GERAKAN PERLAWANAN GELOMBANG KEDUA DESA ADAT PASEDAHAN KABUPATEN KARANGASEM DALAM MENOLAK KEBIJAKAN REKLAMASI TELUK BENOA I Made Ady Widyanata 1), I Ketut Putra Erawan 2), Bandiyah 3) 1, 2, 3)
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Email:
[email protected] 1 ,
[email protected] 2 ,
[email protected] 3
ABSTRACT Benoa Bay reclamation policies led to the reaction a resistance movement of various circles of society to indigenous villages. Resistance indigenous village began to spread, which initially only indigenous coastal villages Benoa Bay, now the traditional village far from the coast of the Gulf of Benoa party to the resistance movement refuse reclamation of Benoa Bay. This research takes the traditional village Pasedahan Karangasem as a case study. The purpose of this study is to determine and describe how the resistance movement Pasedahan indigenous village in Karangasem regency refuse reclamation policy Benoa Bay. The theory used is the theory of the Resistance. The method used in this research is descriptive qualitative. Research data collection techniques by observation, interviews, literature method, discorse and documentation. This research on the findings discovered that the resistance movement is done the traditional village Pasedahan still in the form of semi-open resistance (social protests or demonstrations), installation of billboards and flags ForBALI, as well as participation in joint actions Pasubayan Village People/Pakraman. In data analyzed that there are two factors that underlie the emergence of resistance movements Pasedahan indigenous villages. First, trust/faith in the sacred area which produces resistance that there are points of sacred region Benoa Bay. Second, the sense of solidarity which produces resistance can be interpreted as a manifestation of concern society based on equality of morality, collectivity, and belief as indigenous peoples. Keywords: Social Movements Politics, Village People, Reclamation
memunculkan aksi penolakan yang dilakukan
PENDAHULUAN
oleh masyarakat. Isu reklamasi berkembang di Pulau Bali kalangan
Awal penolakan rencana reklamasi Teluk
masyarakat luas. Muncul isu reklamasi di
Benoa dimulai ketika SK Gubernur bernomor:
Pulau Bali pada tahun 2012 yang lalu.
2138/02-C/HK/2012,
Sebelumnya reklamasi di Pulau Bali telah
dengan Perpres No. 45 Tahun 2011. Akan
dilakukan
di
tetapi, pemerintah pusat mencabut Perpres
reklamasi
selanjutnya,
yang
menjadi
sorotan
Pulau
banyak
Serangan.
Lokasi
yang
bertentangan
di
No. 45 Tahun 2011 dan menggantikannya
wilayah pasang tepatnya dikawasan Teluk
dengan Perpres No. 51 Tahun 2014. Selain
Benoa.
itu, penolak rencana reklamasi berkaitan erat
Rencana
direncanakan
reklamasi
tersebut
dengan nilai-nilai agama, sosial dan budaya,
1
yakni pemanfaatan kawasan reklamasi yang
gelombang kedua yaitu desa adat Pasedahan
tidak sesuai dengan falsafah sosio religi
Kacamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana. Aksi
penolakan
reklamasi
datang
dari
Masyarakat
desa
adat
Pasedahan
terhadap
proyek
menolak rencana reklamasi Teluk Benoa,
berbagai
elemen
mereka berpendapat bahwa reklamasi hanya
masyarakat yakni, aktivis lingkungan, LSM,
akan
akademisi, tokoh agama, artis dan seniman
memperparah dampak abrasi dan ancaman
yang tergabung di dalam ForBALI (Forum
terhadap
Rakyat
dilakukan
Bali
Tolak
Reklamasi).
Aksi
merusak
alam
budaya
Bali.
hanya
Bali,
khususnya
Kalau
untuk
reklamasi
kepentingan
penolakanan juga datang dari desa adat,
pengembangan pariwisata, tidak setuju hanya
hingga
gerakan
dikembangkan di Bali Selatan. Hal tersebut
perlawanan
membuat peneliti ingin mengetahui lebih
dilakukan oleh desa adat pesisir Teluk Benoa
lanjut mengenai dasar-dasar dan tujuan serta
yaitu desa adat Tanjung Benoa, Kedonganan,
hal-hal yang membuat desa adat Pasedahan
Kerobokan, Jimbaran, Seminyak, Kelan, Kuta,
ini ikut melakukan aksi gerakan perlawanan
Legian, Canggu, Berawa, Buduk dan Bualu
terhadap kebijakan reklamasi Teluk Benoa.
memunculkan
perlawanan.
