33
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA GRAFIS BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS D2 SEMESTER II SLB – C BHAKTI PUTRA BAHAGIA GANTIWARNO KLATEN TAHUN 2008/2009
Disusun oleh : SUPRAPTI X5107654
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008/2009
34
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya anak normal dan anak berkebutuhan khusus dihadapan Tuhan derajatnya sama. Begitu juga falsafah bangsa kita yaitu Pancasila yang dituangkan dalam UUD 1945 pada Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pernyataan ini diperkuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN Pasal 5 ayat 2 : warga negara yang berkelainan punya hak pendidikan. Pasal 11 ayat 12 : pemerintah memberi layanan tidak ada diskriminasi, pemerintah daerah wajib menjamin dana untuk penyelenggaraan pendidikan usia 7 – 15 tahun. Pasal 12 ayat 1: setiap peserta didik berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Kemampuan berpikir anak tunagrahita ringan lebih rendah dibanding dengan anak lambat belajar, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran terutama matematika. Mereka tidak dapat memperhatikan pelajaran itu dengan serius, mereka suka mengalihkan perhatian ke hal-hal yang lain, maka guru harus mengganti dengan media yang lain yaitu media grafis. Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti, melalui proses belajar dengan media grafis, diharapkan ada perubahan tingkah laku dan daya pikir terutama pelajaran matematika pada diri anak. Anak menjadi harapan semua fihak agar setiap anak dapat mencapai prestasi belajar matematika sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam dunia pendidikan kita pasti mengenal mata pelajaran matematika yang sering menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Bahkan gurupun mengeluh karena hasil yang dicapai siswa menjadi di bawah rata-rata. Hal ini bisa
35
disebabkan oleh banyak hal yaitu dari para guru, siswa, sarana prasarana yang kurang memadai. Dari pihak guru antara lain pelajaran yang monoton sehingga membosankan siswa, suara guru yang tidak jelas, persiapan yang kurang maksimal, pengendalian kelas yang kurang. Dari siswa bisa dikarenakan minat belajar yang rendah, suka maunya sendiri, kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran terutama matematika. Hal tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara saat memberikan pelajaran matematika, dengan media grafis dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan belajar matematika. Dengan menggunakan media grafis ini prestasi anak terus meningkat, karena media ini sangat menarik minat anak untuk belajar. Media grafis ini dipadu dengan papan flanel yang sangat praktis untuk dibongkar pasang menurut keperluannya. Dengan demikian anak tersebut akan tertarik belajar matematika dengan tekun dan senang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu titik tolak dalam meningkatkan prestasi belajar matematika pada anak tunagrahita ringan agar anak tersebut mampu hidup layak sebagai anggota masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka muncul berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Daya ingat anak tunagrahita umumnya rendah, sehingga mempengaruhi prestasi belajar matematika. 2. Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang efektif dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika anak tunagrahita ringan. 3. Guru kurang menguasai materi ajar dan teknik penyampaian kurang tepat dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mencerna.
36
4. Pelayanan terhadap anak tunagrahita ringan saat ini dalam proses belajar mengajar selalu mengacu pada program pembelajaran yang berdasarkan atas kurikulum dan target yang harus dicapai yang tidak memperhitungkan kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga anak selalu ketinggalan dalam setiap pembelajaran terutama matematika. Maka guru menggunakan media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar, media ini merupakan suatu usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pengajaran matematika. 5. Anak tunagrahita ringan pada umumnya mengalami keterbatasan konsentrasi dalam menerima pelajaran.
C. Batasan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah maka dalam penelitian ini dibatasi : 1. Daya ingat anak tunagrahita ringan yang rendah dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika. 2. Anak tunagrahita ringan tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, dalam menerima pelajaran matematika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: Bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan Media Grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa tunagrahita ringan Kelas D2 Semester II di SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten?
E. Tujuan Penelitian
37
Tujuan penelitian ini adalah bahwa melalui Media Grafis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II di SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten tahun 2008/2009. F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mendapat pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan prestasi belajar matematika melalui media grafis bagi anak SLB – C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dan beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa Dengan menggunakan media grafis siswa lebih mudah menangkap materi yang diberikan oleh peneliti. b. Manfaat bagi guru Menambah wawasan guru SLB Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten dan untuk menambah ilmu pendidikan khususnya dalam bidang studi matematika yang menggunakan metode grafis. c. Manfaat bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru SLB khususnya dalam pelajaran matematika, bagi anak-anak tunagrahita ringan dapat ditingkatkan prestasi belajarnya.
38
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan
a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Pengertian tentang istilah tunagrahita ringan berbeda-beda hal ini disesuaikan dengan sudut pandang dan keperluan masing-masing ahli. Menurut Bandi Delpie (1983 : 15) tunagrahita ringan adalah: ”Anak tunagrahita mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata-rata selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya dari 0 tahun hingga 18 tahun, sesuai dengan batasan dari AAMD”.
39
Menurut Jb Suparlan (1983 : 5) tunagrahita ringan adalah: ”Yang lemah otak adalah orang yang terganggu pertumbuhan daya pikirnya dan tidak sempurna seluruh kepribadiannya. Jika tidak berarti bahwa orang yang lemah otak adalah orang yang normal hanya kurang daya pikir tetapi lemah otak itu tampak jika pada tingkah lakunya, pada pikirannya dan perasaannya yang dilahirkannya. Pendeknya pada seluruh kepribadiannya”. Menurut Muhammad Efendi (1979 : 88) tunagrahita ringan adalah : ”Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tuna grahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal). Sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik termasuk dalam hal pendidikan”. Jadi dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang sangat rendah. Sehingga untuk meniti tugas dan perkembangannya ia sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus. Tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis dan berhitung. b. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi
menurut
Muhammad
Efendi
(2006
mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi 4 macam, yaitu : 1) Klasifikasi menurut kelainan fisiknya a) Tipe mongoloid b) Tipe microceppalon c) Tipe cretinism 2) Klasifikasi menurut derajat kemampuan penyesuaian diri a) Tidak tergantung pada orang lain b) Semi tergantung pada orang lain c) Sangat tergantung pada orang lain 3) Klasifikasi menurut aspek indek intelegensi a) Idiot IQ 0 – 25 b) Imbisil IQ 25 – 50
:
89)
40
c) Debil IQ 50 – 75 4) Klasifikasi menurut penilaian program pendidikan a) Anak tunagrahita mampu didik b) Anak tunagrahita mampu latih c) Anak tunagrahita mampu rawat Menurut Muhammad Efendi (2006 : 90) : “Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan, walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita : 1) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung 2) Menyesuaikan diri dan tidak tergantung pada orang lain 3) Ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita mampu didik (debil) berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara baik minimal dalam bidang-bidang akademis sosial dan pekerjaan yang sederhana”. Anak tunagrahita mampu latih (embisil) adalah anak tunagrahita yang memiliki kesadaran sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak normal. Oleh karena itu beberapa kemampuan anak tunagrahita yang diperlukan diperdayakan yaitu : a. Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, memakai pakaian, tidur dan mandi sendiri. b. Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya. c. Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja (Self workshop) atau di lembaga khususnya. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita mampu latih berarti dapat mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity dailyving), serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya. Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah, ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi untuk mengurus dirinya sendiri sangat membutuhkan orang lain.
41
Child who is on idiot is so low intellectually does not learn to talk and ussually does learn to take care of his bodyly need. “Menurut pendapat saya anak idiot adalah anak tunagrahita membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain (totally dependent praton)”. (Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan : 1991 : 90). Klasifikasi menurut Mulyono Abdul Rahman (2003 : 11) secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok : 1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (develop mental learning dissabilitas). 2) Kesulitan belajar akademik (academic learning dissabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar dan komunikasi dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Di banding akademis kegagalan mencapai prestasi kegagalan tersebut mencakup kegagalan penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis dan matematika. Kegagalan ini dapat diketahui oleh gurunya. Meskipun demikian kegagalan dalam mencapai prestasi akademik hubungannya tidak jelas. Ada anak gagal dalam membaca tetapi berhasil dalam hal lain misalnya ketrampilan. ”Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegagalan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau sering disebut dengan perhatian selektif”. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan: 1) Auditif 2) Taktil 3) Visual 4) Kinestetik Yang mengenai manusia setiap saat seperti yang dijelaskan oleh Roos perhatian selektif membantu manusia membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses pada waktu tertentu. Menurut beberapa pendapat klasifikasi anak tunagrahita ringan adalah : anak yang memiliki kecerdasan di bawah normal, tapi masih memiliki potensi yg dapat dikembangkan memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pelayanan pendidikan khusus dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis, berhitung. Dalam bidang ketrampilan kerja akan mampu menguasai jenis pekerjaan secara trampil yang sederhana.
