12
BAB III METODOLOGI
1.1
Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah 105,83 Ha. Kegiatan Studi dilakukan sejak Januari 2011 hingga Januari 2012. Gambar 3 merupakan peta orientasi lokasi studi.
Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
13
3.2
Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam studi ini yaitu:
Alat : 1.
Global Positioning System (GPS), untuk menentukan koordinat beberapa tempat di lokasi penelitian serta untuk proses peta survey topografi dan kontur.
2.
Kamera digital dan alat gambar, untuk pengambilan gambar kondisi eksisting
3.
Software untuk mengolah data antara lain : a. Autocad Land I, untuk koreksi geometris pada peta yang digunakan, pengolah data awal dari GPS. b. Autocad 2008, untuk mengolah data gambar rencana lanskap, potongan, dan berbagai gambar yang berhubungan dengan spasial. c. Corel Draw X4 untuk menghasilkan ilustrasi suasana kegiatan wisata.
Bahan : 1.
Peta Rupabumi Imogiri Lembar 1408-222, sebagai peta dasar.
2.
Lembar kuisioner, untuk memperoleh data primer aspek budaya.
3.
Data Primer dan sekunder aspek fisik, budaya dan wisata
3.3
Batasan Studi Perencanaan lanskap kawasan pedesaan ini menggunakan pendekatan
budaya membatik untuk meningkatkan fungsi kawasan sebagai kawasan wisata, batik dengan mempertimbangkan potensi dan kondisi bahaya lanskap yaitu bencana longsor yang ada di Dukuh Karangkulon. Studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan, hasilnya berupa gambar rencana lanskap dan laporan tertulis.
3.4
Metode Perencanaan Tahapan
perencanaan
yang
digunakan
mengikuti
metode
yang
dikemukakan oleh Gold (1980) dengan pendekatan budaya masyarakat khususnya budaya membatik dan kondisi rawan bencana longsor untuk perencanaan dan pengembangan tapak. Perencanaan suatu kawasan terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sistesis, konsep dan perencanaan lanskap. Tahapan proses studi yang dilaksanakan ditampilkan pada Gambar 4.
14
PERSIAPAN
- Tujuan Penelitian - Usulan Penelitian - Informasi awal
INVENTARISASI
Data Primer dan Data Sekunder
Aspek Fisik : Topografi, Tanah, Iklim, Hidrologi, Visual, Lokasi, Bahaya Lanskap
Aspek Budaya : Kependudukan, Tata Guna Lahan, Persepsi dan Preferensi Masyarakat
ANALISIS
Zona Kesesuaian untuk Kegiatan Wisata
KONSEP
SINTESIS
RENCANA BLOK
KONSEP DASAR RENCANA LANSKAP
Zona Budaya Zona Potensi Wisata
PENGEMBANGAN KONSEP (Rencana Ruang, Sirkulasi, Vegetasi, Aktivitas, dan Fasilitas Wisata)
ZONA PENGEMBANGAN WISATA
Aspek Wisata: Obyek dan Atraksi, Fasilitas, Akses, Pengunjung
Gambar 4. Proses Studi Mengikuti Tahapan Perencanaan Menurut Gold (1980)
PERENCANAAN
Rencana Lanskap Wisata Dukuh Karangkulon di Desa Batik Wukirsari Imogiri, Yogyakarta
15
3.4.1 Persiapan Tahapan ini merupakan permulaan dari proses studi Perencanaan Lanskap Wisata Dukuh Karangkulon di Desa Batik Wukirsari Imogiri Yogyakarta. Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, pengumpulan informasi awal, penetapan tujuan dan batasan studi, penyusunan usulan studi serta pengurusan surat perijinan penelitian.
