STIKES NGUDI WALUYO JURNAL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT IBU TERHADAP KUNJUNGAN KE POSYANDU DI KELURAHAN KEMBANGARUM KOTA SEMARANG TAHUN 2014
Oleh : INDAH KUSUMA WATI NIM : 030112b028
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2014
1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT IBU TERHADAP KUNJUNGAN KE POSYANDU DI KELURAHAN KEMBANGARUM KOTA SEMARANG TAHUN 2014 dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu nilai p value 0,174 dan 0,718. Kader diharapkan lebih bervariasi dalam memberikan pelayanan posyandu, tidak hanya mendaftar, menimbang, mencatat, dan memberikan makanan tambahan tetapi ada berbagai variasi seperti lomba balita dan pemantauan perkembangan intelegensia.
ABSTRAK Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012 jumlah balita yang ditimbang sebesar 86.904 (78,5%) dari jumlah 110.694. Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke posyandu adalah minat ibu. Minat ibu datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu seperti umur, pekerjaan dan pendidikan ibu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke ke Posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasionl dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proposional sampling yaitu seluruh ibu balita yang
Kata kunci : Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pelayanan kader, Minat kunjungan ke Posyandu
ABSTRACT One indication of using health services is the activeness of the society of the come to health center. Based on the data from Semarang Health Office in 2012, the weighed children were 86 904 (78.5%) of 110 694. One of the factors that influence the visits to the Posyandu is the interest of the mother. The interest at the mother to come to the Posyandu to examine her child is heavily influenced by as age, occupation and mother's education. The purpose of this study is to determine the factors associated with mothers’ interest to visit Posyandu (integrated health care) in Kembangarum Semarang. The research design used descriptive correlational with cross sectional approach. Sampling used the proportional sampling to an of the children’s mother visiting 12 Posyandu in Kembangarum Semarang in June 2014 as many as 1101. Data were collected by using questionnaires and bivariate analysis used Chi square test. The results showed the majority of the respondents as many as 259
berkunjung ke 12 posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang pada bulan Juni 2014 sebanyak 1101. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan analisa bivariat menggunakan uji Chi square . Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden SLTA sebanyak 259 responden (89,3%), sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 204 responden (70,3%), sebagian besar pelayanan kader dalam kegiatan posyandu cukup sebanyak 207 responden (71,4%), sebagian besar responden berminat mengunjungi posyandu sebanyak 269 responden (92,8%), Ada hubungan antara umur dan pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu p value 0,000 dan 0,024. Tidak ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan 2
respondents (89,3%) having senior high school education, most of the respondents were housewives as many as 204 respondents (70.3%), most of the cadres activities were in sufficient faregory as many as 207 respondents (71,4%) , most of the respondents interested in visiting Posyandu as many as 269 respondents (92.8%). There is a relationship between age and cadres’ services with mothers’ interest in visiting Posyandu with p value 0.000 and 0.024. There was no relationship between education and work with the mothers’ interest to visit to Posyandu with p value 0.174 and 0.718. Kader expected to be more varied in Posyandu center providing services, not just sign up, weigh, record, and provide additional food but there are many variations such as race toddler and monitoring the development of intelligence.
