perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH PADA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh : Kukuh Imanda Sabrang K5108073
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH PADA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : Kukuh Imanda Sabrang K5108073
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Kukuh Imanda Sabrang. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH PADA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran yang menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendekatan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subyek dalam penelitian ini adalah anak kelas III D tuna daksa SLB YPAC Surakarta yang berjumlah lima siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus dengan indikator keberhasilan adalah semua siswa dapat memenuhi nilai KKM, yaitu 60. Hasil penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar matematika melalui pembelajaran menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada anak tuna daksa kelas III D SLB D YPAC. Nilai tes prestasi belajar matematika semua siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Prosentase kenaikan siklus I ke siklus II yaitu 26%. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif bertanya sehingga tercipta suatu kegiatan pembelajaran yang akrif dan menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan sederhana pada anak tuna daksa kelas III D SLB D YPAC Tahun Ajaran 2011/2012. Kata Kunci : Prestasi Belajar Matematika, Animasi Flash, Tuna Daksa
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Kukuh Imanda Sabrang. THE INCREASING OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH FLASH ANIMATION LEARNING MEDIA ON THE SIMPLE FRACTION MATERIAL ON 3rd CLASS STUDENTS OF SLB D YPAC SURAKARTA OF 2011/ 2012 SCHOOL YEAR. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, June 2012. The aim of this study is to increase the mathematics learning achievement through a learning that uses flash animation media on the simple fraction material on 3rd grade students D of YPAC Surakarta of 2011/ 2012 school year. The research approach used in this study is Classroom Action Research. The subject of this study is 3rd class disabled students of SLB D YPAC Surakarta, which consists of five students. The data collecting technique used in this study are observation, testing, and documentation. The data analysis technique used is comparative descriptive. This study is administered in two cycles with a success indicator that every student is able to fulfill the Minimum Passing Criteria (KKM), which is 60. The result of this study is the increasing of mathematics learning achievement through a learning that uses flash animation media on the simple fraction material on 3rd grade Disabled students of D SLB YPAC. The testing marks of mathematics learning achievement for each student increases on every cycle. The raise percentage from Cycle I to Cycle II is 26%. Besides that, the students become more active to ask some questions, which results in the establishment of an active and enjoyable learning activity. Based on the result of this study, it can be concluded that the using of flash animation media can improve the learning achievement on mathematics on the simple fraction material on 3rd class disabled students of SLB D YPAC on 2011/ 2012 school year.
Keyword : Mathematics Learning Achievement, Flash Animation, Disabled Students.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Cacat atau tidak bukanlah ukuran kemampuan seseorang (Dikutip dari buku Prof.Dr. Soeharso tentang rehabilitasi anak cacat)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Seiring syukurku pada-Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibu tercinta
Beliau yang selalu memberikan segalanya, mendoakanku tiada henti dan kasih sayang tiada batas untuk keberhasilanku.
Sahabatku Epik, Rully, Nia, Luthfi, Faiz, Budi, Luly, Riska, dan Mbak pita
tersayang. Canda kalian yang selalu berikan ku kecerian dan semangat disetiap aku terpuruk.
Rekan-rekan PPL di SLB D YPAC: Ina, Rosida, Tia, Lina, Vitria, Dewi, Dian dan wiwit
Teman-teman PLB angkatan 2008
Murud-muridku tercinta di SLB D YPAC Surakarta
Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitankesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini 2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini 3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini. 4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 5. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan luar Biasa FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. Sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan. 6. Priyono, S. Pd, M. Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa.
7. Drs. Maryadi, M.Ag, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Sugini, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Dr. Tundjung Hanurdaya, M. Si, Ketua pengurus yayasan YPAC Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 10. Drs. Mugiyono, Kepala SLB Tunadaksa YPAC Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11. Dra. Khairunisyak, selaku Guru Kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang selalu meluangkan waktu guna terselesaikannya penelitian. 12. Siswa-siswi kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan menerima penulis dengan senang hati. 13. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 14. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika. Surakarta, 28 Juni 2012
Penulis commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT........................................................................ .......
vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Daksa a. Pengertian Anak Tuna Daksa .......................................
6
b. Karakteristik Anak Tuna Daksa ...................................
7
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar ........................................... commit to user xii
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak Tuna Daksa ...................................................................
12
3. Tinjauan Tentang Pembalajaran Matematika a. Pengertian Pembelajaran Matematika ..........................
16
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna Daksa .........................................................
16
c. Ruang Lingkup Matematika bagi Tuna daksa ..............
18
d. Prestasi Belajar Anak Tuna Daksa ...............................
18
4. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran ...................................
20
b. Fungsi Media Pembelajaran bagi Anak Tuna Daksa....
20
c. Pengertian Media Animasi Flash..................................
23
d. Kelebihan Media Animasi Flash ..................................
23
e. Media Animasi Flash Dalam Pembelajaran Anak Tuna Daksa .........................................................
24
B. Kerangka Berfikir ......................................................................
26
C. Hipotesis Tindakan ....................................................................
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian .....................................................................
28
B. Subjek Penelitian .....................................................................
29
C. Pendekatan Penelitian ................................................................
29
D. Data dan Sumber Data ...............................................................
30
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
31
F. Validitas Data ............................................................................
33
G. Teknik Analisis Data .................................................................
34
H. Indikator Kinerja.........................................................................
34
I. Prosedur Penelitian ....................................................................
34
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan .............................................................. commit to user xiii
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi Hasil Tindakan 1. Siklus I...................................................................................
41
2. Siklus II.................................................................................
45
3. Perbandingan Antar Siklus ....................................................
49
C. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
51
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
55
B. Implikasi ....................................................................................
55
C. Saran ..........................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
57
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian...........................................
27
Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian...................................................................
28
Tabel 3.3 Indikator kerja..................................................................................
33
Tabel 4.1 Nilai Tes Awal.................................................................................
39
Tabel 4.2 Nilai Tes Siklus I..............................................................................
48
Tabel 4.3 Nilai Tes Siklus II.............................................................................
49
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II...............................................
commit to user xv
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Skema 2.1 Alur kerangka berfikir...................................................................
25
Skema 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas..............................................
29
Grafik 4.1 Nilai Tes Awal...............................................................................
39
Grafik 4.2 Nilai Tes Siklus I............................................................................
49
Grafik 4.3 Nilai Tes Siklus II..........................................................................
50
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II............................................
commit to user xvi
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kisi-kisi Soal Tes Awal.............................................................................
61
2. Soal Tes Awal............................................................................................
62
3. Kisi-kisi Soal Tes Akhir.............................................................................
65
4. Soal Tes Akhir............................................................................................
66
5. Instrumen Observasi Siswa........................................................................
69
6. Instrumen Observasi Peneliti.....................................................................
70
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...........................................................
71
8. Daftar Presensi Siklus I..............................................................................
82
9. Daftar Presensi Siklus II.............................................................................
83
10. Contoh Hasil Tes Siswa Siklus I.................................................................
84
11. Contoh Hasil Tes Siswa Siklus II................................................................
85
12. Data Hasil Tes Siswa Siklus I......................................................................
86
13. Data Hasil Tes Siswa Siklus II....................................................................
87
14. Foto Pembelajaran Pratindakan...................................................................
88
15. Foto Pembelajaran Siklus I.........................................................................
89
16. Foto Pembelajaran Siklus II.......................................................................
90
17. Hasil Observasi Siswa Pada Kondisi Awal................................................
91
18. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I..........................................................
92
19. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II.........................................................
93
20. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi...............................................
94
21. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi................
95
22. Surat Permohonan Izin Penelitian...............................................................
96
23. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian..................................................
