FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 13 Desember 2010 Nurul Hidayati, NIM : 106101003718 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 xxii + 138 halaman, 30 tabel, 2 bagan, 6 lampiran ABSTRAK Partisipasi masyarakat adalah suatu bentuk keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam segala bidang kehidupan. Dalam bidang kesehatan, salah satu partisipasi masyarakat adalah memantau pertumbuhan berat badan balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dengan tolak ukur melihat jumlah balita yang ditimbang dibandingkan jumlah balita seluruhnya (D/S). Hasil laporan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2009, angka D/S paling rendah terdapat di Kelurahan Rempoa yaitu 34,24%. Angka tersebut masih jauh dibawah target Nasional yaitu sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010, yang dilaksanakan pada bulan April November dengan menggunakan desain penelitian studi cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 222 ibu balita. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik chi-square serta analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu (63,5%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, perilaku kader dan perilaku petugas kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa. Sedangkan kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat memiliki hubungan yang bermakna dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa pada tahun 2010. Selanjutnya, berdasarkan analisis multivariat diketahui
ii
bahwa kepemilikan KMS merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa pada tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk para ibu balita supaya menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di Posyandu untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan balitanya. Untuk Puskesmas Ciputat Timur disarankan agar segera mengganti Kartu Menuju Sehat (KMS) yang hilang, memberi penyuluhan kepada ibu tentang kegunaan KMS, serta mensosialisasikan untuk menjaga KMS dengan baik dan disiplin membawanya pada saat kegiatan Posyandu. Untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan disarankan dapat memberikan pembinaan kepada pihak Puskesmas tentang kegiatan Posyandu. Daftar Bacaan: 53 ( 1989 - 2010)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, 13 Desember 2010 Nurul Hidayati, NIM : 106101003718 Factors that are Related with the Participation of Toddler Mother to Posyandu in Rempoa Village Ciputat Timur Subdistrict of Tangerang Selatan City at 2010 xxii + 138 pages, 30 tables, 2 charts, 6 attachments ABSTRACT Public participation is a form of active society involvement in all aspects of life. In the health sector, one of the public participation is monitoring weight gain of children under five in "Pos Pelayanan Terpadu" (Posyandu), by considering the ratio of the number of toddler measured to the total number of toddler (D / S). Ciputat Timur Medical Center reported in 2009 that the lowest D / S ratio is in Sub Rempoa which is 34.24%. The number is still far below the national target which is 80%. The aim of this research is to determine the factors that are related with the participation of mothers in the village Rempoa Ciputat Timur district of Tangerang Selatan City in 2010, which was held in April-November by using cross sectional research design. The samples of this research are 222 mothers. The data analysis which were used in this research consists of univariate analysis to determine the frequency distribution of each variable, bivariate analysis to determine the relationship between independent and dependent variables using chi-square statistical test and multivariate analysis to determine the most dominant factor that are related with mothers' participation to Posyandu by using multiple logistic regression. The results show that most of the mothers do not participate actively in Posyandu (63.5%). Bivariate analysis shows that maternal age, maternal education, maternal knowledge, attitude of mothers, mothers working status, household income, attitude and behavior of cadres of health workers do not have a significant relationship with the participation of mothers in the Rempoa district. However, the ownership of KMS and the behavior of public figures have a significant impact to the participation of mothers in the Rempoa district in 2010. Furthermore, it was shown by multivariate analysis that the ownership of KMS is the most dominant factor that are related with the participation of mothers in the Rempoa district's Posyandu in 2010.
iv
Based on the results of this research, the mothers are advised to use the available tools obtimaly to monitor growth of and the development their children. Community Health Center of Ciputat Timur should replace the missing Kartu Menuju Sehat (KMS) immediately, inform the mothers about the uses of KMS, and also socialize them to keep KMS well and bring it regularly to the Posyandu's activities. Tangerang Selatan Health Department is recommended to provide guidance to the health center on integrated health activities. Reading list: 53 (1989 - 2010)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadhirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosul tercinta yang telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi kita umatnya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan penulis mencoba menyusun skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ayah dan Bunda tersayang, serta abang dan adik-adik tercinta (b’ichsan, d’rahmat, d’maman, d’husnul dan d’intan) yang nan jauh disana yang telah memberikan kasih sayang, perhatian serta dorongan semangat kepada ananda,
ix
semoga Allah memberikan yang terbaik kepada mereka dan mengampuni segala dosanya. 4. Ibu Febrianti, M.Si selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, saran-saran, dan do’a yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis. 7. Kepala Puskesmas dan Kepala Kelurahan Rempoa yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas. 8. Staff gizi dan bidan kelurahan Rempoa yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data penelitian. 9. Ibu-ibu kader Posyandu se-Kelurahan Rempoa yang banyak membantu penulis dalam memberikan informasi terkait dengan kegiatan Posyandu, sehingga dengan bantuan beliau-beliau lah pengumpulan data bisa lebih cepat selesai. 10. Pengurus Mahasiswa Beasiswa Santri Departemen Agama (CSS MoRA) yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikaan S1.
x
11. Teman-teman CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2006, teman-teman 3G Kesmas 2006, teman-teman kosan Buzul (Zume, Liya, Reni, Ida, Kaha, Arie, Eni, Mayang, Intan, Huda, Nisa, Yeni dan Liah) yang selalu memberikan motivasi bagi penulis, Barakallah… 12. Ade-ade tercinta dari dayah Jeumala Amal yang seperjuangan terutama de Ainul, Zakiah, Cut Meurah, Zikriah, Reka, Ema dan Mirza yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Jazakumullah. Tetap jaga ukhuwah-nya. 13. Bapak dan Ibu Zul selaku ibu kos yang baik bagi penulis, yang telah memberikan banyak saran kepada penulis sejak awal tinggal di Ciputat sampai terakhir. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu. Penulis menyadari bahwa skripsi atau laporan penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan penelitian yang lebih baik lagi. Semoga dengan disusunnya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis serta bagi pembaca.
Ciputat, 25 Desember 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................. ii ABSTRACT ............................................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... vi LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xxii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3
Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 7
1.4
Tujuan Penelitian ................................................................................... 11 1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 11 1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 11
1.5
Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
xii
1.5.1 Bagi Masyarakat .......................................................................... 14 1.5.2 Bagi Puskesmas Ciputat Timur ................................................... 14 1.5.3 Bagi Penelitian ............................................................................. 15 1.6
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 16 2.1
Partisipasi Masyarakat ........................................................................... 16 2.1.1 Pengertian .................................................................................... 16 2.1.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat .............................. 18 2.1.3 Tahap-Tahap Partisipasi .............................................................. 19
2.2 Posyandu ................................................................................................ 20 2.2.1 Konsep Dasar Posyandu .............................................................. 20 2.2.2 Tujuan Penyelenggara Posyandu ................................................. 21 2.2.3 Sasaran Posyandu ........................................................................ 21 2.2.4 Penyelenggaraan Posyandu ......................................................... 22 2.2.5 Kegiatan Posyandu ...................................................................... 22 2.2.6 Cakupan Penimbangan Balita ...................................................... 25 2.2.7 Perkembangan Posyandu ............................................................. 26 2.3 Perilaku Kesehatan ................................................................................. 28 2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu ................................................................................................ 32 2.4.1 Umur Ibu ...................................................................................... 32 2.4.2 Pendidikan Ibu ............................................................................. 33 xiii
2.4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu ............................................................. 35 2.4.4 Sikap Ibu ....................................................................................... 37 2.4.5 Status Bekerja Ibu ......................................................................... 39 2.4.6 Pendapatan Keluarga ................................................................... 40 2.4.7 Jarak Tempuh dari Rumah Ke Posyandu .................................... 42 2.4.8 Kepemilikan KMS ....................................................................... 43 2.4.9 Perilaku Kader ............................................................................. 44 2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan ......................................................... 45 2.4.11 Perilaku Tokoh Masyarakat ......................................................... 46 2.5 Kerangka Teori ...................................................................................... 48 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 50 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 50 3.2 Definisi Operasional .............................................................................. 52 3.3 Hipotesis ................................................................................................ 55 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 57 4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 57 4.2 Lokasi dan waktu Penelitian .................................................................. 57 4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 58 4.3.1 Populasi ....................................................................................... 58 4.3.2 Sampel ......................................................................................... 58 4.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 60 xiv
4.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 66 4.6 Pengolahan Data .................................................................................... 66 4.7 Analisa Data ........................................................................................... 67 4.7.1 Analisis Univariat ........................................................................ 67 4.7.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 67 4.7.3 Analisis Multivariat ..................................................................... 69 BAB V HASIL ........................................................................................................... 72 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 72 5.1.1 Keadaan Geografis ...................................................................... 72 5.1.2 Keadaan Demografi ..................................................................... 73 5.2 Analisis Univariat .................................................................................... 75 5.2.1 Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu ............................................. 75 5.2.2 Umur Ibu .................................................................................... 76 5.2.3 Pendidikan Ibu ........................................................................... 76 5.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Posyandu ............................... 78 5.2.5 Sikap Ibu .................................................................................... 78 5.2.6 Status Bekerja Ibu ...................................................................... 79 5.2.7 Pendapatan Keluarga .................................................................. 80 5.2.8 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu .................................... 80 5.2.9 Kepemilikan KMS ..................................................................... 81 5.2.10 Perilaku Kader ............................................................................ 82
xv
5.2.11 Perilaku Petugas Kesehatan ....................................................... 82 5.2.12 Perilaku Tokoh Masyarakat ....................................................... 83 5.3 Analisis Bivariat ...................................................................................... 84 5.3.1 Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu .... 84 5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu ............................................................................... 85 5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu ............................................................................... 86 5.3.4 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu .... 87 5.3.5 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu ............................................................................... 88 5.3.6 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ............................................................................... 89 5.3.7 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ............................................................................... 90 5.3.8 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ............................................................................... 92 5.3.9 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ......................................................................... 93 5.3.10 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ......................................................................... 94 5.4 Analisis Multivariat ................................................................................. 95 BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 103 6.1 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 103 6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ... 103
xvi
6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 106 6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 108 6.5 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 109 6.6 Sikap Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 112 6.7 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 114 6.8 Pendapatan Keluarga dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 117 6.9 Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 118 6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 120 6.11 Perilaku Petugas Kesehatan dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................ 123 6.12 Perilaku Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................ 125 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 129 7.1 Simpulan ................................................................................................ 129 7.2 Saran ..................................................................................................... 132 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 134 LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian ...........................
52
5.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa …………………………………………………….
73
Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 …………………………..
74
Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2006 ………………………………………
74
Distribusi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………………………………………………….
75
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………………………………………………….
76
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………………………………………………….
77
Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan Kategori “Rendah” dan “Tinggi” di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……..
77
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………
78
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………………………………………………….
79
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Status Bekerja di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota xviii
79
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………… 5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
5.20
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………..
80
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………………..
81
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………
81
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Kader di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………
82
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010…………………………………………………………
83
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Tokoh Masyarakat di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010…………………………………………………………..
83
Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………..........................
84
Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................
85
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……….
86
Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………....................... xix
87
5.21
Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................
88
Hubungan antara Pendapatan Keluarga Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……….
89
Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………..................
91
Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................
92
Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……….
93
Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……….
94
Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang akan Masuk Model Multivariat …………………………………………...
96
5.28
Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke Posyandu …...
98
5.29
Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………
101
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
xx
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan 2.1
3.1
Halaman Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu.........................................
49
Kerangka Konsep Penelitian ...............................................
51
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Jurusan Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Lampiran 3 Kuesioner Lampiran 4 Analisis Univariat, Bivariat dan Multivariat Lampiran 5 Perubahan Nilai OR pada Uji Multivariat Lampiran 6 Peta Wilayah Kelurahan Rempoa
xxii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI KELURAHAN REMPOA KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2010
SKRIPSI Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh : NURUL HIDAYATI 106101003718
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam penjelasan umum Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, disebutkan bahwa salah satu prinsip dasar dalam pelaksanaan setiap kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya adalah partisipasi masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan adalah kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Menurut Depkes RI (2009), Posyandu merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk, dikelola dan diselenggarakan
dari,
oleh,
untuk
dan
bersama
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu memiliki beberapa kegiatan, salah satu kegiatan bulanan (kegiatan rutin) yang dilakukan yaitu memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan karena kelompok umur balita menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, serta merupakan kelompok yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Soediaoetama, 2006). Ibu yang tidak menimbang balitanya ke Posyandu secara rutin dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan
2
perkembangan balita, sehingga berisiko terjadinya gangguan pertumbuhan dan mengalami gizi buruk (Depkes RI, 2006). Setelah mengetahui kekurangan gizi pada anak-anak yang menyebabkan mereka tidak bisa tumbuh optimal dan di masa depannya kemungkinan tidak bisa bersaing, maka untuk itu perlu diperhatikan peringatan dari Allah SWT sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9, yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9). Banyaknya anak berstatus gizi kurang mencerminkan masalah yang besar pada sumber daya manusia di Indonesia. Pada periode 1989 – 2003 Pemerintah Indonesia hanya dapat mengurangi kondisi malnutrisi <1% per tahun (Depkes, 2005 dalam khomsan, et al, 2007). Pada tahun 2007 prevalensi nasional gizi buruk–kurang mencapai 18,4% (gizi buruk 5,4% dan gizi kurang 13%). Walaupun angka tersebut sudah mencapai target MDGs untuk Indonesia yaitu sebesar 18,5%, namun berdasarkan prevalensi tersebut gizi buruk-kurang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (>15%) dan dalam hal gizi kurang
3
masih dalam situasi kritis (10-14,9%) (Depkes, 2007). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, kejadian gizi buruk di Banten sebanyak 4,4% dan gizi kurang 12,2%, angka ini hampir mendekati dengan angka nasional (Depkes RI, 2008). Menurut hasil pemantauan status gizi balita yang dilakukan di wilayah Kota Tangerang Selatan didapatkan data gizi buruk sebesar 1%, gizi kurang sebesar 9,43%, gizi baik sebesar 85,74% dan gizi lebih sebesar 3,83%. Untuk prevalensi gizi buruk sebesar 1% dan gizi kurang 9,43%. Dari angka ini terlihat bahwa balita dengan kurang gizi sebesar 10,43% (Dinkes Tangsel, 2009). Angka tersebut melebihi dari batasan WHO yaitu sebesar 10%, sehingga bisa dikatakan banyak balita mengalami gizi kurang (Depkes RI, 2009). Selanjutnya, berdasarkan data Puskesmas Ciputat Timur, angka prevalensi gizi buruk di wilayah tersebut sebesar 1,67%, gizi kurang sebesar 15,50%. Hal ini menunjukkan masalah yang serius terhadap nasib generasi muda di masa mendatang. Peran serta masyarakat menjadi begitu penting sejak dikembangkannya Posyandu sebagai sarana pendidikan dan pelayanan gizi kepada para ibu agar lebih sadar gizi, karena dengan adanya partisipasi masyarakat akan berpengaruh besar terhadap peningkatan status gizi balita. Untuk meningkatkan status gizi balita, maka diperlukan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu, yaitu dengan cara memantau pertumbuhan balita. Menurut Depkes RI (2009), perubahan berat
4
badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak balita. Jadi, untuk memantau berat badan seluruh balita di suatu wilayah maka diperlukan tolak ukur balita yang dipantau berat badannya, yaitu dengan melihat cakupan penimbangan atau jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan jumlah balita seluruhnya (D/S). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2007, balita yang pernah ditimbang di Posyandu dalam 6 bulan terakhir adalah 74,5% serta balita yang memiliki KMS sebesar 65%, kedua angka ini masih berada dibawah standar nasional yang ditetapkan yaitu (80%). Menurut laporan tahunan program perbaikan gizi masyarakat Dinkes Provinsi Banten tahun 2002, menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 64,34%, angka ini masih dibawah target karena adanya penurunan partisipasi dari masyarakat (Sambas, 2002). Rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut, salah satunya dapat dilihat dari pemanfaatan Posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita (partisipasi keluarga membawa anak balita ke Posyandu) proporsinya masih rendah. Berdasarkan laporan dari Dinkes Tangerang Selatan tahun 2009, angka cakupan D/S di Tangerang Selatan sekitar 55,99%, dari 10 puskesmas yang terdapat di Tangerang Selatan angka D/S yang paling rendah terdapat di daerah Ciputat Timur yaitu 42,05%, artinya angka ini masih jauh dari target yang sudah
5
ditetapkan Dinkes Tangerang Selatan yaitu 72%, sedangkan angka yang paling tinggi terdapat di daerah Pondok Aren yaitu 81,70%. Menurut laporan tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2009, angka cakupan D/S dari 6 kelurahan yang terdapat di Ciputat Timur, yang merupakan wujud partisipasi ibu yang memiliki anak balita ke Posyandu yang paling rendah terdapat di daerah Rempoa yaitu 34,24%, artinya angka ini masih jauh dibawah standar Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Padahal kedatangan mereka ke Posyandu sangat penting dalam rangka pemantauan pertumbuhan anak melalui penimbangan bulanan di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), agar dapat mengetahui keadaan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada balita. (Depkes RI, 2003). Banyak faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sambas (2002), bahwa tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu yaitu ibu yang berpendidikan rendah yang partisipasinya kurang ke Posyandu sebanyak 50% dan ibu yang berpendidikan tinggi yang partisipasinya kurang ke Posyandu sekitar 33,6%, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah yang partisipasinya baik ke Posyandu yaitu sekitar 50% dan ibu yang berpendidikan tinggi yang partisipasinya baik ke Posyandu sekitar 66,4%. Selanjutnya, ibu yang bekerja yang partisipasinya kurang ke Posyandu sekitar 30,6% dan ibu yang tidak bekerja yang partisipasinya kurang ke Posyandu ada 45,4%, sedangkan ibu yang bekerja yang partisipasinya baik ke Posyandu ada
6
69,4% dan ibu yang tidak bekerja yang partisipasinya baik ke Posyandu ada 54,6%. Dalam penelitian Maharsi (2007) ditemukan bahwa pengetahuan juga berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Selanjutnya, hasil penelitian Sambas (2002) juga ditemukan, bahwa kepemilikan KMS berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu, hal ini karena KMS dapat menjadi motivasi bagi ibu untuk hadir ke Posyandu. Serta masih terdapat beberapa faktor lagi yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu, yaitu sikap ibu, jarak dari rumah ibu ke Posyandu, pendapatan keluarga, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan serta perilaku tokoh masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”.