cukup tinggi yaitu di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007). Upaya pencapaian kemandirian masyarakat dibidang kesehatan, peran serta masyarakat sangat mutlak diperlukan terutama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (prefentif), penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) baik secara tersendiri maupun menyeluruh. Peran serta masyarakat erat kaitanya dalam pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang optimal perlu dilakukan upaya terarah dan berkelanjutan sejak janin masih dalam kandungan sampai usia lanjut. Salah satu upaya yang digunakan adalah menanamkan kesadaran ibu-ibu dan anggota masyarakat lainnya terhadap pentingnya kesehatan anak dengan menggunakan posyandu sebagai sarana kesehatan (Depkes RI). Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011). Kegiatan posyandu penting untuk bayi balita, karena tidak terbatas hanya pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makan tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak balita bergizi buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal (Soegianto, 2005). Posyandu menjadi pelayanan kesehatan penting untuk bayi dan balita yang paling awal. Namun pada
Keywords: Age, Education, Employment, Cadres’ Services, Interest to visit to Posyandu
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2004). Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kematian bayi dan balita yang masih tinggi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKB masih berada pada kisaran 34/1.000 kelahiran hidup. Sementara AKB di Jawa Barat masih berada pada level yang 3
kenyataannya di posyandu warga masyarakat sendiri banyak yang tidak memanfaatkan posyandu untuk memantau tumbuh kembang anaknya dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa anak balitanya ke posyandu dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan tumbuh dan kembang pada anak balita (Willis, 2008). Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian (Supariasa, 2002). Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya karena garis pertumbuhan normal seorang balita yang dibuat pada KMS untuk mengetahui seorang anak tumbuh dengan normal atau menyimpang (Departemen Kesehatan, 2003). Dengan cara berkunjung secara teratur ke posyandu untuk ditimbang berat badannya. Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut yang dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan kesehatan posyandu. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di posyandu diperlukan intervensi dari pembina posyandu yaitu puskesmas untuk menjamin pelaksanaan penyuluhan pada ibu bayi dan ibu balita dapat tercapai sesuai dengan target (Werdiningsih, 2001). Tingkat partisipasi masyarakat memeriksakan kesehatan balitanya ke Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) masih rendah. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu lagi dibawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur, selain itu, minimnya kepercayaan para orang tua terhadap kinerja kader Posyandu juga berkorelasi positif terhadap jumlah kunjungan balita
ke posyandu. Padahal posyandu merupakan ujung tombak layanan kesehatan dasar masyarakat. Penimbangan rutin dan penyuluhan kesehatan dari kader posyandu juga penting disadari oleh para orang tua khususnya yang memiliki balita untuk memantau perkembangan kesehatan buah hatinya. Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk: Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan NKKBS, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012 jumlah balita yang ditimbang sebesar 86.904 (78,5%) dari jumlah 110.694. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2007 dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 76.409 (72,26%) dari 105.749 balita dan tahun 2008 dengan jumlah balita ditimbang sebanyak 71.851 (72,33%) dari 99.329 balita. Pencapaian penimbangan balita dan kenaikan berat badan masih belum mencapai target 80%. Jumlah kunjungan paling besar terdapat di Puskesmas Mangkang sebesar 97% dan jumlah kunjungan belum mencapai target salah satunya adalah Puskesmas Manyaran yang menempati urutan terendah yaitu sebesar 79%. Puskesmas Manyaran terdiri dari 3 wilayah kerja, diantaranya adalah kelurahan kembangarum. Dari ketiga wilayah kerja tersebut, kelurahan kembangarum yang memiliki cakupan kunjungan posyandu terendah dan belum mencapai target kunjungan. Kelurahan Kembangarum mempunyai 12 posyandu, dengan jumlah bayi dan balita sebanyak 1101. Namun setiap kegiatan posyandu berlangsung pada beberapa posyandu yang jumlah kunjungan untuk menimbang ada yang belum mencapai target kunjungan (80%). Dari keterangan 4
bidan desa setempat diperoleh bayi dan balita yang tidak datang ke posyandu dikarenakan minat ibu, yang kebanyakan dipengaruhi oleh umur, pekerjaan yang sibuk, dan tingkat pendidikan yang rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke posyandu adalah minat ibu. Minat ibu datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu seperti pengetahuan dan pendidikan ibu. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, anak memerlukan sistem pendukung yang terpenting yaitu ibu. Dengan demikian pemahaman dan kesadaran ibu untuk memanfaatkan posyandu sangatlah penting (Wahono, 2010). Disamping pemahaman dan kesadaran ibu akan pentingnya fungsi dan peran posyandu juga minat ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan faktor usia ibu (Zulkifli, 2003). Faktor lain yang mempengaruhi terhadap minat ibu adalah faktor
pengetahuan ibu (Mulyanawati, 2008), dan jumlah paritas (Tracy dan Mamdy, 2008). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Desember 2013 di Kelurahan Kembangarum terhadap 10 orang ibu tentang kunjungan posyandu diperoleh jawaban yaitu 5 orang (50,0%) selalu membawa anaknya ke posyandu dan 3 orang (30,0%) kadang-kadang dan 2 orang (20,0%) tidak pernah. Data yang didapatkan ibu yang tidak pernah membawa anaknya ke posyandu berpendidikan lulus SMA, berumur diatas 30 tahun dan mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke Posyandu di Kelurahan Kembangarum Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang ”.