98
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, secara jelas dinyatakan bahwa: “Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan misalnya tuna netra, tuna rungu, tuna daksa atau untuk peserta didik yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Penyelenggaraan pendidikan khusus dilaksanakan secara berkelompok (inklusif) atau berupa satu khusus pada tingkat dasar dan menengah.” Dan UU sisdiknas tahun 2003 pasal 32, ayat 1 mengenali jenis anak berkebutuhan khusus dimana anak Tunadaksa termasuk salah satu didalamnya. Muslim dan Sugiarmin (2007) mengemukakan bahwa “salah satu kebutuhan tunadaksa adalah memperoleh pendidikan baik ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikannya”(hlm.7-9). Pendidikan luar biasa, merupakan salah satu bentuk pendidikan yang khusus bagi tunadaksa. Pengertian
tuna
daksa
menurut
Heward
dan
Orlansky
“Disabled children are children who have certain abnormalities in the bones, muscles, joints or areas, either inborn or acquired later, resulting in disruption of normal body functions”(1988: 38) yang berarti anak tuna daksa adalah anak yang memiliki kelainan tertentu pada bagian tulang, otot, ataupun daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal. “Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan perkembangan motorik dan mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Salah satu kendala yang dialami anak tunadaksa adalah hambatan fisik” (Somantri, 2007: 126). Hal ini didukung hasil survey Mackie yang diadakan tahun 1932-1942 di Amerika Serikat dan Hawaii, diketahui dari 16.696 anak tunadaksa yang diteliti, 14.717 atau 82,2 % mempunyai kelainan/hambatan fisik. Hambatan fisik bukan satu-satunya gangguan pada anak tuna daksa, terdapat juga gangguan lain berupa gangguan persepsi. “Persepsi merupakan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
jembatan penghubung antara sensasi dengan proses berpikir” (Efendi, 2005: 129). Berdasarkan kenyataan ketika PPL, proses pembelajaran anak tunadaksa di SLB D YPAC Surakarta juga sering mengalami gangguan konsentrasi yang menyebabkan prestasi belajar matematikanya kurang memuaskan, hal ini dikarenakan proses belajar yang kurang menarik bagi anak, padahal menurut Gagne “ada lima jenis belajar yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, sikap” (Winkle, 2009: 111). Sehingga dalam proses belajar harus terdapat lima komponen jenis belajar diatas dalam penerapannya, dan prestasi belajar anak dapat meningkat melalui pengetahuannya. Pengetahuan diperoleh melalui beberapa proses yaitu : persepsi, memori, pemunculan ide-ide, evaluasi, dan penalaran. Pada anak pada umumnya dibutuhkan persepsi, memori dan penalaran dalam penguasaan matematika dalam suatu pembelajaran. Matematika seperti yang tercantum dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika pada umumnya sangat dicemaskan oleh banyak anak dikarenakan banyak berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus. Padahal menurut penelitian Sherman dan Wither (1998) “Mathematics anxiety does cause a deterioration of mathematical achievement” yang berarti kecemasan matematika tidak menyebabkan kemerosotan prestasi matematika. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Pengajaran matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Namun,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
fakta dilapangan membuktikan bahwa metode ceramah dari guru hanya berjalan satu arah dan guru hanya menerapkan konsep saja. Suharta (2001) berpendapat bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Proses pembelajaran matematika di SLB D YPAC Surakarta pada umumnya berjalan dengan lancar. Namun, Hasil belajar pada mata pelajaran matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM yaitu berkisar 60 sampai 65 saja. Permasalahannya adalah proses penerapan konsep itu sendiri kepada anak tuna daksa dan proses pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana di kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu pengaplikasian konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi belajar siswa yang rendah dan media yang kurang menarik bagi siswa. Pembelajaran pada masing-masing bidang studi memerlukan media yang sesuai, karena faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik (Mulyasa, 2005). Hal ini dibuktikan menurut penelitian Sutjiono (2005) yang menyimpulkan bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masingmasing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa. Media Animasi flash merupakan salah satu media yang cocok dengan anak tunadaksa. Karena berdasarkan kenyataannya, media animasi flash yang berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
audio visual ini dapat menarik minat anak dalam belajar. Anak pun semakin antusias untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa “aplikasi flash dalam pembelajaran matematika ini dapat dijadikan sarana untuk mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam proses belajar mengajar karena cukup interaktif dan menarik siswa”. Sehingga melalui media Animasi flash ini diharapkan anak lebih memahami materi dan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan pengamatan dan observasi peneliti di SLB D YPAC Surakarta, prestasi belajar pada kompetensi dasar pecahan sederhana kurang memuaskan karena guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “ Peningkatan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran yang menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah “Apakah pembelajaran yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012?”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran yang menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian upaya meningkatkan prestasi belajar matematika pokok bahasan pecahan sederhana melalui media animasi flash, mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi, termasuk dalam menerapkan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada anak tuna daksa. b. Memberikan alternatif pemilihan media serta cara menggunakannya sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak tuna daksa. 2. Bagi Siswa a. Siswa tuna daksa lebih tertarik karena pembelajaran tersebut dikemas sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan. b. Dengan penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa yaitu siswa tuna daksa mendapat pelayanan pendidikan yang efektif, aktif dan menyenangkan sesuai dengan konsep PAIKEM dalam pembelajaran yang menggunakan media animasi flash yang didemonstrasikan kepada siswa melalui indra penglihatan dan indra pendengarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Daksa a. Pengertian Anak Tuna Daksas Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh, cacat fisik, dan cacat ortopedi. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang dan ”daksa” yang berarti tubuh. Tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat indranya. Selanjutnya istilah cacat
ortopedi
terjemahan
dari
bahasa
Inggris
orthopedically
handicapped. Orthopedic mempunyai arti yang berhubungan dengan otot, tulang, dan persendian. Dengan demikian, cacat ortopedi kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan persendian atau dapat juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian. Menurut Somantri (2007) “tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan olah penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir”(hlm.126). Pendapat lain menyatakan bahwa “Disabled children are children who have certain abnormalities in the bones, muscles, joint or areas, either inborn or acquired later, resulting in disruption of normal body functions” yang berarti anak tuna daksa adalah anak yang memiliki kelainan tertentu pada bagian tulang, otot, ataupun daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal (Heward dan Orlansky, 1988:38). Efendi (2006) juga menyatakan bahwa “anak tuna daksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit atau pertumbuhan yang tidak sempurna” (hlm.114). Melalui pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian karena kecelakaan, congenital, dan atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan gangguan gerak, kecerdasan, komunikasi, koordinasi, perilaku dan adaptasi, sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus.
b. Karakteristik Anak Tuna Daksa Karakteristik Anak Tuna Daksa, mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Anak tuna daksa memiliki sedikit karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya Karakteristik anak tuna daksa menurut Smith (2006) adalah “The characteristics of students with physical or health disabilities are as unique to the individuals as the conditions that created their special needs. The health care needs of some children are so consuming that everything else becomes secondary. Other students, such as some with physical disabilities, require substantial alterations to the physical environment, so that learning is accessible to them, but are quite similar to their typical classmates in many learning characteristics. For still others, their health situation requires intense special accommodations at some points in time, but less so at other times”(hlm.88). Yang berarti karakteristik siswa penyandang hambatan fisik adalah keadaan yang menyebabkan mereka memerlukan layanan kebutuhan khusus. Beberapa anak sangat memerlukan perawatan kesehatan sehingga segala sesuatu menjadi sekunder. Beberapa siswa yang memiliki hambatan fisik memerlukan perubahan besar terhadap lingkungan fisiknya, sehingga pembelajaran dapat diakses oleh siswa. Karakteristik belajar anak yang memiliki hambatan fisik sebenarnya cukup sama dengan prestasi belajar anak pada umumnya. Namun, ada beberapa
siswa
yang
mengalami
commit to user
hambatan
fisik
ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
membutuhkan akomodasi kesehatan khusus yang intens di beberapa titik dalam waktu tertentu. Menurut Astati (2009) karakteristik anak tuna daksa ada 3 yaitu: 1) Karakteristik akademik meliputi kecerdasan, kemampuan persepsi, kognisi dan simbolisasi anak tunadaksa dengan kelainan pada sistem otot dan rangka tidak mengalami gangguan sehingga mereka dapat belajar bersama dengan normal. Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, karakteristik akademiknya mengalami gangguan sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dan prestasi akademiknya rendah. Karakteristik akademik anak tuna daksa dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Keadaan kecerdasan anak tuna daksa sangat erat kaitannya dengan IQ mereka (Somantri, 2007). Berikut ini adalah keadaan IQ anak tuna daksa yaitu : (1) IQ mereka berkisar (range) antara 35-138 (2) Rata-rata (mean) IQ mereka adalah 84 (3) Rata-rata IQ untuk anak polio tertinggi yaitu 103 (4) Rata-rata IQ untuk anak TBC yaitu 88 (5) Rata-rata IQ untuk anak cacat conginental yaitu 61 (6) Rata-rata IQ untuk anak spastic yaitu 69 (7) Rata-rata IQ untuk anak cacat pada pusat syaraf yaitu 74 b) Kemampuan persepsi anak tuna daksa merupakan jembatan yang menghubungkan antara sensasi dengan proses berpikir (Efendi,
2006).
