJAR KAB. CIAMIS
9230000
AA
U
RG
KECAMATAN CIWIDEY
KEC
KEC. PAMEUNGPEUK
ANG
ORE
AM
KEC
KOTA TASIKMALAYA KAB. TASIKMALAYA
Ke
RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2027
PROV. JAWA TENGAH
AMA
MA
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
NS ATA
KAB. GARUT
ATAN
C.
AN
MAT
A KEC
KAB. CIANJUR
KOTA BANDUNG
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
GIN
RIN
WA
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG
KECAM
9240000
KOTA CIMAHI
A KUT
KAB. SUKABUMI
GAMBAR 4
KAB. CIREBON
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
KAB. PURWAKARTA
KAB. MAJALENGKA
GKRA
NG
PROV. BANTEN
KECAMATAN PASEH
AR
Sungai Situ/Danau/Waduk
AN
Transmisi
Transmisi PLN
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U
KABUPATEN CIANJUR
5
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
5 Km
Skala 1 : 250.000 Ke
KABUPATEN GARUT
0
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 52
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000
DKI JAKARTA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
PROV. BANTEN
KAB. PURWAKARTA
KOTA BOGOR
KAB. SUKABUMI
KECAMATAN CIMENYAN
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA
KAB. GARUT
DESA MANDALAMEKAR
KAB. TASIKMALAYA
KECAMATAN CILENGKRANG
DESA CIKADUT
KEL. CIBEUNYING KELURAHAN PADASUKA
DESA MALATI WANGI
KOTA CIMAHI
DESA CILENGKRANG
DESA LAGADAR
% a
DESA CINUNUK
DESA CIMEKAR
KECAMATAN MARGAASIH DESA CIGONDEWAH HILIR
DESA CIBIRU HILIR
9230000
DESA CILEUNYI KULON
DESA MARGAHAYU TENGAH
DESA RAHAYU
DESA CILEUNYI WETAN
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
DESA DESA DESA KECAMATAN MARGAHAYU DESA MARGAHAYU CANGKUANG CANGKUANG SELATAN DESA WETAN KEL. PASAWAHAN SUKAPURA DESA MEKARRAHAYU SUKAMENAK KULON DESA SAYATI
DESA PAMEUNTASAN
DESA CILAMPENI
DESA CIBODAS
DESA SULAEMAN
9220000
DESA CANGKUANG DESA TANJUNGSARI
DESA KARAMATMULYA DESA PANYIRAPAN
DESA CILUNCAT
DESA PANANJUNG
DESA SUKANAGARA
KECAMATAN CANGKUANG DESA NAGRAK
DESA SUKAWENING
DESA RAWABOGO
DESA MARGAHURIP
KECAMATAN CIWIDEY
P }
DESA PANYOCOKAN DESA CIWIDEY
DESA LEBAKMUNCANG
DESA PANUNDAAN
DESA MEKARJAYA DESA MALASARI
9210000
DESA LAMAJANG
DESA CIARO
Perairan
DESA MARUYUNG
% a
DESA CIBEET
DESA CIKAWAO
DESA MANDALAHAJI DESA NAGRAK
Transmisi
DESA LOA
P
DESA MEKARWANGI
DESA MARGAMULYA
P }
DESA PULOSARI
DESA SUKARESMI
KECAMATAN IBUN DESA LAKSANA DESA IBUN
DESA SUKARAME
DESA GIRIMULYA
DESA MARGAMUKTI
P
DESA SUGIHMUKTI DESA SUKAMANAH
KECAMATAN PANGALENGAN
Rencana Pembangunan Terminal Type A
KABUPATEN GARUT 9200000
DESA WANASUKA
9200000
Rencana Pembangunan Terminal Type B
DESA CIHAWUK
DESA CIKEMBANG
DESA MARGAMEKAR
DESA TARUMAJAYA
DESA SUKALUYU DESA MARGALUYU
Pengembangan Terminal Type C Pengembangan Terminal Antarmoda Pengembangan Terminal Type B
DESA CIBEREUM
DESA WARNASARI
DESA TENJOLAYA
P ÐP P } P =
a Æ
DESA SUKAPURA DESA PANGALENGAN
Transmisi PLN
Terminal
DESA DUKUH DESA NEGLASARI
DESA CIKITU
Sungai Situ/Danau/Waduk
DESA DRAWATI
DESA MEKARSARI
KECAMATAN RANCABALI
DESA CIPELAH
P
DESA PANGAUBAN
DESA TRIBAKTIMULYA