1.2 Rumusan Masalah Posyandu adalah salah satu tempat untuk mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat, seperti melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan. Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan secara terus menerus tersebut dapat digunakan untuk melihat adanya gangguan keseimbangan gizi secara dini. Dengan diketahuinya gangguan gizi tersebut maka tindakan
7
penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah. Angka rata-rata jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan jumlah balita seluruhnya (D/S) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur masih rendah yaitu 34,24%, artinya angka tersebut masih berada dibawah standar Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yaitu 72%. Hal ini dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita,
sehingga berisiko
mengalami gizi buruk dan terjadinya gangguan pertumbuhan yang merupakan salah satu masalah yang serius dalam kesehatan masyarakat. Berdasarkan masalah tersebut dan belum pernah ada penelitian terhadap partisipasi ibu balita ke Posyandu di wilayah ini sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2010.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 2. Bagaimana gambaran umur ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran pendidikan ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
8
4. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 5. Bagaimana gambaran sikap ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 6. Bagaimana gambaran status bekerja ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 7. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 8. Bagaimana gambaran jarak tempuh ibu balita dari rumah ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 9. Bagaimana gambaran kepemilikan KMS ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 10. Bagaimana gambaran perilaku kader terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 11. Bagaimana gambaran perilaku petugas kesehatan terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
9
12. Bagaimana gambaran perilaku tokoh masyarakat terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 13. Apakah ada hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 14. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 15. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita terhadap Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 16. Apakah ada hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 17. Apakah ada hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 18. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
10
19. Apakah ada hubungan antara jarak tempuh ibu balita dari rumah ke Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 20. Apakah ada hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 21. Apakah ada hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 22. Apakah ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 23. Apakah ada hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010? 24. Apakah faktor paling dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
11
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 2. Diketahuinya gambaran umur ibu balita di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 3. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu balita di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 4. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 5. Diketahuinya gambaran sikap ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 6. Diketahuinya gambaran status bekerja ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
12
7. Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 8. Diketahuinya gambaran jarak tempuh dari rumah ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 9. Diketahuinya gambaran kepemilikan KMS di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 10. Diketahuinya gambaran perilaku kader terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 11. Diketahuinya gambaran perilaku petugas kesehatan terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 12. Diketahuinya gambaran perilaku tokoh masyarakat terhadap kegiatan Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 13. Diketahuinya hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
13
14. Diketahuinya
hubungan
antara
pendidikan
ibu
balita
dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 15. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 16. Diketahuinya hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 17. Diketahuinya hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 18. Diketahuinya hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 19. Diketahuinya hubungan antara jarak tempuh ke Posyandu dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 20. Diketahuinya hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
14
21. Diketahuinya hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 22. Diketahuinya hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 23. Diketahuinya hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 24. Diketahuinya faktor paling dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Masyarakat Untuk para ibu yang memiliki anak balita dapat lebih termotivasi dalam memahami pentingnya membawa anak balita ke
Posyandu dan
melaksanakan kegiatan Posyandu setiap sebulan sekali. 1.5.2 Bagi Puskesmas Ciputat Timur Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas tentang keterkaitan antara faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke
15
Posyandu. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan program-program kesehatan terkait dengan Posyandu. 1.5.3 Bagi Penelitian Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang tak ternilai dalam melakukan penelitian dan sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama kuliah serta dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama yaitu terkait dengan partisipasi ibu ke Posyandu. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah pada bulan April November tahun 2010. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang menggunakan kuesioner dan wawancara kepada ibu yang memiliki balita. Penelitian ini dilakukan mengingat masih rendahnya partisipasi ibu yang membawa anaknya ke Posyandu untuk di timbang dibandingkan dengan jumlah balita seluruhnya di wilayah Rempoa (D/S) yaitu hanya 34,24%, artinya angka tersebut masih berada dibawah target Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (72%).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Partisipasi Masyarakat 2.1.1 Pengertian Secara umum partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam segala bidang kehidupan. Hal ini berkaitan dengan pengertian partisipasi yang dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia tahun 2005 yang menyatakan partisipasi sebagai hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan (Pusat Bahasa, Depdiknas 2005). Menurut Notoatmodjo (2007), partisipasi masyakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahanpermasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anak mereka untuk ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap
16
17
bulan, karena perilaku keluarga sadar gizi (keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya) salah satunya dapat dilihat dari indikator menimbang berat badan balita secara teratur ke Posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila minimal ada empat kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara berturut-turut dalam enam bulan dan dikatakan tidak baik apabila kurang dari empat kali secara berturut-turut ke Posyandu dalam enam bulan (Depkes RI, 2007). Posyandu adalah wadah yang paling tepat untuk peran serta masyarakat tersebut, karena dengan adanya peran serta dari masyarakat secara teratur dan berkesinambungan maka akan terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Posyandu dapat dikatakan sebagai sarana partisipasi atau peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat (Sembiring, 2004). Didalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi dan sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk daya (tenaga), dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan didalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu dan sebagainya), mind (idea atau gagasan) (Notoatmodjo, 2007). Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat sehingga diatur dalam UU nomor 36 2009 Bab XVI,
18
dicantumkan tentang peran serta masyarakat dan salah satu pasalnya yaitu pasal 174 ayat (1) yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, artinya peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat khususnya dalam pembangunan dilindungi oleh undang-undang. 2.1.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme (Notoatmodjo, 2007): 1) Community felt need Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga adanya pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat. 2) Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian
19
masyarakat. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri. 3) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh masyarakat. 2.1.3 Tahap-Tahap Partisipasi Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan
partisipasi
masyarakat,
yaitu
dengan
dua
cara
(Notoatmodjo, 2007): 1) Partisipasi dengan paksaan Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
20
2) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sukar ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2 Posyandu 2.2.1 Konsep Dasar Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan memberikan
kesehatan, kemudahan
guna kepada
memberdayakan masyarakat
masyarakat
dalam
dan
memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Depkes RI, 2006). Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
21
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat (Depkes RI, 2006). 2.2.2 Tujuan Penyelenggara Posyandu Posyandu
diselenggarakan
dengan
tujuan
sebagai
berikut
(Sembiring, 2004): 1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. 2. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), sebagai salah satu upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. 3. Meningkatkan
kemampuan
masyarakat
untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.
2.2.3 Sasaran Posyandu Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) terutama (Depkes RI, 2006) : a. Bayi (dibawah satu tahun) b. Balita (dibawah lima tahun)
22
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui d. Pasangan Usia Subur (PUS) Program Posyandu ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan dan kesehatan anak dan Ibu.
2.2.4 Penyelenggaraan Posyandu Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan diminati oleh kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait, jumlah minimal kader untuk setiap Posyandu adalah 5 orang, jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada pada sistem 5 meja (Depkes RI, 2006). Yang bertindak sebagai pelaksanaan Posyandu adalah kader, kader Posyandu dipilih oleh pengurus dari anggota masyarakat yang tersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu.
2.2.5 Kegiatan Posyandu Menurut Depkes RI (2006), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama Posyandu dapat dilihat sebagai berikut : 1. Kegiatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
23
a) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan kader kesehatan. b) Untuk
lebih
meningkatkan
kesehatan
ibu
hamil,
perlu
diselenggarakan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. b. Ibu Nifas dan Menyusui Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup yaitu: penyuluhan kesehatan meliputi (KB, ASI, dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir), pemberian viatamin A dan tablet besi, perawatan payudara dan senam ibu nifas. c. Bayi dan Anak Balita Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua dibawah bimbingan kader. Oleh karena itu, perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup : a) Penimbangan berat badan b) Penentuan status pertumbuhan c) Penyuluhan
24
d) Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan segera dirujuk ke puskesmas. 2. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. 3. Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil. 4. Gizi Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasaranya adalah bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
penimbangan
berat
badan,
deteksi
dini
gangguan
pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian IMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. 5. Pencegahan dan Penanggulangan diare Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sedangkan penanggulangan diare dapat dengan memberikan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.
25
Beberapa kegiatan pengembangan/tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain ; a) Bina Keluarga Balita (BKG) b) Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA) c) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya: ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis, tatanus neonatorum. d) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) e) Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD) f) Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PABPLP) g) Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA) h) Desa siaga i) Pos Malaria Desa (Posmaldes) j) Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam k) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas)
2.2.6 Cakupan Penimbangan Balita Dalam pelaksanaan Posyandu terdapat dua hal penting yang menjadi sasaran. Pertama adalah perilaku masyarakat untuk membawakan
26
anaknya ke Posyandu dan yang kedua adalah perhatian daerah termasuk perangkat desa. Dengan demikian perilaku antara warga masyarakat merupakan hasil langsung dari pelaksanaan Posyandu. Ukuran perilaku masyarakat ini dapat dilihat dari hasil cakupan, yang salah satunya adalah cakupan penimbangan balita (Mamdy, 1989 dalam Juarsa tahun 2004). Pencapaian hasil kegiatan di Posyandu dapat dilihat melalui balok SKDN (S = jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja Posyandu tertentu, K = jumlah anak balita yang memiliki KMS, D = jumlah anak balita yang datang ditimbang berat badannya, N = jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya). Cakupan penimbangan balita (D/S) adalah jumlah balita yang datang untuk ditimbang (D) dibandingkan dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu pada periode waktu yang sama (S). Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang digunakan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya memanfaatkan Posyandu sebagai sarana pemeliharaan kesehatan, khususnya anak balita (Depkes RI, 1996 dalam Juarsa, 2004).
2.2.7 Perkembangan Posyandu Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Posyandu dibedakan menjadi 5 tingkatan (Depkes RI, 2006 dan Majalah Gemari Edisi 62, 2006) yaitu:
27
1) Posyandu Tingkat Pratama Merupakan Posyandu yang kegiatannya masih belum optimal dan belum bisa melaksanakan kegiatan rutinnya setiap bulan serta jumlah kader sangat terbatas yaitu kurang dari lima orang. Intervensi yang dapat dilakukan dengan memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader. 2) Posyandu Tingkat Madya Merupakan Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. 3) Posyandu Tingkat Purnama Merupakan Posyandu yang frekuensi pelaksanaannya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan program utamanya lebih dari 50% sudah dilaksanakan, serta sudah ada program tambahan dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas. 4) Posyandu Tingkat Mandiri Merupakan Posyandu yang sudah bisa melaksanakan programnya secara mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus serta sudah
28
ada program tambahan Dana Sehat dan telah menjangkau lebih dari 50% Kepala Keluarga (KK). 5) Posyandu Plus Merupakan
kegiatan
terkait
pembangunan
manusia.
Karena
menyangkut manusia berarti terkait pula dengan masalah potensi sumber daya manusia (SDM). Posyandu ini tidak hanya sebagai tempat perawatan kesehatan, tetapi juga menjadi sarana pengembangan kecerdasan bagi anak.
2.3 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu bentuk perilaku kesehatan disini adalah partisipasi ibu balita dalam program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anak balita mereka untuk ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan. Perilaku manusia adalah sangat kompleks, dilihat dari berbagai sudut pandang. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktorfaktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. (Notoatmodjo, 2005).
29
Menurut teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2005), dalam mendiagnosa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing faktors) Faktor yang mendahului terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku, juga sebagai faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, budaya dan lain-lain berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Misalnya, seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu anaknya akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke Posyandu. Dalam arti umum, dapat dikatakan faktor predisposisi sebagai preferensi (pribadi) yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti umur, jenis kelamin, juga sangat penting sebagai faktor predisposisi. 2. Faktor Pemungkin (Enabling faktors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat).
30
Pengetahuan dan sikap saja tidak menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu tidak hanya karena ia tahu dan sadar akan manfaat melainkan juga ibu tersebut dapat dengan mudah memperoleh sarana dan fasilitas, misalnya KMS dan gedung Posyandu. Fasilitas ini hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. 3. Faktor Penguat (Reinforcing faktors) Untuk berperilaku sehat, terkadang masyarakat tidak hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan juga diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para petugas terlebih lagi petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat. Faktor penguat adalah faktor yang medorong atau memperkuat terjadinya perilaku, juga sebagai faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor yang termasuk disini yaitu faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat. Disamping itu undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
31
Selanjutnya, tim kerja kesehatan dari WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena adanya beberapa alasan pokok (determinan) yaitu (Notoatmodjo, 2005): 1. Pemikiran dan perasaan Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Misalnya, seseorang ibu akan membawa anaknya ke Puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya, dan sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya. 2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal references), yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. 3. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas). 4. Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat dilihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda
32
karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu 2.4.1 Umur Ibu Menurut Pusat Bahasa, Depdiknas 2005, umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari selain faktor pendidikannya (Budiyanto, 2000 dalam Ningsih, 2008). Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh anak hanya berdasarkan pengalaman orang tuanya terdahulu. Selain itu, faktor usia yang muda juga cenderung menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi (Hurlock, 1999 dalam Gabriel, 2008). Sunyoto (1991) dalam Arinta (2010) mengatakan adanya pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang termasuk dalam golongan tua memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-
33
nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Berdasarkan hasil Susenas (1986) dalam Alibbirwin (2001) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ibu dengan status gizi balita. Dari hasil Susenas ini diketahui bahwa balita yang ibunya berumur 20-29 tahun adalah balita yang berstatus gizi baik.
2.4.2 Pendidikan Ibu Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkat lalu (Notoatmodjo, 1993 dalam Arinta, 2010). Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya atau jenis pendidikan yang dialami seseorang (Khomsan et al, 2007). Pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan orang tua merupakan salah
satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah (2007).
34
Begitu juga, Gunarsa dan Gunarsa (1995) mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap suatu hal baru. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang dalam menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal kesehatan dan gizi. Terkait dengan hal ini, pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan kesehatan anak. Hal ini dikarenakan, ibu adalah pendidik pertama bagi anaknya dan sekaligus menjadi pengasuh utama bagi anak. Oleh karena itu, seseorang ibu hendaknya dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dalam merawat anak, terutama dalam masalah tumbuh kembang anak. Tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita dan Fallah, 2004). Menurut Phenix dalam Harianto (1992) bahwa pendidikan adalah suatu proses di mana manusia membina perkembangan manusia lain secara sadar dan berencana. Sebagaimana di kemukakan oleh Spencer 1859 dalam Harianto (1992), orang tua yang berpendidikan rendah akan sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam kegiatan pelaksanaan Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang
35
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan partisipasi masyarakat (D/S).
2.4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Engel, Blakcwell dan Miniard (1995) dalam Khomsan et al (2009), pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Selanjutnya Winkel (1984) dalam Khomsan mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku tidak didasari oleh pengetahuan. Cahyaningsih (1999) dalam Khomsan et al (2007) juga mengatakan bahwa seseorang dengan pendidikan relatif tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih rendah. Pengetahuan gizi adalah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televise, radio, surat kabar dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter
36
dan lain-lain) (Khomsan et al, 2009). Dalam penelitian Maharsi (2007), pengetahuan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) disebutkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: 1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun
demikian
dari
penelitian
selanjutnya
Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
37
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak berlangsung lama. 2.4.4 Sikap Ibu Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu perbuatan (action), tetapi dari sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat (1983) dalam Maulana (2009). Sikap tidak dibawa seseorang semenjak lahir tapi mengalami proses dan dipengaruhi lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan perubahan sikap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Madihah (2002) bahwa sikap lebih banyak diperoleh dari belajar daripada proses pematangan. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 1997 dalam Maulana, 2009). Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berfikir ini
38
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaraningrat, 1983 dalam Maulana, 2009). Sikap terbentuk karena ada faktor pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) dalam Maulana (2009) bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa. Menurut Pranadji (1988) perubahan sikap dan kepercayaan dapat dipengaruhi oleh adanya suatu pendidikan, baik formal maupun informal. Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung serangkaian pertanyaan tentang permasalahan tertentu. Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan sikap setuju terhadap pertanyaan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pertanyaan, setuju,
39
tidak setuju dan sangat tidak setuju (Sarlito (2000) dalam Khalimah (2007). Dalam penelitian Maharsi (2007) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
2.4.5 Status Bekerja Ibu Menurut Pandji Anoraga (1998) dalam Khalimah (2007), kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya. Suatu
jenis
pekerjaan
dari
seseorang
akan
memberikan
pengalaman belajar terhadap yang bersangkutan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, baik secara financial maupun psikologis. Peristiwa yang manis maupun yang pahit itu akan berperan terhadap perilaku seseorang. Kejadian seperti itu adalah suatu kenyataan bahwa ada korelasi yang penting antara jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dengan berbagai tekanan psikologis didalamnya (Siagian,1983 dalam Hasan, 2005). Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki
40
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994 dalam Gabriel, 2008). Hal ini sesuai menurut Khomsan et al (2007) bahwa pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil penelitian kualitatif di Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti juga ditemukan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.
