~!l~ ~~~t ri· Hi~ ~~nu; P.JJL.P OA1Al\1 Pf?P'~£KC ·\ 1~~ 0\;-·J. ij•r,,ftll ~'::; , ~ if til~f rf.1E~·H~>AP~-~Atff)} ~1-L~,)t:,If:.i (!! i{~~l ' i~· ~t~rt f5<J -r~~i t-'\Ow~t. ~'fitl/l/1.\VJ.#..,}
Ft
'( E11 Y
lf\/TA N R ·
0~12.[52111-4
PERANAN INDUSTRI PULPDALAM PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI RIAU (PENDEKATAN MODEL MIYAZAWA)
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Oleh: YETTY INTAN ROULI NPM. 6603220783
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2005
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Nama
Yetty Intan Rouli
NPM
6603220783
Kekhususan
Perencanaan Kota dan Daerah
Judul tesis
Peranan Industri Pulp Dalam Perekonomian dan Distribusi Pendapatan di Propinsi Riau (Pendekatan Model Miyazawa)
Depok, 10 Agustus 2005
Menyetujui : Pembimbing
~
Or. Nuzul Achjar
Mengetahui : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ketua
~ Dr. B. Raksaka Mahi NIP. 131.923.199
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
;fuSTRAKSI lJESIS
PERANAN INDUSTRI PULP DALAM PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI RIAU (PENDEKATAN MODEL MIYAZAWA) Yetty Intan Rouli
6603220783
Propinsi Riau merupakan salah-satu propinsi yang memiliki sumberdaya alam berlimpah.
Sumberdaya alam terpenting dan telah menjadi kontributor bagi
perekonomian Indonesia dan Riau sendiri adalah minyak dan gas bumi (migas). Tetapi peranan sektor migas masih sangat lemah dalam hal distribusi pendapatan
(iname distribution) di Riau. Selain mig
Resources Industry) di propinsi Riau adalah industri pulp dan kertas. Saat ini di Propinsi Riau terdapat dua perusahaan
bcsar pulp dan kertas berkapasitas besar yang
produksinya menyumbang 60% pulp Indonesia yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) serta PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP). Oleh karena itu melalui studi ini akan dilihat sejauh mana industri pulp berperan dalam perekonomian dan pemerataan pendapatan masyarakat di propinsi Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran sektor industri pulp dalam perekonomian Riau, bagaimana keterkaitan dengan sektor lain dan peran industri pulp dalam usaha pendistribusian pendapatan. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan pendekatan model Miyazawa.
Alasan menggunakan model Miyazawa karena selain mengkaji
keterkaitan antar sektor, model ini juga dapat mengkaji distribusi pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peranan industri
pulp
dalam
perekonomian Riau (tanpa migas) hanya sebesar 1,30%. Selain itu peranan industri pulp dalam penciptaan pendapatan rumah tangga dan output jika terjadi perubah,m permintaan akhir juga tidak begitu besar.
Pada analisis ketcrkaitan antar sektor,
untuk keterkaitan secara langsung adalah bila dilihat dari nilai BL (backuwd linka~) penggunaan input industri pulp terkait dengan sektor pendukung (penyedia bahan baku dan pendukung proses produksi).
Sedangkan berdasarkan nilai FL (/Orumd
linkage) pendistribusian output yang dihasilkan oleh industri pulp terkait terutama dengan
sektor
pengguna
industri
pulp
1tu
sendiri
seperti
industri
percetakan/penerbitan. Adapun keterkaitan secara langsung (dinrt linka~) sektor industri pulp deng<m kelompok pendapatan rumah tangga adalah jumlah input (BL) yang dibutuhkan oleh ·sektor industri puip lebih banyak berasal dari kelompok pendapatan rumah tangga perkotaan dibandingkan dari pada pedesaan. Sedangkan keterkaitan ke depan (FL) antara kelompok pendapatan baik pedesaan maupun perkotaan dengan sektor industri pulp dianggap tidak ada. Selanjutnya keterkaitan secara total (total linkages) sektor industri pulp dengan kelompok pendapatan rumah tangga adalah jumlah input yang dibutuhkan oleh industri pulp secara total dari kelompok pendapatan rumah tangga di perkotaan lebih banyak dari pada kelompok pendapatan pendapatan di pedesaan. Begitu juga dengan penyebarannya ke sektor-sektor dalam perekonomian, sektor rumah tangga yang paling banyak menggunakan output industri pulp untuk memenuhi satu rupiah peningkatan permintaan akhir adalah kelompok rumah tangga perkotaan.
Adapun efek ekstraksi hila industri pulp dihilangkan (lost) dari
perekonomian Riau maka output impactnya hanya 1,25%. Hal ini menunjukkan tingkat kepentingan sektor industri pulp dalam perekonomian Riau kecil. Rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan adalah Pemerintah harus mengkaji-ulang kebijakan pengembangan industri pulp. Hal ini didasarkan hasil analisis model Miyazawa yang menunjukk:m bahwa kecilnya peranan industri pulp dalam perekonomian Riau dan belum mampu mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Selain itu dalam rangka menggerakkan perekonomian daerah maka Pemda Riau dapat mengembangkan sektor unggulan yang mempunyai keterkaitan
(linkages) yang tinggi ·dengan sektor-sektor dalam perekonomic:n dan dampak pengganda yang besar pada model Miyazawa yaitu industri logam dan barang dari logam, industri barang-barang dari besi dan baja dasar serta industri mesin dan peralatan listrik.
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih buat berkat yang
tiada
berkesudahan
penulisaan tesis ini.
sehingga
penulis
Untuk itulah pada
dapat
menyelesaikan
kesempatan
ini
penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik selama studi maupun penulisan tesis. Secara
khusus
penulis
menyampaikan
penghargaan
dan
ucapan
terimakasih yang tulus kepada Bapal< Dr. Nuzul Achjar selaku dosen favorit penulis dan sebagai pembimbing yang di sela-sela kesibukan _masih dapat memberikan pengetahuan, bimbingan dan arahan selama studi dan penulisan tesis ini. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. lbu Dr. lne Minara Ruki dan lbu Hera Susanti, SE. MSc. Selaku dosen penguji. 2. Pihak OTO-BAPPENAS yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi di MPKP-UI. 3. Meiske N. Sihombing.
Terima kasih sudah jadi ternan curhat yang
mendamaikan dan buat imajinasi kita yang selalu membuat kita tertawa. 'God bless You, sist'. 4. Mas Yundhi, Lutfi, Pace Calie dan Yosie buat bantuan mengolah data dan diskusi yang berbobot. 5. Ternan-ternan angkatan XII pagi khususnya Mas Wawan, Kak Erna, Mba Nunil, Mba Mira, Pak Petrus, AI, Deny, Ayah, Joko dan Tengku. Akhirnya, penulis menyampaikan terima-kasih yang tulus untuk seluruh keluargaku terkasih Bapak, Mama, kakak-kakakku beserta keluarga dan adikku Ate buat support dan doa yang tulus untuk penulis.
Depok, Agustus 2005 Yetty lntan Rouli
Especially for: 'My Soulmat e' lndrawan Mencinta i adalah mengupa yakan kebahagi aan orang yang dicintai
(JJ.mare est gaucfere feCicitate alien·us)
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
DAFTAR lSI Hal
3ab Kata Pengantar Daftar lsi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran
I.
ii iv v
v
PENDAHULUAN 1. 1. La tar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Hipotesa 1.5. Metodologi Penelitian 1.6. Manfaat Penelitian 1.7. Ruang Lingkup 1.8. Sistematika Penelitian
6 7 7 7 8 8 8
II.
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pulp 2.2. Supply Chain lndustri Pulp 2.3. Kebijakan Nasional di Bidang lndustri Pulp 2.4. Perkembangan lndustri Pulp Nasional1997-2001 2.5. Gambaran lndustri Pulp di Propinsi Riau 2.6. Dampak fndustri Pulp
10 10 14 15 17 18 21
Ill.
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Analisis Input-Output 3.2. Distribusi lncome-Konsumsi Miyazawa dalam Model 1-0 3.3. Rancangan Model : Tahapan Konstruksi Miyazawa 3.4. ldentifikasi Sumber Data 3.5. Asumsi yang digunakan 3.6. Metode Analisis 3.6.1. Analisis Pengganda (Multiplier) 3.6.2. Analisis Keterkaitan Antar Sektor 3.6.3. Menganalisis Sektor Unggulan 3.6.4. Multiplier Product Matrix (MPM) 3.6.5. Metode Ekstraksi (Extraction Method) 3.6.6. Simulasi
25 25 29 34 38 39 39 39 43 46 47 48 48
IV.
DESKRIPSI PEREKONOMIAN RIAU 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Keadaan Geografis dan Administratif 4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan 4.1.3. Distribusi Pendapatan di Riau 4.2. Pen:umbuhan Ekonomi 4.3. Perekonomian Riau dalam Lingkup Input-output
49 49 49 50 51 52 53
1 1
11
v.
VI.
ANALISIS PERAN INDUSTRI PULP 5.1. Peranan lndustri Pulp dalam Perekonomian Riau 5.1.1. Kontribusi thd Output, Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan 5.1.2. Kontribusi thd Nilai Tambah Bruto 5.1.3. Kontribusi thd Perm!ntaan Akhir 5.2. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) 5.3. Pengganda Produksi (Output Multiplier) 5.4. Keterkaitan Sektor lndustri Pulp Terhadap Sektor Lain dalam Perekonomian Riau 5.5. Sektor Unggulan 5.6. Multiplier Product Matrix (MPM) 5.7. Metode Ekstraksi 5.8. Simulasi
74 76 78 80
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan 6.2. Rekomendasi Kebijakan
86 88
lll
59 59 59 60 61 62 65 67
DAFTAR TABEL rabel 1.1 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6.
5.7.
5.8. 5.9. 5.10 5.12. 5.13. 5.14. 5.15.
Hal Kontribusi Migas terhadap PDRB Riau Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 2000-2003 Outa rupiah) Produsen Pulp di Indonesia dan Kapasitas Produksi Th 2001 Perkembanga11 lndustri Pulp Nasional 1997-2001 Ekspor dan lmpor Pulp Nasional1997-2001 Realisasi Pemenuhan Bahan Baku lndustri Pulp & Paper di Propinsi Riau Tahun 2003 Nilai Ekspor Pulp dan Kertas Terhadap Ekspor Non Migas dalam Perekonomian Prop. Riau Tahun 1997-2003 Distribusi Pendapatan Pengeluaran per Kapita dan Gini Ratio di Propinsi Riau tahun 1993, 1996 dan 1999 Distribusi Persentase PDRB dengan Migas, 1998-2002 (%) Laju Pertumbuhan Ekonomi Riau Menurut Komponen Penggunaan Nilai Tambah Bruto Sektoral 10 Sektor Terbesar Pembentukan PDRB Berdasarkan Komponen Permintaan Akhir Distribusi Output Berdasarkan 5 Sektor Terbesar Kontribusi lndustri Pulp terhadap Output Kontribusi lndustri Pulp terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah & Gaji Nilai Tambah dan Produktivitas lndustri Pulp Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Nilai Pengganda Output Keterkaitan Secara Langsung Ke Belakang dan Ke Depan (Backward and Forward Linkage Direct Effect) lndustri Pulp Terhadap Sektor Perekonomian Keterkaitan Secara Langsung Ke ,Belakang dan Ke Depan (Backward and Forward Linkage Direct Effect) lndustri Pulp Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Keterkaitan Secara Total Ke Belakang dan Ke Depan (Backward ·and Forward Linkage Total Effect) lndustri Pulp Terhadap Sektor Perekonomian Keterkaitan Secara Total Ke Selakang dan Ke Depan lndustri Pulp Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Sektor Unggulan dalam Perekonomian Riau berdasarkan Nilai lndeks Keterkaitan Nilai Multiplier Product Matrix (MPM) 10 Sektor Terbesar Efek Ekstraksi terhadap Sektor dalam Perekonomian Hasil Simulasi pada Sektor Pertanian, Pertambangan & Migas serta lndustri Pengolahan Pengaruh lnjeksi Dana pada Sektor-sektor Terpilih Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga
lV
1
11 17 18 19 21 51 52 53 55 56 58 59 60 61 63 66 68
70
72
73 75 76 78 82 84
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. 2.2. 3.1. 3.2. 5.1.
Hal 'Supply Chain' lndustri Pulp PT. RAPP Kebutuhan Bahan Baku lndustri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) di Prop. Riau Tahun 2003 Simplifikasi Tabel Input-output Simplifikasi Tabel Miyazawa 'Economic Landscape' Model Miyazawa
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Tabel Model Miyazawa (Juta Rupiah) Income dan Output Multiplier Keterkaitan Langsung Total Model Miyazawa lndeks Keterkaitan Multiplier Product Matrix Model Miyazawa Efek Ekstraksi terhadap Sektor Perekonomian Simulasi
v
14 20 27 31 77
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BASI
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belah:ang
Propinsi Riau merupakan salah-satu propinsi yang $umberdaya alam berlimpah.
memiliki
Sumberdaya alam terpenting dan telah
menjadi kontributor bagi perekonomian Indonesia dan Riau sendiri adalah minyak dan gas bumi (migas). Sumbangan perta1mbangan migas dan industri migas terhadap perekonomian Riau tahun 20002003 mencapai lebih dari separuh PDRB Riau atas dasar harga konstan seperti terlihat pada Tabel 1.1. Tabel1.1. Kontribusi Migas terhadap PDRB Riau Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 2000-2003 Uuta rupiah) MINYAK DAN GAS BUMI 11
I
2000
2001
10.855.660,69
11.238.865,51
11.631.101.92
1.12'/.485,83
1.166.835,09
1.199.421,77
Jumlah Migas dan hasil-hasilnya
11.983.146,52
12.405.700,60
12.830.523,691 13.558.17 4.65
PDRB Riau
21.633.022,07
22.552.523,85
23.544.879,98
55,39
55,01
5~,49
2002
1--
Pertambangan Migas lndustri Migas
S/1are terhadap PDRB Riau (%)
menjadikannya
menggantungkan sebagai
perekonomian
penggerak
' '
i
Sumber : BPS, 2004 (diolah)
Namun
I 2003 I 12.325.768.78 l 1.232.405.87
pada
pertumbuhan
i
24.651.072.95
l
55.00
migas
atau
ekonomi
tidak
memungkinkan karena sifat rnigas yang unrenewable atau tidak dapat diperbaharui sedangkan cadangan minyak Riau disinyalir akan habis dalam waktu 15-20 tahun lagi. Pada saat terjadi krisis ekonomi, migas merupakan salah satu penyumbang PDB tertinggi dimana pada tahun 1998 Riau menguasai 28% total PDB minyak-gas nasional senilai Rp
26.5 triliun
dan
pemasok 60% produksi minyak nasional tetapi ironisnya berdasarkan studi Sutarman (2000) dalam Potter and Badcock (2001) menunjukkan bahwa antara 14% hingga 42% populasi penduduk asli Riau berada di
ll Minyak, gas dan hasil-hasilnya meliputi pertambangan minyak & gas bumi dan industri migas (pengilangan minyak bumi dan gas alam cair).
1
bawah garis kemiskinan. yang
ditetapkan
BPS
Angka 14% mengikuti standar kemiskinan
tahun
2000,
yaitu
nilai
untuk
memenuhi
kebutuhan dasar seperti pJngan, sandang dan perumahan serta transportasi
sedangkan
angka
42%
merupakan
dikeluarkan oleh Pemda Riau.
Fakta ini cukup
bahwa
masih
peranan
sektor
migas
sangat
angka
yang
menggambarkan lemah
dalam
hal
mendorong distribusi pendapatan (income distribution) di Riau. Propinsi Riau merupakan salah-satu contoh yang sangat buruk dari ketidakadilan dalam perolehan pendapatan, suatu kenyataan yang rnendorong gerakan yang kecil tetapi vokal untuk memisahkan diri dari negara kesatuan.
2
Dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit
(sekitar 5 juta orang) dan kekayaan sumberdaya alamnya, Riau dipandang
sebagai
salah
satu
"pemenang"
dalam
desentralisasi.
Walaupun beberapa propinsi yang tidak memiliki sumberdaya alam telah mengalami penderitaan di bawah tanggung jawab keuangan yang
baru
bagi
pemerintah
daerah
dan
kebijakan
pengurangan
pendapatan dari pusat, beberapa analis menggambarkan Riau sebagai "Brunei yang lain"
karena sekarang dapat mengakses pendapatan
sebanyak 15% dari minyak dan 80% dari hutan, sehingga dalam tahun pertama memperoleh lonjakan pendapatan tahunan propinsi dari Rp 185 miliar (19,9 juta dolar AS) menjadi Rp 3,98 triliun.
Memang, data
IMF dan Bank Dunia menunjukkan "Kapasitas Total Pendapatan Per Kapita" di Riau sebagai yang tertinggi ke-dua di Indonesia (setelah Kalimantan). Akan tetapi, bukti pendapatan baru ini sukar diperoleh di daerah pedesaan di Riau. Kenaikan- pendapatan tersebut belum terlihat memperbaiki berbagai pelayanan atau kapasitas pemerintahan lokal. Selanju.tnya Tambunan (2003) mengemukakan bahwa propinsi dengan PDRB per kapita di atas 2 juta rupiah di anggap tinggi dan pertumbuhan PDB per kapita tinggi jika di atas 3% (dibandingkan tahun sebelumnya). dikategorikan
Berdasarkan kriteria tersebut maka propinsi Riau
sebagai
propinsi
dengan
PDRB
per
kapita
dan
Tadjocddin, M, dkk (200 I), 'Aspirasi tcrhadap Kctidak Mcrataan: Disparitas IZL"giona I dan Konflik Vertikal di Indonesia', UNSPIR Working Paper 0 I101-1. Jakarta.
2
2
pertumbuhannya tinggi.
PDRB per kapita propinsi Riau tahun 1997 -
2000 berturut-turut sebesar 4,82 juta, 4,47 juta, 4,45 juta dan 4,57 juta.
Kekayaan daerah (region prosperity) yang tercermin dari nilai
PDRB per kapita propinsi Riau yang tinggi menggambarkan seberapa banyak PDRB yang dinikmati oleh masyarakat dan seberapa besar tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pertumbuhan PDRB yang tinggi di
Riau, memungkinkan tingkat pendapatan per kapita yang di.terima oleh masyarakat tinggi. Selain migas, Riau juga kaya akan sumberdaya alam hutan oleh karena itulah maka sektor kehutanan dan industri kehutanan di Riau menjadi salah-satu sektor andalan pembangunan, dimana sektor ini telah menjadi salah-satu motor penggerak pembangunan selama lebih dari 3 (tiga) dekade melalui penghasil devisa, suplai mdustri terkait, serta pemb'angkit berbagai sektor lain.
Lebih dari 70% sektor lain
tergantung pada manfaat, fungsi dan keberadaan hutan. 3 Salah-satu industri kehutanan primer yang berbasis sumberdaya alam (Natural
Resources Industry) di propinsi Riau adalah industri pulp dan kertas. Saat ini di Propinsi Riau terdapat dua perusahaan
besar pulp dan
kertas yang produksinya menyumbang 60% pulp Indonesia yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang berlokasi di Pelalawan serta PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) yang berlokasi di Perawang dengan
kapasitas
produksi
tahun
2003
masing-masing
sebesar
2.090.000 ton/tanun dan 1.820.000 ton/tahun. Jika dilihat dari sisi bisnis, industri pulp dan kertas cukup menjanjikan, karena pasarnya cukup besar yang dipicu oleh 2 fakto,utama yaitu (1) harga pulp yang tinggi di pasar internasional (saat ini harganya US$ 680 - 700 per ton). Meskipun harga pulp dan' kertas di pasar internasional berfluktuasi dari waktu ke waktu, produsen pulp dan kertas di Indonesia sulit untuk rugi. Hal ini dapat dilihat dari biaya produksi pulp di Indonesia sebelum krisis ekonomi terjadi hanya US$
3
217
per ton
(saat
ini
US$
250-300),
jauh
lebih
rendah
Rencana Kerja Dinas Kehutanan Prop. Riau Th 2003.
3
dibandingkan biaya pembuatan pulp di kawasan Asia/Pasifik, Amerika Latin, Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang, serta (2) konsumsi kertas per kapita yang semakin meningkat.
Konsumsi kertc-s per
kapita di Indonesia pada tahun 1992 baru mencapai 10 kg, kemudian meningkat menjadi 15,5 kg pada tahun 1996. Kenaikan konsumsi kertas per kapita di Indonesia utamanya dipicu oleh bertambahnya industri pers dan percetakan, meningkatnya kebutuhan kertas industri, kemajuan teknologi informasi yang membutuhkan media keluaran berupa kertas dan diversifikasi penggunaan kertas yang semakin melebar. Namun dari sisi bahan baku, kebanyakan industri pulp dan kertas, kekurangan bahan baku karena hingga saat ini, masih lebih dari 90% pasokan bahan baku kayu untuk industri pulp di Indonesia be rasa I dari hutan a lam, utamanya adalah kayu IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu), yaitu kayu berbagai jenis yang dihasilkan dari kegiatan land clearing pada areal hutan alam yang akan dikonversi untuk berbagai
keperluan, misalnya untuk
ar~al
pembangunan hutan tanaman industri
(HTI) dan perkebunan kelapa saw it. 4
Ketimpangan antara kapasitas
industri perkayuan dengan kemampuan hutan untuk menyediakan bahan
baku
secara
lestari
telah
menyebabkan
pengurasan
(pengrusakan) sumberdaya hutan. Hal ini bertambah buruk dengan aktifitas penjarahan hutan (pencurian kayu, illegal logging) yang semakin marak. Akibatnya, kualitas dan kuantitas hutan Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun.
Adapun laju deforestasi hutan
Indonesia pada periode tahun 1998-2000 mencapai 3,8 juta hektar per tahun (Dephut, 2002). Sebelum periode krisis, ekspor hasil hutan alam menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi.
Seiring
dengan
meningkatnya
kapasitas
produksi, ekspor pulp dan kertas Indonesia terus meningkat. Bila sebelumnya Indonesia selalu menjadi net importir pulp maka sejak tahun 1995 berbalik menjadi net eksportir pulp.
Angka pertumbuhan
E.G. Togu Manurung dan l-lendrikus H. Sukarna, 'lndustri Pulp Jan Kertas : Ancaman Baru terhadap Hutan Alam Indonesia'. 2003.
4
4
ekspor pulp tidak kurang dari 96% antara tahun 1994-1996.
Data
APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar26,11 %.
Karena itulah perr.erintah telah mencanangl
salah satu dari 10 komoditi andalan ekspor. Sedangkan di Riau sendiri sumbangan devisa ekspor pulp dan kertas terhadap ekspor non migas meskipun berfluktuasi tetapi cenderung meningkat bahkan pada tahun 2001 dapat mencapai nilai 17,36% dari total ekspor non migas secara keseluruhan dengan nilai US$ 1.670.169 ribu, hal ini menggambarkan bahwa industri ini sangat kompetitif untuk dikembangkan. Tidak seperti kebanyakan sektor dan sub sektor lain, industri pulp telah menunjukkan ketangguhan dan resiliensinya sepanjang krisis ekonomi.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa industri pulp
merupakan salah-satu sub sektor unggulan (leading sub-sector), tidak hanya dalam situasi booming, tetapi juga pada saat krisis tetapi kebijakan pembangunan industri pulp khususnya di Propinsi Riau hingga saat ini masih menirnbulkan polemik yang berkepanjangan. Situasi dilematis yang dihadapi oleh Pemerintah terutama Pemerintah Daerah selaku pengambil kebijakan antara mempertahankan industri pulp dengan pertimbangan ekonomis dibandingkan mematikan industri pulp dengan pertimbangan ekologis memerlukan studi yang sangat mendalam. Sejalan dengan perubahan kebijakan yang ada, maka dengan adanya UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No 25 tahun
1999 tentang
Perimbangan
Keuangan
Pusat dan
Daerah,
diharapkan bisa mengakomodasi keinginan masyarakat Riau untuk mengurangi kesenjangan pembangunan dengan propinsi
lain dan
adanya pemerataan distribusi pendapatan dalam masyarakat sebagai kompensasi atas penggunaan sumberdaya alam khususnya hutan. Oleh karena itu melalui studi ini akan dilihat sejauh mana industri pulp berperan
dalam
perekonomian
dan
pemerataan
pendapatan
masyarakat di propinsi Riau.
5
1.2. Perumusan Masalah Pengembangan industri pulp sebagai salah-satu sektor unggulan diharapkan
mampu
menjadi
mengingat pembangunan
lokomotif bagi sektor-sektor lainnya
industri
pulp
merupakan
suatu
kluster
industri (industry cluster) yang mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang mencakup kegiatan pemenuhan bahan baku
(hulu) seperti pembibitan kayu (nursery) dan budidaya tanaman kayu (timber plantation), maupun keterkaitan ke depan (forward linkage)
yang mencakup industri hilir pengguna pulp lanjutan seperti industri kertas.
Dengan
diperkirakan ekonomi
demikian
cukup
kontribusi
lndustri
pulp
besar mengingat . hampir tidak
dalam ada
PDB
kegiatan
maupun non ekonomi yang tidak menggunakan
kertas
sebagai produk lanjutan dari industri pulp. Selanjutnya apakah dengan pengembangan
industri
pulp
ini
telah
pula
mendorong
adanya
kemajuan pad a sektor lain?. Mengingat pembangunan di suatu sektor tidak dapat terlepas dari sektor lainnya karena masing-masing saling membutuhkan
satu
sama
lainnya
atau
mengutamakan
prinsip
keterkaitan. Sementara itu jika dilihat dari tersedianya sumberdaya hutan Riau
yang
melimpah
telah
mendorong
pemerintah
menetapkan
kebijakan pengembangan industri pulp di Riau sebagai sektor andalan penggerak pembangunan. Namun demikian masih menjadi pertanyaan, bagaimanakah
dampak
perekonomian
Riau.
pengembangan
dari
kebijakan
Dengan
industri
pulp
kata ini
pendapatan
yang
merata
kompensasi
atas
penggunaan
dalam
tersebut
lain,
mampu
Apakah
terhadap efek
menciptakan
ganda
distribusi
lapisan
masyarakat
sumberdaya
alam
sebagai
khususnya
sumberdaya hutan yang juullahnya semakin menyusut?. Oleh karen a itu dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang mengkaji peranan industri pulp tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian Riau dan distribusi pendapatan.
6
1.2. Perumusan Masalah Pengembangan industri pulp sebagai salah-satu sektor unggulan diharapkan
mampu
mengingat
pembangunan
menjadi
lokomotif bagi
industri
pulp
sektor-sektor lainnya
merupakan
suatu
kluste,-
industri (industry cluster) yang mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang mencakup kegiatan pemenuhan bahan baku (hulu) seperti pembibitan kayu (nursery) dan budidaya tanaman kayu (timber plantation), maupun keterkaitan ke depan (forward linkage) yang mencakup industri hilir pengguna pulp lanjutan seperti industri kertas.
Dengan
diperkirakan ekonomi
demikian
cukup
maupun
kontribusi
industri
pulp
besar mengingat hampir tidak
d;,1lam ada
PDB
kegiatan
non ekonomi yang tidak menggunakan
kertas
sebagai produk lanjutan dari industri pulp. Selanjutnya apakah dengan pengembangan
industri
pulp
ini
telah
pula
mendorong
adanya
kemajuan pad a sektor lain?. Mengingat pembangunan di suatu sektor tidak dapat terlepas dari sektor lainnya karena masing-masing saling membutuhkan
satu
sama
lainnya
atau
mengutamakan
prinsip
keterkaitan. Sementara itu jika dilihat dari tersedianya sumberdaya hutan Riau
yang
melimpah
telah
mendorong
pemerintah
menetapkan
kebijakan pengembangan industri pulp di Riau sebagai sektor andalan penggerak pembangunan. Namun aemikian masih menjadi pertanyaan, bagaimanakah
dampak
perekonomiar.J
Riau.
pengembangan
dari
kebijakan
Dengan
industri
pulp
kata ini
pendapatan
yang
merata
kompensasi
atas
penggunaan
dalam
tersebut
lain,
mampu
Apakah
terhadap efek
menciptakan
ganda
distribusi
lapisan
masyarakat
sumberdaya
alam
sebagai
khususnya
sumberdaya hutan yang jumlahnya semakin menyusut?. Oleh karen a itu dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang mengkaji peranan industri pulp tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian Riau dan distribusi pendapatan.
6
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
ini
dilakukan
dalam
rangka
menjawab
permasalahan yang diajukan yaitu untuk mengetahui: 1. Peran industri pulp dalam perekonomian Riau
2. Keterkaitan
industri
pulp
dengan
sektor
lainnya
dalam
perekonomian Riau 3. Peran industri pulp terhadap distribusi pendapatan di Riau.
1.4. Hipotesa Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Industri pulp mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian Riau Pengembangan
industri
pulp
di
Riau
mampu
mengurangi
ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat.
1.5. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan model Miyazawa yang merupakan pengembangan Miyazawa
lebih
mampu
lanjut dari
pendekatan
melihat distribusi
Input-output.
pendapatan
antar
Model
kelompok
rumah tangga rendah, sedang dan tinggi baik di pedesaan (rural) maupun perkotaan (urban) dan sekaligus membelah pendapatan agar dapat dilihat tingkat distribusinya dalam perekonomian suatu daerah atau negara (Sonis, 2000).
Sehingga dengan adanya informasi
tentang distribusi pendapatan tersebut dapat diketahui apakah telah terjadi pemerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan dalam perekonomian.
Hal inilah yang mendasari pemilihan model Miyazawa
sebagai alat analisis dalam studi ini.
7
1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi pengetahuan bagi para pengambil kebijakan khususnya Pemda Riau dan instansi-instansi terkait yaitu Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam menetapkan dan menyikapi kebijakan pengembangan industri pulp di propinsi Riau.
1. 7. Ruang Lingkup Studi ini dilakukan dengan mengambil propinsi Riau sebagai subjek penelitian mengingat di Riau terdapat dua perusahaan industri pulp berkapasitas besar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Tabel Input-output propinsi Riau tahun 2001. propinsi
Riau
Kepulauan.
belum
dipecah
menjadi
Adapun pada saat itu
Riau
Daratan
dan
Riau
Oleh karena itu analisis pada studi ini dilakukan terhadap
keseluruhan wilayah Riau sebelum pemekaran.
1.8. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian terdiri dari enam bab dengan penyajian sebagai berikut : Bab I,
Pendahuluan; Bab ini memuat latar belakang pengembangan industri pulp yang diharapkan mampu memacu perekonomian wilayah. pulp
Melalui studi ini akan dilihat
telah
mampu
berperan
dalam
sejauh mana industr·i perekonomian
dan
pemerataan pendapatan masyarakat di propinsi Riau.
Bab II,
Kajian Pustaka; Bab ini member:kan gambaran mengenai pulp mulai dari pengertian, perkembangan industri pulp nasional,
supply chain industri pulp,
kebijakan nasional di bidang
industri pulp, perkembangan industri pulp nasional, gambaran industri pulp di Riau serta permasalahan industri pulp.
8
Bab III,
Metodologi Penelitian; dimulai dengan membahas model Inputoutput dan Miyazawa selanjutnya memuat rancangan model melalui kontruksi model Miyazawa serta metode analisis yang digunakan.
Bab IV,
Deskripsi Perekonomian Riau; merupakan gambaran umum propinsi
Riau
dilanjutkan
dengan
mengenai
pertumbuhan
ekonomi serta perekonomian Riau dalam lingkup Input-output.
