perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISI MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi Disusun Oleh : Innastiti Listalining Rahayu K 5405023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : Innastiti Listalining Rahayu K 5405023
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran TGT pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil dengan teknik sampling acak sederhana. Sampel yang terpilih adalah Kelas X-1, Kelas X-3, dan Kelas X-5. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan teknik tes dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” commit to user siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “THE EFFECTIVENESS OF STAD AND TGT LEARNING METHOD AGAINST GEOGRAPHIC LEARNING RESULT ON BASIC COMPETENCY OF HYDROSPHERE ANALYSING AND IMPACT TO THE LIFE IN THE EARTH FOR CLASS X STUDENTS AT STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR OF 2009/2010”. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. February 2011. The aims of this research was to know : (1) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method, TGT, and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) The difference of Geographic learning result between using TGT learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. This research used an experimental research method. The population was all student of Class X at State Senior High School 2 Surakarta in academic year of 2009/2010. Sampels were taken by simple random sampling technique. The selected samples were Class X-1, Class X-3, and Class X-5. Data collection techniques of the students result learning used test technique s in the form of multiple choice objective test. The data was analysed by Covarian Analyse (Ancova). The result of this research showed : (1) There were difference in Geographic learning result between using STAD learning method, TGT learning method, and Lecture Question Answer learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) Geographic learning result with tht STAD learning method was as effective as TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) Geographic learning result with STAD learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) Geographic learning result with TGT learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High commit to user School 2 Surakarta. vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup. (Anonymous)
"Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan. Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan, tetapi jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah. Jadilah bambu yang mampu bertahan, melengkung melawan terpaan angin. (Anonymous)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. (Abu Bakar Sibli)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sebentuk karya kecil ini dipersembahkan kepada : Bapak & mama tercinta, orang tua terhebatku, Terima kasih tak terkira atas do’a dan kesabarannya yang tiada bertepi. Malaikatku...Abdi Eka Wicaksono. Mas Harso. Bang Edy Wibowo,beribu terima kasih atas bantuan dan motivasinya. Sahabat terbaik sepanjang masa...Geografi Brotherhood ’05, Terima kasih atas persaudaraan hangat yang tercipta... commit to user viii
Almamater yang kubanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk penelitian. 3. Drs. Partoso Hadi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. 4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu meneladani beliau. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si, selaku pembimbing pertama yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Dr. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di UNS. 8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang telah memberi limpahan ilmu selama penulis belajar di UNS. 9. Drs. Sukardjo, MA, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 10. Agus Sugiarto, S.Pd, selaku Guru Geografi SMA Negeri 2 Surakarta atas beribu bantuan, arahan dan masukannya selama pengambilan data. 11. Siswa – siswi SMA Negeri 2 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 12. Petugas Perpustakaan Prodi Pendidikan Geografi, Perpustakaan FKIP UNS, Perpustakaan Pusat UNS, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan. 13. Keluarga kecilku di Solo : Arum Wulandhanie, Monik Arumi, Nova Prahastowati, Rahmi Alfiyanti NK, Widi Astuti, Oktaviyani Dwi Lestari, terima kasih tak terkira atas segala warna dan kenangan indah yang tak terlupakan. 14. Kakak – kakak dan adik-adik Geografi angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, dan 2008. Terima kasih atas indahnya kebersamaan dan besarnya segala bantuan yang diberikan. Semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan kepada kalian. 15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan commit userkesempurnaan, untuk itu penulis dari Allah SWT. Karya ini masih jauhtodari x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Geografi. Surakarta,
Februari 2011
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman JUDUL .........................................................................................................
i
PENGAJUAN ..............................................................................................
ii
PERSETUJUAN..........................................................................................
iii
PENGESAHAN……………………………………………………………
iv
ABSTRAK ...................................................................................................
v
MOTTO .......................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xvi
DAFTAR PETA…………………………………………………………...
xix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xx
BAB I. PENDAHULUAN............... ..............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah......... ......................................................
1
B. Identifikasi Masalah..... .................................................................
6
C. Pembatasan Masalah...... ...............................................................
6
D. Perumusan Masalah ......................................................................
7
E. Tujuan Penelitian...... .....................................................................
8
F. Manfaat Penelitian... ......................................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORI......
............................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 10 1. Metode Pembelajaran................................................................. 10 2. Materi Pembelajaran ................................................................ 34 3. Hasil Belajar ............................................................................. 34 B. Penelitian yang Relevan ...................................................... .......
38
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43 D. Hipotesis Penelitian...................................................................... commit to user xii
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................
47
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
47
1. Tempat Penelitian...................................................................
47
2. Waktu Penelitian.....................................................................
47
B. Populasi dan Sampel..................................................................
47
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................
48
1. Variabel Penelitian................................................................
48
2. Teknik Pengumpulan Data...................................................
49
3. Instrumen Penelitian..............................................................
50
D. Rancangan Penelitian................................................................
58
E. Teknik Analisis Data.................................................................
60
1. Uji Prasyarat Analisis............................................................
60
2. Pengujian Hipotesis...............................................................
60
BAB IV. HASIL PENELITIAN..................................................................
64
A. Deskripsi Lokasi…………………………………………........
64
B. Pembelajaran dengan Metode STAD…………………………
69
C. Pembelajaran dengan Metode TGT……………………………
81
D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab………… 94 E. Hasil Penelitian ……………………………………………....... 106 1. Deskripsi Data………………………………………………. 106 2. Analisis Hasil Penelitian……………………………………. 111 F. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................
117
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………… 125 A. Kesimpulan……………………………………………………... 125 B. Implikasi………………………………………………………… 125 1. Implikasi Teoritis……………………………………………. 126 2. Implikasi Praktis…………………………………………….. 126 C. Saran…………………………………………………………….. 127 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ ... 128 LAMPIRAN commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual…………………………………………. 20 Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan…………………………….. 40 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian………………………………………… 47 Tabel 3.2
Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian……………………………… 51
Tabel 3.3
Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest………………….. 52
Tabel 3.4
Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest …………………53
Tabel 3.5
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest……………….. 54
Tabel 3.6
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest………………. 54
Tabel 3.7
Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest…………… 55
Tabel 3.8
Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest………….. 56
Tabel 3.9
Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretes………….... 57
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest………….. 57 Tabel 3.11 Rancangan Penelitian……………………………………………... 59 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta………………….. 65 Tabel 4.2
Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD……………………… 69
Tabel 4.3
Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT………………………… 82
Tabel 4.4 Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah Tanya Jawab………. 94 Tabel 4.5
Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok STAD..................... 107
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD.. 107
Tabel 4.7
Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT......................... 108
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT..... 108
Tabel 4.9
Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab............................................................................................... 109
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ...... 110 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas........................................................................ 111 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest……………………….112 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest………………………112 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Kovarian............................................... 113 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15 Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung…………………………114 Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji……………………………………….. 114
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1
Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ………………… 21
Gambar 2.2
Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT............................... 25
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran....................................................... 45
Gambar 4.1
Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD.............. 107
Gambar 4.2
Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT ………… 109
Gambar 4.3
Histogram nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya Jawab…………………………………………………………. 110
Gambar 6.1
Siklus Hidrologi Kecil……………………………………….. 208
Gambar 6.2
Siklus Hidrologi Sedang……………………………………..
Gambar 6.3
Siklus Hidrologi Panjang……………………………………. 209
Gambar 6.4
Proses Evaporasi…………………………………………….. 210
Gambar 6.5
Proses Transpirasi……………………………………………. 211
Gambar 6.6
Evapotranspirasi……………………………………………… 212
Gambar 6.7
Kondensasi…………………………………………………… 212
Gambar 6.8
Tiupan Angin Kencang………………………………………
Gambar 6.9
Awan……………………………………………………….... 214
Gambar 6.10 Hujan Konvektif…………………………………………….
208
213
216
Gambar 6.11 Hujan Frontal………………………………………………… 216 Gambar 6.12 Hujan Orografik……………………………………………… 217 Gambar 6.13 Infiltrasi……………………………………………………… 218 Gambar 6.14 Run off ……………………………………………………….. 218 Gambar 6.15 Perkolasi……………………………………………………… 219 Gambar 6.16 Puncak Kubah yang Tererosi…………………………………. 220 Gambar 6.17 Puncak Antiklinal yang Tererosi……………………………… 221 Gambar 6.18 Dataran Pesisir………………………………………………... 221 Gambar 6.19 Pola Aliran Dendritik………………………………………… 222 Gambar 6.20 Kenampakan Sungai Berpola Dendritik……………………... 222 Gambar 6.21 Pola Aliran Trellis……………………………………………. 223 commit to user Gambar 6.22 Kenampakan Sungai Berpola Trellis di North Dakota……….. 223 xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6.23 Pola Aliran Radial Sentrifugal………………………………. 224 Gambar 6.24 Gunung Merapi………………………………………………. 224 Gambar 6.25 Pola Aliran Radial Sentripetal……………………………….. 224 Gambar 6.26 Danau Singkarak……………………………………………… 225 Gambar 6.27 Pola Aliran Anullar………………………………………….. 225 Gambar 6.28 Kenampakan Sebuah Dome di Manicouagan, Kanada……… 225 Gambar 6.29 Pola Aliran Rectangular……………………………………..
226
Gambar 6.30 Sungai Luk Ulo, Kebumen………………………………….. 226 Gambar 6.31 Sungai Influent………………………………………………. 227 Gambar 6.32 Sungai Effluent………………………………………………. 227 Gambar 6.33 Sungai Intermitten…………………………………………… 228 Gambar 6.34 Meander Sungai……………………………………………... 228 Gambar 6.35 Delta Sungai Nil…………………………………………….. 229 Gambar 6.36 Danau Great Salt……………………………………………. 230 Gambar 6.37 Danau Laut Tawar…………………………………………..
231
Gambar 6.38 Danau Obruk Gol……………………………………………
231
Gambar 6.39 Danau Lembah Gletser……………………………………… 232 Gambar 6.40 Danau Vulkanik……………………………………………... 232 Gambar 6.41 Danau Karst………………………………………………….. 233 Gambar 6.42 Waduk Gajahmungkur……………………………………….. 234 Gambar 6.43 Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda……………………. 234 Gambar 6.44 Danau Tapal Kuda…………………………………………… 235 Gambar 6.45 Rawa yang Airnya Selalu Tergenang………………………… 236 Gambar 6.46 Ekositem Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang………. 236 Gambar 6.47 Rawa Gambut………………………………………………... 237 Gambar 6.48 Rawa Air Tawar……………………………………………… 238 Gambar 6.49 Daerah Aliran Sungai………………………………………… 239 Gambar 6.50 Penampang Daerah Aliran Sungai…………………………… 240 Gambar 6.51 DAS Bulu Radial...................................................................... 241 Gambar 6.52 DAS Berbentuk Paralel............................................................. 242 commit to user Gambar 6.53 DAS Berbentuk Bulu Burung................................................... 242 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6.54 Groundwater…………………………………………………. 243 Gambar 6.55 Air Tanah……………………………………………………… 243 Gambar 6.56 Banjir......................................................................................... 244 Gambar 6.57 Shore…………………………………………………………. 246 Gambar 6.58 Apungan Tepi Laut Membentuk Bura (Spit) pada Teluk……. 247 Gambar 6.59 Tombolo……………………………………………………… 247 Gambar 6.60 Permukiman di Timur Cilacap……………………………….. 248 Gambar 6.61 Batas-batas Fisik Wilayah Pesisir…………………………….. 249 Gambar 6.62 Klasifikasi Laut Berdasarkan Zonasinya…………………….. 249 Gambar 6.63 Laut Pertengahan di Indonesia………………………………. 250 Gambar 6.64 Laut Hitam…………………………………………………… 250 Gambar 6.65 Laut Jepang…………………………………………………… 251 Gambar 6.66 Laut Arafuru………………………………………………….. 251 Gambar 6.67 Palung Mariana……………………………………………….. 252 Gambar 6.68 Pantai Utara Jawa…………………………………………….. 252 Gambar 6.69 ZEE dan Zona Laut Territorial Indonesia…………………… 253 Gambar 6.70 Relief Dasar Laut…………………………………………….. 255 Gambar 6.71 Gelombang Laut……………………………………………… 257 Gambar 6.72 Apabila Gelombang Laut Mengenai Dasar Laut yang Dangkal, Terjadilah Empasan Gelombang…………………………….. 258 Gambar 6.73 Swash dan Back Wash………………………………………… 258 Gambar 6.74 Apungan Arus Membujur Tepi Laut…………………………. 259 Gambar 6.75 Biasan Gelombang Sepanjang Pantai Berteluk………………. 260 Gambar 6.76 Biasan Gelombang pada Garis Tepi Laut yang Lurus……….. 260 Gambar 6.77 Pasang Purnama dan Pasang Perbani…………………………. 261
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA
halaman Peta 1 Citra Lokasi SMA negeri 2 Surakarta Tahun 2010.......................... …. 67 Peta 2 Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2010………………………… 68
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1
Silabus ................................................................................... 131
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 134
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 2..158
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ......
184
Lampiran 5
Materi dan Media Pembelajaran Hidrosfer Kelas X SMA ....
207
Lampiran 6
Kisi – kisi Soal Pretest ..........................................................
264
Lampiran 7
Soal Pretest ...........................................................................
265
Lampiran 8
Kunci Jawaban Soal Pretest ..................................................
272
Lampiran 9
Kisi – kisi Soal Posttest .........................................................
273
Lampiran 10 Soal Posttest ..........................................................................
274
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Posttest .................................................
282
Lampiran 12 Lembar Jawaban ....................................................................
283
Lampiran 13 Soal Kuis ...............................................................................
284
Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Kuis ......................................................
293
Lampiran 15 Soal Diskusi ...........................................................................
294
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Diskusi ................................................
299
Lampiran 17 Aturan Permainan Roda Impian ...........................................
306
Lampiran 18 Soal Permainan Roda Impian ...............................................
307
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Permainan Roda Impian.......................
316
Lampiran 20 Daftar Nilai Individu Kelas STAD ........................................
326
Lampiran 21 Daftar Nilai Kelompok Kelas STAD………………………..
327
Lampiran 22 Daftar Nilai Individu Kelas TGT ..........................................
330
Lampiran 23 Daftar Nilai Kelompok Kelas TGT .......................................
331
Lampiran 24 Daftar Nilai Individu Kelas CTJ............................................
333
Lampiran 25 Uji Validitas Item Soal Pretest Tahap I ................................
334
Lampiran 26 Uji Validitas Item Soal Posttest Tahap I ...............................
336
Lampiran 27 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat Kesukaran Item Soal Pretest commit to ................................................. user xx
338
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 28 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest………………………………
340
Lampiran 29 Contoh Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest ............................
342
Lampiran 30 Data Induk Penelitian ............................................................
350
Lampiran 31 Uji Normalitas .......................................................................
351
Lampiran 32 Uji Homogenitas Varians Pretest antara Kelompok TGT, Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol.............................
357
Lampiran 33 Uji Homogenitas Varians Posttest antara Kelompok TGT, Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol.............................
360
Lampiran 34 Tabel Kerja Perhitungan Analisis Kovarian .........................
363
Lampiran 35 Uji Hipotesis dengan Analisis Kovarian ...............................
364
Lampiran 36 Uji Lanjut Pasca Analisis Kovarian ......................................
369
Lampiran 37 Daftar Kelompok ...................................................................
372
Lampiran 38 Lembar Skor Kuis STAD ......................................................
374
Lampiran 39 Lembar Rangkuman Tim STAD ...........................................
376
Lampiran 40 Skor Individu dalam Turnamen TGT ....................................
379
Lampiran 41 Rekap Poin Kelompok TGT ..................................................
381
Lampiran 42 Daftar Kehadiran Siswa .........................................................
384
Lampiran 43 Contoh Perhitungan Nilai Tes………………………………
387
Lampiran 44 Perijinan .................................................................................
