1
KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN TATA KRAMA SISWA KELAS VI SDN REJOAGUNG KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh: Susfala Septi Sari Nim. K3102510
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN TATA KRAMA SISWA KELAS VI SDN REJOAGUNG KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : SUSFALA SEPTI SARI NIM. K 3102510
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
v
ABSTRAK
Susfala Septi Sari, KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN TATA KRAMA SISWA KELAS VI SD NEGERI REJOAGUNG KECAMATAN TRANGKIL TRANGKIL KABUPATEN PATI. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009/2010. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Keefektifan layanan informasi tentang budi pekerti untuk meningkatkan tata krama siswa dikelas VI SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten pati Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variable input : Tata krama siswa, variabel proses : Layanan Informasi tentang budi pekerti, sedangkan variabel output : Tata krama siswa setelah mendapatkan layanan Informasi tentang budi pekerti. Subyek penelitian ini ada tiga siswa yang tata kramanya kurang baik dengan cirri-ciri tidak menyapa atau memberi salam saat berpapasan dengan guru, berbicara pada guru dengan berkaca pinggang, berbicara terhadap teman dengan menggunakan bahasa yang kasar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Lebih tepatnya menggunakan analisis pengubahan tingkah laku post rate-base rate. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketiga siswa yang diberi layanan bimbingan mengalami penurunan tata krama kurang baik. Untuk mengetahui hasil kemajuan dan perubahan sebelum dan sesudah treatment digunakan prosentase perubahan frekuensi perilaku. Dari hasil perhitungan penelitian ini mengalami penurunan frekuensi tata krama kurang baik rata-rata 66,67%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan informasi tentang budi pekerti efektif untuk meningkatkan tata krama siswa kelas VI SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun 2009/2010.
v
MOTTO
“Barang siapa memberi kemudahan orang yang sedang mengalami kesulitan. Maka Allah akan memudahkan kepadanya didunia dan akhirat” (Terjemahan HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
“Jika saudaramu meminta nasehat kepadamu, maka berikanlah nasehat kepadanya” (Hadist Nabi)
vi
PERSEMBAHAN
Bila layak , karya ini akan kupersembahkan kepada : Ø Ayah dan Bunda tercinta Ø Kakak-kakaku dan keponakanku tersayang Ø Kedua pembimbingku yang memberi arahan dan waktu Ø Teman- teman BK yang kusayang Ø Kekasihku tercinta Ø Almamaterku
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, anugrah dan pertolongannya yang dilimpahkan kepada penulis. Dengan limpahan anugerahnya, maka penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini. Sangat disadari bahwa tanpa dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak
penelitian maupun penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Karena itu pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang amat besar dan mendalam kepada yang terhormat : 1. Bp Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin penulisan skripsi ini. 2. Bp. Drs. Indianto, M.Pd selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Chasiyah, M.Pd selaku ketua program studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini 4. Ibu Dra. Hj. Siti Sutarmi Fadhilah, M.Pd selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
petunjuk, bimbingan, semangat, nasehat serta dorongan
disela-sela kesibukannya dari awal hingga akhir. 5. Bp Drs. Mudaris Muslim, M.Si, selaku pembimbing II yang menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Siti Fuzanah S.Pd selaku kepala sekolah SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati yang telah member izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 7.
Bp dan Ibu Dosen Program Bimbingan Konseling yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat
viii
8. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas doanya yang terbaik selama ini 9. Kakak-kakakku tersayang yang selalu mendukungku 10. Dhony, yang selalu memberikan semangat dan cintanya. 11. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan seangkatan terima kasih atas semua kebaikannya, kehadiran kalian membuat hidup semakin bermakna. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu menanyakan kabar skripsiku ini, terima kasih untuk keikhlasan, perhatian, dorongan dan semangat serta hari-hari yang indah selama ini. Walaupun disadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali terdapat kekurangan, namun diharapkan sekripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I
BAB II
xv
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ...........................................
1
B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................
2
C. CARA PEMECAHAN MASALAH ..........................................
3
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................
3
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
5
1. Tata Krama ...........................................................................
5
2. Budi Pekerti ..........................................................................
8
x
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ......................................
12
4. Layanan Informasi ...............................................................
14
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................
18
C. Hipotesis .....................................................................................
19
BAB III RENCANA PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian .............
20
1. Setting Penelitian .................................................................
20
2. Karakteristik Subyek Penelitian ...........................................
21
B. Variabel Penelitian ....................................................................
21
C. Rencana Tindakan ......................................................................
22
D. Pengumpulan Data .....................................................................
28
1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................
28
2. Teknik dan Instrumen Data...................................................
28
E. Analisis Data ..............................................................................
30
F. Uji Hipotesis ..............................................................................
30
G. Indikator Kinerja ........................................................................
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................
32
1. Profil SDN Rejoagung .........................................................
32
2. Subyek Penelitian .................................................................
34
B. Pelaksanaan Penelitian ...............................................................
34
C. Evaluasi Akhir Tindakan ............................................................
39
D. Pembahasan ................................................................................
42
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
45
B. Saran............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
47
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Subyek Penelitian ......................................................
21
Tabel 2 Data Tentang Keadaan Guru SD Rejoagung ...................................
33
Tabel 3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus I .....................................................
35
Tabel 4 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II ....................................................
37
Tabel 5 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus III ..................................................
39
Tabel 6 Perubahan Budi Pekerti Siswa yang Berperilaku Tidak Mau Menyapa atau Memberi Salam Saat Berpapasan dengan Guru .......
40
Tabel 7 Perubahan Budi Pekerti Siswa yang Berperilaku Berbicara Terhadap Guru dengan Berkacak Pinggang......................................
40
Tabel 8 Perubahan Budi Pekerti Siswa yang Berperilaku Berbicara Kasar Terhadap Teman ..............................................................................
40
Tabel 9 Prosentase Keberhasilan Ketiga Siswa yang Berbudi Pekerti Tidak Baik ..................................................................................................
xiii
41
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran ..................................................................
19
GAMBAR 2. Siklus Rencana Tindakan ..........................................................
22
GAMBAR 3. Histogram Rekapitulasi .............................................................
44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Checklis ........................................................................
49
Lampiran 2
Angket Budi Pekerti .................................................................
50
Lampiran 3
Jadwal Penelitian ......................................................................
51
Lampiran 4
Daftar Siswa .............................................................................
53
Lampiran 5
Satuan Layanan 1 ......................................................................
55
Lampiran 6
Satuan Layanan 2 ......................................................................
57
Lampiran 7
Satuan Layanan 3 ......................................................................
59
Lampiran 8
Satuan Layanan 4 ......................................................................
61
Lampiran 9
Satuan Layanan 5 ......................................................................
63
Lampiran 10 Satuan Layanan 6 ......................................................................
65
Lampiran 11 Satuan Layanan 7 ......................................................................
67
Lampiran 12 Satuan Layanan 8 ......................................................................
69
Lampiran 13 Satuan Layanan 9 ......................................................................
71
Lampiran 14 Satuan Layanan 10 ....................................................................
73
Lampiran 15 Satuan Layanan 11 ....................................................................
75
Lampiran 16 Satuan Layanan 12 ....................................................................
77
Lampiran 17 Satuan Layanan 13 ....................................................................
79
Lampiran 18 Satuan Layanan 14 ....................................................................
81
Lampiran 19 Satuan Layanan 15 ....................................................................
83
Lampiran 20 Satuan Layanan 16 ....................................................................
85
Lampiran 21 Satuan Layanan 17 ....................................................................
87
xv
Lampiran 22 Satuan Layanan 18 ....................................................................
89
Lampiran 23 Wawancara dengan Wali Kelas ..............................................
91
Lampiran 24 Wawancara dengan Guru Pembimbing ....................................
93
Lampiran 25 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah .............................
95
Lampiran 26 Wawancara dengan Siswa ........................................................
96
Lampiran 27 Wawancara dengan siswa AP (Siklus I)....................................
