BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Ikan koi merupakan salah satu ikan yang masih termasuk ke dalam satu strain dengan ikan mas. Ikan tersebut merupakan jenis ikan peliharaan yang sangat terkenal di negara Jepang karena kombinasi warna yang dimilikinya sangat menarik. Koi di Jepang dikenal dengan nama Nishikigoi dan mempunyai nama umum Ornamental Common Carp / Japanese Carp serta sering disebut juga fancy carp (Karmila 2000). Koi
berasal
dari
karper
hitam,
sehingga
sistematik
diklasifikasikan sebagai berikut (Bachtiar 2002).
Filum Subfilum Superkelas Kelas Superordo Ordo Famili Genus Spesies
: : : : : : : : :
Chordata Vertebrata Gnasthostomata Osteichthyes Teleostei Ostariophysi Cyprinidae Cyprinus Cyprinus carpio L.
Gambar 2. Ikan Koi Jenis Kohaku
7
koi
dapat
8
Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip yaitu sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi mereka untuk berpindah tempat. Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera penciuman ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara (Susanto 1991). Badan koi tertutup oleh selaput yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan yang terletak diluar (lapisan epidermis) dan lapisan yang terletak didalam (lapisan endodermis). Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan
menghasilkan lendir
(mucus) pada permukaan badan ikan yang berfungsi untuk melindungi permukaan badan atau menahan parasit yang menyerang koi. Sedangkan lapisan endodermis terdiri dari serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini pun terdapat sel warna (zat pigmen) yang sangat diperlukan oleh koi (Susanto 1991). Sel warna (zat pigmen) ini terdiri dari lima macam sel warna yang berbeda, yaitu melanophore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), leukophore atau guanuphore (putih) dan iridophore (memantulkan warna/kemilau). Dengan adanya sel-sel warna tersebut tubuh koi mempunyai warna yang sangat bervariasi, dan variasi warna tersebut merupakan salah satu dasar klasifikasi dari penamaan ikan koi (Lesmana 2002). Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Mereka bisa hidup pada temperatur 8oC – 30oC dengan pH 6,5 – 7,4. Suhu yang ideal untuk koi yaitu sekitar 15oC - 25oC dengan pH ideal sekitar 7,2 – 7,4 (Loka dan Roospitasari 2002). Jenis kelamin koi dapat dibedakan saat ikan tersebut dewasa, yaitu kurang lebih saat mencapai ukuran panjang 24 cm. Koi jantan mempunyai bentuk tubuh lebih ramping sedangkan koi betina lebih gemuk dan sedikit membulat (Gunawan 2005).
9
2.2 Pakan Bachtiar (2002), bagi ikan, pakan tidak hanya untuk melangsungkan hidup. Gizi yang terkandung didalam pakan dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Berbagai kandungan gizi yang dibutuhkan ikan antara lain protein, lemak (lipid), karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Lemak dan karbohidrat bermanfaat sebagai sumber energi. Vitamin dan mineral berperan membantu proses metabolisme, mengatur proses fisiologis, membentuk enzim, serta menunjang kesehatan ikan. Pakan juga membantu pembentukan tubuh ideal dan mencemerlangkan warna ikan. Pakan ikan bisa berupa pakan alami maupun pakan buatan yang mengandung pigmen-pigmen penyusun warna ikan. Pigmen-pigmen ini berupa melanin, guanin, dan karoten. Pigmen-pigmen ini berfungsi mencemerlangkan warna ikan (Bachtiar 2002). Pakan pun bermanfaat sebagai media perantara untuk mengobati ikan yang sakit. Berdasarkan asalnya, jenis pakan ikan terbagi dua, yakni pakan alami dan pakan buatan. Pakan yang tepat untuk koi adalah pakan yang bisa membuat warna cemerlang serta dapat merangsang pertumbuhan koi (Tiana 2004) Efisiensi pemberian pakan merupakan bagian input terbesar dalam budidaya ikan. Formulasi pakan dengan kandungan nutrien seimbang dan pemberian pakan yang tepat adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ikan (Gunawan 2005).