Bab V,
Analisis Peran Industri Pulp; berisi peranan industri pulp dalam perekonomian Riau dilanjutkan analisis pengganda pendapatan pengganda
output,
analisis
keterkaitan,
multiplier product
matrix (MPM), metode ekstraksi serta sebagai pelengkap juga
terdapat simulasi kebijakan.
Bab VI
Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan.
9
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BAB II KAJIAN PusTAKA
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai industri pulp maka pada bab ini akan dimuat hal-hal yang menyangkut industri pulp mulai dari pengertian, perkembangan, supply chain, kebijakan industri pulp nasional, gambaran industri pulp di Riau hingga dampak yang ditimbulkan
oleh
industri
pulp.
Secara
lengkap
disajikan
pada
penjelasan berikut. 2.1. Pengertian Pulp
Pulp adalah bahan serat yang diperoleh dari hasil pengolahan bahan berselulosa dengan cara mekanis, kimia dan semi kimia dan digunakan sebagai bahan dasar kertas, papan serat (papan tiruan yang dibuat dari serat kayu atau bahan berselulosa lainnya), rayon serta turunan selulosa lainnya (Tim Modul Kehutanan DJBC, 1994). Pulp terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan, terutama kayu lunak dan keras yang berasal dari pohon berdaun jarum atau berdaun Iebar, yang terdiri dari selulosa, lignin dan hemiselulosa serta zat ekstraktif. Dari keempat komponen di atas, selulosa yang berbentuk serat yang merupakan bahan organik yang jumlahnya sangat melimpah di alam sekeliling kita, adalah bahan utama pembangun tumbuh-tumbuhan. Dari selulosa ini dapat dikonversikan menjadi pulp, sedangkan lignin berperan sebagai bahan perekat alamiah antara serat-serat selulosa yang harus dipisahkan untuk
membebaskan selulosa melalui proses
mekanis maupun kimia. Selanjutnya proses pulping atau proses pembuatan pulp adalah pemisahan serat dari bahan berserat selulosa, seperti kayu, bambu dan lain-lain dengan cara mekanis, kimia atau semi kimia dalam bentuk pulp Semua proses pembuatan pulp bertujuan sama, yaitu membebaskan serat selulosa dari lignin sebagai perekat alamiahnya. Serat yang diperoleh masih berwarna karena adanya zat alamiah yang dikandungnya. Oleh karena itu, tujuan keduanya adalah serat selulosa
10
ini harus dikenakan proses pemutihan untuk menghilangkan warnanya tanpa merusak serat. adalah
berbagai
jenis
Bahan baku utama untuk pembuatar, pulp kayu
lunak
(softwood)
dan
kayu
keras
(hardwood) yang berdaun jarum (ceniferouswood) yang berasal dari sejenis cemara maupun berdaun Iebar.
Bahan baku lainnya adalah
merang, pohon bambu dan pulp dari kayu sengon atau ginjing yang diperoleh dari hasil proses semi kimiawi (semi chemical pulp) dan pulp dari kertas bekas yang berasal daii kardus bekas dan kertas bekas campuran.
Pada dasarnya pulp dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu pulp untuk kertas (paper grade) yang biasanya berserat pendek
(short fibre pulp) dan pulp rayon (dissolving pulp-rayon grade) yang berserat panjang (long-fibre pulp) untuk bahan baku industri tekstil. Oleh karena itu industri yang menggunakan komoditi pulp sebagai Sebagai
bahan-baku adalah industri kertas dan industri rayon.
gambaran pada Tabel 2.1. herikut tersaji produsen pulp di Indonesia dan kapasitas produksi tahun 2001. Tabel 2.1. Produsen Pulp di Indonesia dan Kapasitas Produksi Tahun 2001 Nama Perusahaan
Lokasi
Status
Mulai operasi
------- --------Kapasitas produkst (ton/tahun)
Lona Fibre Pula Toba Pulp Lestari (sebelumnya bernama Inti lndorayon Utama) Kertas Kraft Aceh
Porsea, Sumut Aceh
PMA
1989
BUMN
1988
220.000 165.000 385.000
Sub total
-·
! I
Short Fibre Pulp lndah Kiat Pulp & Paper Riau Andalan Pulp & Paper Lontar Papyrus Pulp & Paper Kiani Lestari Tj. Enim Lestari Wira Karya Sakti Kertas Leces Pakerin Kertas Bekasi TeQuh Pola Pulpindo West Kalindo Pulp & Paper Kertas Basuki Rahmat Kertas Blabak Eureka Aba Kertas Padalarang
Sub total Total
Perawan_g, Riau Pelalawan, Riau Jambi Kaltim Sumsel Jambi Leces, Jatim Mojokerto, Jatim Bekasi Lampung Kalbar Banyuwangi Blabak MC?.i_osari Padalara~
PMA PMA PMDN PMDN PMA PMA BUMN PMDN PMDN PMDN PMDN BUMN BUMN PMDN BUMN
1977 1994 1994 1997 1998 1994 1996 1980 1976 1996 1993 1971 1962 1978 1923
'
1.820.000 1.300.000 : 545.000 i 525.500 . 450.000 430.000 : 129.000 150.000 90.000 20.000 39.600 I 10.100 5.400 30.500 3.000 5.543.100 5.933.100
Tidak beroperasi sejak 1999 Sumber : APKI, 2002 'J
11
Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1. diatas, semua industri pulp di Indonesia memproduksi pl:llp untuk kertas (pulp-paper grade), termasuk PT. Inti Indorayon Utama yang pada awalnya didesain untuk memproduks!
pulp
rayon,
sejak
beroperasi
dihentikan operasinya pada akhir tahun
tahun
1989
hingga
1998 (berkaitan dengan
masalah lingkungan), masih memproduksi pulp untuk kertas.
Hal ini
dikarenakan : (a) untuk menghasilkan pulp rayon dengan kualitas baik diperlukan bahan baku kayu dari jenis yang sama (homogen), padahal kenyataan di lapangan pasokan bahan baku
masih berasal
dari
berbagai sumber sehingga merupakan kayu campuran (mixed) (b) permintaan terhadap pulp rayon baik di pasar dalam negeri maupun di dunia
internasional
relatif kecil
dibandingkan dengan
permintaan
terhadap pulp kertas. Hal itu disebabkan karena pulp rayon dari kayu mempunyai banyak substitusi seperti kapas rayon, sintetis dan lainlain yang kualitasnya lebih baik dan harganya bersaing. Adapun karakteristik dari industri pulp adalah sebagai berikut : a) Weight Loosing Process Industry dimana untuk membuat 1 (satu) ton pulp (biasanya dinyatakan dengan ton dengan kadar air 10%) diperlukan kurang lebih 4,5 m 3 kayu. b) Pengembangan industri pulp dilakukan pad a pusat-pusat sumber bahan baku (raw material oriented) dimana sumber bahan baku tersebut adalah bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable natural resources).
Pengembangan bahan baku tersebut dapat
dilakukan di daerah-daerah yang memiliki lahan atau hutan yang cukup luas, yang dapat di bangun menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI), yang meliputi areal hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi, terutama hutan yang sudah tidak prod•.Jktif lagi seperti semak belukar, padang rumput dan alang-alang. c) Integrated unit atau biasanya berintegrasi dengan usaha lainnya seperti pembuatan kertas, papan serat atau rayon.
12
d) Selain padat modal, industri pulp juga padat energi.
Dan energi
yang dipakai pada umumnya adalah energi listrik dimana untuk menghasilkan 1 (satu) ton pulp energi yang diperlukan 50-100 kwh energi listrik . e) Industri pulp merupakan jenis industri yang cukup besar kebutuhan airnya dimana untuk memproduksi 1 (satu) ton pulp dibutuhkan kira-kira 90 m 3 air. f) Industri pulp merupakan industrl yang bersifat ekonomi skala besar (economies
of
scale)
yang
artinya
semakin
besar
volume
produksinya semakin kecil biaya rata-rata (per ton) pulp yang dihasilkan. Selanjutnya Harmawaty (2001) menambahkan bahwa penetapan industri
pulp
sebagai
salah-satu
prioritas
dalam
pengembangan
industri di Indonesia karena memiliki keunggulan komparatif antara lain : 1. Tersedianya sumberdaya berupa hutan (renewable resources) yang
cukup besar sebagai sumber pemasok bahan baku kayu. 2. Dikembangkannya
industri
pulp
yang
terpadu
dengan
Hutan
Tanaman Industri (HTI) yang memiliki keterkaitan timbal balik yang saling menguntungkan dan sekaligus menjamin kelestarian hutan. Ditambah tumbuh
dengan lebih
iklim
tropis
cepat (dalam
yang
memungkinkan
7 sampai
8 tahun
tanaman
sudah
dapat
ditebang). 3. Ketersediaan tenaga kerja untuk mengelola hutan dan industri. 4. Terbukanya peluang pasar baik di dalam negeri maupun di dunia internasional sebagai akibat kesenjangan
antara
pasokan
dan
permintaan akan pulp. 5. Tersedianya
sumber-sumber selulosa
lainnya
disamping
kayu,
seperti merang, bambu, bagas, tandan kelapa sawit dan lain-lain yang merupakan suplemen sumber selulosa dari hasil hutan.
13
2.2. Supply Chain Industri Pulp Manajemen supply chain dirasakan semakin penting da lam industri kehutanan khususnya industri pulp.
Industri pulp memil iki
keterkaitan (linkages) baik berupa industri yang mencakup kegiatan pemenuhan bahan baku (hulu) serta industri pengguna pulp lanjutan seperti industri kertas (hilir) . Keterka itan tersebut terlihat mela lui mekanisme supply chain yang dimulai dari sumber bahan baku kayu yang berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Ijin Pemanfataan Kayu
(IPK)
kemudian
dilakukan
pemanenan
dan
penyortiran
selanjutnya terjadi proses produksi di pabrik untuk menghasilkan produk baik pulp maupun produk lanjutan berupa kertas, penyimpana n (di pabrik dan pelabuhan), distribusi ke konsumen baik dalam maupun luar negeri.
Sebagai ilustrasi, Garnbar 2.1. menyaji kan supply chain
salah-satu industri pulp di Riau yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
HTIRAPP IPK Kemitraan IPK Rilkyat
Kertas : Asia dan Eropa
.
~F.kspor~
•
Tenninal Sungai Pakning (Kab. Bengkalis)
D LOG1
I
BBS"1
Pelabuhan di Buatan
~
~ INDUSTRI PLYWOOD
I
INDUSTRI KERTAS
D
lndustri Pendukung
Kcterangan • 1 l og : diameter 30 em up ., Bahan Baku Serpih (BBS) : diameter 10-20 em
Produk Akhir • Pcrcclakan dan pcnerb;:an (63%) Board & coated paper(24"1o) Tissue (8%) Lainnya {5%)
Gambar 2.1. Supply Chain lndustri Pulp PT. RAPP 14
2.3. Kebijakan Nasional di Bidang Industri Pulp Pada mulanya pemerintah mengambil peran secara langsung dalam pengembangan industri pulp, yaitu dengan cara membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dari tahun 1923 hingga awal
tahun 1970-an semua pabrik pulp yang beroperasi di Indonesia adalah milik pemerintah dan pabrik-pabrik tersebut semuanya pabrik terpadu yang memproduksi pulp sekaligus kertas.
Sedangkan pihak swasta
baru
pulp
ikut
meramaikan
bisnis
pertengahan tahun 1970-an. waktu
itu,
pada
industri
dan
kertas
sejak
Pabrik-pabrik swasta yang berdiri pada
umumnya
pabrik
tidak
terpadu
yang
hanya
memproduksi kertas, sedangkan pulpnya diimpor. Pemerintah tidak terlalu banyak melakukan pengaturan terhadap industri pulp.
Berbagai kebijakan dan pengaturan umumnya lebih
banyak dikenakan pada industri kertas dan HTI (bahan baku). Industri pulp dari semula
relatif dibebaskan.
Pad a tahun
1989,
ketika
beberapa industri kertas masih dilindungi dengan tarif yang relatif tinggi, industri pulp hanya dilindungi dengan tarif BM 5%, dan sejak tahun 1995 tarif BM pulp diturunkan lagi menjadi 0%. Kebijakan pengembangan industri pulp oleh pemerintah dimulai sejak pada tahun 1987, yaitu dengan dimasukkannya industri pulp sebagai salah-satu industri yang mendapat prioritas pengembangan dalam Keputusan Presiden 1\lo. 15 tahun 1987 tentang Daftar Skala Prioritas. Industri pulp sendiri mulai berkembang di Indonesia sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memperbaiki hutan yang rusak akibat eksploitasi hutan dengan adanya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang
mengakibatkan
rebiosasi.
kerusakan
hutan
akibat tidak
dilakukannya
'
Untuk mengatasinya maka pemerintah mencanangkan
pembangunan HTI melalui SK Menhut No. 417/Kpts-II/1989 tentang _ Pengusahaan ·Hutan pengaturannya Rehabilitasi Pembangunan
lebih
La han Hutan
Tanaman
Industri
lanjut dikeluarkan No.
(HTI)
SK Dirjen
055/Kpts/V/1989
Tanaman
Industri.
sedangkan Reboisasi
tentang
Disamping
untuk dan
Pedoman memberikan
berbagai kemudanan bagi pembangunan industri pulp, mengingat
15
industri pulp membutuhkan pasokan bahan baku yang sangat tinggi maka
pemerintah
menetapkan
salah-satu
syarat
pembangunan
industri pulp adalah pembangunan HTI pulp terlebih dahulu baru diikuti oleh pembangunan industrinya. Kegiatan pembangunan HTI adalah merupakan kegiatan skala besar, berjangka panjang, membutuhkan modal besar dan beresiko tinggi,
oleh
karenanya
untuk
memperkuat
aspek
hukumnya
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan HTI.
Dengan terjadinya reformasi di tanah
air tahun 1998, pemerintah juga melakukan reformasi di bidang kehutanan yang ditandai dengan dikeluarkannya PP No. 6 tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi,
untuk mengganti
PP No.
7 tahun
1990 tentang
Hak
Pengusahaan HTI. Disamping
mengeluarkan
menyangkut mengenai bahan
baku,
peraturan-peraturan pemerintah juga
yang
melakukan
deregulasi di bidang perijinan dan investasi asing untuk mendorong perkembangan ekspor non migas.
Pada tahun
1994 pemerintah
mengeluarkan PP No. 20/1994 tentang peningkatan pangsa pemilikan modal
PMA (95°/o)
untuk menarik minat investor asing
tetapi
kebijakan ini tidak begitu efektif terutama pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1997.
Para investor diberikan fasilitas pajak seperti
Value Added Tax (VAT) dan impor barang modal dan bahan dasar
selain itu mereka juga mendapat kemudahan dalam kredit perbankan. Pemerintah menetapkan skala prioritas dalam insentif dan fasilitas bagi beberapa sektor yang dikategorikan sebagai Negative List (DNI) diantaranya sektor kehutanan dan perkebunan.
Insentif pajak yang
diberikan pada para investor melalui PP No. 148/2000 tidak akan ! efektif jika pemerintah tidak mampu menegakkan supremasi hukum dan adanya jaminan keamanan.
16
2.4. Perkembangan Industri Pulp Nasional 1997-2001 Sebagai industri yang berbasis sumberdaya lokal, selama masa krisis ekonomi, tidak seperti industri lain yang sangat tergantung pada impor bahan baku, inclustri pulp dan kertas menunjukkan performa yang positif sebagaimana tercermin dari lebih kompetitifnya industri ini di pasar ekspor. mencapai
Sebagai ilustrasi, sejak 1998, ketika krisis ekonomi
nilai
tertinggi,
ekspor
kertas
Indonesia
mengalami
peningkatan dari 1,58 juta ton ke 3,34 juta ton pada tahun 2000 selanjutnya mencapai jumlah 2,59 juta ton selama periode Januari hingga Oktober 2001 dengan penerimaan ekspor sebesar
US$ 1,67
milyar. Sedangkan
selama
periode
tahun
1997-2001
produksi
pulp
meningkat secara cepat dari 3,04 juta ton pada tahun 1997 menjadi
4,32 juta ton pada tahun 2001 atau meningkat rata-rata sebesar 14,2%.
Sedangkan bila dilihat dari konsumsi pulp pada tahun 1997
jumlahnya
hanya
mencapai
2,8 juta ton dan meningkat secara
signifikan menjadi 3,3 juta ton pada tahun 2001. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa
peningkatan
konsumsi
pulp
disebabkan
oleh
karena peningkatan permintaan dari industri kertas (Tabel 2.2.). Tabel 2.2. Produksi dan Konsumsi Pulp di Indonesia 1997-2001 (ton) Tahun
Produksi
Konsumsi Domestik (KD)
1997 3,041,600 1998 3,430,000 1999 3,694,600 2000 4,089,500 2001 4,325,900 Pertumbuhan rata-rata %)
Growth(%)
2,801,024 2,603,633 3,473,278 3,742,124 3,373,125
Produksi 34.2 12,8 7.7 10.7 5.8 14.2
' ;
KD
-
'
-7.2 33.4 ' 7.8 ; -9.1 I 6.2
Sumber : Data Consult (2002)
Keterbatasan
supply bahan
baku
kayu
untuk industri
mengakibatkan terjadinya fluktuasi ekspor pulp nasional.
pulp
Selama
periode 1997-2001 ekspor pulp mencapai 1,67 juta ton dengan nilai US$ 689,9 juta pada tahun 1998.
Selanjutnya pada tahun 1999
·ekspor jatuh sebesar 38,8°/o menjadi 1,18 juta ton deng~n nilai
17
US$ 475,1 juta dan pada tahun 2001 ekspor melonjak lagi menjadi
1,33 juta ton dengan nilai US$ 710,6 juta. Pad a Januari-Oktober 2001, ekspor mencapai 1,45 juta ton tetapi nilainya jatuh menjadi USS 486,5 juta sebagai akibat jatuhnya harga di pasar dunia.
Ekspor pulp
Indonesia didominasi oleh short fiber pulp yang diperuntukkan bagi industri kertas. Sedangkan jika dilihat dari sisi impor pulp, selama periode
1997-2001
mengalami
fluktuasi
tetapi
cendrung
meningkat
dari
945,456 ton dengan nilai US$ 457,6 juta pada tahun 1996 ke 986,310 ton dengan nilai US$ 664,6 Peningkatan
impor
pada
peningkatan
pertumbuhan
j~ta
tahun
pada tahun 2000 (Tabel 2.3).
f999
konsumsi
dan
nasional
2000
menandakan
Indonesia
masih
nJembutuhkan impor long fiber pulp yang belurn dapat diproduksi di dalam negeri. Tabel 2.3. Ekspor dan lmpor Pulp Nasional 1997-2001 Tahun
EKSPOR r-volume (ribu ton)
1997 1,186.0 1998 1,656.7 1,180.0 1999 2000 1,333.7 2001" 1 1,457.9 l Januan-Oktober
Growth
l~ilai
(%)
(US$ juta)
5.2 39.7 -38.8 13.0
--
IMPOR
489.3 689.9 475.1 710.6 486.5
Harga Rata-rata (US$/ton) 412.6 416.4 402.6 532.8 333.7
Volume (ribu ton) 945,456 830,376 958,707 986,309 663,936
Nila1 (US$ )Uta)
Growth (%)
-12.8 15.5 2.8
---- . ---
Harqil Hata-rdta tUSSiton! 484----0 457 6 ! 49~ 4 414.6 I 472 1 452.6 : i< .j ._ 664.6 ' 355.0 : 534 ' I I
r-;-~
',..)I
Sumber : BPS, 2002
2.5. Gambaran Industri Pulp di Propinsi Riau Saat ini di Prop. Riau terdapat 2 (dua) perusahaan pulp & paper berkapasitas besar yang menguasai lebih dari 56% produksi short fibre
pulp nasional yaitu : PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) dan PT. Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) (lihat Tabel 2.1).
Berdasarkan data
Dinas Kehutanan Prop. Riau, pada tahun 2003 dengan kapasitas produksi sebesar 2,09 juta ton/tahun, PT. RAPP membutuhkan bahan baku sebesar 9.405.000 m 3 • Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku itu diperlukan areal tanaman hutan tanaman (HTI) seluas 350.667 hektar. 18
Namun
sampai
tahun
2003,
realisasi
tanaman
milik
HTI
perusahaan kelompok Raja Garuda Mas itu baru mencapai 108.764 hektar.
Jika areal tanaman itu ditambah dengan HTI dari kemitraan
(non-group) seluas 72.235 hektar dan hutan rakyat seluas 2.794 hektar, maka realisasi penanaman untuk mendukung PT. RAPP baru mencapai 186.956,75 hektar yang dapat menghasilkan pemenuhan bahan baku sebesar 2.091.678,92
m3•
Dengan kebutuhan bahan
baku sebesar 9.405.000 m 3 , maka industri pulp dan kertas itu sangat membutuhkan pasokan dari hutan alam berupa kayu rimba campuran sebesar 5.825.000 m 3 • Padahal untuk seluruh wilayah Indonesia, Menteri Kehutanan untuk tahun 2003 hanya mengeluarkan Jatah Produksi Tebangan (JPT) sebesar 6,89 juta m 3 •
Di sisi lain, RAPP sam a sekali tidak berencana
melakukan impor bahan baku untuk memenuhi kekurangan pasokan Hal yang sama juga dialami PT Indah Kiat Pulp and
bahan bakunya. Paper (IKPP).
Total kapasitas mencapai 1,82 juta ton/th, dengan
jumlah kebutuhan bahan baku sebanyak 8.190.000 m 3 /tahun maka kebutuhan areal tanaman netto sebesar 319.107 hektar.
Perusahaan
ini hanya mampu memasok bahan baku 2.041.048,92 m 3/tahun.
Ini
berarti masih ada kekurangan bah an baku 6.397.521,61 m 3/tahun. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Realisasi Pemenuhan Bahan Baku lndustri Pulp & Paper di Propinsi Riau Tahun 2003 No.
Nama Perusahaan
Kapasitas (ton)
HTI (m3)
Realisasi Pemenuhan Bahan Baku
Realisasi Produksi (ton)
Realisasi Pemenuhan Bahan Baku
Kebutuhan Bahan Baku (m3)
( '' o I
Real•sasr Produ'.si
Hutan Alam (mJ) A1 eal Sendiri
IPK Luar Areal
3.803.263,09
2.594.258,52
I
1.
PT.IKPP
1.820.000
8.190.000
2.041.048.92
1875237,8
8438 5i0.53 '
.c
I
2.
PT.RAPP Jumlah
2.090.000
~405.000
2.091.678,92
4.748.708,20
1.076.292,78
1.783.596,0
7 916 679,90 ;
3.910.000
17.595.000
4.132.727,84
8.551.971,29
3.670.551.30
3.662.379.8
16.355.259.43 :
Sumber : Dinas Kehutanan Prop. Riau (2004)
19
o-.
Sebagaimana dijelaskal" diatas, ketimpangan antara kebutuhan dan realisasi produksi industri pulp lebih tinggi dibandingkan dengan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) lainnya yaitu industri kayu gergajian, industri kayu lapis dan chips.
Jika dilihat dari serapan
bahan b.::Jku log, industri pulp menyerap bahan baku sebesar 84% dari keseluruhan bahan baku yang tersedia sedangkan untuk industri kayu lapis dan kayu gergajian serapan lognya masing-masing hanya sebesar
10% dan 6% (Gambar 2.2.).
18000000 16000000 14000000 12000000
1
~-·- - - - - ·--··------ ··-·--
-- ·-···
I
10000000 8000000 -
- - - - -·- - - - ---- --·
6000000 . -· ····--··· ·------·-· ---- - --·--···-· - --···· --·-··4000000 2000000
0
:
I
1998
1999
-+- Kayu
•
I
Gergajian
2000
2001
- !11
2002
2003
-+- Kayu Lapis --.-- P\.Jip
-!1- --
Chip
Gambar 2.2. Kebutuhan Bahan Baku lndustri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) di Propinsi Riau Tahun 2003.
Kebutuhan
bahan
baku
yang
begitu
besar
menyebabkan
pembangunan industri pulp dianggap sangat tidak layak karena isu lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas industri ini, tetapi di lain pihak tidak dapat dipungkiri bahwa yang
sang at penting
terhadap
industri ini mempunyai peranan
perekonomian
wilayah.
Sebagai
gambaran {Tabel 2.5.) dapat dilihat dari
sumbangan devisa
pulp dan kertas terhadap ekspor non
migas di
Riau
ekspor
meskipun
berfluktuasi tetapi cendrung meningkat bahkan pada tahun 2001 dapat mencapai
nilai
17,36°/o
dari
total
ekspor
non
migas
secara
keseluruhan dengan nilai US$ 1.670.169 ribu, hal ini menggambarkan bahwa industri ini sangat kompetitif untuk dikembangkan.
20
Tabel2.5.
Nilai Ekspor Pulp dan Kertas Terhadap Ekspor Non Migas dalam Perekonomian Propinsi Riau Tahun 1997 - 2003
Tahun
Ekspor Non Migas (ribu US$) 1997 5.364.910 1998 4.807.055 1999 6.147.645 2000 8.696.287 2001 9.618.192 2002 11.733.639 2003 13.152.807 Sumber : Disperindag Prop. Riau (2004)
Persetase (%) Pulp dan Kertas Pulp dan Kertas __(_ribu US $) 4.32 232.204 ! 373.172 ' 7,76 14,03 862.648 11,79 1.025.420 17.36 1.670.1691 9.97 1.170.697 i 9.21 1.211.447
2.6. Dampak Industri Pulp
Aktivitas industri pulp menin:bulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat khususnya yang berada di sekitar lokasi industri.
Meskipun hingga saat ini belum ada
informasi tentang berapa besarnya (magnitude) dampak negatif yang ditimbulkan tersebut (khususnya dalam kasus Indonesia).
Namun
secara garis besar dampak tersebut dapat diperinci sebagai berikut. 2.6.1. 2.6.1.1.
Dampak Lingkungan Dampak lingkungan dalam pengadaan bahan baku.
kaitannya
dengan
Tidak ada lagi perusahaan pulp di negara-negara tropis kecuali pabrik pulp di Riau. Masalah mendasar dengan industri pulp di Riau adalah kapasitas berlebihan (overcapacity) dalam kaitannya dengan kesinambungan sumber bahan baku.
Sebagai gambaran setelah
beroperasi selama 10 tahun PT. RAPP hanya memperoleh 20-30% bahan baku dari perkebunan monokultur akasianya. Sisanya diambil dari hutan-hutan alam yang terdapat di dalam konsesi-konsesi mereka (280.000 ha) dan juga dari luar area konsesi. Hal itu akan tetap berlangsung pada tahun-tahun mendatang (sampai 2008 menurut perusahaan), kendati melangkanya hutan-hutan alam di Sumatra Tengah akan menjadi sumber masalah. Beberapa area hutan hujan
21
dataran rendah yang berharga telah dihancurkan oleh industri pulp di Riau seperti wilayah penyangga (buffer zone) Taman Nasional Bukit Tigapuluh, sekeliling Taman Nasional Teso Nilo (yang baru ditetapkan, yang
menurut
catatan
studi,
setiap
bidang
tanahnya
memiliki
"tumbuh-tumbuhan berpembuluh" (vascular plants) terkaya di dunia), dan
wilayah
pesisir
rawa-rawa
gambut
di
Pelalawan.
Beberapa
binatang yang nyaris punah seperti harimau dan gajah Sumatra, sudah sangat berkurang karena praktek industri pulp di Riau. Selanjutnya industri pulp di Riau membutuhkan kayu sekitar 9 juta m 3/tahun untuk memenuhi kapasitas produksi PT. RAPP dan PT. IKPP yang masing-masing mendekati 2 juta ton pulp.
Diperkirakan
2/3 dari total kebutuhan kayu dipenuhi dari hutan alam, yang telah dikonversi menjadi hutan tanaman akasia.
Sebagai gambaran adalah
untuk memproduksi 1 ton pulp dibutuhkan kayu sekitar 4,5 m 3 . Berdasarkan hal ini dapat diperkirakan secara kasar bahwa dengan kapasitas produksi industri pulp di Riau sebesar 3.910.000 ton/tahun dibutuhkan bah an baku sebesar 17.595.000 m 3 atau setara dengan areal hutan sebesar ± 669.774 hektar.
Besarnya kebutuhan bahan
baku tersebut belum mampu dipenuhi dari hutan tanaman sehingga sebagian
besar
masih
mengandalkan
hutan
alam.
Hal
inilah
menyebabkan pembangunan industri pulp disinyalir sebagai penyebab utama terjadinya degradasi hutan di Riau.
2.6.1.2. Dampak lingkungan dalam kaitannya dengan proses produksi Industri pulp berperan besar _dalam perusakan lingkungan selain deforestasi juga menyebabkan polusi udara, air dan tanah. Pembuatan pulp secara kimia menggunakan senyawa-senyawa sulfur, dimana hasil prosesnya akan diemisikan ke udara, salah satunya gas beracun
50 2 • Kalau kita pergi ke lingkungan pabrik pulp dan paper maka akan tercium bau menyerupai telur busuk, ini adalah hasil kontaminasi udara oleh gas 50 2 • Selain itu, untuk menghasilkan pulp yang putih dipergunakan gas klorin (CI 2 ), hasil proses senyawa gas klorin dengan
22
senyawa organik akan menirnbulkan senyawa beracun yang biasa disebut
organoklorin.
Organoklorin
biasanya
ikut
larut
bersama
pembuangan limbah cair. Industri pulp pada umumnya lebih menyukai penggunaan khlorin (CI 2 ), karena menghasilkan pulp berkualitas baik dengan biaya termurah. 5ebagai ilustrasi pada tahun 2000 dampak proses produksi industri pulp terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup di Riau yaitu untuk setiap ton pulp yang diproduksi menghasilkan pencemar udara debu 27 kg, 50 2 2,5 kg, CO 35 kg, H2 5 7,2 kg dan fenol 77 kg. 5ehingga total pencemar udara yang berasal dari kegiatan industri ini adalah debu 78.543 ton, 50 2 7. 727 ton, H2 5 20.994 ton dan fenol
223.993 ton sedangkan pencemar cair yang ditimbulkan oleh industri pulp di Riau adalah limbah cair 61,3 m 3 per ton, BODs 37 kg per ton, T55 18 kg per ton dan TD5 166 kg per ton.
Jadi pencemaran yang
dihasilkan pabrik pulp dan kertas adalah limbah cair 178.321.700 m 3 , BODs 107.633 ton, TSS 52.362 ton dan TDS 482.894 ton.s
2.6.2. Dampak Sosial Pembangunan persiapan
sampai
industri pada
pulp proses
dan
kertas
produksi
di
Riau
mulai
menimbulkan
dari
banyak
persoalan sosial seperti terlibat dalam melakukan penggusuran tanah di sekitar Riau, yang sebagian di antaranya mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan terhadap rakyat yang
melakul
tanah-tanahnya digusur (misalnya yang terjadi di Kerinci, Jambi).
Lubuk
Pengambilalihan lahan dan hutan masyarakat menimbulkan
konflik kepentingan, pelanggaran terhadap hak kepemilikan tanah masyarakat,
dimana
biasar.ya
terjadi
praktek
diskriminasi
dan
kekerasan lainnya terhadap rakyat oleh perusahaan, aparat militer, dan birokrasi.
5 Sihombing H. 2004. 'Dampak Industri Kehutanan tcrhadap Pcrckonomian Riau (P~ndckatan IU _ Berwawasan Lingkungan Hidup'. Tesis Pasca Sm:jana IPB.
