IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur pendakian Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan pengamatan lapangan mulai dari bulan Februari sampai dengan April 2008. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.
4.2. Alat dan Bahan 4.2.1. Alat Berkaitan dengan kegiatan survei primer dan pengolahan data, alat bantu yang digunakan adalah : 1. Alat fotografi kamera digital. 2. Global Positioning System (GPSmap 60CSx GARMIN). 3. Software GIS ArcView Versi 3.3. 4. Software Global Mapper Versi 8.
42
4.2.2. Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data-data digital tematik dari berbagai sumber dan data-data sekunder lainnya. Penelitian ini diawali dengan proses pengambilan data primer dan data sekunder. Data yang dibutuhkan serta teknik analisis yang akan dilakukan sesuai dengan Tabel 4.
(1) Data Primer Mendata gambaran umum tentang kondisi eksisting, letak dan posisi jalur wisata Tambora secara geografis dalam wilayah pemerintahan daerah Kabupaten Bima dan Dompu yang merupakan lokasi tempat peneliti melakukan
proses
pengumpulan data. Untuk memberikan hasil yang optimal dilakukan ground check terhadap objek-objek penelitian, sehingga dapat memperjelas pengamatan dan mengecek apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terlihat pada peta.
(2) Data Sekunder Data-data sekunder yang dikumpulkan : 1. Data keanekaragaman flora dan fauna. 2. Sumber data dan informasi dari instansi dinas keparawisataan : a. Jumlah pendakian Gunung Tambora. b. Potensi ekologi. c. Peninggalan-peninggalan (situs) kerajaan Gunung Tambora. d. Kesejarahan Gunung Tambora. e. Kebudayaan tradisional dan adat istiadat masyarakat Gunung Tambora. f. Aksesibilitas menuju objek wisata. g. Data sarana dan prasarana penunjang wisata yang ada. 3. Data spasial: a. Peta RBI skala 1:50.000 digital, standar pemetaan dari Bakosurtanal, format data ArcView (Shapefile). b. Peta Tata Ruang Kabupaten Bima skala 1 : 25.000 digital. c. Peta Tematik Kehutanan (Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan). d. Peta Tanah skala 1 : 250.000. e. Peta Land System.
43
Tabel 9. Identifikasi Kebutuhan Data dan Teknik Analisisnya. TUJUAN STUDI
Orientasi Titik Objek SDW (1) Mengidentifikasi potensi SDW (visual) (2) Mengklasifikasikan serta menilai potensi SDW (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Mengidentifikasi Potensi Jalur Wisata (2) Mengklasifikasikan serta menilai kondisi Jalur Wisata (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Titik Objek SDW (1) Mengetahui Sebaran Objek SDW (2) Mengidentifikasi Potensi SDW Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Mengetahui Jalur/Track Wisata (2) Mengidentifikasi Potensi Jalur Wisata Menentukan Lebar Jalur Koridor dan mengidentifikasi panjang dan luas Koridor (1) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Ekologi (2) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Arkeologi (3) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Budaya
DATA YANG DIPERLUKAN
TEKNIK ANALISIS
Data Primer : - Dokumentasi fotofoto lansekap di tiap titik SDW Potensi tertentu. - Data/Informasi dari Wawancara Masyarakat
Analisis Deskriptif Kuantitatif
Data Primer : - Data Koordinat Objek Wisata - Data Track GPS Jalur Wisata
Analisis Spasial (GIS)
Data Sekunder : Data Spasial Kawasan (Peta administratif, sungai, jalan, penutupan lahan, iklim, tanah, kelerengan, status lahan) - Data Umum Daerah - Data Kunjungan Wisata - Data Spasial Kawasan (administratif, sungai, jalan, penutupan lahan, iklim, tanah, kelerengan, status lahan)
Analisis Kesesuaian Jalur
OUTPUT
Orientasi Titik Objek SDW (1) Data Hasil Identifikasi Potensi SDW (visual) (2) Penilaian bobot dan klasifikasi SDW (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Data Hasil Identifikasi Potensi Jalur Wisata (2) Penilaian bobot dan klasifikasi Jalur Wisata (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Titik Objek SDW (1) Peta Sebaran Objek SDW (2) Peta Hasil Identifikasi Potensi SDW Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Peta Jalur/Track Wisata (2) Peta Hasil Identifikasi Potensi Jalur Wisata Peta Jalur Koridor dengan buffer 50 meter
Peta Kesesuaian Lahan (1) Jalur Koridor Wisata Ekologi (2) Jalur Koridor Wisata Arkeologi (3) Jalur Koridor Wisata Budaya
44
4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Pendekatan Analisis Penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan aspek jalur wisata ekologi yaitu wisata pendakian Gunung Tambora. Aspek lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini yaitu pengembangan potensi sumberdaya wisata arkeologi dan budaya dalam rangka meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Dengan melihat kondisi spesifik lingkungan dan potensi sumberdaya alam serta minimnya kajian wisata di wilayah ini maka penelitian lebih diarahkan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi data dan informasi melalui pendekatan orientasi obyek Sumberdaya Wisata (SDW) dan orientasi jalur wisata. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan: 1. Keragaman atraksi wisata budaya. 2. Keunikan. 3. Kemudahan akses.
