SKRIPSI
Pengaruh motivasi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap presatasi belajar akuntansi siswa kelas XI ilmu social SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010
Disusun oleh :
Titis Cahya Buana X.7406049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang sangat cepat serta perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia kerja. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa; tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas : 2003). Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan tolok ukur utama yang digunakan untuk melihat keberhasilan seseorang. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas serta kegiatan pembelajaran di sekolah. Usaha untuk mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan ini bukan hanya merupakan tanggung jawab dari sekolah
3
semata, melainkan juga seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru, peserta didik dan orang tua. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran dan lingkungan. Adapun yang termasuk lingkungan disini adalah lingkungan sekolah. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 2006:75). Motivasi adalah semangat yang timbul dari dalam diri untuk berkembang dan lebih baik. Menurut Mudjiono, 2002:20,“motivasi dipandang sebagai dorongan mental
yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa yang sangat termotivasi untuk belajar akan memberikan dampak yang baik terhadap prestasi belajar atau hasil belajar yang akan dicapai. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor lingkungan, hal ini karena lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam penelitian ini kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena sekolah adalah tempat serta wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan agar dapat memberikan manfaat bagi para siswa. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat berpengaruh dominan bagi pembentukan
4
sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa. Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakulikuler. Selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, karena kelurga adalah lingkungan yang paling dekat dengan siswa. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah didalam keluarga, karena banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi pembinaan perilaku, aktivitas, dan belajar untuk berprestasi bagi seseorang. Seiring dengan perkembangan jaman, dalam kenyataannya tidak terasa telah terjadi pergeseran fungsi dan peranan orang tua terhadap pendidikan anaknya, karena kebanyakan para orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada sekolah. Padahal seharusnya orang tua memberikan perhatian dan semangat belajar yang lebih, karena waktu untuk belajar di rumah lebih banyak daripada di sekolah. Orang tua justru seharusnya yang lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya. Selain lingkungan belajar, faktor eksternal yang juga mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor metode pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai metode pembelajaran, dengan melalui model pembelajaran yang digunakan akan memberikan nilai tambah terhadap anak didiknya. Namun, salah satu metode yang masih berlaku dan masih banyak digunakan oleh para guru adalah metode pembelajaran konvensional metode ini sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan sepenuhnya dalam proses pembelajaran dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah metode pembelajaran ini sangat susah untuk guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan metode pembelajaran yang lainnya. Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran akuntansi didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. Disamping itu, guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan menguji atau memperlihatkan suatu
5
konsep, dengan cara ini membiasakan siswa untuk malas berfikir dan menganalisa suatu permasalahan yang timbul, karena siswa terbiasa diberikan materi yang sudah tersedia, sehingga mengakibatkan semangat dan motivasi siswa untuk berkembang menjadi kurang. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan bermacammacam hal, seperti prestasi belajar, semangat, dan motivasi belajar. Mata pelajaran Akuntansi di SMA merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa jurusan Ilmu Sosial walaupun masih sangat dasar yaitu mengenai siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran, serta penyusunan laporan keuangan baik di dalam perusahaan jasa, dagang maupun koperasi. Metode pembelajaran akuntansi adalah cara maupun pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi, yang membutuhkan kasabaran, kecermatan, serta ketelitian dan kepahaman, untuk itu guru dituntut untuk tidak hanya menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode yang dapat melatih siswa belajar mengalami, misalnya dengan diskusi, praktek komputer akuntansi, memperbanyak latihan mengerjakan soal. Selama ini guru di dalam menyampaikan materi pelajaran akuntansi dengan ceramah secara lisan dan dengan menjelaskan materi di papan tulis. SMA Negeri 7 Surakarta merupakan salah satu SMA favorit di Surakarta, tetapi walaupun sebagai salah satu sekolah favorit, prestasi para siswa SMA Negeri 7 Surakarta masih kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi belajar dari para siswa, selain itu masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain. Lingkungan sekolah
6
SMA Negeri 7 Surakarta yang letaknya sangat dekat dengan jalan raya menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar sedikit terganggu karena keramaian jalan dan getaran suara kendaraan. Faktor lain yang menyebabkan prestasi belajar di SMA Negeri 7 kurang baik adalah para guru masih menggunakan metode yang masih belum tepat dalam melaksanakan pembelajaran. Bertolak dari uraian diatas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi, Lingkungan Belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta “. Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Pada umumnya prestasi belajar akuntansi masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dari siswa itu sendiri. Selain itu, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain sehingga pemahaman terhadap materi bahasan yang dipelajari masih kurang. 2. Letak SMA Negeri 7 Surakarta yang dekat dengan jalan raya menyebabkan lingkungan belajar tersebut kurang kondusif. Lingkungan belajar yang kurang kondusif juga menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa. 3. Banyak guru yang masih menggunakan metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga rendahnya prestasi belajar akuntansi siswa disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan topik bahasan. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal – hal berikut :
7
1. Motivasi belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah motivasi yang berasal dari dalam (faktor internal) yaitu minat, bakat dan tingkat intelegensi dan motivasi yang berasal dari luar (faktor eksternal) yaitu lingkungan (keluarga, pergaulan, teman, sekolah) dan metode pembelajaran. 2. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan belajar di sekolah dan di rumah yang kondusif, yaitu yang dapat mendukung prestasi belajar siswa termasuk sarana yang disediakan dan kenyamanan lingkungan belajar. 3. Metode pembelajaran yang akan dibahas adalah metode pembelajaran yang paling sesuai dengan materi pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 7 Surakarta. 4. Prestasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai hasil belajar (rapor) kelas XI IPS semester gasal TA. 2009/2010. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : 1
Adakah pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
2
Adakah pengaruh yang signifikan antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
3
Adakah pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ?
4
Adakah pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta ? E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta.
8
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta. 3. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran apakah yang digunakan oleh guru akuntansi dalam pembelajaran pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta, sehingga memberikan kemudahan, kejelasan, ketuntasan, kenyamanan bagi para siswa 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penulis ingin mengetahui hubungan yang sebenarnya antara beberapa faktor yang diteliti dengann prestasi belajar yang didapat pada hasil akhir serta ingin menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian tersebut. 2. Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran akuntansi. b. Dapat memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi guru dalam menetukan metode pembelajaran yang paling tepat dan paling sesuai sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Dapat digunakan oleh sekolah sebagai peningkatan kualitas dan mutu pendidikan dengan lebih menjaga dan memelihara lingkungan belajar agar selalu kondusif. d. Memotivasi para orang tua untuk lebih ikut berpartisipasi dalam usaha pembelajaran dan pendidikan anak.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Pendidikan Manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dan berproduksi. Proses produksi manusia tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga harus secara kualitif. Perkembangan manusia untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih berkualitas dibutuhkan upaya humanisasi, ada pendapat mengatakan bahwa salah satu upaya untuk menjadikan manusia lebih baik adalah melalui proses pendidikan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, jadi dalam kehidupannya dia selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya karena upaya humanisasi manusia melalui proses pendidikan melibatkan banyak manusia lainnya. Di rumah yang berperan besar dalam proses pendidikan adalah orang tua, sedangkan di sekolah yang berperan dalam proses pendidikan adalah guru, dan di masyarakat yang berperan dalam proses pendidikan adalah teman pergaulan, selain itu, faktor individu juga berperan untuk menentukan hasil dari upaya pendidikan tersebut. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia. Hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagian pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya dengan manusia, pendidikan adalah sebagai suatu cara memanusiakan manusia menjadi manusia dewasa dalam makna yang seutuhnya, artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia. Menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial, pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan teknik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana lainnya yang ditawarkan sesuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun.
10
Pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan yang penuh dengan kebodohan, ketertindasan oleh golongan yang kuat, kaya terhadap yang lemah, miskin sehingga makin terasa menderita. Hal senada diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, dalam pengertian sederhana secara leksikal pendidikan adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih manusia yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan, memiliki derajat yang sama dengan yang lain (duduk sama rendah berdiri sama tinggi). Di Indonesia berdasarkan UU no.2 Tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Komponen Proses Belajar Mengajar Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Agar terbentuk manusia yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban. Komponen dalam proses belajar mengajar terdiri dari masukan, keluaran dan umpan balik. Masukan dalam proses pendidikan adalah siswa dengan segala karakteristik dan keunikannya. Untuk memastikan keunikan dan karakteristik siswa yang akan masuk dalam transformasi, diperlukan evaluasi terhadap masukan. Unsur-unsur transformasi dalam proses pendidikan meliputi : a. Pendidikan dan personal lainnya (guru) b. Isi pendidikan c. Teknik/metode d. Sistem evaluasi e. Sarana pendidikan dan sistem administrasi.
11
Guru sebagai pendidik melakukan proses belajar mengajar berdasarkan pada kurikulum yang berlaku, selain itu guru juga menyusun desain intruksional untuk membelajarkan siswa, sedangkan siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman dan tujuan. Siswa mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian, karena siswa yang belajar mengalami proses dan meningkatkan kemampuan mentalnya. Keluaran dari proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mengetahui dan menetapkan apakah siswa telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Adapun umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pendidikan.
3. Motivasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Motivasi Dalam kehidupan sehari-hari istilah motivasi sering digunakan untuk menunjukkan semangat dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, makna atau arti lengkapnya masih sering dikacaukan dengan istilahistilah lain yang hampir mirip baik cara mengucapkan maupun ejaannya. Seperti motif yang terdapat dalam bidang seni lukis, yang berarti tema atau motion yang terdapat dalam bidang film, yang berarti gerak. Masalah motivasi adalah masalah yang paling berpengaruh didalam dunia pendidikan, bila kita berbicara tentang motivasi, biasanya hal-hal yang menjadi pusat perhatian adalah faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong orang untuk melakukan sesuatu dan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi siswa dalam belajar, dapat diketahui seberapa besar minat dan semangat siswa dalam melakukan aktivasnya belajarnya. Namun
12
dalam kenyataannya motivasi belajar yang dimiliki siswa itu bervariasi karena motivasi tersebut merupakan perbedaan individual. Motivasi secara umum diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul dari diri seorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Peranan motivasi ini sangat besar dalam mengerahkan seseorang dalam bertingkah laku. Proses timbulnya motivasi didukung adanya kebutuhan seseorang yang belum terpenuhi. Motivasi menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. Mc.Donald (dalam Oemar Hamalik,2001:158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam definisi ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu: 1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organism manusia, misalnya karena perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. 2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, yaitu ingin melakukan sesuatu yang mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suatu emosi, kemudian suasana emosi ini dapat menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin boleh terjadi dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan, tingkah laku atau sikap. Seseorang merasa hasil belajarnya rendah, padahal dia memiliki buku pelajaran yang lengkap, dia merasa memiliki cukup waktu, tetapi dia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakan tidak memadahi untuk memperoleh hasil belajar yang baik, dan oleh karena itu dia harus mau mengubah cara-cara belajarnya. dorongan ini ditimbulkan oleh perasaan. 3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah satu tujuan.