23
Sementara itu Harmawati (2001) mengemukakan bahwa akibat limbah yang dihasilkan oleh industri pulp menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat sebagai berikut : Pad a sa at penebangan hutan (pengambilan bah an baku serpih untuk pembuatan pulp) kemungkinan yang bisa terjadi adalah meningkatnya
penyakit
malaria
atc.u
penyakit
akibat
gigitan
serangga lainnya. Akibat bau yang tidak sedap (bau busuk) maka yang terbanyak dialami oleh penduduk daerah di sekitar industri pulp adalah penyakit akibat gangguan kejiwaan (psiko-sosial) yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan yang sulit diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur, berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan gastritis, cephagia, neurosis anxiety). Dampak lingkungan terhadap pola penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan akibat mengkonsumsi air yang telah tercemar atau mengkonsumsi ikan yang hidup di lingkungan yang telah tercemar.
Air
yang
telah
tercemar
tersebut
dapat
juga
menimbulkan gangguan pada kulit. Morbidity rate (angka kesakitan) dari penyakit-penyakit tertentu untuk dapat menggambarkan besarnya dari dampak penyakitpenyakit
tersebut
diatas
terhadap
kesehatan.
Selain
itu
penggunaan khlorin karena akan menghasilkan senyawa organa khlor (AOX) yang diduga dapat menyebabkan penyakit kanker (bersifat karsinogen), terganggunya fungsi reproduksi (infertilitas) dll.
24
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BAB Ill
METODOLOGI PENELITIAN Dasar analisis yang digu;,akan dalam penulisan ini adalah analisis Model Miyazawa yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Model Input-output.
l'vlodel Miyazawa dapat digunakan untuk
melihat distribusi pendapatari antar kelompok rumah tangga rendah, sedang dan tinggi baik di pedesaan (rural) maupun perkotaan (urban). Sehingga dengan adanya informasi tentang distribusi pendapatan tersebut dapat diketahui
apakah
telah
terjadi
pemerataan
ketimpangan distribusi pendapatan dalam perekonomian.
atau
Hal inilah
yang mendasari pemilihan model Miyazawa sebagai alat analisis untuk melihat lebih jauh peran industri pulp dalam distribusi pendapatan dan perekonomian Riau.
3.1. Analisis Input-Output
Tabel I-0 pertama kali diperkenalkan oleh W. Leontief pada tahun 1930-an. Secara sederhana, model I-0 menyajikan! informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Sebagai model kuantitatif, model I-0 mampu memberi gambaran menyeluruh tentang: ( 1) struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan
ekonomi
di
suatu
daerah,
(2)
struktur
input
antara
(intermediate input), yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan
produksi di suatu daerah, (3) struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang be rasa I dari impor, dan ( 4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi rnaupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Kerangka dasar model I-0 terdiri atas empat kuadran. Kuadran pertama meounjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran ini
25
menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi sehingga disebut juga
sebagai transaksi
antara
(intermediate transaction). Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand), yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi yang biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, persediaan (stock), investasi dan ekspor. Kuadran ketiga memperl!hatkan input primer sektor-sektor produksi, yaitu semua balas jasa faktor produksi yang biasanya meliputi upah dan gaji, surplus usalla, penyusutan dan pajak tidak langsung. Kuadran
keempat
memperlihatkan
input
primer
yang
langsung
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks, masing-masing dengan dimensi.
Bentuk seluruh matriks ini menunjukkan kerangka
model I-0 yang berisi uraian statistik mengenai transaksi barang dan jasa antar berbagal keglatan ekonomi dalam suatu periode tertentu. Kumpulan
sektor
kelompok
produsen,
produksl
pada
kuadran
memanfaatkan
pertama,
berbagai
yang
berisi
sumberdaya
dalam
menghasilkan barang dan jasa yang secara makro disebut sebagai sistem produksi. Sektor di dalam sistem produksi ini dinamakan sektor endogen. Sedangkan sektor di luar sistem produksi, yaitu yang berada di kuadran kedua, ketiga dan keempat dinamakan sektor eksogen. Dengan
demikian,
dapat dilihat secara
jelas
bahwa
model
I-0
membedakan dengan tegas sektor endogen dengan sektor eksogen. Output,
selain
digunakan
dalam
sistem
produksi
dalam
bentuk
permintaan antara, juga digunakan di luar sistem produksi dalam bentuk permintaan akhir. Input yang digunakan dalam sistem produksi ada yang berasal dari dalam sistem produksi berupa input antara dan juga ada yang berasal dari luar sistem produksi yang disebut input primer. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input-output adalah : Homogenitas (homogenity), yaitu mengasumsi bahwa satu sektor hanya akan menghasilkan satu jenis output dengan struktur input
26
yang tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. Propo;sionalitas
(Proportionality),
bahwa
mengasumsi
yaitu
kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. Aditivitas
(Additivity)
jumlah
bahwa
mengasumsikan
yaitu
pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem Input-output diabaikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel Input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain adalah rasio input yang diasumsikan konstan selama periode analisis, akibatnya perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi melalui model Input-output. Asumsi yang
lain juga
sebanding,
menegaskan
artinya
bahwa
peningkatan
output yang
pelipatgandaan
output
di
suatu
sektor
hanya
disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi atau
peningkatan
produktivitas - faktor-faktor
produksi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model Input-qutput akan selalu sebanding dengan perubahan harga Secara sederhana simplifikasi
dan kuantitas outputnya (BPS,2002).
dari Tabel Input-output dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Simplifikasi Tabellnput-output Total
Konsumsi
Sektor Pembell Sektor
Penjual 1 2
N Nilai Tambah lmpor Total Input
1 x,, X21
Xn1
v,
M, x,
I
2 X12 X22
Xn2 v2 m2 x2
!
...
...
...
...
... ... ...
I
N x,n X2n
Xnn Vn
Akhir f1
..
Produksi - --· ---· -----··
f2
x1 x2
fn
Xn
mn Xn
27
Dari Tabel 1-0 pada Gambar 3.1. dapat dibuat dua persamaan neraca yang berimbang: II
Baris:
L:x,, + f, =X,
Vi= I, ... ,n ........................................... [3.1]
i=l II
Kolom:
L:X!i+v.~+m,==X.~ Vj=l, ... ,n .................................. [3.2] i=l
dimana
xiJ
adalah nilai aliran barang atau jasa dari sektor i ke sektor j;
0 adalah total konsumsi akhir;
vi adalah nilai tambah dan mi adalah
impor. Aliran antar industri dapat ditransformasi menjadi koefisienkoefisien dengan mengasumsikan bahwa jumlah berbagai pembelian adalah tetap untuk sebuah tingkat total keluaran ( dengan kat a lain, tidak ada economies of scale) dan tidak ada kemungkinan substitusi antara sebuah bahan baku masukan dan bahan baku masukan lainnya (dengan kata lain, bahan baku masukan dibeli dalam proporsi yang tetap). Koefisien-koefisien ini adalah:
a,, = x,, I .,\I
at au
x,, = a!I x_,
........................................ [3. 3]
Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas didapat: II
L:a,,X-' + J, =X,
Vi= I, ... ,n ....................................................... [3.4]
.f=l
Dalam notasi matriks persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: AX+f=X ..................................................................................... [3.5]
dimana
a,,
E AI/XII;
f
E
fllxl; dan X,
E xll.d
Dengan memanipulasi persamaan di atas didapat hubungan dasar dari Tabel 1-0 adalah : (I- A)" 1 f =X ...................................... [3.6] dirnana (I - A
Y1
dinamakan sebagai matriks kebalikan Leontief
(matriks multiplier masukan). penting tentang
Matriks ini mengandung informasi
bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor
(industri) akan menyebabkan berkembangnya sektor-sektor lainnya.
28
Karena setiap sektor memiliki pola (pembelian dan penjualan dengan sektor
lain)
yang
berbeda-beda,
maka
dampak
dari
perubahan
produksi suatu sektor terhadap total produksi sektor-sektor lainr.ya berbeda-beda. Matriks kebalikan Leontief merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor terhadap total prod•Jksi sektorsektor lainnya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier (aiJ)· Multiplier ini adalah angka-angka yang terlihat di dalam matriks (I- A)" 1 •
3.2. Distribusi Income-Konsumsi Miyazawa dalam Model 1-0 Pada bagian terdahulu telah dijelaskan mengenai model Inputoutput.
Namun model tersebut tidak mampu menjelaskan mengenai
distribusi pendapatan.
Untuk itulah dikembangkan model lanjutan
yang dapat menggambarkan distribusi pendapatan yang dimaksud yaitu model Miyazawa.
Jadi pengembangan model Input-output
adalah inti dari model Miyazawa (Miyazawa, 1976; Hewings, 1990; Ihara, 1996). Model ini diperkenalkan oleh ekonom Jepang bernama Kenichi Miyazawa (1976). secara
Dalam analisisnya,
eksplisit faktor pendapatan
Miyazawa mengungkapkan
dengan
membagi
pendapatan
berdasarkan beberapa kelompok yaitu kelompok pendapatan desa (rural), kota (urban) dan yang tinggal di daerah perumahan (estate).
Selanjutnya Pyatt dan Roe (1977) mengemukakan bahwa dalam pembagian
pendapatan
tersebut
dapat
dilihat
apakah
distribusi
pendapatan dari ketiga kelompok tersebut diatas terbagi dengan merata. Pengembangan lebih lanjut dari kerangka kerja Input-output pada model Miyazawa terletak pada kuadran II yaitu kolom konsumsi rumah tangga dan pada kuadran III yaitu input primer yang terdiri atas
upah
dan
gaji,
surplus
usaha,
pajak
tidak
langsung
dan
penyusutan. Pada model Miyazawa, untuk kolom konsumsi rumah tangga
dipecah
dengan
pengelompokkan
menjadi
beberapa yang
kelompok
dilakukan
oleh
pendapatan Bank
Dunia
sesuai yaitu
29
kelompok rumah tangga berpendapatan rendah, sedang dan tinggi sedangkan pada sisi baris upah dan gaji dan sebagian surplus usaha yang diterima sebagai balas jasa juga dibagi
berdasarkan
atas
kelompok pendapatan yang sama dengan konsumsi. Jumlah kolom dari konsumsi_ rumah tangga dengan jumlah baris dari upah dan gaji harus sama agar sesuai dengan konsep input sama dengan output. Pendapatan yang diterima rumah tangga dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa. Pembelian ini menjadi output sektor yang menghasilkan barang dan jasa tersebut yang kemudian akan mengikuti proses pengganda berikutnya. Jadi prosesnya seperti pada matriks tertutup yaitu menjadikan kolom konsumsi rumah tangga dan baris L.:pah dan gaji sebagai Salah satu variabel endogen. Menurut Miller and Blair (1985) perubahan total output dalam model standar atau regional Input-output cendrung under-estimate karena mengabaikan efek perubahan konsumsi yang digerakkan oleh perubahan income dimana konsumsi atau demand tergantung pada perubahan income rumah tangga. menggambarkan
hubungan
antara
Pada model single region untuk income
rumah
tangga
dan
konsumsi maka konsumsi harus ditransformasi menjadi endogenous variabel.
Dengan demikian maka kolom untuk endogenous income
dan baris untuk koefisien income harus dimasukkan dalam model. Dalam melakukan analisis distribusi pendapatan pada masingmasing
sektor,
maka sektor rumah tangga yang terdiri
atas
3
kelompok pengeluaran berdasarkan pendapatan dimasukkan sebagai variabel endogen atau dianggap bertingkah laku seperti produsen dan sebagai penyeimbangnya nilai tambah (value added) dalam hal ini : upah dan gaji, sebagian dari surplus usaha. Secara sederhana simplifikasi dari Tabel Miyazawa dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
30
Gambar 3.2. Simplifikasi Tabel Miyazawa Alokasi Output 1
Struktur Input
2
3
Konsumsi Desa/Kota Rendah
1
Sektor Produksi
Permintn Akhir
Sektor Produksi
2
Input An tara
~
(A)
1 Sedang
c
1
I
G
Tinggi
F
X
Total
I
Produksi
X
::0
CD :J
a. D)
=r
:;:"\
~
0
CD (J)
""0
"0
D)
:J
D)
0
C/) CD
a.
--
:;:"\
f---
CD :J
a. D)
D)
:J
v
0
co
D)
Q)
1------'-
-i
s·
co co
Sisa surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Jumlah Input
X
31
Miyazawa (1968 dan 1.976) mengembangkan income multiplier Keynesian dalam bentuk matrik hubungan antara income multiplier. Adapun matrik model Miyazawa adalah :
[:]=[:
~][:]+[~]
..........................
[3.7]
dimana :
= = = = = = =
A X
f y
v g
c
Matrik koefisien input langsung Output Permintaan akhir Total income
6>
Value-added Exogenous income Konsumsi
Dalam analisis selanjutnya, Model
Miy::~zawa
menggunakan blok
matrix 2x2 berikut : M
= [:
I~
]. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
[3.8]
Pada model Miyazawa juga diperhitungkan nilai dari matriks kebalikan
Leontief yang
mencerminkan
efek
langsung
dan tidak
langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap sektor-sektor di dalam perekonomian (Sonis, 2000). Bentuk matriks kebalikan Leontief dari persamaan [3.8] adalah : B(M)
= (/- M)- 1
!!£][!_ ~] [ __!_ !2.]
= [
!_
= [
B(l + CKVB) BCK] KVB K .............................................................. [ 3 .9 ]
0
1
0 K
VB I
Dalam Pyatt (1998) dikcmukakan hahwa pada model Miyazawa tidak jclas apa saja yang termasuk jcnis income yang dikategorikan sebagai exogenous income (g) pada persamaan (I). Hal ini akan dapat dijelaskan dalam institusional income pada model Social Accounting Matrix.
6
32
dimana :
= (I-Ar 1
BC
= =
Matrik endogenous konsumsi
VB
=
Matrik endogenous income
= VBC K = (I-Lr 1
=
Matrik pengeluaran dari endogenous income
=
Miyazawa
B
L
Matrik leontief inverse
inter-relational income atau keynesian
multiplier
Lebih persamaan
jauh
Sonis
[3. 9]
untuk
dan
Hewings
melihat
efek
(1993) langsung
mendekomposisi dari
perubahan
permintaan akhir :
[ B(J + CKVB) BCK] KVB K
= [
!__
!}___] [
V
I
~
!}___] [
0
I
!_ ~] 0
I
!::. l+V!::.C !::.C ] ......................................... = [ VI::. ...... [ 3 . 10 ] dimana : B = (I-Ar 1 K
= (I-Lr 1
=
Matrik leontief inverse
= (I-VBCr 1 =
= I+V !::.C
Miyazawa
inter-relational income atau keynesian
multiplier !::. =(I-Ar 1
= (I-A-CVr 1 = B(I+CKVB) = enlarged leontief inverse
Persamaan income Miyazawa adalah :
V .1 = KVB dan!::. C = BCK
Kelebihan dari model Miyazawa ini adalah mampu melihat distribusi
antar
pendapatan
kelompok
agar
dapat
pendapatan dilihat
dan
tingkat
sekaligus
membelah
distribusinya
perekonomian suatu daerah atau negara (Sonis, 2000).
dalam Dengan
model Miyazawa, selain dapat menghitung keterkaitan antara sektor secara langsung maupun secara total (langsung, tidak langsung dan induksi), melihat efek pengganda yang terbentuk menurut output, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja, dapat digunakan juga untuk melihat distribusi pendapatan diantara kelompok rumah tangga
33
rendah, sedang dan tinggi. Namun model ini juga memiliki kelemahan dimana hanya berbicara mengenai distribusi pendapatan kelompok tertentu saja tetapi belum secara mendalam hingga distribusi secara faktorial
dan
institusional sebagaiman.a
pada
model
SAM
(Social
Accounting Matrix).
3.3.
Rancangan Model : Tahapan Konstruksi Model Miyazawa Pembentukan model lv1iyazawa dalam studi ini didasari oleh
Tabel Input-output Riau tahun 2001, dimana terdapat pengembangan lebih lanjut yaitu dengan membagi kolom konsumsi rumah tangga dan input primer khususnya upah dan gaji serta sebagian surplus usaha menjadi tiga kelompok pendapatan yaitu rendah, sedang dan tinggi baik di pedesaan (rural) maupur. di perkotaaan (urban).
Tahapan
penyusunan Tabel Miyazawa diuraikan sebagai berikut : a. Penyiapan Tabel Dasar Tabel dasar yang digunakan untuk penyusunan model Miyazawa adalah Tabel Input-output Riau 2001. Penyusunan Tabel Input-output Riau Tahun 2001 disusun dengan struktur sebagai berikut : •
Kuadran I, yaitu kuadran transaksi antar sektor atau permintaan antara yang terdiri dan 56 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 36 sektor, disesuaikan dengan data tenaga kerja yang tersedia di propinsi Riau berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2000.
•
Kuadran II, yaitu kuadran permintaan akhir yang terdiri konsumsi
rumah
tangga
(C),
konsumsi
pemerintah
dari (G),
pembentukan modal tetap/investasi (I), perubahan stok, ekspor (X) dan Impor (I). •
Kuadran III, yaitu kuadran input primer yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung.
34
b. Penyusunan Tabel Model Miyazawa Tahapa.n berikut adalah mengubah Tabel Input-output menjadi Tabel Miyazawa, dengan melakukan beberapa pemecahan terhadap konsumsi rumah tangga dan input primer (upah dan gaji yang diterima oleh tenaga kerja dan sebagian sisa surplus usaha) menjadi tiga bagian kelompok pendapatan yang disesuaikan dengan karakteristik perekonomian Riau dan ketersediaan data. Adapun perubahan dalam kuadran sebagai berikut :
o
Kuadran I : Salah-satu komponen permintaan akhir adalah konsumsi rumah
tangga yang didefinisikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga selama satu tahun meliputi konsumsi barang dan jasa yang
diperoleh dari pihak lain maupun yang
dihasilkan
sendiri.
Konsumsi yang dilakukan oleh penduduk tersebut dapat dilakukan di wilayahnya atau di luar wilayah. Agar data tersebut konsisten maka konsumsi yang dilakukan di luar wilayah tidak dianggap sebagai barang impor dan konsumsi yang dilakukan oleh penduduk di luar wilayah tidak dianggap sebagai ekspor (BPS, 2001). Dalam konstruksi Miyazawa, kolom konsumsi rumah tangga dibagi
menjadi
tiga
kelompok
pendapatan
berdasarkan
tingkat
pendapatan masing-masing golongan rumah tangga di Riau baik di pedesaan
(rural)
maupun di perkotaan
(urban)
untuk kemudian
dimasukkan ke dalam kuadran I dijadikan sebagai variabel endogen karena diasumsikan sebagai salah satu pelaku produksi. ~
Tahapan penyusunan konsumsi rumah tangga :
a. Tahapan dimulai dengan membagi golongan pengeluaran rata-rata per-kapita
sebulan
baik
di
perkotaan
maupun
pedesaan
berdasarkan data Susenas propinsi Riau yaitu : - Golongan pengeluaran rendah yaitu Rp 40.000- Rp 199.999 - Golongan pengeluaran sedang yaitu Rp 200.000 - Rp 499.999 - Golongan pengeluaran tinggi yaitu 2: Rp 500.000
35
b. Selanjutnya jenis-jenis pengeluaran untuk konsumsi penduduk di pedesaan dan perkotaan prop. Riau baik makanan (15 !<Jomoditas) maupun non makanan (93 non komoditas) dimasukkan ke dalam sektor-sektor yang ada di Tabel Input-output 2001. c. Setelah jenis pengeluaran rumah tangga dimasukkan ke dalam sektor-sektor yang terdapat di dalam input antara, diperoleh rasio dari
masing-masing
golongan
pengeluaran
kemudian
dikalikan
dengan konsumsi rumah tangga (Kode I-0:301) pada Tabel Inputoutput 2001 untuk mendapatkan jumlah pengeluaran masingmasing golongan rumah tangga baik pedesaan dan perkotaan. Dengan masuknya kolom konsumsi rumah tangga ke dalam kuadran I maka jumlah sektor bertambah sebanyak 6 (enam) yaitu di pedesaan
dan
perkotaan
yang
masing-masing
dibagi
menjadi
kelompok rumah tangga berpendapatan rendah, sedang dan tinggi. Sehingga tabel I-0 yang sebelumnya berjumlah 36 sektor bertambah menjadi 42 sektor.
Selanjutnya untuk mendapatkan matriks bujur
sangkar maka sebagai penyeimbangnya dimasukkan komponen input primer (upah dan gaji dan sebagian dari surplus usaha ) ke dalam kuadran I. ~
Tahapan penyusunan input primer : Angka-angka yang terdapat kolom baris 37-42 dibentuk dari angka
upah dan gaji (Kode I-0:201) ditambah sebagian dari surplus usaha (Kode I-0:202) dengan tahapan sebagai berikut : a. Membagi kelompok pendapatan menggunakan metode Bank Dunia yaitu membagi jumlah populasi ke dalam 3 kelompok yaitu : - 40% kelompok pendapatan rendah - 40% kelompok pendapatan sedang - 20% kelompok pendapatan tinggi b. Berdasarkan data pendapatan bersih yang diterima sebulan yang lalu untuk setiap anggota rumah tangga yang bekerja di Riau baik di pedesaan (rural) maupun di perkotaan (urban) disusun golongan
36
pendapatan menjadi 3 kategori sebagaimana metode Bank Dunia diatas yaitu : Untuk pedesaan (rural) : - Golongan pendapatan rendah < Rp 450.000 - Golongan pendapatan sedang antara Rp 450.000 - Rp 850.000 - Golongan pendapatan tinggi > Rp 850.000 Untuk perkotaan (urban) : - Golongan pendapatan rendah < Rp 760.000 ·· Golongan pendapatan sedang antara Rp 760.000- Rp 1.200.000 - Golongan pendapatan tinggi > Rp 1.200.000 c. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk memperoleh rasio upah dan gaji serta surplus usaha parsial pada masing-masing kelompok pendapatan di pedesaan dan perkotaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Maulida, 2003) :
I
I
sf=
J=l
I
ciJ-
i=l
J=l
I36 s . = I36 s 1P J=l
(, .I
I I
=
R
s
-
J
J=l
"
I
=
= W
I
w/ ............................................................... [3.11]
I36 s -~: ...................................................... [3. 12 J J=l
s
I' .I
s
.I
R .S
.I
J
................................................................... [3.13] .................................................................... [3.14]
+ S :' ... , ............... , , , ............... , ............... , , , , .................. , , ... [ 3 , 15]
dimana :
= konsumsi rumah tangga s, = surplus usaha kolom ke j
C,,
S :, = surplus usaha parsial kolom ke j
s; = surplus usaha sisa kolom w, = upah dan gaji R = rasio
ke j
kolom ke j
37
d. Dengan data jumlah tenaga
kerja
yang
bekerja
berdasarkan
lapangan usaha dari SUSENAS 2002 dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor produksi yang terdapat dalam tabel Input-output menjadi kelompok pendapatan sesuai dengan pembagian kelompok pada konsumsi rumah tangga. Dalam
membagi
nilai
tambah
bruto
menjadi
3
kelompok
pendapatan digunakan asumsi yaitu : 1) tenaga kerja yang bekerja dalam setiap produksi akan menerima balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi dan 2) yang termasuk tenaga kerja adalah semua orang yang ikut serta dalam proses produksi. Adapun yang dimaksud dengan upah dan gaji
mencakup semua balas jasa kepada
semua tenaga kerja ikut dalam kegiatan produksi.
o
Kuadran II : Setelah
kolom
konsumsi
rumah
tangga
di
kuadran
II
dipindahkan ke kuadran I, karena dianggap sebagai pelaku proses produksi
maka
isi
kuadran II menjadi
pengeluaran
pembentukan rnodal tetap, ekspor dan perubahan
o
pemerintah,
stock.
Kuadran III : Masuknya
input
primer
(upah
dan
gaji
ditambah
dengan
sebagian surplus usaha) sebagai penyeimbang matriks menyebabkan isi kuadran III menjadi hanya surplus usaha sisa, penyusutan dan pajak tidak langsung.
3.4. Identifikasi Sumber Data Dalam merancang model Miyazawa, studi ini menggunakan data sekunder yaitu : • Tabel Transaksi Input-output Riau 2001 • Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2002 propinsi
Riau,
meliputi data antara lain : - Rata-rata pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja selama sebulan dari pekerjaan utama di pedesaan dan perkotaan. - Pengeluaran konsumsi penduduk berdasarkan komoditas (makanan dan non makanan) di pedesaan dan perkotaan.
38
• PDRB Propinsi Riau Menurut Lapangan Usaha tahun 2001 • Riau dalam Angka 2002 • Statistik Kehutanan Propinsi Riau • Serta data-data pendukung lainnya Sumber data diperoleh dari BPS Jakarta, BPS Riau, Dinas Kehutanan propinsi Riau dan sumber terkait lainnya seperti Asosiasi Pengusaha Kertas Indonesia (APKI).
3.5. Asumsi yang digunakan Karena adanya keterbatasan data berupa tidak tersedianya data pengeluaran untuk konsumsi penduduk propinsi Riau pada tahun yang sama dengan tahun Input-output Riau yaitu tahun 2001 maka pada ini digunakan data pengeluaran
studi
untuk konsumsi
penduduk
(Susenas) tahun 2002 dengan asumsi perubahan pendapatan tidak dalam jangka pendek sehingga tingkat pengeluaran untuk konsumsi penduduk tahun 2002 masih sama dengan tahun 2001.
3.6. Metode Analisis Tahapan
analisis
yang
dilakukan
analisis
yaitu
angka
pengganda output, angka pengganda pendapatan rumah tangga I, II dan model Miyazawa, analisis keterkaitan antar sektor, multiplier product matrix (MPf\1), metode ekstraksi serta simulasi.
3.6.1. Analisis Pengganda (Multiplier) Pada dasarnya, pengganda merupakan ukuran respon terhadap meningkatnya permintaan akhir suatu sektor yang dinyatakan dalam hubungan
sebab-akibat.
Analisis
pengganda
mampu
menelusuri
rentetan pengaruh suatu sektor, baik secara langsung, secara tidak langsung ataupun imbasan, terhadap sektor lainnya dan perekonomian secara keseluruhan.
Selanjutnya West dan Jensen ( 1980) dan West
dkk ( 1989) membedakan kategori pengganda menjadi: dampak awal (initial
impact),
dampak
imbasan
kegiatan
produksi
(production
induced impact), yang terdiri atas: pengaruh langsung (direct effect)
39
yang juga kadang-kadang disebut dengan pengaruh putaran pertama (first-round effect), dan pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang
merupakan pengaruh putaran
kedua dan seterusnya, yang juga
dikenal dengan pengaruh dukungan industri (industrial support effect) dan dampak [mbasan konsumsi (consumption induced effect). Selain itu, juga ada kategori lain yang disebut dampak luberan (flow-on impact).
3.6.1.1. Angka Pengganda Ouput ( 0 1 )
:
Ide dasar dari pendekatan ini mirip dengan kerangka multiplier Keynesian.
Jika misalnya ada perubahan pada variabel eksogen
(dalam hal ini unsur dari permintaan akhir), maka dapat dilihat berapa besar pengaruh
perubahan tersebut pada
peningkatan output di
seluruh sektor. Yang dimaksud dengan angka pengganda output ( 0,) adalah
nilai
total
dari
output
yang
dihasilkan
dalam
suatu
perekonomian akibat adanya perubahan satu unit uang permintaan akhir sektor j tersebut. Peningkatan output yang terjadi tidak hanya pada sektor j saja, tetapi pada sektor-sektor lain juga. Penghitungan nilai pengganda output total di masing-masing sektor dihasilkan dengan menjumlahkan nilai-nilai pada setiap kolom matriks kebalikan Leontief. n
Matriks Invers Terbuka : 0 1 =
Ia;, ................................................... [3.16] tel ll+l
Matriks Invers Tertutup
0,:::
:Lau ................................................. [3.17] t~l
3.6.1.2. Angka Pengganda Pendapatan Rumah Tangga (Household Income Multiplier)
Analisis pengganda pendapatan di sini merupakan suatu alat analisis untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan permintaan akhir di dalam satu sektor terhadap pendapatan di sektor tersebut di dalam perekonomian (yang tercermin dalam nilai tambah brute pada Table
I-0).
Jadi
nilai
angka
pengganda
pendapatan
sektor
j
menunjukan jumlah pendapatan rumah tangga total yang tercipta
40
akibat adanya tambahan satu unit permintaan akhir di sektor j tersebut. -
Pengganda Pendapatan Tipe I (Income Multiplier Type I) Jika efek awal pendapatan rumah tangga tersebut adalah
proporsi upah dan gaji dalam total output untuk setiap sektornya, maka nilai uang perubahan pendapatan rumah tangga tersebut harus dibagi
dengan
proporsi
upah
dan
gaji
yang
diperlukan
memproduksi satu unit output sektor yang bersangkutan.
untuk Angka
pengganda macam ini, bila dilakukan pada model 1-0 terbuka, disebut dengan angka pengganda pendapatan tipe I, dan apabila diterapkan pada suatu model 1-0 tertutup, disebut dengan angka pengganda pendapatan rumah tangga tipe II. Angka
pengganda
pendapatan
tipe
I
didapatkan
dengan
membagi direct dan indirect income changes dengan direct income changes. Direct dan indirect income changes diperoleh dari hasil
perkalian Leontief invers dengan
proporsi bagian upah dan gaji di
dalam pembentukan output (wages share)
suatu sektor. Sedangkan
direct income changes adalah proporsi/bagian upah dan gaji per sektor
tersebut terhadap total output. Untuk lebih jelasnya nilai pengganda pendapatan tipe I dapat dihitung melalui persamaan:
'-{/-A)-I Income Multiplier typE 1
=
v
..................................... [3.18]
dimana v (I -
bagian nilai tambah bagian upah/gaji per total output
Ar
1
:
matriks kebalikan Leontief
- Pengganda Pendapatan Tipe II (Income Multiplier Type II) Sarna seperti tipe I, angka pengganda pendapatan tipe II juga menghitung
besarnya
pengaruh
terhadap
total
pendapatan
di
keseluruhan sektor, jika terjadi peningkatan pendapatan dalam suatu sektor perekonomian. Yang membedakannya dengan tipe I adalah asumsinya yang menyatakan bahwa jika pendapatan rumah, tangga di
41
suatu sektor mengalami peningkatan, maka rumah tangga di sektor tersebut juga akan meningkatkan konsumsinya. Dengan demikian uang yang dibelanjakan tersebut akan masuk kembali ke dalam circular
flow
pada
perekonomian.
Penyelesaian
secara
matriks
dilakukan dengan menambahkan satu kolom untuk bagian (share) konsumsi rumah tangga terhadap total konsumsi rumah tangga dan satu
baris untuk bagian
TK/wages)
pada
upah dan gaji
matriks teknologi
per sektor (balas jasa
(biasanya
dinotasikan
dengan
matriks A). Cara ini menghasilkan matriks koefisien teknologi dan Leontief inverse yang baru. Tafsiran di belakangnya dengan demikian berarti ada sumbangan dari sektor rumah tangga terhadap multiplier yang digambarkan pada efek penganda pendapatan tipe I, yang dikenal dengan istilah induced income. Besarnya nilai pengganda pendapatan tipe II ini merupakan rasio antara penjumlahan indirect, d!rect dan induced income changes dengan direct income changes. Besaran yang menjadi pembilang dalam hal ini berasal dari matrik Leontief invers yang baru induced
income
masuk)
sedangkan
pada
angka
(dimana
pengganda
pendapatan dengan model Miyazawa, nilai yang diperoleh adalah angka pendapatan total dimana tidak hanya memasukkan dampak langsung dan tidak langsung dari faktor eksogen di dalam analisis namun juga memasukkan efek tambahan yaitu induced effect dari masuknya rumah tangga yang dibagi menjadi 6 (enam) kelompok pendapatan
berdasarkan
kelompok
pengeluaran
sebagai
faktor
endogen. Untuk lebih jelasnya, formula penghitungannya bagi angka pendapatan tipe II dan model Miyazawa adalah sebagai berikut: Income Multiplier type II =
( ·tl ..................... [3.19]
vi-A v
dimana v (I - A*)" 1
: bagian nilai tambah per total output :
matriks kebalikan leontief yang baru.