5
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Faktor-faktor berhubungan minat:
yang dengan
1. Faktor Intern a. Faktor fisiologis (jasmaniah): umur b. Faktor psikologis: intelegensi, bakat, sikap, dan motivasi c. Pendidikan d. Pekerjaan 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan sosial: keluarga, masyarakat, teman, kader. b. Lingkungan non sosial: rumah, sarana, budaya
Minat Ibu terhadap Kunjungan ke Posyandu
Faktor-faktor yang Kunjungan Balita
Mempengaruhi
a. Faktor Predisposisi 1) Pendidikan 2) Pengetahuan 3) Sikap 4) Status Pekerjaan 5) Sosial Budaya b. Faktor Pemungkin 1) Sarana dan Prasarana 2) Jarak Tempat Tinggal c. Faktor Penguat 1) Petugas Kesehatan 2) Dukungan Keluarga 3) Keterampilan dan Keaktifan Kader 4) Lingkungan
Bagan 3.1. Kerangka Teori Sumber : Slameto (2010), Dinkes (2007) Djaiman (2002) dan Notoatmodjo (2012)
6
B. Kerangka Konsep
Umur
Pendidikan Minat Ibu terhadap
Pekerjaan
Kunjungan ke Posyandu
Pelayanan kader
Bagan 3.2 Kerangka Konsep
terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014. 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014. 4. Ada hubungan antara pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014.
Variabel Penelitian Variabel bebas dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang personal hygiene saat menstruasi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku remaja saat menstruasi. Variabel bebas dari penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan kader. Variabel terikat pada penelitian ini adalah minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan minat ibu
7
C. Definisi Operasional Variabel Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pelayanan kader
Minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu
Definisi Operasional Jumlah tahun kehidupan dari lahir sampai dilakukan penelitian Jenjang pendidikan formal terakhir yang dicapai responden yang di cek dengan ijasah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu Pelayanan yang diberikan kader dalam kegiatan posyandu
Keinginan yang mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu
Alat ukur Kuesioner
Kuesioner
Hasil ukur a. Bukan reproduksi sehat : < 20 tahun dan > 35 tahun b. Reproduksi sehat : 20-35 tahun a. Dasar : lulus SD dan lulus SLTP b. Menengah : lulus SLTA c. Tinggi : lulus PT
Kuesioner
Skala Ordinal
Ordinal
a. Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga) b. Bekerja Kuesioner a. Kurang : skor < sebanyak 14 56% pernyataan b. Cukup : skor 56dengan 76% pilihan c. Baik : > 76% jawaban ya dan tidak.
Nominal
Kuesioner a. Kurang berminat : sebanyak 18 < mean pernyataan b. Berminat : ≥ mean dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
Nominal
Ordinal
mana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012).
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang mengambarkan sesuatu kemudian mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, yaitu semua elemen yang ada di wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu 8
balita yang berkunjung ke 12 posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang pada bulan Juli-Agustus sebanyak 1101.
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jenis data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung yaitu dari kuesioner yaitu data tentang umur, pendidikan, pekerjaan,dan pelayanan kader sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian yaitu dari data jumlah ibu yang mempunyai balita. Kuesioner pelayanan kader dan kuesioner minat setiap pernyataan sudah dipersiapkan jawabannya dengan ketentuan yaitu jawabab ya skor 1 dan jawaban tidak skor 0.