Awal
aksi
gerakan
Kabupaten Badung. Desa adat Pedungan,
GERAKAN SOSIAL POLITIK
Kepaon, Pemogan, Sesetan, Serangan dan Sanur yang berada di Kota Denpasar. Aksi
Gerakan
sosial
politik
merupakan
penolakan juga datang dari desa adat dari
gerakan sekelompok orang yang mempunyai
Kabupaten Gianyar yaitu desa adat Cucukan,
visi, misi, tujuan, dan nilai sosial politik yang
Keramas, Mendahan, dan Ketewel. Desa-
sama (mempertahankan, merubah, merebut,
desa adat pesisir Teluk Benoa sebagai desa
mengontrol,
adat gelombang pertama yang melakukan
sosial
aksi gerakan perlawanan.
sistematis, terorganisir. Selain itu, gerakan sosial
Selanjutnya, desa-desa adat yang jauh
desa
adat
Jahem
dilakukan
merupakan
sebuah oleh
secara
tindakan
sekelompok
sebuah
tindakan
untuk
menimbulkan perubahan dapat dikategorikan
desa adat Kusamba serta ratusan orang dirinya
adalah
dilakukan
suatu perubahan. Perlawanan atau desakan
dan
Serokadan dari Kabupaten Bangli. Selain itu,
mengatasnamakan
yang
kehidupan
sudah direncanakan dan ditunjukan untuk
desa-desa adat yang jauh dari pesisir Teluk adalah
politik
menjalankan
masyarakat dengan program-program yang
gerakan perlawanan. Gerakan perlawanan
Benoa
politik)
terencana
dari pesisir Teluk Benoa ikut melakukan aksi
dan
sebuah gerakan sosial politik.
Pemuda
Klungkung. Desa adat yang jauh dari pesisir
DESA ADAT
Teluk Benoa sebagai gerakan perlawanan Desa digambarkan sebagai wilayah yang
desa adat gelombang kedua. Muncul kembali
di tempati oleh sekelompok masyarakat yang
fenomena gerakan perlawanan desa adat
beragama Hindu, kecuali di kota atau desa-
2
desa yang terletak dipinggir pantai yang di
pihak yang akan merugikannya yang ingin
tempati oleh masyarakat dari berbagai umat
mencari keuntungan untuk dirinya sendiri atau
beragama. Ada dua jenis desa di Bali, yaitu
untuk kelompoknya.
desa dinas dan desa adat. Desa adat di Bali merupakan berbagai
tumbuh
macam
dan
METODELOGI PENELITIAN
berkembangnya yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan
didasarkan oleh ajaran agama Hindu. Selain
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini akan
itu, desa adat memiliki tugas untuk menjaga
mencoba
dan
mendeskripsikan serta akan lebih memahami
melestarikan
kebudayaan
Kahyanga
Bali
Tiga
yang
menyelidiki,
menjelaskan,
dan
merupakan tempat persembahyangan umat
secara
Hindu. Susunan desa adat dibedakan menjadi
perlawanan gelombang kedua desa adat
dua jenis yaitu desa adat yang terdiri dari
Pasedahan Kacamatan Manggis Kabupaten
beberapa banjar dan desa adat yang terdiri
Karangasem
dari satu banjar.
reklamasi
menyeluruh
dalam
Teluk
tentang
gerakan
menolak
Benoa.
kebijakan
Penelitian
ini
berlokasi di Desa Pasedahan Kacamatan
REKLAMASI
Manggis Kabupaten Karangasem. Penelitian
Reklamasi merupakan kegiatan yang
ini
menggunakan
teknik
pengambilan
dilakukan oleh seseorang dalam rangka
sampling yakni snowball sampling. Penelitian
meningkatkan manfaat sumber daya lahan
ini meggunakan teknik pengumpulan data
yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
yaitu:
ekonomi
kepustakaan, discourse (mengobrol dengan
dengan
cara
pengurugan,
observasi,
wawancara,
metode
pengeringan lahan atau drainase.
banyak orang), dan studi dokumentasi.