42
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa angka
pengganda
pendapatan tipe II akan lebih besar bila dibandingkan dengan tipe I. Hal ini dikarenakan tambahan pendapatan di satu sektor tersebut, dimasukkan kembali ke dalam perekonomian dalam bentuk konsumsi Sebagai catatan tambahan, analisis ini hanya menekankan, diri pada pertumbuhan
pendapatan
di
keseluruhan
sektor
tanpa
melihat
pemerataan pendapatan di masing-masing sektor. Tetapi sebagai alat analisis, pengganda pendapatan ini dapat digunakan untuk memilih sektor-sektor mana yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Karena tidak tersedianya data untuk bagian pertemuan kolom (konsumsi rumah tangga) dan baris (nilai tambah berupa upah/gaji), untuk membentuk matriks koefisien yang tertutup,
maka untuk melakukan perhitungan jenis
pengganda pendapatan total dan tipe II data tersebut dianggap nol (Bambang PS Brodjonegoro, 2001). 3.6.2. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Analisis
indeks
keterkaitan
mulanya
dikembangkan
oleh
Rasmussen (1956) dan Hirschman (1958) untuk melihat keterkaitan antar
sektor,
terutama
untuk
menentukan
strategi
kebijakan
'
pembangunan. Konsep ini kemudian diperbaiki oleh Cella ( 1984) dan diterapkan
oleh
Clements dan
Rossi
(1991).
Dikenal
dua
jenis
keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang merupakan keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom, dan (2) keterkaitan ke depan (forward linkages) yang merupakan keterkaitan penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris. 3.6.2.1. Kaitan Ke Belakang Analisis
keterkaitan
ke
belakang
ini
menunjukkan
adanya
kegiatan sektor ekonomi lain dalam perekonomian yang menyediakan input bagi kegiatan ekonomi sektor yang bersangkutan atau dalam hal ini
berkaitan
dengan
penyediaan
input/bahan
mentah.
Analisis
keterkaitan ke belakang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)
43
keterkaitan ke belakang langsung (direct backward linkages), (2) keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung (direct and indirect backward linkages), (3) keterkaitan langsung, tidak langsung
dan terimbas (direct, indirect and induced backward linkages), yang masing-masing dapat dibedakan menurut output, pendapatan dan kesempatan kerja ataupun parameter ekonomi lainnya seperti nilai tambah, pajak, keuntungan usaha dan impor. Notasi dari pengukuran tersebut sebagai berikut : ~
Keterkaitan Ke Belakang : n
:La,, .:................................................... [3.20]
Secara langsung : B(d)j =
l=l
Secara total : B(d+i)j =
" :La
1, ........................................................ [3.21]
i-1
3.6.2.2. Kaitan Ke Depan Analisis
keterkaitan
output
ke
depan
(forward
Linkage),
merupakan suatu analisis yang mengkaji sejauh mana kegiatankegiatan pada sektor lain yang menggunakan output dalam proses produksinya
dari sektor yang
bersangkutan
atau
terdistribusinya
output dari sektor yang bersangkutan ke sektor-sektor lain.
Analisis
keterkaitan ke depan juga dibedakan menjadi tiga yaitu : keterkaitan secara langsung; keterkaitan secara langsung dan tidak langsung; keterkaitan secara langsung, tidak langsung dan terimbas (direct, indirect dan induced forward linkages).
Notasi dari pengukuran tersebut sebagai berikut : ~
Keterkaitan Ke Depan :
- Secara langsung : F (d)i =
" :La,, ....................................................... [3.22] J=l
- Secara total : B(d+i)j
" = L:a 1,
.......................................................... [3.23]
J-l
44
Keterangan (untuk pengukuran BL dan FL di atas) : a;;=
elemen matriks teknologi
a;,= elemen matriks kebalikan Leontief
a;, = elemen matriks kebalikan Leontief: matriks tertutup Membandingkan dalam
dampak yang
perekonomian,
sebagai
akibat
terjadi
antara
adanya
sektor-sektor
permintaan
akhir
berdasarkan keterkaitan ke belakang dan ke depan bukan merupakan suatu ukuran yang sah, hal ini karena sifat permintaan akhir dari masing-masing sektor yang berbeda satu sama lain. Akibatnya untuk menormalkan perbandingan tersebut dengan cara membobotkan nilai koefisien keterkaitan langsung ke belakang dan atau ke depan dengan jumlah sektor dan kemudian dibagi dengan total keterkaitan tidak langsung semua sektor (Nazara,1997; Muchdie,2002). Jumlah dari elemen matriks tersebut secara kolom disebut keterkaitan
ke
belakang
(backward
linkage)
dan
indeks
dari
keterkaitan ke belakang disebut daya penyebaran. Penjumlahan secara baris disebut keterkaitan ke depan (forward linkage) dan i,1deksnya disebut derajat kepekaan. Selanjutnya untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, maka harus dilihat besarnya daya penyebaran dan derajat kepekaan. Perhitungan keduanya sebagai berikut : •
Daya Penyebaran (DPi) I
L -
___
-;; , a
-:------:-__.:.__
Y
......................................... ..........................
[3.24]
( ~ )~ L: ~I bila :
berarti daya penyebaran sektor j sama dengan ratarata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi berarti daya penyebaran sektor j berada di atas ratarata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi berarti daya penyebaran sektor j lebih rendah ·dibandingkan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi
45
•
Oerajat Kepekaan (OK,) =
I "" a,, -.L..11
'
................................................................ [3.25]
bila: OK, = 1 DK, > 1
OK; < 1
berarti derajat kepekaan sektor i sama dengan ratarata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi berarti derajat kepekaan sektor i berada di atas ratarata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi berarti derajat kepekaan sektor i lebih rendah dibandingkan derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi
3.6.3. Menganalisis Sektor Unggulan Mengacu pada peringkat daya penyebaran (indeks keterkaitan ke belakang) dan derajat kepekaan (indeks keterkaitan ke depan), dapat ditentukan sektor unggulan dalam perekonomian. Rasmussen dalam Muchdie (2002), mengelompokkan sektor-sektor unggulan ke
dalam beberapa prioritas, yaitu : • Sektor dikategorikan
ke dalam
prioritas I, jika
memiliki
daya
penyebaran dan derajat kepekaan tinggi yaitu > dari 1. • Sektor dikategorikan ke dalam prioritas II, jika memiliki daya penyebaran > dari 1 dan derajat kepekaan < dari 1. • Sektor dikategorikan ke dalam prioritas III, jika memiliki daya penyebaran < dari 1 dan derajat kepekaan > dari 1 • Sektor dikategorikan ke dalam prioritas IV, 'jika memiliki daya penyebaran dan derajat kepekaan rendah yaitu < dari 1.
46
3.6.4. Multiplier Product Matrix (MPM)
Perubahan dianalisis
struktur
dengan
keterkaitan
menggunakan
antar
sektor
Soni's
juga
Technique
dapat yang
menggambarkan perubahan struktur keterkaitan antar sektor dengan menghitung nilai 'Multiplier Product Matrix' (MPM) tabel Input output. 7 Nilai MPM pada prinsipnya adalah suatu teknik penyajian peringkat sektor-sektor berdasarkan nilai forward dan backward linkage dimana kedua indeks tersebut dinormalisir dengan rata-rata elemen matriks kebalikan leontief (Nazara, 2004). Secara formal rumusannya ialah sebagai berikut:
M
= _!_ xF(d + i)xB(d + i) = [miJ] ........................................................ [3.26]
v
dimana : F(d+l) =total .forward linkage B(d+l) =total backward linkage Dalam teknik penyajiannya matrik M dapat diperingkatkan menurut peringkat BL (untuk kolom) dan peringkat FL (untuk baris). Dengan demikian didapatkan gambaran mengenai hirarki sektor-sektor produksi di perekonomian berdasarkan keterkaitannya baik ke muka maupun ke belakang. MPM yang telah disusun secara hirarkis tersebut jika dibuat grafik akan membentuk suatu landscape dimana kolom tertinggi terletak pada kiri atas dan melandai ke arah kanan bawah. Ketinggian landscape menunjukkan besarnya keterkaitan sektor dalam perekonomian.
Semakin tinggi landscape menunjukkan bahwa sektor
tersebut lebih kuat keterkaitannya dalam perekonomiar.. Dengan kata lain tingkat ketinggian dan bentuk dari landscape MPM tergantung pada keterkaitan antar sektor dalam perekonomian.
Sebagaimana dikutip oleh Guo, Jiemin and Planting, Mark A. (2000). Using lnpllt-OIItpllt Analysis to Measure U.S. Economic Strt,ctural Change Over 24 Years Period, Paper Industry Economics Division Beureau of Economic Analysis, U.S. Department ofConm1erce, Washington
7
47
3.6.5. Metode Ekstraksi (Extraction Method)
Metode ekstraksi dalam Input-output dikemukakan oleh Stassert (1968) dan Schultz (1776, 1977).
Pada awalnya,
metode ini
diarahkan untuk mencari besarnya tingkat kepentingan suatu sektor dalam perekonomian. Selanjutnya lebih jauh metode ini dapat melihat berapa besar dampak output apabila suatu sektor hilang (extracted
out) dari perekonomian. Analisis dilakukan terhadap perbedaan antara output dengan dan tanpa sektor yang menghilang sehingga diketahui tingkat kepentingan sektor yang diekstraksi
khususnya backward
linkage yang dihitung dari /eontief inverse dengan persamaan berikut (Dietzenbacher et al. 1993 dalam Nazara, 2004).
dimana : x
= output
L = leontief inverse matrik A = matrik input
= permintaan akhir 1 atau R = region atau
f
sektor yang diekstraksi
3.6.6. Simulasi
Yang dimaksud dengan simulasi pada penelitian ini adalah memberi
injeksi
dampak
yang
perekonomian
dana terjadi
secara
pada
beberapa
akibat
sektor,
suntikan
keseluruhan.
kemudian
dana
Penilaian
tersebut
dari
hasil
melihat dalam simulasi
tersebut, dengan membandingkarJ perubahan yang terjadi pada output sebelum dan sesudah adanya simulasi.
48
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BAB IV DESKRIPSI PEREKONOM IAN RIAU Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum propinsi Riau sebagai lokasi penelitian yang mencakup keadaan geografis dan administratif,
penduduk
dan
ketenagakerjaa n
serta
distribusi
pendapatan. Selanjutnya untuk memperoletv deskripsi perekonomian secara makro maka dimuat pembahasar/ mengenai pertumbuhan I
ekonomi dan perekonomian Riau dalam linskup Input-output.
4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Keadaan Geografis dan Administratif
-
Berdasarkan publikasi Riau dc:dam angka tahun 2003, Riau terdiri dari daerah daratan C:an perairan. terdapat 3.214 pulau besar dan kecil,
Propinsi
Di daerah perairan
di antaranya 743 buah pulau
sudah mempunyai nama sedangkan yang lainnya belum mempunyai nama. Sebagian besar pulau-pulau kecil yang terhampar di Laut Cina Selatan
belum
di
huni
penduduk.
Dengan
luas
lebih
kurang
329.867,61 km 2 , sebesar 235.306 km 2 (71,33%) merupakan daerah lautan dan hanya 94.561,61 km 2 (28,67°/o) daerah daratan. Disamping itu di daerah lautan yang berbatasan dengan negara lain diperkirakan luas daerah Zone Ekonomi Eksklusif adalah 379.000 km 2 • Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut Cina Selatan, terletak antara 1°15' Lintang Selatan sampai dengan
4°45'
Lintang
Utara
atau
antara
100°03'-109°19 '
Bujur
Timur
Greenwich dan 6°50'-1 °45' Bujur Jakarta. Di daerah daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan.
Ke-
empat sungai membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut.
Sampai dengan Desember 2004 propinsi Riau
terdiri dari 11 Kabupaten dan 2 Kota.
Batas-batas wilayah propinsi
Riau adalah sebelah utara berbatasan dengan Selat Singapura dan
49
Selat Malaka. Sebelah Selatan berbatasan dengan propinsi Jambi dan Selat Berhala,
Sebelah Timur berbatasa.n dengan Laut Cina Selatan
dan Sebelah Barat dengan propinsi Sumatera Barat dan propinsi Sumatera Utara.
4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan Berdasarkan
2000
tahun
Penduduk
Sensus
propinsi
Riau
menempati urutan ke-4 bila dibandingkan dengan 8 propinsi yang ada di
Sumatera.
luas
Dengan
daratan
km 2
94.561
menunjukkan
banyaknya penduduk Riau tercatat 4,755 juta jiwa
dengan laju
pertumbuhan per tahun 1990-2000 relatif tinggi yaitu 3,8°/o, tetapi merupakan penduduk terjarang di Sumatera yaitu 43 jiwa per km 2 • Penyebaran sejumlah
penduduk
yang
tidak
merata
satu
dari dapat
Ketidakmerataan
kependudukan.
masalah
merupakan
menimbulkan kondisi yang kurang sehat bagi kegiatan ekonomi, pertahanan
keamanan
dan
lainnya.
sosial
keadilan
kependudukan selalu berkaitan dengan masalah
Masalah
ketenagakerjaan.
Sebagai contoh adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan (supply) tenaga kerja. Penawaran
tenaga
kerja
yang
tinggi
tanpa
diikuti
penyediaan
kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran. Hasil Susenas 2002 mencatat bahwa
penduduk Riau yang
berumur 10 tahun ke atas adalah 4.332.193
yang terdiri dari
1.377.145 orang (54,86%) angkatan kerja dan 1. 955.048 orang ( 44,15%) bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja terse but sebanyak 996.371
orang
( 47, 72°/o)
bekerja di
sektor pertanian,
368.605 orang ( 17,65%) di sektor perdagangan, restoran dan hotel serta 212.025 orang (10,15%) pada sektor jasa dan sisanya sektor lainnya.
50
4.1.3. Distribusi Pendapatan di Riau Tingkat pemerataan pendapatan dapat dilihat dari nilai gini ratio dan pengeluaran dari 40% penduduk termiskin.
Bila gini ratio
mendekati nol menandakan adanya tingkat ketimpangan yang rendah dan bila mendekati satu tingkat ketimpangannya tinggi.
Sedangkan
menu rut kriteria Bank Dunia bila- pada kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah dari total pengeluaran lebih dari 17°/o dari seluruh pendapatan maka ketimpangannya dianggap rendah. Adapun distribusi pendapatan dan gini ratio propinsi Riau dapat dilihat secara jelas pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Pembagian. Pengeluaran per Kapita dan Gini Ratio di Prop. Riau tahun 1993, 1996 dan 1999 Tahun
Distribusi Pembagian Pengeluaran
Gini Ratio 1
40% rendah
40% Sedang
20% Tinggi
1993
23,50
39,24
37,26
0,266
1996
22,62
36,68
40,70
0,300
1999
25,80
39,06
35,14
0,241
l
Sumber : Susenas, 1999
Dari Tabel 4.1. terlihat bahwa bagian yang dikeluarkan 40% penduduk berpendapatan rendah menurun dari 23,50°/o pada tahun
1993 menjadi 22,62% pada tahun 1996, akan tetapi meningkat kembali tahun 1999 menjadi 25,80%. Berdasarkan kriteria Bank Dunia dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di Riau relatif merata karena persentase pendapatan pada kelompok 40°/o terendah jauh di atas 17%. Demikian pula bila dilihat dari fluktuasi nilai gini ratio yaitu dari 0,266 pada tahun 1993, meningkat menjadi 0,300 pada tahun
1996 kemudian menurun lagi menjadi 0,241 pada tahun 1999 maka juga dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di Riau tahun
1999 berada dalam keadaan yang relatif merata. 8
8
Todaro ( 1987) mengatakan bahwa apabi:J indeks gini berada an tara 0,2 s/d 0.35 maka distribusi pendapatan disebut sebagai relatif merata tetapi hila berada di an tara 0,5 s/d 0, 7 maka distribusi pendapatan disebut sebagai sangat tidak merata. Dengan demikian dengan indeks gini sebesar 0,24 dapat dinyatakan bahwa distribusi pendapatan di Riau relatif merata.
51
4.2. Pertumbuhan Ekonomi Laju
pertumbuhan
PDRB
Riau
dengan
migas
mengalami
kontraksi pertumbuhan pada tahun 1998 sebesar -3,86 % akibat krisis ekonomi tetapi pada tahun 2001 mencapai 4,25% dan meningkat pada tahun 2002 menjadi 4,40%. Hal ini dimungkinkan karena permintaan migas dan roda perekonomian sehingga ikut memberi dampak pada propinsi Riau sebagai salah-satu produsen migas. ekonomi
Riau
secara
keseluruhan
tidak
terlepas
Pertumbuhan dari
dukungan
pertumbuhan secara sektoral. Sektor yang cukup dominan dalam perekonomian Riau adalah sektor pertambangan
dan
penggalian
karena
sektor ini
mampu
memberi kontribusi paling besar, misalnya pada tahun 2002 yang mencapai angka 52,01%, hal ini berarti bahwa dengan satu sektor ini, separuh perekonomian Riau bergantung padanya sehingga sektor ini menjadi lokomotif roda pembangunan ekonomi di Riau.
Sedangkan
sektor industri pengolahan dimana di dalam terdapat sub sektor industri pulp hanya
mampu memberi kontribusi terhadap PDRB
sebesar 16,45%. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Persentase PDRB Riau Dengan Migas, 1998 - 2002 (%) Sektor
Pertanian Pertambangan dan Penggalian lndustri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total
1998 8,58 58,03 15,26 0,35 2,27 6,68 2,40
1999 9,41 57,14 15,69 0,36 2,38 6,87 2,46
2000 9,89 54,09 15,95 0,37 2,44 7,45 2,70
2001 I 10,80 52,85 16,72 0,39 2,44 7,77 2,73
2002 I 11,49 52,01 16,45 0,38 2,41 7,92 2,81
3,65
2,43
3,24
1,89
1,85
2,78 100
3,26 100
3,87 100
4,41 100
4,68 100
angka perba1kan "l angka sementara Sumber : PDRB Riau Menurut Lapangan Usaha,2002.
'l
Lebih jauh
untuk mengamati
perkembangan
perekonomian
suatu daerah selain melalui perkembangan total PDRB, juga dapat diamati dari sisi permintaan (demand side) yaitu
perkembangan
masing-masing komponen penggunaan yang dibentuk dari komponen
52
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap brute, perubahan stok dan ekspor-impor. Berdasarkan Tabel 4.3. Laju pertumbuhan ekonomi Riau menurut penggunaan tahun 2002 sebesar 7,41 %.
Laju pertumbuhan terse but terbesar disumbangkan
oleh ekspor yang meningkat dari 5,85% tahun 2001 menjadi 7,30% tahun 2002 sedangkan impor menurun dari 11,40°/o menjadi 9,96%. Hal ini tentu merupakan performa yang positif bagi perekonomian Riau setelah krisis ekonomi. Tabel 4.3. Laju Pe1tumbuhan Ekonomi Riau Menurut Komponen Penggunaan (%) Komponen Penggunaan
I
Tanpa Migas
2001 1. 2.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah t----:---· 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan stok 5. 6. Ekspor lmpor 7. Total PDRB Sumber : PDRB Riau menurut Penggunaan, 2002
4.3.
Dengan Migas
2001
2002
6,99 17,06
7,41 2,36
2002
6,99 :17,06
7,41 2,36
12,93 5,07 35,24 7,95 9,98 5,15
11,34 4,14 84,27 8,87 7,43 5,59
12,93 6,61 36,69 5,86 11,14 4,25
11,34 ! 1,93 : 55,46: 7,30 j 9,96 i 4,40 :
Perekonomian Riau dalam Lingkup Input-Output Perekonomian Riau menurut Tabel Input-output atas dasar
harga
produsen tahun
2001, yang
berbentuk matriks
56
X 56
(klasifikasi 56 sektor) yang selanjutnya diagregasi menjadi 36 x 36 (klasifikasi 36 sektor). Tabel Input-output ini akan memberi gambaran mengenai
keterkaitan
antar berbagai
perekonomian,.
yang
berarti
pembangunan
yang
sedang
dilaksanakan
tidak
hanya
juga
1
i
sektor yang
memberi
dilaksanakan. meningkatkan
terjadi
gambaran
mengenai
Pembangunan PDRB
atau
dalam
yang
mengejar
pertumbuhan ekonomi tapi juga bagaimana PDRB yang terbentuk tersebut dapat didistribusikan secara merata dalam masyarakat.
53
4.3.1. Pembentukan PDRB berdasarkan Pendekatan Produksi dan Pengeluaran Perhitungan dilakukan dengan
mengenai
PDB
(PDRB
untuk
regional)
dapat
tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran
(expenditure approach}, pendekatan produksi (production approach) dan
pendekatan
pendapatan
(income
approach).
Pendekatan
pengeluaran (expenditure approach}, dengan melakukan penjumlahan pada
seluruh
konsumsi,
pengeluaran
investasi,
yang
pengeluaran
dilakukan,
meliputi
pemerintahan
dan
pengeluaran net
ekspor.
Secara matematis, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : PDB
= C +I+
Pendekatan
G +X- M......................................................................... [4.1] produksi
(production
approach)
dilakukan
dengan
menjumlahkan semua komponen dalam input primer menurut sektor secara kolom. Secara matematis, ditulis sebagai berikut : PDB
= NTBi ................................................................................................. [4.2] Gambaran mengenai PDRB Riau dalam Tabel Input-output akan
dijelaskan
lewat
pendekatan yang
beberapa
besaran
ekonomi
makro,
, dengan
pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
dan pendekatan produksi (production approach).
4.3.1.1.
Pembentukan PDRB Riau dengan Produksi : Nilai Tambah Brute (NTB)
Pendekatan
Penjumlahan dari nilai tambah bruto yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi akan membentuk Produk Domestik Bruto (PDB), karena yang dianalisis adalah suatu wilayah propinsi, maka digunakan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan PDRB Riau dengan pendekatan produksi (production approach) dari Tabel I-0 diperoleh dengan menjumlahkan NTB sektoral (Kode I-0:209), tanpa memasukkan pajak penjualan impor dan bea masuk. Berdasarkan Tabel I-0 tersebut, maka PDRB Riau dengan perhitungan penjumlahan - NTB adalah seoesar 59.913.144 (juta rupiah).
54
Sektor
yang
mempunyai
kontribusi
paling
besar
dalam
pembentukan PDRB adalah sektor pertambangan minyak dan gas bumi sebesar Rp 30.917.397 (51,60%), Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan migas memegang peranan yang cukup besar dalam pembentukan PDRB.
Di Riau perusahaan besar yang bergerak di
sektor tersebut adalah PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI).
Secara
lengkap pembentukan PDRB melalui NTB disajikan dalam Tabel 4.4. berikut. Tabel 4.4. Nilai Tam bah Bruto Sektoral 10 sektor terbesar No
Sektor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Perdagangan lndustri Pengolahan Minyak dan Gas Perkebunan dan hasilnya Jasa Pemerintahan Umum Kehutanan dan hasilnya lndustri Barang-barang Elektronika dan Komunikasi Bangunan Angkutan dan Jasa Pengangkutan lndustri Mesin dan Peralatan Listrik PDRB
Nilai (Juta Rp) 30.917.397 4.049.615 3.037.320 2.468.984 2.083.093 1.511.382 1.492.353 1.441.659 1.393.363 1.071.416 59.913.144
Persen I (%) I 51,60 6,76 l 5,07! 4,12 3,48 2,52 2,49 2,41 2,33 1,79
Sumber : Tabel 10 Riau, 2001
Selain dari sisi nilai tambah bruto, PDRB juga dapat dilihat dari sisi pengeluaran yaitu dilihat dari permintaan akhir dalam Tabel Inputoutput.
4.3.1.2. Pembentukan PDRB dengan Pendekatan Pengeluaran: Struktur Permintaan Akhir Pada
Tabel
Input-output,
struktur
permintaan
merupakan
penjumlahan dari permintaaan antara dan permintaan akhir yang menunjukkan jumlah output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain dalam proses produksi dan juga untuk konsumsi akhir. Permintaan antara menunjukkan alokasi output dari suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor
lain
untuk
keperluan
produksi,
yang
diperlihatkan
me!alui isian sepanjang baris. Permintaan akhir adalah permintaan
55
atas barang dan jasa yang langsung habis digunakan atau untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Sesuai dengan -jenis tabel yan·g digunakan pada penelitian ini yaitu tabel transaksi total dengan perlakuan impor secara bersaing (competitive import model) maka besarnya nilai transaksi barang dan jasa baik berasal
dari produksi dalam negeri rnaupun impor antar sektor ekonomi. Artinya pada tabel transaksi ini nilai transaksi input antara (kuadran I) antar sektor ekonomi mencakup transaksi barang dan jasa produksi dalam negeri dan impor.
Selanjutnya pada tabel transaksi ini
tergambar informasi mengenai nilai impor menurut sektor ekonomi yang ditujukan pada vektor kolom di kuadran II (kuadran permintaan akhir). Adapun PDRB yang tercipta dari total permintaan akhir pada Tabel Input-output Riau sebesar Rp. 59.913,15.
Secara lengkap lihat
Tabel 4.5. Tabel 4.5. Pembentukan PDRB Berdasarkan Komponen Permintaan Akhir Kode 1-0
301 302 303 304 305 309 409
Uraian
Nilai {Juta Rp)
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Permintaan Akhir lmpor .PDRB
16.017.245 3.693.302 7.950.325 -894.738 53.589.471 80.355.605 20.442.457 59.913.144
Distribusi Terhadap Permintaan Akhir 19,93 4,60 9,89 -1,11 66,69 100 25,44 74,56
PDRB 26,73 6,16 13,27 -1,49 89,45
34,12 100
Sumber : Tabel IO Riau, 2001
Dilihat dari distribusi permintaan akhir terhadap PDRB terlihat bahwa
komponen
terbesar
yang
membentuk
pengeluaran adalah komponen ekspor (89,45°/o).
PDRB
dari
sisi
Disusul komponen
konsumsi rumah tangga (26,73°/o) dan pembentukan modal tetap bruto
(13,27%).
Komponen
net
ekspor
(NX)
yang
!
merupakan
pengurangan dari ekpor dan impor, menunjukkan bahwa komponen ekspor lebih besar (89,45%) dari komponen impor (34,12°/o), hal ini
56
mengakibatkan net ekspor positif.
Nilai net ekspor sebesar Rp
33.147.014, kondisi ini menunjukkan bahwa perekonomian R,iau tidak tergantung dengan daerah atau negara lain. Berdasarkan Tabel 4.5. diatas, dapat juga dijelaskan mengenai keseimbangan permintaan, permintaan
antara
permintaan
dengan yang
dan
memasukkan
terjadi
penawaran.
permintaan
dalam
perekonomian
Dari
antara Riau
segi maka
sebesar
penjumlahan permintaan antara (Kode 1-0: 180) dan permintaan akhir (Kode 1-0:309) adalah Rp 121.369.973 (Kode 1-0:310) sedangkan ketersediaan output (Kode 1-0:600) sebesar Rp 100.927.516. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di Riau tahun 2001 mengalami kelebihan permintaan, dengan demikian agar terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran maka perlu impor sebesar Rp 20.442.457. Hal lain lagi yang bisa -disimpulkan dari permintaan antara dan permintaan akhir sebagai berikut, terlihat bahwa total permintaan antara (Kode .I-0: 180) sebesar Rp 41.014.376 lebih kecil daripada total permintaan akhir (Kode 1-0:309) sebesar Rp 80.355.605. Hal ini menunjukkan bahwa output yang dihasilkan oleh sektor-sektor dalam perekonomian, lebih banyak yang dikonsumsi langsung atau tidak digunakan lagi dalam kegiatan produksi akibatnya ketika sektor-sektor dalam
perekonomian
tidak
dapat
memenuhi
permintaan
akhir
tersebut, sehingga diirnpor dari daerah atau negara lain.
4.3.2. Struktur Output Sektoral Riau Distribusi
output
pada
Tabel
Input-output
mencerminkan
pembentukan output pada perekonomian Riau. Output yang terbentuk tersebut
merupakan
nilai
produksi
barang
maupun
jasa
yang
dihasilkan oleh sektor-sektor dalam perekonomian. Pada penjelasan sebelumnya
telah
dikemukakan
bahwa,
total
permintaan
yang
terbentuk dari penjumlahan permintaan antara dan permintaan akhir adalah
sebesar
menyajikan
Rp
100.927.516 (Kode 1-0:
5 sektor yang
600).
Tabel
4.6.
menghasilkan output terbesar dalam
perekonomian Riau.
57
Tabel 4.6. Distribusi Output dari 5 Sektor Terbesar No 1. 2. 3. 4. 5.
Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi lndustri Pengolahan Migas lndustri Mesin dan Peralatan Listrik lndustri Logam dan Barang dari Logam Perdagangan
Nilai (Juta/Rp) 34.018.466 6.740.805 5.657.955 5.561.500 5.119.796
Persen (%) 33,71 6,68 5,61 5,51 5,07
· Sumber : Tabel IO Riau, 2001
Kesimpulan
yang
dapat
diambil
dari
uraian
mengenai
pembentukan PDRB adalah bahwa sektor pertambangan minyak dan gas merupakan sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB, hal ini dilihat dari struktur nilai tambah bruto dan output yang dihasilkan dari sektor tersebut.
Sesuai dengan kontribusi
sektor terhadap PDRB mengindikasikan bahwa perekonomian Riau masih didominasi oleh sektor primer yaitu sektor yang melakukan kegiatan ekstraktif (pengambilan bahan baku dari alam) tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
58
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BABV
ANALISIS PERAN INDUSTRI dengan
Sesuai
tujuan
dan
PuLP
metodologi
maka
penelitian
pembahasan dalam bab ini dimulai dengan melihat peranan industri pulp dalam perekonomian Riau. Setelah itu mengkaji analisis angka pengganda
(multiplier
effect),
analisis
antar
keterkaitan
sektor
(linkages), Multiplier Product Matrix (MPM), metode ekstraksi serta simulasi.
5.1. Peranan Industri Pulp dalam Perekonomian Riau Industri
pulp
merupakan
bagian
dari
industri
pengolahan.
Dalam struktur perekonomian Riau berdasarkan Tabel Input-output Riau tahun
2001
industri
pulp
mencakup bubur kertas,
kertas,
kertasjpaperjbo ard, kertas bangunan dan kertas serat, kemasan dan kotak, barang dari kertas dan karton lainnya.
5.1.1.
