Uji Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.) dan Lengkuas (Alpinia galanga) terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara in vitro Fiqri Arif Fachrudin, Merlita Herbani, Zainul Fadli Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang E-mail :
[email protected]
Abstract. Candidiasis is the most common local and sistemic fungal infection on human caused by Candida albicans. Betel and galangal are herbs that had been used widely as antifungal. Ketoconazole is the common antifungi. This research is to prove the antifungal activity of ethanol extract of betel and galangal combination to inhibit Candida albicans growth. This experimental laboratory research was done using in vitro method. The antifungal test has conducted by agar well diffused method on YEA (Yeast Extract Agar) media added with three concentration of ethanol extract which combined from betel leaves and galangal rhizome with comparation 1:1 and concentration of 1%, 2% and 4% and ketoconazole 1%. The media was incubated for 2 days at the temperature of 37oC and then clear zone diameter measured by vernier calipers. Data was calculated and analyzed using One Way ANOVA continued with Tukey Duncan test with significant value of (p<0,05). Ethanol extract of betel and galangal combination in concentration 1% has the inhibition response value 12,80 mm, in concentration 2% has the inhibition response value 17,00 mm, in concentration 4% has the inhibition response value 20,80 mm. Ketoconazole 1% has the inhibition response value 30,80 mm, and the control group has the inhibition response value 0,00 mm. Ethanol extract of betel and galangal combination in concentration 1%, 2%, and 4% can inhibit the growth of Candida albicans and concentration 4% show the highest inhibition response value. Ketoconazole 1% show the higher inhibition response value than ethanol extract of betel and galangal combination in concentration 1%, 2%, 4% and control group. Keywords. Piper betle L., Alpinia galanga, ketoconazole 1%, Candida albicans
Negara beriklim tropis seperti Indonesia memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Kondisi tersebut memudahkan untuk terjadinya infeksi fungi khususnya fungi yang superfisial.1 Salah satu contoh infeksinya adalah kandidiasis yang menempati urutan ke-4 di dunia sebagai penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, dan merupakan infeksi patogen dari fungi yang terbesar di dunia.2 Kandidiasis merupakan infeksi fungi yang paling sering terjadi pada manusia dan merupakan bentuk infeksi primer maupun sekunder dari genus Candida yaitu Candida albicans. Infeksi yang terjadi dapat secara lokal maupun sistemik.3,4 Untuk infeksi lokal dapat berupa gangguan pada bagian mulut, kulit, tenggorokan, vagina, sampai saluran pencernaan. Untuk infeksi sistemik dapat berupa meningitis, endokarditis, dan septikemia.4
Candida albicans merupakan organisme normal di rongga mulut, system pencernaan, dan vagina tetapi Candida albicans bisa menjadi patogen oleh karena keadaan imunitas yang menurun.2,5 Fungi ini memiliki kemampuan untuk merubah bentuk yang bergantung pada keadaan habitat tumbuhnya. Bentuk hifa sering ditemukan pada penyakit akibat fungi ini, sehingga bentuk ini dianggap patogen, sedangkan dalam bentuk ragi merupakan fase istirahat yaitu sebagai saprofit.6 Salah satu obat antifungi standar yang sering digunakan untuk penyakit kandidiasis adalah ketoconazol.7,8 Secara umum obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan seperti cream, gel, foam, shampo, dan tablet yang beredar di masyarakat.9 Sebagai obat kimia, ketokonazol memiliki berbagai efek samping saat pemakaian seperti menyebabkan nyeri perut, pruritus, mual, muntah sampai anoreksia dan dapat
Jurnal Kedokteran Komunitas
