perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI GERAK BENDA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA TUNA RUNGU KELAS I SEMESTER II DI SDLB NEGERI SLAWI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Disusun Oleh : Sri Lestari NIM : X5209016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI GERAK BENDA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA TUNA RUNGU KELAS I SEMESTER II DI SDLB NEGERI SLAWI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Kependidikan
Oleh : Sri Lestari X5209016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Subagya, M.Si. NIP.19601001 198303 1 012
Sugini, S.Pd, M.Pd. NIP. 19790923 200501 2 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Jum’at Tanggal
: 8 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi: Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Gunarhadi, MA. Ph.D.
.........................................
Sekretaris
: Dewi Sri Rejeki, S.Pd.M.Pd.
........................................
Anggota I
: Drs. Subagya, M.Si.
........................................
Anggota II
: Sugini, S.Pd, M.Pd.
........................................
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sri Lestari. Peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual pada siswa tunarungu kelas I semester II di SDLB Negeri Slawi tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret, Juli 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media audio visual terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi gerak benda pada siswa tunarungu kelas I semester II di SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek Penelitian ini adalah seluruh siswa tunarungu kelas I semester II SDLB negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak tujuh siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, artinya peristiwa kejadian yang timbul dibandingkan kemudian didiskripsikan kedalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai hasil belajar IPA. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data dari pelaksanaan tindakan kelas dapat dijelaskan bahwa nilai awal IPA rata-rata kelas 52,85 %. Siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih hanya 2 siswa dengan tingkat ketuntasan klasikal 28,57 % Pada siklus I nilai rata-rata kelas 60,00, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas terdapat 4 siswa dengan tingkat ketuntasan 57,14 % dan tinggal 3 siswa yang belum tuntas. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 77,14 seluruh siswa mendapat nilai 60,00 keatas yang diasumsikan secara klasikal telah tuntas belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda pada siswa tunarungu kelas I semester II SDLB Negeri Slawi tahun 2010/2011.
Kata kunci: Tuna Rungu, Audio Visual
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sri Lestari. Improved learning outcomes in the science materials of motion objects through audio visual media on deaf students' second semester of the first grade of SDLB Negeri Slawi Lesson Year 2010/2011. Thesis, Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education of Sebelas Maret State University, July 2011. This research aims to find out the improvement of learning outcomes in the science materials of motion objects through audio visual media on deaf students' second semester in the class I SDLB Negeri Slawi lesson year 2010/2011. The research approach method used Classroom Action Research (PTK). The subject of this research are all deaf students the second semester of class I land SDLB Slawi lesson year 2010/2011 as many as seven students. Data analysis technique used is a comparative analysis, meaning that some events are compared and then described into a form of assessment data in the form of the value of learning science. The percentage is described into the tendency of teacher’s treatments, teacher’s treatments reactions and students’ learning outcomes. Based on the processed data results from the implementation of the class action can be explained that the early average value of science is 52.85%. Students who was scored 60 or more only 2 students with the classical completeness level is 28.57%. In the First Treatment (Siklus I) the class average value is 60.00 , students who got score 60 and over, there are 4 with the completeness level is 57 , 14% and only 3 students who are not complete. In the Second Treatment (Siklus II), the class average value is 77.14, the whole students scored 60.00 and over that assumed classically has completed. Based on the above description can be concluded that through audio visual media can improve learning outcomes in the science materials at the motion objects on deaf students' second semester of the first grade of SDLB Negeri Slawi lesson year 2010/2011 Key words: deaf, audio-visual
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Kebenaran hanya cantik, bila bersanding dengan kerendahan hati. Kebaikan hanya manis, jika dibersamai ketulusan jiwa. (Salim A Fillah). 2. Tiap penghalang di jalan kehidupan tertakdir ada untuk satu alasan sederhana yaitu mengetahui sebesar apa tekad kita untuk melampauinya. (Salim A Fillah)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skrispsi ini kupersembahkan kepada: -
Suami tercinta
-
Anak-anak tersayang
-
Rekan-rekan PLB FKIP UNS
-
Rekan-rekan guru di SDLB Negeri Slawi
-
Almamater
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tindakn kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr.Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 2. Drs. R.Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 3. Drs. Gunarhadi, MA. Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 4. Drs. Subagya, M.Si. Selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Sugini, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Eri Mulyani, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDLB Negeri Slawi yang telah memberikan ijin penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penyusunan skrispsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga kebaikan Bapak dan Ibu mendapat balasan dari Allah Subhanahuwata’ala, dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skrispsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... PERSETUJUAN............................................................................................. PENGESAHAN .............................................................................................. ABSTRAK ...................................................................................................... MOTTO .......................................................................................................... PERSEMBAHAN........................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv vi vii viii x xi xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Perumusan Masalah.............................................................................. C. Tujuan Penelitian.................................................................................. D. Manfaat Penelitian................................................................................
1 2 3 3
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 1. Anak tunarungu ............................................................................. 2. Tinjauan Pembelajaran IPA ....................................................... 3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................... 4. Media Pembelajaran IPA .............................................................. B. Kerangka Berfikir ................................................................................. C. Perumusan Hipotesis Tindakan ............................................................
4 4 13 19 22 26 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ................................................................................ B. Subjek Penelitian ................................................................................. C. Data dan Sumber Data.......................................................................... 1. Macam Data .................................................................................. 2. Sumber Data .................................................................................. A. Data Primer ............................................................................ B. Data Sekunder ........................................................................ commit to user D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
28 28 28 28 29 29 29 30
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tes Hasil........................................................................................ a. Pengertian Tes .......................................................................... b. Macam-macam Tes .................................................................. c. Tes yang digunakan .................................................................. 2. Pengamatan/Observasi .................................................................. 3. Dokumentasi ................................................................................. 4. Kajian Dokumen ........................................................................... Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... Validitas Data ...................................................................................... Analisis Data ....................................................................................... Prosedur Penelitian .............................................................................. 1. Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planning) .................... 2. Tahap 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................... 3. Tahap 3: Pengamatan (Observing) ................................................ 4. Tahap 4: Refleksi (Reflecting) ...................................................... Indikator Kinerja ................................................................................. Prosedur Penelitian .............................................................................. Jadwal Pelaksanaan .............................................................................
30 30 30 31 31 32 32 32 33 34 34 35 35 36 36 36 37 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................
40 50
BAB V A. B. C.
55 50 56
E. F. G. H.
I. J. K.
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................ Implikasi ............................................................................................ Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 Standar kompetensi materi pelajaran IPA anak tunarungu kelas 1 SDLB semester 2 .................................................................
16
Tabel 2 Elemen multimedia .........................................................................
24
Tabel 3 Indikator keberhasilan pembelajaran ...............................................
36
Tabel 4 Prosedur penelitian ...........................................................................
37
Tabel 5 Jadwal pelaksanaan PTK .................................................................
38
Tabel 6 Jadwal pelaksanaan .........................................................................
39
Tabel 7 Hasil belajar IPA dengan materi Gerak Benda siswa tunarungu kelas 1 SDLB Negeri Slawi pada kondisi awal ..............................
41
Tabel 8 Hasil belajar IPA dengan materi Gerak Benda siswa tunarungu kelas 1 SDLB Negeri Slawi pada siklus 1 ......................................
45
Tabel 9 Hasil belajar IPA dengan materi Gerak Benda siswa tunarungu kelas 1 SDLB Negeri Slawi pada kondisi awal ..............................
49
Tabel 10 Hasil belajar IPA dengan materi Gerak Benda setiap siklus melalui media audio visual ...........................................................................
51
Tabel 11 Peningkatan nilai rata-rata prestasi IPA pada materi Gerak Benda pada setiap siklus ..................................................................
commit to user
xii
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Kerangka berfikir .........................................................................
26
Gambar 2
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas .............................................
34
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1 Peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda setiap siswa melalui media audio visual................................................... Grafik 2
51
Peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda setiap Siklus..............................................................................................
commit to user
xiv
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Jadwal kegiatan penelitian .........................................................
58
Lampiran 2 Daftar nama siswa kelas 1 B SDLB Negeri Slawi Tahun pelajaran 2010/2011 sebagai sample penelitian..............
59
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SDLB Tunarungu Siklus 1
60
Lampiran 4 Materi Ajar .................................................................................
66
Lampiran 5 Soal Tes mata Pelajaran IPA kelas 1 B SDLB Negeri Slawi Siklus 1.......................................................................................
67
Lampiran 6 Kunci Jawaban ...........................................................................
69
Lampiran 7 Penilaian Kognitif ......................................................................
