SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSIDI PUSKESMAS NARAS KECAMATAN PARIAMAN UTARA KOTA PARIAMAN TAHUN 2014 Putri Aulia Arza, Cintia Ayu Anggraini Stikes Perintis Sumbar ABSTRACT Hypertension is one of the diseases degenerativ a public health problem and is also called the silent killer that is a disease without any symptoms. Based on data on the prevalence of hypertension Riskesdas 2007 Indonesian population of 31.7% and the annual report Naras Health Center in 2012 as the number of patients with hypertension 25.2%. This study aimed to determine the risk factors of hypertension in Naras Health Center in 2014. This study included a group analytic survey research, research design control case study with retrospective approach, the study was conducted in May-June 2014 in the Health Center Naras Number of samples 102 people. The variables studied include hypertension dependent variable, and independent variables, smoking history and Eating analyzed using univariate and bivariate Chi-Square. Statistical test results show that there is a case history of smoking 70,6% and diet 76,5%. Based on bivariate analysis, it is known that there is a significant association between smoking history and diet on the incidence of hypertension (p <0.05). It is recommended to the public so they always maintain the health conditions especially those with a history of smoking and maintaining a good diet to prevent hypertension disease. In addition, should the health professionals that conduct regular counseling about hypertension and its prevention in the health centers program. Keywords: Hypertension, Life Style
PENDAHULUAN Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat Tahun 2011 ini, peningkatan derajat kesehatan menjadi salah satu fokus pembangunan di bidang kesehatan. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang menuju masyarakat industri yang menyebabkan perubahan pola hidup, gaya hidup dan sosial ekonomi yang dapat memicu timbulnya penyakit. Adanya perubahan pola hidup menyebabkan transisi epidemiologi penyakit yang ditujukan adanya kecendrungan terjadi penyakit utama penyebab kematian. Tingginya prevalensi penyakit degeneratif, seperti hipertensi, diabetes mellitus, Penyakit Jantung Koroner (PJK), stroke, kanker, gagal ginjal dan lain- lainya. Salah satu dari penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia, namun hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat atau mematikan. (Adelia, 2012). ISSN : 2087-5045
Data WHO (2008) menyebutkan bahwa hipertensi merupakan penyebab 7,5 juta kematian (12,8%) di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Pada Indonesia, hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 2 yaitu sebanyak 7,5% kematian yang disebabkan oleh hipertensi (Depkes, 2007). Menurut data Riskesdas (2007) prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia sebesar 31,7%. Pada provinsi Sumatera Barat memiliki prevalensi hipertensi cukup tinggi, pada tahun (2007) terdapat sekitar 450.000 orang atau sekitar 19,1% dari 4,4 juta jiwa penduduk Sumatera Barat mengalami hipertensi pada usia 40 tahun ke atas. Berdasarkan laporan prevalensi hipertensi dari tujuh puskesmas di Kota Pariaman Tahun 2013, Puskesmas Naras merupakan puskesmas yang memiliki angka prevalensi yang tinggi dibandingkan Puskesmas lainya. Laporan dari Puskesmas Naras Tahun 2013 yang menderita penyakit hipertensi sebesar 25,2%. Hipertensi sering diderita oleh usia> 18 tahun terutama pada lanjut usia. Hipertensi 36
SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya seperti ganguan ginjal , ganguaan hormon. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10% . Hipertensi esensial ini lebih dilihat pada upaya pencegahan dan pengobatanya, disebabkan penderita hipertensi esensial pada umumnya tidak merasakan adanya gejala. Faktor resiko hipertensi meliputi dari karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, status gizi, asupan makan yaitu konsumsi natrium, konsumsi lemak, konsumsi sayur dan buah dan gaya hidup yaitu riwayat merokok (Jain, 2011). Kebiasaan merokok adalah salah satu penyebab terjadinya faktor resiko hipertensi. Kebiasaan merokok erat kaitanya dengan kejadian hipertensi. Penelitiaan Halida (2011) menyatakan bahwa riwayat merokok mempunyai hubungan positif dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Hull dkk (2007), menunjukan bahwa ada hubungan asupan makan tinggi natrium dengan resiko terjadinya hipertensi, sedangkan asupan makanan yang rendah natrium tidak terjadinya hipertensi. Dan ditambahkan oleh Lilis (2012) terkait dengan Konsumsi yang tinggi lemak erat kaitanya dengan kejadian hipertensi. Penelitian Uhernik etal (2007) yang menjelaskan bahwa konsumsi buah dan sayur, dapat menurunkan resiko terjadinya hipertensi. Pada penelitian Aris (2007) menunjukan bahwa pada orang obesitas memiliki resiko menderita hipertensi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor Resiko Kejadian Penyakit Hipertensi di Puskesmas Naras Kecamtan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014”.
