FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN UNTUK WAJIB PAJAK BADAN (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan)
Dominicus Doli S. L. M. Khoiru Rusydi, SE, MAk,Ak ( Universitas Brawijaya) Abstract
The research was conducted with the purpose to obtain empirical evidence whether there is an influence of taxpayer understanding, sanction in tax, easiness of SPT filling process and taxpayer awareness on taxpayer compliance of annual SPT reporting. This in an explanatory research. The research used questioner datacollecting method, with 60 respondens and the answers was measured by likert scale. Independent variable used in the research were taxpayer understanding, sanction in tax, easiness of SPT filling process and taxpayer awareness. Dependent variable was taxpayer compliance of annual SPT reporting. It was procured from the research that taxpayer understanding, sanction in tax, easiness of SPT filling process and taxpayer awareness significantly have an influence on corporate taxpayer compliance of annual SPT reporting. And taxpayer awareness was the dominant factor that influence corporate taxpayer compliance of annual SPT reporting.
Key Words: Compliance, Annual SPT, Corporate Taxpayer
1. Pendahuluan Pajak merupakan sumber penerimaan negara, yang penggunaannya ditujukan untuk memenuhi dan membiayai berbagai bentuk pengeluaran negara dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Besarnya penerimaan negara dari sektor pajak sangat mempengaruhi arah dan kebijakan pembangunan. Hal itu menunjukkan bahwa pajak memiliki peranan strategis, sehingga layak mendapat perhatian penting dari pemerintah. Perubahan peraturan dan perundang-undangan perpajakan serta perbaikan pelayanan senantiasa dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak pemungut pajak. Upaya itu pun selalu dibarengi dengan sosialisasi yang berkelanjutan. Pengembangan dari sistem perpajakan juga rutin dilakukan. Semua itu dimaksudkan untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Apabila dibedah lebih lanjut, kontribusi Wajib Pajak dalam upaya peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak erat kaitannya dengan masalah kepatuhan. Nurmantu (2003:148) mendefinisikan kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Masalah kepatuhan itu semakin penting lagi, mengingat penerimaan pajak merupakan sektor yang paling dominan dalam menyokong penerimaan negara. Mulai tahun 1994 sampai 2009 penerimaan negara dari sektor pajak berkisar 60%-70% (sumber: Depkeu 2009). Angka ini memiliki trend yang terus meningkat seiring upaya praktis dan strategis yang terus-menerus dilaksanakan oleh pihak fiskus. Peranan sektor pajak sebagai sumber penerimaan utama negara dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Penerimaan Negara Dari Sektor Pajak dan Bukan Pajak Tahun 1994-2009
Perpajakan1)
Tahun
Bukan Pajak2)
Jumlah
Anggaran
Nilai
(%)
Nilai
(%)
Nilai
(%)
1994/1995
44.442,1
66,9
21.975,9
33,1
66.418,0
100,0
1995/1996
48.686,3
66,7
24.327,6
33,3
73.013,9
100,0
1996/1997
57.339,9
65,4
30.290,4
34,6
87.630,3
100,0
1997/1998
70.934,2
63,2
41.341,3
36,8
112.275,5
100,0
1998/1999
102.394,4
64,8
55.648,0
35,2
158.042,5
100,0
125.951,0
61,6
78.481,6
38,4
204.432,6
100,0
2000 4)
115.912,5
56,5
89.422,0
43,5
205.334,5
100,0
2001
185.540,9
61,7
115.058,6
38,3
300.599,5
100,0
2002
210.087,5
70,4
88.440,0
29,6
298.527,5
100,0
2003
242.048,1
71,0
98.880,2
29,0
340.928,3
100,0
2004
280.558,8
69,6
122.545,8
30,4
403.104,6
100,0
2005
347.031,1
70,3
146.888,3
29,7
493.919,4
100,0
2006
409.203,0
64,3
226.950,1
35,7
636.153,1
100,0
2007
490.988,6
69,5
215.119,7
30,5
706.108,3
100,0
591.978,4
76,0
187.236,1
24,0
779.214,5
100,0
609.227,5
68,3
282.814,4
31,7
892.041,9
100,0
748.934,9
66,7
374.082,9
33,3
1.123.017,8
100,0
726.278,3
71,1
295.353,2
28,9
1.021.631,5
100,0
1999/2000
3)
(LKPP) 2008 (APBN) 2008 (APBN-P) 2009 (RAPBN) 2009 (Dokumen tambahan) 1) Sejak TA 1998/1999 termasuk BPHTB, sejak TA 1999/2000 termasuk PPh Migas, tetapi tidak termasuk pajak daerah dan retribusi daerah. 2) Sejak TA 1999/2000 tidak termasuk PPh Migas dan Privatisasi. 3) Disesuaikan dengan klasifikasi baru. 4) Periode 1 April sampai dengan 31 Desember 2000 (9 bulan).