388
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Opini yang berkembang dalam dunia pendidikan kita saat ini, yaitu berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan, baik pada lingkup pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Salah satunya adalah dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan memberdayakan sekolah dalam pengembangan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan lingkungan. KTSP memberi peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian, pada KTSP ini guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru
dituntut
untuk
lebih
kreatif
dan
inovatif dalam
memilih
serta
mengembangkan metode dan media pembelajaran yang akan diberikan di sekolah. Metode dan media yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya karena merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan metode mengajar yang bervariasi dan efektif merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus sebagai indikator peningkatan kualitas pendidikan. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta termasuk dalam salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian besar siswa karena bersifat hafalan. Pelajaran Geografi acap kali dianggap membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep pada materi tersebut. Proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial yang merupakan esensi penting dalam pembelajaran geografi. Hal tersebut membuat siswa menjadi pasif, memiliki kecakapan spasial yang rendah, kurang merangsang siswa untuk belajar mandiri, serta tidak mampu melejitkan potensi dan kemampuan yang ada pada diri mereka. Metode ini kurang tepat dan efektif untuk diterapkan dalam pengembangan KTSP karena disini guru hanya memberi penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan, sehingga tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. Ketepatan dalam menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajar yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya. Faktor permasalahan yang tidak kalah penting adalah kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang telah disediakan pihak SMA Negeri 2 Surakarta. Media ini sangat penting dalam menunjang penanaman kecakapan berpikir spasial siswa dalam pembelajaran geografi. Seharusnya dengan memanfaatkan fasilitas tersebut dan ditunjang dengan metode pembelajaran yang tepat, guru mampu mengemas materi geografi ke dalam sebuah proses pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan motivasi serta minat siswa, sehingga berpengaruh positif terhadap kecakapan berpikir spasial dan hasil belajar siswa. Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang to user diharapkan memiliki intelegensi spasial pula. Maksudnya adalah commit guru geografi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 spasial yang diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial inilah yang ikut memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir peserta didik. (http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id). Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diharapkan para guru di sekolah tersebut mampu menyajikan materi-materi Geografi dengan lebih menarik, kreatif, inovatif serta mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran seoptimal mungkin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan adanya media, bahan belajar yang abstrak dapat dikongkritkan, bahan belajar yang tidak menarik manjadi lebih menarik. Berdasarkan kenyataan di atas, sistem pembelajaran khususnya di SMA Negeri 2 Surakarta harus diubah menuju suatu kreativitas pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara maksimal sesuai dengan KTSP. Hal tersebut karena pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, tidak hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke murid, sebab keduanya kini bersama-sama dalam suasana dialogis menjawab pertanyaan dunia sekelilingnya. Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan suatu tindakan pada materi pembelajaran yang bersangkutan, yaitu pemanfaatan media pembelajaran, strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil yang efektif. Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya kritis dalam menentukan metode mengajar yang efektif untuk digunakan pada pokok bahasan tertentu. Di SMA Negeri 2 Surakarta, siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid, sehingga pembelajaran pun menjadi kurang efektif dan siswa kurang aktif. Untuk commit to user di kelas menuju sebuah proses itu, diperlukan sebuah revolusi dalam pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2005: 4). Di dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling
mendiskusikan,
dan
berargumentasi
untuk
mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, membantu teman, dan meningkatkan rasa harga diri. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Student Team-Acheivement Division (STAD) dan Teams GamesTournament (TGT) merupakan dua jenis metode di antara sekian banyak metode dalam cooperative learning.
STAD menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim (kelompok), kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). TGT secara umum hampir sama dengan STAD, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Sistem permainan dalam TGT yang dipakai pada penelitian ini adalah Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan merupakan cara belajar anak yang efektif, sebab anak akan bertambah pengetahuan dan pengalamannya. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik (Andang Ismail, 2006: 23). Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan commit to usermengarahkan siswa dalam suasana tidak bosan dalam belajar Geografi serta dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 kerja sama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan bermain, anak secara tidak langsung akan mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi. Kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” merupakan salah satu materi yang disuguhkan pada pelajaran Geografi. Materi ini diberikan sebagai materi terakhir Geografi di kelas X. Materi ini dipilih dalam penelitian karena materi ini membutuhkan daya hafalan dan pemahaman yang cukup tinggi mengenai materi siklus hidrologi, jenis-jenis perairan darat, dan perairan laut. Selain itu, materi ini mempunyai peranan yang penting, dimana materi ini saling berkaitan dengan materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya dari awal semester, sehingga diharapkan siswa akan mampu mengaitkan materi Hidrosfer dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade – 9 untuk mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan perbedaan hamper 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa yang diajar dengan menggunakan system kompetisi. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 13). Metode pembelajaran STAD dan TGT sangat cocok digunakan untuk materi yang sarat akan konsep – konsep, sehingga materi pada kompetensi dasar ini sesuai dengan karakteristik pada metode pembelajaran tersebut. Dengan melakukan diskusi, siswa dapat bertukar pikiran dan saling membantu satu sama lainnya mengenai konsep materi yang dianggap sulit. Dengan metode ini semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menyumbangkan yang terbaik untuk kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk benar benar memahami materi yang dipelajari. Metode TGT dan STAD menuntut siswa untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengandalkan pada siswa yang pandai karena mereka akan mengahadapi kuis dan kompetisi pada saat permainan. Penggunaan metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan permainan pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya commit to user terhadap Kehidupan di Muka Bumi ini diharapkan efektif dalam meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 motivasi, minat, dan keaktifan, sehingga berimbas positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk mengadakan suatu penelitian yang akan menguraikan efektivitas metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Teams GamesTournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsepkonsep pada materi tersebut yang bersifat hafalan 2. Kurang tepat dan efektifnya metode pembelajaran yang disampaikan guru karena proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial 3. Siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid 4. Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta kurang diminati oleh sebagian besar siswa, salah satunya akibat kurangnya metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan permainan seperti dalam pembelajaran STAD dan TGT 5. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan commit to user pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-GamesTournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
identifikasi
masalah
dan
pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), TeamGames-Tournament (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta? 4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode
pembelajaran
Team-Games-Tournament
(TGT)
dan
metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), TeamGames-Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode
pembelajaran
Team-Games-Tournament
(TGT)
dan
metode
pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-Tournament (TGT) yang dapat mempengaruhi hasil belajar commit to user siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran kepada guru dan siswa, bahwa metode pembelajaran kooperatif Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-GamesTournament (TGT) dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. b. Guru mendapat referensi baru berupa metode pembelajaran kooperatif yang sesuai sehingga dapat membuat suasana belajar menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan. Di sisi lain dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. c. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Guru harus memiliki strategi di dalam proses belajar - mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus dapat menguasai
teknik-teknik
penyajian,
atau
yang
biasa
disebut
metode
pembelajaran. Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan bahwa “Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”, dan menurut Surakhmad (1990: 96) “Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”. Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu “Suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru (instruktur) atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik”. Metode pembelajaran dapat disebut juga metode mengajar. Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta dalam Gino dkk (1993: 30) sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Alvin W. Howard dalam Roestiyah (1989: 16) menyatakan bahwa “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, tingkah laku, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan. Usman (1995: 6) mengemukakan
“Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan atau mengandung commit tobelajar-mengajar user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar. Aunurrahman (2009: 34) menjelaskan bahwa “Mengajar merupakan suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar”. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat di atas, yaitu bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Semakin baik metode itu, maka semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode mengajar, baik mengenai kebaikankebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi khusus yang dihadapinya. Metode pembelajaran dibuat sebagai suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, serta mengarahkan kita didalam mendesain pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Margono (1995 : 8) mengemukakan bahwa agar dapat menentukan metode mengajar yang baik dan efisien, maka perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : ”(1) Tujuan pengajaran. Berisi tentang perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, keterampilan serta sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan pemilihan metode yang tepat. Makin terperinci suatu tujuan pengajaran, maka akan semakin mudah didalam menentukan metode yang tepat untuk digunakan. (2) Materi Pelajaran. Tiap bidang studi memiliki isi serta struktur yang berbeda. Sebagai contoh materi-materi atau pokok bahasan didalam mata pelajaran IPS akan sangat berbeda dengan materi-materi serta pokok bahasan dalam pelajaran IPA. Hal ini akan memberikan corak yang khusus dengan metode pembelajaran yang digunakan. (3) Siswa. Perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas, perbedaan kemampuan belajar siswa, tingkat perkembangan, perbedaan kesempatan kecepatan serta berbagai cara belajar siswa. (4) Guru. Guru hendaknya memiliki kemampuan profesional, kepribadian, serta teknik mengajar yang digunakan. (5) Fasilitas. Perlu juga untuk mempertimbangkan ketersediaan alat, media, ruangan dan penggunaan waktu yang dimiliki oleh siswa”. Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal berpengaruh atas dan terhadap faktor-faktor tersebut. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
efektivitas
metode
pembelajaran. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris “efectifity” (kata sifat) yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya, dapat membawa hasil, berhasil guna). (Peter Salim dan Yani Salim, 1991: 376). Dengan demikian, efektivitas berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya) yang menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya suatu sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang
disesuaikan
dengan
materi yang diajarkan, sedangkan metode to user pembelajaran yang efektif adalahcommit metode yang memanfaatkan semua potensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar yang efektif yaitu metode mengajar yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini digunakan metode STAD dan TGT sebagai alternatif metode yang diharapkan efektif dalam melaksanakan pengajaran Geografi. Stufflebeam (1974) dalam Tayibnafis (2000:3) mengemukakan bahwa untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian terhadap manfaat atau daya guna disebut juga dengan evaluasi. Dalam menilai efektivitas suatu program, terdapat berbagai pendekatan evaluasi, salah satunya yaitu dengan pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program
tertentu
dengan
mengontrol
sabanyak-banyaknya
faktor
dan
mengisolasi pengaruh program. (http://sambasalim.com/pendidikan/konsepefektivitas-pembelajaran.html). Selain melalui pendekatan eksperimental, Suryosubroto (1997:36) mengemukakan bahwa efektifvitas guru mengajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Adapun indikator yang dapat dilihat untuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) Mengajar guru, menyangkut sejauh mana tujuan
pembelajaran
yang
direncanakan
tercapai.
b)
Belajar
murid,
mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran yang ingin tercapai melalui kegiatan belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar dilakukan dengan tes evaluasi. Mengacu pada pernyataan di atas, efektivitas pembelajaran dalam commit to userpendekatan ketuntasan belajar penelitian ini diukur selain menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 (Kriteria Ketuntasan Minimal), juga menggunaan pendekatan eksperimen, yaitu dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum perlakuan diberikan, kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian setelah itu siswa mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi dengan metode pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok kontrol, siswa diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab, kelompok eksperimen 1 menggunakan metode pembelajaran STAD, dan kelompok eksperimen 2 menggunakan metode pembelajaran TGT. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, masing-masing siswa mengikuti posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi dasar tersebut. Hasil nilai pretest dan posttest dari kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka dapat diketahui efektivitas perlakuan metode pembelajaran tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif jika hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol dan nilai rata-rata pada kelompok eksperimen mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.
a. Metode Pembelajaran Student Teams - Achievement Divisions Lie (2004: 22) meyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model pembelajaran, yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif. Di antara ketiga model pembelajaran tesebut yang sekarang sedang memasyarakat untuk diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Sedangkan Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa commit to user diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. (Johnson dalam Isjoni, 2007: 15-16). Lebih lanjut, Djahiri K dalam Isjoni (2007 : 19) menyebutkan “Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
Dengan
demikian,
maka
pembelajaran
kooperatif
mampu
membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative learning dapat
dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang
terarah, terpadu, efektif, dan efisien ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive)”. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen - elemen yang saling terkait. Lie dalam Sugiyanto (2009: 40-42) mengemukakan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut : “(1) Saling
ketergantungan
positif.
Dalam
pembelajaran
kooperatif,
guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. (2) Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. (3) commit tokooperatif user Akuntabilitas individual. Pembelajaran menampilkan wujudnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual, selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa”. Slavin dalam Isjoni (2007: 21-22) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: “(1) Penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. (2) Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. (3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif commit to usernilai perkembangan berdasarkan menggunakan metode scoring yang mencakup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya”. Sugiyanto (2009: 43-44) mengemukakan adanya nilai pembelajaran kooperatif,
di
antaranya
adalah
:
“(1)
Meningkatkan
kepekaan
dan
kesetiakawanan sosial. (2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. (3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. (4) Memungkinkan terbentuk
dan
berkembangnya
nilai-nilai
sosial
dan
komitmen.
(5)
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. (6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. (8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. (9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. (10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. (11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas”. Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2007 : 25) mengemukakan bahwa “Kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. (3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif”. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh commit toaktivitas user Robert E. Slavin yang menekankan adanya dan interaksi di antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, tekanan utama metode ini adalah keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan. STAD ini merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Armstrong (2008) mengemukakan “STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as STudent Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and low achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders. Each week, the teacher introduces new material through a lecture, class discussion, or some form of a teacher presentation. Team members then collaborate on worksheets designed to expand and reinforce the material taught by the teacher”. Ada tiga konsep dalam metode pembelajaran ini, yaitu : Pertama, penghargaan terhadap tim, hal ini dapat diperoleh jika tim berhasil memperoleh poin tertinggi dalam periode tertentu. Kedua, pertanggungjawaban individu yang mengacu pada fakta bahwa siklus tim sangat tergantung pada peran masing masing individu pendukungnya. Untuk setiap anggota tim harus mampu dan bersedia menjadi tutor bagi rekannya agar siap menghadapi soal atau kuis yang diberikan. Ketiga, adanya kesempatan yang sama untuk sukses. Kesempatan yang sama untuk sukses berarti bahwa apa yang diberikan anggota tim merupakan perbaikan kesalahan yang pernah dibuat. Anggota yang semula mendapat nilai kuis rendah harus berusaha mencapai nilai rata - rata. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah commit to user menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 materi secara sendiri-sendiri, saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan skor pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas. (Slavin, 2008: 11-12). Slavin (2008: 143-146) mengemukakan bahwa metode pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Komponen yang pertama adalah presentasi kelas. Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi dapat juga presentasi menggunakan audio visual. Prasentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka. Komponen yang kedua dalam STAD adalah tim atau kelompok. Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal ini, siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada, commit to user anggota tim dan membetulkan membandingkan jawaban dari masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Komponen yang ketiga dalam pembelajaran STAD adalah kuis. Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individual. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis. Jadi, setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Komponen yang keempat adalah skor kemajuan individual. Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari nilai kinerja siswa tersebut sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Perhitungan skor kemajuan individual dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual Skor Kuis
Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 - 1 poin dibawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30
Sumber : Slavin (2008 : 159) Komponen yang kelima dalam pembelajaran STAD adalah rekognisi commit user tim atau penghargaan tim. Tim akan tomendapatkan sertifikat atau bentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa. Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe STAD ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut : Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)
Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)
Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan mengerjakan soal kelompok)
Kuis oleh masing-masing individu
Skoring individual dan kelompok
Penghargaan kelompok Sumber : Slavin (2008 : 143) Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Metode pembelajaran STAD memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut : (1) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan aturan tertentu sehingga kemampuan dan perkembangan siswa dapat terpantau dan tergali dengan baik, (2) Adanya penghargaan individu maupun kelompok akan mampu memotivasi belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok, (3) Terciptanya suasana kompetitif untuk menghasilkan yang terbaik antara siswa dalam kelompok maupun antarkelompok dalam kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih hidup, (4) Transfer atau perpindahan ilmu tidak hanya terjadi commit to user dari guru atau buku ke siswa melainkan juga terjadi antarsiswa, (5) Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 mendapat kemudahan dalam memahami materi, (6) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma dalam belajar kelompok, (7) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat siswa lain dalam kelompoknya untuk sama - sama berhasil, (8) Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya, (9) Terjadi interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: (1) Pekerjaan administratif guru menjadi lebih banyak, (2) Waktu kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan terkurangi, karena untuk menyusun tempat duduk kelompok, (3) Konstribusi dari siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang, (4) Siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan, (5) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya maka siswa akan kurang dapat bekerja sama dalam memahami materi maupun penyelesaian tugas, (6) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok, (7) Apabila ada siswa yang malas maka usaha kelompok untuk mendapatkan penghargaan akan terlambat.
b. Metode Pembelajaran Team - Games - Tournament Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. (Slavin, 2008:13). Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini mengandung persaingan menurut aturan - aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya
untuk
bersaing
agar memperoleh
suatu
kemenangan.