98
Lampiran 28 Wawancara dengan siswa AP (Siklus II) .................................. 100 Lampiran 29 Wawancara dengan siswa AP (Siklus III) ................................ 101 Lampiran 30 Wawancara dengan siswa DP (Siklus I) ................................... 102 Lampiran 31 Wawancara dengan Siswa DP (Siklus II) ................................. 103 Lampiran 32 Wawancara dengan siswa DP (Siklus III) ................................. 104 Lampiran 33 Wawancara dengan siswa BD (Siklus I) ................................... 105 Lampiran 34 Wawan cara dengan siswa BD (Siklus II) ................................ 107 Lampiran 35 Wawan cara dengan siswa BD (Siklus III) ............................... 109 Lampiran 36
Uraian Materi Pengertian Budi Pekerti .................................... 110
Lampiran 37 Uraian Materi Sopan santun ...................................................... 111 Lampiran 38
Uraian Materi Sopan santun di kelas........................................ 113
Lampiran 39
Uraian Materi Budi pekerti....................................................... 114
Lampiran 40
Uraian Materi Tata karma ........................................................ 115
Lampiran 41
Uraian Materi Manfaat tata karma ........................................... 116
Lampiran 42
Uraian Materi Menghormati sesama teman ............................. 117
Lampiran 43
Uraian Bertanggung jawab ....................................................... 118
Lampiran 44
Uraian Sopan santun di kelas ................................................... 119
Lampiran 45 Daftar Cheklist Budi pekerti Tidak Baik .................................. 120
xvi
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang tentang sistem pendidikan nasional maka arti pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Bab I Pasal I ayat I). Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi siswa agar siswa memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia”. Menurut Undang-undang sisdiknas Bab II pasal 3 maka tujuan pendidikan nasional adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” . Dengan jelas undang-undang tersebut menjelaskan bahwa salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah membentuk akhlak mulia bagi siswa. Upaya mencapai tujuan tersebut menjadi tanggung jawab semua guru, kepala sekolah, siswa itu sendiri. Maka diperlukan dukungan dan kerja sama semua pihak termasuk orang tua, sekolah dan pemerintah. Hal tersebut didasarkan bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan satu komponen saja karena pada dasarnya pendidikan merupakan satu sistem. Untuk membentuk akhlak mulia bagi setiap siswa maka diberikanlah mata pelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Pelajaran tersebut meliputi
1
2
mata pelajaran Agama, PPKn, bahasa Indonesia, bahasa daerah. Namun seiring arus globalisasi yang begitu cepat, pemberian pelajaran-pelajaran akhlak tersebut tidak berfungsi optimal. akhlak dan tata krama siswa dalam pergaulannya semakin terpuruk saja. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang dalam interaksi sosial sehari hari disekolah kurang menunjukkan perilaku yang baik. Budi pekerti yang kurang baik yang dimiliki para siswa nampak dalam interaksi antar siswa maupun interaksi dengan komponen sekolah yang lain misalnya guru. Sependapat dengan hal tersebut detik.com (2008) “memberitakan bahwa generasi yang muncul sekarang adalah generasi yang akhlaknya kurang baik. Sebagai contoh sesama teman bisa menyebut ”monyet” tanpa merasa itu salah. Pada saat ospek siswa yang senior sering menindas/menzhalimi siswa baru. Sering tawuran dan bahkan siswa yang sampai membunuh”. Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk memperbaiki tata krama siswa adalah dengan memberikan layanan informasi tentang budi pekerti. Layanan informasi tentang budi pekerti adalah salah satu pendekatan konseling yang dirasa perlu dan tepat untuk membantu siswa mengubah perilakunya. Pendekatan ini akan memberikan wawasan pada siswa mengenai budi pekerti dan nilai-nilai adat yang berlaku di masyarakat. Layanan informasi tentang budi pekerti diprediksikan dapat meningkatkan tata krama siswa. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis akan mengadakan penelitian dengan judul : KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN TATA KRAMA SISWA KELAS VI SDN. REJOAGUNG KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2009/2010.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa tata krama siswa menjadi tanggung jawab semua pihak baik orang tua,
3
guru, kepala Sekolah. Dalam hal ini guru pembimbing memiliki peran penting dalam membimbing siswa dalam bertata krama yang baik. Sebagai pokok permasalahan pada penelitian ini adalah apakah layanan informasi tentang budi pekerti memiliki efektif untuk meningkatkan tata karma siswa kelas VI SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun ajaran 2009/2010?
C. Cara Pemecahan Masalah Bertolak dari permasalalahan di atas cara yang akan digunakan untuk meningkatkan tata karma siswa kelas VI SD Negeri Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun ajaran 2009/2010, adalah dengan menggunakan layanan informasi tentang budi pekerti. Dengan menggunakan layanan informasi tentang budi pekerti, siswa diharapkan dapat mengerti dan mengetahui cara-cara bertata krama yang baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Pada kelompok siswa, tata karma dalam pergaulan merupakan ketrampilan baru yang perlu dipelajari, oleh karena itu layanan informasi tentang budi pekerti merupakan suatu treatmen yang efektif untuk meningkatkan tata karma siswa.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan layanan informasi tentang budi pekerti dalam meningkatkan tata krama siswa kelas VI SD Negeri Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a.
Hasil penelitian dapat menambah khasanah teoritis bimbingan dan konseling, khususnya layanan informasi tentang budi pekerti untuk
4
meningkatkan tata krama siswa kelas VI SD Negeri RejoagungKecamatan Trangkil Kabupaten Pati. b.
Menambah pengetahuan kepada para guru, untuk bekal mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai masalah bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Manfaat Praktis a.
Memberikan pengetahuan mengenai budi pekerti agar dapat menjadikan model bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VI SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
b. Memberikan masukan kepada guru SD Negeri Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tentang pentingnya memberikan
layanan
informasi tentang budi pekerti kepada seluruh siswa SD Negeri Rejoagung. c.
Memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pendidik dalam meningkatkan tata krama pergaulan siswa di sekolah.
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Tata Krama a. Pengertian Tata Krama Tata Krama atau sopan santun atau yang biasa disebut dengan etiket telah menjadi pembicaraan dalam kehidupan kita dari jaman dahulu sampai sekarang dan selamanya tata krama akan menjadi pembahasan dimanapun manusia berada, tata krama telah menjadi persyaratan dalam hidup sehari-hari, bahkan menjadi semakin meningkat dan sangat berperan penting untuk memudahkan manusia agar dapat berinteraksi dan diterima di masyarakatnya. Pengertian tata krama adalah selalu bertingkah laku dan bersikap tertib menurut adat yang baik (Depdiknas, 2001 : 41). Sedangkan Heryani Fauziah (http://www.smkn6dki.or.id, 11 November 2008 ) mengatakan “tata krama merupakan suatu kebiasaan”. Kebiasaan ini merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena adanya aksi dan reaksi dalam pergaulan”. Lebih lanjut Christiyati Ariani (2002: 94) menyatakan bahwa “Tata krama adalah tata cara atau aturan turun-temurun yang berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang mengatur pergaulan antar individu maupun kelompok untuk saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang berlaku”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tata krama adalah perbuatan/tindakan yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku untuk kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan lingkungan yang kemudian dijadikan kebiasaan. Dengan istilah lain tata krama adalah norma kebiasaan yang mengatur sopan santun dan
5
6
disepakati oleh lingkungan. Dapat ditarik kesimpulan lagi bahwa pengertian tata krama dalam kehidupan adalah : 1) Tau situasi dan kondisi serta bertanggung jawab 2) Aksi dan reaksi manusia dalam suatu lingkungan 3) Menghormati sesama 4) Sopan santun dalam berbicara
b. Dasar-dasar tata krama (etiket) Menurut
John
Robert
Power
(mariana
ramelan,
blogspot.com/2008/09/tata- krama-pergaulan.html, 12 November 2008). Dasar-dasar Etiket meliputi : 1) Sopan dan ramah kepada siapa saja. 2) Memberi perhatian kepada orang lain. 3) Ingin membantu. 4) Memiliki rasa toleransi. 5) Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi. Lebih
lanjut
menurut
Pemkab
Tanjung
Jabung
Barat
(Http://www.Pemkab Tanjung Jabung Barat.Go.Id/Artikel=&Id=17, 11 November 2008) mengemukakan dasar - dasar etiket terdiri dari : 1) Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja. 2) Memberi perhatian kepada orang lain. 3) Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain. 4) Bersikap ingin membantu. 5) Memiliki rasa toleransi yang tinggi. 6) Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.
7
c. Manfaat tata krama (etiket) Manfaat tata krama (etiket) dalam kehidupan menurut John Robert Power (Mariana Ramelan.blogspot.com/2008/09/tata-krama-pergaulan. html,12 Januari 2009) 1) Membuat seseorang disegani, dihormati, disenangi orang lain. 2) Mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan orang 3) Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi. 4) Dapat memelihara suasana yang baik dilingkungan keluarga, tempat kerja, dan antara teman. Sedangkan menurut wordpress.com (2008) manfaat tata krama (etiket) dalam kehidupan manusia adalah : 1) Akan menambah rasa bangga dan mengingat orang menjadi contoh, dengan sendirinya akan menjadi contoh baik dalam kehidupan. 2) Kebiasaan tingkah laku terkontrol, tidak ragu-ragu bertingkah terbuka maka akan tumbuh dengan sendirinya rasa percaya diri. 3) Prilaku yang baik akan menumbuhkan kelebihan dalam pendidikan dan pelatihan yang diikuti. Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat tata krama adalah menambah rasa percaya diri, menambah rasa bangga dan dengan sendirinya akan menjadi contoh yang baik dalam kehidupan, akan menumbuhkan kelebihan dalam diri seseorang, kebiasaan tingkah laku akan terkontrol dan tidak ragu dalam berbuat sesuatu sehingga akan menambah rasa percaya diri, mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan orang, dan membuat kita dihormati orang lain serta diterima dilingkungan manapun.
8
2.Budi Pekerti a. Pengertian Budi Pekerti “Berdasarkan etimologi budi pekerti merupakan kata majemuk yang berasal dari kata budi dan pekerti, budi memiliki arti perbuatan baik sedangkan
pekerti
berarti
tingkah
laku,
perangai,
watak”
(Poerwodarminto,1982: 158). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1999: 131) “budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, dan watak. Budi merupakan alat batin sebagai alat panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik / buruk tingkah laku, akhlak, dan watak”. Lebih
lanjut
Soedjadi
Setjonegoro
(dalam
I
Gede
Sura,
Http://www.balipost.com, 11 November 2008) merumuskan pengertian budi pekerti sebagai "pimpinan bagi segala pekerti, perbuatan, yang bersumber pada budi atau ratio". Ditambahkan bahwa yang dimaksudkan dengan pimpinan ialah pimpinan ke arah kebaikan yang didasarkan atas kesadaran. Kesatuan budi yang bersifat batiniah dengan perbuatan yang bersifat lahiriah.
