FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARANPADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH HASANAH PUTRI 1111101000123
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Specialisation NUTRITION OF PUBLIC HEALTH Thesis, June 2015 Hasanah Putri, NIM: 1111101000123 The Factors Associated with Fitness to The Students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015 v+ 130 pages, 25 tables, 3 charts , 3 attachments ABSTRACT A dynamic rotation in the pattern of life resulting from technological developments that facilitate the work to be effective and efficient had a negative impact on fitness. The pattern of life thus causing low physical activity becomes a problem in almost all levels of society. Fitness in adolescents particularly affects aerobic power fitness in adulthood. Low fitness in adolescence would have an impact on the low fitness is also in adulthood and elderly. If this happens repeatedly, then the person's chances of developing degenerative disease is greater. Based on the results of preliminary studies, it was found that 66.7% of students do not fit are shown from the average level of fitness based on the estimated value VO2maks 23,34ml/kg/min in women and 32,3ml/kg/min in men. Therefore, this study aimed to analyze factors associated with fitness to the students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015. This is a quantitative research with cross sectional study design. Research began in January to June 2015 with the subject of Public Health student at the State Islamic University of Jakarta who are still active in the period 2014/2015 and 19-22 years old were 60 students were taken by sampling frame FKIK students using proportional sampling technique. Based on the results of the study, showed that factors associated with fitness to the students of Public Health 2015 is the nutritional status based on percent body fat (pvalue 0,000), gender (pvalue 0.000), lung vital capacity (pvalue 0,001) and physical activity (pvalue 0,001). The variables that are not associated in this study is the nutritional status based on BMI, intake of carbohydrates, protein intake, fat intake, vitamin B1, folate, manganese intake and smoking status. Based on these results, it is suggested to Community Health Studies Program is expected to make fitness activities to increase one of them with physical activity. For Public Health students are encouraged to take the time to exercise lecture was interrupted activity. While for other researchers are expected to conduct research with other study design and use of the fitness test different methods that can be known variation of results with different methods and multivariate analyses.
Keywords: Fitness, Students, Shuttle Run Test 20m, Cardiorespiratory Reading list: 81(2000 - 2015)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Juni 2015 Hasanah Putri, NIM: 1111101000123 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 v+130 halaman, 25 tabel, 3 bagan, 3 lampiran ABSTRAK
Pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada kebugaran. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya aktivitas fisik yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan.Kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa remaja akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa dan lanjut usia. Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang penyakit degeneratif lebih besar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa sebesar 66,7% mahasiswa tidak bugar ditunjukkan dari rata-rata tingkat kebugaran berdasarkan estimasi nilai VO2maks 23,34ml/kg/menit pada perempuan dan 32,3ml/kg/menit pada laki-laki. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dimulai sejak bulan Januari sampai Juni 2015 dengan subjek mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Jakarta yang masih berstatus aktif pada periode 2014/2015 dan berusia 19-22 tahun berjumlah 60 orang.yang diambil berdasarkan sampling frame mahasiswa FKIK dengan menggunakan teknik proportional sampling. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 adalah status gizi berdasarkan persen lemak tubuh (Pvalue 0,000), jenis kelamin (Pvalue 0,000), kapasitas vital paru (Pvalue 0,001) dan aktivitas fisik (Pvalue 0,001). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini adalah status gizi berdasarkan IMT, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, vitamin B1, zat besi, mangan dan status merokok. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada Program Studi kesehatan Masyarakat diharapkan dapat membuat kegiatan peningkatan kebugaran salah satunya dengan aktivitas fisik. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat dianjurkan untuk meluangkan waktu disela aktivitas kuliah untuk berolahraga. Sedangkan bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan disain studi lain dan menggunakan metode tes kebugaran yang berbeda sehingga dapat diketahui variasi hasil dengan berbagai metode tersebut. Serta menggunakan analisa data sampai pada tahap multivariat untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa. Kata Kunci : Kebugaran, Mahasiswa, Shuttle Run Test 20m, Cardiorespiratory Daftar bacaan : 81 (2000 – 2015)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI Nama
: Hasanah Putri
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1993 Jenis Kelamin
: Perempuan
No. Telp
: 08568536692
Alamat email
:
[email protected]
Alamat
: Jl. Harsono RM No.45A Rt 008/04 Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
RIWAYAT PENDIDIKAN 1998-1999
TK Pangastuti Ragunan Jakarta Selatan
1999-2005
SDN 09 Pagi Ragunan Jakarta Selatan
2005-2008
SMPN 107 Jakarta
2008-2011
SMAN 34 Jakarta
2011-sekarang
Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015. Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik teknis maupun materi mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Ir. Febrianti M.Si , selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini 2. Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini 3. Rekan-rekan gizi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saling memberikan dukungan baik di saat susah ataupun senang 4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan peneliti 5. Mama, Mamas, Bunda dan Bule nur yang tidak hentinya memberikan kasih sayang, nasihat agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan do’a yang senantiasa
dipanjatkan demi kesuksesan peneliti. Terima kasih banyak atas dukungan baik moril maupun materil 6. Mereka yang berkontribusi besar dalam membantu baik dari perizinan, pengadaan alat tes, pengumpulan teori, data dan banyak lagi (Kepada Ahmad afif mauludi, Stevan dan Achmad Yulianto) 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Thanks All Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta,
Juli 2015
PENELITI
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN .............................................................................................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................................................................. vii DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................ v DAFTAR BAGAN ....................................................................................................................................... v BAB I ........................................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C.
Pertanyaan Penelitian ................................................................................................................. 6
D.
Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 8 1.
Tujuan Umum ......................................................................................................................... 8
2.
Tujuan Khusus ......................................................................................................................... 8
E.
Manfaat Penelitian.................................................................................................................... 11 1.
Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................................... 11
2.
Manfaat bagi Peneliti ............................................................................................................ 11
F.
Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................................... 12
BAB II ..................................................................................................................................................... 13 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 13 A.
Kebugaran ................................................................................................................................. 13 1.
Jenis Kebugaran .................................................................................................................... 14
2.
Komponen Kebugaran .......................................................................................................... 15
3.
Pengukuran Kebugaran ......................................................................................................... 19
B.
Mahasiswa ................................................................................................................................ 25
C.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran .............................................................. 26 1.
Jenis Kelamin ......................................................................................................................... 26
2.
Status Gizi .............................................................................................................................. 28
3.
Asupan Gizi ............................................................................................................................ 36
4.
Umur ..................................................................................................................................... 52
5.
Pendidikan............................................................................................................................. 53
6.
Status Merokok ..................................................................................................................... 55
7.
Kapasitas Vital Paru ............................................................................................................... 57
8. D.
Aktivitas Fisik ......................................................................................................................... 59 Kerangka Teori .......................................................................................................................... 63
BAB III .................................................................................................................................................... 61 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ............................................................. 61 A.
Kerangka Konsep....................................................................................................................... 61
B.
Definisi Operasional .................................................................................................................. 64
C.
Hipotesis.................................................................................................................................... 67
BAB IV.................................................................................................................................................... 89 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................................................... 89 A.
Desain Penelitian ...................................................................................................................... 89
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................................... 89
C.
Populasi dan Sampel ................................................................................................................. 89 1.
Populasi ................................................................................................................................. 90
2.
Sampel................................................................................................................................... 90
3.
Besar Sampel ......................................................................................................................... 91
4.
Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................................. 92
D.
Pengumpulan Data.................................................................................................................... 92 1.
Sumber data .......................................................................................................................... 93
2.
Alur Pengumpulan Data ........................................................................................................ 93
3.
Instrumen Penelitian ............................................................................................................. 94
4.
Pengukuran ........................................................................................................................... 95
E.
Teknik Manajemen dan Analisa Data ..................................................................................... 100 1.
Penyuntingan ...................................................................................................................... 100
2.
Entri data ............................................................................................................................. 100
4.
Koreksi ................................................................................................................................. 101
F.
Analisis data ............................................................................................................................ 101 1.
Univariat .............................................................................................................................. 101
2.
Bivariat ................................................................................................................................ 102
BAB V................................................................................................................................................... 103 HASIL PENELITIAN ............................................................................................................................... 103 1.
Gambaran Distribusi Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 103
2.
Gambaran Distribusi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 104
a.
Indeks Massa Tubuh (IMT) ...................................................................................................... 104
b.
Persen Lemak Tubuh ............................................................................................................... 104
3.
Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 105
a.
Asupan Karbohidrat ................................................................................................................ 105
b.
Asupan Protein ........................................................................................................................ 106
c.
Asupan Lemak ......................................................................................................................... 106
d.
Asupan Vitamin B1 .................................................................................................................. 107
e.
Asupan Zat Besi ....................................................................................................................... 107
f.
Asupan Mangan ...................................................................................................................... 108
5.
Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat108
6.
Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 109
7.
Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat ... 109
8.
Gambaran Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 110
9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 111 10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 111 a.
Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran Mahasiswa 111
b.
Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Mahasiswa .... 112
11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 113 a.
Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa ............................................ 113
b.
Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa .................................................... 113
c.
Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa ..................................................... 114
d.
Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa .............................................. 115
e.
Asupan Zat Besi ....................................................................................................................... 115
f.
Asupan Mangan ...................................................................................................................... 116
12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 117 13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat .................................................................................................................... 117 14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 118 BAB VI.................................................................................................................................................. 106
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 106 A.
Keterbatasan Penelitian .......................................................................................................... 106
B.
Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat .............................................. 106
C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat...................................................................................................................................... 108 1.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran .......................................................................... 108
2.
Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran ............................................................................... 111 a.
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran ................................................. 111
b.
Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran ........................................................................... 113
3.
Asupan Zat Gizi........................................................................................................................ 116 a.
Asupan Karbohidrat ............................................................................................................ 116
b.
Asupan Protein .................................................................................................................... 118
c.
Asupan Lemak ..................................................................................................................... 120
4.
Status Merokok ....................................................................................................................... 125
5.
Kapasitas Vital Paru................................................................................................................. 127
6.
Aktivitas Fisik ........................................................................................................................... 129
BAB VII................................................................................................................................................. 128 SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................................... 128 A.
SIMPULAN ............................................................................................................................... 128
B.
SARAN ..................................................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. vi
v DAFTAR TABEL Tabel 2.1 ............................................................................................................................................... 24 Tabel 2.2 ............................................................................................................................................... 25 Tabel 2.3 ............................................................................................................................................... 29 Tabel 2.4 ............................................................................................................................................... 36 Tabel 2.5 ............................................................................................................................................... 48 Tabel 2.6 ............................................................................................................................................... 60 Tabel 3.1 ............................................................................................................................................... 64 Tabel 4.1 ............................................................................................................................................... 92 Tabel 5.1 ............................................................................................................................................. 103 Tabel 5.2 ............................................................................................................................................. 104 Tabel 5.3 ............................................................................................................................................. 104 Tabel 5.4 ............................................................................................................................................. 105 Tabel 5.5 ............................................................................................................................................. 106 Tabel 5.6 ............................................................................................................................................. 106 Tabel 5.7 ............................................................................................................................................. 107 Tabel 5.8 ............................................................................................................................................. 107 Tabel 5.9 ............................................................................................................................................. 108 Tabel 5.10 ........................................................................................................................................... 109 Tabel 5.11 ........................................................................................................................................... 110 Tabel 5.12 ........................................................................................................................................... 111 Tabel 5.13 ........................................................................................................................................... 111 Tabel 5.14 ........................................................................................................................................... 112 Tabel 5.15 ........................................................................................................................................... 113 Tabel 5.16 ........................................................................................................................................... 113 Tabel 5.17 ........................................................................................................................................... 114 Tabel 5.18 ........................................................................................................................................... 115 Tabel 5.19 ........................................................................................................................................... 115 Tabel 5.20 ........................................................................................................................................... 116 Tabel 5.21 ........................................................................................................................................... 117 Tabel 5.22 ........................................................................................................................................... 117 Tabel 5.23 ........................................................................................................................................... 118
DAFTAR BAGAN Bagan 3.1.............................................................................................................................................. 61 Bagan 5.1............................................................................................................................................ 108 Bagan 5 2............................................................................................................................................ 109
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan penting akan kesejahteraan masyarakat dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Beberapa teori menyebutkan bahwa kebugaran merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan individu dan merupakan bentuk pencegahan penyakit degeneratif di masa depan. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011),kebugaran merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kebugaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan tubuh yang digunakan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kapasitas tubuh secara fisiologis tanpa mengalami kelelahan yang berarti sehingga terhindar dari penyakit akibat kurang gerak.Kebugaran juga berkaitan dengan keseimbangan antara supan zat gizi dengan energi yang dikeluarkan salah satunya melalui aktivitas fisik. Kebugaran memiliki dua komponen utama, yaitu komponen yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan komponen yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness),seperti: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan kecepatan waktu reaksi(Irfan, 2011). Penelitian ini berfokus pada komponen kebugaran untuk kesehatan
(health
related
fitness)
berdasarkan
daya
tahan
jantung-paru
(cardiorespiratory) yang diukur menggunakan metode 20m shuttle run test dan kemudian diperoleh nilai volume oksigen maksimal (VO2maks) nya. Sehingga dapat digaris bawahi bahwa kebugaran berkontribusi dalam menentukan derajat kesehatan seseorang.
1
2
Kesehatan dan kebugaran khususnya pada anak dan remaja mempengaruhi kebugaran pada masa dewasa(Kemper dkk., 2001). Berdasarkan Amsterdam Growth and Health Longitudinal Study (AGAHLS) melalui studicohortnya pada subjek berjumlah 400 anak laki-laki dan perempuan (usia rata-rata 13 tahun) yang diikuti selama 20 tahun diketahui bahwa kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa anakanak akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa (Kemper dkk., 2001). Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang penyakit degeneratif lebih besar (Carnethon dkk., 2005). Berbagai unsur kebugaran saling berhubungan erat, diantaranya daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelenturan dan komposisi tubuh.Penelitian cohort yang dilakukan olehCarnethon (2005), diperoleh hasil bahwa salah satu komponen kebugaran yaitu ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan kebugaran yang merupakan komponen kesehatan esensial dan sebagai prasyarat untuk suatu organisme berinteraksi secara optimal dalam berbagai stimulus di lingkungan sekitar(Carnethon dkk., 2005). Pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada kebugaran. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran fisik yang menjadi masalah hampir diseluruh kalangan.Kebugaran pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
3
merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh seseorang dan bersifat menetap, seperti : genetik, umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah faktor dari luar tubuh seseorang, diantaranya: gizi, merokok danistirahat. Selain itu, aktivitas fisik juga diketahui sebagai faktor lain yang cukup mempengaruhi kebugaran(Afriwardi, 2011).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pibris (2010) mengenai tren kebugaran sejak tahun 1996 hingga 2008 dengan subjek penelitian mahasiswa Andrew University berjumlah 5101 orang diperoleh bahwa terjadi perubahan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh secara fluktuatif dan kaitannya dengan kebugaran mahasiswa yang diukur dengan VO2maks. Terjadinya peningkatan IMT dan persen lemak tubuh menurunkan kebugaran mahasiswa tersebut. Survei kebugaran lainnya yang dilakukan Carnethon (2005) pada 16.000 responden di Amerika Serikat yang terdiri dari 7.500 usia remaja (12-19 tahun) dan 8.500 dewasa (20-49 tahun) diketahui bahwa 33,6% populasi remaja dan 13,9% populasi dewasa memiliki tingkat kebugaran yang rendah. Di Indonesia,hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 diperoleh bahwa rentang usia 15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri dari mahasiswa (18-22 tahun) sebesar 52% hasil tes kebugarannya masuk dalam kategori kurang. , kebugaran perempuan sebesar 54,5% kurang. Penduduk perkotaan dengan kebugaran kurang sebesar 57,6% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sementara, proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%. Proporsi penduduk
Indonesia
dengan
perilaku
sedentary
≥6
jam
per
harisebesar
24,1%(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b). Sementara, penelitian yang dilakukan (Diana dkk., 2009) diketahui bahwa sebesar 15,9% dari 937 pekerja laki-laki usia 18-56 tahun memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Dalam
4
penelitiannya dinyatakan bahwa subjek dengan aktivitas fisik sedang berisiko memiliki tingkat kebugaran rendah 4kali lebih tinggi dibanding subjek dengan aktivitas tinggi. Sementara, subjek dengan aktivitas fisik rendah berisiko tidak bugar 10,7 kali lebih tinggi. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa sebesar 88,7% responden berstatus tidak bugar dengan faktor mempengaruhinya, yaitu jenis kelamin, asupan energi, aktivitas olahraga dan zat besi(Nurwidyastuti, 2012). Peneliti memilih mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil yang dipaparkan dalam penelitian Muizzah (2013), yaitu sebesar 61,7% mahasiswi yang masuk kedalam kategori tidak bugar dengan rata-rata tingkat kebugaran cardiorespiratory sebesar 112,45-119,39kali/menit (Muizzah, 2013). Hasil tersebut diperkuat dengan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap mahasiswaFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle run.Kemudian dihitung volume oksigen maksimalnya berdasarkan pencapaian level dan balikan pada lintasan tes. Diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat memiliki nilai kebugaran yang paling rendah dibandingkan mahasiswa Program Studi lainnya di FKIK. Nilai rata-rata VO2maks (kebugaran) mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sebesar 23,82 ml/kg/menit. Selanjutnya, diikuti dengan
Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
dengan
rata-rata
VO2maks
23,85ml/kg/menit, Program Studi Pendidikan Dokter 24,32 ml/kg/menit dan Program Studi Farmasi dengan nilai rata-rata VO2maks sebesar 25,45 ml/kg/menit. Sementara, pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sendiri diketahui bahwa sebesar 66,7% mahasiswa tidak bugar ditunjukkan dari rata-rata tingkat kebugaran berdasarkan estimasi nilai VO2maks 23,34ml/kg/menit pada perempuan dan 32,3ml/kg/menit pada laki-laki. Sementara, 33,3% mahasiswa lainnya
5
bugar dengan rata-rata tingkat kebugaran sedang berdasarkan estimasi nilai VO2maks 41,8ml/kg/menit. Idealnya intensitas latihan menghasilkan nilai VO2maks 33,841,25ml/kg/menit. Sehingga, hasil studi pendahuluan diketahui bahwa tingkat kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat rendah dengan rata-rata kebugaran perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Mahasiswa sebagai bagian dari penerus bangsa harus mempersiapkan diri untuk membangun bangsa. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang sehat dan bugar sangat diperlukan karena kondisi tersebut merupakan salah satu faktor pencegahan yang tepat dari penyakit degeneratif di masa depan. Rendahnya kebugaran mahasiswa yang akan berdampak negatif di masa depannya membuat peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Rumusan Masalah Kebugaran merupakan salah satu indikator kesehatan seseorang. Kebugaran menjadi perhatian mengingat dampak yang ditimbulkan akibat dari kebugaran yang rendah di masa remaja berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa dan berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun.Sayangnya, perhatian mahasiswa akan hal ini masih kurang akibat dari pergeseran pola hidup dan perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2013 ditemukanbahwa mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta usia 19-22 tahun yang tidak bugar melebihi rata-rata angka kebugaran Nasional. Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan
6
terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat memiliki nilai VO2maks paling rendah diantara Program Studi lainnya di FKIK. Pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat itu sendiri diperoleh hasil bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kebugaran yang rendah setelah mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle run test.Tingginya prevalensi tidak bugar pada mahasiswi program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah menjadi landasan peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan
kebugaranpada
mahasiswa
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
C. Pertanyaan Penelitian 1
Bagaimana gambaran kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
2
Bagaimana gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
3
Bagaimana gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
4
Bagaimana gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
5
Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
7
6
Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015?
7
Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015?
8
Apakah ada hubungan antara status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh) dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
9
Apakah ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
10 Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 11 Apakah ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 12 Apakah ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 13 Apakah ada hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 14 Apakah ada hubungan antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
8
15 Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 16 Apakah ada hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 17 Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015? 18 Faktor apa yang paling berpengaruh terhadapkebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya
kebugaran
pada
mahasiswa
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. b. Diketahuinya gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuhpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
9
c. Diketahuinya gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. d. Diketahuinya gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. e. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. f. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. g. Diketahuinya hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. h. Diketahuinya hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. i. Diketahuinya hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. j. Diketahuinya hubungan antara asupan lemak dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. k. Diketahuinya hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
10
l. Diketahuinya hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. m. Diketahuinya hubungan antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. n. Diketahuinya hubungan antara status merokok dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. o. Diketahuinya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. p. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. q. Diketahuinya faktor yang paling berpengaruh terhadap kebugaran pada mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah 2015.
11
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meliputi manfaat bagi pihak Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagi peneliti. 1. Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat a. Pihak Prodi mengetahui kebugaran serta hubungan faktor yang mempengaruhi kebugaran mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat untuk segera melakukan upaya preventif terhadap masalah tersebut. b. Terlaksananya salah satu upaya untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi. c. Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
2. Manfaat bagi Peneliti a. Sebagai media untuk mengaplikasikan Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah dipelajari. b. Menambah
wawasan
peneliti
terkait
kebugaran
dan
faktor
yang
mempengaruhinya. c. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan faktor yang mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
12
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat. Penelitian dimulaisejakJanuari hingga Juni 2015 dengan subjek mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Jakarta yang masih berstatus aktif pada periode 2014/2015 dan berusia 19-22 tahunberjumlah 60orang.Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalahdesain Cross Sectional
dengan
pendekatan
kuantitatif.Instrumen
yang
digunakan
adalah
kuesioner,alat ukur tinggi dan berat badan, BIA 2 pod, PAR-Q test, IPAQ, form record dan recall 24 jam dan alat bantu untuk tes kebugaran 20m shuttle run. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional sampling dan analisa data dengan uji non parametrik Mann Whitney dan Chi Square antara variabel independen, yaitustatus gizi berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh,asupan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan), status merokok, kapasitas vital paru dan aktivitas fisik dengan variabel dependen yaitu kebugaran.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran Menurut Hoeger (2014) kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang biasa dan tidak biasa dilakukannya sehari-hari secara aman tanpa ada kelelahan dan masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas lainnya. Pendapat lain menyatakan kebugaran merupakan suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Hermanto, 2012). Sementara, menurut Sarwono (2000) kebugaran sebagai hasil daya tahan aerobik bergantung pada variabel fisiologis, seperti peran pengangkutan dan penggunaan oksigen dari udara ke otot-otot aktif dalam metabolisme aerobik daripada bergantung pada variabel-variabel yang didasarkan pada ukuran anthropometric. Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi dan alat gerak tubuh sesuai dengan batas-batas fisiologis yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta efisiensi kerja fisik, sehingga masih dapat melakukan kegiatan lain yang bersifat rekreatif (Muhibbut Thibri dkk., 2014). Kebugaran merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sehingga, kebugaran dapat didefinisikan sebagai kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dapat terhindar dari penyakit akibat kurang gerak (hypokinetic) serta menyeimbangkan anatara asupan zat gizi dengan energi yang dikeluarkan.
14
1. Jenis Kebugaran a. Aerobik Suatu sistem yang diproduksi energi dan bergantung pada ketersediaan oksigen disebut metabolisme aerobik (BoyledanLong, 2010). Olahraga aerobik yang mengutamakan daya tahan pada kerja otot optimal dari organorgan tubuh seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen. Dengan tersedianya oksigen maka proses pembakaran sumber energi dapat berjalan sempurna. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama. Cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok ini adalah renang jarak menengah dan jauh, dayung, lari jarak jauh, balap sepeda jarang menengah dan jauh (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). b. Anaerobik Suatu sistem yang diproduksi energi namun tidak bergantung pada ketersediaan oksigen disebut metabolisme aerobik (BoyledanLong, 2010). Olahraga anaerobik adalah olahraga yang mengutamakan kekuatan otot dengan tenaga ledakan tinggi dan berlangsung dalam waktu singkat serta tidak dapat dilakukan secara terus menerus. Proses ini membutuhkan interval istirahat untuk dapat meregenerasi sumber energi. Aktivitas yang dominan dalam olahraga ini adalah gerakan-gerakan yang membutuhkan kecepatan, kekuatan dan power (aktivitas anaerobik). Energiyang digunakan oleh tubuh diperoleh melalui hidrolisisi phophokreatine (PCr) serta melalui proses glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobic ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).