Menggunakan TGT di kelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi di antara murid-murid, yang diharapkan menghasilkan peningkatan motivasi dan prestasi jangka panjang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 van Wyk (2010) mengemukakan bahwa “TGT uses the same teacher presentations and team work as in STAD, but replaces the quizzes with weekly tournaments, in which students play academic games with members of other teams to contribute points to their team scores. Student playthe games at threeperson “tournament tables” with others with similar past records in mathematics. A “bumping” procedure keeps the games fair”. Metode pembelajaran TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan
dimensi
kegembiraan
yang
diperoleh
dari
penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, teman yang lain tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi tetapi menggantikan kuis dengan turnamen dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota lain untuk meyumbangkan poin bagi skor timnya. (Slavin, 2008: 13). Beberapa keuntungan dari teknik permainan dalam situasi belajar kelompok, yakni bermanfaat khususnya untuk mengajarkan aspek-aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis, dengan adanya persaingan untuk mendapatkan kemenangan maka akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi siswa, dan dengan teknik permainan ini terbentuk suatu situasi belajar yang menyenangkan yang tentu saja sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan pemahamannya. Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. (Slavin, 2008 :161). Komponen pertama adalah presentasi kelas atau pengamatan langsung. Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok siswa serta commit user menyebutkan konsep-konsep yang harustodipelajari, memberikan cerita singkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka menjawab soal – soal pada saat kompetisi dalam permainan. Komponen kedua dalam pembelajaran TGT adalah belajar tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat menjawab soal pada saat permainan dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainnya. Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT ini, poin penting yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Komponen ketiga adalah permainan. Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran koopertaif metode TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah Roda Impian (Wheel of Fortune). Komponen keempat dalam pembelajaran TGT adalah pertandingan atau turnamen. Tournament adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari to user secara maksimal terhadap skor semua tingkat kinerja sebelumnyacommit berkontribusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian. Komponen terakhir dalam pembelajaran TGT adalah penghargaan tim. Gunakan imajinasi, kreativitas, dan variasikan penghargaan dari waktu ke waktu. Hal yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang mereka buat daripada sekedar memberikan hadiah besar. Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini : Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)
Presentasi Kelas (guru menyampaikan materi pelajaran)
Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dan diskusi kelompok)
Game oleh masing-masing kelompok
Turnamen tim
Penghargaan tim Sumber : Slavin (2008 : 166). Gambar 2.2. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, meskipun proses belajar mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar materi Geografi, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Peran guru dalam metode TGT ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok. Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut : (1) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, (2) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (3) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (4) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, (5) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (6) pemahaman peserta didik akan bertambah dengan adanya permainan (tournament) pada saat proses pembelajaran, (7) aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, (8) pendekatan teknik mengajar belajar sambil bermain mampu menarik minat murid untuk mengembangkan diri mereka, (9) adanya turnamen akan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk menjadi yang terbaik. Kelemahan metode TGT adalah sebagai berikut: (1) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala melewati waktu yang sudah ditetapkan, (2) suasana permainan dan turnamen membuat kelas menjadi gaduh. De Vries et al. (1980) dalam van Wyk (2010) mengemukakan “…TGT is the most appropriate for teaching welldefined objectives with single right answers, such as mathematical computations and applications, language usage and mechanics, geography and map skills, and science concepts”. Permainan merupakan salah satu cara belajar yang paling efektiv, yaitu dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya, atau yang biasa disebut sebagai permainan edukatif. Permainan edukatif menurut Andang Ismail (2006: 119) adalah “Suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik”. Dalam permainan, siswa dapat meningkatkan penalaran, memahami keberadaan di lingkungan teman sebaya, membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti to userPerkembangan bermain sebagai peraturan, tata tertib, dan disiplincommit yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur, kemampuan dan minat anak didik yang secara berangsur-angsur dikembangkan konsep “bermain sambil belajar”. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar adalah bermain yang kreatif, menyenangkan, dan bersifat mendidik. Ismail (2006: 150) mengemukakan fungsi dari permainan edukatif, yaitu: “(1) Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran bermain sambil belajar. (2) Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik. (3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman, dan menyenangkan. (4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak. Aktivitas bermain dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian “menang - kalah” (games). Bermain sebagai games, kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang harus melibatkan kehadiran orang lain. Tanpa hadirnya pihak kedua (sebagai lawan), maka games tidak akan terjadi, sebab games hanya akan berlaku jika ada unsur sportivitas, aturan, dan menang - kalah. Artinya, seseorang akan memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah mampu mengungguli atau menaklukkan pihak lawan. Dengan demikian, bermain sebagai games merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah mengungguli kemampuan lawan mainnya. (Ismail, 2006: 15-16). Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian siswa telah diakui kebenarannya secara universal. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dewasa maupun anak-anak. Kesempatan bermain akan memberikan kegembiraan serta kepuasan emosional tersendiri karena bermain merupakan kegiatan spontan dan kreatif, yang dengannya seseorang dapat menemukan ekpresi diri secara sepenuhnya. Sederet Ahli Filsafat seperti Plato dan Aristoteles, serta Ahli Pendidikan seperti Comenius, Rouseau, Pestalozi, Froebel, al-Ghazali, dan Avicenna menekankan betapa pentingnya permainan bagi seorang anak, berapa pun tingkat usianya. Bagi mereka, bermain dipandang to user pengalaman-pengalaman, alat sebagai kegiatan alamiah dalamcommit mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 menemukan kreativitas, serta sarana untuk mengembangkan kecerdasan. Unsurunsur afeksi, kognisi, maupun psikomotor yang terdapat dalam diri mereka sudah selayaknya terbiasa diaktifkan demi mendapatkan kecerdasan yang berkualitas. Melalui permainanlah ketiga unsur pokok pendukung intelektualitas siswa dapat lebih mudah ditangkap, karena permainan merupakan sarana belajar yang paling efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kemudian lahir berbagai metode pembelajaran yang membawa siswa kepada suasana belajar yang menyenangkan dan mengasyikan, tidak menghadapkan mereka kepada suasana belajar yang menjemukan. Permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan pribadi siswa. Selain itu, melalui permainan akan mengarahkan mereka pada suatu aktivitas yang membantu untuk mencapai perkembangan utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Zulkifli L (2001) dalam Ismail (2006 : 18-19) mengemukakan manfaat permainan, yaitu : “(1) Sarana untuk membawa anak ke alam bermasyarakat. Dalam suasana permainan mereka saling mengenal, saling menghargai satu dengan lainnya, dan dengan perlahan-lahan tumbuhlah rasa kebersamaan yang menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial. (2) Untuk mengenal kekuatan sendiri. Anak-anak yang sudah terbiasa melakukan permainan dapat mengenal kedudukannya di kalangan teman-temannya. (3) Untuk memperoleh kesempatan
mengembangkan
fantasi
dan
menyalurkan
kecenderungan
pembawaannya. (4) Dapat melatih untuk menempa emosi. Ketika melakukan permainan, mereka mengalami bermacam-macam perasaan. Ada anak yang dapat menikmati suasana permainan itu, namun sebaliknya, ada anak lain yang merasa kecewa. (5) Untuk memperoleh kegembiraan, kesenangan, dan kepuasan. Suasana kegembiraan dalam permainan dapat menjauhkan diri dari perasaan rendah, misalnya perasaan dengki, rasa iri hati, dan sebagainya. (6) Melatih diri untuk menaati peraturan yang berlaku. Mereka menaati peraturan yang berlaku dengan penuh kejujuran untuk menjaga agar tingkat permainan tetap tinggi”. Saat ini, materi ajar untuk pembelajaran Geografi telah dikemas ke commit to user permainan (teka-teki, simulasi, dalam berbagai bentuk media, misalnya media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 permainan papan dan lain-lain), media cetak, rekaman audio visual, software komputer, dan lain sebagainya. Roda Impian yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya ditampilkan dalam sebuah papan kayu yang dapat diputar, berbentuk bulat yang dilengkapi angka – angka pada sekelilingnya. Namun demikian, khusus dalam penelitian ini, permaianan Roda Impian disajikan dengan media komputer berupa program Macromedia Flash Player 7. Macromedia Flash merupakan suatu sofware paling populer saat ini dalam hal animasi (khususnya di web) yang dapat mewujudkan imajinasi dan daya khayal manusia yang tiada batas. Tampilan Roda Impian dengan media komputer diharapkan dapat meningkatkan minat dan antusiasme siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Roda Impian merupakan sarana permainan berupa suatu roda bernomor yang dimainkan dengan cara diputar. Setelah diputar, roda akan berhenti pada nomor tertentu yang tepat ditunjuk oleh jarum. Nomor yang ditunjuk oleh jarum tersebut mengandung pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Di dalam setiap nomor terkandung pertanyaan yang berbeda – beda. Bermain Roda Impian seperti sedang mengikuti acara kuis berhadiah, sehingga pada saat permainan berlangsung, suasana diusahakan kondusif dan semenarik mungkin. Dalam permainan ini tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran seutuhnya. Agar dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama pada saat belajar tim karena kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan kreativitas siswa merupakan modal untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab pertanyaan dengan mudah sedangkan siswa kreatif memungkinkan untuk menjawab soal yang berupa pertanyaan analisis. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan yang terbaik. Jenis permainan Roda Impian termasuk kedalam jenis permainan yang jarang ditemui dan belum banyak dimainkan oleh siswa. Dengan demikian, user permainan yang baru, sehingga Roda Impian dapat dikategorikancommit sebagaitojenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 akan meningkatkan ketertarikan siswa untuk memainkannya. Adanya permainan yang lebih menarik dapat memberikan semangat baru bagi siswa untuk belajar ditambah pula seolah-olah siswa sedang mengikuti suatu kuis berhadiah. Permainan Roda Impian mempunyai variasi soal yang lebih banyak, sehingga siswa akan terlatih mengerjakan berbagai tipe soal. Di dalam materi Hidrosfer, siswa dikenalkan dengan istilah – istilah baru kaitannya dengan bahan siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut, sehingga jika siswa lebih banyak berlatih maka siswa akan lebih mudah menguasai materi. Berdasar karakteristik di atas, permainan Roda Impian dapat menambah motivasi belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, karena permainan ini lebih banyak melatih pengetahuan dan keberanian berpendapat dengan jalan mengerjakan berbagai variasi soal. Dalam permainan ini, jumlah soal lebih banyak dan dalam menjawab ada batasan waktu sehingga siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif, misalnya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam menghafal dan memahami istilah – istilah dalam materi Hidrosfer agar menghemat waktu. Dengan bermain Roda Impian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar siswa akan materi pokok Hidrosfer. Belajar sambil bermain memberi peluang kepada siswa untuk belajar dalam suasana bebas, menggembirakan dan bermakna. Bagaimana pun, bermain itu bukanlah bermain yang bebas tanpa rancangan, tetapi bermain yang terstruktur, fleksibel dan memenuhi keperluan kognitif, psikomotor dan afektif siswa. Belajar sambil bermain tidak selalu berakibat buruk pada hasil belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi.
c. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab “Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan
penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. commit tergantung to user Penggunaaan metode ceramah sangat kepada kemampuan guru,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah”. (Sumantri, Mulyani dan Johar Permana, 2001: 116 ). Metode Ceramah menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 13) adalah “Cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan”. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa. Pengajaran menggunakan metode Ceramah mengandung unsur paksaan pada siswa. Dalam hal, ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Meskipun demikian, penggunaan metode ceramah masih mutlak diperlukan dengan mempertimbangkan aspek tujuan pengajaran, serta fasilitas yang tersedia di sekolah. Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode Ceramah menurut Gulo (2002 : 138), yaitu : “(1) Hemat dalam menggunakan waktu dan alat, (2) mampu membangkitkan minat dan antusias siswa, (3) membantu siswa untuk membangkitkan kemampuan mendengarnya, (4) merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, (5) mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh siswa”. Kekurangan metode Ceramah menurut Sumantri, Mulyani dan Johar Permana (2001: 119) adalah sebagai berikut : “(1) Dapat menimbulkan kejenuhan
kepada
peserta
didik
apalagi
bila
guru
kurang
dapat
mengorganisasikannya, (2) menimbulkan verbalisme pada peserta didik, (3) materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, (4) merugikan peserta didik yang lemah dalam ketrampilan mendengarkan, (5) menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus, (6) informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan jaman, (7) tidak merangsang perkembangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 kreativitas peserta didik, (8) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. Untuk meningkatkan keefektivan pengajaran dengan metode ceramah, maka di dalam penelitian ini juga menggunakan metode Tanya Jawab sebagai variasi metode ceramah. Metode Ceramah Tanya Jawab digunakan dengan memanfaatkan keunggulan dan mengatasi kekurangan – kekurangan metode ceramah. Metode Tanya Jawab menurut Sumantri, Mulyani dan Johar Permana (2001: 120) adalah “Cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau two way traffics dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik”. Metode pembelajaran Tanya Jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metode ini akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik. Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom dalam Savin (2008: 16-18), antara lain: “(1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), yaitu pertanyaan yang hanya mengaharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang dipelajarinya, (2) Pertanyaan pemahaman (comprehention question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi – informasi yang pernah diterimanya dengan kata – kata sendiri atau menginterpretasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda – bedakan, 3) Pertanyaan penerapan (application question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi commit to user jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan dan informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 pernah diterima, 4) Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan, mencari bukti – bukti atau kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada, 5) Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi dan daya kreasinya, 6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan. Metode Tanya Jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektiv dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas. Dalam metode ini, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan metode Tanya Jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah Hasibuan dan Moedjiono (1988: 14) mengemukakan bahwa “bertanya di dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan : (1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Membangkitkan minat commitmasalah to user yang sedang dibicarakan, (3) dan rasa ingin tahu siswa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya, (4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, (5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas”. Sumantri, Mulyani dan Johar Permana (2001: 122) mengemukakan "Kekurangan metode Tanya Jawab, yaitu : (1) Pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik, sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya, (2) Peserta didik yang tidak aktif tidak mempertahankan bahkan tidak terlibat secara mental, (3) Menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya (kemampuan lisan), (4) Dapat membuang waktu bila peserta didik tidak responsif terhadap pertanyaan”. 2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah pada Kompetensi Dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi”. Materi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 158 - 214. Indikator yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran ini adalah sebagai berikut : (a) Menjelaskan siklus hidrologi, (b) Menentukan jenis air tanah, (c) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (d) Mendeskripsikan manfaat rawa, (e) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola aliran sungai, (f) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya pelestarian Daerah Aliran Sungai, (g) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai, (h) Mengklasifikasi jenis-jenis laut, (i) Mengidentifikasi morfologi laut, (j) Menjelaskan gerakan air laut, (k) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia, (m) Menjelaskan manfaat perairan laut.
3. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (2008: 22) adalah “Kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 dan menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988: 3-4) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.” Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik dan di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. (Sukmadinata, 2003: 102). Masidjo (1995: 25) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagian bahan pelajaran untuk mencapai sebagian bidang hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan 2, yang isinya merupakan sebagian dari bahan pelajaran”. Kesimpulan dari pendapat di atas, yaitu bahwa hasil belajar adalah hasil yang menunjukkan penguasaan siswa akan materi pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar siswa tidak akan tampak jika siswa belum melakukan suatu usaha yang diperoleh melalui aktivitas belajar. Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengajaran. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas yaitu mengalami. Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, para ahli berusaha menjelaskan pengertian belajar menurut sudut pandang yang berbeda-beda, walaupun demikian terdapat juga persamaan dalam definisi-definisi tersebut. Lester D Crow dan Alice Crow dalam Roestiyah (1989: 141) user mengemukakan bahwa “Belajar commit adalah to perubahan individu dalam kebiasaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 pengetahuan, dan sikap”. Jadi, seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar dalam hal ini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal yang perlu kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung. Burton dalam Aunurrahman (2009: 35) menyebutkan bahwa “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Sukmadinata (2003: 155-156) mengemukakan beberapa definisi belajar dari para ahli, antara lain : Witherington (1952: 165): “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Hilgard (1962: 252): “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. Di Vesta and Thompson (1970: 112): “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. Wragg dalam Aunurrahman (2009: 36) mengemukakan bahwa “Terdapat ciri umum dalam kegiatan belajar, yaitu: (1) Belajar menunjukkan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, (2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungannya dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya, akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. (3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”. Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas yaitu, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu to user latihan dan pengalaman yang dalam perubahan tingkah laku, commit baik melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Hasil belajar siswa diukur melalui tes sehingga dapat ketahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Rakhmat dan Didi Suherdi (2001: 56) “Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa”. Tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai. Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang dilaporkan oleh suatu tes hasil belajar, dengan demikian fungsi utama tes hasil belajar adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula mengukur
keberhasilan
guru
dalam
mengajar
suatu
mata
pelajaran.