13
Berdasarkan pendapat Mc.Donald tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang menyebabkan dan mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan atau motif. b. Pengertian Motivasi Belajar Seseorang siswa SMA yang setiap hari berangkat ke sekolah tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan seorang siswa akan berhasil dalam belajar kalau dalam dirinya terdapat keinginan dan kemauan untuk belajar. Keinginan untuk belajar merupakan prinsip pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dan keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi belajar, namun harus benar dilakukan atau dilaksanakan setiap saat secara terjadwal. Jika dihubungkan dengan motivasi dalam belajar, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang menyebabkan dan mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk
dapat
melakukan
kegiatan
belajar
dan
menambah
keterampilan maupun pengalaman. Motivasi mendorong minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan, maka siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus dan memecahkan masalah (H. Martinis Yamin, 2006:173). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Seseorang Keinginan untuk maju dan untuk berkembang tidak selalu dapat dilalui dan dijalani dengan mudah, tetapi ada hal yang dapat mempengaruhi dan mungkin juga dapat menghalangi seseorang untuk mencapai tujuan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas disebut sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang. Asri Laksmi R (1998:41) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
14
a. Faktor internal, yaitu yang berasal dari individu sendiri antara lain minat, bakat, intelegensi, tujuan individu dan lain-lain. b. Faktor eksternal, yaitu yang berasal dari luar individu, seperti lingkungn sosial, lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja dan lain-lain. Agar motivasi individu dapat berkembang secara optimal, selain dukungan kedua faktor tersebut di atas, kegiatan yang akan dilakukan hendaknya : a. Mempunyai nialai personal bagi individu tersebut b. Hasilnya sangat bermanfaat bagi orang lain c. Individu mempunyai keyakinan mampu meraihnya d. Tugas yang dikerjakan tidak terlalu sulit atau resiko yang diambil tidak terlalu besar e. Hasil yang didapatkan sesuai dengan yang dikerjakan atau dilakukan. d. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Motivasi Menurut Wyner (dikutip oleh Haditomo,1998) menyebutkan cirri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut: a. Menunjukkan aktivitas yang berprestasi b. Menunjukkan ketekunan dan tidak putus asa dalam menghadapi kegagalan c. Memilih tugas-tugas tingkat kesulitan yang sedang-sedang. Menurut McClelland (dikutip dari Gipson,1998) dalam risetnya menggambarkan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi dalam masyarakat adalah: a. Mereka yang memiliki berprestasi tinggi lebih suka menetapkan sendiri tujuan prestasinya b. Lebih suka menghindari tujuan prestasi yang mudah dan sukar karena mereka lebih suka tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. c. Lebih menyukai balikan (feed-back) yang cepat dan efisien mengenai prestasi mereka d. Senang dan bertanggung jawab memecahkan setiap masalah.
15
Heckhausen (dikutip Malayani,1982) mengemukakan ada enam sifat individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sifat-sifat tersebut adalah: a. Lebih mempunyai kepercayaan diri dalam menjalankan tugas yang berhubungan dengan prestasi b. Mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan (reward) pada waktu kemudian c. Memilih tugas yang kesukarannya sedang d. Tidak suka membuang-buang waktu e. Menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi dengan kemampuan sendiri. f. Lebih tangguh dalam suatu tugas. Dari pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan mereka tidak jauh berbeda dan semuanya memliki gambaran bahwa individu yang memiliki motivasi akan selalu bekerja keras, tangguh, tidak mudah putus asa, berorientasi kemasa depan, menyukai tugas yang memiliki tingkat kesukaran sedang, menyukai balikan yang cepat dan efisien mengenai prestasinya serta mandiri. Selain itu juga bertanggung jawab dalam memecahkan masalah serta efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuannnya. e. Macam-macam Motivasi Motivasi berkaitan dengan berbagai masalah dan situasi, dalam bahasan ini, motivasi yang akan dibahas berhubungan dengan motivasi dalam proses belajar. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat diartikan sebagai dorongan penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang yang menimbulkan keinginan dan hasrat untuk belajar, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
16
Berdasarkan analisa dan pembatasan masalah yang akan diteliti, motivasi yang akan dibahas pada pokoknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi belajar intrinsik dan dan motivasi belajar ekstrinsik. Penjelasan dari kedua motivasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Motivasi Intrinsik Motivasi belajar intrinsik pada dasarnya adalah motif-motif yang menjadi aktif, yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap siswa atau individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, motif ini sering disebut motif murni. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam aktivitas bealajar itu sendiri. Aktivitas belajar didalam motivasi intrinsik dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, karena tanpa belajar tidak mungkin mendapatkan pengetahuan. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, sehingga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya ada aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar itu sendiri. Perlu ditegaskan disini bahwa bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak perlu, sebab kemungkinan keadaan siswa itu dinamis dan berubah-ubah. Dorongan dari dalam diri sendiri untuk berkembang menjadi lebih baik tidak ada, sehingga harus ada dorongan dari luar.
17
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan beberapa upaya, yaitu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip belajar, unsur-unsur dinamis belajar, pemanfaatan pengalaman, dan pengembangan cita-cita. Upaya-upaya tersebut adalah: 1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar ada bermacam-macam, menurut beberapa ahli, ada empat aliran psikologi tentang belajar, yaitu aliran behavioristik, kognitif, humanistic dan gestalt. Masing-masing aliran ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, disamping itu masing-masing teori tidak sama kecocokannya untuk menaggulangi materi yang berbeda. Guru wajib mengetahui dan mengkaji semua teori itu guna mengantisipasi anak didik yang membutuhkannya.
2) Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar. Kemampuan guru akan terlihat dalam usahanya menumbuhkan motivasi, menyajikan materi pelajaran, memilih serta menggunakan alat bantu, mengusahakan agar suasana belajar tetap kondusif serta menangani kondisi siswa.
3) Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman Pengajaran tidak akan behasil dengan baik jika tidak memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki, hal ini dapat berupa bahan apersepsi untuk mempermudah penjelasan.
4) Mengembangkan cita-cita. Kriteria tentang orang-orang terkenal atau para tokoh yang berhasil perlu dijelaskan kepada siswa guna memberikan harapan-harapan yang dapat diperoleh dengan usaha yang keras. Dengan demikian guru akan
18
memberikan penguatan atau motivasi bagi siswa untuk belajar dan bekerja keras. 4. Lingkungan Belajar a. Macam-macam Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah lingkungan tempat proses belajar berlangsung baik di sekolah maupun di rumah, lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa dari belajar. Perbedaan dari kedua lingkungan belajar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Lingkungan Belajar di Sekolah Lingkungan belajar di sekolah adalah keadaan sosial maupun non sosial yang berada didalam sekolah, yang termasuk dalam lingkungan belajar di sekolah yaitu: a) Gedung sekolah dan letaknya Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, sehingga daya tampung gedung sekolah kurang dapat memenuhi syarat yang mengakibatkan siswa duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas, sehingga mereka tidak dapat belajar dengan baik. Selain itu, letak sekolah yang terlalu strategis sehingga terlalu ramai menyebabkan siswa tidak dapat berkonsentrasi dengan baik pada waktu belajar. b) Alat-alat belajar Alat-alat dan perlengkapan pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar siswa dalam proses belajarnya, jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan lebih mudah dan giat. c) Keadaan cuaca dan waktu belajar Cuaca dan waktu yang tepat akan membantu siswa lebih konsentrasi, apabila ruangan kelas siswa terlalu panas atau dingin akan dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Waktu belajar dapat dilakukan pagi hari, siang, sore atau malam hari sesuai dengan keadaan
19
situasi masing- masing siswa. Apabila suatu saat siswa terpaksa masuk sekolah di siang hari, yang seharusnya siswa istirahat tetapi harus masuk sekolah, hal ini akan membuat belajar mereka tidak dapat efektif, sebaliknya bagi siswa yang masuk pagi hari akan lebih dapat menerima pelajaran dengan baik. d) Lingkungan sosial sekolah Seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. 2) Lingkungan Belajar di Rumah Lingkungan belajar di rumah pada dasarnya tidak lepas dari peran kedua orang tua untuk memotivasi, memberi semangat, perhatian dan kasih sayang kepada siswa itu sendiri. Perlu disadari bahwa waktu belajar di sekolah tidaklah lama jika dibandingkan dengan rumah, sehingga orang tua lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan studi anaknya. Lingkungan belajar di rumah dapat dibedakan menjadi: a) Rumah dan letaknya Kondisi atau keadaan rumah yang sempit atau berantakan serta perkampungan yang padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voly) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas untuk dikunjungi.
b) Lingkungan sosial keluarga Orang tua dan keluarga siswa lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa, misalnya sifat-sifat orang tua dan praktik pengelolaan keluarga, ketergantungan keluarga, jumlah keluarga (letak rumah) dapat
20
memberi dampak yang baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
c) Lingkungan sosial masyarakat Lingkungan
sosial
masyarakat
termasuk
tetangga
di
sekitar
perkampungan tempat tinggal siswa, yang kondisinya serba kekurangan akan mempengaruhi belajar siswa, sehingga lingkungan masyarakat yang banyak memiliki kegiatan menyebabkan siswa aktif dan sibuk dalam kegiatan tersebut sehingga mengabaikan kegiatan belajarnya.
d) Lingkungan sosial teman Teman-teman sepermainan siswa yang tidak sekolah dan menganggur akan sangat mempengaruhi aktivitas ketekunan belajar siswa. Siswa akan kesulitan dalam menemukan teman belajar dan berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar yang belum dia miliki. b. Lingkungan Belajar yang Kondusif Sehubungan dengan pentingnya kondisi lingkungan belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar, dalam implementasi kurikulum 2004, para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun non fisik. Lingkungan fisik merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang relevan dan memadah, sedangkan lingkungan non fisik lebih cenderung dengan keadaan ataupun suasana lingkungan belajar tersebut. Lingkungan non fisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap guru, hubungan harmonis antara guru dengan peserta didik, hubungan peserta didik dengan guru dan sesama peserta didik itu sendiri, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Soedomo (dalam Mulyasa;2005:15) menggaris bawahi bahwa “Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberi dampak positif bagi
21
proses belajar”. Lingkungan belajar harus mendapat perhatian yang besar, karena lingkungan mempengaruhi situasi belajar, siswa tidak akan merasa nyaman,aman dan tentram belajar manakala kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti letak sebuah sekolah, kebersihan sekolah, sirkulasi udara, tata ruang dan suasana belajar. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan lingkungan belajar tidak hanya lingkungan belajar di sekolah saja, tetapi juga termasuk didalamnya adalah lingkungan belajar di keluarga atau rumah. Lingkungan belajar di sekolah maupun lingkungan belajar di keluarga menyumbangkan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan prestasi belajar siswa. Lingkungan belajar di sekolah yang kondusif menurut Mulyasa (2005:16-17) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan, sebagai berikut: 1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran sehingga akan membangkitan nafsu dan semangat belajar siswa yang kemudian menimbulkan rasa betah belajar di sekolah. 2. Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah. 3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. 4. Menciptakan kerjasama, saling menghargai, baik antara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran. 5. Melibatkan
peserta
didik
dalam
proses
perencanaan
belajar
dan
pembelajaran. 6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar. 7. Mengembangkan
system
evaluasi
belajar
dan
menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation).
pembelajaran
yang
22
5. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut H. Marini S Yamin (2006:153) “Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. b. Macam-macam Metode Pembelajaran Ada bermacam-macam jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan meteri kepada siswa, tergantung bagaimana guru tersebut dapat menguasai metode pembelajaran yang akan digunakannya. Semakin guru tersebut menguasai metode yang akan digunakan, maka semakin baik hasil yang akan diperoleh dari proses belajar mengajar tersebut. Menurut H. Marini S Yamin (2006:154) jenis-jenis metode yang dapat digunakan tersebut anatara lain adalah: 1) Metode Ceramah 2) Metode Demonstrasi dan Eksperimen 3) Metode Tanya Jawab 4) Metode Penampilan 5) Metode Diskusi 6) Metode Studi Mandiri 7) Metode Pembelajaran Terprogram 8) Metode Latihan Bersama Teman 9) Metode Simulasi,dll
23
c. Metode Pembelajaran yang Dapat Digunakan Oleh Guru Dalam proses belajar mengajar, guru dihadapkan untuk memilih metodemetode dari sekian banyak metode yang telah ditemukan oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pembelajaran secara tepat dan akurat adalah sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan meteri pelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran serta kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa, sasaran tersebut dapat dicapai dengan menggunakan metode-metode pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran tepat, relevan
2) Pengetahuan awal siswa Pada awal sebelum guru masuk ke kelas memberikan materi pelajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan, yaitu mengetahui pengetahuan awal siswa. Untuk dapat mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat melakukan preetes tertulis atau tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyususn strategi memilih metode pembelajaran yang tepat untuk siswa.