70
Lampiran 8 Penilaian Psikomotor .................................................................
71
Lampiran 9 Penilaian Afektif/Observasi .......................................................
72
Lampiran 10 Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus 1 ...............
73
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SDLB tunarunggu Siklus 2
74
Lampiran 12 Materi ajar ..................................................................................
80
Lampiran 13 Soal tes mata pelajaran IPA kelas 1 B SDLB Negeri Slawi Siklus 2.......................................................................................
81
Lampiran 14 Kunci jawaban............................................................................
83
Lampiran 15 Penilaian kognitif .......................................................................
84
Lampiran 16 Penilaian Psikomotor .................................................................
85
Lampiran 17 Penilaian Afektif/Observasi .......................................................
86
Lampiran 18 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran siklus 2 .............
87
Lampiran 19 Hasil belajar IPA siswa kelas 1 B SDLB Negeri Slawi (Pre-Test) ...................................................................................
88
Lampiran 20 Hasil belajar IPA siswa kelas 1 B SDLB Negeri Slawi (Siklus 1) ....................................................................................
89
Lampiran 21 Hasil belajar IPA siswa kelas 1 B SDLB Negeri Slawi (Siklus 2) .................................................................................... commit to user
xv
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22 Hasil belajar IPA siswa kelas 1 B SDLB Negeri Slawi .............
91
Lampiran 23 Foto-foto Pelaksanaan PTK .......................................................
92
Lampiran 24 Perijinan Penelitian ....................................................................
94
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Alat indra yang dimiliki oleh manusia mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Alat Indra yang berkaitan dengan anak tuna rungu adalah telinga yang berfungsi sebagai alat pendengar.
Ketidakmampuan
mendengar ini akan menimbulkan berbagai masalah terutama dalam memahami fenomena alam dilingkungan sekitar. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa : “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial” (UU Sisdiknas, 2003:21). Undang-undang tersebut menunjukkan bahwa anak yang berkelainan mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan pendidikan, termasuk anak Tuna Rungu. Menurut Sutjihati S. (1996:77) pada umumnya intelegensi anak tuna rungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa dan keterbatasan
informasi
dan
kiranya
daya
abstraksi
anak.
Akibat
kekurangannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Perkembangan
intelegeni anak tunarungu secara fungsional
juga
terhambat. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam sangat perlu bagi siswa1 sekolah dasar luar biasa tuna rungu. Menurut Permendiknas 22 (2006:113) khususnya mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar SDLB – B. Mata pelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktor-faktor, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan pendidikan IPA diharapkan dapat commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta proses pelaksanaan pengembangan lebih lanjut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil belajar di kelas satu SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah 5 dari 7 siswa yang mendapat nilai 5 terdapat 5 anak atau sebanyak 71% dari jumlah siswa, berdasarkan nilai KKM semester II tahun pelajaran 2010/2011. Beberapa metode telah banyak digunakan diantaranya dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demontrasi, tetapi hasil belajar IPA masih kurang memuaskan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tuna rungu khususnya dalam belajar ilmu pengetahuan alam, diperlukan strategi belajar mengajar, media yang digunakan harus menarik, menyenangkan serta disesuaikan dengan kebutuhan karakteristik anak agar pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan lebih efektif dan efisien, sehingga memperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin mengangkat topik penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual pada siswa tuna rungu kelas I semester II di SDLB Negeri Slawi Tahun Pelajaran 2010-2011”. Media audio visual adalah alat bantu pandang dengar yang didesain sebagai bahan ajar. Media ini dirancang khususnya untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran IPA pada materi gerak benda. Media ini menghasilkan pembelajaran yang PAKEM yaitu Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Penulis berharap pembelajaran melalui media audio visual akan menjadi baik memudahkan siswa tuna rungu dalam menerima, memahami dan menerapkan hasil belajar dalam kegiatan sehari-hari.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka commitsebagai to user berikut : “Apakah penggunaan dapat dirumuskan permasalahan
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda pada siswa tunarungu kelas I semester II di SDLB Negeri Slawi Tahun Pelajaran 2010/2011?“
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media audio visual terhadap peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan materi gerak benda pada siswa tunarungu kelas I semester II di SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Siswa Dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta menumbuhkan suasana belajar yang aktif, kreatif menarik dan menyenangkan. 2. Guru a) Dapat mengembangkan proses pembelajaran secara penuh berbasic ICT. b) Mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran. c) Meningkatkan kwalitas kompetensi guru dalam mengajar. 3. Untuk Sekolah Meningkatkan kwalitas sekolah dalam hal penguasaan teknologi pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka 1. Anak tunarungu a.
Pengertian Anak Tuna Rungu Anak tunarungu adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indera pendengaran (Aqila, 2010). Anak tunarungu mengalami hambatan tidak hanya pada gangguan pendengaran saja, tetapi menyangkut pula kemampuan mereka berbicara. Kemampuan berbicara seseorang juga dipengaruhi seberapa sering dia mendengarkan pembicaraan. Anak tunarungu tidak bisa mendengarkan apapun sehingga dia sulit mengerti percakapan yang dibicarakan orang sehingga dia pun akan mengalami kesulitan di dalam bicara. Agar bisa terus berkomunikasi dengan orang lain, penderita tunarungu ini harus menggunakan bahasa isyarat. Sama seperti anak normal lainnya, anak tuna rungu juga memiliki kelebihan dan bakat yang bisa digali bisa membuat mereka sukses. Ketika berinteraksi dengan anak didik, ingatlah untuk fokus pada objek ketertarikannya. Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi anak tunarungu. Andreas
Dwidjosumarto
(1990:1)
mengemukakan
bahwa
“Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang commit to user 4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Tuna Rungu adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids)”. Mufti Salim (dikutip Sutjihati.S 1996) memberikan pendapat mengenai anak tunarungu, mengemukakan bahwa “Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan dan kehilangan kemampuan mendengar disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa”. Istilah
tunarungu
sendiri
menunjuk
pada
gangguan
fungsi
pendengaran dalam rentangan dan taraf ringan sampai gangguan berat dan dari masing-masing derajat gangguan pendengaran anak tunarungu memiliki konsekuensi tersendiri dalam masalah bahasa dan ucapannya. Pengertian menurut Murni Winarsih, (2005:2) istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tuarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu. Pengertian menurut Edja Sadjaah, {2005:69}
Anak tunarungu
adalah anak yang karena berbagai hal menjadikan
pendengarannya
mendapatkan gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat mengganggu aktivitas kehidupannya. Berdasarkan beberapa batasan di atas tentang pengertian anak tunarungu, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran, sehingga tidak commit to user dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan secara
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kompleks, dan baik dalam perkembangan bahasa, oleh karenanya secara pedagogis membutuhkan bimbingan dan pendidikan khusus dengan dibantu oleh metode pengajaran dan peralatan khusus.
b. Penyebab tuna rungu Menurut beberapa ahli tuna rungu dapat disebabkan oleh enam faktor. (1) keturunan; (2) penyakit bawaan dari pihak ibu; (3) komplikasi selama kehamilan dan kelahiran; (4) radang selaput otak (meningitis); (5) otitis media (radang pada telinga tengah); dan (6) penyakit anak berupa radang atau luka-luka. Penyebab ketunarunguan paling banyak adalah keturunan dari pihak ibu dan komplikasi selama kehamilan. Sedangkan menurut Aqila (2010:35), penyebab tuna rungu dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Faktor Internal (a) Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtua yang mengalami tunarungu; (b) Penyakit campak Jerman (Rubella) yang diderita ibu yang sedang mengandung; dan (c) Keracunan darah atau Toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung. 2) Faktor Eksternal (a) Anak mengalami infeksi saat dilahirkan. Misalnya, anak tertular herpes impleks yang menyerang alat kelamin ibu; (b) Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah; dan (c) Radang telinga bagian tengah (otitis media) pada anak. Radang ini mengeluarkan nanah, yang menggumpal dan mengganggu hantaran bunyi. Gangguan pendengaran memberikan pengaruh yang beragam commit user terhadap anak-anak, dari mulaitokurangnya pendengaran di salah satu
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telinga sampai tidak dapat mendengar sama sekali.
