Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
55
Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada Neurocranium Dengan Index Cranialis Pada Ras Mongolid (Suatu Kajian Craniometri pada Koleksi Tulang di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada) Zainuri Sabta Nugraha1) , Santosa Budiharja2), Mansyur Romi2) 1) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia 2) Staf pengajar Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 3) Staf pengajar Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Abstract
Subject Research consisted of 35 men cranium and 5 woman cranium. Variable in this research is consisted of the cranial index (IC) as kriterium variable. As prediktor variable is distance of dots craniometri of the neurocranium that is apart the glabella-opisthocranion (g-op), apart the intereurion (eu-eu). Apart the bregma-lambda (b-1), apart the nasion-bregma (n-b), apart the lambda-ophistion (l-o), apart the basion-opsthion (ba-o), wide of foramen magnum (lfm), apart the porion-pterion (po-pt), apart the zygion-porion ( zy-po), maximal distance of biporion (po-po) and apart the basion bregma (ba-b). Data obtained to be divided to become 3 group subject [of] pursuant to gender and had analysed with the single correlation from pearson, then continued with the simple regresion analysis. Result of research show the existence of correlation between some distance of craniometri dots of the neurocranium with the cranial index and also with the component of the cranialis index in each group subject. Group I. Aim to to know the cranial index when we found some fragment of cranium which can be known the its men gender. The best Regresion formula is: IC = 157, 6091 – 4,4692 g-op; IC = 5,7271 + 5,5499 eu-eu; PMC = 12,7135 + 0,3712 n-b; PMC = 5,3154 + 0,8793 ba-b; LMC = 10,1381 + 0,3377 n-b. Group II. To know the cranial index when we found some fragment of cranium which can be known the its woman gender. The best Regresion formula is: IC = - 32,5379 + 8,5648 eueu; PMC = 5,5436 + 1,1168 l-o; LMC = 23,4419 – 0,9661 b-l. Group III. Aim to to know the cranial index when we found unknown fragment of cranium of its gender. The best Regresion formula can be used is: IC = 157,9472 – 4,5067 g-op; IC = 5,4898 + 5,5912 eu-eu; PMC = 5,2800 + 0,8799 ba-b; LMC = 7,8257 + 0,5312 po-po. Key words : Craniometri, Neurocranium, dan Index Cranialis Pendahuluan Dalam menjalankan profesinya seorang dokter dapat saja diminta bantuannya baik oleh pihak kepolisian, badan intelegensi maupun lembaga kriminologi untuk identifikasi korban yang tidak dikenal. Korban dapat berupa mayat segar, sudah
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
56
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
membusuk, hangus terbakar, berupa potongan-potongan tubuh atau berupa kerangka lengkap atau tidak lengkap dengan tulang-tulang utuh pada kasus forensik dan non forensik (Atmaja, 1992). Saat ini mobilitas penduduk di dunia sangat tinggi, sehingga terjadi pemerataan dari berbagai ras manusia. Banyak terjadi kasus-kasus forensik maupun non forensik yang memerlukan identifikasi tentang ras, sehingga dapat menunjukkan asal orang tersebut terutama kasus-kasus yang melibatkan antar bangsa maupun yang terjadi di negara lain. Pada kasus forensik yang merupakan tindak pidana maisalnya pembunuhan, sebelum dapat mencari pelaku, penentuan identitas korban merupakan hal yang pertama harus dilakukan. Demikian pula halnya dalam kasus non forensik seperti identifikasi korban perang, revolusi, kecelakaan pesawat terbang, bencana alam, kebakaran dan juga untuk kepentingan penyelesaian warisan dan klaim asuransi (Jacob, 1979). Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan beberapa ciri yang khas yang terdapat pada orang tersebut (Chadha, 1995). Dikenal ada sembilan macam metode identifikasi personal yaitu: 1) secara visual, 2) dengan dokumen atau surat, 3) pakaian, 4) perhiasan, 5) identifikasi medis, 6) odontologi, 7) sidik jari, 8) serologi dan 9) eksklusi (Idris, 1989). Dokter dalam hal ini berperan terutama dalam identifikasi medis, yang prinsipnya membandingkan data post mortem dan data ante mortem setelah sebelumnya datanya dikumpulkan (Atmaja, 1992). Data post mortem diperolah dari pemeriksaan pada mayat atau kerangka yang ditemukan, baik berupa kerangka utuh atau berupa fragmen-fragmen yang tidak lengkap. Data ante mortem diperoleh dari keterangan-keterangan keluarga, data dari polisi, data dokter atau dokter gigi dan benda-benda peninggalan korban. Selain metode membandingkan, dikenal juga metode rekonstruksi, dengan mengevaluasi data post mortem. Semakin banyak data yang bisa dikumpulkan akan semakin memudahkan untuk memastikan identitas korban (Krogman, 1964 Smith and Fiddes, 1995). Data diperoleh dari identifikasi korban, yang meliputi data tentang suku bangsa, jenis kelamin, warna kulit dan penampilan rambut dan jenis rambut, sidik jari tangan dan kaki (dactylography), deformitas dapatan dan bawaan, bekas luka, tato, bekasbekas yang timbul yang sehubungan dengan pekerjaan, tulisan tangan, cara berjalan serta sikap dan kebiasaan. Photo diri, suara, EKG dan iluminasi pada saat identifikasi (Chadha, 1995). Berbagai generasi ahli antropologi fisik melakukan pengukuran terhadap cranium dalam meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara elemen-elemen cranium dengan ras. Mereka percaya bahwa bentuk dari cranium memiliki ciri spesifik yang konstan dari masing-masing ras dan perbedaan ras tersebut dapat diperlihatkan melalui perbedaan index cranium (Montagu, 1951). Sampai saat ini keseluruhan studi mengenai cranium masih menjadi perhatian utama untuk membandingkan individu dan kelompok dengan sebuah kesamaan gambaran dan kemungkinan kaitannya dengan genetik. Index sendiri dijelaskan dengan suatu teknik pengukuran yang akan menambah nilai ketelitiaan dalam bentuk dan struktur yang tidak tergantung pada ukuran individual. Index cranialis merupakan rasio antara lebar dan panjang maksimum dari cranium. Besarnya index cranialis dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Indeks cranialis =
Lebar maksimum cranium Panjang maksimum cranium
57
X 100