Sumber: Depkeu 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1994/1995, sebesar 66,9% penerimaan negara bersumber dari sektor pajak. Walaupun berfluktuasi, angka ini cenderung naik dari tahun ke tahun. Angka terendah terlihat pada tahun 2000, dimana sektor pajak hanya menyumbang 56,5% dari total penerimaan negara. Sedangkan angka tertinggi terlihat pada tahun 2008, dimana sektor pajak menyumbang 76,0% dari total penerimaan negara. Hal ini menjadi bukti bahwa sektor pajak mempunyai peranan yang signifikan terhadap penerimaan negara dari tahun ke tahun. Indikasi utama dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan adalah dalam hal pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan penghitungan atas pajak terutangnya, kemudian melaporkannya dan melakukan pembayaran pajak. Wajib Pajak juga menggunakan SPT ini sebagai dasar atau bukti bahwa Wajib Pajak tersebut telah melakukan kewajiban perpajakannya.
Self assessment yang dianut dalam sistem perpajakan di Indonesia menuntut Wajib Pajak untuk bertanggungjawab atas penghitungan, pelaporan dan pembayaran pajaknya. Bentuk pertanggungjawaban itu terlihat dari keakuratan data yang dipaparkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT), tanpa adanya usaha untuk memanipulasi nominal dan sumber penghasilan. Pertanggungjawaban itu kemudian diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara tepat waktu ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar. Bagi pihak pemungut pajak (fiskus), Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana untuk melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk dari pengawasan itu adalah dengan dilakukaannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, yang bertujuan “menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak” (Suandy, 2002:58). Terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya. Faktor pertama yaitu tingkat pengetahuan Wajib Pajak. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu (2008) didapatkan suatu kesimpulan bahwa faktor pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Faktor kedua adalah sanksi pajak. Sanction dalam kamus Echols dan Shadily (2003:500) diartikan sebagai perjanjian. Soerjotamtomo (2009) mengatakan bahwa tingkat kepatuhan itu sangat berkaitan dengan sanksi yang diterapkan. Setiap sanksi yang diberikan oleh pihak fiskus sifatnya transparan, proporsional dan diimplementasikan sesuai dengan ketetapan-ketetapan yang telah diputuskan sebelumnya. Sifat yang mengikat tersebut membuat sanksi pajak juga memegang peranan penting guna mendorong Wajib Pajak untuk patuh dalam memenuhi segala kewajiban perpajakannya. Faktor ketiga adalah kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Sri Mulyani (2009) mengungkapkan bahwa kemudahan dan kesederhanaan sistem perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Kemudahan akan memberikan impulse tersendiri bagi Wajib Pajak, dengan alasan logis bahwa mereka tidak perlu melakukan pengorbanan yang besar untuk dapat memenuhi kewajibannya. Faktor terakhir adalah tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak. “Kenyataanya, tidak banyak orang yang secara sadar akan kewajiban perpajakannya dan mengerti essensi dari pajak itu sendiri melainkan hampir sebagian besar orang melaksanakan kewajiban perpajakannya hanya memenuhi ketentuan yang sudah ada” (Bradoks, 2007). Hal ini mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of awareness) sangat berpotensi mengurangi tingkat kepatuhan. Tingkat
pengetahuan
Wajib
Pajak, sanksi-sanksi
dalam perpajakan,
kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan merupakan elemen penting yang mendasari tinggi rendahnya tingkat kepatuhan terhadap pelaporan SPT. Faktor-faktor itulah yang kemudian dikaji dan dianalisa secara komprehensif untuk menentukan tingkat signifikansi untuk setiap faktor.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah
tingkat
pengetahuan
Wajib
Pajak,
sanksi-sanksi
dalam
perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan? 2. Faktor mana yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh bukti empiris ada atau tidaknya pengaruh tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan? 2. Untuk memperoleh bukti empiris terhadap faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
1.4. Kontribusi Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis Untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap sistem perpajakan dan segala prosedur yang terdapat di dalamnya, terkait masalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Badan. 2. Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi atau pihak yang berwenang dalam mengambil kebijakan dan membuat keputusan berdasarkan hasil penelitian ini, serta menyalurkan informasi strategis dan memberikan bukti empiris dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif atau penjelasan, ”di mana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis” (Hasan, 2004:9). Menurut Singarimbun dan Effendi (Editor) (1985:4) penelitian penjelasan menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
2.2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan yang beralamat di Jl. Merdeka Utara No. 3 Malang.