4.3.2. Inventarisasi Potensi Sumberdaya Wisata Inventarisasi potensi sumberdaya wisata adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data serta fakta di lapangan mengenai sumberdaya wisata untuk perencanaan jalur wisata budaya, arkeologi, dan ekologi sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Inventarisasi potensi meliputi: 1. Inventarisasi SDW dan sarana pendukungnya. 2. Pengambilan data letak dan posisi SDW dan sarana pendukungnya secara geografis. 3. Informasi karakteristik alam dan bentuk daya tariknya. Tujuan inventarisasi potensi sumberdaya wisata adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi sebaran obyek wisata yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan jalur interpretasi wisata baik budaya, arkeologi, dan ekologi.
45
Identifikasi Permasalahan Pada Jalur Wisata Tambora
Pengamatan Lapang Data Primer: 1. Data Koordinat Objek Wisata 2. Data Track GPS Jalur Wisata 3. Dokumentasi Visual Potensi SDW 4. Data/Informasi dari Wawancara Masyarakat
Studi Pustaka Data Sekunder: 1. Sosial Ekonomi 2. Biofisik 3. Sarana dan Prasarana 4. Lingkungan 5. Rencana Pembangunan
Tahap
Analisis Data Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis Spasial (GIS)
Jalur Budaya
Analisis Kesesuaian Lahan
Jalur Arkeologi
Analisis Daya Dukung
Jalur Ekologi
Konsep Ruang Jalur Interpretasi Wisata Yang Berkelanjutan RENCANA PENATAAN JALUR INTERPRETATIF WISATA GUNUNG TAMBORA
Sintesis
Konsepsi
Perencanaan
Gambar 15. Tahapan Penelitian. 4.3.3. Pengolahan Data (1) Analisis Identifikasi Potensi Sumberdaya Wisata Mendata obyek-obyek wisata, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang wisata, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengungkapkan fakta di lapangan serta menggali data yang digunakan sebagai informasi untuk mengetahui pola karakteristik dan penilaian sumberdaya wisata.
Tahap Analisis
46
Informasi yang diperoleh dari hasil analisis ini digunakan sebagai input untuk merencanakan penempatan sarana prasarana interpretasi wisata yang mampu mendukung pengembangan jalur wisata Tambora dan pengembangan wilayah secara umum. Format tabel untuk identifikasi secara deskriptif kualitatif obyek-obyek wisata yang ditemukan di sepanjang jalur wisata Tambora sesuai Tabel 0. Tabel 10. Format Tabel Identifikasi Deskriptif Setiap Obyek yang Ditemukan. No. 1.
Nama Obyek ……………… ……………… ……………… ………………
Dokumentasi 1
Dokumentasi 2
Deskripsi : ………………………….. (2) Analisis Penilaian Deskriptif Objek Wisata Analisis
penilaian
deskriptif
objek
wisata
di
lakukan
dengan
mengelompokkan menjadi tiga objek wisata yaitu objek wisata budaya, objek wisata ekologi, dan objek wisata arkeologi. Sumberdaya wisata dinilai dengan menggunakan kriteria Mac Kinnon (1990). Penghitungan klasifikasi kondisi kelayakan masing-masing obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan rumus = Σ (Kriteria X Bobot). Hasil penilaian kelayakan masing-masing obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan rumus = ((Nt – Nr) : 3), dengan Nt = nilai tertinggi objek dan daya tarik wisata, Nr = nilai terendah objek dan daya tarik wisata. Metode penilaian yang digunakan adalah dengan memberikan skor dengan menggunakan Skala Likert (Smith, 1989) terhadap berbagai kriteria jenis sumberdaya wisata yang ada. Secara umum, skala 1, 2, dan 3 secara berurutan menunjukkan nilai kualitatif buruk, sedang, dan baik.
