Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012
GLOBALISASI DAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA Syaiful Bahri Dosen PNS Kopertis UMSU
[email protected] Abstract: The process of Globalization was already in front of us and can not be negotiable. In this era we are challenged to openly competition accordance with the principles of the market mechanism without significant government influence. Macroeconomic development has been the role model then slowly shifted to the development of spatial that ought to be observed together. Abstrak: : Globalisasi atau proses penduniaan sudah berada di hadapan kita dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di dalam era seperti ini kita ditantang untuk bekompetisisi secara terbuka sesuai dengan prinsip mekanisme pasar (market mechanism) tanpa pengaruh pemerintah secara berarti.Pembangunan Ekonomimakro (Macroeconomic development) selama ini menjadi panutan kemudian perlahan bergeser menjadi pembangunan spatial (spatial development) yang patut untuk dicermati bersama. Kata kunci: globalisasi dan pembangunan wilayah PENDAHULUAN Proses Globalisasi yang berarti dunia tanpa batas bersumber pada perubahan teknologi yang sangat pesat dan bersifat universal berpengaruh besar dewasa ini terhadap aspektransportation, telecomunication dan travel/tourism. Di aspek transportasi udara , laut dan darat kita melihat dan merasakan sarana yang semakin berskala besar, berkecepatan tinggi, dan bersifat antar-moda. Jelas sekali ini tampak pada angkutan peti kemas (container) jarak jauh yang berskala mega, yang menyatukan hampir semua sistem angkutan, sehingga menimbulkan apa yang saat ini disebut global door to door inter modal through freight system. Sistem yang komprehensif ini di dukung oleh prasarana laut, darat dan udara yang makin canggih, dan yang dikelola semakin lama mengikuti prosedur computerize andjust in time . Sistem ini semakin mendukung munculnya praktek global subcontracting diantara perusahaan dan industry di belahan dunia, sedemikian sehingga menimbulkan apa yang disebut sebagai gejala inter firm and inter industry trade, dan berarti pula peran pemerintah semakin minim dan bahkan dituntut peran swasta yang semakin menunjukkan gejala efisiensi dan skala ekonomi. Hal ini menunjukkan betapa kompetensi (knowledge, skill dan ethics)
186
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan dunia masa lalu, masa kini dan masa depan. Di bidang Telecomunicationand Informationterjadi revolusi teknologi yang luar biasa, yaitu pemanfaatan teknologi digital di dalam kombinasi dengan komputer dan software yang semakin canggih, dan teknologi satelit yang semakin praktis. Hasilnya adalah cyberspace yang memungkinkan multimedia communication bahkan beberapa kota dunia telah menobatkan dirinya sebagai ciber city seperti apa yang di claim oleh Malaysia yang membangun kota baru Putra Jaya sebagai pusat pemerintahannya..Sistem komunikasi yang cepat tersebut telah memungkinkan diubahnya dengan cepat data serta informasi menjadi knowledge, yang merupakan pada gilirannya sumber dari pada baik innovation maupun invention. Inilah yang dewasa ini mulai menimbulkan perubahan-perubahan cepat pada segi input, process, output and outcome , baik pada kegiatan produksi barang maupun jasa ; selanjutnya pada kegiatan alokasi serta distribusinya. Sejalan dengan perubahanperubahan teknologi yang cepat pada bidang Transportasi dan telekomunikasi di atas, tampak pula perubahan teknologi di bidang Travel /Tourism, dimana termasuk
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
pula kegiatan pariwisata. Revolusi di bidang ini perkembangannya dalam kapal terbang jumbo jet dengan pelayanan dan biaya rendah (low cost carrier transport), yang mampu terbang jarak jauh dan biaya terjangkau antar benua dalam kondisi nyaman serta keamanan yang berkualitas tinggi. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi tersebut munculah gejala travelling jarak jauh dan mendunia, yang pada gilirannya telah menjadikan pariwisata sebagai industri yang berkembang cepat. Di darat hal ini mulai ditandingi dengan kereta api super cepat ; di laut dengan kapal mewah cepat berukuran besar. Kesemua perkembangan sistem angkut penumpang di atas telah menyebabkan mobilitas penduduk dunia melonjak cepat. Revolusi teknologi tersebut telah menyebabkan biaya angkut barang dan penumpang, serta biaya komunikasi dan informasi, yang semakin murah. Keterjangkauan global yang diakibatkannya telah menimbulkan apa yang disebut sebagai borderless world, dimana arus lintas batas dari : (i) barang , (ii) jasa, (iii) penduduk, khususnya tenaga kerja dari berbagai jenjang keterampilan serta keahlian, (iv) uang dan modal dan (v) informasi serta pengetahuan. Situasi borderless world inilah yang menggerakkan proses globalisasi – proses penduniaan, yang sangat memperketat persaingan global pada berbagai barang dan jasa, sektor serta perekonomian tidak hanya pada skala dunia tapi juga skala regional atau nasional bahkan lokal. Kondisi ini akan memberikan tantangan, ancaman bahkan bahaya ; tapi juga membuka semakin banyak kesempatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Makroekonomi Wilayah Sumatera Utara Pembangunan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli
ekonomi kembali melakukan kajian terhadap faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dan perkembangan teori yang memasukkan faktor eksternalitas berupa inovasi (inovation), teknologi (technology), kreativitas (creativity), jejaring (networking) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami perlambatan sebesar 0,65 persen dibanding tahun 2008, menjadi 5,07 persen. Trend pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara searah dengan perkembangan di tingkat nasional. Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh sektor pertanian yang memberi sumbangan sebesar 1,15 persen, disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1,00 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 0,70 persen, sektor jasa-jasa 0,66 persen, sektor industri pengolahan 0,63 persen, dan sisanya oleh keempat sektor lainnya. Sedangkan perlambatan pertumbuhan ekonomi ini terjadi pada sektor pertambangan dan sector bangunan dan konstruksi. Angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara kemudian meningkat lagi di tahun 2010 sebesar 6.42 persen dan pada tahun 2011 angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara meingkat menjadi 6,63persen dan hal ini melebihi pertumbuhan di tingkat nasional 6,5 persen, walaupun demikian lebih rendah di tahun 2012 sebesar 6.22 persen dibanding nasional sebesar 6.3 persen. PDRB Sumatera Utara dari sudut penggunaannya dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara adalah kontribusi dari konsumsi masyarakat adalah merupakan komponen yang terbesar yang kemudian diikuti oleh ekspor, impor dan pembentukan modal. Peningkatan konsumsi masyarakat terjadi pada pengeluaran untuk bahan makanan yang mencapai lebh dari 60 persen sedangkan untuk non makanan sekitar 40 persen.
187
Persentase
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
7 6 5 4 3 2 1 0 2009
2010
2011
2012
Tahun Pertumbuhan ekonomi Sumut
Pertumbuhan ekonomi Nasional
Pertumbuhan ekonomi regional Gambar 1. : Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara dalam RPJMD Tahun 2009-2013 untuk tahun 2011 ditargetkan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara adalah 6,50% dan telah dapat dicapai diatas target sebesar 6,58%, 2012 sebesar 6,74% dan 2013 sebesar 6,98%, tentunya target ini jauh lebih optimis dari sasaran yang ingin dicapai nasional, hal ini akan dapat tercapai terlebih lagi dengan semakin giatnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memperbaiki fasilitas infrastruktur seperti Bandara Kuala Namu telah selesai pembangunannya. Perkembangan Sumatera Utara di wilayah barat, merupakan salah satu propinsi di Sumatera yang dewasa ini sedang mengalami proses industrialisasi yang cukup menonjol. Dapat diperkirakan pada masa depan proses transformasi ekonomi akan diikuti proses perubahan spatial akan semakin meluas dan menjangkau banyak wilayah. Merebaknya kerjasama pembangunan spatial lintas batas di beberapa wilayah akan semakin memacu proses perubahan tersebut. Di bawah kerjasama ekonomi ASEAN Indonesia telah melihat munculnya cross border spatial cooperation, yaitu IMT – GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Area). Karena perkembangan semakin meluas, maka kerjasama tersebut
188
melibatkan semua pihak terutama kerjasama sektor swasta di ASEAN yang semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Di masa mendatang Sumatera utara akan lebih berkembang sebagai growth centeryang lebih kuat di bandingkan dengan wilayah lainnya karena manfaat dari mesin ekonominya dan growth triangel hasil IMT-GT. Ekspor Sumatera Utara Kinerja ekspor Sumatera Utara pada tahun 2011 relatif cukup menggembirakan. Ekspor Sumatera Utara dengan nilai ekspor 11,88 ribu US dolar meningkat dari 9,15 ribu dolar pada tahun 2010 dan mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 10,38 ribu US dolar. Dengan kinerja seperti ini telah mampu mendongkrak surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara. Kondisi eksor Sumatera Utara terutama pertumbuhannya sejalan apa yang terjadi di tingkat nasional ahun 2009 mengalami pertumbuhan negatip kemudian di tahun 2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan positip dan kemudian pertumbuhan negatip di tahun 2012.