Akibat-akibat
gangguan pendengaran terhadap anak tergantung pada dua faktor penting: tingkat keparahan dan usia terjadinya. Dyer (2004:69) juga menyebutkan bahwa gangguan pendengaran dapat terjadi karena sebab-sebab yang berbeda pada usia-usia yang berbeda pula. Seorang anak dapat kehilangan pendengarannya karena sakit atau kecelakaan. Apabila seorang anak kehilangan pendengarannya setelah
dapat
berbicara,
hilangnya
pendengarannya
itu
kecil
kemungkinannya mempengaruhi kemampuan bicara dan bahasanya dibandingkan apabila ia terlahir dengan gangguan pendengaran. Makin dini gangguan pendengaran terdeteksi, makin cepat tindakan intervensi dapat dilakukan. Edja Sadjaah (2005) menyebutkan bahwa faktor penyebab anak menjadi tuli atau kurang pendengaran adalah faktor-faktor eksogen yaitu didapat dari luar diri anak/bayi dan erat kaitannya dengan saat terjadinya faktor penyebab tadi menyerang. Faktor eksogen ini perlu perhatian dan dipertimbangkan sebagai penyebab gangguan yaitu saat Prenatal. Contoh gangguan prenatal yaitu penyakit Morbili/campak Jerman yang menyerang ibu hamil.
Penyakit ini merusak jaringan kulit sampai
mengenai persyarafan disertai demam yang sangat tinggi dalam waktu lama, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Contoh lain yaitu: 1) Terjadinya perdarahan (Blooding) pada ibu hamil. 2) Terjadi kelahiran muda (Prematur) atau bayi lahir kurang waktu. Terdapat juga kepustakaan yang membagi kelainan / penyebab cacat pendengaran dilihat dari letak (lokasi) kelainannya. Didapat dua kelompok kelainan pendengaran, yaitu : 1) Kelainan yang terdapat pada daerah kondusi maka akan terjadi cacat/gangguan pendengaran konduktif. 2) Kelainan
terdapat
pada daerah persepsi, commit tosensori user neural. cacat/gangguan pendengaran
maka
didapatkan
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan dua kelompok ini pula para ahli kedokteran menganalisis penyebab yang lebih rinci dan spesifik lagi. Menurut Surimah Suratman dkk (1989:2), membagi penyebab tuna rungu sebagai berikut : 1) Gangguan yang didapat selama pertumbuhan/Develo Defects a) Gangguan pendengaran yang sifatnya sensori neural yang heriditer Anak menderita gangguan pendengaran sensori neural deafness,
yang
terkena
adalah
perangkat
persyarafan
pendengaran yang sifatnya dominan herediter atau sebagai pembawa sifat (ressesive). b) Gangguan
pendengaran
Heriditer
deafness,
Predominan
conductive. c) Gangguan pendengaran berat yang terjadi prenatal infulences, oleh karena: (1) Ibunya menderita penyakit Rubella pada waktu hamil (2) Kelahiran yang injures (3) Akibat minuman keras/narkoba (4) Cretinism d) Penyakit Anomali; terserangnya daerah luar dan telinga bagian tengah, telinga bagian dalam atau tulang sekitar pendengaran. e) Pertumbuhan telinga yang tidak sempurna oleh karena menyerang chromosom (Trisonny dysplasia) 2). Terjadi Infeksi a) Infeksi bakteri: antara lain berakibat kerusakan pada selaput gendang telinga, Otitis media (congekan) dan infeksi tulang pendengaran. b) Terjadinya infeksi alat keseimbangan di telinga dalam, Otitis Interna (telinga dalam) dan lain-lain.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Klasifikasi anak tunarungu Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut Boothroyd,
yang dikutip oleh Murni Winarsih (2007:21) di antaranya didasarkan pada : 1) Kelompok I
Kehilangan 15-30 Bd, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.
2) Kelompok II
: Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian.
4) Kelompok III
: Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
5) Kelompok IV
: Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
6) Kelompok V
: Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau ketunarunguan total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
Uden (1977) membagi klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga, yakni berdasar saat terjadinya ketunarunguan, berdasar tempat kerusakan pada organ pendengaran, dan berdasar pada taraf penguasaan bahasa. 1). Berdasarkan Saat Terjadinya a) Ketunarunguan bawaan, artinya ketika lahir anak sudah mengalami/menyandang, tuna rungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi. b) Ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya tunarungu setelah commit to kecelakaan user anak lahir diakibatkan oleh atau suatu penyakit.
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Berdasarkan Tempat Kerusakan a) Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut Tuli Konduktif. b) Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi/suara, disebut Tuli Sensoris. 3). Berdasarkan Taraf Penguasaan Bahasa a) Tuli Pra Bahasa (Prelingually Deaf) adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum membentuk sistem lambang. b) Tuli Purna Bahasa (Post Lingually Deaf) adalah mereka yang menjadi tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungan.
Andreas Dwidjosumarto yang dikutip oleh Sutjihati.S (2006:76) mengklasifikasikan ketunarunguan sebagai berikut : 1) Tingkat I
:
Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.
2) Tingkat II
:
Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai
69
dB
penderitanya
kadang-kadang
memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. 3) Tingkat III
:
Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB, dan
4) Tingkat IV
:
Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penderita dari kedua kategori ini dikatakan mengalami tuli. Dalam kebiasaan
sehari-hari
mereka
sekali
adanya
latihan
berbicara,
mendengar, berbahasa dan pelayanan pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III sampai tingkat IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan pendengarannya, waktu terjadinya, dan tempat terjadinya.
d. Karakteristik anak tuna rungu Menurut Aqila, (2010:34) adapun karakteristik anak tunarungu adalah sebagai berikut : 1) Kemampuan bahasa terlambat; 2) Tidak bisa mendengar; 3) Lebih sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi; 4) Ucapan kata yang diucapkan tidak begitu jelas; 5) Kurang/tidak menanggapi komunikasi yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya; 6) Sering memiringkan kepala bila disuruh mendengar; 7) Keluar nanah dari kedua telinga, dan; 8) Terdapat kelainan organis telinga. Karakteristik Anak Tunarungu menurut Edja Sadjaah (. 2005 : 109). 1) Karakteristik dalam aspek bahasa Perkembangan
bahasa
banyak
memerlukan
ketajaman
pendengaran, karena melalui pendengaran anak dapat meniru suarasuara disekitarnya. Bagi anak tuarungu jelas-jelas mengalami hambatan pendengaran juga pada aspek bahasa. Secara umum karakteristik segi bahasa anak tunarungu antara lain : a) Miskin dalam perbendaharaan kata b) Sulit memahami kata-kata commit toyang userbersifat abstrak
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Sulit memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan d) Irama dan gaya bahasanya monoton Pelajaran bahasa perlu diajarkan dengan sebaik-baiknya, karena merupakan pelajaran prioritas yang meliputi penguasaan bahasabicara yang meliputi penguasaan bahasa secara aktif dan pasif. 2) Karakteristik dalam aspek emosi-sosial Memiliki bahasa dan mengerti bahasa erat kaitannya dengan perilaku emosi-sosial anak. Anak bisa berperilaku emosi marah ataupun gembira oleh karena ia telah mengerti bahasa. Sebagai contoh: anak akan marah apabila ibunya mengatakan bahwa dia “malas” artinya anak tidak menerima dan berperilaku marah baik berupa “ekspresi wajah cemberut, menangis atau secara fisik, misalnya “melemparkan batu” kepada ibunya atau ekspresi sebaliknya apabila dia merasa tersanjung. Anak akan berjingkrakjingkrak kegirangan apabila ibunya berjanji akan membelikannya sebuah “boneka” oleh karena anak telah memiliki arti sebuah “boneka”. Selanjutnya anak secara bertahap akan bisa melaksanakan aktivitas sosialnya aleh karena dia berbahasa. Anak akan “bisa bermain dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya oleh karena anak mengerti bahasa atau kata-kata yang dimilikinya. 3) Karakteristik dalam aspek Motorik Perkembangan motorik pada anak gangguan pendengaran umumnya berkembang baik, apalagi perkembangan motorik kasar yang secara fisik berkembang lancar. Pertumbuhan fisik yang kuat dengan otot-otot kekar dan kematangan biologisnya berkembang sejalan dengan perkembangan motoriknya. 4) Karakteristik dalam aspek Kepribadian Mereka
memiliki
sifat
ingin
tahu
yang
tinggi,
agresif,
mementingkan diri sendiri dan kurang mampu dalam mengontrol diri sendiri (impulsif), kuran kreatif, kurag mempunyai empati. Emosinya tokecemasan user kurang stabil bahkan commit memiliki yang tinggi (anciety).