Sampel Sampel penelitian ini sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel penelitian ini adalah ibu balita yang berkunjung ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang pada bulan Juli-Agustus 2014. Teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik proposional sampling dimana responden diambil secara random. Rumus proporsi sampel pada masing-masing posyandu digunakan rumus sebagai berikut:
Analisis Data Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara univariat untuk menggambarkan, umur, pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan kader. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square yaitu uji yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable. Rumus Chi Square yang digunakan
Ruang Lingkup Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 7 sampai 24 Juli 2014 dilanjutkan tanggal 4 sampai 7 Agustus 2014. Tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang.
ix
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu balita di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Umur Bukan reproduksi sehat Reproduksi sehat Jumlah
Frekuensi 52 238 290
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur
Persentase (%) 17,9 82,1 100
reproduksi sehat sebanyak 238 responden (82,1%).
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu balita di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pendidikan Dasar Menengah Tinggi Jumlah
Frekuensi 5 254 31 290
Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan menengah
Persentase (%) 81,7 87,6 10,7 100
sebanyak (87,6%).
254 responden
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu balita di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pekerjaan IRT Bekerja Jumlah
Frekuensi 204 86 290
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 204 responden (70,3%). 10
Persentase (%) 70,3 29,7 100
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelayanan kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pelayanan kader Kurang Cukup Baik Jumlah
Frekuensi 4 203 83 290
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar pelayanan kader
Persentase (%) 1,4 70,0 28,6 100
dalam kegiatan posyandu cukup sebanyak 203responden (70,0%).
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan minat ibu terhadap kunjungan ke ibu ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Minat Kurang Berminat Berminat Jumlah
Frekuensi 21 269 290
Berdasarkan tabel 5.5. bahwa sebagian besar responden berminat
Persentase (%) 7,2 92,8 100
mengunjungi posyandu sebanyak 269 responden (92,8%).
Analisis Bivariat Tabel 5.6. Hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Umur
Minat Kurang Berminat Berminat F % f % Bukan reproduksi 11 21,2 41 78,8 sehat Reproduksi sehat 10 4,2 228 95,8 Jumlah 21 7,2 269 92,8
11
Jumlah
f 52
% 100,0
238 290
100,0 100
p value
0,000
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden berumur bukan reproduksi sehat 11 orang (21,2%) kurang berminat ke posyandu dan responden berumur reproduksi sehat 10 orang (4,2%) kurang berminat ke posyandu. Berdasarkan fisher’s exact test dapat dilihat bahwa nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya Ha
diterima sehingga ada hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang. Nilai odd rasio pada penelitain ini 6,11 yang artinya umur reproduksi sehat lebih berminat 6,11 kali lebih besar ke posyandu daripada bukan umur reproduksi sehat.
Tabel 5.7. Hubungan antara pendidikan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pendidikan
Dasar Menengah Tinggi Jumlah
Minat Kurang Berminat f % 4 80,0 13 5,1 4 12,9 21 7,2
Jumlah Berminat
f 1 241 27 269
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden berpendidikan menengah 17 orang (6,6%) kurang berminat ke posyandu dan responden berpendidikan tinggi 4 orang (12,9%) kurang berminat ke posyandu. Berdasarkan uji kormogorov smirnov dapat
% 20,0 94,9 87,1 92,8
f 5 254 31 290
% 100,0 100,0 100,0 100
p value
0,000
dilihat bahwa nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pendidikan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang.
12
Tabel 5.8. Hubungan antara pekerjaan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pekerjaan
IRT Bekerja Jumlah
Minat Kurang Berminat F % 16 7,8 5 5,8 21 7,2
Jumlah Berminat
f 188 81 269
% 92,2 94,2 92,8
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa yang tidak bekerja 16 orang (7,8%) kurang berminat ke posyandu dan responden bekerja 5 orang (5,8%) kurang berminat ke posyandu. Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,718 > (0,05) yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada
f 204 86 290
% 100,0 100,0 100
p value
0,718
hubungan antara pekerjaan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang. Nilai odd rasio pada penelitain ini 1,37 yang artinya IRT lebih berminat 1,37 kali lebih besar ke posyandu daripada ibu bekerja.
