BAB I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian akan dilakukan pada ide bisnis baru Zapateria yang bergerak di bidang kuliner dan fashion secara bersamaan yang akan dituangkan dalam bentuk Bisnis Model Kanvas sebagai alat untuk menjelaskan rancangan bisnis tersebut. Nama Zapateria sendiri diambil dari bahasa Spanyol yang berarti kedai sepatu. Nama tersebut dirasa cukup menggambarkan konsep cafe yang diusung. Ide pembuatan bisnis cafe ini muncul pada tahun 2014 karena melihat besarnya peluang bisnis kuliner dan fashion di Kota Bandung.
Gambar 1.1 Logo Zapateria
Sisi lain dari munculnya ide bisnis Zapateria juga dengan melihat banyaknya ide-ide yang dapat diterapkan dalam pelayanan cafe sehingga mempunyai diferensiasi dengan cafe lainnya dan dapat memenuhi keinginan konsumen yang
1
ingin mendapatkan pengalaman berwisata kuliner dan berbelanja dalam waktu yang bersamaan. Zapateria muncul untuk menggebrak bisnis kuliner dan fashion yang ada dengan diferensiasinya yang belum pernah diterapkan di cafe lain, sehingga para pelanggan bisa mendapatkan suasana berbelanja yang baru dan efektivitas yang lebih tinggi.
1.1.1 Deskripsi Bisnis Rencana bisnis ini meliputi perpaduan antara bidang kuliner dan fashion yang berbeda dari yang lainnya dengan rencana jadwal kerja mulai dari jam 11.00 s/d 24.00 – tujuh hari dalam seminggu. Zapateria merupakan sebuah cafe atau resto yang didesain unik dan nyaman dengan adanya tambahan pajangan sepatu sebagai hiasannya dan juga sebagai barang dagangan. Karena selain tempat bersantai, cafe ini menyediakan fasilitas lain yang tujuannya untuk berbelanja. Selain sofa, hotspot, serta menu minuman dan makanan yang ditawarkan cafe ini, pengunjung bisa melihat beberapa jumlah sepatu pria dan wanita yang dipajang sebagai desain interior dari cafe ini namun juga dapat dimiliki pengunjung dengan cara membelinya. Cafe ini bisa jadi sarana tempat bersantai dan berbelanja bagi anak muda yang ingin dapat pengalaman yang berbeda dalam berbelanja dan berkumpul bersama teman-teman dalam waktu yang sama. Kelompok target konsumen yang ingin Zapateria bidik yakni anak muda, komunitas, dan turis. Dimana dapat dilihat dari konsep cafe ini yang sengaja dibuat tak semewah cafe yang lainnya karena ingin menunjukkan kesan hommy, sehingga pengunjung dapat betah berlama-lama berada di cafe. Konsep tersebut sangat cocok untuk anak muda yang ingin bersantai bersama kerabat serta cocok untuk tempat kumpul segala macam komunitas, baik untuk meeting atau hanya ingin bersantai meluangkan waktu bersama. Turis atau pendatang dari luar kota Bandung terutama Jakarta juga merupakan target konsumen yang dibidik karena
2
Zapateria merupakan tempat yang cocok untuk para turis tersebut berwisata kuliner dan wisata belanja dalam waktu yang bersamaan. Sisi yang menjadikan perbedaan proses bisnis ini dengan cafe atau restoran yang lain adalah dengan adanya penerapan ide baru sebagai bentuk perkembangan dari cafe atau restoran yang biasa diterapkan oleh kebanyakan cafe dan yang menjadi pembeda antara Zapateria dengan cafe yang lainnya adalah: a.
Menu makanan dunia Zapateria memiliki berbagai menu makanan lengkap dari mulai appetizer, main course hingga dessert, serta berbagai jenis minuman dari berbagai belahan dunia, antara lain dari negara Jepang, Korea, Eropa, Thailand, Amerika dan termasuk masakan Indonesia. Menu tersebut dimodifikasi sesuai selera orang Indonesia, sehingga dapat diterima rasanya oleh pengunjung. Dengan menu seperti ini dapat membuat pengunjung mencoba berbagai jenis makanan dan minuman di satu tempat saja. Zapateria juga menyediakan berbagai minuman mulai dari kopi, jus, smoothies, milkshake, mocktail, cocktail dan juga bir.
b. Gerai sepatu Zapateria memiliki desain interior unik dengan berbagai pajangan sepatu menghiasi, tetapi bukan hanya untuk sebagai hiasan, sepatu-sepatu tersebut juga dipajang sebagai barang dagangan. Sepatu yang dijual di Zapateria merupakan sepatu untuk pria dan wanita muda yang ingin terlihat lebih fashionable dan edgy. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki para pengunjung, ini merupakan solusi efektif untuk pengunjung yang ingin berwisata kuliner sekaligus berwisata belanja. Tema sepatu yang diangkat Zapateria yakni casual pastel, dengan berbagai jenis sepatu seperti oxford, flatshoes, docmart, platform, loafers dan boots. Jenis- jenis sepatu tersebut dapat membuat siapa saja yang memakainya terlihat fashionable dan edgy. Bahkan beberapa pilihan sepatu pria juga dapat digunakan dalam kegiatan formal, seperti jenis oxford dan loafers.
