METODE PENELITIAN Penelitian Lapang 1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian (kegiatan penyaringan) diadakan di komplek Dep. Kes. III Jatibening, Bekasi (Gambar 5). Limbah (air sungai) yang akan disaring dimbil dari Sungai Sunter Kemayoran yang tercemar berat.
Lokasi pengambilan air sungai tertera pada
Garnbar 7. Waktu penelitian lapang adalah 4 bulan. Sebelumnya, selama satu tahun untuk mempersiapkan jenis-jenis tanaman yang akan digunakan.
Gambar 5 . Peta Ternpat Penelitian Lapang
2. Tanaman Yang Digunakan (Pertimbangan Ilmiah)
Tanaman yang digunakan adalah mendong (Scirpus littoralis),
kangkung
(Ipmoea aquatica), talas-talasan (Typhonium javanicum). Sebelum tanarnan dipajan dalam bak STBP tanaman tersebut dipersiapkan sebagai berikut: a. Tanaman tales-talesan
(Typhonium javanicum)
dikoleksi dari beberapa
perkarangan rumah tangga di daerah Jakarta Pusat.
Tanaman ini kemudian
dikembangkan akarnya dalam botol aqua bekas yang telah dicuci bersih dan diisi air. Volume botol aqua tersebut adalah 1500 ml. Lama waktu yang diperlukan untuk mengembangkan risorfir tanaman tales-talesan agar mencapai kurang lebih 113 volume botol aqua (500 ml) antara enam bulan sampai dengan satu tahun.
b. Tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) dikoleksi dari perkebunan petani di Pulo Gadung sebelah selatan kawasan industri.
Tanaman ini juga dikembangkan
risorfirnya sampai mencapai kurang lebih 500 ml. Lama waktu yang diperlukan antara satu sampai dua bulan. Tanaman ini juga dikembangkan dalarn botol aqua bekas yang sudah dibersihkan. c. Tanaman mendong (Scirpus littoralis) dikoleksi dari beberapa rawa di Jakarta Utara (sebelah selatan Ancol). Tanaman ini akarnya dibersihkan terlebih dahulu, batangnya dipotong 20 sampai 3 0 cm kemudian dikernbangkan dalam ember plastik berisi air selama 1 rninggu sampai 1 bulan. Semua tanaman 2 minggu menjelang dipajan, direndam dengan air sumur di fatibening. Semua tanarnan setelah dicuci ditanam dalam pasir yang sudah disterilkan (dalam keadaan kering) dan disirarn langsung dengan air Sungai Sunter Kemayoran.
Air sungai h i telah dipersiapkan sebelumnya pada hari yang sama ditampung pada dua buah bak semen berkapasitas masing-masing 1 m3. Alasan dipilihnya ketiga jenis tanaman tersebut adalah, karena ketiga-tiganya merupakan tanarnan yang mudah didapat dan mudah dibudidayakan, sehingga dalam penerapannya kelak diharapkan tidak akan mendapatkan kesulitan. Secara ilmiah dipilihya ketiga jenis tanaman itu adalah sebagai berikut : Semua tanaman itu telah dicoba sebelurnnya oleh beberapa peneliti dan mempunyai kelebihan
dengan eceng-gondok. Boyd ( 1970), telah membandingkan eceng-gondok dengan rumput-rumputan air, dan menyatakan biomassa rumput-rumputan itu 4 kali lebih
besar dibandingkan dengan eceng-gondok walaupun serapannya hanya setengah kali serapan eceng-gondok, pada akhirnya untuk luas permukaan lahan yang sama, serapan rumput-rumputan akan lebih tinggi dibandigkan eceng-gondok. Finlayson (1983), menyebutkan di antara rumput-rumputan itu, Scirpus yang paling unggul ; kangkung mempunyai kelebihan dari eceng-gondok dalam hal serapan cr6' (Low and Lee, 198 1). Dari hasii penelitian pendahuluan terhadap h b a h tapioka, Typhonium lebih baik dari pada eceng-gondok. Dari segi kesehatan eceng-gondok berpotensi menimbulkan masalah vektor penyakit (Mansonia spp). Percobaan untuk membandingkan ketiga jenis tanaman itu belum pernah diiakukan, sehingga diperlukan penelitian yang membandingkan ketiga jenis tanaman yang memiliki kelebihan itu, dalam upaya mendapatkan tanaman mana yang lebih baik. Selain itu ketiga jenis tanaman tersebut mempunyai perbedaan yang cukup besar baik secara morfologik, fisiologik maupun ekologinya.