Tabel 5.9. Hubungan antara pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Pelayanan kader
Kurang Cukup Baik Jumlah
Minat Kurang Berminat f % 4 100,0 16 7,9 1 6,0 21 7,2
Jumlah Berminat
f 0 187 82 269
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa pelayanan kader yang cukup menyebabkan 20 responden (9,7%) kurang
% 0 92,1 98,8 92,8
f 4 203 83 290
% 100,0 100,0 100,0 100
p value
0,000
berminat ke posyandu dan pelayanan kader yang baik hanya menyebabkan 1 responden (1,2%) kurang berminat ke posyandu. 13
Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pelayanan
kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang.
yang berumur 20-35 tahun telah siap dalam perannya sebagai ibu dan kebanyakan mengingikan kesehatan untuk anaknya dengan mendantangi posyandu. Menurut Wawan dan Dewi (2010), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik daripada yang belum cukup umur dalam berfikir dan bekerja. Hal ini disebabkan umur mempengaruhi seseorang dalam berpikir selain itu umur juga membuat seseorang mempunyai pengalaman dalam hidup sehingga mampu memutuskan yang terbaik dalam kesehatan anaknya. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). Umur ibu mempengaruhi kematangan berfikir ibu. Semakin bertambah umur semakin matang dalam bersikap dan berperilaku. Selain itu pengalaman menyebabkan ibu lebih bijak dalam menjaga kesehatan balitanya. Namun masih ada faktor lainnya seperti kepercayaan terhadap tenaga kesehatan yang menyebabkan umur yang lebih muda juga berminat ke posyandu. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian dimana responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun
Pembahasan Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 238 responden (82,1%). Banyaknya responden yang berada pada rentang reproduksi sehat disebabkan pada umur antara 20-35 tahun ibu memutuskan untuk menikah, hamil dan melahirkan. Keputusan mempunyai anak pada umur tersebut disebabkan resiko yang dialamai ibu saat hamil dan melahirkan lebih sedikit. Selain itu umur reproduksi sehat dianggap adalah umur yang matang untuk sebuah keluarga memiliki balita. Umur mempengaruhi seseorang dalam bersikap dimana seseorang yang lebih dewasa akan lebih matang dalam berfikir. Menurut Hurlock (1998) dalam Nursalam (2001) yang mengatakan semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur responden yang < dari 20 tahun dalam penelitian ini dapat mempengaruhi keputusan dalam membawa anaknya ke posyandu karena umur yang masih muda menyebabkan responden belum matang dalam berfikir sehingga memutuskan tidak membawa anaknya ke posyandu. Sedangkan ibu
14
lebih banyak yang kurang berminat dibandingkan responden yang berumur 20-35 tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa umur responden berhubungan dengan minat. Semakin matang umur responden semakin meningkatkan pemahaman dan minat responden. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kedewasaan dan kematangan responden yang disebabkan umur mendukung penyerapan informasi dalam meningkatkan minatnya Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Bidan dapat mempertimbangkan segi umur dalam meningkatkan minat responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu. 1.