DESA CIHERANG
KECAMATAN PASEH
DESA CINANGGELA
DESA CIKALONG
DESA PATENGAN
DESA MANDALAWANGI DESA BOJONG DESA MEKARLAKSANA
DESA KARANGNUNGGAL
DESA SUNDANGSARI
DESA CIPEUJEUH
KECAMATAN PACET DESA MEKARJAYA
DESA MEKARSARI
DESA ALAM ENDAH
P
DESA SRIRAHAYU
P
DESA PANGGUH
DESA SUKAMAJU
DESA CISONDARI
DESA SUDI
DESA CIKANCUNG
DESA CILULUK
DESA SUKAMANAH
DESA TANGGULUN DESA DESA CIPAKU SUKAMANTRI DESA TALUN DESA LAMPENGAN
DESA WANGISAGARA DESA KARYALAKSANA
DESA ANCOLMEKAR
DESA MEKARSARI
KECAMATAN CIKANCUNG
9210000
P
DESA MEKARSARI
DESA NARAWITA DESA CIHANYIR
DESA MAJAKERTA DESA MEKARPANITA
DESA TANJUNGWANGI
DESA MEKARJAYA DESA PINGGISARI
DESA CAMPAKAMULYA
% a
DESA NEGLASARI DESA CIKONENG DESA BABAKAN
DESA CIPINANG
DESA CIBODAS
DESA SUKAMUKTI DESA PADAMULYA
DESA BIRU
DESA RANCAKOLE KECAMATAN ARJASARI DESA MANGUNJAYA
DESA CIMAUNG DESA PASIRHUNI
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN MAJALAYA
DESA DESA MEKARLAKSANA SAGARACIPTA
DESA ARJASARI
KECAMATAN BANJARAN
KECAMATAN CIMAUNG
DESA MARGAMULYA
DESA PATROLSARI
DESA BAROS
DESA DESA JAGABAYAPASIRMULYA
% a
DESA INDRAGIRI
DESA PAKUTANDANG
DESA MARGA ASIH
DESA MANDALASARI
P =
KECAMATAN CIPARAY
DESA BANJARAN WETAN DESA NEGLASARI DESA SINDANGPANON DESA CIAPUS
DESA JATISARI
DESA MEKARMAJU DESA PASIRJAMBU
% a
DESA BATUKARUT
DESA CUKANGGENTENG
DESA CIPEDES
ut
DESA BANDASARI
P }
P }
DESA LEBAKWANGI
DESA TARAJUSARI
DESA LANGENSARI DESA SOLOKANJERUK
KELURAHAN MANGGAHANGKECAMATAN BALEENDAH DESA SERANGMEKAR DESA KELURAHAN CIGENTUR DESA RANCAKASUMBA DESA PANYADAP WARGAMEKAR DESA CIHEULANG DESA SARIMAHI KELURAHAN JELEKONG DESA CIPARAY DESA MEKARSARI DESA TANGSIMEKAR DESA MAJASETIA DESA WARGALUYU DESA DESA CIJAGRA GUNUNG DESA PADAULUN DESA BOJONG DESA BUMIWANGI LEUTIK DESA DESA MANGGUNGHARJA SUKAMAJU DESA MAJALAYA
Gar
DESA SUKAJADI
DESA DESA SUKASARIBOJONGMANGU
DESA BANJARAN DESA KIANGROKE DESA KAMASAN KULON
DESA CIKASUNGKA
DESA NAGREG
KECAMATAN NAGREG
DESA SANGHIANG
DESA PADAMUKTI
DESA LANGONSARI
DESA HEGARMANAH
Ke
% a
DESA CIKONENG DESA NENGKELAN
DESA RANCATUNGKU
DESA CIBODAS
DESA TANJUNGLAYA
KECAMATAN SOLOKAN JERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUK
DESA DESA CINGCIN GANDASARI
DESA SOREANG
DESA SADU
DESA NANJUNG MEKAR DESA BOJONGEMAS
KEL. BALEENDAH
DESA BOJONGKUNCI
DESA BANYUSARI
P }
DESA BABAKAN PEUTEUY
9220000
% a
DESA CILAME
DESA SUKAMULYA
DESA SUMBERSARI
KECAMATAN CICALENGKA
DE SA CIC DESA NAGROG AL EN DESA CITAMAN DESA DESA WALUYA GKCICALENGKA AWETAN
DESA LINGGAR
DESA BOJONG
DESA SUKAMANAH
DESA BOJONGGSOANG
DESA TANJUNGWANGI
DESA TENJOLAYA
N
% a % %a a
DESA SEKARWANGI
DESA DAMPIT DESA PANENJOAN DESA CANGKUANG DESA CIKUYA
DESA BOJONGSARI
DESA RANCAMULYA DESA MALAKASARI
ÐP
LO
P =
% a
DESA DAYEUH KOLOT
DESA SUKAMUKTI
KECAMATAN KATAPANG
DESA PAMEKARAN
DESA JELEGONG
KECAMATAN RANCAEKEK