3) Jumlah siswa Idealnya metode yang guru terapkan di dalam kelas melalui pertimbangan jumlah siswa yang hadir, memang ada ratio guru dan siswa agar proses belajar mengajar dapat efektif, ukuran kelas
24
menentukan
keberhasilan
terutama
pengelolaan
kelas
dan
penyampaian materi. 4) Alokasi waktu dan sasaran penunjang Metode pembelajaran harus disesuaikan dengan alokai waktu, metode yang akan dipergunakan telah dirancang sebelumnya sesuia dengan alokasi
waktu,
termasuk
didalamnya
perangkat
penunjang
pembelajaran. Perangkat penunjang pembelajaran tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video, film, dan sebagainya.
5) Pengalaman dan kewibawaan pengajar Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman dalam mengajar, semakin lama seorang guru dalam mengajar, maka semakin berpengalaman. Disamping seorang guru harus berpengalaman dalam mengajar, guru juga harus berwibawa karena kewibawaan merupakan kelengkapan mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena dia berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik maupun sosialnya. 6. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli sangat bervariasi, hal tersebut dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda dari para ahli terebut. Kata prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai. Dalam pengertian ini prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Sedangkan kata belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan (aspek psikomotorik),
25
pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan individu atau dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai oleh seseorang dalam penguasaan pengetahuan, sikap serta keterampilan berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku. Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa,”Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia, karena sepanjang rentang hidup manusia, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuannya masing-masing”. Sedang Sutratinah Tirtinegoro. (2001:43) mengatakan bahwa,”Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak tersebut tergolong anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini dinyatakan dalam simbol, kata, huruf atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang dinyataakan dalam betuk angka, huruf, maupun symbol, dalam penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi yang dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pengenalan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam membantu siswa mencapai prestasi belajar yang setinggi-tinginya. Faktor-faktor yanag dapat mempengaruhi prestasi belajar yang dimaksud seperti yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130-131): 1) Faktor Internal, meliputi: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun perolehan. Yang termasuk faktor ini misalnya adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
26
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas faktor intelektif, meliputi kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata seperti prestasi yang dimiliki dan faktor non intelektif seperti unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik dan psikis 2) Faktor Eksternal meliputi: a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok. b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim d) Faktor spiritual dan keagamaan. c. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sangat penting bagi siswa, guru, orang tua ataupun sekolah. Prestasi belajar penting karena sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Zaenal Arifin (1990:3-4) mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain adalah: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. 7. Mata Pelajaran Akuntansi Salah satu definisi akuntansi yang menurut penulis paling relevan saat ini adalah yang dikemukakan oleh American Accounting Association, yaitu “Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian (pengkajian), pengukuaran dan pengkomunikasian informasi ekonomi untuk membantu para pemakai informasi dalam membuat pendapat-pendapat serta keputusan-keputusan”. (Terjemahan definisi akuntansi dari A Statement of Basic Accounting Theory, American Accounting Association).
27
Selain pengertian tersebut, menurut AICPA (American Institute of Cerified Publik Accounting) dalam bukunya Agus Suranto, S.Pd (2005:2) menyatakan bahwa “Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan, peringkasan dengan cara tertentu dan dalam nilai uang terhadap kinerja atau transaksi yang paling sedikit atau sebagian bersifat keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya. Pengertian akuntansi begitu luas karena mencakup berbagai bidang spesialisasi. Akuntansi mencakup semua informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan dari kegiatan tata buku, akuntansi merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran ekonomi yang dipelajari di program khusus IPS. Permasalahan ekonomi, dalam konteks IPS yang dipelajari oleh siswa kelas XI IPS adalah bagian dari upaya manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan yang tak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Mata pelajaran akuntansi ini adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa SMA Negeri 7 Surakarta yang duduk di kelas XI IPS. Mata pelajaran ini sering dianggap sulit oleh siswa karena untuk mempelajarinya membutuhkan
ketelitian, keuletan, keterampilan
serta
kemampuan menghitung dan pemikiran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Ilmu akuntansi sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa kelas XI IPS, materi yang dijarkan di SMA Negeri 7 Surakarta adalah sebagai berikut: a. Akuntansi dan Sistem Informasi b. Dasar Hukum dan Pelaksanaan Akuntansi c. Struktur Dasar Akuntansi d. Silkus Akuntansi Perusahaan Dagang e. Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa
Mata pelajaran akuntansi SMA berfungsi mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa untuk beraktivitas, caranya adalah dengan mengenali berbagai peristiwa ataupun kejadian dalam akuntansi, seperti transaksi jual beli, laporan keuangan perusahaan, memahami konsep dan teori sederhana
28
serta berlatih memecahkan masalah ekonomi sehari-hari, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar maupun lingkungan yang lebih luas. Dengan demikian diharapkan mata pelajaran akuntansi yang diberikan kepada siswa dapat menjadi bekal pengetahuan bagi siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang motivasi belajar, lingkungan belajar, metode pembelajaran dan prestasi belajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah : Penelitian yang dilakukan oleh Sutarti (2002) dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas III SLTP Negeri 17 Surakarta Tahun Ajaran 2000/2001”, tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar : (1) Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ; (2) Hubungan motivasi belajar degan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ; (3) Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan motivasi secara bersama-sama dengan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SLTP Negeri 17 Surakarta Tahun Ajaran 2000/2001. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi regresi ganda. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ; (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar (pada taraf signifikansi 5%). (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (pata taraf signifikansi 5%). (3)Ada hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi belajar secara bersama dengan prestasi belajar (pada taraf signifikansi 5%).
29
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Dina (2007) dengan judul “Hubungan Antara Kedisplinan dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu Tahun Ajaran 2006/2007”, tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar : (1) Hubungan positif dari kedisiplinan belajar, khususnya pelajaran akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu TA 2006/2007. (2) Hubungan positif dari motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu TA 2006/2007. (3) Hubungan positif dari kedisiplinan belajar dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu TA 2006/2007. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi regresi ganda. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ; (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan prestasi belajar (pada taraf signifikansi 5%). (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (pata taraf signifikansi 5%). (3)Ada hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar secara bersama dengan prestasi belajar (pada taraf signifikansi 5%). Melihat penelitian yang dilakukan oleh Sutarti dan Dina diatas terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis saat ini. Persamaan itu diantaranya terletak pada permasalahan yang dibahas yakni motivasi dan prestasi belajar serta kesamaan kajian teori yang digunakan. Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda seperti yang digunakan peneliti sebelumnya karena sama-sama mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Perbedaannya terletak pada objek tempat penelitian.
30
C. Kerangka Berpikir Bertolak dari tinjauan pustaka diatas, maka dapat dibuat suatau kerangka pemikiran sebagai berikut: Prestasi belajar akuntansi adalah hasil belajar yang dicapai dalam proses belajar akuntansi sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Prestasi belajar akuntansi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Motivasi adalah semangat yang mendorong siswa tersebut untuk giat belajar, oleh karena itu motivasi penting untuk dapat meningkatkan prestasi belajar. Motivasi yang dimiliki seorang siswa berbeda-beda tergantung masingmasing siswa tersebut. Motivasi yang dimiliki siswa untuk belajar dapat berasal dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun yang berasal dari luar (eksternal). Motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri berkaitan erat dengan minat, bakat, tingkat intelegensi. Jika seorang siswa memiliki minat atau keinginan serta termotivasi untuk belajar, untuk mendapatkan hasil prestasi belajar yang memuaskan tidaklah sulit. Sedangkan faktor yang berasal dari luar, diantaranya adalah lingkungan belajar dan peran guru. Guru mempunyai peran tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga mempunyai peran penting untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar serta memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar. Lingkungan belajar merupakan faktor pendukung tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Lingkungan belajar merupakan tempat siswa dalam melakukan segala aktivitas belajarnya baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah yang dalam hal ini peran orang tua juga sangat mempengaruhi. Lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman akan memberikan pengaruh tersendiri bagi para siswa ketika melakukan proses belajar. Kenyamanan lingkungan belajar di sekolah akan membuat para siswa bisa selalu berkonsentrasi dalam belajar karena kenyamanan lingkungan belajar di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi
31
belajar. Hal lain yang dapat mendukung adalah sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah. Sarana
dan prasarana yang memadahi akan
memudahkan siswa dalam melakukan aktivitas, sehingga diharapkan proses belajar dapat mencapai tujuan yang maksimal yaitu prestasi belajar yang memuaskan. Selain itu lingkungan belajar di rumah juga tidak kalah pentingnya bagi keberhasilan belajar siswa, karena orang tua mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar anak didik. Hal ini tentunya dibutuhkan kerja sama antara pihak orang tua dengan sekolah sehingga akan terjadi interaksi yang baik, yang nantinya akan memberikan dampak yang baik juga terhadap hasil yang ingin dicapai. Metode mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan prestasi belajar siswa yang optimal. Metode mengajar itu sangat bervariasi, sehingga guru dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Dalam memilih metode, guru harus jeli dan mampu memilih metode yang paling tepat diterapkan dalam penyampaian materi kepada siswa, sehingga penjelasan dari materi pelajaran tersebut dapat diterima oleh para siswa. Selain itu, pemilihan metode juga harus memperhatikan kemampuan siswa. Jangan sampai seorang guru memaksakan kehendaknya untuk memilih dan menggunakan suatu metode pembelajaran yang dirasa sulit untuk diterima oleh siswanya hanya karena alasan guru tersebut tidak bisa menggunakan metode yang lain. Hal ini akan membuat materi pelajaran yang disampaikan tidak dapat diterima oleh siswa dan dampaknya adalah tujuan belajar tidak dapat tercapai dan selanjutnya akan berdampak juga terhadap prestasi belajar. Berdasarkan
pemikiran-pemikiran
tersebut
di
atas,
maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa, lingkungan tempat belajar siswa, serta metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh seorang guru sangat berperan dalam menentukan hasil serta prestasi belajar siswa. Dari pemikiran-pemikiran diatas, maka dapat digambarkan kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
32
X1 1
X2
4 2
3
Y
X3
Gambar 1. Paradigma Penelitian Keterangan : X1
:
Motivasi belajar
X2
:
Lingkungan belajar
X3
:
Metode pembelajaran
Y
:
Prestasi belajar
:
Garis hubungan C. Hipotesa Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan analisa kerangka pemikiran di atas
dapat diambil hipotesis sebagai berikut : a. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010. b. Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010. c. Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010. d. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta T.A 2009/2010.