oleh sesorang terhadap orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu, semakin tinggi pendidikan orang semakin tinggi tingkat pengetahuanya. Dalam penelitian ini responden yang berpendidikan dasar berpengaruh pada pola pikir seseorang dimana yang berpendidikan dasar kemungkinan pengetahuannya terbatas. Pada penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan sampai menengah. Ibu yang berpendidikan tinggi disebabkan tuntutan pendidikan pada era ini adalah sampai pada jenjang perguruan tinggi dan kemunduran usia menikah. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Menurut Nursalam (2003) dalam buku Wawan & Dewi (2010), pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pendidikan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). adanya hubungan antara pendidikan dan minat pada penelitian ini disebabkan ibu yang berpendidikan rendah, menengah maupun tinggi masih ada yang belum berminat disebabkan faktor waktu, pekerjaan dan terkadang rasa malas dari ibu sendiri. Nilai odd rasio pada penelitain ini 6,11 yang artinya umur reproduksi sehat lebih berminat 6,11 kali lebih besar ke posyandu
Pendidikan ibu balita di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berpendidikan SLTA sebanyak 254 responden (87,6%). Pendidikan responden kebanyakan SLTA disebabkan karena pendidikan dasar pada saat ini sampai jenjang SMP maka diperlukan pendidikan yang lebih lagi yaitu sampai SLTA dan perguruan tinggi. Walaupun demikian pendidikan sampai SLTA dirasa sudah cukup untuk ibu dalam berumah tangga. Menurut Suwarno (1992) dalam Nursalam (2001) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
15
daripada bukan umur reproduksi sehat. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana responden berpendidikan SLTA malahan lebih berminat daripada responden berpendidikan tinggi dalam melakukan kunjungan ke posyandu. Hal ini disebabkan faktor lain seperti pekerjaan dan kesibukan ibu. Pendidikan ibu berhubungan dengan minat disebabkan pendidikan mempengaruhi pola fikir seseorang dan membantu seseorang menyerap informasi yang diberikan sehingga dapat mengubah perilaku seseorang. Walaupun hanya berpendidikan dasar tetapi pengaruh kepercayaan terhadap tenaga kesehatan membuat responden melakukan kunjungan ke posyandu. Responden yang berpendidikan tinggi masih ada yang kurang berminat ke posyandu disebabkan meskipun pendidikan tinggi dan memiliki kemampuan untuk menyerap informasi lebih banyak dan lebih mengutamakan kesehatannya daripada responden yang berpendidikan rendah tetapi responden tidak mempunyai waktu untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Sedangkan responden dengan pendidikan dasar meskipun biasanya lebih acuh pada keadaan kesehatannya dan pola fikir dalam memandang suatu permasalahan terutama dalam bidang kesehatan lebih rendah namun mempunyai waktu untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan bidan lebih jeli dalam penyampaian informasi kepada responden yang pendidikannya tinggi dan menengah sehingga dapat tersampaikan dengan baik meningkatkan minat ke posyandu. 2.
16
Pekerjaan ibu balita di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 204 responden (70,3%). Kebanyakan ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga disebabkan ibu memiliki balita yang harus diasuh dan suami telah mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga pada responden yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak dan cukup untuk membawa balitanya ke posyandu. Pada penelitian ini ada ibu yang bekerja. Ibu bekerja mempunyai kesibukan dan waktu yang terbatas untuk bersama putra-putrinya dan masa cuti yang diberikan hanya 3 bulan sehingga lebih besar kemungkinan tidak dapat membawa balitanya ke posyandu. Ibu memutuskan untuk bekerja untuk membantu kondisi ekonomi rumah tangganya. Pekerjaan yang dimiliki seseorang atau lebih ke aktifitas sehari-hari seseorang dapat menghambat kunjungan ke posyandu bila di hari posyandu ibu harus bekerja. Menurut Barthos (2001) ada beberapa pekerjaan ibu yaitu sebagai PNS, karyawan swasta, wiraswasta, petani, buruh. Ada juga ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,718 > (0,05). Tidak adanya hubungan disebabkan baik ibu bekerja maupun tidak bekerja masih ada yang tidak berminat ke posyandu disebabkan kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaan ibu saat kegiatan posyandu. Sehingga pekerjaan tidak berhubungan dengan minat ibu ke posyandu. Nilai odd rasio pada penelitain ini 1,37 yang artinya IRT lebih berminat 1,37 kali lebih besar ke posyandu daripada ibu bekerja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana responden yang tidak bekerja malahan lebih banyak yang kurang berminat ke posyandu daripada responden bekerja meskipun hampir sama. Hal ini disebabkan rasa malas atau bosan dari ibu tidak bekerja terhadap kegiatan posyandu yang monoton. Bekerja umumnya kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu, sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk membawa anaknya ke posyandu. Ibu bekerja harus meninggalkan balitanya sehingga ini
menjadi alasan ibu tidak datang ke posyandu. Sebenarnya, seorang ibu yang bekerja masih dapat melakukan kunjungan ke posyandu bila dapat menyediakan waktu dan mendapatkan dukungan lingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat kerja. 3.
