FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI PEGAWAI BERZAKAT DI UPZ LAZ IPB
YEKTI MAHANANI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai Berzakat di UPZ LAZ IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Yekti Mahanani NIM H54100011
ABSTRAK YEKTI MAHANANI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai Berzakat di UPZ LAZ IPB. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan RANTI WILIASIH. PP No 14 Tahun 2014 bertujuan untuk membantu pengumpulan zakat BAZNAS melalui unit pengumpul zakat yang dibentuk di beberapa institusi pemerintahan, salah satunya di perguruan tinggi. Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) berdiri sejak 2003 namun belum cukup dikenal dikalangan civitas akademika khususnya pegawai IPB. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perkembangan zakat profesi di UPZ LAZ IPB serta faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai IPB dalam berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Penelitian ini dilakukan di kampus IPB Dramaga pada April 2014 hingga Juni 2014. Metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai berzakat di UPZ LAZ IPB. Hasil analisis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa pelayanan dan jabatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pegawai IPB dalam menyalurkan zakat penghasilan melalui UPZ LAZ IPB, dan alasan terbesar tidak membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB adalah kemudahan dalam berzakat secara langsung. Kata kunci: Lembaga Amil Zakat, preferensi, regresi logistik, zakat penghasilan
YEKTI MAHANANI. Factors Influencing the Preference of Employee to Pay Zakat in Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution in Bogor Agricultural University (UPZ LAZ IPB). Supervised by TANTI NOVIANTI and RANTI WILIASIH. The goal of Government Regulation Decree No 14/ 2014 is to help BAZNAS for zakat collectioning by forming zakat collector unit in government institution, one of them is in higher education campusses to collect income zakat from their officers. Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution of Bogor Agricultural University (UPZ LAZ IPB) was established at 2003 but until now this institution (UPZ LAZ IPB) has not been so wellknown by IPB students, officers, and lecturers. The aims of this research is to describe the development of income’s zakat of officers and describe factors influencing of officers to pay income’s zakat in Zakat Collector Unit of Amil Zakat Institution of Bogor Agricultural University (UPZ LAZ IPB). This research was conducted from April 2014 to June 2014. Logistic regression conducted to analyze the factors that affect officers to pay zakat in UPZ LAZ IPB. The result of logistic regression showed that service and job position was significanly affect the employees to pay their income zakat in UPZ LAZ IPB, and the reason why the officers do not pay zakat in UPZ LAZ IPB is the easy way of paying zakat directly to mustahik. Keywords: Amil Zakat Institution (LAZ), preference, logistic regression, income zakat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PREFERENSI PEGAWAI BERZAKAT DI UPZ LAZ IPB
YEKTI MAHANANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai Juni 2014 ialah zakat profesi, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai Berzakat melalui LAZ IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku pembimbing, serta Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran. Di samping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Oktama Forestian S.Hut beserta staf Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat IPB (UPZ LAZ IPB) dan staf Direktorat Sumberdaya Manusia IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Djohan Arifin) , ibu (Djuniati Kustifah), serta seluruh keluarga besar, atas doa dan kasih sayangnya. Teman-teman satu bimbingan Ardhi Evan dan Ahmad Nur Fadhian atas saran dan dukungan yang diberikan, teman-teman Ekonomi Syariah 47, FEMIPA, Annaba 47, dan Puskomnas FSLDK Al Hurriyyah atas semangat, dukungan, dan bantuannya. Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Yekti Mahanani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Peneliatian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konsep Zakat
5
Zakat Penghasilan Profesi
7
Preferensi
9
Religiusitas
9
Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
11
METODE PENELITIAN
12
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Pengumpulan Data
12
Metode Pengolahan dan Analisis Data
13
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN
15 29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
40
DAFTAR TABEL 1 Potensi Zakat Nasional 2 Penerimaan Zakat Nasional 3 Variabel Penelitian 4 Perkembangan Dana Zakat Infak Wakaf LAZ 2011-2013 5 Perkembangan Jumlah Muzaki UPZ LAZ IPB 6 Pendayagunaan Zakat Penghasilan 2011-2014 7 Demografi Total Responden 8 Perbandingan Demografi Muzaki LAZ IPB dan non LAZ IPB 9 Hasil Analisis Crosstabs 10 Kebiasaan Berzakat Pegawai IPB 11 Periode Membayar Zakat Penghasilan 12 Perbandingan Skor Religiusitas Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB 13 Perbandingan Skor Pengetahuan Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB 14 Perbandingan Skor Pelayanan Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB 15 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit 16 Hasil Uji Signifikansi Variabel Independen 17 Alasan Menyalurkan Zakat melalui LAZ IPB 18 Alasan Menyalurkan Zakat di luar LAZ IPB
2 2 13 17 17 18 19 20 22 22 23 23 25 26 27 28 30 30
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran 2 Persepsi Zakat Profesi 3 Sumber Informasi LAZ IPB
11 23 24
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian 3 Hasil Crosstab 2 Hasil Olah Data
33 37 39
PENDAHULUAN Latar Belakang Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, keberhasilan beliau membangun masyarakat muslim yang sejahtera, adil, dan makmur di atas landasan kasih sayang, tidak lepas dari peran zakat, infak, dan sedekah. Zakat menjadi instrumen penting dalam menyejahterakan umat. Zakat, infak, dan sedekah akan melahirkan kesejahteraan, tidak saja individu, tetapi juga umat dan negara. Masyarakat dapat terbebas dari kelaparan dan kesenjangan, karena berlangsung mekanisme saling membantu antara kelompok aghniya’ (kaya) dengan fuqara (fakir) melalui zakat, infak, dan sedekah . Masa setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, zakat memiliki fungsi sebagai ibadah dan sumber utama pendapatan bagi negara (Qardhawi, 1993). Rasulullah memberikan contoh dan petunjuk operasional pengelolaan zakat dengan mengutus petugas untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat di luar kota Madinah. Petugas yang dipilih oleh Rasulullah memiliki tugas untuk melaporkan berapa banyak yang berhasil dipungut dan dikeluarkan. Nabi Muhammad mengutus Muadz ibn Jabal untuk memungut dan menditribusikan zakat dari dan untuk daerah Yaman. Dari Ali bin Abi Thalib ra,” sesungguhnya ia mendengar Rasullullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas orang-orang Islam yang kaya tentang harta mereka sejumlah yang kiranya dapat mencukupi orangorang fakir mereka, dan orang-orang fakir itu tidak akan susah payah ketika lapar dan telanjang kecuali lantaran apa yang diperbuat oleh orang-orang kaya mereka. Ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menghisab mereka dengan hisab yang sangat dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.’” (HR. Thabrani). Hadis diatas mensyaratkan dua hal. Pertama, kemiskinan dan kefakiran pada umat bukanlah karena kemalasan dalam bekerja, namun juga akibat dari pola kehidupan yang timpang, tidak adil, dan merosotnya rasa kesetiakawanan diantara sesama umat, terutama dari golongan kaya terhadap golongan fakir. Penyebab utama kemiskinan adalah ketimpangan sosial ekonomi karena adanya sekelompok kecil orang-orang yang hidup diatas penderitaan orang banyak dan bukan diakibatkan kelebihan jumlah penduduk. Kedua, jika zakat, infak, dan sedekah dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ditata dengan baik (pengumpulan dan pendistribusian), maka itu akan mampu memperkecil masalah kemiskinan dan kefakiran yang dihadapi sebagian umat muslim saat ini (Hafidhuddin dan Pramulya 2008). Potensi dana sosial keagamaan seperti ZISWAF menurut Wibisono (2010) saat ini belum mampu mengangkat kelompok miskin di negeri ini keluar dari kemiskinan. Hal ini secara umum disebabkan oleh dua hal mendasar, yaitu: (i) perilaku muzaki yang masih bersifat karikatif, yakni berorientasi jangka pendek, interpersonal, serta masih rendahnya kesadaran membayar zakat melalui amil dan, (ii) masih belum optimalnya transparasi dan kredibilitas lembaga pengelola zakat sehingga belum terbangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia dan diatur dalam UU RI No. 23 Tahun 2011
2 tentang Pengelolaan Zakat. BAZNAS berwenang melakukan pengelolaan dan pendistribusian zakat secara nasional hingga tingkat daerah (BAZNAS Daerah) di Indonesia, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat untuk membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Menurut hasil penelitian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa potensi zakat nasional sebesar 217 triliun rupiah setara dengan 3.4% total PDB. Dari total potensi zakat nasional, zakat yang dihimpun oleh BAZNAS baru mencapai 1% dari seluruh potensi zakat nasional, Kementerian Agama RI (2013). Tabel 1 Potensi Zakat Nasional No 1 2 3 4
Keterangan Potensi Zakat Rumah Tangga Potensi Zakat Industri Swasta Potensi Zakat BUMN Potensi Zakat Tabungan Total Potensi Zakat Nasional
Potensi Zakat (triliun rupiah) 82.7 114.89 2.4 17 217
Persentase terhadap PDB(%) 1.30 1.80 0.04 0.27 3.40
Sumber: Kementerian Agama RI (2013)
Tabel 2 menunjukkan peningkatan penerimaan zakat nasional pada tiap tahunnya. Penerimaan zakat nasional di BAZNAS pada tahun 2010 sebesar 1.5 triliun rupiah dan mengalami peningkatan 15.33% menjadi 1.73 triliun rupiah pada tahun 2011. Jumlah penerimaan zakat nasional di BAZNAS mencapai 2.5 triliun rupiah pada tahun 2013 meningkat 13.63% dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran membayar zakat melalui institusi amil mengalami peningkatan di Indonesia. Tabel 2 Perkembangan Zakat Nasional Tahun Jumlah Penerimaan (triliun rupiah) 2010 1.5 2011 1.73 2012 2.2 2013 2.5
Pertumbuhan (%) 15.33 27.16 13.63
Sumber: BAZNAS 2014 (diolah)
Dalam konteks skala Indonesia pasca judicial review UU No. 23/2011, Beik (2013) berpendapat bahwa penguatan karakter politik zakat lekat dengan peran pemerintah. Ada dua hal yang harus dilakukan untuk memperkuat peran pemerintah. Pertama, penguatan regulasi perzakatan. Penguatan regulasi ini antara lain melalui upaya percepatan implementasi UU No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang diwujudkan dengan peraturan pelaksana UU yang relevan, seperti Peraturan Pemerintah. Hal ini sangat penting sebagai prasyarat bagi penguatan sistem pengelolaan zakat nasional yang saat ini dikembangkan oleh BAZNAS sebagai koordinator pengelola zakat nasional. Kedua, diperlukan
3 adanya instrumen yang memiliki hukum positif untuk optimasi penghimpunan zakat untuk mengurangi kesenjangan antara potensi zakat yang mencapai 217 trilyun rupiah dengan realisasi aktualnya. Untuk itu, rencana Pemerintah Indonesia untuk membuat edaran kepada para menteri dan pejabat negara, serta PNS Pusat dan pegawai BUMN untuk menunaikan kewajiban mengeluarkan zakat penghasilan profesi melalui BAZNAS, perlu mendapat dukungan. Zakat profesi merupakan salah satu jenis zakat kontemporer yang tergolong dalam zakat rumah tangga. Qardhawi (1993) menyatakan bahwa penghasilan yang didapat dari profesi adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Keahlian yang dilakukan sendiri misalnya seorang dokter, arsitek, ahli hukum, pengajar, dan lain sebagainya. Untuk keahlian yang dilakukan secara bersama-sama misalnya pegawai, baik pemerintah maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji. Kewajiban untuk mengeluarkan zakat profesi bagi seorang muslim telah disepakati oleh kalangan umat Islam internasional dalam Muktamar Internasional I tentang Zakat, di Kuwait (29 Rajab 1404 H bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M). Secara nasional (Hafidhuddin dan Pramulya, 2008), UU No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat Bab IV Pasal 4 juga secara eksplisit menyebutkan bahwa hasil pendapatan dan jasa termasuk harta yang wajib zakat. Keluarnya regulasi tentang zakat telah mendorong perkembangan BAZIS dan lembaga amil zakat (LAZ) yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan ekonomi syariah dan filantropi yang kini menjadi tren di masyarakat membuat banyak institusi mendirikan LAZ baru. Sampai dengan tahun 2011, terdapat 18 Lembaga Amil Zakat skala nasional yang telah disahkan oleh pemerintah, (Moratorium ... 2011). Pada PP Nomor 14 Tahun 2014 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang zakat, BAZNAS, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS kapubaten/ kota dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) untuk membantu pengumpulan zakat. Pengumpulan zakat melalui UPZ disebutkan secara eksplisit pada Pasal 54 Ayat 2(e) dapat dilakukan dengan cara membentuk UPZ pada perguruan tinggi untuk mengumpulkan zakat dari penghasilan pegawai. Institut Pertanian Bogor (IPB) membentuk UPZ Lembaga Amil Zakat IPB (LAZ IPB) pada tahun 2003 sebagai lembaga non-struktural untuk penyaluran zakat profesi pegawai di lingkungan IPB yang disahkan melalui SK Rektor No. 085/K13/KEP/2003. LAZ IPB menjadi lembaga di lingkungan IPB yang berada dibawah koordinasi DKM Al Hurriyyah berdasarkan SK Rektor No. 085/IT3/LL/2012. Dalam aktifitasnya menghimpun dan menyalurkan dana zakat dari pegawai, LAZ IPB berbadan hukum sebagai Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) berdasarkan Keputusan Ketua Umum BAZNAS No. 016/BP/BAZNAS/VIII/2012.