Hal ini akan dapat
meningkatkan peluang untuk mernilih jenis-jenis yang cocok untuk suatu tujuan pengolahan limbah dengan karakteristik tertentu. Termasuk di sini adalah pemilihan untuk mengkombinasi penggunaan berjenis-jenis tanaman, sehingga didapatkan adanya suatu nilai tambah antara lain dalam aspek estetika. Tanaman kangkung merupakan tanaman yang munglun cocok untuk menangani pencemaran organik (tanpa zat-zat toksik) yang akan berakibat pada penyuburan tanaman, karena kangkung biasa dimakan. Tanaman mendong merupakan tanaman yang tidak bisa dimakan, akan memberikan nilai tambah dalam aspek kerajinan tangan, karena dapat dijadikan tikar, topi dan lain-lainnya. Tanaman tales-talesan merupakan tanarnan hias yang kelak dapak meningkatkan keindahan suatu halaman rumah atau suatu bentang dam (lanskap). Baik mendong maupun tales-talesan mungktn cocok untuk menyerap limbah yang banyak mengandung bahan-bahan toksik yang berbahaya bagi manusia.
dengan eceng-gondok. Boyd (1970), telah membandingkan eceng-gondok dengan rumput-rumputan air, dan menyatakan biomassa rumput-rumputan itu 4 kati lebih besar dibandingkan dengan eceng-gondok walaupun serapannya hanya setengah kali serapan eceng-gondok, pada akhirnya untuk luas permukaan lahan yang sama, serapan rumput-rumputan akan lebih tinggi dibandigkan eceng-gondok. Finlayson (1983), menyebutkan di antara rumput-rumputan itu, Scirpus yang paling unggul ; kangkung mempunyai kelebihan dari eceng-gondok dalam ha1 serapan cr6' (LOW and Lee, 1981).
Dari hasil penelitian pendahuluan terhadap limbah tapioka, Twhonium lebih baik dari pada eceng-gondok. Dari segi kesehatan eceng-gondok berpotensi menimbulkan masalah vektor penyakit (Mansonia spp). Percobaan untuk membandingkan ketiga jenis tanaman itu belum pernah diiakukan, sehingga diperlukan penelitian yang membandingkan ketiga jenis tanaman yang merniliki kelebihan itu, dalam upaya mendapatkan tanaman mana yang lebih baik. Selain itu ketiga jenis tanaman tersebut mempunyai perbedaan yang cukup besar baik secara morfologik, fisiologk maupun ekologinya.
Hal ini akan dapat
meningkatkan peluang untuk memilih jenis-jenis yang cocok untuk suatu tujuan pengolahan lirnbah dengan karakteristik tertentu. Termasuk di sini adalah pemilihan untuk mengkombinasi penggunaan berjenis-jenis tanaman, sehingga didapatkan adanya suatu nil& tambah antara lain dalam aspek estetika. Tanaman kangkung merupakan tanaman yang mungktn cocok untuk menangani pencemaran organik (tanpa zat-zat toksik) yang akan berakibat pada penyuburan tanaman, karena kangkung biasa dimakan. Tanaman mendong merupakan tanaman yang tidak bisa dimakan, akan memberikan nilai tambah dalam aspek kerajinan tangan, karena dapat dijadikan tikar, topi dan fain-Iainnya. Tanaman tales-talesan merupakan tanaman hias yang kelak dapak meningkatkan keindahan suatu halaman rumah atau suatu bentang dam (lanskap). Baik mendong maupun tales-talesan mungkin cocok untuk menyerap limbah yang banyak mengandung bahan-bahan toksik yang berbahaya bagi manusia.