Ton
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
10,000,000 8,000,000 6,000,000 2009
2010
2011
2012
Tahun Volume ekspor Gambar 2. : Volume ekspor
Ribu US$
Bila dilihat menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor Sumatera Utara periode 2012 dan 2011 tidak jauh berbeda dengan periode yang sama tahun 2010. Ekspor Sumatera Utara sampai saat ini masih didominir oleh sektor industri yang kontribusinya sebesar 73,76 persen dari total ekspor Sumut. Komoditi utama yang diekspor adalah lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, kopi, teh dan rempah-rempah, berbagai produk kimia, tembakau, kakao/coklat, ikan dan udang, kayu, barang dari kayu, sabun dan preparat, pembersih dan alumunium. Tanaman Palawija juga menjadi salah satu andalan ekspor. Terdapat 2 (dua) unggulan di provinsi ini untuk sektor pertanian yaitu sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk sub sektor perkebunan terdapat 5 (lima) komoditi unggulan, antara lain kakao, karet, kelapa sawit, kopi dan tebu. Sedangkan dari sub sektor perikanan. Akan tetapi dikarenakan kelesuan ekonomi dunia dan ditambah lagi oleh krisis keuangan di Amerika Serikat berdampak terhadap perekonomian nasional, maka terjadi penurunan terhadap permintaan ekspor barang-barang di Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara mempunyai unggulan untuk perikanan laut dan budidaya. Sebagai pendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki 4 (empat) kawasan
industri yaitu Kawasan Industri Medan, Medan Star Industrial estate, Binjai dan Pulahan Seruai Industrial Estate dengan dukungn sarana perhubungan yang memadai berupa pelabuhan laut sebanyak 22 (dua puluh dua) pelabuhan dan 7 (tujuh) Bandar Udara baik nasional maupun perintis yaitu Bandara Sibisa, Binaka, Silangit, Pulau Batu, Aek Gondang, Pinang Sori, dan BandaraKuala Namu sebagai bandar udara utama. Nilai ekspor dan PDRB Sumatera Utara mengalami penurunan pada tahun 2009.Hal ini merupakan dampak krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Meski nilai ekspor turun cukup besar tapi masih menggembirakan karena neraca perdagangan Sumatera Utara tetap surplus dimana impor hanya US $ 2,67 miliar dan persentase ekspor terhadap PDRB mengalami peningkatan dari tahun 2008 menjadi sebesar 30,31persen. Komoditas yang mengalami penurunan ekspor adalah karet dan barang dari karet, anjlok 38,42 persen dibanding tahun 2008 sebesar 1,921 miliar US $. Walaupun terjadi penurunan baik volume maupun nilai ekspor Sumatera Utara, namun kontribusi ekspor terhadap PDRB Sumatera Utara terus mengalami kenaikan dari Tahun 2008 dari 29,83 persen menjadi 30,31 persen pada Tahun 2009 dan 31,85 persen pada tahun 2010.