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal-hal di atas dipertegas oleh pandangan Van Uden dalam Andreas Dwijosumarto (1990:55), bahwa : a) Anak gangguan pendengaran memiliki sifat egoistis yang tinggi. b) Memiliki perasaan takut akan hidup yang lebih luas selain lingkungan keluarganya. c) Memiliki sifat ketergantungan pada orang lain (keluarganya), kurang mandiri, senang bergaul dengan orang yang dekat saja. d) Perhatian pada sesuatu yang terpusat, sulit untuk dialihkan apalagi disenangi dan sudah dikuasainya. e) Memiliki imajinasi yang rendah. f) Memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa nuansa. Dari beberapa karakteristik anak tunarungu, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu miskin dari segi bahasa, sulit memahami katakata abstrak, dan bahasanya monoton. Serta dari segi emosi sosial anak tunarungu memiliki sifat yang sensitif dan rendah diri. 2. Tinjauan Pembelajaran IPA a.
Pengertian Tentang IPA IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut
Suyoso (oleh Izzatin, 2008) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Menurut
Abdullah
(oleh
Izzatin,
2008)
IPA
merupakan
“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Mengacu kurikulum yang digunakan sekolah dasar kelas 1 SDLB Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu commit to user tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas 22, 2006:115). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman
langsung
untuk
mengembangkan
kompetensi
agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di SDLB diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. b. Tujuan pembelajaran IPA Berdasarkan Permen 22 tahun 2006 bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA; yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
c. Ruang Lingkup pelajaran IPA untuk SDLB Berdasarkan Permen 22 tahun 2006 bahwa Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SDLB meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya commitdengan to userlingkungan serta kesehatan;
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Beda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana (termasuk di dalamnya materi gerak benda); 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan bendabenda langit lainnya. Penulis mengambil subjek penelitian pada standar kompetensi Energi dan perubahannya yaitu mengenai materi gerak yaitu pada kompetensi dasar membedakan gerak benda yang mudah bergerak dengan yang sulit bergerak melalui percobaan, dan mengidentifikasi penyebab benda bergerak (batere, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet).
d. Materi Pembelajaran IPA Materi Pelajaan IPA Anak Tuna Rungu kelas I SDLB semester II hanya dicantumkan dengan judul tersebut yang mengambil salah satu standar kompetensi dan kompetensi dasar. Menurut Permendiknas (2006:118) adalah sebagai berikut :
Tabel 1: Standar Kompetensi Materi Pelajaran IPA Anak Tuna Rungu kelas I SDLB semester II No 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Energi dan Perubahanya 4. Mengenal berbagai 4.1 Membedakan bentuk energi dan
gerak benda
manfaat dalam
yang mudah
kehidupan sehari-
bergerak dengan
hari
yang sulit
4.1.1 Menyebutkan nama benda 4.1.2 Menyebutkan jenis gerak benda 4.1.3 Menyebutkan
bergerak melalui
nama benda yang
percobaan
sulit bergerak dan
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator mudah bergerak 4.1.4 Menyebutkan penyebab benda bergerak 4.1.5 Membedakan benda yang sulit bergerak dan mudah bergerak
Sumber: Menurut Permendiknas, (2006:118)
e.
Gerak Benda 1) Pengertian Gerak Benda Pengertian
gerak
benda
yaitu
jika
benda
bergerak
mengalami posisi terhadap titik acuan tertentu. Benda dikatakan bergerak jika posisinya berubah (Mulyati A, 2008:65). Gerak benda juga dapat diartikan perpindahan dari suatu benda dari titik satu ke titik lainnya (Agung Wijaya, dkk, 2009). Ada beberapa definisi mengenai gerak benda, diantaranya: a) Gerak juga dapat dikatakan sebagai perubahan posisi dalam selang waktu tertentu. Ada beberapa jenis gerak benda yaitu, menggelinding, melambung, memantul dan berputar. b) Gerak benda dapat disebabkan karena didorong dan ditarik c) Gerak benda mendapat energi dari baterai, tenaga orang, magnet, bahan bakar. d) Ada benda yang sulit bergerak dan ada benda yang mudah bergerak e) Contoh benda yang sulit bergerak antara lain: tiang listrik, meja, kursi, tempat tidur, dadu. f) Contoh benda yang mudah bergerak antara lain: roda-roda, mudah bergerak, roda berbentuk bundar maka roda mudah commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bergerak. Roda digunakan pada mobil, roda juga digunakan pada sepeda, karena roda bundar sepeda mudah dikayuh. Berdasarkan uraian diatas gerak benda dapat disimpulkan bahwa benda dikatakan bergerak bila kedudukannya berubah terhadap benda lain,tergantung pada titik acuan yang digunakan. 2) Macam-macam Gerak Benda Benda bergerak jika diberi gaya, benda bergerak dengan berbagai cara misalnya: a) Bola Menggelinding. Menggelinding artinya gerak berputar sambil berpindah. b) Air bergerak mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. c) Pengerat pensil bergerak meluncur artinya hanya bergerak saja tidak berputar. d) Memantul : apabila bola pingpong yang jatuh akan bergerak lagi ke atas. 3) Yang mempengaruhi Gerak Benda Gerakan benda dipengaruhi oleh ukuran berat dan bentuk, selain itu gerak benda juga dipengaruhi oleh kekasaran permukaan bidang yang dilaluinya. Gerak dua buah benda yang ukurannya berlainan akan berbeda. Kecepatan geraknya pun berbeda. Bola bekel berukuran kecil memiliki berat lebih ringan daripada bola bekel yang berukuran besar. Jika keduanya dijatuhkan dari ketinggian yang sama, hasilnya bola bekel kecil akan memantul lebih tinggi dan bergerak lebih cepat dibandingkan bola bekel besar. Bola bekel besar lebih cepat berhenti dibandingkan bola bekel kecil. Jadi ukuran berat dan bahan baku benda mempengaruhi gerak benda. Adapun, gerak kertas yang diremas-remas akan lebih cepat commit to user jatuh dibandingkan dengan gerak lembaran kertas. Hal ini terjadi
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena perbedaan luas permukaan. Luas permukaan kertas yang diremas-remas lebih kecil dibandingkan lembaran kertas, kertas yang diremas-remas lebih cepat bergerak. Gerakan benda juga dipengaruhi oleh bentuk permukaan bidang yang dilaluinya. Benda yang digerakkan di atas kaca akan meluncur lebih cepat dibandingkan pada papan kayu. Hal ini karena permukaan papan kayu lebih kasar dari permukaan kaca. Semakin kasar permukaan suatu bidang, semakin lambat gerak benda yang melaluinya. 3. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Kemampuan-kemampuan yang dihasilkan karena usaha belajar merupakan kemampuan yang harus dinyatakan atau dibuktikan sebagai bentuk prestasi. Menurut Wingkel (1996:240), hasil belajar adalah “Kemampuan hasil belajar”. Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (1983:21), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah “suatu hasil maksimal
yang
diperoleh
seseorang
dalam
usahanya
untuk
mengaktualisasikan dan mempotensialkan diri lewat belajar”. Purwodaminto (1986:75) memberikan batas dalam hasil belajar yaitu “hasil yang dicapai anak sehingga ada perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan latihan”. Berdasarkan uraian definisi hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil maksimal dari kemampuan internal yang diperoleh dalam usaha individu untuk mengaktualisasikan dan mempotensialkan diri lewat belajar sehingga ada perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman serta latihan, dan itu menampakkan apa yang telah diketahui dan dipahami/dikuasai. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Berhasil atau tidaknya prestasi belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu menurut Ngalim Purwanto (1990:102) dibedakan menjadi dua golongan: 1) Faktor Individual a)
Kematangan/Pertumbuhan Mengajarkan sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan; potensi jasmani dan rohaninya telah matang untuk itu.
b)
Kecerdasan/Intelegensi Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasasan yang dimiliki.
c)
Latihan dan Ulangan Melatih diri dan sering melakukan sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.
d)
Motivasi Merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu.
e)
Sifat-sifat Pribadi Seseorang Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masingmasing yang berbeda antar seorang dengan yang lainnya, yang sedikit
banyak
mempengaruhi
sampai
dimanakah
hasil
belajarnya dapat dicapai. 2) Faktor Sosial a) Keadaan Keluarga Suasana dan keadaan yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai dimana prestasi belajarnya dialami dan dicapai oleh individu. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Guru dan Cara Mengajar Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan turut menentukan prestasi belajar. c)
Alat-alat Pelajaran
d)
Motivasi Sosial Berkaitan dengan dorongan dan dukungan orang lain (guru, orang tua, teman).