42
c. Karakteristik Anak Tunagrahita Karakteristik menurut Muhammad Efendy (2006 : 98) adalah sebagai berikut: a. Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dan sukar berpikir abstrak b. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi c. Kemampuan sosial terbatas d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit e. Kurang mampu menganalisa dan kejadian yang dihadapinya f. Pada tunagrahita presentasi tertinggi di bidang baca, tulis dan hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III dan IV sekolah dasar. Karakteristik
menurut
Grossmann
(1983
:
11)
dalam
buku
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidup dari 0 – 18 tahun sesuai dengan batasan dari AAMD. Menurut beberapa pendapat, karakteristik anak tunagrahita secara umum mempunyai kemampuan sangat terbatas di bidang intelektual, sosialiasi, sulit diajak berkomunikasi, sulit menyimpan instruksi yang sulit, perkembangan motoriknya labil, prestasi dalam bidang membaca, menulis berhitung maksimal anak normal kelas III – IV SD.
d. Penyebab Anak Tunagrahita Penyebab menurut Mulyono Abdulrahman (2003 : 13) dalam bukunya Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Kemungkinan adanya disfungsi penyebab utama belajar (learning probelms) b. Faktor Eksternal
neorologis
sedang
43
Strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Disfungsi neorologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neorologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain : a) Faktor genetik b) Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen. c) Biokimia yang hilang d) Biokimia yang dapat merusak otak (zat pewarna makanan) e) Pencemaran lingkungan (pencemaran timah hitam) f) Gizi yang tidak memadai g) Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak. Berbagai penyebab tadi dapat menimbulkan gangguan dari tarafnya ringan hingga berat.
Penyebab menurut Muhammad Efendi (1970) dalam bukunya Pengantar Psikopedagogik bahwa penyebab anak tunagrahita ada 2 (dua) faktor yaitu : 1) Faktor Indogen Faktor ketidaksempurnaan psikopedagogik dalam memindahkan gen (hereditar Y transmisiasi of psycho biological insufficiency). 2) Faktor Eksogen Faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangannya normal. Menurut Muhammad Efendi (2006 : 91) dalam buku Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, penyebab anak tunagrahita dapat dirinci melalui jenjang berikut ini : 1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma 2) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
44
3) 4) 5) 6) 7)
Kelainan atau ketunaan yang ditimbulkan dalam embrio Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa anak-anak.
Menurut beberapa pendapat, sebab-sebab timbulnya anak berkelainan adalah banyak sekali permasalahannya baik dari prenatal, natal dan postnatal, keturunan, kerusakan pada fungsi otak, bio kimia, kesalahan nutrisi waktu hamil mengkonsumsi minuman beralkohol.
e. Permasalahan Anak Tunagrahita Permasalahan anak tunagrahita dengan keterbatasan yang ada dan daya kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita menimbulkan berbagai macam masalah. Permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita dalam konteks pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat keterbatasan anak dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan lebih-lebih anak tunagrahita berat memerlukan bimbingan dalam pemeliharaan dalam kehidupannya. Masalah pemeliharaan hidup anak tunagrahita seperti makan, menggosok gigi, memakai baju, memakai dan menali sepatu dan lain-lain. 2. Masalah kesulitan belajar dengan keterbatasan kemampuan berpikir mereka tidak dapat dipungkiri bahwa mereka tentu mengalami kesulitan belajar. Dalam bidang pengajarani akademik sedangkan dalam bidang non akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami anak tunagrahita meluputi : kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat,
45
kemampuan berpikir abstrak dan rendah serta daya ingat lemah dan sebagainya. 3. Masalah penyesuaian diri berkaitan dengan kesulitan dalam berhubungan atau berinteraksi dengan individu maupun kelompok di sekolah. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. Sehingga anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan di bawah normal akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi. 4. Masalah penyaluran kerja secara empirik anak tunagrahita cenderung menggantungkan diri kepada orang lain atau orang tua dan keluarga yang mampu mandiri terutama akan tunagrahita ringan, dengan demikian penyaluran kerja bagi anak tunagrahita perlu penanganan yang ideal dan serius. Oleh karena itu pula pembekalan non akademis berupa kerajinan atau ketrampilan sederhana yang dapat dijadikan bekal hidup di masyarakat. 5. Masalah gangguan kepribadian dan emosi, bahwa anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berpikir, keseimbangan pribadi dan emosi labil. Kondisi ini terlihat pada penampilan, tingkah laku sehari-hari, misalnya: a) Berdiam diri dalam waktu lama b) Gerakan hiperaktif c) Mudah marah d) Mudah tersinggung e) Suka menganggu orang lain Maka anak tunagrahita memerlukan bimbingan dan pengawasan secara kontinue dari guru di sekolah dan orang tua saat di rumah. 2. Tinjauan Tentang Prestasi a. Pengertian Prestasi Prestasi menurut Muray dan Beck (1990 : 290) http/sunarboms_wordpress.com pengertian prestasi adalah :
dalam buku
46
”To overcome abstract, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” artinya kebutuhan anak berprestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik yang secepat mungkin” Prestasi menurut Gagne (1985 : 40) prestasi belajar dibedakan ke dalam 5 (lima) aspek : 1) Kemampuan intelektual 2) Strategi kognitif 3) Informasi verbal 4) Sikap 5) Ketrampilan Prestasi menurut Bloom (1990 : 110) hasil belajar dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek: 1) Kognitif 2) Afektif 3) Psikomotorik Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kogkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapatan tersebut prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu anak untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Prestasi belajar secara umum dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor-faktor dalam diri siswa, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar siswa. Sedangkan menurut Slameto (1991 : 56-57) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: a) Faktor Intern, meliputi:
47
1) Faktor jasmani 2) Faktor psikologis 3) Faktor kelelahan b) Faktor Ekstern, meliputi: 1) Faktor keluarga 2) Faktor sekolah 3) Faktor masyarakat Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Faktor Intern Faktor intern adalah semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar. Faktor intern ini meliputi: 1) Faktor jasmani (a) Faktor kesehatan (b) Catat tubuh 2) Faktor psikologis (a) Internal (b) Bakat dan minat (c) Motivasi 3) Faktor kelelahan (a) Kelelahan jasmani (b) Kelelahan rohani b) Faktor Ekstern 1) Faktor keluarga (a) Cara orang tua mendidik (b) Suasana keluarga (c) Pengertian orang tua (d) Keadaan sosial ekonomi keluarga 2) Faktor sekolah (a) Metode mengajar (b) Kurikulum (c) Hubungan guru dan siswa 3) Faktor masyarakat (a) Kegiatan siswa dalam masyarakat (b) Teman bergaul yang kurang baik Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya: dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Juga belajar itu akan lebih baik jika subyek belajar itu
mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian
48
terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
c. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1995 : 43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu. Nasution (1986 : 43) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat dicapai atau hasil belajar atau hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan ketelitian dalam bekerja. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1984 : 71) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil pekerjaan atau apa saja yang telah dicapai atau hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh siswa dengan jalan bekerja keras, bekerja giat, ulet, tekun sehingga hasilnya memuaskan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan menggunakan tes prestasi belajar.
49
Menurut Anwar (2005 : 8 – 9) tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakekatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa test yang disusun secara terencana untuk mengungkap informasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, test formatif dan test sumatif bahkan Ebtanas dan ujian masuk perguruan tinggi.
3. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Matematika Matematika menurut GPPB (1993 : 69) adalah ”Sebagai salah satu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat baik materi maupun penggunaannya. Dalam kurikulum matematika sekolah perlu selalu mempertimbangkan perkembanganperkembangan, pengalaman masa lalu serta kemungkinan masa depan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan matematika yang diajarkan dalam pendidikan dasar dan pendidikan menengah” Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Ada 2 (dua) ciri penting dalam matematika : 1) Memiliki obyek kejadian yang abstrak 2) Berpola pikir deduktif dan konsisten Menurut Mulyono Abdul Rohmah (2003 : 252) pengertian matematika adalah:
50
”Ide manusia tentang matematika berbeda-beda tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya hitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan bagi. Tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berfikir logis. Menurut Mulyono Abdulrahman (2003 : 252) pengertian matematika adalah: ”Suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia. Suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia. Suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan urutan, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting memikirkan dalam hidup manusia itu sendiri dalam melihat hubungan-hubungan. Menurut GBPP (1994 : 69) matematika adalah: ”Yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian kemampuan untuk membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua ciri penting dari matematika adalah : 1. Memiliki obyek kejadian yang abstrak 2. Berpola pikir deduktif dan konsisten Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu perlu diajarkan oleh siswa karena selalu digunakan dalam segi kehidupan semua bidang baik di dalam maupun di luar rumah terutama di sekolah. Anak harus terampil dalam menghitung segala sesuatu untuk kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi Matematika Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 69) fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki
51
obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran dan konsistensi dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
c. Tujuan Matematika Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 69), sejalan dengan fungsi matematika sekolah maka tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberikan tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika. Tujuan khusus : 1) Menambah dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menambah kemampuan siswa, yang dapat dialihkan, melalui kegiatan matematika. 3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan SMPLB (Kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 70 – 71).
4. Tinjauan Tentang Media Pendidikan
a. Pengertian Media Pendidikan
52
Media pendidikan bukan merupakan hal yang baru lagi, karena keberadaannya digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan materi pelajaran. Dewasa ini banyak sekali dikembangkan media pendidikan yang lebih modern seperti film, video, komputer dan berbagai macam audio visual. Ada beberapa batasan media yang diberikan oleh para ahli. Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 14) media pendidikan adalah : ”Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan. Pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan gaya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain, dapat dibantu diatasi dengan pemantapan media pendidikan”. Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 14) ”media pendidikan adalah alat media dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektfkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran sekolah” Menurut Rus Effendi (1982 : 4) ”Media pendidikan adalah penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam garis besar program pengajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar”. Dengan mengetahui pendapatan-pendapat di atas, maka yang dimaksud media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyalurkan pesan atau dalam dalam situasi proses belajar mengajar, sehingga dapat merangsang fikiran perasaan, minat dan perhatian siswa, memperdalam dan memperluas siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Dengan digunakannya media pendidikan diharapkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan tepat seperti apa yang disampaikan.
53
b. Jenis-jenis Media Pendidikan Meninjau jenis media pendidikan, menurut Arief S. Sadiman (2001 : 26) mengelompokkan media pendidikan pada garis besarnya seperti berikut :
1. Media Grafis Menurut Arief S. Sadiman (2001 : 28) ”media grafis media yang menyangkut indera penglihatan yang disampaikan pada suatu bidang datar dengan simbul-simbul komunikasi visual”. Menurut Ngadino Y (1997 : 48) berpendapat bahwa ”media grafis adalah media yang berhubungan dengan penglihatan, mempunyai panjang dan mempunyai lebar, dan menempel pada suatu bidang datar”. Jadi media grafis adalah media atau alat-alat yang berhubungan dengan indera penglihatan yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran dalam bentuk simbul-simbul komunikasi visual yang memiliki ukuran panjang dan lebar, menempel pada suatu bidang datar yang dapat diamati oleh siswa secara langsung. Media grafis merupakan jenis media yang termasuk dalam media visual. Menurut Depdikbud, alat visual adalah gambar, model atau alat guna menyajikan visual yang kongkrit dengan maksud dapat menjelaskan konsep abstrak, mengembangkan sikap yang dicita-citakan dan guna merangsang siswa selanjutnya. Dengan demikian digunakannya media grafis dalam proses belajar diharapkan dapat tercapai hal-hal di atas. Contoh yang termasuk media grafis antara lain : a) Papan flanel yaitu media grafis yang ditempel pada kain flanel sehingga mudah untuk dibongkar pasang menurut keperluannya. b) Gambar atau foto adalah media grafis yang menyatakan bentuk sebenarnya dari suatu benda dengan ukuran. c) Sketsa d) Diagram e) Grafik, yaitu media grafis yang menyatakan data kuantitatif suatu variabel dengan variabel lain dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dengan simbul-simbul. f) Poster, adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau memotivasi pengamat sehingga pengamat dapat terpengaruh setelah melihat poster tersebut. g) Peta, media grafis yang menyatakan letak suatu benda terhadap benda lain atau untuk menyatakan lokasi dari suatu benda yang menjadi sasaran pengamat. h) Papan buletin yaitu media grafis yang ditempelkan di papan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
54
2. Media Audio Media audio merupakan jenis media yang termasuk dalam media visual. Menurut Depdikbud (1994) alat bantu audio berupa alat media elektronik yang secara langsung dapat digunakan untuk mendengarkan atau didengarkan guna menyajikan hal-hal yang kongkrit dengan maksud dapat menjelaskan konsep abstrak, mengembangkan sikap yang dicita-citakan dan guna merangsang siswa selanjutnya. Dengan demikian digunakannya media visual dalam proses belajar diharapkan dapat tercapai hal-hal di atas. Contoh yang termasuk media visual antara lain : a) Radio b) Alat perekam pita magnetik c) Laboratorium bahasa Jenis media pendidikan di atas yang paling cocok untuk mengajar anak tunagrahita di Indonesia dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis media grafis yaitu media gambar, karena media ini banyak melibatkan aspek penglihatan, mudah dibuat oleh guru, mudah dioperasikan, praktis dan murah.
c. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pendidikan Karena begitu besar peranan media pendidikan dalam proses belajar, kita perlu mengetahui beberapa faktor yang dasar pertimbangan pemilihan media pendidikan. Menurut Arif S. Sadiman (2001 : 32) ”ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar, lingkungan sekitar, kondisi setempat dan luasnya jangkauan penerimaan media”. Dasar pertimbangan tersebut dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan media pendidikan yang digunakan dalam mengajar anak tunagrahita. Dasar pertimbangan pemilihan media bagi anak tunagrahita. 1) Sesuai tujuan instruksional yang ingin dicapai
55
Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai dalam satu pokok bahasan tertentu. 2) Sesuai sasaran Media pendidikan yang dipakai sesuai dengan sasaran, apakah digunakan pada siswa persiapan, tingkat dasar atau tingkat menengah.
3) Jenis rangsangan belajar Karena media pendidikan akan digunakan anak tunagrahita, maka sebaiknya digunakan media visual (banyak melibatkan aspek penglihatan). 4) Sesuai dengan kondisi setempat Media pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan tersedianya sarana yang ada, apakah ada listrik, ruangan terang atau tidak, tersedianya beaya, waktu dan tenaga. 5) Mempertimbangkan lingkungan Media yang digunakan disesuaikan dengan keadaan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya setempat, sehingga dapat digunakan sesuai dengan tujuannya.
d. Fungsi Media Pendidikan Menurut Arif S. Sadiman (1986 : 49) sebagai media pembelajaran media grafis mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Mempermudah belajar siswa karena dengan menggunakan media ini akan memperjelas keterangan secara lisan. 2) Menarik perhatian siswa apabila dalam penyajiannya bahan ajar disertai dengan gambar atau media grafis. Maksudnya dengan media grafis siswa akan lebih terpusat perhatiannya dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. 3) Memberikan gambaran tentang hubungan antara keadaan dengan keadaan lain secara simbolis dalam situasi tertentu. Maksudnya menggambarkan hubungan antara satu keadaan dengan keadaan yang lain.