Pada prinsipnya berdasarkan ukuran tulang kepala digolongkan menjadi kepala panjang (dolichocranial), kepala bundar (brachicranial) dan intermediat (mesocranial). Sedangkan berdasarkan besarnya Index Cranium digolongkan menjadi : ultradolichocranial (index cranial kurang dari 65), hyperdolichocranial (65 – 69,9), dolichocranial (7 – 74,9), mesocranial (75 – 79,9), brachicranial (8 – 84,9), hyperbrachicranial (85 – 89,9), ultrabrachicranial (90 atau lebih) (Olivier, 1969). Menurut Czekonowski, dengan mengukur index cephalicus pada orang hidup dapat ditentukan index cranialisnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Index Cranialis = (1,097 Index Cephalicus) – 8,6 Pada setiap kelompok ras yang besar yang ditemukan, semuanya mungkin erat kaitannya dengan indeks. Dari keseluruhan indeks tersebut hanya Index Cranialis yang sangat karaakteristik membedakan individu ke dalam sub ras (Olivier, 1969). Dalam sejarahnya pengukuran tersebut memberikan karakter yang sangat penting dalam diagnosis ras (Molnar, 1975; Gould, 1981). Perbedaan-perbedaan ukuran sinus di dalam cranium dan tebalnya tulangtulang merubah ukuran cranium bagian luar sehubungan dengan kandungan otaknya. Kapasitas cranial didefinisikan sebagai isi cairan dalam calvaria, rata-rata 1500 – 1550 cm3 pada laki-laki dan 1350 – 1400 cm3 pada perempuan. Kapasitas cranial kurang dari 1350 cm3 digolongkan sebagai microcephalic. Ukuran-ukuran kepala yang luar biasa besarnya umumnya karena proses pathologik antara lain hidrocephalus meskipun ada beberapa di antara mereka yang normal. Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, di mana variasi tersebut diturunkan, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan rasial. Meskipun masih kontroversi, beberapa gambaran tulang kepala misal index cranialis yang umumnya diturunkan, tetapi pada beberapa keadaan menampakkan perubahan dengan modifikasi oleh karena pengaruh lingkungan (Boas, 1911; Boyd, 1950). Hal tersebut diyakini bahwa index cranialis mungkin dikontrol oleh genetik dan juga oleh intake makanan (Bauer, Fischer, and lenz, 1931). Pernah juga dikemukakan bahwa orang-orang yang hidup di daerah dingin cenderung memiliki kepalla bundar (brachicephal) dari pada mereka yang hidup di daerah panas (Beals, 1972). Penemuan terhadap tulang-tulang manusia di daerah lain atau di negara lain, dalam identifikasi pertama dan selanjutnya yang harus ditentukan adalah jenis kelamin, umur dan ras manusia tersebut, khususnya dalam komunitas yang merupakan kumpulan dari bermacam-macam ras, termasuk dalam ras mana orang yang tulangya kita periksa tersebut. Pada kasus-kasus kecelakaan, tulang kapala merupakan tulang yang paling rawan dan sering ditemukan dalam bentuk tak utuh berupa fragmen-fragmen yang sulit untuk ditetapkan indeks cranialisnya. Usaha untuk merekonstruksi fragmen-fragmen tulang yang ditemukan menjadi satu tulang yang utuh, memerlukan merumusan dan keahlian tersendiri dari ahli antropologi dan di Indonesia ahli tersebut masih langka, sebagai satu jawaban pemecahan, para ahli berusaha untuk mengidentifikasi fragmen tulang sehingga pada akhirnya dapat digunakan rumus yang telah ditetapkan oleh para ahli.
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
58
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jarak titiktitik craniometri pada neurocranium dengan indeks cranialis pada ras Mongolid secara tak langsung, khususnya dari tulang-tulang neurocranium yang tidak utuh, sehingga dapat dipakai untuk memperkirakan ras individu tersebut, khususnya yang tergolong dalam kelompok ras monggolid. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam bidang antropologi forensik dan non forensik yakni memperkirakan besarnya indeks cranialis terhadap korban pembunuhan atau kecelakaan dengan kondisi kepala korban tidak utuh, atau temuan kerangka berupa cranium fragmentaris dengan cara mengukur jarak antara titik-titik craniometrinya pada fragmen-fragmen yang ditemukan. Metode Pengumpulan Data Bahan dan Peralatan Bahan penelitian berupa koleksi tulang cranium yang ada di Laboratorium Anatomi, Embriologi dan Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada. Subyek yang diteliti adalah tulang neurocranium. Kriteria sampel yang digunakan adalah : 1. Tulang cranium yang utuh, cocok antara bagian calvaria dan basis craniumnya. 2. Sutura-sutura tulang menutup secara sempurna. 3. Tidak menunjukkan adanya kelainan tulang. Alat ukur yang digunakan adalah: 1. Kaliper geser dengan ketelitian 0,1 cm 2. Kaliper rentang dengan ketelitian 0,1 cm Cara Pengukuran Semua data diperoleh secara langsung (data primer). Pengukuran data craniometri neurocranium dilakukan di Laboratorium Anatomi dengan penetapan prosedur menurut Olivear (1969) dan alat yang digunakan sudan ditera.: 1. Pengukuran jarak glabella-opisthocranion dan jarak inter-eurion. Cranium diletakkan di meja atau difiksasi dengan alat tertentu atau tangan asisten. Kemudian dengan kaliper rentang diukur jarak antara glabella ke opisthocranion dan jarak antara bagian terlateral di atas crista supramastoidea. 2. Pengukuran diameter atau jarak antara titik craniometri satu dengan lainnya menggunakan kaliper geser. 3. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali kemudian diambil rata-ratanya. Pengukuran hanya dilakukan pada bagian neurocranium. Rancangan Penelitian Jenis Rancangan Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional dengan cara mengukur nilai-nilai antropologi neurocranium yaitu jarak titik-titik craniometri dan indeks cranialis kemudian mencari besar atau hubungan antara keduanya. Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel bebas atau terkendali, yakni jenis kelamin, umur dewasa, keutuhan dan ras.
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
2.
3.
59
Pengendalian ini dilakukan melalui: a. Registrasi pada saat dilakukan pembuatan preparat cadaver menjadi preparat osteologi kering. b. Pemeriksaan cranioskopi dan craniometri pendahuluan. Variabel terikat, meliputi: a. Variabel prediktor, yaitu jarak titik-titik craniometri pada neurocranium. Jarak titik-titik yang diukur yaitu: 1) Jarak glabella-opisthocranion (g-op) 2) Jarak inter eurion (eu-eu) 3) Jarak bregma-lambda (b-l) 4) Jarak nasion-bregma (n-b) 5) Jarak lambda-opisthion (l-o) 6) Jarak basion-opisthion (ba-o) 7) Lebar foramen magnum (lfm) 8) Jarak porion-pterion (po-pt) 9) Jarak zygion-porion (zy-po) 10) Jarak maksimum biporion (po-po) 11) Jarak basion-bregma (ba-b) b. Variabel kriterium, yaitu indeks cranium (ic). Variabel tak terukur, yaitu sosial ekonomi, nutrisi, karena data premortem tidak ada.
