BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) Ikan Gulamah (J. trachycephalus) memiliki bagian tubuh seperti kepala, badan, punggung, perut berwarna kekuningan. Semua bagian siripmulai dari sirip punggung, sirip pectoral, sirip dubur dan ekor semuanya berwarna kuning. Ikan gulamah mempunyai bentuk badan memanjang, seluruh bagian kepala tertutup sisik kecuali ujung moncong. Pada dagu tidak mempunyai janggut. Sirip punggung tidak terputus, dengan lekukan yang dalam antara bagian sirip yang berjari-jari keras dengan bagian sirip yang berjari-jari lemah. Tipe gelembung ottolithides. Gelembung renang ini berfungsi sebagai ruang resonansi untuk memperkeras suara yang dihasilkan oleh otot-otot di sekelilingnya. Suara ini keluar secara alami khususnya saat musim berkembang biak. Sirip ekor berbentuk lancet, seluruh badan dan kepala bersisik sikloid, 10-13 sisir saring pada lengkung bawah insang. (Kottelat etal., 1993) Dorsal Fin Eye
Lateral Line
Caudal Fin
Mouth Cheek Gill Cover
Pectoral Fin
Ventral Fin
Anal Fin
Gambar 1.Morfologi Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus)di SungaiBarumun
4 Universitas Sumatera Utara
5
Johnius trachycephalus merupakan famili dari sciaenidae, kelas Actinopterygii (bersirip kipas) yang memiliki taksonomi sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Super Class
: Gnathostomata
Class
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Sub Ordo
: Percoidei
Family
: Sciaenidae
Genus
: Johnius
Species
: Johnius trachycephalus (Kottelat etal., 1993)
2.2. Ekologi Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) Ikan gulamah (J. trachycephalus) dapat ditemukan di hampir semua aliran sungai barumun mulai dari desa Tanjung Sarang Elang sampai muara sungai. Ikan merupakan vertebrata yang hidup dan berkembang di dalam air yang memiliki kemampuan untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air, sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air yang
disebabkan
oleh
angin.Ikan
juga
menggunakan
insang
untuk
mengambiloksigen dari air yang ada di sekitarnya yang digunakan untuk pernapasan (Nybakken, 1992). Air merupakan tempat ikan melakukan berbagai macamaktivitas dalam sebuah
siklus
hidupnya.Semua
fungsi
vital,
seperti
makan,pencernaan,
pertumbuhan, respon pada stimulus reproduksi tergantung pada air.Pada ikan aspek terpenting air adalah oksigen terlarut di dalam air, garam yangterlarut, cahaya, temperatur, subtansi yang beracun dan bahaya dari musuh(Marshall, 1982).Distribusi ikan perairan tawar 28% dan selebihnya bergerak darilingkungan air laut ke perairan tawar dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
6
Banyaknya ikan yangterdapat di air tawar disebabkan karena daerahnya terisolasi sehingga mempunyaikesempatan yang besar untuk membentuk spesies baru.Kebanyakan ikanditemukan pada lingkungan yang lebih panas dengan perubahan temperatur tahunan kecil (Moyle & Cech, 1982).Besarnya populasi ikan yang terdapat di dalam suatu perairan ditentukanoleh ketersediaan makanan, disamping dipengaruhi oleh keberhasilan reproduksiikan tersebut (Hepher, 1978). Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengankepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.
Kepadatan
relatif
biasanyadinyatakan
dalam
bentuk
persentase.(Suin.N.M, 1989)
2.3.Rasio Kelamin Menurut Rahman et al. (2013) kenyataan di alam perbandingan kelamin jantandan betina tidak mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola penyebaran yang disebabkan oleh ketersedian makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan. Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Untuk dapat membedakan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat dari sifat seksual primer dan sekunder. Sifat seksual primer ditandai dengan ovarium dan pembuluhnya (ikan betina) dan testis dengan pembuluhnya (ikan jantan) yang hanya dapat dilihat dengan melakukan seksi (pembedahan) namun hasil itu belum tentu positif. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu bersifat sementara
Universitas Sumatera Utara
7
(hanya muncul pada musim pemijahan saja) dan bersifat permanen (tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan) (Effendie, 2002). Penelitian ini melakukan pengamatan ciri seksual sekunder ikan gulamah di sungai barumun kabupaten Labuhan Batu.Ikan jantan bentuk tubuhnya lebih ramping sedangkan ikan betina lebih gemuk, hal ini dipengaruhi oleh telur yang mengisi penuh rongga perut. Lubis (2002)menyatakan bahwa ikan jantan dan betina cukup mudah dibedakan yaitu dengan mengamati ukuran tubuhnya. Pada umur yang sama, ikan betina ukurannya lebih besar dari ikan jantan.