Rumusan Masalah Berdasarkan Buku Keadaan Pegawai di Lingkungan IPB tahun 2012 disebutkan bahwa jumlah pegawai IPB yang beragama Islam dan memiliki
4 pendapatan lebih dari atau sama dengan 3.1 juta rupiah sebesar 2 044 orang dengan rincian, 1 074 orang tenaga pendidik dan 970 orang tenaga kependidikan. Data UPZ LAZ IPB pada tahun 2013 menunjukkan jumlah muzaki UPZ LAZ IPB yang merupakan pegawai IPB hanya berjumlah 315 pegawai. Jumlah penerimaan zakat di UPZ LAZ IPB menerima rata-rata 50 juta rupiah per bulan dari potensi penerimaan zakat penghasilan di UPZ LAZ IPB sebesar 200 juta rupiah (UPZ LAZ IPB, 2014). Hal ini menjadi fenomena menarik untuk diteliti karena selama 10 tahun berdiri UPZ LAZ IPB, ternyata tingkat partisipasi pegawai IPB dalam berzakat melalui UPZ LAZ IPB masih 15% dari total populasi. Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji, yaitu : 1. Bagaimana perkembangan zakat penghasilan profesi di IPB? 2. Bagaimana pengaruh demografi pegawai terhadap perilaku berzakat pegawai IPB? 3. Faktor-faktor apa yang memengaruhi pegawai IPB untuk berzakat melalui UPZ LAZ IPB? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan perkembangan zakat penghasilan profesi di IPB 2. Mendeskripsikan pengaruh demografi terhadap perilaku berzakat pegawi IPB. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pegawai dalam membayar zakat di UPZ LAZ IPB. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi UPZ LAZ IPB, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan perencanaan dan rancangan program selanjutnya dalam program peningkatan zakat di UPZ LAZ IPB. 2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut, baik dari segi teoritis maupun praktis. 3. Bagi kalangan pegawai dan civitas IPB, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk berpartisipasi dalam membangun kesadaran untuk berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB). Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai IPB dengan penghasilan lebih dari atau sama dengan 3.1 juta rupiah yang membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB dan tidak membayar melalui UPZ LAZ IPB. Zakat yang dibayarkan merupakan zakat penghasilan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga Bogor.
5
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Zakat Kata zakat menurut bahasa berasal dari kata zakaa, yang artinya bertambah dan berkembang. Secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang akan berbeda antar satu dan lainnya, namun pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah adalah harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah, suci, dan baik. Hal ini dinyatakan pada surah At-Taubah: 103 dan surah ar-Ruum: 39. “Ambillah zakat ini sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah[9]: 103). “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Ar-Ruum[30]:39). Menurut Hafidhuddin dan Pramulya (2008), zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima sehingga dianggap secara otomatis adanya merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang. Menurut Qardhawi (1993), Rasulullah SAW mewajibkan zakat saat Madinah. Beliau memuji bagi yang melaksanakan dan mengancam bagi yang tidak melaksanakan. Di beberapa hadis, Rasulullah selalu menyebutkan salat dan zakat secara bersamaan. Banyaknya penyebutan ibadah salat dan zakat di Al Qur’an dipandang sudah cukup menunjukkan bahwa Allah sangat memandang penting salat dan zakat. “Bila mereka bertaubat, mendirikan salat, dan membayar zakat, maka mereka adalah saudara kalian seagama.” Dalam beberapa hadis menyebutkan bahwa Rasulullah mengancam orang-orang yang tidak membayar zakat dengan hukuman berat di akhirat, mulai dari hartanya akan berubah menjadi ular jantan gundul yang melilit si empunya dan mematuknya, kemudian hartanya berubah menjadi setrika yang akan menyetrika punggung si empunya harta yang tidak dizakatkan selama lima puluh ribu tahun. Sunnah Nabi SAW tidak hanya mengancam orang yang tidak berzakat di akhirat, tapi juga mengancam dengan hukuman di dunia secara konkrit dan legal seperti dengan kekeringan yang berkepanjangan. “Golongan orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa kelaparan dan kemarau panjang.” (HR. Thabrani).
6 Syarat Wajib Zakat Pembebanan syariat (taklif syar’iyyah) pada hakikatnya adalah penghormatan (tasyrif) untuk seseorang sehingga ada kriteria tertentu untuk mendapatkannya. Zakat merupakan taklif, maka kewajiban zakat tidak dibebankan kepada setiap orang. Kewajiban zakat hanya dibebankan kepada mereka yang memenuhi kriteria tertentu sehingga mendapat kehormatan berzakat. Syarat wajib zakat meliputi beragama Islam, merdeka, dan baligh. Syarat Harta yang Wajib Dizakati Pengertian harta dalam bahasa Arab adalah al-maal atau jamaknya alamwal. Syarat harta yang wajib dizakati adalah yang berkembang. Menurut Qardhawi (1993) harta merupakan segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk disimpan dan dimiliki sampai batas waktu tertentu. Harta semacam itu adalah emas dan perak kemudian berkembang pada harta lain yang diperjual belikan atau harta yang dapat dimanfaatkan. Mazhab Hanafi menyatakan bahwa harta itu merupakan segala sesuatu yang dapat dimiliki dan digunakan menurut galib-nya, seperti tanah, binatang, barang-barang perlengkapan, dan uang. Hafidhuddin dan Pramulya (2008) mengemukakan bahwa dari berbagai pendapat ulama dapat disimpulkan bahwa segala harta yang secara konkret belum terdapat contohnya di jaman Nabi Muhammad SAW, tetapi dengan perkembangan jaman dan perekonomian modern sangat berharga dan bernilai maka termasuk kategori harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Harta yang harus dikeluarkan zakatnya harus memenuhi syarat tertentu, diantaranya nisab dan haul. Nisab merupakan batas minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya dalam jumlah tertentu. Haul merupakan satu tahun waktu kepemilikan harta zakat. Syarat harta menjadi objek zakat antara lain: 1. Harta tersebut didapatkan dengan cara dan usaha yang baik serta halal. 2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan. 3. Harta tersebut adalah milik sendiri. 4. Harta tersebut mencapai nisab. 5. Khusus untuk zakat pada harta-harta tertentu, syarat wajib zakat adalah waktu tertentu dimilikinya harta tersebut (haul). Golongan Penerima Zakat Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat harus segera disalurkan kepada para mustahik (penerima zakat) sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun. Golongan yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin, kelompok amil, muallaf, budak belian, gharimin(kelompok orang yang berhutang dan tak bisa melunasi), fii sabilillah, dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal ditengah perjalanan). Golongan ini telah disebutkan di Al Quran sebagai berikut. “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus zakat, muallaf, untuk budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah [9]: 60).
