Dampak Reklamasi Lingkungan Perairan : Studi Kasus Teluk Benoa, Bali, Indonesia Mega AMELIA1, Kevin Muster Regulus VICTOR1, Nursiyam BARKAH1, Iwan DEWANTAMA2 Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 453636, Jatinangor, Indonesia
1
2
Conservation International (CI), Indonesia E-mail :
[email protected] SARI
Teluk Benoa merupakan kawasan perairan yang memegang peranan penting dalam menjaga ekosistem dan hidrologi Bali Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat permodelan reklamasi Teluk Benoa dan menganalisis kualitas air DAS Tukad Badung yang mengarah langsung ke Teluk Benoa sebagai kajian kuantitatif dalam Perpres No.51/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Finite Volume Coastal Ocean Model (FVCOM) dan analisis kimia-fisika air sungai mengacu pada PP RI No.82 Tahun 2001 dan Peraturan No.907/MENKES/SK/VII/2002. Hasil dari penelitian ini menampilkan permodelan Teluk Benoa pada saat menerima limpahan maksimum air sungai dan runoff DAS Tukad Badung selama kondisi air pasang (empat jam). Reklamasi yang dilakukan seluas 15% meningkatkan permukaan air laut di daerah selatan muara sungai Sama dan sungai Bualu, dan meningkat signifikan pada saat dilakukan reklamasi seluas 80% mencakup wilayah sekitar DAS Tukad Badung. Analisis kimia menunjukkan bahwa percontoh air DAS Tukad Badung yang diambil pada enam titik lokasi memiliki tingkat kualitas air tergolong tercemar karena berada diatas persyaratan kualitas air kelas I dengan parameter suhu 29oC, pH (6,009,58), BOD (14,00-22,89 mg/L), COD (30,41-122,20 mg/L), dan kadar deterjen (0,08-0,53 mg/L). Hasil analisis fisika menunjukkan bahwa enam percontoh umumnya berbau dan berasa, kekeruhan (0-11,00 NTU), dan warna (0-80,00 TCU). Reklamasi Teluk Benoa dapat menyebabkan berkurangnya reservoir dari DAS Tukad Badung. Dengan rata-rata curah hujan DAS Tukad Badung mencapai 65 mm (empat jam) dengan runoff 3.628.459 m3 dapat diperkirakan kawasan Bali Selatan akan mengalami bencana banjir dan adanya wabah penyakit karena limpahan air yang meluap dalam kondisi tercemar di kota Denpasar. Diharapkan kajian ini menjadi pertimbangan kebijakan reklamasi Teluk Benoa pada Perpres No.51/2014. Kata kunci : Dampak, Permodelan, Reklamasi, Teluk Benoa, DAS Tukad Badung.
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN Teluk Benoa terletak di sisi tenggara pulau Bali. Teluk Benoa merupakan kawasan perairan yang memegang peranan penting dalam menjaga ekosistem dan hidrologi Bali Selatan. Teluk Benoa terletak pada kondisi morfologi yang mempunyai tingkat erosi permukaan kecil, daerah abrasi, serta proses pengendapan aktif. Teluk Benoa berbentuk intertidal yang disekelilingnya yaitu hutan mangrove dan dilindungi dari gelombang air air yang besar oleh Semenanjung Jimbaran disebelah barat, Tanjung Benoa dan Pulau Serangan di sebelah timur. Bentuk teluk tersebut relatif datar dan sangat dangkal, sheingga sebagian besar dasar laut tereksposur pada waktu air surut rendah. Bagi masyarakat setempat Teluk Benoa memiliki jasa perlindungan, ekonomi hingga sosial Dengan demikian untuk meningkatkan pariwisata, pemerintah Bali berencana untuk mereklamasi Teluk Benoa dan Pulau Pudut yang akan dijadikan kawasan Marina dan kawasan wisata terpadu. Namun rencana ini ditolak oleh masyarakat sekitar karena takut akan kehilangan mata pencaharian dan ekosistem alam yang rusak akibat reklamasi. Rencana reklamasi Teluk Benoa bertentangan dengan master plan pembangunan Bali yang tertuang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali Nomor Tahun 2009. Reklamasi perairan Teluk Benoa akan secara langsung mengurangi volume tampungan banjir. Secara teoritis, dengan debit air yang keluar teluk sama sementara volume tampungan di dalam teluk berkurang karena reklamasi maka sebagian air dari aliran permukaan DAS pada saat hujan dan air laut pasang akan menggenangi daerah sekitarnya yang mempunyai topografi rendah dan semakin buruk bila terjadi penurunan tanah (land subsident). Berdasarkan peta topografi, daerah yang terancam tergenang yaitu Sanur Kauh, Suwung Kangin, Pesanggaran, Pemogan, Simpang Dewa Ruci, Bandara