2.3 Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk kedalam tanaman palawija penting di Indonesia setelah jagung dan ubikayu (Suismono dalam Erawati 1995). Ubi jalar berasal dari Amerika Tengah merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur diketinggian 1000 – 2200 m dpl dan di suhu optimum 21oC – 27oC, kelembaban udara 50%-60% dan curah hujan 750-1500 mm/tahun serta pH tanah 5,5-6,5 (Widodo dalam Pramesuwari 2006). Jenis ubi jalar diantaranya yaitu ubi jalar putih, ubi jalar merah dan ubi jalar ungu. Ubi jalar putih memiliki 260 µg (869 SI) beta karoten, ubi jalar merah
10
yang berdaging umbi kuning emas memiliki 2900 µg (9657 SI) beta karoten, sedangkan ubi jalar warna merah yang berdaging umbi jingga memiliki 9900 µg (32967 SI) beta karoten. Makin pekat warna merah makin tinggi kadar beta karoten dan kaya akan senyawa lutein dan zeaxanthin, pasangan antioksidan karotenoid dan vitamin C sebesar 23 mg/100 gram, serta Ca sebesar 30 mg/100 gram. Betakaroten ialah bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Lutein dan zeaxanthin merupakan senyawa aktif berperan penting menghalangi proses pengrusakan sel (Aini 2004). Sistematika tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) dalam dunia tumbuhtumbuhan adalah sebagai berikut (Rukmana dalam Honestin 2007), dan gambar ubi jalar merah (Gambar 2) :
Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: : : : : : : :
Plantae Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Convolvulalesm Convolvulaceae Ipomoea Ipomoea batatas L.
Gambar 3. Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas) (Sumber : Hestiana 2009)
Warna kulit ubi jalar beranekan ragam, antara lain putih kotor, jingga, merah muda, dan ungu tua. Warna daging putih, krem, kuning, merah muda
11
kekuning-kuningan, dan jingga tergantung jenis dan banyaknya pigmen yang dikandung. Pigmen yang terdapat pada ubi jalar adalah karotenoid dan antosianin (Kay dalam Hestiana 1973). Ubi jalar efektif sebagai penghasil karbohidrat. Ubi jalar mampu menghasilkan 48000 kal/ha/hari (Syarief dalam Hestiana 1999). Selain sumber karbohidrat, ubi jalar merupakan sumber vitamin A dan C serta mineral kalsium, besi, dan fosfor. Namun kadar protein dan lemaknya relatif rendah, sehingga konsumsinya perlu didampingi oleh bahan pangan lain yang berprotein tinggi (Widodo dan Ginting dalam Hestiana 2004). Komposisi kimia ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ubi Jalar per 100 gram Komposisi Jumlah Energi
123 kal
Karbohidrat
27.38 gram
Protein
1.8 gram
Lemak
0.7 gram
Vitami A
60-7700 SI
Vitamin C
22 mg
Kalsium
30 mg
Fosfor
49 mg
Fe
0.7 mg
Air
68.5 % Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1993)
2.4 Pigmen Pigmen adalah zat yang memberikan kualitas warna tertentu pada ikan, sehingga tampak oleh mata bahwa ikan tersebut berwarna. Fungsi utama pigmen pada ikan secara alami adalah memberikan warna ikan akan lebih menarik (Sarwosari dalam Gunawan 1992). Letak sel pigmen ada yang tepat dibawah sisik dan ada yang letaknya agak kebawah sisik. Pigmen yang terletak tepat dibawah
12