Menurut Edi Sedyawati “Budi pekerti merupakan
moralitas yang mengandung pengertian adat istiadat, sopan santun, dan perilaku” (1997:4) Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, dan watak yang mengarah pada kebaikan yang didasarkan atas kesadaran. Kesatuan budi yang bersifat batiniah dengan perbuatan yang bersifat lahiriah yang dilandasi dengan pikiran yang jernih dan baik. karena budi pekerti merupakan induk dari segala etika, tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
9
b. Tujuan pendidikan budi pekerti “Tujuan pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai tertentu dalam diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu, yakni nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia lainnya, yang tumbuh dan berkembangan dalam masyarakat Indonesia.”Trimo (http://re-searchengines.com/0807trimo, 12 Januari 2009) Sedangkan menurut Depdiknas (2001: 5) tujuan dari pendidikan budi pekerti “adalah untuk menfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasikan nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri siswa serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari dalam pelbagai konteks sosial budaya yang bhineka”. Lebih lanjut Sudharto (2000: 3) mengatakan tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah “Untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai bekal bagi masa depannya agar memiliki hati nurani yang bersih berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk, sehingga terbentuk pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan. Sikap, pikiran, perasaan, kerja, dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma budaya” (2000:3). Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah membekali dengan menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia kepada peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran
dan
latihan
selama
pertumbuhan
dan
perkembangan diri sebagai bekal bagi masa depannya sehingga kita bisa berkiprah menuju kesuksesan hidup, mampu menjalin kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik dan memiliki hati nurani yang bersih dan berperangai baik serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk.
10
c. Materi Pendidikan Budi Pekerti Pendidikan budi pekerti pada dasarnya adalah pendidikan nilai, artinya pendidikan budi pekerti adalah penguasaan nilai dan sikap. Nilai dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan, dan pandangan tentang sesuatu yang dianggap berharga oleh seseorang didalam hidupnya, misalnya nilai religius, nilai pribadi dan nilai sosial. Materi pendidikan budi pekerti menurut Depdiknas {2001 : 26} adalah materi pendidikan nilai yang meliputi (1) bekerja keras,(2) berdisiplin, (3) beriman, (4) berhati lembut, (5) bersahaja, (6) bertanggung jawab, (7) bertenggang rasa, (8) bijaksana, (9) pemaaf, (10) ramah tamah, (11) rendah hati, (12) sabar, (13) sopan santun atau tata krama, (14) susila, (15) amal saleh, (16) berani memikul resiko, (17) empati (ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain), (18) berhati lapang, (19) berani berbuat benar, (20) berkepribadian, (21) cermat, (22) simpati (perhatian dan peduli terhadap sesama), (23) hemat, (24) demokratis, (25) kreatif, (26) kesatria, (27) lugas, (28) menghargai karya orang lain, (29) mencintai ilmu, (30) pemurah, (31) patriotik, (32) sikap hormat, (33) sikap tertib, (34) sportif, (35) susila, (36) tekun, (37) tegar, (38) ulet, (39 ) jujur. Dari sejumlah materi pendidikan nilai budi pekerti tersebut untuk layanan informasi difokuskan pada pendidikan tata krama sebagai berikut: 1) Ramah tamah Sikap dan perilaku dengan budi bahasa yang baik, tutur kata yang manis dan lembut. 2) Sikap Hormat Terbiasa bersikap menghormati orang lain di lingkungan sekolah dan masyarakat, menghindari diri sendiri dari sikap meremehkan orang lain, selalu menghargai orang yang lebih tua, dan selalu menaati aturan yang berlaku.
11
3) Sopan Santun Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma yang berlau didalam masyarakat. 4) Susila Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat yang dikendalikan oleh nurani yng tinggi dalam tatanan kehidupan. 5) Bertanggung jawab Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan atau tindakan yang dilakukan.
d. Pendekatan Pendidikan Budi Pekerti Departemen Pendidikan Nasional (2001: 61) menjelaskan bahwa “ Penerapan Pendidikan Budi Pekerti dalam konteks Pendidikan Nasional saat ini menggunakan pendekatan Pengintergrasian dan peningkatan dengan cara mengoptimalkan isi, proses, dan pengelolaan proses pembelajaran saat ini guna mencapai tujuan Pendidikan Nasional ”. Sedangkan Sudharto ( 2000 : 8 ) menyatakan bahwa pendidikan budi pekerti dilaksanakan melalui beberapa pendidikan yaitu : 1) Pendekatan Keimanan, yaitu memberi peluang dan pengarahan kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk pada alam semesta. 2) Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pendekatan Emosional, yaitu upaya menggugah peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. 4) Pendekatan Rasional yaitu memberi peran pada Rasional yaitu upaya memberikan peran pada rasio atau akal dalam memerangi dan membedakan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari 5) Pendekatan fungsional yaitu usaha menyajikan bentuk akhlak atau budi pekerti dalam segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
12
6) Pendidikan keteladanan yaitu usaha para pendidik menjadi figure atau contoh utama dari seluruh komponen pendidikan budi pekerti. 7) Pendekatan penghargaan dan sanksi yaitu memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berperilaku baik dan sebaliknya memberikan sanksi kepada peserta didik yang berperilaku buruk. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan budi pekerti adalah pengintegrasian dan peningkatan yang dilakukan dengan cara
pendekatan
keimanan,
pendekatan
pembiasaan,
pendekatan
emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keteladanan, pendekatan penghargaan dan sanksi.
3 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar a.
Pengertian Sekolah Dasar Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama enam tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar pada umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga Negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 9 tahun, yaitu Sekolah Dasar (SD) atau sederajat selama 6 tahun dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama tyaitu SMP selama 3 tahun.
b.
Karakteristik anak sekolah dasar Menurut Edy Wiyono (http://beranda.bloasome.com/2008) anak sekolah dasar memiliki sifat Ingin mendapat pengakuan diri,punya pendapat yang berbeda, gaya bicara berbeda, dan hobinyapun berbeda.
13
Sedangkan menurut Darmojo (1992:25) anak usia sekolah dasar adalah “Anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun badaniah dimana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehinggga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut”. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka berada dalam usia yang sama. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar merupakan pribadi atau individu yang sedang berkembang, anak usia sekolah dasar juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan bervariasi sehingga mempengaruhi tingkah kaku dan pola pikir yang berbeda-beda. Dengan pemberian layanan informasi tentang budi pekerti terhadap siswa sekolah dasar maka diharapkan siswa dapat bertingkah laku lebih baik. c.
Tugas perkembangan siswa sekolah dasar Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul dalam periode tertentu
dalam
kehidupan
individu.
Sementara
itu
tugas-tugas
perkembangan yang dihadapi oleh siswa SD adalah, antara lain, mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya dengan bersikap tanggung jawab, bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta temanteman sebaya, mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan (values), dengan membentuk kata hati. Pada usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar dengan memandang dunia secara obyektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
14
berfikir secara operasional
untuk mengklasifikasikan
bend-benda,
membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Bertitik tolak dari uraian diatas menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar telah dapat memahami dan dapat bersikap serta bertindak sesuai dengan tata krama yang benar. Tata krama pada siswa sekolah dasar dapat ditingkatkan melalui pemberian layanan informasi tentang budi pekerti.
4 Layanan Informasi a. Pengertian Layanan Informasi “Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik” (Prayitno, 1997 : 33). ”Layanan informasi adalah kegiatan dalam rangka program bimbingan dan konseling di sekolah untuk peserta didik dalam mengenal diri dan lingkungannya, terutama kesempatan-kesempatan yang ada dalam lingkungannya yang dapat dimanfaatkan, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang” (Depdiknas, 2000 : 9) Menurut H Achmad Juntika Nurisan, dan Akur Sudianto (2005 : 20) Layanan informasi adalah layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik. Tujuan layanan ini agar peserta didik memiliki informasi yang memadai, baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam membuat keputusan yang tepat.
15
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan untuk mengenal diri dan lingkungannya serta untuk bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan peserta didik. Layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan suatu arah tujuan atau rencana yang dikehendaki. Layanan informasi merupakan penyampaian berbagai informasi agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersbut demi kepentingan hidup dan perkembangannya.
b.Tujuan Layanan Informasi “Tujuan diberikannya layanan informasi adalah untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan, dan bidang perkembangan pribadisosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri” (Winkel W.S, 1991 : 274). Menurut Prayitno, dan Erman Anti (1994 : 226) ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan; 1) Membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosialbudaya. Dalam masyarakat yang serba majemuk dan semakin komplek, pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagian terletak ditangan individu itu sendiri. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya.
16
2) Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. Dengan kata lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan dapat membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. 3) Setiap individu adalah unik, keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Pertemuan antara keunikan individu dan variasi kondisi yang ada di lingkungan dan masyarakat yang lebih luas, diharapkan dapat menciptakan berbagai kondisi baru baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi masyarakat, yang semuanya itu sesuai dengan keinginan individu dan masyarakat. Dengan demikian akan terciptalah dinamika perkembangan individu dan masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri individu dan masyarakat.
c.Fungsi Layanan Informasi Fungsi layanan informasi pada dasarnya sama dengan empat fungsi bimbingan. Menurut Prayitno, dan Erman Anti (1994 : 14) bimbingan dan konseling dilakukan dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan, dan penyembuhan. Setiap bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan yaitu : 1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. 2) Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. 3) Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas-petugas disekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik. 4) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah.
