BUKU 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2015
KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM Assalammu’alaikum Wr.Wb. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan. Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kompetensi profesional dari masing-masing peserta program. Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti. Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi. Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan untuk menyelesaikan buku ini. Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Ketua Departemen THT FKUI/RSCM
DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K)
Assalammu’alaikum Wr.Wb. Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM telah dapat diselesaikan. BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran. BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL. Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini. Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta. Agustus 2015 Penyusun,
Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K) Koordinator Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM
Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THTKL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang baik. Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI. Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung dengan baik. Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul. Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti stase pendidikan. Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL. Visi dan Misi Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara tahun 2019. Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme. Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan kesehatan prima.
SEMESTER IV
Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul
Neurotologi 2 Keterampilan Neurotologi 2 Otologi 2 Keterampilan Otologi 2 Laring Faring 2 Keterampilan Laring Faring 2 Rinologi 2 Keterampilan Rinologi 2 Pelatihan Kegawatan THT 3 Keahlian Komprehensif 3
A.
Mata Kuliah
:
MKK-2 MD22802323 / MPK MD22802524
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL
MODUL NEUROTOLOGI 2 DAN Pendahuluan MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 2 Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis. 3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil pemeriksaan audiologi khusus , keseimbangan khusus dan pemeriksaan fungsi saraf fasialis khusus. .
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi: 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh : - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak - Tumor - Ototoksik - BPPV - Superior canal dehiscent 4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif 5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan pendengaran khusus seperti tes audiometri tutur ,tes SISI, tes Tone decay , tes akustik imitans, OAE 6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan khusus seperti Head impuls test, Head shaking test, tes visual dynamic aquity, tes posisi untuk BBPV, terapi reposisi otolit, terapi rehabilitasi vestibuler 7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi saraf fasialis khusus seperti tes topografi saraf fasialis. Lingkup Bahasan
Pokok/topik bahasan
Gangguan Pendengaran, keseimbangan dan Saraf Fasialis
Embriologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis
Tahap Kewenangan Klinis 3c
interpretasi hasil pemeriksaan khusus
3c
Pemeriksaan audiologi, fungsi keseimbangan dan fungsi saraf fasialis khusus managemen pasien
3c
3c
Melakukan tahap 3c persiapan pemeriksaan KHUSUS dan menginterpretasikan hasil serta mendiagnosis gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis
Gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis
Anatomi, fisiologi,patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana . indikasi, dan persiapan, langkah-langkah pemeriksaan
3c
anatomi, fisiologi, patofisiologi gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis Diagnosis dan tatalaksana komprehensif. indikasi, dan langkahlangkah, persiapan.pemeriksaa
3c
3c
3c
3c
D.2
Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta PPDS THT-KL mampu: Tindakan
1. Tes berbisik 2. Tes Garputala 3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & masking -Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk mengatasi dilema masking - Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold) 4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL (Loudness Discomfort Level)
Tingkat Kewenangan klinis 3 3 3 2
3 2 3
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of lesion) : ABLB, SISI, Tone decay 7. Audiologi pediatric - Behavioural Observsation Audiometry (BOA) - Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) - Tes play audiometri - Tes fungsi persepsi 8. Pemeriksaan Timpanometri 9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 10. Tes keseimbangan sederhana 11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan Dynamic Visual Acuity Test 12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, roll test) 13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 14.Pemeriksaan Posturografi 15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss atau House-Brackmann) 16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis
3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3
17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis (NET) 18.Pemeriksaan BERA 19.Pemeriksaan ASSR 20.Pemeriksaan OAE 21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi vestibuler (VRT) 22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran
D.3
E.
2 2 2 3 3 2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) 1. Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis)
-
Imunologi (Menier’e deseases) Kongenital, BPV pada anak Tumor Ototoksik BPPV Superior canal dehiscent
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif F.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis). a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL. a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
G.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
H.
I.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis peserta PPDS THT-KL. NBL adalah 75. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta PPDS THT-KL mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan. 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
J.
K.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K) 3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM
L.
Matriks Kegiatan modul Neurotologi II Hari/Tgl Senin s/d Jum’at (Minggu I)
Waktu 08.00-15.30
Materi Peraturan pelayanan pasien di Div Neurotologi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran
Tutor Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Diskusi topic Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan
Senin s/d Jum’at (Minggu II)
08.00-15.30
Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis pelatihan pemeriksaan audiologi, keseimbangan, saraf fasialis KHUSUS Pelatihan interpretasi pemeriksaan audilogi, keseimbangan dan saraf fasialis KHUSUS Evaluasi kemampuan program studi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan
Teknik Pengarahan
Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Diskusi topic Kerja praktek
Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
CBD/case based discussion
Senin s/d Jum’at (Minggu III)
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at (Minggu IV)
08.00-15.30
interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi/Praktikum
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay
Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Senin s/d Jum’at (Minggu V)
Senin s/d Jum’at (Minggu VI)
08.00-15.30
08.00-15.30
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Diskusi/Praktikum
Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay
Dr. Widayat Alviandi, Sp THT
Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi
Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Daftar Pustaka: 1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology 2. Katz J, Clinical Audiology 3. Gelfand SA, Essentials of Audiology 4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation 5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
MODUL OTOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 2 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802325 / MPK MD22802526
Jumlah SKS
A.
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
1.
:
Ketua Divisi Otologi THT-KL 2.
3.
4.
5. 6.
Pendahuluan Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL). Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit, menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
A.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
B.
Sasaran Pembelajaran 1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai kompetensinya. 2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya. 3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan dalam) sesuai kompetensinya. 4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai kompetensinya. 5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai kompetensinya. 6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai kompetensinya. 7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga sesuai kompetensinya.
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya : 1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu: i. Kelainan kongenital telinga herediter. ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter. 2. Jenis trauma telinga, yaitu: i. Trauma mekanik pada telinga. ii. Trauma kimia pada telinga. iii. Trauma akustik pada telinga. 3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu: i. Otitis eksterna sirkumskripta. ii. Otitis eksterna difusa. 5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu: i. Otitis media supuratif. ii. Otitis media non-supuratif. 6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu: i. Labirinitis. ii. Penyakit Meniere. iii. Neuronitis vestibularis. iv. Presbiakusis. v. Ototoksisitas. vi. Sudden deafness. vii. Tuli akibat bising. Lingkup Bahasan
Topik Bahasan
Kelainan kongenital telinga herediter & non-herediter.
Atresia dan stenosis liang telinga. Celah brakial 1.
Trauma mekanik, kimia, & akustik.
Laserasi & avulsi kulit liang telinga. Perforasi membran timpani. Dislokasi osikel.
Tahap Kewenangan Klinis
Fraktur tulang temporal. Benda asing telinga Benda asing organik & luar, tengah & dalam anorganik telinga luar, tengah & dalam. Otitis eksterna Otitis eksterna sirkumskripta. Otitis eksterna difusa. Otitis eksterna maligna. Otitis media Otitis media supuratif: otitis media akut (rekuren) & otitis media supuratif kronik. Otitis media nonsupuratif: otitis media efusi, glue ear. Labirintitis Labirintitis purulenta. Labirintitis serosa. Tumor jinak dan ganas: Seruminoma. a. liang telinga. Adenokarsinoma liang b. Telinga tengah. telinga. c. CPA. Osteoma. Exostosis. Osteosarkoma. Adenokarsinoma telinga tengah. Neuroma akustik.
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Jenis keterampilan
Tingkat kewenangan klinis
POLIKLINIK Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, dan bahan 5 kimia / obat-obatan untuk telinga. Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang (fungsi 5 pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi). KAMAR OPERASI Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, pasien, 5 dokumen pendukung).
Mampu mengenali dan menyebutkan struktur anatomi telinga dan tulang temporal. Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada operasi telinga. Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan lunak pada operasi telinga tengah (INSISI KULIT RETROAURIKULA, MEMBUANG TEPI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT LIANG TELINGA, INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA, PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MASTOIDEKTOMI SEDERHANA. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: ATIKOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: TIMPANOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: AMPUTASI TIP MASTOID. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR LIANG TELINGA
D.3
E.