kejadian hipertensi dilihat secara Retrospektif pada kedua kelompok tersebut. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kasus adalah seluruh pasien yang hipertensi yang datang berobat ke Puskesmas Naras dan kelompok kontrol yaitu pasien yang datang berobat ke puskesmas Naras yang tidak menderita hipertensi. Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian sampel terdiri dari 51 orang kasus dan 51 orang kontrol. Jumlah sampel seluruhnya adalah 102 orang. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014, di Puskesmas Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014. Teknik Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen kuesioner dengan teknik wawancara yang diajukan kepada responden (pasien di puskesmas) berupa kuesioner tentang materi riwayat merokok dan pola makan yang di ukur dengan FFQ. Kuesioner diisi oleh peneliti dengan cara ditanyakan langsung kepada responden sedangkan kejadiaan hipertensi diketahui dengan pengukuran tekanan darah systole dan diastole menggunakan stigmomanometer dan di bantu oleh petugas kesehatan lainnya di puskesmas. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti sebagai data pengunjung dalam penelitian. Data sekunder di peroleh peneliti dari laporan prevalensi penyakit dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman dan laporan rekamedik pasien mengenai prevalensi penyakit hipertensi yang diperoleh dari Puskesmas Naras Kota Pariaman.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk kelompok penelitian Observasional yang bersifat analitik yaitu membandingkan distribusi hipertensi antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan menggunakan desain case control dimana subjek penelitian dibagi atas kelompok kasus dan kontrol, kemudian faktor resiko ISSN : 2087-5045
Teknik Analisis Data Pertama analisa univariat. Analisa univariat bertujuaan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau proporsi dari masing-masing variabel yaitu variabel independen (riwayat keturunan, dan pola makan) dan variabel dependen (hipertensi) daisajikan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukan dengan uji Chi- Squqreuntuk mengetahui 37
SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
hubungan antara variabel dependen dan independen dengan menggunakan derajat kemaknaan p< 0,05.
sebanyak 70,6% riwayat merokok beresiko dan sebaliknya pada kelompok kontrol yaitu 15,7% riwayat merokok pasien beresiko.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2. Pola Makan Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat tentang faktor resiko kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas NarasKecamtan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagai berikut:
Tabel 2.
Pola Makan
1. Riwayat Merokok
Tidak Baik Baik
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Riwayat Merokok Pada Pasien di Wilayah KerjaPuskesmas Naras Kecamatan Pariaman UtaraKota Pariaman Tahun 2014 Riwayat Merokok Beresiko Tidak beresiko Total
Kasus
Kontrol
Total
% 70,6
n 8
% 15,7
n 44
% 43,1
15
29,4
43
84,3
58
56,8
51
100
51
100
102
100
Kasus
Kontrol
Jumlah
N 39
% 76,5
n 10
% 19,6
n 49
% 48,0
12
23.5
41
80.4
53
52.0
51
100
51
100
102
100
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan sebagian besar pasien pada kelompok kasus 76,5% pola makan tidak baik dan sebaliknya pada kelompok kontrol 19,6% pola makan yang tidak baik.