(Masidjo,1995: 39-40). Sudijono (2005: 67) menyatakan bahwa “Tes dalam dunia evaluasi pendidikan adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee”. Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2008: 22) ”Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan rahah psikomotorik”. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : (a) gerak reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilam kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif . Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan.
B. Penelitian yang Relevan Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis : Nuswantoro (2008) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Metode Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation, Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan anava 1 jalan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan : (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab (F0,05);(2: 111)
yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari
pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode commit to userIPS Geografi terhadap prestasi Ceramah Tanya Jawab dalam pembelajaran (F0,05);(1: 74)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: 74)
= 3,94; (4) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode Ceramah Tanya
Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94. Sularmi (2007) melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)”. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas X-E dan X-G SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas eksperimen ditetapkan pada kelas X-E sedangkan untuk kelas control ditetapkan pada kelas X-G masing-masing sejumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 > 3,97 pada taraf signifikansi 5%. Kusumawati (2009) melakukan penelitian tentang “Penggunaan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo dengan obyek penelitian siswa kelas X7 dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 7,03%. Perbandingan penelitian yang relevan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan No Penulis Judul 1. Agung “Efektivitas Nuswantoro Metode (2008) Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation, Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009” (Tesis)
Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Sampel yang terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan anava 1 jalan.
commit to user
Hasil Penelitian (1)Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ) terhadap prestasi belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs >Ftab (F0,05);(2: 111) yaitu 50,406 > 3,08 ; (2) Penggunaan metode Gi lebih efektif dari pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 9,55 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94; (3) Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode CTJ dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
2. Sularmi (2007)
“Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement and Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menyimpulkan Hakikat Geografi (Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007” (skripsi).
Penelitian menggunakan metode eksperimentasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2006/2007. Sampel diambil dengan teknik random sampling sederhana 2 kelas dari 8 kelas. Kelas eksperimen ditetapkan pada kelas X.E dan kelas kontrol ditetapkan pada kelas X.G. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dengan jenis soal obyektif. Analisis data yang digunakan adalah commit to user Anakova.
pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: = 3,94; (4) 74) Penggunaan metode GI lebih efektif dari metode CTJ dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar siswa SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga Fobs = 45,26 > Ftab (F0,05);(1: 74) = 3,94. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar siswa kompetensi dasar menyimpulkan hakikat Geografi yang ditunjukkan dengan harga tobs > ttab = 51 > 3,97 pada taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 3. Indah “Penggunaan Kusumawati Metode (2009) Pembelajaran Teams games Tournament Disertai Media Gambar Cetak sebagai Upaya dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Atmosfer Bagi Siswa Kelas X di SMA N 2 Sukoharjo tahun Ajaran 2008/2009” (Skripsi). 4. Innastiti L.R “Efektivitas (2010) Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”
Penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMA N 2 Sukoharjo, dengan obyek penelitian siswa kelas X.7 dengan jumlah siswa 42 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus.
Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa Kelas X SMA N 2 Surakarta. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel siswa Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1, Kelas X-1sebagai kelas eksperimen 2 dan Kelas X-3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dengan metode tes. Teknik analisis data commit to user memakai Anakova.
Keaktifan dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode TGT yang disertai media gambar cetak mengalami peningkatan dari siklus 1 menuju siklus 2 pada kompetensi dasar atmosfer, dimana keaktifan mengalami peningkatan sebesar 2,38% dan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 7,03%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 C. Kerangka Pemikiran Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal tersebut berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang berupa tes maupun non tes, alat ukur ini mengetahui seberapa jauh siswa mampu menguasai konsep pelajaran yang telah diterimanya. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah penggunaan metode mengajar. Metode mengajar yang baik merupakan metode yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga bisa dilihat apakah metode yang diterapkan efektif. Dengan demikian, perlu kiranya dilaksanakan suatu metode yang dapat melibatkan siswa di dalam poses belajar mengajar dan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berinteraksi dengan siswa yang lain di dalam sebuah kelompok, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi serta dapat menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan adanya metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa maupun sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar siswa. Materi hidrosfer merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran geografi bagi siswa kelas X. Pada materi ini memuat konsep-konsep yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA. Selain dituntut untuk menghafal, siswa juga dituntut untuk memahami konsep materi yang umumnya bersifat abstrak. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode dan media ajar yang dapat mempermudah cara belajar siswa. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan permainan Roda Impian. Metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement commit to user Division) merupakan metode dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 kecil dengan aturan tertentu sehingga kemampuan dan perkembangan siswa dapat terpantau dan tergali dengan baik. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar, serta mampu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Adanya penghargaan kelompok diharapkan akan mampu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat diduga bahwa metode pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan dengan metode Ceramah Tanya Jawab. Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab memang memungkinkan terjadi interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Namun demikian, pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya. Metode Ceramah Tanya Jawab menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya, sehingga kelas hanya didominasi oleh siswa yang pandai menjawab dan bertanya saja. Selain itu, metode ini dapat membuang waktu bila siswa tidak responsif terhadap pertanyaan guru. Metode pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament) yang akan diterapkan diharapkan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dalam setiap kelompok, saling bekerja sama, bermain dan bertanding antarkelompok serta dapat saling berpacu untuk memperoleh prestasi yang tinggi dan dapat memperkecil perbedaan yang ada pada diri siswa dalam proses pemahaman materi pelajaran. Dengan metode TGT (Teams Games Tournament) diharapkan dapat merangsang siswa untuk lebih siap belajar geografi tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya dan bahkan akan mendorong siswa untuk mempelajari ilmu geografi lebih dalam lagi. Roda Impian yang digunakan dalam metode TGT (Teams Games Tournament) dimaksudkan selain ada unsur permainannya juga ada unsur pendidikannya. Roda Impian merupakan permainan yang jarang ditemui di masyarakat. Biasanya permainan ini digunakan pada acara kuis dan di tempat hiburan. Oleh karena itu, siswa menjadi commit to user penasaran dan tertarik untuk ikut dalam permainan. Bermain Roda Impian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 diperlukan persiapan yang cukup, baik materi maupun mental. Untuk itu, diharapkan semua siswa belajar lebih giat untuk menguasai materi Hidrosfer. Dalam permainan ini tidak ada faktor keberuntungan, sehingga untuk menjadi pemenang dalam turnamen, siswa dalam satu tim harus dapat menjawab pertanyaan sebanyak-banyaknya dengan benar. Sistem permainan dan kompetisi pada metode pembelajaran TGT sangat cocok diterapkan pada tingkat usia remaja seperti siswa SMA, sehingga menjadikan mereka lebih aktif dan lebih antusias saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat diduga bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournament) dengan media Roda Impian lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) maupun metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Hal tersebut karena adanya unsur permainan yang menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar dan berkompetisi dalam suasana rileks. Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut: Kelompok Eksperimen 1
Kelompok Eksperimen 2
Kelompok Kontrol
Metode STAD
Metode TGT
Metode Ceramah Tanya Jawab
Keterangan : = Lebih Baik. Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan masih bersifat teoritis. (Sukardi, 2008: 41). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi
yang menggunakan metode
pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu yang dilaksanakan untuk kegiatan penelitian ini selama empat belas bulan di tahun 2010 sampai tahun 2011. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini : Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jadwal Kegiatan
Jan Feb – Mar Apr 2010 Mei Jun – Ags Sept 2010 – 2010 2010 2010 2010 Feb 2011
Persiapan Penyusunan proposal Penyusunan Instrumen Penelitian Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini, yang merupakan kelompok besar yang memiliki karakteristik umum yang sama yang menjadi sasaran penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yaitu sebanyak 345 siswa. Populasi tersebut terbagi ke dalam sepuluh kelas, yaitu siswa Kelas X-1, siswa Kelas X-2, siswa Kelas X-3, siswa Kelas X-4, siswa Kelas X-5, siswa Kelas X-6, siswa Kelas X-7, siswa Kelas X-8, siswa Kelas X-9, dan siswa Kelas X-10. Penentuan sampel yang merupakan kelompok kecil individu yang commit to user dilibatkan secara langsung dalam penelitian ini digunakan teknik simple random 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 sampling. Teknik tersebut memungkinkan semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama dan independen untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi kesepuluh kelas yang menjadi anggota populasi. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan tiga kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelompok eksperimen I, nomor undian yang keluar kedua ditetapkan sebagai kelompok eksperimen II, dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian, terpilihlah siswa Kelas X-5 sebagai kelompok eksperimen 1 diberi pembelajaran dengan metode STAD, siswa Kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen 2 diberi pembelajaran dengan metode TGT, dan siswa Kelas X-3 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran Ceramah Tanya Jawab.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yang merupakan sesuatu, konsep, gejala yang menjadi fokus atau sasaran penelitian, diidentifikasikan sebagai berikut : a. Variabel Bebas Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yang berfungsi untuk mempengaruhi variabel yang lainnya adalah metode pembelajaran yang meliputi metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab. Ketiga variabel tersebut secara bebas berpengaruh terhadap variabel hasil belajar siswa. 1) Metode STAD a) Definisi Operasional: Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, siswa duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk saling membantu satu sama lainnya sebagai tutor sebaya dengan tujuan untuk menguasai materi Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”. b) Skala Pengukuran : Nominal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang ditetapkan. 2) Metode TGT a) Definisi Operasional : Pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan turnamen akademik. b) Skala Pengukuran : Nominal. c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang ditetapkan. 3) Metode Ceramah Tanya Jawab a) Definisi Operasional : Penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan – penjelasan secara lisan disertai pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang diberikan. b) Skala Pengukuran : Nominal. c) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang ditetapkan. b. Variabel Terikat Dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada kompetensi dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi”. Variabel tersebut dipengaruhi oleh ketiga metode pembelajaran. 1) Definisi Operasional : Skor yang menunjukkan penguasaan siswa akan materi pelajaran Geografi pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”. 2) Skala Pengukuran : Interval. 3) Indikator : Hasil belajar geografi setelah berlangsungnya proses belajar mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Pada commit to user memperoleh data tentang nilai penelitian ini, metode tes digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 kemampuan awal (pretest) dan posttest hasil belajar geografi gaya kognitif siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi di SMA Negeri 2 Surakarta. Tes awal atau yang sering dikenal dengan istilah pretest ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Sementara itu, tes akhir atau posttest dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Fungsi posttest adalah untuk menilai kemampuan murid mengenai materi pelajaran sesudah pengajaran pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi dan sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah soal tes yang berjenis tes formatif untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti suatu program instruksional tertentu, dalam hal ini adalah penguasaan pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Sebelum soal tes dibuat, terlebih dahulu direncanakan kisi-kisi soal terhadap jenjang ranah kognitif siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Indikator materi pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : (1) Menjelaskan siklus hidrologi, (2) Mendeskripsikan air tanah, (3) Mengklasifikasi jenis-jenis danau, (4) Mendeskripsikan manfaat rawa, (5) Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola aliran sungai, (6) Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya pelestarian Daerah Aliran Sungai, (7) Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai, (8) Mengklasifikasi jenis-jenis laut,commit (9) Mengidentifikasi morfologi laut, (10) to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Menjelaskan gerakan air laut, (11) Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia, (12) Menjelaskan manfaat perairan laut. Materi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Kisi-kisi soal instrumen penelitian selengkapknya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.2. Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aspek Kognitif C1 C2 C3 1 3 2 5 4 6, 7, 30 8 10 9 11 13, 14 12 17 15, 16 24 18 19 20, 21 23, 25 22 28 26, 27 29 Jumlah
Jumlah 3 2 4 2 4 3 1 2 2 3 3 1 30
Bentuk soal yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda atau multiple-choice test. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sama untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara menilai tes dilakukan dengan rumus Percentages correction, dimana hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar. (Purwanto, 2006: 112). Contoh perhitungan nilai tes dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 43. Sebelum soal tes diberikan kepada subyek penelitian, terlebih dahulu soal ini diujicobakan kepada para siswa di luar subyek penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat ukur ini layak dipakai sebagai alat pengumpul data, sehingga perlu dilakukan uji instrumen tersebut dengan menganalisis validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran item soal. Uji coba dilakukan pada commit to Kelas user X-2 SMA Negeri 2 Surakarta. siswa di luar sampel penelitian, yaitu siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 a. Validitas Data evaluasi yang baik dan sesuai dengan kenyataannya disebut data valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik, instrumen evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan diperoleh data yang valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dihitung menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson. Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji validitas item soal pretest dan posttest: Tabel 3.3. Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
rxy 0,473 0,427 0,599 0,625 0,602 0,534 0,477 0,568 0,488 0,392 0,615 0,592 0,546 0,546 0,63
rtabel 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
rxy 0,492 0,737 0,445 0,373 0,421 0,462 0,553 0,489 0,379 0,457 0,367 0,453 0,613 0,517 0,445
rtabel 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji validitas butir soal pretest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal pretest yang dibuat, diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid yaitu soal nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Ketigapuluh butir soal yang valid tersebut kemudian diuji validitasnya pada tahap kedua dan diperoleh hasil bahwa ketigapuluh butir commit tidak to userperlu dilakukan uji validitas pada soal tersebut valid semuanya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 tahap ketiga. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid tersebut dapat digunakan untuk penelitian. Item soal dikatakan valid apabila harga rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi (α) = 5%. Perhitungan butir soal nomor 4 diperoleh rxy sebesar 0,599 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,328, karena rxy> rtabel atau 0,599 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 4 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal pretest selengkapnya disajikan pada Lampiran 27. Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
rxy 0,534 0,591 0,406 0,401 0,34 0,454 0,47 0,433 0,471 0,42 0,658 0,484 0,703 0,461 0,356
rtabel 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
rxy 0,347 0,619 0,428 0,364 0,456 0,473 0,409 0,398 0,351 0,416 0,374 0,36 0,518 0,461 0,452
rtabel 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328 0,328
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji validitas butir soal posttest dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama pengujian validitas diperoleh bahwa dari 35 soal posttest yang dibuat diperoleh 30 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1, 16, 18, 21, dan 35. Dengan demikian, 30 butir soal yang valid dapat digunakan untuk penelitian, sedangkan 5 butir soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Perhitungan butir soal nomor 3 diperoleh rxy sebesar 0,591 sedangkan harga rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,328, karena rxy > rtabel atau 0,591 > 0,328 maka dapat disimpulkan bahwa butir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 soal nomor 3 dinyatakan valid. Hasil uji validitas item soal posttest selengkapnya disajikan pada Lampiran 28. b. Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Tes dikatakan memiliki kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus Kuder-Richardson (KR 20). Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest Instrumen Penelitian
Jumlah Soal
Soal Pretest
30
Keputusan Uji Reliabilitas 0,906
Kriteria Uji Reliabilitas Tinggi
Dari 30 butir soal pretest yang valid dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, dan diperoleh hasil perhitungan (r tabel)
hitung
>r
r11 = 0,906 > 0,328, yang berarti tes tersebut reliabel atau dapat dipercaya.