3.4.2 Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer melalui pengamatan tapak dan survey lapang. Tahapan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan Dukuh Karangkulon. Jenis data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diambil berupa data aspek fisik, aspek sosial budaya, dan aspek wisata. Data primer diperoleh melalui pengamatan tapak secara langsung seperti batas tapak, visual, topografi, kehidupan sehari-hari masyarakat, serta penutupan lahan. Kemudian dilakukan juga wawancara mengenai potensi umum Dukuh Karangkulon dengan Bapak Bayu Bintoro sebagai Kepala Desa Wukirsari, Bapak Suwandi sebagai Kepala Dukuh Karangkulon, Bapak Nur Ahmadi sebagai Ketua Paguyuban Batik dan beberapa warga atau sesepuh di Dukuh Karangkulon. Untuk data primer aspek budaya terkait dengan persepsi dan preferensi masyarakat mengenai nilai sejarah dan budaya, dan upaya pelestarian diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan responden dibagi menjadi responden pengunjung sebanyak 30 orang dan responden penduduk setempat sebanyak 30 orang. Data sekunder diperoleh melalui badan-badan atau instansi terkait, studi pustaka dari buku acuan atau pustaka lainnya yang dapat mendukung. Instansiinstansi terkait diantaranya Kantor Desa Wukirsari, Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bantul, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Data yang dikumpulkan dalam studi ini ditampilkan pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Aspek I. Biofisik
II. Sosial
Jenis Data 1. Batas Wilayah Perencanaan
Bentuk Data Spasial, Deskripsi
Sumber Data Survey lapang, Profil Desa
2. Iklim
Tabular, Deskripsi
Dinas Pengairan
3. Topografi
Spasial, Deskripsi
Survey lapang
4. Hidrologi
Deskripsi
Survey lapang
5. Tanah dan Geologi
Deskripsi
BAPPEDA
6. Visual
Foto, Deskripsi
Survey lapang
7.Kerawanan Bencana 1. Kependudukan
Spasial, Deskripsi Deskripsi
2. Budaya
Deskripsi
3. Tata Guna Lahan
Spasial,Tabular Deskripsi Deskripsi
Profil Desa Profil Desa Wukirsari Survey Lapang Wawancara BAPPEDA
4. Persepsi Masyarakat III. Wisata
1. Objek dan Atraksi Wisata a. Budaya dan Sejarah
b. Alam
2. Pengunjung 3. Fasilitas Penunjang 4. Aksesibilitas
Spasial, Foto, Deskripsi
Spasial, Foto, Deskripsi
Tabular, Deskripsi Spasial, Foto, Deskripsi Spasial, Foto, Deskripsi
Kuisioner Survey lapang, wawancara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Survey lapang, wawancara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuisioner Survey lapang Survey Lapang, BAPPEDA
3.4.3 Analisis Tahap analisis dilakukan untuk menganalisis potensi dan kendala sumber daya di Dukuh Karangkulon untuk tujuan pengembangan wisata yang berorientasi pada budaya masyarakat setempat khususnya budaya membatik. Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis spasial. Analisis dilakukan pada aspek fisik, aspek sosial dan aspek wisata dengan pembobotan pada tiap aspek. Menurut Gunn dalam Smith (1989) pembobotan untuk tujuan wisata memiliki perbandingan 30% untuk aspek biofisik, 30% untuk aspek sosial budaya dan 40% untuk aspek wisata. Pembobotan ini bertujuan untuk memperkuat pendekatan yang digunakan dalam perencanaan. Berdasarkan tujuan studi yang berorientasi pada budaya membatik, maka pembototan yang diberikan pada yaitu 30% untuk
17
aspek biofisik, 40% untuk aspek budaya dan 30% untuk aspek wisata. Analisis spasial dilakukan pada beberapa komponen aspek fisik, aspek budaya dan aspek wisata yang memiliki bentuk data spasial dengan metode skoring. Hasil penggabungan analisis spasial aspek fisik, budaya dan wisata berupa peta komposit yang kemudian bersama dengan data deskriptif ketiga aspek tersebut digunakan pada tahap berikutnya, yaitu sintesis.
3.4.3.1 Analisis Aspek Fisik Analisis aspek fisik bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik kawasan yang sesuai untuk tujuan pengembangan wisata. Proses analisis dilakukan terhadap seluruh komponen baik secara spasial maupun deskriptif. Komponen visual, iklim, hidrologi, geologi dan tanah metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dikarenakan kondisinya cenderung yang homogen dengan Desa Wukirsari. Analisis spasial dilakukan pada komponen topografi. Pada komponen visual, analisis dilakukan secara deskriptif dengan mengidentifikasi kualitas pemandangan di Dukuh Karangkulon menjadi dua yaitu pemandangan dengan kualitas visual