Kelainan
persepsi
terjadi
karena
saraf
penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak
(yang
bertugas
menerima
dan
menafsirkan,
serta
menganalisis) mengalami gangguan. Gangguan persepsi inilah yang mengakibatkan performasi yang lemah sekali pada anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
tuna daksa dalam merespons pada sebagian tugas-tugas perceptual visual dan motorvisual. c) Keadaan perkembangan kognitif anak tuna daksa mengalami hambatan dalam berkomunikasi, persepsi maupun control geraknya (Efendi, 2006). Hambatan dalam berkomunikasi, persepsi maupun control geraknya ini berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan anak secara wajar, hal ini mengurangi stimulus yang diterima oleh anak tuna daksa yang berdampak pada perkembangan kognitifnya (Somantri, 2007). Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis) mengalami gangguan.
Kemampuan
kognisi
terbatas
karena
adanya
kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan, dan bahasa, serta akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensori (indra). Gangguan pada simbolisasi
disebabkan
oleh
adanya
kesulitan
dalam
menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat. Kelainan yang kompleks ini akan mempengaruhi prestasi akademiknya. 2) Karakteristik sosial/emosional anak tuna daksa bermula dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak yang tidak diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi. Problem emosi seperti itu, banyak ditemukan pada anak tunadaksa dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Karakteristik sosial/emosional
meliputi
komunikasi
dengan
lingkungannya,
pergaulan, penyesuaian diri dan kestabilan emosi anak tunadaksa mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh konsep diri anak tunadaksa yang negatif terhadap kecacatannya serta respons masyarakat yang belum positif dan sikap orang tua yang cenderung over protective sehingga mempengaruhi penyesuaian sosialnya (Efendi, 2006). Sehingga ketergantungan dan rasa cemas dalam menghadapi lingkungan yang tidak dikenalnya dipengaruhi oleh sikap orang tua yang terlalu melindungi dan respons sosial masyarakat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kehidupan emosi anak tuna daksa (Somantri, 2007). 3) Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak ditemukan pada anak tunadaksa sistem cerebral. Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu pembentukan artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya tidak dapat dipahami orang lain dan diucapkan dengan susah payah. Mereka juga mengalami aphasia sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya, dan aphasia motorik, yaitu mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indra pendengaran, tetapi tidak dapat mengemukakannya lagi secara lisan. Hal ini berpengaruh pada usaha anak tuna daksa untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
mengaktualisasikan dirinya secara utuh terhadap berbagai aspek dalam kehidupannya (Somantri, 2007). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tuna daksa meliputi karakteristik akademik, karakteristik
fisik/kesehatan,
dan
karakteristik
sosial/emosi.
Karakteristik anak tuna daksa diatas menimbulkan berbagai dampak yang mempengaruhi kondisi prestasi belajarnya.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar, memiliki pengertian yang beda-beda. Winkel mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”(2009:121). Menurut Tirtonegoro (2001) “Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar di sini merupakan tingkat keberhasilan
tertinggi
yang
telah
dicapai”(hlm.43).
Sedangkan
Sukmadinata berpendapat bahwa “Prestasi belajar atau achivment merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun kemampuan motorik” (2004 : 102-103). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai tes atau angka dalam setiap bidang yang dipelajarinya setelah mengalami proses belajar mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak Tuna Daksa Belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor.
Menurut
Slameto
(2010),
faktor
-
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu : 1) Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah (1) Faktor kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan – gangguan kelainan- kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran,
struktur
tubuh
dan
sebagainya (Winkel,2009). (2) Cacat tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang memiliki hambatan fisik, prestasi belajarnya juga terganggu. Hal ini berpengaruh pada usaha anak tuna daksa untuk mengaktualisasikan
dirinya
secara
utuh
dalam
proses
pembelajarannya (Somantri, 2007). Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. b) Faktor psikologis (1) Inteligensi Kecerdasan atau intelegensi merupakan aspek yang berperan penting dalam proses belajar dan berperan besar dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
memiliki kecerdasan normal atau di atas normal, akan dengan mudah memahami materi pelajaran. Siswa tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus dalam proses belajar (Ahira, 2008). Faktor inteligensi pada subjek, meskipun dalam tingkat rata-rata, ternyata tidak optimal jika tidak didukung aspek kepribadian dan lingkungan. Siswa yang mempunyai
tingkat
kecerdasan
yang
sedang
namun
menunjukkan prestasi belajar yang buruk karena adanya umpan balik yang tidak mendukung. Hal ini menunjukkan perlunya kajian yang lebih mendalam terhadap aspek kepribadian dan lingkungan agar siswa dapat memiliki prestasi belajar sesuai dengan potensinya (Fahmi, 2003). (2) Perhatian Pengaruh perhatian keluarga dan masyarakat terhadap anak tuna daksa memiliki pengaruh yang sangat besar karena sikap keluarga
dan
masyarakat
mempengaruhi
perkembangan
prestasi belajarnya (Somantri, 2007) (3) Minat “Minat belajar anak tuna daksa sama seperti anak pada umumnya” (Hamalik, 2002:36). Namun, “keadaan cacat tubuh pada anak tuna daksa inilah yang berpengaruh pada minat anak tuna daksa dalam proses pembelajarannya” (Somantri, 2007:126). (4) Bakat Bakat adalah potensi dasar yang dimiliki oleh manusia. Bakat merupakan potensi bawaan yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Ada juga yang mengartikannya dengan aptitute atau kecakapan. Sebagai potensi dasar ia akan berkembang jika diasah atau dilatih terus menerus. Seseorang yang memiliki bakat besar dalam bidang tertentu akan lebih mudah untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
berprestasi dibidang tersebut dari pada seseorang yang memiliki bakat terbatas (Ahira, 2008). (5) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang kuat atau keinginan kuat untuk terus melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang lahir dari dalam
diri
peserta
didik
adalah
modal
besar
untuk
meningkatkan prestasi belajar (Ahira, 2008). Pada anak tuna daksa, motivasi dari keluarga dekat, teman, guru serta masyarakat sangat penting agat timbul rasa semangat dalam mengikuti proses pembelajarannya disekolah (Efendi, 2006). c) Faktor kelelahan Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Pada anak tuna daksa, khususnya mereka yang mengalami epilepsy sangat dijaga waktu dalam interaksi belajar agar ia tidak mengalami kelelahan yang berakibat timbulnya gejala kejang-kejang pada anak (Efendi, 2006). 2) Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a) Faktor Keluarga Keluarga adalah
lingkungan
dimana
anak
pertama
kali
memahami sebuah proses belajar. Ia menjadi sekolah pertama bagi anak-anak. Rumah yang selalu dalam atmosfer belajar akan memotivasi anak-anak untuk terus aktif belajar. Kemudian keadaan rumah yang aman, tenang dan nyaman juga akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar siswa. Sebaliknya keadaan rumah yang jauh dari atmosfer belajar cenderung akan membuat anak malas belajar dan ini akan menurunkan prestasi belajarnya (Ahira, 2008). Demikian juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dengan keadaan rumah yang bising, tidak nyaman juga akan berdampak terhadap turunnya prestasi belajar siswa tuna daksa. b) Faktor Sekolah Keadaan sekolah di sini termasuk tenaga pengajar, kurikulum, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Sebagai lembaga pendidikan formal sekolah tentu memiliki sistem belajar yang sudah terprogram. Sistem belajar yang terlaksana dengan baik dan dilakukan secara sungguh-sungguh tentu akan berdampak besar bagi kemajuan prestasi belajar siswa tuna daksa (Ahira, 2008). c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar
siswa.
Pengaruh
itu
terjadi
karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat yang meliputi, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media. teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Ahira, 2008). Lingkungan masyarakat adalah lingkungan lain setelah keluarga yang banyak mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan mengajarkan mereka banyak hal terutama kemampuan dalam berinteraksi dengan
orang
lain
(mengasah kecerdasan
interpersonal).