Informasi kemampuan bioremedial tanaman kangkung kelak dapat memberikan gambaran atau kemiripan mengenai kemampuan tanaman air yang mempunyai kegunaan seperti kangkung antara lain: genjer, sayur "gondo" (bahasa Bali), dan semanggi air. Informasi kemampuan bioremedial tales-talesan akan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan dan kegunaan teratai, sagitaria dan tanaman hias lain yang dapat hidup di air. Informasi kemampuan bioremedial tanaman mendong kelak
akan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan dan kegunaan tanaman purun, weligi, "lengek-lengek" (bahasa Jawa). Pemikiran ini kelak akan membuka peluang untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kemampuan bioremedial tumbuhan herba yang dapat hidup di air. 3. Mat Dan Bahan
Unit penelitian terdiri dari sebuah bedengan (tempat semaian) yang wadahnya dibuat dari kayu dilapisi plastik, mempunyai ukuran 55 X 100 cm2, dilengkapi dengan tabung pengambilan contoh air. Desain unit STBP beserta lapisan-lapisannya tertera pada Gambar 6. Ukuran ini adalah 114 dari ukuran minimal STBP untuk keperluan limbah domistik yang menurut Cooper, et al. (1989) berukuran 2-5 m2. Ukuran 55 X 100 cm2 ini dibuat dengan pemikiran, bila 4 sampai 8 bak digabung yang menerima input limbah dari suatu sumber, akan merupakan instalasi pengolahan limbah rumahtangga yang sebenarnya, yang dapat diaplikasikan untuk keperluan sehari-hari. Di dalam bak kayu yang dilapisi plastik itu, di isi dengan lapisan-lapisan (berturut-twut dari bawah) kerikil kasar setebal 5 cm, ijuk setebal 5 cm, pasir halus setebal 25 cm, ijuk setebal 5 cm dan kerikil kasar yang di buat dari pecahan bata ringan atau batu apung yang bobot jenisnya lebih rendah dari pasir maupun kerikil di bawahnya, setebal 10 cm. Susunan lapisan dengan bobot jenis yang berbeda-beda ini di maksudkan agar bila diberikan arus balik untuk membersihkannya, posisi lapisan tersebut akan tetap seperti semula atau mengalami perubahan sedikit saja. Di dalam lapisan
pasir
itu
ditanam
tumbuh-tumbuhan
yang
diperlakukan,
yang
Tanaman ( mendong )
Gambar 6. Desain Saringan Tanaman Dalam Bedengan Pasir (STBP) dengan Menggunakan Bak Kayu Dilapisi Plastik (55 x 100 cm2) dengan Lapisan Penyusunannya dan Tabung Pengambilan Contoh Air (Foto Unit: Gambar lampiran 3 .)
banyaknya disesuaikan dengan panjang dan lebar akar yang memungkinkan sebagian besar lapisan itu terisi oleh risosfir (contoh untuk mendong, pada satu baris dalam posisi lebar terjejer 6 rumpun). Kerniringan unit ini dibuat 5% sesuai dengan yang dibangun oleh Ocean International Services (01s). Namun demikian agar rnasih mendapatkan contoh air dalarn retensi waktu yang lama kemiringan ini &pat meningkatkan sampai 25% dengan jalan mengangkat salah satu sisinya yang beriawanan dengan posisi tabung penampung air. Pengisian limbah dilakukan sekali untuk satu unit STBP. Bila jurnlah limbah tidak mencukupi dilakukan pengisian sesuai dengan urutannya dalam blok dan posisi unit itu di lapang. Yang dimaksud lirnbah itu adalah air Sungai Sunter Kemayoran yang tercemar berat, sebagian besar berasal air buangan (lirnbah) rumah tangga, dari pemukiman dan pasar disekitarnya. Air sungai berwarna hitam, sangat berbau dan dasar sungai tidak kelihatan.
Aliran air sangat lambat, kadang-kadang tidak mengalir sama sekali,
kadang-kadang aliran berbalik. Kira-kira 30 m di sebelah hili merupakan tempat membuang isi tangki tinja (sedotan W.C.).Air sungai inilah yang diangkut dengan drum-drum plastik, dibawa ke Jatibening untuk disaring dengan 4 jenis saringan yaitu STBP mendong, saringan pasir, STBP tales-talesan (selanjutnya talesan saja) dan STBP kangkung. Karena di sebelah barat lokasi penelitian di Jatibening terdapat bangunan bertingkat, maka ada unit yang lebih dulu kehilangan sinar matahari (mengalami peneduhan) dan ada yang sesudahnya. Seperti diketahui sinar matahari berpengaruh besar terhadap tumbuhan sehubungan dengan daya asimilasinya.