15
Proses metabolisme energi secara anaerobik akan menghasilkan produk asam laktat yang apabila terakumulasi akan menghambat kontraksi otot dan menimbulkan rasa nyeri (Murray, 2009). Hal ini yang menjadi alasan olahraga anaerobik tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama. 2. Komponen Kebugaran Komponen kebugaran/kebugaran terdiri atas dua aspek diantaranya: a) komponen yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan b) komponen yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan kecepatan waktu reaksi. Sedangkan,
komponen
kebugaran
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
dibutuhkan dan harus dicapai oleh semua orang tanpa terkecuali. Komponen “health related fitness” terdiri dari daya tahan jantung-paru (cardiorespiratory), kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (Irfan, 2011). Berikut adalah komponen kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan adalah: a. Ketahanan Cardiospiratory Ketahanan cardiorespiratory adalah kemampuan jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk memasok oksigen ke sel-sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang berkepanjangan (sebagai latihan aerobik) (HoegerdanHoeger, 2011a). Menurut Neiman (2001), daya tahan adalah suatu keadaan yang menekankan pada kapasitas kerja tubuh secara terus-menerus, khususnya daya tahan pada kardiovaskuler dan otot yang memiliki kontribusi besar dalam kebugaran seseorang. Adapun pendapat lain menyatakan bahwa ketahanancardiorespiratory adalah kemampuan sistem sirkulasi dan respirasi
16
paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Kemampuan pengambilan oksigen selama aktifitas fisik menggambarkan kemampuan metabolisme yang dimiliki setiap individu. Salah satu cara pengukuran ketahanan kardioresporatori adalah dengan mengukur VO2maks atau jumlah oksigen yang maksimal terambil. Beberapa cara pengukuran ketahan lainnya yang dapat dilakukan, yaitu: mengendarai ergometer sepeda (ergocycle),berlari pada ergometer (treadmill), berjalan, jogging, lari atau jalan cepat selama 12 menit (Nieman, 2001). Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik membutuhkan lebih banyak energi dan oksigen dari tubuh. Oleh sebab itu, beberapa organ penting seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah harus mengantarkan oksigen dalam jumlah yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan sel-sel didalam tubuhnya. Sehingga, orang yang memiliki daya tahan cardiorespiratory rendah, harus bekerja lebih keras untuk
memenuhi
kebutuhan
akan
oksigen,
darah
dan
lainnya
(HoegerdanHoeger, 2011b). American College Sport and Medicine (ACSM) telah merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik tingkat moderat atau sedang dengan frekuensi 3-5 hari selama 20-30 menit dalam satu kali aktivitas fisik (Nieman, 2011). b. Kekuatan Otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot dalam menghasilkan tenaga. Kekuatan otot dapat digambarkan berupa kontraksi maksimal yang akan dihasilkan oleh otot dalam melakukan suatu aktivitas. Pada awalnya akan otot melakukan kontraksi tanpa disertai pemendekkan (isometric) hingga hasil dari kontraksi tersebut mencapai titik ketegangan yang seimbang. Setelah itu, otot
17
akan berkontraksi yang disertai dengan pemendekkan (isotonic) (Nieman, 2001). Kekuatan otot yang diatur selama beraktivitas adalah kekuatan maksimal isometric yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis tubuh manusia. Faktor
yang
mempengaruhinya
adalah
usia
dan
jenis
kelamin
(HoegerdanHoeger, 2011a) c. Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan ukuran capaian gerak pada sendi atau kelompok sendi tanpa menyebabkan cedera. Kelenturan adalah standar maksimal untuk bergerak yang dapat dilakukan oleh persendian. Kelenturan berkaitan dengan persendian, otot, tendon dan ligamen yang berada disekeliling persendian (Nieman, 2007). Beberapa faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi fleksibilitas, antara lain: usia, jenis kelamin, komponen sendi dan latihan atau kebiasaan olahraga (HoegerdanHoeger, 2011a). d. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh adalah jumlah massa tubuh tanpa lemak dan jaringan adiposa (massa lemak) pada tubuh manusia. Komposisi tubuh terdiri atas 2 komponen utama, yaitu : komposisi lemak tubuh (fat mass) dan komposisi massa tubuh tanpa lemak (fat-free mass). Lemak tubuh pada kasus ini termasuk semua lipida baik yang berasal dari jaringan lemak maupun jaringan lainnya. Komposisi massa tubuh tanpa lemak terdiri dari seluruh bahan kimia dan jaringan sisa komposisi lemak tubuh, termasuk didalamnya terdapat air, otot, tulang, jaringan ikat dan organ dalam.Persen lemak tubuh adalah presentasi total berat badan yang mampu mempresentasikan total lemak dan biasa digunakan sebagai evaluasi komposisi tubuh seseorang (Nieman,
18
2001).Persentase lemak tubuh yang dianjurkan untuk laki-laki sekitar 15% dan 23% untuk perempuan dari total bobot tubuh (Wilkins, 2007). Metode untuk memprediksi total komposisi tubuh, khususnya persen lemak tubuh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara langsung dan tidak langsung. Metode perhitungan persen lemak tubuh secara langsung memberikan ketepatan yang paling baik dibandingkan dengan metode perhitungan
tidak
langsung.
Namun,
metode
langsung
tidak
dapat
diaplikasikan pada subyek yang masih hidup. Beberapa metode perhitungan persen lemak tubuh secara tidak langsung yang umum digunakan dan memiliki validitas dan reliabilitas tinggi, yaitu metode underwater weighing, rongenologi, USG, CT scan, BIA (Bioelectrical Impedance Analyses) dan metode anthropometricdengan teknik skinfold. Metode yang banyak digunakan untuk mengukur lemak tubuh adalah Skinfold dan underwater weighingyang merupakan bentuk aplikasi dari hukum Archimedes. Dibandingkan dengan pengukuran berat badan biasa, tes under water weighing mampu memberikan estimasi komposisi tubuh yang lebih baik. Namun, kelemahan metode under water weighing adalah memerlukan ketrampilan khusus baik cara pemeriksaan nya maupun cara penilaian hasilnya sehingga tidak semua orang dapat menggunakannya. Selain itu, kelemahan lain yang muncul dari sisi alat adalah tingginya biaya pengadaan alat. Sementara, metode skinfold memiliki keunggulan dari sisi kemudahan dalam pengadaan alat dan mampu mempresentasikan lemak didalam tubuh(Nieman, 2001). Namun, sama halnya dengan metode under water weighing, skinfold juga memiliki kelemahan diantaranya: membutuhkan waktu yang lama karena setiap responden diukur pada beberapa titik yang juga bergantung pada
19
sensitivitas responden terhadap sentuhan. Selain itu, pada pelaksanaannya dibutuhkan keterampilan khusus pada saat pengukuran.Sehingga, pada penelitian ini, alat yang peneliti pilih dalam mengukur persen lemak tubuh yang lebih praktis dengan tingkat keakuratan yang tinggi adalah BIA (Bioelectrical Impedance Analyses). 3. Pengukuran Kebugaran Pengukuran terhadap komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan melalui pengukuran volume oksigen maksimal (VO2maks). VO2maks adalah jumlah oksigen maksimal dalam tubuh manusia yang berguna untuk beraktivitas sehari-hari dalam satuan ml/kg/menit (HoegerdanHoeger, 2011a). Menurut Nieman (2011), VO2maks merupakan kapasitas oksigen maksimal dalam tubuh yang diambil, didistribusikan dan digunakan tubuh selama beraktivitas. Nilai VO2maks dipengaruhi oleh tiga fungsi tubuh yaitu 1) fungsi sistem pernafasan, untuk menentukan jumlah oksigen yang ditransportasikan melalui darah dan diserap oleh paru-paru. 2) fungsi sistem muskolaskeletal yang bertugas mengubah karbohidrat dan lemak menjadi Adenosine Triphosphate (ATP) sebagai energi untuk melakukan kontraksi otot dan produksi panas. 3) fungsi dari sistem kardiovaskular yang berperan dalam memompa dan mendistribusikan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh(HoegerdanHoeger, 2014). Pengukuran kebugaran bertujuan untuk memantau kebugaran seseorang yang dianjurkan dilakukan selama 3 - 6 bulan sekali. Dalam penelitian ini, pengukuran kebugaran tidak langsung yang digunakan sebagai indikator nilai kebugaran responden, yakni menggunakan metode 20m shuttle run test. Literatur
20
menyebutkan bahwa pengukuran kebugaran dibagi atas dua jenis yaitu kebugaran langsung dan tidak langsung, seperti berikut : a. Tes Kebugaran Langsung Pengukuran VO2Maks terbagi atas dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran VO2maks secara langsung dengan menggunakan alat seperti treadmill dan ergometer seperti berikut : 1) Tes Treadmill Treadmill test adalah tes kebugaran dengan menggunakan alat khusus yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2maks) untuk menggambarkan derajat kebugaran (Puskesjasrek, 2000).Tes treadmill merupakan tes maksimal yang paling sering digunakan. Hasil tes ini berupa nilai kebugaran dalam MET-s atau dalam ml O2/kg BB/menit. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat treadmill dan stopwatch yang dilakukan selama 4 menit. Kecepatan alat treadmill yang dianjurkan pada rentang 2 sampai 4.5 mphdan kemudian dihitung menggunakan rumus (Ashok, 2008)seperti pada persamaan (2.1) berikut: VO2 Maks =1,51 + (21.8 x kecepatan) – (0.327 x denyut jantung) – (0.263 x kecepatan x umur) + (0.00504 x denyut jantung x umur) + 5.98n x jenis kelamin)
Keterangan: 0
= jenis kelamin perempuan
1
= jenis kelamin laki-laki
(2.1)
21
2) Tes Ergometer Sepeda Tes kebugaran ini hampir sama dengan treadmill, yang membedakan hanya alat yang digunakan yaitu cycle ergometer. Ergocycle Test yaitu tes mengayuh sepeda argometer yang dipergunakan untuk menilai tingkat kebugaran berdasarkan kemampuan aerobik seseorang pelaksanaan tes ini dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu pembebanan sub maksimal dan pembebanan maksimal. Pengukuran denyut nadi dilakukan selama 4 menit dan setiap menit diberikan beban tambahan jika denyut nadi per menit telah memenuhi batas yang ditentukan (HoegerdanHoeger, 2014). Tes ini merupakan tes submaksimal, yang sering dilakukan adalah tes ergometer sepeda Astrand dan Fox. Hasil tes adalah nilai kebugaran dalam ml O2/kg BB/menit. Penelitian Hapsari (2007),terhadap remaja Persatuan Sepak Bola Pasuruan menunjukkan bahwa latihan yang terprogram dan terukur dapat memberikan
peningkatan
kapasitas
VO2maks
antara
10%-20%
menjelaskan bahwa kebugaran khususnya kapasitas aerobik dapat ditingkatkan melalui latihan aerobik dengan memperhatikan faktor seperti intensitas latihan, frekuensi latihan dan lama latihan dalam training zone. Penelitian lain menyebutkan bahwa VO2maks yang tidak berjalan kaki secara umum dari 60 siswa yang tidak berjalan kaki mempunyai klasifikasi VO2maks sangat kurang dengan persentase 57,8%, 37,8% kurang, dan 4,4% lainnya sedang dan yang berjalan kaki secara umum dari 60 siswa yang berjalan kaki mempunyai klasifikasi VO2maks sedang dengan persentase 51,1%, dan 24,4% kurang. Sedangkan 17,8% termasuk kurang sekali dan 6,7% lainnya termasuk dalam kategori baik. Rata-rata
22
kapasitas vital paru siswa yang berjalan kaki dan yang tidak berjalan kaki dapat dikatakan sama atau tidak berbeda secara signifikan (Alfian, 2012) b. Tes Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran tes VO2maks secara tidak langsung terbagi atas dua jenis tes naik turun tangga dan tes lapangan. Tes naik turun tangga telah berkembang, diantaranya : 1) YMCA 3 minutes step test adalah tes kebugaran yang dilakukan dengan menggunakan kurs setinggi 12 cm dengan pengaturan metronome 96 bpm. 2) Queen’s College step test adalah jenis tes kebugaran yang dengan cara naik turun kursi sebanyak 24 kali dalam satu menit untuk laki-laki dan 22 kali dalam satu menit untuk perempuan yang dilakukan selama tiga menit, 3) Canadian home fitness test merupakan tes kebugaran dengan metode naik turun tangga setinggi 20.3 cm dan4) Chester step test dengan menggunakan tinggi kursi yang bervariasi antara 15-30 cm yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan usia responden (Ashok, 2008). 1) Tes Balke Tes Balke adalah tes kebugaran yang dilakukan dengansubjek berjalan cepat atau berlari selama 15 menit dengan jarak tempuh 1 atau 1.5 mil. Salah satu prosedur dari tes Balke ini subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di dalam lintasan (Budiman, 2014). Kebugaran subjek dapat dihitung dengan persamaan (2.2), berikut:
VO2 Maks ml O2/kg BB/menit = 0.172 (( a : 15 ) – 133 ) + 33.3))
(2.2) Keterangan: a = Jarak yang ditempuh selama lari 15 menit dalam meter.
23
Tes lari 15 menit Balke merupakan tes maksimal yang dilakukan di lapangan.Tes ini merupakan tes lapangan yang baik dan sering digunakan untuk tes kebugaran atlet bersama dengan tes lari 12 menit dari tes Cooper(HoegerdanHoeger, 2011a). 2) Tes Cooper Tes kebugaran sama hampir sama dengan tes Balke, yang berbeda hanya lama waktu dari tes yang harus dijalani oleh subjek, yakni : tes kebugaran Cooper diukur dengan berlariatau berjalan selama 12 menit dengan jarak 2,4 Km (dalam menit), dan 4,82 Km untuk berjalan cepat (HoegerdanHoeger, 2011a). 3) Shuttle Run Test 20 m Shuttle Run Test 20 m adalah tes kebugaran lapangan yang menggunakan estimasi VO2maks dengan cara berlari sepanjang 20meter (sesuai dengan garis start dan finish yang sudah ditentukan) bolak balik dan mengikuti tanda yang telat ditentukan dengan peningkatan level kecepatan di setiap titik (tanda beep) tertentu. Kecepatan lari tahap awal pada umumnya yaitu sebesar 8,0km/jam sampai 85 km/jam dan akan terus meningkat sebanyak 0,5km/jam disetiap menitnya. Tanda beep terdiri atas dua jenis, single beep menunjukkan tanda berakhirnya waktu di setiap lap. Bunyi triple beep menunjukkan bahwa subjek harus meningkatkan kecepatan larinya. Subjek dinyatakan gagal apabila tertinggal sebanyak dua kali berturut-turut tanda beep atau kelelahan (Ashok, 2008).
24
Pada penelitian ini, tes kebugaran yang digunakan adalah 20m shuttle run test. Terdapat beberapa persamaan yang dibuat oleh para peneliti untuk estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run test. Estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run test dengan melihat tabel berikut : Tabel 2.1 Estimasi Nilai VO2maks berdasarkan level 20 m shuttle run test Level VO2maks (ml/kg/menit) Level VO2maks (ml/kg/menit) 17.20 11 50.50 1 20.00 12 54.10 2 23.05 13 57.46 3 26.26 14 60.92 4 29.85 15 64.40 5 33.25 16 67.80 6 36.75 17 71.15 7 40.20 18 74.58 8 43.60 19 78.10 9 47.10 20 81.55 10 Sumber : (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005) Persamaan (2.3) yang memprediksi nilai VO2maks(Matsuzaka dkk., 2004), yaitu: VO2maks = 61,1 – 2,2 (G) – 0,462 (A) – 0,862 (BMI) +0,192 (TL)B. (2.3)
Keterangan : VO2maks
= Asupan oksigen maksimum (ml/kg/menit)
G
= Jenis kelamin (0 untuk laki-laki ; 1 untuk perempuan)
A
= Usia (tahun)
BMI
= Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)
TL
= Total lap Menurut (Puskesjasrek, 2000)kategori VO2maks (ml/kg/min)
terbagi atas lima kategori, seperti yang tercantum pada tabel berikut:
25
Kategori
Tabel 2.2 Kategori VO2maks VO2maks (ml/Kg/min) <30 31-39 40-49 <25.0 <25.0 <25.0
Sangat kurang 25.0 – 33.7 Kurang 33.8 – 42.5 Sedang 42,6 – 51.5 Baik 51.6 + Baik sekali Sumber : (Puskesjasrek, 2000)
25.0 – 30.1 30.2 – 39.1 39.2 – 48.0 47.1 +
25.0-26.4 26.5 – 35.4 35.5 – 45.0 45.1 +
Metode metode 20m shuttle run test dipilih sebagai metode tes kebugaran pada penelitian ini karena mudah, dapat melakukan tes dalam satu waktu (7-8 peserta tes), hasil cepat diperoleh serta dapat dilakukan didalam dan diluar ruangan.
B. Mahasiswa Menurut Sarwono (2000) mahasiswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status sosial karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan kaum intelektual atau cendekiawan yang dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan predikat (Tonni Limbong, 2013). Mahasiswa Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki karakteristik yang beragam terkait dengan aktivitas fisiknya. Mahasiswa FKIK sangat memanfaatkan fasilitas yang disediakan salah satunya adalah lift. Setiap hari mahasiswa berdiri didepan lift untuk menunggu antrian lift yang hanya berkapasitas 1000kg. Mahasiswa lebih nyaman dengan posisi menunggu lift dibandingkan menaiki tangga yang kosong untuk sampai ke kelas yang dituju. Hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang berakibat pada rendahnya tingkat
26
aktivitas fisik mahasiswa dan berdampak pada rendahnya tingkat kebugaran mereka. Fenomena tersebut juga diperparah dengan jadwal kuliah mahasiswa yang padat membentuk mereka untuk nyaman dalam perilaku sedentarinya.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran 1. Jenis Kelamin Menurut Kementerian Kesehatan (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi untuk mencapai kebugaran individu yang sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tingkat kebugaran pada wanita cenderung lebih rendah dibandingkan pria, hal ini terkait dengan perbedaan kadar hemoglobin, komposisi tubuh dan tingkat aktifitas fisik (Hermanto, 2012). Teori Worthington (2000), menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2013) pada laki-laki dan perempuan usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran nilai (p=0,003). Sehingga, dapat dikatakan bahwa penelitian ini ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani antara responden pria dan wanita usia produktif (Nugraheni, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gray (2003) pada anak-anak di Portugis dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test diperoleh hasil bahwa anak laki-laki lebih bugar dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini berkaitan dengan jumlah kadar hemoglobin dalam darah pada anaklaki-laki jauh
27
lebih banyak dibandingkan anak perempuan.Hal tersebut juga terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Saqurin (2013) dengan subjek mahasiswa yang mengikuti UKM Taekwondo di Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kadar VO2maks (kebugaran) pada perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 36%. Namun sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh (Prabowo, 2014). Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi latihan dengan jenis kelamin terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013 (Saqurin, 2013). Namun, hasil yang berbeda akan ditemukan apabila responden bukan berada pada usia produktif seperti penelitian yang dilakukan pada peserta klub jantung sehat. Hasil penelitian Hermani dan Mansyur (2013) menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara nilai prediksi VO2maks dengan jenis kelamin. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsi kardiovaskuler antara laki-laki dan perempuan, yakni terkait efek protektif estrogen yang dapat menurunkan risiko premenopause untuk terkena penyakit kardiovaskuler. Namun khusus untuk perempuan yang telah memasuki masa menopause, efek tersebut hilang dan perbedaan terkait jenis kelamin juga hilang. Sehingga, tidak ditemukannya perbedaan yang bermakna pada penelitian ini karena efek protektif progesterone responden penelitian sudah hilang akibat dari menopause (HarmanidanMansyur, 2013). Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada wanita adalah dengan melakukan senam. Pelatihan senam 3x/minggu selama 10 minggu terbukti membantu meningkatkan kebugaran fisik wanita berdasarkan uji efektifitas perlakuan dengan paired sample t-test dan uji statistik Anova (Analysis of Variance) diperoleh nilai p < 0,05. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari penyakit akibat kurang gerak (Bawiling dkk., 2014).
28
2. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi lebih (Almatsier, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran adalah gizi. Gizi merupakan suatu proses yang dilakukan makhluk hidup mulai dari pencernaan didalam rongga mulut hingga sekresi. Gizi berkontribusi dalam aspek kebugaran yakni: ketahanan dan kekuatan tubuh yang berkaitan dengan status gizi, meliputi : pemenuhan gizi makanan dengan kemampuan melaksanakan tugas sehari-hari. Sehingga dalam pelaksanaannya, tubuh membutuhkan asupan gizi yang sesuai berdasarkan fungsi dari zat gizi dalam makanan (sebagai sumber energi, bahan pembangun dan bahan pengatur). Oleh sebab itu, untuk mencapai kebugaran diperlukan gizi karena gizi mampu meningkatkan kebugaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2012) menunjukkan bahwa Status gizi dan motivasi belajar secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap kebugaran mahasiswa Program Studi Pendidikan Olahraga Kesehatan Universitas Jambi sebesar 45,83% (Ali, 2012). Parameter status gizi pada penelitian ini dilihat berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh responden. a. Penilaian Status Gizi Menurut Gibson (2005), penilaian status gizi didefinisikan sebagai interpretasi dari informasi yang diperoleh dari studi diet, biokimia, antropometri dan klinis. Anthropometricmemiliki asal kata dari antrophos dan metros, antrophos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Pengukuran antropometri ada 2 tipe, yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Anthropometric
gizi
adalah
pengukuran
yang
berhubungan
dengan
29
pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang bervariasi dari berbagai tingkatan seperti umur dan kebutuhan gizi (Gibson, 2005). Kelebihan dari pengukuran antropometri, yaitu memberikan informasi tentang riwayat gizi seseorang di masa lalu, mampu mendeteksi malnutrisi tingkat sedang maupun parah yang tidak dapat diperoleh dari metode pengukuran lainnya. Selain itu, kelebihan dari pengukuran ini adalah relatif cepat, mudah dan reliable karena telah memiliki metode yang terstandardisasi serta peralatan yang terkaliberasi. Namun, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi status kekurangan (defisiensi) gizi tertentu (Gibson, 2005). Cara ukur yang biasa digunakan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, atas dan tabal lemak dibawah kulit 1) Indeks Massa Tubuh Index Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supriasa, 2002). Berikut rumus (2.4) untuk mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang : IMT =
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m2 )
Menurut Depkes (2004) Kategori IMT terbagi atas : Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Kategori IMT Klasifikasi Kurang < 18.5 Kg/m2 2 Normal 18.5 – 24.9 Kg/m Lebih ≥ 25 Kg/m2 Sumber : (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
(2.4)
30
Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal (Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan penurunan kebugaran
karena peningkatan kebutuhan
energi pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan. Pribris,dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hubungan langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO2maks dengan IMT mahasiswa (p <0,001) (Pribis dkk., 2010). Sementara, penelitian Sarwono (2000) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara IMT dan kebugaran mahasiswa (Pvalue= 0,0103). Hal tersebut disebabkan oleh kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik pada individu dengan IMT lebih, lebih besar dibanding individu yang memiliki IMT normal ataupun kurang(Sarwono, 2000). Lain halnya dengan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran (P= 0,0004)(Sari, 2014). Penelitian Anam dkk (2010) sejalan dengan kedua penelitian
31
sebelumnya, yaitu IMT subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan IMT subjek yang aktif (p=0,011). Sehingga, menyebabkan kebugaran subjek inaktif lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang aktif (Anam dkk., 2010).Sementara, hasil penelitianlainnya menyatakan bahwa IMT sangat terkait dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01). Diketahui terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kebugaran dan IMT pada anakunderweight dan perempuan overweight dengan skor kebugaran yang tinggi (Monyeki MA dkk., 2012). Hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan terhadap pekerja Indocement di Bogor, yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan VO2maks. Hasil uji hubungan memiliki nilai koefisiensi negatif, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah nilai VO2maks nya. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan
oleh
perubahan
perilaku
seperti
meningkatkanya
pengetahuan mengenai kesehatan sehingga terjadi peningkatan dalam frekuensi atau durasi olahraga sehingga hal tersebut dapat meningkatkan nilai VO2maks (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Hasil yang samayakni tidak terdapat perbedaan bermakna antara IMT dengan kebugaran peserta club. Berdasarkan uji korelasi diketahui tidak ada hubungan signifikan antara nilai IMT dengan VO2maks kelompok tersebut. Hasil itu disebabkan karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kebugaran seseorang selain nilai IMT dan pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan kecil sehingga korelasi bivariat menghasilkan hubungan yang tidak signifikan.
32
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan berat badan sebesar 66,78% yang disertai dengan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012). a) Berat Badan Berat badan merupakan salah satu pengukuran anthropometric yang paling sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan status gizi. Pengukuran berat badan mampu menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang manusia. Hasil pengukuran berat badan banyak digunakan sebagai alat ukur laju pertumbuhan fisik yang berkaitan dengan kecukupan status gizi pada individu sehat. Lain halnya dengan individu yang memiliki kelainan dalam metabolisme ataupun memiliki riwayat penyakit lain. Gangguan tersebut tentu akan mempengaruhi berat badan individu tersebut (Gibson, 2005). Menurut Supriasa (2002)pengukuran status gizi dengan menggunakan indikator berat badan adalah pilihan utama yang didasari oleh berbagai pertimbangan, antara lain: 1) parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, 2)memberikan gambaran status gizi saat ini dan secara periodik mampu
33
menggambarkan pertumbuhan seseorang, 3) ukuran Anthropometric yang digunakan secara umum di Indonesia 4)ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur, 5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian, 6) penilaian berat badan terhadap tinggi badan sudah terbukti sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur, 7) alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal masyarakat. b) Tinggi Badan Tinggi badan mampu menggambarkan status gizi masa lalu dan masa kini,apabila umur seseorang tidak diketahui dengan tepat. Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting dalam pengukuran status gizi karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Supriasa, 2002).
2) Persen Lemak Tubuh Persen lemak tubuh merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penilaian status gizi seseorang. Metode yang dapat digunakan untuk memprediksi persen lemak tubuh adalah under water weighing dan skinfold dan Bioelectrical impedance analysis (BIA). BIA adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui persen lemak tubuh dengan memanfaatkan aliran listrik kecil (tidak dapat dirasakan). Lemak merupakan isolator listrik yang baik sehingga tingginya persen lemak tubuh seseorang dapat dilihat dari
34
lambatya aliran listrik sampai dari satu kutub ke kutub lain. Saat ini telah berkembang alat pengukuran persen lemak tubuh yang portable dan telah ter komputerisasi, sehingga hasil dapat segera terlihat pada monitor langsung setelah pengukuran dilakukan (Nieman, 2011). Metode ini adalah yang paling populer digunakan karena selain faktor ketersediaan, BIA juga mudah digunakan untuk masyarakat umum.Seperti metode pengukuran pada umumnya, metode BIA memiliki kelemahan yaitu sangat sensitif terhadap status hidrasi seseorang dan latihan fisik yang dapat menyebabkan dehidrasi. Sehingga pemeriksaan harus melibatkan populasi dengan status hidrasi sama. Pada penelitian ini, pengukuran persen lemak tubuh dilakukan sebelum tes kebugaran berlangsung. Pribris, dkk (2010) menggunakan persen lemak tubuh sebagai salah satu indikator yang dikaitkan dengan kebugaran mahasiswa Andrew University. Hasil studi cohort yang dilakukan sejak tahun 1996-2008 pada 5101 mahasiswa
di
Andrew
University
menunjukkan
bahwa
terdapat
kecenderungan linier yang signifikan antara persen lemak tubuh dan tahun baikpada laki-lakimaupun pada perempuan serta terdapathubungan tidak langsung yang signifikan antara VO2maks dengan persen lemak tubuh mahasiswa dengan nilai (r = -0,489; p< 0,001) untuk laki-laki dan (r = -0,416 , p<0,001) untuk perempuan. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata peningkatan persen lemak tubuh mahasiswa dalam 13 tahun terakhir, yaitu sebesar 0,513% pertahun pada laki-laki dan 0,654% pertahun pada perempuan (Pribis dkk., 2010).