2.3. Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan anggota dari suatu objek yang menjadi perhatian (Kountur, 2005:4). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT Tahunan-nya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.
2.3.2. Sampel Teknik penarikan sampel probabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Prasetyo dan Jannah, 2005). Hasan (2001:12) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.
Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia (Nasution, 2007:100). Hair et al (1998) menyatakan ”a ratio of between 15 and 20 observations for each
independent variable is desirable in order to generalise the finding”. Jumlah variabel bebas dalam penelitian ini adalah 4, dan observasi yang dibutuhan adalah 15. Jadi 60 sampel yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi syarat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak.
2.4. Data Penelitian 2.4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1.
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkannya (Dajan, 1986:19). Data primer yang diperoleh bersumber dari hasil kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kepada Wajib Pajak Badan.
2.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Santoso dan Tjiptono, 2001:59). Data sekunder yang diperoleh bersumber dari buku, dokumen, artikel dan internet.
2.4.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/ sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis (Prasetyo dan Jannah, 2005). Apabila digolongkan lagi, penelitian ini termasuk penelitian survei yang bersifat eksplanatif ”di mana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujuan hipotesis” (Hasan, 2004:9). Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode kuesioner. Penggunaan kuesiner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel) (Hasan, 2004:24).
2.4.3. Jenis Pertanyaan dan Skala Pengukuran Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah pertanyaan berstruktur, yaitu ”pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja” (Nazir, 1988:250). Sedangkan skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dimana isi dari kuesioner merupakan pernyataan yang menunjukkan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden. Jawaban kemudian digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju. Masing-masing jawaban secara berurutan diberi skor 1 sampai 5 (Santoso dan Tjiptono, 2001:73).
2.5. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep (Sadiman (Editor), 1986:36). Sedangkan variabel adalah konstruk yang sifatsifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum (Hasan, 2004:12). Disebutkan pula oleh Kountur (2005:15) bahwa variabel adalah ciri yang dimiliki oleh objek yang menjadi perhatian peneliti. Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Tingkat pengetahuan Wajib Pajak Tingkat pengetahuan Wajib Pajak merupakan pemahaman Wajib Pajak secara menyeluruh terhadap segala peraturan perpajakan. Selanjutnya pemahaman tersebut diimplementasikan terhadap suatu sikap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Indikasi dari tingkat pengetahuan itu adalah pemahaman terhadap peraturan serta kebijakan perpajakan, pemahaman akan kewajiban dalam menyampaikan SPT, serta pemahaman akan adanya sanksi pajak dalam hal keterlambatan/ kealpaan dalam menyampaikan SPT.
2.
Sanksi pajak
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi (Mardiasmo, 2008:57). Sedangkan Resmi (2003:62) mengatakan sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajaan. Indikasi dari sanksi pajak
itu
meliputi
sanksi
atas
keterlambatan/
kealpaan
dalam
menyampaikan SPT; apakah sanksi keterlambatan/ kealpaan tersebut dianggap perlu oleh Wajib Pajak, dan apakah sanksi sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dianggap wajar. 3.
Kemudahan pengisian SPT Proses pengisian SPT menganut self assessment system, dimana ”Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan besarnya jumlah Pajak Penghasilan yang terutang dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak ...” (Nasution, 2008:v). Untuk dapat menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan besarnya jumlah Pajak Penghasilannya, hal utama yang dibutuhkan Wajib Pajak adalah kemudahan. Indikator dari kemudahan itu bisa dilihat dengan kesederhanaan formulir Surat Pemberitahuan (SPT) yang ada saat ini, ditunjang dengan petunjuk pengisian yang mudah dimengerti, serta pemberlakuan E-SPT yang membantu memudahkan pelaporan SPT.
4.
Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran merupakan keinginan secara sukarela untuk menjalankan kewajiban. Sebagai warga negara (yang baik), kewajibannya adalah memenuhi
kewajiban
perpajakan, termasuk
menyampaikan SPT.
Indikasi dari tingkat kesadaran Wajib Pajak ini dapat dinilai dari dua hal. Yang pertama adalah kesadaran dalam hal penyampaian SPT itu sendiri yang dilakukan tanpa adanya adanya unsur paksaan atau perasaan terpaksa, dan yang kedua adalah apakah penyampaian SPT didorong oleh pengetahuan akan pentingnya pajak untuk membiayai pembangunan. 5.
Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Nurmantu (2009) dikenal dua macam kepatuhan, yaitu:
a.