Untuk ini
keseluruhan unit ditempatkan dalam empat kelompok deretan sesuai dengan arah datangnya sinar matahari. Jenis tanaman merupakan perlakuan yang jumlahnya tiga ditambah satu kontrol (perlakuan nol), sehingga seluruh perlakuan berjumlah empat. Jadi seluruh unit berjumlah 16. Selain itu untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan antara lain bencana dam, hama yang mungkin dapat merusak tanaman, penelitian ini dilengkapi dengan bak kontrol yang hanya diisi dengan air sungai. Dengan demikian kemampuan
saringan pasir dengan sistem yang telah disebutkan terdahulu masih akan dapat memberikan nilai ilmiah. Bila terjadi keadaan seperti ini, maka keseluruhan penelitian dengan menggunakan tanaman hams diulang kembali. 4. Parameter Yang Diamati
Parameter yang diperiksa adalah warna, deterjen, kebutuhan oksigen biologi(BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), pH, fosfat, timbal (Pb), ammonia (NH3), nitrat, kandungan koliform dan koli-tinja (Escherichia coli). Kesebelas
parameter itu merupakan jumlah minimal parameter yang hams diperiksa. Namun demikian telah diupayakan untuk memeriksa sebanyak 25 parameter kunci sesuai dengan parameter untuk air baku sumber air minum golongan B (baku mutu DKI) yaitu: warna, bau, zat padat terlarut (TDS), suhu, fenol, deterjen, kebutuhan oksigen biologi (BOD), kebutuhan oksigen kirniawi (COD), zat organik, pH, fosfat, ammonia bebas, nitrit sebagai N, nitrat sebagai N, klorida, flourida, besi, mangan, kromium valensi 6, timbal, kadmium, daya hantar listrik , saliitas, total koliform dan koli tinja. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap asosiasi mikroba dalam risosfir, hanya untuk satu STBP yang be&ngsi sangat baik setelah pengamatan beberapa bulan. Secara umum, BOD, COD dan E. coli akan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik suatu sungai yang tercemar yang mengacu kepada bahan organik dan apakah pencemar organik itu berasal dari tumbuhan, hewan atau manusia. Dari karakteristik air sungai ini kelak dapat dilihat atau ditelusuri kecocokan aplikasinya dari suatu jenis tumbuhan. 5. Cara Pengumpulan Data
Air yang disaring diangkut dengan drum-drum plastik berukuran 40 liter dari Sungai Sunter Kemayoran ke Jatibening, Bekasi, tempat dilaksanakamya penelitian ini. Sebelum disaring semua air sungai dari drum-drum itu ditarnpung dalam satu bak air agar bersifat homogen. Air ini kemudian secara bergiliran dituangkan ke dalam 16 unit saringan (4 perlakuan, 4 ulangan ; 1 perlakuan adalah saringan pasir, 3 perlakuan lagi adalah : STBP mendong, STBP kangkung dan STBP talesan) secara perlahan-
lahan.
Pengambilan contoh air hasil masing-masing unit saringan dilakukan setelah
pemajanan (waktu tinggal=retensi) 3 hari, 10 hari dan 20 hari sejak pengisian bulan I. Selanjutnya, setiap bulan setelah 3 hari waktu tinggal (retensi). Pemeriksaan kualitas air dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (Ditjen PPMPLP, Dep.Kes) di Jalan Percetakan Negara 23, Jakarta Pusat. Pengambilan contoh dilakukan pada hari ketiga, hari kesepuluh dan kedua puluh bulan
pertarna. Selanjutnya dalam retensi 3 hari setiap bulan, selama 4 bulan (penambahan air baru dilakukan setiap bulan, karena setelah sebulan air dalam tabung sudah kering walaupun dirniringkan 25% atau bila bedengan sudah kering sebelumnya). Pengambilan sampel dilakukan dengan botol-botol steril bemkuran 250 ml dan botol akua (1500 ml).
Air yang sudah mendapat perlakuan diarnbil dari tabung
penampungan keluaran STBP (botol sampel diiambir sebelurnnya). Jumlah sampel yang diperiksa untuk kualitas air minimal 136 sampel. . Pemeriksaan pH, BOD, COD dan fosfat dilakukan dengan metode-metode reaksi kimia konvensional.