20,000,000 10,000,000 0 2009
2010
2011
2012
Tahun Nilai ekspor Gambar 3. : Nilai ekspor
189
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan tumbuh kuat memenuhi permintaan di negara-negara partner dagang, khususnya untuk komoditi unggulan Sumatera Utara seperti kelapa sawit dan karet dimana direncanakan akan dilakukan peningkatan nilai tambah dengan telah terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangkei sebagaimana amanat Peraturan pemerintah No. 29 tahun 2012. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei merupakan suatu bentuk pemusatan aktivitas ekonomi yang cenerung berlokasi pada suatu lokasi yang akan memberikan dampak ekonomi yang besar dan sekaligus memberikan dampak kepada wilayah sekitar (hinterland). KEK Sei Mangkei yang merupakan implementasi dari proyek MP3EI sebagai program percepatan pembangunan ekonomi Indonesia, maka aktivitas ini akan memberikan dampak ganda (regional impact) tidak hanya terhadap ekonomi wilayah dimana proyek tersebut dijalankan akan tetapi juga berdampak terhadap makro ekonomi wilayah Sumatera Utara bahkan terhadap ekonomi Indonesia secara utuh dan menyeluruh. Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi di atas makin menimbulkan keharusan bagi tiap ekonomi, sektor dan perusahaan untuk meningkatkan proses industrialisasi. Kegiatan ekonomi dengan proses industrilisasi mampu mempercepat diversifikasi barang dan jasa dalam kuantitas yang besar dan ketersediaannya. Proses industrialisasi dapat menggerakkan kegiatan di berbagai sektor ekonomi termasuk jasa dan pada akhirnya menuntut ketersediaan prasarana dan sarana yang semakin meningkat kualitas serta sklalanya. Perubahan Kelembagaan Ke depan : di bawah pelaksanaan dan pemunculan AFTA sejak tahun 2003, APEC 2010/2020 dan WTO/GATT, bahwa proses industrialisasi, komersialisasi perekonomian yang disertai proses spatial developmentsecara bersama-sama akan menciptakan konfigurasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) yang semakin berubah cepat di masa yang akan datang. Hal ini akan menciptakan
190
lingkungan usaha yang bersifat bergejolak, yang disertai peningkatan jumlah, jenis serta kualitas persaingan dan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan, kelompok industri, sektor-sektor, wilayah-wilayah dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Hal ini akan berlaku baik bagi dimensi barang maupun jasa pada setiap perekonomian. Perubahan konfigurasi SWOT ini akan menimbulkan keharusan pada setiap lembaga termasuk yang bergerak di bidang ekonomi untuk melakukan langkah-langkah penyesuaian ; yang sebagiannya akan menjurus kepada perubahan mendasar. Bersamaan dengan pengurangan tingginya tembok tarif dan non tarif di bidang perdagangan, ketentuan ini akan mengakibatkan munculnya persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan-perusahaan asing dan domestik sampai pada tingkatan terndah. Transformasi Demografis Berdasarkan beberapa indikator sosial menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) semakin meningkat, bersamaan dengan ukuran keluarga yang semakin kecil. Tingkat Melek Huruf Kelompok Usia Dewasa (Adult Literacy Rate) telah pula meningkat cepat dan Harapan Hidup Waktu Lahir (Life Expectancy) semakin naik baik pria maupun wanita. Kejadian ini pula menunjukkan adanya kenaikan pada pendatan per kapita yang dibarengi oleh semakin berkurangnya jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan absolut. Pada akhirnya proses transformasi demografi tersebut telah menimbulkan gejala consumer boom, baik di kota maupun di pedesaan. Hal ini terlihat pada peningkatan pada permintaan bagi sandang , pangan perumahan, pendidikan, kesehatan, liburan, bahkan kehidupan kerohanian. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi selama periode tersebut dan status pembangunan manusia tentu saja meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari status menengah bawah menjadi menengah atas. Hal ini bisa saja disebabkan oleh kondisi kesejahteraan masyarakat pada tahun tersebut bisa dikatakan cukup baik.
Syaiful Bahri: Globalisasi dan Perekonomian…
Tabel 1 : Perkembangan IPM Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008– 2013 No Tahun IPM 1. 2009 73,80 2. 2012 74.19 3. 2013 75.13 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)adalah gambaran integral tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan.Perkembangan IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia daerah.Peningkatan IPM Sumatera Utara mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Sumatera Utara cenderung semakin membaik sejalan dengan peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan Sumatera Utara. Perkembangan ini ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) per kapita masyarakat Sumatera Utara selama periode tersebut. Tabel 2 : Indikator Masyarakat Utara No.