17
Sesuai dengan tujuan dan fungsinya, layanan informasi diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan bantuan dalam hal informasi, orientasi, konsultasi dan komunikasi kepada peserta didik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan demikian akan tercipta kemudahan bagi terselengaranya proses dan tercapainya tujuan program pendidikan seperti yang diharapkan.
d.Jenis-jenis Informasi Jenis informasi yang perlu diberikan kepada peserta didik dalam rangka kegiatan bimbingan dan konseling disekolah Menurut Depdiknas (2001 : 11) adalah : 1) Informasi Pendidikan, meliputi data dan keterangan yang valid dan berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat berkenaan dengan berbagai jenis pendidikan yang ada sekarang dan yang akan datang. 2) Informasi Jabatan, meliputi penyampaian tentang, pengetahuan dan penghayatan tentang pekerjaan atau jabatan yang akan dimasuki. 3) Informasi Sosial Budaya adalah informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial budaya yang perlu dipahami oleh siswa untuk menyesuaikan diri dan membuat keputusan. Data dan fakta yang disajikan kepada siswa sebagai informasi dibedakan atas 3 jenis, yaitu : 1) Informasi tentang pendidikan sekolah, yang mencakup semua data mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat. 2) Informasi tentang dunia pekerjaan yang mencakup semua data mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat, mengenai posisi atau jabatan, mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai klasifikasi jabatan, dan prospek masa depan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat akan jenis pekerjaan tertentu. 3) Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta lingkungan hidup fisik dan psikologis (Winkel. W.S, 1991 : 311) Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis layanan informasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 1) Informasi pendidikan, 2) Informasi jabatan, 3) Informasi Sosial budaya, 4) Informasi
18
tentang proses perkembangan manusia muda, 5) Informasi tentang proses perkembangan manusia muda.
e.Metode Layanan Informasi Ada banyak metode yang bisa digunakan dalam penyampaian layanan informasi. Seperti yang dikatakan Prayitno dan Erman Anti (1994 : 275) bahwa dalam pemberian layanan informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karya wisata, alat-alat peraga, dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, dan sosiodrama.
B.Kerangka Pemikiran Budi pekerti adalah tingkah laku, akhlak, dan watak yang mengarah pada kebaikan yang didasarkan atas kesadaran kesatuan budi yang bersifat batiniah dengan perbuatan yang bersifat lahiriah. Besar atau kecilnya, tinggi atau rendahya pengetahuan budi pekerti seseorang akan sangat berpengaruh pada tata krama siswa. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun ajaran 2009/2010. Secara umum pemberian layanan informasi diberikan pada seluruh kelas VI yang bertata krama baik maupun yang kurang baik. Tata krama yang baik adalah siswa member salam dan menyapa ketika berpapasan dengan guru, siswa berbicara tanpa berkaca pinggang terhadap guru, berbicara sopan terhadap teman. Sedangkan tata krama yang tidak baik adalah siswa yang tidak mau menyapa atau memberi salam saat berpapasan dengan guru, berbicara dengan berkaca pinggang, berbicara dengan menggunakan bahasa yang kasat terhadap semama teman.
19
Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Tata karma baik
Siswa kelas VI SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil
Tata karma kurang baik
Layanan informasi tentang budi pekerti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C.Hipotesis Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Layanan informasi tentang budi pekerti efektif untuk meningkatkan Tata Krama siswa kelas VI SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
20
BAB III RENCANA PENELITIAN
A.
Setting Penelitian dan Karakteristik subyek penelitian 1.
Setting Penelitian
Tempat penelitian berarti lokasi yang dijadikan tempat berlangsungnya penelitian. Tempat penelitian ini adalah di SDN. Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Alasan dipilihnya lokasi tersebut menjadi tempat penelitian adalah : a. Di sekolah tersebut belum pernah dilaksanakan penelitian tentang pelaksanaan layanan informasi tentang budi pekerti. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru pembimbing tentang masalah budi pekerti dan bagaimana cara penanganannya. b. Diduga di SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati masih terdapat banyak siswa yang kurang bertata krama dalam pergaulan sekolah. c. Di SDN Rejoagung kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tersebut mempunyai visi dan misi yang sesuai dengan salah satu tujuan penelitian ini. Adapun visi yang terdapat di sekolah tersebut adalah menjadikan siswa bertaqwa, beriman, berkualitas, terampil serta berbudi pekerti luhur. Sedangkan misi yang terdapat di sekolah tersebut adalah Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa, Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi, Mengembangkan kegiatan olah raga dan seni, Membimbing siswa agar berrtingkah laku sopan santun dalam segala hal sesuai dengan norma-norma yang berlaku didalam pendidikan agama. d. Kebanyakan orang tua siswa memiliki latar belakang pendidikan yang kurang tinggi dan ekonomi sosial yang rendah. Kebanyakan sebagian besar orang tua siswa bekerta sebagai petani, buruh dan ada sebagian yang berternak. Sehingga dengan kesibukan para orang tua, kebanyakan dari mereka kurang memperhatikan bagaimana pergaulan anak-anaknya dan tata krama disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan
20
bahwa
21
dengan latar belakang orang tua siswa yang rata-rata berasal dari ekonomi dan pendidikan yang rendah menjadikan para orang tua kurang terlatih untuk mengajari dan menanamkan tentang tata krama yang baik. Dan para orang tua biasanya berpandangan untuk menyerahkan sepenuhnya pendidika anak kepada guru yang mengajar para siswa.
2. Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik subyek penelitian adalah sifat khas, latar, dan jumlah subyek penelitian. Sifat khas berarti sifat yang dimiliki siswa sebagai subyek penelitian. Latar yang dimaksudkan adalah keadaan lingkungan subyek yang mempunyai tata krama kurang baik, misalnya tentang keadaan rumah siswa, hubungan siswa dengan teman, dddan keadaan kelas. Jumlah subyek penelitian ini ada tiga orang siswa yang merupakan siswa kelas VI tahun ajaran 2009/2010. Subyek penelitian pada siswa kelas VI SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil kabupaten Pati dengan karakteristik sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian No
Nama
Karakteristik
Tempat tanggal lahir 1
2
3
“AP”
Tidak memberi salam atau menyapa saat
Pati 26-6-1998
berpapasan dengan guru
DP
Berbicara
Pati 4-5-1997
pinggang
BD
Berbicara
15-11-1998
bahasa yang kasar
pada
guru
dengan
dengan
teman
berkaca
menggunakan
B. Variabel Penelitian Variabel oleh Sutrisno Hadi (dalam Suharsimi Arikunto, 1997: 94) didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi”. Sedang Yatim Rianto (1996: 9) “mengartikan variabel sebagai suatu konsep yang memiliki nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang
22
bervariasi.Variabel bebas dalam penelitin ini yaitu adalah layanan informasi tentang budi pekerti. Adapun variabel terikatnya adalah tata krama. Variabel dalam penelitian ini mencakup tiga jenis variabel yaitu: 1. variabel input, yaitu kondisi awal atau tingkah laku yang akan di ubah melalui penelitian ini. Adapun yang akan dirubah melalui penelitian ini adalah tata krama siswa kelas VI SD Negeri RejoagungKecamatan Trangkil Kabupaten Pati. 2. Variabel proses yaitu cara teknis yang akan digunakan untuk mengubah perilaku yang akan di inginkan menjadi perilaku yang diharapkan. Pada penelitian ini variabel prosesnya adalah layanan informasi tentang budi pekerti. 3. Variabel Output, yaitu kondisi akhir berupa perilaku yang diharapkan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan. Jadi variabel output dalam penelitian ini adalah tata karma siswa setelah mendapatkan layanan informasi tentang budi pekerti.