Definisi Operasional Variabel Variabel yang berasal dari ukuran antropometrik tulang cranium adalah: 1. Jarak glabella-opisthocranion adalah jarak antara titik glabella sampai titik opistocranion. 2. Jarak inter eurion adalah jarak maksimal antara titik terlateral cranium di atas crista supramastoidea pada titik eurion. 3. Jarak bregma-lambda adalah jarak antara titik bregma dan titik lambda. 4. Jarak nasion-bregma adalah jarak antara titik nasion dan titik bregma. Pengukuran fragmentasi tulang frontal. 5. Jarak lambda-opisthion adalah jarak minimum antara titik lambda dan titik opisthion. Pengukuran fragmentasi tulang occipital. 6. Jarak basion-opisthion adalah jarak antara titik basion dan opisthion. 7. Lebar foramen magnum adalah lebar maksimum foramen magnum. 8. Jarak porion-pterion adalah jarak antara titik porion pada meatus auditorus externus dan titik pterion. 9. Jarak zygion-porion adalah jarak antara titik zygion pada arcus zygomaticus dan titik porion pada meatus auditoris externus. 10. Jarak maksimum biporion adalah jarak maksimum antara titik porion kanan dan kiri. 11. Jarak basion-bregma adalah jarak antara titik basion pada basisi cranium dengan titik bregma yang merupakan tinggi cranium. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian terhadap 30 neurocranium laki-laki dan 5 neurocranium perempuan, didapatkan hasil sebagai berikut :
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
60
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tabel 1 Distribusi indeks cranialis pada subyek penelitian Data Subyek
Jenis Kelamin
N
Range (cm)
Laki-laki
30
Perempuan
5
Indeks Cranialis
Rata-rata
SD
74,87 – 93,62
82,572
4,8617
76,16 – 92,17
82,7611
5,844
Tabel 2 Distribusi jarak antara titik-titik craniometri pada neurocranium pada subyek penelitian laki-laki Jarak titik-titik craniometri
Range (cm)
Rata-rata
SD (cm)
g-op
15,50 – 17,87
16,79
0,6571
Eu-eu
12,67 – 15,23
13,846
0,6512
b-l
9,63 – 12,13
10,677
0,5137
n-b
9,47 – 14,47
10,981
0,8747
l-o
7,60 – 10,75
9,4463
0,7263
ba-o
2,83 – 4,00
3,47
0,2458
lfm
2,43 – 3,12
2,76
0,1416
po-pt
5,07 – 6,60
6,034
0,3746
zy-po
3,93 – 6,27
4,7613
0,4431
po-po
10,43 – 12,83
11,3317
0,5381
ba-b
12,17 – 14,07
13,0523
0,4468
Tabel 3 Distribusi jarak antara titik-titik craniometri pada neurocranium pada subyek penelitian perempuan Jarak titik-titik craniometri
Range (cm)
Rata-rata
SD (cm)
g-op
15,70 – 17,07
16,294
0,6109
Eu-eu
13,00 – 14,47
13,462
0,6049
b-l
9,47 – 11,03
10,33
0,5781
n-b
9,87 – 17,10
11,708
3,0372
l-o
9,23 – 10,27
9,626
0,5266
ba-o
3,13 – 3,55
33,32
0,1505
lfm
2,53 – 2,80
2,674
0,1176
po-pt
5,43 – 6,73
5,922
0,5186
zy-po
3,87 – 4,93
4,566
0,4058
po-po
9,97 – 11,23
10,622
0,5403
ba-b
12,20 – 13,27
12,688
0,4065
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
61
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Analisa Korelasi dan Regresi Kelompok Subyek I. Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara indeks cranialis dengan jarak titik-titik craniometri pada neurocranium laki-laki (N = 30) adalah seperti tabel 4. Tabel 4 Hasil korelasi dan regresi antara indeks cranium dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek I
No.
JTC
Mean IC
Mean JTC
r hitung
Kemaknaan
Koef. reg.
prob.
Constant 157,6094
1.
g-op
82,572
16,790
0,6041
bermakna
-4,4692
0,000
2.
Eu-eu
82,572
13,846
0,7434
bermakna
5,5499
0,000
5,7271
3.
b-l
82,572
10,677
-0,0684
tidak
0,6471
0,720
89,4812
4.
n-b
82,572
10,981
0,0280
tidak
0,1554
0,883
80,8656
5.
l-o
82,572
9,446
-0,0749
tidak
-0,5011
0,694
87,3058
6.
ba-o
82,572
3,470
-0,1152
tidak
-2,2793
0,544
90,4812
7.
lfm
82,572
2,760
-0,1493
tidak
-5,1253
0,431
96,7178
8.
po-pt
82,572
6,603
-0,0767
tidak
-0,9951
0,687
88,5764
9.
zy-po
82,572
4,761
0,1653
tidak
1,8138
0,383
73,9359
10.
po-po
82,572
11,331
0,1545
tidak
1,3962
0,415
66,7507
11.
ba-b
82,572
13,052
-0,1536
tidak
-1,6710
0,418
104,3835
Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara komponen indeks cranium dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium laki-laki (N = 30) terlihat seperti dalam tabel 5 dan 6. Tabel 5 Hasil korelasi dan regresi antara panjang maksimum cranium (PMC) dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek I.
No.
JTC
Mean PMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
1.
b-l
16,79
10,677
0,2079
0,361
tidak
0,2594
14,0351
2.
n-b
16,79
10,981
0,4942
0,361
bermakna
0,3712
12,7135
3.
l-o
16,79
9,4463
0,3775
0,361
bermakna
0,3415
13,5638
4.
ba-o
16,79
3,47
0,1118
0,361
tidak
0,2878
15,8076
5.
lfm
16,79
2,76
0,3558
0,361
tidak
1,5595
12,516
6.
po-pt
16,79
6,6034
0,4193
0,361
bermakna
0,7355
12,3516
7.
zy-po
16,79
4,7613
0,1996
0,361
tidak
0,2801
15,4731
8.
po-po
16,79
11,3317
0,3185
0,361
tidak
0,3466
12,8789
9.
ba-b
16,79
13,0523
0,5979
0,361
bermakna
0,8293
5,3154
ISSN: 1410-2315
Koef. reg.
Constant
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
62
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tabel 6 Hasil korelasi dan regresi antara lebar maksimum cranium (LMC) dengan jarak titiktitik craniometri neurocranium pada kelompok subyek I.
No.
JTC
Mean LMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
Koef. reg.
