ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
PRESENTASI POSTER DISTRIBUSI UKURAN IKAN GULAMA (Johnius trachycephalus) TANGKAPAN MINITRAWL DI ESTUARI KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN1 Herlan2 ABSTRAK Minitrawl adalah alat tangkap tradisional yang telah lama beroperasi di perairan estuari di Kabupaten Banyuasin. Alat tangkap ini mampu menangkap berbagai jenis biota dan ukuran. Hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil, baik biota yang berukuran maksimum kecil, stadia larva dan stadia juwana. Penangkapan sering mengutamakan jumlah hasil tangkapan sebanyak-banyaknya terutama kelompok ikan dan udang yang bernilai ekonomi tinggi, diantara jenis ikan yang sering tertangkap yaitu Ikan Gulama (Johnius trachycephalus). Pemanfaatan sumber daya ikan berlebih dan tidak ramah lingkungan dikhawatirkan akan mengancam populasi dan keanekaragamannya serta berdampak pada sediaan stok ikan di laut. Data dan informasi mengenai ukuran jenis ikan hasil tangkapan minitrawl di perairan estuari sebagai daerah pemijahan, pembesaran, perlindungan dan tempat mencari makan masih kurang. Penelitian dilakukan pada 2013. Lokasi penelitian di perairan estuari Sungai Banyuasin, estuari Sungai Musi dan estuari Sungai Upang Provinsi Sumatera Selatan. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan percobaan penangkapan menggunakan alat tangkap minitrawl yang biasa digunakan oleh nelayan lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi ukuran Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) di perairan estuari Kabupaten Banyuasin. Hasil penelitian: Kelas ukuran di estuari Sungai Banyuasin 16 kelas, estuari Sungai Musi 13 kelas dan estuari Sungai Upang 9 kelas. Kata Kunci: distribusi ukuran, estuari Sungai Banyuasin, estuari Sungai Musi, estuari Sungai Upang, Ikan Gulama (Johnius trachycephalus)
PENDAHULUAN Perairan estuari Sungai Banyuasin, estuari Sungai Musi dan estuari Sungai Upang termasuk dalam wilayah Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Ketiga perairan ini merupakan area penangkapan ikan bagi penduduk di sekitarnya, 90% penduduknya bekerja sebagai nelayan atau pengolah produk perikanan (Wardoyo, 2001). Hasil tangkapan dari perairan ini tahun 2010 mencapai 34.169 ton yaitu 83% dari total hasil tangkapan di perairan laut Sumetara Selatan (40.396 ton). Aktivitas penangkapan ikan di perairan ini sangat berkembang, yaitu menggunakan jenis alat tangkap, metoda dan hasil tangkapan yang bervariasi. Jenis alat tangkap yang mendominasi adalah trap net; sejenis alat tangkap yang dapat menangkap segala jenis dan ukuran, diantara jenis alat tangkap tersebut adalah minitrawl. Minitrawl adalah alat tangkap tradisional yang telah lama beroperasi di perairan estuari di Kabupaten Banyuasin. Alat tangkap ini mampu menangkap berbagai jenis biota dan ukuran. Hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil, baik biota yang berukuran maksimum kecil, stadia larva dan stadia juwana. Penangkapan sering mengutamakan jumlah hasil tangkapan sebanyak-banyaknya terutama kelompok ikan dan udang yang bernilai ekonomi tinggi, diantara jenis ikan yang sering tertangkap yaitu Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) (BP3U, 2013). Pemanfaatan sumber daya ikan berlebih dan tidak ramah lingkungan dikhawatirkan akan mengancam populasi dan keanekaragamannya serta berdampak pada sediaan stok ikan di laut. Sementara data dan informasi mengenai ukuran jenis ikan hasil tangkapan minitrawl di perairan estuari sebagai daerah pemijahan, pembesaran, perlindungan dan tempat mencari makan masih kurang. 1 2
Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. e-mail:
[email protected]
145
ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) dari famili Sciaenidae menghuni perairan pantai yang dangkal. Ikan ini menyebar di perairan: Thailand, Sumatera dan Kalimantan (Sasaki, 2001). Bersama-sama ikan-ikan lain, ikan ini menjadi obyek penangkapan nelayan yang beroperasi di perairan estuari di Kabupaten Banyuasin. Ikan Gulama dipasarkan dalam bentuk segar dan ikan asin. Tekanan penangkapan yang terus menerus diperkirakan dapat menurunkan populasinya. Garrod & Horwoord (1984) menyatakan bahwa ukuran kedewasaan menurun dengan meningkatnya penangkapan. Di Indonesia informasi distribusi Ikan Gulama dan taksonominya masih terpaku