5 5 3
3 3 3 3 3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi. a. Belajar mandiri. b. Diskusi topik. 2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara: a. Kerja poliklinik. b. Kerja ruang rawat inap. c. Kerja instalasi gawat darurat.
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan metode: a. Tinjauan pustaka/journal reading. b. CBD/case based discussion. F.
G.
H.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan a. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) = 75. b. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. c. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan d. Logbook e. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
I.
Sumber Daya Pelaksana modul : I. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K). II. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K). III. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K). J. Lokasi Praktek I. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. II. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. J. Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.00-10.00
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu I
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu II
Senin s/d 08.0015.30 Jum’at Minggu III
Materi Cara kerja di Divisi Otologi
Tutor Teknik Dr. Alfian Farid Pengarahan Hafil, SpTHT-KL (K). DR. Dr. Ratna D. Restuti, SpTHT-KL (K). Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL (K). Idem Diskusi/Praktikum
Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Melakukan tatalaksana pasien rawat inap Idem Bekerja di poli Divisi Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal
Idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP
Diskusi/Praktikum
Diskusi/Praktikum
Follow up pasien di
Senin s/d 08.0015.30 Jum’at Minggu IV
Senin s/d Jum’at
08.0015.30
Minggu V
Senin s/d Jum’at Minggu VI
08.0015.30
bangsal Idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Ujian Tulis idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal. idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Ujian Tulis
Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay
Diskusi/Praktikum
Diskusi/Praktilum Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. 3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea-Febiger, 1985. 4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB Saunders Co.1989.
MODUL LARING FARING 2 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 2 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802327 / MPK MD22802528
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Trauma laring
anatomi, fisiologi laring
Abses leher dalam
Obructive sleep apnea syndrome (OSAS)
Tumor ganas laring
interpretasi CT-scan Handling RFL managemen pasien trauma laring basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkahlangkah tindakan rekonstruksi laring anatomi, patofisiologi abses leher dalam tatalaksana komprehensif indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkahlangkah, persiapan. anatomi, fisiologi, patofisiologi sumbatan pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi tatalaksana komprehensif (OSA surgery, edukasi, anatomi, fisiologi, patofisiologi laring
Tahap Kewenangan Klinis
Stenosis laring
Disfonia
Kelainan kongenital (Laryngomalasia, laryngeal web, laryngeal cleft, hygroma colli, hemangioma,parese ) Infeksi faring laring (tonsilitis faringitis, laringitis)
Lesi jinak laring (hemangioma, Papiloma laring,granuloma,no dul, polyp,
indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher Persiapan dan melakukan trakeostomi patofisiologi stenosis laring diagnosis dan komplikasi Persipan pre operasi alat-alat yang dipersiapkan Fisiologi, etiologi dan patofisiologi diagnosis dan diagnosis banding tatalaksana komprehensif Tumbuh kembang diagnosis tatalaksana komprehensif
anatomi, histologi, patofisiologi diagnosis komplikasi tatalaksana komprehensif patofisiologi diagnosis tatalaksana komprehensif
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Penegakan diagnosis penyakit laring faring dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, inform concent Tindakan laringoskopi tidak langsung Tatalaksana medikamentosa Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Melebarkan stoma Decanulasi Pemasangan NGT Ekstraksi benda asing orofaring Biopsi lokal anestesi tumor orofaring Perawatan kanul trakea Perawatan luka pasca operasi Angkat jahitan Insisi abses peritonsil Insisi submandibula Insisi retrofaring Insisi parafaring Perawatan abses Penggantian kanul trakea Flexible Optik Laringoskopi Muller manuever Interprestasi hasil PSG Interpretasi hasilmCT scan Laringoskopi diagnostic daan biopsi Ekstirpasi lesi jinak laring non neoplasma Ekstirpasi lesi jinak laring neoplasma Insisi dan Flap pada operasi Tiroidektomi Insisi apron pada operasi laringektomi Penutupan luka penutupan luka pada operasi laringektomi
Tahap Magang Semester 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 0 0 4 4 4 4 3 3 2 0 2 2 2 2
Tonsilekomi dan adenoidektomi Diagnosis dan tatalaksana LPR Ekstirpasi kista leher
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Infeksi laring faring 2. Dysphonia 3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) 4. Abses leher dalam 5. Kelainan kongenital laring 6. Trauma laring 7. Lesi jinak laring 8. Lesi ganas laring 9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
F.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome a. belajar mandiri b. diskusi topic. 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
G.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring Faring.
I.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 80. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
J.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
K.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH) 2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH) 3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI) 4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM
L.
Matriks Kegiatan
Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.00-10.00
Materi Cara kerja di Divisi Laring Faring
Tutor Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Teknik Pengarahan
Senin s/d Jum’at Minggu I
08.00-15.30
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan menggunakan flexible optic laryngoscop
Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay
08.00-15.30
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan membaca CT-scan/ PSG
Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu III
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Pelatihan ekstraksi benda asing
Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Senin s/d Jum’at Minggu IV
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam
Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Senin s/d Jum’at Minggu II
08.00-15.30
Diskusi/Praktikum
Ujian Tulis Essay
Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring
Daftar Pustaka: 1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001 2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006 3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299387., 1194 4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx. In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214. 5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605. 6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea & Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34 7. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500 8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
of
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology. Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42 10. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed, Chapter 31, pp. 724-92
MODUL RINOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 2 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802329 / MPK MD22802530
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Rhinologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester IV yang sudah melalui divisi alergi imunologi dan onkologi tahap pembekalan.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-tahapan operasi
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapantahapan operasi
Lingkup Bahasan
Pokok bahasan
Tahap Kewenangan Klinis
Inflamasi dan atau infeksi hidung dan sinus paranasal
Rinosinusitis akut
3c
Rinosinusitis kronik Polip nasal Snusitis dentogen Infeksi jaringan lunak (vestibulitis, selulitis) Penyakit autoimun (bersama divisi alergi imunologi) Sinusitis Jamur Abses Septum kelainan septum atresia koana anosmia trauma anosmia pasca infeksi epistaksis anterior epistaksis posterior
3c
Kelainan anatomi Gangguan penghidu
Epistaksis
Benda Asing,
3c 3c 3c
3c
3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c
Lesi jinak hidungdan sinus paranasal (angiofibroma, Papiloma inverted, bekerjasama dengan divisi onkologi THT)
Angiofibroma
3c
papiloma inverted
3c
D.2 Keterampilan Jenis Tindakan/ keterampilan
Magang Smt IV
Penegakan diagnosis dengan 4 anamnesis, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan posterior
Evaluasi menggunakan endoskop 0 derajat
nasal 4
Pembacaan CT-Scan
4
evaluasi menggunakan nasal endoskop 30,45, 70, 110 derajat
2,3
pemeriksaan fungsi penghidu
3
tatalaksana medikamentosa
3
tatalaksana pembedahan : BSEF I 2 (Unsinektomi, middle meatal antrostomi)
tatalaksana pembedahan : BSEF II (Unsinektomi, middle meatal antrostomi + etmoidektomi)
1
tatalaksana pembedahan BSEF III DCR
1
tatalaksana pembedahan BSEF III (Unsinektomi, middle meatal antrostomi + etmoidektomi+sfenodotomi dan atau frontal)
1
tatalaksana BSEF Osteoperiosteal)
(Jabir
1
tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS)
1
tatalaksana BSEF IV (operasi skull base)
1
tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor dengan endoskop)
1
tatalaksana Septoplasti
:
2
tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka Inferior
2
melakukan perawatan luka pasca operasi BSEF
2
IV
pembedahan
tindakan polipektomi sederhana 2 di poliklinik
D.3
tindakan sinuskopi diagnostic
3
tindakan sinuskopi tindakan
2
ekstraksi benda asing
3
pemasangan tampon anterior
4
pemasangan tampon posterior
3
ligasi arteri sfenopalatina
0
ekstraksi benda asing
3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal 2. Kelainan anatomi 3. Gangguan penghidu 4. Epistaksis 5. Benda asing 6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal.