2.4.6 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga/rumah tangga adalah harta yang diterima oleh sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya (Depdiknas, 2005). Pendapatan keluarga juga merupakan seluruh
41
penghasilan/penerimaan anggota keluarga yang diperoleh baik berupa gaji, upah, pendapatan dari usaha rumah tangga, pendapatan lainnya maupun
pendapatan
transfer
(sisa
antara
penerimaan
dan
sumbangan/kiriman dan pemberian sumbangan.kiriman) (BPS, 1987 dalam Tuti, 1989). Menurut BPS yang dimaksud dengan anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah tangga. Anggota keluarga yang bepergian selama enam bulan atau lebih atau yang bepergian dengan tujuan pindah atau meninggalkan rumah enam bulan atau lebih tidak termasuk anggota keluarga. Tamu yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud tinggal 6 bulan atau lebih dianggap anggota rumah tangga. Pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan sesuai dengan keinginannya. Hal ini dihubungkan dengan tersedianya biaya
baik
untuk
pengobatan,
pemeliharaan
kesehatan,
maupun
pencegahan penyakit. Dapat pula dihubungkan dengan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang modern (Tuti, 1989). Hal ini sesuai dengan penelitian Ascobat Gani dalam Tuti (1989) mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Namun berbeda menurut
42
penelitian Tuti (1989) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu.
2.4.7 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu Yang dimaksud dengan jarak disini adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) dalam Khalimah (2007), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat Posyandu. Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT atau RW atau pos lainnya. Hal ini agar jarak Posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan masyarakat untuk menimbangkan anaknya. Dari beberapa hasil penelitian bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002) bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu
43
(<10 menit) berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan yang jarak tempuhnya jauh (> 10 menit).
2.4.8 Kepemilikan KMS Menurut Mahdi (2001) dalam Maharsi (2007), KMS merupakan alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Sambas (2002), bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasi mereka ke Posyandu. Menurut Depkes RI (2000), Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Selanjutnya, kurva perkembangan anak yang dipersiapkan itu tidak sulit untuk dimengerti, baik oleh ibu maupun oleh petugas formal ataupun informal, serta sangat relevan dengan program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut Sukarni (1994) dalam Khomsan et al (2007), KMS adalah alat yang memungkinkan dilakukannya pengamatan yang terarah dengan cara yang sederhana terhadap masalah kesehatan anak dari segala segi. Untuk itu, KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi
44
kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak (Depkes, 2000).
2.4.9 Perilaku Kader Menurut Depkes RI (2005), kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu. Tugas kader pada hari buka Posyandu, antara lain yaitu melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu, mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register Posyandu, melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT dan lain-lain. Sedangkan tugas kader diluar hari buka Posyandu antara lain; melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang datang dan memerlukan
penyuluhan
lanjutan,
memberitahukan
agar
sasaran
berkunjung saat hari buka Posyandu, melakukan kunjungan tatap muka kepada tokoh masyarakat dan menghadiri pertemuan kelompok rutin, kelompok masyarakat atau orgaisasi keagamaan dan lain-lain. Tugas kader selain di Posyandu melakukan kunjungan rumah didampingi oleh tenaga
45
kesehatan atau tokoh masyarakat untuk mendata dan mencari tahu tentang sebab ketidak hadiran pengguna Posyandu, pendataan bayi, anak Balita, ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin (GAKIN) (Depkes RI, 2006). Ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu rajin berkunjung ke Posyandu (Azwar, 1996 dalam Khalimah, 2007). Berdasarkan hasil penelitian Eddy (2000) menyatakan bahwa kemampuan ataupun ketrampilan kader mempunyai hubungan paling kuat dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas (2002) juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu.
2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan Dalam kegiatan Posyandu petugas kesehatan menjadi acuan bagi masyarakat. Petugas
yang
berperilaku baik
seperti
akrab dengan
masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang
46
dapat menarik simpatik masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posyandu (Widiastuti, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bimbingan petugas kesehatan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yang menunjukkan nila p<0,05. Begitu juga dengan penelitian Hutagulung (1992) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara bimbingan petugas kesehatan kepada responden dengan perilaku ibu menimbangkan anaknya.
2.4.11 Perilaku Tokoh Masyarakat Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya. Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat. Keterlibatan pemimpin informal dan partisipasi masyarakat akan berpengaruh terhadap keberhasilan program Posyandu. Kegiatan
47
Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh
karena
itu,
jika
tokoh
masyarakat
setempat
tidak
berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan Posyandu, ada kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu (Sitohang, 1989 dalam Juarsa, 2004). Dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala juga berfirman, yang berbunyi:
Artinya: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Q.S. AlAnkabut: 6). Ayat diatas menegaskan bahwa “dan barang siapa yang berjihad” yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka seseungguhnya manfaat dan kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Seseorang yang beriman dan beramal shaleh maka Allah akan menghapuskan dosadosa mereka dan Allah akan memberi ganjaran yang lebih baik dari apa yang mereka senantiasa kerjakan. Ayat tersebut jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan apabila tokoh masyarakat berperilaku positif terhadap kegiatan Posyandu dan mereka mau menggunakan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kesehatan
48
yang baik kepada ibu-ibu balita di Posyandu, maka Allah juga akan membalas amal kebajikan mereka dengan yang lebih baik dari apa yang dikerjakannya. Hasil penelitian Soedarti (1988) dalam Juarsa (2004) di Tangerang ditemukan bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat menghasilkan kemajuan kegiatan Posyandu. Begitu juga menurut hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibuibu anak balita ke Posyandu.
2.5 Kerangka Teori Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) tentang faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat yang mempengaruhi perilaku seseorang. Kerangka teori tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
49
Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
2.6 Predisposing faktors -
Pengetahuan Sikap Nilai/Kepercayaan Budaya Umur Jenis Kelamin Pendidikan
Enabling faktors - Jarak tempuh dari rumah ke Posyandu - Kepemilikan KMS - Status Pekerjaan - Pendapatan keluarga
Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu
Reinforcing faktors - Perilaku kader - Perilaku petugas kesehatan - Perilaku tokoh masyarakat - Peraturan yang terkait dengan Posyandu Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005).
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP Berdasarkan modifikasi teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita ke Posyandu
yaitu
faktor
predisposisi
seperti
(pengetahuan,
sikap,
nilai/kepercayaan, budaya, umur, jenis kelamin, pendidikan), faktor pemungkin yaitu sarana, prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti jarak dari rumah ke Posyandu, kepemilikan KMS, status bekerja dan pendapatan keluarga serta faktor penguat seperti perilaku kader, perilaku petugas kesehatan, perilaku tokoh masyarakat dan peraturan yang terkait dengan Posyandu. Penelitian ini berdasarkan pada teori yang dikemukan diatas, tetapi tidak semua variabel yang ada dalam kerangka teori menjadi variabel penelitian. Variabel nilai atau kepercayaan yang diyakini seseorang dianggap telah terwakili oleh variabel sikap, dimana kepercayaan seseorang terhadap sesuatu merupakan salah satu komponen pembentuk sikap (Allport, 1954 dalam Notoatmodjo, 2005). Variabel budaya tidak diteliti karena telah terwakili juga oleh variabel sikap, dimana sikap seseorang dapat terbentuk karena pengaruh kebudayaan (Azwar, 2003). Variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen yaitu semua sampel seluruhnya perempuan.
50
51
Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian seperti dibawah ini. Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi -
Umur Ibu Pendidikan Ibu Tingkat pengetahuan Ibu Sikap Ibu Faktor Pemungkin
- Status Bekerja Ibu - Pendapatan Keluarga - Jarak tempuh dari rumah ke Posyandu - Kepemilikan KMS
Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu
Faktor Penguat - Perilaku Kader - Perilaku Petugas Kesehatan - Perilaku Tokoh Masyarakat
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi ibu balita ke Posyandu sebagai variabel dependen berhubungan dengan faktor umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat sebagai variabel independen.
52
3.2 DEFINISI OPERASIONAL Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
1
Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
Peran serta ibu dalam membawa anak balita (usia 1259 bulan) secara teratur setiap bulan ke Posyandu untuk ditimbang berat badannya dalam 6 bulan terakhir
Wawancara
Kuesioner
2
Umur Ibu
Bilangan usia ibu saat dilakukan penelitian dihitung berdasarkan tanggal lahir
Wawancara
Kuesioner
3
Pendidikan Ibu
Jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh ibu
Wawancara
4
Tingkat pengetahuan Ibu
Penguasaan responden mengenai Posyandu yaitu frekuensi pelaksanaan kegiatan, program, manfaat dan sasaran kegiatan Posyandu
Wawancara
Hasil Ukur 0 = Tidak Aktif, jika < 4 kali berturut-turut. 1 = Aktif, jika > 4 kali berturutturut (Depkes RI, 2007)
0 = Berisiko, jika umur ibu < 20 tahun atau > 29 tahun 1 = Tidak berisiko, jika umur ibu 20 - 29 tahun (Alibirwin, 2001) Kuesioner 0 = Rendah, jika responden tamat SMP atau lebih rendah 1 = Tinggi, jika responden tamat SMA atau lebih tinggi (Sambas, 2002) Kuesioner 0 = Kurang, jika total skor < median 1 = Baik, jika total skor > median (Sambas, 2002)
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
53
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
5
Sikap Ibu
Respon ibu balita terhadap stimulus dari luar yang terlihat dari perilaku mereka
Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak Baik, jika total skor < median 1 = Baik, jika total skor > median (Sambas, 2002)
Ordinal
6
Status Bekerja Ibu
Keadaan ibu bekerja atau tidak untuk mendapatkan penghasilan (uang)
Wawancara
Kuesioner
0 = Bekerja, jika ibu memiliki kegiatan rutin untuk menghasilkan uang 1 = Tidak bekerja, jika ibu tidak memiliki kegiatan rutin untuk menghasilkan uang (Depkes RI, 2008)
Ordinal
7
Pendapatan Keluarga
Penghasilan (uang) keluarga yang diperoleh ayah dan atau ibu selama satu bulan
Wawancara
Kuesioner
0 = Cukup, jika pendapatan keluarga > Rp. 1.117.245 1 = Kurang, jika pendapatan keluarga < Rp. 1.117.245 (UMK Tangerang, 2010)
Ordinal
8
Jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
Penilaian ibu balita mengenai jarak dari rumahnya ke Posyandu berdasarkan waktu yang dipakai
Wawancara
Kuesioner
0 = Jauh, jika > 10 menit 1 = Dekat, jika < 10 menit (Sambas, 2002)
Ordinal
9
Kepemilikan KMS
KMS balita yang harus diisi pada setiap penimbangan / datang ke Posyandu.
Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak ada 1 = Ada (Sambas, 2002)
Ordinal
54
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
10
Perilaku Kader
Tindakan kader dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu berdasarkan penilaian ibu balita terhadap kader
Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak Baik, jika total skor < median 1 = Baik, jika total skor > median (Sambas, 2002)
Ordinal
11
Perilaku Petugas Kesehatan
Tindakan petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu berdasarkan penilaian ibu balita terhadap petugas kesehatan
Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak Baik, jika total skor < median 1 = Baik, jika total skor > median (Sambas, 2002)
Ordinal
12
Perilaku Tokoh Masyarakat
Tindakan ibu RT/RW dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu berdasarkan penilaian ibu balita terhadap ibu RT/RW
Wawancara
Kuesioner
0 = Tidak Baik, jika total skor < median 1 = Baik, jika total skor > median (Sambas, 2002)
Ordinal
55
3.3 HIPOTESIS 1. Ada hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 4. Ada hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 5. Ada hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 6. Ada hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 7. Ada hubungan antara jarak tempuh dari
rumah ibu balita ke Posyandu
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
56
8. Ada hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 9. Ada hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 10. Ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010. 11. Ada hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional karena pengambilan data variabel independen dan variabel dependen
dilakukan dalam waktu bersamaan. Desain ini digunakan karena
rancangan penelitian ini mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005). Desain dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara variabel independen yaitu umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat dengan variabel dependen yaitu partisipasi ibu balita ke Posyandu.
4.2 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April - November tahun 2010 di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
57
58
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita (usia 12-59 bulan) yang tinggal di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 1653 anak balita.
4.3.2 Sampel Sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang bertempat tinggal di Kelurahan Rempoa dan pernah datang ke Posyandu yang berjumlah 222 ibu balita. Jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu:
z n
1 / 2
2 P (1 P ) z1
P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
( P1 P2 ) 2
2
59
Keterangan : n 1
= Jumlah sampel yang dibutuhkan 2
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 10% = 1,64.
1
= Nilai Z pada kekuatan uji 1-β, yaitu 80 % = 0,84
P
= Proporsi rata-rata = (P1+ P2)/2 = 41,8%
P1
= Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan pendidikan ibu yang rendah yaitu 50%.
P2
= Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan pendidikan ibu yang tinggi yaitu 33,6% ( Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Sambas, 2002). Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak
111 sampel yang kemudian dikalikan dua menjadi 222 orang. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling (sampel acak sederhana), dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun frame sampling (kerangka sampel) yang berisi daftar nama seluruh ibu dari keluarga balita berusia 12-59 bulan yang terdaftar di buku format 3 Posyandu di Kelurahan Rempoa. 2. Melakukan pengambilan secara acak (pengundian) sampel terhadap beberapa ibu dari keluarga balita sebagaimana terdaftar dalam
60
kerangka sampel sampai terambil 222 ibu balita. Nama-nama ibu balita yang terambil merupakan sampel dalam penelitian ini. Apabila ada ibu yang mempunyai 2 balita, maka yang dijadikan sampel adalah balita yang usianya lebih muda. 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmodjo, 2005). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi tentang umur ibu, pendidikan ibu anak balita, tingkat pengetahuan, sikap, status bekerja, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat untuk mengetahui partisipasi ibu balita ke Posyandu. Berikut kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian ini: a. Partisipasi ibu balita ke Posyandu Untuk mengetahui partisipasi ibu balita ke Posyandu, peneliti menggunakan pertanyaan bagian I yang terdapat pada kuesioner. Variabel ini diukur melalui satu pertanyaan tentang partisipasi ibu balita ke Posyandu dalam 6 bulan terakhir, variabel ini di kategorikan menjadi dua berdasarkan Depkes RI (2007) yaitu “tidak aktif” jika responden berpartisipasi ke Posyandu < 4 kali berturut-turut dan “aktif” jika responden berpartisipasi ke Posyandu > 4 kali berturut-turut.
61
b. Umur Umur ibu dapat diketahui dari point pertanyaa “A2”. Pada penelitian ini umur dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan Alibbirwin (2001) yaitu “berisiko” jika ibu berumur < 20 atau > 29 tahun dan “tidak berisiko” jika ibu berumur antara 20 - 29 tahun. c. Pendidikan Pendidikan ibu dapat diketahui dari point pertanyaan ”B”. Pada penelitian ini, pendidikan ibu dikategorikan menjadi lima macam berdasarkan kriteria dari Diknas (2003) yaitu jika tidak sekolah simbolnya ”1”, jika tamat SD simbolnya ”2”, jika tamat SMP simbolnya ”3”, jika tamat SMA simbolnya ”4” dan jika tamat Perguruan Tinggi simbolnya ”5”. Untuk kepentingan analisis, pendidikan ibu dikategorikan lagi menjadi “rendah” jika pendidikan hanya sampai tamat SMP atau lebih rendah dan “tinggi” jika pendidikan hanya sampai tamat SMA atau lebih tinggi. d. Status Bekerja Ibu Status bekerja ibu dapat diketahui dari point pertanyaan “C”. Pada penelitian ini, status bekerja ibu dikategorikan berdasarkan Depkes (2008), yaitu “bekerja” jika ibu mempunyai kegiatan rutin untuk menghasilkan uang dan “tidak bekerja” jika ibu tidak memiliki kegiatan rutin untuk menghasilkan uang.
62
e. Tingkat pengetahuan Ibu Dalam penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan yang mewakili pengetahuan ibu tentang Posyandu pada point “D”. Setiap point pertanyaan diberi nilai “1” jika responden mampu menjawab dengan benar. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang sama, dengan asumsi setiap pertanyaan sama pentingnya. Untuk pertanyaan dengan jawabannya lebih dari 1 pilihan, jika responden mampu menjawab 3 pilihan maka responden mendapat nilai “1” dan sebaliknya jika responden hanya mampu menjawab 2 pilihan maka responden mendapat nilai “0”. Dalam penelitian ini, pengetahuan ibu dikategorikan menurut Sambas (2002) yaitu “kurang” jika nilai total skor seluruh pertanyaan pengetahuan tentang Posyandu < median dan “baik” jika nilai total skor seluruh pertanyaan pengetahuan tentang Posyandu > median. f. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga dapat diketahui dari point pertanyaan “E”. Pada penelitian ini, pendapatan keluarga di kategorikan menjadi dua berdasarkan UMK Tangerang (2010) karena lembaga terkait Dewan Pengupahan Kota Tangsel yang menangani UMK Kota Tangsel belum terbentuk, sehingga masih mengacu kepada UMK Tangerang yaitu “Cukup” jika pendapatan keluarga > Rp. 1.117.245/bln dan “kurang” jika pendapatan keluarga < Rp. 1.117.245/bln.