Lingkungan masyarakat mempengaruhi prestasi belajar anak tuna daksa melalui proses interaksinya dengan teman-teman sebaya dan sepermainan. Ketika di lingkungan masyarakat ia berkumpul dengan anak-anak yang suka belajar, maka ia akan ikut terpengaruh untuk belajar. Demikian pula sebaliknya (Somantri, 2007). Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu berasal dari faktor intern dan ekstern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
3. Tinjauan Tentang Matematika a. Pengertian Matematika Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir) (Wikipedia,2009). Jadi berdasarkan etimologis, perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang bernalar” (Suherman, 2003:16). Menurut Abdurrahman, “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memecahkan masalah”(2003: 254). Berdasarkan pendapat atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu terstruktur dan terorganisasikan yang mempelajari tentang sifat, hubungan dan operasi dari suatu bilangan, ukuran, bentuk dalam berbagai dimensi dan ruang.
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna Daksa Matematika, memiliki fungsi dalam pembelajaran yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Fungsi pembelajaran matematika menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2003) adalah sebagai berikut : Sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki obyek dasar berlandaskan kebenaran konsisten dalam system proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari tujuan dan fungsi matematika tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Matematika sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar karena dipandang sebagai alat bantu yang dapat digunakan diberbagai bidang ilmu dan kehidupan, sehingga diharapkan siswa SD siap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
menghadapi keadaan dalam kehidupan sehari-hari, bekal untuk mengikuti pendidikan di SLTP. 2) Untuk melatih siswa kearah pola pikir logis, rasional, cermat, obyektif, kreatif, dan aktif, sehingga diharapkan siswa SD dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupannya sehari-hari secara tepat dan cermat. Tujuan pembelajaran matematika untuk anak tuna daksa yang tercantum dalam BSNP (2006) adalah sebagai berikut: 1) Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tujuan pembelajaran matematika adalah membantu ketajaman berpikir anak secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna Daksa Matematika, memiliki rung lingkup yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Ruang lingkup materi atau bahan pelajaran matematika di sekolah dasar menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003:) adalah : 1) Aritmatika 2) Pengantar aljabar 3) Geometri 4) Pengukuran 5) Kajian data dan pengantar statistik Sedangkan Abdurrahman menyatakan bahwa “bidang studi matematika yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu “1) Aritmatika (berhitung), 2) Aljabar, dan 3) Geometri”(2003 : 218). Ruang lingkup Mata pelajaran matematika yang tercantum pada BSNP (2006) Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) meliputi aspekaspek sebagai berikut: 1) Bilangan 2) Geometri dan Pengukuran 3) Pengolahan Data Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup matematika bagi anak tuna daksa adalah berupa bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
d. Prestasi Belajar Matematika Anak Tuna daksa Prestasi belajar khususnya matematika pada anak tuna daksa dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang dimilikinya. Menurut Magne “Studied mathematics achievement in children who have physical impairments of mathematics
Strongly and
influenced by social conditions, the Mathematics
achievement. It is
by various factors that influence both inside and outside
ability
influenced of your
self physically impaired children”(2003: 134). Yang berarti pencapaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
prestasi belajar matematika pada anak yang mengalami gangguan fisik sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, kemampuan matematika dan prestasi matematika. Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi baik dalam maupun luar dari diri anak gangguan fisik. Berdasarkan kenyataan ketika PPL, proses pembelajaran anak tunadaksa di SLB D YPAC Surakarta juga sering mengalami gangguan pada konsentrasi yang menyebabkan prestasi belajar matematikanya kurang memuaskan, hal ini dikarenakan proses belajar yang kurang menarik bagi anak, padahal menurut Winkle “ada lima jenis belajar yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, sikap”(2009: 111). Sehingga dalam proses belajar harus terdapat lima komponen jenis belajar diatas dalam penerapannya, dan prestasi belajar anak dapat meningkat melalui pengetahuannya. Muhammad menyatakan bahwa “prestasi belajar anak tuna daksa disebabkan karena ketidakmampuan anak untuk menyatakan kebutuhan, keinginan, dan perasaannya yang selanjutnya dapat menghambat proses pembelajarannya”(2008:122). Proses pembelajaran matematika di SLB D YPAC Surakarta pada umumnya berjalan dengan lancar. Namun, Hasil belajar pada mata pelajaran matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM yaitu berkisar 60 sampai 65 saja. Permasalahannya adalah proses penerapan konsep itu sendiri kepada anak tuna daksa dan proses pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari (Suharta, 2001). Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana di kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu pengaplikasian konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi belajar siswa yang rendah dan media yang kurang menarik bagi siswa. Maka dari itu peneliti menggunakan media berupa animasi flash dalam pembelajaran matematika, sehingga prestasi belajar anak tuna daksa dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4. Tinjauan Tentang Media pembelajaran a. Pengertian Media pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Sadiman, dkk 2007: 6). Menurut Susilana dan Riyana “media pembelajaran adalah wadah dari pesan dan materi dalam pesan pembelajaran serta tujuan yang ingin disampaikan dalam pesan pembelajaran”(2009:7). Sedangkan menurut Arsyad (2003), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan
pendapat
diatas
disimpulkan
bahwa
media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa proses interaksi, komunikasi, dan pengetahuan antara guru (atau pembuat media) dengan peserta didik.
b. Fungsi Media pembelajaran Untuk Anak Tuna Daksa Penggunaan media pembelajaran itu sendiri tentunya memiliki beberapa fungsi yang berdampak positif dalam proses belajar mengajar. Beberapa fungsi media pembelajaran menurut Sudrajat (2008) yaitu: 1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik khususnya anak tuna daksa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyek yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual(Susilana dan Riyana, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik khususnya anak tuna daksa tentang suatu obyek, yang disebabkan karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2010). 3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa tuna daksa dimanapun berada (Ahira, 2008). 4) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan (Fathurrohman dan Sutikno, 2010). 5) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif antara siswa dengan guru , sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah” (Susilana dan Riyana, 2009). 6) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin (Anitah, 2008). Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media siswa akan lebih mudah memahami pelajaran (Fathurrohman dan Sutikno, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
7) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh (Fathurrohman dan Sutikno, 2010). Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik (Winkel, 2009) . 8) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa khususnya tuna daksa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru (Susilana dan Riyana, 2009). Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah (Winkel, 2009) . 9) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan (Winkel, 2009) . 10) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain (Susilana dan Riyana, 2009) Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran pada umumnya adalah Menarik perhatian siswa, membantu siswa untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran,
pembelajaran
lebih
komunikatif
dan
produktif,
menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa, dan serta mengubah peran guru kearah yang lebih posistif dan produktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
c. Pengertian Animasi Flash Animasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda-beda. Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu. Dengan kata lain, Animasi adalah paparan visual yang berbentuk dinamik. Menikmati animasi adalah menikmati gambar bergerak, bercerita dan bersuara”(2009:53). Sedangkan, pengertian animasi flash menurut Fernandes animasi definisikan sebagai berikut : “Animation is the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve the illusion of continues motion”(2002:13). Yang artinya kurang lebih adalah “Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.” Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan. Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa animasi flash adalah sebuah paparan serangkaian gambar statis yang dapat berupa gambar bergerak, cerita, maupun suara.
d. Kelebihan Animasi Flash Untuk Anak Tuna Daksa Masing-masing media, tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaanya. Menurut Fernandes (2002) kelebihan media animasi flash adalah sebagai berikut : 1) Dapat memvisualisasikan ide-ide yang sulit diwujudkan. Dengan media animasi ini, bahan materi ajar berupa teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup dapar dikombinasikan dalam satu sistem sehingga mudah diterapkan pada anak tuna daksa (Anitah, 2008) 2) Menarik Perhatian dengan adanya pergerakan dan suara yang selaras.