(a) Penilaian Obyek Wisata Budaya Kriteria sumberdaya wisata budaya yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) tingkat keragaman tradisi masyarakat, (2) nilai daya tarik estetika, (3) keunikan sejarah, (4) nilai partisipasi, (5) fungsi sosial, dan (6) kerapatan
47
musiman. Kriteria wisata budaya dapat dilihat pada Tabel 11. Selanjutnya penilaian terhadap masing-masing obyek wisata untuk kategori wisata budaya di kawasan Tambora mengikuti format tabel penilaian obyek dan atraksi wisata budaya sesuai Tabel 11. Dari tabel tersebut maka dapat ditentukan obyek-obyek wisata mana saja yang menjadi prioritas untuk dikelola. Hasil penilaian tersebut dievaluasi dan dianalisis lebih lanjut secara spasial GIS. Tabel 11. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Budaya. No.
Kriteria Budaya
1. Tingkat keragaman tradisi masyarakat 2. Nilai Daya Tarik Estetika
3. Keunikan Sejarah
4. Nilai Partisipasi
5. Fungsi Sosial
6. Kerapatan Musiman
Parameter 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Sangat Jarang Jarang Sedang Sering Sangat Sering
Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan Banyak aktivitas yang biasa dilakukan Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan Banyak aktivitas yang biasa dilakukan Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan Banyak aktivitas yang biasa dilakukan ≤ 1 bulan pertahun 1 - 4 bulan pertahun 4 - 6 bulan pertahun 6 - 8 bulan pertahun ≥ 8 bulan pertahun
Sumber: Mac Kinnon (1990) (Penyesuaian). Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik
48
percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3.
(b) Penilaian Obyek Wisata Arkeologi Kriteria sumberdaya wisata arkeologi yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) daya tarik, (2) keunikan obyek, dan (3) kelangkaan sejarah yang dilakukan mengikuti uraian parameter sesuai dengan Tabel 12. Tabel 12. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Arkeologi. No.
Kriteria Arkeologi
1. Daya Tarik
2. Keunikan Obyek
3. Kelangkaan Sejarah
Parameter 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali
Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja
Sumber: Mac Kinnon (1990) (Penyesuaian). Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3.
(c) Penilaian Obyek Wisata Ekologi Kriteria sumberdaya wisata ekologi yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) keunikan, (2) daya tarik, (3) tingkat keragaman aktivitas yang dapat
49
dilakukan, (4) rekreasi ruang terbuka, dan (5) kerapatan musiman. Uraian parameter dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Ekologi. Kriteria Ekologi 1. Keunikan
No.
2. Daya Tarik
3. Tingkat keragaman aktivitas yang dapat dilakukan 4. Rekreasi Ruang Terbuka
5. Kerapatan Musiman
Parameter 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi sekali Sangat Sedikit Sedikit Sedang Banyak Sangat Banyak Sangat Jarang Jarang Sedang Sering Sangat Sering
Terdapat > 5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Terdapat >5 lokasi tempat lain Terdapat (3-5) lokasi tempat lain Terdapat (1-2) lokasi tempat lain Terdapat (1) lokasi tempat lain Hanya ditemui di tempat ini saja Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan Hanya 1 aktivitas yang bisa dilakukan Hanya 2 aktivitas yang bisa dilakukan Hanya 3 aktivitas yang bisa dilakukan Banyak aktivitas yang bisa dilakukan Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan Banyak aktivitas yang biasa dilakukan ≤ 1 bulan pertahun 1 - 4 bulan pertahun 4 - 6 bulan pertahun 6 - 8 bulan pertahun ≥ 8 bulan pertahun
Sumber: Mac Kinnon (1990). (Penyesuaian) Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3.
50
(3) Analisis Spasial (a) Sebaran Spasial Sumberdaya Wisata Menganalisis
obyek-obyek
wisata
yang
ada
dan
mengidentifikasi
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang wisata dengan menggunakan metode analisis spasial secara deskriptif kualitatif. Dengan metode ini dapat diketahui pola pelayanan secara spasial dari sarana dan prasarana akomodasi yang ada. Ruang lingkup analisis ini yaitu meng-overlay data-data hasil survei dari alat GPSmap 60CSx GARMIN (format *.gpx) ke dalam perangkat komputer untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software GIS ArcView Versi 3.3. Data-data hasil survei di lapangan terdiri dari data koordinat titik-titik objek wisata, sarana prasarana pendukungnya, data hasil wawancara, dan informasi deskriptif mengenai kondisi dan hal-hal lain terkait dengan obyek yang diambil termasuk dokumentasi foto. Informasi tersebut dimasukkan ke dalam atribut data spasial.