56
4) Menimbulkan inisiatif siswa untuk mencari, mengumpulkan, menyusun dan membuat gambar yang ada hubungannya dengan bahan ajar. Maksudnya dapat merangsang siswa untuk berinisiatif mencari, mengumpulkan dan membuat gambar yang ada hubungannya dengan bahan ajar tersebut dalam kehidupan seharihari . Menurut Rus Effendi (1982 : 9) fungsi media adalah: “Jika guru akan melakukan proses belajar mengajar maka pertamatama guru harus memiliki gagasan yang diwujudkan dalam desain instruksional. Maka guru akan mengadakan komunikasi dengan siswanya. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi selain ada gagasan dari guru ada pula unsur-unsur yang menunjang proses komunikasi dan ada tujuan dari komunikasi”. e. Ciri-ciri Media Pendidikan Ciri-ciri media pendidikan menurut Rusefendi (1982 : 11) adalah : Media pendidikan digunakan dengan maksud untuk meningkatkan atau mengiringi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Untuk memungkinkan media pendidikan berfungsi secara maksimal. Ciri-ciri itu antara lain : 1) Media pendidikan pada umumnya dapat dilihat atau dapat didengar. 2) Media pendidikan adalah alat bantu belajar mengajar di kelas 3) Media pendidikan adalah suatu medium atau perantara yang digunakan untuk perantara. 4) Media pendidikan sebagai alat belajar misalnya modul produk radio. Media pendidikan adalah satu bagian yang integral dalam proses pendidikan di sekolah. Media pendidikan telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat untuk lebih maju sesuai dengan tujuan pendidikan dan ilmu jiwa belajar.
5. Tinjauan Tentang Media Grafis
a. Pengertian Media Grafis Menurut Arif Sadiman (1986 : 28) ”media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya dengan media yang lain, media grafis berfungsi
57
untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan”. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbul-simbul komunikasi visual. Simbul-simbul tersebut perlu difahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya. Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) ”media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan atau simbul-simbul atau simbul visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau kejadian” Menurut Muyadi (1994 : 39) ”media grafis adalah alat-alat yang berkenaan dengan penglihatan, mempunyai panjang dan mempunyai lebar dan menempel pada suatu bidang datar”. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis adalah alat-alat untuk menyampaikan pesan pembelajaran dalam bentuk simbul-simbul yang memiliki panjang dan lebar, menempel pada saat bidang data yang dapat diamati oleh siswa dengan indra penglihatan atau mata.
b. Fungsi Media Grafis Menurut Arif Sadiman (1986 : 28) ”Fungsi umum media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan, pesan yang akan disampaikan dituangkan pada simbul-simbul komunikasi visual. Simbul-simbul tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien”.
58
Fungsi khusus media grafis untuk menarik perhatian dan memperjelas, sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan (Media Pendidikan). Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) dalam buku Konseptual Media Pembelajaran “fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Fungsi khusus media grafis untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan”
c. Ciri-ciri Media Grafis Menurut I Wayan Santyasa (2007 : 11) media dua dimensi sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja. Media visual diam sehingga hanya dapat diterima melalui indera mata.
d. Kelebihan Media Grafis Menurut I Wayan Santyasa (2007: 11) 1) Bentuknya sederhana 2) Ekonomis 3) Bahan mudah diperoleh 4) Dapat menyampaikan rangkuman 5) Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu 6) Tanpa menggunakan peralatan khusus 7) Mudah penempatannya 8) Sedikit memerlukan informasi 9) Dapat membandingkan suatu perubahan 10) Dapat divariasi media yang satu dengan yang lain
Menurut Aries S. Sadiman (1986 : 30) sebagai media pembelajaran media grafis mempunyai kebaikan.
59
1) Dengan media grafis siswa dapat mengamati secara jelas sesuatu yang dibicarakan atau didiskusikan di kelas dan suatu persoalan dapat dijelaskan lebih luas dengan media grafis selain dengan katakata. 2) Media grafis dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. 3) Media grafis dapat mengatasi batas waktu dan ruang 4) Media grafis dapat menjelaskan suatu masalah serta pengertianpengertian yang salah. 5) Media grafis mudah digunakan baik perseorangan maupun kelompok. 6) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan tak terlupakan (Media Pendidikan).
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam bidang studi matematika khususnya penjumlahan. Untuk mempercepat peningkatan prestasi belajar matematika khususnya penjumlahan bagi anak tunagrahita, perlu strategi yang sesuai dengan minat belajar anak. Bahwa dengan media grafis merupakan salah satu media untuk merancang motivasi minat belajar anak tunagrahita. Bahwa
sehubungan
hal
tersebut
diduga
pembelajaran
dengan
menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasibelajar matematika khususnya penjumlahan pada anak tunagrahita. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: Prestest / kondisi awal sebelum menggunakan media grafis soal penjuamlah
Postest setelah menggunakan media grafis soal penjumlahan dengan siklus 1 dan 2
Prestasi belajar meningkat
60
Soal pretest dan postest siklus 1 dan 2 sama. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh banyak siswa. Matematika terdiri dari sub bidang studi aljabar, aritmatika, geometri. Berhitung penjumlahan merupakan bagian dari bidang studi aritmatika. Berhitung penjumlahan merupakan salah satu kemampuan orang harus dikuasai oleh siswa tunagrahita di SLB Bagian C. Berhitung penjumlahan dibedakan menjadi berhitung penjumlahan mendatar, susun ke bawah. Matematika merupakan bahasa simbol yang sifatnya abstrak. Adanya hambatan dalam berpikir dan bersosial akan mempengaruhi dalam berhitung. Adanya hambatan tersebut guru dituntut tidak hanya mencari metode media serta mendorong siswa untuk belajar. Tetapi juga mencari alat bantu hitung yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam alat dari yang tradisional maupun yang modern bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Maka ini mengambil media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Penggunaan media grafis dalam berhitung penjumlahan secara mendatar, susun ke bawah akan lebih mudah dipahami siswa. Anak tunagrahita dengan mempergunakan media grafis akan memiliki pemahaman yang maksimal. Berhitung penjumlahan terdiri dari lambang-lambang yang bersifat abstrak. Pengajaran berhitung dimulai dari konkrit, semi konkrit, abstrak. Dalam berhitung anak tunagrahita harus memakai media yang sesuai agar anak dengan cepat
memahami
suatu
pelajaran,
terutama
pelajaran
matematika
bab
penjumlahan.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir sebagaimana diuraikan di atas, maka dirumuskan hipotesa tindakan sebagai berikut: Bahwa penerapan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II SLB-C Bhanti Putra Bahagia Gantiwarno, Klaten tahun 2008/2009.
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian Untuk rincian waktu dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No
Nama Kegiatan
Alokasi Waktu Februari Maret
1
Penyusunan proposal
2
Penyusunan instrumen
3
Pengumpulan data
4
Analisis data
5
Pembahasan dan laporan hasil penelitian
April
Mei
√
√
Juni
√ √ √ √
62
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah kelas D2, anak tunagrahita ringan yang memiliki nilai matematika rendah kurang dari enam (6). Subyek penelitian berjumlah 4 anak. C. Sumber Data 1. Data-data primer diperoleh dari hasil subyek yaitu pre test dan post test 2. Data-data sekunder diperoleh dari nilai yang ada pada raport D. Teknik Alat Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data Observasi dan wawancara 2. Alat pengumpulan data a. Tes tertulis terdiri atas pre test dan post test b. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif agas hasilnya lebih obyektif dilakukan pada siswa kelas D2 untuk mengetahui proses belajar. c. Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil post test. E. Validasi Data
Validasi data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi data yang bisa digunakan dalam penelitian kwantitatif yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi sumber data yaitu mengumpulkan data untuk mendapatkan keakuratan data dengan menggunakan berbagai cara, prosedur dan metode agar data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya dalam penelitian.
F. Analisis Data
Dengan uji diskriptif komparatif dibantu dengan grafik dan tabel. Antara kondisi awal dengan siklus 1 dan 2, yaitu dengan cara membandingkan nilai
63
prestes pada kondisi awal, sebelum menggunakan media grafis dengan nilai hasil post test pada siklus 1 dan 2 setelah anak menggunakan media grafis.
G. Indikator Kinerja
1. Prestasi belajar meningkat. 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. 3. Konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat.
H. Prosedur Penilaian
Langkah-langkah yang harus dilalui khusus penilaian ini menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. Menerapkan metode yang digunakan yaitu metode tindakan kelas. 2. Menentukan banyak siklus yang akan dilayani yaitu siklus 1 dan 2.