pada keterangan dari Weber & de Beaufort (1936). Juvenil Ikan Gulama di daerah estuari sering mencapai bagian bawah sungai yang keruh (Allen, 1991). Penelitian keanekargaman jenis ikan yang telah dilakukan BRPPU (2006) di perairan estuari di Kabupaten Banyuasin menemukan 107 spesies; Prianto & Suryati (2010) telah menemukan 54 spesies di Muara Sungai Musi termasuk Johnius Trachycephalus. Sampai kini, data dan informasi tentang distribusi ukuran Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) belum tersedia, padahal informasi ini sangat penting dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan untuk mencegah terjadinya penurunan populasi ikan ini. Atas dasar kondisi ini diperlukan penelitian untuk menganalisis distribusi ukuran Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) di estuari di Kabupaten Banyuasin. Informasi distribusi ukuran diharapkan bermanfaat dalam pengaturan penggunaan alat tangkap ikan di estuari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi ukuran Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) di perairan estuari di Kabupaten Banyuasin. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan pada 2013. Lokasi penelitian di perairan estuari Sungai Banyuasin, Musi dan Upang Provinsi Sumatera Selatan. Stasiun pengambilan contoh ditentukan dengan pendekatan tujuan tertentu (purposive sampling) yaitu untuk mendapatkan data ukuran Ikan Gulama pada habitat mikro yang berbeda. Stasiun 1 dimulai pada lokasi hulu muara sungai yaitu perairan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut dengan nilai salinitas ≥1,0 ppt pada saat air pasang sampai hilir muara sungai yaitu perairan yang berhubungan langsung dengan perairan pesisir (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Pengamatan Estuari Banyuasin, Musi dan Upang
147
ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Keterangan: BA.1 = Stasiun 1, BA.2 = Stasiun 2, BA.3 = Stasiun 3, dan BA.4 = Stasiun 4. UP.1 = Stasiun 1, UP.2 = Stasiun 2, Upang, UP.3 = Stasiun 3, dan UP.4 = Stasiun 4. MU.1 = Stasiun 1, MU.2 = Stasiun 2, MU.3 = Stasiun 3, dan MU.4 = Stasiun 4. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan percobaan penangkapan menggunakan alat tangkap jaring trawl mini yang biasa digunakan oleh nelayan lokal. Alat tangkap yang digunakan merupakan jaring trawl mini dasar dengan ukuran panjang 14,0 meter, panjang tali ris atas 7,0 meter, meshsize 1,5 dan 1,0 inch dan kantong hasil 0,5 inchi. Trawl mini dioperasikan pada kedalaman dekat dasar perairan. Percobaan penangkapan dilakukan pada siang hari. Jaring ditarik dengan kapal trawl ”6 GT”, durasi penarikan 30 menit, kecepatan tarikan antara 2,5 – 3,0 km/ jam. Pengumpulan ikan contoh dilakukan pada Maret, Juni, Agustus dan Oktober yang diharapkan mewakili musim hujan dan kemarau. Hasil tangkapan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, dihitung jumlah individu (ekor) dan diukur panjang totalnya (cm). Semua contoh hasil tangkapan diawetkan dengan formalin 10% untuk diidentifikasi di laboratorium Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum berdasarkan buku Kottelat (1993), Munro (1955) dan Peristiwady (2006). Parameter fisika-kimia air yang diamati berdasarkan APHA, 2005 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengamatan Kualitas Air. No. Parameter Satuan 1 Salinias (‰)/ ppt 2 Turbiditas NTU (Nephelometric Turbidity Unit)
Metode Insitu Alat Laboratorium
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengambilan sampel menggunakan minitrawl berdasarkan bulan disajikan pada Tabel 2. Estuari Maret Juni Agustus Oktober Jumlah (ekor) Sungai Banyuasin 0 0 0 719 719 Sungai Musi 0 99 0 5 104 Sungai Upang 0 3 0 110 113 Total (ekor) 0 102 0 834 936 Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tertinggi pada lokasi pengamatan estuari Sungai Banyuasin, sedangkah hasil terendah pada estuari Sungai Musi. Perbedaan ini disebabkan karena perairan estuari Sungai Banyuasin berukuran lebih luas dan terhubung dengan laut sepanjang tahun (Gambar 1), dengan pengaruh salinitas yang lebih tinggi dan konsisten dibandingkan estuari Sungai Upang dan estuari Sungai Musi, dimana Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan laut dan payau (Robins et al., 1991; Sasaki, 1995). Hasil pengukuran salinitas dan turbiditas perairan disajikan pada Gambar 2 dan 3.