(b) Penentuan Model Sirkulasi Jalur Untuk memperoleh informasi mengenai kondisi aksesibilitas dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis ini digunakan sebagai input untuk merencanakan pengembangan sarana dan prasarana jalur interpretasi wisata yang mampu mendukung pengembangan jalur wisata Tambora dan pengembangan wilayah secara umum.
(c) Penentuan Lebar Koridor Konsep ruang wisata yang dikembangkan pada jalur wisata Gunung Tambora berfungsi untuk menjaga kelestarian budaya, sejarah, dan ekologi yang ada pada Gunung Tambora. Konsep ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ruang wisata yang selanjutnya dimanfaatkan dalam bentuk jalur wisata interpretasi. Konsep ruang wisata dibagi atas tiga ruang wisata interpretasi budaya, ruang wisata interpretasi arkeologi, dan jalur wisata interpretasi ekologi. Pada dasarnya jalur wisata interpretasi yang dikembangkan memberikan sebuah perjalanan yang menarik bagi pengunjung untuk kegiatan interpretasi di Gunung Tambora. Konsep
51
jalur wisata ini diharapkan bisa memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi pengunjung tentang potensi obyek sehingga tumbuh pemahaman, kesadaran, keinginan untuk ikut melindungi dan melestarikannya. Menurut Simonds (1983), dalam touring system perlu mempertimbangkan: 1. Jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan area merupakan fungsi dari ruang (space), sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. 2. Keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan kesatuan (unity) dari elemen-elemen sehingga elemen-elemen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. 3. Sekuen yang menggambarkan urutan terhadap obyek yang mempunyai persepsi kontinyuitas sehingga merupakan pengorganisasian dari elemenelemen pada ruang. Penentuan jalur dilakukan berdasarkan pendekatan sebaran titik (obyek dan atraksi) wisata yang terdapat pada lokasi penelitian Gunung Tambora. Selanjutnya pola sebaran titik (obyek dan atraksi) digunakan untuk menentukan model jalur interpretasi. Setiap obyek merupakan wujud yang dapat dilihat dalam waktu dan ruang. Hal ini menyatakan bahwa objek tidak dapat dipahami seluruhnya secara tepat atau dari beberapa titik tertentu dalam suatu observasi, sehingga dapat menimbulkan suatu kesan (flow of impression). Pola jalur wisata interpretatif menggunakan pendekatan pola rangkaian (sequence) yang diharapkan di dalam melewati jalur bisa merasakan suatu rangkaian dari ruang, dan merasakan ekspresi having continuity. Pada daerah alami, sequence bersifat casual dan bebas (free). Pola sequence pada jalur wisata Gunung Tambora dpat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Pola Sequence.
52
Penentuan batas koridor dan analisis ruang sepanjang koridor dilakukan untuk mengetahui peluang dan hambatan yang mungkin terjadi di sepanjang jalur wisata bagi sebuah pengelolaan fisik maupun non fisik. Pada penelitian ini ditetapkan sebuah istilah ruang koridor jalur wisata yang memiliki batasan lebar tertentu yang dalam penelitian ini ditetapkan selebar 50 meter, yaitu masingmasing 25 meter arah kanan dan kiri di sepanjang jalur aksesibilitas.
(4) Analisis Kesesuaian Lahan (a) Kesesuaian Lahan untuk Jalan Setapak (Paths and Trails) Jalan setapak digunakan untuk lintas alam (cross country). Daerah ini akan digunakan sebagai jalan setapak seperti dalam keadaan aslinya, dan tidak ada pemindahan tanah, baik melalui penggalian maupun penimbunan. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jalan setapak dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil penilaian tersebut dievaluasi dan dianalisis lebih lanjut secara spasial untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan sepanjang jalur wisata Tambora. Tabel 14. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Jalan Setapak (USDA, 1968). Sifat Tanah Drainase tanah
Lereng Tekstur*) tanah permukaan Penutupan Lahan
Kelas Kesesuaian dan Faktor Penghambat Baik Sedang Buruk Cepat, agak cepat, Agak jelek. Air Jelek, sangat jelek. baik dan agak baik. tanah kurang dari Air tanah kurang Air tanah lebih dari 50 cm dari 50 cm, sering 50 cm dekat permukaan 0-15% 15-25% >25% Lp, lph, lpsh, l, ld Lli, llip, llid Lip, lid, li
Hutan, Kebun, Kebun, Belukar, Hanya Belukar, Padang Padang Rumput Belukar/Padang Rumput Rumput Sumber: Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna lahan, Hardjowigeno, dkk. (2007). Keterangan: *) lp = lempung berpasir, lph = lempung berpasir halus, lpsh = lempung berpasir sangat halus, l = lempung, ld = lempung berdebu, lli = lempung liat, llip = lempung liat berpasir, llid = lempung liat berdebu, pl = pasir berlempung, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, li = liat, dan p = pasir.