17
Pelayanan kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Hasil penelitian didapatkan besar pelayanan kader dalam kegiatan posyandu cukup sebanyak 203 responden (70,0%). Pelayanan kader pada kegiatan posyandu sebagian besar cukup dikarenakan dalam pelayanan posyandu telah memperoleh pembinaan dari tenaga kesehatan dan telah ada panduan dalam pelaksanaan posyandu. Pelayanan kader yang cukup paling banyak pada pelayanan pertama dimana kader menyiapkan tempat untuk kegiatan posyandu yang tidak melakukan sebanyak 51,72% hal ini disebabkan tempat telah ada dan tidak ada persiapan lain. Kader memberikan layanan konsultasi juga paling banyak tidak dilakukan sebesar 40,34% disebabkan kader menjalankan kegiatan dengan kebiasaan dan tidak mau menghabiskan waktu untuk layanan konsultasi. Pelayanan kader yang hanya cukup disebabkan sarana yang kurang memadai dan kader yang kurang memahami tugasnya sebagai kader posyandu dan kegiatannya Peran kader dalam kegiatan posyandu sangat penting karena sebagian besar kegiatan posyandu dijalankan oleh kader. Menurut WHO (2003), kader mendapatkan
berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu (Cahyo, 2010). Pada penelitian ini didapatkan juga pelayanan kader yang baik disebabkan seringnya evaluasi yang diadakan dalam pelayanan posyandu sehingga pelayanannya meningkat menjadi baik. Pelayanan yang sebagian besar kader melakukan dengan baik adalah kader menjelaskan data di KMS (kartu menuju sehat) tentang keadaan anaknya berdasarkan grafik di KMS yang menunjukkan naik, turun dan tetap serta kader menyiapkan bukubuku catatan kegiatan Posyandu sebesar 81,37%. Hal ini disebabkan tugas ini telah rutin dilakukan dan merupakan kegiatan inti posyandu. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). Adanya hubungan antara pelayanan kader dengan minat ke posyandu disebabkan pelayanan kader baik membuat ibu balita nyaman dan senang datang ke posyandu. Pelayanan kader yang baik hanya sedikit menyebabkan responden tidak berminat ke posyandu daripada pelayanan kader yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan kader yang cukup menyebabkan lebih sedikit yang
kurang berminat ke posyandu daripada pelayanan kader yang baik yang hanya menyebabkan 1 responden (1,2%) kurang berminat ke posyandu. Hal ini disebabkan kader yang pelayanannya baik membuat responden senang, puas dan tertarik untuk ke posyandu. Kurangnya pelayanan kader dalam kegiatan posyandu akan berpengaruh pada minat ibu balita, sehingga ibu balita tidak terdorong untuk membawa balitanya ke posyandu. Kader merupakan penggerak masyarakat untuk mengikuti sarana kegiatan di posyandu, kader mempunyai peranan sebagai penyuluh dan pelayanan dalam kegiatan posyandu. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut kader harus mempunyai keterampilan dan keaktifan yang baik, untuk meningkatkan keterampilan dan keaktifan kader maka perlu diadakan pelatihan kader sehingga dapat meningkatkan pelayanan di posyandu. Minat yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada suatu kegiatan, dengan sendirinya telah membawa seseorang ke suasana partisipasi aktif dalam kegiatan tersebut (Ahmad Tafsir, 2008). Kegiatan berpartisipasi aktif tidak selalu berupa gerakan-gerakan badaniah. Seseorang yang ikut aktif secara aqliyah atau secara bathiniyah dalam melakukan suatu kegiatan. Sementara itu, Bernard yang dikutip Sardiman A.M. (2006) mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang
18
penting bagimana menciptakan kondisi tertentu agar seseorang selalu aktif dan ingin terus berbuat. Minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik pada sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat biasanya ditunjukkan melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. (Hadi, 2008). Minat terhadap kunjungan ke posyandu dapat muncul bila ibu tertarik dan merasa membutuhkan posyandu maka ibu melakukan kunjungan posyandu untuk menjaga kesehatan balitanya. 4.