Constant
1.
b-l
13,846
10,677
0,1499
0,361
tidak
0,190
11,8174
2.
n-b
13,846
10,981
0,4536
0,361
bermakna
0,3377
10,1381
3.
l-o
13,846
9,4463
0,2147
0,361
tidak
0,1925
12,0275
4.
ba-o
13,846
3,47
-0,0324
0,361
tidak
-0,0949
14,1787
5.
lfm
13,846
2,76
0,1020
0,361
tidak
0,6082
12,192
6.
po-pt
13,846
6,6034
0,2226
0,361
tidak
0,3134
11,982
7.
zy-po
13,846
4,7613
0,3702
0,361
bermakna
0,5441
11,2555
8.
po-po
13,846
11,3317
0,4344
0,361
bermakna
0,5257
7,8888
9.
ba-b
13,846
13,0523
0,3122
0,361
tidak
0,4549
7,9077
Kelompok Subyek II. Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara indeks cranialis dengan jarak titik-titik craniometri pada neurocranium Perempuan (N = 5) adalah seperti tabel 7. Tabel 7 Hasil korelasi dan regresi antara indeks cranialis dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek II
JTC
Mean IC
Mean JTC
1.
g-op
82,7611
16,294
-0,8086
tidak
-7,7355
0,098
208,8041
2.
Eu-eu
82,7611
13,462
0,8846
bermakna
8,5648
0,085
-32,5379
3.
b-l
82,7611
10,33
-0,7275
tidak
-7,355
0,164
158,7386
4.
n-b
82,7611
11,708
0,0412
tidak
-0,0794
0,947
83,6902
5.
l-o
82,7611
9,626
-0,6727
tidak
-7,466
0,213
154,6285
6.
ba-o
82,7611
3,32
0,2472
tidak
9,597
0,689
50,899
7.
lfm
82,7611
2,674
-0,518
tidak
-25,739
0,371
151,5672
8.
po-pt
82,7611
5,922
0,5907
tidak
6,6568
0,294
43,3395
9.
zy-po
82,7611
4,566
0,2646
tidak
3,8103
0,677
65,3632
10.
po-po
82,7611
10,622
0,255
tidak
2,7583
0,679
53,463
11.
ba-b
82,7611
12,688
-0,3738
tidak
-5,3737
0,535
150,943
No.
r hitung
Kemaknaan
Koef. reg.
prob.
Constant
Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara komponen indeks cranium dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium perempuan (N = 5) terlihat seperti dalam tabel 8 dan 9.
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
63
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tabel 8 Hasil korelasi dan regresi antara panjang maksimum cranium (PMC) dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek II.
No.
JTC
Mean PMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
Koef. reg.
Constant
1.
b-l
16,294
10,33
0,2365
0,878
tidak
2.
n-b
16,294
11,708
-0,1596
0,878
tidak
-0,0321
16,67
3.
l-o
16,294
9,626
0,9627
0,878
bermakna
1,1168
5,5436
4.
ba-o
16,294
3,32
-0,6453
0,878
tidak
-2,6192
24,9898
5.
lfm
16,294
2,674
0,5276
0,878
tidak
2,7408
8,9652
6.
po-pt
16,294
5,922
0,0887
0,878
tidak
-0,1045
16,913
7.
zy-po
16,294
4,566
0,2106
0,878
tidak
0,3842
13,8721
8.
po-po
16,294
10,622
0,1642
0,878
tidak
0,1856
14,3222
9.
ba-b
16,294
12,688
0,3137
0,878
tidak
0,4714
10,3129
0,2499
13,7127
Tabel 9 Hasil korelasi dan regresi antara lebar maksimum cranium (LMC) dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek II.
No.
JTC
Mean LMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
Koef. reg.
Constant
1.
b-l
13,462
10,33
-0,9233
0,878
bermakna
-0,9661
23,4419
2.
n-b
13,462
11,708
-0,1808
0,878
tidak
-0,036
13,8836
3.
l-o
13,462
9,626
-0,2692
0,878
tidak
1,0186
5,0512
4.
ba-o
13,462
3,32
-0,1173
0,878
tidak
-0,4713
14,9831
5.
lfm
13,462
2,674
-0,3674
0,878
tidak
-1,8897
18,5151
6.
po-pt
13,462
5,922
-0,8137
0,878
tidak
0,9491
7,8417
7.
zy-po
13,462
4,566
0,5659
0,878
tidak
0,8435
9,6105
8.
po-po
13,462
10,622
0,4933
0,878
tidak
0,5523
7,5957
9.
ba-b
13,462
12,688
-0,348
0,878
tidak
-0,5179
20,0333
Kelompok Subyek III. Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara indeks cranialis dengan jarak titik-titik craniometri pada neurocranium laki-laki dan Perempuan (N = 35) adalah seperti tabel 10.
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
64
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tabel 10 Hasil korelasi dan regresi antara indeks cranialis dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek III.
No.
JTC
Mean IC
Mean JTC
r hitung
Kemaknaan
Koef. reg.
prob.
Constant
1.
g-op
82,599
16,7334
-0,6257
bermakna
-4,5067
0,000
157,9472
2.
Eu-eu
82,599
13,7911
0,7390
bermakna
5,5912
0,000
5,4898
3.
b-l
82,599
10,6274
-0,1784
tidak
-1,5847
0,328
99,4406
4.
n-b
82,599
11,0837
0,0049
tidak
0,0181
0,978
82,3987
5.
l-o
82,599
9,472
-0,1355
tidak
-0,9550
0,438
91,6449
6.
ba-o
82,599
3,4486
-0,0813
tidak
-1,6736
0,643
88,3704
7.
lfm
82,599
2,7477
-0,1909
tidak
-6,6916
0,272
100,9857
8.
po-pt
82,599
6,018
0,0462
tidak
0,5812
0,792
79,1014
9.
zy-po
82,599
4,7334
0,1732
tidak
1,9458
0,320
73,3887
10.
po-po
82,599
11,2303
0,1464
tidak
1,2257
0,401
68,8336
11.
ba-b
82,599
13,0002
-0,178
tidak
-1,9260
0,306
107,6383
Hasil perhitungan korelasi dan regresi antara komponen indeks cranium dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium laki-laki dan perempuan (N = 35) terlihat seperti dalam tabel 11 dan 12. Tabel 11 Hasil korelasi dan regresi antara panjang maksimum cranium (PMC) dengan jarak titik-titik craniometri neurocranium pada kelompok subyek III.
No.
JTC
Mean PMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
Koef. reg.
Constant
1.
b-l
16,7334
10,6274
0,2596
0,334
tidak
0,327
2.
n-b
16,7334
11,0837
0,1811
0,334
tidak
0,088
15,7578
3.
l-o
16,7334
9,472
0,3851
0,334
bermakna
0,3676
13,2376
4.
ba-o
16,7334
3,4486
0,1119
0,334
tidak
0,3073
15,6735
5.
lfm
16,7334
2,7477
0,4079
0,334
bermakna
1,9362
11,3992
6.
po-pt
16,7334
6,018
0,3523
0,334
bermakna
0,5999
13,1089
7.
zy-po
16,7334
4,7334
0,2332
0,334
tidak
0,3427
15,1114
8.
po-po
16,7334
11,2303
0,3755
0,334
bermakna
0,4258
12,9372
9.
ba-b
16,7334
13,0002
0,6006
0,334
bermakna
0,8789
5,2800
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
13,258
ISSN: 1410-2315
65
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Tabel 12 Hasil korelasi dan regresi antara lebar maksimum cranium (LMC) dengan jarak titiktitik craniometri neurocranium pada kelompok subyek III. No.