sisik akan menghasilkan warna yang bagus, sedangkan yang letaknya agak kebawah warna yang dihasilkan akan kurang cemerlang (Bachtiar 2002). Lesmana (2004), ikan mempunyai sel khusus sebagai penghasil pigmen, yaitu iridosit dan kromatofora. Iridosit terdiri dari leukofor dan guanofor yang merupakan sel cermin dan hanya memantulkan warna dari luar tubuh yang masuk. Kromatofora merupakan sel pigmen yang mengandung warna dan terdiri dari 5 kategori warna dasar, yaitu hitam (melanofora), merah (eritrofora), kuning atau oranye (xantofora), sel kemilau atau cermin (iridofora) dan putih (leukofora atau guanofora). Banyaknya warna yang beraneka ragam biasanya merupakan gabungan dari warna-warna diatas. Demikian pula tinggi rendahnya konsentrasi sel pigmen akan mempengaruhi tegas dan kaburnya warna. Sel melanofora mengandung zat warna melanin yang merupakan sel pigmen yang paling berperan dalam hampir semua warna. Konsentrasi dari melanin ini akan mempergelap atau memperterang warna ikan. Jika jumlah sel pigmen penyusun warna pada ikan berubah, maka tingkat kecerahan warna ikan akan berubah pula. Semakin banyak sel pigmen semakin tajam, jelas dan cemerlang pula warna ikan. Sebaliknya apabila kepadatan sel-sel pigmen berkurang, maka warna ikan akan semakin memudar (Bachtiar 2002). Techner dalam Gunawan (1994), pigmen yang berperan dalam pewarnaan ikan dibagi menjadi dua jenis yaitu, karoten dan melanin. Karoten akan menimbulkan warna jingga (oranye), kuning dan merah pada sisik ikan, sedangkan melanin akan menghasilkan warna coklat sampai hitam pada sisik ikan.
2.4.1
Pigmentasi Pigmentasi
pada
ikan
disebabkan
oleh
sel-sel
integumen
yang
mengandung zat warna (kromatofora). Kromatofora ini memberikan warna sesungguhnya pada ikan yang terdapat pada lapisan dermis, yaitu diluar diantara sisik (Fuji dalam Gunawan 1983). Hoedeman dalam Gunawan (1975) menyatakan bahwa pigmentasi terjadi pada kulit sebagai perlindungan terhadap intensitas
13
cahaya yang tinggi, mempertahankan sumber pigmen dan mengeraskan dermis. Pigmentasi pada tubuh ikan disebabkan oleh adanya skemakhrom yang menyebabkan konfigurasi fisik dan biokhrom yang merupakan pembawa pigmen yang dihasilkan oleh kromatofor (Larger et al dalam Gunawan 1997). Biokhrom terdiri dari karotenoid, kromopolid, indigoid, melanin, porpirin, flavin, purun, dan pterin. Karotenoid membawa pigmen kuning dan merah. Kromopolid membawa pigmen kuning hingga cokelat. Indigoid membawa pigmen biru, merah dan hijau. Melanin membawa pigmen hitam dan cokelat. Porpirin membawa pigmen merah, kuning, hijau, biru dan cokelat. Flavin membawa pigmen putih, kuning, merah dan oranye (Gunawan 2005).
2.4.2
Karotenoid dan Beta Karoten Karotenoid adalah kelompok utama pembentuk sel pigmen kuning, oranye
dan merah. (Winarno 1991). Karotenoid termasuk golongan hidrokarbon, tersebar luas di alam dan merupakan pigmen penting dalam kehidupan organisme (Winarni 2007). Menurut Association of Vitamin Chemistry, London dalam Method of Vitamin Assay dalam Erawati (2006), secara umum karotenoid mempunyai sifat fisik dan kimia sebagai berikut :
Larut dalam lemak
Larut dalam kloroform, pewarna, karbon disulfida, petroleum eter
Sukar larut dalam alkohol
Sensitif terhadap oksidasi
Auto oksidasi
Stabil terhadap panas di dalam udara bebas oksigen kecuali untuk beberapa perubahan stereo isometrik
Punya spektrum serapan yang spesifik
Meyer dalam Erawati (1973) menjelaskan bahwa karotenoid dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu : 1. Karoten merupakan karotenoid hidrokarbon C40H56, yaitu alfa, beta dan gamma karoten serta likopen.