63
g. Sikap Ibu Dalam penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan yang bersifat tertutup berkaitan dengan sikap responden mengenai posyandu yang terdapat pada point “F”. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran sikap ibu menggunakan skala Likert yang dikategorikan dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka point-nya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis, variabel sikap ini dikategorikan menjadi dua yaitu “tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total skornya > median. h. Jarak tempuh dari rumah ke posyandu Jarak tempuh dari rumah ke posyandu dapat diketahui dari point pertanyaan “G”. Pada penelitian ini, variabel jarak tempuh dari rumah responden ke posyandu dikategorikan menjadi dua berdasarkan Sambas (2002) yaitu “jauh” jika > 10 menit dan “dekat” jika < 10 menit. i. Kepemilikan KMS Dalam penelitian ini, pertanyaan untuk variabel kepemilikan KMS dapat dilihat pada point “H”. Variabel ini dikategorikan menjadi dua
64
berdasarkan Sambas (2002) yaitu “tidak” jika responden tidak memiliki KMS anaknya dan “ya” jika responden memiliki KMS anaknya. j. Perilaku Kader Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup pada bagian “J” dari masing-masing variabel yaitu perilaku kader terhadap ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran perilaku kader menggunakan skala Likert yang dikategorikan dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka point-nya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis, variabel perilaku kader ini dikategorikan menjadi dua yaitu “tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total skornya > median. k. Perilaku Petugas Kesehatan Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup pada bagian “K” dari masing-masing variabel yaitu perilaku petugas kesehatan terhadap ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran perilaku petugas kesehatan menggunakan skala Likert yang dikategorikan dengan 4
65
kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka point-nya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis, variabel perilaku petugas kesehatan ini dikategorikan menjadi dua yaitu “tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total skornya > median. l. Perilaku Tokoh Masyarakat Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup pada bagian “L” dari masing-masing variabel yaitu perilaku tokoh masyarakat terhadap ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran perilaku tokoh masyarakat menggunakan skala Likert yang dikategorikan dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka pointnya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis, variabel perilaku tokoh masyarakat ini dikategorikan menjadi dua yaitu “tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total skornya > median.
66
4.5 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha mendapatkan data untuk keperluan penelitian dan untuk pengujian hipotesis karena pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan data yang tersedia. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup tentang variabel independen dan dependen yang diteliti. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya telah dilakukan uji coba kuesioner untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas dari instrument penelitian yang dilakukan di tempat berbeda terhadap 16 ibu balita. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi ibu balita yang terpilih menjadi sampel penelitian.
4.6 Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan sebagai berikut : a. Editing (penyuntingan data) Dilakukan sebelum proses data entry, dilakukan agar data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali kepada responden. Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi. Untuk kegiatan editing ini, peneliti langsung memeriksa kuesioner pada hari itu juga, sehingga apabila terdapat keraguan dapat dilakukan pengecekan kepada responden pada saat itu juga.
67
b. Coding (mengkode data) Data coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner. c. Data Entry (memasukkan data) Proses memasukkan data yang diperoleh ke komputer untuk analisis lebih lanjut. d. Data Cleaning (Membersihkan Data) Proses untuk menguji kebenaran data (data yang masuk kedalam komputer sudah benar-benar bebas dari kesalahan). Untuk analisa data lebih lanjut menggunakan perangkat lunak pengolah data.
4.7 Analisa Data Analisa data dilakukan dengan tiga kali tahapan yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat. 4.7.1 Analisis Univariat Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4.7.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pada analisis ini, uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan rumus:
68
O E E
2
X2
dF
= (k - 1)(b - 1)
Keterangan: X2
= Chi square
O
= Nilai observasi
E
= Nilai ekspektasi
k
= Jumlah kolom
b
= Jumlah baris Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana
dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,1. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,1 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,1 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari continuity correction. Selanjutnya untuk kepentingan pembahasan dilakukan uji interaksi antar sesame variabel independen. Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
69
Jika nilai OR < 1 artinya variabel independen merupakan faktor protektif terhadap variabel dependen dan jika nilai OR >1 artinya variabel independen merupakan faktor resiko terhadap variabel dependen.
4.7.3
Analisis Multivariat Analisis Multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan variabel dependennya. Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel independen dan dependen dalam penelitian ini berbentuk data kategorik. Uji regresi logistik berganda pada penelitian ini menggunakan model prediksi dengan tujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik memprediksi kejadian variabel dependen. Pada model ini semua variabel independennya dianggap sama pentingnya. Maka proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa koefisien regresi logistik sekaligus. Langkah-langkah dalam melakukan analisis multivariat (Riyanto, 2009), yaitu: a. Seleksi kandidat model multivariat. Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p< 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk ke dalam model multivariat. Namun, bisa saja variabel dengan nilai p>0,25 tetap ikut ke model multivariat bila variabel tersebut secara substansi berhubungan.
70
b. Pemodelan multivariat. Pada tahap ini variabel yang masuk ke dalam kandidat model multivariat dianalisis secara bersamaan. Variabel yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,1. Jika dalam model terdapat nilai p>0,1, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model. Pengeluaran model dilakukan secara bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang nilai p terbesar. Akan tetapi, bila variabel yang dikeluarkan mengakibatkan perubahan besar koefisien (nilai OR) >10%, maka variabel tersebut dimasukkan kembali dalam model. Rumus untuk mencari perbedaan OR adalah: Perbedaan OR = OR crude
:
ORcrude ORadjust X 100% ORadjust
OR variabel dengan tidak masuknya ke dalam model kovariat yang diuji OR variabel dengan tidak masuknya ke dalam
OR adjust
: model kovariat yang akan diuji
c. Melakukan uji interaksi sesama variabel independen, apabila secara substansi diduga terjadi interaksi antara variabel independen. Penentuan variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika substantif. Pengujian interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik (p value≤0.05). Bila variabel mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam model.
71
d. Setelah dilakukan uji interaksi, maka didapatkan model fit (akhir) dari setiap variabel independen yang berpengaruh besar terhadap variabel dependen. Setelah semua langkah tersebut selesai dan berdasarkan hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang diperoleh yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 Y merupakan variabel dependen, sedangkan X merupakan variabel independen. Berdasarkan persamaan tersebut, maka Y dapat diperkirakan dengan X1 dan X2.
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan Rempoa merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Ciputat Timur dengan luas wilayah 219,50 Ha. Kelurahan Rempoa terdiri dari 12 RW dan 72 RT dan 7.185 Kepala Keluarga (KK). Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa adalah sebagai berikut: Utara = Berbatasan dengan Kelurahan Bintaro DKI Jakarta dan Tol Jakarta Merak dan sebagian Kelurahan Rengas Kabupaten Tangerang Timur = Berbatasan dengan Kelurahan Bintaro DKI Jakarta Selatan = Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan Sawah Lama Kabupaten Tangerang Barat
=
Berbatasan dengan Kelurahan Ssawah Lama dan Kelurahan Rengas Kabupaten Tangerang
72
73
5.1.2 Keadaan Demografi Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa tahun 2006 sebanyak 27.585 penduduk. Adapun distribusi penduduk berdasarkan umur di Kelurahan Rempoa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa Usia 0-12 bulan 1-5 tahun 6-10 tahun 11-19 tahun 20-29 tahun 30-50 tahun > 50 tahun Total
Jumlah 567 1.496 2.449 5.689 5.668 8.058 3.658 27.585
Persentase 2.1 5.4 8.9 20.6 20.5 29.2 13.3 100
Sumber:Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar penduduk berada pada rentang umur 30-50 tahun yaitu sebesar 29,2% jiwa. Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Rempoa adalah Islam. Adapun tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Rempoa sebagian besar adalah belum sekolah yaitu sebesar 26,3% penduduk, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
74
Tabel 5.2 Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 Pendidikan Belum sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah 2832 275 2719 2664 1598 675 10.763
Persentase 26.3 2.6 25.3 24.8 14.8 6.3 100
Sumber: Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Adapun gambaran mata pencaharian penduduk Kelurahan Rempoa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2006 Jenis Pekerjaan Buruh/swasta Pegawai negeri Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang Kayu Montir Dokter Sopir Pengemudi Bajaj Pengemudi becak TNI/polri Pengusaha Jumlah
Jumlah 2500 602 670 52 320 175 261 25 200 10 150 350 30 5.345
Persentase 46.8 11.3 12.5 1.0 6.0 3.3 4.9 0.5 3.7 0.2 2.8 6.5 0.6 100
Sumber: Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Rempoa paling banyak adalah buruh yaitu sebesar
75
46,8% penduduk dan jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Rempoa paling sedikit adalah pengemudi bajaj yaitu sebesar 0,2% penduduk. 5.2 Analisis Univariat Pada analisis univariat ini akan digambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen. 5.2.1 Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu Distribusi partisipasi ibu balita ke posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.4 Distribusi Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu Tidak Aktif (<4 kali berturut-turut) Aktif (>4 kali berturut-turut) Total
Jumlah (n) 141 81 222
Persentase (%) 63,5 36,5 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar partisipasi ibu balita ke Posyandu tidak aktif (<4 kali berturut-turut) yaitu sebesar 63,5% dan yang berpartisipasi aktif (>4 kali berturut-turut) sebesar 36,5%.
76
5.2.2 Umur Ibu Distribusi ibu balita berdasarkan umur di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.5 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Umur Ibu < 20 atau > 29 tahun 20 - 29 Total
Jumlah (n) 124 81 222
Persentase (%) 55,9 44,1 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar berumur <20 atau >29 tahun yaitu sebesar 55,9% dan yang berumur 20 – 29 tahun sebesar 44,1%. 5.2.3 Pendidikan Ibu Distribusi ibu balita berdasarkan pendidikan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
77
Tabel 5.6 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Pendidikan Ibu Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Total
Jumlah (n) 2 29 50 124 19 222
Persentase (%) 0,9 12,2 22,5 55,9 8,6 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, ibu balita yang tidak pernah sekolah hanya ada 2 orang (0,9%), yang hanya tamat SD ada 29 orang (12,2%), yang tamat SMP ada 50 orang (22,5%), yang tamat SMA ada 124 orang (55,9%) dan ibu balita yang tamat perguruan tinggi hanya ada 19 orang (8,6%). Sedangkan distribusi pendidikan ibu balita berdasarkan kategori “rendah” dan “tinggi” dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.7 Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan Kategori “Rendah” dan “Tinggi” di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Total
Jumlah (n) 79 143 222
Persentase (%) 35.6 64.4 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar berpendidikan tinggi yaitu sebesar 64,4% dan yang berpendidikan rendah sebesar 35,6%.
78
5.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Posyandu Distribusi ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan tentang Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.8 Distribusi Ibu Balita BerdasarkanTingkat Pengetahuan tentang Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Tingkat Pengetahuan Ibu Kurang Baik Total
Jumlah (n) 65 157 222
Persentase (%) 29,3 70,7 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu adalah baik yaitu sebesar 70,7% sedangkan yang tingkat pengetahuannya kurang sebesar 29,3%. 5.2.5 Sikap Ibu Distribusi ibu balita berdasarkan sikap di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
79
Tabel 5.9 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Sikap Ibu Tidak Baik Baik Total
Jumlah (n) 106 116 222
Persentase (%) 47.7 52.3 100
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar memiliki sikap yang baik terhadap Posyandu yaitu sebesar 52,3% sedangkan yang tidak memiliki sikap baik terhadap Posyandu sebesar 47,7%. 5.2.6 Status Bekerja Ibu Distribusi ibu balita berdasarkan status pekerjaan ibu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.10 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Status Bekerja di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Status Bekerja Ibu Bekerja Tidak Bekerja (IRT) Total
Jumlah (n) 40 182 222
Persentase (%) 18 82 100
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar memiliki status tidak bekerja yaitu sebesar 82% dan yang memiliki status bekerja sebesar hanya 18%.
80
5.2.7 Pendapatan Keluarga Distribusi ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.11 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Pendapatan Keluarga Cukup Kurang Total
Jumlah (n) 123 99 222
Persentase (%) 55,4 44,6 100
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar memiliki pendapatan keluarga yang cukup yaitu sebesar 55,4% sedangkan yang memiliki pendapatan keluarga kurang sebesar 44,6%. 5.2.8 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu Distribusi ibu balita berdasarkan jarak tempuh dari rumah ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
81
Tabel 5.12 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu Jauh Dekat Total
Jumlah (n) 8 214 222
Persentase (%) 3,6 96,4 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar jarak tempuh dari rumah ke Posyandu tergolong dekat yaitu sebesar 96,4% dan jarak tempuh yang jauh sebesar 3,6%. 5.2.9 Kepemilikan KMS Distribusi ibu balita berdasarkan kepemilikan KMS di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.13 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Kepemilikan KMS Tidak Ada Ada Total
Jumlah (n) 34 180 222
Persentase (%) 15,3 84,7 100
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar yang memiliki KMS anaknya yaitu sebesar 84,7% dan yang tidak memiliki KMS anaknya sebesar 15,3%.
82
5.2.10 Perilaku Kader Distribusi ibu balita berdasarkan perilaku kader di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.14 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Kader di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Perilaku Kader Tidak Baik Baik Total
Jumlah (n) 108 114 222
Persentase (%) 48,6 51,4 100
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar berpendapat bahwa perilaku kader terhadap kegiatan Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 51,4% dan yang berpendapat tidak baik sebesar 48,6%. 5.2.11 Perilaku Petugas Kesehatan Distribusi ibu balita berdasarkan perilaku petugas kesehatan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 5.15 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Perilaku Petugas Kesehatan Tidak Baik Baik Total
Jumlah (n) 51 171 222
Persentase (%) 23 77 100
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar berpendapat bahwa perilaku petugas kesehatan terhadap kegiatan Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 77% dan yang berpendapat tidak baik sebesar 23%. 5.2.12 Perilaku Tokoh Masyarakat Distribusi ibu balita berdasarkan Perilaku tokoh masyarakat di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.16 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Tokoh Masyarakat di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Perilaku Tokoh Masyarakat Tidak Baik Baik Total
Jumlah (n) 101 121 222
Persentase (%) 45,5 54,5 100
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, sebagian besar berpendapat bahwa perilaku tokoh masyarakat terhadap
84
kegiatan Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 54,5% dan yang berpendapat tidak baik sebesar 45,5%. 5.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen yang dianalisis melalui uji Chi Square. Dikatakan bermakna jika nilai p <0,1 dan tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,1. 5.3.1 Hubungan Antara Umur Ibu Dengan Partisipasi Ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini: Tabel 5.17 Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Umur Ibu <20 atau >29 tahun 20 – 29 tahun Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 82 66,1 42 33,9 59 60,2 39 39,8 141 63,5 81 36,5
Total n 124 98 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,291 (0,745 – 2,236)
0,441
Berdasarkan tabel 5.17, diketahui bahwa ibu yang berumur <20 atau >29 tahun yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 66,1%, sedangkan ibu yang berumur 20-29 tahun yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 60,2%.
85
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,441 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,291 (0,745 – 2,236), artinya ibu yang berumur <20 atau >29 tahun mempunyai peluang 1,291 (1 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang berumur 20 – 29 tahun. 5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini: Tabel 5.18 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 47 59,5 32 40,5 94 65,7 49 34,3 141 63,5 81 36,5
Total n 79 143 222
OR (90% CI)
% 0,766 100 100 (0,434 – 1,349) 100
P. Value 0,436
Berdasarkan tabel 5.18, diketahui bahwa ibu yang berpendidikan rendah yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 59,5%, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 65,7%.
86
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,436 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,766 (0,434 – 1,349), artinya ibu yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 0,766 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. 5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini: Tabel 5.19 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Tingkat Pengetahuan Kurang Baik Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 43 66,2 22 33,8 98 62,4 59 37,6 141 63,5 81 36,5
Total n 65 157 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,177 (0,641 – 2,159)
0,709
Berdasarkan tabel 5.19, diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan kurang yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 66,2%, sedangkan ibu yang berpengetahuan baik yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 62,4%.