7 Konsep Amil Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelola Zakat pada Bab III Pasal 6 dan 7 menegaskan bahwa Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan lembaga yang dibentuk Pemerintah Indonesia untuk pengelolaan zakat secara nasional dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat untuk membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Menurut Hafidhuddin (2002) pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: a. Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat b. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. c. Mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada disuatu tempat. d. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzaki kepada mustahik, walau demikian secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama mengenai kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan. Zakat Profesi Salah satu sumber zakat kontemporer adalah zakat profesi. Qardhawi dalam Hafidhuddin dan Pramulya (2008) menyatakan bahwa penghasilan yang didapat dari profesi adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan secara sendiri, misalnya profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, seorang dai dan lain sebagainya. Keahlian yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya pegawai, baik pemerintah maupun swasta dengan menggunakan sistem upah atau gaji. Dalam istilah fikih, ada beberapa istilah dalam bahasan ini yang berkaitan dengan pengertian penghasilan antara lain al kasab (usaha), ujrah (upah), rawatib (gaji), al a’thoya (jatah ransum) dan mihan hurrah (profesi). Semua istilah tersebut memiliki kaitan yang erat satu dengan lainnya dan sebagiannya merupakan istilah yang dipergunakan dalam riwayat-riwayat untuk menjelaskan adanya zakat atas penghasilan (Ridlo 2007). Qardhawi (1993) berpendapat bahwa padanan hukum zakat profesi yang paling tepat adalah zakat al-mal al-mustafad (harta yang diperoleh melalui satu jenis proses kepemilikan yang baru dan halal). Jenis-jenis al-mal al-mustafad antara lain al-`amalah, yakni penghasilan yang diperoleh dalam bentuk upah atau gaji atas pekerjaan tertentu. Al-‘atiyah, yaitu sejenis bonus atau insentif tetap yang diterima secara teratur oleh prajurit negara Islam dari baitul mal. Almazalim, yakni jenis harta yang disita secara tidak sah oleh penguasa terdahulu, dan telah dianggap hilang oleh pemilik aslinya. Kalau harta tersebut dikembalikan kepada pemilik aslinya, maka harta tersebut dikategorikan sebagai
8 harta yang diperoleh dengan kepemilikan baru, oleh sebab itu wajib dizakati. Jadi, zakat penghasilan adalah zakat yang dipungut/ diperoleh dari upah/ gaji/ honorarium karyawan dan usaha profesional seperti penghasilan seorang dokter, insinyur, guru, advokat, seniman, penjahit, dan lain-lain yang telah mencapai nisab. Kewajiban zakat penghasilan ini juga sudah dinyatakan dalam UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 4 ayat 2 poin h (pendapatan dan jasa tergolong zakat mal). Dengan demikian, ketentuan UU ini menjadi pemutus perbedaan pendapat yang ada, karena ada kaidah yang menyatakan: hukmul wali yarfa’ul khilaf, yang artinya ketentuan penguasa/ hukum menghapuskan perbedaan (pendapat). Hal yang menjadi landasan penetapan penghasilan atau pendapatan dari profesi sebagai sumber zakat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang bersifat umum mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya. Maka setiap penghasilan yang memenuhi syarat zakat wajib dikeluarkan zakatnya, meskipun penghasilan tersebut didapatkan melalui profesi pekerjaan atau sumber-sumber harta yang tidak eksplisit disebutkan dalam Qur’an dan hadis. Firman Allah pada Surah Al Baqarah: 267, yang berbunyi : “Hai orangorang beriman! Berikan nafkah dari pendapatanmu yang baik dan dari hasil bumi yang telah Kami keluarkan untukmu”. Pendapatan kerja merupakan pendapatan yang terbaik, seperti sabda Nabi SAW, “Tidak ada makanan anak Adam yang lebih baik dari hasil jerih payahnya sendiri”. 2. Berbagai pendapat para ulama menyatakan adanya zakat penghasilan profesi meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Melalui pendekatan ijmali, harta obyek zakat bisa dikembangkan dengan menggunakan metode qiyas (analogi). Pada praktek pengelolaan zakat saat ini, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan pertama, dianalogikan dengan zakat perdagangan atau zakat emas perak. Haulnya 1 tahun, artinya mengeluarkannya setahun sekali. Nishabnya 85 gram emas dan kadarnya 2.5 persen. Pendekatan kedua, dianalogikan dengan zakat pertanian. Nishabnya senilai harga 653 kg gabah atau 524 kg beras, dengan kadar 5 persen. Tidak ada haul, artinya setiap kali menerima penghasilan segera dikeluarkan zakatnya. Misalnya sebulan sekali. Pendekatan ketiga, dianalogikan dengan dua hal sekaligus (disebut qiyas syabah). Yaitu, untuk nishab dianalogikan dengan zakat pertanian (senilai 524 kg beras) dan tanpa haul. Kadarnya dianalogikan dengan zakat emas perak, yaitu 2.5 persen. 3. Dari sudut keadilan, bahwa penetapan kewajiban zakat pada setiap harta yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya menetapkan kewajiban zakat pada komoditas-komoditas tertentu. Petani yang saat ini kondisinya kurang beruntung tetap harus berzakat saat hasil pertaniannya telah mencapai nisab. Oleh karena itu, akan menjadi adil apabila zakat ini juga bersifat wajib pada penghasilan yang didapatkan para dokter, para ahli hukum, konsultan dalam berbagai bidang, para dosen, para pegawai dan karyawan yang memiliki gaji tinggi, dan profesi lainnya. 4. Pada perkembangan hidup manusia khususnya bidang ekonomi, kegiatan penghasilan melalui keahlian dan profesi ini akan semakin berkembang dan
9 akan menjadi kegiatan ekonomi yang utama, seperti yang terjadi di negaranegara industri saat ini. Mengenai waktu pengeluaran zakat profesi dianjurkan untuk menghitung zakat dari pendapatan kasar (bruto) untuk lebih menjaga kehati-hatian dan dikeluarkan saat penghasilan itu diterima atau dihitung setiap setahun sekali. Batas minimal atau nisab zakat profesi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh BAZNAS adalah sebesar 653 kg gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 3.188 juta rupiah. Gabah kering giling ini juga setara dengan 522 kg beras atau setara dengan 4.39 juta rupiah, LAZ IPB (2014). Preferensi Preferensi berasal dari kata preference yang mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti kata preference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. (Journal Planit 2001). Model Sandhusen (2000) mencoba menjelaskan bagaimana respon yang diberikan oleh seorang saat melakukan proses pembelian. Pada dasarnya model Sandhusen (2000) menjelaskan bahwa keputusan yang diambil seorang konsumen tidak semata mata merupakan keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti karakteristik diri konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen saja. Adanya faktor eksternal juga memengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Integrasi antara faktor eksternal dan faktor internal itu dinamakan Sandhusen (2000) sebagai Buyer’s Black Box. Religiusitas Religiusitas merupakan kecenderungan seseorang dalam bersikap karena adanya pengaruh kepercayaan (agama). Agama merupakan dasar motivator internal dalam hidup seseorang. Agama merupakan bagian dari kehidupan dan sumber harapan. Kecenderungan seseorang melekat atau secara praktiknya terlihat dari pelaksanaan aturan dalam agama, yang disebut religiusitas. Ada dua macam religiusitas, yakni religiusitas intrinsik dan ekstrinsik. Religiusitas intrinsik adalah terkait dengan pengalaman keagamaan seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya, sedangkan religiusitas ekstrinsik berkenaan dengan bagaimana seseorang akan menggunakan aturan agama dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya seperti melaksanakan ibadah-ibadah dalam agamanya, Salmanpour dan Issazadegan (2012). Religiusitas menurut Brotheridge dan Lee (2010) juga merupakan pusat kekuatan yang membentuk kebiasaan manusia. Religiusitas memegang peran penting karena berkaitan dengan kebiasaan sosial seseorang, hal ini dikarenakan agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan sehingga pemeluk suatu agama sejati memiliki emosi yang lebih stabil daripada orang yang menyimpang dari agama Ventis (1995). Pemahaman dan kebiasaan seorang muslim untuk membayar zakat dipengaruhi oleh religiusitas.
10 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait zakat oleh beberapa pihak dan dalam penelitian ini ada beberapa hasil peneltian tersebut digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan materi. Penelitian Wahid et al (2005) tentang Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan di Malaysia dengan menggunakan analisis regresi logistik multivariat untuk menguji tiga belas faktor-faktor demografi yang mungkin memengaruhi atau tidak memengaruhi individu muslim untuk menunaikan zakat penghasilan. Kuesioner dibagikan kepada 2 500 individu muslim dalam setiap negara bagian di Malaysia menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang signifikan memengaruhi pembayaran zakat. Faktor-faktor ini meliputi usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mekanisme pembayaran zakat melalui pemotongan gaji langsung. Hasil penelitian Fatah (2006) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi preferensi para Wajib Zakat Profesi di lingkungan PT. Pertamina (persero) dengan menggunakan analisis diskriminan menunjukkan bahwa variabel pengetahuan agama dan kualitas manajemen BAZMA (BAZ Pertamina) berpengaruh signifikan terhadap preferensi karyawan muslim pertamina. Variabel pendidikan, pendapatan, usia, dan status marital tidak mempengaruhi preferensi karyawan muslim Pertamina. Pada penelitian Rouf (2011) tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Membayar Zakat di Rumah Zakat Semarang menggunakan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel kepercayaan, religiusitas, dan pendapatan berpengaruh terhadap minat masyarakat dalam membayar zakat melalui Rumah Zakat Cabang Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Beik dan Mukhlis (2012) tentang Economic Estimation and Determination of Zakat Potential in Indonesia dengan menggunakan analisis diskriminan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap muzaki untuk membayar zakat adalah keimanan, rela berkorban, kebermanfaatan, kepuasan diri, dan kelembagaan pengelola zakat. Menurut Maroah (2010) pada jurnal Zakat and Empowering yang diterbitkan oleh IMZ dengan judul Pemberdayaan Zakat Profesi di Lingkungan Sekolah, menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman tentang zakat profesi di sekolah masih bervariasi, dukungan aspek regulasi tidak serta merta meningkatkan dan mendorong pemahaman dan kesadaran berzakat, dan perlu ada terobosan-terobosan inovatif secara terus menerus terkait kesadaran dan pemahaman zakat, terutama zakat profesi terus meningkat sehingga penuaian zakat profesi di lingkungan sekolah berjalan optimal dan fungsional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk menguji variabel religiusitas, pengetahuan tentang zakat, pelayanan LAZ IPB, dan unsur demografi yang memengaruhi perilaku berzakat pegawai IPB. Dari penelitian Wahid et al (2005) dan Rouf (2011) menunjukkan jika variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan kesadaran berzakat masyarakat. Pada penelitian Ridha (2004) menujukkan bahwa tingkat religiusitas
11 memmengaruhi sikap dan perilaku bersedekah seseorang. Pada penelitian Beik (2012) menunjukkan bahwa manajemen kelembagaan pengelola zakat berpengaruh signifikan pada muzaki untuk membayar zakat. Kerangka Pemikiran Potensi perolehan zakat penghasilan pegawai PNS di IPB yang mencapai 2.4 milyar rupiah per tahun masih belum dicapai oleh LAZ IPB. Hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor seperti religiusitas, pengetahuan tentang zakat, pelayanan LAZ IPB, dan jumlah pendapatan pegawai. Penerimaan dana zakat dapat ditingkatkan jika LAZ IPB mengetahui preferensi pegawai IPB dalam berzakat profesi penghasilan. Kebiasaan membayar zakat penghasilan secara rutin dapat mendukung program kesejahteraan
Perilaku Membayar Zakat PNS di Lingkungan IPB
Tidak Berzakat
Berzakat
Melalui LAZ IPB
Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Berzakat Pegawai 1. Religiusitas 2. Pengetahuan 3. Pelayanan LAZ IPB 4. Demografi
Di Luar LAZ IPB
Regresi Logistik Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah adalah preferensi pegawai IPB dalam menyalurkan zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB, atau diluar LAZ IPB. Oleh karena itu hipotesis dinyatakan dalam pernyataan: 1. Semakin tinggi tingkat religiusitas seorang pegawai IPB, maka semakin besar peluangnya untuk membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB
12 2. 3. 4.
Semakin baik pengetahuan agama pegawai IPB, maka semakin besar peluangnya untuk membayar zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB Semakin baik pelayanan UPZ LAZ IPB, semakin besar peluang untuk membayar zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB Partisipasi berzakat dipengaruhi oleh demografi (pendidikan, pendapatan, jabatan, gender, dan lama kerja).