14
2. Xantofil dan derivat karoten yang mengandung oksigen dan hidroksil. Contoh : kriptoxantin dan lutein. 3. Ester xantofil yaitu ester asam lemak. Contoh : zeaxanthin. 4. Asam karotenoid, yaitu derivat karoten yang mengandung gugus karboksil. Jenis karotenoid yang paling penting adalah alfa karoten, beta karoten, beta kriptoxantin, lutein, violaxantin, neoxantin, dan likopen. Beta karoten, alfa karoten dan beta kriptoxantin adalah jenis karoten yang dikonversi menjadi vitamin A atau retinol dalam tubuh (Zeb dan Mehmood dalam Winarni 2007). Struktur kimia beta karoten dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Beta Karoten. (Sumber : Almatsier dalam Winarni 2007)
Zat karoten dapat diperoleh dari tanaman karena tanaman dapat memproduksi
dan
menyimpannya.
Hewan
termasuk
ikan,
tidak
bisa
memproduksi, tetapi dapat menyimpannya. Karena itu, zat karoten harus ada dalam pakan. Secara alami karoten berfungsi untuk memberikan atau memperjelas penampilan warna, sebagai protector atau pelindung system saraf pusat dari cahaya yang berlebihan, sebagai bahan dasar vitamin A, pengenalan jenis kelamin dan menunjang termoregulasi atau proses pengaturan suhu tubuh. Selain itu, karoten berfungsi untuk membantu pembentukan kuning telur dalam proses reproduksi dan berpengaruh terhadap kesehatan ikan (Bachtiar 2002).
15
Bentuk dan jenis karoten dalam organisme hidup berbeda-beda. Karoten dapat membentuk ikatan dengan komponen lain, seperti ester, asam lemak atau protein. Umumnya, karoten dalam ikan berupa astaxanthin yang memberikan warna merah dan lutein yang memberikan warna kuning kehijauan (Bachtiar 2002). Astaxanthin merupakan pigmen karotenoid yang berwarna merah. Astaxanthin termasuk dalam kelas terbesar fitokimia yang dikenal dengan nama terpenes yang terdiri dari lima prekursor karbon yaitu isopentenyl, diphosphate, (IPP) dan dimethylallyl diphosphate (DMAPP). Astaxanthin memiliki rumus kimia C40H52O4. Astaxanthin pun dapat diperoleh dari mikroalga dan beberapa jenis ikan seperti salmon, tuna dan trout juga sekelompok crustacean misalnya kepiting, lobster dan udang (Hoffman dalam Amin 1999). Astaxanthin sering digunakan sebahai komponen nutrisi alami dan juga digunakan sebagai suplemen bagi manusia, hewan dan digunakan pula dalam kegiatan akuakultur (Capelli dan Gerald dalam Amin 2007). Astaxanthin hanya diperlukan oleh ikan dalam jumlah yang seperlunya saja. Jika kadar astaxanthin berlebih, maka akan dibuang oleh ikan melalui feces (O-FISH dalam Amin 2002). Selain astaxanthin, terdapat pula pigmen karotenoid yang berwarna merah yaitu
canthaxanthin.
Canthaxanthin
memiliki
rumus
kima
C40H52O2.
Canthaxanthin dapat ditemukan pada berbagai macam organisme termasuk bakteri, laba-laba, serangga, alga, tanaman, sponge, moluska, crustacean, ikan dan burung (Breadsworth dan Hernandez dalam Amin 2003). Canthaxanthin umumnya digunakan dalam industri unggas sebagai pigmen alami dalam produksi telur dan ayam broiler untuk memberikan penampilan yang diharapkan dan dibutuhkan konsumen. Selain pada unggas, canthaxanthin juga digunakan dalam industri akuakultur ikan trout. Dalam pakan ikan salmon, canthaxanthin biasanya dikombinasikan dengan astaxanthin (Simpsons et al dalam Amin 2005). Penelitian telah menunjukkan bahwa ada banyak karotenoid, termasuk canthaxanthin yang merupakan molekul aktif dan dapat diubah menjadi vitamin A. sejumlah fungsi lain karotenoid dalam jaringan hewan adalah sebagai antioksidan yang berperan dalam pengaturan reproduksi, diferensiasi sel dan peningkatan sistem imun (Breadsworth dan Hernandez dalam Amin 2003).