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penalitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta kelas XI IPS semester gasal tahun ajaran 2009-2010 Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri 7 Surakarta. b. SMA Negeri 7 memiliki data yang memadai untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh motivasi, lingkungan dan metode terhadap hasil belajar. c. SMA Negeri 7 Surakarta merupakan salah satu SMA unggulan di Surakarta, sehingga hasil dari penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan yang lebih lanjut baik secara teknis maupun non teknis.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang digunakan dalam penelitian dari penyusunan perencanaan sampai pada perbanyakan laporan penelitian. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka waktu penelitian yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini kurang lebih 6 ( enam ) bulan, yang dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
34
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penyususnan Skripsi Kegiatan
Tahun 2009-2010 Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
1. Tahap Perencanaan a. Pengajuan Judul b. Menyusun Proposal c. Mengurus Ijin d. Menyusun Instrumen e. Melaksanakan Try Out 2. Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan Data b. Menyusun dan Mengolah Data 3. Menyusun Laporan
B. Metode Penelitian Suatu penelitian ilmiah dilakukan bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang sedang dikaji. Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan suatu metode, cara atau teknik agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat
35
dipertanggungjawabkan. Winarno Surakhmad ( 1998:131 ) memberikan pengertian metode sebagai berikut “ Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik seta alat-alat tertentu “. Sedangkan pengertian penelitian menurut Sutrisno Hadi (2001:63) “ Research adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah “. Berdasarkan pengertaian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sesuai dengan permasalahan yang penulis kemukakan dimuka, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan mendaptkan informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual/ada pada saaat penelitian berlangsung. Selain itu metode deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penyelidikan ini tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan intrepetasi tentang arti data tersebut. Menurut Hadari Nawawi (1995: 64) metode deskriptif dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: (a) Survey (Survey Studies), (b) Studi Hubungan (Interrelationship Studies), (c) Studi Perkembangan (Development Studies). Selanjutnya, mengacu pada pendapat diatas, maka ada beberapa macam penelitian yang bisa diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif, yaitu: (a) Studi Kasus (Cause Studies), (b) Studi Sebab Akibat dan Perbandinngan (Causal Comparative Studies), (c) Studi Korelasi (Correlation Studies). Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan menghubungkan antara tiga variabel bebas dengan satu variabel terikat. Jenis
36
penelitiannnya adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang dimaksud adalah motivasi, lingkungan belajar dan metode pembelajaran, sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Metode deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti sekelompok manusia, untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Hal ini sesuai dengan cirri-ciri pokok metode penelitian yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1998:140) sebagai berikut: 1. Penelitian deskriptif lebih memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada saat sekarang. 2. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalaisa. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Suharsimi Arikunto (2002:108) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi ini dapat terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuhan, hewan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. 2. Sampel Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut dengan pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang didapatkan sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002:109) bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan
37
untuk melakukan generalisasi terhadap populasi yang ada. Dari populasi yang ada didapatkan dua kelas sebagai sampel dari kelas XI yang ada di SMA Negeri 7 Surakarta yaitu kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2. 3. Teknik Pengambilan Sampel Dalam
pengambilan
sampel
perlu
dipergunakan
teknik-teknik
pengambilan sampel agar sampel yang diperoleh benar-benar menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Menurut Sutrisno Hadi (2001:76) “Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel”. Selanjutnya teknik sampling menurut Sutrisno Hadi (2001:76-78) adalah sebagai berikut: a. Secara random sampling dapat ditempuh dengan: 1) Cara undian 2) Cara ordinal 3) Cara randomisasi dari table bilangan random b. Secara non random sampling dapat ditempuh dengan: 1) Sample Proportional Sample 2) Stratified Sample 3) Purposive Sample 4) Quota Sample 5) Double 6) Area Probability Sample 7) Cluster Sample Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling digunakan karena sampel yang akan digunakan ditentukan berdasarkan alasan dan pertimbangan tertentu, dalam hal ini adalah berdasarkan prestasi. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang obyektif,dipercaya dan akurat dari beberapa sumber yang telah ditentukan, maka diperlukan teknik pengumpulan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:126-133) terdapat beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Metode Test Metode Kuesioner/Angket Metode Interview Metode Observasi
38
5) Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner dan dokumentasi. 1. Kuesioner atau Angket Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto (2002:202) mendefinisikan “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”. Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Suharsimi Arikunto (2002:128) mengemukakan: Kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya: 1). Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada: a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih 2). Dipandang dari jawaban yang diberikan ada: a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang orang lain b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain 3). Dipandang dari bentuknya, maka ada: a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup b) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka c) Chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (v) pada kolom yang sesuai. d) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran. Berdasarkan pembagian angket diatas maka untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan variabel tersebut dipergunakan angket tertutup langsung dengan bentuk rating scale.
39
Alasan penulis menggunakan angket tertutup langsung sebagai teknik pengumplan data adalah untuk memudahkan dalam memberikan penilaian terhadap pernyataan-pernyataan karena jawabannya sudah tersedia dan untuk menggali/merekam informasi secara langsung dari orang yang bersangkutan yang lebih tau tentang dirinya sendiri dan juga memudahkan penelitian. Langkah-langkah pembuatan angket menurut Sanapsiah Faisal (1999:30) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Menyusun matrik spesifikasi data Menyusun angket Try out (uji coba) angket Revisi angket Memperbanyak angket Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat dijelaskan langkahlangkah pembuatan angket sebagai berikut: 1) Menyusun Matrik Spesifikasi Data Matrik spesifikasi data berguna untuk melihat atau memperjelas permaslahan yang akan dituangkan dalam angket, antara lain batasan konsep yang akan diteliti serta variabel-variabel yang akan diidentifikasi. Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan diukur adalah: a) Variabel bebas pertama yaitu motivasi belajar b) Variabel bebas kedua yaitu lingkungan belajar c) Variabel bebas ketiga yaitu metode pembelajaran Variabel terikat (Y) yaitu prestasi belajar siswa tidak perlu diukur. Hal ini dikarenakan prestasi belajar sebagai variabel terikat sudah terdapat data yang valid dan tidak perlu diubah. Batasan konsep yang akan diteliti disini adalah indikatorindikator yang terdapat di dalam tiap-tiap variabel bebas. Sehubungan dengan variabel bebas yang akan diteliti dengan menggunakan angket dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa, lingkungan belajar siswa dan metode pembelajaran, maka tiga variabel inilah yang akan
40
dijabarkan menjadi butir-butir dalam angket. Dari variabel-variabel tersebut, dapat diidentifikasi indikator-indikatornya. Berdasarkan indikator-indikator
kemudian
disusun
angket,
berikut
adalah
indikator-indikator dari motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran: a) Variabel bebas pertama (X1) yaitu motivasi belajar, indikatornya adalah: 1) Perubahan tenaga dan semangat dalam diri seseorang. 2) Motivasi ditandai adanya dorongan efektif. 3) Motivasi untuk mecapai tujuan. 4) Prestasi siswa yang tinggi. 5) Rasa puas atas keberhasilan yang telah ditargetkan. 6) Rasa puas dan sukses ditentukan oleh diri sendiri lepas dari pengaruh orang lain. b) Variabel bebas kedua (X2) yaitu lingkungan bealajar, indikatornya adalah: 1) Tempat melakukan aktivitas berlajar. 2) Lingkungan belajar yang kondusif. 3) Lingkungan belajar yang mendukung proses belajar mengajar. 4) Tempat yang strategis dan bersih. 5) Kedisiplinan yang berlaku di dalam lingkungan belajar tersebut. 6) Peraturan dalam lingkungan belajar yang telah ditetapkan. c) Variabel
bebas
ketiga
(X3)
yaitu
metode
pembelajaran,
indikatornya adalah: 1) Cara menyampaikan materi pelajaran. 2) Media yang digunakan dalam proses penyampaian materi pelajaran. 3) Kecakapan guru dalam menguasai metode pembelajaran. 4) Kenyamanan siswa dalam menerima meteri pembelajaran dengan mengguanakan metode tersebut. 5) Pencapaian tujuan pembelajaran.
41
6) Keberhasilan siswa dengan menggunakan metode tersebut.
2) Menyusun Angket Menyusun angket berarti membuat item-item pertanyaan dan pernyataan, membuat pedoman dan petunjuk pengisian angket dan membuat surat pengantar. Prosedur yang ditempuh dalam pengisian angket adalah : a) Menyusun kisi-kisi angket Kisi-kisi angket diperlukan untuk melihat atau memperjelas permasalahan yang akan dituangkan dalam angket serta untuk mempermudah merekapitulasi data.
42
Tabel 2.KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA Prediktor
1. Motivasi perubahan
Indikator
16,29
dan
2,7,15,
tenaga
dalam
diri
21
semangat
dorongan efektif.
18
efektif c. Motivasi untuk mencapai
24,30
reaksi-reaksi
Jml
6
seseorang.
seseorang b. Motivasi ditandai dengan 3,5,9,
dorongan
dalam
Negatif
tenaga
yang ditandai oleh
dan
Positif adalah a. Perubahan
di dalam diri atau pribadi
No. Item
1,13
6
4,12
4
tujuan.
mencapai
tujuan.
2. Motivasi
belajar a. Prestasi siswa yang tinggi.
siswa adalah daya penggerak
10,11,
14,19,
7
17,26
20
23,27
22,28
4
8
6,25
3
17
13
30
dari
dalam diri siswa b. Rasa puas atas keberhasilan demi penghargaan
yang telah ditargetkan.
kepada diri sendiri. c. Rasa
puas
dan
sukses
ditentukan oleh diri sendiri dan lepas dari pengaruh orang lain. JUMLAH
43
Tabel 3.KISI-KISI ANGKET LINGKUNGAN BELAJAR Prediktor
1. Lingkungan
Indikator
belajar a. Tempat melakukan aktivitas
adalah tempat untuk melakukan
No. Item
1,23
22,24
4
2,3,5,9
4
bersih.
mendukung kegiatan c. Lingkungan belajar yang belajar.
Negatif
belajar.
aktivitas b. Tempat yang strategis dan
proses belajar yang
Positif
Jml
6,7,19
8,21
5
11,20,
10
kondusif. d. Lingkungan belajar yang 4,10,12,
2. Lingkungan
mendukung proses belajar
13,14,
mengajar.
26,27
belajar a. Kedisiplinan yang berlaku
adalah suatu tempat
didalam lingkungan belajar
yang
tersebut.
mendukung
kegiatan belajar yang b. Peraturan dalam lingkungan memiliki kedisiplinan.
peraturan
belajar
yang
15,17,
25
18
5
29,30
16,28
2
telah
ditetapkan.
JUMLAH
22
8
30
44
Tabel 4.KISI-KISI ANGKET METODE PEMBELAJARAN Prediktor
Indikator
No. Item Positif
1. Metode pembelajaran a. Cara menyampaikan materi adalah segala sesuatu
untuk
menyampaikan materi
Negatif
6,11,22
3
pelajaran.
yang digunakan oleh b. Media guru
Jml
yang
digunakan
1,23,25
2
4
dalam 3,20,26, 4,29 metode 27
6
dalam proses penyampaina materi pelajaran.
pelajaran.