Kepatuhan formal, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke KPP, dengan mengabaikan apakah isi SPT PPh tersebut sudah benar atau belum. Yang penting SPT PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.
b.
Kepatuhan materiil, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak selain memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakan, juga terutama memenuhi hakekat kewajiban perpajakannya. Di sini wajib pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dah hakekat SPT PPh tersebut.
2.6. Instrumen Penelitian Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
kuesioner,
yaitu ”sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang perlu diketahui” (Hasan, 2004:16). Dajan (1986:39) menyatakan bahwa kuestioner merupakan daftar lampiran (schedule) yang diisi oleh responden tanpa pengawasan dan kemudian dikembalikan oleh responden atas kemauannya sendiri.
2.7. Validitas dan Realibilitas 2.7.1. Validitas Validitas adalah seberapa jauh alat dapat mengukur hal atau subjek yang ingin dikukur (Hasan, 2004:15). Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson) (Priyatno, 2008:17). Menurut Azwar dalam Priyatno (2008:17) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. 2.7.2. Realibilitas Reliabilitas diterjemahkan dari kata realibility, yang dalam kamus Echols dan Shadily (2003:475), diartikan sebagai ”hal dapat dipercaya, hal tahan uji”. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang sama. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2008:26), dikatakan bahwa reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik.
2.8. Metode Analisis Data Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca (Nazir, 1988:419). Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Hasan (2004:29), analisis data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan/ dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan seterusnya variabel bebas (X1, X2, X3, …, Xn) namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linier (Hasan, 2003:269).
2.9. Pengujian Signifikansi 2.9.1. Uji F (F-Test) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Apabila F hitung lebih besar daripada F tabel, dan P-value harus lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y. 2.9.2. Uji t (t-Test) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independennya (X1, X2….Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno, 2008:83). Apabila t hitung > daripada t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y.
2.10. Uji Koefisien Determinasi (r2) Rasio antara variasi terjelaskan terhadap variasi total disebut sebagai koefisien determinasi (Spiegel dan Stephens, 2007:256). Dalam Kountur (2005:207) coefficient of determination menunjukkan berapa besar perubahan pada variable independen. Nilai dari r2 adalah antara 0 dan 1 (0
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Jawaban Responden Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 Wajib Pajak Badan. Penelitian ini terdiri dari 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak. Sedangkan variabel terikat merupakan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Untuk setiap variabel diberikan beberapa item pertanyaan, dan pilihan jawaban atas pertanyaan tersebut sifatnya tertutup, yaitu sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4) dan sangat setuju (5). Berikut ini adalah gambaran jawaban untuk setiap variabel.
Tabel 3.1 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X1 (Tingkat Pengetahuan Wajib Pajak)
Skor Item
1
2
3
4
5
Total
Rata rata
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
0
0
2
3.3
13
21.6
30
50
15
25
60
100
3.96
SPT
0
0
0
0
8
13.3
29
48.3
23
38.3
60
100
4.25
Sanksi untuk SPT yang
0
0
3
5
13
21.6
32
53.3
12
20
60
100
3.88
Self Assessment System dalam penyampaian SPT Menyampaikan merupakan kewajiban
tidak tepat waktu Sumber: Data primer diolah (2009)
Tabel 3.2 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X2 (Sanksi-sanksi Dalam Perpajakan) Skor Item
Sanksi
1
2
3
4
5
Total
Rata rata
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
SPT
0
0
1
1.6
9
15
34
56.6
16
26.6
60
100
4.08
Rp.1.000.000,-
0
0
5
8.3
8
13.3
32
53.3
15
25
60
100
3.95
dalam
sangat diperlukan Denda
adalah wajar Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.3 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X3 Kemudahan Dalam Proses Pengisian SPT) (Kemudahan Skor Item
1
2
3
4
5
Total
Rata rata
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
sudah
0
0
5
8.3
7
11.6
42
70
6
10
60
100
3.81
Petunjuk/ buku petunjuk
0
0
3
5
9
15
39
65
9
15
60
100
3.9
0
0
0
0
3
5
34
56.6
23
38.3
60
100
4.33
Formulir
SPT
sederhana
SPT mudah dimengerti E-SPT (Electronic SPT) sangatlah membantu Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.4 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel X4 (Tingkat Kesadaran Wajib Pajak) Skor Item
1
Penyampaian SPT
2
3
4
5
Total
Rata rata
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
0
0
4
6.6
1
1.6
34
56.6
21
35
60
100
4.2
0
0
3
5
6
10
24
40
27
45
60
100
4.25
tanpa merasa terpaksa Penyampaikan SPT karena pajak untuk pembangunan Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.5 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Y (Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan)
Skor Item
Warga negara yang baik
1
2
3
4
5
Total
Rata rata
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
0
0
0
0
0
0
33
55
27
45
60
100
4.45
0
0
0
0
10
16.6
41
68.3
9
15
60
100
3.98
0
0
0
0
5
8.3
44
73.3
11
18.3
60
100
4.1
menyampaikan SPT SPT diisi dengan benar, lengkap dan jelas SPT disampaikan tepat waktu Sumber: Data primer diolah (2009).