TEORI RESISTENSI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resistensi adalah suatu konsep yang
Desa
adat
Pasedahan
terletak
di
menjelaskan muncul dan terjadinya sebuah
kecamatan Manggis, kabupaten Karagasem.
gerakan perlawanan dari orang-orang atau
Letak desa adat Pasedahan berbatasan
sekelompok
yang
dengan 4 desa lainnya, desa Tenganan di
ditimbulkan akibat adanya ketidakadilan dan
sebelah utara, desa Bukit Tenganan sebelah
sebagainya. Aksi gerakan perlawanan dan
timur, desa Nyuhtebel sebelah selatan dan
pemberontakan diakibatkan oleh kebijakan
desa Tukad Buatan sebelah barat. Desa adat
negara yang seringkali menjadikan tanah
Pasedahan memiliki dua banjar yaitu banjar
sebagai
alat
Kanginan dan banjar Kauhan. Luas desa adat
kepentingan penguasa. Selain itu, resistensi
Pasedahan 615,36 m² yang terbagi menjadi
adalah
pada
area pemukiman penduduk 12,2 m², kuburan
situasi-situasi sosial, dalam hal ini pihak-pihak
0,16 m², pekarangan 3 m², dan perkantoran
yang
sosial
600 m². Desa adat Pasedahan pada tahun
masyarakat, yang kemudian memunculkan
2015 jumlah penduduk berjumlah 1.907 jiwa
orang
bagian
fenomena
dirugikan
yang
dari
yang
dalam
tertindas
perpolitikan,
mengarah
struktur
aksi gerakan perlawanan terhadap pihak-
3
yang terdiri dari penduduk laki-laki 926 jiwa
Pemogan, Sesetan, Serangan dan Sanur
dan penduduk perempuan 981 jiwa.
yang berada di kota Denpasar serta desa adat dari kabupaten Gianyar yaitu desa adat
Gerakan perlawanan terhadap kebijakan
Cucukan, Keramas, Mendahan, dan Ketewel.
reklamasi Teluk Benoa dimulai pada saat SK
Peneliti menyimpulkan bahwa desa-desa adat
Gubernur diketahui oleh masyarakat. SK tersebut
dianggap
masyarakat.
SK
bermasalah
Gubernur
pesisir Teluk Benoa sebagai desa adat
oleh
gelombang pertama yang melakukan aksi
bertentangan
gerakan
dengan Perpres No. 45 Tahun 2011 yang
reklamasi
menyatakan bahwa Teluk Benoa sebagai
Bambang
masa
pemerintahan
Yudhoyono
justru
Tahun
2011
tersebut
awal
melakukan sebuah aksi perlawanan.
mendukung
dicabut
Sebab,
ada desa-desa adat yang lainnya yang
Susilo
rencana reklamasi Teluk Benoa. Perpres No. 45
Benoa.
kebijakan
pesisir dan masih belum ada yang terlihat jika
ataupun di reklamasi. Akan tetapi, pemerintah pada
Teluk
terhadap
munculnya gerakan dimulai oleh desa-desa
kawasan konservasi tidak boleh dimanfaatkan
pusat
perlawanan
Setelah gerakan perlawanan desa adat
dan
gelombang
pertama
semakin
meluas,
digantikan dengan Perpres No. 51 Tahun
memunculkan aksi gerakan perlawanan dari
2014 yang menjadikan status Teluk Benoa
desa adat yang jauh dari pesisir Teluk Benoa.