Berdasarkan kriteria indeks reliabilitas, tes tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi. Perhitungan uji reliabilitas item soal pretest selengkapnya disajikan pada Lampiran 27. Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest Instrumen Penelitian
Jumlah Soal
Soal Posttest
30
Keputusan Uji Reliabilitas 0,872
Kriteria Uji Reliabilitas Tinggi
Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian untuk item soal posttest adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas diperoleh rhitung sebesar 0,872 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan kriteria reliabilitas tinggi, yaitu antara 0,71 sampai dengan 0,90. Perhitungan reliabilitas soal posttest selengkapnya disajikan pada Lampiran commit 28.to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 c. Daya Pembeda Item Soal Daya pembeda item soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut ”indeks diskriminasi”. Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
Daya Beda 0,333 0,333 0,556 0,667 0,444 0,444 0,333 0,500 0,333 0,389 0,500 0,611 0,389 0,500 0,611
Keterangan Kurang Kurang Cukup Lebih Cukup Cukup Kurang Cukup Kurang Kurang Cukup Lebih Kurang Cukup Lebih
No. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Daya Beda 0,444 0,722 0,333 0,333 0,333 0,278 0,556 0,389 0,333 0,389 0,389 0,333 0,389 0,444 0,333
Keterangan Cukup Lebih Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang
Hasil pengujian daya beda item soal pretest menunjukkan sebesar 4 soal (13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 9 soal (30%) cukup membedakan, dan 17 soal (56,7%) soal memiliki daya beda yang kurang, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal pretest memiliki kriteria daya beda yang kurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
Daya Beda 0,389 0,611 0,389 0,222 0,389 0,333 0,444 0,278 0,556 0,333 0,611 0,389 0,667 0,444 0,278
Keterangan Kurang Lebih Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Lebih Kurang Lebih Cukup Kurang
No. 19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Daya Beda 0,278 0,778 0,222 0,222 0,500 0,389 0,333 0,278 0,333 0,278 0,278 0,222 0,278 0,333 0,278
Keterangan Kurang Lebih Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Hasil pengujian daya beda item soal posttest menunjukkan sebesar 4 soal (13,3%) memiliki daya beda yang lebih membedakan, 4 soal (13,3%) cukup membedakan, dan 22 soal (73,4%) soal memiliki daya beda yang
kurang,
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal - soal tes memiliki kriteria daya beda yang kurang. Perhitungan uji daya beda item soal posttest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
d. Taraf Kesukaran Item Soal Tingkat kesukaran item soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran (difficulty index), yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal. Hasil
pengujian
terhadap
tingkat
kesukaran
item
soal
pretest
menunjukkan sebesar 8 soal (26,7%) mudah, 17 soal (56,7%) sedang, 5 soal (16,6%) sukar, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal pretesecara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.9. Perhitungan tingkat kesukaran item soal pretest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
Tingkat Kesukaran 0,556 0,778 0,611 0,556 0,556 0,333 0,500 0,528 0,722 0,750 0,583 0,583 0,583 0,583 0,583
Keterangan
No.
Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Tingkat Kesukaran 0,500 0,583 0,611 0,444 0,556 0,361 0,611 0,417 0,500 0,250 0,417 0,611 0,250 0,389 0,611
Keterangan Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Sukar Sukar Mudah
Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest No. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17.
Tingkat Kesukaran 0,528 0,583 0,583 0,500 0,417 0,444 0,556 0,417 0,444 0,556 0,583 0,528 0,556 0,611 0,750
Keterangan
No.
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah
19. 20. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. commit to user
Tingkat Kesukaran 0,583 0,556 0,556 0,556 0,583 0,583 0,500 0,583 0,611 0,417 0,417 0,500 0,472 0,556 0,472
Keterangan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran item soal posttest menunjukkan sebesar 3 soal (10%) tergolong mudah dan 27 soal (90%) tergolong sedang, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal tes tergolong sedang. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal posttest secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.10. Perhitungan tingkat kesukaran item soal posttest dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
D. Rancangan Penelitian Di dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen. Keunggulan penelitian ekperimen adalah dapat menentukan apakah hubungan yang ada merupakan hubungan sebab akibat, sedangkan pada penelitian korelasional hanya dapat menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. (Zuriah, 2005: 57-58). Dalam penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan pengaruh atau treatment tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. (Zuriah, 2005: 60). Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak) yang dapat dilihat pada Tabel 3.11. Desain tersebut termasuk dalam desain eksperimen semu, yaitu desain eksperimen yang tidak memungkinkan melakukan penempatan subyek secara acak, baik karena kelompok kontrol atau komparasi tidak ada, tidak memuaskan atau terlalu mahal. Dengan demikian, dalam desain ini peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental. Eksperimen dilakukan di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya. Peneliti tidak mungkin mengubah kelas siswa dalam menentukan subyek untuk kelompok kelompok eksperimen. Peneliti memilih dua atau lebih kelompok subyek yang sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Siswa pada awal kegiatan penelitian dikenakan test awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian siswa diberi perlakuan dengan menggunakan metode STAD untuk kelompok eksperimen 1, sedangkan kelompok eksperimen 2 menggunakan metode TGT. Kelompok kontrol dikenakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Pada akhir penelitian, siswa dikenakan tes akhir (posttest). Hasil kedua tes tersebut dipakai sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik. Tabel 3.11. Rancangan Penelitian Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen 1 (Metode STAD)
Y1
X1
Y2
Eksperimen 2 (Metode TGT)
Y1
X2
Y2
Kontrol (Metode Ceramah Tanya Jawab)
Y1
-
Y2
(Sukardi, 2008: 186) Keterangan : Tabel di atas merupakan bagan Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design (desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak). Y1 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer sebelum diberi perlakuan Y2 = hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan Hidrosfer setelah diberi perlakuan X1 = perlakuan dengan metode STAD X2 = perlakuan dengan metode TGT Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah : 1. Memberikan pretest Y1 pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan. 2. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode STAD pada kelompok eksperimen 1 dan perlakuan X2 berupa penggunaan metode TGT pada kelompok eksperimen 2. 3. Memberikan posttest Y2 pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi commit to user perlakuan X1 dan X2.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 4. Memberikan posttest Y2 pada kelompok kontrol. 5. Membandingkan hasil pretest dan posttest ketiga kelompok dengan Analisis Kovarian.
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah sampel penelitian, yaitu siswa Kelas X-1 yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran TGT (kelompok eksperimen 2), siswa Kelas X-3 yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (kelompok kontrol) dan siswa Kelas X-5 yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD (kelompok eksperimen 1) ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan rumus Uji Bartlett pada taraf signifikansi 5 %.
2. Pengujian Hipotesis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kovarian. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji perbedaan antara kelompok-kelompok eksperimen pada variabel terikat setelah diperoleh perbedaan awal antarkelompok dari pengukuran pra uji (Subana dan Sudrajat, 2003: 109). Dengan Analisis Kovarian, perbedaan awal antarkelompok subyek yang tidak mungkin ditekan dengan penempatan acak dapat terdeteksi, sehingga peneliti tidak perlu melakukan ”matching”, yaitu mengusahakan penyeimbangan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan commit to user kelompok kontrol kemudian diberi perlakuan yang berbeda, sehingga akan diketahui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat perbedaan hasil belajar. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran STAD, kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran TGT, dan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Pengujian hipotesis menggunakan Anakova diuraikan sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis statistik dalam pengujian menggunakan Anakova adalah sebagai berikut : H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata hasil belajar yang sama). H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil belajar yang tidak sama). H0 ditolak jika Fo > Ftabel. Jika H0 ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya terhadap hasil belajar siswa. Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Untuk mengetahui lebih lanjut harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS, maka harga rata – rata itu harus disesuaikan menurut harga koefisien kovariabelnya. Pengujian pasca Analisis Kovarian menggunakan BRS adalah sebagai berikut : b. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ1 - µ2 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran commit to user STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 H0 ditolak jika Fhitung > BRS. Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. c. Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ1 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). H0 ditolak jika Fhitung > BRS. Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. d. Pengujian Hipotesis 4 Hipotesis statistik pasca analisis kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ2 - µ3 髈 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). H0 ditolak jika Fhitung > BRS. Jika H0 ditolak maka berarti dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Artinya hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMA Negeri 2 Surakarta terletak pada 07°33’27 ” LS dan 110°49’ 48” BT dengan alamat di Jalan Monginsidi 40 Margoyodan, Kecamatan Banjarsari, dan berdampingan dengan SMA Negeri 1 Surakarta. Margoyudan ini dikenal dengan lingkungan pendidikan karena selain SMA Negeri 2 Surakarta, terdapat beberapa sekolah lainnya seperti SMK Kristen, SMP Warga Surakarta, SMA Warga Surakarta, SMA Kristen Monginsidi, SMA Widya Pratama, IAKS (Institut Agama Kristen Surakarta), SMIT Tunas Pembangunan, SMA Kristen 1 Surakarta, SMP Negeri 4 Surakarta, dan ASKI. Dilihat dari kondisi lingkungan di sekitar SMA Negeri 2 Surakarta yang juga merupakan tempat kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikatakan keadaan lingkungan belajar siswa cukup kondusif untuk belajar. Selain itu, lokasi sekolah yang strategis menjadikannya mudah dalam aksesibilitasnya. Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta terletak di tepi jalan raya, namun demikian bangunan sekolah yang agak masuk dan tertutup menjadikan proses belajar mengajar cukup nyaman. Dengan demikian, proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan kebisingan di jalan raya. SMA Negeri 2 Surakarta pada tahun ajaran 2009/2010 mempunyai 994 siswa. Siswa kelas X terdiri dari 345 siswa, kelas XI terdiri dari 321 siswa yaitu 101 siswa kelas IPA, dan 220 siswa kelas IPS. Kelas XII terdiri dari 328 siswa yaitu 111 siswa kelas IPA dan 217 siswa kelas IPS. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 2 Surakarta sebagai penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara umum cukup lengkap yang dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta No
Jenis Ruang
Jumlah
Luas (m2)
1.
Ruang Kelas
31
2632
2.
Laboratorium Fisika
1
99
3.
Laboratorium Kimia
1
99
4.
Laboratorium Biologi
1
102
5.
Laboratorium Bahasa
1
93
6.
Laboratorium Komputer
2
192
7.
Ruang Perpustakaan
1
324
8.
Ruang UKS
1
14
9.
Aula Serbaguna
1
72
10.
Koperasi Toko
1
20
11.
Ruang BK
1
85
12.
Ruang Tata Usaha
1
68
13.
Ruang Kepala Sekolah
1
24
14.
Ruang Wakasek
1
24
15.
Ruang OSIS
1
9
16.
Ruang Ibadah/ Masjid
1
154
17.
Gudang
1
72
18.
Rumah Penjaga Sekolah
2
74
19.
Kamar Mandi/ WC Guru
2 tempat
24
20.
Kamar Mandi/ WC Siswa
3 tempat
99
21.
Kantin
3
81
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta tersebut ditujukan untuk mendukung dan memperlancar proses kegiatan belajar dan mengajar, sehingga diharapkan dapat ikut meningkatkan kualitas mutu akademik. Namun demikian, patut disayangkan karena guru di SMA Negeri 2 Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 belum secara optimal memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah. Salah satunya yaitu kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia/ruang komputer. Seharusnya, dengan adanya fasilitas tersebut guru mampu mengembangkan proses pembelajaran menjadi lebih inovatif, yaitu dengan menampilkan media pembelajaran yang mampu mengkongkritkan materi pembelajaran khususnya mengenai materi pelajaran geografi yang dirasa abstrak bagi peserta didik dengan dipadu metode pembelajaran yang menarik, fariatif, dan efektif terhadap hasil belajar geografi peserta didik. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada peta berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 B. Pembelajaran dengan Metode STAD Pembelajaran
dengan
metode STAD diberikan pada kelompok
eksperimen 1 yaitu Kelas X-5 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode STAD dapat dilihat pada tabel berikut ini : Table 4.2. Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD Pertemuan Kedua No 1.
2.
3.
4.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, Menjawab salam dan siap 1’ mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai Memperhatikan. 3’ metode pembelajaran STAD yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Mengelompokkan siswa berdasarkan Mendengarkan daftar 1’ kriteria yang telah ditentukan kelompoknya. sebelumnya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai Mengamati gambar dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk Menjawab pertanyaan 2’ mengungkapkan manfaat air, dan tentang manfaat air dan mengapa air di bumi yang selalu menjelaskan mengapa air digunakan cenderung tetap ? di bumi cenderung tetap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan Inti Guru menampilkan media animasi tentang siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk mengurutkan proses-proses yang terjadi di dalamnya (media: animasi siklus hidrologi panjang, sedang, pendek. Sumber: internet).
Mengamati animasi siklus hirologi, kemudian bersamasama mengurutkan proses yang berlangsung di dalamnya. Guru satu-persatu menampilkan media Mengamati satu tentang proses-proses meteorologis dan persatu gambar yang klimatologis yang menyebabakan ditampilkan. terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk Mengidentifikasi mengidentifikasi pengertian dari gambar pengertian dari gambar yang ditampilkan. yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air Mengemukakan tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan pendapatnya tentang air tanah. Sumber: internet). Menanyakan air tanah berdasarkan pengertian air tanah menurut pendapat kata kunci. siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Mengamati lapisanMenjelaskan lapisan permeable dan lapisan tanah dan impermeable, kemudian menanyakan menjelaskan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi/akibat konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. dari lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah Menjawab berkunjung ke suatu danau?commit to user pernah/belum pernah
3’
7’
1’
2’
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
6.
7.
8.
9.
Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citr danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam googleearth danau Toba. Sumber: internet, commitdiminta to user google-earth). Siswa
berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mngudentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau air asin dan danau air tawar.
1’
2’
Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui.
1’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan.
1’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan.
1’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan.
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. 10. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa commit to user tersebut terhadap kehidupan.
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan.
1’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan.
1’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan.
1’
Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan.
3’
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan.
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
11.
12.
13. 14. 1. 2.
b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi rawa yang airnya tidak selalu pengaruh rawa yang tergenang (Media: gambar 2 dimensi airnya tidak selalu rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap tergenang. Sumber: internet). Siswa kehidupan. diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan. Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi ciri rawa air tawar (Media: gambar 2 ekosistem rawa air dimensi rawa air tawar. Sumber: tawar dengan bantuan internet). Siswa diminta kata kunci dari guru. mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru. b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi ciri rawa gambut (Media: gambar 2 ekosistem rawa dimensi rawa gambut. Sumber: gambut dengan internet). Siswa diminta bantuan kata kunci dari mengidentifikasi ciri ekosistem rawa guru, kemudian gambut dengan bantuan kata kunci mengidentifikasi dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan perbedaannya dengan ekosistem rawa ekosistem rawa air air tawar. tawar. Meminta siswa untuk mempelajari materi Belajar dalam lebih mendalam dengan kelompoknya, kelompok, berdiskusi serta memberikan bahan diskusi untuk menjawab soal. Meminta siswa untuk mengumpulkan Mengumpulkan hasil hasil diskusi. diskusi. Memberi kuis. Mengerjakan kuis. Kegiatan Penutup Memperhatikan. Guru memberikan kesimpulan materi. Menjawab salam. Mengucapkan salam penutup. commit to user
2’
3’
3’
30’
1’ 10’ 4’ 1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Pertemuan Ketiga No 1.
2.
1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, Menjawab salam dan 1’ mengabsen dan memastikan siswa siap siap menerima menerima pelajaran. pelajaran. Apersepsi: me-review pelajaran minggu Menjawab pertanyaan. 4’ lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsurunsur utama siklus hidrologi. Kegiatan Inti Guru menampilkan gambar sungai, Memperhatikan 1’ kemudian meminta siswa untuk gambar sungai, mengidentifikasi pengertiannya kemudian berdasarkan gambar (Media: gambar 2 mengidentifikasi dimensi sungai. Sumber: internet). pengertian sungai.. Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya. Memperhatikan Guru menampilkan gambar sungai- gambar sungai yang sungai yang berada pada puncak kubah berada pada puncak yang tererosi, dataran pesisir, dan kubah yang tererosi, puncak antiklinal yang tererosi (Media: dataran pesisir, dan gambar 2 dimensi puncak kubah yang puncak antiklinal tererosi, dataran pesisir, dan puncak yang tererosi. antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). 2’ · Siswa diminta mengamati sungai Mengidentifikasi sungai consequent pada ketiga gambar, lalu pengertian guru meminta untuk mengidentifikasi consequent dengan pengertian sungai tersebut dengan bantuan kata kunci. dibantu kata kunci dari guru. 2’ · Siswa diminta mengamati sungai Mengidentifikasi sungai subsequent pada ketiga gambar, lalu pengertian dengan guru meminta untuk mengidentifikasi subsequent pengertian sungai tersebut dengan bantuan kata kunci. dibantu kata kunci dari guru. 2’ · Siswa diminta mengamati sungai commit to user Mengidentifikasi pengertian sungai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 obsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi commit to user berbagai macam pola aliran sungai.
obsequent dengan bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci.