Untuk unsur-unsur Iogam dilakukan dengan Atomic
Absorption Spectrometry (AAS) dan untuk pemeriksaan vitamin dilakukan dengan teknik KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Pemeriksaan E. coli dan koliform dilakukan dengan metode mikrobiologi untuk mendapat MPN per 100 ml contoh. Pemeriksaan ini dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen. Kesehatan R.I. (Badan Litbang Dep. Kes. R.1). Demikian juga mengenai sampel mikro organisme yang berkaitan dengan asosiasinya dalarn risosfir. 6. Analisis Data
Untuk melihat adanya perbedaan perlakuan yang didasarkan pada jenis dan kernampuan tanaman, dilakukan analisis ragam mengikuti petunjuk dalam buku berjudul
"Statistics for Experimenters", mengenai rancangan acak kelompok
(Randomized Blok Design) ( Box et al, 1978) melalui uji beda nyata terkecil (Least Significance Difference) akan didapatkan perbedaan
masing-masing saringan. Selain itu juga dilakukan analisis regresi untuk parameterparameter yang penting yang merupakan parameter kunci. Dari analisis regresi ini didapatkan inforrnasi mengenai efektivitas STBP menurut perkembangan waktu. Selain itu dapat juga diketahui saat tercapainya konsistensi penyaringan. Analisis mengenai efek bioremedial dikaji berdasarkan informasi yang ada dalam literatur, dikonfirmasikan dengan hasil simulasi laboratorium.
Rinciannya adalah sebagai
berikut: Untuk menjawab hipotesis a, dilakukan dengan cara membuat rekapitulasi data hasil pemeriksaan laboratorium mengenai keadaan awal (keadaan air Sungai SunterKemayoran), keadaan air masukan (influen) ke dalam rnasing-masing saringan (STBP dengan tanaman dan saringan pasir tanpa tanaman) dan keadaan air keluaran (efluen) dari masing-masing saringan untuk tiap-tiap pemajanan (exposure) pada retensi 3 hari, 10 hari dan 20 hari bulan pertama, kemudian pada retensi 3 hari untuk tiap-tiap bulan sampai dengan bulan ke lima. Data yang telah direkapitulasi itu kemudian ditabulasikan ke dalam kolom-kolom yang dibuat berdasarkan lamanya pernajanan dan bulan-bulan pengamatan, kemudian diadakan analisis ragam. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan masing-masing saringan dilakukan dengan uji Duncan dengan bantuan komputer, sehingga dapat diketahui pada P berapa terjadinya keperbedaan atau ketidakperbedaan itu. Huruf yang sama dalam suatu kolom menyatakan tidak berbeda nyata, sedangkan huruf yang berbeda menyatakan ada perbedaan yang nyata atau sangat nyata sesuai dengan besarnya P. Untuk parameter mikrobiologik, karena satuannya berbeda (MPNl100 rnl), uji keperbedaan dilakukan dengan uji Beda Nyata Terkecil dengan P
P
=
=
0,01 dan
0,05, secara manual. Dernikian pula untuk parameter suhu dan salinitas yang
pengamatannya hanya beberapa kali saja.
Dari data yang telah ditabulasikan itu kemudian dibuat grafik garis untuk masing-masing parameter kualitas air, sehingga dapat diketahui fluktuasinya selama waktu penelitian. Selanjutnya pembahasan diberikan pada fluktuasi itu, ditunjang dengan data hail penelitian di dalam maupun di luar negeri.
Untuk menjawab hipotesis b, dilakukan perhitungan efektivitas masing-masing saringan dalarn persen, pada tiap-tiap pengamatan yang didasarkan pada waktu pernajanan (waktu retensi) dengan rumus sebagai berikut :
(A-B) Persen Efektivitas
----------
x 100% A A = nilai sebelum disaring dengan syarat A ;t 0 =
B = nilai sesudah disaring Berhubung nilai B dapat lebih besar dari A, yang dapat terjadi bila media penyaring menambah zat yang disaring, maka persen efektivitas dapat bernilai negatif Sumber perhitungan ini adalah data yang telah ditabulasikan di muka. Dari data efektivitas ini kemudian dilakukan analisis ragam, uji Duncan dan uji Beda Nyata Terkecil dengan cara seperti yang telah diuraikan di muka. Selanjutnya dari data efektivitas yang telah ditabulasikan itu dibuat histogram dan garis regresi iinier.
Pemilihan garis regresi linier ini didasarkan pada hasil
penelitian Burgoon et al. (1991).
Dalam penelitiannya yang menguji tanaman
sagitlaria latiyolia, Scirpus pungeus, Phragmites australis dan Typha latifolia terhadap penurunm nilai BOD, N dan P total menggambarkan bahwa garis regresi mengenai pengaruh semua tanaman itu berbentuk linier. Sebagian besar pencemaran sungai Sunter Kemayoran itu merupakan pencemaran organik, nitrogen dan fosfat yang sebagian besar nilainya berada di atas baku mutu air golongan D. Dengan demikian garis regresi linier ini lebih mendekati fenomena pencemaran itu dibandingkan dengan bentuk garis regresi lainnya. Untuk menjawab hipotesis c dilakukan analisis seperti diuraikan di muka yang datanya diambil dari hasid penelitian laboratorium, disesuaikan dengan rancangan studinya. Untuk data hasil penelitian laboratorium baik mengenai efektivitas masingmasing saringan terhadap patogen yang disimulasikan maupun jenis-jenis rnikroba yang berhasil diisolasi dm diidentifikasi, dibuat tabulasinya.