Jumlah
n 36
Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Pasien di Wilayah KerjaPuskesmas Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014
3. Riwayat Hubungan Merokok Terhadap Kejadiaan Hipertensi
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan lebih dari separuh pasien pada kelompok kasus Tabel 3. Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien di Puskesmas Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014 Responden Riwayat Merokok
Kasus
Kontrol
Jumlah
Beresiko
N 36
% 70,6
n 8
% 15,7
n 44
% 43,1
Tidak beresiko
15
29,4
43
84,3
58
56,9
Total
51
100
51
100
102
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat merokok beresiko pada kasus yaitusebanyak 70,6% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol 15,7%. Dari data tersebut dapat dilihat kecendrungan responden yang memiliki riwayat merokok ISSN : 2087-5045
OR (CI 95%) 12,900 4,912-33,879
p-value 0.000
beresiko dengan kejadian penyakit hipertensi. Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat merokok tidak menderita penyakit hipertensi. Dari hasil analisis uji statistic diperoleh nilai OR= 12,9 maka dapat disimpulkan pasien riwayat merokok beresiko 38
SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
memiliki peluang 12,9 kali mengalami hipertensi dibandingkan pasien yang tidak beresiko atau tidak memiliki riwayat merokok. Berdasarkan analisis, diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara riwayat merokok dengan kejadian penyakit hipertensi(nilai p 0.000 < 0.05). Jadi dapat disimpulkan riwayat keturunan merokok merupakan faktor risiko kejadian penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Aris (2007) tentang Faktor-faktor risiko hipertensi grade II Pada masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) yang mendapatkan hasil terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian Aisyiah (2009), yang menemukan bahwa responden yang perokok mempunyai risiko kejadian hipertensi yaitu sebanyak 68,8%, dibandingkan pada responden yang tidak perokok yaitu sebanyak 31,2%. Hasil penelitian Lilis (2010), yang menemukan bahwa responden yang memiliki riwayat merokok pada kasus yaitu 62,1% dibandingkan pada kontrol yaitu sebanyak 40%. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Halida (2011) tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam RSUD Kecamatan Suliki Kabupaten 50 kota, dimana (p= 0,028) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi. Adanya kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Zat- zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam didnding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras karena dapat menyempitkan pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi jantung serta tekanan darah. Hal ini terjadi karena nikotin dapat merangsang sekresi hormon epinefrin. Karbonmonooksida yang terdapat dalam asap rokok akan meningkatkan oksigen dalam darah, sehingga tekanan darah meningkat kerja jantung, karena jantung terpaksa bekerja lebih kuat untuk memasok cukup oksigen keseluruh organ dan jaringan tubuh (Depkes, 2006). 4. Hubungan Pola Makan Kejadian Hipertensi
Terhadap
Tabel 4. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien di Puskesmas Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Tahun 2014 Responden Pola Makan
Kasus
Kontrol
JUMLA H
Tidak Baik
N 39
% 76,5
n 10
% 19,6
n 49
% 48,0
Baik
12
23.5
41
80.4
53
52.0
Total
51
100
51
100
102
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pola makan konsumsi yang tidak baik dengan kejadian hipertensi, sehingga ada hubungan yang bermakna antara pola makan yang tidak baik dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan penelitian ternyata pola makan yang tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus (76,5%) dibandingkan kelompok kontrol (19,6%). Responden dengan pola makan yang tidak baik memiliki peluang ISSN : 2087-5045
OR (CI 95%) 13,325 5,170-34,345
p-value 0.000
13,32 kali lebih beresiko menderita penyakit hipertensi dibandingkan responden dengan pola makan yang baik (Odd Ratio (OR): 13,32 : 95 % CI). Berdasarkan analisis, diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara polamakanan yang tidak baik dengan kejadian hipertensi (p<0,05). Jadi dapat disimpulkan pola makan yang tidak baik merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit hipertensi.