Tabel Prosedur Penilaian
SIKLUS I
1. Persiapan 2. Deskripsi Awal
Masalah dan kesulitan belajar
3. Penyusunan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan
Rancangan Tindakan
disampaikan dalam proses pembelajaran b. Menentukan pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran d. Menyiapkan sumber belajar e. Mengembangkan format evaluasi f. Mengembangkan format observasi
4. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada skenario observasi
64
5. Pengamatan
Melakukan observasi dengan memakai format observasi
6. Refleksi evaluasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan. b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil
evaluasi
dengan
skenario
pembelajaran dan lain-lain c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan siklus berikutnya. d. Evaluasi tindakan 1. Perencanaan
dan Atas
SIKLUS II
penyempurnaan 2. Pelaksanaan
dasar
hasil
siklus
I
dilakukan
penyempurnaan tindakan Pelaksanaan program tindakan II
tindakan 3. Pengamatan
Pengumpulan data tindakan II
4. Refleksi Evaluasi
a. Evaluasi tindakan II berdasarkan indikator pencapaian didiskusikan dengan observer b. Bila siklus I dan II belum berhasil bisa dilanjutkan siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dari kondisi awal siswa. Dilanjutkan dengan penerapan media grafis pada siklus I dan II. Apabila dengan media grafis dan soal yang sama dengan tes kondisi awal ternyata anak belum berhasil maka dilanjutkan dengan Siklus II dengan media grafis soal yang sama yang terakhir membandingkan tes kondisi awal dengan Siklus I dan Siklus II apabila pada Siklus II sudah tercapai peningkatan prestasi belajar. Maka penelitian tindakan kelas sudah cukup, tetapi bila belum ada peningkatan prestasi dilanjutnya siklus berikutnya.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. 1.
Diskripsi Kondisi Awal
Tinjauan historis Sekolah Luar Biasa bagian C yang berada di Kecamatan Ganttiwarno Klaten berdiri pada th 1984. Ijin operasional di keluarkan oleh
66
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan Surat Keputusan No : 132/123/5/84 tanggal 22 Mei 1984. Sejak berdiri SLB – C BPB Gantiwarno adalah sekolah swasta dengan nomor statistik : 282031002002. Yayasan BPB Gantiwarno yang diketuai oleh Dr. Tri Wibowo hingga saat ini dengan struktur Organisasi sebagai berikut : Ketua
: Dr. Tri Wibowo
Sekretaris
: Totok Haryanto
Bendahara
: Catur
Anggota
: Giyanto : Suhardi : Bejo Samidi
2.
Letak geografis Sekolah Luar Biasa bagian C BPB Gantiwarno Klaten. Secara geografis SLB – C BPB Gantiwarno Klaten berada di Kecamatan Gantiwarno, tepatnya di Dukuh Bayanan, Gesikan, Gantiwarno, Klaten yang berada di tengah-tengah perkantoran. a. Batas sebelah utara SD Gesikan. b. Batas sebelah timur kantor desa dan sekolah TK Pertiwi Gesikan. c. Batas sebelah selatan jalan. d. Batas sebelah barat kantor koperasi se-kecamatan Gantiwarno.
3.
Keadaan personal SLB – C BPB Gantiwarno tahun pelajaran 2008/2009 SLB – C BPB Gantiwarno di pimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 4 PNS 1 Wiyata Bhakti. Untuk memperlancar perjalanan pelajaran dan program-program sekolah perlu dukungan dari guru, komite sekolah dan masyarakat sekitar sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Semua itu di bawah pengawasan Kepala Sekolah.
67
4.
Keadaan siswa SLB – C BPB Gantiwarno data terakhir jumlah siswa SLB – C BPB Gantiwarno Klaten. Tabel 1 Data Perkembangan Siswa
5.
No
Tahun
Jumlah Siswa
1
2006 – 2007
30
2
2007 – 2008
32
3
2008 - 2009
35
Keadaan Sarana Prasarana Pendukung SLB – C Gantiwarno Klaten SLB – C BPB Gantiwarno berdiri di atas tanah seluas 660 meter persegi dengan luas bangunan 616 meter persegi ·
7 ruang kelas
·
1 ruang kepala sekolah
·
1 ruang guru
·
1 ruang ketrampilan
·
1 ruang artikulasi
·
1 ruang administrasi
·
1 ruang perpustakaan + UKS
·
1 ruang serbaguna
·
1 ruang mushola
Jadi jumlah semua ada 15 ruang. Di halaman depan digunakan untuk upacara dan kegiatan OR, kesehatan dan di ruang tengah digunakan untuk parkir sepeda motor dan sepeda siswa. 6.
Diskripsi Kondisi Pembelajaran Berdasarkan pengamatan secara umum pembelajaran di SLB – C BPB Gantiwarno Klaten berjalan dengan baik, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih optimal masih perlu peningkatan baik segi sarana prasarana, kreativitas pembelajaran, konsentrasi, siswa, dll. Peningkatan pembelajaran di kelas D2, dalam pembelajaran kelas D 2 ini masing-masing ada karakteristik yang unik, sehingga perlu penanganan yang lebih individual. Berdasarkan nilai
68
matematika Siswa kelas D 2 di ketahuai bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa semua di bawah standar minimal. Tabel 2 Nilai rapor bidang studi matematika
7.
No
Nama
Bidang Studi
1
TN
2
Nilai
Keterangan
Angka
Huruf
Matematika
4
Empat
Kurang
E
RW
Matematika
4
Empat
Kurang
E
3
TPD
Matematika
4
Empat
Kurang
E
4
RR
Matematika
5
Lima
Hampir cukup
D
Hasil Pre test Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar metematika dengan menggunakan media grafis maka dilakukan pre test. Hasil pre test dengan soal yang sudah di validasi juga menunjukkan nilai yang rendah sehingga perlu diadakan tindakan kelas. Tabel 3 nilai pre test bidang studi Matematika Nilai
No
Nama
Bidang Studi
1
TN
Matematika
4
Empat
Kurang
E
2
RW
Matematika
4
Empat
Kurang
E
3
TPD
Matematika
4
Empat
Kurang
E
4
RR
Matematika
5
Lima
Hampir cukup
D
Angka Huruf
Keterangan
Untuk validasi soal peneliti menggunakan Content validity Contet Validity menurut Gregory (2000) Validitas isi atau Content Validity yaitu menunjukkan sejauh mana pernyataan tugas atau butir dalam suatu test atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku yang dikenal tes tersebut.
69
Test mencerminkan keseluruhan materi yang telah diberikan serta diujikan yang seharunya dikuasai secara proporsional. Peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Standar kompetensi (SK) Melakukan penjumlahan 0 – 20 2. Kopetensi Dasar (KD) -
Melakukan penjumlahan benda
-
Penjumlahan mendatar
-
Penjumlahan menurun
3. Menentukan Indikator -
Menjumlahkan benda
-
Menjumlahkan mendatar
-
Menjumlahkan menurun
4. Menentukan “JUDGES” yang terdrii 4 orang antara lain ; -
Partini
-
Puji Wiharti SPd
-
Rukanti SPd
-
Tri Suwarni
5. Memberikan Soal ke “JUDGES” sebanyak 20 soal 6. “JUDGES” menentukan soal itu falit atau tidak Dari hasil penilaian para ”Judges” diketahui bahwa semua ”Judges” sepakat bahwa soal telah diambil dari SK. KD yang ada dalam kurikulum, sehingga secara content soal dinyatakan sah/valid.
Pertemuan Siklus II Pertemuan 2 Bidang studi
: Matematika
Klas
: D2
CW
: II
Waktu
: 60 menit
70
Jumlahkan benda di bawah ini (scor 5)
Jumlahkan benda dengan tehnik menurun (scor 5)
71
B.