87
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,709 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,177 (0,641 – 2,159), artinya ibu yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 1,177 (1 kali) untuk berpartisipasi
tidak
aktif
ke Posyandu dibandingkan ibu
yang
berpengetahun baik. 5.3.4 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara sikap ibu dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini: Tabel 5.20 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu Di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Sikap Ibu Tidak Baik Baik Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 72 67,9 34 32,1 69 59,9 47 40,5 141 63,5 81 36,5
Total n 106 116 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,442 (0,831 – 2,503)
0,244
Berdasarkan tabel 5.20, diketahui bahwa ibu yang memiliki sikap tidak baik yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 67,9%,
88
sedangkan ibu yang memiliki sikap tidak baik yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 59,9%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,244 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 1,442 (0,831 – 2,503), artinya ibu yang memiliki sikap tidak baik terhadap
Posyandu
mempunyai
peluang
1,442
(1
kali)
untuk
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki sikap baik terhadap Posyandu. 5.3.5 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara status bekerja ibu dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut ini: Tabel 5.21 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Status Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 29 72,5 11 27,5 112 61,5 70 38,5 141 63,5 81 36,5
Total n 40 182 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,648 (0,774 – 3,508)
0,262
89
Berdasarkan tabel 5.21, diketahui bahwa ibu yang memiliki status bekerja yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 72,5%, sedangkan ibu yang tidak memiliki status bekerja yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 61,5%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,262 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,648 (0,774 – 3,508), artinya ibu yang memiliki status bekerja mempunyai peluang 1,648 (2 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki status tidak bekerja. 5.3.6 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara pendapatan keluarga dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini: Tabel 5.22 Hubungan antara Pendapatan Keluarga Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendapatan Keluarga Cukup Kurang Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 79 64,2 44 35,8 62 62,6 37 37,4 141 63,5 81 36,5
Total n 123 99 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,071 (0,619 – 1,856)
0,915
90
Berdasarkan tabel 5.22, diketahui bahwa ibu yang memiliki pendapatan keluarga cukup yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 64,2%, sedangkan ibu yang memiliki pendapatan keluarga kurang yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 62,6%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,915 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 1,071 (0,619 – 1,856), artinya ibu yang memiliki pendapatan keluarga cukup mempunyai peluang 1,071 (1 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki pendapatan keluarga rendah. 5.3.7 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini:
91
Tabel 5.23 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Kepemilikan KMS Tidak Ada Ada Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 27 79,4 7 20,6 114 60,6 74 39,4 141 63,5 81 36,5
Total n 34 188 222
OR (90% CI)
% 100 2,504 100 (1,037 – 6,044) 100
Berdasarkan tabel 5.23, diketahui bahwa ibu yang tidak memiliki KMS yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 79,4%, sedangkan ibu yang memiliki KMS yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 60,6%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,058 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 2,504 (1,037 – 6,044), artinya ibu yang tidak memiliki KMS mempunyai peluang 2,504 (3 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki KMS.
P. Value 0,058
92
5.3.8 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara perilaku kader terhadap Posyandu dengan partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut ini: Tabel 5.24 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku Kader Tidak Baik Baik Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 71 65,7 37 34,3 70 61,4 44 38,6 141 63,5 81 36,5
Total n 108 114 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,206 (0,697 – 2,086)
0,595
Berdasarkan tabel 5.24, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku kader tidak baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 65,7%, sedangkan ibu yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 61,4%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,595 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 1,206 (0,697 – 2,086), artinya ibu yang melihat perilaku kader tidak
93
baik terhadap kegiatan Posyandu mempunyai peluang 1,206 (1 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang melihat perilaku kader baik terhadap Posyadu. 5.3.9 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara perilaku petugas kesehatan terhadap Posyandu dengan partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.25 berikut ini: Tabel 5.25 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Perilaku Petugas Kesehatan Tidak Baik Baik Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 36 70,6 15 29,4 105 61,4 66 38,6 141 63,5 81 36,5
Total n 51 171 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
1,509 (0,767 – 2,967)
0,303
Berdasarkan tabel 5.25, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 70,6%, sedangkan ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 61,4%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,303 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
94
hubungan yang signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 1,509 (0,767 – 2,967), artinya ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap Posyandu mempunyai peluang 1,509 (2 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap Posyandu. 5.3.10 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu Hasil analisis bivariat antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.26 berikut ini: Tabel 5.26 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Perilaku Tokoh Masyarakat Tidak Baik Baik Total
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Tidak Aktif Aktif n % n % 73 73,3 27 26,7 67 55,4 54 44,6 141 63,5 81 36,5
Total n 101 121 222
% 100 100 100
OR (90% CI)
P. Value
2,209 (1,252 – 3,898)
0,009
Berdasarkan tabel 5.26, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat tidak baik terhadap Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 73,3%, sedangkan ibu yang melihat perilaku
95
tokoh masyarakat baik terhadap Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 55,4%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,009 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR= 2,209 (1,252 – 3,898), artinya ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat tidak baik terhadap Posyandu mempunyai peluang 2,209 (2 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat baik terhadap Posyandu. 5.4 Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Analisis yang digunakan yaitu uji regresi logistik berganda dengan model prediksi yaitu dengan cara menseleksi variabel independennya. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Seleksi Kandidat Model Multivariat Seleksi kandidat model multivariat dilakukan dengan cara melakukan analisis bivariat terlebih dahulu antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis bivariat yang menunjukkan nilai p
96
≤ 0,25 dapat masuk ke dalam kandidat model multivariat. Akan tetapi, jika terdapat variabel yang memiliki nilai p >0,25 dan secara substansi variabel tersebut penting, maka variabel tersebut tetap dimasukkan ke dalam kandidat model multivariat. Hasil pemilihan kandidat model dapat dilihat pada tabel 5.27 berikut ini: Tabel 5.27 Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang akan Masuk Model Multivariat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel Umur Pendidikan Tingkat Pengetahuan Sikap ibu Status Bekerja Pendapatan Keluarga Kepemilikan KMS Perilaku Kader Perilaku Petugas Kesehatan Perilaku Tokoh Masyarakat
P-Value 0.441 0.436 0.709 0.244* 0.262* 0.915 0.058* 0.595 0.303 0.009*
Berdasarkan tabel 5.27 diketahui bahwa dari 10 variabel yang dilakukan analisis bivariat, terdapat 4 variabel yang memiliki nilai p< 0,25 dan secara teori variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap partisipasi ibu balita ke Posyandu. Selain empat variabel tersebut, enam variabel lainnya tetap dimasukkan ke dalam model multivariat karena secara substansi ke-enam variabel tersebut berpengaruh terhadap partisipasi ibu balita ke Posyandu. Dengan demikian, variabel yang masuk ke dalam kandidat model yaitu semua variabel yang dilakukan
97
analisis bivariat antara lain umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat. 2. Pembuatan Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama. Variabel independen dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang nilai Pwald-nya tidak signifikan (p >0,1) dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai Pwald-nya yang terbesar. Bila variabel yang dikeluarkan tersebut mengakibatkan perubahan besar koefisien (nilai OR) variabel-variabel yang masih ada (berubah >10%), maka variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam model. Hasil pembuatan model dapat dilihat pada tabel 5.28 sebagai berikut:
98
Tabel 5.28 Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke Posyandu Pvalue Variabel Umur
Model 1 0,332
Model 2 0,333
Model 3 0,335
Model 4 0,367
Model 5 0,346
Model 6 0,386
Model 7 -
Model 8 -
Model 9 -
Pendidikan
0,612
0,596
0,554
0,537
-
-
-
-
-
Tingkat Pengetahuan
0,664
0,661
0,649
-
-
-
-
-
-
Sikap ibu
0,125
0,123
0,125
0,140
0,149
0,203
0,190
-
-
Status Bekerja
0,191
0,190
0,186
0,188
0,134
0,131
0,153
0,181
-
Pendapatan Keluarga
0,841
0,844
-
-
-
-
-
-
-
Kepemilikan KMS
0,043
0,041
0,042
0,045
0,047
0,048
0,039
0,043
0.047
Perilaku Kader
0,495
0,498
0,497
0,479
0,459
-
-
-
-
Perilaku Petugas Kesehatan Perilaku Tokoh Masyarakat
0,921
-
-
-
-
-
-
-
-
0,009
0,007
0,007
0,007
0,007
0,009
0,009
0.008
0.007
Sumber : Data Primer
99
Berdasarkan tabel 5.28 diperoleh bahwa pada analisis pemodelan prediksi dihasilkan sembilan model. Model pertama menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai p< 0,1 yaitu variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat. Sedangkan delapan variabel lainnya memiliki nilai p >0,1 dan variabel perilaku petugas kesehatan memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel perilaku petugas kesehatan. Pada model kedua, hasil analisisnya menunjukkan bahwa tujuh variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel pendapatan keluarga yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel pendapatan keluarga. Pada model ketiga, hasil analisis menunjukkan bahwa enam variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel tingkat pengetahuan ibu yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut. Selanjutnya pada model keempat, hasil analisisnya menunjukkan bahwa lima variabel memiliki nilai p > 0,1 dan variabel pendidikan ibu yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut. Pada model kelima, hasil analisisnya menunjukkan bahwa empat variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel perilaku kader yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut.
100
Pada model keenam, hasil analisisnya menunjukkan bahwa tiga variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel umur ibu yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut. Pada model ketujuh hasil analisis menunjukkan bahwa dua variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel sikap ibu yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut. Pada model kedelapan hasil analisis menunjukkan bahwa satu variabel memiliki nilai p>0,1 yaitu variabel status
bekerja
ibu,
sehingga
pada
model
selanjutnya
tidak
mengikutsertakan variabel status bekerja ibu. Selanjutnya pada model sembilan ternyata tidak terdapat variabel yang memiliki nilai p>0,1, sehingga didapatkan model akhir dua variabel yaitu kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat dengan nilai Pvalue berturut-turut sebesar 0,047 dan 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat diduga memiliki hubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa tahun 2010. Pada setiap analisis dilakukan perbandingan nilai OR, apabila tidak ada perubahan nilai OR yang >10% maka variabel yang memiliki nilai Pvalue paling besar akan tetap dikeluarkan dari setiap analisis yang dilakukan. Perubahan nilai OR pada setiap analisis model prediksi partisipasi ibu balita ke Posyandu dapat dilihat pada lampiran.
101
3. Penyusunan Model Akhir Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil bahwa kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat merupakan faktor risiko utama yang mempengaruhi partisipasi ibu balita ke Posyandu, maka modelnya dapat dilihat pada tabel 5.29 sebagai berikut: Tabel 5.29 Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Variabel Kepemilikan KMS Perilaku tokoh masyarakat Constant Negelkerke R Square
B Wald 0,904 3,940 0,785 7,205 -1,788 14,750 = 0,073
Pwald 0,047 0,007
OR 2,470 2,192
90% CI 1,168 – 5,223 1,355 – 3,547
Pvalue = 0,000
Berdasarkan tabel 5.29, diketahui variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat terbukti berhubungan signifikan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR untuk setiap variabel. Variabel kepemilikan KMS memiliki nilai OR 2,470 dan perilaku tokoh masyarakat memiliki nilai OR 2,192. Dari analisa diatas juga diketahui bahwa variabel kepemilikan KMS memiliki nilai OR paling besar yaitu 2,470. Sehingga dapat diasumsikan bahwa variabel kepemilikan KMS paling besar pengaruhnya terhadap partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa pada tahun 2010. Semakin besar nilai OR, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap variabel dependen.
102
Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Logit Partisipasi ibu balita ke Posyandu = -1,788 + (0,904* kepemilikan KMS) + (0,785* perilaku tokoh masyarakat) Dengan model persamaan diatas, maka dapat memperkirakan partisipasi ibu balita dengan variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa partisipasi ibu balita ke Posyandu akan berubah menjadi partisipasi tidak aktif sebesar 0,904 jika ibu balita tidak memiliki KMS dan partisipasi ibu balita ke Posyandu akan berubah menjadi partisipasi tidak aktif sebesar 0,785 kali jika ibu melihat perilaku tokoh masyarakatnya tidak baik terhadap kegiatan Posyandu. Semakin besar nilai beta (B) maka semakin besar hubungannya dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa koefisien determinan (R square) menunjukkan nilai 0,073, artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 7,3% variasi variabel dependen partisipasi ibu balita ke Posyandu. Dengan demikian, variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat hanya dapat menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu balita ke Posyandu sebesar 7,3%. Sedangkan 92,7% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti (hasil terlampir).
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: a.
Penelitian ini hanya sebatas melihat ada tidaknya hubungan, tidak sampai pada tahap untuk mencari hubungan sebab akibat antar variabel dependen dengan independen karena kedua variabel diteliti pada saat bersamaan.
b.
Sampel ibu balita yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini hanya pada ibu balita yang pernah hadir ke Posyandu dalam 6 bulan terakhir, sehingga gambaran karakteristik ibu balita tidak dapat terlihat secara keseluruhan.
6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Partisipasi masyakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan
permasalahan-permasalahan
masyarakat.
Partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam
103
104
program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anaknya untuk ditimbang berat badan ke Posyandu secara teratur setiap bulan. Target yang ingin dicapai oleh Nasional adalah 80% dapat berpartisipasi dengan aktif ke Posyandu. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak dibandingkan dengan ibu balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu. Ibu balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu di Kelurahan Rempoa hanya sebesar 36,5%, angka ini belum mencapai target yang sudah ditetapkan Nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat untuk membawa anak balitanya datang ke Posyandu. Padahal, menurut Khomsan (2007), kunjungan balita secara rutin ke Posyandu sangat dianjurkan karena di Posyandu setiap balita akan dimonitor berat badannya melalui penimbangan, sehingga akan diperoleh trend berat badan dari bulan ke bulan. Apabila terjadi trend yang menurun atau berat badan balita dibawah garis merah, maka Posyandu diharapkan dapat memberikan nasihat gizi atau memberikan makanan tambahan, sehingga trend berat badan yang menurun dapat dicegah. Angka partisipasi yang aktif ke Posyandu di Kelurahan Rempoa masih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu dan penelitian Soeryoto (2001) di Kecamatan Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke Posyandu dengan
105
cakupan sedikit lebih tinggi daripada Kelurahan Rempoa yaitu sebesar 48,1%. Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitian berbeda, tingkat partisipasi masyarakat dalam menimbangkan anak balita ke Posyandu tidak berbeda jauh dan masih tetap dibawah target nasional yaitu sebesar 80%. Partisipasi ibu balita ke Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil analisa data, pada hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, yaitu variabel kepemilikan KMS, dan perilaku tokoh masyarakat. Selanjutnya pada tahap analisis multivariat diketahui bahwa koefisien determinan menunjukkan nilai 0,073, yang artinya bahwa variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat hanya dapat menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu balita ke Posyandu sebesar 7,3%. Sedangkan 92,7% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya variabel jumlah anak, status menikah, persepsi responden terhadap kelengkapan Posyandu, persepsi ibu terhadap pelayanan Posyandu, dan lain sebagainya.
106
6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006). Menurut Kresno (1997) dalam Dharmawati (2010) umur adalah salah satu aspek sosial yang berpengaruh terhadap perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Kelurahan Rempoa lebih banyak pada kelompok umur <20 atau >29 tahun. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang berumur <20 atau >29 tahun dibanding dengan ibu yang berumur 20-29 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock dalam Gabriel (2008) bahwa faktor usia muda cenderung menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan anaknya. Begitu juga Sunyoto dalam Arinta (2010) mengatakan adanya pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap hal baru semakin rendah dikarenakan mereka memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dengan demikian, ibu yang memiliki kedua umur tersebut cenderung akan mempengaruhi perilaku mereka yaitu dengan berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu.
107
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu dengan nilai p= 0,441 (p >0,1). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Susenas (1986) dalam Alibbirwin (2001) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan status gizi balita. Dimana ibu yang berumur antara 20-29 tahun memiliki kecenderungan untuk memiliki balita dengan status gizi baik yang salah satu faktor mendukungnya adalah berpartisipasi aktif ke Posyandu. Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan partisipasi ibu ke Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain, seperti pengetahuan yang dimiliki ibu balita. Berdasarkan hasil uji interaksi antara umur ibu dengan pengetahuan ibu diketahui bahwa ibu balita yang memiliki umur berisiko (<20 atau >29 tahun) cenderung memiliki pengetahuan yang kurang dibanding dengan ibu balita yang berumur tidak berisiko (20-29 tahun). Dengan pengetahuan kurang yang dimiliki ibu balita mengenai Posyandu, maka ada kecenderungan berpengaruh terhadap terbentuknya perilakunya yaitu ibu balita tidak berpartisipasi aktif ke Posyandu. Sebagaimana Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, karena dengan perilaku yang tidak didasari pengetahuan akan sulit dipertahankan kelanggengannya.
108
6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah (2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang berpendidikan tinggi dibanding dengan ibu balita yang berpendidikan rendah. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu dengan nilai p= 0,436 (p>0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eddy (2000) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan partisipasi mereka ke Posyandu. Penelitian ini tidak berhubungan karena ibu yang memiliki pendidikan tinggi kemungkinan akan mempunyai pekerjaan di luar rumah sehingga akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu secara rutin. Berdasarkan hasil uji interaksi antara pendidikan dengan pekerjaan ibu
109
diketahui bahwa ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung untuk memiliki pekerjaan, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan partisipasi ibu balita ke Posyandu menurun. Sebagaimana hal tersebut diperkuat oleh Marsigit (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memberi peluang kepada ibu rumah tangga untuk mendapatkan pekerjaan sehingga waktunya di dalam rumah akan semakin sedikit dan berdampak negatif pada pemeliharaan kesehatan anak dan keluarga. 6.5 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menempatkan pengetahuan sebagai
faktor
predisposisi,
yaitu
faktor
yang
mempermudah
atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu program kesehatan akan mendorong orang tersebut mau berpartisipasi didalamnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang memiliki pengetahuan kurang dibanding dengan ibu balita yang memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu dengan nilai p= 0,709 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa pengetahuan ibu tidak berhubungan secara bermakna dengan kehadiran ibu
110
balita ke Posyandu. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian Maharsi (2007), Hutagulung (1992) dan Juarsa (2004) yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu. Pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan partisipasi ke Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel pengetahuan dengan pendidikan ibu diketahui bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang cenderung karena memiliki pendidikan yang rendah, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi terhadap perilaku seseorang. Sebagaimana Cahyaningsih dalam Khomsan et al (2007) mengatakan bahwa seseorang dengan pendidikan relatif tinggi cenderung memiliki
pengetahuan
yang
lebih
baik
dibandingkan
dengan
yang
berpendidikan lebih rendah. Selanjutnya, menurut pendapat Soetjiningsih dalam Khalimah (2007) bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya. Jadi, bilamana seseorang memiliki pendidikan yang rendah maka ada kecendrungan akan berpengaruh terhadap perilaku orang tersebut, dalam hal ini berpengaruh
111
terhadap partisipasinya yang tidak aktif ke Posyandu untuk menimbang anaknya. Asumsi lain tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor kepemilikan KMS. Berdasarkan hasil uji interaksi antara pengetahuan ibu dengan kepemilikan KMS didapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan kurang cenderung tidak memiliki KMS anaknya. Sebagaimana teori Green mengatakan bahwa pengetahuan saja tidak menjamin terjadinya perilaku seseorang, sehingga masih diperlukan faktor yang mendukung perilaku tersebut. Dalam hal ini, kepemilikan KMS adalah salah satu faktor yang mendukung terjadinya suatu perilaku. Bilamana seorang ibu balita tidak memiliki KMS anaknya maka ada kecendrungan ibu balita tersebut untuk berperilaku yang kurang baik pula, yaitu perilaku untuk menimbang anaknya di Posyandu tidak aktif. Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan seseorang memiliki 5 tingkatan, tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat menyebutkan,
tingkatan
kedua
dan
ketiga
yaitu
memahami
dan
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Bila dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo tersebut, maka pengetahuan ibu balita di Kelurahan Rempoa hanya baru pada tingkatan pengetahuan paling rendah yaitu ibu balita hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam serta belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang diketahui tersebut.