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor dengan objek penelitian adalah pegawai IPB yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang sudah berstatus PNS. Penelitian ini dilakukan pada 1 April 2014 hingga 7 Juni 2014. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan muzaki (pegawai berstatus PNS) yang membayarkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB dan pegawai yang tidak membayarkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB. Data sekunder digunakan untuk melengkapai data primer. Sumber data lain yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui hasil riset pustaka (library research). Informasi-informasi pendukung dari berbagai media cetak maupun elektronik juga membantu penyediaan data penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja kepada pegawai dengan status PNS IPB yang sudah berzakat melalui UPZ LAZ IPB dan yang tidak berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Popolasi pada penelitian sebesar 2 044, dan dalam penelitian ini menggunakan sampel sebesar 54 orang, dengan 32 orang yang merupakan 10% dari 315 pegawai yang menjadi muzaki tetap di UPZ LAZ IPB dan 22 orang pegawai IPB yang bukan muzaki di UPZ LAZ IPB. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan pendekatan analisis kualitatif. Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat dari muzaki. Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik.
13 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel yang dianalisis dalam penelitiaan ini didefinisikan sebagai berikut:
Variabel Religiusitas (X1)
Pengetahuan (X2)
Tabel 3 Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator dan Pengukuran Data Religiusitas 1. Percaya Allah merupakan 2. Selalu internalisasi nilai-nilai melaksanakan agama pada kebiasaan kewajiban dan tingkah laku sebagai seorang seseorang dan Muslim dihitung 3. Menghindari menggunakan skor. hal-hal yang Semakin besar skor dilarang oleh religiusitas, semakin agama religius seseorang untuk kesadaran membayar zakat. (Diukur menggunakan skala Likert)
Referensi The Centrality of Religiosity Scale (Hubler 2012) dan (QS. Al Mu’minun [23]: 3-4)
Pengetahuan agama 1. Membayar zakat Alhasanah seorang Muslim, setiap tahun (2011) khususnya terkait 2. Mengetahui pentingnya membayar posisi zakat zakat. dalam Islam (Diukur menggunakan 3. Mengetahui cara skala Likert) menghitung zakat 4. Mengetahui harta yang menjadi objek pajak
Pelayanan UPZ Terkait kemudahan 1. Fasilitas Rulian (2014) LAZ IPB(X3) dalam membayar pengurang gaji zakat melalui UPZ (autodebet) yang LAZ IPB mudah Diukur menggunakan 2. Sosialisasi zakat skala Likert langsung kepada pegawai Layanan pengumpulan zakat
14
Pendapatan (X4)
Usia (X5) Jabatan (X6)
Tabel 3 Variabel Penelitian (lanjutan) Jumlah pendapatan Honorarium yang didapatkan pegawai IPB Diukur dari jumlah pendapatan Umur responden Diukur dari umur Jabatan kerja (tenaga pendidik/ tenaga kependidikan) Status perkawinan
Status Pernikahan (X7) Gender (X8) Jenis kelamin (lakilaki/ perempuan) Preferensi (Y) Dorongan Motif sosial internal dan eksternal Faktor Emosional yang berhubungan dengan sikap untuk memutuskan memenuhi kewajiban zakat.
Model dan Analisis Data Model logit dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi muzaki dalam memilih pengelola zakat. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda 2009):
( ) Keterangan: = α β X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
= = = = = = = = = = =
(
)
(
)
..............................................(1)
Preferensi pegawai untuk memilih tempat membayar zakat (1 jika memilih UPZ LAZ IPB, 0 jika tidak memilih UPZ LAZ IPB) Intersep Parameter peubah Xi Religiusitas Pengetahuan Pelayanan Pendapatan Usia Jabatan Status pernikahan Jenis kelamin (dummy laki-laki = 1, perempuan =0) Pendidikan
15 Odd Ratio adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 (memilih UPZ LAZ IPB) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak memilih UPZ LAZ IPB). Nilai odds menjadi suatu nilai indikator kecenderungan muzaki untuk menentukan pilihan 1 (memilih UPZ LAZ IPB). Nilai odds semakin besar menandakan bahwa peluang muzaki untuk memilih UPZ LAZ IPB semakin besar. Hubungan antara parameter dan odds ratio yaitu: Odds Ratio = Keterangan: =
...................................................................................(2)
Rasio peluang terjadi pilihan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Awal pembentukan Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) digagas oleh sekelompok pegawai IPB yang saling membantu mengumpulkan zakat saat bulan Ramadhan dan menyalurkan kepada fakir miskin sekitar kampus. Pada tahun 2003 UPZ LAZ IPB menjadi lembaga non struktural yang terdaftar di lingkungan Kampus IPB, kemudian pada tahun 2012 mendapatkan legalisasi dari BAZNAS. Saat ini UPZ LAZ IPB memiliki 315 anggota tetap yang menyalurkan zakat penghasilan setiap bulannya. Alamat UPZ LAZ IPB di Jalan Lingkar Akademik Gedung Al Hurriyyah lantai 1 Komplek Kampus IPB Dramaga Bogor. UPZ LAZ IPB memiliki visi terwujudnya masyarakat kampus yang peduli, terdidik, dan berdaya saing. Misi LAZ IPB adalah (1) Berperan aktif dalam penghimpunan dana ZISWAF. (2) Menyelenggarakan manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. (3) Mengembangkan program berbasis pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. (4) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. (5) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai pihak. UPZ LAZ IPB memiliki pengawas syariah yaitu dosen dan ulama. Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) yang didirikan secara resmi sejak tahun 2003 memiliki beberapa program pengumpulan zakat penghasilan profesi di IPB, diantaranya melalui AZIP (autodebet zakat IPB), layanan antar-jemput zakat, dan menerima zakat melalui kantor UPZ LAZ IPB yang berada di lantai 1 masjid Al Hurriyyah IPB. Autodebet Zakat IPB (Azip) merupakan sebuah metode pembayaran zakat terutama zakat profesi melalui mekanisme pendebetan langsung pada rekening gaji pegawai IPB oleh UPZ LAZ IPB. Program layanan ini baru digunakan pada tahun 2011. Waktu pendebetan dilakukan sekali setiap bulan setelah gaji dibayarkan ke rekening gaji tersebut. Sehingga otomatis menjadikan zakat sebagai pengeluaran belanja pertama dari penghasilan. Jumlah standar yang didebet adalah 2.5% dari total penghasilan yang diterima dari IPB.
16 Layanan antar jemput zakat dan penyerahan langsung ke kantor UPZ LAZ IPB dilakukan sejak sebelum Maret 2011. Muzaki yang belum mendaftar Azip tapi memiliki mobilitas tinggi dapat menggunakan layanan antar jemput zakat dengan menghubungi pusat info UPZ Lembaga Amil Zakat IPB ke 0812-83837654 . Penghasilan yang dapat dizakati dan disalurkan melalui UPZ LAZ IPB antara lain gaji pegawai (termasuk gaji ke-13, rapel gaji, remunerasi gaji), uang makan, tunjangan struktural, tunjangan sertifikasi dosen, tunjangan kehormatan guru besar, insentif kinerja, dan tunjangan hari raya. Selain zakat, muzaki juga bisa mendebet untuk infak dan santunan yatim. UPZ LAZ IPB memiliki penyaluran zakat utama fii sabilillah, yaitu pelajar atau mahasiswa, kemudian masyarakat miskin sekitar kampus IPB Dramaga. UPZ LAZ IPB mengelola zakat menjadi beasiswa untuk pelajar dan membiayai biaya tak terduga dari mahasiswa. Beberapa program dari zakat yang dikumpulkan oleh UPZ LAZ IPB antara lain; beasiswa Cendekia (untuk mahasiswa IPB), beasiswa Birena (untuk pelajar lingkar kampus), bantuan layanan kesehatan, bantuan pendidikan mualaf, bantuan gaji cleaning service MKDU, dan kegiatan pengembangan masyarakat sekitar kampus. Dari keikutsertaan berzakat melalui UPZ LAZ IPB, muzaki akan memperoleh layanan berupa SMS pemberitahuan pendebetan, laporan pendebetan tiap bulan, laporan penerimaan dan penggunaan dana UPZ LAZ IPB, serta bukti setor zakat (BSZ) dari Baznas RI. Pelayanan di kantor LAZ IPB buka sejak pukul 8.00 hingga 17.00 WIB setiap hari Senin sampai Jumat. Kantor UPZ LAZ IPB melayani pembayaran zakat langsung, info tentang zakat, dan pelayanan bagi mustahik. Kinerja Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor Kinerja Penghimpunan Zakat Profesi IPB Penghimpunan dana zakat profesi di UPZ LAZ IPB pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan namun masih jauh dari potensi zakat profesi sebesar 2.4 milyar rupiah per tahun. Selain dana zakat penghasilan, dana infak dan wakaf yang disalurkan melalui UPZ LAZ IPB juga mengalami peningkatan, seperti yang ditunjukkan Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan Dana Zakat Infak Wakaf UPZ LAZ IPB 2011-2014 Uraian Zakat Infak Wakaf Total Penerimaan Pertumbuhan
Jumlah Penerimaan ( Juta Rupiah) Tahun 2011 Tahun 2012 160 600 40 60 200 660 275%
Sumber: UPZ LAZ IPB 2014 (diolah)
Tahun 2013 750 130 95 975 62.5%
17 Penerimaan zakat profesi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebesar 160 juta rupiah pada tahun 2012 mengalami perkembangan sebesar 275% dari menjadi 600 juta rupiah. Penerimaan zakat penghasilan pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan menjadi 750 juta rupiah. Dana infak yang dihimpun oleh UPZ LAZ IPB juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penerimaan infak pada tahun 2011 sebesar 40 juta rupiah meningkat menjadi 60 juta rupiah pada tahun 2012 dan menjadi 130 juta rupiah pada tahun 2013. Total penerimaan zakat dan infak pada tahun 2011 adalah sebesar 200 juta rupiah. Penerimaan zakat dan infak pada tahun 2012 sebesar 660 juta rupiah. Jumlah penerimaan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 975 juta rupiah dengan adanya tambahan penerimaan dana wakaf sebesar 95 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa dana sosial keagamaan di Institut Pertanian Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya dan kesadaran untuk berbagi masyarakat kampus meningkat. Muzaki Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor Pada kurun waktu 2003 hingga 2013 terdapat peningkatan jumlah perolehan dana zakat profesi penghasilan di IPB, namun jumlah muzaki yang menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 5 Perkembangan Jumlah Muzaki UPZ LAZ IPB Jumlah Muzaki Pertumbuhan (%)
2011 221
Tahun 2012 261 18.9
2013 313 19.9
Sumber: LAZ IPB (2014)
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah muzaki dalam tiga tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 terdapat 221 orang pegawai PNS IPB yang terdaftar sebagai muzaki zakat penghasilan di UPZ LAZ IPB. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 18.9% atau setara 40 orang muzaki pada tahun 2012 menjadi 261 orang muzaki dari pegawai PNS. Jumlah muzaki mengalami peningkatan sebesar 19.92% pada tahun 2013 dengan adanya tambahan 52 orang muzaki. Pendayagunaan Zakat Penghasilan Profesi UPZ LAZ IPB Zakat profesi dari pegawai IPB yang terkumpul selanjutnya dikelola untuk dibagi ke mustahik dengan beberapa pola seperti pembiayaan usaha produktif, pemenuhan konsumsi mustahik, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Prosentase terbesar pengelolaan dana zakat penghasilan profesi disalurkan untuk pola konsumtif dan pendidikan. Pendayagunaan dan pendistribusian zakat ini diatur dalam UU No. 23/ 2011 Bab III tentang Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan zakat. Pola produktif disalurkan untuk kegiatan usaha ekonomi sekitar kampus. Pola konsumtif digunakan untuk bingkisan lebaran (ekspansi zakat fitrah), bantuan operasional masjid, operasional dakwah, serta program pelayanan dan pendampingan mustahik (P3M). Bantuan pendidikan untuk disalurkan sebagai
18 Beasiswa Cendekia IPB (mahasiswa IPB S1 dan D3), Beasiswa Birena (pelajar dhuafa lingkar kampus), Beasiswa Sehati (pelajar SMA/K yatim), dan bantuan untuk SPP mahasiswa. Pola kesehatan disalurkan untuk membantu biaya berobat mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Pembangunan infrastruktur digunakan untuk memperbaiki infrastruktur masjid. Tabel 6 Pendayagunaan Zakat Penghasilan Tahun 2011-2013 Pola 2011 2012 2013 Pendayagunaan Penerima Jumlah Penerima Jumlah Penerima Jumlah Manfaat (Ribu Manfaat (Ribu Manfaat (Ribu (orang) Rupiah) (orang) Rupiah) (orang) Rupiah) Pola produktif: 1 2 000 7 6 000 3 8000 disalurkan untuk kegiatan usaha ekonomi Pola konsumtif 406 264 000 408 640 000 607 485 750 Bantuan 300 15 000 300 15 000 456 20 000 pangan, pakaian dan tempat tinggal Pendidikan 90 240 000 90 310 000 120 440 250 Kesehatan 10 9 000 18 15 000 40 24 000 Pembangunan 1 1 500 Infrastruktur Sumber: LAZ IPB (2014)
Peningkatan jumlah zakat profesi yang terkumpul dari tahun 2011 hingga tahun 2013 turut meningkatkan jumlah pendayagunaan dan penerima manfaat zakat yang dihimpun oleh UPZ LAZ IPB pada tahun yang sama. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pendayagunaan zakat untuk pola produktif, konsumtif, bantuan pokok, pendidikan, dan kesehatan selalu menunjukkan peningkatan jumlah penerima manfaat dan jumlah yang disalurkan. Pola pendayagunaan zakat profesi ke pembangunan infrastruktur sebesar 1.5 juta rupiah menjadi pola penyaluran zakat baru pada tahun 2013. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden ini merupakan hasil dari wawancara terhadap 54 responden yang tersebar di unit-unit kerja yang ada di Kampus IPB Dramaga Bogor. Responden dalam penelitian ini merupakan pegawai PNS yang memiliki pendapatan relatif tetap daripada pegawai honorer. Karakteristik responden dilihat dari kondisi demografi yakni jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, jabatan, lama kerja, status marital, dan pendapatan per bulan ditunjukkan pada Tabel 7.