2.4. Hubungan panjang berat Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator yang baik untuk melihat kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikankelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle & Cech, 2004).Pengetahuantentang struktur populasi dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang tepat tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan daur hidup ikan, seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat matang gonad (Rounsefell & Everhart, 1962). Menurut Effendie (2002),istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah individu. Persamaan hubungan panjang berat ikan dimanfaatkan untuk berat ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Berat dapat dianggap sebagai satu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat dirumuskan dengan notasi matematika yang dikemukakan oleh Klawe (1980): W=αLb Menurut Pauly (1983) formula tersebut akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan yang nilainya berada antara 2,5 dan 3,5, biasanya mendekati 3. Pauly (1984) telah membuktikan hal tersebut berdasarkan hasil plotting terhadap data panjang - berat dari berbagai macam jenis ikan dengan jumlah sampel yang sangat besar dan
Universitas Sumatera Utara
8
apabila terdapat nilai b<2,5 atau b>3,5 data tersebut kemungkinan berasal dari kelompok sampel yang kecil ataupun terdapat indikasi adanya kesalahan. Ketika b= 3, pertumbuhan berat dinamakan isometrik, yang berarti pertambahan berat selaras dengan pertambahan panjang. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhanalometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan alometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat (Pauly, 1984). Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang.Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.Dengan melakukan analisa hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui.Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut gemuk atau kurus (Effendie,1997).
2.5. Analisis frekuensi panjang Semua metode pengkajian stok (stock assessment) pada intinya memerlukan masukan data komposisi umur. Pada perairan beriklim sedang, data komposisi umur biasanya dapat diperoleh melalui penghitungan terhadap lingkaranlingkaran tahunan pada bagian-bagian keras seperti sisik dan otolith. Lingkaranlingkaran ini terbentuk karena adanya fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi lingkungan dari musim panas ke musim dingin dan sebaliknya (Sparre dan Venema, 1999). Selanjutnya Sparre dan Venema (1999) juga menjelaskan bahwa penggunaan lingkaran-lingkaran musiman untuk menentukan umur sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin dilakukan di daerah tropis, karena perubahan musim yang sangat mencolok tidak terjadi. Belakangan ini sejumlah metode penentuan umur telah dikembangkan dengan menggunakan sejumlah struktur yang lebih lembut. Struktur ini disebut dengan lingkaran-lingkaran harian untuk menghitung umur ikan dalam jumlah hari. Namun metode ini memerlukan peralatan khusus yang relatif mahal dan tidak mungkin diaplikasikan di banyak
Universitas Sumatera Utara
9
tempat. Beberapa metode numerik telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya konversi atas data frekuensi panjang ke dalam komposisi umur. Oleh karena itu kompromi paling baik bagi pengkajian stok dari spesies tropis adalah analisis sejumlah data frekuensi panjang. Analisis data frekuensi panjang bertujuan untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu. Dengan kata lain tujuannya adalah untuk memisahkan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran (Sparre danVenema, 1999). Panjang ikan dapat ditentukan dengan mudah dan cepat dalam investigasi di lapangan. Karena panjang ikan dari umur yang sama cenderung membentuk suatudistribusi normal sehingga umur bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang melalui analisis kelompok umur. Kelompok umur bisa diketahui dengan mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan menggunakan modus panjang kelas tersebut untuk mewakili panjang kelompokumur. Hasil identifikasi kelompok umur dapat digunakan untuk menghitungpertumbuhan atau laju pertumbuhan (Busackeret al., 1990). Ketika suatu contohdalam jumlah yang besar dan tidak biasa diambil dari suatu stok ikan atau invertebrata, panjang masing-masing individu bisa diukur dan digambarkan sebagai diagram frekuensi panjang. Jika pemijahan terjadi sebagai suatu peristiwa diskret, hal ini akan menghasilkan kelompok ukuran atau kelas yang berbeda yang dibuktikan dengan puncak atau modus pada distribusi frekuensi panjang (King, 1995). Setelah komposisi umur diketahui melalui analisis frekuensi panjang,maka parameter pertumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan metodemetode estimasi yang sesuai. Selain parameter pertumbuhan, mortalitas total juga dapat diduga dari hasil tangkapan yang dilinearkan dan metode ini merupakan metode berbasis panjang.