3.2. Pengujian Instrumen 3.2.1. Uji Validitas Instrumen Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu (Nasution, 2007:74). Suatu model regresi dikatakan valid apabila memiliki nilai koefisien korelasi minimal 0.30. Berikut ini akan disajikan validitas untuk setiap variabel. Tabel 3.6 Validitas Item-Item Tingkat Pengetahuan Wajib Pajak (X1) Item
Pertanyaan
Koefisien
Nilai Kritis
Keterangan
X1.1
Self Assessment System dalam
0.819
0.30
Valid
0.707
0.30
Valid
0.846
0.30
Valid
penyampaian SPT
X1.2
Menyampaikan SPT merupakan kewajiban
X1.3
Sanksi untuk SPT yang tidak tepat waktu
Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.7 Validitas Item-Item Sanksi-Sanksi Dalam Perpajakan (X2) Item X2.1
Pertanyaan Sanksi
dalam
Koefisien
Nilai Kritis
Keterangan
SPT
sangat
0.853
0.30
Valid
Rp.1.000.000,-
adalah
0.905
0.30
Valid
diperlukan
X2.2
Denda wajar
Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.8 Validitas Item-Item Kemudahan Dalam Proses Pengisian SPT (X3) Item
Pertanyaan
Koefisien
Nilai Kritis
Keterangan
X3.1
Formulir SPT sudah sederhana
0.765
0.30
Valid
X3.2
Petunjuk/ buku petunjuk SPT
0.813
0.30
Valid
0.728
0.30
Valid
mudah dimengerti
X3.3
E-SPT
(Electronic
sangatlah membantu Sumber: Data primer diolah (2009).
SPT)
Tabel 3.9 Validitas Item-Item Tingkat Kesadaran Wajib Pajak (X4) Item
Pertanyaan
Koefisien
Nilai Kritis
Keterangan
X4.1
Penyampaian SPT tanpa merasa
0.910
0.30
Valid
0.922
0.30
Valid
terpaksa
X4.2
Penyampaikan SPT karena pajak untuk pembangunan
Sumber: Data primer diolah (2009).
Tabel 3.10 Validitas Item-Item Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan (Y) Item Y1
Pertanyaan
Koefisien
Nilai Kritis
Keterangan
baik
0.780
0.30
Valid
SPT diisi dengan benar, lengkap
0.852
0.30
Valid
0.797
0.30
Valid
Warga
negara
yang
menyampaikan SPT
Y2
dan jelas
Y3
SPT disampaikan tepat waktu
Sumber: Data primer diolah (2009).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa item-item dari setiap variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 dan variabel terikat Y dinyatakan valid untuk mengkur kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
3.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen Metode Alpha (Cronbach’s) sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (Priyatno, 2008:25). Dengan menggunakan uji reliabilitas dengan metode
Alpha (Cronbach’s), diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Koefisien Reliabilitas
Keterangan
X1 Pengetahuan
0.705
Reliabel
X2 Sanksi
0.700
Reliabel
X3 Kemudahan
0.651
Reliabel
X4 Kesadaran
0.807
Reliabel
Y Kepatuhan
0.738
Reliabel
Sumber: Data primer diolah (2009).
Menurut Sekaran dalam Priyatno (2008:25), dikatakan bahwa reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. Berdasarkan tabel uji reliabilitas di atas, seluruh koefisien reliabilitas dari variabel pengetahuan (X1), sanksi (X2), kemudahan (X3), kesadaran (X4), dan kepatuhan (Y), memiliki nilai di atas 0.6. Hal ini berarti seluruh variabel terbukti reliabel.
3.3. Hasil Analisa Data 3.3.1. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda adalah sebuah teknik statistika untuk membuat model dan menyelidiki ketergantungan antara satu peubah respon dan beberapa peubah prediktor. Berikut ini adalah gambaran untuk hasil uji regresi:
Tabel 3.12 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel
Koefisien Regresi
t-Hitung
P-Value
Keterangan
Konstanta
3.579
5.523
0.000
Signifikan
X1 Pengetahuan
0.207
2.801
0.002
Signifikan
X2 Sanksi
0.218
2.800
0.015
Signifikan
X3 Kemudahan
0.209
2.945
0.008
Signifikan
X4 Kesadaran
0.257
3.466
0.001
Signifikan
Sumber: Data primer diolah (2009).