19 Tabel 7 Demografi Total Responden Jenis Kelamin Status Pernikahan
Tingkat Pendidikan
Usia
Jabatan Lama Kerja
Pendapatan per bulan
Variabel Laki-laki Perempuan Belum Menikah Menikah Janda/Duda SMP SMA/ STM Diploma S1 S2 S3 21-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan 1-16 tahun 17-32 tahun >32 tahun ≥Rp 3 100 000- Rp 5 000 000 >Rp 5 000 000-Rp 10 000 000 >Rp 10 000 000
Jumlah 28 26 2 49 3 2 7 4 9 7 25 14 38 2 32 22 24 29 1 33 15 6
Persentase 51.8 48.14 3.7 90.7 5.5 3.7 12.9 7.4 16.6 12.9 46.2 25.9 70.3 3.7 59.2 40.7 44.4 53.7 1.8 61.1 27.7 11.1
Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Berdasarkan Tabel 7 mayoritas responden adalah laki-laki dengan status pernikahan sudah menikah. Ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, terdapat 3.7% responden memiliki pendidikan terakhir SMP, SMA/ STM sebanyak 12.9%, Diploma sebanyak 7.4%, S1 sebanyak 16.6%, S2 sebanyak 12.9%, dan S3 sebanyak 46.2%. Untuk pendapatan responden, sebanyak 61.1% berkisar pada interval 1.5 sampai 5 juta rupiah per bulan. Terdapat 27.7% responden memiliki pendapatan lebih dari 5 juta rupiah hingga 10 juta rupiah per bulan dan 11.1% responden memiliki pendapatan lebih dari 10 juta rupiah per bulan. Ditinjau dari variabel usia, terdapat 70.3% responden berusia 41 hingga 60 tahun, 25.9% berusia 21-40 tahun, dan 3.7% berusia diatas 60 tahun. Untuk lama kerja di IPB, 44.4% telah bekerja di IPB dalam kurun waktu 1 hingga 16 tahun, 17 hingga 32 tahun sebanyak 53.7%, dan lebih dari 32 tahun sebanyak 1.8%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pegawai berumur 41-60 tahun dan telah bekerja di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor lebih dari 17 tahun. Perilaku seseorang untuk membayar zakat ditunjukkan pada Tabel 8. Pada tabel ini, perilaku berzakat melalui UPZ LAZ IPB ditunjukkan dengan menjawab ya atau tidak untuk membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB.
20 Tabel 8 Perbandingan Demografi Muzaki UPZ LAZ IPB dan non Muzaki UPZ LAZ IPB Zakat(orang) LAZ IPB Non LAZ IPB Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Marital Belum Menikah Menikah Janda/Duda Tingkat Pendidikan SMP SMA/ STM Diploma S1 S2 S3 Usia 21-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun Jabatan Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan Lama Kerja 1-16 tahun 17-32 tahun >32 tahun Pendapatan per bulan ≥Rp 3 100 000Rp 5 000 000 >Rp 5 000 000Rp 10 000 000 >Rp 10 000 000
Zakat(%) LAZ IPB Non LAZ IPB
14 18
14 8
43.8 56.3
63.6 36.4
1 28 3
1 21 0
3.1 87 9.4
3.1 96.9 0
0 2 1 6 4 19
2 5 3 3 3 6
0 6.3 3.1 18.8 12.5 59.4
9.0 22.7 13.6 13.6 13.6 27.2
10 20 2
4 18 0
31.3 62.5 6.3
18.1 81.8 0
25 7
7 15
78.1 21.9
31.9 68.1
13 18 1
11 11 0
40.6 56.3 3.1
50 50 0
15
18
46.8
81.8
12
3
37.6
9.3
5
1
15.6
3.2
Sumber: Data Primer (2014)
Berdasarkan Tabel 8, karakteristik muzaki membayar zakat profesi di UPZ LAZ IPB ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pendapatan per bulan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan, maka kesadaran berzakat profesi melalui UPZ LAZ IPB juga semakin besar. Tingkat pendapatan mempengaruhi pilihan berzakat muzaki karena mayoritas pegawai tenaga pendidik memiliki pendapatan lebih besar daripada pendapatan pegawai tenaga kependidikan. Tenaga pendidik merupakan dosen yang memiliki rata-rata pendidikan lebih daripada tenaga kependidikan, serta mendapatkan sosialisasi saat rabuan dari fakultas tentang adanya UPZ LAZ IPB sebagai unit pengumpul zakat penghasilan di IPB. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak yang berzakat di luar UPZ LAZ IPB daripada menyalurkan zakat melalui UPZ LAZ
21 IPB. Pada responden perempuan lebih berpeluang untuk menyalurkan zakat melalui UPZ LAZ IPB daripada di luar UPZ LAZ IPB. Berdasarkan variabel tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kesadaran untuk membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB juga semakin tinggi. Pada Tabel 8, responden yang membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB untuk tingkat pendidikan SMA/ STM sebesar 6.3%. Persentase membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB semakin meningkat seiring dengan tingginya tingkat pendidikan. Peluang membayar zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB bagi yang memiliki pendidikan S3 memiliki peluang lebih besar, yakni 59.4%. Hal ini disebabkan karena responden yang berpendidikan S3 memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMP, SMA/STM, S1, dan S2. Selain itu, responden yang lebih berpendidikan memiliki posisi jabatan sebagai tenaga pendidik yang juga memiliki jabatan lebih tinggi. Untuk membayar zakat diluar UPZ LAZ IPB, responden paling tinggi persentasenya adalah kategori SMA/ STM, yaitu sebesar 46.9%. Ini menunjukkan tingkat pendidikan responden mempengaruhi cara membayar zakat. Responden muzaki UPZ LAZ IPB didominasi oleh PNS dengan jabatan sebagai tenaga pendidik, ini ditunjukkan oleh nilai sebesar 78.1%, sedangkan tenaga kependidikan muzaki UPZ LAZ IPB sebesar 21.9%. Jabatan yang mendominasi pada responden muzaki non UPZ LAZ IPB adalah tenaga kependidikan yaitu sebesar 78.1%, sedangkan muzaki non UPZ LAZ IPB tenaga pendidik sebesar 21.9%, berbanding terbalik dengan muzaki UPZ LAZ IPB. Pada variabel usia, tingkat persentase muzaki UPZ LAZ IPB dengan usia 40-60 tahun lebih banyak menyalurkan zakat profesi melalui UPZ LAZ IPB. Rata-rata muzaki di UPZ LAZ IPB berumur 44 tahun, dan rata-rata usia muzaki yang menyalurkan zakat diluar UPZ LAZ IPB berumur 42 tahun. Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa besar pendapatan PNS IPB yang menjadi responden UPZ LAZ IPB maupun muzaki non UPZ UPZ LAZ IPB paling banyak berada pada interval 3.1 juta rupiah sampai 5 juta rupiah per bulan, yaitu pada muzaki UPZ LAZ IPB sebesar 46.8% dan muzaki non UPZ LAZ IPB sebesar 87.5%. Besar pendapatan responden yang berada pada interval lebih dari 10 juta rupiah adalah 15.6% untuk muzaki UPZ LAZ IPB dan 3.2% untuk non muzaki UPZ LAZ IPB. Rata-rata pendapatan muzaki UPZ LAZ IPB adalah 5.9 juta rupiah, sedangkan rata-rata pendapatan muzaki non UPZ LAZ IPB adalah 3.4 juta rupiah. Berdasarkan data responden tersebut, dapat dilihat bahwa pendapatan muzaki terendah yaitu 3.1 juta rupiah per bulan. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua PNS di IPB memiliki pendapatan yang besar. Pendapatan ditentukan oleh posisi jabatan pegawai. Rata-rata muzaki yang pendapatannya lebih dari 10 juta per bulan adalah muzaki yang menjadi tenaga pendidik untuk sarjana dan pascasarjana di IPB atau memiliki jabatan di fakultas, sedangkan muzaki yang menjadi tenaga kependidikan memiliki pendapatan yang lebih kecil dari tenaga pendidik. Hasil Analisis Crosstabs Analisis Crosstabs (tabel silang) digunakan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini, analisis crosstabs
22 menganalisis keterkaitan variabel pada demografi responden dengan perilaku responden dalam berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Hasil analisis crosstabs dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil Analisis Crosstabs Variabel
Umur Jabatan Status Pernikahan Lama Kerja Jenis Kelamin Pangkat Pendapatan
ChiSquare Hitung 3.237 10.633 1.446 9.626 7.228 16.275 34.628
Df
Chi-Square Tabel (α=5%)
Asymp. Sig. (2-sided)
3 1 2 4 1 2 23
12.838 3.841 5.991 9.488 3.841 10.597 41.337
0.198 0.001 0.485 0.118 0.007 0.000 0.057
Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pada kolom Asymp. Sig terdapat tiga variabel yang memiliki nilai probabilitas di bawah 0.05, maka keputusannya H o ditolak atau terdapat hubungan antara perilaku berzakat melalui Unit Pengumpul Zakat Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor (UPZ LAZ IPB) dengan jabatan, jenis kelamin, pangkat, dan pendapatan.