F.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing a. belajar mandiri
b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion G.
I.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
G. Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
H.
I.
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K) 3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K) 4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
SENIN
08.0010.00
Cara kerja di Divisi Rinologi
Dr.Umar SD
Pengarahan
Dr.Endang MK DR.Dr.Retno SW Dr.Febriani Senin s/d Jum’at Minggu I
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
idem
Diskusi topik
kelainan anatomi
Kerja praktek
epistaksis
CBD/case based discussion
gangguan penghidu
Ujian tulis: CBD
benda asing
lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Pre Assesment modul pembekalan Senin s/d Jum’at Minggu II
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
idem
idem
idem
Diskusi/Praktikum
kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
pelatihan penggunaan nasal endoskop bersudut
pelatihan membaca CT-scan dengan program osirix
Senin s/d Jum’at Minggu III
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
pelatihan septoplasti kambing skill tutorial tahapan operasi BSEF Senin s/d Jum’at Minggu IV
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
idem
kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti kambing skill tutorial tahapan operasi BSEF
Senin s/d Jum’at Minggu V
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
kelainan anatomi
epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
idem
Ujian DOPS keterampilan poliklinik
Senin s/d Jum’at Minggu VI
08.0015.30
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
idem
kelainan anatomi epistaksis
Ujian Minicex, CBD
gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
Daftar Pustaka 1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989. 2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. 3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006. 4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997. 5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th Ed.2003. 6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001. 7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991. 8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008. 9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 3 Mata Kuliah
:
MPA MD22802531
Jumlah SKS
:
Modul Pelatihan Kegawatan THT 3 (1 SKS)
A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran
Lama
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu
:
6 Bulan (Selama Periode Semester IV)
memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THTKL
dan
mencapai
kompetensi
yang
diharapkan
di
bidang
Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang
Ketua Modul
:
Koordinator Kegawatdaruratan THT-KL
diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester IV
C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: 1. 2. 3. 4. 5.
Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak
6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : 1. Benda asing di THT 2. Nyeri telinga akut 3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis 4. Trauma telinga dan tulang temporal 5. Tuli mendadak 6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
3c
Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus
Kewenang an klinis
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga
3c Diagnosis dan Diagnosis Banding
3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT
3c Manajemen pasien Benda Asing di THT 3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c
Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
Diagnosis Tatalaksana Komprehensif
3c
3c 3c
3c Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tata Laksana
3c
Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik
Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak 3c Diagnosis dan komplikasi
3c Rencana tatalaksana
3c
Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi
3c Diagnosis 3c Komplikasi
3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka
Anatomi, histologi, patofisiologi
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing Trauma Trakea Trauma Tumpul
Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Tajam Trauma Endogen
3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif
3c 3c
Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus
3c Diagnosis dan diagnosis banding
Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis Esofagitis Korosif 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 4
Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi
3,4 1 1
Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 0 0 1 0 0 0 0 3,4 1 1 2 1
1 1 2
Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT
1 3 3,4 1 3
II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan,
Form penilaian
40%
Keterampilan
Form penilaian
20%
Sikap dan perilaku
Form penilaian
40%
H. Sumber Daya Pelaksana modul
: Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 2. Ruang rawat RSCM I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
SeninJumat
15.0007.00
SabtuMinggu
08.0020.00 20.0008.00
Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT
Tutor
Teknik
DPJP jaga harian
Form penilaian
DPJP jaga harian
Form penilaian
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 3 Mata Kuliah
:
MPA MD22802432
Jumlah SKS
:
Modul Keahlian Komprehensif THT 3 (2 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul
:
Koordinator Penelitian THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 3 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang Semester IV
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar. C.2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah.
D.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 3 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah
G.
Pembobotan Bentuk Form penilaian Karya Ilmiah
H.
I.
Sumber Daya Pelaksana modul
Evaluasi -Makalah dan Media presentasi -Presentasi dan diskusi
Bobot 50% pembimbing 30 % penguji 20% pembimbing
: 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 3 Hari
Waktu
Materi
SeninJumat
2 bulan
Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing
Selasa/ rabu/ jumat
Sesuai Presentasi jadwal karya ilmiah yang telah 5 ditentukan
Pembimbing Presentasi
SeninJumat
2 bulan
Pembimbing Belajar mandiri
Selasa/ rabu/ jumat
Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing
Sesuai Presentasi jadwal karya ilmiah yang telah 6 ditentukan
Staf Teknik Pengajar Pembimbing Belajar mandiri diskusi
Moderator Penguji
diskusi
Pembimbing Presentasi Moderator Penguji
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
SEMESTER V
Modul Endoskopi Bronkoesofagologi 2 Modul Keterampilan Endoskopi Bronkoesofagologi 2 Modul Onkologi 2 Modul Keterampilan Onkologi 2 Modul Plastik Rekosntruksi 2 Modul Keterampilan Plastik Rekosntruksi 2 Modul THT Komunitas Modul Keterampilan THT Komunitas Modul Pelatihan Kegawatan THT 4
MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802333 / MPK MD22802534
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Endoskopi Bronkoesofagologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul EBE adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar peserta program PPDS semester V tahap magang mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang EBE yaitu KELAINAN DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN KESULITAN MENELAN OROFARING.
Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang EBE ilmu kesehatan THT-KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester V
C.
Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree) 1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 6. Melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 7. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau esofagoskopi dan pemeriksaan FE 8. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
D.
LINGKUP BAHASAN D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program PPDS mampu menjelaskan dan memahami : 1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi anatomi. 2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi, penggunaan radiologi.
4. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Peserta PPDS mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 6. Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 9. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring. Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Tahap Kewenangan Klinis
Trakeobronkial, esofagus, orofaring
Anatomi trakeobronkial, esofagus dan orofaring
3c
Persarafan - jaras traktus trakeobronkial, esofagus dan orofaring Vaskularisasi Kelainan esofagus : Benda asing esofagus
Stenosis esofagus
Patofisiologi
3c
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
3c
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Esofagoskopi kaku dan fleksibel)
3c
Tata laksana komprehensif
3c
Komplikasi dan tatalaksananya
3c
Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
3c
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, Esofagoskopi kaku dan fleksibel) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Esofagitis : Refluks Eosinofilik
Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
3c
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Gangguan Patofisiologi dan jenis neuromuscular : kelainan. spasme difus esofagus, Nutcracker Diagnosis ( gejala, Esofagus tanda klinis) Akalasia, Pemeriksaan divertikulum penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Manometri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya
3c
Disfagia fase oral dan fase faring
Patofisiologi dan jenis kelainan.
3c
Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (FEES, Videofluruoskopi, CT scan Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Benda asing traktus trakeobronkial
Patofisiologi
3c
Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Bronkoskopi kaku dan fleksibel, Virtual bronkoskopi) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Magang Semester V
Melakukan konseling edukasi pasien sesuai kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
4
Melakukan konseling pemberian
4
modalitas farmakologi, penggunaan pemeriksaan penunjang
Melakukan konseling, persiapan
4
dan prosedur esofagoskopi, bronkoskopi
Peserta PPDS THT mampu
4
melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau esofagoskopi dan pemeriksaan FEES
Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
3
D.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E.
Tingkat Kewenangan Klinis TINDAKAN Melakukan anamnesis pemeriksaan fisik
TINGKAT KEWENANGAN KLINIS dan
Pemeriksaan rhinolaringoskopi serat optic lentur Trakeo - Bronkoskopi Kaku (Bonkoskopi diagnostik) Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel
4 4 3 2
Ekstraksi Benda Asing TrakeoBronkus dengan Bronkoskopi 3 kaku Esofagoskopi kaku 4 Ekstraksi Benda Asing Esofagus 3 dengan Esofagoskopi kaku Biopsi tumor trakea-bronkus 2 dengan Bronkoskopi kaku Biopsi tumor esofagus dengan 3 Esofagoskopi kaku Trans Nasal Esophagoscopy (Flexible Esophagoscopy)
2
Dilatasi Esofagus dengan Esofagoskopi Rigid 2 (Esophagoscopic Dilation Under Direct Vision) FEES (Flexible Endoscopic Esophageal of the Swallowing)
4
F.