3
Kebanyakan bahan yang digunakan yakni kulit sintetis dan suede. Harga sepatu yang dijual di Zapateria berkisar dari Rp 250.000 sampai Rp. 500.000.
Gambar 1.2 Jenis-Jenis Sepatu c. Free welcome drink Zapateria memberikan pelayanan tambahan berupa free welcome drink yakni air mineral yang diolah sendiri dengan mesin khusus, dimana air yang diproses pada mesin tersebut setara kualitasnya dengan air mineral kemasan yang sudah ada. Pemilihan air mineral sebagai welcome drink dilihat dari segi kesehatan dimana setiap manusia membutuhkan sedikitnya delapan gelas air putih dalam sehari untuk tubuhnya, dan juga sebagai penetralisir rasa dari makanan dan minuman yang konsumen pesan. Sepatu-sepatu yang dijual Zapateria juga dijual dalam bentuk online shopping yakni melalui website www.zapateriashoescafe.com, instagram dan twitter
4
@Zapateria. Sosial media tersebut juga sebagai channel bagi Zapateria agar calon konsumen yang dibidik dapat mengetahui keberadaan cafe tersebut. Zapateria juga memiliki program membership yang dapat memberikan keuntungan lebih bagi pengunjung, yakni berupa potongan harga dan juga info-info mengenai sepatu dan cafe tersebut. Potongan harga juga akan diberikan atas setiap bill yang dibayarkan jika menunjukkan student card.
1.2. Latar Belakang Pada mulanya budaya minum kopi di Indonesia merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda pada jaman tanam paksa. Namun, seiring perkembangannya masyarakat Indonesia pun mulai gemar meminum kopi. Kehadiran kedai kopi atau cafe di Indonesia, mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia dalam meminum kopi. Meminum kopi tidak lagi menjadi kebiasaan orang dewasa hanya untuk mengurangi kantuk, tetapi juga anak muda baik pria maupun wanita. Dulu kedai kopi atau cafe identik dengan tempat yang kurang nyaman, tidak terlihat menarik dengan suasana yang monoton. Kini cafe identik dengan tempat yang nyaman, suasana yang cozy, fasilitas yang lengkap seperti lounge, bar, AC (Air Conditioner), Wi-Fi, bahkan mulai bermunculan cafe dengan desain interior yang unik yang belum pernah ada sebelumnya. Sehingga tidak aneh apabila saat ini masyarakat merasa nyaman untuk menghabiskan banyak waktu bersama kerabat di kedai kopi atau cafe. Dengan berbagai sarana dan prasarana yang ditawarkan oleh cafe saat ini, masyarakat menjadikan cafe sebagai tempat yang nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas seperti tempat untuk bertemu dengan sahabat, teman lama, keluarga, ataupun kolega bisnis. Tidak jarang konsumen cafe datang untuk mengerjakan tugas kuliah, tugas kantor, atau sekedar memperoleh informasi terbaru dengan memanfaatkan fasilitas jaringan Wi-Fi yang disediakan oleh cafe tersebut, sambil mencicipi berbagai jenis minuman dan makanan yang ditawarkan.