Perilaku Berzakat Pegawai IPB Berdasarkan hasil wawancara terhadap 54 responden menunjukkan bahwa pada populasi pegawai yang tidak membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB. Terdapat 32 responden yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB ternyata terdapat 9 orang setara 18.75% pegawai yang tidak membayar zakat ditempat manapun, dan 20 orang setara 31.25% sisanya membayar zakat ditempat lain.
Tabel 10 Kebiasaan Berzakat Penghasilan Pegawai IPB Uraian Membayar zakat di LAZ IPB Membayar zakat di luar LAZ IPB Tidak mengeluarkan zakat
Jumlah (N) 32 19 3
Persentase 59.25 35.18 5.55
Sumber: Data Primer (2014)
Sebanyak 35.18% reponden yang berzakat di luar UPZ LAZ IPB ternyata telah menyalurkan zakatnya melalui Organisasi Penyalur Zakat lain seperti Dompet Dhuafa dan BAZNAS Kota Bogor, masjid di sekitar tempat tinggal, tetangga, dan keluarga di kampung halaman. Sebanyak 5.55% responden yang tidak mengeluarkan zakat belum berzakat profesi karena merasa belum mampu. Periode Membayar Zakat Waktu pembayaran zakat profesi adalah saat penghasilan diterima atau dibayarkan setiap satu tahun sekali. Pegawai Negeri Sipil (PNS) di IPB
23 menerima gaji dari pemerintah setiap bulan. Tabel 11 menjelaskan periode membayar zakat penghasilan berdasarkan kategori pendidikan. Tabel ini bertujuan untuk mengetahui periode berzakat penghasilan di UPZ LAZ IPB. Pilihan periode berzakat yaitu per bulan (setiap mendapat penghasilan) dan per tahun. Tabel 11 Periode Membayar Zakat Penghasilan
SMP SMA/ SMK Diploma S1 S2 S3 Total
Tidak mengeluarkan zakat 0 3 0 0 0 0 3
Periode Berzakat Setiap mendapat penghasilan 1 3 3 8 7 23 45
Setahun sekali 1 1 1 1 0 2 6
Total 2 7 4 9 7 25 54
Sumber: Data Primer (2014)
Periode membayar zakat profesi didekati dengan variabel pendidikan. Berdasarkan kategori pendidikan, responden diklasifikasikan berdasarkan pendidikan SMP, SMA/ SMK, Diploma, S1, S2, dan S3. Periode membayar zakat penghasilan terbanyak adalah saat mendapat penghasilan (per bulan) oleh kelompok responden S3. Kelompok responden SMA/ SMK memiliki jumlah responden tidak membayar zakat penghasilan tertinggi, yaitu 3 orang. Religiusitas Religiusitas memegang peran peran penting dalam membentuk perilaku dan kebiasaan individu (Brotheridge dan Lee 2010). Dalam penelitian PIRAC (2007) disebutkan bahwa alasan terbanyak responden untuk mengeluarkan zakat adalah karena alasan agama. Indikator religiusitas yang digunakan diambil dari penelitian terdahulu Hubler dan Hubler (2012) tentang skala religiusitas. Tabel 12 Mean Religiusitas Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB No
Variabel
1 2 3
Anda percaya Allah Anda sudah melaksanakan puasa Ramadhan Anda selalu salat fardhu berjamaah minimal 3 kali sehari Anda sudah membaca Quran dan mengajarkan kepada keluarga Anda Bersedekah/ berinfak sudah menjadi kebiasaaan bulanan Anda sudah menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna
4 5 6
Mean Muzaki 4.9 4.8 4.4
Mean Non-Muzaki 4.5 4.8 4.1
4.5
4.2
4.8
4.5
4.5
4.3
Nilai mean religiusitas menunjukkan bahwa muzaki UPZ LAZ IPB memiliki skor nilai kebiasaan beribadah lebih tinggi daripada non muzaki UPZ
24 LAZ IPB. Pada poin salat berjamaah, muzaki UPZ LAZ IPB memiliki skor lebih tinggi daripada muzaki non UPZ LAZ IPB. Hal tersebut dapat dikatakan wajar karena rata-rata non muzaki UPZ LAZ IPB memiliki profesi dengan situasi yang memungkinkan mereka tidak bisa melaksanakan salat tepat waktu seperti laboran dan satpam. Kebiasaan bersedekah/ berinfak muzaki UPZ LAZ IPB memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi daripada mean non muzaki UPZ LAZ IPB. Pengetahuan Pengetahuan tentang zakat mempengaruhi kesadaran seseorang terkait pentingnya membayar zakat, menyalurkan zakat melalui organisasi zakat berbadan hukum, dan waktu untuk membayar zakat. Terdapat beberapa variabel yang dimasukkan menjadi indikator pengetahuan zakat responden dalam penelitian ini yang diambil dari penelitian Alhasanah (2011). Salah satu variabel yang dimasukkan adalah terkait persepsi pegawai terhadap zakat penghasilan. Hasilnya menunjukkan bahwa 100% muzaki UPZ LAZ IPB berpendapat bahwa hukum zakat profesi adalah wajib. Pada muzaki non UPZ LAZ IPB berpendapat bahwa zakat profesi adalah wajib sebesar 74%, sedangkan 26% lainnya berpendapat tidak wajib. 100% 90%
80% 70% 60% tidak tahu
50%
wajib
40% 30% 20% 10% 0%
UPZ LAZ IPB
non UPZ LAZ IPB
Gambar 2 Persepsi Zakat Profesi
Pengetahuan tentang zakat dilihat pula dari pengetahuan responden tentang riba, penghitungan zakat, dan penyaluran zakat akan menjadi lebih produktif jika disalurkan melalui amil. Pada Tabel 13 menunjukkan skor pengetahuan muzaki UPZ LAZ IPB tergolong bagus karena mencapai skor 4. Skor tertinggi pada pernyataan 1 tentang menghindari riba memperoleh skor 4.9. Hal ini berkaitan karena zakat harta dikeluarkan untuk menyucikan harta dari
25 riba dan hal-hal yang tidak halal. Skor terendah pada pernyataan 5 tentang kebiasaan membaca buku tentang Islam setiap hari yang memperoleh skor 4.1. Tabel 13 Mean Pengetahuan Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB No
Variabel
1
Anda selalu menyisihkan 2.5% pendapatan untuk orang lain Anda dapat menghitung zakat penghasilan Anda percaya bahwa zakat menjadi lebih produktif jika disalurkan melalui amil Zakat profesi merupakan qiyas yang dibolehkan Bayar zakat sama pentingnya dengan salat Setiap hari membaca buku tentang Islam
2 3 4 5 6
Mean Muzaki 4.9
Mean Non Muzaki 4.6
4.5 4.5
4.4 3.8
4.4 4.6 4.1
3.5 4.2 3.3
Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa skor pengetahuan tentang zakat non muzaki UPZ LAZ IPB berada pada rata-rata 3, artinya pegawai IPB yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang zakat. Jika dibandingkan pengetahuan muzaki UPZ LAZ IPB dan muzaki non UPZ LAZ IPB hasilnya menunjukkan perbedaan skor (mean) yang cukup jauh. Pernyataan 3 tentang zakat akan menjadi lebih produktif saat disalurkan melalui amil, skor muzaki UPZ LAZ IPB sebesar 4.5 dan skor muzaki non UPZ LAZ IPB sebesar 3.8. Terlihat bahwa muzaki non UPZ LAZ IPB belum memiliki kepercayaan terhadap lembaga pengelola zakat dalam menyalurkan zakat mereka, sedangkan muzaki UPZ LAZ IPB memiliki kesadaran bahwa zakat yang disalurkan melalui amil akan menjadikan zakat mereka lebih produktif daripada disalurkan secara langsung kepada mustahik. Sumber Informasi UPZ LAZ IPB Responden yang merupakan muzaki UPZ LAZ IPB mengetahui informasi tentang UPZ LAZ IPB melalui berbagai macam sumber, yaitu sosialisasi langsung, surat dan brosur dari departemen, teman dan keluarga, dan kantor UPZ LAZ IPB di Masjid Al Hurriyyah IPB. Gambar 3 menunjukkan bahwa 44% responden mengetahui adanya UPZ LAZ IPB melalui brosur atau surat yang dikirimkan kepada mereka, sosialisasi langsung memberikan sumber informasi sebesar 29%, pengaruh teman dan keluarga sebesar 15%, melalui masjid Al Hurriyyah sebesar 6%, dan melalui keberadaan kantor UPZ LAZ IPB di masjid Al Hurriyyah sebesar 6%. UPZ LAZ IPB melakukan pendataan ulang pegawai muslim di IPB dengan mengirimkan brosur penawaran berzakat penghasilan profesi melalui brosur dan surat kepada pegawai PNS IPB yang muslim setiap enam bulan sekali. UPZ LAZ IPB menyosialisasikan tentang zakat penghasilan profesi melalui forum Rabuan di fakultas-fakultas di IPB.