Metode Dan Tahapan Pengajaran Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi a. Belajar mandiri b. Kuliah interaktif c. Kerja praktek
G.
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai berikut Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE
H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
J.
K.
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K) 2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K) 3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT
Matriks Kegiatan
Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.00-10.00
Materi Cara kerja di Divisi Endoskopibronkoesofagologi
Tutor Dr. Susyana Tamin Dr.Elvie Zulka Dr Rahmanofa Yunizaf
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Traktus trakeobronkial dan esofagus Benda asing traktus trakeobronkial dan esofagus ujian pre tes Esofagitis Stenosis esofagus Pelatihan membaca Skor Temuan Refluks
Idem
Idem
-
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion
Kelainan neuromuscular esofagus Disfagia fase oral dan fase faring Review modul
Idem
-
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion
Idem
-
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion
08.00-15.30
Review modul
Idem
-
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion
08.00-15.30
Review modul Ujian Tulis
Idem
-
Diskusi topik Kerja praktek
Minggu I
Senin s/d Jum’at Minggu II Senin s/d Jum’at Minggu III Senin s/d Jum’at Minggu IV Senin s/d Jum’at Minggu V Senin s/d
08.00-15.30
08.00-15.30
08.00-15.30
Teknik Pengarahan
-
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay
Jum’at
-
Minggu VI
-
CBD/case based discussion Presentasi Timjauan Pustaka Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka 1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2 nd ed. 2002:577615 2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102 (4): 238-40. 3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds. Head and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998 4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck SurgeryOtolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5 5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21. 6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4): 26-33. 7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R, Kendall K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18. 8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the larynx. In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder, 1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36. 9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management of swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21. 10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults. In: Marks L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1st ed. United Kingdom: Speechmark Publishing Ltd; 2001.p. 2-6. 11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9. 12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455. 13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006 14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology. 15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369
MODUL ONKOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 2 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802335 / MPK MD22802536
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Onkologi THT-KL
2.
A.
Pendahuluan Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tumor dibidang onkologi THT. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang Onkologi THT dengan lengkap 2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT 3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT 4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT 5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang Onkologi THT
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi: - Karsinoma nasofaring - Tumor sinonasal - Angiofibroma - Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring - Tumor kelenjar liur - Tumor tiroid - Tumor ganas kulit di kepala leher - Unknown primary tumor - Ca Laryng Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Tahap Klinis
Karsinoma
Anatomi
3C
Nasofaring
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF
3C
Kewenangan
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Tumor Sinonasal
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi
Interpretasi imunohistokimia
3C
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Angiofibroma
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
- Diagnosis histopatologi
- 3C
- Interpretasi imunohistokimia - CT/MRI scan
- Foto thoraks - USG Abdomen - Bone scan - Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
3C
Tumor
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
rongga
3C
Penegakan Diagnosis
mulut, oropharynx,
Tatalaksana
hipofaring
Informed consent
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Tumor kelenjar liur
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
3C
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Tumor tiroid
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
3C
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Anatomi
Tumor ganas kulit di Patofisiologi kepala leher
Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
3C
3C 3C
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Unknown
primary Anatomi
3C
tumor Patofisiologi
Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
3C 3C
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
Informed consent
3C
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Ca Laring
Anatomi
3C
Patofisiologi
3C
Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF
Interpretasi imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
3C
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
3C
Informed consent
3C
Komplikasi tindakan Cara
mengatasi
komplikasi Teknik
3C
rinofaringolaringoskopi (bekerjasama
dengan
divisi Laringfaring) Interpretasi
hasil
pemeriksaan Teknik biopsi local dengan
3C
endoskopi rigid (bekerja sama
dengan
divisi
rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 3 Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, 3 pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang Teknik rinofaringolaringoskopi 3 Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid
3 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
D.3
3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Onkologi meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit tumor dibidang onkologi THT a. belajar mandiri b. diskusi topic 2. tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana penyakit-penyakit tumor dibidang onkologi THT a. kerja poliklinik 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi.
G.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
I.
J.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K) 2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD 3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL
Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
Senin
07.30-08.30
Cara kerja di Divisi
Dr. Zanil
Pengarahan
(Minggu I)
Dr.Marlinda Dr. Mayang
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
(Minggu I)
Tumor
Senin
08.30-15.30
rongga
idem
d. Diskusi topik e. Kerja praktek
mulut,
f.
CBD
oropharynx, hipofaring
g. DOPS
Tumor kelenjar liur
h. Ujian
tulis:
Tumor tiroid
Essay
(pre
Tumor ganas kulit di kepala
test)
leher
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
(Minggu II)
Tumor
Senin
08.00-15.30
rongga
idem
i.
Diskusi topik
j.
Kerja praktek
mulut,
k. CBD
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
l.
DOPS
leher
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
Senin
08.00-15.30
Idem
m. Diskusi topik n. Kerja praktek
(Minggu III)
Tumor
rongga
mulut,
o. CBD
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
p. DOPS
leher
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
(Minggu IV)
Tumor
Senin
08.00-15.30
rongga
Idem
q. Diskusi topik r.
Kerja praktek
mulut,
s. CBD
oropharynx, hipofaring
t.
DOPS
Tumor kelenjar liur
u. Literature
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
review
leher
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
(Minggu V)
Tumor
Senin
08.00-15.30
rongga
Idem
v. Diskusi topik w. Kerja praktek
mulut,
x. CBD
oropharynx, hipofaring
y. DOPS
Tumor kelenjar liur
z. Ujian
Tumor tiroid
Essay (post
Tumor ganas kulit di kepala
test)
leher
tulis:
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Karsinoma nasofaring
s/d
Tumor sinonasal
Jum’at
Angiofibroma
(Minggu VI)
Tumor
Senin
08.00-15.30
rongga
idem
aa. Diskusi topik bb. Kerja praktek
mulut,
cc. CBD
oropharynx, hipofaring
dd. DOPS
Tumor kelenjar liur
ee. Ujian
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
tulis:
Essay
leher
Unknown primary tumor
Ca Laryng
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Daftar Pustaka: 1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. 2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009. 3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002. 4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New York:Thieme;1998. 5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334 6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160 7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
MODUL PLASTIK REKONSTRUKSI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONSTRUKSI 2
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802337 / MPK MD22802538
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Plastik Rekonstruksi II adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang plastik rekonstruksi THT-KL yang berkaitan dengan ilmu penyakit THT agar peserta program semester V tahap pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang plastik rekonstruksi.
Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi THT-KL dalam penanganan pasien i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat melakukan perawatan luka yang benar. ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir. iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajah dengan cara foto dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi 2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial termasuk hidung dan daun telinga. 3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan merencanakan tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THTKL (Celah bibir dan palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas maksilofasial, mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler) Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Plastik THT-KL
Proses penyembuhan luka Perawatan luka Tandur alih. Jabir analisis dan dokumentasi wajah pre dan post operasi plastik rekonstruksi anatomi dan fisiologi hidung. rekonstruksi pada kelainan hidung luar dan dalam
Rekonstruksi
Kelainan Hidung
Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C 3C 3C 3C
3C 3C
(septoplasti, rinoplasti dan septorinoplasti), patofisiologi kelainan fungsi dan fisik akibat trauma gejala dan tanda fraktur hidung diagnosis dan diagnosis banding trauma hidung tindakan dan pengelolaan trauma dan fraktur hidung pada keadaan akut dan lanjut tindakan operasi reposisi tertutup indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi berbagai tindakan pengelolaan trauma hidung komplikasi trauma hidung kelainan kongenital hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk kelainan kongenital hidung kelainan defek hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk
3C
3C 3C
3C
3C 3C
3C 3C 3C 3C
3C 3C 3C
Maksilofasial
kelainan defek hidung anatomi, histologi dan fisiologi wajah termasuk daun telinga pada anak dan dewasa kelainan fisik dan patofisiologi wajah tata laksana penanganan kelainan wajah non patologi dan patologi kelainan defek maksilofasial kelainan fisik dan patofisiologi maksilofasial tindakan dan pengelolaan untuk kelainan defek maksilofasial kelainan kongenital telinga kelainan fisik dan patofisiologi telinga Tata laksana untuk kelainan kongenital telinga (mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler) anatomi, histologi dan fisiologi maksilofacial pada anak dan dewasa. patogenesis serta patofisiologi
3C
3C 3C
3C 3C
3C
3C 3C 3C
3C
3C
Labiopalatoskisis
trauma maksilofasial komplikasi berbagai fraktur maksilofasial, fraktur sinus, fraktur Lefort I, II dan III, fraktur zigoma, serta mandibula. indikasi, kontra indikasi, komplikasi (maloklusi, diplopia) dan berbagai pendekatan operasi terhadap fraktur maksilofasial Tata laksana fraktur maksilofasial: fraktur sinus frontal, fraktur maksila, fraktur zigoma dan mandibula embriologi, anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir kelainan anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir faktor resiko dan patofiologi terjadinya berbagai jenis labioskisis Tata laksana komprehensif labioskisis. embriologi, anatomi dan
3C
3C
3C
3C
3C
3C
3C
3C
fisiologi palatum dan jaringan sekitar kelainan anatomi dan fisiologi palatum dan jaringan sekitar faktor resiko dan patofisiologi terjadinya berbagai jenis palatoskisis Tata laksana komprehensif palatoskisis.
C.2
3C
3C
3C
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik, belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang tercantum dalam matriks kegiatan.
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 75%. 1. Ujian Formatif : dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi. 2. Ujian Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.
G.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Waktu Pelaksanaan 1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi 2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase 3. Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima)
H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
I.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K) 2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) MEpid 3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)
J.
Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah
Hari / Tanggal Senin
Waktu
Materi
08.00-10.00
Cara kerja di Divisi Plastik Dr. dr. Dini W.W SpTHT-KL (K) Rekonstruksi DR.dr.Trimartani SpTHT-KL(K) Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-KL(K) Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal
Pengarahan
Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi
Diskusi/ Praktikum
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu I
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu II
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu III
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu IV
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at
Tutor
Teknik
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Minggu V
Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu VI
Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Ujian Tulis
Diskusi/ Praktikum Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, 2007
MODUL THT KOMUNITAS DAN MODUL KETERAMPILAN THT KOMUNITAS Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802339 / MPK MD22802540
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi THT Komunitas THTKL
A.
Pendahuluan Modul THT Komunitas adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar peserta PPDS THT-KL semester V tahap Magang mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang THT Komunitas berupa gangguan pendengaran pada bayi, anak dan kelompok khusus, gangguan bicara pada anak dan rehabilitasihabilitasi pendengaran.
Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang THT komunitas. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester V
C.
Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree) 1. Mampu mendiagnosis kelainan pendengaran pada bayi dan anak 2. Mampu menjelaskan embriologi, patogenesis kelainan pednegaran pada bayi dan anak. 3. Mampu menjelaskan gambaran klinis gangguan bicara dan kelainannya. 4. Mampu mementukan jenis pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis kelainan pendengaran yang ditemukan. 5. Mampu melakukan habilitas dan rehabilitasi pada kelaian bicara. 6. Mampu menentukan jenis alat bantu dengar yang dibutuhkan beserta alternatif jenis alat bantu dengar yang lain.
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan dan memahami : 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi dan patofisiologi gangguan pendengaran pada bayi dan anak. 2. Menjelaskan faktor resiko gangguan pendengaran dan tata laksananya 3. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan pemeriksaan pendengaran yang di lakukan dengan tepat. 4. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan diagnosis dan tatalaksana pada gangguan wicara 5. Menjelaskan kelaian Wicara dan kelainan yang terjadi pada saat Hiponasal dan Hipersanal terkait dengan Kelainan palatum dan kelaianan pada velofaringeal 6. Mengatahui jenis kelaian wicara 7. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui jenis alat bantu dengar konvensional dan sistem tanam 8. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui Habilitasi – Rehabilitasi yang tepat pada gangguan wicara
Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Tahap Kewenangan Klinis
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak
Perkembangan bicara dan auditorik pada bayi dan anak
3C
Faktor resiko gangguan pendengaran pada bayi dan anak Gangguan pendengaran pada anak sekolah
Strategi, deteksi dan diagnosis gangguan pendengaran pada anak sekolah
3C
Penalaksanaan dan edukasi gangguan pendengaran pada anak sekolah Gangguan pendengaran pada kelompok khusus Gangguan pendengaran pada Pekerja di lingkungan bising Ototoksik Presbikusis Indikasi pemasangan alat bantu dengar Dapat menjelaskan alternative alat bantu dengar lain
Habilitasi / rehabilitasi pendengaran
3C
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu :
Keterampilan Tahap magang Semester V Menjelaskan anatomi dan fungsi pendengaran sejak 4 tahap embriologi sampai berkembang
Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan 4 pemeriksaan yang akan dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan elektrofisiologi Menjelaskan hasil pemeriksaan dan membuat 4 laporan kelainan yang terjadi Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan diagnosis 4 yang ditemukan serta habilitasi yang akan dilakukan.
D.3
E.
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
Tingkat Kewenangan Klinis TINDAKAN
Melakukan anamnesis 4 dan pemeriksaan fisik
TINGKAT KEWENANGAN KLINIS
Pemeriksaan 4 pendengaran secara subyektif (VRA, BOA, Play audiometri)
Pemeriksaan DPOAE skrining – Diagnostik Pemeriksaan BERA Skrining – Diagnostik Pemeriksaan ASSR Pemeriksaan Nasalance Pemeriksaan Audiometri Skrining
F.
Metode Dan Tahapan Pengajaran Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi a. Belajar mandiri b. Kuliah interaktif c. Kerja praktek
G.
EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai berikut Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul THT Komunitas
H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75.
2.
Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
J.
K.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. Dr. Ronny Suwento Sp THT-KL(K) 2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K) 3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K) 4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT
Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.00-10.00
Materi Cara kerja di Divisi THT Komunitas
Tutor Teknik 1. Dr. Ronny Suwento Sp Pengarahan THT-KL(K) 2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K) 3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K) 4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT
Senin s/d Jum’at
Deteksi dini Idem Pendengaran pada bayi dan anak Deteksi Pemeriksaan pendengaran pada pekerja, anak sekolah dan kelompok khusus lain ujian pre tes Idem Pemeriksaan pendengaran subyektif Pemeriksaan OAE
a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. Ujian tulis: Essay
08.00-15.30
Idem Pemeriksaan BERA Pemeriksaan ASSR Habilitasi rehabilitasi wicara Pemeilihan alat Bantu dengar
a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion
08.00-15.30
Review modul
a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion
08.00-15.30
Minggu I
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Minggu II Senin s/d Jum’at Minggu III
Senin s/d Jum’at
Idem
Minggu IV
a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion
d.