menjadi kawasan budi daya yang dapat
Desa-desa adat yang jauh dari pesisir Teluk
dimanfaatkan dan dikembangan. Munculnya
Benoa yang ikut melakukan aksi gerakan
kebijakan tersebut dan kesadaran masyarakat
perlawanan adalah desa adat Jahem dan
akan
terjadi,
Serokadan dari kabupaten Bangli. Selain itu,
yang
desa adat Kusamba, desa adat Paksebali
dampak
memunculkan
negatif
gerakan
yang perlawanan
terdiri dari masyarakat yang peduli lingkungan,
serta
aktivis, gerakan lingkungan yang membentuk
dirinya Pemuda Klungkung. Pada akhir bulan
sebuah organisasi yang bernama ForBALI.
april 2016 muncul kembali fenomena gerakan
Selain itu, memunculkan gerakan perlawanan
perlawanan desa adat yang jauh dari pesisir
dari kalangan desa-desa adat. Desa-desa
Teluk Benoa yaitu desa adat Pasedahan,
adat menolak rencana reklamasi, di karena
kacamatan Manggis, kabupaten Karangasem
akan berbenturan dengan nilai-nilai agama,
salah satu desa adat yang jauh dari pesisir
sosial dan budaya di Bali.
Teluk Benoa ikut dalam aksi menolak akan
Melihat
oleh desa-desa adat pesisir Teluk Benoa.
Kedonganan,
adat
Tanjung
Kerobokan,
dari
segi
wilayah,
desa
adat
mempunyai laut. Awal munculnya gerakan
Benoa,
perlawanan pada saat bendesa adat dan
Jimbaran,
sebagain masyarakat desa adat mengikuti
Seminyak, Kelan, Kuta, Legian, Canggu,
Dharma
Berawa, Buduk dan Bualu kabupaten Badung.
Wacana.
Disanalah
mereka
mendapatkan semua pemahaman tentang
Selain itu, desa adat Pedungan, Kepaon,
4
mengatasnamakan
Pasedahan jauh dari pesisir laut dan tidak
Desa-desa adat yang menolak reklamasi desa
orang
adanya reklamasi dikawasan Teluk Benoa.
Gerakan perlawanan desa adat dimulai
adalah
ratusan
kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan yang
kelompok-kelompok tertentu. Isu miring itu
disucikan.
dibatah oleh bendesa adat Pasedahan yang
Masyarakat desa adat
beranggapan bahwa isu tersebut hanyalah
merasa bahwa
dibuat untuk melemahkan pergerakan, serta
tanah kelahiran mereka akan dirusak sekian
pandangan
henktar dengan cara diurug, yang tidak
baik
dari
penolak reklamasi ini tidak mendapatkan
itu, aksi tersebut menunjukan kepedulian
bantuan dari manapun dan dari siapapun.
mereka terhadap kawasan yang disucikan
Semua hal-hal yang berkaitan dengan aksi
dan memiliki titik-titik suci. Munculnya rasa
penolakan murni dari swadaya pemuda dan
solidaritas sebagai bentuk kepedulian mereka
masyarakat desa adat.
terhadap masyarakat desa adat pesisir. Tidak hanya itu saja, masyarakat desa adat sangat pelaksanaan
kurang
masyarakat luas. Sebab, semua aksi gerakan
melihat kelestarian lingkungan alam. Selain
mengkhawatirkan,
yang
Desa adat Pasedahan melakukan aksi
reklamasi
deklarasi dengan dua desa lainya yaitu desa
justru akan mengancam aspek Tri Hita
adat Culik yang berada di kacamatan Abang
Karana sebagai landasan adat, budaya, dan
dan desa adat Bugbug berada di kacamatan
agama di Bali.
Karangasem. Bahwa desa-desa adat ingin menyatukan rasa solidaritas mereka terhadap
Bentuk-bentuk gerakan perlawanan desa
desa adat pesisir. Melakukan long march dari
adat Pasedehan yaitu; aksi demo/deklarasi,
desa adat Pasedahan menuju Candidasa
pemasangan baliho, bendera ForBALI dan
sebagai tempat melakukan deklarasi untuk
bersih-bersih yang dikorninatori oleh bendesa
menyapaikan semua aspirasi masyarakat
adat dan korlap desa. Selain itu, desa adat
desa adat.