35
Hasil berbeda diperoleh dari penelitian Macmurray dan Ondrak (2008) yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian lainnya juga menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006). Pada penelitian Hermanto (2012) diketahuibahwa sebagian besar wanita vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun, IMT dan persentase lemak tubuh dalam kategori normal (65,1%) dan baik (62,8%). Sehingga, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran jasmani dengan nilai r = -0,243 dan p = 0,117. Pola makan menghindari bahan makanan hewani diduga menjadi penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian besar berada dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih banyak mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan akumulasi lemak tubuh yang sedikit. Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan persen lemak tubuh sebesar 86,42% dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).
36
3. Asupan Gizi Asupan gizi adalah salah satu faktor penentu kebugaran. Asupan gizi yang baik akan menghasilkan energi yang cukup, karena energi dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas. Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan aktivitas, pertumbuhan dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012). Energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat di dalam makanan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2010). Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Institute Of Medicine, 2005). Kebutuhan energi seseorang merupakan konsumsi energi yang berasa dari makanan sumber penghasil energi berdasarkan ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai untuk memelihara kesehatan jangka panjang. Angka kecukupan energi adalah banyaknya asupan makanan dari seseorang yang seimbang dengan pengeluarannya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh, tingkat kegiatan jasmani dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fisiologis tubuh dalam waktu lama (Hardinsyah dkk., 2012). Tabel 2.4 Angka Kecukupan Gizi Mahasiswa 2013 Laki-Laki Perempuan Zat Gizi (19-29 (19-29 tahun) tahun) 2550 1800 Energi (Kkal) 60 50 Protein (gr) 600 500 Vitamin A (RE) 5 5 Vitamin D (µg) 15 15 Vitamin E (mg) 65 55 Vitamin K (µg)
37
Zat Gizi
Laki-Laki (19-29 tahun) 1.2 1.3 1.6 400 1.3 2.4
Perempuan (19-29 tahun) 1.0 1.1 14 400 1.3 2.4
90 800 600 290
90 800 600 250
13 150 13 30 2.3 3
26 150 9.3 30 1.8 2.5
Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Asam Folat (µg) Piridoksin (mg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (µg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium ((µg) Zinc (mg) Selenium (µg) Mangan (mg) Flour (mg) Sumber : (AKG, 2013) a. Pengukuran Asupan Gizi
Asupan energi banyak dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro yang menjadi sumber energi utama dalam tubuh. Keberadaan zat makro memiliki peranan penting dalam menjaga kebugaran, seperti berikut ini : 1) Karbohidrat Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen yang tersimpan didalam otot dan hati serta dapat diubah dengan cepat ketika tubuh membutuhkan energi (Wilkins, 2007). Kebutuhan karbohidrat harian laki-laki usia 19-29 tahun adalah sebesar 375g dan 292g untuk perempuan (AKG, 2013). Untuk memelihara kesehatan, konsumsi karbohidrat yang dianjurkan dalam sehari sekitar 50%-65% dari konsumsi energi total yang berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal dari karbohidrat sederhana (Almatsier, 2010).
38
Karbohidrat kompleks merupakan zat gizi yang terikat dengan zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat. Karbohidrat kompleks ini akan lebih lama diserap dan dicerna sehingga didalam tubuh akan bertahan lebih lama, pemecahannya berupa glukosa (Fatmah, 2011). Proses pemecahan karbohidrat dimulai di dalam mulut. Saat makanan dicerna/dikunyah didalam rongga mulut, kelenjar saliva (khususnya kelenjar parotis) mensekresi enzim ptialin yang bertugas untuk menghidrolisis pati menjadi disakarida (maltosa dan isomaltosa). Makanan yang tertinggal didalam mulut dalam waktu singkat (sekitar 3%-5% dari semua pati yang dimakan) dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa pada waktu makanan tersebut menuju tahap pencernaan selanjutnya. Kerja ptialin berlangsung selama 15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam lambung dan dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin dihambat oleh asam dari sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak aktif sebagai enzim bila pH < 4,0. Sebelum makanan bercampur sempurna dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%-40% pati telah diubah menjadi
maltosa
dan
isomaltosa.
Asam
getah
lambung
dapat
menghidrolisis pati dan disakarida (Guyton, 1997). Hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah berupa monosakarida. Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml) dalam waktu 90-180 menit(Elizabeth J.Corwin, 2009). Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makanan. Indeks glikemik (IG) dengan rentang nilai 0-100 dapat mengukur efek asupan makanan pada kadar glukosa darah. Makin
39
rendah IG dalam makanan, maka kenaikan glukosa darah semakin kecil sehingga lambat menghasilkan energi. Sebaliknya, makin tinggi nilai IG, makin cepat melepaskan energi yang ditandai dari meningkatnya kadar gula darah (Fatmah, 2011). Hal ini tentu akan mempengaruhi tubuh saat beraktivitas. Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi sumber energi utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh mensuplai glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot (BoyledanLong, 2010). Jika energi yang terbentuk hanya digunakan sebagian untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan dalam bentuk glikogen di hati (70g), otot (20g) dan jaringan lemak cadangan. Semakin lama durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau olahraga, semakin besar tubuh membutuhkan suplai glukosa.Seseorang yang melakukan aktivitas fisik antara 2-4 jam pada tingkat ringan sampai berat setelahnya dapat menurunkan cadangan karbohidrat serta glikogen dalam tubuh (Fatmah, 2011). Sehingga, kegiatan seperti berlari akan lebih cepat menguras cadangan glikogen dibandingkan dengan jogging atau jalan cepat yang menuntut tubuh menggunakan glikogen secara konservatif. Ketika seseorang mulai berolahraga, tubuh menggunakan sekitar seperlima dari total cadangan glukosa dalam 20menit pertama. Jika aktivitas berlanjut dan melebihi 20menit, maka penggunaan glikogen melambat. Hal tersebut bertujuan untuk menghemat pasokan glikogen yang tersisa. Sehingga, tubuh mulai lebih mengandalkan cadangan lemak untuk bahan bakar (BoyledanLong, 2010). Berdasarkan penelitian yang
40
dilakukan oleh Sugiarsi (2012) menyatakan bahwa terdapat 28,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini dapat terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari anabolisme dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh, memastikan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan fungsi senyawa penting lainnya(Sugiarsi, 2012). Fungsi lain dari karbohidrat diantaranya sebagai penghemat protein selama proses produksi energi, membantu dalam pembakaran lemak, sumber energi, membantu fungsi usus, membantu serta proses absorpsi kalsium (Wilkins, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 64 karyawan Indocement di Bogor diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupankarbohidrat dengan kebugaran (p >0,05). Hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang lebih mempengaruhi nilai VO2maks subjek seperti faktor genetika serta konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). 2) Protein Protein merupakan cadangan energi bagi tubuh apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk menghasilkan energi pada saat melakukan latihan intensif (Fatmah, 2011). Protein tersusun atas komponen - komponen kompleks, besar, setiap sel kehidupan.Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di lambung dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Pepsin biasanya mengawali proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease, pepton dan polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses
41
hidrolisis yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino. Saat protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa, pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15% asam amino. Setelah masuk ke usus halus, hasil pemecahan parsial dibantu oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase pankreas untuk melakukan hidrolisis terhadap hasil pemecahan parsial protein menjadi asam amino. Asam amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati melalui sistem peredaran darah portamenuju otot(Elizabeth J.Corwin, 2009). Otot sebagian besar dibentuk oleh protein, sehingga wajar apabila seorang atlet membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya. Kebutuhan protein untuk ketahanan dalam melakukan latihan intensif adalah 5-15% dari total energi. Protein banyak dibutuhkan pada awal program latihan (Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010). Kenaikan awal massa otot, jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen dan jumlah enzim aerobik pada otot untuk menggunakan bahan bakar secara efisien dapat meningkatkan kebutuhan protein seorang atlet. Selain itu, perubahan hormonal selama latihan sementara dapat memperlambat jumlah protein otot dan dapat mendorong otot untuk memecah cadangan proteinnya. Jumlah protein yang digunakan seorang atlet sebagai
bahan bakar
tergantung pada intensitas latihan dan durasi, tingkat kebugaran atlet dan simpanan glikogen dalam otot atlet. Ketika simpanan glikogen terisi
42
dengan baik, protein hanya menyumbang 5% dari kebutuhan bahan bakar untuk energi (BoyledanLong, 2010). Pemecahan protein otot mendominasi selama latihan berat dan pertumbuhan otot meningkat setelah latihan. Pelatihan yang konsisten akan meningkatkan penumpukan protein otot setelah latihan. Untuk mengatasinya,
otot
menggunakan
cadangan
asam
amino
untuk
memperbaiki dan membangun serta membersihkan penumpukan protein otot tersebut. The American Dietetic Association merekomendasikan bahwa protein untuk dewasa adalah 0,8g/kg/hari, sedangkan untuk ketahanan seorang atlet konsumsi protein yang direkomendasikan sebesar 1,2 -1,6 g/kg/hari. Sementara atlet dengan latihan yang sangat berat, maka asupan protein yang disarankan sebesar 1,6–1,7g/kg/hari(BoyledanLong, 2010).Namun, dianjurkan konsumsi protein tidak melebihi 2kg/kgBB/hari karena kelebihan protein akan menyebabkan specific dynamic action (SDA) yang tinggi dan akan merugikan metabolisme serta memperberat kerja ginjal apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang lama (Fatmah, 2011). Perlu diketahui, bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan hanya menerimanya. Sebaliknya, mereka menanggapi hormon yang mengatur mereka dan tuntutan membebankan mereka (Williams, 2002). Dengan demikian, cara untuk membuat sel-sel otot tumbuh adalah untuk membuat otot bekerja. Mereka akan merespon dengan mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat tumbuh.Hal
tersebut
dibuktikan
dengan
sebuah
penelitian
yang
menyatakan bahwa terdapat 3.3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup (Sugiarsi, 2012).
43
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia, AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dan kebugaran (daya tahan kardiovaskuler) dengan pola hubungan negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden tersebut akan semakin rendah (Bernard Gutin dkk., 2002). Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein
yang
tidak
cukup
(Sugiarsi,
2012).
Uji
Mann-Whitney
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja Indocement di Bogor (p>0,05) (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461. Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul (pvalue = 0,378) (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014). 3) Lemak Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan intensitas latihan sedang dalam waktu yang lama. Didalam pemecahannya, lemak menghasilkan 9kkal dan nilai anjuran konsumsi lemak dalam sehari sebesar 20-25% dari total kebutuhan energi. Jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan asam lemak esensial dan membantu penyerapan
44
vitamin larut lemak. Sekitar 3-7% berasal dari lemak tidak jenuh dan10% diantaranya berasal dari lemak jenuh serta kolesterol (Fatmah, 2011). Konsumsi kolesterol dibatasi yaitu tidak lebih dari 300mg per hari. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penumpukan kolesterol di beberapa organ tubuh yang tentunya akan membahayakan kesehatan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010). Seseorang dapat menyimpan 25-30pon lemak tubuh tetapi pada karbohidrat hanya tersimpan sekitar 1 pon. Bila mengonsumsi lemak kurang dari kebutuhan kalori total tidak akan memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran fisik. Demikian pula dengan mengonsumsi lemak lebih dari 35% dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya untuk kesehatan. HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) adalah jenis lemak yang berkombinasi dengan protein yang disebut lipoprotein. Apabila mengandung banyak sedikit lemak dan banyak protein disebut HDL dan bila banyak mengandung lemak dan kurang protein disebut LDL (Murray, 2009). Olahraga aerobik secara teratur dapat meningkatkan kadar HDL. Kolesterol dibutuhkan olah tubuh untuk membangun membran sel, sintesis vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon lain serta membangun garam empedu (Murray, 2009). Penggunaan glikogen dan lemak tubuh sebagai sumber energi selama beraktivitas seperti alur berikut : 1) Hati dapat mengkonversi keterbatasan cadangan glikogen dalam membantu memenuhi kebutuhan energi untuk otot, 2) Tubuh juga dapat membantu memenuhi kebutuhan energi dari kerja otot dengan trigliserida menjadi asam lemak, 3) Sistem peredaran darah membawa bahan bakar (glukosa dan asam lemak) ke otot, 4) Otot
45
dapat mengkonversi cadangan glikogen menjadi glukosa untuk digunakan sebagai energi. Selain itu, Trigliserida otot juga bisa dikonversi menjadi asam lemak dan digunakan untuk energi, 5) Otot-otot yang bekerja dapat mengambil glukosa dan asam lemak yang beredar di tubuh dari dalam darah dan metabolisme mereka sebagai energi. Otot dilatih untuk mampu menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga ketika latihan dapat menggunakan lebih lemak untuk energi daripada glukosa (BoyledanLong, 2010). Hal tersebut dapat menghemat pasokan glikogen untuk jangka waktu yang lama. Lemak tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk beraktivitas minimal selama 20 menit pertama dan tidak digunakan sebagai bahan bakar utama sampai setelah 2 jam. Semakin moderat intensitas latihannya seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama durasinya, maka semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar. Sedangkan, Semakin tinggi intensitas kegiatannya (berlari, rintangan, dayung) maka semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20 menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15% dari kebutuhan total, namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama (> 2 jam), maka penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85% (BoyledanLong, 2010). Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh tubuh akan terbakar, khususnya pada orang dengan jumlah simpanan lemak dalam jumlah besar. Itulah sebabnya sehat secara fisik akan membuat orang terlihat langsing karena simpanan lemak di seluruh tubuh berkurang.
46
Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena tidak dapat menghasilkan VO2maks lebih dari 60%. Konsumsi tinggi lemak (>30% total kalori) diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Kameswara (2015) bahwa terdapat perbedaaan nilai VO2maks dan jarak tempuh lari atlet pada pemberian susu rendah lemak (p<0,05). Pemberian susu rendah lemak dapat meningkatkan nilai VO2 maks dan jarak tempuh lari yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian minuman lainnya (Iqbal Kameswara P.S., 2015).
4) Air Air merupakan zat yang dibutuhkan tubuhdalam kehidupan sehari-hari, walaupun tidak mengandung kalori. Kebutuhan tubuh akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau hilang dari tubuh. Jumlah pemasukan dan pengeluaran air dari tubuh untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh disebut dengan water turnover(Fatmah, 2011). Pemberian cairan (air) sebelum, beristirahat dan sesudah olahraga bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Salah satu fungsi air pada darah yaitu mengangkat panas
47
yang dihasilkan oleh kerja otot (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Tubuh akan memanas akibat pelepasan energi selama beraktivitas termasuk kehilangan air melalui keringat. Kuantitas keringat yang dihasilkan bergantung pada intensitas dan durasi aktivitas atau latihan. Hal tersebut biasa terjadi pada atlet. Semakin intens latihan, semakin tinggi panas yang dihasilkan dan semakin banyak keringat yang dikeluarkan (Fatmah, 2011). Jika tidak segera mengganti air yang hilang, volume plasma dalam tubuh akan berkurang dan tubuh akan menarik air dari otot-otot dan organ. Ketika air ditarik dari otot, maka terjadi kram yang bersamaan dengan prematur kelelahan dan penurunan kinerja serta penurunan kadar plasma darah (BoyledanLong, 2010). Kadar plasma darah yang rendah (volume darah lebih rendah) akan memaksa hati untuk berdetak lebih cepat untuk memasok oksigen yang cukup ke otot (BoyledanLong, 2010). Sehingga, akibat dari kurangnya plasma yang beredar untuk mengangkut panas pada kulit, maka panas menumpuk dan suhu tubuh internal akan terus meningkat. Semua perubahan ini memaksa tubuh untuk bekerja pada intensitas yang lebih tinggi. Defisit cairan sebanyak 1% dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat berolahraga
terbukti mengurangi toleransi tubuh
terhadap kebugaran. Sedangkan, kehilangan air sebesar 2%-10% dari berat badan selama mengikuti olahraga dapat mengurangi kapasitas kerja otot sebesar 20-30%. Sehingga, konsumsi air yang dianjurkan untuk atlit yaitu 150 – 250 ml pada suhu 10ºc antara 30-60 menit sebelum olahraga dan 1015 menit ketika beristirahat. (Fatmah, 2011, Williams, 2002).
48
5) Vitamin & Mineral Aktivitas fisik mampu meningkatkan kegiatan metabolisme zat gizi yang diikuti oleh meningginnya kebutuhan zat-zat gizi oleh tubuh termasuk vitamin. Vitamin adalah penghubung dan regulator yang memproduksi energi. Mineral merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil dan hanya 4% keberadaaannya didalam tubuh. Mineral membantu dalam reaksi fungsional tubuh, seperti memelihara keteraturan metabolisme (Fatmah, 2011). Adapun fungsi vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya: Tabel 2.5 Fungsi Vitamin dan Mineral Vitamin atau mineral Fungsi Thiamin, riboflavin, Energy- Melepaskan energi releasing reactions pantothenic acid, niacin, magnesium Membangun protein otot Vitamin B6, zinc Membangun sel darah merah untuk Folate, vitamin B12, copper membawa oksigen Mensistesis lemak dan glikogen Biotin Pembentukan kolagen untuk integritas Vitamin C jaringan sendi dan lainnya serta kemampuan antioksidan dapat mengurangi kerusakan jaringan oksidatif Melindungi membran sel dari kerusakan Vitamin E oksidatif Transpor oksigen didalam darah ke otot Iron Calcium, vitamin D, vitamin A, Membangun struktur tulang, kontraksi otot dan transmisi saraf phosphorus Pemeliharaan keseimbangan cairan ; Sodium, potassium, chloride transmisi impuls saraf untuk kontraksi otot Asistensi insulin Chromium Kontraksi jantung dan otot-otot lainnya Magnesium Sumber : (Fatmah, 2011, BoyledanLong, 2010)
49
Menurut Gibson (2005) metode untuk pengukuran asupan gizi terbagi atas empat level. Pada penelitian ini, metode yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi responden yaitu asupan harian individu level empat (asupan zat gizi individu untuk mengetahui hubungannya dengan kebugaran mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat). Pada level ini metode yang dapat digunakan bervariasi yaitu Food Record, Food recall 24 jam, Semi Quantitative Food Frequency Questioner dan Dietary History(Gibson, 2005). Namun, metode yang digunakan peneliti adalah record dan recall 3 x 24 jam yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang didapatkan dari Record dan Recall 3 x 24 jam dapat dikonversikan menjadi energi dan nurient intake dengan menjumlah konsumsi makanan individu sesuai dengan jumlah yang dikonsumsinya yang akan dimasukan kedalam softwareyaitu Nutrysurvey 2007 (versi Indonesia). Kelebihan yang didapatkan dari metode recall 24 jamdiantaranya: 1) mudah, murahdan cepat dalam pelaksanaannyasehinggadapat mencakup banyak responden, 3) dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, 4) memberikan gambaran nyata konsumsi individu sehingga dapat terlihat hasil perhitungan intake zat gizi sehari(Supariasa, 2002).Sementara kekurangan dari metode Recall 24 jam adalah 1) tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari apabila recall hanya dilakukan satu kali, 2) bergantung pada ketepatan daya ingat responden, 3)The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (overestimate) dan responden yang gemuk, cenderung melaporkan konsumsinya lebih sedikit (underestimate).
50
a) Vitamin B1 Thiamin merupakan vitamin yang larut dalam air,sehingga mudah rusak akibat proses pengolahan. Data rekaman diet menyatakan bahwa cara pengolahan makanan sangat berpengaruh pada nilai biologis vitamin B1 dalam tubuhdihitung berdasarkan komposisi bahan makanan mentah tiap 100 gram bahan(Institute Of Medicine, 2005). Vitamin B1 atau thiamin tersedia di dalam tubuh karena diserap usus dari makanan, kemudian diangkut bersama darah ke jaringan tubuh. Thiamin sebagai cadangan dalam jumlah terbatas yang disimpan di dalam hati, buah pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi alat-alat tubuh dalam waktu yang singkat. Thiamin pirofosfat berperan sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat untuk mengubah energi. Koenzim tersebut berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbondioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air. Fungsi thiamin yaitu (1) metabolisma karbohidrat; (2) mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh; dan (3) mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus(Irawan, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi,
maka
kebutuhan
thiamin
juga
akan
meningkat.
Rekomendasi asupan thiami untuk orang dewasa sekitar 0,23 mg – 0,65 mg per 1000 kalori setiap harinya(Institute Of Medicine, 2005). Thiamin banyak terkandung dalam padi-padian (umumnya pada bagian lembaga dan bagian luar endospermanya), kacang hijau dan daging.
51
b) Zat Besi Zat Besi (Fe) adalah merupakan mikromineral yang paling banyak dalam tubuh manusia. Orang dewasa mengandung Fe dalam tubuhnya antara 2,5 – 4g dimana 2,0 – 2,5g dalam sirkulasi yakni dalam sel darah merah sebagai komponen hemoglobin (Hb) dan 25% merupakan cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan haemosiderin terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang (Hartati dkk., 2012). Zat besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis (pembentukan darah) yaitu dari sintesa hemoglobin (Hb). Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa dari fe diantaranya senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin) (Almatsier, 2010).
c) Mangan Mangan berkaitan dengan sejumlah enzim dalam beberapa proses metabolisme, termasuk piruvat dan karboksilase asetil-CoA dan dehidrogenase isositrat dalam siklus Krebs dan mitokondria, bentuk mitokondria, dismutase superoksida yang membantu melindungi membran mitokondria, arginase, enzim terminal dalam produksi urea, enzim sitosol lain yang terlibat dalam lintasan pentosa-fosfat-shunt, glikolisis (glukokinase) metabolisme serin (tranferase hidroksimetil) (Linder, 2006).
52
Jumlah mangan yang besar terdapat dalam tulang, hati, ginjal, pankreas dan pituitaria, tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan produk susu. Mn juga banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran. Mn ber fungsi dalam metabolisme intermedier dengan mengaktifkan beberapa enzime.Mangan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai faktor penting untuk pengaktifan
glikosiltransferase
yang
berperan
sebagai
sintesis
oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk aktifitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi dan dapat dihambat oleh besi. Adanya etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan disana segera mengadakan keseimbangan dengan Mn2+(Hall dan Guyton, 2008).
4. Umur Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Umur mempunyai peran dalam kebugaran seseorang. Menurut WHO (2005), penggolongan umur dikategorikan menjadi 4, yaitu anak-anak (<10 tahun), remaja (10-24 tahun), dewasa (25-59 tahun) dan lanjut usia (>60 tahun) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
53
Berdasarkan uji korelasi bivariate penelitian (HarmanidanMansyur, 2013) diperoleh hubungan negatif lemah dan bermakna antara usia dan nilai prediksi VO2maks yang berkaitan dengan kebugaran anggota klub jantung sehat. Hasil tersebut berarti semakin tua seseorang makin rendah nilai prediksi VO2maksnya. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya usia responden, maka fungsi kardiovaskuler nya semakin menurun.Berbeda dengan Harmanida, penelitian (Prabowo, 2014) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rentang umur terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013. Pada umumnya, semakin tua seseorang, akan terjadi penurunan kebugaran yang disertai dengan penuruan status kesehatan. Gejala tersebut ditandai dengan kurangnya elastisitas jaringan ikat, pengurangan kepadatan kapiler di banyak jaringan, aktivitas mitosis sel menjadi lebih lambat dan sel-sel permanen hilang. Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di jantung, antara lain (Prabowo, 2014): 1) penurunan curah jantung istirahat dan maksimum, 2) penurunan nadi maksimum, 3) peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot jantung, 4) peningkatan kekakuan otot jantung saat fase diastole, 5) penurunan jumlah sel otot fungsional dan 6) akumulasi pigmen dalam sel otot jantung.
5. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu pembinaan manusia yang dilakukan seumur hidup, tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas (Kristian, 2014). Menurut Kemendibud RI (2014), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik
54
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan baik spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan
serta
keterampilan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014). Pendidikan di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, seperti pendidikan jasmani. Penelitian yang dilakukan oleh Jose´(2008) pada 1709 wanita usia 18-88tahun di Spanyol menunjukkan bahwa tingkat kebugaran seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya, yaitu orang dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tingkat kebugaran lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan rendah. Hasil uji statistik menunjukkan nilai variabel kebugaran dalam kelompok wanita tingkat pendidikan rendah dengan Pvalue=0,001. Hal tersebut disebabkan karena orang dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan waktu kosong untuk melakukan kegiatan latihan fisik (Jose´ M. Saavedraa dkk., 2008). Berbeda dengan penelitian Harmani (2013), hasil penelitian Jose´ M. Saavedraa (2008) diperoleh rerata prediksi VO2maks pada lulusan sarjana adalah 20,24 ml/kg/menit, yang lebih tinggi dibandingkan lulusan SMA dengan nilai rerata 20,19ml/kg/menit. Namun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Sehingga, tidak terdapat perbedaan bermakna antara responden yang sarjana dan lulusan SMA. Hal tersebut disebabkan populasi responden memiliki beban kerja yang relatif sama, sehingga fungsi kardiovaskulernya pun relatif sama. Keadaan lingkungan yang peduli terhadap kesehatan dibuktikan dengan
55
aktifnya Klub Senam Jantung Sehat dan membawa dampak positif terhadap tingkat kesehatan responden tanpa melihat perbedaan riwayat pendidikannya. Penelitian Harmani dan Mansyur (2008) sejalan dengan penelitian Anita (2004) tentang hubungan variabilitas denyut jantung dengan fungsi kognitif. Hasil penelitian Anita (2004) menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara fungsi kognitif dengan variabilitas denyut jantung serta VO2maks. Walaupun kedua kelompok responden telah mendapatkan edukasi tentang kebugaran sehingga mereka memiliki pengetahuan yang sama yaitu tingkat kebugaran.