Senin s/d Jum’at Minggu V
08.00-15.30
Review modul
Idem
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Review modul Ujian Tulis
Idem
Minggu VI
a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion
d. Presentasi Timjauan Pustaka e. Ujian Tulis Essay
DAFTAR PUSTAKA 1. Health technology Assesment : Skrining Pendengaran pada bayi baru lahir. Depkes RI 2006 2. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan dengar pada bayi dan anak dalam Soepardi E. Iskandar N, Buku jar Ilmu Kesehatan THT kepala & leher. Edisi 6 FKUI 2007 3. Katz handbook of Clinical audiology, 5 th edition. Lippincot William & Wilkin, 2002 4. Northerm Jl. Downs MP. Hearing Inchildren 5th edition. Lippincot William & Wilkin 2002 5. Mc. Cormick B. Practical Aspec of Audiology Paediatric Audiology 0 – 5 Years 2nd Edition Whurr Publisher. London 6. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines for early Hearing Detection and Intervention Program AMeican Journal of Audiology. June 2000 Vol 9: 9 – 29 7. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines for early Hearing Detection and Intervention Program American Journal of Paediatic 2007 Vol 120 number120 : 898-921 . 8. Dilon H. Hearing Aids. Thieme, Boomerang Press Sydney. 2001 9. RooserRJ. Clark Jl. Screening For Auditory disorder. In Rohr MV editor. Auditory disorder in School children 4th edition Thieme New York: 2004 p 94-123 10. Direktorat kesehatan khusus direktorat kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan Penyakit akibat hubungan kerja. Simposium THT penyakit akibat hubungan kerja dan cacat akibat kecelakaan kerja. Jakarta 2001
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 4 Mata Kuliah
:
MPK MD22802541
Jumlah SKS
:
Modul Pelatihan Kegawatan THT 4 (2 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester V)
Ketua Modul
:
Koordinator kegawatdaruratan THT-KL
A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester V C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis g. Trauma wajah h. Trauma jaringan lunak wajah i. Trauma hidung j. Abses leher k. Sumbatan laring l. Trauma trakea m. Disfagia n. Esofagitis korosif 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis
g. h. i. j. k. l. m. n.
Trauma wajah Trauma jaringan lunak wajah Trauma hidung Abses leher Sumbatan laring Trauma trakea Disfagia Esofagitis korosif
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
Kewenang an klinis 3c
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga
3c Diagnosis dan Diagnosis Banding
3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT
3c Manajemen pasien Benda Asing di THT 3c
3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c
Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
Diagnosis Tatalaksana Komprehensif
3c
3c 3c 3c
Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
Diagnosis
3c
Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal
3c Rencana Tata Laksana
3c
Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik
Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak 3c Diagnosis dan komplikasi
3c Rencana tatalaksana
3c Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita
Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi
3c Diagnosis 3c Komplikasi
3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka
Anatomi, histologi, patofisiologi
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring
3c Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Abses Submandibula Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing
Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Endogen
3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif
3c 3c
Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus
3c Diagnosis dan diagnosis banding
Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Esofagitis Korosif
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: bronkoskopi Benda asing di bronkus : bronkoskopi Benda asing di esofagus: esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup
Tahap magang Semester 5 3,4 2,3 2,3 3,4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 2
Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT
2 1 0 0 0 2 3,4 1 1 2 2
1 1 2 2 2 4,5 2 2
II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga.
G. Pembobotan Bentuk Pengetahuan, Keterampilan Sikap dan perilaku
Evaluasi Form penilaian Form penilaian Form penilaian
Bobot 40% 20% 40%
H. Sumber Daya Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL Lahan Praktek 4. Unit Gawat Darurat RSCM 5. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu SeninJumat
15.0007.00
SabtuMinggu
08.0020.00 20.0008.00
Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT
Tutor
Teknik
DPJP jaga harian
Form penilaian
DPJP jaga harian
Form penilaian
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
SEMESTER VI
Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul
Neurotologi 3 Keterampilan Neurotologi 3 Otologi 3 Keterampilan Otologi 3 Laring Faring 3 Keterampilan Laring Faring 3 Rinologi 3 Keterampilan Rinologi 3 Keahlian Komprehensif 4 Pelatihan Kegawatan THT 5
117
118
Mata Kuliah
:
MKK-3 MD22802342 / MPK MD22802543
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
MODUL NEUROTOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 3
:
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang memberikan
pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 7. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 8. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 9. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 10. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 11. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 12. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik 118
119 B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C.
Sasaran Pembelajaran 2. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis. 4. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil pemeriksaan audiologi , keseimbangan dan fungsi saraf fasialis perifer yang bersifat advanced 5. Peserta PPDS THT-KL mampu mengelola dan menganalisis secara terintegrasi masalah gangguan pendengaran, keseimbangan perifer, dan saraf fasialis perifer. 6. Peserta PPDS THT-KL mampu memeriksa dan menginterpretasi seluruh hasil pemeriksaan pendengaran, keseimbangan perifer dan saraf fasialis perifer serta menganalisanya sehingga dapat mengelola pasien secara komprehensif. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta PPDS THT-KL mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi: 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh : - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital
D.
119
120 -
Tinitus Tumor (neuroma akustik) Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak - Tumor - Ototoksik - BPPV - Superior canal dehiscent 4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif 5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan pendengaran yang advanced seperti tes psikoakustik untuk tinnitus, dilemma masking, tes FIT (Fusion at Inferred Threshold), BERA, ASSR. 6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan yang advanced seperti ENG, posturografi. 7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi saraf fasialis seperti tes elektrofisiologis saraf fasialis
Lingkup Bahasan Gangguan Pendengaran, keseimbangan dan Saraf Fasialis
Pokok Bahasan Embriologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi pendengaran,
Tahap Kewenangan Klinis 3C
120
121
Gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis
keseimbangan dan saraf Fasialis interpretasi hasil pemeriksaan advanced Pemeriksaan audiologi, fungsi keseimbangan dan fungsi saraf fasialis advanced managemen pasien Melakukan tahap persiapan pemeriksaan ADVANCE dan menginterpretasikan hasil serta mendiagnosis gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis Anatomi, fisiologi,patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana . indikasi, dan persiapan, langkah-langkah pemeriksaan advanced anatomi, fisiologi, patofisiologi gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis Diagnosis,tatalaksana, dan analisis komprehensif indikasi, dan langkahlangkah, persiapan.pemeriksaan advanced
3C 3C
3C 3C
3C
3C
3C
3C
3C
121
122
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan Peserta PPDS THT-KL mampu:
TINGKAT KEMAMPUAN KETRAMPILAN TAHAP MAGANG (SEMESTER VI) Tindakan 1. Tes berbisik 2. Tes Garputala 3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & masking -Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk mengatasi dilema masking - Tes FIT ( Fusion at Inferred Threshold) 4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL (Loudness Discomfot Level)
Tingkat Kewenangan Klinis 4 4 4 4
4 4 4
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of lesion) : ABLB, SISI, Tone decay 7. Audiologi pediatric - Behavioural Observsation Audiometry (BOA) - Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) - Tes play audiometri - Tes fungsi persepsi 8. Pemeriksaan Timpanometri 9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 10. Tes keseimbangan sederhana 11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan Dynamic Visual Acuity Test 12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, roll test) 13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 14.Pemeriksaan Posturografi 15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss atau House-Brackmann) 16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
122
123 17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis (NET) 18.Pemeriksaan BERA 19.Pemeriksaan ASSR 20.Pemeriksaan OAE 21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi vestibuler (VRT) 22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran
D.3
E.
4 4 4 4 4 2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 1. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak
123
124 2.
F.
Tumor Ototoksik BPPV
Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis). a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
G.
H.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta PPDS THT-KL. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis.
124
125 Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
J.
K.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K) 3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM Matriks Kegiatan modul Neurotologi III Hari/Tgl Senin s/d Jum’at (Minggu I)
Waktu 08.0015.30
Materi Peraturan pelayanan pasien di Div Neurotologi
Tutor Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT
Teknik Pengarahan Diskusi topic Kerja praktek
125
126
Senin s/d Jum’at (Minggu II)
08.0015.30
Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan saraf fasialis pelatihan pemeriksaan dan interpretasi secara komperhensif tes pendengaran, keseimbangan, saraf fasialis baik yang dasar, khusus dan advanced Evaluasi kemampuan program studi Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif
Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
CBD/case based discussion
Ujian tulis: Essay
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi topic Kerja praktek CBD/case based discussion
126
127
Senin s/d Jum’at (Minggu III)
08.0015.30
Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi/Praktikum
127
128
Senin s/d Jum’at (Minggu IV)
08.0015.30
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran
Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi/Praktikum
Ujian Tulis Essay
128
129 Senin s/d Jum’at (Minggu V)
08.0015.30
Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi/Praktikum
Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT
Diskusi/Praktikum
Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis
Senin s/d Jum’at (Minggu VI)
08.0015.30
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced
129
130 Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi
Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology 2. Katz J, Clinical Audiology 3. Gelfand SA, Essentials of Audiology 4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation 5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
130
131
Mata Kuliah
:
MKK-3 MD22802344 / MPK MD22802545
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
MODUL OTOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 3
:
Ketua Divisi Otologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL). Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Otologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
131
132 B.
Karakteristik Peserta Peserta PPDS THT-KL Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester VI yang sudah melalui modul Otologi 2 dan Modul Keterampilan Otologi 2 semester IV.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai kompetensinya. 2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya. 3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan dalam) sesuai kompetensinya. 4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai kompetensinya. 5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai kompetensinya. 6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai kompetensinya. 7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga sesuai kompetensinya.