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten (Kolektor Primer 4) Jalan Kabupaten (Lokal Primer) Jalan Kabupaten (Lokal Sekunder) Jalan Kereta Api Rencana Pembangunan Jalan Tol Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional Rencana Pembangunan Jalan Nasional Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Provinsi Rencana Pembangunan Jalan Provinsi Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer 4 Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Primer Rencana Pembangunan Jalan Lokal Sekunder Rencana Pengembangan Monorail Rencana Pengembangan Jaringan KA
KU
% a
DESA TEGALLUAR
KECAMATAN BOJONGSOANG DESA BUAHBATU
DESA BOJONG LOA
DESA SANGKANHURIP
DESA PANGAUBAN DESA KATAPANG DESA PARUNGSERAB
DESA PADASUKA
DESA BUNINAGARA
DESA TEGALSUMEDANG
DESA RANCAEKEK WETAN DESA RANCAEKEK KULON
DESA LENGKONG
DESA RANCAMANYARDESA BOJONG KEL. ANDIR MALAKA DESA KOPO
DESA CIPAGALO
DESA CITEREUP
DESA GAJAHMEKAR
KECAMATAN SOREANG
% a
Jalan
Sum
9230000
a Æ
Ke
g edan
KECAMATAN CILEUNYI
DESA JELEGONG
DESA SUKAMULYA
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
DESA CIBIRU WETAN
DESA NANJUNG
DESA KUTAWARINGIN
Administrasi
DESA JATIENDAH
DESA MARGAASIH
KABUPATEN BANDUNG BARAT
GAMBAR 5 RENCANA PENINGKATAN, PEMBANGUNAN TERMINAL DAN PENGEMBANGAN PRASARANA ANGKUTAN MASAL TAHUN 2027
LEGENDA
KABUPATEN SUMEDANG KOTA BANDUNG
DESA JATISARI
KAB. CIAMIS
SAMUDRA HINDIA
DESA CIPOREAT
DESA GIRIMEKAR
KAB. KOTA_BANJAR
9240000
9240000
KAB. CIANJUR
DESA SINDANG LAYA
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG
DESA MEKARMANIK
DESA CIMENYAN DESA MEKARSALUYU
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
DESA CIPANJALU DESA CIBURIAL
KAB. INDRAMAYU
KAB. SUBANG
KAB. BOGOR
% a
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
DESA BANJARSARI
KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U DESA SANTOSA
DESA NEGLAWANGI
5 KABUPATEN CIANJUR
5 Km
ut
780000
Gar
770000
Ke
760000
9190000
9190000
Skala 1 : 250.000 KABUPATEN GARUT
750000
0
790000
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 53
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
NG
KAB. SUKABUMI
KECAM
I UNY CILE
edan
Sum
AMA
TAN
Jalan
b Æ
Æ b Æ b
KECAMATAN CICALENGKA
ALE
KEC. SOLOKANJERUK END
AH
KECAMATAN CIPARAY
CA
MA
KEC. MAJALAYA
KE
CA
TA
N
BA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
b Æ b Æ
Perairan
KECAMATAN NAGREG
KECA
KE
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Jalan Kabupaten (Kolektor Primer 4) Jalan Kabupaten (Lokal Primer) Jalan Kabupaten (Lokal Sekunder)
Jalan Kereta Api
Transmisi
ANCU
NB
N CIK
ATA
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
Rencana Pengembangan Jaringan KA
NG
KECAMATAN RANCAEKEK
MATA
RGA . MA KEC
AM
KECAMATAN BOJONGSOANG
NG UA
GK AN NC
g
Ke
KECAMATAN PASEH
ut
TA
LEGENDA
Administrasi
Gar
MA
KAB. CIAMIS
9220000
9220000
KEC
KEC. PAMEUNGPEUK
NG
KAB. KOTA_BANJAR
Ke
KECAMATAN CIWIDEY
KAB. TASIKMALAYA
KEC
HAY
9230000
SIH
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
EA SOR
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA
GAMBAR 6 RENCANA JARINGAN JALAN KERETA API DAN STASIUN
9230000
AA
U
RG
TAN
AMA
KEC
KAB. GARUT
KABUPATEN SUMEDANG
b Æ
MA
K
K
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG KAB. CIANJUR
KOTA BANDUNG
C.