menyebabkan efek yang cukup serius seperti hepatotoksik, anafilaksis, dan reaksi hipersensitifitas namun kasus tersebut jarang terjadi.10 Salah satu herbal yang memiliki khasiat antifungi adalah sirih (Piper betle L.) yang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.11 Dalam beberapa penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa daun sirih hijau (Piper betle L.) dalam bentuk ekstrak etanol, minyak atsiri, dan perasan mempunyai efek antifungi terhadap Candida albicans dan memiliki aktifitas antimokroba yang sangat kuat.12,13 Selain sirih, lengkuas (Alpinia galanga ) secara empirik telah diketahui sejak dulu sebagai herbal antifungi.14 Tanaman ini tersebar secara luas di Asia Tenggara, khususnya daerah tropis.15 Sebelumnya telah dibuktikan bahwa minyak atsiri dari rimpang lengkuas yang kering maupun yang masih segar mempunyai aktifitas antifungi, bakteri, parasit, dan ragi.16 Penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut pilihan. Hal tersebut didasari karena etanol adalah jenis pelarut yang universal, sehingga menyebabkan zat aktif dari ekstrak herbal yang bersifat polar hingga semipolar banyak yang tertarik dan relatif lebih aman.17,18,19 Oleh karena itu diharapkan dengan pemakaian pelarut etanol akan lebih banyak senyawasenyawa zat aktif dari ekstrak herbal yang dapat ditarik oleh pelarut ini. Penelitian tentang kombinasi ekstrak etanol sirih dan lengkuas sebagai antifungi belum pernah dilakukan sebelumnya dan diduga senyawa multi komponen pada sirih dan lengkuas memiliki efek sebagai antifungi terhadap Candida albicans. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental in vitro dengan metode difusi sumuran agar.20 Pada metode ini yang diamati adalah daya konsentrasi hambat minimal pada fungiyang dikultur pada media YEA (Yeast Extract Agar). Metode ini dilakukan dengan cara membuat media agar yang masih cair, lalu dicampurkan dengan suspensi Candida albicans. Setelah itu dituangkan ke dalam petri kemudian dilubangi dengan cork borer dan diteteskan larutan yang mengandung campuran ekstrak Page | 104
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
etanol herbal, ketokonazol 1% dengan kontrol aquades steril. Selanjutnya diameter hambat pertumbuhan Candida albicans diukur menggunakan jangka sorong.21 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pembuatan fungi uji dilakukan di Laboratorium Biomedik FK UMM dan pembuatan sediaan ekstrak etanol herbal dan ketokonazol 1% dilakukan di Laboratorium Terpadu FK UNISMA. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015 sampai Juni 2015. Sampel Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah isolat biakan (+) Candida albicans pada media YEA (Yeast Extract Agar). Selanjutnya pada lubang sumuran diteteskan masing-masing 20 µl ketokonazol 1% dan ekstrak etanol herbal dengan berbagai konsentrasi.22 Masing - masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Prosedur Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pembiakan fungi adalah tabung reaksi, oshe kolong,coloni counter, cawan petri, saringan mikro, spektrofotometer, incubator, cork borer, vortex mixer, jangka sorong, mikroskop, heating magnetic stirrer, timbangan, mikropipet, autoklaf, dan alat-alat lain sebagai penunjang pada uji aktifitas antifungi. Sedangkan alat yang digunakan untuk ekstraksi adalah shaker water bath,vacuum pump, dan oven. Bahan yang digunakan adalah daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dalam bentuk simplisia yang didapatkan dari Balai Materia Medika (BMM) Malang. Bahan kimia terdiri dari aquades steril, alkohol 96%, streptomicyn, ketokonazol dan larutan NaCl 0,9% steril. Kultur murni Candida albicans pada mediaYEA (Yeast Extract Agar) diperoleh dari Laboratorium Biomedik FK UMM. Pembuatan Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih dan Lengkuas Simplisia serbuk daun sirih hijau dan rimpang lengkuas diekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan 1:4. Setelah itu ekstrak herbal dicampurkan pada suhu ruang, lalu diaduk dan
Fiqri Arif Fachrudin, Uji Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.)