Jadi
media
animasi
commit to user
melatih
multisensory
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
menggabungkan antara suara dan gambar bersama teks ke otak untuk siswa salah satunya anak tuna daksa (Anitah, 2008) 3) Mempermudah penggambaran dari suatu materi kepada siswa. Suatu materi, dapat melampaui batasan ruang kelas. Sehingga media ini memiliki kelebihan untuk menyajikan materi dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual dalam bentuk animasi (Susilana dan Riyana, 2009). 4) Menarik perhatian. Media animasi flash sangat menarik perhatian dan minat anak pada umumnya dan anak tuna daksa karena suatu materi ajar yang dikemas dalam bentuk audio visual dalam bentuk animasi (Anitah, 2008). 5) Membuat suasana tidak kaku sehingga berjalan secara interaktif. Pada proses penerapan media harus melibatkan kontak antara penyaji atau guru dengan pembelajar atau siswa, sehingga terjadi kontak pembelajaran yang timbal balik antara penyaji dengan pembelajar begitu pula sebaliknya (Anitah, 2008) Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan animasi dalam proses pembelajaran untuk anak tuna daksa adalah mempermudah penggambaran suatu materi, menarik perhatian peserta didik dan membuat suasana pembelajaran menjadi interaktif.
e. Media Animasi Flash dalam Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna Daksa Dalam kegiatan pembelajaran anak tuna daksa, terdapat karakteristik-karakteristik yang menyebabkan terganggunya proses belajar mengejar pada anak tuna daksa. Fakta dilapangan membuktikan bahwa dalam proses pembelajaran, anak tuna daksa sering mengalami gangguan konsentrasi dalam kelas. Pada saat program pengalaman lapangan di kelas III D ini, saya mencoba menggunakan media animasi flash pada pelajaran IPA tentang lingkungan pada anak. Hal ini cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
menarik minat dan motivasi anak dan proses pembelajaranpun berjalan interaktif dan tidak monoton. Animasi flash mempunyai kelebihan dalam membuat animasi, baik animasi interaktif maupun non interaktif. Program animasi flash ini sangat bermanfaat bagi para seniman design untuk menuangkan ideidenya ke dalam sebuah animasi gerak yang visual. Menurut Sutopo (2003) jika menggunakan bersama-sama elemen multimedia seperti gambar dan animasi yang dilengkapi dengan suara, video clip, dan informasi dalam bentuk teks, maka akan dapat memberikan makna yang jelas kepada orang yang memerlukannya. Multimedia interaktif dapat membawa perubahan radikal dalam proses pembelajaran, yaitu dari model pembelajaran siswa aktif. Dalam proses pembelajaran matematika, media animasi flash ini mempunyai kelebihan khusus. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa aplikasi flash dalam pembelajaran
matematika
ini
dapat
dijadikan
sarana
untuk
mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam proses belajar mengajar karena cukup interaktif dan menarik siswa. Sehingga melalui media Animasi flash ini diharapkan anak
lebih
memahami materi dan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
B. Kerangka Berfikir Dalam pembelajaran matematika perlu adanya pembelajaran yang menyenangkan. Bagi seorang anak, kebutuhan belajar biasanya didasari kemauan untuk memuaskan keingintahuannya dan didorong oleh faktor-faktor yang menyenangkan yang diajarinya. Penyampaian materi yang kurang tepat di dalam kelas dapat menimbulkan suatu permasalahan. Permasalahan itu salah satunya dapat disebabkan karena salah dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Agar pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan yang maksimal, maka dalam pemilihan dan penggunaan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemampuan serta karakteristik anak sehingga media pembelajaran yang digunakan dapat bermanfaat membantu anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Karakteristik
anak
perkembangan/intelektual,
tuna ganguan
daksa
yang
pendengaran,
mengalami gangguan
Kelainan penglihatan,
gangguan taktik dan kinestetik, gangguan pesepsi, gangguan emosi perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar anak tunadaksa, khususnya mata pelajaran matematika dapat meningkat. Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan di atas maka disusun kerangka berpikir dalam penelitian meningkatkan prestasi belajar matematika melalui media animasi flash pada anak tuna daksa yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Skema 2.1. Alur kerangka berfikir Guru belum Kondisi
menggunakan media
awal
animasi flash
Prestasi belajar matematika 2 siswa kurang dari KKM yaitu 60
Guru menggunakan Tindakan
media animasi flash
Prestasi belajar Matematika Kondisi
siswa meningkat dengan nilai
akhir
diatas KKM atau lebih dari 60
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, maka
hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut “pembelajaran yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian Waktu penelitian diambil pada akhir bulan april semester II tahun ajaran 2011/2012. Faktor yang menjadi pertimbangan penulis melakukan penelitian di tempat ini adalah karena penulis pernah melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah ini dan terdapat masalah yang belum ditangani, yaitu guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pengajaran. Tabel 3.1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian Bulan Januari Februari Maret April Kegiatan 2012 2012 2012 2012 Penelitian Minggu Minggu Minggu Minggu Ke Ke Ke Ke
Mei 2012
Juni 2012
Minggu Ke
Minggu Ke
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Perizinan Pengumpulan data: a. Pengambilan data Pengolahan data Analisis data Penyusunan Laporan Ujian dan Revisi B. Tempat Penelitian Lokasi yang akan digunakan untuk penelitian adalah di SLB D YPAC Surakarta yang beralamat di jalan Slamet Riyadi No.364 Surakarta.
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
C. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah 5 siswa kelas III D YPAC Surakarta semester genap Tahun Ajaran 2011/2012, yang berjumlah 5 siswa yang terdiri 3 laki-laki dan 2 perempuan. Masing-masing siswa memiliki kelemahan dalam konsentrasi sehingga seringkali kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang tertuang di dalam kurikulum pembelajaran. Berikut ini daftar siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012. Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian
1.
Inisial Nama Siswa K.M
2.
No
5.
Jenis kelamin
TTL
Jenis Hambatan
P
Surakarta, 16 Juni 2001
C.P spastik
A.S
L
Surakarta, 04 Maret 1997
C.P spastik
3.
M.I
L
Brebes, 30 Juni 2000
Polio
4.
R.B
L
Surakarta, 9 September 2002
Polio
Y.B
P
Surakarta, 07 Januari 2002
Polio
D. Pendekatan penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2007) pengertian PTK, yaitu: 1. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalm penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas merupakan sekelompok peserta didik yang sama dan menerima pelajaran yang sama dari seorang guru (hlm.15). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang terdiri atas masalah, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam satu tindakan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap masalah yang belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas cenderung dilakukan lebih dari satu kali. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahapan,
yaitu
perencanaan
(planning),
pelaksanaan
tindakan
(acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah itu dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Skema 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ? ? (Suharsimi Arikunto, 2007: 16) ? / E. Data dan Sumber Data /
1. Data
Data pada penelitian ini adalah hasil prestasi belajar matematika pada Kompetensi Dasar Pecahan Sederhana yang berupa hasil tes siswa dan hasil pengamatan/observasi aktivitas siswa di kelas. 2. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah Informan yaitu Guru kelas dan siswa kelas III D
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting karena data merupakan keterangan yang dipergunakan untuk membuktikan hipotesis. Data tersebut adalah data variabel penelitian sesuai dengan masalahnya. Teknik pengumpulan data tersebut adalah teknik dokumen, tes dan observasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Teknik Dokumen
a. Pengertian Dokumen Menurut Arikunto, teknik dokumen yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya” (2007: 132). Jadi, teknik dokumen menggunakan
adalah
dokumen-
metode
dokumen
penelitian
sebagai
bahan
ilmiah
yang
acuan
untuk
kepentingan penelitian. b. Jenis Teknik Dokumen Menurut Soehartono (2004), jenis teknik dokumen ada 2 yaitu : 1) Dokumen Primer Dokumen yang berasal dari sumber primer yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalkan : autobiografi. 2) Dokumen Sekunder Dokumen yang berasal dari sumber sekunder yang dilaporkan/ditulis oleh orang lain. Bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Dalam penelitian
ini,
dokumen
yang
digunakan
adalah nilai
harian siswa pada kompetensi dasar pecahan sederhana. 2. Teknik pengamatan/observasi a.
Pengertian pengamatan/observasi Sukmadinata
(2009)
menyatakan
bahwa
“Observasi
atau
pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
dan
mencatat
secara
commit to user
langsung
perilaku-perilaku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
siswa”(hlm.219). Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk proses refleksi dalam penelitian tindakan kelas. b.