2’
Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci.
2’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik.
2’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Sumber: google-earth). · Radial Guru menampilkan gambar pola aliran radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. commit to user Sumber: google-earth).
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial.
2’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular.
2’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. 3. Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. 4.
Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan.
5.
Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan. commit to user
Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent.
2’
Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten.
2’
Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent.
2’
Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan.
1’
3’
3’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 6.
Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. 7. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung. Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. 8. Memberikan bahan diskusi kelompok, siawa diminta duduk dengan kelompokknya. 9. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. 10. Bersama-sama membahas jawaban.
Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan gambar.
2’
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung.
1’
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial.
1’
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel.
1’
Diskusi kelompok.
30’
Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban. Mengerjakan kuis. waktu Mengumpulkan lembar jawab.
11. Kuis individual. 12. Mengumumkan bahwa mengerjakan kuis telah habis. Kegiatan Penutup commit to user 1. Mengucapkan salam penutup. Menjawab salam.
1’ 3’ 10’ 1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Pertemuan Keempat No 1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai.
Kegiatan Inti 1. Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. 2. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya. Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: googleearth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: googleearth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia commit to userdi berdasarkan letaknya dengan daratan
Kegiatan Siswa
Waktu
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir.
3’
Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut.
3’
Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di
2’
4’
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jepang merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. 3.
Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. 4. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
5.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. commit to user
sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang.
2’
Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut.
2’
Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan
5’
5’
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
6.
7.
8. 9. 10. 11.
Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut.
Memberikan bahan diskusi kelompok. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. Bersama-sama membahas jawaban.
Guru memberikan kuis kepada individu terkait dengan materi yang baru diberikan. 12. Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab. Kegiatan Penutup 1. Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. 2. Memberi tahu bahwa minggu depan akan diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. 3. Mengucapkan salam penutup
manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Diskusi kelompok. Mengumpulkan lembar jawab. Membahas jawaban. Mengerjakan soal.
3’
5’
25’ 1’ 4’ 15’
Mengumpulkan lembar jawab.
1’
Bertanya jika belum jelas. Memperhatikan.
2’
Menjawab salam.
1’
1’
C. Pembelajaran dengan Metode TGT Pembelajaran dengan metode TGT diberikan pada kelompok eksperimen 2 yaitu Kelas X-I SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, dua kali pemberian materi pembelajaran, satu kali pelaksanaan permainan dan turnamen, pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun rancangan pembelajaran dalam penggunaan commit to user metode TGT dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Tabel 4.3. Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT Pertemuan Kedua No 1.
2.
3. 4.
1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, Menjawab salam dan 1’ mengabsen, dan memastikan siswa siap siap menerima menerima pelajaran. pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode Memperhatikan 2’ pembelajaran TGT yang akan digunakan penjelasan dalam belajar Geografi. pembelajaran dengan metode TGT. Mengelompokkan siswa berdasarkan Mendengarkan daftar 1’ kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. kelompoknya. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai Mengamati gambar 2’ dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai sungai dan laut. dan laut dengan power point. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk Menjawab pertanyaan mengungkapkan manfaat air, dan tentang manfaat air mengapa air di bumi yang selalu dan menjelaskan digunakan cenderung tetap ? mengapa air di bumi cenderung tetap. Kegiatan Inti Guru menampilkan media animasi tentang Mengamati animasi 3’ siklus hidrologi dan mendorong siswa siklus hirologi, untuk mengurutkan proses-proses yang kemudian bersamaterjadi di dalamnya (media: animasi siklus sama mengurutkan hidrologi panjang, sedang, pendek. proses yang Sumber: internet). berlangsung di dalamnya. Guru satu-persatu menampilkan media Mengamati satu tentang proses-proses meteorologis dan persatu gambar yang klimatologis yang menyebabakan ditampilkan. terjadinya siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, commit to user perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk Mengidentifikasi mengidentifikasi pengertian dari gambar pengertian dari yang ditampilkan. gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi). Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air Mengemukakan tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan pendapatnya tentang air tanah. Sumber: internet). Menanyakan air tanah berdasarkan pengertian air tanah menurut pendapat kata kunci dari guru. siswa secara acak dengan mengarahkan kata kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Menjelaskan lapisan permeable dan Mengamati lapisanimpermeable, kemudian menanyakan lapisan tanah dan secara acak kepada siswa bagaimana menjelaskan konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah Menjawab berkunjung ke suatu danau? pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Menampilkan gambar danau, kemudian Memperhatikan mengidentifikasi pengertian danau gambar danau, berdasarkan gambar yang ditampilkan. kemudian (Media: gambar danau Toba dalam mngidentifikasi google-earth). pengertiannya. Menerangkan jenis danau berdasarkan Menyebutkan macam airnya, yaitu danau air asin dan perbedaan antara danau air tawar. Mengarahkan siswa danau asin dan danau untuk menyebutkan perbedaan antara air tawar. kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt Memperhatikan dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 gambar Great Salt to user dimensi danau Great Salt commit dan danau Laut dan danau Laut
5’
1’
2’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
9.
Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa Tawar, lalu untuk menyebutkan contoh yang lain. menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui. Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik Mengidentifikasi Guru menampilkan contoh gambar proses terjadinya danau tektonik (Media: gambar 2 danau berdasarkan dimensi danau Obruk Gol di gambar danau Turkishtan. Sumber: internet). Siswa tektonik yang diminta mengidentifikasi kenampakan ditampilkan. danau tersebut menurut terjadinya. b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi danau lembah gletser (Media: gambar proses terjadinya 2 dimensi danau lembah gletser. danau berdasarkan Sumber: internet). Siswa diminta gambar danau lembah mengidentifikasi kenampakan danau gletser yang tersebut menurut terjadinya. ditampilkan. c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi danau vulkanis (Media: gambar 2 proses terjadinya dimensi dan tampilan dalam google- danau berdasarkan earth danau Toba. Sumber: internet, gambar danau google-earth). Siswa diminta vulkanis yang mengidentifikasi kenampakan danau ditampilkan. tersebut menurut terjadinya. d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi danau karst (Media: gambar 2 dimensi proses terjadinya danau karst. Sumber: internet). Siswa danau berdasarkan diminta mengidentifikasi kenampakan gambar danau karst danau tersebut menurut terjadinya. yang ditampilkan. e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar Mengidentifikasi danau terbendung (Media: gambar 2 proses terjadinya dimensi waduk Gajahmungkur. danau berdasarkan Sumber: internet). Siswa diminta gambar waduk commit to user mengidentifikasi kenampakan danau Gajahmungkur yang
1’
1’
1’
1’
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 tersebut menurut terjadinya. f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. 10. Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan google-earth rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. 11. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan. b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan. 12. Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa to user air tawar dengan batuancommit kata kunci dari
ditampilkan. Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan.
2’
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu tergenang terhadap kehidupan.
1’
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan.
1’
Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru.
1’
2’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 guru. b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). 13. Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya. Guru menampilkan gambar sungaisungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai obsequent pada ketiga gambar, lalu commit to user guru meminta untuk mengidentifikasi
Mengidentifikasi ciri 2’ ekosistem rawa gambut dengan batuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar. Memperhatikan 1’ gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai.
Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci.
1’
Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci.
1’
Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). commit to user · Radial
bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci.
1’
Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci.
1’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik.
1’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). c. Sungai berdasarkan debitnya. commit to user · Influent
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial.
1’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular.
1’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai influent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya. 14. Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. 15. Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. 16. Guru menampilkan gambar Daerah Aliran user Sungai (Media: gambar 2commit dimensito DAS.
Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent.
2’
Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten.
2’
Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, bentuk-bentuk, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS
2’
1’
3’
3’
1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
17.
18. 19. 20.
1. 2.
Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung. Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. Meminta siswa untuk mempelajari materi lebih mendalam dengan kelompoknya, serta memberikan bahan diskusi. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. Bersama-sama membahas jawaban diskusi. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan materi. Mengucapkan salam penutup.
commit to user
berdasarkan gambar.
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung.
1’
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial.
1’
Mengidentifikasi ciriciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel.
1’
Belajar dan diskusi kelompok.
20’
Mengumpulkan hasil diskusi. Membahas hasil jawaban.
1’
Memperhatikan. Menjawab salam.
1’ 1’
4’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Pertemuan Ketiga No 1.
2.
1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan perbedaan antara pesisir dan pantai. Kegiatan Inti Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian dari wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya. Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: googleearth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: googleearth). commit to user Siswa diminta mengidentifikasi laut
Kegiatan Siswa
Waktu
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir.
3’
Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut.
4’
Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya.
2’
Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di
2’
5’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut ingresi. · Berdasarkan Hukum Laut Internasional Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. 3. Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. 4. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
5.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia.
6.
Menampilkan gambar pasang surut air laut commitpurnama to user (Media: gambar 2 dimensi pasang
sekelilingnya. Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang.
3’
Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut.
5’
Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab dari
5’
5’
5’
5’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan salinitas air laut. Siswa diminta menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap kualitas air laut.
terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. 7. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu, kecerahan, dan salinitas air laut terhadap kualitas air laut. 8. Guru memberikan bahan diskusi kelompok Diskusi kelompok. 9. Meminta siswa untuk mengumpulkan Mengumpulkan lembar jawab diskusi kelompok. lembar jawab. 10. Meminta perwakilan dari kelompok untuk Presentasi dan presentasi, sementara kelompok lain menanggapi bertugas menanggapi. Kegiatan Penutup 1. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya Bertanya jika belum mengenai materi yang belum dimengerti. jelas. Memberi tahu bahwa minggu depan akan 2. diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, Memperhatikan. sehingga diharapkan agar siswa belajar. 3. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam.
5’
30’ 1’ 10’
5’
2’ 1’
Pertemuan Keempat No 1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Kegiatan Pendahuluan Membuka dengan salam, mengabsen dan Menjawab salam 2’ memastikan siswa menerima pelajaran. dan siap menerima pelajaran. Meminta siswa untuk duduk sesuai dengan Duduk 3’ kelompoknya. menyesuaikan kelompoknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
1. 2. 3.
1.
2.
Kegiatan Inti Memberikan penjelasan mengenai aturan Mendengarkan dan permainan roda impian. memperhatikan. Mengawasi jalannya permainan Bermain sambil (permainan dilakukan 2 sesi). belajar. Menghentikan permainan dan Permainan selesai. pengumumkan pemenang permainan sementara. Kegiatan Penutup Memberi tahu bahwa minggu depan akan Memperhatikan diadakan posttest, sehingga diharapkan agar siswa belajar dan mempersiapkannya. Menutup pelajaran Mengucapkan salam penutup.
5’ 70’ 5’
3’
2’
D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab diberikan pada kelompok kontrol yaitu Kelas X-3 SMA Negei 2 Surakarta dan dilakukan selama 5 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pretest, tiga kali pemberian materi pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk posttest. Adapun rancangan pembelajaran dalam penggunaan metode Ceramah tanya Jawab dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah tanya Jawab Pertemuan Kedua No 1.
2.
3.
Kegiatan Guru Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Memberikan penjelasan mengenai metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab yang akan digunakan dalam belajar Geografi. Apersepsi: Menayangkan gambar sungai dan laut (Media: gambar 2 dimensi sungai dan laut. Sumber: internet). Guru menunjuk salah satu siswa untuk commit to user mengungkapkan manfaat air, dan mengapa
Kegiatan Siswa
Waktu
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Memperhatikan.
2’
Mengamati gambar sungai dan laut.
4’
Menjawab pertanyaan tentang
3’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
1.
2.
3.
4.
air di bumi yang selalu digunakan cenderung manfaat air dan tetap ? menjelaskan mengapa air di bumi cenderung tetap. Kegiatan Inti Guru menampilkan media animasi tentang Mengamati animasi siklus hidrologi dan mendorong siswa untuk siklus hirologi, mengurutkan proses-proses yang terjadi di kemudian bersamadalamnya (media: animasi siklus hidrologi sama mengurutkan panjang, sedang, pendek. Sumber: internet). proses yang berlangsung di dalamnya. Guru satu-persatu menampilkan media Mengamati satu tentang proses-proses meteorologis dan persatu gambar klimatologis yang menyebabakan terjadinya yang ditampilkan. siklus hidrologi, meliputi: evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. (media: gambar 2 dimensi evaporasi, perkolasi, transpirasi, evapotranspirasi, kondensasi, angin, awan, presipitasi, infiltrasi, run-off. Sumber: internet). Meminta siswa secara acak untuk Mengidentifikasi mengidentifikasi pengertian dari gambar pengertian dari yang ditampilkan. gambar yang ditampilkan (misalnya mengidentifikasi pengertian dari gambar evaporasi. Menampilkan gambar ilustrasi lapisan air Mengemukakan tanah (Media: gambar 2 dimensi lapisan air pendapatnya tanah. Sumber: internet). Menanyakan tentang air tanah pengertian air tanah menurut pendapat siswa berdasarkan kata secara acak dengan mengarahkan kata kunci. kuncinya, kemudian bersama-sama menyimpulkan pengertian air tanah. Menjelaskan lapisan-lapisan air tanah. Mengamati lapisancommit to userdan lapisan tanah dan Menjelaskan lapisan permeable
10’
15’
5’
5’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
5.
6.
7.
8.
9.
impermeable, kemudian menanyakan secara acak kepada siswa bagaimana konsekuensi dari adanya lapisan tersebut. Menanyakan kepada siswa apakah pernah berkunjung ke suatu danau?
Menampilkan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertian danau berdasarkan gambar yang ditampilkan. (Media: gambar citra danau Toba. Sumber: google-earth). Menerangkan jenis danau berdasarkan macam airnya, yaitu danau air asin dan danau air tawar. Mengarahkan siswa untuk menyebutkan perbedaan antara kedua jenis danau. Menampilkan contoh danau Great Salt dan danau Laut Tawar (Media: gambar 2 dimensi danau Great Salt dan danau Laut Tawar. Sumber: internet). Meminta siswa untuk menyebutkan contoh yang lain.
Menerangkan jenis danau menurut terjadinya, meliputi: a. Danau tektonik Guru menampilkan contoh gambar danau tektonik (Media: gambar 2 dimensi danau Obruk Gol di Turkishtan. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. b. Danau lembah gletser Guru menampilkan contoh gambar danau lembah gletser (Media: gambar 2 dimensi danau lembah gletser. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut commit to user terjadinya.
menjelaskan konsekuensi/akibat dari lapisan tersebut Menjawab pernah/belum pernah berkunjung ke suatu danau. Memperhatikan gambar danau, kemudian mengidentifikasi pengertiannya. Menyebutkan perbedaan antara danau asin dan danau air tawar.
1’
2’
4’
Memperhatikan gambar Great Salt dan danau Laut Tawar, lalu menyebutkan contoh lain yang mereka ketahui.
2’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tektonik yang ditampilkan.
3’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau lembah gletser yang ditampilkan.
3’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 c. Danau vulkanis Guru menampilkan contoh gambar danau vulkanis (Media: gambar 2 dimensi dan tampilan dalam google-earth danau Toba. Sumber: internet, google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. d. Danau karst/danau dolina Guru menampilkan contoh gambar danau karst (Media: gambar 2 dimensi danau karst. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. e. Danau terbendung Guru menampilkan contoh gambar danau terbendung (Media: gambar 2 dimensi waduk Gajahmungkur. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. f. Danau tapal kuda (oxbow lake) Guru menampilkan contoh gambar danau tapal kuda (Media: diagram blok dan gambar 2 dimensi danau tapal kuda. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi kenampakan danau tersebut menurut terjadinya. Guru menampilkan gambar rawa (Media: gambar 2 dimensi dan gambar citra rawa. Sumber: internet dan google-earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian rawa berdasarkan gambar yang ditampilkan, termasuk keberadaan dan ciri-cirinya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan. 10. Menjelaskan jenis rawa berdasarkan genangan airnya: a. Rawa yang airnya selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya selalu tergenang (Media: commit to user gambar 2 dimensi rawa yang airnya selalu
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau vulkanis yang ditampilkan.
3’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau karst yang ditampilkan.
3’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar waduk Gajahmungkur yang ditampilkan.
3’
Mengidentifikasi proses terjadinya danau berdasarkan gambar danau tapal kuda yang ditampilkan. Mengidentifikasi pengertian, ciri, serta pengaruh rawa terhadap kehidupan.