ditutup menggunakan alumunium foil. Ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam sacker water bath dengan suhu 40 ºC selama 6 jam dan didiamkan selama 18 jam pada suhu ruang. Setelah 18 jam, ekstrak disaring menggunakan vacuum pump. Untuk memperoleh zat aktif herbal dengan jumlah optimal, maka dilakukan remaserasi sebanyak 3 kali.23 Untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut digunakan alat evaporator. Kemudian untuk mengencerkan ekstrak tersebut menjadi konsentrasi 1%, 2% dan 4% digunakan aquades dengan suhu 30oC. Pembuatan Ketokonazol 1% Pada setiap lubang sumuran akan diteteskan 20 µl larutan ketokonazol 1%.22 Sehingga dalam pembuatan larutan stok dalam aquades steril sebanyak 10 ml dibutuhkan serbuk ketokonazol sebanyak 0,1 g. Pembuatan Media Yeast Extract Agar (YEA) Sebanyak 6,9g serbuk Yeast Extract Agar dimasukkan ke dalam beker glass dan ditambahkan aquades steril sebanyak 300 ml. Kemudian dipanaskan dengan Heating Magneting Stirrer dan diaduk menggunakan spatula hingga mendidih dan jernih. Setelah itu, menuang cairan YEA cair ke dalam tiap tabung reaksi sebanyak masing-masing 10 ml dan ditutup aluminium foil. Kemudian disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah itu semua tabung reaksi yang berisi media YEA dikeluarkan dari autoklaf dan dibiarkan hingga suhu ± 90oC.24 Kemudian ditambahkan streptomycin cair 0,3 ml pada setiap tabung reaksi sebagai antibiotik dan dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Peremajaan Candida albicans Kultur murni Candida albicans diambil menggunakan kapas lidi steril, lalu di spread ke dalam media padat YEA pada cawan petri. Kemudian di inkubasi di inkubator selama 2 hari dengan suhu 37 oC.24 Pembuatan Suspensi Candida albicans Kultur Candida albicans yang telah diremajakan diambil menggunakan oshe kolong dan disuspensikan ke dalam larutan NaCl 0,9% steril. Setelah itu diukur sampai absorbansi 0,12-
0,15 ABS (setara dengan 1,5x106 CFU/ml) dengan menggunakan spektrofotometer yang diatur pada panjang gelombang 530 nm dan menggunakan larutan NaCl 0,9% steril sebagai blanko absorbansi 0,00.24
Uji Aktifitas Antifungi Herbal dan Ketokonazol 1% terhadap Candida albicans Setiap tabung reaksi yang berisi YEA cair (40o C) ditambahkan 0,3 ml streptomycin sebagai antibakteri untuk mencegah kontaminasi, kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Kemudian ditambahkan 1 ml suspensi Candida albicans dan dihomogenkan kembali menggunagan vortex mixer, lalu dituang ke dalam cawan petri steril, diratakan, dan dibiarkan memadat. Setelah itu dibuat 5 lubang sumuran secara aseptik dengan diameter seragam 6 mm menggunakan cork borrer. Kemudian ditambahkan sebanyak 20 µl masing-masing ekstrak herbal sebesar 1%, 2%, 4%, ketokonazol 1%, dan aquades steril. Zona hambat adalah radius (r,mm) yang berupa zona bening di sekeliling lubang sumuran setelah diinkubasi selama 2 hari pada suhu 37oC. Jika fungi sudah tumbuh merata, maka akan tampak zona jernih dipermukaan agar sekeliling sumuran. Zona jernih ini dapat diukur diameternya menggunakan jangka sorong.20 Respon hambatan pertumbuhan fungi dikelompokkan sebagai berikut Tabel 1.Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Fungi25 Diameter Zona Bening > 2 cm 1,6-2 cm 1-1,5 cm < 1 cm
Respon Hambatan Pertumbuhan Sangat Kuat Kuat Sedang Lemah
Analisa Data Pada penelitian ini, data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan SPSS 18.00 for Windows. Uji hipotesa menggunakan uji One way ANOVA dan dilanjutkan dengan post hoc test menggunakan Duncan test untuk membandingkan daya antifungi diantara masing105 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
masing perlakuan. Uji One Way ANOVA merupakan uji parametrik beda rerata untuk jumlah lebih dari dua kelompok dengan distribusi hasil yang normal dan homogen. Hasil dikatakan bermakna bila p<0,05.26 HASIL PENELITIAN Karakteristik Populasi Penelitian ini menggunakan sampel berupa biakan (+) fungi Candida albicans yang dibiakkan pada media YEA (yeast exstract agar). Sampel fungi didapatkan dari Laboratorium Biomedik Kelompok perlakuan
Jumlah ulangan
Rerata ± SD (mm)
K P1 P2 P3 P4
5 5 5 5 5
0,00 ± 0,00a 12,80 ± 1,09b 17,00 ± 1,00c 20,80 ± 1,48d 30,80 ± 1,30e
Klasifikasi respon hambatan25 Lemah Sedang Kuat Sangat kuat Sangat kuat