112
6.6 Sikap Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap dapat diramalkan perbuatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranadji (1988) bahwa sikap akan sangat berguna bagi seseorang, sebab sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang memiliki sikap tidak baik terhadap Posyandu dibanding dengan ibu balita yang memiliki sikap baik terhadap Posyandu. Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu dengan p= 0,244 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap ibu dengan kunjungan ibu-ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Maharsi (2007) dan Thaha (1990) di Kotamadya Ujung Pandang bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Ibu balita yang memiliki sikap tidak baik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu daripada ibu balita yang memiliki sikap yang baik. Variabel sikap ibu tidak berhubungan kemungkinan disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa Posyandu hanya milik masyarakat yang tidak
113
mempunyai pilihan dalam pelayanan kesehatan dalam artian hanya milik orangorang miskin, sehingga ada yang tidak mau berpartisipasi dengan baik ke Posyandu. Ada kemungkinan juga karena dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengetahuan yang dimiliki ibu. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel sikap ibu dengan pengetahuan ibu didapatkan bahwa ibu balita yang memiliki sikap tidak baik cenderung karena memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa komponen pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menentukan sikap. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung untuk memiliki sikap gizi yang baik pula, hal ini jika dilakukan penyuluhan untuk mendukung sikapnya. Begitu pula dalam penelitian ini, ibu balita yang memiliki pengetahuan gizi kurang cenderung untuk memiliki sikap gizi yang tidak baik pula. Asumsi lain kemungkinan karena dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel sikap ibu dengan pendidikan ibu didapatkan bahwa ibu balita yang memiliki sikap tidak baik cenderung karena ibu memiliki pendidikan yang rendah. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Pranadji (1988) bahwa perubahan sikap dan kepercayaan seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya suatu pendidikan baik formal maupun informal. Begitu juga, hal tersebut sependapat dengan Atmarita dan Fallah (2004) yaitu bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang. Apabila seseorang berpendidikan rendah maka sikap orang tersebut terhadap suatu hal cenderung tidak baik pula, sehingga hal
114
ini akan berpengaruh terhadap perilaku ibu yaitu partisipasi ke Posyandu juga rendah. Asumsi lainnya tidak berhubungan yaitu ibu balita yang memiliki sikap tidak baik terhadap Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan disekitar mereka seperti adanya tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan juga kadernya. Berdasarkan uji interaksi antara variabel sikap ibu dengan sikap kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat didapatkan bahwa apabila kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat memiliki sikap yang tidak baik terhadap Posyandu menurut pandangan ibu, maka kecendrungan ibu balita untuk bersikap yang tidak baik pula terhadap Posyandu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarwono dalam Maulana (2009) bahwa sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa. Jika pendapat tersebut dikaitkan dengan penelitian ini, maka lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan perubahan sikap seseorang. 6.7 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Salah satu penyebab seseorang tidak berpartisipasi baik ke Posyandu adalah karena pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu
115
yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang bekerja dibanding dengan ibu balita yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang bekerja tidak mempunyai peluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu dengan nilai p= 0,262 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Hidayat yang dikutip dalam penelitian Sambas (2002) yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku responden ke Posyandu. Tidak adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang bekerja tidak mempunyai waktu luang sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan ibu maka semakin sulit ibu datang ke Posyandu. Asumsi lain kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja yaitu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 WIB pada hari kerja
116
sehingga ibu yang bekerja tidak dapat membawa anaknya ke Posyandu. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Widiastuti (2006) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang karena faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan anak balitanya di Posyandu. Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan keluarga yang cukup. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel pekerjaan dengan pendapatan keluarga didapatkan bahwa ibu yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan yang cukup pula. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan partisipasi ibu balita ke Posyandu mengalami penurunan karena ada kemungkinan mereka yang memiliki pendapatan yang cukup akan lebih memilih pelayanan kesehatan yang lain dibanding ke Posyandu. Sebagaimana dikatakan oleh Tuti (1989) bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan sesuai dengan keinginannya. Hal ini dihubungkan dengan tersedianya biaya baik untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun pencegahan penyakit. Dapat pula dihubungkan dengan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang modern.
117
6.8 Pendapatan Keluarga dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Pendapatan keluarga/rumah tangga adalah harta yang diterima oleh sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya (Depdiknas, 2005). Dalam penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud adalah pendapatan ibu dan ayah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang memiliki pendapatan keluarga cukup dibanding dengan ibu balita yang memiliki pendapatan keluarga kurang. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai 1,000 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian Ascobat Gani yang dikutip Tuti (1989) bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Pendapatan keluarga tidak berhubungan kemungkinan karena dengan pendapatan yang cukup seseorang akan mencari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti Puskesmas, dokter atau bidan praktek. Sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk berpartisipasi ke Posyandu. Sebagaimana diperkuat oleh pendapat Tuti (1989) bahwa dengan pendapatan
118
yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan yang lain sesuai dengan keinginannya. Asumsi lainnya pendapatan keluarga tidak berhubungan kemungkinan dipengaruhi oleh status bekerja ibu. Ibu balita yang memiliki pendapatan cukup cenderung karena dia memiliki pekerjaan, sehingga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu daripada ibu balita yang tidak bekerja. Berdasarkan uji interaksi antara variabel pendapatan keluarga dengan status bekerja ibu didapatkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan keluarga cukup itu cenderung karena dia bekerja, sehingga orang yang bekerja umumnya tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan maka semakin sulit untuk datang ke Posyandu. Hal ini diperkuat oleh Widiastuti (2006) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang karena faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan anak balitanya di Posyandu. 6.9 Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Menurut Depkes RI (2000), Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Bagi semua ibu yang memiliki anak balita dan terdaftar di
119
Posyandu perlu memiliki KMS anak balitanya, karena hal ini sangat penting dalam pemantauan kesehatan anak balitanya pada waktu mengunjungi Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang tidak memiliki KMS dibanding dengan ibu balita yang memiliki KMS. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,058 (p <0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu.
Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Thaha (1990) yang menyatakan bahwa pandangan responden terhadap ketersediaan sarana (kepemilikan KMS) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dalam penelitian ini, ibu balita yang tidak memiliki KMS anaknya dikarenakan ibu mengaku bahwa KMS anaknya sudah hilang sehingga belum dapat gantinya. Hal inilah yang dapat mempengaruhi partisipasi mereka ke Posyandu berkurang, karena KMS merupakan salah satu sarana untuk seseorang berperilaku. Sebagaimana pendapat Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Perilaku bahwa ternyata sarana-sarana fisik mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Berdasarkan Depkes (2000) bahwa KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga
120
untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. Dengan adanya KMS dapat memberi motivasi bagi ibu balita untuk mengunjungi kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, variabel kepemilikan KMS merupakan faktor yang diduga paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 2,470 (1,168 – 5,223), artinya ibu balita yang tidak memiliki KMS mempunyai peluang 2,470 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu balita yang memiliki KMS. Semakin besar nilai OR maka semakin besar hubungan faktor tersebut dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Apabila ibu balita memiliki KMS anaknya maka mereka akan lebih terangsang untuk mengunjungi Posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihat/memiliki KMS anaknya. Pendapat ini didukung oleh teori Mahdi dalam Maharsi (2007), bahwa KMS merupakan alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas. 6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Ibu balita yang mendapat pembinaan dari kader akan berpartisipasi dengan baik ke Posyandu, karena mereka akan merasa diakui dan diperhatikan
121
keberadaannya oleh pengelola Posyandu sehingga rutin datang ke Posyandu (Sambas, 2002). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang melihat perilaku kader tidak baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,595 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Hutagulung (1992), Eddy (2000) dan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balitanya ke Posyandu Tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh ketrampilan kader itu sendiri. Kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sebagian ibu balita melihat perilaku kader kurang baik terhadap kegiatan Posyandu, kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya ketrampilan kader dalam memberikan pelayanan kepada ibu-ibu balita yang ke Posyandu, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kehadiran ibu balita ke Posyandu.
122
Sebagaimana teori Azwar dalam Khalimah (2007) mengatakan bahwa ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu balita rajin berkunjung ke Posyandu. Dalam Islam juga dikatakan bahwa individu dan lingkungannya harus saling menyokong dalam hal penghambaan diri pada Allah, sehingga yang muncul adalah lingkaran kebajikan yang saling mendukung dalam kesalehan (Sumantri, 2010). Sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya: “... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ... (Q.S. Al-Maidah: 2). Ayat tersebut jika dikaitkan dengan perilaku kader disini adalah, kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu, mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu orang-orang di Posyandu dengan
123
segala kemampuan yang dimilikinya, karena dalam persaudaraan diharuskan dapat saling tolong menolong sehingga dapat meningkatkan kesalehan. Selanjutnya, asumsi lain kemungkinan karena kader sendiri kurang mendapatkan pelatihan secara berkala, sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam hal kegiatan Posyandu masih kurang atau kemungkinan disebabkan oleh hanya sebagian kader yang hadir ketika kegiatan Posyandu berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa dalam setahun pelatihan yang diadakan terhadap kader hanya sekali kemungkinan karena kader mempunyai kesibukan masing-masing. Dalam hal ini, perilaku positif atau negatif pada kader turut berperan dalam mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Posyandu. Sebagaimana pendapat Judd dalam Juarsa (2004) yang menyatakan bahwa keaktifan kader berhubungan dengan lama dan metode pelatihan yang didapat, dukungan masyarakat dan pembinaan kepala desa. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pelatihan yang baik dan tepat dapat meningkatkan kemampuan kader dalam mengelola Posyandu sehingga berdampak positif terhadap partisipasi ibu dalam penimbangan balita di Posyandu. 6.11 Perilaku Petugas Kesehatan dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Ibu balita yang memperoleh bimbingan dari petugas kesehatan relatif lebih sering mengunjungi Posyandu untuk menimbang dan memeriksa anaknya. Petugas kesehatan yang berperilaku baik terhadap ibu balita merupakan hal
124
yang sangat penting karena dengan perilaku petugas yang baik maka ibu balita akan termotivasi untuk melakukan sesuatu perbuatan termasuk membawa anak mereka ke Posyandu (Sambas, 2002). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang melihat perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,303 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Juarsa (2004) bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara bimbingan petugas kesehatan dengan cakupan penimbangan balita di Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Hutagulung (1992) dan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bimbingan dari petugas kesehatan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Tidak adanya hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu kemungkinan karena sebagian ibu balita yang menggunakan Posyandu melihat bahwa kualitas petugas kesehatan yang ada di Posyandu belum maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan petugas yang hadir kadang-kadang belum terlalu menunjukkan perhatian mereka kepada ibu balita. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kontak petugas dengan
125
ibu-ibu balita relatif kurang bila dibandingkan dengan kader, karena kader bertempat tinggal diantara ibu-ibu balita sehingga kesempatan untuk bertemu dan mengajak ibu ke Posyandu lebih banyak dibandingkan dengan petugas yang pada umumnya hanya sebulan sekali bertemu. Sebagaimana menurut Thaha (1990) mengatakan bahwa ibu balita yang menggunakan jasa pelayanan Posyandu untuk kepentingan merawat kesehatan anaknya lebih ditentukan oleh pandangan mereka terhadap seberapa jauh kualitas pelayanan yang ada di Posyandu ataupun yang ada di lembaga pelayanan kesehatan lainnya. Begitu juga, menurut pendapat Widiastuti (2007) juga mengatakan bahwa petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang dapat menarik simpatik masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posyandu. Karena dalam kegiatan Posyandu petugas kesehatan itu menjadi acuan bagi masyarakat. Jadi, apabila ibu balita melihat perilaku dari petugas kesehatan tidak baik terhadap kegiatan Posyandu maka hal tersebut cenderung akan berpengaruh terhadap perilaku, dalam hal ini adalah ibu balita cenderung akan berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu. 6.12 Perilaku Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya.
126
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara sector kesehatan kesehatan dengan masyarakat. Jadi tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berpartisipasi ke Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakat tidak baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakat baik terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,009. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Hutagulung (1992) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara partisipasi tokoh masyarakat dengan perilaku menimbangkan anaknya ke Posyandu. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu RT/RW. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari beberapa ibu balita diketahui bahwa ketika di waktu pagi setiap bulan tepatnya pada hari H pelaksanaan kegiatan Posyandu, ibu RT/RW akan mengumumkan kegiatan Posyandu dengan pengeras suara dari mesjid atau musholla untuk memberitahukan bahwa pada hari itu ada kegiatan Posyandu yang dilakukan
127
seperti biasanya. Terkadang ibu RT/RW juga mendatangi rumah para ibu balita dengan
sukarela
pada
hari
sebelum
pelaksanan
Posyandu
untuk
memberitahukan kegiatan Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, sehingga ibu balita yang tidak datang ke Posyandu merasa tidak enak kepada ibu RT/RW yang mengundang mereka. Sebagaimana Soedarti (1988) dalam Juarsa (2004) juga menemukan dalam
penelitiannya
bahwa
partisipasi
aktif
dari
tokoh
masyarakat
menghasilkan kemajuan kegiatan Posyandu. Kegiatan Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat setempat tidak berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan Posyandu, ada kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu. Seseorang yang mengerjakan suatu perbuatan dengan ikhlas, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan, sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, yang berbunyi:
Artinya : “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Q.S. Al-Ankabut: 6). Ayat diatas menegaskan bahwa “dan barang siapa yang berjihad” yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka seseungguhnya manfaat dan
128
kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Jika maksud dari ayat tersebut dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa apabila tokoh masyarakat memiliki perilaku yang baik terhadap kegiatan Posyandu, sehingga mereka mau menggunakan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada ibu-ibu balita di Posyandu, maka Allah akan membalas segala kebaikan tokoh masyarakat tersebut dengan yang lebih baik dari apa yang dikerjakannya. Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, perilaku tokoh masyarakat diperoleh nilai OR= 2,192 (1,355-3,547), artinya ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakatnya tidak baik terhadap kegiatan Posyandu mempunyai peluang 2,192 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakatnya baik terhadap kegiatan Posyandu. Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan perlu perilaku contoh para tokoh masyarakat, tokoh adat dan petugas kesehatan. Jadi, apabila kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakatnya yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi didalamnya.
129
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Proporsi ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu (63,5%) lebih banyak dibandingkan dengan ibu balita yang berpartisipasi aktif (36,5%). 2. Proporsi ibu balita yang berumur <20 atau >29 tahun (55,9%) lebih banyak dibandingkan ibu yang berumur 20-29 tahun (44,1%). 3. Proporsi ibu balita yang memiliki pendidikan tinggi (64,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki pendidikan rendah (35,6%). 4. Proporsi ibu balita yang memiliki pengetahuan baik (70,7%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang (29,3%). 5. Proporsi ibu balita yang memiliki sikap baik (52,3%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki sikap tidak baik (47,7%). 6. Proporsi ibu balita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga (82%) lebih banyak dibandingkan ibu yang bekerja (18%). 7. Proporsi ibu balita yang memiliki pendapatan keluarga cukup (55,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki pendapatan keluarga kurang (44,6%).
129
130
8. Proporsi ibu balita yang memiliki jarak tempuh yang dekat dari rumahnya ke Posyandu (96,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki jarak yang jauh (3,6%). 9. Proporsi ibu balita yang memiliki KMS (84,7%) lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak memiliki KMS (15,3%). 10. Proporsi ibu yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu (51,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku kader tidak baik terhadap Posyandu (48,6%). 11. Proporsi ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap kegiatan Posyandu (77%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap Posyandu (23%). 12. Proporsi ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat baik terhadap kegiatan Posyandu (54,5%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat tidak baik terhadap Posyandu (45,5%). 13. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,441) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 14. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,436) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010.
131
15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,709) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 16. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,244) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 17. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,262) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 18. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,915) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 19. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,058) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 20. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,595) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 21. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu ke Posyandu (p=0,303) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010.