C. Rencana Tindakan Tiap penelitian yang dilakukan memerlukan perencanaan. Perencanaan yang dimaksud mencakup gambaran mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Rencana tindakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan dalam gambar sebagai berikut:
Permasalahan
Refleksi I
Rencana Tindakan I
Analisis Data II
Pelaksanaan Tindakan I
Observasi I
23
Belum terselesaikan
Permasalahan
Belum Terselesai Refleksi II
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Analisa Data II Observasi II
Belim terselesaikan
Permasalahan
Refleksi III
Rencana Tindakan III
Analisis data III
Gambar 2 Siklus Rencana Tindakan
Pelaksanaan Tindakan III
Observasi III
24
Perencanaan pelaksanaan tindakan ada tiga siklus langkah, yaitu; 1) Pelaksanaan tindakan siklus I, 2) Pelaksanaan tindakan siklus II, 3) Pelaksanaan tindakan siklus III. Secara rinci, langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : a. Rencana pelaksanaan tindakan siklus I 1. Rencana tindakan I Rencana tindakan I berarti rencana yang digunakan dasar untuk melakukan tindakan penelitian tentang keefektifan layanan informasi tentang budi pekerti untuk meningkatkan tata krama siswa. Rencana tindakan I dilatar belakangi oleh adanya masalah yang menjadi faktor penyebab dari permasalahan – permasalahan yang ada dan kemudian melakukan perumusan tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan siswa, yakni kebutuhan untuk mendapatkan teladan yang konkrit tentang tata karma di sekolah. 2. Tindakan I Pelaksanaan tindakan I dilakukan di lingkungan sekolah dengan memberikan perilaku atau tingkah laku khusus yang di rumuskan untuk meningkatkan tata krama siswa adalah; 1) siswa memberi salam dan menyapa ketika berpapasan dengan guru, 2) berbicara dengan guru tanpa kacak pinggang, 3) berbicara dengan teman menggunakan bahasa yang baik dan lembut,tidak perlu berteriak. 3. Observasi I Tekanannya adalah pada pengamatan tentang apa yang dilakukan sebagai dasar untuk tahap refleksi yang akan datang. Pada observasi I dilakukan dengan mengamati perilaku siswa yang muncul serta didukung dengan adanya wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diperoleh dengan menanyakan secara langsung kepada narasumber. 4. Analisis tindakan I Menganalisis masalah yang muncul yaitu dengan mencari penyebab siswa tidak berperilaku sopan. 5. Refleksi Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara, untuk menentukan tindak lanjut dalam langkah
25
pencapaian tujuan akhir yang mungkin dicetuskan dalam pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya (Sugiyanto, 2006 : 5). Refleksi dalam penelitian tindakan adalah upaya mengkaji apa yang telah terjadi atau belum tuntas pada langkah atau upaya sebelumnya. Jadi, apabila dari hasil evaluasi menunjukkan hasil yang kurang baik atau belum berhasil, maka perlu dilakukan dengan melanjutkan pelaksanaan tindakan siklus II. b. Pelaksanaan Rencana Tindakan Siklus II 1. Rencana Tindakan II Rencana tindakan II berarti rencana yang digunakan dasar untuk melakukan tindakan penelitian yaitu berupa layanan informasi tentang budi pekerti pada siswa. Rencana tindakan II dilatar belakangi oleh adanya masalah yang timbul yaitu terdapat 3 siswa yang memiliki budi pekerti tidak baik. Rencana tindakan II dilakukan dengan memberikan materi tentang pengertian budi pekerti kepada siswa. Peneliti juga menjelaskan tentang bagaimana berbudi pekerti yang baik di dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Mengidentifikasi siswa yang melakukan budi pekerti tidak baik dan kemudian peneliti mulai melaksanakan bimbingan kepada tiga siswa bermasalah. 2. Tindakan II Pelaksanaan tindakan dilakukan di dalam dan di luar kelas (ruang konseling) yaitu memberikan penjelasan secara rinci kepada siswa didalam kelas mengenai pengertian budi pekerti dan memberikan contoh kepada siswa budi pekerti yang tidak baik. Ditemukan tiga orang siswa yang memiliki budi pekerti kurang baik yaitu “AP, DP dan BD” dengan karakteristik yang berbeda. Peneliti melakukan bimbingan mengenai budi pekerti melalui layanan informasi yang lebih difokuskan pada siswa bermasalah dan melakukan pendekatan secara pribadi. 3. Observasi II Tekanannya adalah pada pengamatan tentang apa yang dilakukan sebagai dasar untuk tahap refleksi yang akan datang. Melakukan pengamatan tentang perilaku siswa yang kerang baik difokuskan pada “AP, DP dan BD”. Instrumen yang digunakan untuk observasi yaitu cheklist. Observasi dilakukan sebanyak 3
26
kali selama 1 minggu sebelum dilakukan pelayanan budi pekerti secara khusus kepada tiga siswa bermasalah. 4. Evaluasi II Evaluasi berarti kegiatan menilai hasil atau dampak tindakan layanan tentang budi pekerti untuk meningkatka tata karama. Sasaran yang dievaluasi adalah siswa yang bermasalah terhadap budi pekerti. Kriteria yang digunakan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan adalah ada tidaknya perubahan pada siswa yang berbudi pekerti tidak baik. Apabila siswa tidak mengalami perubahan maka penelitian dianggap belum berhasil. 5. Refleksi Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara, untuk menentukan tindak lanjut dalam langkah pencapaian tujuan akhir yang mungkin dicetuskan dalam pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya (Sugiyanto, 2006 : 5). Refleksi dalam penelitian tindakan adalah upaya mengkaji apa yang telah terjadi atau belum tuntas pada langkah atau upaya sebelumnya. Jadi, apabila dari hasil evaluasi menunjukkan hasil yang kurang baik atau belum berhasil, maka perlu dilakukan dengan melanjutkan pelaksanaan tindakan siklus III. c. Pelaksanaan Rencana Tindakan Siklus III 1. Rencana Tindakan III Rencana tindakan III berarti rencana yang digunakan dasar untuk melakukan tindakan penelitian yaitu berupa layanan informasi tentang budi pekerti yang difokuskan pada siswa yang bermasalah. Rencana tindakan III dilatar belakangi oleh adanya masalah yang timbul yaitu terdapat 3 siswa yang memiliki budi pekerti tidak baik dan pelayanan informasi tentang budi pekerti kepada siswa bermasalah lebih ditingkatkan dalam upaya meningkatkan tata krama siswa. Rencana tindakan III dilakukan dengan memberikan materi tata tertib siswa, mengajak siswa belajar bertutur kata dengan baik dan benar, memberikan pengertian tentang akhlak dan watak kepada siswa guna memenuhi keefektifan layanan informasi budi pekerti untuk meningkatkan tata krama.
27
2. Tindakan III Pelaksanaan tindakan dilakukan di dalam dan di luar kelas (ruang konseling) yaitu melakukan pendekatan kepada siswa dengan memanggilnya satu persatu kedalam ruang konseling dan menjelaskannya tentang tindakan yang seharusnya dilakukan di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yaitu pada “AP, DP dan BD”. Peneliti melakukan bimbingan mengenai budi pekerti melalui layanan informasi tanpa harus memarahi tetapi dengan melakukan pendekatan secara pribadi dan menjelaskannya secara hati - hati. 3. Observasi III Tekanannya adalah pada pengamatan tentang apa yang dilakukan sebagai dasar untuk tahap refleksi yang akan datang. Melakukan pengamatan tentang perubahan yang terjadi terhadap perilaku siswa yang kurang baik difokuskan pada “AP, DP dan BD”. Instrumen yang digunakan untuk observasi yaitu cheklist. Observasi dilakukan sebanyak 3 kali selama 1 minggu setelah dilakukan pelayanan budi pekerti secara khusus kepada tiga siswa bermasalah. 4. Evaluasi III Evaluasi berarti kegiatan menilai hasil atau dampak tindakan layanan tentang budi pekerti untuk meningkatka tata karama. Sasaran yang dievaluasi adalah siswa yang bermasalah terhadap budi pekerti. Kriteria yang digunakan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan adalah ada tidaknya perubahan pada siswa yang berbudi pekerti tidak baik. Apabila siswa tidak mengalami perubahan maka penelitian dianggap belum berhasil. 5. Refleksi Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara, untuk menentukan tindak lanjut dalam langkah pencapaian tujuan akhir yang mungkin dicetuskan dalam pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya (Sugiyanto, 2006 : 5). Refleksi dalam penelitian tindakan adalah upaya mengkaji apa yang telah terjadi atau belum tuntas pada langkah atau upaya sebelumnya. Jadi, apabila dari hasil evaluasi menunjukkan hasil yang kurang baik atau belum berhasil, maka perlu dilakukan dengan melanjutkan pelaksanaan tindakan siklus IV.
28
D. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Penelitian a. Jenis Data Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan proses, dampak tindakan yang dilakukan, dan data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses berupa data tentang pelaksanaan layanan informasi. Sedangkan data tentang dampak tindakan yang dilakukan berupa peningkatan tata krama. Data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan adalah keberhasilan layanan informasi dalam meningkatkan tata krama siswa kelas VI SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Jenis data penelitian dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk bilangan, sedangkan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk bilangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data kuantitatif karena untuk mengetahui prosentase perubahan perilaku sebelum dan sesudah treatment.
b. Sumber data Menurut Marzuki (2002: 55) sumber data dalam penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu data sumber data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Jadi, data sekunder diperoleh dari sumber-sumber luar yang memerlukan adanya ketelitian. Data primer diperoleh dari keterangan siswa kelas VI yang tidak memilki tata krama, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan guru, wali kelas, dan orang tua siswa.
2. Teknik dan Instrumen Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan dibedakan yaitu berupa teknik pengumpulan
primer
dan
teknik
pengumpulan
data
sekunder.
Teknik
29
pengumpulan data primer berupa layanan informasi. Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder berupa teknik wawancara. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Teknik Observasi Dalam penelitian ilmiah observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 2001: 136). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam proses observasi selain melibatkan indra penglihatan dan pendengaran juga aktivitas lain yaitu berupa pencatatan, karena itu dalam observasi dibutuhkan daya ingat yang baik untuk menjamin agar data yang dikumpulkan dapat valid dan reliable. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan observasi dimaksudkan untuk memperoleh data tentang; 1) gejala awal yang nampak pada perilaku siswa yang bertata krama tidak baik pada tiga siswa yang menjadi subjek penelitian, 2) perubahan perilaku siswa yang bertata krama tidak baik setelah diberi treatment berupa layanan informasi. Pengumpulan data pada penelitian ini ditempuh dengan cara observasi karena berkaitan dengan perilaku, sedangkan perilaku siswa disekolah sangat mudah diamati oleh guru pembimbing. Untuk mengetahui perubahan perilaku siswa disekolah sangat tepat digunakan cara observasi.
b. Teknik Wawancara Teknik wawancara sebagai teknik sekunder dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan (Winkel,1991: 249). Dengan wawancara peneliti bisa menggali data lebih dalam tentang siswa baik itu mengenai latar belakang keluarga, ataupun penyebab perilaku menyimpang siswa. Teknik wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Wawancara berstruktur merupakan
teknik
wawancara
dimana
pewawancara
menggunakan
(mempersiapkan) daftar pertanyaan sebagai pedoman saat melakukan wawancara. Sedangkan wawancara tidak berstruktur yaitu teknik wawncara
30
dimana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan di dalam proses wawancara. Jenis teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara berstruktur. Alasan pemilihan teknik wawancara berstruktur lebih efektif untuk mengumpulkan dan mengungkap data tentang tata krama siswa yang tidak baik.