memantau tumbuh kembang balitanya. Kader yang selalu mendorong ibu untuk melakukan kunjungan posyandu membuat responden semaikn berminat ke posyandu. Minat yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada suatu kegiatan, dengan sendirinya telah membawa seseorang ke suasana partisipasi aktif dalam kegiatan tersebut (Tafsir, 2008). Kegiatan berpartisipasi aktif tidak selalu berupa gerakan-gerakan badaniah. Seseorang yang ikut aktif secara aqliyah atau secara bathiniyah dalam melakukan suatu kegiatan. Sementara itu, Bernard yang dikutip Sardiman A.M. (2006) mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagimana menciptakan kondisi tertentu agar seseorang selalu aktif dan ingin terus berbuat. Minat sangat besar pangaruhnya dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek (Surya, 2003). Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap sesuatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2003) yang menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
Minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berminat mengunjungi posyandu sebanyak 269 responden (92,8%). Kebanyakan responden berminat ke posyandu disebabkan keingintahuan ibu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Selain itu banyak manfaat yang didapatkan membuat ibu berminat selalu datang saat kegiatan posyandu seperti pemberian penyuluhan dan vitamin A. Responden yang berminat disebabkan responden merasa membawa anak ke posyandu agar anak menjadi lebih sehat sebanyak 99,65% dan karena saran yang diberikan Kader sebanyak 93,79%. Mengikuti posyandu bermanfaat bagi ibu menjaga kesehatan balitanya dan
19
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiridengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,semakin besar minat. Hasil penelitian didapatkan masih ada responden yang kurang berminat pada kegiatan posyandu disebabkan tidak mempunyai waktu dan merasa bisa memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri. Minat yang masih kurang disebabkan pendapat petugas kesehatan mempengaruhi saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu sebanyak 19,65% dan memiliki Kartu menuju sehat (KMS) membuat saya akan datang mengunjungi posyandu sebanyak 20,68%. Kedua pertanyaan tersebut ternyata tidak mempengaruhi minat ibu untuk melakukan kunjungan posyandu. Minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik pada sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat biasanya ditunjukkan melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa indikator dari minat antara lain adanya perasaan senang, adanya keinginan, adanya perhatian, adanya ketertarikan, adanya kebutuhan, adanya harapan, adanya dorongan dan kemauan.
5. 1.
Keterbatasan Penelitian Penelitian menggunakan kuesioner tertutup sehingga data yang tidak diberikan pilihan jawaban tidak tercover dalam penelitian. 2. Penelitian dengan pendekatan cross sectional sehingga data yang didapatkan hanya sewaktu dan tidak dalam jangka lama. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian bulan Agustus 2014 di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang tahun 2014 pada 290 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden berumur reproduksi sehat sebanyak 238 responden (82,1%). 2. Sebagian besar responden berpendidikan menengah sebanyak 254 responden (87,6%). 3. Sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 204 responden (70,3%). 4. Sebagian besar pelayanan kader dalam kegiatan posyandu cukup sebanyak 203 responden (70,0%). 5. Sebagian besar responden berminat mengunjungi posyandu sebanyak 269 responden (92,8%). 6. Ada hubungan antara umur dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). 7. Ada hubungan antara pendidikan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 > (0,05).
20
8. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,718< (0,05). 9. Ada hubungan antara pelayanan kader dengan minat ibu terhadap kunjungan ke posyandu di Kelurahan Kembangarum Kota Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). B. Saran 1. Bagi Responden Ibu yang belum rajin melakukan kunjungan ke posyandu diharapkan lebih aktif datang ke posyandu mengingat banyaknya manfaat posyandu bagi pemantauan tumbuh kembang balitanya. 2. Bagi Profesi Bidan dan Kader Bidan dan kader diharapkan lebih bervariasi dan lengkap dalam memberikan pelayanan posyandu sehingga ibu tertarik dating karena kegiatannya tidak hanya mendaftar, menimbang, mencatat dan memberikan makanan tambahan tetapi ada berbagai variasi seperti lomba balita dan pemantauan perkembangan intelegensia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan menggunakan penelitian ini untuk menambah referensi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan minat ibu melakukan kunjungan posyandu.
21