(b) Kesesuaian Lahan untuk Tempat Berkemah (Camping Ground) Tempat berkemah adalah tempat untuk menginap dengan tenda maupun semua aktivitas di luar kemah (outdoor living). Tanah harus mampu untuk
53
dilewati berulang kali oleh kaki manusia dan secara terbatas oleh kendaraan. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tempat berkemah dapat dilihat pada Tabel 15. Pemberian angka bobot setiap parameter dilakukan berdasarkan pada layak tidaknya suatu parameter terhadap suatu bentuk peruntukan lahan tertentu. Besarnya bobot parameter ditunjukan bagi keseluruhan area yang dianalisis. Tabel 15. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tempat Berkemah (USDA, 1968). Sifat Tanah Drainase tanah
Kelas Kesesuaian dan Faktor Penghambat Baik Sedang Buruk Agak jelek, jelek, Agak baik, dan Cepat, agak cepat, sangat jelek. Air agak jelek. Air baik dan agak baik. Air tanah lebih dari tanah lebih dari 50 tanah kurang dari 50 cm cm 75 cm 0-8% 8-15% >15% Lp, lph, lpsh, l, ld Lli, llip, llid, pl, p Lip, lid
Lereng Tekstur*) tanah permukaan Sumber: Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna lahan, Hardjowigeno, dkk. (2007). Keterangan: *) lp = lempung berpasir, lph = lempung berpasir halus, lpsh = lempung berpasir sangat halus, l = lempung, ld = lempung berdebu, lli = lempung liat, llip = lempung liat berpasir, llid = lempung liat berdebu, pl = pasir berlempung, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, li = liat, dan p = pasir.
Secara skematis alur analisis kesesuaian lahan dapat dilihat pada Gambar 17. Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk sarana dan prasarana pendukung sepanjang koridor jalur wisata. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini adalah teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria penetapan kawasan lindung dan budidaya untuk lahan koridor jalur wisata budaya, arkeologi, dan ekologi. Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan operasi matematis scoring dan overlay data-data spasial. Data-data spasial dianalisis dengan menggunakan perangkat GIS dengan metode Union sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan. Ilustrasi teknik overlay dapat dilihat pada Gambar 18.
54
Tutupan Tutupan Lahan Lahan
Jenis Jenis Tanah Tanah
Standar Kriteria Standar Kriteria Untuk Wisata Untuk Wisata Ekologi, Budaya Ekologi, Budaya dan Arkeologi dan Arkeologi
Kelerengan Kelerengan Lahan Lahan
Drainase Drainase Lahan Lahan
Teknik Overlay Peta Teknik Overlay Peta Ternatik yang telah Ternatik yang telah diberi Atribut Skor diberi Atribut Skor
Skoring Peta Ternatik Berdasarkan Kriteria Lahan Koridor Skoring Peta Ternatik Berdasarkan Kriteria Lahan Koridor Untuk Wisata Ekologi, Budaya dan Arkeologi Untuk Wisata Ekologi, Budaya dan Arkeologi
Peta Kesesuaian Lahan Koridor untuk Peta Kesesuaian Lahan Koridor untuk Wisata Ekologi, Budaya dan Arkeologi Wisata Ekologi, Budaya dan Arkeologi
Kebutuhan Kebutuhan Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan Lahan Koridor Hasil Koridor Hasil Analisis Analisis
Analisis Analisis Kesesuaian Kesesuaian
Gambar 17. Flowchart Analisis Kesesuaian Lahan.
Gambar 18. Ilustrasi Proses Analisis SIG dengan Metode Union.
(5) Analisis daya dukung Perhitungan untuk Daya Dukung Fisik (PCC = Physical Carrying Capasity) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik tercukupi oleh ruang yang
55
disediakan pada waktu tertentu dan dinyatakan dengan rumus (Mowforth dan Munt 1997): PCC = A x V/a x Rf Dimana: A
= area yang tersedia untuk digunakan oleh umum.
V/a = 1 pengunjung per m2. Rf
= faktor rotasi (jumlah kunjungan per hari).