2.6. Ekosistem Sungai Ekosistem air yang menutupi bagian terbesar dari permukaan bumi dibagi menjadi air tawar,air laut dan air payau.Ekosistem air di daratan dibagi menjadi dua jenis yaitu air diam seperti kolam,danau dan waduk,serta air yang mengalir seperti sungai (Barus,2004). Lingkungan perairan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan perbedaan fisik dan kimia yaitu:lingkungan perairan tawar dan lingkungan perairan
Universitas Sumatera Utara
10
laut.Perairan air tawar dibagi menjadi dua,yaitu:perairan tenang seperti danau,waduk dan kolam,dan perairan mengalir misalnya sungai,selokan,dan parit.Pada habitat lotic ada dua zona,yaitu zona air deras dan zona kedung atau zona tenang.Sedangkan pada perairan tenang atau lentic pada umumnya terdapat tiga zona utama, yaitu: zona litoral, zona limnetik, dan zona profundal (Hariyanto et al.,2008) Sungai merupakan suatu perairan terbuka yang memiliki arus, perbedaan gradien lingkungan, serta masih dipengaruhi daratan.Sungai memiliki beberapa ciri antara lain: memiliki arus,resident time (waktu tinggal air),organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus,substrat umumnya berupa batuan, kerikil, pasir dan lumpur,tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen,serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya (Odum, 1996). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang sungai,defenisi sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Rahmawati, 2011). Secara alami, fungsi sungai adalah sebagai penyalur massa air hujan yang jatuh di daratan dan mengalir ke laut berdasarkan prinsip gravitasi.Karenanya,bila alur alirannya terganggu (tersumbat),massa airnya akan meluap dan akibatnya akan terjadi banjir.Keadaan sungai di daerah hulu yang terletak di dataran tinggi merupakan daerah rawan erosi dan keadaan sungai di daerah hilir yang terletak di dataran rendah merupakan daerah rawan deposisi,sehingga antara kedua daerah tersebut (hulu dan hilir) keadaan perairannya,terutama kualitas airnya berbeda sekali (Payne, 1986 dalam Gonawi,2009).
2.7 Faktor Fisik Kimia Perairan 2.7.1 Faktor Fisik Perairan Pengukuran faktor lingkungan abiotik dalam studi ekologi penting dilakukan untuk mengetahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi.Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisik dan kimia.Faktor fisik air yang sering merupakan faktor pembatas bagi organisme air sehingga faktor fisik tersebut sering diukur di dalam studi ekologi perairan (Suin, 2002).
Universitas Sumatera Utara
11
2.7.1.1 Suhu Kisaran suhu di
kelima stasiun ini tidak terlalu jauh berbeda. Suhu
air
merupakan faktor yang penting di lingkungan perairan yang selalu dipengaruhi olehmusim,cuaca,waktu
pengukuran,kedalamanperairan,kecerahandan
kekeruhan.Kondisi suhu ini sangat mendukung kehidupan ikan gulamah, baik untuk mencari makanan maupun pertumbuhan.Suhuyang optimal untuk kehidupan organisme perairan berkisar 25–32 oC (Putra, 2013).
2.7.1.2 Intesitas Cahaya Intesitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan.Intesitas cahaya bagi organisme akuatik berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya.Apabila intensitas cahaya berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air makin berkurang, dimana oksigen dibutuhkanorganisme untuk metabolisme (Barus, 1996).
2.7.1.3 Penetrasi cahaya Kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda setiap ekosistem air yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut sebagai titikkompensasi,yaitu titik pada lapisan air,dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasidan respirasi berada dalam keseimbangan.Dapat juga diartikan bahwa pada titik kompensasi cahaya ini,konsentrasi karbondioksida dan oksigen akan berada dalam keadaan relatif konstan (Barus, 2004).
2.7.1.4 Kecepatan arus Menurut Odum (1996), arus air merupakan ciri utama dari jenis perairan mengalir. Kecepatan arus dapat bervariasi sangat besar, di tempat yang berbeda dari suatu aliran yang sama (membujur atau melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu dan merupakan faktor berharga yang patut dipertimbangkan untuk diukur. Kecepatan arus di sungai ditentukan oleh kemiringan, kekerasan, kedalaman, dan kelebaran dasarnya.
Universitas Sumatera Utara
12
Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Arus terutama berfungsi dalam pengangkutan energi panas dan substansi yang terdapat di dalam air (Barus, 2004). Menurut Payne (1986) dalamGonawi (2009), arus tergantung pada alur sungai, lokasi arus tercepat dapat berada di tengah atau pinggiran sungai.Pada alur sungai yang lurus, arus yang tercepat berada di tengah sungai. Hal ini sesuai dengan hukum fisika mengenai gesekan (friction) yaitu daerah yang terbebas dari gesekan adalah daerah yang tercepat arusnya. Pada alur sungai yang berkelok (meander), bagian yang tercepat arusnya adalah di pinggir bagian luar sungai.
2.7.1.5. TSS (Total Supended Solid) Zat padat tersuspensi (Total Supended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur,dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Sihombing, 2011). Tingkat kekeruhan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan suspensi massa air yang berasal dari sungai. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi dapatmenghalangi penetrasi cahaya matahari kedalam perairan (Prayitno dan Edward, 2003). Ditambahkan oleh Nybakken (1992), peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air dapat mengakibatkan penurunan kedalaman eufotik,sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemardan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air,buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.Padatan tersuspensi mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
13
kekeruhan dan kecerahan air.Oleh karena itu pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna perairan.