Pasedahan juga mengikuti aksi dengan desadesa
adat
lainnya
untuk
mebuat
suatu
Pergerakan
desa
adat
Pasedahan
tekanan kepada pemerintah. Jelas bahwa
selanjutnya adalah melakukan aksi bersi-
rasa
membuat
bersih desa dan melakukan penggantian
sebuah gerakan perlawanan menjadi meluas
baliho yang sudah rusak. Selain itu, desa adat
hingga
solidaritas
ke
yang
tumbuh,
yang
letak
Pasedahan akan melakukan pemasangan
kawasan
yang
bendera Pasubayan Desa Adat/Pakraman.
solidaritas
yang
Karena, desa adat Pasedahan sudah menjadi
diperlihatkan oleh masyarakat desa adat
bagian dari Pasubayan Desa Adat/Pakraman
Pasedahan, yang berkaitan dengan moralitas
sebagai kordinator dalam setiap aksi gerakan
dan
penolakan reklamasi Teluk Benoa. Gerakan
wilayahnya
daerah-daerah jauh
bersangkutan.
istilah
dari
Bentuk
dalam
adat
Bali
yaitu
menyamabraya.
perlawanan
reklamasi
yang
dilakukan oleh desa adat Pasedehan dan
Muncul isu-isu dikalangan masyarakat
Pasubayan akan terus berlangsung sampai
tentang pendanaan pembuatan atribut dan
rencana reklamasi dibatalkan dan Perpres
aksi-aksi yang dilakukan selama ini oleh desa
No.51 Tahun 2014 dicabut.
adat dan masyarakat penolak bersumber dari
5
terhadap
Ada dua faktor utama yang membuat
sebagai pedoman masyarakat adat di pulau
resistensi desa adat Pasedahan muncul yaitu:
Bali.
1. KEYAKINAN/KEPERCAYAAN YANG
2.
MENGHASILKAN RESISTENSI
MENGHASILKAN RESISTENSI
Dalam konsep resistensi Scott, aksi gerakan
perlawanan
Gerakan
SOLIDARITAS
perlawanan
desa
adat
pemberontakan
Pasedehan ini muncul akibat adanya rasa
diakibatkan oleh adanya kebijakan negara
solidaritas. Soliadaritas yang didasari oleh
yang seringkali menjadikan tanah sebagai
adanya perasaan moral dan kepercayaan
bagian dari perpolitikan, alat kepentingan
yang dianut bersama dan diperkuat oleh
penguasa
mendapatkan
pengalaman emosional. Solidaritas ini muncul,
keuntungan. Tanah ini bisa digambarkan
yang menekankan pada keadaan hubungan
dalam penelitian ini adalah kawasan Teluk
antar
Benoa yang rencananya akan dilakukan
keterikatan
dalam
reklamasi. Desa adat Pasedahan sebagai
didukung
nilai-nilai
desa adat gelombang kedua, yang muncul
kepercayaan/keyakinan sebagai masyarakat
dan melakukan gerakan perlawanan yang
adat yang tinggal di Bali. Tumbuhnya rasa
didasari oleh keyakinan masyarakat desa
solidaritas
adat terhadap titik-titik suci tersebut. Mereka
diartikan sebagai wujud kepedulian kepada
meyakini bahwa dengan adanya reklamasi
desa pesisir Teluk Benoa yang didasarkan
titik-titik yang disucikan itu akan hilang,
pada persamaan moralitas, ikut merasakan
apalagi
ketahui
hal yang sama, kolektif yang sama, dan
adalah dengan cara melakukan pengurugan
kepercayaan/keyakinan sebagai masyarakat
laut yang akan dialokasikan menjadi sebuah
adat.