E. Analisis Data Untuk menguji hipotesa yang telah dikemukakan didepan dan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar maka data yang terkumpul harus dianalisis. Adapun cara menganalisa dan mengolahnya sangatlah tergantung dari jenis datanya. Jenis data dalam penelitian ini adalah data yang dapat diukur secara langsung atau dapat dihitung. Sutrisno Hadi {2004:74} mengatakan bahwa jenis data yang dapat diukur secara langsung ataupun dapat dihitung termasuk dalam jenis data kuantitatif. Data penelitian ini dapat secara langsung diukur atau dihitung dikarenakan jenis data penelitia ini merupakan penelitian kuantitatif. Lebih tepatnya menggunakan analisis pengubahan tingkah laku post rate-base rate.
F. Uji Hipotesis Layanan informasi tentang budi pekerti efektif untuk meningkatkan tata krama siswa kelas VI SD Negeri Rejoagung kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.
G. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan suatu kondisi atau keadaan tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah diadakan penelitian. Indikator kinerja dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan treatment dan dapat dimanfaatkan sebagai dasar penelitian akhir tentang berhasil atau tidaknya penelitian tindakan yang telah dilaksanakan. Pada penelitian ini indikator kinerja yang diharapkan muncul sebagai hasil tindakan
adalah berubahnya perilaku siswa yang bertata
krama tidak baik
31
menjadi bertata krama baik pada tiga siswa sebagi subjek penelitian. Perubahan perilaku tersebut ditandai dengan: 1) memberi salam atau menyapa saat berpapasan dengan guru, 2) berbicara dengn guru tanpa berkaca pinggang, 3) berbicara lembut.
dengan teman menggunakan bahasa yang baik dengan suara yang
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai hasil dari penelitian tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti. A. Deskripsi Data 1. Profil SDN Rejoagung Sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian ini adalah SD Negeri Rejoagung. Sekolah tersebut terletak di Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Di sekolah tersebut memiliki visi dan misi sebagai tujuan utama dalam pendidikan. Adapun visi dan misi SDN Rejoagung adalah bsebagai berikut : a.Visi Menjadikan siswa bertaqwa, beriman, berkualitas, terampil serta berbudi pekerti luhur. b. Misi Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa, Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi, Mengembangkan kegiatan olah raga dan seni, Membimbing siswa agar berrtingkah laku sopan santun dalam segala hal sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Lingkungan fisik sekolah ini terlihat baik dan rapi, halaman sekolah tidak terlalu luas dan merupakan jalan kampung yang tidak begitu ramai. Walaupun begitu siswa-siswa sangat menikmatinya. SDN Rejoagung juga sangat sejuk dan bebas dari polusi kendaraan jadi sangat nyaman untuk para siswa karena selain bebas polusi siswa juga tidak dibisingkan dengan lalu lalang kendaraan. Selain itu SDN Rejoagung juga berdekatan dengan sekolah TK (taman kanakkanak), tepatnya berada persis dibelakang SDN Rejoagung. Jadi kebanyakan siswa yang sekolah di SDN Rejoagung ini adalah mereka yang sebelumnya sekolah di TK tersebut tepatnya TK Pertiwi. Kebersihan dan kerapian kelas juga diperhatikan, terlihat dari setiap hari sebelum pelajaran dimulai ruangan kelas
32
33
dibersihkan dan ditata oleh siswa regu piket dan juga oleh penjaga sekolah. Penjaga sekolah di SDN Rejoagung sangat beertanggung jawab untuk membersihkan lingkungan sekolah sehingga sekolah tersebut tidak pernah kotor dan selalu terawat. SDN Rejoagung mempunyai 11 guru yang terdiri dari 6 wali guru kelas dan 5 guru bidang studi. Mengenai status kepegawaian sebagian berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), guru Bantu (GTT) dan Wiyata Bakti (WB). Tingkat pendidikan guru SD tempat penelitian mayoritas lulusan D2, ada yang lulusan PGA dan juga Strata -1. Khusus kedaan guru SDN Rejoagung dilaporkan sebagai berikut :
Tabel 2 Data Tentang Keadaan Guru SD Rejoagung Jenis Kelamin
Jabatan
Status
Pendidikan
Kepegawaian
L
P
PNS
GTT WB
S1
D2
PGA
Kepala
1
-
1
-
-
1
-
-
Sekolah
3
3
1
3
2
-
6
-
Guru Kelas
4
1
1
-
4
-
2
3
Guru
Bid.
Studi
Jumlah siswa SD Rejoagung sebanyak 106 siswa yang terbagi dalam 6 kelas, kelasI 15 siswa, kelas II 17 siswa, kelas III 9 siswa, kelas IV 23 siswa, kelas V 13 siswa, dan kelas VI 29 siswa. Kelas yang dijadikan subyek penelitian adalah kelas VI dengan jumlah siswa 3 anak. Karakter dari siswa kelas VI yang dijadikan obyek penelitian pada umumnya memiliki keaktifan dalam pembelajaran dan budi pekerti yang kurang baik, diantaranya masih ada siswa yang tidak mau mengucapkan salam apabila berpapasan dengan guru, berbicara dengan guru sambil berkacak pinggang dan berbicara dengan teman menggunakan bahasa kasar.
34
2. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah siswa kelas VI yang memiliki masalah dalam budi pekerti yaitu tiga orang siswa diantaranya adalah “AP”, “DP”, “BD”.
B. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan urutan tentang pelaksanaan tindakan siklus I untuk seluruh siswa kelas IV SD Rejoagung bertujuan untuk memperoleh faktor penyebab dari permasalahan. Pelaksanaan tindakan siklus II bertujuan untuk mengubah indikator perilaku tata krama siswa yang bermasalah dan pelaksanaan tindakan siklus III bertujuan untuk mengetahui perubahan budi pekerti siswa apakah mengalami perubahan atau tidak. 1. Pelaksanaan tindakan siklus I Pada bagian ini berisi tindakan awal dari penelitan dilatar belakangi oleh adanya masalah yang menjadi faktor penyebab dari permasalahan – permasalahan yang ada dan kemudian melakukan perumusan tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan siswa, yakni kebutuhan untuk mendapatkan teladan yang konkrit tentang tata karma di sekolah a. Pelaksanaan tindakan I Penelitian tentang keefektifan layanan informasi tentang budi Pekerti untuk meningkatkan tata karma ini mulai dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari. Penelitian ini diawali dengan dialog awal antara peneliti , guru wali kelas dan guru Pembimbing, dan wakil kepala sekolah. Dialog ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dilingkungan sekolah dan keadaan awal siswa sebelum dilakukan penelitian dan mendiskusikan bagaimana cara yang efektif. b. Observasi I Berdasarkan dialog awal dan hasil observasi yang dilakukan dengan diperoleh beberapa faktor penyebab dari permasalahan yaitu sebagai berikut: 1) Gejala awal yang nampak pada perilaku siswa yang bertata krama tidak baik
35
2) Siswa yang nampak memiliki tata krama tidak baik terdiri dari tiga siswa yaitu “AP”, “DP”, “BD” 3) Ketiga siswa yang memiliki budi pekerti tidak baik ditandai dengan tidak menyapa guru dan tidak mengucap salam saat berpapasan dengan guru, berbicara pada guru dengan berkaca pinggang, berbicara dengan teman menggunakan bahasa kasar. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung hal – hal yang dilakukan guru yang berkenaan dengan permasalahan yang ada yaitu meliputi : 1) Interaksi antara guru dengan siswa dilakukan dengan melakukan bimbingan pada siswa secara tegas tentang sikap disiplin dan memiliki tata krama yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu guru memberikan contoh langsung tentang tata krama yang baik. 2) Sekolah memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tata tertib yang mengatur siswa apabila ada yang melanggar akan dikenakan sanksi yang sesuai. Disekolah juga diberikan pelajaran yang mengembangkan sikap siswa bertata karma yang baik. 3) Guru Bimbingan konseling memberikan layanan informasi tentang budi pekerti kepada siswa dalam meningkatkan tata krama siswa yang lebih ditekankan pada siswa yang bermasalah. c. Evaluasi I Hasil evaluasi tindakan berdasarkan standar minimum (50%) dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus I Kode
Sebelum Persentase Sesudah
Siswa
sebelum
Persentase Keberhasilan Sesudah
“AP”
6
100%
5
83,33 %
16,67%
“DP”
5
100%
2
40%
60%
“BD”
5
100%
3
60%
40%
Keterangan : Pengamatan dan hasil evaluasi dilakukan selama satu minggu
36