Macam-macam pengamatan/observasi Teknik pengamatan/observasi ada bermacam-macam. Ada tiga macam teknik observasi Menurut Sulystiorini (2009) yaitu: 1) Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. 2) Observasi sistematik adalah observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didata secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. 3) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi (hlm.85) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi
partisipan. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan aktivitas belajar mengajar guru dan siswa di kelas. Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan siswa merespon pelajaran dari guru dan mengerjakan tugas yang diberikan. Pengamatan dilakukan sebelum diberikan tindakan dan saat pembelajaran siklus I dan II berlangsung. Hasil dari pengamatan yang dilakukan dapat memberikan gambaran jelas tentang partisipasi dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran sehingga akan membantu peneliti untuk melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan kondisi kelas. 3. Teknik tes
a. Pengertian Tes Sudijono berpendapat bahwa “tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian” (2005: 66). Pendapat lain diungkapkan oleh Arikunto yang menyatakan bahwa “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (2006:53). b. Macam-macam Tes Menurut Sudijono (2005), penggolongan tes dilihat dari segi cara pengajuan pertanyaan dan cara memberi jawaban adalah sebagai berikut: 1) Tes tertulis yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga secara tertulis. 2) Tes lisan yaitu tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawaban secara lisan pula. 3) Tes perbuatan yaitu tes yang digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut(hlm. 75) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis dan tes lisan yang disesuaikan dengan indikator dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian perilaku. Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diadakan pembelajaran melalui media animasi flash. Langkahlangkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya dan mengolah data yang diperoleh. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu tes awal yang dilakukan sebelum pemberian tindakan dan tes akhir yang dilaksanakan setelah pemberian tindakan.
G. Validitas Data Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data. Teknik triangulasi yang digunakan berupa triangulasi sumber data yaitu menggunakan berbagai sumber data yaitu dokumen, hasil tes, dan hasil observasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
H. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisi data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik stastistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.
I. Indikator kerja Indikator kerja merupakan suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan peneliti sebagai tolak ukur keberhasilan peneliti. Sedangkan indikator pencapaian yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah keberhasilan hasil proses belajar mengajar yang ditandai adanya peningkatan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana adalah sebagai berikut : Pada siklus terakhir sekurang-kuranganya siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat mencapai: Tabel. 3.3. Indikator kerja No
Indikator
Ketercapaian
Keterangan
1
Ketuntasan belajar
4 dari 5 siswa
Dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 60 ke atas.
J. Prosedur Penelitian 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut : 1) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi pecahan sederhana 2) Menyiapkan media animasi flash. 3) Menyusun tes yang akan diberikan siswa pada siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
b. Tahap Pelaksanaan Adapun tindakan yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah menerapkan media animasi flash pada pelajaran matematika. Langkahlangkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Kegiatan awal (a) Guru membuka pelajaran. (b) Guru memberikan apersepsi. (c) Guru melakukan tanya jawab seputar pecahan sederhana. (d) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. 2) Inti Pembelajaran (a) Guru menjelaskan materi tentang pecahan sederhana. (b) Guru menampilkan animasi mengenai pecahan sederhana. (c) Guru memberikan lembar evaluasi siswa. (d) Guru menyuruh siswa mengerjakan lembar evaluasi kelompok siswa. (e) Guru bersama siswa membahas lembar evaluasi siswa. (f) Guru memberikan reward kepada siswa yang nilainya tinggi. (g) Guru melaksanakan tes siklus satu. 3) Kegiatan akhir (a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi. (b) Guru menutup pelajaran. c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi, yaitu : 1)
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2)
Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
3)
Hasil evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan bagaimana hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui berbagai hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan siklus II berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan. 2. Rancangan siklus II Siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I tetapi didahului perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh pada siklus I (tahap analisis dan refleksi) sehingga kelemahan atau kekurangan yang terjadi di siklus I tidak terulang di siklus II yakni penggunaan media animasi flash sesempurna mungkin untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. a. Tahap Perencanaan Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut: 1) Merancang RPP materi pecahan sederhana. 2) Menyiapkan media animasi flash. 3) Menyiapkan lebih banyak animasi flash 4) Menyiapkan lembar tes individu untuk siswa yang dituliskan dalam animasi flash b. Tahap Pelaksanaan Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika pada siklus II dengan media animasi flash dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal (a) Guru membuka pelajaran. (b) Guru melakukan tanya jawab seputar pecahan sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
(c) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. 2) Inti Pembelajaran (a) Guru menjelaskan materi tentang pecahan sederhana. (b) Guru menampilkan animasi flash. (c) Guru menyelipkan pertanyaan ditiap animasi agar siswa lebih memahami. (d) Guru menyuruh siswa mengerjakan lembar evaluasi siswa dengan media animasi flash. (e) Guru bersama siswa membahas lembar evaluasi siswa. (f) Guru memberikan reward kepada semua anak. (g) Guru melaksanakan tes siklus dua. 3) Kegiatan Akhir (a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi. (b) Guru menutup pelajaran. c. Tahap observasi Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi, yaitu : 1)
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2)
Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan pertanyaan.
3)
Pemanfaatan media atau alat peraga.
4)
Hasil evaluasi.
d. Tahap refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus II. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan bagaimana hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
keberhasilan yang merupakan pemantapan dan perbaikan dari siklus I yang ditandai adanya keberhasilan memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Tindakan
Sekolah Luar Biasa YPAC Surakarta membagi kelas III Sekolah Dasar menjadi
dua kelas yaitu kelas III D dan kelas III D1/tuna daksa sedang.
Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada hambatan yang dialami oleh siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang berjumlah 5 siswa dan terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 April – 06 Mei 2012 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 - 13 Mei 2012. Sebelum melaksanakan siklus I peneliti mengadakan observasi awal pada tanggal 14 November 2011 dan tes awal pada tanggal 31 April 2012 untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Dari observasi ini peneliti menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran matematika di kelas III D khususnya pada materi pecahan sederhana. Hasil belajar pada mata pelajaran matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM yaitu berkisar 60 sampai 65 saja. Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana di kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu pengaplikasian konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi belajar siswa yang rendah dan media yang kurang menarik bagi siswa. Maka dari itu peneliti menggunakan media berupa animasi flash dalam pembelajaran matematika, sehingga prestasi belajar anak tuna daksa dapat meningkat. Pada kondisi tes awal, siswa masih menemui kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tiga (3) siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 setelah diadakan tes awal. Berdasarkan hasil tes awal kelas III D SLB YPAC Surakarta dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 4.1. Nilai Tes Awal No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama siswa (inisial) K.M A.S M.I R.B Y.B
KKM
Tes awal
Keterangan
60 60 60 60 60
30 50 70 70 20
Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas
Keterangan : Soal pada Tes Awal berjumlah 10 soal. Dengan standar nilai 100, maka setiap nomor betul diberikan nilai 10, dan jika salah diberikan nilai 0.