Kontribusi Terhadap Output, Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Berdasarkan nilai output seluruh sektor perekonomian Riau
(tanpa migas) tahun 2001, kontribusi industri pulp terhadap total output menempati peringkat ke-20 dengan nilai sebesar 891,849 juta rupiah (1,48%). Output industri pulp tersebut dialokasikan 69% untuk memenuhi permintaan akhir (Kode I-0: 309) sebesar 1.359.359 juta rupiah dan sisanya untuk memenuhl permintaan antara (Kode I-0: 180) sebesar 614.727 juta rupiah. Secara jelas sebagimana Tabel 5.1. Tabel 5.1. Kontribusi lndustri Pulp terhadap Output (juta rupiah) Sektor Kode Sektor lndustri Pulp 13 lndustri Pengolahan 8-25 Perekonomian (tanpa migas) Share industri pulp thd industri pengolahan (%) Share industri pulp thd perekonomian tanpa migas (%) Sumber : Tabel 10 Riau tahun 2001
Nilai Output 891.849 37.443.828 60.168.252 2,38 1.48
59
Berdasarkan komposisinya tenaga kerja di Riau lebih banyak diserap oleh sektor pertanian yang mencapai hingga 49°/o.
Pada
tahun 2001, industri pulp menyerap 10.698 orang tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja tersebut merupakan 0,62% dari total penyerapan tenaga kerja di Riau tahun 2001. Sementara itu upah dan gaji yang diterima oleh tenaga kerja di Industri pulp sebesar Rp 126.5'52.000 memberikan
kontribusi
yang
cukup
tinggi
terhadap
industri
pengolahan di Riau yaitu mencapai 8, 71 °/o sedangkan terhadap total perekonomian
hanya
sebesar
2,89%.
Tabel
5.2.
menyajikan
kontribusi industri pulp terhadap penyerapan tenaga kerja upah & gaji di Riau. Tabel 5.2. Kontribusi lndustri Pulp terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah & Gaji Kode Sektor Penyerapan TK Upah dan gaji Sektor (orang) (Rp) 13 lndustri Pulp 10.698 126.552.000 8-25 lndustri Pengolahan 163.407 1.453.250.356 1-36 Perekonomian 1.721.448 4.378.961.938 Share industri pulp thd industri pengolahan (%) 6,54 8,71 Share industri pulp thd perekonomian (%) 0,62 2,89 Sumber : Statistik Industri Prop. Riau Th 2001 dan Susenas R1au Th 2002
5.1.2. Kontribusi Terhadap Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor yang terdiri dari upah & gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung.
Total NTB perekonomian Riau
tanpa migas tahun 2001 mencapai 25.958.427 juta rupiah. nilai tambah bruto industri pulp sebesar
Adapun
338.230 juta rupiah yang
berasal dari surplus usaha sebesar 200.250 juta rupiah (59,21 %), upah & gaji sebesar 84.519 juta rupiah (24,99%), penyusutan sebesar
34.371 juta rupiah (10,16%) dan pajak tak langsung sebesar 19.087 ( 5 ,64°/o). Adapun nilai tambah tersebut belum memperhitungkan tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pulp.
Dengan membagi nilai
tambah bruto dengan jumlah penggunaan tenaga kerja akan diperoleh produktivitas rata-rata tenaga kerja.
Produktivitas tenaga
kerja
60
industri
pulp
sebesar
31,61
sedangkan
produktivitas
industri
pengolahan sebesar 18,58. Hal ini tidak berarti apa-apa tetapi hanya menunjukkan bahwa industri pulp lebih sedikit menggunakan tenaga kerja
atau
pengolahan
padat lebih
modal
(capital
padat tenaga
intensive)
kerja
sedangkan
industri
(labor intensive).
Menurut
Sumardjani (1995) industri pulp hanya memerlukan 4 (empat) tenaga kerja dari setiap 1.000 m 3 input per tahun yang terdiri dari 55%-65% tenaga kerja buruh tidak terlatih dan 35%-45% dari tenaga kerjanya sebagai tenaga kerja terlatih.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
. Tabel 5.3. Tabel 5.3. Nilai Tambah dan Produktivitas lndustri Pulp Kode Sektor
Sektor
13 lndustri Pulp 8-25 lndustri Pengolahan Perekonomian (tanpa migas) Share industri pulp thd industri pengolahan (%) Share industri pulp thd perekonomian tanpa migas (%)
TK
NTB ijuta rupiah) 338.230 3.037.320 25.958.427 11,70
10.698 163.407
Prod u ktivitas 31,61 18,58 i
I i
1,30
Surnber : Tabel 10 R1au Tahun 2001
5.1.3. Kontribusi Terhadap Permintaan Akhir
Permintaan akhir terhadap industri pulp tahun 2001 sebesar
1.359.359 juta rupiah.
Dibandingkan dengan total permintaan akhir
seluruh sektor sebesar 80.355.605 juta rupiah tentu permintaan akhir industri pulp · relatif kecil yaitu hanya 1,69%.
Permintaan akhir
terhadap industri pulp hanya berasal dari ekspor barang dan jasa
(305) sebesar 1,359,359 (100°/o) sedangkan dari konsumsi rumah tangga (301), konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap brute (303) maupun perubahan stok tidak ada (0%). Tidak adanya permintaan akhir yang berasal dari rumah tangga
(301) karena rumah tangga secara langsung tidak menggunakan output yang dihasilkan oleh industri pulp untuk kegiatan konsumsi maupun
produksi
lanjutannya.
Selanjutnya
konsumsi
pemerintah
61
(302) terhadap output industri pulp juga tidak ada artinya Pemda Riau tidak melakukan pengeluaran atas output industri pulp berkaitan dengan kebutuhan administrasi. Hal ini mengundang pertanyaan, apa yang dilakukan Pemda Riau dalam kaitan administrasi dan perijinan? Atau mungkin karena pengeluaran untuk administrasi di daerah dirasa tidak signifikan. Permintaan akhir terhadap industrl pulp yang seluruhnya berasal dari
ekspor barang
rnenandakan
bahwa
dan jasa output
(305) sebesar 1,359,359 (100%) dari
industri
pulp
sebagian
besar
diproduksi untuk kebutuhan ekspor. Sebagai ilustrasi, produksi PT. RAPP
hanya
9%
digunakan
pasar domestik
sedangkan
sisanya
diekspor ke Asia sebesar 69% dan Eropa sebesar 22%.
5.2. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pengganda pendapatan digunakan untuk mengukur peningkatan pendapatan yang terjadi akibat perubahan dalam perekonomian. Dalam model Input-output yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.
Pendapatan lain
seperti dividen dan bunga bank tidak termasuk di dalam pendapatan. Dalam analisis ini angka pengganda pendapatan ada tiga (3) tipe yaitu tipe I, jika rumah tangga tidak dimasukkan dalam matriks permintaan an tara (kuadran I) sebagai salah-satu sektor produksi; · jika rumah tangga dimasukkan dalam matrik
tipe II adalah
permintaa~
antara
(kuadran I) sebagai sektor produksi serta model Miyazawa jika nilai yang diperoleh adalah angka pendapatan total dimana tidak hanya memasukkan dampak langsung dan tidak langsung dari faktor eksogen di dalam analisis namun juga memasukkan efek tambahan yaitu induced effect dengan masuknya rumah tangga yang dibagi menjadi 6 (enam) kelompok pendapatan berdasarkan kelompok pengeluaran sebagai faktor endogen.
Adapun nilai pengganda pendapatan untuk
masing-masing sektor dapat dilihat pad a Tabel 5 .4.
62
Tabel 5.4. Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Peringkat
TYPE I Sektor Nilai 20 13,2952 11 9,0367 21 3,7671 22 3,7006 23 3,3874
1 2 3 4 5
...
...
I
TYPE Sektor 20 11 21 22 23
...
...
II Nilai 18,2905 12,4320 5,1825 5,0910 4,6601
...
MIYAZAWA Sektor Nilai 20 21,3073 11 17,6463 15 6,3180 22 6,2856 21 6,0973
. ..
8
13
2,3517
13
3,2352
...
...
...
...
...
...
12
26
2,1961
26
3,0212
...
...
...
. ..
...
35 36
6 7
1'1003 1,0738
6 7
1,5137 1,4772
13 ... 6 7
8
...
4,1002 ... 3,7541
... 1,6862 1,6853
Sumber : Lampiran 2
Sektor: lndustri log am dan barang dari log am (20); lndustri kayu gergajian dan awe tan (11 ); lndustri barangbarang dari besi dan baja dasar (21 ); lndustri mesin dan peralatan listrik (22); lndustri barangbarang elektronika dan komunikasi (23); lndustri bubur kertas (13); lndustri kimia (15); lndustri tekstil kecuali pakaian jadi (9); Listrik, gas dan air (26); Pertambangan migas (6); Barang tambang dan barang galian lainnya (7).
Pada tipe I hanya memasukkan dampak langsung dan tidak langsung dari faktor eksogen sedangkan pada tipe II selain dampak pada langsung dan tidak langsung juga terdapat efek tambahan yaitu induced effect dari masuknyJ rumah tangga sebagai faktor produksi
sehingga nilai pengganda pendapatan tipe II lebih besar pada tipe I. Adapun urutan nilai pengganda pendapatan sektor
perekonomian
tetap sama pada tipe I dan II. Selanjutnya pada model Miyazawa nilai pengganda pendapatan lebih besar dari tipe I dan II, yang disebabkan oleh masuknya rumah tangga dan dibagi menjadi 6 (enam) kelompok pendapatan.
Hal
ini]
berarti
efek
distribusi
pendapatan
sangat
berpengaruh terhadap penciptaan pendapatan rumah tangga. Berdasarkan Tabel 5.4. diatas nilai pengganda pendapatan tipe I paling besar adalah sektor industri logam dan barang dari logam sebesar 13,2952.
Artinya jika terjadi peningkatan satu juta rupiah
permintaan akhir sektor industri logam dan barang dari logam maka akan meningkatkan pendapatan rumah rupiah.
tangga sebesar 13,2952 juta
Interpretasi yang sam a juga berlaku untuk pengganda
pendapatan sektor lainnya.
Pada tipe II dan model Miyazawa sektor
63
industri
logam
dan
barang
dari
pengganda pendapatan terbesar.
logam
tetap
mempunyai
nilai
Hal ini berkaitan dengan sifat
industri logam yang padat tenaga kerja (labor intensive) dimana industri ini banyak berupa industri kecil dan rumah tangga sehingga efek rumah tangga sebagai faktor produksi sangat besar terhadap pengganda pendapatan yang dihasilkan. Menurut
Departemen
Perindustrian
industri
logam
dibagi
menjadi 2 golongan yaitu industri logam dasar dan industri logam mesin dan peralatannya. Perusahaan lndustri logam dasar, semuanya adalah perusahaan besar.
Sedangkan sektor industri barang dari
logam, mesin dan peralatannya terdiri dari perusahaan besar, sedang, kecil dan usaha rumah tangga. Besarnya nilai pengganda pendapatan sektor logam dan barang dari logam dalam perekonomian Riau dapat dilihat
dari
banyaknya
industri
logam
di
Riau
berupa
industri
pengecoran logam terdapat di Pekanbaru dan Dumai sedangkan industri peralatan baja terdapat di Kepulauan Riau dan Batam. Selain itu juga terdapat industri logam skala kecil dan menengah yang memproduksi barang-barang industri rumah tangga berupa kerajinan dan pembuat perhiasan serta industri alat-alat pertanian yang tersebar di seluruh wilayah
Riau.
Melihat struktur industri
logam yang
terbentuk melalui keterkaitan antara industri besar, menengah dan kecil (termasuk rumah tangga) tidak mengherankan bila industri logam mampu menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi terutama dalam model Miyazawa yang memasukkan rumah tangga sebagai sektor produksi (www.riau.go.id). Sementara itu mengingat fokus penelitian ini adalah industri pulp maka jika dilihat nilai pengganda pendapatan tipe I industri pulp cukup besar yaitu sebesar 2,3.517 (berada di peringkat ke-8) meskipun nilainya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor industri logam dan barang dari logam) berarti industri pulp mempunyai peran yang cukup signifikan dalam penciptaan pendapatan rumah tangga jika terjadi perubahan satu juta -rupiah permintaan akhir sektor tersebut. Adapun nilai pengganda pendapatan tipe II industri pulp adalah
64
sebesar 3,2352 sedangkan pada model Miyazawa meskipun nilainya bertambah besar menjadi 3,7542 tetapi peringkatnya menurun pada urutan ke-12, hal ini berarti pada industri pulp distribusi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap penciptaan pendapatan rumah tangga akibat perubahan permintaan akhir tetapi efek perubahan tersebut tidak sebesar seperti sektor industri kimia yang pada tipe II berada di peringkat ke sembilan dengan nilai 3,2352 berubah menjadi peringkat ke tiga pada model Miyazawa dengan nilai 6,3180. Selanjutnya
sektor
yang
mempunyai
nilai
pengganda
pendapatan terendah adalah sektor pertambangan migas dan sektor barang tambang dan galian.
Artinya sektor-sektor tersebut sangat
rendah perannya untuk penciptaan pendapatan rumah tangga dalam _ perekonomian -Riau. Penyebabnya adalah sifat ke-dua sektor tersebut yang sangat kecil dalam menyerap tenaga kerja atau padat modal (capital intensive) sehingga upah dan gaji yang diterima rumah tangga
menjadi kecil. Akibatnya penciptaan pendapatan rumah tangga dari sektor-sektor tersebut menjadi kecil pula.
Hal ini sangat ironis
mengingat kontribusi ke-dua sektor tersebut terhadap PDRB Riau sang at besar yaitu mencapai 52,01 °/o. Bila dicermati lebih jauh maka dapat dilihat bahwa 9 dari 10 sektor
yang
mempunyai
merupakan sektor industri.
efek
pengganda
pendapatan
terbesar
Artinya sektor industri mempunyai peran
yang sangat penting dalam menciptakan pendapatan rumah tangga dibandingkan sektor lain.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri
dapat diandalkan untuk penciptaan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian Riau.
5.3. Pengganda Produksi (Output Multiplier) Analisis pengganda produksi berguna untuk menentukan sektor mana yang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sektorsektor lainnya dalam perekonomian (Hendranata, 2004 ).
Tabel 5.5.
berikut menyajikan sektor yang menghasilkan pengganda
output
paling besar.
65
Tabel 5.5. Nilai Pengganda Output Peringkat
Kode Sektor
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
22 34 20 35 21 23 24 25 27 10
....
...
lndustri mesin dan peralatan listrik Jasa pemerintahan umum lndustri logam dan barang dari logam Jasa sosial kemasyarakata n, hiburan dan rekreasi lndustri barang-barang dari besi dan baja dasar lndustri barang-barang elektronika dan komunikasi lndustri kendaraan bermotor lndustri lainnya Bangunan lndustri pakaian jadi
17
13
lndustri pulp
...
...
36 6 . Sumber : Lamp1ran 2
Output Multiplier
...
5,2022 5,1832 5,1280 4,5580 4,3397 4,2922 4,2759 4,2022 4,1954 4,1026
... 3,6655
...
...
Pertambangan minyak dan gas bumi
1,8216
Sektor yang menghasilkan pengganda output terbesar bagi perekonomi an Riau adalah sektor industri mesin dan peralatan listrik sebesar 5,2022 yang artinya akibat adanya tambahan satu juta rupiah permintaan akhir pada industri mesin dan perclatan listrik akan meningkatk an output secara keseluruhan sebesar 5,2022 juta rupiah. Interpretas i yang sama juga berlaku untuk pengganda output sektor lainnya. Tingginya nilai pengganda output pada sektor industri mesin dan peralatan listrik di propinsi Riau disebabkan oleh muatan lokal (local content) yang tinggi dimana input yang digunakan oleh industri ini lebih banyak berbasis domestik. Selain itu output industri ini sebagian
besar digunakan untuk kebutuhan gomestik baik bagi industri maupun rumah tangga sehingga terjadi proses produksi lebih lanjut di dalam negeri akibatnya penciptaan output dari sektor ini menjadi besar. Selanjutnya jika dilihat pengganda output industri pulp nilainya sebesar 3,6655 (peringkat ke-17) yang berarti sektor ini mempunya i peran yang kecil dalam penciptaan output jika terjadi perubahan permintaan akhir di dalam perekonom ian. mempunyai
nilai
pengganda
output
Sedangkan sektor yang terendah
adalah
sektor
pertambang an migas (tidak termasuk industri pengolahan migas) dengan nilai 1,8216 (peringkat ke-36).
Rendahnya nilai pengganda
66
output pada sektor pertambangan migas ini dikarenakan sektor ini memiliki kandungan impor (impor-content) input antara yang tinggi sehingga keterkaitannya dalam penggunaan input produksi menjadi rendah dengan sektor lain dalam perekonomian. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa secara garis besar sektor industri mendominasi pengganda output terbesar sehingga jika yang ingin dicapai adalah memaksimalkan output sektor produksi maka tambahan permintaan akhir harus dialokasikan sepenuhnya ke sektor industri selain itu jika melihat besarnya nilai pengganda output . dapat disimpulkan bahwa sektor industri mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian.
5.4. Keterkaitan Sektor Industri Pulp Terhadap Sektor Lain Perekonomian Riau dalam Analisis seberapa
jauh
keterkaitan tingkat
(linkages)
hubungan
digunakan
atau
keterkaitan
untuk antar
melihat sektor
ekonomi. Untuk mengetahuinya dilakukan analisis lebih lanjut yaitu analisis koefisien teknis dan analisis tabel matrik kebalikan leontief untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkage effect) dan ke depan (forward linkage effect), yang selanjutnya akan digunakan untuk melihat sektor-sektor unggulan. Anal isis koefisien teknologi ( aii) atau sering disebut sebagai koefisien Input-output secara langsung diartikan sebagai jumlah input sektor i
yang digunakan untuk
menghasilkan output sektor j. Koefisien ini penting dalam analisis Input-output karena dapat mengetahui komponen input yang dominan dan teknologi yang digunakan. Setiap kolom dari matriks A ini menunjukkan teknologi yang digunakan oleh masing-masing sektor (Nazara,1997). Berikut disajikan keterkaitan secara langsung sektor industri
pulp terhadap
sektor-sektor dalam perekonomian dalam
Tabel 5.6.
67
Tabel
5.6.
Keterkaitan Secara Langsung Ke Belakang dan Depan (Backward and Forward Linkage Direct Effect) lndustri Pulp Terhadap Sektor Perekonomian
Sektor 13 15 28 16 30
BL 0,3350 0,0794 0,0518 0,0435 0,0237
...
...
4
0,0174
...
...
10 7 6 5 3
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,7433
TOTAL
Peringkat 1
Sektor 14 13 35 32 19
2 3 4 5
... 9 ...
... 8
...
32 33 34 35 36
7 11 20 16 6
TOTAL
FL 0,4616 0,3350 0,0491 0,0231 0,0201 . .. 0,0076 . .. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,9683
I
Sumber : Lampiran 3
Sektor : Peternakan (3); Kehutanan (4); Perikanan (5); Pertambangan migas (6); Barang tambang dan galian (7); lndustri pakaian jadi (10); lndustri kayu gergajian dan awetan (11); lndustri pulp (13); lndustri percetakan/penerbitan; lndustri kimia (15); lndustri pengolahan migas (16); lndustri barang dari bahan bukan logam (19); Perdagangan (28); Angkutan (30); Bank dan lembaga keuangan (32); Jasa kemasyarakatar., hiburan dan rekreasi (35).
Bila dilihat dari nilai BL input terbesar industri pulp selain berasal dari sektor industri pulp itu sendiri juga berasal dari industri kimia sebesar 0,0794. produksi
industri
pulp
Hal ini dapat dipahami karena untuk proses dibutuhkan
bahan
kimia
untuk
proses
pemasakan (cooking) dan bahan kimia untuk proses pencerahan (bleaching)
untuk memutihkan bubur kayu.
Bahan-bahan kimia
tersebut adalah soda kostik (NaOH), sodium sulfat (Na2S04),; kalsium karbonat (CaC0 3 ), klorin (CI 2), klorin dioksida (CI0 2 ) serta peroksida air (H 20 2).
Adapun sektor-sektor yang mempunyai nilai BL terbesar
merupakan industri pendukung (supporting industries) bagi industri pulp melalui penyediaan input. Sementara itu bila dilihat dari nilai FL output industri pulp paling besar didistribusikan ke sektor-sektor yang merupakan konsumen langsung dan mempunyai kebutuhan yang sangat tinggi terhadap kertas yaitu industri percetakan/pen erbitan (0,4616) dan sektor jasa kemasyarakata n,
hiburan dan
rekreasi
(0,0491) dimana didalam
mencakup sektor pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi,
68
kegiatan organisasi, rumah sakit, hiburan, rekreasi,
hiburan dan
kebudayaan. Selanjutnya yang dapat disimpulkan lagi dari hasil perhitungan adalah bahwa tidak semua sektor perekonomian terkait langsung dengan industri pulp baik secara input maupun output seperti sektor pertambangan migas dan sektor barang tambang dan galian yang ditandai dengan nilai baik BL maupun FL nya sebesar nol. hal menarik lainnya
Selain itu
yang dapat dilihat dari hasil perhitungan yaitu
keterkaitan secara langsung ke belakang sektor kehutanan terhadap industri pulp sangat kecil yaitu hanya sebesar 0,0174 (peringkat ke-9) padahal sebagaimana penjelasan pada Bab II terdahulu diketahui bahwa industri pulp sangat membutuhkan kayu sebagai bahan baku utama. Sebagai ilustrasi bahwa untuk memproduksi 1 (satu) ton pulp diperlukan kurang lebih 4,5 m 3 kayu.
Berdasarkan hal ini dapat
diperkirakan secara kasar bahwa dengan kapasitas produksi industri pulp di Riau sebesar 3.910.000 ton/tahun dibutuhkan bahan baku sebesar 17.595.000 m 3 atau setara dengan areal hutan sebesar ± 669.774 hektar. Hal ini menl..injukkan bahwa sebenarnya peran sektor kehutanan sangat besar sebagai input langsung bagi industri pulp. Penyebab dari kecilnya BL sektor kehutanan tersebut karena sebagian besar bahan baku (kayu) industri pulp disinyalir berasal dari hutan alam yang diperoleh melalui kegiatan Illegal logging 9 (yang notebene merupakan black market) sehingga tidak tercatat dalam tabel Inputoutput. Indikasi terjadinya illegal logging oleh industri pulp di Riau terlihat pada pasokan bahan baku dari Hutan Tanaman Industri (HTI) yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan kapasitas industri pulp · dan kertas sehingga harus merambah secara ilegal pada hutan-hutan alam untuk mencukupi kebutuhannya.
Mengacu pada penjelasan
9
Pembalakan liar {Illegal logging) menggambarkan semua praktek atau kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan, pengolahan dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum Indonesia (Natural Resources Management, 2000).
69
terdahulu (Bab II) diketahui bahwa PT. RAPP masih kekurangan bahan baku sebesar 5.825.000 m 31 tahun sedangkan PT. IKPP kekurangan bahan baku 6.397.521,61 m 3/tahun. Untuk itu kedua industri tersebut membutuhkan pasokan dari hutan alam berupa kayu rimba campuran yang sebagian besar diperoleh dari kegiatan illegal logging. Adapun keterkaitan secara lar.gsung sektor industri pulp dengan kelompok pendapatan rumah tangga ditunjukkan oleh Tabel 5. 7. - Tabel 5.7.
Keterkaitan Secara Langsung Ke Belakang dan Depan (Backward and Forward Linkage Direct Effect) lndustri Pulp Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga
Kode Sektor
Sektor lndustri Pulp
Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Desa Rendah Desa Sedang Desa Tinggi Kota Rendah Kota Sedang Kota Tinggi
37. 38. 39. 40. 41. 42.
FL 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
BL 0,0019 0,0058 0,0044 0,0072 0,0530 0,0503
Sumber : Lampiran 3
Dari Tabel 5. 7. jumlah input (tenaga kerja) yang dibutuhkan oleh sektor industri pulp dari kelompok pendapatan rumah tangga pedesaan sebanyak 0,0019 (rendah), 0,0058 (sedang) dan 0,0044 (tinggi)
sedangkan
untuk kelompok
pendapatan
rumah
tangga
perkotaan sebanyak 0,0072 (rendah), 0,0530 (sedang) dan 0,0503 (tinggi).
Terlihat bahwa jumlah input yang dibutuhkan oleh sektor
industri pulp lebih banyak berasal dari kelompok pendapatan rumah tangga
perkotaan
menunjukkan
dibandingkan
bahwa
(capital-intensive)
industri
yang
pulp
dari
pada
adalah
membutuhkan
pedesaan.
industri input
padat tenaga
Hal
ini
modal kerja
berpendidikan yang biasanya hanya dapat dipenuhi oleh masyarakat perkotaan.
Pada keterkaitan ke depan
kelompok pendapatan
baik pedesaan
(forward linkage) antara
maupun
perkotaan
dengan
sektor industri pulp dianggap tidak ada, karena rumah tangga secara langsung tidak menggunakan -output yang dihasilkan oleh industri pulp untuk kegiatan konsumsi maupun produksi lanjutannya.
70
Secara total, jumlah input yang dibutuhkan secara langsung oleh sektor industri pulp dari perekonomian adalah 0, 7433 (Tabel 5.6.).
Hal ini menunjukan bahwa jumlah input yang dibutuhkan
industri pulp dari sektor-sektor yang ada dalam perekonomian Riau mencapai 74,33%, sisanya berasal dari input primer (nilai tambah). Sedangkan secara total output industri pulp seluruhnya didistribusikan ke sektor-sektor perekonomian sebesar 0,9683 (96,83%) sisanya didistribusikan ke permintaan akhir lainnya kecuali konsumsi rumah tangga. Kesimpulan yang dapat diambil dari keterkaitan secara langsung adalah
penggunaan
input
industri
pulp
terkait
dengan
sektor
pendukung (penyedia bahan baku dan pendukung proses produksi) sedangkan pendistribusian output yang dihasilkan oleh industri pulp terkait dengan .sektor pengguna produk pulp itu sendiri. Oleh karena itu bila Pemda Riau ingin meningkatkan ekspor non migas melalui pengembangan
industri
pulp
maka
pemerintah
hendaknya
juga
mendorong sektor pendukung yang terkait langsung dengan industri pulp baik segi penggunaan input seperti industri kimia maupun untuk pendistribusian ouput seperti industri percetakan/penerbitan. Keterkaitan ke belakang dan depan (backward and forward
linkage)
seperti yang dijelaskan di atas, tidak saja memberi dampak
langsung, tetapi juga ada dampak tidak langsung dan imbasan konsumsi dari adanya perubahan permintaan akhir. Hal ini ditunjukan dengan matriks kebalikan Leontief. Dampak langsung, tidak langsung dan imbasan konsumsi selanjutnya disebut dampak total terhadap perekonomian.
Analisis keterkaitan secara total disajikan pada Tabel
5.8.
71
Tabel 5.8.
Keterkaitan Secara Total Ke Belakang dan Depan (Backward and Forward Total Linkage) lndustri Pulp Terhadap Sektor Perekonomian
Sektor
BL
Peringkat
Sektor
FL
6 28 15 16 30
0,2311 0,1868 0,1817 0,1205 0,1036
1
0,7146 0,1361 0,0737 0,0734 0,0484
...
...
...
14 35 32 34 19
10 25 19 11 7
0,0082 0,0036 0,0028 0,0024 0,0006 3,6655
32 33 34 35
TOTAL
2 3 4 5
36
. ..
. ..
7 15 16 1 6
0,0141 0,0118 0,0102 0,0098 0,0083 3,4798
TOTAL
:
Sumber : Lampiran 3
Sektor : Pertanian (1 ); Pertambangan mig as (6); Barang tambang dan galian (7); lndustri pakBian jadi (10); lndustri kayu gergajian dan awetan (11); lndustri percetakan/penerbitan (14); lndusiri kimia (15); lndustri pengolahan migas (16); lndustri barang dari bahan bukan logam (19); lndustri lainnya (25); Perdagangan (28); Angkutan (30); Bank dan lembaga keuangan non bank (32); Jasa pemerintahan umum (34); Jasa sosial kemasyarakatan (35)
Keterkaitan secara total ke belakang (backward linkage) industri pulp terhadap perekonomian sebesar 3,6655, artinya bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu rupiah, maka total output dalam perekonomian akan meningkat sebesar 3,6655. Adanya kenaikan output ini mendorong peningkatan output sektor-sektor lain dalam perekonomian untuk memenuhi perubahan permintaan akhir pada sektor industri pulp tersebut. Sektor yang paling terdorong peningkatan outputnya adalah pertambangan migas sebesar 0,2311 Sedangkan
keterkaitan ke depan. (forward linkage) industri pulp
terhadap perekonomian sebesar 3,4798 artinya bahwa ketika terjadi kenaikan pern:intaan akhir sebesar satu rupiah, maka output yang dihasilkan bagi perekonomian sebesar 3,4798. Dalam penyebarannya ke sektor-sektor dalam perekonom!an, sektor yang paling banyak menggunakan output tersebut adalah industri percetakan/penerbitan sebesar 0,7146.
Hal yang menarik dari hasil perhitungan keterkaitan
secara total adalah bahwa ketika terjadi peningkatan permintaan akhir satu rupiah pada industri pulp maka sektor yang paling meningkat outputnya adalah pertambangan migas (nilai Blnya terbesar) tetapi
72
sebaliknya
sektor
ini
hanya
sedikit
menggunakan
output
yang
dihasilkan oleh industri pulp (FLny·a terkecil). Selanjutnya keterkaitan secara total ke belakang dan depan (backward
dan
forward
linkage)
sektor
industri
pulp
terhadap
kelompok pendapatan rumah tangga disajikan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Keterkaitan Secara ·Total lndustri Pulp Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Kode Sektor
37. 38. 39. 40. 41. 42.
Kelompok Pendapatan Rumah Tangga
Sektor lndustri Pulp BL 0,0145 0,0295 0,0252 0,0641 0,1409 0,1861
Desa Rendah Desa Sedang Desa Tinggi Kota Rendah Kota Sedang Kota Tinggi
FL 0,0248 0,0318 0,0352 0,0420 0,0529 0,0556
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 5. 9. terlihat bahwa, akibat adanya kenaikan permintaan akhir sebesar satu rupiah, maka input yang dibutuhkan oleh sektor industri pulp dari kelompok pendapatan rumah tangga pedesaan sebanyak 0,0145 (rendah), 0,0295 (sedang) dan 0,0252 (tinggi)
sedangkan
untuk kelompok
pendapatan
rumah
tangga
perkotaan sebanyak 0,0641 (rendah), 0,1409 (sedang) dan 0,1861 (tinggi). Jumlah input yang dibutuhkan oleh industri pulp secara total dari kelompok pendapatan rumah tangga di perkotaan lebih banyak dari pada kelompok pendapatan pendapatan di pedesaan. Begitu juga dengan penyebarannya ke sektor-sektor dalam perekonomian, sektor rumah tangga yang paling banyak menggunakan output industri pulp untuk memenuhi satu rupiah peningkatan permintaan akhir adalah kelompok rumah tangga perkotaan. Pada analisis keterkaitan secara total, kesimpulan yang diambil dari adanya efek ganda perubahan _permintaan akhir terhadap output suatu sektor adalah bahwa ketika ada perubahan permintaan akhir sebesar satu rupiah terhadap sektor industri pulp, maka efeknya dapat dinikmati oleh semua sektor dalam perekonomian, baik sektor yang
73
langsung berkaitan dengan industri pulp maupun yang tidak berkaitan secara langsung. Efek yang ditimbulkan tersebut berupa efek yang mendorong peningkatan output maupun penyebaran output diantara sektor-sekt or. Hal ini berbeda dengan keterkaitan secara langsung, karena adanya round by round effect analysis, dimana dengan adanya peningkatan permintaan akhir pada suatu sektor akan mendorong peningkatan
produksi,
selanjutnya
dengan
peningkatan
produksi
sektor tersebut akan meningkatk an penggunaan input sektor lain yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output sektor yang lain dan seterusnya (Nazara, 1997). Round by round effect analysis nya terlihat pada putaran pertama yaitu pada keterkaitan secara langsung (Tabel 5.6.) dan putaran kedua pada keterkaitan secara total (Tabel 5.8.). Kemudian dari keterkaitan secara total ke belakang dan ke depan (backward dan forward linkage), selanjutnya dihitung derajat penyebaran dan derajat kepekaan maka dapat ditentukan sektorsektor mana yang merupakan sektor unggulan.