JTC
Mean LMC
Mean JTC
r hitung
r tabel
Kemaknaan
Koef. reg.
Constant
1.
b-l
13,7911
10,6274
0,0627
0,334
tidak
0,0772
12,9707
2.
n-b
13,7911
11,0837
0,1672
0,334
tidak
0,081
12,8935
3.
l-o
13,7911
9,472
0,1495
0,334
tidak
0,1394
12,4708
4.
ba-o
13,7911
3,4486
0,0102
0,334
tidak
0,0162
13,7404
5.
lfm
13,7911
2,7477
0,0998
0,334
tidak
0,6069
12,1473
6.
po-pt
13,7911
6,018
0,3214
0,334
tidak
0,493
10,8398
7.
zy-po
13,7911
4,7334
0,4104
0,334
bermakna
0,61
10,9036
8.
po-po
13,7911
11,2303
0,4794
0,334
bermakna
0,5312
7,8257
9.
ba-b
13,7911
13,0002
0,2877
0,334
tidak
0,4119
8,4359
Pembahasan Besar populasi penelitian sebesar 35 cranium, terdiri dari 30 cranium laki-laki dan 5 cranium perempuan. Untuk sample laki-laki sudah mencukupi untuk dilakukan uji statistic analisis regresi. Musgrave dan Harneja (1978) membuat rumusan tinggi badan terhadap panjang tulang metakarpal dengan besar sample menimal 20 orang. Besar sample perempuan kurang memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistic analisis regresi. Namun pada penelitian ini tetap dilakukan uji statistic analisis regresi dengan membandingkan r hitung dengan r table pada N = 5. Semua data yang diperoleh dianalisa dengan analaisis regresi melalui computer program microstat yang validitasnya sudah diuji sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara jarak titik-titik cranimetri neurocranium dengan indeks cranialis, baik langsung maupun melalui komponennya digunakan metode korelasi tangkar tunggal dari pearson (Pearson Product Moment Corelation) sehingga diperoleh koefisien korelasi. Setelah diketahui koefisien korelasi, digunakan analisis regresi sederhana untuk mendapatkan persamaan regresi dari tiap-tiap kelompok subyek. Bentuk umum persamaan yang diperoleh adalah :
Y = IC =
a + bx a + b JTC
dengan IC merupakan indeks cranialis sebagai variable kriterium, a merupakan koefisien persamaan regresi, b merupakan konstanta, dan JTC merupakan jarak titik-titik craniometri neurocranium sebagai variable predictor. Setiap hubungan ditetapkan nilai r (koefisien korelasi). Untuk menilai apakah harga r bermakna atau tidak, digunakan table r teoritik pada taraf kemaknaan 0,05. Bila r sama dengan atau lebih besar dari pada r table, maka nilai r yang diperoleh tadi bermakna (Hadi, 1987). Pembuktian Hipotesis Kelompok Subyek I. Pada subyek penelitian ini dilakukan pengukuran pada neurocranium dengan N=35. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran sebagai keterangan tabel 4 di
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
66
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
atas adalah : Y1 : IC Y2 : IC Y3 : IC Y4 : IC Y5 : IC Y6 : IC Y7 : IC Y8 : IC Y9 : IC Y10 : IC Y11 : IC
= = = = = = = = = = =
157.6094 5.7271 89.4812 80.8656 87.3058 90.4812 96.7178 88.5764 73.9359 66.7507 104.3835
+ + + -
4.4692 5.5499 0.6471 0.1554 0.5011 2.2793 5.1253 0.9951 1.8138 1.3962 1.6710
g-op eu-eu b-l n-b l-o ba-o lfm po-pt zy-po po-po ba-b
Rumus regresi di atas tidak dapat digunakan kecuali rumus regresi Y1 dan Y2. Garis regresi dengan rumus Y2, Y4, dan Y9 di atas menunjukkan korelasi yang positif, yang berarti peningkatan nilai suatu variabel cenderung diikuti peningkatan variabel yang lain. Hal ini berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pula. Garis regresi dengan rumus Y1, Y3, Y6, Y7, Y8, Y10, dan Y11 di atas menunjukkan korelasi yang negatif yang berarti peningkatan suatu variabel akan diikuti penurunan nilai variabel yang lain. Hal ini berarti maka nilai variabel prediktor bertambah besar, maka nilai variabel kriterium berkurang. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran sebagai keterangan tabel 5 di atas adalah sebagai berikut : Y1.1 : PMC = 14.0351 + 0.2594 b-l Y2.1 : PMC = 12.7135 + 0.3712 n-b Y3.1 : PMC = 13.5638 + 0.3415 l-o Y4.1 : PMC = 15.8076 + 0.2878 ba-o Y5.1 : PMC = 12.5160 + 1.5595 lfm Y6.1 : PMC = 12.3516 + 0.7355 po-pt Y7.1 : PMC = 15.4731 + 0.2801 zy-po Y8.1 : PMC = 12.8789 + 0.3466 po-po Y9.1 : PMC = 5.3154 + 0.8293 ba-b Semua rumus regresi di atas menunjukkan korelasi yang positif, yang berarti peningkatan nilai suatu variabel cenderung diikuti pengingkatan variabel yang lain. Hal ini berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pula. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran sebagai keterangan tabel 6 di atas adalah sebagai berikut : Y1.2 : LMC = 11.8714 + 0.190 b-l Y2.2 : LMC = 10.1381 + 0.3377 n-b Y3.2 : LMC = 12.0275 + 0.1925 l-o Y4.2 : LMC = 14.1787 0.0949 ba-o Y5.2 : LMC = 12.1920 + 0.6082 lfm Y6.2 : LMC = 11.9820 + 0.3134 po-pt Y7.2 : LMC = 11.2555 + 0.5441 zy-po Y8.2 : LMC = 7.8888 + 0.5257 po-po Y9.2 : LMC = 7.9077 + 0.4549 ba-b
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
67