16
Lesmana (2004), secara fisikokimia karoten merupakan senyawa terpenoid, yaitu senyawa hidrokarbon yang kompleks. Fisikawi strukturnya unik dan dapat mengabsorbsi sinar secara selektif sehingga dapat berfungsi sebagai sel pigmen. Karoten terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis serta berada dalam banyak organisme hidup yang kesemuanya dapat digunakan sebagai pakan ikan hias agar warnanya lebih cemerlang. Kebanyakan organisme mengandung macam-macam karoten, misalnya daun yang mengandung karoten dengan nama betakaroten atau lutein yang dapat memberikan warna merah dan kuning, namun ada juga organisme yang hanya mengandung satu macam karoten saja, seperti wortel yang hanya mengandung betakaroten saja. Ubi jalar terutama yang berdaging umbi warna merah hingga kuning diketahui mengandung banyak karotenoid terutama beta karoten (Bauernfeind & Klaul 1981 : Gross 1991 dalam Erawati 2006). Purcel dalam Erawati (1962) melakukan analisis karotenoid secara detail pada ubi jalar kuning jenis Goldrush dan ada 7 pigmen yang teridentifikasi yaitu phytoene (2,6%), phytofluene (0,8%), β-karoten (89,9%), ζ-karoten (1,2%), β-karoten 5,8 epoksi (2,5%), γ-karoten (0,7%), dan hidroksi ζ-karoten (0,5%). Sweeney dan Marsh dalam Erawati (1970) menyatakan bahwa fraksi karoten dalam ubi jalar adalah campuran all trans βkaroten (96,7%), neo- β-karoten B (0,1%), dan neo- β-karoten U (3,2%). Woolfe dalam Erawati (1992) menyebutkan bahwa lebih dari 89% total karoten pada ubi jalar merah yang berdaging jingga atau oranye adalah beta karoten.
2.5 Kualitas Air Sebagai media untuk hidup ikan hias, kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas warna ikan hias. Salah satu kriteria kualitas air yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan (Lesmana 2004). Kualitas air yang baik harus memenuhi syarat secara fisik dan kimia. Secara fisik, air memiliki suhu optimal sekitar 24oC – 28oC dan tidak banyak mengandung lumpur. Secara kimia, kandungan oksigen sekitar 5-7 ppm, kadar karbondioksida dan ammonia tidak terlalu tinggi, serta pH sekitar 6. Koi akan
17
hidup sehat, kalau kualitas airnya sesuai dengan kebutuhannya. Kualitas air sangat menentukan bagus tidaknya warna koi. Kualitas air pun berkaitan dengan padat penebaran benih yang dipelihara. Padat penebaran koi harus disesuaikan dengan ukuran media pemeliharaan ikan. Sebagai patokan, setiap meter persegi permukaan kolam yang kedalamannya 70 cm, cukup diisi 2 ekor koi berukuran 60 cm, 4 ekor berukuran 50 cm, 7 ekor berukuran 20-35 cm, atau 15 ekor berukuran 8-15 cm (Bachtiar 2002). Menurut Kuroki dalam Susanto (1991), 70% warna koi ditentukan oleh mutu genetik ikan itu sendiri, 20% oleh air dan 10% faktor-faktor lainnya. Air yang baik untuk koi (Bachtiar 2002), memiliki pH antara 6,5 – 7,4 serta kandungan oksigen 5 – 7 ppm.