Penelitian Laboratorium 1.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian laboratorium dilakukan di Kompleks Dep-Kes Sunter, di jalan Epidka block C2 no. 18, kelurahan Sunter Jaya, kecamatan Tanjung Priuk, Jakarta Utara (Gambar 7). Waktu penelitian adalah 3 bulan. 2. Tanaman yang Digunakan
Tanaman yang digunakan jenisnya sama dengan yang digunakan pada penelitian lapang hanya biomassa akarnya jauh lebih sedikit yaitu hanya sepertiga dari yang digunakan di lapang.
Keterangan :
A
: Ternpat pengambitan air sungai : Ternpat penelitian laboratorium
skala I : 9123
L
Gambar 7. Peta Ternpat Penelitian Laboratorium d m Pengambilan Air Sungai di Sunter, Jakarta
3. Alat dan Bahan
Untuk membedakan efek bioremedial antara serapan akar dan asosiasi mikroba di dalam risoslk diiakukan penelitian laboratorium sebagai berikut: Dipersiapkan sebanyak 8 akuarium dengan ukuran lebar 25 cm panjang 50 cm dan tinggi 30 cm dilengkapi dengan kran pembuangan untuk pengambilan contoh air (Gambar 8.). Akuarium ini diisi pasir steril setinggi 25 cm. Empat dari akuarium ini pasirnya disterilkan lagi dengan 8 ppm kaporit.
Dari empat akuarium ini, tiga akuarium
ditanami dengan mendong, kangkung dan tales-talesan yang sudah disterilkan juga dengan air yang mengandung 8 ppm kaporit, satu akuarium sebagai kontrol. Setelah disterilkan, kemudii dibilas lagi dengan air suling untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit yang digunakan sebelumnya. Sisanya, empat akuarium lagi dilakukan sebagai berikut: Tiga bak ditanami dengan mendong, kangkung dan tales-talesan dan diisi langsung dengan air Sunter Kemayoran. Satu bak digunakan sebagai kontrol (tidak ditanami). Untuk kedelapan buah bak akuarium itu setelah dipajan dengan air Sungai Sunter Kemayoran diiakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap parameter-parameter baku mutu air rninum golongan B, namun selektif (butir 4 berikutnya).
Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan terhadap asosiasi mikroba dalam risoslk diambil dari Penelitian Lapang skala kecil. 4. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian laboratorium ini adalah kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen Demand : BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand : COD), nitrit, nitrat, sulfida, fosfat, besi, ammonia, deterjen dan koliform. 5. Cam Pengumpulan Data
Pemeriksaan kualitas air dilakukan di Laboratorium Kantor Pengkajian Perkantoran dan Lingkungan (KPPL), D.K.I. Jakarta. Pengambilan wntoh dilalcukan
pada retensi 3 hari, setiap bulan, selama 3 bulan. Pengambilan sempel air dilakukan dengan botol steril bemkuran 500 ml.
6. Analisa Data Analisa data untuk penelitian laboratorium ini dilakukan seperti pada penelitian lapang, disesuaikan dengan rancangan penelitian (Rancangan Acak Kelompok Berfaktor Dua), dan diolah dengan bantuan komputer. Hasil analisa disajikan dalam tabel dan histogram. 7. Simulasi Patogen dan Isolasi Mikroba Risosfir
Patogen yang disimulasikan addah Vibrzo cholera dan Salmonella spp. Sebelumnya patogen ini dikembang-biakan di laboratorium Penyakit Menular, Badan Litbangkes. Pemajanan dilakukan untuk retensi 3 hari dan 20 hari. Isolasi mikroba risosfir juga dilakukan di laboratorium ini
Tanaman mendong
Gambar 8. Alcuarium Berukuran Panjang 50 cm, Lebar 25 cm dm Tmggi 30 cm,untuk Percobaan (Simulasi ) Laboratorium Aliran Horisontal (Foto Unit: Gambar lampiran 4)