Semua rumus regresi di atas, kecuali rumus regresi Y4.2 menunjukkan korelasi yang positif. Untuk rumus regresi Y4.2, menunjukkan korelasi negatif. Pengukuran kelompok subyek I yang terdiri dari tulang cranium laki-laki dimaksudkan untuk memperoleh rumus yang digunakan bila ditemukan suatu pecahan cranium pada bagian neurocranium yang diketahui jenis kelamin laki-lakinya. Bila ditemukan pecahan neurocranium, dengan jenis kelamin laki-laki, maka sebaiknya digunakan rumus regresi Y1 dan Y2 bila fragmen cranium tersebut masih dapat ditentukan salah satu komponen indeks glabella-opisthocranionnya saja. Bila semua komponan indeks craniumnya tidak dapat diukur, maka sebaiknya digunakan regresi Y2.1, Y3.1, Y6.1 dan Y9.1 untuk memprediksikan besarnya panjang maksimum cranium. Sedangkan untuk memprediksikan besarnya lebar maksimun cranium, sebaiknya digunakan rumus Y2.2, Y7.2, dan Y8.2. Setelah didapatkan satu atau kedua komponen indeks cranialis, maka dengan rumus Y1 dan Y2 di atas indeks cranialisnya dapat ditentukan. Kelompok Subyek II. Pada subyek penelitian ini dilakukan pengukuran seperti pada subyek I dengan N=5, keterbatasan sampel kelompok ini dikarenakan di dalam laboratorium anatomi Fakultas Kedokteran UGM sebagian besar sampel adalah lakilaki dan sampel perempuan yang memenuhi syarat dilakukan pengukuran hanya 5 cranium. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran kelompok subyek II sebagai keterangan tabel 7 di atas adalah sebagai berikut : Y1 : IC = 208.8041 7.7355 g-op Y2 : IC = -32.5379 + 8.5648 eu-eu Y3 : IC = 158.7386 7.3550 b-l Y4 : IC = 83.6902 0.0794 n-b Y5 : IC = 154.6285 7.4660 l-o Y6 : IC = 50.8990 + 9.5970 ba-o Y7 : IC = 151.5872 25.7390 lfm Y8 : IC = 43.3395 + 6.6568 po-pt Y9 : IC = 65.3632 + 3.8103 zy-po Y10 : IC = 53.4630 + 2.7583 po-po Y11 : IC = 150.9430 5.3737 ba-b Rumus-rumus regresi di atas tidak bisa digunakan karena menunjukkan korelasi yang bermakna, kecuali rumus regresi kedua. Mungkin hal ini disebabkan oleh jumlah sampel yang digunakan sangat kurang. Garis regresi pada rumus Y1, Y3, Y4, Y5, Y7, dan Y11di atas menunjukkan korelasi yang negatif, yang berarti peningkatan nilai suatu variabel cenderung diikuti oleh penurunan nilai variabel yang lain. Garis regresi pada rumus Y2, Y6, Y8, Y9, dan Y10 di atas menunjukkan korelasi yang positif yang berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pula. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran sebagai keterangan tabel 8 di atas adalah sebagai berikut : Y1.1 : PMC = 13.7127 + 0.2499 b-l Y2.1 : PMC = 16.670 0.0321 n-b Y3.1 : PMC = 5.5436 + 1.1168 l-o Y4.1 : PMC = 24.9898 2.6192 ba-o Y5.1 : PMC = 8.9652 + 2.7408 lfm
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
68
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Y6.1 Y7.1 Y8.1 Y9.1
: : : :
PMC PMC PMC PMC
= = = =
16.9130 13.8721 14.3222 10.3129
+ + +
0.1045 0.3842 0.1856 0.4714
po-pt zy-po po-po ba-b
Dari rumus regresi di atas, rumus regresi Y2.1, Y4.1, dan Y6.1 menunjukkan korelasi yang negatif yang berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pula. Sedangkan lainnya menunjukkan korelasi yang positif. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran sebagai keterangan tabel 9 di atas adalah sebagai berikut : Y1.2 : LMC = 23.4419 0.9661 b-l Y2.2 : LMC = 13.8836 0.0360 n-b Y3.2 : LMC = 5.0512 + 1.0186 l-o Y4.2 : LMC = 14.9831 0.4713 ba-o Y5.2 : LMC = 18.5151 1.8897 lfm Y6.2 : LMC = 7.8417 + 0.9491 po-pt Y7.2 : LMC = 9.6105 + 0.8435 zy-po Y8.2 : LMC = 7.5957 + 0.5523 po-po Y9.2 : LMC = 20.0333 0.5179 ba-b Pada rumus regresi di atas, rumus regresi Y1.2, Y2.2, Y4.2, Y5.2, dan Y9.2 menunjukkan korelasi negatif, sedangkan rumus regresi Y3.2, Y5.2, Y7.2, dan Y8.2 menunjukkan korelasi yang positif antara variabel-variabelnya. Pengukuran kelompok subyek II yang terdiri dari tulang cranium perempuan dimaksudkan untuk memperoleh rumus yang digunakan bila ditemukan suatu pecahan cranium pada bagian neurocranium yang diketahui jenis kelamin perempuannya, untuk menentukan indeks cranialis. Bila ditemukan pecahan neurocranium, dengan jenis kelamin perempuan, maka penggunaan rumus regresi Y1 harus hati-hati sekali. Karena berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil tidak bermakna, atau perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar. Disarankan untuk menggunakan rumus Y2. Bila semua komponen indeks cranialisnya tidak dapat diukur, maka sebaiknya digunakan rumus regresi Y3.1 untuk memprediksikan besarnya panjang maksimun cranium. Sedangkan untuk memprediksikan besarnya lebar maksimum cranium, sebaiknya digunakan rumus Y1.2. Setelah didapatkan satu atau kedua komponen indeks cranialis, maka dengan rumus Y1 dan Y2 di atas indeks cranialisnya dapat ditentukan. Pada dasarnya diperlukan sampel yang kurang lebih sama dengan laki-laki agar diperoleh kemaknaan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan dan rumus yang dihasilkan dapat digeneralisasi untuk mengidentifikasi ras Monggolid terhadap suatu pecahan neurocranium. Kelompok Subyek III. Pada subyek penelitian ini dilakukan pengukuran tulang neurocranium laki-laki dan perempuan dengan N=35. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran kelompok subyek III sebagai keterangan tabel 10 di atas adalah sebagai berikut : Y1 : IC = 157.5790 4.5067 g-op Y2 : IC = 5.4898 + 5.5912 eu-eu Y3 : IC = 99.4406 1.5847 b-l Y4 : IC = 82.3987 + 0.0181 n-b
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
69
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11
: : : : : : :
IC IC IC IC IC IC IC
= = = = = = =
91.6449 88.3704 100.9857 79.1014 73.3887 68.8336 107.6383
+ + + -
0.9550 1.6736 6.6916 0.5812 1.9458 1.2257 1.9260
l-o ba-o lfm po-pt zy-po po-po ba-b