Indikator
1. IPM
Kesejahteraan Sumatera
2010
2011
Progres 2012 (Triwulan II)
74,19
79,5
79.5
22,43
23.15
8,70
9,02
72,20
72,46
104
na
2. Pendapatan per 21,23 kapita 4. Rata-rata lama 8.85 sekolah 5. Angka harapan hidup 69.20 6. Tingkat Penyerapan 110 Tenaga Kerja Sumber : BPS
KESIMPULAN Atas dasar analisis SWOT terhadap kondisi dan aktivitas wilayah tersebut di atas, maka Sumatera Utara dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Kekuatan Sektor industri merupakan salah satu leading sectors di daerah ini
Pusat perdagangan nasional dan internasional Indonesia bagian barat Daerah yang menjadi sentra bagi ekspor non migas di Indonesia bagian barat Memiliki pelabuhan udara dan laut yang bertaraf internasional Letak geografinya berdekatan dengan sentra industri dan perdagangan internasional Pemerintah daerah telah melakukan kerjasama dengan beberapa negara terutama ASEAN, IMT GT dan kota kembar Tersedianya kawasan industri. 2. Kelemahan Pendidikan yang masih relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor moderen Infrastruktur yang belum merata, sehingga pusat-pusat industri terkonsentrasi pada beberapa wilayah saja. Biaya ekonomi tinggi menyebabkan inefisiensi dalam perekonomian Terbatasnya pengusaha yang sudah memperoleh sertifikat ISO Investasi yang berkembang cenderung untuk tidak export oriented Terbatasnya komoditi unggulan yang benar-benar diunggulkan untuk pasar dalam maupun luar negeri Iklim usaha yang kondusif masih sangat diperlukan untuk mendorong kegiatan investasi 3. Peluang Kerjasama IMT-GT dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan arus perdagangan dan investasi dari kawasan pertumbuhan tersebut. Ketersediaan lahan dan infrastruktur memungkinkan Singapura dan Malaysia memanfaatkan Sumatera Utara sebagai daerah industry relocation 4. Ancaman Meningkatnya impor dan menurunnya pangsa pasar di negara mitra dagang utama
191
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013
Merupakan daerah yang memungkinkan menjadi serbuan barang konsumsi dari luar
SARAN Agar strategi pembangunan wilayah dapat berjalan secara dinamis dan berkelanjutan (sustainable), maka harus diperhatikan lingkungan daerah baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi potensi wilayah, keuangan wilayah, komoditas unggulan, aglomerasi industri, pusat pertumbuhan sedangkan aspek eksternal meliputi pengaruh wilayah batas (regional spillover) , kerjasama interregional, perdagangan interregional, pendapatan perkapita luar daerah dan lainlain. Perubahan global yang penting untuk dicermati adalah perubahan teknologi, inovasi, jejaring, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, pergesaran sosial budaya dan perubahan pasar serta membangun regional branded dan iconicon baru untuk memasarkan daerah sekaligus sebagai daya tarik wilayah bagi para investor. DAFTAR RUJUKAN Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dirjen Perdagangan Internasional, 1996/2003, World Trade Organization Sebagai Lembaga Pelaksana dalam Mewujudkan Liberalisasi Perdagangan. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dirjen Perdagangan Internasional, 1996/2003, Perkembangan Program CEPT – AFTA. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dirjen Perdagangan Internasional, 1996/2003, Dinamika Hubungan Perdagangan Bilateral
192
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dirjen Perdagangan Internasional, 1996/2003, Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik APEC Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger Publisher, New York. Blair, John P., 1995, Local Economic Development: Analysis and Practice, Sage Publication. USA. Faludi, Andreas, 1978, A Reader in Planning Theory, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Paris, Frankfurt. Fujita, Masahita, 2002, Economics of Agglomeration: Cities, Industrial Location and Regional Growth, Cambridge University Press, United Kingdom. Gore, Charles, 1984, Region in Question : Space, Development Theory and Regional Policy,Published in USA by Methuen& Co, Ltd 11 New Fetter Lane, London. Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie, 1995, Regional Development : Theories and Their Application, New Brunswick, N.J, Transaction Publischers, USA Isard, Walter, 1960, Methods of Regional Analysis, MIT Press, United State of Amerika. Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah : Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta. Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung, Jawa Barat __________, 2006, Teori Lokasi,USU Press, Medan