132
22. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,009) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010. 23. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010 adalah kepemilikan KMS. 7.2 Saran 1. Bagi Masyarakat a. Disarankan untuk seluruh masyarakat terutama bagi ibu balita untuk menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di Posyandu, salah satunya menimbang anak balitanya setiap bulan supaya perkembangan dan pertumbuhannya dapat dipantau secara teratur. 2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur a. Disarankan agar segera memberikan Kartu Menuju sehat (KMS) kepada ibu-ibu balita yang KMS-nya hilang, memberi penyuluhan kepada ibu-ibu tersebut tentang kegunaan KMS, serta mensosialisasikan untuk menjaga KMS dengan baik dan disiplin membawanya pada saat kegiatan Posyandu. b. Disarankan untuk mengadakan sebuah program sosialisasi bahwa Posyandu adalah milik semua masyarakat, jadi hubungan tokoh masyarakat terutama ibu RT/RW dengan semua ibu balita perlu dijaga
133
dengan lebih baik lagi, misalnya dengan diadakannya majlis ta’lim atau arisan ibu-ibu di Posyandu, sehingga dengan adanya kegiatan tersebut dapat membantu dalam kelancaran program di Posyandu. 3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan a. Disarankan dapat memberikan pembinaan kepada pihak Puskesmas tentang kegiatan-kegiatan Posyandu sehingga semua kegiatan tersebut diharapkan dapat berjalan dengan baik. 4. Bagi Peneliti lain a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan wilayah dan populasi yang lebih besar misalnya satu kecamatan sehingga dapat memberikan gambaran partisipasi masyarakat ke Posyandu pada wilayah yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar. b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu, yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini misalnya variabel jumlah anak, status menikah, persepsi responden terhadap kelengkapan Posyandu, persepsi ibu terhadap pelayanan Posyandu, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2002. Semarang: Penerbit CV. Asy-Syifa Arinta, Fitriyah Rahayu 2010. Partisipasi Ibu dan Kader Dalam Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Kaitannya dengan Tingkat Kepatuhan Ibu Balita. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB Ariawan Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan. FKM UI Birwin, Alib. 2001. Karakteristik Keluarga yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balita yang Berkunjung ke Posyandu di Desa Bojong Baru Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun 2001. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI BPS. 2006. Integrasi Indikator Gizi dalam Susesnas Tahun 2005. Jakarta: BPS Atmarita, Fallah, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat didalam Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII; 17-24 Mei 2004. Jakarta Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2. Yogjakarta: Pustaka Belajar Depkes RI. 2000. Buku Kader UPGK. Depkes RI. Jakarta ________. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta ________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI _______. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta _______. 2009. Buku Saku Gizi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes RI
134
135
________. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga. Departemen Kesehatan RI Dinkes Tangsel. 2009. Laporan Bulanan SKDN di Wilayah Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Jakarta Eddy. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu Kabupaten Aceh Timur Tahun 1999. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI Forum Koordinasi Jaringan Informasi Pangan dan Gizi. 2009. Kader Posyandu, Mewujudkan Keluarga Sehat. Jakarta. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RIGabriel Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa Cikarawang Bogor. Skripsi. Prodi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB. Bogor Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia Harianto, Bambang. 1992. Hubungan Karakteristik Ibu Balita dan Lingkungan Posyandu dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program UPGK. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI Hartono, Bambang. 2006. Modul dan Materi Promosi Kesehatan Untuk Politeknik/D3 Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan-Depkes RI Hasan, Abdul Gani. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibuibu yang Memiliki Anak Balita ke Posyandu di Kabupaten Bogor Tahun 2005. Skripsi. FKM UI Hela. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Serat Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi. Prodi Kesmas FKIK UIN Juarsa, Kodiat. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu Wilayah I Kabupaten Pandenglang Tahun 2004. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI Khalimah Umi. 2007. Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
136
Khomsan Ali. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Msyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB Bogor Khomsan, Ali et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan dan dampak Terhadap Status Gizi. Departemen Gizi Masyarakat. IPB ____________. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu Serta Perbaikan Gizi Balita. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. IPB Maharsi, Retno. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Balita Datang ke Posyandu Di Wilayah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi Tahun 2007. Tesis. FKM UI Marsigit, Wuri. 2004. Inventerisasi Jenis Taaman Sumber Zat Gizi yang Dibudidayakan Petani dan Kontribusinya terhada Konsumsi Gizi Keluarga. Jurnal Akta Agrosia Vol 7 No. 1, 23 Jan-Juni 2004 Maulana Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Moersintowati, et al. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI Ningsih Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi serta Hubungannya dengan Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi. Prodi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB. Bogor Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rhineka Cipta _________. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rhineka Cipta _______. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta _________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta Pusat Bahasa, Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka Puskesmas Ciputat Timur. 2009. Laporan Tahunan SKDN di Kecamatan Ciputat Timur. Tangerang Selatan
137
Pradianto, Tuti. 1989. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat Pada Tahun 1989. Tesis. Pasca Sarjana UI Reportase Majalah Gemari Edisi 62/VII/2006. Posyandu Plus Tempat Awal Pembentukan SDM Unggul. Diakses dari http://www.damandiri.or.id/file/buku/bukuharyonoposdayabab2d.pdf, pada tanggal 21 Januari 2011 pukul 22.01 WIB. Riyanto, Agus. 2009. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan. Cimahi: Niftra Media Press. Sabri Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sambas, Gun-gun. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibuibu Anak Balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI Sembiring Nasab. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an. Jakarta: Lentera Hati Soediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Thaha, Ridwan M. 1990. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek Penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI Torik. 2005. Peranan Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus Di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36. 2009. Kesehatan. Jakarta. Diakses dari www.google.com pada tanggal 01 Juli 2009, pukul 13.32 WIB
138
Widiastuti, I Gusti AAM. 2006. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar, Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Universitas Gadjah Mada.Yogjakarta Widiastuti, Atin 2007. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Diakses dari www.libraryunes.com pada tanggal 22 April 2010, pukul 14.21 WIB Wijaya Awi Mulyadi. 2009. MDG 4, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita. Diakses dari www.infodokterku.com, pada tanggal 10 juni 2010 pukul 22.36 WIB.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA Nama
: Nurul Hidayati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Jeunieb, 04 Agustus 1988
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Blang Mee Timu, Jln. Banda Aceh – Medan, KM. 190, Kec. Jeunieb, Kab. Bireuen, Prov. Aceh, 24263
Email
:
[email protected]
Nomor HP
: 085260612318
PENDIDIKAN FORMAL
1992 - 1994
: TK Jeunieb
1994 - 2000
: MIN Jeunieb
2000 - 2003
: MTsN Jeunieb
2003 - 2006
: MAS Jeumala Amal
2006 – 2010
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat.
viii
LAMPIRAN 2 KUESIONER PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya “Nurul Hidayati” mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu Di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”. Untuk itu saya memohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner ini. Kejujuran ibu dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban ibu akan saya rahasiakan. Atas perhatian dan kerja sama ibu, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. No. Responden : Tanggal Wawancara : A. Identitas Responden 1. Nama Ibu
:
2. Umur ibu
:
3. Nama Anak
:
4. Umur Anak
:
5. Alamat
:
6. No. telp/Hp
:
B. PENDIDIKAN NO 1
PERTANYAAN Apa pendidikan Ibu terakhir? a. Tidak sekolah d. Tamat SMA b. Tamat SD e. Tamat Perguruan Tinggi c. Tamat SMP
Kode (Diisi Peneliti) [ ] B1
C. STATUS BEKERJA NO 1
PERTANYAAN Apa pekerjaan Ibu ? a. Guru
c. Ibu Rumah Tangga
b. Dagang
d. Lainnya, sebutkan………
Kode (Diisi Peneliti) [ ] C1
D. PENGETAHUAN Pilihlah Salah Satu Jawaban Dibawah Ini yang Menurut Anda Benar! 1 Kepanjangan dari POSYANDU adalah…… [
] D1
a. Pos pelayanan kesehatan ibu dan balita b. Pos pelayanan terpadu 2
Manfaat dari kegiatan di Posyandu adalah……..
[
] D2
[
] D3
[
] D4
[
] D5
[
] D6
a. Memberi pelayanan kesehatan kepada ibu dan balita b. Hanya untuk melakukan penimbangan anak balita 3
Biasanya anak balita rutin di timbang di posyandu adalah….. a. Seminggu sekali b. Sebulan sekali
4
Menurut Ibu, kegiatan apa saja yang dilaksanakan di posyandu? (Jawaban boleh lebih dari 1) a. Penimbangan balita
c. Imunisasi
b. Pemberian Vitamin A
d. Pemeriksaan ibu hamil
c. Pelayanan KB 5
Menurut ibu, anak umur berapakah yang perlu ditimbang? a. Anak umur 0-5 tahun b. Bayi saja umur (0-1 tahun) c. Semua anak
6
Apa tujuan ibu datang ke posyandu selain menimbang berat badan dan imunisasi anak? a. Memeriksa kesehatan anak b. Bertemu dengan para ibu balita yang lain
7
Bila anak balita ibu terlihat sudah sehat dan gemuk, apakah masih
[
] D7
[
] D8
[
] D9
[
] D10
[
] E1
perlu ditimbang di posyandu? a. Ya b. Tidak 8
Menurut Ibu, program apa yang sebaiknya dilakukan di Posyandu agar anak balita tidak mudah sakit? a. Menimbang berat badan anak balita secara rutin b. Imunisasi
9
Menurut Ibu, kapan sebaiknya anak pertama kali ditimbang? a. Sejak lahir b. Kapan saja
10
Apa tujuan utama pemberian makanan tambahan bagi anak balita di posyandu? a. Agar anak tidak rewel b. Mencukupi kebutuhan gizi anak
E. PENDAPATAN KELUARGA 1
Berapa penghasilan keluarga (penghasilan ayah dan atau ibu) dalam sebulan? a. Penghasilan keluarga kurang dari Rp. 1.117.245/bln b. Penghasilan keluarga lebih dari Rp. 1.117.245/bln
F. SIKAP IBU Petunjuk Pengisian Jawaban Berikut: SS
artinya Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
S
artinya Anda Setuju dengan pernyataan
TS
artinya Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
STS
artinya Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan sebagai berikut: Kode No PERYATAAN SS S TS STS (Diisi Peneliti) 1 Saya tidak membawa anak saya ke [ ] F2 Posyandu karena sibuk bekerja 2
Anak balita saya harusnya secara rutin
[
] F4
[
] F5
[
] F6
[
] F7
[
] F8
[
] F9
dibawa ke posyandu 3
Saya ke posyandu ketika ada pemberian vitamin A secara gratis dari kader
4
Saya ke posyandu ketika ada pemberian makanan tambahan secara gratis dari kader
5
Menurut saya, Posyandu adalah salah satu tempat yang cocok bagi masyarakat untuk mengetahui
pertumbuhan
dan
perkembangan anak balita 6
Saya jarang ke Posyandu karena takut anak saya akan demam atau sakit setelah di imunisasi
7
Menurut saya, kegiatan yang ada di Posyandu dapat membantu ibu dan balita dalam memelihara kesehatannya
8
Saya hanya ke posyandu ketika ada teman
[
] F10
yang mengajak Sumber: Modifikasi dari penelitian Sambas (2002) dan peneliti. G. JARAK DARI RUMAH KE POSYANDU NO 1
PERTANYAAN Menurut Ibu, jauhkah jarak dari rumah Ibu ke Posyandu?
Kode (Diisi Peneliti) [ ] G1
a. Dekat b. Jauh 2
Berapa menit kira-kira perjalanan dari rumah ibu ke Posyandu?
[
] G2
[
] G3
[
] H1
[
] I1
a. Kurang dari 10 menit b. Lebih dari 10 menit 3
Biasanya Ibu datang ke Posyandu, menggunakan apa? a. Berjalan kaki b. Memakai Kenderaan
H. KEPEMILIKAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) 1
Apakah anak balita Ibu memiliki KMS? a. Ya b. Tidak, alasannya……..
I. PARTISIPASI KE POSYANDU 1
Berapa kali anak Ibu dibawa ke Posyandu dalam 6 bulan terakhir ini ? a. 1-3 kali berturut-turut b. 4-6 kali berturut-turut
J. PERILAKU KADER Petunjuk Pengisian Jawaban Berikut: SS
artinya Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
S
artinya Anda Setuju dengan pernyataan
TS
artinya Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
STS
artinya Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan sebagai berikut: Kode No PERYATAAN SS S TS STS (Diisi Peneliti) 1 Menurut saya, kader bersikap [ ] J1 ramah/senyum hanya pada kelompok ibu tertentu di posyandu 2
Kader selalu mengajak ibu balita ke
[
] J2
[
] J3
[
] J4
[
] J5
[
] J6
posyandu untuk menimbang balita 3
Menurut saya, tidak semua kader ikut dalam kegiatan di posyandu
4
Kader sering menanyakan ketidak hadiran ibu balita dalam kegiatan posyandu
5
Kader bersikap ramah ketika memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu di Posyandu
6
Kader tidak peduli ketika ada anak balita yang berat badannya tidak naik dari bulan yang lalu
K. PERILAKU PETUGAS KESEHATAN 1
Menurut saya, petugas kesehatan selalu
SS
S
TS STS
Kode (Diisi Peneliti) [ ] K1
hadir ketika kegiatan Posyandu berlangsung 2
Menurut saya, petugas kesehatan tidak menanyakan alasan mengapa ibu balita tidak hadir ke Posyandu
[
] K2
No 4
PERYATAAN
SS
S
TS STS
Menurut saya, petugas kesehatan bersikap ramah
ketika
memberikan
Kode (Diisi Peneliti) [ ] K4
pelayanan
kesehatan 5
Menurut saya, petugas kesehatan yang
[
] K5
[
] K6
datang ke posyandu selalu perhatian dengan semua ibu balita 6
Menurut saya, petugas kesehatan yang datang ke posyandu kurang akrab dengan semua ibu balita
L. PERILAKU TOKOH MASYARAKAT 1
SS
S
TS STS
Menurut saya, ibu RT/RW jarang mengajak
Kode (Diisi Peneliti) [ ] L1
ibu balita ke posyandu 2
Menurut
saya,
ibu
RT/RW
sering
[
] L2
[
] L3
[
] L4
[
] L5
[
] L6
menanyakan sebab ketidakhadiran ibu balita ke Posyandu 3
Menurut
saya,
ibu
RT/RW
selalu
ramah/senyum pada semua ibu balita di Posyandu 4
Menurut
saya,
ibu
RT/RW
kurang
menjelaskan manfaat dari kegiatan di Posyandu 5
Menurut saya, ibu RT/RW tidak peduli dengan kegiatan Posyandu yang ada
6
Menurut saya, ibu RT/RW selalu ikut hadir ketika ada kegiatan Posyandu TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA…..!