Ngurah Rai dan Tanjung Benoa. Dari hasil modeling, dampak reklamasi yang paling signifikan adalah terjadinya penurunan salinitas air di dalam Teluk Benoa akibat tingginya muka air di dalam teluk yang mengakibatkan menurunnya jumlah air laut yang bisa masuk pada saat pasang. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan Finite Volume Coastal Ocean Model (FVCOM) dan analisis kimia-fisika air sungai Badung berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 dan Peraturan No.907/MENKES/SK/VII/2002. Pada analisis FVCOM domain komputasi telah di konfigurasikan dengan unstructured triangular grid untuk daerah horizontal dan sigma level untuk wilayah vertical. Untuk grid horizontal di desain dengan resolusi yang berbeda, yaitu 200 m di dalam teluk sampai dengan 600m di luar teluk. Untuk menghitung daerah basah dan kering akibat dari kondisi pasang surut, maka metode perlakuan wet/dry point juga dipertimbangkan dalam perhitungan. Untuk kedalaman air yang kurang dari 0.05 m pada sell grid pada saat air surut di desain sebagai daerah kering dan memiliki kecepatan arus sama dengan nol. Pada studi ini, daerah model digerakkan oleh air yang bermuara ke dalam teluk, dan di batas terbuka air digerakkan oleh 4 komponen pasang surut, yaitu komponen semi diurnal (M2 dan S2) dan komponen diurnal (O1 dan K1). Dalam perhitungan numeric, air limpasan dari daratan juga diperhitungkan di dalam model, yaitu air yang masuk pada musim hujan sebagai air limpasan yang masuk melalui Daerah aliran sungai (DAS) Badung, DAS Mati, DAS Sama dan DAS Bualu. Pada analisis kimia-fisika air sungai Badung metode yang digunakan yaitu dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Jenis data
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
dalam penelitian ini merupakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif meliputi suhu, rasa, bau, dan pengamatan sedimentasi. Data kuantitatif meliputi pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), deterjen (Surfaktan Anion), kekeruhan, dan warna air pada Tukad Badung tahun 2015. HASIL Hasil analisis fisika dan kimia dari enam percontoh air Tukad Badung secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
sebesar 10,00 mg/L. Dari enam percontoh air yang dianalisis, seluruhnya berada diatas ambang batas. Kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) mempunyai nilai berkisar antara 14,00-22,89 mg/L, jika dibandingkan dengan kriteria kualitas mutu air berdasarkan kelas I sebesar 2,00 mg/L. Dari enam percontoh air yang dianalisis, seluruhnya berada diatas ambang batas. 3. Kadar Deterjen (Surfaktan Anion) mempunyai nilai berkisar antara 0,080,53 mg/L, jika dibandingkan dengan kriteria kualitas mutu air berdasarkan kelas I sebesar 0,20 mg/L. Umumnya dari enam percontoh yang dianalisis, dua percontoh berada diatas ambang batas. Analisis Fisika
Tabel 1. Hasil Analis Fisik dan Kimia Air Tukad Badung.
Analisis Kimia Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 maka hasil penelitian kimia kualitas air yang dilakukan di Tukad Badung menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi dengan limbah, . Parameter kualitas air tanah yang dimaksud tersebut antara lain : 1.
2.