TAN
MA ECA
ARI
W UTA
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
SAMUDRA HINDIA
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
N NGI
KAB. PURWAKARTA
KOTA BOGOR
CILEN
GKRA
PROV. BANTEN
ATAN
9240000
KOTA CIMAHI
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
KAB. BOGOR
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
Transmisi PLN
Waduk/Situ Sungai
Stasiun
b Æ
Stasiun
AR
AN
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U
KABUPATEN CIANJUR
5
9190000
9190000
790000
ut
780000
Gar
770000
Ke
760000
5 Km
Skala 1 : 250.000
KABUPATEN GARUT 750000
0
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 54
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000
LAUT JAWA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
NG GKRA
PROV. BANTEN
CILEN
I
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
g
edan
um
S Ke
Jalan
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Jalan Kereta Api
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
ANCU
NB
KEC. SOLOKANJERUK
ALE
END
AH
N CIK
ATA
NG
Perairan
KECAMATAN CIPARAY
CA
KE
CA
TA
KEC. MAJALAYA
N
BA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
ut
MA
KECA
KE
KECAMATAN NAGREG
MATA
AM
# Y
KECAMATAN BOJONGSOANG
NG UA GK
AN NC
Administrasi
UNY CILE
RGA
G
TA
LEGENDA
KABUPATEN SUMEDANG TAN
KEC
KEC. PAMEUNGPEUK
EAN
MA
KAB. CIAMIS
SAMUDRA HINDIA
Gar
# Y
KAB. TASIKMALAYA
KOTA BANJAR
9220000
9220000
KEC
. MA
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
SOR
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA
Ke
KECAMATAN CIWIDEY
KAB. GARUT
KEC
HAY
9230000
SIH
A
KEC
KAB. CIANJUR
GAMBAR 7 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE
9230000
AA
U
RG
AN MAT
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
AMA
MA
K
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
ATAN
C.
MA ECA
N NGI
RI
WA
UTA
K TAN
KAB. PURWAKARTA
KABUPATEN BANDUNG
KOTA BANDUNG
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
KOTA BOGOR
KAB. SUKABUMI
KECAM
9240000
KOTA CIMAHI
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
KAB. BOGOR
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
KECAMATAN PASEH
# Y
AR
AN
# Y
KECAMATAN CIMAUNG
KECAMATAN PACET
Waduk/Situ Sungai Arah Aliran Batas Tangkapan Air Sempadan Sungai/Waduk
Daerah Aliran Sungai (DAS)
# Y # Y # Y # Y
Sub DAS Cisangkuy Sub DAS Citarik Sub DAS Citarum Hulu Sub DAS Ciwidey
Kawasan Perkotaan KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
Baleendah/Dayeuhkolot/Bojongsoang Banjaran Cicalengka Cileunyi/Rancaekek Ciparay Ciwidey/Pasirjambu Majalaya Margahayu/Margaasih Pangalengan Soreang/Katapang
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U
KABUPATEN CIANJUR
5
0
5 Km
Skala 1 : 250.000
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
Ke
KABUPATEN GARUT
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 55
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000 LAUT JAWA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KAB. KARAWANG
KOTA DEPOK
KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
NG
KAB. BOGOR
GKRA
PROV. BANTEN
CILEN
KAB. SUKABUMI
KAB. CIANJUR KAB. GARUT
I UNY CILE
edan
Sum
Jalan
OR
NG
ALE
END
KECAMATAN CIPARAY
CA
KEC. MAJALAYA
KE
CA
TA
Transmisi
N
BA
NJ
KECAMATAN ARJASARI
Waduk/Situ Sungai
Transmisi PLN
Area Pelayanan
ut
MA
KECAMATAN NAGREG
KECA
NC
AN
GK
UA
NG
AH
Gar
TA
KE
Perairan
ANCU
NB
KEC. SOLOKANJERUK
N CIK
ATA
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Jalan Kereta Api
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
MATA
AM
KECAMATAN BOJONGSOANG
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
g
Ke
TAN RGA . MA KEC
KEC
KEC. PAMEUNGPEUK
G EAN
MA
Administrasi
9220000
9220000
LEGENDA
KABUPATEN SUMEDANG
Ke
KECAMATAN CIWIDEY
KAB. CIAMIS
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH PELAYANAN AIR BERSIH
SAMUDRA HINDIA
KEC
HAY
9230000
SIH
KE
KOTA BANJAR
9230000
AA
U
RG
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
AN S
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA
AMA
MA RIN
AT CAM
GAMBAR 8
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KAB. TASIKMALAYA
KECAM
C.