Prestasi belajar tes awal atau sebelum perlakuan pada siswa tuna daksa kelas III D SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut :
Kondisi Awal KKM
70 60 50 40 30 20 10 0
Kondisi Awal
K.M
A.S
M.I
R.B
Y.B
Grafik 4.1. Nilai Prestasi Belajar Pada Tes Awal Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari nilai yang diperoleh siswa saja, tetapi juga pengamatan terhadap sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi untuk mengamati sikap siswa dan kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri atas 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) evaluasi dan refleksi. 1. Siklus I Proses penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April – 06 Mei 2012, Pada siklus I ini peneliti sudah menggunakan media animasi flash dalam pembelajaran Matematika pada materi Mengenal Pecahan Sederhana. Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 03 Mei dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Adapun pelaksanaan dan hasil penelitian pada siklus I sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil observasi dan tes awal yang dilakukan, diketahui ada permasalahan yang menyebabkan tiga dari lima siswa belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, permasalahan tersebut adalah Prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah. Bertolak dari hasil analisis yang ada, peneliti menarik kesimpulan bahwa tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap pertama dari siklus I adalah tahap perencanaan tindakan. Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut : 1) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi pecahan sederhana dengan alokasi waktu 2 x 30 menit 2) Menyiapkan media animasi flash. 3) Menyusun tes yang akan diberikan siswa pada siklus I. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I pada hari Kamis tanggal 03 Mei 2012. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan animasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
flash pada saat pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan Mengenal Pecahan Sederhana. Adapun tindakan yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah menerapkan media animasi flash pada pelajaran matematika. Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan a) Berdoa b) Presensi c) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran d) Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi Guru bertanya kepada siswa “pernahkah kalian memotong roti? Jika kalian punya 1 roti dan ingin membaginya dengan Adik. Berapa bagian yang di dapat Adik? Selain roti benda apa yang bisa kalian potong/bagi?” (1) Mengenalkan
pecahan
sederhana
menggunakan
media
berbasis ICT dengan Macromedia Flash. (2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan sederhana melalui animasi. (3) Siswa mengidentifikasi berbagai macam contoh pecahan sederhana b) Elaborasi (1) Siswa
mereview
kembalai
materi
mengenal
pecahan
sederhana (2) Siswa membedakan 4 contoh pecahan sederhana (3) Siswa mengerjakan soal c) Konfirmasi (1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi. 3) Penutup a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar b) Guru memberi penguatan kepada siswa Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan a) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran b) Guru memberi motivasi belajar kepada siswa 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi (1) Siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu. “ Siapa yang pernah membagi semangka? Jika 1 buah semangka di bagi menjadi 4 bagian sama besarnya. Tiap belahan disebut satu perempat. Bagaimana cara membaca dan menulis lambangnya?”. (2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan sederhana melalui animasi (3) Siswa menjelaskan cara membaca dan menulis pecahan b) Elaborasi (1) Siswa memberikan contoh cara membaca dan menulis lambang bilangan pecahan (2) Siswa membedakan cara membaca dan menulis lambang pecahan (3) Siswa membaca dan menulis lambang pecahan berdasarkan soal yang diberikan melalui animasi. c) Konfirmasi (1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi. (3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 3) Penutup a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar b) Guru memberi penguatan kepada siswa c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan pada hari kamis tanggal 03 Mei 2012 ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi yaitu : keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Pada hasil pengamatan siklus I ini, ketertarikan siswa terhadap media animasi flash cukup bagus, namun pemahaman materi melalui penjelasan menggunakan media animasi flash masih kurang. Tiga dari lima siswa aktif bertanya kepada guru, namun dua siswa dalam kondisi pasif dah hanya mendengarkan penjelasan guru saja. d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan bagaimana hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui berbagai hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan siklus II berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan siklus I maka dapat dikatakan proses pembelajaran telah menunjukkan perubahan, baik pada kegiatan siswa maupun pada Prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit. Meskipun terjadi peningkatan dalam prestasi belajar siswa, akan tetapi masih terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain: a) Siswa masih malu-malu dan belum berani mengungkapkan pendapatnya. b) Siswa masih ragu-ragu dalam menjawab soal. c) Kondisi kelas yang berdekatan dan hanya bersekat triplek yang menyebabkan penayangan animasi flash kurang maksimal. d) Siswa kurang memperhatikan saat animasi flash ditayangkan. e) Saat melakukan pengerjaan soal, siswa belum dapat mandiri dan guru memberikan banyak bantuan kepada siswa. Berdasarkan analisis di atas, maka pada siklus berikutnya guru akan merancang tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi sebelumnya dan meningkatkan prestasi belajar siswa lebih maksimal lagi.
2. Siklus II Proses penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei sampai 13 mei 2012, Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012 dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Tidak jauh berbeda dengan siklus I pelaksanaan siklus II memiliki tahapan dan hasil penelitian sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil Dari hasil pengamatan dan kekurangan pada penerapan siklus I, maka peneliti memberikan solusi alternatif untuk lebih memaksimalkan penerapan media animasi flash dan menjelaskan materi pembelajaran secara pelan-pelan agar siswa dapat mengerti dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran. Tahap pertama dari siklus I adalah tahap perencanaan tindakan. Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut : 1) Menyiapkan media animasi flash semenarik mungkin. 2) Menggunakan alat bantu speaker sehingga suara pada animasi dapat ditangkap dengan jelas oleh siswa. 3) Memotivasi siswa agar percaya diri dan semangat pasti bisa dalam mengerjakan soal tanpa bantuan guru. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2012. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan animasi flash pada saat pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan Mengenal Pecahan Sederhana. Adapun tindakan yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah menerapkan media animasi flash pada pelajaran matematika. Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan a) Berdoa b) Presensi c) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran d) Menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi Guru bertanya kepada siswa “pernahkah kalian memotong roti? Jika kalian punya 1 roti dan ingin membaginya dengan Adik. Berapa bagian yang di dapat Adik? Selain roti benda apa yang bisa kalian potong/bagi?” (1) Mengenalkan pecahan sederhana menggunakan media berbasis ICT dengan Macromedia Flash.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
(2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan sederhana melalui animasi. (3) Siswa mengidentifikasi berbagai macam contoh pecahan sederhana b) Elaborasi (1) Siswa mereview kembalai materi mengenal pecahan sederhana (2) Siswa membedakan 4 contoh pecahan sederhana (3) Siswa mengerjakan soal c) Konfirmasi (1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru (2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi. 3) Penutup a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar b) Guru memberi penguatan kepada siswa Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan a) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran b) Guru memberi motivasi belajar kepada siswa 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi (1) Siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu. “ Siapa yang pernah membagi semangka? Jika 1 buah semangka di bagi menjadi 4 bagian sama besarnya. Tiap belahan disebut satu perempat. Bagaimana cara membaca dan menulis lambangnya?”. (2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan sederhana melalui animasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
(3) Siswa menjelaskan cara membaca dan menulis pecahan b) Elaborasi (1) Siswa memberikan contoh cara membaca dan menulis lambang bilangan pecahan (2) Siswa membedakan cara membaca dan menulis lambang pecahan (3) Siswa membaca dan menulis lambang pecahan berdasarkan soal yang diberikan melalui animasi. c) Konfirmasi (1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru (2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi. (3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 3) Penutup a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar b) Guru memberi penguatan kepada siswa c. Tahap Observasi Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan pada hari kamis tanggal 03 Mei 2012 ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi yaitu : keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Pada hasil pengamatan siklus II ini, ketertarikan siswa terhadap media animasi flash bagus, pemahaman materi melalui penjelasan menggunakan media animasi flash cukup bagus. Empat dari lima siswa sudah aktif bertanya kepada guru, dan masing-masing siswa sudah bisa mengerjakan soal tanpa bantuan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan penelitian pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditentukan. Siswa sudah mampu mengerjakan soal mengenai pecahan sederhana. Masalah-masalah yang ditemui sudah dapat teratasi walaupun masih terdapat kekurangan. Pada siklus II ini terjadi peningkatan nilai prestasi belajar individu maupun secara klasikal. Dari hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan media animasi flash yang dilakukan dalam tahapan siklus I dan siklus II diperoleh hasil peningkatan yang nyata, sehingga peneliti tidak lagi meneruskan tindakan dan menganggap penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditentukan. 3. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung, dapat diperoleh hasil penelitian pada
setiap siklus, sebagai
berikut: a. Siklus I Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada siklus I dapat ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama siswa (inisial) K.M A.S M.I R.B Y.B
KKM 60 60 60 60 60
commit to user
Siklus I
Keterangan
60 70 80 70 50
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Pada tes siklus I, dari lima orang siswa terdapat satu siswa yang kurang tuntas dan satu orang siswa hanya memenuhi standar KKM yaitu 60. Namun, prestasi belajar matematika anak telah mengalami peningkatan walaupun belum maksimal. Nilai Prestasi belajar matematika dapat digambarkan dalam grafik 4.2 berikut :
Siklus I 80
KKM
60 40
Siklus I
20 0 K.M
A.S
M.I
R.B
Y.B
Grafik 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I
b. Siklus II Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama siswa (inisial) K.M A.S M.I R.B Y.B
KKM
Siklus II
Keterangan
60 60 60 60 60
90 90 100 100 80
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Pada tes siklus II, dari lima orang siswa semuanya mendapatkan nilai yang diatas KKM yaitu 60. Prestasi belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 26%, dari rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
nilai kelas 66 menjadi 92. Nilai Prestasi belajar matematika dapat digambarkan dalam grafik 4.3 berikut :
Siklus II 100 80 60 40 20 0
KKM Siklus II
K.M
A.S
M.I
R.B
Y.B
Grafik 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
C. Pembahasan Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil siswa dalam pembelajaran matematika dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar matematika melalui media animasi flash. Peningkatan terlihat dari nilai hasil evaluasi prestasi belajar matematika siswa pada tes awal sebelum dilaksanakan tindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini tampak jelas pada tabel perbandingan nilai kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II . NO 1. 2. 3. 4. 5.