2. Metode pembelajaran a. Kecakapan adalah
cara
menyampaikan menguraikan memberi
guru
menguasai
serta
pembelajaran.
guru
dan b. Kenyamanan siswa dalam latihan
menerima
materi
16,19, 21,28
kepada siswa untuk
pembelajaran
dengan
mencapai
menggunakan
metode
tertentu.
tujuan
5,9,14,
2,12,18
10
10,13
7
tersebut. c. Pencapaian pembelajaran. JUMLAH
tujuan
7,8,15, 17,30 22
8
30
b) Menyusun angket Angket yang akan dibagikan kepada responden dapat disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Membuat surat pengantar yang berfungsi mengantarkan angket yang dikirim kepada responden sehingga mereka tahu siapa
45
pengirim angket, mengapa serta bagaimana responden harus mengisi angket tersebut. 2) Membuat pedoman atau pejunjuk pengisian angket yang berisi penjelasan tentang bagaimana cara pengisian angket sehingga responden dapat mengisi angket dengan benar dan tidak terdapat kekeliruan. 3) Membuat item pertanyaan yang mengacu pada variabel penelitian dan sekaligus disertai alternatif jawabannya. 4) Membuat skoring atau penilaian angket untuk skala sikap pada variabel-variabel yang menjadi pokok bahasan pada penelitian ini. Pemberian skor penialaian angket atau kuesioner dalam penelitian ini berpedoman pada skala Likert (Bimo Walgito,1995:79), dimana responden diminta untuk menyatakan sikapnya dalam lima katagori jawaban, yaitu: a) Sangat Setuju (Strongly Approve) b) Setuju (Approve) c) Tidak mempunyai pendapat (Undecide) d) Tidak Setuju (Disapprove) e) Sangat Tidak Setuju ( Strongly Disapprove) Dalam penelitian ini peneliti memodifikasi opsi jawaban tersebut diatas dengan maksud agar jawaban yang ditawarkan kepada responden sesuai dengan pertanyaan dan informasi yang peneliti butuhkan. Modifikasi jawaban tersebut adalah sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS)
atau Selalu (SL)
b. Setuju (S)
atau Sering (SR)
c.Tidak mempunyai pendapat
atau Ragu-ragu (RR)
d. Tidak Setuju (TS)
atau Jarang (JR)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
atau Tidak Pernah (TP)
Dalam menskor angket ada dua kriteria penilaian, yaitu pernyataan positif atau pernyataan negatif. Pernyataan positif, kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut:
46
Alternatif Jawaban
BobotPenilaian
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Ragu-ragu
3
Tidak setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Untuk pernyataan negatif, kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut: Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian
Sangat Setuju
1
Setuju
2
Ragu-ragu
3
Tidak setuju
4
Sangat Tidak Setuju
5
3) Try Out (Uji Coba) angket Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data yang sebenarnya, maka angket perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba ngket ini penulis lakukan pada siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 7 Surakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dibuat telah memenuhi validitas dan reliabilitas. a) Uji Validitas Suharsimi Arikunto (2002:144) mengemukakan “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument”. Dari pendapat tersebut, validitas menunjukkan bahwa suatu instrument dikatakan valid atau sahih atau mempunyai tingkat validitas yang tinggi atau sebaliknya dan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
47
Dalam penelitian ini butir instrumen dikatakan valid jika validator setuju dengan semua kriteria yang ditentukan sehingga butir telah sesuai/cocok dengan semua kriteria yang ditentukan. Kriteria yang dimaksud meliputi: kesesuaian butir soal dengan pokok bahasan, kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi, soal tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, kalimat soal mudah dipahami, dan item soal tidak memberikan interprestasi ganda. Untuk mencari validitas menggunakan rumus korelasi product moment, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:146), yaitu:
rxy =
(nå X
n å XY - (å X )(å Y ) 2
-
(å X ) )- (n å Y - (å Y ) ) 2
2
2
Keterangan : rxy
: indeks konsistensi internal butir ke-i
n
: banyak subjek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor untuk butir ke-i (dan subyek uji coba)
Y
: total skor (dari subyek uji coba) Soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3
maka soal dikatakan tidak konsisten dan harus dibuang. b) Uji Reliabilitas Menurut Suharmi Arikunto (2006:86) “Bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan”. Sedangkan menurut Budiyono (2003:65),”Suatu instrument disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrument tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
48
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas adalah hasil pengukuran dengan instrument yang dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan untuk mendapatkan hasil yang dpat dipercaya. Untuk menguji reliabilitas instrument, digunakan rumus Alpha yaitu:
r11 = Keterangan:
r11
: Reliabilitas item
k
: Banyaknya item :Jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians total
4) Revisi Angket Dalam tahap ini dari hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket. Revisi angket ini dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid atau item-item pertanyaan yang tidak valid didrop out/dibuang selama masih ada instrument yang mewakilinya. 5) Memperbanyak angket sebanyak responden yang akan digunakan 6) Menggunakan angket sebagai alat pengumpul data 2. Dokumentasi Pengumpulan data dengan jalan menyebar angket dan observasi belum cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Untuk itu peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi, yang digunakan untuk memperoleh data guna mendapatkan informasi secara tertulis. Suharsimi Arikunto (2002:134) mengemukakan “Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya”.
49
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data tentang prestasi belajar akuntansi. Teknik dokumentasi ini diperlukan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar mata pelajaran akuntasi. Dari data ini nilai hasil tes siswa kelas XI IPS semester I ajaran 2009/2010. E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui bahwa data yang akan diolah dan dianalisis dalam keadaan normal. Uji normalitas keempat variabel penelitian dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat sebagimana yang telah diungkapkan oleh Sudjana (1996:273): X2 = Dimana: X2
:
fo
: Frekuensi yang diperoleh dari observasi
fh
: Frekuensi yang diharapkan
Chi-Kuadrat
b. Uji Lineritas dan Keberartian Uji Lineritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Menurut Sudjana (1996:315-332) rumus yang digunakan adalah: JK (T)
= S Y2
JK (a)
=
b
=
50
JK(b/a)
= b [SXY-
JK (S)
= JK(T)-JK(a)-JK(b/a)
JK (G)
=S
JK (TC)
= JK (S)- JK(G)
dk (TC)
= k-2
dk(G)
= n-k
KT(TC)
=
KT(G)
=
Fhitung
=
Jika F
hitung
tabel
[SY2-
]
maka model linear yang diambil benar-benar cocok,
tetapi jika F hitung > F tabel maka model linear yang diambil tidak cocok c. Uji Independensi Uji independensi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua vaktor variabel. Bila kedua faktor tidak ada hubungannya, maka faktor tersebut independen. Begitu juga sebaliknya, jika kedua faktor tesebut berhubungan, maka faktor tersebut dependen. Rumus yang digunakan untuk uji independensi antara X1, X2 dan X3 adalah rumus korelasi product moment dari Karl Pearson menurut Sudjana (2001:47) yaitu:
rxy =
(nå X
n å XY - (å X )(å Y ) 2
)(
- (å X ) - n å Y 2 - (å Y ) 2
)
Keterangan: rxy
: Koefisien
X
: Skor item
Y
: Skor total
korelasi antara skor item dengan skor total
51
n
: Banyaknya subyek Setelah harga rhitung ditentukan, kemudian dikonsultasikan dari rtabel pada
taraf signifikansi 5% dan = 40. Maka keputusan X1 adalah jika jika rhitung < rtabel dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut independen, sebaliknya jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan variabel tersebut dependen. 2. Uji Hipotesis Sumber data yang telah diperoleh terdiri dari variabel-variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengujian hipotesis pertama dan kedua 1) Variabel bebas : - Motivasi belajar (X1) - Lingkungan belajar (X2) - Metode pembelajaran (X3) 2) Variabel terikat: Prestasi belajar akuntansi (Y) Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment, menurut Suharsimi Arikunto (2002:146) yaitu:
rxy =
(nå X
n å XY - (å X )(å Y ) 2
)(
- (å X ) - n å Y 2 - (å Y ) 2
)
Keterangan: rxy
: Koefisien
korelasi antara skor item dengan skor total
X
: Skor item
Y
: Skor total
n
: Banyaknya subyek Apabila harga rhitung > rtabel , maka terdapat hubungan antara
variabel X dan Y. Sebaliknya jika harga rhitung < rtabel , maka tidak terdapat hubungan antara variabel X dan Y. Kriteria tingkat korelasi menurut Winarno Surakhmad (1998:302), yaitu:
52
0,00 sampai 0,20
= Korelasi rendah sekali
0,20 sampai 0,40
= Korelasi rendah
0,40 sampai 0,70
= Korelasi cukup
0,70 sampai 0,90
= Korelasi tinggi
0,90 sampai 1,00
= Korelasi tinggi sekali
b. Pengujian hipotesis ketiga Menurut Sudjana (1996:349) untuk menguji hipotesis ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda, dengan langkah-langkag sebagai berikut: 1) Menentukan persamaan garis regresi ganda Ŷ = aO+ a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 Dimana: Ŷ
: nilai kriterium yang dicari
ao
: bilangan konstanta
a1
: koefisien prediktor 1
a2
: koefisien prediktor 2
a3
:
X1
: prediktor 1
X2
: prediktor 2
X3
:
koefisien prediktor 3
prediktor 3
Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari koefisien ao, a1, a2, a3 adalah sebagai berikut: a o = Ŷ - a 1 X 1 - a 2 X2 - a 3 X 3
a1 =
53
a2 =
a3 =
2) Menentukan koefisien korelasi ganda Menghitung koefisien korelasi antara X1 (Motivasi belajar), X2 (Lingkungan belajar) dan X3 (Metode pembelajaran) terhadap Y (Prestasi belajar siswa), dengan rumus sebagai berikut:
Ry123 =
Dimana: Ry123
: koefisien
korelasi antara X1, X2, X3 dan Y
: Koefisien X1 : Koefisien X2 : Koefisien X3 X1 Y
: Jumlah produk antara X1 dan Y
X2 Y
: Jumlah produk antara X2 dan Y
X3 Y
: Jumlah produk antara X3 dan Y
Y2
: Jumlah kuadrat Y
3) Uji keberartian koefisien korelasi ganda Uji keberartian dengan uji F ini dilakukan untuk mengetahui siknifikansi korelasi antara variabel dependen Y dengan variabel-variabel dependennya dan untuk meyakinkan apabila regresi (bentuk linier) yang didapat ada artinya bila dipakai untuk membuat suatu kesimpulan mengenai
54
pertautan sejumlah variabel yang diteliti. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (1996:385) adalah: F=
Keterangan : F : Harga F garis regresi n : Ukuran sample k : Banyaknya variabel bebas R: Koefisien korelasi antara kriterium dengan predictor-prediktornya (variabel bebas dengan variabel terikat)
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Umum a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Surakarta SMA N 7 Surakarta yang berdiri megah dan strategis di Jalan Mr. Muh. Yamin No. 79 Surakarta, merupakan salah satu sekolah milik pemerintah yang lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan waktu. Berikut ini uraian sejarah berdirinya SMA Negeri 7 Surakarta yang melalui beberapa periode, yaitu: 1. Periode I Pada bulan Juli 1984 SMA Negeri 7 Surakarta berdiri dengan gedung yang masih menginduk di SMA Negeri 3 Surakarta. Siswa-siswanya masuk siang dan guru pengajar juga guru SMA Negeri 3 Surakarta, sebagai kepala sekolah untuk yang pertama kalinya (Alm.) Soeyono, B.A. 2. Periode II Mulai tahun 1985, Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh (Alm.) Drs. Soewandhi. 3. Periode III Pada tanggal 22 Januari 1986, SMA Negeri 7 Surakarta menempati gedung baru yang terletak di Jalan Mr. Muh. Yamin No. 79 Surakarta dan menjadi SMA Negeri 7 Surakarta dengan Surat Keputusan No. 0558/C/1984 tanggal 20 November 1984. Pada saat itu memiliki 6 kelas, yaitu 3 ruangan untuk kelas I dan 3 ruangan untuk kelas II, tahun berikutnya bertambah 3 kelas, sehingga jumlahnya menjadi 9 kelas. Dari tahun ke tahun SMA Negeri 7 Surakarta terus berkembang dan mulai tahun 1996, sekolah ini mempunyai 20 ruang kelas yang terdiri dari 7 kelas untuk kelas I, 7 kelas untuk II dan 6 kelas untuk kelas III, serta memiliki ruang guru seluas 200 m2. Mulai tahun 1997 sampai 2001 sekolah ini mempunyai 22 ruang kelas yang terdiri dari 7 kelas I dari IA sampai IG, 7 kelas untuk kelas IIA sampai IIG, dan 7 kelas untuk kelas III yaitu (III IPA 1-2, III IPS 1 sampai dengan IPS 5) serta ruang khusus pelajaran agama. Dari tahun 2001 sampai sekarang sekolah ini memiliki 24 ruang kelas yang terdiri 8 ruang kelas untuk kelas X, 8 ruang kelas
56
XI dan 7 ruang kelas untuk kelas XII (3 kelas IA dan 5 kelas IS) dan 1 ruang khusus pelajaran agama. 4. Periode IV Bulan Januari 1992, Drs. Soewandhi selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta pada waktu itu pensiun, dan dirangkap oleh Drs. Sri Waloejo Mangundikoro, kepala sekolah SMA N 3 Surakarta sejak 21 Januari 1993 sampai 1 September 1993. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat Ibnu Soewarsa, BA (alm.) dan mulai 1 September 1993 sampai bulan Desember 1993 Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta diampu oleh Widagdo, BA kepala SMA N 2 Surakarta. 5. Periode V Bulan Januari 1994 terjadi pergantian kepala sekolah yang semula dijabat oleh Widagdo, BA diserahkan kepada Bapak Soekiman sampai tanggal 28 Juli 1995. Dengan adanya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 7 tahun 1994 maka nama SMA berganti menjadi SMU termasuk SMA Negeri 7 Surakarta. Kemudian sejak tanggal 28 Juli 1995 kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh Bapak Ignatius Sutaryo sampai tahun 1997. 6. Periode VI Pada tanggal 12 April 1997 kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta dijabat oleh Drs. Sediyono, MM alm. Kemudian pada tanggal 10 Oktober 1998 Drs. Supardi Saraswoto dilantik di kota Semarang dan pada tanggal 7 April 1999 Drs. Supardi Saraswoto menjabat sebagai kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta.