3) Lingkungan dan Kesempatan
Menurut Sumadi Suryabrata (1993:249), mengklasifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : 1) Faktor yang berasal dari luar a)
Non-sosial Yang dimaksud adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat dan lain-lain.
b)
Sosial Faktor manusia (sesama manusia) baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, yang tidak langsung hadir.
2) Faktor yang berasal dari dalam a)
Fisiologi (1) Tonus jasmani pada umumnya. (2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu.
b)
Psikologis (1) Adanya kebutuhan. (2) Akan adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari rasa kekhawatiran. (3) Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(4) Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat. (5) Sesuai
dengan
sifat
untuk
mengemukakan
dan
mengaktualisasikan diri.
5. Media Pembelajaran IPA a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Webster Dictionary (1960) mendefinisikan media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Media
pembelajaran
dapar
diartikan
sebagai
sesuatu
yang
mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Associattion for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Berbeda dengan pendapat Briggs (dikutip oleh Sri Anitah, 2010:4) yang mengatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, atau salah satu komponen dari suatu system penyampaian. Media mencakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti, buku, slide, buku ajar, tape recorder. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara. Bretz (dikutip oleh Sri Anitah, 2010:5) menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah to user bahwa yang pertama commit merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan saling tindak antara siswa dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang kedua semata-mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru. Gerlach & Ely dalam Sri Anitah (2010:5) menjelaskan pula bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual. Smaldino, dkk (2008) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan. Dikatakan media pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Masih banyak lagi pengertian media, yang masing-masing memberi tekanan pada hal-hal tertentu, misalnya ada definisi yang menekankan pada anggota tubuh yang dikenai rangsangan. Anggota tubuh itu misalnya mata, dan telinga, dengan kata lain media audio dan media visual. Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa media adalah orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar untuk menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk menuju ke suatu tujuan. b. Pengertian Media Pembelajaran Audio Visual Media berarti wadah atau sarana. Media audio visual adalah media yang menunjukkan unsur auditif (pendengaran) maupun visual (penglihatan), jadi dapat dipandang maupun didengar suaranya. Ada beberapa jenis media audio visual diantaranya, slide suara, televisi serta film 16 mm maupun 35 mm. (Sri Anitah,2010:55) Istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Televisi dan radio adalah contoh media komunikasi tersebut. Audio-visual juga dapat menjadi commit to user media komunikasi. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia. Tabel 2. Elemen multimedia Jenis Berdasarkan Indra
Elemen Multimedia
1. Audio
Suara
2. Visual
Teks Gambar statis Animasi (gambar gerak rekan) Video (gambar gerak)
Sumber: http://tips-mempercepat-komputerku.blogspot.com Manfaat Media Pembelajaran diantaranya: 1) Menimbulkan daya tarik bagi siswa : gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian siswa. 2) Mempermudah pengertian siswa. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga lebih mudah memahami apa yang dimaksud. 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Penekanan pada bagianbagian yang penting atau yang kecil agar dapat diamati lebih jelas. 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Pembelajaran IPA menggunakan media audio visual untuk anak tuna rungu Uraian teori tentang media audio visual dan pembelajaran IPA maka
dapat ditarik alur langkah-langkah sebagai berikut. Pembelajaran IPA di SDLB mempunyai perbedaan dengan pembelajaran di sekolah umum. Pembelajaran anak tuna rungu lebih banyak menggunakan penglihatan sedangkan penggunaan indera pendengaran akan banyak mengalami hambatan meskipun sudah dibantu dengan alat bantu dengar sekalipun. Mempelajari fenomena alam sekitar anak tuna rungu dapat lebih senang dengan hal-hal yang menarik, baik dari bentuk, warna, maupun ragamnya.
Guru lebih banyak menggunakan alat peraga dalam
memberikan contoh secara langsung baik benda, gambar maupun peragaan. Guna menarik pembelajaran siswa media audio visual dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Guru memberikan informasi sekilas tentang materi IPA tentang Gerak Benda serta melakukan pre-test; 2) Guru memperkenalkan media pembelajaran audio visual yang akan digunakan yaitu menggunakan CD pembelajaran yang akan ditayangkan menggunakan video televisi atau LCD proyektor; 3) Bersama siswa, guru melihat tayangan video CD pembelajaran materi IPA tentang Gerak Benda; 4) Siswa menyimak dengan seksama; 5) Guru mengamati atau mengobservasi kegiatan siswa selama penayangan CD pembelajaran tersebut; 6) Secara bertahap, guru mematikan tayangan video untuk memberikan penjelasan tentang materi IPA Gerak benda; 7) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi gerak benda; 8) Siswa melakukan peragaan sesuai dengan instruksi guru secara commit to user bergantian;
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Mengulang tayangan video secara keseluruhan; 10) Membuat kesimpulan tentang materi gerak benda; 11)
B.
Mengadakan post-tes.
Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan arahan untuk sampai pada hipotesis. Adapun kerangka berfikir penelitian ini sebagai berikut: SDLB – B adalah sekolah yang diperuntukkan anak Tuna Rungu yang mempunyai kemampuan atau kecerdasan yang berbeda-beda. Dalam mempelajari IPA dengan materi gerak benda yang bersifat abstrak mengalami kendala sehingga prestasi belajar rendah. Maka penggunaan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu pembelajaran menggunakan media audio visual akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian pemikiran tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kondisi awal hasil belajar IPA
Hasil belajar IPA materi gerak benda rendah 1.
Tindakan
Tindakan
2.
Guru menggunakan media pembelajaran Audio Visual; Guru memberikan penjelasan mengenai materi Gerak Benda secara nyata sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diberikan
1. Siswa lebih senang untuk belajar IPA materi Gerak Benda 2. Hasil belajar IPA materi Gerak Benda meningkat
Bagan 1 : Kerangka berfikir commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Perumusan Hipotesis Tindakan Melalui penggunaan media audio visual dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar ilmu pengetahuan alam dengan materi gerak benda. Menurut Margono (1996 : 80) menjelaskan hypotesis berasal dari kata (hypo) dan tesis (thesis) hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat.
Jadi hipotesis adalah suatu pendapat benar-benar berstatus
sebagai suatu tesis pendapat yang sementara dan belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah “penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi gerak benda pada siswa Tuna Rungu Kelas I Semester II di SDLB Negeri Slawi Tahun Pelajaran 2010/2011”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas I SDLB Negeri Slawi pada waktu berlangsungnya pembelajaran IPA. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada : a. SDLB Negeri Slawi sebagai homebase peneliti. b. Peneliti sebagai guru kelas sehingga informasi yang berkaitan dengan subjek akan mudah diperoleh secara lengkap dan penelitian dapat berjalan dengan maksimal. c. Permasalahan yang menjadi topik penelitian belum terpecahkan selama ini.
B.
Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas I SDLB Tuna Rungu di SDLB Negeri Slawi sebanyak tujuh (7) siswa yang terdiri dari empat (4) siswa laki-laki dan tiga (3) siswa perempuan.
C.
Data dan Sumber Data Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari, data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, katakata, atau citra (M.Ikbal Hasan, 2002:82) 1.
Macam Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa : a.
Motivasi belajar IPA dengan materi gerak benda.
b.
Hasil belajar IPA tentang gerak benda.
c.
commitmenyusun to user rencana pembelajaran IPA Kemampuan guru dalam 28
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Sumber Data Data menurut sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan. Informan yang diharapkan dapat memberikan informasi antara lain : 1).
Anak tunarungu dikelas I, peneliti memilih hal tersebut sebagai sumber data karena untuk mengetahui kegiatan belajar selama anak di dalam lingkungan sekolah.
2).
Orang tua dari siswa anak tunarungu kelas I, peneliti memilih hal tersebut karena untuk mengungkap informasi tentang anak tuna- rungu selama dalam keluarga. Kajian dokumen yang ada dalam lingkungan SDLB Negeri Slawi, kurikulum, RPP hasil kerja siswa dan administrasi kelas.
3). b.
Guru yang menangani anak tuna rungu.
Data Sekunder Data
sekunder
adalah
data
yang
diperoleh
atau
dikumpuklkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumbersumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi tempat, peristiwa, arsip dan dokumen. 1) Tempat Tempat yang dijadikan sumber data ini adalah SDLB Negeri Slawi. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Peristiwa Pengamatan terhadap suatu peristiwa maka peneliti dapat mengetahui proses yang terjadi secara pasti. 3) Dokumen Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang terkait dengan suatu peristiwa yang berupa rekaman (H.B. Sutopo, 2002:85). Dokumen dapat diambil dari catatan perkembangan siswa selama bulan Maret-April.
D.
Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Hasil Belajar a. Pengertian Tes Pengertian tes menurut berbagai literatur berbeda, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Menurut Saifuddin Azwar (2001 : 2) “Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 223) tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau fakta yang dimiliki individu atau kelompok”. Pada dipergunakan
penelitian untuk
ini
menggunakan
mengukur
instrumen
keterampilan,
yang
pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat, berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok. b. Macam-macam Tes Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut 1) tes benar salah, 2) tes pilihan ganda, 3) tes menjodohkan, 4) tes isian atau melengkapi, 5) tes jawaban singkat (Suharsini Arikunto, 2006 : 223). commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tes yang digunakan Bentuk tes yang dipakai adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah tes yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda yang terdiri dari 10 item pertanyaan setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan. 2.
Pengamatan/Observasi Menurut Gulo (2005 : 10) pengertian observasi adalah metode
pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana mereka saksikan selama pengamatan. Tipe Observasi a)
Observasi partisipatif yaitu observasi yang dilakukan oleh observasi (pengamat) dengan turut mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh obyek yang diobservasi (observee).
b)
Observasi sistimatis, yaitu observasi yang direncanakan lebih dahulu aspek yang akan diobservasi sesuai dengan tujuan, waktu, dan alat yang dipakai.
c)
Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan bahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Alasan peneliti memilih tipe observasi partisipatif karena observasi
dimana observasi berada dalam situasi yang sedang diamati. Guru mengamati perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengamati dari belakang, sehingga peneliti dapat secara leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa di kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Pengamatan difokuskan pada kegiatan belajar mengajar IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam observasi adalah keaktifan siswa, tanggung jawab siswa, kerjasama siswa, kreatifitas siswa, daya serap siswa, suasana kelas dan hasil belajar. 3. Dokumentasi Dokumentasi dilaksanakan pada waktu observasi dan kegiatan pembelajaran di kelas dengan diadakan pengambilan gambar melalui kamera. Data yang diharapkan adalah rekaman video serta gambar foto dari kegiatan guru dan siswa di dalam kelas. 4. Kajian Dokumen Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen dan arsip yang ada seperti kurikulum, RPP buku sumber pelajaran, hasil kerja siswa dan nilai hasil evaluasi pembelajaran.
E.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa, maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes itu valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan siswa. Adapun jenis-jenis validitas tes menurut Sutrisno Hadi (2000 : 111) antara lain : face validity, logical validity, factorial validity, content validity, external validity, internal validity dan empirical validity. Adapun uji validitas yang digunakan di sini adalah uji validitas content validity yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan sesuatu faktor yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan KTSP. Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan commit data karena to user instrumen tersebut sudah baik.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006 : 142). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Teknik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan
Standar
Kompetensi
dan
Kompetensi
Dasar
dalam
pembelajaran IPA sesuai dengan KTSP.
F. Validitas Data Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi dan review informan. Moeleong (2004 : 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada. Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data dalam penelitian ini akan didiskusikan/dikonsultasikan dengan teman sejawat atau tim ahli, serta diupayakan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) observer akan mengamati keseluruhan urutan peristiwa yang terjadi di kelas, 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu observasi jelas, 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati dan 4)commit observasi to harus user dilakukan secara obyektif.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G.
Analisis Data Data berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut
dianalisis
secara
deskriptif
komparatif,
yakni
dengan
membandingkan nilai tes antar siklus. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum melalui media audio visual dan nilai tes siswa setelah melalui media audio visual sebanyak dua kali siklus. Kemudian, data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. H.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kali pre test dan dua kali siklus. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalukan (Suharsimi Arikunto, 2006:16), yaitu (1) perencanan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Perencanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Perencanaan
Pengamatan
? commit to user Bagan 2:. tahapan Penelitian Tindakan Kelas
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning) Tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektifitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. (Suharsimi Arikunto, 2008:16) 2. Tahap 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Hal yang perlu didingat bahwa dalam tahap pelaksanan guru harus
ingat dan berusaha menaati apa yang dirumuskan 3. Tahap 3: Pengamatan (Observing) Tahap pengamatan (observing) yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Pengamatan ini sebaiknya tidak dipisahkan
dengan pelaksanan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. 4. Tahap 4: Refleksi (Reflecting) Tahap Refleksi merupkan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Keinginan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan. Refleksi dapat dilakukan apabila peneliti merasa sudah mantap mendapat pengalaman, dalam arti sudah memperoleh informasi yang perlu untuk memperbaiki cara yang telah dicoba. I.
Indikator Kinerja Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan apabila hasil belajar IPA materi gerak benda secara individu mendapat nilai 60 atau lebih dan secara klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar IPA materi gerak benda. Penetapan indikator pencapaian disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP). Tabel 2: Indikator Keberhasilan Pembelajaran No
Standar Kompetensi
1
Energi dan Perubahannya 4. Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
4.1Membeda Gerak kan gerak Benda benda yang mudah bergerak dengan yang sulit bergerak melalui percobaan
commit to user
Indikator
- Menyebutkan nama benda - Menyebutkan jenis gerak benda - Menyebutkan nama benda yang sulit bergerak dan mudah bergerak - Menyebutkan penyebab benda
KKM
60 60 60
60
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator bergerak - Membedakan benda yang sulit bergerak dan mudah bergerak
J.
KKM 60
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar IPA. Tabel 4. Prosedur Penelitian : 1 2 3
Siklus I
4 5 6
Persiapan Deskripsi Awal Penyusunan Rencana Tindakan
Pemahaman gerak benda. Masalah dan kesulitan belajar. a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. b. Menentukan pokok bahasan. c. Mengembangkan skenario pembelajaran. d. Menyiapkan sumber belajar. e. Mengembangkan format evaluasi. f. Mengembangkan format observasi. Pelaksanaan Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada skenario pembelajaran. Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai format observasi. Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan. b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lainlain. c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan siklus berikutnya. commit to user d. Evaluasi tindakan I.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siklus 7 II
Perencanaan dan Penyempurnaan Tindakan
8
Tindakan
9 10
Pengamatan Evaluasi/Refleksi
a. Atas dasar hasil Siklus I, dilakukan penyempurnaan tindakan. b. Pengamatan program tindakan II. Pelaksanaan program tindakan II dengan melakukan perbaikan yaitu meningkatkan tindakan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Pengumpulan data tindakan I. Evaluasi tindakan II (berdasarkan indikator pencapaian). Kesimpulan
K. Jadwal Pelaksanaan Tabel 5 Jadwal Pelaksanaan PTK Uraian Kegiatan
Bulan
Minggu
Penyusunan Proposal
Februari
1-3
Pendesainan dan persiapan media yang
Februari
4
digunakan
Maret
1-4
Pelaksanaan Siklus I
April
1-2
Pelaksanaan Siklus II
April
3-4
Evaluasi Proses Pembelajaran
Mei
1
Analisis Hasil Evaluasi
Mei
2-3
Seminar hasil Penelitian
Mei
4
Penyusunan Laporan
Juni
1-2
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6 Jadwal Pelaksanaan Waktu No
Pebruari
Uraian Kegiatan 1
1 2
3 4 5 6 7 8
Maret
April
Mei
Juni
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal Pendesainan dan persiapan media yang digunakan Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II Evaluasi proses pembelajaran Analisis hasil evaluasi Seminar hasil penelitian Penyusunan laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran IPA tentang gerak benda siswa tuna rungu di kelas I SDLB Negeri Slawi berjalan seperti biasa, kelas dalam suasana tertib ketika jam pelajaran IPA dimulai.
Guru mengawali pembelajaran
dengan mengkondisikan kelas dengan berdoa dan mengabsen terlebih dahulu guna mengawali pembelajaran guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa dalam rangka mengkaitkan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang merupakan salah satu metode yang biasa digunakan guru. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan tentang apa itu gerak benda. Selama guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa hanya melihat penuh dengan ekspresi dan tanda tanya, kelihatan sebagian siswa kurang memahami apa maksud pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa yang lain bahkan bertanya pada temannya. Guru berusaha menjelaskan dengan memberikan contoh seadanya. Waktu menjelaskan materi pembelajaran
guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan materi gerak benda yang telah diberikan. Siswa terkesan masih pasif seakan-akan hanya menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru tanpa banyak memberikan tanggapan atau komentar, apalagi beberapa siswa kelas I tuna rungu dalam pemahaman bahasanya masih kurang sehingga guru harus banyak mengulang materi yang diberikan. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi gerak benda, siswa terlihat tidak segera mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Selama siswa menjawab commit to user 40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal-soal guru mengawasi siswa dalam mengerjakan soal, guru tidak mengontrol atau memberikan bimbingan kepada siswa. Kegiatan pembelajaran IPA dengan materi gerak benda dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulan hasil jawaban siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA dengan materi gerak benda siswa tuna rungu dikelas I SDLB Negeri Slawi yang telah diamati tersebut, berikut ini dapat disajikan prestasi belajar IPA dengan materi gerak benda yang terkait dengan kondisi awal siswa.