132
133 D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya : 1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu: i. Kelainan kongenital telinga herediter. ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter. 2. Jenis trauma telinga, yaitu: i. Trauma mekanik pada telinga. ii. Trauma kimia pada telinga. iii. Trauma akustik pada telinga. 3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu: i. Otitis eksterna sirkumskripta. ii. Otitis eksterna difusa. 5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu: i. Otitis media supuratif. ii. Otitis media non-supuratif. 6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu: i. Labirinitis. ii. Penyakit Meniere. iii. Neuronitis vestibularis. iv. Presbiakusis. v. Ototoksisitas. vi. Sudden deafness. vii. Tuli akibat bising. Lingkup Bahasan
Topik Bahasan
Kelainan kongenital telinga herediter & nonherediter. Trauma mekanik, kimia, & akustik.
· Atresia dan stenosis liang telinga. · Celah brakial 1. · Laserasi & avulsi kulit liang telinga.
Tahap Kewenangan Klinis 3C
3C
· Perforasi membran timpani.
133
134
Benda asing telinga luar, tengah & dalam Otitis eksterna
Otitis media
Labirintitis
Tumor jinak dan ganas: O. liang telinga. P. Telinga tengah. Q. CPA.
· Dislokasi osikel. · Fraktur tulang temporal. · Benda asing organik & anorganik telinga luar, tengah & dalam. · Otitis eksterna sirkumskripta. · Otitis eksterna difusa. · Otitis eksterna maligna. · Otitis media supuratif: otitis media akut (rekuren) & otitis media supuratif kronik. · Otitis media nonsupuratif: otitis media efusi, glue ear. · Labirintitis purulenta. · Labirintitis serosa. · Seruminoma.
3C
3C
3C
3C
3C
· Adenokarsinoma liang telinga. · Osteoma. · Exostosis. · Osteosarkoma. · Adenokarsinoma telinga tengah. · Neuroma akustik.
134
135 D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu : Jenis keterampilan POLIKLINIK Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga. Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi). KAMAR OPERASI Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, pasien, dokumen pendukung). Mampu mengenali dan menyebutkan struktur anatomi telinga dan tulang temporal. Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada operasi telinga. Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan lunak pada operasi telinga tengah (INSISI KULIT RETROAURIKULA, MEMBUANG TEPI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT LIANG TELINGA, INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA, PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MASTOIDEKTOMI SEDERHANA. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: ATIKOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: TIMPANOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: AMPUTASI TIP MASTOID. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR LIANG TELINGA
D.3
Tingkat kewenangan klinis 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5 5
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
135
136 pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi. a. Belajar mandiri. b. Diskusi topik. 2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara: a. Kerja poliklinik. b. Kerja ruang rawat inap. c. Kerja instalasi gawat darurat. 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan metode: c. Tinjauan pustaka/journal reading. d. CBD/case based discussion.
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi.
G.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75.
136
137 2.
Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
I.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K). 2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K). 3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K). Lahan Praktek 1. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. 2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo.
J.
Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
137
138 SENIN
08.0010.00
Cara kerja di Divisi Otologi
Senin s/d Jumat (Minggu I)
08.0015.30
· Bekerja di Poli Divisi
Dr. Alfian Farid Hafil, SpTHT-KL (K). DR. Dr. Ratna D. Restuti, SpTHT-KL (K).
Pengarahan
Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL (K). idem
Diskusi/Praktikum
idem
Diskusi/Praktikum
idem
Diskusi/Praktikum
· Latihan menggunakan alat diagnostik · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Senin s/d Jumat (Minggu II)
08.0015.30
· Bekerja di poli Divisi · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal
Senin s/d Jumat (Minggu III)
08.0015.30
· Bekerja di poli Divisi · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP
138
139 · Follow up pasien di bangsal Senin s/d Jumat (Minggu IV)
08.0015.30
· Bekerja di Poli Divisi
idem
Diskusi/Praktikum
idem
Diskusi/Praktikum
· Memahami penyakit dibidang Otologi · Bekerja di lamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal
Senin s/d Jum’at (Minggu V)
08.0015.30
· Bekerja di Poli Sub Dept · Memahami penyakit dibidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. 3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, LeaFebiger, 1985. 4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989.
139
140
MODUL LARING FARING 3 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 3 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22802346 / MPK MD22802547
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
A.
Pendahuluan
Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang Laring Faring THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
140
141 B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. Lingkup Bahasan Trauma laring
Pokok Bahasan anatomi, fisiologi laring interpretasi CT-scan Handling RFL
Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C 3C
141
142
Abses leher dalam
managemen pasien trauma laring basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig
3C
indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah tindakan rekonstruksi laring anatomi, patofisiologi abses leher dalam
3C 3C
tatalaksana komprehensif
Obructive sleep apnea syndrome (OSAS)
Tumor ganas laring
Stenosis laring
3C
3C
3C 3C 3C
indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkahlangkah, persiapan.
3C
anatomi, fisiologi, patofisiologi sumbatan
3C
pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi
3C
tatalaksana komprehensif (OSA surgery, edukasi, anatomi, fisiologi, patofisiologi laring
3C
indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher
3C
Persiapan dan melakukan trakeostomi
3C
patofisiologi stenosis laring diagnosis dan komplikasi Persipan pre operasi
3C
3C
3C 3C
142
143
Disfonia
Kelainan kongenital (Laryngomalasia, laryngeal web, laryngeal cleft, hygroma colli, hemangioma,parese) Infeksi faring laring (tonsilitis faringitis, laringitis)
Lesi jinak laring (hemangioma, Papiloma laring,granuloma,nodul, polyp,
alat-alat yang dipersiapkan Fisiologi, etiologi dan patofisiologi
3C
diagnosis dan diagnosis banding tatalaksana komprehensif Tumbuh kembang
3C
diagnosis tatalaksana komprehensif
3C 3C
anatomi, histologi, patofisiologi
3C
diagnosis komplikasi tatalaksana komprehensif patofisiologi
3C 3C 3C 3C
diagnosis tatalaksana komprehensif
3C 3C
3C 3C
D.2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. D.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome a. belajar mandiri b. diskusi topic
143
144 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion E.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 75%. 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.
F.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
G.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
144
145 Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
H.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH) 2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH) 3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI) 4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ) Lokasi Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM 3. Instalasi Bedah Pusat RSCM
J.
Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah : Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
SENIN
08.0010.00
Cara kerja di Divisi
Prof. Dr. HBH
Pengarahan
Laring Faring
Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ
Infeksi laring faring
Prof. Dr. HBH
Senin s/d Jum’at (Minggu I)
08.0015.30
Diskusi topik
Dysphonia Dr.SMH
Kerja praktek
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
Dr.ARI
CBD/case based discussion
Abses leher dalam
Dr.FFZ
Ujian tulis: Essay
145
146 Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan menggunakan flexible optic laryngoscop Senin s/d Jum’at (Minggu II)
08.0015.30
Infeksi laring faring
Prof. Dr. HBH
Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Dr.ARI Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam
Dr.FFZ
Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan membaca CTscan/ PSG Senin s/d Jum’at (Minggu III)
08.0015.30
Infeksi laring faring
Prof. Dr. HBH
Diskusi/Praktikum
Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Dr.ARI Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
146
147 Abses leher dalam
Dr.FFZ
Kelainan kongenital laring Trauma laring Pelatihan ekstraksi benda asing Senin s/d Jum’at (Minggu IV)
08.0015.30
Infeksi laring faring
Prof. Dr. HBH
Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
Dr.ARI
Abses leher dalam
Dr.FFZ
Ujian Tulis Essay
Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring
Daftar Pustaka: 1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001 2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006 3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299387., 1194 4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx. In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214. 5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –
147
148 otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599605. 6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea & Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34 7.
Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8.
Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
of
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology. Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42 10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed, Chapter 31, pp. 724-92
148
149
MODUL RINOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 3 Pendahuluan
A.
Mata Kuliah
:
MKK-3 MD22802348 / MPK MD22802549
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
1.
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Rinologi THT-KL 2.
3.
4.
5.
6.
Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Rinologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THTKL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
149
150 B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI yang sudah melalui divisi lainnya di departemen THT-KL.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan dan melakukanbasic surgical landmark dan tahapan-tahapan operasi
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakitpenyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapantahapan operasi
150
151 Lingkup Bahasan Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
Kelainan anatomi
Gangguan penghidu
Epistaksis
Pokok bahasan Rinosinusitis akut
3C
Rinosinusitis kronik
3C
Polip nasal Snusitis dentogen
3C 3C
Infeksi jaringan lunak (vestibulitis, selulitis)
3C
Penyakit autoimun (bersama divisi alergi imunologi)
3C
Sinusitis Jamur
3C
Abses Septum kelainan septum
3C 3C
atresia koana anosmia trauma anosmia pasca infeksi epistaksis anterior
3C 3C 3C
epistaksis posterior
3C
angiofibroma papiloma inverted
3C 3C 3C 3C 3C
Benda Asing,
Lesi jinak hidungdan sinus paranasal (angiofibroma, Papiloma inverted, bekerjasama dengan divisi onkologi THT)
Tahap Kewenangan Klinis
3C
3C
151
152 D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Jenis Tindakan/ keterampilan
Magang Smt IV
Penegakan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan posterior
5
Evaluasi menggunakan nasal endoskop 0 derajat
5
Pembacaan CT-Scan
5
evaluasi menggunakan nasal endoskop 30,45, 70, 110 derajat
3,4
pemeriksaan fungsi penghidu
4
tatalaksana medikamentosa
4
tatalaksana pembedahan : BSEF I (Maksila)
3,4
tatalaksana pembedahan BSEF II (Maksila dan Etmoid)
2
tatalaksana pembedahan BSEF III DCR
2
tatalaksana pembedahan BSEF III (Maksila, etmoid dan frontal atau sfenoid)
2
tatalaksana BSEF IV (Jabir Osteoperiosteal)
2
tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS)
2
tatalaksana BSEF IV (operasi skull base)
2
tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor dengan endoskop)
2
tatalaksana pembedahan : Septoplasti
3
tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka Inferior
3
melakukan perawatan luka pasca operasi BSEF
3
tindakan polipektomi sederhana di poliklinik
3
152
153
E.
tindakan sinuskopi diagnostik
4
tindakan sinuskopi tindakan
3
ekstraksi benda asing
4
pemasangan tampon anterior
5
pemasangan tampon posterior
4
ligasi arteri sfenopalatina
2
ekstraksi benda asing
4
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4
Bahasan Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal 2. Kelainan anatomi 3. Gangguan penghidu 4. Epistaksis 5. Benda asing 6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
153
154 F.
G.
H.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
154
155 I.
Sumber Daya Pelaksana modul 1. 2. 3. 4.
: Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K) Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K) DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K) Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM K.
Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah : Hari/Tgl SENIN
Senin s/d Jum’at (Minggu I)
Senin s/d Jum’at (Minggu II)
Waktu 08.0010.00
08.0015.30
08.0015.30
Materi Cara kerja di Divisi Rinologi
Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Pre assesment modul magang semester IV Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal
Tutor Dr.Umar SD Dr.Endang MK DR.Dr.Retno SW Dr.Febriani idem
idem
Teknik Pengarahan
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion
idem
155
156
Senin s/d Jum’at (Minggu III)
08.0015.30
Senin s/d Jum’at (Minggu IV)
08.0015.30
kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti kadaver pelatihan BSEF kadaver Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti atau BSEF I di IBP pasien Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
idem
Diskusi/Praktikum
idem
156
157
Senin s/d Jum’at (Minggu V)
Senin s/d Jum’at (Minggu VI)
08.0015.30
08.0015.30
pelatihan septoplasti atau BSEF I di IBP pasien Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis
idem
Ujian DOPS keterampilan IBP
idem
Ujian Minicex, CBD
gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal
Daftar Pustaka 1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB Saunders Co.1989. 2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. 3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006. 4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea – Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
157
158 5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8th Ed.2003. 6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001. 7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991. 8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008. 9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
158
159
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 4 Mata Kuliah
:
MPA MD22802450
Jumlah SKS
:
Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul
:
Koordinator Penelitian THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 4 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
159
160 B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal. c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.
160
161 G.
Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Form penilaian -Makalah dan Media 50% pembimbing Karya Ilmiah presentasi 30 % penguji -Presentasi dan 20% pembimbing diskusi
H.
I.
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2 Hari SeninJumat
Waktu 2 bulan
Materi Staf Pengajar Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing diskusi dengan pembimbing
Selasa/ rabu/ jumat SeninJumat
Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 3 yang telah ditentukan 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 4 rabu/ yang telah jumat ditentukan
Pembimbing Moderator Penguji Pembimbing
Pembimbing Moderator Penguji
Teknik Belajar mandiri diskusi Presentasi
Belajar mandiri diskusi Presentasi
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, PhilosophyApproaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989.
161
162 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
162
163
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 5 Mata Kuliah
:
MPK MD22802551
Jumlah SKS
:
Modul Pelatihan Kegawatan THT 5 (3 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester VI)
Ketua Modul
:
Koordinator Kegawatdaruratan THT-KL
A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
163
164 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI
C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Epistaksis Trauma wajah Trauma jaringan lunak wajah Trauma hidung Abses leher Sumbatan laring Trauma trakea Disfagia Esofagitis korosif
164
165 3.Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis g. Trauma wajah h. Trauma jaringan lunak wajah i. Trauma hidung j. Abses leher k. Sumbatan laring l. Trauma trakea m. Disfagia n. Esofagitis korosif
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
Kewenangan klinis 3c
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga
3c
Diagnosis dan Diagnosis Banding
3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT
165
166 3c
Manajemen pasien Benda Asing di THT
3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c
Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
Diagnosis
3c
3c 3c
Tatalaksana Komprehensif 3c
Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
166
167 3c
Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tata Laksana
3c Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik
3c Diagnosis dan komplikasi
3c
Rencana tatalaksana
3c
Anatomi, fisiologi dan patofisiologi
Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior
3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
167
168 3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita
3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi
Diagnosis
3c Komplikasi
3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka
Anatomi, histologi, patofisiologi
Diagnosis
3c
168
169 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Endogen
3c Diagnosis
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c 3c
Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus
3c Diagnosis dan diagnosis banding
169
170
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis Esofagitis Korosif 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester VI
Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: bronkoskopi Benda asing di bronkus : bronkoskopi Benda asing di esofagus: esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak
3,4 2,3 2,3 3,4 3,4 3,4 4 4 4 4 4 3,4 3,4
170
171 Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT
3,4 4 4
1 2,3 2 3,4 2,3 2,3 2,3 2,3 3,4 2,3 1 2,3 2,3
2,3 1 2,3 2,3 1 4,5 2 2
II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
171
172
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan,
Form penilaian
40%
Keterampilan
Form penilaian
20%
Sikap dan perilaku
Form penilaian
40%
H. Sumber Daya Pelaksana modul
: Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 2. Ruang rawat RSCM I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
SeninJumat
15.0007.00
SabtuMinggu
08.0020.00 20.0008.00
Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT
Tutor
Teknik
DPJP jaga harian
Form penilaian
DPJP jaga harian
Form penilaian
172
173 Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
173