d. Refleksi Dari hasil evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan frekuensi budi pekerti tidak baik pada “AP” mencapai 16,67% hasil evaluasi menyatakan bahwa untuk siswa “AP” belum berhasil, siswa “DP” mencapai 60 % hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “DP” sudah berhasil, sedangkan untuk siswa “BD” mencapai 40% hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “BD” belum berhasil. Selanjutnya dilakukan pelaksanaan tindakan pada siklus II. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dlakukan dengan melakukan perecanaan tindakan layanan informasi budi pekerti dilakukan dengan diskusi antara peneliti dengan guru Pembimbing dan wakil kepala sekolah yang dilakukan pada saat dialog awal. a. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan II dilakukan di dalam dan di luar kelas (ruang konseling) yaitu memberikan penjelasan secara rinci kepada siswa didalam kelas mengenai pengertian budi pekerti dan memberikan contoh kepada siswa budi pekerti yang tidak baik. Ditemukan tiga orang siswa yang memiliki budi pekerti kurang baik yaitu “AP, DP dan BD” dengan karakteristik yang berbeda. Peneliti melakukan bimbingan mengenai budi pekerti melalui layanan informasi yang lebih difokuskan pada siswa bermasalah dan melakukan pendekatan secara pribadi. Sebelum dilakukan pelayanan informasi tentang budi pekerti dilakukan persiapan untuk melaksanakan tindakan layanan informasi antara lain yaitu melakukan observasi untuk mencari siswa yang bermasalah dalam budi pekerti, Dari hasil observasi yang didapat, diperoleh 3 orang siswa yang memiliki budi pekerti tidak baik. Dari 3 orang siswa tersebut diberikan pelayanan informasi budi pekerti dengan memberikan pengarahan kepada mereka bahwa tindakan yang mereka lakukan tersebut tidak baik. Layanan informasi budi pekerti dilakukan dalam upaya meningkatkan tata krama siswa dimana siswa diberikan materi pendidikan budi pekerti dalam penguasaan nilai dan sikap siswa selama di sekolah. Tiga orang siswa memiliki
37
tata krama yang kurang baik yaitu diantaranya berbicara pada guru dengan berkacak pinggang, tidak memberikan salam pada saat berpapasan dengan guru, berbicara kasar kepada teman. Pelayanan informasi budi pekerti dilakukan pula melalui contoh dan tindakan di lingkungan sekolah baik itu guru maupun siswa – siswi yang lain. b. Observasi II Observasi dilaksanakan setiap kegiatan pelaksanaan layanan informasi tentang budi pekerti untuk meningkatkan tata krama. c. Evaluasi II Hasil evaluasi tindakan berdasarkan standar minimum (50%) dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II Kode
Sebelum Persentase Sesudah
Siswa
sebelum
Persentase Keberhasilan Sesudah
“AP”
5
100%
2
40 %
60%
“DP”
2
100%
2
100%
0%
“BD”
3
100%
2
66,67%
33,33%
Keterangan : Pengamatan dan hasil evaluasi dilakukan selama satu minggu d. Refleksi II Dari hasil evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan frekuensi budi pekerti tidak baik pada “AP” mencapai 60% hasil evaluasi menyatakan bahwa untuk siswa “AP” sudah berhasil, siswa “DP” mencapai 0 % hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “DP” belum berhasil, sedangkan untuk siswa “BD” mencapai 33,33% hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “BD” belum berhasil. Selanjutnya dilakukan pelaksanaan tindakan pada siklus III. 3. Pelaksanaan Tindakan Siklus III a. Pelaksanaan Tindakan III Pelaksanaan tindakan dilakukan di dalam dan di luar kelas (ruang konseling) yaitu melakukan pendekatan kepada siswa dengan memanggilnya satu
38
persatu kedalam ruang konseling dan menjelaskannya tentang tindakan yang seharusnya dilakukan di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yaitu pada “AP, DP dan BD”. Peneliti melakukan bimbingan mengenai budi pekerti melalui layanan informasi tanpa harus memarahi tetapi dengan melakukan pendekatan secara pribadi dan menjelaskannya secara hati - hati. Guru melakukan pendekatan kepada tiga orang siswa yang bermasalah tersebut dengan memberikan pengarahan kepada mereka satu persatu.”AP” misalnya ia memiliki karakteristik tidak memberikan salam atau menyapa kepada guru pada saat berpapasan dengan guru. Disini guru memberikan teguran kepadanya disaat berpapasan dengannya bahwa hal tersebut tidak baik dan memberikan contoh secara langsung apa yang harus dilakukan apabila berpapasan dengan guru yaitu mengucapkan Assalamualaikum, selamat pagi, selamat siang atau mencium tangan guru. “DP” memiliki karakteristik berbicara kepada guru dengan berkacak pinggang. Karakteristik siswa yang memiliki sikap seperti ini dapat diberikan pengarahan yang lebih tegas, dengan memberikan masukan kepada siswa tersebut agar apabila berbicara kepada orang yang lebih tua harap berbicara sopan santun dengan tidak berkacak pinggang. Karena berbicara dengan berkacak pinggang akan terkesan menantang lawan bicara hal tersebut sangatlah tidak baik. “BD” yang memiliki karakteristik berbicara kasar terhadap temannya, karakteristik siswa seperti ini harus dilakukan pendekatan serta pengarahan mengenai bagaimana bertutur kata yang baik kepada siapa kita berbicara contohnya, teman sebaya, teman yang lebih tua, adik, guru dan orang tua. b. Observasi III Observasi dilaksanakan setiap kegiatan pelaksanaan layanan informasi tentang budi pekerti untuk meningkatkan tata krama. c.
Evaluasi III Hasil evaluasi tindakan berdasarkan standar minimum (50%) dari setiap
siklus dapat dilihat pada tabel berikut :
39
Tabel 5 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus III Kode
Sebelum Persentase Sesudah
Siswa
sebelum
Persentase Keberhasilan Sesudah
“AP”
2
100%
1
50 %
50%
“DP”
2
100%
0
0%
100%
“BD”
2
100%
1
50%
50%
Keterangan : Pengamatan dan hasil evaluasi dilakukan selama satu minggu c. Refleksi III Dari hasil evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan frekuensi budi pekerti tidak baik pada “AP” mencapai 50% hasil evaluasi menyatakan bahwa untuk siswa “AP” sudah berhasil, siswa “DP” mencapai 100 % hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “DP” sudah berhasil, sedangkan untuk siswa “BD” mencapai 50% hasil evaluasi menyatakan bahwa siswa “BD” sudah berhasil. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siklus III sudah berhasil. C. Evaluasi Akhir Tindakan Evaluasi akhir tindakan berarti evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir siklus yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penurunan frekuensi perilaku budi pekerti tidak baik menjadi meningkatkan tata krama siswa pada setiap siklus. Berdasarkan perolehan data hasil analisis angket data siswa yang diperoleh melalui instrument angket dengan teknik data deskriptif yang menyatakan tentang perilaku siswa setelah diberikan layanan informasi tentang budi pekerti dapat digunakan sebagai penunjang keberhasilan penelitian. Angket diberikan pada guru di SD Negeri Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Yaitu terdiri dari 11 orang guru yang mengamati tingkah laku ketiga siswa selama 1 minggu sebanyak 3 kali pengamatan mulai dari siswa berangkat sekolah sampai dengan pulang terdiri dari pengamatan sebelum dan sesudah pemberian layanan informasi budi pekerti. Hasil angket yang diisi oleh guru kemudian dianalisis dan ditentukan prosentase keberhasilan layanan informasi budi pekerti.
40
Berdasarkan hasil pengisian angket dapat disampaikan sebagai berikut : Tabel 6 Perubahan budi pekerti siswa yang berperilaku tidak mau menyapa atau member salam saat berpapasan dengan guru.
Kode Siswa
Sebelum Persentase Sesudah sebelum
“AP”
Persentase Keberhasilan Sesudah
6
100%
5
83.33%
16,67 %
5
100%
2
40%
60%
2
100%
1
50%
50%
Tabel 7 Perubahan budi pekerti siswa yang berperilaku berbicara terhadap guru dengan berkaca pinggang.
Kode siswa
Sebelum Persentase Sesudah sebelum
“DP”
Persentase Keberhasilan Sesudah
5
100%
2
40%
60%
2
100%
2
0%
100%
2
100%
0
0%
100%
Tabel 8 Perubahan budi pekerti siswa yang berperilaku berbicara kasar terhadap teman.
Kode siswa
Sebelum Persentase Sesudah sebelum
“BD”
Persentase Keberhasilan Sesudah
5
100%
3
60%
40%
3
100%
2
66,67%
33,33%
2
100%
1
50%
50%
41
Selanjutnya dengan melihat perubahan tingkah laku dari ketiga siswa pada tabel diatas dapat dipaparkan rekapitulasi akhir yang didasarkan pada prosentase keberhasilan yang memenuhi syarat untuk diterima (lebih dari 50%)
Tabel 9 Prosentase keberhasilan ke tiga siswa yang berbudi pekerti tidak baik Kode siswa
Sebelum
Persentase Sesudah
Persentase Keberhasilan
sebelum
Sesudah
“AP”
2
100%
1
50%
50%
“DP”
2
100%
0
0%
100%
“BD”
2
100%
1
50%
50%
Jumlah
6
-
2
Rata – rata 66,67 %
Berdasarkan tabel diatas persentase keberhasilan dapat dihitung : post rate - Base rate x100% (Prosentase perubahan Edi Legowo, 1993 : 71) Base rate
Keterangan : Post Rate : Frekuensi munculnya budi pekerti tidak baik setelah mendapat layanan informasi Base Rate : Frekuensi munculnya indikator budi pekerti tidak baik sebelum mendapat layanan informasi
Berdasarkan rumus diatas didapat : 1.