Kadar pH yang diukur pada suhu 29 oC mempunyai nilai berkisar antara 6,009,58, jika dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas I sebesar 6,00 – 9,00. Umumnya dari enam percontoh air yang dianalisis, dua percontoh berada diatas ambang batas. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) mempunyai nilai berkisar antara 30,41122,20 mg/L, jika dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas I
Hasil penelitian air Tukad Badung mengacu pada kondisi fisika air tersebut serta membandingkan dengan persyaratan kualitas air minum menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. 1. Dari enam percontoh yang dianalisis menunjukkan bahwa air Tukad Badung adalah sebagai beikut : Tiga percontoh berbau tidak sedap. Tiga percontoh tidak berbau Empat percontoh berasa pahit Dua percontoh tidak berasa Secara fisika air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (airminum.org). Jika dibandingkan dengan kualitas fisik persyaratan kualitas air adalah tidak berasa dan tidak berbau. Umumnya dari enam percontoh menunjukkan air Tukad Badung adalah berbau dan berasa.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
2. Kekeruhan air mempunyai nilai berkisar antara 0-11,00 NTU, jika dibandingkan dengan nilai maksimum kekeruhan air adalah 5,00 NTU, dua dari enam percontoh berada diatas kadar maksimum yang diperbolehkan dalam persyaratan kualitas air minum. 3. Warna air mempunyai nilai berkisar 0– 80,00 TCU, jika dibandingkan dengan nilai maksimum adalah 15,00 TCU, empat percontoh berada diatas kadar maksimum yang diperbolehkan dalam persyaratan kualitas air minum. Hal lain yang perlu diantisipasi pencemarannya adalah total coliform dan faecal coliform mengingat dari pengamatan di lapangan terlihat adanya pembuangan limbah kamar mandi dan kotoran ternak yang langsung diarahkan ke sungai, tanpa diproses lebih awal seperti yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini tentu mempengaruhi kesehatan ikan yang berada di Tukad Badung mulai dari hulu hingga ke hilir telah mengalami pencemaran, diduga sebagian besar dari ikan pada Tukad Badung sudah tidak sehat.
pasang. Dari gambar tersebut terlihat pula aliran yang terjadi akibat dari runoff DAS. DAS Badung, DAS mati, DAS Sama dan DAS Bualu menyumbangkan volume air ke dalam Teluk Benoa, namun DAS di utara Pulau Serangan mengalir melalui utara Pulau Serangan. Pola aliran yang hampir sama diperlihatkan pada Kondisi Teluk Benoa saat ini dan Teluk Benoa direklamasi seluas 15%, namun terdapat pola arus yang sangat berbeda ketika Teluk Benoa di reklamasi seluas 80%. Pada saat Teluk Benoa direklamasi 80%, aliran sungai Sama dan Bualu mengalir melalui sisi barat menuju ke utara dengan kekuatan arus yang cukup besar dibandingkan kondisi sebelumnya.
Gambar . Kondisi Tukad Badung Akibat Limbah Rumah Tangga (Foto : Pemprov Bali, 2014). Gambar 1. Kondisi Tukad Badung Akibat Limbah Rumah Tangga (Foto : Pemprov Bali, 2014). Gambar 2. Pola aliran arus laut saat pasang dan pola aliran air dari runoff
FVCOM Hasil dari studi ini akan menampilkan kondisi perairan teluk benoa pada saat menerima limpahan air sungai secara maximum dan runoff dari DAS selama kondisi air pasang (~6 jam). Gambar 2. memperlihatkan pola aliran air di teluk benoa pada saat kondisi
Pada grafik 1 memperlihatkan perbandingan elevasi permukaan air pada 5 kondisi yang berbeda, yaitu kondisi saat ini (existing), reklamasi 15%, reklamasi 30%, reklamasi 50%, dan
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
reklamasi 80%. Terlihat bahwa elevasi permukaan air meningkat sehubungan dengan peningkatan jumlah reklamasi yang di lakukan di Teluk Benoa, dan secara signifikan meningkat pada saat Teluk Benoa di reklamasi seluas 80%. Perbandingan elevasi permukaan air pada mulut teluk dan daerah bagian utara teluk (timur sungai Badung) diperlihatkan pada gambar 4. Elevasi di mulut teluk sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut (sinusoidal), namun dibagian tengah teluk sangat dipengaruhi oleh aliran air dari sungai dan runoff DAS yang dicirikan dengan tidak terlihatnya pola sinusoidal elevasi. Elevasi di bagian tengah teluk juga menunjukkan elevasi yang lebih tinggi sepanjang waktu di bandingkan pada mulut teluk.
telah meningkatkan permukaan air laut di daerah selatan pulau reklamasi (di sekitar daerah muara sungai Sama dan Bualu), namun meningkat secara signifikan pada saat di lakukan reklamasi 80% dan meningkat sampai mecakup wilayah sekitar sungai mati dan badung (gambar 3).Daerah yang tergenang akibat tertahannya air akibat runoff oleh air pasang terlihat pada gambar 4. Daerah yang tergenang meningkat dengan peningkatan luasan area yang di reklamasi.