LAMPIRAN 3 ANALISIS UNIVARIAT PartisipasiIbu Frequency Valid
Tidak aktif
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
141
63.5
63.5
63.5
Aktif
81
36.5
36.5
100.0
Total
222
100.0
100.0
Umur_New Frequency Valid <20 atau >29 t ahun
Valid Percent
Cumulative Percent
124
55.9
55.9
55.9
98
44.1
44.1
100.0
222
100.0
100.0
20-29 tahun Total
Percent
Pendidikan_New Frequency Valid
Rendah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
79
35.6
35.6
35.6
Tinggi
143
64.4
64.4
100.0
Total
222
100.0
100.0
Peng_New Frequency Valid
Kurang
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
65
29.3
29.3
29.3
Baik
157
70.7
70.7
100.0
Total
222
100.0
100.0
SikapIbu_New Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Baik
106
47.7
47.7
47.7
Baik
116
52.3
52.3
100.0
Total
222
100.0
100.0
Pekrjaan_New Frequency Valid
Bekerja
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
40
18.0
18.0
18.0
Tidak Bekerja
182
82.0
82.0
100.0
Total
222
100.0
100.0
Pndpatan_New Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Cukup
123
55.4
55.4
55.4
Kurang
99
44.6
44.6
100.0
222
100.0
100.0
Total
Jarak_New Frequency Valid
Jauh
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
3.6
3.6
3.6
Dekat
214
96.4
96.4
100.0
Total
222
100.0
100.0
KpmlknKMS_New Frequency Valid
Tidak Ada
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
34
15.3
15.3
15.3
Ada
188
84.7
84.7
100.0
Total
222
100.0
100.0
perilakuKader_New Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Baik
108
48.6
48.6
48.6
Baik
114
51.4
51.4
100.0
Total
222
100.0
100.0
Petugas_new2 Frequency Valid
Tidak Baik
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
51
23.0
23.0
23.0
Baik
171
77.0
77.0
100.0
Total
222
100.0
100.0
tokoh_new2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Baik
101
45.5
45.5
45.5
Baik
121
54.5
54.5
100.0
Total
222
100.0
100.0
ANALISIS BIVARIAT Umur_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Umur_New
<20 atau >29 t ahun
Count % within Umur_New
20-29 tahun
Count % within Umur_New
Total
Count % within Umur_New
Aktif
Total
82
42
124
66.1%
33.9%
100.0%
59
39
98
60.2%
39.8%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.363
.593
1
.441
.828
1
.363
.829 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.401 .825
1
.364
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35.76. b. Computed only for a 2x2 table
.220
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Umur_New (<20 atau >29 t ahun / 20-29 tahun) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.291
.745
2.236
1.098 .851
.895 .602
1.348 1.203
222
Pendidikan_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Pendidikan_New
Rendah
Count % within Pendidikan_New
Tinggi
32
79
59.5%
40.5%
100.0%
94
49
143
65.7%
34.3%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Count % within Pendidikan_New
Total
47
Count % within Pendidikan_New
Total
Aktif
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.355
.607
1
.436
.850
1
.357
.855 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (1sided)
.384 .851
1
.218
.356
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.82. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pendidikan_New (Rendah / Tinggi) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
.766
.434
1.349
.905
.728
1.124
1.182
.832
1.679
222
Peng_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Peng_New
Kurang
Count % within Peng_New
Baik
% within Peng_New Count % within Peng_New
Total
43
22
65
66.2%
33.8%
100.0%
98
59
157
62.4%
37.6%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Count
Total
Aktif
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2sided)
a
1
.599
.139
1
.709
.278
1
.598
.276 b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (1sided)
.648 .275
1
.600
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.72. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Peng_New (Kurang / Baik) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.177
.641
2.159
1.060
.857
1.310
.901
.607
1.337
222
.357
SikapIbu_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif SikapIbu_New
Tidak Baik
Count % within SikapIbu_New
Baik
% within SikapIbu_New
34
106
67.9%
32.1%
100.0%
69
47
116
59.5%
40.5%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Count % within SikapIbu_New
Total
72
Count
Total
Aktif
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.192
1.358
1
.244
1.709
1
.191
1.703 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
.211
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (1sided)
1.696
b
1
.193
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.68. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for SikapIbu_New (Tidak Baik / Baik) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.442
.831
2.503
1.142
.936
1.394
.792
.556
1.128
222
.122
Pekrjaan_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Pekrjaan_New
Bekerja
Count % within Pekrjaan_New
Tidak Bekerja Total
29
11
40
27.5%
100.0%
112
70
182
61.5%
38.5%
100.0%
Count % within Pekrjaan_New
Total
72.5%
Count % within Pekrjaan_New
Aktif
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-sided)
a
1
.192
1.260
1
.262
1.759
1
.185
1.700 b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test
.210
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (1sided)
1.693
b
1
.193
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.59. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pekrjaan_New (Bekerja / Tidak Bekerja) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.648
.774
3.508
1.178
.943
1.472
.715
.418
1.222
222
.130
Pndpatan_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Pndpatan_New
Cukup
Count % within Pndpatan_New
Kurang Total
79
44
123
35.8%
100.0%
62
37
99
62.6%
37.4%
100.0%
Count % within Pndpatan_New
Total
64.2%
Count % within Pndpatan_New
Aktif
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.805
.011
1
.915
.061
1
.805
.061 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.889
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (1sided)
.060
b
1
.806
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.12. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pndpatan_New (Cukup / Kurang) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.071
.619
1.856
1.026
.839
1.254
.957
.676
1.356
222
.457
KepemilikanKMS_New* PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif KpmlknKMS Tidak Ada _New Ada
Count % within KpmlknKMS_New Count % within KpmlknKMS_New
Total
Count % within KpmlknKMS_New
Aktif
Total
27
7
34
79.4%
20.6%
100.0%
114
74
188
60.6%
39.4%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.036
3.606
1
.058
4.716
1
.030
4.379 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.052
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
4.359
b
1
.037
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.41. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for KpmlknKMS_New (Tidak Ada / Ada) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
2.504
1.037
6.044
1.310
1.065
1.610
.523
.264
1.036
222
Exact Sig. (1-sided)
.026
PerilakuKader_New * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif PerilakuKader_New Tidak Baik
Count % within SikapKader_New
Baik
% within SikapKader_New
37
108
65.7%
34.3%
100.0%
70
44
114
61.4%
38.6%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Count % within SikapKader_New
Total
71
Count
Total
Aktif
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.502
.282
1
.595
.451
1
.502
.450 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
.577
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (1sided)
.448
b
1
.503
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.41. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for PerilakuKader_New (Tidak Baik / Baik) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.206
.697
2.086
1.071
.877
1.307
.888
.626
1.258
222
.298
Ptugas_new2 * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif Ptugas_new2
Tidak Baik
Count % within Ptugas_new2
Baik
Count % within Ptugas_new2
Total
Count % within Ptugas_new2
Aktif
Total
36
15
51
70.6%
29.4%
100.0%
105
66
171
61.4%
38.6%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-sided)
a
1
.232
1.061
1
.303
1.464
1
.226
1.430 b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (1sided)
.251 1.424
1
.233
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.61. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Ptugas_new2 (Tidak Baik / Baik) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
1.509
.767
2.967
1.150
.929
1.423
.762
.479
1.214
222
.151
tokoh_new2 * PartisipasiIbu Crosstab PartisipasiIbu Tidak aktif tokoh_new2
Tidak Baik
Count % within tokoh_new2
Baik
% within tokoh_new2 Count % within tokoh_new2
Total
74
27
101
73.3%
26.7%
100.0%
67
54
121
55.4%
44.6%
100.0%
141
81
222
63.5%
36.5%
100.0%
Count
Total
Aktif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
df a
1
.006
6.855
1
.009
7.718
1
.005
7.607 b
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
.008
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
7.573
b
1
.006
222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.85. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for tokoh_new2 (Tidak Baik / Baik) For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif For cohort PartisipasiIbu = Aktif N of Valid Cases
Lower
Upper
2.209
1.252
3.898
1.323
1.085
1.614
.599
.410
.875
222
.004
ANALISIS MULTIVARIAT Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak aktif Aktif
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif
Aktif
Percentage Correct
141
0
100.0
81
0
.0
Aktif Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. -.554
.139
Wald 15.807
df
Sig. 1
Exp(B) .000
.574
Variables not in the Equation
Score Step 0
Variables
.829
1
.363
Pendidikan_New
.855
1
.355
Peng_New
.276
1
.599
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
.061
1
.805
4.379
1
.036
.450
1
.502
Ptugas_new2
1.430
1
.232
tokoh_new2
7.607
1
.006
16.622
10
.083
KpmlknKMS_New PerilakuKader_New
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
df
Sig.
Step
17.685
10
.061
Block
17.685
10
.061
Model
17.685
10
.061
Model Summary
Step 1
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood 273.652
Sig.
Umur_New
Pndpatan_New
Step 1
df
a
.077
Nagelkerke R Square .105
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
125
16
88.7
60
21
25.9
Overall Percentage
65.8
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
Umur_New
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.293
.302
.943
1
.332
1.341
.816
2.203
Pendidikan_New
-.165
.324
.258
1
.612
.848
.497
1.446
Peng_New
-.150
.344
.189
1
.664
.861
.489
1.517
SikapIbu_New
.488
.319
2.348
1
.125
1.630
.965
2.752
Pekrjaan_New
.540
.413
1.710
1
.191
1.717
.870
3.387
Pndpatan_New
.062
.307
.040
1
.841
1.064
.642
1.762
KpmlknKMS_New
.951
.469
4.106
1
.043
2.589
1.196
5.604
PerilakuKaderNew
-.230
.337
.466
1
.495
.794
.456
1.384
Ptugas_new2
.039
.390
.010
1
.921
1.040
.547
1.976
tokoh_new2
.856
.326
6.881
1
.009
2.353
1.376
4.023
.767 10.102
1
.001
.087
Constant
-2.438
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, Pndpatan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, Ptugas_new2, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak aktif Aktif
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
.139
Wald
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
Umur_New
.829
1
.363
Pendidikan_New
.855
1
.355
Peng_New
.276
1
.599
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
Pndpatan_New
.061
1
.805
4.379
1
.036
KpmlknKMS_New PerilakuKader_New tokoh_new2 Overall Statistics
.450
1
.502
7.607
1
.006
16.610
9
.055
Exp(B) .574
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
17.675
9
.039
Block
17.675
9
.039
Model
17.675
9
.039
Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
273.662
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.077
.105
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
124
17
87.9
60
21
25.9
Overall Percentage
65.3
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
Umur_New
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.293
.302
.939
1
.333
1.340
.815
2.201
Pendidikan_New
-.170
.320
.281
1
.596
.844
.498
1.429
Peng_New
-.151
.344
.192
1
.661
.860
.488
1.515
SikapIbu_New
.490
.318
2.376
1
.123
1.633
.968
2.755
Pekrjaan_New
.542
.413
1.718
1
.190
1.719
.871
3.391
Pndpatan_New
.060
.306
.039
1
.844
1.062
.642
1.758
KpmlknKMS_New
.955
.468
4.164
1
.041
2.599
1.203
5.611
PerilakuKader_Ne w
-.223
.329
.458
1
.498
.800
.466
1.375
.863
.319
7.325
1
.007
2.369
1.403
4.002
.734 10.847
1
.001
.089
tokoh_new2 Constant
-2.416
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
124
17
87.9
60
21
25.9
Overall Percentage
65.3
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, Pndpatan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak aktif Aktif
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0 63.5
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
Wald
.139
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Umur_New
.829
1
.363
Pendidikan_New
.855
1
.355
Peng_New
.276
1
.599
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
.450
1
.502
7.607
1
.006
16.583
8
.035
PerilakuKader_New tokoh_new2 Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
17.637
8
.024
Block
17.637
8
.024
Model
17.637
8
.024
Model Summary
Step 1
Sig.
-2 Log likelihood 273.701
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square .076
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
.105
Exp(B) .574
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
125
16
88.7
60
21
25.9
Overall Percentage
65.8
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
Umur_New
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.291
.302
.928
1
.335
1.337
.814
2.196
Pendidikan_New
-.184
.312
.351
1
.554
.832
.498
1.388
Peng_New
-.156
.343
.207
1
.649
.855
.487
1.504
SikapIbu_New
.487
.318
2.352
1
.125
1.628
.965
2.745
Pekrjaan_New
.546
.413
1.750
1
.186
1.726
.876
3.402
KpmlknKMS_New
.947
.466
4.130
1
.042
2.578
1.198
5.550
PerilakuKaderNew
-.224
.329
.462
1
.497
.800
.465
1.374
.864
.319
7.362
1
.007
2.374
1.405
4.008
.696 11.612
1
.001
.093
tokoh_new2 Constant
-2.371
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak aktif Aktif
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
.139
Wald
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
Umur_New
.829
1
.363
Pendidikan_New
.855
1
.355
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
.450
1
.502
7.607
1
.006
16.395
7
.022
PerilakuKader_New tokoh_new2 Overall Statistics
Exp(B) .574
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
17.430
7
.015
Block
17.430
7
.015
Model
17.430
7
.015
Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
273.908
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.076
.103
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
126
15
89.4
62
19
23.5
Overall Percentage
65.3
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
Umur_New Pendidikan_New
S.E.
.268
.297
Wald
df
Sig.
.815
1
.367
Exp(B)
Lower
Upper
1.308
.802
2.133
-.192
.311
.382
1
.537
.825
.495
1.376
SikapIbu_New
.460
.312
2.180
1
.140
1.584
.949
2.645
Pekrjaan_New
.543
.412
1.734
1
.188
1.721
.873
3.391
KpmlknKMS_New
.930
.464
4.017
1
.045
2.536
1.182
5.442
PerilakuKaderNew
-.232
.328
.501
1
.479
.793
.462
1.360
.844
.315
7.189
1
.007
2.326
1.386
3.903
-2.420
.688
12.357
1
.000
.089
tokoh_new2 Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak aktif Aktif
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
-.554
S.E. .139
Wald 15.807
df
Sig. 1
.000
Exp(B) .574
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
Umur_New
df
Sig.
.829
1
.363
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
.450
1
.502
7.607
1
.006
16.041
6
.014
PerilakuKader_New tokoh_new2 Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
17.049
6
.009
Block
17.049
6
.009
Model
17.049
6
.009
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 274.288
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.074
.101
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Overall Percentage a. The cut value is .500
Percentage Correct
Aktif
125
16
88.7
63
18
22.2 64.4
Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Umur_New
.280
.297
.888
1
.346
1.322
.812
2.154
SikapIbu_New
.449
.311
2.084
1
.149
1.566
.939
2.612
Pekrjaan_New
.601
.402
2.240
1
.134
1.824
.942
3.532
KpmlknKMS_New
.918
.463
3.932
1
.047
2.504
1.169
5.363
PerilakuKaderNew
-.243
.328
.549
1
.459
.784
.457
1.345
.853
.315
7.349
1
.007
2.348
1.399
3.940
-2.578
.641
16.193
1
.000
.076
tokoh_new2 Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Tidak aktif Aktif
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Aktif Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
Wald
.139
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
Umur_New
df
.829
1
.363
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
tokoh_new2
7.607
1
.006
15.575
5
.008
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
16.497
5
.006
Block
16.497
5
.006
Model
16.497
5
.006
Model Summary Step 1
Sig.
-2 Log likelihood 274.841
a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.072
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
.098
Exp(B) .574
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
125
16
88.7
53
28
34.6
Overall Percentage
68.9
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Umur_New
.255
.294
.750
1
.386
1.290
.795
2.093
SikapIbu_New
.373
.292
1.622
1
.203
1.451
.897
2.348
Pekrjaan_New
.604
.400
2.282
1
.131
1.829
.948
3.531
KpmlknKMS_New
.913
.463
3.893
1
.048
2.492
1.164
5.333
tokoh_new2
.776
.296
6.885
1
.009
2.173
1.336
3.534
-2.606
.637
16.717
1
.000
.074
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Tidak aktif Aktif
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Aktif Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
Wald
.139
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
SikapIbu_New
1.703
1
.192
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
tokoh_new2
7.607
1
.006
14.856
4
.005
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
15.746
4
.003
Block
15.746
4
.003
Model
15.746
4
.003
Model Summary Step 1
Sig.
-2 Log likelihood 275.591
a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.068
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
.094
Exp(B) .574
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
125
16
88.7
53
28
34.6
Overall Percentage
68.9
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
SikapIbu_New
.383
.292
1.720
1
.190
1.466
Pekrjaan_New
.567
.397
2.042
1
.153
KpmlknKMS_New
.951
.460
4.270
1
.039
tokoh_new2
.766
.295
6.748
1
.622 16.095
1
Constant
-2.494
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Tidak aktif Aktif
Internal Value 0 1
Upper
.907
2.368
1.763
.918
3.388
2.588
1.214
5.517
.009
2.152
1.325
3.495
.000
.083
a. Variable(s) entered on step 1: SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Lower
Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Aktif Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
Wald
.139
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Pekrjaan_New
1.700
1
.192
KpmlknKMS_New
4.379
1
.036
tokoh_new2
7.607
1
.006
13.322
3
.004
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
14.013
3
.003
Block
14.013
3
.003
Model
14.013
3
.003
Model Summary Step 1
Sig.
-2 Log likelihood 277.324
a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.061
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
.084
Exp(B) .574
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Overall Percentage
63.5
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Pekrjaan_New
.527
.394
1.788
1
.181
1.694
.886
3.240
KpmlknKMS_New
.925
.457
4.103
1
.043
2.522
1.190
5.344
tokoh_new2
.782
.294
7.085
1
.008
2.185
1.348
3.541
-2.241
.582
14.824
1
.000
.106
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 222
100.0
0
.0
222 0 222
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value Tidak aktif Aktif
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 0
Tidak aktif
PartisipasiIbu
Tidak aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Aktif Overall Percentage
63.5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-.554
Wald
.139
df
Sig.
15.807
1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
4.379
1
.036
tokoh_new2
7.607
1
.006
11.559
2
.003
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
12.142
2
.002
Block
12.142
2
.002
Model
12.142
2
.002
Model Summary Step 1
Sig.
KpmlknKMS_New
-2 Log likelihood 279.195
a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.053
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
.073
Exp(B) .574
Classification Table
a
Predicted PartisipasiIbu Observed Step 1
PartisipasiIbu
Tidak aktif Tidak aktif Aktif
Percentage Correct
Aktif
141
0
100.0
81
0
.0
Overall Percentage
63.5
a. The cut value is .500 Variables in the Equation 90.0% C.I.for EXP(B) B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
KpmlknKMS_New
.904
.455
3.940
1
.047
2.470
1.168
5.223
tokoh_new2
.785
.292
7.205
1
.007
2.192
1.355
3.547
.465 14.750
1
.000
.167
Constant
-1.788
a. Variable(s) entered on step 1: KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
LAMPIRAN 4 PERUBAHAN NILAI OR PADA UJI MULTIVARIAT model1
model2
OR
model3
OR
model4
OR
model5
OR
model6
OR
model7
OR
model8
OR
model9
OR
Umur
1.341
1.34
-0.06
1.337
-0.25
1.308
-2.43
1.322
-1.353
1.29
-3.76
-
-
-
-
-
-
Pendidikn
0.848
0.844
-0.51
0.832
-1.96
0.825
-2.7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pengetahun
0.861
0.86
-0.12
0.855
-0.65
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sikap ibu
1.63
1.633
0.199
1.628
-0.1
1.584
-2.78
1.566
-3.876
1.451
-10.9
1.466
-10
-
-
-
-
Pekerjaan
1.717
1.719
0.123
1.726
0.549
1.721
0.254
1.824
6.28
1.829
6.567
1.763
2.725
1.694
-1.307
-
-
Pendapatan
1.064
1.062
-0.16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
KMS
2.589
2.599
0.367
2.578
-0.41
2.536
-2.06
2.504
-3.275
2.492
-3.77
2.588
-0.04
2.522
-2.602
2.47
-4.617
Kader
0.794
0.8
0.748
0.8
0.664
0.793
-0.21
0.784
-1.272
-
-
-
-
-
-
-
-
Petugas
1.04
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tokoh
2.353
2.369
0.701
2.374
0.881
2.326
-1.15
2.348
-0.226
2.173
-7.65
2.152
-8.55
2.185
-7.138
2.192
-6.816