Siswa “AP” =
1- 2 x100% 2
=-
1 x100% 2
= 50 %
42
2. Siswa “DP” =
0-2 x100% 2
=-
2 x100% 2
= 100 % 3. Siswa “BD” =
1- 2 x100% 2
=-
1 x100% 2
= 50 % 4. Jumlah seluruhnya didapat perhitungan berikut : =
2-6 x100% 6
=
-4 x100% 6
= 66,67 %
Dari hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan ketentuan kriteria keberhasilan tindakan yang didasarkan pada pencapaian prosentase perubahan lebih dari 50%. Karena nilai perhitungan jumlah rata - rata perubahan sebesar 66,67% lebih besar dari 50% artinya budi pekerti tidak baik pada siswa mengalami penurunana sebesar 66,67% maka layanan informasi tentang budi pekerti dikatakan berhasil.
D. Pembahasan Siswa yang diberikan layanan mengenai
informasi budi pekerti yang
diharapkan siswa dapat meningkatkan tata krama yaitu dengan memberikan contoh budi pekerti yang baik dalam setiap pergaulan. Memberikan teguran langsung kepada siswa yang berperilaku kurang baik dengan cara yang bijaksana,
43
apabila perlu adanya hukuman kepada siswa dapat dilakukan agar siswa tidak mengulanginya kembali. ”Layanan informasi adalah kegiatan dalam rangka program bimbingan dan konseling di sekolah untuk peserta didik dalam mengenal diri dan lingkungannya, terutama kesempatan-kesempatan yang ada dalam lingkungannya yang dapat dimanfaatkan, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang” (Depdiknas, 2000 : 9). Berdasarkan hasil analisis data yang telah dideskripsikan dapat dipaparkan bahwa bahasan mengenai keefektifan layanan informasi budi pekerti dalam upaya meningkatkan tata krama ditinjau dari aspek tata krama yaitu
pada saat
pengamatan siswa mendapatkan layanan informasi yang baik mengenai budi pekerti. Dan guru memberikan contoh secara langsung mengenai budi pekerti yang baik pada dirinya sendiri maupun terhadap sekolah. Budi pekerti yang baik amat penting dalam lngkungan sekolah, sebab tanpa adanya budi pekerti yang baik kegiatan dalam lingkungan sekolah akan tidak teratur. Melalui layanan informasi yang diberikan kepada siswa bermasalah dapat meningkatkan tata krama siswa yaitu 3 orang siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda “AP” yang setiap harinya tidak pernah menyapa guru ataupun member salam terhadap guru frekuensi awal sebelum diberikan layanan informasi budi pekerti yaitu 6 kali, 5 kali dan 2 kali. Setelah diberikan layanan informasi budi pekerti berubah menjadi 5 kali, 2 kali dan 1 kali.
“DP” selalu berkacak pinggang apabila berbicara dengan guru sebelum diberikan layanan informasi budi pekerti memiliki frekuensi 5 kali, 2 kali dan 2 kali. Kemudian setelah diberikan layanan informasi budi pekerti frekuensi berubah menjadi 2 kali, 2 kali dan 0 kali. Sedangkan “BD” yang selalu berkata kasar saat berbicara pada temannya memiliki frekuensi sebelum 5 kali, 3 kali 3 kali diberikan layanan informasi budi pekerti setelah diberikan layanan budi peketi berubah menjadi 3 kali, 2 kali dan 1 kali. Berdasarkan hasil pengamatan dan perolehan hasil angket dapat disimpulakan bahwa terdapat perubahan perilaku pada ketiga siswa sebesar 66.67%. Apabila dipandang dari indikator kinerja, maka penelitian ini dinyatakan berhasil karena melebihi batas prosentase perubahan
44
sebesar 50%. Selanjutnya apabila dilihat dari hipotesis penelitian hasil penelitian ini dapat diterima. Terbukti bahwa “ Efektifitas layanan informasi budi pekerti dapat meningkatkan tata krama siswa” Dari hasil rekapitulasi prosentase keberhasilan tersebut diatas maka dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut dibawah ini Layanan Informasi Sebelum tindakan Sesudah tindakan
2
1
0
AP
DP
BD
AP
DP
BD
Gambar 3 Histogram
Histogram Rekapitulasi Prosentase Keberhasilan Keterangan AP : Tidak menyapa ataupun member salam saat berpapasan dengan guru DP : Berbicara dengan berkaca pinggang BD : Berbicara terhadap teman dengan menggunakan bahasa yang kasar
45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Masih terdapat siswa yang memiliki budi pekerti tidak baik pada siswa kelas VI SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati yaitu 3 orang siswa diantaranya “AP” yang tidak menyapa apabila bertemu dengan guru, “DP” yang berbicara dengan berkacak pinggang, dan “BD” yang berbicara kasar kepada teman. 2. Layanan informasi tentang budi pekerti memiliki prosentase keberhasilan siswa “AD” sebesar 50%, siswa “DP” sebesar 100% , siswa “BD” sebesar 50% sedangkan rata – rata perubahan penurunan budi pekerti tidak baik sebesar 66,67%. Hal ini membuktikan bahwa melalui layanan informasi budi pekerti efektif untuk diterapkan dalam meningkatkan tata krama siswa. 3. Perubahan budi pekerti melalui layanan informasi siswa dapat meningkatkan tata krama siswa sehingga kegiatan belajar mengajar akan meningkat.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan deskritif data yang diperoleh, agar siswa dapat meningkatkan tata krama dikemukakan beberapa saran diantaranya kepada : 1. Kepala Sekolah dan Guru a. Kepala Sekolah hendaknya memberikan masukan kepada guru agar memperhatikan budi pekerti siswanya di sekolah yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kinerja guru. b. Memasukan Progam pengembangan layanan informasi pada pembelajaran siswa khususnya pada layanan informasi bimbingan konseling. c. Hendaknya guru memberikan layanan informasi budi pekerti baik pada siswa, atau mencontohkan dalam kegiatan sehari – hari disekolah.
46 d. Hendaknya guru memberikan hukuman kepada siswa harus sebanding dengan kesalahan yang dilakukan dan bersifat wajar apabila siswa tidak mengurangi budi pekerti yang kurang baik. 2. Orang tua a. Hendaknya orang tua mengawasi sikap putra – putrinya di lingkungan rumah, karena rumah adalah lingkungan pertama dimana siswa dibesarkan dalam keluarga dan mulai mengenal hubungan sosial. b. Orang tua hendaknya memberikan pelajaran tentang budi pekerti yang baik. c. Orang tua dapat membekali putra-putrinya denga ilmu agama yang baik. d. Orang tua hendaknya memberikan sedikit waktunya untuk memperhatikan perkembangan budi pekerti putra-putrinya selama berada dirumah maupun di lingkungan masyarakat. 3. Siswa a. Siswa hendaknya berbudi pekerti baik disekolah, di lingkungan keluarga maupun masyarakat. b. Hendaknya siswa tidak berbicara kasar atau kotor terhadap teman maupun siapa saja baik dilimgkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. c. Hendakya siswa tidak berkaca pinggang saat berbicara dengan guru dilingkungan sekolah. d. Hendaknya menyapa atau memberi salam kepada guru apabila berpapasan dengan guru.
47 DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nuhrisan & Akur Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Christyati Arianti. 2002. Tata krama suku bangsa jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Darmojo. 1994. Karakteristik siswa disekolah Dasar.Gramedia Widiasarana Indonesia. Depdiknas. 2001. Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Buku I. Jakarta: Depdiknas. Edy Legowo. 1993. Analisis Pengubahan Tingkah Laku. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Edy Sedyawati. 1999. Pedoman Budi Pekerti Luhur. Jakarta: Balai Pustaka. Edy Wiyono. http: //beranda bloasome. Com/2008.(11 Desember 2008) Heryani fauziah. 2008. Tata Krama Siswa. http: //www.smkn6dki.or.id. (12 November 2008)
I
Gede Sura. 2004. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/4/11/kel2.html. (11 November 2008)
Mariana Ramelan. 2008. http://www.blogspot.com/2008/09/tata-krama-pergaulan.html. (12 November 2008) Paskibra Kota Bandar Lampung. 2008. Tata Krama: Wordpress.com/.../tata-krama (12 Juni 2009) Pemkab
Tanjung Jabung Barat.Tata krama dalam pergaulan. Http://Www.Pemkab_Tanjung_Jabung_Barat.Go.Id/Artikel=&Id=17. (12 November 2008)
Poerwodarminto WJS.1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Prayitno & Erman Anti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
48
Prayitno dkk. 1997. Buku II Pelayanan dan Bimbingan. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi Sudharto. 2000. Program Pendidikan Budi Pekerti bagi Siswa di sekolah. Surakarta: Depdiknas Provinsi Jawa Tengah. Sutrisno Hadi. 1998. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset Sugiyanto.2006. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Trimo.
2007. Pendekatan Penanaman Nilai Dalam searchengines.com/0807trimo.html. (12 Juni 2009)
Pendidikan:
http://re-
Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.