148
ISBN :
Salinitas (‰)
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0
Maret Juni Agustus Oktober
Stasiun Pengamatan
Turbidity (NTU)
Gambar 2. Salinitas berdasarkan stasiun dan bulan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Maret Juni Agustus Oktober
Stasiun Pengamatan
Gambar 3. Turbiditas berdasarkan stasiun dan bulan Pengambilan sampel pada Maret dan Agustus di ketiga estuari tidak didapatkan. Tidak ditemukannya ikan sampel pada tiga estuari tersebut diduga karena pengaruh kondisi perairan, diantaranya: rendahnya salinitas perairan (0 - 19‰), tingginya kekeruhan yang mencapai 1.240 NTU (Gambar 2 dan 3) dan musim. Perubahan musim akan berpengaruh pada tingkah laku ikan, biologi reproduksi dan migrasi, sehingga hasil tangkapan setiap musim akan mengalami perubahan (Prianto & Suryati, 2010). Sampel Ikan Gulama di estuari Sungai Banyuasin didapatkan hanya pada Oktober, yaitu sebanyak 719 ekor. Distribusi ukuran panjang Ikan Gulama ditunjukkan pada Gambar 4. 300 250
n = 719
Jumlah (ekor)
200 150 100 50 0
Panjang total (cm)
Gambar 4. Distribusi ukuran ikan di estuari Sungai Banyuasin Dari Gambar 4 terlihat bahwa Ikan Gulama yang didapatkan berukuran 3 - 18,5 cm atau dari ukuran juwana hingga dewasa. Distribusi ukuran ikan ini didominasi 9 - 10 cm, dimana ukuran ini merupakan ukuran yang umum ditemukan (Sasaki, 1995).
149
ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Sampel Ikan Gulama di estuari Sungai Musi sebanyak 104 ekor, terdiri dari: Juni 99 ekor dan Oktober hanya 5 ekor. Hasil pengukuran kualitas perairan pada Maret: salinitas (0 - 0‰) dan turbiditas (30 – 1.240 NTU) dan Agustus: salinitas (0 - 1‰) dan turbiditas (6,4 – 44,5). Tidak didapatkannya ikan sampel pada Maret dan Agustus diduga sebagai pengaruh lingkungan terutama salinitas dan turbiditas (kekeruhan). Menurut Robins et al. (1991) Ikan Gulama (Johnius trachycephalus) merupakan ikan laut yang hidup di perairan bersalinitas optimal. Distribusi ukuran panjang Ikan Gulama ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi ukuran ikan Musi Dari Gambar 5 terlihat bahwa Ikan Gulama yang didapatkan berukuran 3,5 - 30,2 cm atau dari ukuran juwana hingga dewasa. Ukuran Ikan Gulama pada Juni didominasi ukuran 5 – 6 cm, dimana ikan ini masih dapat tumbuh (Rahardjo, 2006). Sedangkan Oktober didapatkan Ikan Gulama dengan ukuran 4,5, 15,5, 15,7, 16 dan 30,2 cm. Sampel Ikan Gulama di estuari Sungai Upang didapatkan sebanyak 113 ekor, terdiri dari: Juni hanya 3 ekor dan Oktober 110 ekor. Hasil pengukuran kualitas air pada Maret: salinitas (0 - 4‰) dan turbiditas (30 - 420 NTU) dan Agustus: salinitas (0‰) dan turbiditas (25,2 – 40 NTU). Distribusi ukuran panjang Ikan Gulama ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Distribusi ukuran ikan Upang Dari Gambar 6 terlihat bahwa Ikan Gulama yang didapatkan berukuran 5 - 13 cm atau berukuran juwana hingga dewasa. Distribusi ukuran ikan didominasi 6 - 7 cm atau berukuran juwana yang masih dapat tumbuh.