Dari data di atas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 Y = 3.579 + 0.207X1 + 0.218X2 + 0.209X3 + 0.257X4 Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai dari kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y) dapat diprediksi oleh variabel Pengetahuan (X1), Sanksi (X2), Kemudahan (X3) dan Kesadaran (X4) secara signifikan. 3.3.2. Pengujian Signifikansi 3.3.2.1. Uji F (F-Test) Pengujian ini bertujuan untuk memutuskan apakah variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Syarat dari kriteria tersebut adalah F hitung > F tabel dan P-value < 0.05. Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh perhitungan bahwa F hitung sebesar 55.533 lebih besar dari F tabel sebesar 2.539 dan P-value sebesar 0.000 lebih kecil dari α sebesar 0.05. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa secara bersama-sama/ simultan memang terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) terhadap variabel dependen (Y). 3.3.2.2. Uji t (t-Test) Uji t merupakan pengujian secara parsial yang bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) secara parsial terhadap variabel dependennya (Y). Hasil uji t untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.13 Hasil Uji t (t-Test) Variabel
Koefisien Regresi
Koefisien Beta
t-Hitung
t-Tabel
P-Value
X1 Pengetahuan
0.207
0.288
2.801
2.004
0.007
X2 Sanksi
0.218
0.233
2.800
2.004
0.007
X3 Kemudahan
0.209
0.252
2.945
2.004
0.005
X4 Kesadaran
0.257
0.296
3.466
2.004
0.001
Sumber: Data primer diolah (2009).
Nilai t hitung keempat variabel tersebut lebih besar dari nilai t-tabel (2.004). Hal berarti variabel pengetahuan (X1), sanksi (X2), kemudahan (X3) dan kesadaran (X4) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kepatuhan (Y). 3.3.3. Uji Koefisien Determinasi (r2) Koefisien determinasi berganda (r2) berguna untuk mengukur besarnya sumbangan
variabel
independen
secara
keseluruhan
terhadap
variabel
dependennya. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai dari R Square sebesar 0.802 atau 80.2%. Angka ini menunjukkan bahwa sekitar 80.2% faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan (Y) ditentukan oleh pengetahuan (X1), sanksi (X2), kemudahan (X3) dan kesadaran (X4). Sedangkan sebesar 19.8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar persamaan regresi. 3.3.4. Pengujian Asumsi Klasik 3.3.4.1. Uji Kenormalan Normalitas data dapat pula diukur dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kaidah keputusan jika signifikansi lebih besar dari α = 0.05 (taraf kesalahan 5%) maka dapat dikatakan data tersebut normal. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, diperoleh bahwa nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.930. Nilai ini lebih besar dari α = 0.05, yang artinya model regresi dalam penelitian ini disebut normal. 3.3.4.2. Uji Multikolinearitas Suatu model analisis regresi yang baik harus bebas dari multikolinearitas. Gejala multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF (Varian Inflating Factor). Jika nilai VIF masing-masing variabel dalam model regresi kurang dari 5, maka dapat dikatakan bahwa di dalam model tidak terdapat multikolinearitas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas untuk penelitian ini.
Tabel 3.14 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
X1 Pengetahuan
0.341
2.934
Bebas multikolinearitas
X2 Sanksi
0.523
1.911
Bebas multikolinearitas
X3 Kemudahan
0.492
2.031
Bebas multikolinearitas
X4 Kesadaran
0.488
2.050
Bebas multikolinearitas
Sumber: Data primer diolah (2009).
Dari data di atas dapat dilihat bahwa VIF untuk X1, X2, X3 dan X4 secara berturut-turut adalah 2.934, 1.911, 2.031 dan 2.050. Karena nilai-nilainya lebih kecil dari 5, maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut bebas dari multikolinearitas. 3.3.4.3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Durbin Watson. Dari hasil analisis diperoleh nilai dari d sebesar 1.913. Berdasarkan tabel Durbin Watson, dengan signifikansi α = 0.05, jumlah data (n) = 60 dan jumlah variabel independen (k) = 2, diperoleh nilai dU sebesar 1.73. Nilai d (1.913) terletak diantara dU (1.73) dan 4 – dU (4 - 1.73), atau 1.73 < 1.913 < 2.27. Hal ini berarti model regresi dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi. 3.3.4.4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk memastikan tidak terjadinya penaksiran koefisien regresi yang tidak efisien. Pengujian yang dilakukan adalah dengan metode Park. Apabila nilai dari t-hitung berada pada –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut bebas dari heteroskedastisitas. Dari hasil uji heteroskedastisitas, diperoleh bahwa nilai thitung untuk variabel pengetahuan (X1), sanksi (X2), kemudahan (X3) dan kesadaran (X4) secara berturut-turut adalah -0.460, 0.456, 0.959 dan -0.347. Karena nilai-nilai tersebut lebih besar dari –t tabel dan lebih kecil dari t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel
P-Value
(-) t-Tabel
t-Hitung
t-Tabel
Kesimpulan
X1 Pengetahuan
0.647
(-) 2.004
-0.460
2.004
Bebas dari heteroskedastisitas
X2 Sanksi
0.650
(-) 2.004
0.456
2.004
Bebas dari heteroskedastisitas
X3 Kemudahan
0.342
(-) 2.004
0.959
2.004
Bebas dari heteroskedastisitas
X4 Kesadaran
0.730
(-) 2.004
-0.347
2.004
Bebas dari heteroskedastisitas
Sumber: Data primer diolah (2009).