5.5. Sektor Unggulan Kriteria
sektor
unggulan
ditentukan
berdasarkan
pengelompo kkan yang dilakukan oleh Rasmussen (lihat Bab III). Sektor unggulan ditentukan bt::rdasarkan nilai indeks keterkaitan baik ke belakang dan ke depan dengan nilai lebih besar dari 1. Sektor yang mempunyai keterkaitan ke belakang atau daya tarik yang kuat terhadap sektor lainnya, hal ini dlperlihatka n dengan nilai indeks daya penyebaran > 1. Sebaliknya sektor yang mempunya i keterkaitan yang kuat terhadap sektor lain dalam penyaluran output yang terlihat pada indeks derajat kepekaan > 1.
Secara jelas sektor unggulan dalam
perekonom ian Riau untuk Tabel Input-outpu t dan model Miyazawa terlihat pada Tabel 5.10.
74
Tabel 5.1 0.
Sektor Unggulan dalam P.erekonomian Riau Berdasarkan Nilai lndeks Keterkaitan
Tabellnput Output Sektor lndeks Keterkaitan BL FL 9 1,0515 1'1287 13 1,0858 1,2693 20 1,7353 2,2071 21 1,5034 1'1137 22 1,7328 2,2023 27 1,0763 1'1462
Sektor 20 21 22
Model Miyazawa lndeks Keterkaitan BL FL 1,3679 1,9900 1,2449 1'1576 1,3877 1,9406
Sumber : Lamp1ran 4 Sektor:
lndustri tekstil kecuali pakaian jadi (9); lndustri bubur kertas (13); lndustri logam dan barang dari log am (20); lndustri barang-barang dari besi dan baj2. dasar (21 ); lndustri me sin dan peralatan listrik (22); Bangunan (27).
Berdasarkan
perhitungan
pada
model
Input-output
ada
6
(enam) sektor unggulan termasuk industri pulp dengan nilai indeks BL sebesar 1,0858 dan FL sebesar 1,2693. Hal ini berarti bahwa industri pulp
merupakan
sektor
unggulan
(prioritas
pertama)
untuk
dikembangkan karena mempunyai keterkaitan yang kuat baik ke belakang (input) maupun ke depan (output). Sedangkan pada model Miyazawa sektor unggulan masih sama dengan model Input-output namun yang tersisa hanya tinggal
3 (tiga) sektor unggulan yaitu
sektor industri logam dan barang dari logam, industri barang-barang dari besi dan baja dasar serta industri mesin dan peralatan listrik. Pada model Miyazawa, sektor industri pulp tidak termasuk lagi sebagai sektor unggulan dimana nilai indeks keterkaitan BL sebesar 0,9778 dan FL sebesar 0,9282 sehingga sektor ini berdasarkan pengelompokan Rassmusen dikategorikan sebagai prioritas IV untuk dikembangkan
karena
memiliki
daya
penyebaran
dan
derajat
kepekaan rendah yaitu kecil uari 1. Hal ini menunjukkan industri pulp bukan merupakan sektor unggulan yang dapat dikembangkan jika memperhitungkan efek distribusi pendapatan rumah tangga di Riau. Hilangnya industri pulp sebagal sektor unggulan pada model Miyazawa disebabkan oleh masuknya rumah tangga sebagai salah-satu pelaku produksi.
75
5.6. Multiplier Product Matrix (MPM} Struktur keterkaitan antar sektor dalam perekonomian juga dapat dianalisis dengan menghitung nilai Multiplier Product Matrix (MPM) yang diturunkan dari leontief inverse matrik.
Dalam studi ini
nilai MPM dihitung pada seluruh sektor perekonomian tetapi untuk memudahkan maka analisis hanya dilakukan untuk 10 sektor yang '
menghasilkan nilai MPM terbesar sebagai sektor yang mempunyai keterkaitan tertinggi dalam perekonomian.
Secara lengkap tersaji
.pada Tabel 5.11". Tabel 5.11. Nilai Multiplier Product Mutrik (MPM) 10 Sektor Terbesar Peringkat
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 28 42 20 15 22 41 30 8 16
22 0.365 0.284 0.281 0.246 0.244 0.240 0.194 0.192 0.181 0.158
34 0.363 0.283 0.280 0.246 0.244 0.239 0.193 0.191 0.180 0.157
39 0.348 0.271 0.268 0.235 0.233 0.230 0.185 0.184 0.173 0.151
42 0.333 0.260 0.257 0.225 0.223 0.220 0.177 0.175 0.165 0.144
...
...
...
...
...
.. .
0.110
0.105
0.102
0.101
0.097
0.096
0.095
...
...
...
...
.. .
...
...
...
...
.. .
17
13
0.115
0.115
0.113
...
...
...
...
...
41 0.309 0.241 0.238 0.209 0.207 0.204 0.164 0.163 0.153 0.134
20 0.359 0.280 0.277 0.243 0.241 0.237 0.191 0.189 0.178 0.155
...
...
38 0.322 0.251 0.248 0.218 0.216 0.212 0.171 0.170 0.160 0.139
35 0.319 0.249 0.246 0.216 0.214 0.211 0.170 0.168 0.158 0.138
...
21 0.304 0.237 0.234 0.206 0.204 0.201 0.162 0.160 0.151 0.132
Sumber : Lamp1ran 5 ~:
Pertambangan migas (6); lndustri makanan, minuman dan tembakau (8): lndustri pulp (13); lndustri kimia (15): lndustri pengolahan migas (16); lndustri logam dan barang dari logam (20); lndustri barang-barang dari besi dan baja dasar (21): lndustri mesin dan peralatan listrik (22); lndustri barang elektronika dan komunikasi (23); Perdagangan (28); Angkutan dan jasa penunjang angkutan (30): Jasa pemerintahan umum (34); Jasa sosial masyarakat, kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi (35); RT desa Sedang (38); RT desa tinggi (39); RT kola sedang (41); RT kota tinggi (42).
Interpretasi yang dapat dlberikan dari Tabel 5.11. di atas adalah pada
model
Miyazawa
jika
terjadi
perubahan
dalam
salah-satu
komponen permintaan akhir atau nilai tambah maka sektor yang merasakan
dampak terbesar
adalah
pertambangan
migas
serta
industri mesin dan peralatan listrik dengan nilai maksimum sebesar 0,365.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
perekonomian Riau jika memperhitungkan efek distribusi pendapatan maka
sektor
pertambangan
migas
dengan
industri
mesin
dan
peralatan listrik merupakan sektor yang mempunyai keterkaitan yang
76
23 0.301 0.234 0.232 0.203 0.202 0.198 0.160 0.159 0.149 0.130
paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sedangkan pengaruh industri pulp terhadap sektor dalam perekonomian kecil (berada di peringkat 17) sehingga jika sektor industri pulp lost dari perekonomian maka dampaknya tidak terlalu besar terhadap .sektorsektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan industri pulp dengan sektor-sektor dalam perekonomian tidak tinggi. Nilai MPM yang telah disusun secara hirarkis pada Tabel 5.12. diatas jika dibuat grafik (Gambar 5.1.) akan membentuk suatu landscape dimana kolom tertinggi terletak pada kiri atas dan melandai
ke arah kanan bawah.
Ketinggian landscape menunjukkan besarnya
keterkaitan sektor dengan perekonomian.
Semakin tinggi landscape
menunjukkan bahwa sektor terse but -lebih kuat keterkaitannya dengan perekonomian.
Dengan kata lain tingkat ketinggian dan bentuk dari
landscape MPM. tergantung pada keterkaitan antar sektor dalam perekonomian.
:::\. 0300 \ 0.250
/
/~
Nllai MPM o?oo 0.150 -\ 0. 100 0.050
.
- a
• !
0.000 22
I
r
' ,_ 34 20
~
. , 41
;<..
39
Backward
~,.. ~2 38 ~
30
-
- 28 / 42 20 15
22
:=orward
35 21
23
Gam bar 5.1. 'Economic Landscape' Model Miyazawa Hal yang menarik pada nilai MPM model Miyazawa adalah sektor rumah tangga kota berpendapatan tinggi dan sedang termasuk ke dalam 10 sektor yang mempunyai keterkaitan yang tinggi terhadap perekonomian (berada di peringkat 3 dan 7).
Hal ini menunjukkan
77
bahwa input (misalnya tenaga kerja) dari rumah tangga di perkotaan banyak digunakan oleh sektor-sektor perekonomian sehingga rumah tangga
perkotaan
mempunyai
peran
yang
sangat
besar
dalam
perekonomian.
5. 7. Metode Ekstraksi
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar dampak output apabila suatu sektor hilang (extracted out) dari perekonomian sehingga
diketahui
tersebut.
Perhitunyan
tingkat hanya
kepentingan
sektor
dilakukan
terhadap
yang
diekstraksi
keterkaitan
ke
belakang (backward linkage) dengan menggunakan leontief inverse. Adapun
hasil
perhitungan
efek ekstraksi terhadap
perekonomian
tersaji pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Efek Ekstraksi terhadap Sektor dalam Perekonomlan Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sektor 42 6 20 22 15 41 28 23 8 16
...
...
25
13
Efek ekstraksi 45.753.020,2 37.498.550,2 33.435.332,4 28.407.045,6 20.958.057,6 20.682.728,2 20.516.831,5 17.202.449,5 16.983.241 ,2 16.782.637,6 ... 6.149.637,9
...
...
Persentase 9,30 7,62 6,80 5,77 4,26 4,20 4,17 3,50 3,45 3,41 . .. 1,25 . .. 100
...
TOTAL
491.924.401 '1
Sumber : Lampiran 6
Sektor: Pertambangan mig as (6); lndustri makanan, minuman dan tembakau (8); lndustri pulp (13); lndustri kimia (15); industri pengolahan migas (16); lndustri logam dan barang dari logam (20); lndustri mesin dan peralatan listrik (22); lndustri barang elektronika dan komunikasi (23); Perdagangan (28); RT kota sedang (41 ); RT kota tinggi (42)
Berdasarkan Tabel 5.12. pada model Miyazawa terlihat bahwa perekonomian Riau akan kehilangan output terbesar yaitu senilai 45,753,020.2
(9,30%)
jika
sektor
rumah
tangga
perkotaan
berpendapatan tinggi diekstraksi (lost) dari perekonomian. demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
perekonomian
Riau
Dengan sangat
78
didorong oleh konsumsi yang dilakukan rumah tangga perkotaan berpendapatan tinggi tersebut. Peran rumah tangga kota yang sangat besar dalam perekonomian Riau wajar saja karena rumah tangga yang memiliki
pendapatan
lebih
besar akan
memperoleh
peningkatan
pendapatan yang lebih besar pada setiap peningkatan produksi sektor perekonomian. Sedangkan nilai sektor pertambangan
dampa~
output terbesar ke-dua terjadi jika
migas diekstraksi
dari
perekonomian
yaitu
sebesar 37.498.550,2 (7,62%). Hal ini dapat dimengerti karena peran sektor migas dalam pembentukan output di Riau menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 34.018.466 juta rupiah (33,71°/o).
Selain itu
dari nilai MPM pada analisis terdahulu terlihat bahwa keterkaitan sektor migas terhadap sektor-sektor dalam perekonomian sangat besar. Sementara itu efek ekstraksi bila industri pulp dihilangkan (lost) dari
perekonomian
Riau
maka
output impactnya
hanya
sebesar
6,149,637.9 (1,25%). Hal ini disebabkan output yang diciptakan oleh industri pulp dalam perekonomian Riau hanya sebesar 891.850 juta ·rupiah (0,88%) dan keterkaitan industri pulp yang tidak begitu besar dengan sektor-sektor perekonomian (sebagaimana ditunjukkan oleh nilai MPMnya).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa jika
memasukkan faktor distribusi pendapatan dalam perekonomian Riau maka industri pulp bukan merupakan sektor unggulan sehingga jika industri pulp dihilangkan dari perekonomian Riau misalnya karena masalah
lingkungan
maka output-lostnya
terhadap
perekonomian
hanya kecil saja.
79
5.8. Simulasi
Yang dimaksud dengan simulasi pada penelitian ini adalah memberi
injeksi
dampak
yang
perekonomian
dana
pada
terjadi secara
beberapa
akibat
sektor,
suntikan
keseluruhan.
kemudian
dana
Penilaian
melihat
tersebut
dari
hasil
dalam simulasi
tersebut, dengan membandingkan perubahan yang terjadi pada output sebelum dan sesudah adanya simulasi. Pada penelitian ini, dana injeksi diambil dari data Realisasi Belanja Pembangunan Daerah (APBD) Propinsi Riau tahun 1998/19992003, yang kemudian dihitung rata-rata pertumbuhannya per tahun. Dari
hasil
perhitungan
pertumbuhan
selama
tersebut
periode
diketahui
tersebut
bahwa
adalah
(sebagaimana terlihat pada lampiran 7).
rata-rata
sebesar
51%
Perolehan dana relatif
tersebut diinjeksi ke masing-masing sektor yang dianggap mampu meningkatkan
perekonomian.
Sektor-sektor yang
akan
disimulasi
adalah sektor pertanian secara keseluruhan, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan.
Ada 3 simulasi yang
diajukan yaitu : •
Simulasi I, misalnya 51% dana dari total Realisasi Belanja Pemda Riau
tersebut
keseluruhan. sesuai
akan
diinjeksi
pada
sektor
pertanian
secara
Besarnya d·ana injeksi (51 °/o) kemudian dibobot
dengan
jumlah
sektor
yang
ada
dalam
sektor
yang
mempunyai output terkecil diberi bobot lebih besar sedangkan sektor yang mempunyai output awal besar diberi bobot kecil.
Hal
ini dilakukan untuk memacu sektor yang output awalnya kecil dapat meningkat outputnya sesudah adanya lnjeksi dana. Jadi, dana injeksi pad a sektor pertanian secara keseluruhan sebesar 51 °/o, dengan perincian
injeksi pada sektor pertanian sebesar 8,08%,
perkebunan sebesar 3,94%, sektor peternakan sebesar 19,91%, sektor kehutanan sebesar 6,89°/o dan sektor perikanan sebesar 12,18%.
Diharapkan dengan adanya
injeksi dana
ini dapat
memberdayakan ekonomi rakyat dan memperluas kesempatan kerja di sektor pertanian.
80
•
Simulasi II, misalnya 51% dana dari total Realisasi Belanja Pemda Riau terse but diinjeksi pad a sektor pertambangan dan penggalian. Alasannya adalah sektor ini memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan PDRB Riau.
Besarnya dana injeksi dan
cara pembobotannya seperti pac.la simulasi I dengan perincian sektor pertambangan migas sebesar 1,15% serta sektor barang tambang dan barang galian sebesar 49,85%. •
Simulasi III, misalnya Pernda Riau ingin menggiatkan kegiatan ekonomi di industri pengolahan dimana di dalamnya termasuk industri pulp.
Sebagaimana pembahasan terdahulu
diketahui
bahwa adanya nilai tambah dari industri pengolahan menyebabkan sektor ini merupakan sektor unggulan di Riau.
Dana injeksi
dilakukan sebesar 51% dengan cara pembobotan yang sama seperti
simulasi sebelumnya
dengan
perincian
sektor
industri
makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,53°/o, sektor industri tekstil kecuali pakaian jadi sebesar 3,31%, sektor industri pakaian jadi sebesar 7,57%, sektor industri kayu gergajian dan awetan sebesar 2,31 %, sektor industri barang dari kayu, rotan dan bambu sebesar 1,34%, sektor industri bubur kertas sebesar 2,53%, industri percetakan dan penerbitan sebesar 6,17°/o, industri kimia sebesar 0,50%, industri pengolahan migas sebesar 0,04%, sektor industri karet 3,12%, sektor industri barang-barang dari plastik sebesar 4,32%, sektor industri barang-barang dari bahan baku bukan log am sebesar 7, 71%, sel
0,15°/o, sektor industri bara·ng elektronika dan komunikasi sebesar 0,30%, sektor industri kendaraan bermotor sebesar 1,21 °/o dan sektor industri lainnya sebesar 9,18%. Adapun hasil dari ke tiga simulasi disajikan pada Tabel 5.13. berikut ini :
81
Tabel 5.13. SEKTOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Hasil Simulasi pada Sektor Pertanian, Pertambangan dan Migas serta lndustri Pengolahan OUTPUT 600 1,236,960 3,047,936 602,458 1,863,795 1,054,560 34,018,464 786,712 2,290,520 366,331 143,137 986,208 1,697,782 891,849 223,329 3,173,322 6,740,804 385,596 366,057 110,459 5,561,503 2,430,395 5,657,954 4,529,381 1,860,359 28,842 656,969 3,903,571 5,119,791 2,236,023 2,698,469 358,'182 661,887 942,150 3,404,079 350,167 516,419 628,050 1,263,975 1,252,118 2,030,531 2,996,873 7,845,698 116,920,265
HASIL SIMULASI (51%) Perubahan Output Sesudah Simulasi (%) Ill II I ' 1.06 2.62 12.01 0.48 0.46 4.84 2.29 0.98 23.03 0.17 0.89 7.13 0.57 1.52 16.31 1.45 0.22 0.23 0.24 49.89 0.06 1.24 1.79 3.63 7.99 6.37 5.00 9.15 5.39 4.19 3.01 0.12 0.13 0.37 1.59 0.30 0.98 5.53 0.96 3.08 7.98 2.56 1.95 1.30 2.04 0.35 0.56 0.47 1.19 4.68 1.20 ' 1.80 6.06 1.81 1.44 8.91 2.12 0.83 1.03 0.81 1.11 1.40 1.02 0.92 0.92 0.76 0.65 0.67 0.47 1.77 1.20 1.38 18.12 9.38 8.53 1.44 1.17 1.38 0.35 0.24 0.69 1.03 0.95 0.92 0.92 1.26 0.69 1.91 1.10 1.38 1.19 1.32 1.78 1.42 1.70 1.44 2.00 2.15 1.24 0.48 0.67 0.17 2.69 3.17 1.05 ·4.81 6.18 2.28 5.93 2.56 0.72 4.82 6.58 0.63 3.54 0.74 5.64 1.49 1.18 0.97 1.38 1.13 0.91 0.73 1.25 0.56 3.26 3.26 2.45
Sumber : Lamp1ran 7
82
Berdasarkan Tabel 5.13. terlihat bahwa apabila 51% dana dari Realisasi Belanja Pembangunan Pemda Riau diinjeksi pada sektor pertanian secara keselurahan (simulasi I), maka sektor-sektor yang mengalami perubahan output cukup tinggi akibat adanya efek ganda dari injeksi di sektor pertanian adalah sektor peternakan (23,03°/o) ,sektor perikanan (16,31%) dan sektor pertanian (12,01°/o), hal ini artinya
injeksi
yang
diberikan
terhadap
sektor
pertanian
akan
memberikan efek ganda dalam bentuk penciptaan output terhadap ·sektor pertanian itu sendiri.
Selanjutnya bagi sektor indus,tri pulp
dengan adanya injeksi pada sektor pertanian maka perubahan output yang terjadi hanya sebesar 0,96%.
Secara total, simulasi I ini
mengakibatkan output perekonomian meningkat 3,26%, meskipun peningkatan ini bukan merupakan efek langsung dalam perekonomian tetapi efek beruntun dari adanya perubahan permintaan akhir dalam perekonomian. Hasil simulasi II pada sektor pertambangan dan penggalian, menunjukkan
bahwa
apabila
51%
dana
Realisasi
Belanja
Pembangunan yang dinjeksi, maka sektor-sektor yang menikmati efek ganda terbesar dari dana injeksi tersebut adalah sektor barang tam bang dan barang galian yaitu sebesar 49 ,89°/o sedangkan sektor pertambangan migas hanya sebesar- 1,45%. bahwa
apabila
kebijakan
pertambangan . dan
pemerintah
penggalian
dengan
Hal ini menggambarkan memprioritaskan mengalokasi
sektor belanja
pemerintah yang besar ke sektor ini maka efek ganda yang diciptakan akan banyak dinikmati oleh sektor ini saja sedangkan sektor-sektor lainnya hanya mengalami perubahan output yang kecil.
Selanjutnya
bila dilihat sektor industri pulp dengan simulasi II ini hanya mengalami peningkatan output sebesar 0,98°/o. Output total yang tercipta akibat injeksi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,26% hampir sama nilainya dengan simulasi I terdahulu. Pada simulasi III yaitu simulasi pada sektor industri pengolahan terlihat bahwa perubahan output total hanya sebesar 2,45°/o dan perubahan ini lebih rendah dari perubahan yang dihasilkan oleh sektor
83
lain akibat injeksi dana.
Sektor-sektor yang menikmati efek ganda
paling. besar dari injeksi dana ini adalah sektor industri lainnya (18,12%) dan industri pakaian jadi (9,15%). Sedangkan industri pulp mengalami perubahan output yang cukup besar yaitu sebesar 5,53%. Secara umum efek ganda melalui penciptaan output lebih dapat dinikmati oleh sektor industri pengolahan bila injeksi dana dilakukan terhadap industri pengolahan itu sendiri dibandingkan dengan injeksi dana terhadap sektor pertanian dan sektor migas terdahulu. Selanjutnya
terkait
dengan
kelompok
pendapatan
rumah
tangga, dalam hal ini berapa. besar perubahan yang dialami oleh kelompok pendapatan rumah tangga akibat adanya injeksi dana di beberapa sektor dalam perekoriomian dapat dilihat pad a Tabel 5 .14. Tabel 5.14. Pengaruh lnjeksl Dana pada Sektor-sektor Terpilih Terhadap Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Kel. Pendapatan RT
Output
(600) Desa Rendah Desa Sedang Desa Tinggi Kota Rendah Kota Sedang Kota Tinggi
628,050 1,263,975 1,252,118 2,030,531 2,996,873 7,845,698
Hasil Simulasi (51%) Perubahan Output sesudah simulasi I II Ill 5.93 2.56 4.82 6.58 3.54 5.64 1.49 1.18 1.38 1.13 0.73 1.25
(%) 0.72 0.63 0.74 0.97 0.91 0.56
Efek ganda paling besar yang dinikmati oleh kelompok rumah tangga adalah injeksi yang diberikan pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 6,58% yang akan dinikmati oleh kelompok rumah
tangga
desa
sedang
tetapi jika
pemerintah
memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap masyarakat desa maka injeksi dana diberikan terhadap sektor pertanian karena perubahan output yang dihasilkan setelah simulasi mencapai nilai terbesar yaitu berkisar antara 3,54-5,93%.
Injeksi dana pada sektor industri pengolahan
belum mampu memberikan efek ganda yang berarti pada kelompok rumah tangga yang terlihat dari kecilnya perubahan output yang berkisar hanya 0,56-0,97°/o.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
output awal dari suatu sektor rendah dan diberikan bobot besar atau
84
sebaliknya output awalnya besar kemudian diberi bobot rendah tidak mempengaruhi perubahan dalam kelompok pendapatan rumah tangga. Berkaitan dengan penelitian ini, maka jika strategi/pendekatan yang dilakukan bertumpu pada pengembangan sektor, maka Pemda Riau sebaiknya mengembangkan sektor pertanian yang didukung oleh industri pengolahan, karena hasil simulasi menunjukkan bahwa efek ganda yang ditimbulkan oleh sektor pertanian selain dinikmati oleh sektor pertanian itu sendiri juga efek gandanya lebih banyak dinikmati sektor industri pengolahan.
Hal ini menunjukkan bahwa Pemda Riau
sudah saatnya memikirkan pengembangan industri pengolahan agar dapat mengolah output yang dihasilkan oleh sektor pertanian secara keseluruhan atau menyediakan input yang dibutuhkan oleh sektor pertanian dalam proses produksi, selain itu untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi dalam perekonomian Riau.
Dengan demikian
output dari sektor pertanian t!dak langsung dikonsumsi habis atau diekspor ke luar daerah dalam bentuk bahan mentah tetapi telah melalui proses pengolahan leb1h dulu.
Yang dimaksud pengolahan di
sini adalah sektor-sektor yang berkaitan sebagai penyedia
input
(backward linkage) maupun pengguna output (forward linkage) dari sektor-sektor yang bersifat ekstraktif seperti sektor kehutanan dan sektor perikanan. Pada sektor industri pengolahan sendiri, meskipun peningkatan output total sektor industri masih rendah dan efek ganda dari simulasi ke sektor lain rendah, tapi perlu dikembangkan karena nilai tambah yang ditimbulkan dan berpotensi dalam penyerapan tenaga kerja. Banyaknya eksploitasi sumberdaya alam mengakibatkan di propinsi Riau banyak terdapat industri pengolahan yang akan hasil
sumberdaya alam
yang
akan dieksploitasi
mengol~h
sehingga
hasilsektor
industri pengolahan cukup berpotensi untuk dikembangkan.
85
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
BABVI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis yang didapat maka disimpulkan bahwa : Dengan
menggunakan pendekatan
produksi diketahui
bahwa
kontribusi industri pulp terhadap pembentukan PDRB Riau (tanpa migas) hanya sebesar 1,30%. Hal ini menunjukkan bahwa peranan industri pulp dalam perekonomian Riau masih sangat kecil. Sementara itu pada model Miyazawa diketahui bahwa peranan industri pulp dalam penciptaan pendapatan rumah tangga dan output jika terjadi perubahan permintaan akhir juga tidak begitu besar. Sebagaimana terlihat pada nilai pengganda pendapatan industri pulp (peringkat-12) dan pengganda output (peringkat-17). Keterkaitan industri pulp secara langsung dalam perekonomian Riau
adalah
bila
dilihat dari
nilai
BL (backward linkage)
maka
penggunaan input industri pulp terkait dengan sektor pendukung (penyedia bahan baku dan pendukung proses produksi) seperti industri kimia.
Hal menarik terjadi pada sektor kehutanan yang sebenarnya
merupakan input langsung (melalui bahan baku kayu) industri pulp tetapi nilai BL langsungnya rendah te-rhadap industri pulp (peringkat-9). Penyebabnya diduga karena sebagian besar bahan baku industri pulp berasal dari illegal logging. Selanjutnya berdasarkan nilai FL (forward
Linkage) pendistribusian output yang dihasilkan oleh industri pulp terkait terutama dengan sektor pengguna industri pulp itu sendiri seperti industri percetakan/penerbitan . Keterkaitan secara total (total linkages) industri pulp terkait dengan semua sektor yang ada dalam perekonomian, hal ini karena adanya pengaruh round by round effect . Tetapi sektor yang lebih banyak
mengalami
peningkatan
output· jika
terjadi
peningkatan
86
permintaan akhir industri pulp adalah sektor pertambangan migas dan sektor paling banyak menggunakan output tersebut adalah industri percetakan/penerbitan . Peran industri pulp dalam distribusi pendapatan adalah bahwa sektor ini hanya bisa membantu mengurangi ketimpangan dalam persentase yang kecil.
Sebagaimana terlihat pada keterkaitan ke
belakang maupun ke depan secara total industri terhadap kelompok rumah tangga perkotaan lebih besar dibanding kelompok rumah tangga pedesaan.
Hal ini artinya pengembangan industri pulp paling
besar dinikmati oleh masyarakat perkotaan sedangkan masyarakat pedesaan hanya menikmati sedikit saja padahal lokasi pabrik industri pulp ini terletak di pedesaan. Pada model Miyazawa industri pulp bukan merupakan sektor unggulan
dalam
semakin
rendahnya
perekonomian
perekonomlan
setelah
Riau.
keterkaitan
Hal
industri
masuknya
rumah
inl
disebabkan
pulp tangga
karena
dengan
sektor
sebagai
sektor
produksi. Efek
ekstraksi
bila
industri
pulp
dihilangkan
(lost)
dari
perkonomian Riau maka output impactnya hanya sebesar 1,25°/o. Hal ini disebabkan karena output yang diciptakan oleh industri pulp dalam perekonomian Riau kecil dan keterkaitan industri pulp yang tidak begitu
besar
dengan
sektor-sektor
perekonomian
(sebagaimana
ditunjukkan oleh nilai MPMnya).
6.2. Rekomendasi Kebijakan Sesuai hasil analisis penelitian dan simulasi maka rekomendasi kebijakan yang diberikan antara lain : Masalah
mendasar industri
pulp
di
Riau
adalah
kapasitas
berlebihan (over-capacity) akibat kebutuhan bahan baku lebih besar dari ketersediaannya. dilakukan
untuk
Oleh karena itu langkah awal yang harus
mengatasinya
adalah
dipenuhinya
kewajiban
87
pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI-Pulp).
Hal ini untuk
mengatasi permasalahan illegal-logging dalam pemenuhan bahan baku industri pulp. Berdasarkan analisis model Miyazawa diperoleh hasil bahwa peran industri pulp dalam perekonomian Riau masih kecil dan belum mampu mengurangi ketimpangan mengingat efek pengembangan sektor
ini
lebih
bias
masyarakat pedesaan.
ke
masyarakat
perkotaan
dibandingkan
Oleh karena itu maka diharapkan Pemerintah
dapat mengkaji-ulang kebijakan pengembangan industri pulp. Dalam
rangka
percepatan
perekonomian
daerah
dan
mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan maka Pemda Riau dapat mengembangkan sektor unggulan yang mempunyai keterkaitan (linkages) yang tinggi dengan sektor-sektor dalam perekonomian dan dampak pengganda yang besar pada model Miyazawa yaitu industri logam dan barang dari logam, industri barang-barang dari besi dan baja dasar serta industri mesin dan peralatan listrik. Jika
strategi/pendekatan
yang
dilakukan
bertumpu
pada
pengembangan sektor, maka Pemda Riau sebaiknya mengembangkan sektor pertanian yang didukung oleh industri pengolahan, karena hasil simulasi menunjukkan bahwa efek ganda yang ditimbulkan oleh sektor pertanian selain dinikmati oleh sektor pertanian itu sendiri juga efek gandanya lebih banyak dinikmati sektor industri pengolahan. menunjukkan
bahwa
Pemda
Riau
sudah
saatnya
Hal ini
memikirkan
pengembangan industri pengolahan agar dapat mengolah output yang dihasilkan oleh sektor pertanian secara keseluruhan atau menyediakan input yang dibutuhkan oleh sektor pertanian dalam proses produksi.
88
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
DAFTAR PUSTAKA Achjar,Hewings and Sonis. 2002. A Visit to Miyazawa: Bridging The Gap In The Application of Multisectoral Models of Indonesia. Disampaikan pad a sa at Konfererisi Ilmu Regional wilayah Pasifik ke-7. Bali. Carllson and Ronnqvist, 2004. Supply Chain Management in ForestryCase Studies at Sodra Cell AB. Swedia. Dumairy, 1996. Jogjakarta.
Perekonomian
Indonesia.
Penerbit
Erlangga.