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Sampel fungi yang didapat berusia 2 hari dan disimpan di dalam inkubator dengan suhu 37oC. Selanjutnya untuk pembuatan objek perlakuan dilakukan dengan cara mengambil suspensi biakan murni dari fungi Candida albicans yang selanjutnya akan dicampurkan dengan media YEA (yeast exstract agar) dengan suhu (40oC) agar suspensi fungi tidak mati dan selanjutnya dituang ke cawan petri. Setelah itu media ditunggu sampai memadat sehingga dapat dilakukan pelubangan pada media. Pada setiap media pada cawan petri akan dibuat 4 lubang sumuran menggunakan alat cork borer dengan ukuran diameter 6 mm. Selanjutnya pada setiap media pada cawan petri yang sudah dibuat lubang sumuran diteteskan masing-masing 20 µl larutan aquades steril (K), kombinasi herbal sirih dan lengkuas dengan konsentrasi 1% (P1), 2% (P2), dan 4% (P3), dan larutan ketokonazol 1% (P4). Aktivitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau dan Rimpang Lengkuas Serta Ketokonazol 1% terhadap PertumbuhanCandida albicans Daya hambat kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas, dan ketokonazol 1% terhadap pertumbuhan fungi Candida albicans
Page | 106
dapat dilihat pada gambar 1, tabel 2, dan gambar 2
K
P1
P2
P3 P4 Gambar 1. Diameter (r x 2) zona hambat pertumbuhan fungi Candida albicans pada hari ke-2ditunjukkan dengan garis melingkar disekitar lubang sumuran. Tabel 2.Diameter zona hambat pertumbuhan padafungi Candida albicans Keterangan: Klasifikasi respon hambat : Konversi cm ke mm = 110 SD : Standar Deviasi Nilai data signifikan jika p<0,05 dengan Uji One Way ANOVA K : Kelompok kontrol (YEA + aquades steril) P1 : Kelompok perlakuan (YEA + kombinasi ekstrak etanol sirih dan lengkuas konsentrasi 1%) P2 :Kelompok perlakuan (YEA + kombinasi ekstrak etanol sirih dan lengkuas konsentrasi 2%) P3 :Kelompok perlakuan (YEA+ kombinasi ekstrak etanol sirih dan lengkuas konsentrasi 4%) P4 : Kelompok perlakuan (YEA+ ketokonazol 1%) Pada Uji lanjutan Tukey Duncan dinyatakan signifikan jika p<0,05 Keterangan : a : K berbeda signifikan dibandingkan dengan P1, P2, P3, dan P4 (p=0.00)
Fiqri Arif Fachrudin, Uji Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.)
b
: P1 berbeda signifikan dibandingkan dengan K, P2, P3, dan P4 (p=0.00) c : P2 berbeda signifikan dibandingkan dengan K, P1, P3, dan P4(p=0.00) d : P3 berbeda signifikan dibandingkan dengan K, P1, P2, dan P4(p=0.00) e : P4 berbeda signifikan dibandingkan dengan K, P1, P2, dan P3(p=0.00) Grafik diameter zona hambat hari ke-2 Diameter zona hambat (mm)
50 45 40
30,80 ± 1,30e
35 30
20,80 ± 1,48d
25
17,00 ± 1,00c
20 12,80 ± 1,093b
15 10 5
0,00 ± 0,00a
0 K
P1
P2
P3
P4
Kelompok Perlakuan
Gambar 2.Grafik diameter zona hambatan hari ke-2 Berdasarkan pada tabel 2 dan gambar 2 menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi 1% (P1), 2% (P2), 3% (P3), dan larutan ketokonazol 1% (P4) memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans secara signifikan dibanding dengan kelompok kontrol larutan aquades steril (K) dengan nilai p<0,05. Peningkatan konsentrasikombinasi daun sirih dan rimpang lengkuas pada komposisi herbal 1:1 dapat meningkatkan kemampuan daya hambat pertumbuhan fungi Candida albicans secara signifikan dengan nilai p<0,05. Daya hambat pertumbuhan fungi Candida albicans pada kelompok kontrol (K) menunjukkan kemampuan hambat secara signifikan sebesar 0% dibandingkan dengan kelompok perlakuan (P) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Pada kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi sebesar 1% (P1), 2% (P2), dan 4% (P3) menunjukkan hambatan pertumbuhan terhadap fungi Candida albicans secara signifikan sebesar 42%, 55%, dan 68% dibandingkan dengan larutan
ketokonazol 1% (P4) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Pada penelitian ini menggunakan ketokonazol 1% sebagai pembanding dengan daya hambat yang termasuk sangat kuat (respon hambat >2 cm). Untuk kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi 1% memiliki daya hambat yang lemah (respon hambat antara 1-1,5 cm). Sedangkan untuk kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi 2% memiliki daya hambat yang kuat (respon hambat antara 1,6-2 cm). Dan untuk kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi 4 % memiliki daya hambat yang terhitung sangat kuat (respon hambat > 2cm). Kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas 1% (P1), 2% (P2), dan 4% (P3) mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans secara signifikan tetapi lebih rendah dari ketokonazol 1% (P4). Diameter zona hambatan yang terbentuk pada kelompok kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas konsentrasi 4% (P3) lebih besar dibandingkan kelompok perlakuan konsentrasi 1% (P1) dan 2% (P2). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan dengan konsentrasi 4% (P3) adalah yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan fungi uji. PEMBAHASAN Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih dan Lengkuas terhadap Pertumbuhan Candida albicans Kombinasi ekstrak etanolsirih hijau dan rimpang lengkuas konsentrasi 1% (P1), 2% (P2), 4% (P3) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (K) (p<0,05). Hal tersebut karena kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas memiliki kandungan senyawa yang bersifat antifungi yang dapat ditarik oleh pelarut etanoldengan metode maserasi. Etanol merupakan pelarut yang universal sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat polar hingga semipolar, sehingga zat aktif yang dapat ditarik lebih banyak.13,14 Ekstrak etanol daun sirih hijau mengandung senyawa yang bersifat antifungi seperti alkaloid, tanin, fenolik, dan steroid.27 Sedangkan ekstrak 107 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