39
SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Aris (2007) tentang Faktor-faktor risiko hipertensi grade II Pada masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) yang mendapatkan hasil terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian hipertensi. Pada hasil penelitian Aulia (2013), yang menyatakan bahwa responden memiliki pola makan yang tidak sehat pada kasus yaitu sebanyak 47 orang (94%) lebih tinggi di bandingkan pada kontrol yaitu sebanyak 42 orang (84%). Dari data tersebut dapat dilihat kecendrungan responden yang memiliki pola makan tidak sehat cendrung menderita hipertensi, dibandingkan responden yang memiliki pola mkan sehat. Pola makan yang tidak sehat memiliki peluang 0,335 kali lebih beresiko menderita penyakit hipertensi dibandingkan responden dengan pola makan yang sehat (Odd Ratio (OR): 0,335 : 95 % CI). Berdasarkan analisis,diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara polamakanan yang tidak sehat dengan kejadian hipertensi (p<0,05). Secara teoritis pola makan yang banyak mengandung kadar lemak jenuh tinggi, garam natrium tinggi, makanan dan minuman kaleng. makanan yang diawetkan dan makanan yang mengandung alkohol dapat memacu terjadinya hipertensi. Berdasarkan pola makan yang tidak baik tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit degeneratif, yaitu kolesterol tinggi, tekanan darah yang meningkat, dan kadar gula yang meningkat. Pola makan makan yang tidak teratur menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi, karena makanan yang dikonsumsi akan memiliki peran besar terhadap tekanan darah yang menyebabkan kejadian hipertensi seperti mengkonsumsi makan tinggi natrium (garam), tinggi kolestrol, tinggi lemak, daging merah serta makanan manis (Kalsum dkk ,2011). Pola makan tidak baik adalah kebiasaan responden makan makanan manis, asin, berlemak, jeroan, dipanggang, makanan menggunakan zat pengawet, zat penyedap, dan minum kopi. Dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktorfaktor lain, seperti jumlah populasi dan usia populasi yang tidak dibatasi serta sosial budaya yang mempengaruhi pola konsumsi dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang atau suatu populasi menjadi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. ISSN : 2087-5045
Dari hasil penelitian dan uraian diatas bahwa pola makan berpengaruh terhadap hipertensi. Karena pola makan yang dibahas terdiri dari 3 kriteria asupan natrium, asupan lemak, dan asupan buah dan sayur. Asupan natrium berpengaruh terhaadap hipertensi karena volume cairan ekstraseluler dalam darah meningkat yang menyebabkan volume darah juga meningkat sehingga timbul peningkatan tekanan darah yang menyebabkan hipertensi. Konsumsi makanan berlemak membutuhkan waktu yang lama untuk pengendapan yang menyebabkan pembentukan kolestrol tinggi di dinding usus yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi, dan proses tersebut lama baru bisa mempengaruhi tekanan darah yang menyebabkan hipertensi. Konsumsi buah dan sayur membantu menjaga sistem metabolisme tubuh untuk keseimbangan kadar gula, kolesterol dan memperlancar pencernaan. Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan penyakit kronis dan degeneratif yaitu kanker, jantung kroner, diabetes, hipertensi dan obesitas.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Naras tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pasien pada kelompok kasus (70,6%)riwayat merokok yang beresiko dan sedangkan pada kelompok kontrol (15,7%) pasien yang beresiko riwayat merokok. 2. Pasien pada kelompok kasus (76,5%) pola makan yang tidak baik dan sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (19,6%) pola makan yang tidak baik. 3. Pasien dengan riwayat merokok mempunyai peluang 12,9 kali lebih berisiko menderita kejadian penyakit hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki riwayat merokokdengan kejadian hipertensi. 4. Pasien dengan pola makan yang tidak baik mempunyai peluang 13,32 kali lebih berisiko menderita kejadian hipertensi dibandingkan dengan pola makan yang baik. 5. Pasien dengan pola makan tidak baik memiliki peluang lebih tinggi 13,32 kali di bandingkan dengan riwayat merokok yang 40
SCIENTIA VOL. 5 NO. 1, FEBRUARI 2015
memiliki peluang 12,9 kali pada pasien yang menderita kejadian hipertensi. SARAN Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian dan referensi bagi perpustakaan. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang menjadi resiko terjadinya penyakit hipertensi serta cara pencegahanya. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan kejadiaan hipertensi.
Lilis,
P. 2012. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Karyawan PTPN VI Afdeling Inti Empat Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012. Padang: Stikes Perintis. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Uhernik, Ana I. et al. 2008. Assosiation of BMI and Nutritional Habits with Hypertension in a Adult Population of Croatia. Publik Health Nutrition
DAFTAR PUSTAKA Aris Sugiharto,. 2007. Faktor- Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat Studi Kasus Di Kabupaten Karanganyar. Semarang: Universitas Diponegoro. Aisyiah, 2009. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Bangkinang. Pekanbaruhttp://yayanakhyar.wordpress.c om. Adelia, N. 2012. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sedang Akibat Pemberian Seduhan Rossela Segar Dan Rossela Kering Hibiscussab Dari Falinn. Padang Universitas Andalas. Http://www.google.co.id DEPKES. 2007. Data hipertensi Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman, 2007. Padang Halida. 2011. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poloklinik Penyakit Dalam RSUD Kecamatan Sulki Kabupaten 50 Kota Tahun 2011. Padang: Stikes Perintis. Hull, Casey, Aggie, R.N, M.S, Dan Benson, Herbert, M.D. 2007. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhunana Ilmu Populer. Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternative Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ISSN : 2087-5045
41