Tabel 7.
Hasil Belajar IPA dengan Materi Gerak Benda Siswa Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Slawi pada Kondisi Awal
No. Urut
Nama Subjek
Nilai
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
WZ 40 Belum Tuntas DM 50 Belum Tuntas RDS 60 Sudah Tuntas DI 50 Belum Tuntas RZ 50 Belum Tuntas ANU 65 Sudah Tuntas IY 55 Belum Tuntas Jumlah 370 Rata-rata 52.85 Ketuntasan Klasikal 28.57% Sumber data : Adapun hasil penilaian lengkap dapat diperiksa pada lampiran 19 halaman 91. Nilai siswa yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa memperoleh nilai dibawah 60 sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih 2 siswa nilai rerata 52,85% dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 28,57%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan materi gerak benda pada siswa tuna rungu kelas I SDLB Negeri Slawi belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Pada kondisi awal pembelajaran IPA pada materi gerak commit to user tujuan yang diharapkan. benda dapat dikatakan belum mencapai
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda masih rendah, maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar IPA pada materi gerak benda dapat ditingkatkan inisiatif yang diambil guru kelas serta di dukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan media audio visual dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, serta aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan materi gerak benda. 2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran IPA dengan materi gerak benda siklus I ini dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit. RPP mencakup
ketentuan
kompetensi
dasar,
indikator,
deskripsi
kemampuan anak, tujuan pembelajaran, media/sumber belajar dan sistem penilaian (lampiran : 17) 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas
yang
perlu
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran adalah (1) ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah
ruang
khusus
(ruang
pembelajaran
edukatif)
yang
diperuntukan untuk pembelajaran yang menggunakan media audio visual yang biasa dilakukan di SDLB Negeri Slawi, siswa duduk dilantai untuk menyaksikan tayangan gambar tentang gerak benda sehingga guru dengan mudah mengoperasikan dan menjelaskan materi gerak benda menggunakan media audio visual sesuai dengan materi pembelajaran.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menyiapkan lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru kerjasama, peduli, saling menghargai, bertanggung jawab. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar antara lain: pemberian apersepsi, penguasaan kelas, penguasaan materi pembelajaran. Ketepatan alat peraga, alat peraga digunakan secara maksimal, interaktif dengan siswa dan pelaksanaan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan Awal Apersepsi Guru memimpin do’a, mengadakan absensi sambil menanyakan siswa apakah sudah siap menerima pelajaran. 2) Kegiatan Inti a) Guru memberikan informasi sekilas materi IPA tentang gerak benda. b) Guru memperkenalkan media pembelajaran audio visual yang akan digunakan yaitu menggunakan CD pembelajaran yang akan ditayangkan menggunakan video televisi. c) Bersama siswa, guru melihat tayangan video melalui CD pembelajaran materi IPA tentang gerak benda. d) Siswa menyimak dengan seksama. e) Secara bertahap, guru memberikan penjelasan tentang materi IPA gerak benda. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Guru membagi kelompok, untuk masing-masing kelompok mencari gambar-gambar yang sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru. g) Menempel gambar sesuai dengan tugas masing-masing. h) Guru mengamati dan mengobservasi kegiatan siswa selama melakukan tugas kelompok. 3) Tindakan Akhir a) Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menyimpulkan materi pelajaran. b) Guru menutup pelajaran dengan memberikan post test.
c. Pengamatan Hasil
observasi
terhadap
pelaksanaan
tindakan
dapat
dideskripsikan bahwa siswa belum secara maksimal memahami materi yang dijelaskan oleh guru, disebabkan karena tidak semua siswa paham dengan nama-nama benda yang ada dilingkungan sekitar. Pada saat melakukan pengamatan masih terlihat beberapa siswa yang pasif bahkan cenderung hanya melihat temannya melakukan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, peran guru untuk membangkitkan semangat masih kurang, guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang maksimal dalam memberikan pemahaman tentang gerak benda. Hasil Pengamatan siklus I mata pelajaran IPA dengan materi gerak benda diperoleh dari pengamatan aktivitas guru dalam memberikan pemahaman masih perlu ditingkatkan terutama dalam menyiapkan RPP, berinteraksi dan membimbing siswa dan membuat kesimpulan dari hasil pengamatan beberapa indikator tersebut dalam kategori sedang.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan materi gerak benda berdasarkan observasi pada siklus I masih kurang terutama pada aspek pemahaman dalam menjawab pertanyaan lesan dari guru. Indikator-indikator tersebut perlu ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPA pada materi gerak benda. Hasil belajar IPA pada materi
gerak benda melalui audio
visual pada siklus II disajikan dalam tabel berikut.
Tabel: 8. Hasil Belajar IPA pada Materi Gerak Benda Siswa Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Slawi Siklus I No
Subjek
Pre test
Post test Siklus I 50 70 70 50 50 70 60 420 60,00
Peningkatan
1 WZ 40 2 DM 50 3 RDS 60 4 DI 45 5 RZ 50 6 ANU 65 7 IY 55 Jumlah 365 Rata-rata 52,14 Ketuntasan 28,57% 57,14% Klasikal Sumber data lampiran: Adapun hasil diperiksa pada lampiran 20 halaman 92.
0,25% 40 % 16,66% 11,11% 0% 7,69% 7,69%
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Belum Belum Tuntas Tuntas
penilaian lengkap dapat
Nilai siswa yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dibawah 60 sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih ada 4 siswa. Nilai rerata 60,00 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 57,14%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA pada materi gerak benda pada siswa tuna rungu kelas I SDLB Negeri Slawi belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada siklus I pembelajaran IPA pada materi gerak benda dapat dikatakan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum mencapai tujuan yang diharapkan dan perlu dilanjutkan pada siklus ke II untuk mencapai ketuntasan belajar IPA.
d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi diatas, dapat diketahui bahwa siswa sebagian belum hafal nama benda di lingkungan sekitar serta belum faham instruksi yang diberikan guru. Untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II ditekankan pada siswa untuk memperagakan secara langsung dengan bimbingan guru. Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan pembelajaran IPA melalui media audio visual dapat bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap materi gerak benda.
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II Siklus II merupakan pembelajaran lanjutan dari materi dan wacana yang terdapat dalam siklus I. Dimana dalam siklus I materi atau wacana yang diberikan baru pada menyebutkan nama benda, dan menyebutkan jenis gerak benda. Pada siklus ke II, peneliti memberikan tambahan materi yang diperlukan siswa agar mampu meningkatkan kemampuan untuk menyebutkan benda yang sulit bergerak dan benda yang mudah bergerak. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2011.
a. Perencanaan 1) Menentukan kembali kompetensi dasar yang akan dicapai dalam proses pembelajaran terutama menyebutkan benda yang sulit bergerak dan benda yang mudah bergerak penyebab benda bergerak. 2) Merencanakan kembali pembuatan silabus dan RPP sebagai pedoman dalam pembelajaran. 3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung. Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan adalah : commit topembelajaran user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Ruang kelas, Ruang kelas yang digunakan adalah ruang kelas khusus yang diperuntukkan untuk pembelajaran menggunakan media audio visual, sama yang digunakan pada waktu pembelajaran siklus I. b) Alat peraga Alat peraga yang digunakan meja, almari, kursi roda, bola, kipas angin, roda mobil. 4) Menyiapkan lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian meliputi : memperhatikan
penjelasan
guru,
kerjasama,
peduli,
saling
menghargai dan bertanggung jawab. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi, pemberian apersepsi, penguasaan kelas, penguasaan materi pembelajaran, ketepatan alat peraga, alat peraga digunakan secara maksimal, interaktif dengan siswa, dan pelaksanaan evaluasi.
b. Pelaksanan Tindakan 1) Kegiatan Awal Apersepsi a) Guru memimpin do’a, mengadakan observasi dan menanyakan siswa apakah sudah siap menerima pelajaran. b) Guru mengadakan tanya jawab singkat tentang pelajaran yang lalu. 2) Kegiatan Inti a) Guru menayangkan kembali CD pembelajaran IPA materi gerak benda melalui media audio visual tentang nama benda yang mudah bergerak, penyebab benda bergerak. b) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang baru ditayangkan. c) Untuk
membuktikan
siswa
supaya
lebih
paham
mempraktekkan gerakan benda commit to usersesuai instruksi guru.