etanol rimpang lengkuas memiliki kandungan senyawa antifungi seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan steroid.28 Fenol bekerja sebagai antifungi dengan cara membentuk kompleks dengan ergosterol dalam membran sel fungi, hal tersebut menimbulkan pembesaran pada pori – pori sel fungi. Lalu komponen kecil dari isi sel fungi seperti asam nukleat dan protein lainnya keluar lewat pori – pori tersebut. Jika hal ini terjadi terus menerus akan mengakibatkan sel fungi mati.29,30 Alkaloid merupakan senyawa yang dalam perannya sebagai antifungi akan berikatan dengan DNA sel fungi. Hal tersebut akan mengganggu fungsi dari sel tersebut sehingga mengakibatkan sel akan pecah dan mati.31 Tanin bekerja dengan cara berikatan dengan gugus lipid pada dinding sel. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya sintesa kitin pada lapisan dinding sel fungi yang berperan sebagai pembentuk susunan struktur membran sel fungi. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dari sel fungi.32 Flavonoid memiliki aktifitas antifungi berupa kemampuannya untuk membentuk ikatan dengan dinding sel dan protein terlarut yang akan merusak membran. Semakin lipofilik suatu flavonoid semakin kuat efek merusak membran yang ditimbulkan.27,33 Saponin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH), yang mengakibatkan senyawa ini lebih mudah masuk ke dalam sel dan membentuk kompleks dengan protein membran sel.34 Saponin memiliki sifat surfaktan yang berbentuk polar. Berdasarkan sifat tersebut saponin mampu memecah lapisan lemak yang terdapat pada membran sel dan mengakibatkan terjadinya gangguan permeabilitas pada membran sel. Hal tersebut menyebabkan terganggunya proses difusi zat zat dan bahan - bahan yang dibutuhkan oleh fungi dan menyebabkan sel fungi membengkak yang akhirnya pecah.35 Alkaloid memiliki aktivitas antifungi berupa ikut berperan dalam interkalasi DNA, dan menghambat esterase, DNA, RNA polimerase, dan respirasi pada sel fungi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya hambatan sintesa protein pada sel fungi.36 Steroid memiliki aktivitas antifungi dengan mekanisme menembus membran sel fungi yang Page | 108
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
didukung oleh sifat senyawa ini yang larut lemak. Hal tersebut akan mempengaruhi permeabilitas membran yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada fungsi dan struktur membran sel fungi.37 Kandungan senyawa ekstrak etanol daun sirih hijau mengandung zat aktif fenolik yang paling dominan,27 sedangkan pada rimpang lengkuas mengandung zat aktif flavonoid yang paling dominan.28 Zat aktif seperti alkaloid, flavonoid, dan steroid yang terdapat pada kedua ekstrak etanol herbal ini diharapkan mampu memperkuat efek antifungi dari kedua ekstrak herbal. Efek antifungi kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas dengan perbandingan 1:1 dapat meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi campuran ekstrak herbal. Hal tersebut karena senyawa yang terdapat pada kedua herbal ini merupakan senyawa multi komponen yang dapat saling bersinergis, sehingga semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan maka kadar zat aktif yang terkandung semakin tinggi sehingga kemampuan daya hambat terhadap pertumbuhan fungi Candida albicans juga akan semakin kuat. Pada kelompok perlakuan, kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas 1:1 dengan konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 2% (P2) dan konsentrasi 4% (P3) memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans namun tidak sebanding dengan obat ketokonazol 1% (P4) (p<0,05) meskipun kemampuan daya hambat kelompok P1, P2 dan P3 terhadap pertumbuhan fungi Candida albicans terhitung signifikan jika dibanding kelompok kontrol. Hal tersebut dikarenakan aktifitas antifungi ketokonazol 1% dan kombinasi ekstrak etanol kombinasi sirih hijau dan rimpang lengkuas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besar konsentrasi, jumlah volume pemberian dan zat aktif yang terkandung dalam herbal serta sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti pH dan suhu media tumbuh. Untuk meningkatkan daya hambat terhadap pertumbuhan fungi Candida albicans dibutuhkan konsentrasi dan jumlah volume pemberian ekstrak herbal yang lebih besar. Daya hambat dari ekstrak herbal dapat berkurang seiring dengan semakin lamanya berada di dalam inkubator. Hal ini karena terjadi
Fiqri Arif Fachrudin, Uji Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.)