NAMA (inisial) K.M A.S M.I R.B Y.B
KKM 60 60 60 60 60
Tes Awal 30 50 70 70 20
commit to user
SIKLUS I 60 70 80 70 50
SIKLUS II 90 90 100 100 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada tes awal terdapat tiga siswa yang nilainya belum memenuhi KKM sehingga dinyatakan tidak tuntas. Pada siklus I setelah menggunakan media animasi flash, masih ada satu siswa yang nilai prestasi belajar matematikanya di bawah KKM jadi dinyatakan belum tuntas. Pada siklus II semua siswa berhasil mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Dalam setiap siklusnya terjadi peningkatan dan perubahan pada nilai setiap siswa. Data Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.4 yaitu grafik peningkatan Prestasi Belajar matematika Pada pakok bahasan mengenal pecahan sederhana siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada saat tes awal, siklus I, dan siklus II:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
KKM
Tes Awal Siklus I Siklus II K.M
A.S
M.I
R.B
Y.B
Grafik 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II . Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah terjadi peningkatan nilai Prestasi Belajar matematika baik individu maupun secara klasikal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media animasi flash terbukti dapat meningkatkan Prestasi Belajar matematika. Media animasi flash merupakan salah satu media yang cocok digunakan bagi anak tuna daksa. Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
waktu. Dengan kata lain, Animasi adalah paparan visual yang berbentuk dinamik. Menikmati
animasi
adalah
menikmati
gambar bergerak,
bercerita dan
bersuara”(2009:53). Jadi dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media animasi flash untuk kelas III D di SLB D YPAC surakarta ini dapat mempermudah penggambaran dari suatu materi kepada siswa, sehingga media ini memiliki kelebihan untuk menyajikan materi dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual dalam bentuk animasi (Susilana dan Riyana, 2009). Prestasi belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 26%. Ini disebabkan karena pembelajaran matematika yang menerapkan media animasi flash membuat siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat menghilangkan stress dalam lingkungan belajar serta meningkatkan proses belajar dan membangun kreativitas diri dikelas karena siswa tidak takut lagi untuk berpendapat. Keuntungan dari penerapan media animasi flash yang di paparkan di atas sesuai dengan pendapat Anitah (2008) yang menyatakan bahwa media animasi dapat menarik perhatian dengan adanya pergerakan dan suara yang selaras. Jadi media animasi melatih multisensory yang menggabungkan antara suara dan gambar bersama teks ke otak untuk siswa. Media animasi flash juga membuat suasana tidak kaku sehingga berjalan secara interaktif, hal ini terbukti dengan aktifnya kondisi tanya jawab antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pada proses penerapan media harus melibatkan kontak antara penyaji atau guru dengan pembelajar atau siswa, sehingga terjadi kontak pembelajaran yang timbal balik antara guru dengan siswa begitu pula sebaliknya (Anitah, 2008). Hasil penelitian dengan menggunakan media animasi flash ini sesuai hasil penelitian Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa “aplikasi flash dalam pembelajaran matematika
dapat dijadikan sarana untuk mempermudah guru
dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam proses belajar mengajar karena cukup interaktif dan menarik siswa serta meningkatkan prestasi belajar matematika anak”. Hal ini terbukti dengan terkontrolnya konsentrasi dan fokus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
siswa pada materi saat pembelajaran berlangsung dan meningkatnya prestasi belajar matematika pada anak tuna daksa kelas III D di SLB D YPAC Surakarta. Selain prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan, kualitas siswa ketika belajar pun juga meningkat. Siswa menjadi berani untuk berpendapat atau bertanya, berani untuk menjawab, dan adanya umpan balik (feedback) antara peneliti dengan siswa. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Winkel yang mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”(2009:121). Jadi dengan adanya pembelajaran yang menggunakan media animasi flash ini, membuat siswa merasa senang dan membuat prestasi belajar matematika siswa menjadi meningkat. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut guru dikatakan berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna daksa pada kelas III D di SLB D YPAC Surakarta dengan menggunakan media animasi flash dalam pembelajaran matematika pokok bahasan mengenal pecahan sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : media animasi flash dapat digunakan oleh guru sebagai media alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana serta kemampuan hitung siswa dalam materi pecahan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa a. Siswa yang prestasi belajarnya telah optimal dapat menggunakan media animasi flash agar prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana dapat dipertahankan. b. Bagi siswa yang prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana belum optimal tetapi sudah memenuhi KKM, diharapkan bisa mengintensifkan penggunaan media animasi flash dalam kegiatan belajarnya agar diperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
2. Bagi guru Media animasi flash ini diharapkan menjadi media alternatif bagi guru dalam proses pembelajaran matematika khususnya materi pecahan sederhana pada anak tuna daksa.
3. Bagi sekolah a. Pihak sekolah (dalam hal ini Kepala Sekolah) hendaknya dapat mensosialisasikan media animasi flash kepada guru-guru di SLB D YPAC Surakarta sebagai salah satu media yang dapat menunjang proses pembelajaran matematika di dalam kelas sehingga prestasi belajar siswa meningkat. b. Pihak
sekolah
sebaiknya
menyediakan
berbagai
macam
pembelajaran salah satunya adalah media animasi flash ini.
commit to user
media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Abdurrachman, M. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Ahira, A. (2008a). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Diakses 20 maret 2012. http://www.anneahira.com/faktor-faktor-yangmempengaruhi-prestasi-belajar-siswa.htm. Ahira, A. (2008b). Fungsi Media Pembelajaran bagi Peserta Didik. Diakses tanggal 1 April 2012. http://www.anneahira.com/fungsi-mediapembelajaran-bagi-peserta-didik.htm. Anitah, S. (2008). Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, A. (2003). Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Astati. (2009). Pengantar pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPTA. Departemen pendidikan dan kebudayaan. (2003). Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : PT. Balai Pustaka. Departemen pendidikan dan kebudayaan. (2006). Badan Standar Nasional Pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa. Jakarta : PT. Balai Pustaka Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Fahmi, A. (2003). Prestasi Belajar yang Rendah Ditinjau dari Intelegensi dan Atribusi: Studi Kasus Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Fenomena: Vol. 1 No. 2 September 2003. Fathurrohman, P., & Sutikno, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar.bandung.PT Refika Aditama Fernandez, I. (2002). Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creative Guide.California : Hill Osborn Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Heward, W.L., & Orlansky,M.D. (1988). Exceptional children. Columbus : meriil publishing company.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Magne, O. (2003). Literature on Special Educational Needs in Mathematics: A bibliography with some comments. (4th Ed.) (Educational and Psychological Interactions, 124). Malmö, Sweden: School of Education. Muhammad, J.K.A. (2008). Special Education For Special Childreen. Jakarta: PT. Mizan Publika. Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Muslim, A.T & Sugiarmin,M. (2007). Ortopedi dalam pendidikan Anak tuna Daksa. Jakarta : Depdikbud. Sadiman, A.S., dkk. (2007). Media Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Saputro, J.H. (2010). Aplikasi Flash untuk visualisasi pembelajaran matematika menggunakan bahasa inggris berbasis multimedia untuk sekolah dasar kelas 6. Diakses tanggal 12 januari 2012. Http://www.mercubuana.ac.id Sherman, B.F., & Wither, D.P. (1998). Mathematics Anxiety and Mathematics Achievement. Mathematics Education Research Journal. Tahun 2003, Vol. 15, No. 2, 138-150. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Smith, D.D. (2006). Introduction to Special Education: Making a Difference. Washington DC. Soehartono, I. (2004). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja. Grafindo Persada Sudrajat, A. (2008). Konsep media pembelajaran. Diakses tanggal 21 maret 2012. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-mediapembelajaran/ Suharta, I.G.P. (2001).Profil pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar.Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. Suherman, E., Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Press.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung : Remaja Rosda Karya. Sukmadinata, N.S. (2007). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, N.S. (2009). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sulystiorini. (2009). Evaluasi Pendidikan. Jakarta :TERAS Susilana, R., & Riyana, C. (2009). Media pembelajaran. Bandung : Cv wacana prima Sutjiono, T.W.A. (2005). Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005. Sutopo, A.H. (2003). Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha ilmu. Tirtonegoro, S. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara. Wikipedia. (2009). Pengertian Matematika. http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika
Diakses
20
maret
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
commit to user
2012.