siswa
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh : -
menarik dan mendorong benda gerakan menggelinding, memantul, melambung dan memutar
3) Kegiatan Penutup a) Guru dan siswa mengadakan refleksi
terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran. b) Guru memberikan post test untuk mengukur kemampuan siswa. c) Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan ber do’a.
c. Pengamatan Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa sangat tertarik dengan penayangan CD pembelajaran IPA tentang gerak benda. Hal ini terlihat pada saat gambar ditayangkan, siswa terlihat antusias sekali, berusaha mengucapkan setiap gambar benda yang muncul. Pada saat memperagakan gerakan-gerakan yang diintruksikan guru, siswa
memperagakan
dengan
sungguh-sungguh
dan
mampu
memanfaatkan waktunya dengan baik. Sebagian siswa sudah aktif dalam bertanya jawab hal ini disebabkan karena siswa sudah paham dan mulai terbiasa melakukan tanya jawab saat guru memberikan materi pembelajaran. Peran guru untuk membangkitkan semangat siswa semakin meningkat, guru sudah dapat memberikan bimbingan kepada siswa agar terbiasa dengan pembelajaran dengan memanfaatkan media audio visual. Hasil belajar IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual pada siklus II disajikan dalam tabel berikut :
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Hasil Belajar IPA pada Materi Gerak Benda Siswa Tuna Rungu Kelas I SDLB Negeri Slawi Siklus II No
Subjek Pre test
Post test Siklus II
Peningkatan
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
WZ 50 60 20,00% Tuntas DM 70 80 14,28% Tuntas RDS 70 90 28,57% Tuntas DI 50 70 40,00% Tuntas RZ 50 70 40,00% Tuntas ANU 70 90 28,57% Tuntas IY 60 80 33,33% Tuntas Jumlah 420 540 Rata-rata 60.00 77,14 Ketuntasan Tuntas 57,14% 100% Klasikal Sumber data lampiran: Adapun hasil penilaian lengkap dapat diperiksa pada lampiran 21 halaman 93. Nilai siswa yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh siswa memperoleh nilai 60 atau lebih. Nilai rerata 77,14 dengan tingkat
ketuntasan
secara
klasikal
mencapai
100%.
Data
ini
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA pada materi gerak benda siswa tuna rungu kelas I SDLB Negeri Slawi telah mencapai batas tuntas yang ditetapkan.
d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi diatas, dapat diketahui bahwa siswa mampu memanfaatkan waktunya dengan baik, semangat siswa meningkat, mau bertanya pada guru, siswa semakin paham akan pentingnya bertanya pada guru yang berkaitan dengan materi gerak benda. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menghafal namanama benda dilingkungan sekitar sehingga memiliki pemahaman terhadap materi gerak benda.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data awal hasil belajar IPA pada materi gerak benda, diketahui nilai rerata sebesar 52,85, terdapat 5 siswa nilai kurang dari 60 dan 2 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 28,57% berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan karena anak tunarunggu belum memahami konsep benda. Sesuai dengan teori (Edja Sadjaah, 2005:109) yang menyatakan bahwa karakteristik anak tunarunggu antara lain miskin dalam perbendaharaan kata dan sulit memahami kata-kata yang bersifat abstrak. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai IPA pada materi gerak benda sebesar 60,00, sebanyak 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60, dan 4 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 57,14%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil siklus II siswa mendapatkan nilai lebih tinggi setelah menggunakan media pembelajaran audio visual. Hal tersebut sesuai dengan teori Sri Anitah (2010:55) yang menyatakan tentang manfaat media pembelajaran antara lain dapat mempermudah siswa mengerti dan memahami suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dengan dibantu gambar sehingga lebih mudah memahami apa yang dimaksud.
Sebagai contoh,
siswa tidak mungkin mempraktikan mendorong mobil di dalam kelas sebagai salah satu contoh benda yang mudah bergerak. Berdasarkan hasil tes siklus ke II, diketahui rerata nilai IPA pada materi gerak benda sebesar 77,14 seluruh siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya presentase hasil tes yang dipeoleh siswa. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Hasil belajar IPA pada materi gerak benda setiap siklus melalui Media audio visual. Siklus I Siklus II N Subje Peningkatan o k Pre Post Pre Post Peningkatan 1 WZ 40 50 0,25% 50 60 20,00% 2 DM 50 70 40% 70 80 14,28% 3 RDS 60 70 16,66% 70 90 28,57% 4 DI 45 50 11,11% 50 70 40,00% 5 RZ 50 50 0% 50 70 40,00% 6 ANU 65 70 7,69% 70 90 28,57%7 7 IY 55 60 7,69% 60 80 33,33% Jumlah 365 420 420 540 Rata-rata 52,14 60,00 60,00 77,1 4 Ketuntasan 28,57 57,14 57,14 100 klasikal % % % % Hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut : Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
90 80 70 60 50 40 30 WZ DM RDS DI RZ ANU IY Grafik I. Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Materi Gerak Benda
Setiap Siswa Melalui Media Audio Visual
Hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut :
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi IPA Pada Materi Gerak Benda Setiap Siklus Siklus Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata
Peningkatan
52,14 60,00 77,14
7,86 17,14
Peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda siswa tuna rungu kelas I SDLB Negeri Slawi melalui media audio visual secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut : Nilai Awal
Siklus I
77.14
80 70 60
Siklus II
60 52.14
50 40 30
Hasil Belajar IPA
Grafik 2. Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Materi Gerak Benda Setiap Siklus Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai IPA pada materi gerak benda telah mencapai 77,14 dari 7 siswa seluruhnya mendapat 60 keatas. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat nilai 60 keatas. Dapat diasumsikan bahwa indikator kinerja secara klasikal telah mencapai batas tuntas. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda. Sehingga hipotesis tindakan yang diajukan melalui media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda pada siswa Tuna Rungu Kelas I Semester II di SDLB Negeri Slawi Tahun Pelajaran 2010/2011 diterima kebenarannya. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media audio visual memiliki nilai lebih diantaranya : 1. Menimbulkan daya tarik bagi siswa: gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian siswa. 2. Mempermudah pengertian siswa, suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga lebih mudah untuk memahami apa yang dimaksud. 3. Dapat memperjelas bagian-bagian yang penting atau yang kecil agar dapat diamati lebih jelas. Kekurangannya: peralatannya mahal, diperlukan ketrampilan khusus dalam mengoperasikan. Sangat tergantung dengan ketersediaan listrik sehingga tidak bisa dipakai disemua tempat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Kesimpulan Data awal hasil belajar IPA pada materi gerak benda, diketahui nilai rerata sebesar 52,85, terdapat 5 siswa nilai kurang dari 60 dan 2 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 28,57%. Berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai IPA pada materi gerak benda sebesar 60,00, sebanyak 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60, dan 4 siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 57,14%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil tes siklus ke II, diketahui rerata nilai IPA pada materi gerak benda sebesar 77,14 seluruh siswa mendapat nilai 60 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang sudah penulis lakukan dapat dirumuskan kesimpulan bahwa adanya peningkataan hasil belajar IPA pada materi gerak benda melalui media audio visual pada siswa tuna rungu kelas I Semester II SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011.
B.
Implikasi Berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, upaya yang dilakukan dengan penggunaan media audio visual membuktikan terjadinya peningkatan hasil belajar IPA pada materi gerak benda. Sehingga hal tersebut mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar. Penggunaan media audio visual dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda. Media ini 55to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dapat dijadikan pertimbangan bagi guru yang akan menyampaikan materi pelajaran IPA pada materi gerak benda. Media ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif untuk menumbuhkan motivasi belajar sisws tunarungu, karena media ini menumbuhkan suasana belajar yang aktif kreatif, efektif dan menyenangkan.
C.
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini diberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan khususnya yang berkecimpung dalam dunia pendidikan yaitu : 1. Guru a) Diharapkan guru dapat mengembangkan proses pembelajaran secara penuh berbasic ICT. b) Diharapkan guru dapat menggunakan media pembelajaran audio visual untuk mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran. c) Diharapkan guru dapat meningkatkan kwalitas kompetensi dalam mengajar. 2. Untuk Sekolah Meningkatkan
kwalitas
sekolah
dalam
pembelajaran.
commit to user
hal
penguasaan
teknologi