penguapan yang mengakibatkan beberapa zat aktif hilang. Oleh karena itu diperlukan pengulangan pemberian kombinasi ekstrak herbal dan pemberian ketokonazol 1% pada media agar untuk menyiasati hilangnya zat aktif saat terjadi penguapan sehingga daya hambat tetap kuat. Selain itu nilai pH pada media saat pemberian ekstrak herbal maupun larutan obat sangat berpengaruh terhadap hasil daya hambatan terhadap pertumbuhan fungi. Hal ini disebabkan karena kondisi pH dapat berubah saat media ditambahkan dengan larutan ekstrak herbal dan larutan obat. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran nilai pH pada saat pemberian larutan ekstrak herbal maupun larutan obat sehingga faktor pH dapat menjadi faktor perancu terhadap hasil dari penelitian. Pada penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan penelitian pendahuluan dengan menggunakan metode rasio diameter pertumbuhan, namun metode tersebut tidak sesuai karena setelah dilakukan pengecekan makroskopik dan mikroskopik biakan fungi menunjukkan bentuk yeast. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode rasio diameter pertumbuhan jika pengecekan makroskopik dan mikroskopik didapatkan bentuk mold. Perlakuan dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 4% ekstrak etanol kombinasi sirih herbal menunjukkan adanya zona hambatan terhadap pertumbuhan fungi uji. Menurut klasifikasi respon hambat pertumbuhan fungi (Tabel 1), pada penelitian ini konsentrasi ekstrak etanol kombinasi herbal 1% menunjukkan respon hambatan sedang. Pada konsentrasi ekstrak etanol kombinasi herbal 2% menunjukkan respon hambatan kuat. Sedangkan pada konsentrasi ekstrak etanol kombinasi herbal 4% menunjukkan respon hambatan sangat kuat. Pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol kombinasi herbal menunjukkan daya respon hambat yang berbeda. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya konsentrasi menyebabkan kandungan senyawa zat aktif antifungi yang terkandung dalam ekstrak juga meningkat, sehingga semakin besar konsentrasi maka daya antifungi akan semakin kuat.38
Efek Ketokonazol 1% terhadap Pertumbuhan Candida albicans Ketokonazol mempunyai aktivitas antifungi dengan merusak membran sel melalui mekanisme menghambat sintesa dari ergosterol lewat interaksi dengan C-14 alpha demethylase yang merupakan sebuah enzim yang bergantung pada cythocrome P-450 yang diperlukan untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Dengan keadaan ergosterol yang tipis, membran fungi akan menjadi tidak stabil. Hal tersebut berakibat menurunnya aktifitas membran sel fungi, sehingga meningkatkan permeabilitas dan hambatan terhadap replikasi dan pertumbuhan sel fungi.39,40,41 Pada penelitian ini ketokonazol 1% memiliki daya hambat sangat kuat. Namun hal ini mengakibatkan batas hambatan menjadi tidak jelas, sehingga disarankan adanya perubahan konsentrasi ketokonazol menjadi lebih kecil pada penelitian selanjutnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun sirih dan rimpang lengkuas dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 4% dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans dan konsentrasi 4% merupakan konsentrasi yang menunjukkan respon hambat paling kuat dibandingkan konsentrasi 1% dan 2% serta kelompok kontrol. Ketokonazol 1% menunjukkan respon hambat yang masih lebih baik dibandingkan dengan kombinasi ekstrak etanol sirih hijau dan rimpang lengkuas konsentrasi 1%, 2%, dan 4% serta kelompok kontrol. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan konsentrasi kombinasi ekstrak etanol daun sirih hijau dan rimpang lengkuas agar didapatkan konsentrasi yang mampu menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans sebaik ketokonazol 1%. 2. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode rasio diameter pertumbuhan jika makroskopik dan mikroskopik didapati
109 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