3’
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya selalu
2’
5’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan. b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Guru menampilkan contoh gambar rawa yang airnya tidak selalu tergenang (Media: gambar 2 dimensi rawa yang airnya tidak selalu tergenang. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengaruh rawa tersebut terhadap kehidupan. 11. Menjelaskan ekosistem rawa: a. Rawa air tawar Guru menampilkan contoh gambar rawa air tawar (Media: gambar 2 dimensi rawa air tawar. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan batuan kata kunci dari guru. b. Rawa gambut Guru menampilkan contoh gambar rawa gambut (Media: gambar 2 dimensi rawa gambut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
1. 2. 3.
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan materi. Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.
commit to user
tergenang terhadap kehidupan.
Mengidentifikasi pengaruh rawa yang airnya tidak selalu tergenang terhadap kehidupan.
2’
Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa air tawar dengan bantuan kata kunci dari guru.
2’
Mengidentifikasi ciri ekosistem rawa gambut dengan bantuan kata kunci dari guru, kemudian mengidentifikasi perbedaannya dengan ekosistem rawa air tawar.
2’
Memperhatikan. Mencatat soal. Menjawab salam.
3’ 2’ 1’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 Pertemuan Ketiga No
Kegiatan Guru Kegiatan Pendahuluan 1. Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. 2. Apersepsi: me-review pelajaran minggu lalu, yaitu dengan menanyakan secara acak kepada siswa tentang siklus hidrologi pendek, sedang dan panjang, serta unsurunsur utama siklus hidrologi. Kegiatan Inti 1. Guru menampilkan gambar sungai, kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi pengertiannya berdasarkan gambar (Media: gambar 2 dimensi sungai. Sumber: internet). 2. Menjelaskan jenis-jenis sungai, yang meliputi: a. Sungai berdasarkan tipe genetiknya. Guru menampilkan gambar sungai-sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi (Media: gambar 2 dimensi puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi . Sumber: Lobeck). · Siswa diminta mengamati sungai consequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai subsequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai obsequent pada ketiga gambar, lalu guru commit to user
Kegiatan Siswa
Waktu
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
5’
Memperhatikan 5’ gambar sungai, kemudian mengidentifikasi pengertian sungai..
Memperhatikan gambar sungai yang berada pada puncak kubah yang tererosi, dataran pesisir, dan puncak antiklinal yang tererosi. Mengidentifikasi pengertian sungai consequent dengan bantuan kata kunci.
4’
Mengidentifikasi pengertian sungai subsequent dengan bantuan kata kunci.
4’
Mengidentifikasi pengertian sungai obsequent dengan
4’
4’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai resequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. · Siswa diminta mengamati sungai insequent pada ketiga gambar, lalu guru meminta untuk mengidentifikasi pengertian sungai tersebut dengan dibantu kata kunci dari guru. b. Sungai berdasarkan pola aliran. · Dendritik Guru menampilkan gambar pola aliran dendritik (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran dendritik. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Trellis Guru menampilkan gambar pola aliran trellis (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran trellis. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran trellis. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Radial commit to user Guru menampilkan gambar pola aliran
bantuan kata kunci. Mengidentifikasi pengertian sungai resequent dengan bantuan kata kunci.
4’
Mengidentifikasi pengertian sungai insequent dengan bantuan kata kunci.
4’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran dendritik.
4’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran trellis.
4’
Memperhatikan penjelasan guru,
4’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 radial (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran radial. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran radial. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Annular Guru menampilkan gambar pola aliran annular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran annular. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran annular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). · Rectangular Guru menampilkan gambar pola aliran rectangular (Media: Gambar 2 dimensi pola aliran dendritik. Sumber: Lobeck), lalu menjelaskan konsep pola aliran tersebut. Guru menampilkan berbagai pola aliran sungai dalam google earth, lalu siswa diminta mengidentifikasi mana yang termasuk pola aliran Rectangular. (Media: gambar citra, meliputi berbagai macam pola aliran sungai. Sumber: google-earth). c. Sungai berdasarkan debitnya. · Influent Guru menampilkan gambar sungai influent (Media: gambar 2 dimensi sungai commit to user influent. Sumber: Asdak).
lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran radial.
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran annular.
4’
Memperhatikan penjelasan guru, lalu siswa mengidentifikasi gambar mana yang termasuk pola aliran rectangular.
3’
Melalui gambar, siswa mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan
3’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
3.
Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai influent. · Intermitten Guru menampilkan gambar sungai intermitten (Media: gambar 2 dimensi sungai intermitten. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. · Effluent Guru menampilkan gambar sungai effluent (Media: gambar 2 dimensi sungai effluent. Sumber: Asdak). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Guru menanyakan tipe sungai Bengawan Solo berdasarkan debitnya.
4.
Guru menampilkan gambar meander sungai (Media: gambar citra meander sungai. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan.
5.
Guru menampilkan gambar delta (Media: gambar citra delta. Sumber: google earth). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, macam-macam delta dan dampaknya bagi kehidupan.
6.
Guru menampilkan gambar Daerah Aliran Sungai (Media: gambar 2 dimensi DAS. commit to user Sumber: internet).
contoh influent.
sungai
Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai intermitten. Melalui gambar, siswa mencoba mengidentifikasi pengertian, manfaat, dan contoh sungai effluent. Menjawab tipe Bengawan Solo berdasarkan debitnya. Melalui gambar meander, siswa mengidentifikasi pengertian, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Melalui gambar delta, siswa mengidentifikasi pengertian, proses yang bekerja, lokasi, stadium sungai, dan dampaknya bagi kehidupan. Mengidentifikasi pengertian DAS berdasarkan
3’
3’
2’
4’
7’
4’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
7.
1. 2. 3.
Siswa diminta mengidentifikasi pengertian DAS. Menjelaskan bentuk-bentuk DAS: · Bentuk bulu burung. Guru menampilkan gambar DAS bentuk bulu burung (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk bulu burung. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk radial Guru menampilkan gambar DAS bentuk radial (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk radial. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. · Bentuk parallel Guru menampilkan gambar DAS bentuk parallel (Media: gambar 2 dimensi DAS bentuk parallel. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS tersebut. Kegiatan Penutup Memberikan kesimpulan materi Memberikan tugas pekerjaan rumah. Mengucapkan salam penutup.
gambar.
Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS bulu burung.
2’
Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS radial.
2’
Mengidentifikasi ciri-ciri dan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bentuk DAS parallel.
2’
Memperhatikan. Mencatat soal PR. Menjawab salam.
3’ 2’ 1’
Pertemuan Keempat No 1.
2.
Kegiatan Guru Kegiatan Pendahuluan Membuka pelajaran dengan salam, mengabsen dan memastikan siswa siap menerima pelajaran. Apersepsi: bertanya kepada siswa apakah pernah pergi ke pantai? Menanyakan commit perbedaan antara pesisir dan pantai.to user
Kegiatan Siswa
Waktu
Menjawab salam dan siap menerima pelajaran. Menjawab pertanyaan.
2’
5’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
1.
2.
Kegiatan Inti Menampilkan gambar bagian-bagian dari wilayah pantai (Media: diagram blok bagian-bagian wilayah pantai. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar tersebut untuk kemudian ditafsirkan pengertian dari pantai dan pesisir. Menjelaskan klasifikasi laut: · Laut berdasarkan kedalamannya. Menampilkan gambar wilayah laut berdasarkan kedalamannya (Media: gambar 2 dimensi pembagian zonasi laut berdasarkan kedalamannya. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi gambar dan menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut. · Laut berdasarkan letaknya Menampilkan gambar laut Hitam (Media: gambar citra laut Hitam. Sumber: googleearth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Menampilkan gambar laut Karibia (Media: gambar citra laut Karibia. Sumber: googleearth). Siswa diminta mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. · Laut berdasarkan proses terjadinya Menampilkan gambar laut Jawa (Media: gambar citra laut Jawa. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jawa merupakan laut transgresi. Menampilkan gambar laut Jepang (Media: gambar citra laut Jepang. Sumber: googleearth). Menjelaskan bahwa laut Jepang commit to user merupakan laut ingresi.
Mengidentifikasi gambar untuk menafsirkan pengertian pantai dan pesisir.
5’
Mengidentifikasi gambar untuk menentukan zonasi kedalaman laut, dan pengaruh terhadap kehidupan biota laut.
5’
Mengidentifikasi laut Hitam berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya. Mengidentifikasi laut Karibia berdasarkan letaknya dengan daratan di sekelilingnya.
3’
Mendengarkan penjelasan dan mengamati gambar Laut Jawa dan Laut Jepang.
6’
3’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 · Berdasarkan Hukum Laut Internasional Menampilkan gambar peta Indonesia (Media: peta Indonesia. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. 3.
4.
Menampilkan gambar morfologi laut (Media: gambar 2 dimensi morfologi laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut. Menampilkan gambar arus laut (Media: gambar 2 dimensi arus laut. Sumber: internet). Siswa diminta mengidentifikasi: · Arus laut berdasarkan letaknya · Arus laut berdasarkan suhu · Arus laut berdasarkan terjadinya arus.
5.
Menampilkan gambar gelombang laut (Media: gambar 2 dimensi gelombang laut. Sumber: internet). Menanyakan penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia.
6.
Menampilkan gambar pasang surut air laut (Media: gambar 2 dimensi pasang purnama dan pasang perbani). Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Guru menjelaskan bahwa kualitas air laut dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, dan commit to user salinitas air laut. Siswa diminta
7.
Mengidentifikasi ZEE dan zona teritorial Indonesia, serta menentukan batas landas kontinen Indonesia. Mengidentifikasi pengertian dari masing-masing morfologi yang ada di laut.
10’
Memperhatikan gambar arus laut, lalu siswa mengidentifikasi arus laut berdasarkan letak, suhu, dan berdasarkan terjadinya arus. Mengidentifikasi penyebab terjadinya gelombang laut dan akibat dari gelombang laut yang dapat membahayakan manusia. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pasang surut air laut dan pengaruhnya bagi kehidupan. Menjelaskan pengaruh dari faktor suhu,
10’
7’
6’
6’
10’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
1. 2. 3. 4.
5.
menjelaskan pengaruh dari ketiga faktor kecerahan, dan tersebut terhadap kualitas air laut. salinitas air laut terhadap kualitas air laut. Kegiatan Penutup Memberikan kesimpulan materi. Memperhatikan Memberi kesempatan siswa bertanya Bertanya jika mengenai materi yang belum dimengerti. belum jelas. Memberi tugas PR. Mencatat soal. Memberi tahu bahwa minggu depan akan Memperhatikan. diadakan uji kompetensi materi hidrosfer, sehingga diharapkan agar siswa belajar. Mengucapkan salam penutup. Menjawab salam.
3’ 4’ 3’ 1’ 1’
E. Hasil Penelitian Penelitian ini melibatkan 104 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas X-1, 36 siswa kelas X-3, dan 36 siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran dengan metode STAD, kelas X-1 sebagai kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran dengan metode TGT, dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan tes kognitif sebanyak 30 soal dari pokok bahasan Hidrosfer. Jumlah item soal tes yang diberikan sebagai pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah sama. Item soal untuk pretest dan posttest tidak dibuat dengan sama persis, namun identik. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Deskripsi Data a. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode Pembelajaran STAD Deskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan metode STAD disajikan pada Tabel 4.5 berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Tabel 4.5. Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok STAD Metode STAD Pretest Posttest
N 36 36
Mean 68,69 76,64
SD 7,75 9,68
Nilai Min 50 60
Nilai Max 87 93
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran STAD disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD Frekuensi Persentase Pretest Posttest Pretest Posttest 0 0 0 0 1 0 2,8 0 24 12 66,7 33,3 10 16 27,7 44,5 1 8 2,8 22,2 36 36 100 100
Interval Nilai ≤ 40 41 – 55 56 – 70 71 – 85 86 – 100 Jumlah
Huruf
Keterangan
E D C B A
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada Gambar 4.1. berikut ini : Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD 24
Frekuensi
25 16
20
12
15
10
8
10 5
0 0
Frekuensi Pretest Frekuensi Posttest
1
1 0
0 ≤ 40
41 - 55
56 - 70
71 - 85 86 - 100
Interval Nilai
Gambar 4.1. Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD
Nilai terendah yang dicapai siswa pada pretest kelompok STAD adalah commit to user 50 dan nilai tertingginya 87 dengan modus terdapat pada rentang nilai 56 - 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 sebanyak 24 siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada posttest kelompok STAD adalah 60 dan nilai tertingginya 93 dengan modus terdapat pada rentang nilai 71 - 85 sebanyak 16 siswa. Hasil rata-rata nilai pretest adalah 68,69 dan terjadi kenaikan pada rata-rata nilai posttest setelah siswa diberi perlakuan dengan metode pembelajaran STAD menjadi 76,64.
b. Diskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ekperimen dengan Metode Pembelajaran TGT Diskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan metode STAD disajikan pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7. Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT Metode TGT Pretest Posttest
N 32 32
Mean 70,94 77,06
SD 6,46 9,48
Nilai Min 60 63
Nilai Max 80 97
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran TGT disajikan pada Tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT Interval Nilai ≤ 40 41 – 55 56 – 70 71 – 85 86 – 100 Jumlah
Frekuensi Persentase Pretest Posttest Pretest Posttest 0 0 0 0 0 0 0 0 17 11 53,1 34,4 15 14 46,9 43,7 0 7 0 21,9 32 32 100 100
Huruf
Keterangan
E D C B A
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas dengan histogram pada Gambar 4.2 berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT 17
20
Frekuensi
15
15
14
11 7
10 5
Frekuensi Pretest Frekuensi Posttest
0 0
0
0 0
0 ≤ 40
41 - 55
56 - 70
71 - 85 86 - 100
Interval Nilai
Gambar 4.2. Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT
Nilai terendah yang dicapai siswa pada pretest kelompok TGT adalah 60 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat pada rentang nilai 56 - 70 sebanyak 17 siswa. Nilai terendah yang dicapai siswa pada posttest kelompok STAD adalah 633 dan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 97 dengan modus terdapat pada rentang nilai 71 - 85 sebanyak 14 siswa. Hasil rata-rata nilai pretest adalah 70,94 dan setelah siswa diberi perlakuan pembelajaran dengan engan metode TGT terjadi kenaikan rata-rata nilai posttest, posttest yaitu menjadi 77,06.
c. Diskripsi Statistik Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dengan Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab Diskripsi statistik nilai pretest dan posttest kelompok kontrol dengan metode Ceramah Tanya Jawab disajikan pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9. Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab Metode CTJ Pretest Posttest
N 36 36
Mean 69,53 72,56
SD 5,9 8,88
Nilai Min 53 60
Nilai Max 80 90
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok kontrol disajikan commit to user pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 Tabel 4.10.. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ Frekuensi Persentase Pretest Posttest Pretest Posttest 0 0 0 0 1 0 2,8 0 28 23 77,8 63,9 7 11 19,4 30,6 0 2 0 5,5 36 36 100 100
Interval Nilai ≤ 40 41 – 55 56 – 70 71 – 85 86 – 100 Jumlah
Huruf
Keterangan
E D C B A
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Berikut disajikan histogram berdasarkan distribusi frekuensi di atas : Histogram Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab 28
30
23
Frekuensi
25 20
Frekuensi Posttest
7
10 5
Frekuensi Pretest
11
15 0 0
1 0
0
2
0 ≤ 40
41 - 55 56 - 70
71 - 85 86 - 100
Interval Nilai
Gambar 4.3. Histogram nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya Jawab
Nilai terendah yang dicapai siswa pada pretest kelompok Ceramah Tanya Jawab adalah 53 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 80 dengan modus terdapat pada nilai 56 - 70 sebanyak 228 siswa. Nilai terendah pada posttest kelompok kel Ceramah Tanya Jawab adalah 60 dan nilai tertingg tertinggi yang berhasil dicapai siswa adalah 90 dengan modus terdapat pada rentang nilai 56 - 70 sebanyak 23 siswa. Hasil rata-rata nilai pretest adalah 69,53 dan rata-rata nilai posttest adalah 72,56.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 2. Analisis Hasil Penelitian a. Uji Persyaratan Analisis Sebelum melaksanakan Analisis Kovarian untuk menguji hipotesis penelitian, perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang digunakan dalam uji persyaratan analisis adalah nilai pretest dan posttest. 1) Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk menguji adalah metode Liliefors. Hasil uji normalitas dengan taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 31. Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas No.