Diskripsi Siklus I
1. Tindakan Siklus I Pertemuan I Pertemuan ke 1 dilaksanakan selama 2 x pertemuan (2x30 menit) selama 2 mingggu pada bulan April 2009 adapun tahap-tahapan pada siklus I sebagai berikut
72
a. Perencanaan Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar sebelumnya tindakan dapat diperoleh hasil sebagai data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari siswa kelas D2 sebanyak 4 siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar khususnya bidang studi matematika. Setelah diadakan pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa ternyata konsep yang diajarkan (bilangan, penjumlahan 1-20). Atas dasar hal tersebut guru kelas melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru lain tentang alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika kelas D2 SLB-C BPB Gantiwarno. Berdasarkan koordinasi dengan kepala Sekolah dan guru kelas lain, guru lain memilih media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar matematika kelas D2 SLB BPB Gantiwarno Klaten. Dengan pedoman standar kompetensi mata pelajaran matematika guru melakukan langkah-langkah pembelajaran matematika melalui media grafis
Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut : 1. Menyiapkan materi dan bahan ajar. 2. Menyiapkan instrumen penilaian yang digunakan. 3. Pretest dan pos test. 4. Penetapan skenario pembelajaran. 5. Koordinasi dengan observer tentang alat yang digunakan, serta apa tugas obsever selama penelitian tindakan kelas dilakukan serta mentaati jadwal pelaksanaan tindakan kelas. Bahwa dalam siklus I observer dilaksanakan 2 x pertemuan. 6. Mempersiapkan media grafis 7. Menentukan indikator nilai 1 = buruk sekali
A+ = Istimewa = 10
73
2 = buruk
A = baik sekali = 9
3 = kurang sekali
B = baik = 8
4 = kurang
C + = lebih dari cukup = 7
5 = hampir cukup
C = cukup = 6
6 = cukup
D = hampir cukup = 5
7 = lebih dari cukup
E = kurang = 4
8 = baik 9 = baik sekali 10 = istimewa
Indikator nilai konsentrasi Tinggi
= 20 – 30
menit
Sedang
= 10 – 20
menit
Rendah
= 5 – 10
menit
Indikator nilai keaktifan Tinggi
= mau bertanya, mau menjawab jika ditanya
Sedang
= mau bertanya, mau menjawab, tidak mau maju
Rendah
= ditanya diam, tidak mau bertanya
Indikator nilai prestasi Tinggi
= Nilai 8 – 9
Sedang
= Nilai 6 – 7
Rendah
= Nilai 4 - 5
b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media grafis disusun siklus-siklus 1 dilaksanakan 2 x pertemuan 60 menit. Pertemuan 1 Materi yang akan diajarkan adalah bilangan dengan indikator penjumlahan benda dengan teknik mendatar.
74
Kegiatan awal : a. Berdoa bersama b. Absensi siswa c. Apersepsi tentang menyanyikan lagu 1 + 1 = 2 1+1
=2
2+2
=4
4+4
=8
8+8
= 16
Ayo kawan belajar berhitung Ayo..... Ayooo. Ayooo Siapa dapat jadi anak yang pintar Kegiatan Inti a. Menjelaskan tentang himpunan 1 -20 b. Menghitung himpunan 1 -20 c. Menjelaskan penjumlahan benda 1 – 20 d. Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa itu tahu dan paham e. Siswa mengerjakan latihan sampai benar f. Siswa dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun Jumlahkan benda di bawah ini (scor 5)
Kegiatan seperti ini diulang-ulang sampai siswa tahu dan paham tentang yang diajarkan guru dan siswa dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain : Kegiatan Akhir : a. Tes tertulis (guru membagikan lembar kerja kepada siswa b. Siswa dan guru membuat rangkuman materi c. Guru memberi motifasi biar siswa rajin belajar d. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
75
e. Berdoa dan salam
Pertemuan ke – 2 Kegiatan Awal a. Berdoa b. Absensi c. Apersepsi menyanyikan 1 + 1 = 2 1+1
=2
2+2
=4
4=4
=8
8+8
= 16
Ayo kawan belajar berhitung ayo... ayo.... ayooo. Siapa dapat jadi anak yang pintar. Di ulang sampai 2 x
Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang penjumlahan mendatar angka 1 – 20 dan di lanjutkan penjumlahan menurun dengan angka 1 – 20.
76
Jumlahkan benda ini dengan teknik menurun (scor 5)
Kegiatan demikian itu diulang-ulang sampai siswa tahu dan paham betul tentang materi yang diajarkan.
Kegiatan akhir -
Tes tertulis
-
Siswa bersama guru membuat rangkuman materi
-
Guru memberi motivasi biar anak rajin belajar
-
Memberikan pekerjaan rumah
77
c. Observasi Dalam tahap observasi ini guru kelas di bantu oleh guru kelas lain yaitu Ibu Subaniyem untuk memantau terhadap pelaksanaan dengan menggunakan alat bantu yang berupa lembar observasi dan kamera waktu pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah tersusun, serta untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran yang sudah dilaksanakan meningkat prestasi belajar matematika kelas D 2 SLB – C BPB Gantiwarno Klaten. Karena itu pengamatan tidak hanya ditunjukkan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas dalam setiap pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus 1 sebagai berikut :
Pertemuan 1 Indikator
: melakukan operasi hitung tentang penjumlahan benda 1 – 20
Media
: Grafis
Hasil Observasi 1. Kegiatan observasi a. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.
78
c. Rasa ingin tahu dan keberanian cukup tinggi. d. Kreativitas dan inisiatif meningkat. e. Siswa aktif mengerjakan tugas.
2. Kegiatan Guru a. Guru telah memberikan penjelasan secara tepat. b. Guru sudah menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan rencana. c. Guru telah menggunakan berbagai sumber. d. Guru penuh perhatian pada siswa. e. Guru telah memberikan motivasi pada siswa. f. Guru telah menggunakan media yang tepat. g. Guru telah melakukan penelitian proses mengajar. h. Guru telah melakukan penelitian hasil belajar. i. Guru sudah memberikan tindak lanjut. 3. Tabel 1 penilaian aktivitas siswa siklus I pertemuan ke 1 No
Nama
Konsentrasi
Kekatfan
Prestasi
1
TN
Rendah
Rendah
Rendah
2
RW
Rendah
Rendah
Rendah
3
TPD
Rendah
Rendah
Rendah
4
RR
Rendah
Rendah
Rendah
Grafik Konsentrasi Siswa
Grafik Keaktifan Siswa
79
Tabel 2 Nilai Prestasi Siswa Siklus I pertemuan ke 1 No
Nama
1
Nilai
Keterangan
Angka
Huruf
TN
4
Empat
Kurang
E
2
RW
4
Empat
Kurang
E
3
TPD
4
Empat
Kurang
E
4
RR
5
Lima
Hampir cukup
D
Grafik 2 Nilai Prestasi Siswa Siklus 1 Pertemuan ke 1
Dari data diatas belum ada peningkatan prestasi karena nilainya masih rendah yaitu sama seperti pada pre test yang belum di beri tindakan. Pertemuan 2 (dua) Indikator
: melakukan operasi hitung penjumlahan mendatar dan menurun
Media
: Grafis dengan menggunakan papan flanel.
Hasil Observasi 1. Kegiatan Siswa a. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru. b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru. c. Rasa ingin tahu dan keberanian kurang.
80
d. Kreativitas kurang. e. Siswa mengalami kesulitan dalam materi penjumlahan ke bawah siswa selalu dari depan. 2. Kegiatan Guru a. Guru telah memberikan penjelasan secara tepat. b. Guru telah menggunakan berbagai sumber. c. Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai dengan rencana. d. Guru penuh perhatian pada siswa. e. Guru telah memberikan motivasi pada siswa. f. Guru sudah menggunakan metode yang sesuai. g. Guru sudah melakukan penilaian proses belajar. h. Guru sudah melakukan penilaian hasil belajar. i. Guru sudah memberikan tindak lanjut. 3. Tabel 3 penilaian aktivitas siswa siklus 1 pertemuan 2 No
Nama
Konsentrasi
Keaktifan
Prestasi
1
TN
Rendah
Rendah
Rendah
2
RW
Rendah
Rendah
Rendah
3
TPD
Rendah
Rendah
Rendah
4
RR
Sedang
Sedang
Sedang
Grafik Konsentrasi Siswa
Grafik Keaktifan Siswa
81
Tabel 4 Nilai Prestasi Siswa Siklus 1 pertemuan ke 2 No
Nama
1
Nilai
Keterangan
Angka
Huruf
TN
4
Empat
Kurang
E
2
RW
4
Empat
Kurang
E
3
TPD
5
Lima
Hampir cukup
D
4
RR
6
Enam
Hampir cukup
C
Grafik Prestasi Siswa
Dari data tersebut tampak bahwa telah terjadi kenaikan hasil belajar antara pertemuan 1 dengan pertemuan 2 Siklus 1 yaitu siswa yang bernama TPD mengalami kenaikan dari Nilai 4 menjadi lima RR 5 menjadi 6, sedangkan TN dan RW masih tetap.
d. Refleksi Dari data yang diperoleh melalui observasi di kumpulkan untuk menganalisa hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan. pada materi dalam penjumlahan benda ada perubahan namun dalam hal penjumlahan mendatar dan menurun baru ada perubahan sedikit.