7. Periode VII Pada tanggal 7 Agustus 2002 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Drs. Edy Pudiyanto sampai pada 6 November 2007 dan sampai saat itu SMA Negeri 7 Surakarta telah memiliki 24 ruang kelas yaitu kelas X berjumlah 8 kelas, dan 4 kelas untuk kelas XI IA, 4 kelas untuk kelas XI IS. Untuk kelas XII sendiri terdiri dari 8 kelas yaitu 3 kelas untuk kelas XII IA, 5 kelas untuk kelas XII IS. 8. Periode VIII Pada tanggal 16 November 2007 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd sampai sekarang dan sampai saat ini SMA Negeri 7 Surakarta telah memiliki 24 ruang kelas yaitu kelas X berjumlah 9 kelas, dan 4 kelas untuk kelas XI IPA, 5 kelas untuk kelas XI IPS. Untuk kelas XII sendiri
57
terdiri dari 9 kelas yaitu 4 kelas untuk kelas XII IPA, 5 kelas untuk kelas XII IPS, serta terdapat juga 3 ruangan baru yang saat ini belum digunakan. Ruangan ini terletak dilantai 2.
b. Keadaan Lingkungan SMA Negeri 7 Surakarta SMA Negeri 7 Surakarta terletak di Jalan Muh. Yamin 79 Tipes Kodya Surakarta. SMA Negeri 7 Surakarta terletak di tengah kota dengan batas-batas sebagai berikut : Ÿ
Timur
: Perkampungan penduduk
Ÿ
Selatan
: Lembaga Pendidikan Pratama Mulia
Ÿ
Barat
: Jalan Bhayangkara
Ÿ
Utara
: Jalan Muh. Yamin / Asrama Polisi
58
Gambar 1 Lokasi sekolah
U
Asrama Jalan Muh. Yamin
Kampung
S
Jalan Bhayangkara
T
Perkampungan penduduk
B
SMA N 7 Surakarta LB. PRATAMA MULIA
1. Kondisi Lingkungan Sekolah a. Kebersihan Kebersihan lingkungan sekolah di SMA Negeri 7 Surakarta sudah baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi kelas, ruang guru, halaman sekolah, dan tempat-tempat lain. Siswa bertanggungjawab terhadap kebersihan kelasnya masing-masing, sikap tanggung jawab itu dapat ditunjukkan dengan adanya pembagian jadwal piket di tiap-tiap kelas. Sedangkan penjaga sekolah bertanggung jawab terhadap kebersihan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, aula, halaman sekolah dan lain-lain. b. Kerapian Kerapian di SMA Negeri 7 Surakarta ini dapat dilihat lapangan parkir tempat kendaraan bermotor yang ditata dengan rapi, tempat parkir guru dan siswa sudah terpisah, kerapian juga dapat dilihat pada pengaturan taman. Seragam sekolah pun merupakan bentuk kerapian
59
yang terpancar dari SMA Negeri 7 Surakarta, karena untuk menegakkan kedisiplinan juga, siswa wajib mengenakan seragam yang rapi, lengkap dan sopan. c. Ketenangan Letak SMA Negeri 7 Surakarta yang berada di tepi jalan raya dan berada di tengah kota menjadikan suasana belajar kurang kondusif karena suara kendaraan yang lalu lalang, kendaraan yang lewat dapat terdengar dari dalam kelas, terutama kelas yang berada di gedung sebelah barat. d. Keamanan Kondisi keamanan di SMA Negeri 7 Surakarta cukup baik, hal ini dapat dilihat dari adanya penjagaan baik oleh penjaga sekolah maupun penjaga parkir, dan Satpam yang selalu berada di Pos pada saat jam sekolah. e. Ketertiban Secara umum, ketertiban di SMA Negeri 7 Surakarta sudah berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan oleh siswa-siswi yang selalu tertib mengenakan seragam sesuai harinya, untuk hari Senin dan Selasa, mengenakan seragam OSIS dengan badge OSIS, adapun untuk hari Rabu dan Kamis siswa mengenakan seragam OSIS dengan badge SMA N 7 Surakarta, siswa mengenakan seragam batik pada hari Jum’at dan untuk hari Sabtu mengenakan seragam Pramuka. Ketertiban pun tercermin dari siswa-siswi maupun guru dan karyawan yang datang tepat waktu. Sedangkan kondisi fisik sekolah dapat diuraikan sebagai berikut: Luas tanah 7700 m2 yang terdiri dari: 1. Tanah untuk bangunan sekolah
: 3531 m2
2. Tanah untuk bangunan penjaga sekolah :
124 m2
3. Tanah untuk lapangan olahraga
:
487 m2
4. Tanah untuk parkir
: 1300 m2
5. Tanah untuk kebun
:
294 m2
6. Tanah untuk halaman
:
228 m2
60
7. Tanah untuk taman
:
736 m2
Tabel 5.Luas bangunan lain: 1
Lab. Fisika
154 m2
14. Ruang Kepsek
35 m2
2.
Lab. Kimia
154 m2
15. Ruang Tamu
40 m2
3.
Lab. Biologi
80 m2
16. Ruang OSIS
30 m2
4.
Kantor TU
127 m2
17. Ruang Koperasi
36 m2
5.
Ruang BP3
12 m2
18. Ruang Komputer
42 m2
6.
Gudang Alat
20 m2
19. Ruang Transit
21 m2
7.
Perpustakaan
20. R. Ketrampilan
51 m2
8.
Ruang UKS
18 m2
21. Ruang Guru
9.
Ruang BK
80 m2
22. Gapura
14 m2
24 m2
23. Ruang Satpam
12 m2
10. Ruang Stensil
11. Ruang Serba Guna 108 m2 12. Masjid 13. Gudang Olah raga
24. Bak Air
200 m2
6 m2
250 m2
25. Ruang Ganti
16 m2
12 m2
26. WC Kepsek
6 m2
Bangunan lain: 1. WC Guru
:
16 m2
2. WC Siswa Putra
:
24 m2
3. WC Siswa Putri
:
24 m2
4. Tempat Parkir
:
486 m2
5. Bangunan Seleser
:
1189 m2
6. Pagar
:
360 m2
7. Bangunan Tempat Tinggal a. Ruang Penjaga
:
85 m2
b. . Ruang Ganti
:
36 m2
8. Monumen
: 1,5x1,5 m2
Uraian diatas merupakan gambaran umum tentang kondisi luas tanah yang ditempati SMA Negeri 7 Surakarta. Berikut ini dipaparkan
61
kondisi sarana baik fisik maupun non fisik yang mendukung proses belajar mengajar di SMA Negeri 7 Surakarta. 2. Sarana Fisik Sarana fisik yaitu semua bentuk ruang yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sarana itu antara lain : Tabel 6. Daftar sarana fisik NO
SARANA
JUMLAH
1.
Ruang kelas
27
2.
Ruang tata usaha
1
3.
Ruang kepala sekolah
1
4.
Laboratorium IPA
3
5.
Laboratorium komputer
2
6.
Laboratorium bahasa
1
7.
Ruang guru
1
8.
Perpustakaan
2
9.
Aula
1
10
PPL
1
11
Ruang BP/BK
1
12
Ruang UKS
1
13
Koperasi
1
14
Masjid / mushola
1
15
Kamar mandi
10
3. Sarana Non Fisik Ada dua golongan yaitu: a. Bentuk bukan materi Berupa administrasi dan media cetak (surat kabar dan majalah).
b. Bentuk materi yang bukan ruang Yaitu berupa alat olahraga, alat tulis menulis, alat kebersihan, alat kesenian, alat ketrampilan, komputer, printer, scanner, alat ketrampilan
62
memasak, peralatan praktikum kimia, peralatan praktikum fisika, peralatan praktikum biologi, serta bahan-bahan praktikum Selain itu masih ada sarana non fisik yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di tiap kelas, antara lain: a. OHP SMA Negeri 7 Surakarta menyediakan OHP untuk setiap kelas. Hal ini untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar di kelas. b. LCD SMA Negeri 7 Surakarta menyediakan LCD untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. c. Kipas angin d. Papan White Board Sama seperti OHP, papan white board juga tersedia di tiap-tiap kelas. Hal ini menjadikan suasana belajar lebih kondusif karena tidak menimbulkan polusi seperti pada penggunaan papan tulis e. Televisi Berwarna dilengkapi dengan VCD Player Sarana dan media yang disediakan di SMA Negeri 7 Surakarta sangatlah lengkap. Di setiap ruang kelas pun di sediakan televisi, disamping sebagai media pembelajaran (dengan adanya VCD Player, dan telah banyak tersedianya CD-CD pembelajaran, sehingga anak mengalami variasi pembelajaran), televisi tersebut juga dapat digunakan sebagai sarana hiburan sewaktu istirahat. f. Sarana belajar lainnya seperti penggaris, penghapus, penggaris segitiga dan lainnya. g. Adanya dinding panjat (wall climbing), lapangan basket dan lapangan tennis, sangatlah menunjang kegiatan ekstrakulikuler untuk anak-anak pecinta alam dan pecinta olahraga. SMA Negeri 7 Surakarta berupaya untuk memberikan fasilitas guna mengembangkan mereka sehingga anak-anak pun dapat menyalurkannya.