2.7.1.6 TDS (Total Dissolved Solid) Total Dissolved Solid merupakan jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari masuk kedalam badan perairan. Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya akan berkurang, akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya mengurangi tingkat produktifitas perairan (Sastrawijaya, 2000).
2.7.1.7 Salinitas Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah permil(‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Wibisono, 2004). Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-5‰ (Nybakken, 1992). Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut terhadap salinitas yang ada (Nybakken, 1992).
2.7.2 Faktor Kimia Perairan 2.7.2.1. pH (potential of Hydrogen) Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH = log 1/H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau mlepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).
Universitas Sumatera Utara
14
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ionhidrogen (H+) di dalam air. Biasanya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H, pH sangat penting sebagai parameter kualitas air, karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan didalam air. Selain itu ikan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahui nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebutsesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan organisme air (Rifai &Nasution, 1983). Menurut Barus (2004), organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah. Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan hidup plankton karena akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme dan respirasi. Toleransi organisme terhadap pH dibedakan menjadi stenion, yaitu organisme yang mempunyai toleransi sempit terhadap fluktuasi pH, dan euryion, yaitu organisme air yang mempunyai toleransi luas terhadap fluktuasi pH.
2.7.2.2. DO (Dissolsved oxygen) Oksigen terlarut (Dissoved oxygen = DO) dibutuhkan olehsemua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghailkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam satu perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, perggerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005) Kelarutan oksigen didalam air terdapat pada suhu 0oC,yaitusebesar 14,16 mg/L. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkat konsentrasi oksigen terlarut(Barus, 2004). Oksigen diperlukan oleh ikan-ikan untuk menghasilkan energi yang sangat penting bagi percernaan dan asimilasi makanan, pemeliharaan keseimbanganosmotik dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen di perairan sangat sedikit maka perairantersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya yang hidup di air, karena akan mempengaruhi kecepatan makan dan pertumbuhan ikan (Wardhana, 1995).
Universitas Sumatera Utara
15
2.7.2.3. BOD5(Biochemical Oxygen Demand) Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh orgnisme di dalam memecah bahan organik. Penguraian organik melalui proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Wardhana, 1995). Dalam proses oksidasi secara biologi ini tentu saja dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses oksidasi secara kimiawi. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pengukuran BOD5 adalah jumlah senyawa organik diuraikan, tersedianya orgnisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu (Barus, 2004).
2.7.2.4 COD (Chemical Oxygen Demand) COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O2/L. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau biasa diuraikan secara biologis (Barus, 2004). Badan air yang memiliki nilai COD > 10 mg/L sangat mempengaruhi keberadaan dan kehidupan organisme perairan yang bersifat aerob diantaranya adalah jenis ikan, karena sulitnya akan memenuhi oksigen COD perairan yang dianggap baik bagi kehidupan organisme air (ikan)berkisar 1-5 mg/L (Fardiaz, 1992).
2.7.2.5. Nitrat Unsur hara yang penting di perairan adalah nitrogen dan fosfor. Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen bebas, nitrat, nitrit, ammonia, dan ammonium. Unsur fosfor dapat ditemukan dalam bentuk senyawa organik yang terlarut (ortofosfat dan folifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat (Effendi, 2002). Keberadaan senyawa nitrogen dalam perairan dengan kadar yang berlebihan dapat menimbulkan permasalahan pencemaran. Kandungan nitrogen yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
16
di suatu perairan dapat disebabkan oleh limbah yang berasal dari limbah domestik, pertanian, peternakan dan industri. Hal ini menyebabkan perairan menjadi tercemar sehingga berpangaruh terhadap kelimpahan organisme di dalam perairan (Schmit, 1978 dalam Silalahi, 2010). Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan adalah nitrat dan amonia yang merupakan sumber utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar amonia. Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, sedangkan nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan karena bersifat tidak stabil terhadap keberadaan oksigen. Senyawa nitrat dapat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2002).
2.7.2.6. Fosfat Fosfat merupakan nutrient yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Fosfat dalam ekosistem perairan dapat dalam bentuk senyawa organik seperti protein ataupun gula, sebagian dalam bentuk kalsium fosfat (CaPO4) dan besi fosfat (FePO4) anorganik. Fosfat tersedia melimpah dalam perairan dalam bentuk ortofosfat. Senyawa anorganik ini dihasilkan oleh bakteri melalui pemecah fosfat organik dari organisme yang mati. Unsur fosfat merupakan salah satu unsur penting dalam metabolisme sel organisme. Keberadaan phospor dalam perairan terdapat dalam bentuk senyawa anorganik (ortho-phosphate,meter phosphate, polyphospate) dan senyawa organik diserap oleh bakteri, fitoplakton dan makrofita (Suriadarma,2011).
Universitas Sumatera Utara