82
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut : Pertemuan
: 1 (satu)
Indikator
: Penjumlahan benda maksimal 20
Media
: Menggunakan media grafis
Data prestasi belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 selengkapnya dapat dilihat pada tabel : Tabel 5 Nilai pertemuan 1 Siklus 1 No
Nama
1 2 3 4
TN RW TPD RR
Nilai Angka Huruf 4 Empat 4 Empat 4 Empat 5 Lima
Keterangan Kurang Kurang Kurang Hampir cukup
E E E D
Grafik pertemuan 1 siklus 1
Pertemuan
: 2 (dua)
Indikator
: melakukan penjumlahan dengan teknik mendatar dan menurun
Media
: grafis
Data prestasi belajar siswa pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 6 Pertemuan ke 2 Siklus I No
Nama
Nilai Angka
Huruf
Keterangan
83
1
TN
4
Empat
Kurang
E
2
RW
4
Empat
Kurang
E
3
TPD
5
Lima
Hampir cukup
D
4
RR
6
Enam
Cukup
C
Grafik pertemuan 2 siklus I
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan menunjukkan foto siklus I pertemuan I dan siklus I pertemuan 2 siswa
cukup
aktif
memperhatikan
penjelasan
guru,
namun
kemampuannya dalam materi penjumlahan dengan tehnik kesamping dan menurun belum begitu paham, maka dilanjutkan dengan siklus ke II. Foto Siklus I pertemuan 1
84
Foto Siklus I Pertemuan 2
C.
Diskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 x pertemuan pada bulan Mei 2009. tahapan – tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut : : a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yang cukup signifikan. Karena dari dua indikator yang ditetapkan dari indikator nol yang berhasil. Sedangkan indikator yang lain belum kelihatan peningkatan prestasinya.
85
Oleh karena itu guru kelas dengan arahan kepala sekolah dan guru kelas lainnya, kembali menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lebih cermat dan teliti, dengan mengulang materi matematika dengan indikator penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun. Persiapan pembelajaran sebagai berikut : 1. Menyiapkan materi 2. Menyiapkan instrumen yang digunakan 3. Pres test dan post test. 4. Menetapkan skenario pembelajaran 5. Koordinasi dengan observer tentang segala sesuatu yang akan digunakan 6. Menyiapkan media grafis
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan media grafis dilaksanakan 2 X pertemuan dengan materi penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun. Kegiatan Awal : -
Berdoa
-
Absensi siswa
-
Apersepsi menyanyikan lagu 1 + 1 1+1
=2
2+2
=4
4+4
=8
8+8
= 16
Ayo kawan belajar berhitung Ayoo. Ayoo. Ayooo siapa dapat jadi anak yang pintar 2 x. Kegiatan Inti -
Pembagian kerja
-
Guru menulis soal di papan tulis
-
Siswa mengerjakan soal dengan cermat
86
-
Guru membimbing siswa yang kurang aktif mau mengerjakan dengan baik.
Kegiatan Akhir : -
Guru mengoreksi hasil tes
-
Guru memasukkan nilai hasil tes di tabel data
-
Guru memberikan motivasi pada siswa agar tetap rajin belajar
-
Guru memberi PR dan Siswa menulis PR
Pertemuan 2 Kegiatan awal -
Berdoa bersama
-
Absensi siswa
-
Apersepsi menyanyikan lagu 1 + 1 = 2
1+1
=2
2+2
=4
4+4
=8
8+8
= 16
Ayo kawan belajar berhitung ayoo. Ayooo.
Ayoooo... siapa dapat jadi
anak yang pintar di ulang 2 x
Kegiatan Inti : -
Guru menulis soal penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun dengan media grafis
-
Guru membagikan kertas lembar soal untuk dikerjakan dengan media grafis
Kegiatan Akhir -
Guru mengoreksi hasil test
-
Guru memberi pekerjaan rumah atau PR
-
Guru memberi motivasi agar siswa tertib masuk sekolah
87
c. Observasi Guru kelas secara kolaborasi bersama guru kelas lain melaksanakan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan teliti pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran, juga pada guru dalam melaksanakan pembelajaran berlangsung. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan masukan untuk menganalisis hasil prestasi belajar matematika. Siswa digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan tindakan selanjutnya. Hasil Observasi Siklus II sebagai berikut : Pertemuan
: 1 (satu)
Indkator
: Melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun
Media
1.
: Grafis
Kegiatan Siswa a). Siswa memperhatikan penjelasan guru. b). Siswa menjawab pertanyaan guru. c). Keberanianya meningkat. d). Siswa aktif mengerjakan tugas.
2.
Kegiatan Guru a). Guru telah memberikan informasi. b). Guru telah menggunakan berbagai sumber.
88
c). Guru telah menggunakan berbagai sumber. d). Guru penuh perhatian pada siswa. e). Guru telah memberikan motivasi pada siswa. f). Guru telah mengunakan berbagai metode. g). Guru telah melakukan penilaian proses. h). Guru telah melakukan penilaian. i). Guru telah memberikan tindak lanjut.
3.
Penilaian aktivitas siswa II pertemuan 1 (satu)
No
Nama
Konsentrasi
Keaktivan
Prestasi
1
TN
Rendah
Rendah
Rendah
2
RW
Rendah
Rendah
Rendah
3
TPD
Rendah
Rendah
Rendah
4
RR
Rendah
Rendah
Rendah
Grafik konsentrasi siswa
Grafik keaktifan siswa
89
Tabel 7 Nilai Siklus II pertemuan 1 No
Nama
1
Nilai
Keterangan
Angka
Huruf
TN
5
Lima
Hmpir sukup
D
2
RW
6
Enam
Cukup
C
3
TPD
6
Enam
Cukup
C
4
RR
6
Enam
Cukup
C
Grafik prestasi siswa
Data tersebut diatas tampak ada kenaikan yang cukup menggembirakan pada siklus II pertemuan I (satu) yaitu : TN dari 4 ke 5 TPD dari 5 ke 6
Jadi semua siswa mengalami perubahan yang baik walaupun sedikit demi sedikit selama menggunakan media Grafis.
Pertemuan
: 2 (dua)
90
Indikator
: melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun.
Media
: Grafis
1. Kegiatan Siswa a). Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. b). Siswa menjawab pertanyaan guru. c). Siswa ingin tahu dan berani untuk bertanya. d). Kreatian siswa meningkat. e). Siswa aktif mengerjakan tugas.
2. Kegiatan Guru a) Guru menggunakan berbagai metode. b) Guru menggunakan waktu secara tepat. c) Guru penuh perhatian pada siswa. d) Guru memberikan motivasi pada siswa. e) Guru menggunakan berbagai sumber. f) Guru telah melakukan penelitian proses. g) Guru melakukan penelitian hasil belajar. h) Guru memberikan tindak lanjut.
3. Penilitian aktifitas siswa siklus II pertemuan 2 No
Nama
Konsentrasi
Kekatfan
Prestasi
1
TN
Sedang
Sedang
Sedang
2
RW
Sedang
Sedang
Sedang
3
TDP
Sedang
Sedang
Sedang
4
RR
Sedang
Sedang
Sedang
Grafik Konsentrasi Siswa
91
Grafik Keaktifan Siswa
Tabel 8 Nilai Prestasi Siklus II Pertemuan 2 No
Nama
1
Nilai
Keterangan
Angka
Huruf
TN
6
Enam
Cukup
C
2
RW
6
Enam
Cukup
C
3
TDP
7
Tujuh
Lebih dr cukup
C+
4
RR
7
Tujuh
Lebih dr cukup
C+
Grafik Prestasi Siswa
92
Tabel – tabel diatas tampak bahwa terjadi kenaikan hasil belajar pada siklus II pertemuan 2 yag signifikan pada semua siswa yaitu TN mendapat nilai 6 RW mendapat nilai 6 TPD mendapat nilai 7 RR mendapat nilai 7
d. Refeksi Hasil analisis dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan media grafis pada siklus II. Pertemuan ke
: 1 (satu)
Indikator
: Melakukan penjumlahan dengan tehnik mendatar dan menurun
Media
: Grafis
93
Pertemuan ke
: 2 (dua)
Imdikator
: Melakukan penjumlahan dengan tehnik mandatar dan menurun
Media
: Grafis
Hasil Refleksi. Siswa cukup aktif memperhatikan keterangan guru dan menjawab pertanyaan guru. Guru memberikan motivasi dan melaksanakan penilaian proses dengan hasil nilai rata-rata kelas bidang studi matematika mencapai 6,5 yang mana sebelumnya nilai rata-rata bidang studi matematika hanya mencapai 4,2 dengan demikian pelajaran matematika dengan menggunakan media grafis cukup baik dan berhasil. Siswa aktif memperhatikan penjeasan guru, guru memberikan informasi secara tepat dan rasa ingin tahunya itu tinggi terbukti banyak yang bertanya. Guru memberikan motivasi dan melaksanakan proses pembelajaran matematika sehingga prestasi belajar siswa tercapai. Berdasarkan prestasi yang dicapai pada siklus II dapat pertemuan 2 sudah menunjukkan keberhasilan maka siklus sampai II saja.