2. Deskripsi Data Khusus
minat dan bakat
63
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian, maka data yang penulis peroleh dari analisis data akan disajikan secara terperinci. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini melibatkan empat variabel yang terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah motivasi (XI), variabel bebas yang kedua adalah lingkungan belajar (X2) dan variabel bebas yang ketiga adalah metode pembelajaran (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar akuntansi (Y). Deskripsi data khusus dalam penelitian ini dapat dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: a. Motivasi (X1) Data tentang motivasi diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
64
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Interval Kelas
Batas Nyata
x
f
fx
x2
fx2
82
-
87
87,5
84,5
5
422,5
7140,25
35701,25
88
-
93
93,5
90,5
9
814,5
8190,25
73712,25
94
-
99
99,5
96,5
12
1158
9312,25
111747
100
-
105
105,5
102,5
5
512,5
10506,25
52531,25
106
-
111
111,5
108,5
14
1519
11772,25
164811,5
112
-
117
117,5
114,5
9
1030,5
13110,25
117992,25
118
-
123
123,5
120,5
6
723
14520,25
87121,5
60
6180
74551,75
643617
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data motivasi yang frekuensinya tertinggi terletak antara 106-111 dan yang terendah antara 422,5. Rata-rata (mean) data sebesar 103 dengan standar deviasi sebesar 11,00077. Median bernilai 104 dan modus mempunyai nilai 106. Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 82-87 dengan rata-rata interval kelas 84,5, frekuensi yang muncul sebanyak 5 dan ini merupakan frekuensi motivasi yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa kurang baik. Sedangkan pada interval kelas 106-111, frekuensi yang muncul sebanyak 14 dan merupakan frekuensi motivasi yang paling tinggi. Dengan adanya motivasi yang tinggi dari siswa untuk belajar maka hasil prestasi belajar akan baik. Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
65
14 12 10 8 6 4 2 0
14 12 9
9
5
82-87
5
88-93
94-99
6
100-105 106-111 112-117 118-123 Interval kelas
Gambar 2. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi. Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi motivasi diatas, maka dapat dijelaskan bahwa motivasi yang dimiliki oleh siswa satu dengan yang lain dalam belajar sangat berbeda, hal ini sesuai dengan bentuk diagram yang menggambarkan perbedaan frekuensi motivasi antar interval kelas.
b. Lingkungan Belajar (X2) Data tentang lingkungan belajar diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Belajar
66
Interval Kelas
Batas Nyata
x
f
fx
x2
fx2
77
-
83
83,5
80
6
480
6400
38400
84
-
90
90,5
87
10
870
7569
75690
91
-
97
97,5
94
13
1222
8836
114868
98
-
104
104,5
101
12
1212
10201
122412
105
-
111
111,5
108
8
864
11664
93312
112
-
118
118,5
115
6
690
13225
79350
119
-
125
125,5
122
5
610
14884
74420
60
5948
72779
598452
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data lingkungan belajar yang frekuensinya tertinggi terletak antara 91-97 dan yang terendah antara 119-125. Rata-rata (mean) data sebesar 99,0666667 dengan standar deviasi sebesar 12,17370. Median bernilai 98 dan modus mempunyai nilai 88. Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 119-125 dengan rata-rata interval kelas 125,5, frekuensi yang muncul sebanyak 5 dan ini merupakan frekuensi lingkungan belajar yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena lingkungan tempat siswa belajar kurang mendukung sehingga menghambat dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sedangkan pada interval kelas 91-97, frekuensi yang muncul sebanyak 13 dan merupakan frekuensi lingkungan belajar yang paling tinggi. Lingkungan belajar yang mendukung proses belajar akan memberikan pengaruh yang baik terhadap prestasi belajar karena proses belajar dapat berjalan optimal dengan adanya dukungan dari lingkungan yang baik serta sarana yang memadahi.
Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
67
14 12 10 8 6 4 2 0
13
12
10 8 6
77-83
6
84-90
91-97
5
98-104 105-111 112-118 119-125
Interval kelas
Gambar 3. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar
Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi lingkungan belajar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa lingkungan sanagt berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar siswa, bukan hanya lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan rumah. Keragaman situasi dan kondisi lingkungan belajar yang berbeda-beda dari masing-masing siswa menyebabkan prestasi belajar siswa yang satu dengan yang lain tidak sama.
c. Metode Pembelajaran (X3) Data tentang metode pembelajaran diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
68
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Metode Pembelajaran Interval Kelas
Batas Nyata
x
F
fx
x2
fx2
87
-
92
92,5
89,5
6
537
8010,25
48061,5
93
-
98
98,5
95,5
12
1146
9120,25
109443
99
-
104
104,5
101,5
12
1218
10302,25
123627
105
-
110
110,5
107,5
16
1720
11556,25
184900
111
-
116
116,5
113,5
6
681
12882,25
77293,5
117
-
122
122,5
119,5
5
597,5
14280,25
71401,25
123
-
128
128,5
125,5
3
376,5
15750,25
47250,75
60
6276
81901,75
661977
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data metode pembelajaran yang frekuensinya tertinggi terletak antara 105-110 dan yang terendah antara 123-128. Rata-rata (mean) data sebesar 104,916667 dengan standar deviasi sebesar 9,48378. Median bernilai 104,5 dan modus mempunyai nilai 109. Dari data distribusi frekuensi yang berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan pada interval kelas 123-128 dengan rata-rata interval kelas 125,5, frekuensi yang muncul sebanyak 3 dan ini merupakan frekuensi metode pembelajaran yang terendah, hal ini mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurang sesuai dan tidak bervariasi sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan pada interval kelas 105-110, dengan rata-rata 107,5 frekuensi yang muncul sebanyak 16 dan merupakan frekuensi metode pembelajaran yang paling tinggi, hal ini akan memberikan pengaruh baik pada hasil prestasi belajar siswa. Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
69
16 14 12 10 8 6 4 2 0
16 12
12
6
6
5 3
87-92
93-98
99-104 105-110 111-116 117-122 123-128 Interval kelas
Gambar 4. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Metode Pembelajaran
Berdasarkan grafik histogram distribusi frekuensi metode pembelajaran diatas, maka dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan meteri pelajaran berdampak terhadap hasil belajar siswa.
d. Prestasi Belajar Akuntansi (Y) Data tentang prestasi belajar akuntansi diperoleh dari skor hasil pengolahan data angket yang telah diisi oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Interval Kelas 68
-
70
Batas Nyata
x
f
fx
x2
fx2
70,5
69
10
690
4761
47610
70
71
-
73
73,5
72
10
720
5184
51840
74
-
76
76,5
75
10
750
5625
56250
77
-
79
79,5
78
14
1092
6084
85176
80
-
82
82,5
81
9
729
6561
59049
83
-
85
85,5
84
3
252
7056
21168
86
-
88
88,5
87
4
348
7569
30276
60
4581
42840
351369
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kelas interval dari data prestasi belajar yang frekuensinya tertinggi terletak antara 77-79 dan yang terendah antara 83-85. Rata-rata (mean) data sebesar 76,317 dengan standar deviasi sebesar 5,48184. Median bernilai 76,5 dan modus mempunyai nilai 68. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa rata-rata berkisar dengan nilai 76,317, hal ini sesuai dengan frekuensi nilai yang sering muncul yaitu dengan frekuensi sebesar 14. Pada rata-rata kelas interval 84, frekuensi yang muncul hanya 3, diartikan bahwa prestasi belajar akuntansi siswa belum bisa optimal, masih sedikit siswa yang mendapatkan nilai baik, hal ini dikarenakan motivasi siswa dalam belajar masih sangat rendah, selain itu faktor lingkungan dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar juga ikut memberikan pengaruh. Data distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
71
14 12 10 10 8 6 4 2 0 68-70
14 10
10
9
3 71-73
74-76
77-79
80-82
83-85
4
86-88
Interval kelas
Gambar 5. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
B. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum data dianalisis maka terhadap data tersebut harus dilakukan pengujian persyaratan analisis sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus chi-kuadrat maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. Data Motivasi (X1) 2 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diketahui nilai c tabel 2 dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, c tabel
2 > c hitung atau 9,488 > 8,088196. Sehingga nilai-nilai pada variabel X1 terdistribusi
secara normal.
b. Data Lingkungan Belajar Siswa (X2) 2 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai c tabel 2 dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, c tabel >
72
2 c hitung atau 9,488 > 7,853327. Sehingga nilai-nilai pada variabel X2 terdistribusi
secara normal.
c. Data Metode Belajar (X3) 2 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai c tabel 2 dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, c tabel
2 > c hitung atau 9,488 > 6,052238. Sehingga nilai-nilai pada variabel X3 terdistribusi
secara normal.
d. Data Prestasi Belajar Akuntansi (Y) 2 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui nilai c tabel 2 dengan dk = 4 (k – 3 = 7 – 3) pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 9,488, c tabel >
2 c hitung atau 9,488 > 6,875397. Sehingga nilai-nilai pada variabel Y terdistribusi secara
normal.
2. Uji Linieritas Pada penelitian ini menganalisis tiga variabel bebas, yaitu motivasi (X1), lingkungan belajar (X2) dan metode (X3) dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar akuntansi (Y). Oleh karena itu dalam pengujian persyaratan linieritas ini dilakukan tiga kali uji linieritas antara variabel bebas dan variabel terikat, yaitu uji linieritas antara motivasi dengan prestasi belajar, uji linieritas antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar dan uji linieritas antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar.
a. Uji Linieritas antara Motivasi dan Prestasi Belajar
73
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut : Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X1 dengan Y JK (G)
æ (å Y )2 2 ç = å åY ç ni Xi è
ö ÷ ÷ ø
= 590,67
b
=
=
nå X i Y - ( X i )(å Y ) nå X i2 - (å X )
2
60 ´ 473187 - (6180 )(4579 ) 60 ´ 643680 - (6180 )
2
= 0,217087
JK (b/a)
ìï (å X i )(å Y )üï X iY ý å n ïî ïþ
= bí
ì î
= 0,217087 í473187 = 336,4846
(å Y ) =
2
JK (a)
n
=
JK (T)
=
(4579)2 60
åY
2
= 351227
= 349454
(6180)(4579)ü 60
ý þ
74
JK (S)
= JK (T) – JK (a) – JK (b/a) = 351227 – 349454 – 336,4846 = 1436,499
JK (TC)
= JK (S) – JK (G) = 1436,499 – 590,67 = 845,83
dk (TC)
=k–2 = 34 – 2 = 32
dk (G)
=n–k = 60 – 34 = 26
dk reg
=1
dk (S)
=n–2 = 60 – 2 = 58
KT (TC)
KT (G)
KT reg
=
JK (TC ) dk (TC )
=
845,83 = 26,43225 32
=
JK (G ) dk (G )
=
590,67 = 22,71795 26
= JK (b/a)
75
= 336,4846
KT res
=
JK (S ) dk (S )
=
1436,499 = 24,76722 58
F hitung (1) =
=
F hitung (2) =
=
KT (TC ) KT (G ) 26,43225 = 1,163496 22,71795
KTreg KTres 336,4846 = 13,58588 24,76722
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 1,163496. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 32;26 dan taraf signifikan 5% sebesar 1,90. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 1,163496 < 1,90, berarti antara X1 dengan Y linier. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 13,58588. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 dan taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 13,58588 > 4,02, berarti antara X1 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dapat mempengaruhi prestasi belajar.