6. Status Merokok Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4% pada asap tembakau mengandung karbonmonoksida (CO). Afinitas (daya ikat CO pada hemoglobin) sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan oksigen sehingga CO didalam darah menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Terhambatnya pengangkutan oksigen akan mengurangi suplai oksigen dari darah menuju jaringan dan sel tubuh. selain karbonmonoksida, zat aditif lain yang terdapat didalam rokok dan merugikan tubuh adalah nikotin. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi laju peredaran darah. Hal tersebut dapat mengganggu bahkan menurunkan tingkat kebugaran jasmani seseorang akibat dari rusaknya metabolisme oksigen didalam darah (Aula, 2010). Sebuah fakta menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak dengan angka 61,4 juta perokok aktif sekitar 25% dari jumlah penduduk Indonesiaberdasarkan penelitian Global
56
Adult Tobacco Survey (GATS), (GATS, 2011:1). Hasil penelitian Hapsari (2014) diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata atau signifikan pada kebugaran siswa putra kelas IX di SMP N 1 Tlogowungu Pati antara siswa perokok dan bukan perokok. Hasil Uji T-test independent diperoleh nilai p (0,004) < α (0,05). Berdasarkan hasil tes penilaian kebugaran menunjukkan bahwa perbedaan pada penilaian kebugaran, antara siswa perokok dan bukan perokok yang termasuk dalam kategori bagus kebugaran nya 21,7% pada siswa perokok dan 65,2% pada siswa bukan perokok, dan terdapat 17,4% siswa perokok memiliki kebugaran yang kurang (Hapsari, 2014).Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eli Erawati (2014) pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan ketahanan kardiorespirasi (kebugaran) dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi negatif. Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan seharihari, seperti berjalan menaiki tangga (Bustan, 2013). Daya tahan perokok 7,2 % lebih kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi istirahat berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi dapat berfungsi dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup
57
sehat seperti olahraga teratur, berhenti merokok secara perlahan dan kontrol berat badan (Eli Erawati dkk., 2014).
7. Kapasitas Vital Paru Kapasitas vital paru adalah kemampuan maksimal paru-paru untuk menghisap atau menghembuskan udara dari luar kedalam tubuh atau sebaliknya (Ad’dien, 2011). Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan dan pengeluaran napas paling kuat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Kapasitas paru adalah volume gas maksimal yang dapat dihembuskan keluar setelah dihirup maksimal biasanya 4-5 liter. Adapun faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah 1) posisi selama pengukuran kapasitas vital, 2) kekuatan otot pernapasan dan 3) compliance paru-paru (Murray, 2009). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kapasitas vital paru erat kaitannya dengan kualitas paru-paru dalam bernapas. Bernapas adalah proses pertukaran gas antara atmosfir dengan alveoli paru. Udara mengalir diantara atmosfir dan paru karena alasan yang sama dengan aliran darah di seluruh tubuh, yaitu adanya perbedaan tekanan. Tekanan suatu gas di dalam tempat tertutup berbanding terbalik dengan volumenya. Bila ukuran tempat diperbesar, tekanan udara di dalamnya turun dan sebaliknya.Inilah hukum Boyle, di dalamnya apabila terjadi peningkatan volume akan diikuti dengan penurunan tekanan. Pada saat inspirasi (menarik nafas) volume paru-paru meningkat, sedangkan tekanan intrapleura mengalami penurunan begitu juga sebaliknya pada waktu ekspirasi jumlah volume udara (Alfian, 2012).
58
Kapasitas paru atau volume udara dalam paru dapat diukur secara langsung dengan spirometer dan tidak langsung dengan difusi gas. Pada waktu pernapasan normal, volume udara yang memasuki paru ketika inspirasi dan meningkatkan paru pada waktu ekshalasi (Volume Tidal / VT). Jumlah seluruh udara inhalasi yang diukur dalam satu menit adalah volume inspirasi semenit (VI) dan jumlah seluruh udara ekhalasi yang diukur dalam satu menit disebut (VE). Volume udara maksimal yang dapat diinhalasi dari akhir adalah volume cadangan inspirasi (IRV) jumlah volume tidal dan volume cadangan inspirasi menghasilkan kapasitas inspirasi (IC) didapat dari volume inhalasi maksimal yang berasal dari akhir volume tidal ekspirasi dalam keadaan istirahat (HerrydanEram.T.P, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Magutah (2013) pada mahasiswa Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari uji pearson diperoleh adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO2 maks, dengan tingkat korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi terhadap VO2 maks (Rahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013).Sementara, hasil penelitian Alfian (2012)diperolehrata-rata kapasitas vital paru siswa yang tidak berjalan kaki 2515,56ml dan siswa berjalan kaki 2542,22 ml. Hasil penelitian Ad’dien (2011) diketahui nilai P<0,05 yang berarti ada perbedaan kapasitas vital paru. Maka ada perbedaan pengaruh yang signifikan pada kelompok permainan bola kasti dan benteng terhadap kapasitas vital paru murid SD Negeri Se-Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Serta Hasil analisis uji beda kelompok permainan bola kasti
59
terhadap kapasitas vital paru dengan nilai t hitung= 6,594 (P<0,05) pada kelompok yang sama. Rumus prediksi(2.6)menghitung kapasitas vital paru, yaitu : a. Untuk laki-laki: VC = 0,052T – 0,022U – 3,00 b. Untuk perempuan: VC = 0,041T – 0,018U – 2,69
(2.6)
Keterangan: U = Umur T = Tinggi badan
8. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan/perubahan tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi expenditure untuk peningkatan kebugaran dan kesehatan latihan kebugaran adalah salah satu dari aktivitas fisik yang membutuhkan rencana, struktur dan pengulangan gerak tubuh untuk memelihara satu atau lebih komponen dari kebugaran seseorang (HoegerdanHoeger, 2011a). Aktivitas fisik yang sesuai dengan kriteria antara lain baik, benar dan kondisi jasmani seseorang dan terukur dinilai dapat mencegah terjadinya penyakit tidak menular serta mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan durasi aktivitas fisik. Estimasi energi yang dikeluarkan dari berbagai aktivitas fisik dapat dihitung berdasarkan kategorinya seperti yang terlihat pada tabel berikut:
60
Tabel 2.6 Kategori Tingkatan Aktivitas Fisik Koefisiensi Tingkatan Kategori Aktifitas Fisik Aktivitas Fisik Pria Wanita >1.0 – <1.4 1.00 1.00 Sedentary ≥ 1.4 – < 1.6 1.11 1.12 Low Active ≥ 1.6 – < 1.9 1.24 1.27 Active ≥ 1.9 – < 2.5 1.48 1.45 Very Active Sumber : (Williams, 2002) Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5) peningkatan metabolisme tubuh, 6) meningkatkan kemampuan otot dan 7) mencegah obesitas (Astrand, 1992). Pada penelitian ini, responden harus mengisi PAR-Q (Physical Activity Readiness Questionnaire)test untuk memastikan apakah responden diijinkan untuk melakukan tes kebugaran. PAR-Q adalah instrumen yang berisikan sembilan pertanyaan meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, rasa pusing dan nyeri saat beraktivitas serta poin lainnya yang berhubungan dengan kesehatan (Society, 2011). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi responden dalam keadaan sehat dan dapat mengikuti rangkaian penelitian hingga akhir. Sementara, penilaian aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). IPAQ adalah salah satu jenis kuesioner yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang. Kuesioner ini berisikan pertanyaan tentang jenis aktivitas durasi dan frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu misalnya dalam
61
7 hari terakhir (IPAQ, 2005). Berbagai aktivitas fisik tersebut dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat. Pengukuran aktivitas fisik
bisa
dilakukan
dengan
mengukur
banyaknya
energi
yang
dikeluarkan/dibutuhkan pada setiap menit kegiatan (WHO, 2005). Kelebihan metode pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan metode IPAQ adalah memiliki ketelitian yang tinggi, mudah digunakan khususnya pada orang dewasa, perhitungannya berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan/dibutuhkan tubuh dari setiap bobot kegiatan fisik oleh tubuh/hari (HarikeduadanTando, 2012). Sebagai standar adalah banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh dalam keadaan istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs. METs merupakan kelipatan dari resting metabolik rate (RMR) dimana 1 METs adalah energi yang dikeluarkan per menit/kg BB orang dewasa (1 METs = 1,2 kkal/menit aktivitas fisik dinyatakan dalam skor yaitu METs-min sebagai jumlah kegiatan setiap menit). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik berdasarkan rumus (2.5), seperti berikut (WHO, 2005): METs-min/minggu = Aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi hari/minggu)
(2.5)
Kategori aktivitas fisik menurut IPAQ (IPAQ, 2005): 1) Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang-berat <10 menit/hari atau <600METs-min/minggu 2) Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori : a.
≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari
b. ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari
62
c. ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedang, aktivitas berat minimal>600 METs-min/minggu 3) Aktivitas berat (2 kategori) a. Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs-min/minggu b. .≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total METs >3000 METs-min/minggu. Hasil penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada atlet sebuah sepak bola juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley (2013) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat. Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan kardiorespiratori.Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Güvenç (2011) pada remaja turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup pada masa anak-anak dan remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebugaran fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran pada usia muda, usia dewasa dan lansia nantinya (Alpay Güvenç dkk., 2011). Berdasarkan hasil review juga diperoleh bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran seseorang. semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka kondisi tubuhnya akan menjadi bugar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2014), yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (P=0,0001).Hasil penelitian lain yang dilakukan Sugiarsih (2012) dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara kecukupan gizi besi, frekuensi olahraga terhadap kebugaran (Sugiarsi, 2012).
63
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran mahasiswa melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3 kali/minggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa frekuensi olahraga 1-3 kali/minggu (aktivitas fisik) memiliki hubungan positif dengan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa (PutradanAmalia, 2014). Hasil ini juga didukung oleh penelitian Kay L Cox (2004) bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukannya (Kay L Cox dkk., 2004).
D. Kerangka Teori Berdasarkan teori yang telah peneliti jelaskan diatas, faktor - faktor yang mempengaruhi kebugaran diantaranya IMT dan persen lemak tubuh (Pribis dkk., 2010). Faktor risiko lain yang mempengaruhi kebugaran adalah aktivitas fisik dan kapasitas vital paru (HoegerdanHoeger, 2014) serta merokok (Aula, 2010). Asupan zat gizi seperti karbohidrat (Fatmah, 2011, Wilkins, 2007), protein, lemak, air serta vitamin dan mineral ikut serta dalam mempengaruhi kebugaran seseorang (Fatmah, 2011). Hal tersebut juga ditambahkan oleh Boyle dan Long (2010) bahwa asupan zat gizi mempengaruhi kebugaran seseorang. Faktor yang juga mempengaruhi kebugaran antara lain : usia, jenis kelamin dan pendidikan (Prabowo, 2014). Sehingga dari hasil penggabungan teori tersebut, diperoleh kerangka teori berikut ini:
64
Persen Lemak Tubuh
Indeks Massa Tubuh
Air
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin & Mineral
Jenis Kelamin
Umur
Kebugaran
Kapasitas Vital Paruparu
Status Merokok
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Pendidikan
Aktivitas Fisik
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan pada bab II, diperoleh kerangka konsep berikut ini :
Indeks Massa Tubuh Persen Lemak Tubuh Karbohidrat Protein Lemak Vitamin B1
Kebugaran
Zat Besi Mangan Status Merokok Kapasitas Vital Paru Aktivitas Fisik
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran diantaranya umur, status gizi berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh, pendidikan, asupan 61
gizi, perilaku merokok, aktivitas fisik dan kapasitas vital paru. Namun, tidak semua faktor dijadikan peneliti sebagai variabel independen. Variabel yang tidak diteliti yaitu: variabel air, umur dan pendidikan. Konsumsi air tidak diikutsertakan dalam variabel yang diteliti karena berkaitan dengan pengukuran status hidrasi seseorang yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada penelitian ini, variabel umur dan pendidikan termasuk dalam variabel yang tidak diteliti karena kriteria inklusi responden yang sudah ditetapkan yaitu mahasiswa berusia 19- 22 tahun dan berstatus mahasiswa aktif (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga variabel ini dianggap homogen. Kebugaran diperoleh melalui pengukuran volume oksigen maksimal berdasarkan rumus VO2maks untuk metode 20m shuttle run test yang dipengaruhi oleh nilai indeks massa tubuh, umur dan total lap yang berhasil di tempuh responden dalam tes. Baik buruknya kebugaran seseorang, secara langsung berhubungan dengan oleh asupan gizi.berupa makronutrien karbohidrat, protein, lemak dan air) maupun mikronutrien (vitamin dan mineral). Selain itu, indeks massa tubuh yang diperoleh dari perbandingan berat badan dan tinggi badan serta total persen lemak tubuh juga memiliki kontribusi dalam menentukan kebugaran seseorang. Dalam penelitian ini, VO2maks merupakan standar pengukuran kebugaran seseorang dimana tempo tercepat seseorang dapat menggunakan oksigen selama berolahraga akan meningkatkan pemakaian oksigen oleh tubuh. Pemakaian oksigen seseorang selama beraktivitas (aktivitas fisik) diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kapasitas vital paru dan status merokok yang mempengaruhi kebugaran. Kebugaran dalam kaitannya dengan indeks massa tubuh, merupakan sebuah cerminanan status gizi seseorang yang mengidentifikasikan jaringan adipose berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Kelebihan berat badan pada jaringan
adipose tersebut disebabkan oleh penumpukan lemak akibat dari tingginya persen lemak tubuh yang berujung pada masalah status gizi, yaitu obesitas. Status gizi yang baik dapat diperoleh dengan asupan gizi berupa makronutrien (karbohidrat, protein, lemak dan air), maupun mikronutrien (vitamin dan mineral) yang baik dan seimbang dalam kehidupannya. Aktivitas fisik juga memiliki peran dalam pengukuran kebugaran seseorang karena pada saat beraktivitas otot rangka yang melakukan aktivitas secara teratur dan terukur mampu memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap fungsi organ tubuh yang lain, serta mampu meningkatkan kapasitas vital paru. Status merokok berpengaruh dalam penilaian kebugaran seseorang karena zat yang terkandung didalam rokok, seperti tar, nikotin, karbon monoksida
dan banyak lainnya akan menghambat aktivitas hemoglobin
dalam mengangkut oksigen ke jaringan. Hal ini disebabkan karena terbentuknya oksigenasi, sehingga kemampuan hemoglobin menurun dan oksigen lambat sampai ke jaringan sehingga mempengaruhi kebugaran seseorang.
B. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Nilai volume oksigen maksimal yang diperoleh melalui pengukuran kebugaran dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test
Tabel 3.1 Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Variabel Dependen Metode 20 m Mengukur VO2maks shuttle run test (lari menggunakan rumus : bolak-balik sejauh VO2 maks = 61,1 – 20m) 2,2 (G) – 0,462 (A) – 0,862 (BMI) +0,192 (TL) Independen 1. Timbangan berat Pengukuran badan Anthropometric 2. Alat ukur tinggi badan (Microtoise)
1
Kebugaran
2
Indeks Massa Pemantauan status gizi Tubuh mahasiswa yang dihitung dari perbandingan berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (m) kuadrat
3
Persen Lemak Persen massa lemak daritotal BIA (Bioelectrical Pengukuran dengan Tubuh berat badan mahasiswa alat BIA2 pod Impedance Analysis)
4
Asupan Karbohidrat
Jumlah rata-rata konsumsi Kuesioner record Perhitungan recall 3 X karbohidrat baik dari sumber dan recall 3 X 24 24 jam makanan, minuman ataupun jam suplemen dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Tidak bugar (<25.0 Ordinal – 33.7) 2. Bugar (33,8 – 42,5)
1. Kurang, jika <18,5 Ordinal Kg/m2 2. Normal, jika 18,5 – 24,9 3. Lebih, Jika ≥ 25,0 Kg/m2 1. Kurang, Jika <15% Ordinal dan 2. Normal, Jika 15%23% 3. Lebih, Jika >23% 1. Kurang, Jika <80% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥ 80%
64
No Variabel 5 Asupan Protein
Definisi Alat Ukur Cara ukur Jumlah rata-rata konsumsi Kuesioner record Perhitungan recall 3 X protein baik dari sumber dan recall 3 X 24 24 jam makanan, minuman ataupun jam suplemen dalam 24 jam selama tiga hari selang-seling
Hasil Ukur Skala Ukur 1. Kurang, Jika <80% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥80%
6
Asupan Lemak
Jumlah rata-rata konsumsi Kuesioner record Perhitungan recall 3 X Lemak baik dari sumber dan recall 3 X 24 24 jam makanan, minuman dalam 24 jam jam selama tiga hari selangseling
1. Kurang, Jika <80% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥80%
7
Asupan Vitamin B1
Jumlah rata-rata konsumsi Kuesioner record Perhitungan recall 3 X vitamin B1 baik dari sumber dan recall 3 X 24 24 jam makanan, minuman dalam 24 jam jam selama tiga hari selangseling
1. Kurang, Jika <70% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥70%
8
Asupan Besi
Zat Jumlah rata-rata konsumsi Zat Kuesioner record Perhitungan recall 3 X Besi baik dari sumber dan recall 3 X 24 24 jam makanan, minuman dalam 24 jam jam selama tiga hari selangseling
1. Kurang, Jika <70% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥70%
9
Asupan Mangan
Jumlah rata-rata konsumsi Kuesioner record Perhitungan recall 3 X Mngan, minuman dalam 24 dan recall 3 X 24 24 jam jam selama tiga hari selang- jam seling
1. Kurang, Jika <70% Ordinal 2. Cukup, Jika asupan ≥70%
65
No Variabel 10 Status Merokok
Definisi Alat Ukur Keterangan yang diperoleh dari Kuesioner individu terkait status merokok
Cara ukur Hasil wawancara terkait status merokok atau tidak merokok
Hasil Ukur 1. Ya 2. Tidak
Skala Ukur Ordinal
11
Kapasitas Vital Paru
Kemampuan paru-paru Spirometri maksimal untuk mengeluarkan udara setelah melakukan inspirasi secara maksimal
12
Aktivitas Fisik
Nilai aktivitas selain rutinitas Kuesioner aktivitas yang dilakukan dalam fisik yang frekuensi dan durasi tertentu diadaptasi dari International Physical Activity Quetionnaire
VC laki-laki = 0.052 Jumlah volume maksimal Rasio (T) – 0.022 (U) – 3.00 paru-paru setelah melakukan inspirasi VC perempuan = maksimal dalam satuan ml 0.041(T) – 0.018 (U) – 2.69 (P) METs-min/minggu = Jumlah aktivitas fisik yang Rasio Aktifitas berjalan dilakukan dengan (METs x durasi x menggunakan rumus frekuensi METs-dalam satuan hari/minggu) + min/minggu Aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi hari/minggu) + Aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi)
66
67
C. Hipotesis 1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 2. Ada hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 3. Ada hubungan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 4. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 5. Ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 6. Ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 7. Ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 8. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
68
9. Ada hubungan antara asupan mangan dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 10. Ada hubungan antara status merokok dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 11. Ada hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. 12. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan jenis penelitian analitik melalui pendekatan kuantitatif yang menggunakandesain studi Cross Sectional karena pengambilan data dari variabel independennya, yaitu: status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi, Status Merokok, Kapasitas Vital Paru dan Aktivitas Fisik dengan variabel Kebugaran dilakukan pada saat yang bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah dalam pelaksanaannya, sederhana, murah, efisien dalam hal waktu dan hasilnya diperoleh dengan cepat serta dapat digunakan untuk meneliti banyak variabel sekaligus (Sostroasmoro, 2014). Pada desain ini juga tidak dijumpai hambatan berupa pembatasan, terutama yang berkaitan dengan subjek penelitian (Sumantri, 2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai Juni 2015 di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan salah satu aspek penting yang berpengaruh dalam terlaksananya sebuah penelitian. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Populasi Populasi penelitian adalah sejumlah sasaran atau subjek penelitianyang memiliki karakteristik tertentu (Sostroasmoro, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berstatus aktif sebagai mahasiswa periode 2014/2015 diketahui berjumlah 430orang. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan cara tertentu sehingga mampu merepresentasikan populasinya (Sostroasmoro, 2014). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini terbagi atas kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu : a. Kriteria Inklusi : 1) Mahasiswa berusia usia 19-22 tahun yang berstatus aktif sebagai mahasiswa periode 2014-2015 2) Tekanan darah Sistolik tidak > 160 mmHg dan Diastolik tidak >100 mmHg karena kondisi ini akan membahayakan responden saattes kebugaran berlangsung. b. Kriteria Eksklusi 1) Memiliki riwayat penyakit paru seperti Asma, TBC, Pneumonia, Pleura dan Bronkhitis, karena akan berakibat terhadap lemahnya daya tahan tubuh untuk melakukan 20 m Shuttle run test 2) Memiliki riwayat penyakit jantung seperti PJK, Gagal jantung, Jantung bawaan dan Kardiomiopati.
3. Besar Sampel Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis koefisien korelasi. Perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis koefisien korelasi didasarkan pada transformasi Fisher, berikut ini : ζ = 0,5𝑙𝑙𝑙𝑙 �
ζ
= Koefisien Fisher
𝑟𝑟
1 + 𝑟𝑟 � 1 − 𝑟𝑟
=Koefisien korelasi antara kapasitas vital parudengan kebugaran cardiorespiratoryaerobik mahasiswa(Magutah, 2013).
Berdasarkan rumus tersebut maka dengan r = 0,49(Magutah, 2013). Maka ζ yang didapatkan adalah 0.536 kemudian dihitung dengan rumus:
n
= Jumlah sampel
𝑛𝑛 = �
z1−∝ + z1−β 2
ζ
2
� +3
z1−∝
= 1.96 (tingkat kepercayaan 0.5%)
ζ
= Koefisien Fisher0,536 hasil perhitungan dengan r sebesar 0.49
2
z1−β
= 1.28 (kekuatan uji 90%)
Berdasarkan hasil Perhitungan sampel diatas, diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak40 responden. Dengan mempertimbangkan kriteria inklusif dan ekslusi, maka peneliti memutuskan untuk memperbesar sampel yakni 50% responden dari total sampel yaitu sebanyak 20 orang. Sehingga total sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden.
4. Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional sampling, yaitu metode penentuan sampel yang dilakukan pada populasi yang terdiri dari kategori, kelompok atau golongan yang setara dan diduga berpengaruh pada hasil penelitian (Sugiyono, 2007).Hasil pembagian sampel dari masing-masing angkatan adalah seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Pembagian Sampel Angkatan
Jumlah Responden
2011 2012 2013 2014 Total
132 / 430 x 60 = 19 102 / 430 x 60 = 14 92 / 430 x 60 = 13 104 / 430 X 60 = 14 60
Sampel setiap angkatan diambil secara random yang sesuai dengan jumlah responden yang dibutuhkan. Dari 60 orang yang terpilih berdasarkan kriteria, apabila responden yang tidak sesuai kriteria akan segera dilakukan drop out dan dilakukan pemilihan responden kembali dengan pengocokan hingga menemukan responden yang sesuai kriteria.
D. Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilakukan oleh 4 orang mahasiswa peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah memiliki keterampilan dalam pengumpulan data di bidang gizi. Pengukuran meliputi pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, dan persen lemak tubuh), pengukuran status merokok dengan wawancaraserta wawancara kuesioner (data diri, food recall 24 jam dan aktivitas fisik) responden yang telah diuji kebugaran sebelumnya. Masing-masing enumerator akan memantau
duaorang responden dalam setiap tes nya. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi :sumber data, alur pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian. 1. Sumber data a. Data Primer Data primer yang langsung diperoleh dalam penelitian adalah pengukuran status gizi dengan anthropometric (tinggi dan berat badan), persen lemak tubuh dengan menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis)2 pod, asupan gizi dengan wawancara recall 24 jam, aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ dan kapasitas vital paru dengan menggunakan spirometer. b. DataSekunder Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan jumlah Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014/2015 yang diperoleh dari bagian Program Studi. 2. Alur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membagi atas tiga tahap, yaitu pengukuran anthropometric, pengisian kuesioner (data diri dan IPAQ), hasil record dan recall3 x 24 jam, tes kapasitas vital paru dengan spirometerdan tes kebugaran dengan 20 m shuttle run test. Berikut alur pengumpulan data : a. Sebelum penelitian dimulai, responden dikumpulkan dalam suatu tempat yang kondusif untuk mengumpulkan data. b. Kemudian, responden diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner PARQ untuk mengetahui kondisi kesehatan sekaligus kesanggupan responden dalam mengikuti tes kebugaran. Apabila responden tidak memenuhi kriteria yang sudah ditentukan, maka akan dilakukan drop out terhadap responden
tersebut dan peneliti segera mencari responden lain yang sesuai kriteria dalam jumlah yang sama. c. Bagian pertama adalah tahap pengisian data diri dan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter, wawancara terkait status merokok responden.
Kemudian,
berlanjut
pada
pengukuran
pengukuran
anthropometric (Berat badan dan tinggi badan) dan persen lemak tubuh dengan menggunakan alat yaitu BIA. d. Bagian kedua dalam alur pengumpulan data ini adalah pengumpulan hasil recorddan melakukan recallmakanan dan recall aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ serta pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan alat spirometer. e. Selanjutnya, bagian ketiga dilakukan tes kebugaran dengan menggunakan metode 20 m shuttle run test. Setelah data seluruh responden tercatat, maka peneliti akan kembali melakukan pengecekan kuesioner yang telah terisi untuk menghindari kesalahan ataupun kekurangan dalam pengisian, sekaligus membuat persetujuan dan perjanjian untuk pertemuan dihari lain terkait record dan recallmakanan dalam dua pertemuan mendatang. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan standar prosedur uji kebugaran, sebagai berikut: a. Kuesioner penelitian yang berisi pendahuluan dan kolom data diri dan prosedur pengumpulan data serta kolom hasil pengukuran Anthropometri. b. Kuesioner PAR-Q untuk mengetahui kesanggupan responden mengikuti tes kebugaran.
c. Form record 24 jam yang diisi oleh responden berdasarkan makanan yang dikonsumsinya. d. Form recall 24 jam yang diisi oleh petugas. e. Form
aktifitas
fisik
menggunakan
International
Physical
Activity
Questionnaire Short Form (IPAQ-SF). f. Alat pengukuran persen lemak tubuh BIA 2 pod merk Om ron dengan ketelitian 1%. g. Spirometer . h. Tensi meter merk clever check yang sudah dikalibrasi. i. Timbangan berat badan merk Seca dengan ketelitian 0.1 Kg. j. Pengukuran tinggi badan merk Seca dengan ketelitian 0.1 cm. k.