3.4. Pembuktian Hipotesis Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini. Hipotesis pertama adalah terdapat pengaruh tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pelaporan SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Dari hasil uji-F, didapatkan bahwa F hitung (55.533) lebih besar dari F tabel (2.539), dan P-value (0.000) lebih kecil dari α = (0.05). Hal ini berarti terdapat pengaruh tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksisanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pelaporan SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan SPT Tahunan. Oleh karena itu, hipotesis pertama diterima. Hipotesis kedua adalah Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah tingkat kesadaran Wajib Pajak. Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa variabel tingkat kesadaran Wajib Pajak mempunyai nilai koefisien beta tertinggi, yaitu sebesar 0.296. Hal ini berarti faktor yang paling dominan
dalam
mempengaruhi
kepatuhan
Wajib
Pajak
Badan
dalam
menyampaikan SPT Tahunan adalah tingkat kesadaran Wajib Pajak. Oleh karena itu, hipotesis kedua diterima.
3.5. Implikasi Pembahasan Penelitian Setelah dilakukan pengolahan dan analisis terhadap data penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa implikasi dari pembahasan penelitian, yaitu tentang bagaimana tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Tingkat Pengetahuan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam 3.5.1. 3.5.1.Tingkat Menyampaikan SPT Tahunan Oliver Oldman dalam Devano dan Rahayu (2006:191) mengatakan bahwa melalaikan pemenuhan kewajiban perpajakan disebabkan oleh ketidaktahuan
(ignorance), yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa tingkat pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Variabel tingkat pengetahuan memiliki tiga item, yaitu pengetahuan Wajib Pajak
bahwa penyampaian
SPT menggunakan
self assessment system,
pengetahuan bahwa menyampaikan SPT itu merupakan kewajiban Wajib Pajak, dan pengetahuan Wajib Pajak akan sanksi apabila tidak menyampaikan SPT tepat waktu. Pengetahuan Wajib Pajak akan ketiga item tersebut secara empiris terbukti mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Sanksi-Sanksi dalam Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 3.5.2. 3.5.2.Sanksi-Sanksi dalam Menyampaikan SPT Tahunan Wajib Pajak akan patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak (Devano dan Rahayu, 2006:112). Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa sanksi-sanksi dalam perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan.
Variabel sanksi-sanksi dalam perpajakan memiliki dua item, yaitu sanksi atas keterlambatan/ kealpaan dalam menyampaikan SPT, dan denda Rp. 1.000.000,00(satu juta rupiah) untuk Wajib Pajak yang terlambat/ alpa dalam menyampaikan SPT Tahunan. Kedua masalah sanksi tersebut secara empiris terbukti mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Wajib Pajak akan patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak (Devano dan Rahayu, 2006:112). Kemudahan dalam Proses Pengisian SPT terhadap Kepatuhan Wajib 3.5.3. 3.5.3.Kemudahan Pajak dalam Menyampaikan SPT Tahunan Kemudahan dalam proses pengisian SPT dapat dilihat dari formulir SPT yang ada saat ini. Akan lebih mudah bagi Wajib Pajak untuk mengisi SPT dengan format yang sederhana. Semua harus dibuat sesederhana mungkin, tapi bukan disederhanakan (Einstein dalam Cialdini, 2005:1). Terdiri dari Induk SPT, 6 lampiran umum dan 7 lampiran khusus, membuat SPT tersebut membutuhkan buku petunjuk yang mudah dipahami dan dimengerti oleh Wajib Pajak. Setelah SPT sudah diisi dengan benar, masih terdapat opsi dalam hal penyampaian SPT tersebut, yaitu melalui E-SPT. Dengan adanya E-SPT, Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT-nya secara online, tanpa harus datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa kemudahan dalam proses pengisian SPT memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Variabel kemudahan dalam pengisian SPT memiliki tiga item, yaitu formulir SPT yang sudah sederhana, petunjuk/ buku petunjuk yang mudah dimengerti, dan E-SPT yang sangat membantu Wajib Pajak. Ketiga item kemudahan tersebut secara empiris terbukti mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan.