b. Uji Linieritas antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar
76
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X2 dengan Y JK (G)
æ (å Y )2 2 ç = å åY ç ni Xi è
ö ÷ ÷ ø
= 401,33
b
=
=
nå X i Y - ( X i )(å Y ) nå X i2 - (å X )
2
60 ´ 456210 - (5944 )(4579 ) 60 ´ 597596 - (5944 )
2
= 0,295495
JK (b/a)
ìï (å X i )(å Y )üï X iY ý å n ïþ îï
= bí
ì î
= 0,295495í456210 = 763,4814
(å Y ) =
2
JK (a)
n
=
JK (T)
=
(4579)2 60
åY
2
= 349454
(5944)(4579)ü 60
ý þ
77
= 351227
JK (S)
= JK (T) – JK (a) – JK (b/a) = 351227 – 349454 – 763,4814 = 1009,502
JK (TC)
= JK (S) – JK (G) = 1009,502 – 401,33 = 608,17
dk (TC)
=k–2 = 34 – 2 = 32
dk (G)
=n–k = 60 – 34 = 25
dk reg
=1
dk (S)
=n–2 = 60 – 2 = 58
KT (TC)
KT (G)
=
JK (TC ) dk (TC )
=
608,17 = 18,42935 33
=
JK (G ) dk (G )
=
401,33 = 16,05333 25
78
KT reg
= JK (b/a) = 763,4814
KT res
=
JK (S ) dk (S )
=
1009,502 = 17,40521 58
F hitung (1) =
=
F hitung (2) =
=
KT (TC ) KT (G ) 18,42935 = 1,148008 16,05333
KTreg KTres 763,4814 = 43,86512 17,40521
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 1,148008. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 33;25 pada taraf signifikan5% sebesar 1,92. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 1,148008 < 1,92, antara X2 dengan Y linier. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 43,86512. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 43,86512 > 4,02, dengan demikian antara X2 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar.
c. Uji Linieritas antara Metode Belajar dan Prestasi Belajar
79
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan antara variabel bebas (X3) dengan variabel terikat (Y), maka diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Uji Linieritas Dan Keberartian Regresi X3 dengan Y JK (G)
æ (å Y )2 2 ç = å åY ç ni Xi è
ö ÷ ÷ ø
= 610,08
b
=
=
nå X i Y - ( X i )(å Y ) nå X i2 - (å X )
2
60 ´ 482398 - (6295)(4579 ) 60 ´ 665757 - (6295)
2
= 0,373985
JK (b/a)
ìï (å X i )(å Y )üï X iY ý å n ïþ îï
= bí
ì î
= 0,373985í482398 = 742,2047
(å Y ) =
2
JK (a)
n
=
JK (T)
=
(4579)2 60
åY
2
= 349454
(6295)(4579)ü 60
ý þ
80
= 351227
JK (S)
= JK (T) – JK (a) – JK (b/a) = 351227 – 349454 – 742,2047 = 1030,779
JK (TC)
= JK (S) – JK (G) = 1030,779 – 610,08 = 420,70
dk (TC)
=k–2 = 31 – 2 = 29
dk (G)
=n–k = 60 – 31 = 29
dk reg
=1
dk (S)
=n–2 = 60 – 2 = 58
KT (TC)
KT (G)
=
JK (TC ) dk (TC )
=
420,70 = 14,50674 29
=
JK (G ) dk (G )
=
610,08 = 21,03736 29
81
KT reg
= JK (b/a) = 742,2047
KT res
=
JK (S ) dk (S )
=
1030,779 = 17,77205 58
F hitung (1) =
=
F hitung (2) =
=
KT (TC ) KT (G ) 14,50674 = 0,68957 21,03736
KTreg KTres 742,2047 = 41,76248 17,77205
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (1) = 0,68957. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (1) pada dk (TC);dk (G) = 29;29 pada taraf signifikan 5% sebesar 1,85. Karena Fhitung (1) < Ftabel (1) atau 0,68957 < 1,85, berarti antara X3 dengan Y linier. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung (2) = 41,76248. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai Ftabel (2) pada dkreg;dk (S) = 1;58 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Karena Fhitung (1) > Ftabel (1) atau 41,76248 > 4,02, berarti antara X3 dengan Y signifikan atau uji prasyaratnya terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar.
3.Uji Independensi
82
Dari hasil perhitungan independensi diperoleh nilai rX1 X 2 = 0,231987672. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,231987672 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X1 dengan X2 (X1 dan X2 saling Independen). Dari hasil perhitungan independensi X1 dengan X3 diperoleh nilai rX1 X 2 = 0,223543391. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,223543391 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X1 dengan X3 (X1 dan X3 saling Independen). Sedangkan hasil perhitungan dari independensi antara X2 dengan X3 diperoleh nilai rX1 X 2 = 0,179739582. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung < rtabel atau 0,179739582 < 0,254, berarti tidak terdapat hubungan antara X2 dengan X3 (X2 dan X3 saling Independen).
C. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama , Kedua dan Ketiga a. Menentukan Hubungan antara Variabel X1 dan Y Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan analisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rX 1Y = 0,435642524. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,435642524 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X1 dengan Y.
b. Menentukan Hubungan antara Variabel X2 dan Y Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan amalisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rX 1Y = 0,656216143, hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,656216143 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X2 dengan Y.
83
c. Menentukan Hubungan antara Variabel X3 dan Y Untuk mencari hubungan ini, maka digunakan amalisis korelasi sederhana untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara metode dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rX 3Y = 0,647007804. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtebel pada N = 60 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,647007804 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif antara X3 dengan Y.
2. Pengujian Hipotesis Keempat Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif antara motivasi, lingkungan belajar, dan metode degan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS semester gasal SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 digunakan analisis korelasi ganda dan regresi ganda.
a. Menentukan Persamaan Garis Regresi Ganda Model hubungan yang dimaksud antara variabel X1,X2 dan X3 ditunjukkan dalam persamaan garis regresi ganda sebagai berikut : ^
Y = 1,613469 + 0,149259 X 1 + 0,264205 X 2 + 0,316018 X 3
b. Menentukan Koefisien Korelasi Ganda Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga ry = 0,8692422, hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r table dengan N=60 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,254. Karena rhitung > rtabel atau 0,8692422 > 0,254, berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara XI,X2, dan X3 dengan Y.
c. Menentukan Keberartian Koefisien Korelasi Ganda Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keberartian koefisien korelasi dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 124,09092 dan Ftabel = 2,78 pada taraf signifikan
84
5%. Karena Fhitung > Ftabel atau 124,09092 > 2,78. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif diterima dan koefisien korelasi adalah signifikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Akuntansi Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri siswa karena adanya semangat dan rangsangan dari dalam siswa itu sendiri. Tetapi pada kenyataannya motivasi belajar ini timbul bukan karena adanya suatu kebutuhan untuk meningkatkan prestasi sehingga menjadi lebih baik melainkan belajar karena ingin mendapatkan hadiah, pujian dari orang tua dan bahkan untuk menghindari hukuman. Jadi motivasi belajar ini dilakukan siswa hanya sebagai simbol, tetapi bukan untuk tujuan yang sebenarnya. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010”, teruji kenenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,435642524 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi Lingkungan belajar adalah lingkungan tempat proses belajar berlangsung baik di sekolah maupun di rumah, lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa dari proses belajar yang dilakukan. Sehubungan dengan pentingnya kondisi lingkungan belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar, maka lingkungan belajar yang kondusif dan akademik baik secara fisik maupun non fisik hendaknya dapat diwujudkan. Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisisk, maka akan member dampak positif bagi proses belajar, karena dengan begitu prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 “, teruji kebenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,656216143 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar akuntansi.
85
3. Hubungan Antara Metode Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan member latihan tentang isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada bermacam-macam jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi kepada siswa, tergantung bagaimana guru tersebut dapat menguasai metode pembelajaran yang akan digunakannya atau tidak. Semakin guru tersebut menguasai metode yang akan digunakan dalam mengajar, maka semakin baik hasil yang akan diperoleh dari proses belajar mengajar tersebut. Seorang guru yang hanya menguasai satu metode dan hanya metode tersebut yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, maka akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Hal ini menimbulkan rasa malas bagi siswa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya memberikan dampak yang kurang baik terhadap hasil prestasi belajar siswa. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010”, teruji kebenarannya karena rhitung > rtabel atau 0,647007804 > 0,254. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh positif antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar akuntansi.
4. Hubungan Antara Motivasi, Lingkungan Belajar dan Metode Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi Proses belajar mengajar yang dilalui siswa berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, hal ini perlu dilakukan secara teratur dan disiplin. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya baik intern maupun ekstern. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa tersebut adalah motivasi, karena peranan motivasi menentukan segala tindakan manusia demikian juga dalam aktivitas belajar yang didukung oleh kesadaran untuk mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. Selain motivasi, faktor lingkungan belajar dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga berpengaruh terhadap prestasi belajar, hal ini bukan hanya lingkungan belajar di sekolah saja melainkan juga lingkungan belajar di rumah yaitu keluarga. Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 teruji kebenarannya karena Fhitung > Ftabel atau 124,09092 > 2,78. Hal ini menunjukkan
86
adanya hubungan dan pengaruh positif antara motivasi, lingkungan belajar serta metode pembelajaran dengan prestasi belajar akuntansi.
87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasannya maka dapat dibuat kesimpulan penelitian sebagai berikut:
e. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Artinya, motivasi yang dimiliki oleh siswa untuk belajar akuntansi baik yang berasal dari dalm dirinya sendiri maupun motivasi yang berasal dari luar itu mempengaruhi dan berdampak terhadap hasil prestasi belajar akuntansi. f. Ada pengaruh positif antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Artinya, lingkungan belajar baik sekolah maupun lingkungan belajar di rumah mempengaruhi proses belajar yang akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar, hal ini termasuk juga dengan sarana dan prasarana yang tersedia didalam lingkungan belajar tersebut. g. Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Artinya, metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh seorang guru akuntansi dalam menyampaikan materi pelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi siswa di akhir pembelajaran. h. Ada pengaruh positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Artinya, prestasi belajar akuntansi dapat ditingkatkan dengan adanya motivasi belajar dari para siswa itu sendiri, lingkungan yang mendukung beserta sarana dan prasarananya, serta pemilihan metode yang tepat dalam penyampaian materi.
88
B. IMPLIKASI Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikaji mengenai implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya, karena masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Akuntansi. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun faktor dari luar dan prestasi belajar tersebut dapat ditingkatkan dengan menghilangkan faktor-faktor penghambat tersebut.
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru, orang tua maupun siswa. Bagi guru perlu untuk menerapkan metode mengajar yang bervariasi supaya siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Bagi orang tua perlu mengkoordinasikan dan memperhatikan aktivitas siswa agar kemampuan akademis yang ada selalu terlatih. Bagi siswa hendaknya selalu memiliki motivasi dalam belajar sehingga melakukan aktivitas belajar tidak dengan terpaksa sehingga mendapatkan hasil yang maksmal
C. SARAN Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa
89
a. Bagi siswa hendaknya meningkatkan semangatnya dalam belajar sehingga bisa mendapatkan prestasi yang baik.
b. Siswa hendaknya meningkatkan kemandirian dalam belajarnya sehingga tidak menggantungkan kepada orang lain.
c. Kegiatan belajar siswa tidak hanya dilakukan di sekolah, oleh karena itu siswa diharapkan mampu belajar secara aktif dan mandiri sehingga dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
2. Guru a. Guru hendaknya selalu memberikan penguatan positif kepada siswa untuk melakukan belajar mandiri sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar lebih baik.
b. Guru hendaknya menguasai metode pembelajaran lebih dari satu, sehingga siswa tidak bosan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan hasil pembelajaran dapat optimal.
3. Sekolah
a. Sekolah hendaknya selalu meningkatkan dan melengkapi sarana serta prasarana yang dapat menunjang peningkatan prestasi belajar siswa. b. Sekolah hendaknya meningkatkan pemeliharaan lingkungan belajar yang dapat mendukung berlangsungnya proses belajar yang maksimal. 4. Orang Tua a. Orang tua hendaknya juga ikut melakukan pengawasan terhadap siswa ketika belajar di rumah . b. Orang tua hendaknya memacu semangat siswa untuk belajar. c. Orang tua hendaknya memberikan sarana belajar melengkapi kebutuhan belajar siswa sehingga siswa dapat belajar lebih optimal.
90