AN
MAT
A KEC
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT KABUPATEN BANDUNG
KOTA BANDUNG
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
GIN
WA
A KUT
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
ATAN
9240000
KOTA BOGOR
KAB. PURWAKARTA
9240000
KECAMATAN CIMENYAN
KOTA CIMAHI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
Ciwidey - Pasirjambu Soreang - Katapang - Banjaran Margahayu - Dayeuhkolot - Margaasih Bojongsoang - Pemeungpeuk Baleendah - Cimaung Majalaya - Ciparay - Cileunyi Rancaekek
KECAMATAN PASEH
AR
AN
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
KECAMATAN PASIRJAMBU KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT KECAMATAN KERTASARI
SUMBER :
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
Ke Gar
ut
Ke Cianjur
U
KABUPATEN CIANJUR
5
0
5 Km
Skala 1 : 250.000
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
Ke
KABUPATEN GARUT
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 56
750000
760000
770000
780000
790000
800000
810000 LAUT JAWA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
DKI JAKARTA
KAB. KARAWANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG
NG
KAB. BOGOR
GKRA
PROV. BANTEN
KOTA BOGOR
KAB. PURWAKARTA
CILEN
KAB. SUKABUMI
KAB. CIANJUR
ATAN
KAB. GARUT
I UNY CILE
edan
Sum
Jalan
TAN
AN
GK
UA
NG
O
NC TA
KE
CA
MA
CA
END
AH
NG
Z $
KECAMATAN CIPARAY
KEC. MAJALAYA
TA
KE
ALE
KEC. SOLOKANJERUK
KECAMATAN NAGREG
Transmisi
N
BA
KECAMATAN ARJASARI
NJ
ut
MA
'
NB
Perairan
ANCU
KEC. PAMEUNGPEUK
NG REA
& \
N CIK
ATA
MATA
AM
KECAMATAN CICALENGKA
KECAMATAN RANCAEKEK
KECA
RGA . MA KEC
KEC
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN PASEH
AR
AN
KECAMATAN CIMAUNG KECAMATAN PACET
KECAMATAN IBUN
9210000
9210000
KECAMATAN RANCABALI
Batas Kabupaten/Kota Batas Kecamatan
g
Ke
9220000
9220000
Administrasi
Gar
%
LEGENDA
KABUPATEN SUMEDANG
Ke
KECAMATAN CIWIDEY
SAMUDRA HINDIA
KEC
HAY
9230000
SIH
KE
KAB. CIAMIS
GAMBAR 9 RENCANA PENGEMBANGAN AIR BAKU
9230000
AA
U
RG
KEC.DAYEUHKOLOT
KEC. KATAPANG
AN S
KOTA BANJAR
AMA
MA RI
AT CAM
PROV. JAWA TENGAH KOTA TASIKMALAYA KAB. TASIKMALAYA
KECAM
C.
AN
MAT
A KEC
KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
KABUPATEN BANDUNG
KOTA BANDUNG
KE
KABUPATEN BANDUNG BARAT
N NGI
WA
A KUT
KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMENDANG KOTA CIMAHI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT
9240000
9240000
KAB. BEKASI KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
KECAMATAN CIMENYAN
KOTA CIMAHI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 - 2027
820000
Jalan Tol Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten Jalan Kereta Api Waduk/Situ Sungai Transmisi PLN
Pengembangan Air Baku
% ' ( # S Z $ & \
Pembangunan Embung Bojong Bambu Suplesi S. Cisangkuy Embung S. Pangalengan Pembangunan Waduk Santosa Suplesi S. Cipamokolan Pembangunan Waduk Tegalluar
(
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KABUPATEN GARUT
Ke Cianjur
KECAMATAN KERTASARI
ut Ke Gar
- Badan Pertanahan Nasional, 2005 - Bakosurtanal, 1999 - PTPN VIII, 2004 - Perum Perhutani Unit III, 2004
- BAPEDA Kab. Bandung, 2006 - Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004 - WJEMP, 2004 - Hasil Analisis
U
# S
KABUPATEN CIANJUR
SUMBER :
5
0
5 Km
Skala 1 : 250.000
780000
790000
9190000
9190000
770000
ut
760000
Gar
750000
Ke
KABUPATEN GARUT
800000
810000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
820000
Lamp - 57