26
6%
Sosialisasi langsung
6% 29% 15%
Brosur/ surat Teman dan keluarga
Al Hurriyyah 44%
Kantor LAZ IPB di Al Hurriyyah . Gambar 3 Sumber Informasi LAZ IPB
Teman dan keluarga juga menjadi sumber informasi penting untuk berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa responden yang ikut menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB setelah diajak rekan kerja yang lebih dahulu menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB. Pelayanan UPZ LAZ IPB Persepsi pelayanan UPZ LAZ IPB penting diketahui agar UPZ LAZ IPB mampu mengoptimalkan fungsi dan pelayanannya lebih baik. Tabel 14 Mean Persepsi Pelayanan UPZ LAZ IPB oleh Muzaki dan non Muzaki UPZ LAZ IPB No
Variabel
1
UPZ LAZ IPB sudah menyosialisasikan zakat di IPB Autodebet merupakan layanan untuk kemudahan membayar zakat di UPZ LAZ IPB UPZ LAZ IPB sudah transparan dalam pelaporan pengelolaan zakat UPZ LAZ IPB cepat tanggap dalam penanganan untuk mustahik Petugas UPZ LAZ IPB sudah cakap dan ramah
2 3 4 5
Mean Muzaki 3.8
Mean Non Muzaki 3.4
4.3
3.1
4.5
3.0
3.9
3.0
3.7
3.2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor responden terhadap sosialisasi zakat penghasilan di IPB telah mencapai 3.8 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi muzaki UPZ LAZ IPB terhadap sosialisasi yang dilakukan UPZ LAZ IPB sudah cukup. Pernyataan yang mendapatkan skor tertinggi adalah pernyataan nomor 3 (mean 4.5) yaitu UPZ LAZ IPB sudah transparan dalam pelaporan pengelolaan zakat. Transparansi pelaporan pengelolaan zakat melalui pesan singkat oleh UPZ LAZ IPB selalu dilakukan setelah pendebetan dari rekening pendapatan muzaki. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata terkecil (mean 3.7) adalah pernyataan nomor 5. Hal tersebut dapat dikatakan wajar karena aktifitas penyaluran zakat penghasilan dilakukan
27 otomatis melalui rekening muzaki sehingga jarang interaksi langsung antara amil dengan muzaki. Persepsi pelayanan UPZ LAZ IPB oleh pegawai yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB memiliki rataan 3 dengan nilai minimum 1. Hal ini dikarenakan pegawai yang menyalurkan zakat diluar UPZ LAZ IPB sedikit tahu tentang keberadaan UPZ LAZ IPB. Sosialisasi UPZ LAZ IPB biasanya dilakukan saat Rabuan membuat pegawai yang berprofesi sebagai tenaga kependidikan dan berada unit-unit kerja diluar fakultas kurang mengetahui tentang keberadaan UPZ LAZ IPB. Laporan Pertanggungjawaban Hasil penelitian terhadap muzaki UPZ LAZ IPB menunjukkan bahwa 100% muzaki mengaku mendapatkan laporan pertanggungjawaban autodebet zakat profesi yang dilakukan tiap bulan melalui laporan keuangan dan SMS yang dikirimkan secara personal kepada muzaki yang telah terdaftar. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pegawai Berzakat melalui UPZ LAZ IPB Kebiasaan berzakat pada setiap harta yang dimiliki merupakan perilaku yang mulia. Dana yang terkumpul dari zakat yang disalurkan melalui UPZ LAZ IPB dapat bermanfaat untuk berbagai program pengembangan kesejahteraan sosial di sekitar kampus. Berdasarkan pengelompokan responden dalam berpartisipasi membayar zakat penghasilan melalui UPZ LAZ IPB dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit Predicted Perilaku Non UPZ UPZ LAZ IPB LAZ IPB
Observed
Percentage Correct
perilaku Non UPZ LAZ IPB
16
6
72.7
UPZ LAZ IPB
2
30
93.8
Overall Percentage
85.2
Hasil pendugaan parameter diatas menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasi responden yang tidak membayar zakat di UPZ LAZ IPB sebesar 72.7% dan mengklasifikasi responden yang membayar zakat di UPZ sebesar 93.8%. Dari perbandingan antara kedua nilai mengindikasikan tidak adanya masalah homoskedastisitas. Model mampu mengklasifikasikan secara keseluruhan responden yang membayar zakat melalui UPZ LAZ IPB maupun non UPZ LAZ IPB sebesar 85.2%. Hasil uji Hosmer and Lameshow menunjukkan angka 0.203, artinya terima hipotesis nol karena berada >0.05 atau
28 model sudah fit dengan data. Nilai Nagelkerke R Square menunjukkan angka 0.508 yang artinya model mampu menjelaskan keragaman sebesar 50.8%, sisanya dijelaskan di luar model. Tabel 16 Hasil Uji Signifikansi Variabel Independen Variabel Konstanta Religiusitas Pengetahuan Pelayanan Pendapatan Jabatan Jenis Kelamin Status Pernikahan
Keterangan
Parameter 0.334 0.551 0.355 0.990 0.415 1.968 1.107 0.250
Metode Logit P-Value 0.857 0.247 0.470 0.046** 0.369 0.075* 1.135 0.827
Odds ratio 0.716 0.576 1.426 2.692 1.514 7.160 0.330 1.283
: *Signifikan pada taraf nyata 10% **Signifikan pada taraf nyata 5%
Variabel pelayanan UPZ LAZ IPB memiliki nilai p-value sebesar 0.046 dan ratio odds sebesar 2.692. Ini menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai odds ratio sebesar 2.692, artinya kecenderungan responden dengan skor pelayanan LAZ tinggi memiliki peluang untuk membayarkan zakatnya kepada UPZ LAZ IPB 2.692 kali lebih besar dibandingkan responden dengan skor pelayanan lebih rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatah (2006) yang menyatakan bahwa variabel kualitas manajemen dan pelayanan berpengaruh signifikan terhadap preferensi karyawan dalam berzakat penghasilan melalui BAZ Pertamina. Variabel jabatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.075 dan ratio odds sebesar 7.160. Ini menunjukkan bahwa jabatan memengaruhi secara signifikan pada taraf 10%. Nilai odds ratio sebesar 7.160, artinya kecenderungan responden tenaga pendidik memiliki peluang 7.160 kali lebih besar dibandingkan responden tenaga kependidikan. Alasan Membayar Zakat Profesi melalui UPZ LAZ IPB dan Bukan UPZ LAZ IPB Tabel 17 menampilkan alasan muzaki UPZ LAZ IPB menyalurkan zakatnya melalui UPZ LAZ IPB. Alasan yang paling kuat yang dipertimbangkan oleh muzaki adalah kemudahan. Sebanyak 19 responden atau setara 59.37% menyatakan bahwa berzakat melalui UPZ LAZ IPB memberikan kemudahan karena fasilitas autodebet zakat membuat penghasilan yang diterima oleh PNS IPB langsung terima bersih sudah dipotong zakat sebelum mereka gunakan untuk keperluan konsumsi lainnya. Faktor profesionalitas lembaga menjadi alasan bagi 11 muzaki setara 34.37% reponden untuk berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Sisanya, 6.25% mengaku memilih UPZ LAZ IPB karena aksesnya lebih dekat dari lokasi tempat tinggal. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Alhasanah (2012) bahwa variabel kemudahan membayar zakat
29 merupakan alasan terkuat persentase tertinggi dalam memilih tempat membayar zakat. Tabel 17 Alasan Menyalurkan Zakat melalui UPZ LAZ IPB Uraian Kemudahan Lingkungan Profesionalitas
Jumlah (N) 19 2 11
Persentase (%) 59.37 6.25 34.37
Sumber: Data Primer (2014)
Pada Tabel 18 tentang alasan utama responden non muzaki UPZ LAZ IPB dalam memilih tempat menyalurkan zakat. Sebanyak 62.5% responden menjawab kemudahan membayar zakat langsung kepada mustahik yang dekat dengan rumah daripada membayar zakat melalui lembaga. Sebanyak 8.3% responden non muzaki UPZ LAZ IPB menyalurkan zakatnya melalui Organisasi Penyaluran Zakat (OPZ) lain. Sisanya, sebesar 12.5% merasa belum wajib mengeluarkan zakat penghasilan. Hal ini menunjukkan bahwa responden non muzaki UPZ LAZ IPB banyak yang menyalurkan langsung kepada mustahik, hal ini menunjukkan bahwa non muzaki UPZ LAZ IPB kurangnya kepercayaan terhadap lembaga pengelola zakat. Tabel 18 Alasan Menyalurkan Zakat diluar UPZ LAZ IPB Variabel
Tempat Zakat (N)
Tempat Zakat(%)
Dekat dengan rumah Menyalurkan melalui OPZ lain Merasa belum wajib zakat Tidak tahu keberadaan UPZ LAZ IPB
15 2
62.5 8.3
3
12.5
2
8.3
Sumber: Data Primer (2014)
Sebesar 8.3% responden non muzaki UPZ LAZ IPB mengaku tidak tahu keberadaan UPZ LAZ IPB. Hal ini bisa menjadi perhatian UPZ LAZ IPB untuk meningkatkan sosialisasi terkait zakat penghasilan profesi kepada pegawai PNS IPB khususnya kepada unit kerja diluar fakultas.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Zakat penghasilan profesi di lingkungan IPB telah berjalan lebih dari 10 tahun dan selalu mengalami peningkatan penerimaan tiap tahun, namun pegawai IPB masih banyak yang belum mengetahui zakat profesi dan keberadaan UPZ LAZ IPB
30 2. Faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan pegawai IPB dalam menyalurkan zakat melalui UPZ LAZ IPB adalah pelayanan dan jabatan. 3. Alasan-alasan pegawai IPB yang membuat mereka menyalurkan zakat penghasilan di tempat lain adalah karena merasa belum wajib zakat, telah menyalurkan di OPZ lain, dan memilih untuk menyalurkan langsung kepada mustahik. Saran Saran dari penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan pelayanan UPZ LAZ IPB merupakan variabel yang mempengaruhi preferensi pegawai IPB dalam berzakat melalui UPZ LAZ IPB. Oleh karena itu, saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah: 1. UPZ LAZ IPB dapat meningkatkan sosialisasi di unit-unit kerja IPB, mengadakan forum mengenai zakat penghasilan profesi untuk pegawai IPB, meningkatkan syiar dan sosialisasi tentang zakat, serta meningkatkan citra lembaga yang baik dan profesional dalam mengelola zakat penghasilan pegawai untuk menarik muzaki baru. 2. Mayoritas muzaki UPZ LAZ IPB menyatakan kemudahan dalam autodebet zakat penghasilan, oleh karena itu UPZ LAZ IPB dapat meningkatkan kualitas pelayanan untuk muzaki yang telah bergabung seperti menambah layanan pembayaran zakat dan sistem laporan yang bisa diakses on-line oleh muzaki. 3. Untuk penelitian selanjutnya bisa menambah metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk mendapatkan kekurangan dan kelebihan dari UPZ LAZ IPB serta meneliti terkait manfaat keberadaan UPZ LAZ IPB atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari dana zakat yang disalurkan melalui UPZ LAZ IPB agar bisa memberi penjelasan kepada pegawai terkait manfaat UPZ LAZ IPB untuk sosial masyarakat sekitar kampus IPB.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Dan Terjemahnya Special for Women. Bandung (ID): Syaamil Quran Alhasanah IM. 2011. Analisis Diskriminan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat Beinfak dan Pemilihan Tempat Membayar Zakat (Studi Kasus: Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Beik IS, Mukhlis A. 2012. Kepatuhan Membayar Zakat di Bogor. J alMuzara’ah.1(1):83-100. Beik IS. 2013. Outlook Zakat Nasional 2014 Tantangan UU No 23/2011. Iqtishodia. 2013:23. Brotheridge CM, Lee RT. 2010. Hand to work, heart to god: Religiousity and Organizational Behavior. Journal of management, spirituality & religion.__4(3): 287-309.