Kelompok Siswa
1.
Pretest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Pretest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Pretest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2) Posttest Kelompok CTJ (Kelompok Kontrol) Posttest Kelompok STAD (Kelompok Eksperimen1) Posttest Kelompok TGT (Kelompok Eksperimen 2)
2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah Harga L Sampel Hitung Tabel 36 0,1071 0,1477
Kesimpulan Berdistribusi Normal
36
0,1360
0,1477
Normal
32
0,1094
0,1566
Normal
36
0,1343
0,1477
Normal
36
0,1202
0,1477
Normal
32
0,1157
0,1566
Normal
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila Lmaks < Ltabel. Harga Lmaks pada masing-masing kelas dari tabel di atas lebih kecil dari Ltabel sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya Jawab berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas terhadap data pretest dan posttest untuk setiap kelompok menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikan 5%. Rangkuman hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13. Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)
χ2hitung
χ 2tabel
Hasil
3,1145
5,99
Homogen
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol (CTJ) Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT)
χ 2 hitung
χ 2tabel
Hasil
3,466
5,99
Homogen
Sampel berasal dari populasi yang homogen bila χ Tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa harga χ
2
hitung
2 hitung
< χ 2tabel. Dari
lebih kecil dari harga χ
2
tabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri dari Kelompok STAD, Kelompok TGT, dan Kelompok Ceramah Tanya Jawab berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32 dan Lampiran 33.
b. Pengujian Hipotesis 1) Pengujian Hipotesis 1 Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan Analisis Kovarian (Anakova). Perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 34, sedangkan hasil Analisis Kovarian dirangkum dalam Tabel 4.14 berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Kovarian Sumber Variansi
db
JK
MK
Fo
Ft
Antar (A)
2
1163,134
581,567
6,681
3,090
Dalam (d)
100
8704,503
87,045
-
-
Total (T)
102
-
-
-
-
Hipotesis statistik untuk perhitungan Anakova adalah sebagai berikut: H0 = µ1 = µ2 = µ3 = Tidak terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab memberikan rata-rata hasil belajar yang sama). H1 = Terdapat beda skor yang signifikan (Ketiga metode belajar yaitu STAD, TGT dan Ceramah Tanya Jawab paling sedikit memberikan 1 rataan hasil belajar yang tidak sama). H0 ditolak jika Fo > Ftabel. Perhitungan Analisis Kovarian terhadap hasil belajar Geografi siswa pada kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” diperoleh hasil Fo > Ftabel (6,681 > 3,090), hal tersebut berarti H0 ditolak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari perhitungan tersebut adalah bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap hasil belajar Geografi antara ketiga metode pembelajaran. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD, metode TGT, dan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 2) Pengujian Hipotesis 2 Hasil Analisis Kovarian di atas hanya mengetahui bahwa perlakuanperlakuan yang diteliti memberikan pengaruh yang berbeda. Namun, peneliti belum dapat mengetahui manakah perlakuan-perlakukan itu yang secara signifikan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji commit to user lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 Hasil perhitungan BRS selengkapnya terdapat dalam Lampiran 36 dan rangkuman hasil uji lanjut pasca Analisis Kovarian hasil belajar geografi disajikan dalam Tabel 4.15. Tabel 4.15. Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung Metode
X
MX
Y
MY
MA
A1 (N1 = 32)
2270
70,94
2466
77,06
76,77
A2 (N2 = 36)
2473
68,69
2759
76,64
76,62
A3 (N2 = 36)
2384
66,22
2490
69,17
69,45
Total (N = 104)
7127
68,53
77,15
74,18
-
Keterangan : A1 = Metode Pembelajaran TGT A2 = Metode Pembelajaran STAD A3 = Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab Tabel 4.16. Rangkuman Keputusan Uji Perbandingan
Gainscore
BRS
Keputusan
MA1 - MA2
0,15
4,00
Tidak Signifikan
MA1 - MA3
7,32
4,00
Signifikan
MA2 - MA3
7,17
4,00
Signifikan
Keterangan : MA1 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT MA2 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD MA3 = Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ1 - µ2 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran STAD dan TGT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ2 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ2, yaitu metode pembelajaran STAD dan TGT menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). H0 ditolak jika Fhitung > BRS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77 sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata hasil belajar antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran STAD), yaitu 0,15 adalah jauh lebih kecil dibandingkan BRS (yaitu 4,00). Dengan demikian H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar pada kelompok TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD sama baiknya dengan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran TGT. Hal tersebut tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
3) Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ1 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran
STAD dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ1 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ1 dan µ3, yaitu metode pembelajaran STAD dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). H0 ditolak jika Fhitung > BRS. Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran STAD adalah 76,62 sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A2 (metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab), yaitu 7,17 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00). Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil commit to user belajar pada kelompok STAD dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116 adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
4) Pengujian Hipotesis 4 Hipotesis statistik pasca Analisis Kovarian adalah sebagai berikut : H0 = µ2 - µ3 楸 BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT
dan Ceramah Tanya Jawab tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan).
H1 = µ2 - µ3 > BRS (Rerata hasil belajar µ2 dan µ3, yaitu metode pembelajaran TGT dan Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan). H0 ditolak jika Fhitung > BRS. Rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran TGT adalah 76,77 sementara rerata hasil belajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab adalah 69,45. Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa beda rata-rata antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab), yaitu 7,32 adalah jauh lebih besar dibandingkan BRS (yaitu 4,00). Dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar pada kelompok TGT dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta dan sejalan dengan hipotesis yang diajukan peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117 F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement
Divisions
(STAD),
metode
pembelajaran
Teams-Games-
Tournaments (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab (CTJ) pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Pengujian Anakova menunjukkan hasil Fo = 6,681 lebih besar dari Ftabel =3,090; sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran TGT, dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya, untuk mengetahui rerata mana yang lebih baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari ketiga metode pembelajaran tersebut, dilakukan uji lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih Signifikan atau BRS. 2. Hipotesis Kedua Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata Kelas X-3 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD adalah 76,64 sedangkan nilai rata-rata Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran TGT adalah 77,06. Hal ini berarti rerata nilai posttest siswa pada kelompok eksperimen TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen STAD. Namun demikian, hasil uji pasca analisis kovarian menggunakan uji BRS menunjukkan bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A2 (metode pembelajaran STAD), yaitu sebesar 0,15 adalah jauh lebih kecil dibandingkan harga BRS (yaitu sebesar 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran TGT sama baiknya dengan hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran STAD pada commit todan user kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer Dampaknya terhadap Kehidupan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 Muka Bumi siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua metode pembelajaran tersebut sama efektifnya dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan kedua metode tersebut juga dapat terlihat dari nilai ratarata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT tersebut yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00. Dalam hal ini, nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT lebih tinggi dari standar KKM. Hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Kesamaan pengaruh pada hasil belajar Geografi tersebut karena langkahlangkah pembelajaran pada metode pembelajaran TGT dan STAD hampir sama. Perbedaanya hanya terletak pada sistem evaluasi, dimana pada metode STAD menggunakan sistem kuis, sedangkan pada metode TGT menggunakan turnamen akademik. Adanya games dan turnamen pada pembelajaran TGT yang semula diharapkan dapat lebih menarik minat para siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta ternyata tidak memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa Kelas X-3 yang menggunakan metode pembelajaran STAD. Menurut beberapa penelitian yang dikembangkan oleh Universitas John Hopkins dalam Slavin (1995), pembelajaran dengan metode TGT dan metode STAD memberikan efek yang serupa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta sedang berada dalam tahap perkembangan usia remaja. Masa - masa tersebut merupakan masa dimana para remaja seringkali bermain, membuat sebuah kelompok atau komunitas sendiri, saling sharing dengan teman sebaya, dan berkompetisi dalam hal - hal tertentu. Dengan menilik kondisi siswa yang demikian tersebut, maka metode STAD dan commit to user TGT sangat sesuai untuk diterapkan pada saat pembelajaran di sekolah. Kedua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 metode tersebut menawarkan pembelajaran yang menarik, terbukti pada saat penelitian di lapangan, peneliti menemukan siswa yang lebih aktif, lebih antusias, dan jauh dari kesan tegang selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dengan metode STAD menjadikan materi yang terlihat sulit menjadi menarik untuk dipelajari dan dipecahkan bersama. Setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa teman satu kelompok mereka menguasai materi yang sedang dipelajari. Di sinilah suasana kebersamaan kelompok sedang tercipta. Mereka menyadari bahwa skor kuis mereka nanti sangat menentukan
keberhasilan tim, sehingga memotivasi
kelompoknya untuk menjadi tim yang terbaik. Hal tersebut juga tercermin dalam pembelajaran TGT yang menampilkan permainan Roda Impian yang ringan dan menarik,
sehingga
mampu
memunculkan
suasana
kegembiraan
dan
menghilangkan kejenuhan. Tanpa disadari, semua komponen kelas sedang berkompetisi dalam suasana permainan. Metode pembelajaran STAD dan TGT juga mampu memberikan suasana dan gaya belajar yang lebih inovatif dari cara belajar konvensional yang hanya berpusat pada guru dan buku teks, serta mampu menghilangkan kesan menggurui pada siswa. Kedua metode pembelajaran tersebut merupakan metode yang dapat dikategorikan baru bagi siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Pada umumnya guru hanya terpaku pada metode pembelajaran ceramah dan sedikit Tanya jawab. Guru kurang melakukan inovasi terhadap proses pembelajaran di kelas, akibatnya siswa menjadi antusias ketika pembelajaran disuguhkan dalam suasana belajar kelompok dan permainan. Meskipun metode pembelajaran STAD dan TGT terbukti berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, namun pada kenyataannya di lapangan, peneliti menemui sedikit kesulitan. Salah satunya, yaitu bahwa waktu yang dihabiskan untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala melewati waktu yang sudah ditetapkan. Di samping itu, tanpa kontrol dan pengaturan yang baik, suasana diskusi, permainan dan turnamen akan membuat kelas menjadi gaduh dan sulit dikendalikan. Hal tersebut tentunya menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk mengatasi
kekurangan
penerapan kedua metode pembelajaran, commit to user mengupayakan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih baik lagi.
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 3. Hipotesis Ketiga Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-5 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode STAD adalah 76,64; sedangkan nilai rata-rata posttest siswa Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab adalah 69,17. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada kelompok Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A2 (metode pembelajaran STAD) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab), yaitu 7,13 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok STAD dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan metode STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab belum memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Metode STAD lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab commit to user karena merupakan metode STAD merupakan metode pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121 melibatkan keaktifan siswa melalui
suatu kegiatan diskusi. Di dalam forum
diskusi tersebut, setiap anggota kelompok ditugaskan untuk belajar bersama, saling membantu dan saling memberikan motivasi untuk
menguasai konsep
materi pembelajaran yang diberikan, demi kemajuan kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan dalam belajar (peran tutor sebaya), dengan demikian akan tercipta ketergantungan positif antaranggota kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan termotivasi oleh temanteman yang memiliki kemampuan lebih baik. Selain itu, dengan adanya pembelajaran secara berkelompok akan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa terhadap tugas-tugas dan materi yang dikuasai, motivasi belajar menjadi lebih baik, dan akibatnya mampu meningkatkan hasil belajar. Proses pembelajaran tersebut tidak dijumpai pada pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab kurang berinteraksi dan bekerjasama untuk membelajarkan antara siswa yang satu dengan yang lain. Hal ini yang menjadikan salah satu alasan mengapa proses pembelajaran dengan menggunakan metode STAD lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab. Selain itu, jumlah siswa yang banyak menyebabkan pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik, sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya. Peserta didik yang tidak aktif tidak akan mempertahankan bahkan tidak terlibat secara mental. Akibatnya justru akan menurunkan minat dan rasa ingin tahu siswa tersebut terhadap masalah yang sedang dibicarakan Masalah lain akan muncul ketika tanya - jawab menyimpang dari pokok persoalan yang sedang diajarkan. Hal tersebut hanya akan memancing kegaduhan, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak kondusif. Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran STAD dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab telah dilakukan oleh Agung Nuswantoro (2008).
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
penggunaan metode pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. 4. Hipotesis Keempat Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode TGT adalah 77,06 sedangkan nilai rata-rata posttest Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab adalah 69,17. Hal ini berarti hasil belajar geografi siswa yang diajar dengan metode TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A1 (metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab), yaitu 7,32 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kesimpulannya, hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode pembelajaran TGT lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan metode TGT dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan nilai ratarata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab belum memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sejalani dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 commit to user Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123 Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan, dimana metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih mengaktualisasikan diri, sehingga siswa merasa lebih dihargai. Terlebih, dengan sistem turnamen, siswa menjadi termotivasi untuk memenangkan setiap turnamen. Aktivitas belajar dengan
permainan
yang
dirancang
dalam
metode
pembelajaran
TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain itu, metode ini mampu meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan, sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Pertandingan atau turnamen membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar Geografi, karena adanya persaingan antarkelompok membuat mereka termotivasi untuk memenangkan pertandingan, sehingga setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi
yang
disampaikan
pada
saat
proses belajar - mengajar berlangsung. Dalam permainan Roda Impian tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi hidrosfer seutuhnya. Agar dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama pada saat belajar tim karena kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab pertanyaan dengan mudah. Hal inilah yang secara tidak langsung menimbulkan ketergantungan positif antaranggota dalam kelompok, yaitu saling ketergantungan bahan atau sumber materi pelajaran, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah, dan saling ketergantungan mencapai tujuan, demi keberhasilan kelompoknya. Proses pembelajaran yang berlangsung seperti di atas menjadikan metode TGT lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab. Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab kurang menarik bagi siswa serta membuang waktu bila peserta didik tidak responsive terhadap pertanyaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan commit to user dari banyaknya siswa yang masih bercanda saat kegiatan pembelajaran sedang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124 berlangsung dan suasana kelas menjadi tidak kondusif, oleh karena itu perhatian siswa akan materi pembelajaran menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Selain itu, akibat kurang terbiasa, metode pembelajaran ini menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya (kemampuan lisan). Akibatnya siswa menjadi tertekan dan tidak memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran TGT telah dilakukan oleh Indah Kusumawati (2009 : 106) diperoleh hasil bahwa metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-GamesTournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
B. Implikasi Implikasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan dari hasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan implikasi yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar Geografi : commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 1. Implikasi Teoritis Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Kelompok siswa yang diajar dengan metode TGT sama baiknya dengan hasil belajar Geografi kelompok siswa yang diajar dengan model STAD. Kedua metode tersebut sama – sama memberikan hasil yang positif pada hasil belajar siswa. Struktur dari kedua metode tersebut sama-sama dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar siswa, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran Geografi pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi serta dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan metode pembelajaran STAD dan TGT dalam penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis Kesimpulan menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada materi tersebut. Pengajaran dengan metode STAD dan TGT dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Hal tersebut terutama karena
kedua
metode
pembelajaran dapat
lebih meningkatkan motivasi,
keaktifan, dan aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain, metode pembelajaran TGT dan STAD dapat menjadi pembelajaran alternatif yang efektif dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 C. Saran Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang berkenaan dengan peningkatan hasil belajar geografi dan berdasarkan kesimpulan serta implikasi penelitian di atas, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut : 1. Guru sebagai fasilitator proses pembelajaran geografi hendaknya melakukan variasi terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu alternatifnya dengan menggunakan metode pembelajaran STAD atau TGT yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. 2. Dalam pelaksanaan pembelajaran geografi menggunakan metode STAD dan TGT hendaknya guru mempersiapkan proses pembelajaran tersebut secara matang, karena banyak sekali instrumen pembelajaran yang harus dipersiapkan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan efektif. 3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan langkah – langkah peningkatan mutu siswa di bidang geografi, di antaranya dengan penambahan fasilitas penunjang pembelajaran geografi dengan menggunakan metode STAD dan TGT sehingga mempermudah siswa dalam pemahaman kompetensi yang dipelajari.
commit to user