yang
reklamasi
pulau-pulau pariwisata
dan
RASA
ingin
yang
buatan seperti
mereka
untuk
kepentingan
pembangunan
masyarakat
desa
adat
adat
yang
mendasari
kehidupan
dengan
moralitas
dan
Pasedahan
dapat
KESIMPULAN
hotel,
tempat-tempat hibuaran dan wisata modern
Munculnya gerakan perlawanan desa
lainya. Selain Teluk Benoa diyakini sebagai
adat Pasedahan sebagai gerakan perlawanan
kawasan suci yang memiliki 60 titik suci yang
desa adat gelombang kedua disebabkan oleh
tersebar dikawasan tersebut, yang diyakini
beberapa
merupakan areal titik temu/pemersatu Sekala-
adanya keyakinan/kepercayaan terhadap titik-
Niskala kawasan Tanjung, Jimbaran, Kelan,
titik suci dikawasan Teluk Benoa. Titik-titik
Tuban, Pesanggaran, Benoa, Serangan Dan
suci yang tersebar dikawasan Teluk Benoa
Sanur. Titik-titik suci itu terdiri dari 23 Pura, 1
dan
Taru Agung, 17 loloan, 2 sawangan dan 17
temu/pemersatu
muntig dan terlebihnya masyarakat desa adat
Tanjung,
Pasedahan
Pesanggaran, Benoa, Serangan Dan Sanur.
meyakini
reklamasi
sangat
berbenturan kepada konsep Tri Hita Karana
6
faktor:
diyakini
Pertama,
merupakan
didasari
areal
Sekala-Niskala
Jimbaran,
Kelan,
oleh
titik
kawasan Tuban,
Adanya titik pertemuan air seperti loloan
desa
adat
pesisir
Teluk
Benoa
yang
(pertemuan sungai dan laut) dan campuhan
didasarkan pada persamaan moralitas, ikut
yang disucikan, dikeramatkan dan menjadi
merasakan hal yang sama, kolektif yang
tempat
sama, dan kepercayaan/keyakinan sebagai
atau
sebagai
titik
suci
dalam
pelaksanaan upakara (upacara keagamaan).
masyarakat adat.
Berbagai upakara dilaksanakan dikawasan
DAFTAR PUSTAKA
tersebut, karena keyakinan masyarakat Bali bahwa
adanya
sebuah
energi
semesta
Buku
dipertemukan dititik tersebut dan memberikan
Alisjahbana, 2005. “Sisi gelap Perkembangan
kerahayuaan (kesucian jiwani). Selain itu, laut
Kota”. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
dan pesisir merupakan tempat suci untuk
Dwi Susilo, Rachmad K. 2012. “Sosiologi
melukat dan mesepuh, meruwat semua leteh
Lingkungan”. Jakarta: PT RajaGrafindo
dan mala, laut dan pesisir merupakan tempat
Persada.
suci untuk melasti, pekelem, ruwat, melukat,
Eades, J.S. 2003, “Globalization in Southeast
dan ngayud.
Asia : Local, National, and Transnational
Disamping itu, reklamasi Teluk Benoa
Perspective”. New York: Berghahn Books,
berbenturan dengan konsep Tri Hita Karana
Oxford.
yang menjadi pedoman desa adat/pakraman dan
masyarakat
tersebut
Hindu
menyakut
di
tiga
Bali.
Harrison, Lisa. 2009. “Metodologi Penelitian
Hal-hal
konsep
Politik”. Jakarta: Kencana.
yaitu;
Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan),
Pawongan
(hubungan
Hayne,
manusia
Masyarakat
dengan sasama manusia), dan yang terakhir adalah
Palemehan
(hubungan
Jeeff.
2000. Sipil
“Demokrasi di
Dunia
Dan
Ketiga”.
Jakarta: YOI.
antara Hujanikajenong, Agung. 2006. “Resistensi
manusia dengan alam).
gaya Hidup; teori dan realita editor: Kedua, gerakan perlawanan desa adat
Alfathri Adlin”. Yogyakarta: Jala Sutra.
Pasedehan ini muncul akibat adanya rasa Kaelan. 2012. “Metode Penelitian Kualitatif
solidaritas. Soliadaritas yang didasari oleh adanya
perasaan
moralitas
Interdisipliner
dan
bidang
sosial,
budaya,
kepercayaan/keyakinan yang dianut bersama
filsafat, seni, agama dan humaniora”.
dan diperkuat oleh pengalaman emosional.
Yogyakarta: Paradigma.
Solidaritas ini muncul yang menekankan pada
Martono,
keadaan hubungan antara masyarakat adat
Nanang.
2011.