5
Bandung sebagai salah satu simbol wisata kuliner, tidak ketinggalan dalam perkembangan bisnis cafe. Sejak tahun 2006 di bandung mulai banyak bermunculan kedai kopi lokal yang sejenis dengan kedai kopi asing seperti Starbucks Coffee, Gloria jean’s Coffee, dan The Coffee Bean and Tea Leaf. Kedai kopi ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan budaya minum kopi dengan sarana dan prasarana yang sangat memberikan kenyamanan bagi konsumennya, seperti tempat duduk yang nyaman serta kemudahan akses internet. Menurut Kotler (dalam Tjiptono et al., 2006:28) agar dapat mengikuti perkembangan dan unggul dalam persaingan, perusahaan dituntut untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya dengan memberikan suatu produk atau jasa dengan mutu yang lebih baik dan harga lebih murah serta kepastian ketersediaan. Suatu usaha juga akan mengalami tantangan tersendiri dan dituntut mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki pesaing. Hal ini berlaku di semua jenis bisnis terlebih industri yang merabah seperti industri kuliner dan fashion. Oleh karena itu, peneliti memiliki ide dalam perencanaan bisnis cafe yang belum ada sebelumnya yakni penggabungan antara bidang kuliner dan fashion (sepatu). Sepatu dipilih karena sepatu termasuk unsur penting pembentuk self image seseorang. Membuat penggunanya makin percaya diri dan nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain. Jika self imagenya positif, maka akan berdampak pada terbangunnya konsep diri yang positif pula. Dengan konsep diri positif, maka individu tersebut akan bahagia dengan hidup yang dijalaninya. Apalagi pada momen pesta atau acara sosial yang membuat penampilan mereka terekspos oleh banyak orang. Keberadaan sepatu jadi penting untuk dipadukan dengan busana yang dipakai. Ungkapan ini dikemukan oleh Linda O’Keeffe dalam sebuah bukunya yang berjudul Shoes. Dalam buku kecil namun menarik isinya tersebut, O’Keeffe mengungkapkan bagaimana sepatu wanita punya banyak hal esensial dalam kehidupan yang bisa digali. Mulai dari ranah psikologi, folklore (cerita rakyat), hingga sejarah sosial,
6
dapat dikupas secara mendalam. Berkaitan dengan folklore, di dalam bukunya O’Keeffe menyatakan keberadaan sepatu wanita dapat dilihat pada dongeng Cinderella. Kisah fiktif terkenal itu menceritakan bagaimana sepasang sepatu kaca dapat mengubah nasib seorang wanita secara drastis. Dari wanita terjajah dan terhina, menjadi wanita yang dipuja dan didamba semua orang. Ada pun perbincangan mengenai sejarah sepatu dalam konteks sosial, akan mengarah
pada
bagaimana
awal
mulanya
keberadaan
sepatu
dan
perkembangannya hingga menjadi bagian dari fashion tak terpisahkan. Salah satu sumber lengkap untuk melihat hal tersebut adalah dengan mengunjungi berbagai museum sepatu wanita yang tersebar di berbagai kota di dunia. Yaitu Clarks Museum, Bally Shoe Museum, The Bata Shoe Museum, Charles Jourdan Museum, dan Museo Salvatore Ferragamo. Seperti yang diketahui, Bandung adalah tempat bagi mereka yang mencari sensasi berkuliner dan belanja, serta menilai kepuasan dalam melewati kehidupan sosial, berkeluarga dan kebersamaan. Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat dan mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya terutama DKI Jakarta. Berkat dataran tinggi dan gunung-gunung di sekelilingnya, Kota Bandung memiliki hawa yang sejuk dan panorama alam yang indah. Kota Bandung juga merupakan pusat perkembangan dan industri, karena itu Bandung juga mempunyai daya tarik untuk para kaum urban untuk mencari pekerjaan. Banyaknya pendatang dari berbagai daerah ke Kota Bandung untuk menuntut ilmu atau mencari pekerjaan, menjadikan penduduk Kota Bandung sangat heterogen. Pada Tahun 2012, Kota Bandung memiliki penduduk sebanyak 2.455.517 jiwa (BPS Kota Bandung 2012), dengan laju pertumbuhan penduduk 1,26 % dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 14.676 orang per km2. Heteroginitas masyarakat Kota Bandung tersebut selain merupakan tantangan bagi Kota Bandung dalam mengelola jumlah penduduk yang besar, juga memberi peluang bagi perkembangan khasanah kekayaan kuliner nusantara di Kota
7
Bandung yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik destinasi wisatawan dari luar Bandung khususnya dari Ibukota DKI Jakarta.
Tabel 1.1 Penduduk Kota Bandung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012
Sumber: BPS Kota Bandung
Selain terkenal dengan daerah wisata belanja, Bandung juga terkenal sebagai pusat kuliner, baik kuliner lokal maupun internasional. Bandung memiliki tempat kuliner yang eksklusif, mewah dan mahal sampai tempat kuliner yang unik dan tradisional, begitu juga tempat kuliner nongkrong anak muda sampai tempat kuliner di pinggiran jalan semuanya tersedia di Kota Bandung.
8
Maka dari itu Kota Bandung merupakan salah satu kota wisata yang digemari bidang kuliner dan fashionnya, terbukti dengan adanya kenaikan yang signifikan pada kunjungan wisatawan ke Bandung setiap tahunnya. Bandung memiliki berbagai pilihan kuliner unik dan fashion yang beragam sehingga wisatawan tidak pernah bosan untuk berkunjung ke Bandung, terlebih lagi disaat weekend dan libur panjang. Kenaikan jumlah wisatawan ke Kota Bandung diiringi dengan meningkatnya jumlah cafe atau tempat makan sejenis lainnya.
Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara ke Objek Wisata Kota Bandung Tahun 2007 - 2011 Tahun
Jumlah Wisman
Tahun
Jumlah Wisnus
2007
137.268
2007
2.420.105
2008
150.995
2008
2.662.115
2009
185.076
2009
7.515.255
2010
228.449
2010
4.951.439
225.585 2011 2011 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung
6.487.239
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah wisatawan ke Bandung dari tahun ke tahun, hal ini dilihat sebagai peluang bagi pengusaha untuk menciptakan bisnis baru yang dicari wisatawan. Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan faktor pembeda atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik konsumen. Bermunculannya restoran-restoran baru di Bandung yang semakin banyak membuat persaingan menjadi ketat, mendorong usaha baru atau usaha yang sudah ada harus memiliki daya tarik yang berbeda dari yang lain.
9
Tabel 1.3 Usaha Cafe di Kota Bandung Tahun
Jumlah Cafe
Presentase Kenaikan
2008
156
2009
186
19,23%
2010
191
2,68%
2011
196
2,61%
2012
235
19,89%
Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa dari tahun 2008 sampai 2012 terdapat peningkatan jumlah cafe yang mengakibatkan persaingan dalam bidang restoran di Kota Bandung meningkat juga, sehingga perusahaan harus mempunyai ciri khas sendiri untuk dapat bersaing dengan perusahaan yang menawarkan produk sejenis. Oleh karena itu penulis menuangkan ide dalam pembuatan bisnis baru di bidang kuliner dan fashion yang belum pernah ada di Kota Bandung sebelumnya pada sebuah penelitian yang berjudul “Perancangan Model Bisnis Cafe Zapateria”.
1.3. Perumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah bagaimana rancangan desain atau model bisnis Zapateria menggunakan bantuan atau tool Business Model Canvas.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyiapkan rancangan desain atau model bisnis Zapateria dengan menggunakan Business Model Canvas untuk menjelaskan model bisnis ini.
10
1.5. Kegunaan 1.1.1 Aspek Teoritis Kegunaan dari sisi teori adalah agar mendapatkan penjelasan terhadap permodelan rancangan desain bisnis Zapateria dengan menggunakan tools Business Model Canvas.
1.1.2 Aspek Praktis Kegunaan dari sisi praktis adalah untuk pengambilan keputusan terhadap strategi yang akan digunakan oleh pemilik bisnis Zapateria dalam menjalankan bisnisnya.
1.6. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika penulisannya dibagi menjadi lima bab, yang akan di uraikan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Penelitian ini diawali dengan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian pada sebuah model bisnis yang menjelaskan tentang latar belakang perusahaan yang memaparkan tentang alasan apa saja yang mendasari terbentuknya model bisnis ini dan deskripsi bisnis yang menjelaskan berbagai elemen sebuah model bisnis. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai lingkup penelitian, tujuan penilitan, kegunaan penelitian dari aspek teoritis dan praktis, dan diakhiri dengan penjelasan dari sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang landasan-landasan teori seperti teori mengenai model bisnis kanvas dan peta empati yang menjadi dasar pemikiran dalam mencari pembuktian dan solusi yang tepat untuk hipotesis sebagai bentuk rancangan awal bisnis model yang akan diajukan ini. Sebagai acuan akan diuraikan juga tentang tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu serta bentuk model bisnis kanvas dari industri serupa dengan Zapateria.
11
BAB III Bisnis Model Bab ketiga ini akan membahas mengenai metode penelitian berikut dengan jenis penelitian yang akan dilakukan pada bisnis Zapateria. Pada bab ini juga akan dilakukan peninjauan untuk didapatkannya indikator sebagai pendukung rancangan model bisnis Zapateria. BAB IV Analisis Bisnis Model Inti dari bab ini adalah akan dijabarkannya hasil analisis data dari sample beserta penjelasan yang diperlukan. Diawali dengan penjelasan karakteristik responden, lalu penjabaran secara sistematik tentang hasil penelitian yang didapatkan, baru pada akhirnya dilakukan pembahasan hasil penelitian yang lebih deskriptif mengenai model bisnis Zapateria ini. Hasil penelitian dan pembahasannya akan didasarkan pada hipotesis rancangan awal model bisnis Zapateria, sehingga akan terlihat apabila terdapat dukungan terhadap rancangan awal model bisnis Zapateria dan perubahan terhadap rancangan awal model bisnis Zapateria pada hipotesis Bab II. Pada bab ini juga akan menunjukkan hasil final dari rancangan model bisnis Zapateria yang terbentuk dari hasil rancangan hipotesis awal pada Bab II dan indikator pendukung pada Bab III. BAB V Penutup Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya pada Bab IV, maka akan dibuat kesimpulan yang merupakan pembuktian dari perbandingan antara hipotesis yang dijabarkan pada Bab II terhadap hasil kompilasi data pada Bab IV dan indikator pendukung pada BAB III.
12