morfologi Candida albicans dalam bentuk kapang (mold) pada media agar. 3. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah kondisi pH pada saat ditambahkan larutan ekstrak herbal maupun obat memiliki pengaruh terhadap hambatan pertumbuhan fungi uji. DAFTAR PUSTAKA 1. Vena, GA., Chieco, P., Posa, F., Garofalo, A., Bosco, A., Cassano, N. Epidemiology of Dermatophytoses: Retrospective Analysis from 2005 to 2010 and Comparison with Previous Data from 1975. New Microbiologica. 2012; Vol 35: 207-213. 2. Kadosh, D., Johnson, AD. Induction of the Candida albicans Filamentous Growth Program by Relief of Transcriptional Repression: A Genome-wide Analysis. Molecular Biology of the Cell. 2005; Vol 16: 2903–2912. 3. Leepel, LA., Hidayat, R., Puspitawati, R., Bahtiar, BM. Efek Penambahan Glukosa pada Sabaroud Dextrose Broth Terhadap Pertumbuhan Candida albicans (Uji In Vitro). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Indonesian Journal of Dentistry. 2009; 16(1): 58- 63. 4. Suyoso, S. Kandidiasis Mukosa. Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.2013. 5. Simatupang, MM. Candida albicans. Departemen Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran USU, Sumatera. USU Repository. 2009. 6. Amelia, SP. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Kandidiasis Vagina Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal. Skripsi. Fakultas Kedokteran Sebelas Maret, Surakarta. 2009. 7. Widiarta, RK. Uji Banding Efektivitas Infus Jintan Hitam (Nigella Sativa) 100% Dengan Ketokonazol 2% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Skripsi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNDIP. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2008. 8. Febriani, W. Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) Dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Page | 110
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Interdigital. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2011. Hotmauli, M., Kartikawati, H. Perbandingan Efektivitas Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens alsamina A Linn) Dengan Ketokonaol 2% Terhadap Pertumbuhan Candida American Type Culture Collection (ATCC) 10231 Pada Media SDA. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Diponegoro, Semarang. 2010. Heeres,Jan., Meerpoel, L., Lewi, P. Conazoles. Leemskuilen 18, B-2350 Vosselaar, Belgium. Molecules. 2010; Vol 15: 4162. Chakraborty, D., Shah, B. Antimocrobial, Antioxidative And Antihemolytic Activity Of Piper Betle Leaf Extract. Ashok & Rita patel Institute of Integrated Study & Research in Biotechnology and Allied Sciences (Aribas), New Vallabh Vidya Nagar Gujarat India.Int J Pharm Pharm Sci. 2011;Vol 3 (3): 192-199. Maytasari, GM. Perbedaan Efek Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret, Solo. 2010. Hoque, MM., Rattila, S., Asaduzzaman, M., Bari, ML., Inatsu, Y., Kawamoto, S. Antibacterial Activity of Ethanol Extract of Betel Leaf (Piper betle L.) Against Some Food Borne Pathogens. Department of Microbiology, University of Dhaka, Dhaka1000, Bangladesh. Bangladesh J Microbiol. 2011; Vol 28 (2): 58-63. Soeratri, W., Yuliani, RD., Ifansya, N., Isnaeni. Aktivitas Antifungi Krim Minyak Atsiri Lengkuas [Alpinia galanga ( L.) Swartz] Terhadap Candida albicans. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Farmasi Airlangga. 2005;Vol.5(1): 11-15. Tachakittirungrod, S., Chowwanapoonpohn, S. Comparison of Antioxidant and Antimicrobial Activities of Essential Oils from Hyptis suaveolens and Alpinia galanga Growing in Northern Thailand. Department of Pharmaceutical Sciences, Faculty of Pharmacy, Chiang Mai University, Chiang Mai 50200, Thailand. CMU. J. Nat. Sci. 2007;Vol. 6(1): 31. Oonmetta-aree, J., Suzuki, T., Gasaluck, P., Eumkeb, B. Antimicrobial properties and
Fiqri Arif Fachrudin, Uji Aktifitas Antifungi Kombinasi Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.)