Tingkat 3.5.4. 3.5.4.Tingkat
Kesadaran
terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak dalam
Menyampaikan SPT Tahunan Penyampaian SPT yang dilakukan tanpa merasa terpaksa melainkan didorong oleh pengetahuan akan pentingnya pajak untuk membiayai pembangunan merupakan indikator dari pola kepatuhan Wajib Pajak. Kesadaran merupakan hal penting agar pembayaran (pajak) bisa lancar tanpa perlu pemaksaan (Sutarip, 2007). Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa tingkat kesadaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Variabel tingkat kesadaran Wajib Pajak dua item, yaitu penyampaian SPT yang dilakukan tanpa merasa terpaksa, dan penyampaian SPT yang didorong oleh pengetahuan akan pentingnya pajak untuk membiayai pembangunan. Kedua aspek dari tingkat kesadaran tersebut secara empiris terbukti mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan.
BAB IV KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan. Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Variabel pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.
2.
Secara parsial terdapat pengaruh dari variabel pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.
3.
Berdasarkan uji koefisien determinasi, diketahui bahwa sebesar 80.9% faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan (Y) ditentukan variabel pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan. Sedangkan sebesar 19.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar persamaan regresi.
4.
Tingkat kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi
kepatuhan
menyampaikan SPT Tahunan.
Wajib
Pajak
Badan
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Babbie, E.R. 1973. Survei Research Methods. Dalam Singarimbun, Masri., Effendi, Sofian (Eds.), 1985. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Cialdini, Robert B. 2005. Psikologi Persuasif: Merekayasa Kepatuhan. Kencana, Jakarta. Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik. LP3ES, Jakarta. Devano, Sony., Rahayu, Siti Kurnia. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Kencana, Jakarta. Echols, John M., Shadily, Hassan. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Gramedia, Jakarta. Hasan, Iqbal. 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. Bumi Aksara, Jakarta. Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1, edisi kedua. Bumi Aksara, Jakarta. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara, Jakarta. Kountur, Ronny. 2005. Statistik Praktis. PPM, Jakarta. Mardiasmo. 2006. Perpajakan: Edisi Revisi 2008. Andi, Yogyakarta. Mulyani, Sri. 2009. Penerimaan Pajak Bakal (http://www.pajak.go.id/, diakses 21 Oktoberi 2009).
Terpangkas.
(Online),
Nasution, S. 2007. Metode Research. Bumi Aksara, Jakarta. Nasution, Darmin. 2008. Petunjuk Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (SPT Tahunan PPh WP Badan). Depkeu RI Dirjen Pajak, Jakarta. Nazir,Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Granit, Jakarta. Nurmantu, Safri. 2009. Kepatuhan Perpajakan. (Online), (http://www.safrinurmantu.com/, diakses 29 Juli 2009).
Prasetyo, Bambang., Jannah, Lina Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom, Yogyakarta. Rahayu, Dewi Pudji. 2008. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Transparansi Belanja Pajak, dan keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak pada Wajib Pajak di Kota Surakarta. Tesis. PFEUGM, Yogyakarta. Resmi, Siti. 2003. Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta. Santoso. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal keuangan publik. (Online), Vol. 5, No. 1 (http://www.bppk.depkeu.go.id/, diakses 1 Oktober 2009). Santoso, Singgih., Tjiptono, Fandy. 2001. Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Elex Media Komputindo, Jakarta. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Soerjotamtomo. 2009. Kepatuhan Wajib Pajak Kurang dari 60 Persen. Berita Pajak. (Online), (http://www.dannydarussalam.com/, diakses 15 Oktober 2009). Sutarip. 2007. Wajib Pajak Perlu Dirangsang. Suara Merdeka (Online), (http://www.suaramerdeka.com/, diakses 3 November 2009). Walizer, Michael H., Wienir, Paul L. Research Methods and Analysis: Searching for Relationships. Dalam Sadiman, Arief Sukadi (Ed), 1986. Metode dan Analisis Penelitian. Erlangga, Jakarta. http://www.pajak.go.id, diakses 17 Juli 2009. http://www.pajakonline.com, diakses 30 September 2009. http://www.researchonline.nd.edu,au, diakses 10 November 2009.