Semua rumus di atas tidak dapat digunakan kecuali rumus Y1 yaitu hubungan antara cranialis dengan jarak glabella-opisthocranion dan Y2 yaitu hubungan antara indeks cranialis dengan jarak intereurion. Garis regresi dengan rumus Y1, Y3, Y5, Y6, Y7, dan Y11 menunjukkan korelasi yang negatif, yang berari peningkatan nilai suatu variabel cenderung diikuti oleh penurunan nilai variabel yang lain. Garis regresi pada rumus Y2, Y4, Y8, Y9, dan Y10 di atas menunjukkan korelasi yang positif. Hal ini berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pula. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran kelompok subyek III sebagai keterangan tabel 11 di atas adalah sebagai berikut : Y1.1 : PMC = 13.2580 + 0.3270 b-l Y2.1 : PMC = 15.7578 + 0.0880 n-b Y3.1 : PMC = 13.2376 + 0.3676 l-o Y4.1 : PMC = 15.6735 + 0.3073 ba-o Y5.1 : PMC = 11.3992 + 1.9362 lfm Y6.1 : PMC = 13.1089 + 0.5999 po-pt Y7.1 : PMC = 15.1114 + 0.3427 zy-po Y8.1 : PMC = 11.9372 + 0.4258 po-po Y9.1 : PMC = 5.2800 + 0.8799 ba-b Semua rumus regresi di atas menunjukkan korelasi yang positif, yang berarti peningkatan nilai suatu variabel cenderung diikuti oleh peningkatan nilai variabel yang lain. Rumus regresi yang diperoleh dari pengukuran kelompok subyek III sebagai keterangan tabel 12 di atas adalah sebagai berikut : Y1.2 : LMC = 12.9707 + 0.0772 b-l Y2.2 : LMC = 12.8935 + 0.0810 n-b Y3.2 : LMC = 12.4708 + 0.1394 l-o Y4.2 : LMC = 13.7404 + 0.0162 ba-o Y5.2 : LMC = 12.1473 + 0.6069 lfm Y6.2 : LMC = 10.8398 + 0.4930 po-pt Y7.2 : LMC = 10.9036 + 0.6100 zy-po Y8.2 : LMC = 7.8257 + 0.5312 po-po Y9.2 : LMC = 8.4359 + 0.4119 ba-b Semua rumus regresi di atas menunjukkan korelasi yang positif. Hal ini berarti bila nilai variabel prediktor bertambah besar maka nilai variabel kriterium bertambah besar pulan. Pengukuran kelompok subyek III yang terdiri dari gabungan tulang cranium lakilaki dan perempuan dimaksudkan untuk memperoleh rumus yang digunakan bila ditemukan suatu pecahan cranium pada bagian neurocranium yang tidak diketahui jenis kelaminnya.
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
70
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Bila ditemukan pecahan neurocranium, dengan jenis kelamin tidak diketahui atau identifikasi jenis kelamin masih meragukan, maka sebaiknya digunakan rumus regresi Y1 dan Y2 bila fragmen cranium tersebut masih dapat ditentukan salah satu komponen tersebut masih dapat ditentukan salah satu komponen indeks cranialisnya misalnya hanya dapat diukur panjang maksimum craniumnya saja. Bila semua komponen indeks cranialisnya tidak dapat diukur, maka sebaiknya digunakan rumus regresi Y3.1, Y5.1, Y6.1, Y8.1, dan Y9.1 untuk memprediksikan besarnya panjang maksimum cranium. Sedangkan untuk memprediksikan besarnya lebar maksimum cranium, sebaiknya digunakan rumus Y7.2 dan Y8.2. Setelah didapatkan satu atau kedua komponen indeks cranialis, maka dengan rumur Y1 dan Y2 di atas indeks cranialisnya dapat ditentukan. Pada penelitian ini terbukti bahwa sebagian besar jarak antara titik-titik craniometri neurocranium tidak mempunyai korelasi langsung dengan indeks cranialis. Kecuali pengukuran terhadap jarak glabella-opisthocranion dan jarak inter eurion yang memiliki korelasikuat pada ketiga subyek penelitian. Korelasi kuat ini sangat beralasan sebab besarnya indeks cranialis ditentukan oleh panjang dan lebar maksimal cranium. Dengan demikian indeks cranialis bisa ditntukan dengan mengetahui satu komponen dari panjang maupun lebar maksimal cranium, yang dengan rumus regresi bisa digeneralisasikan ke populasi umum. Dengan melihat hasil penelitian tersebut di atas, terlihat bahwa tidak ada korelasi langsung antara jarak titik-titik craniometri pada neurocranium selain komponen indeks cranialis. Kemungkinan hal ini disebabkan titik-titik craniometri tersebut banyak terdapat pada daerah cranium yang lemah pada tulang pipih, tersusun oleh tulang-tulang yang letaknya berjauhan dan sifatnya tidak memberikan bentuk pada cranium, sehingga jarak antar titiknya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain proses pertumbuhan otak yang abnormal, misalnya pada hidrocephalus, trauma saat melewati jalan lahir dan gangguan pertumbuhan tulang pipih itu sendiri akibat faktor gizi danlain-lain yang menimbulkan variasi jarak antar titik craniometri yang menetap. Oleh karena selain komponen indeks cranialis tidak ada yang menunjukkan korelasi langsung terhadap indeks cranium, maka dengan penelitian ini kami berusaha memperoleh cara tidak langsung dalam memprediksikan besarnya indeks cranialis. Adapun metode tersebut adalah dengan mencarikorelasi antara jarak titik-titik craniometri neurocranium dengan komponen dari indeks cranialis baik itu dengan panjang maupun lebar cranium yang telah dibuktikan korelasinya dengan indeks cranialis. Untuk sampel perempuan pengukuran terhadap semua variabel prediktor tidak menunjukkan korelasi bermakna dengan indeks cranialis, kecuali pengukuran terhadap jarak inter eurion (ie-eu). Hal ini disebabkan jumlah sampel yang sangat terbatas (N=5). Namun untuk jarak glabella-opisthocranion terbukti menunjukkan korelasi yang tinggi dengan indeks cranialis. Mungkin untuk mendapatkan kemaknaan secara statistik diperlukan sampel yang lebih besar. Secara keseluruhan ketidakmaknaan analisis korelasi dan regresi mungkin disebabkan oleh terlalu pendeknya jarak pengukuran, jenis tulang sebagai penyusun bentuk cranium atau adanya hubungan antara variabel yang lemah yang menyebabkan keanekaragaman bentuk-bentuk cranium. Ada beberapa hubungan antar variabel yang lemah yang ditunjukkan oleh r, mungkin diakibatkan oleh beberapa variabel yang belum dikendalikan, misalnya variabel hormonal, indeks cranialis orang tua, status gizi, sosial ekonomi, kelainan pertumbuhan kepala yang sifatnya kongenital maupun trauma kepala ketika lahir.