Grafik 1. Elevasi permukaan air di dalam teluk benoa diatas mean sea level Gambar 3. Elevasi permukaan air secara spasial
Grafik 2. Perbandingan elevasi di mulut teluk dan daerah dalam teluk
Genangan air akibat dari runoff dan peningkatan ketinggian permukaan air akibat reklamasi dapat di tunjukkan dari gambar 3 dan 4. Reklamasi yang dilakukan seluas 15%
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 4. daerah genangan air akibat runoff dan reklamasi teluk Benoa
penghilangan input massa basa (Sumanti et al., 2010).
Reklamasi terhadap perairan Teluk Benoa juga dapat mengakibatkan menurunnya volume air laut yang dapat masuk ke dalam perairan teluk. Dari model didapatkan bahwa reklamasi yang dilakukan seluas 80% akan berakibat menurunnya volume air ke dalam teluk berkisar 60%. Penurunan volume air laut yang memasuki kawasan teluk dapat berakibat pada perubahan kondisi salinitas air di dalam teluk. Volume M3
Bay condition Existing
25.000.000
15 % Reclamation
24.500.000
30 % Reclamation
19.100.000
50 % Reclamation
10.500.000
80 % Reclamation
10.100.000
Tabel 2. Volume air laut memasuki perairan teluk
DISKUSI Masalah yang timbul sehubungan dengan karakteristik suhu dan pH adalah air limbah yang mengalami proses anaerobik (Sumanti et al., 2010). Banyak limbah industri, pertanian hingga rumah tangga pada air Tukad Badung ini yang bersifat alkali dengan pH antara 6,00 – 9,00 dan maka bisa disimpulkan memiliki alkalinitas 250,00 mg/L CaCO3 (Sumanti et al., 2010) seperti terlihat pada Gambar 5. Nilai pH yang sedikit asam ini disebabkan karena jenis tanah dan batuan di lokasi banyak mengandung kapur dan batuan karbonat, sehingga akan menyebabkan terbentuknya asam karbonat yang mempengaruhi pH tanah dan air sumber yang bersifat asam. Penanganan biologik dapat dilakukan dengan metode modifikasi pH, yaitu dengan netralisasi, pengenceran dengan efluen lain, dan pengendalian proses reaksi biologik. Metode yang terakhir untuk mengatasi pH tinggi pada percontoh lima dan enam adalah dengan menyesuaikan laju
Gambar 5. Kadar pH Percontoh Air Tukad Badung.
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMNO4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Muhajir S, 2013). Salah satu parameter penelitian COD (Chemical Oxygen Demand) dilakukan untuk mengukur senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah pada air seperti pelarut, pembersih, dan lainnya. Pada Gambar 6 menunjukkan kadar COD air Tukad Badung. Pada enam percontoh yang dianalisis, dapat dilihat bahwa COD melebihi kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yang mengindikasikan air Tukad Badung mengalami pencemaran bahan organik kimia mulai dari tengah hingga hilir sungai.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 6. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) PercontohAir Tukad Badung.
Pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen Demand) diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Alaerts dan Santika, 1984). Pada Gambar 7 menunjukkan kadar BOD air Tukad Badung. Pada enam percontoh yang dianalisis, menunjukkan bahwa kadar BOD melebihi ambang batas dari kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, semakin tinggi nilai BOD suatu air semakin tinggi pula tingkat pencemaran dari limbah organik pada air tersebut (Sumanti et al., 2010). Pemeriksaan kadar BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air limbah penduduk maupun industri serta untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologi bagi air yang tercemar tersebut. Dari hasil analisis COD dan BOD diatas tebukti bahwa air Tukad Badung memiliki nilai COD dan BOD yang tinggi, hal ini disebabkan karena adanya bahan organik maupun kimia pada air Tukad Badung yang mempunyai karakteristik sebagai bahan pencemar.