Alat pemutar musik (berupa CD Bleep test).
l. Tari ukur / meteran dan alat tulis. m. Alat pengukur waktu (stopwatch). n. Speaker Active Portable. o. Lintasan datar yang tidak licin sepanjang minimal 22 meter. p. Pembatas lintasan (cones) berbentuk kerucut sebanyak 10 buah. 4. Pengukuran Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Data anthropometric Data anthropometric pada penelitian ini berupa data berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) yang kemudian diolah menjadi data status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil IMT didapatkan dari pembagian antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2) dan
menghasilkan IMT (kg/m2). Selanjutnya, hasil perhitungan IMT tersebut dikategorikan sesuai kategori IMT. 1) Kuesioner Kuesioner pada penelitian ini terbagi atas beberapa bagian. 1) Bagian pertama berisikan data karakteristik individu, yaitu : nama lengkap, usia responden, tanggal lahir responden serta PAR-Q Test yang akan diisi sendiri oleh responden. 2) Bagian kedua pada kuesioner adalah pengukuran dan pencatatan hasil anthropometric dan persen lemak tubuh yang akan diisi oleh petugas penelitian 3) Bagian ketiga kuesioner yang berisikan kuesioner aktivitas fisik yang merupakan adaptasi dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)(WHO, 2005). 2) Bioelectrical Impedance Analyses (BIA) Data status gizi pada penelitian ini selain anthropometric adalah persen lemak tubuh yang diukur menggunakan alat BIA 2pod. Pengukuran dilakukan oleh peneliti dan petugas yang membantu yang dilakukan setelah pengisian kuesioner. Persen lemak tubuh digunakan untuk menentukan status gizi responden yang berkaitan dengan kebugaran pada mahasiswa tersebut. b. Data Kebugaran Data primer kebugaran dikumpulkan dengan pengukuran kebugaran menggunakan metode 20 m shuttle run test berupaNilai VO2maks. Responden diminta untuk berlari bolak-balik dengan jarak 20m sesuai dengan irama yang dibunyikan menggunakan peluit petugas. Selama tes 20m shuttle run berlangsung, petugas pengumpul data menghitung jumlah
lap yang berhasil responden capai hingga responden tersebut tidak mampu untuk untuk berlari lagi atau merasa kelelahan atau responden tertinggal sebanyak 2 lap secara berturut-turut. Dalam satu kali tes ini dapat dilakukan oleh 7-8 responden sekaligus. Adapun prosedur yang perlu dipatuhi oleh peserta tes kebugaran adalah: 1) Peserta diperiksa dalam kondisi tidak gelisah, tenang dan cukup tidur sebelum tes dilakukan 2) Makan pagi secukupnya dan makan 2-3 jam sebelum tes 3) Tidak boleh berolahraga 24 jam sebelum tes dilakukan 4) Tidak boleh merokok sekurang-kurangnya 30 menit sebelum tes dilakukan 5) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan selama 24 jam sebelum tes 6) Menggunakan baju olahraga dan sepatu olahraga Instrumen yang digunakan berupa stopwatch, tali, pemutar musik, lintasan serta lembar checklist yang berisikan level dan jumlah shuttle yang harus ditempuh dalam setiap level. Pelaksanaan 20 m shuttle run testseperti berikut: 1) Tes lari mengikuti hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis 2) Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah sampai di garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi bleep. Begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.
3) Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle ditandai dengan satu kali bleep. 4) Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai tidak mampu mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu mengikuti tes, dan peserta tersebut harus berhenti. Lakukan
pendinginan
dengan
cara
berjalan,
jangan
langsung
berhenti/duduk. c. Data Status Merokok Data tentang status merokok diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesionerberupa pengakuan responden terkait status merokok tersebut. d. Data Aktivitas Fisik Data tentang aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan memberikan kuesioner International Physical Activity Questioner Short Form (IPAQ-SF) kepada responden. Pada variable aktivitas fisik, pengukuran menggunakan instrumen berstandar international yaitu IPAQSF dengan tingkat validitas (r= 0,40) (Lee dkk., 2011) dan reabilitas yang cukup besar yaitu 0,70–0,87 (Papathanasiou dkk., 2009). Oleh sebab itu, kuesioner IPAQ pada penelitian ini sudah dapat digunakan tanpa melalui tahap uji validitas dan reabilitas kembali.
Kuesioner tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan tentang aktivitas fisik, yaitu waktu olah raga, waktu luang, aktivitas disekolah, dan aktivitas kesenangan lainnya dalam satu minggu. Aktivitas fisik yang dilakukan ditanyakan frekuensinya dalam satu minggu dan berapa menit dalam satu kali mereka melakukan aktivitas tersebut. Setelah itu seluruh aktivitas yang pernah dilakukan dalam satu minggu dijumlahkan seluruhnya. Nilai total aktivitas fisik dapat dilihat dalam MET-s menit/minggu yang berdasarkan pada penjumlahan dari aktivitas berjalan, sedang dan berat. Kategori rendah (jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan < 600 dalam menit), sedang (jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 600 dalam menit) dan berat (jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan >3000 dalam menit)(IPAQ, 2005). e. Data Kapasitas Vital Paru Pengukuran kapasitas vital paru yang dilakukan dengan menggunakan alat Spirometer dan kemudian hasil dari tes tersebut dicatat dan dihitung sehingga mendapatkan hasil yang sudah dikategorikan. f. Data Asupan Gizi Pengukuran asupan gizi pada penelitian ini menggunakan beberapa instrumen berupa : 1) Kuesioner Food Record dan Recall 3x24 Jam Data asupan gizi responden diketahui dengan kombinasi metode record dan recall 24 jam yang dilakukan selama 3 hari dalam waktu yang berlainan.Record dilakukan oleh responden itu sendiri dan Recall dilakukan
oleh
mahasiswi
peminatan
Gizi
kesehatan
Masyarakat.Metode recall ini berupa wawancara menanyakan makanan yang responden konsumsi selama 24 jam sebelum wawancara
dilakukan serta takaran konsumsinya. Sebelum wawancara dimulai, hasil Record responden akan diminta oleh petugas recall atau peneliti guna mencocokkan hasil recall yang akan berlangsung dengan hasil record responden sehari sebelum recall dilakukan. Selain itu, pada saat wawancara Recall, peneliti menggunakan Food modelsebagai panduan dalam menentukan besar porsi makanan yang dikonsumsi responden. Food model merupakan alat tiga dimensi yang menyerupai bentuk dan ukuran yang sama makanan sesungguhnya. Alat ini memudahkan responden untuk memperkirakan besar, bentuk serta jumlah porsi makanan yang mereka makan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi bias dari kekuatan ingatan responden. Selanjutnya, hasil Recall 24 jam segera diketik dan diolah dengan menggunakan software yaitu Nutrisurvey 2007 (versi Indonesia). Sehingga segera diperoleh jumlah zat gizi yang responden konsumsi dalam satuan gr.
E. Teknik Manajemen dan Analisa Data 1. Penyuntingan Penyuntingan atau editing data terhadap kuesioner selama proses pengumpulan data untuk memeriksa kelengkapan kuesioner. Sehingga, apabila ditemukan data yang salah atau meragukan dapat terdeteksi dan segera ditanyakan kembali kepada responden yang bersangkutan. 2. Entri data Entri data dilakukan dengan menggunakan template yang dibuat menggunakan software yaitu Microsoft Office Exceldan disertai dengan
pengecekan selama entri data untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan data ke dalam software. Kemudian, data diproses lebih lanjut di dalam softwarepengolah data untuk dilakukan analisis data.
3. Transformasi Data/Recode Setelah dilakukan pembersihan data, maka dilakukan transformasi data berupa pengkodean ulang/recode terhadap variabel sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasikan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Koreksi Selanjutnya dilakukan pembersihan data atau pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan entry. Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data darikesalahan yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan serta konsistensinya.
F. Analisis data 1. Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi dari masing-masing variabel. Pada analisis ini, tabel distribusi data digunakan untuk mengetahui sebaran nilai dari hasil pengukuran yang meliputi variabel dependen (Kebugaran) dan variabel independen (status gizi berdasarkan persen lemak tubuh, asupan zat gizi m seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan, status merokok, kapasitas vital paru danaktivitas fisik).
2. Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian, yaitu mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji statistik non parametrik Mann Whitney dan chi square. Uji Mann Whitney dilakukan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan antara variabel numerik dan kategorik. Adapun variabel yang menggunakan uji non parametrik Mann Whitney adalah variabel kapasitas vital paru dan aktivitas fisik. Sementara, variabel yang dianalisis dengan menggunakan uji chi squareyaitu variabel status gizi berdasarkan IMT, status merokok dan asupan zat gizi (seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan) dengan variabel dependen (kebugaran). Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalampenelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilaip≤0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dandependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka tidak ada hubungan yangsignifikan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini,semua variabel independen terdiri dari dua kategori, maka nilai p dapat dilihatdari nilai pearson pada uji chi-square.Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen danindependen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidakada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilaiOR<1 artinya variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabeldependen dan jika OR>1 artinya variabel independen sebagai faktor risikoterhadap variabel dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN
Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel yang diteliti, baik variabel dependen (Kebugaran) dan variabel independen (jenis kelamin, status gizi berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh, status merokok, kapasitas vital paru, aktivitas fisik, asupan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan) pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. 1. Gambaran Distribusi Kebugaranpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Gambaran distribusi kebugaran mahasiswa dilihat dari nilai volume oksigen maksimal (VO2maks) seperti pada tabel 5.1. berikut : Tabel 5.1 Distribusi Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Kebugaran Tidak Bugar Bugar Total
n 43 17 60
% 71,7 28,3 100
CI% 1,56 – 1,96 0,97 – 1,08
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar masuk dalam kategori tidak bugar yakni sebesar 71,7%. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki kebugaran lebih tinggi dibandingkan perempuan.
2. Gambaran Distribusi Status Gizi Masyarakat
pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan
a. Indeks Massa Tubuh (IMT) Status gizi mahasiswa pada penelitian ini diukur dengan menggunakan metode antropometri, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh. Gambaran distribusi IMT mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.2 berikut: Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMT pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Indeks Massa Tubuh Kurang Normal Lebih Total
n 9 46 5 60
% 15 76,7 8,3 100
CI% 0,88 – 1,56 1,17 – 1,44 0,64 – 1,76
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besarIMT mahasiswa masuk dalam kategori normal yaitu sebesar 76,7%. b. Persen Lemak Tubuh Persen lemak tubuh merupakan indikator lain sebagai penentu status gizi mahasiswa selain IMT. Berikut distribusi persen lemak tubuh pada tabel 5.3 : Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Indeks Massa Tubuh Kurang Normal Lebih Total
n 12 23 25 60
% 20 38,3 41,7 100
CI% 1,35 – 1,98 1,18 – 1,61 1,71 – 2,01
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa, 41,7% diantaranya memiliki persen lemak tubuh yang lebih yaitu sebesar.
3. Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi
pada Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Data terkait gambaran asupan zat gizi pada mahasiswa diperoleh dari akumulasi food recall 3 x 24 jam. Asupan zat gizi yang diteliti meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan. Berikut distribusi asupan zat gizi pada mahasiswa, yaitu : a. Asupan Karbohidrat Hasil univariat gambaran distribusi asupan karbohidrat pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut : Tabel 5.4 Distribusi Asupan Karbohidrat pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Karbohidrat Kurang Cukup Total
n 15 45 60
% 25 75 100
CI% 1,58 – 2,17 0,97 - 1,09
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar memiliki asupan karbohidrat yang cukupsesuai dengan kebutuhan harian mahasiswa.
b. Asupan Protein Gambaran distribusi asupan protein mahasiswa seperti pada tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Protein Kurang Cukup Total
n 5 55 60
% 8,3 91,7 100
CI% 1,56 - 1,96 0,64 – 1,76
Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, hampir dseluruh mahasiswa memiliki asupan protein yang cukup yakni sebesar 91,7%. c. Asupan Lemak Gambaran distribusi asupan lemak pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Distribusi Asupan Lemak pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Lemak Kurang Cukup Total
n 21 39 60
% 35 65 100
CI% 1,19 – 2,06 0,91 – 1,24
Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 65% diantaranya memiliki asupan lemak yang cukup sesuai dengan kebutuhan hariannya.
d. Asupan Vitamin B1 Gambaran distribusi asupan vitain B1 pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.7 berikut ini : Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Asupan Vitamin B1 pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Vitamin B1 Kurang Cukup Total
n 17 43 60
% 28,3 71,7 100
CI% 1,40 – 2,26 0,96 – 1,13
Dari tabel 5.7 di atas diketahui bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 71,7% diantaranya memiliki asupan vitamin B1 yang cukup. e. Asupan Zat Besi Gambaran distribusi asupan zat besi pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.8 berikut ini : Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Asupan Zat Besipada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Zat Besi Kurang Cukup Total
n 9 51 60
% 15 85 100
CI% 1,35 – 2,05 0,95 – 1,14
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, sebagian besar mahasiswa memiliki asupan zat besi yang cukup.
f. Asupan Mangan Gambaran distribusi asupan mangan pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.9 berikut ini : Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Asupan Manganpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Asupan Mangan Kurang Cukup Total
n 5 55 60
% 8,3 91,7 100
CI% 1,46 – 1,95 0,97 – 1,08
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa di Prodi Kesehatan Masyarakat, 91,7% diantaranya memiliki asupan mangan yang cukup.
5. Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Gambaran distribusi mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan 5.1berikut :
Jenis Kelamin 35%
65%
65% Laki-Laki Perempuan
Bagan 5.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Bagan 5.1 menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 35% dan perempuan sebesar 65%.
6. Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Gambaran distribusi status merokok mahasiswa seperti yang terlihat pada bagan 5.2 berikut :
Status Merokok
6.70%
93.30%
Merokok Tidak Merokok
93.30% Bagan 5 2 Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Bagan 5.2 di atas menunjukkan bahwa dari 60 mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, 6,70% diantaranya berstatus perokok dan 93,30% lainnya berstatus bukan perokok.
7. Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Parupada Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Gambaran distribusi kapasitas vital paru pada mahasiswa sepertiyang terlihat pada tabel 5.10berikut : Tabel 5.10 Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Kapasitas Vital Paru Median Min –Max Keseluruhan 3,48 2,98 – 5,94 Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa adalah 3,48ml. Kapasitas vital paru terendah yaitu 2,98ml dan tertinggi sebesar 5,94ml.
8. Gambaran Distribusi Aktivitas Fisikpada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Distribusi aktivitas fisik mahasiswa digambarkan dengan nilai aktivitas fisik berdasarkan perhitungan total skor IPAQ yang tersaji dalam satuan metabolic equivalen (METs). Distribusi aktivitas fisik mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini : Tabel 5.11 Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Aktivitas Fisik Median Min –Max Keseluruhan 1400,35 218,40 – 4472,95 Tabel 5.11 memaparkan bahwa nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs dengan sebaran nilai aktivitas fisik terendah yaitu 151,10 METsdan tertinggi sebesar 2974,55 METs. Berdasarkan IPAQ (2005), kategori aktivitas fisik terbagi atas : ringan, sedang dan berat. Sehingga, dapat diketahui bahwa 61,7% mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat memiliki aktivitas fisik yang rendah, 33,3% memiliki aktivitas fisik sedang dan hanya 5% mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik yang berat. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (jenis kelamin, status gizi berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh, status merokok, kapasitas vital paru, aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan mangan) dengan variabel dependen (kebugaran). Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai probabilitas variabel aktivitas fisik, sebesar 0,000 (p <0,05), artinya variabel kebugaran tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji non parametrik, yakni Mann Whitneyuntuk variabel numerik dan kategorik, serta chi squareuntuk dua variabel kategorik. Dikatakan berhubungan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak berhubungan apabila p > 0,05. Berikut hasil analisis bivariat dalam penelitian ini, antara lain:
9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil analisis antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini : Tabel 5.12 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Tidak Bugar Bugar
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan n % n % 5 23,8 38 97,4 16 76,2 1 2,6
Total n %
OR 95% C,0I
P value
43 17
0,008 (0,001 – 0,076)
0,000
100 100
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.12 di atas,diperoleh nilai p = 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,008 (0,001– 0,076), artinya perempuan mempunyai peluang 0,008 kali tidak bugar dibandingkan dengan laki-laki. 10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat a. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran Mahasiswa Hasil analisis tentang hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini : Tabel 5.13 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Indeks Massa Tubuh Kebugaran Total 95% CI P value Lebih Kurang Normal n % n % n % n % 4 9,3 7 16,3 32 74,4 43 100 1,77-2,08 0,938 Tidak Bugar 1 5,9 2 11,8 14 82,4 17 100 1,72-2,16 Bugar
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.13 di atas, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran pada mahasiswa dengan p value =0,938(p>0,05).
b. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Mahasiswa Adapun hubungan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini : Tabel 5.14 Analisis Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Tidak Bugar Bugar
Persen Lemak Tubuh Lebih Kurang Normal n % n % n % 4 9,3 14 32,6 25 58,1 0 0 8 47,1 9 52,9
Total n % 43 17
100 100
95% CI
1,35 – 1,98 1,18 – 1,61
P value
0,000
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswadengan p value sebesar 0,000 (P<0,05).
11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa Berdasarkan hasil analisis antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini : Tabel 5.15 Analisis Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Karbohidrat Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 8 18,6 35 81,4 43 100 0,327 0,137 Tidak Bugar 7 41,2 10 58,8 17 100 (0,095 – 1,122) Bugar Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan karbohidrat terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan p value sebesar 0,137 (P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,327 (0,095– 1,112), artinya mahasiswa dengan asupan karbohidrat yang kurang mempunyai peluang 0,327 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan karbohidrat yang cukup. b. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa Berdasarkan hasil analisisantara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut : Tabel 5.16 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Berdasarkan Jesni Kelamin pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2015 Kebugaran Asupan Protein Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 4 9,3 39 90,7 43 100 1,641 1,000 Tidak Bugar 1 5,9 16 94,1 17 100 (0,170 – 15,840) Bugar
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa dengan p value sebesar 1,000(P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,647 (0,170 – 15,840), artinya mahasiswa dengan asupan protein yang kurang mempunyai peluang 1,641 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan protein yang cukup. c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa Berdasarkan hasil analisisantara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini : Tabel 5.17 Analisis Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Lemak Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 34,9 28 65,1 43 100 0,982 1,000 Tidak Bugar 15 6 35,3 11 64,7 17 100 (0,303 – 2,183) Bugar Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan lemak terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya, dengan p value sebesar 1,000 (P<0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,982 (0,303– 2,183), artinya mahasiswa dengan asupan lemak yang kurang mempunyai peluang 0,982 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan lemak yang cukup.
d. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa Berdasarkan hasil analisisantara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini : Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Vitamin B1 Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 27,9 31 72,1 43 100 0,929 1,000 Tidak Bugar 12 5 29,4 12 70,6 17 100 (0,269 – 3,204) Bugar Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa asupan vitamin B1 terhadap kebugaran mahasiswa tidak ditemukan hubungan antara keduanya, dengan p value sebesar 1,000 (P>0,05). Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,929 (0,269– 3,204), artinya mahasiswa dengan asupan vitamin B1 yang kurang mempunyai peluang 0,929 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan vitamin B1 yang cukup. e. Asupan Zat Besi Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini : Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Zat Besi Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 5 11,6 38 88,4 43 100 0,428 0,446 Tidak Bugar 5 11,6 38 88,4 17 100 (0,100 – 1,837) Bugar
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan hubungan asupan zat besi terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value sebesar 0,446 (P>0,05).Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,428 (0,100– 1,837), artinya mahasiswa dengan asupan zat besi yang kurang mempunyai peluang 0,428 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan zat besi yang cukup. f. Asupan Mangan Berdasarkan hasil uji Spearman antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini : Tabel 5.20 Analisis Hubungan Asupan Mangan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran Asupan Mangan Total OR 95% CI P value Kurang Cukup n % n % n % 3 7,0 40 93,0 43 100 0,563 0,931 Tidak Bugar 2 11,8 15 88,2 17 100 (0,085 – 3,075) Bugar Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ditemukan hubunganasupan mangan terhadap kebugaran mahasiswa dengan p value sebesar 0,931 (P>0,05).Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,563 (0,085– 3,075), artinya mahasiswa dengan asupan mangan yang kurang mempunyai peluang 0,563 kali untuk tidak bugar dibandingkan mahasiswa denganasupan mangan yang cukup.
12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Adapun hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel 5.21 berikut ini : Tabel 5.21 Analisis Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Kebugaran
Tidak Bugar Bugar
Status Merokok Tidak Merokok Merokok N % n % 41 95,3 2 4,7 15 88,2 2 11,8
Total n %
43 17
100 100
OR 95% CI
P value
0,366 (0,047 – 2,834)
0,674
Berdasarkan hasil uji statistik seperti pada tabel 5.21 di atas, diperoleh nilai pvalue sebesar 0,674 (P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
status
merokok
dengan
kebugaran
mahasiswa.Sedangkan
berdasarkan
perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,366 (0,047 – 2,834), artinya mahasiswa merokok mempunyai peluang 0,366 kali untuk tidak bugar dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak merokok. 13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Hubungan antara kapasitas vital paru dengan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini : Tabel 5.22 Analisis Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel n p value Kapasitas Vital Paru 60 0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas vital paruterhadap kebugaran mahasiswadengan p value sebesar 0,001 (P<0,05).
14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil uji hubungan antara aktivitas fisik dengan dengan kebugaran pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini : Tabel 5.23 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 Variabel n p value Aktivitas Fisik 60 0,001
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisikterhadap kebugaran mahasiswadengan p value sebesar 0,001 (P<0,05).
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak adanya latihan mengenai tes kebugaran kepada mahasiswa sebelumnya dan pelaksanaan tes tidak dapat dilakukan secara serempak dalam satu waktu untuk seluruh responden. Hal ini disebabkan oleh padatnya jadwal kuliah mahasiswa antar satu kelas dengan kelas lainnya, sehingga pelaksanaan tes berlangsung selama 10 hari di sore hari. Selain itu, keterbatasan lainnya adalah peneliti hanya melakukan wawancara kepada responden tanpa bantuan klinisi untuk penegakkan diagnosis status merokok (seperti tidak menggunakan cotinine test). Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dana dalam penyediaan cotinine strips tersebut. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah analisa data yang digunakan hanya sampai bivariat yakni menunjukkan hubungan antar variabel independen terhadap dependennya saja, sehingga tidak dapat mengetahui kecenderungan faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
B. Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Kebugaran adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi dan alat gerak tubuh sesuai dengan batas-batas fisiologis yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta efisiensi kerja fisik, sehingga masih dapat melakukan kegiatan lain yang bersifat rekreatif (Muhibbut Thibri dkk., 2014). Menurut Puskesjasrek (2000), kebugaran berdasarkan nilai VO2maks untuk kebugaran usia <30 tahun yang dianggap ‘baik’ apabila lebih dari 42,6–51,5ml/kg/min. Sedangkan yang dianggap ‘kurang’ apabila nilai VO2maks kurang dari 25ml/kg/min. Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakartatahun 2015
menunjukkan bahwa nilai tengah dari kebugaran mahasiswa adalah 23,05ml/kg/menit. Sehingga dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kebugaran yang sangat kurang karena pada rentang usia 18-22 tahun atau <30 tahun rata-rata VO2maksnya <25ml/kg/menit. Rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa terjadi karena padatnya jadwal kuliah mahasiswa sehingga mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk di dalam kelas (aktivitas fisik ringan). Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 bahwa rentang usia 15-24 tahun yang hampir sebagian besar populasi terdiri dari mahasiswa (18-22 tahun) sebesar 52% hasil tes kebugarannya masuk dalam kategori kurang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Rendahnya kebugaran khususnya ketahanan cardiorespiratoryusia produktif ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja di masa depan. Ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun yang diikuti secara cohort sejak 1999 hingga 2002 di Amerika Serikat. Selain itu, diketahui bahwa orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang tinggi (Carnethon dkk., 2005). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa permasalahan utama dalam bidang kesehatan pada abad ke 21 hampir di seluruh belahan dunia adalah rendahnya aktivitas fisik yang (physical inactivity) yang berkorelasi dengan peningkatan kecenderungan obesitas. Permasalahan kurangnya tingkat aktivitas fisik masyarakat juga terjadi di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada
kebugaran (Afriwardi, 2011). Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan. Kebugaran seseorang dapat terwujud melalui aktivitas fisik secara teratur dan terprogram. Kebugaran diperlukan untuk menjadikan seseorang dapat menjalankan aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan optimal, termasuk pada mahasiswa. Kebugaran berperan dalam menentukan produktivitas, efisiensi dan kesehatan seseorang agar tidak mudah terserang penyakit. Fungsi kebugaran lainnya untuk mahasiswa adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, kesanggupan, daya kreasi, dan daya tahan setiap manusia yang berguna untuk meningkatkan daya kerja.
C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran Jenis kelamin dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan kebugaran, khususnya pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Dari hasil penelitian diketahui persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit, yakni sebesar 35% dibandingkan responden perempuan sebesar 65%. Hal ini dikarenakan populasi perempuan di Program Studi Kesehatan Masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tiga kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas vital paru dan persen lemak tubuh yang dimiliki (Fatmah, 2011). Perbedaan jenis kelamin juga berperan dalam menentukan kebutuhan gizi masing yang berujung pada kebugaran seseorang, biasanya kebutuhan gizi lebih besar pada jenis kelamin lakilaki daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Worthington (2000), yang
menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin juga akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh nugraheni (2013) pada laki-laki dan perempuan usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran nilai (p=0,003). Sehingga, dapat dikatakan bahwa penelitian ini ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani antara responden pria dan wanita usia produktif (Nugraheni, 2013). Hasil yang sama diperoleh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta tahun 2015. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa laki-laki memiliki kebugaran lebih tinggi dibandingkan perempuan. Laki-laki cenderung memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki terbiasa dengan olahraga rutin setiap minggunya baik dihari libur kuliah maupun tergabung dalam salah satu cabang club olahraga di kampus yang memungkinkan untuk berolahraga dalam intensitas sedang serta durasi yang cukup. Hal tersebut menyebabkan perbedaan kemampuan pengambilan oksigen, kemampuan dan metabolisme dan kebugaran yang dimiliki seseorang. Hasil uji hubungan pada penelitian ini, yaitu diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Gray (2003) di Portugis dengan menggunakan metode 20 m Shuttle run test diperoleh hasil bahwa laki-laki lebih bugar dibandingkan dengan perempuan. Jenis kelamin merupakan variabel yang tak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena jumlah kadar hemoglobin dalam darah pada laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan pada perempuan. Hasil penelitian lainnya yang sejalan dilakukan oleh Saqurin (2013) dengan subjek
mahasiswa yang mengikuti UKM Taekwondo di Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kadar VO2maks pada perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 36%. Hal tersebut disebabkan karena jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi untuk mencapai kebugaran individu yang sangat berbeda antara keduanya. Tingkat kebugaran pada wanita cenderung lebih rendah dibandingkan pria terkait dengan perbedaan komposisi tubuh dan tingkat aktifitas fisik (Hermanto, 2012). Namun, hasil yang berbeda akan ditemukan apabila responden bukan berada pada usia produktif seperti penelitian yang dilakukan pada peserta klub jantung sehat. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsi kardiovaskuler antara lakilaki dan perempuan, terkait efek protektif estrogen yang dapat menurunkan risiko premenopause untuk terkena penyakit kardiovaskuler. Namun khusus untuk perempuan yang telah memasuki masa menopause, efek tersebut hilang dan perbedaan terkait jenis kelamin juga hilang. Sehingga, tidak ditemukannya perbedaan yang bermakna pada penelitian ini karena efek protektif progesterone responden penelitian hilang akibat dari menopause (HarmanidanMansyur, 2013). Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada wanita adalah dengan melakukan senam. Pelatihan senam 3x/minggu selama 10 minggu terbukti membantu meningkatkan kebugaran fisik wanita berdasarkan uji efektifitas perlakuan dengan paired sample t-test dan uji statistik Anova (Analysis of Variance) diperoleh nilai p < 0,05. Hal tersebut bertujuan agar wanita tetap dapat melakukan kerja dan aktivitas sehari-hari serta aktivitas tambahan tanpa merasa lelah dan guna menghindari penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan kurang bergerak (Bawiling dkk., 2014).
2. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran a. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi lebih (Almatsier, 2010). IMT merupakan alat sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penambahan berat badan sering terjadi karena penambahan lemak tubuh yang disebabkan kurangnya aktivitas. Berat badan berhubungan dengan kebugaran, kekuatan, kecepatan, ketahanan, ketangkasan, dan penampilan. Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal (Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan penurunan kebugaran
karena peningkatan kebutuhan energi
pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan. Berdasarkan analisis univariat diketahui sebagaian besarIMT mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dalam keadaan normal. Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang
digambarkan dengan dua komponen yaitu lemak tubuh dan masa tubuh. Gambaran kategori IMT menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2008) terbagi atas kurang, normal dan lebih, yakni sebesar 13,3% mahasiswa memiliki
status
gizi
kurang,
76%
lebih.Sementara, hasil uji hubungan
normal
dan
hanya
10%
yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswa, kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang lebih besar pengaruhnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan pada pekerja Indocement di Bogor, yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan VO2maks. Hasil uji hubungan memiliki nilai koefisiensi negatif, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah nilai VO2maks nya. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan oleh perubahan perilaku seperti meningkatkanya pengetahuan mengenai kesehatan sehingga terjadi peningkatan dalam frekuensi atau durasi olahraga sehingga hal tersebut dapat meningkatkan nilai VO2maks nya (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Berdasarkan uji korelasi bivariat juga tidak ada hubungan signifikan antara nilai IMT dengan VO2maks peserta club. Hasil itu disebabkan karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kebugaran seseorang selain nilai IMT dan pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan kecil sehingga korelasi bivariat menghasilkan hubungan yang tidak signifikan. Pribris, dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian Pibris (2010) diperoleh hubungan langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO2maks dengan IMT mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penelitian Sari (2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan indeks masa tubuh dengan kebugaran. Penelitian Anam dkk (2010) sejalan dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu indeks massa tubuh subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan indeks massa tubuh subjek yang aktif. Sehingga, menyebabkan kebugaran subjek inaktif lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang aktif (Anam dkk., 2010).Sementara, hasil penelitian lainnya
menyatakan bahwa indeks massa tubuh sangat terkait
dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01). Diketahui terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kebugaran dan indeks massa tubuh pada anakanak underweight dan perempuan overweight dengan skor kebugaran tinggi. Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi Kesehatan Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan berat badan sebesar 66,78%dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012). b. Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Persen lemak tubuh juga merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penilaian status gizi seseorang. Diketahui kehilangan timbunan lemak tubuh akan meningkatkan efisiensi biomekanik. Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status IMT dan persentase lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada risiko penyakit degeneratif akibat penambahan berat badan yang berhubungan
dengan peningkatan proporsi lemak tubuh (Hapsari dkk., 2007). Penurunan kebugaran juga dipengaruhi oleh persen lemak tubuh. Persen lemak tubuh seseorang bergantung dari aktivitas fisik, pola konsumsi dan genetiknya. Perempuan cenderung memiliki kebugaran yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena persen lemak tubuh perempuan lebih besar dibanding lakilaki(Sharkey J. Brian, 2013). Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antar persen lemak tubuh dengan karena jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hasil statistik menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki persen lemak tubuh yang lebih. Dalam pengukuran kebugaran cardiorespiratory ini, menggunakan kemampuan sistem sirkulasi dan respirasi paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Sementara, semakin besar persen lemak dalam tubuh, semakin rendah komposisi otot dalam tubuh dan mempengaruhi kebugarannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pribris, dkk (2010) pada mahasiswa Andrew University. Hasil study cohort yang dilakukan sejak tahun 1996-2008 pada 5101 mahasiswa di Andrew University menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan linier yang signifikan antara persen lemak tubuh dan tahun baik pada laki-laki maupun pada perempuan serta terdapat hubungan tidak langsung yang signifikan antara VO2maks dengan persen lemak tubuh mahasiswa (Pribis dkk., 2010). Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Macmurray dan Ondrak (2008) yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian lainnya juga
menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006). Lain halnya dengan penelitian Hermanto (2012) diketahui bahwa sebagian besar wanita vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun, IMT dan persentase lemak tubuh dalam kategori normal. Sehingga hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran jasmani. Pola makan menghindari bahan makanan hewani diduga menjadi penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian besar berada dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih banyak mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan akumulasi lemak tubuh sedikit. Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi Kesehatan Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan persen lemak tubuh sebesar 86,42% dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).
3. Asupan Zat Gizi a. Asupan Karbohidrat Asupan karbohidrat memiliki pengaruh terhadap kebugaran seseorang. Hal ini berkaitan dengan fungsi karbohidrat dalam tubuh yaitu senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen yang tersimpan didalam otot dan hati serta dapat diubah dengan cepat ketika tubuh membutuhkan energi (Wilkins, 2007). Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi sumber energi utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh menyuplai glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot (BoyledanLong, 2010). Jika energi yang terbentuk hanya digunakan sebagian untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan dalam bentuk glikogen di hati (70g), otot (20g) dan jaringan lemak cadangan. Semakin lama durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau olahraga, semakin besar tubuh membutuhkan suplai glukosa. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki asupan karbohidrat yang cukup. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh konsumsi cemilan perempuan yang cenderung berbahan dasar karbohidrat lebih banyak dibandingkan lakilaki. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan terhadap 64 karyawan Indocement di Bogor menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan protein dengan kebugaran (p >0,05). Hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang
lebih mempengaruhi nilai VO2maks subjek seperti faktor genetika serta konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Hasil sejalan juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Sugiarsi (2012), yaitu terdapat 28.3 % ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini dapat terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari anabolisme dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh, memastikan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan fungsi senyawa penting lainnya(Sugiarsi, 2012). Fungsi lain dari karbohidrat diantaranya sebagai penghemat protein selama proses produksi energi, membantu dalam pembakaran lemak, sumber energi, membantu fungsi usus, membantu serta proses absorpsi kalsium (Wilkins, 2007). Peneliti melakukan kategorisasi untuk variabel asupan karbohidrat berdasarkan kurang dan cukup dari angka kecukupan gizi. Diperoleh hasil yang berbeda dari uji hubungan sebelumnya, yakni diketahui adanya hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran berdasarkan uji Mann Whitney. Sehingga saran untuk peneliti selanjutnya, untuk perhitungan asupan zat gizi speperti karbohidrat dapat dilakukan dengan melakukan kategorisasi pada variabel tersebut yang kemudian dihubungkan dengan variabel independennya. Hal ini dapat terjadi karena data asupan tidak terdistribusi normal yang menyebabkan perbedaan hasil hubungan dari kedua jenis data asupan karbohidrat (numerik dan kategorik).Hasil penelitian ini sejalan dengan uji korelasi Pearsonyang dilakukan Ferry dkk (2014) menunjukkan bahwa pola konsumsi
karbohidrat
berhubungan
signifikan
dengan
kebugaran
cardioespiratory atlet sepakbola PERSIBA Bantul degan korelasi positif, yang
berarti semakin besar asupan karbohidrat, maka kabugaran kardiorespirasi atlet akan semakin baik, dan sebaliknya. Nilai r = 0,175 menunjukkan bahwa pola konsumsi karbohidrat memberikan kontribusi sebesar 17,5% terhadap kesegaran kardiorespirasi (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014). Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran mahasiswa melalui intervensi asupan diet karbohidrat selama delapan minggu yang diikuti penurunan asupan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran. b. Asupan Protein Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel tubuh yang rusak, dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2002). Protein juga memiliki fungsi secara fisiologis dalam membantu
mengoptimalkan
performa
kebugaran.
Sebuah
penelitian
menyatakan asam amino berfungsi dalam membangun dinding sel, jaringan otot, hormon, enzim dan berbagai molekul lainnya. Darah akan membawa protein untuk pembentukan albumin dalam menahan tenaga, kemudian fibrinogen untuk pengumpulan dan hemoglobin. Latihan kebugaran akan menghasilkan protein enzim untuk latihan aerobik dan protein yang berkontraksi untuk tenaga pada saat latihan (Sharkey J. Brian, 2013). Sehingga, dari penjelasan tersebut diketahui bahwa protein memiliki hubungan yang tidak langsung terhadap kebugaran seseorang.
Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian ini yaitu sebagian besar mahasiswa memiliki asupan protein yang cukup. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan protein lebih tinggi dibandingkan laki-laki serta tidak ditemukannya hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan hanya menerimanya karena cara untuk membuat sel-sel otot tumbuh adalah untuk membuat otot bekerja (Williams, 2002). Otot akan merespon dengan mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat tumbuh. Sehingga, kelebihan protein justru menurunkan kebugaran seseorang. Seperti halnya hasil uji korelasi penelitian, teori tersebut didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia, AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dan kebugaran (daya tahan kardiovaskuler) dengan pola hubungan negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden tersebut akan semakin rendah (Bernard Gutin dkk., 2002). Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup (Sugiarsi, 2012). Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja Indocement di Bogor (p>0,05) (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461. Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein
tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul (p-value = 0,378) (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014). Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran mahasiswa melalui intervensi asupan diet protein selama delapan minggu yang diikuti penurunan asupan penurunan sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran. c. Asupan Lemak Lemak merupakan penghasil energi terbesar yaitu dua kali lebih besar dibanding energi yang dihasilkan oleh karbohidrat maupun protein. Lemak akan berperan sebagai sumber energi untuk cabang olahraga dengan intensitas latihan sedang dalam waktu yang lama. Lemak tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk latihan minimal selama 20menit pertama dan tidak digunakan sebagai bahan bakar utama sampai setelah 2jam. Semakin moderat intensitas latihannya seperti : jogging, menari aerobik, serta semakin lama durasinya, maka semakin besar lemak yang digunakan untuk bahan bakar. Sedangkan, Semakin tinggi intensitas kegiatannya (berlari, rintangan, dayung) maka semakin besar karbohidrat yang digunakan untuk bahan bakar. Pada 20 menit pertama penggunaan lemak hanya sekitar 15% dari kebutuhan total, namun apabila latihan terus dilakukan dalam waktu yang lama (>2 jam), maka penggunaan lemak sebagai energi meningkat hingga 85% (BoyledanLong, 2010). Ketika berolahraga, simpanan lemak di seluruh tubuh akan terbakar, khususnya pada orang dengan jumlah simpanan lemak dalam jumlah besar.
Itulah sebabnya sehat secara fisik akan membuat orang terlihat langsing karena simpanan lemak di seluruh tubuh berkurang. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa telah memiliki asupan lemak yang cukup. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki rata-rata asupan lemak lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh porsi makan laki-laki cenderung lebih besar dibandingkan perempuan khususnya dalam pemilihan lauk dan pauk. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa. Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena tidak dapat menghasilkan VO2 maks lebih dari 60%. Konsumsi tinggi lemak (>30% total kalori) diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari. Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran mahasiswa melalui lemak sesuai dengan kebutuhan harian individu tersebut. Intervensi ini berhasil meningkatkan kebugaran seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) pada anak obesitas dan kaitannya dengan kebugaran. Intervensi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Kameswara (2015) bahwa terdapat perbedaaan nilai VO2maks dan jarak
tempuh lari atlet pada pemberian susu rendah lemak (p<0,05). Pemberian susu rendah lemak dapat meningkatkan nilai VO2 maks dan jarak tempuh lari yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian minuman lainnya (Iqbal Kameswara P.S., 2015). d. Asupan Vitamin B1 Thiamin pirofosfat berperan sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dalam mengubah energi. Koenzim tersebut berfungsi memisahkan karbondioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air (Irawan, 2007). Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa asupan thiamin mahasiswa sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan vitamin B1lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa. Vitamin B1 memiliki pengaruh tidak langsung pada kebugaran seseorang yakni melalui fungsinya dalam tubuh sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat dan glikogen dalam otot karena Thiamin dan vitamin B lainnya secara signifikan meningkatkan daya tahan kardiorespiratori seseorang. Hasil penelitian Vaz, dkk (2011) yang dilakukan pada anak-anak sekolah usia 7-10 tahun di Banglore, India menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara komponen kebugaran yakni berupa kapasitas aerobik dan daya tahan fisik yang disertai dengan peningkatan status vitamin B1 dalam tubuh bersamaan dengan mikronutrien lain yang dikonsumsinya(Mario Vaz dkk., 2011).
e. Asupan Zat Besi Zat besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis (pembentukan darah) yaitu dari sintesa hemoglobin (Hb). Hubungan fungsi zat besi dengan kebugaran yakni dalam penggunaan oksigen dalam tubuh. Zat gizi akan bersatu dengan protein dan hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah dan bersama-sama berkontribusi untuk melepaskan energi sebagai bahan bakar untuk kerja sel tubuh selama beraktivitas (HoegerdanHoeger, 2011a). Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa asupan zat besi mahasiswa sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa perempuan memiliki rata-rata asupan zat besilebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa. Tidak ditemukannya hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran karena konsumsi fe dari makanan yang dikonsumsi mahasiswa sehari-harinya mengandung cukup fe dan pada saat pelaksanaan tes kebugaran seluruh mahasiswa dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan adanya gejala anemia dan lainnya, sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi kebugarannya. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaz, dkk (2011) pada anak usia 7-10 tahun di Banglore, India yakni diketahui adanya hubungan antara asupan besi terhadap kapasitas aerobik dan daya tahan fisik apabila zat besi tersebut dikonsumsi bersamaan dengan mikronutrien lainnya seperti vitamin C dan B kompleks(Mario Vaz dkk., 2011). Penelitian lain menyebutkan bahwa, penurunan kebugaran berdasarkan nilai V02maks pada wanita tanpa anemia dengan defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya simpanan zat besi di dalam tubuh. Hasil penelitian Sugiarsi (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara kecukupan gizi besi, frekuensi olah raga terhadap kebugaran. Yang berarti terdapat pengaruh antara kecukupan gizi, frekuensi olahraga terhadap kebugaran. Fungsi utama besi adalah mengantarkan oksigen ke dalam jaringan tubuh dan turut mekanisme oksidasi seluler (Sugiarsi, 2012). Bila zat besi tidak cukup tersedia maka secara tidak langsung tenaga akan berkurang.
f. Asupan Mangan Mangan berkaitan dengan sejumlah enzim dalam beberapa proses metabolisme, termasuk piruvat dan karboksilase asetil-CoA dan dehidrogenase isositrat dalam siklus Krebs dan mitokondria, bentuk mitokondria, dismutase superoksida yang membantu melindungi membran mitokondria, arginase, enzim terminal dalam produksi urea, enzim sitosol lain yang terlibat dalam lintasan pentosa-fosfat-shunt, glikolisis (glukokinase) metabolisme serin (tranferase hidroksimetil) (Linder, 2006). Hasil analisis univariat diketahui bahwa asupan mangan mahasiswa sudah sesuai dengan kebutuhan hariannya. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa
laki-laki
memiliki
rata-rata
asupan
mangan
lebih
tinggi
dibandingkanperempuan. Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa.
Sebagai kofaktor berbagai enzim, mangan berperan dalam membantu penyelenggaraan metabolisma tubuh untuk menghasilkan energi. Mangan membantu metabolisma vitamin B1 dan vitamin E. Mangan juga diperlukan untuk mengaktivasi enzim-enzim yang membantu metabolisma karbohidrat, asam amino, dan kolesterol. Mangan juga membantu tubuh untuk menyerap berbagai jenis vitamin. Beberapa defisiensi vitamin tertentu dapat diatasi dengan memberikan suplemen mangan guna mengangkat penyerapan vitamin secara maksimal. Mangan juga sangat berhubungan dengan fungsi otak dan saraf, metabolisme glukosa serta saluran pencernaan.
4. Status Merokok Merokok mampu mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4% pada asap tembakau mengandung karbonmonoksida (CO). Afinitas (daya ikat CO pada hemoglobin) sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen, berarti CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan oksigen sehingga CO didalam darah menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Terhambatnya pengangkutan oksigen akan mengurangi suplai oksigen dari darah menuju jaringan dan sel tubuh. Selain karbonmonoksida, nikotin adalah zat aditif yang merugikan tubuh. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi laju peredaran darah yang dapat mengganggu bahkan menurunkan tingkat kebugaran seseorang akibat dari rusaknya metabolisme oksigen didalam darah (Aula, 2010). Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentase responden yang berstatus perokok sebesar 6,7% dan 93,30% lainnya bukan perokok. Hasil uji hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eli Erawati (2014) pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan ketahanan kardiorespirasi (kebugaran) dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi negatif. Dalam penelitian ini, status merokok tidak memiliki hubungan yang signifikan karena status merokok mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung homogen, yakni hampir seluruh mahasiswa berstatus bukan perokok. Dampak rokok dimulai dengan peninggian denyut nadi istirahat yang kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktivitas, hingga penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan oksigen yang disebabkan oleh merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok, berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan oksigen ke tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti berjalan menaiki tangga (Bustan, 2013). Daya tahan perokok 7,2 % lebih kecil dibandingkan yang bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi istirahat berarti perokok harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga perokok akan mengalami cepat lelah. Sehingga, intervensi yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran agar ketahanan kardiorespirasi dapat berfungsi dengan baik bagi perokok adalah dengan melakukan gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, berhenti merokok secara perlahan dan kontrol berat badan (Eli Erawati dkk., 2014).
5. Kapasitas Vital Paru Kapasitas vital paru adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dari penarikan napas yang dalam. Kapasitas vital paru menentukan volume oksigen yang masuk kedalam tubuh. Semakin tinggi kapasitas vital paru yang dimiliki seseorang, maka akan semakin banyak oksigen yang dapat digunakan untuk beraktivitas. Tingkat kapasitas vital paru berhubungan dengan kebugaran. Seseorang dengan kebugaran yang baik mampu melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan efisien
dalam
waktu
yang
relatif
lama
tanpa
mengalami
kelelahan(HerrydanEram.T.P, 2009). Seseorang yang terlatih memiliki daya untuk menghisap udara lebih banyak dalam periode waktu yang lebih lama mampu menghembuskan keluar sisa-sisa pembakaran lebih banyak dibandingkan yang tidak terlatih. Sehingga, otot di sekeliling paru-parunya telah terlatih untuk bekerja lebih banyak. Peningkatan kebugaran melalui aktivitas fisik berhubungan erat dengan peningkatan kapasitas vital paru yang melibatkan mekanisme jantung dan pembuluh darah. Hal tersebut terjadi karena berhubungan dengan proses ekspirasi dan inspirasi dalam melakukan aktivitas gerak (HoegerdanHoeger, 2011a). Teori tersebut didukung oleh hasil penelitian, yakni berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 adalah 3,48 ml. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa rata-rata kapasitas vital paru laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hasil uji hubungan menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara ratarata kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yanh dilakukan pada murid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare bahwa diketahui terdapat perbedaan kapasitas vital paru (Ad’dien, 2011). Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Alifian (2012)diperoleh rata-rata kapasitas vital paru siswa yang tidak berjalan kaki lebih rendah dibandingkan siswa yang berjalan kaki. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Magutah (2013) pada mahasiswa Universitas Kenyan yang menunjukkan adanya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran mahasiswa. Mahasiswa dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih tinggi akan lebih bugar dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dengan volume dan kapasitas paru-paru lebih rendah. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa UNISSULA menunjukkan bahwa dari uji pearson diperoleh adanya hubungan antara kapasitas vital paru terhadap VO2 maks, dengan tingkat korelasi lemah karena ada konstribusi sistem respirasi terhadap VO2 maks(Rahmaan InnashdanIka Rosdiana, 2013). Kebugaran akan mengalami penurunan ketika memasuki usia lanjut, sama halnya dengan sistem pernafasan yang akan menurun dari kapasitas vital paru, yaitu ketika memasuki usia 40 tahun. Kapasitas vital paru yang paling tinggi dan optimal diperoleh pada usia 20-30 tahun. Mulai terjadi penurunan ketikan menginjak usia 60 tahun. Penurunan fungsi pernafasan tersebut akan terus terjadi kecuali dilakukan intervensi sejak dini untuk memelihara fungsi pernafasan tersebut tetap dalam kondisi yang baik. Intervensi yang dapat dilakukan, yakni dengan melakukan olahraga yang bersifat aerobik seperti basket, sepakbola, voli, renang, dayung, lari jarak jauh dan tenis yang menuntut asupan oksigen dalam jumlah besar. Sehingga, peningkatan kemampuan fisik dan pernafasan akan terjadi apabila dilakukan secara teratur, sistematik dan berkesinambungan . Bila seseorang melakukan olahraga yang
teratur sehingga menjadi terlatih, maka akan terjadi peningkatan efisiensi pernapasan baik ventilasi, difusi maupun perfusi (Hall dan Guyton, 2008). Hal ini yang harus menjadi perhatian bagi semua kalangan, khususnya mahasiswa.
6. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, yaitu peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik. Aktivitas fisik menyebabkan peningkatan efisiensi kerja paru-paru seseorang yang telah terlatih sehingga mampu memproses udara lebih banyak, dengan tenaga yang lebih sedikit. Selama beraktivitas dalam durasi lebih dari 30menit, seseorang yang terlatih mampu memproses udara hampir dua kali lipat per-menit dibandingkan orang yang tidak terlatih. Maka orang yang terlatih bisa menyediakan oksigen lebih untuk dipergunakan dalam proses pembentukan energi yang diikuti dengan peningkatan kebugarannya (Nadia Harira dkk., 2013). Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik lebih besar dibandingkanperempuan karena laki-laki cenderung memiliki kegiatan olahraga rutin dalam seminggu seperti: futsal dan basket di kampus dibandingkan perempuan. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswa.
Hasil ini didukungoleh penelitian yang dilakukan Güvenç (2011) pada remaja turki juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang cukup pada masa anak-anak dan remaja membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan dan kebugaran
fisik, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran pada usia muda, usia dewasa dan lansia nantinya (Alpay Güvenç dkk., 2011). Sama halnya dengan hasil review yang dilakukan oleh Sandkiv (2013) menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran seseorang. Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik, maka kondisi tubuhnya akan semakin bugar. Penelitian lain yang sejalan dengan dua penelitian di atas ditemukan di Indonesia, yakni penelitian yang dilakukan oleh Sari (201) bahwa ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (P 0,0001). Hasil penelitian Sugiarsi (2012) dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara kecukupan gizi besi, frekuensi olah raga terhadap kebugaran. Aktivitas fisik memiliki peran dalam proses pembakaran energi dan lemak tubuh dalam jaringan yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan penimbunan lemak di beberapa atau bahkan seluruh bagian tubuh. Penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada atlet sebuah sepak bola juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kebugaran atlet tersebut. Menurut Sharkley (2013) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dinilai mampu mengurangi beban kerja jantung yang berat. Sehingga lebih efisien dalam menghasilkan kebugaran terutama pada ketahanan kardiorespiratori.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidyatullah Jakarta melalui peningkatan aktivitas fisik. Frekuensi yang dianjurkan adalah 1-3 kali/minggu dengan durasi 20-30menit seperti yang dilakukan mahasiswa IPB. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa frekuensi olahraga 1-3 kali/minggu (aktivitas fisik) memiliki hubungan positif dengan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa (PutradanAmalia, 2014). Hasil ini juga didukung oleh penelitian Kay L Cox (2004) bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukannya (Kay L Cox dkk., 2004).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar mahasiswa Prodi kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak bugar. 2. Berdasarkan IMT, sebagian besar mahasiswa memiliki IMT normal. 3. Berdasarkan persen lemak tubuh,sebagian besar mahasiswa memiliki persen lemak tubuh lebih. 4. Berdasarkan asupan karbohidrat,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan karbohidrat yang cukup. 5. Berdasarkan asupan protein,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan protein yang cukup. 6. Berdasarkan asupan lemak, sebagian besar mahasiswa memiliki asupan lemak yang cukup. 7. Berdasarkan asupan vitamin B1,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan vitamin B1 yang cukup. 8. Berdasarkan asupan zat besi,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan zat besi yang cukup. 9. Berdasarkan asupan mangan,sebagian besar mahasiswa memiliki asupan mangan yang cukup.
128
10. Diketahui sebesar 35% mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 65% berjenis kelamin perempuan. 11. Diketahui sebesar 6,7% mahasiswa berstatus perokok dan 93,30% lainnya berstatus bukan perokok. 12. Diketahui nilai tengah dari kapasitas vital paru mahasiswa adalah 3,48 ml. 13. Diketahui nilai tengah dari aktivitas fisik mahasiswa adalah 1400,35 METs. Lakilaki.