yang baik (good view) dan pemandangan dengan kualitas visual yang buruk (bad view). Pada analisis secara spasial, setiap komponen memiliki parameter yang harus diperhatikan agar tujuan pengembangan wisata dapat tercapai sesuai dengan kondisi fisik yang ada. Pada komponen topografi, parameter yang diperhatikan yaitu kemiringan lahan terkait dengan kesesuaian untuk kegiatan wisata dan bahaya lanskap bencana longsor. Menurut Hardjowigeno dan Widyatmaka (2001) kesesuaian lahan untuk wisata ditentukan oleh drainase tanah, bahaya banjir, permeabilitas, lereng, tekstur tanah, kerikil dan kerakal, batu serta batuan. Dalam studi ini parameter yang diambil yaitu kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata berdasarkan kemiringan. Area dengan kemiringan 0-8% yaitu area yang sangat sesuai untuk pengembangan wisata (skor 3), area dengan kemiringan 8-15% yaitu area yang cukup sesuai untuk pengembangan wisata (skor 2) dan area dengan kemiringan lebih dari 15% yaitu tidak sesuai untuk pengembangan wisata (skor 1). Pada analisis bahaya lanskap bencana longsor, parameter yang digunakan yaitu klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan Klasifikasi bahaya longsor berdasarkan
18
Sitorus (2006) yaitu area dengan kemiringan 0-15% merupakan area yang aman dari bencana longsor (skor 3), kemiringan 15-25% merupakan area yang cukup bahaya dari bencana longsor (skor 2), dan area dengan kemiringan >25% merupakan area yang bahaya dari bencana longsor (skor 1). Hasil analisis dari keseauaian kemiringan lahan dan bahaya lanskap bencana longsor kemudian di overlay untuk menghasilkan analisis aspek fisik berupa zona kesesuaian untuk kegiatan wisata di Dukuh Karangkulon. Zona kesesuaian terdiri dari area yang sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai untuk kegiatan wisata. 3.4.3.2 Analisis Aspek Sosial Budaya Analisis komponen pada aspek budaya dilakukan secara spasial dan deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan pada komponen persepsi dan preferensi masyarakat terhadap rencana pengembangan kegiatan wisata serta ragam budaya di Dukuh Karangkulon. Analisis dilakukan terhadap data yang merupakan hasil dari penyebaran kuisioner kepada masyarakat Dukuh Karangkulon dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Selain itu, dilakukan juga wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat setempat antara lain Kepala Desa Wukirsari, Kepala Dukuh Karangkulon, Ketua Paguyuban Batik Giriloyo, serta beberapa masyarakat Dukuh Karangkulon. Analisis komponen persepsi dan preferensi masyarakat terhadap rencana pengembangan wisata bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat mengenai sejarah dan budaya yang ada di sekitar mereka khususnya di Dukuh Karangkulon seperti asal usul batik, peninggalan bersejarah di Dukuh Karangkulon, serta budaya masyarakat setempat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kemudian untuk mengetahui usaha-usaha yang ditunjukan masyarakat dan pemerintah setempat untuk menjaga budaya membatik yang ada. Hal ini penting karena kegiatan wisata nantinya akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat dengan dukungan pemerintah. Sehingga untuk menjaga keberlanjutan kegiatan wisata perlu pemahaman yang baik dari masyarakat dan pemerintah setempat mengenai upaya pelestarian sejarah dan budaya yang menjadi daya tarik utama wisata di Dukuh Karangkulon. Dan terakhir untuk melihat tingkat penerimaan masyarakat (akseptabilitas), analisis bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan mereka terhadap rencana pengembangan kegiatan wisata di
19
Dukuh Karangkulon. Analisis menggunakan metode statistik sederhana yang ditampilkan dalam bentuk diagram batang yang digunakan sebagai pertimbangan untuk rencana pengembangan wisata di Dukuh Karangkulon. Analisis spasial dilakukan pada komponen tata guna lahan (landuse) di Dukuh Karangkulon untuk melihat keterkaitan fungsi penggunaan lahan dengan budaya membatik. Penggunaan lahan di Dukuh Karangkulon dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu untuk pemukiman, sawah, hutan, ladang, semak belukar dan kawasan bersejarah. Hasil analisis spasial pada aspek budaya menghasilkan zona budaya yang terdiri dari area dengan fungsi penggunaan lahan yang berkaitan langsung (skor 3), berkaitan tidak langsung (skor 2) dan tidak berkaitan (skor 1) dengan budaya membatik.