Gambar 7. Kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) PercontohAir Tukad Badung
Gambar 8 menunjukkan kadar deterjen (Surfaktan Anion) pada percontoh air Tukad Badung yang umumnya melebihi kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Nilai atau kadar deterjen pada air Tukad Badung memiliki tingkat pencemaran yang rendah- tinggi mulai dari hulu hingga hilir sungai. Deterjen dalam skala kecil digunakan pada rumah tangga, binatu di hotel, dan binatu sedangkan skala besar digunakan pada industri. Limbah yang dihasilkan akibat buangan deterjen secara langsung kebadan air mengakibatkan dampak ekologis bagi lingkungan. Salah satunya adalah terjadinya euthrophikasi yang merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar (Sediadi et al., 2000). Salah satu bahan pembentuk deterjen adalah LAS (Linier Alkyl Benzene Sulfonate). Bahan pembentuk ini bersifat racun. Berbagai cara untuk mengatasi limbah deterjen agar sesuai baku mutu telah diterapkan pada pengolahan limbah industri maupun pengolahan air minum.
Gambar 8. Kadar Deterjen (Surfaktan Anion) Percontoh Air Tukad Badung
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 9 menunjukkan kekeruhan pada percontoh air Tukad Badung yang melebihi standar kualitas air minum yang ditemukan pada daerah hilir sungai, ditunjukkan melalui percontoh lima hingga percontoh enam. Kekeruhan pada air permukaan umumnya berasal dari erosi bahan-bahan tersuspensi yang lebih besar berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Tingginya nilai kekeruhan seperti yang ditemukan pada lokasi Jalan By Pass Ngurah Rai (Jembatan), Teluk Benoa hingga Waduk Muara Nusa Dua diperkirakan dapat mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air PDAM. Keputusan Menteri Kesehatan No.907/MENKES/SK/VII/2002 menetapkan bahwa air minum harus jernih dan tidak berwarna.
Gambar 10. Warna Percontoh Air Tukad Badung.
Gambar 11. Kondisi Tukad Badung Akibat Limbah Industri (Foto: Dokumentasi Pribadi,2015).
Gambar 9. Kekeruhan Percontohan Air Tukad Badung.
Gambar 10 menunjukkan kondisi percontoh air Tukad Badung di lokasi Tukad Yeh Sungi, Tukad Citarum, Jalan By Pass Ngurah Rai (jembatan), dan Teluk Benoa yang secara umum kadar warnanya melebihi batas kadar maksimum yang diperbolehkan sebagai persyaratan kualitas air minum. Industriindustri yang berada di daerah Puputan hingga Jalan Gatot Subroto masih membuang limbah langsung ke Tukad Badung tanpa pengolahan terlebih dahulu yang mengakibatkan air sungai tercemar, seperti terlihat pada Gambar 11.
Di kawasan hilir, bergabungnya anak-anak Tukad Badung menyebabkan kapasitas aliran meningkat sehingga terjadi limpasan di kawasan hilir. Kondisi ini diperparah dengan konversi lahan resapan air (catchment area) menjadi kawasan industri dan permukiman, pengelolaan limbah yang belum memadai, dan sedimentasi yang menghambat aliran air menuju muara. Teluk Benoa sangat memegang peranan penting khususnya bagi wilayah Bali Selatan guna mencegah bencana seperti banjir, tsunami, abrasi, dan lainnya namun disisi lain Teluk Benoa ini telah terdegradasi oleh berbagai aktivitas merusak lingkungan akibat pembangunan yang tidak terkendali. Sejumlah proyek terus mendegradasi kawasan Teluk Benoa. Kawasan teluk ini semakin didesak oleh pembangunan fisik diatas lahan bakau yang di reklamasi, hingga berubah fungsi menjadi ruko, hotel, juga perumahan yang secara kasat mata dapat dilihat di sepanjang Jl. By Pass Ngurah Rai dari wilayah Serangan hingga Nusa Dua. Megaproyek reklamasi
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Pulau Serangan yang telah dilakukan dan pembangunan Pelabuhan Benoa merupakan bagian tak terpisahkan dari perusakan Teluk Benoa. Sedimentasi yang terjadi di kawasan Teluk Benoa jelas membahayakan karena teluk ini merupakan muara dari sejumlah sungai besar yang berada di Kota Denpasar maupun Kabupaten Badung yang nantinya dapat mengakibatkan kawasan Bali Selatan akan tenggelam jika sedimentasi dibiarkan terus menerus terjadi karena air sungai kesulitan mengalir ke laut.