E.G. Togu Manurung dan Hendrikus H. Sukarna, 2003. 'Industri Pulp dan Kertas : Ancaman Baru terhadap Hutan Alam Indonesia'. Hendranata A, 2004. Analisis Input-Output. Bahan Kuliah Perencanaan Sektoral. Magister Perencanaan Kebijakan Publik (MPKP) UI, Jakarta. Hewings G J D, 1985. Regional Input-Output Analysis. Department of Geography and Regional Science Program University Of. Illinois at Urbana. Champaign. SAGE Publications, Beverly Hills, California: Kerangka Teori dan Analisis. Tabel Input-output. BPS,2000. Jakarta. Kerugian Daerah Akibat Kegiatan !legal logging, 2004. Makalah Dinas Kehutanan Riau. Disampaikan pada saat Seminar Nasional Penanggulangan !legal Logging. Pekanbaru. Maulida E, 2003. Analisis Dampak Pengeluaran Wisatawan terhadap Distribusi Pendapatan dan Perekonomian di Propinsi Bali (Pendekatan Model Miyazawa). Tesis Program Pasca Sarjana, Bidang Studi Ilmu Ekonomi UI. Depok. Riau Dalam Angka, 2002. Badan Pusat Statistik Riau. Pekanbaru. PDRB Propinsi Riau, 2002. Kerjasama BAPPEDA Propinsi Riau dengan BPS Propinsi Riau. Perkembangan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) dan Permasalahannya di Propinsi Riau, 2004. Dinas Kehutanan Propinsi Riau. Pekanbaru. Potter, L and Badcock. 2001. The Effects of Indonesia's Decentralisation on Forest and Estate Crops in Riau Province : Case Studies of The Original Districts of Kampar and Indragiri Hulu. CIFOR. Bogor.
Pulp and Paper Industry Report. 2002. PT. Data Consult Inc. Jakarta. Miller R and Blair P D,1985. Input-Output Analysis : Foundations and Extensions. University of Pennysilvania. Prentice-Haii,Inc, Engkword Cliffs, New Jersey. Rencana Kerja Dinas Kehutanan Propinsi Riau, 2003. Pekanbaru. Tadjoeddin, M, dkk (2001), 'Aspirasi terhadap Ketidak Merataan: Disparitas Regional dan Konflik Vertikal di Indonesia', UNSFIR Working Paper 01/01-1, Jakarta. Sihombing, H, 2004. Dampak Industri Kehutanan Terhadap Perekonomian Riau : Analisis Input-Output Berwawasan Lingkungan. Tesis Program Pasca Sarjana, Bidang Studi Ilmu Ekonomi Pertanian IPB. Boger. Sonis M & Hewings G J D, 2000. Spatial Multipliers within a Triple Decomposition of Input-Output Central Place Systems Paper, REAL 03-T-30. December 2003. Sonis M & Hewings G J D, 2000. Hierarchies of Regional SubStructures and their Multipliers within Input-Output Systems: Miyazawa Revisited Paper, REAL 2003. Statistik Kehutanan Propinsi .Riau, 2003. Riau. Pekanbaru.
Dinas Kehutanan Propinsi
Suahasil Nazara,1997. Anal isis Input-Output. Lembaga Penerbit FE-U I, Jakarta. Sumardjani, L. 1995. Meragukan Daya Saing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Dunia. Yayasan Mangrove. Jakarta. Survey Sosial Ekonomi Nasional, Jilid I dan III. Tahun 2002. Penerbit BPS. Jakarta. Tambunan T, 2001.. Perekonomian Indonesia Empiris. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Teori dan temuan
Todaro P M, 1995. Ekonomi Untuk Negara Berkembang. Suatu Pengantar tentang Prinsip-Prinsip, Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Penerjemah : Agustinus Subekti. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Waromi, Y, 2005. Analisis Peran Sektor Energi dan Mineral Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja di Papua (Pendekatan Input-Output :Model Miyazawa).Tesis Program Pasca Sarjana, Bidang Studi Ilmu Ekonomi Ul. Depok.
lJNIYERSIT~\S 1:\I)()~ESIA
LA MP I RA N
Peta Area Konsesi PT. RAPP dan PT. IKPP di Propinsi Riau
3-H Raja i) v
·)
'
.BtJc.it TigiP:J! . 'l
Concession of APRIL .· APP and Conservation Areas
So·. rce · '·b ~ 2·))2 F~s: ~r• tc-!'' Ccr:s~r.·t:·
Fo=s: So?·."c·n :).rc!!ss.Y
'r·Jo·,r ofs .o\dmnsra:or, MD '.
: :-, • ·
.J.
o :... · ·t>N • ; . .. .. ~ ~
:;.
. .,: : . I It o •
··r
3 • ·1 · - G : :
· : .. ',
~ : J'
•
I : '.
M<1p of APP and APRIL concession ateas in Riau (Map ftom the 'v'l\o'lF o:lice in RiCJ u). 1. 2.
3.
APP l·:l :::lat::n iun' are::.3 Tr.·ss::: Nil::: Pr:• l a l ;,.\'~ ?.n sr.
A. L:: ~ati:::n ::f RAPP 1APRIL: B. l ::~ati:::n ::f I KPP 1APP : Act·:len:l um ty tl1€' :~~.r.n ::•
Lampiran 1. TABEL MODEL MIYAZAWA (Juta Rupiah) KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 190 202 203 204 209 210
SEKTOR Pertanian dan bahan makanan lainnya Perl<ebunan dan hasilnya Petemakan dan hasilnya Kehutanan dan hasilnya Perikanan dan hasilnya Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Barang Tambang Lainnya dan Barang Galian lndustri Makanan, Minuman dan Tembakau lndustri Tekstil Kecuali Pakaian Jadi lndustri Pakaian Jadi lndustri Kayu Gergajian dan Awetan lndustri Barang dari Kayu. Rotan dan Bambu lndustri Elubur Kertas lndustri Percetakan/Penerbitan lndustri Kimia lndustri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi lndustri Karet lndusUi Barang-barang Plastik lndustri Baran9-barang dari Bahan Bukan Logam lndustri Logam dan Barang dari Logam lndustri Barang-barang dari Besi dan Baja Casar lndustri Mesin clan Peralatan listrik lndustri Barallltbarang Elektronika dan Komunikasi lndustri Kendaraan BennotOI' lndusUi Lainnya Listrik. Gas dan />Jr Bersih Bangtnvl Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan clan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank clan Lembaga Keuangan Non Bank Jasa Perusahaan dan Sewa Bangunan Jasa Pemerintahan Umum Jasa Sosial ~emasyarakatan. Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumahlangga Rumah Tangga Desa Rendah Rumah Tangga Desa Sedang Rumah Tangga Desa Tingg1 Rumah Tangga Kola Rendah Rumah Tangga Kola Sedang Rumah Tangga Kola Tingg1 Jumlah Input Antara Surplus Usaha Sisa Penyusutan Pajak Tidak Langsung Nilai Tambah Bruto Jumlah Input
2
1 46.883 589 3.665 92 0 0 0 0 7~1
0 0 485 74 3 134,718 556 1 339 0 0 1,530 48 0 0 25 0 11.149 2.466 440 2,091 95 290 3,411 0 40 1,846 81,706 107.388 63,149 11.864 10,126 8,661 494.441 725,321 17.122 76 742.519 1,236.960
0 222.460 895 1,884 0 0 0 389 1,812 100 238 612 1.724 170 167,800 8,523 17 1,674 73 2.422 5,719 2,219 1 81 434 961 126.132 7.505 1,165 8,573 318 846 4,733 0 505 8.966 275,767 362.445 213.134 40.043 34,175 29.230 1,533,744 1.258,822 76,478 178,892 1.514,192 3.047.936
3
4
6,734 2,316 8.417 167 0 0 ~
165,148 66 1 463 462 85 34 13,147 3,791 2 806 18 316 185 131 0 0 70 1,631 6,657 9,696 269 3,641 40 92 1,385 0 210 809 31.142 40.930 24.069 4,522 3,859 3,301 334.613 260,150 7,587 108 267,845 602,458
0 0 0 15,195 0 0 0 0 1,126 0 0 0 4,445 910 45,691 44,605 12 24 53 31,792 5,581 26,197 0 0 1,920 2.217 99.583 12.096 12,267 15.733 512 647 9,670 0 0 22.135 23.213 115.296 174.482 11.068 30.746 20.292 727.509 965.957 88,188 82.141 1,136,286 1,863,7%
5
6
142 0 0 0 90 0 216 0 166,385 0 3,101,020 0 0 0 30.261 0 444 1 0 1 305 0 345 0 77 0 31 0 13,430 3 30,670 4 0 6 1,328 G 8 0 23,600 2 312 0 551 2 0 0 58,948 2 116 0 780 0 7,327 5 6,930 1 1,075 0 2,768 3 158 1 262 9 5,143 13 0 0 500 0 333 1 3,391 20.625 45.251 27.363 14,776 149.412 24.237 116.415 54,178 367,556 4,068,801 43.507 7,834,006 555.114 468,283 25.155,302 1.027,529 31,139 1,627 24 499.446 26.184,458 1 .0~4.flGO :14,018,464
7 0 0 0 254 0 0 0 0 94 294 0 54 20 86 1,887 27,346 2 117 46 1,028 375 13,509 0 38 17 164 2,113 7,781 59 22,929 1,949 288 1,176 0 297 5,729 19.021 142.764 116.240 0 0 0 365,676 317,165 57,494 46,377 421,036 786,712
8
433,656 150,187 132,314 90 138,387 11 739 309,448 2.201 216 542 540 17.295 1,586 50,195 25,646 11 9,616 784 9,570 1,857 7,713 0 0 158 10,760 6,866 84,772 4,463 37,525 4,007 11,273 8,669 0 2,434 10,663 2,442 28.215 4,883 60,585 49,918 112,044 1,732,281 412,148 55,936 90,155 558,239 2,290,520
9 0 6,261 160 31 0 20,998 0 5,921 100,805 2.011 218 145 841 288 51,818 7,441 402 3,176 228 741 131 1,392 0 0 773 5,200 3,245 15,563 1.253 6,307 1,155 4.913 3,541 0 318 677 0 0 21.538 4,534 20.405 0 292,430 53,297 14,736 5,868 73,901 366.331
10 0 0 0 0 0 0 0 48 67,983 1,238 3 3 761 257 2,966 1,412 61 159 0 783 17 766 0 0 416 1,139 184 4,684 488 1,950 489 1,735 622 0 191 102 276 0 0 17,998 7,656 1,492 115,879 17,534 7,958 1,766 27,258 143,137
11 0 2.467 0 345,267 0 0 0 2,283 2,243 0 126,411 46,237 12 387 936 43,170 109 12,371 1,324 1,531 4,569 18,230 0 0 1,381 1,494 1,614 146,074 641 89,699 8,200 35,235 24,376 0 206 14,137 1,918 4,541 ;~ 2.544 4,500 8,280 3,986 956,373 11,303 15,312 3,220 29,835 986,208
12 0 2.467 0 267,240 0 223 1,633 2,283 17,424 0 169,415 45,504 3,731 359 155,025 38,693 85 12,075 1,324 21,269 4,481 16,787 0 0 1,354 24.225 16,008 140,078 13,968 75,888 7,620 33,358 22,385 0 4,677 12,891 2.210 3,536 8.895 38,862 47,901 114,080 1,327,953 286,499 66,695 16,635 369.829 1,697.782
13 1,391 3 0 15,525 0 0 0 837 93 0 232 1,363 298,781 554 70,822 38.769 1 1.375 9 1,144 188 1,216 0 0 174 13,843 1,326 46.241 3,780 21,179 2,661 17.037 3,976 0 2.473 8.624 1,738 5,183 3,887 6,414 47,265 44,833 662,939 175,452 34,371 19,087 228,910 891,849
14 0 3 0 0 0 0 0 30 56 0 8 8 103,092 501 8,236 526 0 73 9 184 90 77 0 0 25 949 21 3.122 296 1,902 350 315 458 0 795 155 0 0 0 12,653 12,811 9,173 155,917 64,335 1,831 1,246 67,412 223.329
15 100 129.307 176 50 14 2.421.96C 425 4.199 1.791 27 5 318 1.100 353 80,383 12.015 56.537 6,528 654 267 1,085 7,627 593 230 230 2.326 1,603 32.016 1,655 18,363 4,527 6,465 9,099 0 1.346 5.494 0 0 0 7.471 98.149 51.272 2,965.761 138.957 39.093 29.511 207.561 3.173.322
17
16 0 29 0 0 0 3.656.524 0 0 29 26 0 0 12 2 4,364 3,018 6 415 6 5.577 ' 534
4,352 462 230 25 540 11,145 1,511 2,174 3,627 555 1,581 2,661 0 98 3,980 2,469 7,680 9,052 14,195 14.812 629,634 4.381,324 1 877,062 448,832 33,586 2 359.480 6 740.804
0 120,186 0 0 0 13 8 0 8,075 0 8 8 220 50 94,380 3,630 55,990 1,787 44 1.637 276 1,230 131 0 74 552 636 6,929 950 3,067 443 750 1,919 0 98 314 4,922 0 0 14,026 12,922 3,946 339.221 33.603 7.632 5,140 46.375 :1Rr..59G
18
19
0 24 0 0 0 89.547 16 0 548 0 19 19 595 7 118,284 803 51:< 677 29 998 35 962 0 0 10 777 86 3,845 459 3,028 733 365 514 0 101 598 217 668 0 6,045 16,842 14,551 261,914 90,331 3,520 10.292 104.143 366.057
0 0 0 26 0 2.409 20.304 19 30 0 66 54 2.222 106 14.750 5.853 2 292 1,134 337 18 318 0 0 19 2.712 2.821 1.154 654 5,985 574 718 1.145 0 169 261 577 938 2.636 4.568 8,949 0 81.820 11.357 12.001 5.281 28.639 110.459
20 0 0 0 73 0 0 606 0 0 100 5.783 7,821 52 1.655 769 107.239 50,958 141,176 20.251 2 532.556 2,018,562 642,978 231,473 87,532 2 0 662,555 0 426,859 41.922 105,660 117.303 0 0 34.260 0 0 0 6.078 17.600 105.969 5,367.794 166.745 18,431 8,533 193.709 5,501.!'".03
21 0 0 0 16 0 45.710 20 0 429 9 4.397 2.657 5.169 1,030 279.822 68.754 1,428 4.058 669 681.!105 331,025 12,695 419 0 714 71,448 7,160 65.914 28.868 86,620 7 811 28,025 28,695 0 1,009 6.144 0 0 50.011 2,468 38,989 79.952 1,941,939 255.374 117.935 115.147 488.456 7,430.395
22 0 0 0 0 0 711 13 0 3,156 79 2.764 2.685 18.485 482 360,584 17.050 6,075 45,979 13,609 1.911.789 93.001 1,617,825 18.248 0 4,040 10,464 4,106 275,776 4,056 99,228 13,183 26,337 22.846 0 2.993 10.977 6,272 0 26.882 69.977 103.944 262,110 5,055,726 369.146 117.935 115.147 602.228 5.657.954
~3
0 0 0 0 0 0 0 0 463 0 1,387 997 16.832 127 164.507 11.779 11,336 67,851 4,339 1,019.485 45,114 343,617 622,535 0 75,295 16,603 23.785 280,504 11,768 205,489 17,186 34.022 41,318 0 4,409 16.276 0 .. 0 0 87.835 228.769 78.812 3.432.440 642,226 261,650 193.065 1.096.941 4.529.381
24 0 0 0 57 0 0 0 0 1,111 13 5.055 1,481 352 16 77,420 11,653 32,119 23.288 1,633 379,996 63,415 44,424 1,776 231,473 7,463 8,289 6,051 40,361 10,742 35,519 3,742 17.275 24.443 0 5,411 860 0 0 0 0 0 336.922 1.372,380 331,864 75.840 80,275 487.979 1.860.359
25 0 184 13R 20 45 0 20 95 450 0 91 62 49 4 3,836 122 93 273 492 2.625 1,279 57 44 0 2.880 294 16 1,428 100 756 466 292 928 0 110 384 33 103 0 928 2,586 2.234 23.518 3,239 651 1,434 5.324 28.842
26
27 0 0 0 0 0 0 0 0 64 290
0 0 484
1,555 23.244 114,324 2 0 2 0 234 40,013 0 0 74 95,514 59,774 41,428 130 1.599 1,850 2.973 34.862 0 1.076 5.875 321 1.606 0 18,460 21,003 39,194 505,951 40,033 104,286 6,699 151.018 656.969
0 0 0 82,833 0 0 0 0 2.430 0 19,194 145.481 4,538 3,463 17,778 341,912 14,936 53.589 246,960 100,750 540.141 161,992 9,636 0 2.890 3,076 11,469 634,072 4,565 13,242 13,474 4,617 21,514 0 2.709 4.653 15,717 121,438 31,852 246.331 248.686 186.252 3.312.190 400,080 121,709 69,592 591.381 3,903,571
28
29
545 26 0 21 0 0 37 2,360 135 5.460 7,051 7.051 15,279 24,747 3,075 117,145• 1,194 57,471 643 7,005 378 5,993 634
0 3,669 112,190 175,520 25.820 82.901 135,229 115,873 14,946 26.992 0 10,392 110.398 43,399 30,601 6,248 593.539 388.805 262.921 2.395.691 2,238.905 314.717 172.478 2,724.100 5.119.791
92.275 6.606 79.726 637 89.230 0 0 727,180 3.175 3,046 0 229 1.409 4,720 4,081 21,941 161 1,247 463 0 1,293 1,456 76 0 524 23,043 27,416 15,114 1.471 48,733 12.965 364 2.340 0 1,954 3,538 23,955 15,597 4,387 140,244 97.266 193,173 1.651,036 428,167 68,604 88,216 584.987 2.236.023
30 151 74 623 10 573 0 54 17,424 5,050 3,350 71 70 5,047 4,063 304,862 300.029 504 671 156 109,511 152 4,194 499 104,667 1,726 7,642 53,583 23.839 29,518 255,275 13,573 3,709 5,786 0 3,580 188,343 11,505 22.108 37.293 86.115 111,948 163,370 1,880,718 665,674 136.184 15,893 817,751 2,698.469
31
32
0 0 0 0 0 0 0 44 499 137 48 48 3,078 2,501 3,169 2,938 2 72 24 2,073 187 904 885 0 88 4,856 53,696 932 1,027 9,319 19,530 367 907 0 2.118 1,829 1,759 2,639 0 16,364 20,098 60,909 213,047 39,579 101.125 5,031 145.735 356.782
0 3 0 0 0 0 0 162 135 16 0 0 15,279 9,645 3,075 2,414 49 97 7 986 52 825 110 0 680 6,718 31,797 1,491 9,522 8,910 8,987 44,065 39,608 0 6.134 10,007 735 4,042 0 32,148 31.134 140,902 409,735 227,002 19,728 5,422 252.152 661.887
33 11' 11 791
c 54 0 0
801 975 53 33 29 7,433 2,257 18,579 12,118 273 974 70 30,237 454 29,423 360 0 1,502 6,833 60,387 7.239 4.753 9,696 9,302 27,213 15,407 0 5.243 17,186 1.827 2.923 7.352 32.123 39.594 94.296 447,913 412,791 49.868 31,578 494.237 942.150
34
35
36
Rendah 0 546 12 0 0 0 0 0 9,866 5,098 559 559 67,752 26,795 75,967 49,773 23 4,997 1,246 123.659 10,769 45.382 6,565 60,942 6,416 38.130 436,910 5,837 114,180 119,818 15,516 2,360 2,818 0 4,673 83.819 41.115 127,816 231.770 236,867 719.535 625.481 3.303.571 0 100,508 0 100,508 3,404.079
5,754 834 1,126 13 1.122 0 0 14,667 1,203 270 0 75 17,198 15,899 24,906 3,019 148 630 89 0 371 1,047 247 0 6,073 2.916 20.231 5,648 1,193 3,689 1.079 196 310 0 2,189 2.085 4,612 15.498 40,392 19.491 51.561 37,092 302,923 32.017 13.106 2.121 47,244 350,167
0 1,149 0 21 0 0 0 8 4,075 508 72 69 749 234 28.260 310 23.5!10 1,986 233 40,440 1,935 4,696 8,757 25,052 1,006 5.020 3,498 4,156 1,426 8,245 382 50 740 0 1.090 901 5,167 27,409 7.233 41,565 28,804 17,308 296.133 184.192 26,948 9,146 220.286 516,419
63,367 3,054 22,916 430 24,794 0 0 51,836 8,393 3,753 0 0 0 0 8,447 0 0 0 36 0 0 7,539 0 0 27 635 0 0 0 18,513 0 0 3,796 7,523 8,372 7,156
DESA Sedang 167,398 36,774 54,500 1,883 75,392 0 32 179,015 88,219 56,902 0 9.687 0 0 58,960 11,633 0 0 1,091 0 0 45,457 83,405 9,697 1,720 17.201 0 0 0 97,482 525 16,300 75,093 108.937 67,357 163,583
--
Tinggi
Rendah
KOTA Sedang
103,135 28,779 64,529 1,198 65,462 0 39 151,262 251,938 52,013 0 112,409 0 0 82.850 60,615 0 0 5,044 0 0 147,715 277.590 475,000 18,054 33,122 0 0 0 81,962 44,682 61,738 107.885 334.985 101,352 171.114
163.734 84.175 80.457 29,594 62,699 0 0 59.919 0 10,132 0 1,903 0 31,361 1,756 84,697 2.786 0 0 792 3,526 5,569 0 0 4 18,453 0 362.019 0 29.736 42 0 62.043 5.687 27.385 17.055
127,072 50,296 122,975 40,960 117.007 65,096 27,5S3 10,621 58,649 22,736 0 0 1 6 85.035 67,570 5.4!16 21.523 78,918 80.498 0 0 87,374 19,689 0 0 174,378 190,448 13,850 14,296 295,512 144,300 26,886 21,362 121,346 93,501 3 53 54,367 50.221 396,339 626,718 47,247 28,571 103,706 418,702 11,558 11.140 149 61 37,658 44,345 0 0 1,454.056 375.761 456,301 1,159.003 520.078 341,243 18,426 32.194 178,001 151.171 215.185 236.716 182.924 332.734 110.150 87.625 187.198 309.327
180
302
303
304
305
309
310
Tinggi 1.262.745 962,450 632,638 801.058 705,542 9,339,126 23,955 1.878,245 614,307 304,560 344,438 496,533 614,272 501,065 2.602.928 2,073,747 307,671 672,038 302,856 4,618,941 2,675,922 4,718,530 2,178,358 1,220,532 229,829 634,721 1.273,970 4,816,414 1,967,580 2,881,498 427,097 835,859 1,192.431 972,790 471.788 1,450,683
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Oj 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.388,721 1,304,581 0
0 0 4,812 0 0 0 0 0 332 0 0 23,642 0 0 0 0 0 0 1,594 0 124,792 2.088,993 503,598 1,675,347 94,258 0 2.846,352 303,377 0 274,940 0 0 0 0 904 7,384
-33,720 334.977 301,257 1,564,002 -103,430 2.201.775 2,098,345 3,060,795 5,519 381,840 392,171 1,024,809 90,603 982.819 1,073,422 1,874,480 -107,351 1,331.981 1,224.630 1,930.172 0 24,679,338 24,679,338 34,018,464 2.184 1,141.323 1,143,507 1,167,462 -575,361 3,966.043 3,390,682 5.268,927 14,661 258.468 273,461 887,768 -50,874 59,713 8,839 313,399 21,314 892.423 913,737 1,258,175 -16,334 1,982.097 1,989,405 2,485,938 1,359,359 1,359,359 1,973,631 0 -78,508 129,799 '51,291 552,356 159,799 2,305,547 2,465,346 5,068,274 72,148 5,487,647 5,559,795 7,633,542 -32,355 600,745 588,390 876,061 -49,419 285,228 235,809 907,847 -3,089 167.766 166,271 469,127 235,317 1,002.259 1,237,576 5,856,517 94,051 115,700 334,543 3,010,465 125,797 896,340 3,111,130 7,829,660 1,904,626 2,481,722 4,660,080 73,498 -425,816 58,638 1,308,169 2,528,701 -32,542 379,398 441,114 670,943 0 22.248 22,248 656,969 -280,830 64,079 2.629,601 3,903,571 0 0 303,377 5,119,791 301,892 0 301,892 2,269,472 193,768 468,708 3,350,206 0 8,827 0 8,827 435,924 31,572 0 31,572 867,431 4.658 0 4,658 1,197,089 0 53.654 2.442,375 3.415,165 0 1,305,485 1,777,273 0 0 2.924 10,308 1,460.991
409
600
327,042 1.236,960 12,859 3.047,936 422,351 602.458 10,685 1,863,795 875,812 1.054,560 0 34.018,464 380,750 786,712 2,978,407 2.290.520 521,437 366,331 170.262 143,137 271,967 986,208 788,156 1,697.782 1,081,782 891,849 329,027 223,329 1,894,952 3,173,322 892,738 6,740,804 490,465 '3!15.596 541,790 366,057 358,668 110.459 295,014 5,561,503 580,070 2,430,395 2.171,706 5,657,954 130,699 4,529,381 668,342 1,860,359 642,101 28,842 0 656,969 0 3,903,571 0 5,119,791 33.449 2.236,023 651,737 2.698,469 77,142 358,782 205,544 661,887 254,939 942,150 11,086 3,404.079 1,427,106 350,167 944,572 516,419
Lampiran 2. INCOME DAN OUTPUT MULTIPLIER RANK
- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
SEKTOP.