31 Fatah D. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Karyawan Musliim Pertamina dalam Membayar Zakat Profesi melalui Baituzzakah Pertamina [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Hafidhuddin D. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta (ID): Gema Insani. Hafidhuddin D, Rahmat Pramulya. 2008. Kaya Karena Berzakat. Jakarta (ID) : Raih Asa Sukses. Huber S, Huber OW. 2012. The centrality of Religiosity Scale. Openacess Religion 2012. 3:710-724.doi:10.3390/re13030710. [IMZ] Indonesia Magnificence of Zakat. 2012. Indonesia Zakat and Development Report 2012. Jakarta (ID): IMZ. [IPB] Institit Pertanian Bogor. 2012. Buku Keadaan Pegawai di Lingkungan Institut Pertanian Bogor Tahun 2012. Bogor (ID): IPB Pr. Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. __________. 2001. _____________.Journal Planit. 1(2):33-42 Khalid SA, Norshimah AR, Abdul RSM. 2013. Undegraduates organizational citizenship behavior: The role of Religiosity. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. 3(7):572584.doi:10.6007/i7.7.8. [LAZ IPB] Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor. 2014. Feasibilitas LAZ IPB Kepada Regulasi Zakat. Bogor (ID): LAZ IPB. Moratorium Pengukuhan LAZ: Pemerintah Tak Pernah Tegas. 2011. Media Informasi Organisasi Pengelola Zakat. 6(12):40-47. Maroah S. Pemberdayaan Zakat Profesi di Sekolah. 2010. Zakat Empowerment. 6(1): 50-54 [Presiden RI]. 2014. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/ Lembaga, Sekretarian Jenderal Lembaga Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah melalui Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta (ID): Sekretaris Kabinet [Presiden RI]. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Jakarta (ID): Sekretaris Kabinet. [Presiden RI dan DPR RI]. 2011. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Jakarta (ID): Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Qardhawi Y. 1993. Hukum Zakat. Volume ke-1. Harun S, Hafidhuddin D, Hasanuddin, penerjemah. Jakarta (ID): Litera Antar Nusa. Ridlo MT. 2007. Zakat Profesi dan Perusahaan. Jakarta (ID): Institut Manajemen Zakat.
32 Rouf M. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Menbayar Zakat di Rumah Zakat Cabang Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Salkind NJ. 2003. Exploring Research. New Jersey (USA): Pearson Education. Salmanpour H, Issazadegan A. 2012. Religiosity orientaations and personality traits with death obsession. International Journal of Physchological Studies. 1:150-157 Sandhusen RL. 2000. Marketing. New York (USA): Pearson Education. Sasongko A. 29 Januari 2014. BAZNAS: Potensi Zakat Baru Terpenuhi Satu Persen. Republika. Sullins DP. 2006. Gender and Religion: Deconstructing universaly, constructing complexity. American Journal of Sociology. 112(3): 838-80. Ventis WL.1995. The relationship between religion and mental health. Journal of Social Issues, 51: 33-48. Wahid H, Sanep A, Mohd AMN. 2005. Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan di Malaysia. Putrajaya (MY): Kumpulan Kajian Ekonomi dan Kewenangan Islam Pusat Pengajian Ekonomi Universiti Kebangsaan Malaysia. Wibisono Y. 2010. RUU Zakat dan Kesejahteraan Umat [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta [ID]: ; Tersedia pada:http://zonaekis.com/ruu-zakat-dan-kesejahteraan-umat#more-1181
33 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
“Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Pegawai IPB Berzakat Melalui LAZ IPB” Terima kasih atas kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama NIM Program Studi Departemen Fakultas Universitas
: Yekti Mahanani : H54100011 : Ekonomi Syariah : Ilmu Ekonomi : Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor
Kami mohon kepada Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Informasi yang Bapak/ Ibu berikan bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik. Kami sangat berterima kasih atas partisipasi Bapak/ Ibu.
Petunjuk Umum 1. Pengisian kuesioner ini dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Responden dihrapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban. 3. Jawaban merupakan pendapat pribadi responden Bagian I. Identitas Mohon anda mengisi secara lengkap pada kolom yang disediakan, dan memberi tanda (√) pada angka pilihan jawaban. Nama Jenis Kelamin No. HP Pendidikan Terakhir Usia Pangkat / Golongan
1. Laki-laki 1. SMP 4. S1 1. I
2. II
2. Perempuan 2. SMA/STM 3. Diploma 5. S2 6 S3 3. III 4. IV
34 Besar pendapatan per bulan Jabatan Lama kerja Status marital
1. Tenaga Pendidik Kependidikan 1. Sendiri
2. Tenaga
2. Sudah menikah
Bagian II. Perilaku Berzakat Pegawai Apakah Anda rutin membayar zakat? 1. Ya 2. Tidak Dimana Anda membayar zakat harta? 1. LAZ IPB 2. Lembaga Amil Zakat lain 3. Masjid 4. Tetangga sekitar rumah 5. Lainnya ... Alasan Kapan biasanya Anda membayar zakat? 1. Setahun sekali saat Ramadhan 2. Setahun sekali di luar Ramadhan 3. Lainnya ......... Alasan Apakah Anda membayar zakat profesi? 1. Ya 2. Tidak Dimana Anda membayar zakat profesi? 1. LAZ IPB 2. Lembaga Amil Zakat lain 3. Masjid 4. Tetangga sekitar rumah 5. Lainnya ... Alasan Kapan biasanya Anda membayar zakat profesi? 1. Setiap mendapat hasil profesi 2. Setahun sekali 3. Lainnya ... Alasan Darimana Anda mengetahui tentang LAZ IPB? 1. Brosur/ surat edaran 2. Sosialisasi langsung 3. Al Hurriyyah 4. Lainnya .. Bagian III. Faktor Preferensi Berzakat Mohon Anda menunjukkan tingkat persetujuan pada masing-masing pernyataan di bawah ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah pada pernyataan ini. Selanjutnya berikan tanda (√) pada kotak pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan skala berikut.
35
Kode
Atribut Sangat Tidak tidak setuju setuju
1 2
3
RELIGIUSITAS Percaya dengan Allah Anda selalu berpuasa Ramadhan
Anda selalu shalat fardhu berjamaah minimal 3 kali sehari 4 Anda sudah mengajarkan Al Quran kepada keluarga 5 Bersedekah/ berinfaq sudah menjadi kebiasaan Anda baik ketika lapang maupun sempit 6 Anda sudah menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna PENGETAHUAN 1 Anda selalu menyisihkan 2.5% dari pendapatan untuk orang lain 2 Anda dapat menghitung zakat penghasilan sendiri 3 Zakat menjadi lebih produktif jika disalurkan melalui amil 4 Zakat profesi merupakan qiyas yang dibolehkan 5 Bayar zakat sama pentingnya dengan shalat 6 Saya sudah membaca buku/ artikel tentang Islam setiap hari PELAYANAN LAZ IPB 1 LAZ IPB menyosialisasikan tentang zakat dengan baik 2 Layanan autodebet adalah cara cepat dan mudah untuk membayar zakat profesi. 3 LAZ IPB transparan dalam memberikan pelaporan
Penilaian Netral Setuju Sangat setuju
36 informasi pengelolaan zakat tiap bulan 4 Informasi tentang zakat melalui LAZ IPB mudah di dapatkan 5 Petugas LAZ IPB selalu ramah serta memiliki pengetahuan yang baik tentang zakat 6 Zakat profesi harusnya diwajibkan oleh institusi Qiyas = menganalogikan atau membandingkan suatu hal yang terjadi saat ini dengan suatu hal di masa Rasulullah Bagian IV. Lanjutan Apa saran dan kritik Anda untuk LAZ IPB?
37 Lampiran 2 Hasil Crosstab Perilaku*umur Chi-Square Tests d Value
f
Asymp. Sig. (2-sided)
a
2
.198
Likelihood Ratio
3.919
2
.141
Linear-by-Linear
3.053
1
.081
Pearson Chi-Square
3.237
Association N of Valid Cases
53
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.
Perilaku*status Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square
df a
2
.485
2.152
2
.341
.300
1
.584
1.446
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association
sided)
N of Valid Cases
53
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.
Perilaku*lama kerja Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.153
Likelihood Ratio
4.133
2
.127
Linear-by-Linear Association
3.679
1
.055
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
3.756
53
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
38 Perilaku*jenis kelamin Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.007
5.777
1
.016
7.627
1
.006
7.228 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.010
Linear-by-Linear Association
7.091
N of Valid Cases
1
.008
53
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.72. b. Computed only for a 2x2 table
Perilaku*pangkat Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.000
Likelihood Ratio
20.127
2
.000
Linear-by-Linear Association
15.900
1
.000
Pearson Chi-Square
16.275
N of Valid Cases
53
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.
Perilaku*pendapatan Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
sided)
a
23
.057
45.657
23
.003
8.348
1
.004
34.628
53
a. 48 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
.007
39 Lampiran 3 Hasil Olah Data Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
1
47.467
a
.377
.508
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
10.975
Sig. 8
.203
Classification Table
a
Predicted perilaku tidak berzakat di berzakat di LAZ Observed Step 1
perilaku
LAZ IPB tidak berzakat di LAZ IPB
Percentage
IPB
Correct
16
6
72.7
2
30
93.8
berzakat di LAZ IPB Overall Percentage
85.2
a. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Religiusitas
.551
.476
1.341
1
.247
.576
pengetahuan
.355
.490
.523
1
.470
1.426
pelayanan
.990
.496
3.990
1
.046
2.692
pendapatan
.415
.462
.806
1
.369
1.514
jabatan
1.968
1.104
3.180
1
.075
7.160
jenis_kelamin
1.107
.742
2.229
1
.135
.330
status
.250
1.548
.026
1
.872
1.283
Constant
.334
1.849
.033
1
.857
.716
a. Variable(s) entered on step 1: religiusitas, pengetahuan, pelayanan, pendapatan, jabatan, jenis_kelamin, status.
40
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mojokerto Jawa Timur pada tanggal 24 Mei 1992. Penulis merupakan anak pertama dari ayah bernama Djohan Arifin dan ibu bernama Djuniati Kustifah. Penulis memulai pendidikan di TK Yaa Bunayya dan melanjutkan pendidikan di SDIT Al Ikhlash Mojokerto dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Kota Mojokerto dari tahun 2004 hingga 2007. Setelah lulus sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) di program studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2012/2013. Penulis pernah menjadi finalis 10 besar Karya Tulis Al Qur’an MTQ IPB pada tahun 2011 dengan judul Optimalisasi Peran Zakat sebagai Pengurang Inflasi berdasarkan Tinjauan Surah At Taubah: 103. Penulis juga aktif pada kepengurusan Pusat Komunikasi Nasional (Puskomnas) Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia (FSLDK Indonesia) di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah IPB sebagai sekretaris komisi isu dunia islam pada masa kepengurusan 2012 hingga 2014. Penulis pernah mewakili FSLDK Indonesia dalam konferensi internasional untuk organisasi pelajar Islam se-Dunia di Istanbul, Turki pada Mei 2014 yang diadakan oleh International Islamic Federation of Student Organization (IIFSO) dan menjadi tim relawan kemanusiaan untuk memberikan bantuan dari mahasiswa muslim Indonesia, yang tergabung di FSLDK Indonesia, untuk rakyat Palestina di Gaza pada Agustus 2014.