Gambar 12. Kondisi Hutan Mangrove yang Terletak di Teluk Benoa (Foto : Dokumentasi Pribadi, 2015).
Menurut penelitian Gede Suarjana (Universitas Udayana, 2003) bahwa pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar adalah sebesar 3-4% tiap tahunnya, hal ini akan semakin memperburuk lingkungan jika tidak juga diikuti dengan perubahan perilaku masyarakat terutama pada Tukad Badung. Untuk mewujudkan sungai terpadu maka diperlukan beberapa program pengelolaan sungai seperti pemantauan yang dapat dilakukan oleh pihak DKP, Badan Lingkungan Hidup dan pihak lain yang berperan dalam mengontrol keadaan DAS Tukad Badung secara berkala. Pelaksanaan pemantauan dilakukan dengan cara menjalin kerjasama yang baik antara pihak Kabupaten Badung, Kota Denpasar serta pihak provinsi agar dapat berjalan optimal. Pemantauan dilakukan oleh perangkat desa baik itu Kepala Desa, Kelian Banjar dan perangkat lainnya yang berada di sekitar DAS Tukad Badung,
pemantauan ini lebih difokuskan kepada perilaku masyarakat terkait masalah pembuangan limbah rumah tangga maupun industri. Apabila reklamasi ini tetap berjalan, terjadinya bencana banjir tidak bisa dihindari. Limpasan air yang meluap dalam kondisi tercemar akan menggenangi kota Denpasar. Dari hasil analisis diatas kualitas air di Tukad Badung sangat buruk dan apabila bencana banjir terjadi, dampak buruk bagi masyarakat sekitar sangat tinggi, khususnya dampak bagi kesehatan masyarakat. Air banjir mengandung bahan penyebab infeksi yang bisa menyebabkan beragam macam penyakit, terutama kulit dan pencernaan, macammacam penyakit lainnya yaitu Tifus, Diare, Hepatitis-A, Kolera, dll. Namun apabila reklamasi ini tidak terjadi percontoh air di hulu hingga hilir Tukad Badung masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan PDAM sebagai air baku minum, dengan cara pengolahan terlebih dahulu terutama jika memanfaatkan air di tengah hingga hilir sungai. Dari hasil FVCOM diatas apabila reklamasi terhadap perairan Teluk Benoa juga dapat mengakibatkan menurunnya volume air laut yang dapat masuk ke dalam perairan teluk. Dari model didapatkan bahwa reklamasi yang dilakukan seluas 80% akan berakibat menurunnya volume air ke dalam teluk berkisar 60%. Penurunan volume air laut yang memasuki kawasan teluk dapat berakibat pada perubahan kondisi salinitas air di dalam teluk, dan abrasi menyebabkan intrusi air laut ke sumber-sumber air masyarakat sekitar. Hal ini akan mempengaruhi salinitas dan sanitasi sumber-sumber air tersebut yanng tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Salinitas sumbersumber air meningkat. Kesehatan masyarakat akan terganggu dan biasanya timbul penyakitpenyakit pada saluran pencernaan, dan kulit.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
KESIMPULAN Jika rencana reklamasi di sekitar perairan Teluk Benoa benar-benar terealisasi, dapat diperkirakan kawasan Bali Selatan akan mengalami bencana banjir dan adanya wabah penyakit karena limpahan air yang meluap dalam kondisi tercemar di kota Denpasar. DAFTAR PUSTAKA Dewantama, I, dkk. 2013. Laporan Kajian Modeling Teluk Benoa. Conservation International. Indonesia 2002. Surat Keputusan Menteri KesehatanNo.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (Hal 5) 2014. Perpres No.51/2014 tentang Reklamasi Teluk (Hal 7) Angeline, Mia .2013. Bingkai Pemberitaan Reklamasi Teluk Benoa Bali. Faculty of Economic and Communication. Binus University.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”