TYPE I
20 11 21 22 23 17 8 13 15 12 9 26 14 24 19 10 30 18 25 3 27 29 33 5 36 16 31 4 32 28 35 34 2 1 6 7
13.2952 9.0367 3.7671 3.7006 3.3874 3.1670 2.5391 2.3517 2.3253 2.2900 2.2139 2.1961 2.0352 1.8836 1.8653 1.8331 1.8156 1.7476 1.7446 1.6890 1.6760 1.6193 1.6153 1.5497 1.3886 1.3662 1.3561 1.3460 1.3270 1.2720 1.1870 1.1809 1.1809 1.1638 1.1003 1.0738
INCOME MULTIPLIER SEKTOR TYPE II SEKTOR
20 11 21 22 23 17 8 13 15 12 9 26 14 24 19 10 30 18 25 3 27 29 33 5 36 16 31 4 32 28 35 34 2 1 6 7 37
18.2905 12.4320 5.1825 5.0910 4.6601 4.3569 3.4930 3.2352 3.1990 3.1504 3.0457 3.0212 2.7999 2.5914 2.5662 2.5219 2.4977 2.4043 2.4000 2.3235 2.3057 2.2278 2.2223 2.1319 1.9103 1.8795 1.8656 1.8517 1.8256 1.7500 1.6329 1.6246 1.6246 1.6010 1.5137 1.4772 0.0000
20 11 15 22 21 17 23 8 26 9 12 13 18 19 14 24 10 30 25 16 27 29 3 33 5 36 31 32 4 35 28 34 2 1 6 7 KOTATINGGI KOTASEDANG KOTARENDAH DESATINGGI DESASEDANG DESARENDAH
MIYAZAWA
21.3073 17.6463 6.3180 6.2856 6.0975 5.4524 5.1803 4.1002 3.8344 3.7914 3.7840 3.7541 3.2250 3.1786 3.0945 3.0426 3.0331 2.9402 2.9145 2.8335 2.8022 2.6480 2.4845 2.3156 2.3079 2.1374 2.1354 2.0472 1.9946 1.9034 1.9021 1.8706 1.8249 1.7982 1.6862 1.6853 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
OUTPUT MULTIPLIER SEKTOR OM
22 34 20 39 42 38 35 41 21 23 37 24 25 27 10 11 40 17 9 26 12 29 13 14 30 32 19 31 8 36 3 2 7 18 15 5 33 28 4 1 16 6
5.2022 5.1832 5.1280 4.9695 4.7514 4.5932 4.5580 4.4053 4.3397 4.2922 4.2854 4.2759 4.2022 4.1954 4.1026 4.0969 4.0050 3.9580 3.8243 3.7628 3.7309 3.6957 3.6655 3.6295 3.5449 3.5309 3.5279 3.4951 3.4626 3.4241 3.0875 3.0625 3 0528 3.0391 3 0108 2.9988 2.9865 2.8520 2.6566 2.5558 2.4906 1.8216
Lampiran 3. KETERKAITAN LANGSUNG DAN TOTAL MODEL MIYAZAWA RANK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
KETERKAITAN LANGSUNG Sektor BL Sektor FL 13 0.3350 0.4616 14 15 0.0794 13 0.3350 41 0.0491 0.0530 35 28 0.0231 0.0518 32 42 0.0201 0.0503 19 16 0.0435 34 0.0199 30 0.0237 31 0.0086 32 0.0079 0.0191 33 4 0.0174 0.0076 8 10 0.0053 26 0.0155 36 23 0.0037 0.0097 40 22 0.0033 0.0072 38 28 0.0030 0.0058 4 0.0045 0.0024 33 0.0023 39 0.0044 9 0.0022 29 0.0042 12 21 31 0.0030 0.0021 0.0028 0.0019 35 30 0.0019 25 37 0.0017 1 0.0016 18 0.0016 18 0.0015 36 0.0015 0.0015 27 0.0012 12 27 0.0015 26 0.0007 22 0.0014 29 0.0006 20 0.0013 17 0.0006 8 0.0009 2 0.0006 14 0.0006 15 0.0003 11 24 0.0003 0.0002 0.0002 3 0.0001 21 0.0002 25 5 0.0001 0.0001 9 1 0.0001 0.0000 19 7 0.0000 2 0.0000 11 0.0000 17 0.0000 20 0.0000 34 0.0000 16 0.0000 24 42 0.0000 0.0000 41 23 0.0000 0.0000 10 0.0000 40 0.0000 7 0.0000 39 0.0000 6 0.0000 38 0.0000 0.0000 37 0.0000 5 0.0000 6 0.0000 3
Sektor 13 6 28 42 15 41 16 30 29 20 40 22 8 21 36 32 26 1 33 23 4 27 38 2 39 34 3 5 24 14 35 18 31 9 37 17 12 10 25 19 11 7
KETERKAIT AN TOTAL BL Sektor 1.5236 13 0.2311 14 0.1868 35 0.1861 32 0.1817 34 0.1409 42 0.1205 41 0.1036 19 0.0678 40 0.0665 31 0.0641 39 0.0605 10 0.0551 33 0.0548 22 0.0535 38 0.0497 8 0.0446 25 0.0403 27 0.0396 2G 0.0354 23 0.0327 29 0.0321 28 0.0295 24 0.0278 37 0.0252 21 0.0228 12 0.0193 26 0.0186 9 0.0183 11 0.0177 30 0.0168 36 0.0160 17 0.0158 3 0.0152 4 0.0145 5 0.0102 18 0.0094 2 0.0082 7 0.0036 15 16 0.0028 0.0024 1 0.0006 6
FL 1.5236 0.7146 0.1361 0.0737 0.0734 0.0556 0.0529 0.0484 0.0420 0.0420 0.0352 0.0332 0.0326 0.0321 0.0318 0.0291 0.0288 0.0285 0.0285 0.0285 0.0258 0.0255 0.0252 0.0248 0.0244 0.0244 0.0235 0.0235 0.0225 0.0219 0.0208 0.0171 0.0160 0.0155 0.0149 0.0149 0.0144 0.0141 0.0118 0.0102 0.0098 0.0083
Lampiran 4. INDEKS KETERKAITAN SEKTOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ?1 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Desa Rendah Desa Sedang Desa Tinggi Kota Rendah Kota Sedang Kota Tinggi
TABEL INPUT OUTPUT lndeks Keterkaitan BL FL
0.6292 0.6432 0.8357 0.6829 0.7975 0.5222 0.5867 0.9910 1.1287 1.1468 1.2885 1.0880 1.0858 1.0514 0.9794 0.7659 1.1686 0.9615 0.9569 1.7353 1.5034 1.7328 1.4038 1.2351 1.1588 1.1229 1.1462 0.6773 0.9653 0.9858 0.8007 0.7548 0.7978 0.9186 0.8605 0.8910
•
0.7441 0.9536 0.5737 0.8407 0.6712 3.4339 0.5829 1.0487 1.0515 0.4917 0.6332 0.5745 1.2693 0.5414 2.2354 1.2598 Q.6987 0.6602 0.5785 2.2071 1.1137 2.2023 0.8794 0.7953 0.6139 0.8056 1.0763 1.6435 0.6104 1.2923 0.6554 0.7412 0.7804 0.4746 0.5229 0.7426
MODEL MIYAZAWA lndeks Keterkaitan BL FL
0.6817 0.8169 0.8236 0.7086 0.7999 0.4859 0.8143 0.9236 1.0201 1.0944 1.0928 0.9952 0.9778 0.9682 0.8031 0.6644 1.0558 0.8107 0.9411 1.3679 1.1576 1.3877 1.1449 1.1406 1.1209 1.0037 1.1191 0.7608 0.9858 0.9456 0.9323 0.9419 0.7966 1.3826 1.2158 0.9134 1.1431 1.2252 1.3256 1.0683 1.1751 1.2674
1.1712 0.8710 0.6653 0.5547 0.7357 2.9429 0.3331 1.4598 0.9139 0.4123 0.3763 0.4257 0.9282 0.5049 1.9734 1.2732 0.4789 0.5204 0.3516 1.9900 1.2449 1.9406 0.9917 0.7499 0.3874 0.6526 0.8621 2.2945 1.0529 1.5512 0.4765 0.6494 0.8583 0.6505 0.5038 0.9304 0.5734 0.8471 0.8029 1.2652 1.5633 2.2687
Lampiran 5. Multiplier Product Matrik Model Miyazawa Sector# 6 28 42 20 15 22 41 30 8 16 40 21 1 29 23 36 13 9 2 27 33 38 39 24 5 3 26 34 32 37 4 18 14 35 17 31 12 10 25 11 19 7
22 0.365 0.284 0.281 0.246 0.244 0.240 0.194 0.192 0.181 0.158 0.157 0.154 0.145 0.130 0.123 0.11!> 0.115 0.113 0.108 0.107 0.106 0.105 0.099 0.093 0.091 0.082 0.081 0.081 0.080 0.071 0.069 0.064 0.063 0.062 0.059 0.059 0.053 0.051 0.048 0.047 0.044 0.041
34 0.363 0.283 0.280 0.246 0.244 0.239 0.193 0.191 0.180 0.157 0.156 0.154 0.145 0.130 0.122 0.115 0.115 0.113 0.107 0.106 0.106 0.105 0.099 0.093 0.091 0.082 0.081 0.080 0.080 0.071 0.068 0.064 0.062 0.062 0.059 0.059 0.053 0.051 0.048 0.046 0.043 0.041
20 0.359 0.280 0.277 0.243 0.241 0.237 0.191 0.189 0.178 0.155 0.154 0.152 0.143 0.129 0.121 0.114 0.113 0.112 0.106 0.105 0.10!> 0.103 0.098 0.092 0.090 0.081 0.080 0.079 0.079 0.070 0.068 0.064 0.062 0.062 0.058 0.058 0.052 0.050 0.047 0.046 0.043 0.041
39 0.348 0.271 0.268 0.235 0.233 0.230 0.185 0.184 0.173 0.151 0.150 0.147 0.139 0.125 0.117 0.110 0.110 0.108 0.103 0.102 0.102 0.100 0.095 0.089 0.087 0.079 0.077 0.077 0.077 0.068 0.066 0.062 0.060 0.060 0.057 0.056 0.050 0.049 0.046 0.045 0.042 0.039
42 0.333 0.260 0.257 0.225 0.223 0.220 0.177 0.1i5 0.165 0.144 0.143 0.141 0.132 0.119 0.112 0.105 0.105 0.103 0.099 0.098 0.097 0.096 0.091 0.085 0.083 0.075 0.074 0.074 0.073 0.065 0.063 0.059 0.057 0.057 0.054 0.054 0.048 0.047 0.044 0.043 0.040 0.038
38 0.322 0.251 0.248 0.218 0.216 0.212 0.171 0.170 0.160 0.139 0.138 0.136 0.128 0.115 0.108 0.102 0.102 0.100 0.095 0.094 0.094 0.093 0.088 0.082 0.080 0.073 0.071 0.071 0.071 0.063 0.061 0.057 0.055 0.055 0.052 0.052 0.047 0.045 0.042 0.041 0.038 0.036
35 0.319 0.249 0.246 0.216 0.214 0.211 0.170 0.168 0.158 0.138 0.137 0.135 0.127 0.114 0.108 0.101 0.101 0.099 0.095 0.094 0.093 0.092 0.087 0.081 0.080 0.072 0.071 0.071 0.070 0.062 0.060 0.056 0.055 0.055 0.052 0 052 0.046 0.045 0.042 0.041 0.038 0.036
41 0.309 0.241 0.238 0.209 0.207 0.204 0.164 0.163 0.153 0.134 0.133 0.131 0.123 0.110 0.104 0.098 0.097 0.096 0.091 0.090 0.090 0.089 0.084 0.079 0.077 0.070 0.068 0.068 0.068 0.060 0.058 0.055 0.053 0.053 0.050 0.050 0045 0 043 0.041 0.039 0.037 0.035
21 0.304 0.237 0.234 0.206 0.204 0.201 0.162 0.160 0.151 0.132 0.131 0.129 0.121 0.109 0.102 0.096 0.096 0.094 0.090 0.089 0.089 0.088 0.083 0.077 0.076 0.069 0.067 0.067 0.06:' 0.059 0.057 0.054 0.052 0.052 0.049 0.049 0.044 0.043 0.040 0 039 0.036 0.034
23 0.301 0.234 0.232 0.203 0.202 0.198 0.160 0.159 0.149 0.130 0.129 0.127 0.120 0.108 0.101 0.095 0.095 0.093 0.089 0.088 0.088 0.087 0.082 0 077 0.075 0.068 0.067 0.066 0.066 0.059 0.057 0.05J 0.052 0.051 0.049 0.049 0 044 0 042 0 040 0 038 0 036 0 034
37 0.300 0.234 0.231 0.203 0.201 0.198 0.160 0.158 0.149 0.130 0.129 0.127 0.120 0.107 0.101 0.095 0.095 0.093 0.089 0.088 0.088 0.086 0.082 0.077 0.075 0.068 0.067 0.066 0.066 0.059 0.057 0.053 0.052 0.051 0.049 0.049 0.043 0.042 0.040 0.038 0.036 0.034
24 0.300 0.234 0.231 0.203 0.201 0.198 0.159 0.158 0.149 0.130 0.129 U.127 0.119 0.107 0.101 0.095 0.095 0.093 0.039 0.088 0.087 0.086 0.082 0.076 0.075 0.068 0.066 0.066 C.066 0.058 0.056 0.053 0.051 0.051 0.049 0.049 0.043 0.042 0.039 0.038 0.036 0.034
25 0.294 0.230 0.227 0.199 0.197 0.194 0.156 0.155 0.146 0.127 0.127 0.125 0.117 0.105 0.099 0.093 0.093 0.091 C.OS7 0.086 0.086 0.085 0.080 0.075 0.074 0.067 0.065 0.065 0.065 0.057 0.055 0.052 0.051 0.050 0.048 0.048 0.043 0.041 0.039 0.038 0.035 0.033
10 27 0.287 0.294 0.224 0.229 0.227 0.222 0.199 0.194 0.197 0.193 0.194 0.190 0.153 0.156 0.155 0.152 0.146 0.143 0.127 . 0.124 0.126 0.124 0.124 0.122 0.114 0.117 0.105 0.103 0.099 0.097 0.091 0.093 0.091 0.093 0.091 0.089 0.085 0.087 0.086 0.084 0.084 0.086 0.085 0.083 0.078 0.080 0.073 O.D75 0.073 0.072 0.066 0.065 0.065 0.0~~ 0.064 0.065 0.063 0.065 0.056 0.057 0.055 0.054 0.051 0.052 0.049 0.050 0.049 0.050 0.047 0.048 0.047 0.048 0.042 0.043 0.040 0.041 0.038 0.039 0.037 0.038 0.034 0.035 0.033 0 033
11 0.287 0.224 0.221 0.194 0.193 0.189 0.152 0.151 0.142 0.124 0.123 0.121 0.114 0.103 0.097 0.091 0.091 0.089 0.085 0.084 0.084 0.01!3 0.078 0.073 0.072 0.065 0.064 0.063 0.063 0.056 0.054 0.051 0.049 0.049 0.047 0.046 0.042 0.040 0.038 0.037 0.034 0.032
40 0.281 0.219 0.216 0.190 0.188 0.185 0.149 0.148 0.139 0.121 0.121 0.119 0.112 0.100 0.095 0.089 0.089 0.087 0.083 0.082 0.082 0.081 0.077 0.072 0.070 0.063 0.062 0.062 0.062 0.055 0.053 0.050 0.048 0.048 0.046 0.045 0.041 0.039 0.037 0.036 0.034 0032
17 0.277 0.216 0.214 0.188 0.186 0 183 0.147 0.146 0.138 0.120 0.119 0.117 0.110 0.099 0.093 0.088 0.087 0.086 0.082 0.081 0.081 0.080 0.076 0.071 0.069 0.063 0.062 0.061 0.061 0.054 0.052 0.049 0.048 0.047 0.045 0.045 0.040 0.039 0.037 0 035 0.033 0.031
9 0.268 0.209 0.207 0.181 0.180 0.177 0.142 0.141 0.133 0.116 0.115 0.113 0.107 0.096 0.090 0.085 0.085 0.083 0.079 0.079 0.078 0.077 0.073 0.068 0.067 0.061 0.059 0.059 0.059 0.052 0.051 0.047 0.046 0.046 0.044 0.043 0.039 0.038 0.035 0.034 0.032 0.030
26 0.264 0.206 0.203 0.178 0.177 0.174 0.140 0.139 0.131 0.114 0.113 0.112 0.105 0.094 0.089 0.083 0.083 0.082 0.078 0.077 0.077 0.076 0.072 0.067 0.066 0.060 0.058 0.058 0.058 0.051 0.050 0.047 0.045 0.045 0.043 0.043 0.038 0.037 0.035 0.034 0.031 0 030
12 0.261 0.204 0.202 0.177 0.175 0.172 0.139 0.138 0.130 0.113 0.112 0.111 0.104 0.094 0.088 0.083 0.082 0.081 0.077 0.077 0.076 Cl.075 0.071 0.067 0.065 0.059 0.058 0.058 0.058 0.051 0.049 0.046 0.045 0.045 0.043 0.042 0 038 0 037 0.034 0.033 0 031 0.030
29 0.259 0.202 0.200 0.175 0.174 0.171 0.138 0.136 0.128 0.112 0.111 0.110 0.103 0.093 0.087 0.082 0.082 0.080 0.077 0.076 0.076 0.075 0.071 0.066 0.065 0.059 0.057 0.057 0.057 0.050 0.049 0.046 0.044 0.044 0.042 0.042 0.037 0.036 0.034 0.033 0.031 0.029
13 0.257 0.200 0.198 0.174 0.172 0.169 0.136 0.135 0.127 0.111 0.110 0.109 0.102 0.092 0.087 0.081 0.081 0.080 0.076 0.075 0.075 0.074 0.070 0.065 0.064 0.058 0.057 0.057 0.057 0.050 0.048 0.045 0.044 0.044 0.042 0.042 0.037 0.036 0.034 0.033 0.031 0.029
14 0.254 0.198 0.196 0.172 0.171 0.168 0.135 0.134 0.126 0.110 0.109 0.108 0.101 0.091 0.086 0.080 0.080 0.079 0.075 0.075 0.074 0.073 0.069 0.065 0.064 0.057 0.056 0.056 0.056 0.050 0.048 0.045 0.044 0.044 0.041 0.041 0.037 0.036 0.033 0.033 0.030 0.029
30 0.248 0.194 0.191 0.168 0.167 0.164 0.132 0.131 0.123 0.107 0.107 0.105 0.099 0.089 0.084 0.079 0.078 0.077 0.074 0.073 0.072 0.071 0.068 0.063 0.062 0.056 0.0~5
0.055 0.055 0.048 0.047 0.044 0.043 0.043 0.040 0.040 0.036 0.035 0.033 0.032 0.030 0.028
32 0.247 0.193 0.191 0.167 0.166 0.163 0.131 0.130 0.123 0.107 0.106 0.105 0.098 0.089 0.083 0.078 0.078 0.077 0.073 0.072 0.072 0.071 0.068 0.063 0.062 0.056 0.055 0.055 0.055 0.048 0.047 0.044 0.042 0.042 0.040 0.040 0.036 0.035 0.033 0.032 0.030 0.028
19 0.247 0.193 0.191 0.167 0.166 0.163 0.131 0.130 0.123 0.107 0.106 0.105 0.098 0.088 0.083 0.078 0.078 0.077 0.073 0.072 0.072 0.071 0.067 0.063 0.062 0.056 0.055 0.055 0.055 0.048 0.047 0.044 0.042 0.042 0.040 0.040 0.036 0.035 0.033 0.032 0.030 0.028
31 0.245 0.191 0.189 0.166 0.164 0.161 0.130 0.129 0.121 0.106 0.105 0.104 0.097 0.088 0.083 0.077 0.077 0.076 0.072 0.072 0.071 0.070 0.067 0.062 0.061 0.055 0.054 0.054 0.054 0.048 0.046 0.043 0.042 0.042 0.040 0.040 0.035 0.034 0.032 0.031 0.029 0.028
8 0.243 0.189 0.187 0.164 0.163 0.160 0.129 0.128 0.120 0.105 0.104 0.103 0.097 0.087 0.082 0.077 0.077 0.075 0.072 0.071 0.071 0.070 0.066 0.062 0.061 0.055 0.054 0.054 0.054 0.047 0.046 0.043 0.042 0.042 0.039 0.039 0.<135 0.034 0.032 0.031 0.029 0.027
36 0.240 0.187 0.185 0.162 0.161 0.158 0.127 0.126 0.119 0.104 0.103 0.101 0.095 0.086 0.081 0.076 0.076 0.075 0.071 0.070 0.070 0.069 0.065 0.061 0.060 0.054 0.053 0.053 0.053 0.047 0.045 0.042 0.041 0.041 0.039 0.039 0.035 0.034 0.032 0.031 0.029 0.027
3 0.216 0.169 0.167 0.146 0.145 0.143 0.115 0.114 0.107 0.094 0.091 0.092 0.086 0.077 0.073 0.068 0.068 0.067 0.064 0.063 0.063 0.062 0.059 0.055 0.054 0.049 0.048 0.048 0.048 0.042 0.041 0.038 0.037 0.037 0.035 0.035 0.031 0.030 0.028 0 028 0.026 0.024
2 0.215 0.167 0.165 0.145 0.144 0.142 0.114 0.113 0.106 0.093 0.092 0.091 0.085 0.077 0.072 0.068 0.068 0.067 0.064 0.063 0.063 0.062 0.059 0.055 0.054 0.049 0.048 0.047 0.047 0.042 0.040 0.038 0.037 0.037 0.035 0.035 0.031 0.030 0.028 0.027 0.026 0.024
7 0.214 0.167 0.165 0.145 0.143 0.141 0.114 0.113 0.106 0.093 0.092 0.090 0.085 0.077 0.072 0.068 0.067 0.066 0.063 0.063 0.062 0.062 0.058 0.055 0.053 0.048 0.047 0.047 0.047 0.042 0.040 0.038 0.037 0.037 0.035 0.035 0.031 0.030 0.028 0.027 0.026 0.024
18 0.213 0.166 0.164 0.144 0.143 0.140 0.113 0.112 0.106 0.092 0.092 0.090 0.085 0.076 0.072 0.067 0.067 0.066 0.063 0.062 0.062 0.061 0.058 0.054 0.053 0.048 0.047 0.047 0.047 0.041 0.040 0.038 0.037 0.036 0.035 0.034 0.031 0.030 0.028 0.027 0.025 0.024
15 0.211 0.164 0.163 0.143 0.141 0.139 0.112 0.111 0.105 0.091 0.091 0.089 0.084 0.075 0.071 0.067 0.067 0.066 0.062 0.062 0.062 0.061 0.058 0.054 0.053 0.048 0.047 0.047 0.047 0.041 0.040 0.037 0.036 0.036 0.034 0.034 0.031 0.030 0.028 0.027 0.025 0.024
5 0.210 0.164 0.162 0.142 0.141 0.139 0.112 0.111 0.104 0.091 0.090 0.089 0.084 0.075 0.071 0.066 0.066 O.ot'5 0.062 0.062 0.061 0.060 0.057 0.054 0.053 0.047 0.047 0.046 0.046 0.041 0.040 0.037 0.036 0.036 0.034 0.034 0.030 0.029 0.028 0.027 0.025 0.024
33 0.209 0.163 0.161 0.142 0.140 0.138 0.111 0.110 0.104 0.091 0.090 0.089 0.083 0.075 0.071 0.066 0.066 0.065 0.062 0.061 0.061 0.060 0.057 0.053 0.052 0.047 0.046 0.046 0.046 0.041 0.039 0.037 0.036 0.036 0.034 0.034 0.030 0.029 0.028 0.027 0.025 0.024
28 0.200 0.156 0.154 0.135 0.134 0.132 0.106 0.105 0.099 0.086 0.086 0.085 0.080 0.071 0.067 0.063 0.063 0.062 C!.C!53 0.059 0.058 0.058 0.055 0.051 0.050 0.045 0.044 0.044 0.044 0.039 0.038 0.035 0.034 0.034 0.033 0.032 0.029 0.028 0.026 0.026 0.024 0.023
4 0.186 0.145 0.144 0.126 0.125 0.123 0.099 0.098 0.092 0.081 0.080 0.079 0.074 0.067 0.063 0.059 0.059 0.058 0.055 0.055 0.054 0.054 0.051 0.047 0.047 0.042 0.041 0.041 0.041 0.036 0.035 0.033 0.032 0.032 0.030 0.030 0.027 0.026 0.025 0.024 0.022 0.021
1 0.179 0.140 0.138 0.121 0.120 0.118 0.095 0.094 0.089 0.077 0.077 0.076 0.071 0.064 0.060 0.057 0.056 0.056 O.C!53 0.052 0.052 0.052 0.049 0.046 0.045 0.040 0.040 0.040 0.040 0.035 0.034 0.032 0.031 0.031 0.029 0.029 0.026 0.025 0.024 0.023 0.021 0.020
16 0.175 0.136 0.135 0.118 0.117 0.115 0.093 0.092 0.087 0.076 0.075 0.074 0.069 0.062 0.059 0.055 0.055 0.054 0.052 0.051 0.051 0.050 0.048 0.044 0.044 0.039 0.039 0.039 0.039 0.034 0.033 0.031 0.030 0.030 0.028 0.028 0.025 0.024 0.023 0.022 0.021 0.020
6 0.128 0.100 0.098 0.086 0.086 0.084 0.068 0.067 0.063 0.055 0.055 0.054 0.051 0.046 0.043 0.040 0.040 0.040 0.038 0.037 0.037 0.037 0.035 0.033 0.032 0.029 0.028 0.028 0.028 0.025 0.024 0.023 0.022 0.022 0.021 0.021 0.018 0.018 0.017 0.016 0.015 0.014
Lanjutan Lampiran 7. SIMULASI SIMULASI II (Sektor Migas) KODE
SEKTOR
OUTPUT
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Pertanian dan bahan makanan lainnya Perkebunan dan hasilnya Peternakan dan hasilnya Kehutanan dan hasilnya Perikanan dan hasilnva Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Ba"rang Tambang Lainnya dan Barang Galian lndustri Makanan, Minuman dan Tembakau lndustri Tekstil Kecuali Pakaian Jadi lndustri Pakaian Jadi lndustri Kayu Gergajian dan Awetan lndustri Barang dari Kavu. Rotan dan Bambu lndustri Bubur Kertas lndustri Percetakan/Penerbitan lndustri Kimia lndustri Pe~lahan Min~ak dan Gas Bumi lndustri Karel lndustri Barang-barang Plastik lndustri Barang-barang_ dari Bahan Bukan Log am ll'ldustri Logam dan Ba.-ang dari Logam lndustri Barang-b2rang dari Besi dan Baja Dasar lndustri Mesin dan Peralatan Listrik lndustri Barang-baranQ Elektronika dan Komunikasi lndustri Kendaraan Bermotor lndustri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdaganqan Restoran dan Hotel Angkutan dan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Jasa Perusahaan dan Sewa Bangunan Jasa Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasvarakatan, Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumahtangga Rumah Tangga Desa Rendah Rumah Tangga Desa Sedang Rumah Tangga Desa Tinggi Rumah Tangga Kota Rendah Rumah Tangga Kota Sedang Rumah Tangga Kola Tinggi
1,236,960 3,047,936 602,458 1,863,795 1,054,560 34,018,464 786,712 2,290,520 366,331 143,137 986,208 1,697,782 891,849 223,329 3,173,322 6,740,804 385,596 366,057 110,459 5,561,503 2,430,395 5,657,954 4,529,381 1,860,359 28,842 656,969 3,903,571 5,119,791 2,236,023 2,69~.469
358,782 661,887 942,150 3,404,079 350,167 516.419 628,050 1,263,975 1,252,118 2,030,531 2,996,873 7,845,698 116,920,265
shock 51%
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.4985 0.0115 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0 0000 00000 00000 0.0000 0.5100
Perubahan Output
Impact Simulasi
0 0 0 0 0 392,154 392,154 0 I)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32,426.39 13,941.88 13,786.28 3,190.04 16,052.06 492,542.51 392,482.51 41,106.51 23,330.96 7,720.16 1 159.92 6,226.84 8,768.14 6,875.37 41,378.79 37,631.51 4,577.61 6,578.28 1,586.21 45,882.82 26 924.57 52 250.60 29,327.27 22,250.74 2,705.92 9,428.58 13,767.16 48,711.03 28,082.98 51,540.07 6,395.80 11,239.87 20,290.74 22,786.62 11,102.28 31,903.07 16,057.06 83,148.26 70,659.11 24,002.87 33,777.82 97,912.59
Perubahan (%)
2.62 0.46 2.29 0.17 1.52 1.45 49.89 1.79 6.37 5.39 0.12 0.37 0.98 3.08 1.30 0.56 1.19 1.80 1.44 0.83 1.11 0.92 0.65 1.20 9.38 1.44 0.35 0.95 1.26 1.91 1.78 170 2.15 0.67 3.17 6.18 2.56 6.58 5.64 118 1.13 1.25 3.26
'
I
I I
Lampiran 6. Efek ekstraksi terhadap sektor perekonomian Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 TOTAL
Sektoo:42 6 20 22 15 41 28 23 8 16 34 30 27 21 40 29 39 38 24 2 36 35 1 12 13 33 5 4 3 37 32 11 26 18 17 9 14 25 7 31 10 19
MODEL MIYAZAWA Efek ekstraksi 45,753,020.2 37,498,550.2 33,435,332.4 28,407,045.6 20,958,057.6 20,682,728.2 20,516,831.5 17,202,449.5 16,983,241.2 16,782,637.6 16,427,317.3 16,394,972.4 16,226,927.1 16,107,146.3 13,355,445.6 13,194,913.4 10,277,282.9 9,807,487.2 9,656,500.4 9,613,315.1 8,037,282.1 7,839,053.0 7,804,167.6 7,548,205.9 6,149,637.9 5,962,279.5 5,719,168.1 5,043,172.1 4,802,907.7 4, 720,893.7 4,664,084.4 4,077,559.4 3,823, 784.4 3,822,934. 7 3,688,807.1 3,675,277.1 3,470,794.5 2,8SI1 ,907.9 2,693,910.3 2,393,900.1 1,974,044.4 1,839,427.7 491,924,401.1
Persentase 0.093 0.076 0.068 0.058 0.043 0.042 0.042 0.035 0.035 0.034 0.033 0.033 0.033 0.033 0.027 0.027 0.021 0.020 : 0.020 0.020 0.016 0.016 0.016 0.015 0.013 0.012 0.012 0.010 0.010 0.010 0.009 0.008 0.008 0.008 0.007 0.007 0.007 0.006 0.005 0.005 0.004 0.004 1.000
Lampiran 7. SIMULASI SIMULASII (Sektor Pertanian) KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
40 41 42
SEKTOR Pertanian dan bahan makanan lainnya Perkebunan dan hasiln}'a Petemakan dan hasilnya Kehutanan dan hasilnya Perikanan dan hasilnya Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Bara119_ Tambang Lainnya dan Barang Ga~an lndus!ri Makanan, Minuman dan Tembakau lndustri TekstU Kecua~ Pakaian Jadi lndustri Pakaian Jadi lndustri Kayu Gergajian dan Awetan lndustri Barang dari Kayu, Rotan dan Bambu lndustri Bubur Kertas lndustri Percetakan/Penerbitan lndustri Kimia lndustri PellJlolahan Minyak dart Gas Bumi lndustri Karet lndustri Barang.barang Plastik lndustri Barang.barang dari Bahan Bukan Logam lndustri Logam dan Barang dari Logam lndustri Barang-barang dari Besi dan Baja Casar lndustri Mesin dan Peralatan Listn"k lndustri Barang.barang Elektronika dan Komunikasi lndustri Kendaraan Bermotor lndustri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan dan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Jasa Perusahaan dan Sewa Bangunan Jasa Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan. Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumahtangga Rumah Tangga Desa Rendah Rumah Tangga Oesa Sedang Rumah Tangga Oesa Tinggi Rumah Tangga Kola Rendah Rumah Tangga Kola Sedang Rumah Tangga Kola Tinggi
OUTPUT
shock
600
51"/o
1,236.960 3.047,936 602,458 1.863,795 1,054,560 34,018,464 786,712 2.290,520 366,331 143,137 986,208 1,697,782 891,849 223,329 3,173,322 6,740,!1C4 385,596 366,057 110,459 5,561,503 2,430,395 5,657,954 4,529,381 1,860,359 28,842 656,969 3,903,571 5,119,791 2.236,023 2,698,469 358,782 661.887 942,150 3.404,079 350,167 516.419 628.050 1.263.975 1.252,118 2.030,531 2.996,873 7,845,698 116,920,265
0.0808 0.1991 0.0394 0.1218 0.0689 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 O.OCOO 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.5100
Perubahan Output
Impact Simulasl
99,969.87 119,974.91 119,974.91 128,418.40 128,418.40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ()
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -------
148,527.80 147,555.19 138,732.83 132,957.64 171,946.91 76,758.48 481.24 83,174.68 18,312.66 6,002.42 1,284.99 5,070.51 8,533.35 5,728.36 64,733.49 31,635.41 4,635.45 6,630.76 2,338.75 45,145.25 24,739.42 43,038.34 21,387.66 25,714.47 2,460.35 9,038.83 27,109.78 52,812.18 20,670.24 37,258.57 4,748.58 9,405.00 18,875.98 16,372.54 9,432.57 24,838.06 37,216.27 60,917.89 44,379.80 30,345.33 41,264.95 57,401.81
Perubahan (%)
12.01 4.84 23.03 7.13 16.31 0.23 0.06 3.63 5.00 4.19 0.13 0.30 0.96 2.56 2.04 0.47 1.20 1.81 2.12 0.81 1.02 0.76 0.47 1.38 8.53 1.38 0.69 1.03 0.92 1.38 1.32 1.42 2.00 0.48 2.69 4.81 5.93 4.82 3.54 1.49 1.38 0.73 3.26
!
--
Lanjutan Lampiran 7. SIMULASI SIMULASIIII (Sektor lndustri) KODE
SEKTOR
OUTPUT 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Pertanian dan bahan makanan lainnya Perkebunan dan hasilnya Peternakan dan hasilnya Kehutanan dan hasilnya Perikanan dan hasilnya Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Barang Tambang Lainnya dan Barang Galian lndustri Makanan, Minuman dan Tembc>kau lndustri Tekstil Kecuali Pakaian Jadi lndustri Pakaian Jadi lndustri Kayu Gergajian dan Awetan lndustri Barang dari Kayu, Rotan dan Bambu lndustri Bubur Kertas lndustri Percetakan/Penerbitan lndustri Kimia lndustri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi lndustri Karel lndustri Barang-barang Plastik lndustri Barang-barang dari Bahan Bukan Logam lndustri Logam dan Barang dari Logam lndustri Barang-barang dari Besi dan Baja Dasar lndustri Mesin dan Peralatan Listrik lndustri Barang-barang Elektronika dan Komunikasi lndustri Kendaraan Bermotor lndustri Lainnya Ustrik. Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan dan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Jasa Perusahaan dan Sewa Bangunan Jasa Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemas-yarakatan. Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumahtangga Rumah Tangga Desa Rendah Rumah Tangga Desa Sedang Rumah Tanqqa Desa Tinggi Rumah Tanqqa Kota Rendah Rumah Tangga Kota Sedang Rumah Tangga Kola Tinggi
1.236,960 3.047,936 €02,458 1.863,795 1,054,560 34,018.464 786,712 2.290.520 366,331 143,137 986,208 1,697,782 891,849 223,329 3,173,322 6,740,804 385,596 366,057 110,459 5,561,503 2,430,395 5,657,954 4,529,381 1,860,359 28.842 656,969 3.903,571 5,119,791 2.236,023 2.698,469 358,782 661,887 942.150 3.404,079 350.167 516.419 628.050 1.263.975 1.252.118 2.030.531 2.996,873 7.845,698 116,920,265
shock
51% 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0312 0.0050 0.0019 0.0134 0.0231 0.0121 0.0030 li.0432 0.0918 0.0053 0.0050 0.0015 0.0757 0.0331 0.0771 0.0617 0.0253 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 00000 00000 0.0000 00000 0.0000 0.0000 00000 0.0000 0.0000 0.5100
Perubahan Output
0 0 0 0 0 0 0 12,029.75 12,126.64 10,842.61 22,805.54 22,805.54 22,598.42 13,777.61 15,821.69 2,648.06 12,029.75 15,821.69 8,512.37 10,842.61 12,126.64 8,512.37 13,777.61 22,598.42 2,648.06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Impact Simulasi
13,085.51 14,632.11 5,880.38 16,637.37 5,981.31 74,644.80 1,864.83 28,295.08 29,269.49 13,095.60 29,733.75 26,936.98 49,325.31 17,811.72 61,727.31 23,518.88 18,056.80 22,193.12 9,839.26 57,226.95 33,957.27 52,286.90 30,403.13 33,012.44 5,225.42 7,690.24 9,217.91 46,928.69 15,417.76 29,672.82 4,274.24 9,556.76 11,728.82 5,721.51 3,668.58 11,791.39 4,501.08 8,023.40 9,240.65 19,616.05 27,252.53 44,291.34
Perubahan (%)
1.06 0.48 0.98 0.89 0.57 0.22 0.24 1.24 7.99 9.15 3.01 1.59 5.53 7.98 1.95 0.35 4.68 6.06 8.91 1.03 1.40 0.92 0.67 1.77 18.12 1.17 0.24 0.92 0.69 1.10 1.19 1.44 1.24 0.17 1 05 2.28 072 0.63 0.74 0.97 0.91 0.56 2.45
'