Berdasarkan hasil uji hubungan diketahui bahwa : 14. Variabel jenis kelamin, status gizi berdasarkan persen lemak tubuh, kapasitas vital paru, aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat tahun 2015. 15. Variabelstatus gizi berdasarkan IMT, asupan karbohidrat, asupan protein, lemak, vitamin B1, zat besi dan manganserta status merokok tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat tahun 2015.
B. SARAN 1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat a. Diharapkan adanya kegiatan peningkatan kebugaran salah satunya dengan aktivitas fisik, yaitu pembuatan program olahraga rutin di Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan mengikutsertakan seluruh civitas akademika Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, seperti : senamaerobic low impact, lari dan jalan sehat bersama minimal satu kali dalam sebulan. 2. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat a. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi diharapkan untuk mengaplikasikan ilmunya dengan melakukan konseling gizi kepada mahasiswa lainnya terkait kebugaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. b. Bagi mahasiswa, ditengah padatnya jadwal perkuliahan dianjurkan selalu meluangkan untuk berolahraga dengan durasi 20-30 menit secara teratur dan terukur untuk penurunan persen lemak tubuh serta peningkatan kapasitas vital paru dalam mencapai kebugaran yang optimal. c. Bagi mahasiswa dengan berat badan lebih, menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal dengan pengurangan asupan 350-500kkal setiap harinya yang disertai dengan olahraga teratur dengan durasi 20-30 menit untuk mencapai penurunan 0,5-1kg/2minggu. Bagi mahasiswa dengan berat badan normal, dianjurkan untuk mempertahankan berat badannya . d. Pola hidup sehat dengan menghindari faktor yang menyebabkan penurunan kebugaran seperti rokok. e. Bagi mahasiswa, optimalkan penggunaan tangga dibandingkan lift.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan desain studi yang berbeda seperti case control sehingga dapat menggambarkan hubungan kausalitas (sebab akibat) yang lebih kuat terkait faktor yang berhubungan dengan kebugaran mahasiswa. b. Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan metode tes kebugaran yang berbeda sehingga dapat diketahui variasi hasil dengan berbagai metode tersebut. Misalnya dengan Ergometer test, Balke test atau dengan mengukur kebugaran dari komponen lainnya seperti fleksibilitas dan kekuatan otot. c. Diharapkan untuk meneliti zat gizi lain yang diduga berhubungan dengan kebugaran seperti vitamin C, Mg, Cu dan lainnya. d. Diharapkan untuk meneliti variabel lain yang diduga dapat ditemukan kemaknaannya yaitu antara asupan energi dengan persen lemak tubuh. e. Diharapkan untuk melakukan analisa data sampai pada analisis multivariate untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA Ad’dien, H. 2011. Perbandingan Pengaruh Latihan Antara Permainan Kasti dengan Permainan Benteng Terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani dan Kapasitas Vital Paru-Paru Murid SD Kecamatan BACUKIKI Kota Pare-Pare. Competitor, Nomor 2 Tahun 3,Juni 2011. Afriwardi 2011. Ilmu Kedokteran Olahraga, Jakarta EGC. AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Alfian, T. A. 2012. Pengaruh Jalan Kaki Terhadap Jalan Kaki Terhadap Kapasitas Vital Paru dan VO2 Max. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. Ali, M. 2012. Kontribusi Status Gizi dan Motivasi Belajar Terhadap Kesegaran Jasmani Mahasiswa PORKES UNJA Jurnal Cerdas Sifa 1, Edisi No.1. Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Alpay Güvenç, Caner Açıkada, Alper Aslan & Kamil Özer. 2011. Daily physical activity and physical fitness in 11-to 15-year-old trained and untrained Turkish boys Journal of Sports Science and Medicine (2011) 10, 502-514 Anam, M., Mexitalia, M., Widjanarko, B., Pramono, A., Susanto, a. & Subagio, H. W. 2010. Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lemak Tubuh, dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obes. Sari Pediatri, Vol. 12 No. 1. Ashok, C. 2008. Test Your Physical Fitness. Delhi : India: Kalpaz Publication. Astrand. 1992. Physical Activity and Fitness. American Journal of Clinical Nutrition, 55 (1992) : 1231S - 6S. Aula, L. E. 2010. Stop Merokok, Yogyakarta, Penerbit Garailmu. Bawiling, N. S., Adiputra, N. & Tirtayasa, K. 2014. Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar. Volume 2, No. 1 : 150 – 161, Maret 2014. Bernard Gutin, Paule Barbeau, Scott Owens, Christian R Lemmon, Mara Bauman, Jerry Allison, HyunSik Kang & Mark S Litaker. 2002. Effects of exercise intensity on cardiovascular fitness, total body composition, and visceral adiposity of obese adolescents1–3. Am J Clin Nutr 2002;75:818–26. Boyle, M. A. & Long, S. 2010. Personal Nutrition Seventh Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. Budiman, I. 2014. Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand. Jurnal Kesehatan Masyarakat, volume 2, No. 1 : 150 – 161. Bustan, M. N. 2013. Perokok VS Olahragarwan Manfaat Olahraga Bagi Perokok dan Risiko Bagi Olahrgawan. Jurnal AKK, Vol 2 No 3, September 2013, hal 48-53. Carnethon, M. R., Martha Gulati & Philip Greenland. 2005. Prevalence and Cardiovascular Disease Correlates of Low Cardiorespiratory Fitness in Adolescents and Adults. American Medical Association JAMA, December 21, 2005—Vol 294, No. 23 Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2003. Gizi Atlet Sepakbola, Jakarta, Direktorat jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, Jakarta, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Jakarta. Diana, D., Basuki, B. & Kurniarobbi., J. 2009. Low physical activity work-related and other risk factors increased the risk of poor physical fitness in cement workers. Med J Indones, Vol.18, No. 3, July - September 2009. Eli Erawati, Miftah Azrin & Indra Yovi. 2014. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Ketahanan Kardiorespiratori pada Dosen Pria Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas RIAU. JOM FK Vol. 1 No. 2 Oktober 2014. Elizabeth J.Corwin 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3, Jakarta, Penerbit Kedokteran EGC.
vi
vii Fatmah 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga, Bandung, Lubuk Agung. Fery Lusviana Widiany, M. Noerhadi & Rahyaningsih. 2014. The Relationship Between The Consumption Pattern of Carbohydrat, Protein and Fat With The Cardiprespiration Health on Soccer Athletes of PERSIBA Bantul. Jurnal Medika Respati, Vol 9, No 2 (2014). Galih Tri Utomo, Said Junaidi & Rahayu, S. 2012. Latihan Senam Aerobik untuk Menurunkan Berat Badan, Lemak dan Kolesterol. Journal of Sport Sciences and Fitness (1) (2012). Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutrition Assasment Second Edition, USA, Oxford University Press, Inc. Guyton, H. d. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC. Hall dan Guyton 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC Kedokteran. Hapsari, E. W. 2014. Perbedaan Kesegaran Jasmani dan Status Gizi Antara Perokok dan Bukan Perokok Pada Siswa Putra Kelas IX SMPN 1 TLOGOWUNGU PATI Tahun Ajaran 2012/2013. Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph. Hapsari, M., Penggalih, S. T. & Huriyati, E. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi dan Stamina Atlet Pada Sebuah Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 4, Desember 2007. Hardinsyah, Riyadi, H. & Napitupulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat, Bogor, Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB. Harikedua, V. T. & Tando, N. M. 2012. Aktivitas dan Pola Makan Dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado. GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012. Harmani, A. R. & Mansyur, M. 2013. Peran Indeks Massa Tubuh, Tanda Vital dan Sosiodemografi terhadap Kebugaran Peserta Klub Jantung Sehat, Jakarta Timur. eJKI, Vol. 1, No. 3, Desember 2013. Hartati, Tandiyo Rahayu, Fauziah. N Kurdi & Soegiyanto, K. 2012. Pengaruh asupan micro nutrient, aktivitas fisik dan jenis kelamin terhadap kebugaran jasmani siswa sekolah dasar penderita anemia. Journal of Physical Education and Sports, 2. Hermanto, R. A. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Wanita Vegetarian. Universitas Diponegoro. Herry, K. & Eram.T.P 2009. Panduan Praktikum, UNNES Press. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2011a. Fitness and Wellness 9th United State of America, Wadsworth, Cengage Learning. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2011b. Fitness and Wellness Ninth Edition, USA, Wardsworth Cengage Learning. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, S. A. 2014. Principles and Labs for Fitness and Wellness, Twelfth Edition. USA: WardsWorth Cengage Learning. Institute Of Medicine 2005. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients) A Report of the Panel on Macronutrients. Washington DC: The National Academic Press. IPAQ 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) – Short and Long Forms USA: IPAQ. Iqbal Kameswara P.S., D. Y. F. 2015. Perbedaan Nilai VO2Max dan Jarak Tembuh Lari antara Pemberian Susu Rendah Lemak dan Minuman Olahraga Komersial pada Atlet Sepakbola. Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015. Ira Wolinsky & Judy A. Driskell 2006. Sports Nutrition: Vitamins and Trace Elements, Second Edition, Boca Raton, CRC Press. Irawan, M. A. 2007. Nutrisi, Energi & Performa Olahraga. Sport Science, Volume 01 (2007) No. 04. Irfan, M. 2011. Pedoman Berolahraga yang Menyehatkan (Upaya Menggugah Masyarakat Untuk Aktif Melakukan Aktivitas Fisik Dalam Usaha Preventif Terhadap Penyakit Degeneratif di Sumatera Utara). UNIMED Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol.17 no.65. Jonatan R Ruiz, Nico S Rizzo, Anita Hurtig-Wennlöf, Francisco B Ortega, Julia Wa¨rnberg & Sjöström, M. 2006. Relations of total physical activity and intensity to fitness and fatness in children: the European Youth Heart Study. Am J Clin Nutr 2006;84:299 -303
viii Jose´ M. Saavedraa, Silvia Torresb, Berta Carob, Yolanda Escalantec, Ernesto De la Cruza, Marı´a J. Dura´nd & Rodrı´gueze, F. A. 2008. Relationship between health-related fitness and educational and income levels in Spanish women. Journal The Royal Institute of Public Health. 2008;122(8):794-800. Kay L Cox, Valerie Burke, Alan R Morton, Lawrence J Beilin & Ian B Puddey. 2004. Independent and additive effects of energy restriction and exercise on glucose and insulin concentrations in sedentary overweight men1–3. Am J Clin Nutr 2004;80:308–16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. In: ANAK, K. K. R. D. J. B. G. D. K. I. D. (ed.). Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013a. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi, Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Gizi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013b. Riset Kesehatan Dasar 2013, JAKARTA, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014. Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 1 Tahun 2014 Tentang Kerjasama Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Asing dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia. In: INDONESIA, K. P. D. K. R. (ed.). Kemper, H. C. G., Vente, W. D., Mechelen, W. V. & Twisk, J. W. R. 2001. Adolescent Motor Skill and Performance: Is Physical Activity in Adolescence Related to Adult Physical Fitness? American Journal Of Human Biology 13:180–189 (2001). Kharisma Tamimi & Rimbawan. 2015. Nutritional adequacy, physical activity, and cardiorespiratory fitness of Indocement workers Bogor. Jurnal Gizi Pangan, Maret 2015, 10(1): 33-40. Kristian, A. H. 2014. Pengaruh Lomba Kompetensi Siswa (LKS) terhadap motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket SMKN 1 JOMBANG. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, 792 - 795, 792 ISSN : 2338-798X. Lee, P. H., Macfarlane, D. J., Lam, T. & Stewart, S. M. 2011. R EVI EW : Validity of the international physical activity questionnaire short form (IPAQ-SF): A systematic review. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity ; Bio Med Central. Magutah. 2013. Cardio-respiratory fitness markers among Kenyan university students using a 20m shuttle run test (SRT). African Health Sciences, Vol 13 Issue 1 March 2013. Mario Vaz, Maria Pauline, Uma S. Unni, Panam Parikh, Tinku Thomas, A.V. Bharathi, Sandhya Avadhany, Sumithra Muthayya, Ruchika Mehra & and Anura V. Kurpad. 2011. Micronutrient Supplementation Improves Physical Performance Measures in Asian Indian School-Age Children1–4. The Journal of Nutrition Nutrient Physiology, Metabolism, and NutrientNutrient Interactions. Martins D, Tareen N, Pan D & Norris K. 2003. The relationship between body mass index, blood pressure and pulse rate among normotensive and hypertensive participants in the third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Europe PubMed Central. Matsuzaka, A., Takahashi, Y., Yamazoe, M., Kumakura, N., Ikeda, A., Wilk, B. & Bar-Or, O. 2004. Validity of the multistage 20-m shuttle-run test for Japanese children, adolescent and adults. Pediatrics and science, 16, 113-25. Monyeki MA, Neetens R, Moss SJ & Twisk J. 2012. The relationship between body composition and physical fitness in 14 year old adolescents residing within the Tlokwe local municipality, South Africa: the PAHL study. BMC Public Health. 2012 May 24;12:374. Muhibbut Thibri, Tuti Restuastuti & Azrin, M. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kebugaran Jasmani Pada Mahasiswa Kedokteran Universitas RIAU. JOM Volume 1, No 2.
ix Muizzah, L. 2013. Hubungan antara kebugaran dengan status gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bachelor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Murray, R. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Ed. , New York : Lange, Medical Publications, hlm. 155, 459. Nadia Harira, Asnawati & Huldani. 2013. Perbandingan Nilai VO2 Maks antara Siswa Terlatih dengan Siswa Tidak Terlatih di SMAN 1 Martapura. Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013. Nieman, D. 2001. The exercise test as a component of the total fitness evaluation. Nieman, D. 2007. Exercise Testing and Prescription: A Health Related Approach, USA, McGraw-Hill Companies Inc. Nieman, D. 2011. Excercise Testing and Prescriptions : Health - RelatedApproach. , Newyork : USA, McGraw : Hill. Nugraheni, S. W. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Lansia di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. INFOKES, Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, ,VOL. 3 NO. 1, Februari 2013. Nurwidyastuti, D. 2012. Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status gizi dan Faktor-Faktor Lain Dengan Status Kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Sarjana, Universitas Indonesia. Papathanasiou, G., Georgoudist, G., Papandreou, M., Spyropoulus, P., Georgekapoulos, D., Kalfakakou, V. & Evangelou, A. 2009. Reliability Measures of the Short International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) in Greek Young Adults. Hellenic J Cardiol 2009; 50: 283-294 I. Prabowo, S. B. 2014. Tingkat Kebugaran Jasmani Anggota Klub Jantung Sehat. Journal of Physical Education, Sport Health and Recreations. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr. Pribis, P., Burtnack, C. A., McKenzie, S. O. & Thayer, J. 2010. Article : Trends in Body Fat, Body Mass Index and Physical Fitness Among Male and Female College Students. Nutrients 2010, 2, 1075-1085 ISSN 2072-6643 www.mdpi.com/journal/nutrients. Puskesjasrek 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar., Jakarta, Depdiknas. Putra, R. N. & Amalia, L. 2014. Hubungan Asupan Energi Protein dan Frekuensi Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Masaa Otot Pada Mahasiswa IPB. JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret 2014. Rahmaan Innash & Ika Rosdiana. 2013. The Relationship between Total Blood Cholesterol Level and VO2 max in 6-Minute Walk Test. An Analitical Observational Study in Students of Medical Faculty UNISSULA aged 19 to 21 years. Sains Medika, Vol. 5, No. 1, Januari - Juni 2013 : 1-3. Saqurin, A. 2013. Fitness Level In Students With Taekwondo Sport at Airlangga University. Journal UNAIR. Sari, S. R. 2014. Stres Sebagai Faktor Dominan Terhadap Status Kebugaran Aerobik Pada Satpam Laki-Laki di Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Sarwono. 2000. Kebugaran Jasmani Mahasiswa Hubungan dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Haemoglobin PAEDAGOGIA, Jilid 11, , Nomor 2, Agustus 2008, halaman 124 - 135. Sharkey J. Brian 2013. Fitness & Health-7th Edition. United State of America: Courier Company.Inc. Society, C. 2011. PAR-Q and You Test. Canadian Society for Exercise Physiology www.csep.ca/forms. Sostroasmoro, S. 2014. Pemilihan subjek penelitian. In: SUDIGDO SOSTROASMORO & ISMAEL, S. (eds.) Dasar-Dasar Metodologi Penelitan Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Sugiarsi, S. 2012. Hubungan Antara Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Kelompok Ibu PKK Di Kecamatan Banjarsari. Maternal Volume 6. Sugiyono 2007. Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV. Alfabeta Sumantri, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Supariasa 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama. Tonni Limbong, S. K., M.Kom 2013. Seminar "Peranan Mahasiswa Dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi Informasi". Medan: STMIK Budi Dhrma.
x WHO. 2005. International Physcal Activity Questionaire (IPAQ). Wilkins, L. W. a. 2007. Nutrition Made Incridicle Easy, USA, Wolters Kluwer Health Inc. Williams, M. H. 2002. Nutrition for Health, Fitness and Sport, New York ; USA, McGraw-Hill Higher Education.
xi
LAMPIRAN
Tabel Estimasi Nilai VO2 Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk VO2Maks Level Blk 1 17.20 1 33.25 11 46.80 6 1 6 9 13 2 17.60 2 33.60 1 47.10 7 10 3 18.00 3 33.95 2 47.40 8 4 18.40 4 34.30 3 47.70 9 5 18.80 5 34.65 4 48.00 10 6 19.20 6 35.00 5 48.35 11 7 19.60 7 35.35 6 48.70 12 1 20.00 8 35.70 7 49.00 13 2 2 20.40 9 36.05 8 49.30 1 14 3 20.75 10 36.40 9 49.60 2 4 21.10 1 36.75 10 49.90 3 7 5 21.45 2 37.10 11 50.20 4 6 21.80 3 37.45 1 50.50 5 11 7 22.15 4 37.80 2 50.80 6 8 22.50 5 38.15 3 51.10 7 1 23.05 6 38.50 4 51.40 8 3 2 23.60 7 38.85 5 51.65 9 3 23.95 8 39.20 6 51.90 10 4 24.30 9 39.55 7 52.20 11 5 24.65 10 39.90 8 52.50 12 6 25.00 1 40.20 9 52.80 13 8 7 25.35 2 40.50 10 53.10 1 15 8 25.70 3 40.80 11 53.70 2 1 26.25 4 41.10 12 53.90 3 4 2 26.80 5 41.45 1 54.10 4 12 3 27.20 6 41.80 2 54.30 5 4 27.60 7 42.10 3 54.55 6 5 27.95 8 42.40 4 54.80 7 6 28.30 9 42.70 5 55.10 8 7 28.70 10 43.00 6 55.40 9
VO2Maks 58.70 59.00 59.30 59.55 59.80 60.20 60.60 60.76 60.92 61.10 61.35 61.60 61.90 62.20 62.45 62.70 63.00 63.30 63.65 64.00 64.20 64.40 64.60 64.85 65.10 65.35 65.60 65.90 66.20 66.45
Level Blk VO2Maks 8 69.50 16 9 69.75 10 70.00 11 70.25 12 70.50 13 70.70 14 70.90 1 71.15 17 2 71.40 3 71.65 4 71.90 5 72.15 6 72.40 7 72.65 8 72.90 9 73.15 10 73.40 11 73.65 12 73.90 13 74.13 14 74.35 1 74.58 18 2 74.80 3 75.05 4 75.30 5 75.55 6 75.80 7 76.00 8 76.20 9 76.45
Level Blk VO2Maks 6 79.20 19 7 79.45 8 79.70 9 79.95 10 80.20 11 80.40 12 80.60 13 80.83 14 81.00 15 81.30 1 81.55 20 2 81.80 3 82.00 4 82.20 5 82.40 6 82.60 7 82.90 8 83.00 9 83.25 10 83.50 11 83.70 12 83.90 13 84.10 14 84.30 15 84.55 16 84.80 1 85.00 21 2 85.20 3 85.40 4 85.60
Level Blk VO2Maks Level Blk 8 29.10 11 4 8 9 29.50 1 9 1 29.85 2 5 2 30.20 3 3 30.60 4 4 31.00 5 5 31.40 6 6 31.80 7 7 32.17 8 8 32.54 9 9 32.90 10
VO2Maks Level Blk 43.30 7 12 43.60 8 43.90 9 44.20 10 44.50 11 44.65 12 45.20 1 13 45.55 2 45.90 3 46.20 4 46.50 5
VO2Maks Level Blk 55.70 10 15 56.00 11 56.25 12 56.50 13 57.10 1 16 57.26 2 57.46 3 57.60 4 57.90 5 58.20 6 58.46 7
VO2Maks Level Blk 66.70 10 18 67.05 11 67.40 12 67.60 13 67.80 14 68.00 15 68.25 1 19 68.50 2 68.75 3 69.00 4 69.25 5
VO2Maks Level Blk 76.70 5 21 76.95 6 77.20 7 77.43 8 77.66 9 77.90 10 78.10 11 78.30 12 78.55 13 78.80 14 79.00 15 16
VO2Maks 85.85 86.10 86.30 86.50 86.70 86.90 87.15 87.40 87.60 87.80 88.00 88.20
Form Code : (diisi oleh Petugas)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
Assalamualaikum Wr.Wb Perkenalkan saya adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah jakarta tahun 2015”. Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Oleh sebab itu, saya meminta bantuan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya sangat mengharapkan anda mengisi formulir penilaian asupan gizi dengan metode recal 24 jam, PAR-Q Test dan IPAQ serta mengikuti serangkaian kegiatan dari penelitian (pengukuran Anthropometric, persen lemak tubuh dan tes kebugaran (20 m shuttle run) dengan lengkap. Atas perhatian dan kerjasama nya, saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb
Hormat Saya
HASANAH PUTRI
Form Code : (diisi oleh Petugas)
FORM KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA
:
NIM
:
JENIS KELAMIN
:
TANGGAL LAHIR
:
ANGKATAN
:
NO. TELPHON
:
EMAIL
:
Menyatakan bersedia menjadi responden dan akan mengikuti penelitian sesuai dengan metode yang dilakukan peneliti.
Jakarta,
APRIL 2015 RESPONDEN
(
)
PAR- Q and YOU (Kuesioner untuk usia 16-59) (Society, 2011) Latihan fisik merupakan hal yang menyenangkan dan menyehatkan dan semakin banyak orang yang semakin aktif setiap harinya. menjadi lebih aktif merupakan hal yang aman bagi beberapa orang. namun, beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter untuk menjadi individu yang lebih aktif. Jika Anda berencana untuk menjadi lebih aktif dalam aktivitas fisik daripada sekarang, Mulailah dengan menjawab tujuh pertanyaan pada kotak dibawah ini. Jika Anda berusia 16-59 tahun, kuesioner ini akan memberi informasi bila Anda harus memeriksakan diri ke dokter sebelum memulai program.Apabila Anda tidak seharusnya menjadi sangat aktif, periksakan ke dokter Anda. Anda merupakan penuntun terbaik dalam menjawab pertanyaan ini. harap baca pertanyaan dengan baik dan jawab setiap pertanyaan dengan jujur. tandai YA atau TIDAK. PERTANYAAN
YA
TIDAK
1. Pernahkan Anda mengatakan bahwa Anda memiliki kondisi jantung lemah, dan penyakit jantung bawaan serta penyakit paru seperti Asma, TBC, Pneumonia dan harus menjalankan aktivitas fisik sesuai dengan anjuran dokter ? 2. Apakah Anda merasa sakit di dada saat melakukan aktivitas fisik ? 3. Pada bulan terakhir, apakah Anda memiliki rasa sakit di dada saat melakukan aktivitas fisik ? 4. Apakah Anda kehilangan keseimbangan dikarenakan pusing
atau
apakah Anda pernah mengalami kehilangan kesadaran ? 5. Apakah Anda memiliki masalah tulang atau lainnya (seperti punggung, lutut, dan pinggul) yang menjadi lebih buruk akibat perubahan aktivitas fisik Anda? 6. Apakah sekarang dokter Anda memberi resep obat-obatan untuk tekanan dara atau kondisi jantung Anda ? 7. Apakah Anda mengetahui alasan lain mengapa Anda tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik ?
Tanda Tangan :
HASANAH PUTRI
Tanggal :
xvi
DIISI OLEH PETUGAS A. STATUS GIZI 1 Berat Badan
:
Kg
2 Tinggi Badan
:
m
3 IMT
:
Kg/m2
4 Persen Lemak Tubuh : 5 Tekanan darah
:
6 Status merokok
:
%
7 Kapasitas Vital Paru :
B. ASUPAN ZAT GIZI 1 Karbohidrat : ………… g = …………. % AKG 2 Proteein
: ………… g = …………. % AKG
3 Lemak
: ………… g = …………. % AKG
4 Diet
: Ya/ Tidak
5 Konsumsi Suplemen dan sejenisnya Jika, Ya. Jenis Suplemen
: Ya/ Tidak :
C. AKTIVITAS FISIK 1 Kategori Ringan : ……………………… METs-min/minggu 2 Kategori Sedang : ……………………… METs-min/minggu 3 Kategori Berat
HASANAH PUTRI
: ……………………… METs-min/minggu
xvii
KUESIONER AKTIVITAS FISIK (IPAQ, 2005) Petunjuk pengisian : 1. Tidak ada jawaban benar atau salah, ini bukan tes 2. Pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan akurat Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik selama 7 hari terakhir 1) Aktifitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Seperti : Jalan cepat, jogging,/berlari, bersepeda dimedan berliku/tanjakan, dansa, menari, berkebun (dengan menggunakan peralatan berat, memanjat, memotong ranting), melakukan pekerjaan rumah tangga (memindahkan furniture, membawa belanja dan benda berat sambil menaiki/menuruni tangga, bermain dengan anak-anak (berlari, bersepeda), senam aerobikyang dilakukan minimal selama 10 menit. a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik berat seperti yang dijelaskan diatas ? ______________________ hari seminggu b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik berat tersebut dalam sehari ? _________jam__________ menit sehari
2) Aktifitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang sedang sehingga membuat anda bernafas agak lebih kuat dari biasanya. Seperti : yoga, senam bukan aerobik (golf, tennis, voli, bulu tangkis), berolahraga dirumah (sit up, push up), berkebun (membersihkan rumput dan daun yang berserakan, mencangkul, menanam), pekerjaan rumah tangga (mengepel lantai dan membersihkan rumah dengan banyak menggunakan tangan, menjemur pakaianyang dilakukan minimal selama 10 menit. a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik sedang seperti yang dijelaskan diatas? ______________________ hari seminggu b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang tersebut dalam sehari ? _________jam__________ menit sehari HASANAH PUTRI
xviii
3) Berjalan kaki termasuk berjalan kaki dirumah dan ditempat kerja atau kampus, berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain dan berjalan kaki untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu senggangyang dilakukan minimal selama 10 menit.
Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan berjalan kaki seperti yang dijelaskan diatas? ______________________ hari seminggu
Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk berjalan kaki tersebut dalam sehari ? _________jam__________ menit sehari
4) Duduk termasuk bagian dari perilaku sedentary. Waktu yang digunakan untuk duduk pada hari kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk yang dihabiskan duduk ditempat kerja, dikampus, dirumah, waktu belajar dan pada waktu senggang, mengunjungi teman-teman, membaca atau duduk atau berbaring sambil menonton televisiyang dilakukan minimal selama 10 menit. a) Selama 7 hari sebelumnya, berapa waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang dijelaskan diatas? ______________________ hari seminggu b) Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang dijelaskan diatas dalam sehari ? _________jam__________ menit sehari
TERIMAKASIH
HASANAH PUTRI
xix
HARI/ TANGGAL
:
PEWAWANCARA
: FORMULIR PENILAIAN ASUPAN ZAT GIZI METODE RECALL 24 JAM
WAKTU
MAKANAN
BAHAN
JUMLAH
MAKANAN UKURAN RUMAH
BERAT
TANGGA (URT)
(gram)
PAGI/ JAM
SIANG/ JAM
HASANAH PUTRI
xx
MALAM/JAM
TERIMAKASIH HASANAH PUTRI
xxi
FORMULIR PENGHITUNGAN BALIKAN BLEEP TEST / 20 m Shuttle Run (Puskesjasrek, 2000)
Level / tingkatan
Shuttle / balikan ke……….
ke……… 1
1234567
2
12345678
3
12345678
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kemampuan Maksimal
:.......
Tingkatan
:.......
Balikan
:.......
VO2 maks
: . . . . . . . ml/kg/BB/menit
HASANAH PUTRI
xxii
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKAPITULASI DATA MAHASISWA PROGRAM REGULER PER 23 DESEMBER 2014
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
1
1111101000001
INDAH JAMIATUN HASANAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
2
1111101000002
SRI HENNY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
3
1111101000003
AHMAD MUNIR KAMIL MANIK
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
4
1111101000004
EKA LESTARI SITEPU
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
5
1111101000005
ASRIL YUSUF PUTRA FAU
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
6
1111101000006
LAILATUL MAGHFIROH SALIM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
7
1111101000007
HALIMATUSADIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
8
1111101000008
DENOK ARISKA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
9
1111101000010
ARIBAH RAFIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
10
1111101000011
SARAH AJENG KUSUMARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
11
1111101000012
WAHYU GITO PUTRO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
12
1111101000013
AWALIYAH RIZKA SAFITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
13
1111101000014
LAILATUL MAGHFIROH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
14
1111101000015
NURHIDAYATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
15
1111101000016
WANDA JAYA PURNAMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
16
1111101000018
IQRAR RAMADHAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
17
1111101000019
BAKAR AL-SHIDIQ
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
18
1111101000020
NURLINA BINTAN U. B.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
19
1111101000021
AINIL FITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
20
1111101000022
LAILA ROMLAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
21
1111101000023
SARAH ISLAMIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
22
1111101000024
NADITA ANGGIASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
23
1111101000025
AHMAD RIHENA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
24
1111101000026
WULAN SAVITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
25
1111101000027
SAFIRA ANINDITA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
26
1111101000028
KEMAL ALFAJAR
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
27
1111101000029
RAHMA YUSFARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
28
1111101000030
RIZKI AMALIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
29
1111101000032
SAFIRA HILWA TSAURI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
30
1111101000033
FALAH NUR RAHMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
31
1111101000034
UNIQUE GITA CLAUDIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
32
1111101000035
ANDAM AR-RAHMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
33
1111101000036
DINA ADLINA AMU
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
34
1111101000037
NURUL ISMI RUBBIANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
35
1111101000038
PUTRI HANDAYANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
36
1111101000039
DWI NURVITA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
37
1111101000040
NADRA ANNISWAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
38
1111101000041
RUDITHO PRIYANDI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
39
1111101000042
ANIS SAPUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
40
1111101000043
NUR FITRI AFIATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
41
1111101000044
PUTRI DWI KARINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
42
1111101000045
PUTRI ANGGRAENI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
43
1111101000046
AJRINA WINASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
44
1111101000047
DEFIRNA INDAH P
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
45
1111101000048
AYU ROCHANA CHANDRADEWI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
46
1111101000049
DESY PUSPARINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
47
1111101000050
CHRISTINA LIA WATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
48
1111101000051
AHMAD AFIF MAULUDI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
49
1111101000052
ANJAR NOFIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
50
1111101000053
DESFI NUR KHARISMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
51
1111101000054
DEISTANIA MAHARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
52
1111101000055
NURANI FITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
53
1111101000056
SITI KHOTIJAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
54
1111101000057
ISMI DZALVA ALFIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
55
1111101000058
RINI SEPTIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
56
1111101000060
SHELA AYU PURYANDINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
57
1111101000061
DINI CHAIRONISA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
58
1111101000062
ENJARIYANTO PRATAMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
59
1111101000063
ALMEN FERCUDANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
60
1111101000064
UKHFIYA QURROTA A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
61
1111101000065
ALFICA AGUS JAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
62
1111101000066
DAILY LINTANG A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
63
1111101000067
NABILA DEWI ICHSANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
64
1111101000068
ANANTIKA ANISSA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
65
1111101000069
SELLY TRI MINATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
66
1111101000070
HARUM AULIA RAHMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
67
1111101000071
RIZKIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
68
1111101000072
AMALIA FAUZIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
69
1111101000073
NURUL FAJRIATIPRAPTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
70
1111101000075
ASWANSAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
71
1111101000076
FARAH WILDANIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
72
1111101000077
IKA AMALIA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
73
1111101000078
ALIFIA NADANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
74
1111101000079
MEITAMA ARIEF B.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
75
1111101000080
AYU SEPTYA WULANDARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
76
1111101000081
NURUL FIKRIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
77
1111101000082
META WIDYA NINGSIH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
78
1111101000083
SRI FUJI ASTUTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
79
1111101000085
IBNU BURHANUDIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
80
1111101000086
ALVINA YARRA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
81
1111101000087
RENITA PERTIWI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
82
1111101000088
RIDANTI LENGGO GENI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
83
1111101000089
LATANZA SHIMA D.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
84
1111101000090
DWI RAHMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
85
1111101000091
WIDYA UMAMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
86
1111101000092
RIZKI ASRIANI PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
87
1111101000093
ROKHMAH NUR RISKHA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
88
1111101000094
ABDUL KARIM ASMA'ULLUDIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
89
1111101000095
DESY WULANDARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
90
1111101000096
FARIS MUHAMMAD ZIKRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
91
1111101000097
NURLIDYAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
92
1111101000098
LANY APRILI S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
93
1111101000099
YOURIKE ALIA S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
94
1111101000100
ANNISA SEPTIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
95
1111101000101
SRI WAHYU FITRIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
96
1111101000102
NIKEN KUSUMA WARDANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
97
1111101000104
ANISA AJENG NASTITI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
98
1111101000105
RAHMA ARDHEANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
99
1111101000106
FEBRIANA MAIZURA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
100
1111101000107
ANISA KHOERUNISA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
101
1111101000108
BETTI R A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
102
1111101000109
SALSABILA TRIANA DWIPUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
103
1111101000110
AQMARINA MAHADIBYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
104
1111101000111
NUR IKHSANI RAHMATIKA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
105
1111101000112
AL KAHFI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
106
1111101000113
RYANTIO PRIYONO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
107
1111101000114
PUTRI WIDIASTUTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
108
1111101000115
INDAH RATIKASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
109
1111101000116
ANGGITA RISQI P
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
110
1111101000117
KARTIKA ANISA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
111
1111101000119
DWI RAMADHANI P
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
112
1111101000120
SESMITA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
113
1111101000122
LINA SRI MARLINAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
114
1111101000123
HASANAH PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
115
1111101000124
PRADITYA MIRTARA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
116
1111101000126
NURRIZKY WISUDAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
117
1111101000127
CHANDRA PERDANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
118
1111101000128
HARI AGUS PRANATA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
119
1111101000129
DONNA PERTIWI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
120
1111101000130
UMI KHALIFAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
121
1111101000131
EFRI MALISA DWI PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
122
1111101000132
ROIS SOLICHIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
123
1111101000133
NAILA ROHMATIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
124
1111101000134
MUSLIM BAHORI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
125
1111101000135
MAHMUD BADARUDDIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
126
1111101000136
SUGIARTO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
127
1111101000137
HIDAYAT S BAKALINGA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
128
1111101000138
IKA NUR ATIKOH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
129
1111101000139
SUKMA MARDIYAH PANGGABEAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
130
1111101000140
MOH HATAN FAHLEDI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
131
1111101000141
FAIZATUL ISLAMIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
132
1111101000142
FEELA ZAKI SAFITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2011
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
Jumlah Total Mahasiswa 132 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKAPITULASI DATA MAHASISWA PROGRAM REGULER PER 23 DESEMBER 2014
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
1
1112101000001
CESIL MAGDALENA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
2
1112101000002
FITRI HANDAYANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
3
1112101000003
YUDHISTIRA PRASETYO ANANDA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
4
1112101000004
MURSALINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
5
1112101000005
TYAS INDAH PERMATASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
6
1112101000006
SRI WIDIYASTUTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
7
1112101000007
HESTI WILDANI DAULAY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
8
1112101000008
SYIFA AZKIYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
9
1112101000009
AYU SARIYANI HARAHAP
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
10
1112101000010
NURIL HIDAYAH AL HASANAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
11
1112101000011
NURZIA ULHAQ
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
12
1112101000012
EVI LUTHFIAH KHAIRIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
13
1112101000013
MARYURY FUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
14
1112101000014
VIRA RAHMAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
15
1112101000017
NIZAR FATHUL KHOIR
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
16
1112101000018
LAILY RACHMAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
17
1112101000019
UMI KALSUM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
18
1112101000020
SITI AISYAH NAINGGOLAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
19
1112101000021
PRADITA SRIE KOESDIYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
20
1112101000022
YULIA ELIZABETH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
21
1112101000023
ABDU ROHIM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
22
1112101000024
ISNAENI WAHYU SAPUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
23
1112101000025
MARIATUL QIBTIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
24
1112101000026
RICO ADIYATMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
25
1112101000027
RATNASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
26
1112101000028
OFIN ANDINA P S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
27
1112101000029
YUFA ZURIYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
28
1112101000032
YOLA DWI PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
29
1112101000033
AGIN DAROJATUL A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
30
1112101000034
ANNISA SAYYIDATUL U
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
31
1112101000035
AYU SAVITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
32
1112101000037
LILIS YULIARTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
33
1112101000038
ELSYA RISTIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
34
1112101000039
RIKA APRIYANTI H
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
35
1112101000040
ARINA MUTHIA NURSANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
36
1112101000041
RAHFITA FERDINAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
37
1112101000042
JUWITA WIJAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
38
1112101000043
SYAHIDAH FITRIA A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
39
1112101000044
PUTRI AYUNI S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
40
1112101000045
DEVINA KOESNATASHA A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
41
1112101000046
FARRAS PUTRI ARIANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
42
1112101000047
TYAS WIDYA U
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
43
1112101000048
ANDINI SEPTIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
44
1112101000049
WIDYANFRI WIRA P S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
45
1112101000050
EKA ARI NURYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
46
1112101000051
NURMARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
47
1112101000053
NURAZIZAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
48
1112101000054
REIZA NURUL MARIFAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
49
1112101000055
ANISA APRILIYANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
50
1112101000056
SARAH APRILIA R
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
51
1112101000057
ALVIRAL MUHAMAD
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
52
1112101000058
ASTRID KAROLINA .A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
53
1112101000060
NOVA ELYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
54
1112101000061
ANNISA DWI LESTARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
55
1112101000062
SEKAR WIGATI S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
56
1112101000064
YOLANDA MUTIARA C
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
57
1112101000065
ATTHINA AYU MUSTIKA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
58
1112101000066
CORY SELVIANA DEVI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
59
1112101000067
SILMI MUFIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
60
1112101000068
MUH. TSABIT A
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
61
1112101000069
ERIKA HIDAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
62
1112101000070
PARAMITA MAULIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
63
1112101000071
AJENG SAKINA GANDAASRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
64
1112101000072
NOVA RIZKI PRAKOSO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
65
1112101000073
NUNI PUSPA SYAHIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
66
1112101000074
IKA NUR SYAFITRIANY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
67
1112101000075
TANTRI PERMADANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
68
1112101000076
TOYYIBAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
69
1112101000077
PUTRI DEWI RIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
70
1112101000078
HANUN HAFIYYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
71
1112101000079
AYU SAJIDA DA'AD ARINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
72
1112101000080
ANIS ROHMANA MALIK
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
73
1112101000081
NADHIRA KHAIRANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
74
1112101000082
HANIFATUN NISA ATH THORIQOH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
75
1112101000083
AZIZAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
76
1112101000084
UKHTY RAHMAH SARI M
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
77
1112101000085
RICHARD WAHYU PRATAMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
78
1112101000086
HALIDA MUTIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
79
1112101000087
YUNI FIRA LARASATY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
80
1112101000089
SUSI SUSANTO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
81
1112101000090
AGUS DWI SAPUTRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
82
1112101000091
MUHAMMAD LUQMAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
83
1112101000092
AHMAD FAIZ
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
84
1112101000093
ANDI SAEFUL MUBARAK
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
85
1112101000094
WIDYA OKTAVIANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
86
1112101000095
APRILITA NOOR AMELIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
87
1112101000096
BELLA KURNIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
88
1112101000097
MAULIDA NELLA MUNA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
89
1112101000098
ARINA KHOIRINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
90
1112101000099
AINIA NURUL AQIDA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
91
1112101000100
NURMALA SAIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
92
1112101000101
NURVITA HAYATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
93
1112101000102
SUHARNI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
94
1112101000103
ASTUTI AKIN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
95
1112101000106
YAUMI KHAIRI AZHARI LUBIS
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
96
1112101000107
FITRIA NURRIZKI ZALMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
97
1112101000108
HILMA AHDIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
98
1112101000111
RISKAH WAHYUNI NASUTION
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
99
1112101000113
RR. PUTRI ANNISYA A. P.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
100
1112101000114
DESTINIA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
101
1112101000115
AYU FHYTA MAHARINI PRATIWI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
102
1112101000116
IVANNULLAH ANGGRIAWAN WIBISONO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2012
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
Jumlah Total Mahasiswa 102 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKAPITULASI DATA MAHASISWA PROGRAM REGULER PER 23 DESEMBER 2014
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
1
1113101000001
DEWI CITRA MURNI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
2
1113101000002
KARTIKA MEGA FITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
3
1113101000003
FINNY RIZKI PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
4
1113101000004
AISYAH FATIMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
5
1113101000005
IFFA IFFATUNNUFUS
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
6
1113101000006
DARA HERWINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
7
1113101000007
KHOIRUNNISA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
8
1113101000008
SITI HINDUN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
9
1113101000009
DEWI HAYATI HAKIM POHAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
10
1113101000010
ISYAH INDAH SARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
11
1113101000011
AMALIA PERMATASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
12
1113101000012
ZULFA ANDIRA MUSTIKARINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
13
1113101000013
FAZA FIDARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
14
1113101000015
DINDA APRILIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
15
1113101000016
RATI MAHISARA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
16
1113101000018
ANNISA AYU SAFITRI LARASWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
17
1113101000019
DESY NUR WAHYUNI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
18
1113101000020
FATIKHATUL MABRUROH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
19
1113101000021
INDAH MAWAR ASHARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
20
1113101000022
IFA SYIFAURROHMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
21
1113101000023
RISKA AYU HANDAYANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
22
1113101000024
LILIS AMALIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
23
1113101000025
A FAUZAN MAULANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
24
1113101000027
CHAIRUNNISA NURLAILI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
25
1113101000028
ANGGI BETHANY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
26
1113101000029
DEWI SABRINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
27
1113101000030
ADE TRIANI UTAMI P
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
28
1113101000031
DESTY PRATIWI M
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
29
1113101000033
DESVIRA ADITARINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
30
1113101000034
NINDY WIDIASTUTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
31
1113101000036
SONIA NUR ANGGRAENI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
32
1113101000037
MEGA SARASWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
33
1113101000038
ARIO JULVIANTINO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
34
1113101000039
RAI SYIFA FAUZIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
35
1113101000040
MEGA TRISNA NIRWANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
36
1113101000041
RIZQI S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
37
1113101000042
DEA ALDILA PUZINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
38
1113101000043
DZUL FARIDAH ARINAL HAQ
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
39
1113101000045
SITI LUTFIYAH RAHMANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
40
1113101000046
AFTAH NAUFAL RIFKI LANTIF
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
41
1113101000047
NAJMATUN NISA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
42
1113101000048
SOFIYULLOH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
43
1113101000049
ARINDA PUSPITA SARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
44
1113101000050
MILA SYAHRIYATUL MAGHFIROH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
45
1113101000051
KHOIRUNNISA DAMAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
46
1113101000052
ANA MUSLIMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
47
1113101000053
TITAH HATI KHOIRURROKHMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
48
1113101000054
DWI INDAH NOVIYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
49
1113101000055
DARMAWAN ABIYANTO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
50
1113101000056
DEWI OCTAVIA NURHAYATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
51
1113101000057
NURSYAHBANI YULIANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
52
1113101000058
MUHAMMAD FARHAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
53
1113101000059
RIZKI ZAHROTUL HAYATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
54
1113101000060
ILMIA NURWAHIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
55
1113101000061
KHOIRUNNISA OCTAVIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
56
1113101000063
SEPTIA PUTRI AROFI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
57
1113101000064
MUTIA RAHMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
58
1113101000065
TRIAMY DIAH ANDINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
59
1113101000066
ICA PUSPITA SARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
60
1113101000067
NADILA SAFIRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
61
1113101000068
LUTHFIATI RAHMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
62
1113101000069
MUHAMMAD ARIANDA PERTHAMA NURRACHMAD
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
63
1113101000070
NARITA DAMAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
64
1113101000071
NUR ATIKA MARWAH HASIBUAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
65
1113101000072
MIRA RIZKIA PUSPITASARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
66
1113101000073
NANDA MAGHFIRAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
67
1113101000074
DINI FADIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
68
1113101000075
SATRIO BUDI PRAKOSA RACHMAN Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
69
1113101000076
DINDA AYU THAHARANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
70
1113101000077
MUHAMMAD AQILA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
71
1113101000078
AGUNG TAHFIDZUL IMAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
72
1113101000081
HILMAH MULYA LESTARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
73
1113101000083
INAYAH ROBBANIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
74
1113101000084
NANDA PARAMITA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
75
1113101000085
AFRIAZI ATMAZA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
76
1113101000086
NUR RISTA AGRESTRYANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
77
1113101000087
AVITA FALAHDINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
78
1113101000089
DIAH AYU SRIKANDI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
79
1113101000090
WIHDATURRAHMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
80
1113101000093
SARAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
81
1113101000096
FITRIA ULFA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
82
1113101000097
FITRIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
83
1113101000098
AFZA AZZINDANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
84
1113101000099
TIRTA INDAH PERDANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
85
1113101000100
RIRIN NOVITA SARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
86
1113101000101
WIDYA PRAYOGA TRIATMAJA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
87
1113101000102
FAHRUL FIRDAUS
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
88
1113101000103
LUTHFI ROFIANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
89
1113101000104
SRI PURWANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
90
1113101000105
KHADZIYATUL FILDAH RUSDINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
91
1113101000106
ACHMAD
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
92
1113101000107
GILANG ANUGERAH MUNGGARAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2013
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
Jumlah Total Mahasiswa 92 Orang
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKAPITULASI DATA MAHASISWA PROGRAM REGULER PER 23 DESEMBER 2014
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
1
11141010000001
DWI AYU NOVIANTARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
2
11141010000002
NURUL FARHANAH SYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
3
11141010000003
TIA AGUSTINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
4
11141010000004
NUR ADINDA REVIDINA LUBIS
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
5
11141010000005
MUHAMMAD LUTFI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
6
11141010000006
ANNISA AMALIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
7
11141010000007
ROHMI FEBRYANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
8
11141010000008
NANDA AMALA ELSANY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
9
11141010000009
NOVA DWI FARHANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
10
11141010000010
DEBI NADILA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
11
11141010000011
NELLIE NOVRIANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
12
11141010000012
NURUL ANISA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
13
11141010000013
DINA AZKA MUFIDAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
14
11141010000014
VENNI FAUZIAH UMRI RITONGA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
15
11141010000015
WARDATUL HASANAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
16
11141010000016
SISKA HARIYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
17
11141010000017
UMI KALSUM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
18
11141010000018
ANITA ST FATONAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
19
11141010000019
GIANTI SARASWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
20
11141010000020
NURIZKA FAUZIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
21
11141010000021
JULIUS PRABOWO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
22
11141010000022
ANNISA DWI UTAMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
23
11141010000023
IRPAN ARDIANSAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
24
11141010000024
MUHAMMAD AL RIDHO PRAWIRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
25
11141010000025
SITI ROMANIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
26
11141010000026
WIWIT SUKMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
27
11141010000027
MAULANA JA’FAR ISLAMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
28
11141010000028
FAUZIA SYIFA I
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
29
11141010000029
WULAN ALAWIYAH JAHRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
30
11141010000030
SARAH NUZUL MUSLIMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
31
11141010000031
KAMILA RAHMADIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
32
11141010000032
MUZLIFAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
33
11141010000033
APRILIA DYAH K S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
34
11141010000034
FADHILAH RIZKY N
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
35
11141010000035
SARAH MAFTU SABILA K
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
36
11141010000036
RIFQI ZAKIYA RAHMANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
37
11141010000037
ANIN NADIYAHTUL HILMA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
38
11141010000038
VINNY YUSRAINI ZAHRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
39
11141010000039
ELLINA VINAJAHI S
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
40
11141010000040
NADHIRA RAMADHANI KH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
41
11141010000041
ANNISA RAHMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
42
11141010000042
FHARIZA SANI RIZKIANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
43
11141010000043
DESTY SETYARINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
44
11141010000044
AJENG ESTU WULAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
45
11141010000045
NUR AULIA FAUZIATIL MUKAROMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
46
11141010000046
SYIFA NABILA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
47
11141010000047
SEPTIANA NURUL HAUFAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
48
11141010000048
ANNISA FIRDAYANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
49
11141010000049
TARA AINUN ADILA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
50
11141010000050
KHUSNUL KHOTIMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
51
11141010000051
RIZKI FATIADI MULYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
52
11141010000052
RISMA APRILLIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
53
11141010000053
NUR PERMATASARI YUNITA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
54
11141010000054
ZAUJAH MUNTHOHAROH SURAHMAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
55
11141010000055
IGNACE ADIBATINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
56
11141010000056
SITI NUROMAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
57
11141010000057
NINDIYA FAZRIANI ADAM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
58
11141010000058
RAHMA DWI KHAIRINA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
59
11141010000059
SOFY DWI SEFRANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
60
11141010000060
CINDY AISYAH FIRDIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
61
11141010000061
SAFFANAH NURIYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
62
11141010000062
ERNES SOPHIA RAHMENIA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
63
11141010000063
SARTIKA MILADANI KULSUM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
64
11141010000064
ANISA MARWA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
65
11141010000065
SENDYA MARTVIYORI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
66
11141010000066
ATSILAH AZRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
67
11141010000067
ALFIANA RIEDHA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
68
11141010000068
SARAH SALSABILA KHAIRANI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
69
11141010000069
NABILAH MUSYARROFAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
70
11141010000070
ESMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
71
11141010000071
TITA RAHMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
72
11141010000072
PUTRI NAWANG WULAN
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
73
11141010000073
MUSTIKA ARUMBINANG
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
74
11141010000074
NURUL FATHIYAH URFA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
75
11141010000075
NURUL MUHAFILAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
76
11141010000076
MUTHI'AH ADIRA JUWONO
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
77
11141010000077
AMALIA POETRI NANINDRA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
78
11141010000078
ADDILA AGINSHA PUTRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
79
11141010000079
HAYATUL NISYA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
80
11141010000080
IRMA FAJAR HADI SURYANINGRUM Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
81
11141010000081
SITI RAHAYU
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
82
11141010000082
ATIKA RAHMAWATI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
83
11141010000083
NABILAH NUR FAUZIAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
84
11141010000084
RUTHFIANIWATY
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
85
11141010000085
ANNISA FITRIANA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
86
11141010000086
ZASMINOFIALTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
87
11141010000087
RIRIN CITRA APRILIANTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
No.
NIM
Nama
Angkata
Status
88
11141010000088
ANNIDA AMBARUMMI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
89
11141010000089
SUCI MAULIDYA PARAMITHA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
90
11141010000090
MIA SARAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
91
11141010000091
IMAN SURYANTA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
92
11141010000092
SYAFITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
93
11141010000093
DEA AMANDA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
94
11141010000094
NI MADE SHELLASIH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
95
11141010000095
ISTIQOMAH NURUL 'AINI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
96
11141010000096
ABANG AHMAD SYARDIANSYAH
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
97
11141010000097
IRENIA TENNOVIA YULIUS
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
98
11141010000098
NUR KARTIKA SARI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
99
11141010000099
MARYAM
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
100
11141010000100
I NYOMAN SANDY PERWIRA DHARMASAKTI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
101
11141010000101
KANNIA NUR OVIDA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
102
11141010000102
SONIA QORI SAFITRI
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
103
11141010000103
ABIDAH ROBBIHA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
104
11141010000104
AINNA FISABILA
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
2014
Aktif
Fakultas
Program Studi
Konsentrasi
Jumlah Total Mahasiswa 104 Orang
Dokumentasi