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
action of galangal (Alpinia galanga Linn.) on Staphylococcus aureus. School of Food Technology, Institute of Agricultural Technology, Suranaree University of Technology, Nakhon Ratchasima. 2005;Vol 39: 1214–1220. Kusmiyati., Agustini, NW. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Porphyridium cruentum. Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong 16911. BIODIVERSITAS.2006; Vol 8(1): 48-53. Dewi, FK. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2010. Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., Kaur, H. Phytochemical Screening and Isolation. Department of Pharmaceutical Sciences, Lovely School of Pharmaceutical Sciences, Phagwara, Punjab. A Review, Internationale Pharmaceutica Sciencia. 2011; Vol 1: 98–106. Sitepu, ISBr. Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. Dan Aspergilus flavus LINK. PS Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Udayana, Bali. Agroekoteknologi Tropika. 2012;Vol. 1(2): 107-114. Murhadi., AS, Suharyono., Sulistyawati. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanta) dan Daun Pandan (Pandanus Amarylifolius). Staf Pengajar pada Jurusan Tekhnologi Hasil Pertanian Universitas Lampung (Unila), Bandar Lampung. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 2007;Vol 18(1): 151 Ariyanti, NK., Darmayasa, IBG., Sudirga, SK. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi. 2012. Vol 16(1): 1-4. Wahyuningsih,SH. Penyiapan Sampel Penelitian dari Bahan Herbal. Bagian Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. 2014. Atikah,N. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi ( Ocimum americanum L)
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi, Jakarta. 2013. Alfiah, RR., Khotimah, S., Turnip, M. 2015. Efektifitas Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Program Studi Biologi. Universitas Tanjungpura. Protobiont.2015;Vol 4(1): 5257. Miranti, M., Prasetyorini., Suwary, C. Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 30% dan 96% Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK. Ekologia. 2013;Vol 13(1): 9-18. Suliantri., BSLJ., Suhartono, MT., Apriyantono, A. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L) Terhadap Bakteri Patogen Pangan. Mahasiswa Pasca Sarjana, IPB-Bogor. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 2008; Vol 19(1): 7-13. Fitriyani, A. Uji In Vitro Ekstrak Air Dan Etanol Dari Buah Asam Gelugur, Rimpang Lengkuas, Dan Kencur Sebagai Inhibitor Aktivitas Lipase Pankreas. Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian, Bogor. 2009. Hermawan, A. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya. 2007. Darwis, W., Hafiedzani, M., Astuti, RRS. Efektivitas Ekstrak Akar Dan Daun Pecut Kuda Stachytarpetha jamaicensis (L) Vahl Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida albicans Penyebab Kandidiasis Vaginalis. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati. 2012; Vol 08(02): 1-6. Artayanti, PR. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) Sebagai Bahan Alternatif Sterilisasi Saluran Akar Gigi Terhadap Bakteri Mix Saluran Akar Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Mahasaraswati, Denpasar. 2014. 111 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
32. Watson, RR., Preedy, VR. Bioactive Foods In Promoting Health: Probiotics And Prebiotics. Academic Press. USA. 2007. 33. Dewi, RC. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Buah Pare Belut (Trichosanthes anguina L.).Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2009. 34. Parwata, OA., Dewi P. S. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal L.). Skipsi. Fakultas Kimia Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. 2008. 35. Ganiswara. Farmakologi dan Terapi. EGC Kedokteran Jakarta. 1995; 800-810. 36. Gholib, D. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma Malabatchricum L) Terhadap Trychophyton mentagrophytees dan Candida albicans. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. 2009. 37. Ahmad, RZ., D, Gholib. Pengujian Ekstrak Etanol, Etil Asetat Dan Minyak Atsiri Daun Beluntas (Pluchea indica(L) Less) Terhadap Trychophyton mentagrophytes and Cryptococcus neoformans). Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2013. 38. Mujim, S. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jahe ( Zingiber officinale Rosc.) terhadap Pertumbuhan Pythium sp. Penyebab Penyakit Rebah Kecambah Mentimun Secara In Vitro. Jurnal HPT Tropika. 2010; Vol 10(1): 59-63. 39. Como, JA., Pharm, D.,William, E, Dismukes, MD. Oral Azole Drugs as Systemic Antifungal Theraphy. New English Journal of Medicine. 1994; Vol 330(4): 263-272. 40. Falahati, M., Shabani, M., Rodakhi, MMA., Jahaniani, F., Bagheri, KP., Ebrahimi, SA. Interaction Between Ketoconazole, Amphotericin B And Terbinafin And Three Diazenumdiolates In Concomitant Uses Against Some Fungal Species. Department of Parasitology. Iran University of Medical Sciences, Tehran, Iran. DARU. 2006;Vol 14(2): 87-92. 41. Katzung, BG. Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi 10. Jakarta. 2010. 814.
Page | 112
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015