Tabel 9 Nilai Siklus II pertemuan 1
94
D.
Temuan dan Pembahasan
Menurut hasil pengamatan ini di lihat adanya peningatan aktifitas siswa, dalam pembelajaran serta pengembangan prestasi belajar matematika siswa kelas D 2 SLB – C BPB Gantiwarno – Klaten peningkatan siswa dalam pembelajaran matematika antara lain : 1. Siswa lebih serius dalam memperhatikan penjelasan guru. 2. Rasa ingin tahu dan keberaniannya meningkat. 3. Siswa lebih senang menerima pelajaran dengan media grafis. 4. Kerjasama antar teman meningkat. 5. Siswa lebih aktif mengerjakan tugas-tugas. Hasil penelitian siklus I dan silus II ada temuan penelitian sebagai berikut : 1. Peningkatan konsentrasi 2. Peningkatan keaktifan 3. Peningkatan prestasi belajar Adapun urainnya sebagai berikut : 1. Peningkatan daya konsentrasi 2. Siswa lebih aktif dalam belajar 3. Prestasi belajar siswa meningkat Kesimpulan hal tersebut di atas diuraikan lebih lanjut sebagai berikut ; 1. Peningkatan daya konsentrasi belajar - Pre test
: rendah
- Siklus I
: Rendah
- Siklus 2
: sedang
Dapat disimpulkan dari pre test, Siklus I dan Siklus II ada peningkatan sedikit daya konsentrasi yang sangat signifikan yang akan berpengaruh pada prestasinya.
95
2. Peningkatan prestasi belajar - Pre test
: rendah
- Siklus I
: rendah
- Siklus II
: sedang
Dapat disimpulkan bahwa pre test, Siklus I dan Siklus II ada peningkatan prestasi bagi siswa yang mana siswa sekarang suka dengan mata pelajaran matematika. 3. Peningkatan keaktifan belajar - Pretest
: rendah
- Siklus I
: rendah
- Siklus II
: sedang
Berdasarkan data tersebut keaktifan belajar dari pre test, siklus I, siklus II banyak peningkatan yang sangat signifikan.
Perbandingan nilai hasil pembelajaran No
Nama
1
TN
Kondisi Awal (pretest) 4
Siklus I Pertem Pertem 1 2 4 4
Siklus II Pertem Pertem 1 2 5 6
2
RW
4
4
4
6
6
3
RPD
4
4
5
6
7
4
RR
5
5
6
6
7
Dilihat nilai awal yang nilai rataratanya 4,2 naik menjadi 6,5 sehingga
96
Nilai rata-rata
4,2
4,2
4,7
5,7
Grafik Nilai matematika pre test (kondisi awal )
6,5
terjadi kenaian yang signifikan
97
Grafik Nilai Matematika Siklus I Pertemuan 1 dan 2
98
Grafik Nilai Matematika Siklus II Pertemuan 1 dan 2
99 E. Hasil Penelitian
Berdsarkan pembahasan sebelumnya maka PTK yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penerapan media Grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika bagi Siswa Tuna Grahita kelas D2 Semester II SLB – C BPB Gantiwarno Klaten terbukti kebenarannya.
100
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menggunakan media grafis di dalam pembelajaran matematika siswa kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten. Adapun peningkatan prestasi belajar matematika tersebut dapat dilihat melalui grafik-grafik setiap siklus. 2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan 2 (dua) siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan adalah terbukti
kebenarannya. Ternyata pembelajaran
matematika dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten tahun 2008/2009.
101 Dengan demikian penerapan pembelajaran matematika menggunakan media grafis dapat dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas D2 sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat diketahui bahwa penggunaan media grafis untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten serta untuk mencapai hasil belajar. Siswa tunagrahita ringan kelas D2 SLB-C BPB Gantiwarno Klaten memiliki potensi untuk dikembangkan dalam penguasaan penjumlahan. Tanggapan atau respon yang diberikan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dalam penjumlahan suatu bilangan. Manfaat dari penggunaan media grafis ini akan memberikan implikasi yang bermanfaat bagi pendidik untuk lebih menguasai pelaksanaan pembelajaran dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan media grafis. Sebagai upaya peningkatan prestasi belajar matematika untuk siswa tunagrahita ringan kelas D2 Semester II di SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten. Dengan demikian implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah : pemanfaatan media grafis ini perlu diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang hendak mengajar pelajaran khususnya pelajaran matematika. Faktor-faktor yang saling berkaitan antara siswa, guru, pihak sekolah dan faktor lingkungan yang sangat mendukung akan memberikan peningkatan prestasi belajar siswa tunagrahita ringan dalam pencaaian semua aspek kemampuannya.
C. Saran-saran
102 Sesuai dengan kesimpulan dan hasil penelitian serta dalam ranka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya bidang studi matematika maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selalu taat dan patuh pada guru, mengerjakan tugas, rajin belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar matematika yang optimal. 2. Bagi guru a. Guru hendaknya mempersiapkan materi serta perangkat pendukung pembelajaran matematika krena itu dapat mempengaruhi aktivitas, efisiensi pembelajaran yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar matematika kelas D2 SLB-C Bhakti Putra Bahagia Gantiwarno Klaten. b. Guru hendaknya memperbanyak waktu untuk menjelaskan dan menguraikan materi penjumlahan bagi siswa tunagrahita ringan. c. Agar perkembangan prestasi siswa dapat terpantau, bukanlah hasil belajar siswa, dan secepatnya ditangani supaya tidak berlarut-larut. 3. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga matematika dan alat peraga yang lain pada umumnya, dalam hal ini diharapkan menunjang dalam pemahaman konsep-konsep matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memberdayakan penggunaan media dalam pembelajaran matematika.
103 DAFTAR PUSTAKA
1. Arif S. Sadiman (1986) Media Pendidikan, Penerbit Rajawali dari Jakarta 2. Bandi Delphie (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Penerbit Radika Aditama dari Bandung 3. Gogne (1985) http/sunarboms.wordpress.com 4. I Wayan Santyana (2007) Landasan Perseptual Media Pembelajaran . Internet. 5. JB. Suparlan (1983). Pengantar Pendidikan Anak Mental Subnormal, Penerbit Pustaka dari Jogjakarta. 6. Kurikulum Pendidikan Dasar 1993/1994, Penerbit Depdikbud. 7. Moh. User dan Lilis Setyowati (1993). Menjadi Guru Profesional, Penerbit dari PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 8. Muhammad Efendi (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Penerbit Rineka Cipta Jakarta 9. Mulyono Abdulrahmah (2003). Pendidikan bagi Abak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta Jakarta. 10. Muray dan Beck (1990). Internet sumber http/sunarboms.wordpress.com 11. Nasutions 91986). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Penerbit Angkasa Jakarta. 12. Rus Effendi (1982). Media Pendidikan Dalam Proses Mengajar. Penerbit dari Menara Mas Bandung. 13. Slameto (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit dari Bima Aksara Jakarta 14. Sumadi Suryo Broto (1984). Pembimbing ke Psikodiaknostik. Penerbit dari Rake Press Jogjakarta 15. Sutratinah Tirtonegoro (1987). Metodik Khusus Pengajaran Anak Tunagrahita. Penerbit Gunung Agung Jogjakarta
104