3.4.3.3 Analisis Aspek Wisata Analisis aspek wisata di Dukuh Karangkulon dilakukan secara deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif dilakukan pada komponen persepsi pengunjung terkait kegiatan wisata yang telah ada saat ini serta harapan pengunjung. Analisis spasial dilakukan pada komponen obyek dan atraksi wisata, aksesibilitas, serta fasilitas pendukung wisata. Hal ini bertujuan untuk memperoleh area memiliki potensi untuk pengembangan wisata di Dukuh Karangkulon. Ketiga komponen masing-masing memiliki parameter yang harus diperhatikan untuk tujuan pengembangan wisata di Dukuh Karangkulon. Analisis
pada
komponen
persepsi
pengunjung
dilakukan
dengan
menggunakan metode statistik sederhana. Analisis komponen ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap kegiatan wisata yang telah ada saat ini serta harapan pengunjung tentang wisata batik di Dukuh Karangkulon. Agar kegiatan wisata yang direncanakan sesuai dengan harapan pengunjung sehingga tujuan wisata tercapai dan memberi kepuasan bagi pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Dukuh Karangkulon. Pada komponen obyek dan atraksi wisata parameter yang dikaji yaitu keanekaragaman obyek dan atraksi wisata pada masing-masing RT. Hasil analisis pada komponen ini berupa tiga kelas keragaman obyek dan atraksi yaitu kawasan
20
dengan obyek dan atraksi wisata yang beragam (skor 3), cukup beragam (skor 2) dan tidak beragam (skor 1). Kemudian pada komponen fasilitas penunjang wisata, parameter analisis yaitu ketersediaan fasilitas wisata pada tiap RT. Analisis pada sub aspek ini bertujuan untuk melihat ketersediaan fasilitas wisata pada masing masing RT di Dukuh Karangkulon. Parameter analisis pada komponen ini yaitu jumlah dan kondisi fisik fasilitas wisata yang ada saat ini di Dukuh Karangkulon. Hasil analisis pada komponen ini berupa tiga kelas ketersediaan fasilitas penunjang wisata di Dukuh Karangkulon yaitu kawasan yang memiliki fasilitas wisata memadai (skor 1), cukup memadai (skor 2) dan tidak memadai (skor 3). Selanjutnya pada komponen aksesibilitas, parameter analisis yang digunakan yaitu ketersediaan jalur sirkulasi untuk kegiatan wisata di Dukuh Karangkulon. Jalur sirkulasi di Dukuh Karangkulon sendiri terbagi menjadi jalur utama pedesaan yang menghubungkan antar pedukuhan di Desa Wukirsari serta jalur lokal yang menghubungkan antar RT. Analisis pada komponen ini menghasilkan zona aksesibilitas dan sirkulasi berdasarkan RT yaitu area memadai (skor 3), kurang memadai (skor 2) dan tidak memadai (skor 1) Hasil dari analisis spasial pada aspek wisata menghasilkan zona potensi wisata di Dukuh Karangkulon. Peta tersebut akan membagi Dukuh Karangkulon berdasarkan potensi wisata yang ada yaitu area dengan potensi wisata tinggi (skor 3), sedang (skor 2) dan rendah (skor 1). Tabel 2 menjelaskan mengenai parameter dan kriteria analisis spasial pada tiap aspek dengan bobot dan skor pada tiap komponen.
21
Tabel 2. Parameter dan Kriteria Analisis Spasial No. I. a.
Aspek Biofisik Topografi
Bobot (%) (30%)
II. a.
Budaya Landuse
(40%)
III. a.
Wisata Objek atraksi
(30%)
b.
c.
dan
Fasilitas Pendukung Wisata Aksesibilitas
Parameter
Kriteria
Skor
Kemiringan yang sesuai untuk kegiatan wisata Kerawanan terhadap bahaya longsor akibat gempa
Sangat sesuai (0-8%) Cukup sesuai (8-15%) Tidak sesuai ( >15%) Aman (15-25%) Cukup Aman (25-40%) Bahaya (>40%)
3 2 1 3 2 1
Keterkaitan dengan budaya membatik
Terkait langsung Tidak terkait langsung Tidak terkait
3 2 1
Keragaman Obyek dan Atraksi Wisata Ketersediaan Fasilitas Penunjang Akses jalan
Sangat Beragam Beragam Tidak Beragam Sangat Memadai Memadai Kurang Memadai Jalur utama dan lokal Jalur utama Jalur lokal
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Selanjutnya hasil analisis spasial aspek fisik, budaya dan wisata di overlay dengan bobot 30:40:30. Hasil overlay berupa peta komposit dimana kawasan terbagi tiga zona kesesuaian pengembangan wisata yaitu area intensitas pengembangan tinggi, sedang dan rendah. Hasil akhir tersebut kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu sintesis.
3.4.4
Sintesis Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan
potensi kawasan untuk mendapatkan rencana blok (block plan)
yang sesuai
dengan tujuan perencanaan lanskap. Rencana blok tersebut membagi kawasan perencanaan berdasarkan fungsi yaitu area penerimaan, area utama dan area konservasi. Hasil dari tahap sintesis ini menjadi dasar untuk tahap berikutnya yaitu konsep dan pengembangan konsep.
22
3.4.5
Konsep Konsep disusun berdasarkan rencana blok yang dihasilkan pada tahap
sintesis. Tahap ini merupakan dasar untuk menuju ke tahap perencanaan agar lebih terarah pada konsep yang telah dirumuskan. Pada tahap ini ditentukan konsep dasar pengembangan wisata Dukuh Karangkulon. Konsep dasar kemudian dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep sirkulasi, serta konsep aktivitas dan fasilitas.
3.4.6 Perencanaan Dari hasil konsep dan pengembangan, kemudian disusun suatu rencana lanskap yang sesuai untuk dikembangkan pada tapak. Hasil dari tahap ini berupa rencana lanskap yang disajikan dalam bentuk produk arsitektur lanskap berupa gambar rencana lanskap. Rencana lanskap ini termasuk di dalamnya rencana sirkulasi, aktivitas, fasilitas wisata, disertai dengan gambar ilustrasi suasana.