“Sosiologi
Perubahan Sosial”. Jakarta: Rajawali
yang mendasari keterikatan dalam kehidupan
Pers.
dengan didukung oleh nilai-nilai moralitas Moleong, Lexy. 2006. “Metodologi Penelitian
sebagai masyarakat adat. Tumbuhnya rasa solidaritas
desa
adat
Pasedahan
Kualitatif”.
dapat
Rosdakarya.
diartikan sebagai wujud kepedulian kepada
7
Bandung:
PT
Remaja
Nurcholis, Hanif. 2011. “Pertumbuhan dan
Adhyati Intan Hapsari, Ni Luh Komang 2014
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa”.
“Regulasi Tanpa Basic Sumber Daya
Jakarta: Erlangga.
Alam Dan Lingkungan Sosial (Studi Penerapan Peraturan Presiden Nomor
Piotr, Sztompka. 2004. “Sosiologi Perubahan
51 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Sosial”. Jakarta: Prenada Media.
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun
Raka Cede, I Gusti. 2000. “Monografi Pulau
2011 tentang Rencana Tata Ruang
Bali”. Jakarta: Pusat Djawatan Pertanian
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,
Rakyat.
Gianyar, dan Tabanan di Teluk Benoa)”. Diakses
Situmorang, Dr.Abdul Wahid. 2013. “Gerakan
dari
http://download.portalgaruda.org/article.p
Sosial: Teori Dan Praktik”. Yogyakarta:
hp?article=285245&val=6466&title=REG
Pustaka Pelajar.
ULASI%20TANPA%20BASIC%20SUMB Sukirno, Didik. 2010, “Pembaharuan Hukum
ER%20DAYA%20ALAM%20DAN%20LI
Pemerintahan Desa”. Malang: Setara
NGKUNGAN%20SOSIAL%20(Studi%20
Press.
Penerapan%20Peraturan%20Presiden% 20Nomor%2051%20Tahun%202014%20
Sugiyono. 2008 “Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan
R&D”.
tentang%20Perubahan%20Atas%20Pera
Bandung:
turan%20Presiden%20Nomor%2045%20
ALFABETE.
Tahun%202011%20tentang%20Rencana Sugiono, Muhadi dan Vicky de Djalong. 2007. “Gerakan Politik
Perlawnana
Global”.
Dalam
Yogyakarta:
%20Tata%20Ruang%20Kawasan%20Pe
Ruang
rkotaan%20Denpasar,%20Badung,%20
Pustaka
Gianyar,%20dan%20T.
Pelajar.
juni
2016,
pukul 10.00 Wib.
Disertasi, Jurnal, Tesis Suantika,
2
Wayan.
Web 2015.
“Resistensi
Diakses
dari
Masyarakat Lokal Terhadap Kapitalisme
http://metrobali.com/2013/08/05/reklamas
Global”.
i-teluk-benoa-untuk-masa-depan-bali/, 1
Diakses
dari
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/771/g
april 2016, pukul 10.00 Wib.
dlhub-gdl-s2-2015-suantikawa-38517-6.Diakses dari https://alamendah.org/peraturan-
bab-i-n.pdf, 11 april 2016. pukul 09.00
hukum/undang-undang/uu-no-27-tahun-
Wib.
2007/, 1 april 2016, pukul 10.30 Wib. Dimas Bala Rena, I Putu. 2015 “Civil Society Diakses
Dalam Dinamika Pro-Kontra Rencana
tahun-2014.html, 3 april 2016, pukul
http://journal.unair.ac.id/download1
10.00 Wib.
juni
2016, pukul 09.00 Wib.
8
http://www.walhi.or.id/tolak-
reklamasi-segera-batalkan-perpres-51-
Reklamasi Teluk Benoa”. Diakses dari
fullpapers-jpmfeffddcfb8full.pdf.
dari
Diakses
dari
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/110410506 1-3-BAB+II.pdf, 10 april 2016, pukul 10.30 Wib. Undang-Undang UU
Nomer
27
Tahun
2007
pengertian
reklamasi. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomer 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah
Kabupaten
Badung
Tahun 2013-2033.
9