150
ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Ditemukannya ikan-ikan berukuran juwana di ketiga estuari ini diduga dalam rangka mencari makanan dan bernaung di daerah asuhan. Hal ini karena Ikan Gulama (Sciaenidae) umumnya merupakan kelompok ikan demersal atau benthopelagic pada daerah pantai dan muara-muara sungai yang bervegetasi mangrove (Kottelat et al., 1993; Kuo & Shao, 1999) serta ikan pemakan di dasar (Bond, 1979; Simanjuntak & Rahardjo, 2001). Berdasarkan pada ukuran ikan yang tertangkap minitrawl (3 – 30,2 cm) dapat diketahui bahwa alat tangkap ini mampu menangkap ikan dari berukuran kecil sampai besar dan jika hal ini dilakukan terus-menerus tanpa adanya pengaturan terhadap jenis dan meshsize alat tangkap, maka hal ini dapat mengancam populasi dan kelestariannya (Prianto & Aprianti, 2012; Widyawati et al., 2014). KESIMPULAN Kelas ukuran Ikan Gulama terbanyak didapatkan di estuari Sungai Banyuasin diikuti estuari Sungai Musi dan estuari Sungai Upang, perbedaan ini disebabkan karena perairan estuari Sungai Banyuasin berukuran lebih luas, terhubung dengan laut sepanjang tahun dan salinitas lebih konsisten. SARAN Diperlukan adanya pengaturan terhadap kelompok alat tangkap tidak selektif yang mampu menangkap berbagai ukuran, untuk mendorong fungsi estuari sebagai habitat pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground) dan mencari pakan (feeding ground) bagi organisme perairan dan jenis ikan. PERSANTUNAN Karya tulis ini merupakan bagian dari penelitian Kajian Stok dan Keanekaragaman Sumber Daya Ikan Perairan Estuari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Tahun Anggaran 2013. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang. DAFTAR PUSTAKA Allen, G.R., 1991. Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute. Madang. Papua New Guinea. Bond, C.E., 1979. Biology of fishes. W. B. Saunders Company. USA. BP3U, 2013. Kajian Stok dan Keanekaragaman Sumber Daya Ikan Perairan Estuari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Laporan Teknis Penelitian. Tahun Anggaran 2013. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 60 hal. BRPPU, 2006. Riset Perikanan Tangkap di Perairan Estuaria yang Bermuara di Selat Bangka. Laporan Tahunan/ Akhir. Tahun Anggaran 2006. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Palembang. 34 hal. Garrod, D. J. & J. W. Horwood, 1984. Reproductive strategies and the response to exploitation, hal. 367-384. Di dalam: G. W. Potts and R. J. Wootton (eds.): Fish reproduction, strategies and tactics. Academic Press, London. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.R. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions Limited: 293 hal.
151
ISBN :
Di
Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Kuo, S.R. & K.T. Shao, 1999. Species composition of fish in the coastal zones of the Tsengwen estuary, with description of five new records from Taiwan. Zoological studies 38(4): 391-404. Munro, I.S.R., 1955. The Marine and Fresh Water Fishes of Ceylon. Division of Fisheries, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Cronulla, Australia. Walter and Eliza Hall Research Fellow in Economic Biology, University of Queensland, 1941-2. Technical Adviser to ministry of Industries, Industrial Research and Fisheries, Ceylon 1941. Published for Department of External Affairs, Canberra. 1955. 351 p. Peristiwady, T., 2006. Ikan-ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. LIPI Press. 2006. Prianto, E. & N.K. Suryati, 2010. Komposisi Jenis dan Potensi Sumber Daya Ikan di Muara Sungai Musi. JPPI. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol.16 No.1. Jakarta. hal 1-81. Prianto, E. & S. Aprianti, 2012. Komposisi Jenis dan Potensi Sumber Daya Ikan di Muara Sungai Musi. JPPI. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol.16 No.1. Jakarta. hal 1-81. Rahardjo, M.F., 2006. Biologi reproduksi ikan blama, Nibea soldado (Lac.) (Famili Sciaenidae) di perairan pantai Mayangan, Jawa Barat. Ichtyos, Vol.5 No.2, Juli 2006: 63-68. Robins, C.R., R.M. Bailey, C.E. Bond, J.R. Brooker, E.A. Lachner, R.N. Lea & W.B. Scott, 1991. World fishes important to North Americans. Exclusive of species from the continental waters of the United States and Canada. Am. Fish. Soc. Spec. Publ. (21):243 p. Sasaki, K., 1995. A review of the Indo-West Pacific sciaenid genus Panna (Teleostei, Perciformes). Jap. J. Ichthyol. 42(1):27-37. Sasaki, K., 2001. Sciaenidae. Croakers (drums). p.3117-3174. In K.E. Carpenter and V.H. Niem (eds.) FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae). Rome, FAO. pp. 2791-3380. Simanjuntak, C.P.H & M.F. Rahardjo, 2001. Kebiasaan makanan ikan tetet (Johnius belangerii) di perairan mangrove pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, Vol.1 No.2, Th.2001: 11-17. Wardoyo, S. A., 2001. Laporan Survey perikanan di kawasan CTN Sembilang, Juli 2001. Proyek Konservasi Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang GEF MSP (TF0240011). Wetland International-asia pasipic Indonesia program. Weber, M. & L.F. de Beaufort, 1936. The fishes of the Indonesia-Australian Archipelago. Volume 7. E.J. Brill. Leiden. 607 p. Widyawati, A., A.D.P. Fitri & T.D. Hapsari, 2014. Analisis Teknis dan Ekonomi Alat Tangkap Arad (Genuine Small Trawl) dan Arad Modifikasi (Modified Small Trawl) di PPP Tawang Kendal. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Vol.3 No.3, Tahun 2014, Hlm. 228-237.
152