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
71
Data seperti ini sulit dikendalikan karena subyek penelitian adalah preparat kering yang merupakan koleksi Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UGM dari tahun ke tahun dan tidak didapatkan data yang lengkap tentang subyek dari buku registrasi tulang. Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang mempengaruhi pertumbuhan tulang pipih yang dapat dikendalikan, antara lain : 1. Umur Subyek yang diambil adalah yang berumur dewasa. Pada subyek wanita kira-kira berumur 16 – 18 tahun ke atas dan subyek laki-laki kira-kira berumur 18 – 21 tahun ke atas. Penetapan umur ini berdasarkan telah menutupnya sutura secara sempurna. 2. Jenis Kelamin Subyek bisa dibedakan jenis kelaminnya berdasarkan ciri-ciri krakteristik dan berdasarkan nomor registrasi tulang dan data induk yang sudah tersimpan. 3. Ras Di Indonesia sekurang-kurangnya terdapat dua kelompok populasi yaitu penduduk Indonesia bagian barat dan tengah yang termasuk ras monggolid, sedangkan penduduk Indonesia bagian timur termasuk ras negrid (Atmadja, 1992). Adapun koleksi tulang di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UGM yang menjadi subyek penelitian diperkirakan semuanya adalah ras Monggolid. Pada penelitian ini pengukuran ditujukan untuk memperoleh rumus regresi yang dapat digeneralisasikan ke populasi umum yang dapat digunakan untuk memprediksikan indeks cranialis pada ras Monggolid. 4. Keutuhan Pada penelitian ini dipilih subyek yang tidak menderita penyakit tulang maupun kelainan-kelainan anatomis yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang pipih dan bentuk cranium misalnya kelainan akibat tumor, brachicepal, scaphocepal, dan kesalahan-kesalahan teknik dalam pembuatan preparat kering yang menyebabkan tulang rusak. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah rumus regresi yang dihasilkan baik pada subyek penelitian I, II maupun III tidak dapat digunakan pada kelompok umur dalam pertumbuhan. Simpulan Dari penelitian tentang hubungan antara jarak titik-titik craniometri pada neurocranium dengan indeks cranialis dengan besar sampel 35 cranium pada 3 kelompok subyek pada sampel koleksi tulang cranium di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UGM, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Terdapat hubungan antara jarak titik-titik craniometri yang diteliti pada neurocranium dengan indeks cranialis. 2. Indeks cranialis dapat ditentukan dengan cara mengukur jarak titik-titik craniometri yang diteliti pada neurocranium. Pustaka Acuan Atmadja, DS. S., Budinningsih, Y., Purnomo, S., Budijanto, A., 1992 Tibia and Fibula Multiflication Factors in the Estimation of Body Height for The Purpose of Identification. M. Ked. Ind. 42 ( 7 ).
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
72
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
Bass, W.M., 1987 Human Osteology, Edisi 3, Missouri Archaeological Society, Columbia. Bauer, Erwin, Fischer, Eugen and Lenz, 1931 Human Heredity, The Macmillan Company, New York. Beals, Kenneth L., 1972 Head Form and Climatic Stress, Am. J. Phys. Anthropol. 31 ( 1 ). Behrman, R.e., Vaughan, V.C., 1988 Nelson : Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta. Boas, Franz, 1911 Changes in Bodily Form of Descendants of Imigrants, 61st Congress, Secondd Session, Senate Document No. 208., Washington. Boer, A., 1988, Hubungan Migrasi Perlekatan Otot pada Tulang Panjang dengan Perubahan Panjang Tulang dan Volume pada Perlakuan Bipedal dan Hiperaktivitas Selama Pertumbuhan, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Boyd, William C., 1950 Genetics and The Races of man : An Introduction to Physical Anthropology, Little, Brown and Company, Boston. Chadha, P. V., 1991 Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V, Widya Medika, Jakarta. Giles, Eugene, and Elliot, Orville, 1962 Race Identification from Cranial measurements. J. Forensic Sci, 7 (2) Gould, George M., and Pyle, Walter L, 1956 : Anomali and Curiocities of Medicine, Bell Publisshing Company, New York. Gould, Stephen Jay, 1981 The Misceasure of Men. W. W. Norton and Company, New York. Gray, G.J., Gardner, E., O Rahilly, R, 1975 Anatomy, Regional Study of Human Structure, ed. 4. W. B. Sounders co., Philadelphia. Hadi, S. 1987 Analisis Regresi. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Harrison, G.A., 1964 Human Biology, An Introduction to Human Evolution. Variation and Growth. Oxford University Pree, New York. Hollinshead, W.H., 1974 Textbook of Anatomy, ed. 3. Harper and Row Publisher, New York. Idris, A.M. 1989 Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, ed.1, Bina Rupa Aksara, Jakarta. Jakob, T., 1990, Rasiologi dan Rasisma pada Abad XX ; Pidato Dies Natalis ke-41 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Jaquera, P.V., 1982 Histologi Dasar. EGC, Jakarta. Krogman, W.M., 1962 The Human Skeleton in Forensik Medicine. Chharles C Thomas Publisher, Springfield.
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004
ISSN: 1410-2315
Zainuri Sabta Nugraha,Hubungan Antara Jarak Titik-Titik Craniometri Pada...
73
Keen, J. A., 1950 A Study of The Differences between Male and Female Skull. Am. J. Phys. Anthropol, 8 ( 1 ). Montagu, M. F. Ashley, 1951 A Handbook of Anthropometry, Illinois, Charles C Thomas Publisher, Springfield. Molnar, Stephen, 1975 Races, Types and Ethnic Group : The Problem of Human Variation. Englewood Cliffts, Prentice-Hall, New Jersey. Olivier, G., 1969 Practical Anthropology. Charles C Thomas Publisher, Springfield. Penniman, T. K. 1935 A Hundred Year of Anthropology, Duckworth, London. Pratiknya, A. W. 1986 Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Rajawali, Jakarta. Radioputro, 1981, Anatomi Klinik, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Roche, A. F., 1978 Bone Growth and Maturation in F. Falkner, J. M. Tanner, Human Growth 2 Postnatal Growth. Plenum Press, New York. Schwartz, M.D., et all, 1989, Principles of Surgery, ed. 5. Edition, Mc.Graw Hill International Book Company, Singapore. Sinclair, D., 1978 Human Growth after Birth, ed. 3. Oxford University Press, New York. Smith, S., Fiddes, S. 1955 Forensic Medicine, ed. 10. J. A. Churchill Ltd. Stein, P. L. 1974 Physical Anthropology, Mc.Graw-Hill Company, New York. Tranggono, U., 1989 Anatomi Umum. Lab. Anatomi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Zimmerman Joel, Ph.D, Jacobson S., Ph.D., 1989, Anatomi, Littlebrown and Company, Boston/ Toronto.
ISSN: 1410-2315
LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004